Upload
vonga
View
233
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM KEPALA
DAERAH OLEH BADAN PENGAWAS PEMILU PROVINSI KEPULAUAN
RIAU TAHUN 2015
NASKAH PUBLIKASI
Oleh:
JOVY LESMANA
NIM :100565201200
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DANILMU POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2016
1
PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM KEPALA
DAERAH OLEH BADAN PENGAWAS PEMILU PROVINSI KEPULAUAN
RIAU TAHUN 2015
JOVY LESMANA
Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial Danilmu Politik Universitas
Maritim Raja Ali Haji
A B S T R A K
Pengawasan Pemilu sebagai kegiatan memeriksa, dapat diartikan pula sebagai
kegiatan melihat, mencermati, dan memperoleh laporan atau bukti-bukti yang
menjadi indikasi awal dugaan pelanggaran Pemilu. Dalam pelaksanaan menuju
pemilu masih tercatat beberapa penyimpangan yang terjadi. Provinsi Kepulauan Riau
masih sarat pelanggaran dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak Tahun
2015 lalu. Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau mengawasi pelaksanaan pemilihan
Gubernur mencatat masih terdapat pelanggaran. Adapun jenis pelanggaran
administrasi yang terjadi pada Pilkada tersebut berupa pelanggaran terkait money
politik, black campaign, terdapatnya warga yang tak terdaftar sebagai Daftar Pemilih
Tetap, formulir C6 yang banyak disalahgunakan, hingga keberpihakan Aparat Sipil
Negara.
Tujuan penelitian ini pada dasarnya adalah untuk mengetahui Pengawasan
Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah Oleh Badan Pengawas Pemilu Provinsi
Kepulauan Riau Tahun 2015. Dalam pembahasan skripsi ini menggunakan penelitian
deskriptif kualitatif. Informan yang diambil dengan kriteria yaitu orang-orang yang
memahami dan terlibat langsung dalam pengawasan pemilihan pada saat Pilkada
tahun 2015. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis data deskriptif kualitatif.
Berdasarkan hasil penelitian dengan informan tersebut maka dapat diketahui
bahwa Badan Pengawas Pemilu Provinsi Kepulauan Riau sudah mampu melakukan
Pengawasan Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah Tahun 2015 dengan baik.
Namun dalam melakukan pengawasan para pegawai jarang membuat sebuah laporan
mengenai hal-hal yang ia temukan dilapangan. Pegawai lebih sering membuat
laporan secara lisan. Dan hanya melaporkan jika terjadi penyimpangan saja. Dalam
beberapa kali melakukan pengawasan pegawai tidak memberikan data atau laporan
mengenai kondisi dilapangan. Data hasil pengawasan diperlukan guna perbaikan
untuk hal-hal yang dilihat akan menimbulkan masalah. Hal ini tentu saja
meminimalisir kesalahan yang ada dilapangan kedepannya.
Kata Kunci : Pengawasan, Pemilihan Umum, Badan Pengawas Pemilu
2
A B S T R A C T
The supervision of Elections as the activity check, can be defined as the
activities see, observe, and obtain reports or evidence are became early indications
of an alleged violation of the election. In the implementation of the election still
recorded toward some irregularities occurred. The Riau Islands province still full of
violations in the election Districts (Elections) in unison by 2015. Bawaslu enforcing
province of Riau Islands Governor election, noting there is still infringement. As for
the types of violations that occurred in the administration of these Elections
violations related money politics, black campaign, there are citizens who are not
registered as a Permanent voters ' list, form C6 of the much-abused, to the Civil
Authorities of State alignments.
The purpose of this research is basically to find out the Organization of the
Supervision of Electoral Districts By Electoral Watchdog Agency province of Riau
Islands by 2015. In the discussion of the thesis is descriptive qualitative research
uses. Informants were taken with the criteria i.e. people who understand and are
directly involved in the supervision of selection at the time of the elections in 2014.
Data analysis techniques used in this research is descriptive qualitative data analysis
techniques.
Based on the results of the research with the informant then it can be noted that
the election Watchdog Agency province of Riau Islands are able to supervise the
Organization of the Regional Head Election year 2015 as well. However in doing
oversight officials rarely make a report about things that he found in field.
Employees more often make a verbal report. And the only reported case of
departures only. In recent times to conduct surveillance officer did not provide data
or reports about the condition of the field. Surveillance data are needed in order to
repair to the things that are seen will cause problems. This of course to minimize the
error there is the real future.
Keywords: Supervision, Election, Election Watchdog Agency
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemilihan Umum (Pemilu)
merupakan elemen terpenting dalam
sistem demokrasi, karena Pemilu dinilai
sebagai salah satu tonggak penting yang
mempresentasikan kedaulatan rakyat.
Pemilihan umum merupakan bagian
dari kedaulatan rakyat yang berarti
bahwa rakyatlah yang mempunyai
kekuasaan tertinggi, rakyatlah yang
menentukan corak dan cara
pemerintahan, dan rakyatlah yang
menentukan tujuan apa yang hendak
dicapai. Pemilu secara langsung oleh
rakyat dilaksanakan sebagai sarana
perwujudan kedaulatan rakyat guna
menghasilkan Pemerintahan Negara
yang demokratis.
Hal ini akan dapat tercapai, apabila
seluruh komponen bangsa saling bahu-
membahu mendukung pelaksanaan
Pemilu dengan didasarkan pada
peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan penghormatan hak-hak
politik setiap warga negara.
Disampaikan itu suksesnya Pemilu
bukan hanya berdasarkan pada
intergritas penyelenggaraan Pemilu
didukung seluruh pemangku
kepentingan Pemilu demi terciptanya
sinergitas yang kuat dan saling
berkesinambungan.
Berdasarkan praktek
penyelenggaraan Pemilu di Indonesia
selama ini, penyelenggaraan pemilu
kerap memunculkan masalah-masalah
penegakan hukum. Situasi ini
disebabkan tidak lain karena peluang
untuk terjadinya pelanggaran sangat
terbuka, baik pelanggaran yang
dilakukan oleh penyelenggara Pemilu,
peserta Pemilu (partai politik, pasangan
calon, maupun perseorangan), tim
kampanye, pemerintah, pemilih, serta
masyarakat umum. Oleh karenanya,
pengawasan Pemilu juga dilakukan
melalui kegiatan mengkaji prospek-
prospek tertentu yang diduga berpotensi
terjadinya pelanggaran Pemilu.
Prospek-prospek dimaksud
sebagaimana disebutkan dalam
Peraturan Bawaslu Nomor 13 Tahun
2012 tentang Tata Cara Pengawasan
Pemilu.
Para perancang Undang-Undang
Pemilu sejak Orde Baru sampai
sekarang menghendaki lembaga
Pengawas Pemilu itu hadir, karena
posisi maupun perannya dinilai strategis
dalam upaya pengawasan pelaksanaan
Pemilu sesuai aturan perundang-
undangan yang berlaku terutama
menegakkan asas pemilu yang
langsung, umum, jujur dan adil. Hal ini
dapat ditemukan dalam penjelasan
umum Undang-Undang Nomor 22
Tahun 2007 yang menyebutkan bahwa :
“Dalam penyelenggaraan Pemilihan
Umum, diperlukan adanya suatu
pengawasan untuk menjamin agar
Pemilihan Umum tersebut benar-benar
dilaksanakan berdasarkan asas
Pemilihan Umum dan peraturan
perundang-undangan” Penyelenggara
Pemilu adalah lembaga yang
menyelenggarakan Pemilu yang terdiri
dari Komisi Pemilihan Umu (KPU) dan
(Badan Pengawas Pemilu) Bawaslu
sebagai satu kesatuan fungsi
penyelenggara Pemilu untuk memilih
anggota Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR), Dewan Perwakilan Daerah
(DPD), Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD) dan Presiden dan
Wakil Presiden secara langsung oleh
rakyat, serta untuk memilih Gubernur,
Bupati, dan Walikota secara
4
demokratis. Agar penyelenggaraan
Pemilu berjalan dengan baik maka
pemerintah harus melakukan
pengawasan.
Pengawasan Pemilu sebagai
kegiatan memeriksa, dapat diartikan
pula sebagai kegiatan melihat,
mencermati, dan memperoleh laporan
atau bukti-bukti yang menjadi indikasi
awal dugaan pelanggaran Pemilu.
Sebagai tindak lanjut dari hasil
pengawasan di atas, Pengawas Pemilu
memperoleh hasil pengawasan, berupa:
informasi awal potensi pelanggaran
dan/atau temuan dugaan pelanggaran,
serta laporan masyarakat yang
disampaikan secara tidak langsung.
Pengawasan Pemilu berdasarkan
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011
tentang penyelenggaraan Pemilu
mengalami perubahan yaitu dalam hal
proses perekrutan keanggotaan
Pengawas Pemilu yang saat ini berasal
dari kelompok masyarakat independen
non partai politik, kemudian status
kelembagaan Bawaslu bersifat
independen dan sejajar dengan Komisi
Pemilihan Umum (KPU). Tugas dan
wewenang Badan Pengawas Pemilu
(Bawaslu) juga menjadi lebih kuat
karena memiliki wewenang
menyelesaikan sengketa tata usaha
pemilu diantaranya yaitu sengketa
penetapan partai politik sebagai peserta
pemilu, kemudian sengketa pencalonan
anggota DPR, DPD dan DPRD serta
sengketa penetapan daftar pemilih.
Bawaslu juga dalam mengawasi
penyelenggaraan Pemilu melalui
pencegahan dan penindakan
pelanggaran, dimana penanganan
pelanggaran dan penyelesaian sengketa
Pemilu bukan bertujuan sebagai
langkah terhadap upaya penindakan,
namun lebih mengedepankan pada
persoalan pencegahan.
Bawaslu sebagai lembaga yang
menangani pengawasan pemilu
memiliki kewajiban melakukan
pembinaan dan pengawasan terhadap
pelaksanaan tugas Pengawas Pemilu
pada semua tingkatan (Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 2011; pasal 74 Huruf
b). Tugas Bawaslu secara garis besar
adalah mengawasi dan menindaklanjuti
pelanggaran pemilu, yaitu pengawasan
mata pilih, pengawasan dana
kampanye, pengawasan alat peraga
kampanye termasuk baliho, spanduk
dan atribut lainnya, pengawasan
kampanye hitam (Black Campaign) dan
pengawasan politik uang (Money
Politic). Keseluruhan poin-poin
pengawasan tersebut terdapat satu poin
yang cukup sulit untuk di identifikasi
serta di tindaklanjuti oleh Bawaslu,
yaitu politik uang.
Secara umum peran Bawaslu
Provinsi menurut undang-undang
penyelenggara pemilihan umum adalah,
mengawasi tahapan penyelenggaraan
Pemilu yang meliputi, menerima
laporan dugaan pelanggaran terhadap
pelaksanaan peraturan perundang-
undangan mengenai Pemilu,
menyelesaikan temuan dan laporan
sengketa penyelenggaraan Pemilu yang
tidak mengandung unsur tindak pidana,
menyampaikan temuan dan laporan
kepada KPU Provinsi untuk
ditindaklanjuti, meneruskan temuan dan
laporan yang bukan menjadi
kewenangannya kepada instansi yang
berwenang, menyampaikan laporan
kepada Bawaslu sebagai dasar untuk
mengeluarkan rekomendasi Bawaslu
yang berkaitan dengan adanya dugaan
tindakan yang mengakibatkan
5
terganggunya tahapan penyelenggaraan
Pemilu oleh Penyelenggara Pemilu di
tingkat kabupaten/kota. (Sumber : Rani
Nurroufah Pratiwi : 2010 : 194)
Pelaksanaan Pemilihan Kepala
Daerah (Pilkada) serentak tahun 2015
didasarkan kepada Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2015 Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014
Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati,
Dan Walikota, sebagaimana diubah
dengan Undang-Undang Nomor 8
Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015
Tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2014 Tentang
Pemilihan Gubernur, Bupati, Dan
Walikota. Tahun 2015 Provinsi
Kepulauan Riau mengadakan Pilkada
untuk memimpin daerahnya 5 tahun
kedepan.
Dalam pelaksanaan menuju pemilu
masih tercatat beberapa penyimpangan
yang terjadi. Provinsi Kepulauan Riau
masih sarat pelanggaran dalam
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada)
serentak 2015 lalu. Bawaslu Provinsi
Kepulauan Riau mengawasi
pelaksanaan pemilihan Gubernur
mencatat masih terdapat pelanggaran.
Adapun jenis pelanggaran administrasi
yang terjadi pada Pilkada tersebut
berupa pelanggaran terkait money
politik, black campaign, terdapatnya
warga yang tak terdaftar sebagai DPT,
formulir C6 yang banyak
disalahgunakan, hingga keberpihakan
Aparat Sipil Negara atau ASN. (Sumber
: Haluan Kepri, 11 Februari 2016).
Jika dilihat dari tabel di atas maka
diketahui bahwa dalam pemilihan
Gubernur tahun 2015 masih sarat akan
pelanggaran. Di setiap Kabupaten/Kota
masih ditemukan pelanggaran.
Berdasarkan gejala-gejala di atas,
penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dan penulisan Skripsi dengan
judul “PENGAWASAN
PENYELENGGARAAN PEMILIHAN
KEPALA DAERAH OLEH BADAN
PENGAWAS PEMILU PROVINSI
KEPULAUAN RIAU TAHUN 2015”
B. Perumusan Masalah
Bawaslu sebagai lembaga yang
menangani pengawasan pemilu
memiliki kewajiban melakukan
pembinaan dan pengawasan terhadap
pelaksanaan tugas Pengawas Pemilu
pada semua tingkatan. Dalam
pelaksanaan menuju pemilu masih
tercatat beberapa penyimpangan yang
terjadi. Provinsi Kepulauan Riau masih
sarat pelanggaran dalam Pemilihan
Kepala Daerah (Pilkada) serentak 2015
lalu. Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau
mengawasi pelaksanaan pemilihan
Gubernur mencatat masih terdapat
pelanggaran. Adapun jenis pelanggaran
administrasi yang terjadi pada Pilkada
tersebut berupa
a. Pelanggaran terkait politik uang;
b. Pelanggaran black campaign
yaitu kampanye yang dilakukan
di luar ketentuan yang
ditetapkan oleh KPU ;
c. Terdapatnya warga yang tak
terdaftar sebagai DPT ;
d. Formulir C6 yang banyak
disalahgunakan ;
e. hingga keberpihakan Aparat
Sipil Negara atau ASN ;
Berdasarkan uraian latar belakang
masalah yang telah dijelaskan di atas,
6
maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Bagaimana
Pengawasan Penyelenggaraan
Pemilihan Kepala Daerah Oleh
Badan Pengawas Pemilu Provinsi
Kepulauan Riau Tahun 2015”
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian ini adalah untuk
mengetahui Pengawasan
Penyelenggaraan Pemilihan Kepala
Daerah Oleh Badan Pengawas Pemilu
Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2015
2. Kegunaan Penelitian
a. Secara akademis hasil
penelitian ini diharapkan dapat
memberikan pemahaman yang
mendalam tentang
pengawasan Pemilihan
Umum.
b. Secara praktis bahwa hasil
penelitian ini dapat dijadikan
masukan dan pertimbangan
bagi pemerintah maupun
Bawaslu Provinsi Kepulauan
Riau dalam pelaksanaan
Pemilu.
c. Sebagai bahan acuan dan
masukan bagi peneliti
berikutnya yang akan meneliti
tentang permasalahan yang
berkaitan dengan pengawasan
Pemilu.
D. Konsep Operasional
Guna mempermudah dalam merealisasi
tujuan, pengawasan harus perlu dilalui
beberapa fase atau urutan pelaksanaan
menurut Manullang (2004:84) yang
terdiri dari :
1. Menetapkan alat ukur
(standard). Alat penilai atau
standar bagi hasil pekerjaan
seluruh tim pengawas pada saat
pemilu legislatif, pada
umumnya terdapat baik pada
rencana keseluruhan maupun
pada rencana-rencana bagian.
Dengan demikian atasan dan
bawahan bekerja dalam
menetapkan apa yang menjadi
standar hasil pekerjaan bawahan
tersebut. Hal ini dapat dilihat
dari inidkator sebagai berikut :
a. Adanya standar
operasional prosedur
sebagai acuan petugas
Bawaslu untuk
mengawasi di lapangan
yaitu Nomor 0746
Tahun Kep Tahun 2015
Tentang Petunjuk Teknis
Tata Cara Pengawasan
Dan Evaluasi
Pelaksanaan
Kegiatan/Rapat Di Luar
Kantor Pada Badan
Pengawas Pemilihan
Umum.
2. Mengadakan penilaian
(evaluate). Dengan menilai
dimaksudkan membandingkan
hasil pekerjaan di lapangan
dengan alat pengukur (standar)
yang sudah ditentukan. Jadi
pengawas pemilu
membandingkan hasil pekerjaan
pengawas di lapangan yang
senyatanya dengan standar
sehingga dengan perbandingan
itu dapat dipastikan terjadi
tidaknya penyimpangan. Hal ini
dapat dilihat dari indikator :
a. Bawaslu mengawasi dan
menindaklanjuti
pelanggaran pemilu,
yaitu pengawasan mata
pilih, pengawasan dana
kampanye, pengawasan
alat peraga kampanye
7
termasuk baliho,
spanduk dan atribut
lainnya, pengawasan
kampanye hitam (Black
Campaign) dan
pengawasan politik uang
(Money Politic).
Keseluruhan poin-poin
pengawasan tersebut
terdapat satu poin yang
cukup sulit untuk di
identifikasi serta di
tindaklanjuti oleh
Bawaslu, yaitu politik
uang.
b. Mengamati secara
langsung kegiatan partai
politik dan calon kepala
daerah dalam
pelaksanaan menjelang
pemilu seperti
pendaftaran, kampanye
sampai dengan
penghitungan suara.
3. Mengadakan tindakan perbaikan
(corective action). Dengan
tindakan perbaikan diartikan,
tindakan yang diambil untuk
menyesuaikan hasil pekerjaan
nyata yang menyimpang agar
sesuai dengan standar atau
rencana yang telah ditentukan
sebelumnya. Tindakan
perbaikan itu tidak serta merta
dapat menyesuaikan hasil
pekerjaan yang senyatanya
dengan rencana atau standar.
Oleh karena itulah, perlu sekali
adanya laporan-laporan berkala
sehingga segera sebelum
terlambat dapat diketahui
terjadinya penyimpangan-
penyimpangan, serta dengan
tindakan perbaikan yang akan
diambil, pelaksanaan pekerjaan
seluruhnya dapat diselamatkan
sesuai dengan rencana. Hal ini
dapat dilihat dari indikator :
a. Adanya laporan
pelaksanaan pemilukada
tahun 2015
b. Adanya perbaikan yang
dilakukan setelah
didapati penyimpangan-
penyimpangan seperti
memperketat
pengawasan, memeriksa
ulang data dan fakta di
lapangan, memberikan
kembali pemahaman
kepada panwaslu yang
ada dari mulai tingkat
bawah hingga kecamatan
agar mau membantu
pelaksnaan pemilu
E. Metode Penelitian
Pada penelitian ini penulis
menggunakan jenis penelitian
Deskriptif. Menurut Moleong (2006 : 6)
deskriptif adalah data dalam bentuk
kata-kata dan bahasa, pada suatu
konteks khusus yang alamiah dan
dengan memanfaatkan berbagai metode
alamiah. Pada penelitian ini metode
yang digunakan adalah kualitatif.
Kualitatif adalah penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena
tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian misalnya perilaku, persepsi,
motivasi, tindakan, dan lain-lain secara
holistik.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam
penelitian Pengawasan
Penyelenggaraan Pemilihan Kepala
Daerah Oleh Badan Pengawas Pemilu
Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2015
adalah analisa data kualitatif yaitu
dengan melakukan terlebih dahulu
mendeskripsikan, memverifikasi,
menginterpretasikan untuk kemudian
8
dianalisis sehingga memperoleh suatu
kesimpulan. Moleong (2006:35)
menyatakan analisa dan kualitatif
adalah proses pengorganisasian, dan
penguratan data ke dalam pola dan
kategori serta satu uraian dasar,
sehingga dapat dikemukakan tema yang
seperti disarankan oleh data. Penulis
melakukan triangulasi dengan
membandingkan dan mengecek balik
derajat kepercayaan suatu informasi
yang diperoleh melalui waktu dan alat
yang berbeda dalam metode kualitatif.
II. LANDASAN TEORI
1. Pengawasan
Pengawasan merupakan fungsi
manajemen yang sangat berkaitan erat
dengan pencapaian tujuan organisasi,
sehingga pengawasan dalam organisasi
apapun menjadi mutlak dilakukan. Hal
ini seperti yang diungkapkan oleh G.R.
Terry, yang mengatakan bahwa:
“Dalam rangka pencapaian tujuan suatu
organisasi, termasuk negara sebagai
organisasi kekuasaan terbesar
seyogyanya menjalankan fungsi-fungsi
manajemen yang terdiri dari:
perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing),
memberi dorongan (actuating), dan
pengawasan (controlling).” (Terry,
2010:15)
Pengawasan adalah suatu upaya
yang sistematik untuk menetapkan
kinerja standar pada perencanaan untuk
merancang sistem umpan balik
informasi, untuk membandingkan
kinerja aktual dengan standar yang
telah ditentukan, untuk menetapkan
apakah telah terjadi suatu
penyimpangan tersebut, serta untuk
mengambil tindakan perbaikan yang
diperlukan untuk menjamin bahwa
semua sumber daya organisasi atau
pemerintahan telah digunakan seefektif
dan seefisien mungkin guna mencapai
tujuan organisasi atau pemerintahan.
Dari beberapa pendapat tersebut di atas
dapat ditarik kesimpulan bahwa
pengawasan merupakan hal penting
dalam menjalankan suatu perencanaan.
Dengan adanya pengawasan maka
perencanaan yang diharapkan oleh
manajemen dapat terpenuhi dan
berjalan dengan baik.
Dari sejumlah fungsi
manajemen, pengawasan merupakan
salah satu fungsi yang sangat penting
dalam pencapaian tujuan manajemen itu
sendiri. Fungsi manajemen lainnya
seperti perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan tidak akan dapat berjalan
dengan baik apabila fungsi pengawasan
ini tidak dilakukan dengan baik.
Demikian pula halnya dengan fungsi
evaluasi terhadap pencapaian tujuan
manajemen akan berhasil baik apabila
fungsi pengawasan telah di lakukan
dengan baik. Dalam kehidupan sehari-
hari baik kalangan masyarakat maupun
di lingkungan perusahaan swasta
maupun pemerintahan makna
pengawasan ini agaknya tidak terlalu
sulit untuk dipahami. Akan tetapi untuk
memberi batasan tentang pengawasan
ini masih sulit untuk diberikan.
Bagir Manan memandang
kontrol sebagai sebuah fungsi sekaligus
hak, sehingga lazim disebut sebagai
fungsi kontrol atau pengendalian (Bagir
Manan, 2000 : 1-2). Dalam pelaksanaan
tugas pengawasan tahapan-tahapan
pada fungsi manajemen memiliki
keterkaitan satu sama lain.
Atmosudirjo (2000:11) mengatakan
bahwa pada pokoknya pengawasan
9
adalah keseluruhan daripada kegiatan
yang membandingkan atau mengukur
apa yang sedang atau sudah
dilaksanakan dengan kriteria, norma-
norma, standar atau rencana-rencana
yang telah ditetapkan sebelumnya.
Istilah pengawasan dalam
bahasa Indonesia asal katanya adalah
“awas”, sedangkan dalam bahasa
Inggris disebut controlling yang
diterjemahkan dengan istilah
pengawasan dan pengendalian,
sehingga istilah controlling lebih luas
artinya daripada pengawasan. Akan
tetapi dikalangan ahli atau sarjana telah
disamakan pengertian “controlling” ini
dengan pengawasan. Jadi pengawasan
adalah termasuk pengendalian.
Pengendalian berasal dari kata
“kendali”, sehingga pengendalian
mengandung arti mengarahkan,
memperbaiki, kegiatan, yang salah arah
dan meluruskannya menuju arah yang
benar. Akan tetapi ada juga yang tidak
setuju akan disamakannya istilah
controlling ini dengan pengawasan,
karena controlling pengertiannya lebih
luas daripada pengawasan dimana
dikatakan bahwa pengawasan adalah
hanya kegiatan mengawasi saja atau
hanya melihat sesuatu dengan seksama
dan melaporkan saja hasil kegiatan
mengawasi tadi, sedangkan controlling
adalah disamping melakukan
pengawasan juga melakukan kegiatan
pengendalian menggerakkan,
memperbaiki dan meluruskan menuju
arah yang benar. (Victor : 1994 : 18)
Berdasarkan beberapa teori
yang dijelaskan para ahli tersebur
diketahui bahwa pengawasan sangat
penting dilakukan agar setiap
pelaksanaan dapat mencapai tujuannya
sesuai dengan apa yang direncanakan.
Termasuk dalam Pilkada. Pelaksanaan
Pilkada harus diawasi karena dalam
pelaksanaannya sering ditemukan
penyimpangan. Apabila penyimpangan
terus dilakukan tanpa diawasi maka
nilai-nilai demokrasi dan nilai Pemilu
itu sendiri akan pudar.
Pengawas Pemilu mengetahui
adanya dugaan pelanggaran pemilihan
melalui 2 (dua) sumber yakni yang
berupa laporan dari masyarakat yang
mempunyai hak pilih, Pemantau
Pemilu, Peserta Pemilu dan temuan dari
pengawas Pemilu sendiri. Masyarakat
dapat melaporkan dugaan pelanggaran
ke Pengawas Pemilu dengan cara
laporan dapat disampaikan melalui
surat yang dikirimkan atau datang
langsung ke Kantor Pengawas, laporan
berisi identitas pelapor dan terlapor,
waktu & Tempat kejadian, serta uraian
kejadian, laporan disertai dengan foto
copy KTP atau identitas lainnya,
laporan harus disampaikan paling lama
7 (tujuh) hari sejak diketahuinya
dugaan pelanggaran, dan pelapor
mengisi formulir laporan yang
disediakan oleh pengawas.
Guna mempermudah dalam
merealisasi tujuan, pengawasan harus
perlu dilalui beberapa fase atau urutan
pelaksanaan menurut Manullang
(2004:84) yang terdiri dari :
Menetapkan alat ukur (standard). Alat
penilai atau standar bagi hasil pekerjaan
bawahan, pada umumnya terdapat baik
pada rencana keseluruhan maupun pada
rencana-rencana bagian. Dengan kata
lain, dalam rencana itulah pada
umumnya terdapat standar bagi
pelaksanaan pekerjaan. Agar alat
penilai itu diketahui benar oleh
bawahan, maka alat penilai itu harus
10
dikemukakan, dijelaskan kepada
bawahan. Dengan demikian atasan dan
bawahan bekerja dalam menetapkan
apa yang menjadi standar hasil
pekerjaan bawahan tersebut.
Mengadakan penilaian (evaluate) .
Dengan menilai dimaksudkan
membandingkan hasil pekerjaan
bawahan (actual result) dengan alat
pengukur (standar) yang sudah
ditentukan. Jadi pimpinan
membandingkan hasil pekerjaan
bawahan yang senyatanya dengan
standar sehingga dengan perbandingan
itu dapat dipastikan terjadi tidaknya
penyimpangan.
Mengadakan tindakan perbaikan
(corective action). Dengan tindakan
perbaikan diartikan, tindakan yang
diambil untuk menyesuaikan hasil
pekerjaan nyata yang menyimpang agar
sesuai dengan standar atau rencana
yang telah ditentukan sebelumnya.
Tindakan perbaikan itu tidak serta
merta dapat menyesuaikan hasil
pekerjaan yang senyatanya dengan
rencana atau standar. Oleh karena
itulah, perlu sekali adanya laporan-
laporan berkala sehingga segera
sebelum terlambat dapat diketahui
terjadinya penyimpangan-
penyimpangan, serta dengan tindakan
perbaikan yang akan diambil,
pelaksanaan pekerjaan seluruhnya dapat
diselamatkan sesuai dengan rencana.
Kesimpulannya, pengawasan
merupakan suatu usaha sistematik
untuk menetapkan standar pelaksanaan
tujuan dengan tujuan-tujuan
perencanaan, merancang sistem
informasi umpan balik,
membandingkan kegiatan nyata dengan
standar yang telah ditetapkan
sebelumnya, menentukan dan
mengukur penyimpangan-
penyimpangan serta mengambil
tindakan koreksi yang diperlukan.
Dalam pengawasan terdapat beberapa
tipe pengawasan seperti yang
diungkapkan Winardi (2000:589).
Fungsi pengawasan dapat dibagi dalam
tiga macam tipe, atas dasar fokus
aktivitas pengawasan, antara lain:
1. Pengawasan Pendahuluan
(preliminary kontrol).
2. Pengawasan pada saat kerja
berlangsung (cocurrent kontrol)
3. Pengawasan Feed Back (feed
back kontrol).
Prosedur-prosedur pengawasan
pendahuluan mencakup semua upaya
manajerial guna memperbesar
kemungkinan bahwa hasil-hasil aktual
akan berdekatan hasilnya dibandingkan
dengan hasil-hasil yang direncanakan.
Pengertian pengawasan menurut
Ndraha (2003;201) adalah sebagai
berikut pengawasan diartikan sebagai
pengawasan sebelum sepanjang dan
sesudah sesuatu terjadi maka dari pada
itu dikenal dengan pengawasaan dengan
namanya pengawasan preventif dan
pengawasan represif (koreksi) berarti
pengawasaan dapat diartikan sebagai
kontrol yang akan dilakukan. Menurut
Siagian (2008: 258) definisi yang
diberikan kepada pengawasan adalah
“keseluruhan upaya pengamatan
pelaksanaan kegiatan operasional guna
menjamin bahwa bnerbagai kegiatan
tersebut sesuai dengan rencana yang
telah ditetapkan sebelumnya,
Dengan pengawasan dapat
diketahui sampai dimana
penyimpangan, penyalahgunaan,
11
kebocoran, pemborosan,
penyelewengan, dan lain-lain kendala
di masa yang akan datang. Jadi
keseluruhan dari pengawasan adalah
kegiatan membandingkan apa yang
sedang atau sudah dikerjakan dengan
apa yang direncanakan sebelumnya,
karena itu perlu kriteria, norma, standar
dan ukuran tentang hasil yang ingin
dicapai. Dari pengertian pengawasan di
atas, terdapat hubungan yang erat antara
pengawasan dan perencanaan, karena
pengawasan dianggap sebagai aktivitas
untuk menemukan, mengoreksi
penyimpangan-penyimpangan dalam
pelaksanaan dan hasil yang dicapai dari
aktivitas-aktivitas yang direncanakan.
Selanjutnya menurut
Gitosudarmo dan Mulyono (2001:154)
pengawasan merupakan suatu
rangkaian proses kegiatan dalam
manajemen untuk memastikan bahwa
aktivitas yang dilakukan sesuai dengan
aktivitas yang direncanakan. Dale
(dalam Winardi 2000:224) mengatakan
bahwa pengawasan tidak hanya melihat
sesuatu dengan seksama dan
melaporkan hasil kegiatan mengawasi,
tetapi juga mengandung bari
memperbaiki dan meluruskan nya
sehingga mencapai tujuan sesuai
dengan apa yang direncanakan.
Dengan demikian jelas bahwa
tanpa rencana, maka pengawasan tidak
mungkin dapat dilaksanakan, karena
tidak ada pedoman atau petunjuk untuk
melakukan pengawasan itu. Rencana
tanpa pengawasan akan cenderung
memberi peluang timbulnya
penyimpangan-penyimpangan,
penyelewengan dan kebocoran tanpa
ada alat untuk mencegah, oleh karena
itu diperlukan adanya pengawasan.
Pengawasan merupakan salah satu
fungsi manajemen yang sangat penting,
sehingga berbagai ahli manajemen
dalam memberikan pendapatnya
tentang fungsi manajemen selalu
menempatkan unsur pengawasan
sebagai fungsi yang penting. Kasus-
kasus yang terjadi dalam banyak
organisasi adalah tidak diselesaikannya
suatu penugasan, tidak ditepatinya
waktu dalam penyelesaian suatu
anggaran yang berlebihan dan kegiatan-
kegiatan lain yang menyimpang dari
rencana.
Begitu pentingnya pengawasan
dalam suatu organisasi sehingga
keberhasilan atau kinerja suatu
organisasi menjadi ukuran, sampai
dimana pelaksanaan pengawasan
terhadap organisasi tersebut. Bahkan
dalam praktek manajemen modern
pengawasan tidak dapat lagi dipisahkan
dengan fungsi-fungsi manajemen
lainnya.Selanjutnya Siagian ( 2006 :
114 ) menyebutkan bahwa bentuk
pengawasan sebagai berikut :
1. Pengawasan bersifat
fact finding yaitu
pelaksanaan fungsi
pengawasan harus
menemukan fakta-fakta
tentang bagaimana tugas
yang dijalankan oleh
organisasi.
2. Pengawasan bersifat
preventif yaitu proses fungsi
pengawasan dijalankan
untuk mencegah timbulnya
penyimpangan dan
penyelewengan dari yang
direncanakan.
3. Pengawasan
diarahkan pada masa
sekarang yaitu fungsi
pengawasan hanya dapat
12
ditujukan terhadap kegiatan-
kegiatan yang kini sedang
dilaksanakan.
4. Pengawasan bersifat
efisien yaitu jangan sampai
terjadi pengawasan
menghambat usaha
peningkatan efisiensi.
Untuk menghindari adanya
kemungkinan penyelewengan atau
penyimpangan dari beberapa pendapat
tersebut di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa pengawasan
merupakan hal penting dalam
menjalankan suatu perencanaan. dengan
adanya pengawasan maka perencanaan
yang diharapkan oleh manajemen dapat
terpenuhi dan berjalan dengan baik.
Pengawasan pada dasarnya diarahkan
sepenuhnya atas tujuan yang akan
dicapai. melalui pengawasan
diharapkan dapat membantu
melaksanakan.
2. Bawaslu
Perubahan mendasar terkait
dengan kelembagaan Pengawas Pemilu
baru dilakukan melalui Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2003.
Menurut UU ini dalam pelaksanaan
pengawasan Pemilu dibentuk sebuah
lembaga adhoc terlepas dari struktur
KPU yang terdiri dari Panitia Pengawas
Pemilu, Panitia Pengawas Pemilu
Provinsi, Panitia Pengawas Pemilu
Kabupaten/Kota, dan Panitia Pengawas
Pemilu Kecamatan. Selanjutnya
kelembagaan pengawas Pemilu
dikuatkan melalui Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 2007 tentang
Penyelenggara Pemilu dengan
dibentuknya sebuah lembaga tetap yang
dinamakan Badan Pengawas Pemilu
(Bawaslu). Adapun aparatur Bawaslu
dalam pelaksanaan pengawasan berada
sampai dengan tingkat kelurahan/desa
dengan urutan Panitia Pengawas Pemilu
Provinsi, Panitia Pengawas Pemilu
Kabupaten/Kota, Panitia Pengawas
Pemilu Kecamatan, dan Pengawas
Pemilu Lapangan (PPL) di tingkat
kelurahan/desa.
Berdasarkan ketentuan Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 2007,
sebagian kewenangan dalam
pembentukan Pengawas Pemilu
merupakan kewenangan dari KPU.
Namun selanjutnya berdasarkan
Keputusan Mahkamah Konstitusi
terhadap judicial review yang dilakukan
oleh Bawaslu terhadap Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 2007, rekrutmen
pengawas Pemilu sepenuhnya menjadi
kewenangan dari Bawaslu.
Kewenangan utama dari Pengawas
Pemilu menurut Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 2007 adalah untuk
mengawasi pelaksanaan tahapan
pemilu, menerima pengaduan, serta
menangani kasus-kasus pelanggaran
administrasi, pelanggaran pidana
pemilu, serta kode etik.
Dinamika kelembagaan
pengawas Pemilu ternyata masih
berjalan dengan terbitnya Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang
Penyelenggara Pemilu. Secara
kelembagaan pengawas Pemilu
dikuatkan kembali dengan dibentuknya
lembaga tetap Pengawas Pemilu di
tingkat provinsi dengan nama Badan
Pengawas Pemilu Provinsi (Bawaslu
Provinsi). Selain itu pada bagian
kesekretariatan Bawaslu juga didukung
oleh unit kesekretariatan eselon I
dengan nomenklatur Sekretariat
Jenderal Bawaslu. Selain itu pada
konteks kewenangan, selain
kewenangan sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang Nomor 22 Tahun
13
2007, Bawaslu berdasarkan Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 2011 juga
memiliki kewenangan untuk menangani
sengketa Pemilu.
Seperti dalam Pasal 75
dijelaskan Undang-Undang Nomor 15
Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan
Pemilihan Umum dalam hal
pengawasan diatur dalam BAB IV
Pengawas Pemilu Tugas dan wewenang
Bawaslu Provinsi adalah:
a. mengawasi tahapan
penyelenggaraan Pemilu di
wilayah provinsi yang meliputi:
b. pemutakhiran data pemilih
berdasarkan data kependudukan
dan penetapan daftar pemilih
sementara dan daftar pemilih
tetap;
c. pencalonan yang berkaitan
dengan persyaratan dan tata cara
pencalonan anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah
Provinsi, dan pencalonan
gubernur;
d. proses penetapan calon anggota
Dewan Perwakilan Daerah,
Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Provinsi, dan calon
gubernur;
e. penetapan calon gubernur;
f. pelaksanaan kampanye;
g. pengadaan logistik Pemilu dan
pendistribusian nya;
h. pelaksanaan penghitungan dan
pemungutan suara dan
penghitungan suara hasil
Pemilu;
i. pengawasan seluruh proses
penghitungan suara di wilayah
kerjanya;
j. proses rekapitulasi suara dari
seluruh kabupaten/kota yang
dilakukan oleh KPU Provinsi;
k. pelaksanaan penghitungan dan
pemungutan suara ulang, Pemilu
lanjutan, dan Pemilu susulan;
dan proses penetapan hasil
Pemilu Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah
Provinsi dan pemilihan
gubernur; mengelola,
memelihara, dan merawat
arsip/dokumen serta
melaksanakan penyusutannya
berdasarkan jadwal retensi arsip
yang disusun oleh Bawaslu
Provinsi dan lembaga kearsipan
Provinsi berdasarkan pedoman
yang ditetapkan oleh Bawaslu
dan ANRI;
l. menerima laporan dugaan
pelanggaran terhadap
pelaksanaan peraturan
perundang-undangan mengenai
Pemilu;
m. menyampaikan temuan dan
laporan kepada KPU Provinsi
untuk ditindaklanjuti;
n. meneruskan temuan dan laporan
yang bukan menjadi
kewenangannya kepada instansi
yang berwenang;
o. menyampaikan laporan kepada
Bawaslu sebagai dasar untuk
mengeluarkan rekomendasi
Bawaslu yang berkaitan dengan
adanya dugaan tindakan yang
mengakibatkan terganggunya
tahapan penyelenggaraan
Pemilu oleh Penyelenggara
Pemilu di tingkat provinsi;
p. mengawasi pelaksanaan tindak
lanjut rekomendasi Bawaslu
tentang pengenaan sanksi
kepada anggota KPU Provinsi,
sekretaris dan pegawai
sekretariat KPU Provinsi yang
terbukti melakukan tindakan
yang mengakibatkan
14
terganggunya tahapan
penyelenggaraan Pemilu yang
sedang berlangsung;
q. mengawasi pelaksanaan
sosialisasi penyelenggaraan
Pemilu; dan
r. melaksanakan tugas dan
wewenang lain yang diberikan
oleh undang-undang.
Dalam pelaksanaan tugas dan
wewenang sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Bawaslu Provinsi dapat:
a. memberikan rekomendasi
kepada KPU untuk
menonaktifkan sementara
dan/atau mengenakan sanksi
administratif atas pelanggaran
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf f; dan
b. memberikan rekomendasi
kepada yang berwenang atas
temuan dan laporan terhadap
tindakan yang mengandung
unsur tindak pidana Pemilu.
III. GAMBARAN UMUM LOKASI
PENELITIAN
Badan Pengawas Pemilihan
Umum (Bawaslu) Provinsi Kepulauan
Riau dilantik oleh Bawaslu Republik
Indonesia pada tanggal 21 September
2012. Jumlah anggota Bawaslu
Provinsi Kepulauan Riau sebanyak 3
(tiga) orang. Keanggotaan Bawaslu
Provinsi Kepulauan Riau sendiri terdiri
atas kalangan professional yang
mempunyai kemampuan dalam
melakukan pengawasan Pemilu dan
tidak menjadi anggota partai politik.
Anggota Bawaslu Provinsi
Kepulauan Riau dalam kerjanya
didukung oleh Sekretariat yang
bertugas memberikan dukungan teknis
dan administratif. Sekretariat Bawaslu
Provinsi Provinsi Kepulauan Riau
dipimpin oleh Kepala Sekretariat.
Sekretariat Bawaslu Provinsi
Kepulauan Riau terdiri atas sebanyak-
banyaknya 3 (tiga) subbagian, yakni
Administrasi, Teknis Penyelenggaraan
Pengawasan Pemilu serta Hukum,
Humas dan Hubungan Antar Lembaga.
Tugas, Wewenang, dan Kewajiban
Pengawas Pemilu berdasarkan amanat
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011
tentang Penyelenggara Pemilu adalah
sebagai berikut :
1. Mengawasi Penyelenggaraan
Pemilu dalam rangka pencegahan dan
penindakan pelanggaran untuk
terwujudnya Pemilu yang demokratis.
Tugas tersebut secara singkat dalam
diuraikan sebagai berikut :
a. Mengawasi persiapan
penyelenggaraan Pemilu;
b. Mengawasi tahapan
penyelenggaraan Pemilu;
c. Mengawasi pelaksanaan
Putusan Pengadilan;
d. Mengelola, memelihara, dan
marawat arsip/dokumen;
e. Memantau atas pelaksanaan
tindak lanjut penanganan
pelanggaran pidana Pemilu;
f. Mengawasi atas pelaksanaan
putusan pelanggaran Pemilu;
g. Evaluasi pengawasan Pemilu;
h. Menyusun laporan hasil
pengawasan penyelenggaraan
Pemilu;
i. Melaksanakan tugas lain yang
diatur dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan.
2. Wewenang Pengawas Pemilu
sebagai berikut :
a. Menerima laporan dugaan
pelanggaran terhadap
pelaksanaan ketentuan peraturan
perundang-undangan mengenai
Pemilu;
15
b. Menerima laporan adanya
dugaan pelanggaran
administrasi Pemilu dan
mengkaji laporan dan temuan,
serta merekomendasikannya
kepada yang berwenang;
c. Menyelesaikan sengketa
Pemilu;
d. Membentuk, mengangkat dan
memberhentikan Pengawas
Pemilu di tingkat bawah;
e. Melaksanakan wewenang lain
yang diatur dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan.
3. Kewajiban Pengawas Pemilu
sebagai berikut :
a. Bersikap tidak diskriminatif
dalam menjalankan tugas dan
wewenangnya;
b. Melakukan pembinaan dan
pengawasan terhadap
pelaksanaan tugas Pengawas
Pemilu pada semua tingkatan;
c. Menerima dan menindaklanjuti
laporan yang berkaitan dengan
dugaan adanya pelanggaran
terhadap pelaksanaan peraturan
perundang-undangan mengenai
Pemilu;
d. Menyampaikan laporan hasil
pengawasan sesuai dengan
tahapan Pemilu secara periodik
dan/atau berdasarkan
kebutuhan; dan
e. Melaksanakan kewajiban lain
yang diberikan oleh peraturan
perundang-undangan.
IV. ANALISA DATA DAN
PEMBAHASAN
1. Menetapkan alat ukur
dalam hasil penelitian diketahui
bahwa perencanaan standar
pengawasan sudah ada, dan selama ini
Bawslu sudah mengacu pada peraturan
Nomor 0746 Tahun 2015 Tentang
Petunjuk Teknis Tata Cara Pengawasan
Dan Evaluasi Pelaksanaan
Kegiatan/Rapat Di Luar Kantor Pada
Badan Pengawas Pemilihan Umum, di
dalamnya meliputi seluruh pelaksaaan
pengawasan serta apa-apa saja yang
harus dilakukan oleh petugas pengawas
dalam mengawasi setiap kegiatan
pemilu tahun 2015.
2. Mengadakan penilaian
Berdasarkan hasil wawancara
dengan semua informan maka dapat
disimpulkan bahwa dalam melakukan
pengawasan para pegawai jarang
membuat sebuah laporan mengenai hal-
hal yang ia temukan di lapangan.
Pegawai lebih sering membuat laporan
secara lisan. Dan hanya melaporkan
jika terjadi penyimpangan saja. Dalam
beberapa kali melakukan pengawasan
pegawai tidak memberikan data atau
laporan mengenai kondisi di lapangan.
Data hasil pengawasan diperlukan guna
perbaikan untuk hal-hal yang dilihat
akan menimbulkan masalah. Hal ini
tentu saja meminimalisir kesalahan
yang ada di lapangan kedepannya. Pada
indikator ukuran pelaksanaan dapat
disimpulkan bahwa dalam memberikan
data hasil pengamatan di lapangan serta
laporan hasil pengawasan belum
berjalan dengan maksimal, sebab
pegawai belum dapat membuat laporan
pada setiap kegiatan pengawasan yang
dilakukannya. Padahal hal tersebut
menjadi sesuatu yang penting yang
nantinya akan menjadi pertimbangan-
pertimbangan dalam usaha perbaikan.
3. Mengadakan tindakan perbaikan
Mengadakan tindakan perbaikan
dari hasil temuan di lapangan diketahui
bahwa Bawaslu Provinsi Kepulauan
Riau akan memberikan suatu
penyelesaian terhadap masalah-masalah
yang ditemukan pada penyelenggaraan
pemilu agar tidak kembali terjadi
16
penyimpangan. Adanya perbaikan yang
dilakukan setelah didapati
penyimpangan-penyimpangan seperti
memperketat pengawasan, memeriksa
ulang data dan fakta di lapangan,
memberikan k Menurut hasil
wawancara, bertolak belakang dengan
hasil sebelumnya bahwa diketahui oleh
para tim sukses bawaslu tidak
mengawasi secara langsung, mereka
hanya mempercayakan kepada
Panwaslu yang ada. Sehingga masih
ada permasalahan berkaitan dengan
balck campaign, kemudian juga
permasalahan DPT. Berdasarkan fakta
dari observasi bahwa petugas dalam
kegiatan pengawasan tidak hanya
membaca laporan-laporan atau
mendengar keluhan saja tetapi juga
turun langsung mengamati apa yang
terjadi dalam pelaksanaan pemilihan
kepala daerah tahun 2015. Walaupun
pada kenyataannya pengamatan yang
dilakukan tidak bersifat secara berkala
dan terus menerus. Untuk
meminimalisir penyimpangan
diperlukan pengawasan secara langsung
dan berkala yang dilakukan oleh
petugas. pemahaman kepada panwaslu
yang ada dari mulai tingkat bawah
hingga kecamatan agar mau membantu
pelaksnaan pemilu
V. Penutup
A.Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka
penulis menarik kesimpulan bahwa
Pengawasan Penyelenggaraan
Pemilihan Kepala Daerah Oleh Badan
Pengawas Pemilu Provinsi Kepulauan
Riau Tahun 2015 sudah berjalan
dengan baik namun masih ada beberapa
hal yang harus diperbaiki yaitu Adanya
perbaikan yang dilakukan setelah
didapati penyimpangan-penyimpangan
seperti memperketat pengawasan,
memeriksa ulang data dan fakta di
lapangan, memberikan kembali
pemahaman kepada panwaslu yang ada
dari mulai tingkat bawah hingga
kecamatan agar mau membantu
pelaksnaan pemilu
B. Saran
1. Hendaknya setiap pengawasan
dilakukan diberikan data atau
laporan dari hasil pengawasan
tersebut agar dapat dilakukan
perbaikan-perbaikan untuk
kedepannya. Karena laporan
merupakan bukti fisik pernah
dilakukan pengawasan dan
dapat dijadikan bahan evaluasi
kedepan untuk pemilu
berikutnya.
2. Jika ditemukan temuan-temuan
kesalahan di lapangan maka
tindakan perbaikan harus segera
dilakukan agar tidak terjadi
penyimpangan yang
berulangkali
DAFTAR PUSTAKA
A. Rahman H, I. 2007. Sistem politik
Indonesia.Yogyakarta : Graha Ilmu.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Atmosudirjo, S., Prajudi., Dr., Mr.,
(2000). Administrasi
Manajemen Umum, Jakarta:
CV Mas. Haji.
Asshiddiqie, Jimly. 2006. Konstitusi
dan Konstitusionalisme
Indonesia. Jakarta: Mahkamah
Konstitusi Republik Indonesia
17
Gitosudarmo, Drs.Indriyo dan
Mulyono, Drs. Agus. 2001.
Prinsip Dasar Manajemen
Edisi 3. Yogyakarta : BPFE
Yogyakarta
Haryanto, dkk 2005. Fungsi-Fungsi
Pemerintahan (Jakarta : Badan
Pendidikan dan Pelatihan
Departemen Dalam Negeri).
Koswara. E. 2000. Teori Pemerintahan
Daerah. Jakarta : Institut Ilmu
Pemerintahan Press
Manullang, M. 2004. Dasar-Dasar
Manajemen. Yogyakarta:
Gajah Mada University
Press.
Manan, Bagir. 2004. Menyongsong
Fajar Otonomi Daerah.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Offset.
Moleong, Lexy J. 2006. Metodelogi
Penelitian Kualitatif.
Bandung. Remaja Rosdakarya
Ndraha, Taliziduhu. 2003. Kybernology
(Ilmu Pemerintahan Baru)
Jilid 2. Jakarta : PT Rineka
Cipta.
Siagian, Sondang. 2006. Manajemen
Sumber Daya Manusia
(cetakan 15). Jakarta: Bumi
Aksara
Soedarsono. 2005. Pengantar Ilmu
Hukum, Jakarta: PT. Rineka
Cipta
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian
Kuantitatif dan Kualitatif.
CV.Alfabeta: Bandung
Terry, George dan Leslie W. Rue. 2010.
Dasar-Dasar Manajemen.
Cetakan kesebelas. Jakarta:
PT Bumi Aksara
Tricahyo, Ibnu. 2009. Reformasi
Pemilu. Malang:In-Trans
Publishing
Victor M. Situmorang, Aspek Hukum
Pengawasan Melakat, Jakarta,
Rineka Cipta
Winardi, 2000, Manajer dan
Manajemen. Bandung: Citra
Aditya Bakti.
Jurnal :
Rani Nurroufah Pratiwi. 2010.
Penyelesaian Tindak Pidana
Pemilu Legislatif oleh Badan
Pengawas Pemilu
(BAWASLU) Daerah
Istimewa Yogyakarta Tahun
2014. Vol. 3, No. 1, Juni 2014
Yunus Husein. 2013. National and
Interntional Cooperation On
The Prevention And
Eradication Of Money
Loundering. Volume 11
Nomor 1. Oktober 2013
Perundang-undangan :
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007
Penyelenggara Pemilihan
Umum
Peraturan Badan Pengawas Pemilu
Nomor 13 Tahun 2012
Tentang Tata Cara
Pengawasan Pemilu
18
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014
Tentang Pemilihan Gubernur,
Bupati, Dan Walikota
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015
Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2015 Tentang
Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2014 Tentang
Pemilihan Gubernur, Bupati,
Dan Walikota