49
PENGEMBANG ISLAM DAN BUDAYA MODERAT Suwito, Abdul Gani Abdullah, dkk Penerbit YPM 2016

PENGEMBANG ISLAM DAN BUDAYA MODERATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48661/1/Pengembang Islam dan Budayat...Disadari atau tidak, itu merupakan salah satu jasa besar

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGEMBANG ISLAM DAN BUDAYA MODERATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48661/1/Pengembang Islam dan Budayat...Disadari atau tidak, itu merupakan salah satu jasa besar

PENGEMBANG ISLAM

DAN BUDAYA MODERAT

Suwito, Abdul Gani Abdullah, dkk

Penerbit YPM

2016

Page 2: PENGEMBANG ISLAM DAN BUDAYA MODERATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48661/1/Pengembang Islam dan Budayat...Disadari atau tidak, itu merupakan salah satu jasa besar

Judul

Pengembang Islam dan Budaya Moderat

Penulis

Suwito, dkk

xxii + 222 hlm.; ukuran buku 18,4 x 21 cm

ISBN 978-602-7775-55-8

Cetakan pertama, September 2016

© Hak Cipta milik para penulis, 2016

Hak penerbitan dimiliki Young Progressive Muslim.

Artikel yang ada di dalam buku ini boleh dikutif dengan

mencantumkan sumber secara lengkap.

Young Progressive Muslim

http://www.ypm-publishing.com

http://ypm-publishing.com/index.php/terbitan/29-pengembang-islam-

dan-budaya-moderat

Page 3: PENGEMBANG ISLAM DAN BUDAYA MODERATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48661/1/Pengembang Islam dan Budayat...Disadari atau tidak, itu merupakan salah satu jasa besar

iii

SAMBUTAN REKTOR

Pak Harun merupakan salah satu tokoh penting dalam

perkembangan UIN Syarif Hidayatllah, Jakarta. Betapa tidak, beliau

adalah guru besar yang sekaligus menjabat Rektor untuk waktu yang

sangat panjang sejak 1973 sampai 1984, dan banyak melakukan

reformasi akademik, tidak hanya kurikulum dan pembelajaran, tetapi

juga melakukan perubahan paradigma kajian keagamaan normatif

menjadi empirik, dan kajian tariqah ahlu al hadis menjadi tariqah

ahlu al-Ra’yi bahkan tariqah al jam’an (aliran konvergensi yang

mencoba memadukan antara dua aliran ahlu al-hadis dan ahlu al-

ra’yi), dengan pendekatan komprehensif mengkaji seluruh aliran dan

pemikiran, dianalisis dan disimpulkan. Dengan demikian, para

mahasiswa memiliki kesempatan yang sangat besar untuk melakukan

kritik terhadap berbagai pemikiran dan implementasi keagamaan

dalam kehidupan sosial kemasyarakatan, sehingga mereka

terhantarkan untuk menjadi orang-orang terbuka dengan perbedaan,

dan mampu beradaptasi dalam keragaman, dengan tetap memiliki

satu keyakinan akan kebenaran yang dianut mereka.

Sosok Pak Harun sangat fenomenal, dan gerakan reformasi

akademiknya sangat dirasakan oleh para mahasiswanya, sehingga

kemudian, para penerus beliau menyebut kampus UIN Jakarta

sebagai kampus pembaharuan, yang semua mahasiswanya harus

berpandangan terbuka untuk melakukan pembaharuan, tidak saja

dalam pemikiran dan sikap keberagamaan, tapi juga dalam sikap

sosial dan professional mereka. Sikap reformis akhirnya menjadi

identitas untuk semua alumni UIN Syarif Hidayataaullah, Jakarta,

sehingga mereka bisa diterima dalam berbagai profesi, baik inline

dengan keahlian program studinya maupun tidak. Ciri keberagamaan

yang inklusif tersebut, telah mampu menghantarkan para alumni

untuk bisa diterima dalam berbagai kelompok sosial, etnik dan

agama yang berbeda, serta mampu beradaptasi dengan siapapun di

dunia. Disadari atau tidak, itu merupakan salah satu jasa besar dari

Page 4: PENGEMBANG ISLAM DAN BUDAYA MODERATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48661/1/Pengembang Islam dan Budayat...Disadari atau tidak, itu merupakan salah satu jasa besar

iv

Pak Harun yang mengubah paradigma kajian keilmuan keagamaan di

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Reformasi lain yang beliau lakukan selama menjadi Rektor

IAIN adalah melakukan pengiriman para alumni dan dosen muda

untuk kuliah jenjang Magister dan Doktor di berbagai universitas di

Amerika dan Eropa (khususnya di negara-negara yang memiliki

tradisi studi Islam dengan baik), suplementasi terhadap tradisi

pengiriman para mahasiswa ke berbagai universitas di Timur

Tengah. Beliau selalu mengatakan, bahwa kekuatan kajian di

berbagai universitas di negara-negara Barat adalah metodologi,

walaupun dalam aspek konten keilmuannya lemah dibanding dengan

program magister dan doktor di berbagai universitas di Timur

Tengah. Dan kini UIN memiliki banyak doktor studi Islam, dan

bahkan dalam bidang sosial serta humaniora, keluaran berbagai

perguruan tinggi ternama di negara-negara Barat. Interaksi mereka

dengan para magister dan doktor dari Timur tengah, dan berbagai

universitas dalam negeri, telah mengangkat citra kampus UIN

sebagai kampus yang memiliki dinamika akademis tinggi, apalagi

dengan publikasinya yang telah mengejutkan masyarakat akademis,

khususnya di Indonesia.

Secara personal, beliau sangat yakin bahwa teologi rasional

akan bisa membawa perubahan sosial masyarakat Indonesia, karena

perubahan itu akan terjadi jika manusianya memiliki keinginan untuk

berubah, dan melakukan usaha untuk memenuhi keinginannya itu.

Beliau sangat yakin, bahwa Tuhan tidak akan mengubah masyarakat

hanya dengan pendekatan do’a. Oleh sebab itu, umat Islam

Indonesia, harus meyakini, bahwa perubahan menuju masyarakat

ideal, harus diupayakan dengan langkah-langkah sistematik dan

terukur, sehingga bisa divaluasi pencapaiannya. Inilah keyakinan

beliau yang selalu ditekankan pada para mahasiswanya, kendati

beliau sangat hormat pada para ulama salaf, abad pertengahan, dan

bahkan para cendikiawan modern. Bahkan beliaupun sendiri

termasuk cendikiawan muslim dengan komitmen ubudiah yang

Page 5: PENGEMBANG ISLAM DAN BUDAYA MODERATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48661/1/Pengembang Islam dan Budayat...Disadari atau tidak, itu merupakan salah satu jasa besar

v

sangat baik. Dengan demikian, para mahasiswa yang berjumpa

langsung, memiliki kesan positif tentang guru besar ini, dan jauh dari

kesan sekuler serta mengabaikan ritual keagamaan.

Pada tahun 1982, beliau memulai mendirikan Program

Pascasarjana, sebagai kelanjutan dari program pendidikan Purna

Sarjana yang menjadi kebanggaan PTAIN pada dekade 1970-an.

Program Pascasarjana berjenjang pendidikan Magister dan Doktor

tersebut menerima para dosen yang sudah diangkat IAIN dengan

bekal pendidikan sarjana, para dosen Pendidikan Agama Islam di

Perguruan Tinggi Umum, serta dosen-dosen Perguruan Tinggi

Agama Islam Swasta (PTAIS). Memang kesempatan pendidikan luar

negeri sudah terbuka, dan akses kesempatan terbuka bagi banyak

orang. Tapi tidak semua dosen berkesempatan baik, karena informasi

yang masih susah terakses, basis kemampuan Bahasa (Arab dan

Inggris) yang belum merata dan sistem serta mekanismenya masih

agak rumit, sehingga pada dekade 1980-an, arus pendidikan luar

negeri masih sangat terbatas. Dengan demikian, para dosen

Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) memilih untuk mengambil

pendidikan magister dan doktor di dalam negeri yang pada tahap

awal hanya diselenggarakan di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan

IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (Keduanya kini sudah

bertransformasi menjadi UIN sejak tahun 2002 dan 2004, bahkan

sudah diikuti oleh sembilan IAIN lainnya). Kedua Program

Pascasarjana (PPs) tersebut sangat dipengaruhi oleh cara berfikir

beliau, dan bahkan beliau sendiri mengajar di dua institusi tersebut.

Dengan demikian, sampai dekade awal abad ke-21 ini, hampir

seluruh UIN dan IAIN, dan bahkan STAIN, sangat dipengaruhi oleh

paradigma berfikir keagamaan yang dibangun oleh beliau.

Inilah sosok guru besar yang telah meninggalkan jejak sejarah

reformasi paradigm akademik Perguruan Tinggi Agama Islam

(PTAI), dengan mengusung pemikiran Islam rasional, baik dalam

teologi, hukum Islam, filsafat maupun tasawuf, gerakan modernisasi

dalam pengelolaan lembaga-lembaga keagamaan dan lembaga

Page 6: PENGEMBANG ISLAM DAN BUDAYA MODERATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48661/1/Pengembang Islam dan Budayat...Disadari atau tidak, itu merupakan salah satu jasa besar

vi

pendidikan keagamaan Islam, dan bahkan beliau bersama para tokoh

generasi awal menyuarakan serta memperjuangkan kajian keilmuan

non dikotomis, dengan usulan pengembangan institusi PTAI menjadi

sebuah perguruan tinggi yang memiliki kewenangan mengelola ilmu-

ilmu non keagamaan. Dengan demikian, gerakan transformasi IAIN

menjadi UIN merupakan kelanjutan dari wacana keilmuan yang

sudah beliau suarakan sejak awal, ketika akan memastikan domain

kewenangan keilmuan yang akan dikelola oleh IAIN, agar

diapresiasi oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sendiri sangat berbangga

memiliki sosok tokoh besar Pak Harun. Maka wajar kalau auditorium

terbesar tempat seminar, international conference, pengukuhan guru

besar, penganugerahan gelar Doktor Honoris Causa, dan venue di

mana para ilmuwan dalam dan luar negeri memaparkan hasil-hasil

penelitiannya, dinamai Auditorium Harun Nasution. Sekedar untuk

mengenang kebesaran peran sejarah beliau untuk kemajuan

akademik dan keilmuan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Kami

sendiri menyadari bahwa Pak Harun bukan hanya milik UIN Jakarta,

tapi miliki semua PTAI N/S dengan karya-karyanya yang sampai

sekarang masih tetap setia untuk digunakan sebagai buku teks

keagamaan. Tetapi para murid beliau memang lebih banyak berada

di UIN Jakarta, dan wajar pulalah, jika kini UIN sedang memperkuat

eksposing Islam moderat, inklusif dan toleran, mengenang kembali

kehadiran sosok Pak Harun dengan berbagai peran intelektualisme

dan gerakan kulturalnya.

Atas nama Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, kami

menyambut baik terbitnya buku “Pengembang Islam dan Budaya

Moderat”, yang merupakan kelanjutan dari sebuah seminar di UIN

Syarif Hidayatullah, Jakarta, mengapresiasi penganugerahan bintang

kelas budaya Parama Dharma, terhadap Pak Harun, dan mengenang

wafatnya guru kita semua hampir dua dekade yang lalu. Buku ini

merupakan bunga rampai tulisan para murid Pak Harun, yang kini

Page 7: PENGEMBANG ISLAM DAN BUDAYA MODERATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48661/1/Pengembang Islam dan Budayat...Disadari atau tidak, itu merupakan salah satu jasa besar

vii

masih berada dan eksis baik dalam tugas mengajar, melakukan

penelitian dan bahkan publikasi karya-karya akademik mereka,

dengan menyampaikan perasaan, serta kesan-kesan manis bersama

Pak Harun, baik di dalam kelas, di rumah, maupun dalam even-even

lain yang telah menghantarkan kita dan mereka semua menjadi

intelektual produktif dan diapresiasi positif oleh masyarakat.

Kepada para penggagas, para penulis dan editor, dan seluruh

yang terlibat dalam penerbitan buku ini, kami sampaikan ucapan

terima kasih, mudah-mudahan menjadi legacy dan sumber informasi

berharga bagi para akademisi generasi ketiga dari Pak Harun, yang

sampai sekarang masih secara konsisten memahami, serta

menggunakan paradigma akademik Islam rasional dan gerakan

modernisme, dalam mengusung Islam moderat yang menghargai

keragaman aliran dan pandangan keagamaan. Inilah hasil nyata

sebuah pendekatan kajian Islam empirik yang dilakukan Pak Harun.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Ciputat, 26 September 2016.

Rektor,

Prof. Dr. Dede Rosyada, MA

Page 8: PENGEMBANG ISLAM DAN BUDAYA MODERATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48661/1/Pengembang Islam dan Budayat...Disadari atau tidak, itu merupakan salah satu jasa besar

viii

Page 9: PENGEMBANG ISLAM DAN BUDAYA MODERATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48661/1/Pengembang Islam dan Budayat...Disadari atau tidak, itu merupakan salah satu jasa besar

ix

HARUN NASUTION: PENGEMBANG ISLAM

DAN BUDAYA MODERAT

Pengantar Penerbitan

Bagi orang yang tidak pernah menjadi murid atau mendengar

pemikiran Prof. Dr. Harun Nasution (selanjutnya ditulis Pak Harun),

atau kurang mantap membaca komentar para penulis tentang dia

maka sebaiknya membaca langsung karya-karyanya. Karya-karya

Pak Harun enak dibaca dan perlu, meminjam istilah Tempo. Enak

dibaca karena buku karya Pak Harun menggunakan bahasa Indonesia

yang fasih dan simpel sehingga pada setiap buku, jumlah

halamannya tidak banyak dan tidak tebal. Perlu, karena isi bukunya

mengenai nilai-nilai dasar Islam. Selain ada dalil-dalil al-Quran dan

Hadis, karya Pak Harun banyak menyajikan tentang Islam yang

terjadi, baik yang ada dalam pemikiran para tokoh maupun yang

terjadi dalam sejarah.

Buku karya Pak Harun antara lain sebagai berikut:

1. Falsafat Agama. Buku ini pertama kali terbit tahun 1973 oleh

penerbit Bulan Bintang. Buku ini terdiri atas 5 Bagian. Bagian 1

tentang Falsafat Agama, Epistemologi, dan Wahyu. Bagian 2

tentang Ketuhanan. Bagian 3 Argumen-argumen Adanya Tuhan.

Bagian 4 tentang Roh. Bagian 5 tentang Soal Kejahatan dan

Kemutlakan Tuhan.

2. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya. Buku ini terdiri atas 2

jilid. Jilid I mulai terbit tahun 1974 yang terdiri atas 6 Bab. Bab 1

tentang Agama dan Pengertian dalam Berbagai Bentuknya. Bab

2 tentang Islam dalam Pengertian yang Sebenarnya. Bab 3

tentang Aspek Ibadat, Latihan Spiritual dan Ajaran Moral. Bab 4

tentang Aspek Sejarah dan Kebudayaan yang terdiri atas Periode

Klasik (650-1250), Periode Pertengahan (1250-1800), dan

Periode Modern (1800). Bab 5 Aspek Politik, dan Bab 6 tentang

Lembaga-lembaga Kemasyarakatan.

Page 10: PENGEMBANG ISLAM DAN BUDAYA MODERATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48661/1/Pengembang Islam dan Budayat...Disadari atau tidak, itu merupakan salah satu jasa besar

x

Buku jilid II terbit pertama kali tahun 1974 oleh Penerbit Bulan

Bintang Jakarta, Kramat Kwitang I/8 Jakarta. Buku Jilid II ini

terdiri atas 5 Bab disertai dengan Penutup. Buku yang dimulai

dari Bab VII ini berisi Aspek Hukum, Bab VIII Aspek Teologi,

Bab IX Aspek Filsafat, Bab X Aspek Misticisme, Bab XI Aspek

Pembaharuan Dalam Islam, Penutup, dan disertasi Daftar Nama-

nama Istilah, sebanyak 120 halaman.

Pak Harun dalam kata penutup pada buku Islam Ditinjau dari

Berbagai Aspeknya ini memberikan catatan bahwa ruang lingkup

Islam tidaklah sempit malahan luas sekali. Ia antara lain

menyebutkan bahwa kalau disebut Islam maka yang dimaksud

bukan hanya ibadat, fikih, tauhid, tafsir, hadis dan akhlak. Islam

lebih luas dari itu, termasuk di dalamnya sejarah, peradaban,

falsafat, mistisisme, teologi, hukum, lembaga-lembaga, dan

politik.

Selanjutnya, Pak Harun juga menyatakan bahwa penafsiran-

penafsiran yang ada dalam Islam lahir sesuai dengan suasana

masyarakat yang ada di tempat dan zaman itu muncul. Zaman

terus menerus membawa perobahan pada suasana masyarakat.

Oleh karena itu ajaran bukan dasar yang timbul sebagai

pemikiran di zaman tertentu, belum tentu sesuai untuk zaman

lain.

3. Akal dan Wahyu dalam Islam. Buku ini pertama kali diterbitkan

tahun 1982. Buku ini terdiri atas 6 Bab dan Penutup. Bab I Akal,

Bab II Wahyu, Bab III Al-Quran dan Kandungannya, Bab IV

Kedudukan Akal dalam Al-Quran dan Hadis, Bab V

Perkembangan Ilmu Pengetahuan dalam Islam atas Pengaruh

Ajaran Pemakaian Akal, Bab VI Akal dan Wahyu dalam

Pemikiran Keagamaan dalam Islam, dan Penutup. Buku ini terbit

pertama kali tahun 1982 oleh Penerbit Universitas Indonesia (UI-

Press). Total halaman buku ini adalah 109 termasuk Daftar

Pustaka.

Page 11: PENGEMBANG ISLAM DAN BUDAYA MODERATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48661/1/Pengembang Islam dan Budayat...Disadari atau tidak, itu merupakan salah satu jasa besar

xi

Pak Harun memberikan catatan akhir dalam buku ini sebagai

berikut. Dalam ajaran Islam, akal mempunyai kedudukan tinggi

dan banyak dipakai, bukan dalam perkembangan ilmu

pengetahuan dan kebudayaan saja, tetapi juga dalam

perkembangan ajaran-ajaran keagamaan Islam sendiri.

Pemakaian akal dalam Islam diperintahkan oleh al-Quran

sendiri. Pak Harun pada akhir buku ini menyatakan bahwa

pemakaian akal diperintahkan al-Quran seperti yang terdapat

dalam ayat-ayat kawniah mendorong manusia untuk meneliti

alam sekitarnya dan memperkembang ilmu pengetahuan. Dengan

pemakaian akal yang ada dalam dirinya inilah yang membuat

manusia menjadi khalifah di bumi.

4. Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan.

Buku ini terbit pertama kali tahun 1975 oleh Penerbit Bulan

Bintang, Kramat Kwitang I/8 Jakarta. Buku ini terdiri atas

Pengantar yang terbagi lagi ke dalam: Pengertian Pembaharuan,

Maju Mundurnya Umat Islam dalam Sejarah, Pemikiran dan

Usaha Pembaharuan Sebelum Periode Modern, Kerajaan

Usmani, India, dan Arabia. Bagian Pertama: Mesir. Terdiri atas

pembahasan Pendudukan Napoleon dan Pembaharuan di Mesir,

Muhammad Ali Pasya, Al-Tahtawi, Jamaluddin al-Afghani,

Muhammad Abduh, Rasyid Rida, Murid dan Pengikut

Muhammad Abduh: Muhammad Farid Wajdi, syaikh Tantawi

Jauhari, Qasim Amin, Sa’ad Zaglul, Ahmad Luthfi al-Sayyid,

Ali Abd Raziq, dan Taha Husain. Bagian Kedua: Turki. Terdiri

atas pembahasan Sultan Mahmud II, Tanzimat, Usmani Muda,

Turki Muda, Tiga Aliran Pembaharuan: Barat, Islam, dan

Nasionalis, serta Mustafa Kemal. Bagian Ketiga: India-Pakistan.

Terdiri atas pembahasan Gerakan Mujahidin: Syah Abdul Aziz,

Sayyid Ahmad Syahid, Darul Ulum Deoband, Sayyid Ahmad

Khan, Gerakan Aligarh, Sayyid Amir Ali, Iqbal, Jinnah, dan

Pakistan, Abul Kalam Azad dan Nasionalisme India, serta

Page 12: PENGEMBANG ISLAM DAN BUDAYA MODERATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48661/1/Pengembang Islam dan Budayat...Disadari atau tidak, itu merupakan salah satu jasa besar

xii

Penutup, Daftar Pustaka, dan Indeks. Total halaman buku ini

213.

Pak Harun memberikan catatan akhir dalam buku ini antara lain

dengan menyatakan bahwa para tokoh muslim baru sadar akan

kelemahan dan kemunduran umat Islam timbul setelah adanya

kontak dengan Barat di abad 18 dan 19. Adanya kontak tersebut

membuat para pemimpin mengadakan perbandingan antara dunia

Islam yang sedang menurun dan dunia Barat yang sedang

menaik. Kesadaran bertambah besar lagi setelah beberapa

Negara Islam dapat ditundukkan Barat.

Pak Harun juga menyatakan bahwa orientasi keakhiratan umat

Islam harus diimbangi dengan orientasi keduniaan sehingga umat

Islam juga mementingkan hidup kemasyarakatan dan berusaha

mencapai kemajuan dalam bidang kehidupan duniawi sebagai

halnya dengan umat-umat lain. Pendidikan tradisional harus

diubah dengan memasukkan mata pelajaran tentang ilmu

pengatahuan modern ke dalam kurikulum madrasah. Akhirnya,

Pak Harun menyatakan bahwa Islam tidak menghalangi

pembaharuan yang tidak melanggar ketentuan-ketentuan yang

dibawa wahyu.

5. Falsafat dan Mistisisme dalam Islam: Falsafat Islam, Mistisisme

Islam, dan Tasawuf. Buku ini pertama kali terbit tahun 1973 oleh

Penerbit Bulan Bintang, Kramat Kwitang I/8 Jakarta. Buku ini

terdiri atas 2 Bagian, yaitu Bagian Pertama Falsafat Islam dan

Bagian Kedua Mistisisme Islam – Tasawuf. Bagian Pertama

terdiri atas: Kontak Pertama antara Islam dan Ilmu Pengetahuan,

serta Falsafat Yunani, Ya’kub ibnu Ishaq al-Kindi: Falsafat

Ketuhanan dan Falsafat Jiwa, Abu Bakar Muhammad ibnu

Zakaria al-Razi: Falsafat Lima Kekal, Roh dan Materi, dan Rasio

dan Agama, Abu Nasr Muhammad al-Farabi: Falsafat

Emanasi/Pancaran, Falsafat Kenabian, Teori Politi, Abu Ali

Husein ibn Abdillah ibnu Sina: Falsafat jiwa, Falsafat Wahyu

dan Nabi, Falsafat Wujud, Abu Hamid Muhammad al-Ghazali:

Page 13: PENGEMBANG ISLAM DAN BUDAYA MODERATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48661/1/Pengembang Islam dan Budayat...Disadari atau tidak, itu merupakan salah satu jasa besar

xiii

Krtitik terhadap Filosof-filosof, Tiga Golongan Manusia, Abu al-

Walid Muhammad ibnu Muhammad ibn Rusyd: Falsafat Tidak

Bertentangan dengan Islam, dan Pembelaan terhadap Filosof-

filosof. Bagian Kedua Mistisisme dalam Islam – Tasawuf.

Terdiri atas: Asal Usul Tasawuf: Hakikat Tasawuf, Asal Kata

Sufi, Asal Usul Aliran Sufisme, Jalan untuk Dekat kepada

Tuhan, Al-Azuhd dan Stasiun-stasiun lain, Al-Mahabbah, Al-

Ma’rifah, Al-Fana’ dan Al-Baqa’, Al-Ittihad, Al-Hulul, dan

Wahdatul Wujud, dilengkapi dengan Bibliografi dan indeks.

Jumlah halaman buku ini adalah 85.

6. Teologi Islam: Aliran-aliran, Sejarah, Analisa, dan

Perbandingan. Buku ini pertama kali diterbitkan tahun 1972 dan

Cetakan II nya diterbitkan oleh Penerbit Universitas Indonesia

(UI-Press). Buku ini diberi Kata Sambutan oleh Dr. Mulyanto

Sumardi, Direktur Perguruan Tinggi Agama Departemen Agama

tanggal 30 November 1972. Buku ini diberikan Kata Pengantar

oleh Prof. Dr. H.M. Rasyidi, Guru Besar Hukum dan Institusi

Islam UI dan Ketua Islam Studi Club Indonesia tanggal 27

Oktober 1972.

Buku ini terdiri atas 2 bagian. Bagian Pertama berisi kajian

tentang Aliran-aliran dan Sejarah yang terdiri atas 6 Bab. Bab I

Sejarah Timbulnya Persoalan-persoalan Teologi dalam Islam,

Bab II Kaum Khawarij, Bab III Kaum Murjiah, Bab IV Qadariah

dan jabariah, Bab V Kaum Mu’tazilah, dan Bab VI Ahli Sunna

dan Jamaah.Bagian Kedua analisa dan Perbandingan, terdiri atas

Bab VII sampai dengan Bab XV. Bab VII Akal dan Wahyu, Bab

VIII Fungsi Wahyu, Bab IX Free Will dan Predestination, Bab X

Kekuasaan dan Kehendak Mutlak Tuhan, Bab XI Keadilan

Tuhan, Bab XII Perbuatan-perbuatan Tuhan, Bab XIII Sifat-sifat

Tuhan, Bab XIV Konsep Iman, dan Bab XV Kesimpulan.

Pak Harun dalam buku ini memberikan catatan bahwa semua

aliran teologi dalam Islam, baik Asy’ariy, Maturidiah, apalagi

Mu’tazilah sama-sama mempergunakan akal dalam

Page 14: PENGEMBANG ISLAM DAN BUDAYA MODERATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48661/1/Pengembang Islam dan Budayat...Disadari atau tidak, itu merupakan salah satu jasa besar

xiv

menyelesaikan persoalam-persoalan teologi yang timbul dalam

umat Islam. Semua aliran teologi tersebut berpegang kepada

wahyu. Dalam hal ini perbedaan yang terdapat antara aliran-

aliran itu hanyalah perbedaan dalam interpretasi mengenai teks-

teks ayat-ayat al-Quran dan Hadis. Pada hakekatnya, semua

aliran tersebut tidaklah keluar dari Islam tetapi tetap dalam

Islam. Dengan demikian tiap orang Islam bebas memilih salah

satu dari aliran-aliran teologi tersebut.

7. Muhammad Abduh dan Teologi Rasional Mu’tazilah. Buku ini

terbit pertama kali tahun 2006 oleh Penerbit Universitas

Indonesia (UI Press). Buku ini merupakan tesis Ph.D yang

diselesaikan pada bulan Maret 1968 di Universitas Mc.Gill,

Montreal Canada. Tesis ini judul aslinya adalah The Place of

Reason in Abduh’s Theology, Its Impact on his Theological

System and Views (Kedudukan Akal dan Teologi Muhammad

Abduh, Pengaruhnya pada Sistem Pendapat-pendapat

Teologinya). Buku ini diterbitkan 14 tahun sejak dihasilkan.

Tentang alasan mengapa hal ini terjadi dapat dibaca langsung

pada Pengantar buku ini.

Pak Harun memberikan catatan hasil penelitiannya ini dengan

menyatakan bahwa pemikiran Muhammad Abduh sangat

berpengaruh di Mesir sehingga menimbulkan para tokoh seperti

Mustafa al-Maraghi, Mustafa Abd al-Raziq, Rasyid Rida, dan

lainnya tetapi di Indonesia kurang berpengaruh. Pengaruhnya di

Indonesia tidak menimbulkan para pemikir ulung dalam bidang

agama Islam sebagaimana halnya di Mesir.

Itulah sedikit kutipan isi buku Pak Harun. Tentu masih banyak

hal yang tidak tercantum dalam tulisan ini. Pemahaman dan

pemikiran Pak Harun yang tertuang dalam buku-buku tersebut

memberikan pemahaman Islam dan budaya yang moderat. Pak

Harun menginformasikan Islam secara historis baik menurut

pemahaman para tokoh masa lalu atau kejadian masa lalu dalam

Page 15: PENGEMBANG ISLAM DAN BUDAYA MODERATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48661/1/Pengembang Islam dan Budayat...Disadari atau tidak, itu merupakan salah satu jasa besar

xv

sejarah. Pemilihan paham atau pendapat mana yang diikuti

dipersilakan kepada para pembaca masing-masing dengan

menggunakan daya pikir dan perasaannya. Menurutnya, selagi tidak

bertentangan dengan ayat-ayat al-Quran dan hadis yang dipercaya

maka semuanya termasuk dalam kategori muslim. Pak Harun tidak

suka menyalahkan pihak lain yang tidak sependapat dengan

pemikirannya. Dalam beberapa kesempatan jika ada orang yang suka

mengkafirkan orang lain maka ia selalu mengingatkan bahwa bisa

jadi ia sendiri kafir. Intinya, dia tidak suka mengkafirkan orang lain

yang tidak sesuai dengan pendapatnya.

Selanjutnya, dalam buku ini berisi komentar dari para murid

langsung dan tidak langsung dari Pak Harun. Gagasan awal

penulisan buku ini adalah adanya seminar yang diberi judul Refleksi

Pemikiran dan Kontribusi Harun Nasution di Indonesia yang

diselenggrakan di Ruang Diorama, pada hari Jumat 21 Agustus

2015). Sebelum itu Suwito mengusulkan kepada Prof. Dr. H. Abdul

Gani Abdullah untuk mengadakan kegiatan seminar dan sekaligus

mensponsori biayanya. Usulan ini ia terima yang kemudian disetujui

juga oleh Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk

menyelenggarakan seminar yang bertempat di Diorama UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Pada waktu itu, yang menjadi narasumber

adalah Prof. Dr. H. Abdul Gani Abdullah, S.H, Prof. Dr. Ahmad

Thib Raya MA, Prof. Dr. Yusron Razak, M.A, (moderator), Prof. Dr.

M. Ridwan Lubis, M.A., Prof. Dr. Zainun Kamaluddin Fakih, M.A.,

Dr. Arief Subhan, M.A., Prof. Dr. Suwito, M.A., dan Dr. Fachry Ali.

Seminar tersebut digelar menyusul pemberian Bintang Mahaputera

Utama dari Presiden RI Ir H. Joko Widodo kepada Almarhum Prof

Harun sebagai tokoh Pengembang Budaya Moderat berdasarkan

Surat Keputusan Presiden RI Nomor 83/TK/Tahun 2015. Ketika itu

para peserta yang notabene mayoritas para mahasiswa Prof. Dr.

Harun Nasution sepakat untuk menerbitkan buku tentang Pak Harun,

dan akhirnya terbitlah buku ini. Penerbitan buku ini kebetulan tepat

18 tahun wafat Pak Harun (18 September 1998 sampai dengan 18

Page 16: PENGEMBANG ISLAM DAN BUDAYA MODERATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48661/1/Pengembang Islam dan Budayat...Disadari atau tidak, itu merupakan salah satu jasa besar

xvi

September 2016). Oleh sebab itu, disampaikan ucapan banyak terima

kasih kepada kawan-kawan yang sempat memberikan komentarnya

dalam buku ini. Mereka adalah:

1. Salman Harun (Guru Besar dan pernah menjadi Dekan

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta),

2. Jamali Sahrodi (Guru Besar dan Direktur Program

Pascasarjana IAIN Syekh Nurjati Cirebon),

3. Nyimas Anisah Muhammad (Dosen dan pernah menjadi

Direktur Program Pascasarjana UIN Raden Fatah

Palembang),

4. Fauzul Iman (Guru Besar dan Rektor IAIN Sultan Maulana

Hasanuddin Banten),

5. Rusjdi Ali Muhammad (Guru Besar dan pernah menjadi

Rektor IAIN Ar-Raniry Banda Aceh serta Direktur Program

Pascasarjana UIN Ar-Raniry Banda Aceh),

6. Amsal Bakhtiar (Guru Besar dan pernah menjadi Pembantu

Rektor Bidang Administrasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

serta Direktur Pendidikan Tinggi Islam Direktorat Jenderal

Pendidikan Islam Kementerian Agama RI),

7. Iskandar Usman (Guru Besar dan pernah menjadi Pembantu

Rektor Bidang Adminsitrasi UIN Ar-Raniry Banda Aceh),

8. Nabilah Lubis (Guru Besar dan pernah menjadi Dekan

Fakultas Adab IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta),

9. Yunasril Ali (Guru Besar dan Ketua Senat Fakultas Syari’ah

dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan pernah

menjadi Ketua STAIN Kerinci),

10. Jalaluddin (Guru Besar dan pernah menjadi Rektor IAIN

Raden Fatah Palembang),

11. Yusuf Rahman (Dosen dan pernah menjadi Wakil Direktur

Bidang Administrasi Sekolah Pascasarjana UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta),

Page 17: PENGEMBANG ISLAM DAN BUDAYA MODERATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48661/1/Pengembang Islam dan Budayat...Disadari atau tidak, itu merupakan salah satu jasa besar

xvii

12. Achmad Syahid (Dosen dan pernah menjadi Ketua Lembaga

Penjaminan Mutu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

13. M. Ridwan Lubis (Guru Besar dan Dosen Fakultas

Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta pernah

menjadi Kapuslitbang Kehidupan Beragama Balitbang

Departemen Agama RI),

14. M. Qasim Mathar (Guru Besar dan pernah menjadi pimpinan

Program Pascasarjana UIN Alauddin Makassar),

15. Abdul Khamid (Pernah menjadi staf di Direktorat

Pendidikan Tinggi Agama Kementerian Agama RI dan

dosen dpk. STAI al-Hamidiyah Depok),

16. Abuddin Nata (Guru Besar dan pernah menjadi Pembantu

Rektor Bidang Administrasi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta,

17. Suwito (Guru Besar dan pernah menjadi Pembantu Rektor

Bidang Akademik dan Pengembangan Kelembagaan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta), dan

18. Abdul Gani Abdullah (Guru Besar/Dosen pada Fakultas

Syari'ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan

pernah menjadi Hakim Agung Mahkamah Agung RI).

Semoga upaya ini bermanfaat bagi para pembaca. Dengan

terbitnya buku ini, secara khusus, ucapan terima kasih diberikan

kepada Prof. Dr. Abdul Gani Abdullah, SH, murid Prof. Harun

Nasution dan pensiunan Hakim Agung RI yang telah mensponsori

biaya penerbitan buku ini. Semoga Allah SWT memberikan berkah

yang berlimpah atas kebaikannya. Amin.

Jakarta, 18 September 2016

Wassalam,

Suwito

Page 18: PENGEMBANG ISLAM DAN BUDAYA MODERATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48661/1/Pengembang Islam dan Budayat...Disadari atau tidak, itu merupakan salah satu jasa besar

xviii

Page 19: PENGEMBANG ISLAM DAN BUDAYA MODERATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48661/1/Pengembang Islam dan Budayat...Disadari atau tidak, itu merupakan salah satu jasa besar

xix

DAFTAR ISI

SAMBUTAN REKTOR ............................................................... iii

HARUN NASUTION: PENGEMBANG ISLAM

DAN BUDAYA MODERAT, Pengantar Penerbitan ............... ix

DAFTAR ISI ............................................................................... xix

BAGIAN I

BAPAK DAN GURU SEJATI

HARUN NASUTION GURU SEJATI

Salman Harun ............................................................................... 3

PROF. DR. HARUN NASUTION: SOSOK PENDIDIK DAN

BAPAK

Jalaluddin ...................................................................................... 7

PROF.DR. HARUN NASUTION: SOSOK DISIPLIN DAN

TANGGUNG JAWAB DIA GURUKU, PROMOTORKU,

BAPAKKU DAN TEMPAT CURHATKU

Nyimas Anisah Muhammad ......................................................... 17

PROF. HARUN NASUTION, INTELEKTUAL-MUMTAZ

YANG KONSISTEN

Fauzul Iman. ................................................................................. 41

PROF. DR. HARUN NASUTION DALAM KENANGAN

Rusjdi Ali Muhammad ................................................................. 47

HARUN NASUTION SANG GURU YANG ISTIQAMAH

Iskandar Usman ............................................................................ 57

Page 20: PENGEMBANG ISLAM DAN BUDAYA MODERATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48661/1/Pengembang Islam dan Budayat...Disadari atau tidak, itu merupakan salah satu jasa besar

xx

PROF. DR. HARUN NASUTION SEBAGAI AYAHDAN

GURU

Nabilah Lubis ............................................................................... 67

BAGIAN II

PEMIKIR RASIONAL ISLAM

HARUN NASUTION: TEGUH DENGAN RASIONALITAS

DAMAI DALAM SPIRITUALITAS

Yunasril Ali .................................................................................. 77

KESAN SEORANG MURID PROF. DR. HARUN NASUTION:

ANTARA KEDISIPLINAN DAN KEDERMAWANAN

TERPADU

Jamali Sahrodi .............................................................................. 87

HARUN NASUTION, MUHAMMAD ABDUH

DAN PEMIKIRAN RASIONAL MU’TAZILAH

Yusuf Rahman .............................................................................. 99

HARUN NASUTION: DARI RISALAH DINIYAH MENUJU

RISALAH ILMIAH

Achmad Syahid ............................................................................ 125

PAK HARUN, GURU DAN PEMBIMBINGKU

Amsal Bakhtiar ............................................................................ 145

BAGIAN III

PENDIRI PASCASARJANA STUDI ISLAM

REFLEKSI PEMIKIRAN DAN KONTRIBUSI PROF. DR.

HARUN NASUTION DI INDONESIA

M Ridwan Lubis ........................................................................... 155

Page 21: PENGEMBANG ISLAM DAN BUDAYA MODERATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48661/1/Pengembang Islam dan Budayat...Disadari atau tidak, itu merupakan salah satu jasa besar

xxi

PAK HARUN DAN GERAKAN PASCASARJANA

M. Qasim Mathar .......................................................................... 171

KIPRAH GURU BESAR PEMIKIRAN ISLAM PROF. DR.

HARUN NASUTION DALAM MENGEMBANGKAN

PROGRAM PASCA SARJANA DAN PENINGKATAN

KUALITAS PTAI DI INDONESIA

Abdul Khamid .............................................................................. 175

PEMIKIRAN PENDIDIKAN HARUN NASUTION

Abuddin Nata................................................................................ 187

BINTANG MAHAPUTRA UTAMA BUAT PROF. DR. HARUN

NASUTION

Suwito ........................................................................................... 209

REFLEKSI FILOSOFIS TERHADAP HUKUM

Abdul Gani Abdullah ................................................................... 215

INDEKS ....................................................................................... 217

Page 22: PENGEMBANG ISLAM DAN BUDAYA MODERATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48661/1/Pengembang Islam dan Budayat...Disadari atau tidak, itu merupakan salah satu jasa besar

xxii

Page 23: PENGEMBANG ISLAM DAN BUDAYA MODERATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48661/1/Pengembang Islam dan Budayat...Disadari atau tidak, itu merupakan salah satu jasa besar

124

Page 24: PENGEMBANG ISLAM DAN BUDAYA MODERATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48661/1/Pengembang Islam dan Budayat...Disadari atau tidak, itu merupakan salah satu jasa besar

125

DARI RISALAH DINIYAH MENUJU RISALAH ILMIAH

Achmad Syahid1

Pendahuluan

Masih terbayang jalannya perkuliahan dengan Prof. Harun

Nasution pada Program Pascasarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya

(kini UIN Surabaya) pada tahun 1997-1998. Kuliah itu tidak seperti

pada umumnya, ada mahasiswa presentasi dan lalu dilanjutkan dengan

diskusi. Kuliah itu lebih banyak diisi dengan tanya jawab, antara kami

mahasiswa Pascasarjana dengan Prof. Harun Nasution, dosen

pemikiran Islam sekaligus Direktur Pascasarjana IAIN Jakarta yang

merangkap sebagai Direktur Program Pascasarjana IAIN Surabaya.

Posisi terakhir dirangkap Prof. Harun demi dan atas nama penjaminan

mutu, dengan maksud agar mutu perkuliahan pada Program

Pascasarjana IAIN Surabaya dapat dijamin dan tidak berada di bawah

mutu Program Pascasarjana IAIN Jakarta atau pada PT di belahan

bumi manapun di dunia.

Dialog di seputar masalah pemikiran Islam yang di dalamnya

termasuk teologi, filsafat, tasawuf, tafsir, dan pranata Islam. Dialog

yang terjadi di seputar kegelisahan kami, tentang tercerai berainya

umat Islam ke dalam berbagai varian aliran keislaman (firqah). Firqah

dalam Islam, dalam taraf tertentu, tidak lagi berupa perbedaan

pendapat (al-ikhtilaf) yang membawa rahmat, tetapi di banyak kasus

justru telah berupa perpecahan yang cenderung membawa bencana

kemanusiaan.

Itu adalah pengalaman pertama mengikuti kuliah Prof. Harun,

dan tidak lagi memiliki kesempatan bertemu kembali ketika pada

September 1999 saya menempuh program doktor pada Sekolah

Pascasarjana IAIN Jakarta di Ciputat. Prof. Harun wafat pada 18

1Murid Prof. Dr. Harun Nasution, dosen UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Page 25: PENGEMBANG ISLAM DAN BUDAYA MODERATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48661/1/Pengembang Islam dan Budayat...Disadari atau tidak, itu merupakan salah satu jasa besar

126

September 1998, setahun sebelum saya ke Jakarta. Kuliah di Ciputat

ini merupakan amanah Prof. Thoha Hamim dan Prof. Achmad Zaenuri

untuk terus menempuh studi: “IAIN Surabaya ini hanya jembatan saja

buatmu, terus melangkah, lewati jembatan, dan jangan berhenti di

jembatan ini”. Prof. Toha dan Prof. Zaenuri adalah Wakil Direktur

Bidang Akademik dan Wakil Direktur Bidang Kemahasiswaan

Program Pascasarjana, di mana Prof. Harun menjadi Direkturnya.

Sementara Prof. M Roem Rowi menjabat Wakil Direktur Bidang

Administrasi Umum.

Diskusi di Ciputat menawarkan suasana akademik dan

kompetitif yang baik, membuat semua energi keilmuan dapat dipacu

hingga batas maksimal. Suasana di kampus ini tidak saya temui

sebelumnya. Bertemu dengan kawan-kawan latar belakang etnis,

daerah, latar belakang institusi pendidikan, jenis kelamin membuat

siapa saja yang datang ke Ciputat akan memiliki kematangan jati diri

intelektual mereka. Ragam paham pemikiran dan paham keagamaan

bertemu. Paham yang tadinya dianggap tidak terbantahkan, kini

menjadi terasa nisbi. Perbedaan praktek keagamaan sama-sama

mendapat tempat, tidak saling menegasikan. Begitu rileksnya,

perbedaan shalat tarawih misalnya, menjadi bahan canda. Menemukan

suasana keagamaan dan praktek keagamaan yang tidak menegangkan

kali pertama saya lihat justru dari Abdurrahman Wahid ketika

berkunjung ke Jember dan berceramah di hadapan kyai dan umat pada

1994.

Pada periode saya studi di Ciputat tentu saja tidak bertemu lagi

dengan Prof. Harun, namun bertemu jejak Prof. Harun pada para

murid-muridnya. Mereka adalah Prof. Abdul Aziz Dahlan, Prof. M

Yunan Yusuf, Prof. Komaruddin Hidayat, Prof. Abdul Gani Abdullah,

Prof. Atho Mudzhar, Prof. Azyumardi Azra, Prof. A Thib Raya, Prof.

Zainun Kamaluddin Fakih, Prof. Suwito, Prof. M Ridwan Lubis, dll.

Pada fase ini intensitas saya juga bertemu dengan intelektual ternama,

Prof. Komaruddin Hidayat dan Prof. Azyumardi Azra melebihi dari

intensitas saya bertemu yang lain, dan tentu saja bertemu dengan

Page 26: PENGEMBANG ISLAM DAN BUDAYA MODERATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48661/1/Pengembang Islam dan Budayat...Disadari atau tidak, itu merupakan salah satu jasa besar

127

akademisi yang tak pernah lelah selama hidupnya, Prof. Suwito. Yang

istimewa dari kuliah di Ciputat adalah, seakan menjadi wajib bagi

kami mahasiswa Pascasarjana untuk mengikuti pengajian dua

mingguan Klub Kajian Agama (KKA) di bilangan Pindok Indah atau

di Hotel Kuningan, yang diasuh oleh Prof. Nurcholish Madjid. Di

dalam pengajian itu di samping mengundang para pakar-akademisi

atau intelektual, juga menampilkan murid-murid terbaik Prof. Harun,

seperti Prof. R. Mulyadhi Kartanegara, Prof. Rif’at Syauqi Nawawi,

Prof Kautsar Azhari Noer, dll. Hemat saya, pada saat itulah

pembelajaran tentang Islam dari berbagai aspeknya, dan diletakkan

dalam konteks keindonesiaan dan kebangsaan yang dinamis dan

hidup.Pada forum tersebut kajian Islam dalam bentuknya pada tingkat

lanjut ditampilkan dan hasil-hasil riset keislaman dikontestasikan

dalam sebuah diskusi yang bermutu dan bergizi tinggi. Bagi kami

yang sedang menempuh studi pada jenjang Program Doktor di UIN

Jakarta, diskusi KKA ini sebagai penyempurna. Kawan-kawan

pemburu diskusi KKA, masih ingat benar, adalah Dr. Mastuki HS

(Kemenag Pusat), Dr. Rumadi (UIN Jakarta; KPI), Dr. Syamsul Hadi

(UIN Malang), Dr. Samsun Ni’am (IAIN Ponorogo), Prof. Mitfah

Arifin (IAIN Jember), Dr. Syahrul A’dzam (UIN Jakarta), Dr. Halid

al-Kaf (UIN Jakarta), dll. Masih segar dalam ingatan, antara tahun

1999-2005, kami dari Semanggi II Ciputat, naik bus kota rame-rame

baik ke kompleks Pertokoan Pondok Indah maupun ke Hotel Grand

Melia di kawasan Jl Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Pusat.

Pertemuan intelektual dengan Prof. Harun di Surabaya,

kemudian Kajian Cak Nur di Jakarta, peran Prof. Azyumardi, Prof.

Komaruddin Hidayat, kawan-kawan di PPIM dan suasana Ciputat

secara umum memperbesar minat perhatian saya yang semula hanya

menekuni bidang pendidikan agama, kemudian bertambah dengan

pemikiran – kalam, tasawuf, filsafat Islam, dan kemudian sejarah.

Sejak saat itu dan hari-hari kemudian perhatian saya tidak lagi fokus

pada pendidikan, bidang yang saya tekuni sejak menempuh

Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN) Situbondo dan sarjana pada

Page 27: PENGEMBANG ISLAM DAN BUDAYA MODERATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48661/1/Pengembang Islam dan Budayat...Disadari atau tidak, itu merupakan salah satu jasa besar

128

IAIN Jember, tetapi masuk pada wilayah pemikiran Islam.Horizon

semakin warna-warni, cakrawala semakin meluas, dan perspektif

semakin bertambah.

Berhadapan dengan Prof Harun, Islam dikaji sebagai disiplin

ilmu. Sebagai orang yang berangkat dari kampung di Banyuwangi,

kemudian ke Situbondo dan lalu ke Jember, berada di Ciputat memang

mengasikkan. Apalagi pada saat itu suasana kampus ini seakan berada

dalam masa transisi yang hendak melakukan transformasi dirinya dari

IAIN menjadi UIN Jakarta. Dalam transisi seperti ini melihat Islam

dibaca sebagai disiplin ilmu seakan mengubah cara saya melihat

agama Islam. Transformasi IAIN menjadi UIN Jakarta adalah

perluasan (enlarging) dan pendalaman (deepening) bagaimana ilmu-

ilmu keagamaan dikaji secara ilmiah, dan sekaligus penyandingan

(benchmarking) studi ilmu-ilmu keagamaan dengan cara studi non

ilmu keagamaan. Berada dalam suasana keilmuan yang meluas

mengikuti transformasi kelembagaan yang berubah, membuat kami

dan civitas akademika UIN Jakarta menjadi terbiasa diskusi tentang

sebuah kasus dan melakukan kajian tentangnya dalam lintas disiplin

ilmu. Jika Hidayat (2016: ix) menulis “salah satu ciri dan tuntutan ilmu

agama yaitu menelusuri dan menghubungkan ke masa lalu agar mata

rantai ajaran agama yang diterima tidak terputus dan terjaga

autentisitasnya dari sumber aslinya yang berada di masa lalu”, maka -

dengan dibukanya ilmu-ilmu non agama seperti humaniora, sosial,

sains, terapan, dan formal di UIN Jakarta – pendapat dan pandangan

yang merupakan hasil kajian ilmu keagamaan tidak diterima begitu

saja sebelum dikontestasikan dengan pendapat dan atau pandangan

lain sebagai ciri berfikir ilmiah.

Meski karakter studi ilmu keagamaan berbeda dengan cara

berfikir sains, namun karakter studi keislaman di UIN Jakarta tidak

lagi monoton. Studi agama tidak lagi melulu bersifat normatif,

deduktif, konservatif, namun telah diadopsi pula pendekatan sains

yang bersifat induktif, empiris, dan bahkan eksperimentatif. Hidayat

(2016: ix) masih dipertahankan studi agama dengan pendekatan

Page 28: PENGEMBANG ISLAM DAN BUDAYA MODERATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48661/1/Pengembang Islam dan Budayat...Disadari atau tidak, itu merupakan salah satu jasa besar

129

konservatif di UIN Jakarta, dalam makna “menjaga tradisi yang ada

jangan sampai berubah, terutama yang berkaitan dengan praktik ritual

dan narasi serta dalil-dalil keagamaan”, bersanding dengan doktrin

falsifikasi dalam sains. Doktrin falsifikasi dalam sains oleh Popper

(1934) begitu populer. Dalam kajian sains ilmiah sudah lazim sebuah

penelitian yang menguji pendapat, pengertian, teori, hukum,dll., tidak

bisa dilakukan secara berulang. Untuk menghindari masalah

konseptual dan filosofis, satu pengertian, teori dan dimensi yang

digunakan sebagai instrumen pengukuran dalam penelitian untuk

menguji adanya pengaruh, baik langsung maupun tidak langsung,

tentu ada yang terbukti dan tidak terbukti. Teori yang terbukti melalui

sebuah penelitian, berarti teruji kebenarannya. Demikian juga dimensi

dan item dalam dimensi pada teori tersebut. Teori yang gugur karena

tidak terbukti melalui sebuah penelitian, berarti teori tersebut terbukti

tidak memiliki dukungan dalam bentuk data. Gugur berarti terbukti

salah, tidak lagi handal (reliable) dan sahih (valid) untuk dijadikan

landasan teoritik, berikut dimensi dan item-item dalam dimensi

tersebut.

Di hadapan konsep falsifiabilitas Popper, penggunaan instrumen

yang sama secara berulang itu bermasalah secara folosofis dan

konseptual. Doktrin dasar Popper (1934) adalah “dalam setiap teori,

harus mengidap di dalam dirinya terbuka untuk dapat difalsifikasi,

untuk disalahkan.” Jika teori terbukti salah, dalam hal ini tidak terbukti

dalam sebuah penelitian ilmiah, maka teori tersebut gugur. Jika hanya

salah satu butir dalam dimensi atau salah satu dimensi dalam

instrumen teori yang gugur, maka—menurut Popper—butir dan

dimensi tersebut tidak lagi sahih dan kredibel untuk dipergunakan

dalam penelitian selanjutnya. Jika keseluruhan dimensi teori tersebut

tidak terbukti, maka gugur teori tersebut. Memang ada falsifikasi ad

hoc yang berbeda dengan falsifikasi absolut, yang berpendapat bahwa

jika hanya butir atau dimensi tidak terbukti dalam penelitian, maka

hanya butir dan dimensi itu saja yang harus direvisi, sehingga teorinya

tetap bertahan. Falsifikasi sophistikit berpendapat sebaliknya, butir

Page 29: PENGEMBANG ISLAM DAN BUDAYA MODERATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48661/1/Pengembang Islam dan Budayat...Disadari atau tidak, itu merupakan salah satu jasa besar

130

instrumen dalam dimensi, apalagi dimensi dalam teori, adalah

mewakili keseluruhan konstruksi teori tersebut. Jika satu butir, sekali-

lagi, atau dimensi teori gugur, terfalsifikasi keseluruhan teori tersebut.

Kembali kepada warna kajian ilmu-ilmu keagamaan, warna

pengaruh Prof. Harun tampak dalam hal membuka mata intelektual

mahasiswanya dalam memahami secara ilmiah atas kekayaan warisan

intelektual Islam yang kaya di berbagai macam disiplin ilmu

keislaman. Mahasiswa memiliki alternatif pemahaman keislaman

yang tidak lagi doktriner dan tetapi juga tidak mudah terjebak pada

sikap eksklusif memilih salah satu madzhab pemikiran yang ada. Prof.

Harun kembali dari studi di luar negeri pada 1969, termasuk generasi

pertama dosen perguruan tinggi agama studi ke Barat. Bagi sementara

pihak yang studi lanjut di berbagai perguruan tinggi luar negeri,

khususnya Barat, seperti Prof. Atho Mudzhar, Prof Komar, Prof. Din

Syamsuddin, Prof. Azra, Prof. Bahtiar, dan mereka generasi yang

lebih muda di Ciputat, kuliah-kuliah Prof. Harun di Ciputat seakan

berperan memberi bekal keyakinan, pemahaman,dan persiapan mental

yang cukup akan ajaran Islam, sehingga mereka tidak kaget pada saat

mereka bersentuhan dengan berbagai macam pemikiran yang berbeda,

bahkan memperoleh ilmu dari guru besar bidang ilmu keislaman

namun beragama bukan Muslim. Dari proses ini, lahirlah kemudian

para ahli keislaman dengan hasil-hasil kajian keislaman yang lebih

bervariasi dengan menggunakan berbagai pendekatan ilmu lain,

sosiologi, antropologi, sejarah, psikologi, politik, filsafat, dll. Dilihat

dari cara berfikir, buku bacaan serta bagaimana mereka mengajar,

pada umumnya, mereka tidak lagi membahas isi materinya, tetapi

lebih pada metodologinya (Mudzhar, 2016: 16). Sumber yang

dijadikan rujukan menjadi penting dalam sebuah diskusi bermutu,

sebab pada titik itulah otoritatif tidaknya sebuah pernyataan dalam

tulisan tergantung pada bukti dokumen yang menjadi rujukannya.

Dengan belajar seperti ini, membuat mahasiswa tidak lagi

menghafalkan bagaimana isinya, tetapi berbicara tentang dari mana

sumber dan bagaimana membangun argumen berdasarkan sumber itu

Page 30: PENGEMBANG ISLAM DAN BUDAYA MODERATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48661/1/Pengembang Islam dan Budayat...Disadari atau tidak, itu merupakan salah satu jasa besar

131

sehingga isi buku itu disusun untuk tujuan yang mencerahkan

pembacanya.

Generasi Baru

Prof Azyumardi Azra (dalam Fathurrahman, 2007) senantiasa

menyebut bahwa transformasi IAIN Jakarta menjadi UIN Jakarta

merupakan gagasan Prof. Harun. Meskipun ungkapan ini sebenarnya

keluar lebih merupakan tanda hormat dan kesantunan Prof. Azra

kepada Prof. Harun, namun jauh sebelum transformasi kelembagaan

terjadi pada 2002, disebut bahwa Prof. Harun telah menyiapkan

lahirnya generasi baru dosen pada universitas ini. Dosen generasi baru

itu tidak lagi melulu melanjutkan studi di berbagai universitas terbaik

di Timur Tengah, tetapi ke berbagai perguruan tinggi terbaik di

Australia, Kanada, Amerika, Eropa, dll. Dosen generasi baru itu

umumnya lulusan pesantren, atau lahir dari kalangan santri, orang

tuanya aktivis NU, Muhammadiyah, Persis, Mathla’ul Anwar, dll.,

dari keluarga sederhana, yang tidak terbersit dalam benak mereka akan

menempuh studi di luar negeri. Peta mahasiswa IAIN Jakarta pada

saat Prof. Harun memimpin dan mewarnai UIN Jakarta dalam konteks

pemikiran dan pandangan keilmuan, juga merupakan putera-puteri

aktivis NU, Muhammadiyah, Persis, Mathla’ul Anwar, dll. Pada 2013,

sekitar 10 tahun setelah melakukan transformasi menjadi UIN Jakarta,

peta mahasiswa UIN Jakarta sudah bergeser, kebanyakan berasal dari

kelas menengah Muslim perkotaan. Mereka yang mengaku bahwa

orang tuanya aktivis NU, Muhammadiyah, Persis, Mathla’ul Anwar,

dll., semakin mengecil (Syahid, dkk., 2013).

Ini adalah peta baru mahasiswa UIN Jakarta, dan itu juga segmen

yang harus dihadapi oleh dosen UIN Jakarta dalam hal mereka

menanamkan nilai, pengetahuan dan keterampilan. Tentang kaum

menengah Muslim perkotaan, Hasan (2016: 185-215) menulis bahwa

mereka memiliki pandangan yang berbeda terhadap agama. Mereka

menghendaki agama yang disajikan dengan dialogis, rasional,

eksplanatif, argumen yang multi perspektif, inklusif, dll. Klinken

Page 31: PENGEMBANG ISLAM DAN BUDAYA MODERATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48661/1/Pengembang Islam dan Budayat...Disadari atau tidak, itu merupakan salah satu jasa besar

132

(2016: 36, 40) menulis bahwa konservatisme agama yang menjangkiti

kaum kelas menengah di kota-kota tingkat menengah, justru tidak

terjadi pada kaum petani yang mulai tersingkir lantaran lahan

pertaniannya mulai tergerus oleh industrialisasi seperti Cilegon dan

tidak juga pada kelas menengah di kota-kota besar seperti Jakarta.

Ciputat yang berkembang menjadi sub urban penyangga kota besar

Jakarta, tempat di mana UIN Jakarta berada, menyaksikan

kebangkitan iman takwa dan menggejalanya sufisme perkotaan pada

kaum yang disebut terakhir ini. Kelas menengah ini datang dari

berbagai kalangan, umur, latar pendidikan, profesi, keilmuan, dll.,

mengalami gairah keislaman. Mereka sadar politik, menerima

domokrasi, perhatian pada isu-isu sosial kemanusiaan pada level

nasional dan internasional, meskipun mereka menikmati demokrasi,

jaringan patronase, dan ketrampilan politik mereka untuk kepentingan

mereka sendiri, bukan keuntungan kaum elit ataupun kelas miskin di

bawah.

Lahirnya dosen ahli Islam dengan generasi baru, yang tidak bisa

dipungkiri bahwa mereka memiliki pemahaman yang otoritatif dan

baik tentang Islam, dan kini pemahaman keislaman mereka itu sudah

diperluas karena dilengkapi dengan keahlian pada bidang ilmu yang

lain. Pada dosen generasi baru ini Prof. Harun memberi contoh bukan

hanya melalui kuliah dan ceramah ilmiah, yang menurut Prof. Atho’

Mudzhar (2016: 6) “sangat disiplin dalam waktu, berpandangan luas,

menyukai pertanyaan-pertanyaan kritis dari mahasiswa”, tetapi juga

melalui berbagai karyanya. Kita bias melihat sikap kritis dan rasional

juga tampak ketika kita membaca karya-karya Prof. Harun.

Karya menarik yang berjudul Pembaharuan dalam Islam:

Sejarah Pemikiran dan Gerakan yang diterbitkan pada 1972.

Sejatinya karya ini merupakan kompilasi dari makalah-makalah yang

disajikan di berbagai tempat termasuk juga kuliah-kuliah tentang

Aliran-Aliran Modern dalam Islam.Tema aliran modern dalam Islam,

yang kemudian bagi orang perguruan tinggi agama Islam akrab

ditelinga dengan nama “AMDI”. Buku ini mengupas pemikiran dan

Page 32: PENGEMBANG ISLAM DAN BUDAYA MODERATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48661/1/Pengembang Islam dan Budayat...Disadari atau tidak, itu merupakan salah satu jasa besar

133

gerakan pembaruan dalam Islam di tiga Negara Islam, yang muncul

pada periode dalam Islam. Pembaruan di Mesir mengupas sejarah

pendudukan Napoleon dan kemudian memicu pembaharuan di Mesir,

tokoh pembaharu seperti Muhammad Ali Pasya, al-Tahtawi,

Jamaluddin al-Afghani, Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, kemudian

mengupas para murid dan pengikut Muhammad Abduh. Pembahasan

tentang pembaharuan di Turki dibahas sejak sejarah Sultan Mahmud

II, rezim Tanzimat, peran Usmani Muda, juga Turki Muda, tiga aliran

pembaharun di Turki dalam menempatkan isu Islam, Nasionalisme,

dan peran Mustafa Kemal Attaturk. Sementara pembaharuan Islam di

India-Pakistan mengupas pola Gerakan Mujahidin, figur Sayyid

Ahmad Khan, Gerakan Aligarh, Sayyid Amir Ali, Muhammad Iqbal,

Muhammad Ali Jinnah dan lahirnya negara Pakistan, Abul Kalam

Azad, dan pergulatan nasionalisme di India.

Karya Prof. Harun lain yang juga mencerahkan berjudul Filsafat

Agama yang terbit pada 1973. Pada buku ini Prof. Harun mengupas

posisi epistemologi dan wahyu, epistemologi ketuhanan, argumen-

argumen rasional adanya Tuhan, pemaparan tentang ruh, serta diskusi

klasik tentang kejahatan dan bagaimana kemutlakan Tuhan dijelaskan.

Bagi dosen dan penulis buku, sikap kritis dan rasional yang

ditunjukkannya mendorong mahasiswa dan pembaca berfikir dengan

nalar kritis juga dan sekaligus memberi stimulasi kepada mereka

untuk belajar lebih lanjut. Obsesi keilmuan mahasiswa dan para

pembaca juga terlahir dari sana.

Pada tahun yang sama, 1973, Prof. Harun menerbitkan karya

Filsafat dan Mistisisme Dalam Islam. Buku ini sebenarnya merupakan

kumpulan ceramah Prof. Harun di IKIP Jakarta (kini UNJ). Meskipun

demikian, Prof. Atho’ (2016), memberi kesaksian bahwa Prof. Harun

pernah memberi kuliah dengan judul yang sama di UIN Jakarta.

Bagian pertama buku ini membahas tentang filsafat Islam, sementara

bagian kedua mengupas mistisisme Islam atau dikenal dengan

tasawuf. Dalam bagian filsafat Islam diuraikan bagaimana kontak

pertama antara Islam dan ilmu pengetahuan yang di dalamnya juga

Page 33: PENGEMBANG ISLAM DAN BUDAYA MODERATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48661/1/Pengembang Islam dan Budayat...Disadari atau tidak, itu merupakan salah satu jasa besar

134

falsafat Yunani yang sebagai dampaknya kemudian memicu lahirnya

para filosof muslim seperti al-Kindi, al-Razi, al-Farabi, Ibn Sina, al-

Ghazali, Ibn Miskawaih, Ibn Bajjah, Ibn Rusyd, dll. Sementara pada

bagian mistisisme Islam Prof. Harun menguraikan bagaimana

kedudukan tasawuf dalam Islam sebagai bagian dari upaya seorang

hamba (salik) secara spiritual mendekatkan diri kepada Tuhan.

Satu tahun kemudian terbit karya Prof. Harun yang berjudul

Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya yang terbit pada 1974. Buku

ini merupakan buku pertama bagaimana studi terhadap Islam ditulis

dalam sebuah buku dan kemudian mengilhami terbitnya sebuah mata

kuliah dengan judul Dirasah Islamiyah, yang diajarkan secara massif

di seluruh perguruan tinggi agama Islam. Mata kuliah Dirasah

Islamiyah I hingga III yang di dalamnya tidak lagi berbicara tentang

Islam secara ideologis, tetapi memaparkan Islam dari segi doktrin dan

peradaban yang ditimbulkannya, sekaligus pranata yang lahir

karenanya. Mata kuliah ini menjadi mata kuliah wajib bagi mahasiswa

Perguruan Tinggi Agama Islam di seluruh Indonesia pada periode

1993-1997. Direktur Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam,

Departemen Agama RI, saat itu adalah Prof. M Atho Mudzhar (1994-

1996). Menteri Agama RI, H Munawir Sjadzali (19 Maret 1983-21

Maret 1993) dan juga Tarmizi Taher (17 Maret 1993-16 Maret 1998),

juga mendukungnya. Bahkan mantan Menteri Agama RI, Prof. Dr. H.

A. Mukti Ali (11 September 1971-28 Maret 1973) mendukung upaya

Harun, meski kelompok kritis terhadap Prof. Harun menyebut

pemikiran ini sebagai “virus”.

Demikian juga karya Prof. Harun yang berjudul Teologi Islam:

Aliran-Aliran, Sejarah, Analisa, dan Perbandingan yang terbit pada

1977. Pada buku ini diuraikan tentang aliran dan golongan-golongan

teologi, baik yang masih hidup dan memperoleh penganut hingga kini

tetapi juga yang pernah ada dalam sejarah Islam. Seperti Khawarij,

Murji’ah, Qadariah, Jabariah, Mu’tazilah, dan Ahlal-Sunnah wa al-

Jama’ah. Setelah sejarah perkembangan dan ajaran-ajaran dari

masing-masing aliran (firqah) itu diuraikan, lalu Prof. Harun

Page 34: PENGEMBANG ISLAM DAN BUDAYA MODERATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48661/1/Pengembang Islam dan Budayat...Disadari atau tidak, itu merupakan salah satu jasa besar

135

memberikan analisa perbandingan dari aliran-aliran tersebut, sehingga

pembaca dapat mengenali mana di antara aliran tersebut yang bersifat

liberal, dan mana saja aliran yang bersifat tradisional.

Demikian juga karyanya Akal dan Wahyu dalam Islam yang

terbit pada 1980 juga merupakan isu besar klasik yang senantiasa

menarik dikupas. Sejak filosof Muslim pertama, al-Kindi, masalah ini

telah dibahas untuk dilihat tekanannya dan dicari di mana letak

titiktemu atau perbedaan antar keduanya. Karya Prof. Harun yang

berjudul Muhammad Abduh dan Teologi Rasional Mu’tazilah yang

terbit pada 1987 menjadi penting untuk melihat bagaimana posisi

Abduh dalam pemikirannya sebagai seorang pemikir yang lebih

cenderung kepada ilmu pengetahuan. Buku ini, sebagaimana semua

pihak tahu, sejatinya merupakan edisi bahasa Indonesia disertasi Ph.D.

Prof. Harun di McGill University, Montreal, Kanada, yang berjudul

The Place of Reason in Abduh’s Theology: It’s Impact on his

Theological System and Views, pada Maret 1968. Seperti tampak pada

judulnya, pada buku ini pertama-tama mengulas biografi Muhammad

Abduh, filsafat wujud, kekuatan akal, fungsi wahyu, paham kebebasan

manusia dan fatalisme, sifat-sifat Tuhan, perbuatan Tuhan, dan konsep

Iman. Pemikiran teologis Muhammad Abduh dikupas dalam buku ini

untuk dikuak dan kemudian dibandingkan dengan pemikiran

Mu’tazilah. Prof. Harun dalam buku ini menyimpulkan, bahwa

pemikiran teologi Muhammad Abduh banyak persamaannya dengan

teologi kaum Mu’tazilah, bahkan dalam hal penggunaan kekuatan akal

pikiran, Muhammad Abduh dipandang melebihi pemikiran rasional

Mu’tazilah. Kesimpulan ini yang dikemudian dibantah oleh Dr. Eka

Putra Wirman dalam “Restorasi Teologi: Meluruskan Pemikiran

Harun Nasution”. Dr. Eka Putra Wirman kini menjabat sebagai

Rektor IAIN Imam Bonjol Padang (2015-2019).

Buku Islam Rasional yang terbit pada 1995 juga tidak kalah

mencerdaskan. Saiful Mujani menulis bahwa pada buku ini merekam

hampir seluruh pemikiran Prof. Harun sejak 1970 hingga 1994. Prof.

Harun melihat sudah mendesak tuntutan modernisasi umat Islam,

Page 35: PENGEMBANG ISLAM DAN BUDAYA MODERATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48661/1/Pengembang Islam dan Budayat...Disadari atau tidak, itu merupakan salah satu jasa besar

136

yang antara lain, dapat dengan meminjam pandangan rasional dari

teologi Mu’tazilah. Selain buku di atas, penting dibaca buku Aqib

Suminto et.al., yang berjudul Refleksi Pembaharuan Pemikiran Islam:

70 Tahun Harun Nasution yang diterbitkan pada 1989.

Risalah Ilmiah

Apa yang diajarkan Prof. Harun adalah menambahkan di dalam

pikiran kita dalam memandang doktrin dan ajaran agama dengan

rasional, kritis dan interpretatif untuk mendapatkan hasil bacaan yang

cermat. Ini yang dikenal dengan risalah ilmiah. Dari segi karakternya,

tentu tidak sama dengan risalah diniyah (risalah keagamaan) yang

tujuannya memang untuk meningkatkan pemahaman, membangun

soliditas-solidaritas umat, memperkuat takwa dan mempertebal

keimanan. Untuk perguruan tinggi, kajian keislaman yang diperlukan

tidaklah sebatas risalah diniyah itu, tetapi merupakan bagian dari

proses panjang mencari kebenaran dengan senantiasa menguji dan

menguji kembali berbagai pendapat dan pandangan yang ada. Pada

perguruan tinggi ditekankan pada kontestasi gagasan, membuat

pribadi menjadi kosmopolit, berpikiran terbuka, dan ruang-ruang

kelas disiapkan untuk menghirup oksigen ilmiah sehingga akademisi

hidup dalam tradisi intelektual.

Sekali lagi inilah risalah ilmiah. Sebuah karya ilmiah, mengikuti

kaidah-kaidah metode ilmiah. Sebenarnya metode ilmiah tidak lah

canggih dan rumit, tetapi, tulis Carey (2016) sebagai sebuah proses

sederhana namun fundamental untuk menguji setiap gagasan,

pandangan baru. Mengikuti Carey, yang ditekankan pada ilmu yang

ilmiah adalah bukan pada “apa”, tetapi pada “mengapa” dan

“bagaimana”. Bukan pada metafisika dan ontologi, tetapi pada

epistemologi. Hal ini sebenarnya merupakan tipikal metode

pemecahan masalah yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari.

Oleh karena itu, tidak meleset jika Popper (1972, 1983) menyebut

sebagai epistemologi pemecahan masalah. Ilmuwan bekerja dengan

menghadapi masalah untuk dipecahkan atau dicarikan penjelasannya,

Page 36: PENGEMBANG ISLAM DAN BUDAYA MODERATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48661/1/Pengembang Islam dan Budayat...Disadari atau tidak, itu merupakan salah satu jasa besar

137

dan cara kerja ini seperti menghadapi error elimination terus-menerus.

Metode ilmiah pun menggunakan instrumen sederhana seperti

observasi, eksplanasi, dan eksperimentasi untuk mencari penjelasan

dan menerangkan adanya hubungan kausal dari apa yang kita tangkap

dengan panca indera dalam hidup sehari-hari dan sedetik kemudian

merangsang pemikiran kita. Dengan sifatnya yang sedemikian

menekankan pada temuan baru, unsur pembeda karya yang ilmiah

dengan karya non-ilmiah adalah jika temuan baru dalam karya ilmiah

itu direview oleh mereka yang menekuni bidang tersebut (peer review)

dengan sangat teliti dan hati-hati. Jurnal ilmiah dan penerbitan yang

memiliki reputasi tinggi di dunia internasional memiliki kepedulian

dan perhatian yang mendalam terhadap masalah ini. Unsur kebaruan

temuan, sumber rujukan, dan proses interpretasi akan ditelaah secara

ketat, sehingga kerapkali footnote menjadi penting artinya sebagai

bagian dari keseluruhan mutu argumen dalam tulisan. Catatan kaki

tidaklah semata-mata berarti keterangan dari mana keseluruhan

argumen dalam tulisan dikutip, tetapi lebih penting lagi adalah apakah

bangunan pemikiran dalam tulisan itu didukung oleh dasar yang valid

dan dipertanggung jawabkan.

Ciri khas risalah ilmiah menurut Popper adalah justru pada

posisinya dia dapat dibuktikan salah (it can be falsified), bukan pada

keharusan untuk selalu diposisikan benar. Menyediakan diri untuk

dibuktikan salah merupakan cerminan sikap terbuka, kebenaran ilmu

adalah nisbi, dan sekaligus kerendahan hati, yang memacu pihak lain

untuk menemukan hal baru yang lebih benar. Sebaliknya, sikap

keharusan untuk selalu diposisikan benar adalah cerminan sikap

sempurna, kebenaran mutlak, dan cenderung menutup perdebatan dan

penyelidikan untuk menemukan hal yang baru. Pandangan ini

dikemukakan Popper (1959) yang sekaligus sebagai pihak yang

menggunakan kata “ilmiah” untuk kali pertama. Kata itu digunakan

untuk mengkritik demarkasi yang dibuat oleh Lingkaran Wina (The

Viena Circle) yang memisahkan antara pernyataan yang bermakna

(meaningfull) dan tidak bermakna (meaningless). Popper menulis,

Page 37: PENGEMBANG ISLAM DAN BUDAYA MODERATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48661/1/Pengembang Islam dan Budayat...Disadari atau tidak, itu merupakan salah satu jasa besar

138

istilah ini lemah, mengingat dapat saja sebuah pernyataan itu tidak

ilmiah, namun meaningfull, seperti kata-kata mutiara.

Kritik Popper terhadap dikotomi Lingkaran Wina, meaningfull

dan tidak meaningfull relevan dalam konteks tulisan ini, untuk

menjelaskan antara risalah diniyyah dan risalah ilmiah. Pada kategori

yang disebut terakhir, yang ditekankan adalah metodologi berfikir,

kategorisasi berfikir, dan falsifikasi untuk perkembangan ilmu

pengetahuan yang didasarkan pada apakah pernyataan itu dapat

diverifikasi dan dibuktikan salahnya, tidak justru dipertahankan untuk

selalu harus benar. Menurut jenis dan sifatnya, kajian keislaman

masuk kategori ilmu pengetahuan yang lunak (soft) bersama sosiologi,

antropologi, politik, psikologi, dll., yang berbeda dengan fisika,

biologi, kimia, teknik, dll., yang dikelompokkan menjadi sains keras

(hard). Perlu kerja-kerja keilmuan secara tumakninah untuk

membangun dan mengembangkan lebih lanjut kajian ilmu-ilmu

keislaman pada perguruan tinggi keagamaan sehingga memiliki kadar

ilmiah yang tinggi.

Dalam risalah ilmiah sarat dengan penggunaan logika yang

bervariasi. Garnham dan Oakhill (2003) menyebut jenis-jenis logika

tersebut antara lain, deduksi sebagai sebuah proses pengambilan

keputusan spesifik dengan mendasarkan diri pada hal-hal yang bersifat

umum. Lawannya adalah induksi. Lalu ada sillogisme hipotesis yang

umumnya dalam sebuah disain penelitian disebut dengan model-based

theories. Ada juga pengujian hepotesis, baik nihil maupun alternatif,

yang dikenal dengan hypotheis testing. Dalam penelitian kuantitatif

popular dengan pengujian dengan mendasarkan diri pada data statistik

(statistical reasoning). Umumnya dalam bidang manajemen,

organisasi, marketing, leadership, dll., dihadapkan pada decision

making. Dalam ilmu terapan akan akrab dengan logika jenis problem

solving. Bahkan pada kehidupan modern dikenalkan game playing

and expertise, yang menuntut keahlian dan ketrampilan tertentu dalam

permainan. Logika juga inheren dengan creativity. Menurut sifat dan

jenisnya, kreativitas itu muncul dalam bentuk perilaku yang mampu

Page 38: PENGEMBANG ISLAM DAN BUDAYA MODERATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48661/1/Pengembang Islam dan Budayat...Disadari atau tidak, itu merupakan salah satu jasa besar

139

menggunakan cara, gaya, dan pola baru yang inovatif untuk

mewujudkan apa yang dibayangkan dalam pikiran menjadi kenyataan.

Bahkan, penalaran dalam hidup sehari-hari (everyday reasoning) yang

tak kita sadari, yang kelihatan sepele dan rutin.

Dalam sebuah buku yang sangat menarik, Critical Thinking in

Psychology, Ruscio (2006: 6-10) mendaftar sepuluh karakteristik yang

menjadi indikator sebuah sains, yang tampak luarnya sebagai sains,

namun mengidap potensi untuk disebut sebagai sains yang semu

(pseudo-science). Kesepuluh karakteristik tersebut adalah:

Pertama, outward appearance of science: pseudo-science boleh

jadi menggunakan bahasa yang seakan-seakan ilmiah, tetapi bahasa

yang ia gunakan tidak ada isinya yang bersifat subtansial. Bahasa atau

jargon yang biasa digunakan para ilmuwan, biasanya hanya digunakan

sebagai alat komunikasi di antara para ahli. Pseudo-science

menggunakan bahasa-bahasa yang glamour dalam menjelaskan

sesuatu. Perbedaan antara sains dengan pseudo-science, misalnya,

terlihat pada bagaimana ahli fisika menjelaskan dengan jernih

pengertian dari energi.

Kedua, absence of skeptical peer review: karya pseudo-science

tidak seperti sains dipublikasikan melalui jurnal, konferensi, seminar,

dll., demi untuk memperoleh koreksi, komentar, dan mekanisme

mengecek kesalahan, sementara pseudo-science disebarluaskan

melalui penuturan lisan secara turun temurun;

Ketiga, reliance on personal experience. Yakni, sains senantiasa

didasarkan pada penelitian empiris yang sistematis. Ini berarti bahwa

ilmuwan melakukan kontrol yang ketat terhadap kajian atau penelitian

yang bertujuan mengetes hipotesis atau proposisi yang

dikemukakannya. Pseudo-science tidak melakukan itu.

Keempat, evassion of risky tests: sains dibangun dengan berbagai

hipotesis dan proposisi, yang sekali tidak terbukti akan gugur

selamanya. Karena itu, penelitian dan kajian selalu merupakan tes

yang penuh resiko.

Page 39: PENGEMBANG ISLAM DAN BUDAYA MODERATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48661/1/Pengembang Islam dan Budayat...Disadari atau tidak, itu merupakan salah satu jasa besar

140

Kelima, retreats to the supernatural: sains berisi metode untuk

menyingkap prinsip-prinsip dalam alam semesta, agar hasil

observasinya valid secara ilmiah.

Keenam, the mantra of holism: tugas utama ilmuwan adalah

mengurai apa inti perbedaan antara peristiwa, gejala, atau fakta yang

tampaknya saling berhimpitan untuk memperkaya teori. Misalnya,

mengidentifikasi partikel sub-atom, unsur-unsur chemical, penyakit

badan, gangguan mental, dll.

Ketujuh, tolerance of inconsistencies: ilmuwan mendeskripsikan

masalah dengan prinsip-prinsip logika formal, pseudo-sains tidak

demikian.

Kedelapan, appeals to authorithy: sains selalu berdasarkan data

empiris, agar setiap orang dapat membaca dan mengkritisi secara

terbuka tahap-tahap penelitian empiris dan kesimpulan penelitian

ilmiah.

Kesembilan, Promising the impossible: sains sangat

menghormati keterbatasan ilmu pengetahuan dan kapabilitas

teknologi dewasa ini.

Kesepuluh, stagnation: perkembangan sains sangat cepat,

sementara penjelasan terhadap pseudo-science mandeg begitu adanya.

Agar tidak terjebak pada pseudo-science, maka solusi yang

ditawarkan Ruscio adalah berfikir secara kritis (thinking critically).

Yang dimaksud dengan berfikir secara kritis oleh Ruscio adalah

serangkaian kemampuan seseorang yang membebaskan seseorang,

terutama pada saat seseorang tersebut berfikir, sehingga hasil

pemikirannya membebaskan namun terlihat sangat hati-hati. Berfikir

kritis membuat diri sendiri puas dan nyaman dengan keputusan yang

diambilnya. Berfikir kritis tidak mengarahkan pada “apa” yang harus

dipercayai, tetapi pada bagaimana mereka sampai pada pilihan-pilihan

yang benar, yang sangat sesuai dengan nilai yang dipeganginya.

Salah satu gambaran tentang risalah ilmiah yang dimaksud dapat

dilihat pada karya-karya Prof. Harun sendiri sebagaimana telah

disinggung di atas. Sebagai risalah ilmiah, tentu memiliki resiko, suatu

Page 40: PENGEMBANG ISLAM DAN BUDAYA MODERATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48661/1/Pengembang Islam dan Budayat...Disadari atau tidak, itu merupakan salah satu jasa besar

141

saat teori atau pendapatnya dapat dibantah dan disanggah. Jika

sanggahan itu benar, maka berlaku apa yang disebut Popper (1985),

terfalsifikasi. Pendapat dan teori itu tidak berlaku lagi.Sudah

terbantah. Salah satu contoh kasus falsifikasi adalah Prof. Harun

dalam Muhammad Abduh dan Teologi Rasional Mu’tazilah, Harun

Nasution menyimpulkan bahwa Muhammad Abdul adalah penganut

teologi Mu’tazilah yang dibantah Dr Eka sebagai telah disinggung di

atas. Dr Eka menyebut judul bukunya sebagai restorasi teologi,

sebagai bagian dari pelurusan pendapat Prof. Harun yang juga

didasarkan pada kitab Hasyiah‘ala Syarh al-Dawwani li al-‘Aqaid al-

Dhudhiyyah karya Muhammad Abduh.

Tulisan ini tidak bermaksud masuk pada masalah benar atau

tidak bantahan Dr. Eka, namun ini tradisi baru dalam ilmu sosial dan

keagamaan terjadi. Bantahan Dr. Eka pada Prof. Harun bukan yang

pertama, bantahan dan bahkan cenderung sengit juga dilancarkan oleh

Prof. M Rasjidi, dengan menulis buku: Koreksi Terhadap Dr. Harun

Nasution tentang 'Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya”. Dalam

konteks ilmiah, sebagai dikemukakan Popper di atas, bahwa

sanggahan itu baik untuk perkembangan dan temuan baru ilmu

pengetahuan. Meskipun demikian, bantahan dalam dunia ilmu

lazimnya nihil salah paham. Apakah ada salah paham terhadap Prof.

Harun? Ada, salah satu dari salah paham itu adalah ada sebagian

kalangan yang mengira karena Prof Harun menulis Islam rasional,

maka ia orang sangat rasional dalam pengertian tanpa batas. Karena

Prof. Harun menekankan kebebasan berfikir dalam konteks studi ilmu

agama, maka sebagian pihak salah paham, dengan menyebut Prof.

Harun dengan liberal. Sebagai ilmuwan Prof. Harun memang harus

rasional, mengabaikan aspek emosionalitas; sebagai seorang pemikir

Prof. Harun haruslah seorang tidak terkekang nalarnya. Sebagai

akademisi professional dan ilmuwan par excellence, Prof. Harun dapat

menjelaskan—misalnya, Khawarij, Murji’ah, Qadariyah, Mu’tazilah,

Ahl al-Sunah wa al-Jamaah—dengan amat sempurna seakan-akan

Prof. Harun adalah orang dalam aliran firqah itu sendiri. Pada sudut

Page 41: PENGEMBANG ISLAM DAN BUDAYA MODERATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48661/1/Pengembang Islam dan Budayat...Disadari atau tidak, itu merupakan salah satu jasa besar

142

ini Prof. Harun disalahpahami banyak pihak yang menuduhnya

sebagai penganut dan pemuja Mu’tazilah sekaligus. Para murid dan

koleganya menyaksikan bahwa sebagai seorang Muslim, Prof. Harun

adalah seorang Muslim yang taat, selalu hadir pada shalat Jum’at di

awal waktu, dan bahkan—ini tidak banyak yang tahu—Prof. Harun

adalah pengamal tarekat Abah Anom Suryalaya yang tekun. Orang

lupa, Prof. Harun adalah pribadi kosmopolit khas Ciputat, putera

Pematang Siantar, Sumatera Utara, membangun karir keilmuannya

dari bawah HIS (Hollandsche Indlansche School), lalu masuk MIK

(Moderne Islamietische Kweekscool), kemudian mengelana bertemu

dengan peradaban keilmuan Islam di Timur Tengah sejak tingkat

menengah (Al-Azhar) dan Sarjana Muda (American University of

Cairo), dan tersempurnakan watak keilmuannya dalam didikan Barat

(McGill Umiversity, Montreal, Kanada).

Referensi

Carey, Stephen S., (2015), Kaidah-Kaidah Metode Ilmiah: Panduan

untuk Penelitian dan Critical Thinking. Bandung:

Nusamedia

Fathurrahman, Oman, (2007), “Prof. Dr. Azyumardi Azra:

Mengantarkan UIN Jakarta menjadi Universitas Berkelas

Dunia dan Universitas Riset”, Hamid Nasuhi (ed.), Dari

Ciputat, Cairo hingga Columbia. Jakarta: UIN Jakarta

Press.

Garnham, Alandan Oakhill, Jane, (2003), Thinking and Reasoning.

London: University of Sussex

Hasan, Noorhaidi (2016), “Islam di Kota-Kota Menengah Indonesia:

Kelas Menengah, Gaya Hidup, dan Demokrasi”, van

Klinken, Gerry dan Ward Berenschot, Ed., (2016), In Search

of Middle Indonesia: Kelas Menengah di Kota-Kota

Page 42: PENGEMBANG ISLAM DAN BUDAYA MODERATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48661/1/Pengembang Islam dan Budayat...Disadari atau tidak, itu merupakan salah satu jasa besar

143

Mengenah. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia dan

KITLV Jakarta.

Hidayat, Komaruddin, (2016), Dari Pesantren Untuk Dunia: Kisah-

Kisah Inspiratif Kaum Santri. Jakarta: PPIM UIN Jakarta –

Prenadamedia Group

van Klinken, Gerry dan Ward Berenschot, (Ed.) (2016), In Search of

Middle Indonesia: Kelas Menengah di Kota-Kota

Mengenah. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia dan

KITLV Jakarta.

Nasution, Harun (1972), Teologi Islam: Aliran-Aliran, Sejarah

Analisa, dan Perbandingan. Jakarta: UI Press

--------, (1973), Filsafat Agama. Jakarta: Bulan Bintang.

--------, (1973), Filsafat dan Mistisisme Dalam Islam. Jakarta: Bulan

Bintang.

--------,(1975), Pembaharuan dalam Islam:Sejarah Pemikiran dan

Gerakan. Jakarta: UI Press.

--------, (1981), Akal dan Wahyu dalam Islam. Jakarta: UI Press

--------, (1985), Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya. Jilid I-III.

Jakarta: UI Press

--------, (1987), Muhammad Abduh dan Teologi Rasional Mu’tazilah.

Jakarta: UI Press

Mujani, Saiful (ed.), (1995), Islam Rasional: Gagasan dan Pemikiran

Prof. Dr. Harun Nasution. Bandung: Mizan

Popper, Karl Raimund, (1959), The Logic of Scientific Discovery.

New York: Basic Books

--------, (1972), Objective Knowledge. Oxford UK: Oxford University

Press.

--------, (1983), Realism and The Aims of Science. London: Routledge.

Rasjidi, M., Koreksi Terhadap Dr. HarunNasution tentang 'Islam

Ditinjau dari Berbagai Aspeknya. Jakarta: Bulan Bintang.

Ruscio, John(2006), Critical Thinking in Psychology: Separating

Sense from Nonsense.Brisbane. Wadsworth Engage

Learning

Page 43: PENGEMBANG ISLAM DAN BUDAYA MODERATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48661/1/Pengembang Islam dan Budayat...Disadari atau tidak, itu merupakan salah satu jasa besar

144

Suminto, Aqib Suminto et.al., (1989), Refleksi Pembaharuan

Pemikiran Islam: 70 Tahun Harun Nasution. Jakarta:

LSAF

Syahid, Achmad, et.al. (2013), Faktor-Faktor Psikologis Perilaku

Radikalisme Mahasiswa Muslim: Studi Kasus Mahasiswa

UIN Jakarta. Jakarta: Penelitian UIN Jakarta.

Wirman, Eka Putra, (2013), Restorasi Teologi: Meluruskan Pemikiran

Harun Nasution. Bandung: Nuansa Aulia

Page 44: PENGEMBANG ISLAM DAN BUDAYA MODERATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48661/1/Pengembang Islam dan Budayat...Disadari atau tidak, itu merupakan salah satu jasa besar

INDEKS

A

A Thib Raya, 126

A. Asnawi, 48

A. Lathief Muchtar, 48

A. Moe’in Salim, 48

Abdul Aziz Dahlan, 126

Abdul Gani Abdullah, xv, xvii, xxi,

126, 215

Abdul Khamid, xvii, xxi, 175

Abdul Madjid, 178

Abuddin Nata, xvii, xxi, 150, 187

Abul Kalam Azad, xi,133

Achmad Syahid, xvii, xx, 125

Adrianus Khatib, 21

Ahmad Khan, xi, 77, 133

Ahmad Tafsir, 48, 50

al-Ghazâlî, 83, 84, 85, 86

Ali Mufradi, 21

Aligarh, xi, 133

al-Tahtawi, 133

alternative dispute resolution, 215

Amerika, 8, 10, 89, 92, 131, 151,

193, 205

Amin Aziz, 178

Amir Ali, xi, 133

Amsal Bakhtiar, xvi, xx, 145

Anthony Wessel, 8

Anwar Masy’ary, 48

Apartemen Niewerood, 26

Aslam Hadi, 178

Asri Rasyad, 178

Atho Mudzhar, 126, 130, 134, 207

Australia, 92, 99, 101, 131, 205

Azyumardi Azra, 14, 89, 90, 126,

131, 142, 146, 171, 207, 209

B

Banten, xvi, 41

Belanda, 4, 24, 25, 26, 27, 49, 72,

89, 188, 191, 192, 193, 205

Belgia, 7, 8, 68, 194, 203

Bibliotek, 28

Bintang Budaya Parama Dharma,

209, 210

Bintang Mahaputra, 14, 38, 90, 209,

210

Blok M, 21, 63

Bung Hatta, 22, 23, 24, 28

Burhanuddin, 21

Bustami Abdul Ghani, 3

C

Canada, xiv, 42, 151, 160, 188, 201,

204, 205

Ciputat, vii, 8, 24, 25, 29, 52, 55, 69,

125, 126, 127, 128, 130, 132, 142,

148, 151, 167, 168, 169, 171, 183

Cirebon, xvi, 87

Columbia University, 14, 89

Common Law System, 216

Conditio Sine Qua Non, 215

Continental Europe Legal System,

216

D

Daud Rasyid, 173

Dawam Rahardjo, 96

Dede Rosyada, vii

Deliar Noer, 8, 22, 23

Page 45: PENGEMBANG ISLAM DAN BUDAYA MODERATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48661/1/Pengembang Islam dan Budayat...Disadari atau tidak, itu merupakan salah satu jasa besar

218

Departemen Agama, xiii, xvii, 4, 7,

9, 24, 25, 47, 53, 62, 91, 134, 169,

171, 197

Din Syamsuddin, 130, 146, 171

Djohan Effendi, 96

Doctrine of Precendent, 216

Domestic Law, 216

E

Eka Putra Wirman, 100, 102, 135

Empat Lawang, 25

Eropa, iv, 68, 92, 111, 131, 149

F

Facta Sunt Servanda, 215

Fakhri Aly, 207

Fakultas Pascasarjana, 4, 17, 18, 19,

80, 156, 157, 166, 167

Fauzul Iman, xvi, xix, 41

freedom of justice, 216

G

General Agreement, 215

H

Hadjam Dahlan, 48

Haedar Ali, 178

Halid al-Kaf, 127

Halimah Majid, 69

Hamdani, 10, 11, 21

Harun Nasution, vi, ix, xv, xvii, 3, 7,

8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 17, 19,

29, 30, 31, 33, 37, 38, 39, 41, 47,

48, 51, 53, 54, 57, 59, 60, 61, 63,

64, 65, 66, 67, 77, 79, 80, 81, 82,

87, 89, 93, 94, 95, 96, 97, 99, 100,

101, 102, 103, 104, 107, 109, 120,

122, 123, 125, 135, 136, 141, 143,

144, 145, 155, 156, 157, 158, 159,

160, 162, 163, 164, 165, 166, 168,

171, 175, 176, 178, 179, 180, 183,

184, 185, 187, 188, 189, 190, 191,

192, 193, 194, 196, 197, 198, 199,

200, 201, 202, 203, 204, 205, 206,

207, 208, 209, 210, 211, 212, 215,

216

Hasan Langgulung, 8

Huzaimah T. Yanggo, 18

I

IAIN Ar-Raniry, xvi, 57, 64, 65, 66

IAIN Sultan Maulana Hasanuddin,

xvi, 41

IAIN Sunan Kalijaga, v, 47, 64, 89,

157

IAIN Syarif Hidayatullah, v, xvi, 3,

4, 8, 9, 10, 11, 12, 17, 21, 31, 41,

58, 60, 61, 87, 89, 91, 95, 96, 147,

157, 166, 183, 188, 203, 204, 206,

207, 208

IAIN Syekh Nurjati, xvi, 87

Ibn Taymîyah, 81, 82, 83, 84, 85, 86

Imam Khomaini, 171

Imam Muchlas, 48

India, xi, 51, 133, 199, 202

Indonesia, iv, vi, ix, x, xiii, xiv, xv,

7, 8, 10, 18, 24, 25, 30, 33, 34, 38,

44, 47, 57, 59, 65, 67, 68, 77, 87,

88, 89, 90, 92, 95, 96, 97, 98, 99,

100, 101, 121, 134, 135, 142, 143,

151, 157, 166, 167, 168, 171, 174,

176, 177, 187, 189, 192, 193, 194,

195, 196, 197, 203, 204, 207, 208,

209,210, 211

INIS, 24, 26, 27

Page 46: PENGEMBANG ISLAM DAN BUDAYA MODERATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48661/1/Pengembang Islam dan Budayat...Disadari atau tidak, itu merupakan salah satu jasa besar

219

Ishak Abduhaq, 178

Iskandar Usman, xvi, xix, 21, 57

J

Jabariyah, 159, 160, 201

Jakarta, iii, v, vi, x, xi, xii, xv, xvi,

xvii, 7, 8, 9, 10, 12, 17, 25, 26,

29, 33, 37, 38, 41, 42, 44, 47, 48,

49, 50, 53, 54, 57, 58, 59, 60, 61,

64, 65, 66, 68, 69, 71, 72, 78, 79,

81, 87, 88, 89, 90, 91, 93, 94, 95,

96, 98, 99, 100, 121, 123, 125,

127, 128, 131, 133, 142, 143, 144,

147, 150, 152,155, 157, 158, 167,

171, 173, 176, 177, 179, 183, 185,

187, 188, 190, 194, 196, 197, 198,

199, 200, 203, 204, 205, 206, 207,

208, 209, 210, 211

Jalaluddin, xvi, xix, 7, 22, 48, 49, 64,

82

Jalaluddin Rahman, 48, 49

Jamali Sahrodi, xvi, xx, 87

Jamaluddin al-Afghani, xi, 133

Jurnalis Uddin, 178

K

Kampung Utan, 21, 29, 54, 55, 61,

168

Kanada, 3, 68, 97, 99, 131, 135, 142,

194

Karel Steenbrink, 49

Kautsar, 20, 127

Kautsar Azhari Noer, 127

Kebayoran Baru, 21

Kemas Mustazhirbillah, 24

Khawarij, xiii, 134, 141, 201, 212

Kohnstamm, 11

Komaruddin Hidayat, 98, 126, 127,

146, 171, 207

Kuala Banda Aceh, 4

L

Lathief Muchtar, 50

Leipzig University, 49

M

M Ridwan Lubis, xx, 126

M Roem Rowi, 126

M Yunan Yusuf, 126

M. Qasim Mathar, xvii, xxi, 171

M. Quraish Syihab, 72

M. Rasyidi, xiii, 72, 166, 194, 195

M. Ridwan Lubis, xv, xvii, 155

M. Yusuf Rahman, 47

Majlis Ulama Indonesia, 185

Makassar, xvii, 29, 146, 171

Mansour Faqih, 207

Mansur Malik, 47

Mardhiah Daniel, 48

Mastuhu, 4

Mastuki HS, 127

Mc Gill University, 68

McGill University, 95, 97, 99, 135,

160, 188, 194, 201, 204

menara gading, 43

Mesir, xi, xiv, 7, 27, 59, 67, 68, 69,

70, 87, 88, 92, 105, 111, 114, 115,

133, 173, 192, 193, 194, 195, 197,

199, 202

Mitfah Arifin, 127

Mochtar Buchari, 10, 11

Mohammad Fatih Alam, 25

Montreal, xiv, 42, 135, 142, 188,

194, 201, 204

Muardi Chatieb, 48

Page 47: PENGEMBANG ISLAM DAN BUDAYA MODERATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48661/1/Pengembang Islam dan Budayat...Disadari atau tidak, itu merupakan salah satu jasa besar

220

Muchtar Aziz, 48, 49

Muhammad Abduh, xi, xiv, 45, 59,

95, 97, 99, 100, 101, 102, 103,

104, 105, 106, 109, 110, 111, 112,

116, 117, 119, 122, 123, 133, 135,

141, 143, 160, 196, 201

Muhammad Ali Jinnah, 133

Muhammad Ali Pasya, xi, 133

Muhammad Iqbal, 133

Muhammad Nuh, 209

Muhammadiyah, 131, 173, 192

Muhsin Idham, 4, 55

Mukti Ali, 71, 88, 134, 197

Mulyanto Sumardi, xiii, 22, 23

Munawir Sjadzali, 8, 18, 27, 134

Muslim Kadir, 48

Mustafa Kemal Attaturk, 133

N

Nabilah Lubis, xvi, xx, 67

Netherland Cooperaton in Islamic

Studies, 24

NU, 131, 173, 195

Nurcholish Madjid, 8, 61, 87, 96,

127, 182

Nyimas Anisah Muhammad, xvi,

xix, 17, 21, 25

O

Oman Fathurrahman, 72

Orientalis, 101

P

Paduko Sindo, 21

Pakistan, xi, 92, 133, 199

Parsudi Suparlan, 9, 53, 61

Persis, 131

Promotor, 22, 23, 54

Q

Qadariyah, 85, 141, 159, 160, 201

R

R. Mulyadhi Kartanegara, 127

Rahmat, 21

Ramayulis, 12

Rasjidi, xiii, 8, 141, 143, 147

Rasyid Ridha, 133

Rasyid Ridla, 106, 109, 111, 114,

117, 121

Rasyidi, 80, 198

Ridwan Lubis, xv, xvii, xx, 12, 47

Rohani Junaid, 51

Rumadi, 127

Rusjdi Ali Muhammad, xvi, xix, 47,

48

S

Sadeli, 178

Saefuddin, 178

Said Aqil Siraj, 82

Saifuddin Zuhri, 68

Saiful Mujani, 135

Saiful Muzani, 202, 207

Salman Harun, xvi, xix, 3

Samsun Ni’am, 127

Saudi Arabia, 27

Sayyidah, 67, 68

Snouck Hurgronje, 86

Sudarko, 178

Sultan Takdir Alisyahbana, 17

Sumatera Selatan, 17, 25

Sunan Ampel, 22, 125

Sunarjo, 3

Page 48: PENGEMBANG ISLAM DAN BUDAYA MODERATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48661/1/Pengembang Islam dan Budayat...Disadari atau tidak, itu merupakan salah satu jasa besar

221

Suparjo, 48

Surabaya, 22, 48, 125, 126, 127, 179

Suwito, xv, xvii, xxi, 31, 38, 99, 126,

145, 152, 209

Syahrul A’dzam, 127

Syamsul Hadi, 127

Syeichul Hadi Permono, 48, 49

T

Takdir Alisjahbana, 8

Tarmizi Taher, 4, 134

Thaha Yahya Umar, 3

Timur Tengah, iv, 7, 18, 86, 87, 92,

131, 142, 149

Tsurayya Kiswati, 21

U

UIN Ar Raniry, 47, 49, 56

UIN Bandung, 48

UIN Palembang, 48

Ujung Pandang, 29, 179, 184

Umar Asasuddin Sokah, 48

Umar ibn Khattab, 85

Universitas Gajah Mada, 71, 72

Universitas Islam Negeri, 31, 41, 57,

87, 98, 168, 188

Universitas Leiden, 4

Universitas Syiah, 4, 51, 54

Universitas YARSI, 178

W

Wahdat al-Wujud, 20, 32

Wahdat al-Wujud Ibnu ‘Arabi, 20,

32

Wardini Ahmad, 48

Widodo, xv, 178, 209

Y

Yogyakarta, v, 48, 64, 89, 93, 96, 98,

157, 166

Yunasril Ali, xvi, xx, 77

Yusuf Rahman, xvi, xx, 50, 99, 114

Z

Zaharah Maskanah, 69

Zaini Muchtarom, 13

Zainun Kamaluddin Fakih, xv, 126

Zakiah Daradjat, 177

Ziekenhuis, 26

Zubaidi, 21

Page 49: PENGEMBANG ISLAM DAN BUDAYA MODERATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48661/1/Pengembang Islam dan Budayat...Disadari atau tidak, itu merupakan salah satu jasa besar