Upload
ahmad-dhaifullah
View
306
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
8/19/2019 Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra.pdf
1/32
64
80- 89% = baik 70- 79% = cukup
< 70% = kurang
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan
dengan Kegiatan Belajar 3. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi
materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang belum dikuasai.
DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin. 1995. Pengantar Aspresiasi Karya Sastra. Bandung : Sinar Baru Algensindo.
Fananie, Zainuddin. 2000. Telaah Sastra. Surakarta : Muhammadiyah University Press.
Hoerip, Satyagraha.(Editor). 1982. Sejumlah Masalah Sastra. Jakarta : Sinar Harapaan.
Harsiati, Titik. Evaluasi Pengajaran Sastra. 1990. OPF: IKIP Malang.
Modul
Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastr
Dr. Titik Harsiati, M.P
Pendahuluan ______________________________________________________
A. Manfaat dan Relevansi
Pada modul-modul sebelumnya Anda telah belajar menyusun alat penilai
kemampuan berbahasa. Kemampuan berbahasa tersebut mencakup keterampila
menyimak, membaca, menulis, dan berbicara. Kemampuan seorang guru BI untuk meni
kemampuan bersastra mutlak diperlukan. Hal ini berkaitan dengan tugas guru Ma
Pelajaran Bahasa Indonesia (BI) yang memiliki kewajiban mengajarkan dan meni
kemampuan bersastra sesuai yang tercantum pada Standar Isi. Karena itu, setelah latih
penyusunan kemampuan berbahasa, calon guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia per
memahami karakteristik alat penilaian bersastra dan prosedur pengembangannya.
samping itu, diperlukan latihan – latihan mengembangkan alat penilaian kemampuabersastra bagi calon guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Kemampuan bersast
mencakup kemampuan apresiasi sastra (reseptif) dan kemampuan melakukan pros
kreatif sastra (produktif). Dengan latihan yang memadai menyusun alat penilai
bersastra , seorang calon guru BI akan memiliki kompetensi untuk menilai hasil belaj
dan proses belajar kemampuan bersastra.
Setelah mempelajari modul ini, secara umum Anda diharapkan dapat berlat
mempraktikkan penyusunan alat penilaian bersastra. Secara khusus, setelah mempelaj
modul ini diharapkan Anda mampu menguasai hal-hal berikut.
1. Mahasiswa mampu menjelaskan pendekatan dalam penilaian apreasiasi sastra d
konstruk kemampuan apresiasi sastra.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan model penilaian apresiasi sastra
3. Mahasiswa mampu merencanakan dan menyusun alat penilaian apresiasi sastra
4. Mahasiswa mampu menjelaskan pendekatan dalampenilaian proses kreatif siswa
8/19/2019 Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra.pdf
2/32
2
5. Mahasiswa mampu menjelaskan model penilaian proses kreatif sastra
6. Mahasiswa mampu merencanakandan menyusun alat penilaian proses kreatif sastra.
B. Deskripsi/Cakupan Materi Modul
Modul ini penting dipelajari sebagai bekal untuk merencanakan penyusunan alat
penilaian apresiasi sastra dan proses kreatif sastra. Modul ini penting dipelajari karena
dengan memahami prinsip penilaian kemampuan bersastra, seorang guru dapat menyusun
alat penilaian kemampuan bersastra secara tepat. Materi yang akan Anda pelajari
mencakup (1) pendekatan dalam penilaian apreasiasi sastra dan konstruk kemampuan
apresiasi sastra, (2) ragam model penilaian apresiasi sastra, (3) perencanaan dan
penyusunan alat penilaian apresiasi sastra, (3) pendekatan dalam penilaian proses kreatif
siswa, (4) ragam model penilaian proses kreatif sastra, dan (5) perencanaan dan
penyusunan alat penilaian proses kreatif sastra.
C. Susunan Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran terdiri atas dua t ahap. Tahapan pembelajaran dalam modul
ini dilakukan dengan urutan berikut.
Kegiatan Belajar 1: Pendekatan dalam penilaian apreasiasi sastra dan konstruk
kemampuan apresiasi sastra, ragam model penilaian apresiasi
sastra, perencanaan dan penyusunan alat penilaian apresiasi sastra
Kegiatan Belajar 2: Pendekatan dalam penilaian proses kreatif siswa, ragam model
penilaian proses kreatif sastra, perencanaan dan penyusunan alat
penilaian proses kreatif sastra.
A. tes esai dan tes objektif B. tugas menulis dan tes objektif C. tugas menulis dan tes esaiD. tugas menulis dan rubrik yang sesuai
9. Penilaian produk diperlukan tugas kontekstual untuk merangsang siswmenghasilkan suatu karya sastra. Rangsang menulis kreatif benar tepat KECUA...A. berupa rangsang objek/fenomena kemanusiaanB. rangsang gambar emotif
C. rangsang konflik dalam kehidupanD. rangsang tes esai
10. Langkah awal menyusun rubrik menulis karya sastra ...A. menentukan aspek penting/kriteria sesuai dengan hasil karya siswaB. menyusun deskriptor atau perilaku khusus yang menunjukkan kriteria hasil
karya yang baik C. menentukan skor maksimal dan bobot tiap-tiap deskriptorD. menentukan pedoman penyekoran tingkat ketuntasan.
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang terdap
di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumu
berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.
1. A (termasuk kemampuan menulis kreatif yang lain hasil belajar apresiasi BUKA
menulis kreatif)2. A (penilaian proses sedangkan option lain penilaian hasil)3. D (menyimpulkan alur cerita bukan menulis kreatif tetapi apresiasi/membaca
sastra)4. A (orisinalitas perlu dijadikan aspek penting dalam penilaian menulis kreatif,
option yang lain bukan menulis kreatif )5. A (Option A menulis drama, option yang lain memerankan drama)6. A (option D menulis cerpen sedang option yang lain bukan menulis kreatif)7. C (option C termasuk penilaian proses yang berupa afektif, option lain penilaian
hasil atau penilaian proses apresiasi/membaca sastra)8. D (option D alat yang digunakan dalam menilai produk, option lain yang berupa
tes tidak digunakan pada penilaian produk 9. D (hanya option D yang tidak sesuai dengan karakteristik menulis kreatif)
10. A (langkah awal menyusun rubrik. Option lain langkah berikutnya).
Tingkat penguasaan =Jumlah Jawabanyang Benar
100%Jumlah Soal
×
Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali
8/19/2019 Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra.pdf
3/32
62
1. Di bawah ini sasaran penilaian hasil pada menulis kreatif sastra....A. Kemampuan menulis puisi secara orisinalB. Kemampuan memahami unsur intrinsik puisiC. Kemampuan memahami isi cerpenD. Kemampuan membacakan cerpen dengan menarik
2. Sasaran penilaian proses dalam pembelajaran menulis kreatif adalah ....A. kemampuan bekerja samaB. kemampuan memilih temaC. kemampuan memilih kalimat puitis
D. kemampuan mengurutkan kalimat menjadi puisi utuh
3. Sasaran penilaian hasil menulis kreatif adalah kemampuan menghasilkan produk karya sastra secara bertahap. Tahapan tersebut mencakup tahapan berikut KECUALI..A. menggali ide dari fenomena sekitarB. merumuskan tema/pokok persoalanC. kemampuan memilih kalimat puitisD. kemampuanmenyimpulkan alur cerita
4. Karya sastra dalam bentuk puisi yang dibuat siswa dinilai guru dari segi ..........A. orisinalitas karyaB. intonasi yang digunakanC. tanda baca yang digunakanD. penggunaan ejaan
5. Di bawah ini aspek yang perlu dinilai guru jika karya sastra siswa berbentuk naskah drama KECUALI ..........A. keunikan konflik yang dikembangkanB. intonasi yang digunakanC. gerak tubuh yang digunakanD. kostum yang dipakai
6. Karya sastra dalam bentuk cerita pendek yang dibuat siswa dinilai guru dari segi ..A. intonasi yang digunakanB. tanda baca yang digunakanC. penggunaan ejaan secara tepatD. teknik pengembangan watak tokoh
7. Sasaran penilaian proses dalam penilaian menulis sastra adalahA. kesulitan yang dialami dalam mengapresiasi sastra
B. aspek kognitif yang relevan dengan kompetensiC. tanggung jawab mengerjakan proses penulisanD. kesulitan penyimpulan tema puisi yang dibaca
8. Alat yang digunakan dalam penilaian produk menulis sastra adalah ...
Kegiatan Belajar 1
Penilaian Apresiasi Sastra dan Prinsip Penilaiannya
1. Pendekatan, Tujuan, dan Sasaran Pembelajaran Apresiasi Sastra
Sebelum mendalami lebih jauh tentang alat penilaian dan cara melakuka
penilaian apresiasi sastra, Anda perlu memahami konsep apresiasi dan tujuan apresia
sastra. Anda pahami secara saksama paparan berikut!
Apresiasi adalah proses pengenalan, pemahaman, penghayatan, dan penikmat
terhadap karya sastra. Yus Rusyana mengungkapkan bahwa apresiasi mencakup mengen
menggolongkan, memahami, mengapresiasi, dan mengkomunikasikan. Aspek mengen
mencakup mengamati, melihat, mendengar, dan membaca. Aspek menggolongkan menca
persamaan, perbedaan, perbandingan dan pengkontrasan. Memahami berarti menafsirka
mengartikan, mempreposisikan, menemukan pola, menggeneralisasi, mencari hubunga
menarik kesimpulan. Aspek apresiasi adalah menikmati dan menghargai nilai-nilai. Asp
mengkomunikasikan adalah kegiatan melaksanakan dalam kegiatan-kegiat
(mendiskusikan, mengarang, mendramatisasikan).
Apresiasi merupakan kegiatan terpadu yang melibatkan sikap, minat, perhatian d
keterampilan. Apresiasi melibatkan tiga unsur inti yaitu aspek kognitif berkaitan deng
aspek intelektual pembaca dalam upaya memahami unsur-unsur kesastraan dalam kary
sastra yang bersifat objektif yang mencakup aspek intrinsrik dan unsur ekstrinsik. Asp
emotif adalah keterlibatan langsung aspek emotif pembaca untuk memahami unsu
keindahan secara subjektif. Aspek evaluatif yaitu aspek penilaian baik-buruk, indah/tid
terhadap karya sastra. Penilaian bersifat kritik sesuai dengan kemampuan apresiator pa
tahap pemahaman dan penghayatan.
Pada apresiasi sastra dikenal berbagai pendekatan. Pada modul ini dibah
pendekatan objektif, ekspresif, dan mimetik dalam apresiasi sastra. Pendekatan objek
adalah pendekatan yang mendasarkan pada suatu karya sastra. Dengan pendekatan objek
ini siswa diajak menelaah karya sastra sebagai produk manusia atau artefak. Karya sast
dalam hal ini, merupakan suatu karya yang otonom yang dipisahkan dari hal-hal di lu
karya itu sendiri. Dengan demikian, telaah karya sastra dengan pendekatan objek
beranjak dari aspek-aspek atau unsur-unsur yang langsung membangun karya sastr
Signifikansi dan nilai karya sastra dilihat dari unsur-unsur dan keterhubungan antaruns
8/19/2019 Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra.pdf
4/32
4
karya sastra. Telaah karya sastra dengan pendekatan objektif sering dikenal dengan telaah
struktural yang dimaksudkan untuk mendeskripsikan tema, peristiwa, tokoh, alur, setting,
sudut pandangan, diksi yang terdapat dalam karya sastra.
Pendekatan ekspresif adalah pendekatan yang mendasarkan pada pencipta atau
pengarang karya sastra. Telaah dengan pendekatan ekspresif ini menitikberatkan penulis,
imajinasi penulis, pandangan, serta spontanitas penulis/penyair. Telaah ini didasarkan
pada teori ekspresif yang memandang suatu karya seni yang secara esensial sebagai dunia
internal (pengarang) yang terungkap sehingga menjadi dunia eksternal (berupa karya seni).
Telaah karya sastra pada pendekatan ekspresif berfokus pada perwujudan karya sastra
ditinjau dari proses kreatif penulis dengan titik tolak dorongan perasaan penulis dan
hasilnya adalah kombinasi antara persepsi, pikiran dan perasaan penulis. Sumber utama
dan pokok masalah suatu novel, misalnya, adalah sifat-sifat dan tindakan-tindakan yang
berasal dari pemikiran pengarangnya. Pendekatan ekspresif berkaitan dengan pendekatan
biografis yang memfokuskan suatu apresiasi terhadap gagasan-gagasan dan kepribadian
pengarang untuk memahami karyanya. Atas dasar pendekatan ini, karya seni dipandang
sebagai refleksi kepribadian pengarang. Dengan dasar pengalaman estetis pembaca dapat
menangkap kesadaran/pengalaman pengarangnya. Untuk itu, dengan pendekatan ekspresif
penelaah hendaknya mempelajari pengetahuan tentang pribadi pengarang guna memahami
karya sastranya. Telaah dengan pendekatan ekspresif dimaksudkan untuk mengetahui
sejauh mana keberhasilan pengarang dalam mengungkapkan gagasan-gagasan, imajinasi,
spontanitasnya dan sebagainya.
Pendekatan mimetik adalah pendekatan yang mendasarkan pada hubungan karya
sastra dengan universe (semesta) atau lingkungan sosial-budaya yang melatarbelakangi
lahirnya karya sastra itu. Perhatian penelaah adalah pada hubungan karya sastra dengan
realitas yang melatarbelakangi kemunculannya. Pendekatan ini memandang seni sebagai
tiruan dari aspek-aspek realitas, dari gagasan-gagasan eksternal dan abadi, dari pola-pola
bunyi, pandangan, gerakan, atau bentuk yang muncul secara terus menerus dan tidak
pernah berubah. Pendekatan sosiologis-historis menyaran kepada pendekatan yang
menempatkan karya yang sebenarnya dalam hubungannya dengan peradaban yang
menghasilkannya. Peradaban di sini dapat didefinisikan sebagai sikap-sikap dan tindakan-
tindakan kelompok masyarakat tertentu dan memperlihatkan bahwa sastra mewadahi
mengetahui langkah yang dilakukan siswa dalam menulis kreatif, bagian-bagian yan
sudah/belum dikuasai siswa, serta perasaan siswa/pengalaman personal siswa dala
menulis sastra. Selain tugas kontekstual diperlukan rubrik penilaian karya sastra ya
dibuat siswa.
Langkah menyusun rubrik menulis karya sastra (a) menentukan aspek pentin
kriteria sesuai dengan hasil karya siswa (puisi dianggap baik jika memenuhi aspek a
saja, (b) merumuskan aspek penting menjadi deskriptor atau perilaku khusus ya
menunjukkan kriteria hasil karya yang baik, (c) menentukan skor maksimal dan bob
tiap-tiap deskriptor, dan (d) menentukan pedoman penyekoran tingkat ketuntasan.
Teknik penilaian menulis sastra bisa dilakukan dengan teknik individu d
dikerjakan di sekolah, atau ditugaskan di rumah dengan pengendalian garis besar is
Penilaian kelompok bisa dilakukan dengan cara menugaskan siswa mengamati peristiw
sosial secara kelompok dan menulis karya sastra secara individu. Teknik penilai
menulis karya sastra bisa dilakukan dengan cara terkontrol dan bebas. Kelemahan tug
menulis bebas, guru tidak bisa mendeteksi keorisinilan sebuah karya. Tugas terkontr
bisa dikendalikan tetapi agak membatasi siswa. Keduanya bisa digunakan dengan melih
kondisi yang ada.
Prinsip teknik penilaian adalah menilai semua individu bukan hanya sampe
menggunakan alat dan proses yang memiliki validitas kontruks dan validitas isi. Selain it
berbagai teknik penilaian menyimak harus mengukur hasil dan sekaligus mengamati aspe
afektif siswa. Penilaian kepada siswa dengan menumbuhkan sikap sportif, coopetitio
(cooperation and competition), mentaati aturan kapan harus bekerja sama dan kapan tid
boleh mencontek (tidak boleh bekerja sama), dan sikap keterbukaan (tranparansi). Tekn
penilaian apresiasi sastra memberikan/memilih kutipan karya sastra yang dap
menumbuhkan kemampuan mencipta (model tingkat kesulitan rendah, sedang, tingg
Selain itu, kutipan yang dipilih dapat menumbuhkan pengalaman batin positif d
menumbuhkan karakter positif (pendekatan didaktik). Penugasan apresiasi juga
TES FORMATIF 2
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
8/19/2019 Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra.pdf
5/32
60
2. Carilah contoh kompetensi dasar menulis kreatif sastra pada Standar Isi dan
rumuskan indikator berdasarkan sasaran penilaian menulis kreatif.
Petunjuk Jawaban Latihan
Untuk mengukur keberhasilan Anda dalam menjawab soal pelatihan di atas, coba
Anda cocokkan dengan rambu-rambu jawaban berikut ini.
Pendekatan objektif memunculkan hasil belajar yang menganalisis karya sastra dari
segi isi internal sedangkan pendekatan mimetik memunculkan hasil belajar karya sastra
yang menuntun respon siswa untuk merefleksikan isi karya sastra dengan kehidupan.
Sasaran penilaian menulis kreatif sastra mencakup penilaian proses dan hasil.
Sasaran penilaian hasil menulis kreatif adalah kemampuan menghasilakn produk karya
sastra tahapan pramenulis, menulis draft, dan kegia tan penyuntingan. Secara rinci sasaran
hasil pembelajaran menulis kreatif adalah kemampuan menggali ide, memilih ide,
menyusun garis besar isi, mengembangkan draft penulisan, merevisi draft penulisan
berdasarkan masukan. Sasaran penilaian proses adalah langkah yang dilakukan dalam
menulis, kesulitan yang dialami dalam mengapresias i sastra, dan aspek afektif (tanggung
jawab mengerjakan proses penulisan, kritis menemukan perbaikan karya sendiri maupun
karya teman, kreativitas mengolah lingkungan/pengalaman menjadi karya sastra,
kerjasama/ coopetition, menghargai karya orang lain, sportif, dan sikap positif lain yang
relevan).
Alat yang digunakan pada keterampilan menulis kreatif sastra adalah penilaian
produk (hasil akhir dengan mempertimbangkan tahapan penggalian ide, pemilihan ide,
pengembangan draft). Untuk melakukan penilaian produk diperlukan tugas kontekstual
untuk merangsang siswa menghasilkan suatu karya sastra. Rangsang menulis kreatif bisa
berupa rangsang objek, rangsang gambar emotif, rangsang peristiwa, rangsang konflik
dalam kehidupan, rangsang pengalaman, rangsang pengamatan objek.
Selanjutnya alat penilaian proses adalah lembar pengamatan aspek afektif siswa
dalam pembelajaran menulis kreatif, portofolio untuk mengamati perkembangan
kemampuan menulis sastra, daftar cek kesulitan menulis sastra, dan jurnal refleksi untuk
RANGKUMAN
sikap-sikap dan tindakan-tindakan mereka sebagai persolan pokoknya (Rohrberger da
Woods, 1971:9).
Dengan pendekatan-pendeka tan tersebut muncul asumsi bahwa proses apresia
sastra adalah proses untuk (a) memahami suatu karya atas dasar teks tertulis,
memahami karya sastra perlu memahami pengarangnya karena memandang teks kary
sastra itu sebagai pengungkapan pengalaman, perasaan, imajinasi, persepsi, dan sik
pengarangnya, dan (c) memahami karya sastra perlu menghubungkannya dengan realit
yang terjadi di masyarakatnya . Integrasi tiga pendekatan tersebut memunculkan langk
apresiasi sastra yang perlu dipahami atas dasar teks tertulisnya, kemudian menentuk
pengalaman, perasaan, dan imajinasi penulis. Setelah itu, siswa perlu menghubungk
karya sastra dengan realitas atau kehidupan bangsa sebagai latar belakang penulisannya.
Dari berbagai pendekatan tersebut mengarahkan tujuan pembelajaran apresia
sastra. Dengan menyatukan ketiga pendekatan tersebut memunculkan rumusan tuju
apresiasi sastra yang berkaitan dengan aspek intrinsik dan ekstrinsik karya sast
Bertumpu pada ketiga pendekatan di atas dapat dirumuskan bahwa tujuan pembelajara
apresiasi sastra adalah memfasilitasi siswa untuk menggauli sastra secara sunggu
sungguh sehingga menumbuhkan pengertian, penghargaan, kepekaan kritis, dan kepekaa
perasaan. Belajar sastra adalah belajar tentang hidup. Dengan memahami karya sas
manusia memperoleh gizi batin sehingga sisi-sisi gelap manusia bisa tercerahkan melal
kristalisasi nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra. Teks sastra merupakan lay
tempat diproyeksikan pengalaman pskisis manusia. Bekal awal belajar sastra adal
kepekaan emosi/perasaan, pengetahuan dan pengalaman yang berhubungan deng
masalah kehidupan dan kemanusiaan (bisa diperoleh dengan cara menghayati kehidupa
secara intensif atau membaca buku-buku humanitas/psikologi, pemahaman aspe
kebahasaan, pemahaman unsur intrinsik, sering menggauli karya sastra.
Sasaran penilaian hasil apresiasi sastra sasaran penilaian mencakup aspek kogni
aspek emotif, dan aspek evaluatif. Sasaran penilaian proses adalah tahapan apresia
kesulitan yang dialami siswa dalam mengapresiasi, dan keterlibatan siswa dala
pembelajaran apresiasi untuk menumbuhkan sikap positif/nilai-nilai tertentu.
Tujuan pembelajaran apresiasi sastra adalah memfasilitasi siswa untuk menggau
sastra secara sungguh-sungguh sehingga menumbuhkan pengertian, penghargaa
8/19/2019 Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra.pdf
6/32
6
kepekaan kritis, dan kepekaan perasaan. Dalam apresiasi sastra sasaran penilaian
mencakup aspek kognitif, aspek emotif, dan aspek evaluatif. Belajar sastra adalah belajar
tentang hidup. Memahami karya sastra manusia memperoleh gizi batin sehingga sisi-sisi
gelap manusia bisa tercerahkan melalui kristalisasi nilai-nilai yang terkandung dalam
karya sastra. Teks sastra merupakan layar tempat diproyeksikan pengalaman pskisis
manusia. Bekal awal belajar sastra adalah kepekaan emosi/perasaan, pengetahuan dan
pengalaman yang berhubungan dengan masalah kehidupan dan kemanusiaan (bisa
diperoleh dengan cara menghayati kehidupan secara intensif atau membaca buku-buku
humanitas/psikologi, pemahaman aspek kebahasaan, pemahaman unsur intrinsik, dan
sering menggauli karya sastra.
Secara lebih khusus dijelaskan kategori kemampuan membaca karya sastra.
Indikator kemampuan membaca karya sastra dibedakan menjadi empat kategori, yakni:
(1) hasil belajar informasi, (2) hasil belajar konsep, (3) hasil belajar perspektif, dan (4)
hasil belajar apresiasi. Uraian masing-masing kategori sebagai berikut (Disick, 1990: 101).
Hasil belajar informasi berkaitan dengan pemahaman hal-hal pokok dalam sastra,
baik yang menyangkut data tentang suatu karya sastra maupun data lain yang digunakan
untuk menafsirkan karya sastra. Termasuk dalam kategori ini misalnya, kemampuan
memahami biografi pengarang (nama, status sosial, riwayat hidup, dll.), kemampuan
memahami genre sastra, memahami konvensi-konvensi dalam karya sastra, dan
sebagainya yang terkait dengan teori kesastraan.
Hasil belajar konsep berkaitan dengan persepsi siswa tentang bagaimana unsur-
unsur karya sastra itu diorganisasikan. Masalah yang ditekankan berkaitan dengan unsur-
unsur karya sastra dan hubungan antarunsur tersebut. Siswa diharapkan menganalisis
dan mensintesis unsur-unsur dalam karya sastra, misalkan saja kemampuan untuk
menganalisis mengapa seorang pengarang memilih unsur seperti itu dan apa efeknya
terhadap karya yang dihasilkan, konflik apa saja yang timbul, atau mengapa penyair
memilih bentuk tertentu.
Hasil belajar perspektif berkaitan dengan kemampuan siswa menilai karya sastra
yang dibaca. Siswa dituntut memberikan pandangan dan mereaksi suatu karya sastra
setelah siswa memahami karya sastra tersebut. Permasalahan yang dibahas menyangkut
• Terdapat majasdalam puisi
√ debu
1. Buatlah perbandingan pengaruh pendekatan objektif dan pendekatan mimetik
terhadap sasaran penilaian menulis kreatif!
2. Buatlah ringkasan kategori hasil belajar menulis kreatif berdasarkan paparan pada
modul ini!
3. Carilah contoh kompetensi dasar menulis kreatif pada Standar Isi dan rumuskan
indikator berdasarkan sasaran penilaian menulis kreatif.
4. Buatlah ringkasan ragam alat penilaian untuk menilai hasil pembelajaran menulis
kreatif!
5. Jelaskan sasaran penilaian proses dan alat penilaian yang dapat digunakan untuk
menilai proses pembelajaranmenulis kreatif!
Petunjuk Jawaban Latihan
Untuk mengukur keberhasilan Anda dalam menjawab soal pelatihan di atas, cob
Anda cocokkan dengan rambu-rambu jawaban berikut ini.
Pendekatan objektif memunculkan hasil belajar yang menganalisis karya sastra da
segi isi internal sedangkan pendekatan mimetik memunculkan hasil belajar karya sast
yang menuntut respon siswa untuk merefleksikan isi karya sastra dengan kehidupan.
1. Buatlah ringkasan sasaran penilaian hasil dan penilaian proses dalam menulis krea
sastra!
LATIHAN 1
LATIHAN 1
8/19/2019 Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra.pdf
7/32
58
Rubrik yang Digunakan
No Aspek Rincian Indikator Ya Tidak Bukti1. Memilih isi
puisi sesuaidengan tema
• Isi puisi sesuaidengan tema yaitutentang sahabat
yang telah tiada
• Puisi mengandungnilai kehidupan(amanat)
√
√
Bahagialah di sana kau, dengan iman ini.
Tuhan, sayangi dirinya disisimu.
Kedua kutipan puisi tersebut menunjukkanteman si penulis (kau) telah tiada
Mengalir lembut bersama diri.
Keraskan hati, kuatkan mimpi.
Kutipan puisi tersebut memiliki maknabahwa sahabat (dalam puisi disebut kau)mampu membentuk dan menguatkan
mimpi kita.
2. Memilih isi
danperwajahan(bentuk tampilan)
puisi yangkreatif danotentik
• Perwajahan (bentuk
tampilan) puisimenarik
• Isi puisi bersifatotentik (tidak meniru yang telah
ada)
√
√
Perwajahan dalam puisi tersebut tidak
seperti biasa seperti hanya 1 paragraf dengan beberapa larik baris. Namun puisitersebut memiliki bentuk yang unik.
Puisi tersebut bersifat otentik karena tidak sama dengan puisi lain
3. Memili h diksidan struktur
• Ketepatanpemilihan diksidalam puisi
sehingga puisi bisamenarik.
• Ketepatanpemilihan judulpuisi sehingga
sesuai dengan isi
puisi secarakeseluruhan
• Terdapat rimadalam puisi
√
√
√
Pemilihan diksi juga sudah tepat. MisalnyaKibasan debu mu kemarin
Kata kibasan debu sangat indah jika kitacermati secara mendalam
Judul Kau sangat tepat karena telah
mewakili isi puisi secara keseluruhan.
Dalam puisi juga terdapat rima yaituasonansi bunyi /i/ di akhir larik kurang
lazim untuk puisi.
Dalam puisi terdapat majas seperti majaspersonifikasi yaitu pada kutipan Kibasan
ada tidaknya manfaat sebuah karya sastra, ada tidaknya kesesuaian karya sastra tersebut
dengan realitas yang ada, dan sebagainya. Oleh karenanya, siswa dituntut untuk mampu
menghubungkan sesuatu yang ada dalam karya sastra dan sesuatu yang ada di luar karya
sastra. Siswa dituntut untuk memahami secara kreatif.
Pada hasil belajar perspektif siswa dituntut untuk mengenali dan memahami
bahasa sastra melalui ciri-cirinya kemudian membandingkan efektifitasnya dengan
penuturan bahasa secara umum. Kategori kognitif yang termasuk di dalamnya antara
lain: kemampuan mengenal, memahami, menganalisis, membandingkan,
menggeneralisasi, dan menilai bentuk-bentuk kebahasaan yang dipergunakan dalam
suatu karya sastra. Termasuk pula dalam kategori ini adalah jawaban atas pertanyaan-
pertanyaan, mengapa pengarang memilih bentuk-bentuk linguistik tertentu, apa efeknya
terhadap karya yang dihasilkan, ragam bahasa yang digunakan, dan lain sebagainya.
Purves (dalam Harsiati, 2003) mengklasifikasikan hasil belajar sastra menjadi
empat kategori, meliputi: (1) hasil belajar pengetahuan, (2) hasil belajar penerapan, (3)
hasil belajar respons, dan (4) hasil belajar partisipasi. Hasil belajar kategori pengetahuan
ini berkaitan dengan hasil belajar kognitif mengenai sastra. Siswa dituntut untuk
mengenal dan memahami sejumlah fakta yang berkaitan dengan karya sastra.
Hasil belajar penerapan berkaitan dengan kemampuan siswa mengaplikasikan
sejumlah konsep, prinsip atau prosedur yang berkaitan dengan masalah kesusastraan.
Siswa mengaplikasikan kemampuan kognitifnya dalam menganlisis karya sastra.
Hasil belajar respons mengacu pada keseluruhan persepsi, respon, kognitif
psikomotor, dan afektif yang terjadi ketika seseorang membaca, mendengar, atau
mengamati penampilan suatu karya sastra. Kategori ini dibedakan lagi menjadi dua
macam, yakni hasil belajar respons reseptif, dan hasil belajar respons ekspresif. Hasi
belajar respons reseptif adalah respons siswa yang berkaitan dengan perilaku kogniti
sehubungan dengan kegiatan klasifikasi dan analisis suatu karya sastra. Bentuknya
berupa analisis segmen, hubungan, dan organisasi atau keseluruhan. Analisis resepti
dibedakan lagi menjadi dua, yakni analisis bentuk dan analisis isi. Hasil analisis respon
ekspresif adalah respons yang berkaitan dengan rekreasi karya sastra sebagai karya seni
Bentuknya bisa berupa pembacaan puisi secara lisan, dramatisasi, dan menceritakan
8/19/2019 Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra.pdf
8/32
8
kembali hasil pembacaan secara artistik, serta mengubah karya sastra dalam berbagai
bentuk.
Hasil belajar kategori partisipasi berkaitan dengan unsur afektif. Kategori ini
perlu dikembangkan, sebab salah satu fungsi pengajaran sastra adalah sebagai alat untuk
mengembangkan unsur sikap. Pengukuran aspek ini banyak menggunakan alat-alat
evaluasi nontes.
Jika kategori ini yang digunakan, akan lebih cocok jika pendekatan pragmatik
(teori respon pembaca) dimanfaatkan sebagai landas tumpu penilaian apresiasi sastra.
Dengan berpijak pada paparan teori di atas dapat disimpulkan bahwa sasaran penilaian
kemampuan apresiasi sastra dapat dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu responsi
reseptif dan responsi ekspresif. Responsi reseptif berkaitan dengan klasifikasi dan
analisis suatu karya sastra. Indikator kemampuan responsi reseptif berupa kemampuan
(a) menentukan unsur intrinsik karya sastra dengan menerapkan sejumlah prinsip/cara
penentuan unsur intrinsik karya sastra, (b) kemampuan menganalisis segmen, hubungan,
dan organisasi keseluruhan karya sastra (baik isi maupun bentuk), (c) kemampuan
merefleksikan secara personal, dan (d) kemampuan menilai karya sastra yang
dibaca/dilihat/didengar. Kemampuan merefleksi secara personal menuntut respon siswa
seandainya menjadi tokoh tertentu pada karya sastra atau mengalami suasana tertentu
seperti yang tergambarkan pada karya sastra. Kemampuan menilai karya sastra
menuntut siswa memberikan pandangan dan mereaksi suatu karya sastra setelah siswa
memahami karya sastra tersebut. Penilaian dapat dilakukan dengan kriteria internal
karya sastra maupun kriteria eksternal. Contoh penilaian dengan kriteria eksternal adalah
penilaian ada tidaknya manfaat sebuah karya sastra atau ada tidaknya kesesuaian karya
sastra tersebut dengan realitas yang ada sekarang. Oleh karenanya, siswa dituntut untuk
mampu menghubungkan sesuatu yang ada dalam karya sastra dan sesuatu yang ada di
luar karya sastra. Siswa dituntut untuk memahami secara kreatif. Pada indikator responsi
reseptif penilaian atau yang disebut Purves hasil belajar perspektif, siswa dituntut untuk
mengenali dan memahami bahasa sastra melalui ciri-cirinya kemudian membandingkan
efektifitasnya dengan penuturan bahasa secara umum.
Secara ringkas kemampuan yang diharapkan pada jenis responsi reseptif ini
adalah kemampuan mengenal, memahami, menganalisis, membandingkan,
mengembangkan menjadi puisi,
memperbaik menjadi produk akhir
1. Mampu merumuskan tema/
pokok permasalahan daripuisi yang akan ditulis.
2. Mampu mengembangkankalimat puitis dan pilihankata yang menggambarkan
perasaan siswa terhadapsahabatnya.
3. Orisinalitas dan kreativitas ideyang yang tergambar padapuisi keutuhan dan kesatuan
ide.
mengembangkan cerpen da
sinopsis yang telah dibuat (produk dengan tugas memb
cerpen dan rubrik penilaian
Dari ilustrasi di atas juga tampak bahwa pada tiap tahapan pembelajaran seoran
guru melakukan asesmen dengan fokus yang berbeda. Pada tahap eksplorasi, elabora
dan konfirmasi, guru menilai keaktifan siswa kerjasama, kekritisan, dan tanggung jawa
Tujuan pada tahap eksploras i dan elaborasi di atas, siswa berlatih secara kelompok unt
menemukanide penulisan, pokok-pokok isi, dan mengembangkannya menjadi puisi seca
utuh. Setelah berlatih siswa dan guru menyimpulkan langkah menulis puisi d
pengembangannya berdasarkan perasaan yang dialami. Pada tahapan eksplorasi, elabora
dan konfirmasi, guru mengumpulkan informasi dengan lembar pengamatan tentan
keaktifan, kekritisan, tanggung jawab siswa maupun kerjasama siswa dalam kelompo
Kesulitan-kesulitan siswa juga diamati guru untuk memahami kesulitan yang dialam
siswa pada penemuan ide, penentuan pokok isi, dan pengembangannya menjadi pu
yang memilki kepaduan dan kesatuan. Tahap eksplorasi, elaborasi, dan konfirma
dilakukan guru selama 2 jam pelajaran (1 pertemuan). Pada pertemuan kedua, gu
menilai siswa dengan teknik tes produk secara utuh dengan menugaskan siswa seca
mandiri menyusun puisi berdasarkan perasaan tertentu yang pernah dialami. Penilai
produk dilakukan dengan rubrik tertentu. Dari skor yang diperoleh guru ak
membandingkan dengan KKM Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Jika skor lebih bes
daripada ketentuan pada KKM berarti tuntas untuk KD menulis puisi. Sebaliknya, jik
skor lebih kecil berarti tidak tuntas untuk KD menulis puisi.
Amati contoh tugas penilaian menulis puisi dan penilaiannya berikut!
Soal/tugas
Buatlah puisi yang menggambarkan perasaanmu kepada sahabatmu!
Penilaian berdasarkan rubrik Contoh puisi yang dihasilkan siswa
Kau
Mengalir lembut bersama diri.
Keraskan hati
kuatkan mimpi.
Kibasan debumuhari ini
8/19/2019 Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra.pdf
9/32
56
Tahap Pembelajara n Tujuan ya ng aka n dicapai Sasara n Asesmen/ Alat
Pendahuluan
ApersepsiGuru bertanya jawab tentang
pengalaman siswa menulis puisi
(Eksplorasi)
1. Guru mendemostrasikancara membuat puisiberdasarkan perasaan
yang dialami dan siswadiminta melengkapi puisi
yang dibuat guru.2. Siswa diminta guru
mengomentari puisi yang
telah dibuat bersama.3. Siswa berkelompok
membuat puisi dengantugas menulis yangdiberikan.
Memotivasi siswa
1. Siswa berlatih menggaliperasaan untuk menulispuisi.
2. Siswa mampu melakukanlangkah yang tepat untuk
menulis puisi berdasarkanperasaan yang dialami.
3. Siswa berlatih mendata
pokok-pokok isi puisi yangakan ditulis Siswa berlatih
mengembangkan puisidengan kalimat-kalimatyang puitis.
Rasa ingin tahu siswa
Keaktifan siswa dan kerjasamasiswa dengan teman dalam
kelompok (dengan lembarpengamatan)
Kesulitan siswa dalam membuatpuisi (dengan wawancara/tanya jawab lisan)
(Elaborasi)Tiap kelompok saling membacadan mengomentari hasil kelompok
Menumbuhkan kekritisan siswa danmengomentari
Partisipasi dalam kelompok,kekritisan siswa, kreativitas ide
untuk memberi solusi (denganlembar pengamatan)
Konfirmasi1. Guru memberikan contoh
sinopsis dan cerpen yangtelah dikembangkan dari
gambar yang sama.2. Siswa bertanya jawab untuk
mendapatkan pemahaman
tentang langkahmenemukan ide cerpen,merumuskan sinopsis, da
mengembangkan menjadicerpen secara utuh
Siswa mampu menyimpulkan
langkah menemukan ide, membuatsinopsis, dan mengembangkan
cerpen dari sinopsis yang telahdibuat.
Kekritisan siswa mengomentari
hasil kelompok lain, keterlibatanmemberi masukan
Penilaian Kompetensi(Ulangan Harian)Siswa secara individu menentukanpokok – pokok perasaan,
Indikator yang akan diamati padaproduk dirinci berikut.
Kemampuan siswa menemukan ide,membuat sinopsis, dan
menggeneralisasi, merefleksi, dan menilai bentuk maupun isi karya sastra. Termasuk
pula dalam kategori responsi reseptif terhadap bentuk karya sastra adalah jawaban ata
pertanyaan-pertanyaan, mengapa pengarang memilih bentuk-bentuk linguistik tertentu
dan apa efeknya terhadap karya yang dihasilkan, ragam bahasa yang digunakan, bentuk
teknik penokohan yang digunakan dan efeknya terhadap karya sastra. Penilaian terhadap
isi dapat berupa penilaian kebermaknaan isi yang diungkapkan pengarang atau relevansi
isi dengan kehidupan saat ini.
Jadi, responsi reseptif adalah kemampuan memahami dan menyimpulkan uns
intrinsik karya sastra yang dibaca/didengar dan menganalisisnya bukti simpulan ya
ditentukan (pembaca menunjukkan bukti yang mendukung simpulannya). Selain it
kemampuan jenis responsi reseptif ini menganalisis mengapa pengarang/peny
menggunakan teknik tertentu dan apa efeknya terhadap karya sastra yang dihasilkan d
dilanjutkan dengan penghargaan terhadap karya sastra yang dihasilkan. Kemampua
responsi reseptif juga mencakup kemampuan merefleksikan hasil dengan kondisi person
(seandainya aku menjadi ...., seandainya aku mengalami ....). Termasuk juga kemampua
merefleksikan isi karya sastra dengan kehidupan masa kini. Tingkatan tertinggi respon
reseptif adalah kemampuan menilai karya sastra baik dari segi bentuk maupun isi.
Kategori kedua kemampuan apresiasi sastra adalah kemampuan responsi ekspresKemampuan ini menuntut siswa melakukan rekreasi karya sastra yang dibaca at
didengar. Kategori ini berupa kemampuan siswa untuk menampilkan kembali ha
apresiasi sastra ke dalam bentuk lain. Termasuk ke dalam kategori rekreasi karya sas
adalah musikalisasi puisi, teatrikal cerpen yang dibaca/didengar, atau menampilka
dramatisasi hasil apresiasi terhadap naskah drama.
Dengan uraian di atas, secara ringkas dirumuskan kemampuan apresiasi sas
meliputi kemampuan berikut.
Responsi Reseptif
• Kemampuan memaknai penggunaan kata, simbol, gaya bahasa dalam karya sastra
• Kemampuan menentukan unsur intrinsik karya sastra
• Kemampuan menunjukkan bukti unsur intrinsik yang ditentukan
• Kemampuan merangkum/meringkas isi yang disampaikan pengarang pada kary
sastra dengan sudut pandang pembaca
8/19/2019 Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra.pdf
10/32
10
• Kemampuan menganalisis hubungan antarunsur intrinsik sastra
• Kemampuan menganalisis efek yang ditimbulkan dengan penggunaan bentuk karya
sastra terhadap isi (efek pemilihan kata tertentu, teknik penokohan, penggunaan
rima tertentu terhadap karya sastra yang dihasilkan)
• Kemampuan merefleksikan isi dengan kehidupan nyata
• Kemampuan mengevaluasi penggunaan kebahasaan sebagai media pengungkapan
• Kemampuan mengkritisi aspek isi karya sastra
Responsi Ekspresif
• Kemampuan memilih bentuk rekreasi yang sesuai dengan hasil apresiasi
• Kemampuan menampilkan hasil apresiasi dengan memberikan sentuhan kreativitas
pada aspek lisan (intonasi, gesture, ekspresi)
• Kemampuan menampilkan hasil apresiasi dengan memberikan sentuhan kreativitas
pada penampilan (teknik penyajian pada waktu musikalisasi puisi, memerankan)
• Kemampuan menampilkan hasil apresiasi dengan memberikan sentuhan kreativitas
pada isi karya sastra
• Kemampuan menampilkan hasil apresiasi dengan sentuhan kreativitas pada bentuk
(mengubah dari bentuk cerpen menjadi drama)
• Kemampuan menampilkan hasil apresiasi dengan memberikan sentuhan kreativitas
pada aspek properti
Kemampuan responsi reseptif dan kemampuan responsi ekspresif diterapkan dalam
pembelajaran puisi, pembelajaran prosa fiksi, dan pembelajaran drama. Secara ringkas
kedua bentuk kemampuan apresiasi tersebut dipaparkan berikut.
dilakukan penulis pada waktu mengembangkan karya sastra terjadi secara simultan d
abstrak sehingga tidak mudah diamati.
Hal penting dalam penilaian menulis sastra dengan teknik penilaian produk adal
penyusunan tugas menulis dan penyusunan rubrik. Perumusan tugas menu
mencatumkan tahapan penulisan sehingga dapat dilacak kesulitan siswa. Di samping i
dengan tugas menulis akan bisa dilacak keautentikan hasil karya yang dibuat. Rubr
penyekoran dalam penilaian menulis kreatif berisi aspek (a) kreativitas ide yang dipili
(b) kreativitas cara penggarapan (penggarapan latar, tokoh, penggunaan simbol, da
sebagainya), (3) kreativitas pemilihan kata/kalimat (kreatif dalam menggunakan maj
atau imaji tertentu), (4) kebermanfaatan karya, dan (5) kesatuan isi (tidak terdapat ide yan
kontradiktif).
Perencanaan Penilaian Menulis Kreatif Sastra dicontohkan berikut.
Langkah merencanakan penilaian hasil dalam pembelajaran menulis sastra adal
(a) mencermati kompetensi dasar pada Standar Isi, (b) menentukan konsep apresiasi sas
dan ciri-cirinya, (c) menentukan indikator hasil belajar dan indikator proses yang aka
dinilai, (d) memilih teknik dan alat penilaian, (e) memilih tugas menulis kreatif yan
sesuai sebagai rangsang memunculkan kemampuan menulis, (f) menyusun rubr
pedoman penyekoran, dan (g) menentukan kriteria ketuntasan.Langkah penilaian proses (a) menentukan aspek karakter yang akan diintegrasik
pada pelaksanaan kompetensi dasar pada Standar Isi, (b) menentukan indikator pros
yang berupa adanya keterlibatan siswa dalam pembelajaran apresiasi sastra ya
menuntun tumbuhnya perilaku-perilaku positif, (c) menentukan indikator hasil belajar d
indikator proses yang akan dinilai, (d) memilih teknik dan alat penilaian, dan (
menentukan kriteria teramati/tidaknya perilaku.
Contoh teknik pelaksanaan penilaian proses kreatif dengan mempertimbangk
perencanaan dan aspek afektif dipaparkan berikut.
8/19/2019 Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra.pdf
11/32
54
rancangan garis besar cerita. Rubrik juga dapat dikembangkan dengan hanyaberorientasi pada hasil akhir saja tanpa menilai aspek perencanaan.
e. Menulis Karya Sastra Berdasarkan Pengalaman Orang LainModel penilaian ini menggunakan teknik tes produk dengan rangsang pengalamanorang lain. Siswa diminta menentukan fokus permasalahan (tema), menentukangaris besar isi, dan mengembangkan secara utuh menjadi karya sastra yang utuhdan padu. Rubrik penilaian dikembangkan untuk menilai hasil akhir danperencanaan. Penilaian tahap perencanaan meliputi penggalian ide dan penulisanrancangan garis besar cerita. Rubrik juga dapat dikembangkan dengan hanya
berorientasi pada hasil akhir saja tanpa menilai aspek perencanaan.
f. Menulis Karya Sastra secara BebasModel penilaian ini menggunakan teknik tes produk dengan menugaskan siswamembuat karya sastra secara bebas. Siswa diminta menentukan fokuspermasalahan (tema), menentukan garis besar i si, dan mengembangkan secarautuh menjadi karya sastra yang utuh dan padu. Rubrik penilaian dikembangkanuntuk menilai hasil akhir dan perencanaan. Penilaian tahap perencanaan meliputipenggalian ide dan penulisan rancangan garis besar cerita. Rubrik juga dapatdikembangkan dengan hanya berorientasi pada hasil akhir saja tanpa menilaiaspek perencanaan.
6. Perencanaan dan Teknik Penilaian Menulis Kreatif Sastra
Teknik penilaian hasil dalam pembelajaran proses kreatif sastra adalah penilaian
produk. Penilaian produk adalah penilaian terhadap kemampuan membuat produk
teknologi dan seni. Penilaian produk terdiri dari tiga tahap yaitu tahap persiapan/
perencanaan, proses pembuatan, dan tahap penilaian hasil akhir. Pada tahap persiapan
dinilai kemampuan merencanakan, menggali ide, atau merumuskan gagasan. Pada tahap
pembuatan dinilai kemampuan menggunakan bahan, alat, dan teknik memproduksi. Pada
tahap penilaian hasil akhir adalah mengamati hasil akhir dan menilai kemampuan
menghasilkan produk sesuai yang ditugaskan/sesuai spesifikasi tertentu.
Penilaian produk ada yang memperhatikan persiapan/perencanaan, proses
pembuatan, dan hasil akhir. Ada juga penilaian produk yang hanya bertumpu pada
perencanaan dan hasil akhir saja karena proses sulit diamati. Kegiatan menulis karya sastra
termasuk penilaian produk yang bertumpu pada perencanaan dan hasil akhir. Teknik yang
digunakan dan proses pembuatan sulit dideteksi karena berlangsung secara abstrak yang
melibatkan sikap, minat, dan keterampilan penulis. Proses imajinasi dan asosiasi yang
Contoh pertanyaan responsi reseptif puisi adalah (1) Apa makna atau tema pa
puisi itu? (2) Bagaimana kesan yang dikandungnya? (3) Bagaimana nadanya? (4) Apak
maksud atau tujuan penyair? (5) Bagaimana keselarasan antara keempat unsur itu? (
Bagaimana diksi yang digunakan? (7) Sesuaikah penggunaan kata konkret (the concre
word ) pada puisi? (8) Tepatkah penggunaan majasnya? (9) Bagaimana ritme dan rimany
(10) Bagaimana hubungan antara metode penggarapan unsur intrinsik yang digunak
dengan dampak pada karya sastra/puisi yang dihasilkan? Jika jawaban atas pertanyaan
atas sudah diperoleh apresiasi dilanjutkan pada dapat aspek emotif dan reflektif. Kegita
emotif dilakukan dengan mengajukan pertanyaan apa suasana yang kamu rasakan deng
membaca karya tersebut, bagaimana perasaanmu jika kamu mengalami pengalaman bat
seperti yang terdapat pada puisi tersebut, apa yang akan kamu lakukan setel
memperoleh pengalaman batin seperti pada puisi tersebut, apa pengalaman batin papuisi tersebut berkaitan dengan kehidupan sekarang, bagaimana menggunaka
pengalaman batin tersebut untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Pertanyaan bi
KemampuanApresiasi Sastra
Responsi Reseptif
Responsi Ekspresif
ProsaFiksi
Drama
Puisi
Puisi
Prosa Fiksi
Drama
8/19/2019 Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra.pdf
12/32
12
terus dilanjutkan pada kemampuan menilai kebermanaan isi dan relevansi isi dengan
kondisi saat ini.
Contoh pertanyaan responsi reseptif cerpen adalah (1) siapa tokoh pada cerpen di
atas? (2) Bagaimana watak tokoh pada cerpen dan tunjukkan bukti kutipan pada cerpen?
(3) Bagaimana rangkaian sebab-akibat yang terjadi pada cerpen di atas (jelaskan tahapan
alur cerita dari awal sampai akhir)? (4) Latar apa saja yang terdapat pada cerpen? (5)
Jelaskan tema cerpen di atas dan beri alasannya! (6) Bagaimana keselarasan antara unsur
intrinsik cerpen tersebut? (7) Bagaimana efek teknik penokohan, sudut pandang, dan
pilihan kata yang digunakan terhadap cerpen? (6) Bagaimana diksi yang digunakan dalam
cerpen? (7) Adakah unsur keunikan pada tema, tokoh, seting pada cerita? Adakah unsur
keunikan pada penggarapan teknik penokohan, seting, sudut pandang, pembukaan cerita,
dialog, atau aspek lain pada cerpen? (8) Sesuaikah penggunaan teknik penokohan dengan
tema yang diungkapkan? (9) Tepatkah penggunaan bahasa pada cerpen tersebut? (10)
Bagaimana hubungan antara metode penggarapan unsur intrinsik yang digunakan dengan
dampak pada cerpen yang dihasilkan? (11) bagaimana perasaanmu seandainya menjadi
tokoh pada cerpen? (12) Apa yang kamu lakukan seandainya kamu mengalami konflik
seperti Firman ? (13) Apakah nilai pada cerpen tersebut masih relevan dengan kehidupan
sekarang? (14) Apakah ada kemanfaatan isi yang dapat kamu petik dari membaca cerpentersebut? (15) Apakah ada keselaranan antar unsur intrinsik dalam cerpen tersebut?
Jika jawaban atas pertanyaan di atas sudah diperoleh apresiasi dilanjutkan pada
dapat aspek emotif dan reflektif. Kegiatan emotif dilakukan dengan mengajukan
pertanyaan apa suasana yang kamu rasakan dengan membaca karya tersebut, bagaimana
perasaanmu jika kamu mengalami pengalaman batin seperti yang terdapat pada puisi
tersebut, apa yang akan kamu lakukan setelah memperoleh pengalaman batin seperti pada
puisi tersebut, apa pengalaman batin pada puisi tersebut berkaitan dengan kehidupan
sekarang, bagaimana menggunakan pengalaman batin tersebut untuk memecahkan
masalah yang dihadapi. Pertanyaan bisa terus dilanjutkan pada kemampuan menilai
kebermanaan isi dan relevansi isi dengan kondisi saat ini.
Menghasilkan karya sastra akan lebih mudah jika penulis dalam kondisi kejiwaan
seperti berikut.
Jiwa sedang iba (trenyuh), yaitu keadaan psikis penulis merasa kasihan terhadap
sebuah fenomena.
Jiwa penulis sedang geram, artinya dalam keadaan marah.
Jiwa penulis merasa kagum, artinya ada rasa heran, penuh tanda tanya, ada rasa
keagungan (Endraswara, 2008:213).
Dengan asumsi seperti itu rangsang penulisan karya sastra dapat berupa penciptaan
kondisi kegelisahan, kekaguman, kesedihan, keindahan, dan perasaan lain.
Contoh
- Bukalah album keluargamu! Cari fotomu yang kamu anggap paling berkesan!
Buatlah puisi berdasarkan perasaan yang kamu rasakan!
- Berkunjunglah ke rumah sakit! Amati orang-orang yang sedang di ICU! Bandingka
dengan kondisimu yang sekarang masih sehat! Buatlah puisi untuk
mengungkapkan kondisi perasaanmu!
c.Menulis Karya Sastra Berdasarkan Pengamatan (mewawancarai, mengamati objek)Model penilaian ini menggunakan teknik tes produk dengan rangsang pengamataobjek. Siswa diminta menentukan fokus permasalahan (tema), menentukan garisbesar isi, dan mengembangkan secara utuh menjadi karya sastra yang utuh danpadu. Rubrik penilaian dikembangkan untuk menilai hasil akhir dan perencanaan.Penilaian tahap perencanaan meliputi penggalian ide dan penulisan rancangan garbesar cerita. Rubrik juga dapat dikembangkan dengan hanya berorientasi padahasil akhir saja tanpa menilai aspek perencanaan.Amati objek umum yang menarik di daerahmu! Tulislah puisi berdasrkan objek yang kamu amati
d. Menulis Karya sastra berdasarkan Pengalaman SendiriModel penilaian ini menggunakan teknik tes produk dengan rangsang pengalama
pribadinya. Siswa diminta menentukan fokus permasalahan (tema), menentukangaris besar isi, dan mengembangkan secara utuh menjadi karya sastra yang utuhdan padu. Rubrik penilaian dikembangkan untuk menilai hasil akhir danperencanaan. Penilaian tahap perencanaan meliputi penggalian ide dan penulisan
8/19/2019 Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra.pdf
13/32
52
Menggunakan Teknik yang Memungkinkan Semua Siswa Berkreasi dengan Rubrik yang Diketahui
Penilaian menulis kreatif terfokus pada keberanian berkreasi secara individu.
Kelompok hanya digunakan sebagai wadah kerjasama/mengikat siswa dalam tema tertentu
atau kesamaan objek yang diamati. Tugas individu perlu dilakukan agar semua siswa
mencoba berkreasi. Semua siswa memiliki pengalaman berkarya, pengalaman menilai
teman,
Penilaian Menulis Kreatif Memberikan Kebanggaan Berkarya dan Peer Assessment
Kegiatan menulis kreatif merupakan sarana untuk menumbuhkan kebanggaan
berkarya. Guru mengkondisikan penilaian terbuka dengan pelibatan siswa. Penilain juga
mempertimbangkan karya favorit yang dipilih teman-temannya. Dengan demikian
penilaian sejawat perlu dibudayakan. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan
pendapatnya dalam menilai karya sendiri maupun karya orang lain. ru untuk si secara
individu. Kelompok hanya digunakan sebagai wadah kerjasama/mengikat siswa dalam
tema tertentu atau kesamaan objek yang diamati.
5. Ragam Teknik Penilaian Menulis Kreatif SastraPenilaian menulis sastra adalah penilaian produk. Penilaian produk diperlukan
tugas menulis dan rubrik (pedoman penyekoran). Ragam tugas menulis kreatif dipaparkan
berikut!
a)Menulis Karya Sastra Berdasarkan Karya yang sudah Ada (Karya Sastra yang
Lain)
Model penilaian ini menggunakan teknik tes produk dengan rangsang karya
sastra yang sudah ada dan meminta siswa mengubah menjadi bentuk karya sastra
yang lain. Rubrik penilaian dikembangkan untuk menilai hasil akhir karya sastra
yang ditugaskan. Rubrik dikembangkan berdasarkan rangsang yang disajikan.
Contoh
Ubahlah kutipan cerpen berikut menjadi naskah drama!b)Menulis dengan Rangsangan Emosi
2. Prinsip Penilaian Apresiasi Sastra
Penilaian apresiasi sastra harus dilakukan dengan prinsip-prinsip tertentu. Prins
menilai apresiasi sastra dirumuskan berdasarkan kajian terhadap tujuan apresiasi sastr
tujuan penilaian, dan sasaran penilaian apresiasi sastra.
a. Menggunakan rangsang karya sastra (menuntun siswa menggauli karya sastra)
Tujuan apresias i sastra adalah agar siswa memahami dan mengapresia
pengalaman pengarang/penyair tentang kehidupan. Karena itu, pembelajaran da
penilaian apresiasi satra langsung melibatkan siswa untuk membaca/mendeng
karya sastra. Penilaian apresiasi sastra bukan pada tingkatan pengetahuan at
informasi. Pengetahuan tentang sastra hanya digunakan pada pembelajaran unt
mempertajam hasil apresiasi.
b. Penilaian apresiasi sastra mencakup berbagai tingkatan apresiasi
Penilaian menuntut siswa untuk membaca/mendengarkan karya sastra kemudia
memahami, menganalisis, menghayati, dan menghargai karya sastra. Penilai
Penilaian apresiasi sastra perlu komprehensif yang mencakup keseluruhan tahap
mengapresiasi karya sastra.
c. Menuntut siswa memberikan respon setelah membaca/mendengar karya sas
dengan berbagai tingkatan respon (responsi reseptif dan responsi produktiTujuan pembelajaran apresiasi sastra adalah memfasilitasi siswa untuk menggau
sastra secara sungguh-sungguh sehingga menumbuhkan pengertian, penghargaa
kepekaan kritis, dan kepekaan perasaan. Dalam apresiasi sastra sasaran penilai
mencakup aspek kognitif, aspek emotif, dan aspek evaluatif. Sasaran terseb
secara komprehensif dan terintegrasi dengan penilaian apresiasi sastra.
d. Penentuan unsur intrinsik dengan melacak bukti pada karya sastra
Hal ini dilakukan untuk melatih proses berpikir kritis siswa. Tugas maupun so
disusun tidak hanya menentukan unsur intrinsik suatu karya sastra tetapi jug
membuktikan mengapa sampai pada simpulan tertentu.
e. Penilaian hasil terfokus pada kesesuaian jawaban siswa dengan karya sastra ya
didengar/didengarnya
Pedoman penyekoran memberikan rentang apresiasi dengan bukti/argumen yan
diungkapkan. Kesesuaian argumen dengan hasil apresiasi perlu diadop
8/19/2019 Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra.pdf
14/32
14
Penyekoran bukan secar eksak tetapi rentangan yang disesuaikan dengan argumen
yang dikemukakan.
f. Penilaian harus mencakup penilaian hasil dan penilaian proses
Penilaian apresiasi sastra harus mencakup penilaian hasil dan proses dalam
pembelajaran apresiasi sastra. Aspek hasil adalah kemampuan memaknai,
menentukan unsur intrinsik dan bukti yang mendukung, kemampuan menghargai
dan merefleksikan karya sastra yang didengar/dibaca. Penilaian proses
mengumpulkan informasi tentang proses siswa mengapresiasi dan perilaku yang
tumbuh dalam proses pembelajaran dalam kurun waktu tertentu.
Hal itu didasarkan pada pendapat bahwa belajar sastra adalah belajar tentang
hidup. Memahami karya sastra manusia memperoleh gizi batin sehingga sisi-sisi
gelap manusia bisa tercerahkan melalui kristalisasi nilai-nilai yang terkandung
dalam karya sastra. Teks sastra merupakan layar tempat diproyeksikan pengalaman
pskisis manusia. Bekal awal belajar sastra adalah kepekaan emosi/perasaan,
pengetahuan dan pengalaman yang berhubungan dengan masalah kehidupan dan
kemanusiaan (bisa diperoleh dengan cara menghayati kehidupan secara intensif
atau membaca buku-buku humanitas/psikologi, pemahaman aspek kebahasaan,
pemahaman unsur intrinsik, sering menggauli karya sastra.g. Penilaian apresiasi sastra menilai kemampuan siswa melakukan transfer
Penilaian apresiasi sastra menilai kemampuan siswa mentransfer langkah-langkah
apresiasi yang dikuasai pada karya sastra lain yang memiliki genre sama. Dengan
demikian, karya sastra yang digunakan sebagai pembelajaran hendaknya berbeda
dengan kutipan karya sastra yang digunakan untuk penilaian.
3. Alat Penilaian dalam Penilaian Apresiasi Sastra
a. Alat Penilaian Proses pada Penilaian Apresiasi Sastra
Alat penilaian proses dalam apresiasi sastra mencakup portofolio, lembar
pengamatan, dan jurnal refleksi. Portofolio apresiasi sastra memberikan informasi tentang
perkembangan apresiasi sastra daalam kurun waktu tertentu. Dari portofolio tersebut dapat
diketahui minat siswa terhadap karya sastra. Dengan lembar pengamatan dapat diketahui
keterlibatan siswa dalam pembelajaran, sikap/perilaku yang muncul dalam pembelajaran
Menilai Teknik-teknik Bersastra secara Integratif (Terpadu dengan Karya yang Dihasilkan)
Teori menulis sastra tidak selayaknya dinilai tersendiri. Teknik menghasilk
karya sastra dinilai terintegrasi pada karya yang dihasilkan. Pengamatan penilain ju
pada teknik yang digunakan pada penulisan (misalnya teknik asosiasi bebas, tekn
kontemplasi, teknik pengadukan emosi dengan pelibatan langsung pada suasana). Tekn
asosiasi bebas tidak begitu memperhatikan proses. Siswa dibiarkan menuliskan apa syang masuk ke dalam pikirannya. Setelah ilhamnya habis, barulah ia memeriks
tulisannya dan mengedit, menambah atau mengurangi, dan menentukan sentuhan akh
Seringkali dalam melakukan asosiasi ini pengarang mengingat-ingat segala kejadian ya
pernah dialaminya, khususnya kejadian di masa anak-anak, atau memunculkan kemba
pikiran-pikiran dan imajinasinya yang paling liar. Teknik yang dilakukan siswa dala
menulis perlu diamati untuk mengatasi kesulitan siswa dalam menulis. Tekn
menampilkan citraan (imagery) atau gambaran angan-angan dalam sajak/prosa fiksi dinil
dalam proses penulisan bukan dinilai dengan tes objektif tentang jenis-jenis imaji. Tekn
membuat citraan sehingga pembaca memperoleh gambaran yang jelas, suasana khusu
atau gambaran yang menghidupkan alam pikiran dan perasaan penyairnya merupaka
sasaran penilaian.
Menggunakan Pengalaman Hidup dan Lingkungan Sosial sebagai Tugas Kontekstua
Menggunakan pengalaman manusia dan lingkungan sosial sebagai sumber i
penulisan. Hal ini berkaitan dengan pendekatan didaktik yang digunakan dalam
pembelajaran sastra.
Menghargai Kreativitas dan Orisinalitas
Penilaian menulis kreatif harus menghargai kreativitas dan menjunjung ting
orisinalitas. Aspek kreatif harus mendapat porsi yang cukup dalam penilaian menul
sastra. Begitu juga orisinalitas karya yang dihasilkan. Latihan menulis sastra jang
sampai menjebak siswa untuk menjadi plagiat ulung. Untuk itu, tugas menulis per
dirancang agar guru bisa mengarahkan siswa tidak mencontek. Tugas terkontrol tentun
lebih dapat membedakan orisinalitas daripada tugas menulis bebas.
8/19/2019 Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra.pdf
15/32
50
mengetahui langkah yang dilakukan siswa dalam menulis kreatif, bagian-bagian yang
sudah/belum dikuasai siswa, serta perasaan siswa/pengalaman personal siswa dalam
menulis sastra. Selain tugas kontekstual diperlukan rubrik penilaian karya sastra yang
dibuat siswa.
Langkah menyusun rubrik menulis karya sastra (a) menentukan aspek
penting/kriteria sesuai dengan hasil karya siswa (puisi dianggap baik jika memenuhi
aspek apa saja, (b) merumuskan aspek penting menjadi deskriptor atau perilaku khusus
yang menunjukkan kriteria hasil karya yang baik, (c) menentukan skor maksimal dan
bobot tiap-tiap deskriptor, (d) menentukan pedoman penyekoran tingkat ketuntasan.
Teknik penilaian menulis sastra bisa dilakukan dengan teknik individu dan
dikerjakan di sekolah, atau ditugaskan di rumah dengan pengendalian garis besar isi.
Penilaian kelompok bisa dilakukan dengan cara menugaskan siswa mengamati peristiwa
sosial secara kelompok dan menulis karya sastra secara individu. Teknik penilaian
menulis karya sastra bisa dilakukan dengan cara terkontrol dan bebas. Kelemahan tugas
menulis bebas, guru tidak bisa mendeteksi keorisinilan sebuah karya. Tugas terkontrol
bisa dikendalikan tetapi agak membatasi siswa. Keduanya bisa digunakan dengan melihat
kondisi yang ada.
Penilaian Bermakna dan Menumbuhkan Karakter dengan Merangsang dengan Tugas Kontekstual Masalah Sehari-hari
Manusia dengan segala problemnya adalah objek karya sastra. Problem manusia
begitu kompleks. Sastrawan tidak bisa menutup mata terhadap problem masyarakatnya.
Karena itu sastra harus mencerminkan problem-problem sosial masyarakat. Sastra tidak
lagi berbicara tentang keindahan semata, tapi juga lorong-lorong kumuh dan penderitaan
umat manusia. Dengan begitu sastra akan bermakna. Karya sastra merupakan fenomena
kehidupan manusia, yang secara garis besar menyangkut: (a) persoalan manusia dengan
dirinya sendiri, (b) hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkup sosial termasuk
dalam hubungannya dengan lingkungan alam, dan (c) hubungan manusia dengan
Tuhannya (Nurgiyantoro, l998:323). Banyak sisi kehidupan manusia yang (dapat) dicakup
oleh karya sastra, misalnya, kesedihan, kegelisahan, kekecewaan, kemarahan, keheranan,
protes, dan pikiran atau opini. dan lingkungan, tatanan sosial, tatanan politik dan
sejenisnya.
tertentu, kesulitan yang dialami pada waktu pembelajaran apresiasi sastra. Jurnal reflek
memberikan informasi tentang langkah yang dilakukan siswa untuk mencapai has
kesulitan yang dirasakan, dan kekuatan yang dirasakan siswa dari sudut pandang siswa.
Contoh Lembar Pengamatan Proses
Nama Kerjasama (mauberpartisipasi
dalammenyelesaikan tugas
kelompok)
Kecermatan dankonsentrasi (dapat
berkonsentrasi/penuhperhatian menyimak)
Tanggung jawab
(menyelesaikantugas sampai
selesai)
Taat atura(ketepatan pro
yang disepak
Jurnal Refleksi Apresiasi Sastra
Jurnal refleksi berisi refleksi langkah yang telah dilakukan siswa dalam apresi
sastra. Selain itu, jurnal refleksi berisi kesulitan dan bagian yang sudah dipahami/belu
dipahami oleh siswa. Contoh alat penilaian jurnal refleksi dalam pembelajaran apresia
sastra dipaparkan berikut.
8/19/2019 Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra.pdf
16/32
16
Nama:
Refleksi responsi reseptif
1.Langkah yang saya lakukan dalam menentukan tema puisi adalah ....................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................2. Kesulitan saya dalam menentukan unsur intrinsik puisi adalah
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
............................................................................................................................3. Upaya yang telah saya lakukan untuk mengatasi kesulitan adalah......................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................
b. Alat Penilaian Hasil pada Penilaian Apresiasi Sastra
Dari kajian tujuan dan karakteristik kemampuan apresiasi sastra di atas dapatdisimpulkan bahwa kemampuan apresiasi sastra merupakan keterampilan berpikir yang
dapat diukur dengan tes. Tes yang digunakan dapat berbentuk objektif maupun esai. Tes
esai digunakan untuk memperoleh informasi tentang kemampuan responsi reseptif yang
meliputi keterampilan mentransfer cara mengapresiasi dalam konteks karya satra yang
berbeda. Tes digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa memahami, menganalisis,
mengkritisi, menghargai, dan merefleksikan pengalaman dari karya sastra yang dibaca.
Selain tes, alat yang digunakan pada penilaian hasil adalah unjuk kerja. Penilaian dengan
unjuk kerja digunakan jika guru akan menilai kemampuan responsi ekspresif misalnya
musikalisasi puisi, teatrikal cerpen, membacakan puisi, dan sebagainya.
Ada sejumlah langkah yang harus dilakukan untuk menyusun alat penilaian hasil
apresiasi sastra. Amati contoh bentuk alat penilaian hasil apresiasi sastra sastra berikut!
4. Prinsip/Karakteristik Alat Penilaian Menulis Kreatif
Sasaran Penilaian Mencakup Tahapan Perencanaan sampai Hasil Akhir
Sasaran penilaian dilakukan mulai tahapan perencanaan (sebelum menul
pramenulis) sampai hasil akhir. Penilaian pada tahap perencanaan mencak
kemampuan/kepekaan menggali ide, kemampuan memilih, merumuskan tema, d
membuat garis besar tulisan. Tahap pengembangan mencakup tahap penulisan draft awa
Tahap pasca menulis berupa kegiatan penyuntingan draft awal dan revisi prod
berdasarkan masukan dari guru dan teman. Termasuk tahap pasca menulis adal
pemajangan hasil akhir atau dijadikan kumpulan puisi atau cerpen.
Penilaian Memperhatikan Proses dan Produk
Sasaran penilaian menulis kreatif sastra mencakup penilaian proses dan has
Sasaran penilaian hasil menulis kreatif adalah kemampuan menghasilakn produk kary
sastra tahapan pra menulis, menulis draft, dan kegiatan penyuntingan. Secara rin
sasaran hasil pembelajaran menulis kreatif adalah kemampuan menggali ide, memilih id
menyusun garis besar isi, mengembangkan buram penulisan, merevisi buram penulis
berdasarkan masukan. Sasaran penilaian proses adalah langkah yang dilakukan dala
menulis, kesulitan yang dialami dalam mengapresiasi sastra, dan aspek afektif (tanggun
jawab mengerjakan proses penulisan, kritis menemukan perbaikan karya sendiri maup
karya teman, kreativitas mengolah lingkungan/pengalaman menjadi karya sastr
kerjasama/ coopetition, menghargai karya orang lain, sportif, dan sikap positif lain yan
relevan).
Alat yang digunakan pada keterampilan menulis kreatif sastra adalah penilaia
produk (hasil akhir dengan mempertimbangkan tahapan penggalian ide, pemilihan id
pengembangan draft). Untuk melakukan penilaian produk diperlukan tugas kontekstu
untuk merangsang siswa menghasilkan suatu karya sastra. Rangsang menulis kreatif b
berupa rangsang objek, rangsang gambar emotif, rangsang peristiwa, rangsang konfl
dalam kehidupan, rangsang pengalaman, rangsang pengamatan objek.
Selanjutnya alat penilaian proses adalah lembar pengamatan aspek afektif sisw
dalam pembelajaran menulis kreatif, portofolio untuk mengamati perkembanga
kemampuan menulis sastra, daftar cek kesulitan menulis sastra, dan jurnal refleksi untu
8/19/2019 Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra.pdf
17/32
8/19/2019 Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra.pdf
18/32
18
Con terdiam. Pikiranku kacau, sukar untuk mengatur. Bambu itu sudah mulai kelihatanlancip. Rakyat banyak datang melihat. Pada wajah mereka tak ada kulihat kasihan. Mereka
butuh sensasi. Mereka sendiri kerap memukuli orang sampai mati. Atau membacoknya.Meskipun orang itu hanya meliling ketala. Jaman telah membuat mereka kejam.
“Bagaimana aku harus mengatakan pada ibu, bahwa Jon mati?” kata Con sambilmenutupi mukanya dengan kedua belah tangan.
“Aku ikut dengan kamu nanti.”“Anak ibu cuma dua,” Ia mengeluh. “Tinggal satu.”Dan aku teringat betapa kasih sayang ibu anak kembar itu pada mereka. Besar nian
idam-idaman kedua orang tua itu mengenai kedua anaknya itu. Jon harus menjadi dokter dan
Con harus menjadi insinyur, kata mereka. Dan kebetulan, kedua anak itu cita-citanya jugademikian. Apakah memang mereka yang mengatakan idam-idamannya itu pada orangtuanya,aku tak tahu.
“Aku takut hati ibu akan patah.”“Ah tidak. Waktu akan mengobati segalanya.”“Ibu punya penyakit jantung.”Aku pandang wajahnya. Aku baru tahu.
“Bagaimana cara mengatakannya dengan hati-hati?” tanya lagi.
“Memang aku tidak menggugatmu, Nug. Aku cuma menyesal, bahwa Jon mati. Kautahu, Nug, ia tidak hanya saudara biasa. Ia kawan yang setia. Kami berdua saling mengisi. Iadengan sifat tegasnya, sifat yang cepat memutuskan dan menindakkan. Aku yang terlalu banyak
perhitungan. Aku banyak pikir dan banyak timbang. Ia yang impulsif dan penuh aktivitas.”“Aku mengerti, Con. Seandainya Jon bisa hidup kembali, aku mau mati untuk
gantinya.”“Dia putra tunggal, katanya tadi waktu kutanyai rupa-rupa. Lainnya perempuan-
perempuan. Ibunya akan menantinya dengan sia-sia.” Seperti ibu menanti kedatangan Jondengan sia-sia.” Ia memandang tegang kepada Belanda yang terikat pada pohon kelapa itu.
“Dan mata-mata yang kita tembak bersama-sama?”“Itu suatu hukuman Nug. Hal itu sudah diputus oleh pengadilan militer di medanperang. Kita hanya melaksanakan hukum Negara kita. “Itu lain. Tapi membunuhBelanda ini tidak dilindungi oleh hukum. Menurut hukum internasional, ia tawanan
yang harus dipelihara. Itu dilihat dari sudut hukum. Kaubilang sendiri kita bukan
gerombolan, tetapi tentara.”“Hm.”“Nug!”“Heh?”“Pembunuhan itu harus kita cegah”“Wah! Perubahan 180 derajat dalam pikiranmu!”
“Betul, Nug. Kalau aku sudah berpikir, segalanya berubah.”
c) Mampu mengendapkan dan mematangkan semua informasi dan pengalam
sehingga terpilih pengalaman dan informasi yang dapat mendukung poko
persoalan.
d) Mampu menerapkan teknik pengembangan menjadi karya sastra secara utuh d
padu.
e) Mampu menerapkan teknik penggarapan unsur intrinsik sastra dalam memproduk
karya sastra.
f) Mampu menyunting sehingga karya yang dihasilkan menjadi semakin baik.
3. Sasaran Penilaian Hasil dalam Pembelajaran Menulis Puisi
Secara umum, sasaran penilaian terhadap hasil belajar menulis kreatif sastra adal
kemampuan merencanakan, mengembangkan, dan menyunting untuk perbaikan. D
bawah ini dipaparkan konstruk kemampuan menulis kreatif sastra.
• Kemampuan memilih fenomena kemanusiaan yang diamati/pengalaman yang
dialami
• Kemampuan mengolah fenomena yang diamati menjadi pokok persoalan sebuah
puisi
• Kemampuan melakukan imajinasi dan asosiasi dari pengalaman atau fenomena
yang diamati ke dalam karya yang ditulis
• Kemampuan memilih pokok persoalan yang akan dijadikan landasan penulisan puis
• Kemampuan mengurutkan kalimat puitis menjadi larik-larik yang utuh dan padu
• Kemampuan menggunakan diksi dan rima dalam puisi
• Kemampuan menyusun kalimat imaji untuk menggambarkan suasana/peras aan
dalam puisi yang ditulis
• Kemampuan mengembangkan pokok persoalan menjadi larik-larik puisi yang
memiliki kepaduan dan keutuhan
• Kemampuan memilih kalimat yang padat dan figuratif
8/19/2019 Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra.pdf
19/32
46
b. Pengendapan Ide
Pengendapan ide berkaitan dengan perumusan isi yang akan dituliskan sesuai
dengan karya sastra. Kemudian pencarian dan pengumpulan data. Yaitu mencari bahan
dan data yang berkaitan dengan persoalan yang kita bahas sebagai dasar untuk menulis.
Data tersebut bisa berupa buku, artikel, hasil wawancara, pengamatan dan sebagainya.
Selanjutnya, data-data itu dibaca dan dipahami secara intens untuk diolah sebagai karya
sastra.
c. Penulisan
Jika outline dan data sudah lengkap selanjutnya adalah menuliskannya. Penulisan
karya sastra membutuhkan kosentrasi karena yang akan kita tuliskan adalah berdasarkan
sublimasi dan asosiasi.
d. Editing dan Revisi
Editing berkaitan dengan koreksi aspek-aspek kebahasaan, sedangkan revisi
berkaitan dengan aspek isi. Dalam proses ini secara umum minimal dilakukan dua kali.
Semakin kita banyak melakukan editing dan revisi, maka tingkat kesalahan dan kekeliruan
esai bisa diminimalisir. Oleh karena itu editing dan revisilah dapat sesuai dengan
keinginan kita tentang kesempurnaan esai.
Dari bahasan proses kreatif tersebut berimplikasi pada penilaian menulis kreatif
sastra. Dengan adanya tahapan proses penulisan tersebut berimplikasi pada pemberian
tugas menulis yang berupa tahapan dan bukan mengambil jalan pintas dengan menilai
hasil akhir saja. Penilaian hasil akhir dilakukan setelah siswa melakukan revisi-revisi
berdasarkan masukan dari teman/gurunya.
Dari paparan tentang hakikat dan proses menulis kreatif tersebut, tersebut
dirumuskan konstruk kemampuan menulis sastra berikut!
Secara umum kemampuan melakukan proses kreatif untuk menghasilkan karya
sastra dapat dirinci menjadi kemampuan-kemampuan berikut.
a) Mampu melibatkan diri dengan perenungan mendalam terhadap pengalaman dan
informasi lingkungan untuk menemukan fokus penulisan.
b) Mampu menggali informasi dari fenomena kehidupan/pengalaman menjadi pokok
persoalan yang akan dijadikan tema karya sastra.
Contoh Tes Esai
Dari cerpen di atas jawablah pertanyaan berikut!
1) Siapa saja tokoh yang terlibat pada cerpen di atas?
2) Bagaimana watak Nug, Con, dan tentara Belanda?Tunjukkan bukti kutipan pada
cerpen!
3) Di mana peristiwa yang dialami Nug dan Con tersebut terjadi?
4) Bagaimana urutan peristiwa yang terjadi pada cerpen di atas?
5) Simpulkan tema cerpen di atas!
Contoh Tes Objektif
1) Di bawah ini adalah tokoh yang terlibat pada cerpen di atas KECUALI .....A. NugB. ConC. J onD. Don
2) Bukti bahwa Nug berwatak bijaksana adalah ....A. Mencoba menenangkan Con dengan alasan-alasan yang manusiawiB. Mencona menenangkan Jon dengan alasan-alasan logisC. Mencoba menenangkan Con dengan mengingat masa laluD. Mencoba menenangkan Jon dengan aturan-aturan hukum
3) Latar terjadinya cerpen di atas adalah ....A. Peperangan zaman BelandaB. Peperangan zaman JepangC. Peperangan zaman setelah kemerdekaanD. Peperangan gerilya setelah kemerdekaan
4) Tema drama di atas adalahA. Balas dendam diperlukan untuk orang-orang yang bersalahB. Lebih baik memaafkan daripada membalas dendamC. Balas dendam mengakibatkan kehancuranD. Tidak boleh melaksanakan tugas berdasarkan dendam pribadi
Kunci jawaban
1. D 2.A 3. A 4. D
8/19/2019 Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra.pdf
20/32
20
Contoh Rubrik Apresiasi Cerpen
Hal yang DinilaiPertanyaanPemandu/
Rambu Jawaban
Skor
3 2 1
Ketepatanpemahaman
tokoh
Apakah tokoh yang ditemukan sesuai?Nug, Con, Jon, tentara Belanda
Ketepatan
pemahamanwatak
Apakah uraian watak tokoh sesuai dan disertai bukti yang tepat?
Nug berwatak bijaksana dibuktikan dengan dialog berikut.“Aku mengerti, Con. Seandainya Jon bisa hidup kembali, aku
mau mati untuk gantinya.”
“Dia putra tunggal, katanya tadi waktu kutanyai rupa-rupa. Lainnyaperempuan-perempuan. Ibunya akan menantinya dengan sia-sia.” Seperti
ibu menanti kedatangan Jon dengan sia-sia.” Ia memandang tegang kepadaBelanda yang terikat pada pohon kelapa itu.Con berwatak melankolis dibuktikan dengan
“Anak ibu cuma dua,” Ia mengeluh. “Tinggal satu.”
Dan aku teringat betapa kasih sayang ibu anak kembar itu padamereka. Besar nian idam-idaman kedua orang tua itu mengenai kedua
anaknya itu. Jon harus menjadi dokter dan Con harus menjadi insinyur,kata mereka. Dan kebetulan, kedua anak itu cita-citanya juga demikian.Apakah memang mereka yang mengatakan idam-idamannya itu pada
orangtuanya, aku tak tahu.“Aku takut hati ibu akan patah.”“Ah tidak. Waktu akan mengobati segalanya.”
“Ibu punya penyakit jantung.”Aku pandang wajahnya. Aku baru tahu.“Bagaimana cara mengatakannya dengan hati-hati?” tanya lagi.
“Memang aku tidak menggugatmu, Nug. Aku cuma menyesal,bahwa Jon mati. Kau tahu, Nug, ia t idak hanya saudara biasa. Ia kawan
yang setia. Kami berdua saling mengisi.
Con juga tidak berwatak keras kepala karena bukti mau mendengar saran
teman dan berpikir logis.“Dan mata-mata yang kita tembak bersama-sama?”“Itu suatu hukuman Nug. Hal itu sudah diputus oleh pengadilan militer di
medan perang. Kita hanya melaksanakan hukum Negara kita. “Itu lain.Tapi membunuh Belanda ini tidak dilindungi oleh hukum. Menurut hukum
internasional, ia tawanan yang harus dipelihara. Itu dilihat dari suduthukum. Kaubilang sendiri kita bukan gerombolan, tetapi tentara.”
“Hm.”“Nug!”
“Heh?”“Pembunuhan itu harus kita cegah”
“Wah! Perubahan 180 derajat dalam pikiranmu!”“Betul, Nug. Kalau aku sudah berpikir, segalanya berubah.”
Jon bersifat tegasKau tahu, Nug, ia tidak hanya saudara biasa. Ia kawan yang setia.
Kami berdua saling mengisi.Jon dengan sifat tegasnya, sifat yang cepat
memutuskan dan menindakkan. Aku yang terlalu banyak perhitungan. Aku banyak pikir dan banyak timbang. Ia yang impulsif dan penuh aktivitas.”
Ketepatan tema Apakah tema yang disampaikan sesuai dengan gagasan pokok peristiwayang ditemukan?Tentara dalam melaksanakan tugasnya tidak boleh diwarnai dendam
pribadi
tentang hakikat manusia dan kemanusiaan serta memperkaya wawasannya mengenai ar
hidup dan kehidupan ini. Kedua, karya itu mempunyai daya hidup yang tinggi, yan
senantiasa menarik bila dibaca kapan saja. Ketiga,karya itu menyuguhkan kenikmata
kesenangan, dan keindahan karena strukturnya yang tersusun apik dan selaras. Di sampin
itu, karya sastra juga perlu memiliki norma moral apabila menyajikan, mendukung, d
menghargai nilai-nilai kehidupan yang berlaku. Nilai keagamaan yang disajikan, misalny
harus mampu memperkukuh kepercayaan pembaca terhadap agama yang dianutny
Begitu juga nilai moral yang disajikan hendaknya dapat mendorong tumbuhnya nil
tertentu pada diri siswa.
2. Tahapan Proses Menulis Kreatif dan Aspek yang Dinilai
Menurut Endraswara (2008:224-225), tahapan dalam menghasilkan karya sast
meliputi (1) tahap persiapan yaitu tahap pengumpulan informasi dan data yan
dibutuhkan, pengalaman-pengalaman yang mempersiapkan seseorang untuk melakuk
tugas atau memecahkan masalah tertentu (perlu pemikiran kreatif dan daya imajinasi pa
tahap ini), (2) tahap inkubasi yaitu mengendapkan semua informasi dan pengalaman yan
diperoleh pada tahap pertama, (3) tahap iluminasi, yaitu tahap penyelesaian karya sast
menjadi karya sastra yang utuh dan padu, dan (4) tahap verifikasi, yaitu penulis melakuk
tinjauan secara kritis terhadap karya yang dihasilkan, (baca lebih lanjut Endraswar
2008:224-225).
Secara rinci proses kreatif melibatkan empat proses kreatif ber ikut.
a. Pencarian Ide Baru
Sumber penulisan esai yaitu masalah atau persoalan, pencarian idenya deng
ditemukan masalah yang akan ditulis. Masalah dapat bersumber dari keadaan di sekelilin
kita, perasaan kita, peristiwa-peristiwa kemanusiaan yang dialami. Langkah yang tep
untuk menemukan dan mengidentifikasi permasalahan, yaitu dengan tindakan pengamata
empiris dan sosial disekitar kita dan melakukan kajian pustaka atau membaca persoal
kesastraan, kemudian melakukan telaah. Dalam penulisan satra mempunyai dua jenis yai
esai kontekstual dan esai teoretis tekstual.
44
8/19/2019 Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra.pdf
21/32
44
Kegiatan Belajar 2
Penilaian Proses Kreatif Sastra
Sebelum menyusun alat penilaian proses kreatif perlu lebih dulu Anda memahami
hakikat proses kreatif sastra dan prinsip penyusunan alat penilaian proses kreatif sastra.
Bacalah uraian berikut!
1. Hakikat Proses Kreatif Sastra dan Konstruk Kemampuan Menulis Kreatif
Proses kreatif sastra adalah kemampuan menggunakan informasi/lingkungannya
untuk diabstraksikan menjadi dunia lain dalam karya sastra. Karya sastra bertitik tolak dari
dorongan perasaan pengarang. Secara tidak langsung karya sastra adalah kombinasi antara
persepsi, pikiran dan perasaan pengarangnya. Sumber utama dan pokok masalah suatu
karya sastra adalah sifat-sifat dan tindakan-tindakan yang berasal dari pemikiran
pengarangnya. Menulis sastra adalah kemampuan menggunakan informasi/lingkungannya
untuk diabstraksikan menjadi dunia lain dalam karya sastra.
Tujuan pembelajaran menulis kreatif adalah untuk memberikan kesempatan siswa
mengekspresikan perasaan, gagasan, dan pengalaman melalui menghasilkan karya sastra.
Siswa belajar mengolah fenomena, pengalaman, dan perasaannya sehingga lahirlah sebuah
karya kreatif. Tujuan pembelajaran menulis kreatif adalah melatih kreatif, menumbuhkan
kebanggaan berkarya, dan menghargai karya orang lain.
Kriteria karya sastra yang dihasilkan siswa diharapkan memiliki karakteristik
berikut. Pertama, karya itu mampu menghidupkan atau memperbarui pengetahuan
pembaca, menuntunnya melihat berbagai kenyataan kehidupan, dan memberikan orientasi
baru terhadap apa yang dimiliki. Kedua, karya sastra itu mampu membangkitkan aspirasi
pembaca untuk berpikir dan berbuat lebih banyak dan lebih baik bagi penyempurnaan
kehidupannya. Ketiga, karya sastra itu mampu memperlihatkan peristiwa kebudayaan,
sosial, keagamaan, atau politik masa lalu dalam kaitannya dengan peristiwa masa kini dan
masa datang. Itulah sebabnya pengalaman (batin) yang diperoleh pembaca dari karya
sastra yang dibacanya disebut pengalaman estetik.
Dari segi kebermanfaatannya, karya sastra hendaknya memiliki potensiuntuk manfaat berikut. Pertama, karya itu merefleksi kebenaran kehidupan manusia.
Artinya, karya itu membekali pembaca dengan pengetahuan dan apresiasi yang mendalam
Contoh2
Penilaian Apresiasi (Responsi Ekspresif) Berupa Unjuk Kerja Spontan dan Tugas
Penilaian unjuk kerja langsung/spontan dilakukan guru dengan menugaskan sisw
dalam waktu relatif pendek di kelas merancang unjuk kerja. Setelah merancang sekitar 2
25 menit, siswa secara kelompok menampilkan di depan kelas. Misalnya gu
memberikan puisi pendek kepada kelompok-kelompok siswa untuk dimusikalisasi (dibe
nada secara orisinal atau menggunakan nada/lagu yang sudah ada). Siswa diminta berla
sekitar 20-25 menit baru ditampilkan bergantian di depan kelas.
Kompetensi Dasar
Menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasikan dengan berpedoman pad
kesesuaian isi puisi dan suasana atau irama yang dibangun.
Indikator
• Mampu memberinada/lagu yang sesuai suasana isi puisi
• Mampu menampilkan musikalisasipuisi dengan nada yang sesuai
• Mampu menampilkan musikalisasi puisi dengan gaya yang selaras untuk semua
anggota tim.
• Mampu menampilkan musikalisasi puisi dengan gaya yang selaras untuk semua
anggota tim.
22
8/19/2019 Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra.pdf
22/32
22
No. Kegiatan Aspek yang Diamati Alat
1.
Kegiatan awal
• Berdoa & Presensi
• Kegiatan apersepsiGuru menggali skemata dan merangsang
pengetahuan siswa tentang musikalisasi puisi.
• membuat kontrak kerjadengan siswa meliputi l angkah pembuatan hinggapenilaian
• Kekritisan dan keaktifan siswadalam merespon tanya jawab guru
• Keaktifan dan kekritisan siswa
Lembarpengamatan
proses
2.
Kegiatan inti
• Siswa mengamati contoh musikalisasi puisi daridemonstrasi guru
•Guru bertanya jawab tentang ciri dan caramelakukan musikalisasi puisi
• Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok dan tiap kelompok diberi sebuah puisi untuk
dimusikalisasi
• Siswa berdiskusi secara berkelompok untuk menentukan suasanapuisi yang akandimusikalisasikan.
• Siswa juga membuat nada yang tepat atau memilihlagu yang sudah tersedia dan diaplikasikannadanyapada sebuah puisi yang sudah dipilih.
• Siswa dapat mengkreasikan sesuai keinginan. Alatmusik yang digunakan juga ditentukan, dan boleh
beragam.
• Guru menentukan kelompok mana yang tampillebih dulu untuk mendemokan hasil diskusi didepan kelas, dengan cara diundi.
• Masing-masing kelompok, tampil di depan kelas.
• Kelompok yang lain menilai dengan mengisirubrik yang sudah dibuatkan oleh guru.
• Setiap kelompok memberikan komentar, kritik,dan saran yang disertai dengan argumen yang
tepat.
• Guru bertanya jawab untuk memilih timmusikalisasi terbaik dengan memberikan alasanyang sesuai
• Guru memberikan hadiah pada kelompok yangmemiliki hasil paling baik berdasarkan penilaiansiswa.
• Guru memberikan hadiah pada kelompok yangmampu mengomentari kelompok lain dengan baik.
• Guru memberi dukungan kepada kelompok yangbelum juara
• Kekritisan siswa
• Kekompakan dansaling berbagitugas, keaktifan dalam kelompok
(kerjasama)
• Kekreatifan siswa
• Kekreatifan siswa dalammenampilkan musikalisasi
• KEMAMPUANMUSIKALISASI PUISI,kekompakan siswa dalam
menampilkan musikalisasi,kepercayaan diri, kesungguhan,kreativitas penyajian, kekritisandan objektifitas siswa dalam
Mengomentari penampilan
kelompok lain
Kemampuan memilih secara
objektif/jujur
Menghargai keunggulan oranglain
3.
Kegiatan akhir
• Siswa diminta guru mengungkapkan refleksi apayang dipelajari, semua apa yang telah dilakukan
• Siswa ditugaskan membentuk kelompok yang
berbeda dengan kelompok yang telah ada danditugaskan memilih puisi yang akan dimusikalisasi
secara kelompok pada jam pelajaran mingguberikutnya. Siswa diminta berlatih di luar jampelajaran
• Kejujuran
• Kerjasama dengan anggota yangberbeda, tanggung jawab,melaksanakan tugas sesuaiprosedur yang disepakati
Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untu
mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.
Tingkat penguasaan =Jumlah Jawabanyang Benar
100%Jumlah Soal
×
Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali80- 89% = baik
70- 79% = cukup< 70% = kurang
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruska
dengan Kegiatan Belajar 3. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda harus mengulan
materi Kegiatan Belajar 2, teru