Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
PENGEMBANGAN BUKU CERITA RAKYAT
MITOS WALI GENDON SEBAGAI BAHAN AJAR
BAHASA JAWA SMP
DI KABUPATEN PEKALONGAN
SKRIPSI
Disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
oleh
Nama : Annisa Falasifah
NIM : 2601412044
Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa
Jurusan : Bahasa dan Sastra Jawa
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul Pengembangan Buku Cerita Rakyat Mitos Wali
Gendon sebagai Bahan Ajar Bahasa Jawa SMP di Kabupaten Pekalongan telah
disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan
Bahasa dan Sastra Jawa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang.
Semarang, November 2016
iii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi dengan judul Pengembangan Buku Cerita Rakyat Mitos Wali
Gendon sebagai Bahan Ajar Bahasa Jawa SMP di Kabupaten Pekalongan ini
telah dipertahankan dihadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Bahasa dan
Sastra Jawa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang
pada hari : Jum’at
tanggal : 4 November 2016
iv
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang ditulis di dalam skripsi yang berjudul
Pengembangan Buku Cerita Rakyat Mitos Wali Gendon sebagai Bahan Ajar
Bahasa Jawa SMP di Kabupaten Pekalongan benar-benar hasil karya saya sendiri
bukan jiplakan atau karya orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat
atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk
berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, November 2016
Penulis
Annisa Falasifah
NIM 2601412044
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto:
- Allah Swt. tidak akan menguji makhluk melebihi kemampuannya.
- Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu
telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh
(urusan) yang lain. Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu
berharap (QS. Ash-Sharh : 5-8)
Persembahan:
1. Kedua orangtuaku, Bapak Solikhin dan
ibuToni Baekha yang tak pernah lelah
mendoakan, memberikan kasih sayang,
dan memotivasi.
2. Adikku tersayang Salsabilla yang selalu
memberikan canda dan tawa.
3. Keluarga besar Bani H.Sobirin dan Bani
Aruwah yang selalu menyemangati.
vi
PRAKATA
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang
telah memberikan anugerah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan
penyusunan skripsi yang berjudul Pengembangan Buku Cerita Rakyat Mitos Wali
Gendon sebagai Bahan Ajar Bahasa Jawa SMP di Kabupaten Pekalongan.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini
tidak lepas dari bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankan penulis
mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak di bawah ini.
1. Yusro Edy Nugroho, S.S., M.Hum. sebagai dosen pembimbing I dan Ucik
Fuadhiyah, S.Pd., M.Pd. sebagai pembimbing II atas semua bimbingan yang
telah diberikan kepada penulis selama proses penyusunan skripsi ini.
2. Joko sukoyo, S.Pd., M.Pd sebagai dosen penelaah dan penguji skripsi yang
telah memberikan saran dan masukan.
3. Drs.Hardyanto, M.Pd., sebagai dosen ahli materi dan Mujiono, S.Pd., M.Sn,.
sebagai dosen ahli grafika, yang telah memberikan penilaian dan saran
terhadap buku cerita rakyat mitos Wali Gendon.
4. Kepala SMP Islam Pekalongan dan Kepala SMP 1 Kesesi Pekalongan yang
telah memberi izin dan tempat untuk penelitian.
5. Bapak Mohammad Arifin, Ki Wahyudin, dan H. Mukhidin sebagai
narasumber cerita Wali Gendon, terima kasih atas informasinya.
vii
6. M. Mirza Rofiq S.Pd., dan Steffi Diah Kemalasari S.Pd., atas informasi dan
kerjasamanya dalam menyusun buku cerita rakyat mitos Wali Gendon yang
dihasilkan dalam penelitian ini.
7. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa Universitas
Negeri Semarang yang telah melimpahkan ilmunya kepada penulis.
8. Teman seperjuangan, teruntuk Gupita Febriani dan Eka Putri Ismi yang selalu
membantu dan mendukung.
9. Sahabat-sahabatku yang selalu memberikan do’a dan dukungan.
10. Keluarga besar Kos Paradise 1 dan Rombel 2 BSJ 2012.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
Atas semua doa, bimbingan, bantuan, dan motivasi dari pihak-pihak di atas
semoga menjadi sebuah darma yang selalu membawa manfaat. Semoga dengan
selesainya skripsi ini membawa manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan
dan dunia pendidikan pada umumnya.
Penulis
viii
ABSTRAK
Falasifah, Annisa. 2016. Pengembangan Buku Cerita Rakyat Mitos Wali Gendon sebagaiBahan Ajar Bahasa Jawa SMP di Kabupaten Pekalongan. Skripsi.
Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa. Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas
Negeri Semarang. Pembimbing I: Yusro Edy Nugroho, S.S., M.Hum dan
Pembimbing II: Ucik Fuadhiyah, S.Pd.,M.Pd.
Kata Kunci: Cerita Rakyat, Bahan Ajar. Dalam pembelajaran bahasa Jawa di SMP, bahan ajar merupakan salah
satu komponen yang harus diperhatikan oleh guru. Bahan ajar yang dipilih
hendaknya dapat mendukung dan membantu memudahkan siswa dalam
pembelajaran. Salah satu materi yang diajarkan dalam pembelajaran bahasa Jawa
adalah cerita rakyat. Selama ini guru bahasa Jawa SMP di Pekalongan masih
menggunakan bahan ajar cerita rakyat dari daerah lain, seperti cerita Roro
Jonggrang dari Jogja. Hal tersebut kurang tepat jika diajarkan pada siswa di
Pekalongan, mengingat potensi daerah masih banyak yang perlu diangkat dan
dilestarikan. Guna mengangkat potensi daerah perlu dikenalkan kepada siswa
cerita rakyat lokal. Salah satu cerita rakyat lokal yang cukup dikenal masyarakat
Pekalongan adalah mitos Wali Gendon. Dengan demikian, cerita rakyat mitos
Wali Gendon selanjutnya akan diangkat menjadi bahan ajar dalam pembelajaran
bahasa Jawa materi cerita rakyat di SMP Pekalongan
Rumusan masalah penelitian ini adalah, 1) bagaimana kebutuhan siswa
dan guru terhadap buku cerita rakyat mitos Wali Gendon sebagai bahan ajar
bahasa Jawa SMP di Kabupaten Pekalongan, dan 2) bagaimana pengembangan
buku cerita rakyat mitos Wali Gendon sebagai bahan ajar bahasa Jawa SMP di
Kabupaten Pekalongan. Tujuan penelitian ini adalah, 1) mendiskripsikan
kebutuhan siswa dan guru terhadap buku cerita rakyat mitos Wali Gendon sebagai
bahan ajar bahasa Jawa SMP di Kabupaten Pekalongan, dan 2) mengembangkan
buku cerita rakyat mitos Wali Gendon sebagai bahan ajar bahasa Jawa SMP di
Kabupaten Pekalongan.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
penelitian pengembangan (Research and Development). Data penelitian ini yaitu
data kebutuhan guru dan siswa, data isi cerita rakyat dan data validasi. Sumber
data penelitian ini meliputi guru, siswa, masyarakat, dan dosen. Pengumpulan data
pada penelitian ini menggunakan teknik observasi, wawancara, angket dan
penilaian ahli. Instrumen penelitian ini berupa lembar observasi, pedoman
wawancara, angket, dan lembar uji validasi ahli. Teknik analisis data
menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian ini menghasilkan buku cerita rakyat mitos Wali Gendon
sebagai bahan ajar bahasa Jawa SMP di Kabupaten Pekalongan. Buku tersebut
berisi perjalanan Wali Gendon dari kecil sampai meninggal yang dilengkapi
dengan gambar ilustrasi pendukung cerita. Buku ini berwujud episode, yang
diawali sub judul Sapa iku Mohammad Ashral?, nyantri ing Cirebon, Mohammad Ashral ilang, bali ing omah, setaun urip ing dhuwur wit klapa, julukan Wali
ix
Gendon, Wali Gendon ing perang Walanda. Buku ini disusun dan dijilid
berukuran A5.
Saran dari penelitian ini, guru di Pekalongan sebaiknya menggunakan buku
cerita rakyat Wali Gendon sebagai alternatif atau referensi bahan ajar dalam
pembelajaran bahasa Jawa SMP di Pekalongan serta sebagai buku bacaan yang
dapat menambah wawasan. Selain itu, disarankan pula kepada peneliti lain untuk
dapat melakukan kajian lain terkait dengan cerita rakyat sebagai bahan ajar.
x
SARI
Falasifah, Annisa. 2016. Pengembangan Buku Cerita Rakyat Mitos Wali Gendon sebagai Bahan Ajar Bahasa Jawa SMP di Kota Pekalongan. Skripsi.
Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa. Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas
Negeri Semarang. Pembimbing I: Yusro Edy Nugroho, S.S., M.Hum dan
Pembimbing II: Ucik Fuadhiyah, S.Pd., M.Pd.
Kata Kunci: Crita Rakyat, Bahan Ajar.
Ana ing piwulangan basa Jawa SMP, bahan ajar dadi salah siji komponen sing kudu digatekake guru. Bahan ajar sing dipilih kudu bisa nyengkuyung lan mbiyantu siswa kanggo mahami piwulangan. Salah siji materi sing diwulangake yaiku crita rakyat. Sasuwene iki guru basa Jawa SMP ing Pekalongan isih migunakake bahan ajar crita rakyat saka dhaerah liya, kayata crita Roro Jonggrang saka Jogja. Crita kasebut kurang trep yen diwulangake kanggo siswa SMP ing Pekalongan, amarga kearifan lokal ing Pekalongan isih akeh sing kudu didokumentasikake lan dilestarikake. Supaya para siswa bisa mangerteni crita rakyat saka dhaerahe dhewe mula kudu diangkat crita rakyat lokal. Salah siji crita rakyat lokal sing dingerteni dening masyarakat Pekalongan yaiku mitos Wali Gendon. Mula saka iku, crita rakyat mitos Wali Gendon bisa didadekake bahan ajar ing piwulangan basa Jawa materi crita rakyat ing SMP Pekalongan.
Undheran perkara panaliten iki yaiku 1) kepriye kabutuhan siswa lan guru tumrap buku crita rakyat mitos Wali Gendon minangaka bahan ajar basa Jawa SMP ing Kabupaten Pekalongan, lan 2) kepriye ngembangake buku crita rakyat mitos Wali Gendon minangaka bahan ajar basa Jawa SMP ing Kabupaten Pekalongan. Ancas panaliten iki yaiku 1) njlentrehake kabutuhan siswa lan guru tumrap buku crita rakyat mitos Wali Gendon minangaka bahan ajar basa Jawa SMP ing Kabupaten Pekalongan, lan 2) ngembangake buku crita rakyat mitos Wali Gendon minangaka bahan ajar basa Jawa SMP ing Kabupaten Pekalongan.
Pendekatan sing digunakake yaiku Research and Development. Data panaliten iki yaiku data kebutuhan guru lan siswa, data isi crita rakyat, lan data validasi. Sumber data ing panaliten yaiku guru, murid, masyarakat, lan dosen. Teknik ngumpulake data nganggo teknik observasi, wawancara, angket, lan uji validasi. Instrumen panaliten nggunakake lembar observasi, pedoman wawancara, angket lan lembar uji ahli. Lan teknik analisis data nggunakake teknis analisis deskripif kualitatif.
Asil saka panaliten yaiku guru lan siswa mbutuhake buku crita rakyat mitos Wali Gendon minangka bahan ajar bahasa Jawa SMP ing Kabupaten Pekalongan. Buku kasebut ngandharake lelampahane Wali Gendon saka cilik nganti seda sing dijangkepi gambar ilustrasi. Critane awujud episode, diwiwiti sub judul Sapa iku Mohammad Ashral?, nyantri ing Cirebon, Mohammad Ashral ilang, bali ing omah, setaun urip ing dhuwur wit klapa, julukan Wali Gendon, Wali Gendon ing perang Walanda. Buku iki digawe lan dijilid kanthi ukuran A5.Sawise buku kasusun, banjur diujike marang ahli supaya oleh koreksi kanggo nyempurnakake.
xi
Saran sing bisa diwenehke saka paneliten antarane, guru ing Pekalongan bisa nggunakake buku crita rakyat Wali Gendon kanggo referensi bahan ajar ing pasinaonan bahasa Jawa lan ugi minangka buku waosan sing bisa nambah wawasan. Kejaba iku, disaranke kanggo panaliten liyane supaya bisa ngambangake panaliten babagan crita rakyat kanggo piwulangan basa Jawa minangka bahan ajar.
xii
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................... ii
PENGESAHAN KELULUSAN ............................................................................ iii
PERNYATAAN ..................................................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .......................................................................... v
PRAKATA ............................................................................................................. vi
ABSTRAK ........................................................................................................... viii
SARI ........................................................................................................................ x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
DAFTAR BAGAN ............................................................................................... xv
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xvi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xviii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ................................................................................. 5
1.3 Batasan Masalah ....................................................................................... 6
1.4 Rumusan Masalah .................................................................................... 7
1.5 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 7
1.6 Manfaat Penelitian .................................................................................... 7
BAB II ................................................................................................................... 10
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI ............................................... 10
2.1 Kajian Pustaka ........................................................................................ 10
2.2 Landasan Teoretis ................................................................................... 14
2.2.1 Cerita Rakyat .......................................................................................... 14
2.2.1.1 Pengertian Cerita Rakyat .................................................................... 15
2.2.1.2 Ciri-ciri Cerita Rakyat ........................................................................ 15
2.2.1.3 Jenis Cerita Rakyat ............................................................................. 17
2.2.2 Mitos ....................................................................................................... 17
xiii
2.2.3 Tahap Menulis Cerita Rakyat ................................................................. 19
2.2.4 Hakikat Bahan Ajar ................................................................................ 20
2.2.4.1 Jenis-jenis Bahan Ajar ........................................................................ 21
2.2.5 Kerangka Berfikir ................................................................................... 24
BAB III ................................................................................................................. 26
METODE PENELITIAN ...................................................................................... 26
3.1 Pendekatan Penelitian ............................................................................. 26
3.2 Data dan Sumber Data ............................................................................ 29
3.2.1 Data ........................................................................................................ 29
3.2.2 Sumber Data ........................................................................................... 29
3.3 Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 30
3.3.1 Teknik Observasi .................................................................................... 31
3.3.2 Teknik Wawancara ................................................................................. 31
3.3.3 Angket .................................................................................................... 31
3.3.4 Uji Validasi ............................................................................................. 32
3.4 Instrumen Penelitian ............................................................................... 32
3.4.1 Lembar Observasi ................................................................................... 33
3.4.2 Pedoman Wawancara ............................................................................. 34
3.4.2.1 Pedoman Wawancara untuk Narasumber Cerita Rakyat .................... 34
3.4.2.2 Pedoman Wawancara untuk Guru ...................................................... 35
3.4.3 Angket Kebutuhan Siswa ....................................................................... 35
3.4.4 Lembar Uji Validasi Prototipe Buku ..................................................... 36
3.5 Teknik Analisis Data .............................................................................. 38
BAB IV ................................................................................................................. 39
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................................... 39
4.1 Analisis Kebutuhan Buku Cerita Rakyat Wali Gendon sebagai Bahan
Ajar Bahasa Jawa SMP di Kabupaten Pekalongan ............................................ 39
4.1.1 Analisis Kebutuhan Guru terhadap Buku Cerita Rakyat Mitos Wali
Gendon sebagai Bahan Ajar Bahasa Jawa SMP di Kabupaten Pekalongan ...... 40
4.1.2 Analisis Kebutuhan Siswa terhadap Buku Cerita Rakyat Mitos Wali
Gendon sebagai Bahan Ajar Bahasa Jawa SMP di Kabupaten Pekalongan ...... 41
xiv
4.2 Pengembangan Buku Cerita Rakyat Wali Gendon Bahasa Jawa SMP di
Kabupaten Pekalongan ...................................................................................... 43
4.2.1 Bahan Cerita Rakyat Mitos Wali Gendon .............................................. 43
4.2.2 Prototipe Buku Cerita Rakyat Mitos Wali Gendon sebagai Bahan Ajar
Bahasa Jawa SMP di Kabupaten Pekalongan .................................................... 72
4.2.3 Hasil Penilaian dan Perbaikan Buku Cerita Rakyat Mitos Wali Gendon
sebagai Bahan Ajar Bahasa Jawa SMP di Kabupaten Pekalongan ................... 78
4.2.3.1 Hasil Penilaian dan Perbaikan Ahli Materi......................................... 78
4.2.3.2 Hasil Penilaian dan Perbaikan Ahli Grafika ....................................... 82
4.3 Uji Kelayakan Pengguna ........................................................................ 93
BAB V ................................................................................................................... 94
SIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 94
5.1 Simpulan ...................................................................................................... 94
5.2 Saran ............................................................................................................ 96
Daftar Pustaka ....................................................................................................... 97
LAMPIRAN .......................................................................................................... 99
xv
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka Berfikir ................................................................................ 25
Bagan 3.1 Bagan Tahapan Penelitian.................................................................... 28
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-kisi Umum Instrumen Penelitian................................................... 32
Tabel 3.2 Kisi-kisi Lembar Observasi .................................................................. 34
Tabel 3.3 Kisi-kisi Wawancara untuk Narasumber .............................................. 34
Tabel 3.4 Kisi-kisi Wawancara untuk Guru .......................................................... 35
Tabel 3.5 Kisi-kisi Angket Kebutuhan Siswa ....................................................... 36
Tabel 3.6 Kisi-kisi Lembar Uji Ahli Meteri.......................................................... 37
Tabel 3.7 Kisi-kisi Lembar Uji Ahli Grafika ........................................................ 37
Tabel 4.1 Penyusunan Satuan Naratif berdasarkan Tindakan dan Peristiwa ........ 56
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Sampul Depan ................................................................................... 73
Gambar 4.2 Sampul Belakang............................................................................... 73
Gambar 4.3 Sampul Dalam ................................................................................... 75
Gambar 4.4 Halaman Hak Cipta ........................................................................... 75
Gambar 4.5 Kata Pengantar .................................................................................. 76
Gambar 4.6 Biografi Penulis ................................................................................. 77
Gambar 4.7 Sampul Depan Sebelum Revisi ......................................................... 84
Gambar 4.8 Sampul Depan Setelah Revisi .......................................................... 84
Gambar 4.9 Sampul Belakang Sebelum Revisi ................................................... 85
Gambar 4.10 Sampul Belakang Setelah Revisi ................................................... 85
Gambar 4.11 Layout Sebelum Revisi .................................................................. 87
Gambar 4.12 Layout Setelah Revisi ...................................................................... 87
Gambar 4.13 Sebelum Revisi Penambahan Ilustrasi ........................................... 89
Gambar 4.14 Setelah Revisi Penambahan Ilustrasi ............................................. 89
Gambar 4.15 Sebelum Revisi Penambahan Ilustrasi ........................................... 90
Gambar 4.16 Setelah Revisi Penambahan Ilustrasi ............................................. 90
Gambar 4.17 Biografi Penulis Sebelum Revisi..................................................... 91
Gambar 4.18 Biografi Penulis Setelah Revisi ...................................................... 92
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil Observasi Perpustakaan ......................................................... 100
Lampiran 2 Hasil Angket Kebutuhan Siswa ...................................................... 101
Lampiran 3 Hasil Wawancara ............................................................................ 111
Lampiran 4 Surat Ijin Penelitian ......................................................................... 117
Lampiran 5 Surat Keterangan Selesai Penelitian ................................................ 119
Lampiran 6 Hasil Validasi Ahli Grafika ............................................................ 120
Lampiran 7 Hasil Validasi Ahli Materi (Bahasa) ............................................... 122
Lampiran 8 Surat Keputusan Pembimbing ........................................................ 124
Lampiran 9 Lembar Telaah ................................................................................. 125
Lampiran 10 Identitas Narasumber ..................................................................... 127
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Cerita rakyat merupakan salah satu jenis folklore lisan yang disampaikan
dari orang satu ke orang yang lain dan tidak ada yang tahu siapa pengarang dan
penciptanya. Di masyarakat, keberadaan cerita rakyat banyak yang berawal dari
sebuah mitos dan akhirnya dipercaya. Mitos juga dianggap mempunyai daya
spritual sehingga biasanya memunculkan adanya tradisi-tradisi kebudayaan.
Namun, kenyataanya saat ini masyarakat sudah mulai melupakan mitos dan
keberadaannya semakin hari semakin memprihatinkan. Minat mereka terhadap
mitos juga mempengaruhi rendahnya minat terhadap cerita rakyat, bahkan
sebagian dari mereka memandang sebelah mata. Buktinya pada masyarakat
sekarang banyak yang tidak mengerti cerita rakyat sehingga berakibat pada
generasi muda saat ini yang kurang mengenal adanya cerita rakyat khusunya
cerita rakyat yang berjenis mitos dari daerahnya sendiri.
Cerita rakyat saat ini cerita yang sangat penting dan harus dilestarikan
karena dalam sebuah cerita rakyat biasanya mengandung suatu pesan yang dapat
diteladani atau dicontoh. Dunia pendidikan khususnya pada pelajaran bahasa Jawa
kurikulum 2013 tingkat SMP/MTS terdapat kompetensi dasar memahami isi teks
cerita rakyat yang harus diajarkan kepada siswa. Pengenalan cerita rakyat kepada
siswa akan mengangkat dan menjaga kearifan lokal suatu daerah, tetapi
kenyataanya saat ini buku-buku yang bernuansa cerita rakyat khususnya cerita
yang berjenis mitos tidak banyak ditemukan. Jadi, siswapun semakin kesulitan
2
untuk memperoleh wawasan dan referensi mengenai cerita rakyat yang berjenis
mitos. Guru juga saat ini masih menggunakan cerita rakyat yang dari tahun
ketahun masih sama sehingga kurang variasi dan siswa kurang tertarik atau
senang dengan pembelajaran kompetensi dasar cerita rakyat.
Berlangsungnya pembelajaran juga dipengaruhi oleh tersedianya bahan
ajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Bahan ajar yang digunakan dalam
proses pembelajaran bisa berupa bahan ajar cetak, salah satunya buku bacaan
cerita rakyat mengenai mitos. Bahan ajar ini akan menambah pengetahuan dan
mengenalkan cerita rakyat yang sudah mulai hilang. Buku cerita rakyat yang
dikemas dengan sederhana, disusun menggunakan dialek sesuai keseharian siswa
dan cerita yang diangkat dari daerahnya sendiri, secara tidak langsung maka akan
menimbulkan ketertarikan dan memudahkan siswa dalam memahami isi cerita.
Fakta yang terjadi, berdasarkan observasi awal di perpustakaan SMP Islam
Pekalongan dan perpustakan daerah Pekalongan hanya ada beberapa buku cerita
rakyat yang berbahasa Jawa dan yang mengangkat cerita lokal Pekalongan.
Seperti di perpustakaan SMP Islam hanya ada beberapa buku cerita rakyat
berbahasa Jawa, diantaranya berjudul Roro Jonggrang dan Joko Tingkir. Kedua
cerita tersebut belum mencerminkan cerita rakyat lokal Pekalongan. Selanjutnya,
keberadaan buku cerita rakyat di perpustakaan daerah Pekalonganpun masih
sangat minim. Buku mengenai cerita rakyat sebenarnya sudah ada, tetapi tidak
banyak mengangkat cerita rakyat yang ada di Pekalongan dan masih
menggunakan bahasa Indonesia. Cerita rakyat lokal lebih dibutuhkan siswa
3
sebagai referensi bahan ajar, agar siswa dapat lebih mengenal dan memahami
dengan baik cerita rakyat yang ada di daerahnya sendiri dan siswapun akan lebih
senang .
Pekalongan adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang
memiliki beberapa cerita rakyat berjenis mitos yang perlu dikenalkan dan
didokumentasikan. Mitos tersebut diantaranya, mitos Mbah Agung Rogoselo,
mitos Sheh Siti Jenar, mitos Ki Ageng Cempaluk, mitos Ki Bahurekso, mitos Wali
Gendon, dan mitos yang lainnya. Cerita rakyat mitos tokoh Wali Gendon
diprioritaskan karena merupakan salah satu tokoh yang menjadi teladan, tokoh
yang disakralkan di Pekalongan tetapi detail tokoh tersebut kurang dipahami
khususnya oleh guru dan siswa. Tokoh ini juga sudah menjadi cagar Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pekalongan. Selain itu, hasil wawancara
dengan salah satu staf dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pekalongan
menjelaskan bahwa sampai saat ini memang belum ada dukumentasi yang
memuat cerita rakyat mitos Wali Gendon, khususnya dalam bentuk buku.
Pendokumentasian berupa buku bacaan diperlukan agar cerita tersebut tidak
hilang seiring berjalanya waktu karena jika masih berpegang teguh pada cerita
yang hanya disampaikan dengan lisan, berjalanya waktu cerita akan hilang. Selain
itu, sebagai upaya untuk menjaga dan mengangkat kearifan lokal yang ada di
Kabupaten Pekalongan. Jika dikaitkan dengan dunia pendidikan, maka buku
bacaan ini juga bisa digunakan sebagai salah satu alternatif penunjang
4
pembelajaran bahasa Jawa untuk bahan ajar dalam materi cerita rakyat di SMP
pada kurikulum 2013.
Wali Gendon sendiri merupakan cerita asli dari Pekalongan. Tokoh
tersebut merupakan salah satu tokoh yang ada di Kesesi, Kabupaten Pekalongan
yang mempunyai nama asli Mohammad Ashral. Beliau menjadi tokoh di zaman
kolonial Belanda yang menjadi pejuang untuk melawan tentara kaum penjajah.
Wali Gendon lahir pada tahun 1947 dan wafat pada tahun 1960. Sejak kecil, Wali
Gendon dikenal sebagai anak yang cerdas, dan pendiam. Anak dari seorang
petani, dari pasangan suami istri bernama Tarab dan Tarkumi. Sejak remaja Wali
Gendon berkeinginan menimba ilmu agama ke pondok pesantren. Atas izin kedua
orang tuanya, ia pun berangkat ke pesantren di Babakan Ciwaringin, Cirebon,
Jawa Barat. Di pesantren, Wali Gendon mengalami kisah-kisah yang aneh. Kisah
tersebut diantaranya, beliau pernah menanam pohon pisang yang bisa dipetik
buahnya dalam satu hari. Pohon pisang itu ditanam pagi hari, maka pada pagi hari
berikutnya semua buah pisang sudah matang dan siap untuk dimakan. Kisah aneh
lainya, Wali Gendon saat di pesantren menghilang puluhan tahun ketika
diceburkan ke sendang dan setelah kembali kerumahnya, Wali Gendon berpakaian
tidak lazim. Beliaumenggunakan pakaian rajutan akar pohon dan rambutnya
gondrong dan jenggotnya panjang. Hal tersebut sangat aneh jika dibayangkan.
Dari sekilas kisah aneh yang dialami Wali Gendon di atas, sebenarnya masih
banyak kisah yang mencerminkan sifat Wali Gendon untuk dijadikan teladan oleh
siswa diantaranya kegigihan, keberanian, keikhlasan dan kesabaran.
5
Berdasarkan paparan di atas, penelitian pengembangan yang mengkaji
cerita rakyat mitos Wali Gendon diperlukan untuk menyusun buku yang berdialek
Pekalongan (ngoko) sesuai dengan kondisi sosial masyarakat Kabupaten
Pekalongan. Buku cerita rakyat ini juga disusun dengan kalimat yang mudah
dipahami atau kontekstual dan memuat gambar-gambar pendukung agar siswa
senang dan mudah memahami sehingga menimbulkan ketertarikan untuk
membacanya. Hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai referensi atau alternatif
bahan ajar bahasa Jawa untuk siswa menengah pertama dansalah satu cara untuk
melestarikan cerita rakyat yang ada di Kabupaten Pekalongan.
1.2 Identifikasi Masalah
Keberadaan buku cerita rakyat mitos Wali Gendon sangat dibutuhkan
siswa sebagai sarana pengenalan tokoh yang ada di daerah sekitar merekasehingga
dapat mengangkat kearifan lokal daerah tersebut. Isi cerita dalam buku bergantung
dengan kebutuhan siswa dan guru. Tetapi kenyataannya, beberapa buku yang
sudah ada kurang sesuai dengan kebutuhan siswa dan guru.
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diketahui bahwa buku cerita
rakyat mengenai mitos masih kurang dalam pendokumentasian. Dalam hal ini,
buku cerita rakyat sebenarnya sudah ada pendokumentasian namun masih ada
permasalahan yang dapat diidentifikasi, antara lain sebagai berikut.
Pertama, buku bacaan cerita rakyat sebagai bahan ajar kebanyakan masih
mengangkat cerita rakyat yang bukan asli dari daerah siswa, sebagian besar juga
masih mengangkat cerita asal usul suatu daerah atau tempat sehingga siswa
6
kurang senang atau tertarik dan siswa juga kurang mengenal mitos tokoh atau
sosok tokoh itu sendiri. Siswa akan lebih tertarik jika cerita yang disajikan sesuai
dengan daerah mereka tinggal, selain itu siswa dapat mengenal tokohnya tidak
hanya tempatnya. Siswa juga dapat mencontoh sifat-sifat tokoh yang dapat
dijadikan teladan.
Kedua, belum adanya buku cerita rakyat yang mengangkat mitos Wali
Gendon, apalagi yang menggunakan bahasa Jawa berdialek Pekalongan. Buku
cerita rakyat yang ada masih bersifat umum belum mengenalkan cerita rakyat
lokal dan masih menggunakan bahasa Indonesia sehingga belum sesuai kondisi
siawa dan guru di Pekalongan.
Berdasarkan kedua alasan tersebut, maka perlu adanya buku cerita
rakyat mitosWali Gendon sebagai bahan ajar bahasa Jawa SMP di Kabupaten
Pekalongan sesuai dengan kebutuhan siswa, agar pembelajaran dalam
kompetensi dasar memahami isi teks cerita rakyat dapat lebih meningkat.
Selain itu juga menambah referensi mengenai cerita rakyat lokal dalam materi
pembelajaran.
1.3 Batasan Masalah
Bedasarkan identifikasi masalah di atas, permasalahan pada penelitian
difokuskan belum adanya buku yang mengangkat cerita rakyat mitos tokoh Wali
Gendon, maka dari itu dalam penelitian ini akan dilakukan pengembangan buku
cerita rakyat mitos Wali Gendon. Produk yang dihasilkan merupakan buku cerita
rakyat mitos Wali Gendon sebagai bahan ajar bahasa Jawa SMP di Kabupaten
7
Pekalongan. Buku ini disusun sesuai dengan kebutuhan siswa dan guru yakni
dengan bahasa yang sesuai lingkungannya, sederhana dan mudah dipahami.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah
penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimanakah kebutuhan siswa dan guru terhadap buku cerita rakyat mitos
Wali Gendon sebagai bahan ajar bahasa Jawa SMP di Kabupaten
Pekalongan?
2. Bagaimanakah pengembangan buku cerita rakyat mitos Wali Gendon sebagai
bahan ajar bahasa Jawa SMP di Kabupaten Pekalongan?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas,tujuan utama dari penelitian ini
adalah sebagai berikut.
1. Mendiskripsikan kebutuhan siswa dan guru terhadapbuku cerita rakyat mitos
Wali Gendon sebagai bahan ajar bahasa Jawa SMP di Kabupaten Pekalongan.
2. Mengembangkan buku cerita rakyat mitos Wali Gendon sebagai bahan ajar
bahasa Jawa SMP di Kabupaten Pekalongan.
1.6 Manfaat Penelitian
Penelitian ini dirancang untuk menghasilkan buku cerita rakyat mitos Wali
Gendon sebagai bahan ajar bahasa Jawa SMP di Kabupaten Pekalongan. Dengan
8
demikian, penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat secara teoretis
dan secara praktis.
1. Manfaat Teoretis
Secara teoretis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai
sumbangan pemikiran di dunia pendidikan khususnya pada pengembangan buku
cerita rakyat mitos Wali Gendon dan juga diharapkan dapat menambahkajian
bahan ajar dalam pelajaran bahasa Jawa.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat bagi guru, siswa, sekolah,
masyarakat dan penelitian lain. Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan
digunakan sebagai bahan pertimbangan dan acuan untuk meningkatkan dan
mengembangkan dalam pembelajaran. Selain itu, dapat memudahkan guru dalam
mencari variasi materi pada kompetensidasar memahami isi teks cerita rakyat.
Bagi siswa, buku yang dihasilkan diharapkan dapat membantu siswa
dalam menempuh kompeten sidasar memahami isi teks cerita rakyat. Selain itu,
dengan bertambahnya ketersediaan buku, maka semakin banyak pula pilihan buku
bacaan siswa. Siswa juga lebih mudah memahami isi cerita karena cerita yang
disajikan sesuai dengan daerahnya.
Bagi sekolah, memberikan sumbangan yang baik bagi perbaikan
pembelajaran bahasa Jawa. Diharapkan buku cerita rakyat ini juga dapat
meningkatkan hasil belajar siswa sehingga meningkatkan kualitas sekolah. Serta
menambah koleksi buku di sekolah.
9
Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat khususnya
masyarakat Pekalongan sebagai hasil dari kearifan lokal daerah dan kebudayaan
agar selalu tetap terjaga dan dilestarikan. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan
bisa menjadi bahan dokumentasi serta memberikan inforamsi bagi masyarakat
yang memiliki perhatian terhadap cerita rakyat sebagai kearifan lokal.
Sementara itu bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat dipergunakan
sebagai referensi bagi penelitian lain yang ingin mengadakan penelitian yang
sama, selain itu dapat melanjutkan penelitian yang telah dilakukan ini.
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
2.1 Kajian Pustaka
Penelitian mengenaicerita rakyat mitos Wali Gendon belum pernah
dilakukan, namun penelitian yang mengkaji tentang cerita rakyat pada umumnya
sudah banyak. Kajian pustaka yang mendasari penelitian ini adalah hasil-hasil
penelitian terdahulu yang memiliki relevansi dengan penelitian ini. Tinjauan
pustaka yang terdahulu berguna untuk mengetahui relevansi sebuah penelitian
yang akan dilakukan. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini yang dikutip
sebagai kajian pustaka adalah penelitian dari Saddhono (2011), Banda dan
Morgan (2013), Azizah (2013), Rofik (2014), dan Apriola (2015).
Saddhono (2011) dalam penelitiannya berjudul Tradisi Sekaten di Keraton
Kasunanan Surakarta: Kajian Alternatif Pengembangan Bahan Ajar Mata
Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah menyatakan pelaksanaan
pembelajaran cerita rakyat di SD, SMP, dan SMA merupakan salah satu
upayapelestarian budaya dalam bidang pendidikan. Pengenalan cerita rakyat juga
salah satu wujud konkret untuk memperkenalkan kepada generasi muda akan
keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia dan sebagai upaya
untuk mewariskan karya-karya para leluhur di tengah-tengah persaingan budaya
lain. Cerita rakyat juga dapat digunakan sebagai referensi atau alternatif bahan
ajar dalam apresiasi sastra sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
11
(KTSP), dalam pembelajaran cerita rakyat kompetensi mendengarkan dan
membaca.
Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Saddhono dengan penelitian ini
adalah sama-sama mengkaji cerita rakyat sebagai referensi bahan ajar pada
pembelajaran. Perbedaan terletak pada hasil produk dan bahasa. Pada penelitian
Saddhono, produk yang dihasilkan berupa bahan ajar yang lebih mengedepankan
cerita rakyat tradisi dan berbahasa Indonesia, sedangkan dalam penelitian ini
produk yang dihasilkan berupa buku bacaan cerita rakyat mitos dan berbahasa
Jawa.
Banda dan Morgan (2013) dalam penelitiannya yang berjudul Folklore as
an strumen of Education Among The Chewa People of Zambia menyatakan bahwa
pendidikan adalah proses menyiapkan diri ke kehidupan yang lebih dewasa.
Seperti di Zambia yang mengangkat kelebihan dan kekurangan pendidikan yang
ada di suku Chewa sebagai contoh untuk mempengaruhi generasi muda. Tujuan
pelaksanaan pendidikan di Zambia yaitu agar cerita rakyat dapat masuk kedalam
pendidikan kurikulum formal dan untuk memperkuat identitas yang ada di
Zambia. Menurut Morgan dan Banda, cerita rakyat merupakan media yang dapat
mempengaruhi atau berperan dalam proses pendidikan menuju dewasa dan
dapatdigunakan dalam proses pembelajaran. Cerita rakyat saat ini seharusnya
dapat dibukukan sebelum hilang sejalan dengan kesibukan orang-orang modern.
Persamaan penelitian Banda dan Morgan dengan penelitian ini yaitu sama-
sama mengangkat cerita rakyat dengan tujuan agar tidak hilang di era modern.
Perbedaannya, jika penelitian Banda dan Morgan hanya mengangkat cerita rakyat
12
dalam proses pembelajaran tetapi tidak dibukukan, sedangkan penelitian ini
mengkaji cerita rakyat yang dibukukan berupa buku bacaan yang dapat digunakan
referensi dalam proses pembelajran.
Penelitian Azizah (2013) dalam skripsinya yang berjudul Pengembangan
Buku Bacaan Cerita Rakyat Bahasa Jawa Berbasis Kontekstual di Kabupaten
Brebes menyatakan kebiasaan anak membaca akan memperluas pengetahuan
siswa, pengetahuan materi yang diajarkan disekolah maupun pengetahuan yang
lain. Salah satu buku yang dapat memperluas pengetahuan siswa adalah buku
bacaan cerita rakyat, karena dengan itu siswa akan lebih mengenal cerita rakyat
yang ada di daerahnya. Azizah membuat produk buku bacaan berisi cerita rakyat
yang ada di Kabupaten Brebes meliputi Jaka Poleng, Dewi Rantangsari, Dukun
Bayi Karo Baya, Asal Usul Desa Paguyupan, Asal usul Desa Pesantunan dan
Asal usul Desa Tanggungsari. Cerita yang dihasilkan menggunakan bahasa Jawa
berdialek Brebes disusun dengan gambar ilustrasi dan warna yang menarik. Selain
itu juga dijelaskan pesan moral atau amanat yang ada dicerita.
Persamaan penelitian Azizah dengan penelitian yang peneliti lakukan
adalah sama-sama pengembangan buku bacaan. Perbedaannya yakni pada bahasa
dan jumlah cerita yang diangkat, jika penelitian Azizah menggunakan bahasa
Jawaberdialek Brebes dan memuat beberapa cerita rakyat yang berasal dari
Kabupaten Brebes, sedangkan penelitian ini menggunakan bahasa Jawa yang
disisipi dengan dialek Pekalongan dan hanya mengangkat satu cerita rakyat yaitu
cerita rakyat mitos Wali Gendon.
13
Rofik (2014) dalam skripsi berjudul Pengembangan Bacaan Cerita Rakyat
Jaka Bau di Kabupaten Pekalongan sebagai Sarana Penanaman Nilai Moral
mengemukakan bahwa keberadaan buku bacaan sangat penting bagi kehidupan
manusia. Bacaan juga dapat digunakan sebagai sarana penanaman nilai moral dan
dapat mempengaruhi pembaca untuk meniru apa yang ada dalam isinya. Tokoh
yang dipilih yaitu Jaka Bau karena memiliki nilai moral yang dapat memberi
inspirasi dan teladan bagi masyarakat saat ini. Nilai moral yang dapat diteladani
diantaraanya, keberaniaan, bertanggung jawab, kerja keras, kepatuhan, kegigihan,
dan keikhlasan.
Persamaan penelitian Rofik dengan penelitian ini terletak pada desain
penelitian. Penelitian ini sama-sama menggunakan desain penelitian
pengembangan atau Research and Development (R&D). Perbedaannya penelitian
yang dilakukan oleh Rofik terletak pada sasaran pengguna. Dalam penelitian
Rofik sasaran ditujukan untuk masyarakat, sedangkan penelitian ini menghasilkan
produk buku bacaan cerita rakyat untuk siswa dan guru yang digunakan dalam
pembelajaran bahasa Jawa sebagai referensi bahan ajar.
Apriola (2015) dalam penelitiannya berjudul Pengembangan Model
Pemelajaran Cerita Rakyat melalui Copywriting mengemukakan bahwa siswa
yang belajar dengan cerita rakyat dibawah bimbingan guru dan pengembangan
modelpemelajaran yang efektif, asyik dan menyenangkan serta memiliki apresiasi
yang memadai akan memberikan pengalaman yang indah bagi pesera didik, maka
dari itu Apriola mengembangkan bahan ajar cerita rakyat yang berisi pedoman
14
pengembangan model pemelajaran cerita rakyat melalui copywriting yang lebih
diperuntukan untuk guru.
Persamaan penelitian Apriola dengan penelitian ini terletak pada metode
penelitian. Penelitian ini sama-sama menggunakan metode deskriptif kualitatif.
Perbedaannya, jika penelitian Apriola pengembangan model cerita rakyat melalui
copywriting, sedangkan penelitian ini pengembangan buku bacaan.
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa penelitian yang terkait langsung dengan cerita rakyat sudah pernah
dilakukan, tetapi yang secara khusus mengembangkan bacaan cerita rakyat mitos
Wali Gendon sebagai bahan ajar bahasa Jawa SMP di KabupatenPekalongan
belum ditemukan. Oleh karena itu, untuk melengkapi yang telah ada, penelitian
ini bermaksud mengembangkan bacaan cerita rakyat mitos Wali Gendon sebagai
bahan ajar bahasa Jawa SMP di Kabupaten Pekalongan.
2.2 Landasan Teoretis
Dalam bagian ini akan dipaparkan mengenai Cerita Rakyat, Mitos, Tahap
Menulis Cerita Rakyat dan Bahan Ajar. Adapun rinciannya adalah sebagai
berikut.
2.2.1 Cerita Rakyat
Pada subbab ini akan membahas mengenai pengertian cerita rakyat, ciri-
ciri cerita rakyat, jenis cerita rakyat, dan teknik penulisan cerita rakyat.
15
2.2.1.1 Pengertian Cerita Rakyat
Danandjaja (2002:2) menyatakan cerita rakyat adalah sebagian
kebudayaan yang diwariskan turun temurun secara tradisional dan berbentuk
lisan. Hal tersebut sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Djamaris
(1984:12), bahwa cerita rakyat adalah suatu cerita yang hidup dan berkembang
secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Berbeda dengan
Danandjaja dan Djamaris, Proop (1987:4) menyatakan, cerita rakyat merupakan
cerita yang mengandung kejadian-kejadian yang ajaib, dan ceritanya tentang
kehidupan sehari-hari dan tentang kehidupan binatang. Taylor (dalam Danandjaja
2003: 31) berpendapat folklor adalah bahan (material) yang diwariskan oleh
tradisi, baik melalui kata-kata yang keluar dari mulut, atau melalui adat kebiasaan
maupun praktek.
Berdasarkan teori-teori yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan
bahwa cerita rakyat merupakan salah satu cerita peninggalan nenek moyang yang
penyebaranya dilakukan secara lisan dari generasi kegenerasi berikutnya berupa
cerita tentang kehidupan manusia maupun kehidupan binatang.
2.2.1.2 Ciri-ciri Cerita Rakyat
Cerita rakyat sebagai salah satu bagian dari warisan budaya, memiliki ciri-
ciri. Menurut Danandjaja (2002: 3-4), cerita rakyat memiliki ciri-ciri sebagai
berikut.
1) Penyebaranya dan pewarisannya biasanya dilakukan secra lisan, yakni
disebarkan melalui tutur kata dari mulut ke mulut (atau dongeng suatu
16
contoh disertai dengan gerak isyarat, dan alat pembantu pengingat) dari
satu generasi ke generasi berikutnya.
2) Cerita rakyat bersifat tradisional, yakni disebarkarkan dalam bentuk relatif
atau dalam bentuk standar. Disebarkan di antara kolektif tertentu dalam
waktu yang cukup lama.
3) Cerita rakyat ada dalam versi-versi bahkan varian-varian yang berbeda.
Hal ini diakibatkan oleh cara penyebaranya dari mulut ke mulut, bukan
melalui cetakan atau rekaman. Akibat proses lupa diri manusia atau proses
terpolasi, cerita rakyat dengan dapat mengalami perubahan. Walaupun
demikian, perbedaannya hanya terletak pada bagian luarnya saja,
sedangkan bentuk dasarnya dapat tetap bertahan.
4) Cerita rakyat bersifat anonim, yaitu nama penciptanya sudah tidak
diketahui orang lagi.
5) Cerita rakyat bentuknya berumus atau berpola.
6) Cerita rakyat mempunyai kegunaan dalam kehidupan bersama.
7) Cerita rakyat bersifat pralogis yaitu mempunyai logika sendiri yang tidak
sesuai dengan logika umum.
8) Cerita rakyat menjadi milik bersama dari kolektif tertentu. Hal ini sudah
tentu diakibatkan oleh penciptaanya yang pertama sudah tidak diketahui
lagi, sehingga setiap anggota kolektif yang bersangkutan merasa
memilikinya.
9) Cerita rakyat pada umumnya bersifat polos dan lugu sehingga sering
kelihatanya kasar dan terlalu spontan.
17
2.2.1.3 Jenis Cerita Rakyat
Cerita rakyat terbagi dari beberapa jenis. Terdapat beberapa versi
pengakategorian cerita rakyat. Menurut Proop (1987: 4) menjadi tiga jenis, yaitu
cerita yang mengandung kejadian yang ajaib, cerita yang mengandung kejadian
sehari-hari, serta cerita tentang binatang. Berbeda dengan pendapat Proop,
Danandjaja (2002: 50) jenis cerita rakyat ada tiga yaitu mite, legenda, dan
dongeng. Mite adalah cerita yang dianggap bener-benar terjadi dan dianggap
sakral oleh pemilik ceritanya. Mite mengandung tokoh dewa atau setengah dewa,
terjadinya di dunia lain dan terjadi jauh diasa purba. Legenda adalah cerita yang
mempunyai ciri-ciri mirip dengan mite yaitu dianggap benar-benar terjadi, tetap
sakral. Tokohnya manusia biasa tetapi mempunyai sifat-sifat yang luar biasa dan
sering dibantu oleh makhluk halus. Dongeng adalah cerita yang dianggap tidak
benar-benar terjadi baik oleh yang menceritakan maupun yang mendengarkannya,
sedang terjadinya dongeng tidak terikat waktu dan tempat.
Penelitian pengembangan ini mengangkat cerita rakyat lokal Pekalongan
yakni cerita rakyat Wali Gendon. Berdasarkan pengertian jenis-jenis cerita rakyat,
cerita rakyat Wali Gendon masuk dalam kategori jenis mitos.
2.2.2 Mitos
Endraswara (2005: 163) mitos adalah prosa rakyat yang dianggap benar-
benar terjadi serta dianggap suci oleh yang empunya cerita, karena itu dalam
mitos sering ada tokoh pujaan yang dipuji atau sebaliknya. Sejalan dengan
pendapat Endraswara, Sukadaryanto (2010:2) mitos adalah cerita prosa rakyat
18
yang dianggap pernah benar-benar terjadi dan suci oleh yang empunya cerita.
Dalam mitos ditokohi dewa-dewa dan makhluk-makhluk setengah dewa.
Biasanya terjadi di dunia lain atau dunia yang bukan sepert kita kenal sekarang.
Masa terjadinya sudah lama dari masa sekarang. Selain Endraswara dan
Sukadaryanto, J.van Baal, Syukur Dister, Van Peursen (dalam Daeng 2012) juga
menyatakan bahwa mitos dikatakan sebagai cerita di dalam kerangka sistem religi
yang terjadi di masa lalu, masa kini, masa yang akan datang sebagai kebenaran
keragaman yang dijadikan pedoman dan arah tertentu kepada kelompok orang.
Nurgiantoro (2010:175) mengkalsifikasikan empat jenis mitos,
diantaranya.
a) Mitos penciptaan (creation myths)
Mitos penciptaan bisa juga disebut dengan mitos asli (origin myhts) adalah
mitos yang menceritakan dan atau menjelaskan awal mula kejadian
sesuatu.
b) Mitos Alam (nature myths)
Mitos alam adalah cerita yang menjelaskan hal-hal yang bersifat alamiah
seperti formasi bumi, pergerakan matahari dan bumi, perbintangan,
perubahan cuaca, karakteristik binatang, dan lain-lain.
c) Mitos Kepahlawanan (hero myhts)
Mitos kepahlawaan adalah mitos yang mengisahkan seseorang tokoh yang
menjadi pahlawan karena klasifikasi dirinya yang memiliki keajaiban
tertentu di luar nalar kemanusian.
19
d) Mitos Sejarah
Mitos sejarah adalah mitos yang berhubungan dengan peristiwa sejarah,
peristiwa dan tokoh yang benar-benar ada dan terjadi.
Beberapa jenis mitos yang dijelaskan oleh Nurgiantoo, mitos Wali Gendon
termasuk dalam jenis mitos sejarah karena mitos yang diangkat merupakan mitos
tokoh yakni Wali Gendon dan sejarah tokoh tersebut benar-benar ada dan terjadi
di masyarakat.
2.2.3 Tahap Menulis Cerita Rakyat
Penulisan cerita rakyat memiliki teknik yang berbeda dari penulisan fiksi
pada umumnya. Terdapat tahapan-tahapan dalam menulis cerita rakyat agar
menjadi utuh. Tahapan-tahapan tersebut diuraikan oleh Rampan (2014:3) sebagai
berikut (1) tahap pengumpulan bahan dari narasumber asli yang umumnya
menggunakan bahasa daerah, (2) tahap transliterasi atau peyalinan ke bahasa
Indonesia, (3) tahap penulisan ulang materi yang sudah tersedia. Proses kreatif
dalam menulis dikelompokan dalam tiga tahap yakni sebagai berikut (1) tahap
pencarian ide dan pengendapan, (2) tahap penulisan, (3) tahap editing dan revisi.
(Sutardi (2012:14-23)
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa teknik menulis cerita
rakyat melalui beberapa tahapan atau langkah. Langkah pertama yaitu dengan
melakukanobservasi yakni peneliti terjun langsung di lapangan dan melakukan
proses wawancara dengan narasumber yang mengusai cerita rakyat mitos Wali
Gendon. Dalam proses ini peneliti harus memiliki hubungan yang harmonis,
20
saling mempercayai, dan rendah hati agar narasumber mau memberikan informasi
mengenai data yang diharapkan. Dari beberapa narasumber peneliti dapat
menyaring informasi yang benar dan layak untuk diceritakan. Tahap atau langkah
yang terakhir adalah tahap penulisan atau pembuatan naskah cerita rakyat mitos
Wali Gendon, dari beberapa informasi yang sudah didapat peneliti mulai menulis
cerita sesuai dengan hasil wawancara dan hasil akhir cerita rakyat mitos Wali
Gendon tersebut dapat digunakan sebagai referensi bahan ajar.
2.2.4 Hakikat Bahan Ajar
Bahan ajar dapat digunakan sebagai salah satu referensi guna menunjang
keberhasilan dalam proses pembelajaran dikelas. Selain itu, bahan ajar dapat
digunakan sebagai sarana untuk memecahkan masalah-masalah yang muncul
karena kurangnya pemahaman atau sesuatu yang belum dimengerti oleh siswa
ataupun guru.
Pannen (dalam Prastowo 2013: 298) bahan ajar adalah bahan-bahan atau
materi pelajaran yang disusun secara sistematis yang digunakan guru dan siswa
dalam proses pembelajaran. Kurniasih dan Berlin (2014: iii) juga mengungkapkan
pendapatnya mengenai bahan ajar. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang
digunakan untuk membantu guru dan instruktur dalam melaksanakan
kegiatanbelajar mengajar di kelas. Prastowo (2015: 16-19) menambahakan, bahan
ajar merupakan sebuah persoalan pokok yang tidak bisa dikesampingkan. Bahan
ajar yang inovatif dibutuhkan oleh siswa untuk dapat menciptakan pembelajaran
yang menarik, efektif dan efisien. Bahan ajar merupakan bagian sumber belajar
21
yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan proses belajar
mengajar. (Depdiknas 2008)
Dari beberapa pandangan mengenai bahan ajar di atas, dapat dikatakan
bahwa bahan ajar adalah suatu bahan yang berisi informasi yang disusun secara
sistematis untuk dapat digunakan oleh guru dan siswa dalam pembelajaran.
Melalui bahan ajar baik siswa maupun guru dapat dengan memudahkan siswa
dalam mempelajari materi pembelajaran.
2.2.4.1 Jenis-jenis Bahan Ajar
Depdiknas (2008:12-14) berdasarkan teknologi bahan ajar dapat
dikelompokkan menjadi empat, yakni bahan ajar etak, bahan ajar dengar, bahan
ajar pandang, dan bahan ajar multimedia interaktif.
Pada sub bab ini hanya akan dijelaskan tentang bahan ajar cetak karena
sesuai dengan peneltian yang dihasilkan.
Bahan ajar cetak dikategorikan menjadi 8 yakni: (1) handout, (2) buku, (3)
modul, (4) poster, (5) brosur, (6) leaflet, (7) wallchart, dan (8) foto (Depdiknas
2008:12-14). Penjelasan mengenai uraian terssebut sebagai berikut.
1. Handout
Handout merupakan bahan tertetulis yang disiapkan guru untuk
memperkaya pengetahuan peserta didik. Handout biasanya diambil dari
beberapa literatur yang memiliki referensi dengan materi yang akan
diajarkan dan materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta didik.
22
2. Buku
Buku merupakan bahan tertulis yang menyajikan ilmu pengetahuan hasil
pemikiran dari pengarangnya. Buku yang baik adalah buku yang ditulis
menggunakan bahasa yang baik dan mudah dimengerti, selain itu juga
disajikan secara menarik dengan dilengkapi gambar dan keterangannya.
3. Modul
Modul merupakan buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik
dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru. Modul
berisi petunjuk belajar (petunjuk siswa/guru), kompetensi yang akan
dicapai, isi materi, informasi pendukung, latihan-latihan, petunjuk kerja,
evaluasi dan balikan terhadap hasil evaluasi.
4. Lembar kegiatan siswa
Lembar kegiatan siswa yakni lembaran-lembaran yang berisi tugas yang
harus dikerjakan oleh peserta didik. Biasanya berupa petunjuk atau
langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas dan dapat digunakan
untuk pembelajaran apa saja.
5. Brosur
Brosur merupakan bahan informasi tertulis mengenai suatu masalah yang
disusun secara bersistem atau cetakan yang hanya terdiri atas beberapa
halaman dan dilipat tanpa dijilid atau selebaran cetakan yang berisi
keterangan singkat tetapi lengkap. Dengan demikian, maka brosur dapat
dimanfaatkan sebagai bahan ajar selama sajian brosur tersebut sesuai
dengan KD yang harus dikuasai oleh siswa.
23
6. Leaflet
Leaflet merupakan bahan cetak tertulis yang berupa lembaran dilipat tetapi
tidak dijahit. Leaflet sebagai bahan ajar harus memuat materi yang dapat
menggiring peserta didik untuk menguasai satu atau lebih KD. Agar
menarik leaflet didesain secara cermat dilengkapi dengan ilustrasi dan
menggunakan bahasa yang sederhana, singkat dan mudah dipahami.
7. Wallchart
Wallchart merupakan bahan cetak yang berupa bagan siklus/proses atau
grafik yang bermakna menunjukkan posisi tertentu. Wallchart sebagai
bahan ajar harus memenuhi kriteria yakni memiliki kejelasan tentang KD
dan materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta didik, diajarkan untuk
berapa lama, dan bagaimana cara menggunakannya. Biasanya wallchart
sebagai bahan ajar didesain dengan menggunakan tata warna dan
pengaturan proporsi yang baik agar terlihat menarik oleh siswa maupun
guru.
8. Foto/Gambar
Foto/gambar memiliki makna yang lebih baik dibandingkan dengan
tulisan. Foto/gambar sebagai bahan ajar diperlukan rancangan yang baik
agar setelah melihat sebuah foto/gambar siswa dapat melakukan sesuatu
dan pada akhirnya menguasai sau atau lebih KD.
Dari jenis-jenis bahan ajar cetak diatas, buku cerita rakyat mitos Wali
Gendon termasuk kategori buku. Buku cerita rakyat mitos Wali Gendon termasuk
buku bacaan. Muslich (2010:25) buku bacaan yakni buku yang memuat kumpulan
24
bacaan, informasi, atau uraian yang dapat memperluas pengetahuan siswa tentang
bidang tertentu. Buku tersebut dapat menunjang bidang studi tertentu dalam
memberikan wawasan kepada siswa. Selain itu buku bacaan dapat memberikan
informasi yang penggunaannya tidak terpaut dalam pembelajaran kurikulum
sebagai pendamping dan bermanfaat sebagai hiburan.
2.2.5 Kerangka Berpikir
Berlangsungnya pembelajaran dipengaruhi oleh ketersedian buku sebagai
referensi bahan ajar. Selain buku teks pelajaran, guru dapat menggunakan buku
bacaan dalam proses pembelajaran karena buku tersebut dapat menambah
pengetahuan dan wawasan peserta didik.
Buku bacaan keberadaannya sangat dibutuhkan untuk mendukung
pembelajaran, namun buku bacaan bahasa Jawa khususnya buku cerita rakyat
yang mengangkat mitos tokoh tidak banyak ditemukan sehingga menjadi factor
utama guru menggunakan cerita rakyat dari daerah lain. Hal tersebut berimbas
siswa kurang mengenal dan memahami cerita rakyat dari daerahnya sendiri atau
cerita rakyat lokal.
Buku bacaan yang akan dibuat diharapkan dapat membantu siswa dalam
pembelajaran bahasa Jawa disekolah pada kompetensi dasar memahami isi teks
cerita rakyat. Selain itu, dengan bertambahnya ketersediaan buku bacaan cerita
rakyat mitos Wali Gendon, siswa akan lebih mengenal dengan cerita lokal dan
dapat digunakan sebagai referensi bahan ajar.
25
Bagan 2.1 Kerangka Berfikir
Siswa memahami isi cerita
rakyat lokal dari Kabupaten
Pekalongan dan menambah
referensi sebagai bahan ajar
Pembuatan buku cerita rakyat
mitos Wali Gendon di
Kabupaten Pekalongan
Wawancara kepada guru
mengenai buku cerita rakyat
yang digunakan dalam
pembelajaran
Obervasi buku cerita rakyat
yang sudah ada di Kabupaten
Pekalongan
Kurangnya bahan ajar cerita
rakyat lokal kabupaten
Pekalongan
Penelitian buku bacaan cerita
rakyat lokal Kabupaten
Pekalongan
Kurikulum 2013 kelas VIII
kompetensi dasar memahami
isi teks cerita rakyat
94
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan dan hasil penelitian pengembangan buku cerita
rakyat mitos Wali Gendon, maka penelitian ini menghasilkan beberapa simpulan
sebagai berikut.
Pertama, Guru membutuhkan buku cerita rakyat sebagai bahan ajar yang
lebih variasi dari sebelumnya. Bahan ajar cerita yang dibutuhkan yakni cerita dari
Pekalongan dengan menggunakan bahasa Jawa ngoko disisipi dialek Pekalongan.
Cerita dalam buku diharapkan mengangkat kearifan lokal Kabupaten Pekalongan
agar siswa lebih senang dan mudah untuk memahami. Selain itu, dapat mengenal
cerita dari daerahnya sendiri dan lebih menunjang dalam pembelajaran khususnya
kompetensi dasar memahami teks cerita rakyat. Tampilan buku dan cerita disusun
semenarik mungkin dan dilengkapi dengan gambar ilustrasi pendukung agar siswa
tidak bosan untuk membacanya.
Siswa menginginkan buku cerita rakyat yang belum terkenal dan
mengangkat cerita lokal Pekalongan. Cerita yang diangkat tokoh dari Pekalongan
yakni mitos Wali Gendon. Buku disusun menggunakan bahasa Jawa ngoko yang
disisipi dialek Pekalongan. Penyajian materi berupa narasi dan dialog antar tokoh.
Cerita disusun secara episode dan dilengkapi dengan gambar ilustrasi yang dibuat
ukuran A5.
95
Kedua, prototipe buku cerita rakyat mitos Wali Gendon dikembangkan
sesuai dengan hasil kebutuhan siswa dan guru. Hasil rancangan pengembangan
buku cerita rakyat mitos Wali Gendon terdiri dari tiga desain, yaitu: sampul buku,
fisik buku dan desain isi. Pada desain isi buku terdapat bagian awal, bagian isi dan
bagian akhir. Bagian awal berisi sampul dalam, halaman hak cipta, dan kata
pengantar. Bagian isi berisi mengenai cerita lengkap perjalanan Wali Gendon
yang disusun secara episode. Adapun draf isi bacaan cerita rakyat mitos Wali
Gendon berjudul Wali Gendon. Dalam buku ini terdapat sub cerita atau episode,
dintaranya Sapa Mohammad Ashral?, Nyantri ning Cirebon, Mohammad Ashral
Ilang,Ashral Bali Omah, Setaun Urip ning Dhuwur Wit Klapa, Julukan Wali
Gendon, dan Wali Gendon ing Perang Walanda, dan bagian akhir berisi biografi
penulis.
Ketiga, hasil validasi uji materi dan validasi grafika, secara keseluruhan
masuk kedalam kategori baik atau valid tetapi masih ada beberapa perbaikan dari
kedua ahli yakni perbaikan sampul buku, aspek kebahasaan atau materi, dan aspek
grafika. Perbaikan pada sampul buku yakni sampul depan perlu adanya perbaikan
pada sisi gambar ilustrasi dan tata letak tulisan, sedangkan sampul belakang perlu
diberi simpulan cerita atau sinopsis cerita. Perbaikan pada aspek kebahasaan atau
materi yakni perbaikan pada ejaan dan tata tulis pada isi atau materi buku agar
lebih baik dan efektif. Perbaikan pada aspek grafika yakni pada gambar ilustrasi
pendukung cerita sebaiknya perlu ditambah karena kurang dan perlu ada sedikit
perubahan pada gambar yang sudah ada. Selain itu penataan layout juga perlu
diperbaiki agar siswa lebih tertarik untuk membacanya.
96
5.2 Saran
Berdasarkan simpulan di atas, saran yang dapat disampaikan adalah
sebagai berikut.
Pertama, guru di Pekalongan diharapkan menggunakan buku cerita rakyat
mitos Wali Gendon sebagai alternatif atau referensi bahan ajar dalam
pembelajaran materi cerita rakyat pelajaran bahasa Jawa SMP di Kabupaten
Pekalongan, serta sebagai buku bacaan yang dapat menambah wawasan.
Kedua, peneliti lain dapat melakukan penelitian lanjutan untuk menguji
efektivitas buku cerita rakyat mitos Wali Gendon. Selain itu, untuk dapat
melakukan kajian lain terkait dengan cerita rakyat sebagai bahan ajar.
97
Daftar Pustaka
Apriola, Vinna. 2015. Pengembangan Model Pemelajaran Cerita Rakyat Melalui
Copywriting. Jurnal Diksa, 1(3):45-51. [http://Scooler.com diunduh
pada tanggal 31/03/2016]
Azizah, Nur. 2013. Pengembangan Buku Bacaan Cerita Rakyat Bahasa Jawa Berbasis Kontekstual di Kabupaten Brebes. Skripsi. Universitas
Negeri Semarang.
Banda, Dennis dan John Morgan. 2013. Folklore as ana Instrument of Education
among the Chewa people of Zambia. Internasional Journal of Historical Archeology, Vol. 5, No. 4, December 2013.[http://springerScience+BusinessMediaDordrecht2013.com diunduh pada
tanggal 31/03/2016]
Daeng, Hans J. 2012. Manusia, Kebudayaan, dan Lingkungan: Tinjauan Antropologis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Danandjaja, James. 2002. Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dan Lain-lain. Jakarta: Grafiti Pustaka Utama.
------------------------.2003. Folklor Amerika Cermin Multikultural yang Manungga.
Jakarta: Pustaka Utama Garfiti.
Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
Djamaris, Edward. 1984. Menggali Khasanah Sastra Melayu Klasik (Sastra Indonesia Lama). Jakarta: Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia
dan Daerah.
Endraswara, Suwardi. 2005. Traidisi Lisan Jawa. Yogyakarta: Narasi.
--------------------------.2011. Metodelogi Penelitian Sastra Lisan. Yogyakarta:
Kanwa Publisher.
Kurniasih, Berlin Sani. 2014. Panduan Membuat Bahan Ajar Buku Teks Pelajaran Sesuai dengan Kurikulum 2013. Surabaya: Kata Pena.
Muslich, Masnur. 2010. Text Book Writing Dasar-dasar Pemahaman, Penulisan, dan Pemakaian Buku Text. Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA.
Nurgiantoro, Burhan. 2010. Sastra Anak Pengantar Pemahaman Dunia Anak. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
98
Prastowo, Andi. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Tematik. Jogjakarta: DIVA
Press.
-----------------.2015. Penduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Jogjakarta:
DIVA Press.
Propp,V.1987. Morfologi Cerita Rakyat. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan
Kementrian Pendidikan Malaysia.
Rampan, Korrie Layun. 2014. Teknik Menulis Cerita Rakyat. Bandung: Yrama
Widya.
Rofik, M. Mirza. 2014. Pengembangan Bacaan Cerita Rakyat Jaka Bau di Kabupaten Pekalongan Sebagai Sarana Penanaman Nilai Moral. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.
Saddhono, Kundharu. 2011. Tradisi Sekaten di Keraton Surakarta: Kajian Alternat Pengembngan Bahan Ajar Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah. FKIP Universitas Sebelas Maret.
Sitepu, B.P. 2010. Buku Teks Pelajaran. Bandung. Rosda Karya.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sutardi, Heru Kurniawan. 2012. Penulisan Sastra Kreatif . Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Sukadaryanto. 2010. Sastra Perbandingan Teori, Metode, dan Implementasi. Semarang: Griya Jawi.
127
Lampiran 10 Identitas Narasumber
IDENTITAS NARASUMBER
1. Nama : Mohammad Arifin RS
Pekerjaan : Juru Kunci Petilasan
Alamat : Dukuh Kauman Selatan, Desa Kesesi,
Kecamatan Kesesi, Kabupaten
Pekalongan.
2. Nama : H. Mukhidin
Pekerjaan : Sesepuh Desa
Alamat : Desa Kesesi, Kabupaten Pekalongan.
3. Nama : Ki Wahyudin
Pekerjaan : Dalang
Alamat : Dukuh Kijingan Rt14/Rw 04, Siwatu,
Wonotunggal Batang.