Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
LAPORAN PENELITIAN
PENGEMBANGAN DIAGNOSIS SAMPEL DEMAM BERDARAH: Deteksi
dan Karakterisasi Genetik Virus Sampel Sistem Sentinel Surveilans
Dengue Sebagai Data Dasar
Disusun oleh : Dr. Reni Herman dkk
Pusat Penelitian dan Pengembangan Upaya Kesehatan Masyarakat
Badan penelitian dan pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI
2016
ii
SURAT KEPUTUSAN KEGIATAN PENELITIAN
iii
iv
v
SUSUNAN TIM
No Nama Jabatan
Peneliti
Kedudukan
dalam tim Uraian tugas
1. Dr. dr. Reni Herman, M.Biomed Peneliti Muda Ketua Pelaksana Bertanggung jawab untuk semua kegiatan penelitian
2. dr. Masri Maha, DTMH, MCTM Peneliti Muda Peneliti Analisis aspek epidemiologi
3. Drh. Rabea Pangerti Jekti, M.Epid Peneliti Muda Peneliti Analisis statistik hasil penelitian
4. Agustiningsih, SSi Peneliti Pertama Peneliti Melakukan pemeriksaan sekuensing dan analisis
5. Eka Pratiwi, SSi Peneliti Pertama Peneliti Melakukan pemeriksaan RT-PCR virus chikungunya
6. Triyani, SSi Litkayasa Asisten Peneliti Melakukan pemeriksaan RT-PCR dengue dan
flavivirus
7. Hartanti Dian Ikawati, Ssi Peneliti Pertama Peneliti Melakukan penghitungan dan pengiriman logistik
8. Arie Ardiansyah Nugraha Litkayasa Asisten peneliti Melakukan pemeriksaan RT-PCR dengue dan
flavivirus
9. Riska Administrasi/keuan
gan Mengurus administrasi dan keuangan penelitian
10. Anita, SKM Administrasi/keuan
gan Mengurus administrasi dan keuangan penelitian
11. Mansyur Staf BTKL Batam Mengepak dan mengirimkan spesimen dari BTKL
Batam ke Laboratorium virology Litbangkes
6
PERSETUJUAN ETIK
7
PERSETUJUAN ATASAN
PENGEMBANGAN DIAGNOSIS SAMPEL DEMAM BERDARAH: Deteksi dan Karakterisasi Genetik
Virus Sampel Sistem Sentinel Surveilans Dengue Sebagai Data Dasar
Jakarta, Desember 2016
Ketua Panitia Pembina Ilmiah Peneliti
Sri Irianti, SKM, M.Phil, PhD Dr. dr. Reni Herman, M.Biomed
NIP. 195804121981022001 NIP 197110212005012002
Menyetujui
Kepala Puslitbang Upaya Kesehatan Masyarakat
Drg. Agus Suprapto, MKes
196408131991011001
8
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat-Nya, laporan
penelitian dengan judul “ Deteksi dan karakterisasi genetik virus sebagai etiologi infeksi dari
sampel sentinel surveilans dengue: virus dengue, chikungunya dan flavivirus lainnya ” ini dapat
diselesaikan dengan baik.
Laporan ini berisi hasil penelitian mengenai serotipe dan genotipe virus dengue, deteksi virus
chikungya dan zika dari sampel sistem sentinel surveilan dengue. Dengan hasil penelitian ini
diharapkan dapat menyediakan data dasar strain virus yang beredar sekaligus memberikan
informasi yang memungkinkan untuk pelacakan potensi wabah serta memberikan peringatan dini
bagi program penanggulangan dengue dan arbovirus lainnya.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, Oleh karena itu, kritik dan saran
dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan laporan
ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan laporan ini. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Jakarta, 23 Desember 2016
Penulis
9
RINGKASAN EKSEKUTIF
Demam dengue merupakan infeksi akut disebabkan virus dengue. Infeksi ini bersifat endemik di
daerah tropis dan subtropis, terutama di daerah perkotaan. Virus dengue (DENV) termasuk ke
dalam famili Flaviviridae, genus flavivirus dan berdasarkan reaksi serologis dibedakan menjadi
empat serotipe. Selain DENV, virus Japanese Encephalitis (JEV), West Nile (WNV) dan Zika juga
termasuk dalam genus Flavivirus dan beredar di Indonesia. Namun DENV merupakan arbovirus
(arthropod borne virus) yang paling penting dalam hal morbiditas dan mortalitas. Di dunia
diperkirakan terdapat 50 sampai 100 juta penderita demam dengue (DD) terjadi setiap tahun.
250 ribu sampai 500 ribu diantaranya berkembang menjadi demam berdarah dengue (DBD).
Untuk mengendalikan infeksi dengue, WHO melalui Global strategy for dengue prevention and
control, 2012–2020 menargetkan tahun 2020 angka kematian DBD turun 50% dan angka
kesakitan turun 25% berdasarkan data tahun 2010. Selain itu demam berdarah merupakan salah
satu penyakit menular yang menjadi priorias untuk ditanggulangi berdasarkan Rencana Strategis
Kemenkes tahun 2015-2019. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut
adalah dengan surveilans yang terintegrasi serta pencegahan peningkatan jumlah kasus maupun
KLB. Telah diketahui bahwa perubahan serotipe dan genotipe virus dengue dapat memicu
peningkatan jumlah kasus. Oleh karena itu pemantauan DENV secara rutin diperlukan sebagai
cara untuk mendeteksi secara dini terjadinya KLB.
Diagnosis infeksi dengue seringkali ditegakkan hanya berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan
darah rutin. Sementara manifestasi klinis infeksi DENV sangat bervariasi, mulai dari ringan
bahkan tanpa gejala hingga berat dan menyebabkan kematian. Pada awal penyakit kebanyakan
penderita mengalami demam dengan tanda yang tidak spesifik seperti sakit kepala, malaise,
mual, nyeri abdominal dan rash ditemukan pada penderita demam dengue. Gejala ini juga dapat
ditemukan pada infeksi arbovirosis lain seperti virus Chikungunya, atau flavivirus lainnya seperti
virus zika, JEV serta WNV. Pada tahap ini dilakukan deteksi dan identifikasi virus dengue,
chikungunya dan flavivirus lainnya dari serum penderita diduga menderita demam berdarah
dengue.
Jumlah spesimen serum yang diterima dari kegiatan surveilans sentinel dengue sebanyak 687
dari target 1000. Sejumlah 655 spesimen layak dilakukan pemeriksaan identifikasi virus dengue,
10
50,7 % diantaranya positif. Keempat serotipe virus dengue (DENV-1, DENV-2, DENV-3 dan
DENV-4) ditemukan bersirkulasi di lokasi sentinel, serotipe terbanyak adalah DENV-3, dengan
persentase 52 %. Sedangkan persentase DENV-2, DENV-1 dan DENV-4 masing-masing 21, 18
dan 9 %.
Dari masing-masing serotipe virus dengue dibagi lagi menjadi beberapa genotipe. Hasil
pemeriksaan genetik menunjukkan DENV-1 yang bersirkulasi di lokasi sentinel termasuk dalam
kelompok genotipe I. DENV-2 masuk dalam kelompok genotipe cosmopolitan dan DENV-3
masuk dalam kelompok genotipe I. Sementara DENV-4 dari lokasi sentinel belum berhasil
diidentifikasi genotipe pada penelitian ini. Hasil deteksi genotipe menunjukkan virus dengue yang
bersirkulasi di lokasi sentinel masih sama dengan yang telah dilaporkan sebelumnya.
Sebanyak 410 spesimen surveilans sentinel dengue memungkinkan untuk dilakukan deteksi virus
chikungunya. Dari jumlah ini 6 sampel positif virus chikungunya, 5 sampel diantaranya berasal
dari Ambon dan 1 sampel berasal dari Deli Serdang. Hasil deteksi terhadap isolat yang positif
tidak menunjukkan infeksi grup flavivirus lainnya.
11
ABSTRAK
Virus dengue terdiri dari 4 serotipe, masing-masing serotipe masih terdapat beberapa tipe lagi
berdasarkan gen selubung virus. Spesimen serum dikirim dari RSUD Deli Serdang, RSUD
Balikpapan, RSUD Wonosari, RSUD Bitung, RSUD Haulussy Ambon dan RSU Prov. NTB di
Mataram. Spesimen dengan volum mencukupi diidentifikasi serotipe virus menggunakan metode
RT-PCR. Sampel positif dilanjutkan dengan deteksi genotipe virus berdasarkan gen selubung
virus menggunakan primer spesifik. Hasil pemeriksaan sekuensing dianalisis dengan perangkat
lunak MEGA 6 untuk membuat pohon filogenetik guna pengelompokan genotipe berdasarkan
gen referens. Enam ratus lima puluh lima spesimen memenuhi syarat untuk dilakukan
pemeriksaaan, dari 687 spesimen terkumpul. Sebanyak 50,7 % diantaranya positif. Jumlah paling
banyak adalah virus dengue serotipe 3 (DENV-3), yaitu 52 % dari keempat serotipe. Sementara
DENV-2, DENV-1 dan DENV-4 masing-masing 21, 18 dan 9 %. Hasil pemeriksaan genetik
menunjukkan DENV-1 termasuk dalam kelompok genotipe I. DENV-2 masuk dalam kelompok
genotipe cosmopolitan dan DENV-3 masuk dalam kelompok genotipe I. Sementara DENV-4
belum berhasil diidentifikasi genotipe pada penelitian ini. Selain itu, 6 spesimen positif virus
chikungunya dari 410 spesimen yang dideteksi. Lima spesimen berasal dari Ambon dan 1
spesimen berasal dari Deli Serdang. Tidak ada spesimen yang teridentifikasi flavivirus lainnya.
Kata kunci: Virus dengue, virus chikungunya, flavivirus, surveilans dengue
12
DAFTAR ISI
SURAT KEPUTUSAN PENELITIAN……………………………………..…………………………….i
SUSUNAN TIM PENELITI………………………………………......………….………………………iv
PERSETUJUAN ETIK……………………………………………………………………………………v
PERSETUJUAN ATASAN………………………………………………………………………………vi
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………….………vii
RINGKASAN EKSEKUTIF……………………………………………………………………………..viii
ABSTRAK…………………………………………………………………………………………………x
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………xi
DAFTAR TABEL…………………………………………………………………………………………xii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………………………………..xiii
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………………………………...xiv
BAB I. PENDAHULUAN………………………………………………………………………………...1
1. TUJUAN………………………………………………………………………………………….2
2. MANFAAT……………………………………………………………………………………….2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………………………………....3
BAB III. HASIL PENELITIAN…………………………………………………………………………..9
BAB IV. PEMBAHASAN……………………………………………………………………………… 17
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………………………………………21
UCAPAN TERIMA KASIH…………………………………………………………………….……….22
DAFTAR KEPUSTAKAAN…………………………………………………………………….………23
LAMPIRAN……………………………………………………………………………………….……..25
13
DAFTAR TABEL
TABEL 1. Genotipe virus dengan sebaran geografi………………………………………………5
14
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 1. Gambar 1. Genom DENV, mengkode 3 protein struktural (Capsid, Membran dan
Envelope) dan 7 protein non-struktural (NS1, NS2, NS2A, NS2B, NS3, NS4A,
NS4B, dan NS5)……………………………………………….…………………………….3
GAMBAR 2. Partikel dengue matur…………………………………………………………………...4
GAMBAR 3. Jumlah sampel yang diterima dari masing-masing lokasi sentinel…………………9
GAMBAR 4. Jumlah spesimen serum positif virus dengue berdasarkan lokasi sentinel……….10
GAMBAR 5. Jumlah sampel positif masing-masing serotipe……………………………………..11
GAMBAR 6. Jumlah serotipe DENV pada masing-masing lokasi sentinel……………………....11
GAMBAR 7. Pohon filogenetik gen Envelope DENV-1…………………………………………….13
GAMBAR 8. Pohon filogenetik gen Envelope DENV-2……………………………………………..14
GAMBAR 9. Pohon filogenetik gen Envelope DENV 3……………………………………………. 15
15
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1. CHROMATOGRAM DENV-1…………………………………………………………25
LAMPIRAN 2. CHROMATOGRAM DENV-2…………………………...…………………………….31
LAMPIRAN 3. CHROMATOGRAM DENV-3…………………………....……………………………36
16
BAB I
LATAR BELAKANG
Demam berdarah disebabkan oleh infeksi virus, di Indonesia terutama disebabkan oleh virus
dengue. Infeksi ini bersifat endemik di daerah tropis dan subtropis, terutama di daerah
perkotaan. Virus dengue (DENV) termasuk ke dalam famili Flaviviridae, genus flavivirus dan
berdasarkan reaksi serologis dibedakan menjadi empat serotipe. Selain DENV, virus Japanese
Encephalitis (JEV), West Nile (WNV) dan Zika juga termasuk dalam genus Flavivirus dan beredar
di Indonesia.1 Namun DENV merupakan arbovirus (arthropod borne virus) yang paling penting
dalam hal morbiditas dan mortalitas. Di dunia diperkirakan terdapat 50 sampai 100 juta penderita
demam dengue (DD) terjadi setiap tahun. 250 ribu sampai 500 ribu diantaranya berkembang
menjadi demam berdarah dengue (DBD).2
Untuk mengendalikan infeksi dengue, WHO melalui Global strategy for dengue prevention and
control, 2012–2020 menargetkan tahun 2020 angka kematian DBD turun 50% dan angka
kesakitan turun menjadi 25% berdasarkan data tahun 2010. Selain itu demam berdarah
merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi priorias untuk ditanggulangi berdasarkan
Rencana Strategis Kemenkes tahun 2015-2019. Salah satu upaya yang dilakukan untuk
mencapai tujuan tersebut adalah dengan surveilans yang terintegrasi serta pencegahan
peningkatan jumlah kasus maupun KLB.3 Telah diketahui bahwa perubahan serotipe virus
dengue dapat memicu peningkatan jumlah kasus.4-6 Oleh karena itu pemantauan virus dengue
secara rutin diperlukan sebagai cara untuk mendeteksi secara dini terjadinya KLB.3 Kegiatan
surveilans ini sudah dilakukan oleh subdit Arbovirosis P2PL.
Diagnosis infeksi DENV seringkali ditegakkan hanya berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan
darah rutin. Sementara manifestasi klinis infeksi dengue sangat bervariasi, mulai dari ringan
bahkan tanpa gejala hingga berat dan menyebabkan kematian. Pada awal penyakit kebanyakan
penderita mengalami demam dengan tanda yang tidak spesifik seperti sakit kepala, malaise,
mual, dan nyeri abdominal ditemukan pada penderita demam dengue. Gejala ini juga dapat
ditemukan pada infeksi arbovirosis lain seperti virus Chikungunya,7 atau flavivirus lainnya seperti
virus Zika, 8 JEV9 serta WNV.1 Pada beberapa kasus infeksi dengue juga dilaporkan adanya
gangguan pada sistem saraf pusat. Sementara pada infeksi WNV yang lebih berat juga dapat
ditemukan gangguan neurologis yang juga dapat tumpang tindih dengan infeksi JEV. Sehingga
17
tidak tertutup kemungkinan terdapat kesalahan dalam menegakkan diagnosis untuk penderita
dengan gejala klinis tidak spesifik. Oleh karena itu diperlukan suatu metode diagnostik khusus
untuk mengidentifikasi etiologi infeksi. Namun data virus lain yang berkaitan dengan tersangka
infeksi dengue sebagai etiologi di Indonesia masih belum tersedia. Pada tahap ini dilakukan
deteksi dan identifikasi virus dengue, chikungunya dan flavivirus lainnya dari serum penderita
diduga menderita demam berdarah dengue. Penelitian ini menggunakan sampel serum dari
sistem sentinel surveilans dengue.
II. Tujuan
1) Tujuan Umum
Mengidentifikasi virus dari sampel serum penderita diduga terinfeksi virus dengue
2) Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi sebaran serotipe dan genotipe virus dengue dari lokasi sentinel
b. Mengidentifikasi virus chikungunya dari sampel tidak terkonfirmasi virus dengue
c. Mengidentifikasi flavivirus dan spesiesnya dari sampel tidak terkonfirmasi virus dengue
III. Manfaat
1. Mendapatkan serial data karakteristik virus penyebab demam berdarah sebagai dasar
pengembangan metode diagnostik
2. Memantau perubahan genotype virus dengue untuk memberikan peringatan dini
kejadian luar biasa (KLB)
3. Menyediakan informasi virus lain dari sampel diduga demam berdarah
18
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Kelompok arbovirus yang paling sering menjadi penyebab infeksi adalah virus dengue (DENV).
Lebih dari 100 negara endemik infeksi DENV, baik di negara-negara tropis maupun subtropis.
Selain itu seratus juta turis berpeluang membawa virus dengue ke berbagai wilayah setiap
tahun.10 Berdasarkan estimasi WHO, terjadi 100 juta infeksi setiap tahun-nya dan sekitar 500 ribu
penduduk dengan demam berdarah dengue memerlukan perawatan.11
Virus Dengue
Partikel DENV berbentuk sferis dengan diameter 40 – 50 nm, diliputi oleh lipopolisakharida.
Partikel ini terdiri atas 4 serotipe berdasarkan sifat antigeniknya. DENV termasuk dalam genus
flavivirus yang memiliki materi genetik RNA untai tunggal dengan sense positif dan ukuran basa
± 11.000. Genom virus diapit oleh ujung 5’ dan 3’ Untranslated Region (UTR), mengkode sekitar
3400 asam amino yang akan membentuk 3 protein struktural dan 7 protein non struktural. Protein
yang dikode adalah capsid (C), membran (prM/M), protein envelope/selubung (E) dan tujuh
protein nonstructural (NS); NS1, NS2A, NS2B, NS3, NS4A, NS4B dan NS5.12 (Gambar 1).
Gambar 2. Genom DENV, mengkode 3 protein struktural (Capsid, Membran dan Envelope) dan 7 protein
non-struktural (NS1, NS2, NS2A, NS2B, NS3, NS4A, NS4B, dan NS5).
Sekitar 123 residu bersifat lestari pada semua serotipe DENV. Dua per tiga dari residu ini terdapat
pada protein selubung virus yang dikode oleh gen E. Kemiripan protein selubung virus (protein
E) DENV-1 dan DENV-3 sekitar 77,5%, DENV-1 dengan DENV-2 sekitar 69,3%. Residu ini
menentukan spesifisitas reseptor, preferensi vektor, sebaran pejamu serta kemampuan interaksi
struktur permukaan virus dengan reseptor.13,14
NS5 NS3 E M C NS2
A
NS2
B
NS1
NS4
A
NS4
B
5’UTR
3’UTR
19
Gambar 2. Partikel dengue matur. Atas: Protein E meliputi semua permukaan partiel virus. Bawah: Diagram pita kristal Dimer protein E. Warna merah merupakan domain I, kuning domain II dan biru
domain III.15
Pada protein E DENV terdapat 56 residu yang tidak lestari, terutama pada domain III.16 (gambar
2). Hal ini dapat memberikan konsekuensi berupa perbedaan serotipe dan genotipe DENV.
Perubahan residu pada DIII ini akan menimbulkan perbedaan susunan residu dari masing-masing
genotipe virus. Perbedaan ini membuat epitop pada DIII protein E virus sangat bervariasi14,17 dan
hanya monoklonal antibodi khusus yang dapat menetralisasi virus.18 Antibodi yang tidak spesifik
akan berikatan dengan afinitas yang rendah sehingga tidak mampu untuk menetralisasi.16
Antibodi yang berikatan dengan afinitas yang rendah dapat menginfeksi sel melalui interaksi Ig
G- Fc receptor, 16,19 sehingga diperlukan antibodi yang spesifik untuk menghasilkan netralisasi
yang paling baik.18
Keragaman Genetik Dengue
Virus RNA tidak memiliki kemampuan untuk melakukan aktivitas proofreading pada enzim
polymerase yang dimilikinya, demikian juga dengan DENV. Kondisi ini berpeluang untuk
DI
DII
DIII
20
memunculkan variasi genetik. Selain itu replikasi yang virus berlangsung dengan cepat, jumlah
populasi virus yang banyak serta adanya tekanan dari respon imun diduga berkaitan dengan
tingginya derajat variasi genetik DENV.20
Berdasarkan beberapa kejadian ledakan kasus DBD, diketahui bahwa susunan protein virus
berkaitan dengan patogenesis. Evolusi virus dengue memberikan dampak yang luas terhadap
virulensi serta epidemiologi virus di beberapa negara.21,22
Data sekuen genom dengue memperlihatkan terdapat banyak variasi dari keempat serotipe.
Perbedaan variasi genetik terbesar terdapat pada protein E. Sementara, protein E DENV dari
masing-masing serotipe memiliki 72-80% kemiripan asam amino,23 oleh karena itu masing-
masing serotipe dibagi lagi menjadi beberapa genotipe berdasarkan kekerabatan virus.24-27
(Tabel 1).
Tabel 1. Genotipe virus dengan sebaran geografi 24-28
Serotipe Genotipe Sebaran Geografi
DENV-1 I Jepang, Hawaii pada tahun 1940-an, Cina, Taiwan dan
Asia Tenggara.
II Thailand in the 1950s and 1960s.
III Malaysia
IV Nauru, Australia, Indonesia dan Filipina
V Afrika, Asia Tenggara dan negara di benua Amerika
DENV-2 American Peru, Venezuela, Karibia, Pasifik Selatan
Cosmopolitan India, Asia Tenggara, Afrika, Timur Tengah dan Australia
Asian genotype 2 Filipina, Taiwan, Vietnam, Cina dan Srilanka
American/Asian
genotype
Cina, Thailan, Vietnam, Brazil, Venezuela, Karibia
Asian genotype 1 Thailan, Malaysia
Sylvatic Afrika, Asia
DENV-3 I Filipina, Malaysia, Indonesia, Tahiti, Fiji
II Thailan
III Singapura, Sri Lanka, Samoa, India, Mozambik
21
IV Tahiti, Puerto Rico
DENV-4 I Filipina, Thailan, Srilanka, Malaysia
II Tahiti, Puerto Rico, Brazil, Caledonia Baru, El Savador,
Mexico, Dominica, Indonesia
III Thailan
Sylvatic Berasal dari Primata di Malaysia
Umumnya antibodi netralisasi pada flavivirus mengenali protein E. Kemampuan netralisasi oleh
antibodi berkaitan dengan genotipe yang spesifik.23,29 Lokasi penempelan antibodi pada protein
E menentukan kemampuan antibodi untuk menetralisasi.23,30
Sebaran DENV Indonesia dan Negara Tetangga
Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia pertama kali dilaporkan di Jakarta dan Surabaya
pada tahun 1968. Pada saat itu tercatat 58 kasus dan 24 meninggal. Pada tahun-tahun berikutnya
jumlah kasus DBD terus meningkat. Pada tahun 1973 tercatat 10.189 kasus, tahun 1983
sebanyak 13.668 kasus dan tahun 1985 sebanyak 15.588 kasus. Dilaporkan juga insiden kasus
DBD tinggi pada bulan Oktober hingga April sejalan dengan tingginya curah hujan.31
Tahun 1976 DENV diisolasi dari penderita DBD di Jawa Tengah sebanyak 45 kasus. DENV-3
merupakan serotipe terbanyak yang ditemukan.32 Studi lain melaporkan keempat serotipe DENV
juga ditemukan dari kasus DBD di Jakarta tahun 1975-1978 dan tahun 1987-1988 dengan
serotipe 3 merupakan jumlah terbanyak. 33-35
Pada tahun 2001 di Merauke dilaporkan peningkatan kasus DBD dan berdasarkan hasil
pemeriksaan RT-PCR hanya serotipe 3 yang ditemukan.36 Berdasarkan hasil studi kohort infeksi
DENV di Bandung tahun 2001-2002 dilaporkan serotipe terbanyak adalah DENV-2 dari keempat
serotipe DENV yang ditemukan.37 Pada tahun 2005 terjadi kejadian luar biasa (KLB) infeksi
DENV di Jakarta dengan jumlah kasus lebih dari 50.000 dan jumlah kematian lebih dari 600.
Pada saat itu dilaporkan keempat serotipe beredar dengan serotipe terbanyak DENV-3.38 Lima
belas sampel dari KLB tersebut diisolasi dan dilakukan sekuensing untuk mengetahui
epidemiologi molekuler dari KLB. Dua isolat didapat dari kasus yang diisolasi tahun 1988 dan
1998 untuk perbandingan. Pohon filogenetik dari studi ini memperlihatkan DENV-3 strain endemik
22
yang bersirkulasi pada saat itu sangat mirip dengan strain yang bersirkulasi pada tahun 1998 di
Sumatera. Diduga perubahan genom DENV sebagai pencetus terjadinya endemik.39,40
Berdasarkan hasil beberapa studi juga dilaporkan genotipe DENV. DENV-1 yang dilaporkan di
Indonesia adalah genotipe I, IV 41 dan genotipe II.42 DENV-2 genotipe Cosmopolitan, 40 DENV-3
masuk dalam genotipe I 40,41 dan DENV-4 masuk ke dalam kelompok genotipe II.40
Peneliti lain melaporkan tingginya jumlah kasus infeksi DENV di Indonesia dan Singapura
disebabkan oleh adanya strain endemik, tidak ditemukan adanya tanda-tanda mutasi yang dapat
mencetuskan epidemi. Sementara di Malaysia bersirkulasi strain DENV yang berasal dari
beberapa negara tetangga, dan transmisinya sudah berlanjut selama beberapa dekade.28
Walaupun berdekatan, sebaran genotipe DENV di Malaysia dan Singapura tidak seluruhnya
sama dengan Indonesia. Untuk DENV-3 di Malaysia juga beredar genotipe II dan III.28 Sementara
di Singapura genotipe DENV lebih bervariasi, DENV-1 genotipe I dan III, DENV-3 genotipe I,II,III
dan DENV-4 masuk ke dalam kelompok genotipe II.43
Virus lain sebagai etiologi demam dengue
Infeksi DENV dapat menyebabkan derajat infeksi yang berbeda pada masing-masing penderita.
Adakalanya tidak ada gejala klinis atau hanya demam ringan, atau demam disertai dengan
perdarahan bahkan sampai menimbulkan syok.44 Pada infeksi ringan, demam dengue dapat juga
menyerupai infeksi tropis lainnya seperti infeksi leptospira, tifus dan lain sebagainya. Berikut ini
adalah arbovirus yang mungkin dapat ditemukan dari sampel serum demam dengue di Indonesia.
Virus chikungunya (CHIKV)
CHIKV merupakan virus lain yang sering ditemukan dari penderita dengan suspek demam
dengue. Gejala klinis infeksi chikungunya seperti demam, sakit kepala, leukopenia dan
trombositopenia ringan mirip dengan gejala infeksi virus dengue. Pada infeksi chikungunya yang
khas terdapat nyeri sendi yang lebih menonjol dibandingkan dengan demam dengue.45
CHIKV adalah virus berkapsul, materi genetik berupa RNA dengan genom sekitar 11,8 kb.
Berdasarkan analisis filogenetik CHIKV terdiri dari 3 galur yaitu Afrika Barat, Asia serta Afrika
Timur, Tengah dan Selatan (ECSA). Di Asia beredar galur Asia, namun beberapa tahun
belakangan galur ECSA juga sudah ditemukan di Asia.46
Virus zika (ZIKV)
23
Virus zika termasuk dalam kelompok Arbovirus, pertama kali ditemukan di Uganda tahun 1947
pada kera yang sedang mengalami demam. Selanjutnya pada tahun 1954 ditemukan pada 3
orang penderita di Nigeria. Saat ini virus zika sudah menyebar di seluruh Afrika, Asia dan seluruh
Oceania. 47 Pada tahun 2015 terjadi KLB infeksi ZIKV di Brazil, hingga tahun 2016 diperkirakan
lebih dari 1,5 juta penduduknya terinfeksi. Infeksi ZIKV menjadi perhatian pakar kesehatan
masyarakat ketika terbukti infeksi ZIKV pada wanita hamil dapat menyebabkan bayi lahir dengan
mikrocefali.48
Gejala klinis infeksi ZIKV sukar dibedakan dengan infeksi arbovirus lain seperti DENV dan ZIKV.
Gejala klinis yang umum pada infeksi zika adalah demam ringan, rash, artritis dan atau athralgia
serta myalgia.49 Namun pada infeksi ZIKV di Jawa Tengah dilaporkan tidak ada sakit kepala atau
rash pada penderita positif infeksi ZIKV.8
Berdasarkan analisis filogenetik terdapat 2 galur ZIKV, yang beredar di Afrika dan Asia/Amerika.49
ZIKV termasuk dalam genus flavivirus, ditularkan oleh nyamuk Aedes sp,50 memungkinkan untuk
terjadi ko-infeksi DENV, CHIKV dan ZIKV.
24
BAB 3
HASIL PENELITIAN
Sampai dengan akhir Desember 2016, terdapat 687 kasus suspek infeksi dengue, dari 6 sentinel
yaitu: RSUD Deli Serdang di Provinsi Sumatera Utara, RSUD Wonosari di Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta, RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur,
RSUD Dr. M.Haulussy Ambon di Provinsi Maluku, RSUD Bitung di Provinsi Sulawesi Utara, dan
RSUD Prov NTB Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Dari jumlah tersebut 655 speseimen
serum yang dapat dilanjutkan untuk pemeriksaan karena terdapat 24 kasus tidak disertai dengan
spesimen serum dan 6 kasus dengan jumlah serum kurang dari 140 μl. (Gambar 3). Range suhu
spesimen saat diterima -5 sampai dengan 11°C.
25
Gambar 3. Jumlah sampel yang diterima dari masing-masing lokasi sentinel.
Jumlah spesimen dari RSUD Deli Serdang sebanyak 11,8 % dari seluruh sampel, 1 sampel tidak
dilakukan pemeriksaan karena jumlah kurang dari 140 μl. RSUD Dr. Kanujoso Balikpapan
mengirimkan 16,3%, RSUD Wonosari mengirimkan mengirimkan 33 % dari jumlah sampel,
RSUD Bitung 10,2% sementara RS Haulussy di Ambon dan RSUD NTB masing-masing
mengirimkan mengirimkan 13,4 dan 11% dari seluruh jumlah sampel. Satu kasus dari Bitung
tidak disertai spesimen serum dan dari RS Haulussy 22 kasus tidak dikirimkan spesimen darah
serta 1 kasus jumlah spesimen serum kurang dari 140 μl. Sementara itu 1 kasus dari RSUD
Kanujoso Djatiwibowo jumlah spesimen serum kurang dari 140 μl. Rentang usia dari kasus infeksi
dengue yang diterima adalah 2 hari sampai dengan usia 87 tahun.
1. Serotipe dan genotipe virus dengue (DENV)
Hasil pemeriksaan identifikasi DENV menggunakan RT-PCR menunjukkan 332 (50,7%)
spesimen serum positif DENV. Jumlah kasus yang positif dari masing-masing lokasi sentinel
terlihat pada gambar 4.
81
112
224
7092
76
RSUD DeliSerdang
RSUD Dr.Kanujoso
DjatiwibowoBalikpapan
RSUD WonosariJogjakarta
RSUD Bitung RSUD Dr. M.Haulussy Ambon
RSUD ProvinsiNusa Tenggara
Barat
26
Gambar 4. Jumlah spesimen serum positif virus dengue berdasarkan lokasi sentinel
Berdasarkan wilayah, dari Deli Serdang, Balikpapan dan Wonosari persentase kasus yang positif
DENV masing-masing sebanyak 42, 52 dan 54%. Sementara persentase sampel positif dari
Bitung, Ambon dan Mataram masing-masing sebanyak 31, 54 dan 63 %.
Jumlah spesimen positif berdasarkan serotipe virus ditampilkan pada gambar 5. Serotipe
terbanyak adalah DENV-3, dengan persentase 52 %. Sedangkan persentase DENV-2, DENV-1
dan DENV-4 masing-masing 21, 18 dan 9 %.
81
112
224
70
9276
34
58
120
22
50 48
RSUD Deli Serdang RSUD Dr. KanujosoDjatiwibowoBalikpapan
RSUD WonosariJogjakarta
RSUD Bitung RSUD Dr. M.Haulussy Ambon
RSUD ProvinsiNusa Tenggara
Barat
Jumlah Sampel Hasil Positif
27
Gambar 5. Jumlah sampel positif masing-masing serotipe
Persentase sebaran serotipe DENV dari masing-masing lokasi sentinel ditampilkan pada
gambar 6.
Gambar 6. Jumlah serotipe DENV pada masing-masing lokasi sentinel.
Serotipe DENV terbanyak dari RS Deli Serdang adalah DENV-3 yaitu 18 spesimen, DENV-2 2
spesimen sedangkan DENV-1 dan DENV 4 masing-masing 12 dan 1 spesimen. Spesimen dari
RS Wonosari serotipe terbanyak adalah DENV-3 sebanyak 58 spesimen, DENV-2 39 spesimen
sementara DENV-1 dan DENV-4 masing-masing 2 dan 4 spesimen. Dari RS NTB DENV-3 dan
DENV-2 masing-masing 18 dan 16 spesimen disusul dengan DENV-1 dan DENV-4 masing-
6070
172
30
DENV-1 DENV-2 DENV-3 DENV-4
13 3 5 427
82
3
42
6
116
1852
64
7
12 191
0
9
5
10 5
0
20
40
60
80
100
120
140
RSUD DeliSerdang
RSUD Dr.Kanujoso
DjatiwibowoBalikpapan
RSUD WonosariJogjakarta
RSUD Bitung RSUD Dr. M.Haulussy Ambon
RSUD ProvinsiNusa Tenggara
Barat
DENV-4
DENV-3
DENV-2
DENV-1
28
masing 8 dan 5 spesimen. Dari RS Kanujoso Djati serotipe terbanyak adalah DENV-3 52
spesimen, berikutnya DENV-1 dan DENV-2 masing-masing 3 spesimen. Berikutnya RS Bitung,
DENV-3 dan DENV-2 msing-masing 7 dan 6 spesimen, DENV-4 dan DENV-1 masing-masing 5
dan 4 spesimen. Berbeda dengan yang lainnya, spesimen dari RS Haulussy serotipe terbanyak
adalah DENV-1 21 spesimen, DENV-3 dan DENV-4 masing-masing 12 dan 10 spesimen.
Sementara DENV-2 hanya 1 spesimen. (Gambar 6).
Tiga puluh lima sampel berhasil didapatkan urutan basa dari gen selubungnya (gen E) dan dibuat
pohon filogenetik untuk menentukan kekerabatan serta genotipe virus. Dari jumlah tersebut 11
sampel merupakan virus dengue serotipe 1, 3 untuk serotipe 2 dan sebanyak 21 sampel dari
serotipe 3. Gen E untuk DENV-1 dan DENV-2 sepanjang 1485 nt dan DENV-3 1479 nt, akan
tetapi belum didapatkan sekuens gen E pada sampel DENV-4. Pada pohon filogenetik juga
disertakan sekuen dari lokasi sentinel pada tahun sebelumnya, beberapa sekuen dari sampel
Indonesia, negara tetangga serta beberapa sekuen sebagai referens.
Pohon filogenetik untuk DENV-1 menunjukkan bahwa di Indonesia beredar DENV-1 genotipe I,
II dan IV. DENV-1 dari lokasi sentinel yang ditemukan pada studi ini masuk dalam genotipe I.
Dari 11 sampel, 9 sampel berasal dari Ambon sementara 2 sampel yang lain berasal dari Bitung
dan Mataram. Pada pohon filogenetik ini terlihat DENV-1 dari Ambon berada dalam satu
kelompok, bersama dengan DENV-1 yang juga diisolasi dari Ambon tahun 2015. DENV-1 dari
Ambon juga terlihat lebih dekat kekerabatannya dengan DENV-1 dari Balikpapan yang diisolasi
tahun 2014, walaupun berada pada clade yang berbeda. Uji homologi menunjukkan kesamaan
DENV-1 dari Ambon dan Balikpapan ini sebesar 98%. DENV-1 dari Bitung memiliki kekerabatan
yang lebih dekat dengan DENV-1 dari Balikpapan tahun 2014 (Balikpapan/034/2014) dan DENV-
1 dari Mataram lebih dekat kekerabatannya dengan Singapura tahun 2009. (Gambar 7).
Gen E DENV-2 yang dapat dianalisis pada studi ini berasal dari Mataram sebanyak 2 sampel
dan 1 sampel dari Wonosari. Secara umum DENV-2 di Indonesia berada dalam genotipe
cosmopolitan. DENV-2 yang diisolasi dari Mataram tahun 2016 memiliki kekerabatan lebih dekat
dengan DENV-2 dari Wonosari yang diisolasi tahun 2014. Sedangkan DENV-2 Mataram yang
diisolasi tahun 2014 – 2015 berada dalam kelompok yang sama. DENV-2 yang diisolasi dari
Wonosari kekerabatannya lebih dekat dengan DENV-2 yang juga diisolasi dari Wonosari
29
Gambar 7. Pohon filogenetik gen Envelope DENV-1 (1485bp). Pohon filogenetik dianalisis dengan menggunakan MEGA 6 dengan metode Neighbor Joining. Sekuen DENV-1 Sekuen Indoneisa ditandai dengan warna biru dan sekuen hasil studi ini ditandai dengan warna merah. Sekuen yang telah diketahui genotipe virus diperoleh dari GenBank ditandai dengan accession number, asal dan tahun isolasi. Pembagian genotipe virus berdasarkan skema yang diusulkan oleh Goncalvez, et al 2002.
Ambon/120/2016
Ambon/61/2016
Ambon/97/2016
Ambon/133/2016
Ambon/115/2016
Ambon/81/2016
Ambon/017/2015
Ambon/77/2016
Ambon/49/2016
Ambon/50/2016
Balikpapan/013/2014
Deli Serdang/010/2014
Wonosari/026/2014
JF960226 Singapore 2010
Balikpapan/031/2014
JN415521 Singapore 2008
Balikpapan/131/2015
Balikpapan/189/2015
EF654105 Indonesia 2005
Bitung/021/2014
Bitung/059/2015
Mataram/009/2015
Balikpapan/019/2015
Mataram/045/2015
AB597971 Indonesia Surabaya 2008
Mataram/89/2016
JF960215 Singapore 2009
Wonosari/097/2015
Balikpapan/034/2014
Bitung/141/2016
AB624553 Surabaya Indonesia 2010
GQ357689 Singapore 2007
AF425630 Thailand 1980
AF425628 Taiwan 1987
AB003090 Laos 1996
AF425634 Venezuela 1997
AF425624 Mexico 1983
AF425625 Nigeria 1968
AF425622 Malaysia 1972
AF425629 Thailand 1963
KC589010 SMG-SE003 Semarang 2012
AY858983 Indonesia 2004
AF425627 Phillipine 1974
JF967951 Indonesia 2010
AF425611 Australia 1983
JN415502 East Timor 2010
241059 Cirebon 2008
JN415494 Bali Indonesia 2010
JN415488 Bali Indonesia 2003
100
94
98
88
100
99
100
71
50
100
58
82
75
100
100
100
99
100
99
75
69
65
50
61
34
100
77
98
99
90
70
99
72
75
92
98
54
60
85
72
69
60
78
57
0.01
Genotype I
Genotype V
Genotype III
Genotype II
Genotype IV
30
Gambar 8. Pohon filogenetik gen Envelope DENV-2 (1485bp). Pohon filogenetik dianalisis dengan menggunakan MEGA 6 dengan metode Neighbor Joining. Sekuen DENV-1 Sekuen Indoneisa ditandai dengan warna biru dan sekuen hasil studi ini ditandai warna merah. Sekuen yang telah diketahui genotipe virus diperoleh dari GenBank ditandai dengan accession number, asal dan tahun isolasi. Pembagian genotipe virus berdasarkan skema yang diusulkan oleh Twiddy et al 2002.
Wonosari/41/2014
Wonosari/67/2014
Wonosari/42/2015
Wonosari/05/2014
Mataram/211/2016
Mataram/215/2016
Balikpapan/130/2015
Mataram/48/2015
JF968016 Indonesia 2010
JF968028 Malaysia 2010
JN544399 Singapore 2011
Wonosari/16/2014
Deli Serdang/19/2015
Bitung/10/2014
Balikpapan/83/2015
EU179859 Brunei 2006
Deli Serdang/49/2015
Deli Serdang/99/2015
Mataram/20/2015
Mataram/30/2014
Mataram/32/2015
Mataram/46/2015
Mataram/17/2015
Mataram/22/2015
Mataram/34/2015
AB111448 Indoneisa 1994
AB111453 Indonesia 2001
Bitung/14/2014
JN568265 Philippines 2010
Bitung/04/2014
Wonosari/48/2015
Wonosari/157/2016
L10044 Indonesia 1976
AF004019 Australia 1997
JN568259 India 2010
JN036372 BDH16-09 Bangladesh 2009
KF041230 Pakistan/82/2009
AB194883 SriLanka 2004
AJ487271 Thailand 1974
JN568275 Thailand 2010
L10041 Brazilia 1990
M15075 Jamaica 1983
L10045 Philllpine 1983
L10052 Taiwan 1987
AY786372 Phillipine 1998
L10046 Puerto Rico 1969
AF231717 Malaysia 1970
AF231719 New Guinea 1981
AF231720 Senegal 1970100
97
100
100
100
100
83
100
74
51
98100
100
79
100
100
75
100
99
100
95
90
68
38
100
61
65
83
100
97
95
94
35
70
91
50
57
74
87
100
33
78
67
0.02
Cosmopolitan
Asian Genotype I
Asian/American
Asian Genotype 2
Sylvatic
American Genotype
31
Gambar 9.Pohon filogenetik gen Envelope DENV3 (1479bp). Pohon filogenetik dianalisis dengan menggunakan MEGA6 dengan metode Neighbor Joining. Sekuen DENV-1 Sekuen Indoneisa ditandai dengan warna biru dan sekuen hasil studi ini ditandai dengan warna merah. Sekuen yang telah diketahui genotipe virus diperoleh dari GenBank ditandai dengan accession number, asal dan tahun isolasi. Pembagian genotipe virus berdasarkan skema yang diusulkan oleh Lanciotti et al 1994.
tahun 2015. Dibandingkan dengan DENV-2 dari negara tetangga, DENV-2 yang diisolasi ini
memiliki kekerabatan dengan DENV-2 yang diisolasi di Philipina tahun 2009. Terlihat ada 2
Bitung/22/2014
Bitung/15/2014
Bitung/156/2016
Balikpapan/205/2015
Balikpapan/259/2016
JN575561 Bali Indonesia 2010c
Mataram/236/2016
DQ518676 Indonesia 1998
EU448437 0302aTw Indonesia 2003
241062 Kota Cirebon 2008
Deli Serdang/68/2015
JN568284 Bali Indonesia 2009
Mataram/210/2016
Balikpapan/309/2016
Ambon/49/2016
Mataram/217/2016
EU448439 Malaysia 2006
Balikpapan/277/2016
KF709426 Surabaya 2013
JN030186 Singapore 2010
Balikpapan/184/2015
Balikpapan/190/2015
Balikpapan/AR/2016
AY858037 Indonesia 2004
Balikpapan/243/2016
Ambon/79/2016
Balikpapan/279/2016
JN575564 Australia 2008
Balikpapan/109/2015
JF968113 Indonesia 2010
Wonosari/46/2014
Wonosari/73/2014
Wonosari/109/2016
Deli Serdang/94/2015
Deli Serdang/94/2016
JN380808 Singapore 2009
Deli Serdang/173/2016
Balikpapan/251/2016
Mataram/75/2016
Balikpapan/128/2015
Mataram/79/2016
KF709425 Surabaya 2013
Wonosari/114/2016
Balikpapan/303/2016
Balikpapan/216/2015
Balikpapan/262/2016
DQ453981 East Timor 2005
AB600937 Jakarta Indonesia 1988
L11427 Malaysia 1981
L11422 Fiji 1992
AY648961 Indonesia 1978
KP176709 Malaysia/1308aTw 2013
AM746232 Saudi Arabia 2004
AY146773 Venezuela 2001
AY145728 Thailand 1997
L11441 Thailand 1986
L11433 Puerto Rico 1963
75
100
100
48
94
100
97
100
100
85
94
100
99
86
99
46
57
100
79
41
41
53
99
74
95
98
99
41
78
44
41
40
14
45
93
100
89
69
66
91 92
64
63
8677
66
74
73
56
58
92
71
0.01
Genotype II
Genotype I
Genotype III
Genotype IV
32
kelompok DENV-2 dengan induk yang berbeda bersirkulasi di Mataram, demikian juga dengan
DENV-2 dari Wonosari. (Gambar 8).
Sebanyak 21 sampel DENV-3 berhasil diperoleh urutan nukleotida dari gen E. Sampel ini berasal
dari 6 lokasi sentinel dengan rincian sebagai berikut; Deli Serdang, Balikpapan dan Wonosari
masing-masing 2, 9 dan 2 sampel, sedangkan dari Bitung, Ambon dan Mataram masing-masing
1, 2 dan 5 sampel. Secara umum DENV-3 dari lokasi sentinel termasuk dalam genotipe I. Pada
pohon filogenetik terlihat hanya DENV-3 Bitung yang berada pada clade yang sama, sementara
DENV-3 dari lokasi yang lain dapat berada pada clade yang berbeda. Hal ini menunjukkan
keanekaragaman DENV-3 yang bersirkulasi di masing-masing lokasi. (Gambar 9).
2. Hasil identifikasi virus chikungunya dari sampel negatif dengue
Sebanyak 410 spesimen surveilans sentinel dengue dilakukan deteksi virus chikungunya.
Sementara 277 spesimen lainnya tidak memungkinkan untuk dilakukan. Hasil deteksi
menggunakan gel based RT-PCR menunjukkan terdapat 6 sampel positif virus chikungunya, 5
sampel diantaranya berasal dari Ambon dan 1 sampel berasal dari Deli Serdang.
Semua sampel negatif virus dengue juga dilakukan isolasi virus menggunakan sel Vero 76. Hasil
kultur dari sampel menghasilkan cytopathic effect (CPE) pada kultur dengan 6 sampel yang positif
virus chikungunya.
3. Hasil pemeriksaan flavivirus lainnya
Untuk mengidentifikasi flavivirus lainnya dilakukan dengan isolasi virus dari sampel negatif. Bila
hasil positif akan dilakukan deteksi flavivirus menggunakan primer spesifik grup flavivirus. Hasil
deteksi terhadap isolat yang positif CPE tidak menunjukkan infeksi grup flavivirus.
Selain itu juga dilakukan deteksi virus zika dari spesimen serum, namun semua hasilnya negatif
virus zika.
33
BAB 4
PEMBAHASAN
Sistem sentinel surveilans dengue berjalan sejak September 2014. Surveilans sentinel ini baru
pertama kali dilakukan dan memerlukan optimalisasi dalam teknis pelaksanaan di lapangan. Oleh
karena itu dipilih lokasi yang sama dengan Surveilans ISPA Berat Indonesia yang sudah berjalan
beberapa tahun sebelumnya. Lokasi surveilans ini berada di RSUD Deli Serdang, Sumatera
Utara, RSUD Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan, RSUD Wonosari, RSUD Bitung di Sulawesi
Utara, RSUD Dr. Haulussy di Ambon dan RSUD Prov NTB di Mataram. Keenam lokasi ini berada
di pulau yang berbeda, walaupun tidak semua daerah memiliki kasus infeksi dengue yang tinggi.
Selama penelitian berlangsung terdapat sebanyak 687 kasus infeksi dengue, jumlah ini kurang
dari target 1000 sampel, pada akhir penelitian. Beberapa kendala dari kegiatan ini diantaranya
jumlah kasus yang tidak sama di lokasi sentinel, proses pengiriman yang sempat terhambat serta
kendala teknis lapangan lainnya seperti penderita tidak bersedia diambil darah.
Secara keseluruhan, sebanyak 50,7% sampel positif DENV. Bila dibandingkan dengan hasil
deteksi pada tahun sebelumnya surveilans dengue tahun 2016 ada peningkatan 13% jumlah
sampel yang positif. Hal ini dikaitkan dengan jumlah kasus dan waktu pengambilan spesimen dari
penderita. Jumlah kasus yang didapatkan tahun 2016 lebih banyak dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Tahun 2016 jumlah kasus paling banyak berasal dari Wonosari, disusul dengan
Balikpapan dan Ambon. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya Balikpapan dan Wonosari
merupakan 2 lokasi yang paling banyak mengirimkan sampel. 51 Jumlah kasus pada kegiatan ini
tidak mewakili kota karena kasus hanya didapat dari 1 Rumah Sakit.
Pada gambar 6 tampak DENV-1 hingga DENV-4 dapat ditemukan di lokasi sentinel walaupun
dengan pola yang berbeda. Telah diketahui bahwa DENV-2 dan DENV-3 merupakan serotipe
terbanyak. 33-35 Pada hasil penelitian ini tidak selalu DENV-2 dan DENV-3 yang dominan di laokasi
sentinel. Dari Deli Serdang dan Ambon DENV-1 tampak lebih banyak dari DENV-2. DENV-1 Deli
Serdang tahun ini labih banyak dibandingkan dengan tahun sebelumnya walaupun jumlah tidak
jauh berbeda dengan serotipe sebelumnya.51 Namun di Ambon DENV-1 jauh lebih banyak
dibandingkan dengan serotipe yang lain.
Penentuan genotipe virus dengue yang bersirkulasi di ke 6 sentinel pada penelitian ini dilakukan
berdasarkan analisa filogenetik pada gen envelope DENV-1 (1485bp), DENV-2 (1485bp) dan
34
DENV-3 (1479bp). Monitoring distribusi genotipe secara berkala dapat memberikan informasi
yang penting secara epidemiologi terkait kejadian luar biasa infeksi dengue terutama di negara
endemis dengue seperti Indonesia. Selain itu, informasi distribusi genotipe DENV juga sangat
penting terkait dengan pengendalian penyakit infeksi dengue melalui pengembangan vaksin
maupun investigasi pathogen pada kejadian luar biasa infeksi dengue.
Berdasarkan klasifikasi Goncalves et al, sebanyak 11 sampel DENV-1 di lokasi sentinel termasuk
ke dalam Genotipe I.46 Ini merupakan genotipe yang dominan di Indonesia menggantikan
genotipe IV yang sebelumnya merupakan genotipe yang paling banyak bersirkulasi.40,5,26
Genotipe IV sudah ditemukan bersirkulasi di Indonesia sejak tahun 1948. Genotipe ini juga
ditemukan bersirkulasi di negara-negara regional Asia Tenggara dan sekitar laut India serta
diperkirakan menyebar sekitar tahun 1967.52,53 DENV-1 genotype I juga dilaporkan terinfeksi
wisatawan yang berkunjung di Indonesia tahun 2005.54 Sementara studi lain melaporkan
genotype II juga bersirkulasi di Semarang.42 Namun genotype ini tidak ditemukan pada penelitian
ini.
Sebanyak 3 sampel DENV-2 pada penelitian ini merupakan genotipe Cosmopolitan berdasarkan
klasifikasi Twiddy et al. DENV-2 Cosmopolitan merupakan genotipe yang dominan di Indonesia
dan bersirkulasi di India, Asia Tenggara, Afrika, Timur Tengah dan Australia. Identifikasi dari studi
sebelumnya juga menunjukkan cosmopolitan merupakan genotipe dari DENV-2 yang ditemukan
di Indonesia25,40 dan negara tetangga seperti Brunei, Malaysia dan Singapura.55 Genotipe
Cosmopolitan menyebar di Asia Tenggara, Australia, India, China dan Timur Tengah.56,57 Saat ini
genotipe Cosmopolitan yang beredar terdiri dari dua galur yang berbeda, di Indonesia beredar
galur yang juga beredar di Asia Tenggara, China dan Oceania.58
Dua puluh satu sampel dengan DENV-3 pada penelitian ini termasuk ke dalam Genotipe I yang
telah bersirkulasi di Indonesia sejak tiga dekade,26 DENV-3 yang bersirkulasi ini memiliki
kemampuan untuk melakukan substitusi yang tinggi sehingga diduga berpotensi untuk
menimbulkan peningkatan jumlah kasus.41
Identifikasi genotipe DENV-4 tidak dapat dilakukan pada penelitian ini disebabkan karena titer
virus yang rendah untuk dilakukan amplifikasi pada gen selubung virus. Namun pada laporan
sebelumnya genotipe DENV-4 yang bersirkulasi di Indonesia masuk dalam kelompok genotipe II.
59
35
Analisis filogenetik dari sampel surveilans sentinel ini menunjukkan sebaran distribusi genotipe
DENV yang stabil, yaitu ditandai dengan tidak terdapatnya beberapa genotipe yang berbeda pada
setiap serotipe DENV (Gambar 7-9). Munculnya variasi genotipe virus dengue di suatu wilayah
menandakan terdapatnya introduksi virus yang berbeda di suatu waktu yang sama. Peningkatan
perdagangan internasional dan penerbangan antar negara dan benua menyebabkan mudahnya
transmisi strain virus dan importasi virus ke suatu negara dan meningkatkan resiko terjadinya
wabah. Hasil analisis filogenetik pada penelitian ini menunjukkan bahwa DENV dari ke 6 sentinel
merupakan genotipe yang telah bersirkulasi sebelumnya di Indonesia.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
36
1. Kesimpulan
1. Keempat serotipe virus dengue beredar di lokasi surveillans sentinel dengue, dengan
Genotipe sebagai berikut: DENV-1 Genotype I,II dan IV. Genotype DENV-2 Cosmopolitan
dan DENV-3 Genotype I.
2. Ditemukan virus chikungunya dari 6 spesimen negative virus dengue.
3. Tidak ditemukan flavivirus lainnya dari spesimen negatif dengue.
2. Saran
Sistem Surveilan Sentinel Dengue ini diinisiasi sebagai upaya untuk memperoleh data kasus
dengue yang terintegrasi antara data epidemiologi dengan data pemeriksaan konfirmasi dari
laboratorium. Dari sisi epidemiologi, data demografi, status ekonomi dan tingkat keparahan
penyakit perlu diperkuat sehingga pemahaman mengenai epidemiologi dengue dapat lebih
komprehensif. Dari sisi laboratorium, perlu dilakukan penguatan kapasitas laboratorium untuk
pemeriksaan PCR sampel surveilans dengue sehingga memungkinkan deteksi kasus dengue
yang lebih cepat.
UCAPAN TERIMA KASIH
37
Terimakasih kami sampaikan kepada 6 rumah sakit sentinel S3D, RSUD Dr.Haulussy Ambon,
RSUD Bitung Sulawesi Utara, RSUD Wonosari DIY, RSU Kanujoso Djati Balikpapan Kaltim,
RSUD Deli Serdang Sumatera Utara, RSU Mataram, NTB atas kerjasama yang baikselama
penelitian ini berlangsung dan kepada Subdit Arbovirosis Dirjen Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan atas kerjasamanya dalam hal teknis maupun finansial sehingga
penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.
DAFTAR RUJUKAN
38
1. Myint KSA, Kosasih H, Artika IM, et al. West nile virus documented in Indonesia from acute febrile illness specimens. The American Journal of Tropical Medicine and Hygiene 2014; 90(2): 260-2.
2. Gubler DJ. Dengue and dengue hemorrhagic fever. Clin Microbiol Rev 1998; 11(3): 480-96.
3. WHO. Global strategy for dengue prevention and control 2012-2020. 2012. http://reliefweb.int/sites/reliefweb.int/files/resources/9789241504034_eng.pdf. (accessed 06/07/2014.
4. WHO. Dengue guidelines for diagnosis, treatment, prevention and control- New edition. Geneva: TDR/World Health Organization Press; 2009.
5. Yamanaka A, Mulyatno KC, Susilowati H, et al. Displacement of the predominant dengue virus from type 2 to type 1 with a subsequent genotype shift from IV to I in Surabaya, Indonesia 2008-2010. PLoS One 2011; 6(11): e27322.
6. Lee K-S, Lai Y-L, Lo S, et al. Dengue virus surveillance for early warning, Singapore. Emerging Infectious Diseases 2010; 16(5): 847-9.
7. Afreen N, Deeba F, Khan WH, et al. Molecular characterization of dengue and chikungunya virus strains circulating in New Delhi, India. Microbiol Immunol 2014; 58(12): 688-96.
8. Olson JG, Ksiazek TG, Suhandiman, Triwibowo. Zika virus, a cause of fever in Central Java, Indonesia. Trans R Soc Trop Med Hyg 1981; 75(3): 389-93.
9. Lowry PW, Truong DH, Hinh LD, et al. Japanese encephalitis among hospitalized pediatric and adult patients with acute encephalitis syndrome in Hanoi, Vietnam 1995. Am J Trop Med Hyg 1998; 58(3): 324-9.
10. Guzman MG, Kouri G. Dengue: an update. Lancet Infect Dis 2002; 2(1): 33-42. 11. WHO. Dengue haemorrhagic fever. Diagnosis, treatment, prevention and control.
Geneva: WHO; 1997. 12. Behura SK, Severson DW. Nucleotide substitutions in dengue virus serotypes from
Asian and American countries: insights into intracodon recombination and purifying selection. BMC Microbiol 2013; 13: 37.
13. Nayak V, Dessau M, Kucera K, Anthony K, Ledizet M, Modis Y. Crystal structure of dengue virus type 1 envelope protein in the postfusion conformation and its implications for membrane fusion. J Virol 2009; 83(9): 4338-44.
14. Shrestha B, Brien JD, Sukupolvi-Petty S, et al. The development of therapeutic antibodies that neutralize homologous and heterologous genotypes of dengue virus type 1. PLoS Pathog 2010; 6(4): e1000823.
15. Zhang Y, Zhang W, Ogata S, et al. Conformational changes of the flavivirus E glycoprotein. Structure 2004; 12(9): 1607-18.
16. Modis Y, Ogata S, Clements D, Harrison SC. Variable surface epitopes in the crystal structure of dengue virus type 3 envelope glycoprotein. J Virol 2005; 79(2): 1223-31.
17. Degreve L, Fuzo CA, Caliri A. Extensive structural change of the envelope protein of dengue virus induced by a tuned ionic strength: conformational and energetic analyses. Journal of computer-aided molecular design 2012; 26(12): 1311-25.
18. Crill WD, Roehrig JT. Monoclonal antibodies that bind to domain III of dengue virus E glycoprotein are the most efficient blockers of virus adsorption to Vero cells. J Virol 2001; 75(16): 7769-73.
19. Hung J-J, Hsieh M-T, Young M-J, Kao C-L, King C-C, Chang W. An external loop region of domain III of dengue virus type 2 envelope protein is involved in serotype-specific binding to mosquito but not mammalian cells. Journal of Virology 2004; 78(1): 378-88.
20. Amarilla AA, de Almeida FT, Jorge DM, et al. Genetic diversity of the E protein of dengue type 3 virus. Virol J 2009; 6: 113.
39
21. Leitmeyer KC, Vaughn DW, Watts DM, et al. Dengue virus structural differences that correlate with pathogenesis. J Virol 1999; 73(6): 4738-47.
22. Rico-Hesse R. Microevolution and virulance of dengue viruses. Advances in virus research 2003; 59: 315-41.
23. Brien JD, Austin SK, Sukupolvi-Petty S, et al. Genotype-specific neutralization and protection by antibodies against dengue virus type 3. J Virol 2010; 84(20): 10630-43.
24. Goncalvez AP, Escalante AA, Pujol FH, et al. Diversity and evolution of the envelope gene of dengue virus type 1. Virology 2002; 303(1): 110-9.
25. Twiddy SS, Farrar JJ, Vinh Chau N, et al. Phylogenetic relationships and differential selection pressures among genotypes of dengue-2 virus. Virology 2002; 298(1): 63-72.
26. Lanciotti RS, Lewis JG, Gubler DJ, Trent DW. Molecular evolution and epidemiology of dengue-3 viruses. J Gen Virol 1994; 75 ( Pt 1): 65-75.
27. Lanciotti RS, Gubler DJ, Trent DW. Molecular evolution and phylogeny of dengue-4 viruses. J Gen Virol 1997; 78 ( Pt 9): 2279-84.
28. Ong SH. Molecular Epidemiology of Dengue viruses from complete genome sequences. Basel: der Universität Basel; 2010.
29. Pierson TC, Fremont DH, Kuhn RJ, Diamond MS. Structural insights into the mechanisms of antibody-mediated neutralization of flavivirus infection: implications for vaccine development. Cell Host Microbe 2008; 4(3): 229-38.
30. Wahala WM, Donaldson EF, de Alwis R, Accavitti-Loper MA, Baric RS, de Silva AM. Natural strain variation and antibody neutralization of dengue serotype 3 viruses. PLoS Pathog 2010; 6(3): e1000821.
31. Sumarmo. Dengue haemorrhagic fever in Indonesia. Southeast Asian J Trop Med Public Health 1987; 18(3): 269-74.
32. Gubler DJ, Suharyono W, Lubis I, Eram S, Sulianti Saroso J. Epidemic dengue hemorrhagic fever in rural Indonesia. I. Virological and epidemiological studies. Am J Trop Med Hyg 1979; 28(4): 701-10.
33. Sumarmo, Wulur H, Jahja E, Gubler DJ, Suharyono W, Sorensen K. Clinical observations on virologically confirmed fatal dengue infections in Jakarta, Indonesia. Bull World Health Organ 1983; 61(4): 693-701.
34. Gubler DJ, Suharyono W, Tan R, Abidin M, Sie A. Viraemia in patients with naturally acquired dengue infection. Bull World Health Organ 1981; 59(4): 623-30.
35. Samsi TK, Wulur H, Sugianto D, Bartz CR, Tan R, Sie A. Some clinical and epidemiological observations on virologically confirmed dengue hemorrhagic fever. Paediatr Indones 1990; 30(11-12): 293-303.
36. Sukri NC, Laras K, Wandra T, et al. Transmission of epidemic dengue hemorrhagic fever in easternmost Indonesia. Am J Trop Med Hyg 2003; 68(5): 529-35.
37. Porter KR, Beckett CG, Kosasih H, et al. Epidemiology of dengue and dengue hemorrhagic fever in a cohort of adults living in Bandung, West Java, Indonesia. Am J Trop Med Hyg 2005; 72(1): 60-6.
38. Suwandono A, Kosasih H, Nurhayati, et al. Four dengue virus serotypes found circulating during an outbreak of dengue fever and dengue haemorrhagic fever in Jakarta, Indonesia, during 2004. Trans R Soc Trop Med Hyg 2006; 100(9): 855-62.
39. Corwin AL, Larasati RP, Bangs MJ, et al. Epidemic dengue transmission in southern Sumatra, Indonesia. Trans R Soc Trop Med Hyg 2001; 95(3): 257-65.
40. Ong SH, Yip JT, Chen YL, et al. Periodic re-emergence of endemic strains with strong epidemic potential-a proposed explanation for the 2004 Indonesian dengue epidemic. Infect Genet Evol 2008; 8(2): 191-204.
41. Kotaki T, Yamanaka A, Mulyatno KC, et al. Phylogenetic analysis of dengue virus type 3 strains primarily isolated in 2013 from Surabaya, Indonesia. Japanese Journal of Infectious Diseases 2014; 67(3): 227-9.
40
42. Fahri S, Yohan B, Trimarsanto H, et al. Molecular surveillance of dengue in Semarang, Indonesia revealed the circulation of an old genotype of dengue virus serotype-1. PLoS Negl Trop Dis 2013; 7(8): e2354.
43. Schreiber MJ, Holmes EC, Ong SH, et al. Genomic epidemiology of a dengue virus epidemic in urban Singapore. J Virol 2009; 83(9): 4163-73.
44. Gubler DJ. Epidemic dengue/dengue hemorrhagic fever as a public health, social and economic problem in the 21st century. Trends Microbiol 2002; 10(2): 100-3.
45. Staples JE, Breiman RF, Powers AM. Chikungunya Fever: An Epidemiological Review of a Re-Emerging Infectious Disease. Clinical Infectious Diseases 2009; 49(6): 942-8.
46. Ng L-C, Tan L-K, Tan C-H, et al. Entomologic and Virologic Investigation of Chikungunya, Singapore. Emerging Infectious Diseases 2009; 15(8): 1243-9.
47. Plourde AR, Bloch EM. A Literature Review of Zika Virus. Emerg Infect Dis 2016; 22(7): 1185-92.
48. Wiwanitkit V. The current status of Zika virus in Southeast Asia. Epidemiology and health 2016; 38: e2016026.
49. Duong V, Dussart P, Buchy P. Zika virus in Asia. International Journal of Infectious Diseases; 54: 121-8.
50. Marchette NJ, Garcia R, Rudnick A. Isolation of Zika virus from Aedes aegypti mosquitoes in Malaysia. Am J Trop Med Hyg 1969; 18(3): 411-5.
51. Herman R, Agustiningsih A, Hartanti D, Nugraha A. Identifikasi serotipe dan karakterisasi gen E virus dengue sampel surveilan sentinel dengue teritegrasi surveilans ISPA berat Indonesia Jakarta: Balitbangkes Kementerian Kesehatan RI, 2015.
52. Sjatha F, Takizawa Y, Yamanaka A, Konishi E. Phylogenetic analysis of dengue virus types 1 and 3 isolated in Jakarta, Indonesia in 1988. Infect Genet Evol 2012; 12(8): 1938-43.
53. Villabona-Arenas CJ, Zanotto PM. Worldwide spread of Dengue virus type 1. PLoS One 2013; 8(5): e62649.
54. Jeong YE, Kim YH, Cho JE, Han MG, Ju YR. Identification of Dengue Type 1 Virus (DENV-1) in Koreans Traveling Abroad. Osong Public Health and Research Perspectives 2011; 2(1): 34-40.
55. Nusa R, Prasetyowati H, Meutiawati F, et al. Molecular surveillance of Dengue in Sukabumi, West Java province, Indonesia. J Infect Dev Ctries 2014; 8(6): 733-41.
56. Salda LT, Parquet MD, Matias RR, Natividad FF, Kobayashi N, Morita K. Molecular epidemiology of dengue 2 viruses in the Philippines: genotype shift and local evolution. Am J Trop Med Hyg 2005; 73(4): 796-802.
57. Huang JH, Su CL, Yang CF, et al. Molecular characterization and phylogenetic analysis of dengue viruses imported into Taiwan during 2008-2010. Am J Trop Med Hyg 2012; 87(2): 349-58.
58. Khan MA, Ellis EM, Tissera HA, et al. Emergence and diversification of dengue 2 cosmopolitan genotype in Pakistan, 2011. PLoS One 2013; 8(3): e56391.
59. Herman R, Agustiningsih A, Hartanti D, Nugraha A, Setiawaty V. Molecular epidemiology of dengue virus in Manado, North Sulawesi, Indonesia, 2012. International Journal of Infectious Diseases 2014; 21: 262.
xli