10
EUIS SUNARTI | PENGEMBANGAN ECOVILLAGE: Jalan Mewujudkan Kehidupan Penduduk s Copyright Euis Sunarti [email protected] http://euissunarti.staff.ipb.ac.id/pengembangan-ecovillage-community-development/ PENGEMBANGAN ECOVILLAGE: Jalan Mewujudkan Kehidupan Penduduk serta Lingkungan yang Berkualitas Euis Sunarti Kepala Bagian Ilmu Keluarga, Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia Masalah dan Tantangan Pembangunan Perdesaan page 1 / 10

PENGEMBANGAN ECOVILLAGE: Jalan Mewujudkan Kehidupan ...anitanet.staff.ipb.ac.id/wp-content/plugins/as-pdf/EUIS SUNARTI...masalah kependudukan, mengarahkan berbagai pihak untuk melakukan

  • Upload
    vothuy

  • View
    246

  • Download
    5

Embed Size (px)

Citation preview

EUIS SUNARTI | PENGEMBANGAN ECOVILLAGE: Jalan Mewujudkan Kehidupan Penduduk serta Lingkungan yang BerkualitasCopyright Euis Sunarti [email protected]://euissunarti.staff.ipb.ac.id/pengembangan-ecovillage-community-development/

PENGEMBANGAN ECOVILLAGE: Jalan MewujudkanKehidupan Penduduk serta Lingkungan yangBerkualitas

Euis Sunarti

Kepala Bagian Ilmu Keluarga, Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, FakultasEkologi Manusia

 

Masalah dan Tantangan Pembangunan Perdesaan

page 1 / 10

EUIS SUNARTI | PENGEMBANGAN ECOVILLAGE: Jalan Mewujudkan Kehidupan Penduduk serta Lingkungan yang BerkualitasCopyright Euis Sunarti [email protected]://euissunarti.staff.ipb.ac.id/pengembangan-ecovillage-community-development/

Tantangan pembangunan di berbagai bidang di Indonesia semakin besar seiringmeningkatnya tuntutan pemenuhan hak asasi manusia Indonesia untukmemperoleh kehidupan yang berkualitas, namun tanpa merusak lingkungan alammaupun lingkungan sosial. Peningkatan kualitas kehidupan manusia hendaknyadiperoleh dengan tetap menjaga atau mempertahankan lingkungan sehinggamemiliki daya dukung yang optimal dan berkelanjutan. Semakin besarnyatantangan pembangunan juga berkaitan dengan ketatnya persaingan di berbagaiaspek kehidupan di era globalisasi dewasa ini, ditambah dengan terjadinyapenurunan secara nyata kualitas lingkungan dan sumberdaya alam yangdiakibatkan tata kelola yang tidak mempertimbangkan keberlanjutan daya dukungalam bagi kehidupan manusia. Sebagian dari kejadian bencana alam yang terjadi diIndonesia belakangan ini terkait dengan pengabaian prinsip ekologi, yaitu prinsipyang menekankan saling keterkaitan dan ketergantungan -sehingga harus sinergisdan harmonis- antara manusia dengan lingkungannya.

Berbagai masalah pembangunan seperti kemiskinan, pengangguran, urbanisasi danmasalah kependudukan, mengarahkan berbagai pihak untuk melakukan percepatandan pemerataan pembangunan, salah satunya dengan menurunkan ketimpangankemajuan antar wilayah dan antara perkotaan dan perdesaan. Fakta menunjukkanbahwa masih banyak potensi alam yang umumnya terdapat di wilayah perdesaan,belum tergali dan termanfaatkan, demikian halnya masih banyak industri primeryang belum mendapat sentuhan nilai tambah ekonomi. Padahal penelitianmenunjukkan bahwa peningkatan nilai tambah produk pertanian primer (secondcropp) di beberapa negara dipercaya berhasil mengurangi kemiskinan, terutamakemiskinan di pedesaan dan di sektor pertanian.  Sementara itu di sisi lain banyakhasil kajian dan penelitian mengenai teknologi terapan dan pemberdayaan ekonomimasyarakat yang belum diimplementasikan.

Kenyataan tersebut mendorong semua pihak untuk menggerakkan pembangunanpembangunan perdesaan dan pertanian.  Terlebih lagi fakta menunjukkan bahwapertanian merupakan sektor ekonomi yang mampu bertahan di era krisis ekonomi.Sebagai salah satu upaya ke arah tersebut adalah melalui rancang bangun kawasandan infrastruktur pedesaan yang dapat menciptakan suatau kawasan yang ideal,baik untuk kegiatan ekonomi produksi maupun sebagai kawasan pemukiman.Konsep tersebut dikenal dengan ecovillage yaitu konsep tata ruang dan wilayahyang memperhatikan kualitas penduduk dan kualitas ekologis, yang bersifat holistickarena melibatkan semua dimensi kehidupan makhluk hidup. Ecovillage merupakanpembangunan kawasan perdesaan yang mempertimbangkan pencapaian kualitasindividu, keluarga, masyarakat serta kualitas lingkungan alam yang berkelanjutan.Dengan demikian diharapkan akan terjadi arus balik dari kota ke desa yang dapatmengurangi masalah kependudukan, masalah urbanisasi, masalah energi, sertamasalah sosial perkotaan  yang makin kompleks.

page 2 / 10

EUIS SUNARTI | PENGEMBANGAN ECOVILLAGE: Jalan Mewujudkan Kehidupan Penduduk serta Lingkungan yang BerkualitasCopyright Euis Sunarti [email protected]://euissunarti.staff.ipb.ac.id/pengembangan-ecovillage-community-development/

Fakta menunjukkan bahwa secara umum, kondisi kawasan perdesaan masih tetapdicirikan oleh masih besarnya jumlah penduduk miskin, terbatasnya alternatiflapangan kerja, dan rendahnya tingkat produktivitas tenaga kerja perdesaan.Kondisi tersebut terkait berbagai kendala yang melekat seperti : 1) rendahnyatingkat penguasaan lahan pertanian oleh rumah tangga petani dan tingginyaketergantungan pada kegiatan budidaya pertanian (on farm), 2) lemahnyaketerkaitan kegiatan ekonomi antara sektor pertanian dengan sektor industripengolahan dan jasa penunjang serta keterkaitan antara kawasan perdesaan dankawasan perkotaan,  3) rendahnya tingkat pendidikan dan keterampilanmasyarakat perdesaan, 4) rendahnya akses masyarakat kepada sumberpermodalan dan sumber daya ekonomi produktif lainnya, dan 5) masih terbatasserta belum meratanya tingkat pelayanan prasarana dan sarana dasar bagimasyarakat.

Berbagai dokumentasi dan laporan melaporkan ketimpangan dan ketidakadilanpembangunan kawasan perdesaan.  Padahal  kawasan perdesaan merupakankawasan yang memiliki fungsi sebagai tempat pemukiman, pelayanan jasapemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.  Kegiatan ekonomi utamadi kawasan perdesaan adalah pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam.Hal ini antara lain tercermin dari data ketenagakerjaan yang menunjukkan bahwadari seluruh tenaga kerja yang bekerja di perdesaan pada tahun 2006 (57,3 jutaorang atau 60,0 persen dari total tenaga kerja nasional), sebanyak 37,6 juta (65,7persen) diantaranya bekerja di sektor pertanian (Sakernas 2006). Pengembanganperdesaan hendaknya bertumpu pada potensi desa yaitu kemampuan atau dayaatau kekuatan yang memungkinan dikembangkan dalam wilayah otonomi desa.Oleh karenanya menjadi tantangan pembangunan nasional agar memiliki strategiutama  pembangunan desa sebagai pusat pertumbuhan. Demikian halnya strategipembangunan perdesaan yang memperhatikan modal social yang ditunjukkan olehtingkat integrasi social, kinerja institusi social,  dan adanya kepercayaan sertakemampuan penduduk memecahkan masalah sosial.  Kebijakan dan programpembangunan hendaknya  mengembangkan pendekatan yang berimbang dansaling mendukung, serta kesalingketergantungan seluruh aspek kehidupan antarakawasan perkotaan dan perdesaan, atau yang dikenal sebagai rural-urban linkagedevelopment approach.

Ecovillage sebagai Solusi Pembangunan Perdesaan

Pembangunan perdesaan hendaknya mengacu kepada konsep pembangunanwilayah yang selain memperhatikan semua fasilitas pemenuhan kebutuhan hiduppenduduk yang berkualitas, juga memenuhi  pembangunan sarana infrastruktur

page 3 / 10

EUIS SUNARTI | PENGEMBANGAN ECOVILLAGE: Jalan Mewujudkan Kehidupan Penduduk serta Lingkungan yang BerkualitasCopyright Euis Sunarti [email protected]://euissunarti.staff.ipb.ac.id/pengembangan-ecovillage-community-development/

pertanian dan perdesaan yang memadai. Hal tersebut menjadi penting, karenaakan meningkatkan akses dan peluang bekerja, berproduktivitas, dan akanmembuat penduduk betah untuk tinggal dan bekerja pada sektor pertanian danindustri di perdesaan.  Penataan kawasan dan pemukiman hendaknya dilakukandengan menekankan efisiensi pengelolaan tata ruang dan lingkungan serta potensisumberdaya lokal lainnya. Sementara itu pengelolaan produksi dan penggunaanenergi mengacu kepada konsep ketahanan pangan untuk menjamin pemenuhankebutuhan pokok pangan dan gizi penduduk.  Selain itu pengelolaan tata ruangdilakukan untuk mengatur kenyamanan penduduk (individu, keluarga, danmasyrakat) dengan memperhatikan aspek densitas, personal privacy dan territoriality, sekaligus  menjamin pemenuhan kebutuhan pokok lainnya sepertiakses terhadap pelayanan  kesehatan dan kesempatan pendidikan.

Aspek lainnya dalam ecovillage adalah pemanfaatan dan penerapan teknologiuntuk memecahkan masalah pemenuhan kebutuhan masyarakat yang mendesakseperti kecukupan energi, air bersih, sarana komunikasi, akses terhadap pasar,akses terhadap pengembangan IPTEKS, serta peningkatan kualitas dan nilai tambahkomoditas ekspor dan komoditas konsumsi dalam negeri. Dikembangkannyateknologi tersebut di tingkat masyarakat akan meningkatkan kesiapan Indonesiamenghadapi persaingan global, serta mendukung pemenuhan salah satu target Millennium Development Goals (MDGs) yaitu memerangi dan memangkassetengahnya kemiskinan sampai Tahun 2015.

Pembangunan pedesaan yang dicirikan oleh pemanfaatan kawasan berdasarkan potensi yang tersedia, dengan pengelolaan yang memperhatikan keberlanjutansumberdaya pedesaan dikenal dengan pengembangan ecovillage (kampungpedesaan). Ecovilage merupakan satu kesatuan antara pemukiman dan segenapunit usaha yang dikembangkan masyarakat, dilengkapi dengan prasarana dansarana yang cukup untuk kehidupan sehari-hari dan untuk berusaha.  Pengelolaanusaha dan antar usaha dilakukan secara terpadu, sehingga sumberdaya kampungdigunakan secara efesien. Usaha yang dikembangkan dicirikan oleh  pemanenanenergi matahari, aliran energi yang efisien dianatara usaha pertanian dan nonpertanian yang dikembangkan, meminimumkan input eksternal dalam pertaniandengan memanfaatkan penggunaan limbah biomassa untuk pertanian, dan praktekpertanian yang mengkonservasi tanah dan air.  Pemukiman dilengkapi dengansarana dan prasarana umum dan sosial yang cukup, ditata dengan menonjolkanaspek kesehatan lingkungan, kenyamanan, dan keindahan.

 

page 4 / 10

EUIS SUNARTI | PENGEMBANGAN ECOVILLAGE: Jalan Mewujudkan Kehidupan Penduduk serta Lingkungan yang BerkualitasCopyright Euis Sunarti [email protected]://euissunarti.staff.ipb.ac.id/pengembangan-ecovillage-community-development/

Tujuan, Manfaat, dan Program Pengembangan Ecovillage

Pengembangan ecovillage dipandang penting karena memiliki berbagai tujuan danmanfaat. Pertama, sebagai jalan keluar ketimpangan dan ketidakseimbanganpembangunan wilayah perkotaan – perdesaan dengan mengembalikan kehidupanperdesaan yang nyaman dan menyediakan kesempatan dan peluang usaha bagiterpenuhinya kebutuhan dasar serta kebutuhan berkembang penduduknya. Kedua,sebagai upaya untuk menurunkan kepadatan di perkotaan, menurunkan urbanisasidan segala konsekuensinya melalui pemerataan pembangunan dan peningkatankualitas kehidupan di perdesaan.  Ketiga,  sebagai upaya optimalisasi sumber dayaalam dan efisiensi penggunaan bahan bakar, sehingga mendorong kemandirianenergi masyarakat perdesaan. Dengan demikian  diharapkan akan Upayameningkatkan kualitas kehidupan individu, keluarga dan masyarakat, khususnyayang tinggal di perdesaan. Dari sisi kelembagaan, kegiatan ini merupakan bentukpeningkatan sumbangan keilmuan terhadap pembangunan pedesaan danpertanian, sebuah wahana yang sudah sepatutnya dilakukan IPB sebagai institusipendidikan terdepan dalam pembangunan perdesaan dan pertanian

Untuk mencapai tujuan dan manfaat yang diharapkan, maka perlupengejawantahan ruang lingkup ecovillage kedalam program-program utama.Beberapa program utama dalam pembangunan ecovillage adalah :

- Mengembangkan model tata ruang dan landscaping kawasan perdesaandalam penyediaan ruang (space) yang mendukung pemenuhan pokokpenduduknya

- Mengembangkan model optimalisasi transformasi dan transaksional materidan energi dalam pemenuhan kebutuhan dasar individu, keluarga, danmasyarakat;

- Merumuskan strategi yang tepat dan efektif dalam penyelesaian masalahkemiskinan di perdesaan melalui: (1) mengembangkan model ekonomi wilayahyang mendukung penyediaan lapangan kerja dan kesempatan berusaha(terutama bagi keluarga miskin) baik melalui peningkatan produktivitas danpenggalian potensi sumberdaya alam lokal, maupun melalui peningkatan nilaitambah kegiatan ekonomi masyarakat; (2) penerapan teknologi tepat gunabagi peningkatan nilai tambah produk primer dan turunannya; (3)mengembangkan sistem kelembagaan, sarana dan prasarana, sertainfrastruktur perdesaan dan pertanian  yang mendukung pembangunanberkelanjutan; (4) mengembangkan model peningkatan ketahanan danpemberdayaan keluarga serta pemberdayaan masyarakat, salah satunyamelalui sistem pembinaan dan pendampingan pembangunan kawasanperdesaan mandiri dari aspek ekonomi, teknologi, sosial dan budaya, serta

page 5 / 10

EUIS SUNARTI | PENGEMBANGAN ECOVILLAGE: Jalan Mewujudkan Kehidupan Penduduk serta Lingkungan yang BerkualitasCopyright Euis Sunarti [email protected]://euissunarti.staff.ipb.ac.id/pengembangan-ecovillage-community-development/

meliputi bidang pertanian, peternakan, perikanan, dan industri.- Merancang desain material dan sistem thermal eco-house yang memenuhi

syarat-syarat yang mendukung kenyamanan (kedap suhu, kedap air, kedapsuara, serta aspek ergonomika) hidup individu dan keluarga, sertapenghematan energi rumah tangga.

- Merancang optimalisasi sumber daya alam perdesaan bagi penyediaan dayadukung materi dan energi bagi masyarakat melalui teknologi,sarana-prasarana, serta infrastruktur yang memadai.

Berdasarkan luasnya  dimensi, ruang lingkup, serta tujuan dan programpengembangan  ecovillage, maka dipandang perlu adanya landasan dan kerangkakerja pengembangan ecovillage yang holistic, komprehensif, dan integratif.

 

Naskah Akademis: Langkah Awal Pengembangan Ecovillage

Naskah Akademis Pengembangan Model Ecovillage ini dimaksudkan untukmenyediakan landasan teoritis dan kerangka kerja ecovilage dari beragam sudutpandang keilmuan.  Hal tersebut diharapkan dapat menjadi landasan implementasipengembangan ecovillage di lapangan. Luasnya ruang lingkup dan dimensi ecovillage, sehingga naskah akademis ini disusun oleh tim ahli dari  berbagaidisiplin keilmuan, multi-departemen serta multi-fakultas di Institut Pertanian Bogor.Para penulis terdiri dari keahlian: pengembangan wilayah; ekonomi perencanaanwilayah; pertanian terpadu (budidaya pertanian, agribisnis, peternakan, perikanan,kehutanan, dan teknologi pertanian); arsitektur lanskap; kelembagaan, komunikasidan pemberdayaan masyarakat; ekologi manusia; ekologi keluarga; pemberdayaanekonomi keluarga; ketahanan pangan, gizi dan kesehatan masyarakat; teknologiberbasis sumber energy terbarukan; dan pakar ecohouse.

Naskah akademis “Pengembangan Model Ecovilage. Pembangunan KawasanPerdesaan serta Peningkatan Sumbangan Pertanian dalam peningkatan KualitasHidup Penduduk Perdesaan” ini terbagi kedalam tiga bagian. Bagian pertama,berkaitan dengan dimensi kewilayahan terdiri dari empat tulisan mengenai:  (1)perencanaan dan pengembangan wilayah, (2) konsep tata ruang dan elemenlanskap, (3) perencanaan ekonomi wilayah,  dan (4) pemanfaatan teknologi

page 6 / 10

EUIS SUNARTI | PENGEMBANGAN ECOVILLAGE: Jalan Mewujudkan Kehidupan Penduduk serta Lingkungan yang BerkualitasCopyright Euis Sunarti [email protected]://euissunarti.staff.ipb.ac.id/pengembangan-ecovillage-community-development/

berbasis sumber energi terbarukan.  Bagian kedua, berkaitan denganpembangunan pertanian terpadu terdiri atas:  (1) sistem pertanian terpadu, (2)pengembangan peternakan rakyat, (3) pengembangan perikanan rakyat, (4)pengembangan hutan rakyat, (5) pemanfaatan teknologi pascapanen dalam upayapemenuhan kebutuhan  bahan pangan, dan (6) faktor-faktor produksi danperencanaan usahatani. Bagian ketiga, berkaitan dengan dimensi sosial yang terdiriatas enam tulisan mengenai (1) ekologi manusia, (2) ekologi keluarga, (3)pemberdayaan ekonomi keluarga, (4) gizi dan kesehatan masyarakat, (5)perumahan berbasis ekologis, dan (6) kelembagaan dan organisasikemasyarakatan.

Tulisan-tulisan yang menggambarkan dimensi kewilayahan ecovillage menekankandimensi ruang dan wilayah dalam meningkatkan kualitas kehidupan penduduk dankualitas lingkungan. Hal tersebut menekankan pada upaya penataan suatu tapak (site) baik berskala mikro atau makro berorientasi pada pembentukan karya yangsecara estetika memiliki nilai keindahan dan secara fungsional berdaya guna, sertamempertimbangkan aspek ekologi, sosial-budaya, ekonomi, dan teknik agarterbentuk kampung yang menyediakan ruang bagi segenap aktivitas penduduknya.Hal tersebut dipadukan dengan pertimbangan ekonomi wilayah yang berorientasipertumbuhan ekonomi berkelanjutan yaitu berupaya memanfaatkan secara optimalsumberdaya alam di kawasan ecovillage tanpa harus mengeksploitasi sumberdayaalam dan mengorbankan keterkaitan ekosistem dan ekologi. Demikian halnyapentingnya rancang bangun infrastruktur  perdesaan serta pemanfaatan teknologiberbasis sumber daya energy terbarukan setempat (SET) agar dapat dimanfaatkanuntuk kegiatan produktif.  Oleh karenanya diperlukan perencanaan danpengembangan wilayah yang  memadai.

Tulisan-tulisan pada bagian kedua menguraikan bahwa sistem pertanian terpadu-baik keterpaduan kegiatan pertanian secara horizontal maupun secara vertical-yang menekankan prinsip ekologis, merupakan komponen penting dalamecovillage. Penetapan satu atau lebih dari beberapa model system pertanianterpadu yang dimungkinkan dikembangkan dalam ecovillage hendaknya dilakukanberdasarkan pertimbangan-pertimbangan nilai ekonomi, dampak terhadaplingkungan, dan kekhususan lokasi. Tantangan pengembangan model peternakanorganic, berbagai alternative pemecahan masalah di sector peternakan danbudidaya pertanian, dan pengembangan serta pemanfaatan teknologi pertanianmerupakan solusi terhadap berbagai masalah dan issue yang dihadapi sectorpertanian selama ini. Sumbangan pertanian khususnya kehutanan juga mendorongdilakukannya pemetaan antara kebutuhan akan, dan kemampuan untuk memenuhipangan dan energy per satuan wilayah yang dilabel dengan ecovillage.

page 7 / 10

EUIS SUNARTI | PENGEMBANGAN ECOVILLAGE: Jalan Mewujudkan Kehidupan Penduduk serta Lingkungan yang BerkualitasCopyright Euis Sunarti [email protected]://euissunarti.staff.ipb.ac.id/pengembangan-ecovillage-community-development/

Tulisan-tulisan pada bagian ketiga diawali oleh uraian mengenai munculnyakesadaran manusia untuk menjalani kehidupan ramah lingkungan sebagai sertakesetimbangan pertukaran energi, materi, dan informasi antara manusia danlingkungannya. Satuan pengambil keputusan aksi pertukaran tersebut bisaberlangsung pada level individu, maupun pada level keluarga sebagai sistem sosialterkecil yang memiliki beragam fungsi untuk mencapai kehidupan keluarga yangsejahtera dan berkualitas. Olehkarenanya pemberdayaan dan peningkatanketahanan keluarga menjadi penting, khususnya pemberdayaan ekonomi keluarga.Salah satu optimalisasi transaksi energi keluarga dengan lingkungannya dapatdiwujudkan dengan pembangunan rumah yang menggunakan material ramahlingkungan dan hemat energi yang dikenal dengan ecohouse.  Dari sudut pandangorganisasi dan kelembagaan, pengembangan ecovillage dapat dipandang sebagaipendekatan untuk mengembangkan masyarakat dan desa agar keluar dari jebakancrisis ekonomi, sosial, dan ancaman bencana ekologis. Disinyalir bahwa masyarakatsekarang menghadapi degradasi kapasitas pengorganisasian pemerintah mengelolapembangunan sehingga selalu tertinggal dalam akses penyediaan danpemeliharaan sarana dan prasarana dasar yang diperlukan untuk menyanggakehidupan.

 

Ciri sekaligus Tantangan dalam Pengembangan Ecovillage

Berbagai ciri atau prasyarat sebuah wilayah terkategori sebagai ecovillage akansekaligus menjadi tantangan dalam pengembangan ecovillage itu sendiri. Sebuah ecovillage bisa terdiri dari 150  sampai 2000 individu, terkait jejaring social yangdimungkinkan terbangun dalam komunitas tersebut. Menurut Gilman (1991) satuanecovillage adalah skala dimana setiap individu dapat mengenali dan dikenalikomunitasnya, dan sejauh mana setiap individu dapat memiliki peluangmempengaruhi yang lainnya. Anggota masyarakat ecovillage disatukan olehkesamaan secara ekologis, social ekonomi, dan nilai spiritual dan budaya.  Sebuahkampung yang terkategori ecovilage, biasanya diisi oleh orang yang peduli akankelestarian lingkungan, dengan berupaya mengoptimalkan transaksi materi danenergy dengan lingkungannya. Kampung yang terkategori ecovilage diisi olehorang-orang yang berusaha keras melakukan penghematan energy, diantaranyaadalah dengan memilih system alternative pengelolaan sampah, air, dan listriksecara mandiri. Kebalikannya adalah komunitas yang gaya hidupnya konsumtif,melakukan berbagai hal yang berdampak terhadap perusakan habitat alami, danterlalu mengandalkan bahan bakar fosil (minyak bumi, gas, batubara).

page 8 / 10

EUIS SUNARTI | PENGEMBANGAN ECOVILLAGE: Jalan Mewujudkan Kehidupan Penduduk serta Lingkungan yang BerkualitasCopyright Euis Sunarti [email protected]://euissunarti.staff.ipb.ac.id/pengembangan-ecovillage-community-development/

Tidak mudah untuk mewujudkan ecovillage, karena beragam tantangan yang menyertainya.  Bagi sebagian orang, mewujudkan ecovillage laksana mimpi. Olehkarenanya menurut  Gilman, R. (1991) terdapat tantangan bagi warga masyarakatyang ingin mewujudkan ecovillage yaitu : 1) warga secara bersama-samamembangun terwujudnya mimpi ecovillage, 2) mengembangkan visi ecovillage danmemeliharanya, 3) membangun hubungan dan ikatan antara warganya, 4) mencaribantuan dari luar untuk mandiri, 5) memelihara keseimbangan dan keberlanjutan,dan 6) membangun karakter masyarakat yang terbuka dan jujur. Ecovilagemenuntut keterampilan hidup bersama dalam suatu tempat.  Ecovillage merupakanFull featured settlement  yaitu  tempat tinggal yang sebagian besar fungsikehidupan normal , memadainya penyediaan pangan, adanya industri, fungsirekreasi dan kehidupan social, dan aspek komersial tersedia secara proporsional.Hal tersebut tidak berarti bahwa ecovillage harus mandiri dalam pemenuhan semuakebutuhan penduduknya.  Ecovillage menuntut penyediaan lapangan pekerjaanyang dapat mengimbangi penduduk usia kerja,  dan tersedianya spesialisasipekerjaan demikian pula keseimbangan kehidupan manusia dengan makhluk hiduplainnya. Ciri atau prinsip penting lainnya dalam ecovillage adalah adanya sikluspenggunaan sumberdaya materi yang  membawa kepada penggunaan sumberdayaenergy terbarukan  (cahaya matahari, angin, air)  dibandingkan penggunaan bahanbakar bersumber fosil; diberlakukannya composting sampah organis, dan sistemkomunitas berkelanjutan.

Menurut Fickeisen, D.H (1991) terdapat keterampilan hidup yang dituntut dimilikiwarga ecovillage adalah menghormati perbedaan dan keragaman, nilaikepahlawanan, memahami beragam gaya kepribadian dan  gaya pembelajaranindividu, pembangkitan dan pemeliharaan motivasi, pemahaman dan keterampilanterkait proses pembentukan kelompok, terkait partisipasi dan pengaruh dalamkelompok, pengakuan dan kepatuhan terhadap tugas. Demikian halnya denganketerampilan hidup mendasar lainnya seperti pengambilan keputusan, keterampilan komunikasi,  resolusi konflik, kepemimpinan dan pengelolaan. Semuaketerampilan hidup tersebut bersatu dalam kehidupan sebuah kampung ekologis.

Tantangan dalam pengembangan ecovillage lainnya adalah pengintegrasianseluruh komponen dan dimensi kehidupan serta keterkaitannya denganketerjaminan lingkungan berkelanjutan dalam perencanaan dan pelaksanaanpembangunan regular. Dibutuhkan koordinasi, konsolidasi yang sinergis danharmonis antar semua komponen pelaksana pembangunan. Padahal berbagai pihakmenengarai sulitnya koordinasi antar sector dalam perencanaan apalagi dalampelaksanaan pembangunan di lapangan. luasnya dimensi ecovillage serta bayanganakan kesulitan teknis dalam upaya pengembangan dan pembangunannya,membuat sebagian pihak menganggap bahwa konsep ecovillage hanyalah sebuahmimpi. sesuatu yang ideal yang sulit  atau mustahil dijangkau. ditengah sikap

page 9 / 10

EUIS SUNARTI | PENGEMBANGAN ECOVILLAGE: Jalan Mewujudkan Kehidupan Penduduk serta Lingkungan yang BerkualitasCopyright Euis Sunarti [email protected]://euissunarti.staff.ipb.ac.id/pengembangan-ecovillage-community-development/

fesimis sebagian pihak tersebut,  naskah akademis ini hadir.

Mengingat luasnya ruang lingkup ecovillage, tentunya masih terdapat aspek dandimensi ecovillage yang belum tertuang dalam buku ini. Olehkarenanya diharapkanpada kesempatan berikutnya dapat dikeluarkan buku edisi revisi sebagai hasilpenambahan atau pengayaan ruang lingkup serta kerangka kerja terkait ecovillage.  Sebagai langkah awal, semoga buku ini memberi landasan dan kerangka kerjabagi pengembangan wilayah perdesaan berbasis ekologis yang disebut ecovillage.

Sumber Acuan :

Fickeisen, Duane H. 1991. Skills for Living Together. Tools for Better UnderstandingYourself and Others in Your Community and How to Get Where You Want to Go. www.wikipedia.com diunduh Mei 2009

Gilman,  Robert . 1991. The Eco-village Challenge. The Challenge of Developing aCommunity Living in Balanced Harmony –with itself as well as nature- is tough, butattainable.  www.wikipedia.com diunduh Mei 2009

Sakernas 2006.

 

page 10 / 10