Upload
haduong
View
218
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN AKHIR TAHUN
PENGEMBANGAN INOVASI PERTAINISIATIF LOKAL
Oleh:
Baiq Nurul Hidayah
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN N2009
No. Kode: 23.07.RDHP.1349
2008
NIAN MELALUI
USA TENGGARA BARAT
Lembar Pengesahan 1 Judul Kegiatan : PENGEMBANGAN INOVASI
PERTANIAN MELALUI INISIATIF LOKAL 2008
2 Nama Unit Kerja : BPTP NTB 3 Alamat : Jalan Raya Peninjauan Narmada PO BOX
1017 Mataram 4 Penanggungjawab a. Nama : Baiq Nurul Hidayah, SP.MP. b. Pangkat/Golongan : Penata Muda Tk I/ IIIb c. Jabatan C1. Struktural : - C2. Fungsional : Calon Peneliti 5 Lokasi Kegiatan : Pringgajurang, Tembeng Putek, Sugian,
Labuan Pandan, dan Penede Gandor 6 Status Kegiatan : Lanjutan (L) 7 Tahun dimulai : 2005 8 Tahun ke : 4 9 Biaya Kegiatan tahun 2008 : Rp. 96.000.000;- 10 Sumber Dana : Satker Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian – Nusa Tenggara Barat Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian TA 2008
Mataram, Januari 2009 Mengetahui:
Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB,
Dr. Ir. Dwi Praptomo S, MS. NIP. 080 065 973
Penanggung Jawab Kegiatan,
Baiq Nurul Hidayah, SP.MP. NIP. 080 134 814
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Maha Esa atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga laporan kegiatan “Pengkajian dan Pemberdayaan
Potensi Sumber Daya Lokal di Kabupaten Lombok Timur” dapat terselesaikan.
Laporan ini disusun sebagai salah satu pertanggungjawaban kepada Proyek
Poor Farmer NTB TA 2008
Disampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya
kepada kelompok fungsional dan staf administrasi BPTP NTB, masing-masing
penanggungjawab kegiatan inisiatif lokal, instansi terkait, Dinas Pertanian Lombok
Timur dan Bappeda Lombok Timur yang telah memberikan saran dan masukan
dalam perencanaan maupun pelaksanaan hingga tersusunnya ringkasan laporan
inisiatif lokal masing-masing desa yang mendapat dana tahun anggaran 2008.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangannya, namun
demikian semoga dapat bermanfaat bagi pengguna.
Mengetahui, Kepala BPTP NTB
Dr. Ir. Dwi Praptomo S., MS. NIP. 080 065 973
Daftar Isi Hal
Lembar Pengesahan…………………………………………………………………............... ii
Kata Pengantar……………………………………………………………………………………… iii
Daftar Isi………………………………………………………………………………………………. iv
I. Pendahuluan …………………………………………………………………………………… 1
1.1. Latar Belakang ……………………………………………………………………… 1
1.2. Tujuan Kegiatan ……………………………………………………………………. 2
1.3. Keluaran ………………………………………………………………………………. 2
II. Materi dan Metodologi………………………………………………………………………. 3
III. Hasil Kegiatan………………………………………………………………….................. 6
IV. Kesimpulan ……………………………………………………………………................... 14
V. Perkiraan Manfaat dan Dampak………………………………………………………….. 14
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Proyek peningkan Pendapatan Petani Melalui Inovasi (P4MI) dirancang untuk
meningkatkan kesejateraan/ pendapatan petani miskin melalui inovasi pertanian mulai
dari tahap produksi sampai pemasaran hasil. Untuk itu diperlukan peningkatan akses
petani terhadap impormasi pertanian, dukungan pengembangan inovasi pertanian dan
upaya pemberdayaan petani. Pendekakatan partisipatif dalam perencanaan, pelaksanaan,
pengembangaan kelembagaan dan perbaikan sararna/prasarana yang dibutuhkan di desa,
merupakan upaya yang dilakukan dalam pemberdayaan petani untuk pengembangan
inovasi. Salah satu pendekatan partisipatif dalam kegiatan proyek P4MI ini adalah
pengembangan inovasi pertanian yang berasal dari inisiatif lokal. Pendekatan tersebut
memberikan kesempatan bagi daerah untuk mengembangkan inovasi pertanian yang
sesuai dengan kebutuhan petani di Kabupaten Lombok Timur.
Keterbatasan pengalaman tersebut membuat petani cenderung memilih dan
menyukai teknologi yang telah ada dibandingkan teknologi yang baru. Oleh karena itu
inovasi yang akan dikembangkan perlu diprioritaskan pada teknologi pertanian asli
pedesaan atau teknologi tradisional (indigenous technology) yang resiko kegagalannya
dapat diminimalkan. Beberapa keunggulan teknologi lokal adalah: telah adaptif dengan
kondisi sosial budaya setempat; ekonomis, sesuai dengan sumber daya petani yang
terbatas; serta sederhana dan mudah diaplikasikan. Sedangkan, kelemahan dari teknologi
lokal adalah: Umumnya tertinggal dari kemajuan teknologi modern; sangat spesifik lokasi;
dan masih berupa komponen teknologi.
Kegiatan pengembangan inovasi pertanian berdasarkan inisiatif lokal ini
diharapkan dapat sekaligus mengembangkan teknologi tradisional yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah akan paket teknologi utuhnya. Pendekatan
inkulturasi lebih diutamakan dari pada pendekatan akulturasi dalam proses
pengembangan inovasi pertanian. Pendekakan inkulturasi pada dasarnya adalah
mengemas suatu teknologi baru sebagai pengembangan atau pelengkap (komplemen)
dari teknologi lama.
Proses pengembangan inovasi dengan pendekatan inkulturasi lebih memiliki
peluang yang besar untuk diterima dan diadopsi oleh petani karena pada pada prosesnya
sesuai dengan keinginan dan kemampuan petani. Dengan demikian, teknologi tersebut
dapat disosialisasikan atau didiseminasikan secara lebih luas dan dapat digunakan secara
terpisah maupun kompatibel dengan teknologi modern.
1.2. Tujuan
a) Untuk memberikan kesempatan bagi petani maupun yang lainnya mengembangkan
inovasi pertanian yang sesuai dengan kebutuhan petani dilokasi proyek P4MI
b) Menggali tenologi lokal yang potensial untuk dikembangkan
1.3. Keluaran
a) Adanya inovasi teknologi yang bersifat spesifik lokasi, unggul, dan memiliki tingkat
efisiensi yang tinggi dan nilai tambah.
b) Pengembangan inovasi teknologi berdasarkan spesifik lokasi yang mudah diadopsi
dan diterima oleh masyarakat pedesaan.
II. METODOLOGI
2.1. Tempat Dan Waktu Pelaksanaan
Kegiatan inisiatif lokal dilaksanakan di desa-desa yang termasuk dalam wilayah
Kabupaten Lombok Timur. Kegiatan ini dilaksanakan pada tahun anggaran 2008.
2.2. Pendekatan
Kegiatan Inisiatif Lokal dilaksanakan di lahan petani dengan pendekatan on fo m
research yaitu melibatkan petani secara langsung sejak perencanaan, pengamatan
dan penilaian terhadap kinerja teknologi inisiatif lokal tersebut, dengan harapan
inisiatif lokal yang sifatnya ramah lingkungan dapat memberikan nilai tambah dalam
kegiatan usaha tani.
r
2.3. Ruang Lingkup Kegiatan
a. Sosialisasi dan Koordinasi
Untuk menginformasikan dan memperlancar dalam pelaksanaan kegiatan perlu
dilakukan sosialisasi program. Acara tersebut dikoordinasikan juga dengan instansi
terkait agar program ini mendapat dukungan dan dapat dilaksanakan bersama-sama.
Kegiatan ini mencakup:
- Penyebaran informasi mengenai kegiatan ini yang dipublikasikan melalui District
Coordination Committee (koordinasi tingkat kabupaten) dan media lain seperti
website BPTP NTB dan website Pemda Lombok Timur.
- Pengajuan proposal harus melalui persetujuan dari kelompok tani yang berdomisili
di lokasi di mana kegiatan akan diimpelementasikan.
- Proposal dapat usulkan oleh kelompok tani, LSM, universitas, lembaga pertanian
lokal, petugas teknis lapangan/penyuluh , dan perusahan swasta. BPTP dapat
pula berkompetisi mengajukan usulan.
- Proposal yang diajukan termasuk dalam kategori inovasi produksi, pengolahan
hasil inovasi pasar pertanian, termasuk inovasi agribisnis yang ditujukan untuk
penigkatan pendapatan petani lahan marjinal di wilayah proyek.
- Keputusan terhadap keabsahan dari usulan pengembangan inovasi melalui inisiatif
lokal telah dilakukan oleh DCC dan disetujui oleh Kepala BPTP sebagai
koordinator pelaksanaan kegiatan inisiatif lokal.
- Usulan kegiatan yang telah disusun berdasarkan sistematika pengajuan proposal
P4MI serta dilengkapi dengan data dukung dan pengesahan dari kelompok tani,
selanjutnya dikirimkan ke BPTP sebagai koordinator di wilayah kabupaten
masing-masing lokasi kegiatan dan ditembuskan PCMU dan PIU
- Pengiriman proposal untuk Kabupaten Lombok Timur dikirimkan ke BPTP NTB (Jl.
Raya Peninjauan Narmada, Kotak Pos 1017; Telp.0370-671312; Fax.0370-671620;
E-mail: [email protected].)
- Proposal yang diajukan dievaluasi oleh Tim Evaluator yang dibentuk oleh BPTP
NTB berkoordinasi dengan DCC . Evaluasi proposal didasarkan atas kelayakan
secara teknis, sosial, ekonomi, budaya, danl lingkungan.
b. Pelaksanaan
Pengembangan inovasi pertanian berdasarkar inisiatif lokal dilaksanakan atas dasar
kebutuhan dan permintaan dari petani (pengguna) secara partisipatif. Lembaga yang
mengusulkan kegiatan harus mendapatkan persetujuan dari kelompok tani di lokasi
pengembangan inovasi. Kegiatan pengembangan inovasi pertanian yang telah
dilaksanakan harus mempertimbangkan aspek keberlanjutan dan pengembangannya
secara lebih lanjut, dengan rambu-rambu pelaksanaannya adalah sebagai berikut:
1. Penaggung jawab sebagai perorangan bertanggung jawab penuh secara hukum
terhadap implementasi pengembangan inovasi pertanian dan di bawah
pengawasan dan dukungan lembaga atau pihak yang mengusulkan.
2. Pengembangan inovasi berdasarkan inisiatif lokal ini merupakan uji adaptasi dalam
skala kelompok (pilot test) di desa pengusul.
3. Pengembangan inovasi pertanian yang memasukkan unsur rekayasa
kelembagaan, sosial-budaya-ekonomi, harus memperhatikan norma-budaya
setempat dengan memanfaatkan pranata yang telah ada di masyarakat tanpa
membentuk pranata baru yang bertentangan dengan norma yang ada.
4. Untuk pengembangan inovasi tekologi, pendekatan yang digunakan berupa
hamparan dalam satu skala luasan/populasi. Adapun untuk inovasi yang bersifat
kelembagaan melalui pranata sosial, pendekatan dinamika kelompok, budaya dan
lingkungan setempat.
5. Apabila berhasil, inovasi pertanian tersebut dikembangkan untuk kegiatan
demonstrasi (demonstra ion site) pada wilayah yang lebih luas. t
c. Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan
Kegiatan yang telah dilaksanakan, sejak awal dipantau terus menerus untuk melihat
apakah kegiatan yang telah direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik dan untuk
mengetahui hambatan-hambatan yang terjadi pada implementasi kegiatan. Secara
garis besar, pelaksanaan kegiatan motoring, evaluasi, dan pelaporan adalah sebagai
berikut:
1. Di tingkat daerah, kegiatan pengembangan inovasi pertanian melalui inisiatif lokal
akan dimonitor oleh pasilitator desa, BPTP dan tim monev lainnya.
2. PCMU juga melakukan monitoring dan evaluasi secara menyeluruh, bekerja sama
dengan tim monev daerah.
3. Proses monitoring kegiatan dikembangkan lebih lanjut oleh masing-masing BPTP
berkoordinasi dengan fasilitator desa di lokasi pelaksanaan kegiatan
pengembangan inovasi pertanian.
4. Hasil kemajuan secara teknis maupun keuangan untuk tiap pelaksanaan kegiatan
secara rutin pada setiap tahapan kegiatan ke BPTP melalui pasilitator desa,
dengan tembusan ke PIU.
5. Pelaporan proposal yang dibiayai kegiatan inisiatif lokal dilakukan dua kali yaitu di
pertengahan pelaksanaan kegiatan sebagai laporan pengembangan dan di akhir
pelaksanaan kegiatan oleh masing-masing pelaksana.
III. HASIL KEGIATAN
Jumlah proposal yang diajukan pada tahun 2008 adalah sebanyak 16 proposal.
Dari proposal tersebut selanjutnya diseleksi oleh tim yang telah dibentuk dari BPTP dan
dipilih sebanyak 5 kegiatan yang dibiayai. Proposal kegiatan yang dibiayai adalah sebagai
berikut:
No Judul Kegiatan Pengusul
1 Pengembangan Agribisnis Perunggasan Berbasis Pakan Lokal di Kabupaten Lombok Timur
Tapaul Rozi, S.Pt.
2 Pemanfaatan Limbah Serbuk Gergaji Kayu, Sekam Padi dan Daun Cengkeh (Eugenia aroma ica) dalam Mengendalikan Penyakit pada Pisang di Desa Labuan Pandan, Kecamatan Sambalia, Kabupaten Lombok Timur
tIr. Juniawan
3 Penggunaan Tembakau dan Bensin untuk Pengobatan Myasis pada Ternak di desa Sugian, Kecamatan Sambelia, Kabupaten Lombok Timur.
Drh. Hultatang
4 Pemanfaatan Asap Pembakaran Batu-Bata Berbahan Bakar Sekam Padi Menjadi Pestisida dan Pengawet Organik
M. Khairul Ihwan, MT.
5 Pengembangan Pupuk Organik Cair Nusur Moh. Masri Ardi
Berikut ini adalah sekilas gambaran tentang kegiatan inisiatif lokal yang didanai pada
tahun 2008 (Laporan lengkap untuk masing-masing kegiatan ada dalam file terpisah):
(1) Pembuatan Asap Cair dari Asap Pembakaran Batu-Bata Menjadi Pestisida dan Pengawet Organik
Gambar 1. Penemu asap cair memperlihatkan produk yang dihasilkan
Kegiatan ini dilaksanakan oleh Kelompok Banjar Al-Ikhwan, Desa Pringgajurang,
Kecamatan Montong Gading, Kabupaten Lombok Timur. Kelompok Banjar Al-Ikhwan yang
artinya Kelompok Persaudaraan awal berdirinya merupakan kelompok pengajian
(selakaran) yang dibentuk pada tanggal 12 November 2007. Kegiatan yang dilakukan
dikonsentrasikan pada upaya peningkatan produktivitas penghasilan anggota kelompok
melalui 2 cara yaitu: (a) Pembuatan asap cair dari asap pembakaran batu bata
(pembuatan gudang pembakaran dan pembuatan alat pemurnian/destilasi asap cair), (b)
Melakukan percobaan (penelitian dosis) asap cair tersebut terhadap upaya peningkatan
hasil-hasil usaha Kelompok Banjar Al-Ikhwan, seperti : (i) penggunaan asap cair sebagai
pestisida organik terhadap usaha pertanian anggota kelompok seperti cabe, tomat dan
padi; (ii) penggunaan asap cair tersebut sebagai pengawet hasil-hasil pertanian anggota
seperti cabe dan tomat; (iii) penggunaan asap cair sebagai obat ternak (anti-virus, anti
nyamuk), pencegah bau pada kandang ternak ayam, kambing dan sapi sebagaimana
fungsi asap cair yang telah beredar di pasaran Indonesia; (iv) memungkinkan asap cair
tersebut dapat dijual sehingga meningkatkan pendapatan kelompok.
Kesimpulan yag dapat diambil dari kegiatan ini adalah: (1) Pembakaran batubata
dengan menggunakan metode semi tertutup dapat menghasilkan keuntungan bagi para
pengusaha bata yaitu asap hasil pembakaran dapat dimanfaatkan menjadi asap cair,
kualitas pembakaran bata menjadi lebih baik dan lama pembakaran bata menjadi lebih
cepat, (2) Asap cair yang diperoleh dari pembakaran batu-bata adalah 60 liter dari 700 kg
sekam yang dibakar (7,5%) pada satu kali siklus pembakaran 3000 bata merah, (3)
Proses pemurnian asap cair dilakukan dengan destilasi yang dapat menghasilkan 80%
asap cair, (4) Asap cair hasil pembakaran batu-bata dapat diaplikasikan menjadi pestisida
organik, pengawet organik dan obat ternak, (5) Hasil uji asap cair sebagai pestisida
organik pada tanaman cabe dan tomat memperlihatkan hasil yang belum optimal
sehingga diperlukan penelitian lanjut untuk menentukan formulasi campuran asap cair
dengan bahan organik lainnya. Akan tetapi, seluruh petani tomat di desa Pringgajurang
yang menggunakan pestisida kimia mengalami hal yang sama dengan jenis hama
penyakit yang sama, (6) Hasil uji asap cair sebagai pengawet organik dilakukan pada
tomat yang menunjukkan ada peningkatan daya simpan tomat antara yang menggunkan
asap cair dengan yang tidak, yaitu dari 5 hari menjadi 7 hari. Diperlukan penelitian lebih
lanjut untuk mengetahui formulasi campuran agar didapatkan daya simpan yang lebih
baik, (7) Pengujian asap cair sebagai obat ternak telah dilakukan pada sapi yang
menunjukkan ada hasil yang menunjukkan penyakit sapi dapat sembuh dalam waktu 1
sampai 2 minggu dengan dioleskan asap cair.
(2) Pengembangan Agribisnis Perunggasan Berbasis Pakan Lokal di Kabupaten Lombok Timur
Gambar 2. Proses pembuatan pakan dari bahan-bahan lokal
Kegiatan ini dilaksanakan oleh Kelompok Tani Ternak Karya Mandiri, Desa
Penedagandor, Kecamatan Labuhan Haji, Kabupaten Lombok Timur. Kegiatan ini
dilatarbelakangi oleh karena Kabupaten Lombok Timur sebagai salah satu kabupaten di
NTB memilik potensi pakan lokal bagi ternak unggas yang sangat tinggi untuk
dimanfaatkan. Daerah Lombok Timur menghasilkan jagung, padi (dedak padi), kedelai
yang cukup tinggi, selain itu di daerah ini juga sebagai pusat perikanan laut terbesar di
NTB yaitu desa Tanjung Luar. Usaha agribisnis perunggasan di Lombok Timur sudah
berkembang sangat pesat baik dari ayam ras, ayam buras, maupun jenis unggas lainnya.
Ditinjau dari pemasaran produk perunggasan Lombok Timur memiliki potensi pasar yang
sangat besar karena memiliki tingkat kepadatan penduduk tertinggi di NTB.
Ternak unggas mampu mengubah sumber protein asal biji-bijian, kacang-
kacangan dan ikan yang tidak disukai oleh manusia, serta sumber energi menjadi protein
hewani yang sehat dan enak. Akan tetapi bahan pakan tersebut harus diubah dahulu
menjadi ransum komplit. Pengubahan bahan pakan menjadi ransum berlangsung di
pabrik pakan ternak. Pabrik pakan ternak bukan milik petani kecil atau koperasi, karena
mesin-mesin produksinya cukup canggih, harganya sangat mahal dan didatangkan dari
luar negeri (import). Dengan demikian harga pakan menjadi tidak transparan dan
ditetapkan secara sepihak oleh produsen, bukan ditentukan oleh pasar yang bersifat
persaingan sempurna.
Untuk dapat memanfaatkan sumberdaya alam (bahan pakan ternak) menjadi
bahan pakan komersial agar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat di NTB, perlu dilakukan
beberapa langkah proses pengolahan sederhana. Proses pengolahan bahan baku pakan
tersebut membutuhkan beberapa peralatan dan mesin sederhana yang dapat digunakan
untuk mengolah bahan pakan ternak tersebut. Adapun peralatan dan mesin yang
dimasudkan adalah mesin pengiling biji-bijian, mesin press ikan, mesin sangrai biji-bijian,
mesin pencampur (mixer), serta mesin pemelet (pencetak) pakan.
Produk yang dihasilkan dalam kegiatan ini adalah: adanya pabrik pakan ternak
mini berbasis bahan pakan lokal yang akan menghasilkan pakan konsentrat untuk ternak
unggas serta pakan komplit untuk unggas dan ikan. Adapun keunggulannya adalah:
harga lebih murah dengan kualitas tinggi, bahan baku sepenuhnya pakan lokal, tidak
mengandung bahan kimia yang merugikan (seperti antibiotik, dsb), penggunanya adalah
kelompok peternak unggas (ayam arab, buras dan itik), peternak sapi, peternak ikan yang
ada di Lombok Timur.
Dari kegiatan inisiatif lokal ini, dapat ditarik beberapa kesimpulan: (1)
Ketersediaan bahan baku pakan untuk ternak unggas seperti jagung, dedak, kedelai,
kacang hijau, kacang tanah, tepung ikan sangat mencukupi untuk memenuhi kebutuhan
ternak unggas khususnya di Kabupaten Lombok Timur dan umumnya di daerah NTB, (2)
Hasil uji coba penggunaan ransum unggas yang diramu dari beberapa bahan pakan lokal
hasilnya sangat baik terhadap pertumbuhan dan produksi ayam arab petelur. Dari hasil
yang diperoleh menunjukkan bahwa ayam arab yang diberikan ransum lokal memiliki
rata-rata pertumbuhan yang lebih tinggi yaitu 91,16 gram/minggu daripada ayam ayam
yang diberikan ransum yang biasa digunakan oleh peternak sebelumnya yang terbuat dari
bahan konsentrat Layer yang dicampur dengan jagung dan dedak (campuran 1:2:3) yang
mampu memberikan pertumbuhan rata-rata sebesar 82,32 gram/minggu, (3) Sedangkan
respon penggunaan ransum lokal yang diuji coba pada ayam layer menghasilkan produksi
telur rata-rata sebesar 115 butir/minggu (rata-rata hend day 66%), sedangkan produksi
telur ayam layer dengan menggunakan pakan campuran konsentrat layer : jagung dan
dedak (campuran 1:2:3) produksinya sebesar 112 butir/minggu (rata-rata hend day
64%), (4) Harga ransum yang diperoleh dengan bahan lokal lebih rendah daripada
ransum komersial buatan pabrik yaitu untuk ransum fase tarter harga yang diperoleh dari
ransum berbahan lokal adalah sebesar Rp. 4000 sedangkan ransum komersial buatan
pabrik sebesar Rp. 6000, (5) Hasil analisa biaya pemeliharaan ayam arab sebanyak 100
ekor, sejak umur DOC sampai usia siap bertelur (Pullet) dengan berbahan dasar ransum
lokal menunjukkan bahwa biaya variabelnya lebih murah yaitu sebesar Rp. 2.685.000
sedangkan pemeliharaan dengan ransum komersial buatan pabrik biaya variabelnya
sebesar Rp. 2.782.000. Dengan demikian peternak dapat menghemat biaya sebesar Rp.
97.500., (6) Pengembangan usaha berbasis pakan lokal di Kabupaten Lombok Timur
sudah dapat dilakukan, hal ini bisa dilihat dari kegiatan peternakan ayam arab petelur dan
ayam ras petelur pada beberapa peternak yang sudah mencobanya seperti di desa
Penedagandor dan Kelayu.
(3) Pengembangan Pupuk Organik Cair Nusur
Gambar 3. Produk berupa pupuk organic cair Nusur
Kegiatan ini dilaksanakan oleh kelompok tani Timbe Asem, Dusun Bandok Lauk
Desa Tembeng Putek, Kecamatan Wanasaba, Kabupaten Lombok Timur. Kelompok tani
ini beranggotakan 30 orang dengan hamparan luas areal usaha tani 20,21 ha dengan
kegiatan-kegiatan diskusi kelompok membahas usaha tani yang dilaksanakan yaitu
budidaya tanaman pangan (padi, palawija dan sayuran). Kegiatan ini dilatarbelakangi oleh
banyaknya masalah yang dihadapi dalam berusaha tani khususnya masalah pemupukan
dan hama penyakit tanaman. Pupuk organik cair Nusur selain berfungsi sebagai pupuk,
juga mampu mengendalikan hama penyakit pada tanaman. Kegiatan ini dimaksudkan
untuk pengembangan produksi dan sosialisasi ke petani sekitar dengan metode demplot
dengan tujuan untuk mengurangi ketergantungan pada pupuk dan pestisida anorganik
menuju pertanian organik. Dari kagiatan inisiatif lokal yang dananya didukung oleh P4MI
ini, produksi Nusur mampu ditingkan sampai 40% dengan penambahan jumlah sarana
produksi yang dimiliki. Produksi Nusur juga telah dapat dipasarkan ke tiga kecamatan
sekitarnya. Demikian juga demplot yang dilaksanakan telah berhasilkan meningkatkan
produksi dengan biaya usaha tani lebih rendah.
(4) Penggunaan Tembakau Hitam (Maik) dan Bensin untuk Pengobatan Myasis pada Ternak Kambing
Gambar 4. Kelompok tani ternak Desa Sugian yang berpartisipasi dalam kegiatan Inisiatif
Lokal 2008
Kegiatan ini dilaksanakan di Desa Sugian, Kecamatan Sambelia, Kabupaten
Lombok Timur dengan organisasi pelaksana yaitu Pusat Kesehatan Hewan Kecamatan
Sambelia. Kegiatan ini dilakukan bersama dengan kelompok petani ternak dari awal
hingga akhir kegiatan, dari bulan April sampai Oktober 2008. Kegiatan ini memberikan
cara yang baru dari apa yang pernah dilakukan oleh masyarakat dalam pengobatan
Myasis. Artinya masyarakat dalam pengobatan myasis ini sering menggunakan tembakau
dengan campuran yang berbeda-beda tapi kurang memperhatikan faktor-faktor
pendukung lainnya, misalnya jenis tembakau yang digunakan, campuran tembakau,
perawatannya dan pengontrolannya, sehingga diperlukan suatu cara yang lebih baik dan
terencana.
Metode yang digunakan adalah demonstrasi lahan usaha kelompok/peternak
dengan variable yang diamati adalah tingkat infeksi dengan mengelompokkan 2 bagian
yaitu 1 (satu) bagian menggunakan obat pabrik dengan mengelompokkan tingkat infeksi
berat, sedang, dan ringan, bagian lain yaitu dengan obat tradisional dengan
mengelompokkan tingkat infeksi berat, sedang, dan ringan. Sampel yang digunakan
adalah 18 ekor kambing, 9 ekor digunakan dengan obat pabrik dan 9 sampel lainnya
dengan obat tradisional. Hasil percobaan diuji dengan menggunakan T-test tingkat 5%,
data ekonomi pengobatan dengan analisis Input-Output, data respon petani dengan
analisis deskriptif.
Dari kegiatan ini dapat disimpulkan beberapa hal, antara lain: (1) Pengobatan
myasis dengan obat pabrik lebih efektif (waktu kesembuhan) jika dibandingkan dengan
obat tradisional, (2) Obat tradisional dan kimia sama-sama menyembuhkan penyakit
myasis, (3) Obat tradisional dapat dijadikan sebagai obat alternatif di saat peternak
memiliki kondisi ekonomi yang rendah dan jauh dari petugas kesehatan hewan, (4)
Kesembuhan luka sangat dipengaruhi oleh ukuran dan tempat luka, komplikasi penyakit,
dan managemen pemeliharaan ternak, (5) Obat tradisional memiliki keuntungan yaitu
biaya yang murah, bahan-bahannya mudah didapat, dan mudah diaplikasikan
dibandingkan dengan obat kimia, (6) Obat tradisional ini sudah memasyarakat dan
diterapkan oleh petani peternak.
(5) Pemanfaatan Limbah Serbuk Gergaji Kayu, Sekam Padi, Seresah dan Ekstrak Daun Cengkeh untuk Pengendalian Penyakit Busuk Batang pada Pisang
Gambar 5. Ekstrak daun cengkeh yang digunakan dalam pengendalian penyakit pisang
Kegiatan ini dilaksanakan di Desa Labuan Pandan, Kecamatan Sambelia,
Kabupaten Lombok Timur. Latar belakang kegiatan ini adalah pisang merupakan
komoditas buah-buahan yang potensial untuk dikembangkan di NTB karena mempunyai
keunggulan komparatif yang tinggi, baik untuk pasar lokal maupun pasar antar pulau.
Perkembangan luasan panen pisang dari tahun 2000 sampai 2004 sangat signifikan,
tetapi dari tahun 2005 sampai sekarang luas produksi pisang mengalami penurunan
akibat adanya serangan penyakit yang berakibat kematian pada tanaman. Sejak tahun
2004 petani pisang di Desa Labuan Pandan telah mengembangkan komoditas pisang di
wilayah desanya. Setelah empat tahun pengembangan pisang di desa ini berjalan, muncul
serangan penyakit pisang yang menurunkan produksi perminggu, yang biasanya mampu
memasarkan 700-800 tandan/minggu menjadi hanya 250 tandan/minggu. Oleh karena itu
melalui kegiatan inisiatif lokal inilah dicoba untuk melakukan percontohan untuk
mendiseminasikan teknologi pengendalian penyakit pisang yang menggunakan limbah
pertanian/industri (serbuk gergaji/sekam padi) dan seresah daun cengkeh, sehingga
hanya memerlukan biaya rendah yang dapat dijangkau petani dan bahan yang diperlukan
mudah diperoleh petani. Diantara penyakit tersebut adalah penyakit busuk batang pisang
yang disebabkan oleh Fusarium oxysporum. Pada umumnya pengendalian penyakit
tersebut dilakukan cara eradikasi tanaman yaitu membongkar tanaman pisang pada areal
yang terserang sampai batas waktu tertentu, sehingga memerlukan biaya yang cukup
besar dan waktu tunggu untuk bertanam pisang kembali cukup lama. Kondisi ini sangat
merugikan bagi petani pisang, sehingga perlu dicari teknologi yang lebih sederhana,
murah dan praktis di dalam mengendalikan penyakit tersebut. Uji pendahuluan yang
dilakukan secara in vitro menginformasikan bahwa penggunaa ekstrak daun cengkeh
dengan konsentrasi 5 cc – 10 cc per liter air dapat membunuh jamur Fusarium oxysporum
hingga 100%. Oleh karena itu, hasil uji laboratorium ini perlu diuji kehandalannya di
tingkat lapangan.
Tujuan dari kegiatan ini antara lain memberikan informasi kepada petani pisang
sekaligus mendiseminasikan teknologi biaya rendah untuk pengendalian penyakit pisang
dan mencoba membantu petani dalam upaya mengendalikan penyakit pisang yang
sedang berkembang di desanya. Teknologi yang diterapkan dalam kegiatan ini diharapkan
dapat berkembang dan bermanfaat bagi petani pisang di pedesaan.
Dari kegiatan ini disimpulkan bahwa penggunaan ekstrak daun cengkeh dan
seresah daun cengkeh terbukti mampu mengendalikan penyakit busuk batang pisang
dengan rentang skor 95 hingga 100%. Selain itu, teknis eradikasi memungkinkan untuk
mendapatkan bibit tanaman yang sehat dari rumpun terserang, meskipun tanaman yang
sudah terserang tidak dapat diselamatkan.
IV. KESIMPULAN
Kegiatan Inisiatif lokal TA 2008 telah mendapat tanggapan yang antusias dari
semua lapisan masyarakat, terbukti dengan banyaknya judul proposal yang diajukan yaitu
mencapai 16 proposal. Namun demikian, karena keterbatasan anggaran untuk kegiatan
ini maka hanya 5 proposal yang mampu dibiayai untuk tahun anggaran 2008. Hasil
kegiatan dari masing-masing lokasi juga menunjukkan adanya nilai tambah yang peroleh
oleh petani dengan penerapan teknologi yang spesifik lokasi tersebut. Mengingat kegiatan
ini merupakan kegiatan yang bersifat partisipatif dan dapat dirasakan manfaatnya oleh
masyarakat luas, maka kegiatan serupa perlu dilanjutkan untuk tahun anggaran yang
akan datang.
V. PERKIRAAN MANFAAT DAN DAMPAK
Perkiraan manfaat dan dampak yang dapat diambil dari kegiatan inisiatif lokal
2008 adalah sebagai berikut:
a. Setiap orang atau kelompok atau lapisan masyarakat yang merupakan penemu
pengetahuan tradisional tersebut dapat mengekspresikan hasil temuannya melalui
kegiatan ini.
b. Melalui kegiatan demplot inisiatif lokal ini, petani lain dan masyarakat yang lebih luas
dapat belajar dari kegiatan tersebut.
c. Kegiatan inisiatif lokal ini sangat spesifik lokasi sehingga sesuai dengan kebutuhan
masyarakat setempat dan bersifat ramah lingkungan.