Upload
others
View
18
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN SIKAP SOSIAL
PADA PEMBELAJARAN TEMATIK SUBTEMA AYO CINTA
LINGKUNGAN KELAS IV
(Tesis)
Oleh
APRIYANA
PASCA SARJANA MAGISTER KEGURUAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
TAHUN 2018
THE DEVELOPMENT OF SOCIAL ATTITUDE ASSESSMENTINSTRUMENT IN THEMATICAL LEARNING SUB-THEME“LET US LOVE OUR ENVIRONMENT” AT THE FOURTH
GRADE OF ELEMENTARY SCHOOL
ABSTRACT
by
Apriyana
The aim of this research is to produce the decent, valid and reliable social attitudeassesment’s instrument at the fourth grade of elementary school. This researchwas used Research and Development (R&D) method with Borg and Gall’sapproach. In collecting the data the researcher was used questionnaires.Population of this research are 24 teachers ini Anggrek’s Cluster. The sample thentaken by using purposive random sampling with 12 teachers as a total sample.Furthermore, 3 teachers is taken as limited testing subject, 7 teachers aspreliminary field testing testing subject, 12 teachers as field testing subject, with30 students as assesment’s object. The data was analyzed to measure theinstrument’s content validity with expert judgement. Gregory’s formula also usedto test the empirical validity then measure reliability by Cohen Kappa’s formula.Furthermore, result of this research shows that the social attitude assesment’sinstrument that developed is valid and reliable.
Key words: Instrument Development, Social Attitude Assessment, ThematicLearning
PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN SIKAP SOSIALPADA PEMBELAJARAN TEMATIK SUBTEMA AYO CINTA
LINGKUNGAN KELAS IV
ABSTRAK
Oleh
Apriyana
Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan produk instrumen penilaiansikap sosial di kelas IV SD yang layak, valid dan reliabel. Metode yang digunakanadalah penelitian dan pengembangan(Research & Development R&D), denganpendekatan Borg dan Gall.Alat pengumpul data menggunakan lembar angket.Populasi penilitian ini 24 guru yang tergabung dalam Gugus Anggrek.Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive random sampling denganjumlah sampel 12 guru. Selanjutnya ditetapkan 3 siswa sebagai subjek ujiterbatas, 9 siswa sebagai subjek uji diperluas dan 12 guru untuk uji lapangan,dengan 30 siswa sebagai objek penilaian. Data dianalisis untuk mengukurkelayakan isi melalui persentase penilaian ahli. Selanjutnya pengukuran validitasempiris menggunakan rumus Gregory dan uji reliabilitas instrumen dengan rumusCohen Kappa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa instrumen penilaian sikapsosial yang dikembangkan bersifat layak, valid dan reliabel.
Kata Kunci : Pengembangan Instrumen, Penilaian Sikap Sosial, PembelajaranTematik
PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN SIKAP SOSIAL
PADA PEMBELAJARAN TEMATIK SUBTEMA AYO CINTA
LINGKUNGAN KELAS IV
Oleh
APRIYANA
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
MAGISTER PENDIDIKAN
Pada
Program Pasca Sarjana
Program Studi Magister Keguruan Guru SD
PASCA SARJANA MAGISTER KEGURUAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
TAHUN 2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Apriyana lahir di Bandar Lampung,
pada tanggal 2 April 1991, anak kedua dari dua bersaudara dari
pasangan dari Hi. Zainuddin dan Ibu Hj. Hartini.
Adapun riwayat pendidikan yang telah ditempuh yaitu
menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 1
Langkapura dan lulus pada tahun 2003, kemudian melanjutkan studi di SMP
Negeri 25 Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2006, selanjutnya menempuh
Pendidikan Menengah Atas di SMA Negeri 4 Bandar Lampung dan lulus pada
tahun 2009. Selanjutnya penulis melanjutkan kuliah S-1 di Universitas Lampung
jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) dan lulus pada tahun 2013.
Melalui tes masuk program Pasca Sarjana Universitas Lampung selanjutnya
penulis mendaftar program Pasca Sarjana Universitas Lampung pada tahun 2014
semester genap, pada Program Studi Magister Keguruan Guru SD (MKGSD)
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
MOTTO
If you have knowledge, let others light their candles at it
(Margaret Fuller )
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya sederhana ini sebagai rasa syukur kepada Allah SWT dan
sang penuntun kita kejalan yang benar yakni Rosululah SAW. Serta terima kasih
kepada:
1. Orang tuaku tercinta Bapak H. Zainuddin dan Ibu Hj. Hartini yang telah
membesarkan dan mendidik dengan pengorbanan dan kasih sayang serta
selalu mendukungku. Do’a serta restumu adalah anugerah terindah dalam
hidupku, serta tiap tetesan keringatmu adalah semangat bagiku.
2. Suamiku, Raden Putra, S.T. terimakasih selalu mengingatkanku dan
memotivasi untuk menyelesaikan study magisterku
3. Kakakku Zohar Saputra S.T., dan Rismalia, S.Kep. Ners terimakasih selalu
memberikan motivasi, untaian do’a dan nasehatnya.
4. Orang-orang yang kusayangi dan semua rekan-rekan yang selalu memberikan
motivasi dan membantuku hingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik
viii
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala limpahan
rahmad, taufik, dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis ini
yang berjudul “Pengembangan Instrumen Penilaian Sikap Sosial Pada
Pembelajaran Tematik Ayo Cinta Lingkungan Kelas IV SD” sebagai syarat
meraih gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Magister Keguruan Guru
Sekolah Dasar pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lampung.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan pada Tesis ini. Penyelesaian ini
tidak lepas dari bimbingan, dan petunjuk dari berbagi pihak, oleh sebab itu penulis
mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku Rektor Universitas
Lampung, yang telah memberikan kesempatan untuk menempuh pendidikan
di Pascasarjana Universitas Lampung.
2. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah memfasilitasi dan
memberikan kesempatan untuk menempuh pendidikan di Pascasarjana
Universitas Lampung.
3. Bapak Prof. Drs. Mustofa, MA.,Ph.D., selaku Direktur Pasca Sarjana
Universitas Lampung yang telah memfasilitasi dan memberikan kesempatan
untuk menempuh pendidikan di Pascasarjana Universitas Lampung.
ix
4. Bapak Dr. Riswandi, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah memfasilitasi
dan memberikan kesempatan untuk menempuh pendidikan di Pascasarjana
Universitas Lampung.
5. Bapak Dr. Alben Ambarita, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Magister
Keguruan Guru Sekolah Dasar dan selaku penguji I yang telah telah
memberikan sumbang saran untuk penyempurnaan tesis ini.
6. Bapak Dr. Darsono, M.Pd., selaku dosen penguji II yang telah telah
memberikan saran dalam penyusunan tesis ini.
7. Ibu Dr. Adelina Hasyim, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dalam penyususnan tesis, serta saran dan motivasi
terhadap penulis sehingga dapat menyelesaikan tesis ini.
8. Ibu Dr. Lilik Sabdaningtyas, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dalam penyususnan tesis, serta saran dan motivasi
terhadap penulis sehingga dapat menyelesaikan tesis ini
9. Bapak Dr. Edi Purnomo, M.Pd., selaku Tim Uji Ahli Evaluasi dan Materi atas
ketersediaannya dan keihklasannya meluangkan waktu untuk memberikan
bimbingan, saran dan kritik membangun.
10. Bapak Dr. Mulyanto Widodo, M.Pd., selaku Tim Uji Ahli Bahasa atas
ketersediaannya dan keihklasannya meluangkan waktu untuk memberikan
bimbingan, saran dan kritik membangun.
11. Bapak/Ibu dosen dan staf karyawan Pascasarjana Universitas Lampung, yang
telah membantu dan memfasilitasi sampai tesis ini selesai.
x
12. Bapak Nusyirwan Zakki, M.M., selaku kepala sekolah SD Negeri 1 Palapa
yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksakan penelitian.
13. Dewan guru SD Negeri 1 Palapa, SD Negeri 2 Palapa dan SD Negeri 2
Gotong Royong yang membantu dalam pelaksanaan penelitian.
14. Kepada keluargaku Program Studi MKGSD angkatan 2014 semester genap
terkhusus untuk Janie Irma Suryani, Vivin Nurul Huidayah, Metri Setyaning
Komala Sari, Rini Hartati, yang telah memberikan bantuan, motivasi dan
dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis ini.
15. Penulis mengucapakan banyak terimaksih kepada semua yang terlibat dalam
penyusunan tesis ini yang belum disebutkan di atas.
Penulis menyadari mungkin masih terdapat kekurangan dalam penulisan tesis ini,
maka penulis meminta maaf bila ada kata-kata yang kurang sesuai dengan
pembaca. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi seluruh lapisan masyarakat
khususnya dalam dunia pendidikan.
Bandar Lampung, Januari 2019
Penulis
Apriyana
xi
xi
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xvDAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xviDAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvii
I. PENDAHULUANA. Latar Belakang ...................................................................................... 1B. Identifikasi Masalah ............................................................................... 8C. Pembatasan Masalah ............................................................................. 8D. Rumusan Masalah ................................................................................. 8E. Tujuan Penelitian ................................................................................... 9F. Manfaat Penelitian ................................................................................. 10G. Spesifikasi Produk ................................................................................. 11
II. KAJIAN PUSTAKAA. Kajian Teori .......................................................................................... 14
1. Instrumen Penelitian ..................................................................... 141.1. Pengertian Instrumen Penelitian................................................ 141.2. Tahap Pengembangan Instrumen Penelitian Sikap ................... 151.3. Karakteristik Instrumen Penelitian …………………………… 181.4. Regulasi Penulisan Instrumen…… …………………………… 19
2. Sikap Sosial ..................................................................................... 202.1. Pengertian Sikap Sosial ............................................................ 202.2. Dimensi Sikap Sosial ................................................................ 232.3. Teknik dan Metode Penilaian Sikap Sosial............................... 28
3. Pembelajaran Tematik .................................................................. 323.1. Pengertian Pembelajaran Tematik............................................. 323.2. Manfaat Pembelajaran Tematik ................................................ 333.3. Prinsip Pembelajaran Tematik .................................................. 353.4. Karakteristik Pembelajaran Tematik ......................................... 38
B. Penelitian yang Relevan ....................................................................... 40C. Kerangka Pikir Penelitian ................................................................... 42D. Hipotesis Penelitian ........ ............................ ........................................ 45
III. METODE PENELITIANA. Jenis Penelitian dan Desain Penelitian .................................................. 47B. Prosedur Penelitian ………………………………………………….... 48C. Definisi Konseptual dan Operasional .................................................... 54
xii
xii
D. Subjek Penelitian.................................................................................... 56E. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 57F. Instrumen Penelitian …………………….............................................. 58G. Teknik Analisis Data ………………………………………………… . 63
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ENELITIADAN ASANA. Hasil Penelitian ...................................................................................... 66
1. Hasil Penelitian Awal ...................................................................... 662. Hasil Perencanaan ………………………….. ................................. 673. Hasil Pengembangan Draf Produk ……………………………….. 694. Hasil Uji Coba Tahap Awal…………………………………….. ... 735. Revisi Produk…………………………………………………….. . 756. Hasil Uji Coba Empiris………………………………………….. .. 767. Hasil Uji Lapangan……………………………………………….. 778. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ……………………………..... 78
B. Pembahasan............................................................................................ 81C. Keterbatasan Penelitian.......................................................................... 87
V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARANA. Kesimpulan ........................................................................................... 88B. Implikasi................................................................................................. 89C. Saran....................................................................................................... 90
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 92LAMPIRAN...................................................................................................... 97
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman1.1 Hasil Analisis Kebutuhan Pengembangan Instrumen
Penilaian Sikap Sosial ............................................................................ .... 61.2 Perbandingan Spesifikasi Produk Instrumen Penilaian
Sikap Sosial yang Dikembangkan dengan InstrumenPenilaian Sikap Sosial Konvesional ............................................................ 13
3.1 Perhitungan Jumlah Subjek Analisis Kebutuhan.......................................... 563.2 Kisi-kisi Angket Kebutuhan......................................................................... 593.3 Kisi-kisi Validasi Ahli.......................................... ....................................... 603.4 Kisi-Kisi Angket Respon Guru.......................................... .......................... 613.5 Pedoman Penskoran Lembar Penilaian Ahli Evaluasi, Ahli Media,
dan Ahli Praktisi.......................................................................................... 623.6 Kriteria Kelayakan Instrumen Penilaian Sikap Sosial.................................. 623.7 Indeks Keeratan Kesepakatan.................................... .................................. 654.1 Kelayakan Aspek Materi dan Evaluasi oleh Ahli.................................... .... 744.2 Kelayakan Aspek Bahasa dan Penyajian oleh Ahli.................................... . 754.3 Respon guru Terhadap instrumen Sikap sosial.................................... ........ 774.4 Cross matrix Tabulasi penilai 1 dan Penilai 2.............................................. 794.5 Cross Matrix Tabulasi Antar Raters............................................................. 80
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman2.1 Kerangka Berpikir Penelitian....................................................................... 443.1 Model desain R&D Borg and Gall (1983) ................................................... 483.2 Langkah Pengembangan Produk .................................................................. 49
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Angket Analisis Kebutuhan Penelitian Sikap SosialPada Pembelajaran Tematik Kelas IV SD ...................................... 96
2 Hasil Rekap Analisis Kebutuhan..................................................... 993 Lembar validasi Ahli Materi/Evaluasi ........................................... 1004 Lembar validasi Ahli Materi Bahasa.............................................. 1035 Angket Respon Guru...................................................................... 1066 Rekapitulasi hasil Angket Respon Guru pada uji kelompok
Kelompok terbatas menggunakan penilaian yangsudah dikembangkan...................................................................... 107
7 Rekapitulasi hasil Angket Respon Guru Kelompokterbatas menggunakan penilaian yang konvensional .................... 108
8 Rekapitulasi hasil Angket Respon Guru Kelompokdiperluas menggunakan penilaian yang dikembangkan ................ 109
9 Rekapitulasi hasil Angket Respon Guru Kelompokyang diperluas menggunakan penilaian konvensional…………… 110
10 Tabulasi Uji Instrumen……………………………….………… .. 11111 Uji Validitas dengan Gregory ……………………….………… .. 11512 Uji Reliabilitas Instrumen dengan Cohen Kappa …….………….. 116
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan pada dasarnya merupakan proses pembelajaran yang bertujuan
untuk mengembangkan dan mengaktualisasikan segenap potensi diri yang
dimiliki oleh siswa. Mengingat pentingnya pencapaian tujuan pendidikan
tersebut maka pemerintah secara berkisanambungan terus berupaya
meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia yang salah satu di antaranya
adalah melalui perubahan kurikulum dari Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) menjadi Kurikulum Nasional 2013. Perubahan ini
menjadi penting terutama untuk menjaga relevansi dan kemutakhiran
kurikulum yang ada di Indonesia dengan perkembangan dan tingkat
persaingan global yang semakin kompleks.
Selain daripada itu, peningkatan kualitas pendidikan juga memerlukan
upaya peningkatan kualitas sistem penilaian. Semakin tinggi mutu dari
sistem penilaian yang digunakan semakin akurat pula potret kemajuan dan
perkembangan hasil belajar peserta didik dapat diperoleh dan dipetakan.
Artinya, strategi dan arah peningkatan mutu pendidikan ke depan akan
sangat bergantung pada sejauh mana akurasi proses penilaian dan evaluasi
hasil belajar dapat dicapai.
2
Sebagai bagian penting dari perangkat kurikulum, sistem penilaian yang
berkualitas sudah seharusnya dapat secara akurat memotret kekuatan dan
kelemahan dalam proses pembelajaran sebagai bentuk upaya diagnosis dan
perbaikan proses pembelajaran. Oleh sebab itu, melalui Permendikbud No.
23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan pemerintah
merumuskan sejumlah kriteria penilaian ideal, yang di antaranya bersifat
komprehensif meliputi penilaian atas kompetensi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang dalam pelaksanaannya dilakukan secara berimbang.
Implementasi dari Permendikbud ini sekaligus mempertegas adanya
pergeseran paradigma dalam melakukan penilaian, yakni dari penilaian
berbasis tes (mengukur kompetensi pengetahuan berdasarkan hasil ujiannya
saja), menuju penilaian autentik (mengukur kompetensi sikap, keterampilan,
dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil). Pergeseran paradigma ini
tentu saja membawa sejumlah implikasi dan masalah baru terutama bagi
guru selaku pelaksana proses penilaian hasil belajar peserta didik di kelas.
Menurut Ridwan (2016:1), “implikasi dan masalah utama yang dihadapi
oleh guru berkaitan dengan perubahan paradigma penilaian ini pada
umumnya berkisar pada pemahaman guru tentang penilaian yang
seharusnya dilakukan”.
Pada umumnya guru di Indonesia hanya mengenal instrumen penilaian
berupa tes dan menganggap bahwa penilaian hanya perlu dilakukan setelah
peserta didik menyelesaikan proses belajar. Selain itu, guru telah terbiasa
menggunakan penilaian berbasis angka (numeris) semata, sehingga
3
penilaian secara kualitatif yang mencakup informasi tentang kelemahan dan
kelebihan peserta didik sangat sulit untuk dilakukan. Lebih jauh lagi, guru
masih cenderung terperangkap dalam pradigma penilaian parsial yang
didominasi oleh ranah pengetahuan sehingga belum optimal dalam
menjangkau wilayah kompetensi sikap dan keterampilan.
Proses dan penilaian hasil belajar dalam paradigma parsial sebagaimana
yang diuraikan di atas apabila tidak segera diubah dan diperbaiki sejatinya
dapat berdampak secara sistemik terhadap kualitas pendidikan secara
keseluruhan. Disadari atau tidak, proses dan penilaian hasil belajar yang
tidak berimbang ini kerap kali membentuk kepribadian yang terbelah (split
personality) dalam diri peserta didik. Banyak didapati fakta di masyarakat
tentang adanya beberapa profil dari output pendidikan yang tampak unggul
dalam kecerdasan akademis ternyata memiliki kelemahan fundamental
dalam kecerdasan emosional-spiritual yang ditunjukkan melalui
kecenderungan bersikap destruktif terhadap lingkungan sosialnya dalam
keadaan-keadaan tertentu. Kondisi ini jelas memprihatinkan karena
kontradiktif dengan tujuan pendidikan yang sejak awal dimaksudkan untuk
mengaktualisasikan segenap potensi yang dimiliki peserta didik secara utuh
dan terintegrasi yang tidak terbatas pada pengembangan wilayah potensi
intelektualitas dan kognisi melainkan juga mencakup dinamika emosional,
sikap sosial-spiritual, dan domain perilaku.
Berdasarkan hasil pengamatan tahap awal, permasalahan yang diuraikan di
atas juga nyata terjadi di Sekolah Dasar (SD) yang berada di Kota Bandar
4
Lampung. Penelitian awal yang dilakukan pada SD di Gugus Anggrek
menunjukkan bahwa guru-guru di sana masih kesulitan melakukan
improvisasi dalam menggunakan instrumen penilaian. Guru masih terbatas
menggunakan instrumen tes yang bersifat kuantitatif dan masih kesulitan
dalam melakukan penilaian non-tes yang bersifat mendalam dengan kriteria
kualitatif. Fakta pengamatan yang ada juga menunjukkan bahwa guru masih
kesulitan dalam menggunakan apalagi menyusun instrumen penilaiannya
secara mandiri khususnya yang berkaitan dengan penilaian sikap sosial
siswa. Kondisi ini terlihat dari minimnya jumlah dan variasi dokumen
penilaian yang ditemukan di lapangan.
Hasil wawancara terhadap 4 orang guru kelas IV di Gugus tersebut
mengonfirmasi kondisi objektif yang serupa, yakni tidak semua guru di
sekolah-sekolah tersebut memiliki instrumen penilaian yang memadai.
Sebagian guru yang telah memiliki instrumen penilaian pun mengaku lebih
cenderung menilai aspek kognitif siswa daripada aspek sikap. Para guru
yang diwawancarai tersebut mengungkapkan bahwa mereka sebenarnya
sudah menyadari betul soal urgensi dari penilaian sikap sosial terutama
untuk menggali profil dan karakteristik peserta didik yang dapat dijadikan
sebagai umpan balik (feedback) dalam mengembangkan rencana
pembelajaran ke depannya. Namun penilaian tersebut urung dan enggan
dilakukan secara serius karena guru masih mengalami kesulitan dalam
menggunakan apalagi mengembangkan instrumen penilaian yang sesuai
kebutuhan.
5
Selanjutnya dari penjelasan para guru tersebut juga diperoleh informasi
bahwa dalam melaksanakan penilaian sikap sosial peserta didik guru masih
terbatas pada pengamatan kasar yang terlihat tanpa memanfaatkan
instrumen penilaian. Aspek-aspek penilaian sikap siswa oleh para guru pun
diambil hanya dengan mengacu pada lembar penilaian yang ada dalam buku
guru. Padahal, lembar penilaian yang tercantum di dalam buku guru tersebut
masih jauh dari tuntutan standar penilaian yang ditetapkan oleh pemerintah.
Lembar penilaian tersebut belum mencakup indikator keseluruhan dari
kompetensi dasar yang ditetapkan dan masih jauh dari variasi kebutuhan
objektif para guru di lapangan.
Lembar penilaian sikap sosial yang digunakan oleh guru menunjukkan
bahwa masih banyak aspek-aspek penilaian sikap yang tidak representatif
menggambarkan realitas dari objek penilaian. Pada dimensi sikap teliti,
misalnya, belum terwakili secara lengkap dan menyeluruh mengenai batasan
operasional dari sikap teliti beserta indikator-indikatornya yang tampak
secara empiris (observable). Akibatnya, penilaian akan menjadi bias karena
tidak ada batasan dan indikator yang jelas mengenai sikap teliti itu sendiri.
Kondisi ini memungkinkan hasil penilaian yang dilakukan menjadi tidak
valid atau tidak dapat menangkap gambaran sebenarnya dari objek yang
dinilai.
Selanjutnya analisis kebutuhan dilakukan terhadap 24 orang guru Kelas IV
dari 6 sekolah yang ada di Gugus Anggrek yakni SDN 1 Palapa, SDN 2
6
Palapa, dan SD 2 Gotong Royong. Berikut adalah hasil analisis kebutuhan
guru terhadap pengembangan instrumen penilaian sikap sosial:
Tabel 1.1 Hasil Analisis Kebutuhan Pengembangan InstrumenPenilaian Sikap Sosial
PertanyaanTanggapan Tanggapan
Ya TidakYa(%) Tidak (%)
1. 20 4 83,33 16,662. 20 4 83,33 16,663. 18 6 75,00 25,004. 10 14 41,66 58,335. 10 14 41,66 58,33
6. 8 16 33,33 66,667. 24 0 100 08. 8 16 33,33 66,669. 9 15 37,50 62,5010. 22 2 91,66 8,33
Hasil analisis kebutuhan tersebut semakin memperkuat urgensi dari
pengembangan instrument sikap sosial yang akan dilakukan. Penilaian atas
kebutuhan guru menunjukkan bahwa rata-rata skor persentase guru yang
menyetujui dilakukannya pengembangan instrumen penilaian sikap sosial
pada pembelajaran tematik di kelas IV adalah sebesar 91,66%. Data ini
menggambarkan bahwa 22 dari 24 guru di tiga sekolah tersebut secara
objektif menyadari perlu dan pentingnya pengembangan instrumen
penilaian sikap sosial yang lengkap, akurat, dan mudah digunakan. Para
guru juga menyampaikan alasan dari pentingnya pengembangan instrumen
penilaian ini tidak saja untuk memenuhi kebutuhan pragmatis guru dalam
mengikuti arus perubahan kurikulum melainkan juga karena keprihatinan
mereka terhadap rendahnya sikap sosial yang ditunjukkan oleh siswa. Siswa
7
dinilai sering mengabaikan sikap sosialnya, sebab apa yang mereka kejar di
sekolah hanya sekedar angka rapor dan kelulusan semata.
Arti penting dari pengembangan instrumen penilaian sikap sosial yang
dirasakan oleh guru ini juga sejalan dengan apa yang diungkapkan Mardapi
(2008:102), ”keberhasilan pembelajaran pada ranah kognitif dan psikomotor
sangat ditentukan oleh kondisi sikap siswa”. Lebih jauh Darmansyah (2014:
12) mengatakan bahwa, “kurangnya perhatian terhadap sikap sosial
menimbulkan masalah dalam kecerdasan emosi siswa. Siswa yang sulit
mengontrol emosi, akan mengalami kesulitan belajar dan bergaul terhadap
lingkungan sosialnya”. Pendapat-pendapat tersebut mengisyaratkan
pentingnya pengembangan instrumen penilaian sikap sosial siswa agar guru
dapat mengantisipasi masalah-masalah pembelajaran yang mungkin
ditimbulkan oleh sikap sosial siswa yang keliru. Melalui pengembangan
instrumen penilaian sikap sosial diharapkan guru dapat secara akurat
memotret profil objektif dari karakteristik dan kemajuan hasil belajar siswa
secara komprehensif dan mendalam, tidak saja pada penilaian hasil kognisi
melainkan pada sikap dan perilaku sosialnya.
Berdasarkan pengungkapan kebutuhan guru akan adanya instrumen
penilaian sikap sosial siswa yang valid, reliabel, dan mudah digunakan
maka penulis bermaksud mengembangkan instrumen penilaian sikap sosial
pada pembelajaran tematik subtema ayo cinta lingkungan kelas IV.
8
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi beberapa
masalah sebagai berikut:
1. Guru lebih sering menilai aspek kognitif .
2. Guru melaksanakan penilaian sikap sosial peserta didik melalui
pengamatan kasar yang terlihat tanpa menggunakan instrumen yang
sudah ada.
3. Guru tidak pernah membuat instrumen penilaian sikap sosial yang sesuai
kebutuhan.
4. Instrumen yang tersedia tidak memiliki pedoman penskoran yang jelas
sehingga guru merasa sukar menggunakannya.
5. Pada pengamatan kasar yang dilakukan guru masih sukar menghilangkan
kecendrerungan hubungan personal dengan peserta didik sehingga terjadi
bias penilaian.
C. Pembatasan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, penulis membatasi masalah
Pengembangan Instrumen Penilaian Sikap Sosial Pada Pembelajaran
Tematik Subtema Ayo Cinta Lingkungan Kelas IV.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah:
9
1. Apakah instrumen penilaian sikap sosial yang dikembangkan pada
pembelajaran tematik subtema ayo cinta lingkungan di kelas IV layak
digunakan?
2. Apakah instrumen penilaian sikap sosial yang dikembangkan pada
pembelajaran tematik subtema ayo cinta lingkungan di kelas IV SD
memenuhi persyaratan validitas?
3. Apakah instrumen penilaian sikap sosial yang dikembangkan dalam
pembelajaran tematik subtema ayo cinta lingkungan di kelas IV SD
memenuhi persyaratan reliabilitas?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat ditentukan tujuan dari penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui kelayakan instrumen penilaian sikap social yang
dikembangkan pada pembelajaran tematik subtema ayo cinta lingkungan
untuk guru di kelas IV SD.
2. Mengetahui validitas instrumen penilaian sikap sosial yang
dikembangkan pada pembelajaran tematik subtema ayo cinta lingkungan
di kelas IV SD.
3. Mengetahui reliabilitas instrumen penilaian sikap sosial yang
dikembangkan pada pembelajaran tematik subtema ayo cinta lingkungan
di kelas IV SD.
10
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian dan pengembangan ini diharapkan dapat memberi manfaat,
antara lain:
1. Manfaat Teoritik
Penelitian dan pengembangan ini diharapkan dapat memberikan manfaat
secara teoritis, yakni turut berkontribusi dan memberikan sumbangsih
pemikiran dan pengembangan konsepsi evaluasi dan penilaian dalam ilmu
pendidikan khususnya berkaitan dengan inovasi berupa pengembangan
instrumen penilaian sikap sosial yang valid, reliabel, dan mudah
digunakan. Penelitian dan pengembangan ini diharapkan juga dapat
bermanfaat sebagai sumber inspirasi dan landasan konsepsional yang
terpercaya bagi penelitian-penelitian lanjutan terutama yang berkaitan
dengan upaya pengembangan instrumen penilaian sikap sosial.
2. Manfaat Praktis
a. Pendidik
Sebagai sarana dalam melakukan penilaian Sikap Sosial pada
Pembelajaran Tematik Subtema Ayo Cinta Lingkungan Kelas IV dan
sebagai acuan guru dalam mengembangkan instrumen penilaian sikap
sosial.
b. Pengelola Sekolah
Menjadi informasi dan sumbangan pemikiran dalam upaya
meningkatkan mutu penilaian sikap sosial di sekolah.
11
c. Peneliti
Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan dapat menambah
pengetahuan tentang penelitian Pengembangan Instrumen Penilaian
Sikap Sosial Pada Pembelajaran Tematik Subtema Ayo Cinta
Lingkungan Kelas IV.
d. Peserta Didik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mendorong peserta didik untuk
menginternalisasikan dan menunjukkan sikap sikap yang positf selama
proses pembelajaran sebagai paradigma baru dalam pembelajaran.
G. Spesifikasi Produk yang Diharapkan
Produk instrumen penilaian sikap sosial yang dikembangkan ini memiliki
spesifikasi khusus yang bersifat inovatif. Pengembangan instrumen penilaian
sikap sosial yang dikembangkan ini dilaksanakan pada pembelajaran tematik
di kelas IV subtema ayo cinta lingkungan.
Instrumen penilaian yang dikembangkan ini memiliki dua rentang penilaian
menurut skala Guttman. Teknik penilaian yang digunakan adalah teknik
observasi langsung dengan pendekatan bersifat autentik yakni meliputi
keseluruhan proses dan hasil belajar. Aspek-aspek penilaian terdiri dari 5
aspek yang dari masing-masing aspek tersebut selanjutnya dikembangkan
berbagai indikator penilaian yang relevan dengan subtema pembelajaran.
Aspek-aspek tersebut kemudian diisi dengan tanda ceklis berdasarkan keadaan
objektif dari peserta didik sebagai objek penilaian.
12
Hasil penilaian yang dilakukan selanjutnya diikuti dengan pencantuman nilai,
predikat, deskripsi lengkap, dan rekomendasi tertulis kepada siswa tentang
aspek-aspek mana saja dari sikap sosial yang harus diperbaiki oleh siswa.
Catatan dan rekomendasi ini dibuat dua arah agar guru juga dapat mengambil
manfaat dari penilaian yang dilakukan terutama mengenai langkah-langkah
taktis yang perlu diambil pada pembelajaran kedepannya.
Berdasarkan uraian di atas dapat diterangkan bahwa produk yang
dikembangkan terdiri dari tiga bagian utama sebagai berikut:
1. Pemetaan kompetensi dasar. Pemetaan kompetensi ini penting dalam
menjaga relevansi antara kompetensi yang diharapkan dengan indikator
penilaian. Semakin relevan indikator penilaian yang diturunkan dari
kompetensi dasar semakin tinggi tingkat akurasi instrumen penilaian yang
dikembangkan.
2. Lembar observasi. Bagian ini memuat petunjuk penilaian, rentang nilai, dan
teknik penyekoran. Pada bagian inti dari lembar observasi ini terdapat
beberapa kolom yang berisi indikator-indikator yang diturunkan dari aspek
sikap sosial yang hendak dinilai beserta skor yang mungkin diperoleh.
3. Lembar penilaian dan rekomendasi. Bagian ini memuat kolom deskripsi
dan rekomendasi. Kolom deskripsi merupakan ulasan diagnostik tertulis
dari guru dalam menerjemahkan informasi yang diperoleh dari lembar
observasi berkaitan dengan kelebihan dan kelemahan sikap sosial yang
dimiliki oleh siswa. Selanjutnya, kolom rekomendasi merupakan kolom
tambahan yang berada di bawah kolom deskripsi yang harus diisi oleh guru
berupa uraian tertulis tentang hal-hal yang harus dilakukan dan dihindari
13
oleh siswa dalam rangka mempertahankan dan memperbaiki sikap sosial
yang dimilikinya.
Adapun perbandingan antara spesifikasi produk yang dikembangkan dengan
instrument konvensional dapat dilihat pada table berikut:
Tabel 1.2 Perbandingan Spesifikasi Instrumen Penilaian Sikap Sosialyang Dikembangkan dengan Instrumen Penilaian Sikap SosialKonvensional
Spesifikasi Instrumen PenilaianKonvensional
Spesifikasi Instrumen SikapSosial yang Dikembangkan
Belum mencantumkan petunjukpenggunaan yang terperinci
Petunjuk penggunaan ditampilkansecara jelas dan detail
Belum ada batasan yang jelas tentangsikap sosial yang diukur
Definisi operasional masing-masingvariable sikap sosial pada setiappembelajaran dijelaskan secaraterperinci
Tidak terdapat indikator-indikatorpengukuran sikap sosial yang jelas
Indikator penilaian yangdikembangkan jelas danrepresentatif dalam mengukurvariable sikap sosial yangditentukan
Tidak ada hubungan yang jelasantara pembelajaran dan variablesikap sosial yang diukur denganindicator penilaian yangdikembangkan
Terdapat kejelasan hubungan antarapembelajaran, variable sikap sosialyang diukur, dengan indikator-indikator penilaian yangdikembangkan
II. KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Instrumen Penilaian
1.1. Pengertian Instrumen Penilaian
Secara umum, instrumen merupakan alat bantu yang dapat
digunakan untuk mengumpulkan data dengan cara melakukan
pengukuran. Penjelasan ini sejalan dengan apa yang dijelaskan Eko
(2012:51) bahwa, “instrumen merupakan pedoman tertulis tentang
wawancara, pengamatan, atau daftar pertanyaan yang dipersiapkan
untuk memperoleh informasi dari responden”. Menurut Farida
(2008:102), “instrumen penilaian adalah alat untuk merekam
informasi yang akan dikumpulkan antara lain lembar observasi,
kuesioner, tes, ceklis, dan lain-lain”.
Menurut Eko (2012:52), “instrumen dapat dibedakan menjadi dua
jenis; 1) instrumen tes dan; 2) instrumen non tes”. Pembedaan ini,
selain daripada pembedaan atas jenis data yang diperoleh juga
didasari atas perbedaan teknik atau metode pengumpulan data yang
digunakan oleh penilai. Berdasarkan karakteristiknya, penilaian
afektif/ sikap menggunakan instrumen non tes. Dilihat dari kata
yang menyusunnya, maka non tes dapat diartikan sebagai teknik
15
penilaian yang dilakukan tanpa menggunakan tes. Sehingga teknik
ini cenderung menitikberatkan pengumpulan data melalui
pengamatan secara teliti dan tanpa menguji peserta didik.
Instrumen non tes biasanya dilakukan untuk mengukur hasil belajar
yang berkenaan dengan soft skill, terutama yang berhubungan
dengan apa yang dapat dibuat atau dikerjakan oleh peserta didik dari
apa yang diketahui atau dipahaminya. Melalui teknik non tes maka
penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta didik dilakuakan dengan
tanpa menguji peserta didik, melainkan dilakukan dengan
menggunakan skala sikap, pengamatan secara sistematis
(observation), melakukan wawancara (interview), menyebarkan
angket (questionnaire), dan memeriksa atau meneliti dokumen-
dokumen (documentary analysis). Teknik non tes ini pada
umumnya memegang peranan penting dalam rangka mengevaluasi
hasil belajar peserta didik dari segi ranah sikap hidup (affective
domain).
1.2. Tahap Pengembangan Instrumen Penilaian Sikap
Menurut Harun dan Mansur (2009:204) dalam mengembangkan
instrumen penilaian non tes khususnya instrumen penilaian sikap
setidaknya memerlukan sepuluh langkah yang harus diikuti yaitu (1)
menentukan spesifikasi instrumen, (2) menulis instrumen, (3)
menentukan skala instrumen, (4) menentukan sistem penskoran, (5)
menelaan instrumen, (6) melakukan uji coba,(7) menganilisis
16
instrumen, (8) merakit instrumen, (9) melaksanakan pengukuran
dan, (10) menafsirkan hasil pengukuran.
Ridwan (2016:157) menjabarkan pengembangan instrumen penilaian
sikap ke dalam 3 tahapan antara lain tahap perencanaan, tahap
menilai instrumen penilaian sikap, dan tahap pelaksanaan penilaian.
Penjelasan lengkapnya adalah sebagai berikut.
a. Tahap Perencanaan
Beberapa langkah yang harus dipenuhi dalam merencanakan
penilaian sikap adalah sebagai berikut:
1) Menentukan kompetensi atau aspek sikap yang akan dinilai.
2) Menentukan komponen sikap yang akan dinilai.
3) Menyusun indikator tampilan sikap yang diharapkan sesuai
dengan kompetensi yang akan diukur.
4) Merencanakan waktu penilaian.
5) Menentukan teknik penilaian yang sesuai dengan indikator
sikap yang akan diukur.
6) Menyusun rubrik penilaian sikap berupa kriteria kunci yang
menunjukkan capaian indikator.
7) Membuat lembar penilaian sikap.
b. Tahap Penilaian Instrumen Penilaian Sikap
Penilaian sikap dapat dilakukan secara mandiri, meminta
bantuan teman sejawat, menggunakan panduan penilaian
instrumen yang tersedia, maupun menggunakan penilaian dan
17
validasi ahli. Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah
sebagai berikut:
1) Kesesuaian instrument penilaian sikap dengan pengukuran
aspek sikap.
2) Kesesuaian instrument sikap dengan cakupan sikap yang
dituntut pada kompetensi inti dan kompetensi dasar.
3) Kesesuaian instrument sikap dengan kompetensi yang akan
diukur.
4) Indikator memuat indikator sikap yang dapat diobservasi.
5) Instrumen dapat digunakan dengan mudah untuk merekam
sikap peserta didik.
6) Butir pernyataan pada instrumen memiliki makna yang jelas
dan tidak ambigu.
7) Setiap butir pernyataan pada instrumen merupakan kalimat
lengkap dan utuh.
c. Tahap Pelaksanaan Penilaian
Beberapa langkah yang harus dipenuhi dalam melaksanakan
penilaian sikap adalah sebagai berikut:
1) Guru menyampaikan kompetensi sikap yang harus dimiliki
oleh peserta didik
2) Guru menyampaikan kriteria dan indikator penilaian
kepada peserta didik.
3) Guru menampilkan format penilaian yang akan digunakan
dan menjelaskan cara penilaian sikap.
18
4) Guru melakukan pengamatan terhadap tampilan sikap
peserta didik selama pembelajaran di kelas.
5) Penilai mengidentifikasi sikap atau mencocokkan sikap
yang diamati dengan kriteria pada lembar penilaian yang
digunakan.
6) Penilai melakukan pencatatan atau membandingkan sikap
yang diamati dengan rubrik penilaian untuk setiap kriteria
yang dinilai.
7) Guru memberi skor berdasarkan isian lembar penilaian dan
penilai menentukan tingkat capaian sikap peserta didik.
1.3. Karakteristik Instrumen Penilaian
Arifin Dalam Kunandar (2013: 82) menyatakan bahwa, “kakarter
instrumen yang baik adalah valid, reliabel relevan, representatif,
praktis, deskrimitatif, spesifik dan proposional”. Berikut penjelasan
masing-masing karakteristik tersebut:
a. Valid. Artinya jika benar-benar mengukur apa yang hendak
diukur secara tepat.
b. Reliabel artinya jika instrumen mempunyai hasil yang relatif
stabil.
c. Relevan artinya harus sesuai dengan KD dan indikator yang
ditetapkan.
d. Representatif artinya mewakili seluruh materi yang disampaikan.
e. Praktis artinya mudah digunakan secara administrasi dan teknis.
f. Diskrimitatif artinya dapat menunjukan perbedaan.
19
g. Spesifik artinya digunakan khusus untuk objek yang dievaluasi.
h. Proposional artinya memiliki tingkat kesulitan yang proposional.
1.4. Regulasi penulisan Instrumen
Depdiknas (2008:19) dalam penulisan soal instrumen non tes,
penulis butir soal harus memperhatikan ketentuan/kaidah
penulisannya, kaidahnya adalah seperti berikut ini.
a. Materi
1) Pernyataan harus sesuai dengan rumusan indikator dalam kisi-
kisi.
2) Aspek yang diukur pada setiap pernyataan sudah sesuai dengan
tuntutan dalam kisi-kisi.
b. Konstruksi
1) Pernyataan dirumuskan dengan singkat dan jelas
2) Kalimatnya bebas dari pernyataan yang tidak relevan dengan
objek yang dipersoalkan atau kalimatnya merupakan
pernyataan yang diperlukan saja.
3) Kalimatnya bebas dari pernyataan yang bersifat negatif ganda.
4) Kalimatnya bebas dari pernyataan yang mengacu pada masa
lalu.
5) Kalimatnya bebas dari pernyataan yang faktual atau dapat
diinterpretasikan sebagai fakta.
6) Kalimatnya bebas dari pernyataan yang dapat diinterpretasikan
lebih dari satu cara.
7) Kalimatnya bebas dari pernyataan yang mungkin disetujui atau
20
dikosongkan oleh hampir semua responden
8) Setiap pernyataan hanya berisi satu gagasan secara lengkap.
9) Kalimatnya bebas dari pernyataan yang tidak pasti seperti
semua, selalu, kadang-kadang, tidak satupun, tidak pernah.
c. Bahasa
1) Bahasa harus komunikatif dan sesuai dengan jenjang
pendidikan responden.
2) Soal harus menggunakan bahasa Indonesia baku.
3) Soal tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.
2. Sikap Sosial
Sebelum memaparkan konsep penilaian sikap sosial yang komprehensif
perlu dijelaskan terlebih dahulu konsep dasar sikap sosial disertai
analisis terhadap komponen-komponen yang ada pada konsep tersebut.
2.1. Pengertian Sikap Sosial
Secara umum dapat juga dikatakan bahwa sikap merupakan ekspresi
nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang.
Mar’at dalam Abdul (2015:163) menuturkan, “sikap merupakan
suatu keadaan kesediaan untuk bangkitnya motif”. Oleh sebab itu
sikap ada sebelum adanya tindakan/ aktivitas. Sikap merupakan
kecenderungan atau predisposisi dari tingkah laku dan perbuatan.
Campbel dalam Notoadmodjo (2003: 29) mengemukakan bahwa
sikap sosial adalah “a syndrome of response consistency with regard
to sosial objects”. Artinya sikap adalah sekumpulan respon yang
konsisten terhadap obyek sosial. Notoadmodjo (2003: 124)
21
mengemukakan bahwa sikap (attitude) adalah merupakan reaksi atau
respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau
obyek.
Secara lebih terperinci, Eagle dan Chaiken dalam Wawan dan Dewi
(2010: 20) mengemukakan bahwa sikap dapat diposisikan sebagai
hasil evaluasi terhadap obyek sikap yang diekspresikan ke dalam
fungsi kognitif, afektif (emosi) dan perilaku. Dari definisi-definisi di
atas menunjukkan bahwa secara garis besar sikap terdiri dari
komponen kognitif (ide yang umumnya berkaitan dengan
pembicaraan dan dipelajari), perilaku (cenderung mempengaruhi
respon sesuai dan tidak sesuai) dan emosi (menyebabkan respon-
respon yang konsisten). Menurut Elliott dan Gresham dalam Davies
(2014: 3) Kategori kunci dari keterampilan sosial meliputi
komunikasi, kerjasama, penegasan, tanggung jawab, empati,
keterlibatan, dan pengendalian diri.
Menurut Abdul (2015:165), “sikap sosial adalah kecenderungan
seseorang dalam bertindak secara efektif dalam berinteraksi dengan
lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan
keberadaannya”. Ahmadi (2014:152) berpendapat, “sikap sosial
adalah kesadaran individu yang menentukan perbuatan nyata dan
berulang-ulang terhadap objek sosial”. Maksud dari penyataan ini
adalah sikap sosial membutuhkan penunjukkan yang secara
frekuensi berulang-ulang terhadap satu objek sosial. Sedangkan yang
22
dimaksud dengan objek sosial di sini meliputi setiap entitas sosial,
baik simbol interaksi, individu maupun kelompok masyarakat.
Contoh dari pernyataan di atas adalah penghormatan sekelompok
orang terhadap bendera atau penghargaan individu atas jasa orang
lain terhadapnya.
Pendapat di atas juga didukung oleh Sarwono (2010:202), “sikap
sosial adalah sikap yang ada pada sekelompok orang yang
ditunjukkan pada suatu objek yang menjadi perhatian seluruh
anggota kelompok tersebut”. Menurutnya, objek tersebut bisa berupa
benda, kelompok orang, nilai-nilai sosial, pandangan hidup, hukum,
lembaga masyarakat, dan lain sebagainya.
Selanjutnya, Menurut Chaplin dalam Kartini Kartono (2006: 469)
menjelaskan sikap sosial dalam tiga jenis:
(1) Satu predisposisi atau kecenderungan seseorang untukbertingkah laku dengan cara tertentu terhadap orang lain, (2)satu pendapat umum, dan, (3) satu sikap yang terarah padatujuan-tujuan sosial, sebagai lawan dari sikap yang terarah padatujuan-tujuan pribadi.
Berdasarkan penuturan Sudarsono (1997:216) diperoleh keterangan
bahwa sikap sosial dalam konsepsinya merupakan, “sikap atau
perbuatan yang tegas dari seseorang atau kelompok di dalam
keluarga atau masyarakat”.
Berdasarkan uraian di atas, sikap sosial sesungguhnya merupakan
kecenderungan individu dalam membentuk pendapat umum dan
perilaku sadarnya sebagai respons yang konsisten terhadap suatu
23
objek atau situasi sosial tertentu yang diekspresikan ke dalam fungsi
kognitif, afektif (emosi) dan perilaku.
2.2. Dimensi Sikap Sosial
Ridwan (2016:133) dimensi sikap sosial yang termuat dalam
kurikulum 2013 adalah sebagai berikut:
Aspek sikap yang perlu dinilai dalam implementasi kurikulum2013 mencakup komponen sebagai berikut: jujur, sopan santun,percaya diri, gotong royong, toleransi, tanggung jawab, dandisiplin. Namun, beberapa komponen sikap lain yang dianggappenting dapat dinilai, misalnya: kerja sama, peduli, ingin tahu,dan sebagainya.
Berdasarkan penjelasan di atas peneliti mengambil beberapa dimensi
sikap sosial yang paling relevan dengan tema dan KD untuk
selanjutnya dikembangkan. Dimensi-dimensi siakap sosial tersebut
antara lain sebagai berikut:
Kompetensi Dimensi Penilaian
Sikap Sosial 1. Santun
2. Disiplin
3. Tanggung Jawab
4. Gotong Royong
5. Percaya Diri
6. Peduli
a. Santun
Sikap santun adalah sikap yang memiliki keterkaitan dengan
tradisi atau adat yang berkembang dalam suatu konteks sosial
tertentu. Sikap santun mencerminkan penafsiran atas nilai dan
24
norma yang berkembang. Menurut Taryati (1994:71) sopan
santun adalah:
Tata cara atau aturan yang turun menurun dan berkembangdalam suatu budaya masyarakat, yang bermanfaat dalampergaulan dengan orang lain agar terjalin hubungan yangakrab, saling pengertian, hormat menghormati, menurutadat yang telah ditentukan.
Menurut pengertian di atas, sikap santun sangat erat kaitannya
dengan norma dan tradisi yang dikembangkan oleh budaya dalam
masyarakat tertentu. Artinya, sikap santun selalu relatif terhadap
konteks sosial budaya dimana suatu norma ditradisikan dan
dilembagakan di dalamnya. Pendapat ini sesuai dengan
pemaparan Nengah (2013:105) yang menyatakan bahwa “santun
adalah, tata cara atau kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat”.
Selain dari pengertian di atas, santun juga dapat dipahami dalam
perspektif manusia sebagai subjek kesantunan. Pengertian
semacam ini melihat kesantunan sebagai sifat-sifat spesifik yang
melekat dan tampak dalam diri manusia. Yuni (2013:86),
misalnya, mendefinisikan santun sebagai “manusia yang baik
budi bahasanya, tingkah lakunya, sabar, tenang, dan sopan”. Pada
pengertian yang demikian, santun didekati sebagai sejumlah
karakteristik pribadi yang dapat memberi ketentraman dan
ketenangan terhadap orang lain.
b. Disiplin
Secara umum disiplin dapat diartikan sebagai sikap taat dan patuh
terhadap tata tertib yang berlaku. Pendapat yang demikian
25
sebangun dengan apa yang disampaikan Yuni (2013:86), “disiplin
diartikan mengikuti tata tertib, ketatan, dan kepatuhan dalam
mengikuti peraturan”.
Secara lebih luas, disiplin didekati maknanya sebagai sebuah
sikap mental. Sudarsono (2008:32) mengatakan, “disiplin adalah
upaya mengendalikan diri dan sikap mental individu atau
masyarakat dalam mengembangkan kepatuhan dan ketaatan
terhadap peraturan dan tata tertib berdasarkan dorongan dan
kesadaran yang muncul dari dalam hatinya”. Berdasarkan
pengertian ini dapat dipahami bahwa disiplin bukan semata sikap
taat dan patuh terhadap peraturan, melainkan sebuah kesadaran
atau kehendak sadar individu untuk menaati peraturan tersebut
dengan alasan dan motif personal yang kuat.
Sebangun dengan pendapat di atas, Drever (1986: 245)
mengungkapkan bahwa, “disiplin adalah kemampuan
mengendalikan perilaku yang berasal dari dalam diri seseorang
sesuai dengan hal-hal yang telah diatur dari luar norma yang
sudah ada”.
c. Tanggung Jawab
Menurut Sudarsono (2008:7) “tangung jawab berarti, “kewajiban
memberikan jawaban yang merupakan perhitungan atas semua
hal yang terjadi”. Lebih lanjut Wibowo (2012:106)
mengungkapkan “tanggung jawab merupakan suatu bentuk sikap
26
dan prilaku seseorang dalam melaksanakan tugas dan
kewajibanya baik terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkumgan
alam, lingkungan sosial, negara dan Tuhan”.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa tangung jawab adalah sikap dan prilaku seseorang untuk
melakukuan tugas dan kewajiabnan yang seharusnya dilaksankan
terhadap dirisendiri, masyarakat, dan lingkungannya.
d. Gotong Royong
Gotong royong merupakan sikap kewargaan (citizenship).
Menurut konteks Bangsa Indonesia, gotong royong merupakan
tradisi, bahkan lebih jauh, ia merupakan instrumen terpenting dari
ideologi pembangunan nasional. Secara umum, gotong royong
memiliki keterkaitan erat dengan sikap dan perilaku bekerja sama
(kooperatif), yang tidak saja dilandasi oleh faktor materiil, namun
juga moril bahkan spirituil. Berdasarkan perspektif ini, gotong
royong bisa dikatakan lebih spesifik daripada konsep kerjasama.
Kusnadi (2006: 16) menyebutkan bahwa, “gotong royong
merupakan sikap positf yang perlu dipertahankan sebagai suatu
perwujudan kebiasan melakukan kebiasan secara bersama- sama”.
Opini tersebut sejalan dengan yang dikatakan oleh Yuni (2013:
86) yang meana mengatakan bahwa “gotong royong memilki arti
berkerja bersama– sama dalam menyelesaikan perkerjan dengan
cara berbagi tugas”.
27
Berdasarkan pengertian di atas dapat dipahami bahwa gotong
royong adalah bekerja sama dengan orang lain untuk mencapai
tujuan bersama dengan saling berbagi tugas dan tolong menolong
secara ikhlas.
e. Percaya Diri
Menurut Yani (2016:86), “percaya diri adalah sikap percaya
terhadap kemampuan sendiri untuk mengerjakan suatu
perkerjaan”. Pernyataan tersebut senada dengan apa yang
disampaikan oleh Bafadal (2016:5) yang memberi pengertian
percaya diri sebagai, “keyakinan atas kemampuan sendiri untuk
melakukan kegiatan atau tindakan”. Sedangkan Abdul
(2015:168) mengatakan bahwa percaya diri adalah, “kondisi
mental atau psikologis seseorang yang memberi keyakinan kuat
untuk berbuat atau bertindak”.
f. Peduli
Peduli merupakan sikap keberpihakan individu untuk melibatkan
diri dalam persoalan, keadaan, atau kondisi yang terjadi di sekitar.
Menurut perspektif Antroposentris, kepedulian dan sikap peduli
timbul atas dasar minat atau ketertarikan untuk membantu
masalah orang lain. Selain penjelasan di atas, sikap peduli juga
bisa didekati sebagai sikap memperhatikan dan bertindak proaktif
dalam menjaga kondisi dan keadaan di lingkungan sekitar.
28
2.3. Teknik dan Metode Penilaian Sikap Sosial
Penilaian sikap pada dasarnya merupakan penilaian yang dilakukan
untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi sikap dari peserta
didik. Dalam kurikulum 2013, kompetensi sikap sosial masuk
menjadi kompetensi inti, yakni kompetensi inti 2 (KI 2). Menurut
Permendikbud Nomor 66 tahun 2013 pengukuran sikap yang harus
dilakukan oleh guru adalah observasi perilaku, penilaian diri,
penilaian teman sejawat, dan laporan pribadi (Jurnal). Abdul
(2015:169) menjelaskan masing-masing teknik penilaian tersebut
sebagai berikut.
a. Observasi Perilaku
Pengamatan atau observasi(observation) adalah suatu teknik
yang dilakukandengancaramengadakanpengamatansecara
telitiserta pencatatan secara sistematis. Pengertian ini didukung
oleh pendapat Kunandar (2014:121) yang menyatakan bahwa:
Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukansecara berkesinambungan dengan menggunakan indra,baik secara langsung maupun tidak langsung denganmemanfaatkan instrumen yang berisi sejumlah indikatorperilaku yang diamati.
Observasi dapat dilaksanakan secara efektif jika pengamat
betul-betul dapat mengikuti kegiatan kelompok sehingga dapat
menghayati dan merasakan seperti apa yang dirasakan orang-
orang dalam kelompok yang diamati. Ada 3 jenis observasi
yang dijelaskan sebagai berikut:
29
1. Observasi Partisipan,yaitu observasi yang dilakukan oleh
pengamat, tetapi dalam pada itu pengamat memasuki dan
mengikuti kegiatan kelompok yang sedang diamati.
Observasi partisipan dilaksanakan sepenuhnya jika pengamat
betul-betul mengikuti kegiatan kelompok, bukan hanya
pura-pura. Dengan demikian ia dapat menghayati dan
merasakan seperti apa yang dirasakan orang-orang dalam ke
lompok yang diamati.
2. Observasi Sistematik, yaitu observasi dimana faktor-faktor
yang diamati sudah didaftar secara sistematis,dan sudah
diatur menurut kategorinya. Berbeda dengan observasi
partisipan,maka dalam observasi sistematik ini pengamat
berada diluar kelompok. Dengan demikian maka pengamat
tidak dibingungkan oleh situasi yang melingkungi dirinya.
3. Observasi Eksperimental, yaitu observasi yang terjadi jika
pengamat tidak berpartisipasi dalam kelompok. Dalam hal
ini ia dapat mengendalikan unsur-unsur penting dalam
situasi sedemikianrupa sehingga situasi itu dapat diatur
sesuai dengan tujuan evaluasi.
b. Penilaian diri
Menurut Ridwan (2016:159), “penilaian diri merupakan salah
satu strategi penilaian yang sangat diperlukan untuk melakukan
refleksi atas kompetensi yang dimiliki”. Abdul (2015)
menjelaskan bahwa, “penilaian diri merupakan teknik penilaian
30
dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan
kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks ketercapaian
kompetensi”. Penilaian diri meliputi tiga proses yang mencakup
peran peserta didik dalam mengamati dan menafsirkan perilaku
dirinya sendiri. Ketiga proses tersebut dapat dipaparkan sebagai
berikut:
1. Peserta didik menghasilkan pernyataan sendiri yang berfokus
pada aspek sikap yang dirasakan dan ditampilkannya sehari-
hari.
2. Peserta didik membuat pertimbangan sendiri dengan
menentukan bagaimana sikap yang seharusnya dapat tercapai.
3. Peserta didik melakukan refleksi diri, menafsirkan tingkat
pencapaian sikap dan perilaku, serta menghayati kepuasan
hasil refleksi dirinya.
c. Penilaian Antar Teman
Menurut Kunandar (2014:144) Penilaian antar teman merupakan
penilaian yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat
pencapaian kompetensi sikap sosial dengan cara meminta
peserta didik untuk saling menilai satu sama lain. Abdul
(2015:174) menuturkan, “penilaian antarpeserta didik
merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik
untuk saling menilai temannya terkait dengan pencapaian
kompetensi, sikap, dan perilaku keseharian peserta didik”.
31
Penilaian jenis ini penting agar guru dapat melakukan penilaian
secara lebih komprehensif dan objektif. Keterbatasan guru
dalam mengobservasi semua peserta didik dapat diatasi dengan
melakukan penilaian sikap antar teman oleh masing-masing
peserta didik. Penilaian antarteman ini juga dapat dilakukan
dalam pembelajaran berkelomasi kelompok yang tujuannya tak
lain adalah untuk menggali informasi siswa anggota kelompok
dan untuk mempertimbangkan pencapaian hasil belajar secara
akurat dan adil.
d. Jurnal
Jurnal pada dasarnya merupakan catatan guru yang bersifat
autentik terhadap sikap dan perilaku siswa di dalam maupun di
luar kelas. Senada dengan pengertian tersebut, Ridwan
(2016:156) menjelaskan, “jurnal merupakan catatan guru yang
berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan
kelemahan peserta didik di dalam dan di luar kelas”. Berdasakan
penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa jurnal merupakan
catatan yang berkesinambungan berdasarkan hasil observasi
yang dilakukan oleh guru dalam rentang waktu tertentu (Abdul,
2015:176).
Catatan-catatan yang termaktub di dalam jurnal tesebut
kemudian dapat dijadikan pedoman dan panduan bagi guru
untuk melakukan pembinaan dan bimbingan terhadap peserta
didik. Melalui jurnal ini juga guru dapat memiliki profil setiap
32
peserta didik sehingga guru dapat terus memantau
perkembangan sikap dan perilaku peserta didik dari waktu ke
waktu secara objektif.
3. Pembelajaran Tematik
3.1. Pengertian Pembelajaran Tematik
Pembelajaran di sekolah dasar dilaksanakan dengan menggunakan
pembelajaran tematik. Pernyataan tersebut sesuai dengan tuntutan
Kurikulum 2013 yang menghendaki bahwa kompetensi di jenjang
pendidikan dasar dikembangkan melalui pembelajaran tematik
dalam semua mata pelajaran. Menurut Depdiknas (dalam Trianto,
2010: 79) pembelajaran tematik sebagai model pembelajaran
termasuk salah satu tipe/jenis dari pada model pembelajaran
terpadu. Istilah pembelajaran tematik pada dasarnya adalah model
pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan
beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman
bermakna kepada siswa.
Ahmadi dan Amri (2014: 94) menjelaskan bahwa pembelajaran
tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema
untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat
memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa. Sedangkan
menurut Rusman (2012: 254) pembelajaran tematik merupakan
salah satu model pembelajaran terpadu (integrated instruction) yang
merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa
33
baik secara individual maupun kelompok aktif menggali dan
menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik,
bermakna dan otentik.
Kunandar (2014: 46) menjelaskan bahwa pembelajaran tematik
merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan
berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai
tema. Daryanto dan Herry Sudjendro (2014: 81) menegaskan bahwa
pengintegrasian tersebut dilakukan dalam dua hal, yaitu integrasi
sikap, pengetahuan, dan keterampilan dalam proses pembelajaran
dan integrasi berbagai konsep dasar yang berkaitan.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat dinyatakan
bahwa pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang
menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran
maupun kompetensi sehingga dapat memberikan pengalaman yang
bermakna kepada siswa. Pernyataan tersebut digunakan oleh peneliti
sebagai dasar pengetahuan dalam melakukan penelitian tentang
pelaksanaan penilaian autentik dalam pembelajaran tematik.
3.2. Manfaat Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik sebagai salah satu tuntutan dalam penerapan
Kurikulum 2013 di sekolah dasar memberikan berbagai manfaat
bagi siswa. Daryanto (2014: 4)menjelaskan bahwa ada empat
manfaat pembelajaran tematik, yaitu:
a. Dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan
34
b. indikator serta isi mata pelejaran akan terjadi penghematan,
karena tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan
dihilangkan.
c. Siswa mampu melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab
isi/materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat,
bukan tujuan akhir.
d. Pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa akan mendapat
pengertian mengenai proses dan materi yang tidak terpecah-
pecah.
e. Dengan adanya perpaduan antar mata pelajaran maka penguasaan
konsep akan semakin baik dan meningkat.
Sementara itu, manfaat pembelajaran tematik menurut Kemendikbud
dalam Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 SD
Kelas I (2015:188) adalah:
a. Suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan.
b. Menggunakan kelompok bekerjasama, berkolaborasi, belajar
kelompok, dan memecahkan konflik sehingga mendorong siswa
untuk memecahkan masalah sosial dengan saling menghargai.
c. Mengoptimalisasi lingkungan belajar sebagai kunci dalam
menciptakan kelas yang ramah otak.
d. Siswa secara cepat dan tepat waktu mampu memproses informasi.
e. Proses pembelajaran di kelas mendorong siswa berada di dalam
format ramah otak.
f. Materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru dapat
35
diaplikasikan langsung oleh siswa dalam kehidupannya sehari-
hari.
g. Siswa yang relatif mengalami keterlambatan untuk menuntaskan
program belajar dapat dibantu oleh guru dengan cara memberikan
bimbingan khusus dan menerapkan pronsip belajar tuntas.
h. Program pembelajaran yang bersifat ramah otak memungkinkan
guru untuk menwujudkan ketuntasan belajar dengan menerapkan
variasi cara penilaian.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dinyatakan bahwa
pembelajaran tematik mempunyai banyak manfaat. Manfaat-manfaat
tersebut antara lain suasana kelas menjadi menyenangkan,
mendorong siswa untuk dapat memecahkan permasalahan sosial,
lingkungan belajar dapat dioptimalisasikan, siswa dapat
mengaplikasikan materi dalam kehidupannya, siswa mempelajari
konsep secara utuh, dan penguasaan konsep akan semakin baik dan
meningkat. Manfaat pembelajaran tematik tersebut dijadikan acuan
dalam penelitian pelaksanaan penilaian autentik dalam pembelajaran
tematik.
3.3. Prinsip Pembelajaran Tematik
Kurniawan (2011: 96) menjelaskan bahwa prinsip adalah sesuatu
yang sifatnya mendasar, sangat penting, selalu ada dalam situasi dan
kondisi serupa sehingga keberadaannya penting dipahami karena
berfungsi untuk memberikan pedoman. Dengan demikian, prinsip
36
pembelajaran tematik adalah sesuatu yang sifatnya mendasar, sangat
penting, selalu ada dalam pembelajaran tematik, dan berfungsi
sebagai pedoman dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran
tematik Kurikulum 2013.
Ada beberapa prinsip dalam pembelajaran tematik yang dapat
dijadikan sebagai pedoman guru dalam melaksanakan pembelajaran
tematik yang sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013. Kurniawan
(2011: 97) mengungkapkan bahwa pembelajaran tematik
mempunyai beberapa prinsip penting, yaitu:
a. Berpusat pada anak,
b. Pengalaman langsung,
c. Pemisahan mata pelajaran tidak jelas,
d. Penyajian beberapa mata pelajaran dalam satu proses
pembelajaran,
e. Fleksibel,
f. Bermakna dan utuh,
g. Mempertimbangkan waktu dan ketersediaan sumber,
h. Tema terdekat dengan anak, dan
i. Pencapaian kompetensi dasar bukan tema.
Selanjutnya, Daryanto dan Herry Sudjendro (2014: 86) menjelaskan
bahwa ada dua prinsip penting dalam pembelajaran tematik. Prinsip-
prinsip pembelajaran tematik tersebut antara lain:
a. Prinsip-prinsip dalam penggalian tema
37
1. Tema hendaknya tidak terlalu luas, namun dengan mudah
dapat digunakan untuk memadukan banyak mata pelajaran.
2. Tema harus bermakna, artinya tema yang dipilih untuk dikaji
harus memberikan bekal bagi siswa untuk belajar selanjutnya.
3. Tema yang dipilih harus disesuaikan dengan tingkat
perkembangan psikologi siswa sehingga sesuai dengan tingkat
berpikir siswa.
4. Tema yang dikembangkan harus mewadahi sebagian besar
minat dan kebutuhan siswa sehingga siswa dapat
mengembangkan kemampuannya secara optimal.
5. Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan peristiwa-
peristiwa autentik yang benar-benar terjadi dalam rentang
waktu belajar siswa sehingga siswa dengan mudah mengaitkan
materi yang dipelajari dengan kehidupannya.
6. Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan kurikulum
yang berlaku serta harapan masyarakat (asas relevansi).
7. Tema yang dipilih hendaknya juga mempertimbangkan
ketersediaan sumber belajar.
b. Prinsip-prinsip dalam pelaksanaan pembelajaran tematik
1. Guru hendaknya tidak bersikap otoriter dan menjadi single
actor yang mendominasi pembicaraan dalam proses belajar
mengajar.
2. Pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas
dalam setiap tugas yang menuntut adanya kerja sama
38
kelompok.
3. Guru perlu mengakomodasi terhadap ide-ide yang terkadang
sama sekali tidak terpikirkan dalam perencanaan.
4. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan
evaluasi diri disamping penilaian diri.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka dapat dinyatakan bahwa
prinsip-prinsip pembelajaran tematik menjadi ciri khas dan pedoman
dalam pelaksanaan pembelajaran tematik Kurikulum 2013. Apabila
pembelajaran tematik dapat dilakukan dengan konsisten mengikuti
prinsip-prinsipnya maka kualitas pembelajaran tematik akan lebih
efektif. Prinsip pembelajaran tematik yang dimaksudkan dalam
penelitian ini yaitu prinsip dalam penggalian tema dan prinsip
pelaksanaan pembelajaran tematik, karena prinsip-prinsip tersebut
lebih jelas sehingga mudah dipahami.
3.4. Karakteristik Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik memiliki beberapa karakteristik. Daryanto
(2014: 5) menjelaskan bahwa sebagai suatu model pembelajaran di
sekolah dasar yang sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013,
pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik yaitu:
a. Berpusat pada siswa, yaitu siswa ditempatkan sebagai subyek
belajar.Guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yang
memfasilitasi siswadengan memberikan kemudahan-kemudahan
kepada siswa dalam melakukan aktivitas belajar.
39
b. Memberikan pengalaman langsung sehingga siswa dapat
memahami hal- hal yang abstrak melalui sesuatu yang nyata atau
konkret.
c. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas sehingga fokus
pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang
paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.
d. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran, yaitu konsep-
konsep dari berbagai mata pelajaran dikaitkan dalam suatu proses
pembelajaran melalui tema.
e. Bersifat fleksibel, yaitu guru dapat mengaitkan bahan ajar dari
satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lain.
f. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa
untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya.
g. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan
untuk meningkatkan motivasi siswa dalam belajar.
Pendapat senada juga disampaikan oleh Kurniawan (2011: 92) serta
Ahmadi dan Sofan (2014: 94) yang mengungkapkan bahwa
karakteristik pembelajaran tematik yaitu berpusat pada siswa,
memberikan pengalaman langsung kepada siswa, pemisahan antar
mata pelajaran tidak nampak, menyajikan konsep dari berbagai mata
pelajaran dalam proses pembelajaran, bersifat luwes (fleksibel), dan
hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan
kebutuhan siswa.
40
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka dapat dinyatakan bahwa
karakteristik pembelajaran tematik sesuai dengan tuntutan
Kurikulum 2013 yang menghendaki agar siswa lebih produktif,
kreatif, inovatif, dan afektif karena dalam pembelajaran tematik
segala kegiatan dalam pembelajaran berpusat pada siswa dan
disesuaikan dengan minat dan kebutuhan siswa. Karakteristik
pembelajaran tematik Kurikulum 2013 ini akan sangat berguna bagi
peneliti sebagai sumber pengetahuan yang dijadikan sebagai dasar
dalam melakukan penelitian pelaksanaan penilaian autentik dalam
pembelajaran tematik.
B. Penelitian Yang Relevan
Adapun penelitian yang telah dilakukan dan mendukung penelitian dan
pengembangan ini adalah sebagai berikut:
1. Retnawati (2016:78) menyatakan bahwa para guru mengalami kesulitan
dalam menerapkan penilaian dalam kurikulum 2013 salah satu nya
adalah mengembangkan instrumen penilaian sikap.
2. Davies (2012:413) berjudul “menyatakan bahwa keterampilan sosial
yang baik akan menghasilkan emosional yang positif.
3. Zsolnai (2013:125) menyatakan guru perlu mencontohkan sikap-sikap
yang baik karena siswa paling dipengaruhi oleh contoh yang ada di
sekitarnya.
4. Hasil penelitian William (2011:19) menyatakan, “sosial attitudes are
important for preparing young people to mature and succeed in their
41
adult roles within the family, workplace, and community”. Maksudnya,
sikap sosial sangat penting untuk mempersiapkan anak menuju dewasa
dan kesuksesan mereka dalam keluarga , tempat kerja dan masyarkat.
5. Hasil penelitian Sutama (2015:27) menunjukkan bahwa aspek penilaian
sikap yang tiap indikator di nilai tiap rubriknya akan sesuai asas penilaian
kurikulum 2013 jika valid, adil, komprehensif dan kontinuitas, terbuka,
sistematis, berbasis kriteria,Akuntabel, dan edukatif.
6. Guners, Yildrim, dan Yilmaz (2016: 455) menyimpulkan bahwa dengan
menggunakan skala ukur hasil pengembangan yang valid dan reliable
peneliti dapat memeriksa hubungan antara efikasi diri yang dimiliki guru
dengan berbagai variable yang memainkan peran penting dalam
pendidikan.
7. Hasil penelitian Nathaniel (2014: 30) ” menyimpulkan bahwa
pengembangan rubrick beserta tingkat validitas dan reliabilitasnya dalam
pembelajaran sangat bergantung pada pengembangan indikator yang
dilakukan oleh guru.
8. Menurut hasil penelitian Gulikers (2015: 11) menyatakan bahwa dalam
menyusun instrument penelitian autentik guru harus mengembangkan
indikator-indikator yang diturunkan dari 5 dimensi penilaian yakni
penugasan, konteks fisis, konteks sosial, hasil capaian, dan criteria.
9. Menurut hasil penelitian Kankam (2015:68) disimpulkan bahwa
diperlukan pelatihan dan pembangunan kapasitas yang berkelanjutan bagi
guru agar dapat meningkatkan kegunaan instrument penilaian yang
dikembangkan dalam pembelajaran
42
10. Hasil penelitian Bordoh (2015: 257) menunjukkan bahwa setiap
instrument pembelajaran autentik yang digunakan pasti terbatasi oleh
kebijakan, waktu, dan sumberdaya. Oleh sebab itu, pengembangan perlu
dilakukan agar guru dapat melampaui batasan-batasan yang ada guna
meningkatkan validitas dan reliabilitas penilaiannya dalam proses
pembelajaran.
C. Kerangka Pikir Penelitian
Evaluasi pendidikan dilakukan untuk mengetahui ketercapaian tujuan
pembelajaran dalam bentuk kemampuan siswa pada tiga aspek, yakni
kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam Kurikulum 2013 yang saat ini
diterapkan, konsep penilaian mencakup pada tiga kompetensi utama yakni
sikap, pengetahuan, dan keterampila. Namun, kenyataan saat ini
menunjukkan bahwa keberhasilan pendidikan hanya diukur melalui
keunggulan kompetensi pengetahuan melalui tes tertulis. Dalam
pembelajaran Tematik, penilaian kemampuan siswa lebih banyak dilakukan
pada pemahaman konsep semata dan tidak sesuai dengan karakteristik
pembelajaran tematik yang lebih menekankan pada pengalaman langsung.
Instrumen penilaian sikap yang digunakan bersifat global/umum dimana
aspek penilaian yang dimuat dalam instrumen penilaian tidak dibedakan
antara satu sikap dengan sikap lainnya. Oleh karena itu, dibutuhkan
instrumen penilaian sikap sosial yang dapat memberikan hasil penilaian
secara valid dan reliabel. Dalam kurikulum 2013 penilaian sikap sosial
merupakan penilaian kompetensi afektif melalui penilaian afektif dengan
43
instrumen penilaian berupa rubrik dalam bentuk skala penilaian. Instrumen
penilaian dikembangkan melalui 3 tahap yang meliputi pendefinisian,
perancangan, dan pengembangan.
Tahap pendefinisian bertujuan untuk menetapkan masalah dasar melalui
wawancara guru dan kriteria-kriteria yang dijadikan acuan dalam
mengembangkan instrumen penilaian. Sementara tahap perancangan
bertujuan untuk menghasilkan rancangan awal instrumen penilaian yang
dibuat berdasarkan hasil analisis pada tahap pendefinisian. Sedangkan pada
tahap pengembangan dilakukan revisi terhadap rancangan awal instrumen
penilaian melalui kegiatan validasi, sehingga dapat digunakan pada kegiatan
uji coba terbatas dalam kegiatan pembelajaran secara langsung untuk
mendapatkan data respon pengguna terhadap penggunaan instrumen
penilaian. Pada akhirnya dihasilkanlah instrumen penilaian sikap sosial
siswa yang dapat digunakan sebagai instrumen penilaian pada kegiatan
pembelajaran. Instrumen penilaian diharapkan memenuhi aspek materi,
konstruksi dan bahasa.
Berdasarkan respons pengguna terhadap penggunaan instrumen penilaian,
kerangka berpikir tersebut digambarkan dalam bentuk bagan sebagai
berikut:
44
Masalah Solusi
Fakta yang terjadi Dalam Kurikulum 2013
Dibuat melalui tahapan
Ditemukan Masalah
karenaDihasilkan
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian
Setiap penelitian berangkat dari permasalahan. Permasalahan dalam
penelitian ini terkait dengan munculnya paradigma baru pendidikan yang
menuntut perubahan pada system evaluasi pembelajaran. Evaluasi
pembelajaran harus bersifat komprehensif meliputi seluruh aspek
kepribadian peserta didik baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
Namun pada kenyataannya, aktivitas evaluasi masih didominasi oleh
penilaian aspek kognitif. Pada akhirnya, kegiatan penilaian dan evaluasi
Evaluasi pendidikan mengukurketercapaian tujuan pembelajaran pada 3aspek yakni : kognitif, psikomotor danafektif
Penilaian lebihdominan padaaspek kognitif
Pada pembelajaran tidaksesuai dengankarakteristik pembelajarantematik
Penilaian sikap sosial dalamkegiatan belajar belum efektif
Penilaian dilakukan pada akhirpembelajaran bukan pada prosesserta instrumen penilaian yangbersifat umum dan tidak tidakdibedakan antara satu sikap dengansikap lainnya
Dibutuhkan instrumenpenilaian aspek sikap sosial
Rubrik penilaian yangmemuat kriteria dalambentuk aspek sikapsosialyang akan dinilai
Pendefinisian
Perencanaan
Pengembangan
Instrumen penilaiansikap sosial padapembelajaran tematikyang memenuhipersyaratan layak, valid,dan reliabel
45
pendidikan tidak sesuai dengan karakteristik pembelajaran tematik.
Masalah paling substansial dari evaluasi pendidikan berpusat pada
penilaian sikap sosial yang belum efektif diterapkan dalam pembelajaran.
Selain itu, penilaian sikap sosial masih dilakukan di akhir proses
pembelajaran sebagaimana penilaian pada aspek kognitif. Tidak hanya itu,
instrumen penilaian sikap sosial masih bersifat umum dan tidak tidak dibedakan
antara satu sikap dengan sikap lainnya.
Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti mengembangkan satu
instrument penilaian sikap sosial. Pengembangan instrument ini didasari
atas criteria-kriteria instrument efektif yang dikembangkan oleh
Kemendikbud dan diuji secara langsung oleh ahli evaluasi dan ahli bahasa.
Pengembangan dilakukan dalam tiga tahap utama yakni pembatasan,
perencanaan dan pengembangan. Pengembangan instrument sikap sosial
ini berakhir pada tahap pengujian lapangan operasional untuk menguji
tingkat kelayakan, validitas, dan reliabilitasnya.
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan masalah dan kajian teori yang telah dipaparkan, maka dapat
dirumuskan hipotesis penelitian ini adalah:
1. Instrumen penilaian sikap sosial yang dikembangkan pada
pembelajaran tematik subtema ayo cinta lingkungan layak digunakan
oleh guru di kelas IV SD.
46
2. Instrumen penilaian sikap sosial yang dikembangkan pada
pembelajaran tematik subtema ayo cinta lingkungan di kelas IV SD
memenuhi persyaratan valid.
3. Instrumen penilaian sikap sosial yang dikembangkan pada
pembelajaran tematik subtema ayo cinta lingkungan di kelas IV SD
memenuhi persyaratan reliabel.
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan atau Research and
Development (R&D). Penelitian dan pengembangan ini merupakan
penelitian yang bertujuan untuk menghasilkan produk yang akan diuji valid
dan reliabel. Produk yang dikembangkan berupa Pengembangan Instrumen
Penilaian Sikap Sosial Pada Pembelajaran Tematik Subtema Ayo Cinta
Lingkungan Kelas IV. Metode dari penelitian ini yang paling tepat adalah
dengan metode penelitian dan pengembangan. Sejalan dengan apa yang
diungkapkan oleh Borg and Gall (1983:62) Penelitian dan pengembangan
pendidikan (R & D) adalah proses yang digunakan untuk mengembangkan
dan memvalidasi produk pendidikan. Maka setelah produk itu dibuat,
diujicobakan terhadap kelompok kecil dan kelompok besar. Hal ini
dilakukan untuk mengevaluasi valid dan reliabel dari produk pendidikan
yang akan digunakan. Rancangan pengembangan dengan desain Borg and
Gall yang digunakan mempunyai tujuan untuk mengembangkan dan
memvalidasi produk. Selain itu, tahap-tahap dianggap mudah untuk diikuti.
48
B. Prosedur Penelitian
Model dari pengembangan tersebut memiliki langkah-langkah sebagai
berikut : (1) pengumpulan informasi penelitian, (2) perencanaan, (3)
mengembangkan bentuk awal produk, (4) uji lapangan tahap awal, (5)
revisi produk utama, (6) uji lapangan utama, (7) revisi produk operasional,
(8) uji lapangan operasional, (9) revisi produk tahap akhir, dan (10)
diseminasi dan implementasi. Secara procedural, maka langkah-langkah
dalam model pengembangan Borg and Gall (183:775) dijabarkan dalam
bagan seperti di bawah ini.
Gambar 3.1. Model desain R&D Borg dan Gall (1983:775)
Desiminasi danimplementasi
(10)
Revisi produktahap akhir
(9)
Revisi produkoperasional
(7)
Uji lapanganoperasional
(8)
Uji lapangan tahapawal(4)
Revisi produkutama
(5)
Uji lapanganutama
(6)
Pengumpulaninformasipenelitian
(1)
Perencanaan(2)
Mengembangkanbentuk awal
produk(3)
49
Berdasarkan sepuluh langkah yang dikembangkan Borg dan Gall pada
penelitian ini peneliti membatasi penelitian ini hanya sampai pada tahap 8
yakni uji lapangan operasional dikarenakan keterbatasan waktu, tenaga
serta biaya penelitian, berikut merupakan langkah-langkah yang dilakukan
pada penelitian ini:
PENDAHULUAN
PENGEMBANGAN
HASIL PRODUK
Gambar 3.2 Langkah pengembangan produk
Perencanaan awalinstrumen penilaiansikap sosial
Studi pendahuluandan analisiskebutuhan
Pengembanganproduk awal
Uji Coba TahapAwal
ProdukUji Empiris Revisi produk
Revisi produk Produk
Uji lapanganRevisi tahap akhir
Instrumen penilaian sikap sosial(Produk Jadi)
Desain produk awal
50
Berdasarkan gambar diatas terdapat langkah-langkah dalam
mengembangkan instrumen penilaian sikap sosial dalam pembelajaran
tematik berikut adalah penjelasannya :
1. Studi Pendahuluan dan Analisis Kebutuhan
Pada tahapan ini, merupakan awal peneliti mencoba mengumpulkan
berbagai informasi tentang segala hal yang berhubungan dengan
penilaian sikap sosial pada pembelajaran tematik. Studi pendahuluan ini
terdiri dari dua jenis studi:
a. Studi Literatur
Studi pustaka dilakukan untuk mengumpulkan konsep-konsep yang
relevan dengan pengembangan instrumen penilaian sikap. Tahap ini
dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum mengenai teknik dan
instrumen penilaian yang ideal untuk mengukur dan menafsirkan
tingkat pencapaian kompetensi siswa di kelas IV SD khususnya yang
berkaitan dengan kompetensi sikap sosial. Berdasakan studi pustaka
akan diperoleh pengembangan instrumen penilaian sikap sosial yang
tepat digunakan untuk siswa kelas IV sekolah dasar.
b. Studi Lapangan
Studi lapangan dilakukan dengan menggunakan tiga jenis teknik
pengumpulan data yakni pengamatan, wawancara, dan angket
(kuesioner). Studi lapangan ini dilakukan pada SD yang berada di
wilayah Gugus Anggrek dan mulai dilakukan pada Januari 2017.
51
2. Perencanaan Awal Instrumen Penilaian Sikap Sosial
Rancangan awal produk instrumen penilaian sikap sosial ini dibuat
berdasarkan kriteria dan syarat-syarat penyusunan instrumen penilaian
sikap yang baik, yakni syarat didaktik, konstruktif dan syarat teknik.
Instrumen penilaian sikap sosial ini merupakan pengembangan dari
instrumen yang terdapat pada buku guru dengan perubahan berupa
penyesuaian indikator penilaian dengan sikap sosial yang ingin dicapai
dalam tema pembelajaran.
Pengembangan instrumen penilaian sikap sosial ini dibuat sesuai dengan
khas dari penilaian sikap, yang bertujuan untuk memberikan gambaran
terhadap berbagai aktifitas sosial siswa dalam lingkungan kelas secara
khusus dan lingkungan sekolah secara umum.
Pada tahap perencanaan ini peneliti mencoba untuk menganalisis tema
dan sub-tema pada buku guru, menganalisis instrumen dan teknik
penilaian yang digunakan oleh guru, dan menganalisis relevansi
instrumen penilaian dengan tema dan sub tema.
3. Pengembangan Produk Awal
Pengembangan produk awal melalui beberapa tahapan. Tahapan tersebut
dapat dideskripsikan sebagai berikut:
a. Menentukan kompetensi dasar sikap sosial kurikulum 2013, secara
keseluruhan kompetensi sikap yang harus dimiliki siswa kelas IV
yaitu : 1) disiplin, 2) tanggung jawab, 3) Percaya diri, 4)
Menghargai, 5) Cinta Tanah Air, 6) Peduli ,7) Jujur, 8) Kreatif, 9)
52
Rasa Ingin Tahu,10) Bekerjasama, 11) Kritis, 12) Cermat, 13)
Teliti,14) Tertib, 15) Sopan, 16) Terbuka dan 17) tekun. Kegiatan
pengembangan penilaian sikap sosial ini, dibatasi pada kelima
komponen penilaian yang terdapat pada pembelajaran tematik
subtema Ayo Cinta Lingkungan Kelas IV, adapun ke lima komponen
tersebut meliputi : Disiplin, Tanggung Jawab , Peduli , Gotong
Royong dan Toleransi.
b. Menurunkan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai dalam penilaian
c. Menyusun kisi-ki instrumen dengan mengembangkan indikator-
indikator penilaian dari komponen-komponen sikap sosial yang
sudah ditentukan.
d. Menyusun lembar penilaian sikap sosial dan kriteria-kriteria
penilaian berdasarkan KD dan KI.
e. Menentukan skor relatif terhadap kriteria penilaian berdasarkan skala
sikap yang dalam hal ini menggunakan menggunakan rating scale
(sekala bertingkat) dengan skala 1-4.
f. Menyusun pedoman penilaian baik berupa perhitungan skor relatif
terhadap kriteria penilaian maupun deskripsi autentik yang
dikembangkan berdasarkan interpretasi terhadap skor yang
diperoleh.
4. Uji Coba Tahap Awal
Uji lapangan tahap awal ini melibatkan ahli untuk melakukan penilaian
dan validasi atas produk yang dikembangkan. Validasi ahli dilakukan
terutama untuk mengetahui kelayakan instrumen penilaian sikap sosial
53
yang dikembangankan sebelum dilaksanakan uji coba lapangan utama.
Pelaksanaan uji validasi ahli ini berguna untuk mengetahui kelemahan
instrumen yang telah dikembangkan, yang mana saat ini dilaksanakan
uji validasi ahli peneliti mencoba mengumpulkan berbagai informasi
tentang lembar instrumen yang tengah di validasi oleh validator.
5. Revisi Produk
Setelah memperoleh masukan berupa lembar angket yang telah diisi oleh
validator, peneliti mencoba memahami kelemahan dari pengembangan
instrumen yang dimiliki peneliti kemudian dilakukan perbaikan. Setelah
revisi dan produk dinyatakan layak oleh ahli tahap selanjutnya adalah
melakukan uji lapangan terbatas.
6. Uji Coba Empiris
Pelaksanaan Uji Lapangan Utama melibatkan guru kelas IV sebagai
pengguna atau pemakai produk, tahapan ini merupakan implementasi
hasil pengembangan instrumen penilaian sikap sosial pada guru dan
siswa. Pada uji coba produk ini peneliti hanya mengambil 3-5 guru dari
populasi yang ada. Tujuan dalam pelaksanaan uji coba ini untuk
mendapatkan informasi apakah instrumen penilaian sikap sosial yang
dikembangkan lebih efektif dan efisien dibandingkan instrumen
penilaian sikap sosial sebelumnya.
7. Revisi Produk Utama
Pelaksanan kegiatan uji coba yang dilaksanakan guru SD dalam skala
kecil dengan sebagian kecil sampel yang ada, dimaksudkan untuk
54
memperoleh keakuratan data yang diinginkan oleh peneliti untuk proses
pengembangan instrumen penelitian untuk proses pengembangan
instrumen penilaian yang sesuai dengan yang diharapkan. Masukan dari
sampel guru terhadap kualitas instrumen penilaian sikap sosial yang
diinginkan sangat dihrapkan.
8. Uji Lapangan
Tahap uji coba produk diperluas ini untuk mengetahui efektifitas produk
dalam penilaian sikap di kelas dengan percobaan tahap pertama (skala
kecil), serta telah mengalami revisi. Tahap ini dengan kata lain produk
dalam uji coba lebih luas. Uji coba tahap ini melibatkan 12 orang guru.
Tahap ini merupakan tahap penerapan produk dalam ujicoba yang lebih
luas dengan tetap memperhatikan kelemahan dan kelebihan dari produk
penelitian.
C. Definisi Konseptual dan Operasional
1. Definisi Konseptual
Definisi konseptual memberikan penjelasan beberapa variabel penelitian
secara komprehensif sehingga dapat menentukan langkah operasional
selanjutnya. Penjelasan variabel penelitian adalah sebagai berikut.
a. Instrumen Penilaian Sikap Sosial
Instrumen penilaian sikap sosial merupakan alat bantu untuk
mengumpulkan data dan informasi tentang perkembangan sikap sosial
siswa.
b. Pembelajaran Tematik
55
Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang menggunakan tema
untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran maupun kompetensi
sehingga dapat memberikan pengalaman yang bermakna kepada
siswa.
2. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan
bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Definisi operasional
penting untuk menentukan instrumen untuk pengumpulan
databerdasarkan teori yang telah dikemukakan, dengan demikian definisi
operasional dalam penelitian ini adalah:
a. Instrumen Penilaian Sikap Sosial
Instrumen penilaian sikap sosial merupakan alat bantu yang
dikembangkan secara sistematis untuk mengumpulkan data dan
informasi tentang perkembangan sikap disiplin, tanggung jawab ,
peduli , gotong royong dan toleransi siswa selama proses
pembelajaran.
b. Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang menggunakan tema
untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran maupun kompetensi
sehingga dapat memberikan pengalaman yang bermakna kepada
siswa. Sub tema dalam penelitian ini adalah ayo cinta lingkungan
yang terdiri atas 6 pembelajaran.
56
D. Subjek Penelitian
1. Subjek Untuk Analisis Kebutuhan
Subjek analisis kebutuhan terhadap pengembangan instrumen sikap
sosial adalah guru di kelas IV SD yang ada dalam Gugus Anggrek
sebanyak 24 orang guru dari keseluruhan 6 sekolah yang terdapat pada
Gugus tersebut. Berikut merupakan tabel yang memuat data guru yang
terlibat sebagai subjek analisis kebutuhan:
Tabel 3.1 Perhitungan Jumlah Subjek Analisis Kebutuhan
No Nama Sekolah Guru Kelas IV1 SD Negeri 1 Palapa 42 SD Negeri 2 Palapa 53 SD 2 Gotong Royong 34 SD Az-Zahra 35 SD Pelita Bangsa 56 SD BPK Penabur 4
Jumlah 24
2. Subjek Untuk Validasi Ahli
Validasi ahli bertujuan untuk mengetahui kelayakan produk. Data
tersebut diperoleh berdasarkan instrumen validasi sekaligus
memperhatikan saran/kritik/tanggapan validator. Subyek uji kelayakan
atau validator pada penelitian ini terdiri dari satu orang ahli evaluasi dan
satu orang ahli bahasa.
3. Subjek Untuk Uji Empiris
Subjek uji coba empiris terbagi dalam dua kelompok berdasarkan
tahapan dalam pengujian empiris. Pada uji coba skala kecil, subjek
penelitian ditetapkan sebanyak 3 orang guru sedangkan pada uji coba
skala besar subjek yang ditetapkan adalah sebanyak 7 orang guru.
57
4. Subjek Untuk Uji Lapangan
Subjek uji lapangan terdiri 12 guru yang ada pada Gugus Anggrek dan
menetapkan 2 orang guru di antaranya sebagai pengguna dengan
melibatkan 30 siswa sebagai subjek uji coba. Pemilihan subjek uji
lapangan ini didasari atas kesamaan karakteristik yang antara lain adalah
telah diimplementasikannya kurikulum 2013. Atas kesamaan
karakteristik tersebut peneliti menetapkan 3 dari 6 sekolah sebagai sampe
yakni Penetapan sampel tersebut juga didasari atas kesamaan
karakteristik lain yakni sekolah-sekolah yang ditunjuk merupakan
sekolah negeri yang sama-sama dikelola oleh pemerintah. Setelah itu
peneliti menetapkan 12 guru yang tersebar dalam sekolah-sekolah
tersebut sebagai subjek penelitian. Para guru yang ditetapkan sebagai
subjek penelitian merupakan guru kelas IV SD.
E. Teknik Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data kualitatif dan
kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari wawancara oleh guru,validasi ahli
dan pengguna. Data yang ingin diperoleh dalam penelitian ini adalah
kevalidan dan reliabel dari instrumen yang dikembangkan.
Pada penelitian ini menggunakan berbagai bentuk teknik pengumpulan data
yang dimanfaatkan untuk memperoleh data dari masing-masing variabel
yang ada. Variabel yang terdapat dalam penelitian ini terdiri dari penilaian
sikap sosial yang dikembangkan pada pembelajaran tematik subtema Ayo
58
Cinta Lingkungan, adapun ke lima komponen tersebut meliputi: disiplin,
tanggung jawab, peduli, gotong royong dan toleransi.
Prosedur atau cara untuk mengumpulkan data validasi produk instrumen
penilaian kinerja dalam hal ini menggunakan angket kebutuhan, lembar
observasi sikap sosial peserta didik, angket validasi ahli, dan angket respon
guru. Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengukur
sesuatu pada saat penelitian berlangsung. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian kali ini ada dua macam yaitu instrument untuk validasi ahli dan
instrument untuk penilaian guru terhadap instrumen penilaian sikap sosial.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam uji coba
penelitian ini adalah (a) lembar angket kebutuhan (b) lembar validasi ahli
dan (c) lembar angket respon guru.
1. Lembar Angket Kebutuhan
Analisis kebutuhan adalah suatu cara atau metode untuk mengetahui
perbedaan antara kondisi yang diinginkan/seharusnya. Kondisi yang
diinginkan seringkali disebut dengan kondisi ideal, sedangkan kondisi
yang ada, seringkali disebut dengan kondisi riil atau kondisi nyata.
Lembar angket kebutuhan digunakan mengumpulkan informasi dari para
guru tentang kesenjangan yang terjadi pada keadaan riil di lapangan.
Dalam pembuatan angket tersebut peneliti memuat beberapa dimensi
penilaian dan indikator-indikator di dalamnya yang mana tertuang dalam
kisi-kisi dibawah ini.
59
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Angket Kebutuhan
Dimensi Indikator JumlahButirSoal
No Soal
1. MasalahInstrumenPenilaianSikap Sosial
2. KebutuhanGuruterhadapPengembangan InstrumenPenilaianSikap Sosial
Pengalaman gurudalam pembelajarantematik Kurikulum2013
1 1
Pengalaman gurudalammengimplementasikanpenilaian sikap sosial
5 2,3,4,5,6
Persepsi guruterhadap teknispengembanganinstrument penilaiansikap sosial
3 7,8,9
Persepsi guruterhadappengembanganinstrument penilaiansikap sosial
1 10
2. Lembar Validasi Ahli
Lembar validasi ahli digunakan untuk mengukur kevalidan instrumen
yang dikembangkan. Dalam penelitian ini dilakukan validasi oleh ahli
evaluasi, dan ahli bahasa. Daftar pertanyaan dalam instrumen validasi
digunakan untuk mengetahui apakah instrumen penilaian sikap sosial
yang dikembangkan secara rasional dapat digunakan dengan baik.
Validator diminta memberikan penilaian dengan memberikan pendapat
pada setiap indikator yang dinilai dan memberikan saran bila diperlukan.
Adapun aspek indikatornya dapat dilihat pada tabel berikut:
60
Tabel 3.3. Kisi-Kisi Validasi Ahli
Aspek yang Dinilai Indikator NomorSoal
Materi Rumusan rubrik sesuai denganpenilaian sikap sosial
1
Petunjuk penggunaan jelas 2Butir instrumen mencangkupsemua indikator
3
Keterkaitan anat butir instrumendalam satu penilaian
4
Ketepatan perumusan indikatordalam penilaian yangdikembangkan
5
Materi isi butir instrumen relevandengan kompetensi yang harusdikuasai siswa.
6
isi butir instrumen sesuai dengantingkat perkembangan siswa
7
Ketepatan pemilihan kompetensidalam penilaian yangdikembangkan
8
Cakupan materi isi instrumenmewakili KD
9
Jabaran isi instrumen cukupmemenuhi kurikulum.
10
Bahasa Menggunakan bahasa yang baikdan benar
1
Menggunakan kalimat petunjuk /pedoman yang jelas
2
Tidak menggunakan kata /ungkapan yang bermakna ganda
3
Tidak menggunakan bahasa yangberlaku setempat / tabu
4
Tidak menggunakan kata /ungkapan sara
5
Menyampaikan ide / gagasansecara runtut
6
Jenis font memperjelas penulisan 7Alur petunjuk jelas 8Penggunaan tanda baca sesuaidengan tata bahasa yang baik danbenar
9
Penggunaan istilah sesuai denganKBBI dan YD
10
61
3. Lembar Angket Respon Guru
Lembar angket respon guru ini berupa daftar pernyataan. Dalam mengisi
lembar angket respon guru ini guru yang bersangkutan sebagai rater.
Daftar pernyataan yang digunakan dalam tahap uji instrumen bertujuan
untuk menghimpun pendapat apakah instrumen yang dikembangkan
dapat digunakan dengan baik atau masih ada hal lain yang perlu
dilakukan pembenahan dari sudut pandang pengguna dan guru. Kisi-kisi
angket respon guru dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Angket Respon Guru
Aspek yangDinilai
Indikator NomorSoal
Kemenarikan Tampilan halaman cover 1Judul yang ditampilkan jelassehingga dapat menggambarkan isi
2
Penempatan tata letak (judul,subjudul,teks, gambar dan nomorhalaman)
3
Kemudahan Pemilihan jenis huruf,ukuran sertaspasi yang digunakan sesuai.
4
Mudah diimplementasikan padapembelajaran.
5
Petunjuk kegiatan dalam instrumenjelas
6
Indikator sikap sesuai dengan KIdan kegiatan pembelajaran
7
Memiliki data identitas untukmempermudah administrasinya
8
Keterbacaan Bahasa yang digunakan jelas danlugas
9
Prosedur penilaian logis dansistematis
10
Kisi-kisi penilaian bahan ajar oleh ahli materi, media, dan pembelajaran
tersebut dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Dosen ahli evaluasi , ahli media, dan guru kelas dengan memberikan
62
penilaian melalui pedoman penilaian sebagai berikut.
Tabel 3.5 Pedoman Penskoran Lembar Penilaian Ahli Evaluasi,Ahli Media, dan Ahli Praktisi
Kategori SkorSangat Baik 5
Baik 4Cukup Baik 3Kurang Baik 2Tidak Baik 1
Sumber : Sugiyono (2013:135)
Hasil penilaian oleh para ahli dianalisis dengan rumus:
∑ skor hasil respon
X 100%Skor Maksimal
Sumber: Riduan dalam Pratiwi (2015:73)
Dari hasil analisis diperoleh persentase kelayakan sebagai berikut:
Tabel 3.6 Kriteria Kelayakan Instrumen Penilaian Sikap Sosial
No Interval Skor Kategori1. 81 – 100 % Sangat Layak2. 60 – 80 % Layak3. 41 – 60 % Cukup Layak4. 21 – 40 % Tidak Layak5. 0 – 20 % Sangat Tidak Layak
Sumber : Riduan dalam Pratiwi (2015:74)
b. Nilai rata-rata dari para ahli dicocokkan dengan kriteria kelayakanproduk.
Data dari lembar penilaian yang berupa saran atau komentar
digunakan sebagai rujukan untuk merevisi produk yang
dikembangkan. Penghitungan dilakukan manual melalui program
microsoft excel 2010.
63
G. Teknik Analisis Data
1. Uji Validitas Instrumen
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2006: 168). Maka
instrumen dikatakan valid apabila instrumen yang digunakan dapat
mengukur apa yang seharusnya diukur. Data hasil lembar validasi,
memberikan gambaran dan paparan kualitas dari instrumen penilaian
yang dikembangkan.
Untuk mengukur validitas angket menggunakan rumus Gregory
dengan rumus:
= ( + + + )Keterangan:
vc : Validitas konten
A: Sel yang menunjukkan ketidaksetujuan antara dua penilai
B dan C: sel yang menunjukkan perbedaan pandangan antara penilai
D: Sel yang menunjukkan persetujuan yang valid antara dua penilai
Adapun kriteria tingkat validitas konten yang ditunjukkan oleh r
perhitungan rumus di atas adalah sebagai berikut:
0,80 - 1,00 = Sangat tinggi
0,60 - 0,79 = Tinggi
0,40 - 0,59 = Sedang
0,20 - 0,39 = Rendah
0,00 - 0,19 = Sangat rendah
64
2. Uji Reliabilitas Instrumen
Instrumen yang reliabel belum tentu valid. Instrumen yang reliabel adalah
instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang
sama, akan menghasilkan data yang sama. Reliabilitas menunjukkan
bahwa instrumen dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data karena
instrumen tersebut sudah cukup baik.
Untuk menentukan relibilitas instrument penilaian sikap sosial maka
digunakan rumus Koefisien Cohen’s Kappa, sebagai berikut:
Dimana:
Pr(a) = Persentase jumlah pengukuran yang konsisten antar rater
Pr(e) = Persentase jumlah perubahan pengukuran antar rater
Koefisien Cohen’s Kappa di atas merupakan ukuran yang menyatakan
konsistensi pengukuran yang dilakukan dua orang penilai (Rater) atau
mengukur konsistensi antar dua alat pengukuran. Koefiseien Cohen's
kappa hanya diterapkan pada hasil pengukuran data kualitatif (Kategorik).
Jika kedua alat tersebut memiliki sensitifitas yang relatif sama maka nilai
koefisien Cohen’s Kappa akan menunjukan nilai mendekati angka satu,
namun jika sensitifitas kedua alat tersebut berbeda maka akan mendekati
nol.
65
Tabel 3.7 Indeks Keeratan Kesepakatan
Indeks Kesukaran Soal Keterangan< 0,20 Rendah
0,21 – 0,40 Kurang0,41 – 0,60 Cukup0,61- 0,80 Kuat0,81 - 1,00 Sangat kuat
V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan validasi ahli tentang produk instrumen
penilaian sikap sosial kelas IV SD sebagaimana yang telah diuraikan pada
bab sebelumnya didapat beberapa keimpulan di antaranya sebagai berikut:
1. Instrumen penilaian sikap sosial layak digunakan oleh guru kelas IV SD.
Kesimpulan ini didapat dari serangkaian uji coba yang telah dilakukan.
Pada uji validasi ahli dinyatakan bahwa produk layak digunakan. Pada uji
coba empiris dan lapangan diperoleh kesimpulan bahwa instrumen
penilaian sikap sosial yang dikembangkan lebih diterima secara positif
oleh para guru daripada instrumen penilaian sikap sosial. Pernyataan ini
mengacu pada beberapa aspek yang diujikan yakni kemenarikan,
kemudahan, dan kejelasan instrumen penilaian yang dikembangkan.
2. Instrumen penilaian sikap sosial yang dikembangkan terbukti valid.
Pernyataan ini dibuktikan dengan uji validitas berdasarkan kriteria yang
ditetapkan oleh Gregory. Pada uji validitas tersebut diperoleh Koefisien
Validias Isi (KVI) sebesar 0,8 dengan kategori tingkat validitas sangat
tinggi. Artinya, instrumen penilaian sikap sosial yang dikembangkan
terbukti valid digunakan oleh guru untuk mengukur sikap sosial siswa
sesuai kenyataan yang ada.
89
3. Instrumen penilaian sikap sosial yang dikembangkan terbukti reliabel.
Pernyataan ini didukung dengan hasil uji reliabilitas berdasarkan kriteria
yang ditetapkan oleh Cohen Kappa. Pada hasil uji reliabilitas tersebut
diperoleh nilai koefisien Kappa sebesar K=0,75 dengan kriteria sangat
tinggi. Artinya, instrumen penilaian sikap sosial yang dikembangkan
terbukti konsistensinya sehingga dapat dipakai oleh guru dalam berbagai
waktu dan keadaan.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang menyatakan bahwa
instrumen penilaian sikap sosial yang dikembangkan terbukti valid dan
reliabel, maka implikasi hasil penelitian ini dapat diarahkan pada upaya
penilaian sikap sosial yang objektif.
Instrumen penilaian sikap sosial pada pembelajaran tematik subtema “Ayo
Cinta Lingkungan Kelas IV SD” bersifat layak. Kelayakan ini berimplikasi
pada efektivitas penggunaannya oleh guru. Guru dapat menggunakan
instrument tersebut selama proses pembelajaran berlangsung dan berdampak
pada pengembangan sikap sosial peserta didik.
Instrumen penilaian sikap sosial pada pembelajaran tematik subtema “Ayo
Cinta Lingkungan Kelas IV SD” bersifat valid. Artinya, instrument penilaian
sikap sosial dapat digunakan untuk memotret dimensi-dimensi sikap sosial
selama proses pembelajaran meliputi sikap santun, disiplin, tanggung jawab,
gotong royong, percaya diri, dan peduli sesuai dengan kenyataan yang ada
90
pada diri siswa. Validitas ini dapat membantu guru untuk mengevaluasi
keunggulan dan kelemahan sikap sosial yang ada dalam diri peserta didik.
Instrumen penilaian sikap sosial pada pembelajaran tematik subtema “Ayo
Cinta Lingkungan Kelas IV SD” yang telah dikembangkan bersifat reliabel.
Artinya, instrument sikap sosial bernilai konsisten. Hasil penilaian ini dapat
digunakan oleh guru untuk mempertimbangkan penilaian dan tindak lanjut
yang diperlukan untuk mengembangkan sikap sosial peserta didik.
Instrumen penilaian sikap sosial pada pembelajaran tematik subtema “Ayo
Cinta Lingkungan Kelas IV SD” yang dikembangkan dapat digunakan oleh
guru sebagai alat untuk menilai ketercapaian sikap sosial pada siswa.
Instrumen penilaian sikap sosial yang telah dikembangkan dapat digunakan
sebagai sumber informasi tentang perkembangan sikap sosial siswa.
C. Saran
1. Bagi Peserta Didik
Siswa hendaknya juga memberi perhatian dan mempelajari secara seksama
sikap sosial yang diinternalisasikan dan ditunjukkan selama proses
pembelajaran karena pada paradigma baru dalam pembelajaran
menunjukkan pencapaian pembelajaran/ hasil belajar tidak hanya semata
berkenaan dengan penguasaan konsep yang serba kognitif melainkan juga
pembentukan dan pengembangan sikap positif yang ada dalam diri siswa.
Artinya, siswa perlu menyadari bahwa dalam paradigma baru
pembelajaran, siswa berprestasi bukanlah siswa yang cemerlang secara
91
akademis melainkan juga siswa yang secara simultan mampu
menginternalisasi dan mengaktualisasikan pengembangan siskap positif
yang ada dalam dirinya.
2. Bagi Pendidik
Para guru disarankan untuk menggunakan produk instrumen penilaian
sikap sosial yang dikembangkan sehingga dapat memaksimalkan penilaian
dalam pembelajaran tematik sebagai wujud nyata implementasi kurikulum
2013 di sekolah dasar.
3. Bagi Pengelola Sekolah
Produk pengembangan instrumen penilaian sikap sosial ini dapat dijadikan
salah satu instrumen penilaian yang dapat mendukung kolom penilaian
dalam buku kurikulum 2013. Sebagai institusi pendidikan sekolah
disarankan untuk melakukan pengembangan lebih lanjut terhadap
instrumen penilaian sikap sosial di sekolahnya masing-masing sesuai
dengan kemampuan guru dan siswa.
4. Bagi peneliti
Keterbatasan peneliti merupakan faktor utama yang menyebabkan produk
belum dapat digandakan secara lebih luas meskipun telah melalui
sejumlah rangkaian pengujian oleh sebab itu disarankan bagi pihak-pihak
yang berkepentingan membantu dan mendukung proses penyebarluasan
instrumen penilaian sikap sosial yang dikembangkan peneliti, kepada
sasaran yang lebih luas.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid. 2015. Penilaian Sikap Sosial. Remaja Rosda Karya. Bandung.
Abdul Majid. 2015. Penilaian Autentik Proses dan Hasil Belajar. Remaja RosdaKarya. Bandung.
Ahmadi, Iif Khoiru, Amri, Sofan. 2014. Pengembangan & Model PembalajaranTematik Integratif. Prestasi Pustaka. Jakarta.
Ahmad Yani. 2016. Maindset Kurikulum 2013. Alfabeta. Bandung.
Arifin, Zainal. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Direktorat Jenderal PendidikanIslam. Jakarta.
Bafadal, Ibrahim. 2016. Panduan Teknis: Pembelajaran dan Penilaian di SekolahDasar. Kementrian Pendididkan dan Kebudayaan. Jakarta.
Bhisma Murti. 2013. Faliditas dan Reliabilitas Pengukuran. UNS. Semarang.
Bordoh, A., Eshun, et.al. 2015. Social Studies Teachers Knowledge Base inAuthentic Assessment in Selected Senior High Schools in The CentralRegion of Ghana. Journal of Social Science and Humanities. Vol 1. No. 3.Hal 249-257..
Borg, W.R., & Gall, M.D. 1983. Educational research: An introduction.. FourthEdition. New York & London. Longman.
Darmansyah. 2014. Teknik Penilaian Sikap Spritual dan Sosial dalam PendidikanKarakter di Sekolah Dasar 08 Surau Gadang Nanggalo. Jurnal Al-Ta’limUniversitas Negeri Padang. Vol. 21. No. 1. Hal 10-11.
Daryanto dan Sudjendro, Herry. 2014. Siap Menyongsong Kurikulum 2013. GavaMedia. Yogyakarta.
Davies,M. 2014 . Developing Social Skills of Students With Additional NeedsWithin the Context of the Australian Curriculum. Australasian Journal ofSpecial Education. Vol 9 No .1 Pp 1-19.
93
Depdiknas. (2008). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Dikmenum.Depdiknas. Jakarta.
Drever,J. 1986. Kamus Psikologi. Alih Bahasa : Simanjuntak. Bina AksaraJakarta.
Eko, Putro Widoyoko. 2012. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. PustakaPelajar. Yogyakarta.
Farida, Tayibnapis. 2008. Evaluasi program dan Instrumen Evaluasi. RinekaCipta. Jakarta.
Gulikers, Judith T.M. 2015. The Five Dimensional Framework for AuthenticAssessment, Educational Technology Research and Development.
Guners, Yildrim, dan Yilmaz. 2018. Development of The Rubric Self EfficacyScale. International Journal of Assessment Tools in Education. Vol. 5. No.1. Hal 187-200.
Harun Rasyid dan Mansur. 2009. Penilaian Hasil Belajar. Wacana Prima.Bandung.
Johnson, Daid W., dan Johnson, Robert T. 2002. Meaningfull Assessment, AManageable and Cooperative Process. Boston: Allyn and Bacon.
Kankam, Boadu dan Bernard Yaw. 2015. Training Needs Assessment of CollegeEducation Tutors in the Central Region Ghana. International Journal ofHumanities and Social Science. Vol. 3. No. 10. Hal 247-254.
Kartini, Kartono. 2006. Peran Keluarga Memendu Anak. CV. Rajawali. Jakarta.
Kemendikbud. 2013. Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta.
Kemdikbud. 2015. Panduan Penilaian pada Sekolah Menengah Kejuruan.Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.
Kunandar. 2014. Penilaian Autentik: Penilaian Hasil Belajar Peserta DidikBerdasarkan Kurikulim 2013. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Kurniawan, Deni. 2011. Pembelajaran Terpadu. CV Pustaka Cendekia Utama.Bandung.
Kusnadi. 2006. Penilaian dan Evaluasi Pendidikan Universitas NegeriYogyakarta: Yogyakarta.
Mardapi, Djemari. 2004, Penyusunan Tes Hasil Belajar. UNY. Yogyakarta.
94
Nengah Suandi, Nyoman Sudiana, I Gede Nurjaya. 2013. KeterampilanBerbahasa Indonesia Berorientasi Integrasi Nasional dan Harmoni Sosial.Raja Gravindo. Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta.Jakarta.
Owen, Nathaniel. 2014. The Development of Small-Scale Survey Instrument ofUK Teacher to Study Profesional Use of and Attitude to Social Media.International Journal of Research and Method in Education. Vol. 39. No. 2.Hal 170-193.
Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 Tentang Standar Penilaian Pendidikan.
Retnawati, Heri. 2016. Vocational High School Teachers’ Difficulties inImplementing the Assessment in Curriculum 2013 in Yogyakarta Provinceof Indonesia. International Journal of Instruction. Vol 9 no.1 pp 35-44.
Ridwan, Abdullah Sani. 2016. Penilaian Autentik. Bumi Aksara. Jakarta.
Rusman, 2012. Model-model Pembelajaran: Mengembangkan ProfesionalismeGuru. Jakarta. Raja Grafindo Pesada.
Sarwono, S.W. 2010. Psikologi Pembelajaran, Edisi Revisi. PT. Raja Grafindo.Jakarta.
Sudarsono. 1997. Kamus Konseling. Rineka Cipta. Jakarta.
Sudaryono. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta. Yogyakarta.
Sutama. 2015. Curriculum Management 2013 Mathematic Learning Evaluation atSMP. International Educational Journals. Vol 7 no. 3 pp.164-174
Taryati, 1994. Pembinaan Budaya dalam Lingkungan keluarga Daerah IstimewaYogyakarta. Departermen pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat.
Trianto, 2010, Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik. PT PrestasiPustaka. Jakarta.
Wawan A., Dewi M. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap danPerilaku Manusia. Nuha Medika. Yogyakarta.
Wibowo, Agus. 2012. Pendidikan Karakter. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
William G. Huitt (2011). Social Development: Why It Is Important and How ToImpact It .The Intenasional Journal of emotional Education. Vol pp1-19.
95
Yuni, Sugiarti. 2013. Analisis dan Perancangan UML (Unifed ModelingLanguange). Graha Ilmu. Yogyakarta.
Zsolnai, Anikó. 2014. Functioning of Social Skills from Middle Childhood toEarly Adolescence in Hungary.The Internasional Journal of EmotionalEducational. Vol 6 no.2 pp 54-68.