Upload
others
View
26
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN PESERTA DIDIKMATEMATIKA BERBASIS PICTORIAL RIDDLE UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITISPESERTA DIDIK KELAS IV SEKOLAH DASAR
(Tesis)
Oleh
EKA SEPTIANA
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER KEGURUAN GURU SDFAKULTAS KEGURUGAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG2019
ABSTRAK
PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN PESERTA DIDIKMATEMATIKA BERBASIS PICTORIAL RIDDLE UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITISPESERTA DIDIK KELAS IV SEKOLAH DASAR
Oleh
EKA SEPTIANA
Masalah dalam penelitian dan pengembangan ini adalah rendahnya
kemampuan berpikir kritis peserta didik, sebagai implikasi LKPD yang
digunakan tidak mendukung kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas IV
SD di Kecamatan Bangunrejo. Penelitian dan pengembangan ini bertujuan
untuk mengembangkan dan mendeskripsikan kelayakan dan keefektivan LKPD
berbasis pictorial riddle yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis
peserta didik.
Model penelitian dan pengembangan yang digunakan merujuk pada teori Borg
& Gall. Populasi pada penelitian ini mencakup peserta didik kelas IV Sekolah
Dasar Kecamatan Bangunrejo, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi
Lampung. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 204 yang didistribusikan
dalam 7 kelas. Sampel ditentukan menggunakan teknik purposive sampling
sebanyak 32 siswa kelas IVB UPTD SDN 1 Tanjung Jaya. Data dikumpulkan
dengan menggunakan angket, lembar observasi dan soal tes. Teknik analisis
data yang digunakan dalam penelitian ini berupa deskriptif kuantitatif dan
kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa LKPD berbasis pictorial riddle yang
dikembangkan layak digunakan dan efektif untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kritis peserta didik. Hai ini dibuktikan dengan hasil validasi ahli materi
dan ahli media dengan kategori “Sangat baik”. LKPD berbasis pictorial riddle
juga efektif digunakan dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis,
dibuktikan dengan hasil belajar peserta didik pada skor pretest dan posttest
dengan hasil perhitungan gain sebesar 0,50 dengan kategori “Sedang”.
Berdasarkan analisis data hasil penelitian dan pengembangan ini dapat
disimpulkan bahwa LKPD matematika berbasis pictorial riddle layak dan
efektif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas IV
SD.
Kata Kunci: LKPD, pictorial riddle, berpikir kritis.
Eka Septiana
ABSTRACT
THE DEVELOPMENT OF MATHEMATICS WORKSHEET BASED ONPICTORIAL RIDDLE TO IMPROVE CRITICAL THINKING
STUDENTS’ ABILITY IN FOUR GRADEELEMENTARY SCHOOL
By
EKA SEPTIANA
The problem in this research and development is the low ability of students'
critical thinking, as an implication the Student Worksheet that is used does not
support the critical thinking skills of Fourth Grade Elementary School students in
Bangunrejo District. This research and development aim to develop and describe
the feasibility and effectiveness of the Student Worksheet based on the pictorial
riddle that can improve students' critical thinking skills.
The research and development model used is referred to as Borg & Gall's theory.
The population in this study included fourth-grade students in Bangunrejo
District, Central Lampung District, Lampung Province. The population in this
study were 204 distributed in 7 classes. The sample was determined using a
purposive sampling technique of 32 fourth grade students of the Regional
Technical Implementation Unit of Public Elementary School 1 Tanjung Jaya.
Data were collected using questionnaires, observation sheets, and test questions.
Data analysis techniques used in this study were quantitative and qualitative
descriptive.
The results showed that student Tanjung Jaya based on the pictorial riddle that
was developed was appropriate and effective to improve students' critical thinking
skills. This is proved by the results of the validation of material experts and media
experts in the "Very good" category. Pictorial riddle based Student Worksheet is
also effectively used in improving critical thinking skills, as proved by the
learning outcomes of students on the pretest and posttest scores with the results of
the gain calculation of 0.50 in the "Medium" category. Based on the data analysis
of the results of this research and development, it can be concluded that the
mathematical Student Worksheet based on pictorial riddle is feasible and effective
to improve the critical thinking skills of fourth-grade elementary school students.
Keywords: Student Worksheet, pictorial riddle, critical thinking.
Eka Septiana
PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN PESERTA DIDIK
MATEMATIKA BERBASIS PICTORIAL RIDDLE UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
PESERTA DIDIK KELAS IV SEKOLAH DASAR
Oleh
EKA SEPTIANA
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
MAGISTER PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Magister Keguruan Guru Sekolah Dasar
Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER KEGURUAN GURU SD
FAKULTAS KEGURUGAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Bangunrejo, Kecamatan
Bangunrejo, Kabupaten Lampung Tengah pada tanggal 26
September 1995, sebagai anak kesatu dari dua bersaudara
pasangan Bapak Sahidin dan Ibu Ngatini.
Pendidikan peneliti dimulai dari jenjang pendidikan dasar di SD Negeri 4
Bangunrejo, lulus pada tahun 2007. Kemudian peneliti melanjutkan ke sekolah
lanjutan tingkat pertama di SMP Negeri 1 Bangunrejo dan lulus pada tahun 2010.
Jenjang sekolah lanjutan tingkat atas di SMA Negeri 1 Bangunrejo pada tahun
2013, dan pendidikan Sarjana (S1) program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
(PGSD) FKIP Universitas Lampung lulus pada tahun 2017.
Kemudian pada tahun 2017 penulis diterima dan terdaftar sebagai mahasiswa
Pascasarjana Program Studi Magister Keguruan Guru Sekolah Dasar (MKGSD)
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
MOTTO
“Maka bersabarlah kamu, sesungguhnya janji Allah adalah
benar.”
(Q.s. Al-Rum[30]:60)
“Barang siapa yang menempuh jalan untuk mencari suatu
ilmu. Niscaya Allah memudahkannya ke jalan menuju
syurga”.
(H.R. Turmudzi)
“Keberhasilan bukanlah milik orang yang pintar,
keberhasilan adalah kepunyaan mereka yang senantiasa
berusaha.”
(B.J. Habibie)
PERSEMBAHAN
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Maha suci Allah, Tuhan semesta alam.Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT atas Rahmad-Nya
Tesis yang sederhana ini dapat terselesaikan.Sholawat dan salam tak lupa selalu tercurah kepadaRasullah Muhammad SAW.
Teriring rasa syukur atas limpahan nikmat-Nya yang tak terhingga,kupersembahkan karya ini untuk:
Mamaku Ngatini dan Bapakku Sahidin tersayangSebagai tanda bakti dan rasa terimakasih yang tiada terhingga kupersembahkan
karya ini kepada Ibu dan ayah yang telah memberikan segala untaian doa yangsenantiasa dimohonkan kepada Illahi Rabbi untuk kebaikanku serta
memberikan kasih sayang, segala dukungan, dan cinta kasih yang tiadaterhingga yang tiada mungkin dapat kubalas.
Adikku Nur Dwi As’ariAdikku tersayang yang senantiasa mendoakan, memberikan dukungan,
semangat serta memberikan bantuan usaha hingga tesis ini dapat terselesaikan.
Semua sahabat dan teman seperjuanganMKGSD UNILA angkatan 2017
Bapak dan Ibu Dosen yang telah membekali dengan ilmupengetahuan yang bermanfaat
Almamater tercinta Universitas Lampung
SANWACANA
Puji syukur panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan penyusunan tesis yang berjudul
“Pengembangan Lembar Kegiatan Peserta Didik Matematika Berbasis Pictorial
Riddle untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Kelas IV
Sekolah Dasar”. Tak lupa shalawat teriring salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada Rasulullah Muhammad SAW yang syafaatnya sangat diinginkan dan
dirindukan kelak di Yaumil Akhir. Tesis ini disusun sebagai salah satu syarat
yang harus ditempuh untuk mendapatkan gelar Magister Pendidikan di
Universitas Lampung.
Penyusunan Tesis ini dapat terwujud berkat adanya bantuan dari berbagai pihak,
untuk itu dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati peneliti
menyampaikan terimakasih kepada berbagai pihak sebagai berikut.
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin., M.P, Rektor Universitas Lampung
yang selalu memberi dorongan untuk kemajuan Universitas Lampung,
sehingga peneliti termotivasi untuk menyelesaikan tesis ini.
2. Bapak Prof. Dr. Mustofa, M.A., Ph.D., selaku Direktur Pascasarjana
Universitas Lampung yang telah memperlancar dalam penyusunan tesis.
3. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd., Dekan FKIP Universitas Lampung yang
telah memfasilitasi dan memberi kemudahan sehingga tesis ini dapat
diselesaikan dengan baik.
4. Bapak Dr. Riswandi, M.Pd., Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang menyetujui
penulisan tesis ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.
5. Bapak Dr. Alben Ambarita, M. Pd., Ketua Program Studi MKGSD Jurusan
Ilmu Pendidikan FKIP Universitas Lampung sekaligus sebagai Dosen Penguji
I dan Validator Ahli Materi yang telah memberikan saran, kritik, motivasi,
dan semangat kepada penulis demi terselesaikannya tesis ini.
6. Ibu Dr. Lilik Sabdaningtyas, M.Pd. selaku Pembimbing Akademik atas segala
kesediaan dan kesabarannya dalam memberikan bimbingan, saran, kritik, dan
motivasi dalam proses penyelesaian tesis ini.
7. Bapak Dr. Caswita, M.Si. selaku Pembimbing I kesediaan dan kesabarannya
dalam memberikan bimbingan, saran, kritik, dan motivasi dalam proses
penyelesaian tesis ini.
8. Bapak Dr. Nurlaksana Eko Rusminto, M.Pd., selaku Pembimbing II atas
jasanya dalam memberikan bimbingan, kritik dan saran demi kesempurnaan
dalam penulisan tesis ini.
9. Bapak Dr Arwin Surbakti, M.Si., selaku Penguji II yang telah memberikan
masukan dan saran kepada penulis demi kesempurnaan tesis ini.
10. Ibu Dr. Adelina Hasyim M.Pd, selaku Dosen ahli (Validator) yang telah
memberikan bimbingan dan saran dalam pembuatan pengembangan
instrumen ini.
11. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf MKGSD yang telah banyak memberikan
ilmu dan masukan serta membantu kelancaran penulisan tesis ini. Dan hanya
Tuhan yang bisa membalas semua hal yang telah beliau-beliau berikan
kepada saya.
12. Kepala Sekolah dan Bapak/Ibu dewan guru dan staf SD Negeri 1 Tanjung
Jaya serta SD Negeri yang telah memberikan izin dan membantu peneliti
selama penyusunan tesis ini.
13. Siswa-siswi kelas IV SD 1 Tanjung Jaya yang telah membantu dengan
berpartisipasi aktif sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.
14. Sahabat MKGSD 2017 yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah
membantu, memberikan dukungan dan motivasi yang luar biasa.
15. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan dalam kelancaran
tesis ini, semoga Allah membalasnya.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa tulisan ini tidaklah sempurna, karena
kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi
perkembangan dan peningkatan mutu dunia pendidikan terutama ke SD-an.
Bandar Lampung, Agustus 2019Penulis,
Eka Septiana
xv
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xviii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xx
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................ 9
C. Pembatasan Masalah ............................................................................... 9
D. Rumusan Permasalahan .......................................................................... 9
E. Tujuan Penelitian .................................................................................... 10
F. Manfaat Penelitian .................................................................................. 10
G. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................... 11
II. KAJIAN TEORI
A. Teori Belajar ........................................................................................... 13
1. Teori Belajar Behaviorisme ............................................................. 13
2. Teori Belajar Kognitif ..................................................................... 14
3. Teori Belajar Konstruktivisme ......................................................... 16
B. Belajar .................................................................................................... 17
C. Hasil Belajar ........................................................................................... 18
D. Kemampuan Berpikir kritis .................................................................... 21
E. Matematika ............................................................................................ 24
1. Pengertian Matematika ..................................................................... 24
2. Karakteristik Pembelajaran Matematika .......................................... 25
F. Model Pictorial Riddle ............................................................................ 27
1. Pengertian Pictorial Riddle .............................................................. 27
2. Langkah-langkah Pictorial Riddle ................................................... 30
xvi
3. Kelebihan dan Kekurangan Pictorial Riddle ................................... 33
G. LKPD ..................................................................................................... 35
1. Pengertian LKPD ............................................................................. 35
2. Tujuan LKPD ................................................................................... 37
3. Manfaat LKPD ................................................................................. 38
4. Langkah-langkah Membuat LKPD .................................................. 39
5. Syarat-syarat Penyusunan LKPD ..................................................... 41
H. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................................ 42
I. Kerangka Pikir Penelitian ....................................................................... 45
J. Hipotesis Penelitian ................................................................................ 48
III. METODE PENELITIAN
A. Metode dan Prosedur Penelitian ............................................................. 49
B. Definisi Konseptual Variabel ................................................................ 53
C. Definisi Operasional Variabel ................................................................ 54
D. Populasi dan Sampel ............................................................................... 56
E. Instrumen Penelitian .............................................................................. 57
1. Instrumen Non Tes ............................................................................ 57
2. Instrumen Tes ..................................................................................... 62
F. Teknik Analisis Data ............................................................................... 70
1. Analisis Data Validitas LKPD ............................................................ 70
2. Analisis Efektivitas LKPD ................................................................. 72
3. Uji Hipotesis ....................................................................................... 73
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umun Lokasi Penelitian. ....................................................... 75
B. Hasil Penelitian ....................................................................................... 76
1. Pengembangan LKPD berbasis Pictorial Riddle ................................ 76
2. Uji Efektivitas ..................................................................................... 100
C. Pembahasan ............................................................................................ 101
1. Pengembangan Produk LKPD berbasis Pictorial Riddle ................... 101
2. Efektivitas LKPD berbasis Pictorial Riddle ....................................... 108
xvii
3. Kelebihan LKPD berbasis Pictorial Riddle ........................................ 109
4. Keterbatasan LKPD berbasis Pictorial Riddle ................................... 111
V. KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................................. 112
B. Implikasi ................................................................................................. 112
C. Saran ....................................................................................................... 114
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 116
LAMPIRAN .................................................................................................... 122
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Statistik Nilai Ujian Tengah Semester (UTS) Ganjil Peserta Didik
Kelas IV SD pada Mata Pelajaran Matematika TP.2018/2019 .............. 5
2. Data Populasi Peserta Didik Kelas IV SD di Empat Sekolah di
Gugus Ahmad Yani ................................................................................ 56
3. Kisi-Kisi Instrumen Lembar Penilaian Ahli Media ................................ 58
4. Kisi-kisi Instrumen Lembar Penilaian Ahli Materi ................................ 60
5. Kisi-kisi Instrumen Berpikir Kritis ......................................................... 63
6. Rubrik Penilaian Berpikir Kritis ............................................................. 63
7. Kisi-kisi Instrumen Tes........................................................................... 64
8. Rekapan Uji Validitas ............................................................................. 66
9. Kriteria Reliabilitas ................................................................................. 67
10. Indeks Kesulitan Butir Soal .................................................................... 68
11. Indeks Daya Beda ................................................................................... 69
12. Kriteria Penilaian LKPD......................................................................... 72
13. Kategori n-Gain Ternormalisasi ............................................................. 74
14. KD dan Indikator yang Dikembangkan dalam
LKPD Berbasis Pictorial Riddle ............................................................ 79
15. Skor Penilaian Validasi Ahli Materi ....................................................... 89
16. Skor Penilaian Validasi Ahli Media/Desain ........................................... 92
17. Skor penilaian Validasi Pendidik Kelas IV ............................................ 95
18. Rekapitukasi Data Hasil Belajar Peserta Didik
pada Kelompok Kecil ............................................................................ 97
19. Rekapitulasi data Hasil Belajar Peserta Didik
pada Uji Coba Lapangan Utama ........................................................... 99
20. Hasil Perhitungan N-Gain ....................................................................... 100
21. Hasil Analisis Berpikir Kritis ................................................................. 101
xix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Pikir Penelitian ..................................................................... 47
2. Prosedur Penelitian R & D Borg and Gall (1983: 781) .......................... 49
3. Sampul LKPD ......................................................................................... 83
4. Kata Pengantar LKPD ............................................................................ 84
5. Daftar Isi LKPD ...................................................................................... 84
6. KD dan Indikator LKPD ......................................................................... 85
7. Kompetensi Inti LKPD ........................................................................... 85
8. Tujuan Pembelajaran .............................................................................. 86
9. Petunjuk Penggunaan LKPD .................................................................. 86
10. Tampilan Materi .................................................................................... 87
11. Tampilan LKPD dengan langkah-langkah Pictorial Riddle ................... 87
12. Tampilan LKPD dengan langkah-langkah Pictorial Riddle ................... 88
13. Tampilan KD Sebelum Direvisi ............................................................. 90
14. Tampilan KD Setelah Direvisi................................................................ 90
15. Langkah-langkah Penyelesaian LKPP Sebelum direvisi....................... 91
16. Langkah-langkah Penyelesaian LKPP Setelah direvisi .......................... 91
17. Gambar dalam LKPD Sebelum direvisi ................................................. 93
18. Gambar dalam LKPD Setelah direvisi ................................................... 93
19. Tujuan LKPD Sebelum direvisi.............................................................. 94
20. Tujuan LKPD Setelah Direvisi ............................................................... 94
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Surat Izin Penelitian Pendahuluan dari Fakultas .................................... 122
2. Surat Izin Pene;itian dari Fakultas ........................................................... 123
3. Surat Izin Penelitian dari SD ................................................................... 124
4. Surat Keterangan Penelitian dari SD ....................................................... 125
5. Angket Analisis Kebutuhan Pendidik/Guru ............................................ 126
6. Angket Analisis Kebutuhan Peserta Didik .............................................. 128
7. Analisis Kebutuhan Pendidik/Guru ......................................................... 129
8. Analisis Kebutuhan Peserta Didik ........................................................... 130
10. Uji Validasi Ahli Materi ........................................................................ 131
11. Uji Validasi Ahli Media ........................................................................ 139
12. Uji Validasi Pendidik Kelas IV ............................................................. 147
12. Hasil Ui Validitas ................................................................................. 154
13. Hasil Uji Reabilitas dan Tingkat Kesukaran Soal ................................. 155
14. Hasil Uji Daya Beda Instrumen Tes ...................................................... 156
16. Silabus ................................................................................................... 157
12 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ....................................................... 161
13. Soal Pretest dan Posttest sesudah di Validasi ....................................... 171
19 Kunci Jawaban dan Penyekoran ............................................................. 175
20. Hasil Postest Peserta Didik .................................................................... 184
21. Hasil Belajar Postes pretes Kelompok Kecil ......................................... 188
22. Hasil Nilai Tiap-Tiap Indikator Pretest Uji Coba Lapangan Utama ..... 190
23. Hasil Nilai Tiap-Tiap Indikator Pretest Uji Coba Lapangan Utama ..... 192
24. Dokumentasi ......................................................................................... 194
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas
sumber daya manusia.Tingkat kualitas sumber daya manusia yang dimiliki
suatu bangsa akan berpengaruh terhadap tingkat kemajuan suatu bangsa. Oleh
karena itu, mutu pendidikan harus terus ditingkatkan dan diselaraskan
dengan tuntutan perkembangan zaman.
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 pendidikannasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watakserta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskanbangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agarmenjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YangMaha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, danmenjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Untuk mencapai fungsi dan tujuan tersebut pendidikan di Indonesia dalam
prosesnya mengacu pada sebuah kurikulum. Kurikulum yang digunakan saat
ini adalah kurikulum 2013, di dalam kurikulum tersebut terdapat Standar
Kompetensi Lulusan yang merupakan kriteria mengenai kualifikasi
kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Penerapan kurikulum 2013 ini dilakukan sebagai upaya menyelaraskan
pendidikan dengan perkembangan zaman, tuntutan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta kebutuhan dalam kehidupan, kurikulum
2013 ini mengacu pada kemampuan yang diperlukan di abad 21.
2
Menurut Bailik (2015: 5) kemampuan yang harus dimiliki peserta didik pada
abad 21 ini adalah Creativity, Critical Thinking, Communication, and
Collaboration. Salah satu kemampuan yang diperlukan pada abad 21 yaitu
critical thinking atau berpikir kritis. Menurut Alazzi dalam Masfer (2014: 38)
dibutuhkan warga negara yang berpendidikan dan tenaga kerja yang
berkualitas serta kemampuan warga negara untuk berpikir kritis dan bernalar
hal tersebut telah dianggap sebagai hasil yang penting dari pendidikan,
kemudian Sanjaya (2013: 1) mengungkapkan bahwa strategi pembelajaran
yang memfasilitasi kemampuan berpikir kritis belum digunakan secara baik
dalam proses pembelajaran di kelas sehingga kurang dapat mengembangkan
kemampuan berpikir kritis dan sistematis yang dimiliki siswa. Penerapan
berpikir kritis dalam pembelajaran ditekankan pada bagian merumuskan
masalah, menganalisis suatu permasalahan dengan mencari berbagai
informasi yang mendukung pada masalah tersebut kemudian menyimpulkan
dari hasil observasi masalah tersebut.
Terkait pembelajaran matematika pada Kurikulum 2013, Permendikbud
nomor 24 tahun 2016 menjelaskan bahwa pelaksanaan proses pembelajaran
pada Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) dilakukan dengan
pendekatan pembelajaran tematik-terpadu, kecuali untuk mata pelajaran
matematika dan Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK), dari
penjelasan tersebut diketahui bahwa pada kelas rendah matematika
terintegrasi dalam suatu tema, sedangkan untuk kelas tinggi matematika
berdiri sendiri sebagai mata pelajaran. Muatan matematika pada revisi
Kurikulum 2013 di SD mengalami perubahan mendasar yang berfokus pada
3
mengganti pembelajaran matematika yang bersifat mekanistik (alat hitung
menghitung) menjadi realistik (kontekstual).
Matematika digunakan untuk melatih kemampuan berpikir dan menalar
sehingga mampu memecahkan masalah-masalah kehidupan nyata. Burns
(2007: 8) menjelaskan “the goals of mathematics instruction today are clear
develop children’s ability to think and reason mathematically and help them
learn the concepts and skills they need to do so, skills in all of the content
areas of mathematics to a range of problem-solving situations.” Tujuan
matematika bukan hanya membuat peserta didik mampu memanfaatkan
matematika secara teoritis namun juga aplikatif, mempunyai kemampuan
bernalar yang logis dan kritis dalam pemecahan masalah.
Kemendikbud (2013) menjelaskan pembelajaran matematika menurut
Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam
pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan scientific (ilmiah). Dalam
pembelajaran matematika kegiatan yang dilakukan agar pembelajaran
bermakna yaitu mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan
mencipta. Semua kemampuan yang telah dinyatakan di atas, diharapkan dapat
dimiliki oleh siswa. Namun tidak dapat terwujud apabila hanya
mengandalkan proses pembelajaran yang mengajarkan teori/definisi
kemudian diberikan contoh-contoh dan terakhir diberikan latihan soal seperti
yang umumnya dilakukan dalam proses pembelajaran selama ini. Proses
belajar tersebut tidak membuat anak didik berkembang dan memiliki
4
bernalar berdasarkan pemikirannya, tapi justru lebih menerima ilmu secara
pasif.
Berdasarkan hasil dari penelitian awal yang dilakukan SDN yang ada di
gugus Ahmad Yani kecamatan Bangunrejo pada tanggal 1- 3 November 2018
dapat diketahui bahwa sebagian besar proses pembelajaran yang dilakukan
masih teacher centered, dalam hal ini peserta didik kurang mengeksplorasi
pengetahuannya karena guru tidak menekankan siswa untukaktif dalam
proses pembelajaran, terlihat juga banyak peserta didik yang kurang
termotivasi mengikuti pembelajaran terlihat peserta didik ribut dan
menganggu temannya karena tidak bersemangat dalam mengerjakan tugas
yang diberikan oleh guru yang umumnya hanya terpaku pada buku. Selain
itu, LKPD yang digunakan dalam proses pembelajaran kurang bervariasi,
lebih didominasi dengan kegiatan mengerjakan soal yang peserta didik belum
dituntun dan diarahkan untuk berpikir kritis, tetapi masih menitikberatkan
hasil belajar kognitif tingkat rendah, dalam proses pembelajarannya.
Pembelajaran yang seperti ini membuat siswa memperoleh sedikit
pengalaman untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya. Berikut
ini adalah tabel persentase ketuntasan hasil belajar matematika peserta didik
kelas IV di Gugus Ahmad Yani Kecamatan Bangunrejo.
5
Tabel 1. Data Nilai Ujian Tengah Semester (UTS) Ganjil PesertaDidik Kelas IV SD pada Mata Pelajaran Matematika TP.2018/2019.
Nama SekolahBanyakPesertaDidik
KKMPeserta DidikTidak Tuntas
PersentasePeserta DidikTidak Tuntas
SD Negeri 1 Tanjung Jaya 63 70 36 57,14%SD Negeri 2 Tanjung Jaya 26 70 12 46,15%SD Negeri 3 Tanjung Jaya 38 70 20 52,63%SD Negeri 4 Tanjung Jaya 35 70 17 48,57%SD Negeri 5 Tanjung Jaya 22 70 12 54,54%SD Negeri 6 Tanjung Jaya 20 70 13 65,00%Jumlah 204 110 53,92%
(Sumber : Dokumentasi Nilai UTS Kelas IV)
Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa hasil UTS peserta didik kelas IV SD
pada mata pelajaran matematika gugus Ahmad Yani Kecamatan Bangunrejo
tahun pelajaran 2018/2019 masih rendah, hal tersebut disebabkan oleh
permasalahan yang ditemukan pada saat observasi yang telah dijelaskan
sebelumnya. Salah satunya yaitu proses pembelajaran yang dilakukan tidak
membuat peserta didik terfasilitasi untuk melatih kemampuan berpikir
kritisnya.
Hasil analisis kebutuhan mengenai kemampuan berpikir kritis menggunakan
angket dengan sasaran 200 peserta didik kelas IV di SDN di Bangunrejo
yang dilakukan pada tanggal 22-23 Oktober 2018. Berdasarkan analisis
kemampuana berpikir kritis pada mata pelajaran matematika diperoleh hasil
bahwa aspek kemampuan berpikir kritis peserta didik masih rendah dilihat
dari persentase yang diperoleh pada aspek menyampaikan pendapat dan
membuat kesimpulan masing-masing sebesar 35% dan 31%. Rendahnya
persentase pada aspek menyampaikan pendapat dan membuat kesimpulan
6
menandai bahwa kemampuan berpikir kritis peserta didik masih rendah hal
tersebut diguga karena guru dalam proses pembelajaran kurang melatih dan
menstimulus peserta didik untuk selalu aktif dalam proses pembelajaran.
Proses pembelajaran yang dilakukan masih monoton, belum menggunakan
variasi model pembelajaran sehingga membuat peserta didik merasa bosan.
Kemudian rendahnya aspek membuat kesimpulan diduga karena
pembelajaran belum mengonstruksi pengetahuan peserta didik dan
mengaktualisasikan potensi peserta didik.
Hasil analisis kebutuhan mengenai LKPD juga dilakukan dengan subjek 7
orang guru kelas IV SD yang dilakukan melalui pengisian angket diperoleh
bahwa 71,43% guru yang tidak membuat LKPD sendiri dan 100% LKPD
yang disusun tidak memuat struktur LKPD (judul, petunjuk belajar,
kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung, dan penilaian). Hasil
angket analisis kebutuhan juga menunjukkan bahwa 100% guru setuju
bahwa LKPD yang digunakan belum memacu peserta didik untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Selanjutnya dari hasil analisis
kebutuhan guru juga dapat diketahui bahwa 100% guru setuju jika dibuat
LKPD yang berisi gambar yang menstimulus peserta didik untuk berpikir
kritis sehingga peserta didik mampu mengeluarkan ide-idenya untuk
membangun konsep materi yang dipelajari.
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menfasilitasi kemampuan
berpikir kritis peserta didik dalam proses pembelajaran adalah dengan
membuat Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) yang dapat melibatkan
7
peserta didik termotivasi untuk akif berpikir dalam proses pembelajaran.
LKPD merupakan lembar kerja yang berisi petunjuk langkah kerja sesuai
dengan strategi pembelajaran yang dirancang agar mampu meningkatkan
kemampuan berpikir kritis peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar
dan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Menurut Yasir, dkk (2013:
76) LKPD merupakan bimbingan (stimulus) guru dalam pembelajaran yang
disajikan secara tertulis yang perlu memperhatikan kriteria media grafis
sebagai media visual untuk menarik perhatian peserta didik dan pemilihan
materi serta pertanyaan sebagai stimulus yang efisien dan efektif.
Berdasarkan Permendikbud Nomor 8 Tahun 2016, LKPD yang baik adalah
LKPD yang mengarah pada proses pembelajaran aktif, baik kegiatan secara
berkelompok maupun mandiri. Pembelajaran aktif yang dimaksud adalah
pembelajaran yang terjadi secara multiarah, yaitu guru dengan siswa
maupun siswa dengan siswa. LKPD yang baik bukan hanya berisi
kumpulan-kumpulan soal yang wajib peserta didik selesaikan, tapi perlu
adanya langkah-langkah kegiatan yang menuntun peserta didik dalam
menemukan konsep pengetahuan yang akan mereka dapatkan. Lembar
kegiatan peserta didik perlu dikemas dan disajikan dalam bentuk petunjuk
kerja terstruktur dan sistematis yang mampu mengajak dan menuntun siswa
beraktivitas dalam proses pembelajaran agar siswa mampu memahami dan
mempelajari materi secara mandiri serta memfasilitasi kemampuan berpikir
kritis siswa.
8
LKPD berbasis pictorial riddle merupakan satu media pembelajaran yang
dirancang mempunyai langkah-langkah yang sistematis. Menurut
Sulistiyani (2015: 23) pictorial riddle merupakan salah satu bagian dari
model inkuiri karena dalam proses pembelajaran menekankan pada kegiatan
tanya jawab dan menemukan sendiri sebuah konsep. Proses inkuiri dapat
dilakukan oleh guru dengan menggunakan model pictorial riddle dalam
pembelajaran. Shinta (2013: 59) menjelaskan bahwa model pembelajaran
inquiry adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada
proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan
sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Menurut Sund
dalam Masfuah (2016: 106) pictorial riddle merupakan salah satu model
inkuiri yang dapat mengembangkan motivasi dan minat berupa gambar,
peragaan, atau situasi yang sesungguhnya dapat digunakan untuk
meningkatkan cara berpikir kritis dan kreatif siswa. Oleh karena itu, upaya
untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik, guru harus
mampu melibatkan peserta didik dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran,
sehingga konsep pemahaman materi dapat dikuasi oleh peserta didik. Guru
harus mampu mengarahkan peserta didik dalam pembelajaran untuk
menggali gagasan, ide kritis peserta didik. Berdasarkan dari beberapa
penjelasan diatas dan hasil angket analisis kebutuhan, maka peneliti
beranggapan bahwa diperlukan pengembangan LKPD berbasis pictorial
riddle untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik.
9
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas,maka identifikasi masalah
penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Rendahnya hasil belajar matematika peserta didik yang menunjukkan masih
di bawah KKM.
2. Kemampuan berpikir kritis peserta didik masih rendah.
3. LKPD yang digunakan belum memacu peserta didik untuk meningkatkan
kemampuan berpikir kritisnya.
4. Proses pembelajaran yang dilaksanakan masih teacher centered.
5. Peserta didik tidak termotivasi untuk aktif dalam proses pembelajaran.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, penelitian ini
dibatasi pada masalah LKPD yang digunakan belum memacu peserta didik
untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritisnya, dalam hal ini akan dibatasi
pada pengembangan LKPD matematika berbaisis pictorial riddle untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas IV.
D. Rumusan Permasalahan
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, rumusan
permasalahan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimanakah kelayakan pengembangan LKPD matematika berbasis
pictorial riddle untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta
didik kelas IV SD?
10
2. Bagaimanakah efektivitas pengembangan LKPD matematika berbasis
pictorial riddle dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta
didik kelas IV SD?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan permasalahan di atas, tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1. Untuk menghasilkan LKPD pictorial riddle yang layak digunakan untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik.
2. Untuk mengetahui efektivitas LKPD pictorial riddle dalam meningkatkan
kemampuan berpikir kritis peserta didik.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan khasanah keilmuan, wawasan,
danpengetahuan sebagai sumbangan pemikiran mengenai tahap dan proses
pengembangan LKPD matematika berbasis pictorial Riddle yang
diharapkan dapat dimanfaatkan oleh guru dan peserta didik dalam
pembelajaran di sekolah.Dengan demikian, kemampuan berpikir kritis
peserta didik dapat terfasilitasi dengan baik melalui LKPD tersebut.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis yang diharapkan akan diperoleh dari penelitian ini adalah
sebagai berikut.
11
a. Bagi Peserta Didik
Diharapkan dapat membantu peserta didik untuk meningkatkan
kemampuan berpikir kritis.
b. Bagi Guru
Diharapkan dapat memberi motivasi guru untuk lebih kreatif dalam
menyajikan pembelajaran agar peserta didik lebih tertarik mengikuti
kegiatan belajar. LKPD berbasis pictorial riddle dapat menjadi panduan
dan alat bantu dalam melaksanakan proses pembelajaran matematika di
kelas IV SD.
c. Bagi Sekolah
Diharapkan dapat dipakai sebagai sumbangan pemikiran untuk lebih
meningkatkan proses pembelajaran khususnya dalam pengembangan
bahan ajar dan penggunaan LKPD pada proses pembelajaran.
d. Bagi Peneliti Lain
Memberikan informasi bagi para peneliti berikutnya yang ingin
melakukan penelitian di bidang pendidikan.
G. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah mencakup hal-hal sebagai berikut.
1. Ruang Lingkup Ilmu
Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah mata pelajaran
matematika.
2. Ruang Lingkup Pendekatan
Ruang lingkup pendekatan dalam penelitian ini adalah kuantitatif.
12
3. Ruang Lingkup Objek
Ruang lingkup objek penelitian yang akan dilakukan adalah
pengembangan LKPD berbasis pictorial riddle sebagai bahan ajar dalam
pembelajaran matematika kelas IV.
4. Ruang Lingkup Subjek
Ruang lingkup subjek pada penelitian yang akan dilakukan adalah peserta
didik kelas IV SD Negeri 1 Tanjung Jaya
5. Ruang Lingkup Waktu dan Tempat
Ruang lingkup waktu dan tempat yang akan dilaksanakan penelitian
adalah pada semester genap tahun pelajaran 2018/2019 di SD Negeri 1
Tanjung Jaya.
13
II. KAJIAN TEORI
A. Teori Belajar
Teori belajar mendeskripsikan bagaimana manusia belajar. Teori belajar
diperlukan sebagai landasan terjadinya proses belajar. Menurut Trianto
(2011: 27) teori belajar pada dasarnya merupakan penjelasan bagaimana
terjadinya belajar atau bagaimana informasi diproses di dalam pikiran siswa.
Pada pengembangan LKPD pictorial riddle ini mengacu pada teori-teori
belajar behaviorisme, kognitif, dan konstruktivisme.
1. Teori Belajar Behaviorisme
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan
perubahan perilakunya. Menurut Sukarjo dan Ukim (2012: 34) teori ini
dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output
yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada
peserta didik, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan peserta didik
terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Teori ini
mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal
penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku
tersebut.
Menurut Santrock dalam Syah (2013: 111) paham behaviourisme yaitu
pandangan yang menyatakan bahwa perilaku harus dijelaskan melalui
14
proses pengalaman yang dapat diamati, bukan dengan proses mental.
Menurut kaum behavioris, perilaku adalah segala sesuatu yang kita
lakukan dan bisa dilihat secara langsung. Proses mental didefinisikan
sebagai pikiran, perasaan, dan motif yang dialami namun tidak bisa dilihat
oleh orang lain. Meskipun kita tidak bisa melihat secara riil. Selanjutnya
Sani (2014: 34: 34-35) Belajar menurut kaum behaviorisme adalah
perubahan tingkah laku yang dapat diamati dari hasil hubungan timbal
balik antara pendidik sebagai pemberi stimulus dan peserta didik sebagai
respon tindakan stimulus yang diberikan. Teori Behavioristik merupakan
teori dengan pandangan tetang belajar adalah perubahan dalam tingkah
laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon, atau dengan
kata lain Thorndike dalam Dimyati (2009: 123) berpendapat bahwa belajar
adalah perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk
bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara
stimulus dan respon. Berdasarkan teori behaviorisme ini, Agustin (2014:
92) juga berpendapat bahwa peserta didik dihadapkan dengan masalah
bahwa ia harus mempunyai pemahaman yang sama dengan apa yang
diberikan oleh guru.
2. Teori Belajar Kognitif
Menurut teori kognitifisme yang dikemukakan oleh Slavin dalam Sanjaya
(2008: 169) belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman,
perubahan tersebut tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang
diamati. Asumsi dasar teori ini adalah bahwa setiap orang telah
15
mempunyai pengalaman dan pengetahuan di dalam dirinya, pengetahuan
dan pengalaman ini tercatat dalam bentuk kognitif. Teori ini
mengungkapkan bahwa proses belajar akan lebih baik bila materi pelajaran
yang baru dapat beradaptasi secara tepat dan struktur kognitif yang sudah
dimiliki siswa. Suprijono (2013: 22) mengemukakan bahwa menurut teori
kognitivisme belajar merupakan peristiwa mental, bukan peristiwa
behavioral tampak lebih nyata hampir setiap peristiwa belajar. Menurut
Komalasari (2011: 20) teori kognitivisme berpendapat bahwa proses
belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahap-tahap perkembangan
sesuai dengan umurnya. Pola dan tahap-tahap ini bersifat hierarkis, artinya
harus dilalui berdasarkan urutan tertentu dan seseorang tidak dapat belajar
sesuatu yang berada diluar tahap kognitifnya.
Hartley dan Davies (2010: 67) mengemukakan bahwa prinsip-prinsipkognitifisme banyak diterapkan dalam dunia pendidikan khususnyadalam melaksanakan kegiatan perancangan pembelajaran, yangmeliputi: (1) peserta didik akan lenih mampu mengingat danmemahami sesuatu apabila pelajaran tersebut disusun berdasarkanpola dan logika tertentu; (2) Penyusunan materi pelajaran harus dariyang sederhana ke yang rumit. Untuk dapat melakukan tugas denganbaik peserta didik harus lebih tahu tugas-tugas yang bersifat lebihsederhana; (3) Belajar dengan memahami lebih baik daripadamenghafal tanpa pengertian. Sesuatu yang baru harus sesuai denganapa yang telah diketahui siswa sebelumnya. Tugas guru disini adalahmenunjukan hubungan apa yang telah diketahui sebelumnya; dan (4)adanya perbedaan individu pada siswa harus diperhatikan karenafaktor ini sangat mempengaruhi proses belajar siswa.
Hartley dan Davies (2010: 68) menyatakan bahwa perbedaan ini meliputi
kemampuan intelektual, kepribadian, kebutuhan akan sukses dan lain-lain.
16
3 Teori Belajar Kontruktivisme
Filsafat kontruktifisme menjadi landasan bagi banyak strategi
pembelajaran, yang dikenal dengan nama student-centered learning, yang
digunakan adalah pembelajaran bukan belajar mengajar. Menurut paham
konstruktivime, Agustin (2014: 2) berpendapat bahwa belajar merupakan
hasil konstruksi sendiri (pembelajar) sebagai hasil interaksinya terhadap
lingkungan belajar. Sejalan dengan pendapat tersebut Sanjaya (2013: 236)
mengemukakan belajar menurut teori konstruktivistik bukanlah sekedar
menghafal, akan tetapi, proses mengonstruksi pengetahuan melalui
pengalaman. Menurut teori konstruktivis, satu prinsip yang paling penting
dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar
memberikan pengetahuan kepada siswa. Selanjutnya Sani (2014: 34-35)
menjelaskan bahwa teori belajar konstruktivisme membahas kesadaran
sosial dalam kegiatan sosial kemudian terjadi pemaknaan atau kontruksi
pengetahuan baru serta transformasi. Peserta didik dapat membangun
konsep dari pengalaman-pengalamannya.
Degeng (2007: 31) menyatakan teori belajar konstruktifisme adalah sebuah
teori yang memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar
atau mencari kebutuhan dengan kemampuan menemukan keinginan atau
kebutuhannya tersebut dengan bantuan fasilitas orang lain. Sehingga teori
ini memberikan keaktifan terhadap manusia untuk belajar menemukan
sendiri kompetensi, pengetahuan, teknologi dan hal lain yang diperlukan
guna mengembangkan dirinya sendiri.Menurut Suprijono (2013: 38),
upaya perbaikan kualitas pembelajaran ke arah pembelajaran
17
konstruktivisme kian populer di bidang pendidikan pada dekade terakhir
ini, pembelajaran konstruktivisme lebih menekankan pada belajar operatif,
autentik, belajar kolaboratif dan kooperatif.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa teori
belajar adalah penjelasan mengenai bagaimana informasi diproses dalam
pikiran peserta didik, serta psoses terjadinya belajar dan pembelajaran.
Teori behaviorisme, konstruktivisme dan kognitif merupakan teori yang
dapat mendukung dalam mengembangkan LKPD berbasis pictorial riddle
pada penelitian ini.
B. Belajar
Proses belajar akan terjadi jika terjadi perubahan yang dialami oleh siswa
melalui berbagai cara yang diajarkan. Menurut Daryanto (2010: 2) belajar
adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Adapun
Pengertian belajar menurut Winkel dalam Susanto (2013: 4) adalah suatu
aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif antara seseorang
dengan lingkungan, dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sikap yang bersifat relatif
konstan dan berbekas.
Belajar menurut Sutikno (2014: 180) merupakan suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut
18
Hilgard & Bower dalam Fathurrohman & Sutikno (2010: 5), belajar
berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap suatu situasi
tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam
situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan. Menurut
Gagne dalam Suprijono (2013: 2), belajar adalah perubahan disposisi atau
kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi
tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara
alamiah.
Berdasarkan teori para ahli tersebut disimpulkan bahwa belajar adalah proses
interaksi peserta didik dengan lingkungannya yang menghasilkan perubahan
tingkah laku peserta didik. Perubahan tingkah laku yang dialami tersebut
karena adanya pengalaman baru yang diperoleh peserta didik. Belajar bukan
sekedar mengingat atau menghafal saja, namun lebih luas dari itu merupakan
mengalami.
C. Hasil Belajar
Hasil belajar dapat dilihat dari penguasaan peserta didik terhadap materi
pelajaran yang telah ditempuhnya selama proses pembelajaran yang
berlangsung. Menurut Sutikno (2014: 180) hasil belajar merupakan
kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah mengalami aktivitas belajar.
Kemudian Suprijono (2013: 5) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah
pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apersepsi
dan keterampilan. menurut Sudjana dalam Susanto (2013: 15) berpendapat
bahwa hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik dipengaruhi oleh dua
19
faktor utama, yaitu faktor dalam diri peserta didik dan faktor dari luar diri
peserta didik atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari dalam diri
peserta didik itu sendiri terutama terletak pada kemampuannya. Kemampuan
yang dimiliki oleh peserta didik sangat berpengaruh terhadap hasil belajar
peserta didik.
Dalam penelitian ini aspek penilaian yang diukur adalah aspek kognitif.
Inididasarkan tentang perubahan taksonomi tujuan pendidikan Bloom versi
1956 menjadi taksonomi belajar, mengajar dan asesmen pembelajaran.
Perubahan tersebut diawali oleh riset bertahun-tahun yang dilakukan
Anderson dalam Soedjadi, dkk (2006: 56) diantaranya terjadi perubahan
mendasar dari klasifikasi tujuan pendidikan untuk proses kognitif menjadi
duadimensi yaitu dimensi proses kognitif dan dimensi pengetahuan.
Dimensikognitif meliputi: (1) mengingat, (2) mengerti, (3) menerapkan,
(4)menganalisis, (5)mengevaluasi, dan (6) mencipta.
Anderson dalam Sumantri (2015: 66-88) mengelompokkan proses kognitif
peserta didik dalam enam jenjang sebagai berikut.
a) Mengingat (Remembering)Mengingat merupakan dimensi yang berperan penting dalampembelajaran bermakna (meaningfull learning) dan pemecahan masalah(problem solving). Mengingat meliputi mengenali (recognition) danmemanggil kembali (recalling).
b) Memahami (Understanding)Memahami berkaitan dengan aktivitas mengklasifikasikan(classification) dan membandingkan (comparing). Mengklasifikasikanakan muncul ketika peserta didik berusaha mengenali pengetahuanyang merupakan anggota dari kategori pengetahuan tertentu.
c) Menerapkan (Applaying)Menerapkan berkaitan dengan dimensi pengetahuan procedural(procedural knowledge). Menerapkan meliputi kegiatan menjalankanprosedur (executing) dan mengimplementasikan (implementing).
20
d) Menganalisis (Analysing)Menganalisis berkaitan dengan proses kognitif memberi atribut(attributeing) dan mengorganisasikan (organizing).
e) Menilai (Evaluating)Menilai meliputi mengecek (cheking) dan mengkritisi (critiquing).Mengecek mengarah pada kegiatan pengujian halhal yang tidakkonsisten atau kegagalan dari suatu operasi atau produk. Mengkritisimengarah pada penilaian suatu produk atau operasi berdasarkan padakriteria dan standar eksternal.
f) Menciptakan (Creating)Menciptakan mengarah pada kegiatan mengorganisasikan beberapa unsur
menjadi bentuk atau pola yang berbeda dari sebelumnya. Menciptakanmeliputi menggeneralisasikan (generating) dan memproduksi(producing).
Nawawi dalam Susanto (2014: 5) berpendapat bahwa terkait dengan
pendidikan formal, hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan
peserta didik dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan
dalam skor yang diperoleh dari hasil tes. Tes yang mampu mengukur
kemampuan kognitif dan psikomotor, sedangkan kemampuan afektif dapat
diamati dalam proses belajar peserta didik.
Berdasarkan pendapat para ahli tentang hasil belajar, maka dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan yang terjadi pada peserta didik
dalam proses belajar terhadap penguasaan mata pelajaran yang telah
ditempuh melalui penilaian yang komprehensip antara sikap, pengetahuan,
dan keterampilan. Hasil belajar yang diharapkan sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai pada setiap pembelajaran. Di sekolah hasil
belajar ini dapat dilihat dari penguasaan peserta didik terhadap mata pelajaran
yang telah ditempuhnya selama proses pembelajaran yang berlangsung.
21
D. Kemampuan Berpikir Kritis
Berpikir kritis membantu seorang individu untuk menyelesaikan
permasalahanya. Ennis (dalam Fisher 2009: 5) mengemukakan bahwa
berpikir kritis adalah proses yang bertujuan agar dapat membuat keputusan
yang masuk akal, jadi apa yang dipikirkan adalah yang terbaik dari kebenaran
yang dapat dilakukan dengan benar.
Amri dan Ahmadi (2015: 149-152) berpikir kritis adalah suatu aktivitas
kognitif yang berkaitan dengan penggunaan nalar. Menalar merupakan bagian
dari kegiatan berpikir kritis. Selanjutnya De Porter. dkk (2013: 298)
menyatakan bahwa berpikir kritis merupakan keterampilan tingkat tinggi
yang sangat penting dimiliki kepada peserta didik selain keterampilan
berpikir kreatif. Pada kegiatan berpikir kritis kita berlatih atau memasukkan
penilaian atau evaluasi yang cermat, seperti menilai kelayakan suatu gagasan
atau produk. Zayabalaradjane (2016:10) menjelaskan berpikir kritis sebagai
berikut.
“Critical thinking is the ability and willingness to assess claims and makeobjective judgments on the basis of well-supported reasons. It is the abilityto look for flaws in arguments and resist claims that have nosupportingevidence. It also fosters the ability to be creative and constructive togenerate possible explanations for findings, think of implications, andapply new knowledge to a broad range of social and personal problems.”
Menurut Kowiyah (2012: 175) berpikir kritis adalah mode berpikir mengenai
suatu hal, substansi atau masalah apa saja, guna meningkatkan kualitas
pemikirannya dengan menangani secara terampil struktur-struktur yang
melekat dalam pemikiran dan menerapkan standar-standar intelektual
padanya. Kemampuan berpikir kritis siswa tidak muncul dengan sendirinya
22
pada diri siswa. Tapi, perlu adanya pendekatan pembelajaran, baik metode
atau sumber belajar yang digunakan untuk meningkatan kemampuan berpikir
kritis siswa. Seperti halnya menurut pendapat Musharafa (2016: 28),
kemampuan berpikir kritis siswa dapat ditingkatkan dengan pendekatan
pembelajaran yang lebih banyakmelibatkan siswa secara aktif dalam proses
pembelajaran.Indikator berpikir kritis siswa menurut Saputro (2013: 3)
sebagai berikut.
1. Keterampilan menganalisis merupakan suatu keterampilan menguraikansebuah struktur ke dalam komponen-komponen agar mengetahuipengorganisasian struktur tersebut, dalam keterampilan tersebut tujuanpokoknya adalah memahami sebuah konsep global dengan caramenguraikan atau merinci globalitas tersebut ke dalam bagian-bagianyang lebihkecil dan terperinci;
2. Keterampilan mensistesis merupakan keterampilan yang berlawanandengan keterampilan menganalisis. Keterampilan menganalisis adalahketerampilan menghubungkan bagian-bagian menjadi sebuah bentukanatau susunan yang baru;
3. Keterampilan mengenal dan memecahkan masalah,keterampilan inimerupakan keterampilan aplikatif konsep kepada beberapa pengertianbaru. Keterampilan ini menutut pembaca untuk memahami bacaandengan kritis sehingga setelah kegiatan membaca selesai siswa mampumenangkap beberapa pikiran pokok bacaan,sehingga mampu mempolasebiah konsep. Tujuan keterampilan ini bertujuan agar pembaca mampumemahami dan menerapkan konsep-konsep ke dalam permasalahanatau ruang lingkup baru;
4. Keterampilan meyimpulkan ialah kegiatan akal pikiran manusiaberdasarkan pengertian/pengetahuan (kebenaran) yang dimilikinyadapat beranjak mencapai pengertian/pengetahuan (kebenaran) yangbaru yang lain;
5. Keterampilan mengevaluasi, keterampilan ini menuntut pemikiran yangmatang dalam menentukan nilai sesuatu dengan berbagai kriteria yangada. Keterampilan menilai menghendaki pembaca agar memberikanpenilaian tentang nilai yang diukur dengan menggunakan standartertentu.
Menurut Fisher (2009: 8), beberapa keterampilan berpikir kritis yang sangat
penting sebagai berikut.
1. Mengidentifikasi elemen-elemen dalam kasus yang dipikirkan,khususnya alasan-alasan dan kesimpulan-kesimpulan.
23
2. Mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi-asumsi.3. Mengklarifikasi dan menginterprestasi pertanyaan-pertanyaan dan
gagasan-gagasan.4. Menilai ekseptabilitas, khususnya kredibilitas, klaim klaim.5. Mengevaluasi ergumen-argumen yang beragam jenisnya.6. Menganalisis, mengevaluasi, dan menghasilkan penjelasan-penjelasan.7. Menganalisis, mengevaluasi, dan membuat keputusan-keputusan.8. Menarik inferensi-inferensi.9. Menghasilkan argumen argumen.
Menurut Dike (2010: 22), aspek dan sub indikator kemampuan berpikir kritis
adalah sebagai berikut.
1. Definisi dan klarifikasi masalah. Aspek ini memiliki beberapa subindikator antara lain :a. Mengidentifikasi isu-isu sentral atau pokok-pokok masalah.b. Membandingkan kesamaan dan perbedaan.c. Membuat dan merumuskan pertanyaan secara tepat (critical
question).2. Menilai informasi yang berhubungan dengan masalah
a. Siswa menemukan sebab-sebab kejadian permasalahan.b. Siswa mampu menilai dampak atau konsekuensi.c. Siswa mampu memprediksi konsekuensi lanjut dari dampak
kejadian.3. Solusi masalah/membuat kesimpulan dan memecahkan
a. Siswa mampu menjelaskan permasalahan dan membuat kesimpulansederhana.
b. Siswa merancang sebuah solusi sederhana.c. Siswa mampu merefleksikan nilai atau sikap dari peristiwa
Berdasarkan penjelasan tentang berpikir kritis oleh para ahli, dapat
disimpulkan bahwa berpikir kritis merupakan proses aktif yang dilakukan
untuk membuka pikiran dalam memperluas pemahaman yang bertujuan agar
dapat memecahkan masalah dan membuat keputusan yang benar dan masuk
akal. Indikator berpikir kritis yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah
mengidentifikasi, menganalisis, menghubungkan, dan memecahkan masalah.
24
E. Matematika
1. Pengertian Matematika
Matematika merupakan salah satu ilmu yang dimanfaatkan dalam
kehidupan sehari-hari, untuk peserta didik pada jenjang Sekolah Dasar
matematika merupakan kajian abstrak yang harus disajikan secara
konkret kata matematika menurut Depdiknas (dalam Susanto 2014:
184) berasal dari bahasa latin, “manthanein” atau “mathema” yang
berarti belajar atau hal yang perlu dipelajari. Sedangkan dalam bahasa
Belanda, matematika disebut “wiskunde” yang memiliki arti ilmu pasti.
Definisi-definisi matematika tersebut memiliki pengertian bahwa
matematika berhubungan dengan penalaran, bukan dengan hasil
eksperimen atau hasil observasi.
Menurut Sriwongchai (2015: 3) “mathematics is the science of thinking
and important thing to enhance thinking potency in learning process.
This because to learn concepts and solve the problem in mathematics
well, critical and creative thinking skills is needed”. Myklebustdalam
Abdurrahman (2012: 202) mengungkapkan bahwa matematika adalah
simbol yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-
hubungan kuantitatif dan ruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah
untuk memudahkan berfikir. Permendiknas No. 22 Tahun 2006
menyebutkan bahwa mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada
semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta
didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan
kreatif serta kemampuan kerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan
25
agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola,
dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang
selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Menurut Sutawijaya dalam
Aisyah (2014: 1), matematika mengkaji benda abstrak (benda pikiran)
yang disusun dalam suatu sistem aksiomatis dengan menggunakan
simbol (lambang) dan penalaran deduktif.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan matematika
adalah ilmu yang tersusun dari konsep-konsep abstrak hasil berpikir
logis, dan dimanipulasi melalui bahasa simbol atau notasi matematika
yang diperlukan dalam pemecahan persoalan. Matematika merupakan
ilmu yang diterapkan hampir disetiap aspek kehidupan.
2. Karakteristik Pembelajaran Matematika
Karakteristik artinya mempunyai sifat khas sesuai dengan perwatakan
tertentu. Menurut Hendriana (2014: 2-3) ciri matematika yaitu memiliki
bahasa simbol yang efisien, adanya sifat keteraturan, dan memiliki
kemampuan analisis kuantitatif yang membantu menghasilkan model
matematika yang diperlukan dalam pemecahan masalah berbagai
cabang ilmu pengetahuan dan masalah kehidupan sehari-hari.
Menurut Soejadi (2017: 13) secara umum matematika memiliki
beberapa karakteristik yang dapat merangkum pengertian matematika
yaitu (1) memiliki objek kajian abstrak, (2) bertumpu pada
kesepakatan, (3) berpola pikir deduktif, (4) memiliki symbol yang
kosong dari arti, (5) memperhatikan semesta pembicaraan, dan (6)
26
konsisten dalam sistemnya. Karakteristik matematika menurut
Sumardyono (2014: 31-45) antara lain sebagai berikut.
1) Matematika memiliki objek kajian abstrak yang terdiri dari:a) Fakta
Fakta adalah pemufakatan atau konvensi dalam matematikayang biasanya diungkapkan melalui simbol-simbol tertentu
b) Operasi atau RelasiOperasi adalah pengerjaan hitung, pengertian aljabar danpengerjaan matematika lainnya, sedangkan relasi adalahhubungan antara dua atau lebih elemen.
c) KonsepKonsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untukmenggolongkan atau mengkategorikan sekumpulan objek.
d) PrinsipPrinsip adalah objek matematika yang terdiri atas beberapafakta, beberapa konsep yang dikaitkan oleh suatu relasi atauoperasi.
2) Berlandaskan atas KesepakatanSimbol-simbol dan istilah-istilah dalam matematika merupakankesepakatan atau konvensi yang penting. Penggunaan ini akanlebih mudah untuk melakukan penghitungan dan melakukanpenyampaian hasil secara rinci pada pembahasan selanjutnya.
3) Berpola Pikir DeduktifMatematika bersifat deduktif. Pola pikir deduktif secarasederhana dapat dikatakan pemikiran yang berpangkal dari halyang bersifat umum diterapkan atau diarahkan kepada hal yangbersifat khusus.
4) Konsisten dalam SistemMatematika dibentuk dari beberapa aksioma dan memuatbeberapa teorema. Masing-masing sistem berlaku sifat konsistensiartinya dalam setiap sistem tidak boleh terkontradiksi.
5) Memiliki Simbol yang BerartiMatematika memiliki banyak sekali simbol-simbol, simbol-simbol tersebut membentuk kalimat dalam matematika yang biasadisebut model matematika.
6) Memperhatikan Ruang LingkupCakupan atau biasa disebut ruang lingkup bisa sempit bisa pulaluas. Benar salahnya atau ada tidaknya penyelesaian suatu soalatau masalah juga ditentukan oleh ruang lingkup yang digunakan.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik
matematika berbentuk penalaran deduktif, berupa simbol-simbol yang
memiliki arti, berisi kajian abstrak, menggunakan landasan yang
27
disepakati secara global, bersifat konsisten, dan memiliki ruang lingkup
tersendiri. Selain itu, matematika memiliki kemampuan dalam
menganalisis data-data secara kuantitatif yang dapat melakukan
perhimpunan data menjadi model matematika dan menyelesaikannya.
F. Model Pictorial Riddle
1. Pengertian Pictorial Riddle
Model pembelajaran pictorial riddle menurut Sund dalam Purwanto dkk
(2014: 118) merupakan salah satu tipe yang termasuk ke dalam
pembelajaran inkuiri. Inkuiri berasal dari bahasa Inggris inquiry yang
dapat diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban
terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukan. Menurut Shinta (2013: 59)
model pembelajaran inquiry adalah rangkaian kegiatan pembelajaran
yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk
mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang
dipertanyakan . Model pembelajaran pictorial riddle dijelaskan oleh
Sulistiyani (2015: 23) merupakan salah satu bagian dari model inkuiri
karena dalam proses pembelajaran menekankan pada kegiatan tanya
jawab dan menemukan sendiri sebuah konsep. Proses inkuiri dapat
dilakukan oleh guru dengan menggunakan model pictorial riddle dalam
pembelajaran.
Menurut Faturrohman (2015:106) dan Amien (1987: 57-61) ada
beberapa macam model inkuiri diantaranya sebagai berikut.
28
1. Guide InquiryPembelajaran inkuiri terbimbing yaitu suatu model pembelajaraninkuiri yang dalam pelaksanaanya pendidik menyediakan bimbinganatau petunjuk cukup luas kepada peserta didik. Sebagaiperencanaanya dibuat oleh pendidik, peserta didik tidak merumuskanproblem atau masalah. Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing,pendidik tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukanoleh peserta didik. Inkuiri terbimbing biasanya digunakan terutamabagi peserta didik yang belum berpengalaman belajar denganpendekatan inkuiri. Pada tahap-tahap awal pelaksanaanya diberibimbingan lebih banyak. Bimbingan tersebut berupa pertanyaan-pertanyaan pengarah agar peserta didik mampu menemukan sendiriarah dan tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk memecahkanmasalah yang disodorkan oleh pendidik. Pertanyaanpertanyaanpengarah yang langsung dikemukakan oleh pendidik juga diberikanmelaui pertanyaan yang dibuat dalam lembar kerja peserta didik(LKS) maupun model.
2. Modified Inquiry Modelpembelajaran inkuiri ini memiliki ciri pendidik hanya memberikanpermasalahan tersebut melalui pengamatan, percobaan, atauprosedur penelitian untuk memperoleh jawaban. Di samping itu,pendidik merupakan narasumber yang tugasnya hanya memberikanbantuan yang diperlukan untuk menghindari kegagalan dalammemecahkan masalah. Jika peserta didik tidak mengalami kegagalandan mampu memecahkan masalahnya, pendidik hanya sebagaifasilitator saja.
3. Free InquiryPada model ini peserta didik harus mengidentifikasikan danmerumuskan macam problem yang dipelajari dan dipecahkan. Jenismodel inkuiri ini lebih bebas dari pada kedua jenis inkuirisebelumnya. Pada model inkuiri ini pendidik memberikan masalahsaja, sedangakan prosedur dan pemecahan masalah tergantungkepada peserta didik. Jadi, pembelajaran aktif akan terbentuk dalammodel ini. Namun, model pembelajaran ini akan mengakibatkanpeserta didik yang berada di bawah standar tidak mampu mengikutipelajaran dengan baik.
4. Inquiry Role ApproachPendekatan model inkuiri ini melibatkan peranan peserta didikdalam timtim yang masing-masing terdiri atas empat orang untukmemecahkan masalah yang diberikan. Masing-masing anggotamemegang peranan yang berbeda, yaitu sebagai koordinator tim,penasihat teknis, pencatat data, dan evaluator proses.
29
5. Invitation into InquiryJenis model inkuiri ini melibatkan peserta didik dalam prosespemecahan masalah dengan cara-cara lain yang ditempuh parailmuan. Suatu invitasi memberikan problem atau masalah kepadapara peserta didik melalui pertanyaan yang telah direncanakandengan hati-hati dan mendorong peserta didik untuk melakukanbeberapa kegiatan sebagai berikut: a) Merancang eksperimenb) Merumuskan Hipotesis c) Menentukan sebab akibatd) Menginterprestasikan data e) Membuat grafik f) Menentukanperanan dalam diskusi dan kesimpulan dalam merencanakanpenelitian g) Mengenal bagaimana kesalahan eksperimental mungkindapat dikurangi atau diperkecil.
6. Pictorial RiddleModel ini merupakan model pembelajaran yang dapatmengembangkan motivasi dan minat peserta didik dalam diskusikelompok kecil atau besar yang dapat digunakan untukmeningkatkan cara berfikir kritis dan kreatif para peserta didik.Biasanya, suatu materi berupa gambar dipapan tulis, poster, ataudiproyeksikan dari suatu transparasi kemudian pendidik mengajukanpertanyaan yang berkaitan dengan materi itu.
7. Synectics LessonPada jenis ini pendidik hendaknya memusatkan keterlibatan pesertadidik untuk membuat berbagai macambentuk kiasan supaya dapatmembuka intelegensinya dan mengembangkan kreativitasnta. Hal inidapat dilaksanakan karena kiasan dapat membantu peserta didikdalam berpikir untuk memandang suatu problem sehingga dapatmenunjang timbulnya ide-ide kreatif.
8. Value ClarificationPada model pembelajaran inkuiri jenis ini peserta didik lebihfokuskan pada pemberian kejelasan tentang suatu tata aturan ataunilai-nilai pada suatu proses pembelajaran. Model pembelajaranyang satu ini merupakan bagian dari model pembelajaran inkuiriyang mengarah pada internalisasi nilai-nilai yang telah menjadisebuah budaya. Praktiknya adalah peserta didik di ajak untukmengenal nilai-nilai yang ada disekitarnya lalu di arahkan untukmencari maksud dari nilai tersebut dan berusaha untuk diterapkan.
Sesuai dengan penjelasan Faturrohman (2015:205) bahwa pictorial riddle
merupakan model pembelajaran yang dapat mengembangkan motivasi dan
minat peserta didik dalam diskusi kelompok kecil atau besar yang dapat
digunakan untuk meningkatkan cara berpikir kritis dan kreatif para peserta
30
didik. Kemudian menurut Kristianingsih, dkk (2010: 10) pictorial riddle
adalah suatu model pembelajaran untuk mengembangkan aktivitas siswa
dalam diskusi kelompok kecil maupun besar melalui penyajian masalah
yang disajikan dalam bentuk ilustrasi. Menurut Sund dalam Masfuah
(2016: 106) pictorial riddle merupakan salah satu model inkuiri yang
dapat mengembangkan motivasi dan minat berupa gambar, peragaan, atau
situasi yang sesungguhnya dapat digunakan untuk meningkatkan cara
berpikir kritis dan kreatif siswa. Sejalan dengan teori tersebut Maghfira
(2018: 8) juga menyatakan bahwa model pembelajaran inkuiri pictorial
riddle dapat dijadikan alternatif untuk meningkatkan keaktifan siswa,
penggunaan gambar atau animasi harus dipilih sesuai materi dan mampu
menarik perhatian siswa sehingga meningkatkan motivasi siswa untuk
memahami materi pelajaran.
Berdasarkan penjelasan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
pictorial riddle merupakan salah satu model pembelajaran inkuiri dimana
peserta didik harus menyelesaikan permasalahan berupa gambar riddle di
dalamnya berisi suatu konsep dari materi yang diajarkan yang dapat
memotivasi dan menstimulus peserta didik untuk berpikir kritis dan
kreatif, dan penyelesaian masalah dilakukan dengan cara berdiskusi.
3. Langkah-langkah Pictorial Riddle
Samsudin (2009 : 11) menjelaskah langkah-langkah pictorial riddle adalah
sebagai berikut.
1. Peserta didik disajikan permasalahan dengan gambar peristiwayang menimbulkan teka-teki.
31
2. Peserta didik mengidentifikasi masalah secara berkelompokdari permasalahan yang diberikan.
3. Peserta didik melakukan pengamatan berdasarkan riddlebergambar yang mengandung permasalahan.
4. Peserta didik merumuskan penjelasan melalui diskusi.5. Siswa melakukan kegiatan analisis inkuiri melalui tanya jawab.
Dalam hal ini peserta didik mempresentasikan hasil diskusikelompoknya.
Adapun sintak pembelajaran dari pictorial riddle yang dikemukakan
oleh Sudirman (1992: 192 ) adalah sebagai berikut.
1. Penyajian masalah. Siswa diundang ke dalam suatupermasalahan berupa peristiwa yang menimbulkan teka-teki,permasalahan tersebut disajikan dalam bentuk gambar
2. Pengumpulan dan verifikasi data3. Mengidentifikasi masalah secara berkelompok dari
permasalahan yang diberikan4. Mengadakan eksperimen dan pengumpulan data5. Melakukan pengamatan berdasarkan riddle (gambar) yang
mengandung permasalahan6. Siswa merumuskan penjelasan7. Siswa melakukan diskusi8. Siswa melakukan tanya jawab
Trowbridge and Bybee dalam Awal (2015 : 4) langkah-langkah
pembelajaran pictorial riddle adalah sebagai berikut.
1. Langkah pembelajaran pictorial riddle dimulai denganmenyajikan masalah dalam bentuk gambar
2. Mengumpulkan dan memverifikasi data secara berkelompok,kemudian
3. Siswa melakukan pengamatan pada gambar yang mengandungpermasalahan,
4. Setelah itu siswa melakukan diskusi untuk merumuskanpenjelasan, dan
5. Siswa mengadakan analisis untuk melakukan tanya jawab.
Langkah-langkah pembelajaran pictorial riddle Iqbal (2018 : 12) yaitu
sebagai berikut.
1. Disajikan permasalahan kepada siswa berupa gambar peristiwayang menimbulkan teka-teki.
2. Guru memberikan pertanyaan tentang gambar (masalah)kepada siswa.
32
3. Siswa mengidentifikasi masalah secara berkelompok.4. Siswa melakukan pengamatan berdasarkan gambar riddle yang
mengandung permasalahan.5. Siswa mengadakan analisis inkuiri melalui diskusi.6. Siswa mempresentasikan hasil diskusi.
Menurut Trowbridge and Bybee dalam Awal (2015 : 4) Langkah-
langkah dalam membuat rancangan suatu riddle sebagi berikut.
1. Memilih beberapa konsep atau prinsip yang akan diajarkanatau didiskusikan
2. Melukis suatu gambar, menunjukkan suatu ilustrasi ataumenggunakan potret (gambar) yang menunjukkan konsep,proses atau situasi
3. Suatu prosedur bergantian untuk menunjukkan sesuatu yangtidak sewajarnya, dan kemudian meminta siswa untukmencari dan menemukan mana yang salah dengan riddletersebut
4. Membuat pertanyaan-pertanyaan berbentuk divergen yangberorientasikan pada proses dan berkaitan dengan riddle(gambar dan sebagainya) yang akan membantu siswamemperoleh pengertian tentang konsep atau prinsip apakahyang terlibat di dalamnya
Adapun Salimatun (2015: 14) mengemukakan langkah-langkah dalam
membuat rancangan suatu riddle sebagi berikut.
1. Guru memilih beberapa konsep atau prinsip yang akandiajarkan atau didiskusikan.
2. Memilih suatu gambar, menunjukkan suatu ilustrasi ataumenggunakan potret gambar yang menunjukkan suatukonsep, proses atau situasi dan menyajikan kepada siswapermasalahan dari suatu gambar yang menimbulkan teka-teki.
3. Siswa diminta untuk mengidentifkasi masalah secaraberkelompok dari permasalahan yang diberikan.
4. Siswa diminta untuk melakukan pengamatan berdasarkangambar yang mengandung permasalahan.
5. Siswa merumuskan penjelasan melalui diskusi.6. Siswa mengadakan analisis melalui tanya jawab
Selajutnya Nilova (2017: 27) menjelaskan langkah-langkah
pembelajaran pictorial riddle sebagai berikut.
33
1. Disajikan permasalahan kepada siswa berupa gambar peristiwayang menimbulkan teka-teki.
2. Guru memberikan pertanyaan tentang gambar (masalah)kepada siswa.
3. Siswa mengidentifikasi masalah secara berkelompok.4. Siswa melakukan pengamatan berdasarkan gambar riddle
yangmengandung permasalahan.5. Siswa mengadakan analisis inkuiri melalui diskusi.6. Siswa mempresentasikan hasil diskusi.
Dapat disimpulkan langkah-langkah pembelajaran pictorial riddle
sebagai berikut.
1. Disajikan masalah dalam bentuk gambar kepada peserta didik.
2. Peserta didik mengamati tampilan gambar tersebut.
3. Peserta didik merumuskan permasalahan yang terdapat dalam
gambar.
4. Peserta didik mengumpulkan data/informasi dari rangkaian jawaban
gambar yang ditampilkan.
5. Peserta didik melakukan diskusi dan menyatukan argumen serta
pendapat mereka terkait gambar yang telah ditampilkan.
6. Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi yang telah dilakukan
dalam kelompoknya.
7. Peserta didik melakukan tanya jawab antar kelompok.
8. Peserta didik membuat kesimpulan.
3. Kelebihan dan Kekurangan
Seperti halnya model pembelajaran yang lain Samsudin (2009: 17)
pembelajaran pictorial riddle juga mempunyai kelebihan maupun
kekurangan. Adapun kelebihan model pembelajaran pictorial riddle,
antara lain.
34
1. Siswa lebih memahami konsep-konsep dasar dan dapatmendorong siswa untuk mengeluarkan ide-idenya.
2. Melalui teka-teki bergambar, materi yang diberikan dapat lebihlama terekam dalam ingatan siswa.
3. Mendorong siswa untuk berpikir kritis sehingga siswa mampumengeluarkan inisiatifnya sendiri.
4. Mendorong siswa untuk dapat berpikir intuitif dan merumuskanhipotesisnya sendiri.
5. Meningkatkan motivasi belajar siswa.6. Siswa tidak hanya belajar tentang konsep-konsep dan prinsip-
prinsip, tetapi ia juga mengalami proses belajar tentangpengarahan diri sendiri, tanggung jawab, komunikasi sosial.
7. Dapat membentuk dan mengembangkan self-concept pada dirisiswa.
8. Dapat memperkaya dan memperdalam materi yang dipelajarisehingga materi dapat bertahan lama di dalam ingatan.
Adapun kekurangan pembelajaran pictorial riddle, antara lain sebagai
berikut.
1. Siswa yang terbiasa belajar dengan hanya menerima informasidari guru akan kesulitan jika dituntut untuk berpikir sendiri.
2. Guru dituntut mengubah kebiasaan mengajarnya yang mulanyasebagai pemberi atau penyaji informasi menjadi sebagaifasilitator, motivator, dan pembimbing siswa dalam belajar.
3. Banyaknya kebebasan yang diberikan siswa dalam belajar tidakmenjamin bahwa siswa belajar dengan tekun, penuh aktivitas, danterarah.
4. Berbagai sumber belajar dan fasilitas yang dibutuhkan tidakselalu mudah disediakan.
5. Siswa membutuhkan lebih banyak bimbingan guru untukmelakukan penyelidikan atau pun aktivitas belajar lain.
6. Penggunaan model pembelajaran ini pada kelas besar serta jumlahguru yang terbatas membuat tidak optimalnyapembelajaran.Pemecahan masalah dapat bersifat mekanistis,formalitas, dan membosankan
Dari uraian tersebut dapat dipahami bahwa kelebihan pembelajaran
pictorial riddle adalah dapat merangsang siswa untuk berfikir lebih
kritis terhadap permasalahan yang disajikan dalam bentuk teka-teki
bergambar. Hal tersebut karena teka-teki bergambar dapat menggugah
keingintahuan siswa terhadap permasalahan yang dihadirkan, sehingga
35
siswa terdorong untuk lebih dalam lagi mempelajari permasalahan
tersebut. Sedangkan kekurangan pembelajaran pictorial riddle adalah
sulitnya pengkondisian kelas yang nantinya guru lakukan dikarenakan
dalam model pembelajaran ini siswa mempunyai kebebasan yang lebih
banyak untuk melakukan aktivitas di dalam kelompoknya.
G. LKPD
1. Pengertian Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD)
LKPD berperan sangat besar dalam proses pembelajaran karena
bertujuan untuk mempermudah peserta didik melakukan proses-proses
belajar, selain itu dapat meningkatkan aktivitas peserta didik dalam
belajar dan penggunaannya dalam pembelajaran dapat membantu guru
untuk mengarahkan peserta didiknya menemukan konsep-konsep
melalui aktivitasnya sendiri. Menurut Prastowo (2012: 204) LKPD
merupakan suatu bahan ajar cetak yang berupa lembaran-lembaran yang
berisi materi, ringkasan dan petunjuk yang harus dilaksanakan oleh
peserta didik. Menurut Töman (2013: 174) Worksheets are one of the
teaching methods which can be done individually or in group work and
enable conceptual development. LKPD merupakan alat yang digunakan
sebagai metode pembelajaran yang dilakukan secara individu atau
kelompok. Depdiknas (2008: 13) menyatakan bahwa LKPD adalah
lembaran-lembaran berisi pertanyaan-pertanyaan atau soal-soal yang
harus dikerjakan oleh peserta didik, yang didalamnya disertai petunjuk
dan langkah-langkah kerja untuk menyelesaikan soal-soal berupa teori
maupun praktik. Yasir, dkk (2013: 76) menyatakan bahwa LKPD
36
merupakan bimbingan (stimulus) guru dalam pembelajaran yang
disajikan secara tertulis yang perlu memperhatikan kriteria media grafis
sebagai media visual untuk menarik perhatian peserta didik dan
pemilihan materi serta pertanyaan sebagai stimulus yang efisien dan
efektif. Menurut Abdurrahman (2015: 28) LKS merupakan sejumlah
lembar yang berisi aktivitas yang bisa dilakukan oleh siswa untuk
melaksanakan aktivitas realistik ber kaitan dengan objek/permasalahan
yang sedang dipelajari, kemudian menurut Dahar dalam Suyanto dkk
(2011), Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembar kerja yang berisikan
informasi dan interaksi dari guru kepada siswa agar siswa dapat
mengerjakan sendiri suatu aktifitas belajar, melalui praktek atau
penerapan hasil-hasil belajar untuk mencapai tujuan instruksional.
Menurut Trianto (2012: 222) LKPD adalah panduan peserta didik yang
digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan
masalah. Lembar kerja peserta didik dapat berupa panduan untuk
latihan pengembangan aspek kognitif maupun panduan untuk semua
aspek pembelajaran dalam bentuk panduan eksperimen atau
demonstrasi. Sedangkan menurut Choo, dkk (2011: 519) lembar kerja
sebagai alat instruksional yang terdiri dari serangkaian pertanyaan dan
informasi yang dirancang untuk membimbing peserta didik untuk
memahami ide-ide yang kompleks karena mereka bekerja secara
sistematis. Peserta didik dapat berkonsultasi dengan menggunakan
lembar kerja ini untuk memantau sejauh mana mereka mengalami
kemajuan dalam pemecahan masalah.
37
Berdasarkan pernyataan para ahli terkait LKPD, peneliti menyimpulkan
bahwa LKPD merupakan media cetak berupa lembaran yang digunakan
peserta didik untuk mengerjakan tugas dari pelajarannya guna melatih
dan mengukur pemahaman serta melihat pengembangan peserta didik
aspek kognitif maupun semua aspek pembelajaran dalam bentuk
panduan eksperimen atau demonstrasi. LKPD sangat membantu dalam
kegiatan pembelajaran peserta didik yang tidak hanya dengan
mendengarkan penjelasan pendidik tetapi juga dapat menuntun peserta
didik dalam melakukan kegiatan seperti melakukan pengamatan,
percobaan, mengidentifikasi tugas yang diberikan guru.
2. Tujuan LKPD
Tujuan dari penyusunan LKPD menurut pendapat Prastowo (2012:206)
adalah sebagai berikut.
1. Menyajikan bahan ajar yang memudahkan peserta didik untukberinteraksi dengan materi yang diberikan.
2. Menyajikan tugas-tugas yang meningkatkan penguasaan pesertadidik terhadap materi yang diberikan.
3. Melatih kemandirian belajar peserta didik.4. Memudahkan guru dalam memberikan tugas kepada peserta
didik.5. Memperkuat dan menunjang tujuan pembelajaran dan
ketercapaian indikator serta kompetensi dasar dan kompetensiinti yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
6. Membantu peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
tujuan LKPD adalah untuk memudahkan siswa dalam memahami
materi pelajaran. Selain itu mendorong pembelajaran menjadi lebih
aktif khususnya bagi peserta didik.
38
3. Manfaat LKPD
Menurut Lee (2014: 95) Lembar Kegiatan (LK) dapat bermanfaat
dalam banyak hal termasuk prestasi akademik. Misalnya, sebagai
suplemen untuk buku-buku, memberikan informasi tambahan untuk
kelas tertentu, dapat membantu mengkontruksi pengetahuan peserta
didik, selain itu LK akan dapat menarik minat peserta didik jika
digabungkan dengan metode pengajaran tertentu. Depdiknas (2008: 9)
menjelaskan bahwa LKPD disusun dengan tujuan sebagai berikut.
(a) Menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutankurikulum dengan mempertimbangkan kebutuhan peserta didik,karakteristik dan lingkungan peserta didik. (b) Membantupeserta didik dalam memperoleh alternatif bahan ajar disamping buku-buku teks yang terkadang sulit diperoleh. (c)Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran.
Menurut Darmojo dan Kaligis (1993: 40) mengajar dengan
menggunakan LKPD dalam proses belajar mengajar memberikan
manfaat, antara lain, memudahkan guru dalam mengelola proses
pembelajaran. Misalnya, dalam mengubah kondisi belajar yang semula
berpusat pada guru (teacher centered) menjadi berpusat pada peserta
didik (student centered). Selanjutnya, Abdurrahman (2015: 98)
mengungkapkan beberapa manfaat LKPD sebagai berikut:
(1)dapat membantu guru dalam mengarahkan peserta didiknyauntuk dapat menemukan konsep-konsep melalui aktivitasnyasendiri atau dalam kelompok kerja,(2) dapat digunakan untukmengembangkan keterampilan proses, sikap ilmiah sertamembangkitkan minat peserta didik terhadap alam sekitarnya,dan (3)dapat memudahkan guru untuk melihat keberhasilanpeserta didik dalam mencapai tujuan belajar.
39
Kelebihan LKPD diungkapkan menurut Trianto (2011: 212), LKPD
untuk mengaktifkan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran,
membantu peserta didik menemukan dan mengembangkan konsep,
melatih peserta didik menemukan konsep, menjadi alternatif cara
penyajian materi pelajaran yang menekankan keaktifan peserta didik,
serta dapat memotivasi peserta didik. Dilihat dari kelebihannya LKPD
merupakan salah satu sumber belajar peserta didik yang dapat
membantu peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
telah ditentukan.
4. Langkah-Langkah Membuat LKPD
LKPD yang bermanfaat bagi peserta didik atau guru, diperlukan
pemahaman mengenai langkah-langkah pembuatan LKPD sehingga
LKPD yang diciptakan guru efisien digunakan dalam pembelajaran.
LKPD disusun secara sistematis berdasarkan langkah-langkah yang
ditentukan. Hal ini bertujuan agar LKPD dapat memenuhi syarat-syarat
penyusunan LKPD yang harus dipenuhi. Menurut Prastowo (2012: 210)
langkah-langkah penyusunan LKPD adalah; (a) melakukan analisis
kurikulum, (b) menyusun peta kebutuhan LKPD, (c) menentukan judul
judul LKPD, dan (d) penulisan LKPD. Ranjit (2012: 2) menyarankan
sembilan tahapan dalam mengembangkan LKPD sebagai berikut.
1. Identifikasi kebutuhan dan masalah2. Analisis masalah, identifikasi faktor kebutuhan dan motivasi,
serta taktik persuasi3. Merumuskan dan menetapkan tujuan4. Menyeleksi topik5. Menyeleksi bentuk (format)6. Penyusunan konten: visual script
40
7. Editing8. Testing (pengujian)9. Revisi
Depdiknas (2008: 23) menjelaskan dalam menyiapkan LKPD dapat
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1. Analisis KurikulumAnalisis kurikulum dimaksudkan untuk menentukan materi-materi mana yang memerlukan bahan ajar LKPD. Biasanya dalammenentukan materi dianalisis dengan cara melihat materi pokokdan pengalaman belajar dari materi yang akan diajarkan,kemudian kompetesi yang harus dimiliki oleh peserta didik.
2. Menyusun Peta Kebutuhan LKPDPeta kebutuhan LKPD berguna untuk mengetahui jumlah LKPDyang harus ditulis dan sekuensi atau urutan LKPD-nya juga dapatdilihat. Sekuens LKPD ini sangat diperlukan dalam menentukanprioritas penulisan.
3. Menentukan Judul-judul LKPDJudul LKPD ditentukan atas dasar KD-KD, materi-materi pokokatau pengalaman belajar yang terdapat dalam kurikulum. Satu KDdapat dijadikan sebagai judul LKPD apabila KD tidak terlalubesar.
4. Penulisan LKPDPenulisan LKPD dapat dilakukan dengan langkah-langkahsebagai berikut.a) Perumusan KD yang harus dikuasai
Rumusan KD pada suatu LKPD langsung diturunkan daridokumen standar isi.
b) Menentukan alat PenilaianPenilaian dilakukan terhadap proses kerja dan hasil kerjapeserta didik. Karena pendekatan pembelajaran yangdigunakan adalah kompetensi, dimana penilaiannya didasarkanpada penguasaan kompetensi, maka alat penilaian yang cocokadalah menggunakan pendekatan Panilaian Acuan Patokan(PAP) atau Criterion Referenced Assesment.
c) Penyusunan MateriMateri LKPD sangat tergantung pada KD yang akan dicapai.Materi LKPD dapat berupa informasi pendukung, yaitu ruanglingkup substansi yang akan dipelajari. Tugas-tugas harusditulis secara jelas guna mengurangi pertanyaan dari pesertadidik tentang hal-hal yang seharusnya peserta didik dapatmelakukannya.
d) Struktur LKPDStruktur LKPD secara umum adalah sebagai berikut. - Judul -Petunjuk belajar (petunjuk peserta didik) - Kompetensi yang
41
akan dicapai - Informasi pendukung - Tugas-tugas danlangkah-langkah kerja - Penilaian
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dibuat garis besar bahwa
langkah-langkah pengembangan LKPD meliputi melakukan analisis
kebutuhan, merumuskan tujuan, penulisan LKPD, dan melakukan
revisi.
5. Syarat-syarat Penyusunan LKPD
LKPD yang baik harus disusun dengan mengacu pada berbagai syarat
yang harus dipenuhi. Guru dapat mengembangkan desain LKPD
dengan memperhatikan tingkat kemampuan dan pengetahuan peserta
didik. Roheati (2012: 21) menjelaskan syarat LKPD sebagai berikut.
(1)syarat didaktik mengatur penggunaan LKPD yang bersifatuniversal, menekankan pada proses menemukan konsep, terdapatvariasi stimulus melalui berbagai media. (2) syarat konstruksiberhubungan dengan penggunaan bahasa, tingkat kesukaran, dankejelasan dalam LKPD. (3) Syarat teknis menekankan pada tulisan,gambar, penampilan dalam LKPD.
Menurut Darmodjo (2012: 41-46) LKPD dikatakan berkualitas baik bila
memenuhi syarat sebagai berikut.
1. Syarat-syarat Didaktik LKPDsebagai salah satu bentuk sarana pembelajaran haruslahmemenuhi persyaratan didaktik, artinya LKPD harus mengikutiasas-asas belajar dan mengajar yang efektif, yaitu:a) Memperhatikan adanya perbedaan individual.b) Tekanan pada proses untuk menemukan konsep-konsep.c) Memiliki variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan
peserta didik.d) Dapat mengembangkan kemampuan komunikasi sosial,
emosional, moral, dan estetika pada diri peserta didik.e) Pengalaman belajarnya ditentukan oleh tujuan pengembangan
pribadi peserta didik dan bukan ditentukan oleh materi bahanpelajaran.
42
2. Syarat-syarat KonstruksiSyarat konstruksi ialah syarat-syarat yang berkenaan denganpenggunaan bahasa, susunan kalimat, kosa-kata, tingkatkesukaran, dan kejelasan yang pada hakikatnya haruslah tepatguna dalam arti dapat dimengerti oleh pengguna yaitu pesertadidik.a) Menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat kedewasaan
peserta didik.b) Menggunakan struktur kalimat yang jelas.c) Memiliki tata urutan pelajaran yang sesuai dengan tingkat
kemampuan peserta didik.d) Hindarkan pertanyaan yang terlalu terbuka.e) Tidak mengacu pada buku sumber yang di luar kemampuan
keterbacaan peserta didik.f) Menyediakan ruangan yang cukup untuk memberi keleluasaan
pada peserta didik untuk menuliskan jawaban ataumenggambar pada LKPD.
g) Menggunakan kalimat yang sederhana dan pendek.h) Menggunakan lebih banyak ilustrasi daripada kata-kata.i) Dapat digunakan untuk semua peserta didik, baik yang lamban
maupun yang cepat.j) Memiliki tujuan belajar yang jelas serta bermanfaat sebagai
sumber motivasi.k) Mempunyai identitas untuk memudahkan administrasinya.
3. Syarat-syarat Teknisa) Menggunakan huruf cetak dan tidak menggunakan huruf Latin
atau Romawi.b) Gunakan huruf tebal yang agak besar untuk topik, bukan huruf
biasa yang diberi garis bawah.c) Gunakan tidak lebih dari 10 kata dalam satu baris.d) Gunakan bingkai untuk membedakan kalimat perintah dengan
jawaban peserta didik.e) Usahakan perbandingan besarnya huruf dengan gambar serasi.
H. Hasil Penelitian yang Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Pramesti (2017) menunjukkan bahwa
LKPD berbasis pictorial riddle dapat meningkatkan kemampuan berpikir
kritis peserta didik yang tunjukkan dengan peningkatan nilai kemampuan
berpikir kritis peserta didik.
43
2. Penelitian yang dilakukan Purwanto, dkk (2014) hasil penelitian
menunjukkan bahwa model pembelajaran inkuiri tipe pictorial riddle
dengan konten integrasi-interkoneksi pada materi suhu dan kalor efektif
atau berpengaruh positif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis
siswa SMA.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Iqbal (2018), menunjukkan bahwa
dengan menggunakan model inkuiri tipe pictorial riddle berpengaruh
terhadap kemampuan hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa kelas
eskperimen meningkat lebih tinggi Siswa tertarik mengikuti pembelajaran
dengan model inkuiri tipe pictorial riddle.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Masfuah (2016) menunjukkan bahwa
metode pictorial riddle melalui pembelajaran, Attention, Relevance
Confidence, Satisfaction (ARCS) dapat meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah dan motivasi berprestasi siswa.
5. Penelitian Sulistiyani (2015) yang dilakukan oleh model pembelajaran
Pictorial Riddle efektif untuk meningkatkan hasil belajar IPS materi uang
dan pengelolaan uang tema permainan siswa SD
6. Penelitian yang dilakukan oleh Kristianingsih (2010), hasil yang diperoleh
hasil bahwa model pembelajaran inkuiri dengan metode pictorial riddle
dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
7. Penelitian yang dilakukan oleh Chusni (2016) menunjukkan bahwa
penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode pictorial riddle
mampu meningkatkan pemahaman konsep siswa.
44
8. Penelitian yang dilakukan oleh Awal (2015) menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan penguasaan konsep fisika siswa SMAN 1 Bontonompo
setelah diajar menggunakan metode pictorial riddle dalam kategori
sedang, sehingga metode pictorial riddle dapat dijadikan sebagai salah
satu alternatif metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran fisika.
9. Penelitian yang dilakukan oleh Luziyati (2017) menunjukkan bahwa
model pembelajaran inquiry pictorial riddle dapat digunakan untuk
meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
10. Penelitian yang dilakukan oleh Nilova (2017) hasil yang diperoleh yaitu
terdapat pengaruh yang signifikan dari pengaruh metode pembelajaran
pictorial riddle bebasis mind mapping terhadap kemampuan berpikir kritis
dan sikap kreatif peserta didik pada materi keanekaragaman hayati
Indonesia.
11. Penelitian yang dilakukan oleh Lee (2014) dengan hasil penelitian
mengungkapkan bahwa lembar kerja dapat berguna dalam hal prestasi
akademik , sebagai penunjang untuk buku teks, lembar kerja dapat
digunakan untuk menambah informasi untuk kelas tertentu. Selain itu,
lembar kerja dapat digunakan peserta didik untuk mengonstruksi
pengetahuan.
12. Penelitian yang dilakukan oleh Toman (2013) hasil penelitian
menunjukkan bahwa LKPD yang dikembangkan berbasis model
pembelajaran 5 E dan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan prestasi
akademik peserta didik.
45
Penelitian yang relevan di atas memiliki persamaan dan perbedaan dengan
penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti. Kesamaannya diaantaranya adalah
menggunakan pictorial riddle sebagai model pembelajaran, mengembangkan
LKPD berbasis pictorial riddle, dan bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan berpikir kritis peserta didik. Perbedaannya adalah materi pokok
yang diajarkan dan subjek uji coba produk berbeda-beda tingkatan.
I. Kerangka Pikir Penelitian
Tuntutan abad 21 mengharuskan siswa memiliki kemampuan Creativity,
Critical Thinking, Communication, and Collaboration. Proses belajar
mengajar akan berjalan efektif dan efisien bila didukung dengan tersedianya
bahan ajar atau alat bantu yang menunjang. Penyediaan bahan ajar serta
metode mengajar yang sesuai sangat diperlukan bagi pengembangan potensi
peserta didik secara optimal.
Kerangka pikir dari penelitian ini berupa input (kondisi awal), process
(tindakan) dan output (kondisi akhir). Input yang isinya adalah rendahnya
hasil belajar matematika peserta didik yang menunjukkan masih di bawah
KKM. Kemampuan berpikir kritis masih rendah. LKPD yang digunakan
belum memacu peserta didik untuk meningkatkan kemampuan berpikir
kritisnya. Proses pembelajaran yang dilaksanakan masih teacher centered.
Peserta didik tidak termotivasi untuk aktif dalam proses pembelajaran.
Lalu, dilanjutkan dengan process yang berkaitan dengan masalah LKPD
yang digunakan belum memacu peserta didik untuk meningkatkan
kemampuan berpikir kritisnya. Keberhasilan proses belajar tidak hanya
46
terpaku dengan guru sebagai pendidik saja, namun butuh partisipasi aktif dari
peserta didik dan bervariasinya media atau alat pembelajaran. Salah satu
media pembelajaran yang dapat menunjang proses belajar yaitu dengan
adanya bahan ajar berupa LKPD. LKPD merupakan bahan ajar media cetak
yang berisi lembaran-lembaran pekerjaan atau bahan-bahan sebagai panduan
peserta didik belajar secara aktif dan membangun aktivitas melakukan
kegiatan penyelidikan dan pemecahan masalah. Tindakan dengan masalah
LKPD sudah tersedia tetapi masih kurang dalam membantu meningkatkan
pengetahuan peserta didik dan berpikir kritis peserta didik, dapat diatasi
dengan mengembangkan LKPD berbasis pictorial riddle. Kondisi akhir yang
diharapkan adalah produk LKPD berbasis pictorial riddle dapat
menumbuhkan kemampuan berpikir kritis peserta didik.
Borg&Gall (1983: 781), Langkah-langkah tersebut yaitu; 1) penelitiandan
pengumpulan informasi, 2) perencanaan, 3) pengumpulan format produk
awal, 4) uji coba awal, 5) revisi produk, 6) uji coba lapangan, 7) revisi
produk, 8) uji coba lapangan, 9) revisi produk akhir, 10) desiminasi dan
implementasi. Pada penelitian dan pengembangan ini peneliti menggunakan
langkah satu sampai dengan langkah tujuh.
Output yang diharapkan adalah terciptanya sebuah produk LKPD berbasis
pictorial riddle. LKPD pictorial riddle yang layak memenuhi kebutuhan
pembelajaran yang di digunakan setelah melalui validasi ahli materi dan ahli
media, serta efektif digunakan peserta didik untuk mendukung pembentukan
pengetahuan melalui proses pembelajaran sehingga meningkat
47
kemampuanberpikir kritis peserta didik. Kerangka pikir penelitian dapat
dilihat pada gambar 1 sebagai berikut.
1. Rendahnya hasil belajar matematika peserta didikyang menunjukkan masih di bawah KKM.
2. Kemampuan berpikir kritis masih rendah.3. LKPD yang digunakan belum memacu peserta didik
untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritisnya.4. Proses pembelajaran yang dilaksanakan masih teacher
centered.5. Peserta didik tidak termotivasi untuk aktif dalam
proses pembelajaran.
Pictorial Riddle
Bahan Ajar
LKPD
LKPD pictorial riddle yang layak dan efektif digunakan
untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta
didik kelas IV SD.
INPUT
OUTPUT
PROCESS
Model Pembelajaran
Pengembangan LKPD Berbasis PictorialRiddle
Gambar 1 Kerangka Pikir Penelitian.
48
2.10 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir di atas, hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Pengembangan LKPD matematika berbasis pictorial riddle layak untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas IV SD.
2. Pengembangan LKPD berbasis pictorial riddle efektif dalam
meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas IV SD.
49
III. METODE PENELITIAN
A. Metode dan Prosedur Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah R & D atau metode penelitian dan
pengembangan (Research and Development). Menurut Sugiyono (2015: 35)
metode penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang
digunakan untuk menghasilkanproduk tertentu dan menguji keefektifan
produk tersebut. Sedangkan menurut Setyosari (2015: 275-277) penelitian
pengembangan memfokuskan pada bidang desain atau rancangan, apakah itu
berupa model desain dan desain bahan ajar. Penelitian R&D yang digunakan
dalam penelitian ini adalah model desain Borg dan Gall (1983: 781) langkah-
langkah utama dalam melaksanakan penelitian pengembangan ini
dapat digambarkan dengan bagan berikut ini.
Gambar 2. Prosedur Penelitian R&D Borg dan Gall (1983: 781)
Pengumpulaninformasi dan
penelitian awal
Perencanaan Pengembanganproduk
Uji coba produkawal
Revisi produkawal
Uji coba produkutama
Revisi produk utama Uji coba produkoperasional
Revisi produk final
Diseminasi
50
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan suatu produk berupa LKPD yang
kemudian diterapkan pada pembelajaran matematika di kelas IV SD pada
materi menganalisis segi banyak beraturan dan tidak beraturan diharapkan
dapat digunakan dalam proses pembelajaran bagi peserta didik untuk
memahami materi tersebut.
Dengan tetap mengacu pada model pengembangan (R&D) oleh Borg and
Gall (1983: 781) maka dalam proses pengembangan ini peneliti hanya akan
melakukan 7 langkah yaitu sampai pada langkah melakukan revisi produk
operasional berdasarkan hasil uji coba utama. Hal ini dikarenakan langkah
delapan dan selanjutnya harus dilakukan dengan skala besar, desiminasi
produk harus dilakukan setelah melalui quality control sebelum dapat
diterbitkan. Langkah delapan sampai sepuluh memerlukan waktu yang lebih
lama sedangkan penyelesaian tesis ini dibatasi oleh waktu.
Berikut penjelasan langkah-langkah pengembangan menurut Borg and Gall:
1. Pengumpulan Informasi dan Penelitian Awal
Langkah ini dilakukan dengan melakukan studi pendahuluan berupa
observasi dengan penyebaran angket. Kegiatan yang dilakukan adalah
observasi lapangan yang mengidentifikasi potensi
atau permasalahan. Observasi yang dilakukan merupakan kegiatan
penelitian pendahuluan untuk mengumpulkan data awal menggunakan
angket yang dijadikan dasar pengembangan. Data yang didapatkan
berupa gambaran kondisi pembelajaran yang berlangsung meliputi
bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran, sarana prasarana, serta
hasil belajar peserta didik.
51
2. Perencanaan
Melakukan perencanaan yang meliputi identifikasi dan definisi kondisi
awal, penetapan tujuan, penentuan urutan,dan uji coba pada skala kecil.
Pada tahap ini peneliti melakukan analisis kurikulum untuk menentukan
perencanaan kompetensi dasar, indikator pembelajaran, tujuan
pembelajaran, dan cakupan materi, serta menyusun kisi-kisi instrumen.
3. Pengembangan Produk
Pada langkah ini dilakukan perencanaan pembuatan produk berupa
LKPD berbasis pictorial riddle untuk kelas IV SD yang memperhatikan
kelayakan isi,kesesuaian penyajian dengan model pembelajaran,
kesesuaian syarat didaktik, kesesuaian syarat kontruksi, dan kesesuaian
syarat teknis.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengembangan format produk
awal ini adalah sebagai berikut.
a. Penyusunan Kerangka LKPD
Penyajian LKPD ini disusun secara urut yang terdiri dari halaman
sampul, halaman sampul dalam, kata pengantar, daftar isi, petunjuk
umum penggunaan LKPD, pemetaan kompetensi dasar, pembelajaran 1
sampai pembelajaran 4 (berisi pemetaankompetensi dasar, indikator
pembelajaran, tujuan pembelajaran,materi pelajaran), dan daftar
pustaka.
b. Penyusunan Peta Kebutuhan LKPD
Melakukan kembali penyusunan dan penyesuaian peta kebutuhan
LKPD berdasarkan KI, KD, dan Indikator yang telah ditetapkan.
52
c. Menentukan Judul LKPD
Judul LKPD mengacu pada materi yang ada serta model pembelajaran
yang digunakan.
d. Penulisan LKPD
Penulisan rancangan LKPD disesuaikan dengan syarat-syarat penulisan
LKPD yang telah ditetapkan. LKPD yang disusun juga disesuaikan
dengan materi dan model pembelajaran yang digunakan, dalam
pengembangan LKPD model pictorial riddle.
4. Uji Coba Lapangan Awal
Uji coba awal ini dilakukan dengan melibatkan beberapa pakar/ahli yang
berpengalaman untuk menilai produk yang dirancang. Uji coba awal
adalah dilakukannya validasi desain produk berupa uji validasi media dan
uji validasi materi dan uji validasi pendidik kelas IV. Uji validasi media
dan uji validasi materi ini dilakukan untuk kemudian diketahui kelemahan
dan kekurangan dari produk yang dibuat peneliti, sehingga ditindaklanjuti
dengan melakukan perbaikan/revisi. Uji coba kelompok kecil yang
berjumlah 10 orang peserta didik yang terdiri dari peserta didik yang
memiliki kemampuan rendah, sedang, dan tinggi.
5. Merevisi Produk Utama
Melakukan revisi terhadap produk utama, berdasarkan masukan dan saran
dari hasil uji lapangan awal. Berdasarkan hasil validasi instrumen dan
LKPD, dengan saran dari ahli maka dilakukan revisi produk utama.
53
6. Uji Coba Lapangan Utama
Melakukan uji coba lapangan utama, dilakukan terhadap 32 subjek. Pada
tahap uji lapangan, LKPD berbasis pictorial riddle diujikan pada peserta
didik kelas IV B SDN 1 Tanjung Jaya. Tes atau penilaian tentang prestasi
belajar peserta didik dilakukan sebelum dan sesudah proses pembelajaran.
7. Revisi Produk Akhir
Setelah dilakukan uji coba lapangan kemudian produk direvisi kembali.
Melakukan revisi terhadap produk operasional, berdasarkan hasil uji coba
lapangan utama, saran dan masukan yang diberikan validator dan praktisi
terkait produk yang dikembangkan.
B. Definisi Konseptual Variabel
Definisi konseptual variabel pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Kemampuan Berpikir Kritis
Amri dan Ahmadi (2015: 149-152) berpikir kritis adalah suatu aktivitas
kognitif yang berkaitan dengan penggunaan nalar. Menalar merupakan
bagian dari kegiatan berpikir kritis. Selanjutnya De Porter. dkk
(2013: 298) menyatakan bahwa berpikir kritis merupakan keterampilan
tingkat tinggi yang sangat penting dimiliki kepada peserta didik selain
keterampilan berpikir kreatif. Berpikir kritis merupakan proses aktif yang
dilakukan untuk membuka pikiran dalam memperluas pemahaman yang
bertujuan agar dapat memecahkan masalah dan membuat keputusan yang
benar dan masuk akal.
54
2. LKPD Berbasis Pictorial Riddle
Menurut Sund dalam Purwanto, dkk (2014: 118)pictorial riddle
merupakan salah satu tipe yang termasuk ke dalam pembelajaran inkuiri.
Sesuai dengan penjelasan Faturrohman (2015:205) bahwa pictorial riddle
merupakan model pembelajaran yang dapat mengembangkan motivasi dan
minat peserta didik dalam diskusi kelompok kecil atau besar yang dapat
digunakan untuk meningkatkan cara berpikir kritis dan kreatif para peserta
didik.
LKPD sendiri menurut Depdiknas (2008: 13) adalah lembaran-lembaran
berisi pertanyaan-pertanyaan atau soal-soal yang harus dikerjakan oleh
peserta didik, yang didalamnya disertai petunjuk dan langkah-langkah
kerja untuk menyelesaikan soal-soal berupa teori maupun praktik.Menurut
Trianto (2012: 222) LKPD adalah panduan peserta didik yang digunakan
untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah.
Sehingga jika kedua pengertian tersebut dipadukan, LKPD berbasis
pictorial riddle adalah adalah lembaran-lembaran yang berisi gambar,
pertanyaan dan panduan peserta dalam proses pembelajaran yang dapat
meningkatkan motivasi dan kemampuan berpikir kritis peserta didik.
C. Definisi Operasional Variabel
1. Kemampuan Berpikir Kritis
Berpikir kritis merupakan proses aktif yang dilakukan untuk membuka
pikiran dalam memperluas pemahaman yang bertujuan agar dapat
memecahkan masalah dan membuat keputusan yang benar dan masuk
55
akal. Kemampuan berpikir kritis peserta didik diukur dengan tes
kemampuan berpikir kritis pada hasil belajar peserta didik di kelas IV
SDN 1 Tanjung Jaya melalui pretest dan posttest. Hasil belajar berupa
soal yang berbentuk uraian. Ranah kognitif dalam penelitian
pengembangan ini mengacu untuk mengetahui peningkatan kemampuan
berpikir kritis peserta didik dengan menggunakan indikator
1) mengidentifikasi 2) menganalisis, 3) menghubungkan, 4) memecahkan
masalah. Skor berpikir kritis yang didapatkan jawaban di setiap soal yaitu
dari 1 – 4 yang sesuai dengan kriteria yang ditentukan.
2. LKPD Berbasis Pictorial Riddle
LKPD berbasis pictorial riddle adalah adalah lembaran-lembaran yang
berisi gambar, pertanyaan dan panduan peserta dalam proses
pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi dan kemampuan
berpikir kritis peserta didik. Pengukuran dilakukan untuk menilai proses
pembelajaran dengan memanfaatkan pengembangan LKPD berbasis
pictorial riddle. Penyusunan LKPD berbasis pictorial riddle harus
memenuhi persyaratan pada aspek materi dan media. Pada aspek materi,
syarat LKPD meliputi kesesuaian LKPD berbasis pictorial riddle dan
kualitas isi LKPD. Pada aspek media, LKPD berbasis pictorial riddle
harus memenuhi syarat didaktif, konstruktif, dan teknik LKPD divalidasi
oleh ahli materi dan ahli media.Data kuantitatif berupa data skor
penilaian ahli materi dan media dari lembar validasi yang diisi oleh
kedua ahli akan dianalisis dengan acuan yang diadaptasi dengan
menggunakan skala Likert dengan 4 skala yang nantinya akan
56
didekriptifkan secara kualitatif, dengan memberikan penilaian pada aspek
penilaian dengan memberikan skor 4, 3, 2, 1. Skor 4 untuk kategori
sangat baik, skor 3 untuk kategori baik, skor 2 untuk kategori kurang dan
skor 1 untuk kategori sangat kurang.
D. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas IV SD Negeri yang
berada di gugus Ahmad Yani Kecamatan Bangunrejo, yaitu SD Negeri 1
Tanjung Jaya, SD Negeri 2 Tanjung Jaya, SD Negeri 3 Tanjung Jaya dan
SD Negeri 4 Tanjung Jaya, SD Negeri 5 Tanjung Jaya, SD Negeri 6
Tanjung Jaya dengan jumlah peserta didik 204 orang. Berikut tabel jumlah
peserta didik kelas IV tersebut.
Tabel 2. Data Populasi Peserta Didik Kelas IV di Empat Sekolah diGugus Ahmad Yani
Nama SekolahBanyakPesertadidik
RombelKeterangan
L P
SD Negeri 1 Tanjung Jaya 63 2 29 34SD Negeri 2 Tanjung Jaya 26 1 10 16SD Negeri 3 Tanjung Jaya 38 1 15 23SD Negeri 4 Tanjung Jaya 35 1 15 20SD Negeri 5 Tanjung Jaya 22 1 9 13SD Negeri 6 Tanjung Jaya 20 1 8 12Jumlah 204 7 86 118
(Sumber : data observasi)
Berdasarkan data tersebut, sampel penelitian ditentukan dengan teknik
sampling purposive yaitu dengan pertimbangan tertentu. Sampel merujuk
pada peserta didik kelas IV SD Negeri 1 Tanjung Jaya. Sampel yang
digunakan untuk penelitian yaitu peserta didik kelas IV B SDN 1 Tanjung
Jaya.
57
E. Instrumen Penelitian
Jenis data yang dikumpulkan pada tahap penelitian ini adalah data kuantitatif
dan data kualitatif. Teknik pengumpulan data pada penelitian pengembangan
ini adalah sebagai berikut.
1. Instrumen non tes
Instrumen ini digunakan untuk mendapatkan data mengenai pendapat para
ahli (validator) terhadap kelayakan LKPD yang disusun. Instrumen ini
akan menjadi pedoman dalam merevisi dan menyempurnakan LKPD yang
disusun. Data yang diproleh dari hasil validasi akan dianalisis sebagai
dasar untuk merivisi/menyempurnakan LKPD yang akan digunakan dan
dikembangkan.
1. Lembar Uji Validasi Ahli Media
Instrumen ini digunakan untuk menguji konstruksi LKPD yang
dikembangkan oleh ahli media. Instrumen akan ini digunakan untuk
menilai dan mengumpulkan data tentang kelayakan produk yang
dihasilkan sebagai media pembelajaran dari segi kelayakan aspek
didaktik, konstruksi, dan teknis.
Berikut kisi-kisi instrumen lembar penilaian ahli materi digunakan
untuk pacuan dalam membuat instrumen lembar penilaian ahli
materi yang digunakan sebagai penilaian LKPD.
58
Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Lembar Penilaian Ahli Media
No Aspek yangDinilai
Indikator JumlahItem
1. KesesuaianLKPD dengansyaratdidaktik
1. Penyusunan LKPD bersifatuniversal.a. LKPD dapat dipahami oleh
peserta didik, baik yangberkemampuan rendah, sedang,atau tinggi.
b. Pertanyaan dalam LKPD sesuaidengan tingkat kemampuanberpikir kritis peserta didik SDkelas IV.
2
2. LKPD menekankan pada prosespenemuan konsep.a. Langkah-langkah pembelajaran
dalam LKPD disusun secarasistematis untuk membantupeserta didik menemukankonsep.
b. Kegiatan dalam LKPDmemfasilitasi siswa untukberpikir ilmiah.
2
3. LKPD mengajak siswa aktif dalamproses pembelajarana. Kegiatan dalam LKPD
merangsang peserta didik untukaktif mengajukan ataumenjawab pertanyaan
b. Kegiatan dalam LKPDmenuntun siswa untukmelakukan demonstrasi,presentasi atau unjuk kerja.
2
4. LKPD mengembangkankemampuan komunikasi, sosial,emosional, moral, dan estetika.a. Kegiatan dalam LKPD
memfasilitasi peserta didikuntuk mampu berkomunikasi,menyampaikan ide atau gagasansesama anggota kelompok
b. Kegiatan dalam LKPDmengandung pesan moral.
c. Kegiatan dalam LKPDmenjadikan peserta didikberpikir kritis.
3
2. KesesuaianLKPD dengansyaratkonstruksi
1. Penggunaan bahasa dalam LKPDa. Bahasa yang digunakan sesuai
dengan tingkat pemahamanpeserta didik.
b. Bahasa yang digunakan dalamLKPD efektif dan tidak ambigu
2
59
(tidak bermakna ganda).2. Penggunaan Kalimat dalam LKPD
a. Kalimat yang digunakan sesuaidengan tingkat pemahamanpeserta didik.
b. Kalimat yang digunakan dalamLKPD efektif dan tidak ambigu(tidak bermakna ganda).
2
3. Kesekaran dan kejelasan LKPDa. Tingkat Kesukaran LKPD sesuai
dengan tuntutan Indikatorb. Pertanyaan dalam LKPD jelasc. Materi dalam LKPD jelas
.
3
3. KesesuaianLKPD dengansyarat teknis
1. Tulisana. Bentuk dan ukuran huruf jelas.b. Tulisan dalam LKPD
menggunakan kalimat pendek, 1sampai 10 kata dalam satu baris.
c. Ukuran huruf dengan gambarserasi.
3
2. Gambara. Gambar dalam LKPD jelasb. Gambar dalam LKPD menarikc. Gambar dalam LKPD sesusi
dengan materi pembelajaran
3
3. Penampilan LKPDa. Desaincover menarik.b. Penampilan LKPD pada bagian
baru diperkenalkan dengan carayang berbeda sehingga tidakmembosankan.
c. Format penyusunan LKPDmemuat seluruh judul, KI, KD,indikator, tujuanpembelajaran,petunjukpenggunaan LKPD, langkah-lanhgkah dalam kegiatan dankesimpulan.
3
Jumlah 25
2. Lembar Uji Validasi Ahli Materi
Instrumen ini digunakan untuk menguji substansi LKPD yang
dikembangkan. Instrumen ini dibuat berdasarkan kisi-kisi yang telah
60
dibuat. Instrumen ini meliputi kesesuaian indikator dengan
Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) yang mencakup
aspek kelayakan isi/materi, aspek kelayakan isi/materi, penyajian,
dan bahasa. Kedua instrumen validasi ahli ini digunakan pada tahap
uji coba lapangan.
Tabel 4. Kisi-Kisi Instrumen Lembar Penilaian Ahli Materi
No Aspek yangDinilai
Indikator JumlahItem
1. KesesuaianLKPD denganberbasispictorial riddle
a. LKPD menyajikan langkah-langkah model pictorial riddleyaitu:1) Menyajikan masalah
LKPD menyajikan masalahyang sesuai dengan materiyangdibahas.
2) Mengamati gambarLKPD mememberikankesempatan peserta didik untukmerumuskan permasalahanyang ada dalam masalah yangdisajikan.
3) Merummuskan PermasalahanLKPD memberikankesempatan peserta didikuntuk merumuskanpermasalahan yang ada dalammasalah yang disajikann.
4) Mengumpulkan datadaninfirmasiLKPD memberikankesempatan peserta didikuntuk mengumpulkan data daninformasi yang terdapat padamasalah yang disajikan,sebagai bahan untukmenyelesaikan masalahtersebut,
5) Diskusi dan menyatukanArgumenLKPD memberikankesempatan kepada pesertadidik untuk berdiskusibersama temansekelompoknya danmenyatukan argumen atau
8
61
pendapat mereka untukmeyelesaikan masalah yangdisajikan
6) Mempersentasikan hasildiskusiLKPD memberikan penjelasankepada peserta didik untukmempersentasikan hasildiskusi
7) Melakukan tanya jawabLKPD memberikan penjelasankepada peserta didik untukmelakukan tanya jawabdengan bimbingan guru
8) KesimpulanLKPD memberikankesempatan kepada pesertadidik untuk membuatkesimpulan dari hasil diskusimenyelesaikan masalah.
2. KualitasLKPD
a. Kesesuaian materi dengan KDberdasarkan Kurikulum 20131) Kesesuaian materi dengan KD
berdasarkan Kurikulum 20132) Tujuan pembelajaran
matematika sesuai KD.3) Kegiatan dalam LKPD sesuai
dengan materi pembelajaran.
3
b. LKPD menyajikan bahan ajar yangmenarik dan mudah bagi pesertadidik untuk memahami materi.1) LKPD memuat petunjuk belajar
menggunakan LKPD2) Waktu yang digunaan untuk
mempelajari materi LKPD sesuai3) Informasi yang ada dalam LKPD
jelas dan mudah dipahami4) Materi dalam LKPD disusun dari
yang mudah kemudian menujumateri yang sulit
5) Penjelasan materi disertaigambar yang mempermudahpeserta didik memahami materi
5
c. Isi LKPD memberikan pengalamandari kegiatan pembelajaran1) Materi dalam LKPD disusun
sesuai dengan pengalaman yangada dilingkungan peserta didik
2) Materi dalam LKPDmemberikan pengalaman
2
62
berupa pesan moral bagikehidupan peserta didik.
d. Jenis kegiatan dalam LKPDbersifat hands on (mengarahkanpeserta didik untuk beraktivitas)
1) Kegiatan dalam LKPDmenuntut peserta didik untukmelakukan pengamatab
2) Kegiatan dalam LKPDmenuntut peserta didik untukmelakukan analisi
2
e. Pertanyaan dalam LKPD bersifatproduktif1) Pertanyaan dalam LKPD
sesuai dengan materi pelajaran2) Ketetapan alokasi waktu yang
digunakan dalammenyelesaikan tugas yang adadalam LKPD
3) Pertanyaan dalam LKPDmenjadikan peserta didik lebihberpikir kritis
3
Jumlah 23
2. Instrumen Tes
Tes tertulis yang akan digunakan dalam penelitian ini berupa uraian
yang sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang telah dibuat.
Tes akan dilakukan dua kali yaitu awal tes (pre-test) dan akhir (post-
test). Tujuan dari tes tertulis ini untuk memperoleh data hasil belajar
peserta didik pada materi segi banyak beraturan dan segi banyak tidak
beraturan kelas IV SDN 1 Tanjung Jaya. Data hasil belajar peserta
didik tersebut untuk mengetahui efektivitas LKPD model pictorial
riddle dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik.
Berikut ini kisi-kisi instrumen hasil belajar yang mengacu pada
kemampuan berpikir kritis.
63
Tabel 5. Kisi-kisi Instrumen Berpikir Kritis
No IndikatorSkor
4 3 2 11 Mengidentifikasi2 Menganalisis3 Menghubungkan4 Memecahkan masalah
Tabel 6. Rubrik Penilaian Berpikir Kritis
Aspek yangDiukur
Respon Siswa terhadap Soal Skor
Mengidentifikasi Bisa menentukan informasi dari soal yangdiberikan, tetapi belum bisa memilih informasiyang penting.
1
Bisa menentukan informasi dari soal yangdiberikan, dan bisa memilih informasi yangpenting.
2
Bisa menentukan informasi dari soal yangdiberikan, dan bisa memilih informasi yangpenting, dan memilih strategi yang benar dalammenyelesaikannya, tetapi melakukan kesalahandalam perhitungan.
3
Bisa menetukan informasi dari soal yangdiberikan,dan bisa memilih informasi yangpenting, dan memilih strategi yang benar dalammenyelesaikannya dan benar dalam melakukanperhitungan.
4
Menganalisis Bisa menentukan fakta, data, dan konsep, tetapibelum bisa menghubungkannya 1
Bisa menentukan fakta, data, konsep dan bisamenghubungkan dan menyimpulkannya antarafakta, data, dan konsep tetapi salah dalammelakukan perhitungan.
2
Bisa menentukan fakta, data, konsep dan bisamenghubungkan dan menyimpulkannya antarafakta, data, dan konsep yang didapat dan benardalam melakukan perhitungan.
3
Bisa menemukan fakta data, dan konsep dan bisamenghubungkan dan menyimpulkan antarafakta, data, konsep yang didapat sertamenjawawab dengan benar kemudian mengujikebenaran dari jawaban
4
Menghubungkan Belum bisa menemukan fakta, data, dan konsepserta belum bisa menghubungkan antara fakta,data, konsep yang di dapat.
1
64
Bisa menemukan fakta, data, dan konsep sertamenghubungkan antara fakta, data, konsep yangdi dapat tetapi salah dalam perhitungannya.
2
Bisa menemukan fakta, data, dan konsep sertamenghubungkan antara fakta, data, konsep yangdi dapat serta benar dalam perhitungannya.
3
Bisa menemukan fakta, data, dan konsep sertamenghubungkan antara fakta, data, konsep yangdi dapat serta benar dalam perhitungannya danmengecek kebenaran yang terjadi.
4
MemecahkanMasalah
Mengidentifikasi soal (diketahui, ditanyakan,kecukupan unsur) dengan benar tetapi modelmatematika yang dibuat salah.
1
Mengidentifikasi soal (diketahui, ditanyakan,kecukupan unsur) dengan benar dan membuatmodel matematika dengan benar tetapipenyelesaiannya salah.
2
Mengidentifikasi soal (diketahui, ditanyakan,kecukupan unsur) dengan benar dan membuatmodel matematika dengan benar serta benardalam penyelesaiannya.
3
Mengidentifikasi soal (diketahui, ditanyakan,kecukupan unsur) membuat dan menyelesaikanmodel matematika dengen benar, dan mengecekkebenaran jawaban yang diperolehnya.
4
Tabel 7. Kisi-Kisi Instrumen TesKompetensi Dasar Indikator Pencapaian
KompetensiRanahkognitif
Jumlahbutirsoal
Nomorsoal
3.9 Menjelaskandan menentukankeliling dan luaspersegi, persegipanjang, dansegitiga sertahubunganpangkat duadengan akarpangkat dua
3.9.1 Menjelaskanmakna darikeliling danluas persegi.
3.9.2 Menemukanrumus kelilingdan luaspersegi
3.9.3 Menjelaskanhubunganpangkat duadengan akarpangkat dua
3.9.4 Menentukankeliling danluas persegi
3.9.5 Menjelaskanmakna dari
C2
C4
C2
C3
C2
1, 14
2, 12
3, 5
4,15
17, 19
65
keliling danluas persegipanjang
3.9.6 Menemukanrumus kelilingdan luaspersegipanjang
3.9.7 Menentukankeliling danluas persegipanjang
3.9.8 Menjelaskanmakna kelilingdan luassegitiga
3.9.9 Menemukanrumus kelilingdan luassegitiga
3.9.10 Menentukankeliling danluas segitiga.
C4
C3
C2
C4
C3
7, 20
13, 18
10, 8
16, 9
6, 11
Lembar tes kemampuan berpikir kritis dapat digunakan jika telah
memenuhisyarat valid, reliabel, tingkat kesukaran soal merata dan daya
pembeda soal yang baik.
a. Validitas Instrumen Tes
Validitas isi dari tes dapat diketahui dari kesesuaian antara tujuan
pembelajaran dan ruang lingkup materi yang telah diberikan dengan
butir-butir tes yang menyusunnya. Tes tersebut dikatakan valid jika tes
tersebut tepat mengukur apa yang hendak diukur. Menurut Widoyoko
(2014: 177) validasi butir soal dapat menggunakan rumus product
moment dengan angka kasar.
66
rxy =
∑ (∑ )(∑ ){ ∑ (∑ ) }{ ∑ (∑ ) }Keterangan:X = Skor butirY = Skor total
rxy = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
Penafsiran harga koefisien korelasi dilakukan dengan membandingkan
harga rxy dengan harga kritis. Adapun karena jumlah responden 20
orang peserta didik maka harga kritis atau r tabel yang digunakan
adalah 0,444 artinya apabila rxy (r hitung) ≥ 0,444, maka butir instrumen
dikatakan valid. Berikut ini adalah hasil pengolahan data uji validitas.
Tabel 8. Rekapan Uji Validitas Instrumen Tes.
No. Uji Validitas Jumlah Instrumen Tes1. Jumlah soal valid 112. Jumlah soal tidak valid 9
20Sumber : Hasil Penelitian (data lengkap di lampiran 12 halaman 154)
Berdasarkan dara di atas, jumlah soal yang diujicobakan sebanyak 20
soal, dengan responden sebanyak 20 peserta didik, soal yang valid
berjumlah 11 soal yaitu soal nomor 1, 2, 3,5, 7, 9, 10, 11, 12, 14, 15.
Sedangkan soal yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 10 soal,
soal yang tidak terpakai untuk penelitian adalah soal no 2 dengan
pertimbangan penyesuaian indikator pencapaian kompetensi dan nilai
validitas tertinggi.
67
b. Reliabilitas Instrumen
Suatu instrumen dikatakan reliabilitas apabila tes tersebut memiliki
konsistensi dalam mengukur kemampuan yang hendak diukur.
menunjukkan hasil yang tetap sama atau sifatnya ajeg (stabil).
Dalam penelitian ini, instrumen tes berupa soal essay/uraian. Menurut
Sugiyono (2013: 365) pengujian reliabilitas dapat menggunakan
teknik Alfa Cronbach. Rumus koefisien reliabilitas Alfa Cronbach
adalah sebagai berikut.
= [ ] ∑
Keterangan:
: Reliabilitas instrumen∑ : Nilai varian skor tiap-tiap itemk : Banyaknya butir soal
: Varians total skor
Perhitungan reliabilitas tes pada penelitian ini dibantu dengan program
microsoft office exel 2010. Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh
hasil r hitung = 0,91. Hasil uji reliabilitas pada penelitian ini dapat dilihat
pada lampiran 13 halaman 155. Selanjutnya menginterpretasikan
besarnya nilai reliabilitas tersebut dengan indeks korelasi sebagai
berikut.
Tabel 9. Kriteria ReliabilitasInterval Koefisien Reliabilitas0,80 – 1,00 Sangat kuat0,60 – 0,79 Kuat0,40 – 0,59 Sedang0,20 – 0,39 Rendah0,00 – 0,19 Sangat rendah
(sumber: Sugiyono, 2015: 257)
68
Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan dan diketahui bahwa tes
yang digunakan memiliki kriteria reabilitas yang sangat kuat sehingga
soal tersebut dapat digunakan untuk penelitian.
c. Tingkat Kesulitan
Tingkat kesulitan (difficulty index, difficulty level) butir soal menurut
Sudjana (2010:137) adalah proporsi peserta tes menjawab dengan benar
terhadap suatu butir soal Sudijono (2008:372) menyatakan suatu tes
dikatakan baik jika memiliki derajat kesukaran sedang, yaitu tidak
terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Rumus untuk menentukan
tingkat kesulitan butir soal adalah sebagai berikut.
TK =
Keterangan:
TK : nilai tingkat kesukaran suatu butir soal: jumlah skor yang diperoleh semua siswa pada butir soal yang
diolah: jumlah skor maksimum yang dapat diperoleh semua siswa padasuatu butir soal
Berikut ini adalah hasil analisis tingkat kesulitan butir soal instrumen
tes.
Tabel 10. Indeks Kesukaran Butir Soal
Indeks KesukaranButir Soal
Keterangan
0,00 - 0,15 Sangat sukar0,16 - 0,30 Sukar0,31 - 0,70 Sedang0,71 - 0,85 Mudah0,86 - 1,00 Sangat mudah
(Sumber: Sudijono 2008)
69
Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis tingkat kesukaran butir soal
diketahui bahwa dari 10 soal yang telah valid yang digunakan untuk
penelitian diperoleh hasil bahwa 3 soal dengan katagori “sulit” dan 6
soal dengan kategori “sedang” dan 2 soal dengan kategori “mudah”.
Hasil uji tingkat kesukaran pada penelitian ini dapat dilihat pada
lampiran 13 halaman 155.
d. Daya Beda
Daya beda (Descriminating Power) butir soal menurut Sudjana
(2010:141) adalah indeks yang menunjukkan tingkat kemampuan butir
soal membedakan peserta didik yang pandai (kelompok atas) dengan
peserta didik yang kurang pandai (kelompok bawah). Rumus untuk
mencari indeks daya beda menurut Sudjana (2010: 139) adalah sebagai
berikut.
DB =
Keterangan.
DP : indeks daya pembeda suatu butir soal tertentuJA : jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang diolahJB : jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yang diolahIA : jumlah skor ideal kelompok (atas/bawah).
Tabel 11. Indeks Daya BedaIndeks Daya Pembeda Keterangan-1,00 - 0,10 Sangat Buruk0,11 - 0,19 Buruk0,20 - 0,29 Cukup baik0,30 - 0,49 Baik0,50 - 1,00 Sangat Baik
Sumber: Sudijono (2008:389)
70
Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis daya beda butir soal
instrumen tes yang digunakan untuk penelitian dari 10 soal instrumen
yang telah dinyatakan valid diketahui bahwa 9 item soal dengan
kategori “sangat baik”, dan 1 soal dengan kategori “baik”. Hasil uji
daya beda pada penelitian ini dapat dilihat pada lampiran 14 halaman
156.
F. Tenik Analisis Data
Instrumen yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah berbentuk tes. Tes
dilakukan sebanyak dua kali tes yang diberikan pada awal (pretest) dan akhir
(posttest) pertemuan, yang bertujuan mengukur peningkatan kemampuan
berpikir kritis peserta didik melalui hasil belajar peserta didik kelas IV SD
Negeri 1 Tanjung Jaya.
1. Analisis Data Validitas LKPD
Data yang diperoleh saat validasi LKPD berbasis pictorial riddle adalah
hasil penilaian validator terhadap bahan ajar melalui skala kelayakan.
Analisis yang digunakan berupa deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Data
kualitatif berupa komentar dan saran dari validator dideskripsikan secara
kualitatif sebagai acuan untuk merevisi dan menyempurnakan LKPD.
Data kuantitatif berupa skor penilaian ahli materi, dan ahli media
dideskripsikan secara kuantitatif. Sedangkan data kuantitatif berupa data
skor penilaian ahli materi dan media dari lembar
validasi yang diisi oleh kedua ahli akan dianalisis dengan acuan yang
diadaptasi denganmenggunakan skala Likert dengan 4 skala yang
71
nantinya akan didekriptifkan secara kualitatif dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
e. Melakukan tabulasi data oleh validator yang diperoleh dari ahli
materi, ahli media dan pendidik kelas IV. Tabulasi data dilakukan
dengan memberikan penilaian pada aspek penilaian dengan
memberikan skor 4, 3, 2, 1 berdasarkan skala pengukuran Skala
Likert, Skor 4 untuk kategori sangat baik, skor 3 untuk kategori baik,
skor 2 untuk kategori kurang dan skor 1 untuk kategori sangat kurang,
f. Pada tahap ini, data skor penilaian kevalidan LKPD yang telah
ditabulasi kemudian nanti dihitung rata-ratanya. Rata-rata skor
penilaian kevalidan LKPD dihitung menggunakan rumus sebagai
berikut.
N = x 100
N : Nilai yang dicari atau diharapkanR : Skor mentah yang diperolehSM : Skor maksimal100 : Bilangan tetapSumber: Purwanto (2019: 102)
g. Perbandingan rata-rata skor dengan kriteria yang ditentukan. Cara
yang digunakan untuk menyatakan rata-rata skor dalam nilai kualitatif
adalah dengan membandingkannya dengan kriteria penilaian kualitas
tertentu. Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada
tabel berikut.
72
Tabel. 12 Kriteria Penilaian LKPD
Besar Persentase Interpretasi86-100 Sangat Baik71-85 Baik56-70 Cukup Baik0-55 Kurang Baik
(Sumber: Arikunto, 2010: 276)
2. Analisis Efektivitas LKPD
Uji efektivitas dilakukan untuk mengukur peningkatan kemampuan
berpikir kritis peserta didik melalui tes hasil belajar pada ranah kognitif
dengan materi keliling dan luas bangun datar (persegi, persegi panjang,
segitiga). Data yang diperoleh dianalisis untuk mengetahui peningkatan
kemampuan berpikir kritis sebelum dan sesudah diberikan perlakuan.
Nilai masing-masing pretest dan posttest dapat ditentukan dengan rumus
sebagai berikut.
Nilai individu = 100Menurut Hake (dalam Sundayana, 2015: 149) besarnya peningkatan
kemampuan berpikir kritis setiap siswa dihitung dengan rumus gain
setiap individu sebagai berikut.
N-Gain =( ) ( )
73
3. Uji Hipotesis
1) Hipotesis Pertama
“Pengembangan LKPD matematika berbasis pictorial riddle layak
untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas
IV SD”.
Tahap uji hipotesis pertama dilaksanakan untuk menguji validitas
hasil penelitian pengembangan berupa produk LKPD matematika
berbasis pictorial riddle. Uji hipotesis yang pertama dilaksanakan
dengan cara uji validasi dengan menggunakan instrumen validasi.
Uji validasi dari produk LKPD tersebut yaitu : 1) Uji validasi oleh
satu dosen ahli materi, 2) uji validasi satu dosen ahli desain LKPD,3)
Uji validasi oleh guru kelas IV. Berdasarkan nilai yang diperoleh
dari validator selanjutnya dikategorikan.
2) Hipotesis Kedua
“Pengembangan LKPD berbasis pictorial riddle efektif untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas IV SD”.
Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan menggunakan N-gain
ternormalisasi. Hake (dalam Sundayana, 2015: 149) mengungkapkan
bahwa untuk mengetahui efektivitas suatu pembelajaran dalam
pemahaman konseptual, maka dilakukan dengan analisis rata-rata
gain nilai yang ternormalisasi. Besarnya peningkatan kemampuan
berpikir kritis setiap siswa dihitung dengan rumus gain kemudian
nilai yang diperoleh dikategorikan dengan gain nilai ternormalisasi.
74
Tabel 13. Kategori n-Gain Ternormalisasi
Nilai Gain-Ternormalisasi Interpretasi-1,00 ≤ g <0,00 Terjadi Penurunang = 0,00 Tetap0,00 < g < 0,30 Rendah0,30 ≤ g < 0,70 Sedang0,70 ≤ g < 1,00 Tinggi
Sumber: Sundayana (2015: 151)
112
V. KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan
sebagai berikut.
1) Produk LKPD matematika berbasis pictorial riddle yang
dikembangkan layak digunakan dalam proses pembelajaran untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas IV. Hal
ini dibuktikan dengan hasil validasi ahli materi, ahli media dan
pendidik kelas IV yang menunjukkan kategori “Sangat Baik”.
2) Produk LKPD matematika berbasis pictorial riddle efektif digunakan
dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berpikir
kritis peserta didik kelas IV. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan
hasil belajar peserta didik pada skor pretest dan posttes memperoleh
gain yang menunjukkan kategori “Sedang”.
B. Implikasi
Implikasi penelitian dan pengembangan LKPD berbasis pictorial riddle
adalah sebagai berikut.
1) Implikasi penelitian dan pengembangan LKPD berbasis pictorial
riddle yang layak, mampu memperhatikan adanya perbedaan
individual, sehingga dapat digunakan baik oleh peserta didik yang
113
lamban, yang sedang maupun yang pandai. Materi yang disajikan
dalam bentuk teka-teki bergambar atau penyajian masalah bergambar
dalam LKPD matematika berbasis pictorial riddle yang harus
diselesaikan oleh peserta didik dapat memperkaya dan memperdalam
materi yang dipelajari serta dapat lama terekam dalam ingatan peserta
didik, Kelayakan LKPD matematika berbasis pictorial riddle juga
dapat memfasilitasi peserta didik untuk belajar tidak hanya tentang
konsep-konsep dan prinsip-prinsip, tetapi juga mengalami proses
belajar tentang proses pengarahan diri sendiri, tanggung jawab,
komunikasi sosial.
2) Penelitian dan pengembangan ini menghasilkan LKPD berbasis
pictorial riddle yang efektif dalam meningkatkan kemampuan berpikir
kritis peserta didik melalui pengembangan dan penerapan materi
pelajaran yang terdapat dalam LKPD berbasis pictorial riddle. LKPD
matematika berbasis pictorial riddle yang efektif dapat memfasilitasi
kemampuan berpikir kritis peserta didik. Melalui kemampuan berpikir
kritis, peserta didik dapat membuka pikiran, memperluas pemahaman,
mencari pengetahuan secara mandiri melalui keterampilan penalaran,
kemudian peserta didik juga dapat memecahkan masalah dan
mengambil keputusan yang memungkinkan peserta didik untuk
mencapai hasil yang diinginkan secara benar, masuk akal dan efisien.
114
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi yang diuraikan di atas, saran yang
disampaikan adalah sebagai berikut.
1) Peserta didik
Diharapkan peserta didik ketika mengamati gambar dapat fokus
terhadap masalah yang harus diselesaikan peserta didik kemudian
dapat selalu aktif mengajukan berbagai pertanyaan kepada pendidik
dan kepada teman yang sedang mempresentasikan selau aktif dalam
sebagai usaha pencarian informasi dalam mengoptimalkan
kemampuan berpikir kritis. Selain itu juga memanfaatkan LKPD
berbasis pictorial riddle ini sebagai sumber belajar mandiri khususnya
pada materi luas dan keliling bangun datar (persegi, persegi panjang
dan segitiga), sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikir
kritis dalam rangka mencapai kompetensi yang diharapkan.
2) Pendidik
Pendidik hendaknya dalam menerapkan LKPD berbasis pictorial
riddle hendaknya memahami prosedur penggunaan LKPD dan dalam
memilih gambar hendaknya memilih gambar benda yang dapat
dimengerti peserta didik. Pendidik juga diharapkan untuk dapat
melaksanakan langkah-langkah model pictorial riddle dengan cepat
guna meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik, seperti
mengaitkan materi pembelajaran dengan pengalaman yang diperoleh
peserta didik agar pembelajaran menjadi bermakna dan
menyenangkan.
115
3) Sekolah
LKPD berbasis pictorial riddle dapat dijadikan salah satu contoh
pengembangan bahan ajar yang mudah dipahami dan sesuai dengan
pembelajaran pada kurikulum 2013, sehingga diharapkan agar sekolah
memfasilitasi pendidik untuk mengembangkan bahan ajar yang mudah
dipahami, sesuai dengan lingkungan sekitar, dan sesuai dengan
kurikulum 2013.
4) Peneliti Selanjutnya
Penelitian pengembangan ini dilakukan dengan mengembangkan
LKPD matematika berbasis pictorial riddle pada materi “Keliling dan
Luas Bangun Datar (Persegi, Persegi Panjang, Segitiga)” untuk kelas
IV Sekolah Dasar. Diharapkan peneliti berikutnya agar dapat
mengembangkan dan melakukan penelitian pada materi atau pada
kelas lainnya.
116
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman. 2015. Guru Sains Sebagai Inovator: Merancang PembelajaranSains Inovatif Berbasis Riset. Media Akademi. Yogyakarta. 110 hlm.
Abdurrahman, Mulyono. 2012. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. RinekaCipta. Jakarta. 297 hlm.
Agustin, M. 2014. Permasalahan Belajar dan Inovasi Pembelajaran. RefikaAditama. Bandung. 128 hlm.
Aisyah, N. 2014. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. DirektoratJenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. 214hlm.
Amien, M. 1987. Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) denganMenggunakan Metode “Discovery dan Inquiry”. Proyek PengembanganLembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan Direktorat Jendral PendidikanTinggi Depdikbud. Jakarta.
Amri & Ahmadi. 2015. Implementasi Pembelajaran Aktif dalam Kurikulum 2013.Prestasi Pusakaraya. Jakarta. 218 hlm.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendidikkan Praktis. Rineka Cipta.Jakarta. 413 hlm.
Awal, Siti. 2015 Peranan Metode Pictorial Riddle terhadap Penguasaan KonsepFisika Pada Siswa SMAN 1 Bontonompo. Jurnal Pendidikan Fisika . 4(2): 250-265.
Bailik, M & Fadel, C. 2015. Skill for the 21st Century. Center for CurriculumRedesign. Boston. 351 hlm.
Borg, W.R., dan Gall, M. D. 1983. Education Research: An Introduction.Longman. New York. 936 hlm.
Burns, Marilyn. 2007. About Teaching Mathematic. Math Solution Publitions.USA. 225 hlm.
Choo, Serene S.Y, Rotgans J.I, Yew E.H.J, Schmidt, H.G. 2011. Effect ofWorksheet Scaffolds on Students Learning in Problem Based Learning.Journal Adv in Health Science Education, Springerlink. 16: 517–528.
117
Chusni, Muhammad, Minan. 2016. Penerapan Pendekatan Inkuiri Terbimbingdengan Metode Pictorial Riddle Untuk Meningkatkan Pemahaman KonsepFisika Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika. 4(2): 111-123.
Darmojo, H., & Kaligis, J. R.E.. 1993. Pendidikan IPA II. Depdikbud, Jakarta. 198hlm.
Daryanto. 2010. Belajar dan Mengajar. Yrama Widya. Bandung. 234 hlm.
Degeng, N.S. 2007. Ilmu Pembelajaran (Klasifikasi Variabel untuk PengembanganTeori dan Penelitian). Arasmedia. Bandung. 203 hlm.
Depdiknas. 2003. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang SistemPendidikan Nasional. Depdiknas. Jakarta.
----------. 2018. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Depdiknas. Jakarta.
De Porter, H & Bobbi. 2013. Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyamandan Menyenangkan. Kaifa. Bandung. 356 hlm.
Dike, Daniel. 2010. Peningkatan Berpikir Kritis Siswa dengan Model TASC(Thinking Actively in a Social Context) pada Pembelajaran IPS. JurnalPenelitian.1(1): 15-29.
Dimyati. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran Terpadu. Alfabeta. Bandung.266 hlm
Fathurrohman, M. 2015. Paradigma Pembelajaran Kurikulum 2013. Kalimedia.Yogyakarta. 237 hlm.
Fisher, Alec. 2009. Berpikir Kritis Sebuah Pengantar. Erlangga. Jakarta. 247 hlm.
Hartley, D. 2010. Assure Model Learning: Instructional Media and Technologiesfor Learning. Merrill. New Jersey. 331 hlm.
Hendriana. 2014. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta, Jakarta. 420 hlm.
Iqbal, Muhammad. 2018. Pengaruh Model Inkuiri Tipe Pictorial Riddle terhadapHasil Belajar Siswa pada Konsep Teori Kinetik Gas.(Skripsi). UIN SyarifHidayatullah.
Kemendikbud, 2013 Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013. KementerianPendidikan dan Kebudayaan RI. Jakarta.
Komalasari 2011. Pembelajaran Kontekstual (konsep dan Aplikasi). PT. RefikaAditama. Bandung. 321 hlm.
118
Kowiyah. 2012. Kemampuan Berpikir Kritis. Jurnal Pendidikan Dasar3(5): 175- 179.
Kristianingsih, (2010). Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui ModelPembelajaran Inkuiri dengan Metode Pictorial Riddle pada Pokok BahasanAlat-alat Optik di SMP. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 6(3): 10-13.
Lee, Che-Di. 2014. Worksheet Usage, Reading Achievement, Classes’ Lack ofReadiness, and Science Achievement A Cross-Country Comparison.International Journal of Education in Mathematics, Science andTechnology. 2(2): 96-106.
Lesy Luzyawati. 2017. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA MateriAlat Indera melalui Model Pembelajaran Inquiry Pictorial Riddle.EduSains: Jurnal Pendidikan Sains & Matematika. Vol.5, No.2, Hal 9-21.
Maghfira, Febriana,. 2018. Penerapan model pembelajaran Inquiry Pictorial Riddleuntuk meningkatkan keaktifan siswa. Jurnal Pendidikan Fisika danKeilmuan (JPFK). 4(2): 6-12.
Masfer, A.A. 2014. Islamic Teachers’ Perceptions of Improving Critical ThinkingSkills in Saudi Arabian Elementary Schools. Saudi Arabia CanadianCenter of Science and Education . 3(4): 37-48.
Masfuah, S. 2016 Pictorial Riddle Melalui Pembelajaran Attention, Relevance,Confidence, Satisfaction (ARCS) untuk Meningkatkan KemampuanPemecahan Masalah dan Motivasi Berprestasi Siswa. Jurnal KonselingGusjigang, 2(1). 114-110.
Musharafa. 2016. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswamelalui Pendekatan Metacognitive Instruction. Jurnal PendidikanMatematika. 5(2): 28-35.
Nilova, Nila. 2017. Pengaruh Metode Pembelajaran Pictorial Riddle Berbasis MindMapping Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif dan Sikap Kreatif PesertaDidik Kelas X Pada Mata Pelajaran Biologi Di Sman 7 Bandar Lampung.(Skripsi). Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.
Pramesti, A. 2017. Development of Student Work Sheets Based on Pictorial Riddleto Increase Critical Thinking Skills For Senior High School Students OnWork And Energy Subject Lecture. Jurnal Pendidikan Fisika. 6(4): 293-303.
Prastowo, A. 2012. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Diva Press.Yogyakarta. 419 hlm.
119
Purwanto, dkk. 2014. Efektivitas Model Pembelajaran Inkuiri Tipe Pictorial Riddledengan Konten Integrasi-Interkoneksi pada Materi Suhu dan Kalorterhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas X SMA Negeri 1Piyungan. (Skripsi). Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta.
Purwanto, Ngalim. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Pustaka Belajar. Yogyakarta.
Ranjit. 2012. Prosedur Penyusunan dan Pengembangan Bahan Ajar. RemajaRosdakarya Offset. Bandung. 120 hlm.
Rohaeti, E, & Padmaningrum, R. T. 2009. Pengembangan Lembar Kerja Siswa(LKS) mata pelajaran sains kimia untuk SMP. Jurnal Inovasi Pendidikan,10(1): 12-20.
Salimahtun, S. 2015. Pengaruh Metode Pembelajaran Pictorial Riddle TerhadapPemahaman Konsep Fisika Siswa Smp Negeri 1 Sigaluh Banjarnegara.(Skripsi). Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam UniversitasNegeri Semarang,Semarang.
Samsudin, Achmad. 2009. Model-Model Pembelajaran. [On line] tersedia:http://file.upi.edu/Direktori/D%20%20FPMIPA/JUR.%20FISIKA/AHMAD%20SAMSUDIN/BPF/MODELMODEL%20PEMBELAJARANx. pdfpada Senin 2 Desember 2018.
Sani, Ridwan Abdullah. 2014. Inovasi Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta. 336hlm.
Sanjaya, W. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. KencanaPrenada Media Grup. Jakarta. 241 hlm.
---------. 2013. Kurikulum dan Pembelajaran. Prenada Media Grup. Jakarta. 367hlm.
Saputro, Rahmanto Dwi & Gunansyah, Ganesa. 2013. Peningkatan KeterampilanBerpikir Kritis Melalui Model Pembelajaran Inkuiri pada pembelajaranIPS di Sekolah Dasar.Ejournal Unesa. Surabaya.
Setyosari, P. 2015. Metode Penelitian Pendidikan & Pengembangan. PrenadamediaGrup. Jakarta. 340 hlm.
Shinta D.D, Nur Ngazizah, Eko Setiyadi. 2013. Pengembangan Lembar KerjaSiswa (LKS) Dengan Pendekatan Inkuiri Terbimbing untukMnegoptimalkan Kemampuan Berfikir Kritis Peserta Didik Pada MateriListrik Dinamis SMA Negeri 3 Purworejo Kelas X. Jurnal UniversitasMuhammadiyah Purworejo. Vol 3 No 1
120
Soedjadi, R., 2017. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Direktorat JendralPendidikan Tinggi Depertemen Pendidikan Nasional. Jakarta. 206 hlm.
Sriwongchai, A, Jantharajit, N & Chookhampaeng, S. 2015. Developing theMathematics Learning Management Model for Improving CreativeThinking in Thailand. International Education Studies. 8(11): 77-87.
Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Raja Grafindo Persada.Jakarta. 504 hlm.
Sudjana, Nana. 2010. Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Rosdakarya.Bandung. 320 hlm.
Sudirman, N. 1992. Ilmu Pendidikan. Remaja Rosdakarya. Bandung. 301 hlm.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.Alfabeta. Bandung. 380 hlm.
Sukarjo, M. & Komarudin, U. 2012. Landasan Pendidikan. PT. Raja GrafindoPersada. Jakarta. 86 hlm.
Sulistiyanti. 2015. Keefektifan Model Pictorial Riddle Dalam Pembelajaran IlmuPengetahuan Sosial Kelas III Sekolah Dasar Negeri 1 KarangmanyarKabupaten Purbalingga. (Skripsi). Universitas Negeri Semarang.
Sumantri, Mohamad Syarif. 2015. Strategi Pembelajaran: Teori dan Praktik diTingkat Pendidikan Dasar. Rajawali Pers. Jakarta.
Sumardyono. 2014. Karakteristik Matematika dan Implikasinya terhadapPembelajaran Matematika. Depertemen Pendidikan Nasional. Yogyakarta.210 hlm.
Sundjana. 2015. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosda karya.Bandung. 330 hlm.
Suprijono, A. 2013. Cooperative Learning Teori & Aplikasi Paikem. Pustaka.Belajar. Yogyakarta. 344 hlm.
Surtriyanti, E. 2017. Pengaruh Metode Pembelajaran Pictorial Riddle terhadapKeterampilan Berpikir Kritis Siswa SD pada Materi PelestarianLingkungan. Jurnal Pena Ilmiah. 2 (11): 331- 340.
Susanto, Ahmad. 2014. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Kencana.Jakarta. 322 hlm.
Sutikno, M. 2014. Metode & Model-model Pembelajaran. Holistica, Lombok. 208hlm.
121
Syah, Muhamad. 2013. Panduan Pembelajaran Kreatif dan Inovatif IPA Fisika SD.Remaja Karya, Bandung. 104 hlm
Toman, Ufuk. 2013. Extended Worksheet Developed According To 5E ModelBased On Constructivist Learning Approach. International Journal.University Postecondary: Turki. 4: 173-183.
Trianto. 2012. Model Pembelajaran Terpadu, Konsep, Strategi, danImplementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. BumiAksara. Jakarta. 381 hlm.
---------. 2011. Mendesain Pembelajaran Inovatif-Produktif. Kencana PrenadaMedia Group. Jakarta. 326 hlm.
Widodo, Supriyono. 2006. Psikologi Belajar. Rineka Cipta. Jakarta. 242 hlm.
Widoyoko, Eko P. 2014. Penilaian Hasil Pembelajaran di Sekolah. PustakaPelajar. Yogyakarta. 359 hlm.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang SistemPendidikan Nasional (Sisdiknas). Depdiknas. Jakarta.
Yasir, M., Susantini, E., dan Isnawati. 2013. Pengembangan Lembar Kerja Siswa(LKS) Berbasis Strategi Belajar Metakognitif Untuk Meningkatkan HasilBelajar Siswa Pada Materi Pewarisan Sifat Manusia. Jurnal Bioedu. 2(1):77-83.
Zayabalaradjane, Z. (2016). Understanding Critical Thinking To Create BetterDoctors. Journal Of Advances In Medical Education And Research.1(3): 9-13.