14
 1 Pengembang an LembarKerja Siswa (LKS) Praktikum Berbasis Inkuiri Terbimbing Pada Topik Sel Volta Melalui Percobaan Menggunakan Buah Lemon Sebagai Baterai Alami. A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan yang sangat besar dalam kehidupan seseorang di masa mendatang. Melalui pendidikan manusia berusaha mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi akibat adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun, dunia pendidikan tidak pernah bebas dari masalah. Salah satu masalah yang dihadapi sekarang ini yaitu lemahnya proses  pembelajara n yang menga kibatkan ren dahnya kualitas pe ndidikan. Proses pembelajaran merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan  belajar siswa. Proses pembelajaran harus dirancang dengan baik agar siswa dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Pembelajaran yang baik dirancang berpusat pada siswa (  student centered ), sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator. Salah satu model pembelajaran yang dapat menjadikan pembelajaran yang berpusat pada siswa yaitu pembelajaran inkuiri. Menurut Gulo (dalam Rahmawati, 2013), model  pembelajara n inkuiri merupaka n suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis sehingga siswa dapat merumuskan penemuannya sendiri. Ilmu kimia tidak hanya membahas tentang zat-zat secara teoretis, tetapi juga mencoba membahas secara empiris. Hal ini disebabkan ilmu kimia merupakan ilmu yang diperoleh melalui kerja ilmiah, sehingga dalam mempelajari ilmu kimia ada dua hal yang har us dipelajari, yaitu aspek produk (fakta, konsep, prins ip, teori, hukum) dan aspek empiris.  Oleh karena itu selain kita mempelajari produk-produk ilmu kimia,  juga sangat perlu untuk mempelajari bagaimana proses penemuan produk ilmu kimia tersebut (proses penemuan konsep, prinsip, teori, atau hukum). Oleh karena itu, dalam  pembelajara n kimia sangat memerlukan kegiatan penunjang berupa praktikum maupun eksperimen di laboratorium. Hal ini dikarenakan metode praktikum adalah salah satu bentuk pendekatan keterampilan proses. Bagi peserta didik diadakannya  praktikum selain dapat melatih bagaimana penggunaa n alat dan bahan yang tepat,  juga membantu pemahaman mereka terhadap materi kimia yang diajarkan di kelas.

Pengembangan LembarKerja Siswa (LKS) Praktikum Berbasis Inkuiri Terbimbing Pada Topik Sel Volta Melalui Percobaan Menggunakan Buah Lemon Sebagai Baterai Alami

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pengembangan LembarKerja Siswa (LKS) Praktikum Berbasis Inkuiri Terbimbing Pada Topik Sel Volta Melalui Percobaan Menggunakan Buah Lemon Sebagai Baterai Alami.

Citation preview

Pengembangan LembarKerja Siswa (LKS) Praktikum Berbasis Inkuiri Terbimbing Pada Topik Sel Volta Melalui Percobaan Menggunakan Buah Lemon Sebagai Baterai Alami.

A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan yang sangat besar dalam kehidupan seseorang di masa mendatang. Melalui pendidikan manusia berusaha mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi akibat adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun, dunia pendidikan tidak pernah bebas dari masalah. Salah satu masalah yang dihadapi sekarang ini yaitu lemahnya proses pembelajaran yang mengakibatkan rendahnya kualitas pendidikan. Proses pembelajaran merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan belajar siswa. Proses pembelajaran harus dirancang dengan baik agar siswa dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Pembelajaran yang baik dirancang berpusat pada siswa (student centered), sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator. Salah satu model pembelajaran yang dapat menjadikan pembelajaran yang berpusat pada siswa yaitu pembelajaran inkuiri. Menurut Gulo (dalam Rahmawati, 2013), model pembelajaran inkuiri merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis sehingga siswa dapat merumuskan penemuannya sendiri. Ilmu kimia tidak hanya membahas tentang zat-zat secara teoretis, tetapi juga mencoba membahas secara empiris. Hal ini disebabkan ilmu kimia merupakan ilmu yang diperoleh melalui kerja ilmiah, sehingga dalam mempelajari ilmu kimia ada dua hal yang harus dipelajari, yaitu aspek produk (fakta, konsep, prinsip, teori, hukum) dan aspek empiris. Oleh karena itu selain kita mempelajari produk-produk ilmu kimia, juga sangat perlu untuk mempelajari bagaimana proses penemuan produk ilmu kimia tersebut (proses penemuan konsep, prinsip, teori, atau hukum). Oleh karena itu, dalam pembelajaran kimia sangat memerlukan kegiatan penunjang berupa praktikum maupun eksperimen di laboratorium. Hal ini dikarenakan metode praktikum adalah salah satu bentuk pendekatan keterampilan proses. Bagi peserta didik diadakannya praktikum selain dapat melatih bagaimana penggunaan alat dan bahan yang tepat, juga membantu pemahaman mereka terhadap materi kimia yang diajarkan di kelas. Selain itu, bagi peserta didik yang memiliki rasa ingin tahu tinggi, maka melalui praktikum mereka dapat memperoleh jawaban dari rasa ingin tahunya secara nyata. Praktikum memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapatkan gambaran dalam keadaan yang nyata tentang apa yang diperoleh dalam teori . Selain itu, melalui kegiatan praktikum dapat membangkitkan motivasi belajar siswa terutama dalam mempelajari kimia karena siswa akan terlibat langsung dalam proses pembelajaran sehingga siswa akan mudah memahami konsep suatu materi yang diajarkan. Melalui kegiatan praktikum banyak aspek yang dapat dikembangkan dalam diri siswa baik aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilannya. Dibandingkan dengan kegiatan di kelas, kegiatan praktikum berpeluang lebih banyak untuk membangun interaksi sosial antar siswa dan antar siswa dengan guru sehinnga menciptakan lingkungan pembelajaran yang positif.(Tobin,1990 dalam Fina,2013). Meskipun metode praktikum banyak kelebihan, tetapi pada kenyataanya pembelajaran dengan metode ini masih jarang dilakukan di SMA. Alasan yang biasa dikemukakan diantaranya adalah laboratorium yang tidak memadai, terbatasnya alat dan bahan praktikum, memerlukan waktu yang lama dan biaya besar, serta memerlukan persiapan sebelum melaksanakan praktikum. (Urip, 2007 dalam Juhroh 2011). Permasalahan-permasalahan tersebut pada dasarnya dapat diatasi salah satunya adalah dengan melaksanakan kegiatan praktikum menggunakan alat dan bahan yang mudah ditemukan oleh siswa dari lingkungan sekitarnya, biaya yang cukup murah, dan tidak memerlukan laboratorium khusus sehingga dapat memudahkan siswa dalam melaksanakan praktikum. Permasalahan lain yang terjadi di lapangan adalah LKS praktikum yang digunakan untuk membantu siswa dalam kegiatan praktikum yang ada dilapangan mengindikasikan bahwa siswa tidak dilatih berpikir dan berinisiatif sehingga tidak menantang kemampuan siswa karena prosedur percobaan, alat, dan bahan sudah tersedia serta kesimpulannya hanya berisikan titik-titik yang harus dilengkapi siswa dan siswapun tidak dilatih untuk merumuskan hipotesis. (Susiwi,2006 dalam Intan, 2012). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti Rahmawati terhadap enam belas bahan ajar yang digunakan oleh siswa SMA, ditemukan bahawa LKS praktikum yang terdapat di dalam buku-buku tersebut masih berbentuk cookbook. Oleh karena itu, diperlukan LKS yang dapat menunjang proses pembelajaran yang berpusat pada siswa, yaitu LKS yang berbasis inkuiri terbimbing. Menurut Bilgin (dalam Nuraini,2014), pendekatan inkuiri terbimbing memiliki pengaruh positif terhadap siswa sehingga siswa menjadi lebih memahami suatu konsep. LKS inkuiri terbimbing lebih menekankan pada proses berpikir secara kritis dalam mencari jawaban dari suatu masalah. Lembar kerja siswa (LKS) yang dikembangkan berbasis inkuiri terbimbing terdiri dari komponen-komponen: judul, kompetensi dasar, tujuan pembelajaran, merumuskan masalah, hipotesis, alat dan bahan, langkah percobaan, tabel hasil pengamatan, analisis data dan kesimpulan. (Nuraini,2014). Untuk menghasilkan LKS yang baik, prosedur praktikum yang digunakan untuk membuat LKS tersebut haruslah sudah teroptimasi dengan baik pula. Sebelumnya telah dilakukan penelitian terhadap prosedur praktikum sel volta yang layak diterapkan di SMA oleh Juhroh (2011). Hasilnya kelayakan prosedur berdasarkan efisiensi waktu, respon siswa terhadap kemudahan dalam memahami prosedur praktikum dan pelaksanaan praktikum tergolong sangat baik. LKS praktikum yang dikembangkan oleh Juhroh sudah dinyatakan valid dan optimal, namum LKS praktikum mengenai topik sel volta tersebut tidak berbasis inkuiri terbimbing. Berdasarkan kurikulum 2013, salah satu kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa SMA kelas XII IPA pada aspek pengetahuan yaitu mengevaluasi gejala atau proses yang terjadi dalam contoh sel elektrokimia (sel volta dan sel elektrolisis) yang digunakan dalam kehidupan dan aspek keterampilan yang harus dicapainya yaitu menciptakan ide/gagasan produk sel elektrokimia. Berdasakan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka dilakukan penelitian untuk mengembangkan LKS praktikum berbasis inkuiri terbimbing dengan judul Pengembangan LembarKerja Siswa (LKS) Praktikum Berbasis Inkuiri Terbimbing Pada Topik Sel Volta Melalui Percobaan Menggunakan Buah Lemon Sebagai Baterai Alami.

B. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah yang diteliti dijabarkan melalui pertanyaan penelitian sebagai berikut:1. Bagaimana karakteristik LKS praktikum berbasis inkuiri terbimbing yang dikembangkan pada topik sel volta melalui percobaan menggunakan buah lemon sebagai baterai alami ? 2. Bagaimana penilaian guru terhadap kualitas LKS berbasis inkuiri terbimbing pada topik sel volta melalui percobaan menggunakan buah lemon sebagai baterai alami? 3. Bagaimana tingkat keterlaksanaan praktikum sel volta menggunakan buah lemon sebagai baterai alami dengan menggunakan LKS berbasis inkuiri terbimbing? 4. Bagaimana respon siswa terhadap praktikum sel volta menggunakan buah lemon sebagai baterai alami dengan menggunakan LKS berbasis inkuiri terbimbing?

C. Pembatasan Masalah Untuk mengarahkan penelitian ini, maka permasalahan dibatasi oleh hal-hala berikut : 1. Penelitian ini mengembangkan LKS praktikum berbasis inkuiri yaitu inkuiri terbimbing.2. Uji pengembangan LKS praktikum berbasis inkuiri terbimbing yang dikembangkan diperoleh dari penilaian guru, uji keterlaksanaan praktikum, dan respon siswa.3. Tingkat keterlaksanaan praktikum didapatkan dari keterlaksanaan siswa melakukan tahap-tahap inkuiri selama kegiatan praktikum dan jawaban siswa terhadap tugas-tugas yang ada pada LKS.4. Uji coba penggunaan LKS berbasis inkuiri terbimbing yang dikembangkan dilakukan secara terbatas.

D. Tujuan PenelitianTujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini:1. Mengembangkan LKS praktikum berbasis inkuiri terbimbing pada topik sel volta melalui percobaan menggunakan buah lemon sebagai baterai alami.

2. Mengetahui kualitas LKS praktikum berbasis inkuiri terbimbing dilihat dari tingkat keterlaksanaan tahapan inkuiri, respon siswa dan penilaian guru terhadap LKS praktikum berbasis inkuiri terbimbing pada topik sel volta melalui percobaan menggunakan buah lemon sebagai baterai alami.

E. Manfaat PenelitianPenelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :1. Bagi guru kimia dapat menjadi masukan untuk menggunakan LKS berbasis inkuiri terbimbing sebagai panduan dalam praktikum, agar dapat meningkatkan kualitas pembelajaran kimia.2. Bagi siswa dapat membangkitkan sikap ilmiah, semangat dan motivasi dalam belajar kimia.3. Bagi peneliti lain dapat menambah pengetahuan mengenai pengembangan LKS berbasis inkuiri terbimbing sehingga menambah bekal peneliti sebagai calon pendidik untuk dapat mengembangkan bahan ajar yang lebih baik.

F. Tinjauan Pustaka1. Metode Praktikum Metode praktikum adalah metode pemberian kesempatan kepada siswa secara perorangan atau kelompok untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Menurut Djamarah (2006), dalam proses belajar mengajar dengan metode percobaan ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu objek, keadaan atau proses sesuatu. Menurut Hofstein (2004) aktivitas laboratorium dapat efektif meningkatkan kemampuan kognitif, metakogntif, keteramilan psikomotor dan sikap serta ketertarikan terhadap kimia, mempelajari kimia, dan pekerjaan yang berhubungan dengan pembelajaran kimia. Menurut Tim Didaktik (Sunyono, 2006) menyatakan bahwa dalam metode praktikum siswa dapat aktif mengambil bagian dalam berbuat untuk diri sendiri. Dengan demikian siswa dapat memperoleh kepandaian yang diperlukan dan langkah-langkah berpikir ilmiah. Menurut Wahyu (2007), metode praktikum memiliki keunggulan dan kekurangan yang dapat dilihat dalam Tabel 1.

Tabel 1. Keunggulan dan kekurangan metode praktikum

KeunggulanKekurangan

1. Siswa terampil melakukan sendiri percobaan.2. Siswa dapat membuktikan konsep-konsep yang telah diterima.3. Dapat mengembangkan sikap ilmiah1. Alat dan bahan tidak tersedia2. Waktu yang tersedia tidak leluasa3. Diperlukan alat evaluasi khusus

2. Inkuiri Terbimbing Inkuiri terbimbing (Guided Inquiry) merupakan salah satu metode inkuiri dimana guru menyediakan materi atau bahan dan permasalahan untuk penyelidikan. Siswa merencanakan proseurnya sendiri untuk memecahkan masalah. Guru memfasilitasi penyelidikan dan mendorong siswa mengungkapkan atau membuat pertanyaan-pertanyaan yang membimbing mereka untuk penyelidikan lebih lanjut (Malihah,2011). Dengan pendekatan ini siswa belajar lebih beorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari guru hingga siswa dapat memahami konsep-konsep pelajaran. Pada metode ini siswa akan dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan baik melalui diskusi kelompok maupun secara individual agar mampu menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri.

Menurut Richard A.Hasler (dalam Malihah, 2011), tahap inkuiri terbimbing (Guided Inquiry) terdiri dari 5 tahapan, yaitu :

Siswa mengembangkan dan menelaah pertanyaan yang dibantu oleh guruPertanyaan menghadapkan pada masalahFase 1

Siswa mengidentifikasi variabel, membangun sebuah prosedur dan dipandu oleh guru.Penyelidikan(pengujian) Fase 2

Siswa mengobservasi melakukan esperimen dan mencatat data berdasarkan panduan dari guru.Kumpulkan data (praktikum) Fase 3

Siswa mengkomunikasikan dan membuat kesimpulan setelah tahap mendiskusikan data yang telah didapatkan pada kelompoknya.Menarik kesimpulan Fase 4

Setiap perwakilan kelompok mempresentasikan hasil percobaaan, kelompok lain untuk bertanya dan menanggapinya. Guru berkomentar jalannya diskusi dan meluruskan hal-hal yang kurang tepat untuk mendapatkan konsep yang lebih baikKomunikasi hasil (presentasi) Fase 5

Gambar 1. Model Inkuiri Terbimbing

3. Lembar Kerja Siswa (LKS) Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. LKS biasanya berupa petunjuk, langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas kompetensi dasar yang akan dicapainya (Depsiknas.2004). Menurut Prianto dan Harnoko (Sunyono, 2008), manfaat dan tujuan LKS adalah sebagai berikut:a. Mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar.b. Membantu siswa dalam mengembangkan konsep.c. Melatih siswa untuk menemukan dan mengembangkan proses belajar mengajar.d. Membantu guru dalam menyusun pembelajaran.e. Sebagai pedoman guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran.f. Membantu siswa memperoleh catatan tentang materi yang dipelajari melalui kegiatan pembelajaran.g. Membantu siswa untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis. Peranan LKS sangat penting dalam pembelajaran sehingga menurut Hendro Darmodjo dan Jenny R.E Kaligis (dalam Widjajanti, 2008) penyusunan LKS harus memenuhi berbagai persyaratan yaitu syarat didaktik, syarat konstruksi, dan syarat teknik. 1. Syarat-syarat didaktikPenggunaan LKS harus bersifat universal, artinya LKS dapat digunakan dengan baik untuk siswa yang lamban atau yang pandai. LKS lebih menekankan pada proses untuk menemukan konsep, dan yang terpenting dalam LKS ada variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan siswa. Adapaun syarat-syarat didaktik tersebut adalah :1. Mengajak siswa aktif dalam proses pembelajaran1. Memberi penekanan pada proses untuk menemukan konsep1. Memiliki variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan siswa1. Dapat mengembangkan kemampuan komunikasi sosial, emosional, moral, dan estetika pada diri siswa.1. Pengalaman belajar ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi.2. Syarat-syarat KonstruksiSyarat-syarat konstruksi ialah syarat-syarat yang berkenaan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosakata, tingkat kesukaran, dan kejelasan, yang pada hakekatnya harus tepat guna dalam arti dapat dimengerti oleh pihak pengguna, yaitu anak didik. Syarat-syarat konstruksi tersebut yaitu :1. Menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat kedewasaan anak1. Menggunakan struktur kalimat yang jelas1. Memiliki tata urutan pelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan anak1. Menghindari pertanyaan yang terlalu terbuka1. Tidak mengacu pada buku sumber yang diluar kemampuan keterbacaan siswa1. Menyediakan ruangan yang cukup untuk member keleluasaan pada siswa untuk menulis maupun menggambarkan pada LKS1. Menggunakan kalimat yang sederhana dan pendek1. Menggunakan lebih banyak ilustrasi daripada kata-kata1. Dapat digunakan oleh anak-anak, baik yang lamban maupun yang cepat1. Memiliki tujuan yang jelas serta bermanfaat sebagai sumber motivasi1. Mempunyai identitas untuk memudahkan administrasinya. Misalnya, kelas, mata pelajaran, topik, nama atau nama-nama anggota kelompok, tanggal dan sebagainya.3. Syarat-syarat teknik10. Tulisan1. Menggunakan huruf cetak dan tidak menggunakan huruf latin atau romawi.2. Menggunakan huruf tebal yang agak besar untuk topik, bukan huruf biasa yang diberi garis bawah.3. Menggunakan kalimat pendek, tidak boleh lebih dari 10 kata dalam satu baris.4. Menggunakan bingkai untuk membedakan kalimat perintah dengan jawaban siswa.5. Memperhatikan perbandingan besarnya huruf dengan besarnya gambar.

10. Gambar Gambar yang baik untuk LKS adalah gambar yang dapat menyampaikan pesan atau isi dari gambar tersebut secara efektif kepada pengguna LKS.10. PenampilanPenampilan sangat penting dalam LKS. Siswa pertama-tama akan tertarik pada penampilan bukan pada isinya. Penampilan suatu LKS yang baik tercermin dari desainnya yang meliputi konsistensi, format, organisasi, serta kejelasan tulisan dan gambar.

Menurut Wenning et al. (2004) kegiatan inkuiri di laboratorium berbeda dengan kegiatan praktikum menggunakan LKS praktikum yang berbentuk cook book. Perbedaan antara LKS praktikum dengan cook book dengan LKS inkuiri dapat dilihat pada Tabel.2.2.

Tabel 2. Perbedaan antara LKS inkuiri dan LKS cook book

LKS InkuiriLKS Cook book

Siswa dituntun dengan menggunakan pertanyaan yang melibatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa dalam berpikir dan bertindak.

Siswa dituntun dengan menggunakan instruksi langkah demi langkah yang melibatkan kemampuan minimal siswa sehingga siswa hanya bertindak seperti robot yang hanya menuruti perintah.

Fokus kegiatan siswa pada pengumpulan dan interpretasi data untuk menemukan konsep, prinsip, atau hubungan empiris. Fokus kegiatan siswa pada verifikasi informasi yang telah didapatkan.

Memungkinkan siswa belajar dari kesalahan dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperbaiki kesalahan tersebut. Jarang sekali memungkinkan siswa melakukan kesalahan, mengalami ketidakyakinan, dan miskonsepsi.

Menggunakan prosedur yang sejalan dengan langkah-langkah ilmiah. Menggunakan prosedur yang tidak sejalan dengan langkah-langkah ilmiah.

4. Sel Volta Sel volta atau sel galvanik adalah sistem kimia yang digunakan untuk memperoleh arus listrik dari reaksi redoks yang berlangsung spontan. Reaksi redoks spontan tersebut digunakan untuk menghasilkan tegangan dan elektron mengalir dalam rangkaian listrik. Jika sepotong logam seng (Zn) dicelupkan dalam larutan tembaga(II) sulfat, maka pada permukaan logam Zn akan segera ditutupi dengan lapisan tembaga (Cu). Pada kasus ini telah terjadi reaksi redoks, yaitu reaksi reduksi ion tembaga(II) dan reaksi oksidasi seng. Reaksi tersebut dituliskan seperti berikut : Oksidasi: Zn (s) Zn2+ (aq) + 2 e Reduksi : Cu2+ (aq) + 2e Cu (s) Reaksi sel : Zn (s) + Cu2+ (aq) Zn2+ (aq) + Cu (s) Elektron berpindah dari logam Zn ke Cu2+. Ion-ion Cu2+ yang berada di sekitar logam Zn menangkap dua elektron kemudian mengendap. Sementara itu, atom atom Zn setelah melepas dua elektron, atom Zn larut sebagai Zn2+. Pada reaksi ini tidak timbul arus listrik, karena perpindahan elektron terjadi secara langsung pada permukaan logam Zn. Supaya reaksi menghasilkan listrik, maka logam Zink dan ion Cu2+ harus dipisahkan seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini .

CuSO4ZnSO4Logam CuLogam Zn

Gambar 2. Rangkaian Sel Volta

Rangkaian inilah yang dinamakan sel Volta. Logam seng dicelupkan dalam larutan yang mengandung ion Zn2+ yaitu larutan seng sulfat (ZnSO4) dan logam tembaga dicelupkan dalam larutan yang mengandung ion Cu2+ yaitu tembaga(II) sulfat. Masing-masing logam dihubungkan dengan kabel ke voltmeter. Untuk menetralkan muatan pada larutan maka dibuatlah tabung penghubung antar larutan. Tabung ini berisi larutan garam, misalnya NaCl atau KNO3 dalam agar-agar. Tabung penghubung ini disebut jembatan garam.

Proses yang terjadi pada sel Volta . Gambar 3. Proses pembentukkan energi listrik dari reaksi redoks dalam sel volta. Logam seng yang dicelupkan dalam larutan seng sulfat akan mengalami oksidasi dengan melepaskan dua elektron membentuk ion Zn2+. Elektron yang dilepaskan mengalir melalui kawat penghantar menuju logam Cu dan ditangkap oleh ion Cu2+ sehingga ion Cu2+ mengalami reduksi membentuk Cu. Terjadinya aliran elektron dari logam Zn ke logam Cu ditunjukkan dengan penyimpangan jarum voltmeter. Untuk menetralkan muatan listriknya, kedua gelas kimia dihubungkan dengan jembatan garam. Ion-ion negatif dari larutan dalam jembatan garam akan bergerak ke gelas kimia yang berisi larutan ZnSO4 untuk menetralkan kelebihan ion Zn2+, sedangkan ion-ion positif dari larutan dalam jembatan garam akan bergerak ke gelas kimia yang berisi larutan CuSO4 untuk menetralkan kelebihan ion SO42-. Logam Zink dan tembaga yang menjadi kutub-kutub listrik pada rangkaian sel volta di atas disebut elektrode. Elektroda tempat reaksi oksidasi terjadi disebut anoda. Adapun elektroda tempat reaksi reduksi terjadi disebut katoda. Reaksi yang terjadi pada sel volta di atas dapat dituliskan seperti berikut. Anoda: Zn(s) Zn2+ (aq) + 2 e- Katoda: Cu2+ (aq) + 2 e- Cu(s) Reaksi Sel: Zn(s) + Cu2+ (aq) Zn2+ (aq) + Cu(s)

G. Metodologi Penelitian0. Metode PenelitianMetode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian pengembangan. Dengan tahap-tahap penelitian: 0. Studi pendahuluan0. Pengembangan model0. Uji model

0. Alur PenelitianLKS hasil validasi 2Uji coba terbatasPenilaian GuruUji keterlaksanaan praktikum berbasis inkuiri terbimbingPengumpulan respon siswaPengolahan dataKesimpulanKajian prosedur praktikum sel voltaAnalisis kompetensi dasar mengenai subpokok materi sel voltaAnalisis kondisi praktikum dan LKS praktikum subpokok sel volta di sekolahOptimasi praktikum sel volta menggunakan buah lemonPenyusunan Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis inkuiri terbimbingPenyusunan Instrumen Penelitian:Lembar observasi keterlaksanaanPedoman jawaban tugas LKSLembar penilaian guruAngket respon siswaValidasi oleh dosen pembimbingLKS hasil validasi 1Kajian LKS praktikum pada subpokok materi sel volta yang berada pada buku-buku dan LKS atau modul pembelajaranInstrumen hasil validasi Validasi oleh dosen ahliStudi PendahuluanPenyusunan produk awalSurvei LapanganStudi KepustakaankanPerbaikanPerbaikanPengembangan Modeldirevisi

Gambar 4. Alur Penelitian0. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi, lembar penilaian guru, lembar penilaian jawaban siswa terhadap tugas-tugas yang ada pada LKS dan angket respon siswa.a. Lembar Penilaian Jawaban Siswa Lembar penilaian jawaban siswa terhadap tugas-tugas yang ada pada LKS ini dibuat untuk menilai jawaban siswa terhadap tugas-tugas yang tersedia di LKS. Adapun tugas-tugas yang dimaksud yaitu tugas siswa dalam membuat dan merancang tahap-tahap inkuiri seperti merumuskan rumusan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis dan merumuskan kesimpulan.b. Lembar Penilaian Guru Lembar penilaian dalam penelitian ini digunakan sebagai alat pengumpulan data untuk mengetahui penilaian guru kimia SMA/MA terhadap LKS berbasis inkuiri terbimbing. Lembar penilaian ini terdiri dari penilaian guru terhadap keefektifan kalimat dalam LKS, tata letak dan perwajahan LKS, kesesuaian LKS dengan tahap-tahap inkuiri, serta kesesuaian LKS dengan standar isi.c. Lembar Observasi Lembar observasi digunakan untuk mengetahui keterlaksanaan tahap-tahap inkuiri pada praktikum menggunakan LKS berbasis inkuiri. Lembar observasi ini berisi identitas pencatat observasi, identitas individu-individu yang diamati serta butir-butir pokok kegiatan yang akan diobservasi.d. Angket Siswa Angket dalam penelitian ini digunakan sebagai alat pengumpul data untuk mengetahui respons siswa terhadap praktikum menggunakan LKS berbasis inkuiri yang dikembangkan. Angket ini berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab oleh responden. Responden dalam hal ini adalah siswa.0. Pengolahan Dataa. Lembar Penilaian Guru0. Memberikan skor pada jawaban setiap nomor item.Pemberian skor pada lembar penilaian ini disesuaikan dengan pernyataan untuk setiap indikator penilaian. Pemberian skor penialian guru tertera pada tabel.3.Tabel 3. Pemberian Skor Penialian GuruPernyataanSkor

Sesuai/Logis/Tepat/Terkait/Jelas1

Tidak sesuai/Tidak Logis/Tidak Tepat/Tidak Jelas0

0. Mengolah skorPengolahan skor digunakan dengan menggunakan cara sebagai berikut: a. Menjumlahkan setiap skor responden pada setiap item pernyataan.b. Menentukan skor maksimum. Skor maksimum = jumlah responden x skor tertinggic. Menghitung persentase skor setiap item pernyataan

d. Menentukan rata-rata persentase penilaian guru terhadap LKS berbasis inkuiri terbimbing.

e. Menafsirkan skorUntuk menafsirkan persentase penilaian guru terhadap LKS praktikum berbasis inkuiri terbimbing yang diperoleh, maka digunakan interpretasi skor yang tertera pada tabel4.

Tabel 4. Kriteria Interpretasi Skor

Rentang PersentaseKategori

0%-20%Sangat Lemah

21%-40%Lemah

41%-60%Cukup

61%-80%Kuat

81%-100%Sangat Kuat

nS berbasis inkuiri terbimbing.

(Riduwan, 2007)

4. Lembar Penilaian Jawaban Siswa

1. Memberikan skor setiap kelompok siswa sesuai dengan jawaban tugas-tugas yang ada pada LKS2. Mengolah SkorPengolahan skor digunakan dengan menggunakan cara sebagai berikut: a. Menjumlahkan setiap skor semua jawaban tugas-tugas yang ada pada LKS yang dijawab masing-masing kelompok siswa.b. Menentukan skor maksimal ( jika siswa menjawab sesuai dengan jawaban yang diharapkan).c. Menghitung persentase skor dari setiap aspek yang dinilai

d. Menentukan rata-rata persentase penilaian jawaban siswa terhadap tugas-tugas yang ada pada LKS

e. Menafsirkan skorUntuk menafsirkan persentase skor yangdiperoleh, maka digunakan kriteria interpretasi skor yang tertera pada tabel 2

4. Lembar Observasi0. Memberikan skor Pemberian skor lembar observasi untuk setiap kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:RubrikPemberianSkorSkor

Kelompoksiswamelaksanakantahapaninkuiri1

Kelompoksiswatidakmelaksanakantahapaninkuiri0

Tabel 5. Rubrik Pemberian Skor Lembar Observasi

0. Mengolah Skor Pengolahan skor digunakan dengan menggunakan cara sebagai berikut: a. Menjumlahkan setiap skor setiap kelompok pada setiap aspek penilaian.b. Menjumlahkan skor seluruh kelompok pada setiap aspek penilaian tahap-tahap inkuiri.c. Menentukan skor maksimal yang didaptkan kelompok siswa jika kelompok siswa melaksanakan tahapan inkuiri. Skor maksimal = bobot nilai maksimal banyak kelompok yang diobservasid. Menghitung persentase keterlaksanaan seluruh kelompok pada setiap aspek penilaian

e. Menentukan rata-rata persentase keterlaksanaan praktikum menggunakan LKS berbasis inkuiri terbimbing

f. Menafsirkan skor Digunakan untuk mengetahui kriteria keterlaksanakan praktikum menggunakan LKS berbasis inkuiri yang dikembangkan, maka digunakan kriteria interpretasi skor yang tertera pada tabel 2.

4. Angket Respon SiswaAngket respon siswa diolah dengan urutan sebagai berikut:0. Memberikan skor Pemberian skor untuk angket siswa menggunakan skala Likert yang dibuat dengan menggunakan pernyataan positif. Cara memberikan skor untuk angket ini adalah skor 4 untuk pernyataan sangat setuju (SS, skor 3 untuk pernyataan setuju (S), skor 2 untuk pernyataan tidak setuju ( TS), dan skor 1 untuk pernyataan sangat tidak setuju (STS).

0. Mengolah skorPengolahan skor digunakan dengan menggunakan cara sebagai berikut: a. Menjumlahkan setiap skor responden pada setiap item pernyataan.b. Menentukan skor maksimum Skor maksimum = jumlah responden x skor tertinggic. Menghitung persentase skor setiap item pernyataan

d. Menentukan rata-rata persentase respon siswa terhadap LKS e. Menafsirkan skor Untuk menafsirkan persentase respon siswa terhadap praktikum menggunakan LKS berbasis inkuiri terbimbing, maka digunakan kriteria interpretasi skor yang tertera pada tabel 4.

H. Daftar PustakaDjamarah, S.B., dan Zain, A. (2010). Strategi Belajar Mengajar Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta

Gulo, W. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo

Juhroh, Amalia.(2011). Pengembangan Prosedur Praktikum Kimia Pada Topik Sel Volta Yang layak Diterapkan di SMA. Skripsi Sarjana pada Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan

Rahmawati, Lidia. (2013).Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Praktikum Berbasis Inkuiri Terbimbing Pada Topik Elektrolisis. Skripsi Sarjana pada Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan

Malihah, Memi. (2011). Pengaruh Model Guided Inquiry(Inkuiri Terbimbing) Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Konsep Laju Reaksi. Skripsi sarjana pada Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: tidak diterbitkan. Qudsiyah, Fina Haziratul .(2013). Implementasi Praktikum Aplikatif Berorientasi Chemoentrepreneurship (CEP) Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Kimia Materi Pokok Koloid Siswa Kelas XI. Skripsi sarjana pada Jurusan Kimia FPMIPA Universitas Negeri Semarang: tidak diterbitkan.

Riduwan. (2012). Dasar-Dasar Statistika. Bandung: Alfabeta

Sunarya, Y. dan Agus, S. (2009). Mudah dan Aktif Belajar Kimia untuk Kelas XII SMA/MA Program Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Sunyono. (2008).Development of Student Worksheet Base on Environment to Sains Material of Yunior High School in Class VII on Semester I. Proceeding of The 2nd International Seminar of Science Education UPI, Bandung

Susiwi. (2009). Alternative Worksheet for Enhancing Studens Formal Thinking In Chemistry Laboratory Activities. The 2nd International Conference on Lesson Study. UPI, Bandung.

Urip.(2007). Mengajar /Belajar Kimia Tanpa Eksperimen. [online]. Tersedia: http://urip.wordpress.com/2007/01/21/mengajarbelajar-kimia-tanpa- eksperimen/.

Wahyu, W. (2007). Hand Out Perkuliahan Belajar dan Pembelajaran Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia Universitas Pendidikan Indonesia. Wenning, et al., (2004). Hierarchies of Pedagogical Practices and Inquiry Process. Physic Teacher Education, Departement of Physics Illinois State University.

Widjajanti, E. (2008). Kualitas Lembar Kerja Siswa. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

21