Upload
vokhanh
View
225
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGEMBANGAN MODEL PENENTUAN HARGA DALAM SISTEM TUKAR TAMBAH PRODUK BARU DAN PRODUK REUSE DENGAN
MEMPERTIMBANGKAN UNSUR BIAYA GARANSI
Sylvania Marchellina Suhartono, Maria Anityasari Jurusan Teknik Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111
Email : [email protected] ; [email protected]
ABSTRAK Sistem tukar tambah adalah aktivitas dimana konsumen melakukan pembelian terhadap produk
baru dengan menukarkan produk lama. Dari aktivitas ini, konsumen akan mendapatkan potongan harga (rebate) dari produsen. Sehingga, untuk menentukan harga jual produk yang baru, produsen perlu memperhitungkan secara cermat agar produsen tetap dalam kondisi profit. Penelitian ini akan mengembangkan model matematis harga jual produk baru dengan sistem tukar tambah hasil penelitian Ray et al. (2005) dengan mempertimbangkan unsur biaya garansi di dalamnya. Hal ini disebabkan karena, penelitian yang dilakukan oleh Ray et al. (2005) belum mempertimbangkan biaya garansi sebagai salah satu komponen biaya penyusun harga jual produk. Dalam penelitian ini juga akan dikembangkan model matematis harga jual produk reuse umur muda dengan sistem tukar tambah. Karena selain melakukan pembelian produk baru, konsumen juga memiliki peluang untuk melakukan pembelian produk reuse. Dalam persepsi konsumen, produk reuse memiliki kualitas yang lebih rendah daripada produk baru sehingga pemberian garansi juga penting dilakukan untuk produk reuse. Kebijakan garansi yang diberikan adalah Money Back Warranty. Dalam penelitian ini dilakukan analisis harga jual produk dan potongan harga. Dari hasil perhitungan dan analisis diketahui bahwa semakin lama umur maksimal dari sebuah produk (tm), maka turning point antara skema age-independent dan age-dependent juga akan semakin meningkat. Kata Kunci : rebate, skema age-independent, skema age-dependent, produk reuse
ABSTRACT Trade-in system is an activity that enables consumers to buy new products by replacing old
products. From this activities, consumers will get rebates from producer. As the result, to determine the selling prices of new products, producers have to calculate the costs accurately in order to get profit. This research will develop mathematical model of selling price for new products using trade-in system from Ray et al. (2005) research considering warranty cost. This is because, research executed by Ray et al. (2005) has not considered warranty cost as one of cost component to determine selling price of products. This research will also develop mathematical model of selling price for reuse products with young age. Because, consumers also have chances to buy reuse products beside new products. In consumers perception, reuse products have lower quality than new one. Therefore, warranty servicing is important for reuse products. Money back warranty policy is conducted in this research. This research will analyse the the selling price of products and rebate. Based on calculation and analysis, it is concluded that the longer maximum lifetime of the products then the turning point between age-independent and age-dependent will also increase. Keywords : rebate, age-independent scheme, age-dependent scheme, reuse products
1 PENDAHULUAN Saat ini, konsumsi barang-barang
elektrik, elektronik, dan otomotif meningkat bersamaan seiring dengan meningkatnya jumlah sampah elektrik, elektronik, dan otomotif di seluruh dunia. Berkembangnya teknologi secara berkelanjutan menghasilkan peningkatan volume produk EOL (End-of-life) dan EOU (end-of-use) dimana kedua produk tersebut perlu diolah dengan baik. Untuk mencegah dampak negatif produk EOL dan EOU tersebut terhadap lingkungan, di beberapa negara telah dilakukan upaya penanggulangan. Salah satunya adalah dengan mengimplementasikan pengelolaan Waste of Electrical and Electronic Equipment (WEEE) melalui strategi 3R yaitu reuse, remanufacturing dan recycle. Di antara ketiga
strategi tersebut, reuse dianggap paling efektif dan efisien.
Reuse adalah penggunaan produk lebih dari sekali, dimana produk digunakan untuk fungsi yang sama, dan new life of reuse produk digunakan untuk fungsi yang baru. Dalam menerapkan strategi reuse perusahaan perlu untuk menerapkan mekanisme take-back. Mekanisme take-back merupakan suatu pogram pengembalian produk tertentu yang dianggap sudah usang atau tidak terpakai kepada produsen produk tersebut (Kang et al., 2005). Saat ini, mekanisme tersebut banyak diterapkan oleh perusahaan produsen elektronik seperti IBM, Dell dan PHP. Program ini mulai dikembangkan untuk menjawab isu mengenai tingginya kuantitas Waste Electrical and Electronic
1
Equipment (WEEE) di berbagai negara. Hal ini terbukti, misalnya saja dari tahun ke tahun penggunaan PC (Personal Computer) di Amerika semakin tinggi, sehingga jumlah PC usang pada Gambar 1.1 (ditunjukkan oleh balok merah) semakin lama semakin meningkat dan jumlahnya melebihi jumlah PC baru (ditunjukkan oleh balok hijau).
Gambar 1.1 Perbandingan jumlah PC yang usang dan
baru di Amerika Serikat (Sumber : Kang et al., 2005 p.370)
Fenomena di atas disebabkan karena poduk-produk elektronik mempunyai life time yang semakin singkat seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.2, karena tingkat inovasi dan penemuan perusahaan elektronik yang semakin tinggi pula.
Gambar 1.2 Rata-rata umur produk PC di Amerika
Serikat (Sumber : Kang et al., 2005 p.371) Salah satu cara untuk merealisasikan
strategi take-back tersebut adalah melalui sistem tukar tambah (trade-in). Dengan adanya sistem tukar tambah, konsumen akan berbondong-bondong menukarkan produknya kepada produsen. Dari kondisi tersebut, perusahaan perlu untuk menetapkan harga (pricing) yang sesuai untuk produk yang akan dibeli oleh konsumen. Karena, keputusan untuk membeli yang dilakukan antara pembeli untuk kali pertama (first-time buyers) dengan pembeli yang melakukan pembelian dengan membawa produknya (replacement customers) untuk ditukarkan, secara nyata sangat dipengaruhi oleh
harga. Pembeli dengan kondisi yang kedua pastilah memiliki keyakinan bahwa produk yang mereka tukarkan masih memiliki nilai sisa (residual value), karena produk tersebut belum habis life time-nya. Kondisi ini sangatlah penting bagi perusahaan untuk dijadikan dasar dalam menentukan besarnya harga, salah satunya dengan pemberian potongan harga (rebate). Pada kenyataannya, alasan utama diberikannya potongan harga adalah untuk meningkatkan frekuensi pembelian dari produk (Ackere dan Reyniers, 1995). Produk-produk yang dibawa oleh konsumen untuk ditukarkan, justru merupakan sumber penghasilan bagi perusahaan. Jika konsumen terpengaruh untuk mengembalikan produknya sebelum produk tersebut mencapai EOL-nya, perusahaan dapat melakukan reusing pada produk tersebut dan kemudian menjualnya dengan kualitas as good as new.
Penelitian tentang penentuan harga (pricing) telah banyak dilakukan, akan tetapi hanya sebatas pada konsumen yang melakukan pembelian untuk kali pertama (first-time buyers). Penelitian yang dilakukan oleh Ray et al. (2005) ini dilakukan tidak hanya memperhatikan first-time buyers saja, melainkan juga replacement customers. Akan tetapi, pada penelitian tersebut replacement customers diasumsikan hanya melakukan pembelian produk baru, padahal dalam kenyataannya replacement customers juga memiliki probabilitas untuk melakukan pembelian terhadap produk reuse. Dalam pandangan masyarakat, kualitas produk reuse lebih rendah daripada produk baru. Hal ini bertentangan dengan tujuan utama dari strategi reuse yaitu memproduksi produk yang as good as new yang dapat dijual dalam pasar yang sama dengan produk baru (Anityasari, 2008).
Dari penelitian-penelitian tersebut, pengembangan model penentuan harga dan potongan harga dalam sistem tukar tambah dengan mempertimbangkan biaya garansi belum pernah dilakukan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dikembangkan model matematis penentuan harga (pricing) terhadap pembelian produk baru dan produk reuse melalui sistem tukar tambah dengan mempertimbangkan unsur biaya garansi. Garansi diberikan untuk meyakinkan dan memberikan perlindungan kepada konsumen terhadap kualitas produk baik baru maupun reuse. Pengembangan model merupakan perpaduan antara penelitian yang dilakukan oleh Ray et al. (2005), dan penelitian tentang garansi yang dilakukan oleh Anityasari (2008) dan Windiani
2
(2009). Model matematis dari penelitian Anityasari (2008) yang digunakan adalah model biaya garansi dengan kebijakan Money Back Warranty baik pada first life maupun second life. Sedangkan, model matematis dari penelitian Windiani (2009) yang digunakan adalah model penentuan periode garansi produk reuse dengan fungsi kegagalan F(t) berdasarkan integrasi konsep Nominal Customer’s Risk.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, perumusan masalah yang akan diselesaikan dalam penelitian ini adalah bagaimana menentukan harga dan potongan harga dalam sistem tukar tambah pembelian produk baru dan produk reuse, dengan mempertimbangkan unsur biaya garansi.
Adapun tujuan penelitian dari Tugas Akhir ini antara lain : 1. Menghasilkan model penentuan harga yang
optimal (optimal price) dalam sistem tukar tambah pembelian produk baru dan produk reuse dengan mempertimbangkan unsur biaya garansi di dalamnya.
2. Menghasilkan potongan harga (rebate) yang optimal untuk kedua produk.
3. Melakukan eksperimen numerik untuk melihat pengaruh perubahan parameter terhadap model yang dihasilkan.
4. Melakukan pengujian terhadap model dalam suatu studi kasus.
Batasan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : 1. Pengembangan model analisis biaya garansi
hanya untuk single item, satu dimensi yaitu berdasarkan waktu penggunaan, continuous, dan keandalan produk berdistribusi Weibull 2 parameter.
2. Kebijakan garansi yang digunakan adalah Money Back Warranty (MBW).
3. Periode garansi produk reuse berdasarkan konsep NCR dengan F(t).
4. Skema harga yang akan diteliti adalah age-independent price differentiation dan age-dependent price differentiation.
Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Waktu terjadinya antar kegagalan adalah
independen. 2. Waktu claim adalah waktu kegagalan. 3. Waktu pembelian adalah waktu pemakaian. 4. Konsumen yang melakukan pembelian yang
kedua tanpa menukarkan produk eksisting yang dimiliki masuk ke dalam segmen first-time buyers (MR).
5. Profit margin yang ingin dicapai besarnya sama untuk kedua produk.
6. Perkembangan teknologi relatif stabil.
2 TEORI DAN PETA PERANCANGAN MODEL YANG DIGUNAKAN
2.1 Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini
terdiri dari dua hal yaitu strategi reuse dan model matematis yang akan dikembangkan. 2.1.1 Strategi Reuse
Strategi reuse adalah strategi menggunakan kembali part-part atau bagian-bagian dari produk yang kondisinya masih bagus. Part-part ini dikenai proses disassembly, penyortiran, pembersihan dan pengujian untuk mengetahui kemampuan part-part atau bagian-bagian produk untuk di-reuse. Akan tetapi, tidak setiap produk cocok untuk di-reuse. Kemampuan produk untuk di-reuse tergantung dari sejumlah faktor seperti nilai produk, life cycle, kecepatan perkembangan teknologi dan kondisi penggunaannya (Kaebernick, 2005).
Kemamapuan produk untuk di-reuse juga bergantung dari keandalan (realibility), R(t1), dari suatu produk nantinya akan dibandingkan dengan nilai batas (threshold) keandalan, R*, yang telah ditetapkan. Apabila keandalan produk masih di atas nilai threshold, maka harus dilakukan evaluasi kembali untuk mengetahui apakah di siklus hidup yang kedua, R(t1+t02), keandalannya masih di atas atau di bawah nilai threshold. Bentuk perumusan keandalan tersebut ditunjukkan pada Persamaan 2.1 dan 2.2. R(t1) > R* ................................................................................. (2.1) R(t1+t02) ≥ R* ........................................................................ (2.2) Dimana : t1 = Hidup pertama dari produk t02 = Rata-rata lama hidup kedua dari produk R(t1) = Keandalan dari produk pada akhir hidup pertama R* = Nilai threshold keandalan
Apabila pada Persamaan 2.1 dan 2.2 terpenuhi, maka dapat dikatakan bahwa produk dapat di-reuse pada siklus hidup kedua. Secara grafik, evaluasi ini ditunjukkan pada Gambar 2.1 Sedangkan apabila yang terpenuhi hanya Persamaan 2.1 saja, maka produk dapat diproses ulang (remanufacture) sebelum dilepas kembali pada siklus hidup kedua. Apabila kedua persamaan di atas tidak terpenuhi semua, maka produsen harus melakukan proses recycling.
Gambar 2.1 Produk sesuai untuk reuse (Sumber :
Anityasari, 2008)
R(t1+t
02)>R*
R(t
)
Time (t)0 T*
1
1st
Life
t1
R(t1)>R*
2nd
Life
t02
t1+t
02<T*
Scenario A
R*
3
2.1.2 Penentuan Harga Jual Pemberian garansi merupakan salah satu
strategi yang dapat meningkatkan frekuensi pembelian oleh konsumen. Dengan adanya strategi tersebut, perusahaan perlu untuk memperhitungkan lamanya periode garansi yang diberikan dan pastinya biaya garansi yang akan dikeluarkan apabila terjadi kerusakan selama masa garansi tersebut. Sehingga dengan adanya faktor lain yaitu garansi, maka perusahaan perlu untuk melakukan perhitungan harga jual dengan formulasi (Blischke et al., 1994): ................................... (2.2) Dimana : S = Harga jual HPP = Harga pokok produksi P = Profit yang diinginkan W = Biaya garansi
Penentuan harga jual bagi produk baru maupun produk reuse pastilah berbeda. Di bawah ini adalah diagram komparasi harga jual produk baru dan produk reuse.
Profit
Biaya Raw
Material
Biaya Tenaga
Kerja Langsung
Biaya Overhead
Biaya Garansi
Profit
Biaya Collection
Biaya Overhead
Biaya Garansi
PN
Produk baru Produk reuse
Besarnya
keuntungan yang
ingin diperoleh
Besarnya keuntungan
yang ingin diperoleh
minimal harus sama
dengan produk baru
Besarnya biaya tersebut
bisa bergerak naik atau
turun
Biaya
Procurement
Jenis Produk
PR(t) /PR
Gambar 2.2 Diagram komparasi harga jual produk baru dan produk reuse
Dari Gambar 2.2 dapat dilihat bahwa komposisi pembentuk harga jual dari masing-masing produk adalah berbeda. Pada produk reuse tidak terdapat biaya raw material dan biaya manufaktur. Hal ini dikarenakan pada produk reuse hanya dilakukan proses pemilihan part-part atau komponen yang masih bisa digunakan saja (procurement). Biaya garansi yang dikeluarkan oleh perusahaan terutama bagi produk reuse jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan biaya garansi pada produk reuse. Untuk lebih jelasnya di bawah ini adalah formulasi harga jual untuk masing-masing produk (tanpa pengaruh sistem tukar tambah). a. Produk baru ...... (2.3) ................. (2.4) Dimana : =Biaya material
=Biaya Manufaktur (termasuk proses, assembly, tenaga kerja dan overhead)
=Biaya garansi produk baru (first life)
b. Produk reuse (2.27) ......................... (2.5) (2.6) ..................................... (2.7) Dimana : =Biaya pengumpulan (termasuk take-
back, transport, dan storage) =Biaya pengadaan =Biaya garansi produk reuse (second
life) c. Produk remanufaktur
................................................. (2.8) ............ (2.9) .. (2.10) ..................................... (2.11) Dimana : =Biaya Remanufaktur 2.1.3 Model Saibal Ray, Tamer Boyaci, dan
Necati Aras (2005) Ray et al. (2005) melakukan permodelan
untuk tiga skema kebijakan pricing. Yang pertama adalah skema harga dibuat seragam untuk kedua segmen konsumen dan tanpa adanya potongan harga (Uniform Pricing for Both Customer Segments with No Trade-in Rebates). Harga seragam yang optimal dinotasikan sebagai , pN=pR(t) t [0,tm]= ps. Dan berikut adalah model expected profit yang akan didapatkan oleh perusahaan,
................................................. (2.12) Selanjutnya,
Pada skema harga yang kedua yaitu adanya perbedaan harga dengan tidak tergantung pada umur dari produk (age-independent price differentiation) yang dibawa. Akan tetapi, besarnya potongan harga adalah sama didapatkan dari
untuk seluruh
replacement customers. Dan besarnya harga optimal dari new prices ditunjukkan pada rumusan
. Dimana rumusan tersebut
didapatkan dari persamaan di bawah ini:
.......................................... (2.13)
4
Perusahaan kemudian menentukan harga yang optimal (termasuk potongan harga) kepada replacement customers ( untuk memaksimalkan profit dari segmen MR.
....................(2.14) Selanjutnya,
Skema pricing yang terakhir adalah adanya perbedaan harga dan potongan harga (age-dependent price differentiation). Besarnya potongan harga tergantung dari umur produk tersebut yaitu =
. Sehingga,
besarnya profit yang maksimal ditunjukkan pada rumusan di bawah ini,
...................................(2.15)
2.1.4 Model Biaya Garansi (Anityasari (2008)) Sesuai dengan kebijakan garansi yang
dipilih, maka rumusan biaya garansi produk pada saat first life dan second life ditunjukkan pada Persamaan 2.16 dan 2.17 berikut: a Pada saat first life
................................................ (2.16) b Pada saat second life .................................................................. (2.17) 2.1.5 Model Periode Garansi (Windiani
(2009)) Pada model ini, penentuan W2 didasarkan
oleh probabilitas kegagalan produk dimana customer risk produk reuse (CR2) harus sama dengan NCR (produk baru). Persamaan 2.20 adalah model periode garansi produk reuse yang akan digunakan :
.. (2.18)
2.2 Peta Perancangan Model Gambar 2.3 berikut adalah peta
perancangan model yang menjelaskan alur penelitian:
Model Ray et al. (2005)
Harga jual produk
New product
No warranty cost
Tukar tambah (Trade-in)
Potongan harga (Rebate)
Skenario 1(Pembelian
produk baru)
+ With Warranty Cost =
Skenario 2(Pembelian
produk reuse)
Harga jual produk
reuse=Harga jual
produk baru
Harga jual produk
reuse=70%*Harga
jual produk baru
Kalkulasi Reliability
Age-Independent
Price Differentiation
Age-dependent
Price Differentiation
Age-Independent
Price Differentiation
Age-dependent
Price Differentiation
Harga jual produk baru
Rebate
Harga jual produk reuse
Rebate
PROFIT
PROFIT
INPUT PROSES OUTPUT
Model Anityasari
(2008)
Model Windiani
(2009)
Gambar 2.3 Peta perancangan model
Skenario pertama yaitu first-time buyers melakukan pembelian produk baru secara langsung, sedangkan replacement customers juga melakukan pembelian produk baru tetapi dengan sistem tukar tambah. Kondisi pada skenario pertama ini adalah kondisi eksisting
yang ada pada penelitian sebelumnya. Akan tetapi, pada kondisi ini pihak produsen belum memperhatikan biaya garansi dalam menentukan harga jual dari produk. Oleh sebab itu, pada skenario ini akan dikembangkan model dengan mempertimbangkan unsur biaya garansi produk terutama produk baru. Berbeda dengan skenario sebelumnya, untuk skenario kedua akan di-setting ketika first-time buyers maupun replacement customers melakukan pembelian dengan sistem tukar tambah terhadap produk reuse yang memiliki umur yang lebih muda. Oleh sebab itu, produsen sangat perlu untuk memberikan garansi untuk memperkecil risiko apabila terjadi kerusakan pada produk yang dibeli oleh konsumen selama masa garansi. Untuk lebih jelasnya kedua skenario di atas dapat diilustrasikan pada Gambar 2.4
Produk baru(biaya garansi produk baru)First-time buyers
Melakukan pembelian produk baru tanpa
melakukan sistem tukar
tambah
Produk reuse(biaya garansi produk reuse)
Melakukan pembelian produk reuse umur
muda tanpa melakukan
sistem tukar tambah
Membayar sesuai dengan harga jual
produk
No Rebate
Produk reuse(biaya garansi produk reuse)
Replacement customers
Produk baru(biaya garansi produk baru)
Konsumen melakukan pembelian produk baru/
reuse dengan cara menukarkan produk
sejenis yang dimiliki
Get Rebate
Produk yang dibawa oleh konsumen akan dihargai oleh pihak
produsen
Age-Independent Price Differentiation
Age-Dependent Price Differentiation
Membayar sisa harga jual setelah
mendapatkan potongan
Skenario 1
Skenario 2
Gambar 2.4 Ilustrasi model yang akan dikembangkan Dari peta pengembangan model
matematis pada Gambar 2.3 terdapat tiga buah model yang akan dipadukan yaitu model matematis milik Ray et al. (2005) dan model garansi dari penelitian yang dilakukan oleh Anityasari (2008) dan Windiani (2009).
3 PENGEMBANGAN MODEL 3.1. Komponen Model
Tidak ada perbedaaan komponen model antara model skema harga Age-Independent Price Differentiation dan Age-Dependent Price Differentiation. Komponen model terdiri dari fungsi tujuan, variabel keputusan dan parameter yang mempengaruhi model. 3.1.1 Fungsi Tujuan
Fungsi tujuan dari model adalah untuk memaksimalkan profit yang ingin didapatkan oleh produsen. Profit ini meliputi profit ketika kondisi harga jual produk reuse sama dengan harga jual produk baru, dan 70% dari harga jual produk baru. 3.1.2 Variabel Keputusan
Variabel keputusan baik pada skema Age-Independent atau Age-Dependent adalah dengan mengoptimalkan harga jual dan potongan harga dari produk (pN, pR dan pR(t)).
5
3.2. Pengembangan Model 3.2.1 Asumsi Model
Beberapa asumsi yang digunakan dalam pengembangan model ini antara lain : Besarnya profit margin antara skenario 1 dan
2 adalah sama. Produk reuse yang akan dijual kembali
merupakan hasil pembelian produk baru dengan sistem tukar tambah.
Besarnya potongan harga (rebate) sama dengan biaya collection (Ccoll).
Harga jual produk melalui pembelian tanpa sistem tukar tambah akan tidak bernilai atau sama dengan 0 ketika mencapai tm.
Produk yang akan dibeli dan produk yang akan ditukartambahkan oleh konsumen memiliki parameter kerusakan yang sama.
3.2.2 Model Biaya Garansi a. Skenario 1 (Pembelian produk baru) Biaya Garansi Produk Baru (First-Time
Buyers) Biaya garansi produk baru untuk segmen ini
didapatkan dari hasil perkalian antara harga jual produk baru tersebut dengan distribusi kegagalan produk pada siklus hidup yang pertama. Dari model milik Anityasari (2008) dilakukan sedikit modifikasi model yaitu dengan mengubah notasi harga jual. Cara tersebut juga digunakan untuk menentukan biaya garansi bagi segmen replacement customer kedua skema. Maka, model biaya garansi untuk segmen ini menjadi :
=
.................. (3.1)
Biaya Garansi Produk Baru Skema Age-Independent (Replacement Customers)
=
................... (3.2)
Biaya Garansi Produk Baru Skema Age-Dependent (Replacement Customers)
=
.............. (3.3)
b. Skenario 2 Biaya Garansi Produk Reuse (First-Time
Buyers) Segmen first-time buyers selain bisa
melakukan pembelian terhadap produk baru juga bisa melakukan pembelian terhadap produk reuse. Kebijakan garansi yang diberikan kepada konsumen adalah Money Back Warranty. Biaya garansi ini didapatkan dengan cara melakukan integrasi model antara model milik Anityasari (2008), Windiani (2009) dan Ray et al. (2005). Cara tersebut juga digunakan untuk menentukan biaya garansi bagi segmen replacement
customer kedua skema Sehingga didapatkan persamaannya biaya garansi untuk produk reuse segmen first-Time Buyers :
=
(
) ................................................................... (3.4)
Biaya Garansi Produk Reuse Skema Age-Independent (Replacement Customers) =
(
) ................................................................... (3.5)
Biaya Garansi Produk Reuse Skema Age-Dependent (Replacement Customers) =
(
) ................................................................... (3.6)
3.2.3 Model Harga Jual Produk a. Skenario 1 Harga Jual Produk Baru (First-Time Buyers)
Untuk mendapatkan harga jual yang optimal dengan mempertimbangkan biaya garansi, maka persamaan eksisting yang ada harus dideferensialkan. Cara tersebut juga digunakan untuk menentukan harga jual produk bagi segmen replacement customer kedua skema. Sehingga, harga jual produk baru untuk segmen kedua segmen dapat diekspresikan pada Persamaan 3.7-3.9 berikut ini :
................................ (3.7)
Harga Jual Produk Baru Skema Age-Independent (Replacement Customers)
............................................................. (3.8) Harga Jual Produk Baru Skema Age-
Dependent (Replacement Customers)
. (3.9)
6
b. Skenario 2 Harga Jual Produk Reuse (First-Time Buyers)
Untuk mendapatkan persamaan harga jual produk reuse ini, dilakukan integrasi antara Persamaan (3.4) dengan persamaan profit eksisting yang ada. Dari proses integrasi kedua persamaan tersebut, akan didapatkan persamaan harga jual produk yang optimal dengan cara mendiferensialkan persamaan gabungan tersebut. Cara tersebut juga digunakan untuk menentukan harga jual produk bagi segmen replacement customer kedua skema. Berikut adalah hasil pendiferensialan persamaan tersebut:
=
........................................................................ (3.10) Harga Jual Produk Reuse Skema Age-
Independent (Replacement Customers)
=
............. (3.11) Harga Jual Produk Reuse Skema Age-
Dependent (Replacement Customers) =
................................................................................................. (3.12)
4 EKSPERIMEN NUMERIK Bagian ini memaparkan tentang
eksperimen-eksperimen numerik untuk mengetahui perilaku dari model, terutama dalam kaitannya dengan harga jual produk dan potongan harga (rebate). 4.1 Data Numeris
Data numeris yang akan dipergunakan pada model matematis ini dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan 4.2.
Tabel 4.1 Data numeris tiap skenario
Sumber : Jurnal Ray et al. (2005)
Tabel 4. 2 Struktur biaya strategi reuse dan
remanufacture
Sumber : Jurnal Sundin dan Brass (2005)
4.2 Penentuan Parameter Kerusakan Pada contoh perhitungan akan digunakan
kondisi yang berbeda-beda. Untuk skenario 1, nilai dari parameter betha ( ) diasumsikan selalu 1. Sedangkan nilai etha (ƞ) merupakan waktu dimana 63.2% komponen akan rusak. Nilai ƞ didapatkan dari asumsi bahwa tm=10 merupakan 25% waktu dimana komponen rusak dan 50% komponen akan rusak. Parameter kerusakan yang akan digunakan pada skenario 1 dapat dilihat pada Tabel 5.3.
Skenario 1 Skenario 2a = 200 a = 200t m = 5 - 25 th t m = 10c = 45 c = 45ch = 15 ch = 15α = 3 α = 3k = 7 k = 7tW1= given (1-5) tW1= given (1)t = given t = given (1-10)
t 1 = 1-3t 01 =t 02 =10t yang dibawa = 1-10
Faktor Biaya ProsentaseCollection 51%
Transportation 11%Loading 3%Storage 24%Administration 13%
Procurement 20%Disassembly 4%Cleaning 11%Testing 5%
Remanufacturing 29%Repairing 11%Additional materials/new parts 5%Packing 6%Miscellaneous 7%
7
Tabel 4.3 Parameter kerusakan skenario 1
Sedangkan untuk skenario 2, nilai dari
parameter betha ( ) dan etha (ƞ) di-setting berbeda-beda.
Tabel 4.4 Parameter kerusakan skenario 2
4.3 Implementasi Model 4.3.1 Skenario 1
Perhitungan harga jual produk baru bergaransi dipengaruhi oleh periode garansi pada saat kehidupan pertama (tW1). Lamanya periode garansi produk baru tW1 ditentukan oleh produsen.
Perhitungan dan perbandingan harga jual produk baru tanpa garansi dengan bergaransi berdasarkan perbedaan tW1 menggunakan persamaan 3.7 hingga 3.9 dengan pengaturan parameter kerusakan dan data numeris seperti dijelaskan pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.3. Tabel 4.5 Perbandingan harga jual produk baru non-
garansi dengan harga jual produk baru bergaransi berdasarkan perbedaan tW1 (Set A dan Set B)
Dari hasil perhitungan pada Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa semakin lama periode garansi yang diberikan kepada konsumen terhadap pembelian suatu produk baru, maka biaya garansi yang akan dikeluarkan perusahaan juga akan semakin meningkat. Dengan meningkatnya biaya garansi untuk setiap periode, maka membuat harga jual produk baru juga semakin tinggi.
Besarnya harga jual produk sebelum dipengaruhi biaya garansi adalah 122.5. Namun, setelah dipengaruhi biaya garansi, besarnya harga jual produk dengan periode garansi satu tahun pada set A menjadi 124,352 atau mengalami kenaikan sebesar 1,852. Hal ini juga terjadi pada set B. Akan tetapi, apabila dilihat secara sekilas besarnya harga jual produk baru pada set A lebih besar dibandingkan pada set B. Hal ini disebabkan karena semakin besar nilai dari etha (ƞ), maka distribusi kegagalan dari produk akan semakin menyebar sehingga membuat harga jual produk baru menjadi lebih murah. Selain itu juga disebabkan karena semakin besar nilai ƞ maka biaya garansi yang diberikan akan semakin kecil. Perbandingan harga jual di antara keduanya ditunjukkan pada Gambar 4.1 berikut.
Gambar 4.1 Perbandingan harga jual produk baru
segmen first-time buyers Set A dan Set B Pada skenario 1 ini terdapat dua jenis
potongan harga yang berbeda yaitu age-independent dan age-dependent.
Dari hasil perhitungan skema age-independent untuk masing-masing tm yang berbeda dapat disimpulkan bahwa besarnya sisa harga jual produk baru yang harus dibayarkan oleh konsumen adalah seragam. Tentunya, apabila umur produk yang dibawa untuk ditukartambahkan masih berada dalam batas umur yang telah ditetapkan. Misalnya saja batas umur yang ditetapkan oleh perusahaan adalah diantara 0-25 tahun. Maka, apabila terdapat konsumen yang melakukan pembelian dengan tukar tambah dengan membawa produk lamanya yang berumur 7 tahun, maka akan mendapatkan potongan harga yang sama dengan konsumen yang membawa produk lamanya yang berumur 15 hingga 25 tahun.
Parameter Set A Set BShape parameter ( ) 1 1Scale parameter (ƞ) 12.64 25.28
Set ke-Shape
Parameter (β)
Scale Parameter
(ƞ)1 0.5 12.642 0.5 25.283 1 12.644 1 25.285 2 12.646 2 25.287 3 12.648 3 25.289 4 12.64
10 4 25.2811 2 3012 2 4013 3 3014 3 4015 4 3016 4 40
Skenario Set t W1 (tahun) t (tahun) pNPotongan
hargaEksisting
(tanpa garansi)
- - - 122,5 -
Skenario Set t W1 (tahun) t (tahun) pNPotongan
harga1 - 124,352 -
Set A 2 - 126,357 - = 1 3 - 128,527 -
ƞ = 12.64 4 - 130,876 -5 - 133,418 -
Set t W1 (tahun) t (tahun) pNPotongan
harga1 - 123,408 -
Set B 2 - 124,352 - = 1 3 - 125,335 -
ƞ = 25.28 4 - 126,357 -5 - 127,421 -
1
115
120
125
130
135
1 2 3 4 5Har
ga J
ual
Pro
du
k B
aru
Periode Garansi Produk Baru (th)
Harga Jual Produk Baru (First-Time Buyers)
Set A
Set B
8
Pengaturan nilai tm yang berbeda-beda dapat mempengaruhi besarnya harga jual produk dan potongan harga yang akan diberikan kepada konsumen. Adapun pengaruh dari nilai tm tersebut dapat ditunjukkan pada Gambar 4.2 hingga 4.3.
Gambar 4.2 (a) Perbandingan potongan harga yang
akan diterima oleh konsumen Set A (age-independent)
Gambar 4.2 (b) Perbandingan harga jual yang harus dibayarkan oleh konsumen Set A (age-independent)
Gambar 4.3 (a) Perbandingan potongan harga yang
akan diterima oleh konsumen Set B (age-independent)
Gambar 4.3 (b) Perbandingan harga jual yang harus dibayarkan oleh konsumen Set B (age-independent)
Dari Gambar 4.2-4.3 pada set A dan set B memiliki pola yang sama, dimana setiap kenaikan nilai tm maka potongan harga yang diterima oleh konsumen juga akan semakin meningkat. Dengan meningkatnya jumlah potongan harga yang diterima oleh konsumen maka, sisa harga jual yang harus dibayarkan oleh konsumen akan semakin kecil. Hal ini menunjukkan bahwa produk dengan tm =25 tahun yang dibawa oleh konsumen dinilai lebih dibandingkan dengan produk lain yang life time-nya (tm-nya) lebih pendek. Oleh sebab itu, apabila konsumen akan melakukan pembelian terhadap produk baru yang sejenis, maka konsumen akan membayar harga jual produk yang lebih kecil dibandingkan produk yang memiliki life time (tm) pendek.
Dari hasil perhitungan skema age-dependent secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa hubungan antara umur produk dengan sisa harga jual adalah berbanding lurus. Semakin tua umur dari produk yang dibawa, maka sisa harga jual yang harus dibayarkan untuk pembelian produk baru akan semakin besar. Begitu pula sebaliknya. Hal ini disebabkan karena produk yang dibawa konsumen tersebut dihargai murah oleh produsen. Sehingga, potongan harga yang diterima akan semakin kecil dan akhirnya berada pada suatu titik dimana konsumen tidak akan mendapatkan potongan harga sama sekali. Pola tersebut berlaku untuk seluruh nilai tm yang berbeda. Sama dengan skema harga age-independent, bahwa pengaturan nilai tm yang berbeda menunjukkan bahwa semakin lama waktu maksimal penggunaan produk yang akan ditukartambahkan (tm), maka semakin besar potongan harga yang akan diterima oleh konsumen. Sehingga, apabila konsumen akan melakukan pembelian produk baru, maka konsumen tidak perlu mengeluarkan uang yang terlalu banyak. Hubungan antara keduanya dapat dilihat pada Gambar 4.4 berikut ini.
Gambar 4.4 Hubungan antara besarnya sisa harga jual produk baru dengan umur produk yang dibawa oleh pada tm yang berbeda (Set A) (age-dependent)
Pada Gambar 4.5 berikut adalah salah satu contoh grafik yang menjelaskan hubungan
0
10
20
30
40
50
60
70
1 2 3 4 5
Po
ton
gan
har
ga
Periode Garansi (W1) (th)
Grafik potongan harga Set A
tm=5
tm=10
tm=15
tm=20
tm=25
0
20
40
60
80
100
120
1 2 3 4 5
Har
ga j
ual
Periode Garansi (th)
Grafik harga jual yang harus dibayarkan oleh konsumen (Set A)
tm=5
tm=10
tm=15
tm=20
tm=25
0
10
20
30
40
50
60
70
1 2 3 4 5
Po
ton
gan
har
ga
Periode Garansi (W1) (th)
Grafik potongan harga Set B
tm=5
tm=10
tm=15
tm=20
tm=25
0
20
40
60
80
100
120
1 2 3 4 5
Har
ga J
ual
Periode Garansi (th)
Grafik harga jual yang harus dibayarkan oleh konsumen (Set B)
tm=5
tm=10
tm=15
tm=20
tm=25
0
20
40
60
80
100
120
140
160
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25
Sisa
har
ga j
ual p
rodu
k ya
ng h
arus
di
baya
r
Umur produk yang ditukartambahkan (tahun)
Grafik hubungan umur produk dan sisa harga jual
produk
tm=5
tm=10
tm=15
tm=20
tm=25
9
antara potongan harga dengan umur produk yang dibawa oleh konsumen dengan lamanya periode garansi yang diberikan adalah sebesar 1 tahun (Set A).
Gambar 4.5 Hubungan besarnya potongan harga dengan umur produk yang dibawa (Set A) (age-
dependent) Gambar 4.5 menunjukkan hubungan
antara besarnya potongan harga dan umur produk yang dibawa. Misalnya saja, pada saat tm=5 tahun diketahui dari grafik di atas bahwa konsumen tidak akan menerima potongan harga dari proses tukar tambah saat umur produk yang dibawa oleh konsumen adalah 7 tahun. Hal ini disebabkan karena besarnya potongan harga pada saat itu adalah bernilai negatif. Yang berarti bahwa produk yang akan ditukartambahkan oleh konsumen sudah tidak memiliki nilai lagi di mata produsen. Berbeda apabila tm=10 tahun, maka konsumen masih akan menerima potongan harga sebesar 15,37. Pola yang sama juga terjadi pada Set B dan saat periode garansi produk baru meningkat.
Besarnya potongan harga yang diterima selalu berbanding terbalik dengan besarnya sisa harga jual produk yang harus dibayarkan oleh konsumen. Semakin besar potongan harga yang diterima maka harga yang harus dibayarkan oleh konsumen akan semakin kecil.
Berdasarkan hasil perhitungan pada skenario 1, didapatkan suatu kesimpulan bahwa antara kedua skema tersebut memiliki titik balik dimana potongan harga yang diterima oleh konsumen besarnya adalah sama. Hubungan antara kedua skema ditunjukkan pada Gambar 4.6 berikut ini.
Gambar 4.6 Titik balik antara skema dengan
potongan harga seragam dan potongan harga berbeda
Dari Gambar 4.6 dapat dianalisis bahwa semakin lama umur maksimal dari sebuah produk (tm) maka titik baliknya juga akan semakin meningkat. Akan tetapi titik balik tersebut tidak akan pernah melebihi umur maksimal dari produk (tm). Misalnya saja pada saat umur maksimal produk adalah 5 tahun, dapat dilihat bahwa titik baliknya berada pada saat umur produk 3 tahun. Pada saat ini jumlah potongan harga yang diterima oleh konsumen pada skema harga age-independent dan age-dependent adalah sama yaitu sebesar ±18,5. Dari kondisi ini dapat disimpulkan bahwa konsumen yang akan melakukan pembelian dengan mengadopsi skema age-dependent dengan membawa produk umur 3 tahun akan mendapatkan potongan harga yang sama besar dengan konsumen yang melakukan pembelian dengan tukar tambah pada skema age-independent dengan membawa produk umur berapapun asal masih dalam batas yaitu 0-5 tahun. 4.3.2 Skenario 2
Model yang telah dikembangkan pada skenario 2 bisa diimplementasikan apabila parameter kerusakan yang di-setting pada Tabel 4.4 telah lolos uji technical aspect (reliability assessment) dan social aspect (warranty assessment). Pengujian keandalan yang akan dilakukan bertujuan untuk mengetahui potensi dari produk apakah produk tersebut dapat di-reuse, di-remanufacture ataukah di-recycle. a Reliability Assessment
Salah satu cara ntuk mengetahui apakah produk memiliki potensi untuk di-reuse ataukah tidak adalah melalui pengujian keandalan. Dalam hal ini keandalan produk tersebut pada siklus hidup pertama dan kedua harus berada di atas keandalan ambang batas yang telah ditetapkan (R*). Apabila hanya kondisi pada hidup pertama yang terpenuhi, maka produk tersebut memiliki potensi untuk dapat diproses ulang (remanufacturing) sebelum dilepas kembali untuk siklus hidup kedua.
Hasil pengujian secara teknis (technical assessment) yang memenuhi kondisi 1 dan kondisi 2 pada Persamaan 2.1 dan 2.2 dengan pengaturan umur produk yang berbeda ditunjukkan pada Tabel 4.6. Skenario A dengan warna hijau menunjukkan bahwa produk memiliki potensi untuk di-reuse, sedangkan skenario B dengan warna kuning menunjukkan bahwa produk dapat di-remanufacture. Dan skenario C dengan warna merah menunjukkan bahwa produk harus di-recycle.
-40
-20
0
20
40
60
80
100
120
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25
Poto
ngan
har
ga
Umur Produk yang dibawa (th)
Grafik hubungan antara jumlah potongan harga dengan umur produk yang dibawa (W1=1)
tm=5
tm=10
tm=15
tm=20
tm=25
10
Tabel 4.6 Hasil tehnical assessment Set 6
b Warranty Assessment
Set-set yang telah dinyatakan memenuhi pengujian keandalan (reliability assessment) di atas kemudian dilakukan pengujian garansi (warranty assessment). Hal ini disebabkan karena belum tentu suatu produk yang dinyatakan layak dalam reliability assessment juga akan memenuhi warranty assessment. Sehingga, pengujian garansi ini sangat penting untuk dilakukan untuk mengetahui periode garansi baik pada saat first life maupun second life. Dengan mengetahui periode garansi tersebut, dapat diketahui pula biaya garansi yang akan dikeluarkan oleh produsen.
Dari hasil assessment baik technical assessment maupun warranty assessment akan menentukan harga jual dari produk reuse nantinya (Skenario 2). Hal ini disebabkan karena keputusan dari produk untuk di-reuse, remanufacture maupun recycle menghasilkan komponen biaya yang berbeda yang akan berpengaruh pula terhadap besarnya harga jual produk. Tabel 4.7 berikut adalah set-set dari parameter kerusakan yang telah memenuhi kedua assessment dan akan digunakan dalam perhitungan di skenario 2.
Tabel 4.7 Set yang telah memenuhi assessment
Pada skenario 2 ini akan dilakukan penentuan harga jual produk reuse umur muda dengan mekanisme tukar tambah. Cara yang digunakan untuk menentukan harga jual produk reuse tersebut terdiri dari dua cara yaitu seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.7. Akan tetapi, cara yang akan digunakan di sini adalah berdasarkan sistem rebate (potongan harga).
Skenario 2Harga Jual Produk Reuse Yang
Umurnya lebih Muda
Berdasarkan Rebate
Berdasarkan Proporsi
Harga Jual = Crebate+Ccoll+CW2+Profit Margin-Rebate
Harga Jual = Ccoll+Cproc+CW2+Profit Margin-Rebate
Gambar 4.7 Penentuan harga jual produk reuse dengan sistem tukar tambah
Yang dimaksud dengan penentuan harga jual berdasarkan sistem rebate adalah dimana harga jual dari produk reuse yang umurnya lebih muda didapatkan dari hasil penjumlahan seperti yang dijelaskan pada Gambar 4.7. Besarnya potongan harga (Crebate) tersebut didapatkan dari pembelian terhadap produk baru dengan membawa produk lama yang dimiliki. Dimana, produk lama ini merupakan produk reuse yang umurnya muda (lihat asumsi model).
Untuk lebih memperjelas penjelasan sebelumnya, perhitungan harga jual berdasarkan sistem rebate akan menggunakan skenario seperti di bawah ini :
Pertama: Pada suatu saat terdapat konsumen A yang akan melakukan pembelian produk reuse umur 1 tahun dengan menggunakan mekanisme tukar tambah. Konsumen tersebut membawa produk lamanya yang berumur 8 tahun. Berapakah sisa uang yang harus dibayarkan oleh konsumen tersebut? Dalam menentukan harga jual produk
reuse terdapat tiga kondisi yang akan digunakan yaitu : a. Apabila market price (MP) produk reuse
sama besarnya dengan market price (MP) produk baru
b. Apabila market price (MP) produk reuse 70% dari market price (MP) produk baru
Pada kedua skenario di atas akan digunakan Set 6 dengan R*=50% sebagai contoh perhitungan. Dengan kondisi yang digunakan adalah kondisi apabila MPreuse=MPnew dan skema harga yang digunakan adalah age-dependent price differentiation (potongan harga yang berbeda-beda). Pada perhitungan di skenario 2 ini diasumsikan bahwa profit margin yang diterima dari hasil penjualan produk baru dan produk
R*= 90% R*= 75% R*= 50%T*=8,21 (th) T*=13,56 (th) T*=21,05 (th)
1 Skenario B Skenario A Skenario A2 Skenario B Skenario A Skenario A3 Skenario B Skenario A Skenario A4 Skenario B Skenario B Skenario A5 Skenario B Skenario B Skenario A6 Skenario B Skenario B Skenario A7 Skenario B Skenario B Skenario A8 Skenario B Skenario B Skenario A9 Skenario C Skenario B Skenario A10 Skenario C Skenario B Skenario A11 Skenario C Skenario B Skenario A12 Skenario C Skenario B Skenario B13 Skenario C Skenario B Skenario B14 Skenario C Skenario C Skenario B15 Skenario C Skenario C Skenario B16 Skenario C Skenario C Skenario B17 Skenario C Skenario C Skenario B18 Skenario C Skenario C Skenario B19 Skenario C Skenario C Skenario B20 Skenario C Skenario C Skenario B
t02 =10 tahun
t1
SET ke-Shape
Parameter(β)Scale
Parameter(ƞ) Hasil Assessment Alasan
1 0.5 12.64 Tidak layak Kedua assessment tidak terpenuhi
2 0.5 25.28 Tidak layak Warranty assessment tidak terpenuhi
3 1 12.64 Tidak layak Kedua assessment tidak terpenuhi
4 1 25.28 Tidak layak Warranty assessment tidak terpenuhi
5 2 12.64 Tidak layak Kedua assessment tidak terpenuhi
6 2 25.28 Layak Kedua assessment terpenuhi
7 3 12.64 Tidak layak Kedua assessment tidak terpenuhi
8 3 25.28 Layak Kedua assessment terpenuhi
9 4 12.64 Tidak layak Kedua assessment tidak terpenuhi
10 4 25.28 Layak Kedua assessment terpenuhi
11 2 30 Layak Kedua assessment terpenuhi
12 2 40 Layak Kedua assessment terpenuhi
13 3 30 Layak Kedua assessment terpenuhi
14 3 40 Layak Kedua assessment terpenuhi
15 4 30 Layak Kedua assessment terpenuhi
16 4 40 Layak Kedua assessment terpenuhi
11
reuse besarnya adalah sama. Oleh sebab itu, untuk menentukan harga jual dari produk reuse perlu diketahui besarnya profit yang ingin didapatkan oleh perusahaan. Adapun berikut adalah salah satu contoh perhitungan profit margin untuk set 6 dengan periode garansi 1 tahun. Diketahui : pN = 122.535 CW1 = 0,192 MN = 1 Ccoll = 51% x c = 51% x 45 = 22.95 Cproc = 20% x c = 20% x 45 = 9 Ditanyakan : Berapa besarnya profit margin untuk Set 6? Jawab : Profit margin = =
=
= 29,957 Karena MPreuse=MPnew, maka besarnya CW2 yang diijinkan adalah, CW2 = pN – Ccoll – Cproc - Profit margin = 122.535 – 22.95 – 9 – 29,957 = 60,628
Pada Gambar 4.8 dan 4.9 berikut ini menunjukkan perbandingan antara komponen biaya untuk produk baru dan produk reuse pada Set 6 dengan periode garansi tW1 = 1 tahun.
Gambar 4.8 Perbandingan Komponen Biaya Produk
Baru dengan Produk Reuse
Gambar 4.9 Perbandingan Komponen Biaya Produk
Baru dengan Produk Reuse
Dengan melihat hasil perrhitungan untuk biaya garansi yang diijinkan dan hasil dari technical assessment serta warranty assessment yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa keputusan akhir terhadap produk yang di bawa oleh konsumen pada Set 6 apabila akan melakukan pembelian dengan sistem tukar tambah ditunjukkan pada Tabel 4.8 berikut ini.
Tabel 4.8 Keputusan produk berdasarkan CW2 yang diijinkan (MPreuse=MPnew)
Setelah didapatkan keputusan di atas, maka dapat dilakukan perhitungan harga jual produk sesuai dengan skenario dan kondisi yang telah di-set. Diketahui :
Seperti data numeris yang ada pada Tabel 4.1 dan 4.2. (lihat asumsi model) Ditanyakan :
Berapakah harga jual produk reuse umur 1 tahun apabila konsumen melakukan sistem tukar tambah dengan membawa produk umur 8 tahun? Jawab :
Menentukan Crebate produk umur 1 tahun = = 45 – 15 – 3.1 = 27
=
=
= 122.535
=
=
= 77.514
Potongan harga = = = 45.021 Menentukan harga jual produk reuse
umur 1 tahun Crebate = 45.021
0
20
40
60
80
100
120
140
New Reuse
Mar
ket
Pri
ce
Jenis produk
MPreuse=MPnew
Profit Margin
Cw1/Cw2 yang diijinkan
Biaya produksi / Ccoll+Cproc
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
New Reuse
Mar
ket
Pri
ce
Jenis Produk
MPreuse=70%MPnew
Profit Margin
Cw1/Cw2 yang diijinkan
Biaya produksi/Ccoll+Cproc
SET 6 R*=50t/umur produk yang dibawa MPreuse=MPnew
1 Skenario A2 Skenario A3 Skenario A4 Skenario A5 Skenario A6 Skenario A7 Skenario A8 Skenario A9 Skenario A10 Skenario A
12
Cproc = 9 Asumsi bahwa Crebate = Ccoll MPproduk umur 1 tahun = 110.2815
(tanpa sistem tukar tambah, dimana merupakah depresiasi MP 10% per-tahunnya)
CW2=
x
MPproduk umur 1 tahun = (0.028 x 110.2815) = 3.049 MPreuse = MPnew 122.535 = Crebate + Cproc + CW2 + Profit
Margin Baru 122.535 = 45.021 + 9 + 3.049 + Profit
Margin Baru Profit Margin Baru = 122.535 – 57.07 = 65.466 Maka, Peningkatan profit = Profit Margin Baru -
Profit Margin = 65.466 – 29.957 = 35.508 Menentukan harga jual produk reuse
umur 1 tahun setelah mendapatkan potongan harga karena membawa produk umur 8 tahun (berpotensi untuk di-reuse).
Mencari nilai a (karena nilai a untuk produk baru tidak sama dengan produk reuse)
=
= – –
= 198.791 Karena produk yang dibawa berumur 8
tahun dan memiliki potensi untuk di-reuse maka,
a = 198.791 t1 = 8 tahun t01=t02= 10 tahun
= = 45 – 15 – 3.8 = 6 =
=
= 115.585
Maka, harga jual yang harus dibayarkan oleh konsumen adalah sebesar 115.585 dengan besar potongan harga 6.95. Perhitungan harga jual dengan skema age-independent price differentiation juga menggunakan cara yang sama dengan cara di atas.
Untuk mengetahui perbandingan hasil dari kedua kondisi yaitu MPreuse=MPnew, dan MPreuse=70%MPnew dapat dilihat pada Gambar 4.10 dan 4.11.
Gambar 4.10 Perbandingan harga jual yang harus dibayarkan oleh konsumen skema Age-Dependent
(R*=50%)
Gambar 4.11 Perbandingan peningkatan profit skema Age-Dependent (R*=50%)
Dari Gambar 4.10 dan 4.11, terutama grafik harga jual produk yang harus dibayarkan oleh konsumen, dapat diketahui bahwa kondisi harga jual produk reuse yang paling tinggi adalah saat MPreuse=MPnew. Besarnya harga jual dengan kondisi ini berada di atas harga jual produk baru.
0
20
40
60
80
100
120
140
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
harg
a ju
al p
rodu
k re
use
umur
1 t
ahun
de
ngan
sis
tem
tuka
r ta
mba
h
Umur produk yang ditukartambahkan (tahun)
Grafik perbandingan harga jual tiap kondisi (SET 6, R*=50%)
MPnew
MPreuse=MPnew
Mpreuse=70%MPnew
-10,00
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
1 2 3Pe
nin
gkat
an p
rofi
t p
rod
uk
reu
se
(sat
uan
har
ga)
produk reuse umur muda (tahun)
Grafik perbandingan peningkatan profit SET 6 (R*=50%)
Mpreuse=MPnew
Mpreuse=70%Mpnew
13
Hal ini disebabkan karena pada produk reuse terjadi peningkatan profit seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.11. Peningkatan profit pada saat kondisi ini sebesar 118,53%-159,35%. Dengan melihat kondisi di pasar, pastinya konsumen mengharapkan bahwa harga jual produk reuse lebih kecil dari harga jual produk baru. Oleh sebab itu, pihak produsen perlu untuk mengatur strategi yang tepat, misalnya saja: menurunkan harga jual produk reuse (MPreuse<MPnew) dengan syarat bahwa produsen masih tetap untung (Profit margin baru ≥ Profit margin). Pada saat MPreuse=70%MPnew, juga terjadi peningkatan profit tetapi tidak se-signifikan dibandingkan dengan kondisi MPreuse=MPnew yaitu sebesar 36,98%. Hal ini disebabkan karena produk reuse dijual dengan lebih murah 30% dari harga jual produk baru. Sehingga, secara otomatis akan mengurangi pencapain profit yang akan didapatkan oleh perusahaan. Pada saat ini juga terjadi penurunan profit hingga mencapai 4,18%. Hal ini disebabkan harga jual dari produk yang sangat tinggi, sehingga mengurangi pencapaian profit yang diinginkan. Harga jual produk yang tinggi ini disebabkan karena biaya produksi (remanufaktur) untuk produk yang tinggi pula. Kondisi pada saat R*=90% pada memiliki kondisi yang sama dengan harga jual produk reuse dengan R*=50% yaitu harga jual produk reuse (warna merah) lebih mahal dibandingkan dengan harga jual produk baru (warna hijau). Pada kondisi ini terjadi peningkatan profit sebesar 84,5%-159,35%. Peningkatan profit pada R*=90% memang tidak sebesar pada R*=50%. Hal ini disebabkan karena potensi produk yang dibawa oleh konsumen untuk di-reuse pada kondisi ini lebih rendah dibandingkan pada kondisi R*=50%. Sehingga, strategi penurunan harga jual produk reuse harus dilakukan untuk mengatasi kondisi ini. Tetapi, yang perlu diperhatikan yaitu dengan adanya strategi ini maka, potongan harga yang akan diberikan oleh produsen kepada konsumen akan semakin besar.
Gambar 4.12 Perbandingan harga jual yang harus
dibayarkan oleh konsumen skema Age-Independent (R*=50%)
Gambar 4.13 Perbandingan peningkatan profit skema Age-
Independent (R*=50%) Untuk skema age-independent price
differentiation memiliki pola yang sama dengan pola skema age-dependent price differentiation. Pada skema ini peningkatan profit pada kondisi MPreuse=MPnew dengan R*=50% lebih besar 25,27% dibandingkan pada saat R*=90%. Pada skema ini pula, terutama pada kondisi MPreuse=70%MPnew dengan R*=90% terjadi penurunan profit mencapai 0,9%.
Dari hasil perhitungan secara keseluruhan untuk kedua kondisi yang telah disebutkan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa selisih peningkatan profit baik untuk kedua skema dan kedua kondisi antara R*=50% dengan R*=90% mencapai 25,57-34,04%. Dimana peningkatan profit pada R*=50% lebih besar dibandingkan R*=90%. Hal ini disebabkan karena strategi yang berbeda yaitu reuse maupun remanufacture akan menghasilkan harga jual produk yang berbeda. Dimana harga jual produk remanufaktur akan lebih mahal dibandingkan harga jual produk reuse. Selain itu, dapat diketahui juga bahwa maksimum peningkatan profit yang akan dicapai oleh produsen pada skema Age-independent lebih besar 1,71% dibandingkan dengan skema Age-dependent. Kondisi ini berlaku baik pada saat MPreuse=MPnew maupun MPreuse=70%MPnew.
5 PENUTUP
Kesimpulan yang diperoleh dari hasil perhitungan dan analisis pada Tugas Akhir ini, antara lain : 1. Model matematis yang dihasilkan dapat
digunakan untuk menentukan harga jual produk baru dan produk reuse yang harus dibayar oleh konsumen dengan mempertimbangkan unsur biaya garansi.
2. Pada skenario 2 yaitu pembelian produk reuse, maksimum peningkatan profit yang dicapai oleh produsen pada skema Age-independent lebih besar 1,71% dibandingkan dengan skema Age-dependent. Hal ini berlaku ketika MPreuse=MPnew maupun MPreuse=70%MPnew.
0
20
40
60
80
100
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sisa
har
ga j
ual p
rodu
k re
use
umur
1
tahu
n
Umur produk yang ditukartambahkan (tahun)
Grafik perbandingan sisa harga jual tiap kondisi (SET 6,R*=50%)
Mpnew
Mpreuse=Mpnew
Mpreuse=70%Mpnew
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
35,00
40,00
45,00
50,00
1 2 3Peni
ngka
tan
prof
it p
rodu
k re
use
(sat
uan
harg
a)
produk reuse umur muda (tahun)
Grafik perbandingan peningkatan profit
(SET 6,R*=50%)
Mpreuse=Mpnew
Mpreuse=70%Mpnew
14
3. Secara keseluruhan, selisih peningkatan profit baik untuk kedua skema dan kedua kondisi antara R*=50% dengan R*=90% mencapai 25,57-34,04%. Dimana peningkatan profit pada R*=50% lebih besar dibandingkan R*=90%.
4. Berdasarkan eksperimen numerik, parameter-parameter yang berpengaruh terhadap harga jual produk adalah umur produk yang dibawa, durability produk, dan maksimal lamanya penggunaan produk (tm).
Saran ini adalah usulan penelitian selanjutnya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan Tugas Akhir ini. Usulan penelitian tersebut antara lain : 1. Penelitian lebih lanjut mengenai penentuan
harga jual produk baru maupun reuse melalui pembelian dengan sistem tukar tambah dengan mempertimbangkan garansi dua dimensi menggunakan Distribusi Weibull 3 parameter.
2. Penelitian lebih lanjut mengenai perubahan kebijakan garansi yang diberikan yaitu dari MBW menjadi PRW atau FRW.
6 DAFTAR PUSTAKA Ackere, A. V., & D. J. Reyniers, 1995, Trade-
ins and introductory offers in a monopoly, RAND J, Econom, vol. 26 (1), pp. 58-74
Anityasari, M., 2008, ‘Reuse of industrial products – a technical and economic model for decision support’, Doctoral Thesis, The University of New South Wales, Sydney, Australia.
Anityasari, M., Kaebernick, H., & Kara, S., 2008, The role of warranty in the reuse strategy. Life Cycle Engineering and Management Research Group.
Blischke, W. R. & Murthy, D.N.P., 1994, Warranty cost analysis, Marcell Decker Inc., New York
Chattopadhyay,G., & Murthy, D.N.P., 2000, Warranty cost analysis for second hand products, Journal of Mathematical and Computer Modeling 31, pp.81-88.
Grunow, M., Gobbi, C., 2009, Designing the reverse network for WEEE in Denmark, CIRP Annals-Manufacturing Technology, pp. 1-4.
Guide, V.D.R., R.H. Teunter, L.N., & Wassenhove, V., 2003, Matching demand and supply to maximize profits from remanufacturing. Manufacturing Service Operation Management, vol. 5(4), pp. 303-316.
Kaebernick, H., 2005, Life cycle engineering and management research group school of
mechanical and manufacturing engineering the university of new south wales sydney, Keynote Paper IMLF 2005, pp. 1-24.
Kang, H.Y, & Schoenung, J.M., 2004, Journal of Resources Conservation & Recycling, Electronic waste Recycling: A review of U.S. infrastructure and technology options. Department of Chemical Engineering and Materials Science, University of California. USA.
Kerr, W. & Ryan, C., 2001, Eco-efficiency Gains from Remanufacturing: A Case Study of Photocopier Remanufacturing at Fuji Xerox Australia, Journal of Cleaner Production, vol. 9.
Lund, R., Remanufacturing: an American resource, Proceedings of the Fifth International Congress Environmentally Conscious Design and Manufacturing, June 16 and 17, 1998, Rochester Institute of Technology, Rochester, NY, USA.
Manna, D.K., Pal, S., & Sinha S., 2007, A use-rate based failure model for two-dimensional warranty, Computer & Industrial Engineering, vol.52, pp. 229-240.
NACAA, 1980, Product Warranties and Servicing, U.S. Govt. Printing Office, Washington D.C
Ray, S., Boyaci, T., & Aras, N., 2005, Optimal prices and trade-in rebates for durable, remanufacturable products, Manufacturing and Service Operations Management, vol.7, no.3, pp. 208-228.
Ray, S., Boyaci, T., & Aras, N., 2005, Supplement to “Optimal Prices and Trade-In Rebates for Durable, Remanufacturable Products” http://www.informs.org/Pubs/Supplements/MSOM/1523-4614-2005-07-03-Appendix.pdf
Sundin E, Bras B. 2004 Making functional sales environmentally and economically beneficial through product remanufacturing. Department of Mechanical Engineering, Linkoping University: Linkoping, Sweden.
Thorpe, J.F. & Middendorf W.H., 1979, Product liability, Marcel Dekker Inc., New York .
15