14
1 PENGEMBANGAN MODEL PPKn BERBASIS MULTIKULTURAL PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS Oleh: Gunartati Dosen Dpk STKIP Catur Sakti Yogyakarta ABSTRAK Hasil belajar PPKn selama ini lebih banyak membuat siswa pintar menghafal fakta, konsep dan peristiwa, tetapi kering dan tidak bermakna bagi kehidupan riil siswa. Belum tampak wujud hasil belajar PPKn yang menunjukkan siswa dapat mengamalkan nilai serta ketrampilan multikulturalnya dalam kehidupan sekolah, bermasyarakat dan bernegara. Penelitian ini bertujuan mengembangkan model Pembelajaran PPKn berbasis multikultural pada Sekolah Menengah Atas. Penelitian ini menggunakan dua pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan desain penelitian research and development {R & D). Penelitian dilakukan dengan empat tahapan: (1) Analisis kebutuhan (Need Assesment) melalui studi literatur dan lapangan/empirik (2) pengembangan model dan judgement ahli (3) uji coba dan penyempurnaan model dan (4) Diseminasi.Pengumpulan data dengan wawancara, observasi, dokumentasi, angket. Analisis data dengan cara deskriptif kualitatif dipadukan dengan deskriptif kuantitatif serta uji t dan uji F menggunakan program SPSS. Kata kunci: Pengembangan model, pembelajaran PPKn berbasis multikultural, Sekolah Menengah Atas. PENDAHULUAN Pada masa Orba diterapkan kebijakan yang sentralistis dengan pengawalan ketat terhadap isu perbedaan berakibat telah menghilangkan kemampuan masyarakat untuk memikirkan, membicarakan dan memecahkan persoalan yang muncul dari perbedaan secara terbuka, rasional dan damai. Semua harus merujuk pada satu dan sama. Tak terkecuali dalam pendidikan. Masyarakat indonesia jadi tidak dibiasakan bersikap kritis. Padahal mestinya dalam pendidikan sikap kritis merupakan budaya yang harus dibangun, karena merupakan perwujudan bernalar dan mempertajam pikiran. Pendidikan yang memaksa penyeragaman tidak akan mampu memahami dan menjawab realita yang sedang berlangsung. Pendidikan semestinya berusaha mendekatkan siswa dengan realita kehidupan. Seperti apa yang disampaikan Mochtar Buchori bahwa guru harus mampu

PENGEMBANGAN MODEL PPKn BERBASIS MULTIKULTURAL …stkipcatursakti.ac.id/jurnal/17jun3Gunartati.pdfbudaya dan etnis dalam membentuk gaya hidup, pengalaman sosial, identitas pribadi

Embed Size (px)

Citation preview

1

PENGEMBANGAN MODEL PPKn BERBASIS MULTIKULTURAL

PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS

Oleh: Gunartati

Dosen Dpk STKIP Catur Sakti Yogyakarta

ABSTRAK

Hasil belajar PPKn selama ini lebih banyak membuat siswa pintar menghafal fakta, konsep dan peristiwa, tetapi kering dan tidak bermakna bagi kehidupan riil siswa. Belum tampak wujud hasil belajar PPKn yang menunjukkan siswa dapat mengamalkan nilai serta ketrampilan multikulturalnya dalam kehidupan sekolah, bermasyarakat dan bernegara. Penelitian ini bertujuan mengembangkan model Pembelajaran PPKn berbasis multikultural pada Sekolah Menengah Atas. Penelitian ini menggunakan dua pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan desain penelitian research and development {R & D). Penelitian dilakukan dengan empat tahapan: (1) Analisis kebutuhan (Need Assesment) melalui studi literatur dan lapangan/empirik (2) pengembangan model dan judgement ahli (3) uji coba dan penyempurnaan model dan (4) Diseminasi.Pengumpulan data dengan wawancara, observasi, dokumentasi, angket. Analisis data dengan cara deskriptif kualitatif dipadukan dengan deskriptif kuantitatif serta uji t dan uji F menggunakan program SPSS.

Kata kunci: Pengembangan model, pembelajaran PPKn berbasis multikultural, Sekolah Menengah Atas.

PENDAHULUAN

Pada masa Orba diterapkan kebijakan yang sentralistis dengan pengawalan ketat

terhadap isu perbedaan berakibat telah menghilangkan kemampuan masyarakat untuk

memikirkan, membicarakan dan memecahkan persoalan yang muncul dari perbedaan

secara terbuka, rasional dan damai. Semua harus merujuk pada satu dan sama. Tak

terkecuali dalam pendidikan. Masyarakat indonesia jadi tidak dibiasakan bersikap kritis.

Padahal mestinya dalam pendidikan sikap kritis merupakan budaya yang harus dibangun,

karena merupakan perwujudan bernalar dan mempertajam pikiran. Pendidikan yang

memaksa penyeragaman tidak akan mampu memahami dan menjawab realita yang sedang

berlangsung. Pendidikan semestinya berusaha mendekatkan siswa dengan realita

kehidupan. Seperti apa yang disampaikan Mochtar Buchori bahwa guru harus mampu

2

berbagi keresahan akan nasib bangsa ini kepada siswanya. Jika guru dan murid sudah

mampu membangun relasi untuk bersama berpikir mencari solusi sebagai bentuk

kepedulian akan masa depan bangsa, maka pada fase ini pendidikan mencapai essensinya.

Relasi guru murid hanya akan terwujud ketika ada pemahaman dan pengakuan setara.

Guru dan murid adalah setara. Hal yang membedakannya adalah fungsi kerjanya saja.

Paulo Freirie dari Amerika Latin berpendapat bahwa pendidikan yang membebaskan

harus menyertai relasi guru murid yang dialogis. Dialog merupakan roh dari pelaksanaan

pendidikan. Dalam dialog akan bisa dilakukan transformasi berupa penanaman nilai

kejujuran, keadilan, humanisme, kesetiakawanan, keluhuran, kedisiplinan dan ketulusan.

Proses pengkarakteran ini terkait dengan realita kehidupan. Selama ini lebih banyak proses

belajar yang membahas pada sesuatu yang abstrak, tidak sesuai dengan kehidupan

sebenarnya. Pluralisme dan multikultural adalah sebuah realita yang tak terbantahkan oleh

bangsa Indonesia. Keragaman ini merupakan kekayaan, segala perbedaan harus hadir

berdampingan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Namun sayangnya pendidikan

multikultural harus dihadapkan dengan kebijakan penyeragaman. Aspek lain yang perlu

diperhatikan adalah kebebasan guru. Guru selama ini lebih menjadi perpanjangan tangan

birokrasi pemerintahan. Guru yang tidak multikultural tidak akan mendidik muridnya

untuk berkarakter multikultural

KAJIAN PUSTAKA

Pendidikan multikultural dapat dipahami sebagai proses atau strategi pendidikan yang

melibatkan lebih dari satu budaya, yang ditunjukkan melalui kebangsaan, bahasa, etnik,

atau kriteria rasial. Pendidikan multikultural dapat berlangsung dalam setting pendidikan

formal atau informal, langsung atau tidak langsung. Pendidikan multikultural diarahkan

untuk mewujudkan kesadaran, toleransi, pemahaman, dan pengetahuan yang

3

mempertimbangkan perbedaan kultural, dan juga perbedaan dan persamaan antar

budaya dan kaitannya dengan pandangan dunia, konsep, nilai, keyakinan, dan sikap

(Lawrence J. Saha dan Aly, 2005). Sementara itu menurut James A. Bank (2001)

pendidikan multikultural adalah konsep atau ide sebagai suatu rangkaian kepercayaan

(set of believe) dan penjelasan yang mengakui dan menilai pentingnya keragaman

budaya dan etnis dalam membentuk gaya hidup, pengalaman sosial, identitas pribadi dan

kesempatan-kesempatan pendidikan dari individu, kelompok maupun negara. Pendidikan

itu sangat diperlukan terutama oleh negara demokrasi baru seperti Indonesia, untuk

melakukan rekontruksi sosial dengan mengembangkan civic skill, yakni keterampilan

menjadi warga dari masyarakat demokratis yang di antaranya mampu bersikap toleran

dan mengakomodasi berbagai jenis perbedaan untuk kesejahteraan bersama. Tujuan

pendidikan multikultural yang berkaitan dengan aspek sikap (attitudinal goals) adalah

untuk mengembangkan kesadaran dan kepekaan kultural, toleransi kultural,

penghargaan terhadap identitas kultural, sikap responsive terhadap budaya,

keterampilan untuk menghindari dan meresolusi konflik. Tujuan pendidikan multikultural

yang berkaitan dengan aspek pengetahuan (cognitive goals) adalah untuk memperoleh

pengetahuan tentang bahasa dan budaya orang lain, dan kemampuan untuk

menganalisis dan menerjemahkan perilaku kultural, dan pengetahuan tentang kesadaran

perspektif kultural. Sedangkan tujuan pendidikan multikultural yang berkaitan dengan

pembelajaran (instructional goals) adalah untuk memperbaiki distorsi, stereotipe, dan

kesalahpahaman tentang kelompok etnik dalam buku teks dan media pembelajaran;

memberikan berbagai strategi untuk mengarahkan perbedaan di depan orang,

memberikan alatalat konseptual untuk komunikasi antar budaya; mengembangkan

keterampilan interpersonal; memberikan teknikteknik evaluasi; membantu klarifikasi

4

nilai; dan menjelaskan dinamika kultural. Pendidikan kewarganegaraan sebagai

Pendidikan multikultural dalam UndangUndang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional (Sisdiknas), pendidikan kewarganegaraan merupakan nama mata

pelajaran wajib untuk kurikulum pendidikan dasar dan menengah dan mata kuliah wajib

untuk kurikulum pendidikan tinggi (Pasal 37).

Ketentuan ini lebih jelas dan diperkuat lagi pada Pasal 37 bagian Penjelasan dari Undang

Undang tersebut bahwa Pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk

peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.

Dengan adanya ketentuan UU tersebut maka kedudukan pendidikan kewarganegaraan

sebagai basis pengembangan masyarakat multikultural dalam sistem pendidikan di

Indonesia semakin jelas dan mantap. Penelitian ini didasarkan pada teori bahwa PKn

merupakan salah satu ujung tombak dari pendidikan multikultural dalam rangka

pembentukan karakter warga negara multikultural yang menghargai identitas budaya

masyarakat yang plural secara demokratis, dan membentuk mosaik yang indah (cultural

pluralism: mozaik analogy) dalam satu semboyan Bhinneka Tunggal Ika (Ricardo L. Garcia,

1982: 37-42).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan dua pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan

desain penelitian research and development {R & D). Penelitian dilakukan dengan empat

tahapan: (1) Analisis kebutuhan (Need Assesment) melalui studi literatur dan

5

lapangan/empirik (2) pengembangan model dan judgement ahli (3) uji coba dan

penyempurnaan model dan (4) Diseminasi.

Penentuan lokasi di 4 lokasi di Yogyakarta ditentukan secara purposive sampling .

Jenis data adalah data primer dan data sekunder. Responden dan key informan

penelitian ini adalah guru, siswa, kepala sekolah dan tokoh masyarakat yang dapat

memberikan informasi tentang permasalahan yang diteliti. Pengumpulan data dengan

wawancara, observasi, dokumentasi, angket. Analisis data dengan cara deskriptif

kualitatif dipadukan dengan deskriptif kuantitatif serta uji t dan uji F menggunakan

program SPSS.

Untuk data kualitatif kriteria keabsahannya datanya dilakukan dengan melihat

derajat kepercayaan (credibility) melalui teknik triangulasi sumber dan metode,

perpanjangan kehadiran peneliti, pengecekan teman sejawat dan ketekunan

pengamatan, derajat keteralihan (transferability), derajat ketergantungan (depen-

dability), dan derajat kepastian (confirmability), sedangkan data kuantitatif dikakukan

dengan uji validitas isi dengan korelasi spearman dengan model Alpha Cronbach.

HASIL PENGEMBANGAN

Penyusunan perangkat pembelajaran menerapkan pendekatan scientific sesuai dengan

model pembelajaran yang akan dikembangkan oleh peneliti, proses pembelajaran yang

relevan dengan mempertimbangkan karakteristik siswa dari aspek fisik, moral, sosial,

kultural, emosional maupun intelektual mencakup indikator pada ranah pengetahuan

sebagai berikut.

1. Membuat desain perencanaan dengan mengidentifikasi rambu-rambu penyusunan

RPP;

6

2. Mengidentifikasi SKL, KI dan KD yang dibuat dalam RPP;

3. Membuat desain pelaksanaan yang diarahkan pada pengembangan Model

Pembelajaran PPKn Multikultural untuk kompetensi inti yang menghasilkan pada

sikap intelektual

4. Perancangan desain penilaian

5. Mengidentifikasi kaidah perancangan penilaian

6. Mengidentifikasi jenis dan bentuk penilaian

7. Membuat buku panduan model pembelajaran PPKn Multikultural, yang

diselaraskan dengan ketentuan kurikulum 2013, yaitu dengan ditindaklanjuti

pembuatan produk berupa buku guru dan buku siswa.

Keseluruhan hasil spesifikasi produk di atas akan mendukung kurikulum 2013

dalam pembelajaran PPKn .

Secara jelas dalam pembelajaran langkah model akhir hasil pengembangan

pembelajaran MPM sebagai berikut.

Kegiatan Langkah Pembelajaran

MPM

Kegiatan Belajar Kompetensi Yang Dikembangkan

Alokasi Waktu

Pendahuluan

Penjelasan informasi sesuai KD

Membaca, mendengar, menyimak dan melihat Guru membegi kelas menjadi 4 kelompok

Melatih kesungguhan, kesabaran, ketelitian dan kemampuan membedakan informasi yang umum dan khusus, kemampuan berpikir kritis, analitis, deduktif dan komprehensif (Civic knowledge)

Inti Mengidentifikasi masalah

Mengajukan pertanyaan tentang

Mengembangkan kreativitas, rasa

7

berbasis multikultural

informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapat informasi tambahan tentang apa yang diamati (mulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik) Siswa membuat instrumen pedoman wawancara dan observasi dengan dipandu oleh guru dalam kelas

ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk critical minds yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat (Civic skill & Civic disposition)

Memilih masalah untuk dikaji oleh kelas berbasis multikultural

Melakukan eksperimen Membaca sumber lain selain buku teks Mengamati objek/kejadian/aktivitas Wawancara dengan nara sumber

Mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat (Sikapintelektual, Civic skill & Civic Disposition)

Mengumpulkan informasi terkait dengan masalah yang dipilih

Mengolah informasi yang sudah dikumpulkan

Mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.(Si

8

kap intelektual, Civic skill & Civic disposition)

Mengembangkan media berbasis multikultur

Menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan

Mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, menggembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar (Sikap intelektual, Civic skill & Civic disposition)

Menyajikan media

Memodifikasi, menyusun kembali untuk menemukan yang baru, dan menemukan yang baru secara original

Kreativitas dan kejujuran serta apresiasi terhadap karya orang lain dan bangsa lain (Civic skill & Civic disposition)

Penutup Melakukan refleksi pengalaman belajar berbasis multikultur

Guru bersama siswa serta stakeholders melakukan hasil penilaian terhadap refleksi hasil pembelajaran

Adanya alternatif perumusan kebijakan publik dalam menyelesaikan permasalahan oleh para pakar (Sikap intelektual, Civic skill & Civic disposition.

KESIMPULAN DAN SARAN Berikut beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil pengembangan model ini, yaitu:

(1) PPKn merupakan topik sentral yang memiliki peran strategis dalam pendidikan

multikultural. Oleh karena itu modus dan isi pembelajaran PPKn yang ada di sekolah

termasuk di dalamnya Sekolah Menengah Atas, harus menghargai dan

mengeksploitasi nilai-nilai multikultural.

9

(2) Pengembangan model PPKn multikultural menjadi kebutuhan bangsa Indonesia yang

majemuk dan beraneka ragam serta menjadi sebuah keniscayaan bagi wahana

diseminasi pemahaman multikulturalisme melalui jargon pendidikan multikultural.

(3) Penerapan model PPKn multtikultural adalah efektif untuk meningkatkan kompetensi

multikultural siswa, dan juga memberikan pengaruh positif terhadap aktivitas belajar

siswa.

Beberapa saran yang dapat diajukan adalah

(1) Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran PPKn di Sekolah menengah Atas

diperlukan berbagai upaya inovasi yang kontinyu dalam proses pembelajaran

melalui perbaikan kinerja guru dengan penelitian-penelitian, untuk itu perlu

digalakkan penelitian di lingkungan guru-guru dengan berkolaborasi dengan

berbagai pihak.

(2) Perlu ditingkatkan sarana prasarana untuk publikasi hasil penelitian pembelajaran

PPKn.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid. (2013). Perencanaan pembelajaran mengembangkan standar kompetensi guru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Aly, A. (2005). Pendidikan Multikultural dalam Tinjauan Pedagogik. Makalah

dipresentasikan di PSB-PS UMS, Sabtu, 8 Januari 2005. Arikunto, Suharsimi. (2008). Penelitian tindakan kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Azyumardi, A. (2002). Paradigma baru pendidikan nasional. Jakarta: Penerbit Bumi

Kompas. .........., (2002). Konflik baru antar peradaban: Globalisasi, radikalisme dan Pluralitas.

Jakarta: Raja grafindo Persada.

10

Banks JA & Ambrose A.C. Jr. (1995). Teaching strategies for the social studies. NY: Longman, Inc.

.........., (2005). Multicultural Education: Its Effects on Studies “Racial abd Gender Role

Attitude” In Hanbook of Research on social Teaching and Learning. New York: MacMillan.

Banks, JA & Banks, C.A.M . (2001). Handbook of research on multikultural education.

NewYork: MacMillan. Banks. (2008).“Diversity, Group Idantity and Citizenship education in a Global

Age”Educational Researcher: An official journal of The American Educational Research Association, Vol. 37,No.3, April 2008, pp 129-139.

BSNP. (2006). Kurikulum tingkat satuan pendidikan. Jakarta: BSNP. Budiningsih, A. (2004). Belajar dan pembelajaran. Yogyakarta : Rineka Cipta. Budimansyah, Dasim dan Suryadi, Karim. (2008). PKN dan Masyarakat Multikultural, Prodi

PKnSekolah Pasca Sarjana UPI Bandung: Bandung. Boediono,dkk.(2000).Kurikulum berbasis kompetensi. Jakarta: Balitbang Depdiknas. Budimansyah, Dasim. (2002). Model pembelajaran dan penilaian portofolio. Bandung:

Genesindo. Borg, W.R. & M.D. Gall. (1989). Educational research: An introduction. Fifth Edition. New

york and London : Longman. Blum, A. (2001). Anti Rasisme, Multikulturalisme dan Komunitas Antar Ras, Tiga nilai yang

Bersifat mendidik Bagi sebuah masyarakat multikultural, dalam Lerry May dan Shari Collins Chobanian, Etika Terapan: Sebuah Pendekatan Multikultural, Terjemahan: Sinta Carolina dan Dadang Rusbiantoro. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Branson, S. Margaret, et.al. (1999). Belajar civic education dari Amerika. Yogyakarta: LkiS. Center for Civic Education. 1994. National Standards forvCivics and Government,Calabasas,

California: Center for Civic Education. Choirul Mahfud. (2014). Pendidikan multikultural. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Civicus, Acta, (2008). Jurnal Pendidikan kewarganegaraan Volume 1, Nomor 2, April 2008.

ISSN: 1978-8428. Civicus Acta. (2008). Jurnal Pendidikan kewarganegaraan Volume 2, nomor 1, Oktober

2008. ISSN: 1978-8428. Dasim Budimansyah. (2009). Membangun karakter bangsa di tengah arus globalisasi dan

gerakan demokratisasi: Reposisi peran PKN. Bandung: UPI

11

Dewi Salma Prawiradilaga. (2012). Prinsip disain pembelajaran. Jakarta: Kencana. Eggen, P&Don Kauchak. 2012.Strategi dan Model pembelajaran: Mengajarkan konten dan

Ketrampilan Berpikir Edisi Keenam.Jakarta; PT. Indeks. Erik Jan van Rossum & Rebeca Hamer. (2007). The Meaning of learning and knowing.

Rotterdam: Sense Publishers Garcia, RL.(1982). Teaching in a Pluristic Society: Concepts, Models, Strategies.New York:

Harper & Row Publisher. Gall, Joyce, P.& Borg, Walter R. (1989). Educational Research Seventh Edition, United

States Of Amerika. George Crowder. (2013). Theories of multiculturalism an introduction. USA: Polity Press. H.E. Mulyasa. (2014). Pengembangan dan implementasi kurikulum 2013. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya. Hamzah. B. Uno. (2014). Model pembelajaran.Jakarta: Bumi Aksara HAR. Tilaar. (2003). Kekuasaan dan pendidikan.Jakarta: Rineka Cipta HAR Tilaar.(2012). Perubahan sosial dan pendidikan. Jakarta: rineka Cipta Imam nasruddin. www.gegle.com. Menggagas Pendidikan Multikultur. Isjoni. (2008). Model – Model pembelajaran mutakhir. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Joyce, B., & Wei, M. (2009). Models of teaching. New Jersey: Prentice-Hall, Inc. Jurnal Kewarganegaraan, Volume II Nomor 2, Desember 2006, Fakultas Ilmu Sosial UNJ. Kansil.( 2002). Pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi. Jakarta : Pradnya Paramita. Kaelan. (2007). Pendidikan kewarganegaraan untuk perguruan tinggi. Yogyakarta:

Paradigma. Kymlica, Will. (2002). Kewargaan multikultural, Terjemahan Edlina Hafmini Eddin. Jakarta:

LP3ES. Liliweri, Alo. (2005). Prasangka &Konflik: Komunikasi lintas budaya masyarakat

multikultural. Yogyakarta: LkiS Miles, B & Huberman, M. (1992). Analisis data kualitatif. Penerjemah Rohendi Rohedi.

Jakarta: UI Press. Moleong, J.Lexy.(2007). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosda

Karya.

12

M. Sastrapratedja, S.J. (2013). Pendidikan sebagai humanisasi. Jakarta: Pusat Kajian Filsafat dan Pancasila.

Muaripin.(2012). Efektivitas Model Pembelajaran Berbasis Portofolio pada Diklat Guru PAI

SMP. Bandung: Balai Diklat Keagamaan. Muslim Ibrahim dkk. (200). Pembelajaran kooperatif. Surabaya: Unessa Press Nana Syaodih Sukmadinata. (2013). Metode penelitian pendidikan. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya. Newmann, Fred M. (1975). Education for citicion action. Mc. Cutchan Publishing

Corporation, California. Nieto, Sonia. (2004). Affirming diversity. USA: Pearson Nur, M. (2008). Pembelajaran kooperatif. Surabaya: Unessa Press. PP RI N0. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Sinar Grafika, 2006 Rakhmad, Jalaluddin. (2010). Belajar cerdas: Berbasiskan Otak. Bandung: Kaifa. Riduwan. (2012). Skala pengukuran variabel-variabel penelitian.Bandung: Alfabeta. Rusman. (2012). Model-model pembelajaran. Jakarta: Raja grafindo Persada Saifuddin Azwar. (2013). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Saifuddin Azwar. (2013). Sikap manusia teori dan pengukurannya..Yogyakarta: Pustaka

Pelajar. Samsuri.(2011). Model pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk membangun

kompetensi warga negara, Civicus. Slavin, RE. 91995). A practical guide to cooperative learning. USA: Allyn and Bacon. Stiggins, RJ.(1991). Studant centered classroom assesmen, New York: Mc Millan Cottage.

Publushing Company. Sugiyono. (2005). Memahami penelitian kualitatif-kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sugiyanto. (2009). Model-model pembelajaran inovativ. Surakarta: Mata Padi Presindo Syamsul Ma’arif. (2005). Pendidikan pluralisme di Indonesia. Yogyakarta: Logung Pustaka. Tim ICCE UIN Jakarta.(2005). Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)

demokrasi,HAMdan masyarakat madani.Jakarta: Prenada Media. Tim Puslittjahnov Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan.(2008). Metode

Penelitian Pengembangan. Jakarta: Depdiknas.

13

Wiel Veugelers. (2011). A Humanist perspective on moral development and citizenship education.Boston: Sense Publishers.

Wilodati,dkk. (2009). Model Portofolio Pada pembelajaran PKN untuk meningkatkan nilai-

nilai nasionalisme dan Patriotisme Mahasiswa PTN/PTS di kota Bandung.Laporan penelitian.

Winarno. (2014). Paradigma baru Pendidikan Kewarganegaraan.Jakarta; PT Bumi Aksara. Winarno. (2014). Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Bumi Aksara Winataputra, Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Perspektif Internasional, Acta Civicus,

Volume 1, Nomor 1, Oktober 2007. Winataputra dkk. (2008). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka. Yaqin, M. Ainul, Pendidikan Multikultural: Cross-Cultural Understanding untuk Demokrasi

dan Keadilan. Yogyakarta: Pilar media, 2007. BIODATA SINGKAT Penulis adalah Dosen DPK di STKIP Catur Sakti Yogyakarta

14