27
1 PENGEMBANGAN PARIWISATA OBYEK WISATA PANTAI SIGANDU KABUPATEN BATANG Dewi Kusuma Sari C2B606016 Dosen Pembimbing: Prof. Dra. Hj. Indah Susilowati, MSc. Ph.D ABSTRAK Obyek wisata Pantai Sigandu, Kabupaten Batang memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Namun potensi yang tinggi tersebut masih kurang didukung oleh kemudahan akses untuk mencapai lokasi wisata tersebut, dimana jumlah dan frekuensi keberangkatan transportasi umum menuju obyek wisata Pantai Sigandu adalah rendah dan belum optimalnya pengembangan obyek wisata baik sarana maupun prasarana. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi permintaan pengunjung obyek wisata Pantai Sigandu, mengestimasi besarnya nilai ekonomi yang diperoleh pengunjung obyek wisata Pantai Sigandu, menentukan strategi upaya pengembangan obyek wisata Pantai Sigandu. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data primer dengan menggunakan metode purposive sampling. Untuk data sekunder, telah digunakan metode dokumentasi dari pihak-pihak terkait. Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 100 responden dan 10 responden key persons. Pendekatan kuantitatif yang digunakan adalah travel cost method yang diolah menggunakan perangkat ekonometrika Eviews 4.1, lalu untuk menghitung nilai valuasi ekonomi menggunakan pendekatan surplus konsumen. Sedangkan untuk statistik deskriptif, digunakan Analisis Hierarki Proses (AHP) dengan perangkat Expert Choice Versi 9.0. Dengan travel cost method menunjukkan bahwa dari enam variabel dalam penelitian yaitu biaya perjalanan Pantai Sigandu, biaya perjalanan obyek wisata lain (Pantai Widuri), penghasilan, pendidikan, umur, dan jarak, yang berpengaruh secara signifikan pada frekuensi kunjungan ke Pantai Sigandu ialah variabel biaya perjalanan Pantai Sigandu, biaya perjalanan obyek wisata lain (Pantai Widuri), penghasilan, dan jarak pada tingkat signifikansi 5%. Valuasi ekonomi untuk Pantai Sigandu ialah Rp 26.739.188.00 dengan nilai surplus konsumennya per tahun ialah Rp. 353.838,07Sedangkan pada pendekatan AHP, menunjukkan bahwa alternatif yang diambil dalam Pengembangan Pantai Sigandu secara overall adalah pengembangan Pantai Sigandu sebagai obyek wisata primadona Kabupaten Batang dengan nilai bobot 0,128, Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) dengan nilai bobot 1,108, dan memberikan sarana dan fasilitas pada investor dengan nilai bobot 0,103. Kata Kunci: Pariwisata, Pantai Sigandu, Batang, Travel Cost, Surplus Konsumen, AHP

pengembangan pariwisata obyek wisata pantai sigandu kabupaten

  • Upload
    vodien

  • View
    229

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: pengembangan pariwisata obyek wisata pantai sigandu kabupaten

1

PENGEMBANGAN PARIWISATA OBYEK WISATA PANTAI

SIGANDU KABUPATEN BATANG Dewi Kusuma Sari C2B606016

Dosen Pembimbing: Prof. Dra. Hj. Indah Susilowati, MSc. Ph.D

ABSTRAK

Obyek wisata Pantai Sigandu, Kabupaten Batang memiliki potensi besar

untuk dikembangkan. Namun potensi yang tinggi tersebut masih kurang didukung

oleh kemudahan akses untuk mencapai lokasi wisata tersebut, dimana jumlah dan

frekuensi keberangkatan transportasi umum menuju obyek wisata Pantai Sigandu

adalah rendah dan belum optimalnya pengembangan obyek wisata baik sarana

maupun prasarana.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor yang

mempengaruhi permintaan pengunjung obyek wisata Pantai Sigandu,

mengestimasi besarnya nilai ekonomi yang diperoleh pengunjung obyek wisata

Pantai Sigandu, menentukan strategi upaya pengembangan obyek wisata Pantai

Sigandu.

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data primer dengan

menggunakan metode purposive sampling. Untuk data sekunder, telah digunakan

metode dokumentasi dari pihak-pihak terkait. Penelitian ini mengambil sampel

sebanyak 100 responden dan 10 responden key persons. Pendekatan kuantitatif

yang digunakan adalah travel cost method yang diolah menggunakan perangkat

ekonometrika Eviews 4.1, lalu untuk menghitung nilai valuasi ekonomi

menggunakan pendekatan surplus konsumen. Sedangkan untuk statistik deskriptif,

digunakan Analisis Hierarki Proses (AHP) dengan perangkat Expert Choice Versi

9.0.

Dengan travel cost method menunjukkan bahwa dari enam variabel dalam

penelitian yaitu biaya perjalanan Pantai Sigandu, biaya perjalanan obyek wisata

lain (Pantai Widuri), penghasilan, pendidikan, umur, dan jarak, yang berpengaruh

secara signifikan pada frekuensi kunjungan ke Pantai Sigandu ialah variabel biaya

perjalanan Pantai Sigandu, biaya perjalanan obyek wisata lain (Pantai Widuri),

penghasilan, dan jarak pada tingkat signifikansi 5%. Valuasi ekonomi untuk

Pantai Sigandu ialah Rp 26.739.188.00 dengan nilai surplus konsumennya per

tahun ialah Rp. 353.838,07Sedangkan pada pendekatan AHP, menunjukkan

bahwa alternatif yang diambil dalam Pengembangan Pantai Sigandu secara overall

adalah pengembangan Pantai Sigandu sebagai obyek wisata primadona Kabupaten

Batang dengan nilai bobot 0,128, Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat

Pesisir (PEMP) dengan nilai bobot 1,108, dan memberikan sarana dan fasilitas

pada investor dengan nilai bobot 0,103.

Kata Kunci: Pariwisata, Pantai Sigandu, Batang, Travel Cost, Surplus Konsumen,

AHP

Page 2: pengembangan pariwisata obyek wisata pantai sigandu kabupaten

2

PENDAHULUAN

Pengembangan dan pendayagunaan pariwisata secara optimal mampu

meningkatkan pertumbuhan ekonomi, mempertimbangkan hal tersebut maka

penanganan yang baik sangat diperlukan dalam upaya pengembangan obyek-

obyek wisata di Indonesia. Dunia kepariwisataan harus mulai meninggalkan

tentang perencanaan jangka pendek dan harus mampu melihat dalam prespektif

jangka panjang dengan memperhitungkan segala pengaruh yang mungkin akan

timbul dan berpengaruh terhadap dunia kepariwisataan.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui nilai permintaan yang

dikandung oleh obyek wisata Pantai Sigandu, menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi tingkat kunjungan di obyek wisata Pantai Sigandu serta mengukur

nilai sumber daya alam dan lingkungan alam khususnya ukuran nilai ekonomi dari

suatu obyek wisata alam, dengan menggunakan valuasi ekonomi yang bertujuan

untuk mengetahui nilai total ekonomi (total economic value) suatu kawasan

wisata alam. Penilaian individu pada barang dan jasa tidak lain adalah selisih

antara keinginan membayar, dengan biaya untuk mensuplai barang dan jasa

tersebut (Surplus Konsumen). Pemanfaatan sumber daya alam dapat dilakukan

untuk meningkatkan permintaan pariwisata di suatu obyek wisata. Namun tidak

serta merta pemanfaatan sumber daya alam yang bertujuan untuk pembangunan di

kawasan obyek wisata dilakukan tanpa mengindahkan kelestarian sumber daya

alam di suatu obyek wisata tertentu. Karena dengan rusaknya sumber daya alam

pada obyek wisata tertentu akan sangat berpengaruh pada kemauan wisatawan

untuk membayar (willingness to pay) pada obyek wisata tersebut. Berdasar hal

tersebut, maka perlu diketahui nilai ekonomi yang dikandung obyek wisata Pantai

Sigandu serta keinginan wisatawan untuk membayar obyek wisata Pantai Sigandu

dan surplus konsumen yang didapat oleh pengunjung serta menentukan

prioritaskan strategi pengembangan Pantai Sigandu Kabupaten Batang.

Obyek wisata Pantai Sigandu, Kabupaten Batang memiliki potensi untuk

dikembangkan. Hal tersebut dapat dilihat melalui keindahan panorama alamnya.

Namun potensi yang tersebut masih kurang didukung oleh kemudahan akses

Page 3: pengembangan pariwisata obyek wisata pantai sigandu kabupaten

3

untuk mencapai lokasi wisata tersebut, di mana jumlah dan frekuensi

keberangkatan transportasi umum menuju obyek wisata Pantai Sigandu adalah

rendah dan cukup jauh dari jalan utama pantura, belum optimalnya pengembangan

obyek wisata baik sarana maupun prasarana (seperti panggung kesenian dan kapal

fery yang tidak dioperasionalkan, tidak ada lokasi parkir khusus, tidak ada

permainan air, dan lain sebagainya), belum adanya TIC (Tourist Information

Center) yang dapat berperan sebagai ujung tombak pemasaran pariwisata, belum

adanya program penanaman mangrove area untuk mengantisipasi kerusakan

lingkungan pantai. Oleh karena itu perlu adanya penerapan sistem pengelolaan

yang lebih baik dan menentukan prioritas strategi pengembangan obyek wisata

tersebut atas dasar mengetahui faktor-faktor permintaan dan prioritas strategi yang

perlu dilakukan untuk pengelolaan di kawasan obyek wisata Pantai Sigandu

menjadi lebih baik dan menarik.

Page 4: pengembangan pariwisata obyek wisata pantai sigandu kabupaten

4

TINJAUAN PUSTAKA

Permintaan Pariwisata

Hukum permintaan menyatakan bahwa jumlah barang yang diminta dalam

suatu periode waktu tertentu berubah berlawanan dengan harganya, jika hal lain di

asumsikan tetap (Samuelson dan Nordhaus,1998). Semakin tinggi harganya

semakin kecil jumlah barang yang diminta atau sebaliknya semakin kecil

harganya maka semakin tinggi jumlah barang yang diminta (Mc. Eachern, 2000).

Pariwisata merupakan salah satu industri yang mampu menyediakan

pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal penyediaan lapangan kerja,

pendapatan, tarif hidup, dan dalam mengaktifkan sektor produksi lain di dalam

negara penerima wisatawan.

Permintaan pariwisata berpengaruh terhadap semua sektor perekonomian

yaitu lain perorangan (individu), usaha kecil menengah, perusahaan swasta, dan

sektor pemerintah (Sinclair and Stabler, 1997).

Valuasi Ekonomi

Valuasi ekonomi merupakan suatu satu cara untuk memberikan nilai

kuantitatif terhadap barang dan jasa yang dihasilkan sumber daya alam dan

lingkungan terlepas dari apakah nilai pasar (market value) tersedia atau tidak.

Tujuan dari studi valuasi adalah untuk menentukan besarnya Total

Economic Value (TEV) pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan. Dimana

nilai TEV, merupakan jumlah dari Nilai Guna (Use Value), yaitu nilai yang

diperoleh dari pemakaian langsung atau yang berkaitan dengan sumberdaya alam

dan lingkungan yang dikaji atau diteliti.

Surplus konsumen merupakan perbedaan antara jumlah yang dibayarkan

oleh pembeli untuk suatu produk dan kesediaan untuk membayar. Surplus

konsumen timbul karena konsumen menerima lebih dari yang dibayarkan dan

bonus ini berakar pada hukum utilitas marginal yang semakin menurun. Sebab

munculnya surplus konsumen karena konsumen membayar untuk tiap unit

berdasarkan nilai unit terakhir.

Page 5: pengembangan pariwisata obyek wisata pantai sigandu kabupaten

5

Pendekatan Biaya Perjalanan (Travel Cost Method)

Pendekatan ini mencerminkan kesediaan masyarakat untuk membayar

barang dan jasa yang diberikan lingkungan dibanding dengan jasa lingkungan

dimana mereka berada pada saat tersebut. Dalam memperkirakan nilai tempat

wisata tersebut tentu menyangkut waktu dan biaya yang dikorbankan oleh para

wisatawan dalam menuju dan meninggalkan tempat wisata tersebut. Semakin jauh

jarak wisatawan ke tempat wisata tersebut, akan semakin rendah permintaannya

terhadap tempat wisata tersebut. Permintaan yang dimaksud tersebut adalah

permintaan efektifnya yang dibarengi dengan kemampuan untuk membeli.

Konsep dasar dari metode travel cost adalah waktu dan pengeluaran biaya

perjalanan (travel cost expenses) yang harus dibayarkan oleh para pengunjung

untuk mengunjungi tempat wisata tersebut yang merupakan harga untuk akses ke

tempat wisata (Garrod dan Willis, 1999 dalam Salma dan Susilowati, 2004).

Itulah yang disebut dengan willingness to pay (WTP) yang diukur berdasarkan

perbedaan biaya perjalanan.

Analisis Hirarki Proses ( AHP )

AHP pada dasarnya didesain untuk menangkap secara rasional presepsi

orang yang berhubungan sangat erat dengan permasalahan tertentu melalui

prosedur yang didesain untuk sampai pada suatu skala preferensi diantara

berbagai set alternatif. Analisis ini ditunjukkan untuk membuat suatu model

permasalahan yang tidak mempunyai struktur, biasanya ditetapkan untuk

memecahkan masalah yang terukur (kuantitatif), masalah yang memerlukan

pendapat (judgement) maupun pada situasi yang kompleks atau tidak terkerangka,

pada situasi dimana data, informasi statistik sangat minim atau tidak ada sama

sekali dan hanya bersifat kualitatif yang didasari oleh presepsi, pengalaman

ataupun intuisi.

Page 6: pengembangan pariwisata obyek wisata pantai sigandu kabupaten

6

METODE PENELITIAN

Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dependen

variabel dan independen variabel. Dependen variabel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah frekuensi kunjungan obyek wisata Pantai Sigandu di

Kabupaten Batang sedangkan independen variablenya adalah biaya perjalanan

tempat wisata Pantai Sigandu di Kabupaten Batang yang mencakup biaya

transportasi, biaya konsumsi, karcis masuk, biaya parkir dan biaya lain-lain,

variabel biaya perjalanan menuju obyek wisata lain, variabel umur pengunjung,

variabel pendidikan para pengunjung, variabel penghasilan atau uang saku rata-

rata per bulan para pengunjung, dan variabel jarak.

Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah wisatawan yang berkunjung ke obyek

wisata Pantai Sigandu Kabupaten Batang.

Sampel

Untuk sampel responden ditentukan dengan quota sampling dalam

menentukan jumlah sampel sebesar 100 responden pengunjung obyek wisata

Pantai Sigandu Kabupaten Batang. Jumlah sampel yang mendekati 100

diharapkan dapat memenuhi distribusi normal (Hair et al, 1998). Untuk sampel

keyperson ditentukan secara judgment sampling sebanyak 10 responden untuk

menentukan prioritas pengembangan obyek wisata Pantai Sigandu dengan

Analisis Hierarki Proses (AHP).

Jenis dan Sumber Data

1. Data Primer

Dalam penelitian ini data diperoleh dari jawaban responden yang ada di

obyek wisata Pantai Sigandu terhadap wawancara pengisian kuesioner yang

disampaikan langsung oleh peneliti.

2. Data Sekunder

Page 7: pengembangan pariwisata obyek wisata pantai sigandu kabupaten

7

Data dekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti

secara tidak langsung melalui media perantara atau diperoleh dan dicatat oleh

pihak lain (Indriantoro dan Supomo, 1999).

Metode Pengumpulan Data

1. Observasi

Metode observasi adalah menjaring partisipan keterangan-keterangan

empiris yang detail dan aktual dari unit analisis penelitian.

2. Dokumentasi

Metode dokumentasi bertujuan untuk mendapatkan data terkait baik

menggunakan media tulis maupun elektronik sebagai bukti atau dokumentasi

telah melakukan penelitian.

3. Wawancara Mendalam

Wawancara mendalam secara umum adalah proses memperoleh

keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap

muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai.

Page 8: pengembangan pariwisata obyek wisata pantai sigandu kabupaten

8

HASIL DAN PEMBAHASAN

Diskripsi Obyek Penelitian

Kabupaten Batang terletak pada 6o

51' 46" sampai 7o

11' 47" Lintang

Selatan dan antara 109o

40' 19" sampai 110o

03' 06" Bujur Timur di pantai utara

Jawa Tengah dan berada pada jalur utama yang menghubungkan Jakarta-

Surabaya. Luas daerah 78.864,16 Ha. Batas-batas wilayahnya sebelah utara Laut

Jawa, sebelah timur Kabupaten Kendal, sebelah selatan Kabupaten Wonosobo dan

Kabupaten Banjarnegara, sebelah barat Kota dan Kabupaten Pekalongan.

Analisis Data dan Pembahasan

Uji Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan interpretasi terhadap hasil regresi dari model yang

digunakan, maka terlebih dahulu dilakukan pengujian terhadap asumsi klasik,

guna mengetahui apakah model tersebut dianggap relevan atau tidak.

Uji Heterokedastisitas dan Uji Autokorelasi

Tabel

Uji F-statistic Probability Obs*R-

squared

Probability

White Heteroskedasticity

Test

1, 640 0,050 38, 090 0, 076

Breusch-Godfrey Serial

Correlation LM Test

0, 269 0, 605 0, 291 0, 589

Sumber : Output (Lampiran C)

Dari perhitungan Eviews 4.1 (dalam lampiran C) diperoleh hasil bahwa

nilai Obs*R-Squared sebesar 38,090 dan probability sebesar 0,0764 yang berarti

lebih besar dari (0,05). Jadi dapat disimpulkan bahwa model regresi bebas dari

heterokedastisitas.

Pada hasil uji LM di atas diketahui bahwa nilai Probabilitas Obs*R-

Squarednya adalah sebesar 0,589 > α. Dimana α = 5% atau 0,05

Uji Multikolinearitas

Page 9: pengembangan pariwisata obyek wisata pantai sigandu kabupaten

9

Multikolinearitas menunjukkan adanya hubungan linear (korelasi) yang

sempurna atau pasti, di antara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan

dari model regresi. Berdasarkan korelasi pairwise yang dilakukan dengan

pengolahan menggunakan Eviews 4.1, maka dari matriks korelasi pairwise

tersebut tidak ada hubungan multikolineartitas yang sempura. Hal ini dapat dilihat

bahwa dari matriks korelasi pairwise tersebut tidak ada yang bernilai diatas 0,85

yang menunjukkan adanya perfect multicollinearity. Hal ini juga menunjukkan

bahwa tidak ada multikolinearitas yang cukup serius pada persamaan tersebut.

Tabel

Hasil Uji Pairwise Correlation

Variabel Visit TC01 TC02 Inc Edu Age Dis

Visit 1.000 -0.361 -0.010 0.149 -0.065 0.053 -0.648

TC01 -0.361 1.000 0.700 0.535 0.399 0.455 0.661

TC02 -0.010 0.700 1.000 0.589 0.445 0.462 0.276

Inc 0.149 0.535 0.589 1.000 0.674 0.676 0.142

Edu -0.065 0.399 0.445 0.674 1.000 0.484 0.181

Age 0.053 0.455 0.462 0.676 0.484 1.000 0.157

Dis -0.648 0.661 0.276 0.142 0.181 0.157 1.000

Sumber : Output (Lampiran C)

Analisis Regresi dengan Travel Cost

Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh

biaya pengunjung Pantai Sigandu, biaya pengunjung ke obyek wisata lain (Pantai

Widuri), Tingkat Pendidikan, Umur, Penghasilan Per Bulan, dan Jarak terhadap

jumlah kunjungan wisata di Pantai Sigandu.

Berdasarkan perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan Program

Eviews 4.1 maka didapat hasil sebagai berikut :

Page 10: pengembangan pariwisata obyek wisata pantai sigandu kabupaten

10

Tabel

Ringkasan Hasil Regresi

Jumlah Kunjungan Wisatawan Pantai Sigandu

Dependen Variabel : Jumlah Kunjungan (VISIT)

Variabel Independent Koefisien t hitung Prob.

Konstanta

LOG(TC01)

LOG(TC02)

LOG(INC)

LOG(EDU)

LOG(AGE)

LOG(DIS)

0,633

-0,400

0,353

0,271

-0,596

0,036

-0,499

0,504

-2,362

2,889

2,148

-1,984

0,165

-4,683

0,614

0,020 **

0,004***

0,034 **

0,050 *

0,869

0,000***

R Square 0,514

Adjusted R Square 0,483

F hitung 16,43

Sig F 0,000

Sumber : Output (Lampiran C)

Keterangan :

TC01 = Biaya perjalanan tempat wisata berupa biaya transportasi, biaya

konsumsi, karcis masuk, biaya parkir, dan biaya lain-lain ke

Pantai Sigandu

TC02 = Biaya perjalanan ke obyek wisata lain (Pantai Widuri)

INC = Penghasilan rata – rata per bulan pengunjung Pantai Sigandu

EDU = Lama pendidikan yang ditempuh pengujung Pantai Sigandu

AGE = Umur pengunjung Pantai Sigandu

DIS = Jarak tempat tinggal pengunjung dengan Pantai Sigandu

*** = Signifikan sampai dengan α 1%

** = Signifikan sampai dengan α 5%

* = Signifikan sampai dengan α 10%

Page 11: pengembangan pariwisata obyek wisata pantai sigandu kabupaten

11

Pengujian Hipotesis

Uji Simultan (Uji F)

Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara variabel independen

terhadap variabel dependen secara bersama–sama (simultan) digunakan uji F.

Dengan degree of freedom for denominator sebesar 94. Dimana (n – k) =

(100 – 6 = 94), dan degree of freedom for nominator sebesar 5 (k – 1 = 6

– 1 = 5), maka diperoleh F-tabel sebesar 2,31. Dengan menggunakan

angka signifikansi

Apabila angka signifikansi > 0,05 maka Ho diterima dan H1

ditolak.

Apabila angka signifikansi < 0,05 maka Ho ditolak dan H1

diterima.

Koefisien Determinasi (R²)

Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan

model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Berdasarkan pada tabel

4.13 diperoleh nilai koefisien determinasi atau R-Square (R²) sebesar 0,514 yang

berarti 51,4 persen jumlah kunjungan wisatawan di obyek wisata Pantai Sigandu

secara bersama – sama dapat dijelaskan oleh variasi dari keenam variabel

independen yaitu biaya perjalanan ke Pantai Sigandu, biaya perjalanan ke obyek

wisata lain (Pantai Widuri), Penghasilan rata-rata per bulan, Tingkat Pendidikan,

Umur, dan Jarak. Sedangkan sisanya 48,6 persen dijelaskan oleh variabel lain di

luar model yang tidak termasuk dalam penelitian.

Uji t (Uji Secara Parsial)

Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh dari masing – masing variabel

independen secara individu maka digunakan uji t.

Dengan angka signifikan 5 % (α = 0,05) dan nilai df (degree of freedom)

(n-k-1) = ( 100 – 6 ) = 94, maka dapat diketahui nilai t tabel sebesar

1,986.

a. Dengan menggunakan angka signifikansi

Page 12: pengembangan pariwisata obyek wisata pantai sigandu kabupaten

12

Apabila angka signifikansi > 0,05, maka H0 diterima dan H1

ditolak.

Apabila angka signifikansi < 0,05, maka H0 ditolak atau H1

diterima.

Dari kriteria di atas, akan dijelaskan masing-masing pengaruh variabel

independen terhadap dependen.

1. Pengaruh Variabel biaya pengunjung Pantai Sigandu (TC01) terhadap

jumlah kunjungan wisatawan (VISIT)

Hipotesis pertama menyatakan bahwa biaya pengunjung Pantai

Sigandu berpengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah kunjungan

wisata Pantai Sigandu. Berdasarkan Tabel 4.13 diketahui nilai t hitung

sebesar -2.362 atau lebih besar dari t-tabel (1,986) dan nilai probabilitas

sebesar 0.020 lebih kecil dari 0,05 (taraf nyata = 5 persen) yang berarti

H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti bahwa bila semakin tinggi

biaya yang dikeluarkan untuk ke obyek wisata maka akan menurunkan

minat pengunjung untuk berwisata. Dengan demikian hipotesis pertama

yang menyatakan bahwa biaya pengunjung Pantai Sigandu berpengaruh

negatif dan signifikan terhadap jumlah kunjungan wisata Pantai

Sigandu diterima.

2. Pengaruh Variabel biaya pengunjung ke Obyek Wisata Pantai Widuri

(TC02) terhadap jumlah kunjungan wisatawan (VISIT)

Hipotesis kedua menyatakan bahwa biaya pengunjung Obyek

Wisata Pantai Widuri berpengaruh positif dan signifikan terhadap

jumlah kunjungan wisata Pantai Sigandu berdasarkan Tabel 4.13

diketahui nilai t hitung sebesar 2.889 atau lebih besar dari t-tabel

(1,986) dan nilai probabilitas sebesar 0,004 lebih kecil dari 0,05 (taraf

nyata = 5 persen) yang berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini

berarti jika penurunan harga barang Y (Pantai Widuri) menyebabkan

penurunan permintaan akan barang X (Pantai Sigandu) dan sebaliknya.

Dengan demikian hipotesis kedua yang menyatakan bahwa biaya

Page 13: pengembangan pariwisata obyek wisata pantai sigandu kabupaten

13

pengunjung pengunjung Obyek Wisata Pantai Widuri berpengaruh

positif dan signifikan terhadap jumlah kunjungan wisata Pantai Sigandu

diterima.

3. Pengaruh Variabel Penghasilan Pengunjung (INC) terhadap jumlah

kunjungan wisatawan (VISIT)

Hipotesis ketiga menyatakan bahwa penghasilan rata-rata per

bulan dari para pengunjung berpengaruh positif dan signifikan terhadap

jumlah kunjungan wisata Pantai Sigandu. Berdasarkan Tabel 4.13

diketahui nilai t hitung 2.148 lebih besar dari t-tabel (1,986) dan nilai

probabilitas sebesar 0,034 lebih kecil dari 0,05 (taraf nyata = 5 persen)

yang berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti bahwa semakin

tinggi pendapatan seseorang maka semakin tinggi jumlah kunjungan ke

obyek wisata Pantai Sigandu sebagaimana hubungan antara jumlah

permintaan dan pendapatan dalam teori permintaan. Dengan demikian

hipotesis keempat yang menyatakan bahwa penghasilan rata-rata per

bulan dari para pengunjung berpengaruh positif dan signifikan terhadap

jumlah kunjungan wisata Pantai Sigandu diterima.

4. Pengaruh Variabel Tingkat Pendidikan Pengunjung (EDU) terhadap

jumlah kunjungan wisatawan (VISIT)

Hipotesis keempat menyatakan bahwa tingkat pendidikan

pengunjung berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah

kunjungan wisata Pantai Sigandu. Berdasarkan Tabel 4.13 diketahui

nilai t hitung -1.984, lebih kecil dari t-tabel (1,986) dan nilai probabilitas

sebesar 0,050 lebih kecil dari 0,05 (taraf nyata = 5 persen) yang berarti

H0 diterima dan H1 ditolak Hubungan yang negatif dan tidak signifikan

ini menjelaskan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendidkan

responden dengan jumlah kunjungan wisata ke Pantai Sigandu. Hal ini

berarti bahwa bila semakin tinggi pendidikan seseorang, mereka akan

mencari obyek wisata lain yang mungkin memiliki nilai pengetahuan

yang lebih tinggi, tetapi penurunan tersebut tidak signifikan berpengaruh

terhadap permintaan pariwisata Pantai Sigandu. Dengan demikian

Page 14: pengembangan pariwisata obyek wisata pantai sigandu kabupaten

14

hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa umur pengunjung berpengaruh

positif dan signifikan terhadap jumlah kunjungan wisata Pantai Sigandu

ditolak.

5. Pengaruh Variabel Umur Pengunjung (AGE) terhadap jumlah

kunjungan wisatawan (VISIT)

Hipotesis kelima menyatakan bahwa umur pengunjung

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah kunjungan wisata

Pantai Sigandu. Berdasarkan Tabel 4.13 diketahui nilai t hitung 0.165

atau kurang dari dari t-tabel (1,986) dan nilai probabilitas sebesar 0,869,

lebih besar dari 0,05 (taraf nyata = 5 persen) yang berarti H0 diterima

dan H1 ditolak. Hubungan yang tidak signifikan ini menjelaskan bahwa

tidak ada hubungan antara umur responden dengan jumlah kunjungan

wisata ke Pantai Sigandu. Hal ini membuktikan bahwa aktifitas wisata

tidak memandang umur karena setiap individu memerlukan aktifitas

wisata untuk sejenak melupakan rutinitas sehari-hari dan menyegarkan

pikiran kembali setelah bekerja. Dengan demikian hipotesis ketiga yang

menyatakan bahwa umur pengunjung berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap jumlah kunjungan wisata Pantai Sigandu ditolak.

6. Pengaruh Variabel Jarak (DIS) terhadap jumlah kunjungan wisatawan

(VISIT)

Hipotesis keenam menyatakan bahwa Jarak berpengaruh negatif

dan signifikan terhadap jumlah kunjungan wisata Pantai Sigandu.

Berdasarkan Tabel 4.13 diketahui nilai t hitung -4.683 atau lebih dari

dari t-tabel (1,986) dan nilai probabilitas sebesar 0,000, lebih kecil dari

0,05 (taraf nyata = 5 persen) yang berarti H0 ditolak dan H1 diterima.

Hal ini menunjukkan bahwa jarak menjadi pertimbangan dari

wisatawan untuk berkunjung di Pantai Sigandu.

Pembahasan Apresiasi Atas Nilai Obyek Wisata

Persamaan regres:

Dxy = Qx = 4, 648 – 0,0000241 Py …………………………………(4.2)

Page 15: pengembangan pariwisata obyek wisata pantai sigandu kabupaten

15

P

192863

P1 = 150.000

P0 = 15.000

0 Q1 = 1,032 Q0 = 4,28

D0 (P0,Q0)

D1 (P1,Q1)

353.838,07

Q

Dari persamaan (4.2) Q = f (P), diubah ke dalam bentuk persamaan P = f (Q)

sehingga diperoleh persamaan yang baru (4.3) :

Dxy = Px = 192863 – 41493 Qy ……………………………….(4.3)

Dari data diperoleh bahwa biaya perjalanan tertinggi adalah Rp 150.000,-

dan terendah adalah Rp 15.000,-. Dengan rata-rata pertahun kunjungan 3 kali.

Dari perhitungan luas segitiga, diperoleh surplus konsumen per individu

per tahun adalah Rp 353.838, 07 per tahun atau Rp 117. 946, 02 per kunjungan.

Kemudian untuk memperoleh nilai total ekonomi, maka nilai surplus konsumen

per individu per tahun dikalikan dengan jumlah pengunjung tahun 2009 yaitu

sebesar 226. 707 pengunjung, sehingga diperoleh total nilai ekonomi obyek wisata

Pantai Sigandu adalah Rp 26. 739.188.000,-

Gambar

Surplus Konsumen Obyek Wisata Pantai Sigandu

Gambar menunjukkan bahwa harga yang dibayarkan oleh pengunjung

Pantai Sigandu Kabupaten Batang 1 kali kunjungan adalah Rp. 117. 946,

02. Karena tidak mungkin untuk mengenakan harga yang berbeda pada setiap

individu yang berkunjung, maka P* menjadi harga yang dibayar bagi setiap

pengunjung. Akan tetapi setiap individu memiliki willingness to pay (kerelaan

untuk membayar) yang berbeda, bisa lebih tinggi atau lebih rendah dari itu.

Individu-individu yang mau membayar lebih tinggi akan menerima surplus

konsumen Rp. 353.838, 07 untuk satu kali kunjungan. Total keuntungan yang

Page 16: pengembangan pariwisata obyek wisata pantai sigandu kabupaten

16

diperoleh berada di daerah di bawah kurva permintaan yaitu daerah PP1P0Q.

Daerah segitiga POP1DOD1 merupakan surplus konsumen.

Pembahasan Analisis Hierarki Proses

Strategi pengembangan Pantai Sigandu dirumuskan dengan menggunakan

metode AHP (Analysis Hierarchy Process). Tujuan, alternatif dan kriteria yang

digunakan dalam AHP dirumuskan dari hasil pra survey dan diskusi terhadap key

person yang berkompeten terhadap pengembangan Pantai Sigandu Kabupaten

Batang.

Landasan Aspek dan Kriteria yang Menjadi Bahan Pertimbangan

Penentuan Program Pengembangan Pantai Sigandu di Kabupaten Batang

Program pengembangan Pantai Sigandu sangat terkait dengan beberapa

aspek utama antara lain : aspek politik, aspek ekonomi, aspek sosial budaya, dan

aspek ekologi lingkungan. Setiap aspek yang dipertimbangkan dalam program

pengembangan Pantai Sigandu di Kabupaten Batang beserta nilai bobotnya

disajikan dalam Gambar

Gambar

Kriteria Pengembangan Obyek Wisata Pantai Sigandu

Ket: Politik = Aspek Politik

Ekonomi = Aspek Ekonomi

SOSBUD = Aspek Sosial Budaya

EKOLING = Aspek Ekologi (Lingkungan)

Page 17: pengembangan pariwisata obyek wisata pantai sigandu kabupaten

17

A. Penentuan Skala Prioritas Pengembangan Pantai Sigandu Kabupaten

Batang Berdasarkan Setiap Aspek dan Kriteria

Aspek ekonomi dilakukan melalui pengembangan Pantai Sigandu sebagai

obyek wisata primadona, memberikan sarana dan fasilitas bagi investor, dan

mengembangkan potensi Pantai Sigandu oleh masyarakat. Nilai inconsistensi

ratio 0,0 < 0,1 (batas maksimum) yang berarti hasil analisis tersebut dapat

diterima. Setiap aspek yang dipertimbangkan dalam pengembangan Pantai

Sigandu di Kabupaten Batang beserta nilai bobotnya disajikan pada gambar

berikut:

Gambar

Alternatif Aspek Ekonomi dalam Pengembangan Obyek Wisata

Pantai Sigandu

Ket: A4 = pengembangan Pantai Sigandu sebagai obyek wisata primadona

A5 = memberikan sarana dan fasilitas bagi investor

A6 = mengembangkan potensi Pantai Sigandu oleh masyarakat

Aspek politik antara lain melalui Program Pemberdayaan Ekonomi

Masyarakat Pesisir (PEMP), penetapan peraturan daerah mengenai pengembangan

Pantai Sigandu, pemberian hak pengembangan Pantai Sigandu kepada

masyarakat. Dalam aspek politik, kriteria yang menjadi prioritas utama adalah

Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) (nilai bobot 0,594).

Nilai inconsistency ratio 0,01 < 0,1 (batas maksimum) yang berarti hasil analisis

tersebut dapat diterima. Setiap aspek yang dipertimbangkan dalam program

Page 18: pengembangan pariwisata obyek wisata pantai sigandu kabupaten

18

pengembangan Pantai Sigandu Kabupaten Batang beserta nilai bobotnya disajikan

pada Gambar 4.9 berikut:

Gambar

Alternatif Aspek Politik dalam Pengembangan Obyek Wisata Pantai Sigandu

Ket: A1 = Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP)

A2 = Penetapan peraturan daerah mengenai pengembangan Pantai Sigandu

A3 = Pemberian hak pengembangan Pantai Sigandu kepada masyarakat

Aspek Ekologi (Lingkungan). Aspek Ekologi melalui kegiatan melakukan

rutinitas membersihkan lingkungan Pantai, melakukan penanaman mangrove,

menjaga Pantai Sigandu dari limbah masyarakat maupun pabrik. Nilai

inconsistency ratio 0,02 < 0,1 (batas maksimum) yang berarti hasil analisis

tersebut dapat diterima. Setiap aspek yang dipertimbangkan dalam program

pengembangan Pantai Sigandu beserta nilai bobotnya disajikan pada gambar

berikut:

Gambar

Alternatif Aspek Ekologi dalam Pengembangan Obyek Wisata

Pantai Sigandu

Page 19: pengembangan pariwisata obyek wisata pantai sigandu kabupaten

19

Ket: A11 = Melakukan rutinitas membersihkan lingkungan Pantai

A12 = Melakukan penanaman mangrove

A13 = Menjaga Pantai Sigandu dari limbah masyarakat maupun pabrik

Aspek sosial budaya melalui sosialisasi dan pengawasan bersama Pantai

Sigandu, penyuluhan fungsi pantai pada masyarakat, pengadaan panggung

kesenian serba guna, pengadaan kegiatan kebudayaan tradisional. Nilai

inconsistency ratio 0,02 < 0,1 (batas maksimum) yang berarti hasil analisis

tersebut dapat diterima. Nilai bobot setiap kriteria dalam aspek sosial budaya

dapat dilihat pada Gambar

Gambar

Alternatif Aspek Sosial Budaya dalam Pengembangan

Pantai Sigandu

Ket: A7 = Sosialisasi dan pengawasan bersama Pantai Sigandu

A8 = Penyuluhan fungsi pantai pada masyarakat

A9 = Pengadaan panggung kesenian serba guna

A10 = Pengadaan kegiatan kebudayaan tradisional

Page 20: pengembangan pariwisata obyek wisata pantai sigandu kabupaten

20

Penentuan Sintesa Umum Terhadap Sasaran Pengembangan Pantai

Sigandu Kabupaten Batang

Hasil analisis secara keseluruhan (overall) menunjukkan bahwa skala

prioritas kriteria dan alternatif pengelolaan Pantai Sigandu Kabupaten Batang

dengan Analysis Hierarchy Process (AHP) dapat dilihat pada Gambar

Gambar

Prioritas Kriteria dan Alternatif Pengembangan Obyek Wisata Pantai

Sigandu Kabupaten Batang

Ket: A1 = Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP)

A2 = Penetapan peraturan daerah mengenai pengembangan Pantai Sigandu

A3 = Pemberian hak pengembangan Pantai Sigandu kepada masyarakat

A4 = Pengembangan Pantai Sigandu sebagai obyek wisata primadona

A5 = Memberikan sarana dan fasilitas bagi investor

A6 = Mengembangkan potensi Pantai Sigandu oleh masyarakat

A7 = Sosialisasi dan pengawasan bersama Pantai Sigandu

A8 = Penyuluhan fungsi pantai pada masyarakat

A9 = Pengadaan panggung kesenian serba guna

Page 21: pengembangan pariwisata obyek wisata pantai sigandu kabupaten

21

A10 = Pengadaan kegiatan kebudayaan tradisional

A11 = Melakukan rutinitas membersihkan lingkungan Pantai

A12 = Melakukan penanaman mangrove

A13 = Menjaga Pantai Sigandu dari limbah masyarakat maupun pabrik

Page 22: pengembangan pariwisata obyek wisata pantai sigandu kabupaten

22

PENUTUP

Kesimpulan

1. Variabel yang signifikan adalah biaya perjalanan ke Pantai Sigandu,

variabel biaya perjalanan ke obyek wisata lain (Pantai Widuri),

variabel Penghasilan per Bulan, variabel Tingkat Pendidikan

Pengunjung, dan variabel Jarak. Sedangkan variabel Umur Pengunjung

tidak signifikan terhadap jumlah kunjungan ke Pantai Sigandu

Kabupaten Batang.

2. Surplus konsumen per tahun adalah Rp. 353.838,07 dimana

pengunjung yang datang ke Pantai Sigandu Kabupaten Batang rata-rata

telah tiga kali melakukan kunjungan wisata ke tempat tersebut.

Sehingga diketahui bahwa kelebihan (surplus) yang dinikmati

konsumen karena kemampuannya untuk membayar melebihi

permintaan aktualnya dimana nilai aktual tersebut besarnya Rp.

117.946,02 per kunjungan. Dengan nilai ekonomi yang cukup tinggi

atas pemanfaatan obyek wisata, yaitu Rp26. 739.188.000,00.

3. Berdasar hasil analisis yang dilakukan dengan AHP menggunakan

Expert Choice 9.0, maka faktor ekonomi mendapat prioritas dengan

pengembangan Pantai Sigandu sebagai obyek wisata primadona Kabupaten

Batang sebagai alternatif pengembangan Pantai Sigandu Kabupaten

Batang nilai bobot 0,128, Program Pemberdayaan Ekonomi

Masyarakat Pesisir (PEMP) dengan nilai bobot 1,108, dan memberikan

sarana dan fasilitas pada investor dengan nilai bobot 0,103.

Page 23: pengembangan pariwisata obyek wisata pantai sigandu kabupaten

23

Saran

Berdasarkan pengamatan terhadap kegiatan pariwisata pada kawasan

Pantai Sigandu, maka dapat disampaikan saran-saran sebagai berikut :

1. Perlu adanya penambahan variabel penelitian selain yang sudah ditulis

dalam penelitian ini, sehingga dapat diketahui faktor mana yang paling

berpengaruh terhadap jumlah kunjungan Pantai Sigandu.

2. Perlu adanya penelitian lanjutan untuk mengetahui realisai pembangunan

dan pengembangan obyek wisata Pantai Sigandu untuk menjadi lebih baik,

karena agenda pengembangan sudah ada tetapi belum sepenuhnya

dijalankan oleh pihak pengelola. Sehingga perlu diteliti kembali strategi

yang tepat dalam pengembangan obyek wisata Pantai Sigandu.

Page 24: pengembangan pariwisata obyek wisata pantai sigandu kabupaten

24

DAFTAR PUSTAKA

Andi Hafif, 2009, Analisis Strategi Pengembangan Obyek Wisata Air Terjun

Kalipancur Desa Nogosaren Dengan Pendekatan Co-Management Dan

Analisis Hierarchy Process (AHP), Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas

Diponegoro

Aprilliani, R. 2004. Keterkaitan Pengembangan Pariwisata Dengan Lingkungan

Hidup. GEMAWISATA, Vol. 2 No.3, Hal 185-194.

BPS Provinsi Jawa Tengah. 2008. Kabupaten Batang Dalam Angka 2008.

Badan Pusat Statistik

Budi Badrudin, 2001, “Menggali Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) DIY

Melalui Pengembangan Industri Pariwisata,” Jurnal Kompak, No. 3,

September 2001, hal 384-403

Burhan Bungin, 2005. Analisis Data Penelitian Kualitatif. PT RajaGrfindo.

Jakarta

Departemen Pendidikan Nasional Universitas Diponegoro. 2008. Pedoman

Penyusunan Skripsi dan Ujian Akhir Program Sarjana (Strata Satu)

Fakultas Ekonomi. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.

Semarang.

Dewi Ayu, 2009, Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kunjungan Wisata

Umbul Sidomukti di Kabupaten Semarang, Skripsi, Fakultas Ekonomi

Universitas Diponegoro

Dinas Perhubungan Dan Pariwisata Kabupaten Batang, 2010

Djijono. 2002. Valuasi Ekonomi Menggunakan Metode Travel Cost Taman

Wisata Hutan di Taman Wan Abdul Rachman, Propinsi Lampung.

Makalah Pengantar Falsafah Sains (PPS702)

Page 25: pengembangan pariwisata obyek wisata pantai sigandu kabupaten

25

Djoko Sudantoko. 2009. Model Pemberdayaan Industri Batik Skala Kecil Di Jawa

Tengah (Studi Kasus di Pekalongan), Disertasi, Fakultas Ekonomi

Universitas Diponegoro

Epi Syahadat. 2005. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kunjungan

Wisatawan di Taman Nasional Gede Pangrango (TGNP). Bogor

Gujarati, Damodar. 2003. Basic Econometrics, Mc Graw Hill, New York

Hendarto, KA. 2004. The Potential Demand For Nature Tourism in Protection

Area Case Study: Ecoturism in the Baluran National Park. Wahana.

Februari 2004. Vol. 7, No. 1

Kusmayadi dan Evrina Taviprawati. 1999. Aspek Masyarakat Dan Faktor

Lingkungan Dalam Pengembangan Daerah Tujuan Wisata Alam Dan

Ekologi. Jurnal Ilmu Pariwisata. Vol. 4 No.1

Indriantoro dan Supomo, 1999, Metodologi Untuk Akuntansi Dan Bisnis,

BPFE, Yogyakarta

Latifah, S. 2005. Prinsip-Prinsip Dasar Analytical Hierarchy Process. e-USU

Reposritory. Universitas Sumatra Utara

Lindawati dan Johny Jermias. 2009. Performance Implications of Environment-

Strategy-Governance Misfit. Gadjah Mada International Jurnal of

Bussines. Januari-April.2009, Vol. 11, No. 1, pp. 1-20

Mc. Eachern, William. 2001. Ekonomi Mikro, Salemba Empat, Jakarta,

Terjemahan Sigit Triandaru

Muhammad Tahwin. 2003. “Pengembangan Obyek Wisata Sebagai Sebuah

Industri Studi Kasus Kabupaten Rembang,” Jurnal Gemawisata, Vol. 1,

No.3/November 2003, hal 236-249

Nazir, M. 1988. Pengantar Metodologi Penelitian. Jakarta. Rajawali Press

Page 26: pengembangan pariwisata obyek wisata pantai sigandu kabupaten

26

Paolo Rosato dan Edi Defrancesco. 2002. Individual Travel Cost Method and

Flow Fixed Cost. University of Trieste, Piazzale Europa

Purnamasari, Q. 2005. Kajian Pengembangan Produk Wisata Alam Berbasis

Ekologi di Wilayah Wana Wisata Curug Cilember (WWCC), Kabupaten

Bogor. Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. XI No. 1:14-30

Putik Asriani, 2008, Analisis Permintaan Obyek Wisata Air Panas Guci,

Kabupaten Tegal Dengan Pendekatan Travel Cost, Skripsi, Fakultas

Ekonomi Universitas Diponegoro

Salah Wahab, 1989, Manajemen Kepariwisataan, PT. Pradnya Paramita, Jakarta

Salma & Susilowati, 2004, Analisis Permintaan Obyek Wisata Alam Curug Sewu,

Kabupaten Kendal Dengan Pendekatan Travel Cost, Jurnal Dinamika

Pembangunan Vol.1 No.2/Desember 2004, hal 153-165

Salvatore, Dominick. 1993. Teori Mikroekonomi, Erlangga, Jakarta. Terjemahan

: Rudy Sitompul

Samuelson, Nordhaus. 1998. Economic, Mc. Graw Hill

Sekaran. 2005. Research Methods for Bussines, Salemba Empat, Jakarta.

Terjemahan : Kwan Men Yon

Sinclair, M. Thea dan Stabler, Mike, 1997, Economics of Tourism, Routledge,

London

Soeratno dan Arsyad. 2003. Metodologi Penelitian Untuk Ekonomi dan Bisnis,

UP AMP YKPN, Yogyakarta

Suparmoko, M. 1997. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan : Suatu

Pendekatan Teoritis, BPFE, Yogyakarta

Suparmoko, M. 2000. Ekonomika Lingkungan, BPFE-Yogyakarta, Edisi

Pertama

Page 27: pengembangan pariwisata obyek wisata pantai sigandu kabupaten

27

Spillane, J. 1987. Ekonomi Pariwisata Sejarah Dan Prospeknya. Yogyakarta.

Kanisius

Widodo, T. 2006. Perencanaan Pembangunan: Aplikasi Komputer [Era

Otonomi Daerah]. Yogyakarta. UPP STIM YKPN

Wing Wahyu Winarno, 2009, Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan

alEViews, UPP STIM YKPN, Yogyakarta