64
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN MODEL THINK PAIR SHARE UNTUK MENUMBUHKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA BERGAYA KOGNITIF FIELD DEPENDENCE TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyratan Memperoleh Derajat Gelar S-2 Magister Pendidikan Matematika Disusun Oleh: ARKADIUS KIANG LAGAMAKIN NIM: 201710530211003 DIREKTORAT PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG September 2020

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN MODEL

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN MODEL

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN MODEL

THINK PAIR SHARE UNTUK MENUMBUHKAN KEMANDIRIAN

BELAJAR SISWA BERGAYA KOGNITIF FIELD DEPENDENCE

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyratan

Memperoleh Derajat Gelar S-2

Magister Pendidikan Matematika

Disusun Oleh:

ARKADIUS KIANG LAGAMAKIN

NIM: 201710530211003

DIREKTORAT PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

September 2020

Page 2: PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN MODEL

ii

Page 3: PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN MODEL

T E S I S

Dipersiapkan dan disusun oleh :

ARKADIUS KIANG LAGAMAKIN 201710530211003

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

pada hari/tanggal, Kamis/ 17 September 2020

dan dinyatakan memenuhi syarat sebagai kelengkapan

memperoleh gelar Magister/Profesi di Program Pascasarjana

Universitas Muhammadiyah Malang

SUSUNAN DEWAN PENGUJI

Ketua : Prof. Akbar Sutawijaya Dr. Moh. Mahfud Effen MM

Sekretaris : Dr. Moh. Mahfud Effendi

Penguji I : Dr. Dwi Priyo Utomo

Penguji II : Dr. Siti Inganah

iii

Page 4: PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN MODEL

iv

Page 5: PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN MODEL

v

MOTTO

Segala Perkara dapat Kutanggung di

dalam Dia yang Memberikan

Kekuatan Kepadaku

Page 6: PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN MODEL

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang

telah telah memberikan rahat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan Tesis yang berjudul β€œPENGEMBANGAN PERANGKAT

PEMBELAJARAN DENGAN MODEL THINK PAIR SHARE UNTUK

MENUMBUHKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA BERGAYA

KOGNITIF FIELD DEPENDENCE”. Penulisan Tesis ini merupakan salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Magister di Universitas Muhammadiyah Malang.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak

mungkin terwujud tanpa dukungan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak.

Penulis menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Fauzan, M.Pd selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang

2. Bapak Akhsanul In’am, Ph.D Selaku Direktur Program Pascasarjana

Universitas Muhammadiyah Malang

3. Bapak Dr. Priyo Utomo, M.Pd Selaku Ketua Prodi Magister Pendidikan

Matematika

4. Bapak Prof. Akbar Sutawijaya, Ph.D dan Dr. Mahfud Effendi, MM selaku

pembimbing yang telah memberikan waktunya dan masukan guna

menyelesaikan Tesis ini

5. Bapak dan Ibu Dosen Magister Pendidikan matematika, selaku pengajar

selama penulis menempuh studi di Universitas Muhammadiyah Malang

6. Kedua orang tuaku, kakak, adik dan semua keluarga telah membantu selama

pendidikan.

7. Teman-teman jurusan Magister Pendidikan Matematika angkatan 2017

khususnya kelas A atas bantuan, support dan kerja samanya selama kuliah.

8. Sahabat-sahabat dekat yang selalu mendukung dan memabantu selama penulis

menempuh pendidikan.

9. Seseorang yang selalu ada dan siap saat dibutuhkan penulis.

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu

kelancaran dalam penyusunan tesis ini.

Page 7: PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN MODEL

vii

Semoga amal baik yang telah diberikan kepada penulis mendapat imbalan

dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Penulis menyadari akan kekurangan dari Tesis ini,

oleh karena itu, penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan

Tesis ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi semua pihak

pada umumnya.

Malang. Januari 2020

Penulis

Page 8: PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN MODEL

viii

Pengembangan Perangkat Pembelajaran dengan Model Think Pair Share

untuk Menumbuhkan Kemandirian Belajar Siswa

Bergaya Kognitif Field Dependence

Arkadius Kiang Lagamakin

[email protected]

Prof. Akbar Sutawijaya, Ph.D (NIP. 150350742)

Dr. Mahfud Effendi, MM (NIDN. 0716076701)

Magister Pendidikan Matematika, Universitas Muhammadiyah Malang

Malang, Jawa Timur, Indonesia

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan suatu produk dan menguji kelayakan

produk yang dihasilkan. Penelitian pengembangan ini mengacu pada model

pengembangan ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation dan

Evaluation) dan siswa SMP St. Simon Petrus sebagai subjeknya. Instrument yang

digunakan adalah lembar penilaian RPP dan LKS mengukur kevalidan, angket

respon dan observasi keterlaksanaan untuk mengukur kepraktisan, serta lembar

observasi untuk mengukur keefektifan perangkat pembelajaran. Hasil penelitian

menunjukan bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan layak digunakan

untuk menumbuhan kemandirian belajar siswa bergaya kognitif field dependence.

Perangkat pembelajaran yang dihasilkan memenuhi aspek kevalidan, kepraktisan,

dan keefektivan. Aspek kevalidan ditunjukkan dari perolehan hasil penilaian

perangkat pembelajaran masuk dalam klasifikasi sangat baik. Aspek kepraktisan

yang diperoleh dari respon siswa dan observasi masuk klasifikasi sangat baik.

Aspek keefektifan ditunjukan dari perolehan hasil observasi prliku siswa .yang

memenuhi kriteria baik.

Kata kunci: Perangkat Pembelajaran, TPS, Field Dependence

Page 9: PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN MODEL

ix

Development of Learning Tools with a Think Pair Share

Model to Foster Student Learning Independence

Field Dependence Cognitive Style

Arkadius Kiang Lagamakin

[email protected]

Prof. Akbar Sutawijaya, Ph.D (NIP. 150350742)

Dr. Mahfud Effendi, MM (NIDN. 0716076701)

Master of Mathematics Education, University of Muhammadiyah Malang

Malang, East Java, Indonesia

ABSTRACT

This study aims to produce a product and test the feasibility of the resulting

product. This development research refers to the ADDIE (Analysis, Design,

Development, Implementation and Evaluation) development model and students

of SMP St. Simon Peter as the subject. The instruments used were the lesson plan

assessment sheet and worksheets measuring the validity, response questionnaires

and observations of implementation to measure practicality, and observation

sheets to measure the effectiveness of the learning tools. The results showed that

the learning tools developed were feasible to be used to foster independent

learning in dependent field cognitive style students. The resulting learning tools

meet aspects of validity, practicality, and effectiveness. The validity aspect is

shown from the acquisition of the results of the assessment of learning devices in

the very good classification. The practical aspect obtained from student responses

and observations is classified as very good. The aspect of effectiveness is shown

from the acquisition of student behavior observation results that meet good

criteria.

Keyword: Learning Media, TPS, Field Dependence

Page 10: PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN MODEL

x

DAFTAR ISI

COVER .................................................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………………….ii

SURAT PERNYATAAN………………………………………………………...iv

MOTTO .................................................................................................................. v

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii

ABSTRAK ........................................................................................................... viii

ABSTRACT ........................................................................................................... ix

DAFTAR ISI ........................................................................................................... x

DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi

1. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

2. KAJIAN TEORI .............................................................................................. 4

2.1 Pembelajaran Matematika di Tingkat SMP ................................................. 4

2.2 Field Dependence ......................................................................................... 4

2.3 Think Pair Share ........................................................................................... 4

2.4 Perangkat pembelajaran ............................................................................... 7

3. METODE PENELITIAN .............................................................................. 11

3.1 Tahap Analysis ........................................................................................... 11

3.2 Tahap Design ............................................................................................. 11

3.3 Tahap Development ................................................................................... 12

3.4 Tahap Implementation ............................................................................... 12

3.5 Tahap Evaluation ....................................................................................... 12

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................................ 16

4.1. Hasil Penelitian .......................................................................................... 16

4.2 Pembahasan ................................................................................................ 21

E. PENUTUP ..................................................................................................... 22

Rujukan ................................................................................................................. 23

Lampiran-lampiran……………………………………………………………….28

Page 11: PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN MODEL

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Desain Pengembangan ADDIE ............................................................... 12

Tabel 2. Aspek, Instrumen, dan Data yang diamati .............................................. 13

Tabel 3. Aspek Penilaian RPP .............................................................................. 13

Tabel 4. Aspek Penilaian LKS .............................................................................. 13

Tabel 5. Aspek Penilaian Observasi Keterlaksanaan ............................................ 14

Tabel 6. Aspek Penilaian Angket Respon Siswa .................................................. 14

Tabel 7. Aspek Penilaian Keefektifan ................................................................... 14

Tabel 8. Pedoman Klasifikasi Penilaian................................................................ 15

Tabel 9. Hasil Validasi Prangkat Pembelajaran dan Instrumen………………….18

Tabel 10. Jadwal dan Kegiatan Penelitian ............................................................ 19

Page 12: PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN MODEL

1

1. PENDAHULUAN

Proses pemecahan masalah setiap siswa memiliki perbedaan antara satu

siswa dengan siswa lain. Perbedaan proses antara siswa dapat diungkapkan

oleh tipe-tipe kognitif yang dikenal dengan istilah gaya kognitif (Acharya,

2017; Ngilawajan, 2013). Ada dua macam gaya belajar kognitif yang ditinjau

dari ranah psikologis yaitu Field Independence (FI) dan Field Dependence

(FD). Gaya belajar FI adalah gaya belajar secara mandiri tanpa harus

dipengaruhi orang lain sedangkan gaya belajar FD adalah gaya belajar yang

mau belajar apabila ada pengaruh dari orang lain dan sulit melepaskan diri

dari bantuan orang lain (Makbul, Bernard, & Rusli, 2017; Soewarno, 2016).

Penelitian pada FI/FD sudah banyak diteliti, dimana hasil menunjukan

bahwa FI lebih bagus dari pada FD. Hal ini didukung dengan penelitian

Ngilawajan (2013); Onyekuru (2015); Ramlah & Jantan (2014); Ulya Kartono

& Retnoningsih (2014); Zubaidi & Sari (2017) yang mengemukakan bahwa

siswa yang memiliki gaya belajar FI lebih bagus dalam pemecahan masalah

dari pada siswa yang bergaya kognitif FD. Sehingga siswa yang bergaya

kognitif FD lebih mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal matematika

dari pada siswa bergaya FI (Pujilestari, 2012). Dalam hal kreativitas dan

bernalar pun menunjukan kalau siswa yang memiliki gaya belajar FI lebih

bagus dari pada siswa yang bergaya kognitif FD (Istiqomah & Rahaju, 2014;

Mayfana Panglipur Yekti & Atmojo Kusmayadi, 2016; Purnomo, Sugiarti, &

Unej, 2017).

Penelitian-penelitian tersebut cenderung membandingkan FI dan FD,

tetapi tidak ada upaya untuk menumbuhkan FD, maka pada kesempatan ini

mau dibahas. Menumbuhkan FD itu sebenarnya dengan berbagai cara, yang

tujuan utamanya adalah bagaimana siswa bisa mandiri dalam belajar.

Kemandirian belajar dapat menunjang keberhasilan belajar siswa. Karena

kemandirian belajar yang tinggi cenderung belajar lebih aktif, mampu

memantau, mengevaluasi, dan mengatur belajar lebih efektif yaitu menghemat

waktu dalam menyelesaikan tugasnya, dan mengatur waktu belajar secara

efisien (Haryati, 2015). Jadi, kemandirian belajar merupakan hal penting yang

perlu ditingkatkan untuk mendukung keberhasilan belajar siswa.

Page 13: PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN MODEL

2

Menyadari pentingnya meningkatkan kemandirian belajar siswa, maka

diperlukan suatu pengembangan pembelajaran yang lebih banyak melibatkan

siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Pengembangan dengan media

agak sulit untuk dicari karena media yang dibutuhkan harus materi dan lain-

lain. Sedangkan metode, memang wajib dan banyak yang bisa dikembangkan.

Namun semua metode tidak dapat dikembangkan untuk menumbuhkan FD.

Untuk menumbuhkan FD diperlukan suatu metode yang dapat mengundang

respon siswa dan menempatkan siswa kedalam peran-peran yang aktif secara

kognitif didalam kelas; dalam pembelajaran setiap anggota kelompok harus

aktif berpartisipasi sehingga dapat mengurangi kecendrungan β€œpenumpang

gratisan”; serta strategi tersebut mudah direncanakan dan diterapkan (Nuriah,

2017). Ciri-ciri tersebut secara umum terdapat pada Think Pair Share (TPS).

Model pembelajaran TPS dapat melibatkan siswa secara aktif dalam

proses belajar mengajar sehingga tidak ada istilah siswa yang hanya

menumpang nama saja dalam kelompoknya (Pasani & Pramita, 2014).

Menurut Safitri & Ningrum (2016) pembelejaran kooperatif tipe TPS terdiri

dari tiga tahap yaitu: 1) think (berpikir); 2) pair (berpasangan); dan 3) share

(berbagi). Langkah-langkah model kooperatif tipe TPS menurut Suherman,

Erman dalam Najib Bahri & Ahmad (2017) adalah sebagai berikut: guru

menyajikan materi secara klasikal; berikan persoalan (think);

tugaskan siswa secara berpasangan. untuk membahasnya (pair); Presentasikan

hasil kelompok (share).

Model TPS ini bisa dikembangkan dimana saja. Namun ada beberapa

persoalan untuk sekolah-sekolah yang jauh dari perkotaan yang berkaitan

dengan perangkat pembelajaran. Berdasarkan wawancara pada seorang guru di

SMP Swasta St. Simon Petrus di Kabupaten Flores Timur pada tanggal 01 Mei

2018, bahwa banyak siswa di sekolah tersebut masih membutuhkan banyak

bimbingan dari orang lain yang dianggap mampu. Siswa juga belum berani

dalam menyampaikan ide, bertanya, dan menjawab pertanyaan yang diberikan

guru, serta menunjukan sikap yang kurang bertanggung jawab. Perangkat

pembelajaran RPP yang dipakai pun sudah pernah dibuat sebelum-sebelumnya

dan mereka juga sering mengikuti contoh RPP yang sudah ada, bahkan tidak

Page 14: PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN MODEL

3

pernah mengembangkan sendiri. Didalam perangkat perngkat pembelajaran

termuat juga lembar kerja siswa atau biyasa disingkat dengan LKS. LKS yang

dibuat oleh guru pada sekolah tersebut hanya tercantum soal-soal saja.

Sejalan dengan pendapat Abdullah (2014) dalam hasil penelitian

menunjukan bahwa RPP masih sangat sulit dibuat oleh guru dan LKS hanya

tercantum soal-soal saja. Hal ini tidak sesuai dengan kondisi siswa, dan

sekolah. Pada hal rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan panduan

yang disusun untuk setiap kompetensi dasar yang dapat dilaksanakan dalam

satu kali pertemuan atau lebih. Kegiatan pembelajaran dikembangkan dari

tujuan pembelajaran yang mengacu pada indikator pencapaian kompetensi

(Yenti, Afriyani, & Herawati, 2012). Begitu pentingnya penyusunan RPP,

sehingga pemahaman terhadap perangkat pembelajaran sangat diperlukan oleh

guru dari pendidikan tingkat dasar sampai tingkat menengah. Sedangkan LKS

merupakan suatu perangkat pembelajaran yang mendukung proses kegiatan

belajar mengajar di dunia pendidikan. LKS yang dibuat secara menarik dan

sistematis dapat membantu siswa untuk belajar lebih aktif secara mandiri

maupun berkelompok, (Barlenti, Hasan, & Mahidin, 2017).

Sesuai penjelesan tersebut maka penelitian ini mengenai

β€œPengembangan Perangkat Pembelajaran dengan Model Think Pair Share

untuk Menumbuhkan Kemandirian Belajar Siswa Bergaya Kognitif Field

Dependence”. Terkait dengan judul tersebut dan supaya lebih fokus maka

perlu dirumuskan masalahnya adalah bagaimana proses dan hasil

pengembangan perangkat pembelajaran dengan model TPS untuk kemandirian

belajar siswa bergaya belajar field dependence?. Sehingga tujuan penelitian ini

adalah untuk menghasilkan suatu produk dan menguji kelayakan produk yang

dihasilkan. Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu sebagai berikut: a) secara

teoritis; hasil penelitian dapat menjadi referensi atau masukan bagi

perkembangan dunia pendidikan dan menambah kajian ilmu pendidikan

khususnya ilmu pendidikan matematika; dan b) secara praktis; dengan adanya

penelitian ini, diharapkan dapat menambah wawasan guru dan peneliti dalam

melihat gaya belajar siswa.

Page 15: PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN MODEL

4

2. KAJIAN TEORI

2.1 Pembelajaran Matematika di Tingkat SMP

Salah satu tujuan pembelajaran matematika adalah siswa memiliki

sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupannya. Sikap yang

dimemiliki, yaitu rasa ingin tahu, perhatian, minat, tanggung jawab, kerja

sama dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam

pemecahan masalah (Wardhani, 2010). Hal ini berarti menekankan kepada

siswa untuk belajar mandiri dan harus percaya diri dalam pembelajaran.

Dalam kegiatan pembelajaran terdapat beberapa komponen yang saling

mempengaruhi satu sama lain dalam upaya pencapaian tujuan pembelajaran,

baik itu dari guru sebagai pengajar dan pendidik maupun siswa sebagai

peserta didik.

Selain penggunaan metode atau strategi yang tepat, guru juga

hendaknya memperhatikan beberapa aspek pendukung, salah satunya adalah

gaya belajar yang dominan dimiliki siswa. Karena setiap siswa mempunyai

gaya atau cara belajar yang berbeda-beda dalam menyerap informasi yang

diberikan oleh guru (Patmawati1, Rahman, & Asdar, 2015). Gaya belajar

yang dimiliki setiap siswa dikenal dengan gaya kognitif.

2.2 Field Dependence

Gaya kognitif adalah pendekatan individual untuk mengatur dan

mewakili informasi, dan bagaimana siswa mencari solusi untuk suatu

masalah (Azari, Radmehr, & Mohajer, 2013). Gaya kognitif juga sebagai

proses kontrol yang dihasilkan sendiri oleh pribadi siswa dan bersifat

sementara dalam aktivitas sadar, serta digunakan pembelajar untuk

mengatur, menerima dan mengirimkan informasi (Bassey, Umoren, &

Udida, 2009). Blackman & Goldstein (1982) mengatakan bahwa gaya

kognitif paling baik dipahami sebagai konstruk yang dikembangkan untuk

menjelaskan hubungan antara rangsangan dan respons.

Perbedaan gaya kognitif seseorang akan mempengaruhi bagaimana

responnya dalam menghadapi suatu tugas atau menyelesaikan masalah yang

diberikan. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan individu dalam menerima,

menyusun dan mengolah informasi yang akan mempengaruhi pikirannya

Page 16: PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN MODEL

5

dalam menghadapi suatu permasalahan serta akan berpengaruh pada proses

berpikirnya (Yahya, 2015). Perbedaaan gaya kognitif ini dapat dinyatakan

dalam FD dan FI.

Siswa yang diidentifikasi sebagai gaya kognitif FI/FD memiliki

kecenderungan yang berbeda tentang pembelajaran, pemecahan masalah,

pemahaman, mengasimilasi pengetahuan dan ingatan (Karacam & Baran,

2015). Individu FD memiliki persepsi global sehingga lebih dipengaruhi

oleh lingkungan. Sedangkan individu FI pandai dalam pemikiran analitis

sehingga mampu membedakan objek-objek di sekitarnya (Danili & Reid,

2006; Yahya, 2015). FD adalah gaya belajar siswa yang mau belajar apabila

ada pengaruh atau perintah dari orang lain (orangtua/guru) sehingga siswa

sulit melepaskan diri dari bantuan orang lain (Susanto, 2008; Wang, 2007).

Dalam proses pembelajaran, siswa yang memiliki karakteristik gaya kognitif

FD akan cenderung fokus pada gambaran umum; dan hanya mengikuti

informasi yang sudah ada (Nugraha & Awalliyah, 2016).

Dalam menyelesaikan soal, individu FD akan bekerja lebih baik jika

diberikan bimbingan lebih banyak. Hal ini berbeda dengan peserta didik

yang memiliki gaya kognitif FI (Onwumere & Reid, 2014). Pada penelitian

ini akan terfokus pada menumbuhkan indikator FD yang gaya belajarnya

mau belajar apabila ada pengaruh dari orang lain dan sulit melepaskan diri

dari bantuan orang lain sebelum berusaha sendiri. Untuk memperbaki hasil

belajar FD, maka terlebih dahulu guru harus menumbuhkan kemandirian

belajar siswa. Sejalan dengan pendapat Yanti & Surya (2017) bahwa siswa

yang memiliki kemandirian belajar yang tinggi akan berusaha

menyelesaikan segala latihan atau tugas yang diberikan oleh guru dengan

kemampuan yang dimilikinya sendiri. Sehingga secara tidak langsung akan

mempengaruhi kualitas pembelajaran. Farrajallah (2017) dan Soewarno

(2016) mengemukakan bahwa untuk menumbuhkan FD agar siswa secara

perlahan-lahan bisa belajar mandiri, adalah: guru harus membangkitkan

motivasi intrinsik siswa; selalu memberikan pekerjaan rumah disetiap akhir

pelajaran; mengupayakan performance dan tindakan yang dapat membantu

membangkitkan minat belajar siswa pada pelajaran; mengushakan setiap

Page 17: PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN MODEL

6

siswa harus puas dalam pembelajaran; pembelajaran aktif bergantung pada

kerja kelompok namun saat memaparkan hasil harus secara individu agar

membuat siswa menjadi efektif.

Indikator kemandirian dalam belajar pada penelitian ini mengikuti

pendapat Syafrina & Tursinawati (2017) yaitu: 1) percaya diri, adalah siswa

meyakini pada kemampuan penilaian diri sendiri dalam melakukan tugas

dan berani dalam berpendapat; 2) mampu bekerja sendiri, adalah siswa

berusaha secara mandiri dalam menyelesaiakan soal; dan 3) tanggung jawab,

adalah segala sesuatu yang harus dijalankan atau dilakukan oleh siswa dalam

melaksanakan sesuatu tugas yang diberikan.

Oleh sebab itu, untuk menumbuhkan gaya belajar FD diperlukan satu

model pembelajaran yang membawah siswa ke arah mandiri yaitu model

TPS.

2.3 Think Pair Share

Model pembelajaran TPS merupakan model pembelajaran yang

mendorong siswa untuk bekerja secara kooperatif dalam kelompok dan

pembelajarannya meliputi berpikir, berpasangan, dan berbagi (Razak, 2016).

Model Pembelajaran Kooperatif TPS ada 3 tahap, yaitu berpikir (think),

berpasangan (pair), dan berbagi (share). Tahap pertama adalah berpikir

(think), tahap ini guru menyajikan materi secara klasikal, setelah itu guru

mengajukan pertanyaan atau masalah yang terkait dengan pelajaran yang

dipelajari, dan meminta siswa menggunakan beberapa menit untuk berpikir

sendiri; Tahap kedua adalah berpasangan (pair), di mana guru meminta

siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka

dapatkan; Tahap ketiga adalah berbagi (share), pada tahap ini guru meminta

pasangan siswa untuk berbagi pekerjaan mereka dengan seluruh kelas dan

siswa lain memberikan umpan balik dari hasil yang dipaparkan teman

mereka (Raba, 2017; Rosadi, Triyanto, & Aryuna, 2017; Umam, Asiah,

Wibowo, & Rohim, 2017).

Nasution & Surya (2017) mengatakan bahwa TPS merupakan salah

satu strategi yang mengharuskan siswa melakukan interaksi dengan teman

kelompok mereka dengan berbagi ide-ide individu. Sedangkan Aswardi

Page 18: PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN MODEL

7

(2012) mengemukakan bahwa TPS dapat mengatasi sifat siswa yang malas

berfikir, dan tidak mau bekerja sama yang baik untuk memecahkan suatu

permasalahan dari materi yang dipelajari. Pembelajaran kooperatif TPS,

siswa diberi masalah kemudian siswa berfikir secara individu, lalu

berinteraksi dengan pasangannya dan berdiskusi untuk berbagi informasi.

Strategi ini dilakukan untuk mengefektifkan pembagian informasi (Safitri &

Ningrum, 2016).

Strategi TPS adalah strategi yang dapat membiasakan siswa untuk

berlatih berbicara dengan pemikiran mereka sendiri. Hal ini membuat siswa

aktif dalam diskusi kelas (Marhaeni, Putra, & Jaya, 2013). Usman (2015)

juga mengatakan bahwa strategi TPS dirancang untuk siswa memikirkan

topik tertentu dengan memungkinkan siswa untuk merumuskan ide-ide

individu dan berbagi ide-ide ini dengan siswa lain. Pembelajaran TPS ini

memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih banyak berpikir secara

sendiri, berdiskusi, saling membantu dalam kelompok, dan diberi

kesempatan untuk berbagi dengan siswa yang lain (Yulianingsih, Gofur, &

Amin, 2017).

2.4 Perangkat Pembelajaran

Perangkat pembelajaran sangat penting dalam proses pembelajaran

karena seorang guru perlu menyiapkannya sebelum mengajar sehingga dapat

membantunya dan sekaligus membantu siswadalm pembelajaran (Prasetyo,

2013). Perangkat merupkan perlengkapan atau alat, sedangkan pembelajaran

merupakan cara atau proses menjadikan orang belajar (KBBI). Kegiatan

penyusunan perangat belajar merupakan bagian dari perencanaan

pembelajaran yang dirancang dalam bentuk silabus dan RPP. Selain itu,

dalam perencanaan pembelajaran juga dilakukan penyiapan media dan

sumber belajar, perangkat penilaian, dan skenario pembelajaran

(Kemendikbud, 2013).

RPP disusun untuk merancang pengalaman belajar siswa mencapai

tujuan pembelajaran. RPP yang baik harus memuat komponen-komponen

berikut: a) aktivitas belajar mengajar; b) langkah-langkah pembelajaran; dan

c) langkah pembelajaran disusun secara rinci, sehingga mudah dipahami dan

Page 19: PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN MODEL

8

tidak menimbulkan penafsiran ganda (Daryanto & Dwicahyono, 2014).

Komponen-komponen penting dalam menyususn RPP sesuai kurikulum

terbaru, meliputi: 1) identitas sekolah (nama sekolah, mata pelajaran, dan

kelas/semester); 2) alokasi waktu; 3) kompetensi Inti (KI), Standar

Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), indikator pencapaian

kompetensi,; 4) deskripsi materi pembelajaran; 5) model dan metode

pembelajaran; 7). langkah-langkah pembelajaran; dan 8) penilaian

(Direktorat Pembinaan SMA, 2017).

Prinsip-prinsip menyusun RPP hendaknya memperhatiakan hal-hal

berikut: a) perbedaan individual siswa; b) partisipasi aktif siswa; c) berpusat

pada siswa; d) pengembangan budaya membaca dan menulis; e) pemberian

umpan balik dan tindak lanjut RPP; f) penekanan pada keterkaitan dan

keterpaduan antara KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran,

indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu

keutuhan pengalaman belajar; g) mengakomodasi pembelajaran tematik-

terpadu, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan

keragaman budaya; h) penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara

terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi

(Kemendikbud, 2013).

LKS juga sangat penting dalam proses pembelajaran. LKS adalah

lembaran yang termuat meteri ringkas, kegiatan dan tugas yang harus

diselesaikan siswa (Rahmawati & Listiadi, 2016). LKS merupakan stimulus

guru dalam pembelajaran yang disajikan secara tertulis sehingga dalam

penyusunannya perlu memperhatikan kriteria media grafis untuk menarik

perhatian siswa (Fannie & Rohati, 2014). LKS digunakan agar menuntun

siswa belajar mandiri dan dapat menarik kesimpulan pokok bahasan yang

dibelajarkan. Penyajian bahan atau materi pelajaran umumnya dapat

mendorong siswa mengembangkan kreatifitas dalam belajar (Partasiwi,

Hasyim, & Sutiarso, 2016). LKS bisa mengaktifkan siswa dalam belajar,

oleh karena itu untuk memperbaiki minat siswa maka cara membuat LKS

lebih harus lebih sistematis, berwarna serta bergambar untuk menarik

Page 20: PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN MODEL

9

perhatian dalam mempelajari LKS tersebut (Anggraini, Wahyuni, &

Lesmono, 2015).

LKS yang berkualitas harus memenuhi syarat didaktik, konstruksi, dan

teknis. Syarat didaktik memperhatikan adanya perbedaan individual,

keragaman stimulus, pengalaman belajar siswa, tekanan pada proses,

mengembangkan kemampuan komunikasi sosial, emosional, moral, dan

estetika. Syarat konstruksi berkaitan dengan penggunaan bahasa, susunan

kalimat, kosa-kata, tingkat kesukaran, dan kejelasan yang dapat dimengerti

oleh pengguna yaitu siswa. Sedangkan syarat teknis berkaitan dengan tulisan

(Salirawati, 2004).

Selanjutnya, untuk memahami peranan penting dalam menyusun

perangkat pembelajaran dengan model TPS maka berikut komponen dan

sistematikanya. Untuk RPP, adalah bagian kegiatan pembelajaran. hal yang

akan dituliskan adalah a) guru menyajikan materi secara klasikal; b) guru

memberikan persoalan kepada siswa dan diberikan waktu yang cukup agar

siswa berpikir (Think); c) guru menugaskan siswa secara berpasangan untuk

mendiskusikan hasil pekerjaan (Pair) dan memberi motivasi intrinsik kepada

diri siswa serta mengupayakan performance maupun tindakan agar dapat

meningkatkan minat siswa dalam berdiskusi; d) presentasikan hasil

kelompok (Share) diamana dipanggil secara acak dan membuat siswa tetap

puas dengan hasil pekerjaan dan puas dengan pembelajaran; e) guru

memberi kuis individual buat skor perkembangan tiap siswa; dan f) guru

selalu memberikan tugas rumah agar siswa selalu belajar. Sedangkan untuk

LKS yang dikembangkan adalah membuat cover dan isi LKS lebih menarik,

memberi motivasi dengan menulis kata-kata motivasi, dan memberi

informasi membaca kepada siswa terkait materi yang dipelajari, serta

petunjuk yang jelas agar membantu siswa dalam memahami materi.

Produk perangkat pembelajaran yang dikembangkan, perlu diberi

penilaian untuk melihat kualitasnya. Perangkat pembelajaran yang

dikembangkan dikatakan berkualitas jika memenuhi kevalidan, kepraktisan,

dan keefektifan (Fatmawati, 2016). Kevalidan adalah keterkaitan yang

konsisten dari setiap komponen perangkat pembelajaran yang dikembangkan

Page 21: PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN MODEL

10

dengan karakteristik model pembelajaran yang diterapkan. Validitas

perangkat pembelajaran dikatakan valid apabila perangkat pembelajaran

dinyatakan layak digunakan dengan revisi atau tanpa revisi oleh validator

(Zahro, Serevina, & Made Astra, 2017). Untuk mengukur kevalidan

mengunakan instrumen lembar kevalidan RPP dan LKS. Aspek penilaian

kevalidan RPP yang dikembangkan mencakup identitas, perumusan tujuan

pembelajaran, pemilihan materi ajar, pemilihan pendekatan dan metode

pembelajaran, kegiatan pembelajaran, pemilihan sumber belajar, dan

penilaian hasil belajar. Sedangkan aspek penilaian kevalidan LKS yang

dikembangkan mencakup kesesuain materi; syarat didaktik, dan syarat

konstruksi (Linnusky & Wijaya, 2017). Sedangkat aspek penilaian validasi

instrument yang digunakan pada penelitian ini adalah aspek isi, bahasa, dan

manfaat.

Kepraktisan sebuah produk yang dikembangkan dapat dilihat dari

tingkat kemudahan dan keterbantuan. Produk yang dikembangkan dikatakan

mudah jika perangkat tersebut mudah dipahami dan dilaksanakan (Suwanto,

2015). Kemudahan tersebut diperoleh dari hasil respon baik dari siswa dan

observer dikelas (Aminah, 2016; Ramadhani & Utama, 2016). Aspek-aspek

yang diberikan keepada siswa untuk direspon adalah kemudahan materi

yang disusun dan pengaplikasian perangkat yang dikembangkan, sedangkan

aspek yang diamati observer yakni aspek kegiatan pendahuluan, inti, dan

penutup pada RPP (Roliza & Ramadhona, 2018).

Keefektifan perangkat pembelajaran dapat dilihat dari tujuan penelitian

dan pengembangan perangkat pembelajaran. Indikator yang menyatakan

perangkat pembelajaran efektif dapat dilihat dari prilaku belajar siswa

(Suwanto, 2015). Pencapaian siswa dapat digunakan untuk mengukur

tingkat keefektifan perangkat pembelajaran. Keefektifan perangkat

pembelajaran dalam penelitian ini adalah hasil observer dari peneliti secara

langsung pada diri siswa (Syahbana, 2012). RPP dikatakan efektif apabila

hasil observasi pada siswa mendapatkan hasil yang baik.

Page 22: PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN MODEL

11

3. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini termsuk dalam kategori penelitian dan

pengembangan (Research and Development). Produk yang dihasilkan dalam

penelitian ini adalah perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS.

Pengembangan ini mengadaptasi pada pengembangan dari model ADDIE

(Mulyatiningsih, 2011). Model pengembangan ADDIE terdiri dari lima tahap

yaitu Analysis (analisis), Design (perancangan), Development

(pengembangan), Implementation (implementasi) dan Evaluation (evaluasi).

3.1 TahapAnalysis

Tahap ini sangat diperlukan untuk mengetahui berbagai kebutuhan

untuk menghasilkan sebuah produk. Tahap analisismemuat analisis

kebutuhan, analisis kurikulum, dan analisis karakteristik. Analisis

kebutuhan dilakukan untuk mengetahui masalah-masalah ketersedian

perangkat pembelajaran pada sekolah tersebut. Sehingga dibutuhkan

pengembangan perangkat pembelajaran. Analisis kurikulum dilaksanakan

agar mengetahui sumber belajar dan penerapan kurikulum yang gunakan

pada sekolah terkait. Sedangkan analisis karakteristik bertujuan

mengidentifikasi gaya belajar siswa yakni menganalisis karakter terkait

sikap terhadap pembelajaran matematika. Hasil wawancara pada guru

pelajaran bahwa karakter siswa selama proses pembelajaran matematika

masih terlihat pasif. Siswa belum percaya diri dalam menyampaikan

idenya dan belum bisa bertanggung jawab atas tugas yang diberikan.

3.2 Tahap Design

Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi penyusunan

rancangan RPP dengan model pembelajaran TPS, penyusunan rancangan

LKS, dan penyusunan inatrumen penilaian. Tahap penyusunan perangkat

pembelajaran RPP meliputi komponen: 1) Identitas RPP; 2)Menentukan

kompetensi inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD); 3) Menguraikan

indikator pembelajaran dan tujuan; 4) Menyiapkan bahan dan sumber

belajar; 5) merancang pembelajaran agar sesuai dengan kurikulum terbaru

dan model TPS; dan 6) Penilaian. Penyusunan LKS meliputi komponen

sampul, KD dan indikator, informasi pendukung, petunjuk penggunaan,

kegiatan siswa, dan kesimpulan.

Page 23: PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN MODEL

12

Selain itu, perlu disusun juga rancangan instrumen yang digunakan

untuk mengukur kinerja produk yang telah dikembangkan. Untuk

mengukur kinerja produk antara lain, lembar penilaian kevalidan,

kepraktisan, keefektifan perangkat pembelajaran.

3.3 Tahap Development

Development memuat penulisan perangkat pembelajaran sesuai

dengan kerangka perancangan. Penulisan perangkat yang dikembangkan

memperhatikan syarat dan prinsip agar hasil yang diperolah berkualitas.

Untuk memperoleh hasil yang berkualitas maka perangkat yang

dikembangkan diperiksa untuk mendapat revisi atau masukan perbaikan.

Hasil revisi akan di tindaklanjuti peneliti dan hasilnya akan diberi

penilaian atau divalidasi oleh ahli pendidik yakni dosen dan guru.

3.4 Tahap Implementation

Pada bagian ini peneliti mengujicobakan produk RPP dan LKS

dikelas. Uji coba penelitian dilaksanakan di kelas VII SMP St. Simon

Petrus. Uji coba dilaksanakan pada kelas A dan kelas B.

3.5 Tahap Evaluation

Pada tahap ini akan melihat kepraktiasan dan keefektifan produk

RPP dan LKS yang dikembangkan. Selain itu melakukan revisi tahap II

berdasarkan saran atau masukan dari guru dan siswa. Berikut ini tabel

desain pengembangan ADDIE.

Tabel 1. Desain Pengembangan ADDIE

TAHAPAN KEGIATAN

Tahap Analisis

(Analysis)

- Menganalisis kebutuhan

- Menganalisis karakter siswa

- Analisis kurikulum.

Tahap Perancangan

(Design)

- Penyusunan rancangan RPP

- Penyusunan rancangan LKS

- Penyusunan intrumen penelitian

Tahap Pengembangan

(Development)

- Perangkat pembelajaran dikonsultasikan kepada

dosen pembimbing

- Perangkat pembelajaran dan instrumn divalidasi oleh

validator

- Revisi sampai perangkat pembelajaran dinyatakan

valid

Tahap Implementasi

(Implementation)

- Uji coba di kelas

Tahap Evaluasi

(Evaluation)

- Analisis kepraktisan dan keefektifan

(Mulyatiningsih, 2011)

Page 24: PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN MODEL

13

Penelitian ini dilaksanakan di siswa kelas VII SMP Swasta St. Simon

Petrus semester genap tahun pelajaran 2018/2019. Penelitian ini

dilaksanakan selama enam kali pertemuan dengan rincian masing-masing

tiga kali pertemuan dikelas A dan B. Jumlah siswa pada kelas ini sebanyak

24 siswa kelas A dan 23 sisa kelas B. Namun yang akan dilihat hanya

siswa bergaya belajar FD.

Instrumen yang digunakan adalah: a) pelaksanaan pembelajaran,

yakni berupa RPP dan LKS; dan b) pengumpulan data, yakni berupa

lembar validasi, angket respon, lembar observasi (observasi

keterlakasanaan dan keefektifan), soal tes Group Embedded Figures Test

(GEFT). Instrumen pengumpulan data digunakan untuk mengetahui

kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan. Berikut ini tabel rinciannya:

Tabel 2. Aspek, Instrumen, dan Data yang diamati

Aspek Instrumen Data yang diamati Responden

Kevalidan Lembar validasi RPP, LKS, Lembar observasi,

dan lembar angket respon

Validator

Kepraktisan - Lembar

observasi

- Angket respon

- Keterlaksanaan perangkat

pembelajaran

- Respon siswa

Observer

Siswa

Keefektifan Lembar observasi Prilaku kemandirian belajar Peneliti

RPP yang dikembangkan memenuhi komponen aspek yang sudah

ditentukan sesuai aturan kurikulum terbaru, namun aspek penilaian

kevalidan hanya terfokus pada komponen yang terkait dengan TPS.

Berikut tabel penilaian kevalidan.

Tabel 3. Aspek Penilaian RPP

No Aspek Banyak Butir

1 Rumusan Tujuan/Indikator 2

2 Pemilihan Materi 3

3 Kegiatan Pembelajarn 11

4 Penilaian Hasil Belajar 3

5 Kebahasaan 2

Produk LKS perlu diberi validasi dan aspek yang akan dinilai dapat dilihat

pada tabel sebagai berikut.

Tabel 4. Aspek Penilaian LKS

No Aspek Banyak Butir

1 Kesesuaian materi 9

2 Syarat Didaktik 6

3 Syarat Konstruksi 5

Page 25: PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN MODEL

14

Kepraktisan diperoleh dari observasi keterlaksanaan dan angket respon

siswa.aspek yang diamati untuk penilaian setiap lember penilaian berbeda-

beda. Aspek yang diamati dalam observasi keterlaksanaan dapat dilihat

pada tabel 5, dan angket respon siswa pada tabel 6 berikut ini.

Tabel 5. Aspek Penilaian Observasi Keterlaksanaan

No Aspek yang Diamati

1 Siswa diberi masalah matematika melalui LKS

2 Siswa berpikir sambil mencari informasi (Think)

3 Siswa secara perpasangan untuk berdisikusiPair)

4 Siswa dipantau dan dibimbing guru dalam berdisukusi.

5 Motovasi intrinsic memitivasi siswa dalam menyampaiakan idenya

6 Guru selalu senyum, sapa, dan santun pada semua siswa.

7 Guru adil dalam membimbing dan memberikan penilaian kepada siswa.

8 Guru selalu menghargai kekurangan yang dimiliki siswa

9 Siswa bergaya FD berani mempersaentasikan hasil diskusi (Share).

10 Siswa berani menyampaikan hasil pekerejaannya.

11 Siswa selalu memberikan tanggapan kepada hasil pekerjaan temannya

12 Guru mengklarifikasi jawaban hasil diskusi siswa.

13 Siswa mengerjakan soal yang diberikan untuk mengecek penguasaan siswa

14 Siswa menyimpulkan pembelajaran yang sudah dipelajari

15 Guru memberikan penghargaan kepada siswa

16 Guru memberikan tugas rumah

17 Guru menutup pelajaran dengan salam

Tabel 6. Aspek Penilaian Angket Respon Siswa

No Aspek Banyak Butir

1 Kemudahan 5

2 Keterbantuan 10

Penilaian keefektifan diperoleh dari observasi karena melihat prilaku

kemandirian belajar siswa. Berikut ini indikator dan aspek yang diamati:

Tabel 7. Aspek Penilaian Keefektifan

Indikator Aspek

Percaya diri a. Siswa berani presentasi di depan kelas

b. Siswa berani bertanya, berpendapat, atau menjawabpertanyaan.

Mampu bekerja sendiri

a. Berusaha mandiri dalam menyelesaikan soal yang diberikan

sebelum meminta bantuan.

Bertanggung

Jawab

a. Keikutsertaan siswa dalam menyelesaikan tugas kelompok

b. Siswa mampu menyelesaikan dan mempertanggung jawabkan

tugas rumah (PR) yang diberikan

Semua lembar penilaian menggunakan skala likert 1-4. Alternative

penilaian kevalidan perangkatdan lembar observasi, yaitu: a) skor 1,

Page 26: PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN MODEL

15

apabila validator/observer memberikan penilaian sangat kurang baik; b)

skor 2, apabila validator/observer memberikan penilaian kurang baik; c)

skor 3, apabila validator/observer memberikan penilaian baik; dan d) skor

4, apabila validator/observer memberikan penilaian sangat baik.

Alternative jawaban angket respon adalah: a) skor 1, apabila siswa

memberikan penilaian sangat tidak setuju; b) skor 2, apabila siswa

memberikan penilaian tidak setuju; c) skor 3, apabila siswa memberikan

penilaian setuju; dan d) skor 4, apabila siswa memberikan penilaian sangat

setuju.

Data yang diperoleh dari hasil penilaian akan dianalisis. Analisis

kevalidan adalah data hasil penilaian perangkat pembelajaran dan

instrumen oleh para validator. Data analisis kepraktisan adalah data hasil

observasi keterlaksanaan perangkat pembelajaran dan angket respon siswa.

Data keefektifan diperoleh dari hasil observasi pada siswa yang bergaya

belajar FD. Hasil penilaian tersebut dianalisis dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

a. Tabulasi data skor hasil penilaian perangkat pembelajaran dengan

mengelompokan butir pernyataan sesuai dengan aspek yang diamati.

Pensekoran terhadapat hasil penilian menggunakan skala likert 1-4,

dengan kriteria skor sangat kurang, kurang, baik, dan sangat baik.

Untuk menghitung rata-rata perolehan skor menggunakan rumus:

βˆ‘

Keterangan:

= rata-rata perolehan skor tiap aspek

βˆ‘ = jumlah perolehan skor tiap aspek

b. Rata-rata perolehan skor dikonfersikan menjadi nilai kualitatif sesuai

kriteria penilaian skala 5 menurut Eko Putro Widoyoko.

Tabel 8. Pedoman Klasifikasi Penilaian

Interval Skor Kriteria

Sangat Baik

6 Baik

6 6 Cukup

6 Kurang

Sangat Kurang

Page 27: PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN MODEL

16

Keterangan:

= rata-rata ideal =

= simpangan baku =

6

Tabel 8. merupakan pedoman untuk mengetahui kevalidan, kepraktisan,

dan kefektifan perangkat pembelajaran dan instrument yang telah disusun.

Produk yang dikembangkan dikatakan valid, praktis, dan ektif jika

minimal kualifikasi rata-rata yang diperoleh adalah β€œbaik”.

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitianakan dibahas mengenai hasil yang diperolah dari selama

proses penelitian. Sedangkan bagian pembahasan, dikaitkan dengan penelitian

terdahulu. Berikut hasil dan pembahasan dari penelitian:

4.1 Hasil Penelitian

Pengembangan RPP menggunakan model ADDIE. Hasil

penelitiannya adalah sebagai berikut:

4.1.1 Tahap Analysis

Tahap analysis akan menganalisis analisis kebutuahan,

karakteristik, dan kurikulum. Hasil analisis kebutuhan adalah guru

masih kesulitan dalam mengembangkan perangkat pembelajaran.

Selain itu LKS yang digunakan berisi latihan soal saja. Setelah analisis

kebutuhan, akan analisis karakteristik siswa. Hasilnya siswa cuma

mendengar kemudian mencatat saat pembelajaran. Hanya sebagian

siswa yang terlihat aktif membangun pengetahuannya. Hasil analisis

kurikulum adalah pada sekolah tersebut masih menerapkan kurikulum

2013 yang belum direvisi. Hal dilihat dari buku pegangan guru dan

buku pegangan dari beberapa siswa. Dari hasil analisis dapat

disimpulkan kemandirian belajar siswa harus tumbuhkan. Sehingga

solusinya adalah pengembangan perangkat pembelajaran dengan

model TPS.

4.1.2 Tahap Design

Tahap design memuat rancangan penyusuan RPP dan LKS.

Komponen penyusunan RPP akan sesuai dengan Kurikulum K-13.

Page 28: PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN MODEL

17

Namun yang menjadi pembeda adalah menggabungkan model TPS

dengan model pembelajaran yang sering digunakan dalam K-13, yakni

discovery learning; selalu memberi motivasi selama pembelajaran

untuk membangkitkan siswa bergaya field dependence. Sedangkan

penyusunan LKS yang menjadi pembeda akan mengikuti beberapa

komoponen berikut: a) sampul diesain bagus dengan memasukan

gambar dalam kehidupan sehari-hari yang sesuai dengan materi

pembelajaran; b) selalu memuat informasi pendukung; c) petunjuk

penggunaan LKS; d). Kegiatan siswa; dan e) kesimpulan, siswa

menuliskan kesimpulan yang diperoleh berdasarkan jawaban atas

pertanyaan yang telah disediakan sebelumnya.

Setelah mendesain produk, maka tahap selanjudnya adalah

pengembangan.

4.1.3 Tahap Development

Pada tahap development, peneliti menyusun peragkat RPP dan

LKS. Penyusunannya akan mengikuti komponen yang dipaparkan di

tahap design. Berikut ini bagian yang akan dikembangkan: Langkah

pembelajaran dimodifikasi sesuai dengan model TPS dan dimasukan

juga cara menumbuhkan siswa bergaya FD. Pada bagian think, siswa

diberi kesempatan berpikir menjawab permasalahan yang diberikan

secara mandiri dengan menggunakan sumber belajar yang mereka

miliki. Selanjutnya, untuk bagian pair, guru memberikan siswa untuk

berdiskusi secara berpasangan. Guru sambil memberikan motivasi

intrinsik dan tindakan yang membangun semangat siswa. Sedangkan

pada bagian share, siswa FD akan memaparkan hasil diskusi kelompok

mereka kepada teman yang lainnya. Jika masih ada siswa yang belum

berani dalam mengemukakan ide maka guru membimbing dan

mengarahkan. Siswa lain juga diberi kesempatan untuk menanggapi

apa yang temannya sampaikan.

LKS dikembangkan sesuai dengan yang sudah termuat ditahap

perancangan. Perbedaan LKS yang dikembangkan adalah, LKS ini

termuat gambar nyata sesuai materi yang tercantum di cover dan

Page 29: PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN MODEL

18

bagian inti, pada bagian inti diberi motivasi dengan menulis kata-kata

motivasi, dan ada informasi pendukung.

Setelah perangkat pembelajaran dikembangkan, maka perlu divalidasi

oleh para ahli untuk melihat, apakah produk pembelajaran yang

dikembangkan sudah valid atau belum. Proses validasi yaitu dengan

menyerahkan produk kepada validator. Hasil validasi dapat diuraikan

sebagai berikut.

Tabel 9. Hasil Vaildasi Perangkat Pembelajaan dan Instrumen

Skor Rata-rata Validasi

RPP LKS Lembar Aangket Respon Lembar Observasi

3,37 3,49 3,08 - 3,19 untuk keterlaksanaan

- 3,11 untuk keefektifan

Validator juga memberikan saran yang ditindak lanjuti oleh

peneliti. Saran untuk RPP yakni a) motivasi pada setiap pertemuan

harus berbeda; b) penempatan sintak TPS harus sesuai dengan sintak

RPP revisi terbaru; c) Indikator harus ditambahkan karena minimal

setiap pertemuan dua indikator pencapaian kompetensi; d) masukan

TPS pada tujaun pembelajaran; f) perbaiki tata cara penulisan berupa

kalimat tanya dan symbol-simbol lain; dan g) alternatif penilaian harus

ditulis konsisten dan penilaian sikap harus sesuai kemandirian siswa.

Saran untuk LKS adalah: a) cover dan isi LKS harus didesain lebih

menarik; b) harus termuat motivasi berupa kata-kata motivasi; dan c)

harus ada stimulus. Masukan dari validator untuk lembar instrument

adalah skor penilaian harus konsisten; perbaiki kalimat dan bahasa

yang kurang lengkap; serta masukan aspek TPS.

Berdasarkan hasil validasi, disimpulksn bahwa perangkat dan

istrumen layak di gunakan. Namun perangkat perlu diujicobakan.

4.1.4 Tahap Implementation

Pada tahap implementasi akan diujicobakan perangat

pembelajaran. Uji coba pembelajaran dilakukan dua kali, yaitu uji coba

pertama pada kelas A dan kedua pada Kelas B. Setiap kelas akan ada

tiga kali pertemuan pembelajaran dan materi pembelajarannya adalah

Page 30: PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN MODEL

19

segitiga. Sebelum menerapkan perangkat pembelajaran, terdahulunya

diberikan soal GEFT kepada siswa untuk menggolongkan siswa

bergaya FD untuk diteliti. Hasilnya diperoleh 15 siswa FD untuk kelas

A dan 12 siswa kelas A. Namun dalam proses pembelajaran dengan

model TPS, siswa FI akan dipasangkan dengan siswa FD dalam

berdiskusi kelompok.

Sesuai pengamatan secara langsung oleh peneliti dan bantuan

seorang guru bahwa proses pembelajaran berjalan sesuai dengan yang

tertuang dalam RPP. Selama penelitian ditemukan beberapa catatan-

catatan. Pada pertemuan pertama, proses pembelajaran berjalan sesuai

dengan yang termuat dalam perangkat pembelajaran. Namun saat

menyampaikan hasil diskusi dari kelompoknya, beberapa siswa kurang

berani dan masih malu untuk menanggapinya. Ada pasangan yang

memiliki pemikiran yang sama, namun ada juga yang berbeda. Pada

peretemuan kedua dan ketiga, proses pembelajaran berjalan lancar dan

sesuai yang ada dalam RPP. Siswa sudah terlihat aktif, bekerja sama,

dan sangat antusias. Siswa juga tidak malu dalam menyampaikan hasil

pekerjaan didepan kelas maupun dalam menanggapi hasil pekerjaan

temannya. Setaip tugas yang diberikan, siswa selalu mengerjakannya

dan mereka bisa mempertanggung jawabkannya. Hal ini terlihat saat

diminta untuk menulis dan menjelaskannya dipapan tulis.

Tabel 10. Jadwal dan Kegiatan Penelitian

Pelaksanaan Kegiatan

15 Januari 2019 Memberikan soal GEFT siswa kelas A

16 Januari 2019 Pembelajaran mengenal bentuk segitiga dan jenis di kelas A

18 Januari 2019 Pembelajaran memahami keliling dan luas segitiga di kelas A

23 Januari 2019 Pembelajaran memahami garis istimewa segitiga pada kelas A

26 Januari 2019 Memberikan soal GEFT untuk siswakelas B

28 Januari 2019 Pembelajaran mengenal bentuk segitiga dan jenis di kelas B

30 Januari 2019 Pembelajaran memahami keliling dan luas segitiga di kelas B

04 Februari 2019 Pembelajaran memahami garis istimewa segitiga pada kelas B

Perangkat yang diujicobakan, akan diberi penilain berupa lembar

observasi dan angket respon, berikut ini hasil penilaiannya.

Page 31: PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN MODEL

20

4.1.5 Tahap Evaluation

Pada tahap ini peneliti menganalisis kualitas produk yang

dikembangkan yang meliputi aspek kepraktisan, dan keefektifan.

a) Analisis Kepraktisan

Kepraktisan diperoleh dari analisis angket respon siswa dan

observasi keterlaksanaan. Hasil angket respon siswa yang

diperoleh adalah skor rata-rata 3,49 untuk kelas A dan 3,56 untuk

kelas B. Sehingga sesuai pedoman klasifikasi yang telah ditentukan

dapat digolongkan sangat baik.

Observasi dilakukan oleh guru mata pelajaran matematika

pada sekolah tersebut setiap pertemuan. Berdasarkan hasil

observasi selama tiga kali pertemuan diperolah skor rata-rata 3,57

untuk kelas A dan 3,62 untuk kelas B. Berdasarkan pedoman

kualifikasi, perangkat pembelajaran memenuhi kriteria sangat baik.

Dari hasil angket respons dan observasi keterlaksanaan maka

perangkat pembelajaran yang dikembangkan dengan model TPS

memenuhi syarat kepraktisan.

b) Analisis Keefektifan

Observasi dilakukan untuk memperoleh keefektifan produk

yang dikembangkan. Digunakan observasi, karena melihat prilaku,

yakni kemandirian belajar.Observasi dilakukan setiap pertemuan

pembelajaran. Indikator yang akan dilihat adalah percaya diri,

mampu bekerja sendiri dan bertanggung jawab. Hasil yang

diperoleh, yakni skor rata-rata 3,17 untuk kelas A dan skor 3,29

untuk kelas B. Hasil observasi memenuhui kriteria efektif jika

memenuhi kriteria baik. Sehingga berdasarkan pedoman kualifikasi

maka perangakat pembelalajaran yang dikembangkan memenuhi

syarat keefektifan. Namun masih ada siswa yang memiliki

kemandirian belajar yang rendah.

Page 32: PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN MODEL

21

4.2 Pembahasan

Produk perangkat pembelajaran yang dikembangkan untuk

menumbuhkan siswa bergaya field dependence memenuhi kriteria yang

ditentukan oleh Nienke Nieveen, (1999).

Perangkat pembelajaran dan instrument memenuhi kriteria valid

dengan adanya saran dan masukan dari para validator untuk direvisi.

Semua saran yang diberikan ditindaklanjut oleh peneliti untuk

merevisi.Hal ini sejalan dengan pendapat Sugiyono, (2018) yang

menyatakan bahwa produk yang dikerjakan harus divalidasi dan peneliti

harus memperbaiki sesuai masukan agar menghasilkan produk yang lebih

maksimal.

Perangkat pembelajaran yang dikembangkan ini berbasis model TPS.

Penelitian pembelajaran dengan model TPS telah digunakan oleh peneliti

sebelumnya. Hasil penelitiannya adalah model TPS lebih efektif dari

model konvensional serta dapat meningkat hasil belajar dan siswa lebih

aktif dalam beriduskusi, (Rosadi, Triyanto 2017; Zulfah, 2017). Selain

dengan model TPS, perangkat pembelajaran yang dikembangkan ini

termuat motivasi intrinsik dan tindakan guru dalam kegiatan pembelajaran.

Hasil penelitian Adamma, Ekwutosim (2018) & Jumarniati, (2014)

menyatakan motivasi dapat membangkitkan kinerja akademik siswa dan

membangkitkan motivasi intrisnik pada pembelajaran matematika.

Perangkat pembelajaran yang dikembangkan membantu guru untuk

digunakan kedepannya dan membantu siswa dalam memahami materi.

Hasil penelitian Hidayati (2017) adalah perangkaat LKS membantu guru

dan siswa dalam pembelajaran serta menjadi sarana belajar yang

bermanfaat. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan dengan model

TPS membantu siswa terlibat aktif dalam belajar. Sejalan dengan

penelitian Lavasani & Khandan(2011) bahwa model kooperatif memiliki

struktur kompetensi dan memberi kesempatan untuk siswa bekerjasama,

berinteraksi, dan aktif dalam belajar dikelas. Pembelajaran kooperatif juga

membantu siswa memperolehpengetahuan dan wawasan akan belajar

berkolaborasi dan meminta bantuan dari orang lain.

Page 33: PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN MODEL

22

Perangkat pembelajaran yang dikembangkan dengan model TPS dan

cara menumbuhkan FD ini digunakan untuk menumbuhkan gaya belajar

FD agar lebih mandiri. Hasilnya menunjukan bahwa perangkat

pembelajaran yang dikembangkan menumbuhkan siswa FD untuk lebih

mandiri dalam belajar matematika.

5. PENUTUP

Pada bagian ini akan disimpulkan dan akan diberi saran untuk digunakan

untuk dikemudian hari. Perangkat pembelajaran ini dikembangkan dengan

model TPS dan cara menumbuhkan gaya belajar field dependence untuk siswa

kelas VII. Kegiatan pembelajaran yaang termuat dalam pengembangan ini

menggunakan diskusi secara berpasangan agar siswa dapat mengkonstruk

sendiri pemahamannya tentang materi segitiga. Perangkat pembelajaran ini

telah diuji kevalidan dan memenuhi kriteria valid.

Uji coba modul dilakukan untuk menguji kepraktisan dan keefektifan.

Kepraktisan perangkat pembelajaran diperoleh dari hasil angket respon dan

observasi keterlaksanaan perangkat pembelajaran dengan melihat aktifitas

siswa. Sedangkan keefektifan perangkat pembelajaran diperoleh dari observasi

karena yang akan dilihat adalah prilaku siswa. Hasil tersebut telah memenuhi

kriteria praktis dan efektif. Sehingga disimpulkan bahwa perangkat ini sudah

memenuhi semua komponen yang diharapkan.

Berdasarkan kajian produk perangkat pembelajaran matematika yang

dikembangkan dengan model TPS untuk menumbuhkan FD disarankan

beberapa hal sebagai berikut: a) perangkat pembelajaran yang dikembangakan

dengan model TPS untuk menumbuhkan gaya belajar FD dapat digunakan

dikelas VII; dan b) perangkat pembelajaran yang dikembangkan dengan model

TPS ini berpeluang untuk dikembangkan lebih lanjut sebagai proses

pembelajaran.

Page 34: PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN MODEL

23

RUJUKAN

Abdullah. (2014). Peningkatan Kualitas RPP Tematik Melalui Supervisi

Akademik Guru Kelas SMPLB/C Pada Sekolah Binaan Di Kota Surakarta

Tahun Pelajaran 2013/2014. JRR, 23(2), 69–79.

Acharya, B. R. (2017). Factors Affecting Difficulties in Learning Mathematics by

Mathematics Learners, 6(2), 8–15.

https://doi.org/10.11648/j.ijeedu.20170602.11

Adamma, O. N., Ekwutosim, O. P., & Unamba, E. C. (2018). Influence of

Extrinsic and Intrinsic Motivation on Pupils Academic Performance in

Mathematics. Supremum Journal of Mathematics Education, 2(2), 52–59.

Agustina Fatmawati. (2016). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Konsep

Pencemaran Lingkungan Menggunakan Model Pembelajaran Berdasarkan

Masalah Untuk Sma Kelas X. Dosen Prodi PGSD Universitas

Muhammadiyah Palangka Raya, 4(2), 94–103. Retrieved from

[email protected]

Aminah, N. (2016). Kepraktisan Model Assurance, Relevance, Interest,

Assessment, Satisfaction (ARIAS) pada Pembelajaran Matematika. Journal

of Mathematics Education, 2(2), 25–34.

Anggraini, R., Wahyuni, S., & Lesmono, A. D. (2015). Pengembangan Lembar

Kerja Siswa (LKS) Berbasis Keterampilan Proses Di SMAN 4 Jember.

Jurnal Pembelajaran Fisika, 4(4), 350–357.

Aswardi. (2012). Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair

Share dalam Mata Pelajaran Memahami Dasar-Dasar Elektronika bagi Siswa

SMK Dhuafa Padang. Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, 12(2), 18–23.

Azari, S., Radmehr, F., & Mohajer, M. (2013). A Study on the Relationship

Between Students ’ Cognitive Style and Mathematical Word and Procedural

Problem Solving While Controlling for Students ’ Intelligent Quotient and

math anxiety. Journal of Child Development, 1(2), 59–73.

Barlenti, I., Hasan, & Mahidin. (2017). Pengembangan LKS Berbasis Project

Based Learning untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep. Jurnal

Pendidikan Sains Indonesia, 5(1), 81–86.

Bassey, S. W., Umoren, G., & Udida, L. A. (2009). Cognitive Styles , Secondary

School Students ’ Attitude and Academic Performance in Chemistry in Akwa

Ibom State – Nigeria, 1–8.

Blackman, S., & Goldstein, K. M. (1982). Cognitive Styles and Learning

Disabilities. Journal of Learning Disabilities, 15(2), 106–115.

https://doi.org/10.1177/002221948201500211

Danili, E., & Reid, N. (2006). Cognitive Factors That Can Potentially Affect

Pupils’ Test Performance. Chemistry Education Research and Practice, 7(2),

64. https://doi.org/10.1039/b5rp90016f

Daryanto, & Dwicahyono, A. (2014). Pengembangan Perangkat Pembelajaran.

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, K. P. dan K. (2017). Model

Pengembangan RPP.

Fannie, R. D., & Rohati. (2014). Pengembangan Lembar Kerja Siswa Berbasis

POE (Predict, Observe, Explain) pada Materi Program Linear Kelas XII

SMA. Jurnal Sainmatika, 8(1), 96–109.

Farrajallah, A. E. –Kareem. (2017). The Impact of Employing the (Think - Pair -

Page 35: PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN MODEL

24

Share) Strategy to Gain Some Number Sense Skills and Mathematical

Communication Skills Among Fifth Grade Students. Humanities, 31(9),

1647–1683.

Haryati, F. (2015). Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa Melalui

Pembelajaran dengan Pendekatan Metakognitif Berbasis Soft Skill. Suska

Journal of Mathematics Education, 1(1), 9–18.

Hidayati, B. (2017). Analisis Kebutuhan Lembar Kerja Siswa Matematika

Berbasis pada Pendekatan Matematika Realistik Indonesia. Prosiding

Seminar Nasional Etnomatnesia, pp. 658–661.

Istiqomah, N., & Rahaju, E. B. (2014). Proses Berpikir Siswa Sekolah Menengah

Pertama (SMP) dalam Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Berdasarkan

Gaya Kognitif Pada Materi Bangun Ruang Sisi Lengkung. MATHEdunesa

Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika, 3(2), 144–149.

Jumarniati. (2014). Pengaruh Motivasi terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa

Kelas X SMAN Di Kecamatan Biringkanaya. Prosiding Seminar Nasional,

2(1), 328–336.

Karacam, S., & Baran, D. A. (2015). The Effects of Field Dependent/Field

Independent Cognitive Styles and Motivational Styles on Students’

Conceptual Understanding About Direct Current Circuits. Asia-Pacific

Forum on Science Learning and Teaching, 16(2), 1–19.

Kemendikbud. (2013). Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik

Indonesia Nomor 81A Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum.

Lavasani, M. G., & Khandan, F. (2011). The Effect of Cooperative Learning on

Mathematics Anxiety and Help Seeking Behavior. Procedia - Social and

Behavioral Sciences, 15(1), 271–276.

https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2011.03.085

Linnusky, I. N., & Wijaya, A. (2017). Development of Teaching Set Based on

Realistic Mathematics Education Approach in Solid Geometry Topic for 8th

Grade of Junior High School. Jurnal Pendidikan Matematika, 6(1), 1–9.

Makbul, N., Bernard, & Rusli. (2017). Deskripsi Kemampuan Berpikir Kreatif

dan Kemandirian Kelajar Siswa Berdasarkan Gaya Kognitif.

Marhaeni, P., Putra, A., & Jaya, N. A. (2013). The Effect of Think Pair Share

Teaching Strategy To Students’ Self-Confidence and Speaking Competency

of the Second Grade Students of Smpn 6 Singaraja. E-Journal Program

Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Pendidikan

Bahasa Inggris, 1(1).

Mayfana Panglipur Yekti, S., & Atmojo Kusmayadi, T. (2016). Penalaran

Matematis Siswa dalam Pemecahan Masalah Aljabar Ditinjau dari Gaya

Kognitif Field Dependent -Field Independent. JMEE, 6(2), 178–192.

Mulyatiningsih, E. (2011). Riset Terapan Bidang Pendidikan dan Teknik. (A.

Nuryanto & Sutopo, Eds.) (Cetakan 1). UNY Press.

Najib, A., Bahri, H. A., Suriana, & Ahmad, H. (2017). Penggunaan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) dalam Meningkatkan

Hasil Belajar Matematika. In Kajian Ilmiah Dosen Sulbar (pp. 137–142).

Nasution, Y., & Surya, E. (2017). Application of TPS Type Cooperative Learning

in Improving Students’ Mathematics Learning Outcomes. International

Journal of Sciences: Basic and Applied Research (IJSBAR), 34(1), 116–125.

Ngilawajan, D. A. (2013). Proses Berpikir Siswa SMA dalam Memecahkan

Page 36: PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN MODEL

25

Masalah Matematika Materi Turunan Ditinjau dari Gaya Field Independent

dan Field Dependent. Pedagogia, 2(1), 71–83.

https://doi.org/10.21070/pedagogia.v2i1.48

Nienke Nieveen. (1999). Prototyping to Reach Product Quality. (J. an van den

Akker, R. M. Branch, K. Gustafson, N. Nieveen, & T. Plomp, Eds.). London:

Kluwer Academic Publishers.

Nugraha, M. G., & Awalliyah, S. (2016). Analisis Gaya Kognitif Field Dependent

dan Field Independent Terhadap Penguasaan Konsep Fisika Siswa Kelas VII.

E-Journal, 5(October 2016), 71–76. https://doi.org/10.21009/0305010312

Nuriah, T. (2017). Pengaruh Metode Pembelajaran dan Kemandirian Belajar

Terhadap Sikap Siswa Pada Pembelajaran Sejarah di SMA Negeri 3

Karawang. Jurnal Pendidikan Sejarah, 6(2), 1–9.

Onwumere, O., & Reid, N. (2014). Field Dependency and Performance in

Mathematics. European Journal of Educational Research, 3(1), 43–57.

Onyekuru, B. U. (2015). Field Dependence-Field Independence Cognitive Style ,

Gender , Career Choice and Academic Achievement of Secondary School

Students in Emohua Local Government Area of Rivers State. Journal of

Education and Practice, 6(10), 76–86.

Partasiwi, N., Hasyim, A., & Sutiarso, S. (2016). Pengembangan Lembar Kerja

Siswa Trigonometri dengan Model Problem Based Learning Di SMA Gajah

Mada Bandar Lampung.

Pasani, C. F., & Pramita, M. (2014). Meningkatkan Karakter Mandiri Dan Hasil

Belajar Matematika Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Think Pair Share (TPS) di Kelas VIII-C SMPN 13 Banjarasin. JPM IAIN

Antasaril., 1(2), 17–32. https://doi.org/10.18592/jpm.v1i2.48

Patmawati1, Rahman, A., & Asdar. (2015). Efektivitas Penerapan Strategi TTW

dalam Pembelajaran Matematika Ditinjau dari Gaya Belajar Siswa. Journal

of EST, 1(2), 74–86.

Prasetyo, Z. K. (2013). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Sains Terpadu

untuk Meningkatkan Kognitif, Keterampilan Proses,Kreativitas Serta

Menerapkan Konsep Ilmiah Siswa SMP.

Pujilestari. (2012). Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Berdasarkan Langkah-Langkah Polya Pada Siswa Kelas X SMAN 6

Mataram Ditinjau Dari Gaya Kognitif Siswa.

Purnomo, R. C., Sugiarti, T., & Unej, U. J. (2017). Profile of Creativity in

Mathematics Problem Solving Based on Field Independent (FI) and Field

Dependent (FD) Cognitive Style Student at Class VIII A of SMP Negeri 12

Jember. Jurnal Edukasi, IV(2), 9–14.

Raba, A. A. A. (2017). The Influence of Think-Pair-Share (TPS) on Improving

Students’ Oral Communication Skills in EFL Classrooms. Creative

Education, 8(1), 12–23. https://doi.org/10.4236/ce.2017.81002

Rahmawati, D., & Listiadi, A. (2016). Pengembangan Lembar Kegiatan Siswa

sebagai Penunjang Pembelajaran dalam K13 pada Materi Siklus Akuntansi

Perusahaan Jasa ntuk Siswa Kelas X Akuntansi Di Smk Negeri 1

Probolinggo. Jurnal Pendidikan Akuntansi, 4(3), 1–5.

Ramadhani, R., & Utama, U. P. (2016). Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Matematia yang Berorientasi pada Model Problem Based Learning. Kreano,

7(2), 116–122.

Page 37: PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN MODEL

26

Ramlah, H., & Jantan, B. (2014). Relationship between Students ’ Cognitive Style

(Field-Dependent and Field–Independent Cognitive Styles) with their

Mathematic Achievement in Primary School. Journal of Humanities Social

Sciences and Education, 1(10), 88–93.

Razak, F. (2016). The Effect of cooperative learning on mathematics learning

outcomes viewed from students ’ learning motivation. Journal of Research

and Advances in Mathematics Education, 1(1), 49–55.

Roliza, E., & Ramadhona, R. (2018). Praktikalitas Lembar Kerja Siswa pada

Pembelajaran Matematika Materi Statistika. Ganatang, 3(1), 41–46.

Rosadi, A., Triyanto, & Aryuna, D. R. (2017). Penerapan Model Pembelajaran

Think Pair Share untuk Meningkatkan Keaktifan dan Prestasi Belajar

Matematika Siswa Kelas VIII DMP Negeri 17 Surakata Tahun 2015/2016.

Jurnal Pendidikan Matematika Dan Matematika (JPMM), 1(1), 148–161.

Safitri, K. L., & Ningrum. (2016). Pengaruh Penggunaan Cooperative Learning

Tipe Think-Pair-Share (TPS) Terhadap Hasil Belajar Kewirausahaan Siswa

Kelas X Semester Genap SMK Kartikatama 1 Metro. Jurnal Pendidikan

Ekonomi, 4(1), 21–34. Retrieved from http://ojs.fkip.ummetro.ac.id

Salirawati, D. (2004). Penyusunan dan Kegunaan LKS dalam Proses

Pembelajaran.

Soewarno. (2016). Tipologi Belajar dan Cara Memodifikasinya.

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.

Susanto, H. A. (2008). Mahasiswa Field Independent dan Field Dependent Dalam

Memahami Konsep Grup.

Suwanto. (2015). Pengembangan Bahan Ajar.

Syafrina, A., & Tursinawati. (2017). Analisis Kemandirian Siswa dalam Proses

Pembelajaran di Kelas III SD Negeri 1 Banda Aceh. Pesona Dasar, 1(5), 70–

81.

Syahbana, A. (2012). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis

Kontekstual untuk Mengukur Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa

SMP. Edumatica, 2(2), 17–26.

Ulya, H., Kartono, & Retnoningsih, A. (2014). Analysis of Mathematics Problem

Solving Ability of Junior High School Students Viewed From Students ’

Cognitive Style. International Journal of Education and Research, 2(10),

577–582.

Umam, K., Asiah, N., Wibowo, I. T., & Rohim, S. (2017). The Effect of Think-

Pair-Share Cooperative Learning Model Assisted With ICT on Mathematical

Problem Solving Ability among Junior High School Students. In Workshop

Proceedings of the 25th International Conference on Computers in

Education. New Zealand: Asia-Pacific Society for Computers in Education

(pp. 94–98).

Usman, A. (2015). Using the Think-Pair-Share Strategy to Improve Students’

Speaking Ability at Stain Ternate. Journal of Education and Practice, 6(10),

37–46.

Wang, T. H. (2007). What strategies are effective for formative assessment in an

e-learning environment? Journal of Computer Assisted Learning, 23(3), 171–

186. https://doi.org/10.1111/j.1365-2729.2006.00211.x

Wardhani, S. (2010). Implikasi Karakteristik Matematika dalam Penacapaian

Tujuan Mata Pelajaran Matematika di SMP/MTs.

Page 38: PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN MODEL

27

Yahya, A. (2015). Proses Berpikir Lateral Siswa Sma Negeri 1 Pamekasan Dalam

Memecahkan Masalah Matematika Ditinjau Dari Gaya Kognitif Field. Jurnal

APOTEMA, 1(1), 27–35.

Yanti, S., & Surya, E. (2017). Kemandirian Belajar dalam Memaksimalkan

Kualitas Pembelajaran, 1(1), 1–11.

Yenti, I. N., Afriyani, D., & Herawati, S. (2012). Pengembangan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Penilaian Diri Berbasis Metakognisi

untuk Statistika Elementer. Ta’dib, 15(2), 167–179.

Yulianingsih, B., Gofur, A., & Amin, M. (2017). Penerapan Model Pembelajaran

Think Pair Share dengan Pendekatan Inkuiri untuk Meningkatkan Motivasi

dan Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas XII SMK. Jurnal Pendidikan: Teori,

Penelitian, Dan Pengembangan, 2(1), 1–11.

Zahro, U. L., Serevina, V., & Made Astra. (2017). Pengembangan Lembar Kerja

Siswa (LKS) Fisika dengan Menggunakan Strategi Relating, Experiencing,

Applying, Cooperating, Transferring (REACT) Berbasis Karakter pada

Pokok Bahasan Hukum Newton. Jurnal Wahana Pendidikan Fisika, 2(1),

63–68.

Zubaidi, I., & Sari, A. F. (2017). Profil Pemecahan Masalah (PISA) Siswa

Ditinjau dari Gaya Kognitif Field Dependence dan Field Independence.

Jurnal Edukasi, 3(1), 39–50.

Zulfah. (2017). Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think

Pair Share dengan Pendekatan Heuristik terhadap Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematis Siswa MTs Negeri Naumbai Kecamatan Kampar.

Journal Cendekia, 1(2), 1–12.

Page 39: PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN MODEL

28

LAMPIRAN – LAMPIRAN

Page 40: PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN MODEL

29

Lampiran 1.a

LEMBAR PENILAIAN KEVALIDAN RENCANA PELAKSANAAN

PEMBELAJARAN (RPP) DENGAN MODEL THINK-PAIR-SHARE

UNTUK MENUMBUHKAN SISWA BERGAYA FIELD DEPENDENCE

A. PENGANTAR

Lembar penilaian ini bertujuan untuk mengetahui pendapat Bapak/Ibu tentang

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat sehingga dapat

diketahui layak atau tidaknya RPP tersebut digunakan dalam pembelajaran

sekolah.

B. PETUNJUK

1. Bapak/ibu dimohon memberikan penilaian dengan cara member tanda (√)

dibawah kolom alternatif penilaian pada skala 1-4.

Adapun deskripsi skala penilaian adalah sebagai berikut

Nilai 4 = sangat baik

Nilai 3 = baik

Nilai 2 = kurang baik

Nilai 1 = sangat kurang baik

2. Bapak/Ibu dimohon memberikan komentar dan saran pada tempat yang

tersedia

C. PENILAIAN

Butir Penilaian Alternatif Penilaian

1 2 3 4

A. Identitas Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

1. Kelengkapan identitas RPP

2. Ketetapan identitas RPP

3. Kecukupan waktu yang dialokasikan

4. Keefisienan waktu yang dialokasikan

B. Rumusan Tujuan/Indikator

5. Kesesuaian rumusan tujuan dengan KI/KD

6. Ketetapan penggunaan kata kerja operasional yang dapat

diukur

C. Pemilihan Materi

Page 41: PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN MODEL

30

7. Keluasan materi yang disajikan sesuai dengan tujuan

pembelajaran

8. Keakuratan/kebenaran fakta, konsep, prinsip dan

prosedur

9. Keruntutan dan kesistematisan materi

D. Metode Pembelajaran

10. Kesesuaian metode dan strategi yang digunakan dengan

tujuan pembelajaran

11. Kesesuaian metode dan strategi yang digunakan dengan

materi pembelajaran

12. Penumbuhan/pengembangan rasa ingin tahu

E. Kegiatan Pembelajaran

13. Guru menyiapkan siswa secara psikis dan fisik

14. Pemberian motivasi belajar pada siswa

15. Menyampaikan tujuaan pembelajaran

16. Guru menyiapkan matari secara klasikal dan memberi

motivasi intrinsic

17. Kelengkapan langkah think

18. Kelengkapan langkah pair

19. Kelengkapan langkah share

20. Pemberian kepuasan pada diri siswa

21. Pemberian kuis dan tugas rumah

22. Ketepatan/kesesuaian tahapan pembelajaran dengan

alokasi waktu

23. Penyimpulan materi dalam setiap tatap muka

F. Pemilihan Media/ Sumber Belajar

24. Relevansi sumber belajar/media pembelajaran dengan

materi dan tujuan pembelajaran

25. Kemudahan penggunaan media belajar

26. Kecocokan sumber belajar/media pembelajaran dengan

karakteristik siswa

G. Penilaian Hasil Belajar

27. Ketepatan pemilihan teknik penilaian dengan tujuan

pembelajaran

28. Kesesuaian butir instrument dengan tujuan/indikator

29. Keberadaan instrument, kunci jawaban, dan rubrik

penyekoran

H. Kebahasaan

30. Kemudahan/kejelasan bahasa yang digunakan

31. Kesesuaian bahasa yang digunakan dengan kaidah

Bahasa Indonesia

D. SARAN

..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

Page 42: PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN MODEL

31

..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

E. Simpulan

RPP ini dinyatakan *):

1. Layak diujucobakan tanpa revisi

2. Layak diujicobakan dengan revisi

3. Tidak layak diujicobakan

Keterangan: *) = lingkari salah satu

Malang, …………….2018

Validator

(………………………..)

NIP.

Page 43: PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN MODEL

32

Lampiran 1.b

LEMBAR PENILAIAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) DALAM

SETTING THINK PAIR SHARE UNTUK MENUMBUHKAN SISWA

BERGAYA FIELD DEPENDENCE

A. PENGANTAR

Lembar penilaian ini bertujuan untuk mengetahui pendapat Bapak/Ibu tentang

Lembar Kerja Siswa (LKS) yang telah dibuat sehingga dapat diketahui layak

atau tidaknya LKS tersebut digunakan dalam pelajaran di sekolah.

Atas kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi lembar angket ini diucapkan

terimakasih.

B. PETUNJUK

1. Bapak/Ibu dimohon memberikan penilaian dengan cara member tanda (√)

dibawah kolom alternatif penilaian pada skala 1-4.

Adapun deskripsi skala penilaian adalah sebagai berikut

Nilai 4 = sangat baik

Nilai 3 = baik

Nilai 2 = kurang baik

Nilai 1 = sangat kurang baik

2. Bapak/Ibu dimohon memberikan komentar dan saran pada tempat yang

tersedia.

C. PENILAIAN

Indikator

Penilaian

Butir Penilaian Penilaian

1 2 3 4

Kesesuaian

isi/materi

dengan KI dan

KD

1. Kelengkapan materi

2. Keluasan materi

3. Kesesuaian indikator dengan KI

dan KD

Keakuratan 4. Kebenaran dan ketetapan

Page 44: PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN MODEL

33

materi

konsep/materi

5. Keakuratan istilah

6. Keakuratan notasi/simbol

Keruntutan

penyajian

materi

7. Kesistematisan urutan materi

8. Keruntutan sajian konsep

9. Pemfasilitasan siswa untuk belajar

mandiri dan kelompok

Memperhatikan

kemampuan

siswa

10. Kesesuaian dengan kemampuan

siswa yang berbeda beda

Pelibatan siswa 11. Pelibatan siswa untuk aktif dalam

proses pembelajaran

12. Pemfasilitasan terjadinya interaksi

antar siswa dan siswa dengan guru

Kegiatan yang

merangsang

siswa

13. Penekanan pada proses

menemukan konsep

14. Keragaman stimulus melalui

berbagai kegiatan siswa

15. Pengembangan kemampuan

komunikasi, emosional, dan

estetika

Ketepatan

penggunaan

bahasa dan

kalimat

16. Penggunaan bahasa yang

komunikatif sesuai dengan tingkat

kedewasaan siswa SMP

Memperhatikan

pemilihan

pertanyaan dan

sumber belajar

17. Kesesuaian pertanyaan yang

digunakan dengan tingkat

kemampuan siswa

18. Kecukupan tempat yang disediakan

untuk jawaban siswa

19. Kesesuaian sumber belajar dengan

kemampuan dan keterbatasan

siswa

Memiliki

tujuan, manfaat

dan identitas

20. Kejelasan tujuan dan manfaat

pembelajaran

D. SARAN

..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

Page 45: PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN MODEL

34

..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

E. SIMPULAN

LKS ini dinyatakan *) :

1. Layak diujicobakan tanpa revisi

2. Layak diujicobakan dengan revisi

3. Tidak layak diujicobakan

*) lingkari salah satu

Malang, …………….2018

Validator

(………………………..)

NIP.

Page 46: PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN MODEL

35

Lampiran 1.c

ANGKET RESPON SISWA

A. PENGANTAR

Angket ini dimaksudkan untuk mengetahui pendapatmu tentang LKS yang

kamu gunakan selama belajar Segitiga. Pendapat yang kamu berikan akan

sangat bermanfaat untuk mengetahui kualitas LKS.

Tidak usah khawatir karena angket ini tidak akan berpengaruh terhadap nilai.

B. PETUNJUK

Berikan cek (√) di bawah kolom alternatif penilaian.

Adapun skala penilaian yang digunakan adalah sebagai berikut :

1 : sangat tidak setuju

2 : tidak setuju

3 : setuju

4 : sangat setuju

C. PENILAIAN

Butir Penilaian Alternatif

Penilaian

1 2 3 4

1. Model pembelajaran think pair share, dapat membuat saya

lebih aktif dalam belajar

2. Model pembelajaran think pair share, dapat membuat saya

lebih mandiri dalam belajar

3. Kegiatan pembelajaran segitiga yang dilaksanakan

menggunakan LKS membantu saya memahami materi yang

diajar

4. Petunjuk yang ada dalam LKS segitiga mempermudah saya

untuk melakukan kegiatan yang ada

5. Masalah yang terdapat di dalam LKS dapat saya hubungkan

dengan konsep segitiga

6. Gambar/ilustrasi yang ada dalam LKS segitiga

mempermudah saya untuk memahami materi

7. Kegiatan yang terdapat di dalam LKS segitiga, memberikan

saya pengetahuan baru

8. LKS yang digunakan dalam pembelajaran bermanfaat bagi

saya dalam mempelajari segitiga

9. Model think pair share memfasilitasi saya untuk

Page 47: PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN MODEL

36

berkomunikasi menyampaikan gagasan atau menjawab

pertanyaan guru

10. Model think pair share membantu saya bekerjasama dengan

siswa lain dalam satu kelompok

11. Urutan kegiatan pada LKS segitiga mudah dilaksanakan

12. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan berdiskusi

berpasangan memudahkan saya memahami materi segitiga

13. Model think pair share membantu saya menemukan konsep

materi segitiga

14. Berbagai kegiatan dalam pembelajaran sulit untuk

dilaksanakan

15. Urutan kegiatan dalam pembelajaran membantu saya

memahami materi segitiga

Malang, …………….2019

Siswa

(………………………..)

Page 48: PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN MODEL

37

Lampiran 1.d

Lembar Observasi Keterlaksanaan Perangakt Pembelajaran

Materi Pembelajaran :

Kelas / semester :

Hari / Tanggal :

Pertemuan ke- :

Petunjuk Pengisisan :

Berilah tanda centang (√) pada kolom yang sesuai dengan hasil pengamatan

Anda dan tuliskan deskripsi dari hasil pengamatan selama kegiatan

pembelajaran. Adapun skala penilaian yang digunakan adalah sebagai berikut

:

1 : jika situsai pembelajaran tidak sesuai dengan descriptor yang muncul

2 : jika situsai pembelajaran kurang sesuai dengan descriptor yang

muncul

3 : jika situsai pembelajaran sesuai dengan descriptor yang muncul

4 : jika situsai pembelajaran sangat sesuai dengan descriptor yang muncul

Aspek yang Diamati Alternatif

Penilaian

1 2 3 4

Guru mengucapkan salam dan menanyakan kehadiran siswa

Siswa diberikan orientasi, apersepsi dan motivasi yang sesuai

dengan materi yang akan dipelajari

Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari dan memberi

acuan

Siswa diberi masalah matematika melalui LKS (setiap siswa

memiliki LKS)

Siswa diberikesempatan untuk berpikir sambil mencari informasi

terkait permasalahan yang diberikan (Think)

Siswa secara perpasangan untuk mendiskusikan apa yang sudah

mereka pikirkan (Pair)

Siswa dipantau dan dibimbing guru dalam berdisukusi.

Page 49: PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN MODEL

38

Guru selalu memberi motovasi intrinsik

Guru selalu senyum, sapa, dan santun pada semua siswa.

Guru adil dalam membimbing dan memberikan penilaian kepada

siswa.

Guru selalu menghargai kekurangan yang dimiliki siswa terkait

dengan daya serap siswa dalam memahami materi yang diajarkan.

Beberapa siswa bergaya field dependence mempersaentasikan

hasil diskusi mereka (Share).

Siswa berani menyampaikan hasil pekerejaan mereka.

Siswa selalu memberikan tanggapa kepada hasil pekerjaan

temannya

Guru mengevaluasi dan mengklarifikasi jawaban hasil diskusi

siswa.

Siswa mengerjakan soal yang diberikan untuk mengecek

penguasaan siswa terhadap materi pelajaran.

Siswa menyimpulkan pembelajaran yang sudah dipelajari

Guru memberikan penghargaan kepada siswa yang sudah

presentasi dan kelompok yang kerjasama dengan baik.

Guru memberikan tugas rumah dan menyampaikan materi yang

akan dipelajari untuk pertemuan berikutnya.

Guru menutup pelajaran dengan salam

Catatan :

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………….

Larantuka,………………… 2019

Pengamat

(………………………………)

Page 50: PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN MODEL

39

Lampiran 1.e

Lembar Observasi Kemandirian Siswa dalam Proses Pembelajaran

Menggunakan Perangkat Pembelajaran Matematika dengan Model Think-

Pair-Share

Materi Pembelajaran :

Kelas / semester :

Hari / Tanggal :

Pertemuan ke- :

Petunjuk Pengisisan :

Berilah nilai 1-4 pada kolom yang sesuai dengan hasil pengamatan . Adapun skala

penilaian yang digunakan adalah sebagai berikut :

1 : jika aktivitas siswa tidak sesuai dengan descriptor yang muncul

2 : jika aktivitas siswa kurang sesuai dengan descriptor yang muncul

3 : jika aktivitas siswa sesuai dengan descriptor yang muncul

4 : jika aktivitas siswa sangat sesuai dengan descriptor yang muncul

Nama

Siswa FD

Skor Penilaian Kemandirian Belajar Skor

Rata-

rata

Percaya Diri Mampu

Bekerja Sendiri

Bertanggung

jawab

a b c d e

1

2

3

.

.

.

dst

Rata-rata

Rata-rata Total

Kriteria

Keteranagan:

a : Siswa berani presentasi di depan kelas

b : Siswa berani bertanya, berpendapat, atau menjawab pertanyaan.

Page 51: PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN MODEL

40

c : Berusaha mandiri dalam menyelesaikan soal yang diberikan sebelum

meminta bantuan.

d : Keikutsertaan siswa dalam menyelesaikan tugas kelompok

e : Siswa mampu menyelesaikan dan mempertanggung jawabkan tugas

rumah (PR) yang diberikan

Malang,………………………2019

Pengamat

.……………………………

Page 52: PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN MODEL

41

Lampiran 1.f

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Satuan Pendidikan : SMP Swasta St. Simon Petrus

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/Semester : VII/Genap

Tahun Pelajaran : 2018/2019

Materi Pokok : Segiempat dan segitiga

Sub Materi : Segitiga

Alokasi Waktu : 8 JP (3 kali Pertemuan)

A. Kompetensi Inti

KI 1 : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya

KI 2 : Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleran,

gotong royong), santun dan percaya diri dalam berinteraksi secara

efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan

pergaulan dan keberadaannya

KI 3 : Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan

prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu

pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian

tampak mata

KI 4 : Mengolah, menyaji dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan,

mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah

abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan

mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber

lain yang sama dalam sudut pandang/teori

B. Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)

Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi

2.1 Menunjukkan sikap jujur, tertib dan

mengikuti aturan, konsisten, disiplin

waktu, ulet, cermat dan teliti, maju

berkelanjutan, bertanggung jawab, berpikir

logis, kritis, dan, kreatif serta memiliki rasa

senang, ingin tahu, ketertarikan pada ilmu

pengetahuan, sikap terbuka, percaya diri,

santun, objektif, dan menghargai.

2.1.1 Melaksanakan tugas individu dan kelompok

dengan baik

2.1.2 Berani berpendapat, bertanya, atau menjawab

pertanyaan

2.1.3 Berani presentasi didepan kelas

2.1.4 Tidak menyontek dalam mengerjakan latihan

soal

2.1.5 Mampu mencari solusi sendiri dalam

menyelesaiakn soal

Page 53: PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN MODEL

42

3.11 Mengaitkan rumus keliling dan luas untuk

berbagai jenis segiempat (persegi,

persegipanjang, belahketupat, jajargenjang,

trapesium, dan layanglayang) dan segitiga.

3.11.1 Mengenal dan memahami bangun datar

segitiga

3.11.2 Menjelaskan jenis-jenis segitiga berdasarkan

sisi dan sudutnya

3.11.3 Menemukan jenis segitiga berdasarkan sifat-

sifatnya

3.11.4 Memahami keliling dan luas segitiga

3.11.5 Melukis garis-garis istimewa pada segitiga

4.11 Menyelesaikan masalah kontekstual yang

berkaitan dengan luas dan keliling

segiempat (persegi, persegipanjang,

belahketupat, jajargenjang, trapesium, dan

layang-layang) dan segitiga

4.11.1 Menyelesaikan masalah dalam kehidupan

sehari-hari dengan menggunakan sifat-sifat

segitiga.

4.11.2 Menerapkan konsep keliling dan luas segitiga

untuk menyelesaikan masalah

4.11.3 Memahami garis-garis istimewa pada segitiga

C. Tujuan Pembelajaran

2.1.1 Pembelajaran dengan menggunakan model TPS ini dapat

menumbuhkan kemandirian belajar siswa berupa berani

mengemukaan pendapat, bekerja sama dalam diskusi, dan selalu

berusaha sendiri dalam menyelesaikan soal.

3.11.1 Agar siswa dapat mengenal dan memahami bangun datar segitiga

3.11.2 Agar siswa dapat menjelaskan jenis-jenis segitiga berdasarkan sisi

dan sudutnya

3.11.3 Agar siswa dapat menemukan jenis segitiga berdasarkan sifat-

sifatnya

3.11.4 Agar siswa dapat memahami keliling dan luas segitiga

3.11.5 Agar siswa dapat melukis garis-garis istimewa pada segitiga

4.11.1 Agar siswa dapat menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-

hari

4.11.2 Agar siswa dapat menerapkan konsep keliling dan luas segitiga

untuk menyelesaikan masalah

4.11.3 Agar siswa dapat memahami garis-garis istimewa pada segitiga

D. Metode Pembelajaran

1. Pendekatan : Scientific Learning

2. Model Pembelajaran : Think Pair Share

E. Media dan Sumber Pembelajaran

1. Media Pembelajaran

a. Media LCD projector

b. Laptop

c. Bentuk segitiga dari gerdus dan kertas

Page 54: PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN MODEL

43

2. Sumber Belajar:

a. Teks Siswa

b. Buku Pegangan Guru

c. Sumber internet

d. Lingkungan

F. Materi Pembelajaran

Segitiga

1. Fakta

a. Simbol = lambang segitiga

b. Simbol = lambang sudut

c. Simbol = lambang tegak lurus

d. = artinya panjang sisi AB

2. Konsep

a. Segitiga adalah bangun datar yang dibatasi oleh tiga buah sisi dan

mempunyai tiga buah titik sudut.

b. Alas segitiga merupakan salah satu sisi dari suatu segitiga, sedangkan

tingginya adalah garis yang tegak lurus dengan sisi alas dan melalui

titik sudut yang berhadapan dengan sisi alas.

c. Garis tinggi pada suatu sisi dari suatu segitiga adalah garis yang ditarik

dari sebuah titik sudut segitiga dan tegaklurus sisi di depannya.

d. Garis bagi pada suatu segitiga adalah garis yang ditarik dari titik sudut

segitiga dan membagi sudut tersebut menjadi dua sama besar.

e. Garis sumbu pada suatu sisi dari suatu segitiga adalah garis yang tegak

lurus dan melalui titik tengah sisi tersebut.

f. Garis berat pada suatu sisi dari suatu segitiga adalah garis yang

menghubungkan titik sudut dihadapan sisi itu dengan titik tengah sisi

itu.

g. Secara umum ada tiga jenis sudut, yaitu

1) Sudut lancip ( < x < )

2) Sudut tumpul ( < x < )

3) Sudut refleks ( < x < 6 )

h. Jenis-jenis segitiga

Ditinjau dari panjang sisinya

Segitiga sebarang

Segitiga sebarang adalah segitiga yang sisi-sisinya tidak sama

panjang.

Segitiga sama kaki

Segitiga sama kaki adalah segitiga yang mempunyai dua buah

sisi sama panjang.

Segitiga sama sisi

Page 55: PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN MODEL

44

Segitiga sama sisi adalah segitiga yang memiliki tiga buah sisi

sama panjang dan tiga buah sudut sama besar.

Ditinjau dari besar sudutnya

Segitiga lancip

Segitiga lancip adalah segitiga yang ketiga sudutnya

merupakan sudut lancip, sehingga sudut-sudut yang terdapat

pada segitiga tersebut besarnya antara dan .

Segitiga tumpul

Segitiga tumpul adalah segitiga yang salah satu sudutnya

merupakan sudut tumpul.

Segitiga siku-siku

Segitiga siku-siku adalah segitiga yang salah satu sudutnya

merupakan sudut siku-siku (besarnya ).

3. Prinsip

a. Jumlah ketiga sudut pada segitiga adalah .

b. Suatu segitiga dengan panjang sisi a, b, dan c, kelilingnya adalah

c. Secara umum luas segitiga dengan panjang alas a dan tinggi t adalah

G. Kegiatan Pembelajaran

Pertemuan Ke-2 ( 2 x 40 menit ) Waktu

Kegiatan Pendahuluan

Guru :

Orientasi

Melakukan pembukaan dengan salam pembuka dan berdoa untuk memulai

pembelajaran.

Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap disiplin.

Menyiapkan fisik dan psikis peserta didik dalam mengawali kegiatan

pembelajaran.

Apersepsi

Guru memberikan pengantar awal dengan menginformasikan bahwa

sebenarnya tanpa kita sadari di dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali

yang berkaitan dengan keliling dan luas segitiga, misalkan dalam membuat

layar perahu, bagian atap rumah dan lain-lain, pasti para pekerja akan

menghitung berapa ukuran bahan dibutuhkan.

Guru memberi informasi tentang kompetensi yang akan dicapai.

Mengaitkan materi/tema/kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan dengan

pengalaman peserta didik dengan materi/tema/kegiatan sebelumnyan,

10

menit

K = a + b + c

𝐿

2Γ— π‘Ž Γ— 𝑑

Page 56: PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN MODEL

45

yaitu:Jumlah sudut segitiga; Ketaksamaan segitiga; dan Sudut luar segitiga

Mengajukan pertanyaan yang ada keterkaitannya dengan pelajaran yang akan

dilakukan.

Motivasi

Guru menyampaikan kepada siswa bahwa pada kegiatan kali ini akan mengkaji

lebih luas dan mendalam tentang segitiga tersebut, khususnya terkait berbagai

konsep dan aturan penentuan luas dan keliling segitiga. Di sekitar kita, terdapat

berbagai objek, seperti gedung yang bentuk permukaan bangunannya

merupakan daerah segitiga. Demikian juga kita dapat cermati perahu layar dan

perahu yang digunakan nelayan menangkap ikan. Berbagai permasalahan

kehidupan banyak yang dapat dipecahkan menerapkan berbagai konsep dan

aturan-aturan pada segitiga.

Memberikan gambaran tentang manfaat mempelajari pelajaran yang akan

dipelajari.

Apabila materi/tema/ projek ini kerjakan dengan baik dan sungguh-sungguh,

maka siswa diharapkan dapat menjelaskan tentang: memahami keliling dan

luas segitiga

Menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan yang berlangsung.

Pemberian Acuan

Memberitahukan materi pelajaran yang akan dibahas pada pertemuan saat itu.

Pembagian kelompok belajar secara berpasangan.

Menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan yang berlangsung.

Page 57: PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN MODEL

46

Kegiatan Inti

Sintak

Model

Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran

Stimulation

(stimullasi/

pemberian

rangsangan)

Siswa diberi motivasi atau rangsangan untuk memusatkan perhatian

pada topik ”Memahami keliling dan luas segitiga” dengan cara:

Melihat (tanpa atau dengan alat)

Siswa diminta untuk melihat penayangan gambar yang disajikan

oleh guru maupun mengamati gambar yang terdapat pada buku

siswa.

Seorang nelayan ingin mengganti layar perahunya dengan

jenis kain yang lebih tebal agar mampu menahan angin.

Bahan kain yang tersedia berbentuk persegi dengan ukuran

panjang 10 m. Sesuai ukuran kayu penyangga kain layar

perahu sebelumnya, nelayan tersebut harus memotong bahan

kain layar dari mulai titik tengah salah satu sisi kain menuju

dua titik sudut permukaan kain tersebut.

a. Berapa luas permukaan layar perahu tersebut?

b. Berapa luas kain yang tersisa?

Mengamati

Siswa diminta mengamati gambar /foto yang yang terdapat

pada buku maupun melalui penayangan video yang disajikan

oleh guru seperti gambar dibawah ini.

Tabel 1. Pemahaman konsep keliling dan luas segitiga

60

menit

Page 58: PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN MODEL

47

Guru menyampaikan kepada siswa bahwa gambar nomor 1

merupakan persegi, gambar nomor 3 merupakan persegi panjang,

gambar 5 merupakan jajargenjang, dan gambar nomor 7

merupakan persegi panjang. Sedangkan gambar nomor 2, 4, 6,

dan 8 merupakan segitiga. Perhatikan semua siswa yang.

Membaca Siswa diminta membaca materi dari buku paket atau buku-buku

penunjang lain, dari internet/materi yang berhubungan dengan

memahami keliling dan luas segitiga.

Mendengar

Page 59: PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN MODEL

48

Siswa diminta mendengarkan pemberian materi oleh guru yang

berkaitan dengan kondisi memahami keliling dan luas segitiga.

Menyimak Siswa diminta menyimak penjelasan pengantar kegiatan secara

garis besar/global tentang materi pelajaran mengenai memahami

keliling dan luas segitiga.

Problem

statemen

(pertanyaan/

identifikasi

masalah)

Guru memberikan kesempatan pada peserta didik untuk

mengidentifikasi sebanyak mungkin pertanyaan yang berkaitan

dengan gambar yang disajikan dan akan dijawab melalui kegiatan

belajar.

Mengajukan pertanyaan Guru menanyakan bahwa apa yang siswa tidak dipahami dari apa

yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi

tambahan tentang apa yang diamati. Misalnya:

Bagaimana cara menemukan rumus keliling dan luas

segitiga?

Apakah luas segitiga tumpul juga setengah dari luas

persegipanjang?

Data

processing

(pengolahan

Data)

Think

Guru memberikan permasalahan kepada siswa (LKS 2).

Siswa mengumpulkan informasi yang relevan untuk menjawab

pertanyan yang telah diidentifikasi melalui mengamati objek

pada Tabel 1, dan sumber buku pegangan siswa.

Verification

(pembuktian) Pair

Setelah siswa memperoleh informasi, guru membagi siswa

berapasanagn mendiskusikan jawaban dari pertanyan yang

diberikan.

Pada kegiatan ini guru memantau siswa yang berdiskusi

Guru selalu membangkitkan motivasi intrinsik siswa:

- Guru selalu menyampaikan bahwa topik materi keliling

maupun luas segitiga yang dipelajari akan bermanfaat untuk

siswa sendiri. Baik dalam menyelesaiakan soal saat ujian

maupun menyelesaikan persoalan yang berkaitan dengan

kehidupan sehari-hari.

Contoh: semua orang pasti akan membuat rumahnya. Nanti

dengan rumus keliling segitiga ini kalian dapat menghitung

banyaknya kayu yang diperlukan dalam membuat atap yang

berbentuk segitiga.

- Apabila kalian semua belajar dengan serius, maka kalian

akan mendapatkan nilai bagus dan itu dapat membuat orang

tua dan orang terdekat kalian bangga serta senang.

- Guru selalu memberi penghargaan kepada siswa yang

bertanggung jawab dalam diskusi kelompok

- Kalian harus berkomitmen, kenapa temanmu bisa dan kamu

tidak bisa. Maka kalian harus lebih giat belajar dan berusaha

sendiri dalam belajar.

- Guru menceritakan pengalaman temannya yang karena pintar

matematika ia di beri behasiswa dan sekarang menjadi orang

Page 60: PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN MODEL

49

sukses.

Guru memberikan tindakan yang dapat membangkitkan minat

belajar siswa:

- Guru selalu senyum, sapa, dan santun pada semua siswa.

- Guru adil dalam membimbing dan memberikan penilaian

kepada siswa.

Guru selalu menghargai kekurangan yang dimiliki siswa terkait

dengan daya serap siswa dalam memahami materi yang

diajarkan..

Generalizatio

(menarik

kesimpulan)

Share Guru meminta siswa untuk berbagi hasil diskusi mereka.

kegiatan berbagi ini guru bisa mengajak siswa untuk

mempresentasikan secara satu-persatu pada setiap kelompok

belajar yang pada akhirnya akan memperoleh pemahaman

bersama.

Siswa yang masih belum berani menyampaikan hasil pekerejaan

pada kegiatan berbagi ini, maka guru membimbing dan

mengarahkan serta menanykan apa menjadi penghambat dan

kendala sehingga belum bisa berani seperti siswa yang lainnya.

Siswa lain diberi kesempatan untuk menanggapi hasil pekerjaan

temannya dengan bertanya dan memberikan masukan apabila

jawaban temannya kurang lengkap.

Apabila jawaban siswa masih kurang lengkap, maka guru

menyempurnakannya.

Siswa bertanya tentang hal yang belum dipahami, atau guru

melemparkan beberapa pertanyaan kepada siswa.

- Siswa menyelesaikan uji kompetensi yang terdapat pada

buku pegangan secara individu untuk mengecek penguasaan

siswa terhadap materi pelajaran

Catatan :

Selama pembelajaran berlangsung, guru mengamati sikap siswa dalam

pembelajaran yang meliputi sikap: disiplin, rasa percaya diri, berperilaku jujur,

tangguh menghadapi masalah tanggungjawab, rasa ingin tahu, peduli

lingkungan)

Kegiatan Penutup

Siswa membuat resume dengan bimbingan guru tentang point-point penting

yang muncul dalam kegiatan pembelajaran yang baru dilakukan.

Guru bersama siswa merefleksi diri.

Guru memberikan tugas rumah dan menyampaikan materi yang akan dipelajari

untuk pertemuan berikutnya.

Memberikan penghargaan kepada siswa yang sudah presentasi dan kelompok

yang kerjasama dengan baik.

Siswa diberi kesempatan untuk menyimpulkan apa yang sudah dipelajari.

Guru menyempurnakan atau penguatan kesimpulan siswa

Guru menutup pelajaran

10

menit

Page 61: PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN MODEL

50

Lampiran 1.g

Page 62: PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN MODEL

51

1. Perhatikan model segitiga yang kalian buat!

2. Gunakanlah langkah-langkah pada Kegiatan 1 untuk menjawab pertanyaan berikut!

a. Panjang benang-benang yang mengelilingi sisi segitiga tersebut adalah 16 π‘π‘š.

b. Panjang sisi π‘Ž adalah 5 π‘π‘š, panjang sisi 𝑏 adalah 5 π‘π‘š, dan panjang sisi 𝑐 adalah 6 π‘π‘š

c. Jumlah panjang ketiga sisi segitiga adalah = 16 π‘π‘š

d. Apakah panjang benang yang mengelilingi segitiga sama dengan jumlah panjang ketiga sisi

segitiga? Jelaskan!

e. Jadi, keliling segitiga sama dengan jumlah panjang ketiga sisi segitiga.

KELILING DAN LUAS SEGITIGA

1. Keliling Segitiga

Kegiatan 1

Alat dan bahan: Kertas Karton, Benang, Ballpoint, Gunting dan Penggaris

Langkah-langkah:

a. Buatlah sebuah segitiga menggunakan kertas karton yang telah disediakan!

b. Gunting segitiga tersebut mengikuti sisi-sisinya!

c. Letakkan benang mengelilingi segitiga tersebut!

d. Ukurlah panjang benang yang mengelilingi segitiga tersebut dengan menggunakan

penggaris!

e. Misal secara berturut-turut sisi segitiga tersebut adalah sisi π‘Ž 𝑏 π‘‘π‘Žπ‘› 𝑐

f. Ukurlah panjang masing-masing sisi segitiga dengan penggaris!

g. Jumlahkan panjang ketiga sisi segitiga!

h. Apakah panjang benang yang mengelilingi segitiga sama dengan jumlah panjang ketiga

sisi segitiga?

𝐾 π‘Ž 𝑏 𝑐

Kesimpulan:

Rumus keliling segitiga dapat di cari dengan menjumlahkan ketiga sisinya.

Iya, panjang benang yang mengelilingi segitiga sama dengan jumlah panjang ketiga

sisi segitiga

Page 63: PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN MODEL

52

2. Luas Segitiga

Kegiatan 2

Alat dan bahan: Kertas Karton, Ballpoint, Kertas Milimeter (Kertas Berpetak), Gunting dan

Penggaris

Langkah-langkah:

a. Buatlah sebuah segitiga pada kertas milimeter yang sudah disediakan!

b. Misal panjang alas segitiga tersebut π‘Ž dan tingginya 𝑑, maka π‘Ž 5 kotak satuan,

𝑑 4 kotak satuan

c. Potong model segitiga mengikuti garis putus-putus kemudian tempelkan potongan

segitiga di sebelah kanan model 1 sehingga membentuk gambar seperti model 2

d. Model 2 merupakan bangun Persegi Panjang dengan Panjang dimisalkan = 𝑝 dan

Lebar dimisalkan = 𝑙 sehingga:

Luas segitiga = Luas Persegi Panjang

= Panjang Γ— Lebar

= 𝑝 Γ— 𝑙

=

Γ— 𝑝 Γ— 𝑙

e. Hitunglah luas segitiga yang telah kalian buat!

𝐿

2 Γ— π‘Ž Γ— 𝑑

Kesimpulan:

Misal suatu segitiga dengan panjang alas π‘Ž, tinggi segitiga 𝑑 dan 𝐿 adalah luas segitiga

maka:

Misal : Panjang = 12 π‘π‘š, Lebar = 4 π‘π‘š

Luas Segitiga=

Γ— 2 Γ— 4

= 24 π‘π‘š

Page 64: PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN MODEL

53

Kegiatan 3

1. Panjang alas suatu segitiga 22 π‘π‘š hitung tingginya jika diketahui luasnya 165 π‘π‘š !

2. Diketahui sebuah segitiga dengan luas segitiga 24 π‘π‘š dan tinggi 6 π‘π‘š. Berapakah panjang

alasnya?

3. Fandi berlari mengelilingi lapangan yang berbentuk segitiga dengan panjang sisi-sisinya 20 π‘š

30 π‘š dan 40 π‘š. Fandi berlari sebanyak 3 kali putaran. Berpakah panjang lintasan lari yang

dilalui Fandi?

4. Ayu mewarnai sebuah lukisan yang berbentuk segitiga dengan cat tinta yang memiliki

panjang 42 π‘π‘š dan tinggi 38 π‘π‘š. Tiap 1 π‘π‘š membutuhkan biaya Rp. 125,-. Berapa biaya

yang dibutuhkan untuk mewarnai lukisan tersebut?

Diketahui: a = 22 π‘π‘š, L = 65 π‘π‘š

Dit: ?

Jawab:

L =

Γ— π‘Ž Γ— 𝑑

165 π‘π‘š =

Γ— 22 π‘π‘š Γ— 𝑑

165 π‘π‘š = π‘π‘š Γ— 𝑑 65 π‘π‘š2

π‘π‘š= 𝑑

Jadi, tinggi segitiga 15 π‘π‘š

Diketahui: a = 22 π‘π‘š, L = 65 π‘π‘š

Dit: ?

Jawab:

L =

Γ— π‘Ž Γ— 𝑑

24 π‘π‘š =

Γ— π‘Ž Γ— 6 π‘π‘š

24 π‘π‘š = π‘π‘š Γ— π‘Ž 4 π‘π‘š2

3 π‘π‘š= π‘Ž

Jadi, tinggi segitiga 8 π‘π‘š

Jawab:

Keliling = panjang semua sisi

Keliling = 20 + 30 + 40

Keliling = 90 m

Fandi berlari sebanyak 3 kali putaran, sehingga: Panjang lintasan = 90 x 30 = 270 m

Jadi, panjang lintasan lari yang dilalui Fandi adalah 270 m

Jawab:

L =

Γ— π‘Ž Γ— 𝑑 =

Γ— 42 Γ— = 798 π‘π‘š

Karena 1 π‘π‘š biayanya Rp. 125,- maka 798 x 125 = 99.750

Jadi, biaya yang dibutuhkan untuk mencat lukisan tersebut adalah Rp .99.750,-