10
Pengembangan Perangkat Perkuliahan Inovatif Berdasarkan Tingkat… Vol. 4, No. 2, Mei 2015 Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya ISSN : 2089-1776 547 PENGEMBANGAN PERANGKAT PERKULIAHAN INOVATIF BERDASARKAN TINGKAT OTONOMI PEBELAJAR PADA PERKULIAHAN FISIKA DASAR Abdul Salam M. 1) , Prabowo 2) , Z.A. Imam Supardi 3) 1) Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin 2),3) Dosen Pascasarjana Prodi Pendidikan Sains Universitas Negeri Surabaya Abstract: This research was intended to produce the innovative instructional materials based on the learner autonomy levels on fundamental physics lecture and also to describe the feasibility of the materials. This research was conducted in two stages. The first stage was the preparation intended to produce the innovative instructional materials. The second stage was the instructional implementation in a classroom by using the pretest and posttest group design. The data of research results showed that the developed instructional materials were declared valid according to the expert judgment with good category on the whole. The developed instructional materials also fulfilled the practical criteria based on (a) the application of the lesson plan in classroom reaching 100% with the quality of very good category, and (b) the students’ activities were suitable with the requirement of every stage of the lesson plan. Furthermore, the developed instructional materials were also declared effective based on (a) the assessment of the students’ learning outcome giving the learning mastery of 100%, while the mastery of achievement indicator of basic competence being 100%, and (b) the students’ response to the instruction in the forms of interest and motivation including the aspects of attention, relevance, self-confidence, and satisfaction, all of which being of good category. Based on the findings of the research, it can be concluded that the developed instructional materials based on the learner autonomy levels were declared feasible (valid, effective, and practical) to be used on fundamental physics lecture. Keywords: Instructional materials development, innovative instruction, learner autonomy levels. Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan perangkat perkuliahan inovatif berdasarkan tingkat otonomi pebelajar pada perkuliahan fisika dasar dan juga untuk mendeskripsikan kelayakan perangkat perkuliahan tersebut. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahap. Tahap pertama adalah persiapan; bertujuan untuk menghasilkan perangkat. Tahap kedua adalah implementasi perkuliahan di kelas yang menggunakan rancangan pretest and posttest group design. Data hasil penelitian menunjukkan bahwa perangkat perkuliahan yang dikembangkan dinyatakan valid berdasarkan hasil penilaian pakar yang kesemuanya berkategori baik. Perangkat perkuliahan hasil pengembangan juga memenuhi kriteria praktis berdasarkan (a) keterlaksanaan RPP sebesar 100% dengan kualitas keterlaksanaan berkategori sangat baik, dan (b) aktivitas mahasiswa sesuai dengan tuntutan dari setiap tahapan perkuliahan yang direncanakan. Lebih lanjut perangkat perkuliahan yang dikembangkan juga dinyatakan efektif berdasarkan (a) hasil belajar mahasiswa yang memberikan ketuntasan sebesar 100%, dengan ketuntasan indikator ketercapaian kompetensi dasar 100%, dan (b) respon mahasiswa terhadap perkuliahan berupa minat dan motivasi yang meliputi aspek perhatian, relevansi, kepercayaan diri, dan kepuasan, yang semuanya berkategori baik. Berdasarkan temuan-temuan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa perangkat perkuliahan berdasarkan tingkat otonomi pebelajar yang dikembangkan dinyatakan layak (valid, efektif dan praktis) untuk digunakan dalam perkuliahan fisika dasar. Kata kunci: Pengembangan perangkat perkuliahan, perkuliahan inovatif, otonomi pebelajar. I. PENDAHULUAN Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Undang-undang No. 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi secara jelas telah memberikan beberapa penekanan dalam konsep pendidikan kita. Pertama, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana, yang berarti bahwa proses yang dilakukan di dalam kelas harus dengan pertimbangan dan perencanaan matang dalam upaya pencapaian tujuan. Kedua, pendidikan harus menyeimbangkan antara proses dan hasil belajar. Ketiga, pendidikan harus berorientasi pada peserta didik agar aktif mengembangkan potensi dirinya. Keempat, proses pendidikan berujung pada pembentukan sikap, pengembangan kecerdasan atau intelektual, dan pengembangan keterampilan (Sanjaya, 2011). Fakta di lapangan, khususnya di daerah Kalimantan Selatan menunjukkan bahwa proses pembelajaran/perkuliahan di kelas masih jauh dari harapan/amanah undang-undang. Berdasarkan pengalaman peneliti, umumnya perkuliahan di kelas (khususnya di PMIPA-FKIP Universitas Lambung Mangkurat) masih belum dilengkapi dengan perangkat perkuliahan yang memadai. Proses perkuliahan masih

PENGEMBANGAN PERANGKAT PERKULIAHAN INOVATIF …

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGEMBANGAN PERANGKAT PERKULIAHAN INOVATIF …

Pengembangan Perangkat Perkuliahan InovatifBerdasarkan Tingkat…

Vol. 4, No. 2, Mei 2015Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri SurabayaISSN : 2089-1776

547

PENGEMBANGAN PERANGKAT PERKULIAHANINOVATIF BERDASARKAN TINGKAT OTONOMI

PEBELAJAR PADA PERKULIAHANFISIKA DASAR

Abdul Salam M.1), Prabowo2), Z.A. Imam Supardi3)

1)Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin2),3)Dosen Pascasarjana Prodi Pendidikan Sains Universitas Negeri Surabaya

Abstract: This research was intended to produce the innovative instructional materials based on the learner autonomy levels onfundamental physics lecture and also to describe the feasibility of the materials. This research was conducted in two stages. Thefirst stage was the preparation intended to produce the innovative instructional materials. The second stage was the instructionalimplementation in a classroom by using the pretest and posttest group design. The data of research results showed that thedeveloped instructional materials were declared valid according to the expert judgment with good category on the whole. Thedeveloped instructional materials also fulfilled the practical criteria based on (a) the application of the lesson plan in classroomreaching 100% with the quality of very good category, and (b) the students’ activities were suitable with the requirement of everystage of the lesson plan. Furthermore, the developed instructional materials were also declared effective based on (a) theassessment of the students’ learning outcome giving the learning mastery of 100%, while the mastery of achievement indicator ofbasic competence being 100%, and (b) the students’ response to the instruction in the forms of interest and motivation includingthe aspects of attention, relevance, self-confidence, and satisfaction, all of which being of good category. Based on the findingsof the research, it can be concluded that the developed instructional materials based on the learner autonomy levels were declaredfeasible (valid, effective, and practical) to be used on fundamental physics lecture.

Keywords: Instructional materials development, innovative instruction, learner autonomy levels.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan perangkat perkuliahan inovatif berdasarkan tingkat otonomi pebelajar padaperkuliahan fisika dasar dan juga untuk mendeskripsikan kelayakan perangkat perkuliahan tersebut. Penelitian ini dilaksanakandalam dua tahap. Tahap pertama adalah persiapan; bertujuan untuk menghasilkan perangkat. Tahap kedua adalah implementasiperkuliahan di kelas yang menggunakan rancangan pretest and posttest group design. Data hasil penelitian menunjukkan bahwaperangkat perkuliahan yang dikembangkan dinyatakan valid berdasarkan hasil penilaian pakar yang kesemuanya berkategoribaik. Perangkat perkuliahan hasil pengembangan juga memenuhi kriteria praktis berdasarkan (a) keterlaksanaan RPP sebesar100% dengan kualitas keterlaksanaan berkategori sangat baik, dan (b) aktivitas mahasiswa sesuai dengan tuntutan dari setiaptahapan perkuliahan yang direncanakan. Lebih lanjut perangkat perkuliahan yang dikembangkan juga dinyatakan efektifberdasarkan (a) hasil belajar mahasiswa yang memberikan ketuntasan sebesar 100%, dengan ketuntasan indikator ketercapaiankompetensi dasar 100%, dan (b) respon mahasiswa terhadap perkuliahan berupa minat dan motivasi yang meliputi aspekperhatian, relevansi, kepercayaan diri, dan kepuasan, yang semuanya berkategori baik. Berdasarkan temuan-temuan hasilpenelitian, dapat disimpulkan bahwa perangkat perkuliahan berdasarkan tingkat otonomi pebelajar yang dikembangkandinyatakan layak (valid, efektif dan praktis) untuk digunakan dalam perkuliahan fisika dasar.

Kata kunci: Pengembangan perangkat perkuliahan, perkuliahan inovatif, otonomi pebelajar.

I. PENDAHULUANUndang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional dan Undang-undang No.12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi secara jelastelah memberikan beberapa penekanan dalam konseppendidikan kita. Pertama, pendidikan adalah usahasadar dan terencana, yang berarti bahwa proses yangdilakukan di dalam kelas harus dengan pertimbangandan perencanaan matang dalam upaya pencapaiantujuan. Kedua, pendidikan harus menyeimbangkanantara proses dan hasil belajar. Ketiga, pendidikanharus berorientasi pada peserta didik agar aktif

mengembangkan potensi dirinya. Keempat, prosespendidikan berujung pada pembentukan sikap,pengembangan kecerdasan atau intelektual, danpengembangan keterampilan (Sanjaya, 2011).

Fakta di lapangan, khususnya di daerahKalimantan Selatan menunjukkan bahwa prosespembelajaran/perkuliahan di kelas masih jauh dariharapan/amanah undang-undang. Berdasarkanpengalaman peneliti, umumnya perkuliahan di kelas(khususnya di PMIPA-FKIP Universitas LambungMangkurat) masih belum dilengkapi dengan perangkatperkuliahan yang memadai. Proses perkuliahan masih

Page 2: PENGEMBANGAN PERANGKAT PERKULIAHAN INOVATIF …

Pengembangan Perangkat Perkuliahan InovatifBerdasarkan Tingkat…

Vol. 4, No. 2, Mei 2015Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri SurabayaISSN : 2089-1776

548

didominasi oleh dosen (teacher centered) dengan pola:penyampaian informasi (metode ceramah) tentangkonsep, teori, dan rumus yang diikuti contoh soal.Mahasiswa sebagai subjek belajar lebih banyakdiposisikan sebagai pendengar dan belum diberikesempatan untuk lebih terlibat secara aktif dalamproses pemerolehan pengetahuan (kurang otonom).Penuntun praktikum yang digunakan di laboratoniumsudah sangat lengkap dan terstruktur sehingga tidakmelibatkan mahasiswa dalam keterampilan proses sainssecara lengkap.

Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Unlamsebagai satu-satunya lembaga pencetak guru fisika diKalimantan Selatan diharapkan berperan secaramaksimal dalam mengatasi permasalahan di atasmelalui inovasi dalam perkuliahan. Prabowo (2000)menyatakan bahwa dalam proses pembelajaran fisika,peserta didik hendaknya diarahkan untuk terbiasabekerja layaknya seorang saintis melalui kegiatanpenemuan dan inkuiri. Dukungan antara teori danpraktek serta pengintegrasiannya dalam prosespembelajaran menjadi sebuah kebutuhan untuk segeradilaksanakan. Bagi LPTK hal ini menjadi sangatpenting, sebab menurut Direktorat Jenderal PendidikanTinggi Depdikbud (1991), gaya mengajar guru-gurufisika di SLTA didominasi oleh gaya mengajardosennya pada saat mereka masih belajar di PerguruanTinggi.

Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitasproses dan hasil belajar mahasiswa adalah denganmengembangkan perangkat perkuliahan inovatif.Perangkat perkuliahan yang dikembangkan harusmampu melibatkan mahasiswa secara aktif dan bertahapuntuk membangun atau menemukan pengetahuan baru.Pengetahuan baru tersebut dapat berupa konsep-konsep,prinsip-prinsip atau teori-teori fisika, serta mampumemecahkan masalah yang berkaitan dengangejala/fenomena fisika dan atau produk teknologi.

Proses perkuliahan yang bertahap dalampengertian ini adalah dalam hal pemberian otonomikepada pebelajar (mahasiswa). Howe & Jones (1993)membagi otonomi pebelajar dalam tiga tingkatan. Padatingkat otonomi pertama dipilihlah pembelajaranlangsung untuk menyampaikan pengetahuan deklaratifserta melatihkan keterampilan prosedural, utamanyaketerampilan dalam memecahkan masalah melaluikegiatan penyelidikan. Pada proses pembelajaran initingkat otonomi pebelajar masih rendah dan perkuliahanmasih berpusat pada guru. Pada tingkatan keduadigunakan pembelajaran penemuan terbimbing untukmelatih pebelajar menggunakan keterampilanpemecahan masalah yang sudah disiapkan, belajarberdasarkan pengalaman langsung danmenginternalisasikan standar prilaku. Pada tingkatan

ketiga dipilih pembelajaran kooperatif tipe investigasikelompok, dimana pebelajar diberikan kesempatanuntuk merencanakan dan melaksanakan penyelidikanuntuk memecahkan masalah akademik yang diberikan.

Veenman dkk (2003) menyatakan bahwa paraguru/dosen dimungkinkan dan seharusnya lebihmemberikan pengarahan atau penjelasan selama fase-fase awal pemerolehan pengetahuan, ketika parasiswa/mahasiswa bekerja berdasarkan pengetahuan danketerampilan dasar yang diperlukan untuk memecahkanmasalah-masalah kompleks. Sejalan dengan itu,penelitian Klahr dan Nigam (2004) menyimpulkanbahwa pembelajaran langsung sangat efektif untukmengajarkan keterampilan dasar atau prosedur dasaruntuk penyelidikan ilmiah awal.

Pembelajaran yang lebih berorientasi pada pesertadidik akan efektif pelaksanaannya jika pengetahuan danketerampilan-keterampilan dasar yang diperlukan telahdikuasai oleh para siswa/mahasiswa. Akinbobola &Afolabi (2009) memberikan rekomendasi kepada paraguru fisika untuk menerapkan pembelajaran penemuanterbimbing karena mampu melibatkan siswa/mahasiswadalam aktivitas pemecahan masalah, belajar mandiri,berpikir kritis dan pemahaman, belajar kreatif, dan tidaksekedar belajar hafalan. Veenman dkk (2003) dalampenelitian yang lain menyatakan bahwa untukmengaktifkan siswa/mahasiswa dalam prosespembelajaran, guru/dosen bisa menerapkanpembelajaran kooperatif dan atau memanfaatkanberbagai teknik diskusi di dalam kelas.

Topik listrik dinamis pada mata kuliah fisika dasarterdiri dari (a) sejumlah pengetahuan deklaratif padabagian-bagian awal, menyangkut konsep dan prinsip-prinsip dasar kelistrikan, serta (b) keterampilanprosedural yang menyangkut keterampilanmenggunakan alat ukur kelistrikan dan pemecahanmasalah akademik melalui keterampilan proses sains.Pembahasan topik listrik dinamis berikutnya adalahtentang karakteristik dari rangkaian listrik arus searahdan perumusan hukum Ohm yang akan lebih menarikperhatian mahasiswa jika dipelajari melalui prosespenyelidikan. Bagian akhir topik adalah penerapan,yakni rangkaian RC dalam arus searah yang juga sangatmungkin untuk diselidiki melalui kegiatan eksperimen.

Peneliti melihat adanya kesesuaian antara masalahyang dihadapi, karakteristik mahasiswa, karakteristikmateri ajar serta kondisi perkuliahan inovatifberdasarkan tingkat otonomi pebelajar. Minimnyaaktivitas di kelas yang berimplikasi pada rendahnyakompetensi mahasiswa dapat diselesaikan denganmemberikan otonomi kepada mahasiswa secarabertahap agar lebih aktif dalam proses pemerolehanpengetahuan. Oleh karena itu, peneliti mengajukanalternatif solusi pemecahan masalah yang dihadapi

Page 3: PENGEMBANGAN PERANGKAT PERKULIAHAN INOVATIF …

Pengembangan Perangkat Perkuliahan InovatifBerdasarkan Tingkat…

Vol. 4, No. 2, Mei 2015Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri SurabayaISSN : 2089-1776

549

dosen dan mahasiswa dalam perkuliahan fisika dasar diPMIPA FKIP Unlam, dengan mengembangkanperangkat perkuliahan inovatif berdasarkan tingkatotonomi pebelajar.

II. METODE PENELITIANPenelitian ini termasuk penelitian pengembangan

(Developmental Research) karena mengembangkanperangkat perkuliahan inovatif berdasarkan tingkatotonomi pebelajar pada perkuliahan Fisika Dasar IItopik listrik dinamis. Perangkat perkuliahan tersebutmeliputi (1) Rencana Pelaksanaan Perkuliahan (RPP),(2) Materi Ajar (MA), (3) Lembar Kegiatan Mahasiswa(LKM) dan (4) Lembar Penilaian Hasil Belajar (LPHB).

Subjek dari penelitian ini adalah perangkatperkuliahan inovatif berdasarkan tingkat otonomipebelajar yang dikembangkan oleh peneliti danselanjutnya mahasiswa yang dijadikan subjek uji cobaperangkat, yakni mahasiswa program studi PendidikanFisika Jurusan Pendidikan MIPA-FKIP UniversitasLambung Mangkurat yang memprogramkan mata kuliahFisika Dasar II pada tahun akademik 2013-2014.

Model pengembangan perangkat perkuliahan yangdigunakan mengacu pada model Dick and Carey (1994)yang diadaptasi dengan menambahkan tahap validasiperangkat. Selanjutnya, Rancangan penelitian yangdigunakan adalah One Group Pretest-Posttest Design.

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkandata meliputi: (1) Lembar Penilaian PerangkatPerkuliahan, (2) Lembar Keterlaksanaan RPP, (3)Lembar Pengamatan Aktivitas Mahasiswa, (4) LembarPenilaian Hasil Belajar (LPHB), (5) Angket ResponMahasiswa (ARM), dan (6) Lembar Catatan KendalaLapangan (LCKL).

Pengumpulan data dilakukan dengan beberapateknik. Observasi/pengamatan digunakan memperolehdata keterlaksanaan RPP, aktivitas mahasiswa, hasilbelajar afektif dan hasil belajar psikomotorik. Teknik testertulis digunakan untuk memperoleh data hasil belajarkognitif mahasiswa. Angket digunakan untukmemperoleh data tentang respon berupa minat danmotivasi mahasiswa dalam mengikuti prosesperkuliahan. Untuk data validitas perangkat perkuliahandiperoleh dari hasil penelaahan pakar/ahli.

Analisis data dilakukan secara deskriptif sebagaiberikut:

1. Data penilaian perangkat perkuliahan dianalisisdengan merata-ratakan skor dari setiap komponenpenilaian. Validitas ditentukan denganmembandingkan skor rata-rata dengan kriteria yangtelah ditentukan.

2. Data keterlaksanaan RPP dianalisis dengan caramerata-ratakan skor pelaksanaan setiap

tahapan/sintaks model pembelajaran yangdigunakan.

3. Data aktivitas mahasiswa dianalisis dengan caramembuat tabulasi dari setiap jenis aktivitas, sertamenghitung persentase dari setiap aktivitas tersebut.

4. Data hasil belajar mahasiswa berupa kognitif, afektifdan psikomotorik digabung dengan proporsimasing-masing: 50% kognitif, 20% afektif dan 30%psikomotorik untuk mengetahui ketuntasan hasilbelajar mahasiswa serta ketuntasan indikatorketercapaian KD yang telah ditetapkan.

5. Data respon berupa minat dan motivasi mahasiswaterhadap perkuliahan dengan perangkatnya,dianalisis dengan cara merata-rata skor setiap aspek,selanjutnya disesuaikan dengan tabelpengkategorian yang ditetapkan.

III. HASIL PENELITIAN DAN DISKUSIPenelitian ini merupakan penerapan konsep

scaffolding dalam perkuliahan, yakni pemberiansejumlah besar bantuan kepada mahasiswa selamatahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian secaraperlahan memberikan/mengalihkan tanggung jawabyang semakin besar itu setelah mereka dapatmelakukannya (Slavin, 2006). Pemberian bantuan yangsemakin dikurangi ini diikuti dengan perubahan modelpembelajaran yang digunakan sebagaimanadikemukakan oleh Howe & Jones (1993), dalam rangkamemberikan otonomi yang lebih luas kepadamahasiswa.

A. Validitas perangkat perkuliahanRencana pelaksanaan perkuliahan yang

dikembangkan dalam penelitian ini memberikanpenekanan pada peran/tanggung jawab yang semakinbesar kepada mahasiswa agar bisa menjadi pebelajaryang mandiri. Hal ini sejalan dengan teori konstruktivis,dimana peserta didik diharapkan memiliki kemampuanuntuk mengkonstruksi sendiri pengetahuannya melaluipengalaman langsung.

Lembar kegiatan mahasiswa disusun secarasistematis berdasarkan tingkat kemampuan mahasiswa,dengan kata lain bahwa tingkat kesulitannyadisesuaikan dengan pengalaman belajar mahasiswa.Toharuddin (2011) menyatakan bahwa LKS/LKM sainsyang baik adalah yang tersusun secara logis, sistematis,dan sesuai dengan tingkat kemampuan sertaperkembangan peserta didik. Selain itu, LKM/LKS jugaharus dapat merangsang dan memotivasi keingintahuanpeserta didik, mengembangkan keterampilan prosessains serta kemampuan memecahkan masalah (problemsolving).

Lembar penilaian hasil belajar yangdikembangkan dalam penelitian ini berupa tes untuk

Page 4: PENGEMBANGAN PERANGKAT PERKULIAHAN INOVATIF …

Pengembangan Perangkat Perkuliahan InovatifBerdasarkan Tingkat…

Vol. 4, No. 2, Mei 2015Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri SurabayaISSN : 2089-1776

550

mengukur kognitif, serta lembar pengamatan untukmengukur afektif dan psikomotorik mahasiswa. Hal inisejalan dengan amanah undang-undang yang tidakhanya menitikberatkan penilaian pada aspek kognitifsaja, tetapi penting pula untuk mengukur hasil belajaraspek afektif dan psikomotorik.

Penilaian hasil belajar yang dikembangkan olehpeneliti didasarkan pada kompetensi yang harusdimiliki oleh seorang calon guru fisika SMA.Kompetensi tersebut sejalan dengan indikator literasisains dan teknologi yang diharapkan dimilikimahasiswa/lulusan dari bidang studi pendidikan fisikasebagai calon guru, yaitu: (1) kemampuan memahamikonsep, prinsip dan atau teori/hukum dasar fisika, (2)kemampuan mengaplikasikan rumus fisika berdasarkandata/pengamatan, (3) kemampuan memformulasikanfenomena fisika, (4) kemampuan menyelesaikanfenomena/gejala fisika dalam kehidupan sehari-hari, (5)kemampuan merancang dan melakukan kegiataneksperimen fisika.

Perhitungan reliabilitas memakai rumus AlphaCronbach dengan bantuan program SPSS 16.0 jugamenunjukkan bahwa reliabilitas tes hasil belajarkognitif sebesar 0,787 yang termasuk dalam derajatreliabilitas sedang. Selanjutnya dari analisis sensitivitasbutir soal, kesemua butir soal kognitif yangdikembangkan berkategori sensitif atau peka terhadap

efek-efek perkuliahan. Hal ini didasarkan padaperolehan nilai koefisien sensitivitas butir soal yangkesemuanya lebih besar dari 0,3.

Secara umum perangkat perkuliahan yangdikembangkan berkategori baik, sehingga dinyatakanvalid dan layak untuk diujicobakan di kelas,sebagaimana hasil penelaahan pakar yang diringkaspada Tabel 1.Tabel 1. Hasil Validasi Perangkat Perakuliahan

Jenis PerangkatPerkuliahan

Hasil PenilaianKategori Reliabilitas

RPP Baik 99,50%Materi Ajar Baik 99,33%LKM Baik 98,96%LPHB Baik 97,91%

B. Keterlaksanaan RPPKeterlaksanaan RPP memperlihatkan hasil yang

sangat baik pada ketiga pertemuan, walaupun masihterdapat beberapa kelemahan dalam tataranpelaksanaan. Kelemahan tersebut utamanya dalam halpengelolaan waktu dan kemampuan dasar mahasiswa.

Pada pertemuan pertama keterlaksanaan RPPadalah 100% dan hampir seluruh fase/tahapanpembelajaran langsung telah dilaksanakan dengankategori sangat baik (skor keterlaksanaan lebih dari 4,2)sebagaimana yang terlihat pada Gambar 1.

Kurang maksimalnya pelaksanaan fasemembimbing pelatihan lanjutan dan penerapansehingga masih berkategori baik lebih disebabkan olehfaktor waktu. Pelaksanaan fase-fase sebelumnya yangagak molor mengisyaratkan agar dosen sekaligussebagai peneliti berupaya untuk lebih selektif dalammemilih pokok-pokok penting dari informasi/penjelasanyang disampaikan kepada mahasiswa,menginformasikan waktu yang disiapkan untuk

melakukan persiapan, pelaksanaan dan analisis hasileksperimen,serta mengingatkan sisa waktu yangtersedia pada saat eksperimen berlangsung.

Berdasarkan Gambar 2 diketahui bahwaketerlaksanaan RPP-02 adalah sebesar 100% dengankualitas keterlaksanaan berkategori sangat baik karenaskor rata-rata perolehan untuk setiap tahap lebih besardari 4,2 (batas bawah kategori sangat baik). Untuk

Gambar 1. Grafik Keterlaksanaan RPP pada Pertemuan Pertama dengan ModelPembalajaran Langsung

Page 5: PENGEMBANGAN PERANGKAT PERKULIAHAN INOVATIF …

Pengembangan Perangkat Perkuliahan InovatifBerdasarkan Tingkat…

Vol. 4, No. 2, Mei 2015Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri SurabayaISSN : 2089-1776

551

meminimalisasi potensi munculnya kendala dilapangan, maka peneliti memastikan prasyaratpengetahuan bagi mahasiswa utamanya yang berkaitandengan penggunaan alat ukur, serta memberikan

prioritas penyelidikan bagi setiap kelompok.Eksperimen yang tidak menjadi kewajiban bagikelompok di kelas diselesaikan di luar jam perkuliahansebagai tugas terstruktur.

Keterlaksanaan RPP untuk pertemuan ketiga(Gambar 3) lebih baik dari dua pertemuan sebelumnya,khususnya dalam hal pengelolaan waktu.Ketidakbiasaan mahasiswa dalam menyusun prosedurkerja secara mandiri sempat mempengaruhipengalokasian waktu yang direncanakan. Namun

dengan bimbingan yang intensif, akhirnya mahasiswamampu menyelesaikan tugas yang diberikan danselanjutnya mempresentasikannya di depan kelas.Secara umum keterlaksanaan RPP pada pertemuanketiga ini berkategori sangat baik.

Gambar 2. Grafik Keterlaksanaan RPP pada Pertemuan Kedua dengan ModelPembelajaran Penemuan Terbimbing

Gambar 3. Grafik Keterlaksanaan RPP pada Pertemuan Ketiga dengan ModelPembelajaran Kooperatif tipe Investigasi Kelompok

Page 6: PENGEMBANGAN PERANGKAT PERKULIAHAN INOVATIF …

Pengembangan Perangkat Perkuliahan InovatifBerdasarkan Tingkat…

Vol. 4, No. 2, Mei 2015Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri SurabayaISSN : 2089-1776

552

0%

10%

20%

30%

40%

50%

Memperhati-kan

demonstrasi

Mendengar-kan

penjelasandosen

Melakukankegiatan/-

eksperimenterbimbing

Menyampai-kan hasil

eksperimen

Mengajukan

pertanyaan/-pendapat

Mendiskusi-kan

tugas/LKM

Melakukankegiatan/-

latihanlanjutan

Melakukanaktivitas

yang tidakrelevan

Kelas A 8.0% 42.0% 14.0% 8.0% 6.0% 18.0% 4.0% 0.0%Kelas B 8.0% 41.0% 15.0% 8.0% 6.0% 18.0% 4.0% 0.0%Kelas C 7.8% 41.2% 15.7% 7.8% 5.9% 17.6% 3.9% 0.0%

Pers

enta

se A

ktiv

itas

0.0%

10.0%

20.0%

30.0%

Memperha-tikan

demonstrasi

Mendengar-kan

penjelasandosen

Melengkapirancanganeksperimen

Melaksana-kan

eksperimen

Menganali-sisdata

eksperimen

Mempre-sentasikan

hasileksperimen

Bertanya/-mengajukan

pendapat

Mendiskusi-kan

tugas/LKM

Melakukanaktivitas tidak

relevan

Kelas A 1.8% 22.1% 7.1% 10.6% 5.3% 9.7% 18.6% 24.8% 0.0%Kelas B 3.8% 26.7% 5.7% 7.6% 3.8% 7.6% 18.1% 26.7% 0.0%Kelas C 3.6% 27.0% 5.4% 7.2% 5.4% 6.3% 18.0% 27.0% 0.0%

Pers

enta

se A

ktiv

itas

Gambar 4. Grafik Aktivitas Mahasiswa pada Pertemuan Pertama

Gambar 5. Grafik Aktivitas Mahasiswa pada Pertemuan Kedua

Page 7: PENGEMBANGAN PERANGKAT PERKULIAHAN INOVATIF …

Pengembangan Perangkat Perkuliahan InovatifBerdasarkan Tingkat…

Vol. 4, No. 2, Mei 2015Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri SurabayaISSN : 2089-1776

553

C. Aktivitas MahasiswaAktivitas mahasiswa yang dominan pada

pertemuan pertama sebagaimana yang terlihat padaGambar 4. adalah mendengarkan penjelasan dosenmemperhatikan penjelasan dan demonstrasi oleh dosen.Aktivitas dominan berikutnya adalah mendiskusikantugas/LKM dan melakukan kegiatan/eksperimenterbimbing. Pembelajaran langsung adalah sebuahmodel pembelajaran yang berpusat pada pengajar(guru/dosen). Sebagaimana hasil penelitian Vennmandkk (2003), fase-fase awal pembelajaran langsungmemposisikan peserta didik pada posisi yang agakpasif, namun setelah itu menuntut keaktifan pesertadidik.

Aktivitas mendiskusikan tugas/LKM menjadiaktivitas paling dominan yang dilakukan olehmahasiswa pada pertemuan kedua walaupun hanyamemiliki perbedaan yang sangat tipis dengan aktivitasmendengarkan penjelasan dosen. Secara umum,aktivitas mahasiswa pada pertemuan kedua (Gambar 5)ini telah mengikuti tuntutan dari model pembelajaranpenemuan terbimbing. Penemuan terbimbingmerupakan model pembelajaran yang memberikanotonomi menengah kepada mahasiswa dan diharapkanmenjadi jembatan penghubung antara teacher centeredmenuju student centered. Aktivitas lain yang dilakukanoleh mahasiswa adalah bertanya/mengemu-kakanpendapat, melaksanakan eksperimen sertamempresentasikan hasilnya.

Pertemuan ketiga dengan model koperatif tipeinvestigasi kelompok menuntut mahasiswa untuk lebih

aktif dengan beban tugas yang lebih berat dari padasebelumnya. Setiap kelompok harus merancangeksperimen sendiri untuk menyelidiki hubungan antarategangan dan waktu serta kuat arus dan waktu padaproses pengisian dan pengosongan muatan kapasitor.Hal ini mengakibatkan meningkatnya persentasekegiatan mendiskusikan tugas dan menjadi aktivitaspaling dominan di kelas, diikuti oleh aktivitasmendengarkan penjelasan dosen dan aktivitasbertanya/mengajukan pendapat.

Deskripsi aktivitas mahasiswa diatas bisadikatakan telah menunjukkan adanya kesesuaian antaratuntutan setiap model pembelajaran dengan aktivitasyang dilakukan oleh mahasiswa. Perangkat perkuliahanberdasarkan tingkat otonomi peserta didik mampumeningkatkan aktivitas dan tanggung jawab mahasiswadi dalam proses belajar mengajar. Hal ini sejalandengan temuan penelitian oleh Suyidno (2010) dansangat mendukung pandangan beberapa ahli pendidikanyang menyatakan bahwa dalam kegiatan belajar, subjekdidik harus berbuat aktif. Tanpa adanya aktivitas, makaproses belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik.(Sardiman, 2010:97)

D. Hasil Belajar MahasiswaImplementasi perangkat perkuliahan berdasarkan

tingkat otonomi pebelajar dengan menggunakan tigamodel pembelajaran merupakan sebuah urutan yangdidasarkan pada analisis kebutuhan. Modelpembelajaran langsung sebagai wujud dari otonomitingkat I merupakan dasar pijakan untuk dapatmelangkah ke pembelajaran penemuan terbimbing

0.0%

10.0%

20.0%

30.0%

Memperha-tikan

demonstrasi

Mendengar-kan

penjelasandosen

Merancang

investigasi

Melaksana-kan

investigasi

Menganali-sis data

investigasi

Mempre-sentasikan

hasileksperime

n

Bertanya/-mengajukan pendapat

Mendiskusi-kan

tugas/LKM

Melakukan aktivitas

tidakrelevan

Kelas A 3.7% 23.9% 7.3% 10.1% 5.5% 10.1% 13.8% 25.7% 0.0%Kelas B 3.7% 26.2% 5.6% 7.5% 3.7% 7.5% 17.8% 28.0% 0.0%Kelas C 3.7% 25.7% 5.5% 7.3% 5.5% 6.4% 18.3% 27.5% 0.0%

Pers

enta

se A

ktiv

itas

Gambar 6. Grafik Aktivitas Mahasiswa pada Pertemuan Ketiga

Page 8: PENGEMBANGAN PERANGKAT PERKULIAHAN INOVATIF …

Pengembangan Perangkat Perkuliahan InovatifBerdasarkan Tingkat…

Vol. 4, No. 2, Mei 2015Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri SurabayaISSN : 2089-1776

554

(otonomi tingkat II) dan selanjutnya ke pembelajarankooperatif tipe investigasi kelompok (otonomi tingkatIII). Hasil-hasil belajar dari setiap tingkat otonomi(berupa pengetahuan dan keterampilan yang salahsatunya diwujudkan dalam aktivitas mahasiswa selamaproses perkuliahan) merupakan prasyarat untukmemasuki tingkat otonomi berikutnya. Oleh karena itu,evaluasi dari tiap tingkat otonomi diperlukan untukmemastikan kesiapan dari mahasiswa menuju tingkatotonomi berikutnya.

Gambar 7 menunjukkan rata-rata hasil belajarmahasiswa sebelum dan setelah mengikuti perkuliahanyang menerapkan perangkat perkuliahan berdasarkantingkat otonomi pebelajar yang dikembangkan. Hasilposttest untuk ketiga kelas uji coba sama-samamemperlihatkan peningkatan nilai rata-rata dari hasilpretest. Selain itu, peningkatan yang relatif sama juga

terlihat dari nilai rata-rata posttest dari pertemuanpertama menuju pertemuan kedua dan ketiga.

Ketuntasan hasil belajar mahasiswa padapertemuan pertama merupakan modal awal yangdiperlukan menuju otonomi tingkat II dan III. Untukdapat menerapkan perkuliahan yang lebih berorientasipada peserta didik (pebelajar), maka mahasiswa perluuntuk menguasai pengetahuan dan keterampilan dasarpenyelidikan (Veenmann, 2003). Penguasaan konsep-konsep dasar kelistrikan dan keterampilan proses sainsini menjadi prasyarat berlangsungnya kegiatanpenyelidikan pada pertemuan kedua dalam settingpembelajaran penemuan terbimbing dan pertemuanketiga dengan pembelajaran kooperatif tipe investigasikelompok. Selain berhasil memberikan ketuntasansecara individu, perkuliahan berdasarkan tingkatotonomi pebelajar juga berhasil menuntaskan seluruhindikator ketercapaian Kompetensi Dasar (KD).

E. Respon MahasiswaRespon mahasiswa terhadap perkuliahan

berdasarkan tingkat otonomi pebelajar diukurmenggunakan angket respon berupa minat dan motivasiARCS. Minat dan motivasi mahasiswa terhadapkegiatan perkuliahan sebagaimana Gambar 8 rata-rataberkategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa perangkatperkuliahan berdasarkan tingkat otonomi pebelajar yangdikembangkan pada perkuliahan fisika dasar topiklistrik dinamis dapat menumbuhkan minat dan motivasimahasiswa dalam melaksanakan/mengikuti kegiatanperkuliahan ditinjau dari aspek perhatian, relevansi,

kepercayaan diri dan kepuasan. Menurut Ainley dkk(Woolfolk, 2009). minat personal maupun minatsituasional berhubungan dengan belajar dari teks. Minatyang lebih besar menghasilkan respons emosional yanglebih positif terhadap materi perkuliahan, lalumenghasilkan persistensi yang lebih tinggi, pemrosesanyang lebih mendalam, ingatan yang lebih baik terhadapmateri, dan prestasi yang lebih tinggi. Hal inimengisyaratkan kepada para pendidik untuk lebihterampil dalam menyusun teks/bahan ajar yang mampumembangkitkan minat peserta didiknya

0

20

40

60

80

100

Kelas A Kelas B Kelas C

1.8 3.9 1.91.3 2.9 1.50.1 0.7 0.3

79.1 78.9 78.2

85.9 83.3 83.188.9

85.7 87.2

Pretest Pert. 1 Pretest Pert. 2 Pretest Pert. 3 Postest Pert. 1 Postest Pert. 2 Postest Pert. 3

Gambar 7. Grafik Rekapitulasi Nilai Rata-Rata Pretest dan Posttest mahasiswa untuk KetigaPertemuan

Page 9: PENGEMBANGAN PERANGKAT PERKULIAHAN INOVATIF …

Pengembangan Perangkat Perkuliahan InovatifBerdasarkan Tingkat…

Vol. 4, No. 2, Mei 2015Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri SurabayaISSN : 2089-1776

555

Selain dari hasil angket minat dan motivasiARCS, respon mahasiswa yang baik terhadappembelajaran dapat pula kita lihat dari keaktifanmahasiswa dalam proses pembelajaran, khususnyadalam melakukan kegiatan eksperimen. Keingintahuanmahasiswa tersebut bahkan mendorongnya untukberlatih di laboratorium di luar jam kuliah yangditetapkan.

Minat dan motivasi yang tinggi berdampak padahasil belajar mahasiswa yang juga mengalamipeningkatan perolehan nilai rata-rata uji akhir (posttest).Menurut Sardiman (2010) prinsip dan hukum pertamadalam kegiatan pendidikan dan pengajaran adalahseseorang akan berhasil dalam belajar kalau padadirinya sendiri ada keinginan atau dorongan untukbelajar (motivasi). Penelitian oleh Wigfield, Eccles danRodrigues (Slavin, 2006) lebih lanjut menyatakanbahwa keberhasilan (pencapaian hasil belajar) danmotivasi saling berpengaruh satu sama lain.Keberhasilan akan memunculkan motivasi untukmemunculkan keberhasilan berikutnya.

.IV. KESIMPULANA. Simpulan

Berdasarkan analisis dan diskusi hasil penelitian,dapat disimpulkan bahwa perangkat perkuliahaninovatif berdasarkan tingkat otonomi pebelajar yangdikembangkan telah layak (valid, praktis, dan efektif)untuk digunakan pada perkuliahan fisika dasar.

B. SaranPengembangan perangkat perkuliahan inovatif

berdasarkan tingkat otonomi pebelajardapat digunakanpada perkuliahan fisika dasar

REFERENSIAkinbobola, A.O. and Afolabi, F. (2009).

“Constructivist Practices Through GuidedDiscovery Approach: The Effect On Students’Cognitive Achievements In Nigerian SeniorSecondary School Physics”. Bulgarian Journalof Science and Education Policy. Vol. 3 No. 2.pp 233-252.

Alonso, M. and Finn, E. J. (1983). FundamentalUniversity Physics. Sidney : Addison- WesleyPubl. Co, Reading.

Anderson, L.W. and Krathwhol, D.R. (2001). ATaxonomy for Learning, Teaching, andAssessing; A Revision of Bloom’s Taxonomy ofEducational Objectives. New York : AddisonWesley Longman, Inc.

Arends, R.I. (2012). Learning to Teach. 9th edition.New York: McGraw-Hill Companies.

Balim, A.G. (2009). “The Effects of DiscoveryLearning on Students’ Success and InquiryLearning Skills”. Eurasian Journal ofEducational Research. Issue 35. Spring pp 1-20.

Borich, G.D. (1994). Observation Skills for EffectivnessTeaching. New York: Macmillan Company,Inc.

Dick, W. and Carey, L. (2009). The Systematic Designof Instruction. 7th ed. New Jersey: Pearson

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Depdikbud.(1991). Kurikulum Pendidikan MIPA-LPTKProgram Strata-1 (S1). Jakarta.

Doymus, K., Simsek, U., Karacop, A., and Ada, S.(2009). “Effects of Two Cooperative LearningStrategies on Teaching and Learning Topics of

0.0

1.0

2.0

3.0

4.0

5.0

Attention Relevance Confidence Satisfaction

4.13 4.13 4.11 4.144.16 4.033.78

4.25

Minat Motivasi

Gambar 8. Grafik Respon Minat dan Motivasi Mahasiswa terhadap Perkuliahan

Page 10: PENGEMBANGAN PERANGKAT PERKULIAHAN INOVATIF …

Pengembangan Perangkat Perkuliahan InovatifBerdasarkan Tingkat…

Vol. 4, No. 2, Mei 2015Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri SurabayaISSN : 2089-1776

556

Thermochemistry”. World Applied SciencesJournal. Vol. 7 No. 1. pp. 34-42.

Howe, A. C. and Jones, L. (1993). Engaging Childrenin Science. New York: Macmillan CollegePublishing Company.

Ibrahim, M. (2010). Dasar-Dasar Proses BelajarMengajar. Surabaya: Unesa University Press.

Jabr, R.K. 2011. “Introducing The Skills of Self-assessment and Peer Feedback”. Studies inSelf-Access Learning Journal. Vol. 2 No. 1. pp26-31.

Jamal, M. A. (2010). Pengembangan Teknik PemodelanFisika melalui Pengajaran Langsung padaPerkuliahan Fisika Dasar. Tesis MagisterPendidikan tidak dipublikasikan: PascasarjanaUnesa.

Kardi, S. (2003). “Strategi Motivasi Model ARCS”.Bahan kuliah pada Prodi S2 Pendidikan SainsUnesa Surabaya.

Kemp, J.E. (1994). Designing Effective Instruction.New York: Macmillan College PublishingCompany.

Klahr, D. and Nigam, M. (2004). “The Equivalence ofLearning Paths in Early Science Instruction:Effects of Direct Instruction and DiscoveryLearning”. Psycological Science. Vol. 15 No.10. pp 661-667.

Koc, Y. , Doymus, K., Karacop, A., Simsek, U. (2010).“The Effects of Two Cooperative LearningStrategies on the Teaching and Learning of theTopics of Chemical Kinetics”. Journal of TurkishScience Education. Vol. 7, Issue 2.

Magliaro, S.G., Lockee, B.B., and Burton, J.K. (2005).“Direct Instruction Revisited: A Key Modelfor Instructional Technology”. EducationalTechnology Research & Development. Vol. 53No. 4. pp 41-55.

Mitchell, M.G., Montgomery, H., Holder, M., andStuart, D. (2008). “Group Investigation as aCooperative Learning Strategy: An IntegratedAnalysis of the Literature”. The AlbertaJournal of Educational Research. Vol. 54 No.4. pp 388-395.