10
Pengembangan Transportasi Massal di Kota Padang dan Sekitarnya Forum diskusi publik yang mengambil tema “Pengembangan Transportasi Massal di Kota Padang Sekitarnya” ini dihadiri oleh multi-stakeholder dengan tujuan untuk menjaring aspirasi dan memper masukan dalam rangka revitalisasi transportasi di Kota Padang dan kota-kota sekitarnya. Seperti diskusi-diskusi sebelumnya yang diselenggarakan oleh Puskom Publik Kementerian Perhubungan, fu narasumber dalam diskusi tersebut hanya sebagai pemantik saja, tidak terlalu dominan. Setiap pes yang menunjukkan jari untuk berbicara diberi kesempatan berbicara. Ini yang membedakan dengan dis pada umumnya yang maksimal menampung 3-6 orang penanggap saja. Metode diskusi yang demikian dite karena terbukti ampuh dalam menjaring aspirasi publik yang leih luas bila dibandingkan dengan m diskusi pada umumnya. Dalam acara diskusi ini tidak ada pembicara tunggal, akan tetapi setiap peserta sebagai perwak unsur memiliki kesempatan untuk menyampaikan pendapat. Diskusi dipimpin oleh moderator dan dia dengan penyampaian paparan singkat oleh para pemantik diskusi. Adapun yang menjadi pemantik dis ini yaitu Acara diskusi ini dibuka oleh Mudrika, Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Sumbar (Sumatra Bar Dalam sambutannya dikatakan bahwa permasalahan transportasi di Sumbar, khususnya Kota Padang, B Tinggi, dan Padang Panjang hampir sama dengan permasalahan transportasi yang dihadapi kota- lainnya di luar Sumbar, yaitu parkir, pelayanan angkutan umum, kecelakaan, dan permasal lingkungan. Penyebabnya adalah peningkatan jumlah perjalanan akibat perkembangan kegiatan sosial ekonomi masyarakat. Beberapa kota yang memiliki keterkaitan fungsi sosial dan ekonomi yang kuat mengalami mobilitas antar wilayah yang tinggi, seperti Kota Padang dengan Pariaman dan Pari dengan Bukit Tinggi. Dengan demikian diperlukan arah kebijakan yang komprehensif dan berkesinambu agar kebutuhan perjalanan masyarakat dapat terpenuhi. Saat ini Sumbar sudah memiliki beberapa kebijakan transportasi yang terpadu antara kebijakan si transportasi nasional, provinsi, dan kabupaten/kota. Kebijakan tersebut memprioritaskan pembang fasilitas angkutan umum massal, seperti kereta api, bis massal, integrasi kedua moda, kawasan pej kaki, jalur khusus tidak bermotor, dan perhatian kepada lingkungan hidup. Ada beberapa program pengembangan transportasi di Kota Padang yang tengah dipersiapkan u mendukung Kota Padang sebagai kota metropolitan, sebagaimana disebutkan dalam Rencana Tata R Wilayah (RTRW) Sumbar. Petama, pengembangan angkutan kereta api komuter. Jalan kereta api yang s ada di Sumbar saat ini –yang merupakan peninggalan pemerintahan kolonial—merupakan cikal b pembangunan kereta api komuter tersebut. Kedua, pengembangan kota terpadu. Aglomerasi antara Padang dan kota-kota lain di sekitarnya akibat keterikatan fungsional dapat dihubungkan dengan si jaringan prasarana wilayah yang terintegrasi dan didukung dengan angkutan umum kereta api komuter bis massal. Ketiga, pengembangan kawasan pedestrian. Fasilitas pedestrian merupakan bagian inte dari sistem transportasi perkotaan di kawasan yang memiliki jumlah mobilitas pejalan kaki c tinggi, seperti pusat perbelanjaan, pasar, sekolah, mesjid, stasiun, terminal, rumah sakit, lapa olahraga, kawasan wisata, dsb. Pembangunan kawasan pedestrian saat ini telah dimulai di Kota B Tinggi. Keempat, peningkatan kualitas lingkungan hidup perkotaan melalui upaya penegakan perat pengujian kendaraan bermotor, sertifikasi bengkel penguji gas buang, dan penerapan hari b kendaraan bermotor. PRESENTASI 1. Yudi Indra (Kepala Bidang Angkutan Dinas Perhubungan Kota Padang) Kota Padang memiliki luas 694,96 km2. Akan tetapi, hanya 30% dataran yang dapat dimanfaatkan

Pengembangan Transportasi Massal Di Kota Padang Dan Sekitarnya

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ddsd

Citation preview

Page 1: Pengembangan Transportasi Massal Di Kota Padang Dan Sekitarnya

Pengembangan Transportasi Massal di Kota Padang dan SekitarnyaForum diskusi publik yang mengambil tema “Pengembangan Transportasi Massal di Kota Padang dan Sekitarnya” ini dihadiri oleh multi-

stakeholder dengan tujuan untuk menjaring aspirasi dan memperoleh masukan dalam rangka revitalisasi transportasi di Kota Padang dan

kota-kota sekitarnya. Seperti pada diskusi-diskusi sebelumnya yang diselenggarakan oleh Puskom Publik Kementerian Perhubungan,

fungsi narasumber dalam diskusi tersebut hanya sebagai pemantik saja, tidak terlalu dominan. Setiap peserta yang menunjukkan jari

untuk berbicara diberi kesempatan berbicara. Ini yang membedakan dengan diskusi pada umumnya yang maksimal menampung 3-6

orang penanggap saja. Metode diskusi yang demikian ditempuh karena terbukti ampuh dalam menjaring aspirasi publik yang leih luas

bila dibandingkan dengan model diskusi pada umumnya.

 

Dalam acara diskusi ini tidak ada pembicara tunggal, akan tetapi setiap peserta sebagai perwakilan unsur memiliki kesempatan untuk

menyampaikan pendapat. Diskusi dipimpin oleh moderator dan diawali dengan penyampaian paparan singkat oleh para pemantik

diskusi. Adapun yang menjadi pemantik diskusi ini yaitu 

Acara diskusi ini dibuka oleh Mudrika, Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Sumbar (Sumatra Barat). Dalam sambutannya dikatakan

bahwa permasalahan transportasi di Sumbar, khususnya Kota Padang, Bukit Tinggi, dan Padang Panjang hampir sama dengan

permasalahan transportasi yang dihadapi kota-kota lainnya di luar Sumbar, yaitu parkir, pelayanan angkutan umum, kecelakaan, dan

permasalahan lingkungan. Penyebabnya adalah peningkatan jumlah perjalanan akibat perkembangan kegiatan sosial dan ekonomi

masyarakat. Beberapa kota yang memiliki keterkaitan fungsi sosial dan ekonomi yang kuat akan mengalami mobilitas antar wilayah yang

tinggi, seperti Kota Padang dengan Pariaman dan Pariaman dengan Bukit Tinggi. Dengan demikian diperlukan arah kebijakan yang

komprehensif dan berkesinambungan agar kebutuhan perjalanan masyarakat dapat terpenuhi.

Saat ini Sumbar sudah memiliki beberapa kebijakan transportasi yang terpadu antara kebijakan sistem transportasi nasional, provinsi,

dan kabupaten/kota. Kebijakan tersebut memprioritaskan pembangunan fasilitas angkutan umum massal, seperti kereta api, bis massal,

integrasi kedua moda, kawasan pejalan kaki, jalur khusus tidak bermotor, dan perhatian kepada lingkungan hidup.

Ada beberapa program pengembangan transportasi di Kota Padang yang tengah dipersiapkan untuk mendukung Kota Padang sebagai

kota metropolitan, sebagaimana disebutkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Sumbar. Petama, pengembangan angkutan

kereta api komuter. Jalan kereta api yang sudah ada di Sumbar saat ini –yang merupakan peninggalan pemerintahan kolonial—

merupakan cikal bakal pembangunan kereta api komuter tersebut. Kedua, pengembangan kota terpadu. Aglomerasi antara Kota Padang

dan kota-kota lain di sekitarnya akibat keterikatan fungsional dapat dihubungkan dengan sistem jaringan prasarana wilayah yang

terintegrasi dan didukung dengan angkutan umum kereta api komuter dan bis massal. Ketiga, pengembangan kawasan pedestrian.

Fasilitas pedestrian merupakan bagian integral dari sistem transportasi perkotaan di kawasan yang memiliki jumlah mobilitas pejalan kaki

cukup tinggi, seperti pusat perbelanjaan, pasar, sekolah, mesjid, stasiun, terminal, rumah sakit, lapangan olahraga, kawasan wisata, dsb.

Pembangunan kawasan pedestrian saat ini telah dimulai di Kota Bukit Tinggi. Keempat, peningkatan kualitas lingkungan hidup perkotaan

melalui upaya penegakan peraturan pengujian kendaraan bermotor, sertifikasi bengkel penguji gas buang, dan penerapan hari bebas

kendaraan bermotor.

PRESENTASI

1. Yudi Indra (Kepala Bidang Angkutan Dinas Perhubungan Kota Padang)

Kota Padang memiliki luas 694,96 km2. Akan tetapi, hanya 30% dataran yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk melakukan

aktivitas sosial ekonomi, selebihnya merupakan kawasan hutan lindung. Kota Padang memiliki 21 buah sungai dan garis pantai

sepanjang ± 84 km. Adapun penduduknya berjumlah 925.344 jiwa.

Kebijakan pengembangan sistem angkutan umum massal di Kota Padang dilandasi oleh beberapa latar belakang. Pertama, Kota

Padang saat ini didominasi oleh angkutan berkapasitas kecil/angkutan kota (angkot) yang menimbulkan kepadatan lalu lintas. Di samping

itu, jumlah bis kota yang sebelumnya berjumlah enam trayek (386 unit bis) kini telah berkurang menjadi dua trayek (188 unit bis) atau

turun sebesar 53% karena kalah bersaing dengan angkot. Latar belakang lain yang mendorong pengembangan angkutan umum massal

di Kota Padang, yakni pengusaha angkot yang belum profesional dan awak kendaraan yang berperan ganda untuk mengoperasikan

kendaraan dan mengumpulkan pendapatan. Dengan demikian, kebijakan pengembangan sistem angkutan umum massal perlu didorong

Page 2: Pengembangan Transportasi Massal Di Kota Padang Dan Sekitarnya

karena terbukti lebih efektif, efisien, dan sustainable.

Beberapa studi tentang transportasi di Kota Padang yang dilakukan sejak tahun 2005 merekomendasikan agar Kota Padang memiliki

angkutan massal. Data dalam Rencana Umum Jaringan Transportasi Jalan (RUJTJ) Kota Padang Tahun 2004-2013 menunjukkan

bahwa penggunaan moda transportasi angkutan umum pada tahun 2004 berjumlah 53% dari seluruh perjalanan. Akan tetapi,

penggunaan angkutan umum mengalami penurunan sejak tahun 2005 sehingga pada tahun 2010 turun menjadi 45,47%. Sedangkan

penggunaan kendaraan pribadi meningkat tajam dari 47% pada tahun 2005 menjadi 54,53% pada tahun 2010. Kondisi ini menimbulkan

potensi kemacetan yang tinggi, pemborosan BBM, peningkatan polusi, dan angka kecelakaan yang tinggi.

 

Penurunan jumlah penggunaan angkutan umum di Kota

Padang disebabkan oleh perilaku pengemudi angkutan yang

seringkali berebutan penumpang, melanggar rambu lalu

lintas, berhenti di sembarang tempat, dan mengebut.

Akibatnya, penumpang merasa tidak nyaman, tidak memiliki

kepastian waktu perjalanan (unrealibility), tingkat

keselamatannya rendah, dan keamanannya tidak terjamin.

Akar dari permasalahan tersebut adalah sistem setoran yang

membuat pengemudi mengejar setoran. Solusinya adalah

melakukan perubahan manajemen pengelolaan angkutan

umum.

Dalam manajemen pengelolaan angkutan saat ini, tanggung

jawab pelayanan transportasi dari yang paling besar

dipegang oleh pemerintah, pengusaha, dan pengemudi.

Akan tetapi, yang memegang resiko paling besar justru sebaliknya, yaitu pengemudi, pengusaha, dan pemerintah. Seharusnya, porsi

resiko yang ditanggung oleh pemerintah sebanding dengan porsi tanggung jawabnya sebagai penyedia public service. Salah satu cara

untuk mengalihkan resiko tersebut adalah dengan sistem buy the service, di mana pemerintah membeli pelayanan kepada pengusaha

untuk masyarakat. Dengan demikian, resiko kerugian dapat ditanggung oleh pemerintah.

 

 

 

 

 

  

 

 

Pemerintah Kota

Padang ingin

menciptakan

Padang New

City, yaitu

perubahan pusat

pemerintahan

dari Padang

Barat ke daerah

Air Pacah.

Alasannya,

gempa 30

September 2009

Page 3: Pengembangan Transportasi Massal Di Kota Padang Dan Sekitarnya

telah menyebabkan kerusakan bangunan dan prasarana kota, termasuk prasarana dan fasilitas transportasi kota. Di samping itu terdapat

pula perubahan pola pergerakan masyarakat dari daerah kawasan pantai barat ke kawasan timur Kota Padang. Menyikapi hal tersebut,

maka perlu dilakukan penataan moda transportasi.

Rencana sistem transportasi Kota Padang yang merujuk kepada Rencana Induk Transportasi Kota Padang 2010-2030 menyebutkan ada

tiga moda angkutan massal transportasi yang akan dikembangkan di Kota Padang. Pertama, Bus Rapid Transit (BRT) yang diberi nama

Trans Padang yang terdiri dari lima koridor. Koridor I dengan panjang 19 km akan dioperasikan mulai bulan Agustus 2013 mendatang

dengan 20 bus uji coba. Saat ini Trans Padang sedang menjalani tahap persiapan halte dan konsorsium yang akan menjalankan

pengoperasioannya. Halte Trans Padang berukuran kecil karena keterbatasan lahan, bersebelahan dengan rel kereta api, dan berada di

trotoar yang sempit. Sistem ticketing direncanakan menggunakan smart card yang bekerja sama dengan bank. Masyarakat mengisi

saldo kartu seperti pulsa, kemudian di-tap di halte untuk menggunakan bis.

Rencana Lintasan (Koridor) Trans Padang

 

Koridor Rute    

Koridor I Pasar Raya – Lb. Buaya    

Koridor II Pasar Raya – Indarung    

Koridor III Lb. Buaya – By Pass – Teluk Bayur    

Koridor IV Pasar Raya – Air Pacah    

Koridor V Pasar Raya – Teluk Bayur  

MEKANISME PENGELOLAAN TRANS PADANG

 

 

SKEMA SISTEM PENGELOLAAN

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Kedua, kereta api yang menghubungkan Terminal

Bukit Putus, Simpang Haru, hingga Tabing. Kereta api ini nantinya akan dikembangkan menjadi Komuter Palapa (Padang, Lubuk Alung,

Pariaman). Ketiga, monorail sebagai bentuk pembangunan jangka panjang 2020 yang direncanakan  mengitari Kota Padang.

Ketiga moda transportasi tersebut dihubungkan oleh beberapa transfer point, yaitu Terminal Tipe A di bagian Utara Kota Padang,

Terminal Tipe B di bagian Timur dan Selatan, dan Bandara Internasional Minangkabau (BIM). Terminal Tipe B di bagian Timur memiliki

rel kereta api yang sangat bermanfaat untuk memindahkan arus barang dan orang dari Solok ke Padang. Sedangkan Terminal Tipe B di

Selatan memiliki rel kereta api yang tidak dimanfaatkan sehingga di bawah dapat didirikan stasiun kereta api, sedangkan di atas didirikan

terminal bis. Oleh karena terminal ini terletak pada titik merah kawasan rawan bencana tsunami, maka apabila terjadi bencana dapat

sekaligus dimanfaatkan sebagai titik berkumpul untuk mengevakuasi warga. Apalagi jika mengingat wilayah ini banyak dikelilingi oleh

Page 4: Pengembangan Transportasi Massal Di Kota Padang Dan Sekitarnya

perumahan dan pasar. Rencana ini sudah dikoordinasikan dengan Badan Nasional Penganggulangan Bencana (BNPB) dan sudah

melalui tahap studi kelayakan. Saat ini Dinas Perhubungan Kota Padang sedang berkoordinasi dengan PT KAI untuk dapat

memanfaatkan tanah tersebut dan mencari sistem yang baik untuk melaksanakannya.

2. Tri Septa Riza (Manajer Aset PT Kereta Api Indonesia Divre II Sumbar)

PT KA merupakan perseroan yang harus menghidupi dirinnya sendiri, sehingga kereta api yang tidak komersil belum menjadi prioritas.

PT KA Regional II Sumbar memiliki lintasan sepanjang 250 km dengan aset tanah 11 juta meter2. Kondisi saat ini sangat

memprihatinkan untuk bertahan hidup. Apalagi pada tahun lalu mengalami kerugian sebesar Rp. 25 milyar. Namun, kereta api tetap

berjalan atas permintaan Pemerintah Daerah. Kereta api beroperasi sebanyak dua kali Pulang Pergi (PP) setiap hari, sedangkan khusus

hari libur, Sabtu, dan Minggu tiga kali PP. Kereta api barang beroperasi sebanyak 14 kali PP untuk mengangkut semen dari PT Semen

ke Teluk Bayur. Saat ini PT KA sedang melakukan penertiban terhadap aset-aset karena banyak wilayah yang sudah ditempati oleh

masyarakat secara turun-temurun.

3. Adrian Zulfikar (Koordinator IRPS Wilayah Sumbar)

Pentingnya revitalisasi kereta api sebagai angkutan umum massal di Sumbar dilatarbelakangi oleh terjadinya kepadatan lalu lintas di

jalan raya perkotaan akibat jumlah kendaraan yang tidak terkendali dan panjang jalan yang tidak sebanding dengan volume kendaraan.

Di samping itu, banyaknya angkutan bertonase tinggi di jalan raya menyebabkan kerusakan jalan. Pemerintah, termasuk DPR

mengatakan bahwa kereta api hanya menimbulkan kemacetan di persimpangan antara jalan raya dan lintasan kereta api. Padahal,

kereta api memiliki banyak manfaat seperti hemat BBM, berkurangnya polusi udara, menghemat lahan, daya angkut kereta api sebagai

angkutan massal dapat mengurangi kemacetan, dan nyaman.

Kereta api merupakan leading sector pembangunan. Hampir semua negara-negara maju memiliki kereta api. Untuk itu perlu diusulkan

kepada pemerintah beberapa hal mengenai kereta api, yaitu:

1. Merevitalisasi jalur non aktif kereta api, yaitu Padang Panjang-Bukit Tinggi-Payakumbuh-Limbanang.

2. Mengaktifkan Kereta Api penumpang Sawah Lunto-Solok-Batu Tebal dan Padang Kayu Tanam.

3. Membangun Jalur Baru antara Payakumbuh-Bangkinang-Pekan Baru dan Air Bangis-Lubuk Sikaping-Pasir Pangaraian-Duri.

4. Memperhatikan angkutan barang dan penumpang dengan provinsi tetangga.

5. Mengalihkan angkutan baran berat dari jalan raya ke kereta api dan menegaskan pembatasan tonase.

6. Memaksimalkan potensi setiap wilayah (kabupaten/kota) dengan industrialisasi sehilir mungkin.

7. Membangun jalur monorail di sekeliling Kota Padang dan Bukit Tinggi.

4. Purnawan (Ketua MTI Wilayah Sumbar)

Pengembangan angkutan umum massal dan fasilitas penunjangnya di Kota Padang harus segera dilakukan karena saat ini kondisi

kemacetan di Kota Padang sudah cukup memprihatinkan. Penyebabnya antara lain adalah pertambahan jumlah penduduk yang diiringi

dengan peningkatan jumlah pembelian kendaraan bermotor. Berdasarkan data yang ada, jumlah pembelian kendaraan bermotor di Kota

Padang tidak pernah mengalami penurunan selama 20 tahun terakhir. Hal ini menyebabkan masalah transportasi akan terus muncul ke

depannya.

Jumlah Kendaraan di Provinsi Sumbar Tahun 1990-2010

 

Masalah transportasi di Sumbar terkonsentrasi di Kota Padang karena jumlah kendaraan bermotornya jauh lebih banyak daripada di

kota-kota lain di sekitarnya. Di samping itu, pergerakan lalu lintas di Sumbar tersentralisasi di Kota Padang karena semua aktivitas

terkonsentrasi di kota tersebut. Sebenarnya Padang sudah memiliki angkutan massal, hanya saja perlu perbaikan kualitas. Angkutan

massal diperlukan apabila kapasitas penumpang meningkat, yakni dari bis kecil, BRT, hingga kereta api.

Ada dua pilihan angkutan massal, yaitu kereta api atau bus. Investasi kereta api relatif mahal dan pembangunan infrastruktur

penunjangnya relatif lebih lama. Sedangkan investasi bis relatif murah dan pembangunan infrastruktur penunjanngya relatif lebih cepat.

Akan tetapi, pilihan revitalisasi kereta api dipertimbangkan karena Sumbar sudah memiliki jaringan rel (track) yang dapat dimanfaatkan.

Page 5: Pengembangan Transportasi Massal Di Kota Padang Dan Sekitarnya

Revitalisasi kereta api juga memiliki manfaat yang dapat sebanding dengan pembangunan monorail yang baru.

Kapasitas dan Biaya Investasi Sistem Angkutan Umum

 

Salah satu hal peting yang perlu diperhatikan dalam pengembangan angkutan massal adalah standar pelayanan. Angkutan massal di

Indonesia seringkali tidak memiliki standar pelayanan. Jika ada, strandar pelayanan tersebut juga tidak pernah dikontrol. Standar

pelayanan yang harus diperhatikan tersebut terdiri dari keandalan pelayanan, keamanan dan keselamatan, fasilitas penumpang, dan

kenyamanan.

Pengembangan angkutan umum massal bus di Padang memiliki beberapa tantangan. Pertama, pengaturan operasional rute angkot yang

tidak mudah dilakukan oleh Dishub Sumbar. Kedua, pembuatan angkutan di jalur feeder. Jalur yang terlalu pendek menjadi masalah

sehingga bis tidak terisi penuh karena permintaan (demand) tidak terus-menerus ada. Ketiga, kepadatan penduduk di sepanjang rute

tidak merata. Keempat, potensi pengguna umum bus massal berasal dari pengguna angkot atau sepeda motor. Tantangan juga akan

muncul pada pengembangan angkutan umum massal kereta api di Padang, seperti rute yang terbatas, biaya operasional tinggi, dan tarif

yang dapat dikenakan juga terbatas.

Kenyataannya sekarang, kendaraan pribadi memberikan kenyamanan dari rumah, ke kantor, hingga kembali lagi ke rumah (door to

door). Sedangkan kendaraan umum tidak memberikan kenyamanan door to door tersebut. Ada beberapa hal yang harus diperbaiki untuk

memberikan kenyamanan tersebut. Salah satunya adalah pengembangan fasilitas pejalan kaki. Di negara-negara maju, orang yang

berjalan dari dan ke perumahan, halte, dan kantor selalu nyaman. Sehingga, fasilitas ini harus dibuat secara bertahap. Selain itu, feeder

juga harus dibangun untuk menghubungkan halte Trans Padang dengan perumahan dan perkantoran.

Angkutan umum massal tidak mungkin berjalan tanpa campur tangan pemerintah untuk menata perminatan masyarakat. Dengan

demikian perlu dilakukan pembatasan penggunaan kendaraan pribadi melalui implementasi tarif parkir tinggi di titik-titik tertentu, uji

standar kelayakan kendaraan pribadi, pajak berkendaraan di jalan dan pajak kendaraan, dan kewajiban asuransi kendaraan. Akan tetapi,

apapun sistem yang dibangun harus diikuti dengan penegakan hukum (law enforcement) dan menjaga standar pelayanan.

ISU-ISU YANG BERKEMBANG DALAM DISKUSI:

1. Revitalisasi Kereta Api

1. Herry Zulman (MTI Wilayah Sumbar) mengatakan bahwa Kota Padang saat ini sudah mulai menghadapi masalah transportasi

seperti kemacetan di jalan raya. Dengan demikian, transportasi di Kota Padang sudah semestinya berganti dengan transportasi berbasis

rel sehingga kepadatan jalan raya berkurang. Namun, pengguna jasa dan berbagai institusi transportasi di Kota Padang belum bersinergi

satu sama lain untuk mewujudkan hal tersebut. Pemda Kota Padang dan PT KA berjalan sendiri, sedangkan MTI hanya sekedar

mengamati saja karena belum memiliki pengaruh. Padahal, potensi aset kereta api yang menganggur bertahun-tahun juga harus

diberdayakan.

2. Juttarson (Dinas Perhubungan Provinsi Sumbar) mengatakan bahwa semua instrumen yang terkait dengan perencanaan

transportasi Kota Padang amat lengkap, antara lain RTRW (Rencana Tata Ruang dan Wilayah) yang memberikan akomodasi terhadap

pembangunan angkutan massal, Rencana Induk Perkeretaapian Sumbar, Rencana Induk Kereta Api Komuter Sumbar. Akan tetapi,

implementasinya berjalan sendiri-sendiri. Dishub juga sudah mengajak PT KA untuk mengalihkan sebagian besar pengangkutan batu

bara melalui kereta api. Namun, hal ini belum berjalan.Rezbi Martin (Mahasiswa Universitas Negeri Padang) menambahkan bahwa di

daerah-daerah pantai perlu dibangun transportasi sebagai akses potensi wisata. Ia setuju dengan pengembangan kereta api, namun

lebih baik terfokus ke kereta api antar kota, bukan dalam kota.  Kereta api sangat menarik untuk dijalankan kembali karena banyak rel

yang sudah tidak dimanfaatkan lagi. Kereta api merupakan salah satu moda yang ramah lingkungan. Salah satu jalur yang harus

dimanfaatkan adalah jalur Padang menuju Bukit Tinggi yang merupakan kawasan wisata. Ini akan menarik orang yang berwisata untuk

menggunakan kereta api.

3. Dwina Archenita (Politeknik Negeri Padang) menyebutkan bahwa kereta api di Kota Padang diharapkan dapat mengurangi

Page 6: Pengembangan Transportasi Massal Di Kota Padang Dan Sekitarnya

jumlah bus liar yang tidak memiliki izin usaha. Angkutan umum tersebut membahayakan keselamatan masyarakat pengguna. Ada

banyak angkutan umum liar yang ugal-ugalan di Kota Padang. Ada banyak kejadian kecelakaan yang terjadi antara angkutan umum.

Perkeretaapian di tahun 1960-an memang menjadi pionir utama dalam transportasi, namun sekarang tidak diminati lagi. Pemerintah

harus berpikir bagaimana cara untuk menumbuhkan minat masyarakat terhadap kereta api. Apalagi kereta api merupakan transportasi

yang paling nyaman dan irit.

4. Dewi Karnida (Dinas Prasarana Jalan Provinsi Sumbar) mengatakan bahwa saat ini Kota Padang tengah mengembangkan jalan-jalan

pantai untuk mengurangi kemacetan di dalam kota. Di samping itu juga akan dibangun kembali Jalan Lintas Timur Sumatera yang

merupakan salah satu sumber kemacetan. Berapa pun panjang jalan yang dibuat akan tetapi kalau tidak didukung oleh masyarakat,

maka penggunaannya tidak akan maksimal. Pembangunan transportasi massal harus didukung karena kalau tanpa dukungan

masyarakat tidak akan terbangun. Sehingga jalan yang dibuat tidak ada manfaatnya. Pengembangan transportasi umum massal seperti

monorail perlu dipikirkan matang-matang, karena belum diperlukan di Sumbar.

5. Riswandi (Politeknik Negeri Padang) menanggapi bahwa ada banyak perspektif untuk menganalisis waktu yang tepat dalam

pembangunan transportasi massal, seperti masalah kemacetan dan kecelakaan lalu lintas yang terjadi. Di titik-titik tertentu di Kota

Padang, kemacetan menyebabkan baik kendaraan roda empat maupun kendaraan roda dua tidak dapat bergerak. Sepanjang awal tahun

2012 ini sudah lebih dari 300 orang yang mengalami kecelakaan. Konsumsi BBM nasional lebih dari 60% dari seluruh konsumsi jenis

energi. Sektor transportasi menyerap lebih dari 50% konsumsi BBM tersebut. Sektor transportasi darat 80%. Kendaraan pribadi 34%,

angkutan barang 37%, sepeda motor 13%, kereta api, dll.

Tanggapan Balik:

Tri Septa Riza (Manajer Aset PT KADivre II Sumbar) kembali menambahkan bahwa kereta api yang ada di Kota Padang merupakan

peninggalan Belanda yang tidak pernah bertambah jaringannya. Sebaliknya, jalan raya yang semakin berkembang justru semakin

banyak yang melintasi jalan kereta api. Aset kereta api sudah banyak yang berubah fungsi menjadi fasilitas umum seperti jalan raya.

Rencana Induk Perkeretaapian sudah ada, tinggal bagaimana implementasinya. Kereta api dapat dikembangkan untuk membantu

perpindahan arus barang dan penumpang. Hari sabtu minggu penumpang berjumlah 700 orang dalam sekali jalan.

2. Pengembangan Trans Padang

1. Oktaviani (Universitas Negeri Padang) mengatakan bahwa penggunaan transportasi massal akan mengurangi beban lalu lintas,

tapi jangan sampai mematikan angkutan umum, seperti mikrolet dan bus kota. Hal lain yang perlu dipikirkan adalah bagaimana

sosialisasi kepada angkutan umum lain mengenai Trans Padang agar tidak terjadi demonstrasi apabila nanti diluncurkan. Trans Padang

juga tidak memiliki lajur khusus di terminal bayangan. Banyak masyarakat Padang yang sudah menganggap terminal bayangan tersebut

sebagai terminal yang sebenarnya.

2. AKBP Dwi Sulistyawan (Ditlantas Polda Sumbar) menganggap bahwa Trans Padang belum perlu dibangun. Berbeda dengan

Jakarta yang masyarakatnya sudah tidak bisa lagi tertampung dalam kendaraan umum, pengembangan transportasi massal di Kota

Padang sebenarnya kurang tepat karena angkot hanya penuh pada jam-jam tertentu saja. DAMRI yang sudah dipersiapkan oleh

pemerintah juga tidak laku. Yang saat ini penting untuk dilakukan adalah memperbaiki kenyamanan angkutan umum. Transportasi yang

sudah ada sebaiknya diperbaiki.

3. Yossyafra (Universitas Andalas) merasa bahwa salah satu hal yang penting dalam pembenahan transportasi Kota Padang

adalah bagaimana mendorong pimpinan daerah untuk mengangkat isu perbaikan transportasi daerah. Ada hal-hal kecil yang dilupakan.

Pertama, pengembangan sumber daya manusia yang menyelanggarakan angkutan umum itu sendiri. Kedua, pada tahun 1983 sudah

banyak trayek angkutan umum, namun sekarang mengalami degradasi. Oleh karena itu perlu ada optimalisasi pemanfaatan sarana yang

ada, tidak hanya membangun yang baru terus-menerus, tapi kurang pemeliharaan. Angkutan umum massal di Padang bukan isu yang

seksi. Bagaimana sulitnya mendorong orang agar mau naik angkot atau bus kota.

BRT berupa Trans Padang merupakan salah satu solusi kemacetan di Kota Padang yang bertambah setiap tahunnya. Selain itu, BRT

dapat mengurangi konsumsi bahan bakar. Ini sejalan dengan rencana pemerintah untuk mengurangi gas rumah kaca. Yang perlu

diperhatikan adalah pengoperasiannya. Trans Padang akan dioperasikan dalam satu jalan bersama dengan kendaraan-kendaraan lain

Page 7: Pengembangan Transportasi Massal Di Kota Padang Dan Sekitarnya

sehingga waktu kedatangan dan keberangkatan tidak terjadwal. Keadaan yang seperti ini tidak akan mempengaruhi orang untuk

berpindah dari kendaraan pribadi ke kendaraan umum.

4. Lusyana (Politeknik Negeri Padang) mengatakan alasan masyarakat Kota Padang banyak yang pindah dari angkot ke

kendaraan probadi karena angkot tidak aman. Sehingga yang harus dipikirkan oleh Pemerintah adalah membuat kebijakan yang dapat

membuat transportasi umum aman dan sekaligus mengurangi jumlah penggunaan kendaraan pribadi.

Tanggapan Balik: 

1. Yudi Indra (Dinas Perhubungan) kembali menanggapi bahwa Kota Padang sudah memiliki bus kota sejak tahun 1980-an. Akan

tetapi, ketika angkot bertambah jumlahnya, usaha bus kota menjadi collapse. Sedangkan berkurangnya jumlah masyarakat yang

menggunakan angkot disebabkan oleh pertambahan jumlah kendaraan pribadi. Maka, yang diperlukan adalah bagaimana mengubah

manajemen pengelolaan. Supir tidak profesional karena harus melihat jalan raya di kiri kanan, melihat penumpang, dan mengambil

ongkos dalam waktu yang bersamaan.

Fenomena terminal bayangan terjadi karena terminal yang dibangun sebelumnya tidak menguntungkan. Terminal bayangan muncul

pada simpul-simpul perpindahan moda transportasi. Terminal ini dibangun dari dana bantuan PU dan BNPB. Kemacetan lalu lintas

disebabkan oleh  pembangunan yang tidak berwawasan lalu lintas dan tidak memperhatikan lingkungan. PKL yang berada di badan

jalan. Ada pula jalan yang memang sudah harus dilebarkan. Forum lalu lintas kota padang membahas hal tersebut setiap bulan.

2.Purnawan menambahkan bahwa di samping membangun Trans Padang, kualitas pelayanan angkot perlu diperbaiki. Untuk

memindahkan minat masyarakat dari kendaraan pribadi ke Trans Padang perlu sosialisasi karena fasilitas dari rumah menuju halte tidak

tersedia dengan baik.

3. Taksi

Ada beberapa armada baru taksi Blue Bir di Padang dengan menggunakan argo. Selama ini masyarakat Kota Padang menggunakan

taksi dengan cara nego, tidak dengan argo. Hal ini memberikan dampak positif bagi masyarakat yakni soal keamanan. Awalnya taxi tidak

berminat di padang, namun dipaksakan untuk diadakan oleh pemerintah daerah. Demand akan timbul jika pelayanan bagus. Masuknya

taxi blue bird akan membuat taxi yang lain berbenah diri.

4. Integrasi Sektor Transportasi

Konektivitas antara berbagai sektor transportasi menjadi sangat penting. Dishub mengharapkan Perguruan Tinggi dapat memberikan

tekanan agar rencana transportasi dapat berjalan.

5. Regulasi Transportasi

Kota Padang semestinya juga sudah memiliki kebijakan untuk menangani transportasi darat yang sudah melebihi kapasitas. Selama ini

belum ada kebijakan yang menetapkan berapa jumlah kendaraan masuk ke Kota Padang per bulan. Sebab, jika dibiarkan terus menerus,

Kota Padang akan mengalami kemacetan. Di samping itu, kenaikan harga BBM juga diperlukan untuk mendorong pengembangan

transportasi massal. Dengan demikian, persoalan transportasi massal di Kota Padang akan mulai teratasi ke arah yang lebih baik.

Salah satu regulasi yang tidak tepat adalah mengenai DAMRI. Jalur DAMRI dibuat dari bandara menuju pusat kota, bukan perumahan.

Hal itulah yang membuat masyarakat lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi dari dan menuju bandara daripada menggunakan

DAMRI.

Kota Padang juga perlu memikirkan soal penerapan aturan 3 in 1 seperti di Jakarta di daerah-daerah padat pada jam-jam sibuk. Di Kota

Padang sendiri sebenarnya sudah ada aturan bahwa jalan-jalan tertentu hanya boleh dilalui oleh angkutan kota, seperti dari Damar ke

Veteran. Namun, masih saja kendaraan pribadi yang melewati jalan tersebut dan tidak ditindak. Di samping itu pemerintah juga perlu

membuat regulasi mengenai kemacetan yang sering terjadi di Basko, terutama pada akhir pekan (Jumat, Sabtu, Minggu). Badan jalan

yang diperuntukkan lalu lintas digunakan sebagai tempat parkir. Akan tetapi, tampaknya tidak ada tindakan dari Pemerintah.

Page 8: Pengembangan Transportasi Massal Di Kota Padang Dan Sekitarnya

Kepala Dishub Kominfo Sumbar mengatakan bahwa apapun kebijakan yang diambil oleh pemerintah akan menimbulkan gejolak dalam

masyarakat, tapi bukan berarti pemerintah tidak perlu berbuat apa-apa. Fungsi pemerintah adalah penyusun regulasi (kebijakan) dan

pembangunan infrastruktur.

KESIMPULAN :

1. Kota Padang dan sekitarnya di wilayah Sumatra Barat (Sumbar) telah dihadapkan pada persoalan transportasi yang mulai akut,

seperti terjadinya kemacetan di pusat-pusat kota, meningkatnya jumlah kendaraan pribadi, meningkatnya angka kecelakaan lalu lintas,

dan polusi udara.

2. Di wilayah Sumbar terdapat jaringan rel kereta api yang cukup panjang, total mencapai 250 km yang kesemuanya terhubung

dengan Kota Padang, sayang sekali pemanfaatannya kurang maksimal. Bagi PT KAI sendiri operasional kereta api di Sumbar tidak

menguntungkan, melainkan justru merugi sehingga harus disubsidi setiap tahunnya.

3. Guna mengatasi persoalan transportasi di Kota Padang, maka Pemkot Kota Padang berencana untuk membangun sistem BRT

dengan memanfaatkan jalur satu bus kota yang saat ini  kurang maksimal peranannya, karena penumpangnya semakin sepi akibat

layanannya yang buruk. Meskipun langkah ini positip, tapi tetap menimbulkan resistensi dari polisi yang hadir dalam diskusi tersebut. Di

mata polisi, sistem BRT belum diperlukan, tapi yang diperlukan adalah peningkatan pelayanan angkutan umum yang ada.

4. Dalam jangka panjang (2020) juga akan dibangun jalur monorail serta meningkatkan peran kereta api komuter.

REKOMENDASI:

Berdasarkan isu-isu yang berkembang dalam diskusi dan rencana pengembangan sistem transportasi massal di Kota Padang dan

sekitarnya, maka dapat disampaikan beberapa rekomendasi:

1. Terhadap rencana optimalisasi penggunaan jalur kereta api yang sudah ada di Sumbar sejak masa penjajahan Belanda,

memang diperlukan sinergi antara Pemkot/Pemkab, Pemprov, Pemerintah Pusat, maupun PT KAI sebagai operator. Hal itu mengingat

pembangunan infrastruktur KA sampai sekarang masih menjadi tanggung jawab Pemerintah, sedangkan PT KAI adalah bertindak

sebagai operator.

2. Rencana pembangunan angkutan massal dengan sistem BRT di Kota Padang patut untuk didukung karena akan dapat

mendorong masyarakat untuk menggunakan angkutan umum yang aman, nyaman, dan selamat. Namun pembangunan sistem BRT

tersebut perlu persiapan matang, terutama dalam hal sosialisasi gagasan kepada operator angkutan lain yang berdada dalam satu

koridor agar tidak menimbulkan sosial pada saat dioperasikan. 

3. Seperti yang terjadi di kota-kota/daerah-daerah lain, masyarakat sering tidak mengetahui rencana program pembangunan

transportasi yang akan dilaksanakan oleh Pemkot/Pemkab atau Pemprov karena tiadanya ruang dialog di daerah. Forum-forum diskusi,

di mana seluruh stakeholder transportasi dapat melakukan dialog teramat jarang, atau bahkan tidak pernah ada sama sekali.

Berdasarkan pengalaman tersebut, maka direkomendasikan agar peran Puskom Publik Kemenhub untuk mendukung kegiatan-kegiatan

dialog antar multi stakeholder di daerah amat diperlukan. Terbukti di beberapa tempat, keberadaan forum-forum dialog tersebut dapat

menjadi ruang sosialisasi gagasan atau rencana dari Pemerintah di satu sisi, dan ruang untuk menyampaikan aspirasi dari masyarakat.

 

 

Sumber:

 

LAPORAN DISKUSI PUSKOM PUBLIK KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

Tema : Pengembangan Transportasi Massal di Kota Padang dan Sekitarnya

Hari, Tanggal : Selasa, 7 Mei 2013

Tempat : Andromeda Ballroom Hotel Mercure, Padang, Sumatera Barat

Penyelenggara : Puskom Publik Kementerian Perhubungan

Pemantik Diskusi :  1.Yudi Indra (Kepala Bidang Angkutan Dinas Perhubungan Kota Padang)                              

2. Tri Septa Riza (Manajer Aset PT Kereta Api Indonesia Divre II Sumbar) 

3. Adrian Zulfikar (Koordinator Indonesian Railway Preservation  Society (IRPS) Wilayah Sumbar)

4. Purnawan (Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI)  Wilayah   Sumbar).     

   

Moderator/Fasilitator : DARMANINGTYAS (MTI Pusat)