Pengembengan kurikulum smk

Embed Size (px)

DESCRIPTION

 

Citation preview

  • 1. 45BAB II PENGEMBANGAN KURIKULUM PROGRAM PRODUKTIFSEKOLAH MENENGAH KEJURUANA. Konsep Kurikulum 1. Pengertian KurikulumKurikulum merupakan kajian yang sangat luas, banyak sekali pengertianpengertian kurikulum yang diungkapkan oleh para ahli, mulai dari pengertiankurikulum secara sempit sampai kepada pengertian kurikulum secara luas.Pengertian kurikulum secara sempit adalah sejumiah mata pelajaran yang harusditempuh oleh siswa. Pendapat ini senada dengan yang diungkapkan oleh Zais(1976:11) yang mendefinisikan kurikulum sebagai .course of subject mattersto mastered, maksudnya bahwa kurikulum memuat materi pelajaran yang harus,disampaikan oleh guru kepada siswa hingga tuntas. Menurut Zais komponenkurikulum terdiri atas: (1) Tujuan (aim, goals and objectives); (2) isi atau materi(content); (3) Proses Belajar (learning); (4) evaluasi.Beauchamp dalam Sukmadinata (2000:5) mengemukakan, kurikulumadalah dokumen tertulis yang berisi beberapa unsur. Menurut Saylor, Alexanderdan Lewis (1981:3) berpendapat tentang kurikulum, yaitu We define curriculumas a plan or providing sets of learning opportunities for person to educate.Kemudian Hamalik (2001:65), Nasution (1982:10) mengemukakan pendapatnyatentang kurikulum, yaitu sebagai program pendidikan yang disediakan olehlembaga pendidikan (sekolah) bagi siswa, berdasarkan program pendidikan

2. 46tersebut siswa melakukankegiatan pembelajaran, sehingga mendorongperkembangan dan pertumbuhannya sesuai dengan tujuan pendidikan. Hal inisejalan dengan Finch dan Crunkilton (1999:11), yang menyatakan bahwacurriculum includes course and experiences associated with preparation for lifeand earning a living. Selanjutnya Tyler (1949:1) secara komprehensif melaluibuku kecilnya, mengemukakan beberapa pemikiran rasional berkenaan dengankurikulum melalui empat pertanyaan esensial yang harus selalu dijawab olehperencanaan pendidikan, pengembang kurikulum, dan guru yaitu, adalah: 1. What educational purpose should the school seek to attain? 2. What educational experiences can be provided that are likely to attainthese purpose? 3. How can these educational experiences be effectively organized? 4. How can we determine whether these purpose are being attained? Pengertian-pengertian tersebut ada yang mengandung persamaan tetapibanyak pula yang mengandung perbedaan. Perbedaan dan persamaan definisitersebut dipengaruhi oleh latar belakang filosofi, teori yang dikembangkan darifilosofi tersebut, dan tujuan. Definisi kurikulum yang dikembangkan dari filosofipositivisme berbedadefinisi denganyang dikembangkan dari filosofifenomenologi. Demikian pula dengan tujuan dilakukannya suatu kurikulum. Suatuhal yang sama adalah pengembangan dan evaluator kurikulum dalam tradisimanapun memiliki kebebasan yang lebih terbatas dalam menentukan fokus kajiandan tujuan suatu kegiatan pengembangan dan evaluasi. Berdasarkan beberapa pengertian yang telah dikemukakan di atas, dapatdisimpulkan terdapat beberapa persamaan pendapat bahwa kurikulum berisipengalaman belajar yang disediakan bagi siswa, kemudian kurikulum dapat 3. 47dikelompokkan pada kurikulum sebagai rencana (dokumen), kurikulum sebagaipengalaman belajar, dan kurikulum sebagai hasil belajar. Konsep-konsep kurikulum memiliki fungsi yang berbeda dan akanberdampak pada perlakuan terhadap proses kurikulum. Tanner&Tanner (1980:37)dalam Kamarga (2004:27-28) menggambarkan bagaimana pandangan terhadapkonsep kurikulum akan menghasilkan fungsi yang berbeda, sebagai berikut: Tabel 2.1Konsep Kurikulum Berdasarkan FungsiConception of Controlling Mode FunctionCurriculumCumulatie tradition of Permanent studies Cultural inheritanceorganized knowledge Essential studies and skills Skilled learner Established disciplinesMode of thought Disciplinary inquiry Specialized knowledge production Reflective thinking Personal-social problem solvingRace experience Cultural norms for thingkin andCultural assimilationactingGuided experience Community life Effective living Felt needs Self-realizationPlannerlearning (eclectic) Facilitate educative processenvironmentCognitive/affective (eclectic) Gain knowledge, develop skills, altercontent and processaffective processInstructional planStated intentions for instruction(eclectic)Instructional endsIdentification of ends Attaintment of measurable endsTechnological system Activity analysis Preparation for specific adultof production Behavioral objectivesactivities Interactional of components Controlled behavior; behavior as System analysisends Employment of means for actualizing interaction Quantitative analysis of specific components foreffective production.Restruction ofReflective thinking; race experience Control of knowledge and experience;knowledge and related to life experience personal-social problem solving andexperience growthBerdasarkan tabel di atas, kurikulum yang digunakan dalam pendidikankejuruan termasuk pada konsepsi kurikulum sebagai Technological system of 4. 48production. Konsepsi tersebut mengarahkan agar kurikulum disusun dandikembangkan berdasarkan kajian aktivitas (learning experience) yang mengarahpada Behavioral objectives, melalui serangkaian interaksi antar berbagaikomponen dalam satu kesatuan sistem. Berdasarkan konsepsi tersebut di atastujuan kurikulum pendidikan kejuruan khususnya SMK adalah menyiapkanberbagai kegiatan bagi golongan tertentu sesuai dengan kebutuhan (pekerjaan),pengalaman belajar dikontrol melalui perubahan perilaku-perilaku yang dapatdiamati. 2. Model-Model Kurikulum Sukmadinata (2003:81) mengelompokkan model-modelkurikulummenjadi empat model, yaitu model kurikulum subjek akademik, modelkurikulum humanistik, model kurikulum rekonstruksi sosial, dan modelkurikulum teknologi. Model-model kurikulum tersebut merupakan muara daridesain kurikulum yang dikembangkan hingga saat ini. Untuk melihat karakteristiksetiap model disajikan dalam pejelasan berikut ini.a. Kurikulum Subjek Akademik Model Kurikulum Subjek Akademis bersifat transmisi dan mengarahkankurikulum pada pengelompokkan separated subject curriculum, isi kurikulumnyamemuat sejumlah mata pelajaran yang terpisah-pisah, pokok bahasan disesuaikandengan perkembangan ilmu, metoda yang banyak digunakan adalah hapalan danpercobaan, evaluasi lebih ditekankan pada penguasaan kognitif, siswa dipandangsebagai calon orang dewasa. 5. 49b. Kurikulum Humanistik Kurikulum model kurikulum Humanistik, kurikulum ini mengarahkan padamekanisme pendemokrasian pendidikan, isi kurikulum lebih menekankan untukbagaimana membangun kehidupan melalui miniatur kehidupan yang ada padadunia pendidikan (sekolah), materi disampaikan secara terbuka dengan tingkatpartisipasi peserta didik yang tinggi. Siswa dipandang sebagai anak yangdiciptakan sempurna sebagai seorang anak.c. Kurikulum Rekonstruksi Sosial Model kurikulum Rekonstruksi sosial, adalah kurikulum yang menekankanpada bagaimana kurikulum dapat membangun kembali tatanan sosial yang hancurakibat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta asimilasi budayayang tanpa batas. Isi kurikulumnya lebih berorientasi pada fenomena sosial, matapelajaran disampaikan dengan cara merekonstruksi struktur kognitif danmengaitkannya dengan fenomena sosial yang sering dihadapi peserta didik,peserta didik dipandang sebagai mahluk sosial yang kecil.d. Kurikulum Teknologis Model Kurikulum teknologis atau sering juga disebut sebagai kurikulumkompetensi, kurikulum mengarahkan pada pemuatan isi sesuai dengan tuntutankehidupan (pekerjaan), isi kurikulum disesuaikan dengan tututan pekerjaan hidup(life skills), mata pelajaran disusun berdasarkan karakteristik kompetensi yangperlu dikuasai, model pembelajaran tuntas lebih banyak digunakan pada modelkurikulum ini, evaluasi pembelajaran diarahkan pada penguasaan keterampilanhidup, dan siswa dipandang sebagai calon orang dewasa. 6. 50 Seller-Miller (1985) menempatkan model kurikulum tekologis/kompetensisatu ruang dengan model kurikulum subjek akademik pada posisi orientasiTransmission. Penekanan kesamaannya terdapat dalam aspek penentuan scopedan squence pada konten kurikulum, tuntutan materi yang harus disampaikanmasih berorientasi separated subject curriculum. Perbedaannya terletak padaevaluasinya, evaluasi kurikulum subjek akademik berorientasi melihatkemampuan penguasaan konten yang lebih menekankan pada aspek kognisi,kemudian evaluasi kurikulum teknologis lebih menekankan pada jugdmentkualitas unjuk kerja life skills yang ditampilkan oleh peserta didik. Oleh karena itumodel kurikulum teknologis banyak dikembangkan di SMK. Sejalan dengan penempatan kurikulum SMK pada posisi kurikulumteknologis, Seller-Miller (1985) menempatkan pada orientasi kurikulumTransmisi, kemudian Schubert (1986) menempatkan posisi kurikulum SMK padaparadigma kurikulum empirical-analytic science paradigm. Orientasi kurikulumditulis yang Seller-Miller (1985) pada bagian pertama buku CurriculumPerspectives and Practice, menguraikan tentang teori-teori, keyakinan danbeberapa asumsi yang menggarisbawahi tiga orientasi kurikulum yakni orientasiTransmission, Transaction, dan Transformation. Ketiga orientasi tersebut disajikan pada tabel 2.2 berikut: 7. 51Tabel 2.2Metaorientasi kurikulum TransmisiTransaksi TransformasiPengertian MentarnsmisikanProsesmerekonstrukMemfokuskan pada fakta, skil danpengetahuanbaruperubahan individu dan nilai bagi siswa melalui proses dialog sosialParadigmaatomistikMetode ilmiah Romantic element,Sain(induktif)Social change orientationFilosopi Logical positivism Pragmatisme Transendentalisme,mysticisme, perenialismePsikologibahavioristk Cognitive developmental Humanistic,dantheoriestranspersonal psychologySosial Pilosopi dan-Small is bautiful Nilai-nilai tradisional Istilah metaorientasi, dengan istilah lainnya seperti posisi kurikulum danorientasi kurikulum menempati posisi yang sama dan saling menggantikan.Istilah-istilah tersebut didefinisikan Seller-Miller (1985:4) yaitu are the basicbeliefs about what schools should do and how student learn. Fungsi kurikulumpada posisi transmisi dijelaskan Seller-Miller (1985:5) sebagai ....of education isto transmit facts, skills, and value to students, artinya bahwa kurikulum padaposisi transmisi menekankan pada aspek penguasaan mastery, berorientasisubjek matters sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Filosofi orientasi transmisi menurut Seller-Miller (1985:6) adalah thephilosophical roots of this position as logical positivism, filosofi logikapositivisme adalah sebagai the transmission position can be linked with analyticphiloshopy (Seller-Miller, 1985:17). Filosofi analitik dalam istilah lain seringdisebut sebagai logical atomism, logical positivism, dan scientific empiricism.Definisi khusus mengenai filosofi analitik dituliskan oleh Barrett (1979:36) dalamSeller-Miller (1985:19) bahwa that proceeds by piecemeal decompositioon of 8. 52any complex subject into its logically ultimate components. Oleh karena itufilosofi analitik terfokus pada penggunaan logika dan bahasa yang tepat, dimanasegala sesuatuperlu didefinisikan secara jelas sehingga orang dapatberkomunikasi dengan lebih mudah, dan lebih menekankan pada analisis danverifikasi untuk setiap bagianPosisi transmisi sangat dipengaruhi oleh bentuk filosofi politik konservatifyang menyukai nilai tradisional seperti; etika kerja, dan sikap patriotisme.Kemudian posisi transmisi dipengaruhi juga oleh filosofi ekonomi konservatifyaitu laissez-faire capitalism. Ekonomi konservatif menganjurkan pemerintahuntuk secara minimum mengintervensi sistem ekonomi, oleh karena itu sistemekonomi seperti; produksi barang dan jasa akan berjalan dikontrol oleh minatindividu dan kompetisi pasar.Pada posisi transmisi, isi kurikulum merefleksikan paradigma atomistisdimana kenyataan pecah menjadi elemen-elemen terpisah. (Seller-Miller,1985:6). Isi kurikulum merupakan desain dunia empiris, dan desain kegiatansosial yang tujuan utamanya adalah menanamkan norma-norma sosial pada dirisiswa melalui penguasaan setiap mata pelajaran. Dasar psikologi posisi transmisiadalah behaviorisme menekankan pada menganalisis kegiatan manusia yangdigunakan dalam memprediksi dan mengontrol perilaku. Pengalaman belajardiberikan kepada siswa dengan mempelajari bagian-bagian kecil materi secaratuntas, peran guru dalam posisi ini cenderung memberikan petunjuk selama prosestransfer of skills. 9. 53 Pendekatan pembelajaran menggunakan konsep Mastery learning(pembelajaran tuntas), dengan menerapkan pendekatan Mastery learning dalamproses pembelajaran dapat menggambarkan peran guru dalam merencanakan danmengurutkan bahan belajar siswa melalui unit-unit materi, guru jugamendiagnosis untuk mendapatkan umpan balik dari siswa sehingga belajar dapatterlaksana denganbaik. Evaluasi difokuskan pada tes prestasi untukmengindikasikan apakah siswa sudah menguasai suatu mata pelajaran. Penerapanposisi transmisi saat ini dalam pendidikan adalah pada: subject/discipline,competency-based education, dan cultural transmission. Indonesia telah lama menganut kurikulum yang berorientasi transmisikhususnya untuk penerapan pada SMK, hal ini sesuai dengan tujuan pendidikankejuruan yaitu untuk menghasilkan lulusan yang siap memasuki dunia kerja.Secara umum orientasi kurikulum yang diterapkan di Indonesia mengadopsiketiga orientasi tersebut, sebagai muaranya adalah produk kurikulumnya.Kebijakan kurikulum Tahun 2006, lebih dikenal dengan istilah KTSP, jika melihatpada SI maka dapat disimpulkan bahwa orientasi KTSP adalah transmisi,kemudian pada aspek pembelajaran mengedepankan transaksi dan transformasi.Refleksi penerapan kurikulum yang berorientasi transmisi adalah kurikulumberbasis kompetensi, dimana pendekatan kompetensi telah menjadi trendkurikulum pada setiap jenjang dan jenis pendidikan. 10. 54B. Pengembangan Kurikulum Pengembangan kurikulum merupakan langkah antisipasi para pemikirpendidikan (ahli kurikulum) dalam mengimbangi berkembang pesatnya kemajuanzaman, ditandai dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, teknologi, seni,psikologi, sosial kemasyarakatan, politik, ekonomi, dan lain sebagainya. Sehinggapada akhirnya dapat memberikan gambaran mengenai arah dan tujuan dari produkkurikulum yang ada dan akan diimplementasikan oleh implementator kurikulum. Hal ini sejalan dengan pernyataan Oliva (1992:12), bahwa Curriculum isa product of its time, cure and respond to changed by social forces, philosophyposition, psychology principles, educational leadership at a moment in history.Berkaitan dengan pernyataan tersebut, mengandung makna bahwa kurikulum ituakan dan harus berubah (adanya pengembangan) sejalan dengan perubahan yangterjadi dalam setiap bidang kehidupan. Dasar pengembangan kurikulum adalahuntuk mengikuti perubahan sistem sosial, filosofi masyarakat, pandangan terhadappsikologi, dan kebijakan-kebijakan yang terkait dengan pendidikan. 1. Landasan Pengembangan Kurikulum Langkah-langkah dalam pengembangan kurikulum perlu di awali dariperumusandan penetapanlandasan-landasan pengembangankurikulum.Landasan-landasan pengembangan kurikulum merupakan dasar dari pemikiranawal konsep suatu desain kurikulum baik dari segi rencana, ataupun produkkurikulum. 11. 55 Terdapat empat landasan pengembangan kurikulum yaitu landasanfilosofis, landasan psikologis, landasan sosial, dan landasan ilmu pengetahuan danteknologi serta seni.a. Landasan FilosofiPentingnya nilai-nilai filosofis dijadikan landasan dalam kurikulum danpengembangan kurikulum, karena menurut Ornstein dan Hunkins (1988:26),filsafat memberikan suatu acuan atau pedoman nilai-nilai dan arah bagaimanapendidikan tersebut berlangsung yang diorganisasikan melalui kurikulum. Ornstein dan Hunkins (1988:23), mengemukakan bahwa; 1) filosofismenyediakan kerangka dasar dalam merumuskan tujuan, 2) membantumemberikan arah mengenai nilai, metode, pengalaman belajar dan konten, dan 3)memberikan kerangka berfikir mengenai tujuan, isi dan pengorganisasianpendidikan. Keterkaitan antara kurikulum dengan filosopis seperti digambarkanoleh Orstein dan Hunkins sejalan dengan pendapat Zais (1976:105), yaitu:Philosophy and curriculum in a very real sense are variant approaches tothe same problem. Both are concerned with the central question: what canman become?, the only diference is that philoshopy ask the question, whilecurriculum ask in macrocosm-Man. Oliva (1992:193), mengelompokkan empat aliran filsafat yang seringdigunakan sebagai landasan pengembangan kurikulum, yaitu rekontruksionisme,progresivisme, esensialisme, dan perenialisme. Pada perkembangannya beberapaahli tidak puas dengan salah satu aliran filsafat, mereka mencoba menggabungkanbeberapa aliran, usaha-usaha tersebut dikategorikan sebagai eklektisme. Keempat 12. 56aliran filsafat tersebut digambarkan oleh oliva dalam suatu garis kontinum sebagaiberikut: ProgresivismeEsensialismeRekontruksionismeperenialism Modern Tradisional/KonsernatifGambar. 2.1 Aliran Filsfat Kurikulum Kurikulum SMK banyak dipengaruhi oleh filsafat perenialisme, danfilsafat esensialisme. Aliran-aliran filsafat tersebut cukup memberikan warnadalam kurikulum. Pengaruh aliran-aliran filsafat terhadap kurikulum mencakupaspek ontologi, epistemologi, maupun aksiologi. Kurikulum SMK Tahun 2004 dan Tahun 2006 diorganisasikan denganmenganut asas pengembangan potensi intelektual dengan menyeimbangkan padanilai-nilai hakiki yang universal (Perenialisme). Kompetensi keahlian teknikkendaraan ringan sebagai fokus kajian dalam penelitian ini, melalui kompetensikeahlian ini memberikan atau mewariskan nilai-nilai absolut masa lalu sejakditemukannnyateknologi transportasi dalamwujud kendaraan (mobil).Implikasinya, bahwa peran sekolah mewariskan pengetahuan (kompetensi-kompetensi) yang perlu dikuasai oleh peserta didik guna memahami mobil seperti 13. 57yang dipahami oleh pencipta (pabrik), agar selaras apa yang dijadikan SOP danspesifikasi antara pabrik dan masyarakat. Dalam mencapai kompetensi pada pekerjaan tertentu dapat dicapai denganbaik (tuntas), maka kurikulum perlu mengorganisasikan pengetahuan dankompetensi tersebut secara terurai atau terinci dan saling terkait, dengan maksudagar performance dan produk yang dihasilkan dapat terukur dan dapat diamati.Walaupun pengorganisasian kurikulum diuraikan atau dirinci tetapi sesungguhnyahal tersebut dipandang sebagai satu keutuhan. (esensialisme). Implikasinya pada tujuan pendidikan adalah membantu anak menyingkapdan menanamkan kebenaran-kebenaran hakiki dan tujuan pembelajarannya adalahmendidik pribadi siswa yang rasional dan memupuk kecerdasan intelektual, peranguru membantu siswa berfikir rasional dan mengajarkan nilai-nilai tradisional,fokus kurikulum terletak pada materi-materi klasik dan analisis literatur dalam halini kurikulum bersifat konstan dan situasional, pengetahuan ditekankan padapenguasaan fakta-fakta dengan tanpa batas waktu.b. Landasan Psikologi Landasan psikologi dalam pengembangan kurikulum, memberikanperhatian dengan menegakkan pola-pola kebiasaan manusia untuk dapatmemahami dan memperkirakan perilaku. Mereka juga berusaha mencari faktor-faktor yang menentukan perilaku dalam karakteristik keturunan, sebagai bentukpengaruh lingkungan. Desain kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan segi-segiperkembangan psikologis yang memiliki keunikan dan dinamika sendiri. Menurut 14. 58Sukmadinata dalam Mansyur (2007:81), terdapat dua hal yang perlu memahamitentang keunikan dinamika perkembangan peserta didik dalam pengembangankurikulum, yaitu; 1). bagaimana karakteristik perkembangannya (landasanpsikologi perkembangan), dan 2). bagaimana peserta didik belajar (landasanpsikologi belajar). Konsep psikologi perkembangan menjelaskan perkembangankarakteristik dan kemampuan-kemampuan yang dimiliki individu mulai masa bayihingga dewasa, sedangkan psikologi belajar mengarahkan berbagai konsep-konsep belajar yang cocok untuk peserta didik. Oleh karena itu, kontribusilandasan psikologi pada desain kurikulum dan pengembangannya melalui prinsip-prinsip umum tentang belajar, yaitu: 1. Pembelajaran dikatakan efektif ketika pelajar menjadi aktif termasuk dalam lingkungan belajar 2. Situasi belajar dikatakan efektif meminta pengakuan pada tujuan tertentu 3. Pembelajaran sangat mempengaruhi belajar dimasa lalu sikap dan nilai 4. Pembelajaran dikatakan efektif ketika siswa diijinkan untuk bekerja dalam situasi yang menyenangkan.c. Landasan Sosial Budaya Landasan sosial dan budaya meliputi kajian sistematis pada kelompok danlembaga kebudayaan dengan rujukan kontribusinya pada proses dan pertumbuhansistem pendidikan. Pada landasan sosial budaya para pengembang kurikulumperlu memperhatikan keragaman kondisi, kecenderungan dan kecepatanperubahan, dinamika masyarakat, serta gejolak-gejolak sosial budaya yang adadan terjadi di masyarakat. 15. 59 Hamalik (2000:58) menuliskan bahwa perubahan kurikulum adalahperubahan sosial. Kemudian Hughes, dalam pengantar buku CurriculumDevelopment Design (1993:v) karya Murray Print, menyatakan bahwa kurikulummerupakan konstruk dari sebuah masyarakat. Lebih jauh dia mengatakan: At one level, curriculum is an idea, a construc of society. It is astatement of what society values: what it want to continue, what it wantto change, what it want to renew. Of course, even this conception ofsociety as having as entity, a capacity to make choice, is continuous Dari pernyataan tersebut berimplikasi, bahwa desain kurikulum perludisusun dan diimplementasikan dengan memperhatikan kondisi perkembangansosial budaya peserta didik. Hal ini ditujukan agar lulusan dapat menghadapihidup dan kehidupannya pada berbagai lingkungan sosial budaya pada masanyakelak. Perkembangan sosial dan budaya tidak berdiri sendiri, tetapi selalu terkaitdan dipengaruhi oleh bidang-bidang lain, seperti ekonomi, politik, hukum, bahkanilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.d. Landasan Organisatoris Pengorganisasian kurikulum menurut Hamid (2004:3) .dapat dilihatberdasarkan fase pengembangannya, yaitu; fase konstruksi kurikulum, faseimplementasi kurikulum, dan fase evaluasi kurikulum. Fase konstruksikurikulum ditandai dengan pemantapan ide kurikulum dengan merumuskanjawaban kurikulum terhadap masalah-masalah pendidikan, mengidentifikasi danmengkaji model kurikulum yang tepat untuk menjawab ide kurikulum,menetapkan model kurikulum yang akan digunakan untuk mengembangkan 16. 60dokumen kurikulum, mengembangkan komponen dan isi kurikulum, fase inidianggap final apabila dokumen kurikulum sudah dicetak. Fase implementasi kurikulum ditandai dengan adanya proses penyamaanpersepsi antara pengembang kurikulum dengan pelaksana kurikulum (guru dankelompok administrator dan masyarakat). Dan Fase ketiga adalah evaluasikurikulum, fase ini dilaksanakan mulai pada fase konstruksi kurikulum yaitudalam hal validitas ide, menilai ketepatan model yang digunakan, dan ketepatanpengembangan komponen dan isi kurikulum, juga dilakukan pada faseimplementasi kurikulum yaitu dalam hal melihat data kesiapan lapangan, adanyakesesuaian ide antara pengembang dan pelaksana kurikulum, dan adanya datahasil belajar siswa yang bersesuaian dengan ide kurikulum. Bentuk-bentuk pengorganisasian kurikulum, adalah sebagai berikut:(1) Subject Centered, merupakan bentuk kurikulum yang dipusatkan pada isi ataumateri yang akan diajarkan, kurikulum disusun atas sejumlah mata pelajaranyang disusun dan diajarkan secara terpisah-pisah, dalam istilah lain subjectcentred lebih dikenal dengan model subjek akademik. Contohnya: PPKn,Geografi, dan Sejarah diajarkan secara terpisah.(2) Learner Centered, merupakan bentuk pengorganisasian kurikulum yangmemusatkan perhatian pada kebutuhan dan perkembangan siswa. Prosespembelajaran pada learned centered, guru berperan sebagai fasilitator untukmenciptakan suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan. Contohnyapada mata pelajaran keterampilan, matematika, atau mata pelajaran lainnya. 17. 61(3) Problem Centred, adalah bentuk kurikulum yang disusun memfokuskan padamasalah-masalah sosial yang sedang dan akan dihadapi siswa dikemudianhari. Urutan bahan disusun berdasarkan kebutuhan, kepentingan dankemampuan siswa dalam memecahkan masalah. Bentuk pengorganisasiankurikulum dapat menggunakan metode jejaring, misalnya masalah banjiryang dibahas dari ilmu geografi, PPKn, IPA, Sejarah.(4) Core Design, adalah bentuk kurikulum yang didasarkan pada materi materiinti/pokok, sedangkan materi materi lain dikembangkan disekitar coretersebut. Bentuk pengorganisasian kurikulum ini hampir identik denganproblem centered, perbedaannya terletak pada penentuan core-nya, tidakharus berupa masalah yang harus dipecahkan melainkan dapat berupa kontenyang bukan menjadi masalah. Kurikulum ini dapat diimplementasikan olehguru-guru yang mempunyai wawasan luas dan bukan spesialis. Contohnyapada pelajaran-pelajaran yang diberikan pada sekolah dasar di kelas rendah,dan pelajaran-pelajaran umum pada jenjang sekolah menengah dan perguruantinggi yang bersifat pembinaan mental spiritual. Kurikulum SMK berpusat pada subject centered, yaitu berupa matapelajaran yang terpisah pisah, yang secara logis materi yang diberikan adalahmata pelajaran yang dianggap penting dapat mengembangkan kemampuanmatematika, fisika, bahasa, kimia (adaptif) yang diajarkan dan materi yangberkenaan dengan emosi, seperti seni rupa, olah raga, agama (normatif), diberikanuntuk mendukung pencapaian penguasaan kompetensi kejuruan (produktif). 18. 62Implikasinya guru hendaknya merupakan orang yang menguasai suatu cabangilmu, ahli (a master teacher) yang bertugas membimbing untuk memudahkansiswa menyimpulkan materi. Pada kurikulum SMK terdapat label mata pelajaran yang terkesanterpisah-pisah, meskipun pada kenyataannya tidak demikian. Langkah-langkahdalam pengembangan kurikulum SMK yaitu diawali orientasi atau fokus padapekerjaan, kemudian dirinci kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan untukmengerjakan pekerjaan tersebut, langkah selanjutnya adalah menentukan materiatau bahan belajar yang dibutuhkan untuk mencapai kompetensi-kompetensitersebut dengan menunjukkan performance, menentukan sumber belajar danmembuat instrumen evaluasi. Materi atau bahan belajar yang dibutuhkan tidakditafsirkan sebagai mata pelajaran, tetapi mata pelajaran merupakan label darikumpulan materi atau bahan yang dibutuhkan untuk membantu mencapaikompetensi yang diharapkan. Program pembelajaran mencerminkan kondisi yang sesungguhnya ditempatkerja pada pekerjaan yang dipelajarinya. Implikasinya bahwapembelajaran di kelas atau di tempat praktek merupakan miniatur dari kondisitempat kerja sesungguhnya, begitu juga dengan proses dan hasil pembelajaransesuai dengan yang dituntut oleh pihak industri. Materi yang harus dipelajari dandikuasai adalah konsep dasar berkenaan dengan praktik pekerjaan tersebut,materi-materi tersebut dipelajari secara terpisah dalam kategorinya masing-masingtetapi sebagai satu kesatuan sistemik materi yang perlu dipelajari, mengacu padakerja sistem ada saling ketergantungan, dan saling memberikan pengaruh. 19. 63e. Landasan Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni Pengembangan kurikulum dibutuhkan untuk mendukung perkembanganilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Dukungan tersebut dimaksudkan agarproses difusi perkembangan IPTEKs melalui lembaga-lembaga pendidikan(sekolah), dapat berjalan dengan baik. Salah satu produknya adalah teknologi,teknologi disini tidak hanya mencakup pada teknologi dalam bentuk hardwaredan teknologi tinggi, tetapi termasuk juga software dan sistem teknologi. Melaluiproses pengembangan kurikulum yang dilandasi oleh perkembangan IPTEKsdapat diperkenalkan sejak dini dan dipergunakan sebagai tuntutan pekerjaan. Perencanaan program pendidikan ataupun pengembangan kurikulum yangbaik harus didasarkan atas kaidah-kaidah dan prinsip-prinsip ilmu danmenggunakan model teknologi (sistem) tertentu, sehingga program atau desainkurikulum yang dihasilkan dapat tersusun sistematis, dan relevan dengan tuntutanmasyarakat. Tahap implementasi dan tahap evaluasi kurikulum atau programpendidikan juga harus memperhatikan kaidah-kaidah dan prinsip-prinsip ilmupengetahuan dan seni serta didukung oleh teknologi yang sesuai, sehingga dapatterlaksana secara efisien dan efektif. 2. Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum Proses pengembangan kurikulum selain mempertimbangkan landasan-landasan pengembangan kurikulum, juga perlu memperhatikan beberapa prinsipdalam pengembangan kurikulum. Menurut Sukmadinata (2001, 150-151) prinsip-prinsip tersebut diantaranya; 20. 64 1. Prinsip relevansi, ada dua macam prinsip relevansi yaitu kurikulum itu harus relevan ke dalam dalam arti relvan di dalam isi kurikulum tersebut dan kurikulum tersebut harus relevan ke luar artinya kurikulum tersebut harus memuat sejumlah informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat. 2. Prinsip fleksibilitas, kurikulum hendaknya memiliki sifat lentur dan fleksibel, untuk menjangkau kebutuhan masyarakat akan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang sangat pesat dari hari ke hari. 3. Prinsip kontinuitas, yaitu harus berkesinambungan , tidak putus-putus, sehingga pada setiap jenjang pendidikan dapat terlihat hubungan yang jelas diantara semua jenjang pendidikan tersebut. 4. Prinsip praktis, prinsip mengandung arti bahwa kurikulum tersebut harus mudah dipahami dan dilaksanakan, dengan menggunakan peralatan dan biaya yang terjangkau, dalam beberapa literatur prinsip ini ada juga yang memberikan istilah prinsip efisisensi, hal ini dikarenakan sifat yang diberikannya. 5. Prinsip efektivitas, walaupun kurikulum tersebut harus mudah dan terjangkau tetapi tetap dengan mengedepankan efektivitas dalam pencapaian tujuan. 3. Model-Model Pengembangan Kurikulum Model-model pengembangan kurikulum yang disajikan dalam tulisan ini,dipilih beberapa model-model yang sesuai dengan topik kajian. Pemilihan model-model pengembangan kurikulum dikaitkan dengan pokok permasalahan desain 21. 65kurikulum program produktif di SMK khususnya pada Kompetensi KeahlianTeknik Kendaraan Ringan yang bagaimana yang sesuai dengan kebutuhan duniakerja. Model yang disajikan diantaranya adalah model Tyler, Model TransmisiGagne dan Briggs, Model Desain Sistem Pelatihan Berbasis Kompetensi Blank,dan Model Sistematik Romiszowski. Selain model-model tersebut di atas masihbanyak lagi.a. Model Tyler Secara khusus model Tyler dapat dilihat pada buku kecilnya yang berjudulThe Basic Principles of Curriculum and Instruction yang terkenal sejak tahunditerbitkannya sampai dengan sekarang. Tyler mengembangkan model yangsederhana yang terbagi dalam empat langkah, yaitu: Langkah 1: Objective,Langkah 2: Selection of learning experiences, Langkah 3: Organizing of learningexperiences, dan Langkah 4: Evaluation. Dalam merumuskan objectives Tyler menggunakan tiga sumber, yaitu:Studi of learners, Studi of contemporary life in society, Suggestions from subjectspecialist. Ketiga sumber tersebut disaring melalui philoshopocal andpsychological screening,a. Philoshopocal Screen: (penentuan tujuan dengan penyaringan) 1. memanusiakan manusia 2. partisipasi yang luas dan memperhatikan perbedaan 3. menekankan intelegensi sebagai metoda pemecahan masalah 22. 66b. Psychological Screen: 1. secara psikologi, belajar memungkinkan kita dapat membedakan perubahan pada diri manusia yang diharapkan sebagai hasil dari proses belajar. 2. secara psikologi, belajar memungkinkan kita dapat membedakan tujuan yang feasible. 3. secara psikologi, belajar memberikan kita beberapa ide jangka panjang untuk mencapai tujuan. Kriteria hasil pengalaman belajar: 1. dapat mengembangkan keahlian dalam berfikir 2. dapat membantu memperoleh kembali informasi 3. dapat mengembangkan sikap sosial 4. dapat membantu pengembangan keinginan Kritikan utama pada model Tyler adalah model tersebut terlalu sederhanadan elemen-elemennya tidak cukup terlihat adanya hubungan dan seolah-olahdibuat terpisah.b. Model Transmisi Gagne dan Briggs Gagne dan Briggs (1979) dalam bukunya Principles of InstructionalDesign, menggambarkan suatu model pengembangan kurikulum berdasarkanteknologi pendidikan. Model transmisi yang dikembangkan dilandasi olehkonsep-konsep sebagai berikut: 1). menekankan perbedaan individual. Hal initerlihat pada program pembelajaran yang menggunakan self-instructional,program Branching, dan konsep product testing yang menggunakan hardware. 2). 23. 67menekankan pada psikologi perkembangan; berkaitan dengan perilaku siswa danteori belajar yang ditekankan pada hubungan penguatan dengan mesin pengajaran,dan 3). menekankan pada penggunaan media; berupa media ilmu pengetahuan danteknologi yang bersifat fisik dan non-fisik. Gagne, menganjurkan pendekatan sistem untuk merancang desainpengajaran berdasarkan alur berfikir logis, sistematis, empiris, dan selalumengedepankan data/ fakta. Terdapat 12 langkah pengembangan modelkurikulum yaitu; analisis kebutuhan, analisis tujuan, analisis cara memenuhikebutuhan, merancang komponen pengajaran, analisis sumber belajar danpengontrolan,tindakanuntuk menghilangkanpengontrolan, menyeleksi/mengembangkan instrumen perilaku siswa, uji lapangan dan evaluasi formatif,revisi, evaluasi sumatif, dan instalasi operasioal.c. Model Desain Sistem Pelatihan Berbasis Kompetensi Blank Program pelatihan berbasis kompetensi mengandung tiga unsur pokok,yaitu; pemilihan kompetensi yang sesuai, menentukan indikator-indikator evaluasiuntuk menentukan keberhasilan pencapaian kompetensi, dan pengembangansistem pengajaran. Para pengembang kurikulum perlu memahami perangkatkompetensi yang harus dimiliki oleh setiap siswa, dan perangkat kompetensi yanghendak dicapai agar dideskripsikan secara tertulis dan jelas. Desain pembelajaran yang dituliskan oleh Blank (1982:11), berkaitandengan implementasi PBK, memiliki karakteristik, yaitu: pengajaran bersifatindividual, pengalaman belajarsiswa dikontrol, pengajaran merupakanpendekatan sistem, orientasi pada hasil belajar, dan pengajaran dilaksanakan 24. 68secara modular. Lebih lanjut Blank (1982:26), menawarkan 12 langkahpengembangan kurikulum, yang terbagi kedalam dua tahapan yaitu tahapmenganalisis kompetensiyang diperlukandalam pekerjaan dan tahapmengembangkan program pelatihan untuk membantu peserta didik dalammenguasai kompetensi kerja sesuai dengan perangkat kompetensi yang telahdideskripsikan. Ke dua belas langkah tersebut, adalah: Identify and Describe Specific Occupation, Identify Essential Student Prerequisites, Identify and Verify Job Tasks, Analyze Job Tasks and Add Necessary Knowledge Tasks, Write Terminal Performance Objectives, Sequence Tasks and Terminal Performance Objectives, Develop Performance Tests, Develop Written Test, Develop Draft of Learning Guides, Try Out, Field-Test, and Revise Learning Guides, Develop System to Manage Learning, dan Implement and Evaluate Training Programs. Langkah-langkah di atas membantu membuat perancang kurikulum untukmendesain apa yang dipelajari siswa, bagaimana siswa belajar, kapan siswabelajar dari satu tugas ke tugas yang lain, dan bagaimana siswa belajar untuksetiap tugasnya. Implikasi yang didapatkan yaitu adanya beberapa prosedur untukmengembangkan desain kurikulum untuk menjawab kebutuhan apa yangdiperlukan untuk menguasai pekerjaan. Ringkasnya langkah yang dituliskan olehBlank di atas dapat disederhanakan dengan: (1) merinci secara tepat apa yangharus dipelajari siswa, (2) menyediakan pengajaran dengan kualitas yang palingbaik, (3) menolong siswa untuk dapat mempelajari setiap tugasnya sebelummelanjutkan ke tugas berikutnya, dan kemudian (4) meminta kepada setiap pesertadidik untuk mendemonstrasikan kompetensi yang telah dicapainya. 25. 69 d. Model Sistematik Romiszowski Model sistematik menerapkan salah satu pendekatan sistem (systemApproach). Pendekatan sistematik dalam mengembangkan suatu kurikulumadalah suatu pendekatan yang menitikberatkan pada struktur dan keteraturan yangdirencanakan sejak awal untuk menghasilkan hal-hal yang spesifik. MenurutHamalik Oemar (2000:68-70), model sistematik ini dapat digunakan untukmengembangkan program pendidikan kurikulum, desain pembelajaran, dan desainprogram pelatihan. Pengembangan kurikulum secara sistemik dalam tulisan iniberdasarkan pada pemikirannya J. Romiszowski. Prosedur pengembangan kurikulum model sistematik dilakukan dengan 14langkah, sebagai berikut: Deskripsi Tugas, Analisis Tugas, MenetapkanKemampuan, Spesifikasi Kemampuan, Kebutuhan Pendidikan dan Latihan,Perumusan Tujuan Kompetensi/Kemampuan, Kriteria Keberhasilan, Organisasidan Isi, Pemilihan Strategi Pengajaran, Uji Coba Program, Evaluasi, ImplementasiProgram, Monitoring, dan Perbaikan dan Penyesuaian (feedback). Penggunaan model kurikulum sistemik dapat menjadi sebuah tawaranalternatif dalam penyusunan kurikulum di setiap tingkat satuan pendidikankhususnya pada Sekolah Menengah Kejuruan, penerapan model ini akanmenjadikan suatu ciri khas satuan pendidikan melalui penyusunan desain KTSP(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) sebagai kurikulum operasional yangdisusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. 26. 70 Selain dari beberapa model pengembangan kurikulum yang dituliskan diatas, masih terdapat beberapa model lainnya seperti model kurikulum TheBehavioral Analysis Model, The Computer Based Model, dll.4. Pengembangan Kurikulum SMKa. Konsep Sistem Definisi sistem menurut Hennry Pratt F (1961:315), adalah .....its relatedphases may be so regarded; also a communication or transportation system oreconomis system, and its related character is identified by harmony in operationand the integration of its structure. Definisi sistem ini masih bersifat umum,secara spesifik definisi sistem dituliskan oleh Kohler Eric (1972:423), Webster(1969:378), dan Winardi (1980:2), yang menyatakan bahwa; sistem merupakansekumpulan elemen-elemen yang saling berhubungan membentuk suatu strukturhubungan internal dan eksternal untuk mencapai sasaran atau tujuan tertentu.Sejalan dengan pendapat di atas Finch & Crunkilton (1999:26) menuliskan sisteman organized way of doing something, and as a collection of elements,interacting with each other to achieve a common goal Berdasarkan definisitentang sistem seperti tersebut di atas, maka dapat dikatakan bahwa sebuah sistemmewakili suatu keseluruhan tertentu yang dapat dikaji secara relatif berdirisendiri. Pada pendekatan sistem terlihat pula hubungan antara komponen (sub-sistem) pada sesuatu keseluruhan yang dianggap sentral, atau dengan kata laindapat dikatakan bahwa relasi suatu bagian-bagian akan menggambarkan suatu 27. 71keseluruhan, dan sebuah sistem bukan merupakan hal yang konkrit melainkansebuah sistem akan menghubungkan kita dengan sesuatu dunia pikiran yangmemiliki kerangka pemikiran konseptual logis. Winardi (1980:149), menuliskan bahwa sistem memiliki fungsi sebagaisebagai alat logis (metodologis) untuk menjelaskan serta mempelajarikompleksitas terorganisasi dari pada keseluruhan-keseluruhan dan juga berfungsisebagai alat research untuk mencapai koordinasi untuk mentransfer keteraturansistem secara umum guna kebutuhan sistem secara spesifik. Gambaran mengenai hubungan antara sistem dengan sub-sistem, dan sub-sub sistem dapat dianalogikan melalui gambar berikut ini:SISTEMA C d f eBGambar 2.2 Hubungan Komponen-Komponen Sistem Jika gambar tersebut dihubungkan dengan mobil sebagai suatu sistemdan objek kompetensi yang dipelajari di SMK pada Kompetensi Keahlian TeknikKendaraan Ringan, maka mobil terdiri dari sub-sistem engine, chasis, sistempemindah tenaga, sistem kelistrikan, body/karesori, dan lain sebagainya. Contohsub-sub sistemnya dapat dilihat, misalnya engine terdiri dari sistem bahan bakar, 28. 72sistem pengapian, sistem pelumasan, sistem pendinginan, sistem langkah kerjatorak, sistem mekanisme kerja katup, dan lain-lain. Jumlah elemen pada suatu sistem atau sub-sistem atau sub-sub sistemtidak menjadikan ukuran, melainkan disesuaikan dengan sejumlah sistem yangterkait dengan sentral sistem dan hal ini sangat ditunjang oleh penguasaanseseorang tentang sistem tersebut, sehingga dapat diuraikan dengan jelas, semakindetail seseorang membagi setiap elemen sistem, maka semakin jelas strukturbangunan sistem yang hendak dikembangkan. Secara parsial sistem dapat dikaji mandiri, maksudnya adalah sebuahsistem sentral dapat ditentukan batasannya berdasarkan kebutuhan (kebutuhananalisis atau level pengambilan keputusan), hal ini sejalan dengan teori BlackBox. Teori ini mengatakan bahwa suatu sistem dapat dijelaskan denganmembandingkan antara masukan (input) dengan keluaran (output), sedangkanpenjelasan mengenai proses yang terjadi dapat diabaikan, mekanisme ini biasanyadikendalikan oleh tahap feedback, tahap ini yang akan menjadi control dalammengkondisikan masukan agar menghasilkan keluaran yang sejalan dengan tujuanyang telah ditetapkan. Hal ini dapat divisualkan sebagai berikut: INPUT BLACK BOXOUTPUT Gambar. 2.3 Teori Black Box 29. 73 Sistem dapat digunakan sebagai konsep untuk berpikir dalam memperbaikipencapaian tujuan yang telah ditetapkan, sehingga melalui sistem kita dapatmelihat atau mengukur hasil-hasil usaha yang dilakukan dengan membandingkanantara input dan output melalui media feedback sebagai bahan masukan bagikomponen input dalam sebuah sistem sentral (sentral spesifik). Heating/Desired thermostatcontrols coolingtemperatureunit Actual temperatureGb. 2.4. Climate control system Sebagai contoh kerja sistem pendinginan air pada engine, seperti yangdiilustrasikan pada gambar 2.4 di atas; bahwa sebuah input dalam sistempendinginan pada engine adalah air (suhu dan kualitas air) tersimpan pada suaturuangan yang disebut water jacket, dan di dalam radiator, dan di dalam reservoirtank. Engine adalah suatu alat yang akan memproses input dalam pengaturantemperatur engine. Outputnya adalah ukuran panas yang terserap oleh air padawater jacket. Feedback dilakukan oleh alat yang disebut Thermostat, alat ini akanmengukur suhu air yang bergerak pada water jacket, jika air masih dalam keadaanpanas yang diijinkan dingin, maka thermostat akan membuka saluran by pas,namun jika suhu air sudah dalam keadaan panas, maka thermostat akanmemberikan umpan balik kepada radiator dengan memberikan perintah untuksegera mendinginkan air dengan jalan menutup saluran by pas, sehingga air panas 30. 74tersebut masuk ke dalam radiator, yang kemudian pada akhirnya masuk kembalike engine melalui saluran water jacket untuk menyerap panas engine berikutnyamelalui lower hose radiator Berkaitan dengan sistem sebagai alat berfikir dapat ditarik kesimpulanbahwa, seorang mekanik otomotif (lulusan SMK) dapat berfikir mengikuti polasistem yang sudah dibangun melalui contoh diatas, sehingga perawatan enginesuatu kendaraan dapat dengan mudah dilakukan dengan memahami cara kerjathermostat dengan baik, melalui pengecekan, penyetelan, ataupun penggantiankompoenen yang sudah tidak berfungsi dengan baik. Finch & Crunkilton (1999:27-29), menyebutkan jika konsep sistem dapatditerima sebagai kerangka pikir yang digunakan untuk mengembangkan desainkurikulum dan desain pembelajaran, untuk itu pertama kali perlu dibedakan antarakomponen-komponen kurikulum dengan komponen-komponen pembelajaran.Penggunaan pendekatan sistem dalam sistem pendidikan, terdapat beberapagambaran komponen, misalnya; sistem perencanaan, sistem instruksional, sistemimplementasi, sistem kurikulum, sistem penilaian, dan lain-lain. Finch & Crunkliton (1999:29) menegaskan mengenai penggunaanpendekatan sistem dalam pendidikan di SMK, yaitu penerapan konsep sistempada pendidikan kejuruan, sangat bermanfaat salah satunya untuk menguji sistemimplementasi competence based education. Berkaitan dengan pendidikan,konsep sistem khususnya sistem diklat di SMK dapat dilihat dari komponen rawinput, instrumental input, environmental input, process dan output, serta feedback. Komponen-komponen tersebut disajikan dalam bagan berikut ini: 31. 75 Instrumental Input: 1. Pengelolaan pendidikan 2. Desain kurikulum 3. Silabus dan RPP 4. Pendidik dan Tenaga Kependidikan 5. Sarana dan prasaranafeed back 6. Biaya Pendidikan 7. Penilaian Pendidikan Proses pembelajaran feed back Output: Raw Input:Kompetensi Lulusan Siswa/ Calon(diklat) Siswa feed back Environmental Input: 1. Lingkungan sekolahfeed back 2. Lingkungan masyarakat 3. Institusi pasangan (DU/DI)Feedback:1. nilai2. perubahan sikap3. kemampuan kerja Bagan 2.5 Pendidikan Berdasarkan Sistem(dikembangkan dari Romiszowski, 1981:8) Proses pembelajaran yang bermutu di SMK, perlu ditunjang oleh beberapakomponen terstandar, seperti; instrumental input, environmental input, komponenproses serta mutu inputnya sendiri sejalan dengan jiwa delapan Standar NasionalPendidikan (PP Nomor 19 Tahun 2005). Standar-Standar tersebut diorganisasikanmelalui desain KTSP sebagai acuan operasional implementasi kurikulum yangberpedoman pada standar yang dibuat BSNP. Melalui kebijakan tersebut makakurikulum sekolah dikembangkan secara berdiversifikasi dengan mengacu kepadatuntutan daerah/sekolah dan standar minimum yang ditetapkan secara nasional. 32. 76 b.Pengembangan Kurikulum Produktif SMK Pendidikan di SMK merupakan proses pendidikan yang identik dengansistem pelatihan di industri, oleh karena itu dalam penyelenggaraannya harusdilakukan dan dikembangkan secara sistemik guna mendukung sistem produksiindustri. Pengembangan kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan programproduktif bertujuan untuk mendapat bentuk kurikulum yang sesuai dengantuntutan dunia kerja sebagai upaya proyeksi bagi lulusan yang akan siap bekerja.Kegiatan ini merupakan tranformasi kompetensi yang diperlukan oleh lapanganpekerjaan yang belum tercantum dalam kurikulum atau belum secara spesifikterurai dalam dokumen kurikulum yang ada, sehingga kurikulum programproduktif dapat digunakan sebagai alternatif panduan/pedomandalampenyelenggaraan pendidikan dan latihan di SMK. Pengembangan kurikulum SMK dilakukan dalam rangka menjalankanfungsinya kepada masyarakat. Harapan masyarakat seperti dikatakan DaengSudirwo (2002;5), bahwa kurikulum SMK haruslah dapat mengantisipasikebutuhan tenaga kerja, sehingga lulusannya memiliki kemampuan sesuai dengankebutuhan dunia kerja. Pengembangan desain kurikulum SMK ditempuh dengan melakukanlangkah mengidentifikasi SKL yang telah ditetapkan oleh BSNP, kemudianmengidentifikasi standar kompetensi dan kompetensi dasar dengan mengacu padastandar isi yang telah ditetapkan oleh BSNP, kemudian guru dan pihak-pihakterkait merumuskan indikator pancapaian standar kompetensi dan kompetensi 33. 77dasar, menetapkan alat evaluasi (uji kompetensi), merumuskan materi/bahan ajar,metode, media dan sumber-sumber belajar yang dibutuhkan. Menurut Buku I Kurikulum SMK Tahun 2004 langkah-langkah yangdapat dilakukan dalam pengembangan kurikulum, yaitu mulai dari aspek a).penajaman kompetensi keahlian, langkah ini diawali dengan merumuskan danmenambahkan kompetensi khusus sesuai kebutuhan tenaga kerja yang belumtertuang dalam kurikulum nasional dan merumuskan deskripsi pembelajaran. b).penyesuaian substansi atau materi kurikulum, langkah ini dilakukan denganmenganalisis dan merumuskan substansi/materi yang perlu di tambah, ditata ulang(sekuensi) substansi/materi yang ada dengan hasil penambahan, dan c).penyesuaian model pembelajaran, langkah ini dilakukan dengan menganalisiskebutuhan siswa dan karakteristik tempat pembelajaran, penyesuaian strategipembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa dan karakteristik tempatpembelajaran. Denganmelakukanlangkah-langkahdi atas, diharapkan dapatmenghasilkan dokumen kurikulum program produktif SMK, langkah selanjutnyaadalah melakukan proses legalisasi kurikulum yaitu dengan mengkosultasikanpada dinas pendidikan Kota/Kabupaten, Institusi pasangan, Dewan Sekolah danKepala Sekolah, selanjutnya dilakukan uji coba kelayakan. Setelah proseslegalisasi maka selanjutnya draft kurikulum dijadikan pedoman atau panduandalam penyelenggaraan pendidikan dan latihan di SMK. Langkah-langkah pengembangan kurikulum program diklat di SMK,mengacu pada dokumen Kurikulum SMK tahun 2004 disajikan dalam gambar: 34. 78SKKNI SNP Kebutuhan Tenaga KerjaDokumen Kurikulum SMK Re-Engineering SMK yang pernah ada Penyesuaian PenajamanPembukaan/ Penutupan Kompetensi/Program Program KeahlianKurikulum Diklat IndustriMateriKTSP SMKSiswa Baru PSBKURIKULUM PROG. PRODUKTIF Desain Program PembelajaranPeserta Implementasi Kurikulum Didik(Proses Pemelajaran) TenagaPenyusunan Program PendidikPemelajaranFasilitas Penyiapan Bahan AjarInstitusi Feed Back PasanganPelaksanaan PemelajaranManajemenPenyiapanSoal Rencana Induk Pengembangan Sekolah (RIPS) Penilaian Pemelajaran Dunia Usaha/LULUSANUJI KOMPETENSI Industri Gambar 2.6. Alur Pengembangan kurikulum diklat SMK yang dikembangkan dari pedoman Buku II kurikulum SMK tahun 2004 35. 79 KarakteristikpenyusunandanpengembangankurikulumSMKmenitikberatkan pada: 1. Pengembangan desain kurikulum program produktif diarahkan pada pengaturan dan pengelolaan sejumlah kompetensi kejuruan (kompetensi dasar kejuruan dan kompetensi kejuruan) sebagai acuan SK/KD yang wajib dikuasai siswa dengan mendekati level pencapaian yang ditetapkan oleh DU/DI sebagai prasyarat untuk mengerjakan ocupational/Job. 2. Job analisis, hasil job anlisis akan menghasilkan sejumlah kompetensi yang harus dicapai oleh peserta diklat, kompetensi ini dibuat disesuaikan dengan kebutuhan dari lapangan, dimana aspek kreativitas dan inovasi sangat dibutuhkan dalam mencapai kompetensi-kompetensi tersebut. 3. Adatabilitas, hal ini dimaksudkan sebagai pemikiran untuk melakukan perluasan konsep dasar kejuruan yang kuat, artinya perluasan tersebut dilakukan dengan berdasarkan data yang dibutuhkan untuk pengembangan SMK, sehingga akan meningkatkan intelektual dan mental emosional. 4. Pengorganisasian materipada kurikulumSMKdisusundengan memperhatikan sekuensidari pencapaian kompetensi-kompetensi (learning hierarchy), sehingga peserta diklat dapat mengaplikasikannya secara teknis dan bersifat naturalis untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan. 5. Fleksibel, disini dimaksudkan sebagai sifat keluwesan dalam mengatur sistem pembelajaran dan jadwal akademik yang disusun, materi ajar yang akan diberikan disesuai dengan kebutuhan lapangan atau pekerjaan yang akan dihadapi, sehingga akan mencapai kebermaknaan dalam belajar 36. 806. Pengukuran dan penilaian dilakukan secara menyeluruh dan komprehensif dengan sangat memperhatikan aspek perkembangan kognitif, afektif dan psikomotoriknya sehingga secara keseluruhan akan tampak sebagai intelektual skills dari hasil belajarnya. Senada dengan pengembangan kurikulum SMK di atas. Sukmadinata(2004:93), merumuskan langkah penyusunan desain kurikulum SMK sebagaiberikut; 1). merumuskan tujuan, 2). merumuskan kompetensi, 3). merumuskanpembelajaran dan bahan pembelajaran, 4). menghitung waktu pembelajaran, 5).menentukan struktur dan sebaran mata pelajaran. Langkah-langkah pengembangan kurikulum SMK tersebut, untuk lebihjelasnya disajikan dalam bagan sebagai berikut: feedbackIdentifikasi Evaluasidan Analisis Desain KurikulumUjicobaImplementasi KurikulumKebutuhanProgram ProduktifKurikulumProgramPendidikan Produktif1. rumusan tujuan program keahlian,2. rumusan kompetensi,3. rumusan pembelajaran dan bahan pembelajaran,4. waktu pembelajaran,5. struktur dan sebaran mata pelajaranBagan. 2.7 Langkah-Langkah Pengembangan Kurikulum SMK 37. 81 Bagan di atas, disajikan menggunakan alur kerja sistem. Frame worksistemik yang digunakan para pengembang kurikulum dalam mengembangkandesain kurikulum diyakini akan menghasilkan desain kurikulum yangkomprehensif, memperlihatkan saling keterhubungan antar komponen kurikulum,dan dapat teramati dan terukur. Hal ini didukung oleh pernyataan Hamalik(2000:68-70), bahwa model kurikulum sistematik dapat digunakan untukmengembangkan program pendidikan kurikulum, desain pembelajaran, dan desianprogram pelatihan. Salah satu model kurikulum sistemik adalah modelkurikulum rancangan Romiszowski. Desain kurikulum sistemik Romiszowski (1981:20) dikembangkanmelalui 14 langkah, yaitu: Deskripsi Tugas, Analisis Tugas, MenetapkanKemampuan, Spesifikasi Kemampuan, Kebutuhan Pendidikan dan Latihan,Perumusan Tujuan Kompetensi/Kemampuan, Kriteria Keberhasilan, Isi danstruktur program, Pemilihan Strategi Pembelajaran, Uji Coba Program, Evaluasi,Implementasi Program, Monitoring, dan Perbaikan dan Penyesuaian (feedback). Oleh karena itu, untuk kebutuhan penelitian ini, dalam prosespengembangan desain kurikulum program produktif pada SMK KompetensiKeahlian Teknik Kendaraan Ringan, mengacu pada 1). kebijakan yang ditetapkanDepartemen Pendidikan Nasional, 2). prosedur pengembangan kurikulum yangditawarkan oleh Sukmadinata (2004:93), dan kemudian dikemas dengan 3).penyusunan desain program kurikulum sistemik dari Romiszowski, yangdisederhanakan oleh Hamalik (2000:71). 38. 82C. Pendidikan Menengah Kejuruan 1. Landasan Pendidikan Menengah Kejuruan Buku I Kurikulum SMK tahun 2004 menuliskan tiga landasan pendidikanmenengah kejuruan yaitu landasan filosofis, landasan ekonomis, dan landasanyuridis. Landasan Filosofis, Pendidikan menjadi bermakna apabila secarapragmatis dapat mendidik manusia dapat hidup sesuai dengan jamannya. Olehkarena itu pendidikan kejuruan perlu mengajar dan melatih peserta didik untukmenguasai kompetensi dan kemampuan lain yang dibutuhkan untuk menjalanikehidupan sebagai modal untuk pengembangan dirinya dikemudian hari.Landasan Ekonomis pendidikan kejuruan dijalankan atas dasar prinsip investasiSDM (human capital investment). Landasan yuridis; UUD 1945, UU RI No.20Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Kepmendikbud no.323/U/1997tentang Penyelenggaraan Pendidikan Sistem Ganda Pada SMK, dan ketentuan-ketentuan lain yang berhubungan dengan penyelenggaraan pendidikan danpelatihan di SMK.a. Landasan Filosofis Landasan filosofis pendidikan menengah kejuruan ditinjau dari tiga aspekyaitu; ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Kajian ontologi pendidikan kejuruan dimaksudkan bahwa landasanpendidikan kejuruan perlu mempertimbangkan realitas, apakah yang akandikembangkan pada diri peserta didik itu tunggal seperti rohani atau materi, atauaspek yang dikembangkan bersifat pluralistik. Oleh karena itu pada hakekatnyapendidikan menengah kejuruan perlu mengembangkan potensi yang ada pada 39. 83peserta didik baik aspek rohani, materi, sosial, individual, fisik dan psikis. Haltersebut sejalan dengan tujuan pendidikan nasional dalam UU Sisdiknas No.20tahun 2003 Pasal 3. Implikasi dari UU tersebut adalah hakekat kenyataan(realitas) dalam ruang lingkup peserta didik yang akan dikembangkan adalahmenitikberatkan pada penguasaan suatu bidang pekerjaan tertentu, sehinggapengembangan aspek rohani maupun materi, fisik maupun psikis, sosial maupunindividual pada diri peserta didik dilakukan berkenaan dengan suatu pekerjaanyang akan dihadapi oleh peserta didik secara utuh. Hal positif yang dapat diambil adalah bahwa peserta didik dari awal sudahmemfokuskan pada suatu pekerjaan, sehingga mereka dapat menguasai dengantuntas pekerjaan tersebut selama menempuh proses pembelajaran di SMK. Dilemayang terjadi pada kajian ontologis terhadap pendidikan kejuruan adalah bahwa didalam proses pembelajaran, aspek minat dan keinginan peserta didik untukmempelajari dan menguasai bidang tertentu di luar kompetensi keahlian yangdipelajarinya kurang diperhatikan, misalnya menjadi mekanik otomotif. Solusidari dilema tersebut, bahwa peserta didik dari semenjak awal sebelum memasukiSMK khususnya Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan diberikanpenjelasan atau keterangan secara rinci sehingga peserta didik dan masyarakat(orang tua) mendapatkan gambaran apa yang akan dipelajari dan kedepannyabagaimana. Kajian epistemologi berkaitan dengan kajian ontologi, kajian inimencakup cara yang harus dilakukan agar realitas itu dapat dipahami oleh pesertadidik, yaitu berkenaan dengan batas-batas pengetahuan dan kompetensi apa yang 40. 84harus dimiliki peserta didik?, sumber-sumber belajar apa yang dapat dimanfaatkanpeserta didik untuk mengembangkan pengetahuan dan kompetensinya?, dansarana apa saja yang dapat digunakan untuk memperoleh sumber belajar tersebut?. Kurikulum yang diterapkan di SMK menempatkan kompetensi sebagaipengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang diwujudkan dalamkebiasaan berfikir dan bertindak (Puskur, 2003). Kompetensi yang dikembangkanharus dilihat sebagai satu keutuhan potensi, untuk mengembangkan potensitersebut dalam kurikulum ditetapkan indikator pencapaian hasil pembelajaranyang terukur dan dapat diamati. Oleh karena itu pendidikan kejuruan perlumengajar dan melatih peserta didik untuk menguasai kompetensi dan kemampuanlain yang dibutuhkan untuk menjalani kehidupan sebagai modal untukpengembangan dirinya dikemudian hari. Potensi-potensi peserta didik yang dikembangkan meliputi beberapakecakapan hidup, diantaranya adalah: thingking skill, personal skill, social skill,academicskill, dan vocationalskill. (Bafadal;2002). Untukdapatmengembangkan kecekapan-kecakapan tersebut (Puskur; 2003) mencanangkanpembelajaran dan penilaian berbasis kelas yaitu dengan penilaian portofolio,unjuk kerja, proyek dan produk. Proses pembelajaran khususnya yang dilakukanoleh guru untuk dapat memberikan makna epistemologi pada diri peserta didik,perlu dilakukan dengan menggunakan multi metode dan multi strategi dalamsituasai yang menyenangkan, sehingga potensi-potensi peserta didik sebagaihakekat realita yang akan dikembangkan khususnya oleh guru secara ontologydapat berkembang dengan baik secara utuh. Pembelajaran dengan menggunaan 41. 85pendekatan ini kemudian diintroduksi sebagai pembelajaran aktif, kreatif, efektif,dan menyenangkan (Ella:2003). Kajian aksiologi erat kaitannya dengan aspek relevansi pendidikan danpembelajaran. Pertimbangan relevansi kaitannya dengan aspek manfaat dalampendidikan perlu dilakukan secara komprehensif; peningkatan iman dan taqwa;peningkatan potensi; kecerdasan; minat peserta didik; keragaman potensi daerahdan lingkungan; tuntutan pembangunan daerah dan nasional; tuntutan dunia kerja;perkembangan ipteks; agama; dinamika perkembangan global; persatuan nasionaldan nilai-nilai kebangsaan (Pasal 36 UU No 20 Tahun 2003). Berdasarkan kajian ontologi, epistemologi, dan aksilogi berimplikasi padaperan pendidikan kejuruan (SMK) melalui kurikulum dan program pembelajaranperlu memperhatikan tujuan pendidikan, harapan peserta didik, tuntutanmasyarakat/industri, dan tuntutan pembangunan baik daerah maupun nasional.Oleh karena itu penyelenggaraan pendidikan dapat sejalan dengan berbagaituntutan tersebut, sehingga diharapkan output atau lulusannya dapat terserap olehdunia kerja dan lebih jauh dapat memberikan peluang untuk membuka lapangankerja baru dengan orientasi kewirausahaan. Berdasarkan dokumen kurikulum SMK tahun 2004 bagian I (h.2),dituliskan bahwa dalam penyusunan kurikulum SMK perlu mempertimbangkanperkembangan psikologis peserta didik dan perkembangan/kondisi sosial budayamasyarakat. Sejalan dengan pernyataan tersebut, pertama, secara umum, manusiamengalami perkembangan psikologis sesuai dengan perkembangan usia, latarbelakang pendidikan,ekonomikeluarga, lingkunganpergaulan,yang 42. 86mengakibatkan perbedaan fisik, intelektual, emosional, dan spiritual. Oleh karenaitu penanaman pondasi kejiwaan yang kuat diperlukan peserta didik agar beranimenghadapi tantangan, mampu beradaptasi dan mengatasi berbagai masalahkehidupan yang selalu berubah, serta mampu meningkatkan diri untuk mengikutipendidikan yang lebih tinggi. Kedua, berkaitan dengan kondisi sosial budayadimana pendidikan menengah kejuruan harus selalu berpegang teguh kepadakeharmonisan hubungan antara sesama individu dengan masyarakat luas yangdilandasai dengan akhlak dan budi pekerti yang luhur, serta menjagakeharmonisan antar sistem pendidikan dengan sistem lainnya (ekonomi, sosial,religi, moral hukum, dll), sehingga pendidikan kejuruan diharapkan dapatmengantisipasi berbagai perubahan, kebutuhan masyarakat dengan tidakmeninggalkan akar budaya bangsa secara berdiversifikasi. Oleh karena itu secaraumum bahwa pendidikan khususnya pendidikan menengah kejuruan merupakantanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. Hal inidipertegas oleh Sumaatmaja (2000:39), bahwa: Kepedulian dan tanggung jawab terhadap pendidikan itu, bukan hanya terarah kepada orang tua, guru, sekolah, pemerintah, dan lembaga-lembaga pendidikan lainnya, melainkan meliputi juga masyarakat yang secara langsung atau tidak langsung memanfaatkan SDM hasil pendidikan itu. Dan pada akhirnya setiap kompetensi keahlian yang ada di SMK dapatditerima dan diapresiasi secara positif oleh berbagai kalangan (DU/DI). 43. 87b. Landasan Ekonomis Pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan yang menyiapkanpeserta didik menjadi manusia produktif, yang langsung dapat bekerjadibidangnya setelah melalui pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi,dengan demikian pembukaan kompetensi keahlian di SMK harus responsifterhadap pasar kerja. Dalam konteks penyiapan SDM yang produktif untukbekerja bukan berarti menganggap manusia semata-mata sebagai faktor produksitetapi juga perlu diperhatikan sebagai sumber daya yang perlu terusdikembangkan, hal ini dikarenakan pembangunan ekonomi memerlukankesadaran SDM sebagai warga negara yang produktif. Pernyataan ini sejalandengan yang diungkapkan oleh Calhoun&Finch (1982) dalam Sumilah A(2004:24) bahwa Vocational education can develop a marketable his ability toperform skills that extent his utility as a tool of production . Pendidikan kejuruan harus dijalankan atas dasar prinsip investasi SDM(human capital investment), semakin tinggi kualitas pendidikan dan pelatihanyang diperoleh seseorang, akan semakin produktif orang tersebut, sehingga selainmeningkatkan produktivitas nasional, meningkatkan pula daya saing tenaga kerjadi pasar global. Untuk tujuan tersebut SMK harus mengadopsi nilai-nilai yangditerapkan dalam melaksanakan pekerjaan yaitu, disiplin, taat azas, efektif, danefisien. 44. 88c. Landasan YuridisLandasan pendidikan menengah kejuruan berikutnya adalah landasanyuridis. Secara yuridis pendidikan menengah kejuruan menurut Buku I KurikulumSMK Tahun 2004, bahwa pendidikan menengah kejuruan dilandasi oleh; 1. UUD1945,mengamanatkankepadapemerintah melalui usaha penyelenggaraan sistem pendidikan nasional untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang 2. UU Sistem Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003 Pasal 15, menjelaskan bahwa SMK merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama dalam bidang pekerjaan tertentu. Dan Pasal 38 yang menyatakan bahwa kerangka dasar dan struktur kurikulum pendidikan dasar dan menengah ditetapkan oleh pemerintah melalui penetapan BSNP. 3. Kepmendikbud no.323/U/1997 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Sistem Ganda di SMK. 4. PP No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, 5. Permendiknas No.22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, 6. Permendiknas No.23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensli Lulusan, 7. PermendiknasNo.24 tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Permendiknas No.22 dan No.23 Tahun 2006 tentang Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan. 8. Ketentuan-ketentuan lain yang berhubungan dengan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan di SMK. 45. 89 2. Karakteristik, Tuntutan, dan Tujuan SMK a. Karakteristik SMK Karakteristik SMK ditinjau dari aspek lembaga, peserta didik, maupunkurikulumnya, merupakan gambaran komprehensif mengenai peluang dantantangan dalam pengembangan kurikulum SMK, dalam rangka meningkatkankualitas layanan pembelajaran serta meningkatkan kualitas dan kualifikasi lulusanagar dapat terserap dalam dunia kerja. Pada konteks ekonomi: SMK harusberbasis pada kebutuhan manusia, mengutamakan peningkatan SDM, padakonteks ketenagakerjaan: SMK harus memperhatikan kesempatan kerja (serviceatau product) yang diperlukan masyarakat, Bersifat pendidikan dan pelatihan yangmampu mengembangkan skill siswa, dan adanya mekanisme penyesuaian antaramanusia dan pekerjaan. Berdasarkan UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003, Pasal 15: Pendidikankejuruan merupakan pendidikan menengah yang menyiapkan peserta didikterutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Selaras dengan hal tersebut,Hamalik Oemar (1990:72), menyatakan bahwa pendidik kejuruan adalah suatubentuk pengembangan bakat, pendidikan dasar keterampilan, dan kebiasaan-kebiasaan yang mengarah pada dunia kerja yang dipandang sebagai latihanketerampilan. Namun meskipun siswa SMK difokuskan untuk bekerja tetapimasih diberikan kesempatan untuk melanjutkan studi dengan ciri masihdiberikannya basic science di SMK (normatif dan adaptif) Karakteristik Sekolah Kejuruan menurut Sibuea (2002), adalah sebagaiberikut: 46. 90 1. Berorientasi pada pencapaian penampilan kerja di lapangan kerja 2. Fokus pengembangan kurikulum pada aspek kognitif, afektif, dampsikomotor, dengan sasaran agar lulusan dapat menerapkankemampuannya di lapangan kerja. 3. Standar sukses di sekolah dan di lapangan kerja. 4. Peka (responsive) terhadap perkembangan dan perubahan yang terjadidalam dunia kerja. 5. Menjalin hubungan dengan masyarakat dalam ketenagakerjaanataupun dalam penyelenggaraan pendidikan. 6. Dukungan logistic dan pembiayaan harus memadai untukmenyediakan fasilitas praktek yang betul-betul sesuai dengankebutuhan dunia industri. 7. Prediksi perubahan Ipteks di sekolah kejuruan relatif lebih cepatdibandingkan dengan sekolah umum. Ditinjau dari karakteristik peserta didik. Siswa di SMK berada padarentang usia 15-18 tahun yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) berdasarkanperkembangan biologis berada pada masa pubertas, fungsi reproduksi, danterjadinya perubahan suara, 2) berdasarkan perkembangan psikologi mampumenyadari kekurangan dan kelebihan yang dihadapi dengan sikap sewajarnya,menyadari hak orang lain, dan mulai terbentuknya kepribadian menujukemantapan, 3) berdasarkan konsep tugas perkembangan, mampu memahamipentingnya peranan teman sebaya, membangun hubungan yang baru dan matang,pengaruh dari kekuasaan persetujuan kelompok, dan mencapai peranan sosialsesuai dengan jenis kelaminnya, dan menurut Piaget (1964:..) berada pada tahapOperasional Formal, artinya perkembangan kognitif mampu menghimpunpikirannya sendiri menjadi suatu konsep dan mampu menghimpun konsep pikiranorang lain atau disebut juga tahap mengembangkan daya. Berdasarkan beberapa ciri di atas, dapat disimpulkan bahwa siswa di SMKadalah: 1) manusia dewasa yang bertubuh kecil, 2) mampu dididik dan dilatihkarena memiliki potensi, 3) manusia yang sedang berkembang, dan 4) manusia 47. 91yang selalu ingin tahu. Siswa di SMK memiliki kecenderungan untuk mencariidentitas atau jati diri dan ini sangat perlu diperhatikan oleh para pendidik,sehingga peserta didik dapat berkembang secara optimum. Sejalan denganpernyataan tersebut di atas Syamsudin A.M (2000:132), menuliskan bahwa: Kalau individu mampu mengatasi berbagai tuntutan yang dihadapinya secara integratif, maka ia akan menemukan identitas yang akan dibawanya menjelang masa dewasanya, sebaliknya kalau ia gagal akan berada pada krisis identitas (identity crisis) yang berkepanjangan.Penanaman pondasi kejiwaan yang kuat diperlukan peserta didik agarberani menghadapi tantangan, mampu beradaptasi dan mengatasi berbagaimasalah kehidupan yang selalu berubah, serta mampu meningkatkan diri untukmengikuti pendidikan yang lebih tinggiFokus pendidikan kejuruan adalahmempertahankan budaya dengan teknologi yang ada, mengembangkan budayadengan teknologi masa depan, memperhatikan perubahan masyarakat yangmengakibatkan perubahan struktur lapangan kerja, perubahan struktur lapangankerja akan mempengaruhi sikap terhadap jenis pekerjaannya, dan untukmemenuhi kebutuhan tenaga kerja.Selanjutnya menurut UU SPN Tahun 2003 Pasal 12 mengenai hak pesertadidik di dalam proses penyelenggaran pendidikan adalah sebagai berikut sepertidisajikan dalam tabel 2.3 berikut ini:Tabel 2.3 Hak Peserta DidikAyat Isi b mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya.epindah ke program pendidikan pada jalur dan satuan pendidikan lain yang setarafmenyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing- masing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan. 48. 92 b. Tuntutan terhadap SMK Pendidikan di SMK perlu dirancang suatu sistem diklat yang realistik danspesifik melalui penyelenggaraan diklat jangka pendek dengan terus fokusmeningkatkan relevansi dengan dengan dunia kerja, termasuk menyelenggarakansistem diklat yang permeabel dan fleksibel. Sistem diklat yang permeabel dan fleksibel menuntut program pendidikanyang memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Jenis program dikembangkan berdasarkan tuntutan kebutuhan dunia kerja(deman driven) 2. Program pembelajaran yang dikembangkan dan dilaksanakan mengacupada pencapaian kompetensi yang telah distandarkan. 3. Program diklat dirancang untuk dapat diselenggarakan oleh berbagai jenislembaga diklat 4. Kemampuan yang telah dimiliki oleh calon peserta diklat diatur melaluimekanisme Recognition of Prior Learning (RPL) dan Recogition ofCurrent Competence (RCC). 5. Program diklat dirancang secara terintegrasi antara program pembelajarandi sekolah dengan pelatihan di dunia kerja. 6. Program diklat memberikan keseimbangan focus antara sector formal daninformal. (Supriadi, Dedi, 2002:608) Tuntutan pendidikan dan pembelajaran di SMK disampaikan pula olehberbagai ahli sebagai berikut: 1. Orientasi Pendidikan diarahkan untuk dapat bekerja pada bidang tertentu, dan Program Pendidikan dan Pembelajaran diarahkan untuk memberikan bekal dan keterampilan dasar 2. Sarana dan prasarana disesuaikan dengan orientasi pekerjaan pada bidang. 3. Abdul muin Sibuea (2002), Kurikulum kejuruan ditujukan untuk memberikan keterampilan khusus bagi siswa sehingga dapat bekerja sesuai dengan bidangnya dalam dunia kerja 49. 93 4. Kurikulum dikembangkan berdasarkan kecakapan hidup, kompetensi, berbasis luas, dan berbasis produksi. 5. Lubis (1997) dan McNeil (1996) mengemukakan bahwa SMK perlu untuk meningkatkan relevansi dengan dunia kerja, untuk kebutuhan tersebut diperlukan pendekatan cluster of-skill, yakni siswa dilatih dalam beberapa jabatan. Lebih lajut McNeil (1996) orientasi pendidikan kejuruan ke depan tidak harus fokus pada teknologi tinggi, pada beberapa studi menunjukkan hingga tahun 2001 hanya 7% bidang pekerjaan baru membutuhkan teknologi tinggi, tetapi diarahkan pada kebutuhan operator (juru) 6. Hamalik (1990) menggunakan konsep keterpaduan yaitu membentuk tenaga kerja yang produktif (pendekatan tenaga kerja), mengarahkan pendidikan ke wawasan lingkungan (pendekatan ekologi), mengarahkan pada perkembangan masa depan (Futurologi), dan memberikan dasar nilai dan norma dalam membentuk tenaga kerja yang berkepribadian, berwatak, tangguh, dan penuh tanggung jawab. c. Tujuan SMK Tujuan SMK terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus, sesuai denganBuku Bagian I Landasan, Program dan Pengembangan Kurikulum SMK tahun2004, yaitu:Tujuan umum: 1. meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Tuhan YangMahas Esa. 2. mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi warga negara yangberakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis, danbertanggung jawab. 50. 94 3. mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki wawasankebangsaan, memahami dan menghargai keanekaragaman budaya bangsaIndonesia. 4. mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki kepedulian terhadaplingkungan hidup, dengan secara aktif turut memlihara dan melestarikanlingkungan hidup, serta memanfaatkan sumber daya alam dengan efektifdan efisien.Tujuan Khusus: 1. menyiapkan agar peserta didik menjadi manusia produktif, mampu bekerjamandiri, mengisi lowongan pekerjaan yang ada di dunia usaha dan duniaindustri sebagai tenaga kerja tingkat menengahsesuai dengan kompetensidalam kompetensi keahlian yang dipilihnya; 2. menyiapkan peserta didik agar mampu memilih karier, ulet dan gigihdalam berkompetisi, beradaptasi di lingkungan kerja, dan mengembangkansikap professional; 3. membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni,agar mampu mengembangkan diri dikemudian hari baik secara mandirimaupun melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi; 4. membekali peserta didik dengan kompetensi-kompetensi yang sesuaidengan kompetensi keahlian yang dipilih. Berdasarkan pada rumusan tujuan SMK di atas, maka kurikulum SMKmerupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua kegiatan pengalamanbelajar yang disediakan bagi siswa SMK yang didalamnya terintegrasi sejumlahilmu pengetahuan dan sejumlah aktivitas yang diberikan kepada peserta didik.3. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Sekolah MenengahKejuruana. Komponen-Komponen KTSP 1). Visi, Misi, dan Tujuan Visi, dan Misi Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan harus berorientasike depan, dikembangkan bersama oleh seluruh warga sekolah. Visi dan misimerupakan perpaduan antara langkah strategis dan sesuatu yang dicita-citakan, 51. 95dinyatakan dalam kalimat yang padat bermakna, dapat dijabarkan ke dalam tujuandan indikator keberhasilannya, berbasis nilai, dan membumi (kontekstual).Penyusunan tujuan dalam KTSP melalui tiga tahap yaitu; tahap 1) hasilbelajar siswa, dengan merumuskan apa yang harus dicapai siswa berkaitan denganpengetahuan, keterampilan, dan sikap setelah mereka menamatkan sekolah. 2)suasana pembelajaran, dirumuskan dengan mempertimbangkansuasanapembelajaran seperti apa yang dikehendaki untuk mencapai hasil belajar itu, dan3) suasana sekolah, dimana sekolah ditempatkan sebagai lembaga/organisasipembelajaran dengan merumuskan seperti apa yang diinginkan untukmewujudkan hasil belajar bagi siswa. 2). Struktur dan Muatan KTSPStruktur dan Muatan KTSP pada jenjang pendidikan menengah meliputilima kelompok mata pelajaran, yaitu; kelompok mata pelajaran agama dan akhlakmulia, kewarganegaraan dan kepribadian, ilmu pengetahuan dan teknologi,estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, oleh raga dan kesehatan. MuatanKTSP mencakup; mata pelajaran, muatan lokal, kegiatan pengembangan diri,pengaturan beban belajar, kenaikan kelas, penjurusan, dan kelulusan, pendidikankecakapan hidup, pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global, sertapenyusunan Kalender Pendidikan. Setiap satuan pendidikan dapat menyusunkalender pendidikan sesuai dengan kebutuhan daerah, karakteristik sekolah,kebutuhan peserta didik dan masyarakat, dengan memperhatikan kalenderpendidikan sebagaimana tercantum dalam Standar Isi. 52. 96b. Penyusunan KTSP Penyusunan KTSP pendidikan menengah dikembangkan oleh sekolah dankomite sekolah di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan Provinsi. Timpenyusun KTSP SMK terdiri atas guru, konselor, kepala sekolah, komite sekolah,dan nara sumber. Kegiatan penyusunan dilakukan dalam rapat kerja dan/ataulokakarya sekolah dan/atau kelompok sekolah yang diselenggarakan sebelumtahun pelajaran baru. Tahap kegiatan penyusunan kurikulum tingkat satuanpendidikan secara garis besar meliputi: penyiapan dan penyusunan draf, revieudan revisi, serta finalisasi. Langkah yang lebih rinci dari masing-masing kegiatandiatur dan diselenggarakan oleh tim penyusun. Dokumen kurikulum tingkat satuan pendidikan SMK dinyatakan berlakuoleh kepala sekolah serta diketahui oleh komite sekolah dan dinas kabupaten/kotayang bertanggung jawab di bidang pendidikan. Pengembangan dan penyusunanKTSP secara operasional perlu memperhatikan dan mengacu beberapa aspek dibawah ini, yaitu:1. Peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia. Keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia menjadi dasar pembentukan kepribadian peserta didik secara utuh. Kurikulum disusun yang memungkinkan semua mata pelajaran dapat menunjang peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia.2. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan peserta didik. Kurikulum disusun agar memungkinkan pengembangan keragaman potensi,minat, kecerdasan 53. 97 intelektual, emosional, spritual, dan kinestetik peserta didik secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.3. Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan. Daerah memiliki keragaman potensi, kebutuhan, tantangan, dan keragaman karakteristik lingkungan, oleh karena itu kurikulum harus memuat keragaman tersebut untuk menghasilkan lulusan yang dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan daerah.4. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional. Pengembangan kurikulum harus memperhatikan keseimbangan tuntutan pembangunan daerah dan nasional.5. Tuntutan dunia kerja. Kurikulum harus memuat kecakapan hidup untuk membekali peserta didik memasuki dunia kerja sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik dan kebutuhan dunia kerja, khususnya bagi mereka yang tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.6. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Kurikulum harus dikembangkan secara berkala dan berkesinambungan sejalan dengan perkembangan Ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.7. Agama. Kurikulum harus dikembangkan untuk meningkatkan toleransi dan kerukunan umat beragama, dan memperhatikan norma agama yang berlaku di lingkungan sekolah8. Dinamika perkembangan global. Kurikulum harus dikembangkan agar peserta didik mampu bersaing secara global dan dapat hidup berdampingan dengan bangsa lain. 54. 98 9. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan. Kurikulum harus mendorong wawasan dan sikap kebangsaan dan persatuan nasional untuk memperkuat keutuhan bangsa dalamNegara Kesatuan Republik Indonesia. 10. Kondisisosial budaya masyarakat setempat. Kurikulumharus dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik sosial budaya masyarakat setempat dan menunjang kelestarian keragaman budaya. 11. Kesetaraan jender. Kurikulum harus diarahkan kepada pendidikan yang berkeadilan dan mendorong tumbuh kembangnya kesetaraan jender. 12. Karakteristik satuan pendidikan. Kurikulum harus dikembangkan sesuai dengan visi, misi, tujuan, kondisi, dan ciri khas satuan pendidikan. Penentuan mata pelajaran beserta alokasi waktu tertera pada strukturkurikulum yang tercantum dalam Standar Isi, khusus yang belum tercantum(kurikulum produktif SMK) dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan standarjumlah jam total yang telah ditetapkan dalam SI. Isi KTSP perlu mengakomodirmuatan lokal, dimana muatan lokal ini merupakan kegiatan kurikuler untukmengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensidaerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkanke dalam mata pelajaran yang ada. Pengembangan diri perlu dipertimbangkan dalam penentuan matapelajaran. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada pesertadidik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, 55. 99bakat, minat, setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatanpengembangan diri difasilitasi dan/atau dibimbing oleh konselor, guru, atautenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan pelayanankonseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial,belajar, dan pengembangan karier peserta didik. Khusus untuk sekolah menengahkejuruan pengembangan diri terutama ditujukan untuk pengembangan kreativitasdan bimbingan karier. Pengembangan diri untuk satuan pendidikan khususmenekankan pada peningkatan kecakapan hidup dan kemandirian sesuai dengankebutuhan peserta didik Beban belajar sistem paket digunakan oleh SMK kategori standar danbeban belajar sistem kredit semester (SKS) digunakan oleh SMK kategorimandiri. Satuan pendidikan dimungkinkan menambah maksimum empat jampembelajaran per minggu secara keseluruhan. Pemanfaatan jam pembelajarantambahan mempertimbangkan kebutuhan peserta didik dalam mencapai tuntutankompetensi. Alokasi waktu untuk pembelajaran praktik, diatur sebagai berikut;dua jam kegiatan praktik di sekolah setara dengan satu jam tatap muka, empat jampraktik di luar sekolah setara dengan satu jam tatap muka. Kurikulum SMK dapat memasukkan pendidikan kecakapan hidup, yangmencakup kecakapan pribadi, kecakapan sosial, kecakapan akademik dan/ataukecakapan vokasional. Pendidikan kecakapan hidup dapat merupakan bagian daripendidikan semua mata pelajaran. Pendidikan kecakapan hidup dapat diperoleh 56. 100peserta didik dari satuan pendidikan yang bersangkutan dan atau dari satuanpendidikan formal lain dan/atau nonformal yang sudah memperoleh akreditasi.Kurikulum untuk semua tingkat satuan pendidikan dapat memasukkanpendidikan berbasis keunggulan lokal dan global. Pendidikan berbasis keunggulanlokal dan global dapat merupakan bagian dari semua mata pelajaran. Pendidikanberbasis keunggulan lokal dapat diperoleh peserta didik dari satuan pendidikanformal lain dan/atau nonformal yang sudah memperoleh akreditasi.Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasarke dalam materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaiankompetensi untuk penilaian. Terdapat lima tahapan pengembangan silabus:perencanaan, pelaksanaan, perbaikan, pemantapan, dan penilaian pelaksanaan.Komponen silabus sekurang-kurangnya terdiri dari; identitas, standar kompetensi,kompetensi dasar, materi pokok, pengalaman belajar, indikator, penilaian, alokasiwaktu, dan sumber/bahan/alat. Prinsip-prinsip pengembangan Silabus: Ilmiah,Relevan, Sistematis, Konsisten, Memadai, Aktual dan Konseptual, Fleksibel, danMenyeluruh, dan Relevan dimana cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran danurutan penyajian materi dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik,intelektual, sosial, emosional, dan spritual peserta didik.c. Struktur Kurikulum Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan Kurikulum SMK berisi mata pelajaran wajib, mata pelajaran kejuruan,muatan lokal, dan pengembangan diri. 1). Mata pelajaran wajib terdiri atasPendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa, Matematika, IPA, IPS, 57. 101Seni dan Budaya, Pendidikan Jasmani dan Olahraga, dan Keterampilan kejuruan.Mata pelajaran ini bertujuan untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnyasekaligus manusia kerja. 2). Mata pelajaran kejuruan terdiri atas beberapa matapelajaran yang bertujuan untuk menunjang pembentukan kompetensi kejuruan danpengembangan kemampuan menyesuaikan diri dalam bidang keahliannya. Struktur kurikulum SMK terbagi ke dalam kelompok normatif, adaptif,dan produktif. Normatif, merupakan kelompok mata diklat yang memberikannorma-norma kehidupan dalam pekerjaan, sebagai bekal untuk menjadi manusiayang berkepribadian utuh dalam mengenal tuhan dan segala ciptaan-Nya, dalamkehidupan berbangsa dan bernegara. Adaptif, berisi mata diklat yangmenitikberatkan pada pemberian kesempatan kepada peserta didik untukmemahami dan menguasai konsepdan prinsip dasar ilmu dan teknologi yang dapatditerapkan dalam kehidpuan sehari-hari dan atau dapat melandasai kompetensiuntuk bekerja, ketiga produktif, merupakan kelompok mata diklat yangmembekali peserta didik agar memiliki kompetensi kerja sesuai dengan SKKNI. Kelompok mata pelajaran di SMK berdasarkan pembagian struktur isikurikulum normatif, adaptif, dan produktif. Normatif meliputi; pendidikanAgama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Pendidikan JasmaniOlahraga dan Kesehatan, dan seni Budaya. Adaptif terdiri atas mata pelajaranBahasa Inggris, Matematika, IPA, IPS, Keterampilan Komputer dan PengelolaanInformasi, dan Kewirausahaan. Dan produktif terdiri atas sejumlah mata pelajaranyang dikelompokkan dalam Dasar Kompetensi Kejuruan dan KompetensiKejuruan. Konsekuensi dari konsep tersebut maka, dilapangan guru-guru akan 58. 102berinteraksi secara harmonis tentang bahan yang akan diajarkan, guru produktifakan menyampaikan sejumlah target pencapaian kompetensi, kemudian diresponoleh guru-guru normatif dan adaptif, untuk memberikan penyesuaian yang salingmemperkuat dalam pencapaian ketuntasan kompetensi. Berdasarkan konsep di atas, maka dapat dikatakan bahwa inti (core) darikurikulum SMK terletak pada program produktifnya, sedangkan program lainnyaseperti adaptif dan normatif mengitari di sekeliling core untuk memberikanpenyesuaian. Oleh karena itu, secara konseptual strategi tersebut dapatmemecahkan persoalan pembelajaran khususnya dalam mencapai ketuntasankompetensi kejuruan, tetapi kenyataannya kesadaran akan konsep tersebut tidakmerata sampai kepada semua guru/tenaga pendidik, sehingga menimbulkankondisi pembelajaran di sekolah belum memperlihatkan keterkaitan antaraprogram diklat, juga antara gurunya juga tidak terjadi hubungan yang harmonisdalam rangka penyesuaian materi ajar. Untuk mengantisipasi masalah berkenaan dengan pemahaman mengenaipengelompokkan kurikulum SMK dapat dilakukan dengan menggunakanbeberapa pendekatan sebagai berikut: 1. Diadakannya pelatihan bagi guru-guru di SMK tentang kurikulum diklat, pelatihan ini bisa dilakukan kerjasama dengan lembaga lain yang berkompeten, misal P4TK, atau dapat dilakukan melalui IHT. 2. Koordinasi guru-guru di sekolah harus ditingkatkan melalui pembantu kepala sekolah yang membawahi bidang kurikulum dan ketua kompetensi keahlian, sehingga akan terjadi interaksi secara harmonis. 59. 103 3. SMK harus mau dan mampu melakukan investasi sejumlah sarana dan parasarana yang dibutuhkan dalam implementasi kurikulum. 4. Perlunya melakukan penyaringan terhadap enrollment siswa yang akan masuk berkenaan dengan minat dan bakatnya, selain itu juga selayaknya menyaring guru/tenaga pendidik/ instruktur tentang penguasaan kompetensi-kompetensi yang harus dimilikinya.Jenis pekerjaan yang disusun untuk kompetensi keahlian teknikkendaraan ringan disesuaikan dengan kebutuhan dan standar indutri otomotif(bengkel service). Jenis pekerjaan mekanik otomotif kemudian di rinci menjadikompetensi-kompetensi kerja, kompetensi kerja tersebut dalam kurikulum SMKdirinci kembali ke dalam beberapa Standar kompetensi dan Kompetensi Dasar(SKKD), kemudian menyusun indikator pencapaian kompetensi. SKKD merupakan pernyataan tentang apa-apa saja yang harus mampudilakukan oleh seseorang di tempat kerja, SKKD dijabarkan secara terperinciuntuk memperjelas bagaimana seseorang dapat memperoleh keterampilan,pengetahuan dan perilaku yang dibutuhkan. Perolehan keterampilan, pengetahuandan perilaku terdapat di dalam berbagai materi pelajaran dan penilaian. SKKDdibuat sedemikian rupa sehingga seseorang dapat menerapkan pada kondisistandar di dalam industri perawatan dan perbaikan kendaraan ringan, baik untukkategori bengkel ATPM, binaan ATPM ataupun bengkel umum. Penetapan standar digunakan untuk memenuhi kebutuhan di bisnisotomotif yang spesifik. Standar kerja tersebut selanjutnya dimasukan ke dalam 60. 104elemen dan kriteria unjuk kerja, batasan variabel dan panduan penilaian jugamemberikan informasi penting yang detil dan spesifik untuk mencapai standar. Pengelompokkan standar kompetensi untuk perawatan dan perbaikankendaraan ringan di bagi menjadi lima kelompok kompetensi. Kelompok -kelompok ini terdiri dari kompetensi-kompetensi yang berhubungan denganbagian tertentu dari kendaraan. Lima kelompok kompetensi tersebut dibagimenjadi dua kategori utama: (1). Kompetensi Umum, Kompetensi yang umumnyadibutuhkan oleh semua orang yang bekerja pada semua sektor perawatan danperbaikan kendaraan ringan. (2). Kompetensi Khusus, dibutuhkan pada area yangkhusus dari perawatan dan perbaikan kendaraan ringan berdasarkan kebutuhanpekerjaan dan tempat kerja: Engine, Power Train, Chasis & Suspension, danElectrical. Sistem pemberian kode standar kompetensi yaitu setiap StandarKompetensi nasional diberi kode nasional yang ditunjukkan dengan 4 huruf, 5angka dan 1 huruf OPKR-00-000B (Otomotif Perbaikan Kendaraan Ringan),dimana kode dengan nomor menunjukkan kelompokknya, seperti; 10:General,20:Engine, 30:Power Train, 40:Chasis & Suspension, dan 50:Electrical. Dan 3angka selanjutnya (000) adalah nomor urut dari standar standar di dalam grup.Contohnya dapat dilihat pada bagian lampiran.d. Pendekatan Pembelajaran Pendekatan pembelajaran merupakan titik tolak atau sudut pandangterhadap suatu proses pembelajaran. Istilah ini menggambarkan pandangan 61. 105terjadinya suatu proses yang sifatnya masih umum, oleh karenanya pendekatanpembelajaran perlu dikembangkan menjadi strategi dan metode pembelajaranberdasarkan pendekatan pembelajaran yang digunakan. Roy Killen (1998) dalamSanjaya Wina (2006:127) menyebutkan terdapat dua pendekatan dalampembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru dan pedekatan yangberpusat pada siswa. Sebagai contoh pendekatan yang berpusat pada guru dapatdilakukan melalui penerapan strategi pembelajaran langsung dan pembelajaranekspository, sedangkan pendekatan yang berpusat pada siswa dapat dilakukandengan menerapkan strategi pembelajaran discovery dan inkuiri. Berkaitan dengan pendekatan pembelajaran di SMK, materi pembelajarandi SMK dikelompokkan pada materi dasar kompetensi kejuruan dan kompetensikejuruan yang disusun oleh kompetensi keahlian untuk memenuhi standarkompetensi kerja di dunia kerja. Pendekatan pembelajaran yang diterapkan diSMK menggunakan beberapa pendekatan, yaitu;a. berbasis luas dan mendasar, dengan pembelajaran ini peserta diklat dapat mempelajari sejumlah ilmu pengetahuan yang dibutuhkan dalam memenuhi tuntutan pekerjaan.b. berbasis kompetensi, dengan pembelajaran ini peserta diklat dapat memperoleh pengalaman belajar yang secara langsung dapat mendekatkan dirinya pada dunia kerja yang akan dihadapinya setelah lulus.c. pembelajaran tuntas, dengan pembelajaran ini diharapkan peserta diklat dapat mencapai tingkat penguasaan kompetensi yang diprasyaratkan secara tuntas, sehingga dapat memenuhi standar prosedur bahan/alat, standar hasil yang 62. 106 sudah ditetapkan, pengalaman belajar yang diperoleh akan lebih bermakna, dan ketuntasan disesuaikan dengan kemampuan belajar siswanya.. Konsekuensi dari hal pembelajaran harus menggunakan modular system.d. berbasis normatif dan adaftif, artinya menjadikan peserta diklat menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, memiliki sikap tanggung-jawab dan disiplin, memiliki ilmu pengetahuan, sehat jasmani dan rohani, berkepribadian sebagai warga negara dan berkomunikasi dengan baik.e. berbasis produksi, dengan pembelajaran ini