163
PENGENDALIAN MUTU PADA MADRASAH DALAM MEMBERDAYAKAN SUMBER DAYA MANUSIA DI SUNGAI GUNTUNG TESIS Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Manajemen Pendidikan Islam Oleh: Hasnani NIM: MMP.1622634 PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2018

PENGENDALIAN MUTU PADA MADRASAH DALAM ...repository.uinjambi.ac.id/217/1/HASNANI BOOKMARK...alumni Perguruan Tinggi (PT), sebagai tenaga potensial yang terampil dalam merebut dan memanfaatkan

  • Upload
    others

  • View
    16

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • PENGENDALIAN MUTU PADA MADRASAH DALAM

    MEMBERDAYAKAN SUMBER DAYA MANUSIA

    DI SUNGAI GUNTUNG

    TESIS

    Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Manajemen Pendidikan Islam

    Oleh: Hasnani

    NIM: MMP.1622634

    PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2018

  • MOTTO

    ا ِانَّ ا فَِاَذا فََرْغَت فَانَْصْب فَِانَّ َمَع ْالُعْْسِ يُْْسً َمَع ْالُعْْسِ يُْْسً

    Artinya : “Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.

    Sesungguhnyabersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain)’’ (Q.S. Al-Insyirah 94 ayat 5-7).1

    1 Kementerian Agama RI.AlQur’an dan Terjemah. (Jakarta: Lajnah Pentashihah Mushaf Al-Qur’an, 2015), hal.910

  • PERSEMBAHAN

    Tesis ini penulis persembahkan kepada : 1. Yang mulia ibunda Hj. Andi Djuliana

    2. Yang mulia ayahanda H. Andi Muhammad

    3. Kakanda tercinta Dra. Hj. Andi Fatimah/Aiptu H. Mahmuddin

    4. Kakanda Andi Sulaiman (Almarhum)

    5. Kakanda tercinta Andi Salmah

    6. Adinda tercinta Andi Naimah, Amk/Aiptu Arifuddin

    7. Adinda Andi Hasanuddin, Amk/Mariama

    .

  • ABSTRAK

    HASNANI Nim: MMP.1622634 Pengendalian Mutu Pada Madrasah Dalam Memberdayakan Sumber Daya Manusia Di Sungai Guntung.Tesis pascasarjana UIN STS Jambi, tahun 2018.

    Penelitian ini menjelaskan tentang “Pengendalian Mutu Pada Madrasah DalamMemberdayakan Sumber Daya Manusia Di Sungai Guntung” Yang meliputi, Pertama, Bagaimana penerapan pengendalian mutu. Kedua, Bagaimana strategi pimpinan dalam pengendalian mutu. Ketiga, Bagaimana tanggapan masyarakat atas pengendalian mutu.

    Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriftif dengan mengunakan metode pengumpulan data observasi, wawancara dan dokumentasi. Tahap teknik analisis data meliputi reduksi data, penyajian data dan verifikasi data, sedangkan pengecekan keterpercayaan data dilakukan dengan perpanjangan keikutsertaan, ketelitian pengamatan, triangulasi dan melakukan konsultasi ke pembimbing.

    Hasil penelitian ini mengungkapkan, 1) Penerapan pengendalian mutu diarahkan pada tercapainya setiap perencanaan yang telah ditetapkan, terutama yang meliputi Input, proses dan output. Cara yang dilakukan adalah dengan mensosialisasikan hasil perencanaan pengendalian mutu kepada seluruh komponen yang ada disekolah, Kemudian melakukan analisis sasaran yang meliputi visi, misi dan tujuan sekolah dengan analis SWOT. Selanjutnya dilakukan penyusunan perbaikan dan perumusan mutu baru. 2) Strategi pimpinan adalah menyediakan sarana prasarana sekolah, menetapkan standar mutu pendidikan, meningkatkan profesionalisme guru, pembinaan kepada peserta didik, melibatkan partisipasi masyarakat disekolah. 3) Kegiatan pemberdayaan sumber daya manusia diarahkan pada pemberdayaan di bidang ke-agamaan. Bidang keagamaan menyangkut tentang praktek ibadah, tahfidz juz amma dal lain sebagainya. Selain itu masyarakat menilai bahwa proses pendidikan yang ada di MTs Al-Ikhlas maupun di MTs Tarbiyah Islamiyah, sama – sama berjalan dengan baik.

    Kata Kunci : Pengendalian Mutu, Pemberdayaan, Sumber Daya Manusia

  • ABSTRACT HASNANI Nim: MMP.1622634 Quality Control at Madrasas in Empowering Human Resources in Sungai Guntung. Postgraduate study at the Jambi State Islamic University STS, 2018.

    This study describes "Quality Control in Madrasas in Empowering

    Human Resources in Sungai Guntung" which includes, first, how to apply quality control. Second, what is the leadership strategy in quality control. Third, what is the community's response to quality control.

    This study uses descriptive qualitative approach using data collection methods of observation, interviews and documentation. The stages of data analysis techniques include data reduction, data presentation and data verification, while data reliability checks are carried out by extension of participation, accuracy of observation, triangulation and consultation with counselors.

    The results of this study reveal, 1) The application of quality control is directed at the achievement of every plan that has been established, especially those that include Input, process and output. The method used is to socialize the results of quality control planning to all components in the school, then conduct a target analysis that includes the vision, mission and goals of the school with SWOT analysts. Furthermore, the preparation of new quality improvement and formulation is carried out, 2) the leadership strategy is to provide school infrastructure, set education quality standards, improve teacher professionalism, guide students, involve community participation in schools. 3) Activities of empowerment of human resources are directed at empowerment in the field of religion. The field of religion concerns the practice of worship, tahfidz juz amma etc. In addition, the community considered that the educational process in MTs Al-Ikhlas and MTs Tarbiyah Islamiyah, both went well.

  • KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas anugrah Nya yang

    telah melimpahkan rahmat-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas

    akhir ini dengan judul Pengendalian Mutu Pada Madrasah Dalam

    Memberdayakan Sumber Daya Manusia Di Sungai Guntung Yang mana

    penyusunan tugas akhir ini merupakan salah satu syarat persyaratan guna

    memperoleh gelar MagisterPendidikan Islam dalam Konsentrasi

    Manajemen Pendidikan Islam pada Pascasarjana UIN STS Jambi.

    Banyak kesulitan dan hambatan yang dialami penulis dalam

    menyusun tugas ini terutama dalam mendapatkan data dan mengolahnya,

    tetapi semua itu telah dapat diatasi dengan baik berkat dukungan dan

    bantuan dari berbagai pihak. Untuk itulah pada kesempatan ini penulis

    mengucapkan terima kasih kepada :

    1. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA, Selaku Rektor UIN STS Jambi

    2. Bapak Prof. Dr. H. Ahmad Husein Ritonga, M.A, Selaku direktur

    Pascasarjana UIN STS Jambi

    3. Ibu Dr. Risnita, M.Pd selaku Wakil Direktur Pasca Sarjana UIN STS

    Jambi

    4. Bapak Dr. Abdul Malik. M.Si selaku Ketua Program Studi Manajemen

    Pendidikan Islam

    5. Bapak Prof. Dr. H. Martinis Yamin, M.Pd selaku Pembimbing I dan

    Bapak Dr. H. Khairunnas, M.Pd.I selaku pembimbing II.

    6. Bapak, Ibu dosen dan segenap civitas akademika Pascasarjana UIN

    STS Jambi yang telah menjadi pembimbing dan pengampu mata kuliah

    7. Kepala KUA Kecamatan Kateman (Drs. H. M. Amin, HA), Penghulu (Abd.

    Hayatussalis, S.Pd.I) dan Staf (Nurasia, SE)

    8. Bapak Muhammad Johan, S.Ag selaku Kepala MTs Tarbiyah Islamiyah Sungai

    Guntung

    9. Bapak, Ibu Guru dan Siswa-siswi MTs Tarbiyah Islamiyah Sungai Guntung

  • 10. Bapak Mohd. Kasim, S.Ag selaku Kepala MTs Tarbiyah Islamiyah Sungai

    Guntung

    11. Bapak, Ibu Guru dan Siswa-siswi MTs Tarbiyah Islamiyah Sungai Guntung

    12. Teman-Teman Konsentrasi Manajemen Pendidikan Islam di Pascasarjana UIN

    STS Jambi

    Penulis menyadari bahwa Tesis ini masih jauh dari sempurna, untuk

    itu segala kritikkan dan saran yang bersifat membangun akan penulis terima

    dengan senang hati. Dan mudah-mudahan Tesis ini berguna bagi berbagai

    pihak. Akhirnya semoga karya ini bermanfaat bagi semua orang, terlebih

    untuk pribadi penulis sendiri.

    Jambi, 21 November 2018 Penulis

    HASNANI Nim. MMP.1622634

  • DAFTAR ISI

    Halaman HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i LEMBAR LOGO ............................................................................................ ii NOTA DINAS ................................................................................................. iii LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................. iv HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS TESIS ....................................... v HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... vi HALAMAN MOTTO ........................................................................................ vii HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ viii ABSTRAK ...................................................................................................... ix ABSTRAC ...................................................................................................... x KATA PENGANTAR....................................................................................... xi DAFTAR ISI .................................................................................................... xii DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii DAFTAR GAMABAR ...................................................................................... xiv

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1

    B. Rumusan Masalah ................................................................ 13

    C. Fokus Penelitian ................................................................... 13

    D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ......................................... 13

    BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN RELEVAN

    A. Landasan Teori ..................................................................... 15

    1. Pengendalian Mutu Pendidikan ........................................ 15

    2. Pemberdayaan Sumber Daya Manusia ........................... 30

    B. Penelitian Yang Relevan ....................................................... 61

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    A. Pendekatan Penelitian .......................................................... 64

    B. Situasi Sosial dan Subjek Penelitian ..................................... 65

    C. Jenis dan Sumber Data ....................................................... 66

    D. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 68

    E. Teknik Analisis Data ............................................................ 73

    F. Uji Keterpercayaan Data ...................................................... 75

    G. Rencana Penelitian dan Waktu Penelitian ............................ 77

  • BAB IV DESKRIPSI LOKASI, TEMUAN PENELITIAN DAN ANSLISIS

    HASIL PENELITIAN

    A. Deskripsi Lokasi Penelitian ................................................. 79

    1. Profil ............................................................................... 79

    2. Sejarah dan Letak Geografis MTs Tarbiyah Islamiyah ..... 80

    3. Sejarah dan Letak Geografis Al-Ikhlas............................. 82

    4. Visi Dan Misi .................................................................... 84

    5. Struktur ........................................................................... 85

    6. Keadaan Pendidik .......................................................... 87

    7. Keadaan Peserta Didik .................................................... 90

    8. Sarana Prasarana .......................................................... 91

    B. Temuan Penelitian Dan Analisis Hasil Penelitian .................. 95

    1. Temuan Penelitian .......................................................... 95

    a. Penerapan pengendalian mutu di MTs Tarbiyah

    Islamiyah dan MTs Al-Ikhlas dalam memberdayakan

    sumber daya manusia di Sungai Guntung ................ 95

    b. Strategi pimpinan dalam pengendalian mutu di MTs

    Tarbiyah Islamiyah dan MTs Al-Ikhlas dalam

    memberdayakan sumber daya manusia di Sungai

    Guntung ..................................................................... 101

    c. Tanggapan masyarakat atas pengendalian mutu di

    MTs Tarbiyah Islamiyah dan MTs Al-Ikhlas dalam

    memberdayakan sumber daya manusia di Sungai

    Guntung ..................................................................... 110

    2. Analisis Hasil Penelitian................................................... 113

    BAB V KESIMPULAN

    A. Kesimpulan ........................................................................ 125

    B. Implikasi .............................................................................. 126

    C. Rekomendasi ..................................................................... 127

    D. Saran .................................................................................. 127

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

    CURRICULUM VITAE

  • DAFTAR TABEL

    Tabel 3. Jumlah Pendidik MTs-TI dan MTs Al-Ikhlas ........................... 85 Tabel 6: Jumlah Peserta Didik MTs-TI dan MTs Al-Ikhlas .................... 85 Tabel 8: Sarana Prasarana ................................................................... 90

  • DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1 Struktur Organisasi MTs Al-Ikhlas ........................................ 86 Gambar 1 Struktur Organisasi MTs Tarbiyah Islamiyah ........................ 87

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Di era kontemporer dunia pendidikan dikejutkan dengan adanya

    model pengelolaan pendidikan berbasis industri. Pengelolaan model ini

    mengandalkan adanya upaya pihak pengelola institusi pendidikan untuk

    meningkatkan mutu pendidikan berdasarkan manajemen perusahaan.

    Penerapan manajemen mutu dalam pendidikan lebih popular dengan

    sebutan Total Quality Education (TQE). Kemudian dasar dari manajemen

    ini dikembangkan dari konsep Total Quality Managemen (TQM), yang pada

    mulanya diterapkan pada dunia bisnis kemudian diterapkan pada dunia

    pendidikan.2

    Secara filosofis, konsep ini menekankan pada pencarian secara

    konsisten terhadap perbaikan yang berkelanjutan untuk mencapai

    kebutuhan dan kepuasan pelanggan..Filosofi pendidikan bermutu akan

    menghasilkan output secara dinamis melalui pengendalian mutu kerja

    Sumber Daya Manusia (SDM) guru yang mengedepankan produktivitas.

    Pengembangan Produktivitas dan mutu kerja SDM disusun sesuai

    kebutuhan saat ini atau masa datang (visi-misi) untuk meningkatkan

    kemampuan teknis, teoritis, konseptual, dan bermoral secara optimal.

    Mutu kerja, dapat diberikan pengertian menjadi dua, yaitu, mutu

    adalah kepuasan yang diperoleh oleh siswa, guru beserta perangkatnya,

    orang tua, dan masyarakat umumnya dan kerja adalah hasil secara

    kuantitas maupun kualitas di capai dan bertanggung jawab, seperti kerja

    guru adalah persepsi terhadap prestasi kerja, berkaitan dgn kualitas kerja,

    jujur, kerjasama dan sebagainya.3

    2 Edward Sallis, Total Quality Managemen In Education. Manajeme Mutu Pendidikan, (Yogyakarta: IRCiSoD, 2007), hal. 5. 3 Nurahman, Upaya Peningkatan Kinerja Guru Untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), hal. 17.

  • Gerakan pengendalian mutu pendidikan masih tergolong baru yaitu

    sekitar tahun 1980-an. TQM telah dilaksanakan oleh beberapa universitas

    di Amerika, Inggris, dan penerapan dunia pendidikan di indonesia dimulai

    tahun 1990-an. konsep TQM telah memperoleh dukungan resmi dari 16

    institusi pendidikan, yaitu Dewan Rektor dan Kepala Sekolah dan telah

    dipublikasikan pada tahun 1991, dengan sub judul Developing a Culturefor

    Quality dengan kesimpulan bahwa layanan mutu merupakan isu kunci bagi

    seluruh sector pendidikan pada masa dekade mendatang.4

    Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh Bangsa

    Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan jenis

    pendidikan dan satuan pendidikan. Beberapa fakta yang menunjukkan

    bahwa kualitas pendidikan masih rendah, hal ini terlihat jika dibandingkan

    dengan negara lain. Peringkat pendidikan wilayah Asean tahun 2017

    menyatakan bahwa Indonesia berada pada peringkat ke-lima dengan skor

    0,603 berdasarkan 44% penduduk menuntaskan pendidikan

    menengah,11% murid gagal menuntaskan pendidikan alias keluar dari

    sekolah. Berada jauh di bawah peringkat daya saing sesama Negara

    ASEAN, seperti Singapura di urutan pertama, Berunai Darussalam di urutan

    kedua, Malaysia yang berada di urutan ketiga dan Thailand di urutan

    keempat. Bahkan pada tahun 2016 dilansir dari The Guardian, indonesia

    menempati urutan ke 57 dari total 66 negara. Survei ini diterbitkan oleh

    organitation for ekonomic Co-operationand developmen. Kondisi ini

    disebabkan oleh rendahnya kualitas sumber daya manusia, rendahnya

    daya saing pendidikan, terbatasnya infrastruktur, terlalu panjang proses di

    birokrasi, lingkungan yang belum mendukung dan penegakan hukum yang

    belum optimal.

    Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu

    pendidikan, baik yang dilakukan pada tingkat nasional maupun daerah,

    antara lain penguatan regulasi hak untuk mendapatkan pendidikan bagi

    4 Edward Sallis, Op Cit, hal. 46-47.

  • anak usia sekolah, pendidikan dan pelatihan bagi tenaga pendidik,

    penguatan dan peningkatan kompetensi guru, perbaikan dan penyediaan

    sarana dan prasarana pendidikan, pengadaan buku ajar dan media

    pelajaran. Namun demikian berbagai indikator mutu pendidikan belum

    menunjukkan peningkatan yang berarti. Berdasarkan masalah ini maka

    dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan selain melalui cara-cara yang

    di atas, juga perlu adanya peningkatan mutu manajemen pengendalian

    mutu pendidikan, salah satu diantaranya dengan meningkatkan efektivitas

    penyelenggaraan pendidikan, pengendalian output yang berorientasi pada

    mutu.

    Issu tentang mutu pendidikan terus berkembang sejalan dan sejurus

    dengan perkembangan kebutuhan dan kesiapan penyelenggaraan

    pendidikan. Salah satu sebabnya adalah rendahnya peluang kerja bagi

    alumni tingkat sekolah menengah sederajat dan beratnya persaingan bagi

    alumni Perguruan Tinggi (PT), sebagai tenaga potensial yang terampil

    dalam merebut dan memanfaatkan kesempatan kerja. Identifikasi terhadap

    kondisi tersebut dialamatkan pada rendahnya mutu lulusan, dalam arti

    pengetahuan, keterampilan dan keahlian yang belum sesuai kualifikasi

    kompetensi yang dibutuhkan tenaga kerja.

    Mutu pendidikan terdiri dari tiga perspektif yaitu: perspekstif

    ekonomi, sosiologi dan pendidikan. Berdasarkan perspektif ekonomi,

    pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang mempunyai kontribusi

    tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi. Lulusan pendidikan yang bermutu

    akan secara langsung dapat memenuhi angkatan kerja, yang secara

    ekonomi akan membantu peningkatan taraf hidup. Menurut pandangan

    sosiologi, pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang bermanfaat

    terhadap pengembangan dan kemajuan masyarakat, seperti mobilitas

    sosial, perkembangan budaya, pertumbuhan kesejahteraan, dan

    pembebasan kebodohan.

    Pandangan pendidikan, mengarah pada upaya penyehatan sekolah

    yang direspon sebagai kemampuan sekolah dalam memenuhi kebutuhan

  • hak peserta didik, kesejahteraan tenaga pendidik, kepuasan bagi

    masyarakat sebagai pengguna jasa sekolah. Selanjutnya Beeby

    menegaskan, bahwa mutu pendidikan harus mengkaji makna dan esensi

    dari pendidikan, terkait dengan tujuan kurikulum, sarana prasarana,

    kesiapan tenaga pendidik dan manajemen pengelolaan lembaga

    pendidikan. Hal yang amat mendasar yang dapat memberikan ciri khusus,

    sebagai pemberbeda dari pendidikan yang lain.5

    Untuk sampai kepada konsep ini maka mutu dapat dikaji baik dari

    segi perencanaan, proses dan produk. Perspektif perencanaan mutu

    pendidikan disiapkan seperangkat keputusan untuk kegiatan-kegiatan di

    masa depan yang diarahkan untuk mencapai tujuan setiap tahapan dalam

    pendidikan. Perencanaan pendidikan merupakan proses intelektual yang

    berkesinambungan dalam menganalisis, merumuskan, dan menimbang

    serta memutuskan dengan konsisten. Kajian mutu dari segi proses

    mengandung arti efektivitas atau ketepatan dan efisiensi keseluruhan

    faktor-faktor atau unsur-unsur yang berperan dalam proses pendidikan.

    Mukhtar dan Khairunas, mengatakan bahwa efektivitas adalah suatu

    upaya menggerakan komponen-komponen secara komprehensif dengan

    mempertimbangkan tersedianya lumbung data untuk merencanakan

    kegiatan, mempunyai standar operasional pekerjaan (SOP), mempunyai

    tolok ukur yang akan dicapai, tegakan peraturan, tersedia biaya

    berdasarkan kebutuhan dan evaluasi sesuai kenyataan.6

    Sekolah yang berada di daerah pedalaman terkesan kumuh

    sedangkan sekolah diperkotaan dicitrakan lebih elit dan bonafit, sementara

    menerima calon siswa yang sama, tetapi karena kualifikasi guru,

    kelengkapan sarana dan prasarana, suasana belajar yang berbeda,

    pengelolaan yang tingkat efisiensinya juga tidak sama. Maka sangat wajar

    bila proses pendidikan pada sekolah di daerah elit akan jauh lebih baik

    5 Sabur A. Pengendalian Mutu Pendidikan Tinggi, (Bandung: IKIP, 1998). Hal.35 6 Mukhtar dan Khairunas R, Desain Pelatihan Produktif. Harus ada SOP, (Jambi: Kelompok Studi Penulisan, 2016), hal. 73.

  • karena faktor ketepatan, kelengkapan, dan efisiensi pengelolaan yang lebih

    sempurna.

    Keunggulan dalam proses pendidikan dengan sendirinya akan

    menghasilkan produk yang lebih baik dan berkualitas. Tingkat kemampuan

    lulusan dalam arti penguasaan ilmu, keterampilan dan pengalaman para

    lulusan sekolah elit terjadi karena proses pendidikannya lebih baik, mutunya

    akan berbeda dari sekolah di daerah kumuh. Dengan demikian mutu proses

    akan menghasilkan mutu lulusan yang berbeda. Mutu dapat juga dikaji dari

    sudut internal efisiensi dan kesesuaian, secara internal efisiensi pendidikan

    akan terjadi apabila tujuan pendidikan secara kelembagaan dapat

    terlaksana dengan baik termasuk kegiatan ekstrkurikuler. Mutu pendidikan

    itu, dapat dilihat dari sisi perencanaan, proses dan lulusan yang dihasilkan.

    Pendidikan yang bermutu dari sisi perencanaan dapat diukur dengan

    ketepatan dokumen perencanaan yang disandingkan dengan proses

    pelaksanaannya. Sedangkan proses pelaksanaan dapat diukur dengan

    ketepatan, kelengkapan dan efisiensi pengelolaan proses belajar mengajar

    yang efektif. Sedangkan mutu pendidikan dilihat dari sisi produk yakni

    apabila lulusan/output antara lain; (1) dapat menyelesaikan studi dengan

    tingkat penguasaan yang tinggi terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi

    sebagaimana telah ditetapkan dalam tujuan pendidikan di sekolah, (2)

    memperoleh kepuasan atas hasil pendidikannya karena ada kesesuaian

    antara penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan kebutuhan

    hidupnya, (3) mampu memanfaatkan secara fungsional ilmu pengetahuan

    dan teknologi hasil belajarnya demi perbaikan kehidupannya; dan (4) dapat

    dengan mudah memperoleh kesempatan kerja sesuai dengan tuntutan dan

    harapan dunia kerja.

    Konsep pelayanan dan penjaminan mutu pendidikan dapat

    dilakukan dengan pengukuran Total Quality Management (TQM),

    sebagaimana dinukilkan oleh Edward Sallis bahwa konsep mutu dalam

    kaitan dengan Total Quality Management (TQM), dimana menurutnya mutu

    itu harus dipandang sebagai konsep yang relatif bukan konsep yang

  • absolut. Definisi relatif tersebut memandang, bahwa mutu pendidikan

    bukan sebagai sesuatu yang dianggap berasal dari produk atau layanan

    semata, tetapi harus melibatkan semua komponen yang berkaitan dengan

    sumber daya manusiadan non sumber daya manusia. 7

    Mutu dapat dikatakan baik, apabila sebuah layanan memenuhi

    spesifikasi yang ada. Mutu sebagai instrumen untuk menilai produk sudah

    memenuhi standar atau belum, masih bersifat relatif dan tidak ekslusif.

    Definisi relatif tentang mutu tersebut memiliki dua aspek, adalah dapat

    menyesuaikan diri dengan spesifikasi dan memenuhi kebutuhan

    pelanggan/user. Menurut, Philip H.Coombs melihat konsep mutu

    pendidikan tidak hanya diukur dari prestasi belajar, seperti yang dikaitkan

    dengan kurikulum dan standarisasinya, tetapi perlu juga dilihat dari

    relevansi dan kebutuhan belajar saat ini dan untuk masa yang akan

    datang.8 Mutu pendidikan dalam arti luas ditentukan oleh tingkat

    keberhasilan seluruh faktor yang terlibat untuk mencapai tujuan pendidikan.

    Di samping itu mutu pendidikan tidak saja ditentukan oleh pihak sekolah

    sebagai lembaga pendidikan, tetapi juga harus disesuaikan dengan apa

    yang menjadi pandangan dan harapan masyarakat. Seiring dengan

    kecenderungan ini penilaian masyarakat tentang mutu lulusan sekolah pun

    terus-menerus berkembang.

    Mutu pendidikan itu bersifat multi dimensi yang meliput aspek input,

    proses dan keluaran (output dan outcomes). Oleh karena itu, indikator dan

    standar mutu pendidikan dikembangkan secara holistik mulai dari input,

    proses dan keluaran. Dengan demikian yang dimaksud dengan mutu

    lembaga pendidikan adalah kebermutuan dari berbagai pelayanan atau

    servis yang diberikan oleh institusi pendidikan kepada peserta didik maupun

    kepada tenaga staf pengajar untuk terjadinya proses pembelajaran.

    7 Edward.Sallis, Total Quality Management In Education: Manajemenmutu Pendidikan, Terj. Ahmad Ali Riyadi & Fahrurozi. Cet. VIII; (Yogjakarta:Ircisod, 2008), hal. 22 8 Sabur A. Op Cit, hal. 53.

  • Berbagai pelayanan institusi pendidikan dapat dibagi atas lima jenis

    pokok jasa pelayanan, yaitu (1) pelayanan administrasi pendidikan, (2)

    pelayanan pembelajaran, (3) pelayanan ko-kurikuler, (4) pelayanan

    penelitian dan (5) pelayanan keinformasian pendidikan.

    Seperti telah disampaikan di awal bahwa konsep mutu bagi

    pelanggan berbeda-beda. Hasil penelitian sabur telah membuktikan adanya

    perbedaan dimensi mutu yang meliputi: (1) Bagi pemakai jasa pendidikan,

    mutu pelayanan pendidikan lebih terkait pada dimensi ketanggapan

    pendidik dalam memenuhi kebutuhan peserta didik sebagai customers,

    kepedulian, kelancaran komunikasi/ hubungan antara peserta didik dan

    petugas pendidikan (2) Bagi penyelenggara pendidikan, mutu pelayanan

    pendidikan lebih terkait pada kesesuaian pelayanan pendidikan yang

    diselenggarakan dalam perkembangan ilmu dan otonomi profesi pendidik.

    (3) Bagi penyandang dana pelayanan pendidikan, mutu pelayanan lebih

    terkait kepada efisiensi pemakaian sumber dana dan kewajaran

    pembiayaan.9

    Pendapat lain yang mendukung pernyataan tentang mutu pelayanan

    pendidikan, sebagaimana model analisis posisi sistem pendidikan yang

    dikembangkan oleh Abin Hasyim, mutu pendidikan dapat diidentifikasi dari

    gugus perangkat komponen sistemnya dan gugus perangkat indikator

    kinerjanya. Perangkat komponen sistem meliputi: tujuan, persyaratan

    ambang, perangkat masukan proses, perangkat keluaran dan perangkat

    stakeholders. Sedangkan perangkat kinerja terdiri atas efisiensi,

    produktivitas, efektivitas, relevansi, akuntabilitas, kesehatan organisasi,

    adaptabilitas dan semangat berinovasi. Mutu pendidikan dapat diperoleh

    beradasarkan dimensi mutu dari seorang customer (peserta didik),

    dikaitkan dengan kompetensi keilmuannya, kecepatan pelayanan,

    kepuasan terhadap lingkungan fisik, dosen/guru yang ramah, terampil,

    profesional dan biaya pendidikan yang terjangkau.10

    9 Cristopher, Op Cit, hal. 62. 10 Abin Hasyim, Op Cit, hal. 19-21.

  • Persepsi mutu bagi peserta didik yang paling utama adalah

    kepuasan. Dimensi mutu dari seorang guru/dosen adalah kelengkapan

    peralatan, sarana penunjang mengajar dan metode mengajar serta hasil

    proses belajar mengajar. Menurut pandangan Umaedi dalam konteks

    pendidikan pengertian mutu mengacu pada proses pendidikan dan hasil

    pendidikan. Dalam proses pendidikan, yang bermutu terlibat berbagai input,

    seperti: bahan ajar (kognitif, afektif atau psikomotorik), metodologi

    (bervariasi sesuai kemampuan guru), sarana sekolah, dukungan

    administrasi dan sarana prasarana dan sumber belajar lainnya serta

    penciptaan suasana belajar yang kondusif.11

    Pengendalian mutu atau quality control dalam manajemen mutu

    pendidikan merupakan suatu sistem kegiatan teknis yang bersifat rutin yang

    dirancang untuk mengukur dan menilai mutu produk atau jasa yang

    diberikan kepada pelanggan. Pengendalian diperlukan untuk menjamin

    agar kegiatan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, sehingga

    produk yang dihasilkan sesuai dengan harapan dan kebutuhan pelanggan.

    Tugas pengendalian mutu dapat dilakukan dengan mengukur perbedaan

    seperti perencanaan, rancangan, menggunakan prosedur atau peralatan

    yang tepat, pemeriksaan, dan melakukan tindakan koreksi terhadap hal-hal

    yang menyimpang.

    Penyimpangan cendrung terjadi dalam hal produk, pelayanan,

    proses, output dan standar yang spesifik. Pengawasan mutu merupakan

    upaya untuk menjaga agar kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan

    output yang memnuhi standar yang telah ditetapkan. Pandangan yang

    sama dikemukakan oleh Ishikawa yang menyatakan pengendalian mutu

    adalah pelaksanaan langkah-langkah yang telah direncanakan secara

    terkendali agar semuanya berlangsung sebagaimanamestinya, sehingga

    mutu produk yang direncanakan dapat tercapai dan terjamin.12 Definisi

    yang dikemukakan oleh Ishikawa di atas merupakan pemikiran baru tentang

    11 Umaedi, Ibid, hal.7 12 Isikawa, Pengendalian Mutu Terpadu, (Jakarta: Aneka Karya, 2001), hal. 98.

  • quality control. Menurut pengertian di atas nampak bahwa pengendalian

    mutu itu mencakup keseluruhan proses atau kegiatan dalam memproduksi

    atau menghasilkan produk dan jasa yaitu sejak proses pengembangan

    produk baru sampai produk itu digunakan oleh pelanggan secara

    memuaskan. Sejalan dengan konsep pengendalian mutu di atas,

    pengendalian terhadap mutu pendidikan memang menyangkut unsur input,

    proses dan output. Konsep mutu pendidikan dapat dilihat dari unsur input,

    proses dan output, karena pengendalian mutu pendidikan lebih difokuskan

    pada tahapan dari program.

    Kepala Sekolah dapat merencanakan dan melakukan pengendalian

    mutu pendidikan sejak input siswa masuk, kemudian dididik di sekolah

    hingga menjadi lulusan dari sekolah. Perencanaan yang jelas, lengkap dan

    terintegrasi diperlukan agar para pimpinan seperti kepala sekolah, wakil

    kepala sekolah, kepala tata usaha, serta pimpinan unit lainnya dapat

    melaksanakan dan mengendalikan kegiatan dengan baik. Selain itu, dalam

    pengendalian membutuhkan adanya struktur yang jelas, artinya siapa yang

    bertanggung jawab terhadap penyimpangan yang terjadi serta tindakan

    perbaikan apa yang perlu diberikan dan oleh siapa tindakan perbaikan itu

    dilakukan. Kegiatan pengendalian mutu mencakup metoda secara umum

    seperti pemeriksaan yang akurat terhadap data yang diperoleh dan diolah

    dengan menggunakan prosedur yang standar yang ditetapkan.

    Proses pengendalian tidak bisa dipisahkan dengan perencanaan.

    Pimpinan membuat rencana, dan rencana tersebut merupakan standar,

    artinya sejumlah kegiatan dapat dilakukan dan dapat diukur atau dinilai

    dengan membandingkan standar dengan kegiatan yang dilakukan. Sistem

    dan teknik-teknik pengendalian dapat dikembangkan dari perencanaan

    yang telah diibuat. Pada pengendalian merupakan suatu proses karena

    terdiri dari rangkaian kegiatan yang sistematis, J. M. Juran dalam Edward

    Sallis, menyatakan pengendalian mutu sebagai proses manajemen yang

    didalamnya terdapat kegitan: (1) Mengevaluasi kinerja nyata, (2).

  • Membandingkan kinerja nyata dengan tujuan dan (3) Mengambil tindakan

    terhadap perbedaan.13

    Kegiatan pengendalian dilakukan untuk menjaga agar proses

    kegiatan berjalan sesuai dengan rencana, sehingga tujuan bisa

    tercapai.Hal ini mengingat tidak selama perilaku personil atau berbagai

    peristiwa dapat mendukung sesuai dengan harapan atau rencana yang

    telah ditetapkan. Sedangkan menurut N.S.Sukmadinata proses

    pengendalian mutu meliputi: (1) perencanaan, yaitu menyusun tujuan dan

    standar, (2). Pengukuran performansi nyata, (3). Membandingkan

    performansi hasil pengukuran dengan performansi standar, (4)

    memperbaiki performansi.

    Memperhatikan langkah-langkah pengendalian mutu di atas, jadi

    pada dasarnya dalam setiap system pengendalian mutu mempunyai empat

    komponen, hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Nana Syaodih yaitu: (1)

    Alat pengamatan yang menditeksi, mengamati dan mengukur atau

    menguraikan kegiatan-kegiatan yang dikendalikan. (2) Alat penilai yang

    mengevaluasi unjuk kerja dari suatu kegiatan. (3) Alat modiifikasi perilaku

    untuk mengubah unjuk kerja jika diperlukan. 4) Alat untuk menyebarluaskan

    informasi kealat lain.14

    Keberhasilan kepala sekolah atau pengawas dalam pelaksanaan

    pengendalian mutu, selain harus melakukannya secara sistematis, juga ada

    beberapa pra kondisi yang harus diperhatikan dan dipenuhi oleh sekolah.

    Kondisi ini diwujudkan dalam bentuk sikap, komitmen dan pemikiran dari

    semua unsur yang terlibat dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah.

    Menurut Nanang Fatah dan Ali (2006; 9) pra kondisi yang harus dipenuhi

    sekolah, antara lain: (1) Mengubah pola pikir sekolah sebagai unit produksi

    menjadi unit layanan jasa, (2) Memfokuskan perhatian pada proses secara

    sistematik, (3) Menerapkan pola pemikiran/strattegi jangka panjang, (4)

    13 Edward Sallis, Log Cit, hal. 109. 14 Sukmadinata, Nana Syaodih., Dkk. Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah: Konsep, Prinsip, Dan Instrumen.(Bandung: Refika Aditama, 2006), Hlm. 67

  • Mempunyai komitmen yang kuat pada mutu, e) Mementingkan

    pengembangan sumber daya manusia.15

    Sasaran pengendalian mutu pendidikan secara operasional

    ditujukan pada aspek input pendidikan, proses dan output atau hasil

    pendidikan. Menurut Djajuli (dalam Nanang dan Ali (2006: 56) secara

    substansi pengawasan pendidikan secara educative adalah: a)

    pengawasan implementasi kurikulum, pengajaran, pemahaman guru

    terhadap kurikulum, penjabaran guru terhadap teknik penilaian, penjabaran

    dan penyesuaian kurikulum b) pengawasan kegiatan belajar mengajar.

    Sedangkan menurut Nana Syaodih (2006; 35) bidang pengendalian

    ditujukan pada biding utama pendidikan, yaitu kurikulum, bimbingan siswa

    serta manajemen pendidikan.

    Bidang kurikulum berkaitan dengan perumusan tujuan pendidikan,

    bahan ajar, proses pengajaran, serta evaluasi, baik secara keseluruhan

    program pendidikan di sekolah maupun untuk setiap bidang studi. Bidang

    bimbingan siswa berkaitan dengan program pembinaan siswa dan

    bimbingan dan konseling, sedangkan bidang manajemen berkaitan dengan

    upaya pengaturan dan pemanfaatan segala sumber daya dan dana

    pendidikan yang ada di sekolah. Bidang ini mencakup manajemen personil,

    siswa, sarana dan prasarana, fasilitas pendidikan biaya dan kerja sama

    dengana masyarakat atau pihak luar sekolah. Ketiga bidang ini mempunyai

    arah sasaran yang sama, yaitu perkembangan siswa secara optimal.

    Selanjutnya, dalam memberdayakan SDM agar dapat menjadi

    manusia yang berkualitas diperlukan beberapa dasar yang kuat, antara lain

    adanya komitmen pada perubahan, pemahaman yang jelas tentang kondisi

    yang ada, mempunyai visi yang jelas terhadap masa depan; dan

    mempunyai rencana yang jelas.16 Dengan begitu, institusi pendidikan dapat

    menghadirkan kepuasan pelanggan terutama kepuasan peserta didik dan

    15 Nanang Fattah Dan Mohammad Ali, Manajemen Berbasis Sekolah, (Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka, 2006), hal. 27. 16 Sukmadinata, Nana Syaodih., Dkk. Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah: Konsep, Prinsip, Dan Instrumen.(Bandung: Refika Aditama, 2006), hal. 9.

  • orang tua sebagai pengguna jasa pendidikan, dan tenaga kependidikan

    sebagai pelaksana kebijakan pendidikan, sekaligus sebagai upaya dalam

    memberdayakan SDM secara optimal. Dalam Islam anjuran untuk

    memberdayakan SDM manusia tertuang dalam Alqur’an surah An-nahl ayat

    90. Yakni:

    َ يَأُْمُر ِِبلَْعْدِل َواْْلِْحَساِن َوِايَْتاِعى ِذى الُْقْرََب َويَْْنَىى َعِن الَْفْحَشاِء ِانَّ اَّللَّ

    َُُّكْ تََذكَُّرْونَ َوالُْمْنَكِر َوْالَبْغِي يَِعُظُُكْ لََعل

    Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh berbuat keadilan, berbuat baik dan menolong kaum kerabat dan melarang dari perkara keji, mungkar dan dosa. Allah maha menasehati kamu moga-moga kamu menjadi ingat. “ (Q.S. An-Nahl, 90).17

    Adapun berdasarkan hasil observasi awal ditemukan bahwa proses

    pelaksanaan pengendalian mutu di MTs Tarbiyah Islamiyah dan MTs Al-

    Ikhlas Sungai Guntung Inhil Riau, belum sepenuhnya berjalan sesuai

    dengan petunjuk konseptual dan operasional, baik dari sisi praktis maupun

    teoritis. Fenomena-fenomena mendasar dilihat bahwa pelaksanaan

    manajemen (perencanaan, pelaksanaan, pembagian tugas dan

    pengawasan) belum menghasilkan sebuah mutu dan kepuasan dari proses

    pembelajaran, terutama belum terpenuhi lulusan bermutu dan kepuasan

    orang tua, serta stakecholder.

    Hasil supervisi di atas setelah disingkrunkan melalui wawancara

    dengan Kepala Sekolah diperoleh informasi bahwa kondisi ini disebabkan

    oleh rendahnya kualitas SDM guru terutama belum tertanamnya jiwa dan

    motivasi untuk mengendalikan rentang kendali mutu sebagai kepuasan,

    rendahnya daya saing lulusan pendidikan, terbatasnya infrastruktur, terlalu

    panjang proses di birokrasi, lingkungan yang belum mendukung dan

    17 Alqur’an Terjemah, Lajnah Pentashihan Mushaf Alquran Kementrian Agama Republik Indonesia. (Jakarta: Dharma ART.2015).hal.277

  • penerapan rencana strategis yang belum optimal. Dari masalah-masalah di

    atas, setelah diidentifikasi maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

    dengan judul “Pengendalian Mutu Pada Madrasah Dalam

    Memberdayakan Sumber Daya Manusia di Sungai Guntung”.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang dan pokok permasalahan sesuai judul di

    atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Bagaimana penerapan pengendalian mutu dalam memberdayakan

    sumber daya manusia di MTs Tarbiyah Islamiyah dan MTs Al-Ikhlas di

    Sungai Guntung?.

    2. Bagaimana strategi pimpinan dalam pengendalian mutu dalam

    memberdayakan sumber daya manusia di MTs Tarbiyah Islamiyah dan

    MTs Al-Ikhlas di Sungai Guntung?.

    3. Bagaimana tanggapan masyarakat atas pengendalian mutu dalam

    memberdayakan sumber daya manusia di MTs Tarbiyah Islamiyah dan

    MTs Al-Ikhlas di Sungai Guntung?.

    B. Fokus Penelitian

    Adapun fokus penelitian ini adalah penerapan manajemen dalam

    pengendalian mutu pada dalam memberdayakan sumber daya manusia di

    Sungai Guntung. Penelitian ini dilakukan di MTs Tarbiyah Islamiyah dan

    MTs Al-Ikhlas Sungai Guntung.

    C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

    1. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah penelitian, maka tujuan penelitian

    diuraikan sebagai berikut:

    a. Untuk mengetahui bagaimana penerapan pengendalian mutu dalam

    memberdayakan sumber daya manusia MTs Tarbiyah Islamiyah dan

    MTs Al-Ikhlas di Sungai Guntung.

    b. Untuk mengetahui bagaimana strategi pimpinan dalam pengendalian

    mutu dalam memberdayakan sumber daya manusia MTs Tarbiyah

    Islamiyah dan MTs Al-Ikhlas di Sungai Guntung?

  • c. Untuk mengetahui tanggapan masyarakat atas pengendalian mutu

    dalam memberdayakan sumber daya manusia MTs Tarbiyah Islamiyah

    dan MTs Al-Ikhlas di Sungai Guntung?

    2. Kegunaan Penelitian

    a. Secara teoretik

    Adapun secara teoritik penelitian ini diharapkan berguna untuk:

    1) Pengembangan teori manajemen pendidikan sebagai langkah

    pengendalian mutu dalam memberdayakan sumber daya manusia

    MTs Tarbiyah Islamiyah dan MTs Al-Ikhlas di Sungai Guntung

    2) Memperkaya referensi keilmuan manajemen pendidikan dan sumber

    informasi kajian akademik dan pengembangan penelitian di bidang

    pendidikan khususnya bagi lembaga pendidikan agama di madrasah.

    b. Secara praktis

    Adapun hasil penelitian diharapkan berguna sebagai masukan

    kepada lembaga pendidikan atau madrasah antara lain:

    1) Bagi pihak manajemen MTs Tarbiyah Islamiyah dan MTs Al-Ikhlas

    Sungai Guntung agar dapat mencapai tujuan madrasah khususnya

    dan tujuan pendidikan nasional secara umum.

    2) Bagi tim penjamin mutu MTs Tarbiyah Islamiyah dan MTs Al-Ikhlas

    Sungai Guntung untuk dapat memberdayakan kemampuan dan

    keterampilan dalam pengendalian mutu.

    3) Bagi para pemimpin madrasah khususnya MTs Tarbiyah Islamiyah

    dan MTs Al-Ikhlas Sungai Guntung agar dapat menindak lanjuti hasil

    penelitian mengenai pengendalian mutu dalam memberdayakan

    Sumber Daya Manusia.

    BAB II

    LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

  • A. Landasan Teori

    1. Pengendalian Mutu Pendidikan

    Beberapa pakar yang dikutib dari Veithzal Rivai Zainal dkk,

    mengatakan bahwa pengertian mutu adalah sesuatu yang dapat

    disempurnakan dan memiliki nilai yang bisa ditawarkan kepada konsumen

    (Masaaki Imai). Kesesuaian dengan tujuan atau manfaatnya (J.M. Juran).

    Kesesuaian dengan kebutuhan yang meliputi availability, delivery,

    reliability, maintainability dan cost effectiveness (Crosby). Keseluruhan ciri

    dan karakteristik produk atau jasa yang kemampuannya dapat memuaskan

    kebutuhan, baik yang dinyatakan secara tegas maupun tersamar (ISO 8402

    & SNI 19-8402.1991).18

    Selanjutnya Veithzal, memberikan istilah lain tentang mutu yaitu, (1)

    Kendali mutu; cara untuk memproduksi barang dan jasa secara ekonomis

    sesuai dengan keinginan pelanggan, (2) Gugus Kendali Mutu; sebuah

    kelompok kecil yang dengan sukarela melaksanakan kegiatan

    pengendalian mutu ditempat kerja dan melakukan pekerjaannya secara

    berkesinambungan sebagai bagian dari program dibidang pengendalian

    mutu, pengembangan diri, pendidikan bersama, pengendalian arus dan

    penyempurnaan ditempat kerja, dan (3) Manajemen Jepang diistilahkan

    KAIZEN sesuatu yang bisa disempurnakan secara berkesinambungan

    sehingga identic dengan istilah kendali mutu atau pengendalian mutu.19

    Manajemen mutu adalah sistem pengendalian mutu yang

    didasarkan pada filosofi bahwa memenuhi kebutuhan pelanggan dengan

    sebaik-baiknya. Untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, budaya kerja yang

    mantap harus terbina dalam diri setiap karyawan yang terlibat dalam

    pendidikan itu. Motivasi, sikap, kamauan dan dedikasi adalah bagian

    terpenting dari budaya kerja tersebut.20

    18 Veithzal Rivai Zainal dkk, Islamic Management. Meraih Sukses melalui Praktik Manajemen Gaya Rasulullah secara Istiqomah (Yogyakarta: BPFE-IKAPI, 2013), hal. 253. 19 Veithzal, Ibid, hal. 253. 20 Veithzal, Log Cit, hal. 254.

  • Dapat disimpulkan bahwa, pengendalian mutu atau quality control

    dalam manajemen mutu pendidikan merupakan suatu sistem kegiatan

    teknis yang bersifat rutin yang dirancang untuk mengukur dan menilai mutu

    produk atau jasa yang diberikan kepada pelanggan. Pengendalian

    diperlukan untuk menjamin agar kegiatan sesuai dengan rencana yang

    telah ditetapkan, sehingga produk yang dihasilkan sesuai dengan harapan

    dan kebutuhan pelanggan. Tugas pengendalian mutu dapat dilakukan

    dengan mengukur perbedaan seperti perencanaan, rancangan,

    menggunakan prosedur atau peralatan yang tepat, pemeriksaan, dan

    melakukan tindakan koreksi terhadap hal-hal yang menyimpang.

    Penyimpangan cendrung terjadi dalam hal produk, pelayanan, proses,

    output dan standar yang spesifik. Pengawasan mutu merupakan upaya

    untuk menjaga agar kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan output

    yang memnuhi standar yang telah ditetapkan. Hal ini seperti dikemukakan

    oleh Amitava Mitra: ”quality control may generally be defined as a system

    that is used to maintain a desired level of quality in a product or service.21

    Pandangan yang sama dikemukakan oleh Ishikawa yang

    menyatakan pengendalian mutu adalah pelaksanaan langkah-langkah

    yang telah direncanakan secara terkendali agar semuanya berlangsung

    sebagaimana konsep pengendalian mutu pendidikan mestinya, sehingga

    mutu produk yang direncanakan dapat tercapai dan terjamin.22 Definisi

    yang dikemukakan oleh Ishikawa merupakan pemikiran baru tentang

    quality control. Menurut pengertian di atas nampak bahwa pengendalian

    mutu itu mencakup keseluruhan proses atau kegiatan dalam memproduksi

    atau menghasilkan produk dan jasa yaitu sejak proses pengembangan

    produk baru sampai produk itu digunakan oleh pelanggan secara

    memuaskan. Sejalan dengan konsep pengendalian mutu di atas,

    pengendalian terhadap mutu pendidikan memang menyangkut unsur input,

    21 Mitra Amitava Fundamentals of Quality Control and Improvement Second Edition, (Prentice Hall, Upper River, New Jersey. 2001), hal. 9 22 Isikawa, Pengendalian Mutu Terpadu, 2001. hal. 98.

  • proses dan output. Konsep mutu pendidikan dapat dilihat dari unsur input,

    proses dan output, karena pengendalian mutu pendidikan lebih difokuskan

    pada tahapan dari program.

    Kepala Sekolah dapat merencanakan dan melakukan pengendalian

    mutu pendidikan sejak input siswa masuk, kemudian dididik di sekolah

    hingga menjadi lulusan dari sekolah. Perencanaan yang jelas, lengkap dan

    terintegrasi diperlukan agar para pimpinan seperti kepala sekolah, wakil

    kepala sekolah, kepala tata usaha, serta pimpinan unit lainnya dapat

    melaksanakan dan mengendalikan kegiatan dengan baik. Selain itu, dalam

    pengendalian membutuhkan adanya struktur yang jelas, artinya siapa yang

    bertanggung jawab terhadap penyimpangan yang terjadi serta tindakan

    perbaikan apa yang perlu diberikan dan oleh siapan tindakan perbaikan itu

    dilakukan. Kegiatan pengendalian mutu mencakup metoda secara umum

    seperti pemeriksaan yang akurat terhadap data yang diperoleh dan diolah

    dengan menggunakan prosedur yang standar yang ditetapkan

    a. Proses Pengendalian Mutu

    Perencanaan strategis untuk mutu ialah perencanaan berjangka

    panjang berdasarkan visi-misi dan prinsip kelembagaan, yang berorientasi

    pada kebutuhan para pelanggan baik masa kini maupun masa yang akan

    datang. Dalam menyusun rencana, perlu diikuti pemikiran dan langkah-

    langkah sebagai berikut; (1) menentukan dan merumuskan visi dan misi,

    (2) mengadakan studi tentang para pelanggan untuk mengetahui siapa

    pelanggan dan apa kebutuhan mereka, (3) menyusun rencana lembaga

    dengan membuat langkah-langkah dan program, dan (4) menentukan

    kebijakan dan biaya, serta rencana alat-alat untuk mengevaluasi.23

    Dari paparan teori di atas menunjukan bahwa pengendalian mutu

    tidak bisa dipisahkan dengan perencanaan. Pimpinan membuat rencana,

    dan rencana tersebut merupakan standar, artinya sejumlah kegiatan dapat

    dilakukan dan dapat diukur atau dinilai dengan membandingkan standar

    23 Veithzal, Log Cit, hal. 258-259.

  • dengan kegiatan yang dilakukan. Sistem dan teknik-teknik pengendalian

    dapat dikembangkan dari perencanaan yang telah diibuat. Pada

    pengendalian merupakan suatu proses karena terdiri dari rangkaian

    kegiatan yang sistematis. Pengendalian mutu sebagai proses manajemen

    yang didalamnya terdapat kegitan: (1) Mengevaluasi kinerja nyata, (2).

    Membandingkan kinerja nyata dengan tujuan dan (3) Mengambil tindakan

    terhadap perbedaan.

    Kegiatan pengendalian dilakukan untuk menjaga agar proses

    kegiatan berjalan sesuai dengan rencana, sehingga tujuan bisa

    tercapai.Hal ini mengingat tidak selama perilaku personil atau berbagai

    peristiwa dapat mendukung sesuai dengan harapan atau rencana yang

    telah ditetapkan. Sedangkan menurut N.S. Sukmadinata proses

    pengendalian mutu meliputi: (1) perencanaan, yaitu menyusun tujuan dan

    standar, (2). Pengukuran performansi nyata, (3). Membandingkan

    performansi hasil pengukuran dengan performansi standar, (4)

    memperbaiki performansi.

    Memperhatikan langkah-langkah pengendalian mutu di atas, jadi

    pada dasarnya dalam setiap sistem pengendalian mutu mempunyai empat

    komponen, hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Nana Syaodih yaitu: (1)

    Alat pengamatan yang menditeksi, mengamati dan mengukur atau

    menguraikan kegiatan-kegiatan yang dikendalikan. (2) Alat penilai yang

    mengevaluasi unjuk kerja dari suatu kegiatan. (3) Alat modiifikasi perilaku

    untuk mengubah unjuk kerja jika diperlukan. (4) Alat untuk

    menyebarluaskan informasi kealat lain.24

    Keberhasilan kepala sekolah dalam melaksanakan pengendalian

    mutu, selain harus dilakukan secara sistematis, juga ada beberapa kondisi

    yang harus diperhatikan dan dipenuhi oleh sekolah. Kondisi ini diwujudkan

    dalam bentuk sikap, komitmen dan pemikiran dari semua unsur yang

    terlibat dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Menurut Nanang

    24 Nana Syaodih, Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah, (Bandung: Refika Aditama, 2006), hal. 67.

  • Fatah dan Ali pra kondisi yang harus dipenuhi sekolah, antara lain: (1)

    Mengubah pola piker sekolah sebagai unit produksi menjadi unit layanan

    jasa, (2) Memfokuskan perhatian pada proses secara sistematik, (3)

    Menerapkan pola pemikiran/strategi jangka panjang, (4) Mempunyai

    komitmen yang kuat pada mutu, (5) Mementingkan pengembangan sumber

    daya manusia.25

    Kepala sekolah atau pimpinan pendidikan lainnnya dalam

    melaksanakan pengendalian mutu dapat melakukan beberapa cara, salah

    satu cara yang banyak digunakan dalam pelaksanaan pengendalian mutu

    adalah model Certo yang meliputi (1) pre control-Feedfowerd, yang control

    yang dilakukan sebelum pekerjaan dimulai, misalnya untuk mewujudkan

    pendidikan yang bermutu hanya memilih guru-guru yang memiliki

    kompetensi yang baik. (2) Concurrent Contrtol, yaitu pengendalian

    dilakukan sejalan dengan pelaksanaan pekerjaaan, dan (3) Feedback

    Control, yaitu mengadakan penilaian atau pengukuran, dan perbaikan

    setelah kegiatan dilakukan.26

    b. Sasaran Pengendalian Mutu

    Sasaran pengendalian mutu pendidikan secara operasional

    ditujukan pada aspek input pendidikan, proses dan output atau hasil

    pendidikan. Menurut Djajuli secara substansi pengawasan pendidikan

    secara educativ adalah: (1) pengawasan implementasi kurikulum,

    pengajaran, pemahaman guru terhadap kurikulum, penjabaran guru

    terhadap teknik penilaian, penjabaran dan penyesuaian kurikulum (2)

    pengawasan kegiatan belajar mengajar. Sedangkan menurut Nana

    Syaodih bidang pengendalian ditujukan pada biding utama pendidikan,

    yaitu kurikulum, bimbingan siswa serta manajemen pendidikan.27

    25 Nanang Fattah dan Mohammad Ali, Manajemen Berbasis Sekolah, (Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka, 2006), hal.9. 26 Sofyan Safry, Sistem Pengawasan Manajemen, (Jakarta: Penerbit Quantum, 2001).hal. 23. 27 Nana Syaodih, Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah, (Bandung: Penerbit Refika Aditama, 2006), hal. 35.

  • Bidang kurikulum berkaitan dengan perumusan tujuan pendidikan,

    bahan ajar, proses pengajaran, serta evaluasi, baik secara keseluruhan

    program pendidikan di sekolah maupun untuk setiap bidang studi. Bidang

    bimbingan siswa berkaitan dengan program pembinaan siswa dan

    bimbingan dan konseling, sedangkan bidang manajemen berkaitan dengan

    upaya pengaturan dan pemanfaatan segala sumber daya dan dana

    pendidikan yang ada di sekolah. Bidang ini mencakup manajemen personil,

    siswa, sarana dan prasarana, fasilitas pemndidikan biaya dan kerja sama

    dengana masyarakat atau pihak luar sekolah. Ketiga bidang ini mempunyai

    arah sasaran yang sama, yaitu perkembangan siswa secara optimal.

    Pengendalian mutu merupakan salah satu fungsi manajemen.

    Kegiatan ini dilakukan untuk menilai dan memberikan perbaikan-perbaikan

    terhadap kinerja guru atau personil lainnya yang terlibat dalam proses

    pendidikan untuk menjamin bahwa kegiatan tersebut terlaksana sesuai

    dengan rencana yang telah ditetapkan. Tujuan pengendalian adalah untuk

    melakukan pengukuran dan perbaikan agar apa yang telah direncanakan

    dapat tercapai secara optimal. Sesuai dengan konsep mutu dalam

    pendidikan yang meliputi unsur input, proses dan output. Maka

    pengendalian terhadap mutu pendidikan juga diarahkan pada aspek input,

    proses dan output.

    Secara lebih rinci pengendalian terhadap mutu pendidikan ditujukan

    pada aspek kurikulum pembelajaran, pembinaan murid dan aspek

    manajemen sekolah yang berkaitan dengan pengaturan sumber daya dan

    dana pendidikan seperti: personil, siswa, sarana dan fasilitas, biaya dan

    kerjasama sekolah dengan masyarakat. Ketiga bidang sasaran ini

    semuanya mengacu pada pengembangan kompetensi siswa secara

    optimal. Pengendalian merupakan suatu proses sistematis, yang terdiri dari

    merencanakan (menyusun tujuan dan standar performansi), pengyukuran

    performansi nyata, membandingkan performansi dan melakukan

    perbaikan.

    c. Ciri-Ciri Sekolah Bermutu

  • Menurut Edward Sallis dalam Minnah, sekolah bermutu memiliki ciri-

    ciri sebagai berikut:

    1. Sekolah berfokus pada pelanggan, yakni semua pihak yang

    memerlukan, terlibat di dalam, dan berkepentingan terhadap jasa

    pendidikan. Sekolah yang bermutu totalitas sikap dan perilaku staf,

    tenaga akademik dan pimpinan secara bersama-sama melakukan tugas

    pokok dan fungsi untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.

    2. Sekolah berfokus pada upaya untuk mencegah masalah yang muncul,

    dalam makna ada komitmen untuk bekerja secara benar.

    3. Sekolah memiliki investasi pada sumber daya manusianya.

    4. Sekolah memiliki strategi untuk mencapai kualitas baik ditingkat

    pimpinan, tenaga akademik maupun tenaga administratif.

    5. Sekolah mengelola atau memperlakukan keluhan sebagai umpan balik

    untuk mencapai kualitas dan memposisikan kesalahan sebaga

    instrumen untuk berbuat benar pada peristiwa berikutnya.

    6. Sekolah memiliki kebijakan dalam perencanaan untuk mencapai

    kualitas, baik perencanaan jangka pendek, jangka menengah maupun

    jangka panjang.

    7. Sekolah mengupayakan proses perbaikan dengan melibatkan semua

    orang sesuai dengan tugas pokok, fungsi dan tanggung jawabnya.

    8. Sekolah mendorong orang yang dipandang memiliki kreativitas, mampu

    menciptakan kualitas dan merangsang yang lainnya agar dapat bekerja

    secara berkualitas.

    9. Sekolah memperjelas peran dan tanggung jawab setiap orang termasuk

    kejelasan arah kerja secara vertikal dan horizontal.

    10. Sekolah memiliki strategi dan kriteria evaluasi yang jelas.

    11. Sekolah memandang atau menempatkan kualitas yang telah dicapai

    sebagai jalan untuk memperbaiki kualitas layanan lebih lanjut.

    12. Sekolah memandang kualitas sebagai bagian integral dari budaya kerja.

  • 13. Sekolah menempatkan peningkatan kualitas secara terus menerus

    sebagai suatu keharusan.28

    Sementara itu Menurut Garvin yang dikutip oleh Abdul Hadis,

    menjelaskan bahwa ada delapan dimensi mutu yang dapat digunakan untuk

    menganalisis karakteristik mutu barang yaitu: (1) Performa, (2),

    Keistimewaan, (3) Reliabilitas, (4) Konformansi, (5) Daya tahan, (6)

    Kemampuan pelayanan, (7) Estetika, dan (8) Mutu yang dipersiapkan.29

    d. Kualitas pengendalian Mutu Pendidikan

    Dalam layanan pendidikan perlu adanya kualitas dari penyelenggara

    pendidikan. E. Mulyasa mengatakan, terdapat lima dimensi pokok yang

    menentukan kualitas layanan mutu pendidikan, yaitu:

    1. Keandalan (reliability), yakni kemampuan memberikan pelayanan yang

    dijanjikan secara tepat waktu, akurat, dan memuaskan.

    2. Daya tangkap (responsiveness), yaitu kemauan dari tenaga

    kependidikan untuk membantu para peserta didik dan memberikan

    pelayanan dengan tanggap. Dengan demikian, kepala sekolah harus

    mudah ditemui, guru juga harus gampang ditemui peserta didik untuk

    keperluan konsultasi.

    3. Jaminan mencakup pengetahuan, kompetensi, kesopanan, respek

    terhadap pelanggan, dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para tenaga

    kependidikan, bebas dari bahaya, resiko atau keragu-raguan.

    4. Empati, meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi

    yang baik, perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan para pelanggan.

    5. Bukti langsung (tangible), meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, tenaga

    kependidikan, dan sarana komunikasi.30

    e. Karakteristik pengendalian Mutu Pendidikan

    28 Minnah El Widdah, Kepemimpinan Berbasis Nilai dan Pengembangan Mutu Madrasah (Bandung: Alfabeta, 2012), hal. 53-54. 29 Abdul Hadis, Manajemen Mutu Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2013), hal. 88. 30 E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional (Badung: Remaja Rosdakarya, 2011), hal. 227-228.

  • Menurut Husaini Usman, pengendalian mutu memiliki beberapa

    karakteristik antara lain:

    1. Kinerja (performa): berkaitan dengan aspek fungsional sekolah.

    Misalnya: Pelayanan administratif dan edukatif sekolah baik yang ditandai

    hasil belajar tinggi, lulusannya banyak, putus sekolah sedikit, dan yang

    lulus tepat waktu banyak. Akibat kinerja yang baik maka sekolah tersebut

    menjadi sekolah favorit.

    2. Waktu wajar (timeliness): selesai dengan waktu yang wajar. Misalnya:

    memulai dan mengakhiri pelajaran tepat waktu. Waktu ulangan tepat. Batas

    waktu pemberian pekerjaan rumah wajar.

    3. Handal (reliability): usia pelayanan prima bertahan lama. Misalnya:

    pelayanan prima yang diberikan sekolah bertahan dari tahun ke tahun, mutu

    sekolah tetap bertahan dari tahun ke tahun. Sebagai sekolah favorit

    bertahan dari tahun ke tahun. Sekolah menjadi juara tertentu bertahan

    dari tahun ke tahun.

    4. Hubungan manusiawi (personal interface): menjunjung tinggi nilai-nilai

    moral dan profesionalisme. Misalnya: warga sekolah saling menghormati,

    baik warga intern maupun ektern sekolah, demokratis, dan menghargai.

    5. Mudah penggunaannya (easy of use). Sarana dan prasarana dipakai.

    Misalnya: aturan-aturan sekolah mudah diterapkan. Buku-buku

    perpustakaan mudah dipinjam dan dikembalikan tepat waktu. Penjelasan

    guru di kelas mudah dimengerti siswa.

    6. Bentuk khusus (feature): keunggulan tertentu. Misalnya: sekolah ada

    yang unggul dengan hampir semua lulusannya diterima di universitas

    bermutu. Unggul dengan bahasa Inggrisnya. Unggul dengan penguasaan

    teknologi informasinya (komputerisasi). Ada yang unggul dengan karya

    ilmiah kesenian atau olahraga.

    7. Seragam (uniformity): tanpa variasi, tidak tercampur. Misalnya: sekolah

    menyeragamkan pakaian sekolah dan pakaian dinas. Sekolah

    melaksanakan aturan, tidak pandang bulu atau pilih kasih.

  • 8. Mampu melayani (serviceability): mampu memberikan pelayanan prima.

    Misalnya: sekolah menyediakan kotak saran dan saran-saran yang

    masuk mampu dipenuhi dengan sebaik-baiknya. Sekolah mampu

    memberikan pelayanan primanya kepada pelanggan sekolah sehingga

    semua pelanggan merasa puas.

    9. Ketepatan (Accruracy): ketepatan dalam pelayanan. Misalnya: Sekolah

    mampu memberikan pelayanan sesuai dengan yang diinginkan

    pelanggan sekolah, guru-guru tidak salah dalam menilai siswa-siswanya.

    Semua warga sekolah bekerja dengan teliti. Jam Belajar di sekolah

    berlangsung tepat waktu.31

    Martinis Yamin, pilar mutu yang ditetapkan oleh para ahli adalah

    fokus pada kostumer, keterlibatan total, pengukuran, komitmen, dan

    perbaikan berkelanjutan. Pilar ini didasarkan pada keyakinan sekolah

    seperti kepercayaan, kerjasama, dan kepemimpinan. Fokus pada kostumer

    yaitu kita secara berkala mengadakan pertemuan dengan staf siswa, orang

    tua, dan wakil-wakil komunitas untuk merumuskan keinginannya.

    Keterlibatan total yaitu para staf sama-sama bertanggungjawab untuk

    memecahkan masalah saat mengembangkan sekolah bermutu terpadu.

    Pengukuranya itu kita mengumpulkan data untuk mengukur perbaikan dan

    mengembangkan solusi. Komitmen yaitu manajemen memiliki komitmen

    untuk memberikan pelatihan, sistem dan proses yang dibutuhkan untuk

    mengubah cara kerja guna memperbaiki mutu. Perbaikan berkelanjutan

    yaitu kita secara konstan mencari cara untuk memperbaiki proses

    pendidikan.32

    f. Indikator pengendalian Mutu Pendidikan

    Menurut Dedi Permadi, ada beberapa indikator mutu pendidikan

    yang harus diperhatikan dalam upaya peningkatan mutu yaitu:

    31Husaini Usman, Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hal. 512-513. 32 Martinis Yamin dan Maisah, Standarisasi Kinerja Guru (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010), hal. 34.

  • 1. Kepercayaan adalah kemampuan untuk memberikan pelayanan yang

    dijanjikan secara tepat waktu, akurat dan memuaskan.

    2. Daya tanggap adalah kemauan para tenaga kependidikan untuk

    membantu para peserta didik dan tanggap dalam memberikan

    pelayanan.

    3. Keterjaminan adalah adanya pengetahuan kompetensi kesopanan,

    respek terhadap pelanggan, dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para

    tenaga kependidikan.

    4. Perhatian adalah adanya kemudahan dalam melakukan hubungan

    komunikasi yang baik, perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan para

    pelanggan.

    5. Bukti langsung adalah adanya fasilitas fisik, perlengkapan, sarana dan

    prasarana serta tenaga kependidikan dan sarana komunikasi yang

    memadai.33

    Sagala, menjelaskan bahwa dalam capaian dan keberhasilan

    pengendalian mutu terdapat Indikator keberhasilan yang berdampak dari

    berbagai aspek yaitu:

    1. Efektivitas proses pembelajaran bukan sekedar transfer pengetahuan

    atau mengingat dan menguasai pengetahuan melainkan menekankan

    kepada internalisasi mengembangkan aspek kognitif, afektif, psikomotor,

    dan kemandirian.

    2. Kepemimpinan kepala sekolah yang kuat.

    3. Pengelolaan tenaga kependidikan yang efektif, tenaga kependidikan

    sebagai pelayanan teknis kependidikan mampu merespon isu-isu

    penting kependidikan sehingga sekolah mampu bersaing.

    4. Sekolah memiliki budaya mutu.

    5. Sekolah memiliki team work yang kompak, cerdas dan dinamis.

    6. Sekolah memiliki kemandirian yaitu kemampuan dan kesanggupan kerja

    secara maksimal dengan tidak selalu bergantung pada petunjuk atasan

    33 Dadi Permadi dan Daeng Arifin, Panduan Menjadi Guru Profesional (Bandung: Nuansa Aulia, 2013), hal. 34.

  • dan harus mempunyai sumber daya potensial dan berkompeten di

    bidang masing-masing.

    7. Partisipasi warga sekolah dan masyarakat. Keterkaitan dan keterlibatan

    pada sekolah harus tinggi dilandasi rasa memiliki dan rasa tanggung

    jawab melalui loyalitas dan dedikasinya sebagai stakeholder.34

    Engkoswara dan Yahya Umar merangkum indikator-indikator sekolah

    bermutu dan tidak bermutu yang diadaptasi dari beberapa ahli, sebagai

    berikut:

    Tabel 1. Indikator Sekolah Bermutu Dan Sekolah Tidak Bermutu.35

    Standar mutu pendidikan dalam upaya meningkatkan mutu

    pendidikan, memfokuskan tiga faktor untuk meningkatkannya, yaitu:

    1. Kecukupan sumber-sumber pendidikan dalam arti mutu tenaga

    kependidikan, biaya, dan sarana belajar

    2. Mutu proses belajar yang mendorong siswa belajar efektif; dan

    3. Mutu keluaran dalam bentuk pengetahuan, sikap, keterampilan dan nilai-

    nilai.36

    Indikator untuk mengukur dimensi-dimensi mutu layanan pendidikan

    sebagaimana tersebut di atas dapat mengacu pada Standar Nasional

    34 Syaiful Sagala, Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2012), hal. 171. 35 Engkoswara dan Aan Komariah, Administrasi Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2012), hal.20. 36 Engkoswara dan Aan Komariah, Administrasi Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2012), hal. 21.

  • Pendidikan. Selain itu, juga harus memperhatikan kriteria-kriteria

    pendidikan yang baik, seperti dikemukakan dalam Renstra Depdiknas

    2005-2009 bahwa program dan latihan kegiatan pendidikan yang baik

    memiliki lima kriteria yang bisa disingkat dengan SMART (specific,

    measurable, achievebel, realistic, timebound). Kriteria tersebut dapat

    digunakan sebagai dasar dalam mengembangkan indikator kinerja

    pendidikan yang terukur dan yang dapat dicapai sebagai target/sasaran

    masing-masing program.37

    Sekolah sebagai suatu organisasi yang memberikan jasa layanan

    pendidikan, mempunyai tujuan yang diharapkan tercapai secara optimal.

    Itulah sebabnya, dilakukan berbagai upaya untuk meningkatkan mutu

    elemen-elemen yang ada di dalamnya. Secara umum unsur-unsur yang

    ada dalam organisasi sekolah ini terdiri dari tiga dimensi yaitu masukan

    (input), proses, dan keluaran (output) dengan pengertian:

    1. Input, meliputi peserta didik, kurikulum, dana, data dan informasi,

    pendidik dan tenaga kependidikan, motivasi belajar, kebijakan-kebijakan

    dan perundang-undangan, sarana dan prasarana, serta lingkungan.

    2. Proses meliputi lama waktu belajar dan mengikuti pendidikan,

    kesempatan mengikuti pembelajaran, efektivitas pembelajaran, mutu

    proses pembelajaran, metode dan strategi pembelajaran.

    3. Output, meliputi jumlah siswa yang lulus atau naik kelas, nilai ujian,

    jumlah siswa yang bekerja dan diterima pada lapangan kerja, peran serta

    lulusan dalam pembangunan dan kehidupan bermasyarakat.

    Dari unsur-unsur tersebut di atas yang berkenaan dengan mutu

    layanan pendidikan adalah unsur masukan (input) dan unsur proses.

    Sedangkan mutu lulusan merupakan hasil dari layanan pendidikan yang

    bermutu, perwujudannya dari unsur proses yang bermutu dengan didukung

    input yang bermutu. Dengan kata lain, mutu layanan pendidikan diperoleh

    37 Depdiknas. Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional 2005-2009,(Jakarta : Pusat Informasi dan Humas Depdiknas. 2007), hal. 84.

  • dari hasil pengelolaan input dan proses pendidikan dengan menerapkan

    prinsip-prinsip manajemen mutu.

    Dalam implementasi pelaksanaan manajemen mutu, yakni untuk

    meningkatkan mutu pendidikan dapat menerapkan prinsip-prinsip

    manajemen mutu total (TQM) yang dikemukakan oleh Henster dan Brunel,

    yaitu:

    1. Kepuasan pelanggan. Dalam manajemen mutu total diperlukan konsep

    tentang mutu dan pelanggan. Mutu tidak hanya bermakna kesesuaian

    dengan spesifikasi-spesifikasi tertentu, tetapi mutu tersebut ditentukan

    oleh pelanggan. Pelanggan itu meliputi pelanggan internal dan eksternal.

    Kebutuhan pelanggan diusahakan untuk dipuaskan dalam segala

    aspek, termasuk di dalamnya harga, keamanan, dan ketepatan waktu.

    Oleh karena itu, segala aktivitas harus dikoordinasikan untuk

    memuaskan para pelanggan.

    2. Respek terhadap setiap orang. Di sekolah setiap personel sekolah

    dipandang sebagai individu yang memiliki talenta dan kreativitas

    tersendiri yang unik. Dengan demikian warga sekolah merupakan

    sumber daya sekolah yang paling berharga. Oleh karena itu, setiap orang

    dalam organisasi diperlakukan dengan baik dan diberi kesempatan untuk

    berperan serta dalam pengambilan keputusan.

    3. Manajemen berdasarkan fakta. Sekolah bermutu berorientasi pada fakta,

    yakni setiap keputusan yang diambil selalu berdasarkan pada data-data

    dan bukan berdasarkan pada perasaan. Ada dua konsep pokok

    berkaitan dengan hal ini, pertama prioritisasi yaitu suatu konsep bahwa

    perbaikan tidak dapat dilakukan pada semua aspek pada saat yang

    bersamaan. Oleh karena itu, berdasarkan data sekolah dapat

    memfokuskan usahanya pada situasi atau kegiatan tertentu yang

    dianggap paling penting. Konsep kedua, variasi atau vitabilitas kinerja

    manusia. Data statistik dapat memberikan gambaran mengenai

    variabilitas yang merupakan bagian yang wajar dari setiap sistem

  • organisasi. Dengan demikian manajemen dapat memprediksi hasil dari

    setiap keputusan dan tindakan yang dilakukan.

    4. Perbaikan berkesinambungan. Untuk mencapai kesuksesan setiap

    sekolah harus melakukan proses secara sistematis dalam

    melaksanakan perbaikan berkesinambungan. Konsep yang berlaku

    di sini adalah siklus PDCA (plan-do-check-act), yang terdiri dari langkah-

    langkah perencanaan, pelaksanaan rencana, pemeriksaan hasil

    pelaksanaan rencana, dan tindakan korektif terhadap hasil yang

    diperoleh.

    Berdasarkan tinjauan mutu tersebut dapat dideteksi dari ciri-ciri

    sebagai berikut: kompetensi, relevansi, fleksibelitas, efisiensi, berdaya

    hasil, kredibilitas”. Menurut Mujamil mutu pendidian adalah “Kemampuan

    lembaga pendidikan dalam mendayagunakan sumber-sumber pendidikan

    untuk meningkatkan kemampuan belajar seoptimal mungkin.38 Dengan

    demikian dapat dipahami bahawa mutu pendidikan adalah kualitas atau

    ukuran baik atau buruk proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang

    atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia untuk

    mendekatkan diri kepada Tuhan melalui upaya bimbingan pengajaran dan

    pelatihan. Artinya, layanan mutu dalam penelitian ini adalah derajat

    keunggulan layanan yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan para

    pengguna di madrasah. Ciri-ciri mutu layanan yang baik adalah tanggap

    terhadap kebutuhan pengguna, konsisten, fokus, cepat, tepat dan akurat.

    2. Pemberdayaan Sumber Daya Manusia

    Sumber daya manusia (SDM) merupakan investasi sangat berharga

    bagi sebuah organisasi yang perlu dijaga. Setiap organisasi harus

    mempersiapkan program yang berisi kegiatan yang dapat meningkatkan

    kemampuan dan profesionalisme supaya organisasi bisa bertahan dan

    berkembang sesuai dengan lingkungan organisasi. Untuk mencapai

    produktivitas yang maksimum, organisasi harus menjamin dipilihnya tenaga

    38Qomar Mujamil. Manajemen Pendidikan Islam: Strategi baru pengelolaan lembaga pendidikan Islam. (Malang : PT. Gelora Aksara Pratama, 2007). Hal. 23.

  • kerja yang tepat dengan pekerjaan serta kondisi yang memungkinkan

    mereka bekerja optimal.

    Menurut Sedarmayanti dalam Umar ciri-ciri SDM yang produktif

    adalah tampak tindakannya konstruktif, percaya diri, mempunyai rasa

    tanggungjawab, memiliki rasa cinta terhadap pekerjaannya, mempunyai

    pandangan jauh kedepan, dan mampu menyelesaikan persoalan.39

    Sedangkan menurut Tempe dalam Umar ciri-ciri SDM yang produktif

    adalah cerdas dan dapat belajar dengan relatif cepat, kompeten secara

    profesional, kreaktif dan inovatif, memahami pekerjaan, belajar dengan

    cerdik, menggunakan logika, efisien, tidak mudah macet dalam pekerjaan,

    selalu mencari perbaikan-perbaikan, tetapi tahu kapan harus terhenti,

    dianggap bernilai oleh atasannya, memiliki catatan prestasi yang baik,

    selalu meningkatkan diri.40

    Siagian mengemukakan bahwa, ada tujuh manfaat dari adanya

    pengembangan SDM, yaitu:

    1. Peningkatan produktivitas kerja

    2. Terwujudnya hubungan yang serasi antara atasan dan bawahan

    3. Tersedianya proses pengambilan keputusan yang cepat dan tepat

    4. Meningkatnya semangat kerja seluruh anggota dalam organisasi

    5. Mendorong sikap keterbukaan manajemen

    6. Memperlancar jalannya komunikasi yang efektif

    7. Penyelesaian konflik secara fungsional.41

    Sementara menurut Nawawi, konsep SDM memiliki tiga pengertian,

    yaitu:

    1. SDM adalah personil, tenaga kerja, karyawan yang bekerja dilingkungan

    organisasi

    39 Sedarmayanti. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja (Bandung: CV. Mandar Maju, 2004) hal. 42. 40 Umar, H. Riset Sumber Daya Manusia dan Administrasi. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2004) hal. 21. 41 Siagian, S. P. 2003. Filsafat Administrasi. (Jakarta: Bumi Aksara. 1997), hal. 183.

  • 2. SDM adalah potensi manusia sebagai penggerak organisasi dalam

    mewujudkan eksistensinya

    3. SDM adalah potensi yang merupakan aset dan berfungsi sebagai modal

    (nonmaterial dan nonfinansial) di dalam organisasi bisnis, yang dapat

    diwujudkan menjadi potensi nyata secara fisik dalam mewujudkan

    eksestensi organisasi.42

    Simamora, mengatakan di dalam konsep SDM terdapat juga filosofi,

    yaitu:

    1. Pegawai atau karyawan dipandang sebagai investasi, jika dikelola

    dengan perencanaan yang baik akan memberikan imbalan bagi

    organisasi dalam bentuk produktivitas yang lebih besar

    2. Manajer membuat berbagai kebijakan, program dan praktik yang

    memuaskan baik bagi kebutuhan ekonomi maupun kepuasan karyawan

    3. Manajer menciptakan lingkungan kerja yang di dalamnya para pegawai

    didorong untuk menggunakan keahlian serta kemampuan semaksimal

    mungkin

    4. Program dan praktik personalia diciptakan dengan tujuan agar terdapat

    keseimbangan antara kebutuhan karyawan dan kebutuhan organisasi.43

    Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa SDM adalah

    kemampuan terpadu dari daya pikir dan fisik yang dimiliki individu. Sumber

    daya manusia dipandang sebagai kemampuan dan kekuatan daya pikir dan

    karya manusia yang masih terdapat dalam dirinya yang perlu dibina dan

    digali serta dikembangkan untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya bagi

    kesejahteraan dan kehidupannya.

    Pendidikan merupakan suatu sistem yang terdiri atas komponen-

    komponen saling yang saling terkait secara fungsional bagi tercapainya

    pendidikan yang berkualitas. Setidaknya terdapat empat komponen utama

    dalam pendidikan, yaitu: Sumber daya manusia, dana, sarana, perasarana,

    42 Hadari Nawawi, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk bisnis yang kompetitif, (Yogyakarta: Gajah Mada University Pres, 2003), hal. 47. 43 Simamora, Henry, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: Stie YKPN, 1997), hal.19.

  • dan kebijakan. Komponen sumber daya manusia dapat dikatakan menjadi

    komponen strategis, karena dengan sumber daya manusia berkualitas

    dapat mendayagunakan komponen lainnya, sehingga tercapai efektivitas

    dan efisiensi pendidikan.

    Pemberdayaan adalah upaya meningkatkan sesuatu agar lebih

    bertambah baik. Pemberdayaan sumber daya manusia dapat dilakukan

    melalui pendidikan dan pelatihan. Seperti dikemukakan Sikula development

    in reference to staffing and personnel matters, is a long term educational

    process utilizing a systematic and organized procedure by which

    managerial personel learn conceptual and theoetical knowledge for general

    purpuses. Training is a short term educational process utilizing a systematic

    and orgenized procedure by which nonmanagerial personnel learn technical

    knowledge and skill for a definite purpose.44

    Selain itu, Hasibuan mengemukakan bahwa pemberdayaan adalah

    suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoretis, konseptual,

    dan moral karyawan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan/jabatan melalui

    pendidikan dan latihan.45 Sedangkan menurut Bella, pendidikan dan latihan

    merupakan proses peningkatan keterampilan kerja, baik secara teknis

    maupun manajerial. Dimana, pendidikan berorientasi pada teori dan

    berlangsung lama, sedangkan latihan berorientasi pada praktek dengan

    waktu relatif singkat.

    Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

    suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

    mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

    keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

    serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

    44 Sikula, Andrew, F. Personnel Administration and Human Resources Management. New York: A. Wiley Trans Ed. By John Wiley & Sons Inc. 1981, hal. 38. 45 Hasibuan, Malayu, S.P. Manajemen Sumber Daya Manusia (Jakarat: Bumi Aksara. 2007), hal. 69.

  • negara. Sedangkan latihan, secara implisit menjadi bagian dari

    pendidikan.46

    Sumber Daya Manusia adalah kemampuan terpadu dari daya pikir

    dan daya fisik yang dimiliki individu.47 Selanjutnya dijelaskan bahwa daya

    pikir adalah kecerdasan yang dibawa lahir (modal dasar) sedangkan

    kecakapan adalah diperoleh dari usaha pendidikan. Daya fisik adalah

    kekuatan dan ketahanan seseorang untuk melakukan pekerjaan atau

    melaksanakan tugas yang diembannya. Dengan demikian, Sumber Daya

    Manusia bidang pendidikan adalah kompetensi fungsional yang dimiliki

    tenaga kependidikan dalam melaksanakan tugasnya. Di dalam

    melaksanakan tugasnya, Sumber Daya Manusia di tuntut

    mengaktualisasikan kemampuannya, baik daya fikir maupun daya fisik

    secara terintagrasi. Namun demikian, kedua kemampuan tersebut saja

    tidak cukup, melainkan harus diimbangi dengan kecerdasan emosional

    (Emotional Intellegence). Manakala kita memandang dunia pekerjaan

    adalah sebagai suatu masyarakat, maka kecerdasan emosional sangat

    diperlukan untuk mengenal dan memahami diri sendiri serta rekan kerja.

    Menurut Goleman kecerdasan emosional memiliki keunggulan

    dibandingkan kecerdasan intelektual, jika dasar penentunya adalah

    keberhasilan hidup di tengah masyarakat.48

    Sumber daya manusia yang berkualitas yang dibutuhkan dan

    diperoleh melalui proses, sehingga dibutuhkan suatu program pendidikan

    dan pelatihan untuk mempersiapkan kualitas sumber daya manusia yang

    sesuai dengan transformasi sosial. Menurut Tilaar terdapat tiga tuntutan

    terhadap sumber daya manusia bidang pendidikan dalam era globalisasi,

    yaitu: Sumber daya manusia yang unggul, Sumber daya manusia yang

    terus belajar, dan Sumber daya manusia yang memiliki nilai-nilai

    46 UURI No. 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Fokusmedia. 47 Hasibuan, OP. Cit., hal.:243 48 Goleman, Daniel. Kecerdasan Emosi: Untuk Mencapai Puncak Prestasi. Terjemahan Alex Tri Kantjono, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005), hal. 32.

  • indigeneous. Terpenuhinya ketiga tuntutan tersebut dapat dicapai melalui

    pemberdayaan sumber daya manusia.49

    Dalam upaya pemberdayaan Sumber Daya Manusia hendaknya

    didasarkan kepada prinsip peningkatan kualitas dan kemampuan kerja.

    Terdapat beberapa tujuan pemberdayaan Sumber Daya Manusia, di

    antaranya adalah: (1) meningkatkan kompetensi secara konseptual dan

    tehnikal; (2) meningkatkan produktivitas kerja; (3) meningkatkan efisiensi

    dan efektivitas; (4) meningkatkan status dan karier kerja; (5) meningkatkan

    pelayanan terhadap klient; (6) meningkatkan moral-etis; dan (7)

    meningkatkan kesejahteraan.

    Berdasarkan penuturan Hasibuan terdapat dua jenis pemberdayaan,

    yaitu: pemberdayaan secara formal dan secara informal.50 Pertama,

    pemberdayaan secara formal yaitu pemberdayaan yang ditugaskan oleh

    lembaga untuk mengikuti pendidikan atau latihan, baik yang dilaksanakan

    oleh lembaga tersebut maupun lembaga diklat. Pemberdayaan secara

    formal dilakukan karena tuntutan tugas saat ini maupun masa yang akan

    datang. Dengan demikian, jenis pemberdayaan ini dapat memenuhi

    kebutuhan kompetensi SDM yang bersifat empirical needs dan predictive

    needs bagi eksistensi dan keberlanjutan lembaga.

    Kedua, pemberdayaan sumber daya manusia secara informal yaitu

    perbaikan kualitas SDM secara individual berdasarkan kesadaran dan

    keinginan sendiri untuk meningkatkan kualitas diri sehubungan dengan

    tugasnya. Banyak cara yang dapat dilakuklan untuk meningkatkan

    kemampuannya, namun jenis pemberdayaan ini memerlukan motivasi

    intrinsik yang kuat dan kemampuan mengakses sumbersumber informasi

    sebagai sumber belajar.

    Terdapat lima domain penting dalam pemberdayaan SDM dalam

    bidang pendidikan, yaitu: profesionalitas, daya kompetitif, kompetensi

    49 Tilaar, H.A.R. Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional dalam Perspektif Abad 21. (Magelang: Tera Indonesia, 1998), hal. 45. 50 Hasibuan, Op. Cit., hal. 72-73

  • fungsional, keunggulan partisipatif, dan kerja sama. Dimilikinya

    kemampuan terhadap kelima domain tersebut merupakan modal utama

    bagi manusia dalam menghadapi masyarakat. Asumsi yang mendasari

    pentingnya kelima domain tersebut adalah sebagai berikut.

    1. Profesionalitas

    Profesionalitas adalah tingkatan kualitas atau kemampuan yang

    dimiliki dalam melaksanakan profesinya. Sedangkan profesionalisme

    adalah penyikapan terhadap profesi dan profesionalitas yang dimilikinya.

    Sumber daya manusia yang profesional adalah mereka yang memiliki

    keahlian dan keterampilan melalui proses pendidikan dan latihan.

    Pemberdayaan SDM ke arah profesional merupakan langkah

    strategis. SDM yang melaksanakan profesinya berlandaskan

    profesionalisme memiliki kemampuan untuk menyelaraskan kemampuan

    dirinya dengan visi dan misi lembaga. Artinya, SDM tersebut akan

    mengaktualisasikan seluruh potensi yang ada dan mendayagunakannya

    dalam memberikan layanan kepada masyarakat, sehingga masyarakat

    merasakan manfaat dan mengakui keberadaannya. Dalam Islam konsep

    profesionalisme terkandung dalam (Qs. At-Taubah 9: 105)

    Artinya: “Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan,( Q.S. At-Taubah 105).51

    2. Daya Kompetitif

    SDM yang memiliki daya kompetitif adalah mereka yang memiliki

    kemampuan ikut serta dalam persaingan. Apabila kita memandang bahwa

    51 Anonim Al Qur’an.

  • melaksanakan tugas adalah suatu persaingan, maka sumber daya manusia

    yang memiliki daya kompetitif adalah mereka yang dapat berfikir kreatif dan

    produktif. SDM yang berfikir kreatif dapat bersaing dan dapat memunculkan

    kreasi-kreasi baru. Berfikir kreatif dilandasi dengan kemampuan berfikir

    eksponensial dan mengeksplorasi berbagai komponen secara tekun dan

    ulet hingga menghasilkan suatu inovasi.

    SDM yang inovatif tidak hanya terbatas pada kemampuan

    melaksanakan pekerjaan sesuai dengan tugasnya, melainkan kemampuan

    mencari dan menggunakan cara baru dalam menyelesaikan tugasnya

    tersebut. Sikap tekun dan ulet dalam melaksankan tugas hanya dapat

    menghasilkan prestasi temporer, sedangkan tekun dan ulet dalam berfikir

    kreatif akan menghasilkan pertasi berkelanjutan.

    Salah satu sifat SDM yang inovatif adalah mereka yang tidak

    merasa puas dengan apa yang telah dikerjakan dan dihasilkannya,

    melainkan merasa penasaran atas kinerjanya. SDM yang inovatif hanya

    dapat dihasilkan melalui proses pengembangan kemampuan berfikir kreatif

    (creative thinking). Artinya, SDM yang memiliki daya kompetitif harus

    memiliki kecerdasan intelektual agar dapat memiliki banyak alternatif dalam

    memilih dan menentukan strategi yang tepat. Dalam Islam konsep

    kompetitif, sbagaimana tertera pada surah Al-Baqarah Ayat: 148

    Artinya: ”Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap

    kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS: Al-Baqarah Ayat: 148).52

    52 Anonim Al Qur’an.

  • 3. Kompetensi Fungsional

    Kompetensi adalah kema