19
PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT ANTIBIOTIK DENGAN METODE ANALISIS ABC DAN EOQ DI INSTALASI FARMASI RS PKU MUHAMMMADIYAH KARTASURA Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata I Pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Oleh : JEF RIZKI DEDDI J410161018 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2019

PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT ANTIBIOTIK DENGAN …eprints.ums.ac.id/73318/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · farmasinya, sehingga terjadinya stock out obat yang akan mempengaruhi pelayanan

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT ANTIBIOTIK DENGAN …eprints.ums.ac.id/73318/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · farmasinya, sehingga terjadinya stock out obat yang akan mempengaruhi pelayanan

1

PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT ANTIBIOTIK

DENGAN METODE ANALISIS ABC DAN EOQ DI INSTALASI

FARMASI RS PKU MUHAMMMADIYAH KARTASURA

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata I

Pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh :

JEF RIZKI DEDDI

J410161018

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2019

Page 2: PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT ANTIBIOTIK DENGAN …eprints.ums.ac.id/73318/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · farmasinya, sehingga terjadinya stock out obat yang akan mempengaruhi pelayanan

i

HALAMAN PERSETUJUAN

PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT ANTIBIOTIK DENGAN

METODE ANALISIS ABC DAN EOQ DI INSTALASI FARMASI RS PKU

MUHAMMMADIYAH KARTASURA

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh :

JEF RIZKI DEDDI

J410161018

Telah diperiksa dan disetujui oleh :

Pembimbing I

Arief Kurniawan N.P, AMd, SKM, MPH

Pembimbing II

Kusuma Estu Werdani, SKM, M.Kes

Page 3: PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT ANTIBIOTIK DENGAN …eprints.ums.ac.id/73318/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · farmasinya, sehingga terjadinya stock out obat yang akan mempengaruhi pelayanan

ii

HALAMAN PERSETUJUAN

PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT ANTIBIOTIK DENGAN

METODE ANALISIS ABC DAN EOQ DI INSTALASI FARMASI RS PKU

MUHAMMMADIYAH KARTASURA

Disusun oleh :

JEF RIZKI DEDDI

J410161018

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Program Studi Kesehatan

Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Surakarta pada Tanggal 27 April 2019

Dan dinyatakan telah memenuh isyarat

Dewan Penguji :

1. Arief Kurniawan N.P, AMd, SKM., MPH (……………)

(Ketua Dewan Penguji)

2. Kusuma Estu Werdani, SKM., M.Kes (……………)

(Anggota I Dewan Penguji)

3. Sri Darnoto, SKM., M.PH (……………)

(Anggota II Dewan Penguji)

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Dr. Mutalazimah, SKM., M.Kes

NIK.786/06-1711-7301

Page 4: PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT ANTIBIOTIK DENGAN …eprints.ums.ac.id/73318/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · farmasinya, sehingga terjadinya stock out obat yang akan mempengaruhi pelayanan

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak

terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana disuatu

perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau

pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis

diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya diatas,

maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarta, 04 Mei 2019

Penulis

JEF RIZKI DEDDI

J410161018

Page 5: PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT ANTIBIOTIK DENGAN …eprints.ums.ac.id/73318/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · farmasinya, sehingga terjadinya stock out obat yang akan mempengaruhi pelayanan

1

PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT ANTIBIOTIK DENGAN

METODE ANALISIS ABC DAN EOQ DI INSTALASI FARMASI RS PKU

MUHAMMADIYAH KARTASURA

Abstrak

Rumah sakit PKU Muhammadiyah Kartasura saat ini belum menggunakan

pengendalian persediaan seperti metode analisis ABC dan EOQ di instalasi

farmasinya, sehingga terjadinya stock out obat yang akan mempengaruhi

pelayanan kesehatan dan ketersediaan obat di gudang. Jenis penelitian ini adalah

kuantitatif deskriptif dengan rancangan penelitian studi kasus. Populasi penelitian

ini adalah semua obat antibiotik IFRS PKU Muhammadiyah sebanyak 70 item

dan sampel dalam penelitian ini adalah semua populasi yaitu 70 item.

Pengendalian persediaan obat antibiotik di instalasi farmasi RS PKU

Muhammadiyah Kartasura dilakukan melalui stock opname, buku defekta dan

laporan. Tetapi belum menggunakan metode pengendalian khusus, baik untuk

prioritas jenis persediaan dan jumlah pemesanan obat. Dengan metode analisis

ABC, terdapat 8 jenis obat yang termasuk kelompok A yang perlu diprioritaskan

dalam pengendalian persediaan, 11 jenis obat yang termasuk kelompok B

ketersediaan ini cukup penting setelah kelompok A dan kelompok C terdapat 51

jenis obat perlu diperhatikan obat yang tidak berjalan untuk dikurangi variasi

obatnya untuk dapat mengurai anggaran belanja RS. Berdasarkan metode EOQ

jumlah pemesanan optimum untuk 8 jenis obat bervariasi mulai dari 3-196 item

dan frekuensi pemesanan mulai dari 18-36 kali pemesanan. Perlu dibentuk KFT

(Komite Farmasi Terapi) agar dapat meyusun formularium sebagai dasar

penyusunan kebutuhan obat di Instalasi Farmasi RS PKU Muhammadiyah

Kartasura.

Kata kunci : Instalasi Farmasi, Obat Antibiotik, Pengendalian Persediaan,

Metode Analisis ABC, Metode EOQ

Abstract

PKU Muhammadiyah Kartasura Hospital currently does not use inventory control

such as the ABC analysis method and EOQ in its pharmaceutical installation, so

that there is a stock out of drugs that will affect health services and the availability

of drugs in the warehouse. This type of research is quantitative descriptive with a

case study research design. The population of this study were all 70 items of PKR

Muhammadiyah IFRS antibiotic drugs and the samples in this study were all

populations of 70 items. Control supply of antibiotic drugs in pharmaceutical

section at PKU Muhammadiyah Kartasura Hospital is carried out through stock

taking, standard books and reports. But they have not used special control

methods, both for priority inventory types and the number of drug orders. With

the ABC analysis method, there are 8 types of drugs including group A which

need to be prioritized in inventory control, 11 types of drugs including group B

are quite important after group A and group C there are 51 types of drugs that

Page 6: PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT ANTIBIOTIK DENGAN …eprints.ums.ac.id/73318/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · farmasinya, sehingga terjadinya stock out obat yang akan mempengaruhi pelayanan

2

need to be considered as drugs that are not commonly used to reduce the variation

of them to be able to parse the hospital budget. Based on the EOQ method the

optimum number of orders for 8 types of drugs varies from 3-196 items and the

order frequency starts from 18-36 times the order. It is necessary to establish a

KFT (Therapy Pharmacy Committee) in order to arrange formulary as a basis for

preparing drug needs at the PKU Muhammadiyah Kartasura Hospital Pharmacy

Installation.

Keywords: Pharmacy Installation, Antibiotic Drugs, Inventory Control, ABC

Analysis Method, EOQ Method

1. PENDAHULUAN

Rumah sakit memiliki titik-titik utama (revenue center) yang perlu diperhatikan

untuk menjamin berlangsungnya kegiatan pelayanan rumah sakit yang maksimal

dan berkesinambungan. Ada lima revenue center dalam rumah sakit yaitu instalasi

rawat jalan, instalasi gawat darurat, instalasi laboratorium patologi dan patologi

klinik, instalasi radiologi dan instalasi farmasi. Instalasi farmasi merupakan

revenue center utama karena lebih dari 90% pelayanan kesehatan di RS

menggunakan perbekalan farmasi dan 50% dari seluruh pemasukan RS berasal

dari pengelolaan perbekalan farmasi. Instalasi farmasi memiliki kontribusi yang

besar untuk pemasukan terbesar di RS, maka perbekalan barang farmasi

memerlukan pengelolaan secara cermat dan penuh tanggung jawab (Sucianti dan

Adisasmito, 2006).

Obat merupakan hal penting di RS, karena hampir semua pasien yang

dirawat di RS menggunakan obat untuk proses penyembuhan, apabila terjadi

kekosongan obat di RS dapat menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan pasien

dan berdampak pada kepuasaan pasien terhadap pelayanan kesehatan, salah satu

jenis obat yang dibutuhkan adalah obat antibiotik. Antibiotik merupakan jenis

obat yang digunakan untuk mengobati dan dalam sebagian kasus bisa mencegah

infeksi oleh bakteri (Kemenkes RI, 2011). Obat ini sering diresepkan oleh dokter

di rumah sakit untuk pelayanan penyakit ringan, sedang, dan berat yang

mempunyai efek menekan atau menghentikan gejala infeksi yang disebabkan oleh

bakteri. Antibiotik banyak digunakan atau diresepkan dalam pelayanan kesehatan,

baik di rumah sakit, puskesmas, klinik, maupun praktik dokter (Priyanto, 2009).

Page 7: PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT ANTIBIOTIK DENGAN …eprints.ums.ac.id/73318/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · farmasinya, sehingga terjadinya stock out obat yang akan mempengaruhi pelayanan

3

Hasil penelitian Maimun (2008), menunjukan bahwa total kebutuhan

anggaran antibiotik tahun 2006 dibandingkan dengan kebutuhan total belanja

instalasi farmasi rumah sakit sebesar 31,22%. Hal ini menunjukkan bahwa obat

antibiotik mempunyai arti yang penting bagi rumah sakit, baik ketersediannya

maupun nilai ekonomisnya. Akibat jumlah pemakaian yang tinggi maka proses

pengendalian perencanaan dan pengadaannya perlu diperhatikan secara efektif

untuk menghindari adanya kekurangan atau kelebihan stok. Oleh karena itu,

diperlukannya suatu manajemen persediaan untuk dapat meminimalisir suatu

perbelanjaan di instalasi farmasi di rumah sakit.

Manajemen persediaan merupakan jantung dari sistem persediaan obat dan

persediaan timbul disebabkan oleh tidak sinkronnya permintaan dan penyediaan,

serta waktu yang digunakan untuk memproses bahan baku tersebut untuk menjaga

keseimbangan permintaan dengan penyediaan bahan baku dan waktu proses,

maka diperlukan persediaan. Empat faktor fungsi persediaan adalah faktor waktu,

ketidakpastian waktu datang, ketidakpastian penggunaan, dan ekonomis. Dalam

pengendalian persediaan terdapat tiga kemungkinan yang dapat terjadi yakni

stockout, stagnant, dan obat yang dibutuhkan sesuai dengan yang ada di

persediaan. Stockout adalah manajemen persediaan dimana terdapat sisa obat

akhir kurang dari jumlah pemakaian rata-rata tiap bulan selama satu bulan disebut

stockout. Stockout adalah sisa stok obat yang tidak tersedia saat terjadi. Obat

dikatakan stagnant jika sisa obat pada akhir bulan lebih dari tiga kali rata-rata

pemakaian obat per bulan (Mellen dan Pudjirahardjo, 2013). Dalam penelitian

Suryantini et al. (2016), penggunaan analisis ABC terhadap nilai persediaan obat

antibiotik sangat berpengaruh dalam anggaran belanja RS. Hal ini disebabkan

oleh anggaran pembelian obat yang meningkat akibat penetapan harga obat yang

tidak sesuai.

Analisis ABC disebut juga sebagai Analisis Pareto atau Hukum Pareto

80/20 merupakan satu metode yang digunakan dalam manajemen logistik untuk

membagi kelompok barang menjadi tiga yaitu A, B dan C. Kelompok A

merupakan barang dengan jumlah item sekitar 20% tapi mempunyai nilai

investasi sekitar 80% dari nilai investasi total, kelompok B merupakan barang

Page 8: PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT ANTIBIOTIK DENGAN …eprints.ums.ac.id/73318/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · farmasinya, sehingga terjadinya stock out obat yang akan mempengaruhi pelayanan

4

dengan jumlah item sekitar 30% tapi mempunyai nilai investasi sekitar 15% dari

nilai investasi total, sedangkan kelompok C merupakan barang dengan jumlah

item sekitar 50% tapi mempunyai nilai investasi sekitar 5% dari nilai investasi

total. Dengan pengelompokan A, B dan C akan lebih mudah dalam cara

pengelolaannya, perencanaannya, dan pengendalian fisik dalam pemasokan dan

pengurangan besar stok pengamanan dapat menjadi lebih baik (Maimun, 2008).

Salah satu metode yang dapat mengendalikan nilai persediaan obat di IFRS dan

meminimalisir anggaran pembelian obat yaitu metode EOQ (Economic Order

Quantity).

Menurut Sukamdiyo (2004), persediaan harus ideal, karena itu cara

pembelian barang tersebut juga harus benar (benar yang dimaksud adalah berarti

paling ekonomis). Adapun secara sederhana hal tersebut dapat diketahui dengan

berdasarkan rumus jumlah pemesanan ekonomis atau EOQ (Economic Order

Quantity). Dengan memakai metode EOQ (Economic Order Quantity), maka

perusahaan akan mampu memperkecil akan terjadinya out of stock, sehingga hal

tersebut tak akan mengganggu proses produksi pada suatu perusahaan serta bisa

menghemat biaya persediaan, oleh karena adanya efisiensi persediaan bahan baku

pada perusahaan tersebut dan juga dengan adanya penerapan metode EOQ

(Economic Order Quantity), maka perusahaan akan bisa mengurangi biaya-biaya

yang diantaranya adalah seperti : biaya penyimpanan, biaya penghematan ruang

(ruangan gudang dan ruangan kerja), mampu menyelesaikan masalah-masalah

penumpukan persediaan, sehingga resiko yang dapat timbul bisa berkurang yang

dikarenakan persediaan pada gudang (Heizer dan Render, 2011).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan dengan kepala Instalasi Farmasi RS

PKU Muhammadiyah Kartasura, diketahui bahwa rumah sakit tersebut belum

melakukan/menggunakan metode analisis ABC dan EOQ yang sesuai dengan

teori ABC pareto dan belum menggunakan sistem komputerisasi sehingga petugas

mengalami masalah dalam melakukan pengendalian persedian dan perencanaan

pengadaan obat yang masih berisfat manual. Upaya untuk mengantisipasi

kekosongan obat pada gudang instalasi farmasi RS PKU Muhammadiyah

Kartasura dilakukan oleh kepala instalasi farmasi RS PKU Muhammadiyah

Page 9: PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT ANTIBIOTIK DENGAN …eprints.ums.ac.id/73318/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · farmasinya, sehingga terjadinya stock out obat yang akan mempengaruhi pelayanan

5

Kartasura dengan memberlakukan kebijakan untuk melakukan pengecekan stok-

stok obat di gudang setiap harinya kepada petugas gudang dan memberlakukan

buffer stock untuk menghindari kekosongan tersebut. Sejak bulan Februari 2017,

ada beberapa item obat antibiotik mengalami kekosongan. Hal ini menyebabkan

pasien harus mendapatkan obat antibiotik di luar RS dengan resep dokter yang

diberikan kepada pasien tersebut. Jika hal ini terjadi terus menerus akan

mempengaruhi mutu pelayanan kepada pasien.

Rumah sakit PKU Muhammadiyah Kartasura dalam waktu dekat akan

melakukan persiapan dan rasionalisasi untuk menyambut program BPJS

kesehatan. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi defisit dan stock out pada RS PKU

Muhammadiyah Kartasura. Hal ini dikarenakan lebih dari 90% pelayanan

kesehatan di RS menggunakan perbekalan farmasi dan 50% dari seluruh

pemasukan RS berasal dari pengelolaan perbekalan farmasi (Suciati dan

Adisasmito, 2006). Perbedaan jumlah pasien sebelum dan setelah bekerjasama

dengan BPJS akan mempengaruhi pemesan obat pada instalasi farmasi RS PKU

Muhammadiyah Kartasura. Jika hal ini terjadi akan mempengaruhi mutu

pelayanan kepada pasien sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72

tahun 2016 tentang standar pelayanan kefarmasian. Rumah sakit harus menyusun

manajemen penggunaan obat agar efektif. Peninjauan ulang akan membantu RS

memahami kebutuhan dan prioritas dari perbaikan sistem mutu dan keselamatan

penggunaan obat yang berkelanjutan. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai proses proses pengendalian

persedian obat antibiotik dengan metode analisis ABC dan EOQ di instalasi

farmasi RS PKU Muhammadiyah Kartasura.

2. METODE

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan rancangan penelitian

studi kasus. Penelitian ini untuk melihat atau menggambarkan pelaksanaan

pengendalian persedian obat antibiotik melalui analisis ABC dan metode EOQ

(Econimic Order Quantity) di Instalasi Farmasi RS PKU Muhammadiyah

Kartasura. Penelitian ini dilakukan di instalasi farmasi RS PKU Muhammadiyah

Kartasura pada bulan Januari-Februari 2019.

Page 10: PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT ANTIBIOTIK DENGAN …eprints.ums.ac.id/73318/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · farmasinya, sehingga terjadinya stock out obat yang akan mempengaruhi pelayanan

6

Populasi dalam penelitian ini adalah semua data obat antibiotik yang ada

pada Instalasi Farmasi RS PKU Muhammadiyah Kartasura pada bulan Januari-

Desember 2017 sebanyak 70 item obat antibiotik. Sampel dalam penelitian ini

adalah semua populasi obat antibiotik pada instalasi farmasi RS PKU

Muhammadiyah Kartasura atau disebut dengan total sampling pada bulan Januari-

Desember 2017 sebanyak 70 item obat antibiotik. Teknik pengumpulan data

dalam penelitian ini dilakukan dengan metode retrospektif terhadap data sekunder

yang berupa jumlah item obat antibiotik, biaya dan estimasi obat antibiotik di

instalasi farmasi RS PKU Muhammadiyah Kartasura periode tahun 2017.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Pengendalian Persediaan di Instalasi Farmasi RS PKU Muhammadiyah

Kartasura

Berdasarkan hasil pedoman wawancara peneliti melakukan wawancara kepada

tiga informan yaitu sebagai berikut:

Tabel 1. Daftar Informan di RS PKU Muhammadiyah Kartasura

No Inisial

Informan Jabatan

Jenis

Kelamin Unit Kerja

1 Informan A Kepala Instalasi Farmasi Perempuan Instalasi Farmasi

2 Informan B Petugas Gudang

Farmasi Perempuan Instalasi Farmasi

3 Informan C Staff Bagian Keuangan Perempuan Bagian

Keuangan

Hasil wawancara dengan informan didapatkan informasi tentang

pengendalian obat yang dilakukan di Instalasi Farmasi RS PKU Muhammadiyah

Kartasura sebagai berikut:

“Stock opname itu untuk melihat berapa jumlah yang masih ada

dan biasanya kami melakukan sekali enam bulan jadi dua kali dalam

setahun, untuk mengecek jumlah jumlah barang, kualitas, kuantitas dan

terhindar dari kerusakan dan basi obat di gudang. kita hitung jumlah

stok yang ada semua masing-masing obat sisanya berapa, yang di apotik

juga di hitung. Kalau ada yang mendekati kadaluarsa kita lakukan dulu,

Page 11: PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT ANTIBIOTIK DENGAN …eprints.ums.ac.id/73318/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · farmasinya, sehingga terjadinya stock out obat yang akan mempengaruhi pelayanan

7

makanya kita sistemnya ini FIFO dan FEFO yang baru datang disimpan

di belakang, yang kita beli pertama harus lebih dulu kita jual dahulu

agar tidak rugi” (Informan B).

Stock Opname di IFRS PKU muhammadiyah dilakukan 6 bulan sekali

adapun pengecekkan tiap hari oleh petugas gudang farmasi, hanya untuk

melakukan pengecekan persediaan saja. Stock Opname untuk mengecek jumlah

barang (fisik) pendataan dilakukan dengan cara manual yang bertujuan menjamin

kualitas, kuantitas, terhindar dari kerusakan dan kadaluarsa. Obat yang mendekati

kadaluarsa akan ditempatkan di rak bagian depan untuk dapat digunakan lebih

dahulu dari obat yang baru datang dan obat yang akan kadaluarsa akan

dikembalikan ke perusahaan yang mendistributor obat tersebut kepada IFRS PKU

Muhammadiyah dengan batas tiga bulan kadaluarsa obat.

Buku defekta merupakan pendokumentasian/pencatatan mengenai

permintaan dan pengiriman obat dari gudang farmasi ke apotek. Selain itu buku

ini juga digunakan sebagai dasar pemesanan obat. Setiap petugas apotek yang

meminta obat ke gudang farmasi terlebih dahulu mengisi buku defekta. Setelah itu

bagian gudang mengambilkan stok yang dibutuhkan dan mencatat jumlah

pengiriman dan sisa stok gudang di buku tersebut. Melalui wawancara dengan

informan, diperoleh informasi sebagai berikut:

“Kita menggunakan data manual yaitu buku defekta yang belum

didukung dengan system komputerisasi kalo buku defekta itu buku

pencatatan permintaan barang dari apotik ke gudang farmasi, Buku

defekta itu permintaan apotik ke gudang, yang diminta berapa yang

dikirim berapa, sisa berapa dicatat disitu”(Informan B).

Laporan yang dilaporkan oleh kepala instalasi farmasi kepada kepala bidang

penunjang medis yaitu pembelian obat kepada distributor, jenis persedian obat,

pemakaian obat dan jatuh tempo pembayaran perbekalan farmasi ke distributor.

Sedangkan yang dilaporkan kepada kepala bagian keuangan oleh kepala

instalasi farmasi dan kepala bidang penunjang medis mengenai pembelian obat

Page 12: PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT ANTIBIOTIK DENGAN …eprints.ums.ac.id/73318/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · farmasinya, sehingga terjadinya stock out obat yang akan mempengaruhi pelayanan

8

kepada distributor, jatuh tempo pembayaran dan penggunaan obat oleh pasien.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan sebagai berikut:

“kita melaporkan kepada penunjang medis yaitu pembelian obat ke

distributor, jenis persedian obat, pemakaian obat dan jatuh tempo

pembayaran perbekalan farmasi ke pihak distributor. Sedangkan yang kita

dan kepala penunjang medis laporkan ke kepala bagian keuangan adalah

pembelian obat kepada distributor, jatuh tempo pembayaran dan

penggunaan obat oleh pasien yang kami laporkan ke atas itu saja”

(Informan A).

Pengendalian yang dilakukan adalah melalui pencatatan seperti stock

opname untuk dapat melihat stok yang tersedia di gudang dua kali dalam setahun,

buku defekta pencatatan permintaan, pengiriman dan sisa stok di gudang farmasi.

Dari hasil wawancara dengan kepala instalasi farmasi RS PKU Muhammadiyah

kartasura sebagai berikut:

“Kita tidak menggunakan metode dalam pengendalian persedian

obat, jadi IFRS PKU Muhammadiyah hanya melakukan perkiraan saja

dalam pemesanan obat seperti obat yang kategori fast moving dipesan

lebih banyak dari obat yang lain sedangkan obat kategori slow moving

dipesan hanya sedikit saja, paling tidak untuk satu atau dua pasien saja

itu sudah termasuk baik sekali” (Informan A).

Oleh karena itu peneliti melakukan penelitian di IFRS PKU Muhammadiyah

Kartasura dengan metode sebagai berikut:

Perbekalan obat di RS PKU Muhammadiyah Kartasura yang kurang lebih

250 item obat terdapat 70 item obat antibiotik, obat-obatan tersebut dibedakan

menurut kemasannya yaitu: tablet, botol, vial, dan kapsul. Hal ini sesuai dengan

hasil wawancara peneliti dengan informan di instalasi farmasi RS PKU

Muhammadiyah Kartasura sebagai berikut:

“obat yang tersedia di gudang kita kurang lebih 250 item obat

yang terdiri dari 70 item obat antibiotik yang adek observasi kemaren

dan menurut kemasannya yaitu tablet, botol, vial, dan kapsul. Kita

Page 13: PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT ANTIBIOTIK DENGAN …eprints.ums.ac.id/73318/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · farmasinya, sehingga terjadinya stock out obat yang akan mempengaruhi pelayanan

9

menentukan obat sesuai dengan SOP kita yaitu dari data kebutuhan 3

bulan, data prediksi penyakit di sini, jumlah persedian obat di gudang

saja seharusnya kita menggunakan perhitungan semacam pareto itu

perhitungan fast moving, moderate, dan slow moving dan obat

esensial tapi ini belum pernah kita lakukan. Tapi kita bisa menilai

obat fast moving, moderate, dan slow moving dari buku defekta, obat

yang banyak diminta apotik ke gudang bisa kita bilang fast moving

walaupun kita tidak melakukan perhitungan tersebut” (Informan A).

Berikut adalah jumlah pemakaian dan nilai investasi obat antibiotik

berdasarkan kemasan obat tahun 2017:

Tabel 2. Jumlah pemakaian dan Nilai Investasi Berdasarkan Kemasan Obat

Antibiotik di Instalasi Farmasi Tahun 2017

No Satuan/

Kemasan

Jumlah Jenis

Obat Pemakaian

Nilai Investasi

(Rp)

1 Tablet 25 11.508 48.771.876

2 Botol 19 1.378 41.425.761

3 Kapsul 13 20.516 42.635.483

4 Vial 13 1.145 121.200.106

Jumlah 70 34.547 254.033.226

Penggunaan obat antibiotik yang paling banyak adalah kemasan kapsul,

yaitu 13 jenis obat dengan jumlah pemakaian sebanyak 20.516 kapsul. Sedangkan

obat antibiotik yang memiliki nilai investasi tertinggi adalah kemasan vial sebesar

Rp.121.200.106,00.

Standar Operasional Prosedur (SOP) unit IFRS PKU Muhammadiyah,

penentuan kebutuhan didasarkan kepada data kebutuhan 3 bulan, data prediksi

penyakit, jumlah persediaan barang di gudang, dan perhitungan pareto (fast

moving, moderate, dan slow moving) dan obat essensial.

Namun dalam fast moving, moderate, dan slow moving belum pernah

dilakukan perhitungan berdasarkan data rill obat baik dari jumlah pemakaian dan

Page 14: PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT ANTIBIOTIK DENGAN …eprints.ums.ac.id/73318/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · farmasinya, sehingga terjadinya stock out obat yang akan mempengaruhi pelayanan

10

nilai investasi obat. Selama persediaan hanya berdasarkan pengalaman saja, obat

yang sering diminta apotik disebut fast moving dam obat yang jarang digunakan di

apotik adalah slow moving.

Oleh karena itu, peneliti melakukan studi analisis ABC untuk menentukan

pengelompokan obat, peneliti mengumpulkan data mengenai obat antibiotik,

harga obat antibiotik, dan jumlah pemakaian obat antibiotik selama peride

Januari-Desember 2017.

Berikut adalah hasil analisis ABC obat antibiotik berdasarkan jumlah

pemakaian tahun 2017:

Tabel 3. Analisis ABC Berdasarkan Jumlah Pemakaian Obat Antibiotik

Tahun 2017

No Kelompok

Obat

Jumlah

Jenis

Obat

Persentase

Jumlah

Jenis

Obat (%)

Jumlah

Pemakaian

Persentase

Jumlah

Pemakaian

(%)

1 Kelompok A 2 2,86 20.824 60,28

2 Kelompok B 7 10,00 10.018 29,00

3 Kelompok C 61 87,14 3.705 10,72

Total 70 100,00 34.547 100,00

Tabel 3 menunjukan kelompok obat antibiotik berdasarkan jumlah

pemakaian. Obat antibiotik yang termasuk kelompok A adalah sebanyak 2 jenis

obat atau 2,86% dari seluruh persediaan obat antibiotik dengan jumlah pemakaian

sebanyak 20.824 item atau 60,28% dari total pemakaian obat antibiotik di IFRS

PKU Muhammadiyah tahun 2017. Obat yang termasuk kedalam kelompok A ini

merupakan obat pemakaian tinggi (fast moving). Obat antibiotik yang termasuk

kelompok B adalah sebanyak 7 jenis obat atau 10% dari seluruh persediaan obat

antibiotik dengan jumlah pemakaian sebanyak 10.018 item atau 29,00 dari total

pemakaian obat antibiotik di IFRS PKU Muhammadiyah tahun 2017. Obat yang

termasuk kedalam kelompok B ini merupakan obat pemakaian sedang (moderate).

Page 15: PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT ANTIBIOTIK DENGAN …eprints.ums.ac.id/73318/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · farmasinya, sehingga terjadinya stock out obat yang akan mempengaruhi pelayanan

11

Sedangkan Obat antibiotik yang termasuk kelompok C adalah sebanyak 61

jenis obat atau 87,14% dari seluruh persediaan obat antibiotik dengan jumlah

pemakaian sebanyak 3.705 item atau 10,72% dari total pemakaian obat antibiotik

di IFRS PKU Muhammadiyah tahun 2017. Obat yang termasuk kedalam

kelompok A ini merupakan obat pemakaian rendah (slow moving).

Berikut adalah hasil analisis ABC obat antibiotik berdasar nilai investasi

tahun 2017:

Tabel 4. Analisis ABC Berdasarkan Nilai Jumlah Investasi Obat Antibiotik

Tahun 2017

no Kelompok

Obat

Jumlah

Jenis

Obat

Persentase

Jumlah

Jenis (%)

Nilai Investasi

Persentase

Nilai

Investasi

(%)

1 Kelompok A 8 11,43 170.463.183 67,10

2 Kelompok B 11 15,71 57.735.668 22,73

3 Kelompok C 51 72,86 25.834.375 10,17

Total 70 100 254.033.226 100

Tabel 4 menunjukan kelompok obat antibiotik berdasarkan nilai jumlah

investasi. Obat antibiotik yang tergolong kelompok A adalah 8 jenis obat atau

11,34% dari seluruh obat antibiotik dengan nilai jumlah investasi sebesar Rp.

170.463.183,00 atau 67,10% dari total investasi obat antibiotik di IFRS PKU

Muhammadiyah Kartasura. Obat antibiotik yang tergolong kelompok B adalah 11

jenis obat atau 15,71% dari seluruh obat antibiotik dengan nilai jumlah investasi

sebesar Rp. 57.735.668,00 atau 22,73% dari total investasi obat antibiotik di IFRS

PKU Muhammadiyah Kartasura. Sedangkan obat antibiotik yang tergolong dalam

kelompok C adalah 51 jenis atau 72,86% dari seluruh obat antibiotik dengan nilai

jumlah investasi sebesar Rp. 25.834.375,00 atau 10,17% dari total investasi obat

antibiotik di IFRS PKU Muhammadiyah Kartasura.

3.2.1 Economic Order quantity (EOQ)

Page 16: PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT ANTIBIOTIK DENGAN …eprints.ums.ac.id/73318/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · farmasinya, sehingga terjadinya stock out obat yang akan mempengaruhi pelayanan

12

Dalam pelaksanaan pemesanan obat di Instalasi Farmasi PKU Muhammadiyah

Kartasura tidak menggunakan perhitungan khusus mengenai jumlah pemesanan.

Jumlah pemesanan tergantung pada jumlah obat yang fast moving dipesan lebih

banyak dari pada obat yang jarang digunakan di apotek. Sebagaimana dengan

hasil wawancara dengan informan berikut ini:

“Yaa itu, jumlah permintaan di apotik, kalau sedang banyak

dibutuhkan atau ada penyakit yang sedang banyak butuh obat kita

pesan banyak. Kalau fast moving kita pesan lebih banyak, tidak ada

perhitungan khusus yang kita gunakan hanya dengan pengalaman dan

keadaan saja” (Informan A).

Untuk mengetahui jumlah pemesanan yang optimum dalam setiap kali

melakukan pemesanan obat antibiotik di RS PKU Muhammadiyah Kartasura,

dapat diterapkan metode Economic Order Quantity (EOQ). Dengan menggunakan

rumus menentukan jumlah pemesanan optimum menurut Heizer dan Render

(2010) dan Buffa (1997) adalah sebagai berikut:

H

DSQ

2

(1)

Keterangan:

Q : Jumlah optimum unit per pesanan

D : Permintaan tahunan dalam unit untuk barang persediaan.

S : biaya pemesanan setiap kali pesan.

H : biaya penyimpanan per unit per tahun.

Menentukan EOQ diperlukan perhitungan mengenai permintaan tahunan,

biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Permintaan tahunan sebelumnya sudah

dihitung pada analasis ABC. Berikut adalah perhitungan biaya pemesanan dan

biaya penyimpanan Heizer dan Render (2010):

Biaya pemesanan mencakup biaya dari persediaan, formulir, proses pesanan

pembelian, dan dukungan administrasi.

Biaya telepon adalah lama interaksi (menit) dalam pemesanan x biaya

telepon/menit, hasil wawancara dengan informan sebagai berikut:

Page 17: PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT ANTIBIOTIK DENGAN …eprints.ums.ac.id/73318/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · farmasinya, sehingga terjadinya stock out obat yang akan mempengaruhi pelayanan

13

“Untuk biaya pemesanan kita biasanya mengguna telepon

langsung, biasanya kita interaksi dengan distributor obat

melalui telepon saja sih, kalo lamanya sekitar kurang lebih

sampe lima menit tapi jarang sampe lima menit lebih, kalo

biayanya mungkin adek bisa searching aja di internet telkom”

(Informan A).

Rata-rata waktu yang digunakan dalam setiap kali melakukan pemesanan

adalah lima menit dan biaya telepon per dua menit adalah Rp. 250,00

(www.telkom.co.id). Sehingga tarif telepon per menitnya adalah Rp. 250,00 : 2

menit adalah Rp.125,00, jadi rumus yang digunakan untuk menentukan biaya

telepon sebagai berikut: biaya telepon = lama pemesanan (menit) x biaya

telepon/menit

biaya telepon = 5 menit x Rp.125,00/menit

= Rp. 625,00

Jadi biaya telepon yang dikeluarkan dalam setiap pemesanan adalah Rp.

650,00

Biaya ATK/Administrasi

ATK yang digunakan oleh bagian farmasi adalah surat pemesanan obat, buku

tukar faktur, pulpen, pita printer dan tinta printer, hal ini sesuai dengan

wawancara dengan informan sebagai berikut:

4. PENUTUP

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari hasil dan pembahasan yang telah

dilakukan adalah sebagai berikut: Pengendalian/pengawasan persediaan obat yang

dilakukan di Instalasi Farmasi RS PKU Muhammadiyah Kartasura yaitu melalui

stock opname, buku defekta dan laporan. Pengendalian persediaan obat antibiotik

di Instalasi Farmasi RS PKU Muhammadiyah Kartasura belum menggunakan

metode pengendalian khusus seperti: Analisis ABC yang digunakan untuk

memprioritaskan persediaan obat yang fast moving, moderate dan slow moving

dan belum juga menggunakan metode EOQ (Economic Order Quantity) untuk

menentukan jumlah pemesanan optimum

Berdasarkan analisis ABC jumlah pemakaian, terdapat 2 jenis obat antibiotik

Page 18: PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT ANTIBIOTIK DENGAN …eprints.ums.ac.id/73318/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · farmasinya, sehingga terjadinya stock out obat yang akan mempengaruhi pelayanan

14

(2,86%) yang termasuk kelompok A (fast moving), dengan pemakaian sebanyak

20.824 obat (60,28%) dari total pemakaian obat antibiotik. Terdapat 7 jenis obat

antibiotik (10,00%) yang termasuk kelompok B (moderate), dengan pemakaian

sebanyak 10.018 obat (29,00%) dari total pemakaian obat antibiotik. Sedangkan

yang termasuk kelompok C terdapat 61 jenis obat antibiotik (87,14%), dengan

pemakaian sebanyak 3.705 (10,72%) dari total pemakaian obat antibiotik.

Berdasarkan analisis ABC nilai jumlah investasi, terdapat 8 jenis obat

antibiotik (11,43%) obat yang termasuk kelompok A, dengan jumlah investasi

sebanyak Rp.170.463.183,00 (67,10%) dari total penggunaan anggaran obat

antibiotik, terdapat 11 jenis obat antibiotik (15,71%) yang termasuk kelompok B,

dengan jumlah investasi sebanyak Rp.57.735.668,00 (22,73%) dari total

penggunaan anggaran obat antibiotik, sedangkan yang termasuk kelompok C

terdapat 51 jenis obat antibiotik (72,86%) dengan jumlah investasi sebanyak

Rp.25.834.375,00 (10,17%) dari total penggunaan anggaran obat antibiotik.

Berdasarkan metode EOQ (Economic Order Quantity) jumlah pemesanan

optimum untuk 8 jenis obat antibiotik yang termasuk kelompok A bervariasi

mulai dari 3-196 item dengan frekuensi pemesanannya dari 18-32 kali pemesanan

Adapun saran yang dapat diambil dari hasil dan pembahasan yang telah

dilakukan peneliti adalah sebagai berikut: Perlu dibuat kebijakan dan SOP untuk

dapat menyusun formularium sebagai dasar penyusunan kebutuhan obat di

Instalasi Farmasi RS PKU Muhammadiyah Kartasura, Perlu dibuat perencanaan

obat setiap tahunnya terutama untuk obat yang termasuk kelompok A sehingga

bagian manajemen dapat mempersiapkan anggaran keuangan yang sesuai, Perlu

diterapkan metode analisis ABC dalam menetapkan jenis obat yang akan

disediakan untuk memberikan prioritas yang berbeda terhadap setiap kelompok

obat, serta diterapkan metode EOQ untuk menghindari terjadinya kekosongan

obat dan pembelian obat diluar rumah sakit oleh pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Aditama, Tjandra Yoga. (2007). Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Jakarta:

UI- Press.

Page 19: PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT ANTIBIOTIK DENGAN …eprints.ums.ac.id/73318/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · farmasinya, sehingga terjadinya stock out obat yang akan mempengaruhi pelayanan

15

Departemen Kesehatan, Republik Indonesia. (2008). Pengelolaan Perbekalan

Farmasi di Rumah Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan, Republik

Indonesia.

Dirjen Binakefarmasian dan Alat Kesehatan Kememkes RI. (2010). Pedoman

Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit. Jakarta: Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia.

Heizer, Jay dan Render, Barry. (2010). Manajemen Operasi. Jakarta: Salemba

Empat.

Hidayati, Henmaidi dan Suci. (2007). Analisis Kinerja Manajemen Persediaan

pada PT. United Tractors Tbk Cabang Padang. Jurnal Fakultas Teknik

Universitas Andalas.

Jhon, D.T dan Hording, H.A. (2001). Manajemen Operasi untuk Meraih

Keunggulan Kompetitif Cetakan I. (Kunto Wibisono). Jakarta: PPM.

Junadi, P. (2000). Manajemen Logistik dan Farmasi Rumah Sakit. Depok:

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Mellen, R.C dan pudjirahardjo, W.J. (2013). Faktor Penyebab Dan Kerugian

Akibat Stockout Dan Stagnant Obat Di Unit Logistik Rsu Haji Surabaya.

Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia, Vol.01(01), pp. 99-107.

Priyanto. (2009). Farmakoterapi dan Terminologi Medis. Lembaga Studi dan

Konsultasi Farmakologi (Leskonfi). Depok: Universitas Indonesia.

Robert Jacobs, dan Chase, Richard B. (2004). Operation and Supply Management.

Singapore: McGraw Hill.

Sucianti, S dan Adisasmito, W.B.B. (2006). Analisis Perencanaan Obat Berdasar

ABC Indeks Kritis di Instalasi Farmasi. Jurnal Manajemen Pelayanan

Kesehatan, Vol.09(01), 19-26.

Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. (2007). Obat-Obat Penting

Khasiat, Penggunaan dan Efek-Efek Sampingnya, Edisi Keenam, 262,

269-271. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Valerie, Carien. S. (2011). Perbandingan Metode EOQ (Economic Order

Quantity) dan JIT (Just In Time) terhadap Efisiensi Biaya Persediaan

dan Kinerja Non-Keuangan (Studi Kasus Pada PT Indoto Tirta Mulia).

Jurnal Akuntansi. Universitas Kristen Maranatha.

Winasari, Ajrina, (2015). Gambaran Penyebab Kekosongan Stok Obat Paten dan

Upaya Pengendaliannya Di Gudang Medis Instalasi Farmasi Rsud Kota

Bekasi Pada Triwulan I Tahun 2015. Jakarta: UIN.