34
PENGENDALIAN VEKTOR

Pengendalian Vektor

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pengendalian Vektor

PENGENDALIAN VEKTOR

Page 2: Pengendalian Vektor

Pendahuluan Arthropoda avertebrata, bersegmen,

rangka luar Rodentia binatang pengerat dan

menyusui

Arthropoda & rodentia penyebab gangguan kesehatan bagi manusia

Page 3: Pengendalian Vektor

Kelas Arthropoda (biologi)

1. Insecta

2. Crustacea

3. Arachnoidea

4. Myriapoda

Page 4: Pengendalian Vektor

Kelas Rodentia (ekologi)

1. Aquatic Rodent

2. Leaping Rodent

3. Tunneling Rodent

4. Tree-dwelling Rodent

Page 5: Pengendalian Vektor

Pengertian

adalah kegiatan yang dipandang bermanfaat, sehingga kehidupan arthropoda ataupun rodentia menjadi sulit, tidak dapat berkembang biak, dengan demikian tidak akan menimbulkan penyakit bagi manusia

Page 6: Pengendalian Vektor

Pengendalian Vektor Penyakit

Vektor & VehicleVektor penyakit adalah serangga

penyebar penyakit atau arthropoda. Vektor benda hidup

Vehicle adalah suatu penyebar penyakit yg tidak hidup, spt air, udara, makanan dll

Page 7: Pengendalian Vektor

Serangga tergolong phylum ArthropodaMorfologi Arthropoda:

Badannya beruas-ruas, yg berhubungan dgn sendi-sendi membentuk bagian kaki, perut, dada dan kepala.

Seluruh badannya diliputi khitine, yg tebal tipisnya menentukan keras tidaknya serangga tsb.

Tubuhnya terdiri dari 3 bagian: kepala, dada dan perut

Page 8: Pengendalian Vektor

Utk identifikasi, di bagian kepala tdpt mulut, mata dan antenanya; di bagian dada alat geraknya, apakah itu kaki ataupun dgn sayap; di bagian perut alat reproduksinya

Page 9: Pengendalian Vektor

Beberapa vektor yg penting di Indonesia

yaitu nyamuk, lalat, kutu, pinjal & tungau.

Nyamuk & lalat (kelas hexapoda, ordo diptera).

Nyamuk genus Culex, Anopheles dan Aedes

Lalat genus Musca

Page 10: Pengendalian Vektor

Kutu (kelas hexapoda, ordo anopleura) genus Pediculus dan Phthirus. Peran kutu sbg vektor belum

defenitif, kutu mengisap darah ok itu besar kemungkinan kutu dpt menyebarkan penyakit antar manusia. sbg petunjuk bhw cara hidup masy. belum higienis

Page 11: Pengendalian Vektor

Pinjal (kls Hexapoda, ordo Siphonaptera) genus Xenopsylla, Ctenocephalides & Pulex.Pinjal tikus (Xenopsylla cheopis) yg

membawa bakteri pasteurella pestis penyebar penyakit pest

Pinjal anjing & kucing (ctenocephalides) pembawa penyakit toxoplasmosis & cacing

Page 12: Pengendalian Vektor

Tungau (kls Arachnida, ordo acarina) genus Argas, Ornithodoros, Otobius, Dermacentor, Rhipicephalus, Amblyoma, Trombicula, Sarcoptes & Allodermanyssus. Kebanyakan tungau menyebarkan

penyakit rickettsiosis. Pengaruh vektor thd kesehatan, scr lgsg

menyebabkan entomophobia, ggn ketenangan, menyebabkan penyakit spt scabies, myasis.Scr tdk lgsg mjd reservoir agent penyakit, memusnahkan panen, dan mjd parasit pd tbh manusia

Page 13: Pengendalian Vektor

Nama penyakit Agent Vektor

Malaria

DHF

Filariasis

Cholera

Dysenteric

Typhus

Pest

Toxoplasmosis

Cacing pita anjing

Rickettsiosis

Relapsing fever

Plamodium malariae

Virus DHF

F. Bancrofti

Vibrio cholerae

S.shigae

S. Typhi

Pasteurella pestis

Toxoplasma

Dipyllidium caninum

R.prowazeki

Borrelia recurrentis

Anopheles Sundaicus

Aedes agepti

Culex pipiens, c.fatigans

Musca domestica

Musca domestica Musca domestica

X. Cheopis

Ct. felis

Ct. canis

Pediculus humanus

Ornithodorus spp

Page 14: Pengendalian Vektor

Pengendalian Vektor sgt diperlukan bagi bbrp macam penyakit krn berbagai alasan:

Penyakit tadi belum ada obat ataupun vaksinnya, spt penyakit oleh virus

Bila ada obat ataupun vaksinnya sudah ada, tetapi kerja obat tadi belum efektif, terutama utk penyakit parasiter

Berbagai penyakit didapat pd banyak hewan selain manusia, shg sulit dikendalikan

Page 15: Pengendalian Vektor

Sering menimbulkan cacat, spt filariasis, malaria

Penyakit cepat menjalar, krn vektornya dpt bergerak dgn cepat.

Page 16: Pengendalian Vektor

Pengendalian vektor selama 30-40 thn terakhir ini dilakukan scr kimiawi dgn menggunakan insektisida, namun srg tjd resistensi vektor thd insektisida disamping pencemaran lingkungan.

Ok perlu dilakukan pengendalian scr terpadu antara pengendalian scr rekayasa, biologis, fisis, kimiawi dan genetis berdasar ekologi vektor shg diketahui karakteristik vektor spt habitat, usia hidup, probabilitas tjd infeksi pd vektor & manusia, kepekaan vektor thd penyakit dll.

Page 17: Pengendalian Vektor

Pengendalian Rekayasa ditujukan utk mengurangi sarang insekta

(breeding places) dgn melakukan pengelolaan lingkungan yaitu melakukan

manipulasi dan modifikasi lingkungan.

Manipulasi tindakan sementara shg keadaan tdk menunjang kehidupan vektor

Modifikasi tindakan utk memperbaiki kualitas lingkungan scr permanen, spt pengeringan, penimbunan, perbaikan TPS/TPA

Page 18: Pengendalian Vektor

Pengendalian Biologis:1.Memelihara musuh alami dpt berupa pemangsanya ataupun

mikroba penyebab penyakit. Serta bagaimana pula mengendalikan pemangsanya bila populasi vektor tlh terkendali.

2.Mengurangi fertilitas insekta mis. Meradiasi insekta jantan shg

steril

Page 19: Pengendalian Vektor

Pengendalian scr terpadu direncanakan dan dilaksanakan utk jangka panjang ditunjang dgn pemantauan yang kontinu.

Pemantauan thd indeks/kepadatan lalat, kepadatan pinjal, kepadatan nyamukBila kepadatan meningkat dgn cepat

maka: Intensifikasi pemberantasan sarang spt

perbaikan drainase, kebersihan saluran & reservoir air, menghilangkan genangan dst

Page 20: Pengendalian Vektor

Mobilisasi masy. Utk berperan serta dlm pemberantasan dgn memelihara kebersihan lingkungan masing-masing

Melakukan penyemprotan insektisida thd vektor dewasa didahului dgn uji resistensi insektisida yg akan digunakan.

Page 21: Pengendalian Vektor

ARTHROPODA

Tujuan Pengendalian

penurunan kepadatan Vektor INDEX BRETEAU

= (jlh container berisi air yang positif mengandung larva Aedes aegypti per 100 rumah)

IB<5, peny dengue tidak akan ditularkan

IB>50, dlm bahaya penularan

IB peninilaian kuantitatif & prediktif bagi perencanaan program

Page 22: Pengendalian Vektor

Habitat larva, mengetahui produksi dan cara pengendalian yang tepat.

Aedes aegypti; pd tempat buatan manusia Anopheles farauti; pd mikro habitat luas

Page 23: Pengendalian Vektor

DHF

Indonesia 1963. 1989 -1993; 18000 dirawat, 700 – 750 meninggal

Penularan; infeksi sekunder virus berbeda Tempat potensial penularan

wilayah DBD tempat umum; sekolah > ,RS (carrier), dsb

Page 24: Pengendalian Vektor

Kontak vektor & penjamu

besarnya tergantung : kebiasaan vektor makan & tersedianya penjamu

Jangkauan terbang (Flight Distance=FD)

FD 90 : Jarak terbang dimana 90% vektor

yg dilepas dpt ditangkap kembali

Aedes aegypti betina; 40m max 100m ketinggian 1000m

Page 25: Pengendalian Vektor

INSEKTISIDA

1. Carbamat Elemen chlorin / phosphate – Pertanian – Kes Mas Toksisitas< Jenis carbaryl : nyamuk dewasa

2. Orghaophosphate malathion Abate (temophos); larvasida

Page 26: Pengendalian Vektor

Syarat Insektisida:1. Toxic untuk vektor2. Tidak bahaya bagi manusia & hewan3. Menarik vektor4. Tidak mahal5. Stabil secara kimia6. Tidak mudah terbakar7. Tidak korosif8. Tidak meniggalkan warna

Page 27: Pengendalian Vektor

Pengendalian cara biologi

1. Prinsipnya memelihara musuh alami Ikan pemakan larva

WHO : 3 – 7 ekor/m2

2. Mengurangi fertilitas insekta

Page 28: Pengendalian Vektor

Manipulasi Lingkungan

tdd : kegiatan berulang terencana untuk menciptakan kondisi yg tidak cocok utk perkembangan vektor pd habitatnya

Cth : Penggunaan kelambu

Pengaturan permukaan air

Page 29: Pengendalian Vektor

Pemberantasan Vektor DBD

Pemberantasan sblm musim penularan Perlindungan perorangan : kelambu,

penolak nyamuk, kasa ventilasi Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) :

3M+1T; menguras, mengubur, menutup, telungkupkan

Penasapan masal

Page 30: Pengendalian Vektor

Pemberantasan di Desa/Kelurahan RawanDesa Rawan : desa yg 3 thn terjangkit DBD atau krn lingkungan (padat & hub transportasi ramai) mempunyai resiko terjadi KLB

Page 31: Pengendalian Vektor

Tingkat kerawanan desa :

1. Desa Rawan I (Endemis) : desa yg 3 thn terakhir setiap tahun terjangkit DBD

2. Desa Rawan II (Sporadis) : desa yg 3thn terakhir terjangkit DBD tp tdk setiap tahun

3. Desa Rawan III (Potensial) : Desa yg 3 thn terakhir tdk terjangkit DBD tp penduduk padat & persentase jentik > 5%

4. Desa “Bebas” : desa yg tdk pernah terjangkit, ketinggian > 1000 m perm. laut, atau ketinggian < 1000 m dgn persentase jentik < 5%

Page 32: Pengendalian Vektor

Pemriksaan Jentik Berkala (PJB)

Pemeriksaan TPA & tempat kembang biak nyamuk A. aegypti untuk mengetahui adanya jentik secara teratur sekurangnya 3 bulan untuk mengetahui populasi jentik.

PJB dirumah oleh kader/swadaya.

Desa Rawan I & II, TPA + jentik

abatisasi selektif PJB tempat umum dilakukan DinKes.

TPA + jentik abatisasi

Page 33: Pengendalian Vektor

Pemanyauan hasil PJB

Indikator : Angka Benas Jentik(ABJ)

ABJ = Jlh bangunan (-) jentik x 100%

Jlh bangunan diperiksa

Page 34: Pengendalian Vektor