Pengeringan Kayu Secara Alami

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/17/2019 Pengeringan Kayu Secara Alami

    1/22

    Universitas Gadjah Mada 1

    BAGIAN II

    BAB 5

    PENGERINGAN KAYU SECARA ALAMI

    5.1. Pengertian Pengeringan Alami

    Pengeringan alami atau disebut juga sebagai pengeringan udara adalah suatu

    sistem pengeringn kayu gergajian yang unsur-unsur pengeringan berupa suhu udara,

    kelembaban udara, dan sirkulasi udara yang dilibatkan di dalam pengeringan diperoleh

    secara alami dari atmosfer atau lingkungan tempat kayu tersebut dikeringkan. Pengeringan

    alami bermaksud untuk memanfaatkan semaksimal mungkin angin dan sinar yang tersedia

    secara gratis, sembari memberi perlindungan kayu gergajian dari siraman air hujan.

    5.2. Sasaran Pengeringan Alami

    Tujuan utama yang ingin dicapai dalam pengeringan secara alami terhadap kayu

    gergajian adalah untuk mengevaporasikan air sebanyak mungkin dari kayu. Dalam

    pengeringan secara alami. kayu gergajian ditumpuk dalam satuan-satuan tumpukan untuk

    diletakkan pada tempat beratap (bangsal atau aula) atau lapangan terbuka dan oleh

    karena itu disebut sebagai air seasoning. Pengeringan alami berlangsung selama durasi

    waktu tertentu sehingga kayu tersebut mengindikasikan bahwa seluruh air bebas telah

    terevaporasikan dari kayu. 

    Kayu gergajian tersebut pada akhir proses pengeringan alami sudah dapat

    dinyatakan siap untuk diproses lebih lanjut. Jenis dan sifat pemrosesan lebih lanjut itu

    sangat bergantung pada penggunaan produk kayu tersebut. Apabila kayu gergajian

    tersebut hams dikeringkan pada peringkat kadar air yang lebih rendah, misalnya yang akan

    digunakan dalam industri mebel (furniture) untuk penggunaan di dalam ruang (in-door),

    maka kayu tersebut harus dikeringkan lebih lanjut dalam tanur pengering.

    Sebaliknya, jika penggunaan kayu gergajian tidak mempersyaratkan kadar air yang

    lebih rendah, maka pengeringan alami dinilai sudah cukup untuk mempersiapkan kayusebelum dikenai pemrosesan lebih lanjut. Kayu gergajian hasil pengeringan alami tersebut

    dinyatakan cukup siap sebagai bahan pada: (1) industri mebel-taman dan mebel lainnya

    yang terdebah di luar ruangan (out-door) dan (2) industri kayu sebagai struktur bangunan,

    misalnya bangunan rumah di daerah beriklim tropis. Di samping itu juga sebagai struktur

    gudang dan garasi yang tidak memerlukan pemanasan yang terdapat di daerah beriklim

    sedang/temperata. Penilaian bahwa kayu dalam industri cukup siap itu biasanya kayu

    tersebut dikering-alamikan sampai kadar air yang cukup rendah.

    Pengeringan alami juga digunakan secara luas untuk menurunkan kadar air dalam

    kayu sampai pada tingkat yang cocok bagi perlakuan pengawetan. Di samping itu,

  • 8/17/2019 Pengeringan Kayu Secara Alami

    2/22

    Universitas Gadjah Mada 2

    pengeringan alami juga mengurangi kesempatan untuk berkembang bagi berbagai jamur,

    baik jamur penoda, jamur pelapuk maupun jamur pembusuk. Pada umumnya, jamur

    berkembang pada kayu ketika kayu berada dalam pengangkutan, penimbunan, dan

    penggunaan kayu. Jamur penoda biru dan fungi perusak kayu tidak dapat tumbuh pada

    kayu yang kadar aimya kurang dari 20%. Mengingat kayu sebelum dikeringkan secara

    alami itu biasanya berupa kayu segar yang sudah tentu kadar airnya jauh di atas 20%,

    maka sebaiknya kayu segar tersebut perlu diperlakukan terlebih dahulu dengan fungisida

    untuk menghindarkannya dari serangan jamur-jamur tersebut pada tahap awal proses

    pengeringan alami. Pengeringan alami juga merupakan tindakan perlindungan terhadap

    kayu dari kerusakan berupa lubang-lubang pada kayu yang diakibatkan oleh serangan

    sebagian terbesar insekta penggerek kayu.

    5.3. Keunggulan dan Kelemahan 

    Keunggulan yang mudah dirasakan pada pengeringan alami dibandingkan terhadap

    cara pengeringan lain sekurang-kurangnya ada 3 hal, yaitu:

    a. Proses pengeringan tidak memerlukan investasi awal yang besar untuk membeli alat

    dan mendirikan bangunan,

    b. Rendahnya beaya yang diperlukan dalam proses dan pelaksanaan pengeringan

    sehingga lebih menguntungkan, dan

    c. Prinsip umum pengeringan alami mudah dipahami secara baik, sehingga

    penerapannya lebih mudah dan lebih mudah pula melakukan usaha-usaha untuk

    mencari variasi dan kiat pengurangan kadar air secara lebih efisien.

    Sementara itu, kelemahan pengeringan alami pada umumnya berkaitan dengan

    tidak dapat dikendalikannya alam atau iklim sebagai unsur utama dalam proses

    pengeringan. Skedul produksi sangat bergantung pada perubahan kondisi iklim, yaitu

    temperatur, kelembaban relatif, pancaran sinar matahari, dan angin.

    Mengingat kecepatan pengeringan sangat ditentukan oleh kondisi alam, maka

    kecepatan pengeringan sangat bervariasi. Pengeringan berproses sangat lambat bilapengeringan berlangsung pada bulan-bulan yang diwamai oleh musim dingin dan musim

    penghujan. Sebaliknya, pada musim panas dan musim kemarau, proses pengeringan

    berlangsung relatif cepat. Meskipun demikian, angin yang kering pada musim panas itu

    mungkin akan meningkatkan degradasi kayu sehingga akan memperbanyak volume kayu

    yang rusak dan tidak dapat dimanfaatkan lagi. Degradasi kayu dan meningkatnya jumlah

    kayu yang hilang disebabkan oleh beberapa cacat permukaan dan pecah ujung. Periode

    hangat dan lembab atau gerah (pengap) yang disertai dengan sedikitnya pergerakan udara

    mungkin akan mendorong pertumbuhan jamur biru yang menjadi bertambah buruk lagi

    karena hadirnya noda kimia berwarna coklat.

  • 8/17/2019 Pengeringan Kayu Secara Alami

    3/22

    Universitas Gadjah Mada 3

    Di samping itu, terdapat pula kelemaan lain, yaitu durasi waktu yang relatif lama

    bagi kayu untuk menganggur selama proses pengeringan. Kayu hams menanti sampai

    mencapai tingkat kekeringan tertentu yang dipersyaratkan, sebelum dinyatakan siap untuk

    dijual berdasarkan kadar air atau diproses lebih lanjut.

    5.4. Dasar-dasar Proses Pengeringan Alami

    Sebagaimana dikatakan, bahwa pengeringan alami merupakan pengeringan yang

    selalu memanfaatkan unsur-unsur alam sebagai elemen proses pengeringan. Oleh karena

    itu, maka angin dan sinar matahari serta hujan harus selalu diperhatikan, karena ketiganya

    merupakan anasir (unsur) kondisi atmosfer.

     Angin, yang terjadi oleh adanya sirkulasi udara, akan menghindarkan udara untuk

    mengalami kondisi jenuh, meskipun dirinya telah menyerap kelembaban yang berasal dari

    kayu yang dikeringkan. Matahari, dengan pancaran sinarnya, akan meningkatkan

    temperatur udara, sekaligus menurunkan panas dan kelembaban relatifnya. Kombinasi dari

    dua faktor tersebut (yaitu peningkatan temperatur dan penurunan kelembaban relatif

    udara) secara serentak memberikan pengaruh positif, yaitu berupa mempertahankan

    secara berkelanjutan Jaya pengering (kemampuan mengeringkan) pada udara.

    Sebaliknya, hujan akan meningkatkan kelembaban atmosfer, dan oleh karena peningkatan

    ini selalu diikuti dengan penurunan temperatur udara, maka hujan akan mengurangi

    daya/kemampuan pengeringan pada diri udara. Manakala hal ini terjadi, maka kayu

    gergajian pada saat itu jugs akan menjadi lebih basah, karena kayu telah mengambil

    kelembaban dalam jumlah yang cukup.

    Sebagai rumus umum, problematika pengeringan alami tersebut dapat diatasi

    dengan meningkatkan sirkulasi udara seperlunya. Meskipun demikian, kita perlu berhatihati

    dan tidak gegabah, terutama di daerah tropis. Di daerah tropis suhu rata-ratanya cukup

    tinggi, dan kayu gergajian yang dikeringkan pada umumnya cenderung mudah mengalami

    cacat pengeringan alami. Oleh karena itu, maka usaha mengurangi sirkulasi udara

    merupakan hal yang penting untuk dilakukan, demi menghindarkan terjadinya caratpengeringan. Sebagai konsekuensinya, pengurangan kecepatan sirkulasi ini berarti jugs

    memperlambat kecepatan proses pengeringan.

    Pengendalian terhadap faktor iklim merupakan usaha terbaik untuk merlindungi

    kayu, dan hal itu dapat ditempuh dengan membangun bangsal yang strukturnya tepat dan

    berventilasi baik. Meskipun demikian, pembangunan bangsal dengan struktur manapun

    merupakan hal yang tidak praktis dilihat dari perhitungan berdasarkan aspek ekonomi,

    manakala kayu gergajian yang dikeringkan itu berkualitas rendah. Selain itu, bangsal atau

    aula yang paling efisien pun hanya akan efektif bila bangunan itu terbuat dari bahan yang

  • 8/17/2019 Pengeringan Kayu Secara Alami

    4/22

    Universitas Gadjah Mada 4

    kedap terhadap cuaca. Meskipun demikian, kelembaban relatif udara bervariasi secara

    nyata pada musim yang berbeda sepanjang tahun.

    Pengendalian terhadap sirkulasi udara yang berlangsu di dalam bangsal atau

    tempat terbuka, sangat dipengaruhi oleh penumpukan kayu gergajian dalam tumpukan

    yang diatur secara tepat. Rancang-bangun yang dicurahkan dalam pengaturan tumpukan

    kayu merupakan pemikiran yang paling penting dalam pengeringan udara secara alami.

    Kontrol terhadap perpindahan air dalam kayu sangatlah sulit. Sudah barang tentu,

    perpindahan air dipengaruhi secara langsung oleh pengendalian terhadap sirkulasi udara.

    Di camping itu, disarankan pula untuk melakukan langkah atau tindakan tambahan sebagai

    kompensasi terhadap pergerakan kelembaban yang lebih cepat sepanjang arah serat

    daripada yang berlangsung melintang arah serat. Apabila kehilangan kelembaban dari

    ujung sebuah kayu tidak dikontrol secara bersungguh-sungguh, tegangan akan terbentuk

    dan hal ini dapat menciptakan pecah ujung yang sangat merugikan. Untuk mengurangi

    pecah ujung ini, beberapa bentuk penutup ujung perlu diadopsi dan dioleskan pada ujung

    kayu.

    Dengan demikian, maim ada tiga faktor yang menentukan untuk mengatur

    pengeringan secara alami. Ketiga faktor itu meliputi (1) bangsal pengeringan atau lapangan

    pengeringan, (2) penumpukan yang benar, dan (3) proteksi di bagian ujung pada setiap

    spesimen kayu yang ditumpuk/dikeringkan.

    5.5. Lapangan Pengeringan

     Ada 3 hal yang perlu diperhatikan dalam rangka mewujudkan lapangan pengeringan

    yang baik. Ketiga hal itu adalah (1) pemilihan lapangan pengeringan, (2) tats letak

    lapangan pengeringan, dan (3) metode transportasi dalam lapangan pengeringan.

    Dalam memilih dan menentukan lokasi, ada empat faktor yang • perlu

    dipertimbangkan, yaitu (1) keharusannya untuk dekat dengan pabrik kilang penggergajian,

    (2) ketersediaan dan harga tanah, (3) tingkat kemudahan dalam pengangkutan(transportasi), dan (4) kedekatan dengan pasar kayu atau industri kayu yang memproses

    dan membuat produk akhir. Biasanya letak lapangan pengeringan diusahakan untuk selalu

    berdekatan dengan kilang penggergajian. Di samping itu, lapangan pengeringan juga

    diusahakan untuk berdekatan dengan pabrik yang menggunakan kayu kering sebagai

    bahan baku untuk membuat produk akhir.

    Dalam kaitan dengan kondisi lapangan pengeringan, maka kondisi alami lantai

    pengeringan atau bangsal perlu diperhatikan pertama kali, karena kondisi alami lantai

    lapangan atau bangsal pengeringan merupakan hal yang terpenting. Lantai yang terbuat

    dari beton atau diperkeras dengan konblok merupakan kondisi yang paling baik, karena

  • 8/17/2019 Pengeringan Kayu Secara Alami

    5/22

    Universitas Gadjah Mada 5

    tidak mengandung kelembaban dan mudah dijaga kebersihannya. Alternatif yang lebih

    murah tersedia bila lantai itu terbuat dari lempung atau abu. Sebaliknya lantai yang

    terdiri dari serbuk kayu adalah sangat jelek, karena mengandung kelembaban. Bila

    demikian halnya, maka udara yang bersirkulasi bersifat lembab dan proses pengeringan

    akan terhambat serta mendorong tumbuhnya cendawan dan jamur pembusuk kayu.

    Di samping kondisi lantai, lapangan pengeringan juga harus menyediakan

    drainase yang baik terhadap air hujan. Selain itu, perpindahan udara yang masuk

    maupun yang keluar meninggalkan lapangan hams dapat berlangsung secara lancar

    dan bebas dari hambatan.

    Dalam kaitan dengan tata letak lapangan pengeringan, ada dua hal yang perlu

    diperhatikan, yaitu jalan lintasan (gang/lorong) dan tumpukan. Jalan lintasan

    menyangkut orientasi gang/lorong dan ukuran lorong. Sementara itu, topik tumpukan

    menyangkut orientasi tumpukan, jarak antar deretan tumpukan, jarak antar tumpukan,

    lebar tumpukan, dan tinggi tumpukan.

     Ada dua alternatif yang berkait dengan orientasi tumpukan terhadap jalan

    lintasan utama, yaitu tumpukan melintang dan tumpukan membujur. Tumpukan

    melintang (endwise) adalah tumpukan yang tersusun atas kayu-kayu gergajian dengan

    sumbu longitudinal tegak lurus terhadap jalan lintasan. Tumpukan membujur (sidewise)

    adalah tumpukan yang tersusun atas kayu-kayu gergajian dengan sumbu longitudinal

    sejajar terhadap jalan lintasan. Tumpukan melintang mempermudah menginspeksi dan

    menghitung jumlah kayu dalam tumpukan, sedangkan tumpukan membujur

    mengakibatkan adanya sirkulasi udara yang lebih baik dari jalur lintasan.

    Dengan tata letak demikian, maka lapangan pengering itu diatur agar

    penanganan kayu yang dikeringkan dapat dilakukan dengan leluasa. Jalan utama atau

    lorong yang dibuat cukup lebar bagi peralatan yang digunakan untuk memobilisasikan

    kayu gergajian. Alat pemindah kayu biasanya berupa forklift atau peralatan mekanis

    yang lain. Disamping itu, crane yang menggerakkan kayu kearah atas atau crane yang

    mobil juga digunakan, terutama untuk menempatkan tumpukan kayu gergajian yangtelah disusun dengan menggunakan sticker di atas tumpukan lain yang sudah ada.

    Untuk memperjelas pemahaman terhadap tats letak tumpukan pada lapangan

    pengeringan maka disajikan gambar perspektif dan gambar skematiknya sebagai

    berikut:

  • 8/17/2019 Pengeringan Kayu Secara Alami

    6/22

    Universitas Gadjah Mada 6

    Gambar 4. Lapangan pengeringan secara perspektif Sumber Rietz dan Page (1971)

  • 8/17/2019 Pengeringan Kayu Secara Alami

    7/22

    Universitas Gadjah Mada 7

    Gambar 5. Lapangan pengeringan secara skematik Sumber Rietz dan Page

    (1971)

    5.6. Penumpukan Kayu GergajianMetode penumpukan merupakan faktor yang paling penting dalam pengeringan

    alami, karena metode penumpukan bersama dengan posisi dan orientasi (arah) tumpukan

    akan mengatur dan sangat menentukan kecepatan sirkulasi udara. Metode penumpukan

    yang baik perlu mempertimbangkan fondasi sebagai penyangga tumpukan, sortasi kayu

    sebelum ditumpuk dan bentuk tumpukan

    Fondasi hares kokoh dengan bidang sangga yang mantap, karena amblesnya

    fondasi akan membuat papan menjadi bengkok atau mengalami cacat yang lain. Fondasi

    dapat terbuat dari beton bila lapangan pengeringan dirancang secara permanen. Sedang

    untuk lapangan pengeringan dirancang untuk beberapa tahun, fondasi cukup dengan kayu

    yang telah diawetkan. Fondasi ini sebaiknya dalam bentuk cagak-cagak sehingga sirkulasi

    udara tetap baik. Tinggi fondasi tidak kurang dari 45 cm di bagian belakang dan di bagian

    depannya lebih tinggi lagi untuk membentuk kemiringan 1:12. Cagak fondasi berjarak 1,25

    meter baik ke arah samping maupun ke arah belakang, agar memungkinkan untuk

    menumpuk kayu yang panjangnya 5 meter dan lebar 2,5 —  3,5 meter. Batang-batang

    penyangga ukurannya cukup besar agar tidak melengkung. Untuk memperjelas pemahaman

    terhadap fondasi pengeringan maka disajikan gambar berikut:

  • 8/17/2019 Pengeringan Kayu Secara Alami

    8/22

    Universitas Gadjah Mada 8

    Gambar 6. Fondasi tumpukan kayu pada pengeringan alami. Sumber Rietz dan

    Page (1971).

    Kayu-kayu sebelum dikeringkan perlu dilakukan sortasi terlebih dahulu berdasarkan

    spesies, kayu teras-gubal, tebal, panjang dan lebar sortimen. Sortasi berdasarkan spesies

    bertujuan agar pengeringan dapat berlangsung dengan efisien, karena spesies itu

    mempunyai watak pengeringan yang berbeda-beda. Demikian pula sortasi berdasarkan

    kayu teras dan kayu gubal. Sortasi berdasarkan dimensi kayu bertujuan untuk

    mempermudah penumpukan.

    Penumpukan kayu dikerjakan sedemikian rupa sehingga sirkulasi udara di dalam

    tumpukan berlangsung cukup lancar. Sirkulasi udara di dalam tumpukan tersebut terdiri

    atas sirkulasi ke arah horizontal dan ke arah vertikal. Udara bersih masuk ke dalam

    tumpukan dengan arah horizontal. Di dalam tumpukan, udara tersebut bertambah lembab

    dan menjadi berat sehingga turun ke dasar untuk menyediakan aliran udara vertikal. Aliran

    udara horizontal diperoleh dengan memberi ruang antar lapisan papan yang satu terhadap

    lapisan di atasnya. Ruang antar lapisan papan diciptakan dengan memberi ganjel (sticker)

    kayu, sedemikian sehingga setiap kayu gergajian itu diletakkan di atas tongkat-tongkat

    kayu pengganjal dan pemisah (sticker) kayu, sehingga setiap kayu gergajian tidak saling

    bersentuhan, baik dalam arah horizontal maupun dalam arah vertikal. Sticker harus

    dipasang dalam posisi baris vertikal yang lurus (tidak zigzag) pada jarak tertentu dan

    dimulai tepat pada ujung kayu yang satu ke ujung kayu yang lain. Secara ilustratif, cara

    penumpukan tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:

  • 8/17/2019 Pengeringan Kayu Secara Alami

    9/22

    Universitas Gadjah Mada 9

    Gambar 8. Penumpukan kayu dengan menggunakan

    ganjal. Sumber Rietz dan Page (1971).

    Di samping cara penumpukan yang mengatur sortimen kayu secara berbaring atau

    rebah, terdapat pula metode penumpukan yang menempatkan kayu secara berdiri. Di

    dalam metode penumpukan secara berbaring, terdapat dua jenis penumpukan,

    penumpukkan berbentuk kotak dan prisma. Penumpukan pertama yang posturnya

    membentuk kotak, memiliki bidang dasar berupa empat persegi panjang. Tumpukan ini

     juga disebut sebagai Box piled. Tumpukan yang kedua yang postur tumpukanya

    membentuk prisma, memiliki bidang dasar berbentuk segi tiga. Tumpukan ini juga disebut

    crib piled. Kedua jenis tumpukan ini dapat digambarkan sebagai berikut :

    Gambar 9. Tumpukan kayu berbentuk kotak (box piled) Sumber Rietz dan Page

    (1971)

  • 8/17/2019 Pengeringan Kayu Secara Alami

    10/22

    Universitas Gadjah Mada 10

    Gambar 10. Tumpukan kayu berbentuk prisma (crib piled) Sumber Rietz dan Page

    (1971)

    Sementara itu, pada metode penumpukan secara tegak, dilakukan dengan

    menyandarkan kayu pada satu sandaran yang kuat. Berdasarkan cam

    penyandarannya, terdapat dua jenis "penumpukkan" kayu. Pertama penyandaran

    dari dua sisi sedemikan rupa sehingga masing-masing sortimen dari kedua sisi itu

    saling bersilangan pada bagian ujung sortimen tersebut. Jenis penumpukan ini

    disebut saling bersilangan atau end racked. Kedua, penumpukan yang hanya

    disandarkan saja pada satu sisi, atau kalu dari dua sisi sandaran, sortimen yang

    ditumpuk itu tidak saling bertemu, apalagi bersilangan. Penumpukan ini disebutsebagai penyandaran atau end-piled. Untuk memperjelas pemahaman terhadap

    wujud bagi masing-masing bentuk penumpukan itu, disajikan dua gambar berikut:

    Gambar 11. Tumpukan kayu bersandar satu sisi dan dua sisi yang berbentuk

    (end-piled) Sumber Rietz dan Page (1971)

  • 8/17/2019 Pengeringan Kayu Secara Alami

    11/22

    Universitas Gadjah Mada 11

    Gambar 12. Penyandaran dua nisi dan saling bersilangan (end-racked).

    Sumber Rietz dan Page (1971)

    Bila kayu yang dikeringkan itu ditumpuk pada lapangan terbuka, maka tumpukan itu

    perlu diberi atap untuk melindungi tumpukan dari sinar matahari langsung dan air hujan. Atap

    ini dikaitkan dengan kayu yang dikeringkan agar tidak terbang terbawa angin. Di samping itu, di

    bagian atas tumpukan juga diberi pembeban untuk mengurangi kemungkinan perubahan

    bentuk yang dialami oleh sortimen kayu yang dikeringkan atau kait yang ikatan dengan kayu

    yang dikeringkan agar tidak terbang terbawa angin.

    5.7. Perlindungan Ujung Kayu yang Akan Dikeringkan 

    Perlindungan ujung kayu dilakukan dengan memberikan (1) pelapisan permukaan pada

    penampang melintang pada kedua ujung kayu dengan berbagai bahan pelapis (coating) yang

    kedap air. Di samping itu, terdapat pula cam lain berupa (2) menempelkan potongan kayu atau

    memakukan paku S terbuat dari plastik atau besi pada kedua ujung kayu yang dikeringkan.

    Di antara ketiga jenis pelindung ujung itu, cairan kental pelapis (coating) merupakan

    cam perlindungan terbaik, karena memberikan keleluasaan bagi kayu untuk mengkerut selama

    proses pengeringan. Bahan yang dapat digunakan antara lain lilin, cat bitumin atau emulsi yang

    cukup cair untuk dioleskan secara agak tebal dengan menggunakan kuas. Sebaliknya,

    perlindungan dengan memakukan papan merupakan cara terjelek, karena pengerutan

    longitudinal papan penutup sangat kecil dibandingkan dengan pengerutan tangensial papan

    kayu yang dikeringkan. Hal ini mengakibatkan kayu yang dikeringkan terhadap pengerutannya,

    yang akan mengakibatkan terjadinya tegangan yang mengarah pada pecah ujung.

  • 8/17/2019 Pengeringan Kayu Secara Alami

    12/22

    Universitas Gadjah Mada 12

    5.8. Perlindungan Terhadap Kayu Setelah Dikering-anginkan

     Apabila kayu gergajian sudah mencapai tingkat kekeringan sesuai dengan kekeringan

    yang direncanakan pada penggergajian alami di lapangan, maka kayu tersebut hams disimpan

    di suatu tempat yang beratap, sehingga kayu tidak lagi terdedah pada angin, matahari, dan

    hujan. Penurunan kualitas kayu akan terns berlangsung sepanjang kayu dibiarkan di luar atap

    akibat pemajanan terhadap cuaca. Hal ini disebabkan karena cuaca dapat menurunkan kualitas

    kayu.

    Manakala kayu kering hams dibiarkan untuk sementara waktu di luar ruangan yang

    beratap, maka tumpukan kayu tersebut harus dibungkus dengan kertas yang kedap air atau

    plastik untuk menghindari penurunan kualitas tersebut.

     Apabila pemasaran kayu lancar, kits tidak begitu perlu memperhatikan tentang

    penyimpanan kayu-kayu yang telah dikeringkan tersebut. Tetapi kayu pemasaran kayu sedang

    seret, penyimpanan kayu ini juga merupakan masalah tersendiri yang perlu dipikirkan.

    Pada kayu yang telah kering, yang kadar airnya kurang dari 20%, bahaya serangan

    cendawan sangat kecil. Kayu-kayu ini dapat ditumpuk tanpa menggunakan ganjel-ganjel.

    Penumpukan demikian disebut sebagai penumpukan tertutup (close piling), sedangkan

    penumpukan dengan ganjel disebut sebagai penumpukan terbuka (open piling). Dengan

    penumpukan secara tertutup ini, maka kayu akan sedikit sekali menyerap lagi kelembaban dan

    udara sekitarnya. Di samping itu, penumpukan tertutup ini juga dapat meluruskan kembali kayu-

    kayu yang menjadi bengkok sewaktu dikering-anginkan.Pada saat akan ditransportasikan ke tempat yang lain, kayu yang telah dikering-

    anginkan ini hams ditutup dengan terpal atau plastik agar tidak terkena air hujan atau sinar

    matahari langsung.

    5.9. Cacat-cacat Pengeringan Alami, Penyebab dan Pencegahannya

    Cacat pengeringan menyebabkan kerugian dalam bentuk penurunan kualitas kayu.

    Cacat juga menurunkan nilai kayu karena adanya kehilangan yang terjadi lewat mekanisme

    pengurangan ukuran panjang kayu. Cacat tersebut melanda kayu gergajian seiring danmenyertai berlangsungnya proses pengeringan secara alami. Kerugian dan kehilangan

    demikian akan meningkatkan biaya pengeringan.

    Jika diamati, beasarnya kehilangan itu dapat ditaksir dan diketahui secara langsung

    selama proses pengeringan. Besaran kehilangan nilai itulah yang merupakan cacat

    pengeringan. Cacat-cacat pengeringan alami ini mungkin disebabkan oleh empat penyebab,

    baik berproses secara serempik, bersamaan ataupun mandiri saja, yaitu: (1) penyusutan, (2)

    infeksi (penularan) jamur atau fungi, (3) reaksi kimia khususnya zat ekstraktif, (3) serangan

    insekta, terutama rayap kayu.

  • 8/17/2019 Pengeringan Kayu Secara Alami

    13/22

    Universitas Gadjah Mada 13

    Penyusutan menyebabkan retak ujung atau pecah ujung, retak permukaan, cacat kulit

    mengeras, dan pemelengkungan. Pendedahan kayu gergajian secara langsung terhadap

    kondisi cuaca mendorong terjadinya cacat-cacat penyusutan tersebut. Di samping itu,

    perpanjangan waktu penggelantangan di lapangan setelah kayu mencapai kondisi kering angin

    akan mempercepat tingkat penurunan kualitas kayu atau kehilangan ukuran panjang.

    Infeksi fungi menyebabkan noda biru pada kayu gubal dan pembusukan atau bulukan

    (mold). Sementara itu, reaksi kimia menyebabkan noda biru kimiawi, dan pembekasan

    (membekasnya) ganjal pada kayu gergajian merupakan salah satu bentuk perubahan warna

    (diskolorisasi).

    Serangan insekta, terutama kumbang bubuk dan rayap, menyebabkan bercak-bercak

    pada empulur, liang-liang sebesar peniti (pinhole) atau liang-liang kotor pada kayu gergaj ian.

    Di samping cacat-cacat pengeringan yang secara langsung menurunkan kualitas kayu

    tersebut di atas, terdapat pula cacat-cacat pengeringan yang tidak secara langsung dan

    berpotensi untuk menurunkan kualitas kayu gergajian pada saat dikeringkan. Meskipun cacat-

    cacat tersebut tidak berpengaruh secara langsung, mungkin pada saatnya nanti juga akan

    menyebabkan kerugian atau kehilangan dalam bentuk pengurangan panjang kayu. Pada

    umumnya kerugian itu akan mewujud dan terekspresikan selama kayu tersebut dalam proses

    perrnesinan (dikerjakan dengan mesin pengolah kayu).

    Beberapa contoh dapat diketengahkan di sini. Pemelengkungan kayu mungkin

    menyebabkan ketidakmerataan (ketidaksambungan) dan pemisahan (peloncatan) selama kayu

    tersebut diproses dalam operasi pelapisan permukaan. Mata kayu yang menjadi longgarselama proses pengeringan pada kayu dawn jarum, mungkin akan terlepas selama proses

    penyerutan. Mata kayu yang semula hanya retak mungkin akan berkembang lebih lanjut

    menjadi pecah.

    5.9.1. Cacat yang disebabkan oleh perubahan kimiawi

    Noda warna tertentu atau diskolorisasi berkembang pada kayu gergajian selama

    pengeringan alami. Noda warna ini sebagai tambahan dari noda yang diakibatkan oleh jamur

    dan penggelantangan. Noda ini dihasilkan dari perubahan kimiawi yang terjadi di dalam kayu. Ada beberapa jenis noda warna. Noda kimiawi biru akan mempergelap warna kayu dari putih

    kekuningan menjadi kecoklatan atau mengarah ke biru gelap. Pinus panderosa dan beberapa

    kayu daun misalnya magnolia merupakan kayu perdagangan yang rentan terhadap cacat ini

    (Riets dan Page, 1971).

    Pada pinus, cacat noda coklat ini berlangsung pada kayu gubal dan kayu teras. Kayu

    yang telah ditebang beberapa waktu yang lalu lebih cenderung ternoda dibandingkan dengan

    kayu segar yang Baru raja ditebang. Papan gergajian yang ditumpuk rapat selama dua atau

  • 8/17/2019 Pengeringan Kayu Secara Alami

    14/22

    Universitas Gadjah Mada 14

    beberapa hari setelah digergaji juga lebih cenderung ternoda dibandingkan dengan pagan

    dalam tumpukan terbuka yang segera dikeringkan setelah digergaji.

    Noda ini dihasilkan dari konsentrasi zat ekstraktif yang ditransportasikan oleh air dan

    diendapkan pada titik tertentu tempat menguapnya air atau tempat terikatnya air tersebut

    menjadi air terikat. Zat ekstraktif ini terutama terdiri atas asam-asam amino dan gula yang

    terlarut dalam air bebas, terbentuk atas aktifitas enzimatik segera setelah proses penebangan

    pohon atau selama proses penumpukan kayu gergajian secara tertutup. Aktifitas enzimatik ini

    dapat diperlambat melalui perendaman kayu gergajian segar dalam kemikalia penghambat

    enzim.

    Pembekasan ganjal, yakni suatu bentuk noda kimiawi biru, berkembang dalam kayu

    selama bulan-bulan di musim panas yang hangat dan lembab. Diskolorisasi ini dapat dikurangi

    dengan penggunaan ganjal yang kering dan memperlakukan kayu dengan pengeringan yang

    berkondisi baik dan tepat sesegera mungkin setelah kayu itu disusun vertikal atau ditumpuk.

    Ganjal yang sempit, bergelombang atau bergigi kadang-kadang digunakan untuk mengurangi

    luasnya permukaan medan persentuhan antara kayu gergajian dan ganjal, sehingga dapat

    menjaga pembekasan ganjal pada tingkat minimal. Bangsal pengeringan alami yang

    dilengkapi dengan kipas angin atau pengeringan alami yang diberdayakan atau tanur

    pengering bertemperatur rendah merupakan cam yang sangat efektif dalam melindungi

    pembekasan ganjal pada bulan-bulan yang lebih hangat.

    Noda kimiawi coklat dapat dikurangi dengan menciptakan kondisi yang mendorong

    terjadinya pengeringan yang berlangsung cepat. Pengeringan alami secara cepat dapatdiciptakan dengan menjaga permukaan lapangan bebas dari tumbuh-tumbuhan atau

    penghalang lainnya. Di samping itu, juga dengan menggunakan pondasi tumpukan yang tinggi

    dan terbuka, menambah jarak antar baris-baris tumpukan, membuka unit-unit tumpukan

    dengan menambah papan pembuat spasi serta membangun lebih banyak cerobong asap

    dalam tumpukan yang disusun secara manual.

    5.9.2. Cacat yang dihasilkan oleh penularan fungi

    Fungi atau jamur merupakan tanaman berukuran renik (sangat kecil) yang tumbuhpada kayu dan memanfaatkan bagian kayu tersebut sebagai sumber makanannya. Jamur

    yang tumbuh mengakibatkan cacat kayu. Jamur ini dibedakan menjadi jamur penoda, jamur

    penyebab bulukan, dan jamur pembusuk.

    Jamur penoda berkembang luas pada kayu gubal baik kayu daun jarum maupun kayu

    daun lebar dan tampil dalam berbagai warna. Jamur yang disebut jamur penoda biru

    merupakan jamur yang paling umum dijumpai. Jamur penoda biru berpengaruh sangat sedikit

    terhadap sifat mekanika kayu, kecuali terhadap kekerasannya, tetapi sangat menurunkan

    kualitas kayu lewat perubahan warna kayu.

  • 8/17/2019 Pengeringan Kayu Secara Alami

    15/22

    Universitas Gadjah Mada 15

    Jamur penoda biru tampaknya berkembang pada pengeringan alami yang terhambat

    keberlangsungan prosesnya. Jamur ini selalu terjadi selama musim lembab yang hangat di

    setiap tahun. Noda ini muncul pada:

    1. kayu gergajian yang ditumpuk dalam tumpukan datar dan sekaligus berfungsi sebagai

    ganjal, saat kayu tersebut dalam kondisi segar

    2. kayu gergajian yang ditumpuk secara end recking dan crip pilling, yang pada tumpukan

    itu papan-papan kayu tersebut saling bersentuhan

    Kemungkinan munculnya jamur penoda biru dapat dikurangi dengan penggunaan

    ganjal sempit dan kering, serta dengan membuka lapangan dan tumpukan untuk

    mengusahakan agar pengeringan alami dapat berproses secara cepat. Pertumbuhan jamur

    pada kayu gergajian dapat dicegah dengan cam pengeringan yang kayu secara cepat

    sehingga berkadar air mencapai 20 persen atau kurang, kemudian menjaganya agar tetap

    kering.

    Karena kondisi pengeringan alami tidak selalu cocok untuk menghambat pertumbuhan

    fungi penoda, maka perlakuan kimiawi terhadap kayu segar yang baru saja ditebang sangatlah

    diperlukan. Perlakuan kimiawi ini dilakukan dengan mencelupkan kayu atau menyemprotnya

    dengan fungisida yang sesuai. Akan tetapi, apabila kayu gergajian telah tertulari oleh fungi,

    fungi tersebut mungkin telah melakukan penetrasi agak jauh di bawah permukaan papan,

    sehingga pencelupan tidak dapat sepenuhnya membunuh organisme tersebut.

    Manakala kayu gergajian dikering-alamikan secara lambat, bagian dalam kayu mungkin

    sudah terkena jamur penoda biru, meskipun bagian 'permukaan mungkin masih tampak bersihcemerlang. Tingkat keefektifan kemikalia tidak hanya bergantung pada perlakuan yang

    sesegera mungkin dan secukupnya, tetapi juga bergantung pada penanganan yang tepat

    terhadap kayu gergajian selama berada pada lapangan pengeringan. Lapangan pengeringan

    dan area penumpukan kayu hams dijaga agar sesehat dan sebersih mungkin untuk

    mengurangi kesempatan fungi untuk menular. Fungi ini berkembang biak melalui spora yang

    diproduksi pada permukaan kayu tatkala fungi telah mencapai tahap perkembangan tertentu.

    Spora ini terkandung dalam udara dan praktis selalu ada di udara. Mereka menyerang kayu

    segar yang barn raja digergaji dengan cara datang untuk berhinggap pada permukaan papan.Bila kondisi udara, kelembaban, dan temperatur sesuai, mereka berkembang cepat menjadi

     jamur. Jamur muds pada cairan sap dapat tumbuh pada temperatur 35-100 °F. Meskipun

    biasanya disebarkan oleh angin, spora dapat juga disebarkan oleh insekta, pada saat insekta

    membuat hang dalam kayu gubal, spora itu terbawa masuk ke dalam hang.

    Jamur penyebab bulukan juga berkembang biak oleh spora yang terbawa angin.

    Selama cuaca lembab dan hangat, jamur ini tumbuh pada permukaan kayu dan juga

    melakukan penetrasi terhadap kayu. Karena hifa atau penapaknya tidak berwarna, mereka

    tidak menodai kayu. Dengan demikian diskolorisasi (perubahan warna) pada permukaan kayu

  • 8/17/2019 Pengeringan Kayu Secara Alami

    16/22

    Universitas Gadjah Mada 16

    tidak disebabkan oleh hifa, melainkan disebabkan oleh badan buah. Di bawah kondisi tertentu,

     jamur pembuluk mungkin berkembang pada suatu titik dengan intensitas tertentu yang dapat

    menghambat sirkulasi udara pada bagian tertentu di dalam tumpukan dan oleh karena itu

    menghambat proses pengeringan. Tata cara yang digunakan untuk mengurangi dan

    mengendalikan jamur penyebab bulukan ini mirip dengan yang digunakan untuk pengengalian

     jamur penoda biru.

    Jamur pembusuk atau pelapuk disebabkan oleh fungi yang tidak hanya mewarnai kayu

    tetapi juga secara aktual merusak kayu. Organisme pembusuk, penoda biru, dan pembuluk,

    semuanya tumbuh dengan subur di bawah kondisi yang sama dalam hal kadar air, udara, dan

    temperatur. Meskipun demikian, jamur pembusuk mempersyaratkan tiga hal itu dengan agak

    longgar untuk tumbuh. Kayu gergajian segar mungkin ditulari oleh spora yang terkandung

    dalam udara atau dengan sentuhan dengan kayu gergajian atau ganjal yang telah terserang

     jamur pembusuk. Cara terbaik untuk melawan jamur pembusuk dengan mengeringkan secepat

    mungkin kayu gergajian menjadi berkadar air 20%. Dalam beberapa kasus, jamur pembusuk

    ini perlu diperlakukan dengan fungisida yang cocok.

    Jamur pembusuk seringkali muncul pada pohon yang masih hidup dan kayu gergajian

    yang dihasilkan dari log itu akan mengandung organisme pembusuk. Beberapa jamur

    pembusuk ini mungkin terus berkembang di dalam kayu selama pengeringannya.

    5.9.3. Cacat kayu yang disebabkan oleh serangan serangga

    Kayu di dalam setiap tingkat pengeringan, dari kondisi segar ke kondisi yang keringsepenuhnya, mungkin menjadi sasaran bagi serangan serangga. Tumpukan kayu dalam

    lapangan pengeringan alami sering kali diserang. Limbah, dalam bentuk kayu patahan atau

    ganjal, menyediakan tempat bagi berkembang-biaknya insekta yang kemudian akan menyebar

    ke dalam kayu.

    Penyemprotan kayu gelondong dengan insektisida yang sesuai akan mengendalikan

    insekta. Penambahan salah satu fungisida yang telah disebut terdahulu untuk mengendalikan

     jamur penoda, pembuluk, dan pembusuk kayu akan tetap menjaga kayu selalu mengkilap dan

    cemerlang.Serangga bubuk kayu menyerang kayu daun maupun kayu jarum, baik berkondisi

    potongan segar maupun kering udara, khususnya bagian kayu gubal. Adanya kerusakan

    diindikasikan oleh dua hal. Pertama, adanya lobang yang terdapat pada permukaan kayu dan

    menjadi pintu atau tempat munculnya serangga dewasa yang telah bersayap. Kedua, oleh

    adanya bubuk halus yang mungkin jatuh dari kayu. Sterilisasi kayu segar dalam uap jenuh

    (pengukusan) pada suhu 130 °F atau pada kelembaban relatif yang lebih rendah pada 180 °F

    selama 2 jam merupakan cara yang sangat efektif bagi kayu berketebalan 2,54 cm agar

    terhindar dari serangan bubuk kayu. Kayu yang lebih tebal memerlukan waktu pengukusan

  • 8/17/2019 Pengeringan Kayu Secara Alami

    17/22

    Universitas Gadjah Mada 17

    yang lebih lama. Karena kayu yang disterilisasi dari panas tidak akan melindungi kayu kayu dari

    serangan berikutnya, maka kesehatan lapangan yang relatif baik merupakan hal yang sangat

    penting dalam mengendalikan serangan yang dilakukan oleh insekta ini.

    5.9.4. Cacat yang disebabkan oleh penyusutan

    Ketika kayu gelondong digergaji menjadi kayu gergajian, maka dimulainya proses

    pengeringan dan diikuti dengan penumpukan pada pengeringan alami, penyusutan papan juga

    mulai berlangsung sesegera mungkin. Tegangan yang berlangsung pada mintakat (bagian)

    permukaan kayu gergajian oleh karena penyusutan, mungkin menyebabkan deformasi atau

    kerusakan. Karena besarnya penyusutan bervariasi dalam spesies kayu dan arah serat kayu

    gergajian maka perubahan ukuran kayu biasanya akan disertai dengan perubahan bentuk.

     Apabila tegangan melampaui kekuatan kayu, kerusakan akan berkembang menjadi berbagai

    cacat, seperti berbagai jenis retak, terbelah, dan pecah.

    Retak merupakan kerusakan kayu yang berkembang sepanjang serat karena tegangan

    pengeringan. Kerusakan akibat tegangan pengeringan ini terekspresi dalam tiga bentuk: retak

    ujung, retak permukaan, dan kayu-bagian-luar mengeras (case hardening). Beberapa kayu

    cenderung untuk mengalami retak lebih cepat dibanding dengan yang lain. Tendensi retak

    dapat dibedakan menjadi tiga kelas, yaitu rendah, sedang, dan tinggi.

    Retak ujung berasal dari permukaan ujung serat kayu dan muncul sebagai garisgaris

    radial mengarah kepada empulur atau hati kayu. Mereka terjadi pada tempat pertemuan antara

     jari-jari kayu dan sel-sel lain yang berdekatan atau di dalam jari-jari sel. Sekali retak ini mulaiterbentuk, mereka menjadi melebar dan akan berkembang menjadi terbelah oleh perluasan

    secara radial dan longitudinal. Retak permukaan merupakan pemisah yang sama pada kayu

    yang terkena tegangan pengeringn, tetapi mereka terjadi pada permukaan tangensial atau flat-

    grain. Mereka menjadi lebih panjang dengan perluasa pada arah longitudinal serat-serat kayu

    dan menjadi lebih dalam oleh perluasan dalam arah radial.

    Cuaca yang panas dan kering yang terjadi secara mendadak setelah penumpukan

    tampaknya merupakan penyebab retak. Retak ujung biasanya berkembang pertama kali,

    diikuti oleh retak permukaan. Retak ujung dan retak permukaan mungkin akan lebih banyakterjadi pada bagian itu dan pada tumpukan yang terdedah lebih penuh, yaitu tumpukan yang

    terdedah pada bagian ujung, bagian sanping, dan bagian atasnya. Bila tumpukan itu tidak

    diatapi, maka retak secara khusus akan lebih banyak terjadi pada permukaan yang lebih atas

    dan papan pada permukaan atas tumpukan.

    Retak ujung dan pecah ujung akan memaksa sortimen kayu untuk dipotong agar

    mendapatkan sortimen yang utuh. Pemotongan akan mengakibatkan pengurangan dan

    kehilangan panjang sortimen. Kehilangan panjang kayu sehubungan dengan retak ujung dan

  • 8/17/2019 Pengeringan Kayu Secara Alami

    18/22

    Universitas Gadjah Mada 18

    terbelah ujung dapat sangat serius, terutama dalam kayu gergajian yang berketebalan 3,2 cm

    atau lebih dan dalam kelas nilai yang lebih tinggi.

    Pelapisan ujung kayu sesegera mungkin setelah dipotong dalam arah panjang akan

    menghambat kecepatan proses pengeringan ujung. Faktor yang menjadi penyebab bagi

    kerusakan ini dapat dikurangi oleh perlakuan pelapisan ujung tersebut.

  • 8/17/2019 Pengeringan Kayu Secara Alami

    19/22

    Universitas Gadjah Mada 19

    Cacat pengerasan kayu bagian luar tidak begitu biasa terjadi dalam pengeringan alami

    bila dibandingkan dengan retak ujung dan retak permukaan. Meskipun demikian, cacat

    pengerasan kayu bagian luar atau retak- bagian-dalam kayu mungkin terjadi juga.

    Cacat pengerasan kayu bagian luar mungkin dihasilkan dari retak permukaan dan retak

    ujungyang telah tertutup pada bagian permukaannya, atau juga mungkin dihasilkan oleh

    kerusakan tank secara keseluruhan pada bagian-dalam-kayu. Beberapa retak ujung dan retak

    permukaan mungkin tidak menjadi serius bagi retak-retak itu, tetapi mereka dapat melakukan

    penetrasi dan melebar secara memanjang pada papan. Kadang-kadang kehadiran cacat

    pengerasan kayu bagian luar diindikasikan oleh depresi permukaan atau alur lekuk, tetapi

    biasanya cacat ini tidak dapat dideteksi. Cacat ini baru dapat dideteksi ketika sepotong

    sortimen kayu yang mengalami cacat itu dipoles atau digergaji. Pencegahan untuk melindungi

    retak ujung dan retak permukaan mungkin juga dapat digunakan untuk melindungi cacat

    pengerasan kayu bagian luar.

    Terbelah merupakan pemisahan serat secara radial dan longitudinal pada kayu. Pada

    umumnya, cacat ini terjadi secara radial. Mereka biasanya terletak pada akhir papan dan

    kadang-kadang terjadi di sepanjang dimensi panjang papan kayu gergajian, terutama di bagian

    yang berada di dekat persilangan dengan ganjal. Pembelahan di sepanjang ukuran panjang

    papan mungkin saja meluas, tetapi juga mungkin tidak meluas secara penuh menembus

    ketebalan sortimen.

    Seperti telah disebutkan, bahwa cacat terbelah pada umumnya dimulai dengan retak

    permukaan dan retak ujung. Cacat terbelah kadang-kadang berasosiasi dengan teganganlongitudinal yang ada di dalam kayu gelondong dan pada papan tatkala dirinya (kayu) digergaji

    dalam kondisi segar. Apabila retak menjadi penyebab awal, tegangan longitudinal akan

    menyebabkan cacat ini terbuka lebar dan berkembang sepanjang ukuran dimensi panjang

    sortimen. Panjangnya belahan mungkin bertambah oleh penanganan atau perencanaan yang

    buruk setelah proses pengeringan berlangsung.

    Pecah mempunyai kenampakan seperti retak permukaan dan cacat terbelah, tetapi

    pecah ini terbentuk secara berbeda. Pecah terjadi pada bagian kayu yang mengandung

    empulur atau pusat kayu. Pecah biasanya berkembang dari retak permukaan atau retak ujung,tetapi luasnya dan lebarnya yang menandai pecah itu disebabkan oleh perbedaan antara

    penyusutan tangensial dan radial.

    Pecah atau retak pada empulur pohon tidak selalu disebabkan oleh penyusutan, tetapi

    sering terjadi pada pohon dan pada kayu gelondong. Mereka merupakan hasil_ dari tegangan

    yang terjadi pada pohon hidup saat terdedah dan mungkin juga dipicu oleh angin. Tegangan

    yang terjadi pada pohon yang hidup itu dikenal dengan nama tegangan pertumbuhan.

    5.10. Beaya Pengeringan Alami

  • 8/17/2019 Pengeringan Kayu Secara Alami

    20/22

    Universitas Gadjah Mada 20

    Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menentukan besarnya biaya pengeringan

    secara alami bagi kayu gergajian. Penelitian dalam bentuk pengumpulan data tentang biaya

    tersebut merupakan hal yang bermanfaat bagi studi lapangan. Meskipun demikian,

    pengumpulan data ini mempunyai keterbatasan tersendiri dalam mencoba untuk menyajikan

    gambaran yang cukup berarti tentang ongkos pengeringan yang dapat diberlakukan secara

    umum. Hal itu terutama disebabkan karena faktor-faktor yang berpengaruh terhadap biaya

    pengeringan alami ini begitu banyak dan kompleks sifatnya. Di samping itu, kesulitan ini juga

    disebabkan oleh karena ketiadaan kriteria, baik kriteria umum maupun khusus untuk

    mengevaluasi ongkos (biaya) pengeringan tersebut.

    Berikut disajikan beberapa fakta untuk sekedar memberi contoh tentang kesulitan dan

    ketiadaan kriteria standar tersebut. Beberapa pegusaha memasukkan ongkos atau beaya

    persortasian kayu gergajian sebagai komponen biaya penggergajian, tetapi pengusaha yang

    lain memasukkannya sebagai bagian dari biaya pengeringan. Di scat yang lain, pengusaha

    tertentu memasukkan nilai kerugian yang disebabkan karena penurunan kualitas kayu sebagai

    komponen biaya pengeringan, sementara pengusaha yang lain lagi tidak bersikap demikian.

    Contoh lain masih banyak dan hal itu perlu direnungkan untuk dapat menyajikan secara jernih

    biaya pengeringan secara alami.

    Di samping adanya dua kendala di atas, penetapan biaya aktual pengeringan alami juga

    bervariasi terhadap banyak faktor. Faktor-faktor itu antara lain spesies kayu gergajian,

    ketebalan kayu, kondisi cuaca, lingkungan dan tats letak lapangan pengeringan, penanganan

    dan metode penumpukan, volume kayu, kadar air awal dan akhir yang ditargetkan bagi kayuyang dikeringkan, kapasitas lapangan pengeringan persatuan luas, dan penurunan kualitas

    kayu dan kehilangan panjang sortimen kayu yang diakibatkan carat pengeringan. Faktor yang

    lainnya meliputi biaya pembelian atau sewa lapangan pengeringan dan perbaikannya, jumlah

    investasi bagi pembangunan (pembuatan) pondasi tumpukan, atap, stiker, dan pelindung sinar

    matahari, pemeliharaan jalan dan peratusan (drainase), pembelian peralatan, pemeliharaan

    dan depresiasi. Upah pekerja dan pajak, asuransi, dan bunga bagi inventaris lapangan

    pengeringan juga bervariasi dari industri pengeringan yang satu terhadap yang lain.

  • 8/17/2019 Pengeringan Kayu Secara Alami

    21/22

    Universitas Gadjah Mada 21

    Dari berbagai data tentang biaya pengeringan secara alami yang telah

    dikumpulkannya, seorang pakar teknologi pengeringan kayu bernama D.D. Johnston dari

    British Forest Product Research Laboratory, mengajukan rumus untuk menentukan biaya

    pengeringan alami. Biaya tersebut merupakan perpaduan antara biaya pengoperasian

    pengeringan dan biaya yang hams ditanggung akibat kerugian oleh penurunan kualitas

    kayu. Adapun rumus yang diajukannya itu sebagai berikut:

    Biaya (Rp/m3) = {(C + T + L) r + C (x + y) + T (z) } t/K

    dengan keterangan:

    C = (Capital) investasi awal dalam pembuatan lapangan pengeringan (termasuk persiapan

    lapangan, pembuatan jalan, forklift, pondasi, ganjal, dan penutup tumpukan)

    T = (Timber) nilai kayu yang dikeringkan

    L = (Land) harga (sewa) lahan

    r = (rate) suku bunga di bank (nilai/100)

    x = penyusutan (depresiasi) (nilai/100)

    y = biaya pemeliharaan (nilai/100)

    z = asuransi dan biaya kantor (nilai/l 00)

    t = lama waktu (pemakaian) pengeringan rata-rata pertahun

    K = kapasitas lapangan pengeringan (m3)

    Untuk memahami tata dan cara menggunakan rumus tersebut dalam menentukan

    biaya pengeringan alami yang harus dibebankan pada setiap m3 kayu yang dikeringkan,

    berikut disampaikan contoh perhitungan.

    Contoh perhitungan dalam menentukan biaya pengeringan. Suatu industri

    pengeringan kayu secara alami mencatat komponen-komponen biaya pengeringan

    sebagai berikut:

    C = (investasi awal) Rp 30.000.000

    T = (nilai timber) Rp 300.000.000

    L = (harga lahan) Rp 5.000.000

    r = (suku bunga) 0.06x = (penyusutan = depresiasi) 0.15

    y = (biaya pemeliharaan) 0.10

    z = (asuransi) 0.01

    t = (durasi pemanfaatan pertahun) 9 bulan/12 bulan

    K = (kapasitas lapangan) 2.000.000 m3 

    Dengan data itu, maka biaya pengeringan almi dapat dihitung melalui mekanisme

    perhitungan sebagai berikut:

    Biaya (Rp/m3

    ) = (C + T + L) r + C (x + y) + T (z) ) t/K

    = (Rp 30.000.000 + Rp 300.000.000 + Rp 5.000.000) 0.06 + Rp 30.000.000 (0.15 + 0.10)

  • 8/17/2019 Pengeringan Kayu Secara Alami

    22/22

    Universitas Gadjah Mada 22

    + Rp 300.000.000 (0.01) ) (9 bulan pertahun / 2.000.000 m3)

    = { (Rp 335.000.000) 0.06 + Rp 30.000.000 (0.25) + Rp 300.000.000 (0.01) ) (9 bulan/12

    bulan) / 2.000.000 m3)

    = { (20.100.000 + Rp 7.500.000 + Rp 3.000.000) (0.75 / 2.000.000 m3)

    = {Rp 30.600.000) (0.75 / 2.000.0000 m3)

    = Rp 11.475 / m3

    Daftar Pertanyaan

    1. Uraikan pengertian anda mengenai pengeringan alami

    2. Sebutkan berbagai sasaran pengeringan alami

    3. Sebutkan keunggulan dan kelemahan pengeringan alami

    4. Urikan berbagai dasar proses pengeringan alami

    5. Sebutkanlah berbagai pertimbangan dalam memilih lapangan pengeringan

    6. Sebutkan berbagai cam dalam penumpukan kayu gergajian untuk pengeringan alami

    7. Sebutkan berbagi cara perlindungan ujung kayu yang akan dikeringkan

    8. Uraian cara merlindungi kayu setelah dikeringkan

    9. Sebutkan berbagai cacat pengeringan alami, penyebab dan pencegahannya

    10. Sebutkan berbagai faktor yang berpengaruh terhadap beaya pengeringan alami