58
Pengertian Asuransi - Hidup penuh dengan risiko yang terduga maupun tidak terduga, oleh karena itulah kita perlu memahami tentang asuransi. Beberapa kejadian alam yang terjadi pada tahun- tahun belakangan ini dan memakan banyak korban, baik korban jiwa maupun harta, seperti mengingatkan kita akan perlunya asuransi. Bagi setiap anggota masyarakat termasuk dunia usaha, resiko untuk mengalami ketidakberuntungan (misfortune) seperti ini selalu ada (Kamaluddin:2003). Dalam rangka mengatasi kerugian yang timbul, manusia mengembangkan mekanisme yang saat ini kita kenal sebagai asuransi. Fungsi utama dari asuransi adalah sebagai mekanisme untuk mengalihkan resiko (risk transfer mechanism), yaitu mengalihkan resiko dari satu pihak (tertanggung) kepada pihak lain (penanggung). Pengalihan resiko ini tidak berarti menghilangkan kemungkinan misfortune, melainkan pihak penanggung menyediakan pengamanan finansial (financial security) serta ketenangan (peace of mind) bagi tertanggung. Sebagai imbalannya, tertanggung membayarkan premi dalam jumlah yang sangat kecil bila dibandingkan dengan potensi kerugian yang mungkin dideritanya (Morton:1999). Pada dasarnya, polis asuransi adalah suatu kontrak yakni suatu perjanjian yang sah antara penanggung (dalam hal ini perusahaan asuransi) dengan tertanggung, dimana pihak penanggung bersedia menanggung sejumlah kerugian yang mungkin timbul dimasa yang akan datang dengan imbalan pembayaran (premi) tertentu dari tertanggung.

Pengertian Asuransi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pengertian Asuransi

Pengertian Asuransi - Hidup penuh dengan risiko yang terduga maupun tidak terduga, oleh karena itulah kita perlu memahami tentang asuransi. Beberapa kejadian alam yang terjadi pada tahun-tahun belakangan ini dan memakan banyak korban, baik korban jiwa maupun harta, seperti mengingatkan kita akan perlunya asuransi. Bagi setiap anggota masyarakat termasuk dunia usaha, resiko untuk mengalami ketidakberuntungan (misfortune) seperti ini selalu ada (Kamaluddin:2003). Dalam rangka mengatasi kerugian yang timbul, manusia mengembangkan mekanisme yang saat ini kita kenal sebagai asuransi.

Fungsi utama dari asuransi adalah sebagai mekanisme untuk mengalihkan resiko (risk transfer mechanism), yaitu mengalihkan resiko dari satu pihak (tertanggung) kepada pihak lain (penanggung). Pengalihan resiko ini tidak berarti menghilangkan kemungkinan misfortune, melainkan pihak penanggung menyediakan pengamanan finansial (financial security) serta ketenangan (peace of mind) bagi tertanggung. Sebagai imbalannya, tertanggung membayarkan premi dalam jumlah yang sangat kecil bila dibandingkan dengan potensi kerugian yang mungkin dideritanya (Morton:1999).

Pada dasarnya, polis asuransi adalah suatu kontrak yakni suatu perjanjian yang sah antara penanggung (dalam hal ini perusahaan asuransi) dengan tertanggung, dimana pihak penanggung bersedia menanggung sejumlah kerugian yang mungkin timbul dimasa yang akan datang dengan imbalan pembayaran (premi) tertentu dari tertanggung.

Menurut Undang-Undang No. 2 Tahun 1992, yang dimaksud dengan asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri pada tertanggung, dengan menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian pada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.

Agar suatu kerugian potensial (yang mungkin terjadi) dapat diasuransikan (insurable) maka harus memiliki karakteristik: 1) terjadinya kerugian mengandung ketidakpastian, 2) kerugian harus dibatasi, 3) kerugian harus signifikan, 4) rasio kerugian dapat terprediksi dan 5) kerugian tidak bersifat katastropis (bencana) bagi penanggung.

Page 2: Pengertian Asuransi

Timbul pertanyaan; kematian adalah sesuatu yang pasti, mengapa bisa diasuransikan? Meski merupakan sesuatu yang mengandung kepastian, namun kapan tepatnya saat kematian seseorang berada diluar kendali orang tsb. Sehingga saat terjadinya peristiwa kematian yang betul-betul mengandung ketidakpastian inilah yang menyebabkannya insurable.

Ada dua bentuk perjanjian dalam menetapkan jumlah pembayaran pada saat jatuh tempo asuransi yaitu: kontrak nilai (valued contract) dan kontrak indemnitas (contract of indemnity). Kontrak nilai adalah perjanjian dimana jumlah pembayarannya telah ditetapkan dimuka. Misal, nilai Uang Pertanggungan (UP) pada asuransi jiwa. Kontrak indemnitas adalah perjanjian yang jumlah santunannya didasarkan atas jumlah kerugian finansial yang sesungguhnya. Misal, biaya perawatan rumah sakit.

Dalam hal perusahaan Asuransi berusaha menekan kemungkinan kerugian yang fatal/besar, maka dapat mengalihkan resiko kepada perusahaan asuransi lain. Hal ini disebut reasuransi; perusahaan yang menerima reasuransi dinamakan reasuradur.

Selain kelima karakteristik diatas, sebelum dapat diasuransikan, maka perusahaan asuransi harus mempertimbangkan insurable interest dan anti seleksi. Insurable interest berkaitan dengan hubungan antara tertanggung dengan penerima santunan/manfaat – dalam hal terjadi kerugian potensial. Contoh, perusahaan asuransi tidak akan menjual polis asuransi kebakaran kepada pihak selain pemilik gedung yang diasuransikan. Insurable interest dlm contoh ini adalah kepemilikan thd sesuatu yang diasuransikan. Begitu pula hubungan keluarga, keterkaitan financial yang beralasan, juga merupakan bentuk insurable interest. Yang dimaksud anti seleksi (kontra seleksi) mengacu pada adanya kecenderungan lebih besar untuk ikut asuransi karena memiliki tingkat resiko diatas rata-rata. Contoh, orang yang memiliki catatan kesehatan buruk atau resiko pekerjaan berbahaya cenderung mau membeli asuransi. Untuk mengurangi akibat anti seleksi, perusahaan asuransi harus dapat mengidentifikasi dan mengklasifikasi potensi resiko atau kerugian. Proses identifikasi dan klasifikasi tingkat resiko itu disebut underwriting atau seleksi resiko. Namun bukan berarti anti seleksi menyebabkan pengajuan asuransinya ditolak, karena bagi tertanggung dengan resiko kerugian diatas rata-rata dapat dikenakan premi sub standar (premi khusus) disebabkan resikonya sub standar (resiko khusus) kecuali jika kemungkinan kerugiannya jauh lebih tinggi, mungkin permohonan asuransinya ditolak.

Sejarah Asuransi

Asuransi berasal mula dari masyarakat Babilonia 4000-3000 SM yang dikenal dengan perjanjian Hammurabi. Kemudian pada tahun 1668 M di Coffee House London berdirilah Lloyd of London sebagai cikal bakal asuransi konvensional. Sumber hukum asuransi adalah hukum positif, hukum alami dan contoh yang ada sebelumnya sebagaimana kebudayaan.

Asuransi membawa misi ekonomi sekaligus sosial dengan adanya premi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi dengan jaminan adanya transfer of risk, yaitu pengalihan (transfer) resiko dari tertanggung kepada penanggung. Asuransi sebagai mekanisme pemindahan resiko dimana individu atau business memindahkan sebagian ketidakpastian sebagai imbalan pembayaran

Page 3: Pengertian Asuransi

premi. Definisi resiko disini adalah ketidakpastian terjadi atau tidaknya suatu kerugian (the uncertainty of loss).

Asuransi di Indonesia berawal pada masa penjajahan Belanda, terkait dengan keberhasilan perusahaan dari negeri tersebut di sektor perkebunan dan perdagangan di Indonesia. Untuk memenuhi kebutuhan jaminan terhadap keberlangsungan usahanya, tentu diperlukan adanya asuransi. Perkembangan industri asuransi di Indonesia sempat vakum selama masa penjajahan Jepang.

Kebutuhan Jaminan yang Dapat Dipenuhi oleh Asuransi Jiwa

1) Kebutuhan Pribadi, meliputi: penyediaan biaya-biaya hidup final seperti biaya yang berkaitan dengan kematian, biaya pembayaran tagihan berupa hutang atau pinjaman yang harus dilunasi; tunjangan keluarga; biaya pendidikan; dan uang pensiun. Selain itu, polis asuransi jiwa yang memiliki nilai tunai dapat digunakan sebagai tabungan maupun investasi.

2) Kebutuhan Bisnis, seperti: insurance on key persons (asuransi untuk orang-orang penting dalam perusahaan); insurance on business owners (asuransi untuk pemilik bisnis); employee benefit (kesejahteraan karyawan) contohnya asuransi jiwa dan kesehatan kumpulan.

sumber : Morton, G. (1999). Principles of Life and Health Insurance. LOMA.

Tags: pengertian asuransi umum, pengertian hukum asuransi, sejarah asuransi, pengertian asuransi kesehatan, pengertian asuransi syariah, pengertian asuransi jiwa, pengertian asuransi konvensional

Page 4: Pengertian Asuransi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jiwa seseorang dapat diasuransikan untuk keperluan orang yang berkepentingan, baik untuk selama hidupnya maupun untuk waktu yang ditentukan dalam perjanjian. Orang yang berkepentingan dapat mengadakan asuransi itu bahkan tanpa diketahui atau persetujuan orang yang diasuransikan jiwanya.

Jadi setiap orang dapat mengasuransikan jiwanya, asuransi jiwa bahkan dapat diadakan untuk kepentingan pihak ketiga. Asuransi jiwa dapat diadakan selama hidup atau selama jangka waktu tertentu yang dtetapkan dalam perjanjian.

Pihak-pihak yang mengikatkan diri secara timbal balik itu disebut penanggung dan tertanggung. Penanggung dengan menerima premi memberikan pembayaran, tanpa menyebutkan kepada orang yang ditunjuk sebagai penikmatnya.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Asuransi Jiwa

1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992

Dalam Undang Nomor 2 Tahun 1992, dirumuskan definisi asuransi yang lebih lengkap jika dibandingkan dengan rumusan yang terdapat dalam Pasal 246 KUHD. Menurut ketentuan Pasal 1 angka (1) Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992:

“Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara 2 (dua) pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau taggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dan suatu peristiwa tidak pasti atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas rneninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.

Ketentuan Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 ini mencakup 2 (dua) jenis asuransi, yaitu:

a. Asuransi kerugian (loss insurance), dapat diketahul dan rumusan:

“untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang dmarapkan, atau tanggung jawab hukuin kepada pihak ket/ga yang rnungkin ahan diderita oleh terlanggung”.

Page 5: Pengertian Asuransi

b. Ansuransi jumlah (sum insurance), yang meliputi asuransi jiwa dan asuransi sosial, dapat diketahui dari rumusan:

“untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.”

Dalam hubungannya dengan asuransi jiwa maka fokus pembahasan diarahkan pada jenis asuransi, butir (b). Apabila Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 di persempit hanya melingkupi jenis asuransi jiwa, maka urusannya adalah:

“Asuransi jiwa adalah perjanjian, antara 2 (dua) pihak atau lebih dengan mana pihak Penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang diasuransikan.”

Definisi inilah yang akan dijadikan titik tolak pembahasan asuransi jiwa selanjutnya.

Sebelum berlakunya Undang Nomor 2 Tahun 1992, asuransi jiwa diatur dalam Ordonantie op het Levensverzekering Bedrijf (Staatsblad Nomor 101 Tahun 1941). Menurut ketentuan Pasal 1 ayat (1) huruf Ordonansi tersebut:

“Ovoroenkomstem van levensvorzekering de overeenkomsten tot het doon van geldelijke uitkeringen, tegen genot van premie en in verband met het leven of den dood van den menschs. Overeenkomsten van herverzekering daaronder begrepen, met dien verstande, dat overeenkomsten van ongevallenverzokerinq niet als overeenkomsten van levensverzekerinq worden berschouwd”.

Terjemahnnnya.

“Asuransi jiwa adalah perjanjian untuk membayar sejumlah uang karena telah diterimanya premi yang herhubungan dengan hidup atau matinya seseorang, rensuransi termasuk di dalamnya, sedangkan asuransi kecelakaan tidak termasuk dalam asuransi jiwa”.

Dalam Pasal 27 Undang Nomor 2 Tahun 1992 ditentukan bahwa dengan berlakunya undang-undang ini, maka Ordonantie op het Levens Verzekering Bedrijf dinyatakan tidak berlaku lagi. Adapun yang dimaksud dengan ‘undang-undang ini’ adalah Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992. Oleh karena itu, tidak perlu lagi membahas asuransi jiwa berdasarkari Ordonansi ini karena sudah tidak berlaku lagi, dan pengertian asuransi jiwa sudah tercakup dalam Pasal 1 angka (1) nomor 2 Undang-Undang Tahun 1992.

2. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD)

Dalam KUHD asuransi jiwa diatur dalam Buku 1 Bab X pasal 302. pasal 308 KUHD. Jadi hanya 7 (tujuh) pasa. Akan tetapi tidak 1 (satu) pasalpun yang memuat rumusan definisi asuransi jiwa. Dengan demikian sudah tepat jlka definisi asuransi dalam Pasat 1 angka (1) Undang-Undang

Page 6: Pengertian Asuransi

Nomor 2 Tahun 1992 dijadikan titik totak pembahasan dan ini ada hubungannya dengan ketentuan Pasal 302 dan Pasal 303 KUHD yang membolehkan orang mengasuransikan jiwanya.

Menurut ketentuan Pasal 302 KUHD:

“Jiwa seseorang dapat diasuransikan untuk keperluan orang yang berkepentingan, baik untuk selama hidupnya maupun untuk waktu yang ditentukan dalam perjanjian”.

Selanjutnya, dalam Pasal 303 KUHD ditentukan:

“Orang yang berkepentingan dapat mengadakan asuransi itu bahkan tanpa diketahui atau persetujuan orang yang diasuransikan jiwanya”.

Berdasarkan kedua pasal tersebut, jelaslah bahwa setiap orang dapat mengasuransikan jiwanya, asuransi jiwa bahkan dapat diadakan untuk kepentingan pihak ketiga. Asuransi jiwa dapat diadakan selama hidup atau selama jangka waktu tertentu yang dtetapkan dalam perjanjian.

Sehubungan dengan uraian pasal-pasal perundang-undangan di atas, Purwosutjipto memperjelas lagi pengertian asuransi jiwa dengan mengemukakan definisi:

“Pertanggungan jiwa adalah perjanjian timbal balik antara penutup (pengambil) asuransi dengan penanggung, dengan mana penutup (pengambil) asuransi mengikatkan diri selama jalannya pertanggungan membayar uang premi kepada penanggung, sedangkan penanggung sebagai akibat langsung dan meninggalnya orang yang jiwanya dipertanggungkan atau telah lampaunya suatu jangka waktu yang diperjanjikan, mengikatkan diri untuk membayar sejumlah uang tertentu kepada orang yang ditunjuk oleh penutup (pengambil) asuransi sebagai penikmatnya”.

Dalam rumusan definisinya, Purwosutjipto menggunakan istilah “penutup (pengambil) asuransi dan penangung.

Definisi Purwosutjipto berbeda dengan definisi yang terdapat dalam Pasal angka (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1 92. Perbedaan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 dengan tegas di nyatakan bahwa pihak-pihak yang mengikatkan diri secara timbal balik itu disebut penanggung dan tertanggung, sedangkan Purwosutjipto menyebutnya penutup (pengambil) asuransi dan penanggung.

b. Dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 dinyatakan bahwa “penanggung dengan menerima premi memberikan pembayaran”, tanpa menyebutkan kepada orang yang ditunjuk sebagai penikmnya. Purwosutjipto menyebutkan membayar l orang yang ditunjuk oleh penutup (pengambil) asuransi sebagai penikmatnya. Kesannya hanya untuk asuransi jiwa selama hidup, tidak termasuk untuk yang berjangka waktu tertentu.

2.2 Polis Asuransi jiwa

Page 7: Pengertian Asuransi

Bentuk dan isi Polis

Sesuai dengan ketentuan Pasal 255 KUHD, asruransi jiwa harus diadakan secara tertulis dengan bentuk akta yang disebut polis. Menurut ketentuan pasal 304 KUHD, polis asuransi jiwa memuat:

a. Hari diadakan asuransi;

b. Nama tertanggung;

c. Nama orang yang jiwanya diasuransikan;

d. Saat mulai dan berakhirnya evenemen;

e. Jumlah asuransi;

f. Premi asuransi.

Akan tetapi, mengenai rancangan jumlah dan penentuan syarat-syarat asuransi sama sekali bergantung pada persetujuan antara kedua pihak (Pasal 305 KUHD).

a. Hari diadakan asuransi

Dalam polis harus dicantumkan hari dan tanggal diadakan asuransi. Hal ini penting untuk mengetahui kapan asuransi itu mulai berjalan dan dapat diketahui pula sejak hari dan tanggal itu risiko menjadi beban penanggung.

b. Nama tertanggung

Dalam polis harus dicantumkan nama tertanggung sebagai pihak yang wajib membayar premi dan berhak menerima polis. Apabila terjadi evenemen atau apabila jangka waktu berlakunya asuransi berakhir, tertanggung berhak menerima sejumlah uang santunan atau pengembalian dari penanggung. Selain tertanggung, dalam praktik asuransi jiwa dikenal pula penikmat (beneficiary). yaitu orang yang berhak menerima sejumlah uang tertentu dan penanggung karena ditunjuk oleh tertanggung atau karena ahli warisnya, dan tercantum dalam polis. Penikmat berkedudukan sebagai pihak ketiga yang berkepentingan.

c. Nama orang yang jiwanya diasuransikan

Objek asuransi jiwa adalah jiwa dan badan manusia sebagai satu kesatuan. Jiwa tanpa badan tidak ada, sebaliknya badan tanpa jiwa tidak ada arti apa-apa bagi asuransi Jiwa. Jiwa seseorang merupakan objek asuransi yang tidak berwujud, yang hanya dapat dlkenal melalui wujud badannya. Orang yang punya badan itu mempunyai nama yang jiwanya diasuransikan, baik sebagai pihak tertanggung ataupun sebagai pihak ketiga yang berkepentingan. Namanya itu harus dicantumkan dalam polis. Dalam hal ini, tertanggung dan orang yang jiwanya diasuransikan itu berlainan.

Page 8: Pengertian Asuransi

d. Saat mulai dan berakhirriya evenemen

Saat mulai dan berakhirnya evenemen merupakan jangka waktu berlaku asuransi. artinya dalam jangka waktu itu risiko menjadi beban penanggung, misalnya mulai tanggal 1 januari 1990 sampai tanggal 1 Januari 00, apabila dalam jangka waktu itu terjadi evenemen, maka penanggung berkewajiban membayar santunan kepada tertanggung atau orang yang ditunjuk sebagai penikmat (beneficiary).

Jumlah Asuransi

Jumlah asuransi adalah sejumlah uang tertentu yang diperjanjikan pada saat diadakan asuransi sebagai jumlah santunan yang wajib dibayar oleh penanggung kepada penikmat dalam hal terjadi evenemen, atau pengembalian kepada tertanggung sendiri dalam hal berakhirnya jangka waktu asuransi tanpa terjadi evenemen. Menurut ketentuan Pasal 305 KUHD, perkiraan jumlah dan syarat-syarat asuransi sama sekali ditentukan oleh perjanjian bebas antara tertanggung dan penanggung. Dengan adanya perjanjian bebas tersebut, asas kepentingan dan asas keseimbangan alam.asuransi jiwa dikesampingkan.

Premi Asuransi

Premi asuransi adalah sejumlah uang yang wajib dibayar oleh tertanggung kepada penanggung setiap jangka waktu tertentu, biasanya setiap bulan selama asuransi berlangsung. Besarnya jumlah premi asuransi tergantung pada jumlah asuransi yang disetujui oleh tertanggung pada saat diadakan asuransi.

Penanggung, Tertanggung, Penikmat

Dalam hukum asuransi minimal terdapat 2 (dua) pihak, yaitu penanggung dan tertanggung. Penanggung adalah pihak yang menanggung beban risiko sebagai imbalan premi yang diterimanya dari tertanggung. Jika terjadi evenemen yang menjadi beban penanggung, maka penanggung berkewajiban mengganti kerugian. Dalam asuransi jiwa, jika terjadi evenemen matinya tertanggung, maka penanggung wajib membayar uang santunan, atau jika berakhirnya jangka waktu usuransi tanpu terjadi evenemen, maka penanggung wajib membayar sejumlah uang pengembalian kepada tertanggung. Penanggung adaiah Perusahaan Asuransi Jiwa yang memberikan jasa dalam penanggulanggan risiko yang dikaitkan dengan hidup atau matinya seseorang yang diasuransikan. Perusahaan Asuransi Jiwa merupakan badan hukum milik swasta atau badan hukum milik negara.

Asuransi dapat juga diadakan untuk kepentingan pihak ketiga dan ini harus dicantumkan dalam polis. Menurut teori kepentingan pihak ketiga (the third party interest theory), dalam asuransi jiwa, pihak ketiga yang berkepentingan itu disebut penikmat. Penikmat ini dapat berupa orang yang ditunjuk oieh tentanggung atau ahli waris tertanggung. Munculnya penikmat ini apabila terjadi evenemen meninggalnya tertanggung. Dalam hal ini, tertanggung yang meninggal itu tidak mungkin dapat menikmati santunan, tetapi penikmat yang ditunjuk atau ahli waris tertanggunglah sebagai yang berhak menikmati santunan. Akan tetapi, bagaimana halnya jika asuransi itu berakhir tanpa terjadi evenemen meninggalnya tertanggung?. Dalam hal ini

Page 9: Pengertian Asuransi

tertanggung sendiri yang berkedudukan sebagai penikmat karena dia sendiri masih hidup dan berhak menikmati pengembalian sejumlah uang yang dibayar oleh penanggung.

Apabila tertanggung bukan penikmat, maka hal ini dapat disamakan dengan asuransi jiwa untuk kepentingan pihak ketiga. Penikmat selaku pihak ketiga tidak mempunyai kewajiban membayar premi terhadap penanggung. Asuransi diadakan untuk kepentingannya, tetapi tidak atas tanggung jawabnya. Apabila tertanggung mengasuransikan jiwanya sendiri, maka tentanggung sendiri berkedudukan sebagai penikmat yang berkewajiban membayar premi kepada penanggung. Dalam hal ini tertanggung adalah pihak dalam asuransi dan sekaligus penikmat yang berkewajiban membayar premi kepada penanggung. Asuransi jiwa untuk kepentingan pihak ketiga (penikmat) harus dicantumkan dalam polis.

2.3 Evenemen Dan Santunan

1. Evenemen dalam Asuransi Jiwa

Dalam Pasal 304 KUHD yang mengatur tentang isi polis, tidak ada ketentuan keharusan mencantumkan evenemen dalam polis asuransi jiwa berbeda dengan asuransi kerugian, Pasal 256 ayat (1) KUHD mengenai isi polis mengharuskan Pencantuman bahaya-bahaya yang menjadi beban penanggung. Mengapa tidak ada keharusan mencantumkan bahnya yang menjadi beban penanggung dalam polis asuransi jiwa?. Dalam asuransi jiwa yang dimaksud dengan hahaya adalah meninggalnya orang yang jiwanya diasuransikan. Meninggalnya seseorang itu merupakan hal yang sudah pasti, setiap makhluk bernyawa pasti mengalami kematian. Akan tetapi kapan meninggalnya seseorang tidak dapat dipastikan. lnilah yang disebut peristiwa tidak pasti (evenemen) dalam asuransi jiwa.

Evenemen ini hanya 1 (satu), yaitu ketidak pastian kapan meniggalnya seseorang sebagai salah satu unsur yang dinyatakan dalam definisi asuransi jiwa. Karena evenemen ini hanya 1 (satu), maka tidak perlu di cantumkan dalam polis. Ketidakpastian kapan meninggalnya seorang tertanggung atau orang yang jiwanya diasuransikan merupakan risiko yang menjadi beban penanggung dalam asuransi jiwa. Evenemen meninggalnya tertanggung itu bersisi 2 (dua), yaitu meninggalnya itu benar-benar terjadi dalam jangka waktu asuransi, dan benar-benar tidak terjadi sampai jangka waktu asuransi berakhir. Kedua-duanya menjadi beban penanggung.

2. Uang Santunan dan Pengembalian

Uang santunan adalah sejumlah uang yang wajib dibayar oleh penanggung kepada penikmat dalam hal meninggalnya tertanggung sesuai dengan kesepakatan yang tercantum dalam polis. Penikmat yang di maksud adalah orang yang ditunjuk oleh tertanggung atau orang yang menjadi ahli warisnya sebagai yang berhak menerima dan menikmati santunan sejumlah uang yang dibayar oleh penanggung. Pembayaran santunan merupakan akibat terjadinya peristiwa, yaitu meninggalnya tertanqgung dalam jangka waktu berlaku asuransi jiwa.

Akan tetapi, apabila sampai berakhirnya jangka waktu asuransi jiwa tidak terjadi peristiwa meninggalnya tertanggung, maka tertanggung sebagai pihak dalam asuransi jiwa, berhak

Page 10: Pengertian Asuransi

memperoleh pengembalian sejumlah uang dan penanggung yang jumlahnya telah ditetapkan berdasarkan perjanjian dalam hal ini terdapat perbedaan dengan asuraransi kerugian. Pada asuransi kerugian apabila asuransi berakhir tanpa terjadi evenemen, premi tetap menjadi hak penanggung, sedangkan pada asuransi jiwa, premi yang telah diterima penanggung dianggap sebagai tabungan yang dikembalikan kepada penabungnya, yaitu tertanggung.

2.4 Asuransi Jiwa Berakhir

FOREDI UNTUK TAHAN LAMA SEX REKOMENDASI BOYKE!

MAU GAJI 20 JUTA ? KERJA 2 JAM MODAL CUMA 95RIBU

FOREDI ATASI EJAKULASI DINI BIKIN ISTRI KETAGIHAN!

TAMBAH UKURAN VITAL METODE ARAB SUDAN

EREKSI LEBIH KENCENG & TAHAN LAMA SEX, MAU?

INVESTASI 95 RIBU HASIL 30 JUTA/BULAN, MAU ?

LOWONGAN KERJA ONLINE 2012 CARA PEMULA DAPAT UANG DARI INTERNET

LOWONGAN KERJA TERBARU ! JADILAH JUTAWAN BARU DARI BISNIS TIKET PESAWAT

Peluang Bisnis Syariah 2013 PENGISI ATM FULL OTOMATIS

KumpulBlogger.com

1. Karena Terjadi Evenemen

Dalam asuransi jiwa, satu-satunya evenemen yang menjadi beban penanggung adalah meninggalnya tertanggung. Terhadap evenemen inilah diadakan asuransi jiwa antara tertanggung dan penanggung. Apabila dalam jangka waktu yang diperjanjikan terjadi peristiwa meninggalnya tertanggung, maka penanggung berkewajiban membayar uang santunan kepada penikmat yang ditunjuk oleh tertanggung atau kepada ahli warisnya. Sejak penanggung melunasi pembayaran uang santunan tersebut, sejak itu pula asuransi jiwa berakhir.

Apa sebabnya asuransi jiwa berakhir sejak pelunasan uang santunan, bukan sejak meninggalnya tertanggung (terjadi evenemen)? Menurut hukum perjanjian, suatu perjanjian yang dibuat oleh pihak-pihak berakhir apabila prestasi masing-masing pihak telah dipenuhi. Karena asuransi jiwa adalah perjanjian, maka asuransi jiwa berakhir sejak penanggung melunasi uang santunan sebagai akibat dan meninggalnya tertanggung. Dengan kata lain, asuransi jiwa berakhir sejak terjadi evenemen yang diikuti dengan pelunasan klaim.

2. Karena Jangka Waktu Berakhir

Page 11: Pengertian Asuransi

Dalam asuransi jiwa tidak selalu evenemen yang menjadi beban penanggung itu terjadi bahkan sampai berakhirnya jangka waktu asuransi. Apabila jangka waktu berlaku asuransi jiwa itu habis tanpa terjadi evenemen, niaka beban risiko penanggung berakhir. Akan tetapi, dalam perjanjian ditentukan bahwa penanggung akan mengembalikan sejumtah uang kepada tertanggung apabila sampai jangka waktu asuransi habis tidak terjadi evenemen. Dengan kata lain, asuransi jiwa berakhir sejak jangka waktu berlaku asuransi habis diikuti dengan pengembalan sejumlah uang kepada tertanggung.

3. Karena Asuransi Gugur

Menurut ketentuan Pasal 306 KUHD:

“Apabila orang yang diasuransikan jiwanya pada saat diadakan asuransi ternyata sudah meninggal, maka asuransinya gugur, meskipun tertanggung tidak mengetahui kematian tersebut, kecuali jika diperjanjikan lain”,

Kata-kata bagian akhir pasal ini “kecuali jika diperjanjiknn lain” memberi peluang kepada pihak-pihak untuk memperjanjikan menyimpang dari ketentuan pasal ini, misalnya asuransi yang diadakan untuk tetap dinyalakan sah asalkan tertanggung betul-betul tidak mengetahui telah meninggalnya itu. Apablia asuransi jiwa itu gugur, bagaimana dengan premi yang sudah dibayar karena penanggung tidak menjalani risiko? Hal ini pun diserahkan kepada pihak-pihak untuk memperjanjikannya. Pasal 306 KUHD ini mengatur asuransi jiwa untuk kepentingan pihak ketiga.

Dalam Pasal 307 KUHD ditentukan:

“Apabila orang yang mengasuransikan jiwanya bunuh diri, atau dijatuhi hukuman mati, maka asuransi jiwa itu gugur”.

Apakah masih dimungkinkan penyimpangan pasal ini?. Menurut Purwosutjipto, penyimpangan dari ketentuan ini masih mungkin, sebab kebanyakan asuransi jiwa ditutup dengan sebuah klausul yang membolehkan penanggung melakukan prestasinya dalam hal ada peristiwa bunuh diri dan badan tertanggung asalkan peristiwa itu terjadi sesudah lampau waktu 2 (dua) tahun sejak diadakan asuransi. Penyimpangan ini akan menjadikan asuransi jiwa lebih supel lagi.

4. Karena Asuransi Dibatalkan

Asuransi jiwa dapat berakhir karena pembatalan sebelum jangka waktu berakhir. Pembatalan tersebut dapat terjadi karena tertanggung tidak melanjutkan pembayaran premi sesuai dengan perjanjian atau karena permohonan tertanggung sendiri. Pembatalan asuransi jiwa dapat terjadi sebelum premi mulai dibayar ataupun sesudah premi dibayar menurut jangka waktunya. Apabila pembatalan sebelum premi dibayar, tidak ada masalah. Akan tetapi, apabila pembatalan setelah premi dibayar sekali atau beberapa kali pembayaran (secara bulanan), bagaimana cara penyelesaiannya? Karena asuransi jiwa didasarkan pada perjanjian, maka penyelesaiannya bergantung juga pada kesepakatan pihak-pihak yang dicantumkan dalam polis

Page 12: Pengertian Asuransi

Diposkan oleh Caray

Label: Hukum, makalah

BAB I

Page 13: Pengertian Asuransi

PENDAHULUAN

 

1. A.    LATAR BELAKANG

Resiko dimasa datang dapat terjadi terhadap kehidupan sesorang misalnya kematian, sakit atau resiko dipecat dari pekerjaannya. Dalam dunia bisnis resiko yang dihadapi dapat berupa resiko kerugian akibat kebakaran, kerusakan atau kehilangan atau resiko lainnya. Oleh karena itu setiap resiko yang akan dihadapi harus ditanggulangi sehingga tidak menimbulkan kerugian yang lebih besar lagi.

Untuk mengurasngi resiko yang tidak diinginkan dimasa yang akan datnag, seperti resiko kehilangan, resiko kebakaran, resiko macetnya pinjaman kredit bank atau resiko laiinnya, maka diprlukan perusahaan yang mau menanggung rediko tersebut. Adalah perusahaan asuransi yang mau menanggung resiko yang bakal dihadapi nasabahnya baik perorangan maupun badan usaha. Hal ini disebabkan perusahaan asuransi merupakan perusahaan yang melakukan usaha pertanggung jawaban terhadap resiko yang akan dihadapi oleh nasabahnya.

1. RUMUSAN MASALAH 1. Pengertian dari Asuransi?2. Tujuan dan jenis – jenis dari asuransi?3. Terjadinya dan Berakhirnya Asuransi?

BAB II

PEMBAHASAN

A.        Pengertian Asuransi

Didalam pasal 246 Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) disebut bahwa, “Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian dengan mana seorang penangung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu Premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapakan, yang mungkin akan diderita karena suatu peristiwa yang tak tertentu.”

Menurut Wirdjono Prodjodikoro dalam bukunya Hukum Asuransi di Indonesia, asuransi adalah suatu persetujuan dimana pihak yang menjamin berjanji kepada pihak yang dijamin, untuk menerima sejumlah uang premi sebagai pengganti kerugian, yang mungkin akan diderita oleh yang dijamin, karena akibat dari suatu peristiwa yang belum jelas.

D.S. Hansell dalam bukunya Elements of Insurance menayatakan bahwa asuransi selalu berkaitan dengan resiko (Insurance is to do with risk).

Menurut Robert I. Mehr dan Emerson Cammack, dalam bukunya Principles of Insurance menyatakan bahwa suatu pengalihan resiko (transfer of risk) disebut asuransi.

Page 14: Pengertian Asuransi

Berdasaarkan pengertian pasal 246 KUHD dapat disimpulkan ada tiga unsur dalam Asuransi, yaitu:

1. Pihak tertanggung, yakni yang mempunyai kewajiban membayar uang premi kepada pihak penanggung baik sekaligus atau berangsur-angsur

2. Pihak penanggung, mempunyai kewajiban untuk membayar sejumlah uang kepada pihak tertanggung, sekaligus atau berangsur-angsur apabila unsur ketiga berhasil

3. Suatu kejadian yang semula belum jelas akan terjadi

B.        Tujuan Dan Jenis-Jenis Asuransi

1.         Tujuan Asuransi

Menurut Prof. Ny. Emmy Pangaribuan Simanjuntak, S. H., asuransi itu mempunyai tujuan, pertama-tama ialah: mengalihkan segala resiko yang ditimbulkan peristiwa-peristiwa yang tidak diharapkan terjadi kepada orang lain yang mengambil resiko untuk mengganti kerugian. Pikiran yang terselip dalam hal ini ialah, bahwa lebih ringan dan mudah apabila yang menanggung resiko dari kekurangan nilai benda-benda itu beberapa orang daripada satu orang saja, dan akan memberikan suatu kepastian mengenai kestabilan dari nilai harat bendanya itu jika ia akan mengalihkan resiko itu kepada suatu perusahaan, dimana dia sendiri saja tidak berani menanggungnya.

Sebaliknya seperti yang dikemukakan oleh Mr. Dr. A. F. A. Volman  bahwa orang-orang lain yang menerima resiko itu, yang disebut penanggung bukanlah semata-mata melakukan itu demi prikemanusiaan saja dan bukanlah pula bahwa dengan tindakan itu kepentingan-kepentingan mereka jadi korban untuk membayar sejumlah uang yang besar mengganti kerugian-kerugian yang ditimbulkan oleh peristiwa-peristiwa itu.

Para penanggung itu adalah lebih dapat menilai resiko itu dalam perusahaan mereka, daripada seseorang tertanggung yang berdiri sendiri, oleh karena itu biasanya didalam Praktek para penanggung asuransi yang sedemikian banyaknya, mempunyai dan mempelajari pengalaman-pengalaman mereka tentang penggantian kerugian yang bagaimana terhadap sesuatu resiko yang dapat memberikan suatu kesempatan yang layak untuk adanya keuntungan.

1. 2.      Jenis-jenis Asuransi

Berdasarkan pasal 247 KUHD menyebutkan tentang lima macam asuransi ialah:

1. Asuransi terhadap kebakaran2. Asuransi terhadap bahaya hasil-hasil pertanian3. Asuransi terhadap kematian orang ( Asuransi jiwa )4. Asuransi terhadap bahaya dilaut dan perbudakan5. Asuransi terhadap bahaya dalam pengangkutan didarat dan disungai-sungai

Secara garis besar asuransi terdiri dari tiga kategori, yaitu:

Page 15: Pengertian Asuransi

1. Asuransi Kerugian

Terdiri dari asuransi untuk harta benda (property, kendaraan), kepentingan keungan (pecuniary), tanggung jawab hokum (liability), dan asuransi diri (kecelakaan atau kesehatan)

1. Asuransi Jiwa

Pada hakikatnya merupakan suatu bentuk kerjasama antara orang-orang yang menghindarkan atau minimal mengurangi resiko yang diakibatkan oleh resiko kematian (yang pasti terjadi tetapi tidak pasti kapan terjadinya), resiko hari tua (yang pasti terjadi dan dapat diperkirakan kapan terjadinya, tetapi tidak pasti berapa lama) dan resiko kecelakaan (yang tidak pasti terjadi, tetpi tidak mustahil terjadi).

1. Asuransi Sosial

Adalah program asuransi wajib yang diselenggarakan oleh pemerintah berdasarkan undang-undang. Maksud dan tujuan asuransi social adalah menyediakan jaminan dasar bagi masyrakat dan tidak bertujuan untuk mendapat keuntungan komersial.

C.        Terjadinya dan Berakhirnya Asuransi

1.         Kapan Terjadinya Perjanjian Asuransi

perjanjian asuransi atau perjanjian pertanggungan secara umum oleh

KUH Perdata disebutkan sebagai salah satu bentuk perjanjian untung-untungan, sebenarnya merupakan satu penerapan yang sama sekali tidak tepat. Peristiwa yang belum pasti terjadi itu merupakan syarat baik dalam perjanjian untung-untungan maupun dalam perjanjian asuransi atau pertanggungan. Perjanjian itu diadakan dengan maksud untuk memperoleh suatu kepastian atas kembalinya keadaan atau ekonomi sesuai dengan semula sebelum terjadi peristiwa. Batasan perjanjian asuransi secara formal terdapat dalam pasal 246 Kitab Undang-undang Hukum Dagang.

Suatu premi mengikat dirinya terhadap tertanggung untuk membebaskan dari kerugian karena kehilangan, kerugian atau ketiadaan keuntungan yang diharapkan yang akan dapat diderita olehnya, karena suatu kejadian yang belum pasti. Perjanjian asuransi atau pertanggungan itu mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:

1. Perjanjian asuransi merupakan suatu perjanjian penggantian kerugian (shcadeverzekering atau indemniteits contract). Penanggung mengikatkan diri untuk menggantikan kerugian karena pihak tertanggung menderita kerugian dan yang diganti itu adalah seimbang dengan kerugian yang sungguh-sungguh diderita (prinsip indemnitas).

2. Perjanjian asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian bersyarat.3. Perjanjian asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian timbal balik.4. Kerugian yang diderita adalah sebagai akibat dari peristiwa yang tidak tertentu atas mana

diadakan pertanggungan.

Page 16: Pengertian Asuransi

Perjanjian asuransi sebagai perjanjian yang bertujuan memberikan proteksi. Dapat dilihat dari batasan pasal 246 KUHD, lebih lanjut ditelaah unsur-unsur sebagai berikut:

1. Pihak pertama ialah penanggung, yang dengan sadar menyediakan diri untuk menerima dan mengambil alih risiko pihak lain.

2. Pihak kedua adalah tertanggung, yang dapat menduduki posisi tersebut dalam perorangan, kelompok orang atau lembaga, badan hukum termasuk perusahaan atau siapapun yang dapat menderita kerugian.

Untuk menyatakan kapan perjanjian asuransi yang dibuat oleh tertanggung dan penanggung itu terjadi dan mengikat kedua pihak, dari sudut pandang ilmu hukum terdapat 2 (dua) teori perjanjian tersebut:

1. Teori tawar-menawar (bargaining thoery). Menurut teori ini, setiap perjanjian hanya akan terjadi antara kedua belah pihak apabila penawaran (offer) dari pihak yang satu dihadapkan dengan penerimaan (acceptance) oleh pihak yang lainnya dan sebaliknya. Keunggulan toeri tawar-menawar adalah kepastian hukum yang diciptakan berdasarkan kesepakatan yang dicapai oleh kedua pihak dalam asuransi antara tertanggung dan penanggung.

2. Teori penerimaan (acceptance theory). Dalam hukum Belanda, teori ini disebut ontvangst theorie mengenai saat kapan perjanjian asuransi terjadi dan mengikat tertanggung dan penanggung, tidak ada ketentuan umum dalam undang-undang perasuransian, yang ada hanya persetujuan kehendak antara pihak-pihak (pasal 1320 KUH Perdata). Menurut teori penerimaan, perjanjian asuransi terjadi dan mengikat pihak-pihak pada saat penawaran sungguh-sungguh diterima oleh tertanggung. Atas nota persetujuan ini kemudian dibuatkan akta perjanjian asuransi oleh penanggung yang disebut polis asuransi.

Perjanjian asuransi yang telah terjadi harus dibuat secara tertulis dalam bentuk akta yang disebut polis (pasal 255 KUHD). Polis ini merupakan satu-satunya alat bukti tertulis untuk membuktikan bahwa asuransi telah terjadi. Untuk mengatasi kesulitan jika terjadi sesuatu setelah perjanjian namun belum sempat dibuatkan polisnya atau walaupun sudah dibuatkan atau belum ditandatangi atau sudah di tandatangi tetapi belum diserahkan kepada tertanggung kemudian terjadi evenemen yang menimbulkan kerugian tertanggung. Pada pasal 257 KUHD memberi ketegasan, walaupun belum dibuatkan polis, asuransi sudah terjadi sejak tercapai kesepakatan antara tertanggung dan penanggung. Sehingga hak dan kewajiban tertanggung dan penanggung timbul sejak terjadi kesepakatan berdasarkan nota persetujuan. Bila bukti tertulis sudah ada barulah dapat digunakan alat bukti biasa yang diatur dalam hukum acara perdata. Ketentuan ini yang dimaksud oleh pasal 258 ayat (1) KUHD. Syarat-syarat khusus yang dimaksud dalam pasal 258 KUHD adalah mengenai esensi inti isi perjanjian yang telah dibuat itu, terutama mengenai realisasi hak dan kewajiban tertanggung dan penanggung seperti: penyebab timbul kerugian (evenemen); sifat kerugian yang menjadi beban penanggung; pembayaran premi oleh tertanggung; dan klausula-klausula tertentu.

2.         Berakhirnya Asuransi

Page 17: Pengertian Asuransi

Ada empat hal yang menyebabkan Perjanjian asuransi berakhir, antara lain sebagai berikut:            :1. Karena Terjadi Evenemen2. Karena Jangka Waktu Berakhir3. Karena Asuransi Gugur4. Karena Asuransi Dibatalkan

1. Karena Terjadi EvenemenDalam asuransi jiwa, satu-satunya evenemen yang menjadi beban penanggung adalah meninggalnya tertanggung. Terhadap evenemen inilah diadakan asuransi jiwa antara tertanggung dan penanggung. Apabila dalam jangka waktu yang diperjanjikan terjadi peristiwa meninggalnya tertanggung, maka penanggung berkewajiban membayar uang santunan kepada penikmat yang ditunjuk oleh tertanggung atau kepada ahli warisnya. Sejak penanggung melunasi pembayaran uang santunan tersebut, sejak itu pula asuransi jiwa berakhir.Apa sebabnya asuransi jiwa berakhir sejak pelunasan uang santunan, bukan sejak meninggalnya tertanggung (terjadi evenemen). Menurut hukum perjanjian, suatu perjanjian yang dibuat oleh pihak-pihak berakhir apabila prestasi masing-masing pihak telah dipenuhi. Karena asuransi jiwa adalah perjanjian, maka asuransi jiwa berakhir sejak penanggung melunasi uang santunan sebagai akibat dan meninggalnya tertanggung. Dengan kata lain, asuransi jiwa berakhir sejak terjadi evenemen yang diikuti dengan pelunasan klaim.

2. Karena Jangka Waktu BerakhirDalam asuransi jiwa tidak selalu evenemen yang menjadi beban penanggung itu terjadi bahkan sampai berakhirnya jangka waktu asuransi. Apabila jangka waktu berlaku asuransi jiwa itu habis tanpa terjadi evenemen, niaka beban risiko penanggung berakhir. Akan tetapi, dalam perjanjian ditentukan bahwa penanggung akan mengembalikan sejumtah uang kepada tertanggung apabila sampai jangka waktu asuransi habis tidak terjadi evenemen. Dengan kata lain, asuransi jiwa berakhir sejak jangka waktu berlaku asuransi habis diikuti dengan pengembalan sejumlah uang kepada tertanggung.3. Karena Asuransi Gugur4. Karena Asuransi DibatalkanAsuransi jiwa dapat berakhir karena pembatalan sebelum jangka waktu berakhir. Pembatalan tersebut dapat terjadi karena tertanggung tidak melanjutkan pembayaran premi sesuai dengan perjanjian atau karena permohonan tertanggung sendiri. Pembatalan asuransi jiwa dapat terjadi sebelum premi mulai dibayar ataupun sesudah premi dibayar menurut jangka waktunya. Apabila pembatalan sebelum premi dibayar, tidak ada masalah. Akan tetapi, apabila pembatalan setelah premi dibayar sekali atau beberapa kali pembayaran (secara bulanan), Karena asuransi jiwa didasarkan pada perjanjian, maka penyelesaiannya bergantung juga pada kesepakatan pihak-pihak yang dicantumkan dalam polis.

BAB III

KESIMPULAN

 

Page 18: Pengertian Asuransi

Asuransi terdiri dari tiga kategori, yaitu:

1. Asuransi Kerugian2. Asuransi Jiwa3. Asuransi Sosial

Kapan terjadinya Perjanjian Asuransi

Perjanjian asuransi yang dibuat oleh tertanggung dan penanggung itu terjadi dan mengikat kedua pihak, dari sudut pandang ilmu hukum terdapat 2 (dua) teori perjanjian tersebut:

1. Teori tawar-menawar (bargaining thoery). Menurut teori ini, setiap perjanjian hanya akan terjadi antara kedua belah pihak apabila penawaran (offer) dari pihak yang satu dihadapkan dengan penerimaan (acceptance) oleh pihak yang lainnya dan sebaliknya. Keunggulan toeri tawar-menawar adalah kepastian hukum yang diciptakan berdasarkan kesepakatan yang dicapai oleh kedua pihak dalam asuransi antara tertanggung dan penanggung.

2. Teori penerimaan (acceptance theory). Dalam hukum Belanda, teori ini disebut ontvangst theorie mengenai saat kapan perjanjian asuransi terjadi dan mengikat tertanggung dan penanggung, tidak ada ketentuan umum dalam undang-undang perasuransian, yang ada hanya persetujuan kehendak antara pihak-pihak (pasal 1320 KUH Perdata). Menurut teori penerimaan, perjanjian asuransi terjadi dan mengikat pihak-pihak pada saat penawaran sungguh-sungguh diterima oleh tertanggung. Atas nota persetujuan ini kemudian dibuatkan akta perjanjian asuransi oleh penanggung yang disebut polis asuransi.

1. 3.      Berakhirnya Asuransi

Ada empat hal yang menyebabkan Perjanjian asuransi berakhir, antara lain sebagai berikut:            :1. Karena Terjadi Evenemen2. Karena Jangka Waktu Berakhir3. Karena Asuransi Gugur4. Karena Asuransi Dibatalkan

Perjanjian asuransi yang telah terjadi harus dibuat secara tertulis dalam bentuk akta yang disebut polis (pasal 255 KUHD). Polis ini merupakan satu-satunya alat bukti tertulis untuk membuktikan bahwa asuransi telah terjadi.

BAB I

Page 19: Pengertian Asuransi

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Usaha asuransi merupakan suatu mekanisme yang memberikan perlindungan pada

tertanggung apabila terjadi risiko di masa mendatang. Apabila risiko tersebut benar-benar

terjadi, pihak tertanggung akan mendapatkan ganti rugi sebesar nilai yang diperjanjikan antara

penanggung dan tertanggung. Mekanisme perlindungan ini sangat dibutuhkan dalam dunia

bisnis yang penuh dengan risiko. Secara rasional, para pelaku bisnis akan mempertimbangkan

untuk mengurangi risiko yang dihadapi. Pada tingkat kehidupan keluarga atau rumah tangga,

asuransi juga dibutuhkan untuk mengurangi permasalahan ekonomi yang akan dihadapi

apabila ada salah satu anggota keluarga yang menghadapi risiko cacat atau meninggal dunia.

Perkembangan asuransi di Indonesia saat ini telah mengalami kemajuan yang sangat

pesat. Berbagai perusahaan asuransi berlomba-lomba menawarkan program asuransi baik bagi

masyarakat maupun perusahaan. Seiring dengan perkembangan berbagai program syariah

yang telah diusung oleh lembaga keuangan lain, banyak perusahaan asuransi yang saat ini

juga menawarkan program asuransi syariah.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari asuransi?

2. Apa saja manfaat asuransi?

3. Apa yang dimaksud dengan risiko dan ketidakpastian?

4. Apa saja prinsip dalam asuransi?

5. Apa yang dimaksud dengan polis dan premi asuransi?

6. Bagaimana penggolongan asuransi?

7. Bagaimana pengaturan perasuransian di Indonesia?

8. Bagaimana mengurus perizinan pendirian perusahaan asuransi?

9. Apa yang dimaksud dengan asuransi kredit?

10. Apa pengertian dari asuransi syariah?

11. Apa keuntungan/ kelebihan dalam mengikuti asuransi syariah?

12. Apa perbedaan antara asuransi konvensional dan asuransi syariah?

Page 20: Pengertian Asuransi

C. Tujuan

Makalah ini bertujuan agar mahasiswa dapat :

1. Mengetahui pengertian dan manfaat asuransi.

2. Mengetahui tentang risiko dan ketidakpastian.

3. Mengetahui prinsip-prinsip asuransi.

4. Mengetahui tentang polis dan premi asuransi.

5. Mengetahui pengaturan perasuransian di Indonesia.

6. Mengetahui cara mengurus perizinan pendirian perusahaan asuransi.

7. Mengetahui tentang asuransi kredit.

8. Mengetahui tentang asuransi syariah beserta keuntungan/ kelebihannya.

9. Mengetahui perbedaan antara asuransi konvensional dan asuransi syariah.

D. Manfaat

Makalah ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada para pembaca berupa :

1. Pengetahuan mengenai seluk beluk asuransi.

2. Pemahaman mengenai asuransi syariah.

BAB II

PEMBAHASAN

Page 21: Pengertian Asuransi

A. Pengertian Asuransi

Pada prinsipnya, asuransi kerugian adalah mekanisme proteksi atau perlindungan

dari risiko kerugian keuangan dengan cara mengalihkan risiko kepada pihak lain. Berikut

adalah beberapa definisi asuransi menurut beberapa sumber :

1. Menurut Kitab Undang-undang Hukum Dagang pasal 246

Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian dengan mana sesorang

penanggung mengikatkan diri kepada seseorang tertanggung, dengan menerima suatu

premi untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan,

atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin terjadi karena suatu

peristiwa tak tentu.

2. Menurut Undang-undang No. 2 Th. 1992 tentang Usaha Perasuransian

Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan

mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima

premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian,

kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum

kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu

peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan

atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.

3. Menurut Paham Ekonomi

Asuransi merupakan suatu lembaga keuangan karena melalui asuransi dapat

dihimpun dana besar, yang dapat digunakan untuk membiayai pembangunan,

disamping bermanfaat bagi masyarakat yang berpartisipasi dalam bisnis asuransi,

serta asuransi bertujuan memberikan perlindungan atau proteksi atas kerugian

keuangan (financial loss), yang ditimbulkan oleh peristiwa yang tidak diduga

sebelumnya (fortuitious event).

B. Manfaat Asuransi

Pada dasarnya asuransi memberikan manfaat bagi pihak tertanggung, antara lain:

Page 22: Pengertian Asuransi

1. Rasa aman dan perlindungan

Polis asuransi yang dimiliki oleh tertanggung akan memberikan rasa aman dari risiko

atau kerugian yang mungkin timbul. Kalau risiko atau kerugian tersebut benar-benar

terjadi, pihak tertanggung (insured) berhak atas nilai kerugian sebesar nilai polis atau

ditentukan berdasarkan perjanjian antara tertanggung dan penanggung.

2. Pendistribusian biaya dan manfaat yang lebih adil

Prinsip keadilan diperhitungkan dengan matang untuk menentukannilai pertanggungan

dan premi yang harus ditanggung oleh pemegang polis secara periodik dengan

memperhatikan secara cermat faktor-faktor yang berpengaruh besar dalam asuransi

tersebut. Untuk mendapatkan nilai pertanggungan, pihak penanggung sudah membuat

kalkulasi yang tidak merugikan kedua belah pihak. Semakin besar nilai pertangguangan,

semakin besar pula premi periodik yang harus dibayar oleh tertanggung.

3. Polis asuransi dapat dijadikan sebagai jaminan untuk memperoleh kredit.

4. Berfungsi sebagai tabungan dan sumber pendapatan

Premi yang dibayarkan setiap periode memiliki substansi yang sama dengan tabungan.

Pihak penanggung juga memperhitungkan bunga atas premi yang dibayarkan dan juga

bonus (sesuai dengan perjanjian kedua belah pihak).

5. Alat penyebaran risiko

Risiko yang seharusnya ditanggung oleh tertanggung ikut dibebankan juga pada

penanggung dengan imbalan sejumlah premi tertentu yang didasarkan atas nilai

pertanggungan.

6. Membantu meningkatkan kegiatan usaha

Investasi yang dilakukan oleh para investor dibebani dengan risikokerugian yang bisa

diakibatkan oleh berbagai macam sebab (pencurian, kebakaran, kecelakaan, dan lain-

lain).

C. Risiko dan Ketidakpastian

Secara umum, risiko adalah kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan

yang menimbulkan kerugian. Risiko dalam industri perasuransian diartikan sebagai

Page 23: Pengertian Asuransi

ketidakpastian dari kerugian finansial atau kemungkinan terjadinya kerugian. Berikut ini

adalah jenis-jenis risiko:

1. Risiko murni

Adalah risiko yang apabila benar-benar terjadi, akan memberikan kerugian dan apabila

tidak terjadi, tidak akan menimbulkan kerugian dan tidak juga memberikan keuntungan.

2. Risiko spekulatif

Adalah risiko yang berkaitang dengan terjadinya dua kemungkinan, yaitu kemungkinan

untuk mendapatkan keuntungan dam kemungkinan untuk mendapat kerugian.

3. Risiko individu

Adalah risiko yang kemungkinan dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Risiko individu

ini masih dipilah menjadi 3 jenis :

a. Risiko pribadi (personal risk)

Adalah risiko yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk memperoleh manfaat

ekonomi. Atau dengan kata lain risiko ini berfungsi untuk menanggung dirinya sendiri

atau orang yang ia asuransikan.

b. Risiko harta (property risk)

Adalah risiko yang ditanggungkan atas harta yang dimilikinya rusak, hilang atau

dicuri. Dengan kerusakan atau kehilangan tersebut, pemilik akan kehilangan

kesempatan ekonomi yang diperoleh dari harta yang dimilikinya.

c. Risiko tanggung gugat (liability risk)

Risiko yang mungkin kita alami atau derita sebagai tanggung jawab akibat kerugian

atau lukanya pihak lain. Misalkan, pemberian asuransi oleh mandor bangunan kepada

para pekerjanya.

Risiko yang dihadapi perlu ditangani dengan baik untuk mempertimbangkan

kehidupan perekonomian di masa mendatang. Dalam menangani risiko tersebut minimal ada

lima cara yang dapat dilakukan, antara lain:

1. Menghindari risiko (risk avoidance)

Dapat dilaksanakan dengan cara mempertimbangkan risiko yang mungkin timbul

sebelum kita melakukan aktivitas-aktivitas. Setelah mengetahui risiko yang mungkin

timbul kit bisa menetukan apakah aktivitas tersebut bisa kita lanjutkan atau kita hentikan.

Page 24: Pengertian Asuransi

2. Mengurangi risiko (risk reduction)

Tindakan ini hanya bersifat meminimalisasi risiko yang mungkin terjadi.

3. Menahan risiko (risk retention)

Berarti kita tidak melakukan aktivitas apa-apa terhadap risiko tersebut. Risiko tersebut

dapat ditahan karena secara ekonomis biasanya melibatkan jumlah yang kecil. Bahkan

kadang-kadang orang tidak sadar akan usaha menahan risiko ini.

4. Membagi risiko (risk sharing)

Tindakan ini melibatkan orang lain untuk sama-sama menghadapi risiko.

5. Mentransfer risiko (risk transferring)

Berarti memindahkan risiko kerugian kepada pihak lain yang bersedia serta mampu

memikul beban risiko.

D. Prinsip Asuransi

1. Insurable interest (kepentingan yang dipertanggungkan)

Pada prinsipnya merupakan hak berdasarkan hukum untuk mempertanggungkan suatu

risiko yang berkaitan dengan keuangan, yang diakui sah secara hukum antara tertanggung

dengan sesuatu yang dipertanggungkan. Syarat yang perlu dipenuhi agar memenuhi

kriteria insurable interest:

a. Kerugiaan tidak dapat diperkirakan. Risiko yang bisa diasuransikan berkaitan dengan

kemungkinan terjadinya kerugian. Kemungkian tersebut tidak dapat diperkirakan

terjadinya.

b. Kewajaran. Risiko yang dipertanggungkan dalam asuransi adalah benda atau harta

yang memiliki nilai material baik bagi tertanggung maupun bagi penanggung.

c. Catastrophic. Risiko yang mungkin terjadi haruslah tidak akan menimbulkan suaatu

kemungkinan rugi yang sangat besar, yaitu jika sebagian besar pertanggungan

kemungkinan akan mengalami kerugian pada waktu yang bersamaan.

d. Homogen. Untuk memenuhi syarat dapat diasuransikan, barang atau harta yang akan

dipertanggungkan harus homogen, yang berarti banyak barang yang serupa atau

sejenis.

2. Utmost Good Faith (itikad baik)

Page 25: Pengertian Asuransi

Dalam melakukan kontrak asuransi, kedua belah pihak dilandasi oleh itikad baik. Antar

pihak tertanggung dan penanggung harus saling mengungkapkan keterbukaan. Kewajiban

dari kedua belah pihak untuk mengungkapkan fakta disebut duty of disclosure.

3. Indemnity

Konsep indemnity adalah mekanisme penanggung untuk mengompensasi risiko yang

menimpa tertanggung dengan ganti rugi finansial. Konsep ini tidak dapat mengganti

nyawa yang hilang atau anggota tubuh yang rusak atau cacat karena indemnity berkaitan

dengan ganti rugi finansial.

4. Proximate Cause

Adalah suatu sebab aktif, efisien yang mengakibatkan terjadinya suatu persitiwa secara

berantai atau berurutan tanpa intervensi suatu ketentuan lain, diawali dan bekerja dengan

aktif dari suatu sumber baru dan independent.

5. Subrogation

Pada prinsipnya merupakan hak penanggung yang telah memberikan ganti rugi kepada

tertanggung untuk menuntut pihak lain yang mengakibatkan kepentingan asuransinya

mengalami suatu peristiwa kerugian.

6. Contribution

Bahwa penanggung berhak mengajak penanggung-penanggung yang lain yang memiliki

kepentingan yang sama untuk ikut bersama membayar ganti rugi kepada seorang

tertanggung meskipun jumlah tanggungan masing-masing belum tentu sama besar.

E. Polis Asuransi

Polis asuransi adalah bukti tertulis atau surat perjanjian antara pihak-pihak yang

mengadakan perjanjian asuransi. Dengan adanya polis asuransi perjanjian antara edua belah

pihak mendapatkan kekuatan secara hukum. Polis asuransi memuat hal-hal sebagai berikut:

1. Nomor polis

2. Nama dan alamat tertanggung

3. Uraian risiko

4. Jumlah pertanggungan

5. Jangka waktu pertanggungan

6. Besar premi, bea materai, dan lain-lain

Page 26: Pengertian Asuransi

7. Bahaya-bahaya yang dijaminkan

8. Khusus untuk polis pertanggungan kendaraan bermotor ditambah dengan nomor polisi,

nomor rangka, dan nomor mesin kendaraan.

F. Premi Asuransi

Premi asuransi adalah kewajiban pihak tertanggung kepada pihak penanggung yang

berupa pembayaran uang dalam jumlah tertentu secara periodik. Jumlah premi tergantung

pada faktor-faktor yang menyebabkan tinggi rendahnya tingkaat risiko dan jumlah nilai

pertanggungan. Jangka waktu pembayaran premi sangat tergantung pada perjanjian yang

sudah dituangkan dalam polis asuransi.

G. Penggolongan Asuransi

1. Menurut Sifat Pelaksanaannya

a. Asuransi sukarela

Pada prinsipnya pertanggungan dilakukan dengan cara sukarela, dan semata-mata

dilakukan atas kesadaran seseorang akan kemungkinan terjadinya risiko kerugian atas

sesuatu yang dipertanggungkan.

b. Asuransi wajib

Merupakan asuransi yang sifatnya wajib dilakukan oleh pihak-pihak terkait yang

pelakasanaannya dilakukan berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang

ditetapkan oleh pemerintah.

2. Menurut Jenis Usaha Perasuransian

Menurut UU No. 2 tahun 1992 tentang usaha perasuransian jenis usaha perasuransian

dibagi menjadi beberapa jenis :

a. Usaha Asuransi

1) Asuransi kerugian

Yaitu usaha yang memberikan jasa-jasa dalam penanggulangan risiko atas

kerugian, kehilangan manfaat dn tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang

timbul dari peristiwa yag tidak pasti. Usaha asuransi kerugian ini dapat dipilah

sebagai berikut:

a) Asuransi kebakaran adalah asuransi yang menutup risiko kebakaran.

Page 27: Pengertian Asuransi

b) Asuransi pengangkutan adalah asuransi pengangkutan penanggung atau

perusahaan asuransi akan menjamin kerugian yang dialami tertanggung akibat

terjadinya kehilangan atau kerusakan saat pelayaran.

c) Asuransi aneka adalah jenis asuransi kerugian yang tidak dapat digolongkan

kedala kedua asuransi diatas, missal : asuransi kendaraan bermotor, asuransi

kecelakaan diri, dan lain sebagainya.

2) Asuransi jiwa (life insurance)

Adalah suatu jasa yang diberikan oleh perusahaan asuransi dalam penanggulangan

risiko yang dikaitkan dengan jiwa atau meninggalnya seseorang yang

dipertanggungkan. Asuransi jiwa memberikan:

a) Dukungan bagi pihak yang selamat dari suatu kecelakaan.

b) Santunan bagi tertanggung yang meninggal

c) Bantuan untuk menghindari kerugian yang disebabkan oleh meninggalnya orang

kunci

d) Penghimpunan dana untuk persiapan pension

Ruang lingkup usaha asuransi jiwa dapat digolongkan menjadi 3, yaitu :

a) Asuransi jiwa biasa (ordinary life insurance)

Biasanya polis asuransi jiwa ini diterbitkan dalam suatu nilai tertentu dengan

premi yang dibayar secara periodik (bulanan, triwulanan, semesteran, dan

tahunan).

b) Asuransi jiwa kelompok (group life insurance)

Asuransi jiwa ini biasanya dikeluarkan tanpa ada pemeriksaan medis atas suatu

kelompok orang di bawah satu polis induk di mana masing-masing anggota

kelompok menerima sertifikat partisipasi.

c) Asuransi jiwa industrial (industrial life insurance)

Dalam jenis asuransi ini dibuat dengan jumlah nominal tertentu. Premi

umumnya dibayar mingguan yang dibayarkan di rumah pemilik polis kepada

agen yang disebut debit agent.

3) Reasuransi (reinsurance)

Adalah pertanggungan ulang atau pertanggungan yang dipertanggungkan atau

asuransi dari asuransi. Reasuransi adalah suatu system penyebaran risiko dimana

Page 28: Pengertian Asuransi

penanggung menyebarkan seluruh atau sebagian dari pertanggungan yang

ditutupnya kepada penanggung yang lain. Penyebaran risiko tersebut dapat

dilakukan dengan dua mekanisme, yaitu koasuransi dan reasuransi. Koasuransi

adalah pertanggungan yang dilakukan secara bersama atas suatu objek asuransi.

Sedangkan reasuransi adalah proses untuk untuk mengasuransikan kembali

pertanggung jawaban pada pihak tertanggung. Fungsi reasuransi adalah :

a) Meningkatkan kapasitas akseptasi.

b) Alat penyebaran risiko.

c) Meningkatkan stabilitas usaha.

d) Meningkatkan kepercayaan.

Mekanisme untuk reasuransi antara lain:

a) Treaty dan facultative reinsurance

Dalam model ini, reasuradur memberikan sejumlah pertanggungan yang

diinginkan dengan perjanjian kontrak dan reasuradur harus menerima jumlah

yang ditawarkan.

b) Reasuransi proporsional

Pembagian risiko antara ceding company dengan reasuradur dilakukan secara

proporsional berdasarkan jumlah retensi yang telah ditetapkan. Retensi adalah

jumlah maksimum risiko yang ditahan atau ditanggung oleh ceding company.

c) Reasuransi nonproporsional

Bentuk ini memberikan kemungkinan bagi reasuradur untuk tidak membayar

klaim atau membayar klaim terbatas jumlah yang ada di treaty. Treaty dalam

mekanisme reasuransi adalah pertanggungan yang dilakukan berdasarkan

ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat yang dituangkan dalam suatu perjanjian

antara ceding company dan reasuradur yang mana reasuradur mengikatkan diri

untuk menerima setiap penutupan yang diberikan oleh ceding company.

b. Usaha Penunjang

1) Pialang asuransi adalah usaha yang memberikan jasa keperantaraan dalam

penutupan asuransi dan penanganan penyelesaian ganti rugi asuransi dengan

bertindak untuk kepentingan tertanggung.

Page 29: Pengertian Asuransi

2) Pialang reasuransi adalah usaha yang memberikan jasa keperantaraan dalam

penetapan reasuransi dan penanganan ganti rugi reasuransi dewan bertindak untuk

kepentingan perusahaan asuransi.

3) Penilai kerugian asuransi adalah usaha yang memberikan jasa penilaian terhadap

kerugian pada objek asuransi yang dipertanggungkan.

4) Konsultan aktuaria adalah usaha yang memberikan jasa konsultan aktuaria.

5) Agen asuransi adalah pihak yang memberikan jasa keperantaraan dalam rangka

pemasaran jasa asuransi untuk dan atas nama penanggung.

3. Menurut The Chartered Insurance Institute London

a. Asuransi kerugian (property insurance)

Merupakan pertanggungan untuk semua milik yang berupa harta benda yang memiliki

risiko. Jenisnya ada :

1) Asuransi kebakaran (fire insurance)

2) Asuransi pengangkutan (marine insurance)

3) Asuransi penerbangan (flight insurance)

4) Asuransi kecelakaan (accident insurance)

b. Asuransi tanggung gugat (liability insurance)

Adalah asuransi untuk melindungi tertanggung terhadap kerugian yang timbul dari

gugatan pihak ketiga karena kelalaian tertanggung.

c. Asuransi jiwa (life insurance)

Asuransi jiwa terdiri atas :

1) Asuransi kecelakaan

2) Asuransi jiwa

3) Anuitas

4) Asuransi industri

d. Asuransi kerugian (general insurance)

e. Reasuransi (reinsurance)

H. Pengaturan Perasuransian di Indonesia

Berikut merupakan peraturan perundangan yang digunakan sebagai dasar acuan

pembinaan dan pengawasan atas usaha perasuransian di Indonesia saat ini :

Page 30: Pengertian Asuransi

1. UU no.2 tahun 1992 tentang usaha perasuransian

2. PP no.73 tahun 1002 tentang usaha perasuransian

3. Keputusan menteri keuangan, antara lain:

a. Nomor 223/KMK.017/1993 tanggal 26 Februari 1993 tentang Perizinan Perusahaan

Asuransi dan Reasuransi

b. No.224/KNE.017/1993 tanggal 26 Februari 1993 tentang Kesehatan Keuangan

Perusahaan Asuransi dan Reasuransi

c. No.225/KMK.017/1993 tanggal 26 Februari 1993 tentang Penyelenggaraan Usaha

Perusahaan Asurasni dan Reasuransi

d. No.226/CMK.017/1993 tanggal 26 Februari 1993 tentang Perizinan dan

Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perusahaan Penunjang Usaha Asuransi

I. Perizinan Pendirian Perusahaan Asuransi

Pemberian izin oleh Menteri Keuangan bagi perusahaan perasuransian menurut PP

Nomor 73 Tahun 1992 dilakukan dalam dua tahap, yaitu:

1. Persetujuan Prinsip

Adalah persetujuan yang diberikan untuk melakukan persiapan pendirian suatu

perusahaan yang bergerak di bidang perasuransian, dimana batas waktu persetujuan

prinsip dibatasi selama-lamanya satu tahun.

2. Izin usaha

Adalah izin yang diberikan untuk melakukan usaha setelah perisiapan pendirian selesai,

dimana izin usaha diberikan setelah persyaratan izin usaha telah dipenuhi.

J. Asuransi Kredit

Asuransi kredit mempunyai kaitan erat dengan jasa perbankan terutama di bidang

perkreditan yang selalu dikaitkan dengan jaminan kredit berupa barang bergerak dan tidak

bergerak yang sewaktu-waktu dapat tertimpa risiko yang dapat mengakibatkan kerugian bagi

pemilik barang dan bank sebagai pemberi kredit.

Page 31: Pengertian Asuransi

Kredit adalah pinjaman uang yang diberikan oleh pemberi kepada nasabahnya.

Untuk melindungi diri dari kemungkinan nasabah yang tidak dapat mengembalikan kredit,

pemberi kredit menutup asuransi atas kredit tersebut. Dalam asuransi kredit, yang menjadi

pihak tertanggung adalah pemberi kredit (bank dan/atau lembaga keuangan) dan yang

ditanggung oleh penanggung adalah risiko kredit di mana tidak diperolehnya kembali kredit

kepada para nasabahnya (yang umumnya terdiri atas para pengusaha). Asuransi kredit

bertujuan :

1. Melindungi pemberi kredit dari kemungkinan tidak diperolehnya kembali kredit yang

diberikan kepada para nasabahnya.

2. Membantu kegiatan, pengarahan, dan keamanan perkreditan baik kredit perbankan

maupun kredit lainnya diluar perbankan.

Dengan adanya asuransi kredit ini bank terdorong untuk lebih giat membantu para

nasabahnya dalam menyediakan modal untuk mengembangkan usahanya. Pengelolaan

asuransi kredit di Indonesia dipercayakan oleh pemerintah kepada PT Asuransi Kredit

Indonesia (PT Askrindo) yang berkantor pusat di Jakarta, di mana yang menjadi tertanggung

adalah bank-bank pemerintah, bank-bank swasta, dan lembaga-lembaga keuangan lainnya.

Sebagai imbalan atas jaminan yang diberikan oleh PT Askrindo, bank membayar premi atas

kredit yang ditanggung. Premi tersebut menjadi beban bank, tetapi dalam praktik, ada juga

bank yang membebankan premi tersebut kepada nasabahnya yang memperoleh kredit.

Walaupun begitu, yang menjadi tertanggung bukan nasabahnya, tetapi bank pemberi kredit.

K. Pengertian Asuransi Syariah

Definisi asuransi syari'ah menurut Dewan Syariah Nasional adalah usaha untuk

saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang melalui investasi dalam

bentuk aset dan atau tabarru' yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko/

bahaya tertentu melalui akad yang sesuai dengan syariah.

Asuransi Syariah adalah sebuah sistem dimana para partisipan/ anggota/ peserta

mendonasikan/ menghibahkan sebagian atau seluruh kontribusi yang akan digunakan untuk

membayar klaim, jika terjadi musibah yang dialami oleh sebagian partisipan/ anggota/

peserta. Peranan perusahaan disini hanya sebatas pengelolaan operasional perusahaan

Page 32: Pengertian Asuransi

asuransi serta investasi dari dana-dana/ kontribusi yang diterima/ dilimpahkan kepada

perusahaan.

Asuransi syari'ah disebut juga dengan asuransi ta'awun yang artinya tolong menolong

atau saling membantu. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa Asuransi ta'awun prinsip

dasarnya adalah dasar syariat yang saling toleran terhadap sesama manusia untuk menjalin

kebersamaan dalam meringankan bencana yang dialami peserta. Prinsip ini sesuai dengan

firman Allah SWT dalam surat Al Maidah ayat 2, yang artinya : "Dan saling tolong

menolonglah dalam kebaikan dan ketaqwaan dan jangan saling tolong menolong dalam

dosa dan permusuhan"

L. Dasar Hukum Islam terkait Asuransi Syariah

1. Surat Yusuf :43-49 “Allah menggambarkan contoh usaha manusia membentuk sistem

proteksi menghadapi kemungkinan yang buruk di masa depan.

2. Surat Al-Baqarah :188 Firman Allah “...dan janganlah kalian memakan harta di antara

kamu sekalian dengan jalan yang bathil, dan janganlah kalian bawa urusan harta itu

kepada hakim yang dengan maksud kalian hendak memakan sebagian harta orang lain

dengan jalan dosa, padahal kamu tahu (al:Baqarah:188)

3. Al Hasyr:18 Artinya :”Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Alloh dan

hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuat untuk hari esok (masa

depan) dan bertaqwalah kamu kepada Alloh. Sesungguhnya Alloh Maha Mengetahui apa

yang engkau kerjakan”.

M. Prinsip Asuransi Syariah

1. Dibangun atas dasar kerjasama (taawun).

2. Asuransi syariat tidak bersifat mu’awadhoh, tetapi tabarru’ atau mudhorobah.

3. Sumbangan (tabarru’) sama dengan hibah (pemberian) oleh karena itu haram hukumnya

ditarik kembali. Kalau terjadi peritiwa, maka diselesaikan menurut syariat.

4. Setiap anggota yang menyetor uangnya menurut jumlah yang telah ditentukan harus

disertai dengan niat membantu demi menegakkan prinsip ukhuwah.

Page 33: Pengertian Asuransi

5. Tidak dibenarkan seseorang menyetorkan sejumlah kecil uangnya dengan tujuan supaya

ia mendapat imbalan yang berlipat bila terkena suatu musibah. Akan tetapi ia diberi uang

jamaah sebagai ganti atas kerugian itu menurut ijin yang diberikan oleh jamaah.

6. Apabila uang itu akan dikembangkan maka harus dijalankan menurut aturan syar’i.

N. Perbedaan Asuransi Konvensional dengan Asuransi Syariah

Dalam asuransi konvensional, asuransi merupakan transfer of risk yaitu pemindahan

risiko dari peserta/tertanggung ke perusahaan/ penanggung sehingga terjadi pula transfer of

fund yaitu pemindahan dana dari tertanggung kepada penanggung. Sebagai konsekuensi

maka kepemilikan dana pun berpindah, dana peserta menjadi milik perusahaan ausransi.

Beberapa perbedaan asuransi syariah dengan asuransi konvensional, di antaranya

adalah sebagai berikut:

1. Akad (Perjanjian)

Setiap perjanjian transaksi bisnis di antara pihak-pihak yang melakukannya harus

jelas secara hukum ataupun non-hukum untuk mempermudah jalannya kegiatan bisnis

tersebut saat ini dan masa mendatang. Akad dalam praktek muamalah menjadi dasar yang

menentukan sah atau tidaknya suatu kegiatan transaksi secara syariah. Hal tersebut

menjadi sangat menentukan di dalam praktek asuransi syariah. Akad antara perusahaan

dengan peserta harus jelas, menggunakan akad jual beli (tadabuli) atau tolong menolong

(takaful).

Akad pada asuransi konvensional didasarkan pada akad tadabuli atau perjanjian

jual beli. Syarat sahnya suatu perjanjian jual beli didasarkan atas adanya penjual,

pembeli, harga, dan barang yang diperjual-belikan. Sementara itu di dalam perjanjian

yang diterapkan dalam asuransi konvensional hanya memenuhi persyaratan adanya

penjual, pembeli dan barang yang diperjual-belikan. Sedangkan untuk harga tidak dapat

dijelaskan secara kuantitas, berapa besar premi yang harus dibayarkan oleh peserta

asuransi utnuk mendapatkan sejumlah uang pertanggungan. Karena hanya Allah yang

tahu kapan kita meninggal. Perusahaan akan membayarkan uang pertanggunggan sesuai

dengan perjanjian, akan tetapi jumlah premi yang akan disetorkan oleh peserta tidak jelas

tergantung usia. Jika peserta dipanjangkan usia maka perusahaan akan untung namun

apabila peserta baru sekali membayar ditakdirkan meninggal maka perusahaan akan rugi.

Page 34: Pengertian Asuransi

Dengan demikian menurut pandangan syariah terjadi cacat karena ketidakjelasan

(gharar) dalam hal berapa besar yang akan dibayarkan oleh pemegang polis (pada produk

saving) atau berapa besar yang akan diterima pemegang polis (pada produk non-saving).

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, seorang ulama salaf ternama dalam kitabnya

"Majmu Fatwa" menyatakan bahwa akad dalam Islam dibangun atas dasar mewujudkan

keadilan dan menjauhkan penganiayaan. Harta seorang muslim yang lain tidak halal,

kecuali dipindahkan haknya kepada yang disukainya. Keadilan dapat diketahui dengan

akalnya, seperti pembeli wajib menyatakan harganya dan penjual menyerahkan barang

jualannya kepada pembeli. Dilarang menipu, berkhianat, dan jika berhutang harus

dilunasi. Jika kita mengadakan suatu perjanjian dalam suatu transaksi bisnis secara tidak

tunai maka kita wajib melakukan hal-hal berikut: I% Menuliskan bentuk perjanjian

(seperti adanya SP dan polis). I% Bentuk perjanjian harus jelas dimengerti oleh pihak-

pihak yang bertransaksi (akad tadabuli atau akad takafuli). I% Adanya saksi dari kedua

belah pihak. I% Para saksi harus cakap dan bersedia secara hukum jika suatu saat diminta

kewajibannya. (Penulis simpulkan dari firman Allah SWT, surat al-Baqarah ayat 282).

2. Gharar (Ketidakjelasan) 

Definisi gharar menurut Madzhab Syafii adalah apa-apa yang akibatnya

tersembunyi dalam pandangan kita dan akibat yang paling kita takuti.

Gharar/ketidakjelasan itu terjadi pada asuransi konvensional, dikarenakan tidak

adanya batas waktu pembayaran premi yang didasarkan atas usia tertanggung, sementara

kita sepakat bahwa usia seseorang berada di tangan Yang Mahakuasa. Jika baru sekali

seorang tertanggung membayar premi ditakdirkan meninggal, perusahaan akan rugi

sementara pihak tertanggung merasa untung secara materi. Jika tertanggung dipanjangkan

usianya, perusahaan akan untung dan tertanggung merasa rugi secara financial. Dengan

kata lain kedua belah pihak tidak mengetahui seberapa lama masing-masing pihak

menjalankan transaksi tersebut. Ketidakjelasan jangka waktu pembayaran dan jumlah

pembayaran mengakibatkan ketidaklengkapan suatu rukun akad, yang kita kenal sebagai

gharar. Para ulama berpendapat bahwa perjanjian jual beli/akad tadabuli tersebut cacat

secara hukum.

Pada asuransi syariah akad tadabuli diganti dengan akad takafuli, yaitu suatu niat

tolong-menolong sesama peserta apabila ada yang ditakdirkan mendapat musibah.

Page 35: Pengertian Asuransi

Mekanisme ini oleh para ulama dianggap paling selamat, karena kita menghindari

larangan Allah dalam praktik muamalah yang gharar.

Pada akad asuransi konvensional dana peserta menjadi milik perusahaan asuransi

(transfer of fund). Sedangkan dalam asuransi syariah, dana yang terkumpul adalah milik

peserta (shahibul mal) dan perusahaan asuransi syariah (mudharib) tidak bisa mengklaim

menjadi milik perusahaan.  

3. Tabarru dan Tabungan

Tabarru berasal dari kata tabarraa-yatabarra-tabarrawan, yang artinya

sumbangan atau derma. Orang yang menyumbang disebut mutabarri (dermawan). Niat

bertabbaru bermaksud memberikan dana kebajikan secara ikhlas untuk tujuan saling

membantu satu sama lain sesama peserta asuransi syariah, ketika di antaranya ada yang

mendapat musibah. Oleh karena itu dana tabarru disimpan dalam rekening khusus.

Apabila ada yang tertimpa musibah, dana klaim yang diberikan adalah dari rekening

tabarru yang sudah diniatkan oleh sesama peserta untuk saling menolong.

Menyisihkan harta untuk tujuan membantu orang yang terkena musibah sangat

dianjurkan dalam agama Islam, dan akan mendapat balasan yang sangat besar di hadapan

Allah, sebagaimana digambarkan dalam hadist Nabi SAW,"Barang siapa memenuhi

hajat saudaranya maka Allah akan memenuhi hajatnya."(HR Bukhari Muslim dan Abu

Daud).

Untuk produk asuransi jiwa syariah yang mengandung unsur saving maka dana

yang dititipkan oleh peserta (premi) selain terdiri dari unsur dana tabarru terdapat pula

unsur dana tabungan yang digunakan sebagai dana investasi oleh perusahaan. Sementara

investasi pada asuransi kerugian syariah menggunakan dana tabarru karena tidak ada

unsur saving. Hasil dari investasi akan dibagikan kepada peserta sesuai dengan akad

awal. Jika peserta mengundurkan diri maka dana tabungan beserta hasilnya akan

dikembalikan kepada peserta secara penuh.

4. Maisir (Judi) 

Allah SWT berfirman dalam surat al-Maidah ayat 90,"Hai orang-orang yang

beriman sesungguhnya khamar, maisir, berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah

perbuatan keji, termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu

agar kamu mendapatkan keberuntungan."

Page 36: Pengertian Asuransi

Prof. Mustafa Ahmad Zarqa berkata bahwa dalam asuransi konvensional terdapat

unsur gharar yang pada gilirannya menimbulkan qimar. Sedangkan al qimar sama

dengan al maisir. Muhammad Fadli Yusuf menjelaskan unsur maisir dalam asuransi

konvensional karena adanya unsur gharar, terutama dalam kasus asuransi jiwa. Apabila

pemegang polis asuransi jiwa meninggal dunia sebelum periode akhir polis asuransinya

dan telah membayar preminya sebagian, maka ahliwaris akan menerima sejumlah uang

tertentu. Pemegang polistidak mengetahui dari mana dan bagaimana cara perusahaan

asuransi konvensional membayarkan uang pertanggungannya. Hal ini dipandang karena

keuntungan yang diperoleh berasal dari keberanian mengambil risiko oleh perusahaan

yang bersangkutan. Muhammad Fadli Yusuf mengatakan, tetapi apabila pemegang polis

mengambil asuransi itu tidak dapat disebut judi. Yang boleh disebut judi jika perusahaan

asuransi mengandalkan banyak/sedikitnya klaim yang dibayar. Sebab keuntungan

perusahaan asuransi sangat dipengaruhi oleh banyak /sedikitnya klaim yang

dibayarkannya.

5. Riba

Dalam hal riba, semua asuransi konvensional menginvestasikan dananya dengan

bunga, yang berarti selalu melibatkan diri dalam riba. Hal demikian juga dilakukan saat

perhitungan kepada peserta, dilakukan dengan menghitung keuntungan di depan.

Investasi asuransi konvensional mengacu pada peraturan pemerintah yaitu investasi wajib

dilakukan pada jenis investasi yang aman dan menguntungkan serta memiliki likuiditas

yang sesuai dengan kewajiban yang harus dipenuhi. Begitu pula dengan Keputusan

Menteri Keuangan No. 424/KMK.6/2003 Tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan

Asuransi dan Perusahaan Reasuransi. Semua jenis investasi yang diatur dalam peraturan

pemerintah dan KMK dilakukan berdasarkan sistem bunga.

Asuransi syariah menyimpan dananya di bnak yang berdasarkan syariat Islam

dengan sistem mudharabah. Untuk berbagai bentuk investasi lainnya didasarkan atas

petunjuk Dewan Pengawas Syariah. Allah SWT berfirman dalam surat Ali Imron ayat

130,"Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu memakan riba yang memang riba

itu bersifat berlipat ganda dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapatkan

keberuntungan." Hadist, "Rasulullah mengutuk pemakaian riba, pemberi makan riba,

penulisnya dan saksinya seraya bersabda kepada mereka semua sama."(HR Muslim)

Page 37: Pengertian Asuransi

6. Dana Hangus 

Ketidakadilan yang terjadi pada asuransi konvensional ketika seorang peserta

karena suatu sebab tertentu terpaksa mengundurkan diri sebelum masa reversing period.

Sementara ia telah beberapa kali membayar premi atau telah membayar sejumlah uang

premi. Karena kondisi tersebut maka dana yang telah dibayarkan tersebut menjadi

hangus. Demikian juga pada asuransi non-saving atau asuransi kerugian jika habis masa

kontrak dan tidak terjadi klaim, maka premi yang dibayarkan akan hangus dan menjadi

milik perusahaan.

Kebijakan dana hangus yang diterapkan oleh asuransi konvensional akan

menimbulkan ketidakadilan dan merugikan peserta asuransi terutama bagi mereka yang

tidak mampu melanjutkan karena suatu hal. Di satu sisi peserta tidak punya dana untuk

melanjutkan, sedangkan jika ia tidak melanjutkan dana yang sudah masuk akan hangus.

Kondisi ini mengakibatkan posisi yang dizalimi. Prinsip muamalah melarang kita saling

menzalimi, laa dharaa wala dhirara ( tidak ada yang merugikan dan dirugikan).

Asuransi syariah dalam mekanismenya tidak mengenal dana hangus, karena nilai

tunai telah diberlakukan sejak awal peserta masuk asuransi. Bagi peserta yang baru

masuk karena satu dan lain hal mengundurkan diri maka dana/premi yang sebelumnya

dimasukkan dapat diambil kembali kecuali sebagian kecil dana yang dniatkan sebagai

dana tabarru (dana kebajikan). Hal yang sama berlaku pula pada asuransi kerugian. Jika

selama dan selesai masa kontrak tidak terjadi klaim, maka asuransi syariah akan

membagikan sebagian dana/premi tersebut dengan pola bagi hasil 60:40 atau 70:30 sesuai

kesepakatan si awal perjanjian (akad). Jadi premi yang dibayarkan pada awal tahun masih

dapat dikembalikan sebagian ke peserta (tidak hangus). Jumlahnya sangat tergantung dari

hasil investasinya.

7. Konsep Taawun Dalam Asuransi Syariah

Sebagian para ahli syariah meyamakan sistem asuransi syariah dengan sistem

aqilah pada zaman Rasulullah SAW. Dr. Satria Effendi M.Zein dalam makalahnya

mendefinisikan takaful dengan at takmin, at taawun atau at takaful (asuransi bersifat

tolong menolong), yang dikelola oleh suatu badan, dan terjadi kesepakatan dari anggota

untuk bersama -sama memikul suatu kerugian atau penderitaan yang mungkin terjadi

pada anggotanya. Untuk kepentingan itu masing-masing anggota membayar iuran berkala

Page 38: Pengertian Asuransi

(premi). Dana yang terkumpul akan terus dikembangkan, sehingga hasilnya dapat

dipergunakan untuk kepentingan di atas, bukan untuk kepentingan badan pengelola

(asuransi syariah). Dengan demikian badan tersebut tidak dengan sengaja mengeruk

keuntungan untuk dirinya sendiri. Disini sifat yang paling menonjol adalah tolong-

menolong seperti yang diajarkan Islam.

8. Dewan Pengawas Syariah 

Pada asuransi syariah seluruh aktivitas kegiatannya diawasi oleh Dewan

Pengawas Syariah (DPS) yang merupakan bagian dari Dewan Syariah Nasional (DSN),

baik dari segi operasional perusahaan, investasi maupun SDM. Kedudukan DPS dalam

struktur organisasi perusahaan setara dengan dewan komisaris.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Menurut UU no.2 tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian, asuransi atau

pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak

penanggung mengikatkn diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk

memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan

keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang

mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau

untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya

seseorang yang dipertanggungkan.

Pada dasarnya, asuransi dapat memberikan manfaat bagi pihak tertanggung, antara

lain dapat memberikan rasa aman dan perlindungan, sebagai pendistribusian biaya dan

manfaat yang lebih adil, polis asuransi dapat dijadikan jaminan untuk memperoleh kredit,

sebagai tabungan dan sumber pendapatan, sebagai alat penyebaran risiko, serta dapat

membantu meningkatkan kegiatan usaha.

Page 39: Pengertian Asuransi

Seiring perkembangan program syariah di berbagai lembaga keuangan, dalam usaha

perasuransian pun juga terdapat asuransi syariah. Asuransi syariah merupakan sebuah sistem

dimana para partisipan/ anggota/ peserta mendonasikan/ menghibahkan sebagian atau

seluruh kontribusi yang akan digunakan untuk membayar klaim, jika terjadi musibah yang

dialami oleh sebagian partisipan/ anggota/ peserta. Peranan perusahaan disini hanya sebatas

pengelolaan operasional perusahaan asuransi serta investasi dari dana-dana/ kontribusi yang

diterima/ dilimpahkan kepada perusahaan.

B. Saran

1. Sebaiknya masyarakat mengikuti program asuransi, karena program ini memiliki banyak

manfaat bagi pihak tertanggung, seperti yang telah kami uraikan dalam materi makalah

ini.

2. Bagi masyarakat muslim, asuransi syariah dapat dijadikan alternatif pilihan proteksi

yang menawarkan program asuransi sesuai syariat Islam.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=1626

http://asuransisyariah.net/

Triandaru, Sigit dan Totok Budisantoso. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta :

Salemba Empat.