49
 16 BAB II PRESTASI BELAJAR DAN PEMBIASAAN HAFALAN SURAT-SURAT PENDEK A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang  pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan  pendidikan itu amat bergantung pad a proses yang dialami siswa, b aik ketika ia  berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarga sendiri. Selanjutnya sebagai landasan untuk memberikan pemahaman yang lebih teoritis beberapa definisi tentang belajar sebagai berikut: a. Chaplin dalam  Dictionary Of Psychology mengatakan: belajar adalah  perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. 1   b. Witherington dalam buku  Educational Psychology mengemukakan: “belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan 1  Muhibbin Syah,  Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Bandung: Rosda Karya, 1997), 9.

Pengertian Belajar

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pengertian belajar

Citation preview

  • 16

    BAB II

    PRESTASI BELAJAR DAN PEMBIASAAN HAFALAN

    SURAT-SURAT PENDEK

    A. Prestasi Belajar

    1. Pengertian Belajar

    Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang

    sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang

    pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan

    pendidikan itu amat bergantung pada proses yang dialami siswa, baik ketika ia

    berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarga sendiri.

    Selanjutnya sebagai landasan untuk memberikan pemahaman yang

    lebih teoritis beberapa definisi tentang belajar sebagai berikut:

    a. Chaplin dalam Dictionary Of Psychology mengatakan: belajar adalah

    perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat

    latihan dan pengalaman.1

    b. Witherington dalam buku Educational Psychology mengemukakan:

    belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan

    1 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Bandung: Rosda Karya,

    1997), 9.

  • 17

    diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap,

    kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian.2

    c. Belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk

    mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari.3

    Dari beberapa definisi belajar di atas dapat dipahami ada tiga pokok

    pikiran yang tidak dapat dipisahkan yakni:

    a. Bahwa belajar itu membawa perubahan.

    b. Bahwa perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan

    baru.

    c. Bahwa perubahan itu terjadi karena usaha (dengan sengaja).

    2. Pengertian Prestasi Belajar

    Prestasi belajar terbentuk dari dua suku kata, yaitu prestasi dan belajar,

    dan kata tersebut memiliki arti yang berbeda. Berdasarkan pengertian yang

    terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI): prestasi adalah hasil

    yang dicapai dari apa yang dilakukan atau dikerjakan.4

    Menurut W. J. S Purwodarminto, prestasi adalah hasil yang telah

    dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya).

    2 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Remaja Rosda Karya, 2002), 112. 3 Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru (Surabaya: Usaha Nasional,

    1994) 21. 4 Dikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI (Jakarta: Balai Pustaka, 1989).

  • 18

    Menurut Masum Khasan Abdul Qahar, prestasi adalah apa yang telah

    diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh

    dengan jalan keuletan kerja.5

    Sementara menurut Nasrun Harahap dan kawan-kawan, prestasi adalah

    penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid yang

    berkenaan dengan penguasaan bahasa pelajaran yang disajikan kepada mereka

    serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum, baik secara individual maupun

    kelompok dalam bidang kegiatan tertentu.6

    Dari beberapa pengertian di atas diketahui bahwa prestasi adalah hasil

    dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati

    yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja, baik secara individual maupun

    kelompok dalam bidang kegiatan tertentu.

    Sedangkan yang dimaksud belajar akan dikemukakan beberapa

    definisi, di antaranya:

    a. Menurut Syaiful Bahri Djamarah, belajar adalah suatu aktifitas yang

    dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan

    yang telah dipelajari.7

    b. Menurut Gagne, dalam buku the conditions of learning (1977) menyatakan

    bahwa belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi

    5 Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru (Surabaya: Usaha Nasional,

    1994), 21. 6 Ibid. 7 Ibid.

  • 19

    ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya

    berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu dari waktu sesudah ia

    mengalami situasi tadi.8

    c. Menurut Slameto, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

    individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

    keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi

    dengan lingkungannya.9

    Dari berbagai pengertian prestasi dan belajar maka dapat diambil suatu

    kesimpulan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-

    kesan yang mengakibatkan perubahan tingkah laku dalam diri individu sebagai

    hasil dari aktifitas belajar.

    3. Indikator Prestasi Belajar

    Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap

    ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar.10

    Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa

    adalah dengan mengetahui garis-garis besar indikator (penunjuk adanya

    prestasi tertentu) dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak diungkapkan

    atau diukur.

    8 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), 84. 9 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), 13. 10 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, 150.

  • 20

    Guru sebagai perancang belajar mengajar dituntut untuk menguasai

    taksonomi hasil belajar yang selama ini dijadikan pedoman dalam perumusan

    tujuan instruksional yang tidak asing lagi bagi setiap guru. Hanya saja

    masalahnya bagaimana implikasinya dalam perencanaan belajar mengajar

    dalam bentuk satuan pelajaran.11

    Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik

    tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional menggunakan klasifikasi hasil

    belajar dari Benyamin Bloom, yang secara garis besar membaginya menjadi

    tiga ranah, yakni domain kognitif, afektif, dan psikomotorik.12

    Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri

    dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi,

    analisis, sistesis dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif rendah

    dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.

    Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek

    yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian organisasi dan internalisasi.

    Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan

    kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik yakni:

    a. Gerakan refleks.

    b. Ketrampilan gerakan dasar.

    c. Kemampuan perseptual.

    11 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1998),

    34. 12 Ibid., 34.

  • 21

    d. Keharmonisan atau ketepatan.

    e. Gerakan ketrampilan kompleks.

    f. Gerakan ekspresif dan interpretatif.

    Dalam proses belajar mengajar di sekolah saat ini, tipe hasil belajar

    kognitif lebih dominan jika dibandingkan dengan tipe hasil belajar bidang

    afektif dan psikomotorik. Sekalipun demikian tidak berarti bidang afektif dan

    psikomotorik diabaikan sehingga tidak perlu dilakukan penilaian.

    4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

    Seseorang yang mengalami proses belajar, agar berhasil tujuan yang

    diharapkan maka perlu diperhatikan faktor yang dapat mempengaruhi prestasi

    belajar itu sendiri, juga untuk meningkatkan mutu pendidikan perlu

    dilaksanakan pembinaan bidang studi.

    Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar itu dapat

    dibedakan menjadi dua faktor yaitu faktor intern yaitu faktor yang ada dalam

    diri individu yang sedang belajar dan faktor ekstern yaitu faktor yang ada di

    luar individu.

    a. Faktor intern

    Faktor intern yaitu hal-hal atau keadaan yang muncul dari dalam

    diri siswa.13

    13 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, 173.

  • 22

    Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri anak didik dibedakan

    menjadi dua, pertama yakni dari segi fisiologis, yang mencakup kondisi

    fisik (tonus jasmani) dan kondisi panca indera (fungsi-fungsi panca

    indera). Kedua yakni dari segi psikologis yang mencakup bakat, minat,

    kecerdasan, motivasi, kemampuan kognitif, pribadi, latihan dan ulangan.14

    1) Faktor-faktor fisiologis, yang masih dibedakan lagi menjadi dua yakni

    tonus jasmani pada umumnya dan keadaan fungsi-fungsi fisiologis

    tertentu.15

    Tonus jasmani ini dipengaruhi oleh cukup atau tidaknya nutrisi

    yang ada, juga dipengaruhi oleh penyakit-penyakit kronis yang sangat

    mengganggu, misalnya sakit gigi, influensa, batuk, dan lain-lain.16

    Kalau demikian yang dimaksud dengan tonus jasmani, maka

    yang dimaksud dengan fungsi-fungsi jasmani tertentu adalah keadaan

    fungsi-fungsi panca indra.

    Dengan demikian dapat dipahami bahwa panca indera yang

    normal, dibanding dengan yang kurang normal, pasti akan mempunyai

    pengaruh yang berbeda-beda terhadap hasil belajar yang dicapai

    (prestasi).

    14 Mahfudh Shalahuddin, Pengantar Psikologi Pendidikan (Surabaya: Bina Ilmu, 1990), 251. 15 Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), 21. 16 Sumadi Surya Subrata, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), 251.

  • 23

    2) Faktor-faktor psikologis

    Faktor ini mencakup minat, kecerdasan, bakat, motivasi,

    kemampuan kognitif, pribadi, latihan dan ulangan.

    a) Minat

    Minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap

    sesuatu.17 Minat seseorang terhadap sesuatu, tergolong menjadi

    dua, pertama minat pembawaan yaitu minat yang dengan

    berdasarkan bakat yang ada.18 Kedua minat yang muncul karena

    adanya pengaruh-pengaruh dari luar. Misalnya minat seseorang

    yang tumbuh adanya pengaruh-pengaruh, seperti lingkungan dan

    kebutuhan.

    Berkaitan dengan hal di atas, keahlian seseorang terhadap

    sesuatu, juga akan menyebabkan timbulnya minat pada dirinya

    terhadap sesuatu tersebut. Dan akan menyebabkan ia mudah

    mempelajarinya dengan baik. Misalnya anak didik yang berpotensi

    pada suatu pelajaran, maka dia akan sangat berminat untuk dapat

    berhasil dalam mempelajari pelajaran tersebut.

    b) Kecerdasan

    Dapat atau tidaknya seseorang berhasil dalam mempelajari

    sesuatu, juga ditentukan oleh tarap kecerdasannya. Hal ini terbukti

    17 Dikpud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 583. 18 Mahfudh Shalahuddin, Pengantar Psikologi Pendidikan, 61.

  • 24

    dengan adanya kenyataan yang menunjukkan bahwa meskipun

    anak yang berusia 14 tahun ke atas umumnya telah matang untuk

    belajar ilmu pasti, tidak semua anak tersebut pandai dalam ilmu

    pasti.19

    Jika dapat dikatakan bahwa kecerdasan atau intelejensi

    yang dimiliki anak didik, turut mempengaruhi hasil belajar yang

    mereka capai.

    c) Bakat

    Bakat adalah kemampuan yang melekat pada diri seseorang

    sejak lahir, atau kemampuan yang melekat padanya.20

    Dalam kegiatan belajar mengajar, faktor bakat mempunyai

    peranan yang sangat penting, sebab bakat yang dimiliki seseorang,

    ikut menentukan terhadap berhasil atau tidaknya ia menempuh

    studi ataupun meniti karir.

    Maka dari itu untuk mencapai prestasi yang baik, perlu

    adanya kesesuaian antara bakat dan minat seseorang, dan didukung

    dengan sarana dan fasilitas yang memadai.

    d) Motivasi

    Motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk

    menggerakkan, mengarahkan dan menjaga tingkah laku seseorang

    19 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1995), 103. 20 Mahfudh Shalahuddin, Pengantar Psikologi Pendidikan, 62.

  • 25

    agar ia terdorong dan bertindak melakukan sesuatu sehingga

    mencapai hasil atau tujuan tertentu.21

    Motivasi yang berhubungan dengan kebutuhan motif dan

    tujuan, sangat mempengaruhi kegiatan dan hasil belajar.22

    Motivasi dibedakan menjadi dua yaitu:

    (1) Motivasi instrinsik yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri

    siswa itu sendiri.

    (2) Motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang berasal dari luar diri

    siswa.

    Karena belajar adalah suatu proses yang timbul dari dalam

    maka faktor motivasi memegang peranan pula. Jika guru atau

    orang tua memberikan motivasi yang baik, maka timbullah dari

    dalam diri anak suatu hasrat atau dorongan untuk belajar, begitu

    pula sebaliknya.

    Motivasi sosial dapat timbul pada anak dari orang-orang

    lain di sekitar seperti tetangga, sanak saudara, teman bermain dan

    teman-teman di sekolah, motivasi yang timbul dari dalam maupun

    dari luar diri siswa tersebut akan berpengaruh pada prestasi belajar

    siswa.

    21 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, 73. 22 Wasti Soemanto, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), 121.

  • 26

    Maka dari itu prestasi yang diperoleh oleh anak didik,

    sedikit banyak akan dipengaruhi oleh adanya motivasi pada diri

    anak didik.

    e) Kemampuan Kognitif

    Ranah kognitif merupakan salah satu dari tiga tujuan

    pendidikan, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, ranah psikomotorik.

    Ranah kognitif merupakan penguasaan kemampuan pada tingkat

    dasar bagi penguasaan ilmu pengetahuan yang harus dimiliki

    siswa.

    Untuk memiliki kemampuan kognitif harus mampu

    menguasai tiga kemampuan, yaitu: persepsi, mengingat, dan

    berpikir. Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan

    atau informasi ke dalam otak manusia.23 Melalui persepsi inilah

    manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan

    lingkungannya.

    f) Pribadi

    Setiap orang mempunyai sifat kepribadian masing-masing

    yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Sedangkan sifat

    kepribadian tiap individu memegang peranan penting dalam

    belajar.24

    23 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Pendidikan, 168. 24 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, 104.

  • 27

    g) Latihan dan Ulangan

    Menurut Wasty Soemanto latihan dan ulangan adalah

    termasuk aktifitas belajar. Orang yang melaksanakan kegiatan

    berlatih tentunya sudah mempunyai dorongan untuk mencapai

    tujuan yang dapat mengembangkan sesuatu aspek pada dirinya.

    Orang yang berlatih sesuatu tentunya menggunakan set tertentu

    sehingga gerakan atau tindakannya terarah pada tujuan tertentu.25

    b. Faktor ekstern

    Faktor ekstern yaitu hal-hal atau keadaan yang muncul dari luar diri

    siswa. Faktor ekstern ini meliputi:

    1) Faktor keluarga atau keadaan rumah tangga

    Faktor keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan

    pertama.26 Faktor keluarga meliputi:

    a) Cara mendidik anak

    Orang tua yang tidak atau kurang memperhatikan

    pendidikan anaknya misalnya: acuh tak acuh, tidak memperhatikan

    kemajuan belajar anaknya, bersifat otoriter, hal ini akan

    menyebabkan anak sulit untuk belajar.

    25 Wasti Soemanto, Psikologi Pendidikan, 107. 26 Ahmad Mudzakir, Joko Sutrisno, Psikologi Pendidikan (Bandung: Pustaka Setia, 1997),

    161.

  • 28

    b) Hubungan orang tua dan anak

    Sifat hubungan orang tua dengan anak sering dilupakan.

    Yang dimaksud hubungan adalah kasih sayang penuh pengertian

    atau kebencian, sikap keras acuh tak acuh, dan lain-lain. Faktor ini

    penting sekali dalam menentukan kemajuan belajar anak dan

    berpengaruh pada keberhasilan belajar anak.

    c) Contoh atau bimbingan dari orang tua

    Orang tua adalah contoh bagi anak-anaknya. Segala

    perbuatannya, anak akan selalu mencontoh orang tuanya. Sikap

    orang tua yang pemarah harus dibuang jauh-jauh.

    d) Suasana rumah atau keluarga

    Suasana keluarga yang ramai, gaduh, akan membuat anak

    tidak dapat belajar dengan baik. Anak akan terganggu konsentrasi

    belajar. Demikian pula suasana rumah yang tegang, selalu ada

    konflik antar anggota keluarga.

    e) Keadaan ekonomi keluarga

    Faktor biaya merupakan faktor yang sangat penting.

    Karena belajar dan kelangsungannya sangat memerlukan biaya.

    Misalnya, untuk membeli alat-alat sekolah, uang sekolah, hal ini

    akan sangat berpengaruh pada prestasi belajar siswa.

  • 29

    2) Sekolah

    Keadaan sekolah tempat belajar turut mempengaruhi tingkat

    keberhasilan belajar, kualitas guru, metode pengajarnya kesesuaian

    kurikulum dengan kemampuan anak, keadaan fasilitas atau

    perlengkapan di sekolah, keadaan ruangan, jumlah murid per kelas,

    pelaksanaan tata tertib sekolah turut mempengaruhi keberhasilan

    belajar anak.

    3) Masyarakat

    Keadaan masyarakat yang menentukan prestasi belajar. Bila di

    sekitar tempat tinggal keadaan masyarakatnya terdiri dari orang-orang

    yang berpendidikan, terutama anak-anaknya rata-rata bersekolah tinggi

    dan moralnya baik, hal ini akan mendorong anak lebih giat belajar.

    4) Lingkungan Sekitar

    Seorang anak dari keluarga yang baik, memiliki intelejensi

    yang baik bersekolah di suatu sekolah yang keadaan guru-gurunya dan

    alat-alatnya baik belum tentu pula dapat belajar dengan baik.27

    Keadaan lingkungan tempat tinggal, juga sangat penting dalam

    mempengaruhi prestasi belajar. Keadaan lingkungan, bangunan rumah,

    suasana sekitar, keadaan lalu lintas, iklim.28

    27 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, 105. 28 M. Dalyono, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), 59-60.

  • 30

    B. Metode Pembiasaan Hafalan Surat-surat Pendek

    1. Pengertian Metode Pembiasaan

    Secara etimologi pembiasaan asal katanya biasa. Dengan adanya

    perfiks pe dan sufiks an menunjukkan arti proses. Sehingga pembiasaan

    dapat diartikan dengan proses membuat sesuatu atau seseorang menjadi

    terbiasa.29

    Sedangkan kaitannya dengan metode pendidikan Islam, metode

    pembiasaan merupakan sebuah cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan

    peserta didik berfikir, bersikap, dan bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran

    agama Islam.30

    Pembiasaan merupakan salah satu metode pendidikan Islam yang

    sangat penting bagi anak yang berusia kecil, karena dengan pembiasaan itulah

    akhirnya suatu aktifitas akan menjadi milik anak di kemudian hari.31

    Pembiasaan yang baik akan membentuk sosok manusia yang berkepribadian

    baik, begitu pula sebaliknya pembiasaan yang buruk akan membentuk sosok

    manusia yang berkepribadian buruk.

    Menanamkan kebiasaan yang baik memang tidak mudah, dan kadang-

    kadang makan waktu yang lama. Tetapi sesuatu yang sudah menjadi

    29 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan, 110. 30 Ibid. 31 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: PT. Rineka

    Cipta, 2002), 71-72.

  • 31

    kebiasaan sukar pula untuk mengubahnya.32 Maka kebiasaan mempunyai

    peranan penting dalam kehidupan manusia, karena ia menghemat banyak

    sekali kekuatan manusia, karena sudah menjadi kebiasaan yang mudah

    melekat dan dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan di lapangan-lapangan,

    seperti untuk bekerja, memproduksi dan mencipta. Islam mempergunakan

    kebiasaan itu sebagai salah satu tehnik pendidikan, lalu mengubah seluruh

    sifat-sifat baik menjadi kebiasaan, sehingga jiwa dapat menunaikan kebiasaan

    tanpa susah payah, tanpa kehilangan banyak tenaga dan tanpa menemukan

    banyak kesulitan.33

    Pembiasaan dinilai sangat efektif jika penerapannya dilakukan

    terhadap peserta didik yang berusia kecil. Karena memiliki rekaman

    ingatan yang kuat dan kondisi kepribadian yang belum matang, sehingga

    mereka lakukan sehari-hari. Oleh karena itu, sebagai awal dalam proses

    pendidikan, pembiasaan merupakan cara yang sangat efektif dalam

    menanamkan nilai-nilai moral ke dalam jiwa anak. Nilai-nilai yang tertanam

    dalam dirinya ini kemudian akan termanifestasikan dalam kehidupannya

    semenjak ia mulai melangkah ke usia remaja dan dewasa.34

    32 Ibid. 33 Hamdani Ihsan, H Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2002),

    200. 34 Ibid.

  • 32

    Al-Qur'an sebagai sumber ajaran Islam, memuat prinsip-prinsip umum

    pemakaian metode pembiasaan dalam proses pendidikan. Allah menurunkan

    ayat yang berbunyi:

    _F [\TJO TUV WPX FHJLM NOPQ M T] Fab degO] ThieTeF]F M Tb) ... Tka]43: (

    Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu sholat, sedang

    kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang

    kamu ucapkan. (Q.S. An-Nisa : 43).35

    Ayat tersebut memberikan penjelasan meminum khamar adalah

    perbuatan dan kebiasaan yang tidak terpuji. Sebagian di antara kaum

    muslimin telah menyadari dan membiasakan diri untuk tidak lagi meminum

    minuman yang memabukkan. Namun masih ditemukan juga sebagian yang

    lain yang sulit merubah kebiasaan tersebut sampai-sampai ingin melakukan

    sholat pun mereka melakukan kebiasaan tersebut.

    2. Tujuan Metode Pembiasaan

    Di dalam kehidupan sehari-hari pembiasaan itu merupakan hal yang

    sangat penting, tanpa pembiasaan maka hidup kita akan menjadi lambat sekali

    sebab sebelum melakukan sesuatu kita harus memikirkan terlebih dahulu apa

    yang kita lakukan.

    Hal tersebut dibenarkan oleh Mahmud Yunus sebagaimana katanya:36

    35 Depag RI, Al-Qur'an dan Terjemahannya (Jakarta, 2007), 85. 36 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), 184.

  • 33

    Sebenarnya manusia hidup di dunia ini menurut kebiasaan (adatnya),

    penghidupan menurut adatnya, makan menurut adatnya, jujur atau khianatnya

    menurut adatnya begitulah seterusnya. Sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan

    akan sulit mengubahnya.

    Maka dari itulah tujuan dari metode pembiasaan adalah agar siswa

    memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan perbuatan baru yang lebih

    tepat dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu.

    Dengan perkataan lain selaras dengan norma-norma dan tata nilai moral yang

    berlaku, baik bersifat religius maupun tradisional dan kultural.37

    3. Syarat-syarat Pemakaian Metode Pembiasaan

    Ditinjau dari segi ilmu psikologi kebiasaan seseorang erat kaitannya

    dengan figur yang menjadi panutan dalam perilakunya. Seseorang anak

    terbiasa shalat karena orang tua yang menjadi figurnya selalu mengajak dan

    memberi contoh kepada anak tersebut tentang shalat yang mereka laksanakan

    setiap waktu shalat. Demikian pula kebiasaan-kebiasaan lainnya. Oleh karena

    itu, apa syarat-syarat yang harus dilakukan dalam mengaplikasikan

    pendekatan pembiasaan dalam pendidikan, antara lain:38

    a. Mulailah pembiasaan itu sebelum terlambat. Usia sejak bayi dinilai waktu

    yang sangat tepat untuk mengaplikasikan pendekatan ini, karena setiap

    37 Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Integrasi dan

    Kompetensi, Edisi Revisi (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), 103. 38 Ibid., 114-115.

  • 34

    anak mempunyai rekaman yang cukup kuat dalam menerima pengaruh

    lingkungan sekitarnya dan secara langsung akan dapat membentuk

    kepribadian seseorang anak. Kebiasaan positif maupun negatif itu akan

    muncul sesuai dengan lingkungan yang membentuknya.

    b. Pembiasaan hendaklah dilakukan secara kontinu, teratur, dan berprogram.

    Sehingga pada akhirnya akan terbentuk sebuah kebiasaan yang utuh,

    permanen dan konsisten. Oleh karena itu faktor pengawasan sangat

    menentukan dalam pencapaian keberhasilan dari proses ini.

    c. Pembiasaan hendaknya diawasi secara ketat, konsisten, dan tegas, jangan

    memberi kesempatan yang luas kepada anak didik untuk melanggar

    kebiasaan yang telah ditanamkan.

    d. Pembiasaan yang pada mula hanya bersifat mekanistis, hendaknya secara

    berangsur-angsur dirubah menjadi kebiasaan yang tidak verbalistik dan

    menjadi kebiasaan yang disertai dengan kata hati anak didik itu sendiri.

    4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembiasaan

    Sebagaimana pendekatan-pendekatan lainnya di dalam proses

    pendidikan, pendekatan pembiasaan tidak bisa terlepas dari dua aspek yang

    saling bertentangan yaitu kelebihan dan kekurangan. Sebab tidak satupun dari

    hasil pemikiran manusia yang sempurna dan bebas dari kelemahan.

  • 35

    e. Kelebihan

    Kelebihan pendekatan ini antara lain adalah:

    1. Dapat menghemat tenaga dan waktu dengan baik.

    2. Pembiasaan tidak hanya berkaitan dengan lahiriyah aspek tetapi juga

    berhubungan dengan aspek bathiniah.

    3. Pembiasaan dalam sejarah tercatat sebagai metode yang paling

    berhasil dalam pembentukan kepribadian anak didik.

    f. Kekurangan

    Kelemahan metode ini adalah membutuhkan tenaga pendidik yang

    benar-benar dapat dijadikan sebagai contoh tauladan di dalam

    menanamkan sebuah nilai kepada anak didik. Oleh karena itu pendidik

    yang dibutuhkan dalam mengaplikasikan pendekatan ini adalah pendidik

    pilihan yang mampu menyelaraskan antara perkataan dan perbuatan,

    sehingga tidak ada kesan bahwa pendidik hanya mampu memberikan nilai

    tetapi tidak mampu mengamalkan nilai yang disampaikannya terhadap

    anak didik.39

    39 Ibid., 116.

  • 36

    C. Hafalan Surat-surat Pendek

    Yang dimaksud menghafal adalah menghafal al-Qur'an yang terdiri dari

    30 juz atau beberapa ayat saja.40 Sedangkan yang dimaksud surat pendek ialah

    sejumlah surat yang terdapat dalam juzamma (juz ke-30).41

    1. Bentuk-bentuk Metode Menghafal

    Adapun secara praktis, bentuk-bentuk menghafal adalah sebagai

    berikut:42

    a. Metode Wahdah

    Metode wahdah, yaitu satu proses menghafalkan al-Qur'an dengan

    menghafal satu persatu ayat-ayat. Setiap ayat dibaca berulang-ulang

    hingga jelas dan dihafal. Demikian seterusnya hingga mampu

    menghafalkan satu halaman, satu lembaran, satu jus dan akhirnya seluruh

    al-Qur'an.

    b. Metode Kitabah

    Metode kitabah, ialah satu cara menghafalkan dengan cara

    menuliskan lebih dahulu ayat-ayat yang akan dihafalkan pada selembar

    kertas. Setelah itu, tulisan tersebut dibaca berulang-ulang hingga lancar

    dan benar bacaannya lalu dihafalkan.

    40 Moh. Amin dkk, Modul Quran Hadis I (Jakarta: Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 2000), 243.

    41 U. Syamsuddin Mz et. al, Panduan Kurikulum dan Pengajaran (LPPTKA BKPRMI Pusat, 1997), 27.

    42 Al-Hafidz, Ahsin W, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur'an (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), 63-66.

  • 37

    c. Metode Samai

    Metode samai yaitu satu cara menghafalkan al-Qur'an dengan

    mendengarkan sesuatu bacaan al-Qur'an. Cara seperti ini dapat dilakukan

    dengan bantuan seorang guru yang membacakan, sementara penghafalnya

    mendengarkan untuk kemudian menirukan, atau mendengarkan dari

    rekaman pita kaset. Metode ini dapat dipergunakan untuk penghafal tuna

    netra dan anak-anak yang belum dapat membaca.

    d. Metode Gabungan

    Metode ini merupakan gabungan dari metode wahdah dan metode

    kitabah. Hanya saja kitabah di sini hanya berfungsi sebagai uji coba

    terhadap ayat-ayat yang telah dihafalkan. Setelah penghafal selesai

    menghafalkan, ia kemudian menuliskannya apakah sudah benar ataukah

    belum. Jika telah benar, maka ia dapat melanjutkan pada materi hafalan

    berikutnya. Metode ini mempunyai keuntungan ganda, karena selain untuk

    menghafal juga memantapkan apa yang telah dihafalkan.

    e. Metode Jama

    Metode jama ialah satu cara menghafalkan al-Qur'an yang telah

    dilakukan secara kolektif, bersama-sama. Secara bersama-sama, penghafal

    mendengarkan bacaan guru, kemudian bersama-sama pula membacanya

    serta menghafalkan.

  • 38

    2. Kegunaan Menghafal

    Ada sebagian orang yang mengatakan bahwa menghafal al-Qur'an

    tidak perlu dan hanya menghabis habiskan waktu saja. Dengan alasan karena

    al-Qur'an itu telah banyak dicetak dan dikasetkan. Pendapat seperti ini justru

    keliru, karena dengan banyaknya dicetak dan dikasetkan itu bisa terjadi

    kekhilafan dan kekeliruan. Bahkan ada pula yang berniat buruk yang berusaha

    masuk keaslian al-Qur'an melalui cetakan dan rekaman itu. Dan untuk

    mengetahui kesalahan tersebut dapat dilakukan melalui perbaikan yang

    dilakukan oleh orang-orang yang hafal al-Qur'an.43

    Selain itu hafalan al-Qur'an juga dapat menjadi teman setia bagi orang-

    orang yang sedang sendirian, kesedihan dan sebagainya. Ia seolah-seolah

    mempunyai teman yang senantiasa menemaninya kemanapun ia pergi, dan

    dimanapun ia berada. Menghafal al-Qur'an amal ibadah yang mulia dan

    menentramkan hati yang gelisah. Oleh sebab itu Rasulullah SAW sangat

    menganjurkan menghafal al-Qur'an, karena di samping menjaga

    kelestariannya, juga merupakan amal yang mulia. Menurut beliau, rumah yang

    di dalamnya tidak ada orang yang menghafal al-Qur'an adalah bagaikan

    kuburan dan tidak ada berkatnya.

    Dalam shalat juga untuk menjadi imamnya adalah diutamakan orang

    yang banyak membaca dan menghafal al-Qur'an.44

    43 Moh. Amin dkk, Modul Quran Hadis I, 243. 44 Ibid.

  • 39

    BAB III

    PEMBIASAAN HAFALAN SURAT-SURAT PENDEK

    DI SD MUHAMMADIYAH TERPADU (SDMT) PONOROGO

    D. Data Umum

    Sejarah Singkat Berdirinya SD Muhammadiyah Terpadu (SDMT) Ponorogo45

    SD Muhammadiyah Terpadu (SDMT) Ponorogo pada awalnya adalah

    MI Muhammadiyah yang sudah berdiri sejak tahun 1960 an, dengan berbagai

    persoalan dan kondisi yang kurang mendukung kemajuan lembaga tersebut.

    Lembaga sekolahan MI Muhammadiyah ini, dulu kurang bisa diterima

    oleh masyarakat luas, mereka lebih memilih sekolahan umum yang

    berorientasi pada pembangunan ekonomi.

    Kondisi ini berlangsung sekitar 38 tahun dan pada tahun 1998 para

    dewan asatid dan para tokoh masyarakat berkumpul untuk mencari solusi

    demi kemajuan dan juga keberlangsungan lembaga tersebut.

    Dari hasil musyawarah tersebut adalah tentang perubahan MI ke SD

    Muhammadiyah Terpadu pada tanggal 28 Juli 2003 dengan alamat Jalan

    Jagadan 14 Ronowijayan Siman Ponorogo Jawa Timur. Semua ini atas dasar

    mufakat dan keinginan dari masyarakat luas.

    45 Lihat transkrip dokumentasi nomor: 01/D/F-1/4-V/2008 dalam lampiran laporan hasil

    penelitian ini.

  • 40

    Tokoh-tokoh yang memprakarsai hal tersebut berjumlah 9 orang,

    yaitu:

    Drs. Sulton, M.Si

    Drs. Rudianto, M.Pd

    Supriyanto,S.Pd

    Drs. Sunyoto

    Heriyanto,A.Ma

    Abdul Wahid Masruri,SE

    Ahmad Baedowi,ST

    Hj. Siti Qomariyah,S.Ag

    Suyitno,S.Ag

    SDMT didirikan untuk mencetak kader-kader bangsa dan memberikan

    bekal dasar pengetahuan yang memadai, memiliki kecakapan praktis serta

    tidak gagap dengan perkembangan teknologi. Proses belajar ditekankan pada

    ketiga ranah dalam pendidikan yakni kognitif, afektif, dan psikomotorik

    menuju pendidikan life skill. Proses belajar mengajar dilaksanakan dengan

    modul full days school mulai pukul 07.00-15.00.

    Sehingga prospek ke depan memberikan optimisme kepada yayasan

    untuk mendirikan SD unggulan, dalam rangka memberikan wadah kepada

    para orang tua yang ingin memilih lembaga pendidikan yang berkualitas.

  • 41

    Visi, Misi, dan Tujuan SD Muhammadiyah Terpadu (SDMT) Ponorogo46

    Adapun visi, misi, dan tujuan SD Muhammadiyah Terpadu (SDMT)

    Ponorogo adalah sebagai berikut:

    Visi

    Menjadikan SD Muhammadiyah Terpadu sebagai pusat

    pendidikan berbasis tauhid dan life skill.

    Misi

    Melaksanakan proses pembelajaran yang integrated yang dapat

    melahirkan generasi Islami yang siap dan mampu menguasai masa depan

    dengan modal ilmu, iman, dan akhlakul karimah.

    Tujuan

    Mencetak generasi Rabby Radhiyah yang mampu memadukan

    iman, ilmu, amal dalam setiap langkah dan tindakan.

    Letak Geografis SD Muhammadiyah Terpadu (SDMT) Ponorogo47

    SD Muhammadiyah Terpadu (SDMT) Ponorogo merupakan salah satu

    lembaga pendidikan yang bernaung di bawah Departemen Pendidikan

    Nasional yang berlokasi di Jalan Jagadan Nomor 14 Kelurahan Ronowijayan

    Kecamatan Siman Kabupaten Ponorogo Propinsi Jawa Timur.

    46 Lihat transkrip dokumentasi nomor: 02/D/F-1/4-V/2008 dalam lampiran laporan hasil

    penelitian ini. 47 Lihat transkrip observasi nomor: 01/O/20-IV/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian

    ini.

  • 42

    Dilihat dari letak geografisnya keberadaan SD Muhammadiyah

    Terpadu (SDMT) Ponorogo berada di sebelah timur jantung kota Ponorogo

    jauh dari kebisingan kota sehingga akan sangat mendukung dan terasa

    nyaman, kondusif serta menguntungkan bila diselenggarakan proses

    pembelajaran.

    Struktur Organisasi SD Muhammadiyah Terpadu (SDMT) Ponorogo

    Struktur organisasi yang dibuat oleh SD Muhammadiyah Terpadu

    (SDMT) Ponorogo bertujuan agar jalan pendidikan yang diselenggarakan

    menjadi lancar, sehingga dapat menuju pada tercapainya tujuan yang telah

    ditetapkan.

    Dalam suatu usaha untuk mencapai tujuan tersebut maka SD

    Muhammadiyah Terpadu (SDMT) Ponorogo perlu membuat suatu

    kelembagaan atau susunan kepengurusan sebagaimana kebutuhan yang ada.

    Dengan pembagian tugas kerja yang ditetapkan, yang tersusun dalam struktur

    organisasi maka langkah perjalanan SD Muhammadiyah Terpadu (SDMT)

    Ponorogo akan menjadi lebih lancar dan terorganisasi dengan baik.48 Adapun

    struktur organisasi SD Muhammadiyah Terpadu (SDMT) Ponorogo dapat

    dilihat pada lampiran I dalam skripsi ini.

    48 Lihat transkrip dokumentasi nomor: 03/D/F-1/4-V/2008 dalam lampiran laporan hasil

    penelitian ini.

  • 43

    Keadaan Guru dan Siswa SD Muhammadiyah Terpadu (SDMT) Ponorogo

    Guru atau pendidik adalah orang yang tugasnya mendidik dan

    mengajar serta bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan pembelajaran

    dan berkewajiban pula membimbing serta mengarahkan peserta didik sesuai

    dengan tujuan yang diharapkan. Tenaga pengajar yang ada di SD

    Muhammadiyah Terpadu (SDMT) Ponorogo ini terdiri dari sarjana-sarjana

    yang memiliki kualitas dan spesialisasi dalam bidang studi masing-masing.

    Keadaan Guru

    Jumlah guru di SD Muhammadiyah Terpadu (SDMT)

    Ponorogo sebanyak 21 guru yang terdiri dari guru tetap 6 orang, 1

    kepala sekolah, dan guru tidak tetap 15 orang. Adapun data guru dapat

    dilihat pada tabel berikut ini:

    Tabel 3.1 Data Guru SD Muhammadiyah Terpadu (SDMT) Ponorogo49

    No Nama Bidang Studi/Jabatan 1. Drs. Rudianto, M.Ag Kepala Sekolah 2. Bambang Harmanto, S.Pd, M.Pd Wakasek I 3. Drs. Sumaji Cd, M.SI Wakasek II 4. Farid Maruf Fauzi, S.Pd.I Pendidikan Jasmani 5. Ummu Afifah, S.Ag Bahasa Indonesia 6. Imam Syaiful Bahri, S.Pd.I Bahasa Arab 7. Intan Sari Rufiana, S.Pd Matematika 8. Yeni Rahmawati, S.Pd Matematika 9. Binti Solikah, S.Pd Bahasa Inggris

    49 Lihat transkrip dokumentasi nomor: 05/D/F-1/4-V/2008 dalam lampiran laporan hasil

    penelitian ini.

  • 44

    10. Nur Habibah, S.Pd Pendidikan Agama Islam 11. Alfi Marsidah, S.Pd Bahasa Arab 12. Fardiana Rahmawati, S.Pd Sains 13. Siti Rohmatin Khusbah, S.H.I Pendidikan Agama Islam 14. Yuli Hartini, S.Psi Bahasa Indonesia 15. Aziz Iwan Mustofa, S.T Pengetahuan Sosial-PKn 16. Ali Mustofa Kertakes TIK 17. Dwi Sholichah, S.Pd Bahasa Inggris 18. Agus Arifuddin Amsa Sains 19. Suci Rahayunintyas, S.E Bendahara 20. Abdul Wahid Masruri Tata Usaha 21. Wiji Lestari Rumah Tangga Sekolah

    Keadaan Siswa

    Siswa SD Muhammadiyah Terpadu (SDMT) Ponorogo adalah

    mereka yang resmi dan diakui untuk belajar dan terdaftar dalam buku

    induk SD Muhammadiyah Terpadu (SDMT) Ponorogo.

    Jumlah siswa di SD Muhammadiyah Terpadu (SDMT)

    Ponorogo secara keseluruhan berjumlah 141. Yang terdiri dari 27

    siswa kelas I, 21 siswa kelas II A, 20 siswa kelas II B, 21 siswa kelas

    III, 18 siswa kelas IV, 25 siswa kelas V, dan 9 siswa kelas VI. Adapun

    data siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini:

  • 45

    Tabel 3.2 Data Siswa SD Muhammadiyah Terpadu (SDMT) Ponorogo50

    No Kelas Jumlah Siswa 1. I 27 2. II A 21 3. II B 20 4. III 21 5. IV 18 6. V 25 7. VI 9 Jumlah 141

    Sarana Prasarana

    Sarana dan prasarana SD Muhammadiyah Terpadu (SDMT) Ponorogo

    fasilitas yang ada antara lain: ruang kelas, perlengkapan tiap ruang kelas

    (meja kursi, perlengkapan KBM, atribut PMP), ruang serba guna, ruang

    khusus kepala sekolah, ruang khusus guru, ruang tata usaha, musholla atau

    masjid, ruang UKS, ruang perpustakaan, gedung atau ruang menyimpan

    peralatan, kondisi tanah gedung dan ruangan, dan WC atau kamar mandi.

    Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam lampiran.51

    Perencanaan inventaris SD Muhammadiyah Terpadu (SDMT)

    Ponorogo dilakukan setiap tahun. Masing-masing bagian mengajukan kepada

    bagian sarana dan prasarana, apabila ada inventaris yang belum lengkap atau

    sudah layak pakai, tetapi kalau sudah lengkap maka dana dialokasikan ke

    50 Lihat transkrip dokumentasi nomor: 06/D/F-1/4-V/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.

    51 Lihat transkrip dokumentasi nomor: 04/D/F-1/4-V/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.

  • 46

    bagian lain. Pengaturan dan pemeliharaan sarana di SD Muhammadiyah

    Terpadu (SDMT) Ponorogo terorganisir dan dikelola oleh masing-masing

    bagian.

    Paparan Data Khusus

    Data Tentang Upaya yang Dilakukan SD Muhammadiyah Terpadu (SDMT)

    Ponorogo dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Bidang Studi Pendidikan

    Agama Islam Siswa Melalui Pembiasaan Halafan Surat-surat Pendek Tahun

    Pelajaran 2007/2008

    SD Muhammadiyah Terpadu (SDMT) Ponorogo senantiasa berusaha

    untuk meningkatkan anak didiknya dengan berbagai cara yang baik, baik itu

    melalui kegiatan pendidikan ataupun pembelajaran serta ekstrakurikulernya.

    Dan untuk pembelajaran merupakan tugas guru untuk bisa menentukan suatu

    metode atau cara, agar siswa yang dididiknya dapat mencapai kompetensi

    yang telah ditentukan dan memiliki beberapa ketrampilan untuk bidang studi

    Pendidikan Agama Islam, khususnya yang ada keharusan bisa menguasai

    materi.

    Adapun upaya yang dilakukan SD Muhammadiyah Terpadu (SDMT)

    Ponorogo dalam meningkatkan prestasi belajar bidang studi Pendidikan

    Agama Islam yaitu melalui peningkatan kualitas guru serta kurikukum plus

    dan kegiatan ekstrakurikuler.52

    52 Lihat transkrip wawancara nomor: 02/W/F-1/27-V/2008 dalam lampiran laporan hasil

    penelitian ini.

  • 47

    Dari hasil wawancara yang penulis lakukan dengan Bapak Drs.

    Rudianto, M.Ag selaku kepala sekolah, dapat diketahui bahwa peningkatan

    kualitas guru sebagai berikut:

    Untuk meningkatkan kualitas guru SDMT mengadakan TOT (Training Of Trainer) dengan menghadirkan ahli bidang tartil.53

    Sedangkan kurikulum plus terdiri dari standar nasional dan plus.

    Penjabaran standar nasional dan plus sebagaimana dijelaskan oleh Bapak Drs.

    Rudianto, M.Ag selaku kepala sekolah.

    Pada prinsipnya SDMT berada di bawah naungan Departeman Pendidikan Nasional, untuk itu kurikulum inti yang diterapkan sama dengan kurikulum SD pada umumnya. Materi penunjang meliputi: penjaskes, kerajinan tangan dan kesenian, Bahasa Inggris, Bahasa Arab, dan komputer. Dengan program unggulan yang dicapai di SDMT adalah kemampuan siswa di bidang agama, sains, dan bahasa.54

    Sedangkan kurikulum plus adalah sebagaimana penjelasan Bapak Drs.

    Rudianto sebagai berikut:

    Penerapan kurikulum plus dalam rangka untuk meningkatkan prestasi belajar bidang studi Pendidikan Agama Islam yaitu melalui metode pembiasaan meliputi: hafalan doa sehari-hari, surat-surat pendek dalam juzamma dan ayat-ayat pilihan dalam al-Qur'an, membiasakan adab dan tata cara amaliyah ibadah sesuai tuntunan Rasulullah SAW, al-Qur'an sebagai bacaan dan pedoman kehidupan sehari-hari, Bahasa Arab dan terjemahan, yang bermaksud untuk memahamkan siswa pada bacaan-bacaan al-Qur'an dan bacaan doa dalam kehidupan sehari-hari.55

    Sedangkan upaya yang dilakukan SDMT untuk meningkatkan prestasi

    belajar bidang studi Pendidikan Agama Islam melalui program ekstrakurikuler

    53 Lihat transkrip wawancara nomor: 01/W/F-1/26-V/2008 dalam lampiran laporan hasil

    penelitian ini. 54 Lihat transkrip wawancara nomor: 01/W/F-1/26-V/2008 dalam lampiran laporan hasil

    penelitian ini. 55 Lihat transkrip wawancara nomor: 03/W/F-1/28-V/2008 dalam lampiran laporan hasil

    penelitian ini.

  • 48

    adalah sebagaimana penjelasan Bapak Imam Syaiful Bahri, S.Pd.I selaku waka

    kurikulum SDMT sebagai berikut:

    Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar bidang studi Pendidikan Agama Islam SDMT Ponorogo memberikan ekstra kurikuler yang meliputi adab bersuci, adab antri, pesan dan nasehat dalam bentuk lagu-lagu Islami, hadits-hadits, surat-surat pendek pada waktu istirahat.56

    Dari hasil wawancara dengan Ibu Habibah selaku guru Pendidikan

    Agama Islam mengenai upaya meningkatkan prestasi belajar bidang studi

    Pendidikan Agama Islam di SD Muhammadiyah Terpadu (SDMT) Ponorogo

    diperoleh data sebagai berikut:

    Materi Pendidikan Agama Islam ada empat aspek yaitu al-Qur'an, akidah, fiqih, dan akhlak. Untuk aspek al-Qur'an siswa dibiasakan hafalan seperti surat-surat pendek, hadits-hadits. Untuk aspek akidah seperti mengenal asmaul husna, serta mengetahui arti dan menyebutkan. Untuk aspek fikih seperti mengenal tata cara wudhu, shalat, menghafal, membiasakan serta mempraktikkan dengan tertib. Kemudian dari segi aspek akhlak seperti menampilkan adab buang air besar dan kecil yaitu memperagakan buang air dengan cara yang benar dan membiasakan berdoa ketika akan masuk dan keluar kamar mandi atau WC.57

    Untuk mengetahui proses pembiasaan hafalan surat-surat pendek di SD

    Muhammadiyah Terpadu (SDMT) Ponorogo, peneliti melakukan wawancara

    dan observasi secara langsung terhadap pelaksanaan proses pembiasaan

    hafalan sebelum kegiatan belajar mengajar berlangsung. Sebagaimana data

    berikut:

    Untuk proses pembiasaan hafalan surat-surat pendek sebagaimana

    penjelasan Ibu Alfi Marsidah, S.Pd selaku wali kelas II.

    56 Lihat transkrip wawancara nomor: 04/W/F-1/29-V/2008 dalam lampiran laporan hasil

    penelitian ini. 57 Lihat transkrip wawancara nomor: 05/W/F-1/30-V/2008 dalam lampiran laporan hasil

    penelitian ini.

  • 49

    Hafalan surat-surat pendek dibiasakan setiap hari sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai yaitu jam 07.00-07.30 untuk kelas II.58 Surat yang dihafalkan antara lain: surat al-Ashr, al-Takasur, al-Qoriah, al-Ngadiat, al-Jalzalah, dan al-Bayinah. Selain menghafalkan siswa juga diajarkan makna-makna ayat dan arti-arti ayat.59

    Di antara latar belakang diterapkannya pembiasaan hafalan surat-surat

    pendek setiap hari adalah sebagaimana penjelasan dari Ibu Alfi Marsidah

    sebagai berikut:

    Anak usia SD ini masih enak diajak hafalan. Mereka belum bisa membaca dan menulis Arab, paling tidak mereka bisa melafalkan dan hafal.60

    Dari hasil wawancara yang penulis lakukan dengan Ibu Alfi

    Marsidah,S.Pd selaku wali kelas II, dapat diketahui metode-metode yang

    beliau pakai di SD Muhammadiyah Terpadu (SDMT) Ponorogo khususnya

    kelas II pada sistem hafalan yaitu memakai metode bayangan atau metode tiru

    ingat (tingat).61

    Sedangkan alasan ataupun tujuan digunakan metode bayangan atau

    metode tiru ingat (tingat) adalah sebagaimana penjelasan Ibu Alfi Marsidah

    sebagai berikut:

    Alasan saya ya, bila dengan metode bayangan atau metode tiru ingat (tingat) untuk anak seusia SD dengan meniru, anak akan mudah dan ingat. Saya mengevaluasi siswa dengan maju satu per satu untuk menghafalkan surat yang telah dihafalkan serta panjang pendeknya. Dalam pembelajaran untuk mencapai

    58 Lihat transkrip wawancara nomor: 06/W/F-2/31-V/2008 dalam lampiran laporan hasil

    penelitian ini. 59 Lihat transkrip wawancara nomor: 08/W/F-2/2-VI/2008 dalam lampiran laporan hasil

    penelitian ini. 60 Lihat transkrip wawancara nomor: 07/W/F-2/1-VI/2008 dalam lampiran laporan hasil

    penelitian ini. 61 Lihat transkrip wawancara nomor: 09/W/F-2/3-VI/2008 dalam lampiran laporan hasil

    penelitian ini.

  • 50

    kompetensi yang telah ditentukan, alhamdulillah, berhasil secara maksimal, dan kompetensi yang ada dapat dicapai pula.62 Dalam pembiasaan setiap hari hafalan siswa juga sangat antusias sekali

    hal ini diperkuat dengan hasil wawancara dengan Fardan Nauval Akbar siswa

    kelas II.

    Saya suka dan senang karena pengen hafal, ustadzahnya juga sabar.63

    Hal tersebut juga diungkapkan oleh Shafira kelas II sebagaimana

    berikut:

    Saya senang, karena itu doa.64

    Pada saat kegiatan proses hafalan berlangsung guru membacakan

    keseluruhan pada surat yang akan dihafalkan, kemudian dibaca per ayat

    selanjutnya siswa melafalkannya bersama-sama. Apabila siswa ada yang salah

    melafalkannya guru membenarkannya. Diharapkan dari menirukan itu siswa

    dapat dengan mudah mengingat dan bisa hafal.65

    Dari beberapa hasil wawancara dan observasi yang dilakukan nampak

    jelas bahwa dengan diterapkannya pembiasaan hafalan setiap hari dengan

    menggunakan metode bayangan atau metode tiru ingat (tingat) dengan

    menirukan siswa akan mudah menghafalkan sekaligus mengingatnya. Akan

    tetapi hal tersebut sangat tergantung pada kemampuan siswa.

    62 Lihat transkrip wawancara nomor: 09/W/F-2/3-VI/2008 dalam lampiran laporan hasil

    penelitian ini. 63 Lihat transkrip wawancara nomor: 10/W/F-2/4-VI/2008 dalam lampiran laporan hasil

    penelitian ini. 64 Lihat transkrip wawancara nomor: 11/W/F-3/4-VI/2008 dalam lampiran laporan hasil

    penelitian ini. 65 Lihat transkrip observasi nomor: 02/O/F-1/6-V/2008 dalam lampiran laporan hasil

    penelitian ini.

  • 51

    Faktor Penunjang dan Penghambat Pelaksanaan Proses Hafalan Surat-surat

    Pendek di SD Muhammadiyah Terpadu (SDMT) Ponorogo Tahun Pelajaran

    2007/2008

    Untuk mengetahui faktor penunjang dan penghambat tidak lepas dari

    peran guru yang bertugas membimbing dan mengajar siswa agar dapat

    mencapai kompetensi melalui metode-metode tersebut. Peneliti memperoleh

    data dari guru secara langsung, sebagaimana berikut:

    Dari segi penunjang, di antaranya:

    1. Buku panduan, juzamma, al-Qur'an.

    2. Semangat dari guru dan siswa itu sendiri.

    3. Penguasaan guru yang maksimal serta pengalaman mengajar.

    Adapun faktor penghambatnya:

    1. Siswa yang bermalas-malasan, kurang semangat.

    2. Kurang konsentrasi.

    3. Tingkat kecerdasan siswa yang berbeda-beda.

    4. Kartu hafalan.66

    Selain itu juga dalam metode bayangan atau metode tiru ingat (tingat)

    pelaksanaan proses hafalan surat-surat pendek sendiri ada faktor

    penghambatnya, sebagaimana penjelasan Ibu Alfi Marsidah, S.Pd:

    66 Lihat transkrip wawancara nomor: 12/W/F-3/5-VI/2008 dalam lampiran laporan hasil

    penelitian ini.

  • 52

    Tidak semua siswa menirukan, dan kalaupun ada yang menirukan itupun belum tentu benar 100%, maka kita juga harus membantu menyempurnakannya.67

    Sedangkan faktor pendukungnya sebagaimana penjelasan Ibu Alfi

    Marsidah sebagai berikut:

    Guru memberikan semangat kepada siswa untuk meningkatkan belajar mereka dengan sering mengulang-ulang anak akan masih ingat.68

    Dari wawancara di atas dapat diketahui semangat dan dorongan dari

    guru dan siswa itu sendiri dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman

    siswa walaupun hal tersebut belum mencapai kesempurnaan.

    67 Lihat transkrip wawancara nomor: 13/W/F-3/6-VI/2008 dalam lampiran laporan hasil

    penelitian ini. 68 Lihat transkrip wawancara nomor: 13/W/F-3/6-VI/2008 dalam lampiran laporan hasil

    penelitian ini.

  • 53

    BAB IV

    ANALISIS DATA UPAYA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN

    PRESTASI BELAJAR BIDANG STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    SISWA MELALUI PEMBIASAAN HAFALAN SURAT-SURAT PENDEK

    DI SDMT PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2007/2008

    A. Analisis Data Tentang Upaya yang Dilakukan SD Muhammadiyah Terpadu

    (SDMT) Ponorogo dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Bidang Studi

    Pendidikan Agama Islam Siswa Melalui Pembiasaan Hafalan Surat-surat

    Pendek Tahun Pelajaran 2007/2008

    Setiap manusia diperintahkan untuk mencari ilmu, karena dengan ilmulah

    manusia terangkat derajatnya, sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S Al-

    Mujadilah:

    ...wx_e [vOJ [degO Fab WUab [degO FM [WJL Tt...

    Artinya: Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan

    orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.69

    (Q.S. Al-Mujadilah : 11)

    Untuk itu dalam realitanya banyak institusi yang berusaha untuk

    menyelenggarakan pendidikan sebaik mungkin guna mencerdaskan manusia,

    salah satunya adalah SD Muhammadiyah Terpadu (SDMT) Ponorogo. Di antara

    upaya sekolah yang digunakan di dalam sistem pembelajarannya yaitu melalui

    69 Depag RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya (Jakarta, 2007), 543.

  • 54

    kurikulum plus dan ekstra kurikuler. Yang mana dalam hal ini diharapkan dapat

    meningkatkan prestasi belajar bidang studi Pendidikan Agama Islam siswa.

    Dalam bab II telah dijelaskan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang

    diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan tingkah laku dalam

    diri individu sebagai hasil dari aktifitas belajar. Dalam proses pendidikan Islam,

    metode mempunyai kedudukan yang sangat signifikan untuk mencapai tujuan

    salah satunya dengan metode pembiasaan, bahkan metode sebagai seni dalam

    mentransfer ilmu pengetahuan atau materi pelajaran kepada peserta didik.

    Adapun upaya sekolah SD Muhammadiyah Terpadu Ponorogo dalam

    meningkatkan prestasi belajar bidang studi Pendidikan Agama Islam melalui

    pembiasaan yang meliputi hafalan doa sehari-hari, surat-surat pendek dalam

    juzamma dan ayat-ayat pilihan dalam al-Qur'an juga diharapkan dapat

    menunaikan kebiasaan tanpa susah payah, tanpa kehilangan banyak tenaga dan

    tanpa menemukan banyak kesulitan ketika dibutuhkan, terutama hafalan surat-

    surat pendek ini berhubungan erat dengan bacaan dan praktek shalat bertujuan

    untuk mencapai standar kompetensi.

    Pembiasaan adab seperti adab bersuci seperti buang air besar dan kecil di

    mana anak dibiasakan bagaimana cara yang benar dan membiasakan berdoa

    ketika akan masuk dan keluar kamar mandi atau WC, membiasakan adab antri,

    pesan nasehat dalam bentuk lagu-lagu Islami, hadits-hadits, surat-surat pendek

    pada waktu istirahat.

  • 55

    Menanamkan kebiasaan yang baik memang tidak mudah dan kadang-

    kadang makan waktu lama, maka kebiasaan itu mempunyai peranan penting dan

    pembiasaan ini sangat efektif jika penerapannya dilakukan terhadap peserta didik

    yang berusia kecil. Karena memiliki rekaman ingatan yang kuat dan kondisi

    kepribadian yang belum matang sehingga mereka lakukan sehari-hari dengan

    tujuan agar dapat membiasakan anak didik berpikir, bersikap, dan bertindak

    sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam.

    Selain itu upaya yang dilakukan SD Muhammadiyah Terpadu Ponorogo

    untuk meningkatkan prestasi belajar yaitu meningkatkan kualitas guru dengan

    mengadakan TOT (Training Of Trainer) yang menghadirkan ahli bidang tartil.

    Adapun upaya-upaya sekolah dalam meningkatkan prestasi belajar bidang studi

    Pendidikan Agama Islam di atas sesuai dengan faktor yang mempengaruhi

    prestasi belajar yakni faktor dari sekolah di mana keadaan sekolah tempat belajar

    turut mempengaruhi tingkat keberhasilan belajar, kualitas guru, metode

    mengajarnya, kesesuaian kurikulum dengan kemampuan anak, keadaan fasilitas

    atau perlengkapan di sekolah, keadaan ruangan, jumlah murid per kelas,

    pelaksanaan tata tertib sekolah turut mempengaruhi keberhasilan anak.

    Dari beberapa uraian di atas dapat diambil suatu pemahaman

    bahwasannya upaya SD Muhammadiyah Terpadu (SDMT) Ponorogo dalam

    meningkatkan prestasi belajar bidang studi Pendidikan Agama Islam adalah

    melalui metode pembiasaan salah satunya pembiasaan hafalan surat-surat pendek

    setiap hari. Bahwa metode itu dijadikan sampel dalam pembelajaran untuk

  • 56

    mencapai sebuah kompetensi yang telah ditentukan serta dapat mencapai

    kompetensi yang diharapkan.

    Dalam bab II telah dijelaskan bahwa pembiasaan adalah alat pendidikan.

    Bagi anak yang masih kecil tingkat SD pembiasaan ini sangat penting, karena

    dengan pembiasaan itulah akhirnya suatu aktifitas akan menjadi milik anak di

    kemudian hari.

    Pembiasaan atau pembentukan kebiasaan adalah proses belajar tingkat

    dasar. Hal ini yang terbanyak berperan adalah fungsi ingatan yaitu menerima

    kesan-kesan, menyimpannya dan sewaktu-waktu secara motorik dikeluarkan atau

    diproduksikan.

    Sesuai dengan yang diungkapkan oleh Ibu Alfi Marsidah pembiasaan

    hafalan sangat efektif jika penerapannya dilakukan terhadap peserta didik yang

    berusia kecil, karena memiliki rekaman ingatan yang kuat dan kondisi

    kepribadian yang belum matang sehingga mereka lakukan sehari-hari.70

    Oleh karena itu, sebagai awal dalam proses pendidikan, pembiasaan

    merupakan cara yang sangat efektif dalam menanamkan nilai-nilai moral ke

    dalam jiwa anak. Nilai-nilai yang tertanam dalam dirinya ini kemudian akan

    termanifestasikan dalam kehidupannya semenjak ia mulai melangkah ke usia

    remaja dan dewasa.

    70 Lihat transkrip wawancara nomor: 07/W/F-2/1-VI/2008 dalam lampiran laporan hasil

    penelitian ini.

  • 57

    Menghafal adalah menghafal al-Qur'an yang terdiri dari 30 juz

    atau beberapa ayat saja dan yang dimaksud surat pendek ialah

    sejumlah surat yang terdapat dalam juzamma (juz ke-30). Sedangkan

    di SD Muhammadiyah Terpadu Ponorogo hanya menghafal surat-surat

    pendek.

    Adapun proses pembiasaan hafalan surat-surat pendek di SD

    Muhammadiyah Terpadu (SDMT) Ponorogo dilakukan sebelum Kegiatan Belajar

    Mengajar (KBM) dimulai jam 07.00-07.30 WIB setiap hari siswa dibiasakan

    hafalan surat-surat pendek di kelas maisng-masing, setiap kelas dipandu oleh wali

    kelas masing-masing. Adapun surat yang dihafalkan untuk kelas II yakni surat al-

    Ashr, at-Takasur, al-Qoriah, al-Ngadhiat, al-Zalzalah, dan al-Bayyinah.

    Metode hafalan surat-surat pendek yang digunakan guru adalah

    menggunakan metode bayangan atau metode tiru ingat (tingat) di mana pada saat

    proses hafalan berlangsung guru membacakan keseluruhan pada surat yang akan

    dihafalkan, kemudian dibaca per ayat selanjutnya siswa melafalkan bersama-

    sama. Apabila siswa ada yang salah melafalkannya guru membenarkannya.

    Karena dengan menggunakan metode tersebut pembiasaan menjadi sebuah

    ingatan yang spontanitas di mana orang yang sering mendengar, menirukan dan

    menghafal itu akan hafal sendiri. Evaluasi yang digunakan siswa dipanggil maju

    satu persatu untuk menghafalkan surat yang telah dihafalkan serta panjang

    pendeknya.

  • 58

    Metode tingat tersebut jika dilihat langkah-langkahnya sesuai dengan

    teknik metode menghafal jama. Metode jama adalah menghafalkan al-Qur'an

    yang telah dilakukan secara kolektif, bersama-sama. Secara bersama-sama siswa

    mendengarkan bacaan guru, kemudian bersama-sama pula membacanya serta

    menghafalkannya.

    Pembiasaan hafalan surat-surat pendek meningkatkan prestasi belajar

    Pendidikan Agama Islam siswa karena dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam

    ada empat aspek yakni aspek al-Qur'an, akidah, fikih, dan akhlak. Hafalan surat-

    surat pendek sangat mempengaruhi prestasi Pendidikan Agama Islam karena

    hafalan merupakan salah satu aspek Pendidikan Agama Islam yaitu aspek al-

    Qur'an. Jadi kalau pada aspek al-Qur'annya tidak bisa otomatis nilai Pendidikan

    Agama Islamnya minim.

    Dari beberapa uraian di atas dapat diambil suatu pemahaman

    bahwasannya pembiasaan hafalan dengan menggunakan metode bayangan atau

    metode tiru ingat (tingat) atau metode jamak yang diterapkan di SD

    Muhammadiyah Terpadu (SDMT) Ponorogo ini dapat meningkatkan prestasi

    belajar Pendidikan Agama Islam siswa.

    B. Analisis Data Tentang Faktor Penunjang dan Penghambat Pelaksanaan

    Proses Hafalan Surat-surat Pendek di SD Muhammadiyah Terpadu (SDMT)

    Ponorogo Tahun Pelajaran 2007/2008

  • 59

    Dalam penerapan hafalan surat-surat pendek ini tentunya tidak lepas dari

    faktor penunjang dan penghambat. Adapun faktor yang menunjang penerapannya

    dalam meningkatkan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa adalah

    sebagai berikut:

    Faktor guru, karena setiap guru mempunyai kepribadian, seorang guru

    yang bertitel sarjana pendidikan dan keguruan, berbeda dengan guru yang bukan

    pendidikan dan keguruan. Di bidang penguasaan ilmu pendidikan dan keguruan,

    guru yang sarjana pendidikan dan keguruan barangkali lebih banyak menguasai

    metode mengajar. Karena dia memang dicetak sebagai tenaga ahli di bidang

    keguruan dan wajar saja dia menjiwai dunia guru.

    Memiliki pengalaman mengajar yang memadai, juga menjadi faktor

    penunjang bagi guru dalam menerapkan metode ini, bagi yang berpengalaman

    mungkin akan terasa mudah, namun bagi yang belum berpengalaman akan

    merasa kesulitan. Semangat dari guru dan siswapun ikut menunjang keberhasilan

    suatu metode. Dalam bab ini telah disebutkan penunjang lain dari penerapan

    metode ini adalah buku panduan, juzamma dan al-Qur'an (sumber belajar).

    Sedangkan faktor yang menghambat penerapan pelaksanaan proses

    hafalan surat-surat pendek di SD Muhammadiyah Terpadu (SDMT) Ponorogo

    dalam meningkatkan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa adalah:

    Yang pertama faktor alokasi waktu yang terbatas. Dalam hal ini jelas

    menjadi kendala tersendiri di mana kompetensi yang maksimal namun dalam

    prakteknya selalu berbenturan dengan adanya keterbatasan waktu pelajaran.

  • 60

    Faktor yang kedua adalah anak didik yaitu manusia berpotensi yang

    menghajatkan pendidikan di sekolah, gurulah yang berkewajiban untuk

    mendidiknya. Di ruang kelas guru berhadapan dengan siswa yang berbeda-beda

    pada aspek intelektual. Hal ini terlihat dari cepat tanggapan siswa terhadap

    rangsangan yang diberikan guru. Tinggi rendahnya kreatifitas siswa mengolah

    informasi dari bahan pelajaran yang baru diterima bisa dijadikan tolak ukur dari

    kecerdasan siswa. Kecerdasan siswa terlihat seiring dengan meningkatnya

    kematangan usia anak. Daya pikir siswa bergerak dari cara berpikir konkrit ke

    arah cara berpikir abstrak.

    Dari penjelasan di atas dapat diketahui perbedaan individu siswa pada

    aspek intelektual bisa menghambat dalam penerapan hafalan surat-surat pendek.

  • 61

    BAB V

    PENUTUP

    E. Kesimpulan

    Upaya yang dilakukan SD Muhammadiyah Terpadu (SDMT) Ponorogo dalam

    meningkatkan prestasi belajar bidang studi Pendidikan Agama Islam yaitu

    melalui peningkatan kualitas guru dengan mengadakan TOT (Training Of

    Trainer). Sedangkan untuk siswanya yaitu melalui pembiasaan hafalan bagi

    siswa. Pembiasaan meliputi hafalan doa sehari-hari, hafalan surat-surat

    pendek, membiasakan adab dan tata cara amaliyah ibadah sesuai tuntunan

    Rasulullah SAW. Serta pesan dan nasehat dalam bentuk lagu-lagu Islami

    pada waktu istirahat. Proses pembiasaan hafalan surat-surat pendek dilakukan

    setiap hari jam 07.00-07.30 WIB sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai

    dan dipandu wali kelas masing-masing. Hafalan surat-surat pendek ini

    menggunakan metode bayangan atau metode tiru ingat (tingat) yang sesuai

    dengan metode menghafal jamak, di mana siswa mendengarkan ayat-ayat

    yang dilafalkan oleh guru kemudian secara bersama-sama menirukan serta

    menghafalkannya.

    Dalam pelaksanaan proses hafalan surat-surat pendek mengalami hambatan yakni

    alokasi waktu yang terbatas, tingkat kecerdasan anak yang berbeda-beda,

    kurang konsentrasi, dan kartu hafalan. Sedangkan faktor penunjangnya yaitu

  • 62

    buku panduan, juzamma, al-Qur'an, semangat dari guru dan siswa itu sendiri

    serta penguasaan guru yang maksimal serta pengalaman mengajar.

    F. Saran

    Kepada SD Muhammadiyah Terpadu (SDMT) Ponorogo

    Hendaknya metode pembiasaan hafalan surat-surat pendek

    perlu ditingkatkan, agar para peserta didik (siswa) mendapatkan

    wawasan keagamaan untuk beribadah sehari-hari.

    Kepada Guru dan Wali Kelas SD Muhammadiyah Terpadu (SDMT) Ponorogo

    Guru mempunyai peran penting untuk memotivasi belajar

    siswa. Agar proses hafalan surat-surat pendek dapat dikuasai dengan

    baik. Guru diharapkan mempunyai data tentang kemajuan hafalan

    siswa sehingga hafalan-hafalan surat pendek dapat dinilai

    kemajuannya. Serta melakukan metode yang bervariasi, selalu

    memberikan bimbingan dan motivasi kepada siswa.

  • 63

    DAFTAR RUJUKAN

    Alhafidz, Ahsin W. Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur'an. Jakarta: Bumi Aksara, 1994.

    Amin, Moh. Dkk. Modul Quran Hadis I. Jakarta: Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 2000.

    Arief, Armai. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Press, 2002.

    Arikunto, Suharsimi. Manajemen Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 2003.

    ---------. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1998.

    Bahri Djamarah, Syaiful. Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta, 2002.

    Bahri Djamarah, Syaiful. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasioal, 1994.

    ---------. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2002.

    Dalyono, M. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2001.

    Depag RI. Al-Qur'an dan Terjemahannya. Jakarta: 2007.

    Dikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI. Jakarta: Balai Pustaka, 1989.

    Hadi, Sutrisno. Metodologi Research Jilid II. Yogyakarta: Fakultas Psikologi, 1991.

    Ihsan, Hamdani. H Fuad Ihsan. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia, 2002.

    Matthew, Miles dan Huberman A Michael. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press.

    Moeloeng, J Lexy. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003.

  • 64

    Mudzakir, Ahmad. Jono Sutrisno. Psikologi Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia. 1997.

    Narbuko, Cholid, Abu Ahmad. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara, 2001.

    Nasution, S. Metode Penelitian Naturalisti Kualitatif. Bandung: Tarsito, 2003.

    Purwanto, Ngalim. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Remaja Rosda Karya, 2002.

    ---------. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya, 1995.

    Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia, 2006.

    Rianto, Yatim. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: SIC, 1996.

    Shalahuddin, Mahfudh. Pengantar Psikologi Pendidikan. Surabaya: Bina Ilmu, 1990.

    Soemanto, Wasti. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 1990.

    Suryabrata, Sumadi. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995.

    S. Winkel. J. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi, 2004.

    Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Rosda Karya, 1997.

    Syamsuddin Mz, dkk. Panduan Kurikulum dan Pengajaran. LPPTKA BKPRMI Pusat Kelembagaan Agama Islam, 2000.

    Tohirin. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Integrasi dan Kompetensi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005.

    Uhbiyati, Nur. Abu Ahmadi. Ilmu Pendidikan Islam I. Bandung: Pustaka Setia, 1998.

    Uzer Usman, Moh. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1989.