Upload
saripurwanti
View
1.304
Download
19
Embed Size (px)
DESCRIPTION
SARI FISIKA
Citation preview
Pengertian dan Cara Membuat Peta Konsep
Pengertian dan Cara Membuat Peta Konsep -
17DESA. Pengertian
Menurut Ausubel (dalam Dahar, 1989) “belajar dapat diklasikfikasikan ke dalam dua dimensi”. Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran disajikan kepada siswa, melalui penerimaan atau penemuan. Di-mensi kedua menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada. Struktur kognitif adalah fakta-fakta, konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa. Pada tingkat pertama dalam belajar, informasi dapat dikomunikasikan pada siswa baik dalam bentuk belajar penerimaan yang menyajikan informasi itu dalam ben-tuk final, maupun dengan bentuk belajar penemuan yang mengharuskan siswa me-nemukan sendiri sebagian atau seluruh materi yang akan diajarkan. Pada tingkat kedua, siswa menghubungkan atau mengaitkan informasi itu pada pengetahuan (berupa konsep-konsep atau lain- lain) yang telah dimilikinya.
Menurut Ausubel (dalam Parno, 2007:7) Berdasarkan terhubung atau tidak terhubungkannya antar konsep yang sedang dipelajari, belajar meliputi dua jenis, yaitu belajar secara hafalan dan belajar bermakna.
Selanjutnya Parno (2007:7) memberikan pernyataan sebagai berikut.
Belajar secara hafalan terjadi jika mahasiswa mempelajari konsep-konsep baru secara sembarangan, tanpa mau menghubungkannya dengan konsep-konsep lain yang relevan yang telah diketahuinya. Sedangkan belajar bermakna adalah pengetahuan atau konsep baru yang diperoleh segera dikaitkan dengan konsep-konsep yang sudah ada dalam struktur kognitif mahasiswa. Hasil paduan ini ada-lah informasi atau konsep baru. Hasil belajar bermakna adalah informasi yang te-lah dipelajari akan relatif bertahan lebih lama dalam ingatan.
“Peta konsep adalah suatu alat yang digunakan untuk menyatakan hubu-ngan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk proposisi-proposisi. Pro-posisi-proposisi merupakan dua atau lebih konsep-konsep yang dihubungkan oleh kata-kata dalam suatu unit semantik” (Dahar, 1989:122). Dalam bentuknya yang paling sederhana, suatu peta konsep hanya terdiri atas dua konsep yang dihubung-kan oleh satu kata penghubung untuk membentuk suatu proposisi. Dalam peta konsep dapat diamati bagaimana konsep yang satu berkaitan dengan konsep yang lain. Menurut Ausubel (1968) dalam Dahar (1989:123) belajar bermakna lebih mudah berlangsung apabila konsep baru yang lebih khusus dikaitkan dengan kon-sep lama yang lebih umum yang sudah ada dalam struktur kognitif siswa.
Dalam peta konsep, tidak semua konsep memiliki bobot yang sama. Ini berarti, bahwa ada beberapa konsep yang lebih inklusif daripada konsep-konsep yang lain. Konsep yang paling inklusif (konsep fokus atau konsep utama) terletak di puncak dan memberikan identitas peta konsep yang bersangkutan. Makin ke bawah konsep-konsep menjadi lebih khusus. Ada kalanya konsep-konsep yang sama, oleh orang lain menghasilkan peta konsep yang berbeda, sebab untuk orang itu kaitan konsep yang demikinlah yang bermakna. Setiap peta konsep memperli-hatkan kaitan-kaitan konsep yang bermakna bagi orang yang menyusunnya. Di si-nilah kita lihat perbedaan-perbedaan individual yang ada pada mahasiswa. De-ngan kata lain hubungan antara konsep-konsep bagi seseorang itu adalah idiosin-kratik. Ini berarti bahwa kebermaknaan konsep-konsep itu khas bagi setiap orang (Dahar. RW:1989), sehingga peta konsep yang dibuat oleh masing- masing orang akan berbeda.
B. Fungsi Peta Konsep
Dalam pendidikan, peta konsep dapat diterapkan untuk berbagai tujuan. Menurut Dahar (1989:129) menyatakan bahwa berdasarkan tujuannya, fungsi peta konsep ada empat.
1. Menyelidiki apa yang telah diketahui siswa.
Sebelumnya telah diketahui bahwa belajar bermakna membutuhkan usaha yang sungguh-sungguh dari pihak siswa untuk menghubungkan pengetahuan baru dengan konsep-konsep relevan yang telah mereka miliki.Untuk memperlancar proses ini, baik dosen dan mahasiswa perlu mengetahui konsep-konsep apa yang telah dimiliki mahasiswa ketika pelajaran baru akan dimulai, sedangkan maha-siswa diharapkan dapat menunjukkan di mana mereka berada, atau konsep-konsep apa yang telah mereka miliki.dalam menghadapi pelajaran baru itu. Dengan menggunakan peta konsep dosen dapat melaksankan apa yang telah dikemukakan di atas, dan dengan demikian mahasiswa diharapkan akan mengalami belajar ber-makna. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan dosen untuk maksud ini ialah dengan memilih satu konsep utama dari pokok bahasan yang akan dibahas, kemu-dian menyuruh mahasiswa untuk menyusun peta konsep dengan menghubungkan konsep-konsep itu. Selanjutnya mahasiswa diminta untuk menambahkan konsep-konsep dan mengaitkan konsep-konsep itu hingga mambentuk proposisi yang ber-
makna. Dari peta konsep-peta konsep yang dihasilkan oleh mahasiswa, guru dapat mengetahui sejauh mana pengetahuan mahasiswa tentang pokok bahasan yang akan diajarkan.
2. Mempelajari Cara Belajar
Bila seseorang dihadapkan pada suatu bab dari buku pelajaran , ia tidak akan begitu saja memahami apa yang dibacanya.Dengan diminta untuk menyusun peta konsep dari isi bab itu , ia akan berusaha untuk mengeluarkan konsep-konsep dari apa yang dibacanya, meletakkan konsep yang paling inklusif pada puncak pe-ta konsep yang dibuatnya, kemudian mengurutkan konsep-konsep yang lain yang kurang inklusif pada konsep yang paling inklusif, demikian seterusnya.
3. Mengungkapkan konsepsi salah
Selain kegunaan-kegunaan yang telah disebutkn di atas, peta konsep dapat pula mengungkapkan konsepsi salah (misconception) yang terjadi pada mahasis-wa. Konsep salah biasanya timbul karena terdapat kaitan antara konsep-konsep yang mengakibatkan proposisi yang salah.
4. Alat Evaluasi
Penerapan peta konsep dalam pendidikan yang terakhir dibahas adalah peta konsep sebagai alat evaluasi. Selama ini alat-alat evaluasi yang digunakan guru adalah tes obyektif atau tes esai. Walaupun cara evaluasi ini akan terus me-megang peranan dalam dunia pendidikan, teknik-teknik evaluasi baru perlu dipi-kirkan untuk memecahkan masalah-masalah evaluasi yang kita hadapi selama ini.
Menurut Susilo dalam Parno (2007:8) fungsi peta konsep dalam pembel-ajaran adalah (1) merencanakan kuliah, (2) merencanakan dan evaluasi kurikulum, (3) mengembangkan pembelajaran dengan bertitik tolak pada identifikasi miskon-sepsi mahasiswa dari peta konsep, (4) mendiskusikan peta konsep dalam kelas, (5) peta konsep yang menghubungkan teori dasar dan prosedur eksperimen dalam praktikum mahasiswa, (6) mempelajari buku teks, (7) meminta mahasiswa mem-buat peta konsep dari soal tes, dan (8) menganalisis miskonsepsi mahasiswa.
Dalam penelitian ini peta konsep yang dibuat oleh mahasiswa bersumber pada pengetahuannya tentang materi fisika sekolah yang sudah didapatkannya dari matakuliah yang ditempuhnya selama empat semester sebelumnya. Peta konsep yang telah dibuat oleh mahasiswa digunakan untuk menemukan miskonsepsi ten-tang dasar-dasar fisika sekolah. Selanjutnya sejumlah miskonsepsi tersebut akan diperbaiki dengan pembelajaran pemecahan masalah dalam matakuliah KSFS.
C. Cara Membuat Peta Konsep
“Dalam membuat peta konsep ada enam langkah yang harus diikuti“ (Da-har, 1989:126). Keenam langkah tersebut adalah (1) menentukan bahan bacaan, (2) menentukan konsep-konsep yang relevan, (3) mengurutkan konsep-konsep itu,
mulai dari yang paling inklusif sampai yang paling tidak inklusif atau contoh- contoh, (4) menyusun konsep- konsep itu di atas kertas, mulai dengan konsep yang paling inklusif di puncak ke konsep yang paling tidak inklusif (5) menghu-bungkan konsep yang berkaitan dengan garis-garis penghubung dan memberi kata penghubung pada setiap garis penghubung itu, dan (6) mengembangkan peta kon-sep tersebut, misalnya dengan menambahkan dua atau lebih konsep yang baru ke setiap konsep yang sudah ada dalam peta konsep.
D. Keunggulan dan Kelemahan Peta Konsep
a) Keunggulan Peta Konsep
Novak dan Gowin (dalam Haris, 2005:18) mengemukakan kelebihan peta konsep bagi guru dan siswa. Kelebihan peta konsep bagi guru adalah sebagai berikut.
Pemetaan konsep dapat menolong guru mengorganisir seperangkat pe-ngalaman belajar secara keseluruhan yang akan disajikan
Pemetaan konsep merupakan cara terbaik menghadirkan materi pel-ajaran, hal ini disebabkan peta konsep adalah alat belajar yang tidak menimbulkan efek verbal bagi siswa, karena siswa dengan mudah me-lihat, membaca, dan mengerti makna yang diberikan
Pemetaan konsep menolong guru memilh aturan pengajaran berdasar-kan kerangka kerja yang hierarki, hal ini mengingat banyak materi pe-lajaran yang disajikan dalam urutan yang acak
Peta konsep membantu guru meningkatkan efisiensi dan efektifitas pe-ngajaran.Sedangkan kelebihan peta konsep bagi siswa adalah sebagai berikut.
Pemetaan konsep merupakan cara belajar yang mengembangkan pro-ses belajar yang bermakna, yang akan meningkatkan pemahaman sis-wa dan daya ingat belajarnya,
Dapat meningkatkan keaktifan dan kreatifitas berfikir siswa, yang pada gilirannya akan menimbulkan sikap kemandirian belajar yang lebih pa-da siswa
Mengembangkan struktur kognitif yang terintegrasi dengan baik, yang akan memudahkan belajar
Dapat membantu siswa melihat makna materi pelajaran secara lebih komprehensif dalam setiap komponen konsep- konsep dan mengenali miskonsepsi.
b) Kelemahan Peta Konsep
Beberapa kelemahan atau hambatan yang mungkin dialami mahasiswa da-lam menyusun peta konsep antara lain: (1) Perlunya waktu yang cukup lama un-tuk menyusun peta konsep, sedangkan waktu yang tersedia terbatas, (2) Sulit me-nentukan konsep-konsep yang terdapat pada materi yang dipelajari, (3) Sulit me-nentukan kata-kata untuk menghubungkan konsep yang satu dengan konsp yang lain (Haris, 2005:20).
Jadi hambatan yang kemungkinan dialami mahasiswa akan dapat diatasi dengan melakukan hal-hal sebagai berikut: (1) Mahasiswa diminta untuk membu-at peta konsep di rumah dan pada pertemuan selanjutnya dibahas di kelas, (2) Ma-hasiswa
diharapkan dapat membaca kembali materi dan memahaminya, agar da-pat mengenali konsep-konsep yang ada dalam bacaan sehingga dapat mengaitkan konsep-konsep tersebut dalam peta konsep (Haris, 2005:21).
SUMBER:
http://areknerut.wordpress.com
Sanjaya, Sailendra Srihadi. 2008. Peningkatan Prestasi Belajar Kapita Selekta Fisika Sekolah dengan Menggunakan Peta Konsep dan Pemecahan Masalah Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang Semester Gasal Tahun Akademik 2007/2008. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang
Pembelajaran Peta KonsepStrategi pembelajaran PAI : pembelajaran Peta konsep
A. Pengertian Konsep
Menurut Ratna Willis Dahar, konsep merupakan batu-batu landasan berfikir, yang diperoleh melalui fakta-fakta dan dapat digunakan untuk memecahkan masalah.[1] Sedangkan Syaiful Sagala, mengatakan bahwa konsep merupakan buah pemikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga melahirkan produk pengetahuan melalui prinsip, hukum, dan teori. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman, melalui generalisasi dan berfikir abstrak. Kegunaan konsep adalah untuk menjelaskan dan meramalkan.
Suatu konsep adalah suatu kelas atau kategori objek yang memiliki ciri-ciri umum. Konsep adalah suatu yang sangat luas[2]. Hal diatas sejalan dengan pendapat Trianto yang menyatakan bahwa, konsep merupakan kondisi utama yang diperlukan untuk menguasai kemahiran diskriminasi dan proses kognitif fundamental sebelumnya berdasarkan kesamaan ciri dari sekumpulan objek-objeknya.[3]Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), konsep memiliki arti yaitu gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada diluar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain.
Maka dapat disimpulkan bahwa konsep merupakan hasil pemikiran manusia yang diperoleh melalui fakta-fakta dan peristiwa yang dinyatakan dalam definisi, teori-teori dan dapat digunakan untuk memecahkan masalah.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) penguasaan berarti pengetahuan atau kepandaian. Berdasarkan pengertian konsep yang telah dibahas sebelumnya[4], maka yang dimaksud penguasaan konsep adalah pengetahuan mengenai hasil pemikiran manusia yang diperoleh melalui fakta-fakta dan peristiwa yang dinyatakan dalam definisi, teori-teori dan dapat digunakan untuk memecahkan masalah.
B. Strategi Pembelajaran Peta Konsep
Peta konsep adalah suatu cara untuk menangkap butir-butir pokok informasi didalam sebuah pembelajaran yang signifikan. Umumnya Peta konsep menggunakan format umum, yang memungkinkan informasi ditunjukkan dalam cara mirip seperti otak kita berfungsi dalam pelbagai arah secara serempak.Strategi pembelajaran dengan menggunakan peta konsep mempunyai banyak keuntungan, diantaranya adalah siswa dapat menangkap seluruh informasi yang diberikan oleh guru, kemudian siswa dapat menyusun kembali informasi yang diberikan oleh guru secara praktis, siswa dapat dengan mudah melihat hubungan-hubungan antar informasi, praktis dalam penggunaannya, dan siswa dapat mengingat atau memehami pembelajran lebih mudah.
Selain hal tersebut beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dari segi content, peta konsep memberikan sejumlah keuntungan menurut Hisyam Zaini, dkk. antara lain:
a. Concept map, sesuai dengan cirinya, memberikan visualisasi konsep-konsep utama dan pendukung yang telah terstruktur di dalam otak guru ke dalam kertas yang dapat dilihat secara empiris.
b. Gambar konsep-konsep menunjukkan bentuk hubungan antara satu dengan yang lain.
c. Concept map memberikan hubungan yang dinyatakan dengan kata-kata untuk menjelaskan bentuk-bentuk hubungan antara satu konsep dengan konsep lain, baik utama maupun pendukung.
Tujuan dari strategi pembelajaran peta konsep[5], antara lain:
1. Menyelidiki apa yang telah diketahui siswa
Belajar bermakna membutuhkan usaha yang sungguh-sungguh dari pihak siswa untuk menghubungkan pengetahuan baru dengan konsep-konsep relevan yang telah mereka miliki. Untuk memperlancar proses ini, baik guru maupun siswa perlu mengetahui “tempat awal konseptual”.
2. Belajar bagaimana belajar
Belajar bermakna baru terjadi bila pembuatan peta konsep bukan untuk memenuhi keinginan guru, melainkan harus timbul dari keinginan siswa untuk memahami isi pelajaran bagi diri siswa sendiri.
3. Mengungkapkan konsepsi salah
Peta konsep dapat mengungkapkan konsepsi salah yang terjadi pada siswa. Konsepsi salah biasanya timbul karena terdapat kaitan antara konsep-konsep yang mengakibatkan proposisi yang salah.
4. Alat evaluasi
Penggunaan peta konsep sebagai alat evaluasi didasarkan pada tiga gagasan dalam teori Ausubel yaitu :
a. Struktur konitif diatur secara hirarki, dengan konsep dan proposisi yang lebih inklusif, lebih umum superordinat terhadap konsep-konsep dan propisisi yang kurang inklusif dan lebih khusus.
b. Konsep dalam struktur kognitif mengalami differensiasi progresif. Prinsip ini menyatakan bahwa belajar bermakna merupakan proses yang berkelanjutan, dimana konsep-konsep baru memperoleh lebih banyak arti dengan bentuk lebih banyak kaitan-kaitan proposional. Jadi, konsep-konsep tidak pernah tuntas dipelajari, tetapi selalu dipelajari, dimodifikasi, dan dibuat lebih inklusif.
c. Prinsip Penyesuaian integratif, bahwa belajar bermakna akan meningkatkan bila siswa menyadari akan perlunya kaitan-kaitan baru antara konsep.
Dikarenakan peta konsep bertujuan untuk memperjelas pemahaman suatu bacaan, sehinga dapat dipakai sebagai alat evaluasi dengan cara meminta siswa membaca peta konsep dan menjelaskan hubungan antara konsep satu dengan konsep yang lain dalam satu peta konsep.
Langkah-langkah penerapan strategi peta konsep :
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Guru mengemukakan konsep/permasalahn utama atau major konsep atau yang ditanggapi oleh siswa, sebaiknya konsep atau permasalahan tersebut mempunyai sub konsep atau alternatif jawaban.
3. Membentuk kelompok diskusi.
4. Tiap kelompok mencatat alternatif jawaban hasil diskusi.
5. Tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca hasil diskusinya dan guru mencatat dipapan dan mengelompokan sesuai kebutuhan guru.
6. Dari data data dipapan siswa diminta membuat kesimpulan atau guru memberi badingan sesuai konsep yang disediakan guru.
C. Cara Menyusun Peta Konsep
Menurut Dahar, peta konsep memegang peranan penting dalam belajar bermakna. Oleh karena itu siswa hendaknya pandai menyusun peta konsep untuk meyakinkan bahwa siswa telah belajar bermakna.[6] Langkah-langkah berikut ini dapat diikuti untuk menciptakan suatu peta konsep:
a. Mengidentifikasi ide pokok atau prinsip yang melingkupi sejumlah konsep.
b. Mengidentifikasi ide-ide atau konsep-konsep sekunder yang menunjang ide utama
c. Menempatkan ide utama di tengah atau di puncak peta tersebut
d. Mengelompokkan ide-ide sekunder di sekeliling ide utama yang secara visual menunjukan hubungan ide-ide tersebut dengan ide utama.
Berdasarkan pendapat di atas dapat dikemukakan langkah-langkah menyusun peta konsep sebagai berikut:
a. Memilih suatu bahan bacaan
b. Menentukan konsep-konsep yang relevan
c. Mengelompokkan (mengurutkan) konsep-konsep dari yang paling inklusif ke yang paling tidak inklusif
d. Menyusun konsep-konsep tersebut dalam suatu bagan, konsep-konsep yang paling inklusif diletakkan di bagian atas atau di pusat bagan tersebut.
e. Dalam menghubungkan konsep-konsep tersebut dihubungkan dengan kata hubung. Misalnya “merupakan”, “dengan”, “diperoleh”, dan lain-lain.
D. Macam-macam Peta Konsep
Peta konsep dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu pohon jaringan (network tree), rantai kejadian (events chain), peta konsep siklus (cycle concept map), dan peta konsep laba-laba (spider concept map).[7]
a. Pohon jaringan (network tree)
Karakteristik dalam peta konsep pohon jaringan adalah ide-ide pokok dibuat dalam persegi empat, sedangkan beberapa kata lain dituliskan pada garis-garis penghubung. Garis-garis pada peta konsep menunjukkan hubungan antar ide-ide itu. Kata-kata yang ditulis pada garis memberikan hubungan antara konsep-konsep. Pada saat mengkonstruksi suatu pohon jaringan, tulislah topik itu dan daftarlah konsep-konsep utama yang berkaitan dengan konsep itu. Periksalah daftar dan mulai menempatkan ide-ide atau konsep-konsep dalam suatu susunan dari umum ke khusus. Cabangkan konsep-konsep yang berkaitan itu dari konsep utama dan berikan hubungannya pada garis-garis itu. Pohon jaringan cocok digunakan untuk menvisualisasikan hal-hal berikut: menunjukkan sebab akibat, suatu hierarki, prosedur yang bercabang dan istilah-istilah yang berkaitan yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan-hubungan.
b. Rantai kejadian (events chain)
Peta konsep rantai kejadian dapat digunakan untuk memberikan suatu urutan kejadian, langkah-langkah dalam suatu prosedur, atau tahap-tahap dalam suatu proses. Dalam membuat rangkaian kejadian, hal pertama yang harus dilakukan adalah menemukan satu kejadian yang mengawali rantai itu. Kejadian ini disebut kejadian awal. Kemudian akan berlanjut ke kejadian selanjutnya sampai mencapai suatu hasil. Rantai kejadian ini cocok digunakan untuk menvisualisasikan: tahap-tahap dari suatu proses, langkah-langkah dalam suatu prosedur linier, dan suatu urutan kejadian.
c. Peta konsep siklus (cycle concept map)
Rangkaian kejadian tidak menghasilkan suatu hasil akhir merupakan ciri dari peta konsep siklus. Kejadian terakhir pada rantai itu menghubungkan kembali kejadian awal. Karena tidak ada hasil dan kejadian terakhir itu menghubungkan kembali ke kejadian awal, siklus itu berulang dengan sendirinya.
d. Peta konsep laba-laba (spider concept map)
Strategi pembelajaran peta konsep laba-laba dapat digunakan untuk tukar pendapat. Melakukan tukar pendapat ide-ide berangkat dari suatu ide sentral, sehingga dapat memperoleh sejumlah besar ide yang campur aduk. Peta konsep laba-laba ini cocok digunakan untuk menvisualisasikan konsep yang tidak menurut hierarki, kategori yang tidak pararel, dan hasil dari tukar pendapat.