45
Pengertian Kontrak Pengertian kontrak Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada seseorang yang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal.Bentuk perjanjian itu berupa suatu rangkaian perkataan yang mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan atau ditulis. Menurut J.Satrio,perjanjian dapat mempunyai dua arti,yaitu: 1.Arti luas Suatu perjanjian berarti setiap perjanjian yang menimbulkan akibat hukum sebagai yang dikehendaki oleh para pihak. 2.Arti sempit Perjanjian berarti hanya ditunjukan kepada hubungan-hubungan hukum dalam lapangan hukum kekayaan saja. Jenis-jenis kontrak Kontrak dapat dibagi menjadi beberapa jenis,salah satunya Kontrak timbal balik yang merupakan perjanjian yang didalamnya masing-masing pihak menyandang status sebagai berhak dan berkewajiban atau sebagai kreditur dan debitur secara timbal balik. Perjanjian sepihak atau unilateral adalah perjanjian yang mewajibkan pihak yang satu untuk berprestasi dan memberi hak pada yang lain untuk menerima presentasi. Arti penting pembedaan tersebut ialah sebagai berikur: 1.Berkaitan dengan aturan resiko,pada perjanjian sepihak resiko ada para kreditur,sedangkan para perjanjian timbal balik resiko ada pada debitur kecuali perjanjian jual beli. 2.Berkaitan dengan perjanjian syarat batal,pada perjanjian timbal balik selalu dipersengketaan. Perjanjian dibedakan pula menjadi perjanjian konsensual dan perjanjian riil.perjanjian konsensual adalah perjanjian dimana adanya kata sepakat antara para pihak saja sudah cukup untuk timbulnya satu perjanjian.sedangkan perjanjian riil ialah perjanjian yang baru terjadi apabila objek perjanjian telah diserahkan. Kontrak menurut namanya dibedakan menjadi dua,yaitu: 1.Kontrak bernama Adalah kontrak jual beli,tukar menukar,sewa menyewa,persekutuan perdata,hibah,penitipan barang,pinjam-meminjam,penanggungan hutang,perdamaian,dll. 2.Kontrak tidak bernama Yang termaksud kedalam kontrak ini antara lain:Leasing,beli sewa,keagenan,kontrak rahim,dll. Kontrak menurut bentuknya dibedakan menjadi: 1.Kontrak lisan Adalah kontrk yang dibuat secara lisan tenpa dituangkan kedalam tulisan, 2.Kontrak tertulis Adalah kontrak yang dituangkan kedalam tulisan. Pelaksanaan kontrak Yang bertugas untuk melaksanakan kontrak adalah mereka yang menjadi subjek dalam kontrak. Asas yang mengikat dalam pelaksanaan kontrak Pelaksanaan perjanjian dapat dibagi menjadi perjanjian untuk memberikan atau menyerahkan hak kebendaan,perjanjian untuk berbuat sesuatu.Dalam pelaksanaan

Pengertian Kontrak

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pengertian Kontrak

Pengertian KontrakPengertian kontrak

Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada seseorang yang lain atau dimana dua orang

itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal.Bentuk perjanjian itu berupa suatu rangkaian perkataan yang

mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan atau ditulis.

Menurut J.Satrio,perjanjian dapat mempunyai dua arti,yaitu:

1.Arti luas

Suatu perjanjian berarti setiap perjanjian yang menimbulkan akibat hukum sebagai yang dikehendaki oleh para

pihak.

2.Arti sempit

Perjanjian berarti hanya ditunjukan kepada hubungan-hubungan hukum dalam lapangan hukum kekayaan saja.

Jenis-jenis kontrak

Kontrak dapat dibagi menjadi beberapa jenis,salah satunya Kontrak timbal balik yang merupakan perjanjian yang

didalamnya masing-masing pihak menyandang status sebagai berhak dan berkewajiban atau sebagai kreditur

dan debitur secara timbal balik.

Perjanjian sepihak atau unilateral adalah perjanjian yang mewajibkan pihak yang satu untuk berprestasi dan

memberi hak pada yang lain untuk menerima presentasi.

Arti penting pembedaan tersebut ialah sebagai berikur:

1.Berkaitan dengan aturan resiko,pada perjanjian sepihak resiko ada para kreditur,sedangkan para perjanjian

timbal balik resiko ada pada debitur kecuali perjanjian jual beli.

2.Berkaitan dengan perjanjian syarat batal,pada perjanjian timbal balik selalu dipersengketaan.

Perjanjian dibedakan pula menjadi perjanjian konsensual dan perjanjian riil.perjanjian konsensual adalah

perjanjian dimana adanya kata sepakat antara para pihak saja sudah cukup untuk timbulnya satu

perjanjian.sedangkan perjanjian riil ialah perjanjian yang baru terjadi apabila objek perjanjian telah diserahkan.

Kontrak menurut namanya dibedakan menjadi dua,yaitu:

1.Kontrak bernama

Adalah kontrak jual beli,tukar menukar,sewa menyewa,persekutuan perdata,hibah,penitipan barang,pinjam-

meminjam,penanggungan hutang,perdamaian,dll.

2.Kontrak tidak bernama

Yang termaksud kedalam kontrak ini antara lain:Leasing,beli sewa,keagenan,kontrak rahim,dll.

Kontrak menurut bentuknya dibedakan menjadi:

1.Kontrak lisan

Adalah kontrk yang dibuat secara lisan tenpa dituangkan kedalam tulisan,

2.Kontrak tertulis

Adalah kontrak yang dituangkan kedalam tulisan.

Pelaksanaan kontrak

Yang bertugas untuk melaksanakan kontrak adalah mereka yang menjadi subjek dalam kontrak.

Asas yang mengikat dalam pelaksanaan kontrak

Pelaksanaan perjanjian dapat dibagi menjadi perjanjian untuk memberikan atau menyerahkan hak

kebendaan,perjanjian untuk berbuat sesuatu.Dalam pelaksanaan perjanjian selain melaksanakan isi perjanjian

harus pula mengindahkan kebiasaan,kepatutan.Jika tidak,tentu akan menimbulkan masalah hukum.

Hal-hal yang mengikat dalam kaitan dengan pelaksanaan kontrak ialah sebagai berikut:

1.Segala sesuatu yang menurut sifat kontrak diharuskan oleh kepatutan,kebiasaan,dan undang-undang.

2.Hal-hal yang menurut kebiasaan sesuatu yang diperjanjikan itu dapat menyingkirkan suatu pasal undang-

undang yang merupakan hukum pelengkap.

Pelaksanaan kontrak harus sesuai dengan asaskepatutan,pemberlakuan asas tersebut dalam suatu kontrak

Page 2: Pengertian Kontrak

mengandung dua fungsi,yaitu:

1.Fungsi melarang,artinya bahwa suatu kontrak yang bertentangan dengan asas kepatutan itu dilarang atau

tidak dapat dibenarkan.

2.Fungsi menambah,artinya suatu kontrak dapat ditambah dengan atau dilaksanakan dengan asas kepatutan.

Pembatalan perjanjian yang menimbulkan kerugian

Ada tiga bentuk ingkar janji,yaitu:

1.Tidak memenuhi prestasi sama sekali,

2.Terlambat memenuhi prestasi,dan

3.Memenuhi prestasi secara tidak sah.

Syarat-syarat sah perjanjian

Syarat yang harus dipenuhi untuk sahnya suatu perjanjian:

1.Sepakat mereka yang mengikat dirinya.

2.Kecakapan untuk membuat suatu perikatan.

3.Suatu hal tertentu.

4.Suatu sebab yang halal.

http://gemaisgery.blogspot.com/2010/06/pengertian-kontrak.html

BAB IIPERJANJIAN/KONTRAK

 A. PendahuluanPada bab ini akan dibahas tentang pengertian kontrak, pengaturan, asas, bentuk perjanjian, wanprestasi beserta akibatnya, cara penyusunan kontrak dan hapusnya perjanjian. Melalui bahasan dalam bab ini diharapkan mahasiswa mampu menguraikan perjanjian/kontrak sehingga mahasiswa mampu menganalisis sebuah perjanjian/.kontrak.

B. Penyajian1. PengertianMenurut Subekti, kontrak atau perjanjian adalah suatu peristiwa di mana seorang berjanji kepada orang lain atau di mana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal.

Ada juga yang memberikan pengertian kepada kontrak sebagai suatu perjanjian atau serangkaian perjanjian di mana hukum memberikan ganti rugi terhadap wanprestasi dari kontrak tersebut, dan oleh hukum, pelaksanaan dari kontrak tersebut dianggap merupakan suatu tugas yang harus dilaksanakan. Menurut Pasal 1313 Kitab Undang Undang Hukum Perdata disebutkan bahwa pengertian perjanjian adalah suatu perbuatan di mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih

 2. PengaturanKontrak diatur dalam Kitab Undang Undang Hukum Perdata di Buku ketiga tentang Perikatan. Buku ketiga disamping mengatur tentang perikatan yang timbul dari perjanjian, juga mengatur perikatan yang timbul dari undang undang. Contoh perikatan yang lahir dari undang-undang sebagi berikut :

1. Perikatan yang menimbulkan kewajiban-kewajiban tertentu diantara penghuni pekarangan yang saling berdampingan.

2. Perikatan yang menimbulkan kewajiban mendidik dan memelihara anak

3. Perikatan karena adanya perbuatan melawan hukum.

4. Perikatan yang timbul karena perbuatan sukarela, sehingga perbuatan sukarela tersebut haruslah dituntaskan.

Page 3: Pengertian Kontrak

5. Perikatan yang timbul dari pembayaran tidak terhutang.

6. Perikatan yang timbul dari perikatan wajar.

Buku ketiga Kitab Undang Undang Hukum Perdata menganut sistem terbuka. Maksud dari sistem terbuka adalah orang dapat mengadakan perjanjian tentang apapun juga (meski menyimpang dari yang telah ditetapkan buku ketiga) sesuai kehendaknya (baik mengenai bentuk ataupun isinya) sepanjang tidak bertentangan dengan undang undang, ketertiban umum dan kesusilaan. Jadi aturan buku ketiga Kitab Undang Undang Hukum Perdata merupakan hukum pelengkap yang berlaku bagi para pihak sepanjang tidak mengesampingkan perjanjian mereka.

Dasar-dasar dari hukum kontrak nasional terdapat dalam Kitab Undang Undang Hukum Perdata. Karena itu Kitab Undang Undang Hukum Perdata merupakan sumber utama dari suatu kontrak. Di samping sumbernya dalam Kitab Undang Undang Hukum Perdata tersebut, yang menjadi sumber hukum kontrak adalah sebagai berikut:

1. Peraturan perundang-undangan lainnya yang mengatur khusus untuk jenis kontrak tertentu atau mengatuir aspek tertentu dari kontrak.

2. Yurisprudensi, yakni putusan-putusan hakim yang memutuskan perkara berkenaan dengan kontrak.

3. Perjanjian Internasional, baik bersifat bilateral atau multilateral yang mengatur tentang aspek bisnis internasional.

4. Kebiasaan-kebiasaan bisnis yang berlaku dalam praktek sehari-hari.

5. Doktrin atau pendapat para ahli yang telah dianut secara meluas.

6. Hukum adat di daerah tertentu sepanjang yang menyangkut denganh kontrak-kontrak tradisional bagi masyarakat pedesaan (Munir Fuady, 2005 : 10).

   3. Asas-Asas dalam Perjanjian/ KontrakDalam ilmu hukum dikenal beberapa asas hukum terhadap suatu kontrak yaitu sebagai berikut:

a. Asas kontrak sebagai hukum yang mengatur

Hukum mengatur adalah peraturan-peraturan hukum yang berlaku bagi subjek hukum, misalnya para pihak dalam suatu kontrak. Akan tetapi ketentuan hukum seperti ini tidak mutlak berlakunya karena jika para pihak mengatur sebaliknya, maka yang berlaku adalah apa yang diatur oleh para pihak tersebut. Jadi peraturan yang bersifat hukum mengatur dapat disimpangi oleh para pihak. Pada prinsipnya hukum kontrak termasuk kedalam kategori hukum mengatur, yakni sebagian besar (meskipun tidak seluruhnya) dari hukum kontrak tersebut dapat disimpangi oleh para pihak dengan mengaturnya sendiri. Oleh karena itu hukum kontrak ini disebut sebagai hukum yang mempunyai sistem terbuka (open system). Sebagai lawan dari hukum mengatur, adalah apa yang disebut dengan “hukum memaksa”. Dalam hal ini yang dimaksud oleh hukum memaksa adalah aturan hukum yang berlaku secara memaksa atau mutlak, dalam arti tidak dapat disimpangi oleh para pihak yang terlibat dalam suatu perbuatan hukum termasuk oleh para pihak dalam suatu kontrak.

b. Asas kebebasan berkontrak

Asas kebebasan berkontrak ini merupakan konsekuensi dari berlakunya asas kontrak sebagai hukum mengatur. Dalam hal ini yang dimaksud dengan asas kebebasan berkontrak adalah suatu asas yang mengajarkan bahwa para pihak dalam suatu kontrak pada pada prinsipnya bebas untuk membuat atau tidak membuat kontrak, demikian juga kebebasannya untuk mengatur sendiri isi kontrak tersebut. Asas kebebasan berkontrak ini dibatasi oleh rambu-rambu hukum sebagai berikut:

Page 4: Pengertian Kontrak

1. Harus memenuhi syarat sebagai suatu kontrak

2. Tidak dilarang oleh undang-undang

3. Tidak bertentangan dengan kebiasaan yang berlaku

4. Harus dilaksanakan dengan iktikad baik.

 c. Asas Pacta Sunt ServandaIstilah “Pacta Sunt Servanda” berarti “janji itu mengikat”. Yang dimaksudkan adalah bahwa suatu kontrak yang dibuat secara sah oleh para pihak mengikat para pihak tersebut secara penuh sesuai isi kontrak tersebut. Istilah terkenalnya adalah “my word is my bonds” atau sesuai dengan tampilan bahasa Indonesia “jika sapi dipegang talinya, jika manusia dipegang mulutnya”. Mengikatnya secara penuh atas kontrak yang dibuat oleh para pihak tersebut oleh hukum kekuatannya dianggap sama saja dengan kekuatan mengikat mengikat dari suatu undang-undang. Karena itu, apabila suatu pihak dalam kontrak tidak menuruti kontrak yang telah dibuatnya, oleh hukum disediakan ganti rugi atau bahkan pelaksanaan kontrak secara paksa.

 

d. Asas konsensual

Yang dimaksud dengan asas konsensual dari suatu kontrak adalah bahwa jika suatu kontrak telah dibuat, maka dia telah sah dan mengikat secara penuh, bahkan pada prinsipnya persyaratan tertulis pun tidak disyaratkan oleh hukum kecuali untuk beberapa jenis kontrak tertentu, yang memang dipersyaratkan secara tertulis. Syarat tertulis tersebut misalnya dipersyaratkan untuk jenis kontrak berikut ini :

1. Kontrak perdamaian

2. Kontrak pertanggungan

3. Kontrak penghibahan

4. Kontrak jual beli tanah

1. Asas obligatoir

Asas obligatoir adalah suatu asas yang menentukan bahwa jika suatu kontrak telah dibuat, maka para pihak telah terikat, tetapi keterikatannya itu hanya sebatas timbulnya hak dan kewajiban semata-mata. Sedangkan prestasi belum dapat dipaksakan karena kontrak kebendaan belum terjadi. Jadi jika terhadap kontrak jual beli misalnya, maka dengan kontrak saja hak milik belum berpindah, jadi baru terjadi kontrak obligatoir saja. Hak milik baru berpindah setelah adanya kontrak kebendaan tersebut atau yang sering disebut juga dengan serah terima (levering). Hukum kontrak Indonesia memberlakukan asas obligatoir ini karena hukum kontrak Indonesia berdasarkan pada Kitab Undang Undang Hukum Perdata. Walau pun hukum adat tentang kontrak tidak mengakui asas obligatoir karena hukum adat memberlakukan asas kontrak riil.

Artinya suatu kontrak haruslah dibuat secara riil, dalam hal ini harus dibuat secara “terang” dan “tunai”. Dalam hal ini kontrak haruslah dilakukan di depan pejabat tertentu, misal di depan penghulu adat atau ketua adat yang sekaligus juga dilakukan leveringnya. Jika hanya sekedar janji-janji saja, dalam hukum adat kontrak seperti dalam sistem obligatoir dalah hukum adat kontrak seperti itu tidak punya kekuatan sama sekali.

4. Bentuk Perjanjian/KontrakPerjanjian/kontrak memiliki dua bentuk yaitu bentuk tertulis dan dan tidak tertulis (lisan) Baik berbentuk tertulis maupun tudak tertulis mengikat, asal memenuhi syarat yang diatur Pasal 1320 Kitab Undang Undang Hukum Perdata tentang syarat sah perjanjian. Perjanjian tidak tertulis/lisan

Page 5: Pengertian Kontrak

dalam praktek kurang disukai karena perjanjian lisan sulit dalam pembuktiannya kalau terjadi sengketa.

Sedang perjanjian berbentuk tertulis yang berupa akta otentik dan akta dibawah tangan merupakan alat bukti yang mudah dalam pembuktianya.

5. Wanprestasi dan Akibat-AkibatnyaPrestasi adalah pelaksanaan dari isi kontrak yang telah diperjanjikan dan disepakati bersama. Menurut hukum Indonesia, bentuk prestasi adalah sebagai berikut:

1. Memberikan sesuatau

2. Berbuat sesuatau

3. Tidak berbuat sesuatau

Sedangkan wanprestasi adalah tidak dilaksanakannya suatu prestasi atau kewajiban sebagaimana mestinya seperti yang telah disanggupi kedua belah pihak. Dengan kata lain terjadi cidera janji.

Menurut Subekti wanprestasi dibagi dalam empat bentuk yaitu:

1. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukan

2. Melaksanakan apa yang dijanjikan, tapi tidak sebagaimana yang dijanjikan

3. Melakukan apa yang dijanjikan, tapi terlambat

4. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan

Akibat atau konsekuensi logis tindakan wanprestasi yaitu adanya tuntutan ganti rugi material dan immaterial dari pihak yang dirugikan. Praktek dari aplikasi ganti rugi akaibat adanya wanprestasi dari suatu kontrak dilaksanakan dalam berbagai kemungkinan, di mana yang dimintakan oleh pihak yang dirugikan adalah hal-hal sebagai berikut:

1. Ganti rugi saja

2. Pelaksanaan kontrak tanpa ganti rugi

3. Pelaksanaan kontrak dengan ganti rugi

4. Pembatalan kontrak tanpa ganti rugi

5. Pembatalan kontrak dengan ganti rugi (Munir Fuady, 2005:21).

   6. Penyusunan Perjanjian/KontrakDalam penyusunan suatu perjanjian/kontrak ada tahapan-tahapan tertentu yang harus dilaksanakan agar tercipta suatu kontrak yang baik. Tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Prakontrak

1. Negosiasi

2. Memorandum of Understanding (MoU)

3. Studi Kelayakan

4. Negosiasi (lanjutan)

b. Kontrak

1. Penulisan naskah awal

2. Perbaikan naskah

3. Penulisan naskah akhir

Page 6: Pengertian Kontrak

4. Penandatanganan

c. Pascakontrak

1. Pelaksanaan

2. Penafsiran

3. Penyelesaian sengketa

7. Hapusnya Perjanjian/KontrakMenurut Pasal 1381 Kitab Undang Undang Hukum Perdata, perjanjian/kontrak dapat hapus dengan cara :

1. Karena pembayaran

2. Karena penawaran pembayaran tunai, diikutidengan penyimpanan atau penitipan

3. karena pembaharuan utang

4. karena perjumpaan utang atau kompensasi

5. karena percampuran utang

6. karena pembebasan utang

7. karena musnahnya barang yang terutang

8. karena kebatalan atau pembatalan

http://naufalalfatih.wordpress.com/2012/10/10/perjanjiankontrak/

1. PENGERTIAN KONTRAK

Pada prinsipnya kontrak terdiri dari satu atau serangkaian janji yang

dibuat para pihak dalam kontrak. Esensi dari kontrak itu sendiri adalah

perjanjian (agreement). Atas dasar itu, Subekti[1] mendefinisikan

kontrak sebagai peristiwa di mana seseorang berjanji kepada orang lain

di mana dua orang saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu.

Janji sendiri merupakan pernyataan yang dibuat oleh seseorang kepada

orang lain yang menyatakan suatu keadaan tertentu atau affair exists,

atau akan melakukan suatu perbuatan tertentu.[2] Orang terikat pada

janjinya sendiri, yakni janji yang diberikan kepada pihak lain dalam

perjanjian. Janji itu mengikat dan janji itu menimbulkan utang yang harus

dipenuhi.[3]

Menurut Sudikno Mertokusumo perjanjian hendaknya dibedakan dengan

janji. Walaupun janji itu didasarkan pada kata sepakat, tetapi kata

sepakat itu tidak untuk menimbulkan akibat hukum, yang berarti bahwa

apabila janji itu dilanggar, tidak ada akibat hukumnya atau tidak ada

sanksinya.[4] Berlainan dengan itu, di dalam berbagai definisi kontrak di

dalam literatur hukum kontrak common law, kontrak itu berisi

serangkaian janji, tetapi yang dimaksud dengan janji itu secara tegas

dinyatakan adalah janji yang memiliki akibat hukum dan apabila

dilanggar, pemenuhannya dapat dituntut ke pengadilan.[5]

Page 7: Pengertian Kontrak

Bab II Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata)

Indonesia menyamakan kontrak dengan perjanjian atau persetujuan. Hal

tersebut secara jelas terlihat dalam judul Bab II Buku III KUHPerdata,

yakni “Perikatan yang Lahir dari Kontrak atau Persetujuan.”

Pasal 1313 KUHPerdata mendefinisikan perjanjian sebagai suatu

perbuatan yang terjadi antara satu atau dua orang atau lebih

mengikatkan dirinya terhadap orang lain. Definisi tersebut dianggap

tidak lengkap dan terlalu luas dengan berbagai alasan tersebut di bawah

ini. 3

Dikatakan tidak lengkap, karena definisi tersebut hanya mengacu kepada

perjanjian sepihak saja. Hal ini terlihat dari rumusan kalimat “yang

terjadi antara satu orang atau lebih mengikatkan dirinya kepada satu

orang atau lebih.” Mengingat kelemahan tersebut, J. Satrio mengusulkan

agar rumusan dirubah menjadi: atau di mana kedua belah pihak saling

mengikatkan diri.[6]

Dikatakan terlalu luas, karena rumusan: suatu perbuatan hukum dapat

mencakup perbuatan hukum (zaakwaarneming) dan perbuatan melawan

hukum (onrechtmatigedaad). Suatu perbuatan melawan hukum memang

dapat timbul karena perbuatan manusia dan sebagai akibatnya timbul

suatu perikatan, yakni adanya kewajiban untuk melakukan transaksi

tertentu yang berwujud ganti rugi kepada pihak yang dirugikan

perbuatan melawan hukum jelas tidak didasarkan atau timbul dari

perjanjian.[7]perjanjian kawin dalam hukum keluarga atau perkawinan

pun berdasarkan rumusan perjanjian dalam Pasal 1313 KUHPerdata

tersebut dapat digolongkan sebagai perjanjian.[8]

J. Satrio juga membedakan perjanjian dalam arti luas dan sempit. Dalam

arti luas, suatu perjanjian berarti setiap perjanjian yang menimbulkan

akibat hukum sebagai yang dikehendaki (atau dianggap dikehendaki)

oleh para pihak, termasuk di dalamnya perkawinan, perjanjian kawin,

dan lain-lain. Dalam arti sempit, perjanjian hanya ditujukan kepada

hubungan-hubungan hukum dalam lapangan hubungan perkawinan saja

sebagaimana diatur dalam Buku III KUHPerdata.[9]

Untuk  memperbaiki kelemahan definisi di atas, Pasal 6.213.I Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata Belanda (BW Baru) mendefinisikan

perjanjian sebagai suatu perbuatan hukum yang terjadi antara satu

Page 8: Pengertian Kontrak

orang atau lebih mengikatkan dirinya kepada satu orang atau lebih di

mana keduanya saling mengikatkan dirinya.[10]

Berdasarkan Ketentuan Umum Hukum Kontrak Belanda, pengertian

kontrak adalah suatu perbuatan hukum (juridical act), yang dibuat

dengan formalitas yang memungkinkan, dan diijinkan oleh hukum yang

berwenang-dan dibuat bersesuaian dan harus ada ungkapan niat dari

satu atau dua pihak secara bersama-sama yang saling bergantung satu

sama lain(interdependent). Kontrak ini bertujuan untuk menciptakan

akibat hukum untuk kepentingan satu pihak dan juga untuk pihak lain.

[11]

Kontrak merupakan golongan dari ‘perbuatan hukum’, perbuatan hukum

yang dimaksud adalah suatu perbuatan yang menghasilkan akibat hukum

dikarenakan adanya niat dari perbuatan satu orang atau lebih. Sehingga

dapat dikatakan bahwa beberapa perbuatan hukum adalah kontrak.[12]

Ciri khas yang paling penting dari suatu kontrak adalah adanya

kesepakatan bersama (mutual consent) para pihak. Kesepakatan bersama

ini bukan hanya merupakan karakteristik dalam pembuatan kontrak,

tetapi hal itu penting sebagai suatu niat yang diungkapkan kepada pihak

lain. Di samping itu, sangat mungkin untuk suatu kontrak yang sah

dibuat tanpa adanya kesepakatan bersama.[13]

Untuk menyesuaikan rumusan kalimat bahwa suatu kesepakatan

haruslah interdependent. Satu pihak akan setuju karena atau jika pihak

lain setuju pula. Tanpa adanya ketergantungan (interdependent) maka

tidak ada kesepakatan (consent); contohnya ketika dalam rapat

pemilihan badan direksi suatu perusahaan, pemilihan ini dipilih dengan

persetujuan secara umum, hal ini bukan merupakan kontrak karena tidak

ada mutual interdependence.[14]

Niat para pihak harus bertujuan untuk menciptakan adanya akibat

hukum. Terdapat banyak perjanjian yang menimbulkan kewajiban sosial

atau kewajiban moral, tetapi tidak mempunyai akibat hukum. Contohnya,

janji untuk pergi ke bioskop tidak menimbulkan akibat hukum, walaupun

ada beberapa yang dapat menimbulkan akibat hukum dalam situasi

khusus tertentu. Maksud para pihak untuk mengadakan hubungan

hukum sangatlah menentukan dalam kasus ini.[15]

Pada akhirnya, akibat hukum harus dihasilkan untuk kepentingan satu

pihak dan pihak lainnya, atau, untuk kepentingan kedua belah pihak.

Dalam Peraturan Umum Hukum Kontrak Belanda menyebutkan bahwa

Page 9: Pengertian Kontrak

para pihak dalam kontrak hanya dapat untuk mengadakan perikatan

terhadap satu sama lain.[16]

Di dalam sistem common law ada pembedaan

antara contract dan agreement. Semua kontrak adalah agreement, tetapi

tidak semua agreements adalah kontrak.[17] American Restatement of

Contract (second) mendefinisikan kontrak sebagai ‘a promise or set of

promises for the breach of which the law give a remedy or the

performance of which the law in some way recognized a duty.’[18]

Salah satu kelemahan dari pengertian kontrak yang disebutkan

dalam American Restatement adalah tidak adanya elemen persetujuan

(bargain) dalam kontrak. Tidak adanya indikasi yang dibuat dalam

definisi tersebut di atas adalah merupakan suatu ciri khas perjanjian dua

belah pihak (two-sided affair), sesuatu yang sedang dijanjikan atau

dilaksanakan dalam satu sisi merupakan pengganti untuk sesuatu yang

sedang dijanjikan atau dilaksanakan dalam sisi yang lain. Kemudian,

berdasarkan pengertian di atas, bahwa kontrak secara sederhana dapat

menjadi ‘suatu janji’. Hal ini berarti untuk melihat fakta yang secara

umum merupakan beberapa tindakan atau janji yang diberikan sebagai

pengganti untuk janji yang lain sebelum janji itu menjadi sebuah kontrak.

Di samping itu, kontrak juga dapat merupakan’ serangkaian janji’. Hal ini

tidak memberikan indikasi bahwa beberapa janji biasanya diberikan

sebagai pengganti untuk janji yang lainnya. Akan tetapi hal tersebut bisa

saja salah untuk mengasumsikan bahwa semua kontrak adalah

persetujuan asli di mana di satu sisi suatu hal yang ditawarkan untuk

suatu hal lain yang memiliki nilai sama dengan yang lainnya. Faktanya,

seperti yang kita lihat, ada beberapa kasus di mana sebuah janji

diperlakukan sebagai pemikiran kontraktual yang tidak ada persetujuan

(bargain) yang nyata.[19]

Beberapa pengertian kontrak yang lain masih memiliki arti yang sama,

tetapi ada satu pengertian yang tepat dan ringkas yang diungkapkan oleh

Pollock yang mendefinisikan kontrak sebagai ‘suatu janji di mana hukum

dapat diberlakukan baginya’ (promises which the law will enforce).[20]

Substansi dari definisi-definisi kontrak di atas adalah adanya mutual

agreement atau persetujuan (assent) para pihak yang menciptakan

kewajiban yang dilaksanakan atau kewajiban yang memiliki kekuatan

hukum.[21]

 

Page 10: Pengertian Kontrak

II SYARAT SAHNYA KONTRAK

Pasal 1320 KUHPerdata menentukan adanya 4 (empat) syarat sahnya

suatu perjanjian, yaitu:

1. 1.      Adanya Kata Sepakat

Supaya kontrak menjadi sah maka para pihak harus sepakat terhadap

segala hal yang terdapat di dalam perjanjian.[22] Pada dasarnya kata

sepakat adalah pertemuan atau persesuaian kehendak antara para pihak

di dalam perjanjian. Seseorang dikatakan memberikan persetujuannya

atau kesepakatannya jika ia memang menghendaki apa yang disepakati.

[23]

Mariam Darus Badrulzaman melukiskan pengertian sepakat sebagai

persyaratan kehendak yang disetujui (overeenstemende wilsverklaring)

anta pihak-pihak. Pernyataan pihak yang menawarkan dinamakan

tawaran (offerte). Dan pernyataan pihak yang menerima penawaran

dinamakan akseptasi (acceptatie).[24] Dengan demikian dapat dikatakan

bahwa penawaran dan akseptasi merupakan unsur yang sangat penting

untuk menentukan lahirnya perjanjian. Di samping itu, kata sepakat

dapat diungkapkan dalam berbagai cara, yaitu:

1. Secara lisan

2. Tertulis

3. Dengan tanda

4. Dengan simbol

5. Dengan diam-diam

Berkaitan dengan kesepakatan dan lahirnya perjanjian, Mariam Darus

Badrulzaman mengemukakan beberapa teori mengenai lahirnya

perjanjian tersebut, yaitu: [25]

1. Teori kehendak of will (wilstheorie)

Menjelaskan bahwa kesepakatan terjadi pada saat kehendak pihak

penerima dinyatakan, misalnya dengan menuliskan surat.

1. Teori Pengiriman (verzentheorie)

Mengajarkan bahwa kesepakatan terjadi pada saat kehendak yang

dinyatakan itu dikirim oleh pihak yang menerima tawaran.

1. Teori Pengetahuan (vernemingstheorie)

Page 11: Pengertian Kontrak

Mengajarkan bahwa pihak yang menawarkan seharusnya sudah

mengetahui bahwa tawarannya sudah diterima; dan

1. Teori Kepercayaan (vertrowenstheorie)

Mengajarkan bahwa kesepakatan itu terjadi pada saat pernyataan

kehendak dianggap layak diterima oleh pihak yang menawarkan .

Suatu perjanjian dapat mengandung cacat kehendak atau kata sepakat

dianggap tidak ada jika terjadi hal-hal yang disebut di bawah ini:

1. a.      Paksaan (dwang)

Setiap tindakan yang tidak adil atau ancaman yang menghalangi

kebebasan kehendak para termasuk dalam tindakan pemaksaan. Di

dalam hal ini, setiap perbuatan atau ancaman melanggar undang-undang

jika perbuatan tersebut merupakan penyalahgunaan kewenangan salah

satu pihak dengan membuat suatu ancaman, yaitu setiap ancaman yang

bertujuan agar pada akhirnya pihak lain memberikan hak, kewenangan

ataupun hak istimewanya. Paksaan dapat berupa kejahatan atau

ancaman kejahatan, hukuman penjara atau ancaman hukuman penjara,

penyitaan dan kepemilikan yang tidak sah, atau ancaman penyitaan atau

kepemilikan suatu benda atau tanah yang dilakukan secara tidak sah,

dan tindakan-tindakan lain yang melanggar undang-undang, seperti

tekanan ekonomi, penderitaan fisik dan mental, membuat seseorang

dalam keadaan takut, dan lain-lain.[26]

Menurut Sudargo,[27] paksaan (duress) adalah setiap tindakan intimidasi

mental. Contohnya adalah ancaman kejahatan fisik dan hal ini dapat

dibuat penuntutan terhadapnya. Akan tetapi jika ancaman kejahatan fisik

tersebut merupakan suatu tindakan yang diperbolehkan oleh hukum

maka dalam hal ini ancaman tersebut tidak diberi sanksi hukum, dan

dinyatakan bahwa tidak ada paksaan sama sekali. Selain itu paksaan juga

bisa dikarenakan oleh pemerasan atau keadaan di bawah pengaruh

terhadap seseorang yang mempunyai kelainan mental.

 

1. b.      Penipuan (Bedrog)

Penipuan (fraud) adalah tindakan tipu muslihat. Menurut Pasal 1328

KUHPerdata dengan tegas menyatakan bahwa penipuan merupakan

alasan pembatalan perjanjian. Dalam hal ada penipuan, pihak yang

Page 12: Pengertian Kontrak

ditipu, memang memberikan pernyataan yang sesuai dengan

kehendaknya, tetapi kehendaknya itu, karena adanya daya tipu, sengaja

diarahkan ke suatu yang bertentangan dengan kehendak yang

sebenarnya, yang seandainya tidak ada penipuan, merupakan tindakan

yang benar. Dalam hal penipuan gambaran yang keliru sengaja

ditanamkan oleh pihak yang satu kepada pihak yang lain. Jadi, elemen

penipuan tidak hanya pernyataan yang bohong, melainkan harus ada

serangkaian kebohongan (samenweefsel van verdichtselen), serangkaian

cerita yang tidak benar, dan setiap tindakan/sikap yang bersifat menipu.

[28]

Dengan kata lain, penipuan adalah tindakan yang bermaksud jahat yang

dilakukan oleh satu pihak sebelum perjanjian itu dibuat. Perjanjian

tersebut mempunyai maksud untuk menipu pihak lain dan membuat

mereka menandatangani perjanjian itu. Pernyataan yang salah itu sendiri

bukan merupakan penipuan, tetapi hal ini harus disertai dengan tindakan

yang menipu. Tindakan penipuan tersebut harus dilakukan oleh atau atas

nama pihak dalam kontrak, seseorang yang melakukan tindakan tersebut

haruslah mempunyai maksud atau niat untuk menipu, dan tindakan itu

harus merupakan tindakan yang mempunyai maksud jahat – contohnya,

merubah nomor seri pada sebuah mesin (kelalaian untuk

menginformasikan pelanggan atas adanya cacat tersembunyi pada suatu

benda bukan merupakan penipuan karena hal ini tidak mempunyai

maksud jahat dan hanya merupakan kelalaian belaka). Selain itu

tindakan tersebut haruslah berjalan secara alami bahwa pihak yang

ditipu tidak akan membuat perjanjian melainkan karena adanya unsur

penipuan.[29]

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa penipuan terdiri dari 4

(empat) unsur yaitu: (1) merupakan tindakan yang bermaksud jahat,

kecuali untuk kasus kelalaian dalam menginformasikan cacat

tersembunyi pada suatu benda; (2) sebelum perjanjian tersebut dibuat;

(3) dengan niat atau maksud agar pihak lain menandatangani perjanjian;

(4) tindakan yang dilakukan semata-mata hanya dengan maksud jahat.

[30]

Kontrak yang mempunyai unsur penipuan di dalamnya  tidak membuat

kontrak tersebut batal demi hukum (null and void) melainkan kontrak

tersebut hanya dapat dibatalkan (voidable). Hal ini berarti selama pihak

yang dirugikan tidak menuntut ke pengadilan yang berwenang maka

kontrak tersebut masih tetap sah.

Page 13: Pengertian Kontrak

 

1. c.       Kesesatan atau Kekeliruan (Dwaling),

Dalam hal ini, salah satu pihak atau beberapa pihak memiliki persepsi

yang salah terhadap objek atau subjek yang terdapat dalam perjanjian.

Ada 2 (dua) macam kekeliruan, yang pertama yaitu error in

persona, yaitu kekeliruan pada orangnya, contohnya, sebuah perjanjian

yang dibuat dengan artis yang terkenal tetapi kemudian perjanjian

tersebut dibuat dengan artis yang tidak terkenal hanya karena dia

mempunyai nama yang sama. Yang kedua adalah error in

substantia yaitu kekeliruan yang berkaitan dengan karakteristik suatu

benda, contohnya seseorang yang membeli lukisan Basuki Abdullah

tetapi kemudian setelah sampai di rumah orang itu baru sadar bahwa

lukisan yang dibelinya tadi adalah lukisan tiruan dari lukisan Basuki

Abdullah.[31]

Di dalam kasus yang lain, agar suatu perjanjian dapat dibatalkan, tahu

kurang lebih harus mengetahui bahwa rekannya telah membuat

perjanjian atas dasar kekeliruan dalam hal mengidentifikasi subjek atau

orangnya.[32]

 

1. d.            Penyalahgunaan Keadaan (misbruik van

omstandigheiden)

Penyalahgunaan Keadaan (Undue influence) merupakan suatu konsep

yang berasal dari nilai-nilai yang terdapat di pengadilan. Konsep ini

sebagai landasan untuk mengatur transaksi yang berat sebelah yang

telah ditentukan sebelumnya oleh pihak yang dominan kepada pihak

yang lemah. Penyalahgunaan Keadaan ada ketika pihak yang melakukan

suatu perbuatan atau membuat perjanjian dengan cara di bawah paksaan

atau pengaruh terror yang ekstrim atau ancaman, atau paksaan

penahanan jangka pendek. Ada pihak yang menyatakan bahwa

Penyalahgunaan Keadaan adalah setiap pemaksaan yang tidak patut atau

salah, akal bulus, atau bujukan dalam keadaan yang mendesak, di mana

kehendak seseorang tersebut memiliki kewenangan yang berlebihan, dan

pihak lain dipengaruhi untuk melakukan perbuatan yang tak ingin

dilakukan, atau akan berbuat sesuatu jika setelahnya dia akan merasa

bebas.[33]

Page 14: Pengertian Kontrak

Secara umum ada dua macam penyalahgunaan keadaan yaitu: Pertama

di mana seseorang menggunakan posisi psikologis dominannya yang

digunakan secara tidak adil untuk menekan pihak yang lemah supaya

mereka menyetujui sebuah perjanjian di mana sebenarnya mereka tidak

ingin menyetujuinya. Kedua, di mana seseorang menggunakan

wewenang kedudukan dan kepercayaannya yang digunakan secara tidak

adil untuk membujuk pihak lain untuk melakukan suatu transaksi. [34]

Menurut doktrin dan yurisprudensi, ternyata perjanjian-perjanjian yang

mengandung cacat seperti itu tetap mengikat para pihak, hanya saja,

pihak yang merasakan telah memberikan pernyataan yang mengandung

cacat tersebut dapat memintakan pembatalan perjanjian. Sehubungan

dengan ini, 1321 KUHPerdata menyatakan bahwa jika di dalam suatu

perjanjian terdapat kekhilafan, paksaan atau penipuan, maka berarti di

dalam perjanjian itu terdapat cacat pada kesepakatan antar para pihak

dan karenanya perjanjian itu dapat dibatalkan.

Persyaratan adanya kata sepakat dalam perjanjian tersebut di dalam

sistem hukumCommon Law dikenal dengan

istilah agreement atau assent. Section 23 American

Restatement (second) menyatakan bahwa hal yang penting dalam suatu

transaksi adalah bahwa masing-masing pihak menyatakan

persetujuannya sesuai dengan pernyataan pihak lawannya.

 

1. 2.      Kecakapan untuk Membuat perikatan

Pasal 1329 KUHPerdata menyatakan bahwa setiap orang adalah cakap

untuk membuat perjanjian, kecuali apabila menurut undang-undang

dinyatakan tidak cakap. Kemudian Pasal 1330 menyatakan bahwa ada

beberapa orang yang tidak cakap untuk membuat perjanjian, yakni:

1. Orang yang belum dewasa (persons under 21 years of age)

2. Mereka yang ditaruh di bawah pengampuan (curatele

or conservatorship); dan

3. Perempuan yang sudah menikah

Berdasarkan pasal 330 KUHPerdata, seseorang dianggap dewasa jika dia

telah berusia 21 tahun atau kurang dari 21 tahun tetapi telah menikah.

Kemudian  berdasarkan pasal 47 dan Pasal 50 Undang-Undang No

1/1974 menyatakan bahwa kedewasaan seseorang ditentukan bahwa

Page 15: Pengertian Kontrak

anak berada di bawah kekuasaan orang tua atau wali sampai dia berusia

18 tahun.

Berkaitan dengan perempuan yang telah menikah, pasal 31 ayat (2) UU

No. 1 Tahun 1974 menentukan bahwa masing-masing pihak (suami atau

isteri) berhak melakukan perbuatan hukum

 

1. 3.      Suatu Hal Tertentu

Syarat sahnya perjanjian yang ketiga adalah adanya suatu hal tertentu

(een bepaald onderwerp), suatu hal tertentu adalah hal bisa ditentukan

jenisnya (determinable).[35]Pasal 1333 KUHPerdata menentukan bahwa

suatu perjanjian harus mempunyai pokok suatu benda (zaak)yang paling

sedikit dapat ditentukan jenisnya. Suatu perjanjian harus memiliki objek

tertentu dan suatu perjanjian haruslah mengenai suatu hal tertentu

(certainty of terms), berarti bahwa apa yang diperjanjikan, yakni hak dan

kewajiban kedua belah pihak. Barang yang dimaksudkan dalam

perjanjian paling sedikit dapat ditentukan jenisnya (determinable).

Istilah barang yang dimaksud di sini yang dalam bahasa Belanda disebut

sebagai zaak.Zaak dalam bahasa Belanda tidak hanya berarti barang

dalam arti sempit, tetapi juga berarti yang lebih luas lagi, yakni pokok

persoalan. Oleh karena itu, objek perjanjian itu tidak hanya berupa

benda, tetapi juga bisa berupa jasa.

Secara umum, suatu hal tertentu dalam kontrak dapat berupa hak, jasa,

benda atau sesuatu, baik yang sudah ada ataupun belum ada, asalkan

dapat ditentukan jenisnya (determinable). Perjanjian untuk menjual

sebuah lukisan yang belum dilukis adalah sah. Akan tetapi, suatu kontrak

dapat menjadi batal ketika batas waktu suatu kontrak telah habis dan

kontrak tersebut belum terpenuhi.[36]

J. Satrio menyimpulkan bahwa apa yang dimaksud dengan suatu hal

tertentu dalam perjanjian adalah objek prestasi (performance). Isi

prestasi tersebut harus tertentu atau paling sedikit dapat ditentukan

jenisnya (determinable).[37]

KUHPerdata menentukan bahwa barang yang dimaksud tidak harus

disebutkan, asalkan nanti dapat dihitung atau ditentukan.[38] Sebagai

contohnya perjanjian untuk ‘panen tembakau dari suatu ladang dalam

tahun berikutnya’ adalah sah.

Page 16: Pengertian Kontrak

American Restatement Contract (second) section 33 menyatakan bahwa

pokok perjanjian (term) menyatakan bahwa walaupun suatu pernyataan

dimaksudkan untuk dianggap sebagai penawaran, hal ini belum dapat

diterima langsung menjadi perjanjian, bila pokok perjanjian itu tidak

tentu.

Black Law Dictionary mendefinisikan term sebagai persyartan,

kewajiban, hak, harga, dan lain-lain yang ditetapkan dalam perjanjian

dan dokumen. American Restatement Contract(second) Section 33 Sub

2 menjelaskan bahwa bila pokok perjanjian itu mencakup dasar untuk

menyatakan adanya wan prestasi dan untuk memberikan ganti rugi yang

layak.

 

1. 4.      Kausa Hukum yang Halal

Syarat sahnya perjanjian yang keempat adalah adanya kausa hukum

yang halal. Jika objek dalam perjanjian itu illegal, atau bertentangan

dengan kesusilaan atau ketertiban umum, maka perjanjian tersebut

menjadi batal. Sebagai contohnya, perjanjian untuk membunuh

seseorang mempunyai objek tujuan yang illegal, maka kontrak ini tidak

sah.[39]

Menurut Pasal 1335 Jo 1337 KUHPerdata menyatakan bahwa suatu

kausa dinyatakan terlarang jika bertentangan dengan undang-undang,

kesusilaan, dan ketertiban umum.

Suatu kausa dinyatakan bertentangan dengan undang-undang, jika kausa

di dalam perjanjian yang bersangkutan isinya bertentangan dengan

undang-undang yang berlaku. Untuk menentukan apakah suatu kausa

perjanjian bertentangan dengan kesusilaan (geode zeden) bukanlah hal

yang mudah, karena istilah kesusilaan tersebut sangat abstrak, yang

isinya bisa berbeda-beda antara daerah yang satu dan daerah yang

lainnya atau antara kelompok masyarakat yang satu dan lainnya. Selain

itu penilaian orang terhadap kesusilaan dapat pula berubah-ubah sesuai

dengan perkembangan jaman.[40]

Kausa hukum dalam perjanjian yang terlarang jika bertentangan dengan

ketertiban umum. J. Satrio memaknai ketertiban umum sebagai hal-hal

yang berkaitan dengan masalah kepentingan umum, keamanan negara,

keresahan dalam masyarakat dan juga keresahan dalam masalah

ketatanegaraan.[41] Di dalam konteks Hukum Perdata internasional

Page 17: Pengertian Kontrak

(HPI), ketertiban umum dap[at dimaknai sebagai sendi-sendi atau asas-

asas hukum suatu negara.[42]

Kausa hukum yang halal di dalam sistem Common Law dikenal dengan

istilah legalityyang dikaitkan dengan public policy. Suatu kontrak dapat

menjadi tidak (illegal) jika bertentangan dengan public policy. Walaupun,

sampai sekarang belum ada definisi public policy yang diterima secara

luas, pengadilan memutuskan bahwa suatu kontrak bertentangan

dengan public policy jika berdampak negatif pada masyarakat atau

mengganggu keamanan dan kesejahteraan masyarakat (public’s safety

and welfare)[43]

Syarat sahnya kontrak di atas berkenaan baik mengenai subjek maupun

objek perjanjian. Persyaratan yang pertama dan kedua berkenaan

dengan subjek perjanjian dan pembatalan untuk kedua syarat tersebut

adalah dapat dibatalkan (voidable). Sedangkan persyaratan ketiga dan

keempat berkenaan dengan objek perjanjian dan pembatalan untuk

kedua syarat tersebut di atas adalah batal demi hukum (null and void).

Dapat dibatalkan (voidable) berarti bahwa selama perjanjian tersebut

belum diajukan pembatalannya ke pengadilan yang berwenang maka

perjanjian tersebut masih tetap sah, sedangkan batal demi hukum (null

and void) berarti bahwa perjanjian sejak pertama kali dibuat telah tidak

sah, sehingga hukum menganggap bahwa perjanjian tersebut tidak

pernah ada sebelumnya.

 

III. ASAS-ASAS KONTRAK

 

Henry P. Panggabean menyatakan bahwa pengkajian asas-asas

perjanjian memiliki peranan penting untuk memahami berbagai undang-

undang mengenai sahnya perjanjian. Perkembangan yang terjadi

terhadap suatu ketentuan undang-undang akan lebih mudah dipahami

setelah mengetahui asas-asas yang berkaitan dengan masalah tersebut.

[44]

Nieuwenhuis menjelaskan hubungan fungsional antara asas dan

ketentuan hukum (rechtsgels) sebagai berikut:[45]

1. Asas-asas hukum berfungsi sebagai pembangun sistem. Asas-asas itu

tidak hanya mempengaruhi hukum positif, tetapi juga dalam banyak hak

Page 18: Pengertian Kontrak

menciptakan suatu sistem. Suatu sistem tidak akan ada tanpa adanya asas-

asas;

2. Asas-asas itu membentuk satu dengan lainnya suatu sistem check and

balance. Asas-asas ini sering menunjuk ke arah yang berlawanan, apa yang

kiranya menjadi merupakan rintangan ketentuan-ketentuan hukum. Oleh

karena menunjuk ke arah yang berlawanan, maka asas-asas itu saling

kekang mengekang, sehingga ada keseimbangan.

Sistem pengaturan hukum perjanjian yang terdapat di dalam Buku III

KUHPerdata memiliki karakter atau sifat sebagai hukum pelengkap

(aanvullenrechts atau optional law). Dengan karakter yang demikian,

orang boleh menggunakan atau tidak menggunakan ketentuan yang

terdapat di dalam Buku III KUHPerdata tersebut. Di dalam perjanjian,

para pihak dapat mengatur sendiri yang menyimpang dari ketentuan

Buku III KUHPerdata.

Hukum perjanjian memberikan kebebasan kepada subjek perjanjian

untuk melakukan perjanjian dengan beberapa pembatasan tertentu.

Sehubungan dengan itu Pasal 1338 KUHPerdata menyatakan:

1. Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang

bagi mereka yang membuatnya;

2. Perjanjian itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan kata sepakat

keduabelah pihak atau karena alasan undang-undang yang dinyatakan cukup

untuk itu; dan

3. Perjanjian tersebut harus dilaksanakan dengan iktikad baik.

Ada beberapa asas hukum perjanjian yang dikandung Pasal 1338

KUHPerdata sebagai berikut:

1. Asas konsensualisme;

2. Asas facta sunt servanda;

3. Asas kebebasan berkontrak; dan

4. Asas iktikad baik.

Sudikno Mertokusumo mengajukan tiga asas perjanjian yang dapat

dirinci sebagai berikut:[46]

1. Asas konsensualisme, yakni suatu persesuaian kehendak (berhubungan

dengan lahirnya suatu perjanjian);

2. Asas kekuatan mengikatnya suatu perjanjian (berhubungan dengan

akibat perjanjian; dan

3. Asas kebebasan berkontrak (berhubungan dengan isi perjanjian).

Page 19: Pengertian Kontrak

Asas yang sama juga dikemukakan Ridwan Khairandy. Menurut Ridwan

hukum perjanjian mengenal tiga asas perjanjian yang saling kait

mengkait satu dengan yang lainnya. Ketiga asas sebagai berikut:[47]

1. Asas konsensualisme (the principle of  consensualism);

2. Asas kekuatan mengikatnya kontrak (the legal binding of contract); dan

3. Asas kebebasan berkontrak (the principle of freedom of contract).

Berbeda dengan uraian di atas, Nieuwenhuis mengajukan tiga asas

perjanjian yang lain, yakni:

1. asas otonomi, yaitu adanya kewenangan mengadakan hubungan hukum

yang mereka pilih (asas kemauan bebas);

2. asas kepercayaan, yaitu adanya kepercayaan yang ditimbulkan dari

perjanjian itu, yang perlu dilindungi (asas melindungi pihak beriktikad baik);

dan

3. asas kuasa, yaitu adanya saling ketergantungan (keterikatan) bagi suatu

perjanjian  untuk tunduk pada ketentuan hukum (rechtsregel) yang telah

ada, walaupun ada kebebasan berkontrak.

Terhadap adanya perbedaan unsur-unsur asas-asas perjanjian tersebut di

atas, Nieuwenhuis memberikan penjelasan sebagai berikut:[48]

1. hubungan antara kebebasan berkontrak dan asas otonomi berada dalam

keadaan bahwa asas otonomi mensyaratkan adanya kebebasan mengikat

perjanjian; dan

2. perbedaannya adalah menyangkut pembenaran dari keterikatan

kontraktual, asas otonomi memainkan peranan dalam pembenaran mengenai

ada tidaknya keterikatan kontraktual. Suatu kekurangan dalam otonomi

(tiadanya persetujuan (toesteming),misbruik omstandigheiden) digunakan

sebagai dasar untuk pembenaran ketiadaan dan keterikatan kontraktual.

Menurut Henry P. Pangabean, perkembangan hukum perjanjian,

misalnya dapat dilihat dari berbagai ketentuan (Nieuwe) Burgerlijk

Wetboek atau BW (Baru) Negeri Belanda. Perkembangan itu justeru

menyangkut penerapan asas-asas hukum perjanjian yang dikaitkan

dengan praktik peradilan.[49]

 

1. 1.        Asas Kebebasan Berkontrak

Asas kebebasan berkontrak merupakan tiang dari sistem hukum perdata,

khususnya hukum perikatan yang diatur Buku III KUHPerdata. Bahkan

menurut Rutten, hukum perdata, khususnya hukum perjanjian,

Page 20: Pengertian Kontrak

seluruhnya didasarkan pada asas kebebasan berkontrak.[50] Asas

kebebasan berkontrak yang dianut hukum Indonesia tidak lepas

kaitannya dengan Sistem Terbuka yang dianut Buku III KUHPerdata

merupakan hukum pelengkap yang boleh dikesampingkan oleh para

pihak yang membuat perjanjian.

Dengan asas kebebasan berkontrak orang dapat menciptakan perjanjian-

perjanjian baru yang dikenal dalam Perjanjian Bernama dan isinya

menyimpang dari Perjanjian Bernama yang diatur oleh undang-undang.

[51]

Sutan Remy Sjahdeini menyimpulkan ruang lingkup asas kebebasan

berkontrak sebagai berikut:[52]

1. kebebasan untuk membuat atau tidak membuat perjanjian;

2. kebebasan untuk memilih dengan pihak siapa ia ingin membuat

perjanjian;

3. kebebasan untuk memilih causa perjanjian yang akan dibuatnya;

4. kebebasan untuk menentukan objek suatu perjanjian;

5. kebebasan untuk menentukan bentuk suatu perjanjian

6. kebebasan untuk menerima atau menyimpangi ketentuan undang-undang

yang bersifat opsional (aanvullen, optional).

Asas kebebasan berkontrak ini bersifat universal, artinya berlaku juga

dalam berbagai sistem huk perjanjian di negara-negara lain dan memiliki

ruang lingkup yang sama.[53]

Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata mengakui asas kebebasan berkontrak

dengan menyatakan, bahwa semua perjanjian yang dimuat secara sah

mengikat para pihak sebagai undang-undang.

Menurut sejarahnya, Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata yang

mencerminkan tipe perjanjian pada waktu itu yang berpijak pada

Revolusi Perancis, bahwa individu sebagai dasar dari semua kekuasaan.

Pendapat ini menimbulkan konsekuensi, bahwa orang juga bebas untuk

mengikat diri dengan orang lain, kapan dan bagaimana yang diinginkan

kontrak terjadi berdasarkan kehendak yang mempunyai kekuatan

mengikat sebagai undang-undang.[54]

Hukum Romawi sendiri tidak mengenal adanya kebebasan berkontrak.

Menurut Hukum Romawi, untuk membuat suatu perjanjian yang

sempurna tidak cukup dengan persesuaian kehendak saja, kecuali dalam

empat hal, yaitu: perjanjian jual beli, sewa-menyewa, persekutuan

perdata, dan memberi beban atau perintah (lastgeving). Selain keempat

Page 21: Pengertian Kontrak

jenis perjanjian itu semua perjanjian harus dilakukan dengan syarat-

syarat tertentu yang disebut causa civilis oligandi, yaitu untuk mencapai

kesepakatan harus disertai dengan kata-kata suci (verbis) disertai

dengan tulisan tertentu (literis) dan disertai pula penyerahan suatu

benda (re).[55]

Jadi, konsensus atau persesuaian kehendak saja belum cukup untuk

terjadinya perjanjian. Tetapi kemudian dalam perkembangan lebih lanjut

telah terjadi dalam Hukum Kanonik dengan suatu asas, bahwa setiap

perjanjian meskipun tanpa bentuk tertentu adalah mengikat para pihak,

yang disokong oleh moral agama Nasrani yang menghendaki bahwa kata-

kata yang telah diucapkan tetap dilaksanakan. Dengan demikian

kebebasan berkontrak telah dimulai dalam hukum Kanonik.[56]

Dalam perkembangannya, ternyata kebebasan berkontrak dapat

menimbulkan ketidakadilan, karena untuk mencapai asas kebebasan

berkontrak harus didasarkan pada posisi tawar (bargaining position)

para pihak yang seimbang. Dalam kenyataannya hal tersebut sulit (jika

dikatakan tidak mungkin) dijumpai adanya kedudukan posisi tawar yang

betul-betul seimbang atau sejajar. Pihak yang memiliki posisi tawar yang

lebih tinggi seringkali memaksakan kehendaknya. Dengan posisi yang

demikian itu, ia dapat mendikte pihak lainnya untuk mengikuti

kehendaknya dalam perumusan isi perjanjian. Dalam keadaan demikian,

pemerintah atau negara seringkali melakukan intervensi atau

pembatasan kebebasan berkontrak dengan tujuan untuk melindungi

pihak yang lemah. Pembatasan tersebut dapat dilakukan melalui

peraturan perundang-undangan dan putusan pengadilan.

Pasal 1320 KUHPerdata sendiri sebenarnya membatasi asas kebebasan

berkontrak melalui pengaturan persyaratan sahnya perjanjian yang harus

memenuhi kondisi:

1. adanya persetujuan atau kata sepakat para pihak;

2. kecakapan untuk membuat perjanjian;

3. adanya objek tertentu; dan

4. ada kausa hukum yang halal.

Di negara-negara dengan sistem common law, kebebasan berkontrak

juga dibatasi melalui peraturan perundang-undangan dan public policy.

Hukum perjanjian Indonesia juga membatasi kebebasan berkontrak

dengan ketentuan undang-undang, ketertiban umum, dan kesusilaan.

Pembatasan ini dikaitkan dengan kausa yang halal dalam perjanjian.

Page 22: Pengertian Kontrak

Berdasar Pasal 1337 KUHPerdata suatu kausa dapat menjadi terlarang

apabila dilarang oleh undang-undang, kesusilaan, dan ketertiban umum.

Selain pembatasan tersebut di atas, Ridwan Khaiarandy mencatat

beberapa hal yang menyebabkan makin berkurangnya asas kebebasan

berkontrak, yakni:[57]

1. makin berpengaruhnya ajaran iktikad baik di mana iktikad baik tidak

hanya ada pada saat perjanjian dilaksanakan juga telah harus ada pada saat

perjanjian dibuat; dan

2. makin berkembangnya ajaran penyalahgunaan  keadaan dalam kontrak

(misbruik van omstandigheden, undue influence).

Selain kedua hal di atas, Setiawan mencatat dua hal lagi yang dapat

membatasi kebebasan berkontrak. Makin banyaknya perjanjian yang

dibuat dalam bentuk baku yang disodorkan pihak kreditor atas

dasar take it or leave it. Di sini tidak ada kesempatan bagi debitor untuk

turut serta menentukan isi perjanjian. Juga makin berkembang peraturan

perundang-undangan di bidang ekonomi turut membatasi kebebasan

berkontrak. Peraturan yang demikian itu merupakan mandatory rules of

a public nature. Peraturan-peraturan ini bahkan membuat ancaman

kebatalan perjanjian di luar adanya paksaan, kesesatan, dan penipuan

yang sudah dikenal dalam hukum perjanjian.[58] Contoh dari peraturan

perundang-undangan di bidang hukum ekonomi yang membatasi

kebebasan berkontrak adalah Undang-Undang Konsumen.

 

1. 3.        Asas Konsensualisme

Perjanjian harus didasarkan pada konsensus atau kesepakatan dari

pihak-pihak yang membuat perjanjian. Dengan asas konsensualisme,

perjanjian dikatakan telah lahir jika ada kata sepakat atau persesuaian

kehendak diantara para pihak yang membuat perjanjian tersebut.[59]

Berdasarkan asas konsensualisme itu, dianut paham bahwa sumber

kewajiban kontraktual adalah bertemunya kehendak (convergence of

wills) atau konsensus para pihak yang membuat kontrak.[60]

 

1. 4.        Asas Kekuatan Mengikatnya Kontrak

Dasar teoritik mengikatnya kontrak bagai para pihak yang umumnya

dianut di negara-negara civil law dipengaruhi oleh hukum Kanonik.

Hukum Kanonik dimulai dari disiplin penitisial bahwa setiap janji itu

Page 23: Pengertian Kontrak

mengikat. Dari sinilah kemudian lahir prinsip pacta sunt servanda.

Menurut asas ini kesepakatan para pihak itu mengikat sebagaimana

layaknya undang-undang bagai para pihak yang membuatnya.[61]

Dengan adanya janji timbul kemauan bagai para pihak untuk saling

berprestasi, ada kemauan untuk saling mengikatkan diri. Kewajiban

kontraktual tersebut menjadi sumber bagi para pihak untuk secara bebas

menentukan kehendak tersebut dengan segala akibat hukumnya.

Berdasarkan kehendak tersebut, para pihak secara bebas

mempertemukan kehendak masing-masing. Kehendak para pihak inilah

yang menjadi dasar kontrak. Terjadinya perbuatan hukum itu ditentukan

berdasar kata sepakat.[62]

Dengan adanya konsensus dari para pihak itu, maka kesepakatan itu

menimbulkan kekuatan mengikat perjanjian sebagaimana layaknya

undang-undang (pacta sunt servanda). Apa yang dinyatakan seseorang

dalam suatu hubungan menjadi hukum bagi mereka. Asas inilah yang

menjadi kekuatan mengikatnya perjanjian. Ini bukan kewajiban moral,

tetapi juga kewajiban hukum yang pelaksanaannya wajib ditaati.[63]

sumber :

http://ridwankhairandy.staff.uii.ac.id

JENIS KONTRAK PROYEK KONSTRUKSI 21.44   YOHANES OE

Tiga jenis kontrak pada proyek konstruksi adalah :

Kontrak Harga Satuan (Unit Price Contract) Kontrak Biaya Plus Jasa (Cost Plus Fee Contract) Kontrak Biaya Menyeluruh (Lump Sum Contract)Pemilihan jenis kontrak yang sesuai untuk suatu proyek konstruksi lebih didasarkan pada karakteristik dan kondisi proyek. 

Page 24: Pengertian Kontrak

Kontrak Harga Satuan (Unit Price Contract)

Dalam menggunakan kontrak jenis ini, kontraktor hanya menentukan harga satuan pekerjaan. Kontraktor perlu memperhitungkan semua biaya yang mungkin dikeluarkan pada item penawarannya, seperti biaya overhead dan keuntungan. 

Jenis kontrak ini digunakan jika kuantitas aktual masing-masing item pekerjaan sulit untuk diestimasi secara akurat sebelum proyek dimulai. Untuk menentukan kuantitas pekerjaan yang sesungguhnya, dilakukan pengukuran (opname) bersama pemilik dan kontraktor terhadap kuantitas terpasang. Kelemahan dari penggunaan kontrak jenis ini, yaitu pemilik tidak dapat mengetahui secara pasti biaya aktual proyek hingga proyek itu selesai.

Kontrak Biaya Plus Jasa (Cost Plus Fee Contract)

Pada kontrak jenis ini, kontraktor akan menerima pembayaran atas pengeluarannya, ditambah dengan biaya untuk overhead dan keuntungan. Besarnya biaya overhead dan keuntungan, umumnya didasarkan atas persentase biaya yang dikeluarkan kontraktor.

Kontrak jenis ini umumnya digunakan jika biaya aktual dari proyek belum bisa diestimasi secara akurat, karena perencanaan belum selesai, proyek tidak dapat digambarkan secara akurat, proyek harus diselesaikan dalam waktu singkat, sementara rencana dan spesifikasi belum dapat diselesaikan. Kekurangan dari kontrak jenis ini, yaitu pemilik tidak dapat mengetahui biaya aktual proyek yang akan dilaksanakan.

Kontrak Biaya Menyeluruh (Lump Sum Contract)

Kontrak ini menyatakan bahwa kontraktor akan melaksanakan proyek sesuai dengan rancangan biaya tertentu. Jika terjadi perubahan dalam kontrak, perlu dilakukan negosiasi antara pemilik dan kontraktor untuk menetapkan besarnya

Page 25: Pengertian Kontrak

pembayaran (tambah atau kurang) yang akan diberikan kepada kontraktor terhadap perubahan tersebut. 

Kontrak ini dapat diterapkan jika perencanaan benar-benar telah selesi, sehingga kontraktor dapat melakukan estimasi kuantitas secara akurat. Pemilik dengan anggaran terbatas akan memilih jenis kontrak ini, karena merupakan satu-satunya jenis kontrak yang memberi nilai pasti terhadap biaya yang akan dikeluarkan.

Jenis-Jenis Kontrak

Dalam dunia konstruksi, perjanjian antara

pihak ownerdengan pihak kontraktor diikat dalam sebuah kontrak kerja. Pengaturan

hukum kontrak kerja proyek konstruksi diatur oleh pihak-pihak yang terlibat dan

sesuai dengan ketentuan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku (KUHP

pasal 1601b). Kontrak proyek konstruksi ini berupa dokumen tertulis dan wajib

menjelaskan tentang kesepakatan keselamatan umum dan tertib bangunan karena

sebuah proyek konstruksi merupakan pekerjaan yang mengandung resiko tinggi.

Jenis-jenis kontrak proyek konstruksi adalah:

Kontrak harga satuan (Unit price contract)Dalam kontrak ini, pihak kontraktor hanya menentukan harga satuan pekerjaan

untuk biaya semua jenis pekerjaan yang mungkin dikeluarkan termasuk biaya

overhead dan keuntungan. Biasanya, kontrak ini digunakan jika kuantitas aktual dan

masing-masing item pekerjaan sulit untuk diestimasi secara akurat sebelum proyek

dimulai. Pemilik dan kontraktor akan melakukan opname atau pengukuran bersama

terhadap jumlah bahan yang terpasang untuk menentukan kuantitas pekerjaan yang

sesungguhnya. Kelemahan dari jenis kontrak ini yaitu pemilik tidak dapat

mengetahui secara pasti biaya aktual proyek hingga proyek itu selesai.

Kontrak biaya plus jasa (Cost plus fee contract)Dalam kontrak ini, kontraktor akan menerima pembayaran atas pengeluarannya,

ditambah dengan biaya untuk overhead dan keuntungan. Besarnya biaya overhead

dan keuntungan biasanya dihitung berdasarkan presentase biaya yang akan

dikeluarkan kontraktor. Yang menjadi kelemahan jenis kontrak ini hampir sama

dengan jenis kontrak harga satuan dimana pemilik tidak dapat mengetahui biaya

aktual proyek yang akan dilaksanakan. Biasanya kontrak jenis ini dipakai jika proyek

Page 26: Pengertian Kontrak

tersebut harus diselesaikan dalam waktu yang singkat sementara rencana dan

spesifikasinya belum dapat diselesaikan.

Kontrak biaya menyeluruh (Lump sum contract)Dalam kontrak ini menyatakan bahwa kontraktor akan melaksanakan proyek sesuai

dengan rancangan biaya tertentu. Apabila terjadi perubahan dalam kontrak, perlu

dilakukan negosiasi antara pemilik dan kontraktor untuk menetapkan besarnya

pembayaran (baik tambah maupun kurang) yang akan diberikan kepada kontraktor

terhadap perubahan tersebut.

Kontrak jenis ini hanya bisa diterapkan apabila ada perencanaan yang telah benar-

benar selesai, dimana kontraktor sudah dapat melakukan estimasi kuantitas secara

akurat. Biasanya pemilik proyek dengan jumlah anggaran yang terbatas akan

memilih jenis kontrak ini karena merupakan satu-satunya jenis kontrak yang

memberi nilai pasti terhadap biaya yang akan dikeluarkan.

Sengketa Dalam Kontrak Konstruksi

Suatu dokumen kontrak konstruksi harus benar-benar dicermati dan ditangani secara benar dan hati-hati karena mengandung aspek hukum yang akan mempengaruhi dan menentukan baik buruknya pelaksanaan kontrak. Pentingnya Administrasi kontrak bertujuan untuk memastikan bahwasanya Pihak-pihak yang terkait dalam kontrak tersebut dapat memenuhi kewajiban sesuaidengan perjanjian. Walaupun kelihatannya sederhana, namun dalam kenyataannya mengadministrasikan suatu kontrak tidaklah mudah.

Dalam kebiasaan pelaksanaan suatu kontrak konstruksi yang melibatkan Owneer/Pengguna Jasa dan Kontraktor selaku Penyedia Jasa, posisi Penyedia Jasa selalu dipandang lebih lemah dari pada posisi Pengguna Jasa. Dengan kata lain posisi Pengguna Jasa lebih dominan dari pada posisi Penyedia Jasa. Penyedia Jasa hampir selalu harus memenuhi konsep/draf kontrak yang dibuat Pengguna Jasa karena Pengguna Jasa selalu menempatkan dirinya lebih tinggi dariPenyelia Jasa. Peraturan perundang-undangan yang baku untuk mengatur hak-hakdan kewajiban para pelaku industri jasa konstruksi sampai lahirnya  Undang-Undang No. 18/1999 tentang Jasa Konstruksi, belum ada sehingga asas "Kebebasan Berkontrak" sebagaimana diatur oleh Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer) Pasal 1338 dipakai sebagai satu-satunya asas dalam penyusunan kontrak. Dengan posisi yang lebih dominan, Pengguna Jasa lebih leluasa menyusunkontrak dan ini dapat merugikan Penyedia Jasa.

Ketidak seimbangan antara terbatasnya pekerjaan Konstruksi/Proyek dan banyaknya Penyedia Jasa,  mengakibatkan posisi tawar Penyedia Jasa sangat lemah. Dengan banyaknya jumlah Penyedia Jasa maka Pengguna Jasa leluasa melakukan pilihan. Adanya kekhawatiran tidak mendapatkan pekerjaan yang ditenderkan Pengguna jasa/Pemilik Proyekmenyebabkan Penyedia Jasa "rela" menerima Kontrak Konstruksi yang dibuat Pengguna Jasa. Bahkan sewaktu proses tender biasanya Penyedia Jasa enggan bertanya hal-hal

Page 27: Pengertian Kontrak

yang sensitive namun penting seperti ketersediaan dana, isi kontrak, kelancaran pembayaran, Penyedia Jasa takut pihaknya dimasukkan dalam daftar hitam.

Kondisi ideal pelaksana konstruksi adalah apabila seluruh komponen kontrak konstruksi dengan pengguna jasa terinci secara jelas yang tercakup dalam surat perjanjian , syarat umum kontrak, spesifikasi teknis, dll.

Seringkali terjadi perselisihan/sengketa akibat kelalaian dalam mengadministrasikan kontrak konstruksi tersebut, sehingga sering menimbulkan perselisihan/sengketa diantara kedua belah pihak. Sengketa konstruksi adalah sengketa yang terjadi sehubungan dengan pelaksanaan suatu usaha jasa konstruksi antara para pihak yang tersebut dalam suatu kontrak konstruksi.

Dalam penyelenggaraan proyek konstruksi, fungsi-fungsi perencanaan dan Pelaksanaan dilaksanakan secara terpisah-pisaholeh berbagai pihak yang berbeda. Sejalan dengan meningkatnya aktivitas pembangunan berbagai fasilitas infrastruktur yang disertai dengan kemajuan teknologi konstruksi, terdapat peningkatan potensi timbulnya perbedaan pemahaman, perselisihan pendapat,maupun pertentangan antar berbagai pihak yang terlibat dalam kontrak konstruksi. Hal ini seringkali tidak dapat dihindari. Perselisihan yang timbul dalam penyelenggaraan proyek-proyek konstruksi perlu diselesaikan sejak dini dan memuaskan bagi semua pihak. Sehingga menjadi persengketaan dan berakibat pada penurunan kinerja pelaksanaan konstruksi secara keseluruhan.

Sengketa konstruksi dapat timbul antara lain karena, keterlambatan penyelesaian pekerjaan, perbedaan penafsiran dokumen kontrak, ketidak mampuan baik teknis maupun manajerial dari para pihak. Selain itu sengketa konstruksi dapat pula terjadi apabila karena klaim yang tidak dilayani, keterlambatan pembayaran pengguna jasa ternyata tidak melaksanakan tugas-tugas pengelolaan dengan baik dan mungkin tidak memiliki dukungan dana yang cukup.

Seringkali juga terjadi perselisihan disebabkan karena faktor ekstern Penyedia jasa, seperti perbedaan gambar rencana dengan Spesifikasi teknis dan Bill of Quantity, lambatnya keputusan direksi pekerjaan dalam suatu usulan material atau design, adanya force majeure, dan lain-lain yang mengakibatkan bertambahnya waktu penyelesaian dan biaya pelaksanaa pekerjaan. Sementara kebiasaan pada proyek pemerintah terutama yang  dibiayai oleh APBD/APBN dibatasi oleh Tahun anggaran, dimana proyek harus diselesaikan sebelum tutup buku anggaran.

Prinsip Hukum dalam Kontrak Konstruksi

Dalam KUH Perdata Indonesia tidak banyak mengatur tentang kontrak konstruksi. Kebanyakan ketentuan tenatang hukum konstruksi tersebut bersifat hukum mengatur, jadi umumnya dapat dikesampingkan oleh para Pihak. Adapun prinsip-prinsip yuridis mengenai kontrak konstruksi yang terdapat dalam KUH Perdata adalah sebagai berikut :

1. Prinsip Korelasi antara tanggung jawab para pihak dengan kesalahan dan penyediaan bahan bangunan.

2. PPrinsip ketegasan Tanggung jawab Pemborong jika bangunan musnah karena cacat dalam penyusunan atau faktor tidak ditopangoleh kesanggupan tanah.

3. Prinsip Larangan Merubah harga kontrak.4. Prinsip kebebasan pemutusan kontrak secara sepihakoleh Pihak Bowheer.5. Prinsip kontrak yang melekat dengan PihakPemborong.6. Prinsip Vicarious Liability (Tanggung Jawab Pengganti)7. Prinsip Hak retensi

Sedangkan prinsip hukum Pemborongan dalam Undang-UndangJasa Konstruksi No. 18 Tahun 1999, berdasarkan pada azas-azas Kejujuran dan keadailan, Azas manfaat, azas keserasian, keseimbangan, kemandirian, keterbukaan,kemitraan serta azas keamanan dan keselamatan demi kepentingan masyarakat dan negara.

Aspek Hukum Kontrak Konstruksi

Page 28: Pengertian Kontrak

Sesuai dengan pasal 1338 KUH Perdata menyatakan bahwasanya seluruh perjanjian yang dibuat secara syah merupakan undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Sehingga suatu dokumen kontrak sesungguhnya adalah  hukum. Adapun beberapa aspek hukum yang sering menimbulkan dampak hukum yang cukup luas yaitu :

1. Penghentian Sementara Pekerjaan2. Pengakhiran perjanjian/Pemutusan kontrak.3. Ganti rugi keterlambatan4. Penyelesaian perselisihan5. Keadaaan memaksa/Force majeure6. Hukum yang berlaku7. Bahasa Kontrak8. Domisili

Faktor Penyebab sengketa Konstruksi

Berbagai faktor potensial penyebab perselisihan dalam pelaksanaansuatu proyek konstruksi, dikelompokkan dalam 3 aspek yang saling terkait satu  dengan yang lainnya, sbb :

1. Aspek teknis/mutu : faktor perubahan lingkup pekerjaan, faktor perbedaan kondisi lapanga,faktor kekurangan material yang sesuaidengan spesifikasi tekni,faktor keterbatasan peralatan,faktor kurang jelas atau kurang lengkapnyagambar rencana dan/atau spesifikasi teknis.

2. Aspek waktu : faktor penundaan waktu pelaksanaanpekerjaa, faktor percepatan waktu penyelesaianpekerjaa, faktor keterlambatan waktu penyelesaian pekerjaan.

3. Aspek biaya : faktor penambahan biaya pengadaan sumberdaya proye, faktor penambahan biaya atas hilangnyaproduktivita, faktor penambahan biaya atas biaya overheaddan keuntungan. 

Ketidak pastian sudah merupakan risiko dalam suatu proyek konstruksi, tidak semua hal secara detil dapat ditentukan dengan baik selama proses perencanaan sehingga para pihak yang terlibat harus menyelesaikannya setelah masa pelaksanaan dimulai. Penyusunan  dokumen kontrak yang adil bagi semua pihak untuk mengatur hubungan sepertidalam proyek konstruksi yang memiliki sedikit banyak tingkat ketidak pastian menjadi sesuatu yang tidak mudah.

Penggunaan kontrak konstruksi yang standar belum umum dilakukan di Indonesia, apalagi untuk keperluan pengaturan hubungan yang bersifat subkontraktual. Aturan- aturan dalam kontrak yang sulit menghilangkanseluruh "celah" (gaps) seringkali diperparah dengan sifat oportunistik dari para pelaku yaitu pihak yang memiliki posisi tawar yang lebih tinggi. Pihak dengan posisi tawar yang lebih tinggi ini bisa dilakoni oleh pemilik,perencana, pengawas, kontraktor, subkontraktor, atau pemasok, tergantung kepada situasi yang dihadapi.

Jenis Sengketa konstruksi

Seringnya terjadi sengketa dalam pelaksanaan suatu kontrak konstruksi terjadi karena adanya perubahan lingkup pekerjaan pada waktu pelaksanaan konstruksi, yang bagi penyedia jasa dapat mengakibatkan adanya berakibat pada waktu penyelesaian pekerjaan serta perubahan biaya pelaksanaan pekerjaan. Adapun jenis sengketa dalam suatu proyek konstruksi dikelompokkan seperti tabelberikut ;

No. Jenis SengketaPenyebab Sengketa

A B C D E F G H I J

1 Biaya V V V V V

2 Waktu Pelaksanaan V V V V

3 Lingkup Pekerjaan V V

4 Gabungan Biaya, Waktu & Lingkup Pekerjaan V V V V V V V

Dimana :A = Perizinan

Page 29: Pengertian Kontrak

B = Surat Perjanjian Kerjasama ( Kontrak )C = Persyaratan KontrakD = Gambar RencanaE = Spesifikasi teknisF = Rencana Anggaran Biaya / BofQG = Administrasi KontrakH = KondisiLapanganI = Kondisi EkternalJ = Etika Profesi

Dari tabel diatas terlihat, bahwasanya jenis sengketa yang paling sering terjadi adalah gabungan biaya, waktu dan lingkup pekerjaan. Jenis sengketa ini sering terjadi saat pelaksanaan konstruksi karena sering terjadinya perubahan perubahan lingkup pekerjaan pada waktu pelaksanaan konstruksi, yang bagi penyedia jasa(kontraktor) dapat mengakibatkan adanya perubahan biaya pada pelaksanaanpekerjaan dan juga dapat berakibat adanya perubahan waktu pelaksanaankonstruksi. Dalam hal ini, batasan dana (anggaran) yang dimiliki oleh pemilik pada saat pelaksanaan konstruksi juga sangat berpengaruh terhadap terjadinya sengketa.

Menurut survey yang dilakukan Soekirno, dkk ( 2006 ) yang ditulis dalam Makalah yang ditulis oleh Poernomo Soekirno, dkk ( FTSL, ITB Bandung ), terhadap beberapa kontraktor nasional di Jawa Timur, penyebab sengketa yang sering terjadi berdasarkan hasilsurvei tersebut adalah kondisi eksternal (26,79%), gambar rencana (21,43%), kondisi lapangan (19,64%) dan spesifikasi teknis (16,07%). Temuan ini sejalan dengan kenyataan bahwa pada tahap pelaksanaan konstruksi bangunan gedung,kinerja kontraktor dipengaruhi oleh perubahan kondisi eksternal, seperti kebijakan pemerintah dalam ekonomi dan fiskal, serta kondisi sosial. Sebagai contoh bila terjadi lonjakan perubahan harga atau biaya baik tenaga kerja, bahan/material,peralatan dll, dapat menyebabkan tersendatnya pelaksanaan pekerjaan di lapangan karena harga kontrak awal yang diajukan oleh penyedia jasa (kontraktor) sangat jauh berbeda dengan harga pada saat pelaksanaan pekerjaan. Agar pekerjaan dapat tetap diselesaikan maka penyedia jasa (kontraktor) akan mengajukan permintaan perubahan kepada pihak pemilik baik perubahan biaya, perubahan waktu maupun gabungan antara perubahan biaya, waktu dan lingkup pekerjaan (jasa). Pada tahun2005, kondisi ekonomi dalam negeri masih belum stabil, termasuk adanya kenaikan harga dasar bahan bakar minyak (BBM) yang signifikan, mempengaruhi harga-hargabahan dasar material untuk pekerjaan konstruksi dan menyebabkan terjadinya pembengkakan biaya untuk menyelesaikan pekerjaan konstruksi.

Perubahan gambar rencana sering terjadi di lapangan. Gambar rencana berbeda dengan hasil akhir pembangunan sesuai yang diinginkan oleh pihak pemilik. Pada tahap pelaksanaan pembangunan sering pihak pemilik memerintahkan perubahan-perubahan terhadap gambar rencana, yang berakibat pada klaim dari pihak penyedia jasa (kontraktor) berupa permintaan perubahan baik biaya, waktu maupun gabungan antara perubahan biaya, waktu dan lingkup pekerjaan (jasa). Penyebab sengketa lainnya yang mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan adalah kondisi lapangan (kondisi cuaca, kondisi tanah, kondisi topografi, dll), spesifikasi teknis, surat perjanjian kerjasama (kontrak), persyaratan kontrak dan administrasi kontrak.

Pada survey yang sama, juga didiskusikan mengenai cara penyelesaian sengketanya. Jenis penyelesaian sengketa yang sering digunakan dalam sengketa pada tahap pelaksanan pekerjaan konstruksi adalah negosiasi, yaitu sekitar 90%. Hal ini dikarenakan jenis penyelesaian negosiasi lebih mudahdan dianggap tidak akan mengganggu jalannya pelaksanaan pekerjaan dan hasil penyelesaian sengketa dapat memuaskan semua pihak yang terlibat dalam kontrak.

Suatu kecenderungan terlihat dari hasil survei ini, bahwa karena kebanyakan proyek yang dikerjakan adalah proyek pemerintah dan dikerjakan oleh perusahaan kualifikasi menengah, maka sengketa yang terjadi sebaiknya diselesaikan dengan jalan negosiasi antar pihak saja. Hal ini sangat terkait dengan kekhawatiran dari pihak kontraktor jika sengketa akan menyebabkan kehilangan pekerjaan yang bersangkutan, karena untuk mendapatkan proyek tersebut relatif sulit. Dengan demikian, bila terjadi sengketa maka perusahaan kontraktor berusaha menyelesaikan dengan negosiasi agar hubungan baik dapat tetap terjaga dan berusaha sebisa mungkin menghindari konflik dengan pihak pemilik. Lembaga arbitrase (BANI, Arbitrase Adhoc) digunakan bila jenis penyelesaian sengketa negosiasi yang telah ditempuh sebelumnya tidak dapat menghasilkan keputusan yang dapat memuaskan semua pihak.

Page 30: Pengertian Kontrak

Kekuatan hukum dokumen dalam kontrak konstruksi

Dalam pelaksanaan proyek konstruksi, kadang kita menemui kesulitan untuk melaksanakan perintah karena perintahnya berbeda dengan isi dokumen kontrak. Kesulitan lainnya yang sering terjadi adalah perbedaan isi dokumen yang satu dengan yanglainnya. Untuk itu prinsip dari kekuatan atau prioritas untuk diikuti dan dilaksanakan adalah : Dokumen yang terbit lebih akhir adalah yang lebih kuat/mengikat untuk dilaksanakan.

Apabila tidak ditentukan lain, sesuai dengan prinsip tersebut diatas, maka urutan prioritas pelaksanaan pekerjaan adalah berdasarkan :

1. Instruksi tertulis dari Konsultan MK (jika ada)2. Addendum Kontrak (jika ada)3. Surat Perjanjian Pemborongan dan Syarat-syarat perjanjian4. Surat Perintah Kerja, Surat Penunjukan5. Berita Acara Negosiasi6. Berita Acara Klarifikasi7. Berita Acara Aanwijzing8. Sarat-syaratAdministrasi9. Spesifikasi teknis10. Gambar Rencana dan Rincian Nilai Kontrak

PENUTUP1. Bahwasanya dokumen kontrak sangat penting dicermati,dipahami dan dilaksanakan dengan sebaik-

baiknya oleh para pihak yang terlibat didalamnya, karena mengandung aspek hukum yang berdampak hukum bila Para Pihak lalai dalam melaksanakan kewajibannya.

2. Dalam pelaksanaan suatu proyek konstruksi dengan tingkat kompleksitas sumber daya, metode, serta permasalahan lainnya, sangat memungkinkan timbulnya suatu perselisihan/sengketa. Untuk itu Para Pihak harus dapat menyelesaikannya dengan sebaik-baiknya dengan keputusan yang tidak merugikan salah satu pihak yang bersengketa.

3. Jenis sengketa yang banyak terjadi dalam pelaksanaan suatu kontrak konstruksi lebih banyak disebabkan oleh faktor ekternal yang sejalan dengan kenyataan bahwasanya kinerja kontraktor selaku penyedia jasa dipengaruhi oleh perubahan eksternal tersebut. Untuk itu Pihak penyedia jasa harus lebih proaktif dalam menyampaikan permasalahan-permasalahan yang dapat menimbulkan perselisihan/sengketa di dalam pelaksanaan konstruksi.

4. Untuk meminimalkan potensi terjadinya sengketa dalam suatu pelaksanaan kontrak suatu proyek konstruksi, para pihak disarankan untuk : Memahami administrasi kontrak dan pengadministrasian kontrak tersebut, Memahami kontrak secara keselurahan, termasuk aspek hukum yang terkandung di dalam kontrak tersebut, Memenuhi kewajibannya sesuai kontrak, Mengelola kontrak dengan fair, Meminta bantuan lembaga hukum dalam pengesahan isi dokumen kontrak.

<taufik effendi>

DAFTAR PUSTAKA1. PT. PP (PERSERO), ?BukuReferensi untuk Kontraktor Bangunan Gedung dan Sipil?.Penerbit

PT. GramediaPustaka Utama, Jakarta (2003).2. Ir.H. Nazarkhan Yasin, ?Mengenal Kontrak Konstruksi di Indonesia?. Penerbit PT.

GramediaPustaka Utama, Jakarta (2006).3. Munir Fuady, SH.,M.H.,LL.M, ?Kontrak Pemborongan Mega Proyek?, Penerbit PT. Citra Aditya

Bakti,Bandung (2002).4. Iman Soeharto, ?ManajemenProyek ; dari konseptual sampai operasional?. Penerbit Erlangga,

Jakarta(1995).5. Purnomo Soekirno, dkk, paper ?Sengketa dalam Penyelenggaraan Konstruksi diIndonesia ;

Penyebab dan Penyelesaiannya?. FTSL ITB.6. Kristiawan, paper ?PerubahanLingkup Pekerjaan?. Migas Indonesia (2006)7. UU No. 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi8. Kepres No. 80 Tahun 2003 tentang Pengadaan Barang danJasa.

Page 31: Pengertian Kontrak

KONTRAK

Pertanyaan :

Bagaimana proses dan prosedur kontrak

dari Supriyono

 

Jawaban : 

Kontrak (perjanjian) adalah suatu "peristiwa di mana seorang berjanji kepada orang lain atau di mana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal ". (Subekti, 1983:1).

Melalui kontrak terciptalah perikatan atau hubungan hukum yang menimbulkan hak dan kewajiban pada masing-masing pihak yang membuat kontrak. Dengan kata lain, para pihak terikat untuk mematuhi kontrak yang telah mereka buat tersebut. Dalam hal ini fungsi kontrak sama dengan perundang-undangan, tetapi hanya berlaku khusus terhadap para pembuatnya saja. Secara hukum, kontrak dapat dipaksakan berlaku melalui pengadilan. Hukum memberikan sanksi terhadap pelaku pelanggaran kontrak atau ingkar janji (wanprestasi).

Pengaturan tentang kontrak diatur terutama di dalam KUH Perdata (BW), tepatnya dalam Buku III, di samping mengatur mengenai perikatan yang timbul dari perjanjian, juga mengatur perikatan yang timbul dari undang-undang misalnya tentang perbuatan melawan hukum.

Dalam KUH Perdata terdapat aturan umum yang berlaku untuk semua perjanjian dan aturan khusus yang berlaku hanya untuk perjanjian tertentu saja (perjanjian khusus) yang namanya sudah diberikan undang-undang.Contoh perjanjian khusus : jual beli, sewa menyewa, tukar-menukar, pinjam-meminjam, pemborongan, pemberian kuasa dan perburuhan.

Selain KUH Perdata, masih ada sumber hukum kontrak lainnya di dalam berbagai produk hukum. Misalnya : Undang-undang Perbankan dan Keputusan Presiden tentang Lembaga Pembiayaan. Di samping itu, juga dalam jurisprudensi misalnya tentang sewa beli, dan sumber hukum lainnya.

Suatu asas hukum penting berkaitan dengan berlakunya kontrak adalah asas kebebasan berkontrak. Artinya pihak-pihak bebas untuk membuat kontrak apa saja, baik yang sudah ada pengaturannya maupun yang belum ada pengaturannya dan bebas menentukan sendiri isi kontrak. Namun, kebebasan tersebut tidak mutlak karena terdapat pembatasannya, yaitu tidak boleh bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum, dan kesusilaan.

Aspek-aspek kebebasan berkontrak dalam Pasal 1338 KUH Perdata (BW) , yang menyiratkan adanya 3 (tiga asas) yang seyogyanya dalam perjanjian :

1. Mengenai terjadinya perjanjianAsas yang disebut konsensualisme, artinya menurut BW perjanijan hanya terjadi apabila telah adanya persetujuan kehendak antara para pihak (consensus, consensualisme).

Page 32: Pengertian Kontrak

2. Tentang akibat perjanjianBahwa perjanjian mempunyai kekuatan yang mengikat antara pihak-pihak itu sendiri. Asas ini ditegaskan dalam Pasal 1338 ayat (1) BW yang menegaskan bahwa perjanjian dibuat secara sah diantara para pihak, berlaku sebagai Undang-Undang bagi pihak-pihak yang melakukan perjanjian tersebut.

3. Tentang isi perjanjianSepenuhnya diserahkan kepada para pihak (contractsvrijheid atau partijautonomie) yang bersangkutan.

Dengan kata lain selama perjanjian itu tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku, kesusilaan, mengikat kepentingan umum dan ketertiban, maka perjanjian itu diperbolehkan.

Berlakunya asas kebebasan berkontrak dijamin oleh oleh Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata, yang menentukan bahwa :

"setiap perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya".

Jadi, semua perjanjian atau seluruh isi perjanjian, asalkan pembuatannya memenuhi syarat, berlaku bagi para pembuatnya,sama seperti perundang-undangan. Pihak-pihak bebas untuk membuat perjanjian apa saja dan menuangkan apa saja di dalam isi sebuah kontrak.

Syarat Sahnya Kontrak

Dari bunyi Pasal 1338 ayat (1) jelas bahwa perjanjian yang mengikat hanyalah perjanjian yang sah. Supaya sah pembuatan perjanjian harus mempedomani Pasal 1320 KUH Perdata.

Pasal 1320 KUH Perdata menentukan empat syarat sahnya perjanjian yaitu harus ada kesepakatan, kecakapan, hal tertentu dan sebab yang diperbolehkan.

1. Kesepakatan Yang dimaksud dengan kesepakatan di sini adalah adanya rasa ikhlas atau saling memberi dan menerima atau sukarela di antara pihak-pihak yang membuat perjanjian tersebut. Kesepakatan tidak ada apabila kontrak dibuat atas dasar paksaan, penipuan atau kekhilafan.

2. Kecakapan Kecakapan di sini artinya para pihak yang membuat kontrak haruslah orang-orang yang oleh hukum dinyatakan sebagai subyek hukum. Pada dasarnya semua orang menurut hukum cakap untuk membuat kontrak. Yang tidak cakap adalah orang-orang yang ditentukan hukum, yaitu anak-anak, orang dewasa yang ditempatkan di bawah pengawasan (curatele), dan orang sakit jiwa.Anak-anak adalah mereka yang belum dewasa yang menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan belum berumur 18 (delapan belas) tahun. Meskipun belum berumur 18 (delapan belas) tahun, apabila seseorang telah atau pernah kawin dianggap sudah dewasa, berarti cakap untuk membuat perjanjian.

3. Hal tertentuHal tertentu maksudnya objek yang diatur kontrak tersebut harus jelas, setidak-tidaknya dapat ditentukan. Jadi tidak boleh samar-samar. Hal ini penting untuk memberikan jaminan atau kepastian kepada pihak-pihak dan mencegah timbulnya kontrak fiktif. Misalnya jual beli sebuah mobil, harus jelas merk apa, buatan tahun berapa, warna apa, nomor mesinnya berapa, dan sebagainya. Semakin jelas semakin baik. Tidak boleh misalnya jual beli sebuah mobil saja, tanpa penjelasan lebih lanjut.

4. Sebab yang dibolehkanMaksudnya isi kontrak tidak boleh bertentangan dengan perundang-undangan yang sifatnya memaksa, ketertiban umum, dan atau kesusilaan. Misalnya jual beli bayi adalah tidak sah karena bertentangan dengan norma-norma tersebut.

Page 33: Pengertian Kontrak

KUH Perdata memberikan kebebasan berkontrak kepada pihak-pihak membuat kontrak secara tertulis maupun secara lisan. Baik tertulis maupun lisan mengikat, asalkan memenuhi syarat-syarat yang diatur dalam Pasal 1320 KHU Perdata. Jadi, kontrak tidak harus dibuat secara tertulis.

Penyusunan Kontrak

Untuk menyusun suatu kontrak bisnis yang baik diperlukan adanya persiapan atau perencanaan terlebih dahulu. Idealnya sejak negosiasi bisnis persiapan tersebut sudah dimulai.Penyusunan suatu kontrak bisnis meliputi bebrapa tahapan sejak persiapan atau perencanaan sampai dengan pelaksanaan isi kontrak.

Tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Prakontrak

a. Negosiasi;

b. Memorandum of Undersatnding (MoU);

c. Studi kelayakan;

d. Negosiasi (lanjutan).

2. Kontrak

a. Penulisan naskah awal;

b. Perbaikan naskah;

c. Penulisan naskah akhir;

d. Penandatanganan.

3. Pascakontrak

a. Pelaksanaan;

b. Penafsiran;

c. Penyelesaian sengketa.

Sebelum kontrak disusun atau sebelum transaksi bisnis berlangsung, biasanya terlebih dahulu dilakukan negosiasi awal. Negosiasi merupakan suatu proses upaya untuk mencapai kesepakatan dengan pihak lain. Dalam negosiasi inilah proses tawar menawar berlangsung. Tahapan berikutnya pembuatan Memorandum of Understanding (MoU). MoU merupakan pencatatan atau pendokumentasian hasil negosiasi awal tersebut dalam bentuk tertulis. MoU walaupun belum merupakan kontrak, penting sebagai pegangan untuk digunakan lebih lanjut di dalam negosiasi lanjutan atau sebagai dasar untuk melakukan studi kelayakan atau pembuatan kontrak.Setelah pihak-pihak memperoleh MoU sebagai pegangan atau pedoman sementara, baru dilanjutkan dengan tahapan studi kelayakan (feasibility study, due diligent) untuk melihat tingkat kelayakan dan prospek transaksi bisnis tersebut dari berbagai sudut pandang yang diperlukan misalnya ekonomi, keuangan, pemasaran, teknik, lingkungan, sosial budaya dan hukum. Hasil studi kelayakan ini diperlukan dalam menilai apakah perlu atau tidaknya melanjutkan transaksi atau negosiasi lanjutan. apabila diperlukan, akan diadakan negosiasi lanjutan dan hasilnya dituangkan dalam kontrak.

Page 34: Pengertian Kontrak

Dalam penulisan naskah kontrak di samping diperlukan kejelian dalam menangkap berbagai keinginan pihak-pihak, juga memahami aspek hukum, dan bahasa kontrak. Penulisan kontrak perlu mempergunakan bahasa yang baik dan benar dengan berpegang pada aturan tata bahasa yang berlaku. Dalam penggunaan bahasa, baik bahasa Indonesia maupun bahasa asing harus tepat, singkat, jelas dan sistematis.

Walaupun tidak ditentukan suatu format baku di dalam perundang-undangan, dalam praktek biasanya penulisan kontrak bisnis mengikuti suatu pola umum yang merupakan anatomi dari sebuah kontrak, sebagai berikut :

(1) Judul;

(2) Pembukaan;

(3) Pihak-pihak;

(4) Latar belakang kesepakatan (Recital);

(5) Isi;

(6) Penutupan.

Judul harus dirumuskan secara singkat, padat, dan jelas misalnya Jual Beli Sewa, Sewa Menyewa, Joint Venture Agreement atau License Agreement.Berikutnya pembukaan terdiri dari kata-kata pembuka, misalnya dirumuskan sebagai berikut :

Yang bertanda tangan di bawah ini atau Pada hari ini Senin tanggal dua Januari tahun dua ribu, kami yang bertanda tangan di bawah ini.

Setelah itu dijelaskan identitas lengkap pihak-pihak. Sebutkan nama pekerjaan atau jabatan, tempat tinggal, dan bertindak untuk siapa. Bagi perusahaan/badan hukum sebutkan tempat kedudukannya sebagai pengganti tempat tinggal. Contoh penulisan identitas pihak-pihak pada perjanjian jual beli sebagai berikut :

1. Nama ....; Pekerjaan ....; Bertempat tinggal di .... dalam hal ini bertindak untuk diri sendiri/untuk dan atas nama .... berkedudukan di .... selanjutnya disebut penjual;

2. Nama ....; Pekerjaan ....; Bertempat tinggal di .... dalam hal ini bertindak untuk diri sendiri/selaku kuasa dari dan oleh karenanya bertindak untuk atas nama .... berkedudukan di .... selanjutnya disebut pembeli.

Pada bagian berikutnya diuraikan secara ringkas latar belakang terjadinya kesepakatan (recital). Contoh perumusannya seperti ini :

dengan menerangkan penjual telah menjual kepada pembeli dan pembeli telah membeli dari penjual sebuah mobil/sepeda motor baru merek .... tipe .... dengan ciri-ciri berikut ini : Engine No. .... Chasis ...., Tahun Pembuatan .... dan Faktur Kendaraan tertulis atas nama .... alamat .... dengan syarat-syarat yang telah disepakati oleh penjual dan pembeli seperti berikut ini.

Pada bagian inti dari sebuah kontrak diuraikan panjang lebar isi kontrak yang dapat dibuat dalam bentuk pasal-pasal, ayat-ayat, huruf-huruf, angka-angka tertentu. Isi kontrak paling banyak mengatur secara detail hak dan kewajiban pihak-pihak, dan bebagai janji atau ketentuan atau klausula yang disepakati bersama.

Jika semua hal yang diperlukan telah tertampung di dalam bagian isi tersebut, baru dirimuskan penutupan dengan menuliskan kata-kata penutup, misalnya, 

Page 35: Pengertian Kontrak

Demikianlah perjanjian ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya atau kalau pada pembukaan tidak diberikan tanggal, maka ditulis pada penutupan. Misalnya :

Dibuat dan ditandatangani di .... pada hari ini .... tanggal .... Di bagian bawah kontrak dibubuhkan tanda tangan kedua belah pihak dan para saksi (kalau ada). Dan akhirnya diberikan materai. Untuk perusahaan/badan hukum memakai cap lembaga masing-masing.

Jika kontrak sudah ditandatangani berarti penyusunan sudah selesai tinggal pelaksanaannya di lapangan yang kadangkala isinya kurang jelas sehingga memerlukan penafsiran-penafsiran.

This page: http://www.asiamaya.com/konsultasi_hukum/ist_hukum/kontrak.htm  

Pengertian Hukum Kontrak | karakterisik | Asas

Pada prinsipnya kontrak terdiri dari satu atau serangkaian janji yang dibuat para pihak dalam

kontrak. Esensi dari kontrak itu sendiri adalah perjanjian (agreement). Atas dasar itu, Subekti

mendifinisikan kontrak sebagai peristiwa dimana seseorang berjanji kepada orang lain di mana dua

orang salaing berjanji untuk melaksanakan sesuatu.

Pengaturan umum tentang kontrak diatur dalam KUHPerdata buku III. Hukum kontrak adalah

cabang dari sector hokum yang berhubungan dengan mengikat hokum dan pertukaran perjanjian

antara  kelompok atau pihak, dalam efek, kontrak. Sebuah kontrak dapat banyak hal: lisan, tertulis,

bahkan tindakan yang beroreintasi. Jika anda membeli baju, misalnya, anda dikontrak untuk

membanyar jumlah gaun itu ke pedagang. Kehidupan sehari-hari kita penuh dengan kontrak dan

perjanjian.

Karakterisik Hukum Kontrak

Cirri khas yang paling penting dari suatu kontrak adalah kesepakatan bersama (mutual consent)

para pihak. Kesepakatan bersama ini bukan hanya  merupakan karakterisik dalam permbuatan

kontrak, tetapi hal itu penting sebagai suatu niat yang di ungkapkan kepada pihak lain. Di samping

itu, sangat mungkin suatu kontrak yang sah tanpa adanya kesepakatan bersama.

Asas Hukum Kontrak

Asas-asas hokum kontrak diantaranya:

Asas Kebebasan Berkontrak

Pasal 1338 (1)  KUHPdt

Page 36: Pengertian Kontrak

“semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai UU bagi  mereka yang membuatnya”.

Pembatasan : Pasal 1337 KUHPdt “Perjanjian tidak boleh bertentangan dengan kesusilaan,

ketertiban umum, dan UU”.

Asas Konsensualisme

Dalam pasal 1320 KUHPdt, salah satu syarat sahnya perjanjian yaitu : adanya kesepakatan antara

para pihak.

Asas Pacta Sunt servada/Asas kepastian Hukum

Perjanjian yang dibuat oleh para pihak secara sah mengikat/ berlaku sebagai UU bagi mereka yang

membuatnya. Asas ini memberikan kepastian hokum bagi mereka yang membuatnya.

Asas Kepribadian

Menunjukan personalia dalam suatu perjanjian.

Paal 1315 KUHPdt

“dalam perjanjian pada umumnya hanya mengikat para pihak yang mengadakan perjanjian”

Pengecualian pada pasal 1317 KUHPdt dan pasal 1318 KUHPdt

Asas Moral

Asas ini terlihat dalam perikatan wajar dimana suatu perbuatan sukarela dari seseorang tidak

menimbulkan hak baginya untuk menggugat kontra prestasi dari pihak debitur.

Perbuatan sukarela (Zaakwaameming)

Asas Kebiasaan

Diatur dalam pasal 13339 jo 1347 KUHPdt.

Pasal 1339 KUHPdt : (kebiasaan  Umum )

“Suatu persetujuan tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang secara tegas dinyatakan didalamnya,

tetapi juga segala sesuatu yang menurut sifat persetujuan diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan

dan UU.

Pasal 1347 KUHPdt : (kebiasaan Setempat)

“Hal-hal yang menurut kebiasaan diperjanjikan dianggap secara diam-diam dimasukan didalam

perjanjian meskipun tidak dengan tegas dinyatakan.

Page 37: Pengertian Kontrak

Asas Itikad Baik

Pasal 1388 (3) KUHPdt :

“Bahwa tiap orang dalam membuat perjanjian harus dilakukan dengan itikad baik. Ada 2 macam

itikad baik :

Itikad baik yang subyektif –kejujuran, sikap batin.

Itikad baik yang obyektif-pelaksanaan perjanjian didasarkan atas norma kepatuatn/sesuai norma

yang berlaku dimasyarakat,

Asas Kepercayaan

Saling adanya kepercayaan para pihak yang melakukan perjanjian.

Wanprestasi

Wanprestasi (breach of contract) adalah pelanggaran atau kegagalan untuk melaksanakan

ketentuan kontrak atau perjanjian yang mengikat secara hukum.

Ada dua jenis wanprestasi, yaitu wanprestasi total (total breach) dan wanprestasi parsial (partial

breach). Pada wanprestasi total, pelaksanaan kontrak sudah tidak mungkin dilaksanakan,

sedangkan pada wanprestasi parsial pelaksanaan kontrak masih mungkin. Macam-macam

bentuk keadaan wanprestasi:

1. Tidak terpenuhinya prestasi sama sekali.

2. Ada prestasi, tetapi tidak sesuai dengan harapan.

3. Memenuhi prestasi, tetapi tidak tepat waktunya (terlambat) dari waktu yang telah

dijanjikan.

4. Melakukan sesuatu yang menurut perikatan/perjanjian tidak boleh dilakukan, demi

tercapainya suatu prestasi.

Seorang debitur baru dikatakan wanprestasi apabila dia telah diberikan somasidan

pengadilanlah yang akan memutuskan, apakah debitur wanprestasi atau tidak.

WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

 

1. A.        Pengertian Wanprestasi:

Wanprestasi dapat diartikan sebagai tidak terlaksananya prestasi karena kesalahan

debitur baik karena kesengajaan atau kelalaian.

Page 38: Pengertian Kontrak

Menurut J Satrio: “Suatu keadaan di mana debitur tidak memenuhi janjinya atau tidak

memenuhi sebagaimana mestinya dan kesemuanya itu dapat dipersalahkan kepadanya”.

Yahya Harahap: “Wanprestasi sebagai pelaksanaan kewajiban yang tidak tepat pada

waktunya atau dilakukan tidak menurut selayaknya, sehingga menimbulkan keharusan bagi

pihak debitur untuk memberikan atau membayar ganti rugi (schadevergoeding),atau dengan

adanya wanprestasi oleh salah satu pihak, pihak yang lainnya dapat menuntut pembatalan

perjanjian.

 

1. B.        Bentuk-bentuk Wanprestasi:

A. Tidak melaksanakan prestasi sama sekali;

B. Melaksanakan tetapi tidak tepat waktu (terlambat);

C. Melaksanakan tetapi tidak seperti yang diperjanjikan; dan

D. Debitur melaksanakan yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan.

Tata cara menyatakan debitur wanprestasi:

1. Sommatie: Peringatan tertulis dari kreditur kepada debitur secara resmi melalui

Pengadilan Negeri.

2. Ingebreke Stelling: Peringatan kreditur kepada debitur tidak melalui Pengadilan Negeri.

Isi Peringatan:

1. Teguran kreditur supaya debitur segera melaksanakan prestasi;

2. Dasar teguran;

3. Tanggal paling lambat untuk memenuhi prestasi (misalnya tanggal 9 Agustus 2012).

 

Somasi minimal telah dilakukan sebanyak tiga kali oleh kreditor atau juru sita. Apabila somasi itu

tidak diindahkannya, maka kreditor berhak membawa persoalan itu ke pengadilan. Dan

pengadilanlah yang akan memutuskan, apakah debitor wanprestasi atau

tidak. Somasi adalah teguran dari si berpiutang (kreditor) kepada si berutang (debitor) agar

dapat memenuhi prestasi sesuai dengan isi perjanjian yang telah disepakati antara

keduanya. Somasi ini diatur di dalam Pasal 1238 KUHPerdata dan Pasal 1243 KUHPerdata.

 

1. C.        Akibat Hukum bagi Debitur yang Wanprestasi:

Akibat hukum dari debitur yang telah melakukan wanprestasi adalah hukuman atau sanksi

berupa:

1. Membayar kerugian yang diderita oleh kreditur (ganti rugi);

2. Pembatalan perjanjian;

3. Peralihan resiko. Benda yang dijanjikan obyek perjanjian sejak saat tidak dipenuhinya

kewajiban menjadi tanggung jawab dari debitur;

4. Membayar biaya perkara, kalau sampai diperkarakan di depan hakim.

Disamping debitur harus menanggung hal tesebut diatas, maka yang dapat dilakukan

oleh krediturdalam menghadapi debitur yang wanprestasi ada lima kemungkinan sebagai berikut

(Pasal 1276 KUHPerdata):

1. Memenuhi/melaksanakan perjanjian;

2. Memenuhi perjanjian disertai keharusan membayar ganti rugi;

Page 39: Pengertian Kontrak

3. Membayar ganti rugi;

4. Membatalkan perjanjian; dan

5. Membatalkan perjanjian disertai dengan ganti rugi.

 

 

Ganti rugi yang dapat dituntut:

Debitur wajib membayar ganti rugi, setelah dinyatakan lalai ia tetap tidak memenuhi

prestasi itu”. (Pasal 1243  KUHPerdata). “Ganti rugi terdiri dari biaya, rugi, dan bunga” (Pasal

1244 s.d. 1246 KUHPerdata).

-   Biaya adalah segala pengeluaran atau perongkosan yang nyata-nyata sudah dikeluarkan

oleh suatu pihak.

-   Rugi adalah kerugian karena kerusakan barang-barang kepunyaan kreditur yang diakibatkan

oleh kelalaian si debitur.

-   Bunga adalah kerugian yang berupa kehilangan keuntungan, yang sudah dibayarkan atau

dihitung oleh kreditur.

Ganti rugi harus mempunyai hubungan langsung (hubungan kausal) dengan ingkar janji”

(Pasal 1248 KUHPerdata) dan kerugian dapat diduga atau sepatutnya diduga pada saat

waktu perikatan dibuat.

Ada kemungkinan bahwa ingkar janji (wanprestasi) itu terjadi bukan hanya karena

kesalahan debitur (lalai atau kesengajaan), tetapi juga terjadi karena keadaan memaksa.

Kesengajaan adalah perbuatan yang diketahui dan dikehendaki.

Kelalaian adalah perbuatan yang mana si pembuatnya mengetahui akan kemungkinan

terjadinya akibat yang merugikan orang lain.

 

1. D.        Pembelaan Debitur yang dituntut membayar ganti rugi:

A. Mengajukan tuntutan adanya keadaan memaksa. Misalnya: karena barang yang

diperjanjikan musnah atau hilang, terjadi kerusuhan, bencana alam, dll.

B. Mengajukan bahwa kreditur sendiri juga telah lalai (Execptio Non Adimreti

Contractus). Misalnya: si pembeli menuduh penjual terlambat menyerahkan

barangnya, tetapi ia sendiri tidak menetapi janjinya untuk menyerahkan uang muka.

C. Mengajukan bahwa kreditur telah melepaskan haknya untuk menuntut ganti rugi

(Rehtsverwerking). Misalnya: si pembeli menerima barang yang tidak memuaskan

kualitasnya, namun namun pembeli tidak menegor si penjual atau tidak

mengembalikan barangnya.

 

1. E.        Keadaan Memaksa (Overmacht/Force Majeur):

Pengertian:

Tidak dirumuskan dalam UU, akan tetapi dipahami makna yang terkandung dalam pasal-pasal

KUHPerdata yang mengatur tentang overmacht.

 

Page 40: Pengertian Kontrak

            Adalah: “Suatu keadaan di mana debitor tidak dapat melakukan prestasinya kepada

kreditor, yang disebabkan adanya kejadian yang berada di luar kekuasaannya, seperti karena

adanya gempa bumi, banjir, lahar, dan lain-lain”.                Misalkan: seseorang menjanjikan

akanmenjual seekor kuda (schenking) dan kuda ini sebelum diserahkan mati karena disambar

petir.

Akibat keadaan memaksa:

1. Krediturtidak dapat meminta pemenuhan prestasi;

2. Debiturtidak dapat lagi dinyatakan lalai;

3. Resiko tidak beralih kepada debitur.

Unsur-unsur Keadaan memaksa:

(1)Peristiwa yang memusnahkan benda yang menjadi obyek perikatan;

(2)Peristiwa yang menghalangi Debitur berprestasi;

(3)Peristiwa yang tidak dapat diketahui oleh Kreditur/Debitur sewaktu dibuatnya perjanjian.

 

1. F.        Sifat Keadaan memaksa:

Keadaan memaksa dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu:

1. a.   Keadaan memaksa absolut:

Adalah suatu keadaan di mana debitor sama sekali tidak dapat memenuhi prestasinya kepada

kreditor, oleh karena adanya gempa bumi, banjir bandang, dan adanya lahar. Contoh:si A ingin

membayar utangnya pada si B, namun tiba-tiba pada saat si A ingin melakukan pembayaran

utang, terjadi gempa bumi, sehingga A sama sekali tidak dapat membayar utangnya pada B.

1. b.   Keadaan memaksa yang relatif:

Adalah suatu keadaan yang menyebabkan debitor masih mungkin untuk melaksanakan

prestasinya, tetapi pelaksanaan prestasi itu harus dilakukan dengan memberikan korban yang

besar, yang tidak seimbang, atau menggunakan kekuatan jiwa yang di luar kemampuan

manusia, atau kemungkinan tertimpa bahaya kerugian yang sangat besar. Contoh: seorang

penyanyi telah mengikatkan dirinya untuk menyanyi di suatu konser, tetapi beberapa detik

sebelum pertunjukan, ia menerima kabar bahwa anaknya meninggal dunia.