128
Pengertian Pembaharuan Islam Diposkan oleh ZABAZ di 20.04 KONTROVESRI PEMBAHARUAN DAN KEPENTINGANNYA TERHADAP AJARAN ISLAM OLEH : DRS. IHSAN Sesungguhnya Allah akan membangkitkan Bagi umat ini dalam tiap-tiap seratus tahun Seorang yang akan melakukan pembaharuan bagi agamanya (al Hadits) Pembaharuan atau Tajdid dalam bahasa keagamaan merupakan aktifitas dan kegiatan yang sangat alami, sesuatu yang sering dan mesti terjadi dalam kehidupan manusia, sebab kehidupan manusia mempunyai permulaan dan penghabisan; Sesuatu yang telah berkembang akan mengalami perubahan, dan perubahan tersebut memerlukan upaya perbaikan untuk memperoleh kinerja dan efektifitas bagi suatu ajaran itu sendiri dalam menyahuti perkembangan jaman. Tajdid berasal dari akar kata Arab “JADADA” yang dari kata tersebut terdapat kata “JADID” yang berarti baru. Dalam beberapa teks, kata-kata jadada mempunyai tiga pengertian yang berbeda tetapi mempunyai makna yang hampir sama, yaitu : · Jadid (Baru) artinya menjadikan sesuati itu baru. · Al Qath’u (Putus) artinya menjadikan sesuatu itu tidak lagi mempunyai hubungan. · Roj’i (Kembali) artinya menjadikan sesuatu kembali pada asal dan orisinalitasnya. Dalam beberapa kesempatan, Al Qur’an menggunakan terminologi Jadid/Tajdid untuk memberikan justifikasi atas kekuasaan Allah dan ketidak mampuan manusia atau bahkan ayat tersebut dipakai untuk menguji ulang kekuasaan Allah yang untuk sementara diper-

Pengertian Pembaharuan Islam

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pengertian Pembaharuan Islam

Pengertian Pembaharuan Islam

Diposkan oleh ZABAZ di 20.04 KONTROVESRI PEMBAHARUAN DAN KEPENTINGANNYATERHADAP AJARAN ISLAM

OLEH : DRS. IHSAN

Sesungguhnya Allah akan membangkitkanBagi umat ini dalam tiap-tiap seratus tahunSeorang yang akan melakukan pembaharuanbagi agamanya (al Hadits)

Pembaharuan atau Tajdid dalam bahasa keagamaan merupakan aktifitas dan kegiatan yang sangat alami, sesuatu yang sering dan mesti terjadi dalam kehidupan manusia, sebab kehidupan manusia mempunyai permulaan dan penghabisan; Sesuatu yang telah berkembang akan mengalami perubahan, dan perubahan tersebut memerlukan upaya perbaikan untuk memperoleh kinerja dan efektifitas bagi suatu ajaran itu sendiri dalam menyahuti perkembangan jaman.Tajdid berasal dari akar kata Arab “JADADA” yang dari kata tersebut terdapat kata “JADID” yang berarti baru. Dalam beberapa teks, kata-kata jadada mempunyai tiga pengertian yang berbeda tetapi mempunyai makna yang hampir sama, yaitu :· Jadid (Baru) artinya menjadikan sesuati itu baru.· Al Qath’u (Putus) artinya menjadikan sesuatu itu tidak lagi mempunyai hubungan.· Roj’i (Kembali) artinya menjadikan sesuatu kembali pada asal dan orisinalitasnya.

Dalam beberapa kesempatan, Al Qur’an menggunakan terminologi Jadid/Tajdid untuk memberikan justifikasi atas kekuasaan Allah dan ketidak mampuan manusia atau bahkan ayat tersebut dipakai untuk menguji ulang kekuasaan Allah yang untuk sementara diper-tanyakan oleh hamba-Nya dalam rangka memperkuat keimanannya, misalnya pada surat Al Isro 51, As-Saba’ 7, As- Sajdah 10 dan Qof 15. Oleh sebab itu Tajdid diperlukan dalam rangka meningkatkan keimanan dan memprbaharui keberagamaan itu sendiri.Berdasarkan penjelasan tersebut, maka tajdid (pembaharuan) adalah proses untuk mengembalikan dan menjadikan sesuatu itu kembali kepada asalnya dalam rangka aktualisasi ajaran itu sendiri. Dari pengertian tersebut dapat ditarik satu kesimpulan bahwa inti dari pembaharuan itu ada 3 (tiga), yaitu :· Eksistensi awal artinya terdapat ajaran yang dijadikan kerangka acuan yang orisinalitas dan kebenarannya bersifat absolut.· Terdapat penyimpangan dan kerusakan atau ketidakmampuan melakukan aktualisasi ajaran itu sendiri, sehingga kehilangan daya tariknya.· Terdapat usaha untuk melakukan aktualisasi (menghidupkan) kembali konsep tersebut.

Disamping terminologi Tajdid (Pembaharuan), juga kita temukan teminologi lain yang

Page 2: Pengertian Pembaharuan Islam

sebenarnya mempunyai pengertian yang tidak jauh berbeda. Kata-kata tersebut digunakan untuk mengungkapkan proses reformulasi, pembentukan dan aplikasi ulang Islam sebagai sistem kehidupan dan sumber nilai kehidupan manusia. Reformasi atau pembaharuan tersebut ber-kembangan karena akumulasi sejarah kehidupan umat yang senantiasa dalam ketergantungan struktural dan politik. Ketergantungan Struktural dan Politik pada jaman pertengahan melahirkan sikap hidup yang pesimis, tidak progresif dan menggantungkan nasib hidupnya kepada kekuatan selain Allah; sikap hidup yang didominasi oleh Takhayyul, Bid’ah dan Khurofat menjadi sesuatu yang tidak terhindarkan.Sikap hidup yang kurang progresif tersebut nampaknya memberi dorongan terbesar bagi tum-buhnya budaya “Taklid”, menerima konsep dan ajaran tampa melakukan proses pengkajian dan analisa terlebih dahulu. Sikap hidup seperti itu rentan terhadap berkembangnya penyakit sosial-psykis lainnya. Maka dalam kurun waktu yang sangat lama, umat Islam tidak mampu melepaskan diri dari dominasi bangsa Barat sampai ketika muncul pemikir-pemikir Islam yang dikenal sebagai Reformis seperti Ibnu Taimiyah, Muhammad Bin Abd. Wahab (Wahabi), Muhammad Abduh, M. Rasyid Ridho, Jamaluddin Al Afghoni dll. Gerakan tersebut tenyata sangat efektif untuk menumbuhkan kesadaran beragama sekaligus melahirkan gerakan baru yang disebut “Gerakan Kebangkitan Islam”.PEMBAHARUAN : PERLUKAH TERHADAP PROSES AKTUALISASI AJARAN ISLAMKetika pembaharuan pertama kali dikumandangkan oleh Ibnu Taimiyah dan berkembang pesat di penjuru dunia, sebagian orang beranggapan bahwa program tersebut hanya mimpi di siang bolong. Statemen tersebut lahir karena kehidupan umat Islam telah jatuh pada sikap hidup yang sangat naif dan sufistis. Hidup di jaman pertengahan bagi mereka tidak lagi memerlukan sisi dunia tetapi sisi keahiratan, bahkan berfikir dalam Islam pada waktu itu telah diharamkan seiring dengan mundurnya tradisi berfikir di dunia Islam.Untuk itu “Pintu Ijtihad” telah dinyatakan tertutup bagi umat Islam. Menurut hemat saya Statemen tersebut merupakan pernyataan “Bodoh” yang pernah lahir dalam sejarah kehidupan manusia. Belum pernah ada di dunia manapun seorang dilarang untuk berfikir dan berkarya kecuali di Dunia Islam pada waktu itu. Di satu pihak, kita memang harus mempertanyakan keberadaan dan motif lahirnya pernyataan tersebut, tetapi barangkali hal tersebut muncul karena mereka memang tidak mempunyai kualifikasi berfikir sama sekali atau diadakan untuk mem-berangus tradisi bid’ah atau bahkan yang paling menyedihkan jika hal tersebut dimunculkan untuk menyumbat tradisi berfikir dikalangan umat Islam.Apapun motif lahirnya pernyataan tersebut, yang pasti bahwa umat islam telah mengidap penyakit yang sangat kronis dan perlu segera disembuhkan agar ia mampu berkembang dan tetap dapat berdiri dengan nilai dan kerangka acuan yang disepakatinya. Penyakit kronis yang sempat diderita oleh umat Islam, sebagaimana yang disebutkan diatas (kebekuan berfikir/lemahnya tradisi keilmuan dan sikap hidup Taklid/tidak mempunyai pendirian, pengamalan agama yang banyak berasal dari bid’ah, takhayyul dan khurafat, ketergantungan struktural dan politik), perlu diadakan atau dibangun dan dikembangkan format baru dunia Islam yang bebas dari TBC, ketergantungan struktural dan politik, kebekuan berfikir dan memulai kehidupan baru dunia Islam dengan sikap yang progresif, bebas dari ketergantungan struktural dan politik dan berkembangnya tradisi keilmuan Islam. Misalnya gerakan Muhyi Ats Tsaris salaf yang dikembangkan oleh Ibnu Taimiyah memberikan inspirasi kepada pakar Islam. Di saudi Arabia muncul Muhammad Bin Abdul Wahab (Wahabi) dan di bumi Allah yang lain berkembang gerakan pembaharuan seperti di Mesir dan Indo-Pakistan.Muhammad Bin Abd wahab (Gerakan Wahabi) melakukan proses pembaharuan di Saudi Arabia.

Page 3: Pengertian Pembaharuan Islam

Gerakan wahabi ini memperoleh dukungan politik dari keluarga Ibnu Suud yang berupaya membangun kerajaan di Saudi Arabia. Menurut sejarawan, bahwa keberhasilan gerakan pembaharuan di Saudi Arabia sangat ditentukan oleh kolaborasi antara dua kepentingan tersebut, kepentingan agama dan politik.Gerakan Wahabi adalah gerakan puritanisasi yaitu pemurnian kembali ajaran Islam dari unsur-unsur bid’ah artinya lebih mengarah pada aspek ubudiyah dan konsep keyakinan. Gerakan tersebut kemudian menyebar kepenjuru dunia lewat pegualatan keilmuan Islam dan per-singgungan beberapa umat Islam dengan umat Islam lainnya lewat perjalanan Ibadah Haji, sedangkan gagasan pembaharuan di Pakistan dan Mesir yang lebih menitik beratkan pada pembangunan kembali pola berfikir dan tradisi keilmuan di dunia Islam, berkembangan ke-penjuru dunia melalui media cetak Al Manar.Bagaimanapun bentuk dan modelnya, pembaharuan sang diperlukan untuk revitalisasi umat Islam dan membangun kembali semangat keberagamaan yang selama ini hilang akibat ketidakmampuan umat mengkaji dan memahami agamanya, terutama sisi keilmuan dan semangat berfikirnya.

MODERNISASI : SEBUAH TAWARAN UNTUK PEMBERDAYAAN UMAT ISLAMModernisasi adalah sebuah program aksi untuk memberdayakan umat Islam agar dapat ber-kembang mengiukuti alur zaman. Program tersebut tidak berarti menjadikan Islam sebagai sumber nilai yang harus mengikuti perkembangan zaman itu sendiri, akan tetapi lebih me-rupakan usaha untuk mengkaji sumber nilai tersebut agar dapat memberi warna.Menurut Dr. Harun Nasution, modernisasi (Modern/Modernisme) adalalah pikiran, aliran, usaha dan gerakan untuk mengubah paham, adat istiadat, institusi lama dsb sesuai dengan pendapat dan keadaan yang berkembang akibat kemajuan Ilmu Pengetahuan dan teknologi. Sedangkan menurut Encyclopedia Americana V : 284, modernisasi adalah keseluruhan visi di dalam agama yang didasarkan pada keyakinan bawa ajaran agama perlu ditafsirkan dengan pemahaman filsafat dan ilmiyah populer agar sesuai dengan kemujuan jaman dan budaya kontemporer.Perkembangan jaman akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong terjadinya perubahan prilaku manusia terutama dalam menanggapi persoalan hidup mereka. Orientasi hidup mereka menjadi demikian rasional dan segala sesuatu nampaknya ingin selalu dapat dibuktikan dengan format-format keilmuan.Apapun bentuk dari tawaran tersebut, Agama yang selama ini hanya dijalani dengan pe-ngerahan ketaatan dan kepasrahan optimal menjadi tidak relevan dihadapan masyarakat yang hanya menonjolkan sisi rasionalitasnya saja. Cerita Goib yang selama ini hanya membutuhkan pengimanan tampa pertanyaan balik menjadi tidak populer dikalangan manusia terpelajar dan rasional.Sebagai umat beragama, fenomeno sosial tersebut membuat kita harus mengkaji ulang dan sekaligus bertanya ; Sudah sedemikiankah kondisi obyektif masyarakat kita !, Sudah hilangkan kemampuan agama dalam mensuport dan mempengaruhi pemeluknya ! Maka mau atau tidak mau nampaknya kita harus melakukan “Modernisasi”. Modernisasi dalam pengertian yang seluas-luasnya bukan modernisasi karena suatu desakan yang temporer saja. Ada beberapa alasan yang dapat kita kemukakan untuk menjadikan modernisasi sebagai alternatif, yaitu :1. Perkembangan dan kemajuan jaman ternyata telah memicu perubahan mendasar terhadap orientasi dan tujuan hidup manusia.2. Ajaran-ajaran agama itu sendiri memerlukan aktualisasi sehingga ia tetap dapat mengkontrol

Page 4: Pengertian Pembaharuan Islam

moralitas manusia.3. Berkembangnya satu pemikiran bahwa pandangan dan pemikiran orang terhadap agama itu bersifat relatif dan kondisional.

Untuk itu diperlukan upaya-upaya yang dapat menjadikan agama tetap dihargai sebagai sumber nilai kehidupan, menjadi alat kontrol moralitas manusia, sebab dalam kepentingan itu agama dapat memperlihatkan eksistensi. Untuk memperoleh daya guna seperti itu agama harus dapat memperbaharui dirinya sendiri dalam artian pemeluknya dapat membersihkan citra agama dari suatu yang tidak efektif dan irrasional. Dalam pandangan seperti itu Dr. Nurcholis Madjid memberikan pengertian Modernisme. Ia mengatakan modernisme adalah rasionalisme artinya menata ulang pemikiran dan tata nilai yang tidak rasional untuk memperoleh daya guna dan efektifitas.Dalam kesempatan yang lain, Ia mengatakan bahwa di dalam ajaran agama Islam perlu dilakukan sekulerisasi. Sekulerisasi dalam pengertian perlu adanya pemisahan yang tegas segala sesuatu yang merupakan bagian dari agama dengan segala sesuatu yang bukan bagian dari agama. Hal tersebut untuk membersihkan segala hal yang selama ini dianggap bagian dari agama, akan tetapi bukan merupakan bagian dari agama. Segera setelah gagasan sekulerisasi dilemparkan, maka berkembanglah polemik disekitar pemikiran sekulerisasi ajaran Islam tersebut. Sebagian mereka mengganggp bahwa Nurcholis telah terbius westernisasi dan sebagian lagi masih bingung membahas penggunaan kata-kata sekulerisasi dalam ilmu sosial yang dikaitkan dengan agama.

Untuk mengakhiri polemik tersebut sekaligus memberikan penjelasan inti atau dasar gagasan sekulerisasi tersebut, Nurcholis Madjid sekali lagi tampil kepentas wacana pemikiran umat Islam, dengan mengatakan bahwa Modernisasi bukanlah westernisasi melainkan rasionalisasi dan Sekulerisasi adalah uapaya desakralisasi artinya memilah dan meletakkan yang sakral (suci/ agama) adalah sakral dan yang profan (benda/dunia dan bukan agama) adalah profan.Polemik terhadap kemampuan agama dalam kehidupan manusia tersebut nampaknya telah melahirkan polarisasi pemahaman dan pemikiran dikalangan umat Islam, terutama yang berkaitan dengan kemampuan dan peran agama dalam kehidupan dewasa ini. Namun demikian, tidaklah semua pemeluk Islam beranggapan bahwa Islam telah kehilangan daya tariknya, karena bagaimanapun Islam adalah ajaran kebenaran dan kebenaran itu sendiri me-rupakan alasan untuk dibenci dan dihancurkan. Polemik pemikiran terhadap perlu dan tidaknya modernisasi dalam Islam membuat pemeluk Islam terbagi menjadi beberapa kelompok, yaitu :1. Tradisionalis yaitu kelompok yang menganggap bahwa agama itu bersifat dogmatik dan tidak perlu dilakukan pengkajian. Mereka adalah orang-orang fatalisme (jabariyah)2. Modernisme Klasik yaitu kelompok yang menganut keterbukaan dan kebebasan dalam melakukan penghayatan agama. Bahkan mereka cenderung kebarat-baratan.3. Universalisme (Internationalis) yaitu kelompok yang menganggap bahwa apa yang ada di-dalam ajaran agama Islam itu telah sempurna dan melebihi dari cukup untuk mengatur kehidupan manusia.4. Neomodernisme yaitu kelompok yang beranggapan bahwa ajaran agama itu memang sem-purna tetapi untuk aktualisasinya diperlukan metode dan cara sehingga Islam tetap aktual dan dapat mengikuti perkembangan jaman

Menurut Fazlur Rahman (Islam dan Modernitas), Neomodernisme tersebut merupakan konsep

Page 5: Pengertian Pembaharuan Islam

unggulan dalam menempatkan ajaran agama Islam dimasa yang akan datang dengan tidak menghilangkan atau kehilangan masa lalunya, sebab ia melakukan dua agenda kegiatan yaitu kegiatan antisipatif kedepan dan meletakkan masa lalu sebagai sumber nilai apabila masa lalu itu baik dan representatif untuk dikembangkan Al Muhafadhotu alal Qodiim Ash Shalih Wa Al Ahdhu bi Al Jadiidi Al Ashlah).Dari beberapa pemikiran tersebut, maka perlu diketahui bahwa Modernisme yang dikembangkan oleh Fazlur Rahman dan kemudian di Indonesia dikembangkan oleh Nurcholis Madjid adalah murni rasionalisasi pemikiran dan reformasi pemikirian artinya melakukan pe-rubahan terhadap cara pandang dan pikir mereka terhadap ajaran agama Islam sebagai sumber nilai kehidupan masyarakat. Proses tersebut jelas tidak dimaksudkan untuk memperbaharuhi subtansi dan isi dari ajaran agama itu sendiri.Nurcholis Madjid melihat bahwa didalam al Qur’an terdapat teks yang menghendaki proses berkembangnya pemikiran dengan melakukan secara terus menerus pembelajaran, pengkajian dan penelitian terhadap alam (QS. Yunus : 101), melakukan pemikiran yang terus menerus terhadap ke-jadian alam (QS. Ali Imron :190-191), dan hidup dengan melakukan analisa dan perbandingan serta tidak taklid (Qs. Al Baqarah : 170). Oleh sebab itu setiap manusia muslim seharusnya me-nya bahwa potensi untuk berbeda dan melakukan perubahan atau pembaharuan dalam Islam senantiasa akan terus terjadi.Dengan demikian pembaharuan (reformasi dan Modernisasi) diperlukan oleh setiap umat manusia dalam memandang ajaran agamanya dikarenakan beberapa hal, yaitu :· Kebutuhan natural kemanusia yang juga diakui oleh Al Qur’an.· Untuk membangun pola pikir yang tangguh· Untuk melakukan aktualisasi ajaran agama sehingga agama akan tetap dapat mengkontrol moralitas pemeleknya dalam kehdiupan.

TUJUAN DAN SASARAN PEMABAHARUANMelihat perkembangan dan kemajuan zama tersebut, maka nampaknya perubahan orientasi dan pemikiran keagamaan harus senantias berubah dan berkembang. Untuk itu maka setiap program pembaharuan dan modernisasi selalu diarahkan untuk aktualisasi dan realisasi ajaran agama se-hingga akan tetap dapat memberikan makna dan arti bagi pemeluknya. Di samping itu pem-baharuan diperlukan dalam rangka untuk membangun kembali semangat dan ketahanan umat Islam terutama menumbuhkan tradisi intelektual dan keilmuan dalam Islam.Dalam hal ini pembaharuan adalah program rasionalisasi pemikiran dikalangan umat Islam dengan prinsip bahwa Islam itu sangat rasional dan harus didekati dengan pola pemikiran yang benar dan ilmiyah. rasionalisasi juga berarti menghilangkan sesuatu yang tidak semestinya bagi agama Islam.Dari konsep ini dapat diambil satu kesimpulan bahwa pembaharuan berfungsi :· Reaktualisasi ajaran agama Islam dalam kehidupan.· Rasionalisasi ajaran agama Islam sehingga terbebas dari unsur-unsur TBC (sesuatu yang tidak layak dianalogikan kepada agama).· Membangun kembali kekuatan Islam untuk mendorong semangat kebangkitan dikalangan umat Islam (Pemikiran, ekonomi dan politik).

Untuk itu sasaran pembaharuan seharusnya diarahkan kepada sesuatu yang reltifitas dan temporer atau kondisional termasuk dalam karegori ini adalah pemikiran yang berkaitan dengan

Page 6: Pengertian Pembaharuan Islam

dunia modern akibat kemajuan ilmu pengetahuan atau dengan kata lain ia harus bersifat antisipatif dan aktualisasi. Pembaharuan tidak termasuk didalamnya kerangka dasar dan bingkai keyakinan (kepercayaan) atau hal-hal yang secara absolut (pasti) telah ditegaskan oleh Al Qur’an dan Al Hadits.

BEBERAPA PEMIKIRAN PEMBAHARUAN DALAM ISLAM

Oleh : Drs. Ihsan

PENDAHULUANKemunduran Islam sebagaimana yang telah banyak digambarkan oleh para pemikir Islam membawa dampak yang sangat general bagi perkembangan sosial, ekonomi, politik dan intelektual umat Islam. Kemunduran umat Islam juga tidak dapat ditimpakan kepada satu kelompok atau orang tertentu sebagai yang bertanggung jawab atau setidaknya menjadi kontributor utama dalam proses kemunduran tersebut. Kemunduran Islam adalah fenomena yang general untuk menggambarkan masa ketidak mampuan umat islam berperan dalam sisi keduniaannya. Secara umum sistuasi umum umat Islam pada saat mengalami kemunduran adalah sebagai berikut :A. Sosial Politik1. Wilayah kekuasaan Islam banyak yang lepas dan dikuasai oleh negara-negara Eropa diantara mereka ada yang merdeka dan kemudian memukul balik kekuasaan Islam.2. Wilayah kekuasaan Islam banyak yang lepas dan dikuasai oleh negara-negara Eropa diantara mereka ada yang merdeka dan kemudian memukul balik kekuasaan Islam.3. Struktur sosial politik umat Islam menjadi lemah, sehingga umat Islam cenderung mengalami dependente (ketergantungan dengan dunia Barat).4. Ketergantungan umat Islam kepada mereka menyebabkan lahirnya ketimpangan struktural yang menempatkan umat Islam menjadi budak/buruh atau kaum marginal/kaum pinggiran lainnya.

B. Ilmu Pengetahuan dan Budaya – tradisi keilmuan1. Umat Islam tidak lagi memiliki ilmu yang dapat dibanggakan karena kehebatannya. Lebih dari itu umat Islam hanya mengikuti penemuan ilmiyah yang dilakukan oleh orang Barat.2. Memudarnya kemegahan kebudayaan Islam yang ditandai dengan menurunnya tradisi berfikir dan kebekuan berfikir – mereka sedang terbuai impian kemegahan umat Islam masa lalu, kenyataannya mereka dalam keadaan miskin, terjajah oleh bangsa Barat dan terhina.3. Berkembangnya budaya imitasi terhadap budaya Barat sebagai wujud ketidakber-dayaan struktural.4. Munculnya slogan pintu Ijtihad telah tertutup. Slogan tersebut muncul dikarenakan tiga hal,

Page 7: Pengertian Pembaharuan Islam

pertama untuk menggambarkan kelemahan berfikir umat Islam; kedua dimunculkan agar umat Islam tidak melakukan ijtihad karena kelemahan ilmu yang dimiliki atau legali-asi untuk kepentingan politik tertentu dan ketiga slogan tersebut sengaja dilontarkan orang Barat untuk menghambat proses berfikir umat Islam.

C. Pengamalan Agama1. Berkembangnya budaya Taklid (mengikuti susuatu tampa analisa), bid’ah (meng-adakan tradisi yang tidak pernah diajarkan oleh Nabi) dan khurofat (mempercayai hal-hal yang tidak sesuai dengan visi keimanan).2. Al Qur’an Hadits tidak lagi menjadi pedoman hidup – dan digantikan oleh fatwa ulama atau sufi, sehingga kuburan para ulama lebih ramai ketimbang masjid.3. Berkembangnya mistik dan kebatinan dilingkungan umat Islam yang banyak di-pengaruhi oleh Animisme dan Hinduisme yang kemudian melahirkan agama yang Sinkritisme.

Melihat kenyataan tersebut, maka pemikir-pemikir Islam mencoba untuk meng-hentikan kebiasaan buruk dan menghidupkan kembali tradisi zaman Nabi dengan menempatkan Al Qur’an dan Hadits sebagai pedoman Hidup. Orang-orang tersebut misalnya Ibnu Taimiyah dengan gagasan kembali pada prinsip-prinsip “Muhyi Atsaris Salaf”/menghidupkan kembali tradisi orang terdahulu) dan juga Muhammad bin Abdul Wahab dengan gerakan “Mu-wahiddin” yaitu gerakan kembali kepada Keesaan Allah. Tetapi orang-orang yang tidak suka dengan gerakan “Muwahiddin” menyebut gerakan tersebut dengan “Gerakan Wahabi” sebagai salah satu bentuk pelecehan terhadap Muhammad bin Abdul Wahab.Gerakan Pembaharuan atau Tajdid adalah proses membangkitkan kembali semangat dan ruh Islam dalam kehidupan umat Islam, karena semangat dan ruh Islam telah di-gantikan oleh kepercayaan lain. Gerakan pembaharuan juga dapat diartikan sebagai Proses aktualisasi pema-haman dan pemikiran umat Islam terhadap ajaran Islam itu sendiri agar meningkat kualitas pengamalan dan pemahaman umat terhadap ajarannya. Dengan demikian tujuan pembaharuan umat Islam adalah membangkitkan semangat dan ruh keislaman dalam diri umat Islam dan merubah cara pandang/aktualisasi umat dalam memahami ajaran agamanya.

Dengan demikian, proses pembaharuan Islam hanya menyangkut prilaku umat Islam dalam pengamalan dan pemahamannya terhadap ajaran agamanya, tidak menyangkut subtansi dan juga tidak termasuk mensiasati ajaran Islam agar dapat mengikuti per-kembangan zaman, sebab Islam sendiri sangat prospektif dan sesuai dengan perkembangan zaman.

KARAKTERISTIK PEMBAHARUAN ISLAMA. Bentuk Pembaharuan Islam dibelahan dunia lainProses pembaharuan yang dilakukan oleh umat Islam memiliki stresing yang berbeda sesuai dengan permasalahan yang dihadapi oleh mereka. Dalam kurun waktu 3 abad, proses pembaharuan memiliki ciri-ciri yang berbeda yaitu :

Page 8: Pengertian Pembaharuan Islam

1. Abad 17 dipelopori oleh Ibnu Taimiyah dengan gerakan Muhyi Atsaris Salah. Gerakan ini mengajak umat Islam untuk kembali kepada Tradisi Nabi sekaligus mengembang-kan tradisi berfikir rasional. Gerakan Ibnu Taimiyah hanyalah Sock Therapy yang dampaknya baru bisa dilihat pada masa berikutnya.2. Abad 18 di pelopori oleh Muhammad Bin Abd. Wahab, dengan ciri :a. Pembaharuan Theologis – pembaharuan bidang kepercayaan dari hal TBCb. Dilakukan untuk kembali kepada teks Al Qur’an dan al Haditsc. Pembaharuan dengan arah memurnikan ajaran Islam dari TBC3. Abad 19 di pelopori oleh Jamaluddin al Afghani dan Muhammad Abduha. Pembaharuan Theologis yaitu pembaharuan bidang kepercayaan untuk membangun semangat Islam.b. Pembaharuan bersifat politik yaitu membangun kembali kekuatan politik umat Islam dengan jalan mengobarkan perlawanan terhadap penjajah. Untuk mewujudkan hal tersebut Jamaluddin Al Afghani melakukan dua hal, yaitu- Mengobarkan semangat solidaritas Islam melalui Pan Islamisme (Persaudara-an Islam).- Menerbitkan majalah Al Urwatul Wutsqo sebagai instrument penyebar Informasi kebudayaan dan perjuangan.c. Pembaharuan Pendidikan yaitu membangun kembali dunia pendidikan Islam agar umat Islam mampu meraih pencerahan dibidang Intelektual (M. Abduh)4. Abad 20 dipelopori oleh M. Rasyid Ridho dan M. Iqbala. Pembaharuan pemikiran (Modernisasi) artinya proses membangkitkan umat Islam dari sisi cara berfikir untuk mengejar ketertinggalan terhadap dunia Barat sebagai mana yang diungkapkan oleh M. Iqbal dalam buiku “Membangun kembali alam pikiran Islam”.b. Meningkatkan kualitas umat dengan jalan memperkuat pendidikan generasi muda Islam (Scholarship).

B. Pembaharuan Islam di IndonesiaProses Pembaharuan Islam Indonesia sudah berkembang sejak lama, seiring dengan proses pembaharuan yang dilakukan oleh para mujaddid. Secara umum proses pembaharuan Islam Indonesia melalui beberapa tahap :1. Abad ke 19 proses pembaharuan Islam dilakukan oleh ulama Sumatra Barat dengan gerakan Paderi pimpinan Imam Bonjol. Gerakan tersebut pada awalnya adalah gerakan pemurnian ajaran Islam dari tradisi yang dipegang oleh tokoh adat (Purifikasi Islam) – tetapi perkembang menjadi perjuangan nasional karena campur tangan Belanda.2. Abad ke 20 proses pembaharuan tersebut dilakukan oleh KH. Ahmad Dahlan dengan gerakan Dakwah Muhammadiyah – ia berusaha membersihkan Islam dari noda TBC (Tahayyul. Bid’ah dan Khurofat).3. Pertengahan abad 20 (1970 – an) yang dipelopori oleh intelektual muda umat islam Indonesia yaitu Dr. Nurcholis Madjid yang berusaha membangun citra intelektual Islam dan aktualisasi ajaran Islam artinya memberikan pemikiran modernis agar nilai Islam tetap dapat dilaksanakan dalam perkembangan dunia yang mutakhir sekalipun..

Page 9: Pengertian Pembaharuan Islam

BEBERAPA PEMIKIRAN PEMBAHARUAN DALAM ISLAM

A. Muhammad bin Abdul Wahab atau Gerakan WahabiMuhammad bin abdul Wahab lahir di kota Ayibah (Ayinah) tahun 1703 dan wafat tahun 1792 M. Ia termasuk seorang yang gemar melakukan petualangan, terutama untuk memperdalam kemampuan keagamaan dan pengembangannya. Di tempat kelahirannya, tempat yang dikenal sebagai tempat yang paling murni mengamalkan agama Islam yaitu Madinah; di tempat ini ia memperoleh pendidikan hukum, yang didalamnya termasuk tradisi bid’ah.Setelah beberapa tahun berpindah-pindah maka ia kemudian menetap di kota kelahirannya, Ayyinah (Nejd) untuk memperkenalkan program atau aksi baru dalam membangun dan memur-nikan ajaran Islam. Ia menamakan gerakan pembangkitan umat dan pemurnian Islam tersebut dengan gerakan “Muwahhiddin”, gerakan untuk kembali kepada ajaran ketauhidan yang selama ini telah hilang dari ajaran Islam. Cita-cita muwahhiddin adalah mengembalikan Islam pada sisi kebenaran dan kemurniannya sebagaimana yang dijelaskan oleh Nabi Muhammad SAW. Namun demikian, bagi musuh-musuh gerakan muwahhiddin (kaum konservatif dan para sufisme) menganggap gerakan tersebut sebagai sesuatu yang membahayakan, maka mereka kemudian dinamakan dengan “Gerakan Wahabi” (untuk selanjutnya disebut gerakan Wahabi).Menurut Drs. Imam Munawir, inti dari gerakan Wahabi adalah sebagai berikut :1. Melakukan usaha pemurnian ajaran Islam dengan kembali kepada sumber aslinya yaitu Al Qur’an dan Al Hadits.2. Membersihkan tauhid dari noda syirik3. Membersihkan ibadah dari segala bentuk bid’ah.4. Memberantas segala bentuk formalisme atau simbolitas tampa amal perbuatan dalam agama dengan menekankan hidup sederhana.

Jika kita lihat secara rinci, nampaknya Muhammad Bin Abdul Wahab sangat dipe-ngaruhi oleh pola pemikiran Ibnu Hambal (Mahzab Hambali) yang menekankan pada otoritas Al Qur’an dan Al Hadits sebagai sumber Islam yang asli. Pola kembali pada dua otorita Islam yaitu Al Qur’an dan Al Hadits adalam bentuk pemikiran yang berkembang di Madinah, termasuk pemikiran yang dikembangkan oleh Ibnu Hazm (1350 M) dan Taqiyyuddin Ibnu Taimiyah (1327 M.) yang keduanya merupakan guru dari Muhammad Bin Abdul Wahab.Ibnu Taimiyah yang sangat terkenal karena program menghidupkan kembali ajaran salaf (Muhyi Ats Tsar As-Salaf) dengan hanya mengakui apa yang telah dikembangkan oleh Rasul dan para shahabat, telah memberi semangat dan inspirasi bagi Gerakan Wahabi untuk mengembangkan sisi kehdipan yang hanya didasarkan pada kedua otoritas tersebut.Walaupun kehadlirannya sangat dibutuhkan untuk mengembalikan semangat tauhid, akan tetapi dalam rentang sejarah perkembangannya, kita menemukan berbagai perlawanan baik yang dilakukan secara individual dan kolegial maupun yang dilakukan oleh beberapa kerajaan yang khawatir terancam eksistensinya. Gerakan-gerakan anti Wahabi tersebut terbagi dalam tiga

Page 10: Pengertian Pembaharuan Islam

kelompok, yaitu :1. Kerajaan Turki Ustmani di Istambul dalam hal ini Sultan Muhammad. Bahkan untuk meng-halangi perkembangan gerakan Wahabi, Sultan Muhammad Ali merekrut kepada siapa saja yang tidak suka terhadap gerakan Wahabi.2. Masyarakat yang pada waktu itu sedang tidur, maka gerakan Wahabi nampak seperti sesuatu yang sedang mengganggu tidur mereka.3. Kelompok sufi (Tasawuf) yang sementara itu menjadi pendukung kehidupan bid’ah atau program nativisme yang lain.

Gerakan Wahabi menjadi motor pembaharuan Islam pada abad ke 18. Apalagi dicermati memiliki karakteristik yang berbeda dengan gerakan pembaharuan Islam pada masa-masa berikutnya. Karakteristik yang menonjol adalah sebagai berikut :1. Sebagai gerakan theologis artinya sasaran pembaharuan adalah pemurnian cara pengamalan umat Islam dan sekaligus ajaran Islam, dengan hanya bersandar pada konsep kepercayaan dan peribadahan yang berasal dari Al Qur’an dan Al Hadits.2. Sebagai gerakan Literalis dan Tekstualis artinya gerakan yang hanya mengakui otoritas teks Al Qur’an dan Al Hadits dengan menekankan pentingnya formalitas dalam pengamalan agama, dan bukan hanya diamalkan dalam bentuk bathiniyah sebagaimana yang dilakukan oleh para sufis dan pengamal mistisisme. Dengan demikian gerakan ini adalah gerakan antibode dari sufisme dan mistisisme.3. Sebagai gerakan anti Intelektual dan Filsafat artinya gerakan yang mengedepankan rasionalisme dalam beragama, terutama dalam menafsirkan Al Qur’an dan Al Hadits. Gerakan ini hanya mematuhi kebenaran Al Qur’an dan Al Hadits dan bukan kebenaran rasional atau Filsafat, hal tersebut untuk menjaga kemurnian Islam.4. Sebagai gerakan anti kejumudan dan kemandegan berfikir dengan mengatakan bahwa pintu Ijtihad masih terbuka, dalam rangka melahirkan tradisi dan kebebasan berfikir dikalangan umat Islam. Walaupun demikian, gerakan tersebut tidaklah se-buah gerakan rasional dan juga bukan gerakan sufisme, karena gerakan ini berdiri di antara intelektualisme dan kehangatan serta kesalehan sufisme dan mistisisme.

B. Jamalauddin al Afghani

Jamaluddin Al Afghani lahir di Asadabad Afganistan pada tahun 1838 sebagai seorang anak dengan kualitas Intelektual yang sangat luar biasa. Pada umur 18 tahun ia telah menguasai berabagi cabang ilmu pengetahuan, filsafat, politik, ekonomi, hukum dan agama. Karena keluasan ilmu pengetahuan yang dimilikinya, maka pada saat umur 18 tahun tersebut ia telah mempesona dunia intelektual dan politik dengan gaya agitasinya yang sungguh menakjubkan. Pengaruh agitasinya tersebut telah melahirkan suatu revolusi di Afganistan (Kabul) yang memaksa dia harus mengungsi ke India untuk kali pertama pada 1867, sebagai awal dari petualangan keilmuan dan politiknya.Di India, Jamaluddin juga melakukan agitasi untuk membangkitkan semangat perlawan-an

Page 11: Pengertian Pembaharuan Islam

terutama terhadap pemerintah kolonial. Agitasi tersebut juga menimbulkan dampak yang luar biasa, yang memaksa dia meninggalkan India dan pergi ke Hejaz (Makkah). Kemudian pergi ke Mesir untuk membangkitkan semangat persaudaraan Islam pada tahun 1857, tetapi dia tidak lama, karena ia kemudian pergi ke Turki dengan sasaran pada Universitas Istambul, yang serta kehadlirannya menarik minat kalangan perguruan tinggi tersebut dan menyebabkan tumbuhnya kecemburuan dikalangan akademisi Universitas Istambul, maka ia kemudian kembali lagi ke India untuk kali kedua pada tahun 1869.Tapi nampaknya India adalah sebuah persinggahan sementara, karena ternyata penga-ruh Jamaluddin telah menumbuhkan semangat kebangsaan untuk melawan Inggris, yang sudah barang tentu sangat dibenci oleh mereka. Maka pada tahun 1871 ia pergi ke Mesir untuk kali kedua dan berdiam di sana selama 8 tahun (1879). Setelah itu ia kembali lagi ke India tepatnya di Hyderabad Deccau, pada tahun 1879 dan menerbit-kan sebuah buku yang sempat menggegerkan dunia barat yaitu “Pembuktian kesalahan kaum Matrialis”.Jalamaluddin nampaknya identik dengan petualangan intelektual dan politik, sebab bukan hanya bumi Tuhan yang di Timur saja, yang sempat disinggahi, tetapi bumi Tuhan yang lain, di Eropa juga menjadi ladang persemaian agitasi solidaritas Islam. Di Perancis ia menggunakan media komunikasi sebagai instrumen penyebaran ajaran solidaritasnya. Al Urwat al Wutsqo adalah media cetak yang memberi andil besar bagi tumbuhnya rasa bangga terhadap diri, ter-utama sebagai pemeluk agama Islam. Setelah itu ia kemudian pergi ke London pada tahun 1891 untuk mensosialisasikan gagasan Pan Islamisme dan kebangkitan umat Islam.Pada tahun 1892 ia kembali ke Istambul dan mendapat sambutan yang luar biasa dari kerajaan Turki Utsmani dengan diberi hadiah uang 775 pound dan tempat tinggal yang sangat layak, akan tetapi jiwa Jamaluddin bukanlah jiwa konseptor yang hanya duduk di belakang meja, tetapi jiwa dia adalah konseptor dan petualang, maka ia kemudian pergi ke Parsi untuk membangkitkan semangat perlawanan rakyat, meng-kritik habis pola pemerin-tahan otokrasi Shah Nasiruddin Qochar, yang ternyata efektif membangkitkan perlawanan rakyat, sehingga Shah Qachar terbunuh pada 1 Mei 1895 dalam pergolakan rakyat tersebut.Walaupun demikian, nampaknya petualangan Jamaluddin Al Afghani harus terhenti oleh kekuasaan Tuhan, karena pada tahun 1895 ia terkena serangan kangker rahang dan pada 9 Maret 1897 ia dipanggil Allah untuk mempertanggung jawabkan amal duniawinya.Dalam melakukan pembaharuan Islam, Jamaluddin memilki kecenderungan yang berbeda dengan Muhammad bin Abdul Wahab. Perbedaan Pola dan bentuk gerakan pembaharuan tersebut adalah :1. Pembaharuan system berfikir artinya tata cara berfikir umat Islam yang harus mening-galkan pola pikir tradisional yang dogmatik.2. Upaya membangun semangat kolegial umat, agar memperoleh kesempatan melakukan aktualiasai ajaran terutama partisipasi aktif dalam percaturan politik, ekonomi dan hukum di dunia, sebab selama ini, umat Islam secara aktif tidak mampu memberikan partisipasinya dalam percaturan dunia.

Melihat hal tersebut, maka orientasi pembaharuan Islam Mesir terutama yang dilakukan oleh

Page 12: Pengertian Pembaharuan Islam

Jamaluddin Al Afghani lebih mengarah kepada pembaharuan cara ber-politik dikalangan umat Islam. Oleh sebab itu gerakan pembaharuan Mesir atau gerakan Jamaluddin Al Afghani adalah gerakan Politik. Untuk mengetahui lebih jelas pemikiran pembaharaun Jamaluddin Al Afghani, berikut ini adalah pokok-pokok pikirannya :1. Islam mengalami kemunduran dan kejumudan berfikir bukan disebabkan oleh karena Islam tidak lagi lagi sesuai dengan perkembangan zaman, situasi dan keada-an masa kini, melainkan karena umat Islam tidak mampu menginterpretasikannya dengan kemampuan ijtihad dan kebanyakan umat Islam telah meninggalkan ajaran-nya dengan mengikuti ajaran baru yang dimanipulisir untuk kepentingan asing.2. Bahwa kemunduran Islam dilapangan politik disebabkan oleh :a. Desintegrasi politik atau perpecahan dikalangan umat Islamb. Corak pemerintahan yang bersifat Absolut (otoriter)c. Pemimpin negara yang tidak disukai oleh rakyat (tidak kredible).d. Mengabaikan masalah pertahanan atau militerisasi.e. Administrasi dipegang oleh mereka yang tidak berkopenten.f. Adanya intervensi oleh negara asing.

Untuk itu diperlukan pola pemerintahan yang dapat menarik partisipasi masya-rakat secara aktif dalam bentuk demokratisasi dan terbentuknya majlis syuro yang menjamin adanya partisipasi masyarakat secara komunal dan individual.3. Bahwa untuk pembaharuan dan pengembangan semangat keislaman perlu digalakan solidaritas Islam dalam bentuk program aksi “PAN ISLAMISME” . Gerakan Pan Islamisme tersebut berusaha melakukan pembaharuan di bidang perpolitikan Islam dengan tujuan menyadarkan umat Islam dari bahaya dominasi bangsa asing. Oleh sebab itu perlu diadakan kegiatan-kegiatan :a. Agitasi dan propaganda untuk menggerakkan kaum muslimin agar melakukan perge-rakan pemikiran dan pergolakan kebangsaan.b. Melakukan gerakan anti Eropa mulai tahun 1882 sebagai reaksi masuknya Inggris pada tahun 1880.c. Melakukan agitasi dan klarifikasi guna merubah sikap dan pandangan bangsa Eropa yang mengatakan bahwa :• Nasionalisme dan Patriotisme bukanlah sebuah gerakan fanatisme dan ekstrimisme• Penghargaan dan kemulyaan diri yang sedang diperjuangkan bukanlah sebuah Chauvinisme seperti yang dituduhkan oleh bangsa asing.

4. Bahwa untuk mensosialisasikan dan mengembangkan gagasan pembaharuan politik, maka di-dirikan media “Al Urwat Al Wutsqo” yang didirikan di Perancis pada tahun 1884 bersama murid nya yaitu Muhammad Abduh, yang hanya berumur 8 bulan, tetapi mempunyai dampak yang luar biasa, yaitu berkembangnya semangat me-nentang bangsa Barat dan adanya usaha untuk menghidupkan kembali kebudayaah Islam serta adanya semangat untuk mempersatukan umat Islam di dunia.

Page 13: Pengertian Pembaharuan Islam

C. Muhammad AbduhMuhammad Abduh dilahirkan di Mualat Nasar Mudiriyah Mesir Hilir pada tahun 1849, dan pada umur 10 tahun (th. 1859) ia telah mampu menghafal Al Qur’an. Pada tahun 1866 ia mema-suki pendidikan di Universitas Al Azhar dan di pusat pengkajian Islam ini mulai tampak ke-mampuan intelektual yang sangat luar biasa. Hal tersebut dibuktikan dengan kritik pendidikan yang dikembangkannya, ia melihat bahwa system pendidikan di Universitas Al Azhar sangat kuno dan lamban untuk dapat mengikuti perkembangan zaman serta sangat terikat dengan aturan-aturan tradisional, untuk itu perlu diganti dengan metode modern yang ternyata lebih efektif (Pelajaran 2 tahun dapat diselesaikan dalam waktu 1 hari).Pada saat menjadi rektor Universitas Al Azhar tahun 1901, ia melakukan reformulasi system pendidikan di lembaga kajian kebanggaan Islam tersebut. Ia mengatakan bahwa pendidikan harus memperhatikan relevansi dan signifikansinya terhadap kehidupan manusia. Ada dua dasar pertimbangan diberlakukannya pokok kajian keilmuan, yaitu :1. Relevensi ilmu dengan alokasi waktu yang dibutuhkan2. Relevansi ilmu dengan kebutuhan hidup manusia (Human Needs).

Dengan demikian suatu ilmu itu tidak perlu diajarkan dan sekaligus dipelajari kalau secara prinsip tidak mempunyai relevansi dengan kebutuhan hidup manusia dan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk mempelajari ilmu tersebut. Pembaharuan aspek sistem pendidikan mempunyai pengaruh yang kuat terhadap berkembangnya kualitas umat Islam dan kalau itu terjadi akan mendorong lahirnya gerakan baru yaitu gerakan kesadaran kemanusiaan.Di samping pemikiran-pemikiran tersebut, juga terdapat program pembaharuan lain yang ternyata juga sangat penting, karena menyangkut jiwa dan api Islam dalam diri umat. Pemba-haruan bidang theologi adalah purifikasi ajaran Islam untuk memperoleh semangat keislaman, yang dilakukan dengan jalan :1. Memerangi sikap hidup yang fatalisme dan taklid2. Melakukan liberalisme dalam pemikiran dan pemahaman keislaman, terutama dalam memahami hukum-hukum Islam tetapi masih dalam kerangka menjaga kesucian dan ke-benaran wahyu itu sendiri.3. Melakukan upaya pembangunan kembali (Reformulasi) teks hukum Islam klasik agar lebih sistematis dan rasional sehingga dapat memberi manfaat bagi kehidupan.

Dalam konteks seperti itu, maka sosok Muhammad Abduh adalah seorang rasionalis dan menekankan pemikiran filsafat sebagai landasan dalam berfikir keislaman. Bagai-manapun sangat kurang representatif jika kita menilai Muhammad Abduh hanya dengan mengkaji pemikiran-pemikiran tersebut di atas, untuk itu diperlukan perluasan pemikiran lain, yang kemudian dapat kita pakai sebagai parameter untuk membandingkan antara pola pembaharuan Muhammad Bin Abdul Wahab dengan Jamaluddin Al Afghani dan dengan Muhammad Abduh itu sendiri. Berikut ini adalah pemikiran pembaharuan Muhammad Abduh :1. Logika (Cara berfikir Rasional)

Page 14: Pengertian Pembaharuan Islam

a. Mengakui adanya kebenaran Logika (hasil pemikiran manusia)b. Bahwa pengakuan kebenaran logika yang membawa pada pengkajian filsafat harus kepada teks aslinya dan bukan kepada teks komentar yang dihasilkan.c. Kepercayaan dan keimanan dapat diperkokoh dan dipertebal dan bukannya diperlemah keadaannya dengan memberikan bukti-bukti rasional.d. Logika atau pemikiran rasional kritis bukanlah sebuah “Academic Exircise” tetapi merupakan instrument positif untuk membentuk pemikiran yang konstruktif.e. Logika adalah kunci terbukanya pintu ijtihadf. Islam rasional adalah bentuk pemahaman terhadap ajaran Islam yang membebas-kan diri dari ketergantungan, karena kehadliran Islam adalah pembebasan dari ketergantungan terhadap pendeta dan perantara lain dan langsung berhadapan dengan Allah.

2. Etika atau moralitas manusia.a. Bahwa perbedaan buruk dan baik adalah suatu yang natural atau alami, sehingga dapat diketahui oleh akal tampa bimbingan wahyu artinya tampa harus ada dan menanti turunnya Wahyu.b. Bahwa Islam harus mengakui natural morality (moralitas atau kebenaran alami) yang seharusnya tidak ada perbedaan dengan Religiositas Morality (kebenaran berdasarkan agama) artinya bahwa sesuatu yang dianggap benar oleh natural morality seharusnya juga benar apabila dihadapkan pada Religiositas Morality. Hal tersebut disebabkan adanya satu anggapan bahwa kebenaran atau kebathilan merupakan sesuatu yang otonom dalam prinsip moralitas. Pemikiran tersebut juga dikembangkan oleh Mu’tazilah, Al Farabi dan Ibnu Rusyd (filosof Islam yang lahir di Andalusia-Spanyol).

3. Konsep Sosiol (nilai kemasyarakatan)a. Bahwa masyarakat tumbuh dan berkembang secara evolusi atau mengikuti hukum alam, sebagaimana yang dikembangkan oleh Ibnu Khuldum dalam buku Mukaddi-mahnya. Sebagaimana buku Risalah At Tauhid karya Muhammad Abduh. Bahkan dalam konsep kemasyarakatan, Muhammad Abduh selalu menampilkan hasil pemikiran umat Islam, dengan demikian ia bermaksud untuk mengangkat kembali kebudayaan Islam ditengah-tengah pergulatan pemikiran dan kebudayaan dunia.b. Masyarakat atau manusia mempunyai kecenderungan untuk melakukan integrasi sosial baik secara fisik, intelektual dan moral , untuk amat sangat sulit jika manusia hidup dalam kesendirian dan tidak integrated. Manusia membutuhkan solidaritas dan kesatuan dalam hidup, lebih dari itu maka pendidikan masyarakat harus diarahkan kepada hal yang bersifat Altruistik.

Pemikiran pembaharuan tersebut dilakukan dalam rangka membangkitkan kembali dunia Islam agar ia dapat berkembang dalam aktualisasi dunia yang sangat cepat dan aplikatif tersebut. Secara khusus bahwa program pembaharuan Muhammad Abduh mempunyai 3 tujuan utama, yaitu :1. Membebaskan akal manusia dari rutinitas yang membosankan

Page 15: Pengertian Pembaharuan Islam

2. Membebaskan manusia Islam dari budaya imitasi (meniru) yang cenderung mencerabut rasa kebanggaan diri dan kemampuan aktualisasi diri.3. Membebaskan manusia muslim dari kemandegan berfikir (Stagnasi Intelektual).

D. Pembaharuan Islam di India-PakistanSebenarnya bibit pembaharuan Islam di Indo Pakistan telah dimulai oleh Syah Waliyullah, seorang tokoh agama yang mempunyai beberpa kajian keilmuan dan akses ke masyarakat Islam secara keseluruhan. Namun demikian gaung pembaharuan yang lebih besar pengaruhnya terhadap proses pembaharuan, dikembangkan oleh Sayid Ahmad (Syahid – gelar kepahlawanan), dan kemudian lebih berkembang lagi ketika program pembaharuan tersebut ketika berada ditangan Sayid Ahmad Khan. Maka untuk mengetahui proses pembaharuan tersebut, akan dijelaskan beberapa tokoh yang berjasa dalam program pembaharuan Islam, diantaranya :

1. Sayid Ahmad (Syahid) 1786-1831 M.Sayid Ahmad dilahirkan di India pada tahun 1786 dan meninggal pada tahun 1831 di medan perang ketika ia bersama-sama dengan kaum muslimin lain berjuang untuk me-negakkan kalimat Islam. Oleh sebab itu ia kemudian mendapatkan Gelar Syahid.Sayid Ahmad mempunyai visi pembaharuan yang hampir sama dengan gerakan pem-baharuan di Arab yang dikenal dengan Gerakan Wahabi, bahkan diasumsikan, Sayid Ahmad banyak dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran Wahabi. Persamaan pemikiran dan gerakan tersebut disebabkan oleh :a. Gerakan Wahabi dan gerakan pembaharuan Sayid Ahmad terjadi dalam kurun waktu yang hampir bersamaan, dan kemudian terjadi kontak dalam setiap pelaksanaan ibadah Haji.b. Dalam kurun waktu tersebut, Sayid Ahmad juga pergi ke Mekkah (Hijaz) untuk beberapa waktu dan sempat ditahan oleh pemerintah karena menganut prinsip-prinsip Wahabi. Sebab pada saat yang sama gerakan Wahabi telah dilarang di Makkah.

Walaupun demikian, bukan berarti pemikiran Wahabi telah memberangus seluruh media pikir dan visi Sayid Ahmad, sebab ternyata banyak juga pemikiran-pemikiran konstruktif lain yang mengendap dalam media pikirnya, misalnya pemikiran Muhammad Abduh. Untuk mengetahui pola dan gerakan pembaharuan-nya, berikut ini pendapat dan pemikirannya :a. Islam mengalami kemunduran tidak disebabkan oleh ajaran Islam yang tidak lagi aktual, akan tetapi disebabkan oleh :• Pengamalan agama yang tidak lagi murni dar ajaran agama Islam (Al Qur’an dan al Hadits.• Berkembangnya tarekat-tarekat yang ternyata banyak kemasukan unsur-unsur non Islam, Hindu, Budha dan Animisme atau lebih mirip sebuah praktek Sinkri-tisme.b. Pemurnian ajaran Islam atau purifikasi ajaran Islam dengan menekankan pada gerakan kembali kepada islam yang murni dari Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin, menolak perantara dalam peribadahan dan Taklid.c. Pintu Ijtihad tetap terus terbuka, karena dibutuhkan untuk melakukan interpretasi terhadap al

Page 16: Pengertian Pembaharuan Islam

Qur’an, lebih dari itu karena dunia terus mengalami perkembangan dan perubahan, maka diperlukan kemampuan intelektual (ijtihad) untuk menggali hukum-hukum tersebut.d. Menentang prilaku ulama tradisional yang mempertahankan status quo terhadap ajaran dan tidak mau melakukan perubahan.e. Melakukan gerakan pembaharuan dalam konteks politik, dengan menggelorakan se-mangat jihad. Gerakan politik tersebut dinamakan dengan “Gerakan Mujahiddin”, yang dimaksudkan untuk mempertahankan eksistensi Islam.

Penganut ajaran Sayid Ahmad (Syahid) pada perkembangan berikutnya terbagi menjadi dua, yaitu kelompok Mujahiddin, yang mengembangkan program pembaharuan lewat jihad dan politik untuk melawan kaum Sikh, dan kedua, kelompok yang lebih menitik beratkan pembaharuannya pada bidang pemikiran dan pendidikan lewat pendirian Madrasah dan Universitas. Gerakan yang kedua ini kemudian disebut Gerakan Deoband (nama daerah pusat pendidikan). Gerakan pendidikan tersebut pada saat akan menjadi ruh dan jiwa lahirnya Gerakan Aligarh.

2. Sayid Ahmad Khan (1232-1315 H/1817-1898 M).Sebagaimana yang dikemukakan di muka, bahwa Sayid Ahmad Khan adalah tokoh sentral pembaharuan di Indo Pakistan, bahkan dalam perkembangan lebih lanjut, ketokohannya di-samakan dengan Gerakan Wahabi, Gerakan Politik Jama-luddin al Afghani dan Gerakan pe-mikiran Muhammad Abduh. Dalam artian yang lain, tokoh dari gerakan-gerakan tersebut telah memainkan peranannya dalam dunia pembaharuan dengan referensi dan kultur serta daerah yang berbeda. Demikian juga dengan Sayid Ahmad Khan, telah memainkan peranan pembaharuan dalam perspektif kontemporer, yang disesuaikan dengan perkembangan jaman dan Iptek.Secara umum terdapat ciri-ciri yang membedakan program pembaharuan tokoh-tokoh tersebut dengan tema pembaharuan yang dilakukan oleh Sayid Ahmad Khan. Ciri-ciri pembaharuan pemikiran tersebut adalah :a. Pembaharuan yang bersifat non politik dengan menekankan adanya kebebasan berfikir rasional.b. Ide Pembaharuannya lebih menyerupai modernisasi yaitu proses aktualisasi Islam dengan menjadikan kemajuan dan kebudayaan Barat (Iptek) sebagai bahan untuk menfsirkan ajaran Islam (al Qur’an dan al Hadits).c. Gerakan pembaharuan Islam dilakukan dengan prinsip kooperatif (kerja sama dengan Inggris), bahkan dalam kesempatan yang lain ia menyatakan rasa takjubnya (keheranan-nya), setelah ia berkunjung ke London selama 7 bulan. Rasa takjub tersebut harus diikuti dengan :• Melakukan kerja sama politik• Melakukan transfer ilmu pengetahuan dan teknologi• Melakukan interpretasi ajaran islam dengan pemikiran-pemikiran mereka.

Dengan demikian titik tekan gerakan pembaharuan Islam menurutnya adalah pemberdayaan potensi dan kemampuan Islam, terutama dalam proses transformasi keilmuan dan keseimbangan

Page 17: Pengertian Pembaharuan Islam

politik antara umat Islam dan Inggris. Secara umum, pemikiran-pemikiran Sayid Ahmad Khan meliputi segala hal, keilmuan modern sebagai awal kajian dan kecen-derungannya dan keilmuan klasik, yang juga tidak luput dari kritiknya. Dari kajian al Qur’an, al Hadits sampai pada pemberdayaan pemikiran umat secara umum. Berikut ini beberapa pemikiran Sayid Ahmad Khan :a. Al Qur’an• al Qur’an merupakan satu-satu asas untuk mempelajari Islam. Oleh sebab itu untuk mempelajari Islam tidak perlu tafsir-tafsir klasik yang berbau khurafat. Al Qur’an dapat di interpretasikan atau ditafsirkan dengan penafsiran kontemporer. Untuk me-mahami tafsir kontemporer terdapat kaidah-kaidah :- Kaidah ayat Muhkam dan Mutasyabihat (Ali Imron 17) – Ayat Muhkamat bersifat Mutlak dan pasti, tidak membutuhkan penafsiran. Sedangkan ayat Mutasyabihat adalah ayat yang dapat berubah makna dan penafsirannya, spekulatif dan nisbi.- Kaidah ayat-ayat yang mengandung makna pokok (tidak dapat dirubah) dgan ayat-ayat yang mengandung makna sampingan (dapat ditafsirkan).• Al Qur’an tidak bertentangan dengan hukum alam• Al Qur’an adalah sebagai satu-satunya asas untuk memahami ad Dien, sedangkan Hadits tidak dapat dijadikan sandaran, kecuali Hadits-hadits yang telah terseleksi artinya tidak bertentangan dengan Nash al Qur’an, sesuai dengan akal dan pengalaman manusia dan tidak bertentangan dengan hakekat sejarah.

b. Hadits• Pembagian Hadits menjadi Mutawatir, Masyhur dan Ahad. Hadits Mutawatir dapat diterima sebagai landasan hukum, sedangkan Hadits Masyhur harus ada penilaian dan kreterian sehingga dapat dijadikan sumber legislasi. Hadits Ahad tidak dapat diterima sebagai sumber legislasi.• Hadits yang diterima; Hadits yang berkaitan dengan agama berfungsi mengikat dan wajib dipegang, sedangkan Hadits non agama bersifat tidak mengikat, karena tidak menjadi tugas kerasulan Nabi Muhammad. Hadits non agama hanya berlaku dalam dan konteks jaman nubuwah (Kenabian) Nabi Muhammad SAW.

c. Produk Hukum Islam• Menolak anggapan tentang kesempurnaan produk fiqih Klasik (4 mazhab dll). Hukum tersebut hanya berlaku pada masa mereka memutuskan. Hukum harus berubah karena jaman selalu berkembang dan berubah. Hukum yang mereka putuskan sebenarnya bersifat Nisbi karena ia adalah produk manusia.• Tidak menerima Ijma’ atau kesepakatan ulama. Orang yang datang kemudian tidak wajib mengikatkan pada Ijma’. Oleh sebab itu pintu Ijtihad senantiasa terbuka untuk menemukan hukum garu bagi permasalahan baru.

d. Wahyu, Nubuwah dan Mu’jizat• Wahyu bukanlah sebuah perkara yang luar biasa, ia merupakan suatu tingkat inderawi dan

Page 18: Pengertian Pembaharuan Islam

insting tertinggi yang terdapat dalam diri manusia.• Nubuwah adalah kemampuan dan bakat yang dapat dikembangkan oleh manusia.• Mu’jizat adalah peristiwa-peristiwa yang sesuai dengan hukum alam dan tidak menyalahi hukum alam seperti terbelahnya lautan menjadi jalan bagi Nabi Musa.

3. Sayyid Amir Ali (1879-1928)Ia dilahirkan di India pada tahun 1849 dan meninggal pada tahun 1928. Sayyid Amer Ali dikenal sebagai sarjana Islam yang menguasasi sastra dan kebudayaan Inggris. Hal tersebut dapat dimaklumi, karena Sayyid Amer Ali mendapatkan pendidikan dari Universitas-Universitas di Inggris. Pada tahun 1873 ia memperoleh gelar Sarjana Hukum dari Inggris dengan karya Ilmiyah yang sangat mengagumkan yaitu “ a Critical examination on the life and teaching of Muhammadan”.Pada tahun 1877 ia mendirikan National Muhammadan Association”. Organisasi tersebut dalam bidang pembangunan kesadaran dan pendidikan politik, terutama untuk menjaga kepentingan-kepentingan politik Islam. Dan tahun 1883 ia menjadi anggota dewan raja Muda India sebagai salah satu jabatan politik yang penting pada saat itu.Dalam konteks sejarah pembaharuan dan pergerakan pemikiran Islam Kontem-porer, Sayyid Amer Ali mempunyai peranan yang penting dalam pentas sejarah Islam dengan pemikiran-pemikirannya yang cemerlang, walaupun sangat jauh apabila dibandingkan dengan pemikiran Sayyid Ahmad Khan. Untuk mengetahui lebih lanjut, berikut ini pemikiran-pemikiran Sayyid Amer Ali :

a. Kemunduran Islam• Kemunduran orang Islam disebabkan oleh penyakit jumud (ketidakberdayaan umat) dalam melakukan aplikasi hidup.• Kemunduran Islam disebabkan umatnya telah mengabaikan ruh atau Spirit Islam ( al- Qur’an), terlalu cinta kepada teks-teks al Qur’an yang beku dan menganggap suci huruf-hurufnya, sehingga umat Islam tidak berani memberikan penafsiran al Qur’an.

b. Gagasan-gagasan pembaharuan• Bahwa Nabi Muhammad sangat memahami keadaan masyarakat pada zamannya dan zaman yang akan datang, masyarakat kontemporer (populer), maka pada saat itu manusia harus membedakan antara pranata yang bersifat temporal dan sementara dengan pranata yang bersifat langgeng dan universal.• Bahwa Shahabat mengagumi dan menerima Hukum-hukum yang berasal dari Nabi Muhammad dengan prinsip demi kebaikan masyarakat, maka meru-pakan kedzaliman terhadap Nabi kalau ajaran tersebut tidak boleh menerima perubahan sampai dunia ini berakhir.• Bahwa untuk memurnikan hukum dan pemahaman keislaman, sebagian orang adil menempatkan bahwa prinsip-prinsip Islam bersifat sementara, sehingga harus dise-suaikan dengan tuntutan zaman sekarang.• Bahwa Poligami dan perbudakan bertentantang dengan Hukum Islam, karena pada saat ini

Page 19: Pengertian Pembaharuan Islam

tidak ada lagi alasan yang tepat untuk legalisasi system tersebut.

c. Gagasan pemberdayaan Umat IslamBahwa untuk memberdayakan umat Islam dari kejumudan dan ketidak-berdayaan, maka perlu dilakukan pemberdayaan atau pembangkitan kembali (Revitalisme) system-system keislaman, yang meliputi :• Revival system of Faith, yaitu pembangkitan kembali semangat dan pirnsip keper-cayaan yang bebas dari TBC, seimbang antara kehidupan Dunia dan Akhirat dan kembali kepada ajaran murni dar Rasul.• Revival system of Thought yaitu pembangkitan kembali semangat pemikiran, yang meliputi :- Dibukanya kembali tradisi Ijtihad, sebab Nabi menganjurkan kegiatan berfikir dan Ijtihad dengan mengatakan bahwa Ijtihad yang salah tetap memperoleh pahala ( satu point).- Dibukanya kebiasaan berfikir bebas atau Rasional ala mu'tazulah (Qoda-riyah), karena kemunduran Islam disebabkan adanya dominasi Theologi Asy’ariyah.• Revival system of Economic Power yaitu membangun kembali kekuatan ekonomi umat, sehingga umat terbebaskan dari ketergantungan dengan dunia Barat.

Demikian beberapa pemikiran dan gagasan pembaharuan Sayyid Amer Ali, yang menurut hemat saya sangat radikal, karena menyangkut pada upaya membangkit-kan kembali apa yang kita sebut sebagai Ruh Islam atau Spirit of Islam, sebagai mana yang di sebutkan dalam Buku Spiritualnya (Spirit of Islam).

3. Dr. Muhammad Iqbal (1877-1938 M.)Muhammad Iqbal adalah salah putra India terbaik pada abad ke 20. Putra islam yang sangat menguasai Filsafat dan kebudayaan Barat. M. Iqbal dilahirkan di Punjab pada tahun 1877 (sebagian mencatat lahir pada tahun 1876) dan wafat pada 18 Maret 1938 M.Pada tahun 1905, Muhammad Iqbal memperoleh gelar MA dari Universitas Lahore Pakistan, dan pada tahun yang sama ia melanjutkan study ke Universitas Cambridge Inggris, menyebabkan ia mempunyai pengetahuan filsafat dan kebudayaan Barat yang tiada bandingnya. Dan pada tahun 1930, M. Iqbal terjun kedunia politik bersama-sama dengan Muhammad Ali Jinnah melalui organisasi Liga Muslim, yang merupakan embrio dari Negara Pakistan.Dr. Muhammad Iqbal, secara umum lebih dikenal sebgai penyair dan ahli filsafat, te-rutama Filsafat dan kebudayaan Barat, ketimbang sebagai pemikir dan pembaharu Islam. Namun demikian kemampuan dan keindahan syair-syair telah membius umat Islam, karena kedalaman nilai dan kritiknya terhadap peradaban Barat dan kemunduran umat Islam. Syair-syair Filosofis dan Sufisme dari Muhammad Iqbal lebih banyak di-pengaruhi oleh gurunya, Jalaluddin Ar Rumi.Karya terbesar dari pergulatan pemikiran Dr. Muhammad Iqbal tertuang dalam buku “Recontruction of Relegious Thought” yang terdiri dari enam makalah/pokok bahasan, yang disajikan pada perkuliahan tahun 1928 di Universitas India. Secara umum gagasan-gagasan pembaharuan Muhammad Iqbal terbagi dalam tiga kelompok, yaitu :

Page 20: Pengertian Pembaharuan Islam

a. Gagasan pembaharuan Islam• Islam mengalami kemunduran disebabkan oleh sikap jumud• Islam mengalami kemunduran disebabkan mereka meninggalkan tradisi berfikir rasional atau anti gagasan Mu’tazilah.• Bahwa pembaharuan Islam lebih merupakan dinamisasi seluruh komponen keislam. Dinamisme tersebut adalah adanya gerakan Ijtihad dan terus bergeraknya keseluruh-an system umat Islam.• Bahwa indikator adanya pembaharuan umat Islam, adalah :- Adanya perubahan, pergerakan dan perkembangan dunia Islam, yang disebabkan oleh adanya kecenderungan dan pandangan Islam terhadap Barat.- Meninggalkan kenangan masa lalu Islam (romantisme islam), dengan membangun kembali format pemikiran dan pengalaman kontemporer dalam rangka penafsiran baru terhadap prinsip-prinsip Islam.• Menentang sikap pemikiran, komentar dan pendapat yang mengulang-ulang nilai dan pemikiran kaum salaf secara subyektif atau tidak pada karya aslinya.

b. Tanggapan terhadap kebudayaan Barat• Menentang segala bentuk kebudayaan Barat dan peradaban materi (meng-agungkan segala bentuk karya kebendaan/sesuatu yang tidak disemangati oleh agama)• Mengagumi kebudayaan Barat tidaklah menjadi masalah, dalam rangka memper-kaya pemikiran dan kebudayaan Islam, akan tetapi ia khawatir kalau-kalau umat Islam tertipu oleh kulit luarnya saja (oleh kenyataan vurgal saja).• Ia mengagumi semangat pembaharuan Turki, walau ia tahu bahwa pemba-haruan Turki adalah Westernisasi sebagaimana yang ia khawatirkan. Yang pasti menurut Dr. Muhammad Iqbal bahwa pembaharuan Turki adalah sebuah proses pencarian format atau gerakan Ijtihad untuk keluar dari kejumudan dan menatap kenyataan (realitas) yang ada.

E. Musthofa Kemal Pasha; Bapak Pembaharuan Turki ModernTerdapat satu nama yang tidak dapat dipisahkan dengan Turki Modern, yaitu Musthofa Kemal Pasha. Mengingat perannya yang sangat besar dan sentral dalam proses pembaha-ruan Turki, maka ia kerap kali disebut sebagai “Bapak Pembaharu Turki” atau “Kemal Ataturk”. Kemal Pasha melihat bahwa Turki yang mengalami kemunduran dan ketidakber-dayaan lebih banyak disebabkan oleh ketidakmampuan bangsa Turki menghadapi absolut-isme dan kekakuan politik, dan oleh sebab itu ia harus diberangus dengan menampilkan kedaulatan rakyat dalam bentuk majlis-majlis yang sebelumnya telah dikembangkan oleh gerakan Turki Utsmani Muda.Keberhasilan Musthofa Kemal Pasha dalam proses pembaharuan dan program penyela-matan bangsa Turki adalah ketika ia membuat satu negara tandingan di Turki dengan pusat pemerintahan di Angkara (Ibukota Turki – sekarang). Pemerintahan tandingan tersebut secara politik mengancam eksistensi emperium Turki Utsmani yang berjalan sekitar 6 abad – mulai abad ke 12 M. sampai dengan abad ke 20 M. Keberhasilan Kemal Pasha mengeliminir dan

Page 21: Pengertian Pembaharuan Islam

merubah bentuk negara absolut menjadi negara republik yang demokratis banyak didukung oleh situasi sosial politik bangsa Turki yang sedang tidak senang dengan sikap kemutlakan dan absolutisme politik. Disamping itu keadaan politik dan tekanan dunia luar terhadap bangsa Turki semakin kuat terutama setelah Turki mengalami kekalahan beruntun dalam perang dunia I. Faktor dominan lainnya adalah keinginan merubah sistem kenegaraan agar bangsa Turki terbebas dari ketidakberdayaan.Sayang proses pemberdayaan potensi bangsa Turki oleh Musthofa Kemal Pasha yang pertama dimulai dengan melakukan Nasionalisasi simbol dan atribut kenegaraan, terutama untuk memutus pengaruh tradisionalisme yang menurutnya menjadi sebab dominan dari ilusi kejayaan masa lalu. Simbol dan atribut kenegaraan dikembalikan dalam kultur bangsa Turki, sehingga banyak akar-akar kebudayaan tradisional yang disemangati oleh Islam dan bangsa Arab kehilangan kekuatannya. Bangsa Turki oleh Musthofa Kemal Pasha dibawa pada tatanan baru yang sama sekali berbeda dengan akar dan nilainya dari bangsa Turki masa lalu – bangsa Turki telah dibuat lupa dengan masa lalunya oleh Musthofa Kemal Pasha.Program kedua yang dilaksanakan oleh Musthofa Kemal Pasha adalah melakukan perubahan citra dan visi kehidupan dengan menggunakan idiom-idiom barat sebagai repre-sentasi nilai kehidupan yang baru. Proses westernisasi ini ternyata menimbulkan akibat yang lluar biasa bagi bangsa Turki – yang sebelumnya adalah penganut agama yang taat. Akibat-akibat tersebut adalah :1. Tereduksinya program pendidikan keagamaan dan berkembangnya program pendidikan barat, yang berakibat semakin menipisnya kesadaran beragama (pengamalan agama).2. Visi westernisasi telah menyebabkan digantikannya simbol dan jargon Islam menjadi simbol dan jargon nasinalis Turki atau bahkan simbol dan jargon barat.3. Berkembangnya struktur sosial yang sekuler dengan meletakkan agama sebagai sesuatu yang tidak penting bagi perjalanan kehidupan manusia di dunia.

Mungkin secara umum program pembaharuan Turki oleh Musthofa Kemal Pasha telah membawa Turki pada era baru yang modern, bahkan untuk saat ini bangsa Turki telah menjadi bagian dari dunia barat yang sekuler. Akan tetapi harga yang harus dibayar sangat mahal dibandingkan dengan hasil yang dicapai oleh bangsa Turki dalam proses pem-baharuan tersebut. Terdapat dua indikator yang dapat dilihat berkaitan dengan kegagalan Turki dalam proses pembaharuan tersebut, yaitu :1. Turki sampai saat belum menunjukkan sebagai negara yang maju, modern dan disegani oleh dunia barat, dibandingkan dengan Jepang yang juga mengalami kehancuran akibat perang dunia II. Jepang dapat bangkit kembali dan menjadi kekuatan raksasa dunia dalam tempo 25 tahun, sedangkan Turki setelah 70 tahun masih tetap tergantung pada dunia barat.2. Bangsa Turki telah kehilangan kebanggaan masa lalu yang dibuang secara paksa keselokan western oleh Musthofa Kemal Pasha dan diganti dengan prinsip-prinsip barat yang ternyata tidak mampu mengangkat kepribadian dan spirit bangsa Turki – berbeda dengan Jepang yang melakukan modernisasi tetapi mereka tetap menjadikan tradisional isme sebagai pijakan dan tata niali kehidupan.

Page 22: Pengertian Pembaharuan Islam

F. Pembaharuan Islam Indonesia.Secara umum, proses purifikasi ajaran umat Islam telah terjadi beberapa kali di Indonesia dengan menggunakan thema dan format yang berbeda. Perbedaan gerakan pembaharuan tersebut dipengaruhi oleh situasi dan letak geografi umat Islam tersebut. Menurut hemat saya, dalam per-jalanan gerakan pembaharuan Islam Indonesia, telah terjadi tiga kali proses pembaharuan, yaitu :1. Pembaharuan pada abad XVIII oleh kaum Padri Minangkabau, yang dipelopori oleh Imam Bonjol (Kelompok Harimau Nan Salapan). Pembaharuan Padri dilakukan oleh umat Islam Sumatra, ketika umat Islam Sumatra terbelenggu oleh adat dan pengamalan agama yang banyak dipengaruhi oleh Mistik. Bentuk pengamalan agama seperti itu banyak didukung dan dilakukan oleh kaum adat. Pertentangan kaun Adat dengan kaum Padri tersebut menyebabkan kaum adat ter-pinggirkan, dan oleh sebab itu ia minta bantuan kepada Belanda, maka berubahlah pergerakan pembaharuan Islam menjadi gerakan perlawanan rakyat (santri) terhadap kolonial Belanda.2. Pembaharuan Islam pada awal abad XX yang dipelopori oleh KH. Ahmad Dahlan dengan ge-rakan anti TBC. Gerakan tersebut merupakan gerakan purifikasi ajaran agama yang selama berabad-abad, ajaran Islam telah berbaur dengan Mistik Hinduisme, Budhisme dan Animisme, sehingga ajaran Islam telah kehilangan daya dobrak dan ruhnya.3. Pembaharuan Islam Kontemporer pada tahun 1960-an. Pembaharuan tersebut lebih me-rupakan gerakan modernisasi pemikiran dan pemahaman ajaran keislaman yang dilakukan oleh generasi baru umat Islam; sebagai produk lembaga pendidikan umat Islam sendiri.

Saya kira untuk menuntaskan pembahasan kita mengenai pembaharuan atau tepatnya penataan pemikiran Islam, perlu mengkaji gerak dan langkah tokoh-tokoh pembaharu pemikiran Islam tersebut, misalnya Imam Bonjol, KH. Ahmad Dahlan, Dr. Nurcholis Madjid, Munawir Sadzali, MA dan lain-lain. Sungguhpun demikian dengan mengingat keterbatasan area pembahasan, maka hanya akan disajikan sedikit mengenai pemikiran Dr. Nurcholis Madjid.Nurcholis Madjid lahir di Jombang Jawa Timur pada 17 Maret 1939. Nurcholis Madjid yang kemudian lebih dikenal dengan panggilan “Nurcholis Madjid” memulai pendidikan dibawah asuhan KH. Madjid (ayahnya sendiri) dan kemudian melanjutkan ke Pondok Modern Gontor Ponorogo. Setelah menamatkan pendidikannya dari Gontor ia kemudian melanjutkan pendi-dikannya di Fakultas Adab IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta sehingga memperoleh gelar Sarjana pada tahun 1968.Nurcholis Madjid dikenal sebagai tokoh organisasi, yang kapasitasnya dan pemi-kirannya menjadi kerangka kajian dan perkaderan, terutama para aktifis organinsasi Ekstra Kampus HMI. Pada tahun 1974, ia melanjutkan pendidikannya ke Universitas Chicago dan bertemu dengan pemikir Islam Kontemporer yang sangat disegani yaitu Dr. Fazlur Rahman, yang merupakan Pakar study keislaman dan pada tahun 1984 ia berhasil menyelesaikan program Doktornya, dengan disertasi “Ibnu Taimiyah on Kalam and Falsafah; Problem of reason and Revelation in Islam”.

Page 23: Pengertian Pembaharuan Islam

Pada tahun 1966, Nurcholis Madjid telah melontarkan sebuah wacana pemikiran baru dalam Islam. Pada saat itu ia melontarkan gagasan perlunya Modernisasi dalam pe-mikiran Islam dengan format ”Modernisasi adalah Rasionalisasi dan bukan Westernisasi”. Lontaran pemikiran tersebut dengan cepat mendapat tanggapan luas dari pakar keislam-an dan dunia perguruan Tinggi sekaligus memperbesar volume perlunya modernisasi dalam tataran pemikiran mahasiswa Islam. Muhammad Kamal Hasan (pakar keislaman Universitas Malaya) mengatakan bahwa apa yang dikatakan oleh Nurcholis Madjid adalah cerminan visi seorang Muslim idealis dan memperkuat citra diri sebagai salah seorang yang mewarisi kebesaran seorang “Moh. Natsir”, oleh sebab itu ia kerap kali disebut sebagai “Natsiris Muda”. Tidaklah berlebih an jika ia dikatakan sebagai Natsiris Muda atau seorang Muslim Idealis, karena dalam manuskrip tersebut ia mengatakan :1. Westernisasi akan membawa manusia pada kehidupan yang sekuler2. Sekelurisme akan membawa manusia pada sikap hidup atheis dan atheis itu sendiri adalah produk paling utama dari Sekulerisme.3. Sekulerisme adalah sumber dari Immoralisme.

Namun citra diri sebagai Natsiris Muda dan Muslim idealis menjadi tertutup, ketika ia melontarkan pemikiran tentang “Keharusan Pembaharuan pemikiran Islam dan Masalah in-tegrasi Umat” pada tanggal 3 Januari 1970 di Islamic Research Centre Jakarta. Muhammad Kamal Hasan yang menulis Disertasi Doktor dengan mengambil thesis pembaharuan Islam Indonesia mengatakan bahwa Nurcholis Madjid telah berubah menjadi seorang “Modernis Sekuler” atau dalam bahasa lain ia mengatakan “Nurcholis before Nurcholis”.Ada hal-hal yang mengganjal dan barangkali membuat jengkel para pemikir umat Islam Indonesia, terutama Prof. Dr. HM. Rasyidi, yang menjadi salah satu tokoh Islam paling respek dan kritis terhadap pemikiran pembaharuan Nurcholis Madjid. Barangkali sangat mafhum dan dimengerti kalau banyak umat Islam yang menyebut Nurcholis Madjid sebagai Modernis Sekuler atau bahkan sebagai agent Barat karena pemikirannya yang sangat berbeda dengan apa yang dilontarkan sebelum tahun 1968. Dalam makalah tentang “Keharusan pembaharuan pemikiran Islam dan masalah Integrasi Umat” secara eksplisit, Nurcholis Madjid mengatakan :1. Perlunya liberalisasi pandangan dan pemikiran terhadap ajaran Islam2. Perlunya kebebasan Intelektual (intelektual Freedom), gagasan kemajuan (Ide of Progres) dan sikap terbuka.3. Perlunya gagasan (ide) sekulerisasi dalam ajaran Islam4. Perlunya penegakan dan pemihakan terhadap kualitas dan mengeliminir sikap me-nonjolkan kuantitas, yang terbukti tidak efektif terhadap partisipasi umat kepada pemba-ngunan bangsa.5. Perlunya mengambil sikap “Islam Yes, Partai Islam, NO”.

Barangkali statemen yang paling dominan membuat kontroversi terutama kaum tradi-sional, ulama dan pemikir keislaman adalah penggunaan kata-kata “Sekulerisasi” yang tidak lazim dipakai untuk menyebut gerakan pemikiran umat Islam. Reaksi yang paling keras muncul dari Prof. Dr. HM. Rasyidi, yang menyatakan bahwa ia telah memahami bahasa Inggris (untuk

Page 24: Pengertian Pembaharuan Islam

menyatakan ketidaksepakatannya dengan konsep sekulerisasi Nurcholis Madjid) sejak 40 tahun yang lalu dan selama itu pula ia tidak pernah menggunakan istilah “Sekulerisasi” sebagai istilah sosial yang dipakai dalam kerangka pemikiran pembaharuan Islam.Menyimak perkembangan polemik yang semakin tajam dan mengarah kepada sikap kristalisi pendapat menjadi kelompok-kelompok, maka Nurcholis Madjid tampil kembali kepentas pemikiran umat Islam dengan menawarkan beberapa pemecahan, yang intinya menjelaskan ulang konsep “Sekulerisasi” yang dikembangkan sebelumnya. Misi pen-jelasan tersebut dikemas dalam thesis “Beberapa catatan sekitar masalah pembaharuan dalam Islam”. Namun penjelasan Nurcholis Madjid, nampaknya tidak banyak memberi pengaruh pada perubahan Opini masyarakat yang sudah terbentuk oleh kontroversi tersebut. Oleh sebab itu, ia tampil untuk kali kedua pada pentas pemikiran umat dengan mengatakan “Sekali lagi tentang Sekulerisasi”.Setelah itu ia tidak lagi tampil dengan gagasan-gagasan pembaharuannya ke pentas pe-mikiran Nasional, karena pada tahun 1974 ia berangkat ke Amerika untuk melanjutkan study doktoralnya di Universitas of Chicago, dan setelah ia kembali ke Indonesia pada tahun 1985, Nurcholis Madjid membuat suatu penjelasan yang sangat meyakinkan, dengan satu tulisan yang merupakan catatan kaki pada Buku mengenang atau peringatan 70 Th. Prof. Dr. HM Rasyidi. Pada catatan itu, Nurcholis Madjid menjelaskan bahwa tidak tepat menggunakan istilah “Sekulerisasi” sebagai instrument untu menyebut perubahan sistem sosio-kultural Islam. Uraian itu ia beri nama dengan “Sekulerisasi ditinjau kembali”.Pada awal tahun 1990-an Nurcholis Madjid mengejutkan komunitas umat Islam dengan penjelasannya yang sangat kontroversial. Statemen-statemen tersebut sebenarnya hanya sebuah kajian terminologis dan hanya dilakukan ketika ia mengambil pemikiran atau pendapat dari mazhab theologis umat Islam, misalnya :1. Melakukan penafsiran kalimat “La Illaha Illa Allah” yang diartikan dengan “Tiada Tuhan selain Tuhan”, dengan asumsi bahwa Tuhan yang kedua mengandung kekhususan yaitu Tuhan Allah (terdapat al ma’rifat).2. Mengatakan bahwa makhluk Allah yang paling bersih dan murni keimanannya adalah Syetan, karena ia tidak mau menyembah kepada selain Allah (kasus sujud kepada Adam).3. Penegakan sikap bahwa semua manusia pada awalnya mempunyai perasaan agama yang sama, yang dia sebut dengan “Agama Hanief atau agama yang lurus”. Oleh sebab itu retorika dakwah kita adalah mengajak umat manusia pada “Kalimat yang sama”.

PENUTUPDemikian beberapa pemikiran pembaharuan yang berkembang di dunia Islam – dengan berbagai ragam dan wujudnya baik yang bersifat theologis, politis, educative maupun asumsi minor tentang kesempurnaan Islam dalam bentuk sekulerisasi dan westernisasi ala Mustofa Kemal Pasha atau sekedar gertakan sekulerisasi dan rasionalisasi ala Nurcholis Madjid, maka yang paling penting adalah adanya gagasan untuk berubah atau berkembang menjadi baik – walaupun sebagaian diantara konsep tersebut menjadikan tata nilai Islam menjadi sangat tidak aktual dan bahkan menjadi musuh sebuah bangsa seperti bangsa Turki.

Page 25: Pengertian Pembaharuan Islam

Apresiasi terbesar yang harus kita berikan kepada mereka, sebab mereka telah melaksanakan prinsip hidup yang dinamis. Ingat “Allah tidak akan merubah sebuah kaum, jika mereka tidak mau merubah dirinya sendiri”.

BUKU RUJUKAN :1. Dr. Falzlur Rahman : Islam.2. Loph Stodart : Dunia Baru Islam3. Dr. Muhammad Heykal : Sejarah Islam4. Drs. Imam Munawir : Pembaharuan Islam dari masa ke masa5. Prof. Dr. Hamka : Sejarah Umat Islam (Vol. IV)6. Ahmad Mansyur Suryonegoro : Menemukan Sejarah; wacana pergerakan umat IslamIndonesia7. Fachry Ali dan Bachtiar Efendi : Merambah jalan baru Islam8. Dr. Nurcholis Madjid : Islam Keindonesian dan Kemodernan9. Clifford Geertz : The Religion of Java (Santri, abangan dan Priyayi)10. Dr. Harun Nasution : Islam Rasional; gagasan dan pemikiran11. Dr. Koentowijoyo : Paradigma Islam; interpretasi untuk aksi12. Prisma : Agama dan Tantangan zaman

MASA KEMUNDURAN ISLAMSEBAB DAN BAGAIMANA CARA MENGATASINYA

Oleh : Drs. Ihsan

PENDAHULUANAdalah sebuah Sunnatullah, jika suatu kemulyaan dan kemajuan pada suatu masa akan berubah sebagai kenistaan dan kemunduran, ketika pelaku kemulyaan dan kemajuan tersebut tidak lagi mempunyai sens untuk mengembangkan kemajuan dan menjaga kemulyaan. Ketika pelaku kemulyaan dan kemajuan telah jenuh dalam kemulyaan dan kemajuan itu sendiri. Ketika mereka merasa bahwa kemulyaan dan kemajuan telah membawa mereka kepada kenikmatan yang menina bobokan akhlak, pemikiran dan karya kreatif. “Dan Allah akan mempergilirkan

Page 26: Pengertian Pembaharuan Islam

kemulyaan dari satu kaum kepada kaum yang lain, agar mereka dapat mengambil pelajaran” (Qs. Ali Imron : 140).

••

Berangkat dari paradigma tersebut – berkembang sebuah analisa tentang siklus pergan-tian kemakmuran suatu bangsa dengan menggunakan ukuran-ukuran sebagai berikut :1. Seberapa banyak produk pemikiran keilmuan dan teknologi yang mempengaruhi kehidupan masyarakat pada generasi berikutnya.2. Kemampuan politik, ekonomi dan sosial budaya dan pengaruhnya terhadap perkembangan dan kehidupan bangsa-bangsa lain.3. Kemampuan ide atau gagasan dan pengaruhnya terhadap pembentukan tata nilai bagi kehidupan masyarakat berikutnya.

Maka berkait dengan kreteria tersebut, fakta sejarah menunjukkan bahwa pergeseran kemakmuran suatu bangsa berkisar 7 Abad dan meliputi bangsa-bengsa/umat :1. Yunani – dikenal sebagai peletak dasar pemikiran kritis Filosofis dan pengembangan Iptek yang pemikirannya masih dijumpai sampai saat terutama Socrater, Aristoteles, Plato dll. Berkisar antara abad 10 SM s.d 3 SM.2. Romawi dan Parsi adalah sebuah emperium besar setelah zaman kegelapan pasca mundurnya kebudayaan Yunani sebagaimana dijelaskan dalam Qs. Ar Rum. Kejayaan mereka berkisar antara abad 1 M s.d 7 M.3. Islam – adalah sebuah komunitas baru dalam pentas kebudayaan dunia yang menggabung-kan kehebatan ilmu Yunani dan prediksi keilmuan dalam Alqur’an yang didalamnya memuat nilai-nilai keagamaan. Kejayaan Islam berkisar antara abad 8 M s.d 15 M dengan mengambil dua tempat, yaitu :a. Di Timur dengan pusat kota Bagdad mulai abad 8 M s.d 13 M tepatnya tahun 1258 ketika Hulago Khan menyerang kota Bagdad.b. Di Barat dengan kota Cordova (spanyol) sebagai pusatnya mulai abad 9 M s.d 15 M tepatnya tahun 1492 ketika kota Granada direbut oleh Raja Ferdinand.4. Barat (Eropah/Amerika) yang dimulai ketika mereka mengalami kebangkitan (Re-naisance atau Aufklarung) pada abad ke 16 M – sampai sekarang (23 M).

Selama 7 abad, umat Islam menempati tempat pertama dalam percaturan ekonomi – politik dan ilmu pengetahuan. Sadar atau tidak, keunggulan tersebut membawa kemudah-an-kemudahan teknologis, psykis dan ekonomi – politik dibandingkan dengan pemeluk atau bangsa yang lain. Dalam kurun waktu tersebut, umat Islam dapat menepuk dada atas prestasi kultural yang dimiliki oleh umat Islam. Prestasi-prestasi kultural tersebut sampai saat ini masih dapat kita jumpai,

Page 27: Pengertian Pembaharuan Islam

walaupun telah mendapat ulasan dan komentar dari berbagai pakar; baik ilmu-ilmu agama maupun ilmu-ilmu praktis lainnya (lihat ulasan-ulasan sebelumnya).Dalam kurun waktu yang bersamaan, diseberang sana – di Eropah terjadi apa yang disebut sebagai “Barbarian” dan “Kegelapan berbudaya”, suatu masa dimana mereka tidak mempunyai kemampuan berbudaya yang dapat diunggulkan. Namun setelah itu, justru umat Islam yang pernah menjadi tuan Ilmu Pengetahuan dan Budaya luhur Dunia menjadi pengemis ekonomi – Politik dan Ilmu Pengetahuan. Umat Islam telah mengalami titik balik – umat Islam mengalami kemunduran dan bahkan ketergantungan. Pertanyaan yang tersisa dalam benak setiap umat Islam adalah :”Mengapa Umat Islam bisa mengalami kemundur-an”?. “Dan siapa yang paling besar kontribusinya dalam proses kemunduran Islam”?.Sudah banyak pakar keislaman yang mencoba menjawab dua pertanyaan tersebut – ketika umat Islam mulai kembali menemukan kesadarn kolektif beragama dan berbudaya berdasarkan cita-cita luhur agama Islam. Para Mujadid dan pembaharu umat, telah memaparkan sekian banyak borok-borok yang menyebabkan umat Islam mengalami kemunduran dan kehancuran, di antara mereka ada yang meletakkan kegagalan politik sebagai salah satu sebab kehancuran Islam dan untuk itu perlu dibangun dimensi politik baru dengan mengedepankan Integrasi dan Solidaritas Politik baru dalam sebuah program “Pan Islamisme” sebagaimana yang dikemukakan oleh Jamaluddin al Afgani. Sedangkan Muhammad Abduh (Murid Jamaluddin) lebih menyoroti tentang kelemahan pendidikan umat, maka dilakukanlah sebuah pembaharuan pendidikan dengan mengarah pada perimbangan waktu dan human needs. Program revitalisasi Islam tersebut melengkapi program terapi pertama yang diidentifikasikan sebagai sebab kehancuran Islam yaitu “Therapi Theologis”, dikembangkan oleh Muhammad Bin Abdul Wahab (Wahabi) – dengan gerakan purifikasi ajaran Tauhidnya, mampu membersihkan umat dari ketidakberdayaan theologis (anggapan-anggapan yang pada tempatnya terhadap benda keduniaan).

MASA KEMAJUAN ISLAMMasa kemajuan dimulai pada zaman Nabi Muhammad dengan meletakkan dasar-dasar kehidupan yang sejahtera baik di dunia maupun diakhirat. Bangunan komunitas Islam tersebut terus berkembang dengan baik pada masa Pemerintahan Umar Bin Khattab – terutama secara politik dengan takluknya kerjaan Romawi dan Persia. Puncak kemajuan Islam berada pada dua masa pemerintahaan dan tempat yang berbeda, yaitu pemerintahan Bani Abbasiyah di Bagdad dan pemerintahan Bani Umaiyah di Spanyol.

Amatlah beruntung umat Islam, karena ia memiliki Al Qur’an – yang didalamnya memuat isyarat ilmu pengetahuan yang luar biasa. Kehebatan Al Qur’an ini menjadi faktor dominan pertama untuk kemajuan umat Islam yaitu dorongan Al Qur’an untuk mengkaji kebenaran ayat Qur’aniyah dan Kauniyah – termasuik didalamnya penghargaan Al Qur’an yang sangat tinggi terhadap orang-orang yang memiliki Ilmu. Faktor tersebut menjadi energi khusus umat Islam terutama pemerintah untuk :1. memberikan Penghargaan yang luar biasa terhadap ilmuwan (Hak Paten dan kesejahteraan Hidupnya) bahkan raja/kholifah pada masa itu adalah seorang yang memiliki kelebihan dan

Page 28: Pengertian Pembaharuan Islam

keluasan ilmu.2. mendirikan pusat-pusat studi Islam dan studi ilmu-ilmu lain untuk menganalisan dan mengkaji ulang ilmu-ilmu yang berkembang pada saat itu.3. mendirikan pusat penterjemahan kebudayaan dan ilmu-ilmu asing. Lebaga tersebut dimaksudkan untuk menyalin buku atau hasil karya bangsa Asing dengan bahasa Arab

Faktor dominan kedua; adanya proses adaptasi/persentuhan dan akulturasi terhadap budaya/ ilmuwan Yunani melalui proses penterjemahan terhadap buku-buku Yunani dan masuknya negara baru yang mempunyai tradisi keilmuan (Parsi, Mesir dan Romawi).Sebelum Islam berkembang sebagai kekuatan budaya dunia, telah terlebih berkembang dulu kebudayaan Yunani dan Parsi. Kebudayaan luar yang paling banyak memberi dukungan bagi perkembangan kebudayaan Islam adalah Filsafat Yunani. Filsafat yang berasal dari kata Yunani “Philo” dan “Sophia” yang berarti cinta kebenaran dan cinta kebijaksanaan. Dalam perkem-bangannya mempunyai arti sebagai segala bentuk pengerahan pemikiran secara mendalam untuk mendapatkan kebenaran dan kebijaksanaan.Jika dilihat dari makna dan subtansi pemikirannya, maka Filsafat bukanlah barang baru bagi ajaran Islam, karena Islam sendiri meletakkan proses kebaikan dan kesempurnaan hidup dengan meletakkan Wisdom atau Hikmat (kebijaksanaan) sebagai sumber kebaikan. Oleh sebab itu pemikiran Filsafat menjadi cepat akrab dengan gaya dan wacana berfikir umat Islam, terutama pada masa pemerintahan Bani Abasiyah.Pertemuan Islam dengan kebudayaan luar terutama dengan Fisafat Yunani terjadi pada masa pemerintahan Bani Abasiyah. Dalam hal ini boleh dikatakan bahwa pertemuan Islam dengan bangsa lain dilakukan dalam format dan bentuk yang sangat total. Artinya persentuhan tersebut meliputi persentuhan fisik (dan wilayah) dan yang lebih penting adalah persentuhan tata nilai dan tradisi berbudaya (keilmuan), - sebagaimana dalam hukum pergaulan sosial, setiap kali terjadi persentuan dua kebudayaan, maka akan terjadi proses tranformasi dan penemuan konsep budaya yang baru, yang lebih unggul dari kebudayaan pembentuk sebelumnya. Hal mana proses tersebut tidak pernah terjadi pada masa pemerintahan Bani Umaiyah, sebab proses persentuhan dua generasi umat tersebut hanya berlaku pada persentuhan fisik dan bukan pada sisi tradisi berfikir dan berbudaya mereka.

Di samping adanya persamaan pendapat dan subtansi pemikiran tersebut, mapa yang mendorong terjadinya percepatan persentuhan dua kebudayaan tersebut adalah :1. Terjadinya gerakan translitasi (penterjemahan) oleh umat Islam pada kebudayaan atau hasil karya lain, terutama buku-buku hasil pemikiran Filosof Yunani.2. Proses penterjemahan tersebut melahirkan kecenderungan baru dalam tradisi berfikir. Kalau pada masa pemerintahan Bani Umaiyah, pola berfikir umat di dominasi oleh pemikiran ke-agamaan dan dogmatik, maka pada masa pemerintahan Bani Abasiyah berkembang pemikir-an rasional-analitis.3. Proses tranformasi keilmuan Islam terhadap keilmuan luar lebih di dorong oleh daya tarik Filsafat, yang menurut umat Islam mempunyai sisi menarik dalam hal :

Page 29: Pengertian Pembaharuan Islam

a. Ketelitian yang dimiliki oleh logika Aristoteles dan ilmu matematika yang mengagumkan Ilsam (diungkapkan oleh Al Gazali dalam al Munqidz min al Dzalal)b. Bahwa pada saat itu terjadi pertarungan pemikiran antara umat Islam dengan penganut Islam baru yang masih mengikuti faham/filosofi agama sebelumnya, dan mereka menggunakan logika Filsafat, maka untuk menghadapi pertarungan pemikiran dengan diperlukan pemahaman yang baik mengenai logika tersebut.c. Bercampurnya buku-buku keagamaan Yahudi dan Nasrani dalam Filsafat Yunani yang dianggap oleh umat Islam sebagai karya Filsafat Yunani.d. Corak pembahasan keagamaan Filsafat Yunani dalam hal menerangkan konsep Tuhan Yang Esa dan mencapai kebahagiaan dilakukan dengan pendekatan dan peleburan diri kepada Tuhan dan pembersihan diri (Zuhud), sebagaimana yang dijelaskan dalam Filsafat ketuhanan (Theodocia) mereka.

Pertemuan Islam dengan kebudayaan Yunani semakin mudah, karena ternyata umat Islam Parsi telah lebih dulu memiliki transkrip dan buku-buku yang memuat pokok pikiran para Filosof Yunani seperti Socrates, Plato dan Aristoteles, bahkan dalam ilmu matematik dan sejarah pun mereka telah memilikinya. Melihat kenyataan tersebut, maka proses pengambil alihan keilmuan dan Filsafat Yunani menjadi lebih mudah, terutama bagi para penterjemah transkrip kebudayaan tersebut. Lebih dari itu, transkrip Filsafat Yunani yang telah berada di tangan kaum muslimin telah diberikan semangat keagamaan dan keeper-cayaan tauhid, sehingga mempunyai nilai kebenaran yang tinggi, dibandingkan dengan hasil pemikiran Filosof sebelumnya yang bersifat spekulaif.

Secara umum, proses penerimaan kebudayaan luar terutama filsafat Yunani terbagi dalam dua dimensi, yaitu :1. Menjelaskan ketentuan-ketentuan agama dengan pikiran-pikiran Filsafat yang terurai dalam berbagai pemikiran. Buku-buku yang menjelaskan bentuk seperti ini misalnya Fusus al Hikam (al Farabi) dan Risalah Filsafat dan Fisika (Ibnu Shina).2. Menakwilkan kebenaran-kebenaran agama dengan takwilan/interpretasi yang sesuai dengan pikiran Filsafat artinya terjadi proses pemaduan dan penundukkan agama kedalam Filsafat.Akan tetapi dalam perjalanannya, penerimaan terhadap Filsafat Yunani mengalami dinamika yang berbeda-beda, misalnya masa sebelum proses terjemahan dan sesudah terjadinya proses tersebut. Jika dikronologikan, maka dinamika pergolakan pemikiran berkenaan dengan Filsafat adalah :1. Sebelum terjadinya penterjemahan, konsep dan pemikiran keagamaan masih bersifat dogma-tik, menegakkan prinsip-prinsip keagamaan lebih dulu ketimbang prinsip-prinsip rasionalitas.2. Setelah terjadi proses penterjemahan, terbagi dalam 6 macam pemikiran :a. Masa penterjemahan, pengolahan (klasifikasi) dan pemaduan (analitis) Filsafat dengan ke tentuan agama Islam (al Kindi, al Farabi, Ikhwanus Shafa dan Ibnu Shina).b. Kritik terhadap filsafat yang dipakai sebagai argument kepercayaan (imam Al Gazali).c. Pembelaan Filsafat dari kritik Imam al Gazali, yang dilakukan oleh Ibnu Rusyd (Spanyol)

Page 30: Pengertian Pembaharuan Islam

d. Kritik terhadap Filsafat Yunani dan berbagai ulasan (komentar) terhadapnya oleh kaum Rasionalis Islam Modern dan dalam rangka mempersempit gerak akal dalam pembahasan kepercayaan (al Iji, at Thusi dan Saaduddin al Taftazani).e. Kritik terhadap metode Filsafat dan Theologi (Ibnu Qoyyim)f. Kritik terhadap Filsafat dan Mazhab kepercayaan atau Theologi.

Tahap penterjemahan kebudayaan Yunani dilakukan oleh dua Khalifah pertama Bani Abasi-yah yaitu Ja’far dan al Mansur, dan proses tersebut terus menerus dilakukan, termasuk pada masa al Ma’mun dan Harun al Rasyid. Pada masa tersebut, berkembanglah pusat-pusat penterjemahan kebudyaan asing terutama Filsafat Yunani, dan orang yang paling berjasa dalam proses penter-jemahan tersebut adalah Ishaq bin Hunayn, dan kedua anaknya, Hunayn dan Hubaisy. Bersama dengan anak dan keluarganya, Ishaq bin Hunayn melakukan perterjemahan transkrip pemikiran Aristoteles dan Plato, juga sebagian Filsafat Hellenisme (Neo Platonisme). Buku-buku tersebut kemudian banyak mendapat ulasan dan komentar terutama dari al Kindi, al Farabi, Ikhwanus Shafa dan yang lain. Karena aktifitas tersebut, Al Farabi disebut sebagai “Guru Kedua”, menyusul Aristoteles yang telah dinobatkan lebih dulu sebagai “Guru Pertama”.

Untuk mengetahui lebih lanjut buku-buku Filsafat Yunani yang diterjemahkan, termasuk di dalamnya Filosof Ilsam yang berjasa dalam mengembangkan Filsafat Islam, dapat diikuti pada paparan berikut ini.

1. Buku-buku yang diterjemahkanA. Plato1. Logika dan Theologi yaitu buku Thaetetus, Cratylus, Sophystes dan Pramenides. Buku tersebut disalin oleh Ishaq bin Hunayn, yang berisi tentang Pengertian dan kreteria kebenaran dan kesalahan; dan argumentasi adanya Ketuhanan.2. Fisika yaitu buku Timeus yang disalin oleh Ishaq bin Hunayn dengan ulasan dari Plotorchus).3. Buku Phaedo yang berisi tentang ilmu (Filsafat) Jiwa dan keabadian sesudah mati, dan buku Phaedros (buku tentang cinta).4. Politik yaitu buku Politikus dan Republik (di salin oleh Ishaq bin Hunayn), dan buku Laws (di salin oleh Yahya bin Adiy).

B. Aristoteles1. Logika• Categoriae (al Maqulat) diterjemahkan oleh Ibnu Muqaffa dan disempurna-kan oleh Ishaq bin Hunayn. Buku ini berisi tentang 10 macam keterangan (Categori) dan Al Farabi dan Ibnu Shina menulis buku sebagai ulasan (komentar) terhadapnya.• Interpretatione (Tafsiran-tafsiran = Pori armenias). Buku tersebut diterje-mahkan oleh Ibnu Muqaffa dan Ishaq bin Hunayn, yang isinya meliputi konsep bahasa dan proposisi. Komentar buku tersebut ditulis oleh al Farabi.

Page 31: Pengertian Pembaharuan Islam

• Analytica Priora (Uraian pertama = berisi tentang bentuk pemikiran Silogisme/ Qiyas) diterjemahkan oleh Ibnu Muqoffa. Komentar buku tersebut ditulis oleh al Kindi dan al Farabi.• Analytica Posteriora (uraian kedua = berisi cara pembuktian ilmiyah/logika) di-terjemahkan oleh Mattius bin Yunus (Suryani). Dalam bahasan Arab oleh Ishaq bin Hunayn. Komentar ditulis oleh al Kindi dan al Farabi.• Topica (berisi kias dialektika dan hal-hal yang belum pasti) diterjemahkan oleh Yahya bin adiy dan Abu Usman al Dimasyqi. Komentar ditulis oleh al Farabi.• Sophistica elenche (berisi kesalahan-kesalahan Sophistis dan penolakan serta pe-mecahan terhadap pemikirannya) diterjemahkan oleh Ishaq bin Hunayn. Komen-tar di tulis oleh al Farabi.2. Fisika• De Caela (langit) diterjemahkan oleh Ibnu Petrik. Komentar oleh al Farabi.• Animaliun (hewan) diterjemahkan oleh Inu Petrik.• Anima (jiwa) diterjemahkan oleh Ishaq bin Hunayn. Komentar oleh Ibnu Shina.3. Metafisika, buku yang diterjemahkan adalah Metaphysies. Komentar ditulis olej al Farabi dan ar Razy.4. Etika; Yang diterjemahkan adalah Etics Nicomachaes. Komentar ditulis oleh Farabi (al Akhlak), Ibnu Maskawaih (al Akhlak) dan Ibnu Shina (Akhlak Syaikh ar Rais).

C. Buku-buku lain terutama dari Neoplatonisme juga diterjemahkan, dan dalam hal ini pokok pikiran yang peling diminati adalah filsafat Emanasi Plotinus, yang kemudian di-kembangkan oleh al Farabi.

2. Filosof Islam yang terkenalA. Filosof Islam di Timur1. Al Kindi• Ia adalah Abu Yusuf bin Ishaq. Lahir 115-252 H/806-873 M. dan ia adalah satu-satunya Filosof keturunan Arab (lahir kota Qathan).• Karya-karya yang pernah ditulis sebanyak 238 risalah (Ibnu an Nadhim dan al Qafthi), sebagian mengatakan hanya 50 risalah (Said al Andalusi) dan sekarang hanya 23 risalah yang dapat ditemukan di Istambul (Hilmuth Rifter).

• Pokok-Pokok Pikiran :- Filsafat : Ia adalah ilmu yang termulia, karena ia mencari kebenaran (Hakekat), kebenaran tentang Keesaan Tuhan, keutamaan, dan ilmu tentang semua yang berguna.- Akal : akal menurutnya di bagi menjadi 3 yaitu akal Hayulani (akal pem-berian Tuhan kepada manusia yang dikehendaki/akal Mustafad/akal pe-limpahan = yang dapat menghubungkan manusia dengan Tuhan / Nabi). Yang kedua, akal Fi’il atau akal aktif (akal untuk memperoleh pengeta-huan) dan akal Fa’al atau akal bekerja (akal yang dapat memimpin seseorang untuk bekerja).- Metafisika: Tuhan adalah wujud yang Hak dan bukan asalnya dari tiada menjadi ada.

Page 32: Pengertian Pembaharuan Islam

Pembuktian terhadap adanya Tuhan dapat dilakukan mela-lui baharunya alam, kerapian alam dan keaneka ragaman dalam wujud.- Sifat-sifat Tuhan : ia adalah Esa yang sempurna, ia bukan benda (maddah), bukan Form (Shuura), ia tidak mempunyai kuantitas dan kualitas, ia bukan accident dan ia tidak berhubungan dengan yang. Ia adalah azali.

2. Al Farabi• Ia adalah Abu Nasr Muhammad al farabi. Lahir (Iran) th. 257-337 H/870-950 M. ia merupakan Filosof Islam terbesar - ia mendapat gelar sebagai Guru Kedua.• Karya-karya :- Aghradu kitabi ma ba’da al-Thaabi’ati (Intisari buku metafisika).- Al Jam’u baina ar Ra’yaini al Hakimaani (Mempertemukan dua pemikir yaitu Plato dan Aristoteles).- Tahsil al Sa’adah (mencari kebahagiaan).- Uyun al Masail (Pokok-pokok masalah).

• Pokok Pikiran- Logika adalah ilmu tentang pedoman yang dapat menegakkan pemikiran dan menunjukkannya pada kebenaran; dengan tujuan agar orang dapat membenarkan pikiran orang lain, demikian sebaliknya.- Metafisika; Tuhan adalah wujud yang sempurna dan yang ada tampa sebab. Ia adalah dzat yang azali, ia bukan benda dan bentuk dan Ia tidak tersusun.- Sifat Tuhan; sifat Tuhan tidak berbeda dengan dzatnya- Filsafat Emanasi (pancaran); Emanasi adalah keluarnya wujud yang mumkin al wujud dari wujud yang pasti (wajibul wujud). Filsafat emanasi menyatakan bahwa Tuhan berfikir tentang diri (dzatnya), maka keluarlah dari Tuhan akal pertama yang bersifat satu, karena Tuhan adalah satu dan sete-rusnya (Lihat buku Filsafat Islam karangan A. Hanafi MA.)- Negeri Utama (Negara Madani). Konsep negeri Utama terlihat pada dua karya al Farabi “Siayah al Madaniyah (Politik perkotaan) dan ahl Madinah al Fadlilah (Konsep negeri Utama). Negeri Utama mempunyai sifat-sifat atau mengan-dung keadaan sehat mental dan fisik, cerdas, kreatif dan dinamis, tanggap terhadap segala sesuatu (responsif/antisipasif), ber-moral/santun, jurdil dan amanah serta berpemikiran kedepanSedangkan musuh dari negeri Utama adalah negeri bodoh (masya-rakatnya tidak mengenal kebahagiaan/tidak sehat dll). Yang kedua, Negeri Fasik yaitu negeri yang mengenal kebahagiaan (utama) tetapi berprilaku sebagai negeri bodoh. Ketiga adalah negeri Berubah yaitu negeri utama yang telah mengalami perubahan karena kerusakan, sedangkan yang ke empat adalah negeri Sesat negeri yang dihuni oleh orang yang pemikirannya salah (Tuhan).- Tasawuf ; kesucian jiwa bukan hanya diperoleh dari pensucian badan dan perbuatan, melainkan kepada pikiran dan pemikiran (Jiwa).- Kenabian : Ia adalah orang suci yang mempunyai daya imajinasi yang kuat, sehingga dapat berhubungan dengan akal Fa’al (Tuhan) baik dalam keadaan tidur dan tidak, ia dapat menerima

Page 33: Pengertian Pembaharuan Islam

kebenaran yang nampak dalam bentuk wahyu atau impian yang benar.

3. Ibnu Shina• Ia adalah Abu Ali Husain ibnu Abdillah Ibnu Shina. Lahir di Bukhara, tahun 370-420 H/980-1037 M.• Karya :- Asy Syifa (18 Jilid - Filsafat, logika, Fisika, Metafisika dan Matematika).- An Najat (ringkasan buku asy syifa).- Qonun fith Thibb (Qonun of Medicine)- Al Hikmah al Masyriqiyah (berisi tasawuf dan filsafat Timur).- Al Musiqa (kitab musik).

4. Imam al Gazali• Ia adalah Abu Hamid Muhammad al Gazali. Lahir di Khurasan tahun 450-505 H/ 1058-1111 M. ia mendapat julukan sebagai Hujjatul Islam dan Zainuddin.• Karya-karya :- Mizanul Ilmu (Timbangan/Kreteria Ilmu)- Miyarul Ilmu (Standar kebenaran Ilmu).- Maqosidul Falasifah (Tujuan Filsafat).- Thahafutul Falasifah (Kekacauan Filsafat)- Al Wajiz (buku Fiqih)- Al Munqidz min al Dzalal (Keluar dari kesesatan).• Pokok pikiran :- Filsafat : dalam buku Thahafutul Falasifah, ia menilai bahwa ada 20 per-masalahan yang perlu diluruskan dalam kajian Filsafat. 17 masalah dianggap-nya sebagai kesia-siaan berfikir dan tiga masalah dianggap sebagai bentuk kekafiran yaitu problem kebangkitan Jasmani, Tuhan tidak mengetahui yang partikular (juz’iyah) dan qodimnya alam.- Tasawuf ; al Gazali menganut praktek tasawuf tetapi menolak ajaran hulul dan wihdatul wujud. Ia mengajarkan tasawuf yang dapat diterima oleh Sunni, karena ia menentang praktek sufi yang menolak upacara keagamaan, sebab menurutnya, upacara keagamaan dikerjakan dalam rangka kesempurnaan.

B. Filosof Islam di Barat1. Ibnu Bajah• Ia adalah Abu Bakar Muhammad bin Yahya. Lahir di Saragosta Sevilla dan me-ninggal tahun 1138 M. Di Eropa ia dikenal dengan nama Avenpace• Karya-karyanya adalah ilmu logika dan Jiwa, Buku El Ittisal (berisi ttg manusia dan hubungannya dengan akal Faal), el Wada’ (berisi ttg. penggerak utama ma-nusia, tujuan manusia dan alam) dan buku Tadbih al Mutawahhid (cara menjauhi keburukan).• Pokok pikiran. Ibnu Bajah mengatakan bahwa perbuatan manusia terbagi men-jadi dua bagian,

Page 34: Pengertian Pembaharuan Islam

yaitu perbuatan yang timbul dari motif naluri atau hal lain yang berhubungan dengannya. Yang kedua, perbuatan manusia yang timbul dari pemikiran yang lurus dan kemauan yang benar.

2. Ibnu Tufail• Ia adalah Abu Bakar Muhammad bin Tufail. Lahir di kota Granada, th.506-581 H/ 1110-1185 M.• Karya-karyanya yang terkenal adalah buku “Hay bin Yaqadhan” (buku yang di-tulis berdasarkan dialag Ibnu Thufai dengan Hay bin Yaqadhan).• Pokok-pokok pikiran :- Tujuan Filsafat adalah untuk kebahagiaan dengan akal faal- Urutan pengetahuan manusia dimulai pengetahuan inderawi ke pemikiran universal.- Tampa pengajaran dan pendidikan, akal manusia sanggup untuk mengetahui wujud Tuhan.- Manusia dengan akalnya dapat mengetahui dasar-dasar keutamaan dan akhlak yang mulia.- Syariat dan akal manusia hanya untuk mengetahui kebenaran dan ke-baikan.

3. Ibnu Rusyd (Averros)• Ia adalah Abul Walid Muhammad bin Ahmad Ibnu Rusyd. Lahir di Andalusia tahun 520-595 H/1126-1198 M.• Karya-karya Ibnu Rusyd yang terkenal adalah Bidayatul Mujtahid (Fiqih), Fahlul Maqal fima Baina Hikmah was syari’at (ilmu Kalam), Manahij al Adillah fil Aqoid wal Millah, dan Thahafutut Thahafut (Filsafat).• Pokok Pikiran :- Filsafat ; ia berpendapat bahwa Filsafat tidak haram dalam Islam- Metafisik ; wujud Tuhan dapat diketahui melalui dalil Inayah (Perse-suaian), Ikhtira’ (penciptaan) dan dalil Gerak ( Penggerak utama).

Disamping kita memiliki sejumlah filosof dengan berbagai karya intelektual yang sampai saat ini masih dijadikan rujukan keilmuan, umat Islam juga berhasil menemukan berbagai ilmu keislaman dan juga ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat mengagumkan misalnya :1. Bidang Ilmu agama – lahirlah disiplin ilmu yang akar kajiannya bersumber pada dogmatika Agama misalnya Ilmu Fiqih/usul Fiqih, Ilmu Kalam/Tauhid, Ilmu Tafsir/Ilmu Al Qur’an, Ilmu tata bahasa Arab, Ilmu Hadits/Mustholah Al Hadits dll.2. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi,a. Matematika- Jabir Al Isjbili (penemu ilmu hitung yang disebut dengan Al Jabar)- Al Khawarizmi (penemu sistem angka yaitu angka “NOL”)- Al Battani (penemu ilmu hitung Trigonometri yang terdiri dari Sines, Tangen dan Cotangen).- Omar Al Kayyam (penemu persamaan kubik dan persamaan derajat).b. Astronomi- Al Fazari (penemu Astrolobe yaitu alat pengukur tinggi dan gerak bintang).- Yunus Al Misri (penemu Jam dan alat penghitung waktu/Jam, menit dan detik).

Page 35: Pengertian Pembaharuan Islam

c. Kedokteran (Kimia dan Farmasi)- Al Kindi (Dokter Mata) – ia menulis buku “Optics” (ilmu mata) yang menjadi referensi pemikiran Roger Bacon.- Ar Razi (Razes) hidup tahun 865-925 – ia penemu penyakit Campak dan Kolera. Hasil penelitian tersebut termuat dalam buku Small-pax dan measless yang telah dicetak ulang sebanyak 40 kali.- Al Farabi – ia menulis buku Key of Sciences atau Indeks of Sciences yang memuat dasar-dasar ilmu kedokteran.- Al Hazen – ia menulis buku “Optics” (Ilmu Mata) dan Light yang mengkaji pengaruh cahaya terhadap mata.- Ibnu Shina (Avessin) – ia menulis buku “Qonun fi Al Thib (Conon of Medicine) yang menjadi dasar ilmu Kedokteran modern.

4. Seni, Sastra dan budayaa. Seni Musik misalnya buku al Musiqa karya Ibnu Shina.b. Sastra misalnya cerita seribu satu Malam (Alfu Laila wa Laila)c. Faktor-Faktor yang menyebabkan tumbuhnya kemajuan di dunia Islam

FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN KEMUNDURAN ISLAMSecara umum, kita tidak dapat mengatakan bahwa kemunduran Islam dipicu oleh sese-orang atau institusi tertentu atau dengan kata lain bahwa kita tidak dapat meletakkan seseorang atau institusi sebagai kontributor utama dalam proses kemunduran umat Islam. Menuurut pemikiran saya, bahwa Islam secara ekonomi – politik mengalami kemunduran dan kehancuran adalah sebuah istilah general untuk menggambarkan ketidak berdayaan seluruh elemen keagamaan umat Islam, menyangkut cara pemahaman keagamaan, cara beragama umat Islam, cara berbudaya dan berpolitik umat Islam, yang tidak menempatkan Islam sebagai sebuah tata nilai yang luhur dan menempati ruang utama dalam percaturan apapun di dunia ini.

Namun demikian, diperlukan penggambaran yang integral terhadap faktor-faktor yang bisa di identifikasikan sebagai penyebab kemunduran Islam. Penggambaran faktor-faktor penyebab kemunduran Islam tersebut barangkali kurang mewakili dari keseluruhan faktor, tetapi paling tidak telah memberikan gambaran awal agar faktor-faktor tersebut tidak lagi menjadi unsur lemah dalam perkembangan umat Islam. Untuk memudahkan pemahaman, maka faktor penyebab kemunduran Islam di bagi menjadi dua, yaitu :1. Faktor Eksternala. Di Timur• Kerajaan Abbasiyah sebagai representasi kejayaan Timur di hancurkan oleh Hulago Khan, yang mengakibatkan seluruh potensi intelektual, ekonomi dan politik me-ngalami degenerasi, lebih dari itu umat Islam secara keseluruhan telah kehilangan jati dirinya.• Pusat-pusat kebudayaan dan tokoh-tokoh intelektual mati terbunuh bersama dengan hancurnya

Page 36: Pengertian Pembaharuan Islam

perpustakaan dan pusat-pusat research.

b. Di Barat• Terjadinya proses transformasi ilmu secara damai, yang ternyata menjadi kontributor dominan lahirnya kesadaran baru bangsa Eropah (Renaisance).• Renaisance tersebut mampu mendorong Bargaining Power bangsa Eropah menjadi lebih seimbang terhadap umat Islam, terlebih setelah mereka mampu menempatkan Toledo sebagai pusat Kerajaan Kristen Eropah.• Berfungsinya Toledo sebagai jembatan penghancur posisi umat Islam Eropah, secara dominan berakibat lahirnya “Sentimen Eropah”(anggapan bahwa Islam hanya tinggal nama) dan “Mozarabes” (Islam beragama Kristen karena sayang nyawa).• Serangan bangsa Eropah (Kristen) terhadap umat Islam Eropah (Granada – kota ter-akhir Islam Eropah –1492 m.) – semakin menguatkan posisi dan dominasi bangsa Eropah terhadap umat Islam.

2. Faktor InternalMenurut saya, bahwa faktor dominan yang menyebabkan kemunduran Islam, tidak berasal dari luar (kekuatan Kristen Eropah). Faktor eksternal hanya merupakan efek dari kesalahan management, kelemahan dan merosotnya kekuatan intern umat Islam, dan secara efektif dapat dimanfaatkan oleh kekuatan eksternal untuk memukul balik kekuatan Islam yang telah lama menguasai dunia. Secara faktor-faktor Intern penyebab kemunduran Islam dapat dibedakan menjadi :a. Politik• Bergesernya sistem politik umat Islam, dari demokrasi menjadi system kerajaan (monarchi) dengan menempatkan Keluarga/Bani/Dinasti sebagai pemegang Supremasi kekuasaan politik.• Penghianatan Muawiyah (Bani Umaiyah) terhadap Ali bin Abi Thalib (Syiah) me-lahirkan pola politik Tirani dan balas dendam (Curiga/Represi) terhadap keluarga atau kekuatan politik lain.• Suksesi kepemimpinan dari Dinasti satu ke Dinasti yang lain selalu berakibat adanya pertumpahan darah (politik bakar bambu).• Perkembangnya sistem politik Wazir, dengan menempatkan institusi atau orang lain menjadi pemegang kekuasaan politik baru di samping kekuasaan Raja. Terkadang ia bertindak sebagai raja di balik raja.• Longgarnya perhatian dan pengawasan terhadap daerah bawahan yang berakibat munculnya pemboikotan politik atau des integrasi antar wilayah.b. Moral• Keluarga kerajaan menempatkan diri sebagai kelompok Jetset – hidup dalam ke-mewahan dan glamaur dengan perta pora yang tiada hentinya ala selebritis modern. Mereka telah lupa terhadap nilai-nilai religius.• Keluarga kerajaan tidak lagi memperdulikan nasib rakyat, bahkan roda pemerintahan telah diserahkan kepada pembantu-pembantunya – terkadang bertindak diluar batas kemanusiaan.c. Tradisi berfikir

Page 37: Pengertian Pembaharuan Islam

• Berkembangnya polemik pemikiran antara kaum rasionalis/Ibnu Rusyd yang me-nempatkan agama sebagai parameter kedua, dengan kaum agama (Al Gazali).• Polemik tersebut telah menghabiskan energy intelektual umat Islam, sehingga yang terpikir pada saat itu hanya isyarat-isyarat tentang benar tidaknya produk pemikiran Rasionalis di mata nilai-nilai dogmatik, ketimbang berfikir mengenai esensi dan gairah berfikir keilmuan itu sendiri.

AL GAZALI VERSUS IBNU RUSYDDalam segmen “Tradisi Berfikir”, sedikit telah disinggung hal-hal yang berkaitan dengan Polemik pemikiran antara kelompok Agama yang diwakili oleh al Gazali dan Rasionalis yang pelopori oleh Ibnu Rusyd. Sejak semula perbedaan pemikiran antara kelompok Agama dan Rasionalis tersebut menimbulkan sebuah pertanyaan dalam perjalanan sejarah umat Islam – seberapa jauh polemik keilmuan tersebut berpengaruh terhadap kemunduran tradisi berfikir umat Islam ?. lebih dalam lagi seberapa jauh al Gazali berperan menghentikan laju tradisi berfikir dikalangan Suni ?.Beberapa pakar keislaman beranggapan bahwa al Gazali dapat dipersalahkan menyangkut surutnya tradisi keilmuan dikalangan umat Islam terutama di dunia Timur (Bagdad) menyusul reaksi kritisnya terhadap pemikiran-pemikiran filosofis yang berkembang pada saat itu. Reaksi kritis al Gazali tersebut telah membawa kelompok Rasionalis menjadi bahan gunjingan in-telektual bahkan sering mereka dianggap sebagai sebab terjadinya kekafiran umat Islam. Sedang-kan kelompok agama mempunyai modal baru untuk menyerang kelompok rasionalis – sudah barang tentu keadaan tersebut menempatkan kelompok rasionalis pada posisi yang dilematis.Namun dalam sebuah seminar tentang Polemik keilmuan al Gazali dan Ibnu Rusyd dan pengaruhnya terhadap kemunduran berfikir dikalangan Sunni, berkembang satu kesimpulan bahwa al Gazali tidak dapat dipersalahkan dalam kasus kemandegan berfikir kaum Sunni ter-sebut. Dr. Harun Nasution, salah satu pakar Rasionalis (Mu’tazilah) Indonesia yang menjadi Nara Sumber pada seminar tersebut menyatakan bahwa al Gazali tidak dapar dipersalahkan menyusul mandegnya tradisi berfikir rasionalis dikalangan kaum Sunni dan berpindahnya filosof Timur (Bagdad) ke Barat (Spanyol), terutama setelah kehancuran Bagdad pada abad XIII, karena setelah peristiwa tersebut – tradisi berfikir filosofis masih dapat dijumpai pada beberapa tempat pengembangan kebudayaan Islam.Dr. Ahmad Syafi’i Maarif, salah satu murid tokoh neo modernis Fazlur Rahman, dengan gayanya yang khas – keras dan bombastis, lewat makalahnya yang berjudul “Al Gazali – figur Anti Intelektualisme” menyatakan bahwa al Gazali tidak dapat dipersalahkan dalam hal terjadinya kemunduran Tradisi Filsafat dikalangan Sunni. Kesimpulan yang menyatakan bahwa al Gazali berperan terhadapnya mandegnya tradisi tersebut adalah “Pemikiran yang kurang Cerdas” karena kemunduran Islam adalah peristiwa sosiologis dan umum umat Islam, sehingga tidak bijaksana menempatkan seorang sebagai kontributor utama dalam kasus tersebut.Tidak jauh berbeda dengan pemikiran-pemikiran di atas, Dr. Nurcholis Madjid lewat makalahnya yang berjudul “Ilmu Kalam dan Filsafat” menyatakan bahwa al Gazali, sebagaimana juga Asy’ari pada masa sebelumnya – yang berusaha untuk menjaga keseimbangan pemikiran

Page 38: Pengertian Pembaharuan Islam

Theologis dan Filsafat, terutama antara kelompok Sunni dan Mu’tazilah, sedankan al Gazali mencoba membuat kesimbangan pemikiran antara Kelompok Agama dan Filsafat. Al Gazali menginginkan sebuah performa pemikiran antara “Ia barangkali tidak bermaksud melengserkan atau menghambat laju Filsafat, namun kritik-kritik yang tajam mengenai beberapa persoalan Filsafat, sedikit banyak mempunyai akibat mandegnya dominasi kaum rasionalis, menyusul kekalahan telak kaum agama dalam percaturan pemikiran umat Islam pada waktu. Pemikiran serupa juga dia tulis dalam pengantar buku “Khazanah Intelektual Islam”, yang didalamnya memuat bagian terkecil tulisan tentang pemikiran al Gazali yang bernama “Penjelasan yang Menentukan”.Jika al Gazali ingin memberangus tradisi berfikir umat Islam, maka yang harus dilakukan oleh al Gazali adalah menyerang cara berfikir Filosofis (Rasional) dan bukan menyerang produk-produk pemikiran filosofis yang menjadi wacana pemikiran pada saat itu. Ibarat membunuh ular, maka yang harus dilakukan adalah memukul kepalanya dan bukan menggebuk ekor ular tersebut dan membiarkan kepala bergerak kesana kemari. Al Gazali sendiri menggunakan metodologiFilsafat dan pemikiran Rasionalis dalam melakukan kritiknya terhadap pemikiran filsafat. Di akui atau tidak, Ia juga adalah seorang Filosof. Keadaan tersebut melahirkan penilaian negatif terhadap status berfikirnya al Gazali – ia kerap kali dituduh sebagai pemikir bermuka dua (standar ganda). Di satu ia menyorot tajam pemikiran Filsafat dengan menggunakan standar Agama, tetapi di pihak lain ia juga menggunakan metode-metode yang selama ini dipahami sebagai produk Filsafat. Namun kedalaman ilmu dan kepandaian logikanya, ia mampu memberikan penjelasan-penjelasan dan sanggahan-sanggahan yang sangat menga-gumkan umat Islam, dan hal tersebut mengantar al Gazali sebagai satu-satunya pembela pemikir keagamaan yang masyhur. Ia kerap kali di sebut “Zainuddin atau Hujjatul Islam”.Di balik peristiwa-peristiwa tersebut, menurut Cak Nur ada bahaya yang tersisa dalam keberhasilan dan kemampuan al Gazali melakukan kritik terhadap Filsafat dan penyelesaian thd beberapa permasalahan agama pada saat itu – al Gazali nampaknya membuat rumah baru, dengan sekat yang baru bagi Umat Islam. Dalam rumah tersebut seakan tidak lagi ditemu-kan kesalahan dan kekurangan, yang pada gilirannya menjadikan umat Islam berhenti berfikir.Memang di masa-masa akhir kehidupannya, al Gazali mengalami “Sindrom Keragu-raguan”, atau boleh dikatakan mengalami “kebingungan intelektual” (meragukan pendapat dan produk pemikirannya sendiri), karena di dalam diri al Gazali terhimpun berbagai ilmu pengetahuan Mutakhir. Ilmu Kalam, Kebatinan, Filsafat dan ilmu Tasawuf. Al Gazali menulis beberapa buku Filsafat, misalnya Miyarul Ilmi, Maqasidul Filsafat, Thahafutul Falasifah dan al Munqidz min al Dzalal – buku terakhir merupakan catatan filosofis al Gazali ketika ia memperoleh kembali pencerahan. Dan ratusan buku lainnya dalam bidang Ilmu Kalam, Tasawuf (Akhlak), Fiqh dan ilmu-ilmu lainnya.Buku karya tulis al Gazali yang menjadi pemicu lahirnya polemik teersebut adalah “Thaha-futul Falasifah” (Destructione Philoshoporum), memuat 20 masalah yang dianggap al Gazali sebagai kekeliruhan filsafat. Buku Thahafutul Falasifah terbukti mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap wacana dan gairah berfikir umat Islam. Dan sebagai bandingan kritik-kritik tersebut, Ibnu Rusyd menulis buku “Thahafutut Thahafut” (Destructiones destructione).

Page 39: Pengertian Pembaharuan Islam

Al Gazali mengkritik pemikiran filsafat yang berkembang pada waktu itu, dan menurut ada 20 permasalahan Filsafat yang dianggapnya salah atau bahkan menyesatkan. 20 (Dua Puluh) per-masalahan filsafat ditulis al Gazali secara sistematis – mulai masalah pertama sampai dengan masalah ke dua puluh. Dalam kesimpulannya, al Gazali membagi ke 20 masalah tersebut menjadi dua kategori, yaitu :1. 17 (tujuh belas) masalah Filsafat dianggapnya sebagai kesia-siaan berfikir (bid’ah).2. 3 (tiga) masalah Filsafat dianggapnya sebagai pemikiran yang dapat memasukkan orang pada sebutan “Zindik/Kafir”. Ketiga permasalahan filsafat tersebut adalah :a. Adanya anggapan/pemikiran alam bersifat abadi (Keabadian alam) – masalah III.b. Penolakan terhadap kebangkitan jasmani manusia pada hari akhir – masalah XIII.c. Bahwa Tuhan tidak mengetahui hal-hal yang bersifat Juz’iyah/partikular (bagian-bagian kecil) – masalah XX.

Bersamaan dengan sebab sosiologis yang lain, umat Islam mengalami kemunduran terutama dalam hal tradisi berfikir liberal sebagaimana yang telah berkembang sebelumnya. Bisa jadi malah berbalik arah, Filsafat tidak lagi menjadi wacana keilmuan sebagaimana sebelumnya. Melihat kenyataan tersebut, di Barat lahirlah seorang pemikir Islam terbesar pasca al Gazali – Ibnu Rusyd (Averroc). Untuk membangkitkan kembali tradisi berfikir rasional, ia menulis koreksi terhadap buku al Gazali – bernama “Thahafutut Thahafut”. Buku tersebut menjelaskan beberapa masalah yang selama ini menjadi sorotan tajam al Gazali, walaupun demikian, sebagai seorang Aristotelian, Ibnu Rusyd justru lebih banyak mengkritik beberapa pemikiran Filsafat yang kurang benar.Ibnu Rusyd mengawali tulisan buku Thahafutut Thahafut dengan mengedepankan nilai-nilai dogmatis agama terhadap “Penggunaan Rasio/Akal” untuk memperoleh kebenaran dan me-ngembangkan Ilmu. Dalam artian ia memulai kajian dengan meletakkan persoalan mendasar ttg “Sikap dan pandangan Syari’ah terhadap akal/berfikir itu sendiri”. Dengan rujukan-rujukan tekstual (Ia juga seorang ahli Fiqih yang hebat – salah satu karya fiqih tersistematis pasca Imam Mazhab adalah buku “Bidayatul Mujtahid”), Ibnu Rusyd sampai pada satu kesimpulan :1. Bahwa berfikir tidaklah bertentangan dengan Syari’ah bahkan di anjurkan.2. Bahwa kebenaran Syara’ beriringan dengan kebenaran “berfikir”.

Menurut pemikiran saya, bahwa Ibnu Rusyd hanya ingin meletakkan konsep dasar Islam mengenai pentingnya penggunaan akal dalam kehidupan manusia, dan secara detail ingin menginginkan keseimbangan performa pemikiran baru umat Islam. Namun keadaan sosiologis umat Islam tidak lagi mampu menangkap makna dasar ajaran Islam tersebut – kesimpulan-kesimpulan intelektual Ibnu Rusyd tersebut tidak cukup kemampuan untuk membangun kembali tradisi berfikir rasional dikalangan kaum Sunni. Bahkan tanggapan emosional di alami oleh Ibnu Rusyd di Eropah – raja Islam Spanyol yang berkedudukan di Sevilla menangkap Ibnu Rusyd dan membakar habis seluruh karya tulis Ibnu Rusyd, kecuali karya tulis yang memuat ilmu-ilmu agama dan Kedokteran.

Page 40: Pengertian Pembaharuan Islam

MENGATASI KEMUNDURAN ISLAMBanyak sudah alternatif yang ditawarkan oleh para pemikir Islam untuk membangun kembali kewibawaan umat Islam dipentas kebudayaan dunia. Pemikir-pemikir Islam mencoba untuk menghentikan kebiasaan buruk dan menghidupkan kembali tradisi zaman Nabi dengan menempatkan Al Qur’an dan Hadits sebagai pedoman Hidup. Diantara mereka yang memulai membangkitkan kembali umat Islam adalah :1. Ibnu Taimiyah – ia adalah salah satu murid Imam Abu Hanifah yang memiliki wawasan rasional. Untuk membangun kembali umat Islam, Ibnu Taimiyah menyampaikan perlu adanya gerakan “Muhyi Atsaris Salaf”/menghidupkan kembali tradisi orang terdahulu).2. Muhammad Bin Abdul Wahab – ia berpendapat bahwa untuk membangun umat Islam harus dilakukan proses pemurnian tauhid dengan menekankan gerakan “Muwahhiddin” yaitu gerakan kembali kepada Keesaan Allah. Tetapi orang-orang yang tidak suka dengan gerakan “Muwahiddin” menyebut gerakan tersebut dengan “Gerakan Wahabi” sebagai salah satu bentuk pelecehan terhadap Muhammad bin Abdul Wahab. Semboyan yang sering dikembangkan adalah Umat Islam harus kembali menjadikan Al Qur’an dan Al Hadits sebagai pedoman hidup.3. Moh. Iqbal dengan usulan merekonstruksi ulang pemikiran umat Islam dengan pemikiran yang realis, konstruktif, dan aktualis agar umat Islam memperoleh kemajuan kembali.4. Jamaluddin al Afghani yaitu dengan membangun kembali semangat Solidaritas umat baik secara politik, ekonomi maupun sosial budaya.5. Moh. Abduh dengan usulan melakukan adaptasi kebudayaan dan ilmu-ilmu asing dengan meletakkan nilai Islam sebagai dasar pengembangannya melalui proses pendidikan yang baik.

DAFTAR RUJUKAN1. Dr. Muhammad Heykal : Sejarah Islam2. Philip K. Hitti : Sejarah Arab3. Dr. Harun Nasution : Islam di tinjau dari berbagai aspeknya.4. Drs. Imam Munawir : Pembaharuan Islam dari Masa ke Masa.5. Dr. Fazlur Rahman : Islam6. Dr. Harun Nasution : Islam ditinjau dari berbagai aspeknya7. Busthami Muhammad Said : Gerakan Pembaharuan Agama antara modernismeDan pembaharuan Agama (Tajdiduddin).8. John L Esposito : Ancaman Islam; mitos dan realitas9. Philip K. Hitti : Dunia Arab (The sorth Story of Islam)10. Muhammad Qutb : Perlukah menulis ulang sejarah Islam.11. Ahmad Amin : Kultur Islam

Pembaharuan Islam di Indonesia

Diposkan oleh ZABAZ di 20.14 SITUASI SOSIAL KEAGAMAAN DANPROSES PEMBAHARUAN ISLAM

Page 41: Pengertian Pembaharuan Islam

DI INDONESIA

OLEH : DRS. IHSAN

Membicarakan Islam di Indonesia membutuhkan kecermatan tersendiri, kecermatan peng-amatan terhadap unsur kebudayaan yang menjadi pendukung dan perluasan Islam terutama di tanah Jawa pada masa Wali Songo. Kecermatan kecenderungan pengamalan agama, yang secara tegas tidak dapat dipisahkan dari unsur asal keagamaan masyarakat Indonesia sebelumnya yaitu Hindu dan Budha. Kecenderungan terjadinya percampuran tersebut nampak sekali pada masyara-kat Jawa Tengah, dengan meletakkan unsur kebatinan dan Kejawen dalam struktur keagamaan Islam, walaupun dalam kenyataannya menimbulkan permasalahan keimanan tersendiri bagi umat Islam.Unsur Kejawen dan kebatinan menjadi permasalahan pokok bagi umat Islam yang meng-inginkan terbebasnya ajaran Islam dari unsur negatif kebatinan, yang cenderung menjadikan system keimanan Islam menjadi sebuah praktek Takhayyul, Bid’ah dan Khurafat, dan konsep ini bagi para pembaharu Islam menjadi pokok permasalahan yang harus segera diselesaikan untuk menja-ga dinamika dan Ruh Islam.Terlepas dari gambaran permasalahan-permasalahan tersebut, sebelum lebih jauh mengkaji situasi sosial keagamaan dan proses pembaharuan Islam Indonesia, nampaknya kita perlu me-lihat perkembangan Islam Indonesia jauh kebelakang, dalam artian melihat Islam dalam tataran dan wacana awal dari sejarah masuk dan perkembangannnya di bumi Indonesia.Dalam dimensi kesejarahan, masuknya Islam ke Indonesia menimbulkan berbagai pendapat yang sampai saat ini masih saja menjadi bahan kajian dan pemikiran bagi pakar kesejarahan Islam Indonesia. Permasalahan yang muncul dan kerap menjadi polemik berkaitan dengan masuknya Islam ke Indonesia terutama yang berkaitan dengan kapan ia masuk, dimana daerah yang pertama kali menerima Islam, dan dengan cara atau lewat apa (pembawa) Islam tersebut masuk ke Indonesia.

Di samping permasalahan tersebut, Islam Indonesia mempunyai problem-problem klasik, yang juga dialami oleh sekian banyak wilayah dan daerah Islam yang lain, yaitu problem pe-ngamalan agama yang banyak kemasukan unsur lokal, proses pembersihan dari unsur lokal, yang tidak kalah pentingnya adalah kotroversi proses pembaharuan pada abad ke 19 dan modernisasi Islam pada pertengahan abad XX.

SEPUTAR MASUKNYA ISLAM DI INDONESIAPolarisasi pemikiran dan pendapat tentang masuknya Islam di Indonesia telah terbentuk sejak para pakar sejarah Islam Indonesia melihat arti pentingnya Islam di Indonesia secara politik dan subtantif (nilai ajaran kegamaan). Kepentingan berdasarkan kepentingan politik akan menem-patkan pendapat dan pemikiran yang didukung, akan lebih tinggi nilai dan kontribusinya di-bandingkan dengan yang tidak mereka dukung, misalnya jika mereka bependapat bahwa Islam datang ke Indonesia dibawa oleh pedagang Guzarat, maka akan sedikit banyak memberangus peran politik dan ekonomi bangsa Arab. Demikian juga yang berkait dengan kepentingan subtantif ajaran ke-agamaan, maka yang nampak bahwa Islam tidak datang dari negara asal me-

Page 42: Pengertian Pembaharuan Islam

lainkan telah terjadi proses adaptasi yang lama dalam sikap dan prilaku pedagang Guzarat, demikian juga seterusnya. Dampak dari polarisasi pendapat dan pemikiran tersebut telah banyak ditulis di berbagai buku sejarah, dan sebagian dari kita ada mengikuti pendapat yang justru lebih menguntungkan kaum orientalis, dan untuk itulah maka dilakukan pengkajian ulang dalam bentuk “Seminar masuknya Islam ke Indonesia”, yang diadakan pada tahun 1958 dan 1963.Secara umum pelemik pendapat tentang siapa atau dengan cara apa Islam masuk, terpolarisasi pada pendapat atau teori Gujarat, Makkah dan Parsi. Sedangkan polemik tentang kapan Islam masuk ke Indonesia terbagi menjadi 3 (tiga) pendapat, yaitu masuk pada abad VII, abad X dan abad XIII.

A. Teori Guzarat (India)Teori Guzarat besar kemungkinannya dikembangkan oleh Snouck Hurgronje, sebagai upaya Snouck untuk mengelimir peran serta bangsa Arab dalam proses masuknya Agama Islam di Indonesia, apalagi ketika teori ini dikembangkan Snouck (Belanda) sedang menga-lami per-golakan militer rakyat Aceh. Secara umum teori Guzarat mengatakan bahwa asal dan pembawa agama Islam ke Indonesia adalah orang Guzarat India, yang sejak semula sudah mempunyai hubungan historis dengan Indonesia. Pandangan ini sangat jelas menafikan peranan Bangsa Arab dalam penyebaran Islam di Indonesia, termasuk kemungkinan terjadi-nya percampuran ajaran agama Islam dengan agama Hindu, Budha dan Animisme.Kebanyakan orang yang menganut teori Guzarat adalah sarjana Barat (orientalis) yang menginginkan target negatif tersendiri bagi umat Islam Indonesia. Tokoh-tokoh tersebut adalah :Snouck HurgronjeIslam berasal dan dibawa oleh para pedagang Guzarat India yang datang ke Indonesia. Snouck beralasan, bahwa :a. Kurangnya fakta/data yang menyatakan peran bangsa Arab dalam penyebaran agama Islam ke Indonesia.b. Hubungan antara Indonesia dan Guzarat India telah terjalin sejak lama, dan itu terjadi sejak abad I M.c. Terdapat inkripsi tertua yang ditemukan di Sumatra, yang jelas menyatakan adanya hubungan antara Sumatra dan Guzarat.

W.F. Stutterheim, menyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia melalui pedagang Guzarat. Ia mengatakan bahwa sejak dahulu telah terdapat jalan atau mata rantai per-dagangan antara Indonesia dengan Cambay (Guzarat), Timur Tengah dan Eropah. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa Nisan Sultan Malikus Sholeh (raja pertama kerajaan Islam Samudra Pasai) mempunyai motif atau berelief Hinduisme, yang dengan mudah dapat di-temui pada setiap Nisan di Guzarat India.

Bernard HM. Vlekke berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia dibawa pedagang Guzarat dengan fakta-fakta sebagai berikut :a. Adanya kesamaan bentuk dan relief Nisan di Sumatra dengan Nisan di Guzarat India.b. Adanya pengamalan keagamaan terutama mistik yang mempunyai corak yang sama dengan mistik di Guzarat India.

Schricke (Indonesian sociological studies) juga menyatakan hal yang sama, dengan alasan-alasan sebagai berikut :

Page 43: Pengertian Pembaharuan Islam

a. Guzarat sejak semula telah berkembang menjadi pusat perdagangan.b. Sebagai pusat perdagangan, Guzarat mempunyai hubungan yang erat dengan Malaka (Daerah baru yang berkembang menjadi pusat perdagangan di Asia Tenggara, dengan memanfaatkan selat Malaka sebagai jalur dan pelabuhan perdagangan).

Clifford Geertz (The Relegion of Java), yang menyatakan bahwa ajaran agama Islam di Indonesia dipengaruhi oleh Hindu, Budha dan Animisme; yang sebelumnya telah lebih dulu berkembang di Indonesia. Dengan bukti-bukti tersebut, maka berart tidak ada hu-bungan (putus hubungan) antara Indonesia dengan bangsa Arab sebagai sumber ajaran Islam.

Dari berbagai pendapat tersebut, nampak sekali kelemahan-kelemahan yang sama sekali tidak diperhatikan, karena ia hanya menitik beratkan kepada adanya hubungan dagang dan meninggalkan fakta lain yang berkaitan dengan aliran pengamalan agama dan tata bahasa yang biasa dipakai oleh masyarakat Indonesia.

B. Teori MakkahTeori Makkah kali pertama dikemukakan oleh Prof. HAMKA dalam sebuah ceramah ke-agamaan tentang masuknya Islam di Indonesia, dalam rangka Dien Natalis PTAIN di Yogyakarta pada tahun 1958, dan kemudian ditindaklanjuti pada acara “seminar tentang masuknya Islam di Indonesia” di Medan pada tanggal 17-20 Maret 1963.Teori Makkah menyatakan bahwa agama Islam masuk ke Indonesia dibawa oleh dan me-lalui bangsa (pedagang) Arab, yang datang langsung ke Indonesia, dan Guzarat hanya sebagai tempat persinggahan sementara dari para pedagang tersebut. Bahkan dalam catatan sejarah Farrehand para penyebar Islam tersebut datang langsung dari Arab pada masa pemerintahan Muawiyah bin Abu Sufyan.Untuk memperkuat tesis tentang hubungan yang dekat antara Indonesia dan bangsa Arab tersebut terutama dalam proses Islamisasi Indonesia, Prof. HAMKA mengemukakan alasan-alasan sebagai berikut :Bahwa orang Makkah (bangsa Arab) merupakan sumber pertama yang membawa agama Islam ke Indonesia, sedangkan Guzarat adalah tempat persinggahan sementara.Terdapat kesesuaian ajaran yang dianut oleh umat Islam Indonesia dengan umat Islam Makkah atau Mesir (Sumber agama Islam) yaitu Mazhab Syafi’i.Guzarat sebagai pusat bisnis yang menyebabkan terjadinya hubungan dengan Indonesia, pada masa sebelumnya telah dilakukan oleh bangsa Arab pada tahun 500 SM. Hal ter-sebut dibuktikan dengan :a. Terdapat perkampungan bangsa Arab di pantai Barat Sumatra, yang pada tahun-tahun berikutnya telah berubah menjadi perkampungan Islam (TW. Arnold 1896, JC. Van Leur 1955 dan Hamka 1958).b. Terdapat peta bumi yang dimiliki oleh bangsa Arab, yang didalamnya terdapat juga peta Sumatra Indonesia.Raja Ta Cheh yang diasumsikan sebagai raja dari keturunan bangsa Arab pernah ber-kunjung ke Jawa pada masa pemerintahan Ratu Sima, dan itu terjada pada masa peme-rintahan Kholifah Muawiyah bin Abu Sufyan.

Dengan demikian, keberadaan Guzarat sebagai pusat perdagangan sebagaimana yang dikemukakan oleh para orientalis, dimentahkan oleh teori Makkah yang menemukan bukti

Page 44: Pengertian Pembaharuan Islam

adanya hubungan kenegaraan dan perdagangan antara bangsa Arab dengan Indonesia, jauh sebelum Guzarat tampil kedepan. Dan realitas tersebut memperkuat kesimpulan tentang pe-ranan bangsa Arab dalam islamisasi Indonesia.

C. Teori ParsiTeori Parsi kali pertama disampaikan oleh P.A. Husain Djojoningrat, yang menyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia melalui orang-orang Parsi. Husain memulai pendapatnya dengan mengemukakan berbagai hubungan kebudayaan antara Indonesia dengan Parsi. Hu-bungan kebudayan tersebut dapat kita lihat dalam bentuk-bentuk sebagai berikut :1. Peringatan 10 Muharram (Syuroan) sebagai peringatan kesyahidan Husain. Bentuk peri-ngatan tersebut, misalnya pembuatan Bubur Syuro, Bulan Husain di Minangkabau dan Bulan Tabut di Sumatra Barat).2. Adanya kesesuaian pengamalan sufi Syekh Siti Jenar dengan al Hallaj, meninggal tahun 922 M, yang masih berkembang lewat puisi dan masih terus dipelajari.3. Adanya pemakaian tanda baca dalam pembacaan al Qur’an yang berasal dari Parsi, mi-salnya Zabar (Fathah), Ze-‘er (Kasroh) dan P-yes (Dhammah).4. Guzarat merupakan tempat persinggahan orang-orang Parsi atau ajaran Syiah.5. Adanya Mazhab Syafi’i yang menjadi aliran keagamaan Indonesia, berasal dari Malabar yang dibawa oleh orang India dan bukan dari Makkah atau Mesir.

Permasalahan lain yang berkembang berkaitan dengan masuknya Islam ke Indoensia adalah Kapan dan dimana Islam tersebut masuk ke Indonesia. Mengenai kapan Islam masuk ke Indo-nesia terjadi perbedaan pendapat antara abad VII, XIII dan abad XVI.Pada seminar masuknya Islam ke Indonesia di Medan tahun 1963, yang dihadliri oleh banyak pakar keislaman, terpolarisasi menjadi tiga kelompok pendapat. Sebagian besar dari mereka menyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad VII M, sebagaimana yang dikemukakan oleh JC. Van Leur dan TW. Arnold, termasuk pakar sejarah Islam Indonesia, HAMKA. Untuk lebih jelasnya berikut ini pendapat-pendapat mereka :1. J.C. Van Leur (Indonesia : Trade and Societiy) :Pada tahun 674 terdapat perkampungan bangsa Arab di bagian Barat Sumatra.Pada Abad IV, di Kanton telah terdapat perkampungan bangsa Arab dan pada tahun 618-626 dan seterusnya mereka telah berubah menjadi perkampungan Islam Arab, dan kemu-dian terus menyebar disepanjang jalur perdagangan di Asia Tenggara.Pada abad XIII merupakan masa perkembangan Islam dan kemudian pada abad XVI, Islam berkembang menjadi kekuatan politik yang hebat bersamaan dengan menurunnya kerajaan Brahmana (1526) dan Vijayanagar (1556) dan meningkatnya peran Malaka sebagai pusat perdagangan Barat.Pada abad XIII-XVI, banyak Bupati dan petinggi negara di Jawa masuk agama Islam dalam rangka mempertahankan status Quo (untuk memperoleh legitimasi keagamaan dari rakyat Jawa yang telah menganut agama Islam) dan untuk memobilisasi rakyat dalam menghadapi Portugis dan Belanda.

2. HAMKA, dengan alasan-alasan sebagai berikut :Bahwa pada abad XIII telah terbentuk kerajaan Islam di Indonesia, maka menurut logika telah terbentuk satu komunitas masyarakat Islam sebagai pendukung kerajaan tersebut, dan ini tidak mungkin kalau Islam baru masuk pada abad XIII M.

Page 45: Pengertian Pembaharuan Islam

Bahwa terdapat catatan dari Ferran sebagaimana yang diungkapkan oleh Prof. Dr. Schricke. Ia menyatakan bahwa ada Ekspedisi armada Kapal Parsi sebanyak 35 Kapal yang dipimpin oleh Saad Bin Abi Waqash yang berangkat dari Sailan menunju Sriwijaya.

Sedangkan yang lain menyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia masuk pada abad XIII se-bagaimana pendapat yang dikemukakan oleh W.F Stutterheim dan Bernard H.M. Vlekke. Para orientalis tersebut menyatakan bahwa :1. Telah ditemukan kuburan al Malik al Sholeh sebagai raja pertama Islam di Samudra Pasai, wafat pada tahun 1297. (W.F. Stutterheim).2. Catatan perjalanan Marco Polo yang datang ke Indonesia pada tahun 1292, yang menyatakan bahwa penduduk Wilayah Perlak telah memeluk agama Islam, dan Wilayah merupakan satu-satunya Wilayah Islam di Indonesia (Bernard H.M. Vlekke).

SITUASI SOSIAL KEAGAMAAN PADA ABAD XVIIISebagiamana telah kita ketahui bersama, lewat catatan sejarah bangsa Indonesia, terutama ca-tatan khusus perjalanan umat Islam Indonesia secara politik dan ekonomis. Kita menemukan banyak karya kebudayaan dan keilmuan yang dapat dianggap sebagai salah satu kebanggaan umat Islam tempa dulu.Di Sumatra, secara politis kita menemukan peninggalan sejarah yang sempat mengharumkan nama Islam sebelum diakhiri oleh kehadliran Portugis dan Belanda, terutama dalam bidang pe-ngembangan perdagangan melalui selat Malaka. Samudra Pasai adalah kerajaan Islam pertama di Indonesia yang memberikan tanda bahwa Islam telah Eksis di Indonesia sejak abad XII, dan ke-beradaan Islam di Sumatra tersebut erat hubungannya dengan keberadaan Islam di Jawa, terutama pada masa Wali Songo sebagai motor pergerakan Islam di Jawa.Raden Paku yang kemudian menjadi salah satu anggota Sunan Songo (Wali Songo) merupakan keturunan dari pemuka Islam di Sumatra, dan dengan demikian secara historis terdapat hubungan yang sangat erat antara penyebar Islam di Sumatra dengan penyebar Islam di Jawa.Islam di Jawa berkembang dengan pesat setelah Raden Rahmat sebagai Tokoh sentral penyebar Islam di Jawa berhasil melakukan pendidikan anak bangsa dan menjalin hubungan yang harmonis dengan penguasa Majapahit, karena ia sendiri merupakan keluarga kerajaan Majapahit (mem-peristri salah satu putri Majapahit). Keberhasilan Sunan Ampel (Raden Rahmat) menjadi motor penyebar Islam Jawa karena di dukung oleh tiga hal, yaitu :1. Adanya pusat pendidikan umat yaitu Pesantren Ampel Denta di Ampel Surabaya2. Adanya kolaborasi antara pendidikan Ampel Denta dengan pejabat Kerajaan Majapahit (salah putra Majapahit yang menjadi murid Raden Rahmat adalah Raden Patah – raja pertama dari kerajaan Islam Demak).3. Adanya praktek teori rembesan, dimana setiap murid Ampel Denta berkewajiban menye-barkan Islam atau membuka daerah baru untuk pengembangan masyarakat Islam, misalnya Raden Qosim (Sunan Drajat) dan Raden Paku (Sunan Giri Gresik).

Setelah Islam berkembang dengan pesatnya keseluruh penjuru tanah air, mengusai daerah-daerah yang selama ini menjadi basis pengembangan agama Hindu dan Budha (Representasi pe-nganut Hindu adalah kerajaan Majapahit; yang masyarakatnya pindah ke Tengger dan menye-berang ke pulau Bali, sedangkan penganut Budha lebih banyak berkosentrasi di pedalaman Jawa Barat). Islam berkembang menjadi sebuah negara yang sangat disegani mulai pada abad XV, dengan

Page 46: Pengertian Pembaharuan Islam

Demak sebagai simbul kemegahannya. Sedangkan di Sumatra Islam telah mengalami per-kembangan yang kurang menguntungkan akibat masuknya bangsa Eropa (Portugis dan kemudian Belanda) di Indonesia.Perkembangan Islam yang demikian menggembirakan tersebut, diiringi dengan tumbuhnya berbagai permasalahan baru, yang dirasakan oleh pemeluk Islam dalam kerangka pengamalan ke-agamaannya. Permasalahan pertama yang muncul, justru berasal dari para penyebar Islam (Wali Songo) tentang pengamalan tarekat dan praktek sufis versi Al Hallaj yang dilakukan oleh Syekh Siti Jenar atau Syekh Lemah Abang; yang menganggap dirinya telah mencapai derajat bersatu dengan Allah dalam satu wujud. Peristiwa sufis tersebut dinamakan dengan “Wihdatul Wujud”, yang berakhir dengan dihukumnya Syekh Siti Jenar oleh para Wali Songo, seperti halnya “al Hallaj” yang dihukum mati oleh para penganut Tasawuf di Bagdad Irak sebelumnya.Yang kedua; Terjadinya polarisasi dan pengelompokan pendapat Wali tentang boleh atau tidaknya menggunakan kebudayaan lokal, dalam hal ini kebudayaan Hindu dan Budha yang telah berkembang sebelumnya. Sunan Kalijogo, Sunan Bonang dan Sunan Muria menghendaki adanya penggunaan kebudayaan lokal dalam rangka penyebaran misi Islam, hal tersebut mengingat bahwa kebudayaan lokal telah mengakar dalam kehidupan masyarakat, sehingga dengan peng-gunaan kebudayaan lokal akan memudahkan masyarakat memahami ajaran Islam karena meng-gunakan format-format budaya yang sangat dipahami oleh masyarakat. Bukti dari penggunaan kebudayaan lokal dengan format keislaman adalah lahirnya Seni Wayang Kalimasada (Sunan Kalijogo), Gending Bonang (Sunan Bonang) dan tembang Jawa Keislaman misalnya “Ilir-ilir, Maskumambang dan Kinanti.Kelompok Wali Songo yang lain, menolak penggunaan format kebudayaan lokal, karena menurut mereka penggunaan kebudayaan lokal akan sangat potensial menyebabkan tercampurnya ajaran Islam dengan adat istiadat dan nilai lokal (Hindu-Budha) yang sebelumnya telah berkem-bang di Indonesia. Sehingga Islam akan menjadi sebuah ajaran agama yang bersifat sinkritisme (agama campuran).Entah karena kekeliruhan persepsi para Wali Songo pengguna kebudayaan lokal sebagai ins-trument penyebaran Islam atau karena yang faktor eksternal, yang jelas bahwa perkembangan Islam pada tahapan berikutnya menjadi sangat adaptif dan rentang terhadap masuknya ajaran lokal, sehingga yang nampak mengemuka adalah Islam yang berwajah “Kejawen” yaitu Islam yang dibalut oleh Sesaji dan praktek animisme lainnya. Apalagi setelah Islam masuk ke wilayah pedalaman Jawa, yang sebelumnya dikenal sebagai Basis Hindu dan Budha, seperti Pajang (Joko Tingkir) dan Kesultanan Islam Mataram II (Yogyakarta).

Pada rentang abad XIII-XVI, perkembangan Islam sebagai agama baru setelah agama Hindu, Budha dan Animisme mencapai puncaknya, ditandai dengan banyak daerah, wilayah dan pe-nguasa yang beragama Islam. Namun demikian memasuki dekade akhir masa Wali Songo, Indonesia telah kedatangan Bangsa Barat (Portugis dan Belanda) yang sedikit banyak menggangu ketentraman kehidupan beragama yang telah mapan. Hal tersebut disebabkan bahwa kehadliran mereka diikuti pula oleh Missionoris /Zending Kristen, di samping karena faktor perdagangan dan penguasaan wilayah yang kaya dengan rempah-rempah.Pertarungan dua kepentingan tersebut, nampaknya bangsa Barat semakin lama mampu me-nguasai dan bahkan mendominasi pusat kegiatan Islam dan kemudian mendikte segala bentuk kegiatan, tata nilia dan political will (keinginan politik) suatu negara. Dalam waktu yang hampir bersamaan, kekuatan politik Islam yang diwakili oleh kerajaan Demak (Pajang-Mataram), Banten dan Cirebon berlahan-lahan mengalami kemunduran akibat tekanan bangsa Barat dan

Page 47: Pengertian Pembaharuan Islam

terjadinya suksesi kepemimpinan yang selalu berakhir dengan kekalutan politik (Choas).Melihat realitas politik seperti itu, maka mulai timbul polarisasi politik dan pengamalan ke-agamaan dalam masyarakat Islam Indonesia. Secara politik timbul satu yang menentang ke-hadliran bangsa Barat dan menganggapnya sebagai musuh dan kemudian mengobarkan perla-wanan kerakyatan; Kedua kelompok lain yang menjadikan bangsa Barat tersebut sebagai ken-daraan politik untuk memperoleh dan mempertahankan kekuasaan, sebagaimana yang dilakukan oleh Kaum adat di Minangkabau dan Pangeran Puger dalam kasus perlawanan rakyat Jawa yang dipimpin Pangeran Diponegoro.Polarisasi perlawanan keagamaan adalah dalam bentuk perlawanan Pasif dan perlawanan Aktif, yang oleh Arnold Toynbee dinamakan dengan perlawanan Zelotisme dan Herodianisme. Ze-lotisme adalah system perlawanan yang dilakukan rakyat dengan jalan menghindarkan diri atau mengisolasi diri dari bangsa Barat. Mereka menggunakan daerah pedalaman atau bukit yang sepi sebagai perkampungan baru dan basis kekuatan perlawanan yang baru sebagaimana yang dilaku-kan oleh para Kyai dengan Pondok Pesantren dan Santrinya. Sedangkan perlawanan Hero-dianisme adalah sebuah perlawanan terbuka dengan jalan menerima kehadliran mereka dalam rangka mempelajari kekuatan dan kelebihannya agar dapat dipakai sebagai instrument meng-hancurkan mereka.Dr. Koentowijoyo beranggapan; jika rakyat Banten dibawah Sultan Agung dapat meme-nangkan pertempuran dengan Belanda (Banten kalah karena tempat persediaan makanan/logistik diketahui Belanda dan kemudian dihancurkan), maka kehadliran bangsa Barat dapat dicegah se-dini mungkin, sehingga Islam dapat berkembang lebih dominan di Indonesia. Kekalahan Banten dan juga kerajaan-kerajaan Islam lain, membuat umat Islam memposisikan diri sebagai oposisi (penentang) bangsa Barat. Perubahan posisi umat Islam tersebut lebih disebabkan karena faktor Politik dan Sentimen keagamaan (bangsa Barat identik dengan agama Kristen).Kemunduran Islam dalam wacana peran perpolitikan di Indonesia menyebabkan terjadinya proses degenerasi atau adanya generasi yang hilang, dilihat dari segi peran politik, ekonomi dan kemampuan keagamaannya. Maka mulai abad XVIII-XIX mulai berkembang satu kelompok ma-syarakat Islam yang mempunyai kecenderungan berbeda sesuai dengan tingkat ekonomi dan afiliasi politiknya, yaitu masyarakat kelas atas (Belanda), kelas menengah (pejabat dan bangsa ke-turunan) dan kelas bawah (orang pribumi/Islam).Dalam perspektif yang lebih khusus, berkaitan dengan polarisasi pemahaman dan pengamalan keagamaan umat Islam Indonesia; seorang Orientalis yang bernama Clifford Geertz melakukan penelitian dengan obyek aktifitas umat di daerah Mojokuto (Sampel Jawa). Hasil penelitian ter-sebut ia abadikan dalam buku yang berjudul “The Relegion of Java”. Clifford Geertz mengata-kan bahwa struktur masyarakat Islam Jawa berkaitan dengan pemahaman agama terbagi menjadi tiga varian, yaitu :1. Varian Santri yaitu kelas umat Islam yang memahami agama dan tidak mempunyai kua-lifikasi lain selain kemampuan agama tersebut, misalnya ekonomi, politik dan budaya.2. Varian Abangan yaitu kelas umat Islam yang tidak memahami agama Islam dan juga tidak mengamalkan agama Islam, tetapi mereka menyebut dirinya beragama Islam. Mereka itu ada-lah kelompok pedagang yang tidak pernah belajar agama.3. Varian Priyayi yaitu kelas umat Islam yang memiliki kekuasaan politik atau paling tidak mereka berasal dari struktur yang memiliki kekuasaan, mereka tidak memahami Islam hanya melalui Guru-guru agama di keraton. Pemahaman keagamaan mereka banyak bercampur dengan Hinduisme, Budhisme, dan Animisme atau Kejawen.

Page 48: Pengertian Pembaharuan Islam

Kelas priyayi merupakan kelas utama dalam masyarakat Islam, akan tetapi mereka tidak mempunyai kepedulian terhadap pengembangan Islam secara total. Mereka telah terkotak-kotak oleh kepentingan politik dan ekslusifisme kehidupan Feodalisme (hidup tertutup dalam lingkup istana dan hanya melakukan hubungan kepada orang yang sepadan). Dalam hal ini telah terjadi pengkotakan masyarakat menjadi kelas Tuan/Gusti (Raja, Priyayi, Belanda) dengan Hamba/ Kawula (rakyat jelata).Kelas Priyayi yang memposisikan diri sebagai kelas Elit, kelas yang tidak tersentuh oleh ke-banyakan masyarakat Islam, pada gilirannya tidak banyak menolong umat Islam secara keselu-ruhan , terutama dalam peningkatan kualitas umat dan pembinaan kerukunan dan solidaritas umat Islam. Kondisi tersebut yang menyebabkan umat Islam sulit keluar dari kemelut politik, pereko-nomian dan pengamalan keagamaan yang bersih dari TBC, sehingga mayoritas umat tetap berada dalam struktur marginal (pinggiran). Sebagian di antara Varian Priyayi tersebut ada yang hadlir ketengah-tengah umat Islam sebagai hero atau pahlawan rakyat seperti P. Diponegoro, akan tetapi dari struktur Priyayi itu pula muncul anti thesis yang melawan gerakan kerakyatan tersebut.Kelas santri adalah kelas yang selalu berusaha mengembangkan Islam dan menentang setiap usaha pemerahan dan penguasaan politik oleh bangsa Barat. Sebagaimana yang telah dikemuka-kan oleh Dr. Koentowijoyo di atas, bahwa peran santri lebih bersifat oposisi (Zelotisme) dengan public figur yang kharismatik, mereka dapat menggerakkan perlawanan rakyat atau “Perang Sabil”. Lebih lanjut Cliffaord Geertz melihat peran santri dalam sejarah perjuangan dan pergo-lakannya melawan penjajah, dalam catatan sejarah terjadi sebanyak 4 (empat) kali perlawanan Santri atau perang Sabil, yaitu :1. Perang Cirebon tahun 1802-18062. Perang Diponegaro di Jawa Tengah tahun 1825-18303. Perang Paderi (perang antara Ulama dan kaum adat) tahun 1821-18384. Perang Aceh tahun 1873-1908

Sedangkan kelompok abangan yang didominasi oleh para pedagang, tidak banyak mengambil peran keagamaan. Ia lebih suka bergumul dengan hal-hal yang bersifat pragmatis dan mendatang-kan keuntungan sampai kemudian mereka bersatu dalam wadah organisasi dagang Islam yaitu SDI tahun 1911 (berubah menjadi SI tahun 1912).

Pada abad XIX M. berkembangan sosio kultural dan keagamaan umat Islam Indonesia me-ngalami titik yang sangat rendah, walau dalam segi perjuangan kemerdekaan Indonesia (Politik) memasuki era baru terutama pada abad XX M. dengan lahirnya gerakan Boedi Oetomo tahun 1908. Kondisi sosio kultural dan keagamaan tersebut adalah sebagai berikut :1. Pengamalan ajaran agamaPengamalan agama Islam lebih banyak didominasi oleh praktek sufisme dan mistik yang diwujudkan dalam praktek tarekat-tarekat.Praktek mistik dan sufisme dalam agama Islam lebih dipengaruhi oleh Hinduisme, Budhisme dan Animisme, sehingga pengamalan agama Islam adalah perwujudan praktek TBC.Beribadah menggunakan fasilitas roh atau perantara lainnya, misalnya Kuburan, Wali dan orang-orang yang dianggap Suci.2. Pendidikan dan tradisi pemikiranTingkat pendidikan umat Islam sangat rendah, dan kalau pun ada, pendidikan tersebut hanya dapat diikuti oleh dua kelompok sosial, yaitu :

Page 49: Pengertian Pembaharuan Islam

· Pendidikan Pondok Pesantren yang mempunyai ciri sebagai berikut :- Hanya diikuti oleh umat Islam atau santri dengan titik tekan pendidikan ilmu Agama dan mengabaikan pendidikan Umum.- Pendidikan Pondok Pesantren menggunanakan metode pendidikan tradisional (Sorogan dan Weton).- Mensyaratkan adanya kepatuhan kepada Kyai atau Guru.- Out put pendidikan Pondok hanya siap dalam bidang penyiaran agama (‘Ulama dan Da’i) dan kurang mampu berbicara dalam bidang politik· Pendidikan Umum yang mempunyai ciri sebagai berikut :- Hanya diikuti oleh bangsa Barat, Priyayi atau pejabat negara dengan titik tekan pada pendidikan Ilmu non agama- Pendidikan Umum menggunakan metode pendidikan modern (Klasikal, Kuriku-lum dan adanya Evaluasi).- Out put pendidikan umum hanya menguasi ilmu umum dan cenderung sekuler.Tradisi berfikir dikalangan umat Islam tidak berkembang bahkan dapat dikatakan mandeg. Umat Islam hidup dalam kejumudan dan kebekuan berfikir, sedangkan umat Islam lain (abangan dan priyayi) mempunyai tradisi berfikir sekuler.

Secara politis, memang umat Islam tidak dapat keluar dari keterkungkungan politis sampai ter-jadinya proklamasi kemerdekaan RI (17 Agustus 1945). Akan tetapi yang disayangkan adalah ketidak mampuan umat untuk membebaskan diri dari ketidakberdayaan spiritual, dengan meletak-kan konsep atau ajaran Islam berbaur dengan Hinduisme, Budhisme dan Animisme. Dan keadaan tersebut diperparah oleh pengamalan agama Varian Priyayi yang meletakkan mistik kejawen ber-dampingan dengan ajaran Islam, bahkan dalam aktualisasinya disahkan dalam bentuk kelem-bagaan dan peraturan. Realitas-realitas tersebut berlangsung sangat lama sampai berkembangnya ide pembaharuan Islam di Indonesia pada abad XX M.

GAGASAN DAN PROSES PEMBAHARUAN ISLAMBerkurangnya peran politik dan ekonomi umat Islam, terutama pada awal abad ke 17-19 M, menyebabkan umat Islam mengambil peran lain dalam kehidupannya, yaitu peran pemberdayaan umat melalui Pondok Pesantren dan gerakan perlawanan rakyat terhadap bangsa Barat. Namun memasuki abad ke 20 M. umat Islam mengalami pertumbuhan yang menggembirakan terutama yang menyangkut perubahan peran dan partisipasi ekonomi dan politik.Sebagaimana yang kita ketahui, bahwa para penyebar umat Islam yang datang ke Indonesia mempunyai kemampuan interprenuer yang sangat tinggi dan kemampuan tersebut diaplikasikan secara sempurna lewat perdagangan. Para penyebar Islam, yang kemudian di sebut sebagai varian Santri (menurut Cliffort Geertz) berangsur-angsur kehilangan kekuatan interprenuernya dengan hilangnya daerah-daerah pesisir Utara, yang sejak dulu menjadi menjadi basis perdagangan. Setelah bangsa Barat datang, maka peran perdagangan di Pelabuhan Pantai Utara dikuasai oleh bangsa Barat mulai abad ke 18-19 M. dan keadaan ini menyebabkan para santri membentuk ko-munitas tersendiri yang bersifat oposisi, lebih dari itu umat Islam secara struktural menurun kelas nya menjadi kelas bawah dari kelas menengah (kaum pedagang).Memasuki abad ke XX M. terjadi perubahan mendasar terhadap struktur dan pergerakan sosial masyarakat Islam. Perubahan tersebut sangat berpengaruh terhadap peningakatan kualitas dan pemahaman keberagamaan umat. Perubahan tersebut adalah sebagai berikut :

Page 50: Pengertian Pembaharuan Islam

1. Semakin banyaknya kaum santri yang menjadi pegawai pemerintah (penghulu) terutama kaum santri yang bertempat tinggal di kota (Masyarakat Kauman), yang menyebabkan mereka masuk pada status Priyayi.2. Santri-Priyayi tersebut kemudian mendorong lahirnya kelas baru dalam Islam, yang selama ini telah hilang yaitu kelas menengah pedagang,

Terjadinya interaksi yang semakin baik antara kelas santri dan masyarakat (negara) menjadikan santri meningkat statusnya menjadi kelas Priyayi, karena menjadi pejabat negara atau kelas menengah karena melakukan kegiatan perdagangan, menyebabkan umat Islam mulai mema-suki ranah kesadaran dan kebangkitan keagamaan. Dalam pandangan Ahmad Mansyur Suryo-negoro bahwa terjadinya hubungan tersebut mendorong lahirnya :1. Kelompok terpelajar baru dikalangan umat Islam, karena meningkatnya kesejahteraan rakyat dan kesempatan ekonomik politik.2. Kelompok Santri-Priyayi yang mempunyai akses yang kuat dibidang ekonomi (perdagangan) terutama umat Islam Jogya dan Solo (dagang batik) dan kepada elit kekuasaan.3. Perkampungan baru umat Islam di kota-kota (kauman) yang mempunyai kekuatan ekonomi cukup baik.

Pada tahun-tahun awal memasuki abad XX, perkembangan peran umat semakin terlihat dan mengkristal menjadi sebuah organisasi modern. Adalah SDI yang mempelopori kebangkitan umat Islam terutama dalam partisipasi ekonomi, bahkan sementara orang mengatakan bahwa gerakan SDI telah lahir 4 (empat) tahun lebih dulu yaitu tahun 1905, ketimbang organisasi Boedi Oetomo yang lahir pada tahun 1908, sehingga sebenarnya yang layak menjadi tonggak kebang-kitan Nasional Indonesia adalah hari lahirnya gerakan SDI tersebut.Dalam bidang keagamaan. Lahir gerakan baru, yang merupakan gerakan puritanisme atau gerakan pemurnian ajaran Islam. Gerakan pemurnian ajaran Islam yang kemudian dikenal sebagai gerakan “MUHAMMADIYAH” tersebut dipelopori oleh KH. Ahmad Dahlan (Santri-Priyayi). Se-cara subtansial, gerakan yang dilakukan oleh KH. Ahmad Dahlan banyak dipengaruhi oleh ge-rakan serupa yang dilakukan oleh Muhammad bin Abdul Wahab di Saudi Arabia (Gerakan Wahabi).KH. Ahmad Dahlan ketika mencermati perkembangan kehidupan beragama umat Islam In-donesia, merasa perlu melakukan purifikasi pengamalan ajaran Islam yang selama ini dilakukan oleh kebanyakan umat Islam Indonesia. Pengamalan ajaran Islam yang banyak dicampuri oleh ajaran Hinduisme, Budhisme dan Animisme; menyebabkan ajaran Islam lebih merupakan per-wujudan dari konsep TBC (Takhayul, Bid’ah dan Khurafat) yang berakibat hilangnya jiwa dan Ruh ajaran Islam, sehingga pemeluk agama Islam tidak mempunyai semangat (spirit) dan ke-kuatan (Power) untuk keluar dari ketidakberdayaan dan dalam melakukan ibadah kepada Allah atau dalam bahasa yang lain ia telah kehilangan Allah dalam dirinya karena wasilah/perantara dan praktek TBC.Di samping itu, ia melihat bahwa proses pendidikan umat Islam Indonesia sangat tidak me-nguntungkan bagi pemberdayaan umat secara keseluruhan, karena adanya dikhotomi orientasi dan kepentingan. Pendidikan Pondok Pesantren hanya melahirkan para pejuang, pendakwah agama dan Kyai atau Ulama, dengan mengabaikan pendidikan Umum, demikian juga sebaliknya; pendidikan umum hanya melahirkan sarjana yang sekuler (abangan).

Secara umum, proses purifikasi ajaran umat Islam telah terjadi beberapa kali di Indonesia dengan

Page 51: Pengertian Pembaharuan Islam

menggunakan thema dan format yang berbeda. Perbedaan gerakan pembaharuan tersebut dipengaruhi oleh situasi dan letak geografi umat Islam tersebut. Menurut hemat saya, dalam per-jalanan gerakan pembaharuan Islam Indonesia, telah terjadi tiga kali proses pembaharuan, yaitu :1. Pembaharuan pada abad XVIII oleh kaum Padri Minangkabau, yang dipelopori oleh Imam Bonjol (Kelompok Harimau Nan Salapan). Pembaharuan Padri dilakukan oleh umat Islam Sumatra, ketika umat Islam Sumatra terbelenggu oleh adat dan pengamalan agama yang banyak dipengaruhi oleh Mistik. Bentuk pengamalan agama seperti itu banyak didukung dan dilakukan oleh kaum adat. Pertentangan kaun Adat dengan kaum Padri tersebut menyebabkan kaum adat ter-pinggirkan, dan oleh sebab itu ia minta bantuan kepada Belanda, maka berubahlah pergerakan pembaharuan Islam menjadi gerakan perlawanan rakyat (santri) terhadap kolonial Belanda.2. Pembaharuan Islam pada awal abad XX yang dipelopori oleh KH. Ahmad Dahlan dengan ge-rakan anti TBC. Gerakan tersebut merupakan gerakan purifikasi ajaran agama yang selama berabad-abad, ajaran Islam telah berbaur dengan Mistik Hinduisme, Budhisme dan Animisme, sehingga ajaran Islam telah kehilangan daya dobrak dan ruhnya.3. Pembaharuan Islam Kontemporer pada tahun 1960-an. Pembaharuan tersebut lebih me-rupakan gerakan modernisasi pemikiran dan pemahaman ajaran keislaman yang dilakukan oleh generasi baru umat Islam; sebagai produk lembaga pendidikan umat Islam sendiri.

Gerakan pembaharuan kaum Padri memberikan dorongan teerhadap gerakan serupa di Jawa, namun format dan intensitasnya berbeda. Kalau gerakan Padri pada akhirnya berhadapan dengan kekuatan Kolonial, sehingga mirip sebagai gerakan Politik (Pan Islamisme Jamaluddin Al Afghani), sedangkan gerakan Islam melawan adat (Mistik dan TBC) di Jawa, yang dipelopori oleh Muhammadiyah (SDI dan SI) dapat berkembang dengan baik karena menyangkut pemurnian kepercayaan dan peningkatan kualitas pendidikan umat Islam, melalui lembaga pendidikan Muhammadiyah dan lembaga pendidikan yang lain.Gerakan pembaharuan Muhammadiyah lewat pendidikan Modern memberikan dampat yang luar biasa bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia, yang mempunyai kualifikasi multi dimensi, yaitu dimensi ilmu keagamaan dan ilmu (yang disebut) umum. Dengan demikian kader Muhammadiyah mempunyai pemahaman dan ide modernitas tetapi ia tidak kehilangan identitias diri sebagai umat Islam, dengan landasan hidup dari al Qur’an dan al Hadits.Proses gerakan dan pendidikan Modern Muhammadiyah setelah tahun 1950, nampaknya dapat mengakumulasi dua varian umat Islam yaitu umat Islam santri (sekte agama) dan Priyayi-Abangan (sekte sekuler), dan oleh sebab itu varian Priyayi-Abangan mendapatkan sentuhan agama dan ke-dalaman Islam melalui lembaga pendidikan Muhammadiyah. Proses interaksi dan hubungan yang kondunsif antara varian Santri dan Priyayi-Abangan telah mementahkan teori Varian dari Clifford Geertz yang dikembangkannya pada sebelum tahun 1950. Hal tersebut di-sebabkan oleh tiga hal, yaitu :1. Terjadinya interaksi yang semakin mantap antara varian Santri dengan Priyayi-Abangan dan kemudian melahirkan kelompok menengah baru umat Islam, yang semakin diperhitungkan keberadaanya.2. Kaum Abangan (juga Priyayi) memiliki tradisi baru yaitu mulai belajar dan mengkaji ilmu Agama sehingga melahirkan kelompok umat Islam Abangan (Priyayi) dengan kualitas agama yang baik (Santri).3. Varian Santri yang selama ini dianggap sebagai bagian eksklusif komponen Umat Islam (ter-tutup dengan segala atribut keagamaannya) mulai terbuka dengan melakukan kajian ilmu-ilmu

Page 52: Pengertian Pembaharuan Islam

non agama (memasuki lembaga umum/Non Pondok Pesantren).

Terbukanya wawasan dan pendidikan umat Islam Indonesia telah melahirkan kecenderungan dan wacana baru umat dan sekaligus meningkatnya tingkat pendidikan umat Islam. Dr. Nurcholis Madjid dalam beberapa kesempatan mengatakan bahwa indikasi dari peristiwa terbukanya pe-mikiran dan meningkatnya kualitas umat Islam tersebut adalah lahirnya sarjana Baru Islam pada tahun 1970-an, yang oleh Cak Nur disebut sebagai “Panen Sarjana I”. Panen Sarjana pertama ter-sebut kemudian diikuti oleh Panen Sarjana II (Magister dan Doktor) pada Tahun 1980-an.

MODERNISASI UMAT ISLAM INDONESIAMeningkatnya derajat pendidikan umat Islam (panen sarjana I /Drs, dan II/Magister-Doktor) sebagaimana yang dikemukakan oleh Cak Nur tersebut, di satu pihak sangat menggembirakan karena hal tersebut akan dapat meningkatkan peran dan sumbangan umat terhadap pembangunan bangsa, akan tetapi dipihak lain adalah lahirnya permasalahan keummatan yang baru. Permasalah an umat Islam kontemporer tersebut adalah adanya perubahan kecenderungan dan orientasi pe-ngamalan dan pemikiran keagamaan umat Islam. Pengamalan keagamaan tidak lagi bernuansa tradisional yang hanya mengutamakan formalisme dan kesemarakan tampa makna, akan tetapi telah mengarah kepada penga-malan keagamaan dengan menekankan aspek nilai dan subtansinya. Sedangkan pola pemikiran dan pemahaman ajaran Islam telah mengarah kepada rasionalisme dan meninggalkan pemikiran ajaran agama secara dogmatik, yang biasanya dilakukan oleh masyara-kat Islam sebelumnya.Perubahan kecenderungan dan pengamalan keagamaan tersebut, nampaknya telah merubah struktur sosial keagamaan menjadi berbagai varian atau boleh dikatakan mereka telah terbentuk dalam beberapa kelompok, yang kesemuanya memiliki landasan dan kepentingan keummatan tersendiri. Pada tahun 1980-an, Fahry Ali melakukan study atau penelitian tentang polarisasi pe-mikiran umat Islam yang terjadi akibat terbukanya pendidikan dan pemikiran umat Islam. Dalam study tersebut, Fahry Ali menemukan 4 polarisasi pemikiran, yaitu :1. Tradisional yaitu kelompok masyarakat yang memahami Islam secara dogmatik, tradisional dan terbebas dari kemungkinan penafsiran rasional. Pemahaman Islam dalam perspektid seperti itu, ajaran Islam tidak dapat berkembang dengan baik, karena hanya menonjolkan for-malisme dan ketaatan kepada publik figur yang dianggap mempunyai kemampuan agama yang baik serta mengabaikan pendalaman subtansial. Mereka itu adalah masyarakat Awam.2. Modernisme yaitu kelompok umat Islam yang memahami Islam dengan menggunakan standar atau prinsip rasional dan terkadang menggunakan standar Barat (Analitis dan Em-piris). Agama dalam pangkuan kelompok modernisme akan mempunyai arti apabila di-lakukan penafsiran-penafsiran dengan menggunakan prinsip rasionalisme dan paradigma perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mereka yang termasuk dalam kelompok ini adalah pengagum rasionalisme dan sarjana-sarjana Barat.3. Universalisme yaitu kelompok umat Islam yang menganggap bahwa agama Islam telah cukup mengandung segala hal yang dibutuhkan oleh manusia. Oleh sebab itu untuk me-mahami ajara Islam tidak memerlukan standar dan paradigma dari luar Islam, misalnya ke-budayaan Barat atau yang lain. Kelompok boleh dikatakan sebagai kelompok anti thesis dari Modernisme4. Neomodernisme adalah kelompok umat Islam yang menyatakan bahwa untuk mempelajari ajaran Islam diperlukan standar atau parameter kebudayaan Barat atau pengertian yang lain ia memerlukan prinsip-prinsip rasional, karena ajaran Islam itu sendiri bersifat rasional. Walaupun

Page 53: Pengertian Pembaharuan Islam

demikian, ia tidak boleh meninggalkan ajaran dasar Islam dan khazanah kebu-dayaan Islam masa lalu.

Modernisme di satu pihak akan melahirkan satu kelompok (umat) yang kehilangan ruh dan kedalaman spiritual Islam dengan menitik beratkan pada penggunaan rasional dan kebudayaan Barat, boleh jadi secara ekstrim ia adalah bagian dari konsep Westernisasi. Akan tetapi menggunakan prinsip universalisme secara membabi buta bukanlah sebuah keputusan yang bijak-sana, karena akan menyebabkan Islam menjadi sangat besar dalam kebesaran pemeluk dan ajaran umat Islam itu sendiri (besar dalam tempurung) tetapi kecil atau lemah dalam peran dan akses ter-hadap kepentingan keilmuan dan keduniaan.Barangkali sudah bertahun-tahun, para pembaharu dan pemikir umat Islam memikirkan ba-gaimana posisi yang paling representatif bagi umat Islam, baik dilihat dari pengembangan ajaran Islam dan peran umat Islam dalam wacana keilmuan dan teknologi dunia. Dalam pergulatan yang tiada henti-hentinya, akhirnya ditemukan format yang sangat mungkin representatif yaitu “NEO MODERNISME”. Konsep tersebut menegakkan Islam dalam dua spektrum (dimensi), yaitu spektrum pengembangan spiritualitas keislaman, termasuk didalamnya khzanah kebudayaan Islam, dan spektrum peran umat Islam dalam percaturan pemikiran keagamaan dan teknologi.Adalah Dr. Fazlur Rahman yang pertama kali mengemukakan perluanya umat Islam me-lakukan reinterpretasi ajaran Islam dengan menggunakan prinsip rasionalisme, tetapi tidak ke-hilangan ruh atau semangat keislaman, yang oleh Dr. Fazlur Rahman disebut sebagai nilai “ideal moral” dari ajaran Islam, Dalam perspektif seperti itu, ajaran Islam memang bersifat absolut, tetap dan tidak mengalami perubahan subtansinya, akan tetapi untuk melihat seberapa jauh peran Islam dalam menyahuti ajaran Islam, diperlukan aktualisasi ajaran Islam dengan melihat “Ideal Moral” sebagai landasan pengembangannya.Konsep Dr. Fazlur Rahman tersebut kemudian dinamakan dengan “Neo Modernisme”, yang kehadlirannya di Indonesia dibawah oleh murid-muridnya, yang sempat mengenyam pendidikan di Chicago Amerika yaitu Dr. Nurcholis Madjid. Oleh Cak Nur modernisme Islam dipahami sebagai upaya mencuci habis prinsip-prinsip irrasional yang selama ini menempel pada ajaran Islam dan menyisakan ajaran Rasional Islam. Lebih jauh ia mengatakan bahwa modernisasi Islam adalah :1. Membersihkan ajaran-ajaran Islam dari debu keduniaan (profan) yang menempel pada ajaran Islam yang suci (sakral) artinya meletakkan bahwa yang suci (Sakral/Ibadah/Akidah) adalah suci dan yang profan (keduniaan dan bukan bagian agama) adalah profan (Desakralisasi).2. Bahwa modernisasi adalah rasionalisasi dan bukan westernisasi artinya modernisasi adalah membuat Islam dapat berperan secara total dalam wacana sosial - politik, ekonomi, keilmuan dan teknologi dan bukan dalam kerangka mengikuti pragram westernisasi (pembaratan) atau bahkan sekulerisasi (pemisahan atau upaya mengeliminir peran agama).

Saya kira untuk menuntaskan pembahasan kita mengenai pembaharuan atau tepatnya penataan pemikiran Islam, perlu mengkaji gerak dan langkah tokoh-tokoh pembaharu pemikiran Islam tersebut, misalnya Dr. Nurcholis Madjid, Munawir Sadzali, MA dan lain-lain.

A. Dr. Nurcholis MadjidNurcholis Madjid lahir di Jombang Jawa Timur pada 17 Maret 1939. Nurcholis Madjid yang kemudian lebih dikenal dengan panggilan “Cak Nur” memulai pendidikan dibawah asuhan KH.

Page 54: Pengertian Pembaharuan Islam

Madjid (ayahnya sendiri) dan kemudian melanjutkan ke Pondok Modern Gontor Ponorogo. Setelah menamatkan pendidikannya dari Gontor ia kemudian melanjutkan pendi-dikannya di Fakultas Adab IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta sehingga memperoleh gelar Sarjana pada tahun 1968.Cak Nur dikenanl sebagai tokoh organisasi, yang kapasitasnya dan pemikirannya menjadi kerangka kajian dan perkaderan, terutama dilingkungan HMI. Ia merupakan tokoh sentral HMI, dengan menjadi ketua Umum PB HMI selama dua periode (tahun 1966-1969 dan 1969-1971). Ketika ia menjadi tokoh sentral organisasi Mahasiswa terkemuka tersebut ia banyak melontarkan pemikiran modernis, yang kemudian menjadi wacana intelektual muslim Indo-nesia dan untuk intern HMI, Cak Nur membuat rumusan perkaderan yang kemudian disebut dengan NDP (nilai dasar perjuangan) HMI, bersama dengan Endang Saifuddin Anshari dan Mansyur Amin.Pada tahun 1974, ia melanjutkan pendidikannya ke Universitas Chicago dan bertemu dengan pemikir Islam Kontemporer yang sangat disegani yaitu Dr. Fazlur Rahman, yang me-rupakan Pakar study keislaman dan pada tahun 1984 ia berhasil menyelesaikan program Doktornya, dengan disertasi “Ibnu Taimiyah on Kalam and Falsafah; Problem of reason and Revelation in Islam”.

Pada saat ia masih menjadi Ketua Umum PB HMI pada tahun 1966, Cak Nur telah melontarkan sebuah wacana pemikiran baru dalam Islam, wacana tersebut sebenarnya sudah menjadi bahasan yang sangar ramai dikalangan Mahasiswa Islam, terutamaHMI, PII dan GPI, bahkan materi perkaderan dilingkungan HMI selalu didominasi oleh pemikiran perlunya pem-baharuan dalam Islam. Pada saat itu ia melontarkan gagasan perlunya Modernisasi dalam pemikiran Islam dengan format ”Modernisasi adalah Rasionalisasi dan bukan Westernisasi”.Lontaran pemikiran dengan format :Modernisasi adalah Rasionalisasi dan bukan Wester-nisasi” dengan cepat mendapat tanggapan luas dari pakar keislaman dan dunia perguruan Tinggi sekaligus memperbesar volume perlunya modernisasi dalam tataran pemikiran maha-siswa Islam. Muhammad Kamal Hasan (pakar keislaman Universitas Malaya) mengatakan bahwa apa yang dikatakan oleh Nurcholis Madjid adalah cerminan visi seorang Muslim idealis dan memperkuat citra diri sebagai salah seorang yang mewarisi kebesaran seorang “Moh. Natsir”, oleh sebab itu ia kerap kali disebut sebagai “Natsiris Muda”. Tidaklah berlebih an jika ia dikatakan sebagai Natsiris Muda atau seorang Muslim Idealis, karena dalam ma-nuskrip tersebut ia mengatakan :1. Westernisasi akan membawa manusia pada kehidupan yang sekuler2. Sekelurisme akan membawa manusia pada sikap hidup atheis dan atheis itu sendiri adalah produk paling utama dari Sekulerisme.3. Sekulerisme adalah sumber dari Immoralisme.

Namun citra diri sebagai Natsiris Muda dan Muslim idealis menjadi tertutup, ketika ia melontarkan pemikiran tentang “Keharusan Pembaharuan pemikiran Islam dan Masalah in-tegrasi Umat” pada tanggal 3 Januari 1970 di Islamic Research Centre Jakarta. Muhammad Kamal Hasan yang menulis Disertasi Doktor dengan mengambil thesis pembaharuan Islam Indonesia mengatakan bahwa Nurcholis Madjid telah berubah menjadi seorang “Modernis Sekuler” atau dalam bahasa lain ia mengatakan “Nurcholis before Nurcholis”.Ada hal-hal yang mengganjal dan barangkali membuat jengkel para pemikir umat Islam Indonesia, terutama Prof. Dr. HM. Rasyidi, yang menjadi salah satu tokoh Islam paling respek dan kritis terhadap pemikiran pembaharuan Cak Nur. Barangkali sangat mafhum dan dimengerti

Page 55: Pengertian Pembaharuan Islam

kalau banyak umat Islam yang mengecap Cak Nur sebagai Modernis Sekuler atau bahkan sebagai agent Barat karena pemikirannya yang sangat berbeda dengan apa yang di-lontarkan sebelumnya (tahun 1968). Dalam makalah tentang “Keharusan pembaharuan pe-mikiran Islam dan masalah Integrasi Umat” secara eksplisit, Cak Nur mengatakan :1. Perlunya liberalisasi pandangan dan pemikiran terhadap ajaran Islam2. Perlunya kebebasan Intelektual (intelektual Freedom), gagasan kemajuan (Ide of Progres) dan sikap terbuka.3. Perlunya gagasan (ide) sekulerisasi dalam ajaran Islam4. Perlunya penegakan dan pemihakan terhadap kualitas dan mengeliminir sikap me-nonjolkan kuantitas, yang terbukti tidak efektif terhadap partisipasi umat kepada pemba-ngunan bangsa.5. Perlunya mengambil sikap “Islam Yes, Partai Islam, NO”.

Barangkali statemen yang paling dominan membuat kontroversi terutama kaum tradi-sional, ulama dan pemikir keummatan adalah penggunaan kata-kata “Sekulerisasi” yang tidak lazim dipakai untuk menyebut gerakan pemikiran umat Islam. Reaksi yang paling keras muncul dari Prof. Dr. HM. Rasyidi, yang menyatakan bahwa ia telah memahami bahasa Inggris (untuk menyatakan ketidaksepakatannya dengan konsep sekulerisasi Cak Nur) sejak 40 tahun yang lalu dan selama itu pula ia tidak pernah menggunakan istilah “Sekulerisasi” sebagai istilah sosial yang dipakai dalam kerangka pemikiran pembaharuan Islam.Menyimak perkembangan polemik yang semakin tajam dan mengarah kepada sikap kristalisi pendapat menjadi kelompok-kelompok, maka Cak Nur tampil kembali kepentas pe-mikiran umat Islam dengan menawarkan beberapa pemecahan, yang intinya menjelaskan ulang konsep “Sekulerisasi” yang dikembangkan sebelumnya. Misi penjelasan tersebut di-kemas dalam thesis “Beberapa catatan sekitar masalah pembaharuan dalam Islam”. Namun penjelasan Cak Nur, nampaknya tidak banyak memberi pengaruh pada perubahan Opini masyarakat yang sudah terbentuk oleh kontroversi tersebut. Oleh sebab itu, ia tampil untuk kali kedua pada pentas pemikiran umat dengan mengatakan “Sekali lagi tentang Sekulerisasi”.Setelah itu ia tidak lagi tampil dengan gagasan-gagasan pembaharuannya ke pentas pe-mikiran Nasional, karena pada tahun 1974 ia berangkat ke Amerika untuk melanjutkan study doktoralnya di Universitas of Chicago, dan setelah ia kembali ke Indonesia pada tahun 1985, Cak Nur membuat suatu penjelasan yang sangat meyakinkan, dengan satu tulisan yang merupakan catatan kaki pada Buku mengenang atau peringatan 70 Th. Prof. Dr. HM Rasyidi. Pada catatan itu, Cak Nur menjelaskan bahwa tidak tepat menggunakan istilah “Sekulerisasi” se-bagai instrument untu menyebut perubahan sistem sosio-kultural Islam.Uraian itu ia beri nama dengan “Sekulerisasi ditinjau kembali”.

Perubahan pemikiran yang dilakukan oleh Cak Nur setelah ia kembali dari Amerika pada tahun 1985, tak urung juga menimbulkan permasalahan seputar konsistensi pemikiran Nur-cholis Madjid. Drs. M. Dawam Rahardjo dalam pengantar buku “Islam Keindonesiaan dan Kemodernan” (kumpulan tulisan-tulisan Cak Nur) mengatakan bahwa Nurcholis Madjid tetap konsisten dengan pemikiran, bahkan ia tetap setia dengan prinsip “Monotheisme Radikal” yaitu sikap kritis terhadap hal yang dapat merusak monotheisme. Hal tersebut terlihat dari kritiknya terhadap Rasionalisme mutlak, Sekulerisme, Liberalisme, Individualisme, Kapital-isme, Humanisme sekuler, Pragmatisme, Snouckisme, Islam Phobia dan Atheisme, walaupun dalam kesempatan yang lain ia juga tidak menafikas sisi positif dari beberapa konsep tersebut.Pada awal tahun 1990-an Cak Nur mengejutkan komunitas umat Islam dengan pen-jelasannya

Page 56: Pengertian Pembaharuan Islam

yang sangat kontroversial. Statemen-statemen tersebu sebenarnya hanya sebuah kajian termi-nologis dan hanya dilakukan ketika ia mengambil pemikiran atau pendapat dari mazhab theologis umat Islam, misalnya :1. Melakukan penafsiran kalimat “La Illaha Illa Allah” yang diartikan dengan “Tiada Tuhan selain Tuhan”, dengan asumsi bahwa Tuhan yang kedua mengandung kekhususan yaitu Tuhan Allah (terdapat al ma’rifat).2. Mengatakan bahwa makhluk Allah yang paling bersih dan murni keimanannya adalah Syetan, karena ia tidak mau menyembah kepada selain Allah (kasus sujud kepada Adam).3. Penegakan sikap bahwa semua manusia pada awalnya mempunyai perasaan agama yang sama, yang dia sebut dengan “Agama Hanief atau agama yang lurus”. Oleh sebab itu retorika dakwah kita adalah mengajak umat manusia pada “Kalimat yang sama”.

Nampaknya Cak Nur dilahirkan dengan kapasitas dan pemikiran yang selalu menjadi Head Line atau konsumsi opini yang tidak habis-habisnya. Pada saat Indonesia sedang bergolak menuntut demokrasi, Cak Nur hadlir dengan konsep “Perubahan menit per menit” yang kemu-dian menjadi wacana perpolitikan bangsa di medium Mei 1998. Pada saat kita sedang asyik-asyiknya melakukan pesta Demokrasi seiring dengan tumbangnya batu besar penghalang demokrasi Indonesia, Cak Nur hadlir dengan pemikirannya kritisnya yang khas. Ia mengingatkan bahwa bangsa Indonesia sedang mabuk kepayang dalam demokrasi, yang ia sebut sebagai “Ledakan Partisipasi”. Ledakan partisipasi yang berlebih-lebihan akan menyebabkan adanya Politik emosional dan hal tersebut akan menyebabkan situasi “Choas”, maka jika terjadi situasi Choas, menurut Cak Nur akan mengundang lahirnya orang kuat baru (Strong Man) pasca Soeharto.

B. Munawir Sadzali, MA (Menteri Agama)Dalam tataran yang lebih khusus, yaitu dilingkungan Departemen Agama, dan barangkali juga berimplikasi secara umum pada umat Islam, Munawir Sadzali MA, tampil dengan gerak-an pembaharuan umat Islam yang sama sekali baru. Gerakan itu menurut saya lebih bersifat sebagai “gerakan pemberdayaan umat Islam” di sekitar tahun 1980-an. Pada saat itu, umat Islam memasuki tahapan dan format yang sama sekali baru sebagai kelengkapan upaya pem-berdayaan umat Islam. Dalam kerangka pemberdayaan potensi intelektual dan kehidupan sosio keagamaan umat Islam, Munawir Sadzali menawarkan program-program :1. Reaktualisasi ajaran Islam, dengan melihat makna sosial dan ideal moral dari ajaran Islam (meminjam istilah Fazlur Rahman). Ia mengatakan bahwa ajaran tentang waris (dua banding satu) dan ketentuan sosial lainnya, perlu dilakukan interpretasi ulang, sehingga ajaran Islam tidak bersifat diskriminatif.2. Bahwa untuk meningkatkan kualitas pendidikan umat Islam, diperlukan program pengiriman tenaga pengajar umat Islam kedunia Barat, dengan alasan bahwa umat Islam itu sangat lemah dalam bidang metodologi dan sudah cukup kemampuan dalam pe-nguasaan Materi.

Yang pertama; Munawair beranggapan bahwa ajaran tentang waris yang menyatakan bahwa laki-laki mendapat dua bagian lebih didasarkan kepada kualitas dan bukan pada jenis kelamin seseorang, sehingga konsep tersebut akan sangat relevan jika diberlakukan untuk masyarakat, di-mana seorang perempuan bekerja lebih keras dan yang laki-laki hanya berdiam diri di rumah se-bagaimana yang terjadi pada masyarakat Jawa Tenggah (Solo) atau pulau Bali.Yang kedua; Munawir beranggapan bahwa kelemahan mendasar umat Islam adalah tidak dikuasainya metodologi yang merupakan instrument dasar bagi pengembangan ilmu pe-

Page 57: Pengertian Pembaharuan Islam

ngetahuan dan teknologi, termasuk didalamnya pengembangan pemikiran umat Islam. Maka menurutnya, tempat yang paling cocok adalah universitas-universitas Barat; dan yang perlu diperhatikan bahwa universitas Barat juga mempunyai kajian keislaman yang cukup disegani, misalnya study Islam di UCLA, Montreal, Sorbone, dan yang lain.

Di samping gerakan reaktualisasi dan pemberdayaan metodologi umat Islam ala Munawir Sadzali tersebut, pada dasa warsa berikutnya berkembang satu upaya pemberdayaan pemikiran dan aktualisasi peran Islam dalam pendekatan kultural. Pendekatan Islam dalam perspektif kul-tural tersebut dikemukakan oleh KH. Abdurahman Wahid. Ungkapan yang sempat membuat umat Islam Indonesia bingung adalah ketika Gus Dur mengiyakan “Salam (Assalamu’alaikum Wa rahmatullahi wa barakatuh)” dapat di indonesiakan menjadi “Selamat Pagi” dst.Pendekatan Islam kultural, menurut hemat saya merupakan pengejawantahan atau penjabaran dari konsep “Islam Yes, Partai Islam, NO” yang dikemukakan oleh Nurcholis Madjid pada tahun 1970-an. Islam Yes, Partai Islam, NO dilontarkan oleh Cak Nur pada waktu itu, dimaksudkan untuk mem-berdayakan umat Islam terutama dalam pemikiran dengan menghindarkan diri dari kontroversi atau friksi kepentingan antar umat dan hal tersebut sangat merugikan bagi pertumbuhan umat, karena Islam hanya sebagai kendaraan Politik saja. Konsep Islam Yes Partai No, pada saat itu mendapat kecaman yang luar biasa dari para praktisi dan politikus umat, karena kebisaan mereka yang menggunakan agama atau paling tidak jargon agama untuk kendaran politik mereka merasa terancam. Islam sebagai kendaraan politik pada waktu merupakan Mainstream (arus besar) dan meletakkan Islam sebagai satu ajaran dengan menanggalkan baju politik adalah menentang arus besar (Mainstream) yang sedang mengalir pada wacana perpolitikan umat.Setelah beberapa tahun berlalu, konsep Islam Yes Partai Islam No muncul kembali dengan baju dan format yang lain, yaitu pendekatan Islam kultural. Pendekatan Islam kultural, menurut Dus Dur sangat cocok untuk masyarakat Islam Indonesia, karena tingkat pengetahuan dan pema-hamannya yang masih rendah dan dengan demikian ia tidak membawa umat Islam berlari mengikuti kompetisi yang tidak mungkin diikutinya. Pendekatan Islam kultural barangkali adalah konsep napak Tilas pendekatan Kultural Wali Songo.Pada tahun 1990-an, Gus Dur melihat bahwa membawa Islam dalam pergulatan politik Indo-nesia artinya menggunakan pendekatan politik, sangat tidak menguntungkan karena Islam akan dijadikan bahan rebutan atau kue Politik dan setelah mendapatkan kue politik dan pesta kue politik tersebut dilakukan, ummat Islam ditinggal begitu saja dalam keterkoyakan dan perpecahan sosial politik yang sampai saat ini masih membekas dalam dendam politik.

Akan tetapi apa yang terjadi dengan Gus Dur sebagai representasi NU setelah tahun 1998, ternyata pendekatan Islam kultural dengan titik tekan tidak adanya pengerahan umat Islam dalam konstek perpolitikan menjadi mental dan tidak bernilai lagi, walau pada masa sebelumnya Gus Dur secara personal telah aktif dalam pergulatan Politik lewat Forum Demokrasi (FORDEM). Menurut hemat saya Fordem adalah sebuah gerakan moral untuk pendidikan politik dengan tujuan adanya upaya demokratisasi yang bermuara pada peningkatan partisipasi rakyat atau se-luruh komponen bangsa dalam penentuan kebijakan NasionalLahirnya PKB sebagai anak kandung NU merupakan wujud perubahan visi Gus Dur atau NU secara keseluruhan, yang dulunya menekankan adanya pendekatan Islam kulturan dan kemudian berubah menjadi pendekatan Islam Politik. Ada alasan klasik yang dikemukakan oleh Gus Dur (NU), bahwa NU selama ini hanya aktif dipakai sebagai kendaraan politik dan tidak pernah

Page 58: Pengertian Pembaharuan Islam

diajak ikut naik dalam kendaraan setelah berhasil atau praktisnya NU tidak mendapatkan apa selama Orde Baru.Terlepas dari peristiwa yang dikatakan oleh Cak Nur sebagai “Ledakan partisipasi” dimana seluruh komponen bangsa berlomba-lomba menyatakan partisipasi politik setelah mampu me-numbangkan rezim yang menyumbat adanya partisipasi rakyat, maka keputusan NU menjadi Ibu Kandung adalah sebuah perubahan mendasar organisasi tersebut, dan mudah-mudah ia tetap komitmen dengan keputusannya dan semoga tidak ada hal yang menyebabkan ia balik kandang sebagai Jam’iyah (perkumpulan) umat Islam lagi setelah kepentingan politiknya tidak berhasil diwujudkan alias “NGAMBEK”. Waallahu ‘alam bis Shawab.

BUKU REFERENSI1. Prof. Dr. Hamka : Sejarah Umat Islam (Vol. IV)2. Ahmad Mansyur Suryonegoro : Menemukan Sejarah; wacana pergerakan umat IslamIndonesia3. Fachry Ali dan Bachtiar Efendi : Merambah jalan baru Islam4. Dr. Nurcholis Madjid : Islam Keindonesian dan Kemodernan5. Clifford Geertz : The Religion of Java (Santri, abangan dan Priyayi)6. Dr. Harun Nasution : Islam Rasional; gagasan dan pemikiran7. Dr. Koentowijoyo : Paradigma Islam; interpretasi untuk aksi8. Prisma : Agama dan Tantangan zaman

Pembaharuan Islam di Mesir

Diposkan oleh ZABAZ di 20.11 SITUASI SOSIAL KEAGAMAANDAN PENGARUH EKSPEDISI NAPOLEONTERHADAP GAGASAN PEMBAHARUAN DI MESIR

Oleh : DRS. IHSAN

Mesir adalah sebuah negara yang mempunyai peranan sangat penting dalam per-jalanan sejarah kehidupan manusia. Mesir dengan segala perniknya memberikan nuansa tersendiri bagi kehidupan manusia. Mesir adalah sebuah negara yang didalamnya mengan dung konflik, kontroversi dan pertentangan antara kebenaran dengan kebathilan, antara kemunfikan dengan kejujuran dan antara kekuasaan dengan ketertindasan struktural.Mesir adalah sebuah negara yang menghiasi sepertiga bahasan dan ayat Al Qur’an dan juga sebagian besar dari kata-kata hikmah yang diberikan oleh Rasulullah yang me-makai latar belakang Mesir. Dengan demikian, Mesir adalah sebuah istilah generik yang dapat dipakai untuk mengungkapkan sebuah kenyataan dan pergulatan antara kebenaran dan kecongkokan seorang manusia yang patut dijadikan sebagai peringatan kehidupan.Mesir dan sungai nil yang merupakan salah satu sungai terpanjang di dunia telah memberikan satu bentuk kehidupan manusia sejak ribuan tahun SM. Di dalamnya telah lahir berbagai bentuk kebudayaan yang sangat menarik perhatian dunia, bahkan sampai saat ini kebudayaan klasik

Page 59: Pengertian Pembaharuan Islam

Mesir menjadi daya tarik wisatawan yang tentunya mem-berikan devisa yang tidak kecil. Bentuk-bentuk kebudayaan Mesir merupakan perwujud-an cita rasa sosial dan keagamaan mereka terutama sebagai wujud realisasi dan ritus agama yang mereka yakini. Bentuk Kuburan dalam format Piramid dan Spink adalah per-wujudan keagamaan mereka sekaligus sebagai simbol status sosial masyarakat Mesir, di samping itu berkembangnya pengawetan mayat (MUMMI) merupakan bentuk kebu-dayaan yang sangat tinggi.Bagaimanapun juga, Mesir tidak dapat dipisahkan dari pergulatan dan percaturan sejarah kehidupan manusia. Bahkan Mesir dapat disebut sebagai istilah generik untuk segala sesuatu yang menggambarkan adanya pergulatan kebenaran dan kebathilan. Bagai-mana tidak, sejarah keberadaan Mesir telah dimulai sejak Nabi Ibrahim, ketika beliau me-lakukan perjalanan Kenabian untuk memenuhi panggilan Allah, khususnya menuju tanah yang dijanjikan oleh Allah dalam hal ini adalah Makkah. Nabi Ibarahim yang pada awal-nya mendiami tanah Palestina, mendapat perintah Allah untuk menyebarkan agama, dan kemudian sampailah Ia di Mesir yang pada saat itu dipimpin oleh Raja sangat kejam.Peristiwa Nabi Ibrahim, nampaknya merupakan rangkaian awal dari perseteruan antara Islam dengan orang-orang yang mengganggap dirinya sebagai kebenaran mutlak, karena selang beberapa tahun kemudian muncul kembali pergulatan sejarah yang tidak mungkin dilupakan oleh umat Islam yaitu pertarungan kepercayaan dan keimanan antara Nabi Musa dan Fir’aun. Pertentangan antara Nabi Musa dan Fir’aun adalah pertarungan dua lambang kebenaran dan kebathilan yang terbinasakan oleh kecongkakan egoisme dan subyektifitas diri, oleh hawa nafsu dan kesombongan yang memuncak dalam diri ma-nusia.Kesombongan Fir’aun ternyata juga diikuti oleh kroni-kroninya atau mereka yang berlindung dibawah ketiak pemerintah untuk mempertahankan status quo, walaupun de-mikian banyak juga di antara mereka yang berusaha mendobrak ketidak seimbangan struktural melalui gerakan anti penindasan dibawah kepemimpinan Nabi Musa. Ber-dasarkan kisah-kisah sejarah pergulatan tersebut, maka menurut Dr. Ali Syari’ati memberikan gambaran tentang adanya beberapa simbol macam manusia yaitu :1. Fir’aun adalah simbol seorang penguasa yang melupakan kebenaran, sehingga ia ber-tindak diluar sisi kemanusiaan, misalnya memerintah dengan otoriter, menindas dan melecehkan nilai kemanusiaan (membunuh anak laki-laki), bahkan mengaku sebagai Tuhan. Di sampin itu ia didukun oleh pejabat negara yang culas, penjilat dan hanya mempunyai keinginan untuk emmpertahankan status quo saja. Pejabat itu adalah Haman.2. Bal’am adalah simbol seorang ulama, intelektual dan cendekiawan pelacur artinya ia mengerahkan kemampuan dan fatwanya untuk kepentingan sponsor atau mereka yang menyewa.3. Qorun adalah simbol seorang konglomerat yang telah kehilangan sisi kemanusiaan dan kedermawanannya sehingga ia tidak mempunyai kepedulian terhadap nasib bangsa dan manusia pada umumnya.

Ketiga orang tersebut sekarang menjadi legenda yang tiada habis-habisnya untuk diceritakan terutama bagi mereka yang menginginkan suatu perbedaan antara kebenaran dengan kebathilan. Seiring dengan terpuruknya Fir’aun dikaki Nabi Musa yang berhasil membawa kaum Israil dari penindasan, nampaknya Mesir telah menjadi sebuah sejarah yang terlupakan. Akan tetapi sejak awal abad ke 4 M. Telah berkembang kekuasaan baru yang juga tidak kalah hebatnya dengan penguasa Fir’aun, karena didalamnya terdapat semangat religiusitas Kristiani. Kekuasaan baru tersebut merupakan kepanjangan ke-kuasaan Romawi di Barat yang beribukota di Konstantinopel; ia merupakan negara adi kuasa bersama dengan Parsi di Timur.

Page 60: Pengertian Pembaharuan Islam

Kekuasaan Romawi di Timur dengan Bizantium sebagai Ibu Kota merupakan awal kebangkitan Mesir di abad permulaaan Islam datang yang berkembang menjadi kota dan negara tujuan setiap orang. Mesir menjadi sangat menarik pada masa kekuasaan Romawi tersebut karena ia mempunyai potensi yang secara tradisional telah berakar di Mesir, misalnya :1. Mesir sebagai kota yang penuh dengan catatan kebudayaan dan telah berusia ribuan tahun, ketika daerah atau negara lain belum tumbuh dan berkembang.2. Mesir merupakan pusat perdagangan yang ditandai dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup baik.3. Mesir mempunyai pelabuhan Iskandariyah, yang sangat berarti baik dilihat dari segi politik maupun perekonomian.4. Mesir merupakan sentral pengembangan ajaran kristiani untuk kawasan Timur, walau dalam perkembangannya terutama saat-saat kehadliran Islam mengalami konflik ke-agamaan (Ortodoks dan Modern) yang kemudian mempermudah masuknya Islam di Mesir.

Kerajaan Romawi Timur dengan ibu kota Bizantium merupakan rival berat pengem-bangan Islam yang keberadaannya berlangsung sampai pada masa pemerintahan Kholifah Umar Bin Khatab. Pada saat Umar menjadi Khalifah, Romawi Timur merupakan target pengembangan misi Keislaman dan akhirnya kekuatan militer Romawi tidak dapat meng-hambat laju kemenangan Islam di Mesir, karena keberadaan Islam sebagai agama baru memberikan keluasaan dan kebebasan untuk hidup, yang selama itu tidak diperoleh dari pemerintahan Romawi Timur, termasuk didalamnya kondisi yang labil karena berkem-bangnya konflik keagamaan.Segera setelah Mesir menjadi salah satu bagian Islam, Mesir tumbuh dengan mengambil peranan yang sangat sentral sebagaimana peran-peran sejarah kemanusiaan yang dilakoninya pada masa yang lalu, misalnya :1. Menjadi sentral pengembangan Islam diwilayah Afrika, bahkan menjadi batu lon-catan pengembangan Islam di Eropa lewat selat Gibraltar (Aljajair dan Tunisia).2. Menjadi kekuatan Islam di afrika, kakuatan militer dan ekonomi.3. Pengembangan Islam di Mesir merupakan napak tilas terhadap sejarah Islam pada masa Nabi Musa yang mempunyai peranan penting dalam sejarah kenabian.4. Menjadi wilayah penentu dalam pergualatan perpolitikan umat Islam, termasuk di-dalamnya adalah peralihan kekuasaan dari Khulafaur Rasyidin kepada Daulat Bani Umaiyah dengan tergusurnya Ali Bin Abi Thalib dalam peristiwa “Majlis Tahkim”

Bagaiamanapun Mesir adalah sebuah tempat yang sarat dengan peran politik dan ke-sejarahan. Bagaimana tidak, nampaknya Mesir dilahirkan untuk selalu dapat berperan dan memberikan sumbangan terhadap perjalanan sejarah Islam itu sendiri. Dari segi ekonomi dan politik, ia memberikan sum-bangan yang cukup besar terutama sektor perdagangan dan pelabuhan Iskandariyah yang memang sejak kerajaan Romawi Timur merupakan pelabuhan yang ramai. Sedangkan dari segi pembangunan hukum Islam, Mesir merupakan daerah yang ikut melahirkan bentuk dan aliran hukum Islam terutama dengan kehadliran Imam Syafi’i, yang hukum-hukumnya sangat kita kenal.Setelah kehancurn kerajaan Islam di Bagdad, Mesir tampil dengan formar perpo-litikan yang baru, yang berkembang bersama kerajaan Daulat Fatimiyah. Kerajaan Daulat Bani Fathimiyah adalah salah satu dari tiga kerajaan besar islam, yaitu Daulat Safawiyah di Parsi dan Kerajaan Moghul di India, pasca kejayaan Islam pada masa Daulat Bani Abasiyah di Bagdad dan Bani

Page 61: Pengertian Pembaharuan Islam

Umaiyah di Spanyol. Kehadliran Mesir bersama Daulat Bani Fathimiyah yang didirikan oleh aliran/sekte Syi’ah (kerajaan Syi’ah) telah membe-rikan isyarat adanya kekuatan Islam di saat Islam mengalami kemunduran. Statemen ter-sebut bukanlah sebuah apologi, karena bukti-bukti eksistensi kerajaan tersebut sampai saat ini masih dapat kita jumpai, misalnya berdirinya Universitas Al Azhar yang didirikan oleh Nizamul Mulk sebagai pusat kajian keilmuan Islam.

PERAN MESIR PADA ABAD PERTENGAHAN DAN EKSPEDISI NAPOLEON DI MESIR

Peran sentral Mesir nampaknya masih terus berlanjut, ketika dunia Islam mengalami masa yang sangat suram, masa kemunduran dan kemandegan berfikir. Pada masa kemun-duran Islam, Mesir tetap bertahan dengan kemampuan yang dimiliki, misalanya :1. Eksistensi Daulat Bani Fathimiyah yang merupakan bukti keberadaan Islam disaat kita mengalami kemunduruan.2. Menjadi basis mobilisasi tentara dalam rangka perang salib.3. Menjadi pusat pengembangan kajian keislaman melalui Universitas Al Azhar.4. Menjadi pusat pengembangan Ekonomi Islam melalui perdagangan (Pelabuhan Is-kandariyah Mesir).

Namun demikian nampaknya sejarah kemunduran Islam tidak dapat dihentikan hanya dengan mengandalkan Mesir, dengan Daulat Fathimiyah atau Universitas Al Azharnya. Nampaknya Mesir hanyalah sebuah lantera kecil yang menerangi gelapnya malam, karena ternyata Mesir juga memberi andil terhadap reduksi kemampuan berfikir dika-langan Islam. Al Azhar yang selama ini berkembang menjadi simbol kajian keilmuan, juga terjangkit penyakit kejumudan dengan hanya mengajarkan ilmu Agama dan me-larang segala bentuk kajian keilmuan yang berangkat dari sisi rasionalitas, sistematik dan ilmiyah.Di samping itu, Mesir juga mempunyai andil masuknya kekuasaan asing melalui proses perdagangan yang dilakukan di Pelabuhan Iskandariyah, maka secara tidak langsung Mesir sangat rentang terhadap adanya dominasi dan eksploatasi ekonomi yang dilakukan oleh kekuatan asing. Kekuatan asing yang datang di Mesir sudah barang tentu membawa tata nilai dan kebudayaan yang berbeda dan keadaan tersebut jelas memberi pengaruh terhadap perkembangan sosial keagamaan di Mesir.Kondisi sosial dan rapuhnya kekuatan Islam di Mesir menyebabkan kekuatan asing dengan mudah masuk, misalnya Napoleon, yang melakukan ekspedisi ke Mesir dan mendarat di Iskandariyah pada tahun 1798 ( 9 tahun setelah Revolusi Perancis pada tahun 1789). Kehadliran Napoleon di Mesir memberikan beban dan gangguan psykologis yang tidak sedikit, karena dengan kehadlirannya akan menyebabkan gangguan struktural, ekonomi dan politik bagi umat Islam di Mesir, terutama dalam kaitan arti penting Mesir sebagai batu loncatan politik dan pengembangan kekuasaan asing di Afrika, sebab dengan dikuasainya Mesir, maka dapat dipakai sebagai basis pengembangan kekuasaan Perancis di Afrika atau tempat yang lain.

Kehadliran Napoleon di Mesir secara makro telah mengangkat Mesir menjadi ke-kuatan baru di Afrika, apalagi dengan dilakukan program pembangunan terusan Suez oleh Ferdinand De lesep, yang secara politik ekonomis memberikan keuntungan yang luas biasa, yaitu :1. Memangkas jarak dan rute perjalanan/pelayaran yang selama ini dilalui oleh Kapal Dagang dari Eropa ke Afrika atau Asia.

Page 62: Pengertian Pembaharuan Islam

2. Mengundang pola baru dalam sektor perekonomian dengan memberdayakan terusan suez sebagai pintu gerbang masuknya barang dan jasa.3. Secara politik Mesir adalah sebuah negara yang sangat di andalkan oleh Perancis terutama nilai strategis pada sektor ekonomi dan percaturan politik Afrika.

Di samping keuntungan-keuntungan politik-ekonomis yang sudah barang tentu di-miliki oleh Perancis, maka kehadliran Napoleon dan pembukaan terusan Suez memberi-kan dampak tersendiri bagi perkembangan Islam di Mesir. Yang sudah pasti adalah ber-kembanganya sikap keterbukaan berfikir dan terjadinya transformasi budaya antara pen-duduk asli (Islam) dengan orang pendatang, yang datang ke Mesir dalam rangka melaku-kan perdagangan dan kegiatan politik. Disamping itu hal tersebut, juga kita temukan be-barapa perkembangan baru yang terjadi akibat proses tersebut, misalnya :1. Bekembangnya cakrawala berfikir baru yang lebih rasional dan moderat.2. Berkembangnya sistem pendidikan yang lebih terbuka dengan berorientasi pada sikap rasional dan sistematis.

Keterbukaan dalam melakukan pemikiran keislaman dan pendidikan dengan orientasi pada sikap rasionalitas merupakan barang baru, yang sama sekali tidak berkembang di-kalangan Umat Islam Mesir, dan tawaran-tawaran semacam itu akan menimbulkan rekasi yang keras, yang berkembang dari mereka yang tidak mau menggunakan rasionalitas dan pembahasan sistematis terhadap ajaran Islam. Hal tersebut sangat wajar karena umat Islam telah jatuh pada sikap kehangatan sufisme dan mistisisme.Walaupun demikian, kehadliran Napoleon sangat berarti bagi timbulnya pola pendidikan dan pengajaran barat, yang sedikit demi sedikit akan mengubah persepsi dan pola pemikiran umat Islam, dan ini sudah barang tentu akan melahirkan semangat peng-kajian dan pembaharuan dalam Islam.

BUKU REFERENSI

1. Dr. Ali Syari’ati : Tentang Sosiologi Islam2. Dr. Muhammad Heykal : Sejarah Islam3. Philip K. Hitti : Sejarah Arab4. Dr. Harun Nasution : Islam di tinjau dari berbagai aspeknya.5. Drs. Imam Munawir : Pembaharuan Islam dari Masa ke Masa.

Page 63: Pengertian Pembaharuan Islam

PEMBAHARUAN ISLAM DI MESIRSuatu telaah kritis terhadap proses pembaharuanislam kontemporer

Oleh : DRS. IHSAN

PENDAHULUANIslam kontemporer merupakan istilah untuk menyebut suatu keadaan yang terjadi saat ini, berlangsung pada saat kita telah meninggalkan kehidupan abad pertengahan, kehidupan yang didominasi oleh rasa ketidakberdayaan intelektual dan kesadaran keyakinan akibat penyakit psykologis yang telah lama diderita oleh umat Islam.Islam kontemporer juga merupakan istilah generik yang dapat dipakai untuk menyebut suatu program dan aksi yang menginginkan proses pembaharuan dalam kerangka berfikir dan aktuali-sasi Islam dimasa yang akan datang terutama dalam menghadapi perkembangan ilmu pengetahu-an dan teknologi yang sarat dengan keragaman penemuan dan inovasi.Dengan visi dan gagasan tersebut, bukan berarti Islam akan dihadapkan kepada suatu ke-inginan untuk melakukan aktualisasi berdasarkan statemen dan pernyataan ilmiyah yang bersifat relatif, menafsirkan dengan menggunakan teori-teori ilmu pengetahuan yang spekulatif adanya, melainkan ingin melihat kebenaran isyarat Qur’aniyah yang dikembangkannya terutama me-ngenai tesis dan aksioma ilmu pengetahuan di dalam al Al Qur’an. Karena menempatkan Islam (Al Qur’an) dengan aksioma ilmu pengetahuan dan teknologi seperti itu , akan menyebabkan Islam menjadi sangat tidak bernilai dan direndahkan kapasitasnya. Namun demikian, Islam tidak berarti poby dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, karena ternyata jumlah isyarat-isyarat ilmu pengetahuan lebih banyak ketimbang permasalahan theologis itu sendiri, yang memang hanya dapat didekati tampa pendekatan Iptek.Problem-problem kontemporer yang dialami oleh umat Islam, memang tidak bersifat theologis atau kepercayaan dan keimanan, sebab problem-problem theologis telah habis masa edarnya pada abad ke 18, ketika Muhammad Bin Abdul Wahab menggerakkan umat untuk mengubur habis keyakinan sesat dan segala bentuk peribadahan yang tidak ada dasarnya. Sedangkan problem umat Islam kontemporer adalah kelemahan aktuali-sasi dan apresiasi keilmuan yang diisyaratkan oleh Al Qur’an, yang berakibat pada keti-dak mampuan umat Islam bertahan ditengah-tengah gemuruhnya perkembangan dunia.Secara umum ada perbedaan yang sangat mendasar terhadap sasaran dan obyek pembaharuan Islam pada abad ke 18 yang dipelopori oleh Muhammad bin Abdul Wahab dengan pembaharuan Islam pada abad ke 19 yang dipelopori oleh Jamaluddin Al Afghani, Muhammad Abduh, Muhammad Rasyid Ridho dll.

Gerakan pembaharuan Islam pada abad ke 18 yang dikenal dengan gerakan Wahabi mem-punyai ciri-ciri sebagai berikut :1. Sebagai gerakan theologis artinya sasaran pembaharuan adalah pemurnian cara pengamalan umat Islam dan sekaligus ajaran Islam, dengan hanya bersandar pada konsep kepercayaan dan peribadahan yang berasal dari Al Qur’an dan Al Hadits.2. Sebagai gerakan Literalis dan Tekstualis artinya gerakan yang hanya mengakui otoritas teks Al Qur’an dan Al Hadits dengan menekankan pentingnya formalitas dalam pengamalan agama, dan bukan hanya diamalkan dalam bentuk bathiniyah sebagaimana yang dilakukan oleh para

Page 64: Pengertian Pembaharuan Islam

sufis dan pengamal mistisisme. Dengan demikian gerakan ini adalah gerakan antibode dari sufisme dan mistisisme.3. Sebagai gerakan anti Intelektual dan Filsafat artinya gerakan yang mengedepankan rasionalisme dalam beragama, terutama dalam menafsirkan Al Qur’an dan Al Hadits. Gerakan ini hanya mematuhi kebenaran Al Qur’an dan Al Hadits dan bukan kebenaran rasional atau Filsafat, hal tersebut untuk menjaga kemurnian Islam.4. Sebagai gerakan anti kejumudan dan kemandegan berfikir dengan mengatakan bahwa pintu Ijtihad masih terbuka, dalam rangka melahirkan tradisi dan kebebasan berfikir dikalangan umat Islam. Walaupun demikian, gerakan tersebut tidaklah se-buah gerakan rasional dan juga bukan gerakan sufisme, karena gerakan ini berdiri di antara intelektualisme dan kehangatan serta kesalehan sufisme dan mistisisme.

Pola dan bentuk gerakan pemabaharuan tersebut diatas berbeda dengan modus gerakan pem-baharuan kontemporer yang dipelopori oleh Jamaluddin Al Afghoni dan Muhammad Abduh di Mesir. Pola pembaharuan Islam Kontemporer lebih mengarah kepada :1. Pembaharuan system berfikir artinya tata cara berfikir umat Islam yang harus meninggalkan pola pikir tradisional yang dogmatik.2. Upaya membangun semangat kolegial umat, agar memperoleh kesempatan melakukan aktualiasai ajaran terutama partisipasi aktif dalam percaturan politik, ekonomi dan hukum di dunia, sebab selama ini, umat Islam secara aktif tidak mampu memberikan partisipasinya dalam percaturan dunia.

Untuk melihat sejauh mana keberhasilan dan modus operasi pembaharuan Islam di Mesir, maka tidak akan lepas dari dua orang yaitu Jamaluddin Al Afghoni dan Muhammad Abduh.

JAMALUDDIN AL AFGHANI : API PEMBAHARUAN DI MESIR.Jamaluddin Al Afghani lahir di Asadabad Afganistan pada tahun 1838 sebagai seorang anak dengan kualitas Intelektual yang sangat luar biasa. Pada umur 18 tahun ia telah menguasai berabagi cabang ilmu pengetahuan, filsafat, politik, ekonomi, hukum dan agama. Karena keluasan ilmu pengetahuan yang dimilikinya, maka pada saat umur 18 tahun tersebut ia telah mempesona dunia intelektual dan politik dengan gaya agitasinya yang sungguh menakjubkan. Pengaruh agitasinya tersebut telah melahirkan suatu revolusi di Afganistan (Kabul) yang memaksa dia harus mengungsi ke India untuk kali pertama pada 1867, sebagai awal dari petualangan keilmuan dan politiknya.Di India, Jamaluddin juga melakukan agitasi untuk membangkitkan semangat perlawanan terutama terhadap pemerintah kolonial. Agitasi tersebut juga menimbulkan dampak yang luar biasa, yang memaksa dia meninggalkan India dan pergi ke Hejaz (Makkah). Kemudian pergi ke Mesir untuk membangkitkan semangat persaudaraan Islam pada tahun 1857, tetapi dia tidak lama, karena ia kemudian pergi ke Turki dengan sasaran pada Universitas Istambul, yang serta kehadlirannya menarik minat kalangan perguruan tinggi tersebut dan menyebabkan tumbuhnya kecemburuan dikalangan akademisi Universitas Istambul, maka ia kemudian kembali lagi ke India untuk kali kedua pada tahun 1869.

Tapi nampaknya India adalah sebuah persinggahan sementara, karena ternyata pengaruh Jamaluddin telah menumbuhkan semangat kebangsaan untuk melawan Inggris, yang sudah

Page 65: Pengertian Pembaharuan Islam

barang tentu sangat dibenci oleh mereka. Maka pada tahun 1871 ia pergi ke Mesir untuk kali ke-dua dan berdiam di sana selama 8 tahun (1879). Setelah itu ia kembali lagi ke India tepatnya di Hyderabad Deccau, pada tahun 1879 dan menerbitkan sebuah buku yang sempat menggegerkan dunia barat yaitu “Pembuktian kesalahan kaum Matrialis”.Jalamaluddin nampaknya identik dengan petualangan intelektual dan politik, sebab bukan hanya bumi Tuhan yang di Timur saja, yang sempat disinggahi, tetapi bumi Tuhan yang lain, di Eropa juga menjadi ladang persemaian agitasi solidaritas Islam. Di Perancis ia menggunakan media komunikasi sebagai instrumen penyebaran ajaran solidaritasnya. Al Urwat al Wutsqo adalah media cetak yang memberi andil besar bagi tumbuhnya rasa bangga terhadap diri, ter-utama sebagai pemeluk agama Islam. Setelah itu ia kemudian pergi ke London pada tahun 1891 untuk mensosialisasikan gagasan Pan Islamisme dan kebangkitan umat Islam.Pada tahun 1892 ia kembali ke Istambul dan mendapat sambutan yang luar biasa dari kerajaan Turki Utsmani dengan diberi hadiah uang 775 pound dan tempat tinggal yang sangat layak, akan tetapi jiwa Jamaluddin bukanlah jiwa konseptor yang hanya duduk di belakang meja, tetapi jiwa dia adalah konseptor dan petualang, maka ia kemudian pergi ke Parsi untuk membangkitkan semangat perlawanan rakyat, mengkritik habis pola pemerintahan otokrasi Shah Nasiruddin Qochar, yang ternyata efektif membangkitkan perlawanan rakyat, sehingga Shah Qachar terbunuh pada 1 Mei 1895 dalam pergolakan rakyat tersebut.Walaupun demikian, nampaknya petualangan Jamaluddin Al Afghani harus terhenti oleh kekua-saan Tuhan, karena pada tahun 1895 ia terkena serangan kangker rahang dan pada 9 Maret 1897 ia dipanggil Allah untuk mempertanggung jawabkan amal duniawinya.

Jika kita simak dengan teliti perjalanan sejarah kehidupan Jamaluddin, maka dapat diambil satu pengertian bahwa untuk menumbuhkan semangat kerakyatan dan kebebasan seseorang harus mampu menempatkan diri sebagai konseptor, pelopor dan pelaksana, sehingga ia merupakan contah yang sangat akseptible, kredible dan penuh dengan inovasi dalam setiap gerakannya.Untuk itu diperlukan pribadi yang cerdas, berwibawa, ramah dan sangat tegas. Dalam hal ini Edward G. Brownk mengatakan bahwa Jalamaluddin Al Afghani adalah sebuah pribadi yang sangat rendah diri, selalu berbicara hal-hal yang baik dan tidak pernah berbicara hal-hal yang tidak senonoh. Ia adalah seorang orator yang tidak ada bandingnya, tidak pernah minum minuman keras dan terpe-ngaruh oleh kehidupan dunia, ia sangat keras tetapi tidak bertemparemen panas (galak) ia ramah tetapi selalu bebas dapat bergaul. Ia berani menentang bahaya dan sangat bertanggung jawab, ia mempunyai pengetahuan yang mengagumkan bahkan seakan-akan tahu sebelum orang itu menga-takan, tapi ia tidak pernah menikah bahkan seakan-akan tidak memperdulikan wanita.Seperti yang dikemukakan dimuka, bahwa semangat pembaharuan di Mesir bekembang sebagai anti tesis dari keberadaan bangsa Perancis yang datang melalui Ekspedisi Napoleon. Secara umum memang keberadaan Napoleon telah sedikit banyak memberikan semangat berfikir bebas, tetapi ia tidak cukup kemampuan untuk membangkitkan semangat kebangsaan umat Islam telah tertidur oleh kekuasaan dan kekuatan bangsa Barat itu sendiri.

Melihat hal tersebut, maka orientasi pembaharuan Islam Mesir terutama yang dilakukan oleh Jamaluddin Al Afghani lebih mengarah kepada pembaharuan cara berpolitik dikalangan umat Islam. Oleh sebab itu gerakan pembaharuan Mesir atau gerakan Jamaluddin Al Afghani adalah gerakan Politik. Untuk mengetahui lebih jelas pemikiran pembaharaun Jamaluddin Al Afghani, berikut ini adalah pokok-pokok pikirannya :

Page 66: Pengertian Pembaharuan Islam

1. Islam mengalami kemunduran dan kejumudan berfikir bukan disebabkan oleh karena Islam tidak lagi lagi sesuai dengan perkembangan zaman, situasi dan keadaan masa kini, melainkan karena umat Islam tidak mampu menginterpretasikannya dengan kemampuan ijtihad dan ke-banyakan umat Islam telah meninggalkan ajarannya dengan mengikuti ajaran baru yang di-manipulisir untuk kepentingan asing.2. Bahwa kemunduran Islam dilapangan politik disebabkan oleh :Desintegrasi politik atau perpecahan dikalangan umat IslamCorak pemerintahan yang bersifat Absolut (otoriter)Pemimpin negara yang tidak disukai oleh rakyat (tidak kredible).Mengabaikan masalah pertahanan atau militerisasi.Administrasi dipegang oleh mereka yang tidak berkopenten.Adanya intervensi oleh negara asing.

Untuk itu diperlukan pola pemerintahan yang dapat menarik partisipasi masayarkat secara aktif dalam bentuk demokratisasi dan terbentuknya majlis syuro yang menjamin adanya partisipasi masyarakat secara komunal dan individual.

3. Bahwa untuk pembaharuan dan pengembangan semangat keislaman perlu digalakan solidaritas Islam dalam bentuk program aksi “PAN ISLAMISME” . Gerakan Pan Islamisme tersebut berusaha melakukan pembaharuan di bidang perpolitikan Islam dengan tujuan menyadarkan umat Islam dari bahaya dominasi bangsa asing. Oleh sebab itu perlu diadakan kegiatan-kegiatan :Agitasi dan propaganda untuk menggerakkan kaum muslimin agar melakukan pergerakan pemikiran dan pergolakan kebangsaan.Melakukan gerakan anti Eropa mulai tahun 1882 sebagai reaksi masuknya Inggris pada tahun 1880.Melakukan agitasi dan klarifikasi guna merubah sikap dan pandangan bangsa Eropa yang mengatakan bahwa :a. Nasionalisme dan Patriotisme bukanlah sebuah gerakan fanatisme dan ekstrimismeb. Penghargaan dan kemulyaan diri yang sedang diperjuangkan bukanlah sebuah Chauvinisme seperti yang dituduhkan oleh bangsa asing.

4. Bahwa untuk mensosialisasikan dan mengembangkan gagasan pembaharuan politik, maka di-dirikan media “Al Urwat Al Wutsqo” yang didirikan di Perancis pada tahun 1884 bersama murid nya yaitu Muhammad Abduh, yang hanya berumur 8 bulan, tetapi mempunyai dampak yang luar biasa, yaitu :Berkembangnya semangat menentang bangsa BaratAdanya usaha untuk menghidupkan kembali kebudayaah IslamAdanya semangat untuk mempersatukan umat Islam di dunia (Pan Islamisme).

Demikian pokok-pokok pikir yang dikembangkan oleh Jamaluddin Al Afghani yang pernah dikembangan pada awal abad ke 19. Prinsip pemikiran tersebut oleh Jamaluddin dikembangkan dengan radikal dan revolusioner. Barangkali hal tersebut disebabkan bahwa gerakan pembaharuan Islam ala Jamaluddin adalah gerakan politik yang tentu menempatkan jargon Anti Dominasi Barat sebagai agenda aksinya.Beberapa pemikir Islam seperti Dr. Fazlur Rahman memberikan penilaian bahwa gerakan

Page 67: Pengertian Pembaharuan Islam

pembaharuan (Modernisasi) Politik Jamaluddin Al Afghani adalah sebuah gerakan kesatuan Dunia Islam (Pan Islamisme) dan Populisme. Gerakan Pan Islamisme adalah gerakan untuk mem-bangkitkan semangat kesatuan dalam Islam yang dipicu oleh bangsa asing. Sedangkan gerakan Populisme adalah gerakan pemberdayaan masyarakat dan rakyat dari ketimpangan dan keter-tindasan struktural.Lebih dari itu ia mengatakan bahwa pemerintahan yang baik adalah pemerintahan yang didukung oleh Rakyat, karena pemerintahan yang didukung oleh konstitusi akan dapat berdiri, berjalan stabil dan dapat bertahan dari intrik-intrik bangsa asing.

MUHAMMAD ABDUH DAN KIPRAHNYA DALAM AGENDA PEMBAHARUAN ISLAM KONTEMPORER.Ada sosok pembaharu yang sangat kita kenal dan tidak mungkin terlupakan oleh sejarah pembaharuan Islam di Mesir yaitu Jamaluddin Al Afghani dan Muhammad Abduh. Kedua orang tersebut mempunyai hubungan yang sangat dekat dan erat karena kedua tokoh tersebut adalah Guru dan Murid. Namun demikian tidak berarti terdapat kesamaan visi dan pemberdayaan umat melalui program pembaharuan Islam. Pembaharuan Jamaluddin Al Afghani adalah pembaharuan (modernisasi) politik Islam yang menekankan adanya kebangkitan dan rasa solidaritas keislaman (Pan Islamisme) yang diaplikasikan dengan pendekatan radikal dan revolusioner, karena keadaan pada saat itu menghendaki gerakan revolusioner untuk membangkitkan semangat keislaman dan keagamaan. Sedangkan Muhammad Abduh melakukan program pembaharuan pada segala bidang dengan agenda aksi yang bersifat evolusi dan sentuhan kearah pergerakan pemikiran.Di samping itu, menurut Dr. A.Hanafi terdapat perbedaan yang sangat mendasar antara pembaharuan yang dikembangkan oleh Muhammad bin Abdul Wahab yang terhimpun dalam ge-rakan Wahabi dengan gerakan Pembaharuan Muhammad Abduh. Gerakan Wahabi (Gerakan abad XVIII) adalah gerakan Theologis artinya melakukan upaya purifikasi kepercayaan dan ke-imanan, sehingga terlepas dari noda syirik dan TBC lainnya. Gerakan Wahabi adalah juga gerak-an literalisme dan tekstualisme yang hanya menerima otoritas Al Qur’an dan Al Hadits dan menolak otoritas pemikiran rasional dan logika Filsafat (logika Yunani), namun demikian ia juga memasukkan agenda pendobrakan pintu ijtihad dan melarang segala bentuk taklid dalam diri umat Islam. Dari pokok pemikiran tersebut nampak terjadi inkonsistensi dan inkontruksi dalam berfikir dan bergerak, terutama pengharaman penggunaan rasio dan penggalakan ijtihad.Sedangkan gerakan Muhammad Abduh adalah gerakan pembaharuan yang Konprehensif. Gerakan pembaharuan yang meliputi semua aspek kehidupan manusia, aspek hukum, politik, theologi dan pendidikan yang kesemuanya telah hilang dari pangkuan Islam. Di samping itu ia melakukan gerakan rasionalisasi dalam Islam dengan menempatkan pemikiran Filsafat dan Logika Yunani sebagai instrument memahami ajaran Islam.

Muhammad Abduh dilahirkan di Mualat Nasar Mudiriyah Mesir Hilir pada tahun 1849, dan pada umur 10 tahun (th. 1859) ia telah mampu menghafal Al Qur’an. Pada tahun 1866 ia mema-suki pendidikan di Universitas Al Azhar dan di pusat pengkajian Islam ini mulai tampak ke-mampuan intelektual yang sangat luar biasa. Hal tersebut dibuktikan dengan kritik pendidikan yang dikembangkannya, ia melihat bahwa system pendidikan di Universitas Al Azhar sangat kuno dan lamban untuk dapat mengikuti perkembangan zaman serta sangat terikat dengan aturan-aturan tradisional, untuk itu perlu diganti dengan metode modern yang ternyata lebih efektif (Pelajaran 2 tahun dapat diselesaikan dalam waktu 1 hari).

Page 68: Pengertian Pembaharuan Islam

Pada saat menjadi rektor Universitas Al Azhar tahun 1901, ia melakukan reformulasi system pendidikan di lembaga kajian kebanggaan Islam tersebut. Ia mengatakan bahwa pendidikan harus memperhatikan relevansi dan signifikansinya terhadap kehidupan manusia. Ada dua dasar pertimbangan diberlakukannya pokok kajian keilmuan, yaitu :1. Relevensi ilmu dengan alokasi waktu yang dibutuhkan2. Relevansi ilmu dengan kebutuhan hidup manusia (Human Needs).

Dengan demikian suatu ilmu itu tidak perlu diajarkan dan sekaligus dipelajari kalau secara prinsip tidak mempunyai relevansi dengan kebutuhan hidup manusia dan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk mempelajari ilmu tersebut. Pembaharuan aspek sistem pendidikan mempunyai pengaruh yang kuat terhadap berkembangnya kualitas umat Islam dan kalau itu terjadi akan men-dorong lahirnya gerakan baru yaitu gerakan kesadaran kemanusiaan.Di samping pemikiran-pemikiran tersebut, juga terdapat program pembaharuan lain yang ternyata juga sangat penting, karena menyangkut jiwa dan api Islam dalam diri umat. Pemba-haruan bidang theologi adalah purifikasi ajaran Islam untuk memperoleh semangat keislaman, yang dilakukan dengan jalan :1. Memerangi sikap hidup yang fatalisme dan taklid2. Melakukan liberalisme dalam pemikiran dan pemahaman keislaman, terutama dalam memahami hukum-hukum Islam tetapi masih dalam kerangka menjaga kesucian dan ke-benaran wahyu itu sendiri.3. Melakukan upaya pembangunan kembali (Reformulasi) teks hukum Islam klasik agar lebih sistematis dan rasional sehingga dapat memberi manfaat bagi kehidupan.Dalam konteks seperti itu, maka sosok Muhammad Abduh adalah seorang rasionalis dan me-nekankan pemikiran filsafat sebagai landasan dalam berfikir keislaman. Bagaimanapun sangat kurang representatif jika kita menilai Muhammad Abduh hanya dengan mengkaji pemikiran-pemikiran tersebut di atas, untuk itu diperlukan perluasan pemikiran lain, yang kemudian dapat kita pakai sebagai parameter untuk membandingkan antara pola pembaharuan Muhammad Bin Abdul Wahab dengan Jamaluddin Al Afghani dan dengan Muhammad Abduh itu sendiri. Berikut ini adalah pemikiran pembaharuan Muhammad Abduh :1. Logika (Cara berfikir Rasional)Mengakui adanya kebenaran Logika (hasil pemikiran manusia)Bahwa pengakuan kebenaran logika yang membawa pada pengkajian filsafat harus ke-pada teks aslinya dan bukan kepada teks komentar yang dihasilkan.Kepercayaan dan keimanan dapat diperkokoh dan dipertebal dan bukannya diperlemah keadaannya dengan memberikan bukti-bukti rasional.Logika atau pemikiran rasional kritis bukanlah sebuah “Academic Exircise” tetapi meru-pakan instrument positif untuk membentuk pemikiran yang konstruktif.Logika adalah kunci terbukanya pintu ijtihadIslam rasional adalah bentuk pemahaman terhadap ajaran Islam yang membebaskan diri dari ketergantungan, karena kehadliran Islam adalah pembebasan dari ketergantungan terhadap pendeta dan perantara lain dan langsung berhadapan dengan Allah.

2. Etika atau moralitas manusia.Bahwa perbedaan buruk dan baik adalah suatu yang natural atau alami, sehingga dapat diketahui oleh akal tampa bimbingan wahyu artinya tampa harus ada dan menanti turunnya Wahyu.Bahwa Islam harus mengakui natural morality (moralitas atau kebenaran alami) yang seharusnya

Page 69: Pengertian Pembaharuan Islam

tidak ada perbedaan dengan Religiositas Morality (kebenaran berdasarkan agama) artinya bahwa sesuatu yang dianggap benar oleh natural morality seharusnya juga benar apabila dihadapkan pada Religiositas Morality. Hal tersebut disebabkan adanya satu anggapan bahwa kebenaran atau kebathilan merupakan sesuatu yang otonom dalam prinsip moralitas. Pemikiran tersebut juga dikembangkan oleh Mu’tazilah, Al Farabi dan Ibnu Rusyd.

3. Konsep Sosiol (nilai kemasyarakatan)Bahwa masyarakat tumbuh dan berkembang secara evolusi atau mengikuti hukum alam, sebagaimana yang dikembangkan oleh Ibnu Khuldum dalam buku Mukaddimahnya. Sebagaimana buku Risalah At Tauhid karya Muhammad Abduh. Bahkan dalam konsep kemasyarakatan, Muhammad Abduh selalu menampilkan hasil pemikiran umat Islam, dengan demikian ia bermaksud untuk mengangkat kembali kebudayaan Islam ditengah-tengah pergulatan pemikiran dan kebudayaan dunia.Masyarakat atau manusia mempunyai kecenderungan untuk melakukan integrasi sosial baik secara fisik, intelektual dan moral , untuk amat sangat sulit jika manusia hidup dalam kesendirian dan tidak integrated. Manusia membutuhkan solidaritas dan kesatuan dalam hidup, lebih dari itu maka pendidikan masyarakat harus diarahkan kepada hal yang bersifat Altruistik.

Pemikiran pembaharuan tersebut dilakukan dalam rangka membangkitkan kembali dunia Islam agar ia dapat berkembang dalam aktualisasi dunia yang sangat cepat dan aplikatif tersebut. Secara khusus bahwa program pembaharuan Muhammad Abduh mempunyai 3 tujuan utama, yaitu :1. Membebaskan akal manusia dari rutinitas yang membosankan2. Membebaskan manusia Islam dari budaya imitasi (meniru) yang cenderung mencerabut rasa kebanggaan diri dan kemampuan aktualisasi diri.3. Membebaskan manusia muslim dari kemandegan berfikir (Stagnasi Intelektual).

Demikian pola pembaharuan Islam yang dilakukan oleh Jamaluddin Al Afghani dan Muhammad Abduh, yang nampaknya sangat berbeda jargon, program dan metodenya dengan pembaharuan Islam yang dilakukan oleh Muhammad bin Abdul Wahab. Perbedaan tersebut bukan saja kepada dua sosok pembaharu tersebut, melainkan mengarah kepada kesimpulan bahwa ada perbedaan visi pembaharuan pada abad ke 18 dan ke 19 sebagaimana yang dikemukakan diatasDemikian mudah-mudahan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan kajian keislaman dan pembaharuan Islam itu sendiri.

BUKU REFERENSI1. Dr. Falzlur Rahman : Islam.2. Loph Stodart : Dunia Baru Islam3. Dr. Muhammad Heykal : Sejarah Islam4. Drs. Imam Munawir : Pembaharuan Islam dari masa ke masa

Page 70: Pengertian Pembaharuan Islam

Pembaharuan Islam di Turki

Diposkan oleh ZABAZ di 20.15 SITUASI SOSIAL KEAGAMAAN DAN PROSESPEMBAHARUAN ISLAM DI TURKI

Oleh : Drs. IHSAN

Turki dalam sejarah emperium Romawi Kuno adalah sebagian wilayah kerajaan Romawi Timur atau Bizantium, dengan pusat pemerintahan ada di Konstantinopel (selanjutnya diubah namanya menjadi Istambul). Konstantinopel pada awal perkembangan Islam merupakan salah sati sasaran pengembangan untuk wilayaha Barat, disamping kota Iskandariyah di Mesir. Kedua kota tersebut sangat penting artinya bagi perkembangan Islam di Eropa dan Afrika. Iskandariyah adalah salah satu pelabuhan terbesar zaman itu – yang menjadi perantara terjadiny adaptasi, akulturasi dan akumulasi budaya dari berbagai negara, dan dengan keadaan tersebut, Iskandariyah merupakan jalur penting bagi perkembangan Islam di Afrika.Sedangkan Konstantinopel sebagai salah satu kebanggaan kerajaan Romawi juga mempunyai peranan yang penting bagi pengembangan emperium Romawi, termasuk di dalamnya sebagai representasi kerajaan tersebut, dan dengan menguasi kota konstantinopel berarti telah memutus mata rantai kerajaan Romawi di Timur, termasuk didalamnya alah pengembangan misi agama Kristen. Pada saat yang sama dikalangan penganut Kristen terjadi kemundurun yang disebabkan oleh konflik intern keagamaan antara penganut Kristen Ortodoks dan Kristen Protestan.Turki sebagai subordinasi sistem kerajaan Islam yang baru berkembang padaparuh akhir kejayaan kerajaan Islam – pasca kejayaan kerajaan Islam di Bagdad dan kerajaan Islam di Spanyol, pada mulanya adalah sebuah daerah kumuh yang sering kali dikunjungi guna mendapatkan pekerja atau budak yang dipekerjakan di kota-kota besar dunia Islam pada abad pertengahan dan untuk itu tidak ditemukan sebuah literatur apapun yang menyatakan peranan Turki dalam konsteks permulaan pengembangan Syiar Islam. Hal tersebut boleh jadi disebabkan oleh gairah politik dan letak geografisnya yang jauh dari pusat peredaran Islam yaitu Madinah atau Makkah.Dinasti pertama yang mempekerjakan komunitas Turki adalah Daulat Bani Abbasiyah – yang pada perkembangan berikutnya memberikan kontribusi yang sangat signifikan terhadap komunitas ke Turkian dan dinasti Abbasiyah itu sendiri. Pada paruh akhir kejayaan daulat bani Abbasiyah, orang-orang Turki telah meraih jabatan politik yang sangat penting yaitu “Wazir”, sebuah lembaga advisor dan pelaksana kebijakan pemerintah – bahkan dalam kondisi tertentu ia dapat menjelma sebagai “Kholifah”. Budak-budak yang memiliki jabatan politik yang cukup menentukan tersebut dikenal dengan “Turki Mamaluk” yang kelak menjadi cikal bakal lahirnya kerajaan Turki Saljuk dan kemudian menjelma menjadi Turki Utsmani pada awal abad ke 18 M.Setelah kerajaan Islam di Bagdad hancur pada tahun 1258 M dan disusul kemudian oleh hancurnya kerajaan Islam di Spanyol pada tahun 1492 M, Umat Islam hampir saja kehilangan kekuatan politik, dan memang secara berlahan-lahan umat Islam mengalami kemunduran sosial politik dan ilmu pengetahuan. Namun demikian ditengah-tengah kemunduran tersebut, lahir wacana politik baru – yang kelak dapat memperlambat kejatuhan umat Islam secara keseluruhan

Page 71: Pengertian Pembaharuan Islam

sampai pada akhir abad ke 19 M.Ada tiga kerajaan Islam baru – yang sangat penting peranannya dalam memperlambat kejatuhan mental dan ruh politik umat Islam, yang dari situ dapat juga dipakai sebagai iindikator bahwa masih ada komunitas umat Islam yang tetap eksi baik secara politik maupun ekonomi, yaitua. Daulat bani Safawiyah di Iranb. Daulat bani Fatimiyah di Mesirc. Daulat Bani Saljuk atau Kerajaan Turki Utsmani di Turki.

Ketiga kerajaan tersebut menjadi benteng terakhir umat Islam, terutama dalam rangka menanggulangi kekuatan eksternal yang mulai mengganggu sekaligus menggusur kekuatan politik dalam Islam. Dalam perspektif theologis, ketiga kerajaan tersebut juga berjuang mempertahankan eksistensi theologis Islam, terutama kerajaan Islam Turki Utsmani yang menjadi pelopor perang perang sabil melawan dominasi theologi Kristen dalam serangkaian “Perang Salib”. Tokoh-tokoh seperti Sholahuddin al Ayubi menjadi contoh dan representasi perjuangan umat Islam dalam mempertahankan nilai suci agama Islam, termasuk didalamnya adalah menjaga keutuhan sosial politik umat Islam.

SITUASI SOSIAL KEAGAMAAN TURKI UTSMANI ABAD XIX

Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa Turki merupakan kebanggaan terakhir umat Islam yang bertahan dalam menghadapi hegemoni ekonomi, sosial dan politik bangsa Barat, walau pada akhirnya ia juga mengalami peristiwa yang sama yaitu kemunduran general yang kemudian menyebabkan mereka menjadi salah satu dari sekian umat Islam yang menderita penyakit (The Sick Man of Europe). Situasi dan perubahan sosio kultural dan politik telah berkembang sejak awwal abad XIX, dengan titik konsentrasi pada perubahan pendidikan, sosial kemasyarakatan dan politik. Berikut ini keadaan pendidikan, sosial kemasyarakatan dan politik Turki pada abad ke XIX.

A. PendidikanDalam sektor pendidikan terjadi perubahan orientasi dan materi pendidikan yaitu dari pendidikan dengan basic keagamaan menjadi pendidikan umum yang menitik beratkan pada pendidikan barat. Untuk itu didirikan sekolah umum (Maktabe Ma’arif), sekolah kesusastraan (Maktabe Edeby) dan lain-lain.

B. Sosial kemasyarakatan1. Masuknya ide progresif dari barat atau boleh dikatakan ide westernisasi sebagai anti thesis peengobatan kemunduran Turki secara umum atau karena kelemahan sosio kultural bangsa Turki.2. Berkembangnya gerakan tanzimat yang dipelopori oleh Musthofa Rasyid Pasha, Rif’at Pasha, Mehmet Sidek dan Musthofa Semi. Gerakan ini kemudian ditindaklanjuti oleh Sultan Abd. Madjid pada tahun 1839 dengan mengeluarkan deklarasi Gulhane, yang berisi :a. Dikeluarkannya aturan penegakan HAM.b. Diundangkannya sistem dan penggajian pegawai secara proporsional.c. Undang-Undan anti Korupsi.

Page 72: Pengertian Pembaharuan Islam

d. Undang-undang yang mengatur adanya persamaan hak termasuk dalam agama.

Gerakan pembaharuan atau tanzimat di Turki terjadi dalam dua periode, yaitu periode Rasyid Pasha dan Periode Ali Pasha dan Fuad Pasha.a. Tanzimat Rasyid Pasha; dengan titik tekan pembaharuan :· Reformasi hukum – meliputi pembentukan dewan hukum, penerbitan undang-undang Dinas Militer tahun 1855, Mahkamah baru dalam pidana dan perdata tahun 1849, hukum dagang tahun 1850 dan undang-undang yang mengatur pembebasan Kharaj atas tanah tahun 1855.· Reformasi pendidikan· Reformasi bidang politik dan pemerintahanb. Tanzimat Ali Pasha dan Fuad Pasha – meliputi pembaharuan dibidang :· Perubahan hukum-hukum tentang tanah tahun 1858· Hukum yang mengatur hak warga asing untuk memiliki tanah dan barang tak bergerak tahun 1867.· Hukum perdata Islam tahun 1859· Undang-undang penghapusan wakaf.

Gerakan pembaharuan atau yang dikenal dengan “tanzimat” ini kemudian dilanjutkan oleh generasi berikutnya – lebih radikal dan total, mereka kemudian dikenal dengan “Gerakan Ustmani Muda”.

C. Keadaan politikDalam bidang politik terjadi perubahan yang sangat signifikan, terutama untuk membawa Turki pada era baru – Turki yang modern. Perubahan-perubahan tersebut adalah :1. Reformasi jabatan Politik “Sadrazan” yang mempunyai kekuasaan otoriter atau absolut menjadi sebuah jabatan koordinatiof yang disebut dengan “Perdana Menteri”/Prime of Minister”.2. Kekuatan yudikatif yang dulunya dipegang oleh “Sadrazan” – diambil alih oleh “Syaikhul Islam” terutama dalam hal hukum syara’.

GERAKAN PEMBAHARUAN TURKI UTSMANI MUDA

Gerakan pembaharuan Turki pada masa Utsmani Muda lebih mengarah pada reformasi politik, terutama yang berkaitan dengan pembatasan kekuassaan absolut yang dipegang oleh Raja (Sultan) menjadi kekuasaan yang konstitusional – kekuasaan yang dibatasi oleh undang-undang dengan memberdayakan pengawasan dari rakyat. Reformasi jabatan politk yang absolut merupakan anti thesis yang dikembangkan oleh Utsmani Muda untuk memperbaharuhi kinerja politik bangsa Turki. Gerakan pembaharuan Utsmani Muda pada awalnya mendapat hambatan dari gerakan pembaharuan sebelumnya yaitu tanzimat yang sedikit mendukung pemerintahan yang absolut.

Untuk mengetahu lebih lanjut pembaharuan yang dilakukan oleh Utsmani Muda, berikut ini tokoh-tokoh pembaharu dan pokok-pokok pikirannya :A. Ziya Pasha (1825-1880).1. Pemerintah Turki harus dirubah dari bentuk absolutisme menjadi pemerintahan konstitusional

Page 73: Pengertian Pembaharuan Islam

agar bangsa Turki dapat maju dan sejajar dengan bangsa barat, karena bangsa Turki dapat masuk kedalamnya.2. Pemerintahan konstitusional didalamnya harus terdapat DPR sebagai perwujudan kedaulatan rakyat.

B. Nenik Kamal (1840-1888)1. Kemunduran Turki secara ekonomi dan politik disebabkan oleh sistem pemerintahan yang absolut dan oleh sebab itu harus dikembangkan pemerintahan yang konstitusional2. Piagam Gulhane belum mencerminkan adanya pemisahan kekuasaan, yaitu pemisahan kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif.3. Hak-hak politik rakyat harus dilindungi sebagai perwujudan kedaulatan rakyat.4. Untuk merealisasi hak-hak politik rakyat sebagai perwujudan kedaulatan rakyat, maka harus dibentuk 3 majlis yaitu majlis negara, majlis nasional dan majlis senat.

C. Ahmad Reza (1859-1931)1. Untuk menyelamatkan bangsa Turki, harus diadakan pendidikan positif artinya pendidikan dengan menitikberatkan pemikiran rasional dan bukan pemikiran theologis dan metafisika (mengambil konsep positifisme August Comte).2. Sistem pemerintahan konstitusional tidak bertentangan dengan nilai keislaman terutama yang berkaitan dengan konsep musyawarah.3. Mendesak Sultan agar segera merealisasikan sistem pemerintahan yang bersifat konstitusional.

D. Mehmed Murad (1853-1912)1. Bangsa atau negara Tukri mundur bukan disebabkan oleh Islam dan rakyat Turki itu sendiri, melainkan disebabkan oleh pelaksanaan pemerintahan yang absolut. Untuk mengatasi hal tersebut, maka pemerintahan yang absolut harus segera dibatasi dengan undang-undang.2. Kemunduran Turki juga disebabkan oleh desintegrasi antara pusat (Istambul) dengan daerah-daerah yang jauh – dalam pengertian yang lain terjadinya ketidakharmonisan hubungan antara pusat dan daerah.MUSTHOFA KEMAL PASHA; BAPAK PEMBAHARUAN TURKI MODERN

Terdapat satu nama yang tidak dapat dipisahkan dengan Turki Modern, yaitu Musthofa Kemal Pasha. Mengingat perannya yang sangat besar dan sentral dalam proses pembaha-ruan Turki, maka ia kerap kali disebut sebagai “Bapak Pembaharu Turki” atau “Kemal Ataturk”. Kemal Pasha melihat bahwa Turki yang mengalami kemunduran dan ketidakber-dayaan lrebih banyak disebabkan oleh ketidakmampuan bangsa Turki menghadapi absolutisme dan kekakuan politik, dan oleh sebab itu ia harus diberangus dengan menam-pilkan kedaulatan rakyat dalam bentuk majlis-majlis yang sebelumnya telah dikembangkan oleh gerakan Turki Utsmani Muda.Keberhasilan Musthofa Kemal Pasha dalam proses pembaharuan dan program penyela-matan bangsa Turki adalah ketiak ia membuat satu negara tandingan di Turki dengan pusat pemerintahan di Angkara (Ibukota Turki – sekarang). Pemerintahan tandingan tersebut secara politik mengancam eksistensi emperium Turki Utsmani yang berjalan sekitar 6 abad – mulai abad ke 12 M. sampai dengan abad ke 20 M. Keberhasilan Kemal Pasha mengeliminir dan merubah bentuk negara absolut menjadi negara republik yang demokratis banyak didukung oleh situasi sosial politik bangsa Turki yang sedang tidak senang dengan sikap kemutlakan dan absolutismr politik. Disamping itu keadaan politik dan tekanan dunia luar tyerhadap bangsa

Page 74: Pengertian Pembaharuan Islam

Turki semakin kuat terutama setelah Turki mengalami kekalahan beruntun dalam perang dunia I. Faktor dominan lainnya adalah keinginan merubah sistem kenegaraan agar bangsa Turki terbebas dari ketidakberdayaan.Pemberdayaan potensi bangsa Turki oleh Musthofa Kemal Pasha dimulai dengan melakukan Nasionalisasi simbol dan atribut kenegaraan, terutama untuk memutus pengaruh tradisionalisme yang menurutnya menjadi sebab dominan dari ilusi kejayaan masa lalu. Simbol dan atribut kenegaraan dikembalikan dalam kultur bangsa Turki, sehingga banyak akar-akar kebudayaan tradisional yang disemangati oleh Islam dan bangsa Arab kehilangan kekuatannya. Bangsa Turki oleh Musthofa Kemal Pasha dibawa pada tatanan baru yang sama sekali berbeda dengan akar dan nilainya dari bangsa Turki masa lalu – bangsa Turki telah dibuat lupa dengan masa lalunya oleh Musthofa Kemal Pasha.Program kedua yang dilaksanakan oleh Musthofa Kemal Pasha adalah melakukan perubahan citra dan visi kehidupan dengan menggunakan idiom-idiom barat sebagai repre-sentasi nilai kehidupan yang baru. Proses westernisasi ini ternyata menimbulkan akibat yang lluar biasa bagi bangsa Turki – yang sebelumnya adalah penganut agama yang taat. Akibat-akibat tersebut adalah :A. Tereduksinya program pendidikan keagamaan dan berkembangnya program pendidikan barat, yang berakibat semakin menipisnya kesadaran beragama (pengamalan agama).B. Visi westernisasi telah menyebabkan digantikannya simbol dan jargon Islam menjadi simbol dan jargon nasinalis Turki atau bahkan simbol dan jargon barat.C. Berkembangnya struktur sosial yang sekuler dengan meletakkan agama sebagai sesuatu yang tidak penting bagi perjalanan kehidupan manusia di dunia.

Mungkin secara umum program pembaharuan Turki oleh Musthofa Kemal Pasha telah membawa Turki pada era baru yang modern, bahkan untuk saat ini bangsa Turki telah menjadi bagian dari dunia barat yang sekuler. Akan tetapi harga yang harus dibayar sangat mahal dibandingkan dengan hasil yang dicapai oleh bangsa Turki dalam proses pembaharuan tersebut. Terdapat dua indikator yang dapat dilihat berkaitan dengan kegagalan Turki dalam proses pembaharuan tersebut, yaitu :A. Turki sampai saat belum menunjukkan sebagai negara yang maju, modern dan disegani oleh dunia barat, dibandingkan dengan Jepang yang juga mengalami kehancuran akibat perang dunia II. Jepang dapat bangkit kembali dan menjadi kekuatan raksasa dunia dalam tempo 25 tahun, sedangkan Turki setelah 70 tahun masih tetap tergantung dengan dunia barat.B. Bangsa Turki telah kehilangan kebanggaan masa lalu yang dibuang secara paksa keselokan western oleh Musthofa Kemal Pasha dan diganti dengan prinsip-prinsip barat yang ternyata tidak mampu mengangkat kepribadian dan spirit bangsa Turki – berbeda dengan Jepang yang melakukan modernisasi tetapi mereka tetap menjadikan tradisional isme sebagai pijakan dan tata niali kehidupan.

Terlepas dari kegagalan pembaharuan tersebut, maka menurut Muhammad Abduh dan Muhammad Rasyid Ridha bahwa apa yang dilakukan oleh mereka patut dihargai dan diikuti, karena mereka telah memberikan wacana baru dalam proses pembaharuan, setidak-tidaknya mereka telah mampu memberikan alternatif dalam rangka memecah kebekuan berfikir dan berkreasi. Wacana pemikiran yang lain adalah dikembangkannya pemikiran rasional untuk menggali nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam itu sendiri.

Page 75: Pengertian Pembaharuan Islam

Barangkali tindakan yang paling positif bagi setiap usaha pembaharuan adalah mengakumulasikan seluruh potensi keumatan baik potensi tradisionalisme, modernitas dan Post Modern yang telah berkembang di dunia barat – untuk kita analisa dan kemudian kita kembangkan dengan spirit Islam yang salafi, sehingga dunia yang akan kita jalani adalah dunia yang modern yang didalamnya berkembang berbagai macam ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi penuh dengan spiritualitas Islam yang damai, sejahtera dan selamat dunia akhira.

Pembaharuan Islam di Hejaz

Diposkan oleh ZABAZ di 20.08 SITUASI SOSIAL KEAGAMAAN DI JAZIRAH ARABDAN BERKEMBANGNYA GERAKAN WAHABI

Oleh : DRS. IHSAN

Jazirah Arab adalah sebuah daerah gersang dengan padang pasir yang sangat luas. Sebagian dari padang pasir tersebut terdapat sumber mata air (Wadi) yang merupakan daerah pertanian, terutama di kota Madinah. Padang pasir yang membentang luas di jazirah Arab nampaknya memberikan pengaruh khusus pada mereka terutama pada pembentukan watak dan karakter ma-syarakat Arab. Karakter mereka menjadi sangat keras, berangasan dan terkadang sangat kejam serta gemar melakukan peperangan, sesuai dengan situasi daerah yang sangat panas.Letak geografis yang kurang menguntungkan tersebut, sekaligus minimnya sumber air menyebabkan mereka selalu berebut daerah sumber air dan terkadang berakhir dengan pepe-rangan, untuk men-dapatkan air sebagai sumber kehidupan terutama binatang ternak yang sedang digembalakan. Oleh sebab itu orang yang disegani di kalangan bangsa Arab adalah mereka yang mempunyai kekuatan fisik dan kepandaian berperang, sedangkan kualitas ilmu pengetahuan tidak terlalu penting bagi mereka pada masa lalu.Sudah barang tentu, daerah Arab sangat tidak menarik bagi orang lain terutama untuk melakukan investasi atau paling tidak untuk tinggal didaerah tersebut. Akan tetapi setelah ke-hadliran Nabi Ibrahim dan Ismail ke jazirah Arab, telah membuka wacana dan anggapan baru terhadap jazirah Arab sebagai daerah yang sangat sulit untuk memulai kehidupan. Selama ini daerah yang berkembang hanyalah daerah disekitar Palestina yang selama itu ditinggali oleh Nabi Ibrahim.Kedatangan Nabi Ibrahim ke jazirah Arab secara esensial oleh Allah dimaksudkan untuk menggerakkan kembali semangat keagamaan yang pernah dihidupkan oleh Nabi Adam. Tempat-tempat seperti bukit Arofah, Ka’bah dan Ziddah merupakan tempat bersejarah dimasa lalu. Maka kehadliran Nabi Ibrahim bukan saja menghidupkan kembali semangat keagamaan tersebut, me-lainkan juga memenuhi panggilan Tuhan untuk menempati tanah baru yang dijanjikan-Nya.Dengan kedatangan Nabi Ibrahim tersebut, maka mulailah berkembang bentuk kehidupan masyarakat baru di jazirah Arab, masyarakat madani (Civil Society) yang disemangati nilai ke-agamaan dibawah bimbingan langsung Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Seiring dengan ber-kembangnya kehidupan di jazirah Arab terutama dengan sumur zam-zam sebagai nafas kehidup-an, telah menarik bangsa lain untuk melakukan muhibbah dan migrasi penduduk. Dan ini menye-babkan Arab tumbuh menjadi kota yang sangat disegani, kota tempat berkumpulnya para

Page 76: Pengertian Pembaharuan Islam

imigran daerah lain dengan latar belakang budaya dan karakter masing-masing, kota tempat dilakukannya proses negosiasi perdagangan yang merupakan profesi baru setelah mereka hidup berpindah-pindah dan melakukan perburuhan untuk mendapatkan bahan makanan.Seiring dengan perjalanan sejarah yang telah tertinggal jauh dibelakang sejarah, bangsa Arab nampkanya telah berkembang sangat jauh dan terbebaskan dari nilai keagamaan yang dibawa oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Mereka kembali hidup dengan prinsip yang kuat meng-eksploatasi yang lemah dan yang lemah menjadi santapan bagi mereka yang kuat. Sejarah bangsa Arab masa lalu yang disebut sebagai masyarakat madani, nampaknya hanya tinggal kenangan, karena bangsa Arab telah berubah menjadi bangsa yang sangat bodoh (Jahiliyah). Kebodohan-kebodohan tersebut tidak meliputi aspek ilmu pengetahuan, melainkan terhadap keagamaan dan prinsip kebenaran, misalnya :· Maraknya kehidupan amoral (Khamr, berzina dan berjudi).· Mengubur hidup-hidup anak perempuan mereka yang baru dilahirkan· Menentang kebenaran dan moralitas masyarakat· Berkembangnya keyakinan politheisme dengan menempatkan patung sebagai tujuan per-ibadahan bangsa. Dan masih banyak lagi.

Dalam keadaan seperti, kehadliran Nabi Muhammad adalah sesuatu yang sangat penting bagi masyarakat Arab khsusunya dan msyarakat dunia pada umumnya. Tugas Muhammad adalah melakukan upaya restrukturisasi sistem yangberkembang di masyarakat dengan pola-pola masyarakat madani yang sebelumnya telah berkembang di Arab pada jaman Nabi Ibrahim, oleh sebab itu simbol-simbol ajaran yang dikembangkan ajaran moral dengan isyarat mengikut jejak Nabi Ibrahim, sebagaimana yang kita lakukan ketika melaksanakan ibadah haji. Dengan demikian Nabi Muhammad adalah seorang reformis, Tajdid dan Modernis (rasionalisasi) masyarakat Arab dan dunia secara makro.Berdasarkan kejadian-kejadian tersebut, dapatlah diambil satu kesimpulan bahwa bangsa Arab telah mengalami dua kali pembaharuan, dengan visi yang berbeda, yaitu :· Reformasi pertama (Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail) adalah reformulasi masyarakat dengan tekanan pada pembentukan dasar masyarakat madani.· Reformasi kedua (Nabi Muhammad) adalah koreksi sekaligus pembaharuan terhadap bentuk kehidupan masyarakat yang selama itu telah kehilangan nilai humaniora, ketuhanan dan penghargaan terhadap kebenaran untuk kembali tegak hidup sebagai manusia dengan bingkai kemanusiaan, kebenaran dan ketuhanan.

SITUASI SOSIAL KEAGAMAAN BANGSA ARAB PADA ABAD XVIIISebagaimana yang kita maklumi bersama, bahwa Islam dengan kebenaran ajarannya telah memberikan dorongan berkembangnya masyarakat madani (Civil Soceity) yang diperkaya dengan ilmu pengetahuan, keluasan negara dan keluhuran kebudayaannya, terutama pada masa kedaulatan Bani Abasiyah di Timur (Bagdad) dan Bani Umaiyah di Eropa (Spanyol). Ketinggian dan kemajuan kebudayaan Islam telah mempesona setiap orang yang menyaksikannya.Pada bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, umat Islam telah banyak menemukan berbagai penemuan yang kemudian menjadi karya adi luhung, yang keberadaannya sampai sekarang masih dijadikan dasar bijakan pengembangan ilmu pengetahuan, misalnya metode Induksi (Research), Fisika, Kimia, Anstronomi, Bio Teknologi dan lain-lain. Dalam bidang seni sastra, kita me-nemukan karya-karya yang sangat monomental, Alfu Lailah wa Al Lailah merupakan

Page 77: Pengertian Pembaharuan Islam

karya yang tiada bosannya untuk kita baca (selanjutnya baca Dr. Ahmad Amin dalam buku “Kultur Islam”). Namun demikian, cerita kemajuan dan ketinggian kebudayaan Islam, nampaknya hanya sebuah Nostalgia saja, kenangan indah yang hanya dapat dirasakan dalam ilusi dan angan-angan saja seiring dengan kemunduran emperium keislaman.Adalah suatu yang alami jika seuatu berjalan mengikuti alur alam, ada kemajuan dan kemun-duran, ada kekuasaan dan kehidupan biasa. Kemajuan nampaknya telah membuat kita terlena, sehingga orang atau lembaga lain berusaha mengejar ketinggalannya dan kemudian menghabisi Islam sebagai lawan yang telah dinanti-nanti kelemahannya. Keteledoran dan kelemahan jiwa ke-islaman serta terbuainya dengan kemewahan sementara membuat mereka tidak mampu bertahan menghadapi gejolak dan tantangan dunia luar, maka akhirnya kekuatan asing dapat menghan-curkan Islam.Adalah Hulago Khan yang kali pertama memicu kemunduran dikalangan Islam dengan meng-hancurkan kota Bagdad; kota simbol kemegahan Islam di Timur dan kemudian Ferdinand dan Isabela menghancurkan Islam di Eropa terutama kota Barcelona Spanyol. Runtuhnya dua simbol kemegahan Islam tersebut ternyata diikuti oleh konflik dan kontroversi yang berkepanjangan antara Islam dan Kristen dalam perang salib yang sangat melelahkan.Di Arab (dunia Timur), kehancuran Islam memyebabkan masyarakat Islam melakukan kegiatan yang selama ini bukan roh Islam yang sebenarnya, yaitu memisahkan diri dari pengaruh dunia secara berlebih-lebihan. Maka apabila kita lakukan pengkajian secara rinci, maka situasi sosial bangsa Arab pada waktu itu (abad XVIII) adalah sebagai berikut :· Terjadinya ketimpangan struktural yang melahirkan ketergantungan strukturan artinya secara struktural umat Islam tergantung kepada dunia lain, dalam hal ini orang Barat.· Terjadinya dominasi (penguasaan) oleh orang asing terhadap umat Islam terutama dengan berkembangnya kolonialisme dan imperialisme.· Perkembangan ekonomi yang selama ini berjalan dengan baik, mulai dikuasi dan di dominasi oleh Barat dengan modal dan investasi mereka.Hidup dalam ketergantungan struktural tersebut nampaknya membuat umat Islam tidak tahan, sebagian mereka ada yang lari dari kehidupan dunia dan sebagian mereka ada yang menerima nasib struktural seperti itu dengan harapan Tuhan akan memberikan rahmat dan kekuatan untuk melepaskan diri. Kehidupan sosial keagamaan nampak sekali jauh dari apa yang digariskan oleh Nabi Muhammad SAW. Untuk melihat sejauh perubahan sosial keagamaan akibat kemunduran Islam tersebut, dapat dilihat pada uraian berikut ini :· Berkembangnya kehidupan fatalisme dan eskatologis yang dipicu oleh rasa putus asa ter-hadap keadaan dan ketidakmampuan mereka menghadapi pergulatan nasib serta keinginan untuk menghindarkan diri dari pengaruh buruknya kehidupan dunia. Mereka kemudian disebut sebagai kaum konservatif (kolot)· Moralitas masyarakat tidak lagi mencerminkan keluhuran dan keagungan Akhlak Islami atau bahkan mereka tidak lagi memperdulikan moral, maka pada saat itu tatanan masyarakat madani sebagaimana yang dicita-citakan Rasulullah atau lebih dari itu tatanan masyarakat madani tidak lagi signifikan terutama berkembang sekelompok cendekiawan yang tidak me-mahami dan mengenal agama.· Menurunnya tradisi berfikir yang sebelumnya berkembang dikalangan Islam dan menjadi sikap hidup yang taklid. Berkembangnya sikap hidup seperti itu membuat umat Islam semakin terjerembab dalam kultur jumud, kemandegan dan ketidakberdayaan.· Dalam bidang keimanan, mereka tidak lagi bertuhan Allah, tetapi bertuhan wali, orang pinter atau bahkan kuburan, yang sama sekali tidak akan memberikan manfaat. Mereka telah ke-

Page 78: Pengertian Pembaharuan Islam

hilangan Tuhan Allah atau mereka telah membunuh Allah dalam dirinya. Bahkan telah terjadi apa yang disebut sebagai sinkritisme agama.

Sikap hidup seperti itu bukan dominan dilakukan oleh masyarakat Arab, melainkan sudah menjadi simbol umat Islam pada waktu, kemajuan yang begitu mengagumkan diakhiri dengan ketetapan ditutupnya wacana dan kreasi berfikir. Tidak juga pada masyarak Arab, kenyataan tersebut ternyata memicu lahirnya pergolakan-pergolakan struktural dan politik yang berke-panjangan di dunia Arab.Di Jazirah Arab pada saat itu mucul gerakan dan prgolakan politik yang sebenarnya sangat penting untuk dicermati, karena keberadaannya sangat mempengaruhi perkembangan umat Islam secara keseluruhan. Berikut ini situasi politik jazirah Arab menjelang bergulirnya pembaharuan di Jazirah Arab, yaitu :· Pertarungan kepentingan politik antara Keluarga Ibnu Su’ud dengan penguasa pada waktu itu, adanya desintegrasi dan tidak adanya persatuan politik.· Suksesi kepemimpinan yang menimbulkan keprihatinan masyarakat (Tradisional dan Mo-dernis/Pembaharu).· Pertarungan politik tersebut, nampaknya berimbas pada pertarungan antara kelompok yang mengingkan pembaharuan dikalangan umat Islam (Muhammad Bin Abdul Wahab) dengan masyarakat yang ingin mempertahankan status quo (Kaum Konservatif).

GERAKAN WAHABI : SOSOK PENDOBRAK KEJUMUDAN DAN TAKLIDMuhammad bin abdul Wahab lahir di kota Ayibah (Ayinah) tahun 1703 dan meninggal tahun 1792 M. Ia termasuk seorang yang gemar melakukan petualangan, terutama untuk memperdalam kemampuan keagamaan dan pengembangannya. Di tempat kelahirannya, tempat yang dikenal se-bagai tempat yang paling murni mengamalkan agama Islam yaitu Madinah; di tempat ini ia mem-peroleh pendidikan hukum, yang didalamnya termasuk tradisi bid’ah.Setelah beberapa tahun berpindah-pindah maka ia kemudian menetap di kota kelahirannya, Ayyinah (Nejd) untuk memperkenalkan program atau aksi baru dalam membangun dan memur-nikan ajaran Islam. Ia menamakan gerakan pembangkitan umat dan pemurnian Islam tersebut dengan gerakan “Muwahhiddin”, gerakan untuk kembali kepada ajaran ketauhidan yang selama ini telah hilang dari ajaran Islam. Cita-cita muwahhiddin adalah mengembalikan Islam pada sisi kebenaran dan kemurniannya sebagaimana yang dijelaskan oleh Nabi Muhammad SAW. Namun demikian, bagi musuh-musuh gerakan muwahhiddin (kaum konservatif dan para sufisme) menganggap gerakan tersebut sebagai sesuatu yang membahayakan, maka mereka kemudian di-namakan dengan “Gerakan Wahabi” (untuk selanjutnya disebut gerakan Wahabi).Karena gerakan Wahabi dianggap sebagai gerakan yang mengacaukan status quo kaum kon-servatif, maka gerakan tersebut mendapat perlawanan yangsangat gigih dan menyebabkan Mu-hammad Bin Abdul Wahab melarikan diri ke berbagai tempat, yaitu :· Daerah Al Jabir· Amir Ayyinah yang diterima oleh Usman bin Mu’amar. Dilokasi yang baru ini, gerakan Wahabi dapat memulai usaha pemurnian ajaran Islam dengan melakukan hal-hal yang sangat radikal pada saat itu, yaitu :1. Menebang pohon-pohon yang selama ini dianggap keramat.2. Menghukum rajam bagi mereka yang melakukan perbuatan zinah.Gerakan tersebut menimbulkan pertentangan yang luar biasa dikalangan masyarakat dan

Page 79: Pengertian Pembaharuan Islam

menyebabkan Muhammad Bin Abdul Wahab menyingkir ketempat yang lain.· Dariah (tempat keluarga Ibnu Saud). Di tempat ini gerakan Wahabi mendapat sambutan yang baik dari keluarga kerajaan, sehingga terjadi kolaborasi antara politik dan agama. Di tempat ini, Muhammad Bin Abdul Wahab melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :1. Mendirikan sekolah untuk mendidik tenaga yang dapat dipakai sebagai peluru gerakan Wahabi.2. Bersama dengan kekuatan politik (raja Ibnu Saud) memerangi raja-raja yang kolot atau konservatif (raja menganut bid’ah), seperti :a. Raja Syarif Husain (raja Hijaz)b. Amir bin Abdu Daus ( Raja Nejd).3. Berziarah dan mengunjungi kuburan diharamkan.4. Menyebarluaskan gerakan Wahabi tersebut kepenjuru dunia seperti Syuri’ah dan Turki dengan bantuan kekuatan militer kerajaan Ibnu Sa’ud.

Gerakan tersebut di satu pihak sangat dibutuhkan oleh umat Islam, tetapi dipihak lain terdapat umat Islam yang masih menginginkan pola hidup konservatif yang selama ini telah men-jadi bagian hidup mereka. Melihat hal tersebut, maka gerakan Wahabi nampaknya menitik beratkan gerakannya pada aspek ketauhidan dan pemberantasan budaya bid’ah. Menurut Drs. Imam Munawir, inti dari gerakan Wahabi adalah sebagai berikut :· Melakukan usaha pemurnian ajaran Islam dengan kembali kepada sumber aslinya yaitu Al Qur’an dan Al Hadits.· Membersihkan tauhid dari noda syirik· Membersihkan ibadah dari segala bentuk bid’ah.· Memberantas segala bentuk formalisme atau simbolitas tampa amal perbuatan dalam agama dengan menekankan hidup sederhana.

Jika kita lihat secara rinci, nampaknya Muhammad Bin Abdul Wahab sangat dipengaruhi oleh pola pemikiran Ibnu Hambal (Mahzab Hambali) yang menekankan pada otoritas Al Qur’an dan Al Hadits sebagai sumber Islam yang asli. Pola kembali pada dua otorita Islam yaitu Al Qur’an dan Al Hadits adalam bentuk pemikiran yang berkembang di Madinah, termasuk juga pemikiran yang dikembangkan oleh Ibnu Hazm (1350 M) dan Taqiyyuddin Ibnu Taimiyah (1327 M.) yang keduanya merupakan guru dari Muhammad Bin Abdul Wahab.Ibnu Taimiyah yang sangat terkenal karena program menghidupkan kembali ajaran salaf (Muhyi Ats Tsar As-Salaf) dengan hanya mengakui apa yang telah dikembangkan oleh Rasul dan para shahabat, telah memberi semangat dan inspirasi bagi Gerakan Wahabi untuk me-ngembangkan sisi kehdipan yang hanya didasarkan pada kedua otoritas tersebut. Selain ajaran-ajaran tersebut oleh gerakan Wahabi tidak diterima sama sekali, termasuk segala bentuk bid’ah. Gerakan wahabi adalah gerakan yang sangat fundamental dan literal sebagaimana ajaran yang tersebut dibawah ini :· Segala bentuk ibadah yang tidak ditujukan kepada Allah adalah salah, dan orang tersebut halal darahnya untuk dibunuh.· Meminta pertolongan kepad akuburan, wali, syekh atau orang suci adalah perbuatan syirik.· Menyebut nama Nabi, Syekh, Malaikat sebagai perantara dalam pembacaan doa adalah musyrik.· Meminta syafaat kepada selain Allah adalah musyrik· Bernadzar tidak kepada Allah adalah musyrik.

Page 80: Pengertian Pembaharuan Islam

· Tidak percaya kepada Qodlo dan Qodar adalah kufur.· Menfasirkan Al Qur’an dengan takwil atau pemikiran bebas adalah kufur, dan· Segala bentuk bid’ah adalah menyesatkan.

Untuk mempermudah pengembangan dan penyebaran ajaran dan gerakan Wahabi, Muhammad bin Abdul Wahab disamping mendirika sekolah sebagai sarana transformasi keilmuan, ia juga menerbitkan satu buku yang dapat dipakai sebagai pedoman ketauhidan bagi kelompok Wahabi. Buku yang diberi judul “Kitab at Tauhid” memuat beberapa 3 (tiga) ajaran pokok, yaitu :· Tauhid yang dibagi menjadi tiga, yaitu tauhid Uluhiyah, Rububiyah dan Aswa Bi Al Sifah.· Syirik (perbuatan yang tidak ditujukan pada Allah), dibagi menjadi tiga :1. Syirik besar (adhim) yaitu melakukan do’a, niat, taat dan cinta kepada selain Allah).2. Syirik kecil (asghor) yaitu melakukan perbuatan riya).3. Syirik Khofi (syirik yang tersembunyi).· Kufur (mengingkari eksistensi Allah) dibagi menjadi dua, yaitu :1. Kufur Besar (Adhim) yaitu berbohong, menolak kebenaran, dan kufur karena keraguan dan sangkaan terhadap Allah.2. Kufur kecil (Asghor) yaitu kufur yang tidak keluar dari ajaran agama seperti kufur nikmat.

Dengan demikian kalau kita cermati, maka nampak sekali adanya kombinasi pemikiran yang menurut Dr. Mukti Ali adalah terdapatnya keseimbangan bentuk kepentingan dan pemikiran. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa gerakan Wahabi adalah gerakan yang menolak intelek-tualisme total sebagaimana Mu’tazilah tetapi ia tidak terjebak dalam kehangatan hidup dan kesa-lehan tata cara hidup tasawuf. Bagi mereka (gerakan Wahabi) sesuatu yang jelas adalah apa yang telah diatur dalam hukum klasik yaitu hukum yang tertera dalam Al Qur’an dan Al Hadits.Oleh sebab itu kehadliran gerakan Wahabi, bukanlah sebuah gagasan yang tampa per-tentangan dan kendala. Dalam rentang sejarah kita menemukan berbagai perlawanan baik yang dilakukan secara individual dan kemasyarakatan maupun yang dilakukan oleh kerajaan yang waktu itu mereka khawatir terancam eksistensinya. Gerakan-gerakan anti Wahabi tersebut terbagi dalam tiga kelompok, yaitu :· Kerajaan Turki Ustmani di Istambul dalam hal ini Sultan Muhammad. Bahkan untuk meng-halangi perkembangan gerakan Wahabi, Sultan Muhammad Ali merekrut kepada siapa saja yang tidak suka terhadap gerakan Wahabi.· Masyarakat yang pada waktu itu sedang tidur, maka gerakan Wahabi nampak seperti sesuatu yang sedang mengganggu tidur mereka.· Kelompok sufi (Tasawuf) yang sementara itu menjadi pendukung kehidupan bid’ah atau program nativisme yang lain.

Menjelang akhir abad ke 19, gerakan Wahabi dapat dihancurkan oleh kerajaan Turki Utsmani di Istambul, namun sebenarnya gerakan Wahabi telah menyebar keseluruh penjuru dunia melalui pergulatan pemikiran umat Islam dan persinggungan umat melalui ibadah Haji. Segera setelah ge-rakan tersebut hancur di kota kelahirannya, maka di bumi Allah yang lain telah lahir gerakan serupa yang dipimpin oleh Syayyid Ahmad Khan, Muhammad Abduh, Muhammad Rasyid Ridha Jamaluddin Al Afghoni dll.

KONTROVERSI PEMIKIRAN DAN GERAKAN WAHABI

Page 81: Pengertian Pembaharuan Islam

Gerakan Wahabi adalah gerakan dominan yang dapat membangkitkan umat Islam dari ke-bekuan dan ketidak mampuan mereka dalam menghadapi kehidupan. Gerakan ini bertujuan untuk membebaskan jiwa umat Islam dari kebekuan akibat padamnya api Islam dalam dirinya sendiri, untuk membangkitkan semangat yang telah hilang dan untuk membersihkan ajaran Islam dari TBC yang terbukti dominan menjerumuskan umat pada kesesatan dan ketidak mampuan.Melihat hal tersebut, Dr. Fazlur Rahman mengatakan bahwa gerakan Wahabi adalah istilah ge-nerik yang dapat ditetapkan tidak hanya kepada gerakan khusus seperti Gerakan Wahabi tetapi juga kepada setiap fenomena atau gerakan pemurnian Islam dari segala bentuk bid’ah atau pelecehan terhadap ajaran agama yang orisional. Gerakan-gerakan seperti Sanusiah di Afrika Utara, Gerakan pembaharuan di Indo Pakistan dan yang lain, dapat dimasukkan dalam kategori gerakan Wahabi dalam bentuk dan format kontemporer.Lebih lanjut ia mengatakan bahwa tampilnya gerakan Wahabi sebagai simbol bagi gerakan-gerakan yang bernuansa seperti hal tersebut, nampkanya tidak lepas dari ruh dan tujuan dari ge-rakan itu sendiri yang kemudian menjadi sumber kekuatan dan keberhasilan dari gerakan tersebut. Menurutnya bahwa keberhasilan gerakan Wahabi disebabkan oleh target yang ditetapkannya yaitu terbukanya pintu dan tradisi berfikir dikalangan umat Islam dan menentang setiap bentuk Taklid atau ketiadaan berfikir.

Namun demikian, tidak berarti bahwa pemikiran dan gerakan Wahabi terlepas dari kon-troversi dan polemik dalam mensikapi terhadap subtansi ajaran dan konsep pemikiran yang dikembangkan mereka sendiri sendiri . Dalam hal ini Fazlur Rahman melihat bahwa Doktrin Wahabi mengandung keganjilan pemikiran, terutama terhadap diktum-diktum yang amat penting bagi pengembangan gerakan itu sendiri. Bahkan kalau kita cermati terdapat inkonsistensi pe-mikiran atau tidak jujurnya dalam logika berfikir yang dikembangan oleh gerekan Wahabi ketika berhadapan dengan situasi yang berbeda yang sedang dihadapi. Dengan tidak keinginan untuk melihat kelemahan gerakan tersebut, karena secara historis telah terbukti kemampuannya dalam membangkitakan umat Islam, berikut ini adalah Kontroversi subtansi pemikiran-pemikiran ge-rakan Wahabi tersebut :· Gerakan Wahabi sangat menentang Taklid akan tetapi ia mengakui yurisprodensi Islam yang telah diputuskan pada tiga abad pertama.· Menentang otorita hukum dan ilmu pada abad pertengahan dan hanya mengakui otorita Al Qur’an dan Al Hadits dengan preseden Shahabat, akan tetapi ternyata hadits dikumpulkan secara otoratif pada abad ke 3 H/ 9 M. Maka mau tidak mau mereka juga mengakui otorita Ijma’ yang dikeluarkan pada 3 abad pertama Islam.· Sebagai gerakan kembali ke Al Qur’an dan Al Hadits, maka gerakan Wahabi adalah gerakan fundamentalis dan ultra konservatif serta literalisme mutlak, akan tetapi ia mengembangkan pemikiran bebas dalam hal ini terbukannya pintu Ijtihad.· Menolak qiyas atau silogisme mutlak yang dikembangkan oleh ulama pertengahan, akan tetapi ia mengembangkan pemikiran bebas terhadap A; Qur’an.· Sebagai gerakan kembali kepada Al Qur’an dan Al Hadits, maka ia bersifat fundamentalis dan ultra Literalis hanya kepada batang teks Qur’aniyah, akan tetapi dalah hal ijtihad ia tidak bersifat literalis bahkan ia lebih restriktif dari qiyas yang selama ini dikembangkan oleh para ulama pertengahan.

Terlepas dari kontroversi subtansi pemikiran gerakan Wahabi, maka seperti yang saya katakan bahwa gerakan Wahabi telah terbukti keberhasilannya dalam memperbaiki cara pandang dan

Page 82: Pengertian Pembaharuan Islam

hidup umat Islam pada saat itu. Untuk itu tugas kita adalah mengembangkan program pembaharuan tersebut, sehingga ajaran Islam benar-benar merupakan cerminan dari Al Qur’an dan Al Hadits itu sendiri, bukan hasil dan rekayasa sinkritisme umat yang telah kehilangan rasa keberagamaannya.

BUKU REFERENSI :· Muhammad bin Abdul Wahab : Kitab At Tauhid· Drs. Imam Munawir : Kembangkitan Islam dari masa ke masa· Dr. Fazlur Rahman : Islam· Dr. Harun Nasution : Islam ditinjau dari berbagai aspeknya· Busthami Muhammad Said : Gerakan Pembaharuan Agama antara modernismeDan pembaharuan Agama (Tajdiduddin).· John L Esposito : Ancaman Islam; mitos dan realitas(Edisi Revisi menggugat Tesis Huntington)· Philip K. Hitti : Dunia Arab (The sorth Story of Islam)· Muhammad Qutb : Perlukah menulis ulang sejarah Islam.