72
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi yang berjudul “Manfaat Ibadah Haji (Telaah Terhadap Surat Al-Hajj Ayat ;28)”, yang ditulis oleh Rina Kurnia, NIM: 104034001210 telah diuji dan dinyatakan lulus, dalam sidang munaqasyah di Fakultas Usuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 8 September 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Theologi Islam (S. Th.I) Program Strata Satu (S.1) pada Jurusan Tafsir Hadis. Sidang Munaqasyah, Ketua Merangkap Anggota, Sekertaris Merangkap Anggota, Dr. M. Suryadinata, MA Rifqi Muhammad Fathi, MA NIP.196009081989013005 NIP. 197701202003121003 Anggota, Penguji I Penguji II Dr. Bustamin, M.Si Dr. Lilik Ummi Kalsum, MA NIP. 196307011998031003 NIP.197110031999032001 Pembimbing, Dr. M. Suryadinata, MA NIP.196009081989013005

PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4246/1/RINA... · (tatacara; sayarat dan rukun) ibadah haji sudah terangkum dalam

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4246/1/RINA... · (tatacara; sayarat dan rukun) ibadah haji sudah terangkum dalam

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul “Manfaat Ibadah Haji (Telaah Terhadap Surat Al-Hajj

Ayat ;28)”, yang ditulis oleh Rina Kurnia, NIM: 104034001210 telah diuji dan

dinyatakan lulus, dalam sidang munaqasyah di Fakultas Usuluddin dan Filsafat

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 8

September 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Theologi Islam (S. Th.I) Program Strata Satu (S.1) pada

Jurusan Tafsir Hadis.

Sidang Munaqasyah,

Ketua Merangkap Anggota, Sekertaris Merangkap Anggota,

Dr. M. Suryadinata, MA Rifqi Muhammad Fathi, MA

NIP.196009081989013005 NIP. 197701202003121003

Anggota,

Penguji I Penguji II

Dr. Bustamin, M.Si Dr. Lilik Ummi Kalsum, MA

NIP. 196307011998031003 NIP.197110031999032001

Pembimbing,

Dr. M. Suryadinata, MA

NIP.196009081989013005

Page 2: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4246/1/RINA... · (tatacara; sayarat dan rukun) ibadah haji sudah terangkum dalam

MANFAAT IBADAH HAJI

(TELAAH TERHADAP SURAT AL-HAJJ AYAT : 28)

Oleh :

Rina Kurnia

NIM: 104034001210

JURUSAN TAFSIR HADIS

FAKULTAS USHULUDDIN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 3: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4246/1/RINA... · (tatacara; sayarat dan rukun) ibadah haji sudah terangkum dalam

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah

menjadikan kita termasuk orang-orang yang diberi nasihat, dan menjadikan kita

pandai dari ilmunya ulama-ulama shaleh. Shalawat serta salam penulis haturkan

kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan para shahabat beliau yang

senantiasa memegang teguh syariatnya.

Alhamdulillah, penulis telah berhasil menyelesaikan salah satu kewajiban

berupa sebuah skripsi yang dibebankan kepada setiap mahasiswa yang ingin

menyelesaikan studinya (S.1) di Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah.

Selain itu karya tulis ini, penulis persembahkan kapada Apa dan umi (alm H.

M. Irta dan Hj Mardiah) tercinta yang dengan kasih sayang, doa dan dukungan selalu

mengharapkan kesuksesan bagi penulis.

Untuk itu, patut kiranya penulis ucapan terima kasih yang tulus dan

menyampaikan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada ;

1. Bapak Prof. Dr. Zainun Kamaluddin F. MA., selaku Dekan Fakultas

Ushuluddin

2. Bapak H. Bustamin, M.Si, selaku ketua jurusan Tafsir Hadis, yang telah

memberikan pengesahan judul yang penulis ajukan sekaligus ketua penguji

skripsi saya.

3. Bapak DR. H. M. Suryadinata MA. Selaku pembimbing dan anggota

penguji, yang sudah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan

pengajaran kapada saya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

i

Page 4: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4246/1/RINA... · (tatacara; sayarat dan rukun) ibadah haji sudah terangkum dalam

4. Ibu Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA sebagai penguji yang telah meluangkan

waktunya di akhir Ramadhan di mana banyak orang yang sudah mudik

(pulang kampung) tapi ibu dapat meluangkan waktunya untuk menguji saya.

5. Suamiku tercinta kanda Achmad Muhajir, MA. yang selalu menemani,

mendampingi dan memberikan arahan dalam menyelesaikan tugas akhir

perkuliahan. I Love You Full

6. Kedua orang tua penulis beserta keluarga semuanya, yang memberikan

semangat dan dukungan baik materil maupun non materil

7. Bapak Muslim Abdurrasyid, S.Thi., yang telah banyak membantu memberi

arahan dalam mengerjakan tugas-tugas perkuliahan

8. Teman-teman angkatan 2004 UIN Jakarta

9. Kepada siapa saja yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.

Seiring dengan itu, saya berdoa semoga amal kebaikan mereka memperoleh

ridha Allah SWT.

Tak lupa kami mengharap tegur dan perbaikan dari para pembaca, karena

kami sadar dalam pembuatan skripsi ini tak luput dari kekurangan seperti perkataan

Imam Al-Ashfahani “Saya tidak pernah melihat sesorang ketika melihat suatu buku

kecuali pada hari esok ia berkata “kalau bagian ini dirubah tentu lebih serasi, kalau

pembicaraan ini ditambah tentu lebih lengkap, kalau pasal ini diajukan akan lebih

utama, dan kalau soal ini dibuang tentu akan lebih baik” ini adalah bukti yang

paling tepat bahwa manusia adalah makhluk yang penuh dengan sifat kekurangan dan

kekhilafan. ii

Page 5: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4246/1/RINA... · (tatacara; sayarat dan rukun) ibadah haji sudah terangkum dalam

Harapan saya semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat dan menjadi

sumbangsih penulis bagi pengembangan ilmu Tafsir dan Hadis khususnya dan

khazanah peneliti ilmiah umumnya., amin.

Jakarta, 14 Agustus 2010

Peneliti,

Rina Kurnia

iii

Page 6: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4246/1/RINA... · (tatacara; sayarat dan rukun) ibadah haji sudah terangkum dalam

DAFTAR ISI

MANFAAT IBADAH HAJI

(TELAAH TERHADAP SURAT AL-HAJJ AYAT : 28)

KATA PENGANTAR........................................................................................ i

DAFTAR ISI...................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah...................................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah................................................. 5

C. Tujuan Penelitian............................................................................... 8

D. Studi Pustaka..................................................................................... 8

E. Metodologi Penelitian........................................................................ 9

F. Sistematika Penulisan......................................................................... 11

BAB II DESKRIPSI IBADAH HAJI

A. Pengertian Haji................................................................................. 12

B. Sejarah Haji...................................................................................... 13

C. Tolok Ukur keabsahan Ibadah Haji.................................................. 18

BAB III ANALISA TENTANG MANFAAT IBADAH HAJI

A. Ibadah Haji Sebagai Motivasi Spiritualitas........................................ 31

B. Manfaat Ibadah Haji Bagi Kehidupan Manusia................................. 34

1. Aspek Sosial................................................................................. 34

2. Aspek Ekonomi............................................................................ 37

iv

Page 7: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4246/1/RINA... · (tatacara; sayarat dan rukun) ibadah haji sudah terangkum dalam

BAB IV MANFAAT IBADAH HAJI DALAM AL-QUR’AN MENURUT ULAMA

KONTEMPORER-MODERN

A. Interpretasi ayat 28 Menurut M. Quraish Syihab................................... 41

B. Interpretasi ayat 28 Menurut Sayyid Quthb............................................ 48

C. Interpretasi ayat 28 Menurut Hamka...................................................... 52

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................................ 59

B. Saran-saran............................................................................................ 60

Daftar Pustaka ........................................................................................................ 62

v

Page 8: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4246/1/RINA... · (tatacara; sayarat dan rukun) ibadah haji sudah terangkum dalam

MANFAAT IBADAH HAJI

(TELAAH TERHADAP SURAT AL-HAJJ AYAT : 28)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Usuluddin dan Filsafat

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai

Gelar Sarjana Tafsir Hadis

Oleh :

Rina Kurnia

NIM: 104034001210

Di Bawah Bimbingan

Dr. M Suryadinata, MA

NIP. 196009081989013005

JURUSAN TAFSIR HADIS

FAKULTAS USULUDDIN DAN FILSAFAT

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 9: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4246/1/RINA... · (tatacara; sayarat dan rukun) ibadah haji sudah terangkum dalam

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Rukun Islam terdiri dari lima komponen yang menjadi dasar Islam

meliputi: Syahadat, Shalat, Puasa, Zakat dan haji. Haji merupakan perjalanan

religius menuju Baitullah (Mekkah) merupakan aktivitas kontinuitas yang selalu

dilaksanakan setiap tahun dan jatuh pada bulan ke 12 (Zulhijjah) Hijriyah. Selain

sebagai perintah agama, aktivitas ini terkesan unik karena walaupun harus

mengeluarkan biaya yang tidak sedikit jumlahnya, umat Islam selalu

berbondong-bondong untuk sampai ke rumah Allah, bahkan dalam jumlah

hitungan angka besar.

Ibadah haji sebagai salah satu dari lima rukun yang mempunyai keunikan

dan berbagai manfaat yang akan didapatkan. Haji hanya wajib bagi orang yang

mampu melaksanakannya secara lahir dan batin. Lahir artinya dia mempunyai

harta atau ongkos perjalanan yang relatif mahal, dan batin berarti harus sehat jiwa

dan raga sehingga bisa melakukan semua rukun-rukun dan wajib haji secara

sempurna. Seseorang yang melakukan ibadah haji tentu saja akan menemukan

sesuatu manfaat pada dirinya secara pribadi. Selain itu, keunikan dalam ibadah

haji akan terlihat di kala mengerjakan ibadah tersebut. Keunikan tersebut akan

memunculkan manfaat yang luar biasa. Ini menunjukkan bahwa ketika orang

Page 10: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4246/1/RINA... · (tatacara; sayarat dan rukun) ibadah haji sudah terangkum dalam

2

muslim berkeinginan untuk menunaikan rukun Islam yang ke lima ini,1 maka dia

harus sehat jiwa dan raganya, serta mempunyai dana yang cukup untuk biaya

perjalanan ataupun biaya bagi yang ditinggalkan.2 Pelaksanaan ibadah haji bagi

kaum muslimin ini banyak manfaatnya. Sebagaimana yang difirmankan Allah

dalam surat al-Hajj [22]: 28 yang berbunyi:

):۲۲ )

Artinya:

Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya

mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezki yang

Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah

sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan

orang-orang yang sengsara lagi fakir. (Q.S. al-Hajj [22]: 28)

Ibadah haji dilaksanakan pada suatu tempat, yaitu Baitullah (Rumah

Allah). Rumah Allah adalah sebutan lain dari Ka’bah yang menjadi kiblat umat

Islam seluruh dunia. Namun, satu hal yang tidak patut untuk dilupakan

sehubungan dengan Ka’bah dan haji adalah Nabi Ibrahim. Selain sebagai pendiri

agama hanif,3 menurut sejarah, Ibrahim peletak batu pertama pembangunan

Ka’bah dan pelaksanaan haji, karena hampir semua aktifitas dalam ibadah haji

1 Berdasarkan fenomena umum, di kalangan masyarakat muslim haji sudah masyhur sebagai

rukun Islam kelima. Dalam hal ini, penulis tidak terlalu berpandangan pada hadits yang secara tekstual

terdapat perbedaan letak redaksi haji. 2 Dalam kitab-kitab fiqh, bahkan sampai saat inipun kedua factor ini menjadi syarat mutlak

bagi orang yang hendak menunaikan ibadah haji, lebih lanjut lihat, Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, Cet. III

libanon: Daar al-Fikr, 1983 3Agama hanif adalah agama yang menganut paham satu Tuhan yaitu Allah. Lebih lanjut lihat,

Khalil Abdul Karim, Hegemony Quraisy: Agama, Budaya dan Kekuasaan, Ter. Faisol Fatawi,

(Yogyakarta: LKIS, 2004), h. 110

Page 11: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4246/1/RINA... · (tatacara; sayarat dan rukun) ibadah haji sudah terangkum dalam

3

mencerminkan perbuatan Nabi Ibrahim dan Siti Hajar ketika beliau berada di

sekitar Ka’bah.4 Serta hampir semua informasi dari beberapa referensi

menegaskan bahwa sejarah disyariatkannya haji berawal dari Nabi Ibrahim.

Nabi Ibrahim adalah Nabi yang diutus untuk masyarakat Arab, jadi

bukanlah suatu hal yang aneh jika penduduk Arab tetap membudayakan tradisi

yang pernah diterapkan oleh kakek leluhurnya sampai diutusnya Rasul terakhir

Muhammad saw. Itulah sebabnya mengapa haji sudah menjadi tradisi mereka

sebelum Muhammad SAW diutus, salah satu manusia yang yang melestarikan

ritual haji adalah Qushay.

Qushay adalah orang pertama dari keturunan Quraisy yang merenovasi

bangunan Ka’bah setelah Nabi Ibrahim, melakukan penjagaan terhadap Ka’bah,

memberikan minuman dan penyambutan kepada para haji, mengharuskan kepada

orang-orang Quraisy untuk mengeluarkan pajak serta memberikan minuman dan

makanan bagi para haji dan yang melakukan Umrah, sebagaimana perintahnya

membuat tungku api di gunung-gunung dan tempat-tempat tinggi di Muzdalifah

agar perjuangan Quraisy terlihat dari Arafah.5

Terlepas dari Ibrahim sebagai peletak batu pertama pelaksanaan haji,

rupanya Qushay sebagai nenek moyang Rasulullah menjadikan haji sebagai salah

satu alat untuk menopang legitimasi kekuasaannya. Itu artinya bahwa haji selain

4 Maulana Muhammad Ali, Islamologi, Ter. A. Kaelani, Jakarta: Darul Kutubil Islamiyah,

1977, hal. 607.

5 Abdul Karim, Khalil, Hegemony Quraisy: Agama, Budaya dan Kekuasaan, Ter. Faisol

Fatawi, Yogyakarta: LKIS, 2004, h. 110

Page 12: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4246/1/RINA... · (tatacara; sayarat dan rukun) ibadah haji sudah terangkum dalam

4

menjadi tradisi masyarakat Arab dan warisan dari Nabi Ibrahim dipolitisir untuk

menguatkan kekuasaan kaum Quraisy. Sekilas statemen ini mengindikasikan

bahwa haji hanya sebagai alat untuk menjunjung kekuasaan suatu kaum tertentu.

Nabi Ibrahim dan Nabi Muhammad Saw, demikian juga nabi-nabi yang lain

mempunyai tugas yang sama yaitu menyampaikan keyakinan tentang satu Tuhan.

Inilah yang menjadi alasan para ilmuan lebih berkenan untuk mengatakan bahwa

Muhammad Saw bukan pendiri agama Islam, karena arti dari Islam sebenarnya

adalah pemasrahan diri yang sempurna kepada Allah.6

Di samping itu pula bahwa ibadah haji selain sebagai ibadah yang

disyariatkan oleh Allah kemudian menyimpan beberapa aspek yang dijadikan

pijakan oleh umat Islam itu sendiri. Aspek-aspek tersebut di antaranya: Aspek

sosial, meliputi dimensi ekonomi, persaudaraaan (Qurban). Aspek ibadah,

meliputi hubungan vertikal dengan Tuhan.

Dalam aspek sosial misalnya bahwa para penafsir sepakat dalam ayat 28 surat

al-Haj dan 198 surat al-Baqarah ini adalah satu, yaitu tidak terlarang seketika

mengerjakan haji itu disambilkan juga niaga, berjual beli, bahkan Hamka

mengatakan di dalam kedua ayat itu mendapat kesan, bahwa sebelum “hari-hari

tertentu” atau sebelum berbondong-bondong turun dari Arafah. waktu buat urusan

yang lain, buat berniaga, buat mencari keuntungan masih ada, sebab sampai di

Mekkah bukanlah tepat pada "hari-hari tertentu" itu, melainkan beberapa hari

6 Altaf Gauhar, Tantangan Islam, Bandung : Pustaka, 1995, hal. 3

Page 13: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4246/1/RINA... · (tatacara; sayarat dan rukun) ibadah haji sudah terangkum dalam

5

lebih dahulu. Hari-hari yang terlarang itu tidaklah ada salahnya jika digunakan

mencari keuntungan yang halal.7

Ibadah haji yang terjadi pada dewasa ini terkesan hanya memiliki aspek

ibadah saja8. Hal ini tentunya berbeda dengan apa yang dipahami oleh para

penafsir klasik maupun modern, padahal manfaat dari segi duniawi dalam tafsir

Misbah dikatakan memiliki banyak aspek, tetapi pada akhirnya mengatur umat

manusia meraih kemajuan dan kemaslahatan bersama terlebih dalam segi

ekonomi.

Maka dari itu, sesuai dengan pemaparan di atas dan dengan berbagai

persoalan terkait dengan ibadah haji, maka penulis menganggap penting

mengangkat persoalan ibadah haji terlebih manfaatnya. Dalam hal ini persoalan-

persoalan yang di atas semua terangkum dalam sebuah judul : Manfaat Ibadah

Haji (Telaah terhadap Surat al-Hajj:28).

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah

Ibadah haji merupakan sebuah manifestasi dari penyempurnaan rukun

Islam yang ke-5. Yang tentunya akan berimplikasi pada perbuatan manusia itu

sendiri dan hal ini yang dicita-citakan oleh para hujjaj yang sering dikenal Haji

Mabrur. Pembahasan haji atau perintah ibadah haji yang berkenaan dengan

7 Abdul Malik Abdul Karim Amrullah, Hamka, Tafsir Al-Azhar, Jakarta, Pustaka Panjimas,

jus 17, hal. 161

8 Fenomena jama'ah haji indonesia dalam pelaksanaan ibadah haji hanya melaksanakan

rukun, wajib dan sunnah haji saja sepserti "tawaf, wukuf, sya'i melontar dll.

Page 14: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4246/1/RINA... · (tatacara; sayarat dan rukun) ibadah haji sudah terangkum dalam

6

kaifiah (tatacara; sayarat dan rukun) ibadah haji sudah terangkum dalam kitab

suci al-Qur’an, dan dijelaskan di berbagai ayat.

Beberapa ayat itu terdapat di berbagai surat yang berbeda, di antaranya:

surat Al-Baqarah ayat 128, 158, 196 dan 203, surat Al-Imran, ayat 97, surat Al-

Maidah ayat 1, 2, surat At-Taubah, 3 dan 19 serta dalam surat Al-Hajj, ayat 25

dan 26.

Sedangkan ayat yang menjelaskan tentang manfaat ibadah haji secara

sepesific terterah pada ayat 28 surat Al-Hajj, namun demikian tetap ada ayat lain

yang mendukung tentang manfaat haji seperti; ayat 198 dalam surat Al-Baqarah

dan surat Al-Maidah ayat 97, serta dalam surah al-Hajj ayat 27 sampai dengan

ayat 29.

Bahkan ibadah haji juga disebutkan sebagai sebuah tradisi bangsa Arab

atau umat Nabi Ibrahim. Tapi, tentang pembahasan manfaat ibadah haji belum

diterangkan secara eksplisit, dan ulama tafsir juga jarang membahas tentang

manfaat ibadah haji walaupun ada hanya secara umum. Tentunya bagi penulis

memberikan sebuah gambaran dalam penelitian tentang ibadah haji.

Pada pembahasan ini, penulis tidak memaparkan ibadah haji secara

keseluruhan. Tetapi lebih kepada pembahasan manfaat haji yang tertulis dalam

surat Al-Hajj ayat 28 yang didukung oleh ayat-ayat lainnya seperti pada ayat 27

dan 29 surat Al-Hajj, dalam surat Al-Baqarah ayat 198 dan surat Al-Maidah ayat

96, 97, agar pembahasannya sistimatis dan tidak melebar.

Page 15: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4246/1/RINA... · (tatacara; sayarat dan rukun) ibadah haji sudah terangkum dalam

7

Dalam hal ini penulis membatasi masalah ini pada kitab-kitab tafsir

kontemporer. Kitab tafsir modern meliputi Tafsir Misbah karya M.Quraish

Shihab. Tafsir al-Azhar karya M. Hamka dan Fizalil al-Qur’an karya Sayid Qutb.

Penulis memilih Quraish Shihab karena dalam penggunaan tafsir maudhu'i dapat

menyajikan pesan-pesan Al-Qur'an yang terdapat pada satu surat saja, ataupun

dengan menampilkan (mengaitkan) pesan-pesan yang sama atau yang berkaitan

erat dengan surat-surat yang lain9, dan Quraish Shihab merupakan pakar tafsir

yang banyak menggunakan methoda maudhu'i, dengan demikian penulis

mengagap dengan menggunakan tafsir Al-Misbah sudah refresentatif dalam

melakukan kajian ini.

Selain itu tafsir Hamka penulis ambil karena kajiannya sangat terpokus

pada kajian dan selalu dibubuhi oleh analis yang kuat, sedangkan Sayid Qutb

dipilih karena mempunyai kandungan hujjah yang kuat dalam menafsirkan ayat.

Dari permaslahan di atas dan untuk tidak melebarnya pembahasan maka

penulis akan membatasi perumusan masalah seputar manfaat haji yang terangkum

dalam sebuah pertanyaan besar :

"Apakah manfaat haji bagi manusia dalam surat Al-Hajj ayat 28?"

9 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur'an: Tafsir Maudhu'I atas Pelbagai Persoalan Umat,

Jakarta, Mizan, cet. XIX, 2007, h. xii

Page 16: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4246/1/RINA... · (tatacara; sayarat dan rukun) ibadah haji sudah terangkum dalam

8

C. Tujuan Penelitian

Setiap tindakan yang dilakukan oleh seseorang pasti memiliki maksud dan

tujuan tertentu. Demikian pula dengan penulis skripsi ini yang mempunyai

tuijuan-tujuan tertentu, antara lain:

1. Membantu memberikan pemahaman al-Quran secara benar dan proporsional

melalui pendekatan historis.

2. Sebagai tambahan literature ke-Islaman terutama tentang kajian al-Quran dari

segi historis.

3. Sebagai tugas akhir, guna memperoleh gelar sarjana (S.1) pada universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Terakhir semoga pembahasan sederhana ini dapat bermamfaat bagi kaum

muslimin secara umum, sekaligus sebagai ilmu yang bermamfaat serta menambah

wawasan pengetahuan keIslaman.

D. Studi Kepustakaan

Dalam penelusuran pustaka yang penulis lakukan, penulis menemukan

adanya kajian yang membahas tema ibadah haji yaitu skripsi karya:

1. Abas (1933410403) dengan judul Konsep Istitho’ah dalam

Pelaksanaan Ibadah Haji.

2. Kustiana Arisanti (0034019054) dengan judul Reinterpretasi Haji:

Kajian Historis Terhadap Perintah Haji dalam al-Quran.

Page 17: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4246/1/RINA... · (tatacara; sayarat dan rukun) ibadah haji sudah terangkum dalam

9

Pada karya Abbas lebih menitik beratkan pada konsep istitho'ah, yakni

makna mampu untuk melaksanakan ibadah haji, yang tentunya dengan

memaparkan kereteria mampu untuk menunaikan ibadah haji. Sedangkan karya

Kustiana membahas masalah pengaruh masyarakat pra Islam terhadap printah

haji, dan objek perintah haji pada ayat 97 suarat ali Imaran dan ayat 27 pada surat

al Hajj.

Kedua kajian tersebut masih memungkinkan penulis untuk mengkaji lebih

dalam tentang manfaat dari pelaksanaan ibadah haji yang terinspirasi firman

Allah dalam surat al-Hajj {22] ayat 28. Oleh Karena itu, penulis menemukan

adanya ruang kosong dalam khazanah kepustakaan Islam yang belum dibahas

secara khusus.

E. Metodologi Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini cara yang ditempuh penulis dalam penyusunan

skripsi ini ada tiga aspek metodologi penelitian yang digunakan:

1. Metode Pengumpulan Data

Dalam mengerjakan karya tulis ini, penulis menggunakan metode

penelitian kepustakaan (library research). Hal ini dilakukan untuk

memperoleh data dan referensi yang akurat dan memadai dalam rangka

menjawab permasalahan yang telah dirumuskan di atas. Dengan demikian,

penulis berusaha menjelaskan masalah yang tersebut dengan mencari data dan

referensi dari sumber-sumber kepustakaan, baik primer, yaitu referensi yang

Page 18: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4246/1/RINA... · (tatacara; sayarat dan rukun) ibadah haji sudah terangkum dalam

10

berhubungan dengan masalah yang dibahas dalam hal ini adalah Al-Qur'an

dan tafsir, maupun skunder yaitu buku-buku penunjang yang berkenaan

dengan masalah yang dibahas.

2. Metode Pemabahasan

Sebagaimana yang dikatakan oleh al-Farmawi, hingga kini sedikitnya

ada empat macam metode dalam penafsiran al-Quran, yaitu tahlily, ijmaly,

muqaran, dan maudhu’i.10

Adapun metode yang digunakan adalah metode

maudhu’i, karena metode maudhu’ilah yang penulis anggap relevan dengan

pembahasan ini karena metode maudhu’i merupakan suatu metode tafsir yang

berusaha mencari jawaban dalam al-Quran tentang suatu masalah tertentu

dengan jalan menghimpun seluruh ayat yang dimaksud, lalu menganalisanya

lewat ilmu-ilmu bantu yang relevan dengan masalah yang di bahas, untuk

melahirkan konsep yang utuh dari al-Quran tentang masalah tersebut.

3. Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan skripsi ini mengacu pada pedoman penulisan

skripsi, tesis dan disertasi yang dikeluarkan oleh Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta 2004.

10

Abd al-Hayy al-Farmawi, Metode Tafsir Maudhu’i Suatu Pengantar, terj. Suryana Jamrah,

(Jakarta: Raja Grafindo Perkasa, 1996), , cet. II, h..11

Page 19: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4246/1/RINA... · (tatacara; sayarat dan rukun) ibadah haji sudah terangkum dalam

11

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pembahasan skripsi ini, maka masalah yang akan dibahas

secara garis besar dibagi menjadi lima bab. Adapun kelima bab itu jika dirinci adalah

sebagai berikut :

Pertama, Berupa Pendahuluan. Pada bab pendahuluan ini dikemukakan

hal-hal yang menyangkut latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian serta sistematika

penulisan

Kedua, menggambarkan secara umum tentang deskripsi ibadah haji, yang

meliputi pengertian haji, sejarah haji, dan tolok ukur keabsahan ibadah haji.

Ketiga, membahas analisa tentang manfaat ibadah haji, dan yang menjadi

kajian bab ini adalah sejauh mana manfaat ibadah haji dilihat sebagai motivasi

spiritualitas, serta bagaimana manfaat ibadah haji bagi kehidupan manusia yang

dilihat dari berbagai aspeknya.

Kempat, dalam bab ini merupakan inti dari pembahasan yakni pemaparan

tentang interpretasi surat al-Hajj ayat 28 dari beberapa pakar tafsir yaaitu; M.

Quraish Shihab (Tafsir al-Misbah), Sayyid Quthb (Tafsir fi Dzilal al-Quran), dan

Interpretasi Q.S: al-Hajj ayat 28 menurut M. Hamka (Tafsir al-Azhar).

Kelima, adalah penutup yang berisi kesimpulan dan saran-saran.

Page 20: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4246/1/RINA... · (tatacara; sayarat dan rukun) ibadah haji sudah terangkum dalam

12

BAB II

DESKRIPSI IBADAH HAJI

A. Pengertian Haji

Haji merupakan ibadah tahunan ke Makkah selama minggu kedua Dzulhijjah,

bulan terakhir kalender Islam yang berdasarkan peredaran bulan. Setiap orang

muslim dewasa diwajibkan berhaji paling tidak sekali dalam hidupnya. Bagi yang

mampu dan tidak menyebabkan kesulitan bagi keluarga yang ditinggalkan.1

Sedangkan untuk menganalisa pengertian haji, di sini penulis memaparkan

pengertian terminology ulama empat madzhab tentang haji:

1. Imam Hanafi : haji adalah berkunjung ke Baitullah (Ka'bah) untuk

mengerjakan ibadah dengan cara, tempat dan dalam waktu tertentu. Maksud

tertentu ialah Tawaf, Sa'i, Wukuf. Tempat tertentu ialah Ka'bah dan Arafah.

Waktu tertentu ialah tanggal 10 Dzulhijjah, dan orang yang berhaji harus

berniat ketika berihram.

2. Imam Maliki : haji menurut syara' ialah wukuf di padang Arafah pada malam

ke sepuluh dari bulan Dzulhijjah, tawaf di Ka'bah tujuh kali, sa'i tujuh kali,

yang semuanya harus dikerjakan menurut cara-cara tertentu.

3. Imam Syafi'i : haji menurut syara' adalah sengaja mengunjungi Ka'bah untuk

melaksanakan manasik haji.

1 Ensiklopedi Oxford, Dunia Islam Moderen, Mizan, jilid 2, cet. II, 2002, hal 132

Page 21: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4246/1/RINA... · (tatacara; sayarat dan rukun) ibadah haji sudah terangkum dalam

13

4. Imam Hambali : haji menurut istilah adalah sengaja mengunjungi Mekkah

untuk satu perbutan tertentu seperti tawaf, sa'i termasuk wukuf di Arafah.2

Dari pengertian haji di atas penulis juga mengemukakan pengertian haji

secara global yang didapati dalam literature fikih sebagai gambaran umum

tentang pengertian haji. Haji secara bahasa adalah "al-qhosdu"3 yakni menyengaja

mengunjungi Ka'bah (Baitullah) di Mekah untuk beribadah dengan tatacara dan

persyaratan tertentu, dan haji merupakan salah satu dari rukun Islam, pengertian

ini diambil dari hadis Nabi yang diriwayatkan dari Ibnu Umar

بنى اإلسلام على خوس شهادة أى لا الو الا اهلل وأى هحوذا رسىل اهلل وإقام

تاء الزكاة والحج وصىم رهضاى (رواه البخاري والوسلن )الصالة وإ Arinya:

"Islam itu didirikan atas lima prinsip dasar, yaitu bersaksi bahwa tiada Tuhan

selain Allah dan Muhammad adalah Rosulullah, mendirikan shalat, mambayar

zakat, mengerjakan haji dan puasa pada bulan Ramadan (HR. Bukhari Muslim)"4

B. Sejarah Haji

Di antara ziarah-ziarah besar di dunia, haji menempati posisi unik dan dalam

banyak hal, juga paling penting bahkan, dibandingkan dengan system ziarah

internasional kuno Kristen dan Hindu, sentralitas doktrin haji, fokus geografisnya,

2 Abdul Rahman al-Jaziri, Fikih Madzhab Empat, ter. Moh Zuhri, at. dll, Semarang, as-Syifa,

1994, h. 537-539

3 Abi Ishak Ibrahim bin Ali ibn yusuf Asyairazi, Al-Muhadzab fiFIkh Imam As-Syafi'I, Darul

Fikir, juz 1, hal. 194

4 Abi Abdullah Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari, Beirut Libanon, Dar Al

Ma'rifah, 2004, cet 4, hal. 72

Page 22: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4246/1/RINA... · (tatacara; sayarat dan rukun) ibadah haji sudah terangkum dalam

14

dan kesinambungan historisnya jauh lebih luar biasa. Ukuran dan cakupan global

haji tak tertandingi.5

Ka'bah adalah sebutan lain dari Rumah Allah yang menjadi kiblat umat Islam

seluruh dunia. Namun, satu hal yang tidak patut untuk di lupakan sehubungan

dengan Ka'bah dan haji adalah nabi Ibrahim.

Selain sebagai pendiri agama hanif, menurut sejarah, Ibrahim lah peletak batu

pertama pembangunan Ka'bah dan pelaksanaan haji, karena hampir semua

aktifitas dalam ibadah haji mencerminkan perbuatan Nabi Ibrahim dan Siti Hajar

ketika beliau berada di sekitar Ka'bah.6 Serta hampir semua informasi dari

beberapa referensi menegaskan bahwa sejarah disyariatkan ibadah haji berawal

dari Nabi Ibrahim.

Nabi Ibrahim adalah nabi yang juga diutus untuk masyarakat Arab, jadi

bukanlah suatu hal yang aneh jika penduduk Arab tetap membudayakan tradisi

yang pernah diterapkan oleh kakek leluhurnya samapai diutusnya rasul terakhir

Muhammad Saw. Itulah sebabnya mengapa haji sudah menjadi tradisi mereka

sebelum Muhammad Saw diutus. Bahkan Khalil Abdul Karim menambahkan :

"Qushay adalah orang pertama dari keturunan Quraisy yang merenovasi

bangunan Ka'bah setelah Nabi Ibrahim, melakukan penjagaan terhadap Ka'bah,

memberikan minuman dan penyambutan kepada para haji, mengharuskan kepada

5 Haji mampu menarik sekitar sejuta jamaah dari hamper setiap bangsa, sekitar 50 persennya dari

dunia Arab, 35 persen dari Asia, 10 persen dari Afrika Sub-Sahara serta 5 persen dari Eropa dan

belahan bumi Barat. Lihat. Ensiklopedi Oxford, Dunia Islam Moderen, Mizan, hal 132

6 Lihat, Maulana Muhammad Ali, Islamologi, Ter. A. Kaelan, Jakarta, Darul Kutub al-Islamiyah,

1997, h. 607. dan salah satu contohnya adalah ibadah Sa'I yang menjadi potret perjuangan Siti Hajar

ketika mencari ait untuk putranya Nabi Ismail.

Page 23: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4246/1/RINA... · (tatacara; sayarat dan rukun) ibadah haji sudah terangkum dalam

15

orang-orang untuk mengeluarkan pajak serta memberikan minuman dan makanan

bagi para haji dan yang melakukan umrah, sebagaimana perintahnya membuat

tungku api di gunung-gunung dan tempat-tempat tinggi di Muzdalifah agar

perjuangan Quraisy terlihat dari Arafah.7

Oleh karenanya dalam ibadah haji mencakup serangkaian ritual yang sangat

simbolis dan emosional yang dilakukan serentak oleh seluruh jamaah. Urutan

ritus yang dijalankan sekarang ini ditentukan oleh Nabi tidak lama sebelum beliau

wafat dan dianggap sebagai pengulangan ritual peristiwa-peristiwa kritis

pengujian iman dalam kehidupan Nabi Ibrahim, pendiri monoteisme, istrinya,

Hajar, dan putra mereka adalah Ismail. Ketika jamaah menirukan gerakan Nabi

Muhammad, mereka bukan membangkitkan upacara-upacara pagan Makkah pra-

Islam (yang sebagainya juga dikenal sebagai haji), melainkan model-model para

nabi terdahulu yang jauh lebih lama.8

Nabi Ibrahim dan Nabi Muhammad Saw, demikian juga Nabi-nabi yang lain

mempunyai tugas yang sama yaitu menyampaikan keyakinan tentang satu Tuhan.

Ini lah yang menjadi alasan para ilmuan lebih berkenan untuk mengatakan bahwa

Muhammad Saw bukan pendiri agama Islam, karena arti dari Islam adalah

pemasrahan diri yang sempurna kepada Allah.9 Mereka tidak terlalu fanatik

7 Khalil Abdul Karim, Hegomony Quraisy: Agama, Budaya dan Kekuasaan, ter. Faisol Fatawi,

Yogyakarta: LKIS, 2004, h. 9

8 Ensiklopedi Oxford, Dunia Islam Moderen, Mizan, hal 132

9 Altaf Gauhar, Tantangan Islam, h. 3. dan bandingkan dengan pedapat Arkoun, Toshihiko Itsuzu,

Noer Chalis Majid, dalam karya-karyanya mereka cenderung mengartikan Islam sebagai sikap

pemasrahan yang penuh terhadap Tuhan.

Page 24: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4246/1/RINA... · (tatacara; sayarat dan rukun) ibadah haji sudah terangkum dalam

16

mengartikan Islam dalam surat Al Imran ayat 19, namun lebih inklusif dengan

merujuk pada akar kata Islam tersebut.

Walaupun mempunyai tujuan sama, para rasul diutus untuk umat yang

berbeda dengan membawa kitab sebagi bukti kerasulannya. Kitab inilah yang

berisi petunjuk dan wahyu yang harus disampaikan pada umatnya. Oleh karena

itu, mungkin saja apa yang sudah disyariatkan pada umat terdahulu justru dilarang

pada umat kemudian. Ini menunjukan bahwa setiap umat mempunyai syari'ah dan

minhaj (cara) yang berbeda-beda, sebgaimana yang tersebut dalam Al-Qur'an

surat Al-Maidah:48;

……..

Artinya:

Untuk tiap-tiap umat diantara kamu[422], kami berikan aturan dan jalan yang

terang. (Q.S. Al-Maidah/5/48)

Muhammad sebagai nabi dan rasul terakhir, tentunya apa yang sudah

disyariatkan pada uamat nabi sebelumnya mungkin juga disyariatkan pada

umatnya, karena al-Qur'an (sebagai bukti kerasulannya) adalah penyempurna

kitab-kitab sebelumnya.

Dengan demikian, dalam prakteknya, setiap ritual dari bibadah haji

merupakan penegasan bagi setiap jamaah haji tentang adanya keterkaitan dengan

prinsip-prinsip keyakinan yang dianut oleh bapak Monotheisme (tauhid), Ibrahim

as. Yang intinya adalah:

Page 25: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4246/1/RINA... · (tatacara; sayarat dan rukun) ibadah haji sudah terangkum dalam

17

1. pengakuan akan keesaan Allah serta penolakan terhadap segala bentuk

kemusyrikan, baik berupa binatang, patung-patung, bulan, bintang, matahari dan

segala sesatu selain Allah swt.

2. keyakinan tentang adanya neraca keadilan Allah dalam kehidupan, dimana

puncaknya akan diperoleh setiap makhluk pada hari kebangkitan kelak.

3. keyakinan tentang kemanusiaan yang universal, di mana tiada perbedaan

dalam kemanusiaan antar seseorang dengan yang lainnya, betapapun terdapat

perbedaan anatar mereka dalam hal lainnya.

4. sarana pendidikan bagi jiwa untuk berlaku sabar serta siap menghadapi

setiap cobaan yang datang silih berganti, di sisi lain juga melatih seseorang untuk

berdisiplin dalam setiap aspek kehidupan.10

10

M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur'an, Bandung, Mizan, 1999, h. 333

Page 26: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4246/1/RINA... · (tatacara; sayarat dan rukun) ibadah haji sudah terangkum dalam

18

C. Tolok Ukur Keabsahan Ibadah Haji

Ibadah haji mempunyai syarat dan rukunnya. Perbuatan atau amalan yang

dilakukan oleh para jamaah haji, para ulama mengelompokkan kepada rukun dan

wajib haji yang di dalamnya tekandung pebuatan-perbuatan sunat.

Perbedaan rukun dan wajib haji adalah; rukun haji merupakan amaliyah yang

harus dilakukan dan jika ditinggalkan maka hajinya tidak sah dan tidak bisa

diganti dengan dam (denda). Sedangkan yang dimaksud haji adalah amaliyah

yang jika ditinggalkan hajinya tetap sah, tetapi harus mambayar dam.

a. Syarat dan Rukun Haji

1. Syarat Haji

Syarat-syarat haji yang telah disepakati oleh fuqaha antara lain adalah:

i. Islam

Islam termasuk salah satu dari syarat-syarat haji yang telah disepakati

oleh fuqaha, karena "hajinya orang non muslim tidak sah"11

ii. Baligh

Baligh juga merupakan syarat haji, karena haji tidak wajib bagi anak

kecil yang belum mencapai usia baligh. Hal ini berdasar hadis Nabi:

و وسلن : عي عائشت رضى اهلل عنها قالت : رفع القلن عي ثلاثت " قال رسىل اهلل عل

قظ وعي الوبتلى حتى برأ وعي الصب حتى كبر رواه احوذ ). عي النائن حتى ست

(وابى داود والنسائى وابي هاجو والحاكن

11

Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, Semarang, CV. Asy-Syifa, 1990, cet.1, hal.232

Page 27: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4246/1/RINA... · (tatacara; sayarat dan rukun) ibadah haji sudah terangkum dalam

19

Artinya:

Dari Aisyah ra. Berkata "Rasulullah bersabda : Tidak dicatat amal

dari tiga (orang): orang yang tidur sampai ia bangun, orang yang terkena

penyakit (gila) sampai ia sembuh dan anak kecil sampai ia dewasa" (HR.

Ahmad, Abu Daud, Nasa'i, dan ibn Majah dan Hakim)

Adapun menurut sayyid Sabiq bahwa "anak-anak itu tidak wajib haji,

tetapi bila dilakukan maka hajinya tetap sah, hanya tidak melunasi

kewajiban haji dalam Islam".12

iii. Berakal

Ketentuan syarat wajib lainnya adalah berakal. Maka haji tidak wajib

bagi orang gila, dan hajinya orang gila tidak sah.13

iv. Merdeka

Merdeka juga merupakan syarat, karena haji itu ibadah yang

menghendaki waktu dan kesempatan, sedang seorang hamba sibuk

dengan urusan majikannya dan tidak mempunyai kesempatan.14

v. Kesanggupan

Kesanggupan yang mejadi salah satu syarat dari syarat haji, hanya

tercapai dengan ketentuan sebagai berikut:

12

Sayyid Sabiaq, Fikh Sunnah, Libanon, Daar al-Fikr, 1983, Cet. III h. 40

13

Abdurrahman Al-Jajiri, Fikih Empat Mazhab, Kairo, Mathba'ah al-Istiqomah, 2002, cet 2, hal

180

14

Sayyid Sabiaq, Fikh Sunnah, Libanon, Daar al-Fikr, 1983, Cet. III h. 36

Page 28: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4246/1/RINA... · (tatacara; sayarat dan rukun) ibadah haji sudah terangkum dalam

20

a) Sehat badan, jika tidak sanggup menunaikan haji disebabkan tua,

hendaklah diwakilkannya kepada orang lain, jika ia mempunyai

harta.

b) Hendaklah jalan yang dilaluinya itu aman. Dengan arti terjamin

keamanan jiwa dan harta calon haji.

c) Memiliki bekal yang cukup. Mengenai bekal yang diperhatikan ialah

agar cukup untuk dirinya guna terjamin kesehatan badannya, juga

buat keperluan keluarga yang dalam tanggungannya. Cukup di sini

berarti lebih dari kebutuhan-kebutuhan pokok, berupa pakaian,

tempat kediaman, kendaraan dan sarana mata pencarian mulai saat

keberangkatan hingga waktu kembali nanti.

d) Adanya Kendaraan. Mengenai kendaraan syaratnya ialah yang dapat

mengantarkannya pergi dan pulang kembali, baik dengan menempuh

jalan darat, laut atau udara.

e) Tidak ditemui rintangan yang menghalangi orang untuk pergi haji

seperti tertahan atau takut terhadap penguasa lalim yang tidak

mengizinkan manusia mengunjungi tanah suci.15

15

Sayyid Sabiaq, Fikh Sunnah, Libanon, Daar al-Fikr, 1983, Cet. III h. 36

Page 29: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4246/1/RINA... · (tatacara; sayarat dan rukun) ibadah haji sudah terangkum dalam

21

2. Rukun Haji

Yang dimaksud dengan rukun haji ialah ketentuan pelaksanaan haji

yang apabila salah satu rukun tersebut ditinggalkan, maka ibadah hajinya

tidak sah.16

Menurut golongan Syafi'iyah, rukun haji ada enam; ihram, tawaf, sa'i,

wukuf, bercukur, dan tertib.17

1) Ihram

Sebelum haji dimulai, seluruh jamaah laki-laki mengenakan pakaian

khusus (ihram) yang terdiri atas dua helai kain putih yang tidak berjahit

yang dapat menutupi bagian atas dan bagian bawah tubuh, satu

diselempangkan dan yang satu disarungkan boleh memakai ikat

pinggang yang tidak disampul mati. Bagi wanita memakai pakaian yang

menutup aurat atau seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan.18

Setelah itu dilanjutkan dengan niat, karena maksud dari pelaksanaan

Ihram adalah niat mengerjakan haji lengkap berpakaian ihrom.

Kesederhanaan dan keseragaman ihram melambangkan persamaan dan

kerendahan hati segenap mukmin di hadapan Allah tanpa membedakan

atribut duniawi, seperti ras, bangsa, kelas. Usia, jenis kelamin, atau

16

Latif Rosady, Manasik Haji dan Umrah Rosulullah SAW, Medan, Rimbow, 1989, hal. 32

17

M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Pedoman Haji, Jakarta, PT Bulan BIntang, 1994, cet. 3, hal. 137

18

M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Pedoman Haji, ha1. 138

Page 30: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4246/1/RINA... · (tatacara; sayarat dan rukun) ibadah haji sudah terangkum dalam

22

budaya. Ihram merupakan kiasan tentang situasi tatkala manusia

bangkit dari kubur pada Hari Pengadilan menghadap Sang Pencipta.

2) Wukuf di Arafah

Wukuf di Arafah merupakan rukun haji yang paling agung. Setiap

jamaah haji diwajibkan hadir di Arafah pada tempat manapun dan

dalam kondisi apapun. Baik ia dalam keadaan tidur ataupun bangun,

dalam perjalanan atau berhenti, dalam keadaan berjalan ataupun duduk.

Begitu pula dalam keadaan suci maupun tidak suci seperti haid, nifas

dan junub.

Begitu agungnya amalan ini. Samapai-samapai Rasulullah saw,

bersabda:

الحج : قال النبي صلى اهلل عليو وسلن : عي عبد الرحواى بي يعور قال

ايام هنى ثلاثة . هي جـاء قبل طلىع الفجر هي ليلة فقد أدرك الحج. عرفة

, رواه أحود )وهي تأخر فلا اثن عليو , فوي تعجل فى يىهيي فلا اثن عليو

(واألربعة والحـاكن وابي هـاجو والبيهقى19

Artinya:

Dari Abdurrahman bin Ya'mar berkata: Rasulallah saw. Bersada:

"Haji adalah (wukuf) Arafah. Barang siapa datang sebelum terbit

fajar dari malam-malam Muzdalifah maka ia benar-benar mencapai

haji. Hari-hari Mina adalah tiga (hari), barangsiapa bersegera dalam

dua hari maka tidak dosa atasnya, dan barang sipa mengakhirkan diri

maka tiada dosa atasnya. (HR. Ahmad, Imam Empat, Hakim, Ibnu

Majah, dan Baihaqi).

19

Jalaluddin Abdurrahman As-Suyuti, Jami'I alAhadis, Beirut, Dar al Fikr, 1994, juz, 4, h.30

Page 31: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4246/1/RINA... · (tatacara; sayarat dan rukun) ibadah haji sudah terangkum dalam

23

Para ulama sepakat bahwa waktu untuk wukuf di Arafah adalah dari

tergelincirnya matahari pada hari kesembilan Dzulhijjah sampai terbit

fajar pada tanggal sepuluh Dzulhijjah.

3) Thawaf

Thawaf asal kata dari طـاف yang artinya mengelilingi. Adapun dalam

konteks ibadah haji, thawaf dimulai dari tempat Hajar Aswad

mengelilingi Ka'bah sebanyak tujuh putaran dengan arah yang

berlawanan dengan jarum jam. Dengan demikian Ka'bah akan selalu

berada di sebelah kiri, dan bagi orang yang ingin melakukan thawaf,

maka ia disyaratkan untuk suci dari hadas kecil maupun besar, baik

badan, pakain maupun tempat. Thawaf dapat diklasifikasikan kepada

empat macam, yaitu ; thawaf qudum, thawaf ifadhah, thawaf umrah dan

thawaf wada.20

a. thawaf qudum disebut juga thawaf dukhul, yaitu thawaf pembukaan

atau tawaf selamat datang, dilakukan saat tiba di Mekkah (masjid

haram)

b. thawaf ifadah disebut pula dengan thawaf rukun, artinya thawaf yang

harus dilaksanakan, bila thawaf ini ditinggalkan maka hajinya menjadi

batal dan wajib mengulang pada tahun berikutnya.

20

Said Agil Husain al-Munawar, Abdul Hakim, Fikih Haji; Menuntun Jamaah Haji Mabrur,

Jakarta, Ciputat press, 2003, cet.1, hal 88

Page 32: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4246/1/RINA... · (tatacara; sayarat dan rukun) ibadah haji sudah terangkum dalam

24

c. thawaf umrah, thawaf ini berlaku bagi jamaah yang melaksanakan

ibadah umrah. Thawaf umrah merupakan rukun umrah artinya bila

thawaf ini tidak dilaksanakan, maka hukumnya menjadi batal.

d. thawaf wada' ialah thawaf yang dikerjakan pada waktu para jamaah

haji akan meninggalkan Mekkah.

4) Sa'i

Pelaksanaan sa'i antara bukit Shafa dan Marwah disyaratkan setelah

thawaf qudum atau ifadah. Sa'i dimulai dari Shafa yang terletak di

ujung Jabal Qubays dan berakhir di Marwah di Jabal Qaiqa'ah sebanyak

tujuh kali putaran.

5) Tahalul

Yakni memotong atau mencukur rambut sedikitnya tiga helai rambut.

Pelaksanaannya disyaratkan setelah wukuf di Arafah dan setelah

pertengahan malam hari nahr.21

Ulama mazhab Syafi'i berpendapat bahwa "mencukur rambut

merupakan salah satu rukun haji, bila mencukur rambut tidak

dikerjakan maka ibadah hajinya menjadi batal.22

Perintah ini ditetapkan dalam firman Allah:

21

Muhammad Amin Al-Kurdi, Tanwir Al-Qulub, Beirut; Dar Al Fikr,1994, h. 222

22

Said Agil Husain Al-Munawar, Abdul Hakim, Fikih Haji; Menuntun Jamaah Mencapai Haji

Mabrur, Jakarta, Ciputat Press, 2003, cet. 1, h. 155

Page 33: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4246/1/RINA... · (tatacara; sayarat dan rukun) ibadah haji sudah terangkum dalam

25

( الفتح :)

Artinya:

Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya, tentang

kebenaran mimpinya dengan Sebenarnya (yaitu) bahwa Sesungguhnya

kamu pasti akan memasuki Masjidil Haram, insya Allah dalam keadaan

aman, dengan mencukur rambut kepala dan mengguntingnya, sedang

kamu tidak merasa takut. Maka Allah mengetahui apa yang tiada kamu

ketahui dan dia memberikan sebelum itu kemenangan yang dekat (Al-

Fath. 27)

6) Tertib

Tertib yaitu "mendahulukan ihram dari keseluruhan rukun lainnya.

Mendahulukan wukuf dari thawaf ifadah dan potong rambut dan

mendahulukan thawaf atas sa'i, bila sa'i itu tidak dilaksanakan setelah

thawaf qudum.23

b. Wajib dan Sunah Haji

1. Wajib Haji

Wajib dan rukun haji biasanya mempunyai arti yang sama yaitu sama-sama

harus dikerjakan, namun dalam ibadah haji wajib dan rukun mempunyai arti yang

berbeda, yaitu "jika meninggalkan salah satu dari rukun haji maka hajinya tidak

23

Said Agil Husain Al-Munawar, Abdul Hakim, Fikih Haji.., h. 31

Page 34: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4246/1/RINA... · (tatacara; sayarat dan rukun) ibadah haji sudah terangkum dalam

26

sah, sedangkan jika meninggalkan salah satu dari wajib haji masih dapat ditebus

dengan menyembelih binatang (dam).

Wajib haji ada lima:

a. Ihram dari miqat

Miqat ada dua yaitu zamani dan makani. Miqat zamani adalah waktu kapan

haji itu sudah boleh dilaksanakan, yakni waktu-waktu tertentu. Ibadah haji tidak

sah jika tidak dilakukan pada waktu-waku tersebut.

Telah dijelaskan dalam Al-Qur'an

..... ( البقرة :)

Artinya:

Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: "Bulan sabit itu

adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji (Q.S. Al-Baqarah 2

: 189)

Jumhur ulama sepakat bahwa waktu-waktu tertentu itu adalah dari bulan Syawal,

Zulqo'dah dan sepuluh malam dari bulan Zulhijjah yang berakhir pada malam hari

nahr. Sedangkan miqat makani adalah yang menyangkut tempat haji mulai

dilaksanakan. Ada lima tempat jamaah bisa memulai ihram yakni Dzulhulaifah,

Al Juhfah, Yalamlam, Qarnul Manazil dan Zatu'irqin.

b. Melempar Jumrah

Al-Jimar adalah bentuk jamak dari al-Jumrah yang artinya adalah bebatuan

kecil atau kerikil. Nama ini pada akhirnya digunakan untuk bebatuan kecil yang

dilemparkan oleh jamaah haji ke dalam tempat jumrah. Waktu melempar jumrah

Page 35: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4246/1/RINA... · (tatacara; sayarat dan rukun) ibadah haji sudah terangkum dalam

27

di Mina ialah empat hari yakni hari raya kurban (10 Dzulhijjah) atau hari petama

'idul Adha dengan melempar jumrah aqabah, dan tiga hari tasyriq (11,12 dan 13

Dzulhijjah) dengan melempar tiga jumrah secara berturut-turut yakni jumrah ula,

wustho, dan aqabah.

c. Mabit di Muzdalifah

Waktu berdiam di Muzdalifah dilakukan setelah tengah malam pada hari nahr

walaupun hanya sebentar.

d. Mabit di Mina

Mabit di Mina dilakukan pada malam-malam hari tasyriq, dan diwajibkan

untuk mengagungkan malam-malam.24

e. Melaksanakan thawaf wada'

Yakni thawaf yang dilakukan sebelum meninggalkan tanah haram atau yang

kita kenal dengan thawaf perpisahan.

2. Sunnah Haji

Sunnah haji adalah amalan-amalan yang dianjurkan agar dilaksanakan dalam

ibadah haji, bila amalan tersebut dikerjakan maka akan mendapatkan ganjaran

pahala. Namun bila amalan tersebut ditinggalkan maka tidak mendapat dosa atau

celaan.

Sunnah haji menurut pendapat ulama syafi'iyah antara lain:

24

Muhammad Amin Al-Kurdi, Tanwir Al-Qulub, h. 224

Page 36: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4246/1/RINA... · (tatacara; sayarat dan rukun) ibadah haji sudah terangkum dalam

28

a. Mabit di Mina pada malam Arafah (9 Dzulhijjah). Yang demikian itu

disunahkan tidak lain agar ia dapat beristirahat. Beda halnya dengan mabit

pada malam-malam tasyriq, maka yang demikian itu hukumnya wajib,

sebagaimana telah dikemukakan di atas.

b. Berjalan dengan cepat di lembah Mahsar, yaitu tempat yang membatasi

Muzdalifah dan Mina. Dinamakan "Mahsar" (kata ini diambil dari akar kata

hasara yang artinya lemah), yakni di tempat itulah tentara gajah Abrahah

menjadi lemah ketiak ia hendak mengahancurkan Ka'bah.

c. Menyampaikan khutbah pada waktu yang disunahkan yang demikian itu ada

empat, yaitu:

1) Pada tanggal 7 Dzulhijjah, yaitu khutbah satu kali yang

disampaikan oleh imam atau wakilnya setelah melaksanakan shalat

zuhur di masjid haram

2) Pada hari nahar (9 Dzulhijjah) di Namirah sebelum melaksanakan

shalat zuhur yaitu dengan dua khutbah.

3) Pada hari nahar (10 Dzulhijjah) di Mina, yaitu satu khutbah setelah

sahat zuhur

4) Pada hari nafar awal (hari kedua dari hari-hari tasyrik)di Mina,

yaitu satu kali setelah shalat zuhur.

d. Bercukur habis bagi laki-laki dan memendekkan bagi wanita

Page 37: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4246/1/RINA... · (tatacara; sayarat dan rukun) ibadah haji sudah terangkum dalam

29

e. Wukuf di Mas'ar al-Haram, yaitu di Jabal Quzah, di tempat tersebut mereka

dapat berzikir kepada Allah serta berdoa kepada Allah hingga waktu senja

sambil menghadap kiblat.

f. Tidak cepat-cepat berangkat dari Mina, melainkan hendaklah ia tetap di sana

selama malam-malam tasyrik

g. Membaca zikir yang disunahkan, misalnya ketika melihat Baitullah membaca

doa:

Artinya :

"Ya Allah sesungguhnya rumah ini adalah rumah-Mu, ketentraman adalah

ketentraman-Mu, dan tempat ini adalah tempat orang memohon perlindungan-

Mu dari api neraka".

h. Melunasi hutang-hutang sebelum berhaji

i. Memaafkan musuhnya, bertaubat atas segala maksiat yang diperbuatnya,

belajar cara-cara haji meminta maaf kepada setiap orang yang pernah

menjalin hubungan dan persahabatan dengannya.

j. Banyak-banyak melaksanakan shalat, thawaf dan I'tikaf di Masjid Haram

setiap kali memasukinya

k. Masuk Ka'bah serta melaksanakan shalat di dalamya sekalipun shalat nafilah

l. Banyak minum air zam-zam hingga puas sambil menghadap kiblat dan ketika

minum hendaklah membaca:

Page 38: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4246/1/RINA... · (tatacara; sayarat dan rukun) ibadah haji sudah terangkum dalam

30

Artinya :

Ya Allah, sesuai dengan apa yang disampaikan Nabi-Mu kepadaku,

beliau bersabda: Air zam-zam itu tergantung kepada tujuan

diminumnya. Aku meminumnya untuk kebahagianku di dunia dan

akhirat, maka kabulkanlah untuk ku"(doa pemohonanku ini)"25

Setelah itu membaca bismillah, lalu minum dan bernafas tiga kali dan

disunnahkan masuk ke sumur zam-zam serta melihat ke dalam, menimbanya,

memerciki wajah, kepala dan dadanya sera membawanya untuk bekal

perjalanan.

25

Abdurrahman Al-Jajiri, Fikih Empat Mazhab, Kairo, Mathba'ah al-Istiqomah, 2002, cet 2,

h. 254

Page 39: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4246/1/RINA... · (tatacara; sayarat dan rukun) ibadah haji sudah terangkum dalam

31

BAB III

ANALISA TENTANG MANFAAT IBADAH HAJI

A. Ibadah Haji Sebagai Motivasi Spritual

Setiap menjelang musim haji tiba, kalbu semua kaum muslimin amat tergugah

hendak pergi haji ke Baitullah Al-Haram untuk menunaikan kewajiban hajinya,

sekaligus berziarah ke makam Rasul saw, perjalanan menunaikan ibadah haji

merupakan kenikmatan dan kebahagiaan rohaniah yang tiada tara indahnya karena

rasanya begitu dekat dengan Allah SWT, sang Pencipta yang Maha Agung.

Makkah adalah pusat spiritual, karenanya di Makkah itu akan tercipta suasana

yang memberikan disposisi kepada ibadah secara optimal untuk mendapatkan

pengalaman-pengalaman "teofanik", yang juga bisa disebut kasyf atau penyingkapan

tabir1. Sebagai gambaran dari pengalaman teofanik ini, yang merupakan pengalaman

spiritual yang sukar untuk digambarkan, misalnya ketika kita sendirian sedang

membutuhkan pertolongan, tiba-tiba ada orang tak dikenal yang menolong.

Pengalaman teofanik itu bersifat pribadi sehingga tidak bisa ditiru oleh orang

lain. Sebagai contoh pengalaman teofanik atau metafisik sederhana berikut ini penulis

memaparkan cerita yang tertera dalam "Perjalanan Religius Umrah Dan Haji" yang

bisa direnungkan;

"Suatu ketika ada seseorang yang hendak masuk masjid Haram untuk

melakukan I'tikaf karena I'tikafnya ingin agak lama, maka ia membawa bekal air,

persiapan kalau ia kehausan. Baru sampai pintu masjid ada orang yang minta

bekal airnya. Lalu dikasihlah air yang disisapkan sebagai bekalnya itu. Ternyata

1 Nurkhalis Majid, Perjalanan Religius "Umrah dan Haji", Jakarta, Paramadina, 2008. cet.3,

h. 83

Page 40: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4246/1/RINA... · (tatacara; sayarat dan rukun) ibadah haji sudah terangkum dalam

32

tidak hanya orang tersbut yang meminta air, teman-temannya yang lain sama

sehingga airnya habis. Mengetahui airnya habis orang tersebut ikhlas dan

tawakkal kepada Allah SWT pada waktu melakukan I'tikaf, ternyata benar dugaan

ia semula, bahwa ia benar-benar merasa haus. Tetapi anehnya kemudian, pada

saat ia sedang kehausan, tiba-tiaba, tanpa disangka-sangka, ada orang yang

memberi air sebotol penuh. Orang yang memberi air itu sama sekali tidak dikenal.

Nah, mungkin semacam ini pengalaman teifanik itu"2.

Dengan demikian seorang musafir yang hendak menunaikan ibadah haji akan

memusatkan perhatian hanya untuk beribadah kepada Allah semata. Ia meninggalkan

sanak keluarga, harta, handaitaulan, jabatan dan kekuasaannya. Ia rela meninggalkan

kebiasaan dan kehidupan rutinnya untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt dengan

meningkatkan taat dan khusyu dalam shalat, thawaf, talbiyah, zikir dan tasbih tanpa

mengenal lelah dan letih. Kalbunya telah ditundukkan dan ditaklukkan dengan

Khaliknya dengan memperbanyak taat dan ibadah setiap hari, sehingga bercucuranlah

rahmat Allah kepada kalbu orang yang merintih dan berkeluh kesah dengan sendu di

hadap-Nya. Dari kedua kelopak mata mengalir air mata haru dan puas, seakan-akan

segala dosa yang selama ini memberati pundak sudah jatuh berguguran bersama tetes

air mata. Pada saat seperti itu akan sadar bahwa dunia dengan keindahannya tidak

berarti apa-apa dibandingkan bila hati dekat kepada Allah dan berusah menggapai

ridha-Nya.

Berkaitan dengan pencapaian ibadah haji dalam meningkatkan motivasi

spiritual maka, harus ditanamkan nilai dari tujuan ibadah haji diantaranya;

2 Nurkhalis Majid, Perjalanan Religius "Umrah dan Haji", Jakarta, Paramadina, 2008. cet.3,

h. 83

Page 41: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4246/1/RINA... · (tatacara; sayarat dan rukun) ibadah haji sudah terangkum dalam

33

Pertama, adalah sebagai pelaksanaan dari rukun Islam yang kelima, dengan

melaksanakan ketentuan-ketentuan yang sesuai dengan syariat agama tentang

kaifiyatul hajj (tatacara pelaksanaan ibadah haji). Kaifiayatu hajj ini telah diatur oleh

syara' dan terdapat hukum-hukum Allah yang berlaku di dalamnya, serta, manusia

tidak mampu menawar akan keberadaannya. Dengan demikian, pelaksanaan

kaifiyatul hajj secara sempurna akan menjadikan pula kesempurnaan nilai ibadah haji

secara dzohir.

Kedua, adalah untuk meningkatkan iman dalam hati, yang dipupuk selama ini

dengan ibadah, pengajian, dan ketundukan kepada Allah swt selaku hamba yang taat.

Hal ini tak dapat diajarkan oleh sebuah badan atau perorangan dan tidak dapat

dituangkan ke dalam sebuah buku-buku tuntunan seperti halnya tujuan pertama yakni

tentang kaifiyatul hajj, sebab ini adalah merupakan kesadaran seseorang dari dalam

lubuk hatinya sampai dimanakah hubungan seseorang tersebut dengan Allah swt

selama ini. Tak sedikit orang yang tergerak hatinya naik haji, karena ampunan dosa

yang akan didapatinya.

Dalam hal ini terasa sekali dan amat penting anjuran Hujjatul Islam Iman al-

Ghozali, agar bagi orang yang menunaikan ibadah haji, sebelum melangkahkan

kakinya, ditanamkan dalam kalbunya, perasaan asysyauqillah, rindu kepada Allah

swt., karena rindu kepada Allah dalam menunaikan ibadah haji akan sangat besar

pengaruhnya bagi seseorang dari pada hanya sekedar memiliki pengertian; haji adalah

wajib dan bila tidak dikerjakan akan berdosa.

Page 42: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4246/1/RINA... · (tatacara; sayarat dan rukun) ibadah haji sudah terangkum dalam

34

Keberangkatan ke tanah suci didorong oleh semangat dan hati yang penuh

dengan asysyauqillah akan membuat perjalanan itu penuh kebanggaan dan kelegaan

walaupun nantinya akan menghadapi kesulitan, kesusahan dan kesengsaraan dalam

perjalanan. Bahkan bukan hanya itu, ibarat seseorang yang dirindukannya, maka

dalam perjumpaan itu hatinya akan berisi nilai-nilai kesucian. Apalagi dia dapat

melihat tempat bersejarah dalam Islam, baik di Mekah maupun di Madinah.

Kedua tujuan tersebut di atas sangat berkaitan erat. Untuk mencapai haji yang

mabrur seperti yang selama ini diidam-idamkan oleh para pelaksana ibadah haji,

mereka tentunya harus mengikat erat-erat kedua tujuan tersebut dalam hatinya, serta

dilaksanakan atas dasar keikhlasan mencapai ridho Allah swt. Oleh karena itu para

ahli hukum syara' melihat, bahwa bila telah terpenuhi syarat dan rukun haji, serta

keimanan seseorang setelah menunaikan ibadah haji semakin mengikat, maka

disinilah seseorang itu akan mencapai haji yang mabrur.

Di antara tanda-tanda bahwa seseorang mendapatkan haji yang mabrur adalah

adanya perubahan sikap mental. Perubahan yang semakin baik dalam drinya

sekembalinya menunaikan ibadah haji, dan ia dapat menjadi contoh yang baik

sebagai panutan dalam masyarakatnya.

B. Manfaat Ibadah Haji Bagi Kehidupan Manusia

1. Aspek Sosial

Secara sosiologis manusia adalah makhluk sosial, ia tidak dapat hidup seorang

diri dan terpisah dari manusia lain. Manusia senantiasa hidup dalam kelompok-

Page 43: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4246/1/RINA... · (tatacara; sayarat dan rukun) ibadah haji sudah terangkum dalam

35

kelompok yang saling menguntungkan, baik kelompok kecil seperti keluarga

maupaun kelompok besar atau masyarakat.

Ahmad Al-Ghozali mengatakan:

"ketahuilah bahwa, setiap manusia itu pasti memerlukan pergaulan dengan

orang yang dianggap sebagai sejenis (sama-sama makhluk manusia) dengan

dirinya. Oleh sebab itu ia perlu sekali mempelajari norma-norma kesopanan

dalam pergaulan. Setiap orang yang bergaul dengan sesuatu golongan, tentu ada

cara-cara dan peraturannya sendiri. Kesopanan-kesopanan itu tentulah dengan

mengingat kadarnya, dan kadar itu dengan mengingat hubungannya.3

Konsep sosial yang dikemukakan oleh Al-Ghazali di atas bahwa manusia harus hidup

bersama orang lain, mula-mula tumbuh hidup pergaulan dan akhirnya

berkesinambungan secara maju dan berkembang luas, sehingga memerlukan nilai dan

norma masyarakat agar dapat menyesuaikan diri dalam lingkungan secara baik.

Adapun nilai sosial yang terdapat dalam ibadah haji antara lain :

a. Ihram

Pada saat melakukan ibadah haji para haji memulai seragam yang sama.

Sebagaimana yang digambarkan oleh Ibnu Mas'ud bahwa:

"Ketika melalui miqat akan memasuki kota Makkah semua umat Islam

yang hendak mengerjakan haji maupun tidak, harus memakai kain ihram dan

berniat ihram lebih dahulu. Kain ihram yang tidak berjahit ini menandakan

bahwa tidak ada saudagar yang kaya raya, tidak ada kaum bangsawan yang

tinggi pangkatnya dan tidak ada pula budak-budak Habsyi yang dianggap

hina, mereka semua ketika itu adalah sederajat".4

3 Zainuddin,et-al, Seluk Beluk Pendidikan Dari Al-Ghazali, Jakarta, Bumi Aksara, 1991, cet-

1, hal.122

4 Ibnu Mas'ud, Dkk, Fikih Madzhab Syafi'I, Bandung, Pustaka Setia, 2005, cet-2, h. 65

Page 44: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4246/1/RINA... · (tatacara; sayarat dan rukun) ibadah haji sudah terangkum dalam

36

Dari uraian di atas menunjukkan bahwa pelaksanan ihram itu dapat mendidik

manusia agar tidak membeda-bedakan antara yang kaya dan yang miskin, antara

pejabat dan rakyat, akan tetapi manusia semuanya adalah sama. Jika hal ini telah

tertanam dalam jiwa seseorang maka akan timbul rasa persaudaraan yang tinggi

terhadap sesama.

b. Wukuf

Aspek sosial lain yang tersirat dalam ibadah haji yaitu pada saat wukuf di

Arafah. Hal ini senada dengan yang telah dikutip oleh Ibnu Mas'ud bahwa;

"Pada tanggal 9 Dzulhijjah semua jamaah haji berkumpul di padang

Arafah, mereka sama-sama berpakian ihram. Ketika itu tidak dapat dibedakan

siapa yang memimpin dan siapa yang menjadi pengikut (rakyat), siapa yang

kaya dan siapa yang miskin. Di sana mereka berkumpul memadu rasa

keislaman mereka mempererat tali persaudaaraan, hilanglah rasa permusuhan

dan persengketaan dan timbullah rasa persatuan dan persahabatan".5

Dari uraian di atas menunjukkan bahwa pada saat wukuf mereka bersatu pada

waktu yang sama dengan seragam yang sama, dalam rangaka menyembah Tuhan

yang sama dan dengan tujuan yang sama juga, mereka telah dibawa kepada

persatuan persaudaraan dan ukhuwah Islamiah. Dengan demikian bisa dikatakan

bahwa ibadah haji merupakan kongres umat Islam sedunia, sebagaimana yang

dikemukakan oleh Banani Adam dan Mustafa bahwa:

"Pelaksanaan wukuf di padang Arafah ini bagaikan muktamar

internasional luar biasa yang disyariatkan Allah untuk kemaslahatan Islam,

agar saling kasih mengasihi dan saling kenal mengenal antara bangsa yang

beranekaragam yang beraneka ragam warna kulit dan bahasa, bertukar

5 Ibnu Mas'ud, Dkk, Fikih Madzhab Syafi'I. h. 65

Page 45: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4246/1/RINA... · (tatacara; sayarat dan rukun) ibadah haji sudah terangkum dalam

37

informasi, memberikan saran bermusyawarah dalam memecahkan berbagai

masalah demi kepentingan bangsa dan Negara masing-masing".6

c. Kurban

Aspek sosial lainnya juga terdapat dalam pelaksanaan penyembeliahan hewan

kurban. Sebagaimana yang dikemukaan oleh Hasan Basri bahwa, "dalam rangkaian

ibadah haji tersedia sarana amaliah yang bukan saja mengandung nilai-nilai

ubudiah, tetapi juga mempunyai aspek-aspek sosiologis kemasyarakatan

(ijtimaiyah), yaitu menyemblih hewan, dan daging-dagingnya itu disediaakan

untuk menyantuni dan menggembirakan fakir miskin umumnya yang tidak

berpunya".7

2. Aspek Ekonomi

Dalam surat al-Hajj ayat 28 Allah menyebutkan bahwa di antara maksud dan

tujuan penyelenggaraan ibadah haji adalah agar umat manusia menyaksikan berbagai

manfaat bagi mereka. Di antara manfaat dari ayat di atas adalah dalam bidang al-

tijarah (perdagangan). Meraka yang berhaji dapat memperoleh pandangan dalam

rangka perlasan perekonomian.8

6 A. Banani Adam dan Musthafa As., Hikamah Rahasia Ibadah Haji dan Umrah, Bandung,

Lubuk Agung, 1992, cet-4, h.54

7 Hasan Basri, Haji dan Kurban, Mimbar Ulama, VIII, 1983, h. 5

8 Muchtar Adam, Tafsir Ayat-ayat Haji; Telaah intensif dari Perbagai Mazhab, Bandung,

Mizan, 1996, cet.5, h. 22

Page 46: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4246/1/RINA... · (tatacara; sayarat dan rukun) ibadah haji sudah terangkum dalam

38

Selain manfaat dari perdagangan, manfaat lain ialah memperoleh apa yang

diridhai Allah, baik dunia maupun akhirat. Hal ini mencakup seluruhnya, baik

manasik, perdagangan, ampunan, dan manfaat dunia akhirat. Inilah yang dimaksud

dengan firman Allah;

Artinya:

“Tidak ada salahnya kalian mencari karunia dari Tuhanmu. Maka apabila

kamu telah bertolak dari „Arafat, berdzikirlah kepada Allah di Masy‟aril Haram.

dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya

kepadamu; dan Sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar termasuk orang-

orang yang sesat.” (QS. al-Baqarah/2/198)

Yang dimaksud dengan “mencari karunia dari Tuhan” dalam ayat tersebut

adalah berdagang. Sebagaimana diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Ibnu Abbas bahwa

beliau berkata, “Adalah Ukazh, Majinnah, dan Dzul Majaz adalah pasar-pasar

(sekitar Makkah) di masa jahiliyyah. Semula orang-orang merasa berdosa jika

berdagang ketika musim haji sampai turun ayat ini.”

Demikian juga ad-Daruquthni meriwayatkan bahwa seseorang bertanya

kepada Ibnu Umar, dia berkata, “Aku punya usaha sewa-menyewa di sini. Orang-

Page 47: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4246/1/RINA... · (tatacara; sayarat dan rukun) ibadah haji sudah terangkum dalam

39

orang mengatakan kepada saya bahwa tidak sah haji saya.” Ibnu Umar berkata,

“Rasulullah SAW pernah ditanya dengan pertanyaan yang sama dengan yang anda

tanyakan. Kemudian beliau diam sampai turunlah ayat tersebut. Lalu Rasulullah

berkata, “Engkau dapat melakukan haji.”9

Haji bahkan menjadi sebab utama tumbuhnya berbagai usaha dan bisnis. Di

antara industri yang subur musim perjalanan haji adalah:

1) layanan tours and travel dengan berbagai jenis paket dan program

2) perusahaan transportasi baik udara, laut ataupun darat

3) ) usaha food and beverages, baik yang menyangkut beras, gandum,

minuman, ice cream, maupun puluhan ragam buah-buahan

4) jasa penginapan dan perhotelan dengan berbagai kelasnya mencakup

hotel-hotel berbintang dan network internasionalnya

5) jasa telekomunikasi baik lokal, internasional, direct-line hand

phone, fiber optic, maupun satellite based

6) industri garmen dan tekstil untuk kain ihram, jilbab, sorban, tas, kopor

dan sajadah; kemudian

7) perbankan untuk penerimaan setoran haji, kartu kredit, dan travel

check, serta lalu lintas transfer

9 Abdul Malik Abdul Karim Amrullah, Hamka, Tafsir Al-Azhar, Jakarta, Pustaka Panjimas,

jus 17, hal. 161

Page 48: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4246/1/RINA... · (tatacara; sayarat dan rukun) ibadah haji sudah terangkum dalam

40

8) Asuransi untuk penjaminan dan perlindungan keamanan perjalanan,

kendaraan, gedung, hotel, dan jiwa jamaah

9) Jasa kurir dan kargo untuk pengangkutan kelebihan barang serta oleh-

oleh

10) Perlengkapan kemah dan tenda untuk jutaan jamaah di Arafah dan

Mina

Demikian manfaat pelaksanaan haji dari aspek ekonomi, sehingga ada

keselarasan antara surat al-Hajj ayat 28 dengan surat al-Baqarah ayat 198.

yang pada akhirnya moment haji dapat bermanfaat bagi kehidupan dunia

khususnya kehidupan akhirat.

Page 49: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4246/1/RINA... · (tatacara; sayarat dan rukun) ibadah haji sudah terangkum dalam

41

BAB IV

MANFAAT IBADAH HAJI DALAM AL-QUR'AN MENURUT ULAMA

KONTEMPORER

A. Interpretasi Ayat 28 Menurut M. Quraish Syihab

Sebelum membahas ayat 28 surah Al-Hajj, penulis ingin mengantarkan kajian

ayat 28 ini dengan ayat sebelumnya yaitu ayat 27, secara global. Pada ayat 27 Allah

memerintahkan nabi Ibrahim as. mengajak semua orang yang mampu untuk

berkujung ke Baitullah (ka'bah) dengan menyatakan "dan wahai nabi Ibrahim,

berserulah kepada manuisa, memanggil mereka untuk mengerjakan haji yaitu

berkunjung ke-masjid al-Haram dan sekitarnya untuk melaksanakan ibadah tertentu

pada waktu tertentu pula demi karena Allah. Serukanlah itu, niccaya mereka akan

datang kepadamu menyambut panggilanmu itu dengan berjalan kaki bagi mereka

yang tinggal dalam jangkauan perjalanan kaki serta bagi yang tidak mampu

berkendaraan, atau mengendarai onta (banyak onta yang kurus) karena jauhnya

perjanan bagi yang datang dari segenap penjuru yang jauh1.

Panggilan pada ayat 27 adalah supaya manusia menyaksikan dengan mata

kepala serta dengan mata hati, dengan demikian mereka akan mendapatkan berbagai

manfaat baik manfaat duniawi maupun ukhrowi. Untuk membahas manfaat haji lebih

mendalam, maka penulis paparkan ayat dan kajian interpretasi menurut Quraish

Shihab.

1 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Pesan, Kesan dan Keseraian Al-Qur'an), Jakarta,

Lentera Hati, 2002, Vol 15, cet- 1, h. 43

Page 50: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4246/1/RINA... · (tatacara; sayarat dan rukun) ibadah haji sudah terangkum dalam

42

Artinya:

Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya

mereka menyebut nama Allah pada hari yang Telah ditentukanatas rezki yang

Allah Telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah

sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan

orang-orang yang sengsara dan fakir. (Al-Hajj/22:28)

Secara maknawi, kata ( ) terambil dari kata ( شهـد ) yang berarti

menyaksikan baik dengan mata kepala maupun dengan mata hati / pengetahuan.

Siapa yang menyaksikan sesuatu dengan mata kepalanya, maka tentu saja dia

hadir di tempat apa yang disaksikannya itu. Dari sini kata tersebut diartikan juga

dengan menghadiri.2

Manfaat duniawi yang dimaksud di sini berkaitan dengan banyak aspek, tetapi

pada akhirnya mengantar umat manusia meraih kemajuan dan kemaslahatan

bersama. Ini tentu saja dapat diperoleh karena tidaklah berkumpul banyak orang

yang memiliki pandangan dan tujuan yang sama, lalu mereka saling kenal

mengenal dan berdiskusi, kecuali perkenalan dan diskusi mereka itu akan

menghasilkan kerja sama yang saling menguntungkan.

2 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Pesan, Kesan dan Keseraian Al-Qur'an), h. 45

Page 51: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4246/1/RINA... · (tatacara; sayarat dan rukun) ibadah haji sudah terangkum dalam

43

Dengan demikian akan saling melengkapi kekurangan yang itu, dan itu

membantu menyelesaikan problem yang ini, sehingga akhirnya semua

memperoleh keuntungan duniawi. Ini dikukuhkan pula dengan bahwanya Allah

tidak menghalangi adanya interaksi ekonomi pada musim haji. Dalam suruh Al-

Baqarah/2/198:

Artinya:

"Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil perniagaan) dari

Tuhanmu." (Al-Baqarah/2/198)

Pada ayat 198 di atas, menjelaskan bahwa; tidak ada dosa atas kamu, yakni

mencari dengan kesungguhan, sebagaimana dipahami dari penambahan huruf (ت)

pada kata ( selama yang dicari itu berupa anugerah dari Tuhanmu, yakni ,(تبتغوا

berupa rezeki hasil perniagaan dan usaha halal lainnya dari Tuhan kamu pada

musim haji. Namun demikian, kamu harus tetap berzikir mengingat Allah dan

juga tujuan melaksanakan ibadah haji. Maka apabila kamu telah bergegas,

berduyun-duyun bertolak dari Arafah setelah Maghrib menuju ke Muzdalifah,

berzikirlah kepada Allah sejak berada di dekat Masy'ar al-Haram, yaitu bukit

Quzah di Muzdalifah.3

Ayat ini mengisyaratkan dua tempat perhentian. Persinggahan pertama adalah

wuquf di Arafah yang berlangsung dari siang (zuhur) sampai malam (magrib) dan

3 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Pesan, Kesan dan Keseraian Al-Qur'an), Jakarta,

Lentera Hati, 2002, Vol 1, cet- 1, h. 408

Page 52: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4246/1/RINA... · (tatacara; sayarat dan rukun) ibadah haji sudah terangkum dalam

44

persinggahan kedua di Muzdalifah dari malam sampai siang. Persinggahan

pertama, yakni wukuf di 'Arafah dalam rukun, tidak sah haji bila ditinggalkan.

Sedang persinggahan kedua di malam hari, hukumnya wajib walau sekejap, bila

ditinggalkan mengharuskan pembayaran dam. Di kedua tempat itu, jema'ah haji

diharapkan memperbanyak zikir.

"Berzikirlah kepada Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepada mu,

atau disebabkan karena Dia telah memberi petunjuk kepada kamu.

Dalam Al-qur'an dan melalui Rasul-Nya Allah mengajarkan empat macam

zikir, yaitu dengan lidah melalui ucapan, dengan anggota tubuh melalui

pengalaman, dengan pikiran melalui perenungan yang mengantar kepada

pengetahuan, serta dengan hati melalui kesadaran akan kebesaran-Nya yang

menghasilkan emosi kegamaan dan keyakinan yang benar. Zikir-Zikir tersebut

pada akhirnya harus membuahkan amal kebajikan.

Firman-Nya ( )supaya mereka menyebut nama Allah, dibatasi

pemahamannya oleh sementara ulama dalam arti "hendaklah mereka

menyembelih binatang" karena pada penyembelihan itu dianjurkan untuk

dilakukan sambil menyebut nama Allah, bukan nama berhala-berhala

sebagaimana kebiasaan kaum musyrikin.4

Ayat di atas menggunakan bentuk redaksi pesona kedua firman-Nya (

) maka makanlah sebagian darinya setelah penggalan sebelumnya redaksi

4 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Pesan, Kesan dan Keseraian Al-Qur'an), h. 45

Page 53: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4246/1/RINA... · (tatacara; sayarat dan rukun) ibadah haji sudah terangkum dalam

45

persona ketiga. Ada ulama yang menyisipkan kalimat "maka Wahai nabi Ibrahim

katakanlah kepada mereka bahwa makanlah dan seterusnya". Ada juga yang

menyatakan pengalihan redaksi itu ditujukan kepada umat Nabi Muhammad saw.

Dengan tujuan menekankan bolehnya memakan daging kurban, karena

masyarakat jahiliah enggan memakannya, atau karena Nabi saw, pernah melarang

memakan daging kurban. Dengan demikian, perintah makan itu bukanlah perintah

wajib.

Sementara ulama menjadikan ayat ini sebagai dasar untuk membagi tiga

daging kurban. Sepertiga dimakan oleh yang menyembelih bersama keluarganya,

sepertiga disedekahkan dagingnya, dan sepertiga lagi buat makanan bagi yang

butuh. Ada juga yang berpendapat dibagi dua saja, seperdua bagi yang berkurban,

dan seperdua lainnya dibagikan kepada yang butuh dengan alasan bagi kata

.merupakan satu kelompok saja ( الـبائس الفقـير )

Kata ( ,terambil dari kata ( ( yang berarti keras atau kesulitan ( الـبائس

yang dimaksud di sini adalah kesulitan dan kesempitan dalam bidang materi.

Yang fakir pada hakikatnya tidak memiliki kecukupan materi, namun demikian

ayat ini menggandengkan kedua kata itu, untuk mengingatkan orang lain bahwa

kehidupan para fakir bersifat keras dan dalam kesempitan sehingga membutuhkan

uluran tangan. Ada juga yang memahami kata al-bais dalam arti yang nampak

kemiskinan dan kebutuhannya secara lahiriah pada wajah dan pakainnya, sedang

Page 54: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4246/1/RINA... · (tatacara; sayarat dan rukun) ibadah haji sudah terangkum dalam

46

faqir adalah semua yang butuh, walau penampilannya tidak memperlihatkan

kebutuhan.

Perhatikan ayat 28, dan secara seksama perhatikan kalimat, supaya mereka

menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka. Dari sini jelaslah bahwa: pertama,

apakah tujuan dari manfaat-manfaat tersebut sehingga para pengunjung Ka’bah

mesti menanggung sebuah kesaksian? Kalimat ini dilanjutkan dengan, dan supaya

mereka menyebut nama Allah, dengan maksud bahwa Haji memiliki dua aspek

yang menjelma dalam mengingat Allah, dan aspek sosial yang ditunjukkan dalam

hal menjadi saksi atas manfaat-manfaat yang diberikan Allah.

Analisis M. Quraish Shihab Ayat 28

Ada sebagian orang yang berpendapat bahwa haji adalah ibadah murni yang

tidak sah bila dikeruhkan dengan aktivitas keduniaan, seperti jual beli,

perdagangan dan lebih-lebih politik. Pendapat ini ada benarnya, meskipun tidak

sepenuhnya benar. Itu baru benar, jika aktivitas yang dilakukan terlepas dari niat

ibadah dan atau melengahkan dari tujuan kehadiran ke Baitullah.5

Berkaitan masalah ini setidaknya dalam surat an-Nur memberikan arahan

kepada manusia sebagai berikut:

5 M. Quraish Shihab, Haji Bersama Quraish Shihab, Bandung, Mizan, 1999, cet.2. hal. 55

Page 55: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4246/1/RINA... · (tatacara; sayarat dan rukun) ibadah haji sudah terangkum dalam

47

Artinya:

"… di masjid-masjid yang telah diperintahkan dan dipuji nama-Nya bertasbih

di dalamnya pada waktu pagi dan petang, orang-orang yang tidak dilalaikan oleh

perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari melaksanakan shalat dengan

sempurna, membayar zakat. Mereka takut kepada suatu hari, yang di hari itu hati

dan penglihatan menjadi guncang. Mereka lakukan itu, agar Allah

menganugerahkan kepada mereka balasan yang lebih baik dari apa yang mereka

kerjakan dan supaya Allah menambah karunia-Nya kepada mereka. Allah

memberi rezeki kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya tanpa batas. (Q.S. An-

Nur/24/36-38)

Memang, ketika ayat 197 surat Al-Baqarah berbicara tentang "larangan

bercumbu, berkata cabul, dan bertengkar" turun, sebagian shahabat Nabi menduga

bahwa larangan tersebut mencakup larangan berniaga, karena di sana sering

terjadi pertengkaran. Namun dugaan mereka diluruskan oleh Al-Qur'an :

Artinya:

".Tidak ada dosa bagi kamu mencari karunia Ilahi (rezeki perniagaan, pada

musim haji).. ((Q.S. Al-Baqarah/2/198)

Petunjuk ini memang sangat wajar, terlebih lagi jika disadari bahwa musim

haji yang dialami oleh mereka ketika itu berlanjut berbulan-bulan, dan karena itu

pula antara lain musim haji oleh Al-Qur'an dinyatakan sebagai terlaksana dalam

beberapa bulan tertentu yakni sejak bulan Syawal sampai bulan Dzulhijjah: Al-

hajj asyhurun ma'lumaat (Q.S. Al-Baqarah/2/197).

Page 56: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4246/1/RINA... · (tatacara; sayarat dan rukun) ibadah haji sudah terangkum dalam

48

Ketika itu amat menyulitkan jika jual beli dan perniagaan dilarang, tetapi

semua potensi mengarah kepada pelaksanaan ibadah. Ini terutama untuk yang

telah membawa bekal cukup dari tanah air, untuk beberapa minggu bahkan

belasan hari. Apalagi jika yang dibeli bukan merupakan kebutuhan hidup6.

Sekali lagi, berbelanja tidak dilarang, membawa oleh-oleh dari tanah suci

untuk teman dan sanak keluarga juga merupakan hal yang baik, namun sebaiknya

ditangguhkan hingga selesasi melaksankan thawaf ifadah.

B. Intepretasi Ayat 28 Menurut Sayyid Quthb

Sayyid Quthb dalam pembahasan masalah haji serta yang berkenaan dengan

haji mengaitkan dari proses pembangunan Masjid Haram di bawah tangan Nabi

Ibrahmim dengan arahan dan petunjuk dari Tuhannya. Redaksi kembali

mengingatkan tentang kaidah dan fondasi Ka'bah yang berdasrkan kepada tauhid.

Juga mengingatkan kembali tujuan dari pembangunannya yaitu untuk

menyembah Allah semata-mata. Ka'bah telah dikhususkan bagi orang-orang

bertawaf di sekitarnya dan mendirikan shalat menyembah Allah di dalamnya..

Jadi, sejak pertama Baitullah itu didirikan untuk tauhid. Allah telah

menunjukkan kepada Ibrahim tempat pembangunannya dan menyerahkan urusan

pembangunannya di atas asas "… Janganlah kamu memperserikatkan sesuatu

pun dengan Aku…"

6 M. Quraish Shihab, Haji Bersama Quraish Shihab, h. 58

Page 57: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4246/1/RINA... · (tatacara; sayarat dan rukun) ibadah haji sudah terangkum dalam

49

Karena Ka'bah itu merupakan rumah Allah semata-mata dan bukan milik

selain dari-Nya. Juga agar orang-orang yang berhaji dan mendirikan shalat

menyucikan Baitullah itu dari kemusyrikan, dan untuk orang-orang itulah

Baitullah dibuat, bukan untuk orang-orang yang menyekutukan Allah dan

mempersembahkan ibadah kepada selain dari-Nya. Maka ini lah maksud dari

seruan nabi Ibrahim yang terkandung dalam ayat 26 ddan 27 surah Al-Hajj untuk

selurh manusia agar berhaji kepada-Nya.

Selanjutnya dalam ayat 28 Sayyid Quthb membahas tentang tujuan atau

kemanfaatan dari pelaksanaan ibadah haji serperti berikut ini:

Artinya:

Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka

menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezki yang Allah telah

berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebahagian

daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang

sengsara dan fakir. (Al-Hajj/22:28)

Manfaat yang disaksikan oleh orang-orang yang berhaji sangat banyak. Haji

itu merupakan musim muktamar, musim perdagangan, dan musim ibadah. Haji

merupakan muktamar perkumpulan dan perkenalan. Juga muktamar konsolidasi

dan saling membantu. Haji merupakan ibadah fardhu dunia dan akhirat,

Page 58: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4246/1/RINA... · (tatacara; sayarat dan rukun) ibadah haji sudah terangkum dalam

50

sebagaimana kenangan tentang akidah lama dan jauh (akidah Ibrahim) dengan

akidah yang baru (Muhammad saw) juga bertemu.

Para pedagang dan pemasok barang pada musim haji mendapatkan pasar yang

menguntungkan, berbagai macam buah-buahan dan lain-lain dipasok ke Tanah

Haram dari segala penjuru bumi. Para haji pun dari seluruh penjuru membawa

berbagai perbekalan dan kebaikan dari negeri-negeri mereka dan musim buah-

buahan yang bermacam-macam sesuai dengan musim buah yang ada di

negerinya. Kemudian semuanya bersatu dalam satu musim, yaitu musim haji. Jadi

musim haji itu merupakan musim perdagangan dan pameran segala sesuatu serta

pasar dunia yang diselenggarakan sekali setahun.7

Ia juga merupakan musim ibadah, yang dengannya ruh menjadi suci. Ruh itu

dapat merasakan kedekatannya dengan Allah di rumah-Nya. Ia merasakan

ketenangan dalam zikir dan mengenang yang terjadi padanya, baik yang lama

maupun yang baru.

Haji merupakan muktamar unttuk perkenalan, musyawarah, dan konsolidasi

langkah-langkah serta penyatuan kekuatan. Ia juga merupakan sarana pertukaran

manfaat, barang, pengetahuan dan keahlian. Konsolidasi alamislami yang satu,

lengkap dan semupurna, sekali dalam setahun di bawah naungan Allah, di dekat

Baitullah, di bawah naungan ketaatan orang-orang yang jauh dan dekat, dalam

kenangan orang-orang yang telah tiada dan orang-orang yang masih hidup, di

7 Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur'an di Bawh Naungan Al-Qur'an, jilid 15, terj. As'ad

Yasin, dkk, Jakarta, Gema Insani Press, 2004, h.175

Page 59: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4246/1/RINA... · (tatacara; sayarat dan rukun) ibadah haji sudah terangkum dalam

51

tempat yang paling tepat, suasana yang paling cocok, dan waktu yang paling

serasi. Oleh karena itu, ketika Allah berfirman,

"supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka.."

Setiap generasi memiliki kondisi, kebutuhan, tujuan, dan persoalan sendiri-

sendiri. Itulah di antara beberapa hal yang diinginkan Allah atas orang-orang yang

beriman sejak pertama haji diwajibkan dan Ibrahim diperintahkan untuk

menyeruh seluruh manusia untuk melakukannya.

Redaksi ayat 28 menjelaskan sebagian manasik haji, syiarnya dan tujuannya,

"… dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang ditentukan atas

rezeki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak.."

Ungkapan merupakan kiasan dari penyembelihan hewan ternak pada hari idul

Adha dan tiga hari-hari tasyrik setelahnya. Al-Qur'an mengungkapkan

penyebutan nama Allah lebih dahulu dari penyembelihan hewan ternak, karena

suasananya adalah suasana ibadah; dan maksud dari penyembelihan itu adalah

mendekatkan diri kepada Allah, oleh karena itu proses yang paling diutamakan

dalam penyembelihan itu adalah menyebut nama Allah saat menyembelih.

Seolah-olah itulah tujuan pokok dari pengurbanan hewan bukan penyemblihan itu

sendiri.

Pengurbanan hewan ternak itu merupakan upacara kenangan tebusan bagi

Ismail. Jadi, pengurbanan itu merupakan kenangan dan peringatan terhadap salah

satu dari tanda-tanda kekuasan Allah. Juga salah satu bentuk ketaatan dari dua

hamba Allah Ibrahim dan Ismail, di atas sedekah dan pendekatan kepada Allah

Page 60: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4246/1/RINA... · (tatacara; sayarat dan rukun) ibadah haji sudah terangkum dalam

52

dan memberikan makanan kepada fakir miskin. Binatang ternak itu terdiri dari

unta, sapi, kambing dan domba. Hal ini tertera dalam ayat:

"…Maka, makanlah sebagian daripadanya dan (sebagian lagi ) berikanlah

untuk dimakan orang-orang yang sengsara lagi fakir." (Al-Hajj/22/28)

Perintah untuk memakan dari daging kurban adalah perintah sunnah. Namun,

perintah untuk memberikan dagingnya kepada para fakir miskin adalah perintah

wajib. Kemungkinan maksud dari pemilik kurban itu ikut memakan dagingnya, agar

para fakir miskin merasakan bahwa daging itu merupakan daging yang baik dan

mulia.

Dengan menyemblih kurban itu, berakhirlah masa ihram, maka orang berhaji

pun mulai mencukur botak atau memendekkan rambutnya, mencabut bulu ketiak,

memotong kuku, dan mandi. Hal itu semua terlarang di masa ihram. Itulah yang

dinyatakaan Allah dalam firman-Nya:

Artinya:

Kemudian, hendaklah mereka menghilangkan kotoran yang ada pada badan

mereka dan hendaklah mereka menyempurnakan nazar-nazar mereka dan

hendaklah mereka melakukan melakukan thawaf sekeliling rumah yang tua itu

(Baitullah).(Al-Hajj/22/29)

C. Interpretasi Ayat 28 Menurut Hamka

Dalam menjelaskan masalah haji Hamka memulainya dengan ayat 25 yang

mengecam bagi kaum yang menyalah gunakan tempat peribadatan, yakni mereka

Page 61: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4246/1/RINA... · (tatacara; sayarat dan rukun) ibadah haji sudah terangkum dalam

53

meletakkan berhala di sekeliling ka'bah, kemudian ayat berikutnya Allah

menyerukan nabi Ibarahim untuk menyucikan tempat peribadatan dari hal

perbuatan yang mengandung unsur syirik, dan menjadikan ka'bah sebagai tempat

untuk berthawaf dan bersembahyang. Setelah itu nabi Ibrahim pun diseruh pada

ayat 27 untuk menyeruk kepada umat manusia untuk lakukan ibadah haji, maka

manusiapun berdatangan untuk menunaikan ibadah haji dari segenap penjuru.

Maksud dari seruhan nabi Ibraham adalah untuk menunaikan ibadah haji yang

tentunya mengandung manfaat bagi manusia itu sendiri seperti yang dijelaskan

dalam ayat ke-28 surat Al-Hajj sebagai berikut:

Artinya:

Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka

menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezki yang Allah telah

berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebahagian

daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang

sengsara dan fakir. (Al-Hajj/22:28)

Pada pangkal ayat ini dijelaskan bahwa sesampai di tempat yang mulia itu kita

dapat menyaksikan hal-hal yang ada manfaatnya. Manfaat itu banyak, berbagai

ragam ahli tafsir menjelaskan setengah dari manfaat itu ialah perdagangan.

Tegasnya kalau ada membawa perniagaan, pergilah terlebih dulu menjualnya,

Page 62: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4246/1/RINA... · (tatacara; sayarat dan rukun) ibadah haji sudah terangkum dalam

54

moga-moga dapat laba yang besar, atau memiliki barang yang dapat dibeli buat

dijual lagi di tempat lain. Ayat ini sejalan dengan pangkal ayat 198 dari surat Al-

Baqarah, yang bunyinya:

Artinya:

"Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil perniagaan) dari

Tuhanmu." (Al-Baqarah/2/198)

Maka samalah penafsiran ahli-ahli tafsir bahwa ayat 28 surat Al-Hajj dan 198

surat Al-Baqarah ini adalah satu, yaitu tidak terlarang seketika mengerjakan haji

itu disambilkan juga berniaga. Berjual beli.

Jika diperhatikan kedua ayat itu, baik ayat 198 surat Al-Baqarah atau ayat 28

surat al-Hajj ini. Pada yang pertama di pangkal ayat diterangkan lebih dahulu

boleh mencari keuntungan dari karunia Allah; lanjutnya adalah apabila kami telah

berbondong dari Arafah, ingatlah Allah di dekat Masy'aril Haram.8

Di ayat ini, di pangkal dikatakan agar mereka menyaksiskan beberapa manfaat

buat mereka, selanjutnya diterangkan "dan mereka menyebut nama Allah pada

hari-hari tertentu".

Dari kedua ayat ini dapati kesan, bahwa sebelum "hari-hari tertentu" atau

sebelum berbondong turun dari Arafah, waktu buat urusan yang lain, buat

berniaga, buat mencari keuntungan masih ada, sebab sampai di Mekkah bukanlah

8 Abdul Malik Abdul Karim Amrullah, Hamka, Tafsir Al-Azhar, Jakarta, Pustaka Panjimas,

jus 17, hal. 161

Page 63: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4246/1/RINA... · (tatacara; sayarat dan rukun) ibadah haji sudah terangkum dalam

55

tepat pada "hari-hari tertentu" itu, melainkan beberapa hari lebih dahulu. Hari-

hari yang terlarang itu tidaklah ada salahnya jika digunakan mencari keuntungan

yang halal.

Dalam mengerjakan Jum'at pun demikian pula. Bila waktu Jum'at telah datang

tinggalkanlah jual-beli dan pergilah sembahyang. Sehabis sembahyang

bertebarlah di muka bumi mencari karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-

banyaknya.

Berkata Ibnu Abbas, pada permulaan perintah haji dalam Islam. Orang sibuk

berjual-beli di Mina dan Arafah dan pasar Dzil Majaz di musim haji. Maka

timbullah takut mereka meneruskan kebiasasan itu di dalam melakukan ihram.

Tiba-tiba turunlah ayat itu 198 surat Al-Baqarah, yang menyatakan tidak ada

salahnya bahwa kamu mengusahakan karunia dari Tuhan kamu pada musim haji9

Abu Amamah at-Tamimi menceritakan dia pernah meminta fatwa kepada

Abdullah bin Umar bahwa pekerjaannya ialah mempersewakan kendaraan kepada

orang-orang yang menunaikan haji. Ada orang yang mengatakan kepadanya

bahwa hajinya tidak sah! Sebab kerjanya hanya mempersewakan kendaraan.

9 Dalam kisah lain Ibnu Abbas ditanya seseorang; " saya berkerja pada rombongan orang-orang yang

hendak naik haji, lalu saya pun mengambil kesempatan mengerjakan manasik haji. Apakah haji saya

itu diterima Tuhan? Ibnu Abbas menjawab "pasti diterima".

"Bagi mereka itu ada bagian dari sebab apa yang meriak usahakan. Dan Allah cepat sekali

perhitungannya." (HR. Al-Baihaqi dan Ad-Daruquthni)

Page 64: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4246/1/RINA... · (tatacara; sayarat dan rukun) ibadah haji sudah terangkum dalam

56

Lalu Ibn Umar bertanya: "Bukankah engkau berihram dan membaca talbiah?

Bukankah engkau tawaf sesudah berkumpul di Arafah? Bukankah engkau pun

turut melontar ketiga jumrah? Abu Amamah menjawab: "Semua itu aku

kerjakan!" Maka berkata Ibnu Umar: "Telah ada pula orang bertanya semacam

pertanyaanmu ini kepada Nabi saw., lalu beliau jawab;"Engkau sudah haji!"

hadis ini diriwayatkan oleh Abu Daud dan Said bin Manshur.10

Di samping itu, dalam sejarah juga menyebutkan, "bahwa sebelum jatuhnya

kerajaan-kerajaan Islam di Andalusia di akhir abad ke-15 Masehi. Kafilah haji itu

adalah merangkap kafilah perniagaan. Rombongan-rombongan haji dari dunia

Islam sebelah barat, membawa barang-barang dari barat yang diperlukan di timur,

berpangkal dari kota-kota besar Andalusia, Kordova, Granada, Sebilla, Mercia,

dan lain-lain, lalu berkumpul di pelabuhan Malaga.

Dari sana menyebrang ke pantai Addir di Afrika Utara. Di sana mereka

bergabung dengan calon-calon haji dari Tunisia, Talemsan (Al-Jazair), Marrakisy

(Maroko) untuk meneruskan melalui Mesir, terus ke Jazira Arab, kadang-kadang

sampai beribu orang.

Yang dari Timurpun demikian pula, perniagaan dari Isfahan, Syiraj, Ghazaa,

Samarkand dan lain-lain. Berkafilah-kafilah pula membawa hasil dari Tuhan. Mekkah

adalah tempat pertemuan dan pertukaran kepentingan. Permadani yang indah-indah

dari Shirasyi, sutra dari Kasmir, bahkan rempah-rempah dari kepulauan Indonesia,

10 Abdul Malik Abdul Karim Amrullah, Hamka, Tafsir Al-Azhar, hal. 161

Page 65: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4246/1/RINA... · (tatacara; sayarat dan rukun) ibadah haji sudah terangkum dalam

57

termasuk kapur wangi dari barus pulau Sumatra, yang telah dikenal sejak 2000 tahun

yang lalu sebagai barang mewah, sedang adanya hanya di Sumatra. Demikian juga

setanggi dari Makasar, pulau Sulawesi, dan system chagu (cek) sudah terpakai waktu

itu, dengan secarik kertas kecil seorang saudagar di pelabuhan Malaga minta

serahkan sekian dinar uangnya kepada langganannya di Basrah dalam perjalanan

wakil itu ke Makkah. 11

Dari paparan di atas dapat dipahami bahwa "paham yang tidak pada

tempatnya orang berkata bahwa haji tidak boleh dicampur dengan berniaga, dan

salah satu rangka doa orang naik haji berbunyi :

"Semoga hajinya mabrur, sa'inya disyukuri, dosanya diampuni, dan

perniagaannya sekali-kali yang tak akan rugi."

Dan yang berniaga tentulah yang ahli perniagaaan juga. Maka bagi yang ahli

tidak terlarang.

Sedangkan maksud dari "dan mereka menyebut nama Allah pada hari-hari

teretentu."

Hari-hari tertentu mengerjakan manasik haji itu ialah :

1. 8 Dzul Hijjah: hari tarwiyah (persiapan akan ke Arafah)

2. 9 Dzul Hijjah: hari wukuf (berhenti di Arafah sejak tergelincirnya matahari)

sampai berjawat malam

3. 10 Dzul Hijjah: hari Nahar di Mina, menyembelih kurban

11

Abdul Malik Abdul Karim Amrullah, Hamka, Tafsir Al-Azhar, hal. 162

Page 66: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4246/1/RINA... · (tatacara; sayarat dan rukun) ibadah haji sudah terangkum dalam

58

4. 11,12,dan 13: hari tasyrik, berhenti di Mina untuk melempar jumrah

ketiganya.

5. tawaf Ifadhah dan Sa'i di antara Shafa dan Marwa serta tahallul.

Tahallul artinya melepaskan diri dari ikatan ihram dengan bercukur atau

menggunting rambut beberapa helai. Dengan tahallul selesailah haji dan habislah

hari yang tertentu itu, "Atas rezeki yang telah dilimpahkakan Allah dari binatang-

binatang ternak" artinya amat banyaklah rezeki yang dikurniakan Allah kepada

unta, sapi, kerbau, dan domba. Daginya buat dimakan, susunya buat diminum,

kulitnya buat alas kaki, bulunya buat pakaian, dan binatang-binatang itu pula

digunakan untuk pembayaran had-yu, kurban dalam berhaji.

Dan di akhir ayat 28 menyatakan "Maka makanlah daripadanya dan beri

makanlah orang susah melarat". Maksudnya adalah binatang-binatang ternak itu

disemblih, sebagai pelengkap haji (bagi haji tamattu' dan qiran), atau sebagai

bayaran (dam) jika melanggar beberapa peraturan larangan yang telah ditentukan,

ataupun sebagai udhiya (kurban). Dan kita boleh memakan sebagian dagingnya

dan yang sebagian lagi diberikan kepada orang fakir12

.

12

Abdul Malik Abdul Karim Amrullah, Hamka, Tafsir Al-Azhar, hal 164.

Page 67: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4246/1/RINA... · (tatacara; sayarat dan rukun) ibadah haji sudah terangkum dalam

59

BAB. V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Interpretasi mufasir moderen dan kontemporer yang penulis paparkan pada bab

kempat mengenai manfaat ibadah haji yang terkandung dalam ayat 28 surah al-Hajj,

adalah bahwa ada manfaat dalam pelaksanaan ibadah haji, baik dari sisi perniagaan

(jual beli) maupun dalam rangka kemajuan umat Islam. Hal ini dapat dilakukan jika

tidak menjadi beban (penghalang) dalam pelaksanaan ibadah haji.

Mengenai manfaat ibadah haji yang penulis kaji khusunya pada ayat 28 surah al-

Hajj, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa ada manfaat dari pelasanaan

ibadah haji setidaknya ada dua aspek manfaat dari pelaksanaan ibadah haji; yang

pertama, adalah ibadah haji sebagai motivasi spiritual, dan untuk pencapaian ibadah

haji dalam meningkatkan motivasi spiritual maka, harus ditanamkan nilai dari tujuan

ibadah haji seperti; dengan menanamkan tujuan dalam lubuk hati bahwa dengan

melaksanakan ibadah haji berarti, telah melaksanakan perintah dari rukun Islam yang

kelima, yakni dengan melaksanakan ketentuan-ketentuan yang sesuai dengan syariat

agama tentang kaifiyatul hajj (tatacara pelaksanaan ibadah haji). Hal lain yang

merupakan nilai dari tujuan ibadah haji adalah untuk meningkatkan iman dalam hati,

yang dipupuk selama ini dengan ibadah, pengajian, dan ketundukan kepada Allah

swt.

Kedua, adalah manfaat ibadah haji bagi kehidupan manusia yang terhimpun

menjadi dua aspek yakni; aspek sosial dan aspek ekonomi. Pada aspek sosial dapat

Page 68: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4246/1/RINA... · (tatacara; sayarat dan rukun) ibadah haji sudah terangkum dalam

60

diketahui bahwa setiap manusia itu pasti memerlukan pergaulan dengan orang yang

dianggap sebagai sejenis (sama-sama makhluk manusia) dengan dirinya. Oleh sebab

itu ia perlu sekali mempelajari norma-norma kesopanan dalam pergaulan. Setiap

orang yang bergaul dengan sesuatu golongan, tentu ada cara-cara dan peraturannya

sendiri. Kesopanan-kesopanan itu tentulah dengan mengingat kadarnya, dan kadar itu

dengan mengingat hubungannya. Dan dalam pelaksanaan ibadah haji, hal ini

teraplikasikan dalam ihram, wukuf dan kurban.

Manfaat ibadah haji dari aspek ekonomi adalah manfaat dari perdagangan, dan

manfaat lain ialah memperoleh apa yang diridhai Allah, baik dunia maupun akhirat.

Hal ini mencakup seluruhnya, baik manasik, perdagangan, ampunan, dan manfaat

dunia akhirat. Inilah yang dimaksud dengan firman Allah dalam surat al-Hajj ayat 28.

B. Saran

Begitu pentingnya ibadah haji yang diperintahkan kepada umat

manusia dengan persyaratan tertentu serta dengan waktu yang tertentu pula,

maka sudah sepatutnya dalam pelaksanaannya harus dilaksanakan dengan

sebaik-baiknya. Artinya kita jadikan moment ibadah haji sebagai sarana

unutuk mendekatkan diri kepada sang Khalik Allah SWT. Dengan

menyempurnakan setiap rukun, wajib dan sunnah haji dengan baik, sehingga

kita akan mendapat predikat "haji mabrur"

Namun demikian dalam ibadah haji banyak manfaat yang dapat kita

dapati dalam pelaksanaan ibadah haji seperti yang tertera dalam surat al-Hajj

Page 69: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4246/1/RINA... · (tatacara; sayarat dan rukun) ibadah haji sudah terangkum dalam

61

ayat 28, sehingga dengan kemanfaatan itu diperoleh sesuatu yang bermanfaat

bagi kehidupan manusia.

Untuk mendapatkan dua hal di atas (haji mambrur dan manfaat

ibadah haji) maka diperlukan bimbingan dan arahan dari berbagai pihak;

pembimbing haji, ustadz, ulama, pemerintah dsb.

Page 70: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4246/1/RINA... · (tatacara; sayarat dan rukun) ibadah haji sudah terangkum dalam

62

DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran dan Terjemahnya, Jakarta, Departemen Agama RI, 1987

al-Ashfahani, Al- Raghib, Mufradât Alfâz al-Quran, Beirut: al-Dâr al-Sâmiyyat,

1992.

al-Farmawi, Abd al-Hayy, Metode Tafsir Maudlu'i Suatu Pengantar, terj.

Suryana.Jamrah Jakarta: Raja Grafindo Perkasa, 1996.

al-Gazali, Al-Imam, Tuntunan Dasar Pembinaan Pribadi Bertakwa, Jakarta:

Angkasa Raya, 1987.

al-Munawar, Said Agil Husin, Al-Quran Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki,

Jakarta: Ciputat Pers, 2002.

_________, Said Agil Husain, Abdul Hakim, Fikih Haji; Menuntun Jamaah Haji

Mabrur, Jakarta, Ciputat press, 2003, cet.1

al-Suyuti, Al-Imam Jalaluddin, Lubâbun Nuqûl fi Asbâb an-Nuzûl, terj. A. Katib,

Surabaya: Darul Ihya, 1986.

Ali, Maulana Muhammad, Islamologi, Ter. A. Kaelan, Jakarta: Darul Kutubil

Islamiyah, 1977

Altaf Gauhar, Tantangan Islam, Bandung : Pustaka, 1995

al-Jaziri, Abdul Rahman, Fikih Madzhab Empat, ter. Moh Zuhri, at. dll, Semarang,

as-Syifa, 1994

Asyairazi, Abi Ishak Ibrahim bin Ali ibn yusuf, Al-Muhadzab fiFikh Imam As-Syafi'I,

Darul Fikir, juz 1

Abi Abdullah Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari, Beirut Libanon,

Dar Al Ma'rifah, 2004, cet 4

Al-Jajiri, Abdurrahman, Fikih Empat Mazhab, Kairo, Mathba'ah al-Istiqomah, 2002,

cet 2

A. Banani Adam dan Musthafa As., Hikamah Rahasia Ibadah Haji dan Umrah,

Bandung, Lubuk Agung, 1992, cet-4

As-Suyuti, Jalaluddin Abdurrahman, Jami'I alAhadis, Beirut, Dar al Fikr, 1994, juz, 4

Page 71: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4246/1/RINA... · (tatacara; sayarat dan rukun) ibadah haji sudah terangkum dalam

63

Ash-Shiddieqy, M. Hasbi, Pedoman Haji, Jakarta, PT Bulan BIntang, 1994, cet. 3

Bukhari, Imam, Sahîh Bukhari, Beirut: Dâr Ibn Katsîr Yamâmah, 1987 M/1407 H.

Ensiklopedi Oxford, Dunia Islam Moderen, Mizan, jilid 2, cet. II, 2002

Hasan Basri, Haji dan Kurban, Mimbar Ulama, VIII, 1983

Hamka, Abdul Malik Abdul Karim Amrullah, Tafsir Al-Azhar, Jakarta, Pustaka

Panjimas, jus 17.

Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, Semarang, CV. Asy-Syifa, 1990, cet.1

Ibnu Mas'ud, Dkk, Fikih Madzhab Syafi'I, Bandung, Pustaka Setia, 2005, cet-2

Khalil Abdul Karim, Hegemony Quraisy: Agama, Budaya dan Kekuasaan, Ter.

Faisol Fatawi, Yogyakarta: LKIS, 2004

Latif Rosady, Manasik Haji dan Umrah Rosulullah SAW, Medan, Rimbow, 1989

Ma'luf, Louis, al-Munjid fi al-Lughah wa al-Adab wa al-'Ulûm, Beirut: al-

Kâsûlîkiyah, tt.

Muhammad Amin Al-Kurdi, Tanwir Al-Qulub, Beirut; Dar Al Fikr,1994

Muchtar Adam, Tafsir Ayat-ayat Haji; Telaah intensif dari Perbagai Mazhab,

Bandung, Mizan, 1996, cet.5

Muslim, Sahîh Muslîm, Beirut: Dâr Ihya' al-Turâts al-'Arabi, tt.

Nurkhalis Majid, Perjalanan Religius "Umrah dan Haji", Jakarta, Paramadina, 2008.

cet.3

Ruslani, Wacana Spiritualitas Timur dan Barat, Yogyakarta: Qalam, 2000.

Shihab, M. Quraish, Tafsir al-Misbah; Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran,

Ciputat: Lentera Hati, 2002. Vol. 1

Shihab, M. Quraish, Tafsir al-Misbah; Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran,

Ciputat: Lentera Hati, 2002. Vol. 15

Shihab, M. Quraish, Haji Bersama Quraish Shihab, Bandung, Mizan, 1999, cet.2

Page 72: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4246/1/RINA... · (tatacara; sayarat dan rukun) ibadah haji sudah terangkum dalam

64

Shihab, M. Quraish, Membumikan Al-Qur'an, Bandung, Mizan, 1999

Shihab, M. Quraish, Lentera Hati: Kisah dan Hikmah Kehidupan, Bandung: Mizan,

1999.

Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, Cet. III libanon: Daar al-Fikr, 1983

Quthb, Sayyid, Tafsir fi Dzilal al-Quran, Beirut: Dâr al-Fikr, 1998.

Quhb, Satyyid, Tafsir Fi Zhilalil Qur'an di Bawh Naungan Al-Qur'an, jilid 15, ter

As'ad Yasin, dkk, Jakarta, Gema Insani Press, 2004

Zainuddin,et-al, Seluk Beluk Pendidikan Dari Al-Ghazali, Jakarta, Bumi Aksara,

1991, cet-1