93
i KARYA TULIS ILMIAH PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LAINEA KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2017 Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan pada Program Studi Diploma III Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kendari Disusun Oleh : RITA AYU RIZKI NIM : P00324014028 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI DIII TAHUN 2017

PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

  • Upload
    others

  • View
    12

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

i

KARYA TULIS ILMIAH

PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITADI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LAINEA

KABUPATEN KONAWE SELATANTAHUN 2017

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan padaProgram Studi Diploma III Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kendari

Disusun Oleh :

RITA AYU RIZKINIM : P00324014028

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPOLITEKNIK KESEHATAN KENDARI

JURUSAN KEBIDANANPROGRAM STUDI DIII

TAHUN 2017

Page 2: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

ii

RIWAYAT HIDUP

SZWE

A. Identitas Penulis1. Nama : Rita Ayu Rizki2. Tempat Tangal Lahir : Kendari, 5 Agustus 1996

3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Agama : Islam

5. Suku/Bangsa : Jawa-Tolaki / Indonesia

6. Alamat : Desa Aepodu Kec. Laeya

Kabupaten Konawe Selatan

B. Riwayat Pendidikan1. SD Negeri 1 Aepodu, Tamat Tahun 2008

2. SMP Negeri 3 Palangga, Tahun Tamat 2011

3. SMA Negeri 3 Konawe Selatan, Tamat Tahun 2014

4. Terdaftar sebagai Mahasiswa Poltekkes Kendari Jurusan Kebidanan

Tahun 2014 sampai sekarang.

Page 3: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

iii

Page 4: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

iv

RIWAYAT HIDUP

C. Identitas Penulis1. Nama : Rita Ayu Rizki2. Tempat Tangal Lahir : Kendari, 5 Agustus 1996

3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Agama : Islam

5. Suku/Bangsa : Jawa-Tolaki / Indonesia

6. Alamat : Desa Aepodu Kec. Laeya

Kabupaten Konawe Selatan

D. Riwayat Pendidikan1. SD Negeri 1 Aepodu, Tamat Tahun 2008

2. SMP Negeri 3 Palangga, Tahun Tamat 2011

3. SMA Negeri 3 Konawe Selatan, Tamat Tahun 2014

4. Terdaftar sebagai Mahasiswa Poltekkes Kendari Jurusan Kebidanan

Tahun 2014 sampai sekarang.

iv

Page 5: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas karunia dan hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan karya tulis ilmiah ini dengan

judul “Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Pada Balita Di Wilayah Kerja

Puskesmas Lainea Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2017”.

Penulis menyadari bahwa semua ini dapat terlaksana karena dorongan

dan bimbingan dari berbagai pihak, secara langsung maupun tidak langsung

dalam memberikan bimbingan dan petunjuk sejak dari pelaksanaan kegiatan

awal sampai pada penyelesaian karya tulis ilmiah ini. Untuk itu penulis

mengucapkan terima kasih kepada Ibu Hasmia Naningsih, SST., M.Keb.,

selaku Pembimbing I dan Ibu Wahida S., S.Si.T, M.Keb., selaku Pembimbing

II yang telah meluangkan waktu dan pikiran dengan penuh kesabaran dan

tanggung jawab guna memberikan bimbingan dan petunjuk kepada penulis

dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Pada kesempatan ini pula, penulis mengucapkan terima kasih kepada

yang terhormat:

1. Bapak Petrus, SKM., M.Kes., selaku Direktur Poltekkes Kemenkes

Kendari.

2. Kepala Puskesmas Lainea dan staf yang telah membantu dalam

memberikan informasi selama pengambilan data awal penelitian ini

berlangsung.

3. Ibu Halijah, SKM., M.Kes., selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes

Kemenkes Kendari.

v

Page 6: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

vi

4. Ibu Melania Asi, S.Si.T., M.Kes., selaku Penguji I, Ibu Aswita, S.Si.T.,

MPH., selaku Penguji II, dan Ibu Elyasari, SST., M.Keb., selaku Penguji

III.

5. Seluruh Dosen dan staf pengajar Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan

Kebidanan yang telah banyak membantu dan memberikan ilmu

pengetahuan maupun motivasi selama mengikuti pendidikan di Poltekkes

Kemenkes Kendari.

6. Teristimewa kepada ayahanda Supar dan Ibunda tercinta Marlina yang

telah mengasuh, membesarkan dengan cinta dan penuh kasih sayang,

serta memberikan dorongan moril, material dan spiritual, serta saudara-

saudaraku, terima kasih atas pengertiannya selama ini.

7. Seluruh rekan-rekan mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan

Kebidanan angkatan 2014.

Tiada yang dapat penulis berikan kecuali memohon kepada Allah

SWT, semoga segala bantuan dan andil yang telah diberikan oleh semua

pihak selama ini mendapat berkah dari Allah SWT. Akhir kata penulis

mengharapkan semoga karya tulis ilmiah ini dapat menambah khasanah ilmu

pengetahuan serta dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Kendari, Juli 2017

Penulis

vi

Page 7: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

vii

ABSTRAK

Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Pada Balita Di Wilayah Kerja PuskesmasLainea Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2017

Rita Ayu Rizki 1, Hasmia Naningsih 2, Wahida S. 3

Latar Belakang: Salah satu bentuk terwujudnya Indonesia sehat seutuhnyamenjaga perilaku kesehatan dengan berpartisipasinya ibu Balita dalam programPosyandu, yang mewujudkan dengan membawa anak mereka untuk ditimbang beratbadannya ke Posyandu secara teratur setiap bulan.Tujuan Penelitian: untuk memperoleh informasi pengetahuan ibu tentang gizi padaBalita di wilayah kerja Puskesmas Lainea Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2017.Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian ini dilakukan diWilayah Kerja Puskesmas Lainea Kabupaten Konawe Selatan pada bulan Juni2017. Populasi penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki anak Balita Selatanperiode Oktober-Desember 2016 dan memiliki Kartu Menuju Sehat (KMS) yangberjumlah 273 Balita, dengan jumlah sampel sebanyak 58 responden yangditetapkan secara accidental sampling. Variabel independen yakni umur ibu,pendidikan, pekerjaan dan paritas, sedangkan variabel dependen yaknipengetahuan ibu tentang gizi pada balita.Hasil Penelitian: Menunjukkan bahwa pengetahuan ibu tentang gizi balita yangcukup pada kelompok umur 20-35 tahun yang berjumlah 17 orang (29,3%).Pengetahuan ibu tentang gizi balita yang baik pada tingkat pendidikan tinggi yangberjumlah 13 orang (22,4%). Pengetahuan ibu tentang gizi balita yang baik pada IbuRumah Tangga yang berjumlah 15 orang (25,9%). Pengetahuan ibu tentang gizibalita yang baik pada ibu dengan paritas II-III yang berjumlah 16 orang (27,6%).

Kata Kunci : Gizi pada balitaDaftar Pustaka : 29 (2008-2016)

1. Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan2. Dosen Pembimbing Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan3. Dosen Pembimbing Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan

vii

Page 8: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iii

RIWAYAT HIDUP ................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ............................................................................... v

ABSTRAK ............................................................................................... vii

DAFTAR ISI ............................................................................................. viii

DAFTAR TABEL ..................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................ 6

C. Tujuan Penelitian ............................................................... 7

D. Manfaat Penelitian ............................................................. 7

E. Keaslian Penelitian ............................................................ 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Tentang Gizi ......................................................... 10

B. Telaah Tentang Anak Balita ............................................. 21

C. Telaah Tentang Pengetahuan ........................................... 29

D. Landasan Teori ................................................................ 36

E. Kerangka Konsep ............................................................. 39

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ................................................................. 40

B. Tempat Penelitian ............................................................ 40

C. Waktu Penelitian .............................................................. 40

D. Populasi dan Sampel Penelitian ........................................ 40

E. Variabel Penelitian ........................................................... 42

F. Definisi Operasional ......................................................... 42

viii

Page 9: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

ix

G. Instrumen Penelitian ......................................................... 43

H. Sumber Data .................................................................... 44

I. Pengolahan Data .............................................................. 44

J. Penyajian Data ................................................................. 46

K. Analisis Data .................................................................... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ................................................................. 47

B. Pembahasan .................................................................... 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ....................................................................... 70

B. Saran ................................................................................ 70

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ix

Page 10: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

x

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Standar Klasifikasi Status Gizi BB/U ................................................. 18

2. Standar Klasifikasi Status Gizi TB/U ................................................. 19

3. Standar Klasifikasi Status Gizi BB/TB ............................................... 20

4. Distribusi Ketenagaan Sesuai Bidang Profesi Puskesmas Lainea .... 49

5. Distribusi Umur Ibu Balita di Wilayah Kerja Puskesmas LaineaKabupaten Konawe Selatan .............................................................. 49

6. Distribusi Pendidikan Ibu Balita di Wilayah Kerja Puskesmas LaineaKabupaten Konawe Selatan .............................................................. 50

7. Distribusi Pendidikan Ibu Balita di Wilayah Kerja Puskesmas LaineaKabupaten Konawe Selatan .............................................................. 51

8. Distribusi Paritas Ibu Balita di Wilayah Kerja Puskesmas LaineaKabupaten Konawe Selatan .............................................................. 51

9. Distribusi Pengetahuan Ibu Balita di Wilayah Kerja PuskesmasLainea Kabupaten Konawe Selatan .................................................. 52

10. Distribusi Pengetahuan Ibu Tentang Gizi pada Balita BerdasarkanUmur di Wilayah Kerja Puskesmas LaineaKabupaten Konawe Selatan .............................................................. 53

11. Distribusi Pengetahuan Ibu Tentang Gizi pada BalitaBerdasarkan Pendidikan di Wilayah KerjaPuskesmas Lainea Kabupaten Konawe Selatan ............................... 54

12. Distribusi Pengetahuan Ibu Tentang Gizi pada BalitaBerdasarkan Pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas LaineaKabupaten Konawe Selatan .............................................................. 55

13. Distribusi Pengetahuan Ibu Tentang Gizi pada BalitaBerdasarkan Paritas di Wilayah Kerja Puskesmas LaineaKabupaten Konawe Selatan .............................................................. 56

x

Page 11: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Surat Permohonan Pengisian Kuesioner

2. Surat Pernyataan Persetujuan Responden

3. Kuesioner Penelitian

4. Master Tabel Penelitian

5. Surat Ijin Penelitian

6. Surat Telah Selesai Melakukan Penelitian

xi

Page 12: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
Page 13: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia.

Makanan yang diberikan sehari-hari harus mengandung zat gizi sesuai

kebutuhan, sehingga menunjang pertumbuhan yang optimal dan dapat

mencegah penyakit-penyakit defisiensi, mencegah keracunan, dan juga

membantu mencegah timbulnya penyakit-penyakit yang dapat

mengganggu kelangsungan hidup anak (Soekirman, 2010).

Tercapainya kualitas manusia Indonesia yang maju akan

merupakan sasaran utama program jangka panjang pemerintah, salah

satu ciri sumberdaya manusia yang berkualitas adalah terpenuhinya

kesehatan dan gizi memadai. Status gizi atau keadaan gizi merupakan

salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat, oleh karena itu perlu

upaya peningkatannya. Untuk dapat mewujudkan status gizi yang baik

diperlukan berbagai upaya antara lain melalui kecukupan kebutuhan

masyarakat dalam pangan yang bermutu tinggi.

Ibu sebagai pendidik pertama dan utama dalam keluarga perlu

dibekali berbagai pengetahuan dan keterampilan agar mereka mengerti,

terampil dalam melaksanakan pengasuhan anak dan bersikap positif

dalam membimbing tumbuh kembang anak secara baik sesuai dengan

tahap perkembangan anak. Para ibu diharapkan dapat melayani

kebutuhan anak dan pengarahan perkembangan anak dalam rangka

1

Page 14: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

2

membina dan mengembangkan kemampuan dan kepribadian anak

menuju terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya.

Salah satu bentuk terwujudnya Indonesia sehat seutuhnya menjaga

perilaku kesehatan dengan berpartisipasinya ibu Balita dalam program

Posyandu, yang mewujudkan dengan membawa anak mereka untuk

ditimbang berat badannya ke Posyandu secara teratur setiap bulan,

karena perilaku keluarga sadar gizi (keluarga yang mampu mengenal,

mencegah dan mengatasi masalah gizi setiap anggotanya) salah satunya

dapat dilihat dari indikator menimbang berat badan Balita secara teratur

ke Posyandu yakni apabila minimal ada empat kali anak Balita ditimbang

ke Posyandu secara berturut-turut dalam enam bulan (Kemenkes RI,

2013).

Hal ini terkait dengan kasus kurang gizi dan gizi buruk yang

terkadang sulit ditemukan di masyarakat, salah satu penyebabnya adalah

karena ibu tidak membawa anaknya ke Posyandu. Akibatnya

bermunculan berbagai kasus kesehatan masyarakat bermula dari

kekurangan gizi yang terlambat terdeteksi pada banyak Balita seperti

diare, anemia pada anak, dan lain-lain di beberapa provinsi di Indonesia

(Djaeni, 2008).

World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa di negara

berkembang terdapat 20% anak Balita mengalami underweight.

Prevalensi nasional masalah gizi pada Balita dalam kategori kurus 7,3%

dan Balita dalam kategori sangat kurus 6% (Kemenkes RI, 2010).

Page 15: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

3

Menurut United Nations Children’s Fund (UNICEF), status gizi

Balita tidak hanya dipengaruhi oleh konsumsi pangan saja, melainkan

secara garis besar disebabkan oleh dua determinan utama, yaitu

determinan langsumg dan determinan tidak langsung. Determinan

langsung merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi yang

berasal dari individu itu sendiri. Hal ini meliputi intake makanan (energi,

protein, lemak dan zat gizi mikro) dan adanya penyakit infeksi, sedangkan

yang dimaksud determinan tidak langsung adalah faktor-faktor yang

mempengaruhi status gizi yang berasal dari lingkungan rumah.

Determinan tidak langsung terdiri dari ketahanan pangan, pola

pengasuhan, pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan. Keempat

hal tersebut berkaitan dengan pendidikan, keterampilan, dan pengasuhan.

Namun, faktor yang mendasarinya adalah kemiskinan.

Departemen kesehatan menetapkan visi Indonesia sehat sejak

Tahun 2010, melalui keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor:

574/Menkes/SK/IV/2000, visi ini menggambarkan bahwa, bangsa

Indonesia hidup dalam lingkungan sehat, berperilaku hidup bersih dan

sehat serta mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang setinggi-

tingginya. Untuk mencapai harapan tersebut, Departemen Kesehatan

menuangkan visi barunya yaitu masyarakat mandiri untuk hidup sehat.

Kesehatan erat kaitannya dengan kecukupan gizi, masalah gizi adalah

masalah kesehatan masyarakat yang penanggulangannya tidak dapat

dilakukan dengan pendekatan medis dan dan pelayanan kesehatan saja.

Masalah gizi disamping merupakan sindroma kemiskinan yang erat

Page 16: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

4

kaitannya dengan masalah ketahanan pangan tingkat rumah tangga juga

menyangkut aspek pengetahuan dan perilaku yang kurang mendukung

pola hidup sehat (Kemenkes RI, 2010).

Secara nasional sudah terjadi penurunan prevalensi kurang gizi

(berat badan menurut umur-BB/U) pada Balita dari 18,4% Tahun 2007

menjadi 17,9% Tahun 2010. Penurunan terjadi pada prevalensi gizi buruk

yaitu dari 5,4% pada Tahun 2007 menjadi 4,9% Tahun 2010. Tidak terjadi

penurunan pada prevalensi gizi kurang, yaitu tetap 13,0%. Prevalensi

pendek pada Balita adalah 35,7%, menurun dari 36,7% pada Tahun 2007.

Penurunan terutama terjadi pada prevalensi Balita pendek yaitu dari

18,0% Tahun 2007 menjadi 17,1% Tahun 2010. Sedangkan prevalensi

Balita sangat pendek hanya sedikit menurun yaitu dari 18,8% Tahun 2007

menjadi 18,5% Tahun 2010. Penurunan juga terjadi pada prevalensi anak

kurus, dimana prevalensi Balita sangat kurus menurun dari 13,6% Tahun

2007 menjadi 13,3% Tahun 2010 (Kemenkes RI, 2010).

Di Sulawesi Tenggara, prevalensi gizi anak Balita diklasifikasikan

menurut BB/TB, gizi buruk 6,5%, gizi kurang 16,3% gizi baik 66,9% dan

gizi lebih 10,2%. Prevalensi gizi anak Balita diklasifikasikan menurut TB/U,

sangat pendek 20,8%, pendek 17,0% dan normal 62,2%. Prevalensi

status gizi anak Balita diklasifikasikan menurut BB/TB, sangat kurus 6,2%;

kurus 9,6%; normal 66,1% dan gemuk 18,1% (Kemenkes RI, 2010).

Pemerintah Kabupaten Konawe Selatan khususnya Dinas

Kesehatan telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi masalah gizi

yang ada di masyarakat dengan berbagai macam program kerja dalam

Page 17: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

5

menurunkan status gizi kurang dan gizi buruk. Hal ini merupakan

permasalahan khusus yang sangat serius, untuk itu melalui Dinas

Kesehatan Kabupaten Konawe Selatan telah berupaya dengan berbagai

program untuk menangani masalah tersebut dengan memberikan bantuan

berupa Program Makanan Tambahan (PMT), Susu, Makanan

Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI), dan masih banyak lagi program yang

berhubungan dengan perbaikan gizi masyarakat. Selama Tahun 2015 di

Kabupaten Konawe Selatan terdapat Balita yang mengalami kekurangan

gizi yaitu gizi kurang 8,3% dan gizi buruk 3,0% (Dinas Kesehatan Konawe

Selatan, 2015).

Berdasarkan data tiga tahun terakhir yang diperoleh dari

Puskesmas Lainea yang terdiri dari 17 Desa dan 17 Posyandu, jumlah

status gizi buruk dan kurang meningkat dari tahun ke tahun. Tahun 2014

terdapat 2.167 orang balita, dimana balita yang memiliki status gizi kurang

sebanyak 320 Balita dan 2 Balita mengalami gizi buruk. Pada Tahun 2015

terdapat 2.168 orang balita, dimana balita dengan status gizi kurang

sebesar 345 Balita dan 4 Balita yang mengalami gizi buruk. Pada Tahun

2016 dari Januari sampai September dari 2.230 Balita terdapat status gizi

kurang sebesar 290 Balita, dan 4 Balita mengalami gizi buruk. Sedangkan

jumlah balita periode Oktober-Desember 2016 dan memiliki Kartu Menuju

Sehat (KMS) yang berjumlah 273 Balita (Puskesmas Lainea, 2016).

Hasil survei awal peneliti terhadap 10 ibu Balita yang diwawancarai

menunjukkan bahwa terdapat 2 (20%) ibu Balita yang mengetahui tentang

pengertian gizi dan cara memberikan asupan yang baik pada Balita dan 8

Page 18: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

6

(80%) ibu Balita yang tidak mengetahui tentang gizi. Selain pengetahuan

yang kurang, tingkat partisipasi masyarakat ke posyandu D/S

(perbandingan antara jumlah anak yang ditimbang dibandingkan dengan

seluruh anak yang berada di wilayah tersebut) rendah. Hasil wawancara

menunjukkan bahwa dari 10 ibu Balita, terdapat 6 orang (60%) ibu Balita

yang selama 6 bulan membawa Balita ke Posyandu kurang dari 4 kali.

Hasil D/S di Puskesmas Lainea Tahun 2014 sebesar 25,06%, Tahun 2015

sebesar 59,53% secara keseluruhan Kecamatan Lainea Kabupaten

Konawe Selatan pada Tahun 2014 dan Tahun 2015 belum memenuhi

target yang telah ditetapkan. Sedangkan target nasional adalah 80%. Hal

tersebut menunjukkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam

pemanfaatan Posyandu sebagai tempat penimbangan masih rendah

(Hasil Survei di Wilayah Kerja Puskesmas Lainea, 2016).

Berdasarkan uraian dan permasalahan yang ada dengan melihat

penyebab terjadinya kejadian gizi buruk dan masih kurangnya

pengetahuan ibu Balita tentang gizi, dan belum tercapainya D/S di

Posyandu, maka telah dilakukan suatu penelitian dengan judul:

Pengetahuan Ibu Tentang Gizi pada Balita di wilayah kerja Puskesmas

Lainea Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2017.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah

dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah pengetahuan ibu tentang gizi

Page 19: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

7

pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Lainea Kabupaten Konawe

Selatan Tahun 2017”?.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk memperoleh informasi pengetahuan ibu tentang gizi pada

Balita di wilayah kerja Puskesmas Lainea Kabupaten Konawe Selatan

Tahun 2017.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang gizi pada Balita

berdasarkan umur ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Lainea

Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2017.

b. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang gizi pada Balita

berdasarkan pendidikan ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Lainea

Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2017.

c. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang gizi pada Balita

berdasarkan pekerjaan ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Lainea

Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2017.

d. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang gizi pada Balita

berdasarkan paritas di Wilayah Kerja Puskesmas Lainea

Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2017.

Page 20: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

8

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Puskesmas

Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai tambahan informasi

yang nantinya dapat dijadikan pertimbangan dan pengembangan

promosi kesehatan gizi Balita dalam pembuatan kebijakan serta upaya

peningkatan kesehatan Balita.

2. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan

informasi pengetahuan khususnya mengenai status gizi pada Balita,

selain itu diharapkan para ibu Balita dapat meningkatkan motivasi

untuk mengikuti kegiatan posyandu.

3. Bagi Peneliti

Penelitian ini merupakan sarana untuk melatih diri dan berfikir

secara ilmiah khususnya masalah asupan gizi Balita.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelusuran kepustakaan yang sudah dilakukan oleh

peneliti, hasil penelitian yang mirip dengan penelitian yang akan dilakukan

adalah:

1. Mariana (2012). Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Balita di Wilayah Kerja

Puskesmas Tukka Kecamatan Tukka Kabupaten Tapanuli Tengah

Tahun 2012. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wanita hamil

sebanyak 63 orang. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa

pengetahuan responden di wilayah Kerja Puskesmas Tukka kabupaten

Page 21: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

9

Tapanuli Tengah mayoritas berada pada rentang usia 20 sampai

dengan 30 tahun (79,4%), riwayat kehamilan (63,5%) dan pendidikan

terakhir SMP (34,9%). Sedangkan mayoritas responden memperoleh

sumber informasi dari media cetak (46,0%). Perbedaan dengan

penelitian ini adalah penggunaan variabel penelitian, dimana pada

penelitian ini menambahkan variabel pekerjaan dan paritas.

2. Prasetyowati (2013). Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Primigravida

Tentang Gizi Ibu Hamil di BPS Supanti Mojogedong Karanganyer

Tahun 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil

primigravida sebanyak 35 orang. Hasil penelitian dapat disimpulkan

bahwa tingkat pengetahuan ibu hamil primigravida tentang gizi ibu

hamil terbanyak pada kategori cukup yakni 54,3%. Perbedaan dengan

penelitian ini adalah penggunaan variabel penelitian, dimana pada

penelitian ini adalah melihat tingkat pengetahuan ibu berdasarkan

umur, pendidikan, pekerjaan dan paritas. Sedangkan dalam penelitian

Prasetyowati melihat tingkat pengetahuan ibu secara umum yakni

berdasarkan tingkat pengetahuan baik, cukup baik dan kurang baik.

Page 22: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Tentang Gizi

1. Defenisi Gizi

Gizi merupakan salah satu faktor yang menentukan

sumberdaya manusia dan kualitas hidup. Untuk itu, program perbaikan

gizi bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi konsumsi pangan, agar

terjadi perbaikan gizi masyarakat. Gizi adalah keadaan tubuh sebagai

akibat dari pemakaian, penyerapan, dan penggunaan makanan

(Suhardjo, 2008). Gizi (nutriens) adalah ikatan kimia yang diperlukan

tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi,

membangun dan memelihara jaringan serta mengatur proses-proses

kehidupan (Almatsier, 2009).

Zat gizi adalah substansi makanan yang dibutuhkan tubuh

untuk hidup sehat, terdiri dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan

mineral. Zat gizi tersebut dalam tubuh berfungsi sebagai sumber

energi (terutama karbohidrat dan lemak), sumber zat pembangun

(protein), pertumbuhan, pertahanan dan perbaikan jaringan tubuh.

Status gizi adalah cerminan dari ukuran terpenuhinya kebutuhan gizi

(PERSAGI, 2009).

2. Asupan Zat-zat Gizi pada Balita

Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan

tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia. Gizi dikatakan baik

10

Page 23: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

11

apabila terdapat keseimbangan dan keserasian antara perkembangan

fisik dan perkembangan mental. Menurut Almatzier (2009), tingkat

status gizi optimal akan tercapai apabila kebutuhan zat gizi optimal

terpenuhi, adapun zat gizi tersebut terdiri atas:

a. Karbohidrat

Karbohidrat sebagai zat gizi merupakan kelompok zat-zat

organik yang mempunyai struktur molekul yang berbeda-beda,

meski terdapat persamaan dari sudut dan fungsinya. Karbohidrat

yang terkandung dalam makanan pada umumnya hanya ada 3

jenis yaitu: Polisakarida, Disakarida, dan Monosakarida (Almatsier,

2009). Karbohidrat terdapat dalam bahan makanan yang berasal

dari tumbuh-tumbuhan dan hanya sedikit yang termasuk bahan

makanan hewani. Fungsi utama karbohirat yaitu:

1) Sumber utama energi yang murah.

2) Memberikan rangsangan mekanik.

3) Melancarkan gerakan peristaltik yang melancarkan aliran bubur

makanan serta memudahkan pembuangan tinja.

Karbohidrat dapat diperoleh dari beras, sagu, jagung, tepung

terigu, ubi, kentang dan gula murni. Tidak semua sumber

karbohidrat baik maka ibu harus bisa memilih bahan pangan yang

tepat.

b. Protein

Protein merupakan zat gizi yang sangat penting karena yang

paling erat hubungannya dengan kehidupan. Protein mengandung

Page 24: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

12

unsur C, H, O dan unsur khusus yang tidak terdapat pada

karbohidrat maupun lemak yaitu nitrogen. Protein nabati dapat

diperoleh dari tumbuh-tumbuhan, sedangkan protein hewani

didapat dari hewan. Protein berfungsi:

1) Membangun sel-sel yang rusak.

2) Membentuk zat-zat pengatur seperti enzim dan hormon.

3) Membentuk zat anti energi, dalam hal ini tiap protein

menghasilkan sekitar 4,1 kalori (Almatsier, 2009).

c. Vitamin

Vitamin berasal dari kata Vitamine oleh Vladimin Funk

karena disangka suatu ikatan organic amine dan merupakan zat

vitamin yang dibutuhkan untuk kehidupan. Ternyata zat ini bukan

merupakan amine, sehingga diubah menjadi vitamin. Fungsi

vitamin sebagai berikut:

1) Vitamin A berfungsi dalam proses melihat, metabolisme umum,

dan reproduksi.

2) Vitamin D atau calciferol, berfungsi sebagai prohormon

transport calsium ke dalam sel. Bahan makanan yang kaya

vitamin D adalah susu.

3) Vitamin E atau alpha tocoperol, berfungsi sebagai antioksida

alamiah dan metabolisme selenium. Umumnya bahan

makanan kacang-kacangan atau biji-bijian khususnya bentuk

kecambah, mengandung vitamin E yang baik.

Page 25: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

13

4) Vitamin K atau menadion, berfungsi di dalam proses sintesis

prothrombine yang diperlukan dalam pembekuan darah.

Vitamin K terdapat dalam konsentrasi tinggi di dalam ginjal.

Paru-paru dan sumsum tulang. Pada penyerapan vitamin K

diperlukan garam empedu dan lemak (Almatsier, 2009).

d. Lemak

Lemak merupakan senyawa organik yang majemuk, terdiri

dari unsur-unsur C, H, O yang membentuk senyawa asam lemak

dan gliserol, apabila bergabung dengan zat lain akan membentuk

lipoid, fosfolipoid dan sterol. Fungsi lemak antara lain:

1) Sumber utama energi atau cadangan dalam jaringan tubuh dan

bantalan bagi organ tertentu dari tubuh.

2) Sebagai sumber asam lemak yaitu zat gizi yang esensial bagi

kesehatan kulit dan rambut.

3) Sebagai pelarut vitamin-vitamin (A, D, E, K) yang larut dalam

lemak (Almatsier, 2009).

e. Mineral

Mineral merupakan zat gizi yang diperlukan tubuh dalam

jumlah yang sedikit. Mineral mempunyai fungsi:

1) Sebagai pembentuk berbagai jaringan tubuh, tulang, hormon,

dan enzim.

2) Sebagai zat pengatur berbagai proses metabolisme.

3) Keseimbangan cairan tubuh.

Page 26: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

14

4) Proses pembekuan darah.

5) Kepekaan saraf dan untuk kontraksi otot.

3. Masalah-Masalah Gizi pada Balita

Keadaan gizi kurang tingkat berat pada masa anak ditandai

dengan dua macam sindrom yang jelas yaitu Kwashiorkor, karena

kurang konsumsi protein dan Marasmus karena kurang konsumsi

energi dan protein. Kwarsiorkor banyak dijumpai pada anak dengan

keluarga berpenghasilan rendah, dan umumnya kurang sekali

pendidikannya. Sedangkan Marasmus banyak terjadi pada bayi

dibawah usia 1 tahun, yang disebabkan karena tidak mendapatkan ASI

atau penggantinya (Suharjo, 2008).

Kekurangan energi yang kronis pada anak-anak dapat

menyebabkan anak balita lemah, pertumbuhan jasmaninya terlambat,

dan perkembangan selanjutnya terganggu. Pada orang dewasa

ditandai dengan menurunnya berat badan dan menurunnya

produktifitas kerja. Kekurangan gizi pada semua umur dapat

menyebabkan mudahnya terkena serangan infeksi dan penyakit

lainnya serta lambatnya proses regenerasi sel tubuh (Suharjo, 2008).

Kekurangan Energi Protein (KEP) adalah keadaan kurang gizi

yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam

makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi.

Orang yang mengidap gejala klinis KEP ringan dan sedang pada

pemeriksaan hanya nampak kurus. Namun gejala klinis KEP berat

Page 27: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

15

secara garis besar dapat dibedakan menjadi 2 yaitu Marasmus,

Kwasiorkor, atau Marasmic-Kwasiorkor (Supariasa dkk, 2010).

Tanda-tanda marasmus meliputi anak tanpak sangat kurus,

tinggal tulang terbungkus kulit; wajah seperti orang tua, cengeng dan

rewel, kulit keriput, jaringan lemak subkitis sangat sedikit, bahkan

sampai tidak ada, sering disertai diare kronik atau konstipasi susah

buang air, serta penyakit kronik, tekanan darah, detak jantung dan

pernafasan berkurang.

Tanda-tanda kwasiokor meliputi oedema, umumnya seluruh

tubuh terutama pada punggung kaki, wajah membulat dan sembab,

pandangan mata sayu, rambut tipis kemerahan seperti warna rambut

jagung, mudah dicabut tanpa rasa sakit, rontok, perubahan status

mental dan rewel, pembesaran hati, otot mengecil (hipotrofi) lebih

nyata bila diperiksa pada posisi berdiri atau duduk, kelainan kulit

berupa bercak merah muda yang luas dan berubah menjadi coklat

kehitaman dan terkelupas, sering disertai penyakit infeksi, umumnya

akut, anemia dan diare (Supariasa dkk, 2010).

4. Dampak dari Kekurangan Gizi

Keadaan gizi kurang pada anak-anak mempunyai dampak pada

kelambatan pertumbuhan dan perkembangannya yang sulit

disembuhkan. Oleh karena itu anak yang bergizi kurang tersebut

kemampuannya untuk belajar dan bekerja serta bersikap akan lebih

terbatas dibandingkan dengan anak yang normal (Almatsier, 2009).

Page 28: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

16

Dampak yang mungkin muncul dalam pembangunan bangsa di

masa depan karena masalah gizi antara lain:

a. Kekurangan gizi adalah penyebab utama kematian bayi dan anak-

anak.Hal ini berarti berkurangnya kuantitas sumber daya manusia

di masa depan.

b. Kekurangan gizi berakibat meningkatnya angka kesakitan dan

menurunnya produktivitas kerja manusia. Hal ini berarti akan

menambah beban pemerintah untuk meningkatkan fasilitas

kesehatan.

c. Kekurangan gizi berakibat menurunnya tingkat kecerdasan anak-

anak. Akibatnya diduga tidak dapat diperbaiki bila terjadi

kekurangan gizi semasa anak dikandung sampai umur kira-kira tiga

tahun. Menurunnya kualitas manusia usia muda ini, berarti

hilangnya sebagian besar potensi cerdik pandai yang sangat

dibutuhkan bagi pembangunan bangsa.

d. Kekurangan gizi berakibat menurunnya daya tahan manusia untuk

bekerja, yang berarti menurunnya prestasi dan produktivitas kerja

manusia.

e. Kekurangan gizi pada umumya adalah menurunnya tingkat

kesehatan masyarakat. Masalah gizi masyarakat pada dasarnya

adalah masalah konsumsi makanan rakyat. Karena itulah program

peningkatan gizi memerlukan pendekatan dan penggarapan

diberbagai disiplin, baik teknis kesehatan, teknis produksi, sosial

budaya dan lain sebagainya (Suharjo, 2008).

Page 29: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

17

5. Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi dibagi menjadi 2 (dua), yaitu penilaian

status gizi secara langsung dan penilaian status gizi secara tidak

langsung.

a. Penilaian Status Gizi Secara Langsung

Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi 4

penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Tetapi

pada umumnya penilaian status gizi secara langsung

menggunakan penilaian Antopometri (Arisman, 2008).

Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia.

Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi

berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh

dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.

Penggunaan antropometri secara umum digunakan untuk melihat

ketidakseimbangan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini

terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh

seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh.

Indeks antopometri meliputi:

1) Berat Badan (BB) menurut Umur (U)

Berat badan adalah salah satu parameter yang

memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat

sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak,

misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu

makan atau menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi.

Page 30: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

18

Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan

keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin,

maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur

(Supariasa dkk, 2010).

Sebaliknya dalam keadaan abnormal, terdapat 2

kemungkinan perkembangan berat badan yaitu dapat

berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan normal.

Berdasarkan karakteristik berat badan ini, maka indeks berat

badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara

pengukuran status gizi. Mengingat karakteristik berat badan

yang labil, maka indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi

seseorang saat ini.

Menurut WHO, untuk menilai status gizi anak, maka angka

berat badan dan tinggi badan setiap Balita dikonversikan ke

dalam bentuk nilai terstandar (Z-score) dengan menggunakan

baku antropometri Balita, yaitu:

Tabel 1. Standar Klasifikasi Status Gizi BB/U

Klasifikasi Z-ScoreGizi Buruk Zscore < -3,0 SDGizi Kurang Zscore ≥ -3,0 SD Zscore < -2,0 SDGizi Baik Zscore ≥ -2,0 SD Zscore ≤ 2,0 SDGizi Lebih Zscore > 2,0 SD

Sumber: Depkes RI, 2009.

Page 31: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

19

2) Tinggi Badan (TB) menurut Umur (U)

Tinggi badan merupakan antropometri yang

menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan

normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur.

Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif

kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu

pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan

nampak dalam waktu yang relatif lama (Supariasa dkk, 2010).

Tabel 2. Standar Klasifikasi Status Gizi TB/U

Klasifikasi Z-ScoreSangat Pendek Zscore < -3,0 SDPendek Zscore ≥ -3,0 SD Zscore < -2,0 SDNormal Zscore ≥ -2,0 SD Zscore ≤ 2,0 SDTinggi Zscore > 2,0 SD

Sumber: Depkes RI, 2009.

3) Berat Badan (BB) menurut Tinggi Badan (TB)

Berat badan memiliki hubungan yang linier dengan tinggi

badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan

akan searah dengan pertumbuhan berat badan dengan

kecepatan tertentu. Indeks BB/TB merupakan indikator yang

baik untuk menilai status gizi masa lalu. Dari berbagai jenis

indeks tersebut, untuk menginterpretasikan dibutuhkan ambang

batas, penentuan ambang batas diperlukan kesepakatan para

ahli gizi. Ambang batas dapat disajikan kedalam 3 cara yaitu

persen terhadap median, persentil, dan standar deviasi unit

persen terhadap median. Median adalah nilai tengah dari suatu

Page 32: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

20

populasi. Dalam antropometri gizi median sama dengan

persentil 50.

Tabel 3. Standar Klasifikasi Status Gizi BB/TB

Klasifikasi Z-ScoreSangat kurus Zscore < -3,0 SDKurus Zscore ≥ -3,0 SD Zscore < -2,0 SDNormal Zscore ≥ -2,0 SD Zscore ≤ 2,0 SDGemuk Zscore > 2,0 SD

Sumber: Depkes RI, 2009.

b. Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung

Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga

yaitu: survey konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi.

Dalam penelitian ini menggunakan survey konsumsi dengan

metode kuantitatif recall 24 jam.

1) Survei Konsumsi

Survei konsumsi pangan adalah metode penentuan status

gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan zat gizi

yang dikonsumsi. Penggunaan pengumpulan data konsumsi

makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi

berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga, dan individu.

Survei ini dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan zat

gizi.

2) Metode Recall 24 Jam

Untuk dapat melakukan recall, makanan dengan baik

terlebih dahulu harus mempelajari jenis bahan makanan yang

biasa dikonsumsi oleh kelompok sasaran survey. Oleh karena

Page 33: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

21

itu kadang-kadang perlu dilakukan survey pasar. Tujuannya

adalah mengetahui sasaran berat dari tiap jenis bahan makanan

yang biasa dikonsumsi.

3) Metode frekuensi makanan (food frequency)

Metode ini adalah untuk memperoleh data tentang

frekwensi konsumsi bahan makanan atau makanan jadi pada

waktu lalu. Kuesioner terdiri dari daftar bahan makanan dan

frekwensi makanan. Cara ini merekam tentang berapa kali

konsumsi bahan makanan sehari, seminggu, sebulan atau

waktu tertentu (Supariasa dkk, 2010).

B. Telaah Tentang Anak Balita

1. Definisi Anak Balita

Anak Balita merupakan individu yang berumur 0-5 tahun,

dengan tingkat plastisitas otak yang masih sangat tinggi sehingga akan

lebih terbuka untuk prosos pembelajaran dan pengayaan (Kemenkes

RI, 2010). Sedangkan menurut Meadow dalam Nelson (2010) bahwa

anak Balita merupakan anak yang usianya berumur antara satu hingga

lima tahun. Saat usia Balita kebutuhan akan aktivitas hariannya masih

tergantung penuh terhadap orang lain, mulai dari makan, buang air

besar maupun air kecil dan kebersihan diri. Masa Balita merupakan

masa yang sangat penting bagi proses kehidupan manusia. Pada

masa ini akan berpengaruh besar terhadap keberhasilan anak dalam

proses tumbuh kembang selanjutnya.

Page 34: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

22

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa anak

Balita merupakan individu dengan usia di bawah lima tahun.

Pertumbuhan pada masa ini berlangsung dengan cepat dan melambat

pada usia prasekolah. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari anak Balita

masih sangat tergantung dengan orang lain. Perkembangan masa

Balita akan berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan

perkembangan anak selanjutnya.

2. Klasifikasi Perkembangan Anak Balita

Menurut Supartini (2009), klasifikasi perkembangan anak Balita

meliputi:

a. Usia Bayi (0-1 tahun)

Bayi memiliki sistem kekebalan tubuh yang primitive dengan

kekebalan pasif yang didapat dari ibunya selama dalam

kandungan. Pada saat bayi kontak dengan antigen yang berbeda,

bayi akan memperoleh antibodinya sendiri. Imunisasi diberikan

untuk kekebalan terhadap penyakit yang dapat membahayakan

bayi berhubungan secara alamiah (Lewer dalam Supartini, 2009).

Bila dikaitkan dengan status gizi bayi memerlukan jenis

makanan Air Susu Ibu (ASI), susu formula, dan makanan padat.

Kebutuhan kalori bayi antara 100-200 kkal/kg berat badan. Pada

empat bulan pertama, bayi yang lebih baik hanya mendapatkan ASI

saja tanpa diberikan susu formula. Usia lebih dari enam bulan baru

dapat diberikan makanan pendamping ASI (Supartini, 2009).

Page 35: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

23

b. Usia toddler (1-3 tahun)

Secara fungsional biologis masa umur 6 bulan hingga 2-3

tahun adalah rawan. Masa itu tantangan karena konsumsi zat

makanan yang kurang, disertai minuman buatan yang encer dan

terkontaminasi kuman menyebabkan diare dan marasmus. Selain

itu dapat juga terjadi sindrom kwashiorkor karena penghentian ASI

mendadak dan pemberian makanan padat yang kurang memadai

(Jelife dalam Supartini, 2009).

Imunisasi pasif yang diperoleh melalui ASI akan menurun dan

kontak dengan lingkungan akan makin bertambah secara cepat

dan menetap tinggi selama tahun kedua dan ketiga kehidupan.

Infeksi dan diet adekuat kan tidak banyak berpengaruh pada status

gizi yang cukup baik (Akre dalam Supartini, 2009).

Bagi anak Balita dengan gizi kurang, setiap tahapan infeksi

akan berlangsung lama dan akan berpengaruh yang cukup besar

pada kesehatan, petumbuhan dan perkembangan. Anak 1-3 tahun

membutuhkan kalori kurang lebih 100 kkal/kg berat badan dan

bahan makanan lain yang mengandung berbagai zat gizi (Supartini,

2009).

c. Usia Pra Sekolah (3-5 tahun)

Pertumbuhan anak usia ini semakin lambat. Kebutuhan

kalorinya adalah 85 kkal/kg berat badan. Karakteristik pemenuhan

kebutuhan nutrisi pada usia pra sekolah yaitu nafsu makan

berkurang, anak lebih tertarik pada aktivitas bermain dengan

Page 36: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

24

teman, atau lingkungannya dari pada makan dan anak mulai sering

mencoba jenis makanan yang baru (Supartini, 2009).

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Balita

Menurut Supariasa dkk (2010), secara umum ada dua faktor

yang mempengaruhi pertumbuhan yaitu:

a. Faktor Internal (Genetik)

Faktor genetik merupakan modal dasar mencapai hasil

proses pertumbuhan. Melalui genetik yang berada didalam sel telur

yang telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas

pertumbuhan. Faktor internal (Genetik) antara lain: faktor bawaan

yang normal dan patologis, jenis kelamin, obstetrik dan ras atau

suku bangsa.

b. Faktor Eksternal (Lingkungan)

Faktor lingkungan sangat menentukan tercapainya potensi

genetik yang optimal. Apabila kondisi lingkungan kurang

mendukung, maka potensi genetik yang optimal tidak akan

tercapai. Lingkungan ini meliputi lingkungan “bio-fisiko-psikososial”

yang akan mempengaruhi setiap individu mulai dari masa konsepsi

sampai akhir hayatnya. Faktor lingkungan pasca natal adalah faktor

lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan anak setelah lahir,

meliputi;

1) Lingkungan biologis yang berpengaruh terhadap pertumbuhan

adalah ras, jenis kelamin, umur, gizi, perawatan kesehatan,

Page 37: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

25

kepekaan terhadap penyakit, penyakit kronis, fungsi

metabolisme yang saling terkait satu dengan yang lain.

2) Lingkungan fisik yang dapat mempengaruhi pertumbuhan

adalah cuaca, keadaan geografis, sanitasi lingkungan, keadaan

rumah dan radiasi.

3) Faktor psikososial yang berpengaruh pada tumbuh kembang

anak adalah stimulasi (rangsangan), motivasi, ganjaran atau

hukuman, kelompok sebaya, stres, cinta dan kasih sayang serta

kualitas interaksi antara anak dan orang tua.

4) Faktor keluarga dan adat istiadat yang berpengaruh pada

tumbuh kembang anak antara lain: pekerjaan atau pendapatan

keluarga, stabilitas rumah tangga, adat istiadat, norma dan

urbanisasi.

4. Tahap Perkembangan Anak Balita

Berdasarkan psikoanalisa Sigmud Freud dalam Siswanto,

(2010) membagi tahapan perkembangan anak Balita, yaitu:

a. Masa Oral (0 – 1 Tahun)

Di dalam masa ini fokus kepuasan baik fisik maupun

emosional berada pada sekitar mulut (oral). Kebutuhan untuk

makan, minum sifatnya harus dipenuhi.

b. Masa Anal (1 – 3 Tahun)

Pada fase ini kesenangan atau kepuasan berpusat di sekitar

anus dan segala aktivitas yang berhubungan dengan anus. Anak

pada fase ini diperkenalkan dengan toilet training, yaitu anak mulai

Page 38: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

26

diperkenalkan tentang ingin buang air besar dengan buang air

kecil.

c. Fase Phalic (3-6 tahun)

Pada fase ini alat kelamin merupakan bagian paling penting,

anak sangat senang dan hatinya merasa puas memainkan alat

kelaminnya. Pada fase ini anak laki-laki menujukkan sangat dekat

dan merasa mencintai ibunya (oedipus complex), sebaliknya anak

perempuan sangat mencintai ayahnya (electra complex).

5. Pertumbuhan Anak Balita

Menurut Soetjiningsih (2008), pertumbuhan adalah hal keadaan

tumbuh. Pendapat lainnya, pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran

fisik (anatomi) dan struktur tubuh dalam arti sebagian atau seluruhnya

karena adanya multiplikasi (bertambah banyak) sel-sel tubuh juga

karena bertambahnya besarnya sel. Adanya multiplikasi dan

pertambahan sel berarti ada pertambahan secara kuantitatif dan hal

tersebut terjadi sejak terjadinya konsepsi, yaitu bertemunya sel telur

dan sperma hingga dewasa (Tanuwijaya, 2008). Sedangkan menurut

Suyitno & Moersintowarti (2010), pertumbuhan adalah proses yang

berhubungan dengan bertambah banyaknya sel, disertai

bertambahnya substansi intersiil pada jaringan tubuh. Proses tersebut

dapat diamati dengan adanya perubahan-perubahan pada besar dan

bentuk yang dinyatakan dalam nilai-nilai ukuran tubuh, misalnya berat

badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar lengan atas dan

sebagainya.

Page 39: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

27

Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran berbagai organ

tubuh. Pertambahan besar ini dapat disebabkan oleh peningkatan

ukuran masing-masing sel atau kesatuan sel yang membentuk organ

tubuh atau pertambahan jumlah keseluruhan sel atau keduanya.

Dengan perkataan lain sepanjang masa anak terjadi pembentukan

secara terus menerus jaringan tubuh baru dan makanan yang dimakan

bayi tidak hanya digunakan untuk menyediakan panas dan energi

serta untuk penggantian sel-sel yang rusak, tetapi sebagian besar

digunakan untuk pembentukan jaringan tubuh baru.

Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan perubahan dalam

besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu,

yang diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran

panjang (centimeter, meter) sedangkan perkembangan adalah

bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih

kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil

pematangan (Soetjiningsih, 2008).

Tumbuh kembang Balita dipengaruhi oleh berbagai hal,

pertumbuhan yang berkaitan dengan malnutrisi ditandai suatu

penurunan awal berat badan, dan apabila seorang Balita mempunyai

berat badan rendah/tidak normal akan mempengaruhi proses

pertumbuhan serta pembentukan susunan organ-organ tubuh,

sehingga dapat menimbulkan gangguan pada perkembangan mental

balita. Data mengemukakan bahwa anak-anak Balita di Indonesia

khususnya di pedesaan banyak yang mengalami sakit dan kurang gizi

Page 40: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

28

yang menyebabkan berat badan Balita di bawah normal, hal ini

disebabkan oleh kurangnya pengetahuan, sikap dan tindakan ibu

mengenai gizi dan kesehatan lingkungan serta sosial ekonomi yang

masih rendah (Nelson, 2010).

6. Jenis-Jenis Pertumbuhan Balita

Menurut Supariasa dkk (2010), jenis pertumbuhan dapat dibagi

menjadi 2 (dua), yakni:

a. Pertumbuhan Linear

Pertumbuhan linear menggambarkan status gizi yang

dihubungkan pada saat lampau. Bentuk dari ukuran linear adalah

ukuran yang berhubungan dengan panjang. Contoh ukuran linear

adalah panjang badan, lingkar dada dan lingkar kepala. Ukuran

linear yang rendah biasanya menunjukkan keadaan gizi yang

kurang akibat kekurangan energi dan protein yang diderita waktu

lampau. Ukuran linear yang paling sering digunakan adalah tinggi

atau panjang badan.

b. Pertumbuhan Masa Jaringan

Pertumbuhan massa jaringan menggambarkan status gizi

yang dihubungkan pada saat ini. Bentuk dan ukuran massa

jaringan adalah massa tubuh. Contoh ukuran massa jaringan

adalah berat badan, lingkar lengan atas (LLA), dan tebal lemak

bawah kulit. Apabila ukuran ini rendah atau kecil, menunjukkan

keadaan gizi kurang akibat kekurangan energi dan protein yang

diderita pada waktu pengukuran dilakukan.

Page 41: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

29

C. Telaah Tentang Pengetahuan

1. Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk

mengingat kembali kejadian yang pernah dialami secara sengaja

maupun tidak sengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak

atau pengamatan terhadap suatu objek tertentu. Perilaku yang didasari

oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak

didasari oleh pengetahuan, sebab perilaku itu terjadi akibat adanya

paksaan atau aturan yang mengharuskan untuk berbuat (Wahit, dkk.,

2008).

Menurut Notoatmodjo (2012), bahwa pengetahuan adalah

merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui panca indera, penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan

raba. Sebagian besar pengetahuan merupakan hal yang sangat utuh

terbentuknya tindakan seeorang (over behavior). Karena dalam

penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih

langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

Menurut Taufik (2007), pengetahuan merupakan penginderaan

manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera

yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan lain sebagainya).

2. Tingkat PengetahuanMenurut Notoatmodjo (2012), bahwa pengetahuan yang

mencakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu:

Page 42: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

30

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya, mengingat kembali termasuk (recall)

terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bagian atau rangsangan

yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur

bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain

menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan

sebagainya.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara luas. Orang yang telah

paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya

terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi nyata. Aplikasi

disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-

hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau

situasi yang lain.

Page 43: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

31

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi

masih di dalam satu struktur organisasi tersebut, dan masih ada

kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat

dengan menggunakan kata kerja: membuat bagan, membedakan,

memisahkan atau mengelompokkan, dan sebagainya.

e. Sintesis (syntesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat

menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat

menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-

rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Artinya kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian berdasarkan

kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria

yang telah ada.

3. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2012), ada beberapa faktor yang

mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu:

Page 44: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

32

a. Umur

Umur adalah suatu variable yang sudah diperhatikan dalam

penyelidikan epidemiologi, yaitu pada angka kesakitan ayaupun

kematian. Hampir semua keadaan menunjukkan pada keadaan

umur seseorang. Umur merupakan salah satu hal yang penting

dalam mempengaruhi pengetahuan seseorang. Hal ini sesuai

dengan pendapat Hurlock dalam Notoatmodjo (2012) bahwa

semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi pula tingkat

pengetahuannya dan ini diperoleh dari pengalamannya, dan ini

akan berpengaruh terhadap apa yang akan dilakukan oleh

seseorang. Dua sikap tradisional mengenai jalannya

perkembangan selama hidup semakin tua semakin bijaksana,

semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal

yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya.

b. Pendidikan

Pendidikan adalah proses tumbuh kembang seluruh

kemampuan dan perilaku manusia melalui pengajaran, sehingga

dalam penelitian ini perlu dipertimbangkan umur dan proses

belajar. Tingkat pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi persepsi seseorang yang lebih menerima ide-ide

dan teknologi yang baru. Makin tinggi pendidikan seseorang makin

mudah seseorang tersebut menerima informasi. Dengan

pendidikan tinggi maka seseorang tersebut menerima informasi

baik dari orang lain maupun dari media massa, semakin banyak

Page 45: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

33

informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan

seseorang tentang kesehatan.

Adapun tujuan yang hendak dicapai melalui pendidikan

adalah untuk mengubah pengetahuan (pengertian, pendapat,

konsep-konsep), sikap dan persepsi serta menanamkan tingkah

laku atau kebiasaan yang baru.

c. Pekerjaan

Pekerjaan adalah aktivitas yang dilakukan sehari-hari,

dimana seluruh bidang pekerjaan umumnya diperlukan adanya

hubungan sosial dan hubungan dengan orang. Setiap orang harus

dapat bergaul dengan orang lain, dengan teman sejawat maupun

berhubungan dengan atasan. Pekerjaan dapat menggambarkan

tingkat kehidupan seseorang karena dapat mempengaruhi

sebagian aspek kehidupan seseorang termasuk pemeliharaan

kesehatan. Jenis pekerjaan dapat berperan dalam pengetahuan.

d. Paritas

Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang ibu,

baik yang hidup maupun yang mati, dimana bayi telah viable.

Paritas dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) yakni,

1) Primipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak,

yang cukup besar untuk hidup di dunia.

2) Multipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak

lebih dari satu kali

Page 46: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

34

3) Grande multipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang

anak atau lebih (Wiknjosastro, 2009).

4. Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2012), ada beberapa cara untuk

memperoleh pengetahuan, yaitu:

a. Cara Coba-Salah (Trial and Error)

Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan

kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila

kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang

lain. Apabila kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba

dengan kemungkinan ketiga, dan apabila kemungkinan ketiga

gagal dicoba kemungkinan keempat dan seterusnya, sampai

masalah tersebut dapat dipecahkan. Itulah sebabnya maka cara ini

disebut metode trial (coba) dan error (gagal atau salah) atau

metode coba-salah/coba-coba.

b. Cara Kekuasaan atau Otoritas

Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali

kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang,

tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau

tidak. Kebiasaan-kebiasaan ini biasanya diwariskan turun temurun

dari generasi ke generasi berikutnya. Dengan kata lain,

pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada otoritas atau

kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin

agama, maupun ahli-ahli ilmu pengetahuan.

Page 47: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

35

Prinsip ini adalah, orang lain menerima pendapat yang

dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa terlebih

dahulu menguji atau membuktikan kebenarannya, baik

berdasarkan fakta empiris, ataupun berdasarkan penalaran sendiri.

Hal ini disebabkan karena orang yang menerima pendapat tersebut

menganggap bahwa yang dikemukakannya adalah benar.

c. Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Pengalaman adalah guru yang baik, dimana pepatah ini

mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber

pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk

memperoleh pengetahuan.

d. Melalui Jalan Pikiran

Sejalan dengan perkembangan umat manusia, cara berpikir

manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu

menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya.

Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan

manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi

maupun deduksi.

e. Cara Modern dalam Memperoleh Pengetahuan

Cara baru dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini

lebih sistematis, logis, dan ilmiah.

Page 48: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

36

D. Landasan Teori

Menurut Suharjo (2008), dalam penyediaan makanan keluarga

dalam hal ini dilakukan oleh seorang ibu, banyak yang tidak

memanfaatkan bahan makanan yang bergizi, hal ini disebabkan salah

satunya karena kurangnya pengetahuan akan bahan makanan yang

bergizi. Semakin banyak pengetahuan gizinya, semakin diperhitungkan

jenis dan kwantum makanan yang dipilih untuk dikonsumsinya. Awam

yang tidak mempunyai cukup pengetahuan gizi, akan memilih makanan

yang paling menarik pancaindera, dan tidak mengadakan pilihan

berdasarkan nilai gizi makanan. Sebaliknya mereka yang semakin banyak

pengetahuan gizinya, lebih mempergunakan pertimbangan rasional dan

pengetahuan tentang gizi makanan tersebut.

Pengetahuan gizi yang baik akan menyebabkan seseorang mampu

menyusun menu yang baik untuk dikonsumsi. Semakin banyak

pengetahuan gizi seseorang, maka ia akan semakin memperhitungkan

jenis dan jumlah makanan yang diperolehnya untuk dikonsumsi

(Sediaoetama, 2007). Semakin bertambah pengetahuan ibu maka

seorang ibu akan semakin mengerti jenis dan jumlah makanan untuk

dikonsumsi seluruh anggota keluarganya termasuk pada anak balitanya.

Hal ini dapat meningkatkan kesejahteraan anggota keluarga, sehingga

dapat mengurangi atau mencegah gangguan gizi pada keluarga.

Asupan gizi yang harus tercukupi meliputi makanan 4 sehat 5

sempurna, yang terdiri dari nasi atau sejenisnya sebagai karbohidrat, ikan

Page 49: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

37

atau sejenisnya sebagai penghasil protein, sayur-sayuran maupun buah-

buahan sebagai penghasil zat besi dan vitamin.

Faktor perilaku ibu seperti pengetahuan, sikap dan tindakan dapat

menyebabkan terjadinya kekurangan gizi pada Balita. Pengetahuan ibu

sehubungan dengan gizi balita dipengaruhi oleh faktor umur, pendidikan,

pekerjaan dan paritas.

Menurut penyataan Notoatmodjo (2012) bahwa, usia

mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Pada usia 20-35,

individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial

serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya

menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang pada usia ini akan

lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca. Dengan

melakukan hal tersebut maka dimungkinkan ibu dapat memperoleh

informasi untuk meningkatkan pengetahuannya sehubungan dengan

pemberian kecukupan gizi pada Balitanya.

Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya

seseorang menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang mereka

peroleh. Hal ini bisa dijadikan landasan untuk membedakan metode

penyuluhan yang tepat. Dari kepentingan gizi keluarga, pendidikan

diperlukan agar seseorang lebih tanggap terhadap adanya masalah gizi

didalam keluarga dan bisa mengambil tindakan secepatnya.

Status pekerjaan mempengaruhi gambaran tingkat pengetahuan

gizi seimbang anak kurang dari 5 tahun. Golongan ini menjadi golongan

minoriti kemungkinan Ibu yang sudah mempunyai pekerjaan penuh tidak

Page 50: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

38

lagi dapat memberikan perhatian penuh terhadap anak balitanya, apalagi

untuk mengurusnya. Meskipun tidak semua ibu bekerja tidak mengurus

anaknya, akan tetapi kesibukan dan beban kerja yang ditanggungnya

dapat menyebabkan kurangnya perhatian ibu dalam menyiapkan

hidangan yang sesuai untuk balitanya. Ibu-ibu berumah tangga memilki

tingkat pengetahuan yang tinggi tentang gizi seimbang anak. Golongan ini

menjadi mayoritas disebabkan ibu yang berumah tangga dapat

memberikan perhatian penuh terhadap penyediaan hidangan yang sesuai

untuk anaknya. Selain itu, ibu-ibu juga dapat meluangkan lebih masa

dalam penyediaan makanan dan pemberian makanan pada anak.Ini

membolehkan anak-anak mendapat makanan yang secukupnya

(Tanuwijaya, 2008).

Paritas berpengaruh kepada pengalaman ibu dalam pemeriksaan

kesehatan selama kehamilan, pengalaman yang diperoleh memberikan

pengetahuan dan ketrampilan serta dapat mengembangkan kemampuan

mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan

menalar secara ilmiah (Notoatmodjo, 2012).

Page 51: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

39

E. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian Tentang Gizi pada Balita

Umur

Pengetahuan Ibu TentangGizi Balita

Pendidikan

Pekerjaan

Paritas

Page 52: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

40

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat deskriptif yaitu untuk mengetahui

gambaran pengetahuan ibu tentang gizi pada Balita di wilayah kerja

Puskesmas Lainea Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2017.

B. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Lainea

Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2017.

C. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2017.

D. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki

anak Balita yang berada di wilayah kerja Puskesmas Lainea

Kabupaten Konawe Selatan periode Oktober-Desember 2016 dan

memiliki Kartu Menuju Sehat (KMS) yang berjumlah 273 Balita.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil dari objek

yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo,

40

Page 53: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

41

2010). Besar sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini

dihitung dengan menggunakan rumus:

qpZNd

qpZNn

.1

..22

2

Keterangan:n = jumlah sampelN = jumlah populasip = estimator proporsi populasi (0.05)q = 1,0 – pZ2 = 1.96d = 0.05

Besarnya sampel dalam penelitian ini adalah :

n 05,0105,0.96,1127305,0

05,0105,0.96,127322

2

.0,05.0,953,8422720,0025

.0,05.0,953,842273

86,0

82,49

93,57 ≈ 58 orang

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah tehnik

accidental sampling. Teknik accidental sampling yaitu teknik

penetapan sampel yang didasarkan pada apa yang kebetulan

ditemukan di lapangan (Nursalam, 2010). Artinya, sampel yang di

ambil adalah ibu yang memiliki Balita yang datang berkunjung ke

Puskesmas Lainea pada saat peneliti berkunjung ke tempat tersebut.

Page 54: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

42

E. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu:

1. Variabel independent atau variabel bebas dalam penelitian ini yaitu

umur ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, dan paritas.

2. Variabel dependent atau variabel terikat dalam penelitian ini yaitu

pengetahuan ibu tentang gizi pada Balita.

F. Definisi Operasional

1. Pengetahuan ibu tentang gizi pada Balita

Pengetahuan adalah apa yang diketahui oleh responden

tentang gizi pada Balita, dengan kriteria objektif:

Baik : Bila skor yang diperoleh 76-100%

Cukup : Bila skor yang diperoleh 56-75%

Kurang : Bila skor yang diperoleh 0-55% (Notoatmodjo, 2012).

2. Umur

Umur adalah usia responden saat penelitian dilakukan, dengan

kategori:

a. < 20 tahun

b. 20 – 35 tahun

c. > 35 tahun (Depkes RI, 2009).

3. Pendidikan

Pendidikan adalah jenis pendidikan formal yang terakhir yang

diselesaikan oleh responden, dengan kategori:

Page 55: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

43

a. Pendidikan Dasar : SD dan SMP

b. Pendidikan Menengah: SMA Sederajat

c. Perguruan Tinggi: Diploma dan Sarjana (Notoatmodjo, 2012).

4. Pekerjaan

Pekerjaan adalah suatu kegiatan atau aktivitas responden

sehari-hari, dengan kategori:

a. Bekerja : Pegawai Negeri/Swasta, Wiraswasta

b. Tidak Bekerja : IRT (Ibu Rumah Tangga) (Notoatmodjo, 2012).

5. Paritas

Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan responden,

baik lahir hidup maupun mati, dengan kategori:

a. Paritas I

b. Paritas II - III

c. Paritas > III (Pudiastuti, 2012).

G. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini menggunakan Kuesioner. Kuesioner yang

digunakan merupakan kuesioner tertutup atau closedended dengan variasi

dichotomous choice yang terdiri dari 20 pertanyaan sehubungan dengan

pengetahuan ibu tentang gizi pada Balita.

Kuesioner penelitian ini menggunakan alternatif jawaban “benar”

dan “salah”, dimana kriteria pernyataan positif sebanyak 10 butir soal (1, 3,

5, 7, 9, 11, 13, 15, 17, 19) dan negatif sebanyak 10 butir soal (2, 4, 6, 8,

10, 12, 14, 16, 18, 20). Dimana pertanyaan positif mendapat skor 1 jika

Page 56: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

44

menjawab benar dan skor 0 jika menjawab salah. Sedangkan pernyataaan

negatif mendapat skor 0 jika menjawab benar dan skor 1 jika menjawab

salah. Adapun pengisian kuesioner dengan memberikan tanda centang (√)

pada lembar kuesioner yang sudah disediakan.

H. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden

dengan menggunakan kuesioner sehubungan dengan pengetahuan ibu

tentang gizi Balita. Sedangkan data sekunder bersumber dari laporan-

laporan yang telah didokumentasikan melalui buku registrasi ibu yang

memiliki Balita di Poli KIA dan gambaran umum lokasi penelitian.

I. Pengolahan Data

Pengolahan data pada dasarnya merupakan suatu proses untuk

memperoleh data atau data ringkasan berdasarkan suatu kelompok data

mentah dengan menggunakan rumus tertentu sehingga menghasilkan

informasi yang diperlukan. Pengolahan data dilakukan dengan cara:

1. Pengeditan (editing)

Editing dimaksudkan untuk meneliti tiap daftar pertanyaan yang

diisi agar lengkap untuk mengoreksi data yang meliputi kelengkapan

pengisian atau jawaban yang tidak jelas, sehingga jika terjadi

kesalahan atau kekurangan data dapat dengan mudah terlihat dan

segera dilakukan perbaikan. Proses editing dalam penelitian ini

dilakukan dengan cara mengecek kelengkapan kuesioner yang telah

Page 57: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

45

diisi oleh responden untuk memastikan bahwa seluruh pertanyaan

dalam kuesioner telah diisi sesuai dengan petunjuk sebelum

menyerahkan kuesioner.

2. Pengkodean (coding)

Setelah data terkumpul dan selesai diedit di lapangan, tahap

berikutnya adalah mengkode data, yaitu melakukan pemberian kode

untuk setiap pertanyaan dan jawaban dari responden untuk

memudahkan dalam pengolahan data. Pengkodean yang dilakukan

oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu dengan memberi nomor yang

mewakili dan berurutan pada tiap kuesioner sebagai kode yang

mewakili identitas responden dan memberikan kode pada setiap

jawaban responden.

3. Pemberian skor (scoring)

Skoring adalah memberikan penilaian terhadap item-item yang

perlu diberi penilaian atau skor.

4. Pemasukan data (entry)

Entry data adalah proses memasukkan data-data dalam tabel

berdasarkan variabel penelitian.

5. Tabulasi (tabulating)

Tabulating dilakukan dengan memasukkan data ke dalam tabel

yang tersedia kemudian melakukan pengukuran masing-masing

variabel (Sugiyono, 2008).

Page 58: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

46

J. Penyajian Data

Data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi berdasarkan variabel yang diteliti disertai dengan narasi

secukupnya.

K. Analisis Data

Analisa data dilakukan secara manual dengan menggunakan

kalkulator, kemudian hasilnya disajikan dalam bentuk tabel frekuensi

disertai penjelasan-penjelasan. Sedangkan dalam pengolahan data maka

digunakan rumus:

%100N

fP

Keterangan:

f : Frekuensi yang sedang dicari persentasenya

N : Number Of Cases (jumlah frekuensi atau banyaknya individu)

P : Angka persentase (Sugiyono, 2008).

Page 59: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

47

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

a. Keadaan Geografis

Puskesmas Lainea merupakan salah satu Puskesmas yamg

menjalankan pelayanan rawat inap dan rawat jalan dari beberapa

Puskesmas rawat Inap lainnya di Kabupaten Konawe Selatan

dengan kapasitas perawatan 10 tempat tidur. Puskesmas Lainea

memiliki letak yang sangat strategis dipertemuan tiga Kabupaten

yaitu: Kabupaten Muna, Kabupaten Bombana Dan Kota Kendari.

Karena posisi yang strategis ini maka Puskesmas Lainea menjadi

jalur transit pasien baik rawat jalan maupun rawat inap.

Wilayah kerja puskesmas terdiri dari 17 desa dengan 2

Kelurahan, dimana luas wilayah kerjanya adalah 685,86 km2.

Wilayah Kerja Puskesmas Lainea secara administratif berbatasan

dengan beberapa wilayah lain yaitu:

1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Wolasi

2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Palangga

Selatan

3) Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Lainea

4) Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Palangga

47

Page 60: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

48

b. Visi dan Misi

Visi dari Puskesmas Lainea adalah tercapainya Kecamatan

Laeya sehat menuju terwujudnya Kabupaten Konawe Selatan

sehat. Indikator Kecamatan Laeya sehat yakni lingkungan sehat,

perilaku sehat, cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu dan

derajat kesehatan penduduk kecamatan.

Misi dari Puskesmas Lainea adalah mendukung terciptanya

misi pembangunan kesehatan nasional, yakni:

1) Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di

wilayah kerja Puskesmas Lainea Kecamatan Laeya.

2) Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan

masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Lainea Kecamatan

Laeya.

3) Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan

keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan

Puskesmas Lainea Kecamatan Laeya.

4) Memelihara dan meningkatkan kesehatan perseorangan,

keluarga dan masyarakat serta lingkungannya di Kecamatan

Laeya.

c. Kependudukan

Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Lainea pada

tahun 2016 sebanyak 19.006 jiwa yang terhimpun dalam 4.536 KK.

Sebagian besar penduduk di wilayah kerja Puskesmas Lainea

memiliki mata pencaharian sebagai petani tradisional dengan

Page 61: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

49

sumber daya manusia yang masih terbatas dengan tingkat

pendapatan ekonomi yang masih rendah.

d. Tenaga Kesehatan

Distribusi ketenagaan sesuai bidang profesi di Puskesmas

Lainea disajikan sebagai berikut:

Tabel 4. Distribusi Ketenagaan Sesuai Bidang Profesi PuskesmasLainea

Bidang Keprofesian Jumlah (Orang)Dokter UmumDokter GigiAkademi PerawatAkademi KebidananAkademi GiziAkademi Kesehatan LingkunganBidanPerawatPerawat GigiPekaryaTenaga Administrasi

21

2152255213

Jumlah 49 OrangSumber: Puksesmas Lainea, 2017.

2. Karakteristik Responden

a. Umur Responden

Distribusi umur ibu balita di Wilayah Kerja Puskesmas

Lainea Kabupaten Konawe Selatan disajikan sebagai berikut:

Tabel 5. Distribusi Umur Ibu Balita di Wilayah Kerja PuskesmasLainea Kabupaten Konawe Selatan

Umur (Tahun) n %< 20 3 5,2

20 – 35 38 65,5> 35 17 29,3Total 58 100

Sumber: Data Primer, 2017.

Page 62: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

50

Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 58 responden

sebagian besar responden berumur 20 – 35 tahun, yakni sebanyak

38 orang (65,5%), umur > 35 tahun sebanyak 17 orang (29,3%)

dan umur < 20 tahun sebanyak 3 orang (5,2%).

b. Pendidikan Responden

Distribusi pendidikan ibu balita di Wilayah Kerja Puskesmas

Lainea Kabupaten Konawe Selatan disajikan sebagai berikut:

Tabel 6. Distribusi Pendidikan Ibu Balita di Wilayah KerjaPuskesmas Lainea Kabupaten Konawe Selatan

Pendidikan n %Dasar 23 39,7

Menengah 20 34,5Tinggi 15 25,9Total 58 100

Sumber: Data Primer, 2017.

Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 58 responden

sebagian besar responden memiliki pendidikan dasar (SD dan

SMP), yakni sebanyak 23 orang (39,7%), Pendidikan Menengah

(SMA) sebanyak 20 orang (34,5%), dan Pendidikan Tinggi

(Diploma dan Sarjana) sebanyak 15 orang (25,9%).

c. Pekerjaan Responden

Distribusi pekerjaan ibu balita di Wilayah Kerja Puskesmas

Lainea Kabupaten Konawe Selatan disajikan sebagai berikut:

Page 63: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

51

Tabel 7. Distribusi Pendidikan Ibu Balita di Wilayah KerjaPuskesmas Lainea Kabupaten Konawe Selatan

Pekerjaan n %Bekerja 27 46,6

Tidak Bekerja 31 53,4Total 58 100

Sumber: Data Primer, 2017.

Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 58 responden

sebagian besar responden tidak bekerja atau sebagai Ibu Rumah

Tangga, yakni sebanyak 31 orang (53,4%), dan responden yang

bekerja sebanyak 27 orang (46,6%).

d. Paritas Responden

Distribusi paritas ibu balita di Wilayah Kerja Puskesmas

Lainea Kabupaten Konawe Selatan disajikan sebagai berikut:

Tabel 8. Distribusi Paritas Ibu Balita di Wilayah Kerja PuskesmasLainea Kabupaten Konawe Selatan

Paritas n %I 2 3,4

II - III 26 44,8> III 30 51,7

Total 58 100Sumber: Data Primer, 2017.

Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 58 responden

sebagian besar responden memiliki paritas > III, yakni sebanyak 30

orang (51,7%), paritas II-III sebanyak 26 orang (44,8%) dan paritas

I sebanyak 2 orang (3,4%).

Page 64: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

52

e. Pengetahuan Responden

Distribusi pengetahuan ibu balita di Wilayah Kerja

Puskesmas Lainea Kabupaten Konawe Selatan disajikan sebagai

berikut:

Tabel 9. Distribusi Pengetahuan Ibu Balita di Wilayah KerjaPuskesmas Lainea Kabupaten Konawe Selatan

Pengetahuan n %Baik 21 36,2

Cukup 23 39,7Kurang 14 24,1Total 58 100

Sumber: Data Primer, 2017.

Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 58 responden

sebagian besar responden memiliki pengetahuan dalam kategori

baik, yakni sebanyak 21 orang (36,2%), pengetahuan dalam

kategori cukup sebanyak 23 orang (39,7%) dan pengetahuan

dalam kategori kurang sebanyak 14 orang (24,1%).

3. Analisis Variabel Penelitian

a. Pengetahuan Ibu Berdasarkan Umur

Distribusi pengetahuan ibu tentang gizi pada balita

berdasarkan umur ibu balita di wilayah kerja Puskesmas Lainea

Kabupaten Konawe Selatan disajikan sebagai berikut:

Page 65: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

53

Tabel 10. Distribusi Pengetahuan Ibu Tentang Gizi pada BalitaBerdasarkan Umur di Wilayah Kerja Puskesmas LaineaKabupaten Konawe Selatan

Umur(Tahun)

Pengetahuan JumlahBaik Cukup Kurangn % n % n % n %

< 20 0 0 0 0 3 5,2 3 5,220 – 35 11 19,0 17 29,3 10 17,2 38 65,5

> 35 10 17,2 6 10,4 1 1,7 17 29,3Total 21 36,2 23 39,7 14 24,1 58 100

Sumber: Data Primer, 2017.

Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 58 responden, 3

responden (5,2%) yang berumur < 20 tahun, terdapat 0 responden

(0%) yang memiliki pengetahuan baik, 0 responden (0%) yang

berpengetahuan cukup dan 3 responden (5,2%) yang

berpengetahuan kurang. Dari 38 responden (65,5%) yang berumur

20-35 tahun, terdapat 11 responden (19,0%) yang berpengetahuan

baik, 17 responden (29,3%) yang berpengetahuan cukup dan 10

responden (17,2%) yang berpengetahuan kurang. Sedangkan dari

17 responden (29,3%) yang berumur > 35 tahun, terdapat 10

responden (17,2%) yang berpengetahuan baik, 6 responden

(10,4%) yang berpengetahuan cukup dan 1 responden (1,7%) yang

berpengetahuan kurang.

b. Pengetahuan Ibu Berdasarkan Pendidikan

Distribusi pengetahuan ibu tentang gizi pada balita

berdasarkan pendidikan ibu balita di wilayah kerja Puskesmas

Lainea Kabupaten Konawe Selatan disajikan sebagai berikut:

Page 66: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

54

Tabel 11. Distribusi Pengetahuan Ibu Tentang Gizi pada BalitaBerdasarkan Pendidikan di Wilayah Kerja PuskesmasLainea Kabupaten Konawe Selatan

PendidikanPengetahuan JumlahBaik Cukup Kurang

n % n % n % n %Dasar 0 0 11 19,1 12 20,6 23 39,7

Menengah 8 13,8 10 17,1 2 3,5 20 34,5Tinggi 13 22,4 2 3,5 0 0 15 25,9Total 21 36,2 23 39,7 14 24,1 58 100

Sumber: Data Primer, 2017.

Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 58 responden, 23

responden (39,7%) berpendidikan dasar (SD dan SMP), terdapat 0

responden (0%) yang memiliki pengetahuan baik, 11 responden

(19,1%) yang berpengetahuan cukup dan 12 responden (20,6%)

yang berpengetahuan kurang. Dari 20 responden (34,5%)

berpendidikan menengah (SMA), terdapat 8 responden (13,8%)

yang berpengetahuan baik, 10 responden (17,1%) yang

berpengetahuan cukup dan 2 responden (3,5%) yang

berpengetahuan kurang. Sedangkan dari 15 responden (25,9%)

berpendidikan tinggi (Diploma dan Sarjana), terdapat 13 responden

(22,4%) yang berpengetahuan baik, 2 responden (3,5%) yang

berpengetahuan cukup dan 0 responden (0%) yang

berpengetahuan kurang.

c. Pengetahuan Ibu Berdasarkan Pekerjaan

Distribusi pengetahuan ibu tentang gizi pada balita

berdasarkan pekerjaan ibu balita di wilayah kerja Puskesmas

Lainea Kabupaten Konawe Selatan disajikan sebagai berikut:

Page 67: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

55

Tabel 12. Distribusi Pengetahuan Ibu Tentang Gizi pada BalitaBerdasarkan Pekerjaan di Wilayah Kerja PuskesmasLainea Kabupaten Konawe Selatan

PekerjaanPengetahuan JumlahBaik Cukup Kurang

n % n % n % n %Bekerja 6 10,3 14 24,1 7 12,1 27 46,6

Tidak Bekerja 15 25,9 9 15,6 7 12,1 31 53,4Total 21 36,2 23 39,7 14 24,1 58 100

Sumber: Data Primer, 2017.

Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 58 responden, 27

responden (46,6%) yang bekerja, terdapat 6 responden (10,3%)

yang memiliki pengetahuan baik, 14 responden (24,1%) yang

berpengetahuan cukup dan 7 responden (12,1%) yang

berpengetahuan kurang. Sedangkan dari 31 responden (53,4%)

yang tidak bekerja atau Ibu Rumah Tangga, terdapat 15 responden

(25,9%) yang berpengetahuan baik, 9 responden (15,6%) yang

berpengetahuan cukup dan 7 responden (12,1%) yang

berpengetahuan kurang.

d. Pengetahuan Ibu Berdasarkan Paritas

Distribusi pengetahuan ibu tentang gizi pada balita

berdasarkan paritas ibu balita di wilayah kerja Puskesmas Lainea

Kabupaten Konawe Selatan disajikan sebagai berikut:

Page 68: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

56

Tabel 13. Distribusi Pengetahuan Ibu Tentang Gizi pada BalitaBerdasarkan Paritas di Wilayah Kerja PuskesmasLainea Kabupaten Konawe Selatan

ParitasPengetahuan JumlahBaik Cukup Kurang

n % n % n % n %I 0 0 0 0 2 3,4 2 3,4

II - III 16 27,6 9 15,5 1 1,7 26 44,8> III 5 8,6 14 24,2 11 18,9 30 51,7

Total 21 36,2 23 39,7 14 24,1 58 100Sumber: Data Primer, 2017.

Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 58 responden, 2

responden (3,4%) memiliki paritas I, terdapat 0 responden (0%)

yang memiliki pengetahuan baik, 0 responden (0%) yang

berpengetahuan cukup dan 2 responden (3,4%) yang

berpengetahuan kurang. Dari 26 responden (44,8%) memiliki

paritas II-III, terdapat 16 responden (27,6%) yang berpengetahuan

baik, 9 responden (15,5%) yang berpengetahuan cukup dan 1

responden (1,7%) yang berpengetahuan kurang. Sedangkan dari

30 responden (51,7%) memiliki paritas > III, terdapat 5 responden

(8,6%) yang berpengetahuan baik, 14 responden (24,2%) yang

berpengetahuan cukup dan 11 responden (18,9%) yang

berpengetahuan kurang.

B. Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang memiliki

pengetahuan dalam kategori baik, yakni sebanyak 21 orang (36,2%),

pengetahuan dalam kategori cukup sebanyak 23 orang (39,7%) dan

Page 69: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

57

pengetahuan dalam kategori kurang sebanyak 14 orang (24,1%).

Tingginya tingkat pengetahuan responden tersebut disebabkan karena

informasi yang diperoleh responden melalui Puskesmas atau tenaga

kesehatan penerimaannya cukup baik, sehingga mempengaruhi tingkat

pengetahuan mereka.

Hal ini sesuai pendapat Efendy dalam Notoatmodjo (2010), bahwa

pengetahuan merupakan hasil dari penggunaan pancaindera yang

didasarkan atas intuisi atau kebetulan, otoritas dan kewibawaan, tradisi

dan pendapat umum. Menurut Soejoeti dalam Kristina dan Yuni (2008),

salah satu faktor yang menyebabkan timbulnya perubahan, pemahaman,

sikap dan perilaku pada seseorang, sehingga seseorang mau

mengadopsi perilaku baru, yaitu kesiapan psikologis yang ditentukan oleh

tingkat pengetahuan.

Salah satu peran tenaga kesehatan dalam masyarakat adalah

meningkatkan pengetahuan kesehatan masyarakat khususnya pada ibu

balita. Pengetahuan mengenai gizi balita dapat diperoleh melalui

penyuluhan tentang gizi balita. Dengan pengetahuan tersebut diharapkan

ibu akan termotivasi kuat untuk menjaga kesehatan balitanya dengan

memberikan asupan makanan yang sehat bagi pertumbuhan dan

perkembangan balitanya (Manuaba, 2008).

Hal ini pula sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh

Notoatmodjo (2012), tentang pengetahuan yang dicakup dalam domain

kognitif bahwa tingkat tahu seseorang diartikan sebagai mengingat

kembali terhadap suatu spesifikasi dari seluruh bahan yang dipelajari atau

Page 70: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

58

rangsangan yang telah diterima. Lebih lanjut dikatakannya bahwa pada

umumnya setiap orang, sebelum bersikap dan bertindak terhadap sesuatu

objek, terlebih dahulu ia mengetahui apa objek yang hendak disikapi dan

ditindaki. Meski demikian, sering seseorang menyikapi bahkan langsung

bertindak terhadap suatu objek tanpa lebih dahulu mengetahui tentang

objek yang hendak disikapi dan ditindakinya.

Pengetahuan pada hakikatnya merupakan segenap apa yang kita

ketahui tentang sesuatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan

khasanah kekayaan mental yang secara langsung atau tidak langsung

turut memperkaya kehidupan kita, sebab pengetahuan merupakan

sumber jawaban bagi berbagai pertanyaan yang muncul dalam kehidupan

(Mubarak, dkk, 2010).

Menurut Notoatmodjo (2012), bahwa aspek pengetahuan

merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku

seseorang di mana semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang akan

dapat mempengaruhi pola pikir dan sikap terhadap sesuatu hal ini akan

mempengaruhi perubahan perilaku.

Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal

(mata pelajaran). Pengetahuan merupakan pengakuan hubungan suatu

terhadap sesuatu yang lain. Pengakuan itu dalam bentuk kepuasan yang

disebut pengetahuan. Tingkat pengetahuan lebih bersifat pengenalan

terhadap sesuatu benda atau hal secara obyektif. Tingkatan pengetahuan

atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2012). Faktor-faktor yang dapat

Page 71: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

59

mempengaruhi pengetahuan sendiri adalah umur, pendidikan, paparan

media massa, sosial ekonomi, hubungan sosial, dan pengalaman

(Notoatmodjo, 2010).

Menurut asumsi peneliti dapat disimpulkan bahwa pengetahuan ibu

tentang status gizi balita tergolong cukup, hal ini kemungkinan disebabkan

petugas kesehatan yang aktif memberikan penyuluhan tentang status gizi

balita secara berkala, khususnya pada saat pelaksanaan posyandu.

1. Pengetahuan Ibu Tentang Status Gizi Berdasarkan Umur

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok umur yang

mempunyai tingkat pengetahuan cukup baik dijumpai pada kelompok

umur 20-35 tahun sebanyak 17 responden (29,3%). Hal ini sesuai

dengan penyataan Notoatmodjo (2012) bahwa, usia mempengaruhi

daya tangkap dan pola pikir seseorang. Pada usia 20-35, individu akan

lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta

lebih banyak melakukan persiapan demi pemenuhan gizi balitanya,

selain itu orang pada usia ini akan lebih banyak menggunakan banyak

waktu untuk membaca.

Hasil penelitian juga masih ditemukan ibu balita yang berumur >

35 tahun yang memiliki pengetahuan baik dan cukup. Hal ini

dikarenakan faktor kesungguhan ibu dalam merawat, mengasuh serta

membesarkan anaknya. Pengetahuan tentang gizi balita yang baik dan

cukup akan memberikan dampak pada pola pemberian makan yang

diberikan kepada balita sehingga berpengaruh terhadap status gizi

balita tersebut.

Page 72: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

60

Pada penelitian yang dilakukan oleh Noor (2010), menemukan

bahwa usia ibu berhubungan dengan tingkat pengetahuan ibu dan

status gizi balita. Hal ini sejalan dengan penelitian Ali (2012) bahwa

usia ibu berhubungan dengan pengetahuan dan perilaku mereka

terhadap status gizi. Menurut Hurlock dalam Nursalam (2008) semakin

tua umur maka seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan

bekerja. Dari hasil penelitian tersebut bahwa sebagian besar

responden adalah ibu yang masih muda di mana pada umur tersebut

daya tangkap ibu terhadap segala bentuk informasi yang disampaikan

oleh tenaga kesehatan akan memperluas pengetahuan ibu tentang

status gizi balita. Keingintahuan dan minat ibu yang rendah terhadap

status gizi pada balita merupakan faktor penyebab utama yang

mendorong ibu kurang memperhatikan status gizi balita mereka.

Menurut Widayatun (2009), secara teoritis dikatakan bahwa pada

usia 20-35 tahun merupakan masa pengaturan, masa usia produktif,

masa bermasalah, masa ketegangan emosional, masa keterasingan

sosial, masa ketergantungan, masa perubahan nilai dan masa

penyesuaian diri dengan hidup kreatif.

Menurut asumsi peneliti bahwa pada umumnya responden yang

berpengetahuan cukup baik berumur 20-35 tahun. Hal ini dapat terjadi

karena ibu yang berusia 20-35 tahun mempunyai motivasi yang besar

untuk mengetahui tentang status gizi balita yaitu dengan mencari

informasi kepada petugas kesehatan. Sedangkan ibu yang berusia <

Page 73: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

61

20 tahun masih belum menyadari dengan begitu baik akan pentingnya

status gizi pada balita.

2. Pengetahuan Ibu Tentang Status Gizi Berdasarkan Pendidikan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan ibu balita

yang mempunyai pengetahuan baik dijumpai pada ibu yang memiliki

pendidikan tinggi (Diploma dan Sarjana), yakni sebanyak 13 orang

(22,4%). Hal ini dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat

pendidikan ibu, maka cenderung semakin baik tingkat pengetahuan

ibu tentang status gizi balita.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa tingkat

pengetahuan ibu yang baik berdasarkan tingkat pendidikannya adalah

ibu yang memiliki tingkat pendidikan tinggi, sementara ibu dengan

tingkat pendidikan dasar (SD dan SMP), cenderung memiliki

pengetahuan yang kurang. Berdasarkan teori pendidikan merupakan

salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan karena

pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan

kemampuan yang berlangsung di dalam hidup, semakin tinggi

pendidikan seseorang semakin mudah orang tersebut menerima

informasi dan mengerti akan informasi tersebut (Notoatmodjo, 2012).

Pendidikan sangat penting bagi seseorang untuk memberikan

kemampuan dalam berfikir, menelaah dan memahami informasi yang

diperoleh dengan pertimbangan yang lebih rasional. Pendidikan yang

baik akan memberikan kemampuan yang baik pula kepada seseorang

Page 74: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

62

dalam mengambil keputusan mengenai kesehatan keluarga terutama

status gizi balita.

Menurut Lienda (2009), pendidikan merupakan hal yang penting

dalam merubah perilaku terutama dalam memanfaatkan pelayanan

kesehatan karena wanita yang berpendidikan cenderung untuk

meningkatkan status kesehatan keluarganya dengan mencari

pelayanan yang lebih baik termasuk untuk memberikan asupan gizi

pada balitanya. Dengan demikian, hasil tersebut sesuai dengan

pendapat Notoadmodjo (2012), bahwa pendidikan menentukan pola

pikir dan wawasan seseorang. Semakin tinggi pendidikan seseorang

maka diharapkan pengetahuan meningkat.

Tingkat pengetahuan ibu yang bervariasi ini dapat dipengaruhi

oleh berbagai faktor, sesuai dengan pendapat Rogers dalam

Notoatmodjo (2012), bahwa pengetahuan dipengaruhi oleh dua faktor

yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu

karakteristik orang yang bersangkutan yang terdiri dari: pendidikan,

persepsi, motivasi dan pengalaman. Berdasarkan hasil penelitian

menunjukkan bahwa responden yang berpendidikan SMA dan

Perguruan Tinggi pada penelitian ini memiliki tingkat pengetahuan

yang baik dan cukup.

Berdasarkan penelitian Mahmudah (2007) yang mengatakan

bahwa pendidikan mempengaruhi tingkat pengetahuan ibu karena

semakin tinggi tingkat pendidikan ibu maka semakin banyak pula

informasi yang diperoleh. Pengetahuan ibu tentang status gizi balita

Page 75: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

63

tersebut bisa diperoleh baik melalui pendidikan formal maupun

pendidikan non formal. Sebagai contoh pendidikan formal yaitu

dengan mengikuti pendidikan di sekolah kesehatan dan pendidikan

non formal yaitu melalui informasi yang diperoleh ibu baik secara

langsung maupun tidak langsung seperti iklan dan penyuluhan.

Sebagai contoh ibu yang mempunyai tingkat pendidikan sarjana maka

tingkat pengetahuannya akan lebih baik daripada ibu yang memiliki

tingkat pendidikan SD dan SMP.

Pernyataan ini sejalan dengan penelitian Kasnodiharjo (2010)

yang mengatakan bahwa pendidikan seseorang yang berbeda-beda

akan mempengaruhi seseorang dalam pengambilan keputusan, pada

ibu yang berpendidikan tinggi lebih mudah menerima suatu ide baru

dibandingkan ibu yang berpendidikan rendah sehingga informasi lebih

mudah dapat diterima dan dilaksanakan. Tingkat pendidikan yang

diperoleh seseorang dari bangku sekolah formal dapat mempengaruhi

pengetahuan seseorang. Makin tinggi pendidikan seseorang maka

makin tinggi pengetahuannya tentang kesehatan.

Penelitian ini juga didukung oleh teori WHO (World Health

Organization) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2010), pengetahuan

dipengaruhi faktor pendidikan formal, pengetahuan saat erat

hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan

pendidikan tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula

pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan bukan berarti

seseorang yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah

Page 76: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

64

pula. Hal ini mengingat bahwa peningkatan pengetahuan tidak mutlak

diperoleh dari pendidikan formal saja, akan tetapi dapat diperoleh

melalui pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang suatu

objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif.

Kedua aspek ini akan menentukan sikap seseorang. Semakin banyak

aspek positif dari objek diketahui, maka akan menimbulkan sikap

semakin positif terhadap objek tetentu, salah satu bentuk objek

kesehatan dapat dijabarkan oleh pengetahuan yang diperoleh dari

pengalaman sendiri.

Rokmah (2008), menyatakan bahwa tingkat pendidikan formal

merupakan landasan seseorang dalam berbuat sesuatu, membuat

lebih mengerti dan memahami sesuatu, atau menerima dan menolak

sesuatu gagasan sehingga responden dengan tingkat pendidikan yang

lebih tinggi akan lebih mudah menerima program kesehatan pada saat

kehamilan, sedangkan responden dengan tingkat pendidikan yang

lebih rendah masih sulit menerima hal tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian, penelitian terkait dan teori di atas

dapat disimpulkan bahwa pengetahuan ibu masih rendah tentang

pentingnya status gizi pada balita, hal ini sangat terkait dengan masih

banyaknya ibu yang memiliki tingkat pendidikan hanya SD dan SMP.

Hal ini menunjukkan bahwa ibu yang berpendidikan rendah lebih sulit

mengerti dan memahami informasi tentang status gizi pada balita yang

baik dan manfaatnya, sehingga kurang mempunyai motivasi untuk

menjaga kesehatan guna pertumbuhan dan perkembangan balitanya.

Page 77: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

65

Maka dengan memberikan penyuluhan tentang status gizi bagi balita

diharapkan ibu mendapatkan pengetahuan yang lebih baik serta

pemahaman seseorang sehingga dapat menentukan sikap dan tingkah

laku dalam menghadapi persoalan yang baru terutama dalam

mengambil keputusan dan memberikan respon yang lebih rasional

yang mempunyai dampak dalam kehidupan sehari-hari misalnya

pentingnya status gizi bagi balita.

3. Pengetahuan Ibu Tentang Status Gizi Berdasarkan Pekerjaan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis pekerjaan ibu balita

yang mempunyai tingkat pengetahuan baik dijumpai pada ibu yang

tidak bekerja atau ibu rumah tangga sebanyak 15 responden (25,9%).

Hal tersebut terjadi dikarenakan hampir semua ibu rumah tangga

melaksanakan aktivitas pekerjaan utamanya yaitu pekerjaan dalam

mengasuh anak, membersihkan rumah dan melaksanakan pekerjaan

rumah tangga lainnya yang menjadi tanggung jawab sebagai ibu

rumah tangga. Jenis pekerjaan yang seperti ini tidak terlalu

melelahkan tenaga dan pikiran ibu sehingga proses menjaga

kesehatan balitanya melalui status gizi yang baik pun dapat berjalan

dengan baik (Supriyadi, 2012).

Hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Lainea menunjukkan

bahwa ibu yang tidak mempunyai pekerjaan (ibu rumah tangga)

cenderung memiliki pengetahuan yang baik tentang status gizi balita.

Karena lebih mempunyai banyak waktu dalam mencari informasi

Page 78: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

66

sehubungan dengan kesehatan balitanya selama pertumbuhan dan

perkembangan balita, dibandingkan dengan ibu yang bekerja.

Bertambah luasnya lapangan kerja, semakin mendorong

banyaknya kaum wanita yang bekerja terutama di sektor informal. Di

satu sisi hal ini berdampak positif bagi pertambahan pendapatan,

namun di sisi lain berdampak negatif terhadap pembinaan dan

pemeliharaan balita. Perhatian terhadap pemberian makan pada balita

yang kurang dapat menyebabkan anak menderita kurang gizi, yang

selanjutnya berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak dan

perkembangan otak mereka.

Menurut penelitian Anggraini (2009), mengatakan bahwa

kegiatan yang dilakukan ibu-ibu juga mempunyai hubungan bermakna

dengan pengetahuan tentang status gizi balita. Proporsi ibu rumah

tangga lebih besar dibandingkan ibu yang mencari nafkah dan

membantu mencari nafkah. Aktivitas dan pekerjaan yang dilakukan ibu

terkadang tidak dapat meluangkan sedikit waktu untuk mencari

informasi atau menjaga kesehatan anak balitanya. Pekerjaan

terkadang mempengaruhi penerimaan pengetahuan ibu tentang status

gizi balita. Secara teknis hal itu dikarenakan kesibukan ibu sehingga

tidak cukup untuk memperhatikan kesehatan balitanya, khususnya

dalam pemberian asupan makanan.

Salah satu dampak negatif yang dikhawatirkan timbul sebagai

akibat dari keikutsertaan ibu-ibu pada kegiatan di luar rumah adalah

keterlantaran anak terutama balita, padahal masa depan kesehatan

Page 79: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

67

balita dipengaruhi oleh pengasuhan dan keadaan gizi sejak bayi

sampai balita yang merupakan usia penting, karena pada umur

tersebut anak belum dapat melayani kebutuhan sendiri dan

bergantung pada pengasuhannya. Oleh karena itu, alangkah baiknya

balita yang ditinggalkan dapat dipercayakan kepada pengasuh atau

anggota keluarga yang lain untuk dirawat dan diberi konsumsi

makanan yang baik.

Asumsi peneliti bahwa kemungkinan Ibu yang sudah mempunyai

pekerjaan penuh tidak lagi dapat memberikan perhatian penuh

terhadap anak balitanya, apalagi untuk mengurusnya. Meskipun tidak

semua ibu bekerja tidak mengurus anaknya, akan tetapi kesibukan

dan beban kerja yang ditanggungnya dapat menyebabkan kurangnya

perhatian ibu dalam menyiapkan hidangan yang sesuai untuk

balitanya. Karena itu didalam sebuah penelitian menunjukkan bahwa

seringkali terjadi ketidaksesuaian antara konsumsi zat gizi terutama

Energi dan Protein dengan kebutuhan tubuh pada kelompok anak

yang berusia di atas 1 tahun.

Selain itu, Ibu rumah tangga memilki tingkat pengetahuan yang

tinggi tentang gizi seimbang anak. Golongan ini menjadi mayoritas

disebabkan ibu yang berumah tangga dapat memberikan perhatian

penuh terhadap penyediaan hidangan yang sesuai untuk anaknya.

Selain itu, ibu-ibu juga dapat meluangkan lebih masa dalam

penyediaan makanan dan pemberian makanan pada anak. Ini

membolehkan anak-anak mendapat makanan yang secukupnya.

Page 80: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

68

Fenomena yang terjadi khususnya di kota-kota besar, para ibu

yang aktif melakukan kegiatan komersial, seperti bekerja dikantor atau

pabrik, menjalankan usaha pribadi sebagai tambahan penghasilan,

serta berkecimpung dalam kegiatan sosial yang banyak menyita waktu

di luar rumah, hingga kurang memperhatikan status gizi balita mereka

(Prasetyono, 2009).

4. Pengetahuan Ibu Tentang Status Gizi Berdasarkan Paritas

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok paritas yang

mempunyai tingkat pengetahuan baik dijumpai pada ibu dengan

paritas II-III sebanyak 16 responden (27,6%). Dari hasil penelitian dapat

dikatakan bahwa paritas ibu ada hubungannya dengan tingkat pengetahuan ibu

tentang gizi seimbang anak.

Hasil penelitian tersebut sejalan dengan pendapat Suhardjo (2008),

yang menyatakan pangan yang tersedia untuk suatu keluarga yang besar

mungkin cukup untuk keluarga yang besarnya setengah dari keluarga

tersebut, tetapi tidak cukup untuk mencegah gangguan gizi pada keluarga

yang besar tersebut.

Sesuai pernyataan Wiknjosastro (2009) bahwa ibu yang baru

pertama kali melahirkan merupakan hal yang sangat baru sehingga

termotivasi dalam merencanakan asupan gizi bagi anak yang

dilahirkannya. Sebaliknya ibu yang sudah pernah melahirkan lebih dari

satu orang mempunyai anggapan bahwa ia sudah berpengalaman

sehingga kurang termotivasi untuk meningkatkan kesehatan pada

Page 81: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

69

anak-anak selanjutnya. Semakin tinggi paritas ibu, maka perhatian ibu

lebih banyak dialihkan pada anak yang baru dilahirkan.

Page 82: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

70

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah

dikemukakan di atas, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai

berikut:

1. Pengetahuan ibu tentang gizi balita terbanyak dalam kategori cukup

pada kelompok umur 20-35 tahun yang berjumlah 17 orang (29,3%).

2. Pengetahuan ibu tentang gizi balita terbanyak dalam kategori baik

pada tingkat pendidikan tinggi yang berjumlah 13 orang (22,4%).

3. Pengetahuan ibu tentang gizi balita terbanyak dalam kategori baik

pada Ibu Rumah Tangga yang berjumlah 15 orang (25,9%).

4. Pengetahuan ibu tentang gizi balita terbanyak dalam kategori baik

pada ibu dengan paritas II-III yang berjumlah 16 orang (27,6%).

B. Saran

1. Bagi tenaga kesehatan Puskesmas Lainea Kabupaten Konawe

Selatan diharapkan dapat memberikan informasi dan meningkatkan

upaya promosi kesehatan dengan melakukan penyuluhan dan

kegiatan promosi kesehatan lainnya.

2. Bagi masyarakat, khususnya ibu balita agar meningkatkan

pengetahuannya tentang status gizi balita sehingga dapat merubah

perilaku kesehatan, utamanya kunjungan ke posyandu. Karena

70

Page 83: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

71

informasi tentang gizi balita dapat diperoleh melalui media

cetak/elektronik, petugas kesehatan, penyuluhan, teman, kerabat dan

sumber informasi lainnya.

3. Bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian yang serupa

dengan penelitian ini agar menambah jumlah variabel penelitian

sehingga mendapatkan hasil yang maksimal.

Page 84: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

72

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia PustakaUtama.

Arisman. 2008. Gizi dalam Daur Kehidupan. Cetakan IV. Jakarta: EGC.

Depkes RI, 2009. Pedoman Umum Gizi Seimbang. Jakarta: Depkes RI.

Dinkes Kab. Konawe Selatan, 2015. Profil Kesehatan Kab. Konawe Selatan.Andoolo: Dinkes Kab. Konawe Selatan.

Djaeni A. 2008. Ilmu Gizi: Untuk Mahasiswa dan Profesi, Jilid I. Jakarta: CV.Dian Rakyat.

Kemenkes RI, 2013. Riset Kesehatan Dasar RI Tahun 2013. Jakarta:Kemenkes RI.

____________, 2010. Riset Kesehatan Dasar RI Tahun 2010. Jakarta:Kemenkes RI.

Nelson, WE. 2010. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: EGC.

Notoatmodjo, S. 2012. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: RinekaCipta.

__________, 2010. Metodologi Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam, 2008. Konsep dan Penerapan Metode Penelitian IlmuKeperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI), 2009. Kamus Gizi PelengkapKesehatan Keluarga. Jakarta: Kompas Media Nusantara.

Pudiastuti, RD., 2012. Asuhan Kebidanan pada Hamil Normal dan Patologi.Yogyakarta: Nuha Medika.

Puskesmas Lainea, 2016. Rekapitulasi Laporan Puskesmas-KIA PuskesmasLainea Tahun 2015. Kendari: Puskesmas Lainea.

Siswanto, 2010. Pendidikan Kesehatan Anak Usia Dini. Yogyakarta: PustakaRihana.

Soekirman. 2010. Ilmu Gizi Dan Aplikasinya: Untuk Keluarga Dan MasyarakatJakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen PendidikanNasional.

Page 85: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

73

Soetjiningsih, 2008. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian. Bandung: CV. Alfa Beta.

Suharjo, 2008. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta: Bumi Aksara.

Sulistyoningsih, 2011. Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta:Graha Ilmu.

Supariasa, 2012. Pendidikan dan Konsultasi Gizi. Jakarta: EGC.

Supariasa, dkk., 2010. Penilaian Status Gizi. EGC: Jakarta.

Supartini, 2009. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.

Suyitno & Moersintowarti, 2010. Pemantauan Pertumbuhan Balita: BalitaBawah Garis Normal. Jakarta: Salemba Medika.

Tanuwijaya, 2008. Konsep Umum Tumbuh dan Kembang. Jakarta: EGC.

Taufik. 2007. Prinsip-Prinsip Promosi Kesehatan Dalam Bidang KeperawatanUntuk Perawat dan Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: Infomedika.

Wahit, Mubarak & Iqbal. 2008. Ilmu Keperawatan Komunitas: Konsep danAplikasi. Jakarta: Salemba Medika.

Wiknjosastro, H. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

____________. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternaldan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Page 86: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

74

Lampiran 1.

SURAT PERMOHONAN PENGISIAN KUESIONER

Lampiran : 1 (satu) berkasPerihal : Permohonan Pengisian KuesionerKepada Yth.

Saudara ............................

Di –Wilayah Kerja Puskesmas Lainea

Dengan Hormat,

Dalam rangka penulisan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul:

”Pengetahuan Ibu Tentang Gizi pada Balita di Wilayah Kerja PuskesmasLainea Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2017”, maka saya mohon

dengan hormat kepada saudara untuk menjawab beberapa pertanyaan

kuesioner (angket penelitian) yang telah disediakan. Jawaban saudara

diharapkan objektif (diisi apa adanya).

Kuesioner ini bukan tes psikologi, maka dari itu saudara tidak perlu

takut atau ragu-ragu dalam memberikan jawaban yang sejujur-jujurnya.

Artinya, semua jawaban yang saudara berikan adalah benar dan jawaban

yang diminta adalah sesuai dengan kondisi yang terjadi. Oleh karena itu,

data dan identitas saudara akan dijamin kerahasiaannya.

Demikian atas perhatian dan kerjasamanya, saya ucapkan terimakasih.

Kendari, Februari 2017

Ttd

...................................

Page 87: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

75

Lampiran 2.

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN RESPONDEN

Dalam rangka memenuhi salah satu syarat penulisan Karya Tulis

Ilmiah yang berjudul “Pengetahuan Ibu Tentang Gizi pada Balita diWilayah Kerja Puskesmas Lainea Kabupaten Konawe Selatan Tahun2017”, maka saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : ...........................................................

Alamat : ...........................................................

Menyatakan Bersedia/Tidak Bersedia*) menjadi responden dalam penelitian

ini.

Kendari, 2017

Hormat Saya,

(............................................)

Responden

*) Coret yang tidak perlu

Page 88: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

76

Lampiran 3.

LEMBAR KUESIONER

Pengetahuan Ibu Tentang Gizi pada Balita di Wilayah KerjaPuskesmas Lainea Kabupaten Konawe Selatan

Tahun 2017

Identitas Responden

1. Nama Ibu : …………………………

2. Umur : .......... tahun

3. Agama : ........................................

4. Pendidikan : ........................................

5. Pekerjaan : ........................................

6. Alamat : ........................................

7. Paritas

a. Paritas I

b. Paritas II-III

c. Paritas > III

Page 89: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

77

Tingkat pengetahuan

No PertanyaanPilihan

JawabanBenar Salah

1. Pada usia 0-6 bulan bayi hanya boleh diberi Asi (airsusu ibu) saja

2. Asi (air susu ibu) sebaiknya tidak diberi pada bayisegera setelah lahir

3. Balita 1-5 tahun makan-makanan utama sebanyak 3kali sehari ditambah makanan selingan diantarasetiap makanan utama.

4. Sebaiknya jangan memberikan makanan yangberanekaragam agar anak terbiasa makan makanantertentu

5. Telur daging, tempe, ikan, tahu, dan kacang –kacangan sangat baik untuk pertumbuhan balita.

6. Memberi makanan ringan sebelum waktu makan,akan meningkatkan nafsu makan anak

7. Anak usia 1-5 tahun mempunyai rasa ingin tahu yanglebih tinggi untuk itu ibu sebaiknya memilikiketerampilan yang baik dalam mengolah makan.

8. Pada usia balita 6 bulan, makanan pendampingsangat penting bagi balita karena air susu ibu akansemakin berkurang.

9. Pada usia 6-9 bulan makanan tambahan yangdiberikan berbentuk bubur tim..

10. Balita usia 9-12 bulan jangan diberikan makananyang berbentuk lunak seperti bubur nasi yangditambah lauk pauk (ikan dan sayuran).

11. Pengolahan makanan untuk balita dibedakan denganpengelolaan makanan untuk keluarga.

12. Karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral tidaktermasuk kedalam zat gizi yang dibutuhkan tubuh.

13. Kurang gizi dapat mengakibatkan anak mudahterserang penyakit sehingga mengganggupertumbuhannya.

14. Makanan yang kurang baik adalah makanan yangmemberikan semua zat gizi yang dibutuhkan olehtubuh.

15. Makanan bergizi adalah makanan yang memberikantenaga dan kesehatan bagi tubuh.

16. Telur daging, tempe, ikan, tahu, dan kacang –kacangan kurang baik untuk pertumbuhan balita.

Page 90: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

78

No PertanyaanPilihan

JawabanBenar Salah

17 Dalam memasak makanan sebaiknya dicuci dulubaru dipotong.

18 Makanan bergizi sangat penting untuk meningkatkannafsu makan balita

19 Anak-anak juga perlu dibatasi dari mengkonsumsimakanan segera seperti mie instan, kfc, mcd danlain-lain.

20 Anak-anak tidak perlu minum 8 gelas air per hari danmengkonsumsi buah-buahan setiap hari

Page 91: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

79

Page 92: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

80

Page 93: PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH …repository.poltekkes-kdi.ac.id/205/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf · PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

81