Upload
others
View
9
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGETAHUAN REMAJA PENGGUNA LENSA KONTAK
DENGAN ALASAN OPTIK DAN KOSMETIK TENTANG
PENGGUNAAN LENSA KONTAK YANG AMAN
DI SMA PASUNDAN 1 BANDUNG
2019
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk Menyelesaikan Program Studi Diploma III Keperawatan
Pada Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung
Disusun Oleh :
LUSIANA DEWI
NIM. P17320116012
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
JURUSAN KEPERAWATAN BANDUNG
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG
2019
ii
iii
iv
Jurusan Keperawatan Bandung
Program Studi Keperawatan Bandung
Bandung, Mei 2019
Lusiana Dewi, P17320116012
PENGETAHUAN REMAJA PENGGUNA LENSA KONTAK DENGAN
ALASAN OPTIK DAN KOSMETIK TENTANG PENGGUNAAN LENSA
KONTAK YANG AMAN DI SMA PASUNDAN 1 BANDUNG
2019
ABSTRAK
xiii , 48 halaman, 5 bab, 1 bagan, 2 diagram, 3 tabel, 9 lampiran
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh maraknya penggunaan lensa kontak dikalangan
remaja dan cara penggunaannya yang tidak tepat menyebabkan angka gangguan
kesehatan mata akibat penggunaan lensa kontak kian meningkat. Tujuan penelitian
ini untuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja pengguna lensa kontak dengan
alasan optik dan kosmetik tentang penggunaan lensa kontak yang aman. Lensa
kontak merupakan lensa tipis yang diletakan di depan kornea untuk membantu
kelainan refraksi ataupun pengobatan (Ilyas, 2006). Pengetahuan adalah hasil dari
“tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu (Notoatmodjo, 2007). Desain penelitian ini adalah deskriftif. Dilakukan di
SMA Pasundan 1 Bandung dari jumlah populasi 184 didapatkan jumlah sampel 126
responden. Teknik sampling menggunakan sampling kuota dan simple random
sampling. Instrumen penelitian berupa kuesioner yang dibuat sendiri oleh peneliti
yang telah diuji validitas dan diuji reliabilitas. Uji statistik yang digunakan yaitu
analisis univariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih terdapat remaja
pengguna lensa kontak dengan alasan optik berpengetahuan kurang tentang
penggunaan lensa kontak yang aman (2,8%), dan masih terdapat remaja pengguna
lensa kontak dengan alasan kosmetik berpengetahuan kurang tentang penggunaan
lensa kontak yang aman (9,3%). Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya kurangnya informasi, yang mendukung tentang penggunaan lensa
kontak. Direkomendasikan kepada peneliti selanjutnya dapat menambahkan
variabel penelitian untuk mendapatkan perbandingan dan hubungan, juga dapat
dikembangkan agar dapat menghasilkan teori dan konsep baru.
Kata Kunci : pengetahuan, lensa kontak, optik, kosmetik
Daftar Pustaka : 37 (2003-2018)
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Puji dan syukur kepada Allah SWT,
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.”
(QS. Al Baqarah, 2:286)
Kerja keras, kerca cerdas, kerja ikhlas.....
Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini aku persembahkan untuk kedua orangtuaku Sanukri
Setia Dirja dan Sukarsih yang tiada henti memberikan semangat, dukungan dan
doa restu selama Lusi menuntut ilmu.
Terimakasih pula untuk Kakak Yogiana Indra Pratama dan Muhammad
Andhika Pratama, yang selalu memberikan semangat dan motivasi untuk Lusi.
Terimakasih Untuk Dosen Pembimbing Akademik Ibu Sansri Diah dan
Pembimbing KTI Bapak Asep Setiawan yang telah memberikan dukungan dan
motivasi untuk menyelesaikan karya tulis ini, dosen pembimbing yang tak pernah
lelah membimbing Lusi dari awal sampai akhir.
Terimakasih untuk teman-teman senasib seperjuangan angkatan 2016 Phalosa
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Bandung Khususnya Tingkat 3A yang telah memberi dukungan satu sama lain, memberikan semangat setiap hari,
dan telah berjuang bersama sampai pada tahap ini.
Terimakasih untuk sahabat sebangku sejajarku Rhiezka, Restu, Nadia yang
selalu memberi dukungan dan semangat selama 3 tahun berada di kampus otten
tercinta. Selalu membantu dan saling menguatkan satu sama lain.
Terimakasih untuk Semua teman Organisasi ku BPMJ, dan SATGAS yang
selalu memberikan semangat, doa, dan dukungan untuk bisa membuatku selalu
berusaha lebih keras lagi dalam penyelesaian karya tulis ini.
Terimakasih juga untuk semua orang yang selalu ada disampingku yang tidak
bisa aku sebutkan satu persatu. Terimakasih sudah mau menemani Lusi saat
berjuang dengan sulitnya menyelesaikan Tugas akhir ini.
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis pnjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpah dan
karunia-nya dpat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Pengetahuan
Remaja Pengguna Lensa Kontak Dengan Alasan Optik dan Kosmetik Tentang
Penggunaan Lensa Kontak yang Aman di SMA Pasundan 1 Bandung”
Karya Tulis ilmiah ini disusun dan diajukan untuk memenuhi tugas dalam
kuliah pada program studi Diploma III Keperawatan Politeknik Kesehatan
Kemenkes Bandung. Karya Tulis Ilmiah ini diselesaikan dengan baik karena doa,
bimbingan, bantuan, serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh krena itu, peneliti
mengucapkan banyak terimakasih yang setulusnya kepada :
1. Ayahku Sanukri Setia Dirja dan Ibuku Sukarsih yang selalu memberikan
semangat, dukungan serta doa restu.
2. Kakakku Yogiana Indra Pratama dan Mas Muhammad Andhika Pratama yang
selalu ada membantu, dan memberikan motivasi. Juga seluruh keluargaku yang
tiada henti memberikan semangat.
3. Bapak Dr. Ir. Osman Syarif, MKM selaku Direktur Poltekkes Kemenkes
Bandung
4. Bapak Dr. Asep Setiawan,S.Kp., M.Kes selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Bandung.
5. Bapak Dr. Asep Setiawan,S.Kp., M.Kes selaku pembimbing karya tulis ilmiah,
terima kasih telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam
penyusunan karya tulis ilmiah ini.
vii
6. Ibu Sansri Diah KD, SPd., SKp., M.Kes, AIFO selaku Pembimbing Akademik
yang selalu memberi dukungan kepada penulis.
7. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Jurusan Keperawatan Poltekkes
Kemenkes Bandung..
8. Rekan-rekan seperjuangan mahasiswa DIII Keperawatan Poltekkes Kemenkes
Bandung yang telah memberi dukungan dalam penulisan ini,
Dalam Karya Tulis Ilmiah ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan
yang memerlukan perbaikan. Oleh karena itu penuis mengharapkan kritik dan saran
untuk penulis di masa yang akan datang.
Harapan penulis semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi penulis
khususnya bagi pembaca. Akhir kata semoga Allah SWT memberikan balasan yang
berlimpah atas segala sesuatu yang telah dikerjakan penulis dalam pembuatan
Karya Tulis Ilmiah, Aamiin.
Bandung, Mei 2019
Penulis
viii
ix
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Definisi Konseptual dan Operasional Variabel.............................. 27
Tabel 2 Jumlah Sampel Siswa Perkelas....................................................... 30
Tabel 3 Interpretasi Data Univariat.............................................................. 38
xi
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Dengan Alasan Optik.......... 42
Diagram 2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Dengan Alasan Kosmetik..... 43
xii
DAFTAR BAGAN
Bagan 1 Kerangka Konsep........................................................................... 22
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 2 Lembar Informed Consent
Lampiran 3 Kisi-kisi Kuesioner
Lampiran 4 Kuesioner
Lampiran 5 Kunci Jawaban Kuesioner
Lampiran 6 Persuratan
Lampiran 7 Uji Instrumen Penelitian
Lampiran 8 Output Hasil Penelitian
Lampiran 9 Lembar Bimbingan
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gangguan penglihatan adalah kondisi yang ditandai dengan penurunan
tajam penglihatan ataupun menurunnya luas lapang pandang, yang dapat
mengakibatkan kebutaan (Quigley dan Broman, 2006). Ada berbagai macam
masalah gangguan penglihatan, salah satunya adalah kelainan refraksi. Kelainan
refraksi yang umum terjadi adalah Myopia.
Myopia adalah gangguan yang ditandai dengan kesulitan untuk melihat
benda yang letaknya jauh (Ilyas, 2006). Gangguan ini ditandai dengan keadaan
mata yang mebiaskan sinar secara berlebihan sehingga sinar sejajar yang datang
dibiaskan di depan retina. Myopia merupakan penyakit gangguan penglihatan yang
paling sering terjadi di dunia. Kejadian myopia dari waktu ke waktu selalu
mengalami peningkatan.
Estimasi jumlah orang dengan gangguan penglihatan di seluruh dunia pada
tahun 2010 adalah 285 juta orang atau 4,24% populasi. Sebesar 0,58% atau 39 juta
orang menderita kebutaan dan 3,65% atau 246 juta orang mengalami low vision.
Kelainan refraksi menepati urutan nomor 1 sebesar 43%, diikuti dengan katarak
33%, dan glaucoma 2%. Kelainan refraksi ini juga menjadi penyebab ke-3 kebutaan.
(WHO, 2012).
2
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2014 menyatakan prevalensi
kebutaan penduduk umur 6 tahun keatas tertinggi ditemukan di Gorontalo (1,1%)
diikuti Nusa Tenggara Timur (1,0%). Prevalensi severe low vision penduduk umur
6 tahun keatas secara nasional sebesar 0,9%. Prevalensi severe low vision tertinggi
terdapat di Lampung (1,7%). Sedangkan di Jawa Barat sendiri 0,8%.
Unit Oftalmologi Komunitas Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung (2017)
mendapatkan data bahwa miopia paling sering ditemukan pada rentang usia 11
hingga 20 tahun (23,74%). Cakupan kepemilikan kacamata mencapai 4,04%.
Sebanyak 186 orang atau 3,94% yang telah terkoreksi dengan kacamata yang
dimiliki.
Banyaknya penderita myopia yang tidak terkoreksi atau belum
menggunakan alat bantu penglihatan akan berdampak buruk. Bahaya yang akan
timbul jika hal tersebut dibiarkan yaitu akan semakin menurunnya ketajaman
penglihatan ( low vision ) bagi penderita. Bahkan hal yang paling buruk terjadi
adalah kebutaan. Koreksi kelainan refraksi dapat dilakukan dengan penggunaan alat
bantu penglihatan seperti kacamata. Namun keberadaan lensa kontak untuk
membantu penglihatan mulai menjadi alternatif bagi pengguna kaca mata
(Chrismer, 2010).
Terdapat dua macam jenis lensa yaitu lensa intraokular dan ekstraokular.
Lensa intraokular adalah lensa yang di implantasi atau ditanamkan kedalam mata,
biasanya lensa jenis ini digunakan untuk operasi katarak yang berfungsi untuk
mengganti lensa alami sebelumnya yang keruh menjadi cerah kembali. Sedangkan
lensa ekstraokular adalah lensa yang hanya ditempelkan pada daerah luar bola mata
3
namun menempel langsung pada kornea, biasanya lensa jenis ini adalah lensa yang
banyak digunakan oleh penderita gangguan refraksi dan kosmetik dan sering
disebut dengan lensa kontak atau softlens (Findl, 2005)
Lensa korektif atau optik di desain untuk mengoreksi kelainan refraksi pada
mata, sehingga akan memperbaiki penglihatan seperti halnya kacamata. Kondisi-
kondisi yang dapat diperbaiki dengan menggunakan lensa kontak adalah miopia,
hipermetropia, astigmatisma dan presbyopia (Mannis, Karla, Ceusa, dan Newton,
2003).
Lensa kontak untuk kepentingan kosmetik didesain untuk mengubah warna
dan penampilan mata. Lensa jenis ini sebenarnya bisa juga berfungsi untuk
memperbiki penglihatan. Namun terkadang desain maupun warna dari lensa kontak
jenis ini bisa saja membuat pandangan menjadi kabur ataupun tidak jelas. Lensa
kontak non-korektif untuk kepentingan kosmetik ini sering disebut dengan
decorative contact lenses ataupun plano cosmetic (Mannis, Karla, Ceusa, dan
Newton, 2003)
Penggunaan lensa kontak saat ini semakin menjadi tren dimasyarakat
terutama dikalangan remaja. Banyak remaja terutama remaja perempuan yang ingin
memperindah atau mempercantik dirinya dengan berbagai cara. Salah satunya
mengganti kacamata dengan lensa kontak. Bahkan untuk sebagian orang yang tidak
mengalami permasalahan refraksi pun banyak yang menggunakan lensa kontak
hanya sebagai gaya atau kosmetik karena warna-warnanya yang cerah akan
membuat mata tampak lebih indah (American Academy of Opththalmology, 2003).
4
Paulus (2015) mengatakan dari data National Center for Biotechnology
Information (NCBI) pengguna lensa kontak di dunia mencapai 140 juta orang.
Pengguna terbanyak terdapat di benua Asia dan Amerika, dimana 38 juta pengguna
berasal dari Amerika Utara kemudian 24 juta pengguna berasal dari Asia dan 20 juta
pengguna berasal dari Eropa. Dari data di atas, lensa kontak lebih menjadi pilihan
masyarakat dalam menangani gangguan mata, khususnya dalam hal kelainan refraksi.
Sekitar 80.000 pengguna lensa kontak menderita penyakit mata, khususnya gangguan
pada konjungtiva, kornea dan kalenjar air mata.
Hasil penelitian yang dilakukan di RSUD dr. Soetomo kepada salah satu
dokter spesialis mata mengatakan sedikitnya terdapat 50% pasien yang
mengalami gangguan mata karena lensa kontaknya terkontaminasi oleh amoeba.
Sedangkan 1% pasien mengalami gangguan berat hingga menyebabkan
kebutaan permanen (Sunarti, 2017).
Sangat dianjurkan bagi pengguna lensa kontak untuk selalu menjaga
kebersihan. Karena jika kurang memperhatikan kebersihan lensa kontak dapat
mengakibatkan gangguan mata yang cukup serius seperti mata kering, penglihatan
menjadi kabur, gatal hingga kebutaan. Pengguna lensa kontak memang berpotensi
terinfeksi bakteri, jamur, atau mikroba lainnya apabila digunakan tanpa
memperhatikan aspek kebersihan dan petunjuk penggunaan (Fatin, 2010).
Selain faktor higienitas, jenis dan kandungan lensa kontak juga merupakan
hal yang harus diperhatikan sebelum memutuskan untuk menggunakan lensa
kontak. Kurangnya pengetahuan yang cenderung negatif dapat mengakibatkan
keinginan/dorongan untuk melakukan suatu hal menjadi rendah. Selain itu,
5
pengalaman juga dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang
(Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan mengenai penggunaan lensa kontak ini
sangatlah penting agar resiko gangguan kesehatan mata tidak terjadi. Lensa kontak
saat ini tentu mudah sekali untuk di dapapatkan, dengan harga yang berpariasi dan
terjangkau menjadikan masyarakat terutama kalangan remaja yang sedang mencari
jati diri berlomba-lomba untuk tampil beda.
Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pada kalangan remaja SMA di
Kota Bandung. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan ke tiga SMA
di Kecamatan Regol Kota Bandung terdapat 120 siswa SMA 11 Bandung yang
menggunakan lensa kontak, kemudian terdapat 62 siswa SMA Nugraha Bandung
yang menggunakan lensa kontak, dan yang tertinggi adalah SMA Pasundan 1
Bandung, yaitu terdapat 184 siswa yang merupakan pengguna lensa kontak. Setelah
dilakukan studi pendahuluan terhadap 5 orang siswa pengguna lensa kontak di
SMA Pasundan 1 Bandung tentang penggunaan lensa kontak yang aman didapatkan
2 orang diantaranya menjawab bahwa penggunaan lensa kontak yang aman dengan
cara mencuci tangan terlebih dahulu, 2 orang diantaranya menjawab tidak boleh
dipakai tidur, dan 1 orang diantaranya mengatakan belum mengetahui bagaimana
pemakaian yang aman. Selain itu, didapatkan pula kasus bahwa pernah ada siswa
di SMA Pasundan 1 Bandung yang pernah mengalami infeksi mata akibat lensa
kontak.
Uraian diatas, melatarbelakangi peneliti untuk melakukan penelitian
mengenai sejauh mana pengetahuan remaja pengguna lensa kontak tentang
6
penggunaan lensa kontak yang aman dalam upaya menurunkan angka kejadian
gangguan kesehatan mata.
1.2 Rumusan Masalah
Kejadian gangguan kesehatan mata akibat penggunaan lensa kontak yang
kurang tepat sering kali terjadi. Terutama dikalangan remaja yang sebagian besar
belum mengetahui dan belum menyadari bagaimana cara penggunaan dan
perawatan lensa kontak yang benar. Hal tersebut tentu akan berdampak buruk untuk
kesehatan mata, sehingga gangguan kesehatan mata akan terjadi. Salah satu upaya
penurunan angka kejadian gangguan kesehatan mata akibat lensa kontak adalah
penggunaan lensa kontak yang tepat dan melakukan perawatan kesehatan mata..
Dalam hal tersebut pengetahuan sangat dibutuhkan. Maka dari itu, rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah “Gambaran pengetahuan remaja
pengguna lensa kontak dengan alasan optik dan kosmetik tentang penggunaan lensa
kontak yang aman”?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui gambaran pengetahuan remaja pengguna lensa kontak dengan
alasan optik dan kosmetik tentang penggunaan lensa kontak yang aman.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi pengetahuan mengenai teknik penggunaan lensa kontak
yang aman pada siswa pengguna lensa kontak dengan alasan optik di SMA
Pasundan 1 Bandung
7
b. Mengidentifikasi pengetahuan mengenai teknik penggunaan lensa kontak
yang aman pada siswa pengguna lensa kontak dengan alasan kosmetik di
SMA Pasundan 1 Bandung
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai bahan dalam
pengembangan ilmu keperawatan terutama mengenai penurunan angka kejadian
gangguan pada mata akibat lensa kontak.
1.4.2 Manfaat Aplikasi
a. Bagi Responden
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi untuk responden
mengenai cara penggunaan lensa kontak yang aman.
b. Bagi Profesi Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa dan
mahasiswi keperawatan untuk menambah informasi mengenai pengetahuan
remaja pengguna lensa kontak tentang penggunaan lensa kontak yang aman.
c. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan untuk
lebih memperhatikan dan memberikan pendidikan kesehatan pada
siswa/siswi di institusi pendidikan mengenai penggunaan lensa kontak yang
aman.
8
1.4.3 Manfaat Metodologi
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi penelitian
selanjutnya mengenai penggunaan lensa kontak yang aman.