Upload
others
View
17
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
PENGGUNAAN ALAT PERAGA ‘BARU BAKU’ PADA
PEMBELAJARAN MATERI BANGUN RUANG BAGI SISWA
TUNARUNGU KELAS IV SD DI SLB WIYATA DHARMA 1 SLEMAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Disusun Oleh:
Laurensia Lintang Setyamurti
161414067
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2020
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
ABSTRAK
Laurensia Lintang Setyamurti. 2020. Penggunaan Alat Peraga ‘Baru Baku’
pada Pembelajaran Materi Bangun Ruang bagi Siswa Tunarungu Kelas IV SD
Di SLB Wiyata Dharma 1 Sleman. Skripsi. Program Studi: Pendidikan
Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk (1) mengetahui proses pembelajaran
dengan menggunakan alat peraga ‘baru baku’ pada pembelajaran materi bangun
ruang bagi siswa tunarungu kelas IV SD di SLB Wiyata Dharma (2) mengetahui
hasil belajar siswa tunarungu dalam pembelajaran matematika yang menggunakan
alat peraga ‘baru baku’ pada pembelajaran materi bangun ruang.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dan kuantitatif, peneliti
mendeskripsikan kejadian dengan cara mengumpulkan data kualitatif. Sedangkan
data hasil belajar siswa yang berupa angka dideskripsikan secara kuantitatif.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara: (1) peneliti
melakukan wawancara dengan orang tua untuk mengetahui proses pembelajaran
jarak jauh berlangsung (2) peneliti memberikan soal tes hasil belajar siswa. Subyek
penelitian adalah 2 orang siswa kelas IV SDLB Wiyata Dharma 1 Sleman tahun
ajaran 2019/2020. Peneliti melakukan penelitian dengan menggunakan alat peraga
‘baru baku’.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) proses pembelajaran dilakukan
secara daring. Selama proses pembelajaran siswa terlibat aktif dan pembelajaran
dilakukan sepenuhnya dengan bimbingan orang tua. Dalam proses pembelajaran,
siswa menonton video pengajaran, kemudian siswa membuat alat peraga dan
mengamatinya, lalu mengerjakan soal hasil belajar. (2) hasil belajar siswa
menunjukkan hasil yang memuaskan di mana kedua siswa mendapatkan skor 100.
Siswa cepat memahami mengenai materi bangun ruang balok dan kubus dan
terbantu dengan adanya alat peraga dalam mengerjakan soal-soal yang diberikan.
Kata kunci : Alat Peraga, ‘baru baku’, Bangun Ruang Balok dan Kubus,
Siswa Tunarungu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
ABSTRACT
Laurensia Lintang Setyamurti. 2020. The Use of Baru Baku as the Teaching Aid
in Learning Solid Materials for Deaf, 6th Grade Students Elementary School in
SLB Wiyata Dharma 1 Sleman. Thesis. Study Program. Mathematics Education,
Mathematics and Science Education, Faculty of Teacher Training and
Education, Sanata Dharma University.
The aims of this research were (1) to find out the learning process by using
“Baru Baku” teaching aid in learning solid materials for deaf, 6th Grade students
elementary school in SLB Wiyata Dharma (2) to find out the learning results of deaf
students in learning mathematics by using “Baru Baku” teaching aid in learning
solid materials.
The research was a descriptive qualitative and quantitative, the researcher
described the phenomena by collecting the quantitative data. Meanwhile, the data
of learning results of the students which were in forms of numbers were described
quantitatively. The data collecting was done by (1) the researcher interviewed the
parents to find out how the distance learning process was done, (2) the researcher
gave learning outcomes questions. The subjects of this research were 2 6th Grade
Students Elementary School in SLB Wiyata Dharma 1 Sleman academic year
2019/2020. The researcher conducted a research by using “Baru Baku” Teaching
Aid.
The research results showed that (1) the learning process was done online.
During the learning process, the students were actively involved and the learning
was fully done with parental guidance. In the learning process, the students
watched tutorial video, and then the students made teaching aids and observed
them, then worked on the learning outcomes questions. (2) the students’ learning
results were satisfying since both students got scores of 100. The students
understood materials about cuboid and cube quickly, and they were helped by the
teaching aid in working on the questions given.
Keywords: Teaching Aid, “Baru Baku”, Cuboid and Cube Geometry, Deaf
Students.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas berkat dan
penyertaan-Nya dan kasih sayang-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Penggunaan Alat Peraga ‘Baru Baku’ Pada Pembelajaran Materi Bangun
Ruang Bagi Siswa Tunarungu Kelas IV SD Di SLB Wiyata Dharma 1 Sleman” ini
dengan baik. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penyusunan skripsi ini dapat tersusun dengan baik berkat dukungan,
bantuan, dan bimbingan dari berbagai pihak yang terlibat secara langsung maupun
tidak langsung. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo, S. Pd., M. Si. selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
2. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S. Pd. selaku Ketua Jurusan
Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
3. Bapak Beni Utomo, M. Sc. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika.
4. Bapak Dewa Putu Wiadnyana Putra, S. Pd., M. Sc. selaku dosen
pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran juga
memberikan bimbingan, arahan, dan saran kepada penulis selama
penyusunan skripsi ini.
5. Seluruh dosen dan staff sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam.
6. Ibu Ispurwani, M. Pd. selaku Kepala Sekolah SLB B Wiyata Dharma 1
Sleman yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melaksanakan
penelitian.
7. Ibu Defitasari, S. Pd. selaku guru kelas IV SDLB Wiyata Dharma 1 Sleman
yang dengan sabar dan tulus membantu penulis dalam melaksanakan
penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
8. Siswa SDLB Wiyata Dharma 1 Sleman kelas IV beserta orang tua siswa,
terima kasih atas kerja samanya dalam membantu pelaksanaan penelitian.
9. Bapak, Ibu, Gabriel, dan Simbah, atas kasih sayang, doa, serta dukungannya
selama proses belajar dan penyusunan skripsi ini.
10. Feli, Ika, Ose, Ebet, Golda, Uye, Gandhang, Sisca, Wulan, Delita, Nila, atas
dukungan dan semangat yang kalian berikan selama proses belajar dan
selama penyusunan skripsi ini dan juga Mas Agung untuk segala
perhatiannya.
11. Teman-teman seperbimbingan, Monic, Nanda, Angel, dan Yanuar, atas
semangat yang kalian berikan.
12. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, yang telah
memberikan bantuan, bimbingan, kritik, dan saran dalam penyusunan
skripsi ini.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga berguna
dalam perbaikan di masa mendatang. Semoga skripsi ini berguna dan bermanfaat
bagi banyak pihak. Terima kasih.
Yogyakarta, 30 Juli 2020
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ............ Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ...... Kesalahan! Bookmark tidak
ditentukan.
ABSTRAK ............................................................................................................. v
ABSTRACT .......................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii
BAB I ...................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................ 5
C. Pembatasan Masalah ............................................................................... 6
D. Rumusan Masalah ................................................................................... 6
E. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 7
F. Batasan Istilah .......................................................................................... 7
G. Manfaat Penelitian ................................................................................... 8
BAB II .................................................................................................................... 9
A. Pembelajaran Matematika ...................................................................... 9
B. Hasil Belajar ........................................................................................... 10
C. Alat Peraga ‘Baru Baku’ ....................................................................... 14
D. Materi Bangun Ruang Balok dan Kubus ............................................ 18
E. Tunarungu .............................................................................................. 22
F. Klasifikasi Anak Tunarungu ................................................................ 23
G. Karakteristik Anak Tunarungu ........................................................... 25
H. Metode Komunikasi Anak Tunarungu ................................................ 31
I. Strategi dan Pembelajaran Anak Tunarungu ..................................... 33
J. Penilaian yang Cocok bagi Anak Tunarungu ..................................... 35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
K. Penelitian yang Relevan ........................................................................ 36
L. Kerangka Berpikir ................................................................................. 37
BAB III ................................................................................................................. 39
A. Jenis Penelitian ....................................................................................... 39
B. Subjek Penelitian ................................................................................... 39
C. Objek Penelitian ..................................................................................... 40
D. Waktu Dan Tempat Penelitian ............................................................. 40
E. Jenis Data ................................................................................................ 40
F. Instrumen Pembelajaran Dan Instrumen Penelitian ......................... 40
G. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 41
H. Teknik Analisis Data.............................................................................. 42
I. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ......................................................... 43
BAB IV ................................................................................................................. 46
A. Deskripsi Proses Pelaksanaan Penelitian............................................. 46
B. Penyajian Data Hasil Belajar dan Wawancara................................... 53
C. Proses Pembelajaran Jarak Jauh dengan Alat Peraga ‘‘baru baku’’
58
D. Hasil Belajar Siswa ................................................................................ 63
E. Hambatan-Hambatan yang Terjadi ..................................................... 66
BAB V ................................................................................................................... 67
A. Kesimpulan ............................................................................................. 67
B. Saran ....................................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 4. 1 Hasil Belajar Siswa A1 ..................................................................... 53
Tabel 4. 2 Data Hasil Wawancara dengan Orang Tua Siswa A1 ................... 56
Tabel 4. 3 Data Hasil Wawancara dengan Orang Tua Siswa A2 ................... 57
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Alat Peraga Jaring-Jaring Balok ................................................ 17
Gambar 2. 2 Alat Peraga Jaring-Jaring Kubus ............................................... 17
Gambar 2. 3 Kerangka Balok ............................................................................ 21
Gambar 2. 4 Kerangka Kubus ........................................................................... 21
Gambar 2. 5 Kerangka Berpikir ....................................................................... 38
Gambar 4. 1 Siswa membuat alat peraga ......................................................... 52
Gambar 4. 2 Hasil Alat Peraga .......................................................................... 53
Gambar 4. 3 Soal Nomor 5.e .............................................................................. 64
Gambar 4. 4 Jawaban Siswa Nomor 5.e ........................................................... 64
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran matematika adalah tentang konsep dan struktur
matematika yang terdapat dalam materi yang dipelajari serta mencari
hubungan antara konsep dan struktur matematika di dalamnya. Pelajaran
matematika membuat siswa dapat meningkatkan kemampuan berpikir
dirinya untuk memecahkan permasalahan-permasalahan sederhana maupun
komplek dalam kehidupannya. Matematika merupakan ilmu tentang logika
mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan
satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi dalam
tiga bidang, yaitu aljabar, analisis, dan geometri. Dari definisi tersebut maka
dapat dikatakan bahwa matematika memuat ilmu dasar dalam kehidupan
manusia sehari-harinya dengan kata lain, matematika penting untuk
dipelajari baik melalui pelajaran ataupun dari permasalahan dalam
kehidupan sehari-hari.
Perlu diketahui bahwa tidak semua masyarakat dapat mempelajari
matematika dengan mudah. Ada beberapa orang yang merasa kesulitan
dalam mempelajari matematika, bukan karena keterbatasan dalam hal
memahami materi tetapi juga keterbatasan fisik atau keterbatasan yang
lainnya dalam arti luas yang menyebabkan seseorang kesulitan dalam mem-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
pelajari matematika. Seseorang dengan keadaan tersebut biasanya
membutuhkan pelayanan yang spesifik terutama dalam dunia pendidikan.
Salah satu keterbatasan fisik adalah keterbatasan mendengar. Anak yang
memiliki keterbatasan tersebut biasa disebut dengan anak tunarungu. Anak
tunarungu memiliki kemampuan verbal lebih rendah dibandingkan dengan
anak mendengar sehingga anak tunarungu kesulitan dalam memahami kata-
kata abstrak. Dalam matematika, banyak sekali rumus dan simbol yang
penjelasannya atau artinya menggunakan kata-kata abstrak yang pasti sulit
dipahami oleh anak tunarungu.
Penulis telah melakukan observasi di SDLB Wiyata Dharma 1 Sleman
pada kelas IV pada bulan Oktober 2019. Di dalam satu kelas terdapat 5
siswa di mana kelimanya memiliki keterbatasan dalam hal mendengar.
Tidak hanya mendengar, ada pula siswa yang memiliki keterbatasan pada
hal berbicara dan mental akan tetapi penulis hanya akan fokus pada
keterbatasan mendengar. Berdasarkan observasi dan wawancara yang
dilakukan oleh penulis, diketahui bahwa pembelajaran matematika pada
jenjang SDLB kelas IV menggunakan tematik sehingga pemilihan tema
yang akan dipelajari pada setiap harinya dipilih oleh guru berdasarkan
kebutuhan siswa. Dengan begitu, ketika observasi dilakukan, penulis
meminta kepada guru untuk memberikan materi mengenai bangun ruang
yang akan dijadikan objek penelitian oleh penulis. Penulis memilih materi
bangun ruang karena penulis melihat ada masalah pada observasi
sebelumnya bahwa siswa kesulitan untuk menggambar. Guru memberikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
materi mengenai bangun ruang yaitu kubus dan balok. Ketika observasi
dilakukan, guru baru memperkenalkan nama dan gambar dari bangun ruang
kubus dan balok.
Dari hasil observasi dan wawancara dengan guru, setelah materi bangun
ruang diberikan, penulis melihat ada beberapa kesulitan yang dialami siswa
dalam mempelajari bangun ruang. Kesulitan yang pertama, keterbatasan
mendengar juga menjadi kesulitan tersendiri bagi siswa dalam mengenal
nama dari suatu bangun ruang dikarenakan pengenalan huruf alphabet yang
masih belum lancar. Selama ini siswa mempelajari kata-kata dengan
menggunakan bahasa isyarat sehingga kebanyakan hanya kata-kata yang
sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari yang diketahui oleh siswa.
Siswa pun juga belum bisa untuk berbicara dengan cukup jelas karena
mereka hanya mengikuti bentuk mulut guru atau orang lain dalam berbicara
atau biasa disebut dengan bahasa oral. Kesulitan kedua adalah siswa sering
lupa terhadap materi-materi yang sebelumnya sudah diajarkan, sehingga
butuh beberapa pertemuan bagi siswa untuk memahami satu materi dalam
pelajaran matematika. Kesulitan ketiga adalah dalam menggambar.
Beberapa siswa masih kesulitan dalam membuat garis lurus meskipun sudah
menggunakan penggaris. Hal ini disebabkan karena keterbatasan guru
dalam menjelaskan bagaimana bentuk bangun ruang ketika menggunakan
bahasa isyarat maupun bahasa oral.
Selama pembelajaran dilakukan, guru tidak menggunakan media
pembelajaran atau alat peraga yang dapat mempermudah siswa dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
mempelajari materi yang diberikan guru. Tanpa menggunakan media
pembelajaran, anak beranggapan bahwa matematika adalah pelajaran yang
sulit untuk dipelajari dan dipahami. Di SLDB Wiyata Dharma 1 Sleman,
karena keterbatasan alat peraga yang dimiliki, guru hampir tidak pernah
menggunakan alat peraga dalam mempelajari matematika padahal jika
menggunakan alat peraga, siswa akan lebih bisa tertarik untuk belajar dan
mendengarkan penjelasan dari guru, tidak hanya sekedar mencontoh apa
yang dilakukan atau dituliskan oleh guru.
Dengan melihat beberapa kondisi yang terjadi, berdasarkan hasil
observasi dan wawancara dengan guru di sekolah, peneliti memiliki ide
untuk melakukan pembelajaran matematika di SDLB Wiyata Dharma 1
Sleman dengan menggunakan alat peraga berupa bangun ruang balok dan
kubus atau disebut ‘baru baku’. ‘Baru baku’ merupakan alat peraga untuk
menunjukkan bentuk abstrak dari bangun ruang balok dan kubus yang
berupa jarring-jaring balok dan kubus. Anak tunarungu memiliki
keterbatasan mendengar sehingga dalam kegiatan sehari-harinya mereka
bergantung pada apa yang mereka lihat atau belajar secara visual. Dengan
adanya alat peraga ini, anak tunarungu dapat melihat secara nyata
bagaimana bentuk bangun ruang kubus dan balok. Anak tunarungu akan
lebih memahami bagaimana balok dan kubus terbentuk dan mereka akan
lebih memahami bentuk nyata dari balok dan kubus di dalam kehidupan
sehari-harinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melihat bagaimana
penggunaan alat peraga ‘baru baku’ dalam pembelajaran karena penulis
ingin mengetahui bagaimana pembelajaran bagi siswa tunarungu dengan
menggunakan alat peraga sebagai media pembelajaran.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, penulis
mengambil judul “PENGGUNAAN ALAT PERAGA ‘BARU BAKU’
PADA PEMBELAJARAN MATERI BANGUN RUANG BAGI SISWA
TUNARUNGU KELAS IV SD DI SLB WIYATA DHARMA 1
SLEMAN”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah-masalah yang teridentifikasi
dalam penelitian sebagai berikut:
1. Siswa kesulitan menangkap penjelasan dari guru karena keterbatasan
kosakata yang menyebabkan siswa kurang bisa memahami penjelasan
dari guru mengenai istilah abstrak dalam matematika terutama bangun
ruang.
2. Pemanfaatan alat peraga tidak maksimal sehingga menyebabkan siswa
terlambat dalam berpikir karena siswa hanya sekedar mengikuti contoh
yang diajarkan oleh guru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
C. Pembatasan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, pembatasan
masalah yang akan diteliti antara lain :
1. Pokok bahasan yang akan diteliti adalah materi bangun ruang kubus dan
balok.
2. Subyek yang diteliti dalam penelitian ini adalah 2 siswa kelas IV SDLB
Wiyata Dharma 1 Sleman semester genap tahun ajaran 2019/2020.
3. Penelitian ini hanya membahas tentang penggunaan alat peraga oleh
siswa kelas IV SDLB Wiyata Dharma 1 Sleman semester genap tahun
ajaran 2019/2020 khususnya pada materi bangun ruang kubus dan
balok.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, masalah-masalah yang akan
dibahas pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana proses pembelajaran dengan menggunakan alat peraga ‘baru
baku’ pada pembelajaran materi bangun ruang bagi siswa tunarungu
kelas IV SD di SLB Wiyata Dharma?
2. Bagaimana hasil belajar siswa tunarungu dalam pembelajaran
matematika yang menggunakan alat peraga ‘baru baku’ pada
pembelajaran materi bangun ruang?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Mengetahui proses pembelajaran dengan menggunakan alat peraga
‘baru baku’ pada pembelajaran materi bangun ruang bagi siswa
tunarungu kelas IV SD di SLB Wiyata Dharma.
2. Mengetahui hasil belajar siswa tunarungu dalam pembelajaran
matematika yang menggunakan alat peraga ‘baru baku’ pada
pembelajaran materi bangun ruang.
F. Batasan Istilah
1. Alat Peraga Matematika
Menurut Wijaya & Rusyan (1994) yang dimaksud alat peraga
pendidikan adalah media pendidikan berperan sebagai perangsang
belajar dan dapat menumbuhkan motivasi belajar sehingga siswa tidak
menjadi bosan dalam meraih tujuan-tujuan belajar.
2. Alat Peraga ‘‘baru baku’’
‘Baru baku’ merupakan alat peraga untuk menunjukkan bentuk abstrak
dari bangun ruang balok dan kubus yang berupa jarring-jaring balok dan
kubus.
3. Hasil belajar
Menurut W. Winkel dalam buku Psikologi Pengajaran (1989: 82),
definisi hasil belajar adalah keberhasilan yang dicapai oleh siswa, yakni
prestasi belajar siswa di sekolah yang diwujudkan dalam bentuk angka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
4. Tunarungu
Tunarungu berasal dari kata “tuna” yang berarti rusak, cacat dan
“rungu” yang berarti pendengaran. Secara sederhana, tunarungu adalah
keadaan di mana sesorang mengalami kerusakan atau cacat pada
pendengaran yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan belajar
karena sulitnya memahami kosakata yang asing dalam kehidupan
sehari-harinya.
G. Manfaat Penelitian
1. Bagi Universitas
Untuk menambah kepustakaan dan sebagai pandangan baru dalam
penelitian sejenis.
2. Bagi Guru
Menambah wawasan bagi guru dalam menggunakan alat peraga dalam
pembelajaran matematika terutama bagi guru dalam menyampaikan
materi kepada anak tunarungu.
3. Bagi Peneliti
Sebagai calon pendidik, peneliti dapat memiliki wawasan yang lebih
luas mengenai dunia pendidikan yang dapat diterapkan ketika menjadi
guru di sekolah luar biasa kelak.
4. Bagi Siswa
Menambah wawasan bagi siswa khususnya siswa tunarungu mengenai
alat peraga bangun ruang balok dan kubus sehingga terbantu dalam
belajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Matematika
Menurut Bruner dalam Herman Hudoyo (1988), pembelajaran
matematika adalah tentang konsep dan struktur matematika yang terdapat
dalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan antara konsep dan
struktur matematika di dalamnya. Pembelajaran matematika dalam NCTM
Standar (1989) harus memiliki arah sebagai berikut :
1. Menggunakan koneksi matematika antar ide matematik.
2. Memahami keterkaitan materi yang satu dengan yang lain sehingga
terbangun pemahaman yang menyeluruh.
3. Memperhatikan serta menggunakan matematika dalam konteks di luar
matematika yaitu dalam kehidupan sehari-hari.
Berkaitan dengan terarahnya pembelajaran matematika, guru memiliki
peran dalam mewujudkannya, yaitu dengan menyampaikan ide-ide atau
konsep dan struktur matematika kepada siswa dan membantu siswa untuk
memahami konsep matematika yang ada.
Pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus semestinya berdasarkan
kurikulum berbasis kompetensi yang dirancang berdasarkan kebutuhan
guru agar dapat mencapai sasaran berupa pencapaian pengetahuan,
keterampilan, sikap dan psikomotor tertentu dari setiap peserta didik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
B. Hasil Belajar
Menurut W. Winkel dalam buku Psikologi Pengajaran (2014), definisi
hasil belajar adalah keberhasilan yang dicapai oleh siswa, yakni prestasi
belajar siswa di sekolah yang diwujudkan dalam bentuk angka.
Menurut Bloom dalam Supriono (2013), definisi hasil belajar mencakup
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah
knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman,
menjelaskan, meringkas, contoh), analysis (menguraikan, menentukan
hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk
bangunan baru), evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving
(sikap menerima), responding (memberikan respon), valuing (nilai),
organitation (organisasi), characterization (karakterisasi). Domain
psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized. Psikomotor
juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan
intelektual
Benjamin S. Bloom dalam Dimyati dan Mudjiono (1999) menyebutkan
6 jenis perilaku ranah kognitif sebagai berikut:
• Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah
dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan
dengan fakta, peristiwa, pengertian kaidah, teori, prinsip atau
metode.
• Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna
tentang hal yang dipelajari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
• Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah
untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru misalnya
menggunakan prinsip.
• Analisis mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam
bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan
baik, misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang telah
kecil.
• Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru,
misalnya kemampuan menyusun suatu program.
• Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang
beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu, misalnya kemampuan
menilai hasil ulangan.
Menurut IDEA atau Individuelswith Disabilities Education Act
Amandements yang dibuat pada tahun 1997 dan ditinjau kembali pada tahun
2004, secara umum anak dengan kesulitan belajar khusus adalah anak-anak
yang mengalami hambatan/penyimpangan pada satu atau lebih proses-
proses psikologis dasar yang mencakup pengertian atau penggunaan Bahasa
baik lisan maupun tulisan. Hambatannya dapat berupa ketidakmampuan
mendengar, berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja, atau
berhitung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Anak dengan kesulitan belajar khusus memiliki beberapa hambatan, di
antaranya:
1. Keterampilan dasar. Anak dengan kesulitan belajar biasanya
memiliki gangguan dalam proses mempelajari warna atau huruf,
tidak memiliki pemahaman yang kuat hubungan antara huruf dengan
suara, buruk pada tugas yang berhubungan dengan bunyi, memiliki
masalah dalam mengingat fakta dasar matematika.
2. Membaca. Anak-anak ini memiliki kekurangan dalam jumlah
perbendaharaan kata dibandingkan anak seusianya, membaca
dengan suara keras kurang lancar atau terbata-bata, memiliki
masalah yang berkelanjutan atau terus-menerus untuk
mendeskripsikan sesuatu.
3. Menulis. Dalam hal menulis, anak-anak ini membuat pembalikan
huruf dan diulang-ulang (setelah 9 tahun), sering melakukan
kesalahan dalam ejaan termasuk penghilangan konsonan, kesalahan
urutan suku kata, menulis lambat atau dengan susah payah, membuat
pembalikan nomor.
4. Bahasa lisan. Anak-anak ini memiliki kesulitan menemukan kata
yang tepat, mengingat urutan verbal, memiliki kosakata yang
terbatas.
5. Perilaku. Anak-anak ini tidak suka membaca atau menghindarinya,
memiliki masalah perilaku waktu selama atau sebelum kegiatan
membaca dengan membaca signifikan, menolak untuk melakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
pekerjaan rumah yang membutuhkan bacaan, tampaknya hanya
melihat gambar-gambar di buku cerita dan mengabaikan teks.
Anak berkesulitan belajar yang tergolong pra-akademik meliputi:
1. Gangguan motorik dan persepsi, yang mencakup gangguan motorik
kasar, penghayatan tubuh, dan motorik halus.
2. Gangguan persepsi meliputi persepsi penglihatan atau persepsi
visual, persepsi pendengaran atau persepsi auditoris, persepsi heptik
(raba dan gerak atau taktil dan kinestik), dan intelegensi sistem
persepsi. Jenis gangguan ini perlu penanganan secara sistematis
karena pengaruhnya terhadap perkembangan kognitif yang besar
yang bermuara pada terhambatnya prestasi akademik yang dicapai
anak.
3. Dispraksia atau sering disebut istilah clumsy merupakan keadaan
akibat adanya gangguan dalam intelegensi auditori-motor. Anak
tidak mampu melaksanakan gerakan bagian dari tubuh dengan benar
walaupun tidak ada kelumpuhan anggota tubuh. Manifestasi
dispraksia dapat berbentuk disfasia verbal dan non verbal. Ada
beberapa jenis dispraksia, yaitu:
a. Dispraksia ideomotoris, yang ditandai oleh kurangnya
kemampuan dalam melakukan gerakan praktis sederhana,
seperti menggunting, menggosok gigi, atau menggunakan
sendok makan. Gerakannya terkesan canggung dan kurang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
luwes. Dispraksia ini merupakan kendala bagi perkembangan
bicara.
b. Dispraksia ideosional, yang ditandai oleh adanya kemampuan
anak melakukan gerakan kompleks tetapi tidak mampu
menyelesaikan secara keseluruhan, terutama untuk kondisi
lingkungan yang tidak tenang. Kesulitannya terletak pada urutan
gerak, anak sering bingung mengalami suatu aktivitas, seperti
mengikuti irama musik.
c. Dispraksia konstruksional, yang ditandai oleh kondisi anak yang
mengalami kesulitan dalam melakukan gerakan-gerakan
kompleks yang berkaitan dengan bentuk, seperti menyusun
balok dan menggambar. Kondisi seperti ini akan mempengaruhi
kemampuan anak dalam menulis.
d. Dispraksia oral, yang diidentikkan dengan kesulitan anak yang
mengalami gangguan perkembangan bahasa yang disebabkan
oleh adanya gangguan dalam konsep gerakan motorik di dalam
mulut. Anak tampak kurang mampu menirukan gerakan seperti
menjulurkan dan menggerakkan lidah, menggembungkan pipi.
C. Alat Peraga ‘Baru Baku’
Alat peraga adalah semua atau segala sesuatu yang bisa digunakan dan
dapat dimanfaatkan untuk menjelaskan konsep-konsep pembelajaran dari
materi yang bersifat abstrak atau kurang jelas menjadi nyata dan jelas
sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, serta minat siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
yang menjurus ke arah terjadinya proses belajar mengajar. Menurut Wijaya
& Rusyan (1994) yang dimaksud alat peraga pendidikan adalah media
pendidikan berperan sebagai perangsang belajar dan dapat menumbuhkan
motivasi belajar sehingga siswa tidak menjadi bosan dalam meraih tujuan-
tujuan belajar.
Tujuan dari adanya alat peraga adalah sebagai berikut:
1. Supaya proses pendidikan lebih efektif dan dapat meningkatkan
semangat belajar para siswa.
2. Alat peraga pendidikan dapat memungkinkan lebih sesuai dengan
perorangan, di mana siswa belajar dengan banyak sekali
kemungkinan, sehingga belajar dapat berlangsung sangat
menyenangkan bagi masing-masing individu.
3. Supaya belajar lebih cepat segera bersesuaian antara kelas dan
diluar kelas, alat peraga dapat memungkinkan mengajar lebih
sistematis dan juga teratur.
Alat peraga dalam penelitian ini adalah alat peraga ‘baru baku’ yaitu
alat peraga bangun ruang balok dan kubus. Alat peraga ini membantu
siswa untuk memahami bentuk abstrak menjadi konkrit. Siswa dapat
melihat secara nyata bentuk balok dan kubus, terutama bagi anak
tunarungu yang memiliki keterbatasan dalam mendengar. Anak
tunarungu memiliki keterbatasan dalam mendengar sehingga jika guru
menjelaskan konsep balok dan kubus secara lisan, siswa akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
mengalami kesulitan dalam memahami karena keterbatasan bahasa dan
kosakata.
1. Spesifikasi Alat Peraga
Alat peraga ini berupa jaring-jaring balok dan kubus yang nantinya
disusun sendiri oleh siswa untuk mengetahui bagaimana proses
bangun ruang balok dan kubus terbentuk.
Unsur-unsur yang terdapat dalam alat peraga bangun ruang adalah :
a. Sisi
Sisi adalah bidang yang membentuk suatu bangun ruang. Bidang
tersebut bisa berupa bidang datar ataupun bidang lengkung
(selimut).
b. Rusuk
Rusuk adalah garis yang merupakan pertemuan antara dua buah
sisi. Garis tersebut bisa berupa garis lurus ataupun garis
lengkung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
2. Gambar Alat Peraga
Gambar 2. 1 Alat Peraga Jaring-Jaring Balok
Gambar 2. 2 Alat Peraga Jaring-Jaring Kubus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
3. Keistimewaan Alat Peraga Baru Baku
Ada beberapa keistimewaan dan karakteristik dari alat peraga baru
baku ini yaitu:
a. Metode pembelajaran dengan alat peraga baru baku ini adalah
daring, sehingga pembelajaran dengan alat peraga baru baku
dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja sesuai dengan
kebutuhan siswa.
b. Metode pembelajaran dengan alat peraga baru baku disertai
dengan video pengajaran cara membuat alat peraga.
c. Dengan menggunakan metode pembelajaran baru baku ini,
orang tua ikut terlibat dalam prosesnya sehingga memberikan
kesempatan bagi siswa dan orang tua untuk memiliki waktu
belajar bersama.
d. Siswa diajak oleh orang tua untuk belajar dan melakukan
pembelajaran bersama-sama.
D. Materi Bangun Ruang Balok dan Kubus
Kurikulum pada anak berkebutuhan khusus dan anak normal sama, akan
tetapi pada perencanaannya yang meliputi Silabus dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) menyesuaikan dengan ketidakmampuan
yang diderita oleh anak. Pada penelitian ini materi yang diajarkan adalah
bangun ruang balok dan kubus. Ada beberapa perbedaan kompetensi pada
anak berkebutuhan khusus dengan anak normal. Perbedaan itu terletak pada
kompetensi inti dan kompetensi dasar, dimana untuk anak berkebutuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
khusus materi bangun ruang diberikan pada kelas IV, sedangkan untuk anak
normal diberikan pada kelas II. Kompetensi pada anak berkebutuhan khusus
yang bersangkutan dengan materi ini adalah sebagai berikut.
Kompetensi Inti:
4. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati [melihat,
membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya,
makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang
dijumpainya di rumah dan di sekolah
5. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis,
dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak
sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman
dan berakhlak mulia
Kompetensi Dasar:
3.5 Mengenal bangun datar dan bangun ruang, serta mengelompokkan
berdasarkan sifat geometrisnya
4.5 Menuliskan nama bangun datar dan bangun ruang, serta
mengelompokkan berdasarkan sifat geometrisnya
Balok dan kubus merupakan bangun ruang. Pada materi ini, siswa diajak
untuk mengenal bangun ruang balok dan kubus. Kubus adalah bangun ruang
tiga dimensi yang dibatasi oleh enam bidang sisi yang kongruen berbentuk
bujur sangkar. Balok adalah bangun ruang tiga dimensi yang dibentuk oleh
tiga pasang persegi atau persegi panjang, dengan paling tidak satu pasang
diantaranya berukuran berbeda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Berikut ini adalah unsur-unsur pada kubus dan balok.
1. Sisi
Sisi adalah daerah yang membatasi bagian luar dengan bagian dalam
dari suatu bangun ruang.
2. Rusuk
Rusuk adalah perpotongan dua buah bidang yang berupa garis.
3. Titik Sudut
Titik sudut merupakan perpotongan tiga buah rusuk.
4. Diagonal Bidang
Diagonal bidang adalah garis yang menghubungkan dua buah titik
sudut yang saling berhadapan dalam satu bidang.
5. Diagonal Ruang
Diagonal Ruang adalah garis yang menghubungkan dua buah titik
sudut yang saling berhadapan tak sebidang.
6. Bidang Diagonal
Bidang diagonal adalah daerah yang dibatasi oleh dua buah diagonal
bidang dan dua buah rusuk yang saling berhadapan, dan membagi
ruang menjadi dua bagian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Gambar 2. 3 Kerangka Balok
Gambar 2. 4 Kerangka Kubus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
E. Tunarungu
Tunarungu berasal dari kata “tuna” yang berarti rusak, cacat dan
“rungu” yang berarti pendengaran. Secara sederhana, tunarungu adalah
keadaan di mana sesorang mengalami kerusakan atau cacat pada
pendengaran.
Menurut Amin dalam Esthy Wikasanti (2014) mengemukakan bahwa
anak tunarungu adalah mereka yang mengalami kekurangan atau
kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau
tidak berfungsinya sebagian atau seluruh organ pendengaran yang
mengakibatkan hambatan dalam perkembangannya sehingga memerlukan
bimbingan pendidikan khusus.
Heward & Orlansky dalam Esthy Wikasanti (2014) memberikan batasan
ketunarunguan sebagai berikut.
a. Tuli (deaf), yaitu kerusakan yang menghambat seseorang untuk
menerima rangsangan semua jenis bunyi dan sebagai suatu kondisi
di mana suara-suara yang dapat dipahami, termasuk suara
pembicaraan tidak mempunyai arti dan maksud-maksud kehidupan
sehari-hari. Orang tuli tidak dapat menggunakan pendengarannya
untuk dapat mengartikan pembicaraan, walaupun sebagian
pembicaraan dapat diterima, baik tanpa maupun dengan alat bantu
mendengar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
b. Kurang dengar (hard of hearing), yaitu seseorang kehilangan
pendengarannya secara nyata yang memerlukan penyesuaian-
penyesuaian khusus.
F. Klasifikasi Anak Tunarungu
Ketunarunguan dapat diklasifikasikan berdasarkan tingkat kerusakan
atau kehilangan kemampuan mendengar dan tempat terjadinya kerusakan.
Berdasarkan tingkat kerusakan, dengan menggunakan satuan keras untuk
bunyi yaitu decibel (dB), ketunarunguan dibedakan menjadi 5 kelompok
sebagai berikut:
a. Sangat ringan: 27-40 dB
b. Ringan: 41-55 dB
c. Sedang: 56-70 dB
d. Berat: 71-90 dB
e. Ekstrem: 91 dB
Selain berdasarkan tingkat kerusakannya, Streng dalam Somad dan
Hernawati (1997), klasifikasi yang dikemukakan sebagai berikut:
1. Mild Loses, yaitu kehilangan kemampuan mendengar 20-30 dB,
yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Sukar mendengar percakapan yang lemah.
b. Menuntut sedikit perhatian khusus dari sistem sekolah tentang
kesulitannya.
c. Perlu latihan membaca ujaran dan perlu diperhatikan
perkembangan penguasaan perbendaharaan kata.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
2. Marginal Loses, yaitu kehilangan kemampuan mendengar 30-40
dB, yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Mengerti percakapan biasa pada jarak satu meter.
b. Sulit menangkap percakapan dengan pendengaran pada jarak
normal dan kadang-kadang mereka mendapat kesulitan
menangkap percakapan kelompok.
c. Akan sedikit mengalami kelainan bicara dan perbendaharaan
kata yang terbatas.
d. Kebutuhan dalam program pendidikan, antara lain belajar
membaca, penggunaan alat bantu dengar, latihan bicara, latihan
artikulasi, dan perhatian dalam perkembangan perbendaharaan
kata.
3. Moderat Loses, yaitu kehilangan kemampuan mendengar 40-60 dB,
yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Mereka mengerti percakapan keras pada jarak satu meter.
b. Perbendaharaan kata terbatas.
4. Severa Loses, yaitu kehilangan kemampuan mendengar 60-70 dB,
yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Masih bisa mendengar suara keras dari jarak yang dekat,
misalnya klakson mobil dan lolongan anjing.
b. Kebutuhan dalam program pendidikan, antara lain diajar dalam
suatu kelas khusus untuk anak-anak tunarungu dan diperlukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
latihan membaca ujaran serta pelajaran yang dapat
mengembangkan bahasa dan bicara dari guru kelas khusus.
5. Profound Loses, yaitu kehilangan kemampuan mendengar 75 dB ke
atas, yang memiliki ciri mendengar suara yang keras pada jarak 1
inci (2,24 cm) atau sama sekali tidak mendengar walaupun
menggunakan alat bantu dengar.
G. Karakteristik Anak Tunarungu
Setiap anak memiliki karakteristiknya masing-masing, begitu pula
dengan anak tunarungu. Ada beberapa perbedaan yang terlihat antara anak
normal dengan anak tunarungu dikarenakan kondisi yang membuat anak
tunarungu mengalami kesulitan dan keterbatasan dalam beradaptasi dengan
lingkungannya, sehingga mereka memerlukan perhatian khusus dalam
masyarakat. Karakteristik yang khas dari anak tunarungu adalah sebagai
berikut:
1. Fisik
Jika dilihat secara sekilas, anak tunarungu tidak memiliki kelainan yang
jelas dalam hal fisik, tetapi jika diperhatikan lebih detail, terdapat
beberapa karakteristik sebagai berikut:
a. Cara berjalan kaku dan agak membungkuk bagi anak tunarungu
yang mempunyai kelainan atau kerusakan pada alat
keseimbangannya.
b. Gerakan mata cepat yang menunjukkan bahwa anak ingin
menguasai lingkungan sekitarnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
c. Gerakan kaki dan tangan yang cepat.
d. Pernapasan yang pendek dan agak terganggu. Kelainan
pernapasan ini terjadi karena anak tidak terlatih, terutama pada
masa meraban yang merupakan masa perkembangan bahasa.
2. Bahasa dan Bicara
Perkembangan bahasa berkaitan erat dengan pendengaran karena anak
mempelajari bahasa dengan mendengarkan hal-hal di sekitar anak.
Gangguan pendengaran yang dialami anak tunarungu tentu
menghambat perkembangan bahasa dan bicaranya. Kondisi tersebut
tidak memungkinkan anak tunarungu untuk mengembangkan bahasa
melalui pendengaran. Dengan kondisinya tersebut, anak tunarungu
memiliki ciri-ciri perkembangan bahasa sebagai berikut:
a. Fase motorik yang tidak teratur
Pada fase ini, anak melakukan gerakan-gerakan yang tidak teratur,
misalnya gerakan tangan dan menangis. Menangis permulaan
merupakan gerak refleks bayi yang baru lahir, yang sangat penting
bagi perkembangan selanjutnya. Sebab dengan menangis, secara
tidak sengaja juga melatih otot-otot bicara, pita suara, dan paru-paru.
b. Fase meraban
Pada awal fase meraban, tidak terjadi hambatan karena fase ini
merupakan kegiatan ilmiah dari pernapasan dan pita suara. Awalnya
bayi babbling, lalu ibu menirukannya. Tiruan tersebut terdengar
oleh bayi dan ditirukan kembali. Peristiwa inilah yang menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
proses terpenting dalam pembinaan bicara anak. Namun, bagi anak
tunarungu proses ini tidak terjadi karena anak tidak bisa mendengar
tiruan ibunya, sehingga proses selanjutnya menjadi terhambat.
c. Fase penyesuaian diri
Suara-suara yang diucapkan orang tua, lalu ditiru oleh bayi,
kemudian ditirukan kembali oleh orang tuanya secara terus-
menerus. Pada anak tunarungu, proses ini terbatas pada peniruan
penglihatan (visual), yaitu gerakan-gerakan atau isyarat-isyarat.
Sementara itu, peniruan pendengaran (auditif) tidak terjadi karena
anak tidak dapat mendengar suara.
Antara bicara dan bahasa serta mendengar ada hal yang berkaitan.
Menurut Daniel F. Hallahan dan James M. Kauffman dalam
Dwijosumarto (1990), tiga faktor yang saling berkaitan antara
ketidakmampuan bahasa dan bicara dengan ketajaman mendengar
adalah sebagai berikut:
a. Penerima auditori tidak cukup sebagai umpan balik ketika ia
membuat suara.
b. Penerimaan verbal dari orang dewasa tidak cukup menunjang
pendengarannya.
c. Tidak mampu mendengar contoh bahasa dari orang mendengar.
Ciri khusus anak tunarungu berkenaan dengan kemampuan
bahasanya adalah miskin dalam kosakata, sulit memahami kata-kata
abstrak, dan sulit mengartikan kata-kata yang mengandung arti kiasan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Sementara, ciri khusus anak tunarungu berkenaan dengan kemampuan
bicaranya adalah nada bicaranya tidak beraturan, bicaranya terputus-
putus karena penguasaan kosakata yang terbatas, dan dalam berbicara
cenderung diikuti oleh gerakan-gerakan tubuh dan sulit menguasai
warna serta gaya bahasa.
3. Intelegensi
Secara garis besar, intelegensi anak tunarungu diklasifikasikan menjadi
tiga sebagai berikut:
a. Anak tunarungu dianggap sama dengan anak normal.
b. Intelegensi anak tunarungu dianggap lebih rendah daripada anak
normal.
c. Anak tunarungu mengalami kekurangan potensi intelektual pada
segi nonverbal.
4. Kepribadian dan Emosi
Perhatian dan penerimaan oleh lingkungan sangat penting bagi
perkembangan anak secara positif. Tidak hanya anak normal, anak
tunarungu pun juga memiliki hak atas perhatian dan penerimaan oleh
lingkungan tempatnya berada. Keterbatasan anak tunarungu membuat
mereka hanya dapat menerima ungkapan perhatian, kasih sayang, dan
penerimaan melalui kontak visual. Berbeda dengan anak normal yang
dapat menerima melalui nada suara juga.
Kondisi ini dapat membuat anak tunarungu terganggu dalam
perkembangan emosi anak tunarungu yang membuat anak merasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
terasing dan terisolasi. Ketidakmampuan anak dalam berkomunikasi
mengakibatkan kekurangan dalam keseluruhan pengalaman yang
sebenarnya merupakan dasar bagi perkembangan, sikap, dan
kepribadiannya.
Sifat-sifat anak tunarungu yang terbentuk akibat dari kekurangannya
adalah sebagai berikut:
a. Sifat egosentris yang lebih besar daripada anak normal. Dunia
penghayatan anak tunarungu lebih sempit sehingga terarah kepada
dirinya sendiri. Bentuk-bentuk sifat egosentris tersebut antara lain:
- Anak sulit menempatkan diri pada cara berpikir dan perasaan
orang lain.
- Dalam berperilaku, anak sulit menyesuaikan diri.
b. Mempunyai perasaan takut akan hidup.
c. Sikap ketergantungan kepada orang lain.
d. Perhatian yang sulit untuk dialihkan.
e. Miskin fantasi
f. Sifat yang polos, sederhana, dan tanpa banyak problem.
g. Dalam keadaan ekstrem, tanpa banyak nuansa.
h. Mudah marah dan cepat tersinggung.
i. Kurang mempunyai konsep tentang relasi atau hubungan.
5. Sosial
Manusia adalah makhluk sosial yang memiliki kebutuhan mendasar
untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Untuk berinteraksi dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
lingkungannya, dibutuhkan kematangan sosial. Menurut Yuke R Siregar
dalam Esthy Wikasanti (2014: 18), kematangan sosial dapat dicapai
dengan hal-hal berikut:
a. Pengetahuan yang cukup mengenai nilai-nilai sosial dan kekhasan
dalam masyarakat.
b. Mempunyai kesempatan yang banyak untuk menerapkan
kemampuannya.
c. Mendapatkan kesempatan dalam hubungan sosial.
d. Mempunyai dorongan untuk mencari pengalaman.
e. Struktur kejiwaan yang sehat yang mendorong motivasi yang baik.
Kondisi yang dialami anak tunarungu terkadang membuat mereka
diperlakukan berbeda dalam lingkungannya. Hal ini menyebabkan anak
tunarungu cenderung merasakan curiga pada lingkungan, tidak aman,
dan memiliki kepribadian yang tertutup, kurang percaya diri,
menafsirkan sesuatu secara negatif, rendah diri dan merasa disingkirkan,
kurang mampu mengontrol diri, dan cenderung mementingkan diri
sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
H. Metode Komunikasi Anak Tunarungu
Anak tunarungu memiliki cara berkomunikasi yang berbeda dengan
anak yang tidak memiliki keterbatasan dalam mendengar. Cara untuk
berkomunikasi dengan anak tunarungu adalah sebagai berikut:
1. Metode oral
Metode oral adalah cara melatih anak tunarungu untuk berkomunikasi
secara lisan (verbal) dengan lingkungan orang mendengar. Partisipasi
lingkungan sangat dibutuhkan anak tunarungu untuk berbahasa secara
verbal.
2. Metode membaca ujaran
Membaca ujaran sering disebut juga dengan membaca bibir (lip
reading). Membaca ujaran menggunakan pengamatan visual untuk
melihat bentuk dan gerak bibir lawan bicara dalam proses bicara.
3. Metode manual
Metode manual adalah cara mengajar atau melatih anak berkomunikasi
dengan isyarat atau ejaan jari (finger spinding). Komponen bahasa
isyarat adalah sebagai berikut:
a. Abjad/ejaan jari (finger spelling), yaitu jenis isyarat yang dibentuk
dengan jari-jari tangan untuk menggambarkan abjad atau mengeja
huruf dan angka. Secara garis besar, ejaan jari dikelompokkan
menjadi tiga jenis, yaitu ejaan jari dengan satu tangan, ejaan jari
dengan dua tangan, dan ejaan jari campuran dengan satu tangan atau
dua tangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
b. Bahasa tubuh, meliputi keseluruhan ekspresi tubuh, seperti sikap
tubuh, ekspresi muka (mimik), pantomimik, dan gesti (gerakan yang
dilakukan seseorang secara wajar dan alami.
c. Bahasa isyarat asli, yaitu suatu ungkapan manual dalam bentuk
isyarat konvensional yang berfungsi sebagai pengganti kata, yang
disepakati oleh kelompok atau daerah tertentu.
d. Komunikasi total, yaitu upaya mengajarkan komunikasi kepada
anak tunarungu dengan menggunakan salah satu modus atau semua
cara komunikasi, yaitu penggunaan sistem isyarat, ejaan jari, bicara,
baca ujaran, amplifikasi, gesti, pantomimik.
Prinsip umum yang harus dipraktikkan ketika berkomunikasi dengan
anak tunarungu adalah sebagai berikut:
a. Berbicara harus berhadapan dan diusahakan sejajar.
b. Harus melihat muka pembicara.
c. Jarak harus sesuai dengan daya jangkau penglihatan.
d. Bicara wajar dan jangan dibuat-buat.
e. Mulut tidak tertutup oleh benda lain.
f. Berekspresi dan melodius.
g. Cahaya harus cukup terang.
h. Mulut tidak tertutup oleh benda lain.
i. Artikulasi jelas.
j. Kalimat sederhana.
k. Pemakaian isyarat harus simultan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
I. Strategi dan Pembelajaran Anak Tunarungu
Menurut Esthy Wikasanti (2014), strategi dan pembelajaran yang dilakukan
anak tunarungu adalah sebagai berikut.
1. Strategi pembelajaran
Strategi pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran anak
tunarungu adalah sebagai berikut:
a. Strategi individualisasi
Merupakan strategi pembelajaran dengan menggunakan program
yang sudah disesuaikan dengan kondisi individu, baik karakteristik,
kebutuhan, maupun kemampuannya secara individual.
b. Strategi kooperatif
Merupakan strategi pembelajaran yang menekankan unsur gotong
royong atau saling membantu satu sama lain dalam mencapai tujuan
pembelajaran.
c. Strategi modifikasi perilaku
Merupakan strategi pembelajaran yang bertujuan untuk mengubah
perilaku anak ke arah yang lebih positif melalui pengondisian dan
membantunya lebih produktif sehingga menjadi individu yang
mandiri.
2. Media pembelajaran
Dalam pembelajaran, media yang tepat bagi anak tunarungu adalah
media yang mengandalkan pengamatan visual anak. Penggunaan media
audio dan audiovisual juga dapat digunakan bagi anak tunarungu yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
tergolong kurang dengar atau yang bisa menggunakan alat bantu dengar,
walaupun pendengaran masih tetap terbatas.
Keterbatasan mendengar yang dimiliki oleh anak tunarungu
menyebabkan anak kesulitan dalam memahami kata-kata sehingga
perbendaharaan kata yang dimiliki anak tunarungu menjadi sangat
terbatas. Oleh karena itu, dalam pembelajaran beberapa alat bantu yang
dapat digunakan adalah sebagai berikut.
1. Miniatur benda (bentuk benda sebenarnya dalam ukuran kecil)
2. Finger alphabet (bentuk simbol huruf dengan isyarat jari tangan)
3. Silinder (bentuk-bentuk benda silindris)
4. Kartu kata (kartu yang bertuliskan kata)
5. Kartu kalimat (kartu yang bertuliskan kalimat singkat)
6. Menara segitiga (susunan bentuk segi tiga dengan ukuran berurut
dari kecil sampai besar)
7. Menara lingkaran (susunan gelang dari diameter kecil sampai besar)
8. Menara segi empat (susunan bentuk segi empat dengan ukuran
berurut dari kecil sampai besar)
9. Peta dinding (peta batas wilayah, batas pulau dan batas Negara yang
dapat ditempel di dinding)
10. Model geometri (model-model bentuk benda beraturan)
11. Anatomi telinga (alat bantu menerangkan susunan bagian telinga)
12. Model telinga (model bagian-bagian telinga tiga dimensi)
13. Torso setengah badan (model anatomi tubuh setengah badan)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
14. Puzzle buah-buahan (potongan-potongan bagian dari buah-buahan)
15. Puzzle binatang (puzzle bentuk potongan binatang)
16. Puzzle konstruksi (puzzle bentuk konstruksi/rancang bangun
sederhana)
17. Atlas (peta batas wilayah, batas pulau dan batas Negara)
18. Globe (bola dunia yang menggambarkan benua dan batas-batas
negara di dunia)
19. Miniatur rumah adat (contoh rumah-rumah adat dalam ukuran kecil
tapi proporsional)
20. Miniatur rumah ibadah (contoh rumah-rumah ibadah dalam ukuran
kecil tapi proporsional)
J. Penilaian yang Cocok bagi Anak Tunarungu
Tujuan dan fungsi assesmen menurut Usa Sutisna (1984) antara lain
untuk mengetahui tingkat pencapaian siswa terhadap materi yang diberikan
serta untuk memberikan umpan balik terhadap guru sebagai dasar untuk
memperbaiki proses belajar serta program perbaikan bagi siswa.
Menurut Esthy Wikasanti (2014), kegiatan penilaian bagi anak
tunarungu harus memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Berkesinambungan
Penilaian berkesinambungan adalah memantau proses, kemajuan, dan
perbaikan hasil secara terus-menerus dalam bentuk Ulangan Harian,
Ulangan Tengah Semester, Ulangan Akhir Semester, dan Ulangan
Kenaikan Kelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
2. Menyeluruh
Penilaian hasil belajar oleh pendidik mencakup semua aspek
kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang
sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik.
3. Objektif
Penilaian hasil belajar peserta didik hendaknya tidak dipengaruhi oleh
subjektivitas penilai, perbedaan latar belakang agama, sosial ekonomi,
budaya, bahasa, gender, dan hubungan emosional.
4. Pedagogis
Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran yang meliputi
pemahaman terhadap peserta didik, perancangan, dan pelaksanaan
pembelajaran.
K. Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Elisabet Viviana berjudul Efektivitas
Penggunaan Alat Peraga Bola Bermuatan pada Materi Operasi Hitung
Bilangan Bulat untuk Anak Tunarungu (SLB B) di SLB Yapenas Kelas
V SD. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa menggunakan alat
peraga dapat meningkatkan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.
Persamaan penelitian terdahulu dengan yang saya teliti adalah
terletak pada subjek yang sama-sama memiliki keterbatasan mendengar.
Perbedaannya yaitu penelitian yang dilakukan sebelumnya untuk
melihat keefektifan alat peraga sedangkan peneliti sendiri ingin melihat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
proses pembelajaran dengan menggunakan alat peraga dan juga hasil
belajar siswa.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Dian Mega berjudul Penggunaan Puxxle
Light pada Pembelajaran Matematika Pokok Bahasan Luas Persegi dan
Persegi Panjang di Sekolah Luar Biasa-B Karnnamanohara,
Yogyakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa menggunakan
alat peraga dapat meningkatkan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.
Persamaan penelitian terdahulu dengan yang saya teliti adalah
terletak pada subjek yang sama-sama memiliki keterbatasan mendengar.
Perbedaannya yaitu penelitian yang dilakukan sebelumnya untuk
membangun alat peraga yang dapat membantu anak-anak memahami
konsep matematika dan sejauh mana konsep matematika dapat dipahami
oleh anak dengan bantuan alat peraga sedangkan peneliti sendiri ingin
melihat proses pembelajaran dengan menggunakan alat peraga dan juga
hasil belajar siswa.
L. Kerangka Berpikir
Dalam proses pembelajaran tidak jarang ditemukan berbagai kesulitan
pemahaman yang dialami oleh siswa dalam mata pelajaran matematika,
dalam penelitian ini yang dialami adalah kesulitan dalam materi bangun
ruang. Dengan penelitian ini, peneliti akan mengetahui bagaimana proses
pembelajaran dengan menggunakan alat peraga bangun ruang serta
diharapkan hasil belajar siswa meningkat setelah menggunakan alat peraga
bangun ruang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Gambar 2. 5 Kerangka Berpikir
Kondisi
Awal
Tindakan
Kondisi
Terakhir
Guru belum
menggunakan alat
peraga dalam
pembelajaran
Siswa mengalami
kesulitan belajar,
hasil belajar rendah
Guru menggunakan
alat peraga dalam
pembelajaran
Siswa memahami
konsep dan hasil
belajar meningkat
Diharapkan dengan menggunakan alat peraga,
anak tunarungu dapat memahami bentuk nyata
kubus dan balok sehingga hasil belajar
meningkat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dan kuantitatif.
Penelitian dengan pendekatan kualitatif adalah penelitian yang
menggunakan proses berpikir induktif dan setiap prosesnya dianalisis
berdasarkan dengan fakta atau kejadian yang diamati dengan menggunakan
logika ilmiah. Penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif
bertujuan untuk menjelaskan makna dari suatu proses kejadian.
Penelitian kualitatif digunakan untuk menganalisis kegiatan
pembelajaran berdasarkan hasil wawancara dengan orang tua. Sedangkan
penelitian kuantitatif digunakan untuk menunjukkan hasil belajar siswa
yang berupa angka.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah 2 siswa tunarungu di kelas IV SDLB B
Wiyata Dharma 1 Sleman yang terletak di Jalan Magelang Km 17,
Margorejo, Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
C. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah pembelajaran matematika dengan alat
peraga balok kubus pada materi bangun ruang untuk anak tunarungu (SLB
B) di SDLB Wiyata Dharma 1 Sleman kelas IV.
D. Waktu Dan Tempat Penelitian
1. Waktu
Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2019/2020
bulan Maret-Juni 2020.
2. Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di SDLB Wiyata Dharma 1 Sleman.
E. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Data Wawancara
Data wawancara diperoleh berdasarkan wawancara dengan orang
tua siswa.
2. Data Hasil Belajar Siswa
Data hasil belajar siswa diperoleh dari hasil belajar siswa.
F. Instrumen Pembelajaran Dan Instrumen Penelitian
1. Instrumen Pembelajaran
Instrumen pembelajaran dalam hal ini berupa rancangan kegiatan
pembelajaran yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
2. Instrumen Penelitian
a. Lembar Pengamatan atau Observasi
Digunakan untuk mengamati proses selama pembelajaran
berlangsung dengan menggunakan alat peraga ‘baru baku’.
b. Lembar Wawancara
Lembar wawancara digunakan sebagai pedoman dalam wawancara
dengan guru untuk mengetahui bagaimana anak tunarungu dalam
belajar menggunakan alat peraga ‘baru baku’ dan bagaimana
pendapat guru mengenai alat peraga ‘baru baku’.
c. Lembar Hasil Belajar Siswa
Lembar hasil belajar siswa untuk melihat pengaruh dari penggunaan
alat peraga dalam materi bangun ruang.
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah langkah strategis dalam penelitian.
Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka penelitian tidak akan
mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.
Berikut ini adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam
penelitian.
1. Observasi
Observasi atau pengamatan dilakukan untuk mengetahui proses siswa
dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan alat peraga ‘baru
baku’.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
2. Tes
Tes adalah soal berkaitan dengan materi yang diberikan kepada subjek
untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam materi bangun ruang.
3. Wawancara
Wawancara adalah pertanyaan yang diberikan kepada guru dengan
interaksi secara langsung. Wawancara dilakukan untuk memberikan
kepastian mengenai bagaimana sikap siswa selama pembelajaran
berlangsung dan bagaimana pendapat guru dalam penggunaan alat
peraga ‘baru baku’.
H. Teknik Analisis Data
Menurut Sugiyono (2009: 244), analisis data adalah proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil observasi,
kuesioner, dan wawancara dengan mengorganisasikan data ke dalam
kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, menggunakan sintesa, menyusun
ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari serta
membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri atau orang
lain.
1. Analisis Data Wawancara
Hasil wawancara dianalisis secara kualitatif. Semua isi wawancara
ditranskripsi, kemudian diamati kesulitan yang dihadapi siswa, kendala
atau kesulitan yang dihadapi oleh guru, penggunaan alat peraga. Semua
diamati terus-menerus dan dibandingkan dengan hasil observasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
2. Analisis Data Observasi
Hasil observasi dari lembar observasi dipindahkan ke dalam bentuk
yang lebih rapi, kemudian diamati dan dianalisis setiap nomor. Hasil
tersebut dikaitkan dengan hasil wawancara. Semua data disajikan dalam
bentuk kualitatif.
3. Analisis Data Tes Hasil Belajar Siswa
Tes belajar siswa dilakukan sebanyak satu kali yang terdiri post-test dan
dilakukan secara individual. Tes hasil belajar siswa dianalisis dengan
menggunakan tabel dan diagram.
Cara penilaian post-test adalah sebagai berikut:
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 =𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙× 100
I. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
1. Tahap Persiapan
Pada tahapan awal ini, peneliti membuat rancangan mengenai penelitian
yang akan dilakukan. Peneliti juga menyiapkan perlengkapan yang akan
digunakan dalam penelitian. Berikut ini adalah hal yang disiapkan oleh
peneliti:
a. Menentukan fokus penelitian.
b. Bertemu dengan kepala sekolah dan guru kelas tentang pelaksanaan
observasi dan penelitian.
c. Melakukan observasi awal untuk mengetahui bagaimana proses
pembelajaran anak tunarungu dan belajar berkomunikasi dengan
anak tunarungu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
d. Mempersiapkan alat peraga yang akan digunakan untuk penelitian.
e. Berkonsultasi dan memperkenalkan alat peraga yang akan
digunakan kepada guru kelas.
f. Menyiapkan soal tes dengan materi bangun ruang.
g. Menyiapkan pedoman wawancara yang akan disampaikan kepada
siswa dan guru.
2. Kegiatan
Dalam tahap yang kedua ini peneliti mempersiapkan diri untuk mulai
menggali dan mengumpulkan data untuk dianalisis dan ditarik
kesimpulan mengenai penggunaan alat peraga dalam materi bangun
ruang. Kegiatan dalam tahapan ini adalah sebagai berikut:
a. Kegiatan Pembelajaran:
1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
2) Mempraktekkan penggunaan alat peraga
3) Melakukan evaluasi setelah pembelajaran berlangsung
b. Kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui proses pembelajaran
siswa dengan alat peraga ‘baru baku’:
1) Mengamati kegiatan dan tingkah laku siswa saat pembelajaran
berlangsung.
2) Mengamati respon-respon siswa yang muncul saat pembelajaran
berlangsung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
3. Alat Peraga yang Digunakan
Peneliti menggunakan alat peraga ‘baru baku’ (bangun ruang balok
kubus) pada materi bangun ruang. Alat peraga di sini terdiri dari:
1) Bangun ruang kubus yang jaring-jaringnya terbentang dan
transparan.
2) Bangun ruang balok yang jaring-jaringnya terbentang dan
transparan.
4. Pelaksanaan penelitian
a. Pelaksanaan penelitian dengan pembelajaran jarak jauh
dilaksanakan 1 kali, dengan rincian:
- Langkah awal adalah pembuatan video pengajaran
- Langkah kedua adalah pemberian materi bangun ruang berupa
video pengajaran membuat alat peraga
- Langkah terakhir adalah pemberian soal tes hasil belajar
b. Pelaksanaan penelitian dibantu oleh orang tua, mengingat susahnya
berkomunikasi dengan anak tunarungu.
5. Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi pembelajaran dilakukan setelah pembuatan alat peraga saat
penelitian dilakukan untuk melihat pemahaman siswa akan materi dan
menganalisis keefektifan alat peraga sebagai alat bantu belajar. Evaluasi
pembelajaran dilakukan dengan memberikan soal hasil belajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Deskripsi Proses Pelaksanaan Penelitian
1. Persiapan Penelitian
Penelitian akan dilakukan di SDLB Wiyata Dharma 1 Sleman.
Subyek penelitian adalah 2 orang siswa kelas IV SDLB Wiyata Dharma
1 Sleman yang memiliki keterbatasan dalam pendengaran. Dalam
penelitian ini peneliti adalah fasilitator yang menyediakan video tutorial
cara membuat alat peraga yaitu ‘baru baku’. ‘Baru baku’ adalah alat
peraga yang berbentuk bangun ruang balok dan kubus. Peneliti telah
melakukan observasi sebelum melakukan penelitian dengan tujuan
untuk mengetahui proses kegiatan pembelajaran di sekolah berlangsung
dan melihat model pembelajaran yang digunakan di SDLB Wiyata
Dharma 1 Sleman. Dengan adanya observasi diharapkan dapat
membantu peneliti dalam merancang pembelajaran dalam penelitian
dan juga membantu peneliti untuk mengenal para siswa yang akan
menjadi subyek penelitian.
Observasi dilakukan pada tanggal 21 Oktober 2019. Dari observasi
yang telah dilakukan, diketahui bahwa pemberian materi oleh guru
disesuaikan dengan kemampuan siswa. Jadwal pembelajaran juga
menyesuaikan dengan kebutuhan siswa hari itu. Pembelajaran
matematika bisa saja dilakukan seminggu dua kali.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Ketika peneliti melakukan observasi, suasana pembelajaran di kelas
kondusif jika guru meminta siswa untuk mengerjakan soal. Jika soal
sudah selesai dikerjakan, para siswa tidak tenang di tempat duduk dan
bermain-main dengan teman sekelasnya, terutama jika menjelang waktu
istirahat. Pembelajaran yang terjadi selama observasi cukup baik, karena
ketika observasi dilakukan, guru tidak banyak menjelaskan materi akan
tetapi guru memberikan latihan soal di papan tulis. Guru menjelaskan
secara pribadi menggunakan bahasa oral dan isyarat kepada siswa jika
ada siswa yang belum mengerti cara mengerjakan. Guru menjelaskan
dengan baik sehingga ketika siswa mengerjakan di papan tulis, siswa
dapat menuliskan proses pengerjaan soal dan jawabannya dengan tepat.
Selain itu, guru juga memahami persis bagaimana karakter-karakter
siswa yang berada di kelas sehingga dapat memperlakukan siswa sesuai
karakternya dengan sangat baik. Guru juga terus memberikan motivasi
dan dorongan kepada siswa supaya siswa dapat mengerjakan soal yang
diberikan hingga selesai.
Dari observasi yang telah dilakukan, peneliti melihat karakter-
karakter yang dimiliki siswa yang akan menjadi subyek penelitian,
yaitu: Siswa pertama adalah anak dengan autisme, sehingga kalau
belajar sedikit berbeda konsep akan tetapi dalam intelektualnya baik.
Dengan keterbatasannya, siswa terhambat dalam komunikasi dan
interaksi dengan teman-temannya. Motivasi belajar cukup baik. Siswa
kedua adalah anak dengan gangguan penglihatan yaitu low vision,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
sehingga kesulitan ketika melihat tulisan di papan tulis. Ketika menulis
soal, siswa menulis sambil berdiri di depan papan tulis. Walau begitu,
siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi.
2. Pelaksanaan Penelitian
Mulai bulan Maret 2020, pembelajaran di sekolah-sekolah
dilaksanakan secara online atau biasa disebut Pembelajaran Jarak Jauh
(PJJ). PJJ dilaksanakan karena adanya penyebaran virus corona atau
Corona Virus Disease (COVID-19) yang membahayakan. Pada 17
Maret 2020 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan Surat
Edaran (SE) Mendikbud nomor 36962/MPK.A/HK/2020 tentang hal
Pembelajaran secara Daring (dalam jaringan) dan Bekerja dari Rumah
dalam Rangka Pencegahan Penyebaran Corona Virus Desease
(COVID-19). Pada poin 3 dan 4 SE Mendikbud tersebut, berisikan
imbauan Kementerian bagi seluruh civitas akademik untuk mengganti
pelaksanaan kegiatan yang dihadiri banyak orang dengan menggunakan
komunikasi daring termasuk kegiatan pembelajaran di sekolah. Sesuai
keputusan sekolah dan juga berdasarkan imbauan pemerintah, SDLB
Wiyata Dharma 1 Sleman juga menerapkan pembelajaran jarak jauh.
PJJ yang dilaksanakan di SDLB Wiyata Dharma 1 Sleman
membutuhkan bimbingan dari orang tua atau wali siswa dikarenakan
keterbatasan fisik yang dimiliki oleh siswa. Oleh karena itu, tugas dan
materi pembelajaran yang diberikan oleh guru disampaikan melalui
orang tua atau wali. Untuk siswa kelas IV, guru menyampaikan materi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
dan tugas melalui grup di aplikasi pesan pada smarthphone yaitu Whats
App Messenger (WA). Grup WA ini berisikan orang tua dari siswa kelas
IV SDLB Wiyata Dharma 1 Sleman. Dengan adanya kebijakan ini,
maka penelitian juga dilakukan menggunakan metode pembelajaran
jarak jauh, di mana guru menyampaikan materi pembelajaran dan
peneliti menyampaikan soal, video tutorial membuat alat peraga, dan
wawancara menggunakan aplikasi WA. Observasi penelitian yang telah
direncanakan tidak dapat dilaksanakan, sehingga hasil penelitian hanya
berdasarkan data wawancara dan hasil latihan soal yang telah
dikumpulkan oleh peneliti.
Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan proses sebagai berikut:
a. Langkah Awal
Pada langkah awal ini, peneliti melakukan perubahan pada
rencana penelitian karena pelaksanaan penelitian menggunakan
pembelajaran jarak jauh. Maka dari itu, peneliti tidak
memfasilitasi siswa dengan alat peraga, akan tetapi peneliti
mempersiapkan video pengajaran cara membuat alat peraga
‘baru baku’. Video ini diperuntukkan bagi siswa dalam
mengetahui langkah-langkah dalam membuat alat peraga ‘baru
baku’.
Pada tanggal 13 Mei 2020, guru menjadikan peneliti sebagai
anggota dari grup WA orang tua siswa kelas IV SDLB Wiyata
Dharma 1 Sleman. Hal itu dilakukan untuk mempermudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
peneliti dalam berhubungan dengan orang tua siswa terkait
penelitian yang akan dilakukan. Pada langkah awal ini, peneliti
memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan dan alasan peneliti
mengikuti grup WA orang tua siswa kelas IV SDLB Wiyata
Dharma 1 Sleman, yaitu bahwa peneliti akan melakukan
penelitian dengan materi balok dan kubus.
b. Pemberian Materi
Ada hal yang menyebabkan penelitian ini cocok
menggunakan metode alat peraga ‘baru baku’ yaitu karena
penelitian ini menggunakan pembelajaran jarak jauh. Dengan
menggunakan metode ini, maka siswa dapat melakukan
pembelajaran kapan saja dan di mana saja sesuai dengan
kebutuhan siswa. Siswa juga dapat mempererat hubungn
kekeluargaan dengan orang tua karena metode ini membutuhkan
bimbingan dari orang tua dalam belajar, sehingga orang tua juga
dapat merasakan pengalaman dalam mengajar anak. Dengan
menggunakan alat peraga, siswa belajar dengan menggunakan
pengamatan secara visual dan juga dapat meningkatkan fantasi
siswa. Akan tetapi, alat peraga ‘baru baku’ ini tidak disesuaikan
dengan kebutuhan anak secara individual melainkan dirancang
bagi siswa tunarungu secara umum.
Pada tanggal 21 Mei 2020, peneliti membagikan video
tutorial membuat alat peraga kepada siswa dan soal untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
dikerjakan oleh siswa dengan bimbingan orang tua atau wali,
dimana video yang dibuat telah diunggah juga di youtube dengan
link https://www.youtube.com/watch?v=VTbAK2Od_z4.
Sebelum membagikan video, peneliti memberikan langkah-
langkah yang harus dilakukan oleh siswa dengan bimbingan
orang tua atau wali. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai
berikut.
1) Bapak dan Ibu bersama siswa diminta melihat video yang
telah dibuat oleh peneliti terlebih dahulu kemudian
mengikuti cara membuat alat peraga yang ada di video.
2) Setelah alat peraga jadi, Bapak dan Ibu bisa membantu siswa
dalam mengerjakan soal dengan mengamati alat peraga yang
sudah dibuat.
3) Hasil pekerjaan soal bisa dikerjakan di kertas kosong dan
hasilnya dikirim melalui grup WA atau personal chat dalam
bentuk foto bersama hasil alat peraga yang sudah dibuat.
c. Pembuatan Alat Peraga dan Pengerjaan Soal
Peneliti memberikan waktu cukup lama bagi siswa yaitu
mulai tanggal 21 Mei 2020 hingga akhir bulan Juni untuk
membuat alat peraga dan mengerjakan soal yang telah diberikan
oleh peneliti. Sampai pada akhir bulan Juni 2020, peneliti
mendapatkan hasil pekerjaan 2 siswa kelas IV. Selama proses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
pengumpulan data ini, orang tua juga membagikan foto kegiatan
anak ketika membuat alat peraga.
Gambar 4. 1 Siswa membuat alat peraga
Setelah siswa selesai membuat alat peraga, kemudian siswa
mengerjakan soal dengan bantuan orang tua atau wali dan juga
dengan memperhatikan alat peraga yang telah dibuat siswa
sebelumnya. Peneliti tidak dapat mengetahui secara lengkap
proses pembelajaran yang terjadi di rumah yang dilakukan oleh
siswa dengan orang tua atau wali. Untuk teknik pengumpulan
jawaban dan juga hasil alat peraga, orang tua
mendokumentasikan hasil jawaban siswa dan juga hasil
pekerjaan siswa membuat alat peraga terlebih dahulu lalu
mengirimkannya melalui grup WA orang tua.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Gambar 4. 2 Hasil Alat Peraga
B. Penyajian Data Hasil Belajar dan Wawancara
Dalam penelitian ini, peneliti mendapatkan hasil belajar siswa dan hasil
wawancara dengan guru yang akan disajikan berikut ini.
1. Data Hasil Belajar Siswa
Data hasil belajar siswa yang diperoleh melalui hasil pengerjaan
siswa disajikan dalam bentuk tabel dan diagram sebagai berikut.
Tabel 4. 1 Hasil Belajar Siswa A1
1 2 3 4
5 Jumlah
Skor
Total
Skor a b c d e f g
Siswa
1
5 5 5 5 1 1 1 1 1 1 1 27 100
Siswa
2
5 5 5 5 1 1 1 1 1 1 1 27 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Diagram 4.1 Hasil Belajar Siswa
2. Data Hasil Wawancara
Wawancara dilakukan setelah seluruh proses pembelajaran jarak
jauh selesai dilakukan untuk mengetahui proses pembelajaran di rumah
berlangsung. Wawancara diperlukan untuk mengetahui proses
pembelajaran jarak jauh dengan menggunakan alat peraga ‘baru baku’.
Wawancara dilakukan kepada orang tua dari kedua siswa dan dilakukan
secara daring dengan menggunakan aplikasi WA. Peneliti memberikan
pertanyaan kepada orang tua dengan saling berkirim pesan teks.
Wawancara dilakukan di hari yang terpisah dan diusahakan tidak
mengganggu waktu orang tua selama di rumah sehingga sebelum
melakukan wawancara peneliti menanyakan kepada orang tua terlebih
dahulu kapan waktu senggang yang dimiliki orang tua untuk dapat
menjawab pertanyaan wawancara yang diberikan oleh peneliti.
0
1
2
3
4
5
6
1 2 3 4 5.a 5.b 5.c 5.d 5.e 5.f 5.g
Diagram Hasil Belajar Siswa
Siswa 1 Siswa 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Peneliti menyajikan wawancara dalam bentuk kode yang mewakili
beberapa aspek yang diperoleh selama wawancara. Aspek-aspek dalam
wawancara adalah sebagai berikut.
a. Ketertarikan (TRK)
Dalam aspek ketertarikan ini, menjelaskan mengenai ketertarikan
siswa terhadap tugas dan pembelajaran jarak jauh dengan
menggunakan alat peraga.
b. Pembelajaran (BJR)
Dalam aspek pembelajaran ini, peneliti mengetahui proses
pembelajaran jarak jauh yang dilakukan oleh siswa dengan
menggunakan alat peraga.
c. Komunikasi (KMK)
Aspek komunikasi menjelaskan mengenai kesulitan berkomunikasi
oleh siswa dan orang tua dan bagaimana cara siswa dan orang tua
berkomunikasi selama proses pembelajaran jarak jauh dengan
menggunakan alat peraga.
d. Bimbingan (BMB)
Aspek bimbingan menjelaskan mengenai bimbingan dan bantuan
yang diberikan oleh orang tua selama proses pembelajaran jarak jauh
dengan menggunakan alat peraga.
e. Motivasi (MTV)
Aspek motivasi menjelaskan mengenai motivasi yang ada dalam diri
siswa selama proses pembelajaran jarak jauh dengan alat peraga
berlangsung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
f. Suasana Hati (MOD)
Aspek ini menjelaskan mengenai suasana hati siswa selama
mengerjakan tugas yang diberikan, baik dalam membuat alat peraga
maupun mengerjakan soal.
g. Latar Belakang (LBK)
Latar belakang menjelaskan mengenai alasan siswa dalam memilih
jawaban pada soal yang telah diberikan.
Tabel 4. 2 Data Hasil Wawancara dengan Orang Tua Siswa A1
Kode Baris Hasil Wawancara
TRK
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
Suka, tertarik Memperhatikan, ditambah
penjelasan dari orang tua dan kakak. Kadang
perhatian kurang fokus, harus diulang. Video
diputar 3 kali. Iya Atho dibantu dengan kakaknya.
Biasanya diawasi lalu yang salah dibetulkan. Saya
kerja, jadi Atho dibantu kakaknya yang sedang
libur kuliah, biasanya kalo ada pr langsung saya
teruskan ke rumah. Iya. Semangat, tipikal Atho
jika ada pr ingin cepat-cepat diselesaikan juga
kurang rapi, tapi terkadang juga tergantung
moodnya. Awalnya bagus, waktu menempelnya
sudah bosan, makanya saya terlambat kirim
hasilnya. Hasilnya kurang bagus sehingga diminta
kakaknya untuk mengulang. Kadang sama saya
malah susah, kalau sama kakaknya nurut. Tertarik
tetapi cepat bosan, harus pintar-pintar
mengarahkan. Ya, hanya kami masih kesulitan
berkomunikasi. Tidak. Iya. Kendala kami di
komunikasi, saya tidak menguasai Bahasa isyarat.
Jika kurang jelas kami menggunakan tulisan yang
simple Atho paham. Isyarat, tulisan, bahasa ibu.
Karena Atho loss telinga kanan kiri dan kurang
fokus, dulu tidak bisa diam, muter saja, sekarang
bisa tenang. Iya, kalau ada pr langsung dikerjakan
semangat. Hasil dikirim ke saya, kalau sempat
BJR/
BMB
MOD/
BMB
KMK
MTV/
LBK
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
LBK
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
saya koreksi dulu baru dikirim ke guru. Keinginan
ada tapi perlu lebih di motivasi. Diawasi dan
dibantu kakaknya Iya mbak. Bentuknya, mungkin
panjang sisinya sama ya. Kakaknya menerangkan
menggunakan bahasa isyarat gerakan tangan dan
menggunakan alat peraga itu. Iya. Banyak yang
dikerjakan sendiri, kakaknya membantu sedikit.
Kurang memperhatikan video. Ya mungkin
kurang suka ya mbak. Kurang suka yang pekerjaan
tangan. Kurang telaten. Iya mbak, kakaknya
karena kebetulan libur panjang membimbing saya
hanya mengoreksi. Kalau kakaknya tidak di rumah
ya semuanya saya. Nah itu yang saya kesulitan
mbak. Kalau ada pr dari gurunya Atho semangat,
apapun kalau guru yang meminta itu nurut. Target
saya tidak terlalu muluk mbak, yang penting Atho
bisa solat/ beribadah, dan paham maksudnya bisa
menulis untuk membantu komunikasi. Sebenarnya
tidak sulit mbak, hanya memotivasi Atho supaya
fokus. Mungkin saya yang kurang sabar dan belum
punya cara yang pas.
BMB/
TRK
LBK/
MTV
Tabel 4. 3 Data Hasil Wawancara dengan Orang Tua Siswa A2
Kode Baris Hasil Wawancara
BJR/
BMB
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Agak bingung untuk memulainya. Tidak bisa untuk
memulainya sendiri, harus diarahkan dan dibantu.
Dia itu paham cuma pas ngukurnya tetep dibantu
saat meletakkan penggaris harus dijelaskan dari
angka 0 sampai angka yang sesuai. Iya. Kalau
bahannya aku yang menyiapkan, kalau pas
prakteknya aku cuma bimbing cara ngukurnya
selanjutnya dibikin sendiri sampai selesai. Iya.
Nggak tau ya, tapi setiap ada tugas dia selalu
semangat mengerjakannya. Nggak bisa caranya
nanyain. Bingung. Cara ngukurnya biar pas antara
kanan dan kiri. Tidak. Iya paham. Nggak mesti
kadang sendiri kadang minta didampingi.
Didampingi. Kalau matematika yg berhitung
biasanya dia mandiri. Tak kasih tau kalau kubus itu
kotak kalau balok bentuknya panjang. Iya dengan
MOD/
TRK
BMB
LBK
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
MTV/
BMB
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
balok dan kubus. Mendampingi dan membantu kalau
ada kebutuhan lain yang diperlukan. Orang tua
mengajak dan menyuruh anak. Dari awal hingga
akhir minta di dampingi sampai dia sendiri
menemukan jawaban yang tepat, kalau dia nggak
mampu kita bantu dengan isyarat agar dia tau yg
diinginkan dari soal itu. Iya. Bisa memahami dia,
diusahakan selalu ada saat dia butuhkan. Biasanya
latif cuma tak suruh ulang-ulang memahami soalnya
akhirnya dia bisa paham. Harus mencari jawaban
yang meng-angan-angan tidak ada dalam pilihan
jawaban atau dalam bacaan. Lupa, tapi kendalanya
biasanya yang begitu. Dia bisa dan paham.
BJR
C. Proses Pembelajaran Jarak Jauh dengan Alat Peraga ‘‘baru baku’’
Menurut Wijaya & Rusyan (1994) yang dimaksud alat peraga
pendidikan adalah media pendidikan yang memiliki peran dalam
meningkatkan dan membangkitkan motivasi siswa untuk belajar, selain itu
dengan alat peraga diharapkan siswa lebih tertarik untuk fokus dalam
belajar sehingga tujuan belajar dapat tercapai. Adapun tujuan dari alat
peraga adalah membuat proses pembelajaran lebih efektif. Alat peraga juga
mungkin dapat lebih sesuai dengan kebutuhan siswa secara individu
sehingga proses pembelajaran berlangsung menyenangkan bagi setiap
individu.
Alat peraga dalam penelitian ini adalah alat peraga ‘baru baku’ yaitu
alat peraga bangun ruang balok dan kubus. Alat peraga ini membantu siswa
untuk memahami bentuk abstrak menjadi konkrit. Siswa dapat melihat
secara nyata bentuk balok dan kubus, terutama bagi anak tunarungu yang
memiliki keterbatasan dalam mendengar. Anak tunarungu memiliki
keterbatasan dalam mendengar sehingga jika guru menjelaskan konsep
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
balok dan kubus secara lisan, siswa akan mengalami kesulitan dalam
memahami karena keterbatasan bahasa dan kosakata.
Dalam penelitian ini peneliti tidak menyediakan alat peraga yang akan
digunakan selama proses pembelajaran, namun peneliti mengajak siswa
untuk secara langsung mengikuti proses cara membuat alat peraga ini.
Dengan membuat alat peraga ini secara langsung, siswa tidak hanya diajak
untuk melihat dan memahami akan tetapi siswa juga diajak untuk praktek
langsung. Siswa juga dapat lebih cepat memahami mengenai balok dan
kubus dengan adanya kegiatan membuat alat peraga ini.
Pada penelitian ini, proses pembelajaran dibagi menjadi beberapa
langkah yaitu.
1. siswa menonton video
2. siswa menyiapkan alat dan bahan
3. siswa mulai membuat alat peraga
4. siswa mengerjakan soal menggunakan alat peraga.
Ketika pertama kali siswa diberikan tugas untuk membuat alat peraga
dan mengerjakan soal, pada dasarnya siswa memiliki semangat dan
ketertarikan untuk mengerjakan tugas dari guru. Hal ini dapat dilihat dari
hasil wawancara dengan orang tua siswa menjelaskan:
“Suka, tertarik. … Iya. Semangat, tipikal Atho jika ada
pr ingin cepat-cepat diselesaikan …” (Tabel 4.2 baris
1,7-8)
“Nggak tau ya, tapi setiap ada tugas dia selalu semangat
mengerjakannya.” (Tabel 4.3 baris 8-9)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Pada awal tugas diberikan dan siswa menonton video, siswa 1
memperhatikan video yang diberikan tetapi membutuhkan bantuan orang
lain untuk menjelaskan maksud dari video, sedangkan siswa 2 merasa
kebingungan untuk memulai. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara:
“Memperhatikan, ditambah penjelasan dari orang tua dan
kakak. Kadang perhatian kurang fokus, harus diulang.
Video diputar 3 kali.” (Tabel 4.2 baris 1-3)
“Agak bingung untuk memulainya. Tidak bisa untuk
memulainya sendiri, harus diarahkan dan dibantu.”
(Tabel 4.3 baris 1-2)
Orang tua atau wali membantu siswa untuk memahami tugas melalui
video yang diberikan oleh peneliti dengan menggunakan bahasa isyarat,
gerakan tangan, maupun dengan tulisan yang dapat dimengerti oleh siswa.
Siswa tidak langsung paham dengan apa yang dijelaskan oleh peneliti dalam
video, sehingga video diputar lebih dari satu kali.
Kemudian dalam menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
untuk membuat alat peraga, siswa 1 memiliki keinginan sendiri untuk
menyiapkan dan orang tua atau wali membantu siswa, sedangkan untuk
siswa 2, alat dan bahan disiapkan oleh orang tua dan selanjutnya siswa yang
melakukan sendiri.
“Kalau bahannya aku yang menyiapkan, kalau pas
prakteknya aku cuma bimbing cara ngukurnya
selanjutnya dibikin sendiri sampai selesai.” (Tabel 4.3
baris 5-8)
Setelah siswa bersama orang tua atau wali selesai menyiapkan alat
peraga, kemudian siswa mulai membuat alat peraga. Ditengah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
pengerjaannya membuat alat peraga, siswa 1 merasa bosan sehingga kurang
maksimal dalam membuat alat peraga dan oleh wali yang membimbing
diminta untuk mengulang pembuatan alat peraga. Siswa 1 membutuhkan
bimbingan dari orang tua untuk mengarahkan karena ketika membuat alat
peraga, siswa cenderung kesulitan untuk fokus.
“Tertarik tetapi cepat bosan, harus pintar-pintar
mengarahkan. … Ya mungkin kurang suka ya mbak.
Kurang suka yang pekerjaan tangan. Kurang telaten. …
Sebenarnya tidak sulit mbak, hanya memotivasi Atho
supaya fokus.” (Tabel 4.2 baris 14-15, 31-33, 41-42)
Dilihat dari hasil wawancara tersebut juga dapat diketahui bahwa siswa
1 mengalami kesulitan dalam membuat alat peraga karena tidak telaten
dalam membuat alat peraga. Alat peraga dibuat secara mandiri oleh siswa
dengan harapan siswa juga belajar dan lebih memahami mengenai konsep
bangun ruang balok dan kubus.
Sedangkan untuk siswa 2 dalam pembuatan alat peraga, siswa bertanya
mengenai pengukuran alat peraga balok dan kubus supaya tepat. Meskipun
siswa memiliki keinginan sendiri dalam mengerjakan, siswa juga
membutuhkan dorongan motivasi dari luar dirinya sendiri.
Kesulitan yang dialami selama proses pembelajaran adalah keterbatasan
komunikasi orang tua dengan siswa. Ketika siswa bertanya kepada orang
tua, orang tua kadang kesulitan untuk memahami maksud dari siswa. Orang
tua mengatasi kesulitan dalam komunikasi ini dengan memberikan catatan
tulisan yang lebih mudah dipahami oleh siswa. Untuk materi balok dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
kubus, tidak ada pertanyaan yang diungkapkan oleh kedua siswa. Kedua
siswa memahami materi balok dan kubus. Dengan menggunakan alat
peraga, siswa lebih memahami perbedaan antara balok dan kubus dilihat
dari ukuran rusuk pada kubus dan balok, sehingga siswa dapat mengerjakan
soal dengan baik.
Alat peraga merupakan sebuah media pembelajaran yang tidak
membutuhkan banyak penjelasan dalam penggunaannya sehingga siswa
dapat langsung mempelajari alat peraga dengan melihat. Bagi siswa
tunarungu, alat peraga ini merupakan media yang tepat untuk digunakan
proses pembelajaran. Hal itu dikarenakan alat peraga ini bisa hanya dengan
mengandalkan pengamatan visual.
Selama proses pembelajaran jarak jauh dengan menggunakan alat
peraga balok dan kubus, siswa dibimbing oleh orang tua atau wali mulai
dari menonton video, menyiapkan alat dan bahan hingga mengerjakan soal.
Bantuan dari orang tua dibutuhkan supaya siswa dapat melaksanakan
pembelajaran dengan baik karena dapat memahami materi, video, dan soal
yang telah diberikan. Dengan pembelajaran jarak jauh ini, bisa dikatakan
bahwa orang tua atau wali menggantikan peran guru di sekolah. Ketika di
sekolah, pembelajaran dilakukan dengan bimbingan guru, akan tetapi
selama pembelajaran jarak jauh ini, orang tua atau wali yang membimbing
anak dalam belajar dan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh
peneliti maupun pelajaran lain yang diberikan oleh guru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
D. Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar kedua siswa menunjukkan hasil yang memuaskan. Proses
pembelajaran jarak jauh dengan menggunakan alat peraga berjalan dengan
baik dan penggunaan alat peraga juga dilakukan oleh orang tua atau siswa
dengan baik sehingga siswa dapat menjawab soal yang diberikan oleh
peneliti dengan tepat dan memperoleh hasil belajar yang maksimal.
Siswa didampingi oleh orang tua atau wali dalam memahami maksud
dari soal yang diberikan dengan menggunakan isyarat hingga siswa
menemukan jawaban yang tepat. Alasan siswa dalam memilih jawaban pun
didasari oleh pengetahuan yang sudah dijelaskan oleh orang tua atau wali
dan juga melalui pengamatan siswa terhadap alat peraga yang sudah dibuat.
Hal ini ditunjukkan dalam hasil wawancara yang menjelaskan:
“Bentuknya, mungkin panjang sisinya sama ya.
Kakaknya menerangkan menggunakan bahasa isyarat
gerakan tangan dan menggunakan alat peraga itu.”
(Tabel 4.2 baris 26-27)
“Tak kasih tau kalau kubus itu kotak kalau balok
bentuknya panjang. Iya dengan balok dan kubus.” (Tabel
4.3 baris 14-15)
Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa siswa menjawab soal
dengan memperhatikan panjang rusuk dari alat peraga maupun dari
penjelasan sebelumnya oleh orang tua mengenai bentuk dari balok dan
kubus. Berikut ini adalah contoh soal dan juga jawaban yang diberikan oleh
siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Gambar 4. 3 Soal Nomor 5.e
Pada soal nomor 5.e, siswa diminta untuk menuliskan nama gambar
yang ada pada tabel dan juga menuliskan bentuk bangun ruang dari
gambar pada tabel tersebut.
Gambar 4. 4 Jawaban Siswa Nomor 5.e
Dalam gambar terlihat bahwa siswa menuliskan nama dari gambar tersebut
adalah susu dan bentuk bangun ruang dari susu adalah balok.
Selain karena latar belakang siswa memilih jawaban benar, peneliti juga
menyimpulkan dari hasil wawancara bahwa siswa memiliki motivasi sendiri
dalam mengerjakan soal sehingga soal dapat diselesaikan. Selain keinginan
siswa sendiri, siswa juga meminta orang tua untuk mendampingi selama
mengerjakan soal. Berikut adalah hasil wawancara yang dapat mendukung.
“Iya, kalau ada pr langsung dikerjakan semangat. …
Kalau ada pr dari gurunya Atho semangat, apapun kalau
guru yang meminta itu nurut.” (Tabel 4.2 baris 22-23, 36-
37)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
“Dari awal hingga akhir minta di dampingi sampai dia
sendiri menemukan jawaban yang tepat, kalau dia nggak
mampu kita bantu dengan isyarat agar dia tau yg
diinginkan dari soal itu.” (Tabel 4.3 baris 18-21)
Dari hasil belajar dan hasil wawancara, peneliti melihat bahwa hasil
belajar siswa yang memuaskan, dimana keduanya memperoleh skor 100,
dikarenakan oleh motivasi belajar yang ada dalam diri siswa, penggunaan
alat peraga yang baik, dan juga bimbingan orang tua atau wali selama proses
pembelajaran jarak jauh berlangsung. Dengan adanya motivasi, siswa
terdorong untuk mempelajari materi dengan bantuan alat peraga dan
penjelasan serta bimbingan orang tua sehingga siswa dapat mengerjakan
soal dengan tepat.
Walaupun kedua siswa mendapatkan hasil yang memuaskan, ada
beberapa perbedaan karakteristik yang dimiliki oleh kedua siswa ditinjau
dari aspek-aspek pada hasil wawancara.
Siswa pertama: cenderung memiliki semangat mengerjakan pada awal
proses pembelajaran. Di tengah proses pembelajaran, siswa merasa bosan
dan kurang fokus dalam mengerjakan. Dalam menjawab soal, siswa
membutuhkan bantuan dan bimbingan berupa dorongan semangat yang
lebih dari orang lain karena karakter siswa yang sering kurang fokus.
Siswa kedua: cenderung memiliki semangat di tengah proses pembelajaran.
Pada awal pembelajaran, siswa kurang memiliki semangat yang
dikarenakan masih kebingungan dalam memahami tugas yang diberikan
sehingga orang tua harus mengajak siswa untuk mengerjakan. Dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
menjawab soal, siswa tidak ada kesulitan karena siswa dapat memahami
mengenai balok dan kubus dengan melihat alat peraga dan juga dengan
penjelasan orang tua.
E. Hambatan-Hambatan yang Terjadi
Selama penelitian ini, terdapat beberapa hambatan yang dialami oleh
peneliti sehingga berpengaruh pada penelitian yang dilakukan. Hambatan-
hambatan itu antara lain:
1. Pelaksanaan penelitian tidak dapat dilakukan di dalam kelas akan
tetapi dilakukan secara jarak jauh melalui grup Whats App Messenger
sehingga penelitian tidak dapat dilakukan secara maksimal.
2. Dari 5 siswa kelas IV SDLB Wiyata Dharma 1 Sleman, peneliti hanya
mendapatkan data hasil tes dari 2 siswa sehingga data hasil wawancara
juga hanya diperoleh dari orang tua kedua siswa tersebut. Hal itu
dikarenakan beberapa orang tua tidak dapat dihubungi oleh peneliti
melalui pesan teks.
3. Proses pembelajaran dengan menggunakan alat peraga tidak dapat
dilihat secara maksimal karena peneliti tidak dapat melakukan
observasi secara langsung ketika pembelajaran berlangsung dan hanya
mengandalkan data hasil wawancara dengan orang tua dan hasil
belajar siswa.
4. Alat peraga yang telah dibuat tidak dapat bertahan dalam jangka waktu
panjang karena alat dan bahan yang digunakan menyesuaikan dengan
apa yang dimiliki oleh siswa dan orang tua atau wali di rumah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilaksanakan dengan menggunakan
pembelajaran jarak jauh dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu:
1. Proses pembelajaran yang dilakukan dengan jarak jauh menggunakan
alat peraga berlangsung dengan lancar. Selama proses pembelajaran,
terdapat beberapa hal yang diperhatikan peneliti, yaitu:
a. Siswa dibimbing oleh orang tua atau wali selama proses
pembelajaran.
b. Siswa mau bertanya jika mengalami kesulitan baik menggunakan
tulisan maupun isyarat.
c. Siswa menonton dan memperhatikan video, serta mempraktekkan
membuat alat peraga dengan baik.
d. Siswa melanjutkan mengerjakan soal setelah mengamati alat peraga.
Hasil belajar siswa tunarungu dalam pembelajaran matematika dengan
menggunakan alat peraga ‘baru baku’ untuk materi balok dan kubus
memuaskan. Kedua siswa mendapatkan skor 100. Dalam hal ini, siswa
terbantu dengan alat peraga dalam mengerjakan soal. Siswa memiliki
keinginan dan motivasi untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh
peneliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Dari beberapa kesimpulan diatas, dapat ditarik kesimpulan secara umum
bahwa penggunaan alat peraga ‘baru baku’ untuk materi bangun ruang
balok dan kubus yang diterapkan pada anak SDLB B (tunarungu) di SDLB
Wiyata Dharma 1 Sleman berjalan dengan baik. Meskipun terdapat
beberapa kendala, namun tidak mempengaruhi aktivitas siswa selama
pembelajaran di rumah.
B. Saran
1. Bagi Pembaca
Bagi pembaca yang ingin melanjutkan penelitian ini, disarankan untuk
memilih waktu yang tepat agar dapat melaksanaan penelitian secara
langsung di sekolah, sehingga penelitian dapat dilakukan sesuai rencana
dan siswa sebagai subyek penelitian juga lebih mudah menerima materi.
2. Bagi Guru
Bagi guru disarankan supaya lebih banyak melakukan variasi dalam
pembelajaran, khususnya dalam penggunaan media alat peraga dalam
pembelajaran, supaya siswa lebih bersemangat dalam belajar dan dapat
lebih mudah memahami materi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi dan Supriyono. (2013). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Anantaputro, Slamet & Sutisna, Usa. (1984). Pendidikan Anak-Anak Terbelakang:
Untuk SGPLB. Jakarta: Depdikbud RI.
Desiningrum, Dinie Ratri. (2016). Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus.
Yogyakarta: Psikosain.
Dimyati dan Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineke.
Dwijosumarto, Andreas. (1990). Ortopaedagogik ATR. Bandung: Depdikbud.
Gunawan, Imam. (2014). Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik. Jakarta:
Bumi Aksara.
Hudojo, Herman. (1988). Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Depdikbud.
Marani, Aslan. (2017). Kurikulum Bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Jurnal
Studi Insania, 5, 105-119.
NCTM. (1989). Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics.
Reston, VA: NCTM.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. (2007). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan
Bagian 2. Bandung: IMTIMA.
Tohirin. (2012). Metode Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan dan Bimbingan
Konseling: Pendekatan Praktis untuk Peneliti Pemula dan Dilengkapi dengan
Contoh Transkrip Hasil Wawancara Serta Model Penyajian Data. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
Wikasanti, Esthy. (2014). Pengembangan Life Skills untuk Anak Berkebutuhan
Khusus. Jogjakarta: Maxima.
Winkel, W. S. (2014). Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia.
https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/03/se-mendikbud-pembelajaran-
secara-daring-dan-bekerja-dari-rumah-untuk-mencegah-penyebaran-covid19
diakses pada tanggal 10 Juli 2020
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
https://kolom.tempo.co/read/1342106/pembelajaran-jarak-jauh-di-masa-pandemi
diakses pada tanggal 10 Juli 2020
https://www.kompas.com/edu/read/2020/03/25/154226271/bila-belajar-di-rumah-
diperpanjang-nadiem-tak-harus-online-dan-akademis?page=all diakses pada
tanggal 10 Juli 2020
http://www.pengertianku.net/2014/12/inilah-pengertian-alat-peraga-dan-menurut-
para-ahli.html diakses pada tanggal 10 Oktober 2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Lampiran 1: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah : SLB B Wiyata Dharma 1 Sleman
Kelas/Semester : IV / 2
Materi Pembelajaran : Matematika
Alokasi Waktu : 1 x Pertemuan (3 x 35 menit)
A. Kompetensi Inti (KI)
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati [melihat,
membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya,
makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang
dijumpainya di rumah dan di sekolah
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis,
dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak
sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman
dan berakhlak mulia
B. Kompetensi Dasar dan Indikator
Kompetensi Indikator
5.5 Mengenal bangun datar dan
bangun ruang, serta
mengelompokkan berdasarkan
sifat geometrisnya
3.5.1 Mengidentifikasi berbagai
bangun datar dan bangun
ruang di lingkungan sekitar
6.5 Menuliskan nama bangun datar
dan bangun ruang, serta
mengelompokkan berdasarkan
sifat geometrisnya
4.5.1 Menuliskan bangun datar
dan bangun ruang di
lingkungan sekitar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
C. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran dari pembelajaran adalah :
1. Siswa dapat mengidentifikasi berbagai bangun datar dan bangun ruang
di lingkungan sekitar dengan cermat.
2. Siswa dapat menulis berbagai nama bangun datar dan bangun ruang di
lingkungan sekitar dengan cermat.
D. Materi Pembelajaran
Bangun Ruang Balok dan Kubus
E. Metode Pembelajaran
Metode : Penggunaan Alat Peraga Baru Baku
F. Kegiatan Pembelajaran
• Kegiatan Awal
Siswa diajak mengingat kembali bentuk bangun ruang balok dan
kubus.
• Kegiatan Inti
➢ Eksplorasi
Peneliti memperkenalkan alat peraga ‘baru baku’ dan
memberikan video pengajaran cara membuat alat peraga.
➢ Elaborasi
- Siswa dengan bimbingan orang tua membuat alat
peraga ‘baru baku’ dan mengamati bentuk secara
visual dari alat peraga’baru baku’.
- Siswa dengan bimbingan orang tua mengerjakan
soal.
➢ Konfirmasi
- Orang tua bertanya tentang hal-hal yang belum
diketahui siswa
- Orang tua bersama dengan siswa memberikan
penguatan dan menyimpulkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
• Kegiatan Penutup
Orang tua memberikan kesimpulan mengenai materi yang telah
dipelajari bersama.
G. Media, Bahan, dan Sumber Belajar
1. Buku Siswa
2. Alat Peraga ‘Baru Baku’
H. Penilaian
Indikator Pencapaian
Kompetensi
Teknik
Penilaian
Bentuk
Instrumen Instrumen/Soal
Mengidentifikasi
berbagai bangun datar
dan bangun ruang di
lingkungan sekitar
Tugas
Individu
Pilihan 1. Lingkari benda
yang berbentuk
kubus!
2. Lingkari benda
yang berbentuk
balok!
3. Sebutkan benda-
benda yang
berbentuk kubus!
4. Sebutkan benda-
benda yang
berbentuk balok!
Menuliskan bangun
datar dan bangun ruang
di lingkungan sekitar
Isian 5. Isilah titik-titik
berikut dengan
nama benda,
gambar, atau
bentuk benda!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Lampiran 2: Soal Hasil Belajar
SOAL MATERI BALOK DAN KUBUS
Kerjakan soal di bawah ini berdasarkan perintah!
1. Lingkari benda di bawah ini yang berbentuk kubus!
a. aquarium
b. kotak tisu
c. permainan
rubik
d. penghapus
e. kayu yang
dibentuk
f. dadu
2. Lingkari benda di bawah ini yang berbentuk balok!
a. Kotak kado
b. lemari
c. permainan
rubik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
d. kasur
e. kayu yang
dibentuk
f. dadu
3. Sebutkan benda-benda di sekitarmu yang berbentuk kubus!
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………
4. Sebutkan benda-benda di sekitarmu yang berbentuk balok!
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………
5. Isilah titik-titik pada table di bawah ini!
No Nama Benda Gambar benda Bentuk benda
(kubus/balok)
A
………………
…….
…………………
…
b
………………
……
…………………
….
c
………………
……
…………………
….
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
d Bak
……………………
…………………
….
e
………………
……
…………………
…
f
………………
…..
…………………
..
g
………………
…..
…………………
..
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Lampiran 3: Pedoman Wawancara
PEDOMAN WAWANCARA
1. Bagaimana reaksi anak ketika mendapatkan tugas untuk membuat alat
peraga?
2. Apakah anak mendengarkan penjelasan dari video maupun dari orang
tua/wali?
3. Apakah anak ikut aktif dalam mempersiapkan alat dan bahan untuk
membuat alat peraga?
4. Apakah anak ikut terlibat aktif dalam membuat alat peraga?
5. Apakah anak terlihat bersemangat dalam membuat alat peraga? Jika tidak,
apa yang menyebabkan anak tidak bersemangat?
6. Apakah anak merasa lebih tertarik untuk belajar menggunakan alat peraga?
7. Apakah selama belajar dengan menggunakan alat peraga anak mau bertanya
mengenai hal-hal yang belum dimengerti?
8. Apakah anak lebih mudah memahami materi dengan menggunakan alat
peraga?
9. Apakah anak menjawab ketika orang tua/wali bertanya?
10. Apakah anak mau mengerjakan soal yang diberikan?
11. Apa yang dilakukan orang tua/wali dalam mempersiapkan tugas untuk
anak?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
12. Apakah orang tua/wali mengajak anak untuk terlibat dalam pembuatan alat
peraga?
13. Bagaimana proses pembelajaran berlangsung? Mulai dari membuat alat
peraga hingga mengerjakan soal.
14. Apakah orang tua/wali membimbing anak sepenuhnya dalam proses
pembelajaran? Terutama dalam proses membuat alat peraga dan
mengerjakan latihan soal.
15. Upaya apa yang dilakukan orang tua/wali untuk membuat anak antusias
dalam belajar?
16. Bagaimana cara orang tua/wali mengkomunikasikan apa yang harus
dilakukan anak dalam proses pembelajaran menggunakan alat peraga?
17. Apa kesulitan atau hambatan yang dialami orang tua/wali selama
melakukan pembelajaran dengan menggunakan alat peraga?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Lampiran 4: Hasil Wawancara
TRANSKRIP HASIL WAWANCARA
1. Transkrip Hasil Wawancara dengan Orang Tua Siswa A1
Wawancara dengan Orang Tua Siswa A1 dilakukan pada tanggal 15
Juni 2020 secara daring menggunakan aplikasi pesan WA.
P : Bagaimana reaksi anak ketika mendapatkan tugas untuk membuat
alat peraga?
O : Suka, tertarik
P : Apakah anak memperhatikan penjelasan dari video maupun dari
orang tua/wali?
O : Memperhatikan, ditambah penjelasan dari orang tua dan kakak.
Kadang perhatian kurang fokus, harus diulang.
P : Jadi beberapa penjelasan diulang ya Bu?
O : Video diputar 3 kali.
P : Apakah anak ikut aktif dalam mempersiapkan alat dan bahan untuk
membuat alat peraga?
O : Iya Atho dibantu dengan kakaknya. Biasanya diawasi lalu yang salah
dibetulkan. Saya kerja, jadi Atho dibantu kakaknya yang sedang libur
kuliah, biasanya kalo ada pr langsung saya teruskan ke rumah.
P : Baik Bu. Jadi anak aktif ya Bu dalam membuat alat peraganya.
O : Iya
P : Apakah anak merasa lebih tertarik untuk belajar menggunakan alat
peraga?
O : Semangat, tipikal Atho jika ada pr ingin cepat-cepat diselesaikan juga
kurang rapi, tapi terkadang juga tergantung moodnya.
P : Kalau kemarin waktu mengerjakan itu moodnya bagaimana Bu?
O : Awalnya bagus, waktu menempelnya sudah bosan, makanya saya
terlambat kirim hasilnya. Hasilnya kurang bagus sehingga diminta
kakaknya untuk mengulang. Kadang sama saya malah susah, kalau
sama kakaknya nurut.
P : Apakah anak merasa lebih tertarik untuk belajar menggunakan alat
peraga?
O : Tertarik tetapi cepat bosan, harus pintar-pintar mengarahkan.
P : Lalu apakah selama belajar dengan menggunakan alat peraga anak
mau bertanya mengenai hal-hal yang belum dimengerti?
O : Ya, hanya kami masih kesulitan berkomunikasi.
P : Kalau untuk pelajaran materi balok dan kubus tidak ada pertanyaan
Bu?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
O : Tidak.
P : Apakah anak lebih mudah memahami materi dengan menggunakan
alat peraga?
O : Iya.
P : Apakah anak menjawab ketika orang tua/wali bertanya?
O : Kendala kami di komunikasi, saya tidak menguasai Bahasa isyarat.
Jika kurang jelas kami menggunakan tulisan yang simple Atho
paham.
P : Oh begitu Bu. Lalu selama ini berkomunikasi menggunakan tulisan
itu ya Bu?
O : Isyarat, tulisan, bahasa ibu. Karena Atho loss telinga kanan kiri dan
kurang fokus, dulu tidak bisa diam, muter saja, sekarang bisa tenang.
P : Lalu Atho apakah mau mengerjakan latihan soal yang diberikan?
O : Iya, kalau ada pr langsung dikerjakan semangat. Hasil dikirim ke
saya, kalau sempat saya koreksi dulu baru dikirim ke guru.
P : Apakah orang tua/wali mengajak anak untuk terlibat dalam
pembuatan alat peraga?
Atau anak memiliki inisiatif sendiri?
O : Keinginan ada tapi perlu lebih di motivasi.
P : Lalu ketika mengerjakan dibantu kakaknya atau sendiri Bu?
O : Diawasi dan dibantu kakaknya
P : Berarti untuk jawaban itu Atho ya yang menjawab?
O : Iya mbak.
P : Atho memilih jawaban balok dan kubus berdasarkan apa ya Bu?
O : Bentuknya, mungkin panjang sisinya sama ya. Kakaknya
menerangkan menggunakan bahasa isyarat gerakan tangan dan
menggunakan alat peraga itu.
P : Menerangkannya dilihat dari panjang sisinya itu ya Bu?
O : Iya.
P : Bagaimana proses pembelajaran berlangsung? Mulai dari membuat
alat peraga hingga mengerjakan soal.
O : Banyak yang dikerjakan sendiri, kakaknya membantu sedikit.
Kurang memperhatikan video.
Ya mungkin kurang suka ya mbak.
P : Kurang suka tugasnya atau bagaimana Bu?
O : Kurang suka yang pekerjaan tangan. Kurang telaten.
P : Lalu apakah orang tua/wali membimbing anak sepenuhnya dalam
proses pembelajaran? Terutama dalam proses membuat alat peraga
dan mengerjakan latihan soal.
O : Iya mbak, kakaknya karena kebetulan libur panjang membimbing
saya hanya mengoreksi.
Kalau kakaknya tidak di rumah ya semuanya saya.
P : Upaya apa yang dilakukan orang tua/wali untuk membuat anak
antusias dalam belajar?
O : Nah itu yang saya kesulitan mbak. Kalau ada pr dari gurunya Atho
semangat, apapun kalau guru yang meminta itu nurut. Target saya
tidak terlalu muluk mbak, yang penting Atho bisa solat/ beribadah,
dan paham maksudnya,bisa menulis untuk membantu komunikasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
P : Lalu pertanyaan terakhir, apa kesulitan atau hambatan yang dialami
orang tua/wali selama melakukan pembelajaran dengan
menggunakan alat peraga?
O : Sebenarnya tidak sulit mbak, hanya memotivasi Atho supaya fokus.
Mungkin saya yang kurang sabar dan belum punya cara yang pas.
2. Transkrip Hasil Wawancara dengan Orang Tua Siswa A2
Wawancara dengan Orang Tua Siswa A2 dilakukan pada tanggal 16 dan
19 Juni 2020 secara daring menggunakan aplikasi pesan WA.
P : Bagaimana reaksi anak ketika mendapatkan tugas untuk membuat
alat peraga?
O : Agak bingung untuk memulainya.
P : Bisa dijelaskan sedikit apa yang membuat bingung?
O : Tidak bias untuk memulainya sendiri, harus diarahkan dan dibantu.
P : Apakah anak memperhatikan penjelasan dari video maupun dari
orang tua/wali?
O : Dia itu paham cuma pas ngukurnya tetep dibantu saat meletakkan
penggaris harus dijelaskan dari angka 0 sampai angka yang sesuai.
P : Berarti paham dengan apa yang tergambar dalam video ya Bu? Hanya
saja dalam praktek membutuhkan bimbingan orang tua?
O : Iya.
P : Apakah anak ikut aktif dalam mempersiapkan alat dan bahan untuk
membuat alat peraga?
O : Kalau bahannya aku yang menyiapkan, kalau pas prakteknya aku
cuma bimbing cara ngukurnya selanjutnya dibikin sendiri sampai
selesai.
P : Baik Bu. Jadi anak aktif ya Bu dalam membuat alat peraganya.
O : Iya
P : Apakah anak merasa lebih tertarik untuk belajar menggunakan alat
peraga?
O : Nggak tau ya, tapi setiap ada tugas dia selalu semangat
mengerjakannya
P : Oh iya bu, untuk pertanyaan barusan mungkin nanti apakah bisa
ditanyakan ke latif ya Bu?
O : Nggak bisa caranya nanyain. Bingung.
P : Lalu apakah selama belajar dengan menggunakan alat peraga anak
mau bertanya mengenai hal-hal yang belum dimengerti?
O : Cara ngukurnya biar pas antara kanan dan kiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
P : Kalau untuk pelajaran materi balok dan kubus tidak ada pertanyaan
Bu?
O : Tidak.
P : Apakah anak sudah memahami balok dan kubus?
O : Iya paham.
P : Lalu apakah siswa mengerjakan soal dengan mandiri atau bersama
orang tua?
O : Nggak mesti kadang sendiri kadang minta didampingi.
P : Kemarin ketika mengerjakan latihan soal kubus dan balok bagaimana
Bu?
O : Didampingi. Kalau matematika yg berhitung biasanya dia mandiri.
P : Ketika menjawab pertanyaan kemarin, apa yang membuat anak
memilih kubus Bu? Mengapa memilih jawaban dari soal adalah
kubus maupun balok?
O : Tak kasih tau kalau kubus itu kotak kalau balok bentuknya panjang.
P : Apakah memberi tahu dengan menunjukkan balok dan kubus yang
dibuat?
O : Iya dengan balok dan kubus.
P : Apa yang dilakukan orang tua/wali dalam mempersiapkan tugas
untuk anak?
O : Mendampingi dan membantu kalau ada kebutuhan lain yang
diperlukan.
P : Apakah orang tua mengajak anak untuk terlibat dalam pembuatan
alat peraga?
Atau anak memiliki inisiatif sendiri?
O : Orang tua mengajak dan menyuruh anak.
P : Bagaimana proses pembelajaran berlangsung? Mulai dari membuat
alat peraga hingga mengerjakan soal.
Bisa dijelaskan Bu?
O : Dari awal hingga akhir minta di dampingi sampai dia sendiri
menemukan jawaban yang tepat, kalau dia nggak mampu kita bantu
dengan isyarat agar dia tau yg diinginkan dari soal itu.
P : Baik Bu. Orang tua mendampingi anak sepenuhnya dalam proses
membuat alat peraga dan mengerjakan latihan soal Bu?
O : Iya
P : Kira kira ada upaya apa yang dilakukan orang tua/wali untuk
membuat anak antusias dalam belajar?
O : Bisa memahami dia, diusahakan selalu ada saat dia butuhkan
P : Bagaimana cara orang tua mengkomunikasikan apa yang harus
dilakukan anak dalam proses pembelajaran menggunakan alat
peraga?
O : Biasanya latif cuma tak suruh ulang2 memahami soalnya akhirnya
dia bisa paham.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
P : Lalu untuk pertanyaan terakhir, apa kesulitan atau hambatan yang
dialami orang tua/wali selama melakukan pembelajaran dengan
menggunakan alat peraga?
O : Harus mencari jawaban yang meng angan angan tidak ada dalam
pilihan jawaban atau dalam bacaan.
P : Apakah kemarin ada soal yang begitu?
O : Lupa, tapi kendalanya biasanya yang begitu.
P : Kalau yang kemarin bagaimana?
O : Dia bisa dan paham.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Lampiran 5: Hasil Pekerjaan Siswa Pertama
HASIL PEKERJAAN SISWA PERTAMA
Pada pembelajaran jarak jauh dengan menggunakan alat peraga ‘baru baku’,
siswa diminta untuk membuat peraga balok dan kubus dari jaring-jaring balok dan
kubus yang juga dibuat sendiri oleh siswa dan hasil yang diberikan sesuai dengan
harapan peneliti. Setelah alat peraga selesai dibuat, siswa kemudian mengerjakan
soal hasil belajar yang telah diberikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Lampiran 6: Hasil Pekerjaan Siswa Kedua
HASIL PEKERJAAN SISWA KEDUA
Pada pembelajaran jarak jauh dengan menggunakan alat peraga ‘baru baku’,
siswa diminta untuk membuat peraga balok dan kubus dari jaring-jaring balok dan
kubus yang juga dibuat sendiri oleh siswa dan hasil yang diberikan sesuai dengan
harapan peneliti. Setelah alat peraga selesai dibuat, siswa kemudian mengerjakan
soal hasil belajar yang telah diberikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Lampiran 7: Surat Bukti Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI