Upload
doananh
View
244
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
LAPORAN TUGAS AKHIR
PENGGUNAAN APAR DAN FIRE HYDRANT SEBAGAIUPAYA PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI PT.
BRIDGESTONE TIRE INDONESIABEKASI, JAWA BARAT
Dhanis Woro PurbandariR.0009031
PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJAFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
ABSTRAK
PENGGUNAAN APAR DAN FIRE HYDRANT SEBAGAI UPAYAPENANGGULANGAN KEBAKARAN DI PT. BRIDGESTONE
TIRE INDONESIA, BEKASI – JAWA BARAT
Dhanis Woro Purbandari*), Yeremia Rante Ada’**), Seviana Rinawati**)
Tujuan : Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penyediaan, pemasanganpemeliharaan dan pemeriksaan Apar dan Fire Hydrant di PT. Bridgestone TireIndonesia sebagai upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran.
Metode : Metode deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran yang jelasdan tepat mengenai bagaimana penyediaan, pemeriksaan dan pemeliharaan yangdilakukan khususnya pada Apar dan Fire hydrant di PT. Bridgestone TireIndonesia.
Hasil : Berdasarkan penelitian ini, maka didapat hasil bahwa tempat kerja di PT.Bridgestone Tire Indonesia berpotensi terjadinya peledakan dan kebakaran. Olehkarena itu perlu adanya alat pemadam kebakaran. Secara keseluruhan APAR yangterpasang di PT. Bridgestone Tire Indonesia berjumlah kurang lebihnya 900 unityang terdiri dari Serbuk kimia kering (Drychemical powder), CO2 dan ChemicalFoam dan Fire Hydrant berjumlah 131 unit. Sebagian besar menggunakan hydrantgedung (hydrant box) dan hydrant halaman hanya ada 2 unit. APAR dilakukanpemeriksaan 2 kali dalam setahun yaitu pemeriksaan setiap 6 bulan danpemeriksaan setiap 12 bulan. Pada Hydrant Box dan Hydrant Halamanpemeriksaannya juga dilakukan 2 kali per tahunnya.
Simpulan : Dari hasil magang yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa PT.Bridgestone Tire Indonesia telah melakukan pemasangan, pemeliharaan danpemeriksaan Apar dan Hydrant dengan baik dan telah sesuai dengan PeraturanMenteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per. 04/ Men/ 1980 tentang Syarat-ayarat Pemasangan dan Pemeliharaan APAR dan Kepmenaker No.158 Tahun1972 tentang Program Operasional, Serentak, Singkat, Padat untuk Pencegahandan Penanggulangan Kebakaran.
Kata Kunci : APAR dan Fire Hydrant.
*) Program Studi Diploma III Hiperkes dan KK, FK, UNS.**) Program Studi Diploma IV Kesehatan Kerja, FK, UNS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT
USED APAR AND FIRE HYDRANT FOR FIRE PREVENTION EFFORTSIN PT. BRIDGESTONE TIRE INDONESIA, BEKASI - WEST JAVA
Dhanis Woro Purbandari*), YeremiaRante Ada’**), Seviana Rinawati**)
Objectives: The study was conducted to determine the supply, installation,maintenance, and inspection Apar and Fire Hydrant in PT. Bridgestone TireIndonesia in an effort to prevent and control fires.
Methods: The descriptive method is used to provide a clear and precise picture ofhow the provision, inspection, and maintenance are carried out especially in theApar and Fire hydrant at PT. Bridgestone Tire Indonesia.
Results: Based on this study, then we got the result that in the PT. BridgestoneTire Indonesia has the potential explosion and fire. Hence the need for fireextinguishers. Overall APAR is installed on the PT. Bridgestone Tire Indonesiaamounted to approximately 900 units consisting of Dry Chemical Powder, CO2and Chemical Foam and Fire Hydrant amounted to 131 units. Most of thebuildings using the Hydrant (Hydrant Box) and Hydrant Pages there are only 2units. APAR examination two times a year is every 6-month examination andinspection every 12 months. Hydrant Box and Hydrant Pages examination wasalso conducted two times per year
Conclusion: From the intern who has done it can be concluded that the PT.Bridgestone Tire Indonesia has been doing the installation, maintenance, andinspection Apar and Hydrant very well and are in accordance with the Regulationof Minister of Manpower and Transmigration No. Per. 04 / Men / 1980 on theTerms of Installation and Maintenance APAR and Decree No.158 of 1972 on theOperational Programmed, Unison, Short, Compact for the Prevention and FireFighting.
Keywords: APAR and the Fire Hydrant.
*) Study Programs of Diploma III and KK FK UNS**) Study Programs of Diploma IV Work Healty FK UNS
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala berkah,rahmat, karunia, kesehatan, kekuatan, kemudahan dan perlindungan-Nya kepadapenulis sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir dengan judul“PENGGUNAAN APAR DAN FIRE HYDRANT SEBAGAI UPAYAPENANGGULANGAN KEBAKARAN DI PT. BRIDGESTONE TIREINDONESIA, BEKASI, JAWA BARAT” dengan tepat waktu.
Laporan tugas akhir ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan studi diProgram D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran UniversitasSebelas Maret Surakarta. Laporan ini merupakan hasil kegiatan selama magang diPT. Bridgestone Tire Indonesia selama 3 bulan terhitung sejak tanggal 6 Februari2012 sampai 30 April 2012.
Dalam pelaksanaan magang dan penyusunan laporan ini penulis telah dibantudan dibimbing oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankan penulismenyampaikan ucapan terima kasih kepada:1. Bapak Prof. Dr. H. Zainal Arifin Adnan, dr. Sp.PD-KR-FINASIM, selaku
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.2. Bapak Sumardiyono, SKM, M.Kes selaku Ketua Program Studi Diploma III
Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas SebelasMaret Surakarta.
3. Ibu Yeremia Rante Ada’, S.Sos, M.Kes selaku pembimbing I dalam penulisanlaporan ini.
4. Ibu Seviana Rinawati, SKM selaku pembimbing II dalam penulisan laporanini.
5. Bapak Tarwaka, PGDip.Sc, M.Erg selaku penguji.6. Bapak, Ibu, dan Adik tercinta yang senantiasa memberikan dukungan baik
dari segi moril maupun materiil.7. Bapak Supriyadi bagian Diklat yang telah membantu dalam perizinan
sehingga penulis dapat melaksanakan magang di PT. Bridgestone TireIndonesia.
8. Bapak A. Buchori selaku Manager SHE Internal yang telah memberikannasehat dan berbagi pengalaman hidupnya yang luar biasa.
9. Bapak TB. Hedi Saepudin selaku Kepala Seksi SHE Internal sekaligus sebagaiPembimbing Lapangan yang telah meluangkan waktu untuk memberikannasihat masukan-masukan kepada penulis selama magang di PT. BridgestoneTire Indonesia.
10. Seluruh Staff SHE Internal.11. Teruntuk seseorang yang special Agus Triyono yang selalu memberikan
motivasi.12. Seluruh Dosen dan Staff Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan
Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
mengajarkan dan menambah wawasan tentang ilmu-ilmu K3 kepada penulisselama perkuliahan.
13. Teman-teman angkatan 2009 Program Diploma III Hiperkes dan KeselamatanKerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yangbersama-sama berjuang untuk mencapai kelulusan.
14. Semua pihak yang telah memberikan doa, dukungan serta membantukelancaran penulis dalam menyusun laporan ini.Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari sempurna.
Penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sehingga dapat dijadikanmasukan di waktu mendatang. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat danmenambah ilmu pengetahuan khususnya di bidang Hiperkes dan KeselamatanKerja.
Surakarta, Juni 2012Penulis,
Dhanis Woro Purbandari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... iHALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iiHALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN........................................... iiiABSTRAK.................................................................................................... ivKATA PENGANTAR .................................................................................. vDAFTAR ISI................................................................................................. viiDAFTAR GAMBAR .................................................................................... viiiDAFTAR LAMPIRAN................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1B. Rumusan Masalah .................................................................. 4C. Tujuan Tugas Akhir................................................................ 4D. Manfaat Tugas Akhir.............................................................. 5
BAB II LANDASAN TEORI.................................................................... 7A. Tinjauan Pustaka .................................................................... 7B. Kerangka Pemikiran ............................................................... 36
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 37A. Metode Penelitian................................................................... 37B. Lokasi Penelitian .................................................................... 37C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian..................................... 37D. Sumber Data ........................................................................... 38E. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 38F. Pelaksanaan ............................................................................ 39G. Analisis Data .......................................................................... 39
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 41A. Hasil Penelitian....................................................................... 41B. Pembahasan ............................................................................ 56
BAB V SIMPULAN DAN SARAN.......................................................... 61A. Simpulan................................................................................. 61B. Saran ....................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 64LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran......................................................... 36
Gambar 2. APAR di PT. Bridgestone Tire Indonesia................................... 41
Gambar 3. Hydrant Box (Gedung) di PT. Bridgestone Tire Indonesia ........ 46
Gambar 4. Hydrant Pillar (Halaman) di PT. Bridgestone Tire Indonesia.... 46
Gambar 5. Keadaan Bangunan di PT. Bridgestone Tire Indonesia .............. 50
Gambar 6. Keadaan Jalan di Area Perusahaan……………………………… 51
Gambar 7.Latihan Pemadam Kebakaran Menggunakan APAR Jenis Water 51
Gambar 8. Latihan Pemadam Kebakaran Menggunakan Fire Hydrant.……. 52
Gambar 9. Latihan Pemadam Kebakaran Menggunakan APAR Jenis Dry... 52
Chemical Powder ........................................................................ 52
Gambar 10. Titik Berkumpul Evakuasi (Assembly Point)…………………. 54
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Keterangan Magang Dhanis Woro Purbandari
Lampiran 2 Struktur Team Pemadam Kebakaran
Lampiran 3 Jalur Evakuasi
Lampiran 4 Check APAR
Lampiran 5 Check Hydrant
Lamipran 6 Check Shutter
Lampiran 7 Sistem Komunikasi Waktu Darurat
Lampiran 8 Mapping APAR di PT. Bridgestone Tire Indonesia
Lampiran 9 Surat Keterangan Selasai Magang
Lampiran 10 Daftar Hadir Mahasiswa PKL
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sekarang ini kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi
sudah sangat maju dan berkembang pesat, begitu juga dengan dunia industri di
Indonesia turut serta merasakan manfaat dari hasil kemajuan teknologi di era
globalisasi ini. Dunia industri menghadapi persaingan yang cukup ketat,
sehingga tuntutan peningkatan kuantitas dan kualitas produksi harus diiringi
adanya pemanfaatan sumber daya produksi secara efisien. Sebagai
konsekuensinya, kalangan industri kini lebih menekankan peranan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
K3 menjadi salah satu bagian penting dalam industrialisasi dewasa ini.
Efisiensi biaya dan peningkatan keuntungan semakin diperhatikan seiring
dengan penekanan risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Terjadinya
kecelakaan industri menyebabkan terhambatnya produksi yang akan
berdampak pada penurunan produksi serta kerugian perbaikan maupun
pengobatan. Oleh karena itu K3 harus dikelola sebagaimana pengelolaan
produksi dan keuangan serta fungsi penting perusahaan yang lainnya. Salah
satu jenis kecelakaan yang sering dijumpai dan menimbulkan kerugian yang
sangat besar adalah kebakaran (Disnaker, 2008).
Masalah kebakaran menjadi persoalan besar dan juga bisa dikatakan telah
menjadi salah satu ancaman yang menakutkan bagi kehidupan umat manusia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Kebakaran adalah terjadinya api yang tidak dikehendaki. Bagi tenaga kerja,
kebakaran perusahaan dapat merupakan penderitaan dan malapetaka
khususnya terhadap mereka yang tertimpa kecelakaan dan dapat berakibat
cacat fisik, trauma, bahkan kehilangan pekerjaan. Sedangkan bagi perusahaan
sendiri akan dapat menimbulkan banyak kerugian, seperti rusaknya dokumen,
musnahnya properti serta terhentinya proses produksi. Kebakaran merupakan
salah satu kecelakaan yang paling sering terjadi. Selain menimbulkan korban
jiwa dan kerugian material, kebakaran juga dapat merusak lingkungan serta
gangguan kesehatan yang diakibatkan dari asap kebakaran tersebut
(Suma’mur, 1996).
Oleh karena itu untuk meminimalisasi terjadinya kebakaran maka perlu
penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai upaya pencegahan dan
penanggulangan kecelakaan termasuk kebakaran. Pencegahan dan
penanggulangan kebakaran adalah semua tindakan yang berhubungan dengan
pencegahan, pengamatan dan pemadaman kebakaran dan meliputi
perlindungan jiwa dan keselamatan manusia serta perlindungan harta
kekayaan (Suma’mur, 1996).
Salah satu cara sebagai upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran
adalah dengan menyediakan APAR dan Fire Hydrant. APAR merupakan
salah satu alat pemadam kebakaran yang sangat efektif untuk memadamkan
api yang masih kecil untuk mencegah semakin besarnya api tersebut (Gempur
Santoso, 2004).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Untuk mempermudah penggunaan dan menjaga kualitas APAR tersebut
perlu dilakukan pemasangan dan pemeliharaan yang sesuai dengan Undang-
Undang tentang syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan APAR.
Sedangkan hydrant adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang
menggunakan media pemadam air bertekanan, yang dialirkan melalui pipa-
pipa dan selang kebakaran (Depnaker, 1995).
PT. Bridgestone Tire Indonesia adalah sebuah perusahaan patungan
swasta. Swasta Indonesia dengan swasta Jepang yang merupakan salah satu
perusahaan manufaktur penghasil ban terbesar di Indonesia. Untuk menunjang
produksinya PT. Bridgestone Tire Indonesia menggunakan bahan karet,
spirtus, gasoline dan bahan bahaya lainnya, serta aktivitas-aktivitas penunjang
produksi yang berpotensi menyebabkan kebakaran. Oleh karena itu diperlukan
suatu pengendalian untuk mencegah dan menanggulangi terjadinya kebakaran.
Salah satu upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran tersebut adalah
dengan menyediakan APAR (Alat Pemadam Api Ringan) dan Fire Hydrant
untuk mencegah menyebarluasnya api jika terhadi kebakaran. Dalam
penyediaan APAR (Alat Pemadam Api Ringan) dan hydrant harus disesuaikan
dengan luas tempat serta potensi bahaya kebakaran yang mungkin terjadi.
Berdasarkan deskripsi diatas, maka penulis ingin mengetahui lebih lanjut
tentang bagaimana penyediaan, pemasangan, pemeliharaan dan pemeriksaan
APAR (Alat Pemadam Api Ringan) dan Fire Hydrant Sebagai Upaya dalam
Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran di PT. Bridgestone Tire
Indonesia. Sehingga penulis tertarik untuk menganalisis mengenai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Penggunaan APAR dan fire hydrant sebagai upaya penanggulangan kebakaran
di PT. Bridgestone Tire Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat
diperoleh perumusan masalah, bagaimana penggunaan APAR (Alat Pemadam
Api Ringan) dan Fire Hydrant Sebagai Upaya dalam Pencegahan dan
Penanggulangan Kebakaran di PT. Bridgestone Tire indonesia?
C. Tujuan
Tujuan penulisan laporan tugas akhir di PT. Bridgestone Tire Indonesia
adalah sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan penyediaan APAR (Alat Pemadam Api Ringan) dan Fire
Hidrant di PT. Bridgestone Tire Indonesia.
2. Mendeskripsikan pemasangan APAR (Alat Pemadam Api Ringan) dan
Fire Hidrant di PT. Bridgestone Tire Indonesia.
3. Mendeskripsikan pemeliharaan dan pemeriksaan APAR (Alat Pemadam
Api Ringan) dan Fire Hidrant di PT. Bridgestone Tire Indonesia.
4. Mendeskripsikan upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran di PT.
Bridgestone Tire Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
D. Manfaat
Hasil penulisan laporan tugas akhir ini diharapkan dapat memberikan
manfaat untuk berbagai pihak, yaitu :
1. Bagi Perusahaan
a. Perusahaan dapat memperoleh masukan atau evaluasi untuk bahan
pertimbangan dalam melakukan penyediaan APAR dan Fire Hydrant
yang telah diterapkan di perusahaan.
b. Meningkatkan upaya peningkatan keselamatan kerja saat terjadi
kebakaran di lingkungan perusahaan.
2. Bagi Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja
a. Sebagai sarana dalam rangka mengembangkan ilmu K3 bagi
mahasiswa melalui tambahan referensi di perpustakaan, meningkatkan
kualitas mahasiswa dalam penerapan ilmu K3 di perusahaan dalam
bidang alat pemadam kebakaran khususnya tentang APAR (Alat
Pemadam Api Ringan) dan Fire Hydrant.
b. Sebagai sarana untuk membina hubungan kerja sama antara
perusahaan dengan Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan
Kerja, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Bagi Mahasiswa
a. Mahasiswa dapat lebih memperdalam dan mengembangkan ilmu
pengetahuan dan wawasan mengenai sarana pemadam kebakaran
khususnya APAR dan Fire Hydrant dalam upaya pencegahan dan
penanggulangan bahaya kebakaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
b. Mahasiswa dapat menyesuaikan antara disiplin ilmu yang didapat dari
bangku kuliah dengan keadaan di lapangan yang sebenarnya.
c. Mahasiswa memperoleh pengalaman langsung untuk mengaplikasikan
dan mengembangkan diri dengan ilmu pengetahuan yang dimiliki
dalam obyek kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Perusahaan
Berdasarkan Undang-undang No 3 Tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan, pengertian perusahaan adalah :
a. Setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang
perseorangan,milik persekutuan, atau milik badan hukum, baik milik
swasta maupun milik negara yang mempekerjakan pekerja/buruh
dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain
b. usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus
dan mempekerjakan orang lain dengan membayar upah atau imbalan
dalam bentuk lain.
2. Tempat Kerja
Berdasarkan Kepmenaker RI. No: Kep-186/MEN/1999 tentang unit
penanggulangan kebakaran di tempat kerja, dalam peraturan ini yang
dimaksud tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau
terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja untuk keperluan suatu
usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya.
Sedangkan berdasarkan Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja, diperinci dalam pasal 2, yang termasuk tempat kerja
ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja
tersebut.
3. Bahaya
Bahaya adalah sesuatu yang mungkin mendatangkan kecelakaan
(bencana, kesengsaraan, kerugian dan sebagainya).
a. Potensi Bahaya
Potensi bahaya adalah suatu keadaan yang memungkinkan atau
berpotensi terhadap terjadinya kejadian kecelakaan berupa cedera,
penyakit, kematian, kerusakan atau kemampuan melaksanakan fungsi
operasional yang telah ditetapkan (Tarwaka, 2008).
b. Faktor Bahaya
Di tempat kerja, potensi sebagai sumber risiko khususnya terhadap
keselamatan atau kesehatan di perusahaan akan selalu dijumpai, antara
lain berupa faktor-faktor berikut ini :
1) Faktor teknis yaitu berasal atau terdapat pada peralatan kerja yang
digunakan atau pekerja itu sendiri.
2) Faktor lingkungan yaitu berasal dari atau berada di dalam
lingkungan, yang berasal dari proses produksi, bahan baku dan
hasil akhir.
3) Faktor manusia, apabila manusia yang melakukan pekerjaan tidak
dalam kondisi yang prima baik fisik maupun psikis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
4) Faktor fisik dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada tenaga
kerja yang terpapar, seperti :kebisingan, pencahayaan, radiasi,
vibrasi, suhu ekstrim dan getaran.
5) Faktor kimia berasal dari bahan kimia yang digunakan dalam
proses produksi, antara lain : toksisitas, gas, asap, uap, dan logam
berat.
6) Faktor biologik dapat perasal dari kuman-kuman, tumbuhan,
hewan, bakteri dan virus.
7) Faktor fisiologis dikarenakan penerapan ergonomi yang tidak baik
atau tidak sesuai dengan norma-norma ergonomi yang berlaku,
seperti sikap dan cara kerja yang tidak sesuai, pengaturan kerja
yang tidak tepat, beban kerja yang tidak sesuai dan ketidak serasian
antara manusia dan mesin.
8) Berasal dari proses produksi yaitu berasal dari kegiatan yang
dilakukan dalam proses produksi, yang sangat tergantung dari
bahan dan peralatan yang dipakai, serta jenis kegiatan yang
dilakukan.
9) Kebakaran, peledakan, kebocoran.
c. Penyakit Akibat Kerja
Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang timbul akibat dari
pekerjaan yang kita lakukan bukan dari penyakit yang dibawa dari
rumah atau dari tempat selain pekerjaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Upaya Kesehatan Kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas
kerja, beban kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat
bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun
masyarakat di sekelilingnya, agar diperoleh produktivitas kerja yang
optimal (UU Kesehatan Tahun 1992 Pasal 23). WHO membedakan
empat kategori Penyakit Akibat Kerja:
1. Penyakit yang hanya disebabkan oleh pekerjaan, misalnya
Pneumoconiosis.
2. Penyakit yang salah satu penyebabnya adalah pekerjaan, misalnya
Karsinoma Bronkhogenik.
3. Penyakit dengan pekerjaan merupakan salah satu penyebab di
antara faktor-faktor penyebab lainnya, misalnya Bronkhitis
khronis.
4. Penyakit dimana pekerjaan memperberat suatu kondisi yang sudah
ada sebelumnya, misalnya asma.
4. Dasar Perundangan
a. Kepmenaker No. Kep 186/ MEN/ 1999
Kepmenaker No. Kep 186/ MEN/ 1999 mengatur tentang Unit
Penanggulangan kebakaran di tempat kerja yang menyatakan bahwa
untuk menanggulangi kebakaran di tempat kerja, diperlukan adanya
peralatan proteksi kebakaran yang memadai, petugas penanggulangan
kebakaran yang ditunjuk khusus untuk itu, serta dilaksanakannya
prosedur penanggulangan keadaan darurat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
b. Undang-Undang No. 1 Tahun 1970
Keselamatan kerja yang ada hubungannya dengan kebakaran telah
diatur dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan
kerja pasal 3 ayat 1 mengenai syarat-syarat keselamatan kerja,
disebutkan bahwa syarat-syarat keselamatan kerja adalah untuk
mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.
c. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per. 04/
MEN/1980 mengatur tentang syarat-syarat pemasangan dan
pemeliharaan alat pemadam api ringan yang menyatakan bahwa dalam
rangka untuk mensiap-siagakan pemberantasan pada mula terjadinya
kebakaran, maka setiap alat pemadam api ringan harus memenuhi
syarat-syarat keselamatan kerja.
d. SK Menaker R.I No. 158 Tahun 1972
SK Menaker R.I No. 158 Tahun 1972 berisi tentang program
operasional serentak, singkat padat untuk pencegahan dan
penanggulangan kebakaran. Kebakaran dapat merupakan pangkal
bencana yang dapat mempengaruhi stabilitas politik dan ekonomi serta
dapat merupakan ancaman dan hambatan terhadap jalannya.
Pembangunan Nasional, oleh karena itu perlu diambil langkah-langkah
yang efektif, baik secara preventif maupun secara represif untuk
menanggulangi peristiwa kebakaran terutama di perusahaan-
perusahaan/ tempat kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
e. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per. 02/ MEN/
1983 tentang : Instalasi Alarm Kebakaran Otomatik.
f. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per. 04/
MEN/1988 tentang berlakunya SNI 225/1987 mengenai PUIL 1987
ditempat kerja.
g. Peraturan khusus K mengenai pabrik-pabrik dan tempat dimana bahan-
bahan yang dapat meledak diolah atau dikerjakan.
h. Peraturan khusus E mengenai perusahaan-perusahaan, pabrik-pabrik
dan bengkel-bengkel dimana bahan-bahan yang mudah terbakar
dibuat, dipergunakan atau dikerjakan.
5. Kebakaran
Kebakaran adalah suatu reaksi yang hebat dari zat yang mudah
terbakar dengan zat asam. Reaksi kimia yang terjadi bersifat mengeluarkan
panas. Pada beberapa zat, reaksi tersebut mungkin terjadi pada suhu udara
biasa (Suma’mur, 1996). Sebenarnya kebakaran dapat terjadi apabila ada
tiga unsur pada kondisi tertentu menjadi satu. Unsur-unsur tersebut adalah
sumber panas, oksigen dan bahan mudah terbakar (Santoso, 2004).
a. Unsur-Unsur Penyebab Kebakaran
1) Bahan Mudah Terbakar
Menurut Suma’mur (1996) bahan mudah terbakar yang
berpengaruh terhadap terjadinya kebakaran tergantung pada :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
a) Titik Nyala ( flash point )
Tititk nyala suatu zat cair yang mudah terbakar adalah suhu
terendah dimana pada suhu tersebut zat cair itu menyebabkan
cukup uap untuk membentuk campuran yang dapat menyala
dengan udara didekat permukaan cairan atau bahan dalam
menyala, makin besar bahaya zat cair tersebut cairan dengan
titik nyala di bawah suhu kamar lebih berbahaya dari pada
cairan dengan titik nyala yang lebih tinggi.
b) Suhu menyala sendiri
Suhu menyala sendiri adalah suhu terendah yang padanya
zat padat, cair dan gas akan menyala sendiri tanpa adanya
bunga api atau nyala api.
c) Sifat Pembakaran Oleh Karena Pemanasan
Suhu menyala sendiri yang dipengaruhi oleh keadaan fisik
dan cepatnya pemanasan. Uap beberapa zat cair menyala pada
pemasangan oleh permukaan dengan suhu 260oC atau
dibawahnya. Bahan lain seperti logam dalam bentuk bubuk
halus mengalami proses pemanasan sendiri dan menyala
dengan zat asam di udara. Bahan seperti jerami dapat menjadi
panas dan terbakar sebagai akibat fermentasi dan oksidasi.
d) Berat Jenis dan Perbandingan Berat Uap terhadap Udara.
Kebanyakan zat cair mudah terbakar akan terapung di atas
permukaan air sehingga terus terbakar dan kebakaran meluas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
ke tempat lain. Zat-zat lain yang lebih berat dari udara akan
mengendap dan nyala pun akan berhenti. Uap semua zat cair
adalah lebih berat dari udara, sedang gas mudah terbakar lebih
ringan dari udara.
e) Kemampuan Zat yang mudah menyala untuk bercampur
dengan air.
Kemampuan Zat yang mudah menyala untuk bercampur
dengan air. Hal ini sangat penting karena titik nyala akan naik
bila air akan dicampur dengan zat tersebut. Seperti alkohol dan
aseton dapat bercampur baik dengan air sehingga nyala tidak
dapat terbakar dengan pengeceran air.
f) Keadaan Fisik
Zat cair yang mudah menyala yang terdapat dalam wadah
dalam jumlah yang besar tidak berbahaya karena
permukaannya tidak cukup luas untuk atau tidak bersentuhan
dengan udara. Tumpukan atau uap yang keluar dari wadah
penyimpanannya, sangat membahayakan jika terbakar, api
yang terjadi dapat membakar seluruh zat cair yang ada dalam
wadah. Cairan dalam bentuk kabut atau embun di udara dapat
menyala pada suhu yang lebih rendah dari titik nyalanya,
asalkan kadar minimum telah terpenuhi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
2) Panas
Elemen ini bisa diperlukan bahan mudah terbakar untuk
mencapai titik nyalanya (apabila titik nyalanya di atas suhu udara)
dan memicu uap agar terbakar. Menurut Suma’mur (1996) bahaya
yang umumnya terjadi adalah karena merokok, zat cair mudah
terbakar, nyala api terbuka, tatarumah tangga yang buruk, mesin-
mesin yang tidak terawat dan menjadi panas, listrik statis, alat-alat
las dan kabel-kabel listrik.
3) Oksigen
Merupakan unsur ketiga dari ketiga penyebab kebakaran atau
peledakan. Bahan mudah terbakar memerlukan paling sedikit 15%
oksigen untuk dapat terbakar. Dalam keadaan lebih dari 21%,
oksigen dapat menyebabkan pembakaran lebih hebat dan dapat
menjurus pada peledakan oksigen yang dihasilkan dari bahan kimia
apabila terjadi proses pemanasan dan bahan ini lebih dikenal
sebagai oksidator (Suma’mur, 1996).
b. Bahaya Kebakaran
Menurut Kepmenaker No. KEP. 186/ MEN/ 1999 klasifikasi
tingkat potensi bahaya meliputi:
1) Klasifikasi tingkat risiko bahaya kebakaran ringan
Klasifikasi tingkat risiko bahaya kebakaran ringan adalah
tempat kerja yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar
rendah, dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas rendah,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
sehingga menjalarnya api lambat. Yang termasuk bahaya
kebakaran ringan adalah tempat Ibadah, gedung/ ruang pendidikan,
gedung/ ruang perawatan, gedung/ ruang lembaga, gedung/ ruang
perpustakaan, gedung/ ruang museum, gedung/ ruang perkantoran,
gedung/ ruang perumahan, gedung/ ruang rumah makan, gedung/
ruang perhotelan, gedung/ ruang rumah sakit, gedung/ ruang
penjara.
2) Klasifikasi tingkat risiko bahaya kebakaran sedang I
Klasifikasi tingkat risiko bahaya kebakaran sedang I adalah
tempat kerja yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar
sedang, menimbun bahan dengan tinggi tidak lebih dari 2,5 meter
dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas sedang, sehingga
menjalarnya api sedang. Yang termasuk bahaya kebakaran sedang
1 adalah tempat parkir, pabrik elektronika, pabrik roti, pabrik
barang gelas, pabrik minuman, pabrik permata, pabrik
pengalengan, binatu, pabrik susu.
3) Klasifikasi tingkat risiko bahaya kebakaran sedang II
Klasifikasi tingkat risiko bahaya kebakaran sedang II adalah
tempat kerja yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar
sedang, menimbun bahan dengan lebih dari 4 meter, dan apabila
terjadi kebakaran melepaskan panas sedang, sehingga menjalarnya
api sedang. Yang termasuk bahaya kebakaran sedang II adalah
penggilingan padi, pabrik bahan makanan, percetakan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
penerbitan, bengkel mesin, gudang pendinginan, perakit kayu,
gudang perpustakaan, pabrik barang keramik, pabrik tembakau,
pengolahan logam, penyulingan, pabrik barang kelontong, pabrik
barang kulit, pabrik tekstil, perakitan kendaraan bermotor, pabrik
kimia (bahan kimia dengan kemudahan terbakar sedang),
pertokoan dengan pramuniaga kurang dari 50 orang.
4) Klasifikasi tingkat risiko bahaya kebakaran sedang III
Klasifikasi tingkat risiko bahaya kebakaran sedang III adalah
tempat kerja yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar
tinggi, dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas tinggi,
sehingga menjalarnya api cepat. Yang termasuk bahaya kebakaran
sedang III adalah Ruang Pameran, Pabrik Permadani, Pabrik
Makanan, Pabrik sikat, Pabrik ban, Pabrik karung, Bengkel mobil,
Pabrik Sabun, Pabrik Tembakau, Pabrik lilin, Studio dan
Pemancar, Pabrik barang plastic, pergudangan, pabrik pesawat
terbang, pertokoan dengan pramuniaga lebih dari 50 orang,
penggergajian dan pengolahan kayu, pabrik makanan kering dari
bahan tepung, pabrik minyak nabati, Pabrik tepung terigu, pabrik
pakaian.
5) Klasifikasi tingkat risiko bahaya kebakaran berat
Klasifikasi tingkat risiko bahaya kebakaran berat adalah tempat
kerja yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar tinggi,
menyimpan bahan cair, serat atau bahan lainnya dan apabila terjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
kebakaran apinya cepat membesar dengan melepaskan panas
tinggi, sehingga menjalarnya api cepat. Yang termasuk bahaya
kebakaran berat adalah pabrik kembang api, pabrik koren api,
pabrik cat, pabrik bahan peledak, permintaan benang atau kain,
penggergajian kayu dan penyelesaiannya menggunakan bahan
mudah terbakar, studio film dan televisi, pabrik karet buatan,
hanggar pesawat terbang, penyulingan minyak bumi, pabrik karet
busa dan plastik busa
c. Penggolongan Kelas-Kelas Kebakaran :
Indonesia menganut klasifikasi yang ditetapkan dalam Peraturan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per. 04/ MEN/ 1980,
yang pembagiannya sebagai berikut:
1) Kelas A
Kebakaran yang disebabkan oleh benda-benda padat selain
logam yang kebanyakan tidak dapat terbakar dengan sendirinya,
misalnya kertas, kayu, plastik, karet, busa dan lain-lainnya.
Kebakaran kelas A ini adalah akibat panas yang datang dari luar,
molekul-molekul benda padat terurai dan membentuk gas dan gas
inilah yang terbakar. Hasil kebakaran ini menimbulkan panas dan
selanjutnya mengurai lebih banyak molekul-molekul dan
menimbulkan gas yang terbakar. Sifat utama dari kebakaran benda
padat adalah bahan bakarnya tidak mengalir dan sanggup
menyimpan panas yang banyak sekali dalam bentuk bara.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
2) Kelas B
Kebakaran yang disebabkan oleh benda-benda mudah terbakar
berupa cairan, misalnya bensin, solar, minyak tanah, spirtus,
alkohol dan lain-lainnya. Di atas cairan pada umumnya terdapat
gas dan gas ini yang dapat terbakar. Pada bahan cair ini suatu
bunga api kecil sanggup mencetuskan api yang akan menimbulkan
kebakaran. Sifat cairan ini adalah mudah mengalir dan menyalakan
api ke tempat lain.
3) Kelas C
Kebakaran pada aparat listrik yang bertegangan, yang mana
sebenarnya kelas C ini tidak lain dari kebakarn kelas A dan B atau
kombinasi dimana ada aliran listrik. Apabila aliran listrik
diputuskan maka akan berubah apakah kebakaran kelas A atau B.
Kelas C perlu diperhatikan dalam memilih jenis media pemadam
yaitu yang tidak menghantar listrik untuk melindungi orang yang
memadamkan kebakaran dari aliran listrik.
4) Kelas D
Kebakaran yang disebabkan oleh benda-benda yang berupa
benda logam, seperti magnesium, Natrium ( sodium ), calsium,
kalium (potasium) dan lain-lain.
d. Keadaan Darurat
Keadaan darurat adalah suatu peristiwa yang tidak normal yang
menjerumuskan kepada mencelakakan manusia, merusak peralatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
atau lingkungan, antara lain kebakaran/ledakan, kebocoran gas
beracun, tumpahan material yang berbahaya, bencana alam, dan lain-
lain (Syukuri Sahab, 1997).
Menurut Depnaker (1999), suatu keadaan darurat besar di dalam
suatu pekerjaan adalah salah satu yang mempunyai potensi untuk
menyebabkan cidera berat atau kematian.
e. Identifikasi Bahaya Kebakaran
Identifikasi bahaya adalah proses pencarian terhadap semua jenis
kegiatan, situasi, produk dan jasa yang dapat menimbulkan potensi
cedera atau sakit (SUCOFINDO, 1998). Identifikasi potensi bahaya
adalah merupakan suatu proses aktivitas yang dilakukan untuk
mengenali seluruh situasi atau kejadian yang perpotensi sebagai
penyebab terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang
mungkin timbul di tempat kerja. (Tarwaka, 2008). Kegunaan
identifikasi bahaya menurut PERTAMINA (1998) adalah sebagai
berikut :
a. Mengetahui bahaya- bahaya yang ada
b. Mengetahui potensi bahaya, baik akibat maupun frekuensi
terjadinya.
c. Mengetahui lokasi bahaya.
d. Menunjukkan bahwa bahaya tertentu telah atau belum dilengkapi
alat pelindung keselamatan kerja.
e. Menganalisa lebih lanjut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Sedangkan keuntungan identifikasi bahaya Menurut PERTAMINA
(1998) adalah sebagai berikut :
a. Menentukan sumber penyebab timbulnya bahaya.
b. Menentukan kualifikasi fisik dan mental seseorang atau tenaga
kerja yang diberi tugas.
c. Menentukan cara, prosedur, pengoperasian maupun posisi yang
berpotensi bahaya dan mencari cara untuk mengatasinya.
d. Menentukan hal- hal atau lingkup yang harus dianalisa lebih lanjut.
e. Untuk tujuan non keselamatan kerja seperti peningkatan mutu dan
keandalan.
f. Penanggulangan Kebakaran
Menurut Kepmenaker No. KEP. 186/ MEN/ 1999 tentang Unit
Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja, bahwa yang dimaksud
dengan penanggulangan kebakaran adalah segala upaya untuk
mencegah timbulnya kebakaran dengan berbagai upaya pengendalian
setiap perwujudan energi, pengadaan sarana proteksi kebakaran dan
sarana penyelamatan serta pembentukan organisasi tanggap darurat
untuk memberantas kebakaran. Pengurus atau pengusaha wajib
mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran, latihan
penanggulangan kebakaran di tempat kerja. Upaya-upaya tersebut
meliputi:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
a) Pengendalian setiap bentuk energi,
b) Penyediaansarana deteksi, alarm, pemadam kebakaran dan sarana
evakuasi.
c) Pengendalian penyebaran asap, panas dan gas.
d) Pembentukan unit penanggulangan kebakaran di tempat kerja.
e) Penyelenggaraan latihan dan gladi penanggulangan kebakaran
secara berkala.
f) Memiliki buku rencana penanggulangan keadaan darurat
kebakaran dan sarana evakuasi serta pengendalian penyebaran
asap, panas dan gas.
g. APAR (Alat Pemadam Api Ringan)
1) Definisi
APAR (Alat Pemadam Api Ringan) adalah alat pemadam api
berbentuk tabung (berat maksimal 16 kg) yang mudah dilayani/
dioperasikan oleh satu orang untuk pemadam api pada awal terjadi
kebakaran. APAR (Alat Pemadam Api Ringan) sebagai alat untuk
memutuskan atau memisahkan rantai tiga unsur (sumber panas,
udara dan bahan bakar). Dengan terpisahnya tiga unsur tersebut,
kebakaran dapat dihentikan (Gempur Santoso, 2004).
2) Tipe Konstruksi APAR (Alat Pemadam Api Ringan)
Apar memiliki dua tipe konstruksi (Depnaker, 1995), antara lain :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
a) Tipe Tabung Gas (Gas Container Type)
Tipe tabung gas adalah suatu pemadam yang bahan
pemadamnya di dorong keluar oleh gas bertekanan yang
dilepas dari tabung gas.
b) Tipe Tabung bertekanan tetap ( Stored Preasure Type)
Tipe tabung bertekanan tetap adalah suatu pemadam yang
bahan pemadamnya didorong keluar gas kering tanpa bahan
kimia aktif atau udara kering yang disimpan bersama dengan
tepung pemadamnya dalam keadaan bertekanan.
3) Jenis APAR (Alat Pemadam Api Ringan)
APAR (Alat Pemadam Api Ringan) antara lain :
a) Jenis Air ( water)
Sejak dulu air digunakan untuk memadamkan kebakaran
dengan hasil yang memuaskan ( efektif dan ekonomis ) karena
harganya relatif murah, pada umumnya mudah diperoleh, aman
dipakai, mudah disimpan dan dipindahkan APAR jenis air
terdapat dalam bentuk stored pressure type (tersimpan
bertekanan) dan gas cartridge type (tabung gas). Sangat baik
digunakan untuk pemadaman kebakaran kelas A.
b) Jenis Busa (foam)
Jenis busa adalah bahan pemadam api yang efektif untuk
kebakaran awal\minyak. Biasanya digunakan dari bahan tepung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
aluminium sulfat dan natrium bicarbonat yang keduanya
dilarutkan dalam air. Hasilnya adalah busa yang volumenya
mencapai 10 kali lipat. Pemadaman api oleh busa merupakan
system isolasi, yaitu untuk mencegah oksigen untuk tidak ikut
dalam reaksi.
c) Jenis Tepung Kimia Kering (Dry Chemical Powder)
Bahan pemadam api serbuk kimia kering (Dry Chemical
Powder) efektif untuk kebakaran B dan C bisa juga untuk kelas
A. Tepung serbuk kimia kering berisi dua macam bahan kimia,
yaitu:
(1) Sodium Bicarbonate dan Natrium Bicarbonate
(2) Gas CO2 atau Nitrogen sebagai pendorong
Khusus untuk pemadaman kelas D (logam) seperti
magnesiu,, titanium, zarcanium, dan lain-lain digunakan
metal-dry-powder yaitu campuran dari Sodium, Potasium
dan Barium Chloride.
d) Jenis Halon
APAR (Alat Pemadam Api Ringan) jenis Halon efektif
untuk menanggulangi kebakaran jenis cairan mudah terbakar
dan peralatan listrik bertegangan (kebakaran kelas B dan C).
Bahan pemadaman api gas Halon biasanya terdiri dari unsur-
unsur kimia seperti : chlorine, flourine, bromide dan iodine.
Macam-macam Halon antara lain:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
(1) Halon 1211
Terdiri dari unsur Carbon (C), Fuorine (F), Chlorine (Cl),
Bromide (Br). Halon 1211 biasa disebut
Bromochlorodifluormethane dan lebih populer dengan
nama BCF. Biasanya APAR (Alat Pemadam Api Ringan)
jenis BCF dipasang di bangunan gedung, pabrik dan lain-
lain.
(2) Halon 1301
Terdiri dari unsur Carbon (C), Fuorine (F) dan Bromide
(Br) sehingga Halon 1301 juga disebut
Bromotrifluormethane atau BTM.
e) Gas Pasca Halon
Setelah ditemukannya lubang pada lapisan Ozone atmosfir
bumi oleh The British Artic Survey Team (1982), dimana salah
satu unsur yang merusak Ozone tersebut adalah gas Halon,
maka sesuai perjanjian Montreal (Montreal Protocol-Canada)
gas halon tidak boleh diproduksi terhitung 1 Januari 1994.
Halon 1301 memiliki potensi merusak lapisan Ozone sebesar
16%. Adapun selain merusak lapisan Ozone, beberapa dampak
negatif dari unsur pembentuk Halon antara lain :
(1) Fuorine
Non-metal sangat reaktif dan mudah bereaksi dengan
elemen lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
(2) Chlorine
(a) Gas sangat beracun
(b) Bila bercampur dengan air membentuk acid dan
hydrocloric.
(c) Berupa elemen yang sangat reaktif serta bersifat
oksidator.
(d) Dapat menimbulkan bahaya peledakan bila tercampur
turpentine, ether, gas amonia, hydrocarbon, hydrogen
dan bubuk metal.
(e) Bila bereaksi dengan acetylene menimbulkan akibat
yang sangat hebat.
(3) Bromide
(a) Unsur ini pada temperatur ruang bisa melepas uap
berbahaya.
(b) Cairannya bisa menimbulkan bahaya terbakar bila
kontak langsung dengan kulit.
(c) Bersifat oksidator dan dapat menimbulkan bahaya
kebakaran pada bahan-bahan terbakar bila terjadi
kontak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
(4) Iodine
(a) Berwarna violet gelap, bentuk padatan akan menyublim
dengan cepat serta melepas uap beracun dan dapat
bereaksi dengan bahan oksidator.
(b) Tidak dapat larut dalam air, tetapi larut dalam alkohol
sebagai obat antiseptik.
f) Jenis CO2
Bahan pemadam jenis CO2 efektif untuk memadamkan
kebakaran kelas B (minyak) dan C (listrik). Berfungsi untuk
mengurangi kadar oksigen dan efektif untuk memadamkan
kebakaran yang terjadi di dalam ruangan (indoor) pemadaman
dengan menggunakan gas arang ini dapat mengurangi kadar
oksigen sampai di bawah 12 %.
4) Pemasangan dan Pemeliharaan APAR (Alat Pemadam Api
Ringan).
a) Pemasangan APAR (Alat Pemadam Api Ringan).
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
No. Per. 04/ MEN/ 1980, ketentuan-ketentuan pemasangan
APAR adalah sebagai berikut :
(1) Setiap satu kelompok alat pemadam api ringan harus
ditempatkan pada posisi yang mudah dilihat dengan jelas,
mudah dicapai dan diambil serta dilengkapi dengan
pemberian tanda pemasangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
(2) Tinggi pemberian tanda pemasangan tersebut adalah 125
cm dari dasar lantai tepat di atas satu atau kelompok alat
pemadam api ringan yang bersangkutan.
(3) Pemasangan dan penempatan alat pemadam api ringan
harus sesuai dengan jenis dan penggolongan kebakaran.
(4) Penempatan antara alat pemadam api yang satu dengn
lainnya atau kelompok satu dengan lainnya tidak boleh
melebihi 15 meter, kecuali ditetapkan lain oleh pegawai
pengawas atau ahli keselamatan kerja.
(5) Semua tabuing alat pemadam api ringan sebaiknya
berwarna merah.
(6) Dilarang memasang dan menggunakan alat pemadam api
ringan yang didapati sudah berlubang-lubang atau cacat
karena karat.
(7) Setiap alat pemadam api ringan harus dipasang
(ditempatkan) menggantung pada dinding dengan
penguatan sengkang atau dengan kontruksi penguat
lainnya atau ditempatkan dalam lemari atau peti (box)
yang tidak dikunci.
(8) Lemari atau peti (box) dapat dikunci dengan syarat bagian
depannya harus diberi kaca aman (safety glass) dengan
tebal maximum 2 mm.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
(9) Sengkang atau konstruksi penguat lainnya tidak boleh
dikunci atau digembok atau diikat mati.
(10) Ukuran panjang dan lebar bingkai kaca aman (safety
glass) harus disesuaikan dengan besarnya alat pemadam
api ringan yang ada dalam lemari atau peti (box) sehingga
mudah dikeluarkan.
(11) Pemasangan alat pemadam api ringan harus sedemikian
rupa sehingga bagian paling atas (puncaknya) berada pada
ketinggian 1,2 m dari permukaan lantai kecuali jenis CO2
dan tepung kering (dry chemical) dapat ditempatkan lebih
rendah dengan syarat, jarak antara dasar alat pemadam api
ringan tidak kurang dari 15 cm dari permukaan lantai.
(12) Alat pemadam api ringan tidak boleh dipasang dalam
ruangan atau tempat dimana suhu melebihi 49oC atau
turun sampai 4oC kecuali apabila alat pemadam api ringan
tersebut dibuat khusus unutk suhu diluar batas tersebut.
(13) Alat pemadam api ringan yang ditempatkan di alam
terbuka harus dilindungi dengan tutup pengaman.
b) Pemeliharaan APAR
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
No. Per. 04/ MEN/ 1980 setiap APAR harus diperiksa 2 (dua)
kali dalam setahun, yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
(1) Pemeriksaan dalam jangka 6 (enam) bulan., pemeriksaan
tersebut meliputi:
(a) Berisi atau tidaknya tabung, berkurang atau tidaknya
tekanan dalam tabung, rusak atau tidaknya segi
pengaman cartridge atau tabung bertekanan mekanik
penembus segel.
(b) Bagian-bagian luar dari tabung tidak boleh cacat
termasuk handel dan label harus selalu dalam keadaan
baik.
(c) Mulut pancar tidak boleh tersumbat dan pipa pancar
yang terpasang tidak boleh retak atau menunjukkkan
tanda-tanda rusak.
(d) Untuk alat pemadam api ringan cairan atau asam soda,
diperiksa dengan cara mencampur sedikit larutan
sodium bicarbonat dan asam keras di luar tabung,
apabila reaksi cukup kuat, maka APAR tersebut dapat
dipasang kembali.
(e) Untuk APAR jenis busa dapat diperiksa dengan
mencampur sedikit larutan sodium bicarbonat dan
alumunium sulfat di luar tabung, bila sudah cukup kuat
maka APAR tersebut dapat dipasang kembali.
(f) Untuk APAR jenis CO2 harus diperiksa dengan cara
menimbang serta mencocokkan dengan berat yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
tertera pada APAR tersebut, bila kekurangan berat 10 %
tabung APAR tersebut harus diisi kembali sesuai
dengan berat yang ditentukan.
(2) Pemeriksaan dalam jangka 12 bulan.
Untuk pemeriksaan dalam jangka 12 bulan sekali dilakukan
seperti pemeriksaan jangka 6 bulan namun ada beberapa
tambahan pemeriksaan sebagai berikut :
(a) Isi alat pemadam api harus sampai batas permukaan yang
telah ditentukan.
(b) Pipa pelepas isi yang berada dalam tabung dan saringan
tidak boleh tersumbat atau buntu.
(c) Ulir tutup kepala tidak boleh cacat atau rusak, dan saluran
penyemprotan tidak boleh tersumbat.
(d) Peralatan yang bergerak tidak boleh rusak, dapat bergerak
dengan bebas, mempunyai rusuk atau sisi yang tajam dan
bak gesket atau paking harus masih dalam keadaan baik.
(e) Gelang tutup kepala harus masih dalam keadaan baik.
(f) Bagian dalam dari alat pemadam api tidak boleh berlubang
atau cacat karena karat.
(g) Untuk jenis cairan busa yang dicampur sebelum
dimasukkan larutannya harus dalam keadaan baik.
(h) Untuk jenis cairan busa dalam tabung yang dilak, tabung
harus masih dilak dengan baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
(i) Lapiran pelindung diri tabung gas bertekanan, harus dalam
keadaan baik.
(j) Tabung gas bertekanan harus terisi penuh sesuai dengan
kapasitasnya.
b. Fire Hydrant
Menurut Depnaker, 1995 yang dimaksud dengan fire hydrant kebakaran
adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang menggunakan media
pemadam air bertekanan, yang dialirkan melalui pipa-pipa dan slang
kebakaran. Sistem ini terdiri dari sistem penyediaan air pompa, pemipaan,
kopling outlet dan inlet serta selang dan nozzle. Komponen fire hydrant dan
perlengkapannya adalah:
1) Sumber air
2) Sistem pompa
3) Sistem pemipaan
4) Kotak hydrant, lengkap dengan slang, kopling penyambung, nozzle dan
sisir untuk tempat slang.
5) Pillar hydrant dan kunci (khusus hydrant halaman)
1) Klasifikasi hydrant
a) Berdasarkan jenis dan lokasi penempatan hydrant adalah hydrant kota,
hydrant gedung dan hydrant halaman.
b) Berdasarkan ukuran pipa hydrant yang dipakai menurut NFPA:
(1) Hydrant kelas I, hydrant yang menggunakan ukuran diameter slang
6,25 cm (2,5 inch)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
(2) Hydrant kelas II, hydrant yang menggunakan ukuran diameter slang
3,75 cm (1,5 inch)
(3) Hydrant kelas III, hydrant yang menggunakan ukuran system
gabungan kelas I dan kelas II.
2) Peletakan hydrant berdasarkan luas lantai, klasifikasi bangunan dan jumlah
lantai bangunan.
Tabel 1. Peletakan hydrant berdasarkan luas lantai, klasifikasi bangunan danjumlah lantai bangunan.
Klasifikasi Bangunan Ruang Tertutup
Jumlah/luas lantai
Ruang Tertutup dan
Terpisah jumlah/luas lantai
A 1 Buah per 1000m2 2 Buah per 1000m2
B 1 Buah per 1000m2 2 Buah per 1000m2
C 1 Buah per 1000m2 2 Buah per 1000m2
D 1 Buah per 800m2 2 Buah per 800m2
E 1 Buah per 800m2 2 Buah per 800m2
Sumber : Data Sekunder
3) Sistem persediaan air
a) Sumber air berasal dari PDAM atau sumur dalam (artesis)
b) Reservoir mempunyai daya tampung 30.000 liter.
4) Sistem pompa
a) Pompa hydrant terdiri dari:
1) 1 buah pompa hydrant listrik sebagai pompa utama (Main Pump)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
2) 1 buah pompa hydrant diesel sebagai cadangan (Diesel Pump)
3) 1 buah pompa picu (Jockey Pump)
b) Sumber tenaga listrik untuk motor penggerak pompa berasal dari PLN
sebagai sumber daya utama dan mempunyai sumber daya listrik dan diesel
genset sebagai cadangan/ darurat yang bekerja secara otomatis dalam
waktu kurang dari 10 detik bila sumber utama mati.
5) Sistem pemipaan
a) Diameter pipa induk minimum 15 cm (6 inch) dan diameter pipa cabang
minimum 10 cm (4 inch).
b) Tidak boleh digabungkan dengan instalasi lainnya.
c) Pipa berdiameter sampai 6,25 (2,5 inch) harus menggunakan sambungan
ulir.
d) Pipa berdiameter lebih besar dari 6,25 cm (2,5 inch) harus menggunakan
sambungan las.
6) Slang dan nozzle
a) Slang air
(1) Harus kuat menahan tekanan air yang tinggi
(2) Tahan gesekan
(3) Tahan pengaruh zat kimia
(4) Mempunyai sifat yang kuat, ringan dan elastis.
(5) Panjang slang air 30 meter dengan 1,5 inch sampai dengan 2,5 inch.
(6) Dilengkapi dengan Kopling dan Nozzle sesuai ukuran.
b) Nozzle
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
(1) Nozzle dengan semprotan jet (semprotan lurus) untuk tujuan semprotan
jarak jauh.
(2) Nozzle kombinasi yang dapat diatur dengan bentuk pancaran spray.
Pancaran spray bertujuan sebagai perisai untuk mendekat ke daerah
kebakaran.
7) Hydrant gedung dan hydrant halaman
a) Hydrant gedung
(1) Diameter slang maksimum 1,5 inch.
(2) Diameter pipa tegak lurus harus memenuhi ketentuan:
(a) Untuk bangunan diameter pipa tegak 2 inch
(b) Untuk bangunan tinggi kelas A, diameter pipa tegak 2,5 inch
(c) Untuk bangunan tinggi kelas B, diameter pipa tegak 4 inch
(3) Tekanan maksimum pada titik terberat adalah 7 kg/cm2 dan pada titik
terlemah adalah 4,5 kg/cm2
(4) Dilengkapi dengan katup pengeluaran berukuran 2,5 inch
b) Hydrant halaman
(1) Hydrant halaman dilengkapi/pillar hydrant yang mempunyai satu atau
dua kopling pengeluaran dengan diameter 2,5 inch.
(2) Tekanan maksimum pada titik terberat adalah 7 kg/cm2 dan tekanan
pada titik terlemah adalah 4,5 kg/cm2
(3) Diameter slang hydrant halaman 2,5 inch atau 6,5 cm
(4) Pilar hydrant harus dipasang pada jarak tidak kurang dari 6 meter dari
tepi bangunan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
(5) Pada sistem hydrant halaman harus ada sambungan kembar siam
(seamese connection).
B. Kerangka Pemikiran
Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran
36
(5) Pada sistem hydrant halaman harus ada sambungan kembar siam
(seamese connection).
B. Kerangka Pemikiran
Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran
36
(5) Pada sistem hydrant halaman harus ada sambungan kembar siam
(seamese connection).
B. Kerangka Pemikiran
Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
BAB III
METODE PENGAMBILAN DATA
A. Metode Penelitian
Metode deskriptif dalam penulisan ini digunakan untuk memberikan
gambaran terhadap upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran,
khususnya Upaya Pencegahan dan Penanggulangan kebakaran dengan
menggunakan APAR (Alat Pemadam Api Ringan) dan Fire Hydrant di PT.
Bridgestone Tire Indonesia yang kemudian dibandingkan dengan literatur
yang ada dan peraturan yang berlaku.
B. Lokasi
Pelaksanaan magang dilakukan di PT. Bridgestone Tire Indonesia yang
merupakan perusahaan manufaktur penghasil ban terbesar di Indonesia.
Lokasi PT. Bridgestone Tire Indonesia - Bekasi Plant berada di Jl. Raya
Bekasi Km. 27, Kelurahan Harapan Jaya Bekasi, Jawa Barat.
C. Objek dan Ruang lingkup Penelitian
Objek dan ruang lingkup penelitian ini adalah Instalasi Penanggulangan
Kebakaran di PT. Bridgestone Tire Indonesia sebagai upaya penanggulangan
kebakaran di PT. Bridgestone Tire Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
D. Sumber Data
1. Data Primer
a. Observasi lapangan mengenai APAR, Fire Hydrant serta upaya
pencegahan dan penanggulangan kebakaran di PT. Bridgestone Tire
Indonesia.
b. Wawancara dan tanya jawab dengan penyelenggara dan pelaksana
pemadam kebakaran.
2. Data Sekunder
Sumber ini diperoleh dari data yang ada pada dokumen dan catatan
perusahaan yang berhubungan dengan pencegahan dan penanggulangan
kebakaran di PT. Bridgestone Tire Indonesia.
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi Lapangan
Mengadakan pengamatan langsung terhadap obyek penelitian yaitu
mengenai APAR dan Fire Hydrant di PT. Bridgestone Tire Indonesia.
2. Teknik wawancara
Wawancara dilakukan kepada pihak terkait mengenai APAR dan Fire
Hydrant serta upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran di PT.
Bridgestone Tire Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
3. Kepustakaan
Menggunakan literature berupa buku-buku kepustakaan, laporan-
laporan penelitian yang sudah ada dan sumber-sumber lain yang ada
kaitannya dengan topik magang sebagai referensi.
F. Pelaksanaan
Penelitian dilakukan dalam kegiatan magang di bagian SHE (Safety,
Health, Environment) PT.Bridgestone Tire Indonesia mulai tanggal 6
Februari sampai 27 April 2012, dengan kegiatan sebagai berikut :
1. Mencari data-data melalui arsip-arsip perusahaan dan juga studi
kepustakaan.
2. Melakukan observasi langsung di lapangan.
3. Melakukan wawancara terhadap orang yang bertanggung jawab atau
mempunyai wewenang pada bagian tersebut mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan pelaksanaan penanggulangan kebakaran khususnya
yang menangani APAR (Alat Pemadam Api Ringan) dan Fire
Hydrant.
G. Analisis Data
Data yang diperoleh akan dianalisis secara deskriptif sehingga mampu
memberikan gambaran dengan jelas mengenai upaya pencegahan dan
penanggulangan kebakaran dengan APAR dan Fire Hydrant di PT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Bridgestone Tire Indonesia yang kemudian membandingkan hasil tersebut
dengan beberapa peraturan perundangan yang terkait.
1. Alat pemadam api ringan dibandingankan dengan Permenaker No.
Per-04/MEN/1980 tentang Syarat-syarat Pemasangan dan
Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan.
2. Unit penanggulangan kebakaran dibandingkan dengan Kepmenaker
No. Kep-186/MEN/1999 tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di
Tempat Kerja.
3. Fire Hydrant dibandingkan dengan Keputusan Menteri Pekerjaan
Umum No. 02/KPTS/1985 tentang Ketentuan Pencegahan dan
Penanggulangan Kebakaran Pada Bangunan Gedung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Penyediaan Sarana Pemadam Kebakaran
Dalam upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran PT.
Bridgestone Tire Indonesia menyediakan sarana pemadam kebakaran
seperti APAR dan Hydrant.
a. APAR (Alat Pemadam Api Ringan)
Gambar 2. APAR di PT. Bridgestone Tire IndonesiaSumber : Hasil Pengamatan, 2012
APAR adalah alat pemadam api berbentuk tabung (berat maksimal
16 kg) yang mudah dilayani/ dioperasikan oleh satu orang untuk
pemadam api pada awal terjadi kebakaran. Di PT Bridgestone Tire
Indonesia APAR yang digunakan rata-rata beratnya 2,5 Kg. Jumlah
APAR yang yang disediakan secara keseluruhan sekitar 900 buah.
buah APAR yang terdiri dari berbagai jenis yaitu Serbuk kimia kering
(Dry chemical powder), CO2 dan Chemical Foam. Untuk jenis Foam
tersebut bukan termasuk APAR karena kapasitasnya 92 liter dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
biasanya ditempatkan pada besi beroda dan biasanya dioperasikan oleh
2 orang atau lebih.
1) Alat Pemadam Api jenis Serbuk Kimia Kering (Drychemical
powder) APAR jenis ini yang dipasang di unit-unit kerja ada 2
macam, yaitu:
a) Stored Pressure Type
Dimana serbuk kimia kering jenis monnex diisikan ke dalam
tabung pemadam sudah dalam keadaan bertekanan dan sebagai
pendorongnya adalah gas N2.
b) Cartridge Type
Dimana serbuk kimia kering jenis sodium bicarbonate atau
Natrium Bicarbonate diisikan ke dalam tabung pemadam tidak
dalam keadaan bertekanan, sedang sebagai pendorong serbuk
digunakan CO2 yang disimpan dalam cartridge.
2) Alat pemadam api jenis gas CO2
APAR jenis gas CO2 biasanya dipasang di area office.
3) Alat Pemadam api jenis chemical foam
PT. Bridgestone Tire Indonesia, penggunaan alat pemadam api
bukan dalam bentuk APAR karena kapasitasnya yang melebihi 16
kg yaitu 92 liter dan biasanya ditempatkan di dekat tangki-tangki
gasoline, boiler dan tempat-tempat yang yang mempunyai potensi
peledakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
4) Prosedur Pemasangan APAR
a) Semua tabung APAR harus berwarna merah
b) Penempatan APAR yang satu dengan yang lainnya tidak boleh
lebih dari 15 meter.
c) APAR harus ditempatkan pada pada posisi yang mudah dilihat,
dicapai dan diambil.
d) Lokasi penempatan APAR diberi tanda sesuai dengan
ketentuan yang berlaku di PT. Bridgestone Tire Indonesia.
e) Pemasangan dan penempatan APAR harus sesuai dengan jenis
dan penggolongan kebakaran.
f) Apar yang dipasang telah dilengkapi dengan pemberian tanda
pemasangan ”ALAT PEMADAM API” dan penempatan
APAR telah sesuai dengan kelas kebakaran yang ada di tempat
kerja tersebut.
g) Temperatur tempat APAR tidak boleh lebih dari 49oC atau
turun sampai -44oC.
h) Untuk APAR yang rawan tertabrak alat angkut maupun alat
angkat produksi diberi pelindung.
i) Apar dipasang menggantung pada dinding dengan besi
penguat, ada yang di masukkan dalam box dan ada pula yang
diletakkan pada rak yang terbuat dari besi.
j) Ketinggian pemasangan Apar antara 110cm-130cm dari
permukaan lantai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
k) Segel pengaman masih dalam keadaan baik.
l) Setiap Apar dilengkapi dengan kartu pemeriksaan.
m) Tabung Apar masih dalam keadaan baik, tidak terkorosi dan
catnya masih terlihat baru/ baik.
n) APAR yang ditempatkan di alam terbuka harus dilindungi
dengan tutup pengaman agar tidak rusak.
Namun pada bagian produksi, sebelum dilakukan audit OHSAS
18001:2007 Internal masih ditemukan APAR yang menggunakan
pengaman dengan alasan menghindari tertabrak oleh forklift, tetapi
setelah dilakukan audit hal ini menjadi temuan dan menjadi saran
agar pengaman tersebut dilepas dengan tujuan efisien waktu saat
terjadi kebakaran.
5) Pemeliharaan dan pemeriksaan APAR
a) Periode pengecekan dilakukan 2 kali dalam setahun (setiap 6
bulan, setiap 12 bulan).
b) Pemeriksaan yang dilakukan adalah :
- Check kondisi fisik tabung, hose dari sumbatan, lock pin
dan segel harus dalam kondisi baik.
- Untuk type chubb, periksa jarum gauge tekanan harus pada
area hijau.
- Bolak balik tabung sambil didengar adanya serbuk yang
jatuh perlahan-lahan seperti pasir yang mengalir.
- Pasang kembali APAR pada tempatnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
- Lihat tanggal kadaluarsanya atau pengisian terakhir dari
APAR. Apabila sudah lewat 6 bulan, segera ganti APAR.
6) Cara Pakai APAR
Pada dasarnya meskipun bentuk, ukuran, merk dan jenisnya
berbeda, secara umum semua APAR memiliki cara kerja yang
hamper sama yaitu :
a) Pull atau tarik pin hingga segel putus atau terlepas.
Pin berfungsi sebagai pengaman pegangan/ handle dari
penekanan yang tidak disengaja.
b) Arahkan nozzle/ ujung hose yang kita pegang kea rah pusat api.
c) Tekan handle/ pegangan untuk mengeluarkan/menyemprotkan
isi tabung. Pada beberapa merk handle penyemprot terletak
dibagian ujung hose.
d) Sapukan nozzle yang kita pegang agar media yang
disemprotkan merata mengenai api yang sedang terbakar.
7) Pemetaan APAR
PT. Bridgestone Tire Indonesia telah dibuat denah penempatan
APAR atau pemetaan APAR, Untuk lebih lanjutnya dapat dilihat
pada lampiran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
b. Hydrant
Gambar 3. Hydrant Box (Gedung) di PT. Bridgestone Tire IndonesiaSumber : Hasil Pengamatan, 2012
Gambar 4. Hydrant Pillar (Halaman) di PT. Bridgestone Tire IndonesiaSumber : Hasil Pengamatan, 2012
Hydrant adalah jaringan instalasi pipa air yang dipasang untuk
memadamkan kebakaran. Berdasarkan letak terdapat dua hydrant yaitu
hydrant gedung (hydrant box) dan hydrant halaman (pillar). Di PT.
Bridgestone Tire Indonesia sebagian besar menggunakan hydrant gedung
(hydrant box). Untuk hydrant di PT. Bridgestone Tire Indonesia dalam
bentuk hose reel. Semua peralatan hydrant dicat dengan warna merah.
Jumlah hydrant yang disediakan sekitar 131 buah.
Pada hydrant box secara keseluruhan kondisinya sudah bagus, tetapi
ada beberapa yang kotaknya berlubang, sehingga merusak selang-selang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
pada hydrant. Sedangkan kondisi pada hydrant pillar juga ada beberapa
yang sudah rusak.
1. Cara Pemasangan Fire Hydrant
a. Box/Stand Fire Hydrant berwarna merah.
b. Penempatan box maupun Stand Fire Hydrant yang satu dengan
yang lainnya maximum 2 kali panjang hose dengan assumsi radius
hose. (Bila panjang hose = 20 meter maka jarak Fire Hydrant satu
sama lain sebaiknya tidak kurang dari 40 meter.
c. Lokasi penempatan Fire Hydrant diberi tanda sesuai dengan
ketentuan yang berlaku di PT.Bridgestone Tire Indonesia.
d. Persediaan air harus dapat dipergunakan minimum selama 30
menit pada kapasitas.
e. Pompa Kebakaran harus tersedia dua unit pompa dengan kapasitas
yang sama. ( 1 pompa utama , 1 unit pompa cadangan ) dan dua
sumber daya untuk menjaga segala kemungkinan.
f. 1 Pompa hydrant listrik sebagai pompa utama dan 1 Pompa
hydrant diesel sebagai cadangan ditambah 1 Pompa Pacu.
g. Tekanan Air pada titik terjauh dari sumber pompa tidak kurang
dari 4-5 Kg/cm2. Tekanan air pada titik terdekat maksimum adalah
7 Kg/cm2.
2. Pemipaan dan Peralatan
a. Diameter Pipa Induk Minimum 6" (15 Cm), Diameter Pipa Cabang
Minimum 4" (10 Cm).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
b. Piping tidak boleh digabungkan dengan instalasi lain. Sambungan
untuk pipa dengan diameter sampai 2.5" (6.25 Cm) harus sistem
ulir. Sambungan untuk pipa dengan diameter lebih dari 2.5" (6.25
Cm) harus sistem welding.
c. Hose dan Nozzle untuk didalam pabrik berukuran 1.5" (40 Mm).
Hose dan Nozzle untuk diluar pabrik berukuran 2.5" (65 Mm).
d. Jet Nozzle (semprotan lurus) : untuk semprotan jarak jauh. Spray
Nozzle (pancaran spray) : sebagai perisai untuk mendekat ke
daerah kebakaran.
e. Perlengkapan Box Hydrant :
1) Sebuah Stop Kran.
2) Sebuah Hose lengkap dengan kopling sesuai ukuran (minimal).
3) Sebuah Nozzle type Jet.
3. Pemeliharaan dan Pemeriksaan
Berikut merupakan cara pemeriksaan atau pengechekan Hydrant yaitu:
a. Pemeriksaan Peralatan dilakukan 2x/tahun.
1) Stop Kran : tidak bocor, mudah dibuka
2) Hose : tidak bocor, kopling & seal bagus (tidak bocor)
3) Nozzle : tidak rusak, kopling & seal bagus (tidak bocor)
4) Water Blow setiap Box Hydrant : (Untuk menjamin air dalam
pipa tidak berlumpur dan lancar )
b. Pemeriksaan Hydrant Diesel dilakukan 1x / minggu (setiap hari
Jum'at).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
a. Pelaksanaan
- Personil Engineering Utility
- Personil Engineering Electric ( Bila ada masalah )
- Personil Security ( minimal 1 orang ). (Personil security
harus tahu cara menghidupkan Hydrant Diesel)
b. Item Check D/E Hydrant
- Level Oli , Air Radiator , Solar
- Kondisi Accu , Air Accu , Alat Charger Accu
- Kondisi Valve In-Out
- Kondisi Test Run
c. Item Check Motor Hydrant
- Level oli & Kopling
- Kondisi Valve In-Out
- Kondisi Test Run
2. Tentang PT. Bridgestone Tire Indonesia
PT. Bridgestone Tire Indonesia merupakan perusahaan gabungan
swasta, yaitu swasta jepang dengan swasta Indonesia. PT. Bridgestone
Tire Indonesia merupakan perusahaan manufaktur penghasil ban terbesar
di Indonesia. Saat ini PT. Bridgestone Tire Indonesia memiliki proses
produksi diantaranya yaitu Banbury, Bead, Calender, Cutting, Extruding,
Building, Curing, Final Inspection. Sebagian besar unit tersebut
mempunyai potensi terjadinya kebakaran maupun peledakan, khususnya
pada extruding dan banbury karena dalam proses produksinya terdapat/
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
menggunakan bahan-bahan mudah terbakar dan bahan kimia seperti karet,
solar, gasoline dan bahan lain yang mudah terbakar/meledak. Selain itu
dalam area tersebut juga terdapat dust collector yang memungkinkan
terjadinya kebakaran jika perawatan dan pengecekannya tidak benar. Oleh
karena itu perlu adanya penyediaan sarana pemadam kebakaran seperti
Fire Hydrant dan APAR.
3. Keadaan Bangunan
Gambar 5. Keadaan Bangunan di PT. Bridgestone Tire IndonesiaSumber : Hasil Pengamatan, 2012
Bangunan di PT. Bridgestone Tire Indonesia berupa gedung-gedung
dan ruangan-ruangan, kebanyakan tenaga kerja bekerja di dalam ruangan.
Jenis bangunan di PT. Bridgesone Tire Indonesia terdiri dari rangka
besi/baja, batu bata, batu, semen, kayu, pasir, seng dan lain-lain kabel
listrik besar dan sesuai dengan ukuran arus daya yang digunakan. Di PT.
Bridgestone Tire Indonesia terdapat 3 pintu gerbang, pintu gerbang depan
utama, pintu gerbang belakang dekat WTP dan pintu gerbang belakang
dekat Final Inspection. Pagar pembatas di PT. Bridgestone Tire Indonesia
sebagian besar terbuat dari tembok, dibagian atasnya kawat berduri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
4. Keadaan Jalan di Area Perusahaan
Gambar 6. Keadaan Jalan di Area PerusahaanSumber : Hasil Pengamatan, 2012
Jalan-jalan di PT. Bridgestone Tire Indonesia terbuat dari aspal,
dengan jalan yang lurus sehingga mudah untuk manuever kendaraan baik
kendaraan ringan, sedang maupun kendaraan berat serta kendaraan
pemadam kebakaran.
5. Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran
a. Latihan Pemadam Kebakaran
Gambar 7. Latihan Pemadam Kebakaran Tradisional (menggunakan kain basah)Sumber : Hasil Pengamatan, 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Gambar 8. Latihan Pemadam Kebakaran Menggunakan Fire HydrantSumber : Hasil Pengamatan, 2012
Gambar 9. Latihan Pemadam Kebakaran Dengan APAR jenis Dry Chemical PowderSumber : Hasil Pengamatan, 2012
Secara rutin 2 kali dalam 1 minggu pada hari kamis dan jumat di
PT. Bridgestone Tire Indonesia juga mengadakan Latihan Pemadam
Kebakaran kepada seluruh karyawan dengan tujuan agar semua
karyawan dapat memadamkan api dengan menggunakan kain/ karung
basah serta dapat mengoperasikan APAR dan water hydrant yg ada di
area PT. Bridgestone Tire Indonesia terkait dengan adanya kejadian
kebakaran. Pelaksanaan latihan ini diatur dalam schedule yang telah
dibagikan kepada seksi terkait satu minggu sebelum pelaksanaan
pelatihan pemadam, yang tertuang dalam schedule bulanan. Akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
tetapi pelaksanaan latihan ini tergantung dengan cuaca. Jika cuaca
hujan maka pelatihan ini diundur dan diganti hari lain. Latihan
Pemadam Kebakaran dipandu oleh staff SHE dan petugas security
yang sudah mendapatkan pelatihan. Training/ pelatihan tersebut berupa
pemadaman api dengan kain basah, pemadaman api dengan APAR
(chemical powder ABC), dan dengan kerja sama team dalam
pemadaman api dengan water hydrant.
b. Tim Pemadam kebakaran
PT. Bridgestone Tire Indonesia mempunyai tim pemadam
kebakaran dan seksi terdekat yang dihubungi saat keadaan darurat.
Untuk lebih lanjutnya bisa dilihat pada lampiran 2 dan lampiran 3.
Menurut teori terdapat elemen penting yang harus diterapkan
dalam emergency response, yaitu organisasi, prosedur evakuasi, rute
evakuasi, sistem dan peralatan, tempat berkumpul dan fire drills. Dari
keenam elemen tersebut PT. Bridgestone Tire Indonesia sudah
menerapkan semuanya. Di PT. Bridgestone Tire Indonesia fire drills
dilakukan setiap 1 tahun 1 kali, dengan memanggil team pemadam
kebakaran dari Dinas kota untuk melakukan simulasi tanggap darurat
jika terjadi kebakaran.
Selain itu, perusahaan telah membuat prosedur evakuasi dan rute
evakuasi dan dipajang di setiap unit produksi dan office sebagai
petunjuk saat terjadi kebakaran. Bila situasi kebakaran tidak terkendali
dan membahayakan keselamatan karyawan maka dilakukan tindakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
untuk evakuasi, Tindakan untuk evakuasi diputuskan oleh Plan
Manager berdasarkan laporan situasi dan kondisi dari petugas
pemadam lapangan, Evakuasi dipimpin oleh atasan dimasing-masing
seksi dengan cara sebagai berikut : keluar lewat pintu darurat dan
berkumpul di tempat yang telah ditentukan, atasan memeriksa di lokasi
kalau ada anggota yang tertinggal, atasan/pimpinan memastikan tidak
ada anggotannya yang tertinggal di lokasi kebakaran dengan cara
menghitung ulang anggotanya.
Terkait upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran PT.
Bridgestone Tire Indonesia telah menyediakan APAR, hydrant,
detector/alarm system, smoke detector, dan satu mobil pemadam
kebakaran. Tempat berkumpul/ tempat evakuasi telah disediakan dan
diberi papan nama assembly point.
Gambar 10. Titik Berkumpul Evakuasi (Assembly Point)Sumber : Hasil Pengamatan, 2012
6. Emergency Response
Emergency respon atau tanggap darurat khususnya terhadap bahaya
kebakaran adalah keadaan tanggap apabila terjadi bahaya kebakaran. PT.
Bridgestone Tire Indonesia telah memiliki prosedur yang tertulis terhadap
bahaya kebakaran sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
a. Jangan panik.
b. Hentikan segera semua kegiatan.
c. Matikan semua peralatan yang berarus listrik.
d. Usahakan memadamkan api dengan alat pemadam terdekat.
e. Keluar melalui pintu-pintu darurat.
f. Laporkan segera ke bagian safety atau bagian keamanan.
g. Hubungi dinas kebakaran setempat.
h. Tunggu instruksi selanjutnya.
Adapun tindakan pertama saat melihat terjadinya kebakaran yaitu :
1) Melihat ada kebakaran berteriak keras ada kebakaran.
2) Tekan tombol kebakaran kurang lebih 5 detik sampai sirine berbunyi.
3) Ambil alat pemadam api terdekat.
4) Security melalui pengeras suara mengumumkan.
5) Indicator menyala sesuai area seksi yang ditekan tombol alarmnya.
6) Padamkan dengan APAR
7) Jika api membesar padamkan dengan hydrant.
8) Api padam, security member informasi situasi terkendali.
9) Apabila api tidak padam minta bantuan ke instansi pemadam
kebakaran kodya bekasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
B. Pembahasan
1. Penyediaan Sarana Pemadam Kebakaran
a. APAR (Alat Pemadam Api Ringan)
1) Penyediaan APAR
PT. Bridgestone Tire Indonesia telah menyediakan alat
pemadam api ringan di setiap tempat dan ruangan sesuai dengan
jenis potensi bahaya yang ada di tempat dan ruangan tersebut. Hal
ini terlihat dengan adanya jumlah APAR yang tersedia di PT.
Bridgestone Tire Indonesia dengan jumlah keseluruhan APAR
sekitar 900 buah.
2) Pemasangan APAR
Berdasarkan standard pemasangan yang diterapkan oleh PT.
Bridgestone Tire Indonesia. Penempatan APAR tidak boleh lebih
dari 15 meter, tetapi di setiap area penempatan APAR satu dengan
APAR lainnya berjarak 10 meter.
Sedangkan pemberian tanda pemasangan APAR di PT.
Bridgestone Tire Indonesia berjarak kurang lebih 3 meter dari
lantai. Hal ini belum sesuai dengan Permenaker No. Per-
04/MEN/1980 tentang Syarat-syarat Pemasangan dan
Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan yaitu pada pasal 4 bahwa
tinggi pemberian tanda pemasangan APAR adalah 125 cm dari
dasar lantai tepat diatas satu atau kelompok alat pemadam api
ringan bersangkutan dan pemasangan atau penempatan alat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
pemadam api ringan harus sesuai dengan jenis dan penggolongan
kebakaran. Untuk itu sebaiknya pemberian tanda pemasangan
APAR disesuaikan tingginya yaitu 125cm dari dasar lantai tepat
diatas satu atau kelompok alat pemadam api ringan bersangkutan
Pada bagian produksi, sebelum dilakukan audit OHSAS
18001:2007 Internal masih ditemukan APAR yang menggunakan
pengaman dengan alasan menghindari tertabrak oleh forklift, tetapi
setelah dilakukan audit hal ini menjadi temuan dan menjadi saran
agar pengaman tersebut dilepas dengan tujuan efisien waktu saat
terjadi kebakaran. Tetapi hal ini belum sesuai dengan Peraturan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per-04/MEN/1980
pasal 10 yang menyataan bahwa alat pemadam api ringan yang
ditempatkan di alam terbuka harus dilindungi dengan tutup
pengaman.
3) Pemeliharaan dan Pemariksaan APAR
Pemeriksaan tersebut meliputi pemeriksaan kondisi tabung,
segel pengaman, isi tabung, alat pancar dan penempatan APAR.
PT. Bridgestone Tire Indonesia melakukan pengecekkan 2 kali
dalam setahun (setiap 6 bulan, setiap 12 bulan). Hal tersebut sudah
sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
No. Per. 04/ MEN/ 1980 tentang Syarat-syarat Pemasangan dan
Pemeliharaan APAR pada pasal 11 yang menyatakan bahwa Setiap
alat pemadam api ringan harus diperiksa 2 (dua) kali dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
setahun, yaitu pemeriksaan dalam jangka 6 (enam) bulan dan
pemeriksaan dalam jangka 12 (dua belas) bulan. Dalam
Pemeliharaannya tersebut disesuaikan dengan jenis bahan
pemadam api.
b. Fire Hydrant
Selain menyediakan APAR PT. Bridgestone Tire Indonesia juga
menyediakan Fire Hydrant sebagai sarana dan fasilitas pemadam
kebakaran. Di seluruh PT. Bridgestone Tire Indonesia terdapat sekitar
131 unit hydrant. Pada hydrant box secara keseluruhan kondisinya
sudah bagus, tetapi ada beberapa yang kotaknya berlubang, sehingga
tikus bisa masuk dan merusak selang-selang. Sedangkan kondisi pada
hydrant pillar juga ada beberapa yang sudah rusak.
Setelah dibandingkan dengan perundangan yang tercantum
dalam Kepmenpu No. Kep-02/KPTS/1985 tentang Ketentuan
Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Pada Bangunan Gedung,
secara garis besar implementasi yang ada di PT. Bridgestone Tire
Indonesia telah memenuhi persyaratan tetapi belum sempurna.
Fire Hydrant ada 2 ukuran selang yaitu : 1,5 inch dan 2,5 inch
Setiap box hydrant telah dilengkapi dengan selang dengan diameter 2,5
inch sudah sesuai dengan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 02/
KPTS/ 1985 tentang ketentuan Pencegahan dan Penanggulangan
Kebakaran Pada Bangunan Gedung pada pasal 20 tentang persyaratan
teknis dan pemasangan hydrant kebakaran. Semua peralatan hydrant
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
dicat dengan warna merah sesuai dengan Persyaratan teknis hidrant
kebakaran dari Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 02/ KPTS/
1985 pasal 20.
2. Keadaan Bangunan
Bangunan di PT. Bridgestone Tire Indonesia berupa gedung-gedung
dan ruangan-ruangan, kebanyakan tenaga kerja bekerja di dalam ruangan.
Jenis bangunan di PT. Bridgesone Tire Indonesia terdiri dari rangka
besi/baja, batu bata, batu, semen, kayu, pasir, seng dan lain-lain kabel
listrik besar dan sesuai dengan ukuran arus daya yang digunakan. Di PT.
Bridgestone Tire Indonesia terdapat 3 pintu gerbang, pintu gerbang depan
utama, pintu gerbang belakang dekat WTP dan pintu gerbang belakang
dekat Final inspection. Pendirian bangunan PT. Bridgestone Tire
Indonesia telah mendapatkan ijin dari pemerintah kota setempat sesuai
dengan Peraturan Pemerintah No. 13 tahun 1987 tentang Izin Usaha
Industri. Bangunan di PT. Bridgestone Tire Indonesia aman bagi tenaga
kerjanya dan sesuai dengan SNI 03-1735-2000 tentang Tata Cara
Perencanaan Akses Bangunan dan Akses Lingkungan Untuk Pencegahan
Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung.
3. Keadaan Jalan di Area Perusahaan
Jalan-jalan di PT. Bridgestone Tire Indonesia terbuat dari aspal,
dengan jalan yang lurus sehingga mudah untuk maneuver kendaraan baik
kendaraan ringan, sedang maupun kendaraan berat serta kendaraan
pemadam kebakaran. Keadaan jalan-jalan didalam kawasan PT.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Bridgestone Tire Indonesia sudah cukup baik sehingga dapat dilalui
kendaraan pemadam kebakaran serta telah ada jalur untuk evakuasi tenaga
kerja apabila terjadi keadaan darurat, ini sudah sesuai dengan SNI 03-
1746-2000 tentang Tata Cara Perencanaan dan Pemasangan Sarana Jalan
Keluar untuk Penyelamatan Terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan
Gedung.
4. Upaya Pencegahan dan penanggulangan Kebakaran
Upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran PT. Bridgestone
Tire Indonesia telah menyediakan APAR, hydrant, detector/alarm system,
smoke detector, dan satu mobil pemadam kebakaran. Dan telah melakukan
kegiatan latihan pemadam kebakaran setiap minggunya. Serta
menyediakan tempat berkumpul/ tempat evakuasi dan diberi papan nama
assembly point. Hal ini sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga
Kerja da Transmigrasi No. Per. 04/MEN/1980 tentang syarat-syarat
pemasangan dan pemeliharaan APAR.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
BAB VSIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai usaha pencegahan
dan penanggulangan kebakaran yang telah dilakukan di PT. Bridgestone Tire
Indonesia khususnya mengenai APAR dan Fire Hydrant sebagai upaya
penanggulangan kebakaran, penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut:
1. Penyediaan APAR dan Hydrant sebagai upaya pencegahan dan
penanggulangan kebakaran di PT. Bridgestone Tire Indonesia secara
keseluruhan jumlah APAR yang tersedia sekitar 900 buah dan jumlah
hydrant sekitar 131 buah.
2. Tinggi APAR sudah sesuai permenaker tinggi 120 ~ 130 cm ada APAR
pemberian tanda pemasangannya belum sesuai dengan Permenaker No.
Per-04/MEN/1980 tentang Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan
Alat Pemadam Api Ringan yaitu pada pasal 4 bahwa tinggi pemberian
tanda pemasangan APAR adalah 125 cm dari dasar lantai tepat diatas satu
atau kelompok alat pemadam api ringan bersangkutan dan pemasangan
atau penempatan alat pemadam api ringan harus sesuai dengan jenis dan
penggolongan kebakaran. Tetapi di PT. Bridgestone Tire Indonesia
berjarak kurang lebih 3 meter dari lantai. Sedangkan Penyediaan hydrant
di PT. Bridgestone Tire Indonesia terdiri dari hydrant gedung dan hydrant
halaman. Pemasangan hydrant gedung (hydrant box ukuran standard),
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
tetapi pada hydrant halaman (hydrant pillar) tersedia 131 dan 2
diantaranya pada kondisi rusak. Hal ini belum sesuai dengan Keputusan
Menteri Pekerjaan Umum No. 02/ KPTS/ 1985 tentang Ketentuan
Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran pada Bangunan Gedung.
3. Pemeriksaan dan pemeliharaan APAR dan Hydrant di PT. Bridgestone
Tire Indonesia dilakukan 2 kali dalam setahun yaitu pemeriksaan dalam
jangka 6 bulan dan pemeriksaan dalam jangka waktu 12 bulan. Hal
tersebut sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No. Per. 04/ Men/ 1980 tentang Syarat-syarat Pemasangan
dan Pemeliharaan APAR.
4. PT. Bridgestone Tire Indonesia dalam upaya pencegahan dan
penanggulangan kebakaran telah dipasang APAR sebagai upaya
penanggulangan awal terjadinya kebakaran yang terpasang disetiap area
tempat kerja yang pemasangannya telah disesuaikan dengan potensi
bahaya yang ada. Ini telah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi No. Per. 04/ Men/ 1980 tentang Syarat-syarat
Pemasangan dan Pemeliharaan APAR.
B. Saran
Penulis mencoba memberikan saran-saran sebagai masukan kepada
perusahaan yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam upaya
untuk meningkatkan penanggulangan bahaya kebakaran. Adapun saran-
sarannya antara lain:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
1. Sebaiknya APAR yang berada ditempat terbuka dilengkapi dengan tutup
pengaman.
2. Melakukan perbaikan pada Hydrant pillar yang kondisinya sudah rusak.
3. Sebaiknya dilakukan penambahan beberapa hydrant pillar dan dilengkapi
dengan box selang agar dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya.
4. Pada Hydrant box yang ada lubang ditutup agar tikus tidak bisa masuk dan
merusak selang.