Upload
others
View
35
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGGUNAAN BAHASA GAUL DALAM SOSIAL
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna Memperoleh Gelar
Sarjana pada prodi pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan
Oleh:
HASRULLAH
105331102916
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021
viii
MOTO DAN PERSEMBAHAN
“Hidup adalah do’a yang panjang dan
belajar yang tak pernah usai”
Kupersembahkan skripsi ini kepada:
Kedua orang tuaku, saudaraku, sahabatku
Terima kasih atas doa, motivasi, kerja keras, dan kasih sayang
Sehingga penulis mewujudkan harapan menjadi kenyataan.
ABSTRAK
Hasrullah 2020. “Penggunaan Bahasa Gaul dalam Sosial Media
instagram”. Skripsi, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas
Muhammadiyah Makassar. Dibimbing Oleh Johar Amir dan Nurdin.
Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah penggunaan bahasa
gaul dalam sosial media instagram. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan
penggunaan bahasa gaul dalam sosial media instagram. Data penelitian ini adalah
kata-kata, frasa, klausa, yang menggunakan istilah-istilah bahasa gaul dalam
berinteraksi di media sosial khususnya instagram. Seperti contoh sebagai berikut;
Bosen (bosan), Mabar (main bareng), kuy nongky (ayo nongkrong).
Data di atas diperoleh dari hasil Observasi. Teknik Observasi digunakan
agar peneliti dapat mengamati dengan bebas. Selanjutnya Dokumentasi dengan
memfoto status, komentar, yang menggunakan istilah bahasa gaul melalui layar
Gawai. Kemudian data yang telah dikumpul di klasifikasikan sesuai dengan yang
terjadi terhadap unsur-unsur komunikasi. Penelitian ini merupakan penelitian
Kualitatif, jenis Deskriptif, setelah data diklasifikasi. Data dianalisis dengan
metode padan dan teknik yang digunakan adalah teknik referensial untuk
mendeskripsikan istilah bahasa gaul dalam sosial media khususnya istagram. satu
persatu data yang diperoleh dengan cara mendeskripsikan istilah bahasa gaul yang
telah diperoleh dari hasil observasi dalam sosial media instagram. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa (1) kata-kata yang digunakan banyak memakai
jargon kata bahasa asing sehingga sulit dimengerti oleh khalayak tertentu, (2)
bahasa yang yang digunakan penulis berbeda dengan bahas yang digunakan
pembaca, (3) struktur bahasa yang digunakan tidak sebagaimana mestinya,
sehingga membingungkan pembaca, (4) latar belakang budaya yang
menyebabkan salah presepsi terhadap simbol-simbol yang digunakan.
Kata Kunci; Bahasa gaul, jejaring sosial
KATA PENGANTAR
Allah Maha Penyayang dan Pengasih, demikian kata untuk mewakili atas
segala karunia dan nikmat-Nya. Jiwa ini takkan henti bertahmid atas anugerah
pada detik waktu, denyut jantung, gerak langkah, serta rasa dan rasio pada-Mu,
Sang Khalik.
Setiap orang dalam berkarya selalu mencari kesempurnaan, tetapi
terkadang kesempurnaan itu terasa jauh dari kehidupan seseorang. Kesempurnaan
bagaikan fatamorgana yang semakin dikejar semakin menghilang dari pandangan,
Bagai pelangi yang terlihat indah dari kejauhan, tetapi menghilang jika didekati.
Demikian juga tulisan ini, kehendak hati ingin mencapai kesempurnaan, tetapi
kapasitas penulis dalam keterbatasan. Segala daya dan upaya telah penulis
serahkan untuk membuat tulisan ini selesai dengan baik dan bermanfaat dalam
dunia pendidikan, khususnya dalam ruang lingkup Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.
Motivasi dari berbagai pihak sangat membantu dalam perampuangan
tulisan ini. Segala rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih kepada orang
tua saya. Muh. Nasir dan Syamsinar yang telah berjuang, berdoa, mengasuh,
membesarkan, mendidik, dan membiayai penulis dalam proses pencarian ilmu.
Terimakasih saya ucapkan kepada Prof. Dr. Johar Amir, M. Hum
pembimbing I dan Drs. H. Nurdin, M. Pd. pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, arahan, serta motivasi sejak awal penyusunan skripsi.
Terimakasih kepada Prof. Dr. H. Ambo Asse, M. Ag. Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan izin kepada penulis untuk
melakukan kegiatan penelitian, Erwin Akib, S.Pd,. M.Pd. selaku Dekan FKIP
Universitas Muhammadiyah Makassar, Dr. Munirah, M,Pd Ketua Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Makassar
yang telah mengesahkan secara resmi judul penelitian sebagai bahan penulisan
skripsi sehingga penulisan skripsi berjalan dengan lancar.
Terimakasih kepada para keluarga serta sahabat dan kekasih saya yang tak
hentinya memberikan motivasi dan menyemangati.
Akhir kata dengan segala kerendahan hati, penulis senantiasa
mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak, selama saran dan kritikan
tersebut sifatnya membangun karna penulis yakin bahwa suatu persoalan tidak
akan berarti sama sekali tanpa adanya kritikan. Mudah mudahan dapat memberi
manfaat bagi para pembaca terutama bagi diri pribadi penulis.
Makassar, November 2020
Penulis
DAFTAR ISI
SAMPUL ........................................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................................. iii
SURAT PERNYATAAN ............................................................................... iv
SURAT PERJANJIAN .................................................................................. v
KARTU KONTROL I ................................................................................... vi
KARTU KONTROL II .................................................................................. vii
MOTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... viii
ABSTRAK ...................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR .................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 9
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 9
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka ................................................................................ 11
1. Penelitian yang Relevan ........................................................... 11
2. Sosolinguistik ........................................................................... 12
3. Hakikat Bahasa......................................................................... 13
4. Kesalahan Berbasa ................................................................... 34
5. Tata Bahasa .............................................................................. 36
6. Instagram .................................................................................. 39
B. Alur Penelitian ............................................................................... 43
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ............................................................................... 45
B. Fokus Penelitian ............................................................................. 45
C. Data dan Sumber Data ................................................................... 45
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 46
E. Teknik Analisis Data ...................................................................... 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .............................................................................. 48
B. Dampak penggunaan bahasa gaul dalam sosial media instagram . 61
C. Pembahasan ................................................................................... 62
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ........................................................................................ 66
B. Saran ............................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN – LAMPIRAN
KORPUS DATA
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa adalah sesuatu yang hidup, sebagai sesuatu yang hidup ia tentu
mengalami perkembangan atau perubahan mengikuti zaman. Perubahan itu terjadi
karena bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak pernah lepas dari
segala kegiatan dan gerak manusia sebagai mahluk sosial. Keterikatan dan
ketertarikan bahasa dengan manusia itulah yang mengakibatkan bahasa itu
menjadi tidak statis, atau dengan kata lain bahasa itu bersifat dinamis. Arus global
berimbas pula pada penggunaan dan keberadaan bahasa Indonesia di masyarakat.
Penggunaan bahasa di dunia maya, internet, misalnya facebook, instagram,
whatsApp, dan lain-lain memberi banyak perubahan bagi struktur bahasa
Indonesia yang oleh beberapa pihak disinyalir merusak atau mengubah bahasa itu
sendiri. Menurut Sunaryo (2000:6), bahasa dalam struktur budaya ternyata
memiliki kedudukan, fungsi, serta peran ganda, yakni sebagai akar serta produk
budaya yang sekaligus berfungsi sebagai sarana berpikir dan sarana pendukung
pertumbuhan serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Berlandaskan alasan globalisasi dan perkembangan zaman yang sangat
pesat hari ini yang kemudian telah menyentuh mulai dari kalangan orang dewasa,
remaja, khususnya pelajar, masyarakat pada umumnya cenderung lebih aktif
dalam media sosial. Hal ini menyebabkan banyaknya bahasa-bahasa baru yang
bermunculan, seperti bahasa gaul.
2
Sebagian masyarakat ironisnya mulai kehilangan rasa bangga
menggunakan bahasa nasional. tidak hanya pada rakyat kecil, krisis bahasa juga
ditemukan para mahasiswa masa kini. Sulit dipungkiri bahwa bahasa gaul atau
alay kini telah menjamur penggunaanya, mulai dari judul film, buku, judul lagu,
caption dalam media sosial dan cara berkomunikasi dalam media sosial.
Seseorang juga merasa bangga jika lancar atau mahir dalam menggunakan kata
gaul atau alay. Namun apapun alasannya entah itu menjaga prestise, mengikuti
perkembangan zaman ataupun untuk mengangkat eksistensi mereka dalam
kelompoknya, tanpa kita sadari secara perlahan kita telah ikut andil dalam
mengikis kepribadian dan jati diri bangsa kita sendiri.
Kedudukan bahasa Indonesia juga semakin terdesak dengan pemakain
istilah bahasa gaul di kalangan masyarakat pada umumnya. Bahasa gaul ini sering
kita temukan dalam pesan singkat atau sms, chatting, caption postingan, dalam
media sosial dan sejenisnya. Misalnya dalam kata Lebay, Lol, Hoax, dll.
Fenomena ini mungkin saja merupakan keadaan yang disebut perubahan bahasa
baku menjadi tata bahasa tidak baku.
Berkenaan dengan itu pembelajaran bahasa Indonesia yang baik dan benar
adalah mengajarkan dan menerangkan tentang bahasa Indonesia dalam kehidupan
sehari-hari agar tidak terlalu menyimpang dari kaidah bahasa Indonesia yang baik
dan benar, serta melestarikannya sebagai warisan bangsa. Bahasa merupakan
unsur yang sangat penting dalam berkomunikasi, yaitu alat komunikasi yang
paling utama. Sehubungan dengan itu, perlu adanya tindakan dari semua pihak
yang peduli terhadap bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa yang baik dan benar
3
dapat mempermudah dalam berkomunikasi atau bertukar informasi, sehingga
orang lebih terbiasa bekomunikasi secara efektif. Penggunaan bahasa yang baik
dan benar sangat penting dibiasakan oleh kaum remaja. Hal ini agar bahasa
Indonesia yang merupakan bahasa nasional, bahasa persatuan, dan bahasa
pengantar dalam dunia Pendidikan bisa tetap ada dan tidak kalah eksis dengan
bahasa gaul atau alay. Hal ini disebabkan, saat ini, penggunaan bahasa gaul atau
alay yang semakin banyak dikalangan remaja membuat eksistensi bahasa baik dan
benar menurun. Oleh karena itu, pengaruh bahasa gaul atau alay terhadap bahasa
baik dan benar di kalangan remaja harus di perhatikan.
Penggunaan bahasa untuk lingkungan yang berpendidikan tinggi dan
berpendidikan rendah tentu tidak dapat disamakan. Kita tidak dapat
menyampaikan pengertian mengenai jembatan, misalnya, dengan bahasa yang
sama kepada seorang anak SD dan kepada orang dewasa. Lebih lanjut lagi, karena
berkaitan dengan aspek komunikasi, maka unsur-unsur komunikasi menjadi
penting, yakni pengirim pesan, isi pesan, media penyampaian pesan, dan penerima
pesan. Bahasa gaul dapat berkembang karena beberapa faktor. Seperti media
sosial, televisi, dan dapat juga karena faktor lingkungan.
Televisi banyak menyajikan program-program yang menampilkan
kealayan menggunakan bahasa gaul. Dan remaja mengekspresikan bahasa gaul
melalui media sosial. Oleh karean itu bahasa gaul berkembang dengan cepat.
Sudah menjadi tanggung jawab pemerintah untuk mencegah televisi dari
menampilkan acara televisi yang menggunakan bahasa tidak baku, atau bisa
disebut bahasa alay. Dan orang tua harus membimbing anaknya agar menggnakan
4
bahasa indonesia yang baik dan benar. Dan orang tua juga dapat mengkritik
politisi yang muncul di telivisi jika tidak menggunakan bahasa Indonesia yang
baik dan benar.
Bahasa bukan sekedar alat komunikasi, bahasa itu bersistem. Oleh karena
itu, berbahasa bukan sekedar berkomunikasi, berbahasa perlu menaati kaidah atau
aturan bahasa yang berlaku. Ungkapan “Gunakanlah Bahasa Indonesia yang baik
dan benar.” Tentu sudah sering mendengar dan membaca ungkapan tersebut.
Permasalahannya adalah pengertian apa yang terbentuk dalam benak kita ketika
mendengar ungkapan tersebut? Apakah sebenarnya ungkapan itu? Apakah yang
dijadikan alat ukur (kriteria) bahasa yang baik? Apa pula alat ukur bahasa yang
benar?. Penggunaan bahasa dengan baik menekankan aspek komunikatif bahasa.
Hal itu berarti bahwa kita harus memperhatikan sasaran bahasa kita. Kita harus
memperhatikan kepada siapa akan menyampaikan bahasa. Oleh sebab itu, unsur
umur, pendidikan, agama, status sosial, lingkungan sosial, dan sudut pandang
khalayak sasaran tidak boleh abaikan. Karena berbahasa kepada anak kecil dengan
cara berbahasa kepada orang dewasa tentu berbeda.
Adapun manfaat media sosial bagi masyarakat diantaranya: Anda dapat
menggunakan sosial media sebagai wadah untuk menambah pengetahuan. Banyak
cara yang bisa kita lakukan untuk mendapatkan ilmu dalam sosial media. Kita
tidak perlu bertatap muka dengan suatu komunitas atau group belajar untuk
membahas materi pemebelajaran, kita tidak harus bertatap muka jika kita ingin
menanyakan ilmu yang belum kita pahami. Cukup menggunakan sosial media
5
dengan cerdas anda bisa belajar di rumah dan mendapatkan pengetahuan yang
luas tentang hal-hal yang belum anda ketahui.
Di lain sisi mempermudah kita dalam mendapatkan ilmu pengetahuan juga
mempermudah kita dalam berkomunikasi. Misalkan anda ingin berkomunikasi
dengan saudara anda yang ada di luar negeri tentu anda tidak mesti
mendatanginya secara langsung untuk bertatap muka, cukup anda menggunakan
sosial media sebagai alat komunikasa, apa lagi perkembangan teknologi hari ini
yang sudah sangat maju. Banyak sekali aplikasi soial media yang mampu
membuat anda bisa langsung bertatap muka secara langsung dengan saudara atau
kerabat anda yang jauh tanpa mendatanginya secara langsung. Seperti whatsaap,
Instagram, facebook, dan lain-lain.
Berbahasa sangat erat kaitannya dengan budaya sebuah generasi. Kalau
generasi negeri ini kian tenggelam dalam pudarnya bahasa Indonesia yang lebih
dalam, mungkin bahasa Indonesia akan semakin sempoyongan dalam memanggul
bebannya sebagai bahasa nasional dan identitas bangsa. Dalam kondisi demikian,
diperlukan pembinaan dan pemupukan sejak dini kepada generasi muda agar
mereka tidak mengikuti pembusukan itu. Pengaruh arus globalisasi dalam
identitas bangsa tercermin pada perilaku masyarakat yang mulai meninggalkan
bahasa Indonesia dan terbiasa menggunakan bahasa gaul. Saat ini jelas di
masyarakat sudah banyak adanya penggunaan bahasa gaul dan hal ini diperparah
lagi dengan generasi muda Indonesia juga tidak terlepas dari pemakaian bahasa
gaul. Bahkan, generasi muda inilah yang paling banyak menggunakan dan
menciptakan bahasa gaul di masyarakat.
6
Sehingga bahasa Indonesia semakin pudar bahkan dianggap kuno. di mata
remaja dan juga menyebabkan turunnya derajat bahasa Indonesia. Penggunaan
bahasa gaul dapat mempersulit penggunaan bahasa Indonesia dengan baik dan
benar. Padahal di sekolah atau di tempat kerja, kita diharuskan untuk selalu
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Tidak mungkin jika
pekerjaan rumah, ulangan atau tugas sekolah dikerjakan dengan menggunakan
bahasa gaul. Karena, bahasa gaul tidak masuk ke dalam tatanan bahasa akademis.
Begitu juga di kantor, laporan yang kita buat tidak diperkenankan menggunakan
bahasa gaul. Jadi, ketika situasi kita dalam situasi yang formal jangan
menggunakan bahasa gaul sebagai komunikasi. Bahasa gaul dapat mengganggu
siapapun yang membaca dan mendengar kata-kata yang termaksud di dalamnya.
Karena, tidak semua orang mengerti akan maksud dari kata-kata gaul tersebut.
Terlebih lagi dalam bentuk tulisan, sangat memusingkan dan memerlukan waktu
yang lebih banyak untuk memahaminya. Penggunaan bahasa gaul yang semakin
marak di kalangan remaja merupakan sinyal ancaman yang sangat serius terhadap
bahasa Indonesia dan pertanda semakin buruknya kemampuan berbahasa generasi
muda zaman sekarang.
Sehingga tidak dapat dipungkiri suatu saat bahasa Indonesia bisa hilang
karena tergeser oleh bahasa gaul dimasa yang akan datang. Mengahadapi derasnya
laju perkembangan zaman saat ini memang harus di sikapi secara bijaksana.
Masyarakat secara sadar atau tidak sadar telah melakukan pergeseran kata-kata
dalam berkomunikasi sehari-hari. Banyak sekali kita jumpai Studi kasus
penggunaan bahasa di media sosial. Bahasa Indonesia sangat rentan terhadap
7
pengaruh globalisasi, baik itu mendapatkan pengaruh positif ataupun negatif.
Masyarakat Indonesia tidak menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Banyak masyarakat Indonesia yang berkomunikasi via sosial media lebih merasa
bangga dan membangga-banggakan menggunakan bahasa negeri orang lain. Atau
malah mencampur-campur bahasa Indonesia dengan bahasa asing. Sehingga
banyak memunculkan bahasa serapan dari kata bahasa asing menjadi di- bahasa
Indonesiakan. Berkurangnya minat generasi muda untuk mempelajari Bahasa
Indonesia yang baik dan benar. Generasi muda cenderung untuk lebih menyukai
sesatu yang modern atau maju dalam berkomunikasi. Dengan masuknya budaya-
budaya asing dan bahasanya tentu lebih menarik bagi sebagian besar generasi
muda untuk dipelajari. Oleh karena itu, pun dituntut dalam hal tulis-menulis demi
penyebaran informasi. Namun persoalannya, apakah kita peduli terhadap laras
tulis bahasa kita. Sementara itu, yakinilah, tabiat dan tutur kata seseorang
menunjukkan asal-usulnya, atau dalam penegasan lain, bahasa yang kacau
mencerminkan kekacauan pola pikir pemakainya. Dengan menggunanakan bahasa
baik dan benar agar tulisan Anda bisa tampil baik, benar dan mudah dibaca serta
membuat tulisan anda dapat dipahami oleh para pembaca.
Adapun salah satu upaya untuk memerangi hal tersebut adalah dengan
membuka mata masyarakat luas tentang bagaimana pentingnya dan peran bahasa
Indonesia yang baik dan benar mengingat kembali eksistensi, bahasa Indonesia
sebagai bahasa nasional dan sebagai bahasa persatuan. Sehubungan dengan
permasalahan tersebut maka penelitian ini berfokus untuk menganalisis
penggunaan bahasa gaul dalam media sosial Instagram.
8
Ketertarikan saya meneliti topik ini karena melihat pesatnya penggunaan
bahasa gaul media sosial dalam berkomunikasi dan sedikit dari banyaknya
pengguna media sosial yang menggunakan bahasa baik dan benar. Hal ini tentu
saja berpotensi menjadi sebuah ancaman besar pada bahasa Indonesia sebagai
bahasa pemersatu. karena semakin kurangnya penggunaan bahasa Indonesia
dalam kehidupan sehari-hari. Muncul dalam benak saya apakah sebagian
masyarakat hari ini sudah mulai kehilagan rasa bangga dalam menggunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam berkomunisi? Bukankah bahasa
Indonesia adalah salah satu ciri khas kita sebagai warga Negara Indonesia! bahasa
Indonesia sebagai pemersatu bangsa. Oleh karena itu bahasa Indonesia tidak boleh
kehilangan eksistensi dan rasa bangga menggunakan bahasa Indoneisa yang baik
dan benar dalam derasnya arus perkembangan zaman.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada penelitian ini
adalah bagaimanakah penggunaan bahasa gaul dalam media sosial Instagram?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah tersebut, tujuan yang ingin dicapai pada
penelitian ini untuk mendeskripsikan penggunaan bahasa gaul dalam media sosial
Instagram.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat teoretis dan
praktis,yaitu:
9
1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan menambah wawasan kajian ilmu
bahasa. Kajian tersebut dapat dimanfaatkan oleh pemerhati kebahasaan
sebagai bahan pendamping dalam kajian yang lebih luas lagi serta dapat
memberikan data atau informasi baik penerapan dalam mengembangkan
istlah-istilah Bahasa Indonesia, khususnya mengenai penggunaan bahasa
disosial media.
2. Manfaat Praktis
Adapun manfaat praktis bagi pembaca, khususnya masyarakat luas
dan pengguna sosial media,
a. penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
penggunaan bahasa, sehingga masyarakat lebih peduli terhadap tata
bahasa yang baik dan benar sebagai wujud pertahanan dan
melestarikan bahasa Indonesia.
b. Penelitian ini di harapkan dapat membuka mata masyarakat luas
tentang pentingnya menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan
benar dalam kehidupan sehari-hari baik untuk berinteraksi secaraa
formal maupun non formal.
c. Penelitian ini juga diharapkan berguna sebagai pedoman jika ada
peneliti selanjutnya yang ingin membahas permasalahan serupa, yaitu
tentang penggunaan dan pergeseran tata bahasa.
10
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
1. Penelitian yang Relevan
Penelitian sebelumnya yang memiliki kemiripan dengan penelitian ini
adalah peneliti yang pernah dilakukan Nurul Sardiyah (2019), dengan judul
skripsi “Pengaruh bahasa gaul terhadap penggunaan bahasa Indonesia” hasil
penelitianya mengungkapkan bahwa, hasil kuesioner yang telah disebarkan
kepada responden sebanyak 30 mahasiswa, diperoleh bahwa sebanyak 94 %
mereka mengetahui tentang bahasa gaul dan hanya 6 % yang tidak mengetahui
bahasa gaul. Namun, walaupun responden mengetahui bahasa gaul, tetapi mereka
jarang menggunakannya dalam berkomunikasi. Hanya 4 % yang sering
menggunakan bahasa gaul. Bahkan 7 % ditemukan tidak pernah menggunakan
bahasa gaul. Mengenai dengan siapa responden berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa gaul, ternyata responden biasanya berkomunikasi
menggunakan bahasa gaul dengan teman sepermainan memiliki persentase
tertinggi sebesar 46 %, kemudian dengan teman sebaya sebesar 12 %. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa responden akan berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa gaul kepada orang yang terdekat dengan mereka yang
memiliki usia yang hampir sama.
Selanjutnya penelitian yang pernah dilakukan Dewi Rani Gustiasari (2018)
dengan judul skripsi “Penganruh perkembangan zaman terhadap pergeseran tata
Bahasa Indonesia dengan studi kasus pada pengguna instagram” hasil
11
12
penelitiannya mengungkapkan bahwa mengahadapi derasnya laju perkembangan
zaman saat ini memang harus di sikapi secara bijaksana. Salah satu implikasi yang
di rasakan saat ini yakni pada bahasa nasional Negara Indonesia. Dengan jumlah
penduduk yang banyak yang di dukung oleh teknologi yang semakin mahir,
masyarakat secara sadar atau tidak sadar telah melakukan pergeseran kata-kata
dalam berkomunikasi sehari-hari. Studi kasus yang diambil saat ini pada media
sosial instagram. Bahasa Indonesia sangat rentan terhadap pengaruh globalisasi,
baik itu mendapatkan pengaruh positif ataupun negatif.
2. Sosiolingustik
Sosiolinguistik merupakan kajian tentang bahasa yang dikaitkan dengan
kondisi kemasyarakatan. Sosiolinguistik mengkaji bahasa dengan
memperhitungkan hubungan antara bahasa dengan masyarakat, khususnya
masyarkat penutur bahasa (Kunjana , 2001: 12).
Nababan (1989: 187) menjelaskan sosiolinguistik merupakan pengkajian
bahasa dalam masyarakat. Hal ini dapat dijelaskan bahwa suatu sistem
komunikasi masyarakat yang terdiri atas lambang-lambang bunyi. Secara lebih
lanjut Harimukti Kridalaksana (1984: 201) menjelaskan bahwa sosiolinguistik
adalah cabang linguistk yang saling berpengaruh antara perilaku bahasa dan
perilaku sosial. Abdul Chaer dan Leonie Agustina (1995: 3) menyatakan bahwa
sosiolinguistik adalah bidang ilmu antar disiplin yang mempelajari bahasa dalam
kaitannya dengan penggunaan bahasa itu di dalam masyarakat. Sebagai objek
dalam sosiolinguistik, bahasa diperlukan manusia dalam kegiatan kemasyarakatan,
yaitu mulai dari upacara pemberian nama pada bayi yang baru lahir sampai
13
upacara pemakaman jenazah. Oleh karena itu, sosiolinguistik tidak akan terlepas
dari persoalan hubungan bahasa dengan kegiatan atau aspek-aspek
kemasyarakatan.
3. Hakikat Bahasa
Bahasa adalah sebuah sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh
anggota suatu masyarakat bahasa untuk berkomunikasi dan berinteraksi antar
sesamanya, berlandaskan pada budaya yang mereka miliki bersama
(Djardjowidjojo, 2008: 10). Sejalan dengan pendapat tersebut Chaer dan Leonie
(2010: 15) menyatakan bahwa bahasa adalah sebuah sistem, artinya, bahasa itu
dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat
dikaidahkan.
Aspek terpenting dalam bahasa adalah sistem, lambang, vokal, dan arbitrer
(Lubis, 1994: 1). Bahasa merupakan sebuah sistem yang bersifat sistematis. Selain
bersifat sistematis, juga bersifat sistemis. Dengan sistematis maksudnya bahasa itu
tersusun menurut pola tertentu, tidak tersusun secara acak atau sembarangan.
Sistemis artinya sistem bahasa itu bukan merupakan suatu sistem tunggal,
melainkan terdiri dari sebuah subsistem, yakni subsistem fonologi, subsistem
morfologi, subsistem sintaksis, dan subsistem leksikon. Menurut sistem bahasa
Indonesia baik bentuk kata maupun urutan kata sama-sama penting, dan
kepentingannya itu berimbang. Bahasa memiliki peran yang penting di dalam
kehidupan manusia. sebagai alat komunikasi yang memudahkan manusia untuk
berinteraksi antara yang satu dengan yang lain. Menurut Parera (2004:11), bahasa
merupakan suatu gejala sosial yang digunakan untuk berkomunikasi antar sesama
14
manusia. Sebagai suatu gejala sosial, kita harus dapat membedakan penggunaan
bahasa dan tujuan penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi antar
manusia.Sebagai mahkluk sosial, kelompok masyarakat pasti memiliki
kebudayaan masing-masingdalam kehidupanya, hubungan antara bahasa dengan
kebudayaan sangat kompleks. Banyak para ahli yang berbeda pendapat mengenai
hubungan antara bahasa dan budaya. Ada yang megungkapkan bahwa bahasa dan
budaya adalah dua hal yang berbeda namun memiliki hubungan, kemudian ada
juga yang berpendapat bahwa bahasa ada karena dipengaruhi oleh kebudayaan
begitu juga sebaliknya.
Bahasa merupakan lambang bunyi, namun tidak semua bunyi dapat
dikatakan sebagai bahasa. Bunyi berbahasa adalah bunyi yang dihasilkan oleh
penutur terhadap lawan bicara, yang di mana bunyi tersebut memiliki makna serta
dapat dipahami oleh mitra tutur. Ketika bunyi tersebut dapat dipahami dan
mendapat tanggapan dari lawan bicara, maka kegitan tersebut dapat dikatakan
sebagai aktifitas berbahasa. Menurut pendapat Uhlenbeck (1982:9), bunyi bahasa
adalah bunyi yang diutarakan dan didengar dengan kesadaran bahwa bunyi
mengacu kepada sesuatu atau menunjuk kepada sesuatu, baik untuk
membicarakan berbagai hal dengan orang lain, maupun untuk mengekspresikan
sikap terhadap sesuatu tersebut. Bahasa berkembang berdasarkan kesepakatan dari
setiap kelompok masyarakat penggunanya. Ullmann (2007:23), bahasa adalah
jumlah total sistem-sistem bahasa yang disimpan oleh setiap anggota masyarakat
dalam benak (ingatan) masing-masing. Penggunaan bahasa banyak sekali
ragamnya, salah satu ragam penggunaan bahasa yaitu bahasa humor, atau bahasa
15
yang bermakna jenaka. Berdasarkan uraian pendapat beberapa ahli sebelumnya,
maka dapat disimpulkan bahwa, bahasa merupakan suatu gejala sosial yang
tersusun atas lambang bunyi yang bermakna. Bahasa digunakan manusia sebagai
alat komunikasi dalam kehidupan masyarakat, agar mempermudah masyarakat
berinteraksi serta mengekspresikan sikap terhadap sesama.
a. Penggunaan Bahasa
Bahasa memegang peranan yang sangat penting dalam proses kehidupan
manusia karena bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi dan berinteraksi
antar sesama manusia. Bahasa menjadi beragam dan bervariasi. Terjadi
keragaman bahasa ini bukan hanya disebabkan oleh para penuturnya yang tidak
homogen, tetapi juga karena kegiatan interaksi sosial yang mereka lakukan sangat
beragam. Chaer (2010:62) membagi variasi bahasa berdasarkan penutur dan
penggunaanya. Berdasarkan penutur berarti, siapa yang menggunakan bahasa itu,
di mana tinggalnya, bagaimana kedudukan sosialnya di dalam masyarakat, apa
jenis kelaminnya, dan kapan bahasa itu digunakannya. Berdasarkan
penggunaanya, berarti bahasa itu digunakan untuk apa, dalam bidang apa, apa
jalur dan alatnya dan bagaimana situasi keformalannya. Chaer (2003:53) Bahasa
adalah satu-satunya milik manusia yang tidak pernah lepas dari segala kegiatan
dan gerak manusia sepanjang keberadaan manusia itu, sebagai makhluk yang
berbudaya dan bermasyarakat. Tak ada kegiatan manusia yang tidak disertai oleh
bahasa. Karena keterikatan dan keterkaitan bahasa itu dengan manusia, sedangkan
dalam kehidupannya di dalam masyarakat kegiatan manusia itu tidak tetap dan
selalu berubah-ubah, maka bahasa itu juga menjadi ikut berubah, tidak tetap,
16
menjadi tidak statis. Karena itulah bahasa itu disebut dinamis. Perubahan yang
paling jelas, dan yang paling banyak terjadi, adalah pada bidang leksikon dan
semantic. Barangkali, hampir setiap saaat, ada kata-kata baru muncul sebagi
akibat perubahan budaya dan ilmu, atau ada kata-kata lama yang muncul dengan
makna kata baru. Contohnya saja bahasa Indonesia, banyaknya muncul kosakata
baru di masyarakat, dan kosakata tersebut dipakai dalam keseharian di situasi
yang tidak formal. Kosakata-kosakata baru yang tidak formal biasa disebut
dengan Slang, sedangkan kosakata yang ditemukan di lingkungan dan di bidang
tertentu disebut Jargon.
b. Sosial Media
Sosial media adalah sebuah media daring yang digunakan satu sama lain
dimana para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berinteraksi, berbagi,
dan menciptakan isi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual tanpa
dibatasi oleh ruang dan waktu. Blog, jejaring sosial, dan wiki merupakan bentuk
media sosial yang paling umum digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia.
Andreas Kaplan dan Michael Haenlein mendefinisikan media sosial
sebagai "sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang dibangun di atas dasar
ideologi dan teknologi Web 2.0 dan memungkinkan penciptaan dan
pertukaran user-generated content”.
Pesatnya perkembangan media sosial masa kini disebabkan oleh semua
orang yang merasa seperti bisa "memiliki" media sendiri. Jika untuk memiliki
media tradisional seperti televisi, radio, atau koran dibutuhkan modal yang besar
17
dan tenaga kerja yang banyak, maka lain halnya dengan media sosial digital.
Seorang pengguna bisa mengakses media sosial dengan fasilitas jaringan internet
yang lambat sekalipun, tanpa biaya besar, tanpa alat mahal, dan dilakukan sendiri
tanpa memerlukan karyawan. Pengguna media sosial dengan bebas bisa mengedit,
menambahkan, dan memodifikasi (baik tulisan, gambar, video, grafis, dan
berbagai model content lainnya).
Media sosial adalah mengenai menjadi manusia biasa yang saling membagi ide,
bekerja sama, dan berkolaborasi untuk menciptakan kreasi, berpikir, berdebat,
menemukan orang yang bisa menjadi teman baik, menemukan pasangan, dan
membangun sebuah komunitas. Intinya, menggunakan media sosial menjadikan
seseorang sebagai diri sendiri. Selain kecepatan informasi yang bisa diakses dalam
hitungan detik, menjadi diri sendiri dalam media sosial adalah alasan media sosial
berkembang pesat. Tidak terkecuali, keinginan untuk aktualisasi diri dan
kebutuhan menciptakan personal branding. Perkembangan media sosial sungguh
pesat, bisa dilihat dari banyaknya jumlah anggota yang dimiliki masing-
masing situs jejaring sosial. Berikut tabel jumlah anggota dari masing-masing
situs per Agustus 2017.
c. Instagram
Instagram adalah sebuah aplikasi berbagi foto yang memungkinkan
pengguna mengambil foto, menerapkan filter digital, dan membagikannya ke
berbagai layanan jejaring sosial, termasuk milik Instagram sendiri. Satu fitur yang
unik di Instagram adalah memotong foto menjadi bentuk persegi, sehingga terlihat
18
seperti hasil kamera Kodak Instamatic dan Polaroid. Hal ini berbeda dengan rasio
aspek 4:3 yang umum digunakan oleh kamera pada peralatan bergerak.
Instagram dapat digunakan di iPhone, iPad atau iPod Touch versi apapun
dengan sistem operasi iOS 3.1.2 atau yang terbaru dan telepon kamera Android
apapun dengan sistem operasi 2.2 (Froyo) atau yang terbaru. Aplikasi ini
tersebar melalui Apple App Store dan Google Play.
Pada tanggal 9 April 2012, diumumkan bahwa Facebook setuju mengambil alih
Instagram dengan nilai sekitar $1 miliar.
Berdiri pada tahun 2010 perusahaan Burbn, Inc., merupakan sebuah teknologi
startup yang hanya berfokus kepada pengembangan aplikasi untuk telepon
genggam. Pada awalnya Burbn, Inc. sendiri memiliki fokus yang terlalu banyak
di dalam HTML5 mobile, namun kedua CEO, Kevin Systrom dan juga Mike
Krieger, memutuskan untuk lebih fokus pada satu hal saja.
Setelah satu minggu mereka mencoba untuk membuat sebuah ide yang bagus,
pada akhirnya mereka membuat sebuah versi pertama dari Burbn, namun di
dalamnya masih ada beberapa hal yang belum sempurna. Versi Burbn yang
sudah final, adalah aplikasi yang sudah dapat digunakan di dalam iPhone, yang
dimana isinya terlalu banyak dengan fitur-fitur. Sulit bagi Kevin Systrom dan
Mike Kriegeruntuk mengurangi fitur-fitur yang ada, dan memulai lagi dari
awal, namun akhirnya mereka hanya memfokuskan pada bagian foto,
komentar, dan juga kemampuan untuk menyukai sebuah foto. Itulah yang
akhirnya menjadi Instagram.
Sejarah Instagram :
19
Nama instagram berasal dari pengertian dari keseluruhan fungsi aplikasi
ini. Kata “insta” berasal dari kata “instan”, seperti kamera polaroid yang pada
masanya lebih dikenal dengan sebutan “foto instan”. Instagram juga dapat
menampilkan foto-foto secara instan, seperti polaroid di dalam tampilannya.
Sedangkan untuk kata “gram” berasal dari kata “telegram”, dimana cara kerja
telegram sendiri adalah untuk mengirimkan informasi kepada orang lain
dengan cepat. Sama halnya dengan Instagram yang dapat mengunggah foto
dengan menggunakan jaringan internet, sehingga informasi yang ingin
disampaikan dapat diterima dengan cepat. Oleh karena itulah Instagram berasal
dari instan-telegram.
Sistem sosial di dalam Instagram adalah dengan menjadi mengikuti
akun pengguna lainnya, atau memiliki pengikut Instagram. Dengan demikian
komunikasi antara sesama pengguna Instagram sendiri dapat terjalin dengan
memberikan tanda suka dan juga mengomentari foto-foto yang telah diunggah
oleh pengguna lainnya. Pengikut juga menjadi salah satu unsur yang penting,
dimana jumlah tanda suka dari para pengikut sangat mempengaruhi apakah
foto tersebut dapat menjadi sebuah foto yang populer atau tidak. Untuk
menemukan teman-teman yang ada di dalam Instagram. Juga dapat
menggunakan teman-teman mereka yang juga menggunakan Instagram melalui
jejaring sosial seperti Twitter dan juga Facebook.
Kegunaan Utama Instagram adalah sebagai tempat untuk mengunggah
dan berbagi foto-foto kepada pengguna lainnya. Foto yang hendak ingin
20
diunggah dapat diperoleh melalui kamera iDevice ataupun foto-foto yang ada
di album foto di iDevice tersebut.
Foto yang telah diambil melalui aplikasi Instagram dapat disimpan di dalam
iDevice tersebut. Penggunaan kamera melalui Instagram juga dapat langsung
menggunakan efek-efek yang ada, untuk mengatur pewarnaan dari foto yang
dikehendaki oleh sang pengguna. Ada juga efek kamera tilt-shift yang
fungsinya adalah untuk memfokuskan sebuah foto pada satu titik tertentu.
Setelah foto diambil melalui kamera di dalam Instagram, foto tersebut pun juga
dapat diputar arahnya sesuai dengan keinginan para pengguna. Foto-foto yang
akan diunggah melalui Instagram tidak terbatas atas jumlah tertentu, melainkan
Instagram memiliki keterbatasan ukuran untuk foto. Ukuran yang digunakan di
dalam Instagram adalah dengan rasio 3:2 atau hanya sebatas berbentuk kotak
saja. Para pengguna hanya dapat mengunggah foto dengan format itu saja, atau
harus menyunting foto tersebut dulu untuk menyesuaikan format yang ada.
Setelah para pengguna memilih sebuah foto untuk diunggah di dalam
Instagram, maka pengguna akan dibawa ke halaman selanjutnya untuk
menyunting foto tersebut.
Pada versi awalnya, Instagram memiliki 15 efek-efek yang dapat
digunakan oleh para pengguna pada saat mereka hendak menyunting sebuah
foto. Efek tersebut terdiri dari: X-Pro II, Lomo-fi, Earlybird, Sutro, Toaster,
Brannan, Inkwell, Walden, Hefe, Apollo, Poprockeet, Nashville, Gotham,
1977, dan Lord Kelvin. Namun tepat pada tanggal 20 September yang lalu
Instagam telah menambahkan 4 buah efek terbaru yaitu; Valencia, Amaro,
21
Rise, Hudson dan telah menghapus 3 efek, Apollo, Poprockeet, dan Gotham
dari dalam fitur tersebut. Di dalam pengaplikasian efek sekalipun para
pengguna juga dapat menghilangkan bingkai-bingkai foto yang sudah termasuk
di dalam efek tersebut. Fitur lainnya yang ada pada bagian penyuntingan adalah
Tilt-Shift. Tilt-shift ini, sama fungsinya dengan efek kamera melalui instagram,
yaitu untuk memfokuskan satu titik pada sebuah foto, dan sekelilingnya
menjadi buram. Dalam penggunaannya aplikasi Tilt-Shift memiliki 2 bentuk,
yaitu persegi panjang dan juga bulat. Kedua bentuk tersebut dapat diatur besar
dan kecilnya, juga titik fokus yang diinginkan. Tilt-shift juga mengatur rupa
foto disekeliling titik fokus tersebut, sehingga para pengguna dapat mengatur
tingkat buram pada sekeliling titik fokus di dalam foto tersebut.
Setelah foto tersebut disunting, maka foto akan dibawa ke halaman
selanjutnya, dimana foto tersebut akan diunggah ke dalam Instagram sendiri
ataupun ke jejaringan sosial lainnya. Dimana di dalamnya tidak hanya ada
pilihan untuk mengunggah pada jejaringan sosial atau tidak, tetapi juga untuk
memasukkan judul foto, dan menambahkan lokasi foto tersebut. Sebelum
mengunggah sebuah foto, para pengguna dapat memasukkan judul untuk
menamai foto tersebut sesuai dengan apa yang ada dipikiran para pengguna.
Judul-judul tersebut, para pengguna dapat menyinggung pengguna Instagram
lainnya dengan mencantumkan akun dari orang tersebut. Para pengguna juga
dapat memberikan label pada judul foto tersebut, sebagai tanda untuk
mengelompokkan foto tersebut di dalam sebuah kategori.
22
d. Penggunaan Bahasa dalam Media Sosial
Pemakaian bahasa dalam media sosial dewasa ini menjadi perhatian para
bahasawan, baik di Indonesia maupun di negara-negara lain. Hal ini dikarenakan
adanya yang dipandang kurang pantas bagi perkembangan bahasa nasional pada
masing-masing negara karena penerapannya tidak merujuk pada tata bahasa baku
yang telah ditentukan. Ketidakpakeaan penggunaan bahasa dalam disebabkan
oleh teknologi itu sendiri dan dipengaruhi oleh budaya, bahasa daerah, serta
serapan bahasa di media sosial lain dari bahasa asing yang begitu massif
memengaruhi bahasa nasional. Orang-orang yang gemar bermedia sosial, tentu
sudah fasih dengan berbagai kosakata baru atau pun singkatan kata yang tidak
baku atau standar yang sering digunakan saat berinteraksi melalui media sosial
seperti kata gw (dialek Betawi: gue atau gua) yang merujuk pada kata “saya” atau
“aku” atau kata “btw” (bahasa Inggris) yang merupakan singkatan dari “by the
way” yang berarti “ngomong-ngomong”.
Pemakaian bahasa di media sosial lambat laun mengubah cara kita
berbahasa dan berkomunikasi dengan orang lain. Namun, kita juga perlu
memahami bahwa beragam media sosial yang kini menjamur memiliki
keterbatasan karakter untuk pesan teks yang disampaikan atau
memiliki karakteristik tersendiri yang akhirnya berdampak pada bahasa yang
digunakan. Keterbatasan karakter membuat penulisan pesan teks harus disingkat
agar sesuai dengan jumlah karakter pesan teks untuk tiap-tiap media sosial. Hal
23
inilah yang menjadi salah satu faktor penyebab ketidaksesuaian terhadap kaidah
tata bahasa yang telah ditentukan.
Diketahui bahwa bahasa yang cenderung digunakan oleh penulis
komentar dalam sosial media cukup bervariasi, meliputi bahasa Indonesia yang
tidak baku (ragam santai), bahasa Indonesia yang bercampur dengan bahasa
daerah dan bahasa asing serta bahasa Indonesia yang banyak mengandung istilah
dan ungkapan sarkastik. Ditinjau dari makna kalimatnya, diketahui pula bahwa
banyak tulisan dalam media sosial yang mengalami penyimpangan makna secara
pragmatis. Penyimpangan tersebut tampak dari munculnya unsur-unsur sarkasme
dalam kalimat. Adapun sarkasme yang paling sering muncul dan digunakan para
penulis pesan dalam media sosial adalah penggunaan kata-kata yang termasuk
dalam kelompok kata bermakna kasar, mengandung umpatan, sindiran, ejekan,
serta penggunaan sebutan atau julukan pada orang lain dengan tidak menghormati
atau bahkan merendahkan atau menghina. Menurut Chaer & Agustina (2015:
159), interferensi adalah salah satu bentuk “pengacauan” dalam praktik berbahasa
akibat adanya bilingualism, atau penguasaan bahasa lebih dari satu macam.
‘Pengacauan’ itu dapat berupa perubahan sistem bahasa sehubungan dengan
adanya persentuhan unsur bahasa dengan bahasa lain.
Media sosial memiliki pengaruh yang besar dalam kehidupan manusia.
Media sosial mampu merubah cara orang mencari informasi. Media sosial pun
mampu merubah cara orang berkomunikasi dengan orang lainnya. Selain itu,
media sosial juga mampu merubah dan memodifikasi bahasa yang digunakan
dalam komunikasi itu. Modifikasi itu bisa kita temui dalam berbagai bentuk.
24
Dalam media sosial, bahasa Indonesia mampu berkembang melahirkan istilah-
istilah baru. Baik yang diserap langsung dari bahasa Indonesia, maupun campuran
dengan bahasa asing. Tidak hanya itu, suatu kata dalam bahasa Indonesia dapat
memiliki arti baru di media sosial.
Media sosial juga dapat menyebarkan bahasa itu dengan masif. Di
Indonesia, Instagram menjadi media sosial dengan pengguna terbanyak.
Berdasarkan data dari We Are Social and Hootsuite, jumlah pengguna Instagram
dari Indonesia pada tahun 2018 mencapai 130 juta akun. Di awal kemunculannya,
Instagram bahkan menjadi media sosial yang paling populer. Dengan kondisi
seperti ini, penyebaran bahasa Indonesia hasil modifikasi dapat dengan mudah
tersebar melalui Intagram. Contoh nyata dari penyebaran itu saya alami sendiri.
Saat masih aktif menggunakan Instagram, lini masa saya dipenuhi dengan bahasa
modifikasi itu. Bahasa modifikasi yang saat itu populer ialah mengganti huruf-
huruf tertentu menggunakan angka. Misalnya, ada seorang teman yang menulis, “
Aduh lapar” menjadi “hadueh laper”. Bahasa modifikasi itu lebih sering kita
kenal dengan bahasa alay. Sebenarnya, bahasa itu tidak lahir ketika Instagram
populer. Namun, dengan adanya instagram dan aplikasi media sosial lainnya
bahasa itu tersebar secara masif. Modifikasi bahasa yang terjadi dalam media
sosial tidak hanya mengganti huruf dengan angka atau mengganti kata dengan
Bahasa asing yang hanya segelintir orang saja yang tahu. Tapi, muncul pula
istilah-istilah baru yang biasanya hasil plesetan dari bahasa yang sudah ada.
Contohnya, istilah “mimin” yang lahir dari istilah “admin”. Ada juga “momod”
yang lahir dari istilah “moderator”. Selain itu adapula istilah “hengpong jadul”
25
yang merupakan plesetan dari “handphone jadul (telepon genggam lawas)”. Arti
baru pada kata yang sudah memiliki arti sendiri pada Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) juga dapat muncul di media sosial. Hal ini dapat dengan mudah
kita jumpai dalam komunitas atau forum tertentu di media sosial.
Misalnya pada komunitas Kaskuser dalam forum Kaskus. Dalam forum
Kaskus kita bisa menemukan kata yang sebenarnya ada dalam bahasa Indonesia.
Namun memiliki makna yang berbeda dalam forum tersebut. Misalnya kata
“Sundul”, dalam KBBI berarti menundukkan kepala untuk menumbuk
(menanduk), menangkis bola dengan kepala. Sementara dalam Kaskus, kata
“Sundul” memiliki arti baru yaitu, menaikkan sebuah unggahan agar menjadi
yang teratas dalam forum. Polisi bahasa di Media Sosial Media sosial tidak hanya
menjadi tempat menyebarnya bahasa-bahasa yang jauh dari kaidah bahasa
Indonesia. Media sosial, juga dapat menjadi tempat untuk mengedukasi
masyarakat tentang bahasa Indonesia yang baik dan benar. Sekarang mulai
bermunculan akun-akun media sosial yang dengan sukarela menjadi “polisi
bahasa”. Seperti saat menulis makalah, atau saat mepresentasikan sesuatu dalam
forum resmi. Kita harus dapat memilah kapan menggunakan bahasa gaul dan
kapan menggunakan bahasa Indonesia yang susuai kaidah.Makin banyak
pengguna media sosial yang bergentayangan di dunia maya semakin meramaikan
khasanah bahasa Indonesia. Tentu saja, segala rupa bahasa, dari mulai yang level
sembrono hingga penuh kesantunan. Mulai dari bahasa yang lembut hingga yang
sarkasme, dari bahasa yang lugas hingga ambigu, bahkan dari bahasa kesenangan
hingga kebencian. Bahasa dunia maya makin menjadi-jadi. Apalagi ditambah
26
warna bahasanya kaum alay, yang kadang agak lebay. Jika demikan, salahkah
kemunculan bahasa pada dunia maya dan jejaring sosial? Tidak ada yang salah.
Peradaban manusia, budaya, dan lingkungan/demografis adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi pola berbahasa seseorang (Meyerhoff, 2006:108). Sikap bangsa
Indonesia terhadap Bahasa Indonesia cenderung ambivalen, sehingga terjadi
dilematis.
Artinya, di satu pihak kita menginginkan bahasa Indonesia menjadi
bahasa modern, dan dapat mengikuti perkembangan zaman sertamenginginkan
pemakaian yang baik dan benar, tetapi di pihak lain,kita telah melunturkan
identitas dan citrabahasa sendiridengan lebih banyak mengapresiasi bahasa asing
sebagai lambang kemodernan (Warsiman, 2006:42-43). Atas dasar itu, tidak heran
jika kalangan muda danremaja masa kini lebih cenderung menggunakan varian
bahasa baru/asing sebagai bagian dari dinamika peradaban manusia. Satu hal yang
harus tetap disepakati adalah penggunaan bahasa Indonesia yang bercampur kode
dengan bahasa gaul, dunia maya, alay, slang, ataupun bahasa daerah selagi tidak
dipakai dalam situasi formal tidaklah perlu dirisaukan. Namun, yang menjadi
kerisauan kalau ragam formal bahasa Indonesia (baku) itu digunakan tidak
sebagaimana mestinya (Nababan, 1993). Jadi, bahasa dunia maya dan jejaring
sosial akan menjadi ancaman apabila penggunaannya yang marak mulai
merambah pada aktivitas berbahasa formal, baik lisan maupun tulisan. Selain itu,
kita juga harus mencermati pergerakan bahasa pada dunia maya dan jejaring sosial
pada akhirnya memiliki “nilai ekonomi” yang semakin tinggi atau tidak? Karena
bahasa yang memiliki “nilai ekonomi tinggi” biasanya langgeng dan tidak bersifat
27
sesaat sehingga mampu menggeser keberadaan bahasa utama atau formal. Di sisi
lain, fenomena bahasa pada dunia maya dan jejaring sosial dapat memberi
peluang kepada bahasa Indonesia untuk semakin menegaskan posisinya sebagai
bahasa nasional dan bahasa persatuan.
Setiap pemakai Bahasa Indonesia menjadi “hati-hati” terhadap
perkembangan varian bahasa yang berkembang di masyarakat. Kita menjadi
semakin “peduli” terhadap Bahasa Indonesia yang baik dan benar setelah
munculnya fenomena bahasa dunia maya dan jejaring sosial. Inilah momentum
bagi pemakai bahasa Indonesia untuk menerapkan polatutur yang baik dan benar
secara lisan maupun tulisan. Kita harus bersikap bangga terhadap bahasa
Indonesia dan selalu menjunjung tinggi kaidah pemakaiannya agar tidak hilang
akibat dinamika peradaban manusia dan intervensi dari bahasa lain. Kita harus
aktif dan tepat dalam menggunakan bahasa Indonesia dan tidak menjadikan
bahasa Indonesia sebagai bahasa sarkasme terhadap generasi muda dan remaja.
Bahasa adalah keharmonian.“Tidak ada satupun negara di dunia ini yang
monolingual secara murni” (Meyerhoff, 2006:103). Bahasa pada dunia maya dan
jejaring sosial yang semakin marak merupakan realitas akibat dinamika peradaban
manusia. Bahasa dunia maya dan jejaring sosial merupakan pola bahasa peralihan
dari bahasa lisan ke bahasa tulisan. Tidak ada yang salah dalam bahasa dunia
maya karena dinamika peradaban manusia, budaya, dan
lingkungan/demografis adalah faktor-faktor yang mempengaruhi pola berbahasa
seseorang. Dunia maya dan jejaring sosial akan menjadi ancaman apabila
penggunaannya yang marak mulai merambah pada aktivitas berbahasa formal,
28
baik lisan maupun tulisan. Namun, bahasa dunia maya dan jejaring sosial akan
memberi peluang kepada bahasa Indonesia untuk semakin menegaskan posisinya
sebagai bahasa nasional dan bahasa persatuan.
e. Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar
Berbahasa Indonesia yang baik adalah menggunakan bahasa Indonesia
yang sesuai konteks (pembicaraan atau penulisan). Berbahasa Indonesia yang
benar adalah menggunakan bahasa Indonesia yang sesuai dengan kaidah (tata
bahasa) bahasa Indonesia. Menurut Anderson dan Douglas Brown bahwa bahasa
memiliki ciri atau sifat bahasa. Ciri-ciri bahasa itu antara lain bahasa itu adalah
sebuah sistem, berwujud lambang, berupa bunyi, bersifat arbitrer, bermakna,
bersifat konvensional, unik, universal, dan produktif, bervariasi,
dinamis,digunakan sebagai alat komunikasi, dan merupakan identitas penuturnya.
Berikut ini adalah pengertian bahasa menurut beberapa ahli: WIBOWO (2001)
Bahasa adalah sistem simbol bunyi yang bermakna dan berartikulasi (dihasilkan
oleh alat ucap) yang bersifat arbitrer dan konvensional, yang dipakai sebagai alat
berkomunikasi oleh sekelompok manusia untuk melahirkan perasaan dan pikiran
SMARAPRADHIPA (2005) Memberikan dua pengertian bahasa yaitu: Pertama,
menyatakan bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa
simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Kedua, bahasa adalah
sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran)
yang bersifat arbitrer. MACKEY (1986). Bahasa adalah suatu bentuk dan bukan
suatu keadaan (lenguage may be form and not matter) atau sesuatu sistem
lambang bunyi yang arbitrer, atau juga suatu sistem dari sekian banyak sistem-
29
sistem, suatu sistem dari suatu tatanan atau suatu tatanan dalam sistem-sistem.
WALIJA (1996) Mengungkapkan definisi bahasa ialah komunikasi yang paling
lengkap dan efektif untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan dan
pendapat kepada orang lain.
SYAMSUDDIN (1986) Memberi dua pengertian bahasa yaitu : Yang
Pertama, bahasa adalah alat yang dipakai untuk membentuk pikiran dan perasaan,
keinginan dan perbuatan-perbuatan, alat yang dipakai untuk mempengaruhi dan
dipengaruhi. Yang Kedua, bahasa adalah tanda yang jelas dari kepribadian yang
baik maupun yang buruk, tanda yang jelas dari keluarga dan bangsa, tanda yang
jelas dari budi kemanusiaan. Adapun Contoh menggunakan bahasa Indonesia yang
baik dan benar
Berbahasa Indonesia yang baik dan benar dapat di artikan pemakaian
ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan di samping itu mengikuti kaidah
bahasa yang betul. Ungkapan bahasa Indonesia yang baik dan benar mengacu ke
ragam bahasa yang sekaligus memenuhi persyaratan kebaikan dan
kebenaran.Bahasa yang di ucapkan harus baku.
Berbahasa Indonesia dengan baik dan benar mempunyai beberapa
konsekuensi logis terkait dengan pemakaianya sesuai dengan situasi dan kondisi .
Pada kondisi tertentu ,yaitu pada situasi formal pengguanaan bahasa Indonesia
yang benar menjadi pioritas uutama. Penggunaan bahasa seperti ini sering
menggunakan bahasa baku . Kendala yang harus di hindari dalam pemakaian
bahasa baku antara lain disebabkan oleh adanya gejala bahasa seperti interferensi ,
integrasi, campur kode, alih kode dan bahasa gaul yang tanpa disadari sering
30
digunakan dalam komunikasi resmi. Hal ini mengakibatkan bahasa yang
digunakan menjadi tidak baik. Misalnya dalam pertanyaan sehari-sehari dengan
menggunakan bahasa yang baku, contoh:
Apakah kamu ingin menyapu rumah bagian belakang?
· Misalkan ketika dalam dialog antara seorang guru dengan seorang siswa
Pak guru : Rino apakah kamu sudah mengerjakan PR?
Rino : sudah saya kerjakan pak.
Pak guru : Baiklah kalau begitu , segera dikumpulkan.
Rino : terima kasih Pak
f. Bahasa Gaul
Menurut Alatas, Alwi, (2006) bahasa gaul adalah bahasa yang dingunakan
untuk berteman dan bersahabat di tengah masyarakat. Bahasa gaul meupakan
bentuk ragam bahasa yang digunakan oleh penutur remaja. Dalam konteks
moderen, bahasa gaul merupakan dialek bahasa Indonesia nonformal yang
digunakan sebagai bentuk percakapan sehari-hari dalam pergaulan di lungkungan
sosial. Media-media populer seperti televisi, radio, dunia perfileman nasional,
juga merupakan pemakai bahasa gaul.
Menurut Suhertian (1999) awal istilah-istilah dalam bahasa gaul itu
muncul untuk merahasiakan isi obrolan dalam komunitas tertentu. Oleh karena
sering digunakan di luar kemunitasnya, lama-lama istilah tersebut jadi bahasa
sehari-hari.
Menurut Wikipedia dari penelusuran situs google mengatakan bahwa
bahasa gaul atau bahasa prokem adalah ragam bahasa Indonesia non standar yang
31
lazim digunakan di Jakarta pada tahun 1970-an yang kemudian digantikan oleh
ragam yang disebut sebagai bahasa gaul. Bahasa prokem ditandai oleh kata-kata
Indonesia atau kata dialek Betawi yang dipotong dua fonemnya yang paling akhir
kemudian disisipi bentuk “ok” di depan fonem terakhir yang tersisa. Misalnya,
kata bapak dipotong menjadi bap, kemudian disisipi “ok” menjadi bokap.
Diperkirakan ragam ini berasal dari bahasa khusus yang digunakan oleh para
narapidana.
Seperti bahasa gaul, sintaksis dan morfologi ragam ini memanfaatkan
sintaksis dan morfologi bahasa Indonesia dan dialek Betawi.7 Bahasa gaul atau
argot atau bahasa prokem adalah penggunaan kata-kata dalam bahasa yang tidak
resmi dan ekspresi yang bukan merupakan standar penuturan dialek atau bahasa.
Kata dalam bahasa gaul biasanya kaya dalam domain tertentu, seperti kekerasan,
kejahatan dan narkoba dan seks. Kata prokem sendiri merupakan bahasa
pergaulan dari preman.
Bahasa ini awalnya digunakan oleh kalangan preman untuk berkomunikasi
satu sama lain secara rahasia. Agar kalimat mereka tidak diketahui oleh
kebanyakan orang, mereka merancang kata-kata baru dengan cara antara lain
mengganti kata ke lawan kata, mencari kata sepadan, menentukan angka-angka,
penggantian fonem, distribusi fonem, penambahan awalan, sisipan, atau akhiran.
Masing-masing komunitas (daerah) memiliki rumusan sendiri-sendiri.
Pada dasarnya bahasa ini untuk memberikan kode kepada lawan bicara
(kalangan militer dan kepolisian juga menggunakannya). Bahasa prokem ini
mengalami pergeseran fungsi dari bahasa rahasia menjadi bahasa gaul. Dalam
32
konteks kekinian, bahasa gaul merupakan dialek bahasa Indonesia non formal
yang terutama digunakan di suatu daerah atau komunitas tertentu (contohnya,
kalangan homo seksual atau waria). Penggunaan bahasa gaul menjadi lebih
dikenal khalayak ramai setelah Debby Sahertian mengumpulkan kosa-kata yang
digunakan dalam komunitas tersebut dan menerbitkan kamus yang bernama
“Kamus Bahasa Gaul” pada tahun 1999.
Meskipun bahasa gaul sebenarnya merujuk kepada bahasa khas yang
digunakan setiap komunitas atau subkultur apa saja, bahas gaul lebih sering
merujuk pada bahasa rahasia yang digunakan dalam kelompok yang menyimpang,
seperti kelompok preman, kelompok penjual narkotika, kaum homoseksual/
lesbian, pelacur, dsb.
Saat ini bahasa gaul telah banyak terasimilasi dan menjadi umum
digunakan sebagai percakapan sehari-hari dalam pergaulan di 18 lingkungan
sosial bahkan dalam media-media popular seperti TV, radio, dunia perfilman
nasional, dan sering pula digunakan dalam bentuk publikasi-publikasi yang
ditunjukan untuk kalangan remaja oleh majalah-majalah remaja popular. Bahasa
gaul umumnya digunakan di lingkungan perkotaan. Terdapat cukup banyak
variasi dan perbedaan dari bahasa gaul bergantung pada kota tempat seseorang
tinggal, utamanya dipengaruhi oleh bahasa daerah yang berbeda dari etnis-etnis
yang menjadi penduduk mayoritas dalam kota tersebut. Sebagai contoh, di
Bandung, Jawa Barat.
Perbendaharaan kata dalam bahasa gaulnya banyak mengandung kosakata-
kosakata yang berasal dari bahasa sunda. Contoh yang sangat mudah dikenali
33
adalah dagadu yang artinya matamu. Perubahan kata ini menggunakan rumusan
penggantian fonem, dimana huruf M diganti dengan huruf D, sedangkan huruf T
diubah menjadi G. Sementara huruf vokal sama sekali tidak mengalami
perubahan. Rumusan ini didasarkan pada susunan huruf pada aksara jawa yang
dibalik dengan melompati satu baris untuk masing-masing huruf. Bahasa ini dapat
kita jumpai di daerah Yogyakarta dan sekitarnya.
g. Bahasa Asosiatif
Bahasa merupakan sesuatu yang penting dalam berkomunikasi, karena
melalui bahasa orang dapat menyampaikan perasaanya secara jelas kepada orang
lain. Bahasa asosiatif merupakan penggunaan bahasa baik itu kata maupun
kalimat yang bermakna asosiatif, atau memiliki makna yang lain di luar bahasa.
Pentingnya kalimat dalam bahasa agar pengguna bahasa agar penggunna bahasa
dapat mengeluarkan isis pikiran maupun perasaan secara utuh atau lebih rinci lagi.
Sedangkan makna asosiatif, yaitu untuk memberi pemahaman mengenai setiap
kata ang diucapkan, yang bermakna diluar bahasa atau berhubungan dengan
kepercayaan kelompok masyarakat pengguna bahasa. MenurutKBB (2008) Arti
kata Asosiatif - aso-si- bersifat asosiasi: bagi mereka, hubungan antara peristiwa-
peristiwa yg terjadi itu hanya (bersifat) Misalkan seseorang menyebut kata melati,
melati memiliki makna yaitu sebuahjenis bunga berwarna putih yang beraroma
khas, selain bermakana bunga sebagian masyarakan menganggap melati adalah
benda yang disucikan atau disakralkan. Anggapan lain selain bunga terhadap
bunga, melati itu lah yang dimaksut makna asosiatif (melati). Berdasarkan uraian
34
mengenai bahasa asosiatif di atas, maka dapat disimpulakan bahwa bahasa
asosiatif merupakan kata atau kalimat yang memiliki makna lain di luar bahasa.
Kata dan makna merupakan bagian terpenting dari bahasa, karena melalui
kata, orang dapat menyusun kalimat sehingga dapat menggunakan bahasa dan
menyampaikan pesan dari makna yang dihasilkan oleh setiap kata yang digunakan.
Berdasarkan penggunaannya makna asosiatif dibagi lagi menjadi beberapa bagian.
Menurut Djajasudarma (2009:21), makna asosiatif dibagi lagi atas makna
konotatif, stilistika, makna kolokatif , dan makna afektif.
1. Makna Konotatif
Djajasudarma (1999: 9) menyatakan bahwa makna konotatif adalah
makna yang muncul dari makna kognitif ke dalam makna kognitif tersebut
ditambahkan komponen makna lain. Makna konotatif sering disebut dengan
istilah makna konotasi. Sebuah kata disebut mempunyai makna konotatif
apabila kata tersebut mempunyai “nilai rasa”, baik yang bersifat positif
maupun negatif. Jika sebuah kata tidak memiliki nilai rasa, maka kata
tersebut tidak memiliki konotasi. Namun, kata tersebut dapat juga disebut
berkonotasi netral. Artinya, kata yang digunakan tidak memihak pada kata
yang lain. Untuk menentukan apakah kalimat tersebut termasuk makna
konotatif atau bukan dapat dilihat dari keharmonian kata yang digunakan.
Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, makna konotatif
merupakan makna kata yang berbeda dari makna sebenarnya, atau makna
denotatifnya.Pada setiap kelompok masyarakat makna konotatof memiliki
perbedaan makna sesuai dengan kesepakatan kelompok masing-masing.
35
Makna konotatif juga merupakan makna yang timbul akibat adanya nilai
rasa dari pengguna bahasa.
2. Makna Stilistika
Makna stilistika merupakan gaya penggunaan bahasa oleh penutur,
sehingga menghasilkan efek tertentu dari makna yang dihasilkan. Makna
stilistika yaitu makna yang berhubungan dengan kehidupan sosial, lebih
tepatnya makna yang mebedakan status sosial dalam kehidupan masyarakat.
Pada kata ada yang disebut dengan persamaan kata atau sinonim, dari
persamaan kata tersebut secara umum memiliki kesamaan makna.Sebagai
contoh kata“miskin dan melarat” keduanya memiliki makna tidak
berkecukupan, namun jika dilihat makna stilistikanya maka terdapat
perbedaan sosial atau kedudukan dari kedua kata tersebut. Makna stilistika
merupakan makan yang muncul karena penggunaan pilihan kata
sehubungan dengan adanya perbedaan sosial dalam Masyarakat menurut
Ratna (2009: 167).Secara definisi stilistika adalah ilmu yang berkaitan
dengan gaya dan gaya bahasa. Tetapi pada umumnya lebih mengacu pada
gaya bahasa. Dalam bidang bahasa dan sastra stilistika berarti cara-cara
penggunaan bahasa yang khas sehingga menimbulkan efek tertentu yang
berkaitan dengan aspek-aspek keindahan. Makna stilistika berkaitan dengan
kedudukan sosial dalam kehidupan, artinya setiap penggunaan kata yang
bermakna stilistika itu dapat menggambarkan kedudukan sosial dari objek
yang sedang dibicarakan.
36
3. Makna Kolokatif
Makna kolokatif adalah makna yang berhubungan dengan
penggunaan beberapa kata di dalam lingkungan yang sama.
Misalnya kata ikan, gurami, sayur, tomat tentunya kata-kata tersebut akan
muncul di lingkungan dapur. Ada tiga keterbatasan kata jika dihubungkan
dengan makna kolokatif, yaitu (a) makna dibatasi oleh unsur yang
membentuk kata atau hubungan kata, (b) makna dibatasi oleh tingkat
kecocokan kata, (c) makna dibatasi oleh kecepatan.
Makna kolokatif yaitu makna kata yang berhubungan dengan kata
yang lain. kedua kata yang berkolokasi tdak memiliki makna yang sama,
namun jika disandingkan maka akan menghasilkan makna yang baru dan
serasi.
4. Makna Afektif
Makna afektif iyalah makna yang berhubungan dengan perasaan
penutur terhadap lawan bicaranya ataupun terhadap apa yang dibicarakan.
Djajasudarma (2009:21), mengatakan makna afektif adalah makna yang
melibatkan perasaan pembicara atau penulis secara pribadi. Makna afektif
akan sangat terlihat ketika dalam komunikasi lisan, karena dapat ditebak
melalui ekspresi dan intonasi penutur ketika berbicara. Contoh: “aku
menyukai apa yang kamu pakai” “tutup mulut kamu” Berdasaran penjelasan
dan contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa makna afektif merupakan
makna yang berkaitan dengan perasaan pengguna bahasa secara individu.
Makna afektif merupakan luapan dari perasaan individu pengguna bahasa
37
baik itu perasaan sedih, senang, hingga perasaan marah. Bahasa asosiatif
juga berfungsi untuk memberikan nilai estetika pada bahasa. Syairi
(2013:177), mengungkapkan bahawa fungsi bahasa sebenarnya bukan saja
sekadar alat komunikasi, akan tetapi lebih dari itu bahasa juga merupakan
cerminan budaya penuturnya yang dapat digunakan sebagai alat penafsir
identitasnya. Dengan demikian, di samping sebagai alat komunikasi antar
warga penuturnya bahasa bisa berfungsi sebagai identitas keperibadian,
sebagai sarana penghubung antara anggota keluarga, sebagai sarana
transformasi pengetahuan. Kemudian terdapat pendapat berbeda mengenai
fungsi bahasa.
Menurut Jakobson (dalam Aslinda & Syafyahya, 2010:90), ada
enam macam fungsi bahasa yaitu fungsi referensial, emotif, metalingual,
fatis, dan terakhir puitis. Fungsi bahasa juga dapat berbeda berdasarkan
baku tidak bakunya bahasa. Berdasarkan pendapat Alwi, dkk (2003:14),
bahwa bahasa baku menduduki empat fungsi, yaitu sebagai pemersatu,
pemberi kekhasan, pemberi kewibawaan, dan pemberi kerangka acuan.
Bahasa sebagai pemersatu, dengan bahasa baku dapat menghubungkan
semua penutur dengan berbagai dialek menjadi satu. Kemudian bahasa
sebagai pemberi kekhasan, bahasa baku dapat membedakan bahasa tersebut
dengan bahasa lain, seperti bahasa Indonesia dengan bahasa melayu di
negara lain. Selain itu orang yang berbicara dengan bahasa yang baku untuk
acara formal menunjukan bahwa seseorang tersebut sedang bersikap sopan.
Bahasa sebagai pembawa kewibawaan, hak ini bersangkutan dengan usaha
38
seseorang mencapai kesederajatan dengan peradaban lain melalui
penggunaan bahasa. Sebagai kerangka acuan, bahasa baku dapat memberi
acuan kepada pengguna bahasa dengan adanya norma dan kaidah yang jelas
dalam berbahasa. Fungsi bahasa dapat dipahami dari bagaimana bahasa itu
digunakan oleh penutur. Fungsi bahasa dalam lingkungan sosial masyarkat
yaitu sebagai pemersatu, antara manusia dalam berinteraksi, sehingga dapat
menciptakan lingkungan sosial yang damai dan penuh interaksi. Halliday
(dalam Santoso, 2008:2), selalu menegaskan bahwa bahasa adalah produk
proses sosial. Selanjutnya fungsi bahasa diperinci menjadi tujuh fungsi,
yaitu fungsi interaksional, personal, regulatoris, instrumental, reprentasional,
imajinatif, dan heuristik. Lebih lanjut Halliday (dalam Aslinda dan
Syafyahya, 2010:91) menjelaskan tujuh fungsi bahasa antara lain.
Fungsi interaksional merupakan fungsi yang mengacu pada
pembinaan mempertahankan hubungan sosial antara penutur dengan
menjaga kelangsungan komunikasi.Selanjutnya fungsi personal, yaitu untuk
mengungkapkan perasaan, emosi, dan isi hati seseorang penutur.Kemudian
fungsi regulatoris atau regulasi yang berfungsi sebagai pengawas atau
pengatur peristiwa atau pengontrol perilaku sosial.Fungsi instrumental
bertujuan untuk memanipulasi lingkungan sehingga menimbulkan suatu
peristiwa yang terjadi.Fungsirepresentasional, berfungsi sebagai pembuat
pernyataan, penyampai fakta, penjelas atau pemberitahu kejadian
fakta.Selanjutnya fungsi imajinatif, sebagai pencipta system, gagasan atau
kisah imajinatif.Kemudian yang terakhir fungsi heuristik yaitu untuk
39
memperoleh pengetahuan dari bahasa itu sendiri.Bahasa dapat
menggambarkan perilaku ataupun karakter penggunanya, seseorang tidak
dapat dikatakan baik ketika dia hanya menggunakan bahasa-bahasa yang
bermakna kasar.Adapun fungsi penggunaan bahasa pada memesalah satunya
yaitu untuk menyindir atau menyampaikan pesan melalui sindirin maupun
kritikan. Sindiran merupakan perbuatan atau perkataan yang dilakukan
untuk mengungkapkan perasaan emosi kepada orang lain. menurut Book
(dalam Mulyana,2007:243). Bahasa berperan penting dalam mengenalkan
banyak hal terhadap manusia dalam kehidupan sehari-hari. Agar komunikasi
dalam kehidupan sehari-hari berhasil, bahasa berfungsi untuk untuk
mengenal dunia di sekitar, kemudian untuk berhubungan dengan orang lain,
dan dapat menciptakan koherensi atau keselarasan dalam kehidupan.
Melalui bahasa, manusia dapat mempelajari apa saja yang ada di
sekitarnya, serta dapat mengetahui hal-hal baru dan penamaan-penamaan
terhada sesuatu yang ada di lingkungan masyarakat. Bahasa berfungsi untuk
berhubungan dengan orang lain sebagai manusia tentunya
4. Kesalahan Berbahasa
Kesalahan berbahasa adalah pemakaian bentuk-bentuk tuturan berbagai
unit kebahasaan yang meliputi kata, kalimat, paragraf, yang menyimpang dari
sistem kaidah bahasa Indonesia baku, serta pemakaian ejaan dan tanda baca yang
menyimpang dari sistem ejaan dan tanda baca yang telah ditetapkan sebagaimana
dinyatakan dalam buku Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
40
Pelanggaran ini disebabkan kurang sempurnanya penguasaan dan pengetahuan
terhadap kode.
Kesalahan berbahasa tidak hanya dibuat oleh siswa yang mempelajari B2
(bahasa yang dipelajari siswa), tetapi juga dibuat siswa yang belajar BI (bahasa
ibu). Sedangkan analisis kesalahan berbahasa adalah suatu cara atau langkah kerja
yang biasa digunakan oleh peneliti atau guru bahasa untuk mengumpulkan data,
mengidentifikasi kesalahan, menjelaskan kesalahan, mengklasifikasikan kesalahan
dan mengevaluasi taraf keseriusan kesalahan berbahasa. Kesalahan berbahasa
biasanya ditentukan berdasarkan ukuran keberterimaan. Apakah bahasa (ujaran
atau tulisan) si pembelajar bahasa itu berterima atau tidak bagi penutur asli atau
pengajarnya. Jadi, jika pembelajar bahasa Indonesia membuat kesalahan, maka
ukuran yang digunakan adalah apakah kata atau kalimat yang digunakan
pembelajar benar atau salah menurut penutur asli bahasa Indonesia. Jika kata atau
kalimat yang digunakan pembelajar bahasa tadi salah, dikatakan pembelajar
bahasa membuat kesalahan. Ukuran berbahasa yang baik ini adalah ukuran
intrabahasa atau intralingual. Ukuran kesalahan dan ketidaksalahan intrabahasa
adalah ukuran kebahasaan. Ukuran kebahasaan meliputi :
a) fonologi(tata bunyi)
b) morfologi(tata kata)
c) sintaksis(tata kalimat)
d) semantik(tata makna)
Seorang pakar linguistik Noam Comsky membedakan antara kesalahan berbahasa
(error) dengan kekeliruan berbahasa (mistake), keduanya memang sama-sama
41
pemakaian bentuk tuturan yang menyimpang, akan tetapi kesalahan berbahasa
terjadi secara sistematis karena belum dikuasainya kaidah bahasa yang benar.
Sedangkan kekeliruan berbahasa bukan terjadi secara sistematis, melainkan
dikarenakan gagalnya merealisasikan kaidah bahasa yang sebenarnya sudah
dikuasai.
Kekeliruan dalam berbahasa disebabkan karena faktor performansi,
sedangkan kesalahan berbahasa disebabkan faktor kompetensi. Faktor
performansi meliputi keterbatasan ingatan atau kelupaan sehingga menyebabkan
kekeliruan dalm melafalkan bunyi bahasa, kata, urutan kata, tekanan kata atau
kalimat. Kekeliruan ini bersifat acak, maksudnya dapat terjadi pada berbagai
tataran linguistik. Kekeliruan biasanya dapat diperbaiki sendiri oleh siswa yang
bersangkutan dengan cara lebih mawas diri dan lebih memusatkan perhatian pada
pembelajaran. Sedangkan kesalahan yang di sebabkan faktor kompetensi adalah
kesalahan yang disebabkan siswa belum memahami sistem linguistik bahasa yang
digunakannya. Kesalahan berbahasa akan sering terjadi apabila pemahaman siswa
tentang sistem bahasa kurang. Kesalahan berbahasa dapat berlansung lama apabila
tidak diperbaiki. Guru dapat melakukan perbaikan dengan melalui remedial,
latihan, praktik, dan lain sebagainya
.
5. Tata Bahasa
Tata bahasa Indonesia dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, tentu kita
tidak akan terlepas dari tata bahasa. Tata bahasa yang dalam bahasa Inggris
42
disebut Grammar sangat penting sebagai modal awal yang harus dikuasai oleh
seorang penutur bahasa inggris untuk bisa berkomunikasi dengan baik dan benar.
Di Indonesia kualitas penerapan tata bahasa masih sangat rendah, hal ini terbukti
seperti yang dipraktikan oleh bangsa Indonesia di media massa maupun pada
kehidupan nyata. Tata bahasa adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari
kaidah-kaidah yang mengatur penggunaan bahasa. Menurut Keraf (dalam
Misriyah, 2011: 1), tata bahasa merupakan suatu himpunan dari patokan-patokan
dalam stuktur bahasa. Stuktur bahasa itu meliputi tata bunyi, tata bentuk, tata kata,
tata kalimat dan tata makna. Dengan kata lain, menurut Keraf (dalam Misriyah,
2011: 1) tata bahasa meliputi bidang-bidang fonologi, morfologi, dan sintaksis.
a. Fonologi
Istilah Fonologi berasal dari kata Yunani yaitu phone yang berarti
bunyi dan logos berarti ilmu, fonologi disebut juga sebagai tata bunyi.Fonologi
merupakan bagian dari tata bahasa atau bidang ilmu bahasa yang menganalisis
bunyi bahasa secara umum.Fonologi merupakan ilmu tentang perbendaharaan
fonem sebuah bahasa serta distribusinya.
1. Fonetik
Fonetik yaitu bagian ilmu linguistik yang mempelajari bunyi yang
diproduksi oleh manusia. Fonetik merupakan ilmu yang mempelajari
bagaimana sekumpulan bunyi fonem sebuah bahasa direalisasikan. Selain
itu fonetik juga berguna untuk mempelajari cara kerja organ tubuh
manusia, terutama yang berkaitan dengan penggunaan bahasa, terdiri dari
43
huruf vokal, konsonan, diftong (vokal yang ditulis rangkap), dan kluster
(konsonan yang ditulis rangkap. Fonetik memiliki tiga cabang utama
yaitu:
a) Fonetik auditori yang mempelajari persepsi bunyi dan utamanya
bagaimana otak mengolah data yang masuk sebagai suara.
b) Fonetik akustik yang mempelajari gelombang suara dan bagaimana
mereka didengarkan oleh telinga kita.
c) Fonetik artikulatoris yang mempelajari gerakan dan posisi bibir, lidah
serta organ-organ manusia lainnya yang memproduksi suara atau
bunyi bahasa.
2. fonemik
Fonemik yaitu bagian fonologi yang mempelajari bunyi ujaran menurut
fungsinya sebagai pembeda arti. Fonemik merupakan satuan bunyi ujaran
yang bersifat netral dan masih belum terbukti (tidak membedakan arti).
Sedangkan fonem merupakan satuan bunyi ujaran terkecil yang
membedakan arti. Alofon adalah variasi fonem disebabkan pengaruh
lingkungan yang dimasuki. Lambang fonem dinamakan hirif. Fonem
berbeda dengan huruf. Ada tiga unsur fonem yang penting yaitu udara,
titik artikulasi (bagian alat ucap yang menjadi titik sentuh articulator), dan
artikulator (bagian alat ucap yang bergerak).
b. Morfologi
Morfologi berarti pengetahuan tentang bentuk. Morfologi adalah
bidang linguistik atau tata bahasa yang mengkaji tentang pembentukan kata
44
atau morfem-morfem dalam suatu bahasa. Morfologi disebut juga sebagai tata
bentuk. Morfem merupakan satuan ujaran yang memiliki makna gramatikal
atau leksikal yang turut serta pada pembentukan kata atau yang menjadi bagian
dari kata. Berdasarkan potensinya morfem dibedakan menjadi dua bagian yaitu
a) Morfem terikat yaitu morfem yang tidak mampu berdiri sendiri, sehingga
harus selalu berikatan dengan morfem bebas melalui proses morfologis,
atau proses pembentukan kata. Contoh morfe terikat yaitu me-, pe-, -an,
ke--an, di-, swa-, trans-, -logi, -isme
b) Morfem bebas yaitu morfem yang dapat berdiri sendiri sebagai kata serta
secara gramatikal menduduki satu fungsi pada kalimat. Morfem bebas
disebut juga sebagai kata dasar. Contoh morfem bebas (kata dasar) yaitu
seperti buku, kantor, pantau, uji, ajar, kali, arsip, dan liput adalah morfem
bebas atau kata dasar.
c. Sintaksis
Sintaksis berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu syn berarti bersama dan
taxis berarti pengaturan. Sintaks yaitu ilmu mengenai prinsip serta peraturan
untuk membuat sebuah kalimat. Selain itu sintaks juga berguna untuk merujuk
langsung pada sebuah peraturan atau prinsip yang mencakup struktur kalimat
pada bahasa apapun. Pakar sintaksis pun berusaha mendapatkan aturan umum
yang diterapkan pada setiap bahasa. Kata sintaksis juga sering digunakan untuk
merujuk pada aturan yang mengatur sistem matematika seperti logika, Bahasa.
45
B. Alur Penelitian
Objek penelitian ini adalah data instagram yang ada pada status,
postingan, dan komentar pengguna instagram yang mengandung isilah bahasa
gaul. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan penggunaan bahasa gaul.
Sosiolinguistik merupakan cabang ilmu bahasa yang mempelajari
hubungan antara bahasa dan masyarakat. Dalam hal ini penggunaan bahasa di
media sosial yang meliputi salah satunya penggunaan bahasa gaul dalam media
sosial khususnya instagram. Penelitian ini untuk mendeskripsikan penggunaan
bentuk-bentuk bahasa gaul.
Sosiolinguistik
Penggunaan Bahasa
46
Bangan 2.1: kerangka pikir.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Temuan
Media Sosial Penyampaian Kritik Tuturan langsung
Bahasa Gaul
Analisis
47
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Peneliti berusaha meyajikan
kenyataan−kenyataan secara objektif sesuai dengan kenyataan yang ditemukan di
lapangan tentang penggunaan bahasa gaul dalam media sosial Instagram. Selain
itu peneliti berusaha menguraikan fakta atau fenomena penggunaan istilah bahasa
gaul dalam bentuk kata, klausa, dan kalimat. Jenis penelitian ini tergolong
penelitian lapangan peneliti mengamati pengguna media sosial instagram yang
menggunakan bahasa gaul dalam berinteraksi di jejaring sosial melalui aplikasi
Instagram.
B. Fokus Penelitian
Fokus dalam penelitian ini adalah pengguna media sosial instagram yang
menggunakan Bahasa gaul dalam berinteraksi di jejaring sosial melalui aplikasi
Instagram.
C. Data dan Sumber Data
1. Data dalam penelitian ini adalah kata-kata, frasa, klausa, yang
menggunakan bahasa gaul dalam berinteraksi di sosial media khususnya
Instagram data diperoleh dari hasil observasi.
2. Sumber data dalam penelitian ini adalah komentar, stories, caption, dan
postingan pada laman media sosial Instagram. Dalam penelitian ini,
peneliti sebagai instrumen kunci dan menggunakan alat bantu berupa
Gawai sebagai sarana penghubung dalam mengamati fenomena istilah
bahasa gaul yang digunakan dalam berinteraksi di media sosial Instagram.
Waktu yang digunakan oleh peneliti dalam perampungan sumber data
48
dalam penelitian ini yaitu sampai penelitian ini di anggap sudah memenuhi
syarat untuk diujikan.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Observasi ini digunakan agar peneliti dapat mengamati dengan bebas,
sehingga diharapkan hasil penelitian ini akan objektif. Pada penelitian ini
menggunakan observasi non partisipan. Observasi non partisipan adalah
dimana observer tidak ikut di dalam kegiatan orang yang akan diobservasi,
dan secara terpisah berkedudukan selaku pengamat.
2. Dokumentasi dengan memfoto status dan komentar informan melalui
layar Gawai. Untuk mendapatkan bahasa tulis yang merupakan fenomena
bahasa dalam media sosial Instagram.
a. Teknik baca yaitu dengan membaca setiap komentar, stories, capion, dan
postingan informan yang diketik dan diunggah ke dalam media sosial
khususnya instagram.
b. Tangkap Layar yaitu dengan mengambil foto setiap setiap komentar,
stories, capion, dan postingan informan yang diketik dan diunggah ke
dalam media sosial instagram
c. Catat yaitu dengan mencatat setiap setiap komentar, stories, capion, dan
postingan informan yang diketik dan diunggah ke dalam media sosial
E. Teknik Analisis Data
49
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, jenis Deskriptif, maka setelah
data diklarifikasi, menganalisis data dengan metode padan. Menurut sudaryanto
(1993: 13-14), metode padan merupakan analisis data yang memiliki alat penentu
diluar bahasa, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan.
Teknik yang digunakan adalah teknik referensial. Teknik referensian digunakan
untuk mendeskripsikan bahasa gaul dalam media sosial Instagram.
50
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Bahasa adalah sesuatu yang hidup, sebagai sesuatu yang hidup ia tentu
mengalami perkembangan atau perubahan mengikuti zaman. Perubahan itu terjadi
karena bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak pernah lepas dari
segala kegiatan dan gerak manusia sebagai mahluk sosial. Adapun yang menjadi
faktor kajian adalah bagaimana penggunaan bahasa gaul dalam media sosial
instagram.
Hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti menemukan bentuk
penggunaan bahasa gaul dalam media sosial instgram. Data yang di peroleh akan
di kemukakan, dan sebagai bukti dari hasil penelitian langsung dalam media sosial
instagram.
Dalam penelitian ini akan dibahas hasil penelitian berdasarkan bentuk
penggunan bahasa gaul dalam media sosial instagram yang telah ditemukan.
Peneliti menemukan bentuk penggunaan bahasa gaul dalam media sosial
instagram dengan bentuk kata, singkatan, campuran bahasa asing, di kalangan
pengguna media sosial instagram.
Pemaparan pada bab ini akan diuraikan secara lengkap hasil penelitian
berdasarkan pada rumusan masalah pada bab sebelumnya yaitu bagaimanakah
penggunaan bahasa gaul dalam media sosial Instagram? Adapun hasil yang
dimaksud sebagai berikut:
48
51
Observasi penelitian ini mengambil beberapa data pada pengguna media
sosial khususnya instagram yang menggunakan bahasa gaul sebagai bukti hasil
penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Berikut ini adalah hasil observasi dari
beberapa pengguna bahasa gaul yang ditemukan dalam media sosial instagram.
1. Pict-001…@Dianctrawrnaa terkejoet akunya ;(
Gambar 1. Sample 1.
TERKEJOET = TERKEJUT
komentar di atas terdapat satu istilah gaul yang ditemukan dari hasil
pengamatan dalam media sosial instagram yaitu kata terkejoet merupakan istilah
gaul dengan penggunaan ejaan lama (ejaan van ophuijsen) yang berarti “terkejut”
dengan menyisipkan fonem /o/ dan fonem /e/ lalu menghilngkan fonem “u”. Kata
tersebut di anggap sebagai istilah gaul saat ini yang lazim digunakan kaum
milenial padahal kata tersebut termasuk ke dalam ejaan tempo dulu di Indonesia.
2. Pict-002…@nobachy25 Gasskeun eerr anjirrrrrr
Gambar 2. Sample 2.
GASSKEUN = BERANGKAT, AYO
EERR = GERAM
ANJIRRRR = WAH, TERKEJUT
52
Komentar di atas terdapat tiga istilah gaul yang ditemukan dari hasil
pengamatan dalam sosial media instagram. Istilah gasskeun merupakan istilah
gaul dari berangkat, ayo, atau ajakan. Istilah gasskeun biasanya banyak digunakan
di sosial media atau dalam perbincangan sehari-hari dikalangan kaum milenial.
Kata ”gas” adalah istilah gaul artinya kurang lebih sama seperti “ayo” tapi
lebih ke arah menyetujui ajakan, atau juga membujuk. Istilah gas bermaksud
untuk mengungkapkan kondisi berjalan, melaju, atau ajakan.
Kata “keun” berasal dari bahasa Sunda bermakna biarkan, apabila berfungsi
sebagai kata, bukan akhiran –keun memiliki makna sama dengan akhiran –kan
dalam bahasa Indonesia.
Kata Eerr merupakan istilah untuk menunjukkan ekspresi “geram” (marah
sekali atau gemas) kepada sesuatu.
Kata Anjirrrrr merupakan ungkapan atau istilah gaul peralihan dari kata
“anjing” yang mengekspresikan kemarahan atau sesuatu yang membuat sesorang
begitu “luar biasa”. Istilah tersebut termasuk bahasa yang “kasar” bergantung
pada maksud yang menggunakan bahasa tersebut.
3. Pict-003…@melasagita02 Lu olang nyayi apa sich
Gambar 3. Sample 3.
53
LU = KAMU
OLANG = ORANG
SICH = SIH
Komentar di atas terdapat tiga istilah gaul yang ditemukan dari hasil
pengamatan dalam media sosial instagram yaitu kata lu merupakan istilah gaul
dari “kamu”. kata olang merupakan istilah gaul dengan penggunaan ejaan yang
tidak tepat yaitu “orang” mengganti fonem /r/ menjadi /l/. kata sich merupakan
istilah gaul dengan penggunaan ejaan yang tidak tepat yaitu “sih” yang
menyisipkan fonem /c/ sehingga melafalkannya-pun agak berbeda.
4. Pict-004…@nfitrifarhah wooow capah tuhhh
Gambar 4. Sample 4.
WOOOW = WOW
CAPAH = SIAPA
TUHHH = ITU
Komentar di atas terdapat tiga istilah gaul yang ditemukan dari hasil
pengamatan dalam media sosial instagram yaitu kata wooow dengan disisipkan
tiga fonem /o/. merupakan istilah gaul dengan penggunaan ejaan yang tidak tepat
seharusnya “wow”. Istilah “wow” bermakna kata seru yang menyatakan
keheranan dan kegembiraan.
54
Kata capah merupakan istilah gaul dengan menggunakan ejaan yang tidak
tepat seharusnya “siapa” yang seharusnya fonem /S/ diubah menjadi fonem /c/
dan tidak menghilangkan fonem /i/. kata siapa bermakna pertanyaan untuk
menanyakan nomina insan atau menanyakan nama orang.
Kata tuhhh merupakan istilah gaul dari ”itu” yang menambahkan beberapa
fonem ”h”. Kata “itu” bermakna kata penunjuk tempat.
5. Pict-005…@masriahsulistina Kiyutttt
Gambar 5. Sample 5.
KIYUTTT = IMUT
Komentar di atas terdapat istilah gaul yaitu kata kiyuttt berasal dari bahasa
asing yang berarti “imut”. Istilah kiyutt jarang atau tidak sama sekali digunakan
dalam komunikasi sehari-hari, istilah tersebut biasanya digunakan kaum remaja
dalam berinteraksi di media sosial.
6. Pict-006…@lambeturah_offical syapaaah tuchhhh
55
Gambar 6. Sample 6.
SYAPAHHH = SIAPA
TUCHHH = ITU
Caption di atas terdapat dua istilah gaul yaitu kata syapahhh merupakam
istilah gaul yang artinya “siapa” dengan menyisipkan fonem /y/ dan menambah
tiga fonem /h/. kata “siapa” untuk menanyakan nomina insan atau menanyakan
nama orang.
Kata tuchhh merupakan istilah gaul yang artinya “itu” dengan
menghilangkan fonem /i/ pada awal kalimat dan menambahkan empat fonem pada
akhir kata yaitu fonem /c/, /h/, /h/, /h/.
7. Pict-007…@jakarta.keras Tarik sis dimana pun
Gambar 7. Sample 7.
SIS = SISTER, SAUDARA
Caption di atas terdapat istilah gaul yaitu kata sis yang artinya “sister” dalam
bahasa Indonesia artinya “saudara”. Kata “sis” di ambil dari kata “sister” lalu
dihilangkan suku kata yang kedua yaitu /ter/.
8. Pict-008…@jakarta.keras Sama sama bund
56
Gambar 8. Sample 8.
BUND = BUNDA
Caption di atas terdapat istilah gaul yaitu kata bund yang seharusnya
“bunda” yang belakangan ini mulai populer digunakan oleh pengguna media
sosial untuk memberi komentar pada sebuah postingan. Kata bund di ambil dari
kata “bunda” dengan menghilangkan fonem /a/.
9. Pict-009…@iccafz_ malam ini bikin mager, kuy nongky biar ntaps nih.
Gambar 9. Sample 9.
MAGER = MALAS GERAK
KUY = AYO
NONGKY = NONGKRONG
57
NTAPS = MANTAP
Stories di atas terdapat empat istilah gaul yaitu kata mager merupakan
akronim yang terbentuk dari gabungan dua suku kata pertama sehingga menjadi
sebuah kata. Masing-masing suku kata pertama dari kata “malas dan gerak”
digabungkan sehingga membentuk kata mager.
Kata kuy berasal dari kata “yuk” lalu di balik dengan memindahkan fonem
/k/ pada awal kata menjadi kuy.
Kata nongky merupakan istilah gaul atau plesetan dari kata “nongkrong”
sering digunakan remaja masa kini untuk menyebutkan kegiatan berkumpul
mereka bersama teman-teman atau satu group mereka pada suatu tempat.
Kata ntaps berarti “mantap” apa bila digunakan dalam istilah gaul. suku kata
pertama dihilangkan kemudian ditembahkan fonem /s/ pada akhir kata .
10. Pict-0010…@waroeng_imaji Selamat harie sumpah pemuda guys.
Gambar 10. Sample 10.
HARIE = HARI
GUYS = TEMAN
58
Stories di atas terdapat dua istilah gaul yaitu kata harie dengan penggunaan
ejaan lama (ejaan van ophuijsen) yang berarti “hari” dengan menambahkan fonem
/e/ pada akhir kata. Kata Guys berasal dari bahasa Inggris yaitu “guy atau guys”
yang artinya “teman atau kawan”.
11. Pict-0011…hasbiinur Kawan gercep lah jgn boring terus.
Gambar 11. Sample 11.
GERCEP = GERAK CEPAT
BORING = BOSAN ATAU MALAS
Stories di atas terdapat dua istilah gaul yaitu kata gercep yang artinya
“gerak cepat” merupakan akronim yang terbentuk dari gabungan dua suku kata
pertama sehingga menjadi sebuah kata. Masing-masing suku kata pertama dari
kata “gerak dan cepat” digabungkan sehingga membentuk kata gercep.
Kata Boring yang artinya” bosan atau malas” kata tersebut berasal dari
bahasa Inggris. Istilah tersebut pun sangat lazim digunakan oleh kaum remaja saat
59
ini dalam menyatakan suasana yang membuat mereka bosan atau ketika sedang
malas.
12. Pict-0012…@celotehanfak Bgst, aku ga punya keuwuan yang bias di ss.
Gambar 12. Sample 12.
BGST = BAHAGIA SESAAT
GA = TIDAK
UWU = UNHAPPY WITHOUT U
SS = SCREEN SHOT
Postingan di atas terdapat empat istilah gaul yaitu “bgst” kepanjagan dari
“bahagia sesaat” merupakan singkatan dari fonem /b/ dan /g/ yang
dipanjangankan menjadi “bahagia”, selanjutnya fonem /s/ dan /t/ dipanjangkan
menjadi “sesaat” sehingga membentuk sebuah kata bgst.
Kata ga berasal dari istilah “gak” yang artinya “tidak” dengan
menghilangkan fonem /k/ pada akhir kata. istilah tersebut sering di jumpai pada
percakapan remaja zaman sekarang dalam media sosial ataupun pada kehidupan
sehari-hari.
60
Kata uwu berupa singkatan yang berasal dari bahasa Inggris “unhappy
without u” jika di artikan ke dalam bahasa Indonesia “ tidak bahagia tanpamu”
istilah gaul tersebut sering dijumpai pada percakapan remaja jaman sekarang
dalam media sosial.
Kata ss merupakan singkatan yang berasal dari bahasa Inggris “screen shot”
jika di artikan ke dalam bahasa Indonesia artinya “tangkapan layar”. Kata screen
shoot disingkat menjadi “ss”.
Pict-0013…@bantalkusam Kalo gua salah , ya ngomong ke gua, jangan ke orang
lain.
Gambar 13. Sample 13.
GUA = SAYA ATAU AKU
Postingan di atas terdapat bahasa gaul yaitu kata gua merupakan istilah gaul
atau plesetan dari kata ”aku atau saya” yang sering di jumpai pada percakapan
remaja zaman sekarang.
61
13. Pict-0014…@fiersabesari.quotes Jangankan kamu, saya aja bosen sama diri
sendiri.
Gambar 14. Sample 14.
AJA = SAJA
BOSEN = BOSAN
Postingan di atas terdapat dua istilah gaul yaitu kata aja merupakan istilah
gaul dengan penggunaan ejaan yang tidak sesuai kaidah bahasa Indonesia yang
harusnya “saja” dengan menghilangkan fonem /s/ pada awalan kata.
Kata bosen merupakan istilah gaul dengan penggunaan ejaan yang tidak
tepat yang artinya “pantas” dengan mengganti fonem /a/ menjadi fonem /e /.
14. Pict-0015…@kisahcintamuslimah Pantes rajin main ml, rupnya ada user gs
ganteng yang nemenin mabar.
62
Gambar 15. Sample 15.
PANTES = PANTAS
NEMENIN = MENEMANI
MABAR = MAIN BARENG
Postingan di atas terdapat tiga istilah gaul yaitu pantes merupakan istilah
gaul dengan penggunaan ejaan yang tidak sesuai kaidah bahasa Indonesia yang
seharusnya “pantas” karena fonem /a/ diganti menjadi fonem /e/.
Kata Nemenin merupakan istilah gaul dengan penggunaan ejaan yang tidak
tepat yang artinya “menemani” karena suku kata pertama pada awal kata diganti
menjadi fonem /n/ seharusnya fonem /m/, mengganti fonem /m/ menjadi fonem
/n/, dan menambahkan fonem /n/ pada akhir kata.
Kata mabar adalah istilah gaul yang yaitu “main bareng” merupakan
akronim yang terbentuk dari gabungan dua suku kata pertama sehingga menjadi
sebuah kata. Masing-masing suku kata pertama dari kata “main dan bareng”
digabungkan sehingga membentuk kata mabar.
Berdasarkan data yang telah dikemukakan, dapat di lihat banyaknya
penyimpangan bahasa Indonesia atau penggunaan ejaan yang tidak sesuai dengan
kaidah bahasa Indonesia pada umumnya, penyingkatan tersebut berupa
penyingkatan dan penggunaan bahasa asing. Bahasa Indonesia digantikan dengan
singkatan-singkatan yang dirasa sudah cukup mewakili sebuah kata. Tidak hanya
disingkat dari bahasa Indonesia, tetapi juga digantikan dengan bahasa Inggris
yang dirasa lebih singkat dalam penulisannya. Bahkan, bahasa serapan tersebut
pun disingkat kembali sampai dirasa satu atau dua huruf saja sudah dapat
63
mewakili suatu kata secara keseluruhan, seperti kata “gercep” yang sebenarnya
adalah “gerak cepat” dan kata “sis” yang sebenarnya adalah (sister) yang berasal
dari bahasa inggris yang artinya “saudara”. Tanpa kita sadari, kita terus
menggunakan istilah tersebut dan akhirnya lupa akan bentuk sebenarnya dari
bahasa Indonesia yang baik dan benar. Semakin cepatnya teknologi informasi
mendorong manusia untuk semakin cepat dalam berkomunikasi yang ditandai
dengan penggunaan berbagai singkatan dan kosa kata baru. Akhirnya, semakin
lupa akan tanggung jawab kita untuk berbahasa Indonesia yang baik dan benar.
Hal tersebut dapat menyebabkan tergesernya kepopuleran bahasa Indonesia
dengan bahasa asing pada tingkat pemakaiannya. Jika hal ini terus di biarkan, di
masa depan tidak ada lagi bahasa Indonesia yang baik dan benar. Bahkan
mungkin akan tercipta suatu bahasa baru yang akan digunakan secara global oleh
masyarakat di era globalisasi sehingga tidak ada lagi perbedaan antar bahasa yang
digunakan.
B. Dampak penggunaan bahasa gaul dalam media sosial instagram
1. Dampak Positif.
Dampak positif dengan penggunaan bahasa gaul dalam sosial media
instagram, terlepas dari mengganggu atau tidaknya bahasa gaul ini, tidak ada
salahnya segelintir manusia menikmati tiap perubahan atau inovasi bahasa
yang muncul dan juga merupakan kreasi dalam berbahasa. Asalkan dipakai
pada situasi yang tepat, media yang tepat dan komunikasi yang tepat juga.
Bahasa (alay atau gaul) Indonesia mulai dikenal oleh dunia
internasional. Terlepas dari itu bahasa alay atau gaul yang konotasinya negatif,
64
terbukti bahwa kemampuan berbahasa masyarakat Indonesia khusunya di
media sosial berhasil mengundang rasa ketertarikan . Salah satu contohnya
seperti Indonesia is wkwk land. Wkwk Land adalah bahasa Alay atau gaul
yang viral di dunia Internasional
2. Dampak Negatif
Penggunaan bahasa gaul dapat menghambat pengguna Bahasa
Indonesia yang baik dan benar. Padahal di sekolah diharuskan dan diajarkan
untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Sebagian masyarakat Indonesia tidak menggunakan bahasa Indonesia
yang baik dan benar, dan berkomunikasi via instagram lebih merasa bangga
dan membangga-banggakan menggunakan bahasa negeri orang lain. Atau
malah mencampur-campur bahasa Indonesia dengan bahasa asing, Sehingga
banyak memunculkan istilah serapan dari kata bahasa asing menjadi bahasa
Indonesia.
Adapun beberapa dampak dari penggunaan istilah gaul sebagai berikut :
a. Berkurangnya minat generasi muda untuk mempelajari bahasa
Indonesia yang baik dan benar, karena istilah gaul dianggap lebih
popular. generasi muda cenderung lebih menyukai sesuatu yang
modern atau maju dalam berkomunikasi. Dengan masuknya budaya-
budaya asing dan bahasanya tentu lebih menarik bagi sebagian besar
generasi muda untuk digunakan.
b. Memberi efek rancu akan kosakata bahasa Indonesia yang baik dan
benar. Karena sebagian pengguna media sosial, lebih cenderung
65
menggunakan istilah gaul dan mencapur campur bahasa Indonesia
dengan bahasa asing dalam berkomunikasi.
c. Dapat mengancam kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara.
Lama kelamaan bahasa Indonesia akan terkikis karena pesatnya
penggunaan istilah gaul oleh sebagian besar generasi muda dalam
berkomunikasi.
C. Pembahasan
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti dalam media sosial
instagram, diketahui bahwa penggunaan bahasa gaul oleh pengguna media sosial
khususnya instagram cukup tinggi. Kebanyakan pengguna media sosial
khususnya instagram, menggunakan istilah gaul disetiap komentar, stories,
caption, postingan, atau dalam berkomunikasi dengan sesama pengguna media
sosial instagram, penggunaan bahasa gaul kurang terkendali dizaman sekarang
ini. Setelah melihat dari beberapa data yang telah dikemukakan sebelumnya.
Bahasa gaul dapat menyulitkan orang awam yang kurang memahami arti atau
membaca tulisan gaya bahasa gaul. Hal ini menyebabkan pesan yang disampaikan
tidak di mengerti oleh penerima. Membuat dan menerjemahkan tulisan gaya
bahasa gaul sesungguhnya telah banyak membuang waktu. Tujuan berkomunikasi
melalui media sosial yang semua di anggap cepat, murah, dan praktis jadi
melenceng. Jika telah terbiasa menuliskan kata-kata dengan bahasa gaul, tentu
saja membuat seseorang lupa bahkan tidak biasa sama sekali menggunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai EBI yang telah di tetapkan.
66
Bahasa gaul bagi kaum remaja bukan banya sebagai alat komunikasi,
melainkan sebagai alat mengaktualisasikan diri. selain itu, penggunaan bahasa
gaul di kalangan remajaa menurut mereka bisa menunjukkan eksistensi diri.
Mereka menganggap ini adalah sebuah kreativitas, sehingga memunculkan ragam
bahasa dari istilah gaul. Para remaja menggunakan bahasa ini sebagai bahasa
sandi dikelompok mereka agar terdengar aneh, menarik, dan unik, yang
memahami makna istilah gaul tentu saja anggota kelompok itu sendiri.
Pemakaian bahasa gaul kian hari kian menjamur. Tidak hanya di kalangan
remaja, orang dewasa dan anak-anak pun kerap terdengar menggunakan bahasa
ini. Bentuknya yang unik, lucu, dan menarik membuat orang penasaran dan
akhirnya mengikuti penggunaan bahasa tersebut.
Bahasa gaul ini berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Bahasa
tersebut berkembang pesat diberbagai jejaring sosial media termasuk instagram,
di meida instagram, bahasa gaul terlihat dinding media melalui berbagai status
dan komentar, serta obrolan pada postingan yang di komentari.
Masalah yang mucul dengan pesatnya penggunaan bahasa gaul adalah tidak
tersampaikannya pesan secara sempurna dari sumber ke penerima dalam
berkomunikasi, hal ini di sebabkan oleh tidak semua masyarakat pada umumnya
mengetahui bahasa gaul dan arti dari bahasa gaul, apa lagi masyarakat awam yang
kurang aktif dalam jejaring sosial. Tentu saja telah menjadi gangguan dalam
proses komunikasi tersebut. Salah satu gangguan yang terjadi adalah pada makna
kata dan kalimat. Artinya akibat penggunaan bahasa gaul ini dalam
berkomunikasi telah terjadi pergeseran makna, penciutan makna, menimbulkan
67
abiguitas atau multi tafsir, dan bahkan penerima tidak memahami sama sekali
makna pesan yang disampaikan sumber kepadanya. Khususnya instagram dimana
sebagian penggunanya rata-rata memakai istilah gaul dalam stiap pebaruan sratus,
stories, pstingan, dan komentar telah menyebabkan gangguan dalam komunikasi
atau pembaca yang kurang paham terhadap istilah gaul tersebut. Hal ini
disebabkan oleh banyaknya kesalahan berbahasa penyingkatan, penambahan
huruf, penggunaan jargon asing, dan lain-lain.
Menurut piaget “dalam Yusuf, 2012; 6”, remaja termasuk dalam periode
operasi formal ”kognitif atau proses-proses mental” yang merupakan operasi
mental tingkat tinggi. Berbagai perubahan dan perkembangan yang terjadi oleh
remaja atau kaum milenial, salah satunya dalam bahasa. Penggunaan berbagai
macam ragam bahasa remaja dimaksud juga untuk menciptakan identitas
kelompok yang terpisah dari kelompok lainnya. Tujuan penelitian ini menjelaskan
ragam bahasa remaja di sosial meda instagram.
Peneliti memilih di jejaring sosial karena jejaring sosial banyak macamnya
seperti facebook, twetter, path, instagram, dan lain-lain. Jejaring sosial inilah
yang banyak diminati oleh kaum remaja. Remaja biasanya selalu memperbarui
dalam menggunakan ragam bahasa gaul karena ingin terlihat eksis dikalangan
pengguna media sosial. Dalam jejaring media sosial, penggunaan bahasa tidak
terikat pada suatu peraturan, itulah yang membuat para remaja banyak berkreasi
dengan bahasa sehingga muncul berbagai macam ragam bahasa.
68
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan data yang telah ada, pemakaian bahasa gaul kian hari kian
menjamur. Tidak hanya di kalangan remaja, orang dewasa dan anak-anak pun
kerap terdengar menggunakan bahasa ini. Bentuknya yang unik, lucu, dan
menarik membuat orang penasaran dan akhirnya mengikuti penggunaan bahasa
tersebut diperoleh data sebagai berikut.
Bahasa gaul ini berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Bahasa
tersebut berkembang pesat di berbagai jejaring media sosial termasuk instagram,
di meida instagram, bahasa gaul terlihat dinding media melalui berbagai status
dan komentar, serta obrolan pada postingan yang di komentari.
Masalah yang mucul dengan pesatnya penggunaan bahasa gaul adalah tidak
tersampaikannya pesan secara sempurna dari sumber ke penerima dalam
berkomunikasi, hal ini disebabkan oleh tidak semua masyarakat pada umumnya
mengetahui bahasa gaul dan arti dari bahasa gaul, apa lagi masyarakat awam yang
kurang aktif dalam jejaring media sosial. Tentu saja telah menjadi gangguan
dalam proses komunikasi tersebut. Salah satu gangguan yang terjadi adalah pada
makna kata dan kalimat. Artinya akibat penggunaan bahasa gaul ini dalam
berkomunikasi telah terjadi pergeseran makna, penciutan makna, menimbulkan
69
mabiguitas atau multi tafsir, dan bahkan penerima atau pembaca tidak memahami
sama sekali makna pesan yang disampaikan sumber kepadanya.
Karena makna kosakata yang menggunakan istilah gaul yang terdapat dalam
media sosial instagram memiliki arti atau makna tertentu yang dikaji berdasarkan
analisis sosiolinguistik.
B. Saran
Bahasa gaul selalu berkembang dari waktu ke waktu, itu berarti bahwa setiap
tahun akan ada beberapa istilah gaul baru yang dikembangkan dan digunakan oleh
orang-orang. Tingkat pengguna media sosial yang semakin tinggi dari waktu ke
waktu. Membuat cara berkomunikasi menjadi semakin, sederhana, cepat, dalam
mengakses komunikasi yang dibutuhkan. Penggunaan bahasa gaul yang
disisipkan dalam komunikasi mengunakan bahasa Indonesia adalah salah satu
cara untuk membuat komunikasi yang cepat dan sederhana. Dalam penelitian ini,
kata-kata gaul dalam bahasa Indonesia yang dikumpulkan hanya dari sosial media
instagram, dan bagian-bagian yang dianalisis adalah jenis slang dan makna slang
dalam penggunaannya di media sosial instagram. Ada beberapa aspek di balik
penggunaan kata-kata slang; seperti penggunakan bahasa gaul tertentu dalam
kelompok khusus yang tidak hanya terjadi dalam sosial media instagram. Karena
alasan ini, peneliti ingin menyarankan beberapa bagian mengenai bahasa gaul
yang layak diselidiki, oleh peneliti beritkunya yang ingin menggarap penelitian
mengenai bahasa gaul adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis penggunaan kata-kata bahasa gaul dalam komunitas tertentu.
70
2. Menyelidiki faktor-faktor yang menyebabkan seseorang untuk menggunakan
kata-kata gaul.
3. Menganalisis kata-kata gaul dalam sastra atau film
KORPUS DATA
Kosa Kata Arti Sumber
Terkejoet Terkejut @Dianctrawrnaa
Gasskuen
Eerr
Anjirrrr
Berangkat/Ayo
Geram
Wah/Terkejut
@nobachy25
Lu
Olang
Sich
Kamu
Orang
Sih
@melasagita02
Wooow
Capah
Tuhhh
Wow
Siapa
Itu
@nfitrifarhah
Kiyutt Imut @ masriahsulistina
Syapah
Tuchhh
Siapa
Itu
@lambeturah_offical
Sis Saudara @jakarta.keras
Bund Bunda @jakarta.keras
Mager
Kuy
Nongky
Malas gerak
Ayo
Nongkrong
@iccafz_
71
Ntaps Mantap
Harie
Guys
Hari
Teman
@waroeng_imaji
Sis Saudara @jakarta.keras
Gua Saya @bantalkusam
Aja
Bosen
Saja
Bosan
@fiersabesari.quotes
Pantes
Nemenin
Mabar
Bareng
Pantas
Menemani
Main Bareng
@kisahcintamuslimah
Gercep
Boring
Gerak Cepat
Bosan/Membosankan
@hasbiinur
72
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasa, 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Antoso, Anang (2008). Jejak Halliday dalam Linguistik Krisis dan Analisis
Wacana Kritis.Bahasa dan Seni. Tahun 36, nomor 1.
Aslinda, Syafyahya (2010). Pengantar sosiolinguistik. Bandung: Rafika Aditama.
Alatas, Alwi. 2006. Bikin Gaul Mu Makin Gaul. Bandung: Hikmah
Andres Kaplan & Michael HaenLein, 2010.User Of The World, Unite! The
Challenges and Opportunities Of Social Media, Business Horizons.
Chaesar dan leonie (2010).Sosiolinguistik perkenalan awal. Jaakarta: PT Rineka
Cipta.
Chaer, Abdul dan Leoni Agustina. 1995. Sosiolinguistik : Suatu Pengantar.
Jakarta : Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2010. Kesantunan Berbahasa. Jakarta: Rineka Cipta
Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta
Chaer, Abdul dan Agustina, Leonie. (2015). Sosiolinguistik perkenalan awal.
Jakarta: Rineka Cipta.
Dardjowidjojo, Soejono (2008). Psikolinguistik (Pengantar pemahaman bahasa
manusia). Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Djajasudarma.F. (2009).Semantik 1. Bandung: PT Reflika Aditama.
Gustiasari, Rani, Dewi. 2018. Pengaruh perkembangan zaman terhadap
pergeseran tata bahasa Indonesia; studi kasus pada pengguna
instagram.Universitas Pemulang 2018.
Kunjana, Rahardi. 2001. Sosiolinguistik, Kode dan Alih Kode. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Kridalaksana, Harimurti. 1984 ; 201. Kamus linguistik. Jakarta: Gramedia
Departemen Pendidikan Nasional ( 2014 ) Kamus Besar Bahasa
Indonesia Cetakan ke delapan Belas Edisi IV. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama
Mayerhoff, Miryam (2006guistics) introducing sociolin.
73
Misriyah, Anis (2011). Tata bahasa. Diakses tanggal 11 feb 2020.
Mackey, W.F. (1986). Analisis Bahasa. Surabaya: Usaha Nasional.
Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komumikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Nababan. 1989. “Sosiolinguistik dan Pengajaran Bahasa“dalam PELLBA 2.
Jakarta: Lembaga Bahasa Unika Atma Jaya.
Nababan. 1993. Sosiolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama
Oksinata, Hastina (2010). Kritik Sosial dalam Kumpulan Puisi Aku Ingin Jadi
Peluru. Kajian Resepsi Sastra. Skripsi UNS
Parera, Daniel (2004). Teori Semantik, edisi kedua. Jakarta: Erlangga.
Ratna, Nyoman Kutha (2009). Stilistika Kajian Puitika Bahasa, Sastra, dan
Budaya.Semantik 2: pemahaman ilmu makna. Djajasudarma -
Bandung: PT Refika Aditama, 1999
Sahertian, Debby. 1999. Kamus Bahasa Gaul. Jakarta, Pustaka Sinar Harapan.
Sardiyah, Nurul (2019). Pengaruh bahasa Gaul Terhadap pengguna bahasa
Indonesia.UNS 2019.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa (Pengantar
Penelitian Wahana Kebudayaan Secara Linguistis). Yogyakarta: Duta
Wacana University Press.
Sugiyono (2015).Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Bandung Afabeta
Sugiwardana, Ridwan. (2014). Pemaknaan Realitas Serta Bentuk Kritik Sosial
dalam Lirik Lagu Slank.Jurnal Skiptorum ISSN 2302-8858 Vol. 2 / No.
2, Februari 2014.http://scholar.google.co.id/) diakses 11 Februari 2020
Sumardjo, Jakob. 2000. Filsafat Seni. Bandung: Penerbit: ITB.
Syairi, K. A. 2013. Pembelajaran Bahasa Pendekatan Budaya. Dinamika Ilmu.
13. No. 2, 175
Syamsuddin, A.R. 1986. Sanggar Bahasa Indonesia. Jakarta: Universitas Terbuka
Jakarta.
74
Smaradhipa, Galih. (2005) situs online. Bertutur dengan Tulisan diposting dari
tersedia di: situshttp://www.rayakultura.com. [18 oktober 2020]
Uhlenbeck, E. M. (1982). Kajian Morfologi Bahasa Jawa. Jakarta: Djambatan.
Ulman, Stephen (2007). Pengantar Semantik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Warsiman (2006).Kajian-kajian sosiolinguistik. Surabaya: Jauhar.
Walija. 1996. Bahasa Indonesia dalam Perbincangan. Jakarta: IKIP
Muhammadiyah Jakarta Press.
Wijana, I Putu dan Muhammad Rohmadi, 2009.Anlisis Wacana Pragmatik Kajian
Teori dan Analisis.Surakarta: Yuma Pustaka.
Wibowo, Wahyu. 2001. Manajemen Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
http://edukasi.kompasiana.com/2012/09/12/antara-bahasa-gaul-prokem-dan-
bahasa-alay486171.html. Diakses pada 20 Juli 2016 8 Ponco Dewi,
Modul Ilmu Komunikasi (2013), h.144
Yusuf, Syamsu. (2012). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung:
Remaja Rosdakarya
RIWAYAT HIDUP
HASRULLAH. Dilahirkan di Ompoa pada tanggal 25 mei
1996. Dari pasangan Ayahanda Muh Nasir dan Ibunda
Syamsinar Penulis memulai jenjang Pendidikan pada tahun 2003
di SD Inpres Ompoa dan tamat pada tahun 2009. Pada tahun
yang sama, penulis melanjutkan Pendidikan di Madrasah
Tsanawiyah dan tamat pada tahun 2012. Selanjutnya penulis
melanjutkan Pendidikan ke Yaspib Bontolempangan, Kab. Gowa dan tamat pada
tahun 2015. Kemudian pada tahun 2016 penulis tercatat sebagai Mahasiswa di
Universitas Muhammadiyah Makassar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
dan diterima di jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Strata Satu (S1).