63
1 PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA BAKU DALAM KARANGAN SISWA KELAS VI SD NEGERI TANJUNG III KECAMATAN BENDO KABUPATEN MAGETAN TAHUN 2006/2007 SKRIPSI Oleh WIWIK PUJIASTUTI NPM 05.311.281/P PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI IKIP PGRI MADIUN APRIL 2007

Penggunaan Bahasa Indonesia Baku Dalam Karangan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Penggunaan Bahasa Indonesia Baku Dalam Karangan

1

PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA BAKU DALAM KARANGAN SISWA

KELAS VI SD NEGERI TANJUNG III KECAMATAN BENDO

KABUPATEN MAGETAN TAHUN 2006/2007

SKRIPSI

Oleh

WIWIK PUJIASTUTI

NPM 05.311.281/P

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

IKIP PGRI MADIUN

APRIL 2007

Page 2: Penggunaan Bahasa Indonesia Baku Dalam Karangan

2

ABSTRAK

Wiwik Pujiastuti. 2007. Penggunaan Bahasa Indonesia Baku Dalam Karangan Siswa

Kelas VI SDN Tanjung III Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan

Tahun 2006/2007. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FPBS,

IKIP PGRI Madiun. Pembimbing (I) Drs. Agus Budi Santoso, M.Pd.

(II) Yuentie Sova Puspidalia, S.Pd., M.Pd.

Kata Kunci : Bahasa Indonesia Baku, Karangan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan menggunakan bahasa

Indonesia baku dalam karangan siswa kelas VI SDN Tanjung III, Kecamatan Bendo,

Kabupaten Magetan, tahun pelajaran 2006/2007.

Penelitian ini meneliti seluruh populasi. Oleh karena itu, penelitian ini

disebut penelitian total sampling. Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas VI

SDN Tanjung III, Kecamatan Bendo, Kabupaten Magetan, tahun pelajaran 2006/2007

yang berjumlah 15 siswa.

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Selanjutnya,

pengumpulan data yang digunakan adalah teknis tes. Setelah data terkumpul,

kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dengan rumus

prosentase.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Kemampuan pemakaian prefiks

dalam karangan mendapat rata-rata nilai dari keseluruhan siswa sebesar 7,93 atau

masuk dalam kategori baik. 2) Kemampuan pemakaian kaidah baku dalam karangan

mendapat rata-rata nilai dari keseluruhan siswa sebesar 6,73 atau masuk dalam

kategori cukup. 3) Kemampuan pemakaian konjungsi dalam karangan mendapat rata-

rata nilai dari keseluruhan siswa sebesar 7,13 atau masuk dalam kategori baik.

4) Kemampuan pemakaian konstruksi sintesis prefiks dalam karangan mendapat rata-

rata nilai dari keseluruhan siswa sebesar 7,33 atau masuk dalam kategori baik.

5) Kemampuan pemakaian ejaan resmi yang sedang berlaku (EYD) dalam karangan

mendapat rata-rata nilai dari keseluruhan siswa sebesar 7,53 atau masuk dalam

kategori baik.

Page 3: Penggunaan Bahasa Indonesia Baku Dalam Karangan

3

MOTTO

Muda berkarya

Tua kaya

Mati masuk surga

Skripsi ini kupersembahkan kepada :

Suami tercinta Basuki dan anakku

tersayang Indah Kurnia Permatasari yang

selalu membantu dan mendoakanku

supaya berhasil

Page 4: Penggunaan Bahasa Indonesia Baku Dalam Karangan

4

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

melimpahkan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian tindakan

kelas dan menyusun skripsi dengan judul “Penggunaan Bahasa Indonesia Baku

Dalam Karangan Siswa Kelas VI SDN Tanjung III Kecamatan Bendo Kabupaten

Magetan Tahun 2006/2007”.

Skripsi ini penulis susun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam

menyelesaikan Program Sarjana Strata 1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat

kekurangan dikarenakan keterbatasan kemampuan, beaya, waktu dan tenaga yang ada

pada penulis. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari para

pembaca dan pemerhati.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis banyak sekali mendapat bantuan

dari beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis ingin sekali mengucapkan rasa terima

kasih yang sebanyak-banyaknya kepada :

1. Bapak Drs. Parji, M.Pd., Rektor Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan PGRI

Madiun, yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk mengikuti

pendidikan di lembaga yang dipimpinnya.

2. Bapak Drs. Bambang Eko Hari Cahyono, M.Pd., Dekan Fakultas Pendidikan

Bahasa dan Seni IKIP PGRI Madiun.

3. Ibu Hj. Yuentie Sova Puspidalia, S.Pd., M.Pd., Kaprodi PBSI FPBS IKIP PGRI

Madiun, sekaligus Pembimbing II.

4. Bapak Drs. Agus Budi Santoso, M.Pd., Pembimbing I

5. Ibu Martini, Kepala SDN Tanjung III, Kecamatan Bendo, Kabupaten Magetan

yang telah mengizinkan penulis untuk melaksanakan penelitian di sekolah yang

dipimpinnya.

Page 5: Penggunaan Bahasa Indonesia Baku Dalam Karangan

5

6. Rekan-rekan guru di SDN Tanjung III, Kecamatan Bendo, Kabupaten Magetan

yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis, dalam melaksanakan

penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Semoga budi baik yang telah diberikan kepada penulis, mendapat imbalan

yang berlipat ganda dari Tuhan Yang Maha Esa. Amin.

Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para

pembaca, pengelola dan pemerhati pendidikan.

Madiun, Mei 2007

Penulis,

Page 6: Penggunaan Bahasa Indonesia Baku Dalam Karangan

6

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING .................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI ............................ iii

ABSTRAK ....................................................................................................... iv

MOTTO DAN KATA PERSEMBAHAN ....................................................... v

KATA PENGANTAR ...................................................................................... vi

DAFTAR ISI ..................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 6

D. Kegunaan Penelitian ................................................................. 7

E. Pembatasan Masalah ............................................................... 7

F. Definisi Istilah ......................................................................... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ...................................................................... 9

A. Ragam Bahasa Indonesia .......................................................... 9

1. Ragam Bahasa menurut Golongan Penutur Bahasa ............ 9

2. Ragam Bahasa menurut Jenis Pemakaian Bahasa .............. 11

B. Pembakuan Bahasa Indonesia .................................................. 14

C. Pengertian Bahasa Baku dan Bahasa Indonesia Baku .............. 15

D. Ciri-ciri Bahasa Indonesia Baku ............................................... 17

Page 7: Penggunaan Bahasa Indonesia Baku Dalam Karangan

7

1. Kalimat baku bahasa Indonesia ditandai dengan ciri

sintaksis .............................................................................. 20

2. Kalimat baku bahasa Indonesia ditandai oleh penggunaan

fungsi gramatikal (subjek, predikat, dan objek) secara

eksplisit dan konsisten ....................................................... 21

3. Kalimat baku Bahasa Indonesia ditandai dengan ciri

semantis .............................................................................. 22

4. Kalimat baku bahasa Indonesia ditandai dengan ciri

morfologi ............................................................................ 23

5. Kalimat baku bahasa Indonesia ditandai dengan ciri

leksikal ............................................................................... 23

6. Kalimat baku bahasa Indonesia ditandai dengan ciri

gramefis .............................................................................. 23

7. Ciri-ciri kalimat baku lain .................................................. 24

E. Fungsi Bahasa Indonesia Baku ................................................. 25

1. Fungsi pemersatu ............................................................... 25

2. Fungsi penanda kepribadian ............................................... 25

3. Fungsi penambah wibawa ................................................... 26

BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 27

A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................. 27

1. Tempat Penelitian ............................................................... 27

2. Waktu Penelitian ................................................................. 27

B. Desain Penelitian ..................................................................... 27

C. Populasi, Sampel, Teknik Pengambilan Sampel ..................... 29

1. Populasi .............................................................................. 29

Page 8: Penggunaan Bahasa Indonesia Baku Dalam Karangan

8

2. Sampel ................................................................................ 29

3. Teknik Pengambilan Sampel .............................................. 30

D. Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ......................... 30

1. Pengumpulan Data ............................................................. 30

2. Instrumen Penelitian ........................................................... 30

E. Analisis Data ........................................................................... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN .................................................................... 33

A. Deskripsi Data ......................................................................... 33

B. Hasil Analisis Data ................................................................... 38

BAB V PENUTUP ...................................................................................... 42

A. Simpulan .................................................................................. 42

B. Saran ........................................................................................ 43

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 44

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ....................................................... 45

LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................... 46

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................... 51

Page 9: Penggunaan Bahasa Indonesia Baku Dalam Karangan

9

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Kemampuan siswa dalam pemakaian prefiks dalam karangan siswa

kelas VI SDN Tanjung III, Kecamatan Bendo, Kabupaten Magetan,

Tahun Pelajaran 2006/2007 ............................................................... 33

Tabel 2 Kemampuan siswa dalam pemakaian kaidah baku dalam karangan

siswa kelas VI SDN Tanjung III, Kecamatan Bendo, Kabupaten

Magetan, Tahun Pelajaran 2006/2007................................................ 34

Tabel 3 Kemampuan siswa dalam pemakaian konjungsi dalam karangan

siswa kelas VI SDN Tanjung III, Kecamatan Bendo, Kabupaten

Magetan, Tahun Pelajaran 2006/2007................................................ 35

Tabel 4 Kemampuan siswa dalam pemakaian konstruksi sintesis berikut

menandai bahasa Indonesia nonbaku dalam karangan siswa kelas VI

SDN Tanjung III, Kecamatan Bendo, Kabupaten Magetan, Tahun

Pelajaran 2006/2007 .......................................................................... 36

Tabel 5 Kemampuan siswa dalam pemakaian pemakaian ejaan resmi yang

sedang berlaku (EYD) dalam karangan siswa kelas VI SDN

Tanjung III, Kecamatan Bendo, Kabupaten Magetan, Tahun

Pelajaran 2006/2007 ........................................................................... 37

Tabel 6 Rekapitulasi penggunaan bahasa Indonesia baku dalam karangan

siswa kelas VI SDN Tanjung III, Kecamatan Bendo, Kabupaten

Magetan, Tahun Pelajaran 2006/2007................................................ 38

Page 10: Penggunaan Bahasa Indonesia Baku Dalam Karangan

10

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Daftar Nama Respondensiswa Kelas VI SDN Tanjung III

Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan Tahun Pelajaran

2006/2007 ................................................................................. 46

Lampiran 2 Soal Kemampuan Penggunaan Bahasa Indonesia Baku Dalam

Karangan Siswa Kelas VI SDN Tanjung III Kecamatan Bendo

Kabupaten Magetan Tahun 2006/2007 ..................................... 47

Lampiran 3 Kartu Bimbingan Skripsi ......................................................... 48

Lampiran 4 Surat Permohonan Penelitian dari IKIP PGRI Madiun ............ 49

Lampiran 5 Surat Keterangan dari SDN Tanjung III, Kecamatan Bendo,

Kabupaten Madiun ................................................................... 50

Page 11: Penggunaan Bahasa Indonesia Baku Dalam Karangan

44

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial,

dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam

mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu

peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain,

mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang

menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan

analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya.

Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan

baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi

terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.

Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan

kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan

pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan

sastra Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta didik

untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional, dan global

(KTSP, 2006:317).

Tujuan umum pengajaran bahasa Indonesia yang tercantum dalam GBPP

Kurikulum 1994, antara lain : (1) Siswa menghargai dan membanggakan bahasa

Page 12: Penggunaan Bahasa Indonesia Baku Dalam Karangan

45

Indonesia sebagai bahasa persatuan/nasional dan bahasa negara; (2) Siswa

memahami bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna, dan fungsi serta

menggunakannya dengan tepat, untuk bermacam-macam tuuan, keperluan, dan

keadaan; dan (3) Siswa memiliki kemampuan menggunakan bahasa Indonesia

untuk meningkatkan kemapuan intelektual (berpikir negatif, menggunakan akal

sehat, menerapkan pengetahuan yang berguna, dan memecahkan masalah),

kematangan emosional, dan sosial (1994:1)

Tujuan umum pengajaran bahasa Indonesia tersebut menggambarkan

bahwa sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia sangat penting untuk

menciptakan keragaman berbahasa bertitik tolak pada pemahaman kaidah,

pemahaman ragam dan fungsi bahasa. Pemahaman kaidah dan pemahaman

ragam, serta fungsi, bahasa itu akan mempermudah seseorang dalam

menyampaikan pikiran sehingga lawan biaca/pembaca dapat menangkap dan

mencerna apa yang dimaksudkan.

Masnur Muslich dan Suparno (1984:38) menyatakan bahwa dalam

strategi pengajaran bahasa Indonesia di sekolah, berbagai ragam variasi bahasa

disarankan untuk diajarka. Dengan demikian pengajaran ragam bahasa nonbaku

diajarkan di samping bahasa baku, yang penting bagi siswa ditegaskan oleh

Masnur Muslich bahwa penggunaan ragam bahasa Indonesia harus mengikuti

situasi pemakaiannya.

Penggunaan bahasa Indonesia menurut situasi dan pemakaiannya, akan

menghasilkan perbedaan ragam dan gaya bahasa. Perbedaan ini akan tampak

dalam pemakaian bahasa lisan yang serupa ujaran dan bahasa tulisan.

Page 13: Penggunaan Bahasa Indonesia Baku Dalam Karangan

46

Ragam bahasa orang yang berpendidikan, yakni bahasa dunia pendidikan,

merupakan pokok yang sudah agak banyak ditelaah orang. Ragam itu jugalah

yang kaidah-kaidahnya paling lengkap diperikan jika dibandingkan denan ragam

bahasa yang lain. Ragam itu tidak saja ditelaah dan dibeikan, tetapi juga

diajarkan di sekolah. Apa yang dahulu disebut bahasa Melayu Tinggi dikenal

juga sebagai bahasa sekolah. Sejarah umum perkembangan bahasa menunjukkan

bahwa ragam itu memperoleh gengsi dan wibawa yang tinggi karena ragam itu

juga yang dipakai oleh kaum yang berpendidikan umumnya terlatih dalam ragam

sekolah itu. Ragam itulah yang dijadikan tolok bandingan bagi pemakaian bahasa

yang benar. Fungsinya sebagai tolok penghasilan nama bahasa baku atau bahasa

standar baginya.

Proses terjadi di dalam banyak masyarakat bahasa yang terkemuka seperti

Perancis, Inggris, Jerman, Belanda, Spanyol, dan Italia. Di Indonesia keadaannya

agak berlainan: pejabat tinggi, pemuka, dan tokoh masyarakat kita dewasa ini

berusia antara 50 dan 70 tahun dan tidak semuanya memperoleh kesempatan

memahiri ragam bahasa sekolah dengan secukupnya. Peristiwa revolusi

kemerdekaan kita agaknya menjadi musababnya. Karena itu, mungkin tidak amat

tepat menyamakan bahasa Indonesia yang baku dengan bahasa golongan

pemimpin masyarakat secara menyeluruh. Masalahnya di Indonesia ialah

kemahiran berbahasa yang benar, walaupun dihargai, belum menjadi prasyarat

untuk kedudukan yang terkemuka di dalam masyarakat kita. Mengingat

kenyataan tersebut di atas kita perlu kembali ke dunia pendidikan yang menurut

adat menjadi persemaian para pemimpin. Ragam bahasa yang diajarkan dan

Page 14: Penggunaan Bahasa Indonesia Baku Dalam Karangan

47

dikembangkan di dalam lingkungan itulah yang akan menjadi ragam bahasa

calon pemimpin kita sehingga pada suatu saat bahasa Indonesia yang baku

memang dapat disamakan dengan ragam bahasa golongan pemuka yang

memancarkan gengsi dan wibawa kemasyarakatan. Oleh sebab itu, di Indonesia,

semua proses pembakuan hendaknya bermula pada ragam bahasa pendidikan

dengan berbagai coraknya dari sudut pandangan sikap, bidang, dan sarananya.

Ragam bahasa standar memiliki sifat kemantapan dinamis, yang berupa

kaidah dan aturan yang tetap. Baku atau standar tidak dapat berubah setiap saat.

Kaidah pembentukan kata yang memunculkan bentuk perasa dan perumus

dengan taat asas harus dapat menghasilkan bentuk perajin dan perusak, bukan

pengrajin dan pengrusak. Keharmonisan yang timbul akibat penerapan kaidah itu

bukan alasan yang cukup kuat untuk menghalalkan penyimpangan itu. Bahasa

mana pun tidak dapat luput dari keharmonisan. Di pihak lain, kemantapan itu

tidak kaku, tetapi cukup luwes sehingga memungkinkan perubahan yang

bersistem dan teratur di bidang kosakata dan peristilahan serta mengizinkan

perkembangan berjenis ragam yang diperlukan di dalam kehidupan modern.

Misalnya, di bidang peristilahan muncul keperluan untuk membedakan pelanggan

„orang yang berlanggan (an)‟ dan langganan „orang yang tetap menjual barang

kepada orang lain; hal menerima terbitan atau jasa atas pesanan secara teratur‟.

Ragam baku yang baru, antara lain, dalam penulisan laporan, karangan ilmiah,

undangan, dan percakapan telepon perlu dikembangkan lebih lanjut.

Ciri kedua yang menandai bahasa baku ialah sifat kecendekiaan-nya.

Perwujudannya dalam kalimat, paragraf, dan satuan bahasa lain yang lebih besar

Page 15: Penggunaan Bahasa Indonesia Baku Dalam Karangan

48

mengungkapkan penalaran atau pemikiran yang teratur, logis, dan masuk akal.

Proses pencendekiaan bahasa itu amat penting karena pengenalan ilmu dan

teknologi modern, yang kini umumnya masih bersumber pada bahasa asing,

harus dapat dilangsungkan melalui buku bahasa Indonesia. Akan tetapi, karena

proses bernalar secara cendekia bersifat semesta dan bukan monopoli suatu

bangsa semata-mata, pencendekiaan bahasa Indonesia tidak perlu diartikan

sebagai pembaratan bahasa.

Baku atau standar berpraanggapan adanya keseragaman. Proses

pembakuan sampai taraf tertentu berarti proses penyeragaman kaidah, bukan

penyamaan ragam bahasa, atau penyeragaman variasi bahasa. Itulah ciri ketiga

ragam bahasa yang baku. Setelah mengenali ketiga ciri umum yang melekat pada

ragam standar bahasa kita, baiklah kita beralih ke pembicaraan tentang lajunya

proses pembakuan di bidang ejaan, lafal, kosakata, dan tata bahasa sampai kini.

Penelitian ini akan mengkhususkan pengamatan pada pemakaian bahasa

baku dalam tulisan siswa.

Perwujudan penggunaan bahasa baku tertuang dalam kalimat baku.

Kalimat baku bahasa Indonesia ditandai dengan ciri-ciri:

1. Ciri sintaksis, yang berupa kemungkinan pergeseran letak suku-suku

kalimatnya.

2. Ciri gramatikal, yang berupa penggunaan fungsi gramatikal (subjek, predikat,

dan objek) secara eksplisit dan konsisten.

3. Ciri Semantis, yang berupa penggunaan kata sesuai dengan maknanya.

Page 16: Penggunaan Bahasa Indonesia Baku Dalam Karangan

49

4. Ciri Morfologis, yang berupa penggunaan bentuk kata dalam kalimat baku

tidak boleh melanggar sistem morfologis bahasa Indonesia.

5. Ciri Leksikal, yang berupa kalimat baku bahasa Indonesia dibentuk

berdasarkan kata-kata baku bahasa Indonesia (dari buku bahasa baku).

Di samping memperhatikan penggunaan kelima ciri-ciri kalimat baku di

atas di dalam bahasa lisan ditambahkan ciri fonologis, yang berupa pelafalan kata

harus tepat dan dalam bahasa tulis ciri grafemis yang berupa penggunaan ejaan

secara tertib juga ikut menentukan kebakuan suatu kalimat.

Dalam kenyataan di kelas, masih banyak siswa yang belum memahami

tentang bahasa baku. Hal ini terbukti dari sering ditemukannya kesalahan siswa

dalam penyusunan kalimat-kalimat baku pada karangan mereka, penulisan surat

izin, dan penulisan naskah pidato. Kesalahan-kesalahan siswa itu disebabkan

karena siswa belum menguasai penyusunan kalimat baku.

Dalam GBPP bahasa Indonesia Kurikulum (1994:3) tertulis bahwa

pelajaran menulis termasuk dalam pembelajaran kebahasaan. Pembelajaran ini

bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman dan penggunaan bahasa.

Bahan pelajaran penggunaan diambil dari bahan berbicara dan menulis

yang meliputi pengembangan kemampuan pengungkapan gagasan, pendapat,

pengalaman, pesan, dan perasaan (GBPP, 1994:5).

Materi menulis untuk siswa kelas VI SDN Tanjung III, meliputi :

1. Menyusun pengalaman yang paling mengesankan

2. Menyusun naskah pidato

3. Menyusun rencana kegiatan kelas

Page 17: Penggunaan Bahasa Indonesia Baku Dalam Karangan

50

4. Menyusun poster

5. Membuat pengumuman

6. Menulis surat permohonan izin

7. Menulis karangan dengan tema tertentu (GBPP, 1994:7-9)

Masalah tersebut mendorong penulis untuk meneliti penggunaan bahasa

Indonesia baku dalam karangan siswa kelas VI SDN Tanjung III, Kecamatan

Bendo, Kabupaten Magetan. Karangan siswa merupakan salah satu perwujudan

penerapan pengunaan bahasa Indonesia baku.

B. Pembatasan Masalah

Supaya tidak terjadi kesimpangsiuran dalam penelitian ini, maka aspek

penelitian dibatasi sebagai berikut :

1. Pemakaian bahasa Indonesia baku akan diamati melalui karangan siswa kelas

VI SDN Tanjung III, Kecamatan Bendo, Kabupaten Magetan.

2. Pemakaian bahasa Indonesia baku meliputi penulisan kalimat-kalimat yang

memenuhi ciri-ciri umum kalimat baku ditambah dengan ciri grafemis.

C. Rumusan Masalah

Sehubungan dengan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan

masalah sebagai berikut: Seberapa tinggi kemampuan penggunaan bahasa

Indonesia baku siswa kelas VI SDN Tanjung III, Kecamatan Bendo, Kabupaten

Magetan?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui kemampuan penggunaan bahasa Indonesia baku siswa kelas VI SDN

Tanjung III, Kecamatan Bendo, Kabupaten Magetan.

Page 18: Penggunaan Bahasa Indonesia Baku Dalam Karangan

51

E. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk :

1. Menambah pengetahuan penulis sehubungan dengan penggunaan bahasa

Indonesia baku

2. Memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dengan

menggunakan bahasa Indonesia baku, khususnya dalam tulisan.

3. Meningkatkan kecintaan dan kesetiaan siswa terhadap bahasa Indonesia.

Page 19: Penggunaan Bahasa Indonesia Baku Dalam Karangan

52

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

F. Ragam Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia yang amat luas pemakaiannya dan bermacam-macam

ragam penuturannya, mau tidak mau takluk pada hukum perubahan. Faktor

sejarah dan perkembangan masyarakat turut pula berpengaruh pada timbulnya

sejumlah ragam bahasa Indonesia. Ragam bahasa yang beraneka itu tetap disebut

bahasa Indonesia karena ciri dan kaidah tatabunyi, pembentukan kata, tatamakna,

umumnya sama.

Dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (1992:3) disebutkan bahwa

bahasa terbagi menjadi dua jenis, yaitu ragam bahasa menurut golongan penutur

bahasa dan bahasa menurut jenis pemakaian bahasa. Berikut ini dijelaskan secara

ringkas pembagian ragam bahasa tersebut.

1. Ragam Bahasa menurut Golongan Penutur Bahasa

Ragam bahasa ini terinci menjadi tiga macam.

a. Ragam Daerah

Ragam daerah sejak lama dikenal dengan logat atau dialek.

Bahasa yang menyebar luas selalu mengenal logat. Masing-masing dapat

dipahami secara timbal balik oleh penuturannya, sekurang-kurangnya

oleh penutur dialek yang daerahnya berdampingan.

Logat daerah paling kentara karena tata bunyinya. Logat bahasa

Indonesia yang dilafalkan oleh putera Tapanuli dapat dikenali, misalnya

Page 20: Penggunaan Bahasa Indonesia Baku Dalam Karangan

53

tekanan kata yang amat jelas, logat bahasa Indonesia orang Bali dan

Jawa, karena pelaksanaan bunyi [t] dan [d]-nya. Ciri-ciri khas yang

meliputi tekanan, turun-naiknya nada, dan panjang-pendeknya bunyi

bahasa membangun aksen yang berbeda-beda. Perbedaan kosakata dan

variasi gramatikal tentu ada juga walaupun kurang tampak. Ragam dialek

dengan sendirinya erat hubungannya dengan bahasa ibu si penutur.

b. Ragam Pendidikan

Ragam bahasa menurut pendidikan formal yang menyilangi kaum

yang berpendidikan formal dan yang tidak. Tata bunyi bahasa Indonesia

golongan kedua ini, berbeda dengan fonologi kaum pelajar. Bunyi [f] dan

gugus konsonan akhir [-ks], misalnya tidak selalu terdapat dalam ujaran

orang yang tidak berpendidikan. Contoh:

Berpendidikan Tidak berpendidikan

Fadil Padil

Fakultas Pakultas

Film Pilm

Fitnah Pitnah

Kompleks Komplek

Perbedaan kedua ragam tersebut juga tampak pada tata bahasa.

Kalimat saya mau tulis surat ke pamanku cukup jelas maksudnya, tetapi

bahasa yang terpelihara menuntut agar bentuknya menjadi kalimat

bahasa Indonesia, tetapi tidak setiap kalimat bahasa Indonesia termasuk

bahasa yang terpelihara.

c. Sikap Penutur

Page 21: Penggunaan Bahasa Indonesia Baku Dalam Karangan

54

Ragam bahasa menurut sikap penutur mencakup sejumlah corak

bahasa yang masing-masing pada azasnya tersedia bagi tiap-tiap pemakai

bahasa. Ragam ini disebut langgam atau gaya. Pemilihannya bergantung

pada sikap penutur terhadap orang yang diajak berbicara atau

pembacanya. Sikap itu dipengaruhi antara lain oleh umur dan kedudukan

yang disapa, pokok persoalan yang hendak disampaikannya, dan tujuan

penyampaian informasinya.

2. Ragam Bahasa menurut Jenis Pemakaian Bahasa

Ragam bahasa ini terinci menjadi tiga macam.

a. Ragam dari Sudut Pandang Bidang atau Pokok Persoalan

Setiap penutur bahasa hidup dan bergerak dalam sejumlah

lingkungan masyarakat yang adat-istiadatnya atau tata cara pergaulannya

berbeda-beda. Perbedaan itu terwujud pula dalam pemakaian bahasa.

Orang yang ingin membicarakan pokok persoalan yang berkaitan dengan

lingkungan harus memilih salah satu ragam yang dikuasainya dan yang

cocok dengan bidang atau pokok tersebut. Jumlah ragam yang

dimilikinya agak terbatas, karena bergantung pada luas sempitnya

pergaulan, pendidikan, profesi, kegemaran dan pengalamannya. Bidang

yang dimaksut itu antara lain agama, politik, ilmu teknologi,

pertukangan, perdagangan, seni rupa, seni sastra, olahraga, perundang-

undangan, dan angkatan bersenjata.

b. Ragam menurut Sarananya

Page 22: Penggunaan Bahasa Indonesia Baku Dalam Karangan

55

Ragam bahasa ini lazim dibagi atas ragam lisan atau ujaran dan

ragam tulisan karena tiap-tiap bahasa masyarakat memiliki ragam lisan

sedangkan ragam tulisan baru muncul kemudian, maka permasalahan

yang perlu ditelaah ialah bagaimana orang menuangkan ujarannya ke

dalam bentuk tulisan.

Ada dua hal yang perlu diperhatikan, pertama, berhubungan

dengan suasana peristiwanya jika digunakan sarana tulisan dianggap

bahwa orang yang diajak berbahasa tidak ada di hadapan kita. Akibatnya,

bahasa seseorang perlu lebih terang dan jelas karena ujaran dapat disertai

oleh gerak/isyarat, pandangan atau anggukan, tanda penegasan di pihak

pembicara atau pemahaman di pihak pendengar. Itulah sebabnya, kalimat

dalam ragam tulisan harus lebih cermat sifatnya. Fungsi gramatikal

seperti subjek, predikat, dan objek serta hubungannya di antara fungsi-

fungsi itu masing-masing harus nyata sedangkan di dalam ragam lisan,

karena penutur bahasa berhadapan dengan unsur itu terkadang dapat

ditinggalkan. Orang yang halus rasa bahasanya sadar bahwa kalimat yang

ditulisnya berlainan dengan kalimat dalam ujarannya, karena itu harus

leibh hati-hati dan berusaha agar kalimatnya lengkap, lebih ringkas, dan

elok jika dibandingkan dengan kalimat ujarannya.

Hal kedua yang membedakan ragam tulisan dengan ragam lisan

berkaitan dengan beberapa upaya yang digunakan dalam ujaran misalnya

tinggi-rendahnya dan panjang-pendeknya suara serta irama kalimat yang

sulit dilambangkan dengan ejaan dan tata tulis yang dimiliki. Jadi,

Page 23: Penggunaan Bahasa Indonesia Baku Dalam Karangan

56

penulis perlu merumuskan kembali kalimatnya jika ia ingin

menyampaikan jangkauan makna yang sama lengkapnya atau ungkapan

perasaan yang sama telitinya. Misalnya, kalimat ujaran Darto tidak

mengambil uangmu, yang disertai pola intonasi khusus pada kata tidak

dalam tulisan mungkin dapat berbentuk Bukan Darto yang mengambil

uangmu, agar penegasannya sama tarafnya. Bahasa dalam surat kabar

berbeda dengan bahasa pidato. Surat kabar merupakan penggunaan

ragam tulisan, pidato menggunakan ragam lisan atau ujaran.

Contoh penggunaan bahasa ragam tulisan, bahasa tajuk rencana

dalam surat kabar:

Dari beragam pendapat yang dikemukakan kalangan

dalam maupun luar negeri, untuk keluar dari kemeluk politik

sekarang ini, dirasakan dua jalur, jalur itu jalur konstitusi dengan

aturan main demokrasi, serta jalur konsultasi, termasuk

pendekatan antara para pemimpin politik.

Untuk menempuh jalur manapun, menurut hemat kita

diperlukan iklim dan suasana yang mendukung yakni iklim dan

suasana politik yang bersahabat, bebas hujatan, bebas hasutan,

panas-memanaskan dan bebas prasangka, mulai sekarang juga

iklim suasana itu marilah kita ciptakan ... (Jawa Pos, 16 Maret

2007:5)

Contoh penggunaan bahasa ragam tulisan yang lain, misalnya

bahasa surat:

.............................................................................................

Page 24: Penggunaan Bahasa Indonesia Baku Dalam Karangan

57

Dengan ini saya kabarkan bahwa saya dalam keadaan

sehat wal afiat. Mudah-mudahan Ayah beserta keluarga juga

dalam keadaan baik-baik saja.

Melalui surat ini pula saya memberitahukan bahwa cucu

ayah, Roni akan dikhitan pada hari Kamis, 1 Maret 2007. Mohon

doa restu.

.............................................................................................

Contoh penggunaan bahasa ragam lisan, misalnya bahasa pidato:

Saya menyampaikan terima kasih kepda Saudara-saudara

yang telah meluangkan waktu untuk menghadiri undangan saya,

untuk mendengarkan pengarahan tentang pentingnya menjaga

kebersihan lingkungan.

.............................................................................................

c. Ragam yang Mengalami Gangguan Pencampuran

Proses pengaruh-mempengaruhi di antara bahasa yang digunakan

secara berdampingan, selalu ada dalam masyarakat berbahasa seperti

halnya di Indonesia. Selama unsur bahasa daerah atau bahasa asing itu

memperkaya kesinoniman dalam kosakata atau bangun kalimat, maka

gejala itu dianggap wajar. Akan tetapi, bila unsur bahasa itu mengganggu

rasa bahasa atau mengganggu keefektifan penyampaian informasi, maka

ragam bahasa yang dicampur unsur masukan itu ditolak. Itulah yang

disebut ragam bahasa yang mengalami gangguan pencampuran atau

inferensi.

G. Pembakuan Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia mempunyai banyak ragam bahasa, serta berbagai

variasi pemakainya. Masing-masing variabel tersebut ada fungsinya sendiri

Page 25: Penggunaan Bahasa Indonesia Baku Dalam Karangan

58

dalam kegiatan berkomunikasi. Variasi pemakaian ini sejajar artinya tidak ada

satu variasi pemakaian yang lebih baik daripada yang lain.

Menurut Imam Syafi‟ie (1990:21), proses pembakuan bahasa terjadi

karena keperluan komunikasi. Dalam proses pembakuan atau standardisasi itu

salah satu variasi pemakaian bahasa dibakukan untuk mendukung fungsi-fungsi

tertentu, yang variasi itu disebut bahasa baku atau bahasa standar.

Variasi lain yang disebut bahasa nonbaku tetap hidup dan berkembang

sesuai dengan fungsinya dalam komunikasi. Pembakuan bahasa ini tidak

bermaksud untuk mematikan variasi-variasi bahasa nonbaku. Hidupnya variasi

pemakaian bahasa nonbaku tetap menjamin kelangsungan dan kelancaran

komunikasi yang tidak mungkin dilaksanakan oleh ragam bahasa baku, misalnya

komunikasi akrab dan santai.

Bahasa nonbaku tersebut banyak mengandung dialek dan bahasa daerah

setempat, maka bahasa nonbaku banyak variasinya bergantung dari pemakai dan

pemakaiannya. Dialek yang mendukung bahasa nonbaku tersebut berupa dialek

regional, dialek temporal, dan sosial.

Dengan banyaknya variasi bahasa nonbaku, bahasa standar mengatasi

keanekaragaman pemakaian bahasa. Bahasa baku tidak hanya ditandai oleh

keseragaman dan ketunggalan fungsi-fungsinya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa standardisasi bahasa atau

pembakuan bahasa ialah menetapkan penggunaan norma-norma atau aturan-

aturan bahasa. Penggunaan bahasa dalam situasi tertentu (dalam hal ini situasi

resmi) harus dengan pola yang berlaku pada bahasa itu. Maksudnya, dalam

Page 26: Penggunaan Bahasa Indonesia Baku Dalam Karangan

59

tulisan atau karangan, kalimat-kalimat disusun dengan mengacu pada pola bahasa

yang sudah ditetapkan.

H. Pengertian Bahasa Baku dan Bahasa Indonesia Baku

Bahasa baku adalah bahasa yang memiliki sifat kemantapan dinamis,

yang berupa kaidah atau aturan yang tetap (Anton M. Moeliono, 1989:43).

Meskipun demikian, kemampuan itu cukup terbuka untuk perubahan bersistem di

bidang kosakata dan peristilahan dan untuk perkembangan berjenis ragam di

bidang kalimat dan makna. Selain itu, bahasa baku juga harus memiliki sifat

kecendekia yang mampu mengungkapkan proses pemikiran yang rumit, di

berbagai bidang ilmu dan hubungan antara manusia tanpa menghilangkan kodrat

dan kepribadiannya. Sifat kecendekia inilah yang dapat membuat bahasa

Indonesia mampu bertahan dalam persaingan dengan bahasa Inggris, di kalangan

orang yang ingin dianggap terpelajar dan modern.

Untuk mencapai kemantapan yang dimaksudkan perlu diusahakan dua

kodifikasi bahasa, yaitu : (1) bahasa menurut pemakai dan pemakaiannya,

(2) bahasa menurut strukturnya sebagai suatu sistem komunikasi. Kodifikasi yang

pertama akan menghasilkan sejumlah ragam bahasa dan gaya bahasa. Perbedaan

ragam dan gaya tampak dalam pemakaian bahasa lisan (ujaran) dan bahasa

tulisan. Masing-masing akan mengembangkan variasi menurut pemakaiannya di

dalam pergaulan keluarga dan sahabat, di dalam hubungan yang formal seperti

administrasi pemerintah, perundang-undangan, peradilan di lingkungan

pengajaran, sarana komunikasi massa an ilmu pengetahuian. Kodifikasi yang

Page 27: Penggunaan Bahasa Indonesia Baku Dalam Karangan

60

kedua akan menghasilkan tata bahasa dan kosa kata yang baku (Anton M.

Moeliono, 1989:31).

Menurut St. Moeljono (1991:2), pengertian bahasa baku ialah suatu

bentuk bahasa yang sedemikian sempurnanya, yang menjadi model yang

dapatnya dicontoh oleh setiap pemakai bahasa yang hendak berbahasa secara

benar.

Menurut Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa definisi bahasa

baku adalah bahasa yang mengikuti kaidah tata bahasa, ejaan, pembentukan kata,

struktur kalimat dan penggunaan kosakata secara umum (muraj, Pj. Kepala

Bidang Pengembangan, 4 September 1984).

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa baku

adalah bahasa yang benar-benar mengikuti kaidah-kaidah dan aturan-aturan yang

berlaku pada bahasa yang bersangkutan. Dengan demikian, bahasa Indonesia

baku mempunyai pengerian bahasa Indonesia yang dalam penggunaannya

mengikuti atau sesuai dengan aturan-aturan yang ada dalam tata bahasa baku

bahasa Indonesia.

I. Ciri-ciri Bahasa Indonesia Baku

Menurut Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (1992:3), ciri-ciri bahasa

baku secara garis besar adalah sebagai berikut :

1. Memiliki sifat kemantapan dinamis, berupa kaidah dan aturan yang tetap.

Baku atau standar tidak dapat berubah setiap saat, kaidah

pembentukan kata yang menerbitkan bentuk perasa dan perumus dengan taat

azas harus dapat menghasilkan bentuk perajin dan perusak dan bukan

Page 28: Penggunaan Bahasa Indonesia Baku Dalam Karangan

61

pengrajin dan pengrusak. Keharmonisan yang timbul akibat penerapan

kaidah itu bukan alasan yang cukup berat yang dapat menghalkan

penyimpangan itu. Bahasa manapun tidak dapat luput dari kehomoniman. Di

pihak lain, kematapan itu tidak kaku tetapi cukup luwes, sehingga

kemungkinan perubahan yang bersistem dan teratur di bidang kosakata dan

peristilahan dan mengizinkan perkembangan berjenis ragam yang diperlukan

di dalam kehidupan modern.

2. Memiliki sifat kecendikiaan, perwujudannya dalam kalimat, paragraf dan

satuan bahasa lain yang lebih besar mengungkapkan penalaran atau

pemikiran yang teratur, logis, dan masuk akal.

3. Penyeragaman kaidah, bukan penyamaan ragam bahasa atau penyeragaman

variasi bahasa.

Dalam Bahasa Indonesia Profesi (1990:22) dijelaskan pula ciri-ciri

bahasa Indonesia baku sebagai berikut:

a. Pemakaian Prefiks me- dan ber- (bila ada) secara eksplisit dan konsisten.

Contoh :

Bahasa Indonesia Baku Bahasa Indonesia Nonbaku

1) Banjir menyerang kampung

yang banyak penduduknya.

1) Banjir serang kampung yang

banyak penduduknya itu

2) Kuliah sudah berjalan dengan

lancar

2) Kuliah sudah jalan dengan

lancar

b. Pemakaian pola frase verbal Aspek + Agen + Verba (bila ada) secara

eksplisit dan konsisten.

Page 29: Penggunaan Bahasa Indonesia Baku Dalam Karangan

62

Contoh :

Bahasa Indonesia Baku Bahasa Indonesia Nonbaku

1) Surat Anda sudah saya baca 1) Surat Anda saya sudah baca

2) Kiriman itu telah kami terima 2) Kiriman itu kami telah terima

3) Surat itu akan kamu simpan di

mana?

3) Surat itu kamu akan simpan di

mana?

c. Pemakaian konjungsi bahwa dan karena (bila ada) secara eksplisit dan

konsisten.

Bahasa Indonesia Baku Bahasa Indonesia Nonbaku

1) Ia tahu bahwa anaknya lulus 1) Ia tahu anaknya lulus

2) Ia tidak percaya kepada semua

orang, karena tidak setiap

orang jujur

2) Ia tidak percaya kepada semua

orang, tidak setiap orang jujur

d. Pemakaian konstruksi sintesis berikut menandai Bahasa Indonesia

Nonbaku

Bahasa Indonesia Baku Bahasa Indonesia Nonbaku

1) Ia memberitahukan bahwa

adiknya sakit

1) Ia kasih tahu adiknya sakit

2) Ia telah membersihkan

ruangan itu

2) Ia telah bikin bersih ruangan

itu

3) Menurut mereka tragedi itu

wajar

3) Menurut dia orang tragedi itu

wajar

4) Berapa harganya? 4) Berapa dia punya harga?

Page 30: Penggunaan Bahasa Indonesia Baku Dalam Karangan

63

e. Pemakaian Ejaan Resmi yang sedang belaku (EYD)

Contoh :

Bahasa Indonesia Baku Bahasa Indonesia Nonbaku

1) anda, saudara 1) situ

2) dengan 2) sama

3) diberi, memberi 3) dikasih, kasih

4) begini, begitu 4) gini, gitu

5) mengapa, bagaimana 5) ngapain, gimana

6) tidak, dimengerti 6) nggak dimengerti

7) mesti 7) musti

8) panitia 8) panitya

9) pihak 9) fihak

10) asas 10) azas, azaz

11) teladan 11) tauladan

12) tradisional 12) tradisionil

Page 31: Penggunaan Bahasa Indonesia Baku Dalam Karangan

64

f. Pemakaian peristilahan resmi

Contoh :

Bahasa Indonesia Baku Bahasa Indonesia Nonbaku

1) acak 1) random

2) sahih 2) valid

3) tataran 3) level

4) masukan 4) input

5) keluaran 5) output

6) peringkat 6) rangking

7) kawasan 7) area

g. Pemakaian kaidah yang baku

Contoh :

Bahasa Indonesia Baku Bahasa Indonesia Nonbaku

1) Hal itu sudah kita pahami 1) Hal itu sudah dipahami oleh

kita

2) Ibu membelikan adik buku 2) Ibu membelikan buku adik

3) Pengendara sepeda diharap

turun!

3) Naik sepeda harap turun!

Penggunaan bahasa baku akan terwujud dalam kalimat baku, St.

Moeljono dalam Bahasa Indonesia Pengantar kepada Keterampilan Menyajikan

(1991:3) menjelaskan bahwa untuk menguji kebakuan suatu kalimat, perlu

dipahami ciri-ciri kalimat baku tersebut diterangkan sebagai berikut:

1. Kalimat baku bahasa Indonesia ditandai dengan ciri sintaksis

Page 32: Penggunaan Bahasa Indonesia Baku Dalam Karangan

65

Kalimat baku bahasa Indonesia mempunyai kesanggupan berinvrsi.

Inversi atau pembalikan suku-sukunya ini tidak menimbulkan perubahan

makna. Inversi ini dapat dikenakan pada bentuk-bentuk kalimat sederhana,

kalimat kompleks, maupun kalimat majemuk. Pertukaran letak suku-suku

kalimat selain bentuk inversi dapat dikenakan pada kalimat baku bahasa

Indonesia mempunyai ciri sintaksi yang berupa kemungkinan pergeseran

letak suku-suku kalimatnya. Misalnya:

a. Irigasi besar dibangun.

b. Produksi beras Indonsia terus meningkat.

Dua kalimat di atas dengan wajar dapat disusun balik, sebagai berikut:

1) Dibangun irigasi besar.

2) Terus meningkat produksi beras Indonesia.

c. Pada hari Sabtu yang lalu, 141 petani pemenang lomba intensifikasi

diterima oleh Presiden di Istana Negara.

Urutan suku-suku kalimat di atas dapat ditukar letakkan menjadi:

1) Seratus empat puluh satu petani pemenang lomba intensifikasi

diterima oleh Presiden di Istana Negara Sabtu yang lalu.

2) Diterima oleh Presiden di Istana Negara pada hari Sabtu yang lalu

141 petani pemenang lomba intensifikasi.

3) Oleh Presiden di Istana Negara pada hari Sabtu yang lalu 141 petani

pemenang lomba intensifikasi diterima.

4) Di Istana Negara pada hari Sabtu yang lalu 141 petani pemenang

lomba intensifikasi diterima oleh Presiden.

Page 33: Penggunaan Bahasa Indonesia Baku Dalam Karangan

66

5) Pada hari Sabtu yang lalu di Istana Negara diterima oleh Presiden

141 petani pemenang intensifikasi.

2. Kalimat baku bahasa Indonesia ditandai oleh penggunaan fungsi gramatikal

(subjek, predikat, dan objek) secara eksplisit dan konsisten. Misalnya :

a. Perkembangan teknologi mengakibatkan kemajuan zaman.

perkembangan teknologi : subjek

mengakibatkan : predikat

kemajuan jaman : objek

b. Pekerjaan ini diselesaikan dengan cepat.

pekerjaan ini : subjek

diselesaikan : predikat

dengan cepat : keterangan waktu

3. Kalimat baku Bahasa Indonesia ditandai dengan ciri semantis.

Pemilihan dan penggunaan kata dalam kalimat baku bahasa Indonesia

harus tepat sesuai dengan maknanya. Ketetapan makna ini dapat ditangkap

dari penggunaan kata dalam kalimat ataupun dari keseluruhan makna suatu

kalimat.

Contoh kalimat tidak baku:

a. Bersama surat ini kita kabarkan bahwa keadaan kita di Madiun dalam

keadaan sehat wal‟afiat.

b. Sebagai seorang cendekiawan dibenci oleh masyarakat.

Kalimat a. tidak baku karena kata kita secara sistematis tidak dapat

digunakan seharusnya saya atau kami. Demikian pula kata bersama akan

Page 34: Penggunaan Bahasa Indonesia Baku Dalam Karangan

67

lebih tepat diganti dengan sebab selain surat itu, tidak ada barang lain yang

disertakan, kalimat b. di samping menyalahi ciri gramatikal karena tidak

bersubjek, juga secara sematis meragukan makna karena tanpa disertai

keterangan.

4. Kalimat baku bahasa Indonesia ditandai dengan ciri morfologi.

Penggunaan bentuk kata dalam kalimat baku tidak boleh melanggar

sistem morfologi bahasa Indonesia.

Contoh :

a. Bentuk jamak bahasa Indonesia dinyatakan dengan bentuk ulang atau

kata bilangan.

b. Bentuk pasif berpelaku tidak boleh dipisahkan oleh kata lain.

Misalnya : kupukul, kubawa, saya katakan. Bentuk ini tidak

bolehdituliskan begini: ku akan pukul, kau sudah bawa, saya hendak

katakan.

c. Awalan dan akhiran di depan dan di belakang kata dasar.

Misalnya: Pemberitahuan dan bukan pemberian tahu

5. Kalimat baku bahasa Indonesia ditandai dengan ciri leksikal.

Kalimat baku bahasa Indonesia dibentuk berdasarkan kata-kata

bahasa Indonesia, kata-kata Indonesia dalam Kamus Bahasa Indonesia, dalam

hal ini Kamus Besar Bahasa Indonesia. Oleh karena itu, penggunaan kata-

kata seperti : sih, nggak, dong, kok, lha, lowong, deh, gua, sowan, dibilangi,

dikasih, menyebabkan suatu tidak kalimat baku.

6. Kalimat baku bahasa Indonesia ditandai dengan ciri gramefis.

Page 35: Penggunaan Bahasa Indonesia Baku Dalam Karangan

68

Kalimat baku harus ditulis dengan menggunakan ejaan secara tertib

dan benar. Penyimpangan dari ejaan yang benar akan menjadikan kallimat

tersebut kurang baku.

Page 36: Penggunaan Bahasa Indonesia Baku Dalam Karangan

69

7. Ciri-ciri kalimat baku lain.

Selain ciri-ciri yang telah diuraikan di atas kalimat baku bahasa

Indonesia ditandai pula dengan ciri-ciri yang lain. Ciri-ciri tersebuut adalah

a. Kecermatan

Kalimat baku bahasa Indonesia harus cermat, pengertian cermat

disini meliputi: cermat pemikiran kata-kata, tidak menimbulkan tafsiran

ganda, tidak boros, dan tidak berlebih-lebihan.

b. Tidak berkepanjangan

Kalimat baku bahasa Indonesia harus tidak berkepanjangan

(bertele-tele). Kalimat yang berkepanjangan (bertele-tele) mencerminkan

cara berpikir yang tidak sistematis dan jalan pikiran yang berbelit-belit

(ruwet) kalimat yang demikian tentu saja membingungkan. Gagasan

pokoknya telah kabur.

c. Logis/Masuk akal

Kalimat baku bahasa Indonesia harus logis/masuk akal karena

pada hakikatnya berbahasa Indonesia itu mengemukakan logika, kalimat-

kalimat yang mendukung haruslah dapat diterima akal. Artinya, makna

kalimat itu tidak menimbulkan kejanggalan pada penangkap bahasa.

d. Tidak terpengaruh oleh unsur bahasa lain

Kalimat baku bahasa Indonesia tidak boleh terpengaruh oleh

unsur-unsur bahasa lain yang merugikan. Unsur-unsur tersebut meliputi

bahasa daerah dan bahasa asing. Kalau unsur bahasa lain itu memperkaya

kosakata bahasa Indonesia, hal itu bisa diterima karena kehadirannya

Page 37: Penggunaan Bahasa Indonesia Baku Dalam Karangan

70

menguntungkan. Sebaliknya, apabila unsur-unsur bahasa asing itu

merugikan akan merupakan gangguan perkembangan bahasa Indonesia.

E. Fungsi Bahasa Indonesia Baku

Anton M. Moeliono (1991:32) menyatakan bahwa ada empat fungsi

bahasa Indonesia baku:

1. Fungsi pemersatu

Di dalam sejarah perkembangan bangsa Indonesia, bahasa Indonesia

terbukti telah mengikat kebhinekaan rumpun dan bahasa-bahasa daerah yang

ada, bahasa baku menghubungkan semua penutur berbagai dialek bahasa itu.

Dengan demikian bahasa baku mempersatukan mereka menjadi satu

masyarakat bahasa dan meningkatkan proses identifikasi penutur dengan

seluruh masyarakat. Selain itu karena bahasa juga sebagai wahana dan

pengungkap kebudayaan nasional yang utama, maka fungsi pemersatu dapat

ditingkatkan lagi dengan mengintensifkan usaha berlakunya satu bahasa baku

yang adab, yang menjadi ciri manusia Indonesia modern.

2. Fungsi pemberi kekhasan

Fungsi pemberi kekhasan yang diemban oleh bahasa baku

memperbedakan bahasa itu dari bahasa yang lain. Karena fungsi itu, bahasa

baku memperkuat perasaan kepribadian nasional masyarakat bahasa yang

bersangkutan. Hal itu terlihat pada penutur bahasa Indonesia.

3. Fungsi pembawa kewibawaan.

Fungsi pembawa wibawa bersangkutan dengan usaha orang mencapai

kederajatan dengan peradaban lain yang dikagumi lewat pemerolehan bahasa

Page 38: Penggunaan Bahasa Indonesia Baku Dalam Karangan

71

baku sendiri. Ahli bahasa dan beberapa kalangan di Indonesia pada umumnya

berpendapat bahwa perkembangan bahasa Indonesia dapat dijadikan teladan

bagi bangsa lain di Asia yang juga memerlukan bahasa yang modern. Dapat

dikatakan bahwa fungsi pembawa wibawa itu beralih dari pemilikan bahasa

baku yang nyata ke pemilikan bahasa yang berpotensi menjadi bahasa

baku.Fungsi sebagai kerangka acuan.

Fungsi sebagai kerangka acuan bagi pemakaian bahasa dengan

adanya norma dan kaidah yang jelas. Norma dan kaidah itu menjadi tolok

ukur bagi betul tidaknya pemakaian bahasa orang seorang atau golongan.

Dengan demikian, penyimpangan dari norma dan kaidah dapat dinilai yang

tidak saja terbatas pada bidang susastra, tetapi juga mencakup segala jenis

pemakaian bahasa yang menarik perhatian karena bentuknya yang khas,

seperti di dalam permainan kata, iklan, dan tahuk berita.

Page 39: Penggunaan Bahasa Indonesia Baku Dalam Karangan

72

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN Tanjung III, Kecamatan Bendo, Kabupaten

Magetan, dengan pertimbangan sebagai berikut.

a. Di tempat tersebut hingga sekarang ini belum ada penelitian dengan

masalah yang sama seperti yang dilakukan peneliti.

b. Peneliti sudah banyak mengenal situasi dan kondisi tempat penelitian

sehingga hal itu menguntungkan bagi peneliti.

c. Dari segi kepraktisannya juga menguntungkan peneliti, sebab secara

kebetulan tempat tersebut berdekatan dengan tempat tinggal peneliti.

d. Secara ekonomis juga menguntungkan peneliti karena peneliti tidak

terlalu banyak mengeluarkan biaya, waktu, dan tenaga dalam penelitian.

2. Waktu Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti membutuhkan waktu yang cukup lama. Adapun

waktu yang disediakan dalam penelitian ini adalah selama empat bulan, yakni

mulai bulan Januari 2007 sampai dengan bulan April 2007.

B. Desain Penelitian

Sejalan dengan tujuan penelitian sebagaimana telah disebutkan pada Bab I, yaitu untuk mengetahui kemampuan

penggunaan bahasa Indonesia baku siswa kelas VI SDN Tanjung III, Kecamatan Bendo, Kabupaten Magetan, penelitian

ini menggunakan metode penelitian deskriptif.

Page 40: Penggunaan Bahasa Indonesia Baku Dalam Karangan

73

Suharsimi Arikunto (2002:309) menyatakan bahwa penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk

mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat

penelitian dilakukan.

Sehubungan dengan penelitian deskriptif ini, Suharsimi Arikunto (2002:194-196) membagi dua jenis penelitian menurut

proses sifat dan analisis datanya, yaitu sebagai berikut.

1. Riset deskriptif yang bersifat eksploratif, yakni bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau status fenomena.

2. Riset deskriptif yang bersifat developmental, yakni riset deskriptif yang digunakan untuk menemukan suatu model

atau prototype, dan bisa digunakan untuk segala jenis bidang.

Atas dasar uraian tersebut, jelaslah bahwa penelitian ini termasuk desain penelitian deskriptif. Desain penelitian deskriptif

mempunyai ciri-ciri tertentu. Winarno Surahmad (2003:132) menyatakan bahwa desain penelitian deskriptif memiliki ciri-

ciri : (1) memusatkan pada pemecahan masalah yang ada sekarang, (2) data yang dikumpulkan mula-mula disusun,

dijelaskan, kemudian dianalisis, (3) menjelaskan dengan teliti dan terinci, baik mengenai dasar-dasar

metodologinya maupun mengenai detail teknis secara khusus, (4) menjelaskan prosedur pengumpulan data, pengawasan

dan penilaian terhadap data, serta (5) memberikan alasan yang kuat tentang penggunaan teknik tertentu dan teknik

lainnya.

Dari data yang terkumpul kemudian diperiksa, diklasifikasikan, dianalisis, dan dideskripsikan. Hasil analisisnya

merupakan deskripsi mengenai kemampuan penggunaan bahasa Indonesia baku siswa kelas VI SDN Tanjung III,

Kecamatan Bendo, Kabupaten Magetan, tahun pelajaran 2006/2007. Pemilihan metode deskriptif dalam penelitian ini

selain peneliti akan mendeskripsikan data secara representatif dan objektif terhadap fenomena yang diperoleh peneliti, juga

menganalisis dan menginterpretasikan data.

C. Populasi, Sampel, Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VI SDN

Tanjung III, Kecamatan Bendo, Kabupaten Magetan tahun pelajaran

2006/2007. Adapun siswa-siswi kelas VI SDN Tanjung III, Kecamatan

Bendo, Kabupaten Magetan berjumlah 15 orang.

2. Sampel

Karena keterbatasan waktu, dana, dan tenaga, penelitian ini dibatasi dalam hal

jumlah subjek penelitian yang diambil, yakni melaksanakan penelitian sampel,

yaitu menggunakan sebagian dari populasi sebagai subjek penelitian.

Suharsimi Arikunto (2002:107) menyatakan bahwa untuk sekadar ancar-ancar,

apabila objeknya kurang dari seratus, lebih baik diambil semua sehingga

Page 41: Penggunaan Bahasa Indonesia Baku Dalam Karangan

74

penelitian merupakan penelitian populasi selanjutnya jika jumlah objeknya benar

bisa diambil 10-20 atau 20-25% atau lebih.

Mengingat jumlah populasinya tidak melebihi 100, seluruh populasi dalam

penelitian ini dijadikan sampel. Karena itu penelitian ini merupakan penelitian

total sampling.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Dalam menentukan sampel, peneliti menggunakan teknik purposive sampling,

yaitu peneliti menentukan sendiri sampel yang akan diteliti sesuai dengan

kebutuhan peneliti (Nana Sudjana, 2001:96).

D. Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data diperoleh dengan jalan memberikan tes kepada

responden. Tes adalah yang dipergunakan untuk menilai hasil-hasil pelajaran

yang telah diberikan oleh guru kepada murid-muridnya, atau oleh dosen

kepada mahasiswa, dalam jangka waktu tertentu (Ngalim Purwanto,

1990:33). Pelaksanaan pengumpulan data dilakukan peneliti setelah

mendapat izin dari Kepala Sekolah.

Adapun prosedur pelaksanaan pengumpulan data adalah sebagai

berikut : (1) mengatur persiapan dan menertibkan teste, (2) memberikan

petunjuk cara pengerjaan soal dan mengadakan pembetulan jika ada

kesalahan pengetikan, (3) membagikan lembar soal berupa perintah untuk

membuat cerita.

2. Instrumen Penelitian

Dalam instrumen penelitian ini, untuk mengukur kemampuan siswa

Page 42: Penggunaan Bahasa Indonesia Baku Dalam Karangan

75

dengan menggunakan soal tes dalam bentuk karangan dengan tema “Karya

Wisata ke Telaga Sarangan”. Waktu yang diberikan untuk menulis karangan,

yaitu selama 40 menit dengan ketentuan sebanyak 3 alenia. Kemudian, hasil

pekerjaan siswa dikumpulkan untuk dianalisis tingkat kemampuan

penggunaan bahasa Indonesia baku dalam karangan siswa kelas 6 SDN

Tanjung III, Kecamatan Bendo, Kabupaten Magetan, tahun pelajaran

2006/2007.

Skala penilaian yang digunakan untuk mengukur penampilan atau

perilaku orang/individu lain oleh seseorang, melalui pernyataan perilaku

individu pada suatu titik kontinue atau suatu kategori yang bermakna nilai

(Nana Sudjana, 2001:112). Titik atau kategori diberi nilai rentangan mulai

dari yang tertinggi sampai terendah. Rentangan ini bisa dalam bentuk huruf

(a, b, c d) atau angka (4, 3, 2, 1). Selanjutnya, menurut Yatim Riyanto

(2001:101) skor yang diberikan pengamat/peneliti merupakan judment

(kebijakan) pengamat/peneliti itu sendiri.

Pemberian skor atau penilaian diukur dengan ketentuan sebagai

berikut.

a. Nilai 10, bila tidak ada kesalahan

b. Nilai 9, bila tingkat kesalahan antara 1 sampai dengan 3

c. Nilai 8, bila tingkat kesalahan antara 4 sampai dengan 5

d. Nilai 7, bila tingkat kesalahan antara 6 sampai dengan 7

e. Nilai 6, bila tingkat kesalahan antara 8 sampai dengan 9

f. Nilai 5, bila tingkat kesalahan di atas 10

Page 43: Penggunaan Bahasa Indonesia Baku Dalam Karangan

76

E. Analisis Data

Setelah data terkumpul kemudian ditabulasi sesuai dengan tingkat

kesalahan dalam penggunaan ejaan yang disempurnakan. Kemudian dari data

tersebut, peneliti membuat tingkat kemampuannya dengan indikator tingkat

kesalahan sebagai ketentuan pada instrumen penelitian di atas dengan

menggunakan rumus prosentase.

P = %100x

N

F(Suharsimi Arikunto, 2002:165)

Keterangan :

P = Prosentase

F = Tingkat kesalahan

N = Jumlah responden

Page 44: Penggunaan Bahasa Indonesia Baku Dalam Karangan

77

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data

Berdasarkan tujuan penelitian pada Bab I disebutkan untuk mengetahui

kemampuan menggunakan bahasa Indonesia baku siswa kelas VI SDN Tanjung

III, Kecamatan Bendo, Kabupaten Magetan, tahun pelajaran 2006/2007.

Pengumpulan data dilakukan setelah siswa mengerjakan tugas berupa tes

membuat karangan mengambil tema/judul “Karya Wisata ke Telaga Sarangan”

dengan waktu mengerjakan soal tes selama 40 menit.

Setelah dievaluasi, diperoleh data sebagai berikut.

1. Pemakaian Prefiks dalam Karangan

Kemampuan siswa dalam pemakaian prefiks dalam karangan dapat dilihat

pada tabel berikut.

Tabel 1 Kemampuan siswa dalam pemakaian prefiks dalam karangan siswa

kelas VI SDN Tanjung III, Kecamatan Bendo, Kabupaten Magetan,

Tahun Pelajaran 2006/2007

No

Resp

Tingkat Kesalahan Nilai

Alinea 1 Alinea 2 Alinea 3 Jml

1. 0 1 3 4 8

2. 2 1 3 6 7

3. 2 1 0 3 9

4. 3 2 3 8 6

5. 2 1 2 5 8

Page 45: Penggunaan Bahasa Indonesia Baku Dalam Karangan

78

No

Resp

Tingkat Kesalahan Nilai

Alinea 1 Alinea 2 Alinea 3 Jml

6. 0 2 0 2 9

7. 2 1 3 6 7

8. 0 2 0 2 9

9. 2 1 3 6 7

10. 0 2 0 2 9

11. 2 1 0 3 9

12. 0 2 3 5 8

13. 2 1 2 5 8

14. 3 3 2 8 6

15. 2 1 0 3 9

Jumlah Nilai 119

Rata-rata Nilai 7,93

Keterangan :

Nilai 10, bila tidak ada kesalahan

Nilai 9, bila tingkat kesalahan antara 1 sampai dengan 3

Nilai 8, bila tingkat kesalahan antara 4 sampai dengan 5

Nilai 7, bila tingkat kesalahan antara 6 sampai dengan 7

Nilai 6, bila tingkat kesalahan antara 8 sampai dengan 9

Nilai 5, bila tingkat kesalahan di atas 10

2. Pemakaian Kaidah Baku dalam Karangan

Kemampuan siswa dalam pemakaian kaidah baku dalam karangan dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2 Kemampuan siswa dalam pemakaian kaidah baku dalam karangan

siswa kelas VI SDN Tanjung III, Kecamatan Bendo, Kabupaten

Magetan, Tahun Pelajaran 2006/2007

No Tingkat Kesalahan Nilai

Page 46: Penggunaan Bahasa Indonesia Baku Dalam Karangan

79

Resp Alinea 1 Alinea 2 Alinea 3 Jml

1. 2 5 3 10 5

2. 6 3 4 13 5

3. 1 3 3 7 7

4. 2 2 3 7 7

5. 2 2 2 6 7

6. 1 1 2 4 8

7. 0 3 6 9 6

8. 3 2 2 7 7

9. 5 3 5 13 5

10. 2 3 2 7 7

11. 1 0 1 2 9

12. 2 2 3 7 7

13. 2 1 2 5 8

14. 1 3 1 5 8

15. 3 4 3 10 5

Jumlah Nilai 101

Rata-rata Nilai 6,73

Keterangan :

Nilai 10, bila tidak ada kesalahan

Nilai 9, bila tingkat kesalahan antara 1 sampai dengan 3

Nilai 8, bila tingkat kesalahan antara 4 sampai dengan 5

Nilai 7, bila tingkat kesalahan antara 6 sampai dengan 7

Nilai 6, bila tingkat kesalahan antara 8 sampai dengan 9

Nilai 5, bila tingkat kesalahan di atas 10

3. Pemakaian Konjungsi dalam Karangan

Kemampuan siswa dalam pemakaian konjungsi dalam karangan dapat

dilihat pada tabel berikut.

Page 47: Penggunaan Bahasa Indonesia Baku Dalam Karangan

80

Tabel 3 Kemampuan siswa dalam pemakaian konjungsi dalam karangan

siswa kelas VI SDN Tanjung III, Kecamatan Bendo, Kabupaten

Magetan, Tahun Pelajaran 2006/2007

No

Resp

Tingkat Kesalahan Nilai

Alinea 1 Alinea 2 Alinea 3 Jml

1. 2 1 3 6 7

2. 2 1 3 6 7

3. 2 1 3 6 7

4. 3 2 3 8 6

5. 2 1 2 5 8

6. 0 2 0 2 9

7. 2 1 3 6 7

8. 0 2 0 2 9

9. 2 5 3 10 5

10. 0 2 0 2 9

11. 2 5 3 10 5

12. 2 5 2 9 6

13. 2 3 2 7 7

14. 3 3 2 8 6

15. 2 1 0 3 9

Jumlah Nilai 107

Rata-rata Nilai 7,13

Keterangan :

Nilai 10, bila tidak ada kesalahan

Nilai 9, bila tingkat kesalahan antara 1 sampai dengan 3

Nilai 8, bila tingkat kesalahan antara 4 sampai dengan 5

Nilai 7, bila tingkat kesalahan antara 6 sampai dengan 7

Nilai 6, bila tingkat kesalahan antara 8 sampai dengan 9

Nilai 5, bila tingkat kesalahan di atas 10

Page 48: Penggunaan Bahasa Indonesia Baku Dalam Karangan

81

4. Pemakaian Konstruksi Sintesis dalam Karangan

Kemampuan siswa dalam pemakaian konstruksi sintesis berikut menandai

bahasa Indonesia nonbaku dalam karangan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4 Kemampuan siswa dalam pemakaian konstruksi sintesis berikut

menandai bahasa Indonesia nonbaku dalam karangan siswa kelas VI

SDN Tanjung III, Kecamatan Bendo, Kabupaten Magetan, Tahun

Pelajaran 2006/2007

No

Resp

Tingkat Kesalahan Nilai

Alinea 1 Alinea 2 Alinea 3 Jml

1. 3 1 3 7 7

2. 1 1 3 5 8

3. 2 1 3 6 7

4. 3 2 3 8 6

5. 2 1 2 5 8

6. 1 2 0 3 9

7. 3 1 3 7 7

8. 0 2 0 2 9

9. 2 5 3 10 5

10. 0 2 0 2 9

11. 2 5 3 10 5

12. 2 1 2 5 8

13. 2 3 2 7 7

14. 3 3 2 8 6

15. 2 1 0 3 9

Jumlah Nilai 110

Rata-rata Nilai 7,33

Keterangan :

Nilai 10, bila tidak ada kesalahan

Nilai 9, bila tingkat kesalahan antara 1 sampai dengan 3

Nilai 8, bila tingkat kesalahan antara 4 sampai dengan 5

Page 49: Penggunaan Bahasa Indonesia Baku Dalam Karangan

82

Nilai 7, bila tingkat kesalahan antara 6 sampai dengan 7

Nilai 6, bila tingkat kesalahan antara 8 sampai dengan 9

Nilai 5, bila tingkat kesalahan di atas 10

Page 50: Penggunaan Bahasa Indonesia Baku Dalam Karangan

83

5. Pemakaian Ejaan Resmi yang sedang berlaku (EYD) dalam karangan

Kemampuan siswa dalam pemakaian ejaan resmi yang sedang berlaku

(EYD) dalam karangan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5 Kemampuan siswa dalam pemakaian pemakaian ejaan resmi yang

sedang berlaku (EYD) dalam karangan siswa kelas VI SDN

Tanjung III, Kecamatan Bendo, Kabupaten Magetan, Tahun

Pelajaran 2006/2007

No

Resp

Tingkat Kesalahan Nilai

Alinea 1 Alinea 2 Alinea 3 Jml

1. 1 1 2 4 8

2. 2 1 3 6 7

3. 2 1 2 5 8

4. 2 2 3 7 7

5. 1 1 2 4 8

6. 0 2 0 2 9

7. 2 1 2 5 8

8. 0 2 0 2 9

9. 2 5 3 10 5

10. 0 2 0 2 9

11. 2 3 2 7 7

12. 2 4 2 8 6

13. 2 3 1 6 7

14. 3 3 2 8 6

15. 2 1 0 3 9

Jumlah Nilai 113

Rata-rata Nilai 7,53

Keterangan :

Nilai 10, bila tidak ada kesalahan

Nilai 9, bila tingkat kesalahan antara 1 sampai dengan 3

Page 51: Penggunaan Bahasa Indonesia Baku Dalam Karangan

84

Nilai 8, bila tingkat kesalahan antara 4 sampai dengan 5

Nilai 7, bila tingkat kesalahan antara 6 sampai dengan 7

Nilai 6, bila tingkat kesalahan antara 8 sampai dengan 9

Nilai 5, bila tingkat kesalahan di atas 10

6. Rekapitulasi Penggunaan Bahasa Indonesia Baku dalam Karangan

Rekapitulasi penggunaan bahasa Indonesia baku dalam karangan dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 6 Rekapitulasi penggunaan bahasa Indonesia baku dalam karangan

siswa kelas VI SDN Tanjung III, Kecamatan Bendo, Kabupaten

Magetan, Tahun Pelajaran 2006/2007

No

Resp

Tingkat Kesalahan Rata-rata

tingkat

kesalah-

an

Nilai Prefiks

Kaidah

Baku

Kon-

jungsi

Kon-

struksi

sintesis

EYD

1. 4 10 6 7 7 7 7

2. 6 13 6 8 5 8 7

3. 3 7 6 7 6 6 8

4. 8 7 8 6 8 7 7

5. 5 6 5 8 5 6 8

6. 2 4 2 9 3 4 8

7. 6 9 6 7 7 7 7

8. 2 7 2 9 2 4 8

9. 6 13 10 5 10 9 6

10. 2 7 2 9 2 4 8

11. 3 2 10 5 10 6 7

12. 5 7 9 8 5 7 7

13. 5 5 7 7 7 6 7

14. 8 5 8 6 8 7 7

Page 52: Penggunaan Bahasa Indonesia Baku Dalam Karangan

85

15. 3 10 3 9 3 6 8

Jumlah 110

Rata-rata nilai 7.33

Keterangan :

Nilai 10, bila tidak ada kesalahan

Nilai 9, bila tingkat kesalahan antara 1 sampai dengan 3

Nilai 8, bila tingkat kesalahan antara 4 sampai dengan 5

Nilai 7, bila tingkat kesalahan antara 6 sampai dengan 7

Nilai 6, bila tingkat kesalahan antara 8 sampai dengan 9

Nilai 5, bila tingkat kesalahan di atas 10

B. Hasil Analisis Data

Berdasarkan uraian pada deskripsi data tersebut, kemudian peneliti

membuat rekapitulasi dari seluruh skor angket dari masing-masing item yang

dievaluasi. Dari hasil evaluasi diperoleh data sebagai berikut.

Page 53: Penggunaan Bahasa Indonesia Baku Dalam Karangan

86

1. Pemakaian Prefiks dalam Karangan

Berdasarkan pada tabel 1 diperoleh temuan bahwa siswa yang

mendapat nilai 6 sebanyak 2 orang atau sebesar 13%, yang mendapat nilai 7

sebanyak 3 orang atau sebesar 13%, yang mendapat nilai 8 sebanyak 4 orang

atau sebesar 27%, dan yang mendapat nilai 9 sebanyak 6 orang atau sebesar

40%. Kemudian, rata-rata nilai dari keseluruhan siswa sebesar 7,93.

Atas dasar data tersebut dapat dikatakan bahwa kemampuan

pemakaian prefiks dalam karangan siswa kelas VI SDN Tanjung III,

Kecamatan Bendo, Kabupaten Magetan memperoleh hasil baik.

2. Pemakaian Kaidah Baku dalam Karangan

Berdasarkan pada tabel 2 diperoleh temuan bahwa siswa yang

mendapat nilai 5 sebanyak 4 orang atau sebesar 27%, yang mendapat nilai 6

sebanyak 1 orang atau sebesar 7%, yang mendapat nilai 7 sebanyak 6 orang

atau sebesar 40%, yang mendapat nilai 8 sebanyak 3 orang atau sebesar 20%,

dan yang mendapat nilai 9 sebanyak 1 orang atau sebesar 7%. Kemudian,

rata-rata nilai dari keseluruhan siswa sebesar 6,73.

Atas dasar data tersebut dapat dikatakan bahwa kemampuan

pemakaian kaidah baku dalam karangan siswa kelas VI SDN Tanjung III,

Kecamatan Bendo, Kabupaten Magetan memperoleh hasil cukup.

3. Pemakaian Konjungsi dalam Karangan

Berdasarkan pada tabel 3 diperoleh temuan bahwa siswa yang

mendapat nilai 5 sebanyak 2 orang atau sebesar 13%, yang mendapat nilai 6

sebanyak 3 orang atau sebesar 20%, yang mendapat nilai 7 sebanyak 5 orang

Page 54: Penggunaan Bahasa Indonesia Baku Dalam Karangan

87

atau sebesar 33%, yang mendapat nilai 8 sebanyak 1 orang atau sebesar 7%,

dan yang mendapat nilai 9 sebanyak 4 orang atau sebesar 27%. Kemudian,

rata-rata nilai dari keseluruhan siswa sebesar 7,13.

Atas dasar data tersebut dapat dikatakan bahwa kemampuan

pemakaian konjungsi dalam karangan siswa kelas VI SDN Tanjung III,

Kecamatan Bendo, Kabupaten Magetan memperoleh hasil baik.

4. Pemakaian Konstruksi Sintesis dalam Karangan

Berdasarkan pada tabel 4 diperoleh temuan bahwa siswa yang

mendapat nilai 5 sebanyak 2 orang atau sebesar 13%, yang mendapat nilai 6

sebanyak 2 orang atau sebesar 13%, yang mendapat nilai 7 sebanyak 4 orang

atau sebesar 27%, yang mendapat nilai 8 sebanyak 3 orang atau sebesar 20%,

dan yang mendapat nilai 9 sebanyak 4 orang atau sebesar 27%. Kemudian,

rata-rata nilai dari keseluruhan siswa sebesar 7,33.

Atas dasar data tersebut dapat dikatakan bahwa kemampuan

pemakaian konstruksi sintesis berikut menandai bahasa Indonesia nonbaku

dalam karangan siswa kelas VI SDN Tanjung III, Kecamatan Bendo,

Kabupaten Magetan memperoleh hasil baik.

5. Pemakaian Ejaan Resmi yang sedang berlaku (EYD) dalam karangan

Berdasarkan pada tabel 5 diperoleh temuan bahwa siswa yang

mendapat nilai 5 sebanyak 1 orang atau sebesar 7%, yang mendapat nilai 6

sebanyak 3 orang atau sebesar 20%, yang mendapat nilai 7 sebanyak 6 orang

atau sebesar 40%, yang mendapat nilai 8 sebanyak 1 orang atau sebesar 7%,

Page 55: Penggunaan Bahasa Indonesia Baku Dalam Karangan

88

dan yang mendapat nilai 9 sebanyak 4 orang atau sebesar 27%. Kemudian,

rata-rata nilai dari keseluruhan siswa sebesar 7,53.

Atas dasar data tersebut dapat dikatakan bahwa kemampuan

pemakaian Ejaan Resmi yang sedang berlaku (EYD) dalam karangan siswa

kelas VI SDN Tanjung III, Kecamatan Bendo, Kabupaten Magetan

memperoleh hasil baik.

Kemudian dari uraian di atas, rekapitulasi rata-rata nilai kemampuan

siswa dalam penggunaan bahasa Indonesia baku dalam karangan sebesar 7,33

(dapat dilihat tabel 6). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penggunaan

bahasa Indonesia baku dalam karangan siswa kelas VI SDN Tanjung III,

Kecamatan Bendo, Kabupaten Madiun memperoleh hasil baik.

Page 56: Penggunaan Bahasa Indonesia Baku Dalam Karangan

89

BAB V

PENUTUP

B. Simpulan

Sesuai dengan hasil analisis dan tujuan penelitian yang telah dipaparkan,

hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kemampuan penggunaan bahasa

Indonesia baku dalam karangan siswa kelas VI SDN Tanjung III, Kecamatan

Bendo, Kabupaten Magetan, Tahun Pelajaran 2006/2007 adalah sebagai berikut.

1. Kemampuan pemakaian prefiks dalam karangan mendapat rata-rata nilai dari

keseluruhan siswa sebesar 7,93 atau masuk dalam kategori baik.

2. Kemampuan pemakaian kaidah baku dalam karangan mendapat rata-rata nilai

dari keseluruhan siswa sebesar 6,73 atau masuk dalam kategori cukup.

3. Kemampuan pemakaian konjungsi dalam karangan mendapat rata-rata nilai

dari keseluruhan siswa sebesar 7,13 atau masuk dalam kategori baik.

4. Kemampuan pemakaian konstruksi sintesis prefiks dalam karangan mendapat

rata-rata nilai dari keseluruhan siswa sebesar 7,33 atau masuk dalam kategori

baik.

5. Kemampuan pemakaian ejaan resmi yang sedang berlaku (EYD) dalam

karangan mendapat rata-rata nilai dari keseluruhan siswa sebesar 7,53 atau

masuk dalam kategori baik.

C. Saran

Agar tujuan pembelajaran, khususnya kemampuan siswa dalam

Page 57: Penggunaan Bahasa Indonesia Baku Dalam Karangan

90

penggunaan bahasa Indonesia baku dalam karangan, peneliti sarankan sebagai

berikut.

1. Hendaknya, guru terutama guru kelas dapat menerapkan metode

pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kurikulum yang berlaku untuk

meningkatkan kemampuan siswa dalam proses belajar mengajar. Hal ini

disebabkan bahwa kemampuan siswa ditunjang oleh banyak faktor, salah

satunya penerapan metode yang sesuai.

2. Hendaknya, siswa memahami penggunaan bahasa Indonesia baku dalam

penulisan seperti penulisan undangan, karangan, karya tulis, dan sebagainya

dengan belajar sungguh-sungguh, baik belajar di sekolah maupun di luar

sekolah seperti berlatih untuk mengapresiasi tulisan di surat kabar dan buku

bacaan.

Page 58: Penggunaan Bahasa Indonesia Baku Dalam Karangan

91

DAFTAR PUSTAKA

Anton. M. Moeliono. 1989. Kembara Bahasa. Kumpulan Karangan Tersebar.

Jakarta: PT. Gramedia.

Azrul Ananda. 2007. Harian Pagi Jawa Pos: Jati Diri. Surabaya: Jawa Pos.

Burhan Nurgiyantoro. 1988. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra.

Yogyakarta: BPFE IKIP Yogyakarta.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1994. Suplemen GBPP 1994. Jakarta:

Ditjen Dikdasmen.

Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

Jakarta: Depdiknas.

Hasan Alwi, dkk. 2003. Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Masnur Muslich dan Suparno. 1984. Media Pengajaran Bahasa. Jogjakarta: Intan

Pariwara.

Nana Sudjana. 2001. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Jakarta: Sinar Baru

Algensindo.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1984. Tatabahasa Indonesia. Jakarta:

Depdikbud.

_____ . 1990. Bahasa Indonesia Profesi. Jakarta: Depdikbud.

_____ . 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud.

_____ . 1996. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.

Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Page 59: Penggunaan Bahasa Indonesia Baku Dalam Karangan

92

St. Moeljono. 1991. Bahasa Indonesia: Pengantar Kepada Keterampilan Menyajikan

Karangan. Madiun: Widya Mandala.

Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis.

Jakarta: Rineka Cipta.

_____ . 2003. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta : Bumi

Aksara.

Page 60: Penggunaan Bahasa Indonesia Baku Dalam Karangan

93

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Wiwik Pujiastuti

NPM : 05.311.281/P

Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas : Pendidikan Bahasa Indonesia.

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar

merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau

pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini plagiat, saya

bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Madiun, 20 April 2007

Yang membuat pernyataan,

Wiwik Pujiastuti

Page 61: Penggunaan Bahasa Indonesia Baku Dalam Karangan

94

LAMPIRAN 1

DAFTAR NAMA RESPONDEN

SISWA KELAS VI SDN TANJUNG III KECAMATAN BENDO

KABUPATEN MAGETAN TAHUN PELAJARAN 2006/2007

No Nama Siswa / Responden Jenis Kelamin

1. Anggora Erdasiana Putra L

2. Angga Arif Wahyudi L

3. Aprilia Dewanti P

4. Bima Bagus Utama L

5. Doni Lio Mustofa L

6. Evi Sri Widuri P

7. Defti Eka Wahyuni P

8. Hardik Sulistiyono L

9. Prisa Sariyantika P

10. Rahmah Yudi L

11. Reni Krisna Wurisari P

12. Rahmad Efendi L

13. Patrea Aji Riambaga L

14. Robet Andreana L

Page 62: Penggunaan Bahasa Indonesia Baku Dalam Karangan

95

15. Tedi Sulistiyono L

Sumber : Buku Leger Kelas VI SDN Tanjung III, Kecamatan Bendo, Kabupaten

Magetan

Page 63: Penggunaan Bahasa Indonesia Baku Dalam Karangan

96

LAMPIRAN 2

SOAL

KEMAMPUAN PEMAKAIAN BAHASA INDONESIA BAKU DALAM

KARANGAN SISWA KELAS VI SDN TANJUNG III KECAMATAN BENDO

KABUPATEN MAGETAN TAHUN 2006/2007

Perintah:

Buatlah karangan dengan tema “Karya Wisata ke Telaga Sarangan” dengan

ketentuan sebagai berikut.

1. Karangan terdiri atas 3 paragraf.

2. Lama menulis karangan 40 menit.

3. Tulislah nama dan nomor absen saudara di pojok kanan atas.

Agar dalam penulisan karangan tidak mengalami kesulitan, buatlah kerangka

karangan terlebih dahulu.

Selamat mengerjakan !