Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Subbagian Hukum – BPK Perwakilan Provinsi Papua 1
PENGGUNAAN BARANG MILIK DAERAH
BERDASARKAN PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI
NOMOR 19 TAHUN 2016
http://www.lppapdiklat.com/
A. LATAR BELAKANG
Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang,
serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara
berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.1 Salah satu ruang lingkup dari
keuangan negara adalah kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh
pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai
dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara/perusahaan daerah.2
Pengelolaan keuangan negara merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan fungsi
pemerintahan yang digunakan untuk mencapai tujuan bernegara.3 Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2003 tentang Keuangan Negara menyatakan bahwa Presiden selaku pemegang
kekuasaan pengelolaan keuangan negara menyerahkan kepada gubernur/bupati/walikota
selaku kepala pemerintahan daerah untuk mengelola keuangan daerah dan mewakili
pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan sebagai bagian dari
kekuasaan pemerintahan.4 Penyelenggaraan fungsi pemerintahan berupa pengelolaan keuangan
daerah yang telah diserahkan kepada gubernur/bupati/walikota dilakukan untuk mencapai
tujuan bernegara sebagaimana tercantum pada alinea IV Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Menurut Barron’s Law Dictionary Sixth Edition, assets (aset) adalah anything owned that
has monetary value; any interest in real property or personal property that can be used for
1 Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. 2 Pasal 2 huruf g Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. 3 Pasal 7 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. 4 Pasal 6 ayat (1) dan (2) huruf c Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Subbagian Hukum – BPK Perwakilan Provinsi Papua 2
payment of debts.5 Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan menyatakan bahwa aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau
dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat
ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah
maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya
nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-
sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.6
Pada Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan, aset diklasifikasikan ke dalam aset lancar dan nonlancar. Suatu aset
diklasifikasikan sebagai aset lancar jika diharapkan segera untuk dapat direalisasikan atau
dimiliki untuk dipakai atau dijual dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan,
meliputi kas dan setara kas, investasi jangka pendek, piutang, dan persediaan, sedangkan aset
yang tidak dapat dimasukkan dalam kriteria tersebut diklasifikasikan sebagai aset nonlancar.7
Aset nonlancar mencakup aset yang bersifat jangka panjang, dan aset tak berwujud yang
digunakan baik langsung maupun tidak langsung untuk kegiatan pemerintah atau yang
digunakan masyarakat umum, meliputi investasi jangka panjang, aset tetap, dana cadangan,
dan aset lainnya.8 Selanjutnya pada Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan dinyatakan bahwa aset tetap meliputi tanah, peralatan dan
mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi, jaringan, aset tetap lainnya, dan konstruksi dalam
pengerjaan.9
Barang milik daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.10 Jika
dikaitkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan, barang milik daerah merupakan aset, yaitu barang milik daerah berupa
persediaan yang termasuk dalam aset lancar, dan barang milik daerah berupa aset tetap terdiri
atas tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi, jaringan, aset tetap
lainnya, dan konstruksi dalam pengerjaan yang termasuk dalam aset nonlancar.
Ketentuan mengenai pengelolaan barang milik daerah telah diatur secara singkat dalam
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, khususnya pada Bab
VII Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah yaitu Pasal 43, 44, 45, 47, 48, dan 49.
5 Steven H Gifis, Barron’s Law Dictionary Sixth Edition, (New York: Barron’s Educational Series, 2010), hlm. 37. 6 Paragraf 65 Lampiran I.01 Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. 7 Paragraf 67 dan 68 Lampiran I.01 Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. 8 Paragraf 69 Lampiran I.01 Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. 9 Paragraf 71 Lampiran I.01 Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. 10 Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
Subbagian Hukum – BPK Perwakilan Provinsi Papua 3
Selanjutnya, sebagaimana diamanatkan Pasal 49 ayat (6) Undang-Undang Nomor 1 Tahun
2004 tentang Perbendaharaan Negara, Pemerintah telah menetapkan Peraturan Pemerintah
Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah yang diantaranya
mengatur pedoman teknis dan adminstrasi pengelolaan barang milik daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah mengatur bahwa salah satu lingkup dalam pengelolaan barang milik daerah
adalah penggunaan barang milik daerah. Apa yang menjadi ruang lingkup dan prinsip umum
penggunaan barang milik daerah, serta bagaimana pelaksanaan penggunaan barang milik
daerah akan menjadi pembahasan utama dalam tulisan hukum ini.
Berdasarkan ketentuan Pasal 59 ayat (3), Pasal 90 ayat (3) dan Pasal 98 ayat (5) Peraturan
Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, Menteri
Dalam Negeri berwenang menetapkan kebijakan pengelolaan barang milik daerah.
Berdasarkan wewenang tersebut Menteri Dalam Negeri telah menetapkan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah.
Penyusunan tulisan mengenai “Penggunaan Barang Milik Daerah” ini dilakukan
berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman
Pengelolaan Barang Milik Daerah.
B. PERMASALAHAN
Berdasarkan uraian di atas, beberapa pemasalahan yang akan dibahas dalam tulisan ini
adalah:
1. Apa yang menjadi ruang lingkup dan prinsip umum penggunaan barang milik daerah?
2. Bagaimana mekanisme pelaksanaan penggunaan barang milik daerah?
C. PEMBAHASAN
1. Ruang Lingkup dan Prinsip Umum Penggunaan Barang Milik Daerah
a. Ruang Lingkup Penggunaan Barang Milik Daerah
Secara umum, manajemen aset baik di perusahaan maupun negara meliputi
aktivitas: perencanaan (planning), perolehan (acquisition), pemanfaatan (utilization),
dan penghapusan (disposal), atau yang biasa disebut dengan siklus hidup.11
11 Titik Triwulan T, Ismu Gunadi Widodo, Hukum Tata Usaha Negara dan Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara Indonesia,
(Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 389.
Subbagian Hukum – BPK Perwakilan Provinsi Papua 4
Pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman
Pengelolaan Barang Milik Daerah, disebutkan bahwa ruang lingkup pengaturan
pengelolaan barang milik daerah dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri tersebut
meliputi:12
1) Pejabat pengelola barang milik daerah;
2) Perencanaan kebutuhan dan penganggaran;
3) Pengadaan;
4) Penggunaan;
5) Pemanfaatan;
6) Pengamanan dan pemeliharaan;
7) Penilaian;
8) Pemindahtanganan;
9) Pemusnahan;
10) Penghapusan;
11) Penatausahaan;
12) Pembinaan, pengawasan dan pengendalian;
13) pengelolaan barang milik daerah pada SKPD yang menggunakan pola
pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum Daerah;
14) barang milik daerah berupa rumah negara; dan
15) ganti rugi dan sanksi.
Berdasarkan uraian di atas diketahui bahwa salah satu aktivitas dalam pengelolaan
barang milik daerah adalah penggunaan, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh Pengguna
Barang dalam mengelola dan menatausahakan barang milik daerah yang sesuai
dengan tugas dan fungsi SKPD yang bersangkutan.13
Selanjutnya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang
Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah mengatur bahwa ruang lingkup
penggunaan barang milik daerah meliputi:14
1) Penetapan status penggunaan barang milik daerah;
2) Pengalihan status penggunaan barang milik daerah;
3) Penggunaan sementara barang milik daerah; dan
12 Pasal 2 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah. 13 Pasal 1 angka 31 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah. 14 Pasal 44 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah.
Subbagian Hukum – BPK Perwakilan Provinsi Papua 5
4) Penetapan status penggunaan barang milik daerah untuk dioperasikan oleh
pihak lain.
Pelaksanaan masing-masing ruang lingkup penggunaan barang milik daerah
tersebut akan dibahas lebih lanjut dalam Tulisan Hukum ini, yaitu pada bagian
mengenai Mekanisme Pelaksanaan Penggunaan Barang Milik Daerah.
b. Prinsip Umum Penggunaan Barang Milik Daerah
Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman
Pengelolaan Barang Milik Daerah diatur beberapa prinsip umum penggunaan barang
milik daerah, yang dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Status penggunaan barang milik daerah ditetapkan oleh
Gubernur/Bupati/Walikota secara tahunan.15 Wewenang
Gubernur/Bupati/Walikota untuk menetapkan status penggunaan atas barang
milik daerah dapat didelegasikan kepada Pengelola Barang, yaitu atas barang
milik daerah selain tanah dan/atau bangunan dengan kondisi tertentu.16
2) Yang dimaksud dengan kondisi tertentu sebagaimana dimaksud di atas, antara
lain adalah:17
a) barang milik daerah selain tanah dan/atau bangunan yang tidak mempunyai
bukti kepemilikan; atau
b) barang milik daerah selain tanah dan/atau bangunan dengan nilai tertentu,
dimana nilai tertentu tersebut ditetapkan oleh Gubernur/Bupati/Walikota.
3) Penetapan status penggunaan barang milik daerah dilakukan untuk:18
a) penyelenggaraan tugas dan fungsi SKPD; dan
b) dioperasikan oleh pihak lain dalam rangka menjalankan pelayanan umum
sesuai tugas dan fungsi SKPD yang bersangkutan.
4) Penetapan status penggunaan tidak dilakukan terhadap:19
a) barang persediaan;
b) Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP);
c) barang yang dari awal pengadaannya direncanakan untuk dihibahkan; dan
d) Aset Tetap Renovasi (ATR).
15 Pasal 43 ayat (1) dan (5) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik
Daerah. 16 Pasal 43 ayat (2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah. 17 Pasal 43 ayat (3) dan (4) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik
Daerah. 18 Pasal 44 ayat (2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah. 19 Pasal 45 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah.
Subbagian Hukum – BPK Perwakilan Provinsi Papua 6
5) Penetapan status penggunaan barang milik daerah berupa tanah dan/atau
bangunan dilakukan apabila diperlukan untuk kepentingan penyelenggaraan
tugas dan fungsi Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang yang
bersangkutan.20
6) Jika barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang telah ditetapkan
tidak digunakan Pengguna Barang yang bersangkutan dalam penyelenggaraan
tugas dan fungsinya maka Pengguna Barang mempunyai kewajiban untuk
menyerahkan tanah dan/atau bangunan berkenaan kepada
Gubernur/Bupati/Walikota melalui Pengelola Barang. Pengecualian atas
kewajiban tersebut adalah jika tanah dan/atau bangunan yang tidak digunakan
dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi Pengguna Barang telah direncanakan
untuk digunakan atau dimanfaatkan dalam jangka waktu tertentu berdasarkan
penetapan Gubernur/Bupati/ Walikota.21
7) Setelah diserahkan oleh Pengguna Barang, Gubernur/Bupati/Walikota mencabut
status penggunaan atas barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang
tidak digunakan dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi Pengguna Barang.22
8) Dalam hal Pengguna Barang tidak menyerahkan barang milik daerah berupa
tanah dan/atau bangunan yang tidak digunakan dalam penyelenggaraan tugas dan
fungsinya kepada Gubernur/Bupati/Walikota, maka Pengguna Barang dikenakan
sanksi berupa pembekuan dana pemeliharaan atas barang milik daerah
berkenaan.23
9) Dalam menetapkan barang milik daerah yang harus diserahkan oleh Pengguna
Barang karena tidak digunakan untuk kepentingan penyelenggaraan tugas dan
fungsi Pengguna Barang dan/atau kuasa Pengguna Barang dan tidak
dimanfaatkan oleh pihak lain, Gubernur/Bupati/Walikota memperhatikan:24
a) standar kebutuhan barang milik daerah untuk menyelenggarakan dan
menunjang tugas dan fungsi Pengguna Barang;
b) hasil audit atas penggunaan tanah dan/atau bangunan; dan/atau
c) laporan, data, dan informasi yang diperoleh dari sumber lain, antara lain
20 Pasal 46 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah. 21 Pasal 46 ayat (2) dan (3) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik
Daerah. 22 Pasal 46 ayat (4) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah. 23 Pasal 46 ayat (5) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah. 24 Pasal 47 ayat (1) s.d. (3) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik
Daerah.
Subbagian Hukum – BPK Perwakilan Provinsi Papua 7
termasuk hasil pelaksanaan pengawasan dan pengendalian yang dilakukan
oleh Pengelola Barang atau Gubernur/Bupati/Walikota dan laporan dari
masyarakat.
10) Tindak lanjut pengelolaan atas penyerahan barang milik daerah sebagaimana
dimaksud di atas meliputi:25
a) penetapan status penggunaan;
b) pemanfaatan; atau
c) pemindahtanganan.
2. Mekanisme Pelaksanaan Penggunaan Barang Milik Daerah
Sebagaimana telah disebutkan di atas, ruang lingkup penggunaan barang milik daerah
meliputi:
a. Penetapan status penggunaan barang milik daerah;
b. Pengalihan status penggunaan barang milik daerah;
c. Penggunaan sementara barang milik daerah; dan
d. Penetapan status penggunaan barang milik daerah untuk dioperasikan oleh pihak lain.
Mekanisme pelaksanaan masing-masing ruang lingkup tersebut dapat kami uraikan
sebagai berikut:
a. Penetapan Status Penggunaan Barang Milik Daerah
Pelaksanaan penetapan status penggunaan barang milik daerah dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1) Penetapan Status Penggunaan Barang Milik Daerah Oleh
Gubernur/Bupati/Walikota
Mekanisme penetapan status penggunaan barang milik daerah oleh
Gubernur/Bupati/Walikota dapat diuraikan sebagai berikut:26
a) Pengguna Barang mengajukan permohonan penetapan status penggunaan
barang milik daerah yang diperoleh dari beban APBD dan perolehan lainnya
yang sah kepada Gubernur/Bupati/Walikota, setelah diterimanya barang
milik daerah berdasarkan dokumen penerimaan barang pada tahun anggaran
yang berkenaan.
b) Permohonan penetapan status penggunaan barang milik daerah diajukan
secara tertulis oleh Pengguna Barang kepada Gubernur/Bupati/Walikota
25 Pasal 47 ayat (4) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah. 26 Pasal 48 s.d 52 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah.
Subbagian Hukum – BPK Perwakilan Provinsi Papua 8
paling lambat pada akhir tahun berkenaan.
c) Gubernur/Bupati/Walikota menerbitkan keputusan penetapan status
penggunaan barang milik daerah setiap tahun.
d) Pengajuan permohonan penetapan status penggunaan barang milik daerah
disertai dengan dokumen:
(1) untuk barang milik daerah berupa tanah yaitu fotokopi sertifikat.
Apabila belum memiliki fotokopi sertifikat, maka dapat diganti dengan:
(a) akta jual beli;
(b) girik;
(c) letter C;
(d) surat pernyataan pelepasan hak atas tanah;
(e) surat keterangan lurah atau kepala desa, jika ada;
(f) berita acara penerimaan terkait perolehan barang; atau
(g) dokumen lain yang setara dengan bukti kepemilikan.
(2) untuk barang milik daerah berupa bangunan yang diperoleh dari APBD
yaitu:
(a) fotokopi Izin Mendirikan Bangunan (IMB); dan
(b) fotokopi dokumen perolehan.
Apabila belum memiliki IMB dan dokumen perolehan, maka dapat
diganti dengan surat pernyataan dari Pengguna Barang yang
menyatakan bahwa bangunan tersebut digunakan untuk
penyelenggaraan tugas dan fungsi SKPD.
(3) untuk barang milik daerah berupa bangunan yang diperoleh dari
perolehan lainnya yang sah sekurang-kurangnya berupa dokumen
Berita Acara Serah Terima (BAST).
(4) untuk barang milik daerah berupa tanah dan bangunan yang diperoleh
dari APBD yaitu:
(a) fotokopi sertifikat;
apabila belum memiliki fotokopi sertifikat, maka dapat diganti
dengan:
1. akta jual beli;
2. girik;
3. letter C;
4. surat pernyataan pelepasan hak atas tanah;
Subbagian Hukum – BPK Perwakilan Provinsi Papua 9
5. surat keterangan lurah atau kepala desa, jika ada;
6. berita acara penerimaan terkait perolehan barang; atau
7. dokumen lain yang setara dengan bukti kepemilikan.
(b) fotokopi Izin Mendirikan Bangunan (IMB); dan
(c) fotokopi dokumen perolehan.
Apabila belum memiliki sertifikat, IMB, dan dokumen perolehan, maka
dapat diganti dengan surat pernyataan dari Pengguna Barang yang
menyatakan bahwa tanah dan bangunan tersebut digunakan untuk
penyelenggaran tugas dan fungsi SKPD.
(5) untuk barang milik daerah berupa tanah dan bangunan dari perolehan
lainnya yang sah sekurang-kurangnya berupa dokumen Berita Acara
Serah Terima (BAST).
(6) untuk barang milik daerah selain tanah dan/atau bangunan yang
memiliki dokumen yaitu:
(a) fotokopi dokumen kepemilikan; dan/atau
(b) fotokopi dokumen perolehan.
Apabila barang milik daerah berupa selain tanah dan bangunan yang
diperoleh dari APBD belum memiliki dokumen kepemilikan, maka
dapat diganti dengan surat pernyataan dari Pengguna Barang yang
menyatakan bahwa barang milik daerah selain tanah dan/atau bangunan
tersebut digunakan untuk penyelenggaran tugas dan fungsi SKPD.
(7) untuk barang milik daerah yang dari awal pengadaan direncanakan
untuk dilakukan pemindahtanganan dengan cara penyertaan modal
pemerintah daerah yaitu:
(a) fotokopi dokumen pelaksanaan anggaran;
(b) fotokopi dokumen kepemilikan, untuk barang milik daerah berupa
tanah;
(c) fotokopi Izin Mendirikan Bangunan (IMB), untuk barang milik
daerah berupa bangunan; dan/atau
(d) fotokopi dokumen perolehan.
Jika dokumen (b), (c), dan (d) belum ada, maka pengajuan usul
permohonan penerbitan status penggunaan disertai dengan surat
pernyataan dari Pengguna Barang bersangkutan yang menyatakan
bahwa barang tersebut adalah barang milik daerah yang dari awal
Subbagian Hukum – BPK Perwakilan Provinsi Papua 10
pengadaannya direncanakan untuk dilakukan pemindahtanganan
dengan cara penyertaan modal pemerintah daerah.
e) Barang milik daerah yang belum memiliki dokumen kepemilikan tetap harus
diselesaikan pengurusan dokumen kepemilikannya meskipun status
penggunaan barang milik daerah telah ditetapkan.
f) Atas permohonan penetapan status penggunaan barang milik daerah yang
diajukan oleh Pengguna Barang, Pengelola Barang melakukan penelitian
terhadap kelengkapan dan kesesuaian dokumen yang dipersyaratkan.
g) Jika hasil penelitian terhadap kelengkapan dan kesesuaian dokumen yang
dipersyaratkan belum mencukupi, Pengelola Barang dapat:
(1) meminta keterangan atau data tambahan kepada Pengguna Barang yang
mengajukan permohonan penetapan status penggunaan barang milik
daerah; dan/atau
(2) melakukan pengecekan lapangan.
h) Berdasarkan hasil penelitian oleh Pengelola Barang,
Gubernur/Bupati/Walikota menetapkan status penggunaan barang milik
daerah dengan Keputusan Gubernur/Bupati/Walikota.
i) Dalam hal Gubernur/Bupati/Walikota tidak menyetujui permohonan
Pengguna Barang, Gubernur/Bupati/Walikota melalui Pengelola Barang
menerbitkan surat penolakan kepada Pengguna Barang disertai dengan
alasannya.
2) Penetapan Status Penggunaan Barang Milik Daerah Oleh Pengelola Barang
Pengelola Barang menetapkan status penggunaan barang berdasarkan
kewenangan yang didelegasikan oleh Gubernur/Bupati/Walikota, yaitu atas
barang milik daerah selain tanah dan/atau bangunan dengan kondisi tertentu.27
Mekanisme penetapan status penggunaan barang milik daerah oleh Pengelola
Barang dapat diuraikan sebagai berikut:28
a) Pengguna Barang mengajukan permohonan penetapan status penggunaan
barang milik daerah yang diperoleh dari beban APBD dan perolehan lainnya
yang sah kepada Pengelola Barang, setelah diterimanya barang milik daerah
27 Pasal 53 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah. 28 Pasal 53 ayat (2) s.d (6) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik
Daerah.
Subbagian Hukum – BPK Perwakilan Provinsi Papua 11
berdasarkan dokumen penerimaan barang pada tahun anggaran yang
berkenaan.
b) Permohonan penetapan status penggunaan barang milik daerah diajukan
secara tertulis oleh Pengguna Barang kepada Pengelola Barang paling
lambat pada akhir tahun berkenaan.
c) Pengajuan permohonan penetapan status penggunaan barang milik daerah
disertai dengan dokumen:
(1) untuk barang milik daerah selain tanah dan/atau bangunan yang
memiliki dokumen yaitu:
(a) fotokopi dokumen kepemilikan; dan/atau
(b) fotokopi dokumen perolehan.
apabila barang milik daerah berupa selain tanah dan bangunan yang
diperoleh dari APBD belum memiliki dokumen kepemilikan, maka
dapat diganti dengan surat pernyataan dari Pengguna Barang yang
menyatakan bahwa barang milik daerah selain tanah dan/atau bangunan
tersebut digunakan untuk penyelenggaran tugas dan fungsi SKPD.
(2) untuk barang milik daerah yang dari awal pengadaan direncanakan
untuk dilakukan pemindahtanganan dengan cara penyertaan modal
pemerintah daerah yaitu:
(a) fotokopi dokumen pelaksanaan anggaran; dan/atau
(b) fotokopi dokumen perolehan.
Jika dokumen (b) belum ada, maka pengajuan usul permohonan
penerbitan status penggunaan disertai dengan surat pernyataan dari
Pengguna Barang bersangkutan yang menyatakan bahwa barang
tersebut adalah barang milik daerah yang dari awal pengadaannya
direncanakan untuk dilakukan pemindahtanganan dengan cara
penyertaan modal pemerintah daerah.
d) Barang milik daerah yang belum memiliki dokumen kepemilikan tetap harus
diselesaikan pengurusan dokumen kepemilikannya meskipun status
penggunaan barang milik daerah telah ditetapkan.
e) Atas permohonan penetapan status penggunaan barang milik daerah yang
diajukan oleh Pengguna Barang, Pengelola Barang melakukan penelitian
terhadap kelengkapan dan kesesuaian dokumen yang dipersyaratkan.
Subbagian Hukum – BPK Perwakilan Provinsi Papua 12
f) Jika hasil penelitian terhadap terhadap kelengkapan dan kesesuaian
dokumen yang dipersyaratkan belum mencukupi, Pengelola Barang dapat:
(1) meminta keterangan atau data tambahan kepada Pengguna Barang yang
mengajukan permohonan penetapan status penggunaan barang milik
daerah; dan/atau
(2) melakukan pengecekan lapangan.
g) Berdasarkan hasil penelitiannya, Pengelola Barang menetapkan status
penggunaan barang milik daerah.
h) Dalam hal Pengelola Barang tidak menyetujui permohonan Pengguna
Barang, Pengelola Barang menerbitkan surat penolakan kepada Pengguna
Barang disertai dengan alasannya.
b. Pengalihan Status Penggunaan Barang Milik Daerah
Mekanisme pengalihan status penggunaan barang milik daerah dapat diuraikan
sebagai berikut:
1) Barang milik daerah dapat dilakukan pengalihan status penggunaan berdasarkan:29
a) Inisiatif dari Gubernur/Bupati/Walikota
Pengalihan status penggunaan barang milik daerah berdasarkan inisiatif dari
Gubernur/Bupati/Walikota dilakukan dengan pemberitahuan terlebih dahulu
kepada Pengguna Barang.
b) Permohonan dari Pengguna Barang lama
Pengalihan status penggunaan barang milik daerah dari Pengguna Barang
kepada Pengguna Barang lainnya untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi
dilakukan berdasarkan persetujuan Gubernur/Bupati/Walikota.
Pengalihan status penggunaan barang milik daerah tersebut dilakukan terhadap
barang milik daerah yang berada dalam penguasaan Pengguna Barang dan tidak
digunakan oleh Pengguna Barang yang bersangkutan. Selain itu, pengalihan
status penggunaan barang milik daerah tersebut dilakukan tanpa kompensasi
dan tidak diikuti dengan pengadaan barang milik daerah pengganti.
2) Mekanisme pengalihan status penggunaan barang milik daerah berdasarkan
permohonan dari Pengguna Barang lama dapat dijelaskan sebagai berikut:30
29 Pasal 54 s.d. 55 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah. 30 Pasal 56 s.d. 60 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah.
Subbagian Hukum – BPK Perwakilan Provinsi Papua 13
a) Pengalihan status penggunaan barang milik daerah berdasarkan permohonan
dari Pengguna Barang lama dilakukan dengan pengajuan permohonan secara
tertulis oleh Pengguna Barang kepada Gubernur/Bupati/Walikota.
b) Pengajuan permohonan paling sedikit memuat:
(1) data barang milik daerah yang akan dialihkan status penggunaannya, antara
lain:
(a) kode barang;
(b) kode register;
(c) nama barang;
(d) jumlah;
(e) jenis;
(f) nilai perolehan;
(g) nilai penyusutan;
(h) nilai buku;
(i) lokasi;
(j) luas; dan
(k) tahun perolehan.
(2) calon Pengguna Barang baru; dan
(3) penjelasan serta pertimbangan pengalihan status penggunaan barang milik
daerah.
c) Pengajuan permohonan dilampiri dengan:
(1) fotokopi daftar barang milik daerah;
(2) surat pernyataan yang memuat kesediaan calon Pengguna Barang baru
untuk menerima pengalihan barang milik daerah dari Pengguna Barang
lama.
d) Pengelola Barang melakukan penelitian atas permohonan pengalihan status
penggunaan barang milik daerah dari Pengguna Barang. Penelitian tersebut
dilakukan terhadap kelengkapan dan kesesuaian dokumen yang dipersyaratkan.
e) Jika hasil penelitian terhadap kelengkapan dan kesesuaian dokumen yang
dipersyaratkan belum mencukupi, Pengelola Barang dapat:
(1) meminta keterangan atau data tambahan kepada Pengguna Barang yang
mengajukan permohonan pengalihan status penggunaan barang milik
daerah; dan
(2) meminta konfirmasi kepada calon Pengguna Barang baru.
Subbagian Hukum – BPK Perwakilan Provinsi Papua 14
f) Berdasarkan hasil penelitian tersebut, Gubernur/Bupati/Walikota memberikan
persetujuan pengalihan status penggunaan barang milik daerah berupa Surat
Persetujuan Gubernur/Bupati/Walikota.
g) Surat persetujuan tersebut paling sedikit memuat:
(1) data barang milik daerah yang akan dialihkan status penggunaannya;
(2) Pengguna Barang lama dan Pengguna Barang baru; dan
(3) kewajiban Pengguna Barang lama, yaitu:
(a) melakukan serah terima barang milik daerah kepada Pengguna Barang
baru yang selanjutnya dituangkan dalam Berita Acara Serah Terima
(BAST); dan
(b) melakukan penghapusan terhadap barang milik daerah yang telah
dialihkan dari daftar barang pada Pengguna Barang berdasarkan surat
keputusan penghapusan barang.
h) Dalam hal Gubernur/Bupati/Walikota tidak menyetujui permohonan Pengguna
Barang, Gubernur/Bupati/Walikota menerbitkan surat penolakan kepada
Pengguna Barang dengan disertai alasannya.
i) Berdasarkan persetujuan Gubernur/Bupati/Walikota, Pengguna Barang lama
melakukan serah terima barang milik daerah kepada Pengguna Barang baru
paling lama 1 (satu) bulan sejak persetujuan alih status penggunaan barang
milik daerah yang dituangkan dalam Berita Acara Serah Terima (BAST).
j) Berdasarkan Berita Acara Serah Terima (BAST), Pengguna Barang lama
melakukan usulan penghapusan atas barang milik daerah yang dialihkan status
penggunaannya tersebut dari daftar barang pada Pengguna Barang lama. Usulan
tersebut diajukan kepada Pengelola Barang paling lama 1 (satu) minggu sejak
tanggal Berita Acara Serah Terima (BAST), untuk kemudian penghapusan
barang milik daerah tersebut ditetapkan dengan Keputusan Pengelola Barang.
k) Berita Acara Serah Terima (BAST) dan Keputusan Pengelola Barang tentang
penghapusan barang milik daerah dilaporkan kepada
Gubernur/Bupati/Walikota dengan tembusan kepada Pengguna Barang baru
paling lama 1 (satu) minggu sejak keputusan penghapusan ditetapkan.
l) Pengguna Barang dalam penatausahaan barang milik daerah melakukan
pencatatan berdasarkan persetujuan Gubernur/Bupati/Walikota, Berita Acara
Serah Terima (BAST), dan keputusan penghapusan barang milik daerah.
Subbagian Hukum – BPK Perwakilan Provinsi Papua 15
c. Penggunaan Sementara Barang Milik Daerah
Barang milik daerah yang telah ditetapkan status penggunaannya pada Pengguna
Barang dapat digunakan sementara oleh Pengguna Barang lainnya dalam jangka
waktu tertentu tanpa harus mengubah status penggunaan barang milik daerah tersebut
setelah terlebih dahulu mendapatkan persetujuan Gubernur/Bupati/Walikota.31
Penggunaan sementara barang milik daerah tersebut dapat dilakukan untuk jangka
waktu:32
1) paling lama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang untuk barang milik daerah
berupa tanah dan/atau bangunan;
2) paling lama 2 (dua) tahun dan dapat diperpanjang untuk barang milik daerah selain
tanah dan/atau bangunan.
Penggunaan sementara barang milik daerah dalam jangka waktu kurang dari 6
(enam) bulan dilakukan tanpa persetujuan Gubernur/Bupati/Walikota.33
Penggunaan sementara barang milik daerah dituangkan dalam perjanjian antara
Pengguna Barang dengan Pengguna Barang sementara.34
Biaya pemeliharaan barang milik daerah yang timbul selama jangka waktu
penggunaan sementara dibebankan kepada Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang
yang menggunakan sementara barang milik daerah bersangkutan.35
Mekanisme penggunaan sementara barang milik daerah dapat diuraikan sebagai
berikut:36
1) Permohonan penggunaan sementara barang milik daerah diajukan secara tertulis
kepada Gubernur/Bupati/ Walikota.
2) Permohonan tersebut paling sedikit memuat:
a) data barang milik daerah yang akan digunakan sementara;
b) Pengguna Barang yang akan menggunakan sementara barang milik daerah; dan
c) penjelasan serta pertimbangan penggunaan sementara barang milik daerah.
3) Permohonan penggunaan sementara barang milik daerah harus dilengkapi
dokumen:
a) fotokopi keputusan penetapan status penggunaan barang milik daerah; dan
31 Pasal 61 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah. 32 Pasal 61 ayat (2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah. 33 Pasal 61 ayat (3) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah. 34 Pasal 62 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah. 35 Pasal 62 ayat (2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah. 36 Pasal 63 s.d. 67 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah.
Subbagian Hukum – BPK Perwakilan Provinsi Papua 16
b) fotokopi surat permintaan penggunaan sementara barang milik daerah dari
Pengguna Barang yang akan menggunakan sementara barang milik daerah
kepada Pengguna Barang.
4) Pengelola Barang melakukan penelitian atas permohonan penggunaan sementara.
Penelitian tersebut dilakukan terhadap kelengkapan dan kesesuaian dokumen yang
dipersyaratkan.
5) Jika hasil penelitian terhadap kelengkapan dan kesesuaian dokumen yang
dipersyaratkan belum mencukupi, Pengelola Barang dapat:
a) meminta keterangan kepada Pengguna Barang yang mengajukan permohonan
penggunaan sementara barang milik daerah; dan
b) meminta konfirmasi dan klarifikasi kepada Pengguna Barang yang akan
menggunakan sementara barang milik daerah.
6) Berdasarkan hasil penelitian Pengelola Barang, Gubernur/Bupati/Walikota
memberikan persetujuan atas penggunaan sementara barang milik daerah dengan
menerbitkan surat persetujuan Gubernur/Bupati/Walikota, yang paling sedikit
memuat:
a) data barang milik daerah yang akan digunakan sementara;
b) Pengguna Barang yang menggunakan sementara barang milik daerah;
c) kewajiban Pengguna Barang yang menggunakan sementara barang milik daerah
untuk memelihara dan mengamankan barang milik daerah yang digunakan
sementara;
d) jangka waktu penggunaan sementara;
e) pembebanan biaya pemeliharaan; dan
f) kewajiban Pengguna Barang untuk menindaklanjuti dalam perjanjian.
7) Dalam hal Gubernur/Bupati/Walikota tidak menyetujui permohonan penggunaan
sementara barang milik daerah, Gubernur/Bupati/Walikota menerbitkan surat
penolakan kepada Pengguna Barang disertai alasannya.
8) Apabila jangka waktu penggunaan sementara atas barang milik daerah telah
berakhir, maka:
a) Pengguna Barang sementara mengembalikan barang milik daerah kepada
Pengguna Barang; atau
b) dilakukan pengalihan status penggunaan kepada Pengguna Barang yang
menggunakan sementara barang milik daerah.
Subbagian Hukum – BPK Perwakilan Provinsi Papua 17
Mekanisme pengalihan status penggunaan barang milik daerah sebagaimana
diuraikan pada Sub Bagian b mengenai Pengalihan Status Penggunaan Barang
Milik Daerah, dengan perubahan-perubahan yang diperlukan, berlaku juga
terhadap mekanisme pengalihan status penggunaan kepada Pengguna Barang
yang menggunakan sementara barang milik daerah.
9) Pengguna Barang Sementara dapat mengajukan permohonan perpanjangan waktu
penggunaan sementara atas barang milik daerah kepada Gubernur/Bupati/Walikota
paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum jangka waktu penggunaan sementara barang
milik daerah berakhir.
10) Mekanisme pengajuan permohonan, penelitian, persetujuan, dan penetapan oleh
Gubernur/Bupati/ Walikota sebagaimana dimaksud pada angka 1) sampai dengan
8), dengan perubahan-perubahan yang diperlukan, juga berlaku pada mekanisme
pengajuan permohonan, penelitian, persetujuan dan penetapan oleh
Gubernur/Bupati/Walikota terhadap perpanjangan penggunaan sementara barang
milik daerah.
d. Penetapan Status Penggunaan Barang Milik Daerah Untuk Dioperasikan Oleh
Pihak Lain
Barang milik daerah yang telah ditetapkan status penggunaannya pada Pengguna
Barang, dapat digunakan untuk dioperasikan oleh pihak lain dalam rangka
menjalankan pelayanan umum sesuai tugas dan fungsi SKPD yang bersangkutan.37
Penggunaan barang milik daerah untuk dioperasikan oleh pihak lain tersebut
dituangkan dalam perjanjian antara Pengguna Barang dengan pimpinan pihak lain.38
Biaya pemeliharaan barang milik daerah yang timbul selama jangka waktu
penggunaan barang milik daerah untuk dioperasikan oleh pihak lain dibebankan pada
pihak lain yang mengoperasikan barang milik daerah.39
Pihak lain yang mengoperasikan barang milik daerah dilarang melakukan
pengalihan atas pengoperasian barang milik daerah tersebut kepada pihak lainnya
dan/atau memindahtangankan barang milik daerah bersangkutan.40
Gubernur/Bupati/Walikota dapat menarik penetapan status barang milik daerah
untuk dioperasikan oleh pihak lain dalam hal pemerintah daerah akan menggunakan
37 Pasal 68 ayat (1) dan (2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik
Daerah. 38 Pasal 68 ayat (3) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah. 39 Pasal 68 ayat (4) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah. 40 Pasal 68 ayat (5) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah.
Subbagian Hukum – BPK Perwakilan Provinsi Papua 18
kembali untuk penyelenggaraan pemerintah daerah atau pihak lainnya.41
Mekanisme penetapan status penggunaan barang milik daerah untuk dioperasikan
oleh pihak lain dapat diuraikan sebagai berikut:42
1) Permohonan penggunaan barang milik daerah untuk dioperasikan oleh pihak lain
diajukan secara tertulis oleh Pengguna Barang bersangkutan kepada Gubernur/
Bupati/Walikota.
2) Pengajuan permohonan tersebut paling sedikit memuat:
a) data barang milik daerah;
b) pihak lain yang akan menggunakan barang milik daerah untuk dioperasikan;
c) jangka waktu penggunaan barang milik daerah yang dioperasikan oleh pihak
lain;
d) penjelasan serta pertimbangan penggunaan barang milik daerah yang
dioperasikan oleh pihak lain; dan
e) materi yang diatur dalam perjanjian.
3) Pengajuan permohonan penggunaan barang milik daerah untuk dioperasikan oleh
pihak lain dilampiri dokumen:
a) fotokopi keputusan penetapan status penggunaan barang milik daerah;
b) fotokopi surat permintaan pengoperasian dari pihak lain yang akan
mengoperasikan barang milik daerah kepada Pengguna Barang; dan
c) fotokopi surat pernyataan dari pihak lain yang akan mengoperasikan barang
milik daerah kepada Pengguna Barang, yang memuat:
(1) barang milik daerah yang akan dioperasionalkan dalam rangka pelayanan
umum sesuai tugas dan fungsi SKPD/Unit Kerja;
(2) menanggung seluruh biaya pemeliharaan barang milik daerah yang timbul
selama jangka waktu pengoperasian barang milik daerah;
(3) tidak mengalihkan pengoperasian dan/atau pemindahtanganan barang
milik daerah selama jangka waktu pengoperasian barang milik daerah; dan
(4) mengembalikan barang milik daerah kepada Pengguna Barang, apabila
jangka waktu pengoperasian barang milik daerah telah selesai.
4) Pengelola Barang melakukan penelitian atas permohonan penggunaan barang
milik daerah untuk dioperasikan oleh pihak lain. Penelitian tersebut dilakukan
terhadap kelengkapan dan kesesuaian dokumen yang dipersyaratkan.
41 Pasal 68 ayat (6) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah. 42 Pasal 69 s.d. 77 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah.
Subbagian Hukum – BPK Perwakilan Provinsi Papua 19
5) Jika hasil penelitian terhadap kelengkapan dan kesesuaian dokumen yang
dipersyaratkan belum mencukupi, Pengelola Barang dapat:
a) meminta keterangan kepada Pengguna Barang yang mengajukan permohonan
penggunaan barang milik daerah yang dioperasikan oleh pihak lain;
b) meminta konfirmasi dan klarifikasi kepada pihak lain yang akan
mengoperasikan barang milik daerah;
c) mencari informasi dari sumber lainnya;
d) melakukan pengecekan lapangan dengan mempertimbangkan analisis biaya
dan manfaat.
6) Berdasarkan hasil penelitian Pengelola Barang, Gubernur/Bupati/Walikota
menetapkan penggunaan barang milik daerah untuk dioperasikan oleh pihak lain
dengan Keputusan Gubernur/Bupati/ Walikota yang paling sedikit memuat:
a) data barang milik daerah;
b) jangka waktu penggunaan barang milik daerah untuk dioperasionalkan pihak
lain;
c) pihak lain yang akan mengoperasionalkan barang milik daerah;
d) kewajiban pihak lain yang mengoperasikan barang milik daerah, antara lain
memelihara dan mengamankan barang milik daerah yang dioperasikan; dan
e) kewajiban Pengguna Barang, meliputi:
(1) menindaklanjuti penggunaan barang milik daerah untuk dioperasikan
oleh pihak lain dengan perjanjian; dan
(2) melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap barang milik daerah
yang dioperasikan oleh pihak lain.
7) Dalam hal Gubernur/Bupati/Walikota tidak menyetujui permohonan Pengguna
Barang, Gubernur/Bupati/Walikota menerbitkan surat penolakan kepada Pengguna
Barang disertai alasannya.
8) Penggunaan barang milik daerah oleh Pengguna Barang untuk dioperasikan oleh
pihak lain dituangkan dalam perjanjian yang ditandatangani oleh Pengguna Barang
dengan pihak lain setelah adanya Keputusan Gubernur/Bupati/Walikota. Perjanjian
penggunaan barang milik daerah untuk dioperasikan oleh pihak lain tersebut paling
lama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang.
9) Perjanjian penggunaan barang milik daerah untuk dioperasikan oleh pihak lain,
sekurang-kurangnya memuat:
a) data barang milik daerah yang menjadi objek;
Subbagian Hukum – BPK Perwakilan Provinsi Papua 20
b) Pengguna Barang;
c) pihak lain yang mengoperasikan barang milik daerah;
d) peruntukan pengoperasian barang milik daerah;
e) jangka waktu pengoperasian barang milik daerah;
f) hak dan kewajiban Pengguna Barang dan pihak lain yang mengoperasikan
barang milik daerah, termasuk kewajiban pihak lain tersebut untuk melakukan
pengamanan dan pemeliharaan barang milik daerah;
g) pengakhiran pengoperasian barang milik daerah; dan
h) penyelesaian perselisihan.
10) Pengguna Barang dapat melakukan perpanjangan penggunaan barang milik daerah
untuk dioperasikan oleh pihak lain.
11) Perpanjangan tersebut diajukan Pengguna Barang kepada Gubernur/Bupati/
Walikota paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum jangka waktu penggunaan barang
milik daerah berakhir.
12) Mekanisme permohonan, penelitian, dan penetapan sebagaimana diuraikan pada
angka 1) sampai dengan 7), dengan perubahan-perubahan yang diperlukan, juga
berlaku pada mekanisme permohonan, penelitian, dan penetapan perpanjangan
jangka waktu penggunaan barang milik daerah untuk dioperasikan oleh pihak lain.
13) Pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan penggunaan barang milik
daerah dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
14) Penggunaan barang milik daerah untuk dioperasikan oleh pihak lain berakhir
apabila:
a) berakhirnya jangka waktu penggunaan barang milik daerah untuk
dioperasikan oleh pihak lain, sebagaimana tertuang dalam perjanjian;
b) perjanjian diakhiri secara sepihak oleh Pengguna Barang, yang dapat
dilakukan jika:
(1) pihak lain yang mengoperasikan barang milik daerah tidak memenuhi
kewajibannya yang tertuang dalam perjanjian; atau
(2) terdapat kondisi yang mengakibatkan pengakhiran penggunaan barang
milik daerah untuk dioperasikan oleh pihak lain sebagaimana dituangkan
dalam perjanjian.
Dalam melakukan pengakhiran secara sepihak atas pengoperasian barang
milik daerah oleh pihak lain, Pengguna Barang wajib meminta persetujuan
Gubernur/Bupati/Walikota.
Subbagian Hukum – BPK Perwakilan Provinsi Papua 21
c) ketentuan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
15) Pada saat jangka waktu penggunaan barang milik daerah untuk dioperasikan oleh
pihak lain telah berakhir, pihak lain yang mengoperasikan barang milik daerah
mengembalikan barang milik daerah tersebut kepada Pengguna Barang dengan
Berita Acara Serah Terima (BAST).
16) Pengguna Barang melaporkan berakhirnya penggunaan barang milik daerah untuk
dioperasikan pihak lain tersebut kepada Gubernur/Bupati/Walikota paling lama 1
(satu) bulan sejak ditandatanganinya Berita Acara Serah Terima (BAST)), dengan
melampirkan fotokopi Berita Acara Serah Terima (BAST).
D. PENUTUP
Penggunaan barang milik daerah adalah kegiatan yang dilakukan oleh Pengguna Barang
dalam mengelola dan menatausahakan barang milik daerah yang sesuai dengan tugas dan
fungsi SKPD yang bersangkutan.
Penggunaan barang milik daerah meliputi penetapan status penggunaan barang milik
daerah, pengalihan status penggunaan barang milik daerah, penggunaan sementara barang
milik daerah, dan penetapan status penggunaan barang milik daerah untuk dioperasikan oleh
pihak lain.
Penetapan status penggunaan barang milik daerah merupakan kewenangan dari
Gubernur/Bupati/Walikota. Atas barang milik daerah selain tanah dan/atau bangunan dengan
kondisi tertentu, wewenang penetapan status penggunaan barang milik daerah dapat
didelegasikan kepada Pengelola Barang.
Barang milik daerah dapat dilakukan pengalihan status penggunaan berdasarkan:
1. Inisiatif dari Gubernur/Bupati/Walikota, yang dilakukan dengan pemberitahuan terlebih
dahulu kepada Pengguna Barang.
2. Permohonan dari Pengguna Barang lama, yang dilakukan berdasarkan persetujuan
Gubernur/Bupati/Walikota dan dilakukan terhadap barang milik daerah yang berada dalam
penguasaan Pengguna Barang namun tidak digunakan oleh Pengguna Barang yang
bersangkutan.
Barang milik daerah yang telah ditetapkan status penggunaannya pada Pengguna Barang
dapat digunakan sementara oleh Pengguna Barang lainnya dalam jangka waktu tertentu tanpa
harus mengubah status penggunaan barang milik daerah tersebut setelah terlebih dahulu
mendapatkan persetujuan Gubernur/Bupati/Walikota.
Subbagian Hukum – BPK Perwakilan Provinsi Papua 22
Barang milik daerah yang telah ditetapkan status penggunaannya pada Pengguna Barang,
dapat digunakan untuk dioperasikan oleh pihak lain dalam rangka menjalankan pelayanan
umum sesuai tugas dan fungsi SKPD yang bersangkutan.
Biaya pemeliharaan barang milik daerah yang timbul selama jangka waktu penggunaan
barang milik daerah untuk dioperasikan oleh pihak lain dibebankan pada pihak lain yang
mengoperasikan barang milik daerah. Selain itu, pihak lain yang mengoperasikan barang milik
daerah dilarang melakukan pengalihan atas pengoperasian barang milik daerah tersebut kepada
pihak lainnya dan/atau memindahtangankan barang milik daerah bersangkutan.
Subbagian Hukum – BPK Perwakilan Provinsi Papua 23
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Gifis, Steven H, 2010, Barron’s Law Dictionary Sixth Edition, New York: Barron’s Educational
Series.
Triwulan T, Titik, Ismu Gunadi Widodo, 2011, Hukum Tata Usaha Negara dan Hukum Acara
Peradilan Tata Usaha Negara Indonesia, Jakarta: Kencana.
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang
Milik Daerah.
Penulis:
Tim UJDIH BPK Perwakilan Provinsi Papua.
Disclaimer:
Seluruh informasi yang disediakan dalam Tulisan Hukum adalah bersifat umum dan disediakan
untuk tujuan pemberian informasi hukum semata dan bukan merupakan pendapat instansi.