Upload
others
View
40
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGGUNAAN HADIS TENTANG KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
DALAM KELUARGA DI DALAM TAFSIR TEMATIK KEMENTRIAN
AGAMA.
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin Untuk
Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S. Ag.)
Disusun oleh:
Nur Fikriyah
NIM. 11140340000078
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1440 H/2019 M
i
ABSTRAK
Nur fikriyah
Penggunaan Hadis Tentang Kepemimpinan Perempuan dalam Keluarga di
dalam Tafsir Tematik Kementrian Agama.
Skripsi ini membahas penggunaan hadis tentang kepemimpinan perempuan
dalam keluarga di dalam tafsir tematik kementrian agama. Tema tersebut dianggap
penting karena hadis sering digunakan sebagai dalil untuk membatasi atau
melapangkan keterlibatan perempuan diruang publik. Padahal penggunaan hadis
baiknya dilihat dari sebatas hadis tersebut.
Untuk mengurangi rasa keraguan pada masyarakat luas maka hadis yang
dijadikan sebagai sandaran hukum dapat dipertanggungjawabkan ke sahîhannya.
Hal ini penting karena kedudukan kualitas hadis sangat erat sekali hubungannya,
sedangkan dapat atau tidaknya suatu hadis dijadikan hujjah agama.
Al-Qur‟an dan Hadis menyebutkan bahwa tidak ada perbedaan derajat
antara perempuan dan laki-laki, yang terdapat dalam surah QS. An-Nisa:124 dan
diperkuat pada hadis riwayat Muslim dalam kitab terjemah Syarah Shahih
Muslim. Dalam konteks ini siapapun bisa meraih kesuksesan dan cita-cita yang
diharapkan.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis pendekatan kualitatif.
Sumber dalam data penelitian kepustakaan skripsi ini terbagi menjadi dua, yaitu:
Sumber primer, diantaranya: 1) Ŝahîh al-Bukhâri 2) Ŝahîh Muslim 3) Sunan al-
Nasâ‟i 4) Sunan Ibn Mâjah 5) Sunan al-Tirmidzî 6) Sunan Abû Dâwud. Sumber
sekundernya adalah buku-buku hadis dan tafsir, buku-buku yang membahas
khusus materi penelitian yaitu Kitab Tafsir al-Qur‟an Tematik Kementrian Agama
RI. Dalam pengumpulan datanya menggunakan teknik riset kepustakaan (Library
Research) yaitu mengumpulkan data-data yang akan dibahas dan menelaah
referensi dari yang berhubungan dengan permasalahan dan penulisan skripsi
ditulis sesuai dengan pedoman akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2017
Kata kunci: Kepemimpinan, Kedudukan dan Kualitas Hadis.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur Allah Swt., atas segala rahmat dan karunia-Nya yang tidak
mampu dihitung oleh hambaNya. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan
kepada sosok Rahmatan li al-„Ālamîn, cahaya di atas cahaya, manusia paling
sempurna, Nabi Muhammad saw. serta doa untuk keluarga, sahabat, dan para
pengikutnya hingga zaman menutup mata.
Alhamdulillah, berkat rahmat dan inayah Allah swt. Penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini melalui upaya dan usaha yang melelahkan. Meskipun
demikian semaksimal usaha manusia tentunya tidak akan lepas dari kekurangan
dan kelemahan karena kesempurnaan hanyalah milik Allah swt.
Disamping itu penulis menyadari sepenuhnya bahwa keberadaan skripsi
ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dan kontribusi dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis ingin menyampaikan ungkapan rasa terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Hj. Amany Lubis, M.A selaku Rektor UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. Yusuf Rahman, MA selaku Dekan Fakultas Ushuluddin UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. Eva Nugraha, MA., selaku Ketua Jurusan Ilmu al-Qur‟an dan
Tafsir dan kepada bapak Fahrizal Mahdi, MIRKH, selaku Sekretaris
Jurusan Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Dr. Butamin, S.E.,M.A., selaku dosen pembimbing yangsetalh
bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing skripsi ini hingga
selesai.
5. Bapak Prof. Dr. H. Hamdani Anwar, M.A., selaku dosen pembimbing
akademik. Serta seluruh dosen Fakultas Ushuluddin UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
6. Kepala Perpustakaan Umum dan staff karyawan Perpustakaan Umum dan
Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Kedua orang tua penulis yang selalu memberikan motivasi, bimbingan,
pendidikan, keteladanan, dan telah memberikan seluruh hidupnya dengan
kasih sayang, do‟a yang tak pernah putus, semoga Allah memberikan
balasan terbaik untuk ke duanya.
8. Teruntuk adik-adik saya tempat berkeluh kesah dan membantu penulis.
9. Kepada suamiku terimakasih atas jasa-jasanya.
10. Keluarga besar H. Marjuki dan alm H. Abdul Hamid yang telah memberi
kehangatan dan arti kekeluargaan selama penulis menyelesaikan studi.
11. Sahabat-sahabat saya Husnil Mardiyah, Siti Nur Azizah Wijayani,
Muawwanah, Laila Firdaus, Tria Meldiana, Imas Maulida, Sholihatina
iii
Sadita, Himmaturif‟ah, Mia Milatus Sa‟adah yang telah menjadi
penyemangat selama penyusunan skripsi.
12. Keluarga Tafsir Hadits 2014 yang telah berjuang bersama penulis selama
ini.
13. Terakhir untuk orang-orang yang sudah bertemu saya dan bertukar pikiran
dengan saya, semoga Allah senantiasa memudahkan urussan kalian.
Semoga Allah membalas dengan sebaik-baik balasan. Harapan penulis,
mudah-mudahan karya ini bermanfaat dan mempunyai kontribusi yang signifikan
bagi penelitian selanjutnya.
Aamiin
Tangerang, 18 April 2019
Penulis
Nur Fikriyah
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................i
KATA PENGANTAR .....................................................................................ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................iv
PEDOMAN TRANSLITERASI .....................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...............................................................1
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ..............................................8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .....................................................9
D. Tinjauan Pustaka ...........................................................................10
E. Metode Penelitian .........................................................................13
F. Sistematika penulisan ...................................................................15
BAB II SEPUTAR TAFSIR AL-QUR’AN TEMATIK KEMENAG RI
A. Penulisan Tafsir Tematik Kemenag RI .......................................16
B. Tim Penyusun Tafsir Tematik Kemenag RI .................................19
C. Corak Penafsiran dan Karakteristik Tafsir Tematik Kemenag RI 22
BAB III LANDASAN TEORI
A. Hadis .............................................................................................26
1. Penggunaan dan Fungsi Hadis dalam Tafsir .............................26
2. Mengungkapkan Proses Takhrij ................................................32
B. Kepemimpinan dan Peran Perempuan dalam Keluarga ................44
1. Kepemimpinan Perempuan dalam Keluarga .............................44
2. Peran Perempuan sebagai Istri ..................................................46
BAB IV TAKHRIJ HADIS KEPEMIMPINAN DAN PERAN PEREMPUAN
DALAM KELUARGA
A. Kepemimpinan Perempuan dalam Keluarga ................................49
1. Teks Hadis Tentang Kepemimpinan .........................................49
2. Takhrij Hadis ............................................................................50
3. Penelitian Sanad Hadis .............................................................59
4. Penelitian Matan Hadis ............................................................79
5. Lampiran Skema Hadis ............................................................87
B. Peran Perempuan sebagai Istri ......................................................88
1. Teks Hadis Tentang Peran Perempuan .....................................88
2. Takhrij Hadis ............................................................................88
3. Penelitian Sanad Hadis .............................................................90
4. Penelitian Matan Hadis ............................................................93
v
5. Lampiran Skema Hadis ............................................................96
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................97
B. Saran ..............................................................................................97
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................99
LAMPIRAN BIODATA ..................................................................................104
vi
Pedoman Transliterasi
Dalam skripsi, tesis, dan disertasi bidang keagamaan (baca: Islam), alih
aksara atau transliterasi, adalah keniscayaan. Oleh karena itu, untuk menjaga
konsistensi, aturan yang berkaitan dengan alih aksara ini penting diberikan.
Pengetahuan tentang ketentuan ini harus diketahui dan dipahami, tidak
saja oleh mahasiswa yang akan menulis tugas akhir, melainkan juga oleh dosen,
khususnya dosen pembimbing dan dosen penguji, agar terjadi saling kontrol
dalam penerapan dan konsistensinya.
Dalam dunia akademis, terdapat beberapa versi pedoman alih aksara,
antara lain versi Turabian, Library of Congress, Pedoman dari Kementrian
Agama dan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI, serta versi Paramadina.
Umumnya, kecuali versi Paramadina, pedoman alih aksara tersebut meniscayakan
digunakannya jenis huruf (font) tertentu, seperti font Transliterasi, Time New
Roman, atau Time New Arabic.
Untuk memudahkan penerapan alih aksara dalam penulisan tugas akhir,
pedoman alih aksara ini disusun dengan tidak mengikuti ketentuan salah satu versi
di atas, melainkan dengan menngkombinasikan dan memodifikasi beberapa ciri
hurufnya. Kendati demikian, alih aksara versi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini
disusun dengan logika yang sama.
1. Padanan Aksara
Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara lain:
Huruf Arab Huruf Latin Keterangan
Tidak dilambangkan ا
B Be ب
T Te ت
Ts Te dan es ث
J Je ج
H H dengan garis bawah ح
Kh Ka dan ha خ
D De د
Dz de dan zet ذ
R Er ر
Z Zet ز
vii
S Es س
Sy es dan ye ش
S es dengan garis di bawah ص
ḏ de dengan garis di bawah ض
ṯ te dengan garis di bawah ط
ẕ zet dengan garis bawah ظ
Koma terbalik di atas hadap kanan „ ع
Gh ge dan ha غ
F Ef ؼ
Q Ki ؽ
K Ka ؾ
L El ؿ
M Em ـ
N En ف
W We ك
H Ha ق
Apostrof , ء
Y Ye ي
2. Vokal
Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari
vokal tunggal atau memotong dan vokal rangkap atau dipotong. Untuk vokal
tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:
Tanda Vokal
Arab
Tanda Vokal
Latin
Keterangan
A Fathah
I Kasrah
U Ḏammah
viii
Adapun vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
Ai a dan i ي
و Au a dan u
3. Vokal Panjang
Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd) yang dalam bahasa Arab
dilambangkan dengan harakat dan huruf, adalah sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
 a dengan topi di atas ــا
Î i dengan topi di atas ــي
Û u dengan topi di atas ـــى
4. Kata Sandang
Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan
huruf, yaitu dialihaksarakan menjadi huruf /I/, baik diikuti huruf syamsiyah
maupun huruf kamariah. Contoh: al-rijâl bukan ar-rijâl, al-dîwân bukan ad-
dîwân.
5. Syaddah (Tasydid)
Syaddah atau tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan
dengan sebuah tanda ( (dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf,
yaitu dengan menggunakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi,
hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak
setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyah. Misalnya, kata
.tidak ditulis ad-darûrah, demikian seterusnya ( الضرورة)
6. Ta Marbûtah
Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûtah terdapat pada
kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf
/h/ (lihat contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika tamarbûtah
tersebut diikuti oleh kata sifat (na„t) (lihat contoh 2). Namun, jika huruf ta
marbûtah tersebut diikuti kata benda (ism), maka huruf tersebut
dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat contoh 3).
No Kata Arab Alih Aksara
Ṯarîqah طريقة 1
al-jâmî‟ah al-islâmiyyah الجامعة اإلسالمية 2
wahdat al-wujûd كحدة الوجود 3
ix
7. Huruf Kapital
Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam
alih aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan mengikuti
ketentuan yang berlaku dalam Ejaan Bahasa Indonesia (EBI), antara lain untuk
menuliskan 35 permulaan kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama
diri, dan lain-lain. Jika nama diri didahului oleh kata sandang, maka yang
ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf
awal atau kata sandangnya. Contoh: Abû Hâmid al-Ghazâlî bukan Abû Hâmid
Al-Ghazâlî, al-Kindi bukan Al-Kindi. Beberapa ketentuan lain dalam EBI
sebetulnya juga dapat diterapkan dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan
mengenai huruf cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold). Jika menurut EBI,
judul buku itu ditulis dengan cetak miring, maka demikian halnya dalam alih
aksaranya, demikian seterusnya. Berkaitan dengan penulisan nama, untuk
nama-nama tokoh yang berasal dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak
dialihaksarakan meskipun akar katanya berasal dari bahasa Arab. Misalnya
ditulis Abdussamad al-Palimbani, tidak „abd al-Samad al-Palimbânî; Nuruddin
al-Raniri, tidak Nûr al-Dîn al-Rânîrî.
8. Cara Penulisan Kata
Setiap kata, baik kata kerja (fi‟l), kata benda (ism), maupun huruf
(harf) ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara
atas kalimat-kalimat dalam bahasa Arab, dengan berpedoman pada
ketentuan-ketentuan di atas:
Kata Arab Alih Aksara
dzahaba al-ustâdzu ذهب األستاذ
Tsabata al-ajru ثػبت األجر
al-harakah al-„asriyyah الحركة العصرية
الا اهللأشهد أن ل الو Asyhadu an lâ ilâha illâ Allâh
Maulânâ Malik al-Sâlih مولنا ملك الصالح
Yu‟ atstsirukum Allâh يػ ؤثر ك م اهلل
Al-maẕârhir al-„aqliyyah المظاهر العقلية
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan tuhan kepada
umat manusia melalui Nabi Muhammad Saw. Islam pada hakikatnya
membawa ajaran-ajaran yang bukan hanya mengenai satu segi, tetapi
mengenai berbagai segi dari kehidupan manusia. Sumber dari ajaran-ajaran
yang mengambil berbagai aspek itu ialah al-Qur‟an dan Hadis.1
Al-Qur‟an merupakan firman Allah yang diwahyukan kepada Nabi
Muhammad Saw, melalui malaikat Jibril as. Didalamnya termaktub
seperangkat hukum-hukum seperti syari‟ah, muamalah dan sebagainya, yang
tetap utuh dan orisinil, tidak pernah ditambah dan dikurangi. Ia adalah sebuah
kitab suci yang paling banyak dibaca dan dipahami isi kandungannya. Al-
Qur‟an bagi umat Islam berfungsi sebagai petunjuk untuk mencapai
kebahagiaan didunia dan diakhirat.
Hadis merupakan salah satu sumber ajaran Islam setelah al-Qur‟an. Ini
dikarenankan hadis Nabi Saw memiliki fungsi yang terkait dengan al-Qur‟an
itu sendiri, yakni sebagai penjelas bagi al-Qur‟an menjelaskan secara global,
menerangkan yang sulit, membatasi yang mutlak, mengkhususkan yang
umum, dan kadang kala menetapkan suatu hukum yang tidak didapatkan di
dalam al-Qur‟an. Dengan demikian, hadis merupakan tuntunan praktis
terhadap apa yang telah dibawa oleh al-Qur‟an.2
Maka fungsi hadis begitu penting, baik sebagai dalil maupun sumber
ajaran Islam didalam mengarungi kehidupan masyarakat. Namun di samping
mengarungi kehidupan masyarakat, hadis juga telah menjadi bahasa kajian
yang menarik, dan tiada henti-hentinya. Penelitian hadis baik dari segi
keotentikannya, kandungan makna dan ajaran yang terdapat didalamnya,
1 Harun Nasution, Islam di Tinjau dari Berbagai Aspeknya (Jakarta: UI Press, 1987),
cet. Ke-2, jilid I, h. 24. 2
M. „Ajaj al-Khatib, Ushhul al-Hadits, terj. M.Qodirrun Nur, Ahmad Musyafiq
(Jakarta: Gaya Media Permata, 2001), h. 35.
2
macam-macam tingkatannya, maupun fungsinya dalam menjelaskan
kandungan al-Qur‟an dan lain sebagainya telah banyak dilakukan para ahli
dibidangnya.3
Hadis juga sering disinonimkan dengan sunnah, adalah segala sesuatu
yang sering dinisbatkan kepada Nabi Muhammad Saw, baik berupa
perkataan, perbuatan, taqrir (penetapan) maupun sifat.4 Statusnya sebagai
dalil dan sumber ajaran Islam, menempati posisi setelah al-Qur‟an. Hal
tersebut ditinjau dari segi wurud atau tsubûtnya al-Qur‟an adalah bersifat
qat‟i al-wurud, sedangkan hadis kadangkala bersifat zanni al-wurud.
Melihat posisi yang signifikan dan cukup sentral dalam ajaran Islam,
maka penelitian dan pengkajian terhadap pernyataan-pernyataan yang
didasarkan kepada Nabi jelas sangat diperlukan. Hal ini dilakukan agar hadis
yang dijadikan sebagai sandaran hukum dapat dipertanggungjawabkan ke
sahîhannya. Hal ini penting karena kedudukan kualitas hadis sangat erat
sekali hubungannya, dengan dapat atau tidaknya suatu hadis dijadikan hujjah
agama. Dari segi periwayatannya hadis berbeda dengan al-Qur‟an. Jika al-
Qur‟an ayat-ayatnya diriwayatkan secara mutawâtir 5
sedangkan hadis
periwayatannya berlangsung secara mutawâtir dan juga ahad. Karena itu,
orisinilitas al-Qur‟an tidak perlu disangsikan lagi sehingga tidak perlu
dilakukan penelitian. Dengan penelitian akan diketahui apakah hadis yang
bersangkutan dapat dipertanggung jawabkan periwayatannya berasal dari
Nabi atau bukan.
Muhammad Fuad Syakir mengutip perkataan Juynboll dalam Ensiklopedi
pengetahuan Islamnya, “ Dalam pandangan umat Islam, hadis hanya dianggap
sahîh jika para sanadnya bersambung tanpa ada yang terputus, yang terdiri
dari orang yang periwayatannya terpercaya.” Ia melanjutkan, “Mereka tidak
hanya nama-nama para Rijâl al-Hadîs (periwayat hadis) dan kondisi mereka,
guna mengetahui zaman hidup, kondisi kehidupan, tempat tinggal, serta
3 Abudin Nata, Metodelogi Studi Islam (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 2001), cet
ke-6, h. 185. 4 Subhi al-Salih, Membahas Ilmu-ilmu Hadis (Jakarta:Pustaka Firdaus, 1993), h. 15.
5 M. Syuhudi Isma‟il, Pengantar Ilmu Hadis (Bandung: Angkasa, 1991), h. 135.
3
kepribadian mereka lainnya, tapi juga meneliti nilai dan tingkat kejujuran dan
kebohongan para muhaddis (periwayat dan pakar hadis).6
Disinilah sebenarnya letak urgensinya sanad hadis, sebab tanpa sanad,
setiap orang dapat mengaku dirinya pernah bertemu Nabi. Karenanya, tepat
sekali ucapan „Abdullah ibn al-Mubarak (w 181 H), “Sistem sanad itu
merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari agama Islam. Sebab
tanpa adanya sistem sanad setiap orang dapat mengatakan apa yang
dikehendakinya”. Bahkan sistem sanad itu merupakan salah satu
keistimewaan umat Islam, dimana sistem itu tidak dimiliki umat-umat lain.
Maka sejak saat itu, para ulama ahli hadis membuat persyaratan-persyaratan
yang sangat ketat untuk periwayat yang dapat diterima hadisnya, disamping
kriteria-kriteria teks hadis yang dapat dijadikan sumber ajaran Islam.7
Adapun tolak ukur penelitian matan yang dikemukakan ulama tidak
seragam. Suatu matan hadis barulah dinyatakan sebagai maqbûl (yakni
diterima karena berkualitas sahih), apabila:
1. Tidak bertentangan dengan akal sehat.
2. Tidak bertentangan dengan al-Qur‟an yang muhkam.
3. Tidak bertentangan dengan hadis yang mutawâtir.
4. Tidak bertentangan dengan dalil yang telah pasti.
5. Tidak bertentangan dengan hadis ahad yang kualitas ke sahîhannya lebih
kuat.8
6. Sanadnya sahîh (penentuan ke sahîh-an sanad hadis didahului dengan
kegiatan takhrîj dan dilanjutkan dengan kegiatan penelitian sanad hadis).
7. Tidak bertentangan dengan sejarah, dan
8. Susunan pernyatannya menunjukkan ciri-ciri kenabian.9
6 Muhammad Fuad Syakir, Ungkapan Popular yang dianggap Hadis Nabi, terj. M.
Zacky Mubarak (Jakarta: Pustaka al-Kautsar 2006), h. 4. 7 Ali Mustafa Ya‟qub, Kritik Hadis (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2008), cet ke-5, h. 4.
8 Syuhudi Ismail, Metodelogi Penelitian Hadis Nabi (Jakarta: Bulsn Bintang, 2007), cet
ke-2, h. 118. 9 Bustamin dkk, Metodelogi Kritik Hadis, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004),
cet ke-1, h. 64.
4
Upaya pengkajian dan penelitian hadis ini bertujuan untuk menjaga ke
sahîhan hadis Nabi Saw. untuk itu para ulama telah menciptakan berbagai
kaidah penetapan ke sahîhan hadis dengan segala persyaratan dan kriteri yang
harus dipenuhi oleh suatu hadis yang berkualitas sahîh. Misalnya ibn Salah
(w.643 H) sebagaimana dikutip oleh M. Syuhudi Isma‟il bahwa “hadis sahîh”
adalah hadis yang bersambung sanadnya (sampai kepada Nabi Muhammad
Saw) diriwayatkan oleh periwayat yang âdil dan dabit sampai akhir sanad (di
dalam hadis itu) tidak terdapat kejanggalan (syuzuz ) dan cacat („illat).
Sebuah hadis yang sahîh dari segi sanadnya belum tentu sahîh dari segi
matannya dan sebaliknya, yaitu setelah para ulama menemukan cacat yang
tersembunyi padanya.10
Al-Ghazali sangat menolak hadis-hadis yang nilainya
bertentangan dengan ayat al-Qur‟an dan menurutnya apa yang dilakukan ini
merupakan suatu bentuk pembelaan terhadap hadis (sunnah) Nabi Saw.11
Yûsuf Qardâwî dalam bukunya mengatakan bahwa untuk memahami
hadis (sunnah) dengan benar dan jauh dari penyimpangan harus sesuai
dengan petunjuk al-Qur‟an. Selanjutnya is juga mengatakan bila pemahaman
para ahli fiqih dan para pemberi penjelasan dalam mengambil kesimpulan
dari hadis berlainan, maka yang paling utama dan lebih mendekati kebenaran
adalah yang mendapat dukungan al-Qur‟an.12
Dalam proses penelitian sanad maupun matan, pengkajian suatu hadis
minimal diperlukan tiga disiplin ilmu. Pertama, ilmu Mustalah al-Hadis,
yaitu yang digunakan untuk mengetahui berbagai istilah yang terdapat dalam
sanad maupun matan. Kedua, ilmu Rijâl al-Hadis, yaitu ilmu yang digunakan
untuk mengetahui riwayat hidup para periwayat, dapat diterima atau tidak
sebagai periwayat dalam sanad hadis. Ketiga, ilmu Takhrij al-Hadis, ilmu
yang digunakan antara lain untuk menjelaskan keberadaan hadis yang
10
Muhammad al-Ghazali, Studi kritis atas Hadis Nabi Saw. Antara Pemahaman
Tekstual dan Kontekstual, terj. Muhammad al-Bagir (Bandung: Mizan 1996), h. 27. 11
Muhammad Al-Ghazali, Studi Kritis atas Hadis Nabi Saw: Antara Pemahaman
Tekstual dan Kontekstual, h. 11. 12
Yusuf Qardawi, Bagaimana Memahami Hadis Nabi Saw (Bandung: Kharisma, 1994),
cet ke-3, h. 92-94.
5
diriwayatkan, menelusuri asal-usulnya, dan jika dimungkinkan dapat
menjelaskan kualitas hadis.13
Untuk meneliti suatu hadis penulis akan mengangkat salah satu tema
pada kitab tafsir tematik tentang persoalan kepemimpinan. Dalam pandangan
Islam, kepemimpinan bukan merupakan persoalan kecil yang dapat
dipermainkan. Melainkan persoalan yang serius yang kelak akan dimintai
pertanggungjawabannya di yaumil akhir. Ajaran Islam telah mengingatkan
atas sejarah-sejarah terdahulu kepada umatnya untuk selalu berhati-hati dalam
memilih pemimpin, karena janggung jawab seorang pemimpin sangat besar,
baik dihadapan Allah maupun dihadapan manusia.14
Berkaitan dengan kepemimpinan, tidak ada batasan antara laki-dan
perempuan. Islam membolehkan perempuan terjun keranah politik seperti
laki-laki. Karena tujuan berpolitik sangat mulia, yaitu dengan membangun
kesejahteraan masyarakat dan kemaslahatan umat manusia.15
Sebagaimana
dalam sebuah hadis riwayat Imam Muslim, Rasulullah Saw bersabda:
ث نا ليث، ح و ث نا ق ت يبة بن سعيد، حدا ث نا اللايث، عن نافع، عن حدا د بن رمح، حدا ث نا مما حدا، ، عن الناب صلاى اهلل عليو وسلام أناو قال: أل كلكم راع، وكلكم مسئول عن رعياتو عمر ابن
راع، وىو مسئول عن رعياتو، والراجل راع على أىل ب يتو، وىو مسئول فالمري الاذي على النااس هم، والعبد راع على ما هم، والمرأة راعية على ب يت ب علها وولده، وىي مسئولة عن ل سيده عن
16نو، أل فكلكم راع، وكلكم مسئول عن رعياتو )رواه مسلم عن ابن عمر(وىو مسئول ع “Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa‟id telah menceritakan
kepada kami Laits, (dalam jalur lain disebutkan) telah menceritakan kepada
kami Muhammad bin Rumh telah menceritakan kepada kami Laits dari Nâfi‟
dari Ibn „Umar dari Nabi shallallahu „alaihi wasallam, bahwa beliau bersabda:
“Ingatlah bahwa setiap diri kalian adalah pemimpin dan kalian akan dimintai
13
Syuhudi Ismail, Kaedah Kesahihan Sanad Hadis: Kritis dan Tinjauan dengan
Pendekatan Ilmu Sejarah (Jakarta: Bulan Bintang, 1995), cet. Ke-11, h.9. 14
Quraish Shihab dkk, Tafsir Al-Qur‟an Tematik: Kedudukan dan Peran Perempuan
(Jakarta: Kemenag, 2012) jilid ke-2. h. 50. 15
Siti Musdah Mulia, Kemuliaan Perempuan Dalam Islam (Jakarta: Kompas, 2014) h.
73. 16
Tim penyusun Kemenag, Tafsir Al-Qur‟an Tematik: Kedudukan dan Peran
Perempuan (Jakarta: Kemenag, 2012), jilid ke-2. h. 54.
6
pertanggungjawaban atas kepemimpinan kalian. Seorang Amir (kepala
negara) adalah pemimpin, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas
kepemimpinannya. Seorang suami adalah pemimpin bagi keluarganya, ia
akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya. Seorang istri
adalah seorang pemimpin bagi rumah tangga dan anak-anaknya, dan ia akan
dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya. Maka ingatlah, bahwa
setiap dari diri kalian adalah pemimpin, dan kalian akan dimintai
pertanggungjawaban atas apa yang kalian pimpin.” (Riwayat Muslim dari
Ibnu „Umar)”
Hadis di atas menyatakan bahwa kaum perempuan adalah pemimpin
dalam keluarganya bersama-sama dengan suaminya, kepemimpinan yang
dimaksud bersifat kolektif, yang saling melengkapi satu sama lainnya.17
Persoalan kepemimpinan adalah persoalan yang sangat penting dan
strategis, karena ia sangat menentukan nasib sebuah keluarga, kelompok
masyarakat, dan bangsa. Sejarah telah membuktikan bahwa diantara ciri
masyarakat yang unggul dan menguasai peradaban adalah masyarakat yang
memiliki pemimpin yang berwibawa, tegas, adil, berpihak pada kepentingan
rakyat, memiliki versi yang kuat, dan mampu menghadirkan perubahan
kearah yang lebih baik.18
Islam juga mengajarkan kepada wanita bagaimana mereka harus
bertindak terhadap suaminya dalam pergaulan rumah tangga untuk
menciptakan kehidupan bersama yang harmonis.19
Begitu juga dengan adab
istri terhadap suami yaitu istri yang menjalankan peranannya dengan baik
sehingga menjadi istri salehah bagi suaminya diumpamakan seperti mahkota
emas di atas kepala raja, sementara istri yang tidak menjalankan perannya
laksana beban berat diatas punggung kakek tua. Salah satu kebahagian bagi
suami apabila ia mempunyai pasangan yang salehah. Ia menjadi milik
17
Tim penyusun Kemenag, Tafsir Al-Qur‟an Tematik: Kedudukan dan Peran
Perempuan (Jakarta: Kemenag, 2012), jilid ke-2. h. 54. 18
Tim penyusun Kemenag, Tafsir Al-Qur‟an Tematik: Kedudukan dan Peran
Perempuan, h. 47 19
N. munawwaroh, Wanita Karir Dalam Perspektif Hadits: Sebuah Kajian Tematik, h.
28.
7
berharga bagi suami. Sabda Rasulullah Saw yang diriwayatkan oleh Abû
Dâwûd sebagai berikut:
ث نا غيل ث نا أب، حدا ث نا يي بن ي على المحارب، حدا ث نا عثمان بن أب شيبة، حدا ن، عن حداا ن زلت ىذه الية: }والاذين يكنزون جعفر بن إياس، عن ماىد، عن ابن عبااس، قال: لما
ىب والفضاة{ ]التوبة: [، قال: كب ر ذلك على المسلمني، ف قال عمر رضي اللاو عنو: 43الذاف قال: يا نبا اللاو، إناو كب ر على أصحابك ىذه الية، ف قال رسول أنا أف رج عنكم، فانطلق،
ا »اللاو صلاى اهلل عليو وسلام: إنا اللاو ل ي فرض الزاكاة، إلا ليطيب ما بقي من أموالكم، وإنار عمر، ثا قال لو:«يث لتكون لمن ب عدكم ف رض الموار أل أخبك بري ما يكنز المرء؟ "، فكب ا
ها حفظتو". ) ها سراتو، وإذاأمرىاأطاعتو، وإذا غاب عن رواه أبو المرأة الصاالة، إذا نظر إلي داود(
„‟Inginkah kamu aku beritahu suatu kebaikan yang didambakan untuk
dimiliki oleh manusia (suami)? Jawabannya adalah perempuan yang salehah,
apabila suaminya memandang ia menggairahkan, jika suami menyuruhnya ia
menaatinya, dan jika suaminya tidak disampingnya ia memelihara dirinya.
(Riwayat Abû Dâwûd)20
Maksud dari pernyataan hadis diatas adalah seorang istri hendaknya
pandai bersikap, pandai memelihara kebersihan dan kecantikannya agar tetap
menarik pandangan suami. Pepatah mengatakan bahwa seorang istri paling
tidak harus bisa masak, pandai mengatur ekonomi rumah tangga, termasuk;
terampil masak-memasak, dan seorang istri selain berketurunan juga harus
pandai merawat dan mendidik anak.21
Al-Qur‟an dan hadis Nabi Saw banyak menerangkan peranan wanita
sebagai ibu rumah tangga, peranan ini lebih ditekankan pada usaha
pembinaan keluarga untuk mewujudkan keluarga bahagia atau keluarga yang
sakinah. Ibu yang melahirkan, merawat dan memelihara anak. Peranannya
sangat penting dalam mencetak generasi penerus. Sebagai ibu, ia harus
20
Tim penyusun Kemenag, Tafsir Al-Qur‟an Tematik: Kedudukan dan Peran
Perempuan, h. 141. 21
Muhammad Koderi, Bolehkah Wanita Menjadi Imam Negara (Jakarta: Gema Insani
Press, 1999), h. 58.
8
bertanggungjawab dalam mendidik anak agar menjadi orang beriman dan
terhindar dari siksa api neraka.22
Bahwasannya kementrian agama telah mempublikasikan kitab tafsir
mauḍui dengan beberapa tema tertentu. Diantara salah satunya dari buku atau
judul tafsir ini adalah kedudukan dan peran perempuan, buku tafsir ini salah
satu upaya meningkatkan kualitas pemahaman, penghayatan dan pengalaman
ajaran agama (al-Qur‟an) dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
Pentingnya meneliti kualitasnya karena buku yang ditulis oleh para
pakar, dan diterbitkan oleh kementrian agama RI yang seharusnya bisa
dijadikan rujukan masyarakat luas, dan dengan ilmu takhrij dapat diketahui
apakah suatu hadis benar-benar berasal dari Nabi ?. Lalu, siapa saja yang
meriwayatkan hadis tersebut?. Dan bagaimana kedudukan hadis? Maka dari
itulah yang akan diangkat dari skripsi ini yaitu; “Kualitas Hadis-Hadis dalam
kitab Tafsir Maudhui: Kedudukan dan Peran Perempuan dalam Keluarga dan
bagaimana para ulama umumnya medudukan hadis sebagai sumber ke-2 ?.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Dari topik yang dibahas diatas, ada beberapa masalah yang dapat
diidentifikasi, diantaranya:
a. Hadis kepemimpinan dan peran perempuan dalam keluarga
merupakan hadis yang perlu untuk dipahami secara mendalam.
b. Hadis kepemimpinan dan peran perempuan dalam keluarga
merupakan hadis yang perlu untuk diteliti baik secara saanad maupun
matan, agar dapat diketahui kesahihan hadis tersebut
c. Hadis kepemimpinan tugas dan peran perempuan dalam keluarga
merupakan hadis bagaimana tugas-tugasnya dalam rumah tangganya.
22
Muhammad Koderi, Bolehkah Wanita Menjadi Imam Negara, h. 55.
9
d. Hadis-hadis kepemimpinan dan peran perempuan dalam keluarga
merupakan hadis bagaimana menjadi seorang ibu dan istri yang baik
dan sholehah.
e. Dan bagaimana sebuah hadis itu digunakan, didudukan serta fungsi
dalam al-Qur‟an.
2. Batasan Masalah
Dari beberapa masalah yang telah diidentifikasi diatas, maka
pembahasan hadis hadis kepemimpinan perempuan dan peran istri dalam
keluarga pada penelitian ini akan dibatasi pada penelitian sanad maupun
matan, agar dapat diketahui kesahihan hadis tersebut, kedudukan hadis
sebagai sumber ke-2 dan peran perempuan dalam keluarga merupakan
hadis bagaimana tugas-tugasnya dalam rumah tangganya.
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan diatas, maka penulis akan memfokuskan
pada: Bagaimana kualitas kepemimpinan perempuan dan peran istri
dalam keluarga dan Bagaimana kedudukan hadis sebagai sumber ke-2 ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk memenuhi tugas akhir perkuliahan, guna memperoleh gelar
kesarjanaan Strata 1 (S1) di Jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Untuk mengetahui kualitas sanad hadis-hadis yang terdapat dalam buku
Tafsir Mauḍui: Kedudukan dan Peran Perempuan, khususnya pada pasal
kepemimpinan perempuan.
3. Sebagai upaya mensemarakkan literatur keislaman, utamanya berkaitan
dengan kajian hadis.
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat diantaranya:
1. Memberikan sumbangsih dalam wacana pemikiran untuk mewujudkan
semangat akademik, khususnya pada ilmu pengetahuan.
10
2. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan mampu membuka cakrawala
penulis tentang aktualisasi hadis dalam masyarakat, sehingga berguna
dalam interaksi sosial.
D. Tinjauan Pustaka
Pembahasan tentang kualitas sanad hadis sudah banyak yang membahas,
namun dalam judul dan objek kajian hadis yang berbeda-beda. Adapun dalam
judul ini penulis membahas kualitas hadis yang terdapat dalam buku Tafsir
Maudhui: Kedudukan dan Peran Perempuan. Diantaranya yang penulis
temukan dalam Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah:
1. Skripsi yang berjudul “Kepemimpinan Perempuan dalam Pandangan
masyarakat Bababkan Tasikmalaya (Analisis Terhadap Hadis Lan
Qawmun Walaw Amrahum Imra‟atan)” yang di tulis oleh Wahyu
Ismatullah dari Mahasiswa UIN Jakarta, yang membahas larangan
perempuan jadi pemimpin karna perasaan perempuan terlalu lemah dan
kurang tegas dalam memutuskan suatu kebijakan. Dengan menggunakan
metode Field Research dan Library Research.23
2. Skripsi yang berjudul “Konsep Kepemimpinan Perempuan Dalam
Keluarga: Kajian Atas Q.S. an-Nisa (4): 34” yang di tulis oleh Masfufah
dari Mahasiswa UIN Jakarta, membahas tentang Konsep Kepemimpinan
Perempuan Dalam Keluarga: Kajian Atas Q.S. an-Nisa (4): 34. Dengan
menggunakan metode Library Research maka hasil yang didapat adalah
Kepemimpinan Perempuan Dalam Keluarga: Kajian Atas Q.S. an-Nisa
(4): 34, menekankan adanya pembagian fungsi dalam keluarga danbisa
bertanggungjawab, adil, dan memegang kendali/kontrol.24
3. Skripsi yang berjudul “Peran Perempuan dalam Periwayatan Hadis: Studi
atas Hadis-hadis Hafzah Binti Umar bin Khattab” yang di tulis oleh Siti
23
Wahyu Ismatullah, Kepemimpinan Perempuan dalam Pandangan Masyarakat
Bababkan Tasikmalaya (Analisis Terhadap Hadis Lan Qawmun Walaw Amrahum Imra‟atan)
(Skripsi S1 Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ushuluddin, Jurusan
Tafsir Hadis, 2014). 24
Masfufah, Konsep Kepemimpinan Perempuan Dalam Keluarga: Kajian Atas Q.S. An-
Nisa (4):34, (Skripsi S1Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Islam Negri Syarif
Hidayatullah Jakarta 2014).
11
Ulfah Mahfudoh dari Mahasiswa UIN Jakarta, menurut pandangan hafzah
binti umar bin khattab peran perempuan secara umum persmaannyadalam
penelitian ini terdapat tugas-tugas yang dilakukan perempuan.25
4. Skripsi yang berjudul “Peran Perempuan dalam Periwayatan Hadis: Studi
atas Hadis-hadis Ummu Habibah (Ramlah bin Abi Sufyan)” yang di tulis
oleh Lenny Masdam Lubis dari Mahasiswa UIN Jakarta, membahas hak-
hak dan pesan moral kepada wanita perbedaannya terletak pada pandangan
Ummu Habibah (Ramlah bin Abi Sufyan).26
5. Skripsi yang berjudul “Persepsi Laki-Laki terhadap Kepemimpinan
Perempuan dalam Militer (Studi Kasus di Komando Daerah Militer
Jaya/Jayakarta)” yang di tulis oleh Kumtum Chairul Ummah dari
Mahasiswa UIN Jakarta, dengan menggunakan metode kualitatif atau
penelitian lapangan di daerah tertentu.27
6. Skripsi yang berjudul “Peran Perempuan Dalam Ruang Publik Dan
Domestik (Studi Pemikiran Prof. Dr. Hj. Tutty Alawiyah AS)” yang di
tulis oleh Muhammad Abi Aulia dari Mahasiswa UIN Jakarta, bagaimana
hak-hak dan kewajiban perempuan dalam pandangan Hj. Tutty
Alawiyah.28
7. Skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Konflik Peran Ganda Wanita
dengan Kepuasan Pernikahan” yang ditulis oleh Siti Muflichah dari
Mahasiswa UIN Jakarta,dengan menggunakan metode studi lapangan yang
25
Siti Ulfah Mahfudoh, Peran Perempuan dalam Periwayatan Hadis: Studi atas Hadis-
hadis Hafzah Binti Umar bin Khattab, (Skripsi S1Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Universitas
Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta 2008). 26
Lenny Masdam Lubis, Peran Perempuan dalam Periwayatan Hadis: Studi atas
Hadis-hadis Ummu Habibah (Ramlah bin Abi Sufyan), (Skripsi S1Fakultas Ushuluddin dan
Filsafat, Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta 2010). 27
Kuntum Chairum Ummah, Persepsi Laki-Laki terhadap Kepemimpinan Perempuan
dalam Militer (Studi Kasus di Komando Daerah Militer Jaya/Jayakarta), (Skripsi S1Fakultas
Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta 2014). 28
Muhammad Abi Aulia, Peran Perempuan Dalam Ruang Publik Dan Domestik (Studi
Pemikiran Prof. Dr. Hj. Tutty Alawiyah AS),(Skripsi S1Fakultas Syari‟ah dan Hukum, Universitas
Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta 2017).
12
mana penelitian ini menghubungkan tidak adanya hubungan negatif antara
konflik peran ganda wanita dengan kepuasan pernikahan.29
8. Skripsi yang berjudul “Peran Ibu dalam Pembentukkan Kepribadian Anak
Sholeh menurut Konsep Islam” yang ditulis oleh Anisa Choirunnisa dari
Mahasiswa UIN Jakarta, dengan membahas hak-hak dan tatacara agar
anak menjadi anak yang sholeh.30
9. Artikel yang berjudul “Peran Ibu dalam Pengasuhan dan Pendidikan
Anak” yang ditulis oleh Diana Mutiah dari Dosen UIN Jakarta Fakultas
Psikologi, menggunakan pandangan para ahli terhadap peran ibu
kesamaannya terdapat pada teori-teori.31
10. Skripsi yang berjudul “ Kedudukan Seorang Istri Sebagai Pencari Nafkah
Utama Dalam Keluarga Perspektif Hukum Islam (Studi Kasus di Desa
Dibal, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali)” yang ditulis oleh
Saifu Rabby El-Baqy dari Mahasiswa IAIN Surakarta, penelitian lapangan
yang mana suatu desa itu mengharuskan seorang perempuan wajib
mencari nafkah. Persamaan dari penelitian yang lain ialah sama-sama
menggunakan teori dasar kepemimpinan.32
Penulis akan kemukakan kajian kualitas hadis lalu dikaitkan dengan kasus
dan objek yang dipilih oleh penulisnya. Karna penulis tidak menemukan
adanya kajian kualitas hadis dengan objek buku Tafsir Maudhui: Kedudukan
dan Peran Perempuan (Pasal yang Menerangkan Kepemimpinan Perempuan
dalam Keluarga).
29
Siti Muflichah, Hubungan Antara Konflik Peran Ganda Wanita dengan Kepuasan
Pernikahan, (Skripsi S1Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta
2006). 30
Anisa Choirunnisa, Peran Ibu dalam Pembentukkan Kepribadian Anak Sholeh
menurut Konsep Islam, (Skripsi S1Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negri
Syarif Hidayatullah Jakarta 2013). 31
Diana Mutiah, Peran Ibu dalam Pengasuhan dan Pendidikan Anak, (Artikel Fakultas
Psikologi, Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta 2014). 32
Saifu Rabby El-Baqy, Kedudukan Seorang Istri Sebagai Pencari Nafkah Utama
Dalam Keluarga Perspektif Hukum Islam (Studi Kasus di Desa Dibal, Kecamatan Ngemplak,
Kabupaten Boyolali), (Skripsi S1Fakultas Syari‟ah, Universitas IAIN Surakarta, 2016).
13
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ilmiah adalah langkah-langkah dalam mendapatkan
pengetahuan ilmiah atau ilmu. Dalam penelitian banyak metode dan
pendekatan-pendekatan yang dapat digunakan. terdapat dua macam
pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Dalam hal ini, penulis
menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang berlaku bagi pengetahuan
humanistik atau interpretative yang secara teknis penekanannya lebih pada
teks.
2. Sumber Data
Sumber dalam data penelitian kepustakaan ini terbagi menjadi dua, yaitu
sumber primer dan sumber pendukung yang seluruhnya adalah teks.
a. Sumber Primer
Sumber primer yang akan dijadikan rujukan dalam penelitian ini
adalah referensi-referensi yang mampu menunjukkan data secara
komprehensif tentang tercantumnya perintah membunuh dalam hadis-
hadis jinayah, diantaranya: al-Kutub al-Sittah : 1) Ŝahîh al-Bukhâri 2)
Ŝahîh Muslim 3) Sunan al-Nasâ‟i 4) Sunan Ibn Mâjah 5) Sunan al-
Tirmidzî 6) Sunan Abû Dâwud.
b. Sumber Sekunder (pendukung)
Adapun sumber sekunder dalam penelitian ini adalah buku-buku
hadis dan tafsir, buku-buku yang membahas khusus materi penelitian
yaitu Kitab Tafsir al-Qur‟an Tematik Kementrian Agama RI. Dan lebih
khususnya dalam Islam: buku-buku yang membahas kepemimpinan
perempuan dan peran istri dalam keluarga, dan seputar tentang
kedudukan hadis begitu juga dengan fungsinya.
3. Metode Pengumpulan Data
Dalam hal pengumpulan data, penulis menggunakan teknik riset
kepustakaan (Library Research) yaitu mengumpulkan data-data yang akan
14
dibahasdan menelaah referensi dari yang berhubungan dengan
permasalahan.33
Pengumpulan data juga akan dilakukan dengan mentakhrij hadis. Adapun
kitab yang dijadikan rujukan adalah al-Mu‟jam al-Mufahras li Alfâdz al-
Hadîs al-Nabawi, Mausû‟ah al- Athrâf al-Hadits al-Nawawi al-Syarif, Miftâh
Kunûz al-Sunnah karyanya ialah AJ. Wensinck dan „Abd al-Bâqi. Penulis
mengambil hadis-hadis dari beberapa kitab-kitab induk hadis. Penulis juga
menggunakan Maktabah Syâmilah untuk mempermudah dalam pencarian
data.
4. Metode Pengolahan dan Analisa Data
Dalam penelitian ini penulis melakukan Penelitian ini menggunakan
metode pembahasan deskriptif analisis, yaitu sebuah metode yang
menguraikan terlebih dahulu permasalahan yang akan dikaji sebagai
gambaran awal, setelah itu baru dianalisa atau diteliti, sehingga dapat diambil
suatu kesimpulan secara khusus.
Adapun langkah-langkah dalam penelitian ini penulis menggunakan
metode kajian Hadis Maudhui. Menurut Mustafâ Muslim Maudhui adalah
mengumpulkan ayat-ayat atau hadis-hadis yang bertebaran dalam al-Qur‟an
atau hadis-hadis yang terkait dengan topik dan tujuna tertentu kemudian
disusun sesuai dengan pemahaman dan penjelasan, pengkajian dan penafsiran
dalam masalah tersebut.34
Berdasarkan penjelasan diatas langkah-langkah pengkajian hadis dengan
metode maudhu‟i (tematik) antara lain adalah:
a. Menentukan tema atau masalah yang akan dibahas.
b. Mengumpulkan data hadis-hadis yang terkait dalam satu tema, baik
secara lafadz maupun secara makna melalui takhrîj al-Hadis
c. Melakukan pengembangan dan pengemberan makna dengan
pendekatan kontekstual.
33
J. R Raco, Metodelogi penelitian kualitatif jenis, karakteristik, dan keunggulan,
(Jakarta: Grafindo, 2010), h.60. 34
Ulfatun Najah, Silaturahim Dalam Perspektif Hadis (Kajian Tematik Hadis), (Skripsi
S1Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta 2017).
15
d. Mengambil kesimpulan.
5. Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan dalam skripsi ini berasarkan pedoman akademik
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2017
Program Strata 1, yang diterbitkan oleh biro Administrasi Akademik dan
Kemahasiswaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah penulisan skripsi ini, maka penulis membagi
pembahasan menjadi beberapa bab yang diuraikan dalam sistematika berikut.
BAB I Pendahuluan yang menjadi pengantar umum kepada isi skripsi, bab
ini berisi latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode
penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II Membahas tentang kitab tafsir al-Qur‟an tematik kedudukan dan
peran perempuan, yang berisi penulisan tafsir tematik kemenag RI,
tim penyusun Tafsir tematik kemenag RI, corak penafsiran dan
karakteristik tafsir tematik kemenag RI.
BAB III Berisi landasan teori, yaitu: 1. hadis, yang berisi penggunaan dan
fungsi hadis dalam al-Qu‟an dan proses mengungkapkan proses
takhrij. 2. Kepemimpinan dan peran perempuan dalam keluarga.
BAB IV Merupakan bab untuk melakukan takhrij hadis, yaitu: A. hadis
kepemimpinan perempuan dalam keluarga, yang berisi 5 point: teks
hadis dan terjemahan, kegiatan takhrij hadis, penelitian sanad
hadis, penelitian matan hadis, dan lampiran skema Hadis. Begitu
pula dengan B. hadis kepemimpinan perempuan dalam keluarga,
yang berisi 5 point: teks hadis dan terjemahan, kegiatan takhrij
hadis, penelitian sanad hadis, penelitian matan hadis, dan lampiran
skema hadis.
BAB V Bab terakhir, berupa penutup yang berisi tentang kesimpulan dan
dilanjutkan dengan saran dan lampiran biodata.
16
BAB II
SEPUTAR TAFSIR AL-QUR’AN TEMATIK KEMENAG RI
A. Penulisan Tafsir Tematik Kemenag RI
Al-Qur‟an telah menyatakan dirinya sebagai kitab petunjuk (hudan) yang
dapat menuntun umat manusia menuju ke jalan yang benar. Untuk
mengungkapkan petunjuk dari al-Qur‟an, telah dilakukan berbagai kajian oleh
sejumlah ulama yang berkompeten sejak masa awal Islam hingga masa kini.
Namun, keindahan bahasa dan keluasan makna al-Qu‟an membuat kajian-kajian
al-Qur‟an bagai tak lekang oleh zaman. Setiap generasi yang mengkaji al-Qur‟an
selalu menemukan pesan-pesan baru yang belum ditemukan oleh generasi
sebelumnya. Dari sinilah muncul sejumlah karya tafsir dalam berbagai corak dan
metodenya.
Kajian tafsir di Indonesia telah dilakukan oleh para ulama sejak awal
masuknya Islam ke Indonesia. Secara kronologis, dari dekade ke dekade, literatur
tafsir al-Qur‟an di Indonesia mengalami dinamika yang menarik, baik dari segi
penyampaian, tema-tema kajian, serta sifat penafsir.1 Dalam konteks sifat mufasir
ini, karya tafsir di Indonesia secara garis besar terbagi menjadi dua macam, yaitu
mufasir individual dan mufasir kolektif atau tim. Istilah mufasir individual
digunakan untuk menunjukkan bahwa suatu karya tafsir lahir dan ditulis oleh satu
orang. Sedangkan mufasir kolektif menunjukkan bahwa karya tafsir disusun oleh
lebih dari satu orang.2
Salah satu karya tafsir yang disusun secara kolektif adalah karya tafsir yang
disusun oleh lembaga resmi di bawah naungan Kementrian Agama Republik
Indonesia. Hal ini tercermin dengan hadirnya Tafsir Tematik Kementrian Agama
Republik Indonesia di tengah masyarakat Indonesia, yang disusun oleh Lajnah
Pentashihan Mushaf al-Qur‟an.
Karya tafsir kolektif ini diakomodir oleh pemerintah adalah al-Qur‟an dan
Tafsirnya yang disusun oleh Departemen Agama sejak tahun 1972, dan
1 Islah Gusmian, Khazanah Tafsir Indonesia (Yogyakarta: Lkis, 2013), h. 67.
2 Islah Gusmian, Khazanah Tafsir Indonesia, h. 187-188.
17
menggunakan pendekatan tahlili.3 Selanjutnya, Departemen Agama (dalam proses
berganti nama menjadi Kementrian Agama) menyusun tafsir kolektif yang
berdasar pada tafsir tematik. Adapun untuk melihat lebih jelas bagaimana karya
tafsir ini, maka dibawah akan dibahas tentang sejarah penulisan tafsir dan tim
penyusunnya.
Latar belakang penulisan Tafsir al-Qur‟an Tematik karya Kementrian Agama
ini tidak terlepas dari hiruk pikuk kehidupan beragama diIndonesia. Pemerintah
sebagai otoritas tertinggi berkewajiban memberikan perhatian besaratas
terciptanya kondisi kehidupan beragama yang rukun dan tentram di Indonesia,
sebagaimana amanat pasal 29 Undang-Undang Dasar 1945. Pada era
pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, UUD ini dilaksanakan
dengan mengeluarkan peraturan Presiden Repulik Indonesia Nomor 7 tahun 2005
tentang rencana pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004 hingga
2009.
Salah satu upaya untuk mewujudkannya, maka Lajnah Pentashih al-Qur‟an
menyusun kitab Tafsir ini berdasarkan masukan dan rekomendasi Muker para
ulama al-Qur‟an diciloto, pada tanggal 14 hingga 16 Desember 2006, setelah
sebelumnya pemerintah juga menerbitkan al-Qur‟an dan Terjemahannya serta al-
Qur‟an dan Tafsirnya. Kehadiran dari tafsir al-Qur‟an dalam berbagai model
pendekatannya merupakan realisasi program pemerintah untuk memenuhi
kebutuhan akan ketersediaan kitab suci bagi umat beragama.4 Kemenag berharap
bahwa masyarakat muslim dapat meningkatkan kualitas pemahaman,
penghayatan, dan pengalaman ajaran agama dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Tafsir ini juga sebagai bentuk pengawalan atau tafsir
standar terhadap berbagai tafsir yang muncul di Indonesia, terutama mereka yang
3 Tahlili adalah menafsirkan ayat-ayat al-Qur‟an dengan memaparkan segala aspek yang
terkandung di dalam ayat-ayat yang ditafsirkan serta menerangkan makna-makna yang tercakup
didalamnya sesuai dengan keahlian dan kecenderungan mufassir yang menafsirkan ayat-ayat
tersebut. Nasharuddin Baidan, Metodologi Penafsiran al-Qur‟an, h. 31. 4 Tim penyusun Kemenag, Tafsir al-Qur‟an Tematik, (Jakarta: Lajnah Pentashihan
Mushaf al-Qur‟an, 2012), cet ke-2, jilid 2 h. xxvii
18
sering melakukan tafsiran terhadap teks-teks agama.5
Dengan itu, maka
Kementrian Agama merasa terdorong untuk menyusun tafsir tematik.
Pada edisi pertama tahun 2007, tema-tema yang diangkat adalah hubungan
antar Umat Beragama, al-Qur‟an dan pemberdayaan kaum dhuafa, dan
membangun keluarga harmonis.6 Adapun tahun 2008 terbit sebanyak lima tema
yaitu pembangunan ekonomi umat, Kedudukan dan Peran Perempuan, Etika
berkeluarga, bermasyarakat dan berpolitik, pelestarian lingkungan hidup, dan
kesehatan dalam perpektif al-Qur‟an. Pada tahun 2010, tema-tema yang terbit
sebanyak lima tema, yaitu spritual dan akhlak, kerja dan ketenagakerjaan,
keniscayaan hari akhir, pendidikan, pembangunan karakter dan pengembangan
SDM, serta hukum keadilan dan HAM.7
Kemudian, Tafsir tematik Kemenag edisi revisi 2014 ini memiliki beberapa
tema dengan 9 jilid, yaitu: 1) Hubungan antar Umat beragama, al-Qur‟an dan
Pembebasan, 2) Membangun keluarga harmonis, pembangunan ekonomi umat, 3)
Kedudukan dan peran perempuan, etika berkeluarga, bermasyarakat, dan
berpolitik, 4) Pelestarian lingkungan hidup, kesehatan dalam perspektif al-Qur‟an,
5) Spiritualitas dan akhlak, 6) Kerjadan ketenagakerjaan, 7) Keniscayaan hari
akhir, 8) Pendidikan, pembangunan karakter dan pengembangan sumber daya
manusia, 9) Hukum, keadilan, dan hak asasi manusia. Apabila dilihat dari tem-
tema yang disajikan, maka edisi revisi 2014 ini mencakup semua tema dalam edisi
sebelumnya, yaitu 2007-2010. Ada beberapa tema yang digabungkan menjadi satu
jilid. Seperti jilid 1, jilid 2, jilid 3, dan jilid 4.
Tafsir tematik ini disusun berdasarkan dinamika masyarakat dan
perkembangan ilmu pengembangan dan teknologi pada saat itu, karena
masyarakat memerlukan tafsir yang praktis dan mudah dipahami. Hal ini bisa
dilihat dari pemilihan tema-tema yang dibahas dalam Tafsir al-Qur‟an Tematik
ini.
5Surya Dharma Ali, “Sambutan Mentri Agama RI” dalam Kementrian Agama, Tafsir
al-Qur‟an Tematik: Kedudukan dan Peran Perempan (Jakarta: Kementrian Agama, 2012), h. xi-
xii. 6 Tim Penyusun Kemenag, Tafsir al-Qur‟anTematik, h. vxi.
7 Lihat di WWW.KEMENAG.GO.ID tentang synopsis tafsir tafsir al-Qur‟an tematik.
Diakses pada 12 Maret 2015.
19
B. Tim Penyusun Tafsir Tematik Kemenag RI
Penyusunan tafsir ini terdiri dari tim-tim yang ahli tafsir, ulama al-Qur‟an dan
para cendikiawan, diantaranya pada edisi tahun 2007, nama-nama penyusunnya
ialah Dr. H. Muslich M. Hanafi, M.A sebagai ketua, sedangkan wakilnya adalah
Dr. H. Bunyamin Yusuf, MA. Adapun anggotanya adalah Dr. H. Asep Usman
Ismail, M.Si, Drs. H. Muslim Gunawan, Dr. H. Nur Kholish Setiawan, Dr. H. Ali
Nurdin, M.A, Dr. H. Ahmad Husnul Hakim, MA, dan Dr. Hj. Nur Rofi‟ah, MA.
Sedangkan para ulama seperti Prof. Dr. H. Quraish Shihab, MA, Prof. Dr. H.
Nasaruddin Umar, MA, Prof. Dr. H. Didin Hafiduddin, M.Sc,dan Dr. H. Ahsin
Sakho Muhammad, MA menjabat sebagai narasumber atau pembina.
Penulisan tafsir pada edisi 2008 ada beberapa perbedaan nama-nama
penyusunannya, akan tetapi posisi ketua dan wakil ketua tidak ada perubahan.
Adapun nama-nama baru yang muncul pada edisi ini adalah Prof. H. Maman
Abdurrahman, MA., Prof. Dr. Hj. Huzaimah T. Yanggo, MA., Dr. H. Ahmad
Lutfi Fathullah, MA., Dr. H. Setiawan Budi Utomo, MA., Dr. Hj. Sri Mulyati,
MA., serta H. Irfan Mas‟ud, MA. Beberapa nama-nama yang bergabung dalam
edisi penyusunan tahun 2007 tidak terlihat pada tahun 2008. Seperti Dr. Phil. H.
Nur Kholis Setiawan, MA. Dan Dr. Hj. Nur Rofi‟ah, M,A.8
Edisi tahun 2010, tim penyusun mengalami penambahan dan juga
pengurangan, akan tetapi untuk posisi inti seperti ketua, wakil, dan sekretaris tidak
mengalami perubahan. Nama-nama baru yang muncul pada tahun ini adalah prof.
Dr. Muhammad Chirzin, MA., Prof. Dr. H. Afif Muhammad, MA., Prof. Dr. H.
Salim Umar, MA., Prof. Dr. Rosihin Anwar, MA., dan Dr. KH. Malik Madani,
MA., dan Hj. Yuli Yasin, MA. Dan ada satu nama pada tahun 2007 bergabung
dan pada tahun 2010 bergabung lagi, yakni Dr. H. Nur Kholis Setiawan, MA.
Sedangkan ada tiga nama yang selalu bergabung dari 2007 sampai 2010 adalah
Dr. H. Asep Usman Ismail, MA., Dr. H. Ahmad Husnul Hakim, MA., serta Dr. H.
Ali Nurdin, MA.
8 Lihat di WWW.KEMENAG.GO.ID tentang synopsis tafsir tafsir al-
Qur‟an tematik. Diakses pada 12 Maret 2015.
20
Edisi tahun 2012, tim penyusun mengalami penambahan dan juga
pengurangan, akan tetapi untuk posisi inti seperti ketua tetap sama, wakilnya ialah
Prof. Dr. H. Darwis Hude, M.Si. adapun sekretarisnya ialah Dr. H. M. Bunyamin
Yusuf Surur, MA. Nama-nama anggota yang baru muncul pada tahun ini ialah
sebagai berikut: Prof. H. Maman Abdurrahman, MA., Prof. Dr. Hj. Huzaimah T.
Yanggo, MA., Dr. H. Asep Usman Ismail, MA., Dr. H. Ahmad Lutfi Fathullah,
MA., Dr. H. Setiawan Budi Utomo, MA., Dr. Hj. Sri Mulyati, MA., Drs. H.
Muslim Gunawan, Dr. H. Ahmad Husnul Hakim, MA., Dr. H. Ali Nurdin, M.A.,
H. Irfan Mas‟ud, MA,9
Dillihat dari tim penyusun pada edisi revisi tahun 2014, dalam tafsir tematik
edisi revisi tersebut sama seperti tim penyusun edisi tahun 2008. Namun, apabila
melihat tema-tema yang diangkat, semua temanya mencakup tema pada edisi
2007 sampai dengan 2012, sebagaimana dicantumkan pula dalam bagian awal
pada siap tema.
Beberapa pergantian personil pada tim penyusun dalam edisi penerbitan dari
pertama sampai edisi revisi 2014 terjadi proses pergantian, penambahan, maupun
pengurangan. Jika dilihat dari aspek kualifikasinya dan kompetisinya, maka dapat
dipetakan menjadi dua kriteria. Pertama, pejabat Kementrian Agama ang
memiliki kedudukan di Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur‟an dan Puslitbang
Kehidupan Keagamaan dan memiliki dan kompetensi dibidang tafsir, pejabat-
pejabat tersebut memiliki posisi tinggi, seperti ketua dan sekretaris. Kedudukan
ini tidak ada perubahan dari awal edisi sampai edisi terakhir. Adapun tujuannya
menurut penulis adalah untuk mempermudah koordinasi dalam penyusunan tafsir.
Kedua, beberapa pakar tafsir dari beberapa perguruan tinggi Agama Islam, seperti
PTIQ, IIQ, UIN Syarif Hidayatullah, UIN Sunan Kalijaga, UIN Sunan Gunung
Djati, dan lainnya.
Melihat dari nama-nama penyusun tafsir tersebut menurut bacaan penulis
bahwa tim penyusun masih berlingkup di kalangan Ibuu kota yang mendominasi,
9 Kata Pengantar Muhammad Shohib, “Kata Pengantar Kepala Lajnah Pentashihan”,
dalam Tim Penyusun, Tafsir al-Qur‟an Tematik, h. xvii.
21
seperti Prof. Dr. Quraish Shihab, dan lainnya. Akan tetapi, perbedaan tim
penyusun disini tidak memiliki pengaruh implikatif dalam penafsirannya.
Tema-tema yang ditetapkan dalam penyusunan tafsir tematik mengacu
pada berbagai dinamika dan perkembangan yang terjadi dimasyarakat dan yang
termaktub dalam rencana pembangunan jangka menengah Nasional. Tema-tema
yang yang diterbitkan pada tahun 2012 ada 5 tema yaitu:10
1. Jilid Pertama, warna dasar cover Merah tua (Maroon) dihiasi pada motif
lis yang berwarna putih dan biru serta tema pada tulisan cover buku
berwana kuning, ukuran bukunya 16 x 23,5 cm dengan berjumlah 300
halaman. Judul dari jilid pertama ialah Pembangunan Ekonomi Umat,
dengan pembahasan: 1) Harta dalam Al-Qur‟an. 2) Sumber-sumber Harta
yang Haram. 3) Korupsi, Kolusi, Nepotisme, dan Suap (KKNS). 4)
Keberkahan (Barakah). 5) Kemaslahatan (Maslahah) dalam Ekonomi. 6)
Pola Konsumsi. 7) Pola Produksi. 8) Dimensi Ekonomi dalam Kehidupan
para Nabi dan Rasul.
2. Jilid kedua, warna dasar cover Merah tua (Maroon) dihiasi pada motif lis
yang berwarna putih dan merah muda (pink) serta tema pada tulisan cover
buku berwana kuning, ukuran bukunya 16 x 23,5 cm dengan berjumlah
346 halaman. Judul dari jilid kedua ialah Kedudukan dan Peran
Perempuan, dengan pembahasan: 1) Pendahuluan. 2) Asal-Usul
Penciptaan Laki-laki dan Perempuan. 3) Kepemimpinan Perempuan. 4)
Peran Perempuan dalam Bidang Sosial. 5) Aurat dan Busana Muslimah. 6)
Peran Perempuan dalam Keluarga. 7) Perempuan dan Hak Waris. 8)
Perempuan dan Kepemilikan. 9) Kesaksian Perempuan. 10) Perzinaan dan
Penyimpangan Seksual. 11) Pembunuhan Anak dan Aborsi.
3. Jilid ketiga, warna dasar cover Merah tua (Maroon) dihiasi pada motif lis
yang berwarna putih dan Oren serta tema pada tulisan cover buku berwana
kuning, ukuran bukunya 16 x 23,5 cm dengan berjumlah 419 halaman.
Judul dari jilid ketiga ialah Etika Berkeluarga, bermasyarakat, dan
10
Kata Pengantar Muhammad Shohib, “Kata Pengantar Kepala Lajnah Pentashihan”,
dalam Tim Penyusun, Tafsir al-Qur‟an Tematik, h. Xvi-xvii. Jilid. 2.
22
Berpolitik, dengan pembahasan: 1) Pendahuluan. 2) Etika Politik. 3) Etika
Berbangsa dan Bernegara. 4) Etika Hubungan Internasional dan
Diplomasi. 5) Etika Pemimpin. 6) Etika Dialog. 7) Etika Komunikasi dan
Informasi. 8) Etika Bermasyarakat. 9) Etika Berekspresi. 10) Etika
berkeluarga. 11) Akhlak Berdakwah.
4. Jilid keempat, warna dasar cover Merah tua (Maroon) dihiasi pada motif
lis yang berwarna putih dan Hijau serta tema pada tulisan cover buku
berwana kuning, ukuran bukunya 16 x 23,5 cm dengan berjumlah 302
halaman. Judul dari jilid keempat ialah Pelestarian Lingkungan Hidup,
dengan pembahasan: 1) Pendahuluan. 2) Eksistensi tetumbuhan dan
pepohonan. 3) Eksistensi Air. 4) Eksistensi Awan dan Angin. 5) Eksistensi
Tetumbuhan dan Pepohonan. 6) Eksistensi Binatang. 7) Kebersihan
Lingkungan. 8) Kerusakan Lingkungan. 9) Term al-Qur‟an yang Terkait
dengan Kerusakan Lingkungan
5. Jilid kelima, warna dasar cover Merah tua (Maroon) dihiasi pada motif lis
yang berwarna putih dan Coklat serta tema pada tulisan cover buku
berwana kuning, ukuran bukunya 16 x 23,5 cm dengan berjumlah 355
halaman. Judul dari jilid ketiga ialah Kesehatan dalam Perspektif al-
Qur‟an, dengan pembahasan: 1) Kebersihan. 2) Kehamilan dan Proses
Kelahiran. 3) Menyusui dan Kesehatan. 4) Pertumbuhan Bayi. 5)
Grontologi Kesehatan Lanjut Usia. 6) Fenomena Tidur. 7) Makanan dan
Minuman. 8) Pola Hidup Sehat. 9) Kesehatan Mental. 10) Kesehatan
Masyarakat.
C. Corak Penafsiran dan Karakteristik Tafsir Tematik Kemenag RI
Tipologi karya tafsir dalam tulisan ini berangkat darii pemetaan karya tafsir
dengan menggunakan pandangan Sahiron Syamsuddin terbagi menjadi tiga, quasi
obyektivis tradisionalis, quasi subjektivis, dan quasi obyektivis modernis.11
Pertama, Ciri dari pandangan tipe obyektifis tradisionalis adalah biasanya
11
M. Nurdin Zuhdi, Pasaraya Tafsir al-Qur‟an di Indonesia (Yogyakarta: Kaukaba
2014), h. 34.
23
menggunakan diskursus pada pendekatan linguistik semata, kaidah kebahasaan
menjadi sangat pentingdan menjadi tolak ukur penafsiran, dalam beberapa kitab
tafsir klasik seringkali pendekatan dengan kajian ini. Pemahaman linguistik kata
yang dominan punya kelemahan yang sangat menonjol yaitu makna universal
dalam kajian ayat atau kata ini menjadi hilang atau terabaikan. Produk penafsiran
seperti ini tidak dapat diharapkan akan mampu menjawab problematika kekinian
yang tengah berkembang karena produk tersebut tidak dapat menampilkan makna
universal dibalik ayat yang ditafsirkan. Pada hasilnya kontektualisasi ayat
diabaikan dan mendalami kontektualisasi kebahasaan semata.
Kedua, Dalam pandangan quasi subyektivis adalah pendekatan tafsir dengan
benar-benar meninggalkan karya klasik sebagai sebuah pintu masuk penafsiran.
Penafsiran ini adalah penafsiran yang menggunakan pendekatan ilmu-ilmu
kontemporer, semacam eksakta maupun non eksakta. Model penafsiran seperti ini
di Indonesia masih belum ada, karena sebaik-baiknya penafsiran dalam abad
sekarang ini masih perlu untuk merujuk karya klasik sebagai pijakan awal,
walaupun terkadang pada poin terakhirnya penafsir bersebrangan dengan
pandangan penafsir klasik sebagai upaya untuk memberikan pembeda dan
mempermudah memperlihatkan metode yang digunakan dalam penafsiran
tersebut.
Dalam tipe yang ketiga adalah quasi obyektifis modern, ciri dari corak karya
ini adalah penafsiran yang nuasanya adalah masyarakat dan sosial. Hal ini
sebagaimana Nashirudin Baidan menyatakan adanya tafsir maudhu‟i dengan
menggunakan tema-tema tertentu misalnya “etik berpolitik”. 12
Disamping itu,
juga dipaparkan munâsabah ayat, asbâb al-nuzûl, baik mikro maupun makro serta
mengaitkan dengan kasus-kasus kekinian adalah upaya menafsirkan dengan corak
gaya penafsiran seperti ini, walaupun pada awalnya selalu dibuka dengan kajian
klasik sebagai pintu masuk, kontektualisasi diera sekarang harus kental dalam
metodelogi tafsir gaya ini. Dengan metodologi penafsiran tersebut, diharapkan
12
Nashirudin Baidan, Tafsir Maudhu‟i: Solusi Qur‟ani atas Masalah Sosial
Kontemporer (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), h. 195-210.
24
mampu menjawab problem-problem kekinian yang sedang ada dan membutuhkan
penyelesaian.
Sehingga apabila dari segi tipologi tafsirnya, sebagaimana yang dijelaskan
diatas maka tafsir al-Qur‟an tematik ini masuk dalam tipologi yang ketiga, yaitu
quasi objektivis modernis, namun dalam sisi linguistiknya masih sangat kentara.
Hal ini disebutkan bahwa pengaruh M. Quraish Shihab yang linguistiknya sangat
kuat masih dapat terlihat. Oleh karena itu, tafsir kemenag ini meskipun arahnya
pada tafsir sosio kemasyarakatan, akan tetapi sisi pemaparan linguistiknya tidak
ditinggalkan begitu saja. Hal ini karena produk penafsirannya yang yang
berorientasi kepada kontekstualisasi ayat dengan tanpa mengabaikan makna asal
ayat dan makna historitas ayat. Selain itu, sub tema yang dipaparkan didalamnya
juga ada yang menyangkut tentang problem-problem kekinian yang butuh
penyelesaian.
Kemudian, seperti judul tafsirnya, maka dapat dilihat bahwa tafsir ini
merupakan tafsir dengan metode tematik. Semua ayat yang berkaitan dihimpun
dan kemudian dikaji secara mendalam dan tuntas yang berbagai aspek yang
berkaitan, seperti asbab nuzul, kosakata, dan lainnya. Kemudian didukung oleh
dalil-dalil yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Sehingga, beberapa
ulama mendefinisikan tematik adalah sebagai ilmu yang membahas persoalan
dalam al-Qur‟an melalui penjelasan dalam ayat al-Qur‟an.13
Tafsir al-Qur‟an Tematik Kementrian Agama ini, apabila diperhatikan model
tematik yang digunakan adalah model tematik Abu Hayy al-Farmawi. Hal ini
dapat dilihat kecenderungan model tematik Abu Hayy Farmawi, sebagaimana
dijelaskan diatas dan dapat dilihat dari langkah yang digunakan dalam
menafsirkan, yaitu:14
1. Menentukan topik atau tema yang akan dibahas.
2. Menghimpun ayat-ayat yang menyangkut.
3. Menyusun urutan ayat sesuai masa turunnya.
13
Mustafa Muslim, Mabahis fi at-tafsir al-Maudhu‟I (Damaskus: Dar al-Qalam, 2003),
h. 16 lihat dalam Nurdin Zuhri Pasaraya Tafsir di Indonesia. 14
Tim Penyusun Kemenag, Tafsir al-Qur‟an Tematik: Kedudukan dan Peran
Perempuan, h. xxvii.
25
4. Memahami korelasi antar ayat.
5. Memperhatikan asbab nuzul untuk memahami konteks ayat.
6. Melengkapi pembahasan dengan hadis-hadis dan pendapat ulama.
7. Mempelajari ayat-ayat secara mendalam.
8. Menganalisis ayat-ayat secara utuh dan komprehensif dengan jalan
mengkompromikan antara yang „am dan khas, mutlaq, muqayyad.
9. Membuat kesimpulan dari masalah yang dibahas.
Model tematik yang digunakan oleh Tafsir Al-Qur‟an Tematik ini adalah
model tematik model plural, yaitu tafsir yang memuat berbagai tema aktual
kekinian.
Adapun karakteristik dari tema-tema tafsir kemenag ini adalah setiap tema
diawali dengan judul persoalan yang mendasar, baru kemudian diikuti dengan
pembahasan sub judul yang terkait, dan beberapa tema dipertengahan atau diakhir
dikaitkan dengan peran negara atau konteks ke Indonesiaan.15
Namun, disisi lain,
mungkin ini adalah aplikasi pendekatan yang dipakai oleh tafsir ini, yaitu
pendekatan deduktif-induktif, sebagaimana dijelaskan daalam kata pengantar.16
Apabila melihat dari nuasa tafsir, Tafsir al-Qur‟an Tematik ini dapat dilihat
bahwa nuansa tafsir yang dibangun adalah sosial kemasyarakat.17
Dan apabila
lebih didalami lagi mengenai tema-tema yang diangkat bahwa tafsir tematik ini
sangat erat kaitannya dengan program-program kerja pemerintahan yang sedang
digalakkan dan respon pemerintah terhadap terhadap problem-problem aktual
yang berkembang di masyarakat.18
15
Lihat dalam Tim Penyusun, Tafsir al-Qur‟an Tematik. 16
Kata Pengantar Muchlish M. Hanafi, “Kata Pengantar Ketua Tim Penyusun Tafsir”,
dalam Tim Penyusun, Tafsir al-Qur‟an Tematik, h. Xxvii-xviii. 17
Islah Gusmian yang memetakan beberapa nuansa tafsir, yaitu kebahasaan, sosial
kemasyarakat, teologis, sufitik, psikologis, fikih. Lihat dalam Islah Gusmian, Khazanah Tafsir
Indonesia, h. 235. 18
Pemerintahan Indonesia membuat suatu target kerja yang menjadi program kerja yang
menjadi program kerja tahun pemerintahan saat ini, yaitu membereskan masalah kemiskinan,
ketanaga kerjaan, dan dalam bidang pendidikan adalah kurikulum pendidikan karakter.
Sebagaimana dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2012 tentang Keteganakerjaan, Peraturan
Pemerintahan Nomor 87 2014 tentang Membangun Keluarga Harmonis.
26
BAB III
LANDASAN TEORI
A. Hadis
1. Penggunaan dan fungsi Hadis dalam al-Qur’an
Pada masa Rasulullah Saw. tidak ada sumber hukum selain al-Qur‟an dan
Hadis. Di dalam al-Qur‟an terdapat pokok-pokok yang bersifat umum bagi
hukum-hukum syari‟at, tanpa pemaparan rincian keseluruhannya dan
pencabangannya, kecuali yang sejalan dengan pokok-pokok yang bersifat
umum itu yang tidak pernah berubah oleh bergulirnya waktu dan tidak
berkembang lantaran keberagaman manusia dilingkungan dan tradisi masing-
masing. Secara global, sunnah sajalan dengan al-Qur‟an, menjelaskan yang
mubham, merinci yang mujmal, membatasi yang mutlak, mengkhususkan
yang umum dan menguraikan hukum-hukum dan tujuan-tujuannya. Di
samping membawa hukum-hukum yang belum dijelaskan secara eksplisit oleh
al-Qur‟an yang isinya sejalan dengan kaidah-kaidahnya dan merupakan
realisasi dari tujuan dan sasarannya.1
Hubungan hadis dengan al-Qur‟an dalam hukum Islam, hadis menjadi
sumber hukum kedua setelah al-Qur‟an. Kewajiban mengikuti hadis bagi umat
Islam sama wajibnya dengan dengan mengikuti al-Qur‟an. Karena hadis
merupakan mubayyin terhadap al-Qur‟an. Tanpa memahami dan menguasai
hadis, siapapun tidak akan bisa memahami al-Qur‟an. Begitupun sebaliknya,
karena al-Qur‟an merupakan dasar hukum pertama, yang di dalamnya terdapat
garis besar syariat, yang di dalamnya berisi penjabaran dan penjelasan al-
Qur‟an. Oleh karena itu hubungan hadis dengan al-Qur‟an tidak dapat dipisah-
pisahkan atau berjalan sendiri-sendiri.Penetapan hadis sebagai sumber kedua
ditunjukkan oleh tiga hal, yaitu dalil al-Qur‟an, kesepakatan (ijma‟) ulama,
dan dalil-dalil hadis Rasulullah Saw.2
Nabi Saw mempunyai tugas untuk menjelaskan dan merinci kepada
manusia apa yang diturunkan Allah, karena itu apa yang disampaikan Nabi
1 Muhammad „Ajaj Al-Khathib, Ushul al-Hadits “Pokok-pokok Ilmu Hadits” (Ciputat:
Gaya Media Pratama, 2007) cet. 4, h. 34-35. 2 Agus Solahudin dkk, Ulumul Hadis (Bandung: Pustaka Setia, 2009) h.73-74.
27
wajib diikuti, bahkan prilaku Nabi sebagai rasul harus diteladani kaum
muslimin sejak masa sahabat sampai hari ini telah bersepakat untuk
menetapkan hukum berdasarkan sunnah Nabi. Kewajiban tersebut merupakan
amanat al-Qur‟an. Ialah sebagai berikut:
… …
…Apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah dia dan apa yang
dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah…(Q.S. Al-Hasyr: 7)
Menurut ibnu Katsir maksud ayat diatas adalah segala apapun yang
diperintahkan Nabi Saw wajib dikerjakan dan segala apa yang dilarangnya
wajib ditinggalkan. Nabi sesungguhnya hanya memerintahkan yang baik dan
melarang yang buruk saja. Kemudian diperkuat pada firman Allah pada surah
Ali Imran: 32, sebagai berikut:
Katakanlah: "Ta'atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, Maka
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir".
Ayat di atas mengajarkan kepada kita bahwa orang yang tidak mengikuti
perintah Allah (melalui al-Qur‟an) dan Rasul-Nya (melalui Sunnah
Rasulullah) termasuk orang ingkar. Selain itu ayat diatas juga menunjukkan
bahwa sumber ajaran Islam ada dua yaitu al-Qur‟an dan hadis.3
Hubungan hadis dengan al-Qur‟an sebagai pedoman hidup, sumber
hukum dan ajaran dalam Islam, antara satu dengan yang lainnya tidak dapat
dipisahkan. Keduanya merupakan satu kesatuan. al-Qur‟an sebagai sumber
pertama dan utama banyak memuat ajaran-ajaran yang bersifat umum dan
global. Oleh karena itulah kehadiran hadis, sebagai sumber ajaran kedua untuk
menjelaskan (bayan) keumuman isi al-Qur‟an tersebut.
Fungsi hadis menurut para ulama disebutkan secara beragam. Menurut
Malik ibn Anas fungsi hadis ada lima macam, yaitu bayân al-taqrîr, bayân al-
3 Bustamin, Dasar-Dasar Ilmu Hadis (Jakarta Ushul Press, 2009) h. 194-195.
28
tafsîr, bayân al-tafshîl, bayân al-basth, dan bayân tasyrî. Imam al-Syafi‟i
menyebutkan lima fungsi, yaitu bayân al-tafshîl, bayân al-takhshîsh, bayân al-
ta‟yin, bayân al-tasyrî, dan bayân al-nasakh. Dalam kitabnya al-Risâlah, al-
Syafi‟i menambahkan bayân al-isyârah. Ahmad ibn Hanbal menyebut empat
macam fungsi, yaitu bayân al-taqyid, bayân al-Tafsir, bayân al-tasyri, dan
bayân al-takhshîsh.4
1. Bayân al-Taqrîr
Bayân al-Taqrîr disebut juga dengan bayan at-ta‟kid dan bayan al-
itsbat yaitu hadis yang berfungsi untuk memperkokoh isi kandungan dan
memperkuat pernyataan al-Qur‟an. Contohnya sebagai berikut:
Q.S.Al-Maidah: 6 tentang keharusan berwudhu sebelum shalat
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan
shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan
sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki…
Ayat al-Qur‟an di atas ditaqrir oleh hadis Nabi Saw
أ )رواه البخارى عن أىب ىريرة(صلة من أحدث حت ي ت وضا ل ت قبل
Rasulullah Saw. bersabda, “Tidak diterima shalat seseorang yang
berhadas sebelum ia berwudhu.” (H.R. Bukhari dari Abu Hurairah)
Surat al-Maidah ayat 6 tersebut menjelaskan tentang keharusan
berwudhu‟ bagi orang yang akan mendirikan solat, orang yang
mendirikan solat tanpa wudhu dinilai tiak sah karena wudhu‟ merupakan
salah satu dari syarat sah shalat. Hadis yang disabdakan oleh Nabi diatas
memperkuat penyataan yang terkandung dalam ayat tersebut bahwa sholat
dapat diterima oleh Allah jika dilakukan terlebih dahulu dengan wudhu.
4 Idri, Studi Hadis (Jakarta: Kencana, 2010), h. 24-30.
29
2. Bayân al-Tafshîl
Bayân al-Tafshîl menjelaskan dengan merinci kandungan ayat-ayat
yang mujmal, yakni ayat-ayat yang bersifat ringkas atau singkat, sehingga
maknanya kurang atau bahkan tidak jelas kecuali ada penjelasan ataupun
perincian. Dengan kata lain, ungkapan ayat itu masih bersifat global yang
memerlukan mubayyin, contohnya:
صوموا لرؤيتو وافطروا لرؤيتو
“Berpuasalah karena melihat hilal dan berbuka (berhari raya)-lah
karena mellihat hilal”.
Hadis tersebut menjelaskan tentang tatacara berpuasa Ramadhan yang
dimulai dan diakhiri dengan melihat hilal, sebagai penjelasan dari
keumuman ayat tentang puasa yaitu:
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa”
(Q.S.Al-Baqarah: 183)
Maksud dari ayat diatas ialah bahwa orang-orang yang beriman
diwajibkan berpuasa sebagaimana diwajibkan pula kepada orang-orang
terdahulu sebelum mereka agar mereka bertakwa. Kata al-shiyâm yang
berarti puasa tidak dijelaskan kapan waktunya, meskipun pada ayat
berikutnya dinyatakan pada bulan Ramadhan tetapi sejak kapan memulai
dan mengakhiri puasa itu tidak diterangkan secara rinci. Maka, hadis Nabi
menjelaskan bahwa awal dan akhir Ramadhan dapat diketahui melalui
melihatjilal.
3. Bayân al-Taqyid
Bayân al-Taqyid ialah penjelasan hadis dengan cara membatasi ayat-
ayat yang bersifat mutlak dengan sifat, keadaan, atau syarat tertentu.
Contohnya:
ار قو الا ف ربع دي نار فصاعدا ل ت قطع يد السا
30
“Tangan pencuri dipotong jika mencuri seperempat dinar atau lebih”.
Hadis ini membatasi kadar curian yang menyebabkan pelakunya
terkena hukuman potong tangan yang tidak dijelaskan dalam ayat tentang
ini yang bersifat mutlak, yaitu:
“Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah
tangan keduanya” (Q.S. Al-Maidah: 38).
Ayat diatas tidak menjelaskan berapa kadar curian sehingga
pelakunya dikenai hukuman potong tangan. Secara normatif ayat tersebut
hanya mengharuskan hukuman potong tangan bagi pencuri baik laki-laki
maupun perempuan tanpa adanya dispensasi. Kemudian hadis datang
dengan menjelaskan bahwa yang wajib dikenai hukuman potong tangan
adalah pencuri yang mencuri barang senilai seperempat dinar atau lebih.
4. Bayân al-Takhshîsh
Bayân al-Takhshîsh ialah penjelasan Nabi dengan cara membatasi
atau mengkhususkan ayat-ayat al-Qur‟an yang bersifat umum, sehingga
tidak berlaku pada bagian-bagian tertentu yang mendapat pengecualian
contohnya, hadis Nabi tentang masalah waris dikalangan para Nabi:
نن معاشر النبياء ل ن ورث ما ت ركناه صدقة.
“Kami para Nabi tidak diwarisi, sesuatu yang kami tinggalkan menjadi
sedekah”.
Hadis tersebut merupakan pengecualian dari keumumn ayat al-Qur‟an
yang menjelaskan tentang disyari‟atkannya waris bagi umat Islam. Ayat
al-Qur‟annya ialah:
31
“Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk)
anak-anakmu, yaitu, bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagian
dua orang anak perempuan” (Q.S. An-Nisa: 11).
Allah mensyariatkan kepada umat Islam agar membagi warisan
kepada ahli waris, dimana anak laki-laki mendapatkan satu bagian dan
anak perempuan separuhnya. Syariat waris itu tidak berlaku khusus pada
para nabi, sehingga keumuman ayat tersebut dikhususkan oleh hadis
diatas. Dengan kata lain, secara umum, mewariskan harta peninggalan
wajib kecuali para nabi yang tidak mempunyai untuk itu.
5. Bayân al-Tasyri
Ialah penjelasan hadis yang berupa penetapan suatu hukum atau
aturan syar‟i yang tidak didapati nashnya dalam al-Qur‟an. Dalam hal ini,
Rasulullah menetapkan suatu hukum terhadap beberapa persoalan yang
muncul saat itu dengan sabanya sendiri, tanpa berdasar pada ketentuan
ayat-ayat al-Qur‟an. Ketetapan Rasulullah tersebut ada kalanya
berdasarkan qiyas ada pula yang tidak. Contohnya:
ليمع ب ني المرأة وعماتا ولب ني المرأة وخالتها.
“Seorang perempuan tidak boleh dipoligami bersama bibinya dari
pihak ibu atau ayahnya”.
Al-qur‟an tidak menjelaskan tentang keharaman mengawini seorang
wanita bersamaan dengan bibinya baik dari pihaak ayah maupun ibunya.
Al-Qur‟an menjelaskan beberapa kerabat dilarang dikawini seperti ibu
kandung, saudara, dan sebagainya, tetapi tidak ada larangan mempoligami
seorang perempuan bersama dengan bibinya. Dalam hal ini hadis
menetapkan hukum tersendiri sebagiamana dijelaskan diatas.
6. Bayân Nasakh
Bayân Nasakh ialah penjelasan hadis yang menghapus ketentuan
hukum yang terdapat dalam al-Qur‟an. Hadis yang datang setelah al-
Qur‟an menghapus ketentuan-ketentuan al-Qur‟an. Dikalangan ulama
terjadi perbeaan pendapat tentang boleh tidaknya hadis menasakh al-
32
Qur‟an. Ulama yang membolehkan juga berbeda pendapat tentang hadis
kategori apa yang boleh menasakh al-Qur‟an itu. Contohnya:
لوارث ل وصية “Ahli waris tidak dapat menerima wasiat”.
Hadis tersebut menasakh ketentuan dalam ayat:
را الوصياة للو الدين والآلق ر بني كتب عليكم اذ وت ان ت رك خي
ا حضر احدكم املعروف حقا على المتاقني
.بامل
“Diwajibkan atas kamu, apabila seseorang diantara kamu kedatangan
(tanda-tanda) kematian, jika ia meninggalkan harta yang banyak,
berwasiat untuk ibu bapak dan karib kerabatnya secara makruf, (ini
adalah) kewajiban atas orang yang bertakwa”.
Menurut ulama yang menerima adanya nasakh hadis terhadap al-
Qur‟an, hadis diatas menasakh kewajiban berwasiat kepada ahli waris,
yang dalam ayat diatas dinyatakan wajib. Dengan demikian, seorang yang
akan meninggal didunia tidak wajib berwasiat untuk memberikan harta
kepada ahli waris, karena ahli waris itu akan mendapatkan bagian harta
warisan dari yang meninggal tersebut.
2. Mengungkapkan Proses Takhrij
Takhrij menurut bahasa, kata تخريج (takhrij) berasal dari kata خرج
(kharraja), يخرج (yukharriju) artinya mengeluarkan, menampakkan, dan
menyelesaikan.
Sementara menurut istilah, takhrij hadis ialah: a). Mencari atau
mengeluarkan hadis dari persembunyiannya yang terdapat pada ulama yang
memenuhi syarat periwayat hadis, b). Mencari atau mengeluarkan hadis dari
persembunyiannya yang terdapat dalam kitab hadis induk, kitab asli, c).
Mengungkapkan suatu hadis kepada orang lain dengan mengemukakan para
periwayat hadis dari kitab induk dan meriwayatkannya kembali, d).
Mengeluarkan hadis dari kitab induk dan meriwayatkannya kembali, e).
33
Mengemukakan berbagai riwayat yang dikemukakan berdasarkan riwayatnya
sendiri.5
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa takhrij hadis
adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengemukakan hadis pada orang
banyak dengan menyebutkan para perawinya, mengemukakan asal usul hadis
dan dijelaskan sumber pengambilannya dari berbagai kitab hadis sebagai
sumber asli dari hadis, yang didalam sumber itu dikemukakan secara lengkap
matan dan sanad hadis yang bersangkutan.
Pada mulanya pencarian hadis tidak didukung oleh metode tertentu karena
memang tidak dibutuhkan. Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa para ahli
hadis mempunyai kemampuan menghapal (ضا بظ) dan itu yang menjadi alat
dan sekaligus metode pencarian hadis bagi mereka. Ketika mereka
membutuhkan hadis sebagai penguat dalam waktu singkat mereka dapat
menemukan tempatnya dalam kitab-kitab hadis, bahkan jilidnya atau
setidaknya mereka dapat mengetahuinya dalam kitab-kitab hadis, bahkan
kitab-kitab hadis dengan dugaan yang kuat.
Kegiatan takhrij hadis pada awalnya adalah berupa pencarian dengan
mengeluarkan hadis dari ulama yang mengetahui suatu hadis atau beberapa
hadis dari ulama yang mengetahui suatu hadis atau beberapa hadis dari ulama
yang memenuhi syarat sebagai periwayat hadis. Metode takhrij hadis seperti
itu adalah yang ditempuh oleh Imam al-Bukhari, Imam Muslim, dan Imam al-
Sittah yang lainnya. Takhrij hadis pada tahap pertama tersebut adalah dalam
bentuk sensus, yaitu menelusuri satu-pertuan ulama yang memiliki hadis dari
berbagai tempat.
Takhrij hadis yang sedang dikembang dimasa sekarang ini adalah identik
dengan penelitian kepustakaan, yaitu mencari hadis dari berbagai kitab yang
memuat hadis yang lengkap matan dan sanadnya. Kemudian dilanjutkan
dengan penelitian kualitas sanad dan matan hadis.6
5 Bustamin, Dasar-Dasar Ilmu Hadis, (Jakarta Ushul Press, 2009) h. 180.
6 Bustamin, Dasar-Dasar Ilmu Hadis, h. 180-181.
34
Bagi seorang peneliti hadis, kegiatan takhrijul hadis sangat penting. Tanpa
melakukan kegiatan takhrijul hadis terlebih dahulu maka akan sulit diketahui
asal usul riwayat hadis itu, dan ada atau tidak adanya syahid atau muttabi‟
dalam sanad bagi hadis yang ditelitinya.7 Diantara tujuannya sebagai berikut:
8
a. Untuk mengetahui asal usul riwayat hadis yang akan diteliti.
b. Untuk mengetahui seluruh riwayat bagi hadis yang akan diteliti.
c. Untuk mengetahui ada atau tidak adanya syahid atau muttabi‟ pada sanad
yang diteliti.
d. Untuk mengetahui bagaimana pandangan para ulama tentang kesahihan
suatu hadis.
e. Agar dapat menetapkan muttasil kepada hadis yang diriwayatkan dengan
menggunakan „adawat al tahammul wal ada‟.
f. Agara dapat memastikan identitas para perawi, baik yang berkaitan dengan
kuniyah, laqob atau nasab dengan nama yang jelas.
Adapun faedah takhrij hadis ini antara lain ialah:9
1) Dapat diketahui banyak sedikitnya jalur periwayat suatu hadis yang
sedang menjadi topik kajian.
2) Dapat diketahui kuat dan tidaknya periwayatan akan menambah
kekuatan riwayat. Sebaliknya, tanpa dukungan periwayatan lain,
kekuatan periwayatan tidak bertambah.
3) Dapat diteukan status hadis shahih li dzatih atau shih li ghairih, hasan
li dzatih, atau hasan li ghairih. Demikian juga, kan dapat diketahi
istilah hadis mutawatir, masyhur, aziz, dan gharibnya.
4) Memberikan kemudahan bagi orang yang hendak mengamalkan
setelah mengetahui bahwa hadis tersebut adlah makbul (dapat
diterima). Sebaliknya, orang tidak akan mengamalkannya apabila
mengetahi bahwa hadis tersebut mardud (ditolak).
7 Bustamin, Dasar-Dasar Ilmu Hadis, h. 182.
8 Nawir Yuslem, metodelogi penelitian hadis (Bandung: Cita Pustaka Media Perintis,
2008), h.17 9 Agus Solahudin dkk, Ulumul Hadis (Bandung: Pustaka Setia, 2009), h.191
35
5) Menguatkan keyakinan bahwa suatu hadis adalah benar-benar berasal
dari Rasulullah Saw. Yang harus diikuti karena adaya bukti-bukti yang
kuat tentang kebenaran hadis tersebut, baik dari segi sanad maupun
matan.
Seorang peneliti dalam melakukan takhrij hadis haruslah mempunyai
kitab-kitab pedoman diantara kitab-kitab tersebut adalah:10
1) Usul al Takhrij wa dirasat al asanid oleh Mahmud At Tahhan.
2) Hushul al-Tafrij bi ushul al takhrij oleh Ahmad Ibn Muhammad Al
Gharami.
3) Turuq Takhrij hadis Rasul Saw. Oleh Abd Muhdi.
4) Methodologi Penelitian Hadis Nabi oleh Syuhudi Isma‟il.
Selain kitab-kitab diatas diperlukan juga bantuan kitab-kitab kamus
mu‟jam hadis dan mu‟jam para perawi hadis diantara kitab-kitabnya:
1) al-Mu‟jam al-Mufharos li Alfazi Ahadis al-Nabawi oleh A.J.
Wensinck.
2) Miftah Kunuz al-Sunnah oleh pengarang yang sama diterjemahkan
oleh Muhammad Fuad Abd Baqi.
3) Mausu‟ah Athraf Hadis an-Nabawi oleh Zaglul.
Disamping itu diperlukan juga kitab yang memuat biografi para sahabat
diantaranya sebagaimana yang disebutkan oleh at-Tahhan berikut ini.
1. Kitab-kitab yang memuat biografi sahabat:
a. Ashihain Isti‟ab fi ma‟rifati al ashhab oleh Ibnu Abd Barr
b. Usul al-Ghabahfi ma‟rifat al shahabah oleh Abd Atsir
c. Al-Ishabah fi tamyiz as shahabah oleh Ibn Hajar al-Asqolani
2. Kitab-kitab Tabaqat yaitu kitab-kitab yang membahas biografi para perawi
hadis berdassarkan tingkat para perawi.
a. At Thabaqat al kubra oleh Abdullah Muhammad ibn Sa‟ad katib al
waqidi.
b. Tazkirat al huffazh oleh Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Usman
al Dzahabi.
10
https://www.academia.edu/12286055/Takhrij_Hadis_dan_metode-metodenya.
36
3. Kitab-kitab yang memuat para perawi hadis secara umum:
a. Al Tarikh al kabir oleh Imam al Bukhari.
b. Al jarh wa al ta‟dil karya Ibn Abi Hatim.
4. Kitab-kitab yang memuat para perawi hadis dari kitab-kitab hadis tertentu.
a. Al hidayah wa al irsyad fi ma‟rifat al Tsiqah wa al sadad oleh Abu
Nashr Ahmad Ibn Muhammad al Kalabadzi.
b. Rijal shahih muslim, oleh Abu Bakar Ahmad Ibn al Ashfahani.
c. Al jam‟ bayan rijal al shahihain, karangan Abu Fadl Muhammad bin
Thahir al Maqdisi yang dikenal dengan Ibn al Qaisarani.
d. Al ta‟rif bi rijal al muwaa‟, tulisan Muhammad Ibn Yahya al Hidzdza‟
al tamimi.
e. Kitab-kitab yang memuat biografi para perawi al kutub al sittah, yaitu:
1. Al kamal fi asma‟ al rijal oleh „Abd al Ghani Ibn Abd Wahid al
Maqdisi al Hambali.
2. Tahzib al kamal oleh Abu al Hajjaj al Mizzi.
3. Ikmal tahzib al kamal oleh „Ala al Din Mughlathaya.
4. Athzib al tahzib, karya Abu Abdullah Ibn Ahmad al Dzahabi.
5. Al kasyif, tulisan al Dzahabi.
6. Tahzib al tahzib, karangan Ibn Hajar al Asqalani.
7. Taqrib al tahzib, karangan Ibn Hajar al Asqalani.
8. Khulashah tahzib al tahzib al kamal, oleh Shafi al Din Ahmad Ibn
Abdullah al khazraji al Anshari al Sa‟idi.
f. Dan kitab-kitab lain yang memuat biografi para perawi hadis.
Kegiatan takhrij hadis dapat dilakukan dengan dua macam cara, yaitu:
1. Sistem Manual
Menelusuri hadis sampai kepadda sumber asalnya tidak semudah
menelusuri ayat al-Qur‟an. Untuk menelusuri ayat al-Qur‟an, cukup
diperlukan sebuah kitab kamus al-Qur‟an, misalnya kitab al-Mu‟jam al-
Mufahras li Alfazil Qur‟anil Karim susunan Muhammad Fu‟ad „Abdul
Baqi.
37
Dengan dimuatnya hadis Nabi diberbagai kitab hadis yang jumlahnya
banyak, maka sampai saat ini belum ada sebuah kamus yang mampu
memberi petunjuk untuk mencari hadis yang dimuat oleh seluruh kitab
hadis yang ada. Kamus hadis yang telah ada terbatas pada sejumlah hadis
saja, bukan berarti hadis Nabi yang termuat dalam berbagai kitab tidak
dapat ditelusuri.11
Dengan demikian inilah cara penggunaan metode tersebut:
a. Takhrij Hadis melalui Kata/Lafal pada Matan Hadis.
Metode takhrij hadis menurut lafal adalah suatu metode yang
berdasarkan pada kata-kata yang terdapat dalam matan hadis, baik
berupa kata benda ataupun kata kerja. Dalam metode ini tidak
digunakan huruf-huruf, tetapi yang dicantumkan adalah bagian
hadisnya sehingga pencarian hadis-hadis yang dimaksud dapat
diperoleh lebih cepat.
Kitab yang berdasarkan metode ini diantaranya adalah kitab Al-
Mu‟jam Al-Mufahras li Al-Fazh Al-Hadis An-Nabawi, yang disusun
oleh A.J.Wensink dan kawan-kawan, yang kemudian diterjemahkan
oleh Muhammad Fuad Abd Al-Baqi. Kitab yang menjadi rujukan kitab
kamus tersebut adalah Shahih Bukhari, Sahih Muslim, Sunan Ibn
Majah, Sunan Abu Dawud, Sunan An-Nasa‟i, Sunan At-Tirmidzi,
Sunan Ad-Darimi, Muwatha Imam Malik, dan Musnad Ahmad Ibn
Hanbal.
Contoh hadisnya sebagai berikut.
عن علي أنا رسول اهلل صلى اهلل عليو وسلم قال: رفع القلم عن ثلثة : عن الناائم ب حتا يشبا وعن حتا يستيقظ وعن الصا عت و حتا ي عقل
امل
Dalam mencari hadis tersebut, kita bisa menggunakan kitab Al-
Mu‟jam Al-Mufahras li Al-Fâzh Al-Hadis An-Nabawi, berdasarkan
kata kunci ,رفعالقلن dan ثال ثة.
11
Bustamin, Dasar-Dasar Ilmu Hadis, h. 183-184.
38
Kata رفع dicari pada juz yang terdapat huruf awal (dalam hal ini
juz II), kata القلن dicari pada juz yang terdapat huruf qaf (dalam hal iini
juz V), dan kata ثال ثة dicari pada juz yang terdapat huruf tsa (dalam hal
ini juz I).
Setelah masing-masing juz diperiksa, inilah data-data yang
ditemukan, sebagai berikut:
Juz Hlm Lambang yang dikemukakan
I 298 د 71حدود
II 280 خ 71,د حدود 77,طلق 22حدود
V 465 خ 7, ت حدود 71, د 77,طلق 22حدود
د 71حدود
ن 7, دي حدود 71, جو طلق 27طلق
ح 7112, 771, 771, 731, 711, 711, 7
م
Dari data diatas, dapat diketahui bahwa informasi yang diperoleh
melalui penelusuran kata القلن , yang dimuat dalam juz V, ternyata lebih
banyak lagi daripada yang berasal dari Juz I dan Juz II.
Berikut ini keterangan kode-kode tersebut dan penjelasan
mengenai tempat hadis dialam masing-masing kitab:
Shahih al-Bukhari, mencantumkan tema dan nomor dan bab خ
terdapatnya Hadis.
Shahih Muslim, mencantumkan tema dan nomor dan bab م
terdapatnya Hadis.
Sunan Tirmidzi, mencantumkan tema dan nomor dan bab ت
terdapatnya Hadis.
39
Sunan Abu Daud, mencantumkan tema dan nomor dan bab د
terdapatnya Hadis.
Musnad Imam Ahmad, mencantumkan tema dan nomor dan حن
bab terdapatnya Hadis.
Sunan Nasa‟i, mencantumkan tema dan nomor dan bab ى
terdapatnya Hadis.
Muwathta‟ Malik, mencantumkan tema dan nomor dan bab ط
terdapatnya Hadis.
Sunan Ibn Majah, mencantumkan tema dan nomor dan bab جه
terdapatnya Hadis.
دي
Sunan Ad Darimi, mencantumkan tema dan nomor dan bab
terdapatnya Hadis.
b. Takhrij Hadis melalui Tema.
Pencarian hadis terkadang tidak didasarkan pada lafaz matan
hadis, tetapi didasarkan pada topik masalah. Pencarian matan hadis
berdasarkan topik masalah tentu dapat ditempuh dengan cara membaca
berbagai kitab, kitab ini biasanya tidak menunjukkan teks hadis
menurut para periwayatnya masing-masing. Untuk memahami topik
tertentu perlu pengkajian terhadap teks-teks hadis menurut
periwayatnya masing-masing. Dengan bantuan kamus Miftahu Al-
Qunuz As-Sunnah.
Dalam kamus hadis ini dikemukakan berbagai topik, baik yang
berkenaan dengan masalah-masalah yang berkaitan dengan petunjuk
Nabi maupun yang berkenaan dengan masalah-masalah yang berkaitan
dengan nama. Setiap topik biasanya disertakan beberapa subtopik dan
untuk setiap subtopik dikemukakan data hadis dan kitab yang
menjelaskannya.
40
Dalam pencarian hadis, yang pertama kali harus diketahui adalah
temanya. Adapun kitab-kitab yang diperlukan dalam melakukan takhrij
hadis sebagai berikut:12
....كلكم راع وكلكم مسئول
Dalam hasil pencarian hadis tersebut, dapat dirumuskan:
و ب ك بخ و ح ك مس
ب ك بد تر قا ب ك
ح ز قا و و و و ثان ص
: سادس صو حم
Kitab yang menjadi rujukan kamus tidak hanya kitab-kitab hadis
saja, tetapi jumlah kitab rujukan itu ada empat belas, yaitu: 1. Shahih
al-Bukhari, 2. Shahih Muslim, 3. Sunan Tirmidzi, 4. Sunan Abu Daud,
5. Musnad Imam Ahmad, 6. Sunan Nasa‟i, 7. Muwathta‟ Malik, 8.
Sunan Ibn Majah, 9. Sunan Ad Darimi, 10. Musnad Abi Daud Ath-
Thayalisi, 11. Musnad Zaid bin Ali, 12. Sirah Ibn Hisyam, 13. Maghazi
al-Waqidi, 14. Tabaqat Ibn Saad.
Dalam kamus, nama dan beberapa hal yang berhubungan dengan
kitab-kitab tersebut dikemukakan dalam bentuk lambang. Contoh
berbagai lambang yang dipakai dalam kamus hadis Miftahul Khunuz
yaitu:13
Juz pertama (awal) أول
Bab ب
Shahih Bukhari بخ
12
Agus Solahudin dkk, Ulumul Hadis, h.198-200. 13
Agus Solahudin dkk, Ulumul Hadis, h. 201.
41
Sunan Abu Daud د
Sunan At-Tirmidzi تر
Juz ketiga ثالث
Juz kedua ثان
Juz ج
Hadis ح
Musnad Ahmad حم
Juz kelima خامس
Juz ke empat رابع
Musnad Zaid bin Ali ز
Juz keenam سادس
Halaman (Sathah) ص
Musnad Abi Daud Ath-Thayalisi ط
Tabaqat Ibn Saad عد
Bagian kitab (Qismul-kitab) ق
Konfirmasikan data sebelumnya قا
dengan data yang sesudahnya
Magazi Al-Waqidi قد
Kitab (dalam arti bagian) ك
Muwatta‟ Malik ما
Sunan Ibnu Majah مج
42
Shahih Muslim مس
Hadis terulang beberapa kali م م م
Sunan Ad-Darimi مي
Sunan An-Nasa‟i نس
Sirah Ibn Hisyam ىش
c. Takhrij Hadis melalui Awal Matan Hadis.
Metode ini sangat mudah dipergunakan bagi pencari hadis,
penggunaan metode ini bermula dari lafal pertama matan hadis. Untuk
itu kitab yang dapat dijadikan menelusuri dan mencari hadis adalah
kitab yang menyusun hadis-hadis yang lafal pertamanya sesuai dengan
urutan huruf-huruf hijaiyah.
Salah atu contoh mentakhrij melalui kitab al-Jami‟ al-Shagir
sebagai berikut:
ث نا عبداللاو بن ث نا ىشام عن أبيو عن عبد اللو بن جعفر عن علي قل حدا نري حدارضي اللو عنو قال مسعت رسول اللو صلى اهلل عليو وسلم يقول خري نسائها مري
رنسائها خدية بنت عمران وخي
Cara menemukan hadis tersebut adalah dengan menelusuri awal
matan hadis yang diawali huruf: خير( خ ي ر) hadis diatas terdapat pada
juz II, halaman 11. Kitab itu memberikan informasi:
)عي علي ) صح ))ق ت
Hadis tesebut terdapat dalam kitab Shahih al-Bukhari, Shahih
Muslim, dan Sunan al-Tirmidzi. Hadis tersebut diriwayatkan oleh
43
seorang sahabat Nabi yang bernama „Ali ibn Abi Thalib dan hadis ini
berkualitas shahih.14
d. Takhrij Hadis melalui sahabat Nabi/Periwayat pertama.
Metode ini dipergunakan jika pencari hadis mengetahui nama
sahabat yang meriwayatkan hadis yang dicari dan kitab hadis yang
dapat dipergunakan pada metode ini adalah kitab yang mencantumkan
nama sahabat secara alpabetis atau dengan metode tertentu. Metode ini
dapat ditempuh melalui tiga sumber, yaitu:
1) Melalui kitab-kitab Musnad. Musnad ialah kitab hadis yang
disusun berdasarkan pada alphabetis nama-nama shahabat
dengan demikian upaya untuk memastikan bahwa hadis yang
terdapat dalam kitab benar-benar dari Nabi Saw.
2) Kitab-kitab Mu‟jam. Kitab Mu‟jam dalam buku dasar-dasar
ilmu hadis ini hanya tertuju pada susunan berdasarkan musnad-
musnad sahabat.
3) Kitab-kitab Athraf. Kitab athraf ialah salah satu jenis kitab
hadis yang hanya memuat awal matan hadis yang dilengkapi
dengan sanad.15
2. Sistem Digital
Pada saat kitab-kitab yang membahas tentang berbagai metode takhrij
hadis disusun, seperti kitab Ushul al-Takhrij wa Dirasah al-Asanid karya Dr.
Mahmud al-Thahhan yang rampung pada tahun 1978 M, segala sesuatu piranti
kerja masih bersifat manual. Sebagai konsekuensinya, dalam kitab-kitab
tersebut semua metode takhrij yang ditawarkan senantiasa berkutat dengan
cara-cara manual.
Namun saat ini, ketika segala sesuatu tidak luput dari efek perubahan
zaman yang serba digital, maka teknik takhrij hadis ikut terkena dampak
14
Bustamin, Dasar-Dasar Ilmu Hadis, h. 188-190. 15
Bustamin, Dasar-Dasar Ilmu Hadis, h. 190-191.
44
positif. Sistem manual yang cendrung tidak efektif dan efisien, akhirnya
tergusur dengan sistem digital yang jauh lebih menjanjikan dari berbagai
aspek. Oleh karena itu pula pemakalah sengaja menambahkan sistem digital
sebgai salah satu perpektif baru dalam proses takhrij hadis. Penggunaan takhirj
sistem digital ini dilakukan dengan menggunakan bantuan maktabah syamilah
dan maktabah mausu‟ah.16
B. Kepemimpinan dan Peran Perempuan dalam Keluarga
1. Kepemimpinan Perempuan dalam Keluarga
Wanita secara harfiah disebut kaum perempuan. Kaum yang amat
dihormati dalam konsepsi Islam. Sebab, pada telapak kaki perempuan terletak
surga. Kaum perempuan disebut pula dengan kaum Hawa. Secara fisik,
perempuan lebih lemah dari pria. Mereka memiliki perasaan yang lebih
lembut dan halus. Perempuan juga lebih banyak menggunakan pertimbangan
emosi dan perasaan dari pada akal pikirannya. Wanita adalah lambang
kesejukan, kelembutan, dan cinta kasih. Itulah ciri-ciri umum dari karakteristik
kaum perempuan.17
Hak-hak yang melekat dalam diri perempuan merupakan hak asasi
manusia karena perempuan adalah manusia juga, yang dilahirkan merdeka dan
mempunyai martabat sama halnya dengan laki-laki.18
Menurut Yûsuf
Qardhawy, perempuan telah disiapkan oleh Allah memiliki perasaan yang
sensitif untuk mendukung tugas-tugas keibuannya. Ada jabatan-jabatan
penting yang tidak diberikan kepada perempuan oleh Allah seperti jabatan
kenabian dan kerasulan. Namun, kekurangan yang ada pada diri perempuan
bukan berarti tidak bisa meraih posisi dan jabatan penting seperti kaum pria.
Rumah tangga sebagai kerajaan kecil dari suatu keluarga, memang sudah
selayaknya dipimpin oleh seorang pria. Namun demikian, derajat
kepemimpinan pria atas perempuan bukanlah derajat kemuliaan, melainkan
16
https://www.academia.edu/12286055/Takhrij_Hadis_dan_metode-metodenya. 17
Hasbi Indra dkk, Potret Wanita Shalehah (Jakarta:Penamadani, 2004), h. 1. 18
Tapi Omas Ihroni dkk, Penghapusan Diskriminasi Terhadap Wanita (Bandung: Pt
Alumni, 2006), h. Xx.
45
lebih kepada derajat tanggungjawab dan tugas secara fungsional sebagai
kepala keluarga.19
Keluarga adalah sebuah lingkungan rumah tangga yang terdapat beberapa
orang yang masih memiliki hubungan darah atau perkawinan atau
menyediakan terselenggaranya fungsi-fungsi instrumental mendasar dan
fungsi-fungsi ekspresif keluarga bagi para anggota yang berada dalam suatu
jaringan.
Istilah keluarga dalam sosiologi menjadi salah satu bagian ikon yang
mendapat perhatian khusus, secara umum keluarga juga di anggap penting
sebagai bagian dari masyarakat.20
Al-Qur‟an menempatkan perempuan pada posisi yang terhormat,
melindungi hak-haknya, menjelaskan peran dan kewajibannya sekaligus
memuliakan kedudukannya. Hal ini menunjukkan bahwa Islam telah
memberikan posisi yang mulia bagi perempuan. Kedudukan yang diberikan
Islam kepada perempuan itu merupakan kedudukan yang tidak pernah
diperoleh pada syari‟at agama samawi terdahulu dan tidak pula ditemukan
dalam masyarakat manusia manapun.
Fungsi dan tugas dalam urusan rumah tangga ini bisa saja diserahkan
kepada orang lain (pembantu), namun tetap berada dalam kordinasi dari sang
istri. Seorang perempuan dapat menduduki beberapa kedudukan dalam
keluarga, yaitu sebagai anak, istri, ibu dan nenek. Apapun kedudukannya
dalam keluarga, dia mempunyai berbagai hak dan kewajiban.21
Dalam al-Qur‟an dan hadis tidak ada satupun ayat dan hadis yang
melarang perempuan menjadi pemimpin, baik pemimpin dalam wilayah
domestik (rumah tangga) maupun dalam wilayah politik (publik).22
19
Hasbi Indra dkk, Potret Wanita Shalehah, h. 4-5. 20
Abdul Latif, Pendidikan Berbasis Nilai Kemasyarakatan (Bandung, PT Refika
Aditama, 2007), h. 19. 21
Abdul Aziz Dahlan dkk, Ensiklopedi Hukum Islam (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve,
1996), jilid 6, h. 1920. 22
Zaitunah Subhan, Al-Qur‟an Perempuan: Menuju Kesetaraan gender dalam
Penafsiran (Jakarta:Kencana, 2004), cet. 1, h.94.
46
Menurut ulama dalam hal ini berbeda pendapat. Sa‟di Abû Habib (1987)
mengatakan bahwa pelayanan dalam bentuk memasak, mencuci,
membersihkan rumah serta pekerjaan rumah tangga lainnya adalah pekerjaan
yang dihukumi mubah. Menurut an-Nawawi, kewajiban istri dalam rumah
adalah sesuatu yang berkaitan dengan seksualitas. Sedangkan pekerjaan
rumah, termasuk menjaga anak-anak, diklasifikasikan sebagai sedekah. an-
Nawawi mendasarkan pendapatnya pada kisah Umar ibn Khattab tatkala ia
dimarahi istrinya dan dia harus menahan diri. “Saya harus membirakannya,”
ungkapannya. “Mengapa?” tanya kaum Muslimin. Umar Menjawab, “Istriku
itulah yang memasakkan makananku, menyediakan rotiku membasuh bajuku,
menyusui anak-anakku, dan memberikan kepuasan yang membuat aku tidak
jatuh pada perbuatan haram. Padahal itu bukan kewajibannya.
Sebagaian besar ulama berpendapat bahwa pelayanan istri dalam rumah
tangga sunnah hukumnya dan sebagian lagi mengatakan wajib. Kewajiban ini
adalah kewajiban agama antara dia dengan Tuhan, hakim tidak boleh
memaksakan dia harus berkhidmat (melakukan pelayanan).
Dari uraian di atas bisa ditarik kesimpulan bahwa al-Qur‟an maupun hadis
tidak ada yang secara rinci dan jelas menggambarkan bembagian kerja rumah
tangga. Hal ini pulalah yang memicu para ulama berbeda pendapat dalam
menetukan batas rincian pekerjaan rumah tangga bagi perempuan dan
mentukan batas rincian pekerjaan yang harus dikerjakannya. Dengan tidak
adanya batasan yang tegas, berarti umat islam mempunyai ruang yang longgar
untuk mengatur kerja dalam rumah tangga dan yang terpenting adalah
bagaimana kedua manusia yang sepakat membentuk rumah tangga tersebut
berupaya mencapai keluaraga sakinah yang penuh mawaddah wa rahmah.23
2. Peran Perempuan sebagai Istri
Seorang perempuan ditakdirkan hidup di dunia sebagai pendamping hidup
seorang pria, semua makhluk diciptakan saling berpasang-pasangan. Ada pria
ada perempuan, ada siang ada malam, ada panas ada dingin dan begitu
23
Istiadah, Pembagian Kerja Rumah Tangga Dalam Islam (Jakarta: Lembaga Kajian
Agama dan Jender,1999), cet. 1, h. 47-50.
47
seterusnya. Kehidupan berpasangan adalah kehidupan yang menjadi fitrah
setiap insan. Berpasangan yang menimbulkan ketenangan jiwa, berpasangan
yang diridhai Allah Swt, berpasangan yang menumbuhkan rasa kasih dan
cinta.24
Islam mengajarkan bagaimana antara suami dan istri untuk saling
membutuhkan, seperti pakaian dan yang memakainya. Artinya, pakaian
diciptakan karna dibutuhkan oleh seseorang untuk dapat menutup aurat,
melindungi dari panas dan dingin bahkan pakaian dapat dijadikan sebagai
hiasan atau mode. Begitu juga dengan seorang istri yang bersikap seperti,
halnya pakaian yang selalu melekat dan setia dengan suami, yang selalu siap
melayani dan menemani suami, bahkan dapat menjadi dambaan bagi suami.25
Istilah pakaian yang digunakan dalam ayat ini mempunyai makna yang
dalam, bukan hanya sekedar aksesoris yang melekat dibadan melainkan ada
beberapa fungsi dalam ungkapan pasangan suami istri, sebagai berikut:
a. Pakaian berfungsi sebagai pelindung dari segala cuaca ekstrem, dipahami
bahwa suami istri harus saling melindungi dari segala malapetaka
kehidupan.
b. Pakaian berfungsi menutup aurat dimaknai sebagai upaya suami istri untuk
saling menutupi aib dan kekurangan masing-masing.
c. Pakaian berfungsi sebagai aksesoris yang membanggakan pemakaiannya,
bermakna bahwa setiap pasangan harus berupaya keras agar masing-
masing melakukan hal-hal yang menjadi kebanggaan paasangan.26
Istri yang baik yang berada pada bimbingan islam adalah dia yang akan
membantu suaminya untuk berakhlak mulia, dengan memperlihatkan
kecerdasan dan kecemerlangnya dalam bermuamalah yang baik yang mampu
membuka pintu-pintu hati, dan menggugah jiwanya, yang bertolak dari
24
Abdul Rahman Hussein, Kado Terindah Untuk Istriku Tercinta (Jakarta: Elex Media
Komputindo, 2009), h. 80. 25
Abdul Rahman Hussein, Kado Terindah Untuk Istriku Tercinta, hal. 82. 26
Tim Penyusun Kemenag, Tafsir al-Qur‟an Tematik (Jakarta: Lajnah Pentashihan
Mushaf al-Qur‟an, 2012), h. 143 jil.2
48
pandangan bahwa kebaikan sikapnya memperlakukan suaminya bukan sebagai
moral sosial semata, tetapi karna ketaatan pada Allah Swt.27
Peran istri dalam mengatur rumah tangga meliputi segala upaya yang
member akses, kenyamanan, keamanan, privasi, dan kebebasan, bagi semua
anggota keluarga dalam memanfaatkan fasilitas yang ada dalam rumah tangga.
Pengaturan fasilitas secara fungsional, bahkan dekorasi ruang-ruang dalam
batasan-batas kewajaran sesuai dengan kemampuan, untuk memberi
kesejahteraan lahir batin bagi semua anggota keluarga menjadi wewenang istri
sebagai manejer rumah tangga. Suami dan anggota keluarga lainnya dapat
mengusulkan tentang berbagai hal menyangkut pengaturan dan fungsionalisasi
rumah tangga, namun istri yang bertanggung jawab selaku menejer
sebagaimana dipahami dari hadis yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan
Muslim di atas, peran perempuan dalam wilayah domestic ini menjadi sangat
dominan. Ungkapan “Perempuan sebagai penjaga rumah suaminya dan
bertanggungjawab terhadapnya” memberijaminan akan peran strategis ini.28
Peran perempuan sebagai istri bukanlah peran yang mudah. Seorang
muslimah bukan saja harus dapat memainkan peran sebagai kekasih suami,
tetapi hendaknya pada situasi-situasi tertentu ia mampu berlaku sekaligus
sebagai seorang ibu, sahabat, bahkan sebagai pelindung bagi suami.29
27
Muhammad Ali Al-Hasyimy, Jati Diri Wanita Muslimah (Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar, 1997), cet. 1, h. 155 28
Tim Penyusun Kemenag, Tafsir al-Qur‟an Tematik, 146. 29
Siti Muri‟ah, Wanita Karir Dalam Bingkai Islam (Bandung: Angkasa, 2014), cet. I, h.
88.
49
BAB IV
TAKHRIJ HADIS
A. Kepemimpinan Perempuan Dalam Keluarga
1. Teks Hadis Tentang Kepemimpinan
Hadis mengenai “Kepemimpinan Perempuan Dalam Keluarga” yang
akan penulis teliti ialah hadis yang diriwayatkan oleh „Ibn‟Umar‟, yang
berbunyi:
ث نا ق ت يبة بن سعيد، ث نا اللايث، عن نافع، عن حدا د بن رمح، حدا ث نا مما ث نا ليث، ح وحدا حدا رعياتو، ابن عمر، عن الناب صلاى اهلل عليو وسلام أناو قال: أل كلكم راع، وكلكم مسئول عن
ي على النااس راع، وىو مسئول عن رعياتو، والراجل راع على أىل ب يتو، وىو مسئول فالمري الاذ هم، والعبد راع على ما هم، والمرأة راعية على ب يت ب علها وولده، وىي مسئولة عن ل سيده عن
ىو مسئول عنو، أل فكلكم راع، وكلكم مسئول عن رعياتو )رواه مسلم عن ابن عمر(و Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa‟id telah menceritakan
kepada kami Laits, (dalam jalur lain disebutkan) telah menceritakan kepada
kami Muhammad bin Rumh telah menceritakan kepaa kami Laits dari Nâfi‟
dari Ibn „Umar dari Nabi shallallahu „alaihi wasallam, bahwa beliau bersabda:
“Ingatlah bahwa setiap dirikalian adalah pemimpin dan kalian akan dimintai
pertanggungjawaban atas kepemimpinan kalian. Seorang Amir (kepala
negara) adalah pemimpin, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas
kepemimpinannya. Seorang suami adalah pemimpin bagi keluarganya, ia
akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya. Seorang istri
adalah seorang pemimpin bagi rumah tangga dan anak-anaknya, dan ia akan
dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya. Maka ingatlah, bahwa
setiap dari diri kalian adalah pemimpin, dan kalian akan dimintai
pertanggungjawaban atas apa yang kalian pimpin.” (Riwayat Muslim dari
Ibnu „Umar)1
1Tim Penyusun Kemenag, Tafsir Al-Qur‟an Tematik: Kedudukan dan Peran Perempuan
(Jakarta: Kemenag, 2012) jilid ke-2. h. 54.
50
2. Takhrij Hadis
Takhrij menurut bahasa berasal dari kata kharaja ( خرج ) yang artinya
mengeluarkan.2Menurut istilah takhrij ialah menunjukkan asal beberapa hadis
pada kitab-kitab yang ada (kitab-kitab induk hadis) dengan menerangkan
hukum atau kualitasnya. Menurut muhadisin takhrij ialah menunjukkan atau
mengemukakan letak asal hadis pada sumber yang asli, yakni kitab yang di
dalamnya dikemukakan secara lengkap dengan sanadnya masing-masing.
Dibawah ini penulis akan mengkaji hadis mengenai Kepemimpinan
Perempuan Dalam Keluarga, Peran Perempuan Sebagai Istri, Peran
Perempuan Sebagai Ibu dengan mentakhrij hadis menggunakan kitab-kitab
takhrij diantaranya adalah Mausû‟ah al- Athrâf al-Hadits al-Nawawi al-Syarif
karya Abu Ḥajar Muḥammad al-Sa‟id ibn Basuni Zaghûl, mentakhrij hadis
melalui awal matan. Al-Mu‟jam al-Mufharas li Alfâdz al-Hadits al-Nabawî
karangan A.J. Wensinck, mentakhrij hadis melalui pada kata-kata matan.
Miftâh Kunûz al-Sunnah karangan Muĥammad FarradAbd al-Bâqi,
mentakhrij hadis melalui tema.3
Adapun hasil dari penelusuran takhrij hadis melalui kamus Mausû’ah al-
Athrâf al-Hadits al-Nawawi al-Syarif (Pencarian pada awal matan)
أل كلكم راع وكلكم مسؤول عن 4رعيتو
: خ اإل مسارة م ت
: احتاف : فتح
2 A.W. Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab – Indonesia (Surabaya Agung: Pustaka
Progresif, 1997), h. 330. 3 Aldila Maudina, Walimah Urs Dalam Perspektif Hadis (Skripsi, Ciputat , Uin Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2018), h. 31. 4 Abu Ḥajar Muḥammad al-Sa‟id Ibn Basuni Zaghūl, Mausū‟ah al- Athrāf al-Hadits al-
Nawawi al-Syarif (Beirut: Dar al-Fikr, 1989), jilid 4, h.111.
51
: عر مشكاة
: حلية :. ممع
Berdasarkan keterangan diatas, maka jelas bahwa matan tersebut terdapat
pada:
1. Shahih Bukhârî, juz 2, kitab jum‟at, bab ke- 10 shalat jum‟at di desa
dan kota, hadis ke-893, halaman 5
حدثنا بشر بن ممد املروزي، قال: أخبنا عبد اهلل، قال: أخبنا يونس، عن -893ابن عمر رضي اهلل عنهما: أن رسول اهلل الزىري، قال: أخبنا سال بن عبد اهلل، عن
وزاد الليث، قال يونس: كتب رزيق بن حكيم « كلكم راع»صلى اهلل عليو وسلم يقول: إىل ابن شهاب، وأنا معو يومئذ بوادي القرى: ىل ترى أن أمجع ورزيق عامل على أرض
ابن فكتب -ورزيق يومئذ على أيلة -يعملها، وفيها مجاعة من السودان وغريىم؟ شهاب، وأنا أمسع: يأمره أن يمع، خيبه أن ساملا حدثو: أن عبد اهلل بن عمر، يقول:
كلكم راع، وكلكم مسئول عن رعيتو، »مسعت رسول اهلل صلى اهلل عليو وسلم يقول: اإلمام راع ومسئول عن رعيتو، والرجل راع يف أىلو وىو مسئول عن رعيتو، واملرأة راعية يف
-قال: « لة عن رعيتها، واخلادم راع يف مال سيده ومسئول عن رعيتوبيت زوجها ومسئو والرجل راع يف مال أبيو ومسئول عن رعيتو، وكلكم راع ومسئول » -وحسبت أن قد قال
«عن رعيتو2. Shahih Muslim, juz 3, kitab pemimpin, bab ke- 5, hadis ke- 1829,
halaman 1459
ث نا ق ت يب 7121) -21 ث نا ( حدا د بن رمح، حدا ث نا مما ث نا ليث، ح وحدا ة بن سعيد، حداأل كلكم راع، »اللايث، عن نافع، عن ابن عمر، عن الناب صلاى اهلل عليو وسلام أناو قال:
المري الاذي على النااس راع، وىو مسئول عن رعياتو، والراجل وكلكم مسئول عن رعياتو، ف هم، والمرأة راعية على ب يت ب علها وولده، وىي راع على أىل ب يتو، وىو مسئول عن
هم، والعبد راع على مال سيده وىو مسئول عنو، أل فكلكم راع، وكلكم مسئولة عن «مسئول عن رعياتو
52
3. Sunan Turmuzi, juz 3, kitab jihad, bab ke- 52, hadis ke- 1705,
halaman 322
م حدثنا قتيبة حدثنا الليث عن نافع عن ابن عمرعن النب صلى اهلل عليو وسل -1705قال أل كلكم راع وكلكم مسئول عن رعيتو فالمري الذي على الناس راع ومسئول عن رعيتو والرجل راع على أىل بيتو وىو مسئول عنهم واملرأة راعية على بيت بعلها وىي مسئولة عنو والعبد راع على مال سيده وىو مسئول عنو أل فكلكم راع وكلكم مسئول
عن رعيتوAdapun hasil dari penelusuran takhrij hadis melalui kamus Al-Mu’jam
al-Mufharas li Alfâdz al-Hadits al-Nabawî (Pencarian melalui kata-kata
matan) 5رعى
كلكم راع و كلكم مسؤل عن رعيتو, وصايا , اسهتفراض , جنائز مجعة
, أحكا,, نكاح , , عتق خ
إمارة م , إمارة د
جهاد ت , , , , حم
Berdasarkan keterangan diatas, maka jelas bahwa matan tersebut terdapat
pada:
1. Shahih Bukhârî, juz 2, kitab jum‟at, bab ke- 10 shalat jum‟at di desa
dan kota, hadis ke-893, halaman 5
حدثنا بشر بن ممد املروزي، قال: أخبنا عبد اهلل، قال: أخبنا يونس، عن -114الزىري، قال: أخبنا سال بن عبد اهلل، عن ابن عمر رضي اهلل عنهما: أن رسول اهلل
وزاد الليث، قال يونس: كتب رزيق بن حكيم « كلكم راع»صلى اهلل عليو وسلم يقول: بوادي القرى: ىل ترى أن أمجع ورزيق عامل على أرض إىل ابن شهاب، وأنا معو يومئذ
فكتب ابن -ورزيق يومئذ على أيلة -يعملها، وفيها مجاعة من السودان وغريىم؟
5 Muhammad Fuad Ibn Abd Al-Baqi, Al-Mu‟jâm al-Mufahras li Alfâdz al-Hadîst al-
Nabawi (London: Beriel, 1955), jilid. 3, h. 273.
53
شهاب، وأنا أمسع: يأمره أن يمع، خيبه أن ساملا حدثو: أن عبد اهلل بن عمر، يقول: مسئول عن رعيتو، كلكم راع، وكلكم»مسعت رسول اهلل صلى اهلل عليو وسلم يقول:
اإلمام راع ومسئول عن رعيتو، والرجل راع يف أىلو وىو مسئول عن رعيتو، واملرأة راعية يف -قال: « بيت زوجها ومسئولة عن رعيتها، واخلادم راع يف مال سيده ومسئول عن رعيتو
والرجل راع يف مال أبيو ومسئول عن رعيتو، وكلكم راع ومسئول » -وحسبت أن قد قال «رعيتو عن
Shahih Bukhârî, juz 2, kita jenazah, bab ke- 33, halaman 79
[ وقال النب صلى اهلل عليو 1قول اهلل تعاىل: }قوا أنفسكم وأىليكم نارا{ ]التحري: فإذا ل يكن من سنتو، فهو كما قالت عائشة « كلكم راع ومسئول عن رعيتو»وسلم:
[ " وىو كقولو: }وإن تدع 713خرى{ ]النعام: رضي اهلل عنها: }ل تزر وازرة وزر أ [71[ ذنوبا }إىل محلها ل يمل منو شيء{ ]فاطر: 71مثقلة{ ]فاطر:
Shahih Bukhârî, juz 3, kitab mencari pinjaman dan melunasi hutang, bab
ke- 20 budak bertanggungjawab dengan harta tuannya, ia tidak boleh
menggunakannya kecuali seizin tuannya, hadis ke-2409, halaman 120 حدثنا أبو اليمان، أخبنا شعيب، عن الزىري، قال: أخبين سال بن عبد اهلل، -2311
عن عبد اهلل بن عمر رضي اهلل عنهما، أنو: مسع رسول اهلل صلى اهلل عليو وسلم يقول: ول عن رعيتو، والرجل يف أىلو راع كلكم راع ومسئول عن رعيتو، فاإلمام راع وىو مسئ»
وىو مسئول عن رعيتو، واملرأة يف بيت زوجها راعية وىي مسئولة عن رعيتها، واخلادم يف ، قال: فسمعت ىؤلء من رسول اهلل صلى اهلل «مال سيده راع وىو مسئول عن رعيتو
وىو والرجل يف مال أبيو راع »عليو وسلم، وأحسب النب صلى اهلل عليو وسلم قال: «مسئول عن رعيتو، فكلكم راع وكلكم مسئول عن رعيتو
Shahih Bukhârî, juz 5, kitab washiyat, bab ke- 9 takwil firman Allah
“sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat”, hadis ke-2751, halaman 5
[ عبد اهلل، أخبنا يونس، عن 1حدثنا بشر بن ممد السختياين، أخبنا ]ص: -2751الزىري، قال: أخبين سال، عن ابن عمر رضي اهلل عنهما، قال: مسعت رسول اهلل صلى
كلكم راع ومسئول عن رعيتو، واإلمام راع ومسئول عن رعيتو، »اهلل عليو وسلم يقول: تو، واملرأة يف بيت زوجها راعية ومسئولة عن رعيتها، والرجل راع يف أىلو ومسئول عن رعي
54
والرجل راع »، قال: وحسبت أن قد قال: «واخلادم يف مال سيده راع ومسئول عن رعيتو «يف مال أبيو
Shahih Bukhârî, juz 3, kitab membebaskan budak, bab ke- 19 budak itu
pemimpin atas harta tuannya, hadis ke-2554-2558, halaman 150
حدثنا مسدد، حدثنا يي، عن عبيد اهلل، قال: حدثين نافع، عن عبد اهلل -2554كلكم راع فمسئول عن رعيتو، »رضي اهلل عنو: أن رسول اهلل صلى اهلل عليو وسلم قال:
فالمري الذي على الناس راع وىو مسئول عنهم، والرجل راع على أىل بيتو وىو مسئول اعية على بيت بعلها وولده وىي مسئولة عنهم، والعبد راع على مال سيده عنهم، واملرأة ر
«وىو مسئول عنو، أل فكلكم راع وكلكم مسئول عن رعيتوحدثنا أبو اليمان، أخبنا شعيب، عن الزىري، قال: أخبين سال بن عبد اهلل -2558
صلى اهلل عليو [، عن عبد اهلل بن عمر رضي اهلل عنهما، أنو: مسع رسول اهلل717]ص:كلكم راع ومسئول عن رعيتو، فاإلمام راع ومسئول عن رعيتو، والرجل يف »وسلم يقول:
أىلو راع وىو مسئول عن رعيتو، واملرأة يف بيت زوجها راعية وىي مسئولة عن رعيتها، ، قال: فسمعت ىؤلء من النب صلى «واخلادم يف مال سيده راع وىو مسئول عن رعيتو
والرجل يف مال أبيو راع »سلم، وأحسب النب صلى اهلل عليو وسلم قال: اهلل عليو و «ومسئول عن رعيتو، فكلكم راع وكلكم مسئول عن رعيتو
Shahih Bukhârî, juz 7, kitab nikah, bab ke- 81 Firman Alllah “Jagalah
dirimu dan keluargamu dari api neraka”, hadis ke- 5188, halaman 26
[ أبو النعمان، حدثنا محاد بن زيد، عن أيوب، عن نافع، عن 21حدثنا ]ص: -5188كلكم راع وكلكم مسئول، فاإلمام راع وىو »عبد اهلل، قال النب صلى اهلل عليو وسلم:
مسئول، والرجل راع على أىلو وىو مسئول، واملرأة راعية على بيت زوجها وىي مسئولة، «ل، أل فكلكم راع وكلكم مسئولوالعبد راع على مال سيده وىو مسئو
Shahih Bukhârî, juz 9, kitab hukum-hukum, bab ke- 1, hadis ke- 7138,
halaman 62
حدثنا إمساعيل، حدثين مالك، عن عبد اهلل بن دينار، عن عبد اهلل بن عمر، -1741لكم أل كلكم راع وك»رضي اهلل عنهما: أن رسول اهلل صلى اهلل عليو وسلم، قال:
55
مسئول عن رعيتو، فاإلمام الذي على الناس راع وىو مسئول عن رعيتو، والرجل راع على أىل بيتو، وىو مسئول عن رعيتو، واملرأة راعية على أىل بيت زوجها، وولده وىي مسئولة عنهم، وعبد الرجل راع على مال سيده وىو مسئول عنو، أل فكلكم راع وكلكم مسئول
«عن رعيتو2. Shahih Muslim, juz 3, kitab al-imârah, bab ke lima, hadis ke- 1829,
halaman 1459
ث نا اللايث، 7121) د بن رمح، حدا ث نا مما ث نا ليث، ح وحدا ث نا ق ت يبة بن سعيد، حدا ( حداأل كلكم راع، وكلكم »ليو وسلام أناو قال: عن نافع، عن ابن عمر، عن الناب صلاى اهلل ع
مسئول عن رعياتو، فالمري الاذي على النااس راع، وىو مسئول عن رعياتو، والراجل راع هم، والمرأة راعية على ب يت ب علها وولده، وىي مسئولة على أىل ب يتو، وىو مسئول عن
هم، والعبد راع على مال سيده وىو مسئول عنو، أل فكلكم راع، وكلكم مسئول عن عن «رعياتو
3. Sunan Abû Dâwûd, juz II, kitab pemimpin, bab ke- 1, hadis ke-2989,
halaman 145
حدثنا عبد اهلل بن مسلمة عن مالك عن عبد اهلل بن دينار عن عبد اهلل - 2121بن عمر أن رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم قال " أل كلكم راع وكلكم مسئول عن رعيتو فالمري الذي على الناس راع عليهم وىو مسئول عنهم والرجل راع على أىل
مسئول عنهم واملرأة راعية على بيت بعلها وولده وىي مسئولة عنهم والعبد بيتو وىو راع على مال سيده وىو مسئول عنو فكلكم راع وكلكم مسئول عن رعيتو " .
4. Sunan Turmuzi, juz 6, kitab jihad, bab ke- 27, hadis ke-1806, halaman
494
ث نا اللايث عن نافع عن ابن عمر عن الناب 1806- ث نا ق ت يبة حدا صلى اهلل عليو -حداأل كلكم راع وكلكم مسئول عن رعياتو فالمري الاذى على النااس راع » قال -وسلم
هم والمرأة راعية على ب يت ومسئول عن رعياتو والرا جل راع على أىل ب يتو وىو مسئول عن ب علها وىى مسئولة عنو والعبد راع على مال سيده وىو مسئول عنو أل فكلكم راع
قال أبو عيسى وف الباب عن أىب ىري رة وأنس وأىب موسى. «. و وكلكم مسئول عن رعيات
56
ر مفوظ وحديث ابن عمر حديث ر مفوظ وحديث أنس غي وحديث أىب موسى غي حسن صحيح.
5. Musnad Ahmad bin Hanbal, juz12, kitab musnad sahabat yang banyak
meriwayatkan hadis, bab Musnad Abdullah bin Umar bin Al-Khattab
Radliyallahu ta‟ala „anhuma, hadis ke-5753, halaman 209
ث نا أبو اليمان أخب رنا شعيب عن الزىري أخب رين سال بن عبد اللاو عن -1114 عبد حداع النابا صلاى اللاو عليو وسلام ي قول كلكم راع ومسئول عن رع ياتو اللاو بن عمر أناو مس
مام راع وىو مسئول عن رعياتو والراجل يف أىلو راع وىو مسئول عن رعياتو والمرأة راعية اإلتو يف ب يت زوجها وىي مسئولة عن رعياتها واخلادم يف مال سيده راع وىو مسئول عن رعيا
عت ىؤلء من الناب صلاى اللاو عليو وسلام وأحسب النابا صلا ى اللاو عليو وسلام قال قال مس والراجل يف مال أبيو راع وىو مسئول عن رعياتو فكلكم راع وكلكم مسئول عن رعياتو
Musnad Ahmad bin Hanbal, juz 10, kitab musnad sahabat yang banyak
meriwayatkan hadis, bab Musnad Abdullah bin Umar bin Al-Khattab
Radliyallahuta‟ala „anhuma, hadis ke-4920, halaman 456
ث نا يي عن عب يد اللاو أخب رين نافع عن ابن عمر قال رسول اللاو صلاى اللاو -3121 حداكم مسئول عن رعياتو فالمري الاذي على النااس راع عليهم وىو عليو وسلام كلكم راع وكل
هم والمرأة راعية على ب يت ب ع هم والراجل راع على أىل ب يتو وىو مسئول عن لها مسئول عن هم وعبد الراجل راع على ب يت سيده وىو مسئول عنو أل فكلكم وولده وىي مسئولة ع ن
راع وكلكم مسئول عن رعياتو Musnad Ahmad bin Hanbal, juz 9, kitab musnad sahabat yang banyak
meriwayatkan hadis, bab Musnad Abdullah bin Umar bin Al-Khattab
Radliyallahu ta‟ala „anhuma, hadis ke-4266, halaman 302
ث نا إمساعيل أخب رنا أيوب عن نافع عن ابن عمرأنا النابا صلاى اللاو عليو - 3211 حداكم مسئول فالمري الاذي على النااس راع وىو مسئول عن رعياتو وسلام قال كلكم راع وكل
والراجل راع على أىل ب يتو وىو مسئول والمرأة راعية على ب يت زوجها وىي مسئولة وىو مسئول أل فكلكم راع وكلكم مسئول والعبد راع على مال سيده
57
Musnad Ahmad bin Hanbal, juz 12, kitab musnad sahabat yang banyak
meriwayatkan hadis, bab musnad Abdullah bin Umar bin al Khattab
Radliyallahu ta‟ala „anhuma, hadis ke- 5635, halaman 172
عت ابن - 1141 ث نا سفيان عن عبد اللاو بن دينار مس ل بن إمساعيل حدا ث نا مؤما حدا عمر ي قول قال رسول اللاو صلاى اللاو عليو وسلام كلكم راع وكلكم مسئول عن رعياتو
هم فالمري راع ع هم والراجل راع على أىل ب يتو وىو مسئول عن لى رعياتو وىو مسئول عن عنو والعبد راع على مال سيده وىو مسئول عنو والمرأة راعية على ب يت زوجها ومسئولة
Adapun hasil dari penelusuran takhrij hadis melalui kamus Miftâh
Kunûz al-Sunnah (Pencarian melalui tema)
6كلكم راع وكلكم مسئول و ب ك بخ
و ح ك مس ب ك بد
تر قا ب ك ح ز
و و و ثان ص سادس : و قا و
ص
حم
Berdasarkan keterangan diatas, maka jelas bahwa matan tersebut terdapat
pada:
1. Shahih Bukhârî, juz 9, kitab hukum, bab ke- 1, hadis ke-7138,
halaman 62
حدثنا إمساعيل، حدثين مالك، عن عبد اهلل بن دينار، عن عبد اهلل بن عمر، - 1741أل كلكم راع وكلكم »رضي اهلل عنهما: أن رسول اهلل صلى اهلل عليو وسلم، قال:
مسئول عن رعيتو، فاإلمام الذي على الناس راع وىو مسئول عن رعيتو، والرجل راع على
6 Muĥammad Fuad Abd al-Bâqi, Miftâh Kunûz al-Sunnah, cet1. h. 5.
58
، واملرأة راعية على أىل بيت زوجها، وولده وىي مسئولة أىل بيتو، وىو مسئول عن رعيتوعنهم، وعبد الرجل راع على مال سيده وىو مسئول عنو، أل فكلكم راع وكلكم مسئول
«عن رعيتو2. Shahih Muslim, juz 3, kitab pemimpin, bab ke- 5, hadis ke-1829,
halaman 1459
ث نا ق ت يبة بن سعيد 7121) ث نا اللايث، ( حدا د بن رمح، حدا ث نا مما ث نا ليث، ح وحدا ، حداأل كلكم راع، وكلكم »عن نافع، عن ابن عمر، عن الناب صلاى اهلل عليو وسلام أناو قال:
ذي على النااس راع، وىو مسئول عن رعياتو، والراجل راع مسئول عن رعياتو، فالمري الا هم، والمرأة راعية على ب يت ب علها وولده، وىي مسئول ة على أىل ب يتو، وىو مسئول عن
هم، والعبد راع على مال سيده وىو مسئول عنو، أل فكلكم راع، وكلكم مسئول عن عن «رعياتو
3. Sunan Abû Dâwûd, juz II, kitab pemimpin, bab ke- 1, hadis ke-2989,
halaman 145
ث نا عبد اللاو بن مسلمة، عن مالك، عن عبد اللاو ب - 2121 ن دينار، عن عبد اللاو حداأل كلكم راع، وكلكم مسئول عن »بن عمر، أنا رسول اللاو صلاى اهلل عليو وسلام قال:
هم، وا لراجل راع على أىل رعياتو، فالمري الاذي على النااس راع عليهم، وىو مسئول عن هم، هم، والمرأة راعية على ب يت ب علها وولده، وىي مسئولة عن ب يتو، وىو مسئول عن
«ول عن رعياتو والعبد راع على مال سيده، وىو مسئول عنو، فكلكم راع، وكلكم مسئ 4. Sunan Turmuzi, juz 6, kitab jihad, bab ke- 27, hadis ke-1806, halaman
494
ث نا اللايث عن نافع عن ابن عمر عن الناب 1806- ث نا ق ت يبة حدا صلى اهلل عليو -حداسئول عن رعياتو فالمري الاذى على النااس راع أل كلكم راع وكلكم م » قال -وسلم
هم والمرأة راعية على ب يت ومسئول عن رعياتو والراجل راع على أىل ب يتو وىو مسئول عن ى مال سيده وىو مسئول عنو أل فكلكم راع ب علها وىى مسئولة عنو والعبد راع عل
قال أبو عيسى وف الباب عن أىب ىري رة وأنس وأىب موسى. «. وكلكم مسئول عن رعياتو ر م ر مفوظ وحديث أنس غي فوظ وحديث ابن عمر حديث وحديث أىب موسى غي
حسن صحيح.
59
3. Penelitian Sanad Hadis
Penelitian sanad menurut bahasa adalah sandaran dan pegangan. Menurut
istilah sanad adalah jalan yang menyampaikan kepada matan hadis (teks).
Maksudnya rangkaian perawi yang menukilkan teks hadis dari sumber
pertama.7
Sanad yang bersambung artinya mulai dari mukharijnya seperti Bukhari,
Muslim dan lainnya harus bersambung dengan rawi diatasnya dan seterusnya,
hingga sampai kepada Rasulullah SAW sebagai sandaran terakhir. 8
Al-Bukhârî
Mukharij hadits diatas adalah al-Bukhârî. Nama lengkapnya adalah Abû
„Abdullah Muhammad bin Isma‟il bin Ibrâhim bin al-Mughîrah ibn
Bardizbah al-Ja‟fî al-Bukhârî. Imam al-Bukhârî dilahirkan pada malam
Jum‟at, tanggal 13 Syawal 194 H/810 M di kota Bukhara dan wafat di
Samarkhand pada malam Idul Fitri tahun 256 H tanggal 31 Agustus 870 M.
Guru dan murid Imam al-Bukhârî dalam bidang hadis mencapai ratusan
orang. Dari hasil penelitian penulis, guru Imam al-Bukhârî dalam bidang
hadis sebanyak 289 orang. Informasi itu diperoleh dari jumlah guru yang
riwatnya terdapat dalam sahih al-Bukhârî. Diantara para guru itu adalah Alî
Ibn Al-Madinî, Ahmad bin Hambal, Yahya bin Ma‟in, dan Ibnu Rawaih.
Murid beliau dalam bidang hadis banyak sekali sehingga ada yang
mengatakan murid imam al-Bukhârî sebanyak 90.000 orang. Diantara
muridnya yang dapat disebutkan disini adalah Muslim al-Hajjaj, al-
Turmudzi, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Abû Dawud, dan Muhammad ibn Yusuf al-
Farabi. 9
Bisyir bin Muhammadnama lengkapnya adalah Bisyir bin Muhammad,
Kuniahnya Abû Muhammad. Lahir pada tahun 150 H dan Wafatpada tahun
224 H. Beliau tinggal di Hims.Guru-gurunya adalah Abdullah bin Mubarak,
7 Hendri Nadhiran, “Kritik Sanad Hadis: Tela‟ah Metodologis”, Volume 5, Nomor 1,
2014, h. 2. 8
Ermawati Aziz, “Fitrah Perspektif Hadis Studi Kritik Sanad, Matan dan
Pemahamannya”, Vol. 14 , No. 1, 2017, h. 147. 9
Bustamin dkk, Membahas Kitab Hadis (Jakarta:Lembaga Penelitian UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2010), cet. 1. h.11-13
60
Fadhol bin Mûsa, Abî Tumailah yahya bin Wadhih, Yunus, Zuhri, Salim bin
Abdullah, Ibnu Umar. Murid-murid beliau adalah al-Bukhârî, Ahmad bin
Siyar, Ja‟far bin Muhammad bin Hasan, dll. Komentar ulama tentang
dirinya: Abû Hatim mengatakan „Ats Tsiqat‟.10
Sebagai kesimpulannya, penulis mendapati bahwa Imam al-Bukhârî
(w.256 H) bersambung sanadnya dengan Bisyir bin Muhammad (w. 224 H)
yang disebabkan atas pertalian guru dan murid,dan daripenilaian ulama hadis
juga tidak ada yang mencela sebagaimana yang telah disebutkan dalam
Tahdzib al-Kamal.
Abdullah nama lengkapnya adalah „Abdullah bin al-Mubarak bin
Wadlih al-Hanzali al-Tamimi, Kuniahnya Abû „Abdur Rahman al-Marwazi.
Lahir pada tahun 118 H dan wafatpada tahun 181 H.
Guru-gurunya adalah Ibrahîm bin Sa‟d, Ibrahîm bin Thahman, Ibrahîm
bin „Uqbah, Isma‟îl bin Abî Kholid, Ishaq Ibrahîm bin Muhammad, Isma‟îl
bin Muslim, Aswad bin Syaiban, Basyir bin Muslim, Isma‟îl bin „Ayyasy,
Hammad bin Salamah, Sufyan al-Tsauri, Yunus, Zuhri, Salim bin „Abdullah,
Ibnu „Umar.
Murid-murid beliau adalah Abû Ishaq bin Ibrahîm bin Ishaq bin „Iyyas,
Ishaq bin Jamil, Ahmad bin „Utsman, Ahmad bin Muhammad bin Musa, Abû
Ma‟mar Isma‟il bin Ibrahîm, Baqiyyah bin Walid, „abdul bin Razzaq bin al-
Hammam, Bisyir bin Muhammad.11
Komentar ulama tentang dirinya,
Yahya bin Mai‟in berkata Tsiqah.12
Sebagai kesimpulannya, penulis mendapati bahwaBisyir bin
Muhammad (w. 224 H) bersambung sanadnya dengan Abdullah bin Al-
Mubarak bin Wadlih al-Hanzali al-Tamimi (w. 181H) yang disebabkan atas
pertalian guru dan murid, dari penilaian ulama hadis juga tidak ada yang
mencela sebagaimana yang telah disebutkan dalam Tahdzib al-Kamal.
10
Al-Hafidz Jamaluddin Abu al-Hajjâj Yusûf Ibn Al-Zaki „Abdur Rahmanbin Yusuf
bin Ali Abdul al-Mulk bin Ali bin Abi al-Zuhr al-Kalbi al-Kudha‟I al-Mizzî, Tahdzib al-Kamâl fi
Asmâ‟ al-Rijâl (Beirut: Muassasah al-Risâlah, 1983), jilid. 4. h. 144-145. 11
Al-Hafidz Jamaluddin, Tahdzib al-Kamâl fi Asmâ‟ al-Rijâl, jilid. 16. h. 5-11. 12
Al-Hafidz Jamaluddin, Tahdzib al-Kamâl fi Asmâ‟ al-Rijâl, jilid. 16. h. 19
61
Yunus nama lengkapnya adalah Yunus bin Yazid bin Abî an-Najjad,
Kuniahnya Abû Yazid dan wafat pada tahun 159 H. Beliau tinggal di Syam.
Guru-gurunya adalah Umarah bin Ghaziyyah, Hisyam ibn „Urwah,
Muhammad bin Muslim bin Syihab, Zuhri, Salim bin „Abdullah, Ibnu „Umar,
dll. Murid-murid beliau adalah Hasan bin Ibrahîm bin al-Kirmani, Hafŝah
bin „Umar, „Abdullah bin Raja al-Makiy, Laits bin Sa‟ad, „Abdullah bin Al-
Mubarak bin Wadlih, Bisyir bin Muhammad, Bukhârî, Muslim, Ibnu Majah,
an-Nasa‟i, dll.
Komentar ulama tentang dirinya:al-„Ajli, Ibnu Hajar al-„Asqalani, an-
Nasa‟I, Adz Dzahabi, berkata: Tsiqah, Ya‟kub bin Syaibah berkata: Salih al-
hadits, Abû Zur‟ah berkata: la ba‟sa bih, Ibnu Kharasy berkata: Shadûq, Ibnu
Hibban berkata: disebutkan dalam „ats-tsiqât.13
Sebagai kesimpulannya, penulis mendapati bahwa„Abdullah bin Al-
Mubarak bin Wadlih al-Hanzali al-Tamimi (w. 181H) dan bersambung
sanadnya dengan Yûnus bin Yazid bin Abî an-Najjad (w. 159 H) yang
disebabkan atas pertalian guru dan murid, Yunus Tsiqah yang menilai tsiqah
adalah kritikan Mutasyaddid sebagaimana yang telah disebutkan dalam
Tahdzib al-Kamal.
Zuhri nama lengkapnya adalah Muhammad bin Muslim bin „Ubaidillah
bin „Abdullah bin Syihab, Kuniahnya Abû Bakar dan wafat pada tahun 124
H. Beliau tinggal di Madinah.
Guru-gurunya adalah Aban bin „Utsman bin Affan, Anas Ibn Malik,
„Uwais bin Abî„Uwais, „Abdullah bin „Abd al-Rahmanbin Azhar al-Zuhri,
„Urwah bin Zubair, Salim bin „Abdullah, Ibnu Umar, dll. Murid-murid
beliau adalah Abab bin Salih, Tsa‟labah bin Suhail, Sufyan bin „Uyainah,
Qatadah bin Di‟amah, Malik bin Anas, Ma‟mar bin Rasyd, Yûnus bin Yazid
al-Ajli,Yunus bin Yazi bin Abi An Najjad,Abdullah bin Al-Mubarak bin
Wadlih, Bisyir bin Muhammad, Bukhari, Muslim, Ibnu Majah, An Nasa‟i,
13
Al-Hafidz Jamaluddin, Tahdzib al-Kamâl fi Asmâ‟ al-Rijâl, jilid. 32. h. 551-556.
62
dll. Komentar ulama tentang dirinya; Abu Dawud dan Juhairi mengatakan
Tsiqah.14
Sebagai kesimpulannya, penulis mendapati bahwaYûnus bin Yazid bin
Abû an-Najjad (w. 159 H) dan bersambung sanadnya dengan Muhammad bin
Muslim bin „Ubaidillah bin „Abdullah bin Syihab (Zuhri) (w. 124 H) yang
disebabkan atas pertalian guru dan murid, dari penilaian-penilaian ulama
hadis juga tidak ada yang mencela sebagaimana yang telah disebutkan dalam
Tahdzib al-Kamal.
‘Abdullah nama lengkapnya adalah Salim bin „Abdullah bin „Umar bin
Al Khattab, Kuniahnya Abû „Umar dan wafat pada tahun 106 H. Beliau
tinggal di Madinah.
Gurunya adalah Rafi‟ bin Khadij, „Abdullah bin Muhammad bin Abû
Bakar Siddiq, Ibnu „Umar. Murid-murid beliau adalah Ibrahim bin Abî
Hanifah, Muhammad bin Muslim bin „Ubaidillah bin „Abdullah bin Syihab,
Ibrahim bin „Uqbah, Khalid bi Abû „Imran, Sholeh bin Kaisan, Yûnus bin
Yazid bin Abû an-Najjad,‟Abdullah bin Al-Mubarak bin Wadlih, Bisyir bin
Muhammad, Bukhari, Muslim, Ibnu Majah, An Nasa‟i, dll. Komentar ulama
tentang dirinya Sholeh bin Ahmad bin „Abdullah berkata tsiqah.15
Sebagai kesimpulannya, penulis mendapati bahwa Muhammad bin
Muslim bin „Ubaidillah bin „Abdullah bin Syihab (Zuhri) (w. 124 H) dan
bersambung sanadnya dengan Salim bin „Abdullah bin „Umar bin Al Khattab
(w. 106 H) yang disebabkan atas pertalian guru dan murid, dari penilaian
ulama hadis juga tidak ada yang mencela sebagaimana yang telah disebutkan
dalam Tahdzib al-Kamal.
Ibn ‘Umar nama lengkapnya Abdullah bin„Umar bin Hafash bin „Asim
bin „Umar bin al-Khaththab al-Qursyiu al-„Adawiyu, nama kuniyahnya
adalah Abû „Abdurrahman. Beliau tinggal di Madinah, beliau wafat pada
tahun 73 H.
14
Al-Hafidz Jamaluddin, Tahdzib al-Kamâl fi Asmâ‟ al-Rijâl, jilid. 26. h. 419-432. 15
Al-Hafidz Jamaluddin, Tahdzib al-Kamâl fi Asmâ‟ al-Rijâl, jilid. 10. h. 145-151.
63
Guru-guru beliau adalah Nabi SAW, Ibrahîm bin Muhammad bin
„Abdullah, Humaid Thowil, Hubaib bin „Abdurrahman, Zaid bin Aslam,Sa‟id
Al-Maqburi, „Asim ‟Ubaidillah, „Abdurrahman bin Qasim bin Muhammad,
dll. Kemudian murid-murid beliau adalah Nafi‟ „Abdullah bin „Umar bin al-
Khattab al-Qursyi, Ishaq bin Muhammad, „Isma‟il bin Yahya, Hammad bin
Kholid, Muhammad bin al-Muntasyir, Marwan bin Salim al-Maqaffa‟,
Muslim bin Abi Maryam, Salim bin „Abdullah bin „Umar bin al- Khattab
„Abdullah, Muhammad bin Muslim bin „Ubaidillah bin „Abdullah bin
Syihab,Yûnus bin Yazi bin Abû an-Najjad, „Abdullah bin al-Mubarak bin
Wadlih, Bisyir bin Muhammad, Bukhari dll.
Jarh wa Ta’dil: Ya‟qub berkata bahwa‟Abdullah Tsiqah dan Sadûq,
Ahmad bin Hambal berkata bahwa „Abdullah La ba sa bih, Abdullah bin „Ali
dan Nasa‟I berkata bahwa „Abdullah daif.16
Sebagai kesimpulannya, penulis mendapati bahwaSalim bin „Abdullah
bin „Umar bin al-Khattab (w. 106 H)dan bersambung sanadnya dengan
„Abdullah bin„Umar bin Hafash bin „Asim bin „Umar bin al-Khaththab al-
Qursyiu al-„Adawiyu (w. 73 H)yang disebabkan atas pertalian guru dan
murid, „Abdullah tsiqah yang menilai tsiqah adalah kritikan Mutasyaddid
sebagaiman yang telah disebutkan dalam Tahdzib al-Kamal.
Muslim
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Muslim, nama lengkapnya adalah
Abû Husain Muslim ibn al-Hajjaj bin al-Qusyairî al-Naisâbûrî. Imam Muslim
lahir di Naisâbûr kota Khurazan pada pada tahun 204 H dan wafat dikota
yang sama pada tanggal 25 Rajab tahun 261 H. Kunyahnya adalah Abû
Husain, sedangkan laqabnya ada tiga, yaitu Qusyairi al-Naisaburi, dan al-
Hafiz.
Di antara para guru yang ditemui Muslim adalah Yahya ibn Yahya,
Ish‟aq ibn Rawaih, Muhammad Ibn Mahram, Ab-Ghazab, Ahmad ibn
Hanbal, „Abdullah bin Maslamah, Sa‟id bin Mansur, Abû Mas‟ab, dll.
16
Al-Hafidz Jamaluddin, Tahdzib al-Kamâl fi Asmâ‟ al-Rijâl, jilid. 15. h. 327-331.
64
Sedangkan para muridnya adalah Abû Hatim al-Razi, Mûsa ibn Harun,
Ahmad ibn Salamah, Abû Bakr ibn Khuzaimah, Yahya ibn Sa‟id, Abû
Awanah al-Isfahani, Abû Isa al-Turmudzi, Abu „Amr Ahmad ibn Mubarak al-
Mustamli, dll.17
Qutaibah, nama lengkapnya yaitu Qutaibah bin Sa‟îd bin Jamîl bin Tarîf
bin „Abdullah al-Tsaqafi. Kuniyah-nya Abû Raja‟ dan laqobnya Qutaibah.
Dia menetap di Himsh lahir pada tahun 150 H dan ia wafat tahun 240 H pada
bulan Sya‟ban.
Guru-gurunya adalah Ibrâhîm ibn Sa‟îd al-Madinî, Isma‟îl ibn Abî
„Uwais, Isma‟îl ibn Ja‟far, Ayyub Ibn al-Hanafî, Jâbir ibn Marzuq, Laits bin
Sa‟ad bin „Abdur Rahman, Muhammad bin Rumh bin Al-Muhajir, Laits bin
Sa‟ad bin „Abdur Rahman, Nafi‟, Abdullah bin „Umar bin al-Khattab bin
Nufail. Muridnya adalah imam eman kecuali Ibn Majah (al- Bukhârî,
Muslim, Abû Dawud, Al-Tirmidzi, al-Nasa‟i), Ahmad ibn Hanbal, Ahmad
ibn Sa‟id al-Dârimî, al-Harits ibn Muhammad ibn Abî Usâmah, Abdullah ibn
Qutaibah ibn Said, Yahya ibn Main, Yûsuf ibn Mûsâ al-Qattan, Ibrahim bin
Ishaq, Ja‟far bin Mahmud bin Suwwar, Ja‟far ibn Mahmud bin Hasan, Harits
bin Muhammad, dll.
Komentar ulama mengenai dirinya adalah Yahya bin Ma‟in berkata
Tsiqah, al-Nasa‟i mengatakan Sadûq, ibn Khurasi berkata: Sadûq, al-Hakim
berkata: Qutaibah Tsiqah Ma‟mun.18
Sebagai kesimpulannya, penulis mendapati bahwa Imam Muslim (w.
261 H) dan bersambung sanadnya dengan Qutaibah bin Sa‟îd bin Jamîl bin
Tarîf bin „Abdullah al-Tsaqafi (w. 240 H) yang disebabkan atas pertalian
guru dan murid,Yahya tsiqah yang menilai tsiqah adalah kritikan
Mutasyaddid sebagaimana telah disebutkan dalam Tahdzib al-Kamal.
Muhammad bin Rumh nama lengkapnya yaitu Muhammad bin Rumh
bin al-Muhajir bin Muharrar bin Salim. Kuniyah-nya Abû „Abdullah. Dia
menetap di Maru, dan ia wafat tahun 242 H. Kalangannya dari kalangan
17
Bustamin dkk, Membahas Kitab Hadis, cet. 1. h.21-22. 18
Al-Hafidz Jamaluddin, Tahdzib al-Kamâl fi Asmâ‟ al-Rijâl, jilid. 23. h. 523-529.
65
Tabi‟in kalangan pertengahan.Guru-gurunya adalah Laits bin Sa‟d,
Maslamah bin Ulya, Nu‟im bin Hammad, Nafi‟, Abdullah bin „Umar bin al-
Khattab bin Nufail. Muridnya adalah Laits bin Sa‟ad bin „Abdur Rahman,
Qutaibah bin Sa‟id bin Jamil bin Tharif bin „Abdullah, Muslim bin Majah,
Isma‟ilbin Yahya, Hasan bin Sufyan, „Abdur Rahman bin „Abdullah bin
„Abdul Hakim.
Komentar ulama mengenai dirinya adalah Abû Daud menilainya
Tsiqah, Ibnu Hibban menilainya „Ats Tsiqât, Abû Sa‟id bin Yûnus menilainya
Tsiqah.19
Sebagai kesimpulannya, penulis mendapati bahwa Qutaibah bin Sa‟îd
bin Jamîl bin Tarîf bin „Abdullah al-Tsaqafi (w. 240 H) dan bersambung
sanadnya dengan Muhammad bin Rumhi bin Al-Muhajir bin Muharrar bin
Salim (w. 242 H) yang disebabkan atas pertalian guru dan murid, dari
penilaian ulama hadis juga tidak ada yang mencela sebagaimana yang telah
disebutkan dalam Tahdzib al-Kamal.
Laits nama lengkapnya yaitu Laits bin Sa‟ad bin „Abdur Rahmân al-
Fahmî. Kuniyah-nya Abû al-Hârits al-Misri. Dia menetap di Maru, dan ia
wafat tahun 177/176 H.
Guru-gurunya adalah Ibrahim bin Abî Ablah, Ayub bin Mûsa, Sa‟id bin
Abî Sa‟ib al-Maqburi, Muhammad bin „Ajlan, Muhammad bin Muslin bin
Syihab al-Zuhri, Muhammad bin Rumhi bin al-Muhajir, Nafi‟, „Abdullah bin
„Umar bin al-Khattab bin Nufail. Muridnya adalah Ahmad bin „Abdullah bin
Yûnus, Adam bin Abî Iyas, „Abdullah bin Yusuf al-Tannisi, Qutaibah bin
Sa‟id, Muslim.
Komentar ulama mengenai dirinya adalahMuhammad bin Sa‟d: Tsiqah,
banyak hadis Sahihnya. Ahmad bin Hambal: Tsiqah Tsabt, Yahya bin Ma‟in
dan Abû „Abdul al-Rahman al-Nasa‟i:Tsiqah. Ibnu Khirasy: Sadûq, sahih
hadisnya. Ya‟qub bin Syaibah: Tsiqah.20
19
Al-Hafidz Jamaluddin, Tahdzib al-Kamâl fi Asmâ‟ al-Rijâl, jilid. 25. h. 203-205. 20
Al-Hafidz Jamaluddin, Tahdzib al-Kamâl fi Asmâ‟ al-Rijâl, jilid. 25. h. 255.
66
Sebagai kesimpulannya, penulis mendapati bahwa Muhammad bin
Rumhi bin Al-Muhajir bin Muharrar bin Salim (w. 242 H) dan bersambung
sanadnya dengan Laits bin Sa‟ad bin „Abdur Rahmân al-Fahmî. (w. 176-177
H) yang disebabkan atas pertalian guru dan murid. Yahya bin Ma‟in tsiqah
yang menilai tsiqah adalah kritikan dari Mutasyaddid, sebagaimana yang
telah disebutkan dalam Tahdzib al-Kamal.
Nafi’ nama lengkapnya yaitu Nafi‟, Maula „Abdullah bin „Umar bin al-
Khatab al-Qurasi al-Adawi, Abû„Abdullah al-Madani. Dia wafat pada tahun
117 H. Nama Kuniyah Abû„Abdullah. Beliau tinggal di Madinah.
Guru-gurunya adalah „Abdullah bin „Umar bin al-Khattab bin Nufail,
Ibrahim bin Abdullah bin Hunain, Zaid bin „Abdullahbin „Umar, „Abdullah
bin Muhammad bin Abî Bakral-Siddiq, Aisyah. Muridnya adalah Aslamah
bin Zaid bin Aslam, Ismaîl bin Umayyah al-Qursyi, Ayub bin Mûsa, Tsabit
bin Juhair, Muhammad bin Rumh, Laits bin Sa‟ad bin „Abdur Rahman,
Qutaibah bin Sa‟id bin Jamil bin Tharif bin „Abdullah, Muslim.
Komentar ulama mengenai dirinya adalah Yahya bin Ma‟in adalah
Tsiqah, Al‟Ajli adalah Tsiqah, an-Nasa‟i dan Ibnu Kharasy berkata Tsiqah.21
Sebagai kesimpulannya, penulis mendapati bahwa Laits bin Sa‟ad bin
„Abdur Rahmân al-Fahmî. Kuniyah-nya Abû al-Hârits al-Misri (w. 176-177
H) dan bersambung sanadnya dengan Nafi‟, Maula „Abdullah bin „Umar bin
al-Khatab al-Qurasi al-Adawi, (w. 117 H) yang disebabkan atas pertalian
guru dan murid, dari penilaian-penilaian ulama hadis juga tidak ada yang
mencela sebagaimana yang telah disebutkan dalam Tahdzib al-Kamal.
Ibnu ‘Umar.22
At-Turmuzi
Mukharij hadits di atas adalah at-Turmuzi namanya adalah Abû„Isa
Muhammad ibn Mûsa ibn al-Ḏahhak al-Sulâmî al-Bûghî at-Turmuzî al-Darîr,
dikatakan juga namanya Abû„Isa al-Sulami at-Tirmidzi, al-Dharir, dia lebih
21
Al-Hafidz Jamaluddin, Tahdzib al-Kamâl fi Asmâ‟ al-Rijâl, jilid. 19. h. 32-34. 22
Lihat halaman 62.
67
dikenal dengan at-Turmuzi atau al-Tirmizi. Dia lahir pada tahun 209 H dan
meninggal dikota yang sama pada tahun 279 H/892 M.
Guru-gurunya diantaranya al- Bukhârî, Muslim, Abû Dawud,„Ali ibn
al-Madini, Muhammad ibn „Abdullah ibn Numair al-Kufi, Muhammad ibn
„Amar al-Sawaq al-Balkhi, Muhammad ibn Ghailan, Muhammad ibn
Basysyar, Ziyad ibn Yahya al-Hasana, dll. Muridnya adalah Haisyam bin
Qulaib As-Syasi, Muhammad bin Isma‟îl.23
Qutaibah24
Sebagai kesimpulannya, penulis mendapati Imam at-Turmuzi (w. 279
H) dan bersambung sanadnya denganQutaibah bin Sa‟îd bin Jamîl bin Tarîf
bin „Abdullah al-Tsaqafi (w. 240 H) yang disebabkan atas pertalian guru dan
murid. Yahya tsiqah yang menilai tsiqah adalah kritikan Mutasyaddid
sebagaimana yang telah disebutkan dalam Tahdzib al-Kamal.
Laits25
Nafi’26
Ibnu Umar27
Al- Bukhârî
Al-Bukhârî28
Al-Yaman nama lengkapnya adalah Al-Hakam bin Nafi‟ al-Bahrani,
Kuniahnya abû al-Yaman al-Himsi.Beliau lahir pada tahun137dan wafat pada
tahun 212 H.
Guru-gurunya adalah Arthoh bin Mundzir, Isma‟îl bin „Iyyas, Syu‟aib
bin Abî Hamzah, Sofwan bin „Amr, Az-Zuhriy, Salim bin „Abdullah,
‟Abdullah bin „Umar, dll. Murid-murid beliau adalah al- Bukhârî, Ibrahim
bin Husain bin Ali bin Mihran, Ibrahim bin Abû Dawud, Ibrahim bin Sa‟id
al-Jauhari, Ahmad bin Hambal, „Abdullah bin „Aburrahman ad-Darimi, dll.29
23
Bustamin dkk, Membahas Kitab Hadis, cet. 1. h. 66-67. 24
Lihat halaman 64. 25
Lihat halaman 65. 26
Lihat halaman 66. 27
Lihat halaman 62. 28
Lihat halaman 59.
68
Komentar ulama tentang dirinya: Yahya bin Ma‟in berkata Tsiqah, Abû
Hatim Ar-Rozy berkata Tsiqah Shadûq, Al „Ajli berkata la ba‟sa bih, Ibnu
Hibban berkata dalam „Ats Tsiqaat.30
Sebagai kesimpulannya, penulis mendapati bahwa Imam al-Bukhârî
(w.256 H) bersambung sanadnya dengan al-Hakam bin Nafi‟ al-Bahrani (w.
212 H) yang disebabkan atas pertalian guru dan murid. Yahya tsiqah yang
menilai tsiqah adalah kritikan Mutasyaddid sebagaimana yang telah
disebutkan dalam Tahdzib al-Kamal.
Syua’ib nama lengkapnya adalah Syu‟aib bin Abi Hamzah.Dia wafat
pada tahun 162/163 H. Nama kuniyah Abû Bisyir al-Himsyi.
Guru-gurunya adalah Ishaq bin „Abdullah, „Abdullah bin
„Abdurrahman bin Husain, Ikrimah bin Kholid, Mahmud bin Muslim bin
Shihab, Zaid bin Aslam, Juhri, Salim bin „Abdillah, „Abdillah bin „Umar.
Muridnya adalah Baqiyah bin Walid, Qatadah „Abdullah bin Waqad,
Mahmud bin Sulaiman, Ishaq Ibrahim bin Mahmud, Baqiyah bin Al-Walid,
Abû Yaman, Imam Ahmad bin Hambal.
Komentar ulama mengenai dirinya adalah Ahmad bin Hambal
mengatakan Tsabat Shalih, Yahya bin Ma‟in, Ya‟kub bin Syaibah, Al „Ajli,
Abu Hatim, An Nasa‟i, mengatakan Tsiqah, Ibnu Hibban mengatakan
disebutkan dalam „Ats Tsiqât, Ibnu Hajar Al Atsqalani mengatakan Tsiqah
ahli ibadah, Adz Dzahabi mengatakan Hafizh.31
Sebagai kesimpulannya, penulis mendapati bahwa Al-Hakam bin Nafi‟
al-Bahrani (w. 212 H) bersambung sanadnya dengan Syu‟aib bin Abî
Hamzah(w. 162/163 H) yang disebabkan atas pertalian guru dan murid. Al-
Ajli tsiqah yang menilai tsiqah adalah kritikan Mutasyaddid sebagaimana
yang telah disebutkan dalam Tahdzib al-Kamal.
Az Zuhriy32
‘Abdullah33
29
Al-Hafidz Jamaluddin, Tahdzib al-Kamâl fi Asmâ‟ al-Rijâl, jilid. 7,h. 146-147. 30
Al-Hafidz Jamaluddin, Tahdzib al-Kamâl fi Asmâ‟ al-Rijâl, jilid. 7, h. 153-154. 31
Al-Hafidz Jamaluddin, Tahdzib al-SKamâl fi Asmâ‟ al-Rijâl, jilid. 12, h. 516-520. 32
Lihat halaman 61.
69
Ibn ‘Umar34
Al-Bukhârî
Al-Bukhârî.35
Musadad nama lengkapnya adalah Musadad bin Musarbal al-Asadî Abû
al-Hasan al-Basrî. Kuniahnya Abû Al-Hasan. Wafat pada tahun 228 H. Beliau
tinggal di Bashrah.
Guru-gurunya adalah Isma‟îl bin „Ulayyah, „Umayyah bin Khâlid,
Bisyr bin al-Mufadldlal, Abî Wakî al-Jarrâh bin Malîh al-Ruâsî, Yahya bin
Sa‟îdal-Qattân, „Ubaidillah, Nafi‟, „Abdullah. Murid-murid beliau adalah
Amad bin „Abdullâh al-Wâsitî, Bukhârî, Abû Dâwud, Ahmad bin „Abdullâh
bin Sâlih, Ismâ‟îl bin Ishâq al-Qâdlî dan yang lainnya.36
Komentar ulama Muhammad bin Hârûn al-Fallâs berkata: aku berkata
kepada Yahyâ bin Ma‟în tentang Musaddad, dia berkata:Sadûq, Ja‟far bin Abî
„Utsmân al-Tayâlisî berkata: aku berkata kepada Yahyâ bin Ma‟în tentang
siapakah yang aku tulis di Basrah? Dia menjawab: saya menulis tentang
Musaddad yang mana dia adalah seorang yang Tsiqah, Al-Nasa‟I, Ja‟far, Abû
Hatim juga berpendapat bahwa muasaddad adalah seorsng yang Tsiqah.37
Sebagai kesimpulannya, penulis mendapati bahwa Imam al-Bukhârî
(w.256 H) bersambung sanadnya dengan Musadad bin Musarbal al-Asadî
Abû al-Hasan al-Basrî (w. 228 H) yang disebabkan atas pertalian guru dan
murid. dari penilaian-penilaian ulama hadis juga tidak ada yang mencela
sebagaimana. Yahya bin Ma‟in tsiqah yang menilai tsiqah adalah kritikan
Mutasyaddid sebagaimana yang telah disebutkan dalam Tahdzib al-Kamal.
Yahya nama lengkapnya adalah Yahyâ bin Sa‟îd bin al-Farrûkh al-
Qattân al-Tamîmî, Abû Sa‟îd al-Basrî al-Ahwâl al-Hâfiz. Dia meninggal pada
tahun 198 H. Nama Kuniyah Abu Sa‟id. Beliau tinggal di Madinah.
33
Lihat halaman 60. 34
Lihat halaman 62. 35
Lihat halaman 59. 36
Al-Hafidz Jamaluddin, Tahdzib al-Kamâl fi Asmâ‟ al-Rijâl, jilid. 27, h. 444-445. 37
Al-Hafidz Jamaluddin, Tahdzib al-Kamâl fi Asmâ‟ al-Rijâl, jilid. 27, h. 446.
70
Guru-gurunya adalah „Abdul al-Rahmân bin Abî Dzi‟b, Muhammad ibn
„Ijlân , Muhammad bin Yahyâ al-Aslamî, Mis‟ar bin Kidâm, Mûsâ ibn Abî
„Îsâ al-Tahân, Mûsâ al-Juhanî, „Ubadillah, Nafi‟, Abdullah38
. Murid-murid
beliau adalah Ibrâhîm bin Muhammad bin „Ar‟arah, Ibrâhîm bin Muhammad
bin al-Taimî al-Qâdî, Ahmad bin Tsâbit al-Jahdarî, Ahmad bin Hambal,
Ahmad bin Sanan al-Qattân, Sufyân al-Tsaurî, Sufyân bin „Uyaynah,
Musadad, Musadad bin Musarbal, Bukhari, Muslim, Ibnu Majah, An Nasa‟i,
dll.
Komentar ulama tentang dirinya: Mahmud bin Sa‟d berkata Tsiqah
Ma‟mun, Abû zur‟ah berkata Tsiqah Hafiz,An-Nasa‟I berkata Tsiqah
Marddiyy, al-Ajli berkata Tsiqah.39
Sebagai kesimpulannya, penulis mendapati bahwa Musadad bin
Musarbal al-Asadî Abû al-Hasan al-Basrî (w. 228 H) bersambung sanadnya
denganYahyâ bin Sa‟îd bin al-Farrûkh al-Qattân al-Tamîmî (w. 198 H) yang
disebabkan atas pertalian guru dan murid. Al-Ajli tsiqah yang menilai tsiqah
adalah kritikan Mutasyaddid sebagaimana yang telah disebutkan dalam
Tahdzib al-Kamal.
‘Ubaidillah nama lengkapnya adalah „Ubaidillah bin „Umar bin Khattab
al-Qurasyi al-Adawi. Beliau wafat pada tahun 147 H.
Gurunya adalah Nafi‟ Maula Ibnu „Umar, Muhammad bin Yahya bin
Hibban, Humaid al-Tawil, Hisyam bin Urwah, Abdullah, dan lain-lain.
Muridnya adalah „Abdul Malik bin Juraij, „Abd bin Aziz bin Abî Salamah,
Isma‟il bin Zkariya al-Khulqaniy, Yahya, Musadad, dll.
Komentar ulama mengenai dirinya adalah al-Nasa‟I dan Abu Hatim:
Tsiqah, Abu Zur‟ah: Tsiqah, Abdullah bin Ahmad bin Hanbal: Tsiqah, Yahya
bin Ma‟in: tsiqah.40
Sebagai kesimpulannya, penulis mendapati bahwa Yahyâ bin Sa‟îd bin
al-Farrûkh al-Qattân al-Tamîmî (w. 198 H) bersambung sanadnya dengan
„Ubaidillah bin „Umar bin Khattab al-Qurasyi al-Adawi (w.147 H) yang
38
Al-Hafidz Jamaluddin, Tahdzib al-Kamâl fi Asmâ‟ al-Rijâl, jilid. 31, h.329- 330. 39
Al-Hafidz Jamaluddin, Tahdzib al-Kamâl fi Asmâ‟ al-Rijâl, jilid. 31, h. 340. 40
Al-Hafidz Jamaluddin, Tahdzib al-Kamâl fi Asmâ‟ al-Rijâl, j 19. h. 124.
71
disebabkan atas pertalian guru dan murid, dari penilaian-penilaian ulama
hadis juga tidak ada yang mencela sebagaimana yang telah disebutkan dalam
Tahdzib al-Kamal.
Nafi’.41
Abdullah (ibn umar).42
Bukhari
Bukhârî.43
Abu Nu’man nama lengkapnya adalah Muhammad bin Al Fadhol bin
Athiyyah bin „Umar bin Khalid bin Al-„Absiyy, kuniyahnya adalah Abu An
Nu‟man. Wafat pada tahun 224 H. Beliau tinggal di Bashrah.
Guru-gurunya adalah Hasan bin „Ubaidillah, Abdullah bin Khuraij,
„Umar bin Dinar, Mansur bin al-Mu‟tamir, Hamid bin zayid, ayyub, Nafi‟,
„Abdullah. Murid-murid beliau adalah Assad bin Musa, Zafir bin Sulaiman,
Hisyam bin „Ubaiillah, Isma‟il bin „Isa, Khalil bin Murrah, „Abdullah bin
„Aun bin dll.
Komentar ulama tentang dirinya: Adz Dzahabi berkata: Tsiqahdan
berubah diakhir usianya, Al-„Ajli berkata: Tsiqah, al-Bukhârî berkata:
berubah diakhir usianya, ad daruquthni brkata: Tsiqah dan berubah diakhir
usianya, Ibnu Hajar Al „Asqalani berkata: Tsiqah dan berubah diakhir
usianya.44
Sebagai kesimpulannya, penulis mendapati bahwa Imam al-Bukhârî
(w.256 H) bersambung sanadnya dengan Muhammad bin Al Fadhol bin
Athiyyah bin „Umar bin Khalid bin Al-„Absiyy (Abu Nu‟man) (w. 224 H)
yang disebabkan atas pertalian guru dan murid, dari penilaian-penilaian
ulama hadis juga tidak ada yang mencela sebagaimana yang telah disebutkan
dalam Tahdzib al-Kamal.
41
Lihat halaman 66. 42
Lihat halaman 62. 43
Lihat halaman 59. 44
Al-Hafidz Jamaluddin, Tahdzib al-Kamâl fi Asmâ‟ al-Rijâl, jilid. 26. h. 280-284.
72
Hammâd bin Zaid nama lengkapnya adalah Hammâd bin Zaid bin
Dirhâm al-Azadî al-Jahdamî. Kuniyahnya adalah Abû Isma‟îl. Beliau lahir
pada tahun 98 H dan wafat pada tahun 179 H. Beliau tinggal di Bashrah.
Guru-gurunya adalah Jamilah bin Murrah, Rasyid bin Abî Muhammad,
Sa‟id bin Iyyas, Ibrâhîm ibn „Uqbah, al-Azraq ibn Qais, Ayyûb al-Sakhtiyânî,
Khâlid ibn Salamah, Zaid ibn Dirhâm, Salamah ibn „Alqamah, Suhail ibn Abî
Sâlih, Nafi‟, Abdullah. Murid-murid beliau adalah Ahmad bin Ibrahim,
Ahmad bin Abdul Malik, Qutaibah ibn Sa‟id, Yahya ibn Sa‟id al-Qattan,
Ahmad ibn Ibrahim al-Musali, Ishaq ibn Abî Israil, al-Husain ibn al-Wahid
al-Naisaburi, Sa‟id ibn Mansur, Abû Nu‟man, Bukhari, Muslim, Ibnu Majah,
An Nasa‟i, dll.
Komentar ulama tentang dirinya: Mahmud bin Sa‟d menyebutkannya
dalam Tsiqat.45
Sebagai kesimpulannya, penulis mendapati bahwa Muhammad bin Al-
Fadhol bin Athiyyah bin „Umar bin Khalid bin Al-„Absiyy (Abû Nu‟man)(w.
224 H) bersambung sanadnya denganHammâd bin Zaid bin Dirhâm al-Azadî
al-Jahdamî (w.179 H)yang disebabkan atas pertalian guru dan murid, dari
penilaian-penilaian ulama hadis juga tidak ada yang mencela sebagaimana
yang telah disebutkan dalam Tahdzib al-Kamal.
Ayyub nama lengkapnya adalah Ayyûb bin Abî Tamîmah Kaysan,
kuniyahnya adalah Abû Bakar. Beliau lahir tahun 66 H wafat pada tahun 131
H. Beliau tinggal di Bashrah.
Guru-gurunya adalah Ibrahim ibn Maisarah, al-Hasan al-Basari, Zaid
ibn Aslam, Sa‟id ibn Jubair, „Abdullahibn Sa‟id ibn Jubair, „Abdurrahman
ibn al-Qasim, „Amr ibn Dinar, „Amr ibn Syua‟ib, Nafi‟, „Abdullah. Murid-
murid beliau adalah Jarir ibn Hazim, al-Hasan ibn Abi Ja‟far, Hammad ibn
Zaid, Hammad ibn Salamah, Zaid ibn Hibban, Sufyan al-Tsauri, „Abdullah
ibn „Aun, „Abdul Warits ibn Sa‟id, Malik ibn Anas, Ma‟mar ibn Rasyid, Abu
nu‟man, Hamid bin Zaid, al-Bukhârî, Muslim, Ibnu Majah, An Nasa‟i, dll.
45
Al-Hafidz Jamaluddin, Tahdzib al-Kamâl fi Asmâ‟ al-Rijâl, jilid 7. h. 239-250.
73
Komentar ulama tentang dirinya: Muhammad ibn Sa‟d berkata: Tsiqah
tsabat, Yahya ibn Ma‟in: Tsiqah, Abû Hatim berkata: Tsiqah, al-Nasa‟I
berkata: Tsiqah tsabat.46
Sebagai kesimpulannya, penulis mendapati bahwa Hammâd bin Zaid
bin Dirhâm al-Azadî al-Jahdamî (w.179 H) bersambung sanadnya
denganAyyûb bin Abî Tamîmah Kaysan (w.131 H) yang disebabkan atas
pertalian guru dan murid. Yahya bin Ma‟in tsiqah yang menilai tsiqah adalah
kritikan Mutasyaddid sebagaimana yang telah disebutkan dalam Tahdzib al-
Kamal.
Nafi’47
‘Abdullah (ibn umar)48
Al-Bukhari
Al-Bukhârî.49
Ismail nama lengkapnya adalah Isma‟il bin „Abdullah bin „Abdullah bin
„Uwais bin Malik bin Abi „Umar al-Ashbahy, kuniyahnya adalah Abu
Abdullah. Beliau tinggal di Madinah.
Guru-gurunya adalah Ibrahim bin Saad Az-Zhuri, Isma‟il bin Ibrahim
bin „Uqbah, Sulaiman bin Bilal, Malik bin Anas, Abdullah bin Dinar,
„Abdullah bin „Umar. Murid-murid beliau adalah Al-Bukhârî, Muslim,
Ibrahim bin Sa‟id bin al-Jauhary, Ahmad bin Sahla bin Ayyub, „Abdullah bin
„Abdurrahman Ad-Darimi, Qutaibah bin Sa‟id, Yusuf bin musa al-Qaththan.
Komentar ulama tentang dirinya: Ahmad bin Hambal la ba‟sa bih,
Yahya bin Ma‟in Sadûq dan dhaif, An Nasa‟i dhaif, Ad Daruquthni tidak
menyebutkan dalam shahinya Abu Hatim menyebutkan Sadûq, Mahmud bin
Sa‟d menyebutkan Tsiqah, Abu Zur‟ah menyebutkan tsiqah.50
Sebagai
46
Al-Hafidz Jamaluddin, Tahdzib al-Kamâl fi Asmâ‟ al-Rijâl, jilid, 3. h. 457-462. 47
Lihat halaman 66. 48
Lihat halaman 62. 49
Lihat halaman 59. 50
Al-Hafidz Jamaluddin, Tahdzib al-Kamâl fi Asmâ‟ al-Rijâl, jilid. 3. h. 124-128.
74
kesimpulannya, Abu Zur‟ah tsiqah yang menilai tsiqah adalah kritikan
Mutasyaddid sebagaimana yang telah disebutkan dalam Tahdzib al-Kamal.
Malik nama lengkapnya adalah Anas bin Malik bin al-Nadar bin
Damdam bin Zaid bin Harm bin Jandab bin „Amir bin Ganam bin „Adi bin
Najar al-Anshari al-Najari. kuniyahnya adalah Abû Hamzah al-Madani.
Wafat pada tahun 179 H. Beliau tinggal di Madinah.
Guru-gurunya adalah Nabi Muhammad SAW, Ubai bin Ka‟ab, Zaid bin
Arqam, Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Abbas, „Abdullah bin Dinar, „Abdullah
bin „Umar. Murid-murid beliau adalah Said bin Jubair, Said bin al-
Musayyab, „Ashim bin „Umar bin Qatadah, Isma‟il, Muhammad bin Yahya
bin Hibban, Malik bin Dinar.51
Komentar ulama tentang dirinya: Ali bin
Zayid mengatakan Daif, Imam Adz Dzahabi mengatakan ats Tsiqah.
Sebagai kesimpulannya, penulis mendapati bahwa Imama Adz Dzahabi
tsiqah yang menilai tsiqah adalah kritikan Mutasyaddid sebagaimana yang
telah disebutkan dalam Tahdzib al-Kamal.
‘Abdullah bin Dinar al-‘Adadi ‘Abdurrahman al-madani, wafat pada
tahun 129 H. Tinggal di Madinah. Gurunya ialah Anas bin Malik, Sulaiman
bin Yasar ibn „Umar. Muridnya ialah Sulaiman bin Bilal, Yahya bin Sa‟ad
al-Anshari, Abdan. Komentar ulama: Abu Hatim Tsiqah, An-Nasa‟I Tsiqah,
Yahya bin Ma‟in Tsiqah.
„Abdullah bin ‘Umar (ibn umar)52
Sunan Abû Dâwûd
Nama lengkap Abû Dâwûd adalah Sulaimân ibn al-Asy‟as ibn Ishâk ibn
Basyîr ibn Syidâd ibn „Imrân al-Azdî al-Sijistânî. Dia adalah imam dan tokoh
ahli hadis. Dia dilahirkan pada tahun 202 H di Sijistani dan wafat pada tahun
275 H.
Abû Dâwûd terkenal sebagai seorang yang mutasyaddid dalam
menentukan kualitas suatu hadis.Guru Abû Dâwûd dalam bidang hadis
banyak diantara gurunya yang sangat menonjol ialah: Ahmad bin Hambal,
51
Al-Hafidz Jamaluddin, Tahdzib al-Kamâl fi Asmâ‟ al-Rijâl, jilid. 3. h. 353-363. 52
Lihat halaman 62.
75
Al-Qan‟abi, Abu Amar al-Darîr, Muslim ibn Ibrahim, Abdullah ibn Raja‟,
Abd al-Walîd al-Tayâlîsî. Muridnya juga banyak diantara muridnya yang
terkenal dalam bidang hadis adalah Abu „Îsâ al-Turmuzî, Abû Abd al-
Rahman al-Nasâ‟î.53
„Abdullah bin Maslamah nama lengkapnya yaitu „Abdullah bin
Maslamah bin Qa‟nab, ia wafat pada tahun 221 H. Nama kuniyah Abû
„Abdur Rahman. Beliau tinggal di Madinah. Kalangannya dari Tabi‟ut
Tabi‟in kalangan biasa.
Guru-gurunya adalah Ibrahim bin Sa‟d Az-Zuhri, Hammad bin
Salamah, Hatim bin Isma‟il, Sulaiman bin Bilal, Malik, „Abdullah bin Dinar,
„Abdullah bin „Umar Mu‟tamar bin Sulaiman, dll. Muridnya Abû Dâwûd,
Bukhari, Muslim, Ismail bin Ishaq, Ali bin Abdul „Aziz, Muhammad bin
Mu‟adz dll.
Komentar ulama mengenai dirinya adalah Al-Ajli, Abu Hatim, Ibn
Ma‟in menyebutkan dalam Tsiqât.54
Sebagai kesimpulannya, penulis mendapati bahwa AbuDawud
(w.275H) bersambung sanadnya Abdullah bin Maslamah bin Qa‟nab (w. 221
H) yang disebabkan atas pertalian guru dan murid, dari penilaian ulama hadis
juga tidak ada yang mencela sebagaimana yang telah disebutkan dalam
Tahdzib al-Kamal. yang telah disebutkan dalam Tahdzib al-Kamal.
Malik55
‘Abdullah bin Dinar56
Abdullah bin ‘Umar57
Ahmad bin Hanbal
Nama lengkap Ahmad bin Hanbal adalah Ahmad bin Muhammad ibn
Hanbal ibn Hilal ibn Asad ibn Idris ibn „Abdillah bin Hayyan Ibn „Abdillah
53
Bustamin dkk, Membahas Kitab Hadis, cet. 1. h.70. 54
Al-Hafidz Jamaluddin, Tahdzib al-Kamâl fi Asmâ‟ al-Rijâl, jilid. 16. h. 136-139. 55
Lihat halaman 74. 56
Lihat halaman 74. 57
Lihat halaman 62.
76
bin Anas ibn „Awf ibn Qasit Ibn Mazin Iibn Syaibah ibn Zula ibn Isma‟il ibn
Ibrahim ia dilahirkan di Baghdad tepatnya dikota Maru, pada bulan 20
Rabi‟ul awal tahun 164 H, beliau keturunan Arab dari suku Banu Syaibah
sehingga di beri laqob al-Syaibany. Diberi julukan Abû „Abdullah.58
Ahmad
bin Hanbal wafat 12 Rabiul Awal 241 H.
Imam Ahmad bin Hambal berguru kepada banyak ulama, jumlahnya
lebih dari dua ratus delapan puluh yang tersebar di berbagai negeri, seperti di
Makkah, Kufah, Bashrah, Baghdad, Yaman dan negeri lainnya. Di antara
mereka adalah: Isma‟il bin Ja‟far, Abbad bin Abbad al-Ataky, „Umar bin
Abdillah bin Khalid, Husain bin Basyir bin Qasim bin Dinar as-Sulami, Waki
bin Jarrah, Isma‟il bin Ulayyah, Sufyan bin „Uyainah, „Abdur Razaq, Ibrahim
bin Ma‟qil. Murid-muridnya adalah PutranyaShalih bin Imam Ahmad bin
Hambal, Putranya Abdullah bin Imam Ahmad bin Hambal, Keponakannya
Hambal bin Ishaq.59
Abû Yaman60
Syu’aib61
Zuhri62
Salim bin‘Abdullah63
„Abdullah bin ‘Umar (ibn umar)64
Ahmad bin Hanbal
Ahmad bin Hanbal65
Yahya66
Ubaidullah67
Nafi’68
58
Bustamin dkk, Membahas Kitab Hadis, cet. 1. h.140. 59
https://id.wikipedia.org/wiki/Ahmad_bin_Hanbal 60
Lihat halaman 67. 61
Lihat halaman 68. 62
Lihat halaman 61. 63
Lihat halaman 62. 64
Lihat halaman 62. 65
Lihat halaman 75. 66
Lihat halaman 69. 67
Lihat halaman 70.
77
Ibnu Umar69
Ahmad bin Hanbal
Ahmad bin Hanbal70
Isma’il nama lengkapnya yaitu Isma‟il bin Ibrahim bin Miqsam. Dia
wafat pada tahun 193 H. Nama kuniyah Abû Bisyir. Beliau tinggal di
Bashrah. Kalangannya dari Tabi‟ut Tabi‟in kalangan pertengahan.
Guru-gurunya adalah Ayub bin Abi Tamimah, Habib bin Syahid,
Khalid Hazza, Sufyan Tsauri, Abdullah bin A‟un, Nafi‟, Ibn „Umar, dll.
Muridnya Ibrahim bin Dinar, Ahmad bin Muhammad Bin Hanbal, Ishaq bin
Ruhwiyah, Hasan bin Sukri, Hasan bin „Arafah, Sufyan bin Waqi‟ bin Jarrah,
dll. Komentar ulama mengenai dirinya adalah Yahya bin Ma‟in mengatakan
Tsiqah, AnNasa‟i mengatakanTsiqah tsabat.71
Sebagai kesimpulannya, penulis mendapati bahwa Ahmad bin Hambal
(w.241H) bersambung sanadnya Isma‟il bin Ibrahim bin Miqsam(w. 193 H)
yang disebabkan atas pertalian guru dan murid, Yahya bin Ma‟in tsiqah yang
menilai tsiqah adalah kritikan Mutasyaddid sebagaimana yang telah
disebutkan dalam Tahdzib al-Kamal.
Ayyub72
Nafi’73
Ibnu Umar74
Ahmad bin Hanbal
Ahmad bin Hanbal.75
Mu’ammal bin Isma’il nama lengkapnya yaitu Mu‟ammal bin Isma‟il
al-Qurasiyyu al-„Adawiy. Dia wafat pada tahun 206 H. Nama kuniyah Abû
„Abdurrahman. Beliau tinggal di Bashrah.
68
Lihat halaman 66. 69
Lihat halaman 62. 70
Lihat halaman 75. 71
Al-Hafidz Jamaluddin, Tahdzib al-Kamâl fi Asmâ‟ al-Rijâl, jilid. 3. h. 23-30. 72
Lihat halaman 72. 73
Lihat halaman 66. 74
Lihat halaman 62. 75
Lihat halaman 75.
78
Guru-gurunya adalah Ibrahim bin Yazid, Hammad bin Salamah, Nafi‟
bin „Umar, Sufyan Tsauri, Abdillah bin Dinar, Ibn „Umar. Muridnya Ahmad
bin Ibrahim, Imam Ahmad bin Hambal, Ja‟far bin Musafir, „Utsman bin
Yahya, Abû Musa Muhammadbin Mutsanna, dll.
Komentar ulama mengenai dirinya adalah Yahya bin Ma‟in
mengatakan Tsiqah, Abû Hatim mengatakan Sadûq, Ibnu Hibban mengatakan
‟Ats Tsiqat.76
Sebagai kesimpulannya, penulis mendapati bahwa Ahmad bin Hambal
(w.241H) bersambung sanadnya Mu‟ammal bin Isma‟il al-Qurasiyyu al-
„Adawiy (w. 206 H) yang disebabkan atas pertalian guru dan murid. Yahya
bin Ma‟in tsiqah yang menilai tsiqah adalah kritikan Mutasyaddid
sebagaimana yang telah disebutkan dalam Tahdzib al-Kamal.
Sufyan nama lengkapnya yaitu Sufyan bin Sa‟id bin Masruq al-Tsauri,
Abû„Abdullah al-Kuffi. Dia wafat pada tahun 161 H dikota Bashrah.Guru-
gurunya adalah Ibrahim bin „Abdul A‟la, Usamahbin Zaid, „Amr bin Dinar,
„Abdillah bin Dinar, Ibn „Umar. Muridnya Mu‟ammal bin Isma‟il, Ahmad
bin „Abdullah, Abû Usamah, Sufyan bin Uyaynah, Sulaiman bin Bilal, dll.
Komentar ulama mengenai dirinya Syu‟bah berkata Amirul Mu‟minin
dibidang hadis. Waqi‟ berkata perawi yang hafiz. Sufyan bin Uyaynah
berkata Ashab al-Hadis.77
Sebagai kesimpulannya, penulis mendapati bahwa Mu‟ammal bin
Isma‟il al-Qurasiyyu al-„Adawiy (w. 206 H) bersambung sanadnya dengan
Sufyan bin Sa‟id bin Masruq al-Tsauri (w. 161 H) yang disebabkan atas
pertalian guru dan murid yang telah disebutkan dalam Tahdzib al-Kamal.
‘Abdullah bin Dinar78
„Abdullah bin ‘Umar79
Menurut penelitian penulis, bahwa ulama hadis telah mengkritisi para
sanad yang terdapat dalam hadis-hadis tersebut. Maka, penulis mendapati
76
Al-Hafidz Jamaluddin, Tahdzib al-Kamâl fi Asmâ‟ al-Rijâl, jilid. 29. h. 176-178. 77
Al-Hafidz Jamaluddin, Tahdzib al-Kamâl fi Asmâ‟ al-Rijâl, jilid. 11. h. 154-169. 78
Lihat halaman 74. 79
Lihat halaman 62.
79
kesemua perawi dalam hadis-hadis diatas bisa dikatakan tsiqah, walaupun
terdapat perawi yang shaduq dan daif, namun masalah ini tidak dapat
memengaruhi kualitas hadis. Kemudian berdasarkan data historis diantara
mereka adanya hubungan murid dan guru secara estafet, tahun (lahir dan
wafat) dan tempat yang mereka singgahi, mata rantai sanad hadis-hadis diatas
dinyatakan bersambung. Adapun hasil mencermati beberapa penilaian para
kritikus hadis terhhadap para periwayat hadis telah menunjukkan bahwa
mereka dinyatakan bereputasi baik atau tsiqah hingga terhindar dari syadz
dan „illat. Jadi hadis yang diteliti ini telah memenuhi syarat kesahihan sanad
hadis, dengan demikian hadis ini berkualitas Sahih.
4. Penelitian Matan Hadis
1. Meneliti Matan Hadis dengan Melihat Kualitas Sanad
Berdasarkan hasil penelitian sanad dalam kegiatan kritik sanad
diatas, bahwa sanad hadis berkualitas shahih dan seluruh periwayatannya
dalam keadaan bersambung antara guru dan murid danmereka bersifat
tsiqah. Kesahihan sanad ini dapat mewakili sanad-sanad dari para
mukharrij lainnya. Kualitas sanad sahihMuslim telah memenuhi
langkahpertama kritik matan hadis ini.
2. Meneliti susunan lafazd yang semakna
Perbedaan dalam redaksi (matan) dengan hadis yang sejalur
dengannya karena periwayatan secara makna menurut ulama hadis dapat
ditoleransi selama tidak menyalahi kandungan makna hadis dari
Rasulullah saw. apakah karena pergantian lafazd, perbedaan struktur, baik
itu pengungkapannya sempurna atau tidak, semuanya masih dapat
diterima sebagai sabda yang berasal dari Rasulullah.
Untuk memperjelas adanya perbedaan matan-matan lafazd hadis
yang dimaksud, sebagai berikut:
Bukhari
80
ع رسول اهلل صلى اهلل عليو وسلم يقول: كلكم راع، وكلكم مسئول عن رعيتو، اإلمام راومسئول عن رعيتو، والرجل راع يف أىلو وىو مسئول عن رعيتو، واملرأة راعية يف بيت
زوجها ومسئولة عن رعيتها، واخلادم راع يف مال سيده ومسئول عن رعيتو رسول اهلل صلى اهلل عليو وسلم يقول: كلكم راع، وكلكم مسئول عن رعيتو، اإلمام راع
أىلو وىو مسئول عن رعيتو، واملرأة راعية يف بيت ومسئول عن رعيتو، والرجل راع يف زوجها ومسئولة عن رعيتها، واخلادم راع يف مال سيده ومسئول عن رعيتو
النب صلى اهلل عليو وسلم: كلكم راع ومسئول عن رعيتو مسع رسول اهلل صلى اهلل عليو وسلم يقول: كلكم راع ومسئول عن رعيتو، فاإلمام راع
و، والرجل يف أىلو راع وىو مسئول عن رعيتو، واملرأة يف بيت وىو مسئول عن رعيت زوجها راعية وىي مسئولة عن رعيتها، واخلادم يف مال سيده راع وىو مسئول عن رعيتو
رسول اهلل صلى اهلل عليو وسلم يقول: كلكم راع ومسئول عن رعيتو، واإلمام راعتو، واملرأة يف بيت زوجها راعية ومسئول عن رعيتو، والرجل راع يف أىلو ومسئول عن رعي
ومسئولة عن رعيتها، واخلادم يف مال سيده راع ومسئول عن رعيتو أن رسول اهلل صلى اهلل عليو وسلم قال: كلكم راع فمسئول عن رعيتو، فالمري الذي
على الناس راع وىو مسئول عنهم، والرجل راع على أىل بيتو وىو مسئول عنهم، واملرأة ت بعلها وولده وىي مسئولة عنهم، والعبد راع على مال سيده وىو راعية على بي
مسئول عنو، أل فكلكم راع وكلكم مسئول عن رعيتو رسول اهلل صلى اهلل عليو وسلم يقول:كلكم راع ومسئول عن رعيتو، فاإلمام راع
ومسئول عن رعيتو، والرجل يف أىلو راع وىو مسئول عن رعيتو، واملرأة يف بيت زوجها عية وىي مسئولة عن رعيتها، واخلادم يف مال سيده راع وىو مسئول عن رعيتورا النب صلى اهلل عليو وسلم:كلكم راع وكلكم مسئول، فاإلمام راع وىو مسئول، والرجل
راع على أىلو وىو مسئول، واملرأة راعية على بيت زوجها وىي مسئولة، والعبد راع على اع وكلكم مسئولمال سيده وىو مسئول، أل فكلكم ر
،عن النب صلى اهلل عليو وسلم قال:كلكم راع وكلكم مسئول عن رعيتو، والمري راعوالرجل راع على أىل بيتو، واملرأة راعية على بيت زوجها وولده، فكلكم راع وكلكم
مسئول عن رعيتو
81
،أن رسول اهلل صلى اهلل عليو وسلم، قال: أل كلكم راع وكلكم مسئول عن رعيتواإلمام الذي على الناس راع وىو مسئول عن رعيتو، والرجل راع على أىل بيتو، وىو ف
مسئول عن رعيتو، واملرأة راعية على أىل بيت زوجها، وولده وىي مسئولة عنهم، وعبد الرجل راع على مال سيده وىو مسئول عنو، أل فكلكم راع وكلكم مسئول عن رعيتو
قال: أل كلكم راع وكلكم مسئول عن رعيتو، أن رسول اهلل صلى اهلل عليو وسلم ،فاإلمام الذي على الناس راع وىو مسئول عن رعيتو، والرجل راع على أىل بيتو، وىو مسئول عن رعيتو، واملرأة راعية على أىل بيت زوجها، وولده وىي مسئولة عنهم، وعبد
ول عن رعيتوالرجل راع على مال سيده وىو مسئول عنو، أل فكلكم راع وكلكم مسئMuslim
،عن الناب صلاى اهلل عليو وسلام أناو قال: أل كلكم راع، وكلكم مسئول عن رعياتو يتو، وىو فالمري الاذي على النااس راع، وىو مسئول عن رعياتو، والراجل راع على أىل ب
هم، والعبد راع هم، والمرأة راعية على ب يت ب علها وولده، وىي مسئولة عن مسئول عن على مال سيده وىو مسئول عنو، أل فكلكم راع، وكلكم مسئول عن رعياتو
الناب صلاى اهلل عليو وسلام أناو قال: أل كلكم راع، وكلكم مسئول عن رعياتو، عن فالمري الاذي على النااس راع، وىو مسئول عن رعياتو، والراجل راع على أىل ب يتو، وىو
هم، والعبد راع مسئول هم، والمرأة راعية على ب يت ب علها وولده، وىي مسئولة عن عن ته على مال سيده وىو مسئول عنو، أل فكلكم راع، وكلكم مسئول عن رعيا
يو وسلام أناو قال: أل كلكم راع، وكلكم مسئول عن رعياتو، فالمري الناب صلاى اهلل علالاذي على النااس راع، وىو مسئول عن رعياتو، والراجل راع على أىل ب يتو، وىو مسئول
هم، والمرأة ر هم، والعبد راع على مال عن اعية على ب يت ب علها وولده، وىي مسئولة عن وكلكم مسئول عن رعياتو ، سيده وىو مسئول عنو، أل فكلكم راع
Turrmuzi
كلكم مسئول عن رعيتو فالمري عن النب صلى اهلل عليو وسلم قال أل كلكم راع والذي على الناس راع ومسئول عن رعيتو والرجل راع على أىل بيتو وىو مسئول عنهم واملرأة راعية على بيت بعلها وىي مسئولة عنو والعبد راع على مال سيده وىو مسئول
عنو أل فكلكم راع وكلكم مسئول عن رعيتو
82
قال أل كلكم راع وكلكم مسئول عن رعياتو فالمري -صلى اهلل عليو وسلم-عن النابهم الاذى على النااس راع ومسئول عن رعياتو والراجل راع على أىل ب يتو وىو مسئول عن
مسئولة عنو والعبد راع على مال سيده وىو مسئول والمرأة راعية على ب يت ب علها وىى عنو أل فكلكم راع وكلكم مسئول عن رعياتو
مري قال أل كلكم راع وكلكم مسئول عن رعياتو فال -صلى اهلل عليو وسلم-عن النابهم الاذى على النااس راع ومسئول عن رعياتو والراجل راع على أىل ب يتو وىو مسئول عن
ول والمرأة راعية على ب يت ب علها وىى مسئولة عنو والعبد راع على مال سيده وىو مسئ عنو أل فكلكم راع وكلكم مسئول عن رعياتو
Abu dawud
أن رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم قال " أل كلكم راع وكلكم مسئول عن رعيتوفالمري الذي على الناس راع عليهم وىو مسئول عنهم والرجل راع على أىل بيتو وىو
راعية على بيت بعلها وولده وىي مسئولة عنهم والعبد راع على مسئول عنهم واملرأة مال سيده وىو مسئول عنو فكلكم راع وكلكم مسئول عن رعيتو
،أنا رسول اللاو صلاى اهلل عليو وسلام قال: أل كلكم راع، وكلكم مسئول عن رعياتوهم، والراجل راع على أىل ب يتو، فالمري الاذي على النااس راع عليهم، وىو مسئول عن
هم، والعبد هم، والمرأة راعية على ب يت ب علها وولده، وىي مسئولة عن وىو مسئول عن كك لك م مسئ وؿ عن رعيته وىو مسئول عنو، فكلكم راع، راع على مال سيده،
Ahmad bin Hanbal
مام راع وىو مس ئول النابا صلاى اللاو عليو وسلام ي قول كلكم راع ومسئول عن رعياتو اإلجل يف أىلو راع وىو مسئول عن رعياتو والمرأة راعية يف ب يت زوجها وىي عن رعياتو والرا
مسئولة عن رعياتها واخلادم يف مال سيده راع وىو مسئول عن رعياتو سلام كلكم راع وكلكم مسئول عن رعياتو فالمري الاذي على رسول اللاو صلاى اللاو عليو و
هم هم والراجل راع على أىل ب يتو وىو مسئول عن النااس راع عليهم وىو مسئول عن هم وعبد الراجل راع على ب يت والمرأة راعية على ب يت ب علها و ولده وىي مسئولة عن
سيده وىو مسئول عنو أل فكلكم راع وكلكم مسئول عن رعياتو مسئول فالمري الاذي على النااس أنا النابا صلاى اللاو عليو وسلام قال كلكم راع وكلكم
ى راع وىو مسئول عن رعياتو والراجل راع على أىل ب يتو وىو مسئول والمرأة راعية عل
83
مسئول أل فكلكم راع ب يت زوجها وىي مسئولة والعبد راع على مال سيده وىو وكلكم مسئول
لى رسول اللاو صلاى اللاو عليو وسلام كلكم راع وكلكم مسئول عن رعياتو فالمري راع عهم والراجل راع على أىل هم والعبد راع على رعياتو وىو مسئول عن ب يتو وىو مسئول عن
مال سيده وىو مسئول عنو والمرأة راعية على ب يت زوجها ومسئولة عنو Pada beberapa matan diatas tampak adanya perbedaan lafal, tetapi
perbedaan itu tidak terlalu menonjol. Seperti, jumlah lafal yang terbanyak
menyebutkan كلكن yang terulang sebanyak dua belas kali, serta yang
diawali dengan lafal أال كلكن yang terulang sebanyak sepuluh kali. Dengan
demikian, apabila ditempuh metode muqarranah (perbandingan) terhadap
perbedaan lafal pada berbagai matan yang semakna, maka dapat
dinyatakan bahwa perbedaan lafal tersebut masih dapat ditoleransi.
Pernyataan “dapat ditoleransi” didasarkan atas alasan bahwa diantara
sanad-sanad dari hadis di atas sama-sama shahih. Dari semua lafaz-lafaz
diatas akan adanya persamaan makna yang memberikan arti “setiap dari
kalian”.
3. Meneliti kandungan matan hadis.
Sebagai acuan dalam meneliti kandungan matan hadis penulis
menggunakan metode komparatif teks hadis dan al-Qur‟an yang berkaitan
dengan topik hadis yang tengah diteliti. Metode itu dilakukan dengan
langkah membandingkan kandungan matan hadis dengan hadis-hadis
shahih, kandungan hadis dengan pesan al-Qur‟an. Sehinggadengan
metode ini dapat diketahui, apakah hadis tersebut bertentangan atau tidak
dengan hadis-hadis shahih lainnya, bertentangan atautidak dengan al-
Qur‟an sebagai sumber hukum Islam pertama, atau dengan akal sehat.
Setelah diteliti, penulis berkesimpulan bahwa hadis Nabi tentang
kepemimpinan perempuan dalam keluarga dapat dipertanggung jawabkan.
Sebagai tolak ukur dalam penelitian matan dengan melihat kandungan
hadis-hadis dan al-Qur‟an yang sejalan dapat dinyatakan hadis ini maqbul
84
(dapat diterima) karena berkualitas shahih dengan pertimbangan sebagai
berikut:
1. Tidak bertentangan dengan hadis shahih.
Hadis yang diteliti tidak bertentangan dengan hadis Nabi saw yang
shahih lainnya, contoh matan hadis yang dimaksud sebagi berikut:
ث نا اللايث، عن نافع، د بن رمح، حدا ث نا مما ث نا ليث، وحدا ث نا ق ت يبة بن سعيد، حدا حداسئول عن ابن عمر، عن الناب صلاى اهلل عليو وسلام أناو قال: أل كلكم راع، وكلكم م
عن رعياتو، فالمري الاذي على النااس راع، وىو مسئول عن رعياتو، والراجل راع على هم، والمرأة راعية على ب يت ب علها وولده، وىي مسئولة أىل ب يتو، وىو مسئول عن
ه م، والعبد راع على مال سيده وىو مسئول عنو، أل فكلكم راع، وكلكم مسئول عن عن رعياتو )رواه مسلم عن ابن عمر(
Artinya: “Diriwayatkan oleh Ibn „Umar” Bahwa Nabi shallallahu „alaihi
wasallam bersabda “Ingatlah bahwa setiap dirikalian adalah pemimpin dan
kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinan kalian. Seorang
Amir (kepala negara) adalah pemimpin, dan ia akan dimintai
pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Seorang suami adalah
pemimpin bagi keluarganya, ia akan dimintai pertanggung jawaban atas
kepemimpinannya. Seorang istri adalah seorang pemimpin bagi rumah tangga
dan anak-anaknya, dan ia akan dimintai pertanggung jawaban atas
kepemimpinannya. Maka ingatlah, bahwa setiap dari diri kalian adalah
pemimpin, dan kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang
kalian pimpin.”
Kandungan hadis tersebut secara tegas menyatakan bahwa kaum
perempuan adalah pemimpin dalam keluarganya bersama-sama dengan
suaminya, kepemimpinan yang bersifat kolektif, yang saling melengkapi satu
dengan yang lainnya.
2. Tidak bertentangan dengan al-Qur‟an.
Meskipun didalam al-Qur‟an tidak membahas secara khusus tentang
isi pokok kandungan hadis di atas, tetapi di dalam al-Qur‟an
menyinggung permasalahan yang sama dengan hadis tersebut, yaitu
85
motivasi untukmengendalikan amarah. Oleh karena itu, dinyatakan
tidak bertentangan dengan pesan-pesan al-Qur‟an,seperti pada ayat:
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh
karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas
sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah
menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu Maka wanita yang
saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diriketika
suaminya tidak ada, oleh karena itu Allah telah memelihara (mereka).”
(QS. An-Nisa: 34).
Menurut „Alî as-Sâbûnî dalamkitabnya Safwatut Tafâsîr, ketika
menafsirkan surah An-Nisa ayat 34 tersebut menyatakan bahwa suami
memiliki kewajiban terhadap istrinya untuk menjaga, mendidik, dan
memberikan nafkah. Sementara istri yang salehah adalah yang tunduk
dan patuh kepada Allah dan kepada suaminya, melaksanakan semua
kewajibannya, menjaga dirinya dari perbuatan buruk, dan menjaga
harta suaminya darikemubaziran. Kedua-duanya juga memiliki
kewajiban untuk saling menutupi, saling melengkapi kekurangan, dan
menjaga rahasia pribadi masing-masing.80
3. Tidak bertentangan dengan akal sehat dan ilmu pengetahuan.
Dengan demikian, setelah dilakukan penelitian matan hadis dengan
metode muqarranah baik dengan hadis-hadis Nabi lainnya maupun
dengan al-Qur‟an, maka dapat disimpulkan bahwa kandungan hadis
80
Tim Penyusun Kemenag, Tafsir Al-Qur‟an Tematik: Kedudukan dan Peran
Perempuan, h. 56.
86
yang diteliti tidak bertentangan dengan sumber-sumber
tersebut,sehingga dapat dikatakan kualitas keshahihan matan dapat
dipertanggungjawabakan.
77
Nabi Saw
Hammad
bin Zaid
bin Dirham
W. 179 di
Bashrah
„Ubaidillah bin
Dinar bin Al-
Khattahab W. 247 H
Laits bin Sa‟ad
W. 177 H di
Maru
Yahya bin
Sa‟id bin Al-
Farrukh W.
198 H di
Madinah
Syu‟aib bin
Hanmzah
W. 162 H
M. bin Muslim bin „Ubaidillah bin
Abdullah W. 124 H di Madinah
Basyir bin
Muhammad W.
224 di Himsh
Abdullah bin
Maslamah
Qa‟nab
W.221 H di
Madinah
Mu‟ammal
bin bin Isma‟il
Al-Qurasiyyu
W. 206 H di
Bashrah
Musaddad bin
Musarbal al-Asadi W.
228 H di Bashrah
Isma‟il
bin
Abdullah
bin Uwais
W. 226 H
M. bin
Rumh al-
Muhajir
W.242 H
di Maru Al-Hakam
bin Nafi‟
al-Bahrani
W. 212 H M. bin al-Fadhol
bin Athiyyah bin
Umar W. 224 H
di Basrah
Qutaibah
bin Sa‟id
bin bin
Jamil W.
240 H di
Himsh
Sufyan bin Sa‟id
bin Masruq W.165
H di Basrah
Nafi‟ W. 117 H di Madinah
Abdullah bin Al-
Mubarak bin
Wadlih W. 181 H
Salim bin Abdullahbin Umar bin
Al-Khatthab W. 106 H di Madinah
Yunus bin Yazid
bin Abi An-Najjad
W.159 H di Syam
Anas bin Malik bin
Al-Nador W. 179 H
di Madinah
Abdullah bin Dinar al-„Adadi W. 129 H
di Madinah
Abdullah bin umar bin Hafash bin „Asim
W.73 H di Madinah
Sunan Turmudzi W. 279
di Tirmiz
Ayyub bin Abi
Tamimah W.
131 H di Basrah
Ahmad bin Hambal W. 241
di Bagdad
Sunan Abu Dawud W. 275
di Basrah Muslim W. 261
di Naisabur
Bukhari W. 256
di Samarkhand
5. Lampiran Skema Hadis
87
88
B. Peran Perempuan Sebagai Istri
1. Teks Hadis Tentang Peran Perempuan
Hadis mengenai “Peran Perempuan Sebagai Istri” yang akan penulis teliti
ialah hadis yang diriwayatkan oleh „Ibn Abbâs‟, yang berbunyi:
ث نا غيل ث نا أب، حدا ث نا يي بن ي على المحارب، حدا ث نا عثمان بن أب شيبة، حدا ن، عن حداا ن زلت ىذه الية: }والاذين يكنزون جعفر بن إياس، عن ماىد ، عن ابن عبااس، قال: لما
ىب والفضاة{ ]التوبة: [، قال: كب ر ذلك على المسلمني، ف قال عمر رضي اللاو عنو: 43الذاا نبا اللاو، إناو كب ر على أصحابك ىذه الية، ف قال رسول أنا أف رج عنكم، فانطلق، ف قال: ي
ا »اللاو صلاى اهلل عليو وسلام: إنا اللاو ل ي فرض الزاكاة، إلا ليطيب ما بقي من أموالكم، وإنار عمر، ثا قال لو:«ون لمن ب عدكم ف رض المواريث لتك أل أخبك بري ما يكنز المرء؟ ”، فكب ا
ها حفظتو ها سراتو، وإذا أمرىا أطاعتو، وإذا غاب عن )رواه أبو “المرأة الصاالة، إذا نظر إلي عباس( داود عن ابن
“Telah menceritakan kepada kami Utsman bin Abû Syaibah, telah
menceritakan kepada kami Yahya bin Ya‟la al-Muharibi, telah menceritakan
kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ghailan dari Ja‟far bin
Iyas dari Mujahid dari Ibnu Abbâs, ia berkata: tatkala turuna ayat: “Dan
orang-orang yang menyimpan emas dan perak…”
Maka hal tersebut terasa berat atas orang-orang muslim, kemudian Umar
radliaallahu„anhu berkata: aku akan melapangkan hal itu dari kalian.
Kemudian ia pergi dan berkata: wahai Rasulullah shalla Allahu „alaihi wa
salllam berkata: “Sesungguhnya Allah tidak mewajibkan zakat kecuali untuk
mensucikan apa yang tersisah dari harta kalian, dan mewajibkan warisan
untuk orang-orang yang kalian tinggalkan,” Maka „Umar pun bertakbir,
kemudian wahai Rasulullah shalla Allahu „alaihi wa sallam berkata Kepada
Umar: “Maukah aku beritahukan simpanan paling baik yang disimpan oleh
seseorang? Yaitu istri yang salihah yang apabila suaminya melihatnya maka
ia akan menyenangkannya, maka diapun mentaatinya, dan kalau suaminya
pergi maka dia akan menjaga amanahnya.”81
2. Takhrij Hadis
Adapun hasil dari penelusuran takhrij hadis melalui kamus Mausû’ah al-
Athrâf al-Hadits al-Nawawi al-Syarif (Pencarian pada awal matan).
81
Tim Penyusun Kemenag, Tafsir Al-Qur‟an Tematik: Kedudukan dan Peran
Perempuan, jilid ke-2. h. 141.
89
أل أخبكم بري ما تكنز املرأة 82الصالة كشاف
أل أخبكم مبا يكنزاملرء املرأة الصالة : ممع
Adapun hasil dari penelusuran takhrij hadis melalui kamus Al-Mu’jam
al-Mufharas li Alfâdz al-Hadits al-Nabawî (Pencarian melalui kata-kata
matan)
هرأ83
باب فقة الورأة إرا غاب
عها زوجها
خ ٥فقات
Pada Tidak dapat ditemukan Al-Mu‟jam al-Mufharas li Alfâdz al-Hadits
al-Nabawî.
Adapun hasil dari penelusuran takhrij hadis melalui kamus Miftâh
Kunûz al-Sunnah (Pencarian melalui tema
خير هتاع الذياالورأة الصالحة84
٨٦١ثاى ص حن
Berdasarkan keterangan diatas, maka jelas bahwa matan tersebut terdapat
pada:
Musnad Ahmad bin Hanbal, hadis ke-21358
ا -21358 ث نا عبد الرامحن عن إسرائيل عن منصور عنسال بنأب العد عن ث وبان قال لما حداة ول يفقون هايف سبيل اللاو( قال كناا مع رسول لاو الأنزلت )الاذين يكنزون الذا ىب و الفضا
ىب و الفضاة ما صلى اللو عليو وسلم ف ب عض أسفاره ف قال ب عض أصحا بو قد ن زل ف الذا
82 Abu Ḥajar Muḥammad al-Sa‟id Ibn Basuni Zaghūl, Mausū‟ah al- Athrāf al-Hadits al-
Nawawi al-Syarif, j 4, h. 68-69. 83
A.J.Wensinck, Al Mu‟jam Al-Mufharas Li Al Faz Al Hadits Al-Nabawi (Terj), M.
Fuâd „Abd Al- Bâqi , J. 6. h. 190. 84
Muĥammad Fuad Abd al-Bâqi, Miftâh Kunûz al-Sunnah, cet.1. h. 50.
90
ر اتاذناه ف قال أفضلو لسانا ذاكرا وق لبا شاكرا و منة زوجة مؤ ن زل ف لو أناا علمنا أى المال خي تعينو على إيانو
3. Penelitian Sanad Hadis
Ahmad bin Hanbal
Ahmad bin Hanbal.85
‘Abdur Rahman nama lengkapnya yaitu„Abdur Rahman bin Mahdiy bin
Hasan bin „Abdur Rahman.Dia wafat pada tahun 198 H. Nama kuniyah Abû
Sa‟id. Beliau tinggal di Bashrah.
Guru-gurunya adalah Ibrahim bin Sa‟d, Isra‟il, Isra‟il bin Yunus, Sufyan
„Uyaynah, Kholid bin Abî „Ustman, Salim bin Abi Muthi‟, Mansur, Salim bin
Abî Al-Ja‟di, Tsauban. Muridnya Imam Ahmad bin Hambal, Ishaq bin
Ruhiyah, Isma‟il bin Bisyr bin Mansur, Ishaq bin Mansur, Hasan bin Arafah,
Sufyan bin Waqi‟ dll.
Komentar ulama mengenai dirinya adalah Ibnu Hibban mengatakan
disebutkan dalam „ats tsiqah, Ahmad bin Hambal mengatakan hafizh, Ibnu
Madini mengatakan a‟lamun nâs, IbnuSa‟d mengatakan tsiqah, Abu Hatim
mengatakan tsiqah imam, Ibnu Hajar al „Asqalani mengatakan tsiqah tsabat
hafizh, Adz Dzahabi mengatakan hafizh.86
Sebagai kesimpulannya, penulis mendapati bahwa Ahmad bin Hambal
(w.241H) bersambung sanadnya dengan „Abdur Rahman bin Mahdiy bin
Hasan bin „Abdur Rahman(w. 198 H) yang disebabkan atas pertalian guru
dan murid. Yahya bin Ma‟in tsiqah yang menilai tsiqah adalah kritikan
Mutasyaddid sebagaimana yang telah disebutkan dalam Tahdzib al-Kamal.
Isra’il nama lengkapnya yaitu Isra‟il bin Yunus bin Abî Ishaq Al-
Hamdani. Dia wafat pada tahun 160 H. Nama kuniyah Abû Yusuf. Beliau
tinggal di Kufah. Guru-gurunya adalah Ibrahim bin „Abdul A‟la, Adam bin
Sulaiman, Hajjaj bin Dinar, Zayid bin Zaid, „Abdul Malik „Umair, Musa Bin
Abî „Aisyah, Mansur, Salim bin Abî Al-Ja‟di, Tsauban, dll. Muridnya adalah
85
Lihat halaman 75. 86
Al-Hafidz Jamaluddin, Tahdzib al-Kamâl fi Asmâ‟ al-Rijâl, jilid. 17. h. 430-445.
91
Ahmad bin „Abdullah bin Yunus, Adam bin Abî „Iyas, Kholid bin
„Abdurrahim, Hammad bin Waqid, Ali bin Ja‟d, „Abdur Rahman, dll.
Komentar ulama mengenai dirinya adalah Ibnu Hibban mengatakan
disebutkan dalam „ats tsiqah, Ibnu Hajar al „Asqalani mengatakan tsiqah.87
Sebagai kesimpulannya, penulis mendapati bahwa „Abdur Rahman bin
Mahdiy bin Hasan bin „Abdur Rahman(w. 198 H)bersambung sanadnya
dengan Isra‟il bin Yunus bin Abî Ishaq Al-Hamdani (w. 160 H) yang
disebabkan atas pertalian guru dan murid, dari penilaian ulama hadis juga
tidak ada yang mencela sebagaimana yang telah disebutkan dalam Tahdzib
al-Kamal.
Mansur nama lengkapnya yaitu Mansur bin Al-Mu‟tamir bin „Attab bin
„Abdullah bin Rubayya‟ah. Dia wafat pada tahun 132 H. Nama kuniyah Abû
„Ittab. Beliau tinggal di Kufah.
Guru-gurunya adalah Tamim bin Salamah, Sulaiman bin Hazam, Ziyad
bin „Umar, Hasan „Ubaid bin Husin, Muhammad bin Muslim, Salim bin Abî
Al-Ja‟di, Tsauban. Muridnya adalah Jarir bin „Abdul Hamid, Suyan Tsauri,
Sufyan „Uyaynah, „Abddul „Aziz bin „Abdul Shomad, Syaiban bin
„Abdurrahman, Isra‟il, „Abdur Rahman, Imam Ahmad bin Hambal, dll.88
Komentar ulama mengenai dirinya adalah Abû Dawud tsiqah, Al‟Ajli
mengatakan Tsiqah tsabat, Ibnu Hajar al „Asqalani mengatakan Tsiqah
tsabat, Abu Hatim mengatakan tsiqah, Ibnu Sa‟d mengatakan tsiqah ma‟mun.
Sebagai kesimpulannya, penulis mendapati bahwaIsra‟il bin Yunus bin
Abi Ishaq Al-Hamdani (w. 160 H) bersambung sanadnya dengan Mansur bin
Al-Mu‟tamir bin „Attab bin „Abdullah bin Rubayya‟ah (w. 132 H) yang
disebabkan atas pertalian guru dan murid. Al-Ajli tsiqah yang menilai tsiqah
adalah kritikan Mutasyaddid sebagaimana yang telah disebutkan dalam
Tahdzib al-Kamal.
Salim bin Abi Al-Ja’di nama lengkapnya yaitu Salim bin Abî Al-Ja‟di
Rafi‟. Dia wafat pada tahun 97 H. Beliau tinggal di Kufah.
87
Al-Hafidz, Tahdzib al-Kamâl fi Asmâ‟ al-Rijâl, jilid. 2. h. 514-519. 88
Al-Hafidz Jamaluddin, Tahdzib al-Kamâl fi Asmâ‟ al-Rijâl, jilid. 28. h. 546-553
92
Guru-gurunya adalah Tsauban, Anas bin Malik, „Abdullah bin Amr bin
Ash, Abi Sa‟d al-Khudri, Nu‟man bin Bashir, dll. Muridnya adalah Hasan
bin Salim bin Ja‟d, Hakimbin „Utaybah, Sulaiman al-„A‟mash, Musa bin
Musayyab, Mansur, Isra‟il,„Abdur Rahman,Imam Ahmad bin Hambal,Abû
Dâwûd, Al-Bukhârî, Muslim, Ibnu Majah, An Nasa‟i, dll.
Komentar ulama mengenai dirinya adalah Yahya bin Ma‟in, Abû
Zur‟ah, Adz Dzahabi, An Nasa‟i mengatakan tsiqah, Ibnu Hibban
mengatakan disebutkan dalam „ats tsiqât.89
Sebagai kesimpulannya, penulis mendapati bahwaMansur bin Al-
Mu‟tamir bin „Attab bin „Abdullah bin Rubayya‟ah (w. 132 H) bersambung
sanadnya dengan Salim bin Abî Al-Ja‟di Rafi‟ (w. 97 H) yang disebabkan
atas pertalian guru dan murid, dari penilaian ulama hadis juga tidak ada yang
mencela sebagaimana yang telah disebutkan dalam Tahdzib al-Kamal.
Tsauban nama lengkapnya yaitu Tsauban bin Bajdad. Dia wafat pada
tahun 54 H. Beliau tinggal di Syam. Kuniyahnya adalah Abû „Abdullah
Guru-gurunya adalah Rasulullah Saw. Muridnya adalah Hasan Bashri,
Salim bin Abi Al-Ja‟di, Mansur, Isra‟il, „Abdur Rahman, Sulaiman bin Yasar,
Abû „Abdus Salam, „Abdurrahman bin Yazid, Abu Idris, Abu Amir, Abû
„Abdurrahman, Imam Ahmad bin Hambal, dll.
Komentar ulama mengenai dirinya adalah Abû Hatim berkataTsiqah.90
Sebagai kesimpulannya, penulis mendapati bahwaSalim bin Abi Al-
Ja‟di Rafi‟ (w. 97 H) bersambung sanadnya denganTsauban bin Bajdad (w.
54 H) yang disebabkan atas pertalian guru dan murid, dari penilaian ulama
hadis juga tidak ada yang mencela sebagaimana yang telah disebutkan dalam
Tahdzib al-Kama.
Menurut penelitian penulis, bahwa ulama hadis telah mengkritisi para
sanad yang terdapat dalam hadis-hadis tersebut. Maka, penulis mendapati
kesemua perawi dalam hadis Ahman bin Hambal dikatakan tsiqah hingga
terhindar dari syadz dan „illat.Berdasarkan data historis diantara mereka
89
Al-Hafidz, Tahdzib al-Kamâl fi Asmâ‟ al-Rijâl, jilid. 10. h. 130-132. 90
Al-Hafidz, Tahdzib al-Kamâl fi Asmâ‟ al-Rijâl, jilid. 4. h. 413 -414.
93
adanya hubungan murid dan guru, tahun (lahir dan wafat) dan tempat yang
mereka singgahi, mata rantai sanad hadis-hadis diatas dinyatakan
bersambung. Jadi hadis yang diteliti ini telah memenuhi syarat kesahihan
sanad hadis, dengan demikian hadis ini berkualitas Sahih.
4. Penelitian Matan Hadis
Untuk mengetahui status kehujjahan hadis, penelitian sanad dan matan
memiliki kedudukan yang sama penting. Karena menurut ulama hadis, suatu
hadis barulah dinyatakan shahih apabila sanad dan matan hadis itu sama-sama
berkualitas shahih.91
Unsur-unsur utama yang harus dipenuhi olehsuatu matan yang
berkualitas Sahih adalah terhindar dari Syudzudz (kejanggalan) dan „Illat
(kecacatan).92
Dalam kegiatan penelitian matan ini, penulis menggunakan tiga
langkah sebagai berikut:
1. Meneliti matan dengan melihat kualitas sanad.
2. Meneliti susunan lafazd yang semakna.
3. Meneliti kandungan matan hadis.
1. Meneliti Matan Hadis dengan Melihat Kualitas Sanad
Berdasarkan hasil penelitian sanad dalam kegiatan kritik sanad diatas,
bahwa sanad hadis berkualitas sahih dan seluruh periwayatannya dalam
keadaan bersambung antara guru dan murid dan mereka bersifat tsiqah.
Kesahihan sanad ini dapat mewakili sanad-sanad dari para mukharrij lainnya.
Kualitas sanad Ahmad bin Hambal telah memenuhi langkah pertama kritik
matan hadis ini.
2. Meneliti susunan lafazd yang semakna
Perbedaan dalam redaksi (matan) dengan hadis yang sejalur dengannya
karena periwayatan secara makna menurut ulama hadis dapat ditoleransi
selama tidak menyalahi kandungan makna hadis dari Rasulullah saw. apakah
karena pergantian lafazd, perbedaan struktur, baik itu pengungkapannya
91
M. Syuhudi Isma‟il, Metodelogi Penelitian Hadis Nabi (Jakarta: Bulan Bintang,
1992), cet. 1. h. 122-123. 92
M. Syuhudi Isma‟il, Metodelogi Penelitian Hadis Nabi, cet. 1. h. 124.
94
sempurna atau tidak, semuanya masih dapat diterima sebagai sabda yang
berasal dari Rasulullah.
Untuk memperjelas adanya perbedaan matan-matan lafazd hadis yang
dimaksud, sebagai berikut:
Ahmad bin Hanbal
الاذين يكنزون الذا ىب و الفضاة ول يفقون هايف سبيل اللاو( قال كناا مع رسول اللاو(ىب و صلى اللو عليو وسلم ف ب عض أسفاره ف قال ب عض أصحا بو قد ن زل ف الذا
ة ما ن زل ف لو أنا ر اتاذناه ف قال أفضلو لسانا ذاكرا وق لبا الفضا ا علمنا أى المال خي كزكجة م ؤمنة ت عين ه على إيمانه شاكرا
Abu Dawud
:لا ليطيب ما بقي من إنا اللاو ل ي فرض الزاكاة، إ »رسول اللاو صلاى اهلل عليو وسلاما ف رض المواريث لتكون لمن ب عدكم ر عمر، ثا قال لو:«أموالكم، وإنا أل ”، فكب ا
ها سراتو،المرأة الصالحة أخبك بري ما يكنز المرء؟ وإذا أمرىا أطاعتو، ، إذا نظر إلي ها حفظتو وإذا غاب عن
Pada kedua matan diatas tampak adanya perbedaan lafal, tetapi perbedaan
apabila ditempuh metode muqarranah (perbandingan) terhadap perbedaan
lafal pada berbagai matan yang semakna, maka dapat dinyatakan bahwa
perbedaan lafal tersebut masih dapat ditoleransi. Pernyataan “dapat
ditoleransi” didasarkan atas alasan bahwa diantara sanad-sanad dari hadis di
atas sama-sama shahih. Dari semua lafaz-lafaz diatas akan adanya persamaan
makna yang memberikan arti istri yang beriman yang dimaksud sama dengan
istri yang salihah.
3. Meneliti Kandungan Matan Hadis
a. Tidak bertentangan dengan hadis shahih.
Hadis yang diteliti tidak bertentangan dengan hadis Nabi saw yang
shahih lainnya, contoh matan hadis yang dimaksud sebagi berikut:
ها سراتو، وإذا أمرى ”ثا قال لو: الة، إذا نظر إلي ا أل أخبك بري ما يكنز المرء؟ المرأة الصاها حفظتو )رواه أبو داود عن ابن عباس(“أطاعتو، وإذا غاب عن
95
“Kemudian wahai Rasulullah shalla Allahu „alaihi wa sallam berkata
Kepada Umar: Maukah aku beritahukan simpanan paling baik yang
disimpan oleh seseorang? Yaitu istri yang salihah yang apabila suaminya
melihatnya maka ia akan menyenangkannya, maka diapun mentaatinya,
dan kalau suaminya pergi maka dia akan menjaga amanahnya”.
Al-Qadhi Iyadh Rahimahullah berkata, “Tatkala Nabi Shallallahu
„alaihi wa Sallam menerangkan kepada para sahabatnya bahwa tidak
berdosa mereka mengumpulkan harta selama mereka menunaikan
zakatnya, beliau memandang perlunya memberi kabar gembira kepada
mereka dengan menganjurkan kepada mereka bila engkau pandang
menyenangkanmu, ia tunaikan kebutuhannmu bila engkau
membutuhkannya. Engkau dapat bermusyawarah dengannya dalam
perkara yang dapat membantumu dan ia akan menjaga rahasiamu, hingga
dapat meminta bantuan dalam keperluanmu dan menjaga hartamu dan
memelihara anak-anakmu.93
b. Tidak bertentangan dengan al-Qur‟an.
Meskipun didalam al-Qur‟an tidak membahas secara khusus tentang
isi pokok kandungan hadis di atas, tetapi di dalam al-Qur‟an menyinggung
permasalahan yang sama dengan hadis tersebut, yaitu motivasi
untukmengendalikan amarah. Oleh karena itu, dinyatakan tidak
bertentangan dengan pesan-pesan al-Qur‟an,seperti pada ayat:
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh
karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas
sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah
93
http://asysyariah.com/istri-shalihah-keutamaan-dan-sifat-sifatnya/
96
menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab itu Maka wanita yang
saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya
tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka) wanita-wanita
yang kamu khawatirkan nusyuznya, Maka nasehatilah mereka dan
pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka.
kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari
jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi
Maha besar. (Q.s An-Nisa: 34)
c. Tidak bertentangan dengan akal sehat dan ilmu pengetahuan.
Dengan demikian, setelah dilakukan penelitian matan hadis dengan
metode muqarranah baik dengan hadis-hadis Nabi lainnya maupun dengan
al-Qur‟an, maka dapat disimpulkan bahwa kandungan hadis yang diteliti
tidak bertentangan dengan sumber-sumber tersebut, sehingga dapat
dikatakan kualitas keshahihan matan dapat dipertanggungjawabakan.
5. Lampiran Skema Hadis
Rasulullah Saw
Tsauban bin Bajdad w. 54 Syam
Salim bin Abi Al-Ja‟di Rafi‟ w. 97 Kufah
Mansur bin Al-Mu‟tamir bin „Attabbin „Abdullah bin Rubayya‟ah w. 132 Kufah
Isra‟il bin Yunus bin Abi Ishaq al-Hamdani w. 160 Kufah
Abdurrahman bin Mahdi bin hasan w. 198 Basrah
Ahmad bin Hambal w, 241 Baghdad/Maru
95
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Demikianlah kesimpulan yang mengenai kualitas hadis kepemimpinan dan
peran perempuan, dan kedudukan hadis terhadap al-Qur‟an yaitu:
1. Kualitas sanad dan matan bahwasanya ke dua hadis yang tercantum
dalam buku Tafsir al-Qur‟an Tematik, Kedudukan dan Peran
Perempuan Kementrian Agama RI memiliki kualitas sahih, karena
hadis tersebut telah memenuhi syarat-syarat hadis sahih. Memiliki
ketersambungan sanad hingga perawi terakhir dan tempat tinggal.
2. Sedangkan semua matan hadis, baik hadis pertama dan kedua dinilai
sahih, karna semua matan tersebut tidak bertentangan dengan al-
Qur‟an, hadis lain yang sahih, akal sehat dan makna.
3. Antara hadis dan al-Qur‟an memiliki pertalian dan hubungan yang
sangat erat, sehingga satu sama lain tidak dapat dipisahkan. Karena
kedudukan hadis merupakan sumber kedua setelah al-Qur‟an. Al-
Qur‟an dan hadis dijadikan sebagai rujukan para ulama untuk
mengeluarkan fatwa dan aturan lainnya.
B. Saran
Sebagai uamat Islam yang taat dan patuh terhadap perintah Allah Swt kita
menaati apa yang dikerjakan oleh Rasulullah dan menjauhi apa yang dijauhi
oleh Rasul. Kita tidak cukup hanya berpedoman pada al-Qur‟an karena dalam
al-Qur‟an sendiri sebagian besar berupa dasar-dasar syariat. Maka dari itu,
perlu penjelas seperti hadis agar kita lebih memahami kandungan yang terdapat
dalam al-Qur‟an.
Selanjutnya skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penilaian
seseorang tidak bisa dijadikan sandaran untuk menjastifikasi bahwa seseorang
itu baik. Karena belum tentu benar dan juga karena keterbatasan ilmu penulis,
97
98
maka penulis meminta kepada orang-orang agar memberikan kritik dan saran
yang bersifat membangun khususnya untuk penulis sendiri, umumnya bagi
semua umat manusia.
97
DAFTAR PUSTAKA
Al-Bâqi, Muĥammad Fuad Abd. Miftâh Kunûz al-Sunnah. Beirut: Dar al-Fikr,
1994.
_____________________. Al-Mu‟jâm al-Mufahras li Alfâdz al-Hadîst al-Nabawi.
London: Beriel, 1955.
Al-Ghazali, Muhammad. Studi kritis atas Hadis Nabi Saw. Antara Pemahaman
Tekstual dan Kontekstual, terj. Muhammad al-Bagir. Bandung: Mizan 1996.
Al-Hasyimy, Muhammad Ali. Jati Diri Wanita Muslimah. Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar, 1997.
Ali, Surya Dharma. Sambutan Mentri Agama RI; dalam Kementrian Agama,
Tafsir al-Qur‟an Tematik: Kedudukan dan Peran Perempan. Jakarta:
Kementrian Agama, 2012.
Al-Khatib, M. „Ajaj. Ushhul al-Hadits, terj. M.Qodirrun Nur, Ahmad Musyafiq.
Jakarta: Gaya Media Permata, 2001.
_____________. Ushul al-Hadits; Pokok-pokok Ilmu Hadits. Ciputat: Gaya
Media Pratama, 2007.
Al-Mizzî, Al-Hafidz Jamaluddin Abu al-Hajjâj Yusûf Ibn Al-Zaki „Abdur
Rahmanbin Yusuf bin Ali Abdul al-Mulk bin Ali bin Abi al-Zuhr al-Kalbi
al-Kudha‟I. Tahdzib al-Kamâl fi Asmâ‟ al-Rijâl. Beirut: Muassasah al-
Risâlah, 1983.
Al-Sijistāni, Abi Dāwud Sulaimān ibn al-Asy‟ts ibn Ishaq. Sunan Abū Dāwud.
Beirut: Dūr al-Fikr, 1994.
Al-Salih, Subhi. Membahas Ilmu-ilmu Hadis. Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993.
Athibi, Ukasyah. Wanta Mengapa Merosot Akhlaknya. Jakarta: Insani Press,
1998.
Aulia, Muhammad Abi. Peran Perempuan Dalam Ruang Publik Dan Domestik
(Studi Pemikiran Prof. Dr. Hj. Tutty Alawiyah AS). Skripsi S1Fakultas
Syari‟ah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017.
Aziz, Ermawati. Fitrah Perspektif Hadis Studi Kritik Sanad, Matan dan
Pemahamannya, Jurnal Hadis, 2017.
99
100
_________________. Tafsir Maudhu‟i: Solusi Qur‟ani atas Masalah Sosial
Kontemporer.Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001.
Bustamin dkk. Membahas Kitab Hadis. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2010.
__________. Metodelogi Kritik Hadis. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004.
_________. Dasar-Dasar Ilmu Hadis. Jakarta Ushul Press, 2009.
Choirunnisa, Anisa. Peran Ibu dalam Pembentukkan Kepribadian Anak Sholeh
menurut Konsep Islam. Skripsi S1 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013.
Dahlan, Abdul Aziz dkk. Ensiklopedi Hukum Islam. Jakarta: Ichtiar Baru Van
Hoeve, 1996.
El-Baqy, Saifu Rabby. Kedudukan Seorang Istri Sebagai Pencari Nafkah Utama
Dalam Keluarga Perspektif Hukum Islam (Studi Kasus di Desa Dibal,
Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali). Skripsi S1Fakultas Syari‟ah,
Universitas IAIN Surakarta, 2016.
Fayumi, Badriyah. Halaqah Islam: Mengaji Perempuan HAM, dan Demokrasi.
Jakarta: Ushul Press, 2004.
Gusmian,Islah. Khazanah Tafsir Indonesia.Yogyakarta: Lkis, 2013.
____________. Keadilan, dan Hak Asasi Manusia. Jakarta: Kementrian Agama,
2010.
Hussein, Abdul Rahman. Kado Terindah Untuk Istriku Tercinta. Jakarta: Elex
Media Komputindo, 2009.
Idri. Studi Hadis. Jakarta: Kencana, 2010.
Ihroni dkk,Tapi Omas. Penghapusan Diskriminasi Terhadap Wanita. Bandung: Pt
Alumni, 2006.
Imam Al-Mundziri, Ringkasan Shahih Muslim,Jakarta: Pustaka Amani, 2003.
Indra dkk, Hasbi. Potret Wanita Shalehah. Jakarta: Penamadani, 2004.
Isma‟il, M. Syuhudi. Metodelogi Penelitian Hadis Nabi. Jakarta: Bulan Bintang,
1992.
101
Baidan, Nasharuddin. Kaedah Kesahihan Sanad Hadis: Kritis dan Tinjauan
dengan Pendekatan Ilmu Sejarah. Jakarta: Bulan Bintang, 1995.
_____________. Pengantar Ilmu Hadis. Bandung: Angkasa, 1991.
Ismatullah, Wahyu. Kepemimpinan Perempuan dalam Pandangan Masyarakat
Bababkan Tasikmalaya.Analisis Terhadap Hadis Lan Qawmun Walaw
Amrahum Imra‟atan. Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2014.
Istiadah. Pembagian Kerja Rumah Tangga Dalam Islam. Jakarta: Lembaga
Kajian Agama dan Jender,1999.
Koderi, Muhammad. Bolehkah Wanita Menjadi Imam Negara. Jakarta: Gema
Insani Press, 1999.
Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur‟an. Al-Qur‟anulkarim. Jakarta: Lutfi Agency,
2012.
Latif, Abdul. Pendidikan Berbasis Nilai Kemasyarakatan.Bandung: PT Refika
Aditama, 2007.
Lubis, Lenny Masdam. Peran Perempuan dalam Periwayatan Hadis: Studi atas
Hadis-hadis Ummu Habibah (Ramlah bin Abi Sufyan). Skripsi S1 Fakultas
Ushuluddin dan Filsafat UINSyarif Hidayatullah Jakarta, 2010.
Mahfudoh, Siti Ulfah. Peran Perempuan dalam Periwayatan Hadis: Studi atas
Hadis-hadis Hafzah Binti Umar bin Khattab. Skripsi S1 Fakultas
Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.
Masfufah. Konsep Kepemimpinan Perempuan Dalam Keluarga: Kajian Atas Q.S.
An-Nisa (4):34. Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta 2014.
Maudina, Aldila. Walimah Urs Dalam Perspektif Hadis. Skripsi S1 Uin Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2018.
Muflichah, Siti. Hubungan Antara Konflik Peran Ganda Wanita dengan
Kepuasan Pernikahan. Skripsi S1Fakultas Psikologi UINSyarif
Hidayatullah Jakarta, 2006.
Mulia, Siti Musdah. Kemuliaan Perempuan Dalam Islam. Jakarta: Kompas,
2014.
102
Munawwaroh, N. Wanita Karir Dalam Perspektif Hadits: Sebuah Kajian Tematik.
Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007.
Munawwir,A.W. Kamus al-Munawwir Arab – Indonesia. Surabaya Agung:
Pustaka Progresif, 1997.
Muri‟ah, Siti. Wanita Karir Dalam Bingkai Islam.Bandung: Angkasa Tahun.2014.
Muslikhati, Siti. Feminisme Dan Pemberdayaan Perempuan Dalam Timbangan
Islam. Jakarta: Gema insani press, 2004.
Muslim, Mustafa. Mabahis fi at-tafsir al-Maudhu‟I. Damaskus: Dar al-Qalam,
2003.
Mutiah, Diana. Peran Ibu dalam Pengasuhan dan Pendidikan Anak. Artikel
Fakultas Psikologi UINSyarif Hidayatullah Jakarta, 2014.
Nadhiran, Hendri. Kritik Sanad Hadis: Tela‟ah Metodologis. 2014.
Najah, Ulfatun. Silaturahim Dalam Perspektif Hadis (Kajian Tematik Hadis),
Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negri Syarif
Hidayatullah Jakarta 2017.
Nata, Abudin. Metodelogi Studi Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001.
Nasution, Harun. Islam di Tinjau dari Berbagai Aspeknya. Jakarta: UI Press,
1987.
Nawawi, Imam. Syarah Shahih Muslim, Jakarta: Darus Sunnah, 2013.
Qardawi, Yusuf. Bagaimana Memahami Hadis Nabi Saw. Bandung: Kharisma,
1994.
Raco, J. R. Metodelogi penelitian kualitatif jenis, karakteristik, dan keunggulan,
Jakarta: Grafindo, 2010.
Shihab, Quraish dkk. Tafsir Al-Qur‟an Tematik: Kedudukan dan Peran
Perempuan. Jakarta: Kemenag, 2012.
Shohib, Muhammad. Kata Pengantar Kepala Lajnah Pentashihan; dalam Tim
Penyusun, Tafsir al-Qur‟an Tematik, 2012.
Solahudin dkk, Agus. Ulumul Hadis. Bandung: Pustaka Setia, 2009.
103
Subhan, Zaitunah. Al-qur‟an Perempuan: Menuju Kesetaraan gender dalam
Penafsiran. Jakarta:Kencana, 2004.
Sulaiman dkk. Perlindungan Hak Anak terhadap Pemberian Air Susu Ibu (ASI).
Yogyakarta: Budi Utama, 2018.
Syakir, Muhammad Fuad. Ungkapan Popular yang dianggap Hadis Nabi, terj. M.
Zacky Mubarak. Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2006.
Ummah, Kuntum Chairum. Persepsi Laki-Laki terhadap Kepemimpinan
Perempuan dalam Militer (Studi Kasus di Komando Daerah Militer
Jaya/Jayakarta). Skripsi S1Fakultas Ushuluddin dan FilsafatUIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2014.
Yanggo, Huzaemah Tahido. Fikih Perempuan Kontemporer. Jakarta: Ghalia
Indonesia, 2010.
Ya‟qub, Ali Mustafa. Kritik Hadis. Jakarta: Pustaka Firdaus, 2008. Ismail,
Syuhudi. Metodelogi Penelitian Hadis Nabi. Jakarta: Bulan Bintang, 2007.
Yuslem, Nawir. Metodelogi penelitian hadis. Bandung: Cita Pustaka Media
Perintis, 2008.
Zaghūl,Abu. Ḥajar Muḥammad al-Sa‟id Ibn Basuni. Mausū‟ah al- Athrāf al-
Hadits al-Nawawi al-Syarif. Beirut: Dar al-Fikr, 1989.
Zuhdi, M. Nurdin. Pasaraya Tafsir al-Qur‟an di Indonesia. Yogyakarta: Kaukaba,
2014.
https://id.wikipedia.org/wiki/Ahmad_bin_Hanbal.
http://asysyariah.com/istri-shalihah-keutamaan-dan-sifat-sifatnya/.
lpmq.inuxpro.com/profil/sejarah.
Lihat di WWW.KEMENAG.GO.ID tentang synopsis tafsir tafsir al-Qur‟an
tematik. Diakses pada 12 Maret 2015.
https://www.academia.edu/12286055/Takhrij_Hadis_dan_metode-metodenya.
104
LAMPIRAN BIODATA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Nur Fikriyah
Prodi : Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir
Judul Skripsi : Penggunaan Hadis Tentang Kepemimpinan Perempuan
dalam Keluarga didalam Tafsir Tematik Kementrian
Agama.
Tempat Tanggal Lahir : Tangerang 26 Novermber 1996
Alamat : Jl. Maulana Hasanuddin Gg. Swadaya Rt/Rw: 005/003
No. 52 Kel. Poris Gaga, Kec. Batu Ceper, Kab. Kota
Tangerang.
No. Tlp : 087884843175
Pendidikan
1. Madrasah Ibtidaiyah Al-Karim Tahun 2005.
2. Madrasah Tsanawiyah Al-Mu‟in Tahun 2011.
3. Madrasah „Aliyah Al-Itqon Tahun 2014.
4. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2019.