6
Semnaskan_UGM/Rekayasa Budidaya A (RA-02) 1 Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013 PENGGUNAAN MINYAK CENGKEH (Eugenia aromatica) DENGAN DOSIS BERBEDA TERHADAP LAMA SIUMAN BENIH IKAN MAS (Cyprinus carpio L.) Samsu Adi Rahman 1 , Admi Athirah* 2 dan Ruzkiah Asaf 3 1 Dosen pada Fakultas Perikanan, Universitas Muhammadiyah Luwuk. 2 Peneliti pada Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau, Maros E-mail: [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk bisa menganalisis penggunaan minyak cengkeh (Eugenia aromatica) dengan dosis berbeda terhadap lama siuman benih ikan mas ( Cyprinus carpio L.). Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai pembiusan ikan serta sebagai bahan informasi bagi pihak terkait (stakeholder). Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2012 dan bertempat di Stasiun Karantina Ikan Pengendalian Mutu Dan Keamanan Hasil Perikanan Kelas II Luwuk Banggai. Alat yang digunakan antara lain aquarium, baskom, aerator, suntik, stopwatch, kertas lakmus, termometer, dan timbangan. Bahan yang digunakan adalah minyak cengkeh dan air tawar. Organisme uji yang digunakan yaitu benih ikan mas berukuran 5-8 cm sebanyak 60 ekor. Setiap satuan unit percobaan terdiri dari 5 ekor ikan. Benih ikan mas yang digunakan berasal dari Desa Sidomakmur, Kecamatan Moiliong, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dengan teknik pengambilan data secara observasi langsung di tempat penelitian terhadap obyek penelitian. Perlakuan yang diberikan terhadap organisme uji sebanyak 3 perlakuan, yaitu dengan dosis dosis 1 cc, dosis 2 cc dan dosis 3 cc. Masing-masing perlakuan sebanyak 3 ulangan sehingga memiliki 9 unit percobaan. Berdasarkan hasil penelitian, dosis yang sesuai untuk benih ikan mas adalah dengan dosis 2 cc (C) dengan waktu siuman sebesar 5,92 menit. Suhu selama penelitian sebesar 28-30 o C dan nilai pH air sebesar 7-7,5 yang masih dalam batas normal untuk menunjang kehidupan ikan mas. Kata kunci : dosis berbeda, ikan mas, lama siuman, Luwuk Banggai, minyak cengkeh Pengantar Ikan mas (Cyprinus carpio L.) merupakan ikan hias air tawar yang berasal dari Jepang dan telah menjadi komoditas perikanan dunia serta memiliki nilai ekonomis yang tinggi sehingga menarik minat pembudidaya untuk membudidayakannya. Budidaya ikan mas telah berkembang di seluruh dunia dengan menerapkan berbagai teknologi yang memanfaatkan bahan alami maupun sintetis. Salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam budidaya ikan mas adalah penanganan hasil dan proses pengangkutan, penanganan hasil dan proses pengangkutan yang dilakukan secara profesional akan mampu membuat ikan hasil panen tetap berkualitas tinggi ketika diterima oleh konsumen. Permintaan yang tinggi untuk tujuan eksport menjadikan ikan mas sebagai ikan hias harus dalam kondisi hidup ketika akan dipasarkan karena memiliki nilai jual tinggi. Salah satu permasalahan yang sering dihadapi dalam proses pengangkutan ikan hidup adalah menurunnya tingkat kelangsungan hidup (Kordi, 2005). Penanganan hasil dan proses pengangkutan yang baik akan mampu membuat ikan hasil panen tetap berkualitas tinggi ketika diterima konsumen. Hal ini dapat dilakukan dengan cara penurunan suhu, namun penurunan suhu dinilai tidak cukup efektif sehingga harus dikombinasikan dengan pembiusan ikan. Oleh karena itu salah satu prinsip dalam pengangkutan ikan adalah bagaimana menciptakan suasana dalam alat pengangkutan agar ikan bisa bertahan hidup hingga sampai di tujuan. Pembiusan ikan mas untuk pengangkutan jarak jauh maupun jarak dekat telah dikembangkan di Indonesia. Hal ini merupakan jawaban atas kebutuhan pembudidaya dalam menekan jumlah mortalitas ikan mas yang mati dalam pengangkutan. Hingga saat ini telah berkembang berbagai terapan teknologi menggunakan senyawa-senyawa yang dinilai aman bagi pembiusan ikan mas Salah satu senyawa yang dinilai aman adalah minyak cengkeh karena menggunakan bahan alami. Nurjannah (2004), menyatakan bahwa minyak cengkeh ( Eugenia aromatica) mengandung minyak atsiri yang terdapat dalam jumlah yang cukup besar, baik dalam bunga (10-20%), tangkai (5-10%) RA-02

Penggunaan Minyak Cengkeh Eugenia Aromat

Embed Size (px)

DESCRIPTION

BDFGDG

Citation preview

Page 1: Penggunaan Minyak Cengkeh Eugenia Aromat

Semnaskan_UGM/Rekayasa Budidaya A (RA-02) 1

Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013

PENGGUNAAN MINYAK CENGKEH (Eugenia aromatica) DENGAN DOSIS BERBEDA TERHADAP LAMA SIUMAN BENIH IKAN MAS (Cyprinus carpio L.)

Samsu Adi Rahman

1, Admi Athirah*

2 dan Ruzkiah Asaf

3

1Dosen pada Fakultas Perikanan, Universitas Muhammadiyah Luwuk.

2Peneliti pada Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau, Maros

E-mail: [email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk bisa menganalisis penggunaan minyak cengkeh (Eugenia aromatica) dengan dosis berbeda terhadap lama siuman benih ikan mas (Cyprinus carpio L.). Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai pembiusan ikan serta sebagai bahan informasi bagi pihak terkait (stakeholder). Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2012 dan bertempat di Stasiun Karantina Ikan Pengendalian Mutu Dan Keamanan Hasil Perikanan Kelas II Luwuk Banggai. Alat yang digunakan antara lain aquarium, baskom, aerator, suntik, stopwatch, kertas lakmus, termometer, dan timbangan. Bahan yang digunakan adalah minyak cengkeh dan air tawar. Organisme uji yang digunakan yaitu benih ikan mas berukuran 5-8 cm sebanyak 60 ekor. Setiap satuan unit percobaan terdiri dari 5 ekor ikan. Benih ikan mas yang digunakan berasal dari Desa Sidomakmur, Kecamatan Moiliong, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dengan teknik pengambilan data secara observasi langsung di tempat penelitian terhadap obyek penelitian. Perlakuan yang diberikan terhadap organisme uji sebanyak 3 perlakuan, yaitu dengan dosis dosis 1 cc, dosis 2 cc dan dosis 3 cc. Masing-masing perlakuan sebanyak 3 ulangan sehingga memiliki 9 unit percobaan. Berdasarkan hasil penelitian, dosis yang sesuai untuk benih ikan mas adalah dengan dosis 2 cc (C) dengan waktu siuman sebesar 5,92 menit. Suhu selama penelitian sebesar 28-30

oC dan nilai pH air sebesar 7-7,5 yang masih dalam batas normal

untuk menunjang kehidupan ikan mas. Kata kunci : dosis berbeda, ikan mas, lama siuman, Luwuk Banggai, minyak cengkeh

Pengantar Ikan mas (Cyprinus carpio L.) merupakan ikan hias air tawar yang berasal dari Jepang dan telah menjadi komoditas perikanan dunia serta memiliki nilai ekonomis yang tinggi sehingga menarik minat pembudidaya untuk membudidayakannya. Budidaya ikan mas telah berkembang di seluruh dunia dengan menerapkan berbagai teknologi yang memanfaatkan bahan alami maupun sintetis. Salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam budidaya ikan mas adalah penanganan hasil dan proses pengangkutan, penanganan hasil dan proses pengangkutan yang dilakukan secara profesional akan mampu membuat ikan hasil panen tetap berkualitas tinggi ketika diterima oleh konsumen. Permintaan yang tinggi untuk tujuan eksport menjadikan ikan mas sebagai ikan hias harus dalam kondisi hidup ketika akan dipasarkan karena memiliki nilai jual tinggi. Salah satu permasalahan yang sering dihadapi dalam proses pengangkutan ikan hidup adalah menurunnya tingkat kelangsungan hidup (Kordi, 2005). Penanganan hasil dan proses pengangkutan yang baik akan mampu membuat ikan hasil panen tetap berkualitas tinggi ketika diterima konsumen. Hal ini dapat dilakukan dengan cara penurunan suhu, namun penurunan suhu dinilai tidak cukup efektif sehingga harus dikombinasikan dengan pembiusan ikan. Oleh karena itu salah satu prinsip dalam pengangkutan ikan adalah bagaimana menciptakan suasana dalam alat pengangkutan agar ikan bisa bertahan hidup hingga sampai di tujuan. Pembiusan ikan mas untuk pengangkutan jarak jauh maupun jarak dekat telah dikembangkan di Indonesia. Hal ini merupakan jawaban atas kebutuhan pembudidaya dalam menekan jumlah mortalitas ikan mas yang mati dalam pengangkutan. Hingga saat ini telah berkembang berbagai terapan teknologi menggunakan senyawa-senyawa yang dinilai aman bagi pembiusan ikan mas Salah satu senyawa yang dinilai aman adalah minyak cengkeh karena menggunakan bahan alami. Nurjannah (2004), menyatakan bahwa minyak cengkeh (Eugenia aromatica) mengandung minyak atsiri yang terdapat dalam jumlah yang cukup besar, baik dalam bunga (10-20%), tangkai (5-10%)

RA-02

Page 2: Penggunaan Minyak Cengkeh Eugenia Aromat

2 Semnaskan_UGM/Rekayasa Budidaya A (RA-02)

Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013

maupun daun (1-4%). Lebih lanjut dijelaskan bahwa minyak cengkeh mempunyai komponen eugenol dalam jumlah besar (70-80%) yang mempunyai sifat sebagai antiseptik dan anestetik. Peranan minyak cengkeh yang begitu besar bagi perkembangan dunia perikanan membantu para pembudidaya ikan mas pada proses penanganan hasil dan pengangkutan sekaligus mengembangkan variatif hasil tanaman cengkeh sebagai tanaman asli Indonesia dan membantu para petani cengkeh dalam mengatasi kelebihan produksi cengkeh. Oleh karena itu informasi serta data yang valid dan akurat mengenai pembiusan ikan mas menggunakan minyak cengkeh sangat penting untuk diketahui. Hal tersebut yang melatar belakangi perlunya dilakukan penelitian mengenai penggunaan minyak cengkeh (Eugenia aromatica) dengan dosis berbeda terhadap lama siuman benih ikan mas (Cyprinus carpio L.). Penelitian bertujuan untuk menganalisis mengenai penggunaan minyak cengkeh (Eugenia aromatica) dengan dosis berbeda terhadap lama siuman benih ikan mas (Cyprinus carpio L.), sedangkan kegunaan penelitian ini diharapkan agar dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai pembiusan ikan, serta sebagai bahan informasi bagi pihak terkait (stakeholder) yang ingin mengetahui dan mempelajari pembiusan ikan. Bahan dan metode Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2012 dan bertempat di Stasiun Karantina Ikan Pengendalian Mutu Dan Keamanan Hasil Perikanan Kelas II Luwuk Banggai. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dengan teknik pengambilan data secara observasi langsung di tempat penelitian terhadap obyek penelitian. Perlakuan yang diberikan terhadap organisme uji adalah perlakuan waktu siuman dengn dosis berbeda. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL), dengan menggunakan perlakuan faktor penggunaan dosis berbeda terhadap lama siuman benih ikan mas. Perlakuan yang digunakan selama penelitian sebanyak 3 perlakuan dan masing-masing 3 kali ulangan sehingga memiliki 9 unit percobaan. Adapun perlakuan yang dimaksud adalah sebagai berikut: Perlakuan A : Dosis Minyak Cengkeh 1 cc Perlakuan B : Dosis Minyak Cengkeh 2 cc Perlakuan C : Dosis Minyak Cengkeh 3 cc Sebelum penelitian dimulai, terlebih dahulu wadah yang akan digunakan sebagai tempat penyadaran ikan diberi air sebanyak 30 l yang telah diaerasi, dan selanjutnya untuk wadah pembiusan diberi air sebanyak 10 l. Setelah itu, mengukur panjang dan berat ikan, setalah diukur berat dan panjang ikan lalu diberi label. Setelah persiapan penelitian sudah siap, selanjutnya masuk ke pelaksanaan penelitian. Baskom yang telah diberi air sebanyak 10 l selanjutnya diberikan minyak cengkeh sesuai dengan dosis pada setiap perlakuan dan kemudian masukkan benih ikan mas ke dalam baskom sebanyak 5 ekor/wadah. Untuk tahap pemulihan ikan yang sudah terbius selanjutnya dipindahkan ke aquarium yang telah dipersiapkan sebelumnya, setelah ikan mas sudah berada pada wadah penyadaran selanjutnya menghitung lama siuman ikan mas tersebut. Lama siuman yang diukur adalah ketika ikan mulai sadar dan keseimbangan tubuh mulai kembali pulih. Data yang diperoleh, di analisis dengan analisis ragam (ANOVA) dengan rancangan percobaan. Sehingga jika terdapat pengaruh yang nyata dari masing-masing perlakuan, maka akan di lanjutkan dengan uji BNT (Beda Nyata Terkecil) (Gaspersz, 1995). Hasil dan pembahasan Lama Siuman Berdasarkan penelitian mengenai pemberian dosis menggunakan minyak cengkeh (Eugenia aromatica) diperoleh rata-rata lama siuman benih ikan mas setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 1.

Page 3: Penggunaan Minyak Cengkeh Eugenia Aromat

Semnaskan_UGM/Rekayasa Budidaya A (RA-02) 3

Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013

Tabel 1. Nilai rata-rata lama siuman benih ikan mas (Cyprinus carpio l.), pada setiap perlakuan selama penelitian

No. Perlakuan Lama Siuman (Menit)

1.

2.

3.

A (1 cc/10 l air) B (2 cc/10 l air) C (3 cc/10 l air)

5,27a

5,92

a

0,00

b

Keterangan : abc

: Huruf yang sama pada lajur menunjukkan nilai rata-rata pada perlakuan berbeda nyata.

Berdasarkan hasil di atas maka dapat dilihat bahwa waktu siuman pada perlakuan B (dengan dosis 2 cc) lebih lama dibanding lama siuman pada pada perlakuan A (dengan dosis 1 cc) dan perlakuan C (dengan dosis 3 cc). Pada perlakuan B (dengan dosis 2 cc) didapatkan rata-rata lama siuman adalah 5,92 menit sedangkan pada perlakuan A (dengan dosis 1 cc) adalah 5,27 menit dan perlakuan C (dengan dosis 3 cc) adalah 0,00 menit. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penggunaan minyak cengkeh dengan dosis berbeda memberikan pengaruh berbeda nyata (P > 0,05) terhadap lama siuman benih ikan mas, sedangkan dari hasil uji BNT (Lampiran 4) menunjukan bahwa perlakuan A (dengan dosis 1 cc) berbeda nyata (P>0,05) terhadap perlakuan B (dengan dosis 2 cc) dan C, sedangkan perlakuan B (dengan dosis 2 cc) berbeda sangat nyata terhadap perlakuan C (dengan dosis 3 cc) pada taraf (P>0,05). Ketika ikan dimasukkan awalnya terlihat gesit perlahan-lahan mulai terlihat tenang di dasar air. Durasi bius dimulai ketika ikan mas terlihat mulai tenang, kurang melakukan gerakan dan berdiam diri di dasar akuarium. Ketika diberikan rangsangan kejutan dengan cara menepuk-nepuk air yang menjadi wadah ikan, ikan tersebut terlihat lamban dalam merespon rangsangan tersebut dengan gerakan yang tidak seimbang dan ikan terlihat berenang miring dan arah gerakannya tidak stabil. Setelah itu, ikan akan menjadi tenang dan terlihat seperti mati. Waktu bius ikan berakhir pada saat ikan terlihat aktif dan bergerak kembali dengan gerakan normal yakni keseimbangannya stabil, arah renang teratur dan dapat merespon rangsangan yang diberikan dengan cepat. Minyak cengkeh sebagai bahan anastesi untuk membuat ikan mas dalam keadaan pasif, metabolisme dan respirasi yang rendah. Menurut Schreck (1990), obat bius adalah senyawa kimia yang dapat menyebabkan hilangnya seluruh atau sebagian rasa akibat dari penurunan fungsi sel. Jenis obat bius yang digunakan sedapat mungkin memiliki daya bius yang cepat dan mudah terurai kembali. Berdasarkan waktu siuman pada Tabel 1, dimana pada perlakuan B (dengan dosis 2 cc) pada menit ke 5,92 sudah mulai siuman, perlakuan C (dengan dosis 3 cc) yaitu 0,00 menit, di mana pada saat pembiusan ikan langsung mengalami kematian massal. Lama siuman pada masing-masing perlakuan dipengaruhi oleh dosis yang diberikan, makin tinggi dosis yang diberikan makin lama lama siuman tetapi jika melebihi dosis yang diberikan maka dapat menyebabkan ikan secara langsung akan mati karena dipengaruhi oleh minyak cengkeh yang dipakai. Pada setiap satuan percobaan, terjadi perbedaan dalam hal efek yang diterima oleh masing masing ikan. Tidak semua ikan kehilangan keseimbangan dan aktivitas gerak secara total. Adapula ikan yang hanya kehilangan sebagian keseimbangan dan aktivitas gerak. Ikan yang aktivitas gerak dan keseimbangannnya hanya hilang sebagian tidak terlihat seperti mati tetapi hanya terlihat tenang di dasar air dan ketika diberikan kejutan secara mendadak dengan cara menepuk-nepuk air yang berisi ikan, ikan akan berenang tetapi dengan gerakan yang tidak seimbang, kemudian akan kembali tenang di dasar air. Kondisi Ikan Pada Lama Siuman Pada perlakuan A (dengan dosis 1 cc) pada menit ke-5,27 sudah mulai ada aktivitas gerak, sedangkan pada perlakuan B (dengan dosis 2 cc) belum memberikan respon dan masih roboh di dasar dengan pergerakan lambat. Setelah pada menit ke-5,92 ikan pada perlakuan A (dengan dosis 2 cc) sudah terdapat aktivitas gerak, tetapi pada perlakuan C (dengan dosis 3 cc) belum memberikan tanda-tanda siuman, karena pada dosis tersebut ikan tidak mampu melawan kuatnya dosis yang diberikan yang pada akhirnya ikan pada dosis 3 cc ini mengalami kematian massal, kematian massal

Page 4: Penggunaan Minyak Cengkeh Eugenia Aromat

4 Semnaskan_UGM/Rekayasa Budidaya A (RA-02)

Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013

ini dipengaruhi oleh jumlah dosis yang diberikan pada ikan tersebut dan kematian massal yang terjadi pada dosis 3 cc ini terjadi mulai dari proses pembiusan. Menurut Suwardi (2008) bahwa suhu ruangan sangat membantu proses masa siuman, semakin tinggi suhu maka semakin cepat terjadinya siuman dan sebaliknya semakin rendah suhu maka semakin lama masa siuman ikan. Di samping itu juga oksigen terlarut membantu ikan untuk mempercepat masa siuman ikan. Menurut Iwama et al. (1989), terdapat dua tahapan dalam proses pembiusan ikan yaitu tahapan terbius dan tahapan pemulihan. Hal tersebut dapat kita lihat sebagaimana pada Tabel 2. Tabel 2. Tahapan Ikan Terbius

Tahapan Deskripsi

Tahapan terbius I II III

Kehilangan keseimbangan

Aktivitas bergerak berkurang Berhentinya aktivitas gerak

Tahapan pemulihan I II III

Adanya aktivitas gerak

Mulai adanya gerakan tubuh Terdapat aktivitas gerak

Parameter Kualitas Air Kisaran pH selama penelitian adalah 7-7,5. Kadar pH yang tersebut tergolong kategori netral. Menurut Lesmana (2005), kadar pH optimal untuk ikan mas adalah 7,0-7,5. Kisaran pH selama penelitian masih dianggap layak untuk ikan mas. Budidaya yang intensif akan berhasil dengan memuaskan jika perairan mempunyai kisaran pH antara 7.5 dan 8.5 karena suasana sedikit basa akan mempertinggi selera makan ikan (Djadiredja, 1986). Suhu merupakan salah faktor yang mempengaruhi kualitas air yang harus diperhatikan. Fluktuasi suhu yang cukup besar dapat menyebabkan ikan menjadi stres. Kisaran suhu air selama penelitian adalah 28

0C, keadaan suhu ini masih layak untuk kelangsungan hidup ikan mas. Jadi, suhu ini

membantu mempercepat masa siuman pada ikan karena kondisi suhu yang optimal untuk pemeliharaan ikan mas. Menurut Susanto (2007) menyatakan bahwa suhu yang optimal untuk pertumbuhan ikan terletak antara 25

0C - 30

0C dan bahkan nafsu makan ikan menurun apabila suhu

air meningkat.

Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai penggunaan minyak cengkeh dengan dosis berbeda terhadap lama siuman benih ikan mas dapat disimpulkan bahwa : 1. Berdasarkan analisis ragam penggunaan minyak cengkeh dengan dosis berbeda terhadap lama

siuman benih ikan mas menunjukkan perbedaan yang nyata. 2. Semakin tinggi dosis minyak cengkeh yang diberikan semakin singkat waktu yang dibutuhkan

benih ikan mas agar terbius dan semakin lama pula waktu siuman pada ikan. 3. Pembiusan benih ikan mas yang terbaik adalah perlakuan B (dengan dosis 2 cc) dengan rata-rata

masa siuman 5,92 menit. 4. Parameter kualitas air selama penelitian, yakni suhu dan pH masih dalam kisaran yang layak

untuk kehidupan benih ikan mas.

Page 5: Penggunaan Minyak Cengkeh Eugenia Aromat

Semnaskan_UGM/Rekayasa Budidaya A (RA-02) 5

Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013

Daftar Pustaka Ackerman, P.A., Morgan, J.D., Iwama, G.K. 2011. Anesthetics.

http://www.ccac.ca/en/CCAC_Programs/Guidelines_Policies/GDLINES/Fish/Fish%20Anesthetics%20-%20ENG.pdf Diakses tanggal 22 Februaris 2012.

Andhi, 2011. Agrobisnis Perikanan. http://benihikan.net/teknologi/murahnya-membius-ikan-

menggunakan. html. Diakses pada tanggal 15 Februari 2012. Coyle, S.D., Durborrow R.M., Tidwell, J.H. 2004. Anesthetics in Aquaculture. Southern Regional

Aquaculture Center SRAC Publication No.3900. http://aquanic.org/management%20practices/transportation/documents/asthetics.pdf.

Bachtiar Y. 2004. Budidaya Ikan Hias Air Tawar untuk Ekspor. Agromedia Pustaka. Yogyakarta. Bambang, N. 2003. Pemanenan dan Pengangkutan Ikan. Departemen Pendidikan Menengah

Kejuruan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Cahyono, B. 2000. Budidaya Ikan Air Tawar. Kansius. Yogyakarta. Cholik. 2005. Akuakultur, Tumpuan Harapan Masa Depan Bangsa. Masyarakat Perikanan Indonesia

dengan Taman Akuarium Air Tawar, Taman Mini Indonesia Indah. Jakarta. Djajadiredja. 1986. Mekanisme Dalam Usaha Peningkatan Daya Guna Air Tawar Untuk Budidaya

Ikan Secara Intensif. Lokakarya Nasional Teknologi Tepat Guna Bagi Pengembangan Air Payau. Lembaga Penelitian Darat. Bogor. 9 pp.

Fujaya. 2004. Fisiologi ikan. Kanisius. Jakarta. Gazpersz, V. 1991. Metode Perancangan Percobaan (untuk ilmu-ilmu pertanian, ilmu-ilmu teknik dan

biologi). CV Armico. Bandung. Hajek G.J., Kyszejko B., Dziaman R. 2006. The anaesthetic effect of clove oil on common carp,

Cyprinus carpio L. Acta Ichytyol Piscat. 36 (2):93.97. Division of Fish Physiology, Agricultural University of Szczecin, Szczecin, Poland. http://www.aiep.pl/volumes/2000/6_2/pdf/01_734_Hajek_et_al.pdf. Diakses tanggal 28 Februari 2012.

Iwama GK, McGeer JC & Pawluk MP. 1989. The effects of five fish anaesthetics on acid-base

balance, hematocrit, cortisol and adrenaline in rainbow trout. Canadian Journal of Zoology 67:2065-2073. http://www.ccac.ca/en/CCAC_Programs/GuidelinesPolicies/GDLINES/Fish/ Fish%20Anesthetics%20-%20ENG.pdf. Diakses pada tanggal 28 Juli 2012.

Kamaludin, 2008. Pengaruh Pemberian Minyak Sereh Wangi Terhadap Lama Waktu Pembiusan

dalam Proses Pengangkutan Ikan Bandeng Sebagai Umpan Hidup. Universitas Hasanuddin, Makassar.

Karmila. 2001. Pengaruh Suhu dan Waktu Pembiusan Bertahap Terhadap Ketahanan Ikan. Jurnal

Natur Indonesia III: 151-167. Khairuman. 2002. Budidaya Ikan Mas Secara Intensif. AgroMedia Pustaka, Jakarta. Khairuman dan Amri, K. 2008. Buku Pintar Budidaya 15 Ikan Konsumsi. AgroMedia Pustaka, Jakarta. Kordi K. M. G. 2005. Budidaya Ikan Laut di Keramba Jaring apung. Rineka cipta. Jakarta. Kuncoro E. B. 2004. Kiat Memasarkan Ikan Hias. Penebar Swadaya. Bogor. Lesmana, D. 2005. Kualitas Air untuk Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya, Jakarta.

Page 6: Penggunaan Minyak Cengkeh Eugenia Aromat

6 Semnaskan_UGM/Rekayasa Budidaya A (RA-02)

Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013

Nurjannah N. 2004. Minyak Atsiri Indonesia, Diversifikasi Penggunaan Cengkeh, Perspektif Volume 3

Nomor 2. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian, Indonesian Center for Agricultural Postharvest Research and Development. Bogor. http://id.wikipedia.org/wiki/Cengkeh#Kandungan bahan aktif dalam bunga dan buah cengkeh. Diakses pada tanggal 15 Februari 2012.

Perry, L.M and Metzger, 1990. J Medicinal Plan of East and Southeast Asia. The MIT Press, London.

Hal. 285. http://www.apoteker.info/Pojok%20Herbal/cengkeh_tanaman_asli_indonesia.html. Purnama, D. 2009. Teknik Baru Transportasi Ikan. Tempo, Bogor. http://www.koi-

s.org/showthread.php?4755-Good-Article-Teknik-baru-transportasi-ikan. Rahmawati H. 2006. Pengaruh Pemberian Minyak Cengkeh Sebagai Bahan Pembius Terhadap

Lama Waktu Pingsan Benih Ikan Gurami Selama Proses Pengangkutan. Jurnal Fakulatas Perikanan, Universitas Muhammadiyah Malang, Malang.

Saanin, H. 1968. Taksonomi dan kunci identifikasi ikan jilid 1. Bina cipta. Bandung. Schrek, C.B. dan Moyle. 1990. Method of Fish Biology American Fisheries Society Bathesda

Mariland. USA. 684 pp. Sedaniasih N. P. 2009. Waktu Pemberian Pakan yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Sintasan

Benih Udang Windu (Penaeus monodon) dalam wadah terkontrol. Skripsi, Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Peternakan, Universitas Tadulako. Palu.

Sitanggang M. dan Koi U. D. 2004. Buku Pintar. Merawat dan Menangkarkan Koi. Agromedia.

Yogyakarta. Susanto, H. 1987. Budidaya Ikan di Pekarangan, PT Penebar Swadaya, Jakarta. Susanto, H. 2007. Koi. Penebar Swadaya, Jakarta. Susanto, H. 2008. Budidaya Ikan Dipekarangan. Penerbit Penebar Swadaya Cetakan 1: Jakarta. Suwardi. 2008. Penggunaan Phenoxy Ethanol, Suhu Dingin dalam Pembiusan Bandeng. Media

Akuakultur Volume 3 Nomor 2 Wardoyo, S.T.H. 1981. Kriteria Kualitas Air untuk Keperluan Perikanan dan Pertanian. PPLH-PUSDI-

PSL. Institut Pertanian Bogor. 40 pp. Yuniarti, A. W. 2010. Pengaruh Konsentrasi Larutan Minyak Cengkeh (Eugenia aromatica) Dalam

Pembiusan Glass Eel Ikan Sidat (Anguilla sp.). Proposal Penelitian, Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Peternakan, Universitas Tadulako, Palu.

Tanya Jawab Penanya : Evi Tahapari Pertanyaan : Kenapa data kualitas air tidak dicantumkan? Karena bisa jadi adanya ikan mati

disebabkan karena kualitas air yang buruk bukan perlakuannya Jawaban : Dalam hal ini, kualitas air yang digunakan baik dan sama serta sudah diukur pH

dan salinitasnya.