18
MAKALAH PENGANTAR HUKUM PAJAK Penghindaran Pajak Berganda Serta Perlunya Tax Treaty Disusun oleh: 1. Eko Prasetyo (1C/08) 2. Faisal Pribadi (1C/12) 3. Fatiya Kartika Maya Dewi (1C/13) 4. Hanifah Atsariyana (1C/16)

Penghindaran Pajak Berganda dan Pentingnya Tax Treaty

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Makalah. Penghindaran Pajak Berganda dan Pentingnya Tax Treaty. Pengantar Hukum Pajak. Perpajakan Indonesia.

Citation preview

MAKALAH

PENGANTAR HUKUM PAJAK

Penghindaran Pajak Berganda Serta Perlunya Tax Treaty

Disusun oleh:

1. Eko Prasetyo(1C/08)

2. Faisal Pribadi(1C/12)

3. Fatiya Kartika Maya Dewi(1C/13)

4. Hanifah Atsariyana(1C/16)

5. Nurul Rahma Shofwati(1C/26)

6. Roni Fadilah Makruf(1C/33)

Halaman Judul

Program Diploma I Spesialisasi Pajak

Sekolah Tinggi Akuntansi Negara

2015

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan, kesempatan, dan semangat kepada kami untuk menyusun makalah ini.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Pengantar Hukum Pajak, yang dipandang perlu untuk dikuasai oleh mahasiswa dalam rangka membekali diri agar dapat bekerja sesuai dengan tugas masing-masing.

Terima kasih kepada dosen mata kuliah Pengantar Hukum Pajak yang telah mengajar kami, sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Kepada teman-teman dan sumber-sumber lainnya yang telah berpartisipasi dalam penyusunan makalah ini, kami mengucapkan terima kasih.

Dengan adanya keterbatasan, baik kemampuan maupun kesempatan, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran, serta sumbangan pemikiran dari pembaca sebagai bahan masukan yang membantu untuk penyempurnaan makalah ini.

Harapan kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk pembaca.

Bintaro, Februari 2015

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTARiDAFTAR ISIiiBAB I PENDAHULUAN1A.Latar Belakang1B.Rumusan Masalah1C.Tujuan1BAB II PEMBAHASAN2A. Pengertian Pajak Berganda2B. Sebab Terjadinya Pajak Berganda Internasional2C. Cara Penghindaran Pajak Berganda Indonesia4BAB III PENUTUP7A.Kesimpulan7A.Saran7DAFTAR PUSTAKA8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Istilah pajak dalam sejarah dunia ini telah dikenal masyarakat sejak zaman dahulu. Berbagai jenis sistem pemerintahan yang ada seperti kerajaan, monarki, dan lain-lain memliki istilah dan peraturan tentang pajak walaupun dalam bahasa yang berbeda-beda. Sejalan dengan perkembangan zaman, pajak pun terus berkembang, temasuk pengertian, fungsi, tujuan, teknis, dan teori tentang pajak serta pemungutan pajak.

Dalam pajak, dapat terjadi pajak berganda. Pajak berganda ada dua, yaitu Pajak berganda Internal dan Pajak Berganda Internasional. Pajak Berganda Internasional (PBI) adalah pengenaan pajak lebih dari satu kali oleh dua Negara atau lebih atas suatuincomeyang sama. Sehingga timbul tax treaty, yaitu Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan pajak berganda?

2. Apa saja penyebab terjadinya pajak berganda internasional?

3. Bagaimana cara penghindaran pajak berganda inteernasinal?

C. Tujuan

1. Mengetahui yang dimaksud dengan pajak berganda.

2. Mengetahui penyebab terjadinya pajak berganda internasional.

3. Mengetahui bagaimana cara penghindaran pajak berganda inteernasinal.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pajak Berganda

Dalam bukunya yang berjudul Basic Problems in Internasional Fiscal Law (1979) memberikan pembahasan secara rinci. Knechtle membeda kan pengertian pajak berganda, yaitu:

1. Secara Luas, Pajak berganda adalah bentuk pembebanan pajak dan pungutan lainnya lebih dari satu kali, yang dapat berganda atau lebih atas suatu fakta fiskal.

2. Secara Sempit, Pajak berganda dianggap terjadi pada semua kasus pemajakan beberapa kali terhadap suatu subjek dan/atau objek pajak dalam satu administrasi pajak yang sama, yang mengesampingkan pembebanan pajak oleh pemerintah daerah.

Selanjutnya, pajak berganda sesuai dengan yurisdiksi pemungut pajaknya, dapat dikelompokkan menjadi pajak berganda:

1. Internal (domestic)

2. Internasional

Pajak Berganda Internasional (PBI) adalah pengenaan pajak lebih dari satu kali oleh dua Negara atau lebih atas suatuincomeyang sama.

Apabila pemajakan berganda (multiple) dilakukan oleh beberapa adminitrasi pajak (berdasarkan yurisdiksi pemajakan domestik tiap Negara) maka terdapat pajak berganda Internasional (international double taxation). Secara teoritis dan normatif, istilah pajak berganda internasional meliputi beberapa unsur, antara lain:

1. Pengenaan Pajak oleh beberapa otoritas pemajakan terhadap kriteria identitas.

2. Identitas subjek pajak (Wajib Pajak yang sama)

3. Identitas objek pajak (objek yang sama)

4. Identitas masa pajak

5. Identitas (atau kesamaan) pajak

B. Sebab Terjadinya Pajak Berganda Internasional

Pajak berganda internasional terjadi apabila pengenaan pajak dari dua Negara atau lebih saling menindih, sedemikian rupa sehingga orang-orang yang dikenakan pajak di Negara-negara yang lebih dari satu memikul beban pajak yang lebih besar daripada jika mereka dikenakan pajak di satu Negara saja, karena dua Negara atau lebih tersebut secara bersamaan memungut pajak atas objek dan subjek yang sama.

Ada beberapa sebab terjadinya Pajak Berganda Internasional, yakni sebagai berikut:

1. Subjek Pajak yang sama dikenanakan pajak yang sama di beberapa Negara yang dapat terjadi karena adanya:

a. Domisili rangkap.

Misalnya Tuan X Wajib Pajak warga Negara Indonesia berada di Negara B selama 100 hari. Apabila menurut ketentuan Negara Indonesia, Wajib Pajak yang meninggalkan Negara Indonesia tidak lebih dari 183 hari masih dianggap sebagai Wajib Pajak Dalam Negeri dari Indonesia, sedangkan Negara B dalam ketentuannya menganggap orang yang bertempat tinggal di Negara B lebih dari 90 hari adalah Wajib Pajak negaranya, maka status Tuan X secara bersamaan dianggap mempunyai dua domisili yang akan dikenakan pajak baik oleh Indonesia maupun Negara B atas seluruh penghasilannya.

b. Kewarganegaraan rangkap

Misalnya Tuan Z dianggap sebagai warga Negara C karena dilahirkan dari seseorang yang yang berwarga negara D (ius sanguinis) yang menganut asas kewarganegaraan, sedangkan Negara C menganggap juga bahwa Tuan Z adalalah warga Negara D karena Tuan Z dilahirkan di wilayah Negara D (ius soli) yang juga menganut asas kewarganegaraan. Sehingga Tuan Z dikenakan pajak berganda oleh negara C dan D.

c. Benturan asas domisili dan asas kewarganegaraan

Misalnya Tuan R warga Negara B bertempat tinggal di Negara A. Karena Negara A menganut asas domisili, maka Tuan R akan dikenakan pajak oleh Negara A tersebut atas seluruh penghasilannya, sedangkan Negara B yang menganut asas kewarganegaraan juga akan mengenakan pajak kepada Tuan R karena Tuan R adalah warga Negaranya.

2. Objek Pajak yang sama dikenakan pajak yang sama di beberapa Negara.

Misalnya, Tuan X bertempat tinggal di Negara A, melakukan usaha di Negara B dengan suatu BUT. Selanjutnya BUT tersebut memberikan know-how (kemampuan teknologi) kepada relasinya di Negara C. Maka Negara C dapat mengenakan pajak karena di negaranya digunakan know-how tersebut. Begitu juga Negara B dapat mengenakan pajak karena BUT tersebut ada di Negara B.

3. Subjek pajak yang sama dikenakan pajak di Negara tempat tinggal berdasarkan asas world wide income, sedangkan di Negara domisili dikenakan pajak berdasarkan asas sumber.

Misalnya, Tuan X bertempat tinggal di negara A dan melakukan usaha di Negara B. Jika Negara A menganut asas domisili, maka Negara A akan mengenakan pajak kepada Tuan X berdasarkan personal jurisdiction atas seluruh penghasilannya, sedangkan Negara B yang menganut asas sumber juga berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang diperoleh Tuan X dari sumber penghasilanna yang ada di Negara B tersebut.

C. Cara Penghindaran Pajak Berganda Indonesia

Terdapat 2 (dua) cara yang digunakan peraturan perundang-undangan Indonesia untuk menghindari pajak berganda internasional, yaitu cara unilateral (sepihak) dan cara bilateral atau multilateral.

1. Cara Unilateral

Dilakukan dengan memasukkan ketentuan-ketentuan untuk menghindarkan pajak berganda ke dalam undang-undang suatu Negara dengan suatu prosedur yang jelas. Yang dimasukkan ke dalam undang-undang suatu Negara adalah prinsip-prinsip yang sudah menjadi kelaziman internasional, seperti ketentuan tentang pembebasan pajak para wakil diplomatik, wakil-wakil organisasi internasional. Pembebasan pajak ini biasanya disyaratkan adanya asas resiprositas atau timbal balik yang artinya bahwa Negara yang bersangkutan baru akan memberikan pembebasan apabila sebaliknya Negara lainnya juga memberikan pembebasan atas dasar syarat yang sama.

UU PPh Indonesia menganut cara penghindaran pajak berganda dengang suatu metode yang disebut dengan metode kredit pajak. Pasal 24 UU PPh No. 36 Tahun 2008 menyebutkan bahwa:

Ayat (1): Pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri atas penghasilan dari luar negeri yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri boleh dikreditkan terhadap pajak yang terutang berdasarkan Undang-undang ini dalam tahun pajak yang sama.

Ayat (2): Besarnya kredit pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebesar pajak penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri tetapi tidak boleh melebihi penghitungan pajak yang terutang berdasarkan Undang-undang ini.

Ayat (3): Dalam menghitung batas jumlah pajak yang boleh dikreditkan, sumber penghasilan ditentukan sebagai berikut:

a. penghasilan dari saham dan sekuritas lainnya serta keuntungan dari pengalihan saham dan sekuritas lainnya adalah negara tempat badan yang menerbitkan saham atau sekuritas tersebut didirikan atau bertempat kedudukan;

b. penghasilan berupa bunga, royalti, dan sewa sehubungan dengan penggunaan harta gerak adalah negara tempat pihak yang membayar atau dibebani bunga, royalti, atau sewa tersebut bertempat kedudukan atau berada;

c. penghasilan berupa sewa sehubungan dengan penggunaan harta tak gerak adalah negara tempat harta tersebut terletak;

d. penghasilan berupa imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan adalah negara tempat pihak yang membayar atau dibebani imbalan tersebut bertempat kedudukan atau berada;

e. penghasilan bentuk usaha tetap adalah negara tempat bentuk usaha tetap tersebut menjalankan usaha atau melakukan kegiatan;

f. penghasilan dari pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan atau tanda turut serta dalam pembiayaan atau permodalan dalam perusahaan pertambangan adalah negara tempat lokasi penambangan berada;

g. keuntungan karena pengalihan harta tetap adalah negara tempat harta tetap berada; dan

h. keuntungan karena pengalihan harta yang menjadi bagian dari suatu bentuk usaha tetap adalah negara tempat bentuk usaha tetap berada.

Ayat (4): Penentuan sumber penghasilan selain penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) menggunakan prinsip yang sama dengan prinsip yang dimaksud pada ayat tersebut.

Ayat (5): Apabila pajak atas penghasilan dari luar negeri yang dikreditkan ternyata kemudian dikurangkan atau dikembalikan, maka pajak yang terutang menurut Undang-undang ini harus ditambah dengan jumlah tersebut pada tahun pengurangan atau pengembalian itu dilakukan.

Ayat (6): Ketentuan mengenai pelaksanaan pengkreditan pajak atas penghasilan dari luar negeri diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

2. Cara Bilateral atau Multilateral

Dilakukan melalui suatu peundingan antarnegara yang berkepentingan untuk menghindarkan terjadinya pajak berganda. Perjanjian secar bilateral dilakukan oleh dua Negara, sedangkan multilateral dilakukan oleh lebih dari dua Negara. Perjanjian ini lazim disebut dengan istilah tax treaty atau P3B (perjanjian penghindaran pajak berganda atau agreement for avoidance of double taxation and the prevention of tax evasion).

Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) adalah perjanjian internasional di bidang perpajakan antar kedua negara guna menghindari pemajakan ganda agar tidak menghambat perekonomian kedua negara dengan prinsip saling menguntungkan antar kedua negara dan dilaksanakan oleh penduduk antar kedua negara yang terlibat dalam perjanjian tersebut. Perjanjian ini digunakan oleh penduduk dua negara untuk menentukan aspek perpajakan yang timbul dari suatu transaksi di antara mereka. Penentuan aspek perpajakan tersebut dilakukan berdasarkan klausul-klausul yang terdapat dalam tax treaty yang bersangkutan sesuai jenis transaksi yang sedang dihadapi.

Tujuan P3B adalah sebagai berikut:

a.Tidak terjadi pemajakan berganda yang memberatkan ikim dunia usaha;

b.Peningkatan investasi modal dari luar negeri ke dalam negeri;

c.Peningkatan sumber daya manusia;

d.Pertukaran informasi guna mencegah pengelakan pajak;

Masing-masing Negara mempunyai prinsip pemajakannya masing-masing sesuai dengan kedaulatan negaranya sendiri. Sehingga penghindaran pajak cara bilateral adalah yang paling banyak dilakukan oleh suatu Negara.

7

BAB IIIPENUTUPA. Kesimpulan

Pajak berganda sesuai dengan yurisdiksi pemungut pajaknya, dapat dikelompokkan menjadi pajak berganda:

1. Internal (domestic)

2. Internasional, Pajak Berganda Internasional (PBI) adalah pengenaan pajak lebih dari satu kali oleh dua Negara atau lebih atas suatuincomeyang sama.

Secara teoritis dan normatif, istilah pajak berganda internasional meliputi beberapa unsur, antara lain:

1. Pengenaan Pajak oleh beberapa otoritas pemajakan terhadap kriteria identitas.

2. Identitas subjek pajak (Wajib Pajak yang sama)

3. Identitas objek pajak (objek yang sama)

4. Identitas masa pajak

5. Identitas (atau kesamaan) pajak

Sebab Terjadinya Pajak Berganda Internasional:

1. Subjek Pajak yang sama dikenanakan pajak yang sama di beberapa Negara yang dapat terjadi

2. Objek Pajak yang sama dikenakan pajak yang sama di beberapa Negara.

3. Subjek pajak yang sama dikenakan pajak di Negara tempat tinggal berdasarkan asas world wide income, sedangkan di Negara domisili dikenakan pajak berdasarkan asas sumber.

Cara Penghindaran Pajak Berganda Indonesia:

1. Cara Unilateral

2. Cara Bilateral atau Multilateral

B. Saran

Dari penjelasan di atas, diharapkan seluruh aparat negara dan petugaas pajak dapat melaksanakan tugsnya dengan baik dan tepat.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini banyak terdapat kekurangan. Kami selaku penulis makalah meminta maaf serta mohon kritik dan saran yang sifatnya membangun demi terciptanya sebuah makalah yang lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

http://memebali.blogspot.com/2013/06/pengertian-dan-tujuan-penghindaran.html

http://www.tarif.depkeu.go.id/Bidang/?bid=pajak&cat=p3b

Zulvina, Susi. 2011. Pengantar Hukum Pajak. Jakarta.

8

MAKALAH

PENGANTAR HUKUM PAJAK

Penghindaran Pajak Berganda Serta Perlunya

Tax Treaty

Disusun oleh:

1.

Eko Prasetyo

(1C/08)

2.

Faisal Pribadi

(

1C/12

)

3.

Fatiya Kartika Maya Dewi

(1C/13)

4.

Hanifah Atsariyana

(1C/16)

5.

Nurul Rahma Shofwati

(

1C/

2

6

)

6.

Roni Fadilah Makruf

(1C/33)

Halaman Judu

l

Program Diploma I Spesialisasi Pajak

Sekolah Tinggi Akuntansi Negara

201

5