Upload
others
View
11
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Copyright © 2020, DIDAKTIKOS, e-ISSN 2621-2110 | 72
Volume 3, No 2, Desember 2020 (72-83) ISSN: 2621-6220 DOI: https://doi.org/10.32490/didaktik.v3i1.43 https://journal.stipakdh.ac.id/index.php/didaktikos
Penginjilan dalam Konteks Pendidikan Agama Kristen di tengah Masyarakat Majemuk
1Daniel Gerri Tedja Sukmana, 2Aji Suseno 1, 2Sekolah Tinggi Teologi Baptis Indonesia, Semarang, Jawa Tengah [email protected], [email protected]
Abstract: It is important to teach Christian religious education to church congregations to equip congregations who live in a pluralistic society. Plural society has various differences, starting from
religion, belief, education. Christian religious education that is taught can also equip the congre-
gation in carrying out the task of the Great Commission, which is to evangelize unbelievers. How-ever, evangelism that is carried out in a pluralistic society sometimes creates considerable
difficulty and risk for evangelists. This article aims to teach evangelism in the context of Christian
Religious Education in a pluralistic society with diverse backgrounds. This research uses literature
study analysis method, which conducted research on several relevant literature sources and related Bible verses. Furthermore, the analysis of the literature study, the authors describe descriptively.
The findings in this study are that even though there are difficulties in doing evangelism in a
pluralistic society, there are still strategies to be able to do it, namely first, people who will be evangelized must be able to accept themselves as evangelists, second, after being accepted,
evangelists become the same as people who will be evangelized. Once accepted, the knowledge of
Christ can slowly be carried out in various ways, such as stories, writing to digi-tal content, all of
which contain Christian values but are packaged with a general point of view.
Keywords: Christian education; evangelism; pluralistic society
Abstrak: Pendidikan Agama Kristen penting untuk diajarkan kepada jemaat gereja untuk memperlengkapi jemaat yang tinggal di tengah masyarakat yang majemuk. Masyarakat majemuk
memiliki perbedaan yang beragam, mulai dari agama, kepercayaan, pendidikan. Pendidikan Agama
Kristen yang diajarkan juga dapat memperlengkapi jemaat dalam menjalankan tugas Amanat Agung yaitu melakukan penginjilan kepada orang-orang yang belum percaya. Namun, penginjilan
yang dilakukan di tengah masyarakat majemuk terkadang menimbulkan kesulitan serta resiko yang
cukup besar bagi penginjil. Artikel ini bertujuan untuk mengajarkan melakukan penginjilan dalam
konteks Pendidikan Agama Kristen di tengah masyarakat majemuk yang memiliki keberagaman latar belakang. Penelitian ini menggunakan metode analisis studi pustaka, untuk melakukan pene-
litian terhadap beberapa sumber literatur yang relevan serta ayat-ayat Alkitab yang berkaitan.
Selanjutnya analisis dari studi pustaka tersebut, penulis paparkan secara deskriptif. Temuan dalam penelitian ini adalah walaupun ada kesulitan melakukan penginjilan dalam masyarakat majemuk,
tetap ada strategi untuk dapat melakukannya, yaitu pertama, orang yang akan diinjili harus dapat
menerima diri penginjil, kedua, setelah dapat diterima, penginjil menjadi sama dengan orang yang
akan diinjili. Setelah dapat diterima maka perlahan pengenalan akan Kristus dapat dilakukan melalui berbagai macam cara, seperti cerita, tulisan hingga konten digital yang semuanya
mengandung nilai-nilai Kristiani namun dikemas dengan sudut pandang umum.
Kata kunci: masyarakat majemuk; penginjilan; pendidikan agama Kristen
PENDAHULUAN Kemajemukan adalah ciri bangsa Indonesia yang terdiri dari beratus-ratus suku dan
bahasa yang tersebar di lebih dari 17.000 pulau di Indonesia, menjadikannya negara
Daniel G. T. Sukmana, A. Suseno: Penginjilan dalam Konteks Pendidikan Agama Kristen…
Copyright © 2020, DIDAKTIKOS, e-ISSN 2621-2110 | 73
kepulauan terbesar di dunia. M. Amin Abdullah berkata ciri-ciri kemajemukan Indonesia
adalah perbedaan suku, budaya, agama dan bahasa daerah1 yang menjadi corak indah yang
mewarnai keberagaman yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Keberagaman yang dimiliki
oleh Indonesia menjadikannya salah satu negara multikultural terbesar di dunia dengan 6
agama yang diakui oleh negara, yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan
Konghucu. Menurut hasil sensus tahun 2010, 87,18% dari 237.641.326 penduduk
Indonesia adalah pemeluk Islam; 6,96% Kristen Protestan; 2,9% Katolik; 1,69% Hindu;
0,72% Buddha; dan 0,05% Kong Hu Cu; serta 0,13% agama lainnya, dan 0,38% tidak
terjawab atau tidak ditanyakan.2 Keberagaman ini menjadikan warga negara Indonesia
setiap saat hidup berdampingan dengan berbagai kemajemukan yang tercipta di Indonesia.
Sejalan dengan hal itu, menurut Stefanus, hidup bersama dengan berbagai macam
orang dengan keberagaman agama, kadang menimbulkan konflik.3 Konflik yang sering
muncul yaitu sikap intoleransi antara pemeluk agama satu dengan pemeluk agama yang
lainnya. Dengan keberagaman agama yang ada di Indonesia dibutuhkan sikap pluralisme di
dalam diri setiap warga negara. Sikap pluralisme hendaknya ditanamkan kepada warga
negara Indonesia melalui pendidikan. Dengan sikap pluralisme, maka akan timbul rasa
saling menghargai dan menghormati antar pemeluk agama, sehingga akan tercipta
masyarakat majemuk yang damai.4
Sebagai murid-murid Tuhan yang mengemban tugas pribadi yang disebut Amanat
Agung seperti yang tertulis dalam Matius 28:19-20, menjadikan ini sebagai tugas pribadi
setiap orang percaya untuk menginjili orang yang belum percaya. Permasalahannya adalah
orang-orang Kristen kebanyakan belum tahu dan mengerti cara untuk menginjil kepada
orang yang belum percaya, terlebih lagi masyarakat Indonesia yang sangat beragam.
Apabila salah sedikit dalam menyampaikan perkataan, dapat menimbulkan kesalah-
pahaman dan menjadi suatu masalah yang baru. Menurut Manurung, permasalahan yang
kerap terjadi terhadap proses penginjilan pada masyarakat majemuk adalah komunikasi
yang tidak baik yang dimana justru menimbulkan kecurigaan dan penolakan dari
masayarakat.5 Komunikasi yang buruk dapat terjadi karena masyarakat majemuk terdiri
dari berbagai latar belakang pendidikan yang berbeda-beda, yang dimana hal ini mem-
pengaruhi penggunaan bahasa dan kalimat yang digunakan dalam melakukan komunikasi
terhadap lawan bicaranya. Oleh sebab itu, dibutuhkan bahasa serta sarana yang efektif un-
tuk dapat diterima dengan baik oleh masyarakat.
Penginjilan juga dapat menjadi suatu hal yang sulit apabila tidak memiliki motivasi
yang benar dan kuat serta kerelaan hati dalam mengabarkan Injil. Seorang murid hendak-
1Talizaro Tafona’o, Pendidikan Agama Kristen Dalam Masyarakat Majemuk (Yogyakarta:
illumiNation Publishing, 2016), 14. 2Badan Pusat Statistik, Sensus Penduduk 2010: Penduduk Menurut Wilayah Dan Agama Yang Dianut
(Jakarta: Badan Pusat Statistik, 2010). 3Daniel Stefanus, Pendidikan Agama Kristen Kemajemukan (Bandung: Bina Media Informasi, 2009),
7. 4Mariani Harmadi, “Metafora ‘Meja Makan’ Sebagai Upaya Membangun Toleransi Di Tengah
Kehidupan Masyarakat Indonesia Yang Majemuk,” DUNAMIS: Jurnal Teologi Dan Pendidikan Kristiani,
2019, https://doi.org/10.30648/dun.v4i1.193. 5Manto Manurung, Penginjilan Di Tengah Masyarakat Majemuk: Tantangan Dan Solusinya (Jakarta:
Sekolah Tinggi Teologia Ekklesia, 2005), 44.
DIDAKTIKOS: Jurnal Pendidikan Agama Kristen, Volume 3, No 2 (Desember 2020)
Copyright © 2020, DIDAKTIKOS, e-ISSN 2621-2110 | 74
nya memiliki visi dan misi dalam mengabarkan Injil ke dalam kelompok masyarakat yang
heterogen. Pendidikan Agama Kristen dapat dijadikan sebagai sarana penginjilan sehingga
dapat menjadikan orang-orang yang belum percaya menjadi orang Kristen yang dewasa
dalam iman, perkataan dan perbuatan.6 Penginjilan dalam konteks Pendidikan Agama
Kristen (PAK) dapat menjadi suatu strategi dalam memenangkan banyak jiwa demi per-
luasan Kerajaan-Nya. Pendidikan adalah suatu hal yang penting untuk dimiliki oleh manu-
sia pada masa kini, karena melalui pendidikan, manusia menjadi tahu cara untuk hidup
bersama-sama sebagai mahluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain. Setiap
murid Tuhan dituntut untuk menjadi terang di tengah kegelapan sesuai dengan firman-Nya,
namun murid Tuhan pun harus memiliki hidup yang baik untuk dapat menjadi teladan
dalam perkataan dan tingkah laku bagi orang-orang di sekitarnya yang belum percaya. Jika
perkataan tidak sesuai dengan tingkah laku yang diperlihatkan, maka orang-orang yang
belum percaya akan susah untuk dapat percaya kepada berita keselamatan yang diajarkan
kepadanya. Orang-orang percaya perlu dididik dan dibekali dengan PAK untuk dapat
hidup di tengah masyarakat Indonesia yang majemuk serta memenangkan jiwa-jiwa baru.
METODE Untuk membahas penginjilan dalam konteks Pendidikan Agama Kristen di tengah
masyarakat majemuk, penulis menggunakan metode kualitatif deskriptif7, dengan pend-
ekatan studi Pustaka. Penulis juga melakukan kajian terhadap berbagai sumber literature
berupa jurnal teologi ataupun buku-buku yang sesuai dengan tema, sehingga diperoleh
gambaran tentang konsep penginjilan dalam penelitian ini, penulis juga mendeskripsikan
tujuan penulisan di kajian paper ini.
PEMBAHASAN
Penginjilan Merupakan Tugas orang Percaya
Kata penginjilan berasal dari bahasa Yunani yaitu “evanggeliso” yang artinya adalah
mengumumkan, memberitakan atau membawa kabar baik tentang Yesus Kristus.8 Setiap
murid Tuhan mengemban tugas pribadi yang disebut Amanat Agung, yang dimana tugas
ini mengharuskan setiap murid Tuhan untuk mengabarkan berita keselamatan kepada
orang-orang yang belum percaya sampai kepada ujung bumi (Kis 1:8). Hal ini merupakan
tugas yang mulia karena amanat ini merupakan perintah yang Tuhan Yesus katakan secara
langsung kepada murid-muridNya sebelum Ia naik ke surga. Penginjilan tidak dapat dise-
pelekan karena tugas ini menyangkut banyak jiwa-jiwa terhilang yang juga dikasihi oleh
Tuhan.9 Kabar baik ini hendaknya diberitakan kepada semua orang agar memperoleh
keselamatan yang hanya didapat di dalam Kristus. Jadi penginjilan dapat dipahami sebagai
suatu tugas yang diemban untuk mengabarkan berita keselamatan di dalam Yesus Kristus.
6 Elia Tambunan, Pendidikan Agama Kristen : Handbook Untuk Pendidikan Tinggi (Yogyakarta:
illumiNation Publishing, 2013), 45–46. 7 Sonny Eli Zaluchu, “Strategi Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif Di Dalam Penelitian Agama,”
Evangelikal: Jurnal Teologi Injili Dan Pembinaan Warga Jemaat 4, no. 1 (2020): 28–38,
https://doi.org/10.46445/ejti.v4i1.167. 8 Megawati Manullang, “MISI DALAM MASYARAKAT MAJEMUK,” Jurnal Teologi Cultivation,
2019, https://doi.org/10.46965/jtc.v3i2.267. 9 Manurung, Penginjilan Di Tengah Masyarakat Majemuk: Tantangan Dan Solusinya, 6–8.
Daniel G. T. Sukmana, A. Suseno: Penginjilan dalam Konteks Pendidikan Agama Kristen…
Copyright © 2020, DIDAKTIKOS, e-ISSN 2621-2110 | 75
Sebab setiap orang percaya akan diperlengkapi, dibina, diajar dalam kehidupan Kristen
sehingga mennjadi tahu akan amanat yang harus dijalankan serta mampu diutus untuk
menjadikan orang lain sebagai murid Yesus, dan terlebih orang percaya dapat mendedi-
kasikan hidupnya bagi Allah saja.10 Dan menjadikan pemberitaan ini sebagai gaya hidup
orang percaya sebab secara terus menerus hal itu diserukan di sepanjang perjalanan
Amanat Agung Tuhan Yesus di Bumi.11
Setiap murid Kristus mengemban tugas yang mulia, yaitu Amanat Agung yang diu-
capkan langsung oleh Yesus Kristus sebelum naik ke surga (Mat. 28:19-20). Pekerjaan ini
mengharuskan setiap orang percaya untuk melakukan penginjilan guna menjadikan segala
bangsa menjadi murid Tuhan dan membaptis mereka agar Missio Dei Allah di dunia ini
dapat terpenuhi.12 Setiap orang yang percaya otomatis mendapat tugas pribadi ini di dalam
dirinya untuk memberitakan keselamatan yang hanya dapat diperoleh di dalam Kristus.
Setiap orang yang telah menerima Yesus, hendaknya memberitakan berita keselamatan
kepada orang yang belum percaya dengan tujuan agar orang tersebut dapat diselamatkan
juga di dalam Kristus. Senada dengan Bayu Christian Prakoso dan Yonatan Alex Arifianto
mengungkapkan bahwa memberitakan Injil dalam menjalankan mandat Amanat Agung
Yesus Kristus adalah tugas bagi semua orang percaya yang telah menerima keselamatan
dari Yesus Kristus secara pribadi, dan menyadari bahwa Allah bekerja sama dengan orang
percaya sebagai bagian dari kawan sekerja-Nya dengan tujuan membawa kabar baik atau
Injil keselamatan bagi mereka yang belum pernah mendengar karya keselamatan Yesus
Kristus.13 Memberitakan keselamatan sebagai bagian dari mengasihi Tuhan dan sesama
sebab nilai itu terangkum dalam esensi Amanat Agung Tuhan.14
Penginjilan ini hendaknya diajarkan oleh gereja kepada jemaat-jemaatnya dalam
mempersiapkan pekerjaan Tuhan ini. Gereja membekali jemaatnya dengan memberikan
Pendidikan Agama Kristen yang baik dan benar. Pendidikan Agama Kristen (PAK) bukan-
lah seperti pendidikan dunia pada umumnya. PAK mengajarkan tentang nilai dan moral
yang di mana dewasa ini pendidikan moral sangat dibutuhkan demi memperbaiki kebobro-
kan moral pada masyarakat. PAK yang memiliki pangkal kepada Tuhan tentu akan
mengajarkan apa tidak diajarkan oleh pendidikan sekuler, seperti moral dan akhlak. PAK
dapat menjadi sarana atau media yang penting yang dapat digunakan untuk mengenalkan
nama Tuhan kepada orang yang belum percaya. Melalui hikmat yang telah diberikan oleh
Tuhan kepada setiap murid-muridNya, menjadikannya mampu untuk mengeksplorasi ber-
bagai metode pendidikan yang kreatif yang dapat diimplementasikan dalam penginjilan.
Oleh karena itu tidak ada alasan bagi orang percaya atau gereja untuk tidak menjalankan
10Listari and Yonatan Alex Arifianto, “Prinsip-Prinsip Misi Dari Teks Amanat Agung Bagi
Pelaksanaan Misi Gereja Masa Kini,” Gracia Deo 3, no. 1 (2020): 42–55. 11Simon, “Peran Roh Kudus Bagi Hamba Tuhan Dalam Merintis Gereja,” LOGIA: Jurnal Teologi
Pentakosta 1, no. 2 (2020): 41–64. 12Hery Susanto, “Gereja Yang Berfokus Pada Gerakan Misioner,” FIDEI: Jurnal Teologi Sistematika
Dan Praktika, 2019, https://doi.org/10.34081/fidei.v2i1.23. 13Christian Bayu Prakoso and Yonatan Alex Arifianto, “Peran Kepemimpinan Misi Paulus Dan
Implikasinya Bagi Pemimpin Misi Masa Kini,” Jurnal Teologi Amreta 4, no. 1 (2020): 67–88. 14Yakob Tomatala, Penginjilan Masa Kini 1 (Malang: Gandum Mas, 2004).
DIDAKTIKOS: Jurnal Pendidikan Agama Kristen, Volume 3, No 2 (Desember 2020)
Copyright © 2020, DIDAKTIKOS, e-ISSN 2621-2110 | 76
perintah misioner tersebut.15 Orang Kristen hendaklah tetap bersemangat untuk membe-
ritakan Injil guna memenangkan jiwa bagi Yesus Kristus yang dikerjakan oleh Roh Kudus
menjadi kekuatan untuk terus antusias dalam aktivitas penginjilan.16
Rasul Paulus dalam Efesus 4:11-16 pun menyerukan kepada gereja untuk memper-
lengkapi seluruh anggotanya dengan sehingga mereka dapat bertumbuh menjadi orang
dewasa Kristen yang menuju kepada kepenuhan Kristus. Dengan demikian gereja akan di-
bentuk dari jemaat-jemaat yang penuh kasih karena semua anggotanya berfungsi seperti
yang dimaksudkan Allah. Setelah tahu kebenaran dari pengajaran, maka jemaat menjadi
lebih tahu dan paham tentang pengajaran yang benar serta tidak mudah terombang-ambing
dengan pengajaran yang salah dan juga dapat menjaga kehidupan pribadinya untuk
bersikap lebih baik lagi, karena sebelum ia memberitakan Kabar Baik, ia harus dapat
menjadi berdampak bagi orang-orang di sekitarnya, sehingga orang yang belum percaya
dapat melihat kemuliaan Allah di dalam diri orang tersebut.
Orang percaya yang terus bertumbuh tidak pernah merasa puas, tetapi selalu ber-
gumul untuk mencapai mutu hidup yang lebih baik, seperti yang dijelaskan Paulus, “buah
roh ialah: kasih, sukacita, dama sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan,
kelemah lembutan, penguasaan diri” (Gal. 5:22-23). Seluruh tubuh gereja harus terlibat da-
lam perjalanan pertumbuhan. Gereja bertanggung jawab untuk mengembangkan jemaat
dalam kematangan rohani. Paulus menulis bahwa bagian tubuh harus bekerja menurut
bagiannya masing-masing dengan baik (Ef 4:16). Sama halnya seperti atlet yang tampil da-
lam sebuah pertandingan, dan menggunakan seluruh anggota tubuhnya yang sudah dilatih
secara disiplin. Jika gereja rela berkorban, melatih dan mengembangkan tubuh Kristus,
maka tenaga setiap anggota jemaat dapat disatukan untuk melaksanakan pekerjaan Allah.
Hakikat Penginjilan dan Pendidikan Agama Kristen
Penginjilan merupakan tanggung jawab setiap orang percaya untuk mengabarkan
berita keselamatan kepada setiap orang yang belum percaya kepada Kristus. Hanya melalui
Yesus Kristus-lah dosa dapat diampuni dan umat manusia dapat diselamatkan sehingga
mendapatkan kehidupan yang kekal. Menurut Sidjabat dalam Tafona’o, Pendidikan Agama
Kristen adalah cara untuk menyiapkan manusia dalam mengimani, memahami dan
melakukan apa yang diajarkan sesuai kekristenan.17 Orang yang telah diajarkan PAK
diharapkan akan bertumbuh sikap dan perilakunya sesuai dengan iman Kristen serta
pengetahuan tentang nilai-nilai kekristenan dengan tujuan agar dapat mengetahui dan
membedakan apa yang baik dan buruk. Dengan kata lain, PAK merupakan pendidikan
yang mengajarkan kepada peserta didik tentang moral dan kerohanian dengan penekanan
pada tiga aspek pendidikan yaitu pengetahuan, sikap dan keterampilan. Sejalan dengan
pernyataan tersebut, Nainggolan berkata bahwa dengan menerima pengajaran PAK, semua
peserta didik baik dari usia muda sampai dengan tua diharapkan memiliki pertumbuhan
15Yonatan Alex Arifianto and Kalis Stevanus, “Membangun Kerukunan Antarumat Beragama Dan
Implikasinya Bagi Misi Kristen,” HUPĒRETĒS: Jurnal Teologi Dan Pendidikan Kristen 2, no. 1 (2020): 39–
51, https://doi.org/10.46817/huperetes.v2i1.44. 16Hannas and Rinawaty, “Menerapkan Model Penginjilan Pada Masa Kini,” Kurios 5, no. 2 (2019):
175–89. 17Tafona’o, Pendidikan Agama Kristen Dalam Masyarakat Majemuk.
Daniel G. T. Sukmana, A. Suseno: Penginjilan dalam Konteks Pendidikan Agama Kristen…
Copyright © 2020, DIDAKTIKOS, e-ISSN 2621-2110 | 77
iman dan persekutuan yang baik dengan Tuhan, sehingga dapat memuliakan nama Tuhan
di segala tempat dan waktu.18
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, sehingga dalam
kehidupan bermasyarakat, tentunya saling bersinggungan dan berhubungan satu sama lain
dalam berbagai aspek kehidupan. Menurut Darmawan dan Mary Karyawati, PAK adalah
sebuah pendidikan yang diberikan kepada peserta didik guna menanamkan nilai-nilai
kristiani sehingga dapat menunjukkan kasih Tuhan di tengah masyarakat yang majemuk.19
Seorang guru atau pengajar PAK hendaknya memberikan pengajaran dengan menanamkan
nilai-nilai moral dan spiritualitas. Sehingga orang Kristen atau peserta didik dapat diper-
siapkan untuk hidup dalam masyarakat majemuk. Salah satu fungsi gereja adalah mendidik
jemaatnya. Gereja harus memberikan pengajarannya kepada jemaat guna memperleng-
kapinya untuk dapat menjalani kehidupan di tengah masyarakat majemuk. Pendidikan
Agama Kristen mengajarkan jemaat untuk dapat memiliki kemandirian dan keteguhan
iman, serta saling menghargai dan toleransi, sehingga tidak menjelek-jelekan sesama umat
beragama yang merasa bahwa agamanya yang paling benar.20
Peran orang tua di dalam keluarga dalam mengajarkan PAK kepada anak-anaknya
juga sangat penting. Dalam Ulangan 6:4-5, Tuhan memerintahkan para orang tua untuk
mengajarkan Firman Tuhan kepada anak secara berulang-ulang. Sehingga anak memiliki
sikap yang mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa, dan kekuatan di segala waktu dan
tempat. Anak-anak paling banyak menghabiskan waktunya di sekolah, bersinggungan
langsung dengan anak-anak lain yang memiliki agama dan kepercayaan lain juga.21 Anak-
anak akan menemui serta mengalami suatu perbedaan agama. Apabila anak-anak tidak dia-
jarkan PAK, tentu anak menjadi bingung dan tidak memiliki iman yang kuat. Itulah pen-
tingnya mengajarkan PAK kepada seluruh jemaat yang hidup di tengah masyarakat maje-
muk. Terlebih sebagai orang percaya harus memiliki pandangan yang benar dan keyakinan
yang benar dengan meyakini bahwa Yesus adalah satu-satunya Tuhan dan Juruselamat.22
Penginjilan tidak hanya menjadi tugas perorangan, namun juga menjadi tugas kolek-
tif. Ini menjadi tugas gereja untuk memperlengkapi jemaat sebelum melakukan pengin-
jilan, sebab diperlukan strategi, metode dan pendekatan-pendekatan. Oleh sebab itu dengan
memperlengkapi jemaat, maka akan lebih siap terjun ke lapangan untuk mencari jiwa-jiwa
baru yang belum percaya kepada Kristus. Gereja harus menjadi tempat pen-didikan bagi
jemaatnya. Di gerejalah jemaat diajarkan dan diperlengkapi dengan hal ini.23 Gereja harus
18Jhon M. Nainggolan, Guru Agama Kristen Sebagai Panggilan Dan Profesi (Bandung: Bina Media
Informasi, 2010), 94. 19Lisa Karyawati, “Konsep Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen Dalam Masyrakat Majemuk,”
Veritas Lux Mea: Jurnal Teologi Dan Pendidikan Kristen, 2019. 20Djoys Anake Rantung, “PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN POLITIK DALAM
KEHIDUPAN MASYARAKAT MAJEMUK DI INDONESIA - Google Search,” Shanan Jurnal Pendidikan
Agama Kristen, 2017. 21M Gemnafle, “STRATEGI IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN (PAK) DALAM
MASYARAKAT MAJEMUK,” MURAI: Jurnal Papua Teologi Kontekstual, 2020. 22Kristian Badai, Kaleb Djeremod, and Frets Keriapy, “Penginjilan Sebagai Upaya Meneguhkan
Keyakinan Keselamatan Anak,” HARVESTER: Jurnal Teologi Dan Kepemimpinan Kristen 5, no. 2 (2020):
120–34. 23
Daud Alfons, Pandie Nidia, and Lina Ardela, “URGENSI PENGINJILAN SEBAGAI TANGGUNG
JAWAB GEREJA,” APOLONIUS : Jurnal Teologi Dan Pendidikan Kristen, 2020.
DIDAKTIKOS: Jurnal Pendidikan Agama Kristen, Volume 3, No 2 (Desember 2020)
Copyright © 2020, DIDAKTIKOS, e-ISSN 2621-2110 | 78
mengajarkan serta mengadakan pembinaan kepada jemaat sehingga tercipta kualitas hidup
kerohanian jemaat yang lebih baik. Gereja sebagai tempat persekutuan yang mampu mem-
praktikkan model eklesiologi serta dapat mempraktekan proses edukasi. Salah satunya ada-
lah harus mampu mengajarkan tentang pertumbuhan iman jemaat untuk menca-pai kede-
wasaan iman. Sebagai tubuh Kristus dan persekutuan orang percaya, serta institusi.
Pendidikan Agama Kristen merupakan hal yang penting dalam pengajaran yang
diberikan oleh gereja. Misiologipun dapat diajarakan kepada jemaat melalui PAK. Oleh
sebab itu Pendidikan Kristen harus mengacu kepada proses pembelajaran secara umum
dalam kekristenan sedangkan Pendidikan Agama Kristen lebih kepada pengkhususan
kepada proses pembelajaran itu sendiri. John Calvin yang dikutip oleh Boehlke, menga-
takan: “PAK adalah pemupuk akal orang-orang percaya dan anak mereka dengan Firman
Allah di bawah bimbingan Roh Kudus melalui sejumlah pengalaman belajar yang dila-
kukan gereja, sehingga dalam diri mereka dihasilkan pertumbuhan rohani yang ber-
sinambungan kemudian diejawantahkan semakin mendalami melalui pengabdian diri kepa-
da Allah Bapa Tuhan Yesus Kristus berupa tindakan-tindakan kasih terhadap sesamanya.24
Pendidikan Agama Kristen adalah proses pembelajaran untuk mengajarkan kebe-
naran dan nilai-nilai Kristiani yang sengaja dan sadar diajarkan kepada peserta didik dalam
segala usia mulai dari anak-anak, remaja, pemuda dan orang dewasa. Pendidikan Agama
Kristen sebagai proses pendidikan yang merupakan usaha dasar oleh pengajar yang ditu-
jukan kepada peserta didik, dalam kiatan proses pembelajaran yang berisikan ajaran-ajaran,
nilai-nilai kekristenan serta penekanannya kepada ketiga aspek pendidikan yaitu: kognitif
(pengetahuan), afektif (sikap), psikomotor (skill dan keterampilan), dan semuanya harus
berlandaskan kepada kebenaran Firman Tuhan (Alkitabiah).
Subyek Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen adalah gereja, sekolah dan
keluarga. Gereja adalah penanggung jawab pertama dari pelayanan, oleh sebab itu gere-
jalah yang pertama harus memikirkan pelayanan Pendidikan Agama Kristen baik dalam
konteks jemaat, keluarga, sekolah maupun ditengah masyarakat pada umumnya. Peran gu-
ru Pendidikan Agama Kristen atau pemimpin dalam gereja, harus mengajarkan hal-hal
yang sesuai dengan ajaran gereja (dogma & teologia) yang sesuai dengan kebenaran
Firman Tuhan. Obyek Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen adalah terdiri dari orang-
orang percaya dari segala usia (dari anak-anak sampai pada lansia) dan hal ini menjadi
tanggung jawab gereja, baik itu jemaat maupun calon jemaat gereja. Jemaat gereja yang
dimaksud adalah orang Kristen yang sudah menerima dan mengaku bahwa Tuhan Yesus
sebagai Tuhan dan Juru Selamat dalam dirinya. Sedangkan bagi mereka yang masih calon
jemaat gereja adalah mereka yang terdiri dari segala usia, yang memiliki kerinduan untuk
mengenal Tuhan Yesus di dalam hidupnya dan ingin menjadi salah satu jemaat di gereja
tersebut, misal karena pindah ke gereja tersebut, sehingga harus diberikan pembinaan iman
terlebih dahulu.
Pendidikan Agama Kristen diajarkan oleh gereja kepada jemaat dengan harapan,
jemaat dapat dipersiapkan untuk menjadi murid dan pemimpin di masa depan yang
memiliki jiwa Kristus. Maka terbentuklah sebuah komunitas misi masa kini yang berdam-
24
Robert R. Boehlke, Sejarah Pemikiran Filsafat Pendidikan Agama Kristen (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2005), 413.
Daniel G. T. Sukmana, A. Suseno: Penginjilan dalam Konteks Pendidikan Agama Kristen…
Copyright © 2020, DIDAKTIKOS, e-ISSN 2621-2110 | 79
pak dan gereja dikembalikan kepada keadaan semula, ini berarti bahwa esensi gereja
dikembalikan kepada kehendak Tuhan terbentuknya gereja sebagai sekumpulan orang
percaya yang dikumpulkan untuk melakukan Amanat Agung. Komunitas-komunitas Misi
ini dapat berkolaborasi dan bekerja sama dengan Komunitas-komunitas Misi dari gereja
dan denominasi lain yang tentu saja memiliki satu tujuan yang sama yaitu untuk
mewartakan Injil bagi kemuliaan Allah.
Gereja bukan lagi diam saja tetapi ada pergerakan yang terjadi untuk mengikuti
kehendak Tuhan sesuai dengan rencanaNya yang telah Ia tetapkan. Gereja yang telah
memulai suatu kegerakan akan sulit untuk dihentikan dan akan terus berkembang menjadi
alat untuk perluasan kerajaan Allah. Masalahnya adalah gereja pada masa kini lebih
menekankan tentang teologi yang egosentris dan tidak mengarah kepada tugas utama
sebagai murid Kristus untuk ikut dalam pemberitaan Injil. Akibatnya jemaat menjadi lupa
akan tugas utamanya untuk bersama-sama dengan murid-murid Kristus yang lain untuk
mewartakan Kabar Keselamatan bahwa Yesus Kristus telah mati untuk pengampunan dosa
dan kebangkitan-Nya menunjukkan bahwa Ia telah mengalahkan maut. Tujuan itu semua
adalah untuk memulihkan hubungan yang rusak oleh dosa sehingga manusia kembali
dipulihkan menjadi ciptaan yang segambar dan serupa dengan Allah.
Yesus adalah teladan bagi murid-muridNya yang patut untuk ditiru. Banyak hal yang
Yesus lakukan dapat dicontoh, seperti Ia masuk dalam kehidupan manusia dengan penga-
jarannya yang penuh kuasa dan mukjizat. Gereja bukan menghakimi, namun sebagai pihak
yang mengajarkan kepada jemaat ataupun orang yang belum percaya untuk dapat mene-
mukan kebenaran yang sejati. Jika hal ini diterapkan, tentu akan meningkatkan kua-litas
iman yang dimiliki sehingga dapat berdampak positif bagi orang lain. Yesus juga meng-
ajarkan kepada murid-murid-Nya untuk tidak pernah takut menghadapi dunia dan para
penguasa jika memang mereka berjalan dalam kebenaran itu.
Sebagai murid Tuhan sudah sepatutnya meneladani Yesus Kristus Sang Guru Agung.
Yesus tidak hanya sekedar berbicara saja, tetapi apa yang ia bicarakan itu, Ia lakukan juga
di dalam tingkah laku-Nya, sehingga orang-orang yang belum percaya kepada Tuhan pada
masa itu, dapat menjadi percaya karena keteladan hidup Yesus yang mereka lihat secara
langsung. Oleh sebab itu, sebagai murid-murid Tuhan, hendaknya tidak hanya mengu-
capkan Firman saja, tetapi dapat menunjukkan juga melalui tingkah laku setiap harinya.
Hal ini penting, karena setiap murid Kristus pasti akan mendapat sorotan, terlebih lagi dari
orang-orang yang belum percaya. Mutid Tuhan menolong orang tanpa memandang latar
belakangnya, tanpa mengharapkan balasan kebaikan atas apa yang telah dilakukan. Murid
Tuhan melakukan perbuatan baik karena itu adalah buah-buah Roh yang dihasilkan dari
kehidupan sebagai orang Kristen. Inilah yang membedakannya dengan orang-orang yang
belum percaya. Dengan melakukan hal ini, maka gereja dapat berdampak positif dan dapat
dirasakan oleh orang lain. Orang-orang yang belum percaya dapat melihat kemuliaan Allah
melalui kehidupan jemaat.
Pelaksanaan Penginjilan dalam Masyarakat Majemuk
Menurut J.I Packer, penginjilan adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh murid
Tuhan dalam mengabarkan berita keselamatan yang diberikan Allah melalui Yesus Kristus
kepada seluruh umat manusia yang berdosa sebagai satu-satunya jalan menuju kehidupan
DIDAKTIKOS: Jurnal Pendidikan Agama Kristen, Volume 3, No 2 (Desember 2020)
Copyright © 2020, DIDAKTIKOS, e-ISSN 2621-2110 | 80
kekal.25 Setiap murid Tuhan memiliki tanggung jawab atau tugas pribadi yang diemban
yang disebut Amanat Agung. Tugas ini diemban oleh setiap murid Tuhan untuk menga-
barkan berita keselamatan kepada orang-orang yang belum percaya.
Misi Allah adalah menyelamatkan seluruh umat manusia dari dosa dengan cara Ia
disalibkan, sehingga Ia turun ke dunia dalam wujud manusia. Tugas murid Tuhan adalah
menceritakan akan hal penebusan ini. Bersaksi tentang Kristus tidaklah mudah, ada yang
menerima berita keselamatan dan ada juga yang menolak. Dalam Matius 28:19-20, Tuhan
ingin agar setiap suku bangsa menjadi milik kepunyaannya. Dengan cara murid Tuhan
membaptis, mengajar dan memuridkan orang yang belum percaya. Murid Tuhan memul-
tiplikasi murid lainnya untuk dapat melakukan kembali pekerjaan Tuhan. Hal inilah yang
Tuhan perintahkan secara langsung dan inginkan untuk menjadi gaya hidup orang percaya.
Tugas PAK adalah melakukan panggilannya sebagai pendidik untuk memuridkan dan
memperlengkapi peserta didik baik di lembaga formal, informal maupun non-formal26
sehingga murid yang telah diajarkan dapat mengajarkannya kembali kepada murid lainnya.
Pengabaran Injil di dalam masyarakat majemuk tentu mengalami kesulitan karena
banyaknya perbedaan latar belakang yang dimiliki oleh masyarakat. Risiko yang besar pun
terkadang dialami oleh seorang pemberita Injil, seperti penolakan, pengusiran hingga peng-
aniayaan. Namun, seorang murid Tuhan yang sudah diperlengkapi dengan PAK tentu
memiliki iman yang kuat dan tidak goyah, serta dengan penuh sukacita menjalankan
tugasnya tersebut. Tuhan pun sudah berjanji kepada umatNya, bahwa Ia senantiasa akan
menyertai sampai kepada akhir zaman.
Strategi Penginjilan Pendidikan Agama Kristen dalam Masyarakat Majemuk
Mengabarkan Injil dalam masyarakat majemuk tentu tidak mudah, namun tetap ada
acara untuk dapat melakukannya. Hal yang terutama untuk dapat dilakukan adalah bahwa
diri penginjil harus dapat diterima terlebih dahulu oleh orang yang akan diinjili. Sebab bila
di awal sudah terjadi penolakan, maka akan sulit untuk mengenalkan Kristus kepadanya.
Seperti yang ditulis oleh Rasul Paulus dalam 1 Korintus 9:19-20 saat ia hendak menginjili
orang-orang Yunani, “Sungguhpun aku bebas terhadap semua orang, aku menjadikan diri-
ku hamba dari semua orang, supaya aku boleh memenangkan sebanyak mungkin orang.
Demikianlah bagi orang Yahudi aku menjadi seperti orang Yahudi, supaya aku meme-
nangkan orang-orang Yahudi. Bagi orang-orang yang hidup di bawah hukum Taurat aku
menjadi seperti orang yang hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku sendiri tidak
hidup di bawah hukum Taurat, supaya aku dapat memenangkan mereka yang hidup di
bawah hukum Taurat.”
Rasul Paulus menggunakan strategi ini dalam ia mengabarkan Injil kepada orang-
orang Yunani, ia berpendapat bahwa harus menjadi sama dulu dengan orang yang akan
diinjili agar orang tersebut dapat menerima dirinya. Menjadi sama disini tidak berarti ikut
melakukan ajaran agama orang yang akan diinjili apalagi ikut melakukan dosa yang diper-
buat orang tersebut. Pendekatan ini dapat dilakukan melalui kebiasaan-kebiasaan cara
hidup, mengikuti adat-istiadat yang ada, lalu mengucapkan selamat hari raya saat hari besar
keagamaannya. Dengan pendekatan ini akan memunculkan rasa dihargai, sehingga akan
25
J.I Packer, Evangelism And The Sovereignty Of God (Surabaya: Momentum, 2009), 27. 26Citra dan Sagala, “Penginjilan Dan Pendidikan Agama Kristen Dalam Masyarakat Majemuk.”
Daniel G. T. Sukmana, A. Suseno: Penginjilan dalam Konteks Pendidikan Agama Kristen…
Copyright © 2020, DIDAKTIKOS, e-ISSN 2621-2110 | 81
ada penerimaan kepada diri penginjil tersebut. Persahabatan yang tercipta ini dapat menjadi
pintu masuk untuk mengenalkan Kristus kepada orang yang belum percaya.
Penginjilan dapat melalui berbagai macam cara, mulai dari cerita, tulisan, hingga
puisi. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Haurissa, yang menggunakan puisi sebagai
media penginjilan.27 Puisi yang mengandung nilai budaya serta moril mampu meng-gam-
barkan realitas kehidupan manusia serta hubungan antara manusia dengan sesama serta
Tuhan. Selain itu, konten digital pun dapat digunakan dan dikemas dengan baik guna se-
bagai sarana penginjilan.28 Harmadi dan Jatmiko dalam penelitiannya mengemukakan bah-
wa generasi milenial sudah sangat familiar dengan dunia teknologi zaman sekarang. Dunia
digital yang dipenuhi berbagai platform dapat diisi dengan konten-konten yang mengan-
dung nilai-nilai kristiani yang dikemas dari sudut pandang umum. Tujuannya ada-lah agar
masyarakat yang majemuk ini dapat menikmati serta menerimanya. Ditambah lagi dengan
penelitian yang dilakukan oleh Bayoe dkk, penginjilan melalui film Superbook kepada
anak-anak usia 6-8 tahun, dapat menarik perhatian serta menjadikan lebih mengerti akan
Firman Tuhan. Hal ini terlihat dari perilaku anak yang tertarik kepada pembelajaran serta
mau untuk terlibat secara aktif di dalamnya.29
Semua hal ini mengadung nilai-nilai Kristiani namun dikemas dari sudut pandang
umum, sehingga ada penerimaan pada diri masyarakat majemuk yang tanpa menyadari
akan hal tersebut. Terlebih lagi, orang yang akan diinjili sudah menerima diri penginjil,
maka diharapkan akan lebih mudah dalam mengenalkan Kristus dalam kehidupannya.
Dengan pendekatan ini, diharapkan penjangkauan kepada orang-orang yang belum percaya
dapat lebih besar lagi sehingga Amanat Agung Tuhan dapat terlaksana di dunia ini.
KESIMPULAN Salah satu fungsi gereja adalah mendidik jemaatnya. Pendidikan Agama Kristen
penting untuk diajarkan kepada jemaat gereja yang hidup di tengah masyarakat majemuk
agar memiliki iman yang teguh dan tidak mudah goyah. Jemaat yang telah diperlengkapi
dengan PAK, dapat mulai belajar untuk menginjili orang-orang yang belum percaya, na-
mun melakukan penginjilan di tengah masyarakat majemuk bukanlah suatu hal yang
mudah, karena banyaknya masyarakat yang berbeda latar belakang agama dan keperca-
yaan. Resiko yang besar terkadang dialami oleh diri seorang penginjil, seperti penolakan,
pengusiran hingga penganiayaan. Strategi melakukan penginjilan dalam masyarakat maje-
muk adalah pertama harus ada penerimaan diri dari orang yang akan diinjili, karena apabila
di awal, diri seorang penginjil ditolak, maka akan sulit untuk memperkenalkan Kristus
kepada orang yang belum percaya. Setelah ada penerimaan dari orang yang akan diinjili,
selanjutnya adalah menjadi sama seperti orang tersebut, seperti yang Rasul Paulus ajarkan.
Menjadi sama disini bukanlah mengikuti seluruh ajaran agamanya atau juga mengikuti
27Wirol Haurissa, “PUISI SEBAGAI MEDIA PENGINJILAN,” KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi,
2018, https://doi.org/10.37196/kenosis.v4i1.52. 28 Mariani Harmadi and Agung Jatmiko, “Pembelajaran Efektif Pendidikan Agama Kristen Generasi
Milenial,” PASCA : Jurnal Teologi Dan Pendidikan Agama Kristen, 2020,
https://doi.org/10.46494/psc.v16i1.72. 29Yurika Vitri Bayoe, Meily Lunanta Kouwagam, and Parel Tanyit, “Metode Pembelajaran Melalui
Film Superbook Dan Minat Belajar Firman Tuhan Pada Anak Usia 6-8 Tahun,” Jurnal Jaffray, 2019,
https://doi.org/10.25278/jj71.v17i1.327.
DIDAKTIKOS: Jurnal Pendidikan Agama Kristen, Volume 3, No 2 (Desember 2020)
Copyright © 2020, DIDAKTIKOS, e-ISSN 2621-2110 | 82
berbuat dosa dengan orang yang akan diinjili, melainkan melalui kebiasaan-kebiasaan cara
hidup, mengikuti adat-istiadat yang ada, dan mengucapkan selamat hari raya saat hari besar
keagamaannya.
Penginjilan dapat melalui berbagai macam cara, mulai dari cerita, tulisan, hingga
konten digital. Semua hal ini mengadung nilai-nilai Kristiani namun dikemas dari sudut
pandang umum, sehingga ada penerimaan pada diri masyarakat majemuk yang tanpa me-
nyadari akan hal tersebut. Karena bila tanpa dikemas dengan baik, masyarakat akan mudah
menjadi curiga dan menolaknya tanpa menggali esensi yang ada di dalamnya. Penelitian
ini juga memberikan usul kepada penelitian selanjutnya untuk mengukur dan melihat
sejauh mana efektifitas strategi penginjilan dalam PAK yang dilakukan terhadap masya-
rakat majemuk menggunakan media-media teknologi modern yang sudah banyak tersedia
pada zaman ini. Selain itu dapat juga dilihat efek negatef dan positif yang timbul dari
penggunaan salah satu media yang digunakan terhadap masyarakat majemuk.
REFERENSI Alfons, Daud, Pandie Nidia, and Lina Ardela. “URGENSI PENGINJILAN SEBAGAI
TANGGUNG JAWAB GEREJA.” APOLONIUS : Jurnal Teologi Dan Pendidikan
Kristen, 2020.
Arifianto, Yonatan Alex, and Kalis Stevanus. “Membangun Kerukunan Antarumat
Beragama Dan Implikasinya Bagi Misi Kristen.” HUPĒRETĒS: Jurnal Teologi Dan
Pendidikan Kristen 2, no. 1 (2020): 39–51.
https://doi.org/10.46817/huperetes.v2i1.44.
Badai, Kristian, Kaleb Djeremod, and Frets Keriapy. “Penginjilan Sebagai Upaya
Meneguhkan Keyakinan Keselamatan Anak.” HARVESTER: Jurnal Teologi Dan
Kepemimpinan Kristen 5, no. 2 (2020): 120–34.
Bayoe, Yurika Vitri, Meily Lunanta Kouwagam, and Parel Tanyit. “Metode Pembelajaran
Melalui Film Superbook Dan Minat Belajar Firman Tuhan Pada Anak Usia 6-8
Tahun.” Jurnal Jaffray, 2019. https://doi.org/10.25278/jj71.v17i1.327.
Boehlke, Robert R. Sejarah Pemikiran Filsafat Pendidikan Agama Kristen. Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2005.
Citra, Yulia, and Lenda Dabora J. F. Sagala. “Penginjilan Dan Pendidikan Agama Kristen
Dalam Masyarakat Majemuk.” In Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Agama
Kristen Sekolah Tinggi Teologi Simpson. Ungaran: STT Simpson, 2016.
Djoys Anake Rantung. “PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN POLITIK DALAM
KEHIDUPAN MASYARAKAT MAJEMUK DI INDONESIA - Google Search.”
Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen, 2017.
Gemnafle, M. “STRATEGI IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN (PAK)
DALAM MASYARAKAT MAJEMUK.” MURAI: Jurnal Papua Teologi
Kontekstual, 2020.
Hannas, and Rinawaty. “Menerapkan Model Penginjilan Pada Masa Kini.” Kurios 5, no. 2
(2019): 175–89.
Harmadi, Mariani. “Metafora ‘Meja Makan’ Sebagai Upaya Membangun Toleransi Di
Tengah Kehidupan Masyarakat Indonesia Yang Majemuk.” DUNAMIS: Jurnal
Teologi Dan Pendidikan Kristiani, 2019. https://doi.org/10.30648/dun.v4i1.193.
Harmadi, Mariani, and Agung Jatmiko. “Pembelajaran Efektif Pendidikan Agama Kristen
Generasi Milenial.” PASCA : Jurnal Teologi Dan Pendidikan Agama Kristen, 2020.
https://doi.org/10.46494/psc.v16i1.72.
Daniel G. T. Sukmana, A. Suseno: Penginjilan dalam Konteks Pendidikan Agama Kristen…
Copyright © 2020, DIDAKTIKOS, e-ISSN 2621-2110 | 83
HAURISSA, WIROL. “PUISI SEBAGAI MEDIA PENGINJILAN.” KENOSIS: Jurnal
Kajian Teologi, 2018. https://doi.org/10.37196/kenosis.v4i1.52.
Karyawati, Lisa. “Konsep Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen Dalam Masyrakat
Majemuk.” Veritas Lux Mea: Jurnal Teologi Dan Pendidikan Kristen, 2019.
Kirk, J. Andrew. Apa Itu Misi? Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2018.
Listari, and Yonatan Alex Arifianto. “Prinsip-Prinsip Misi Dari Teks Amanat Agung Bagi
Pelaksanaan Misi Gereja Masa Kini.” Gracia Deo 3, no. 1 (2020): 42–55.
Manullang, Megawati. “MISI DALAM MASYARAKAT MAJEMUK.” Jurnal Teologi
Cultivation, 2019. https://doi.org/10.46965/jtc.v3i2.267.
Manurung, Manto. Penginjilan Di Tengah Masyarakat Majemuk: Tantangan Dan
Solusinya. Jakarta: Sekolah Tinggi Teologia Ekklesia, 2005.
Nainggolan, Jhon M. Guru Agama Kristen Sebagai Panggilan Dan Profesi. Bandung: Bina
Media Informasi, 2010.
Packer, J.I. Evangelism And The Sovereignty Of God. Surabaya: Momentum, 2009.
Prakoso, Christian Bayu, and Yonatan Alex Arifianto. “Peran Kepemimpinan Misi Paulus
Dan Implikasinya Bagi Pemimpin Misi Masa Kini.” Jurnal Teologi Amreta 4, no. 1
(2020): 67–88.
Simon. “Peran Roh Kudus Bagi Hamba Tuhan Dalam Merintis Gereja.” LOGIA: Jurnal
Teologi Pentakosta 1, no. 2 (2020): 41–64.
Statistik, Badan Pusat. Sensus Penduduk 2010: Penduduk Menurut Wilayah Dan Agama
Yang Dianut. Jakarta: Badan Pusat Statistik, 2010.
Stefanus, Daniel. Pendidikan Agama Kristen Kemajemukan. Bandung: Bina Media
Informasi, 2009.
Susanto, Hery. “Gereja Yang Berfokus Pada Gerakan Misioner.” FIDEI: Jurnal Teologi
Sistematika Dan Praktika, 2019. https://doi.org/10.34081/fidei.v2i1.23.
Tafona’o, Talizaro. Pendidikan Agama Kristen Dalam Masyarakat Majemuk. Yogyakarta:
illumiNation Publishing, 2016.
Tambunan, Elia. Pendidikan Agama Kristen : Handbook Untuk Pendidikan Tinggi.
Yogyakarta: illumiNation Publishing, 2013.
Tampenawas, Alfons Renaldo, Erna Ngala, and Maria Taliwuna. “Teladan Tuhan Yesus
Menurut Injil Matius Dan Implementasinya Bagi Guru Kristen Masa Kini.”
EDULEAD: Journal of Christian Education and Leadership 1, no. 2 (2020): 214–31.
Tomatala, Yakob. Penginjilan Masa Kini 1. Malang: Gandum Mas, 2004.
Zaluchu, Sonny Eli. “Strategi Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif Di Dalam Penelitian
Agama.” Evangelikal: Jurnal Teologi Injili Dan Pembinaan Warga Jemaat 4, no. 1
(2020): 28–38. https://doi.org/10.46445/ejti.v4i1.167.