PENGKAJIAN KULIT

Embed Size (px)

Citation preview

Kelompok IV: Enggo Hani Helen Natalia Kesarina Kencana Maria Asitoret PENGKAJIAN KULIT A. Anamnese 1. Riwayat Kesehatan Pada saat merawat pasien dengan gangguan dermatologic, perawat mendapatkan informasi penting melalui riwayat kesehatan pasien dan observasi langsung. Keterampilan perawat dalam pengkajian fisik dan pemahamannya terhadap anatomi dan fungsi kulit dapat menjamin bahwa penyimpangan dari keadaan normal akan dapat dikenali, dilaporkan, dan didokumentasikan. Selama wawancara riwayat kesehatan, ajukan pertanyaan tentang riwayat alergi kulit, reaksi alergik terhadap makanan, obat serta zat kimia, masalah kulit sebelumnya, dan riwayat kanker kulit. Nama-nama kosmetika, sabun, shampoo, atau produk hygiene personal lainnya juga harus ditanyakan jika terdapat masalah kulit yang terjadi setelah pemakaain produk tersebut. Riwayat kesehatan akan berisi informasi yang spesifik mengenai awitan, tanda, dan gejala, lokasi, dan durasi nyeri, gatal-gatal, ruam, atau gangguan rasa aman nyaman lainnya yang dialami pasien.

1

Bagan 1: Riwayat pasien yang relevan dengan kelainan kulit harus diperoleh melalui pertanyaan berikut ini: 1. Kapan anda pertama kali mengetahui masalah kulit? (Selidiki juga durasi dan intensitasnya) 2. Apakah masalah tersebut pernah terjadi sebelumnya? 3. Apakah ada gejala lain? 4. Di mana tempat yang pertama kali terkena ? 5. Bagaimana ruam atau lesi tersebut terlihat ketika muncul untuk pertama kalinya? 6. Di mana dan berapa cepat penyebarannya? 7. Apakah terdapat rasa gatal, terbakar, kesemutan atau seperti ada yang merayap? 8. Apakah terdapat gangguan kemampuan untuk merasa? 9. Apakah masalah tersebut menjadi bertambah parah pada waktu atau musim tertentu? 10. Apakah anda memiliki riwayat asma, hay fever, eksema, atau alergi? 11. Apakah ada diantara kelurga yang mengalami masalah kulit atau ruam? 12. Obat-obatan apa yang sedang anda gunakan? 13. Apakah baru-baru ini anda mulai mengkonsumsi alcohol? 14. Apakah ada erupsi kulit muncul sesudah makan-makanan tertentu? 15. Obat oles apakah yang anda gunakan, untuk mengobabti lesi tersebut? 16. Produk kosmetik dan preparat perawatan apakah yang anda gunakan? 17. Apa pekeraan anda? 18. Apakah di tempat tinggal anda apakah ada terdapat factor-faktor (hewan,tanaman,zat-zat kimia,infeksi) yang dapat mencetus masalah tersebut? 19. Apakah ada yang ingin anda jelaskan tentang masalah ini?

B. Pengkajian Fisik 1. Pemeriksaan Fisik Pengkajian kulit melibatkan seluruh area kulit, termasuk membrane mukosa, kulit kepala, dan kuku. Kulit merupakan cermin dari kesehatan seseorang secara menyeluruh dan perubahan yang terjadi pada kulit umumnya berhubungan dengan penyakit pada system organ lain. Inspeksi dan palpasi, merupakan prosedur utama yang digunakan dalam memeriksa kulit, dan pemeriksaan ini memerlukan ruangan yang terang dan hangat. Penlight dapat digunakan untuk

2

menyinari lesi. Pasien dapat melepaskan seluruh pakaiannya dan diselimuti dengan benar. Sarung tangan harus selalu dipakai ketika melakukan pemeriksaan kulit. Tampilan umum kulit dikaji dengan mengamati warna, suhu, kelembapan, kekeringan, tekstur kulit (kasar atau halus), lesi, vaskularitas, mobilitas, dan kondisi rambut serta kuku. Tugor kulit, edema yang mungkin terjadi dan elastisitas kulit harus dinilai dengan palpasi. Warna kulit bervariasi antara orang yang satu dengan yang lainnya, dan berkisar dari warna gading hingga cokelat gelap. Kulit bagian tubuh yang terbuka, khususnya di kawasan yang beriklim panas dan banyak cahaya matahari, cenderung lebih berpigmen daripada bagian tubuh lainnya. Efek vasodilatasi yang ditimbulkan oleh demam, sengatan matahari, dan inflamasi akan menimbulkan bercak merah muda atau kemerahan pada kulit. Pucat merupakan keadaan tidak adanya atau berkurangnya tonus serta vaskularitas kulit yang normal dan paling jelas terlihat pada konjungtiva. Warna kebiruan pada sianosis menunjukkan hipoksia seluler dan mudah terlihat pada ekstremitas, dasar kuku, bibir, serta membrane mukosa. Ikterus yaitu kulit yang menguning, berhubungan langsung dengan kenanikan kadar bilirubin serum dan acapkali terlihat pada kslera serta membrane mukosa. a. Mengkaji pasien dengan kulit gelap Gradasi warna yang terjadi pada orang yang berkulit gelap terutama ditentukan oleh transmisi genetic; gradasi ini dapat dinyatakan sebagai warna yang cerah, sedang atau gelap. Pada orang yang berkulit gelap, melanin diproduksi dengan kesepatan yang lebih besar dan dengan jumlah yang lebih banyak dibandingkan pada orang yang kulitnya lebih cerah. Kulit yang gelap dan sehat memiliki dasar kemerahan atau undertone. Mukosa pipi, lidah, bibir dan kuku dalam keadaan normal tampak merah muda. Dalam memeriksa pasien berkulit gelap, cahaya ruangan harus baik dan pemeriksaan dilakukan terhadap kulit serta dasar kuku di samping mulut. Semua daerah yang dicurigai harus dipalpasi. Derajat pigmentasu pada kulit pasien yang berwarna gelap dapat mempengaruhi penampakan suatu lesi. Lesi dapat berwarna hitam, ungu, abu-abu, dan bukannya berwana merah atau coklat kekuningan seperti yang terlihat pada pasien berkulit cerah. Eritema. Karena adanya kecenderungan pada kulit yang gelap untuk berwana kelabu kebiruan ketika terdapat reaksi inflamasi, eritema (kemerahan pada kulit yang disebabkan oleh kongesi 3

kapiler) mungkin sulit terdeteksi. Untuk menentukan inflamasi yang mungkin terdapat, kuit dipalpasi agar bertambahnya kehangatan dan kelicinan (edema) atau kekerasan pada kulit dapat diketahui. Kelenjarlimfe di sekitarnya juga harus dipalpasi. Ruam. Pada kasus-kasus pruritus, kepada pasien harus diminta untuk menunjukkan bagian tubuh yang terasa gatal. Kemudian kulit diregangkan dengan hati-hati untuk mengurangi tonus kemerahan dan membuat ruam tersebut menghilang. Perbedaan tekstur kulit dinilai dengan menggerakkan ujung-ujung jari tangan yang menyentuh secara ringan pada permukaan kulit. Biasanya, bagian tepi ruam dapat diraba. Mulut dan telinga pasien harus turut diperiksa. (Kadang-kadang rubeola atau campak akan menimbulkan ruam berwarna pada ujung telinga). Akhirnya, suhu pasien dinilai dan kelenjar limfe dipalasi. Sianosis. Bila seseorang pasien yang bekulit gelap mengalami syok, kulit biasanya berwarna kelabu. Untuk mendeteksi sianosis, daerah sekitar mulut serta bibir dan daerah tulang pipi serta duan telinga harus diamati. Indikator lainnya adalah kulit yang basah dan dingin; denyut nadi yang cepat serta dangkal. Ketika dilakukan pemeriksaan konjungtiva dan palpebra untuk menemukan ptekie, tanda ini tidak boleh dikelirukan dengan endapan melanin yang normal. Perubahan warna. Perubahan warna kulit pada orang yang berkulit gelap dapat dikehui dan biasanya menimbulkan distress pada pasiennya. Sebagai contoh, hipopigmentasi (kehilangan atau kekurangan warna kulit) yang disebabkan oleh vitiligo (suatu keadaan yang ditandai oleh penghancuran melanosit pada daerah kulit yang terbatas atau luas) dapat menimbulkan keprihatinan yang lebih besar pada orang yang berkulit gelap karena lesi ini lebih mudah terlihat. Hiperpigmentasi (peningkatan warna) dapat timbul setelah penyakit atau cedera kulit. Lipatan nasal berpigmen di bawah mata mnungkin merupakan tanda eksternal alergi. Namun, guratan berpigmen pada kuku dianggap sebagai keadaan normal. Pada umumnya, orang yang berkulit gelap akan menderita kelainan kulit yang sama seperti orang yang berkulit cerah, kendati lebih kecil kemungkinannya untuk mengalami kanker kulit dan scabies. Sebaliknya, orang yang berkulit gelap memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk mengalami pembentukan keloid atau jaringan parut dan kelainan yang mengakibatkan oklusi atau penyumbatan folikel rambut.

4

Tabel 2. Perubahan Warna Pada Kulit Berwarna Gelap Dan Terang NO 1 Pucat Anemiapenurunan hematorkit Syokpenurunan vasokontriksi perfusi, ETIOLOGI KULIT TERANG Pucat menyeluruh KULIT GELAP Kulit cokelat tampak berwarna cokelat kuning, suram; Kulit hitam tampak kelabu, suram (amati bagian kulit dengan pigmentasi paling sedikit seperti: konjungtiva, membrane mukosa)

Insufisiensi setempat

arterial Pucat yang terlokalisasi dan Warna kelabu, suram; dingin pada tampak bawah, nyata (ekstremitas palpasi kalau khususnya

ditinggikan) Merah muda keputihan Albinismetidak sama melanin Bercak-bercak berupa putih Sama Vitilogidepigmentasi susu yang sering simetris sekali adanya pigmen Cokelat muda, krim, putih

berupa bercak-bercak yang bilatral disebabkan oleh

penghancuran melanosit 2 Sianosis Peningkatan hemoglobin teroksigenasi: Sentralpenyakit dan paru jantung kronik denaturasi yang jumlah Biru gelap tidak Gelap tetapi suram, tidak bercahaya. Hanya sianosis berat yang tampak pada kulitati konjungtiva, mukosa oral, dasar kuku)

menyebabkan arterial Periferpajanan

udara Dasar kuku berwarna gelap

5

dingin, ansietas 3 Eritema Hiperemiapeningkatan alran pembuluh darah arteri Merah, merah muda yang Bercak keunguan tetapi sulit dilihat (lakukan palapsi untuk memeriksa peningkatan kehangatan pada

lewat terang yang seperti demam,

menggembung pada inflamasi,

inflamasi, kulit yang kencang dan pengerasan jaringan profunda)

konsumsi alcohol, blushing Polisitemiapeningkatan Biru kemerahan pada wajah, Tersembunyi dengan baik oleh pigmen oral, konjungtiva, (amati warna kemerahan pada bibir)

sel darah merah, stasis mukosa kapiler Keracunan monoksida Stasis darah aliran

tangan, dan kaki karbon Warna merah ceri terang pada Warna merah ceri pada dasar kuku wajah dan badan sebelah atas dan mukosa oral vena Rubor/merah yang gelap pada Mudah terselubung (lakukan palpasi darah ekstremitas yang dependen untuk mengetahui rasa hangat atau yang ulkus dekubitus)

penurunan

dari daerah yang stasis, (awal timbulnya nekrosis pada edema) pembuluh venula

menggembung 4 Ikterus Penigkatan serum yang kadar bilirubin Pertama-tama warna kunig Lakukan pemeriksaan skelra untuk 2-3 pada sclera, palatum durum, menemukan warna kuning di dekat

melebihi

mg/100 ml akibat inflamasi membrane mukosa, kemudian limbus. Jangan samapi keliru dengan hati atau kelainan hemolitik pada kulit sebagaimana terjadi pada luka bakar atau beberapa jenis infeksi yang berat endapan lemask normak yang

berwarna kekuningan pada bagian perifer mata di bawah kelopak mata. Ikterus dapat dilihat paling jelas pada tempat pertemuan palatum durum dengan palatum mole; juga pada telapak tangan.

Karotenemiapeningkatan

Warna

kuning-jingga

pada Warna kuning-jingga pada telapak

kadar karoten serum akibat daerah dahi, telapak tangan tangan dan kaki

6

mengkonsmusi

dalam dan kaki, lipatan nasolabial;

jumlah besar makanan yang tetapi tidak terdapat warna banyak karoten Uremiakegagalan menyebabkan mengandung kuning pada sclera atau

membrane mukosa ginjal Warna hijau-jingga atau pucat Mudah tertutupi (bergantung pada retensi keabuan akibat anemia. Dapat hasil pemeriksaan laboratorium dan

pigmen urokrom di dalam pula dijumpai ekimosis dan klinik) darah purpura

5

Cokelat Muda Penyakit Addisondefisiensi Gambaran berwarna tembaga Mudah tertutupi (bergantung pada kortisol peningkatan melanin menstimulasi (bronzed), cokelat muda, hasil pemeriksaan laboratorium dan

produksi yang terlihat paling nyata di klinik) sekitar perineum, putting genitalia, susu, dan

tempat-temoat tekanan (paha sebelah dalam, bokong, siku, aksila) Bercak-bercak caf au lait Bercak karena peningkatan pigmen matang berwarna sampai sawo cokelat

melanin pada lapisan sel terang, berbentuk ireguler dan basal oval dengan bagian tepi yang batasnya tegas (Jarvis, C. Physical Examination and Health Assesment. Philadelphia, WB Saunders 1992, 254-255) b. Mengkaji lesi kulit NO JENIS LESI CONTOH LESI Lesi kulit primer 1 Macula, (Patch) - Makula: 1 cm, tepi ireguler - Rata, tidak teraba dan warna kulit

vitiligo, wine ekimosis

port Pathct: stains,

berubah (warnanya dapat menjadi putih, kekuningan, merah) 2 Papula, Plak - Papula: 0,5 cm - Massa menonjol, dan padat - Tepi sirkumkrista - Plak dapat berupa papula menyatu yang dengan Papula: Nevi Papula: berubah cokelat, cokelat ungu,

yang menonjol, veruka, lichen

yang planus teraba Plak: Psoriasis, Plak:

yang keratosis aktinat

puncak yang datar 3 Urtika (Bintul) - Massa Biduran yang (urtikaria), Urtikaria:

menonjol dengan gigitan serangga batas yang tidak jelas - Sering teratur - Ukuran dan tidak

8

warna bervariasi - Disebabkan oleh gerakan serosa dermis Tidak mengandung cairan bebas dalam rongga seperti misalnya pada vesikel 4 Vesikel, Bulla - Vesikel : < 0,5 cm - Bulla : >0,5 cm Massa sirkumskripta, Vesikel : herpes simpleks/zoster, Vesikel: cairan kedalam

yang varisela, keracunan

menonjol dan teraba tanaman, luka mengandung cairan bakar derajat serous dua (lepuh) Bulla : pemfigus, dermatitis kontak, bister Bulla:

luka bakar yang besar, keracunan tanaman, impetigo bulosa 5 Nodul, Tumor - Nodul : 0.5 2 cm - Tumor : > 1-2 cm - Massa Nodul : lipoma, karsinoma sel Nodul:

yang skuamosa,

menonjol, teraba suntikan yang dan padat - Meluas tidak terserap lebih dengan baik, 9

dalam

kedalam dermatofibroma. Tumor: Tumor : lipoma lebih memiliki karsinoma yang yang besar,

epidermis dibandingkan papula - Nodul tepi

sirkumskripta Tumor tidak selalu memiliki tepi yang tajam 6 Pustulla Akne, impetigo,

- Vesikel atau bulla turunkel, yang berisi pus karbunkel.

7

Kista

Kista

sebasea,

- Massa semi padat kista atau berisi cairan epidermoid. yang berkapsul Dalam subkutan dermis Lesi kulit sekunder jaringan atau

10

1

Parut (sikatriks)

Insisi bedah atau luka

- Bekas pada kulit yang sembuh yang tertinggal suatu lesi

sesudah luka atau

mengalami kesembuhan - Menggambarkan pergantian oleh

jaringan ikat dan jaringan cedera - Jaringan yang parut muda; yang

merah atau ungu - Jaringan yang (mature); parut masak putih

atau mengkilap 2 Erosi Vesikel yang ruptur,

- Hilangnya lapisan bekas-bekas epidermis superfisial - Tidak meluas ke lapisan epidermis Daerah cekung yang basah yang goresan/garukan

11

3

Ulkus

Ulkus

stasis

akibat

- Kehilangan kulit insufisiensi venous, ulkus meluas melampaui lapisan epidermis - Kehilangan jaringan nekrotik - Pendarahan dan pembentukkan sikatriks terjadi 4 Keloid Keloid pada luka insisi dapat dekubitus.

- Jaringan sikatriks bedah atau penusukkan yang mengalami daun telinga hipertrofi - Terjadi sekunder akibat pembentukkan kolagen berlebihan selama proses yang

penyembuhan - Menonjol, ireguler, berwarna merah - Insidensi terbesar populasi berwarna (seperti orang yang pada kulit

afrika-amerika)

12

5

Fissura - Retakkan pada kulit Dapat meluas ke

Bibir atau tangan yang linier pecah-pecah, tinea pedis

dalam dermis

6

Atrofi - Gambaran epidermis yang

Kulit yang menua, insufisiensi arterial

tipis, kering dan transparan - Hilangnya garisgaris pada

permukaan kulit - Terjadi sekunder akibat hilangnya kolagen elastin Pembuluh darah dan

yang ada dibawahnya dapat terlihat 7 Skuama (sisik) - Pembentukkan skuama Ketombe, psoriasis, kulit yang kering, pitinasis

(sisik) rosea

terjadi sekunder akibat proses

deskuamasi epitel yang mati - Skuama melekat dapat pada

permukaan kulit

13

- Warna bervariasi (keperakan, putih) Tekstur bervariasi

(tebal, halus) 8 Krusta (Kerak) - Residu Residu yang tertinggal serum, sesudah ruptura vesikel:

darah atau pus impetigo, herpes, ekzema yang mengering pada permukaan kulit - Krusta yang lebar dan melekat

disebut scab 9 Likenifikasi - Kulit menebal menjadi kasar - Garis-garis yang nyata Dapat sekunder terjadi akibat kulit yang dan Dermatitis kontak

semakin

gesekan, iritasi atau garukan berulang-ulang yang

14

10

Petekie - Makula atau merah dan

ungu

berbentuk bulat - Berukuran kecil 12 mm - Terjadi akibat ekstravasasi darah - Berkaitan dengan kecenderungan perdarahan atau emboli pada kulit 11 Ekimosis - Lesi macula bundar ireguler - Lebih besar berbentuk yang atau sekunder

daripada petekie - Warna bervariasi dan hitam, dan hijau - Berkaitan dengan trauma, kecenderungan berdarah berubah: kuning,

15

12

Cherry Angioma - Papuler dan bulat - Merah atau ungu - Terlihat ekstremitas - Menjadi pucat pada

ketika ditekan - Perubahan kulit

yang normal yang berhubungan dengan penuaan - Biasanya memiliki klinik 13 Spider Angioma - Lesi arteriole yang berwarna merah - Memiliki badan di tengan dengan tidak makna

cabang-cabang yang menyebar - Terlihat wajah, pada leher,

lengan, badan - Jarang terlihat di bawah pinggang - Menjadi pucat

ketika ditekan - Berkaitan dengan penyakit kehamilan, defisiensi vitamin 16 hepar,

B 14 Telangiektasis (Venous Star) - Bentuk bervariasi: mirip laba-laba

atau bintang - Berwarna kebiruan merah - Tidak memucat atau

ketika ditekan - Terlihat tungkai, pada dada

bagian anterior - Terjadi akibat superficial pembuluh dan kapiler - Berkaitan dengan peningkatan tekanan (varikosa) vena vena sekunder dilatasi

c. Mengkaji Vaskularitas dan Hidrasi Setelah warna kulit diinspeksi dan keadaan lesi dicatat, pengkajian terhadap perubahan vaskuler pada kulit harus dilakukan. Uraian tentang perubahan vaskuler mencakuplokasi, distribusi, warna, ukuran dan adanya pulsasi. Perubahan vaskuler yang terjadi ditemukan adalah petekie, ekimosis, telangiektasis, angioma, dan venous stars. Kelembaban kulit, suhu dan tekstur kulit dinilai terutama dengan cara palpasi. Elestisitas kulit yang menurun pada proses penuaan yang normal dapat menjadi salah satu factor untuk menilai status dehidrasi seorang pasien. 17

d. Mengkaji Kuku dan Rambut Kuku. Inspeksi singkat pada kuku mencakup observasi untuk melihat konfigurasi, warna dan konsistensi. Banyak perubahan pada kuku atau dasar kuku yang mencerminkan kelainan local atau sistemik yang sedang berlangsung atau terjadi akibat peristiwa masa lalu. Alur transversal yang dinamakan garis-garis Beau pada kuku dapat mencerminkan retardasi pertumbuhan matriks kuku yang terjadi sekunder akibat sakit yang berat atau lebih sering lagi akibat trauma lokal. Penonjolan, hipertofi, dan berbagai perubahan lainnya dapat pula terjadi pada trauma local. Paronikia, suatu inflamasi kulit disekitar kuku, biasanya akan disertai gejala nyeri tekan dan eritema. Clubbing (jari tabuh) terlihat sebagai pelurusan sudut yang normal (menjadi 1800 atau lebih) dan pelunakan pada pangkal kuku. Pelunakan ini terasa seperti spons ketika dipalpasi. Rambut. Pengkajian rambut dilaksanakan dengan cara inspeksi dan palpasi. Sibak rambut pasien agar kondisi kulit yang ada dibaliknya dapat dilihat lebih mudah; kemudian perawat harus mencatat warna, tekstur, serta distribusinya. Warna dan Tekstur. Warna rambut yang alami berkisar dari putih hingga hitam. Warna rambut mulai berubah menjadi kelabu ketika seorang menjadi tua dan perubahan ini pertama kalinya terlihat dalam decade usia ketiga hilangnya melanin mulai terjadi. Orang dengan albinisme mempunyai predisposisi genetic untuk teradinya uban sejak lahir. Kondisi alami rambut dapat berubah dengan penggunaan pewarna rambut, pemutih dan produk untuk memngeriting atau meluruskan rambut. Tipe-tipe produk yang digunakan harus diketahui dalam pengkajian. Tekstur rambut kulit kepala berkisar dari halus hingga tebal; ulet hingga mudah patah; berminyak hingga kering; dan lurus, berombak atau keriting. Rambut kering dan mudah patah dapat terjadi akibat penggunaan pawarna rambut yang berlebihan, pengering rambut, dan alat pengerting atau akibat gangguan fungsi tiroid. Rambut berminyak biasanya disebabkan oleh peningkatan sekresi kelenjar sebasea di dekat kulit kepala. Distribusi. Distribusi rambut tumbuh bervariasi menurut lokasinya. Rambut yang tumbuh di seluruh badan memilki tekstur yang halus kecuali rambut di aksila dan pubis, kasar serta tumbuh pada usia pubertas. Distribusi rambut pada laki-laki memiliki bentuk wajik yang meluas sampai daerah umbilicus. Rambut pubis wanita menyerupai segitiga terbalik. Jika pola distribusi yang ditemukan tampak lebih khas dari pola distribusi yang ditemukan, tampak lebih khas dari jenis 18

kelamin yang berlawanan. Laki-laki cenderung memiliki rambut pada wajah dan badan yang lebih banyak ketimbang wanita. Kerontokan rambut, alopesia, dapat terjadi di seluruh tubuh atau pada suatu daerah tertentu. Kerontokan rambut kepala dapat terlokalisasi pada derah tertentu atau dapat berkisar mulai dari penipisan rambut yang menyeluruh hingga kebotakan total. Ketika menilai kerontokan rambut kepala, kita harus menyelidiki penyebab yang mendasari bersama pasien. Kerontokan rambut yang terlokalisasi dapat terjadi akibat kebiasaan mencabut rambut atau traksi berlebihan pada rambut; pemakaian bahan pewarna, pelurus atau minyak rambut yang berlebihan; pemakaian preparat kemoterapi (doksorubisin atau siklofosfamid); infeksi jamur; atau penyakit kanker atau mola pada kulit kepala. Pertumbuhan rambut kembali dapat abnormal dan distribusinya tidak pernah mencapai ketebalan semula. Kerontokan Rambut. Penyebab kerontokkan rambut yang paling sering adalah kebotakan tipe pria yang mengenai lebih dari separu populasi laki-laki dan dikaitannya dengan hereditas, penuaan serta kadar hormone androgen. Androgen diperlukan untuk terjadinya kebotakan polapria. Pola kerontokan rambut tersebut dimulai dengan surutnya garis rambut di daerah frontotemporal dan kemudian berlanjut dengan penipisan gradual serta kehilangan total rambut pada puncak kepala. Perubahan lainnya. Distribusi rambut pola-pria yang dinamakan Hirsutisme dapat terlihat pada sebagian wanita pada saat menopause ketika hormone esterogen tidak lagi diproduksi oleh ovarium. Pada wanita yang mengalami hirsutisme, rambut yang berlebihan dapat tumbuh di daerah wajah, dada, bahu, dan pubis. Kalau menopause sudah disingkirkan sebagai etiologi yang mendasarinya, kelainan hormonal yang berhubungan dengan distribusi hipofise atau adreanal harus dicari. e. Pengkajian terhadap masalah psikososial Karena pasien dengan kelainan kulit (1 di antara 20 penderita) dapat melihat, merasakan permasalahan tersebut, mereka lebih cenderung untuk terganggu oleh penyakitnya ketimbang penderita gangguan lain. Kelainan kulit dapat menimbulkan masalah kosmetik, isolasi social, kehilangan pekerjaan, dan persoalan ekonomi. Beberapa kelainan kulit dapat membuat oasiennya menderita sakit yang berkepanjangn sehingga timbul depresi, frustasi, kesadaran diri dan penolakan. Gatal-gatal serta iritasi kulit juga dapat terus mengganggu dan sering dijumpai pada sebagian besar penyakit kulit. Konsekuensi 19

dari gangguan rasa nyaman ini dapat berupa gangguan tidur, ansietas, dan depresi keseluruhannya akan meningkatkan distress serta keletihan yang sering menyertai kelainan kulit. Di samping itu, penyakit kulit kerapkali menimbulkan keprihatinan yang berhubungan dengan citra-diri dan hubungan interpersonal. Bagi pasien-pasien yang menderita ketidaknyamanan fisik dan psikologis semacam ini, perawat harus memperlihatkan pengertiannya, menjelaskan masalah, dan memberikan instruksi yang tepat yang berkenaan dengan pengobatan, dukungan keperawatan, kesabaran, serta dorongan semangat yang continue. Diperlukan waktu untuk membantu pasien mendapatkan wawasan terhadap masalahnya dan mengatasi kesulitannya. Karena itu, mengatasi timbulnya keengganan yang mungkin terasa ketika merawat penderita kelainan kulit yang tidak atraktif tersebut merupakan hal yang mengesankan. Perawat tidak boleh memberikan kesan ragu-ragu ketika melakukan pendekatan pada penderita kelainan kulit. Perilaku semacam ini hanya menambah trauma psikologik dari kelainan tersebut. MELAKUKAN PERAWATAN LUKA OPERASI

Definisi Luka Operasi Luka operasi merupakan terapi yang direncanakan, seperti incisi bedah, needle introduction dan lain-lain lagi serta dikendalikan dengan asepsis bedah. Luka adalah keadaan dimana terdapat diskontinuitas dari kulit (Light RW, 2001). Luka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal akibat proses patologis yang berasal dari internal maupun eksternal dan mengenai organ tertentu (Perry Potter, 2005).

Konsep Dasar Infeksi Luka Operasi (ILO) Menurut Djojosugito, et al (1989) dalam Iwan 2008 luka operasi dinyatakan infeksi bila didapat pus pada luka operasi,bila temperatur > 37,5 C pada axiler, keluar cairan serous (exudat) dari luka operasi, sekitar luka operasi oedema dan kemerahan (Iwan, 2008). Menurut Dealay 2005, infeksi yang terjadi pada luka operasi bersih biasanya akan digunakan sebagai dasar untuk memonitor faktor lain yang dapat menyebabkan infeksi (Dealay, 2005).

20

Infeksi luka operasi (ILO) dianggap nosokomial bila infeksi terjadi dalam 30 hari setelah operasi atau 1 tahun bila dilakukan implantasi alat atau benda asing (Iwan, 2008).

3.0 Klasifikasi Luka Operasi The National Research Counsil telah mengusulkan klasifikasi luka operasi berdasarkan atas kontaminasinya dan peningkatan resiko operasi.

Tabel 2.3 Klasifikasi luka operasi (Al Ibrahim et. al, 1990). Klasifikasi Bersih (Kelas I) Gambaran Luka yang tidak Infektif menembus 1 - 5

rongga-rongga di dalam tubuh termasuk gastrointestinalis, traktus respiratorius

dan traktus urogenitalis. Tidak ada pelanggaran terhadap teknik aseptik dan tidak ada proses peradangan di tempat lain.

Tempat pembedahan steril dan kontaminasi luar. adalah pada bersumber dari

Staphylococcus penyebab luka bersih.

Aureus terbanyak Contoh

prosedur adalah seperti operasi hernia.

Bersih-terkontaminasi (Kelas II)

Luka yang menembus traktus 5 - 15 digestive dan traktus

respiratorius tetapi tidak terjadi pencemaran Pelanggaran teknik yang kecil aseptik sebagai berarti. terhadap juga luka 21

diklasifikasikan

bersih terkontaminasi. Pada luka jenis ini terjadi infeksi dari bakteri prosedur endogen. operasi Contoh adalah dan

kolesistektomi appendektomi.

Terkontaminasi (Kelas III)

Luka operasi ada inflamasi akut 15 - 40 tanpa terdapatnya pus. Luka traumatik operasi pelanggaran teknik (40 pus atau terdapat perforasi

fiscus. Luka traumatik yang lama yaitu lebih dari 4 jam

digolongkan dalam luka kotor.

Persiapan Alat: 1. Sarung tangan sekali pakai 2. Container/plastic tempat sampah infeksius 3. Nacl 0,9% 4. Plester 5. Gunting plester 22

6. Bethadine 10% 7. Set ganti verban: - Kassa steril secukupnya - Lidi kapas steril 2 buah - Pingset anatomis steril 2 buah - Kom kecil steril - Sarung tangan steril Persiapan Klien: 1. Memberikan salam pada klien 2. Menjelaskan pada klien tujuan dilakukan ganti verban 3. Menjelaskan pada klien prosedur ganti verban 4. Menjaga privasi klien Langkah-langkah: 1. Perawat mencuci tangan 2. Mengenakan sarung tangan disposable 3. Buka verban lama (yang terpasang), letakkan pada container atau tempat sampah infeksius 4. Observasi keadaan luka, adakah cairan, perdarahan, tanda-tanda infeksi 5. Bersihkan sekitar luka menggunakan lidi kapas yang dibasahi nacl 0,9% 6. Lepas sarung tangan, buang di tempat sampah infeksius, perawat mencuci tangan 7. Kenakan sarung tangan steril 8. Tuang nacl 0,9% pada kom kecil steril 9. Masukkan kassa ke dalam kom, dengan menggunakan pingset peraslah kassa 23

10. Bersihkan luka operasi dan sekitar jahitan dengan menggunakan kassa lembab 11. Keringkan luka menggunakan kassa kering steril 12. Oles luka operasi dengan bethadine 10% 13. Tutup luka dengan kassa steril 14. Fiksasi kassa menggunakan plester 15. Rapikan klien 16. Kembalikan/rapikan alat-alat yang digunakan 17. lepas sarung tangan, buang di tempat sampah infeksius 18. perawat mencuci tangan 19. dokumentasikan semua tindakan dan respon klien MELAKUKAN PERAWATAN LUKA DENGAN VERBAN TRANSPARAN Balutan membrane semipermeabel transparan membantu mempertahankan kelembapan luka sementara memungkinkan gas (oksigen, karboon dioksida) untuk masuk dan keluar dari luka. Balutan ini merupakan balutan oklusif yang memungkinkan klien untuk mandi tanpa melepaskan atau mengganti balutan, dan mencegah masuknya mikroorganisme. Barier luka transparan tidak lengket pada permukaan luka. Perlengkapan: Sarung tangan bersih Sarung tangan steril Gunting rambut atau ikat rambut Alcohol Kantong anti lembab

24

Kassa steril dan agen pembersih luka yang ditentukan oleh dokter atau institusi (mis. Salin steril) Balutan barier luka Gunting Plester kertas Persiapan: Tinjau program tentang frekuensi dan jenis penggantian balutan dan tentukan protocol institusi mengenai larutan yang digunakan untuk membersihkan luka dan apakah menggunakan tehnik steril atau bersih. Beberapa institusi merekomendasikan tehnik bersih daripada tehnik steril untuk luka kronik seperti ulkus dekubitus. Jika memungkinkan, jadwalkan penggantian balutan pada saat yang dirasakan tepat untuk pasien. Beberapa penggantian balutan hanya memerlukan eaktu beberapa menit sedangkan beberapa lainnya dapat membutuhkan waktu yang lebih lama. Pelaksanaan: 1. Jelaskan kepada klien apa yang akan anda lakukan, mengapa hal tersebut perlu dilakukan dan bagaimana klien dapat bekerjasama. Diskusikan bagaimana hasilnya akan digunakan dalam merencanakan perawatan atau terapi selanjutnya. 2. Cuci tangan dan observasi prosedur pengendalian infeksi yang sesuai. 3. Berikan privasi klien. Bantu klien ke posisi yang nyaman dan memudahkan pemajanan luka. Pajankan area luka, gunakan selimut untuk menutupi klien, jika perlu. Pemajanan yang tidak perlu dapat menyebabkan distress fisik dan psikologis bagi sebagian orang. 4. Angkat balutan yang ada. 5. Bersihkan area disekeliling luka secara menyeluruh. Pasang sarung tangan disposibel

25

Bersihkan kulit dengan menggunakan salin normal atau agen pembersih ringan. Selalu bilas kulit di dekat luka dengan baik sebelum memasang balutan. Jepit rambut sekitar 5 cm disekeliling area luka jika diindikasikan. Lepaskan sarung tangan dan buang ke kantong anti lembab. 6. Bersihkan luka jika diindikasikan. Pasang sarung tangan bersih atau steril sesuai praktik institusi. Bersihkan luka dengan larutan yang diresepkan. Keringkan kulit di sekitar dengan kassa kering steril. 7. Kaji luka (lihat tehnik 30-1) 8. Tinjau petunjuk pada kemasan barier. Lepaskan sebagian kertas dibelakang balutan transparan. Pasang balutan pada satu tepi sisi luka minimal 2,5 cm balutan mengelilingi sekeliling luka. Secara lembut letakkan atau tekan barier menutupi luka. Pertahankan agar bebas dari kerutan, tetapi hindari meregangkannya terlalu kuat. Balutan yang terenggang membatasi balutan. Lepaskan sarung tangan dan buang secara tepat. 9. Kuatkan balutan hanya jika dibutuhkan. Pasang plester kertas atau plester penyerap pada tepi luka sehingga membentuk bingkai jendela 10. Kaji luka minimal setiap hari. Evaluasi: Lakukan pemeriksaan tindak lanjut berdasarkan temuan yang menyimpang dari yang diharapkan atau dari normal bagi klien. Hubungkan temuan dengan data pengkajian sebelumnya jika tersedia. 26

Laporkan penyimpangan yang signifikan dari normal kepada dokter. Tentukan jumlah akumulasi cairan serosa di bawah balutan, penyembuhan luka, dan kebutuhan untuk memperbaiki balutan. Jika serum telah banyak terakumulasi, pertimbangkan mengganti barrier luka transparan dengan jenis balutan yang lebih menyerap, seperti hidrokoloid. Jika balutan bocor, lepaskan balutan dan pasang baru.

DAFTAR PUSTAKA Kozier, Barbara. 2009.Buku Ajar Keperawatan Klinik. Jakarta:EGC Suddart & Brunner. 2005. Keperawatan Medical-Bedah. Jakarta : EGC http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21521/4/Chapter%20II.pdf

27