56

Pengujian Benih Tanaman Hutan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pengujian Benih Tanaman Hutan
Page 2: Pengujian Benih Tanaman Hutan

Sumedang, Desember 2006

DEPARTEMEN KEHUTANANDIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL

BALAI PERBENIHAN TANAMAN HUTANJAWA DAN MADURA

Jl. Raya Tanjungsari Km.22, Sumedang,Jawa Barat. Tlp. (022) 7911343, 7912525

MANUALPENGUJIAN BENIHTANAMAN HUTAN

Page 3: Pengujian Benih Tanaman Hutan

KATA PENGANTAR

Sumedang, Desember 2006

Kepala Balai BPTH Jawa dan Madura

Ir. Harijoko SP, MM

NIP. 080 056 541

Manual Pengujian Benih ini disusun sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan pengujian benih untuk memperoleh data dan informasi mutu fisik-fisiologis dari benih yang akan digunakan bagi produksi bibit. Pada akhirnya, dari bibit yang berasal dari benih yang telah diuji diharapkan dapat dibangun hutan yang berkualitas.

Melalui pengujian benih yang pada aplikasinya dimuat dalam suatu bentuk sertifikat mutu benih dapat dijadikan bahan informasi yang berguna baik bagi produsen benih maupun bagi konsumen benih. Pada dasarnya dengan disertifikasinya benih yang beredar dapat memberikan keterjaminan bagi user yang akan menggunakan benih yang bersangkutan. Disamping itu dengan adanya sertifikasi benih dapat dikontrol peredaran benih, sehingga dapat menambah atau meningkatkan kualitas bibit yang digunakan dalam pembangunan hutan berkualitas (fisik-fisiologik-genetik).

Benih berkualitas hanya dapat dideteksi apabila benih yang digunakan melalui tahap pengujian. Dengan demikian pengujian benih merupakan salah satu stage yang dapat mendukung terhadap pembangunan tegakan berkualitas di masa datang.

Demikian manual ini disusun dengan harapan dapat berguna bagi para pihak yang berminat untuk membangkitkan produksi benih berkualitas dan membangun hutan berkualitas.

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

iiManual Pengujian Benih Tanaman Hutan i

Page 4: Pengujian Benih Tanaman Hutan
Page 5: Pengujian Benih Tanaman Hutan

DAFTAR ISI

Teks Halaman

KATA PENGANTAR ...................................................................................... iiDAFTAR ISI ................................................................................................... iiiDAFTAR TABEL ............................................................................................. ivDAFTAR GAMBAR ....................................................................................... vDAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... ivPENDAHULUAN .......................................................................................... 1

Latar Belakang ......................................................................................... 1Tujuan ....................................................................................................... 3Prosedur Pengujian Benih ........................................................................ 3Istilah-istilah ............................................................................................ 4Landasan ................................................................................................. 6

CONTOH BENIH ......................................................................................... 7Pengambilan Contoh .............................................................................. 7Cara Pengambilan Contoh ...................................................................... 10Intensitas Sampling .................................................................................. 13

PENGUJIAN MUTU FISIK ............................................................................. 17Pengujian Kemurnian .............................................................................. 17Penentuan Kadar Air ............................................................................... 21Berat 1000 Butir Benih ............................................................................ 26

PENGUJIAN MUTU FISIOLOGIK BENIH ...................................................... 29Daya Hidup (Viabilitas) Benih ................................................................ 29Persentase Perkecambahan ..................................................................... 30Laju Perkecambahan .............................................................................. 30Nilai Perkecambahan ............................................................................. 30Uji Daya Kecambah ............................................................................... 31Metode Pengujian Daya Kecambah ........................................................ 36

LAMPIRAN..................................................................................................... 41

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

iiManual Pengujian Benih Tanaman Hutaniii

Page 6: Pengujian Benih Tanaman Hutan
Page 7: Pengujian Benih Tanaman Hutan

DAFTAR TABEL

No Teks Halaman

Tabel 1. Contoh Benih yang Dianggap Mewakili ........................................... 8

Tabel 2. Intensitas Sampling untuk Benih dalam Satu Wadah Besar ................ 14

Tabel 3. Contoh Penentuan Kadar Air ......................................................... 25

Tabel 4. Contoh Penentuan Berat 1000 Butir ............................................... 27

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

vManual Pengujian Benih Tanaman Hutan

DAFTAR GAMBAR

No Teks Halaman

Gambar 1. Posisi Pengujian Benih dalam Mendukung Tegakan Berkualitas......... 1

Gambar 2. Skema Prosedur Pengujian Benih.................................................... 5

Gambar 3. Alur Pengujian Benih ..................................................................... 5

Gambar 4. Cara Pengambilan Contoh untuk 1 (Satu) Asal-usul .......................... 12

DAFTAR LAMPIRAN

No Teks Halaman

Lampiran 1. Contoh Data Pengujian Benih ................................................ 43

Lampiran 2. Contoh Data Pengujian Benih (lanjutan) ................................ 44

Lampiran 3. Contoh Blanko Pengambilan Contoh Benih ........................... 45

Lampiran 4. Contoh Sertifikat Mutu Benih Tanaman Hutan ...................... . 46

Lampiran 5. Contoh Keterangan Hasil Pengujian Benih ............................. 47

Lampiran 6. Contoh Label Benih .............................................................. . 48

Page 8: Pengujian Benih Tanaman Hutan

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

iiManual Pengujian Benih Tanaman Hutan 1

Pengujian benih ditujukan untuk mengetahui

mutu atau kualitas dari suatu jenis atau kelompok

benih. Data dan informasi mengenai benih yang

diuji tentunya akan sangat bermanfaat bagi

produsen, penjual maupun konsumen benih. Hal

ini dilandasi oleh kerena konsumen dapat

memperoleh keterjaminan mengenai benih yang

akan digunakan.

Terdapat hubungan yang cukup erat antara pengujian benih dengan

pembangunan hutan berkualitas. Dalam rangka mendukung

pembangunan hutan berkualitas, maka posisi pengujian benih dapat

dilihat seperti Gambar 1.

Pengujian benih dilakukan di laboratorium untuk menentukan baik mutu

fisik maupun mutu fisiologik suatu jenis atau kelompok benih. Pengujian

terhadap mutu fisik benih mencakup kegiatan pengambilan contoh

benih, pengujian terhadap kemurnian benih, kadar air benih dan

Kecambah

Gambar 1. Posisi Pengujian Benih dalam Mendukung Tegakan Berkualitas

Latar Belakang

PENDAHULUAN

Page 9: Pengujian Benih Tanaman Hutan

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

berat1000 butir benih. Sedangkan pengujian terhadap mutu fisiologik

benih mencakup kegiatan pengujian daya kecambah atau daya hidup

dan kesehatan benih. Uji daya kecambah benih dapat dilakukan secara

langsung dengan mengamati dan membandingkan unsur-unsur tumbuh

penting dari benih pada suatu periode uji tertentu.

Struktur pertumbuhan yang dinilai terdiri untuk menguji daya kecambah

dari akar, batang dan daun. Uji daya hidup benih dapat pula dilakukan

secara tidak langsung, yaitu dengan mengukur aktivitas metabolisme

benih misalnya dengan menggunakan uji Tetrazolium. Pengujian dengan

menggunakan uji Tetrazolium lebih bersifat kepada pendugaan daya

hidup benih bukan untuk mengukur daya kecambah benih. Oleh karena

itu, untuk mengetahui daya kecambah benih yang sesungguhnya harus

dilakukan uji perkecambahan. Namun demikian, untuk menduga daya

hidup benih yang paling cepat, metode uji Tetrazolium merupakan

alternatif yang dapat digunakan.

Dalam melaksanakan pengujian benih, harus menggunakan benih murni

dari contoh kerja (working sample) yang berasal dari pengujian kemurnian

benih dan pengembalian contoh benih. Pengambilan contoh uji benih

dalam rangka mempertahankan identitas asal-usul benih (sebagai bentuk

menjaga kualitas genetik) harus dilakukan secara hati-hati. Perlu

dipahami bersama bahwa kehilangan identity dari asal-usul benih akan

sangat mempengaruhi terhadap pendugaan dan pengembangan

genetik dan akan kehilangan informasi yang berharga. Sampai saat ini,

untuk menjaga kualitas genetik benih masih menganut pendekatan

identitas sumber benih (penelusuran asal-usul benih).

Dalam hal pengembangan benih dan bibit berkualitas, maka posisi

sumber benih sangat memegang peranan penting.

Melalui pengujian benih, akan dihasilkan informasi mengenai mutu benih

yang akan ditanam. Informasi tersebut sangat dibutuhkan oleh produsen

benih dalam hubungannya dengan pemasaran benih tersebut. Bagi

pemakai benih, informasi tersebut merupakan pedoman untuk

menetapkan jumlah benih yang dibutuhkan serta bagaimana

perlakuannya. Pengujian benih juga merupakan kegiatan pengawasan

terhadap mutu benih yang beredar.

Data dan informasi hasil dari kegiatan pengujian benih harus diruangkan dalam bentuk dokumen yang memiliki kekuatan yuridis. Sampai saat ini

2 ii Manual Pengujian Benih Tanaman Hutan

Page 10: Pengujian Benih Tanaman Hutan

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

iiManual Pengujian Benih Tanaman Hutan 3

pihak yang berwenang dan ditunjuk oleh pemerintah sebagai penerbit

dokumen yang memiliki kekuatan yuridis adalah BPTH. Hal ini sangat

dipahami karena berdasarkan TUPOKSI yang harus dilaksanakan BPTH

adalah sebagai fasilitator untuk perbenihan di wilayah kerja masing-

masing.

Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dengan pembuatan manual ini diharapkan

dapat menjadi bahan informasi yang bermanfaat bagi para pelaku

produsen benih tentang arti pentingnya pengujian benih serta dapat

dijadikan bahan monitoring tentang kualitas benih yang diproduksi oleh

konsumen.

Bagi pelaksana, data hasil pengujian akan sangat bermanfaat bagi

pengendalian peredaran benih dan bibit serta dapat memberikan

keterjaminan mutu benih bagi para konsumen.

Prosedur Pengujian Benih

Prosedur pengujian benih akan sangat membantu bagi para pihak yang

akan mengujikan benih kepada instansi berwenang (BPTH). Secara umum,

skema pengujian mutu benih seperti Gambar 2.

Sedangkan dalam teknis pelaksanaannya, maka alur pengujian benih

seperti Gambar 3.

Page 11: Pengujian Benih Tanaman Hutan

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

Mutu fisik; kualitas morfologis benih yang dilihat berdasarkan kasat

mata.

Kemurnian; persentase berdasarkan berat benih murni yang terdapat

dalam suatu contoh benih.

Kadar air; kandungan air dalam benih yang diukur berdasarkan

hilangnya kandungan air tersebut dan dinyatakan dalam persen.

Berat 1000 butir benih adalah berat setiap kelompok benih per 1000

butir benih. Tujuannya untuk mengetahui jumlah benih per satuan

berat.

Mutu fisiologik benih; kualitas fisiologik benih yang diakibatkan dari

proses metabolisme yang berjalan di dalam benih yang diekspresikan

dalam bentuk daya hidup dan daya kecambah benih.

Daya hidup benih; kemampuan benih untuk dapat hidup dan tumbuh

setelah proses perkecambahan.

Daya kecambah; kemampuan benih untuk berkecambah atau

membentuk radiks.

Seed Lot (Kelompok Benih); sekumpulan benih yang dianggap

homogen, baik dalam varietas, perujudan fisik maupun perujudan

fisiologik yang semuanya berasal dari kebersamaan areal sumber

benih dan umur tegakannya, waktu panen serta cara-cara

pengolahannya.

Contoh primer; contoh yang didapat dari setiap kali penarikan contoh

dengan menggunakan alat maupun tangan.

Contoh komposit ; contoh yang didapat dengan jalan

menggabungkan/mencampurkan seluruh contoh primer yang berasal

dari satu kelompok benih.

Contoh kiriman; contoh yang dikirim ke laboratorium pengujian mutu

benih yang jumlahnya paling sedikit sesuai dengan ketentuan ISTA

(International Seed Testing Association).

Contoh kerja; sub contoh yang didapat dari contoh kiriman di

Istilah-istilah

4 ii Manual Pengujian Benih Tanaman Hutan

Page 12: Pengujian Benih Tanaman Hutan

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

iiManual Pengujian Benih Tanaman Hutan 5

Gambar 2. Skema Prosedur Pengujian Benih

Gambar 3. Alur Pengujian Benih

Contoh Uji

BPTH

Data Benih

Data Benih

Contoh Uji

DATA Bank

Laboratorium

Data

Page 13: Pengujian Benih Tanaman Hutan

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

Landasan

Keputusan Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial

No. 079/Kpts/V/2002 tentang Pedoman Sertifikasi Mutu Benih Tanaman

Hutan.

Landasan yang menjadi dasar dari mengapa benih yang akan

dimanfaatkan untuk pembangunan hutan harus melalui tahap pengujian

adalah :

Undang-undang Nomor 12 tahun 1982 tentang Sistem Budidaya

Tanaman.

Peraturan Pemerintah Nomor 44 tahun 1995 tentang Perbenihan

Tanaman.

Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 85/Kpts-II/2001, tentang

Perbenihan Tanaman Hutan.

Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 123/Kpts-II/2001, tentang

Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kehutanan.

Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 663/Kpts-II/2002, tentang

Organisasi dan Tata Kerja Balai Perbenihan Tanaman Hutan.

6 ii Manual Pengujian Benih Tanaman Hutan

Page 14: Pengujian Benih Tanaman Hutan

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

iiManual Pengujian Benih Tanaman Hutan 7

Langkah pertama dalam pelaksanaan pengujian benih adalah

menyediakan suatu contoh benih yang dapat dianggap seragam dan

memenuhi persyaratan yang telah ditentukan oleh ISTA. Suatu contoh

benih yang diuji harus dapat mewakili keseluruhan kelompok benih

yang lebih besar jumlahnya.

Keterwakilan contoh uji yang akan diuji merupakan

salah satu aspek yang sangat mempegaruhi

mengenai kondisi keseluruhan benih yang diuji.

Contoh benih yang diambil dengan tidak

memperhatikan keterwakilan dari benih yang akan

diuji akan berdampak kepada informasi yang

diperoleh menjadi kurang valid. Oleh karena itu,

untuk mendapatkan keterwakilan dari contoh uji,

maka harus diperhatikan antara berat maksimum

seddlot dengan berat minimum contoh. Untuk

beberapa contoh benih tanaman kehutanan,

contoh benih yang dianggap mewakiliseperti Tabel1.

Prinsip dari pengambilan contoh benih adalah mengambil benih dari

beberapa bagian dari suatu kelompok yang kemudian dicampurkan

menjadi satu. Ada 4 (empat) macam contoh benih yang dinyatakan

dalam peraturan ISTA, yaitu :

1. Contoh primer (primery sample)

Adalah benih yang diambil dalam jumlah besar dari berbagai

tempat penyimpanan baik wadah maupun bulk. Dikarenakan

contoh primer merupakan contoh yang diambil dari berbagai

tempat penyimpanan, maka untuk tetap menjaga identitas dari

masing-masing wadah agar identitas dari masing-masing wadah

tetap diketahui harus dipilah. Pemilahan diperlukan agar dalam

pelaksanaan pengujian masih dapat ditelusuri asal-usul benih yang

diuji. Dengan demikian, contoh primer dapat dibedakan

berdasarkan sumber benih yang dijadikan sebagai bahan

Pengambilan Contoh

CONTOH BENIH

Page 15: Pengujian Benih Tanaman Hutan

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

2. Contoh campuran (composite sample)

Adalah semua contoh primer yang dijadikan satu dan dicampur

dalam satu tempat (kantong, kotak, tray dan lain-lain). Biasanya

contoh campuran jauh lebih besar dari yang diperlukan sehingga

harus dikurangi.

Apabila dalam pengujian menggunakan contoh campuran, maka

sebenarnya apabila pencampuran tidak memperhatikan asal-usul

dari benih yang diuji dapat menghilangkan identitas dari benih

yang diuji tersebut. Oleh karena itu, dalam mencampurkan benih

yang akan diuji harus tetap memperhatikan asal-usul benihnya. Hal

ini dilakukan agar tetap mempertahankan kualitas genetik dari

benih yang diuji.

3. Contoh yang dikirim ke laboratorium (submitted sample)

Adalah contoh campuran yang telah dikurangi sampai jumlah

berat tertentu yang telah ditetapkan dan kemudian dikirim ke

laboratorium penguji benih.

Tabel 1. Contoh Benih yang Dianggap Mewakili

Sumber : Standar ISTA

No

Jenis Tanaman Berat

Maksimum Seed Lot

(kg)

Berat Minimum Contoh

(g)

1 Acacia auriculiformis 1.000 70

2 Acacia mangium 1.000 70

3 Agathis loranthifolia 1.000 1.000

4 Altingia excelsa 1.000 50

5 Dalbergia latifolia 1.000 200

6 Eucalyptus spp. 1.000 25

7

Paraserianthes falcataria

1.000

110

8

Pinus merkusii

1.000

120

9

Santalum album

1.000

1.000

10

Swietenia spp.

1.000

400

11

Tectona grandis

1.000

2.000

12

Callopogonium mucunoides

20.000

400

13

Crotalaria juncea

10.000

700

14

Centrosema pubescens

20.000

600

15

Leucaena leucocephala

1.000

350

16

Pinus caribaea

1.000

100

17

Pinus kesiya

1.000

80

18

Pinus oocarpa

1.000

70

19

Calliandra tetragona

1.000

160

20

Toona sureni

1.000

250

8 ii Manual Pengujian Benih Tanaman Hutan

Page 16: Pengujian Benih Tanaman Hutan

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

iiManual Pengujian Benih Tanaman Hutan 9

Pada saat akan mengirimkan contoh ke laboratorium, agar masih

tetap teridentifikasi asal-usul benih, maka kemasan yang dijadikan

wadah untuk dikirim ke penguji harus disertai dengan informasi dari

asal-usul benih yang diuji. Pemasangan identitas asal-usul benih

dalam setiap kemasan akan sangat membantu dalam pendeteksian

asal-usul, sehingga masih tetap dapat menjaga kualitas genetik dari

benih yang diuji.

4. Contoh kerja (working sample)

Adalah contoh benih yang diambil dari “submitted sample” dan

digunakan sebagai bahan uji benih di laboratorium.

Dalam mengambil contoh kerja sebagai unit sampel yang akan diuji

harus dapat memberikan gambaran kondisi benih yang diuji. Artinya

pengambilan contoh harus dilakukan secara acak dan memenuhi

azas keterwakilan.

Untuk tetap dapat mempertahankan identitas yang akan dijadikan

informasi kualitas genetik, maka dalam pengambilan contoh uji harus

hati-hati. Hal ini dapat dilakukan dengan cara apabila telah diperoleh

contoh uji, maka harus cepat menulis data asal-usul dari benih yang

terambil sebagai contoh kerjanya.

Hal lain yang harus diperhatikan adalah jangan sampai terjadi

kesalahan penulisan identitas asal-usul benih serta tertukarnya contoh

kerja. Kondisi demikian akan sangat merugikan bagi pihak yang

mengujikan benih maupun konsumen benih karena telah terjadi

kesalahan dalam pengujian.

Berdasarkan hal tersebut, maka dalam pengambilan sampel harus tetap

memperhatikan data/informasi mengenai asal-usul benih yang diambil

sampelnya. Kesalahan dalam menentukan identitas asal-usul akan sangat

berpengaruh terhadap kualitas benih yang diuji serta dapat merugikan

pihak produsen maupun konsumen. Mengingat begitu pentingnya hasil

pengujian bagi semua pihak yang berkompeten terhadap benih, maka

kehati-hatian dalam pengujian serta kejujuran dalam menguji sangat

diperlukan.

Page 17: Pengujian Benih Tanaman Hutan

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

Contoh primer (primary sample). Dapat diambil dengan tangan atau

dengan “seed trier”, yaitu suatu alat untuk

mengambil contoh benih. Apabila menggunakan

tangan, maka pengambilan contoh benih harus

dilakukan pada kedalaman lebih dari 40 cm dari

wadah atau bulk. Dalam beberapa hal dan untuk

spesies tertentu, terutama yang benihnya sukar

dialirkan, cara pengambilan contoh benih dengan

tangan lebih memuaskan. Tetapi cara yang lebih

umum dengan menggunakan seed trier. Alat ini

terbuat dari pipa logam yang mempunyai celah

atau lubang-lubang di satu sisi melalui mana contoh

benih dapat masuk. Terdapat beberapa bentuk

dan ukuran seed trier, tergantung pada ukuran

benih dan cara benih disimpan.

Contoh campuran (composite sample). Semua contoh primer dijadikan

satu dan dicampur bersama-sama dalam sebuah wadah, dalam kantong,

kaleng, kotak atau tray. Jumlah contoh campuran ini jauh lebih besar dari

yang diperlukan untuk diuji, oleh karena itu masih harus dikurangi lagi.

Contoh yang dikirim ke laboratorium (submitted sample). Berasal dari

contoh campuran yang telah dikurangi, sesuai dengan berat minimum

yang telah ditetapkan oleh peraturan ISTA (Tabel 1).

Contoh kerja (working sample). Berasal dari submitted sample. Untuk

mendapatkan contoh uji yang seragam, maka submitted sample harus

diaduk terlebih dahulu di dalam suatu alat pengaduk (mixer), kemudian

baru diacak. Ada beberapa metode pengacakan :

1. Metode pembagi secara mekanik (mechanical divider method)

a. Conical divider (Boerner type)

b. Soil divider

c. Centrifugal divider (Gamet type)

2. Metode pengacakan dengan cangkir (random cups method)

Cara Pengambilan Contoh

Alat untuk Mengambil Contoh Benih

Pencampuran Contoh Benih

10 ii Manual Pengujian Benih Tanaman Hutan

Page 18: Pengujian Benih Tanaman Hutan

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

iiManual Pengujian Benih Tanaman Hutan 11

3. Metode paroan yang diubah (modified halving method)

4. Metode sendok (spoon method)

Berdasarkan teknik-teknik yang dapat digunakan dalam pengacakan

benih, maka metode dengan menggunakan cangkir, paroan dan metode

sendok sangat memungkinkan untuk diterapkan. Hal ini dengan dasar

bahwa dunia perbenihan di kita masih bersifat konvensional dan belum

memasayakatnya teknologi perbenihan.

Untuk metode pengacakan secara mekanik, kelihatannya hanya dapat

diterapkan apabila produsen benih sudah benar-benar merupakan suatu

bisnis. Apabila produsen telah mengarah kepada bisnis yang terus digeluti

maka produsen akan memilih suatu metode dengan menggunakan

peralatan yang cukup modern. Penggunaan peralatan sebagai sarana

yang dimiliki produsen benih akan berdampak kepada investasi yang

ditanamkan dalam bisnis benih yang dijalankan.

Sebagai upaya melengkapi data/informasi dari contoh benih yang diuji,

maka sebelum dilakukan pengujian terhadap contoh kerja sebaiknya

dilakukan pencatatan terhadap data/informasi dari benih yang akan diuji.

Disamping itu dicatat juga tentang kondisi benih yang akan diuji. Data

yang harus dicatat adalah bagaimana kondisi benih yang akan diuji dari

aspek morfologinya (seperti : bentuk, kebernasan, kesehatan, warna dan

ukuran). Informasi tersebut akan sangat bermanfaat sebagai bahan

informasi pendukung dari benih yang akan diuji.

Bentuk dari benih yang diuji merupakan salah satu informasi bagi kondisi

benih apakah benih tersebut terserang oleh hama atau tidak. Bentuk

benih yang terserang hama dapat dicirikan dengan tidak lengkapnya

struktur benih yang diuji. Kerusakan benih mungkin saja terjadi akibat

adanya serangan hama benih pada saat penaganan benih.

Warna benih dapat memberikan informasi bahwa benih yang akan diuji

adalah benar-benar sudah masak atau masih muda. Biasanya benih-

benih yang muda akan memberikan warna yang berbeda dibanding

dengan benih yang sudah masak.

Kerbernasan merupakan informasi yang sangat penting bagi benih-benih

yang memiliki peluang untuk tumbuh apabila dikecambahkan. Benih-

benih yang tidak bernas, maka sebenarnya benih tersebut tidak akan

memiliki peluang untuk berkecambah. Benih yang tidak bernas

Page 19: Pengujian Benih Tanaman Hutan

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

merupakan benih yang tergolong ke dalam benih yang kopong. Benih

kopong dapat terjadi akibat penyimpanan yang terlalu banyak oksigen,

sehingga terjadi over repirasi pada benih atau benih yang lolos dari seleksi

benih pada saat dilakukan penanganan benih (seed handling).

Kesehatan benih dapat dilihat dari ada/tidaknya jamur yang menempel

pada contoh kerja benih. Jamur dapat terlihat pada benih apabila pada

benih tersebut terdapat tanda-tanda struktur jamur (misal : hipa). Jamur

yang terlihat pada benih dapat disebabkan oleh jemur terbawa benih

atau jamur bawaan benih. Apabila terdapat bentuk struktur jamur pada

kulit benh yang diuji, maka dapat diduga bahwa jamur tersebut tergolong

jamur yang terbawa benih. Seperti diketahui bahwa jamur maupun

bakteri yang terdapat pada benih dapat menghambat proses

perkecambahan benih.

Ukuran benih merupakan suatu informasi bagi peluang benih untuk

tumbuh dengan baik. Terdapat suatu bentuk korelasi yang positif antara

ukuran benih dengan kemampuan berkecambah dan pertumbuhan.

Biasanya benih-benih dengan ukuran yang lebih besar akan memiliki

cadangan makanan yang tinggi, sehingga dapat membantu dalam

proses fisiologis perkecambahan benih. Teknik penarikan contoh benih

untuk satu identitas (asal-usul) seperti Gambar 4. Sedangkan untuk cara

pengambilan contoh dengan identitas asal-usul berbeda harus dilakukan

seperti Gambar 4 (tetapi untuk masing-masing asal-usul dibedakan). Oleh

karena itu, untuk kondisi yang memiliki perbedaan asal-usul, harus dapat

menunjukkan asal-usul dari benih tersebut (misal : berdasarkan asal-usul

sumber benih dari masing-masing kelas tegakan benih).

Gambar 4. Cara Pengambilan Contoh untuk

Contoh Primer

Contoh Primer

Contoh Primer

Contoh Campuran

Submitted Sample

Contoh Kerja

12 ii Manual Pengujian Benih Tanaman Hutan

Page 20: Pengujian Benih Tanaman Hutan

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

iiManual Pengujian Benih Tanaman Hutan 13

Dalam hal ini dapat digambarkan untuk suatu produsen benih yang

memiliki dua sumber asal-usul benih, maka harus membedakan setiap

contoh berdasarkan sumber benih dimana benih diambil.

Contoh harus berdasarkan asal -usul benih dikumpulkan untuk tetap menjaga kualitas genetik

Intensitas sampling merupakan langkah pengambilan sampel yang akan

diuji. Intensitas sampling akan sangat membantu untuk pelaksanaan

pekerjaan pengujian, apabila benih yang akan diuji dalam jumlah yang

banyak.

Intensitas sampling diperlukan sebagai bahan untuk

analisa, sehingga diperoleh data yang valid dan dapat

mewakili semua lot benih yang dianalisa. Untuk mengambil

sampling yang akan dijadikan contoh uji analisa adalah :

a. Benih dalam wadah-wadah karung atau kaleng yang beratnya

kurang lebih seragam.

1. Menurut ISTA (International Seed Testing Association)

1 - 5 wadah : Contoh diambil dari setiap wadah, paling

sedikit 5 contoh primer.

6 - 30 wadah : Contoh diambil paling sedikit dari 5 wadah,

atau diambil dari setiap 3 wadah, pilih angka

yang paling lebih besar.

31 400 wadah : Contoh diambil paling sedikit dari 10 wadah

atau diambil dari setiap 5 wadah, pilih angka

yang paling besar.

> 401 wadah : Contoh diambil paling sedikit dari 80 wadah

atau diambil dari setiap 7 wadah, pilih angka

yang paling besar.

Intensitas sampling

Page 21: Pengujian Benih Tanaman Hutan

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

2. Menurut AOSA (Association of Official Seed Analysis)

1 wadah : Contoh diambil dari berbagai sudut wadah

tersebut.

2 6 wadah : Contoh diambil dari setiap wadah

> 6 wadah : Menggunakan rumus Y = 5 + 0,1X

Dimana ;

X = jumlah seluruh

Y = jumlah wadah yang harus diambil contohnya

b. Benih dalam satu wadah yang besar atau hamparan syarat minimum

pengambilannya seperti Tabel 2.

Untuk mendapatkan contoh yang mewakili untuk setiap wadah yang

hanya diambil dari beberapa wadah, maka penentuan wadah terpilih

harus dilakukan secara acak. Pengacakan terhadap wadah merupakan

suatu bentuk keadilan terhadap semua wadah. Pengambilan yang

dilakukan dengan acak, maka sebenarnya telah mengnanggap bahwa

semua wadah telah memiliki peluang untuk terambil. Penentuan wadah

secara porposif (ditunjuk) akan sangat mempengaruhi terhadap data

yang dihasilkan pada saat pengujian. Oleh karena itu, metode purposif

harus dihindari pada saat dihadapkan kepada wadah yang banyak

karena akan mengakibatkan data yang diperoleh menjadi tidak valid.

Penentuan sampling sebenarnya dalam rangka efisiensi dan efektifitas

kerja pengujian. Pengujian yang dilakukan dengan sensus, apabila contoh

uji terlalu banyak, maka akan meningkatkan human error. Disamping itu,

akan banyak benih yang tidak dapat dimanfaatkan untuk dijadikan bibit.

Oleh karena itu, penggenaan sampling dalam pengujian benih tidak

dapat dihindari.

Berat lot benih Jumlah contoh primer yang diambil

s/d 500 kg Paling sedikit 5 contoh primer

501 – 3.000 kg 1 contoh primer dari setiap 300 kg tetapi tidak kurang dari 5 contoh primer

3.001 – 20.000 kg 1 contoh primer dari setiap 500 kg, tetapi tidak kurang dari 10 contoh primer

> 20.000 kg 1 contoh primer dari setiap 700 kg, tetapi tidak kurang dari 40 contoh primer

Tabel 2. Intensitas Sampling untuk Benih dalam Satu Wadah Besar

14 ii Manual Pengujian Benih Tanaman Hutan

Berat lot benih Jumlah contoh primer yang diambil

s/d 500 kg Paling sedikit 5 contoh primer

501 - 3.000 kg 1 contoh primer dari setiap 300 kg tetapi tidak kurang dari 5 contoh primer

3.001 - 20.000 kg 1 contoh primer dari setiap 500 kg, tetapi tidak kurang dari 10 contoh primer

> 20.000 kg 1 contoh primer dari setiap 7 00 kg, tetapi tidak kurang dari 40 contoh primer

Page 22: Pengujian Benih Tanaman Hutan

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

iiManual Pengujian Benih Tanaman Hutan 15

Dalam pelaksanaannya, pengambilan contoh benih dilakukan oleh staf

dari BPTH yang telah ditunjuk dan ditetapkan oleh pimpinan yang

berwenang. Sebelum petugas ke lapangan untuk mengambil contoh uji,

maka sebaiknya harus memiliki pengetahuan tentang teknik pengambilan

contoh serta teknik pengepakan contoh yang akan diuji. Teknik

pengepakan tentunya akan sangat memperangaruhi terhadap kualitas

yang akan diuji. Hal ini dikarenakan kesalahan dalam pengepakan akan

sangat mempengaruhi benih yang dibawa untuk diuji. Demikian juga

pengetahuan mengenai teknik pengambilan contoh uji. Pengambilan

contoh uji yang tidak dilakukan secara acak serta keterwakilan akan

sangat mempengaruhi validitas data hasil pengujian.

Informasi maupun data mengenai asal-usul benih maupun dokumentasi

dari benih yang akan diuji harus dicatat. Pencatatan data tersebut sangat

diperlukan sebagai upaya mempertahankan/menjaga kualitas genetik

dari benih yang akan diuji.

Proses tersebut tentunya dilakukan apabila pengambilan contoh uji

apabila dilakukan oleh petugas BPTH. Sedangakan apabila contoh uji

dikirim langsung oleh produsen benih, maka data-data yang berhubungan

dengan benih yang akan diuji harus disertakan. Disamping itu juga harus

tetap memperhatikan teknik penarikan contoh serta teknik pengemasan

contoh yang akan diuji.

Page 23: Pengujian Benih Tanaman Hutan
Page 24: Pengujian Benih Tanaman Hutan

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

iiManual Pengujian Benih Tanaman Hutan 17

Pengujian mutu fisik benih merupakan bentuk kegiatan pengujian

terhadap benih yang diuji untuk mendapatkan informasi tentang kondisi

fisik benih. Kondisi fisik disini didefinisikan sebagai bentuk benih yang

dapat dilihat secara kasat mata. Kondisi fisik benih dapat dilihat

berdasarkan bentuk morfologi benih yang dapat dilihat secara kasat

mata. Faktor-faktor yang dapat dijadikan sebagai indikator bagi kualitas

fisik benih, yaitu :

PENGUJIAN MUTU FISIK

Pengujian kemurnian diperlukan sebagai upaya untuk mengetahui

seberapa besar benih yang sebenarnya tanpa mempertimbangkan

komponen lain selain benih. Kemurnian sangat diperlukan untuk menduga

berapa berat benih yang diperlukan untuk memproduksi sejumlah bibit

tertentu. Oleh karena itu, dalam penentuan keperluan benih untuk suatu

tujuan produksi bibit, maka harus dipertimbangkan berapa kemurnian dari

benih tersebut.

Berdasarkan hal tersebut, maka jelas bahwa dengan

diketahuinya informasi mengenai kemurnian benih,

maka akan mendukung efisiensi dari penggunaan

benih untuk tujuan produksi bibit. Efisiensi sangat

diperlukan untuk menghindari cost yang harus

dikeluarkan oleh konsumen apabi la akan

memproduksi bibit. Tidak diketahuinya data

kemurnian benih tentunya dapat mengakibatkan

inefisiensi dalam pembelian benih, sehingga secara

ekonomis dapat merugikan.

Disamping hal tersebut, dengan diketahuinya kemurnian, maka akan

diperoleh data dan informasi kondisi benih yang sebenarnya (di luar

komponen lain selain benih).

Kemurnian benih merupakan persentase berdasarkan berat benih murni

yang terdapat dalam suatu contoh benih. Tujuan utama dari analisa

kemurnian benih adalah :

Pengujian Kemurnian

Benih Toona sinensis

Page 25: Pengujian Benih Tanaman Hutan

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

18 ii Manual Pengujian Benih Tanaman Hutan

1. Untuk menentukan komposisi berdasarkan berat dari contoh benih

yang akan diuji atau dengan kata lain komposisi dari kelompok benih.

2. Identitas dari berbagai spesies benih dan partikel-partikel lain yang

terdapat dalam contoh.

Oleh karena itu, untuk analisa kemurnian benih, maka contoh uji yang

dijadikan bahan analisa dapat dipisahkan menjadi 4 (empat komponen),

yaitu :

1. Benih murni

Dalam pengertian benih murni termasuk semua benih dari spesies yang

dinyatakan oleh pengirim atau berdasarkan penemuan dengan uji

laboratorium. Benih murni dapat dikategorikan menjadi :

Benih masak dan utuh

Benih yang berukuran kecil, mengerut, tidak masak

Benih yang telah berkecambah sebelum diuji

Pecahan benih yang ukurannya lebih besar dari separuh benih

yang sesungguhnya, asalkan dapat dipastikan bahwa pecahan

benih itu termasuk ke dalam spesies yang dimaksud.

2. Benih spesies lain

Komponen benih spesies lain mencakup semua benih yang ikut

tercampur dalam contoh dan tidak dimaksudkan untuk diuji.

3. Bahan lain atau kotoran

Termasuk semua pecahan benih yang tidak memenuhi persyaratan

baik dari komponen benih murni maupun benih spesies lain, partikel-

partikel tanah, pasir, sekam, jerami dan bagian-bagian tanaman

seperti ranting, daun dan lain-lain (dalam hal bagian-bagian tanaman

termasuk sayap apabila benih memiliki sayap).

Untuk pelaksanaan pengujian kemurnian tentunya diperlukan

peralatan yang harus digunakan dalam proses analisa. Peralatan

yang digunakan pada analisa kemurnian benih adalah :

Alat pembersih kotoran fisik (seed blower) digunakan untuk

memisahkan kotoran fisik yang ringan dari benih. Untuk

Page 26: Pengujian Benih Tanaman Hutan

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

iiManual Pengujian Benih Tanaman Hutan 19

membersihkan kotoran fisik yang dari benih biasanya digunakan waktu

lima menit dengan ukuran hembusan angin yang tergantung masing-

masing benih.

2. Alat pembersih kotoran (purity desk), untuk menghitung kotoran

diambil contoh uji seberat 50 gram. Pemeriksaan kemurnian dilakukan

di atas ”Purity desk” dengan memisahkan benih tanaman lain, benih

yang pecah, sisa benih hampa dan kotoran fisik yang berat. Benih

hampa dapat dipisahkan dari benih murni dengan pertolongan

”Diffusion light” yang terdapat pada purity desk tersebut. Makin halus

benih biasanya makin banyak ditemui kotoran dan semakin perlu

dilakukannya analisa kemurnian.

3. Alat timbangan, untuk kelompok benih ringan digunakan alat

timbangan halus (Torsion balance) yang mempunyai maksimum 100

gram. Sedangkan untuk menimbang kelompok benih yang lebih berat

digunakan timbangan kasar (Ohaus) yang kemampuannya bisa

sampai 5 kg.

4. Peralatan lainnya adalah kaca pembesar, mikroskop strereo, forsep,

saringan dan sebagainya.

5. Kantong plastik; digunakan untuk menempatkan sementara benih

yang akan dianalisa kemurniannya.

6. Kertas label; digunakan untuk menandai identitas setiap benih yang

dianalisa serta untuk mencantumkan data-data lain yang

berhubungan dengan identitas benih agar tidak terjadi kesalahan

input data.

7. Spidol; alat yang digunakan untuk menuliskan data-data yang

berhubungan dengan identitas benih serta hasil analisa.

Dalam prakteknya, (untuk menguji kemurnian benih) apabila dalam seed

handling telah diterapkan dengan baik maka alat seed blower dapat

dikatakan kurang diperlukan. Demikian juga apabila purity desk tidak

dimiliki pengujian dapat dilakukan di atas meja biasa dengan alas yang

berwarna kontras dengan warna benih. Sedangkan peralatan lainnya

merupakan peralatan yang sangat diperlukan dalam pengujian benih.

Page 27: Pengujian Benih Tanaman Hutan

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

20 ii Manual Pengujian Benih Tanaman Hutan

membersihkanKenyamanan ruang kerja serta situasinya akan sangat

mendukung terhadap kenyamanan penguji. Oleh karena itu, suasana

dan kenyamanan ruangan juga harus diperhatikan untuk dapat

memperoleh data yang valid (menghindari human error).

Analisa kemurnian benih biasanya dilakukan secara duplo (dua kali). Beda

antara hasil ulangan pertama dan kedua tidak boleh lebih tinggi dari 5%

atau harus lebih rendah dari 5%. Setiap komponen ditimbang lalu ditotal,

dimana berat total seharusnya sama dengan berat mula-mula

keseluruhan contoh uji untuk kemurnian, tetapi bisa juga kurang.

Persentase dari setiap komponen didapatkan dari berat masing-masing

komponen dibagi berat total kali 100%. Hasilnya ditulis dalam 2 desimal

(dua angka di belakang koma).

Berikut diberikan suatu contoh hasil analisa kemurnian benih dimana

contoh uji terdiri dari campuran dua jenis yakni benih mahoni (Swietenia

spp.) dan jati (Tectona grandis), yang akan diuji kemurniannya adalah

mahoni. Didapatkan hasil sebagai berikut :

Benih murni (mahoni dan jati) = a %

Benih tanaman lain = b %

Kotoran = c %

Dari komponen benih murni diambil contoh uji lalu diamati di atas purity

desk (di atas meja). Dipisahkan antara benih mahoni dan jati kemudian

ditimbang diperoleh benih mahoni = x gram dan jati = y gram. Berdasarkan

hal tersebut, maka dapat diperoleh informasi :

Persen benih murni mahoni sesungguhnya

Persentase benih tanaman lain sekarang adalah

Kotoran tetap c %

x x a % y

x x a % + b % y

Page 28: Pengujian Benih Tanaman Hutan

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

iiManual Pengujian Benih Tanaman Hutan 21

Apabila contoh uji tersebut terdiri dari dua atau lebih jenis yang sulit

dibedakan, maka diperbolehkan untuk memasukkan dan menimbang

benih-benih yang serupa dalam satu komponen (dengan catatan tidak

kehilangan informasi dari asal-usul benih yang diuji).

Kadar air adalah kandungan air dalam benih yang diukur berdasarkan

hilangnya kandungan air tersebut dan dinyatakan dalam persen. Kadar

air yang terkandung di dalam benih akan sangat mempengaruhi kualitas

fisiologis benih. Bahkan untuk kondisi tertentu dapat berpengaruh juga

terhadap kualitas fisik benih.

Penentuan kadar air benih dari suatu kelompok benih

sangat penting untuk dilakukan. Hal ini dengan dasar

pemikiran bahwa laju kemunduran suatu benih

dipengaruhi oleh kadar airnya. Di dalam batas

tertentu, makin rendah kadar air benih makin lama

daya hidup benih tersebut. Kadar air optimum dalam

penyimpanan bagi sebagian besar benih adalah 6 %

- 8 % (jenis ortodoks). Sedangkan kadar air untuk jenis

rekalsitran > 12 %.

Kadar air yang terlalu tinggi untuk jenis-jenis benih ortodoks dapat

menyebabkan benih berkecambah sebelum ditanam. Sedangkan dalam

penyimpanan menyebabkan naiknya aktifitas pernapasan yang dapat

berakibat terkuras habisnya bahan cadangan makanan dalam benih.

Selain itu, dapat merangsang perkembangan cendawan patogen di

dalam tempat penyimpanan. Tetapi harus diperhatikan juga kondisi

sebaliknya, dimana pada saat benih memiliki kadar air yang terlalu rendah

dapat menyebabkan kerusakan pada embrio.

Secara umum, ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan pada saat

menguji kadar air adalah :

Penentuan Kadar Air

Desikator

Kemurnian :

Page 29: Pengujian Benih Tanaman Hutan

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

22 ii Manual Pengujian Benih Tanaman Hutan

6Berat minimal contoh uji untuk analisa kadar air adalah 10 gram untuk

benih berukuran besar dan 5 gram untuk benih berukuran kecil.

Dibungkus terpisah dari contoh benih untuk pengujian viabilitas. Untuk

mencegah terjadinya perubahan kadar air benih selama dalam

pengiriman ke laboratorium, maka contoh benih harus dimasukkan

dalam kantong alumunium, kaleng atau botol yang tertutup rapat.

Contoh harus segera dikirimkan dan analisa harus secepat mungkin

dikerjakan. Pengujian harus cepat dilakukan karena benih memiliki

sifat higroskopis dan sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan (suhu

dan kelembaban).

6Pembedaan contoh uji antara proses pengujian kadar air dengan

contoh uji untuk menguji viabilitas dikarenakan contoh uji yang

digunakan untuk pengujian kadar air menyebabkan kematian embrio,

sehingga apabila digunakan untuk pengujian viabilitas benih tidak

akan mewakili informasi yang diinginkan.

! Penentuan kadar air dikerjakan secara duplo. Perbedaan hasil antar

ulangan tidak boleh lebih besar dari 0.2%. Apabila didapati

perbedaan hasil yang lebih besar, maka analisa harus diulang kembali.

! Sebelum analisa dilakukan, contoh benih harus diaduk dengan

menggunakan alat pengaduk di dalam kaleng atau botol asalnya.

Pengaduk dimaksudkan untuk mendapatkan contoh uji yang

homogen. Untuk benih-benih tertentu (benih yang banyak tercampur

kotoran) harus diaduk di atas baki pencampur dan dikerjakan

secepatnya.

! Hasil pengukuran kadar air harus dicatat dan didokumentasikan

sebagai data yang mendukung untuk penerbitan sertifikat mutu benih.

Pada prinsipnya metode yang digunakan untuk mengukur kadar air benih

ada 2 macam, yaitu : metode praktis dan metode dasar.

1. Metode Praktis; metode ini mudah dilaksanakan tetapi hasilnya kurang teliti, sehingga sering perlu dikalibrasikan terlebih dahulu. Metode praktis terdiri dari : metode Calcium carbide, metode Electric moisture meter dan lain-lain. Dengan menggunakan metode praktis ini akan diperoleh data langsung dari alat yang digunakan.

Page 30: Pengujian Benih Tanaman Hutan

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

iiManual Pengujian Benih Tanaman Hutan 23

Kesalahan dalam pengukuran dapat terjadi akibat alat yang digunakan atau kesalahan dalam pembacaan.

2. Metode Dasar; dalam metode dasar ini kadar air ditentukan dengan

m e n g u k u r k e h i l a n g a n b e r a t y a n g d i a k i b a t k a n o l e h

pengeringan/pemanasan pada kondisi tertentu dan dinyatakan

sebagai persentase dari berat mula-mula. Penentuan kadar air benih

melalui metode dasar meliputi : metode oven, metode destilasi,

metode Karl Fisher dan lain-lain.

Pemilihan metode untuk mengukur kadar air akan sangat ditentukan oleh

ketersedian dari peralatan. Untuk pengukuran dengan metode praktis

lebih cenderung harus menyediakan peralatan khusus, tetapi kadar air

dapat diketahui dengan cepat. Sedangkan untuk metode dasar data

kadar air diperoleh cukup agak lama.

Metode yang digunakan untuk menguji kadar air benih dapat secara

langsung maupun tidak langsung. Pada dasarnya metode langsung, yaitu

menguji kadar air dengan menggunakan pengering (oven). Dalam hal

ini, perbedaan berat antara benih sebelum dioven dengan setelah dioven

merupakan air yang hilang (kadar air). Sedangkan metode tidak langsung

lebih menduga kadar air dengan menggunakan daya penghantar listrik.

Secara jelas teknik yang dapat dilakukan untuk menguji kadar air adalah :

1. Langsung

a. Metode oven temperatur rendah (konstan)

oMenggunakan temperatur (103 + 2) C dan

dikeringkan selama 17 + 1 jam. Periode

pengeringan dimulai pada waktu oven

menunjukkan temperatur yang diinginkan.

Setelah pengeringan, contoh benih

beserta cawannya disimpan dalam

desikator selama 30 45 menit untuk

pendinginan, beru kemudian benih

ditimbang beserta wadahnya. Selama

penimbangan, kelembaban di ruang

laboratorium harus kurang dari 70%.

Oven

Desikator & Benih Uji

Page 31: Pengujian Benih Tanaman Hutan

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

24 ii Manual Pengujian Benih Tanaman Hutan

a. Metode oven temperatur tinggi (konstan). Cara kerja dengan

menggunakan metode ini sama dengan metode oven temperatur

rendah, hanya temperatur oven yang digunakan 130 133 oC dan

waktu yang digunakan relatif lebih rendah (4 jam untuk Zea mays, 2

jam untuk sereal lain dan 1 jam untuk jenis lainnya).

2. Tidak langsung

Dilakukan dengan menggunakan alat-alat yang berdasarkan

mekanismenya kepada daya penghantar listrik. Benih yang

mengandung lebih banyak air akan memiliki daya penghantar listrik

lebih besar apabila dibandingkan dengan benih yang relatif lebih

kering. Alat yang digunakan adalah steinlite, Dole, Dicky John dan lain-

lain.

Untuk pelaksanaan pengukuran kadar air, harus didukung oleh peralatan.

Peralatan yang diperlukan adalah :

1. Timbangan dengan ketelitian sampai dengan 1 mg.

2. Alat penggiling yang bisa diatur dan memenuhi persyaratan sebagai

berikut :

a. Terbuat dari bahan non-absorbat

b. Konstruksinya sedemikian rupa sehingga sebanyak mungkin dapat

melindungi benih atau bahan yang digiling dari udara terbuka.

c. Menghasilkan gilingan yang rata pada kecepatan yang tidak

menimbulkan panas pada bahan yang digiling.

3. Oven listrik dengan ventilasi baik dan alat pengontrol thermostik untuk

menjaga agar temperatur tetap konstan.

4. Alat mengukur kadar air (moisture tester).

5. Desikator yang dilengkapi dengan sebuah piring logam atau porselin

dan bahan pengering yang cukup (desikan).

6. Saringan kawat dengan diameter 0.5 mm, 1.0 mm dan 4.0 mm.

Page 32: Pengujian Benih Tanaman Hutan

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

iiManual Pengujian Benih Tanaman Hutan 25

7. Wadah yang terbuat dari logam anti karat atau gelas dengan

tebal + 0.5 mm, diameter minimal 5 cm dan dilengkapi tutup yang

baik.

Bagian dasar wadah datar dengan tepi membentuk sudut lengkung.

Beberapa jenis benih harus dihancurkan halus atau kasar, sebelum

dikeringkan.

Benih-benih yang mempunyai kadar minyak tinggi tidak perlu digiling,

karena benih tersebut sulit untuk dihancurkan. Lagi pula terjadinya

oksidasi dari minyak selama penggilingan akan menyebabkan

penambahan berat, yang akan berakibat terjadinya kesalahan dalam

penentuan kadar air benih.

Contoh penentuqn kadar dengan menggunakan metode langsung

seperti Tabel 3.

Tabel 3. Contoh Penentuan Kadar Air

No Parameter Ulangan

1

Berat benih (g) a. 5

b.

5

2

Berat cawan (g) a.

127.82

b.

130.25

3

Berat cawan + benih (g) a.

132.82

b.

135.25

4

Berat cawan + benih kerin oven (g)

a.

131.70

b.

134.10

5

Kadar air (%)

a.

22.40

b.

23.00

6

Kadar air benih (%)

22.70

Page 33: Pengujian Benih Tanaman Hutan

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

26 ii Manual Pengujian Benih Tanaman Hutan

Standar deviasi (s) = ?n (?x

Dimana :x = berat masing-masing ulangan = rata-rata berat seluruh ulangann = jumlah ulangan? = jumlah total

Berat 1000 Butir Benih

Penentuan berat untuk 1000 butir benih dilakukan karena karakter ini

merupakan salah satu ciri dari suatu jenis benih yang juga tercantum

dalam deskripsi jenis. Tujuan yang ingin dicapai dengan pengukuran

berat 1000 butir benih adalah untuk mengetahui berat setiap kelompok

benih per 1000 butir benih dan menentukan efisiensi penentuan berat 1000

butir yang dinyatakan dalam gram.

Penentuan berat 1000 butir dapat dipergunakan untuk mengetahui

jumlah benih per kg dari suatu jenis yang dapat dijadikan standar dalam

perencanaan kebutuhan benih untuk persemaian maupun penanaman.

Benih dapat dihitung secara manual dengan menggunakan sebuah

spatula dan diletakkan pada sebuah tempat dengan warna permukaan

kontras terhadap warna benih, kemudian jumlah benih tersebut

ditimbang. Pekerjaan menghitung jumlah benih akan lebih mudah

dengan menggunakan alat penghitung benih automatik. Bila alat

tersebut digunakan secara benar maka tingkat ketepatannya adalah

sekitar + 5%.

Menentukan berat 1000 butir benih dapat dilakukan dengan prosedur 1 x

1000 butir, yaitu dengan menghitung sejumlah 1000 butir benih kemudian

ditimbang beratnya. Teknik lain dapat dilakukan dengan prosedur 8 x 100

butir, yaitu dengan mengambil sejumlah 100 butir benih dengan 8 x

ulangan secara acak dari contoh kerja, kemudian ditimbang. Selanjutnya

menghitung koefisien keragaman dari berat 100 butir benih antara 8

ulangan tersebut dengan rumus :

Page 34: Pengujian Benih Tanaman Hutan

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

iiManual Pengujian Benih Tanaman Hutan 27

Menurut peraturan ISTA jika koefisien keragaman tidak lebih kurang dari 4.0,

maka analisa diterima. Sedangkan jika CV lebih dari 4, maka ulangan

ditambah 8 ulangan (menjadi 16 ulangan).

Berat 1000 butir benih diperoleh dengan mengalikan berat rata-rata

dengan nilai 10. Contoh penentuan berat 1000 butir seperti Tabel 4.

Tabel 4. Contoh Penentuan Berat 1000 Butir

Berdasarkan Tabel 4, berat 1000 butir benih adalah 17.0 x 10 = 170 gram.

No Parameter Hasil

1

Ulangan berat benih (g):

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

16.7

17.0

17.3

17.0

16.8

17.0

16.7

17.3

2

CV (%)

1.746903243

3

S

0.290836206

4

17.0

X (g)

Page 35: Pengujian Benih Tanaman Hutan
Page 36: Pengujian Benih Tanaman Hutan

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

Pengu j ian mutu f i s io log i s ben ih

dimakasudkan sebagai penentuan

kualitas dari metabolisme yang terjadi di

d a l a m b e n i h . B i a s a n y a u n t u k

mengetahui bagaimana fisiologis dari

benih digunakan indikator daya hidup

dan daya kecambah.

Daya hidup merupakan bentuk informasi yang berhubungan dengan

peluang benih untuk hidup. Dalam hal ini yang dimaksud dengan daya

hidup (viabilitas) benih kemampuan benih untuk hidup dan berkembang

menjadi bibit (terbentuk akar, batang dan daun). Sedangkan daya

kecambah lebih cenderung menunjukkan kemampuan benih untuk

melakukan proses fisiologis mengeluarkan radiks.

Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa proses fisiologis

viabilitas berbeda dengan proses fisiologis perkecambahan. Dalam hal ini

viabilitas merupakan proses lanjutan dari perkecambahan. Dengan kata

lain bahwa benih yang berkecambah belum tentu viabel.

Viabilitas dan daya kecambah merupakan bentuk ekspresi dari proses

fisiologis yang terjadi pada benih. Oleh karena itu, semakin baik daya

hidup dan daya kecambah, maka mutu fisiologis benih semakin baik.

Terdapatnya perbedaan daya hidup dan daya kecambah pada asal-

usul benih yang sama menunjukkan kualitas genetik dari benih tersebut.

Dengan demikian informasi yang berhubungan dengan identitas asal-usul

benih harus tetap diketahui atau terdokumentasi dengan baik.

Daya Hidup (Viabilitas) Benih

Pada uji viabilitas benih, baik uji daya

kecambah atau uji kekuatan tumbuh

benih, penilaian dilakukan dengan

membandingkan kecambah satu

dengan yang lain dalam satu substrat.

Dengan demikian faktor subyektif dari si

penguji sulit untuk dihilangkan.

Uji Daya Kecambah

Bibit dari Benih Viabel

PENGUJIAN MUTU FISIOLOGIS BENIH

iiManual Pengujian Benih Tanaman Hutan 29

Page 37: Pengujian Benih Tanaman Hutan

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

Pada pengujian yang penilaiannya harus dilakukan dengan

membandingkan hasil perkecambahan dari berbagai substrat misal pada

penelitian pengaruh substrat dengan berbagai tekanan osmose terhadap

kekuatan tumbuh benih, ”mungkin” dapat digunakan parameter seperti

laju perkecambahan, berat kering/basah dari kecambah atau kotiledon,

berat epikotil atau plumula.

Umumnya sebagai parameter untuk viabilitas benih digunakan persentase

perkecambahan. Dimana perkecambahan harus cepat dan dan

pertumbuhan kecambahnya kuat dan mencerminkan kekuatan

tumbuhnya yang dapat dinyatakan dengan laju perkecambahan.

Persentase Perkecambahan (Germination Percentage)

Persentase perkecambahan menunjukkan jumlah kecambah normal

yang dapat dihasilkan oleh benih murni pada kondisi lingkungan tertentu

dalam jangka waktu yang telah ditetapkan.

% perkecambahan = Jumlah kecambah normal yang dihasilkan x 100%

Jumlah contoh benih yang diuji

Laju Perkecambahan (Germination Rate)

Laju perkecambahan dapat diukur dengan menghitung jumlah hari yang

diperlukan untuk munculnya radikel atau plumula.

Rata-rata hari = N1T1 + N2T2 + ........... + NxTx

Jumlah total benih yang berkecambah

Dimana :N = jumlah benih yang berkecambah pada satuan waktu tertentu

T = menunjukkan jumlah waktu antara awal pengujian sampai dengan akhir dari interval tertentu suatu pengamatan

Nilai Perkecambahan (Germination Value)

Parameter lain yang mencakup laju dan persentase perkecambahan dan

disebutnya sebagai ”nilai perkecambahan”. Untuk mendapatkan nilai

perkecambahan diperlukan suatu kurva perkecambahan yang diperoleh

dari pengamatan secara periodik dari meunculnya radikel

30 ii Manual Pengujian Benih Tanaman Hutan

Page 38: Pengujian Benih Tanaman Hutan

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

atau plumula. Setelah suatu penundaan awal, maka jumlah benih yang

berkecambah meningkat, kemudian menurun.

T = titik dimana laju perkecambahan mulai menurun

G = titik dimana persentase perkecambahan berakhir

Kedua titik ini membagi kurva menjadi dua bagian yakni fase cepat dan

fase lambat.

Nilai puncak = % perkecambahan pada T

(peak value) Jumlah yang diperlukan untuk mencapainya

Rata-rata perkecambahan harian = % perkecambahan pada G

(mean daily germination) Jumlah hari uji seluruhnya

Uji Daya Kecambah

Daya kecambah benih memberikan informasi kepada pemakai benih

akan kemampuan benih tumbuh normal menjadi tanaman yang

berproduksi wajar dalam keadaan biofisik lapangan yang serba optimum.

Parameter yang digunakan dapat berupa persentase kecambah normal

berdasarkan penilaian terhadap struktur tumbuh embrio yang diamati

secara langsung atau secara tidak langsung dengan kehidupan benih.

Persentase perkecambahan adalah persentase kecambah normal yang

dapat dihasilkan oleh benih murni pada kondisi yang menguntungkan

dalam jangka waktu yang sudah ditetapkan.

Pengujian pada kondisi lapangan biasanya tidak memuaskan karena

hasilnya kurang dapat dipercaya. Oleh karena itu, metode laboratorium

dikembangkan sedemikian rupa, dimana beberapa atau seluruh kondisi

luar/lapang dapat dikendalikan dengan teratur. Sehingga memberikan

hasil perkecambahan yang lengkap dan cepat dari contoh benih yang

dianalisa.

Nilai perkecambahan = nilai puncak x nilai rata-rata perkecambahan harian

iiManual Pengujian Benih Tanaman Hutan 31

Page 39: Pengujian Benih Tanaman Hutan

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

Metode perkecambahan dengan pengujian di laboratorium hanya

menentukan persentase perkecambahan total. Dibatasi pada

pemunculan dan perkembangan struktur-struktur penting dari embrio,

yang menunjukkan kemampuan untuk menjadi tanaman normal pada

kondisi lapangan yang optimum. Sedangkan kecambah yang tidak

menunjukkan kemampuan tersebut dinilai sebagai kecambah yang

abnormal. Benih yang tidak dorman tetapi tidak tumbuh setelah periode

pengujian tertentu dinilai sebagai mati.

Agar hasil persentase perkecambahan yang didapat dengan metode uji

daya kecambah di laboratorium mempunyai korelasi positif dengan

kenyataan nantinya di lapangan, maka perlu diperhatikan faktor-faktor

berikut ini :

1. Kondisi lingkungan di laboratorium harus menguntungkan bagi

perkecambahan benih dan terstandarisasi.

2. Pengamatan dan penilaian baru dilakukan pada saat kecambah

mencapai suatu fase perkembangan, dimana dapat dibedakan

antara kecambah normal dan kecambah abnormal.

3. Pertumbuhan dan perkembangan kecambah harus sedemikian

sehingga dapat dinilai mempunyai kemampuan tumbuh menjadi

tanaman normal dan kuat pada keadaan yang menguntungkan di

lapangan.

4. Lama pengujian harus dalam jangka waktu yang telah ditentukan.

Hal-hal yang diperlukan dalam pelaksanaan uji perkecambahan antara

lain adalah :

1. Alat-alat : meja analisa, alat pengecambah benih, pinset, kaca

pembesar dan lain-lain.

2. Substrat : kertas, pasir, tanah.

3. Kondisi yang serba optimum : kelembaban, aerasi, tmperatur,

cahaya.

4. Evaluasi kecambah ; normal, abnormal dan mati.

5. Perlakuan pemecahan dormansi (bila diperlukan).

Alat pengecambahan benih adalah alat yang digunakan untuk mengecambahkan benih. Dimana dapat diatur kondisi lingkungan

32 ii Manual Pengujian Benih Tanaman Hutan

Page 40: Pengujian Benih Tanaman Hutan

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

yang optimum untuk perkecambahan. Alat pengecambahan benih

buatan luar negeri antara lain : Burrows Model 1000A (1850), Mangelsdorf

dan Junior. Sedangkan buatan dalam negeri (Insitut Pertanian Bogor)

adalah tipe-tipe IPB-73-2A; IPB-73-2A/B; yang dapat digunakan untuk

menguji daya kecambah benih. Kelembaban relatif ruang

perkecambahan harus antara 90 95%. Variasi temperatur tidak boleh olebih dari 1 C pada setiap periode 24 jam.

Sumber cahaya putih (flourescent) baik untuk membantu memperlancar

perkecambahan dan lebih efektif daripada cahaya harian atau cahaya

pijar. Benih yang memerlukan cahaya butuh penerangan sekurang-

kurangnya 8 jam setiap 24 jam dan memerlukan intensitas cahaya rata-

rata 750 1250 lux. Untuk benih-benih yang tidak mengalami dormansi

kebutuhan tersebut mungkin hanya serendah 250 lux.

Jenis substrat kertas yang dapat dipergunakan adalah kertas blotter,

kertas kimpac, absorbent cotton, kertas towelling, kertas filter dan kertas

merang. Apabila contoh benih dengan substrat kertas tidak mau

berkecambah atau menghasilkan kecambah yang tidak dapat dinilai,

maka pegujian harus dilaksanakan pada media pasir atau tanah yang

terlebih dahulu harus disterilkan. Medium pasir yang dianjurkan :

!Tidak mengandung bahan yang beracun

!Lolos dalam saringan ø 0,8 mm dan tertahan dalam saringan ø 0.05 mm.

!pH = 6.0 7.5

Sedangkan untuk medium tanah yang dianjurkan adalah :

!Tidak bergumpal, sehingga harus disaring dulu sebelum digunakan.

!Untuk tanah liat harus dicampur dengan pasir.

Semua substrat, baik kertas, pasir dan tanah hanya boleh digunakan sekali

saja. Substrat kertas biasanya diletakkan pada baki perkecambahan

atau petridish. Sedangkan untuk pasir dan tanah digunakan kotak

alumunium atau kotak kayu. Ukurannya tergantung pada besar kecilnya

benih.

Tanah dan pasir diisikan 2 cm dari tepi kotak alumunium atau 4 cm dari tepi

kotak kayu. Setelah benih disemaikan bagian atas kotak dapat

iiManual Pengujian Benih Tanaman Hutan 33

Page 41: Pengujian Benih Tanaman Hutan

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

ditutup dengan kertas filter atau kaca sampai kecambah muncul. Untuk

evaluasi kecambah digunakan kriteria sebagai sebagai berikut :

a. Kecambah normal

1. Kecambah yang memiliki perkembangan sistem perakaran yang

baik terutama akar primer dan untuk tanaman yang secara normal

menghasilkan akar seminal, maka akar ini tidak boleh kurang dari

dua. Dengan kata lain kecambah normal dapat didefinisikan

apabila memiliki radiks 2 kali panjang benih.

2. Perkembangan hipokotil yang baik dan sempurna tanpa ada

kerusakan pada jaringan-jaringannya.

3. Pertumbuhan plumula yang sempurna dengan daun hijau dan

tumbuh baik, di dalam atau muncul dari koleoptil atau

pertumbuhan epikotil yang sempurna dengan kuncup yang

normal.

4. Memiliki satu kotiledon untuk kecambah dari monokotil dan dua

bagi dikotil.

Kekurangan lain yang masih dapat diterima untuk dinyatakan sebagai

kecambah normal adalah :

! Untuk kecambah tanpa akar primer atau dengan akar primer yang

pendek ditambah dua akar seminal yang kaut.

! Hipokotil boleh memperlihatkan sedikit kerusakan atau kebusukan

yang terbatas asalkan jaringan-jaringan penting tidak terganggu

fungsinya.

! Untuk dikotil yang kehilangan satu kotiledonnya.

! Untuk benih pohon-pohonan dengan tipe perkecambahan

epigeal dikatakan normal apabila panjang akar 4 x panjang benih

dan mempunyai perkembangan struktur yang normal.

! Kecambah yang busuk karena infeksi oleh kecambah lain masih

dianggap normal, kalau jelas bahwa sebelumnya bagian-bagian

penting dari kecambah itu semua ada.

34 ii Manual Pengujian Benih Tanaman Hutan

Page 42: Pengujian Benih Tanaman Hutan

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

b. Kecambah abnormal

1. Kecambah yang rusak, tanpa kotiledon, embrio yang pecah dan

akar primer yang pendek.

2. Kecambah yang bentuknya cacad, perkembangannya lemah

atau kurang seimbang dari bagian-bagian yang penting.

3. Kecambah yang tidak membentuk chlorophyl

4. Kecambah yang lunak

5. Untuk benih pohon-pohonan bila dari microphyl keluar daun dan

bukannya akar.

c. Mati

Kriteria ini ditujukan untuk benih-benih yang busuk sebelum

berkecambah atau tidak tumbuh setelah jangka waktu pengujian

yang ditentukan, tetapi bukan dalam keadaan dorman

d. Benih keras

Benih yang pada kahir uji daya kecambah masih keras karena tidak

menyerap air disebabkan kulit yang impermeabel, dianggap sebagai

benih yang berkulit keras. Persentase benih yang berkulit keras harus

disebutkan tersendiri dalam analisa.

e. Benih yang belum busuk tetapi tidak berkecambah/benih segar

Benih yang telah membengkak karena menyerap air tetap belum

berkecambah pada akhir pengujian harus dikategorikan tersendiri.

Untuk benih-benih pohon-pohonan sering ditemui benih yang tidak

busuk, masih hidup dan sudah membengkak tetapi belum

berkecambah. Untuk benih-benih yang demikian dapat diberi

perlakuan tersendiri (diperpanjang waktu pengujiannya, diberi

perlakuan khusus dan uji biokimia) serta harus disebut sebagai

persentase tersendiri.

Perlakuan-perlakuan khusus untuk memecahkan dormansi dapat

dilakukan dengan cara :

1. PrechilingBenih-benih diletakkan pada substrat lembab dan disimpan pada temperatur rendah. Untuk benih tanaman pertanian dan hortikultura

iiManual Pengujian Benih Tanaman Hutan 35

Page 43: Pengujian Benih Tanaman Hutan

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

o odiperlakukan paling lama 10 hari pada temperatur 5 10 C. Untuk

benih pohon-pohonan selama 7 hari sampai 12 bulan pada o otemperatur 3 5 C. Lamanya prechiling tidak termasuk dalam

perhitungan perkecambahan.

2. Predrying

Benih-benih yang dipanaskan paling lama 7 hari pada temperatur otidak lebih dari 40 C dengan sirkulasi udara bebas.

3. Perlakuan dengan KNO3

Substrat dibasahi dengan 0.2% larutan KNO (2 gram dalam 1 liter air). 3

Bila substrat perlu dilembabkan pagi ditambahkan air biasa, hal ini

untuk mencegah makin tingginya konsentrasi KNO tersebut.3

4. Pencucian pendahuluan

Bila perkecambahan dipengaruhi oleh suatu zat dari benih yang akan

menghambat perkecambahan, maka bahan tersebut sebaiknya

dihi langkan dengan mencuci benih dalam air sebelum

dikecambahkan.

Metode Pengujian Daya Kecambah

Metode uji daya kecambah secara langsung dengan substrat kertas

merang. Metode langsung ini dapat dilakukan dengan cara :

1. UDK (Uji Di atas Kertas) : UDKm (Uji Di atas Kertas dimiringkan) dengan

UDK; UDKm dimaksudkan menguji benih di atas lembar substrat.

Metode ini sangat baik digunakan untuk benih yang membutuhkan

cahaya bagi perkecambahannya.

Caranya :

! Substrat kertas (3 4 lembar) diletakkan pada alas petridish atau

cawan plastik.

! Basahi substrat, biarkan sampai kedap air meresap. Kemudian air

yang berlebih dibuang.

! Tanamlah benih di atas lembar substrat dengan pinset.

36 ii Manual Pengujian Benih Tanaman Hutan

Page 44: Pengujian Benih Tanaman Hutan

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

! Untuk benih yang berukuran sedang cukup 10 butir dalam satu

petridish, sedangkan untuk benih sebesar tembakau sebanyak 25

butir.

4Petridish dapat ditutup atau dibuka, tergantung pada ukuran

benih. Benih yang lebih besar petridish dapat dibuka,

sedangkan benih yang lebih kecil ditutup.

4Letakkan petridish atau cawan plastik yang telah ditanami benih

dalam alat pengecambahan benih. Untuk metode UDKm,

letak trays di dalam alat pengecambah dimiringkan.

2. UAK (Uji Antar Kertas), UAKm (Uji Antar Kertas Dimiringkan)

Metode UAK digunakan bagi benih yang tidak peka terhadap cahaya

untuk perkecambahannya. Sehingga untuk benih-benih demikian,

benih ditanam diantara substrat kemudian substrat dilipat.

Cara :

! Siapkan substrat kertas berukuran 20 x 30 cm, 3 4 lembar atau

setebal + 1 mm.

! Rendam dalam air selama beberapa menit sampai basah.

Hilangkan air yang berlebihan dengan jalan memasukkan substrat

basah tersebut ke dalam alat pengepres substrat sampai air tidak

menetes lagi.

! Letakkan substrat dan bentuklah lipatan kertas pada bagian

tengahnya.

! Benih ditanam dengan pinset pada ½ bagian lipatan tadi agak

masuk ke dalam. Jarak tanam tidak saling berdekatan.

! Tutuplah substrat yang telah ditanami benih dengan ½ bagian

substrat yang lain tepat pada lipatan.

! Lipat lagi pinggir-pinggir substrat + 1 ½ cm ke dalam (kecuali) yang

telah ada lipatannya.

! Letakkan di dalam alat pengecambah benih. Untuk metode

UAKm letak trays dimiringkan.

iiManual Pengujian Benih Tanaman Hutan 37

Page 45: Pengujian Benih Tanaman Hutan

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

3. UKD (Uji Kertas Digulung); UKDp (Uji Kertas Digulung dalam plastik)

Pada metode in i

benih diuji dengan

cara menanam benih

d i a n t a r a l e m b a r

substrat lalu digulung.

Dapat d igunakan

untuk benih yang

tidak peka cahaya

untuk perkecambah-

annya.

Cara :

! Siapkan substrat kertas berukuran 20 x 30 cm dan plastik dengan

ukuran yang sama.

! Tanam benih di atas lembaran substrat (3 4 lembar) yang telah

terlebih dahulu dibasahi.

! Tutup substrat yang telah ditanami benih dengan lembaran

substrat lain dan digulung.

! Letakkan dalam alat pengecambah benih.

! Untuk benih yang berukuran sebesar benih jagung, kedele,

kacang tanah substrat kertas dilapisi plastik di luarnya sehingga

menjadi metode UKDp.

Metode uji daya kecambah

secara langsung dengan substrat

pasir, tanah. Dengan metode ini

benih ditanam pada substrat

pasir , tanah. Benih yang

ditaburkan pada permukaan

tanah adalah benih-benih yang

berukuran kecil. Sedangkan

benih dengan ukuran sedang

sampai besar agak ditanam

pada med ia yang sudah

disiapkan (kedalaman tertentu).

Uji Daya Kecambah dengan Media Pasir

Uji Daya Kecambah Di Atas Kertas

38 ii Manual Pengujian Benih Tanaman Hutan

Page 46: Pengujian Benih Tanaman Hutan

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

Cara :

!Siapkan kotak alumunium/plastik berukuran 17,5 cm x 4,5 cm x 3,5 cm

untuk benih yang kecil, atau kotak kayu berukuran 44 cm x 30 cm x 6 cm

untuk benih besar.

!Pasir dan tanah yang telah disterilkan terlebih dahulu, diisikan 3 cm dari

tepi kotak alumunium/plastik atau 4 cm dari tepi kotak kayu.

!Basahi pasir, tanah secukupnya.

!Sebar benih dengan jumlah tertentu pada satu deretan. Deretan dapat

dipakai sebagai ulangan.

!Bagian atas kotak dapat ditutup dengan kertas filter atau kaca sampai

benih berkecambah.

Dalam pelaksanaan pengujian daya kecambah sebagai bahan informasi

sejauhmana mutu fisiologis benih dilakukan dengan menggunakan uji

daya hidup. Uji daya hidup dilakukan dengan menggunakan uji

Tetrazolium (uji-TZ). Hal ini dengan dasar pertimbangan bahwa uji-TZ ini

dapat digunakan untuk mengetahui daya hidup benih, namun dengan

waktu yang cepat. Meskipun dalam hal ini harus menggunakan bahan

kimia yang cukup mahal.

Untuk mengetahui sejauhmana daya kecambah dari benih yang diuji,

maka setiap penaburan benih yang dilaksanakan oleh produsen benih

harus dicatat dalam dokumen penaburan. Hasil perolehan data

perkecambahan benih sebaiknya dilaporkan kepada pengawas

penaburan (dalam hal ini adalah pihak yang berwenang mengawasi

penanganan benih). Sedangkan untuk mengontrol peredaran benih,

laporan tersebut harus ditembuskan kepada BPTH.

Selanjutnya BPTH mendokumentasikan seluruh informasi yang diperoleh

sebagai bentuk tanggung jawab dalam pengawasan peredaran benih

tanaman hutan.

Sertifikat Mutu Benih sangat Bermanfaat untuk Memberikan Jaminan Mutu Benih yang

Digunakan untuk Rehabilitasi Hutan dan Lahan Berkualitas

Sertifikasikan Benih …… Sebelum Dijadikan Bibit …… Demi Menciptakan Tegakan Berkualitas

iiManual Pengujian Benih Tanaman Hutan 39

Page 47: Pengujian Benih Tanaman Hutan
Page 48: Pengujian Benih Tanaman Hutan

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

iiManual Pengujian Benih Tanaman Hutan 41

Page 49: Pengujian Benih Tanaman Hutan
Page 50: Pengujian Benih Tanaman Hutan

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

Lampiran 1. Contoh Data Pengujian Benih

iiManual Pengujian Benih Tanaman Hutan 43

Page 51: Pengujian Benih Tanaman Hutan

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

Lampiran 2. Contah Data Pengujian Benih (lanjutan)

44 ii Manual Pengujian Benih Tanaman Hutan

Page 52: Pengujian Benih Tanaman Hutan

Lampiran3. Contoh Blanko Pengambilan Contoh Benih

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

iiManual Pengujian Benih Tanaman Hutan 45

Page 53: Pengujian Benih Tanaman Hutan

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

Lampiran 4. Contoh Sertifikat Mutu Benih Tanaman Hutan

46 ii Manual Pengujian Benih Tanaman Hutan

Page 54: Pengujian Benih Tanaman Hutan

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

Lampiran 5. Contoh Keterangan Hasil Pengujian Benih

iiManual Pengujian Benih Tanaman Hutan 47

Page 55: Pengujian Benih Tanaman Hutan

Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

Lampiran 6. Contoh Label Benih

48 ii Manual Pengujian Benih Tanaman Hutan

Page 56: Pengujian Benih Tanaman Hutan

ISBN 978-979-16185-3-3BPTH JAWA DAN MADURA

MANUAL PENGUJIAN BENIH TANAMAN HUTAN