49
PENGUJIAN HIPOTESIS MAKALAH (Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliahi Metodologi Penelitian Bidang Studi) Oleh : TINI HENDRAYATI 110210302024 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN 1

Pengujian Hipotesis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Tini Hendrayati 110210302024

Citation preview

Page 1: Pengujian Hipotesis

PENGUJIAN HIPOTESIS

MAKALAH

(Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliahi Metodologi Penelitian Bidang

Studi)

Oleh :

TINI HENDRAYATI 110210302024

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JEMBER

2013

1

Page 2: Pengujian Hipotesis

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan

hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengujian

Hipotesis” dengan baik. Keberhasilan dalam penyusunan makalah ini, tidak

terlepas dari bantuan para dosen pembimbing, teman-teman kami dan

keterlibatan dari semua pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih.

Makalah ini disusun dengan tujuan memenuhi tugas mata kuliah

“Metodologi Penelitian Bidang Studi” dan sebagai media untuk lebih

mendalami setiap unit yang akan dipelajari dan dibahas dalam mata kuliah ini.

Dalam pembuatan gagasan tertulis ini, penulis menyadari bahwa

terdapat beberapa kekurangan sehingga penulis mengharapkan kritik dan

saran dari semua pihak. Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini

bermanfaat untuk semua pihak.

Jember, 07 November 2013

2

Page 3: Pengujian Hipotesis

DAFTAR ISI

Halaman Judul

KATA PENGANTAR .......................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................ii

BAB 1. PENDAHULUAN.................................................................................1

1.1.Latar Belakang ............................................................................................1

1.2.Rumusan Masalah.......................................................................................2

1.3.Tujuan...........................................................................................................2

BAB 2. PEMBAHASAN....................................................................................4

2.1.Pengertian pengujian hipotesis...................................................................4

2.2. Syarat-syarat pengujian hipotesi.............................................................6

2.3. Ciri-ciri hipotesis yang baik.......................................................................8

2.4. Jenis-jenis pengujian hipotesisi.................................................................9

2.4.1. Jenis Hipotesis secara umum..................................................................10

2.4.2. Hipotesis berdasarkan arah atau bentuk formulasi hipotesis.............14

2.5. Bentuk-bentuk perumusan hipotesis........................................................16

2.6. Sumber-sumber perumusan hipotesis......................................................19

2.7. Hipotesis penelitian perumusan hipotesis.................................................19

3

Page 4: Pengujian Hipotesis

2.8. Hipotesis dan estimasi.................................................................................20

2.9. Cara menguji hipotesis...............................................................................21

2.10. Pengujian hipotesis dalam analisa inferensi...........................................22

2.11. Hal-hal yang dapat menyebabkan suatu hipotesis tidak terbukti.......23

2.12. Penelitian tanpa hipotesis.........................................................................25

BAB 3. PENUTUP.............................................................................................27

3.1. Kesimpulan..................................................................................................27

3.2. Saran............................................................................................................

4

Page 5: Pengujian Hipotesis

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penelitian merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan. Dengan

dilakukan penelitian maka dihasilkan berbagai macam ilmu pengetahuan yang dapat

dimanfaatkan oleh manusia. Untuk melakukan penelitian maka harus dilewati

berbagai tahapan. Hal ini sesuai dengan pengertian penelitian ilmiah itu sendiri yakni

menjawab masalah berdasarkan metode yang sistematis. Salah satu hal penting yang

dilakukan terutama dalam penelitian kuantitatif adalah merumuskan hipotesis.

Hipotesis merupakan elemen penting dalam penelitian kuantitatif. Terdapat

tiga alasan utama yang mendukung pandangan ini, di antaranya: Pertama, Hipotesis

dapat dikatakan sebagai piranti kerja teori. Hipotesis ini dapat dilihat dari teori yang

digunakan untuk menjelaskan permasalahan yang akan diteliti. Misalnya, sebab dan

akibat dari konflik dapat dijelaskan melalui teori mengenai konflik. Kedua, Hipotesis

dapat diuji dan ditunjukkan kemungkinan benar atau tidak benar atau difalsifikasi.

Ketiga, hipotesis adalah alat yang besar dayanya untuk memajukan pengetahuan

karena membuat ilmuwan dapat keluar dari dirinya sendiri. Artinya, hipotesis disusun

dan diuji untuk menunjukkan benar atau salahnya dengan cara terbebas dari nilai dan

pendapat peneliti yang menyusun dan mengujinya.

Namun tidak semua peneliti mampu menyusun hipotesis dengan baik

terutama peneliti pemula. Masih banyak terdapat kesalahan dalam menyusun

hipotesis. Untuk menyusun hipotesis yang baik setidaknya peneliti harus mengacu

pada kriteria perumusan hipotesis, bagaimana jenis-jenis hipotesis dalam penelitian,

maupun pemahaman tentang penelitian tanpa menggunakan hipotesis. Selain itu

seorang peneliti juga harus mengetahui bagaimana cara menguji hipotesis agar

terhindar dari kekeliruan yang mungkin terjadi dalam pengujian hipotesis. (Arikunto,

2006). Berdasarkan latar belakang tersebut, maka makalah ini akan membahas

5

Page 6: Pengujian Hipotesis

mengenai hakikat hipotesis hingga kekeliruan yang mungkin terjadi dalam pengujian

hipotesis.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis menetapkan beberapa

rumusan masalah, di antaranya adalah sebagai berikut.

1. Apa pengertian hipotesis?

2. Apa saja syarat-syarat hipotesis?

3. Apa saja ciri-ciri hipotesis?

4. Apa Jenis-jenis hipotesis?

5. Bagaimana bentuk-bentuk perumusan hipotesis?

6. Apa sumber-sumber perumusan hipotesis?

7. Apa hipotesis penelitian dan hipotesis statistik?

8. Apa hipotesis dan estimate?

9. Bagaimana cara menguji Hipotesis?

10. Bagaimana pengujian hipotesis dalam analisa inferensi?

11. Apa hal-hal yang dapat menyebabkan suatu hipotesis tidak terbukti?

12. Bagaimana penelitian tanpa hipotesis?

1.3 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah untuk membahas secara mendalam tentang.

1. Pengertian hipotesis.

2. Syarat- syarat hipotesis

3. Ciri-ciri hipotesis

4. Jenis-jenis hipotesis.

5. Bentuk-bentuk perumusan hipotesis.

6. Sumber-sumber perumusan hipotesis.

7. Hipotesis penelitian dan hipotesis statistik.

8. Hipotesis dan estimate.

6

Page 7: Pengujian Hipotesis

9. Cara menguji hipotesis.

10. Cara pengujian hipotesis dalam analisa inferensi.

11. Sebab suatu hipotesis tidak terbukti.

12. Bagaimana penelitian tanpa hipotesis.

7

Page 8: Pengujian Hipotesis

BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pengujian Hipotesis

Hipotesis (hypo = sebelum; thesis = pernyataan, pendapat) adalah suatu

pernyataan yang pada waktu diungkapkan belum diketahui kebenarannya, tetapi

memungkinkan untuk diuji dalam kenyataan empiris. Hipotesis memungkinkan kita

menghubungkan teori dengan pengamatan, atau pengamatan dengan teori. Hipotesis

mengemukakan “pernyataan tentang harapan peneliti mengenai hubungan-hubungan

Antara variabel-variabel di dalam persoalan. (W.Gulo : 2002).

Hipotesis adalah pernyataan atau dugaan yang bersifat sementara terhadap

suatu masalah penelitian yang kebenarannya masih lemah (belum tentu

kebenarannya) sehingga harus diuji secara empiris. Hipotesis berasal dari kata hypo

yang berarti lemah dan thesa yang berarti pernyataan. Pernyataan atau dugaan

tersebut sering disebut sebagai proporsi. Hipotesis kadang bias merupakan

kesimpulan sementara yang harus diuji kebenarannya. Dugaan maupun kesimpulan

sementara yang masih ada kemungkinan benar atau salah, maka harus diuji

kebenarannya agar menghasilkan informasi yang benar dan bermanfaat. Dalam suatu

penelitian, hipotesis merupakan arah atau pedoman untuk membatasi variable yang

digunakan, meskipun tidak semua penelitian memerlukan hipotesis. Penelitian yang

bersifat eksploratif tidak memerlukan hipotesis karena pada penelitian ini, peneliti

menggali informasi dan data.

Berdasarkan kutipan pendapat Prof. Drs. Sutrisno Hadi MA(dalam buku

Arikunto, 2006:71), tentang pemecahan masalah, peneliti seringkali tidak dapat

memecahkan permasalahannya hanya dengan sekali jalan. Permasalahan itu akan

diselesaikan segi demi segi dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk

tiap-tiap segi, dan mencari jawabannya melalui penelitian yang dilakukan. Jawaban

terhadap permasalahan ini dibedakan atas 2 hal sesuai dengan taraf pencapaiannya

yaitu:

8

Page 9: Pengujian Hipotesis

1. Jawaban permasalahan yang berupa kebenaran pada taraf teoretik, dicapai melalui

membaca.

2. Jawaban permasalahan yang berupa kebenaran pada taraf praktik, dicapai setelah

penelitian selesai, yaitu setelah pengolahan terhadap data.

Sehubungan dengan pembatasan pengertian tersebut maka hipotesis dapat

diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan

penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.

Apabila peneliti telah mendalami permasalahan penelitiannya dengan seksama

serta menetapkan anggapan dasar, maka lalu membuat suatu teori sementara, yang

kebenarannya masih perlu di uji (di bawah kebenaran). Inilah hipotesis. Selanjutnya

peneliti akan bekerja berdasarkan hipotesis. Peneliti mengumpulkan data-data yang

paling berguna untuk membuktikan hipotesis. Berdasarkan data yang terkumpul,

peneliti akan menguji apakah hipotesis yang dirumuskan dapat naik status menjadi

tesa, atau sebaliknya, tumbang sebagai hipotesis, apabila ternyata tidak terbukti.

Berkaitan dengan hipotesis yang di rumuskan peneliti dapat bersikap dua hal:

1) Menerima keputusan seperti apa adanya seandainya hipotesisnya tidak terbukti

(pada akhir penelitian).

2) Mengganti hipotesis seandainya melihat tanda-tanda bahwa data yang terkumpul

tidak mendukung terbuktinya hipotesis (pada saat penelitian berlangsung).

Untuk mengetahui kedudukan hipotesis antara lain:

1) Perlu diuji apakah ada data yang menunjuk hubungan antara variabel penyebab

dan variabel akibat.

2) Adakah data yang menunjukkan bahwa akibat yang ada, memang ditimbulkan oleh

penyebab itu.

3) Adanya data yang menunjukkan bahwa tidak ada penyebab lain yang bias

menimbulkan akibat tersebut.

Apabila ketiga hal tersebut dapat dibuktikan, maka hipotesis yang dirumuskan

mempunyai kedudukan yang kuat dalam penelitian. Namun tidak selalu semua

penelitian harus berorientasikan hipotesis, walaupun hipotesis ini sangat penting

9

Page 10: Pengujian Hipotesis

sebagai pedoman kerja dalam penelitian. Jenis penelitian eksploratif, survei, atau

kasus, dan penelitian development biasanya justru tidak berhipotesis karena tujuan

penelitian jenis ini bukan untuk menguji hipotesis tetapi mempelajari tentang gejala-

gejala sebanyak-banyaknya (Arikunto, 2006).

G.E.R Brurrough mengatakan bahwa penelitian berhipotesis penting dilakukan

bagi:

1. Penelitian menghitung banyaknya sesuatu (magnitude).

2. Penelitian tentang perbedaan (differencies).

3. Penelitian hubungan (relationship).

2.2 Syarat-Syarat Pengujian Hipotesis

Hipotesis merupakan suatu pernyataan yang penting kedudukannya dalam

penelitian. Oleh karena itulah maka dari peneliti dituntut kemampuannya untuk dapat

merumuskan hipotesis ini dengan jelas.

Borg dan Gall (dalam buku Arikunto,2006: 73) mengajukan adanya

persyaratan untuk hipotesis sebagai berikut:

1) Hipotesis harus dirumuskan dengan singkat tetapi jelas.

Harus dinyatakan secara jelas dan tidak bermakna ganda, artinya

rumusan hipotesis harus bersifat spesifik dan mengacu pada satu makna tidak

boleh menimbulkan penafsiran lebih dari satu makna. Jika hipotesis

dirumuskan secara umum, maka hipotesis tersebut tidak dapat diuji secara

empiris. Harus dapat diuji secara empiris, maksudnya ialah memungkinkan

untuk diungkapkan dalam bentuk operasional yang dapat dievaluasi

berdasarkan data yang didapatkan secara empiris.

2) Hipotesis harus dengan nyata menunjukkan adanya hubungan antara dua atau

lebih variabel.

Maksudnya dalam merumuskan hipotesis seorang peneliti harus

setidak-tidaknya mempunyai dua variable yang akan dikaji. Kedua variable

10

Page 11: Pengujian Hipotesis

tersebut adalah variable bebas dan variable tergantung. Jika variabel lebih dari

dua, maka biasanya satu variable tergantung dua variabel bebas.

3) Hipotesis harus didukung oleh teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli

atau hasil penelitian yang relevan.

Ada dua jenis hipotesis yang digunakan dalam penelitian:

1. Hipotesis kerja, atau disebut dengan hipotesis alternative, disingkat Ha.

Hipotesis kerja menyatakan adanya hubungan antara variabel X dan Y,

atau adanya perbedaan antara dua kelompok.

Rumusan hipotesis kerja:

a. Jika……………………maka…………………

Contoh:

Jika orang banyak makan, maka berat badannya akan naik.

b. Ada perbedaan antara……… ….dan

Contoh:

Ada perbedaan anatar penduduk kota dan penduduk desa dalam cara

berpakaian.

c. Ada pengaruh………………terhadap…………

Contoh:

Ada pengaruh makanan terhadap berat badan.

2. Hipotesis nol (null hypotheses) disingkat Ho

Hipotesis nol sering juga disebut hipotesis statistik, karena biasanya

dipakai dalam penelitian yang bersifat statistik, yaitu diuji dengan

perhitungan sttistik. Hipotesis nol menyatakan tidak adanya perbedaan

antara dua variabel, atau tidak adanya pengaruh variabel X terhadap

variabel Y. Pemberian nama “hipotesis nol” atau “hipotesis nihil” dapat

dimengerti dengan mudah karena tidak ada perbedaan antara dua variabel.

Dengan kata lain, selisish verbal pertama dengan variabel kedua adalah

nol atau nihil.

Rumusan hipotesis nol:

11

Page 12: Pengujian Hipotesis

a. Tidak ada perbedaan antara…………..dengan………..

Contoh:

Tidak ada perbedaan antara mahasiswa tingkat I dan mahasiswatingkat

II dalam disiplin kuliah.

b. Tidak ada pengaruh…………..terhadap…………..

Contoh:

Tidak ada pengaruh jarak dari rumah kesekolah terhadap kerajinan

mengikuti kuliah.

Dalam pembuktian hipotesis alternative (Ha) diubah menjadi Ho, agar peneliti

tidak mempunyai prasangka. Jadi, peneliti diharapkan jujur, tidak terpengaruhi

pernyataan Ha. Kemudian dikembangkan lagi ke Ha pada rumusan akhir pengetesan

hipotesis.

2.3. Ciri-Ciri Hipotesis Yang Baik

Satu hipotesis dapat diuji apabila hipotesis tersebut dirumuskan dengan benar.

Kegagalan merumuskan hipotesis akan mengaburkan hasil penelitian. Meskipun

hipotesis telah memenuhi syarat secara proposional, jika hipotesis tersebut masih

abstrak bukan saja membingungkan prosedur penelitian, melainkan juga sukar diuji

secara nyata.

Untuk dapat memformulasikan hipotesis yang baik dan benar, sedikitnya

harus memiliki beberapa ciri-ciri pokok, yakni:

a) Hipotesis merupakan hubungan antara dua variabel atau lebih.

Berarti hipotesis merupakan dugaan tentang hubungan antara variabel. Ketika

hipotesis dirumuskan maka harus ditegaskan mana yang menjadi variabel

dependen dan mana yang sebagai variabel independen serta bagaimana

hubungannya.

12

Page 13: Pengujian Hipotesis

b) Hipotesis harus konsisten dengan keberadaan ilmu pengetahuan

Hipotesis tidak bertentangan dengan pengetahuan yang telah ditetapkan

sebelumnya. Dalam beberapa masalah, dan terkhusus pada permulaan penelitian, ini

harus berhati-hati untuk mengusulkan hipotesis yang sependapat dengan ilmu

pengetahuan yang sudah siap ditetapkan sebagai dasar. Serta poin ini harus sesuai

dengan yang dibutuhkan untuk memeriksa literatur dengan tepat oleh karena itu

suatu hipotesis harus dirumuskan bedasar dari laporan penelitian sebelumnya.

c) Hipotesisi harus sederhana dan spesifik

Hipotesis harus bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan sebenarnya.

Peneliti harus bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan yang sebenarnya. Peneliti

harus memiliki hubungan eksplisit yang diharapkan di antara variabel dalam istilah

arah (seperti, positif dan negatif). Satu hipotesis menyatakan bahwa X berhubungan

dengan Y adalah sangat umum. Hubungan antara X dan Y dapat positif atau negatif.

Selanjutnya, hubungan tidak bebas dari waktu, ruang, atau unit analisis yang jelas.

Jadi, hipotesis akan menekankan hubungan yang diharapkan di antara variabel,

sebagaimana kondisi di bawah hubungan yang diharapkan untuk dijelaskan.

Sehubungan dengan hal tersebut, teori menjadi penting secara khusus dalam

pembentukan hipotesis yang dapat diteliti karena dalam teori dijelaskan arah

hubungan antara variabel yang akan dihipotesiskan.

d) Hipotesis harus bisa diuji.

Instrumen harus ada (atau dapat dikembangkan) yang akan menggambarkan

ukuran untuk yang valid dari variabel yang diliputi. Kemudian, hipotesis dapat diuji

dengan metode yang tersedia yang dapat digunakan untuk mengujinya sebab peneliti

dapat merumuskan hipotesis yang bersih, bebas nilai, dan spesifik, serta menemukan

bahwa tidak ada metode penelitian untuk mengujinya. Oleh sebab itu, evaluasi

hipotesis bergantung pada eksistensi metode-metode untuk mengujinya, baik metode

pengamatan, pengumpulan data, analisis data, maupun generalisasi.

13

Page 14: Pengujian Hipotesis

2.4 Jenis-Jenis Pengujian Hipotesis

Hipotesis tidak pernah dibuktikan kebenarannya, tetapi diuji validitasnya.

Kecocokan hipotesis dengan fakta bukanlah membuktikan hipotesis, karena bukti

tersebut memberikan alasan kepada kita untuk menerima hipotesis, dan hipotesis

adalah konsekuensi logis dari bukti yang diperoleh.

Untuk menguji hipotesis diperlukan data atau fakta-fakta. Kerangka pengujian

harus ditetapkan lebih dahulu sebelum si peneliti mengumpulkan data. Pengujian

hipotesis memerlukan pengetahuan yang luas mengenai teori, kerangka teori,

penguasaan penggunaan teori secara logis, statistik dan teknik-teknik pengujian. Cara

pengujian hipotesis bergantung dari metode dan desain penelitian yang digunakan.

2.4.1 Jenis Hipotesis Secara umum

Secara umum hipotesis dapat diuji melalui dua cara, yaitu mencocokkan

dengan fakta, atau dengan mempelajari konsistensi logis.

1.Menguji hipotesis dengan konsistensi logis

Penggunaan logika memang berperan penting dalam menguji hipotesis

dengan konsistensi logis. Logika adalah ilmu yang mempelajari cara memberi alas an.

Karena cara memeberi alas an adalah berkenaan dengan berfikir tentang berfikir.

Secara lebih luas, logika adalah studi tentang operasional memberi alasan, dengan

mana fakta-fakta diamati, bukti-bukti dikumpulkan, dan kesimpulan yang wajar

diambil. Dengan demikian, logika tidak lain adalah metode memberi alasan. Cara

penarikan kesimpulan dengan berfikir secara valid dinamakan berfikir secara logis.

Logika adalah cara menalar dimana data diamati dan dibagi-bagi, buktinya

dicari dan dipertimbangkan, dan kemudian kesimpulan diambil. Ada dua cara dalam

14

Page 15: Pengujian Hipotesis

memberi alasan, yaitu cara deduktif, (dari umum menjadi spesifik), dan cara induktif,

(dari spesifik menuju umum.

a. Alasan deduktif

Alasan deduktif adalah cara memberi alasan dengan berfikir dan bertolak dari

pernyataan yang bersifat umum dan menarik kesimpulan yang bersifat khusus

atau spesifik. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya dengan jalan

menggunakan pola berfikir yang disebut sillogisma. Sillogisma berasal dari

kota Yunani yang berarti sama-sama. Suatu sillogisma terdiri dari tiga

kalimat, dimana dua kalimat pertama adalah dua proposisi atau premis dan

kalimat terakhir adalah suatu kesimpulan. Premis-premis gunanya untuk

memberikan dasar atau alsan agar memperoleh esimpulan pada kalimat

ketiga.

b. Alasan induktif

Alasan induktif adalah cara berfikir untuk memberi alasan yang dimulai

dengan pernyataan-pernyataan yang spesifik untuk menyusun suatu

argumentasi yang bersifat umum. Alasan secara induktif banyak digunakan

untuk menjajaki aturan-aturan alamiah dari suatu fenomena. Karena dalam

kehidupan jagat raya ilmu tidak menggugat pencipta, tetapi menelaah sebab

dan akibat dari kejadian di jagad raya yang telah diciptakan Allah. Alasan-

alasan induktif banyak digunakan dalam pembuktiannya.

Dalam alasan nduktif, suatu kesimpulan umum ditarik dari pernyataan

spesifik. Misalnya, dari pengamatan bahwa ikan ada mulut, kodok ada mulut,

ayam ada mulut, kuda ada mulut, kambing ada mulut, burung ada mulut,

maka ditarik kesimpulan bahwa semua binatang ada mulut.

Dalam menguji hipotesis seacara konsistensi logis, tidak ada suatu ketentuan

apakah seorang peneliti harus menggunakan alasan deduktif atau induktif. Dengan

perkataan lain, dalam proses pengujian hipotesis peneliti tidak mempunyai batasan

yang nyata dalam memberikan alasan untuk menguji, mengutak-ngatik data, serta

15

Page 16: Pengujian Hipotesis

variabel khas untuk menguji hipotesis ataupun dari suatu hal yang umum

diturunkannya ke sifat-sifat khas untuk menguji hipotesis.

Alasan deduktif sering digunakan oleh si peneliti untuk menguji hipotesis.

Dari hubungan-hubungan yang kompleks dari fenomena dapat ditarik suatu proposisi

sebagai suatu factor penyebab dalam pengujian hipotesis. Dalam hal ini, si peneliti

menyaring dari perilaku yang kompleks sebuah ide yang cocok dengan hipotesisnya.

Cara deduksi memberi tiga keuntungan (Cohen, 1931).

a. Menolong menemukan beberapa asumsi yang benar serta memperbanyak

hipotesis alternative sebagai hipotesis pendamping.

b. Deduksi serta akibat-akibatnya akan memperjelas arti hipotesis sehingga akan

menolong proses pengujian hipotesis.

c. Proses induksi dalam cara berfikir dapat membantu menghindari hal-hal yang

tidak relevan, dan induksi merupakan kunci untuk menyelesaikan teka-teki.

Penggunaan alasan induksi dalam menguji hipotesis mempunyai dua macam

keuntungan. Pertama, pernyataan atau kesimpulan yang diambil yang mempunyai

sifat umum, lebih ekonomis. Berbagai fakta mempunyai hubungan dan pengumpulan

fakta tesebut dapat merupakan satu esensi yang menyeluruh. Kedua, pernyataan yang

bersifat umum tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk memberikan alasan lebih

lanjut, baik secara induktif maupun deduktif. Secara induktif, dari pernyataan yang

bersifat umum dapat disimpulkan menjadi sifat yang lebih umum lagi. Misalnya,

karena binatang mempunyai mulut, dan manusia mempunyai mulut, maka

disimpulkan bahwa semua mahkluk Tuhan mempunyai mulut.

2. Menguji dengan Mencocokkan Fakta

Satu cara lagi menguji hipotesis adalah dengan mencocokkan fakta. Hal ini

sering dilakukan pada penelitian dengan metode percobaan. Si peneliti, dalam hal ini,

mengadakan percobaan untuk mengumpulkan data yang akan digunakan untuk

16

Page 17: Pengujian Hipotesis

menguji hipotesisnya. Pada percobaan tersebut si peneliti menggunakan control.

Kontrol dalam suatu percobaan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

a) Dengan manipulasi fisik

Manuipulasi fisik dapat dilaksanakan dengan berbagai cara dengan

menggunakan berbagai alat. Manipulasi fisik dapat berupa manipulasi

mekanis dengan menggunakan listrik, dengan cara pembedahan, dengan cara

farmakologi, dan sebagainya. Misalnya seorang peneliti ingin melihat

pengaruh pemangkasan terhadap produksi kopi. Si peneliti adan melakukan

manipulasi fisik terhadap kopi percobaannya, yaitu memangkas tanaman kopi

secara mekanis, dengan menggunakan pisau pemangkas. Seorang peneliti lain

akan mencoba efekivitas racun hama, maka ia akan melakukan manipulasi

farmakologis dalam percobaan di laboratorium akan melakukan manipulasi

kimiawi. Sering kali, peneliti melakukan banyak ragam manipulasi dalam satu

percobaan

b) Dengan pemilihan bahan atau desain.

Control dalam percobaan juga dapat dikerjakan dengan seleksi, baik

seleksi bahan ataupun seleksi terhadap desain percobaan yang akan

digunakan. Dalam metode percobaan, si peneliti dapat memilih sesuka hati

bahan-bahan yang digunakan asal saja bahan tersebut sesuai dengan tujuan

( apakah menggunakan cangkul, peptisida, rumpur, pupuk, dan sebagainya),

ataupun masalah penelitian yang dipilih (apakah pemupukan, penyiangan,

penyemprotan, dan sebagainya).

Dengan desai percobaan yang dipilih jumlah replikasi dan perlakukan

dapat di atur, dan pengamatan dilakukan untuk menguji hipotesis. Jika data

cocok dengan hipotesis, maka hipotesis diterima. Sebaliknya, jika hasil

percobaan tidak cocok dengan hipotesis, maka hipotesis ditolak atau di

simpan.

17

Page 18: Pengujian Hipotesis

Contoh pengujian hipotesis dengan cara memcocokkan dengan fakta dapat

dilihat sebagai berikut.

Seorang peneliti dahadapkan kepada masalah berikut.

Apakah diperlukan cahaya supaya biji jagung dapat tumbuh? Dari masalah ini

si peneliti merumuskan sebuah hipotesis nul. Yaitu biji jagung tidak

memerlukan cahaya untuk tumbuh. Hipotesis tersebut diuji dengan cara

mencocokkan dengan fakta dari percobaan.

1. Masalah

Apakah biji jangung memerlukan cahaya untuk tumbuh

2. Hipotesis

Biji jagung tidak memerlukan cahanya untuk tumbuh

3. Ho.Alternatif

Biji jagung memerlukan cahanya untuk tumbuh

4. Menguji Hipotesis

Hipotesis diuji dengan mengadakan percobaan

a) Si peneliti menyediakan biji jangung yang daya kecambahnya baik

b) Disediakan suatu tempat di mana kondisi tanah, suhu, cuaca,dan

sebagainya cukup ideal untuk pertumbuhan jagung

c) Si peneliti membagi biji jagung atas dua perlakuan:

- Sebagian dibiarkan memperoleh cahaya

- Sebagain lagi tidak diberi cahaya (ditutup)

d) Si peneliti melakukan pengamatan selama tujuh hari

5. Hasil Pengamatan

Biji jagung yang kena cahaya tumbuh dengan baik dalam tempo tujuh

hari. Sebaliknya biji jagung yang tertutup (tanpa cahaya) tidak tumbuh

dalam tempo tujuh hari.

6. Kesimpulan

Biji jagung memerlukan cahaya untuk tumbuh. Dengan perkataan lain, si

peneliti menolak hipotesis nulnya, dan menerima hipotesis alternatif.

18

Page 19: Pengujian Hipotesis

2.4.2 Hipotesis Berdasarkan Arah atau Bentuk Formulasi Hipotesis

a) Pengujian Hipotesis Dua Pihak (two tail test)

Pengujian hipotesis dua pihak adalah pengujian hipotesis dimana Hipotesis

Nol (Ho) berbunyi “sama dengan” dan Hipotesis Alternatif (Ha) berbunyi “tidak

sama dengan”.

Ho : β = 0

Ha : β ≠ 0

b) Pengujian Hipotesis Sisi Kiri

Pengujian hipotesis sisi kiri adalah pengujian hipotesis dimana Hipotesis Nol

(Ho) berbunyi “lebih besar atau sama dengan”.

Secara simbolis dapat ditulis sebagai berikut:

Ho : β 1 ≥ 0

Ha : β 1 < 0

c) Pengujian Hipotesis Sisi Kanan

Pengujian hipotesis sisi kanan adalah pengujian hipotesis dimana Hipotesis

Nol (Ho) berbunyi “ lebih kecil atau sama dengan”.

Ho : β 1 ≤ 0

Ha : β 1 > 0

2). Berdasarkan Jenis Parameter

a) Pengujian hipotesis tentang rata-rata

19

Page 20: Pengujian Hipotesis

Pengujian tentang hipotesis rata-rata adalah pengujian hipotesis mengenai

populasi yang didasarkan atas data sampelnya.

Contoh:

1) Pengujian hipotesis beda dua rata-rata

2) Pengujian hipotesis beda lebih dari dua rata-rata

b) Pengujian hipotesis tentang proporsi

Pengujian hipotesis tentang proporsi adalah pengujian hipotesis mengenai

proporsi polpulasi yang didasarkan atas data sampelnya.

Contoh:

1) Pengujian hipotesis beda dua proporsi

2) Pengujian hipotesis beda lebih dari dua proporsi

2.5 Bentuk-Bentuk Perumusan Hipotesis

Berdasarkan tingkat eksplanasi hipotesis yang akan diuji atau jenis

permasalahannya maka perumusan hipotesis dapat dikelompokkan menjadi tiga

kelompok, yaitu:

1. Hipotesis Deskriptif

Hipotesis deskriptif adalah hipotesis mengenai nilai suatu variabel mandiri yang

tidak dalam bentuk perbandingan atau hubungan.

Contoh:

Jika perumusan masalahnya berbentuk sebagai berikut:

1) Berapa rata-rata penghasilan petani tembakau di daerah “X”?

20

Page 21: Pengujian Hipotesis

2) Seberapa baik gaya kepemimpinan Bupati didaerah “X”?

Perumusan hipotesis deskriptif adalah:

1) Rata-rata penghasilan petani tembakau di daerah “X” adalah lima juta setiap

panen.

2) Gaya kepemimpinan Bupati di daerah “X” hanya mendekati 40% dari yang

diharapkan.

2.Hipotesis Komparatif

Hipotesis komparatif adalah hipotesis mengenai nilai perbandingan anatara

sutu variabel dengan variabel lainnya.

Contoh:

Jik perumusan masalah sebagai berikut:

1) Bagaimana rata-rata penghasilan petani tembakau di daerah “X” dibandingkan

dengan rata-rata penghasilan petani tembakau di daerah “Y”?

2) Bagaimana gaya kepemimpinan Bupati di daerah “X” dibandingkan dengan

gaya kepemimpinan Bupati di daerah “Y”?

Perumusan masalahnya adalah:

1) Rata-rata penghasilan petani tembakau di daerah “X” lebih rendah daripada

rata-rata penghasilan petani tembakau di daerah “Y”.

2) Gaya kepemimpinan Bupati di daerah “x” lebih buruk dibandingkan dengan

gaya kepemimpinan Bupati daerah “Y”.

3) Hipotesis Asosiatif

21

Page 22: Pengujian Hipotesis

Hipotesis asosiatif adalah hipotesis mengenai nilai hubungan antara satu atau

lebiih variabel dengan satu atau variabel lainnya.

Contoh:

Jika perumusan maslah berbentuk sebagai berikut:

1) Bagaimana bentuk hubungan antara insentif dengan prestasi karyawan?

2) Bagaimana bentuk hubungan antara pajak dengan investasi?

Perumusan hipotsesi asosiatifnya adalah:

1) Ada hubungan positif antara insentif dengan prestasi karyawan

2) Ada hubungan negative antara pajak dengan investasi

Berdasarkan uji statistic, perumusan hipotesis dapat dibedakan menjadi dua jenis,

yaitu:

1. Hipotesis Nol atau Hipotsesis Nihil

Hipotesis Nol adalah hipotesis yang dirumuskan sebagai suatu pernyataan

yang diuji, disimbulkan dalam bentuk Ho. Hipotesis Nol sering dinyatakan dalam

bentuk: tidak ada perbedaan, tidak ada pengaruh, dan sebagainya.

Contoh

1) Tidak ada perbedaan kinerja antara PNS yang lulus S1 dengan PNS yang

lulusan S2.

2) Tidak ada pengaruh pelatihan terhadap kinerja karyawan.

2. Hipotesis Alternatif atau Hipotesis Kerja

22

Page 23: Pengujian Hipotesis

Hipotesis alternatif (disimbolkan Ha) adalah hipotesis yang dirumuskan

sebagai lawan hipotesis nol. Hipotesis alternatif sering dinyatakan sebagai: ada

perbedaan, ada pengaruh, dan lain sebagainya.

Contoh perumusan hipotesis alternative:

1) Ada perbedaan kinerja antara PNS yang lulusan S1 dengan PNS yang lulusan

S2.

2) Ada pengaruh pelatihan terhadap kinerja karyawan

2.6 Sumber-Sumber Perumusan Hipotesis

a) Hasil penelitian terdahulu

Yaitu hasil-hasil penelitian yang sudah ada di9susun kembali menjadi hipotesis yang

kemudian diuji kemmbali kebenarannya.

b) Teori dan Konsepsi

Teori-teori dan konsep-konsep yang sdudah ada lalu dikendalikan sedemikian rupa

sehingga dapat dibentuk suatu hipotesis penelitian.

c) Dari peneliti sendiri

Yaitu dari sumber pengetahuan umum peneliti mengenai bidang yang akan

ditelitinya.

2.7 Hipotesis Penelitian Dan Hipotesis Statistik

23

Page 24: Pengujian Hipotesis

Hipotesis penelitian adalah hipotesis yang digunakan dalam suatu penelitian.

Sedangkan hipotesis statistic adalah hipotesis yang digunakan untuk menguji

hipotesis penelitian yang didasarkan atas data yang diperoleh dari sampel.

Contoh:

Hipotesis penelitian:

“Ada hubungan positif dan signifikan antara pelatihan dengan kinerja pegawai”

Hipotesis statistik”.

Ho: Tidak ada hubungan positif antara penelitian dengan kinerja pegawai.

Ha: Ada hubungan positif dan signifikan antara pelatihan dengan kinerja pegawai.

2.8 Hipotesis Dan Estimasi

Pada dasarnya menguji hipotesis adalah menaksir parameter populasi

didasarkan atas data sampel. Ada dua metode menaksir yaitu point estimate dan

interval estimate. Titik taksian ( point estimate) adalah metode menaksir parameter

populasi didasarkan satu nilai dari rata-rata data sampel. Sebagai contoh, penghasilan

petani udang di desa Lampon Kabupaten Banyuwangi Rp. 1000.000/bulan.

Sedangkan taksiran interval (interval estimate) adalah metode menaksir parameter

populasi yang didasarkan pada nilai interval rata-rata ata sampel. Contohnya,

penghasilan petani udang di desa Lampon Kabupaten Banyuwangi berkisar antara Rp

1.000.000 hingga Rp 1.500.000 setiap bulannya.

Penaksiran dengan point estimate memiliki resiko lebih besar disbanding

penaksiran dengan interval estimate. Makin besar interval taksirannya akan semakin

kecil kemungkinan kesalahannya. Estimate interval sangat erat kaitannya dengan

selang kepercayaan (confidence interval). Yaitu interval yang menunjukkan rentang

24

Page 25: Pengujian Hipotesis

kepercayaan peneliti terhadap jawaban yang diberikan oleh responden, yang biasanya

ditunjukan dengan angka minus dan plus. Untuk memeproleh rentang kepercayaan

peneliti terhadap jawaban yang diberikan oleh responden diperlukan tingkat

kepercayaan atau derajat kepercayaan. Tingkat kepercayaan yang sering digunakan

adalah 90%,95% dan 99%

2.9 Cara Menguji Hipotesis

Apabila peneliti telah mengumpulkan dan mengolah data, bahan pengujian

hipotesis tentu akan sampai kepada suatu kesimpulan menerima atau menolak

hipotesis tersebut. Di dalam menentukan penerimaan dan penolakan hipotesis maka

hipotesis alternatif (Ha) diubah menjadi hipotesis nol (Ho). Misal dengan asumsi

bahwa populasi tergambar dalam kurva normal. Maka jika kita menentukan taraf

kepercayaan 95% dengan pengetesan 2 ekor, maka akan terdapat

dua daerah kritik, yaitu di ekor kanan dan di ekor kiri kurva, masing-masing 2½%.

Daerah kritik Daerah Penerimaan

2½%. Ho 95% Daerah kritik 2½%.

25

Page 26: Pengujian Hipotesis

Daerah kritik merupakan daerah penolakan hipotesis (hipotesis nihil) dan

disebut daerah signifikansi. Sebaliknya daerah yang terletak di antara dua daerah

kritis, yang diarsir, dinamakan daerah penerimaan hipotesis, atau daerah non-

signifikansi. Cara menguji hipotesis, menggunakan daerah kurva normal dan dari

perhitungan Z-score dengan rumus:

Z= X - X

SD

Apabila harga Z-score terletak di daerah penerimaan Ho, maka Ha yang dirumuskan,

tidak diterima.

2.10 Pengujian Hipotesis dalam Analisa Inferensi

Pengujian hipotesis adalah suatu prosedur yang akan menghasilkan suatu

keputusan yaitu keputusan menerima atau menolak hipotesis yang telah dirumuskan.

Dalam pengujian hipotesis, keputusan yang dibuat mengandung ketidakpastian,

artinya keputusan bias benar atau salah.

Ada beberapa langkah untuk menguji hipotesis, yaitu:

a. Merumuskan hipotesis

Pada analisa inferensi menggunakan hipotesis yang untuk diuji. Hipotesis

digunakan untuk menguji data sampel untuk digeneralisasikan kepada populasi. Pada

tahap perumusan hipotesis, kita merumuskan dua hipotesis yaitu: Ho dan Ha.

Hipotesis Nol (Ho)

Hipotesis Alternatif (Ha)

b. Merumuskan Hipotesis

c. Menentukan Confidence level dan confidence interval

26

Page 27: Pengujian Hipotesis

Parameter sampel dapat dikatakan mewakili atau sama dengan parameter populasi

apabila hasil uji statistiknya mengatakan signifikan. Untuk melakukan uji statistik,

kita perlu menentukan tingkat kepercayaan (confidence level) untuk mendapatkan

populasi. Misalnya derajat kepercyaan 95% menunjukan bahwa peneliti 95% yakin

bahwa populasi penelitian jika ditanya akan memberikan jawaban terhadap

pertanyaan yang diajukan oleh peneliti dalam rentang derajat kepercayaan yang telah

ditetapkan tersebut.

Kemudian selang kepercayaan (confidence interval) adalah interval yang

menunjukkan rentang kepercayaann peneliti terhadap jawaban yang diberikan oleh

responden, yang biasanya ditunjukan dengan angka minus dan plus. Sebagai contoh

jika peneliti menggunakan interval kepercayaan 4 dan dari hasil penelitian diperoleh

data 47% responden menjawab “ya” dapat berarti bahwa yang menjawab “ya”

sebenarnya terentang antara 43% (47-4) dan 51% (47+).

d. Melakukan uji statistik

Uji statistik misalnya tes, anova, chi square.

e. Melakukan analisa dan menarik kesimpulan

Penarikan kesimpulan bias diartikan penetapan keputusan untuk menolak atau

menerima hipotesis nol. Didalam output SPSS, kita bias secara langsung membuat

keputusan dengan didasarkan pada nilai probalitas (sig). Dengan tingkat percayan

5%, kita dapat mengambil keputusan.

2.11 Hal-hal yang Dapat Menyebabkan Suatu Hipotesis Tidak Terbukti

1) Teori yang tidak kontekstual dengan kondisi penelitian yang akan dilakukan.

Bila landasan teori yang digunakan sudah kadaluarsa, kurang valid atau kurang

relevan diterapkan maka hipotesisnya akan menjadi salah. Hal ini dapat terjadi karena

27

Page 28: Pengujian Hipotesis

peneliti salah dalam memilih sumber bacaan atau kurang dalam membaca

kepustakaan, sehingga tidak menetahui informasi terakhir di bidang tersebut.

2)Kesalahan sampling

Yaitu apabila sampel yang diambil tidak representatif. Baik karena terlalu kecil

atau kurang merata, sehingga tidak mencerminkan karakteristik dari populasi.

3)Kesalahan perhitungan

Walaupun metode dan rumus yang digunakan sudah benar, tapi kalau terjadi

kesalahan dalam menghitung akan menjadi hipotesis salah, meskipun kebenaran

hipotesis tersebut sudah benar.

4)Kesalahan Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian adalah semacam strategi dan pedoman untuk menentukan

langkah-langkah penelitian guna menguji hipotesis. Apabila rancangannya salah

sudah bvarang tentu hipotesisnya tidak terbukti.

5)Pengaruh Varibel Luaran

Bila pengaruh variable luaran terdapat data yang sangat kuat, sehingga data yang

dikumpulkan buklan data yang dimaksud, mak hipotesis tidak dapat terbukti,

Kesalahan dalam Pengujian Hipotesis

Dalam pengujian hipotesis, keputusan yang diambil berupa penerimaan atau

penolakan. Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian bias benar atau bias juga

salah. Apabila hipotesis benar seharusnya tidak ditolak (diterima). Tetapi apabila

hipotesis salah seharusnya ditolak. Namun, dapat pula terjadi keslahan yaitu

hipotesis yang benar dan seharusnya tidak ditolak malah ditolak.

28

Page 29: Pengujian Hipotesis

Ada dua tipe kesalahan, yaitu:

1. Kesalahan tipe I adalah bentuk kesalahan apabila menolak Hipotesis Nol (Ho)

yang benar (yang seharusnya diterima), tingkat keslahannya dinyatakan

dengan σ (alpha).

2. Kesalahan tipe II adalah bentuk kesalahan menerima hipotesis yang salah

(yang seharusnya ditolak), tingkat kesalahannya dinyatakan dengan β (beta).

Tingkat kesalahan selanjutnya disebut tingkat signifikansi (level of

significant). Ketika kita menguji hipotesis pasti menentukan tingkat

signifikansi terlebih dahulu, biasanya 1% atau 5%. Uji hipotesis dengan

tingkat signifikansi 5%, berarti penelitian yang dilakukan terhadap 100

sampel dari suatu populasi maka akan terdapat 5 kesalahan.

2.12 Penelitian Tanpa Hipotesis

Pendapat pertama mengatakan, semua penelitian pasti berhipotesis. Semua

peneliti diharapkan menentukan jawaban sementara, yang akan diuji berdasarkan data

yang diperoleh. Hipotesis harus ada karena jawaban penelitian juga harus ada, dan

butirbutirnya sudah disebut dalam problematika maupun tujuan penelitian. Pendapat

kedua mengatakan, hipotesis hanya dibuat jika yang dipermasalahkan menunjukkan

hubungan antara dua variabel atau lebih. Jawaban untuk satu variabel yang sifatnya

deskriptif, tidak perlu dihipotesiskan. Penelitian eksploratif yang jawabannya masih

dicari dan sukar diduga, tentu sukar ditebak apa saja, atau bahkan tidak mungkin

dihipotesiskan.

Berdasarkan pendapat kedua ini maka mungkin sekali di dalam sebuah

penelitian, banyak hipotesis tidak sama dengan banyaknya problematika dan tujuan

penelitian. Mungkin problematika unsur 1 dan 2 yang sifatnya deskriptif tidak diikuti

dengan hipotesis, tetapi problematika nomor 3 dihipotesiskan. Daerah kritik 2.%

Daerah Kritik 2.%

29

Page 30: Pengujian Hipotesis

Contoh: Hubungan antara motivasi berprestasi dengan etos kerja para karyawan

kantor A.

Problematika 1: Seberapa tinggi motivasi berprestasi karyawan kantor A? (tidak

dihipotesiskan).

Problematika 2: Seberapa tinggi etos kerja karyawan kantor A? (tidak dihipotesiskan)

Problematika 3: Apakah ada dan seberapa tinggi hubungan antara motivasi

berprestasi dengan etos kerja karyawan kantor A?

Hipotesis: Ada hubungan yang tinggi antara motivasi berprestasi dengan etos kerja

karyawan kantor A.

30

Page 31: Pengujian Hipotesis

BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hipotesis adalah pernyataan atau dugaan yang bersifat sementara terhadap suatu

masalah penelitian yang kebenarannya masih lemah (belum tentu kebenarannya)

sehingga harus diuji secara empiris. Hipotesis berasal dari kata hypo yang berarti

lemah dan thesa yang berarti pernyataan. Pernyataan atau dugaan tersebut sering

disebut sebagai proporsi. Hipotesis kadang bias merupakan kesimpulan sementara

yang harus diuji kebenarannya. Dugaan maupun kesimpulan sementara yang masih

ada kemungkinan benar atau salah, maka harus diuji kebenarannya agar

menghasilkan informasi yang benar dan bermanfaat. Dalam suatu penelitian,

hipotesis merupakan arah atau pedoman untuk membatasi variable yang digunakan,

meskipun tidak semua penelitian memerlukan hipotesis. Penelitian yang bersifat

eksploratif tidak memerlukan hipotesis karena pada penelitian ini, peneliti menggali

informasi dan data.

Satu hipotesis dapat diuji apabila hipotesis tersebut dirumuskan dengan benar.

Kegagalan merumuskan hipotesis akan mengaburkan hasil penelitian. Meskipun

hipotesis telah memenuhi syarat secara proposional, jika hipotesis tersebut masih

abstrak bukan saja membingungkan prosedur penelitian, melainkan juga sukar diuji

secara nyata.

Untuk dapat memformulasikan hipotesis yang baik dan benar, sedikitnya harus

memiliki beberapa ciri-ciri pokok, yakni:

a) Hipotesis merupakan hubungan antara dua variabel atau lebih.

Berarti hipotesis merupakan dugaan tentang hubungan antara variabel. Ketika

hipotesis dirumuskan maka harus ditegaskan mana yang menjadi variabel dependen

dan mana yang sebagai variabel independen serta bagaimana hubungannya.

31

Page 32: Pengujian Hipotesis

b) Hipotesis harus konsisten dengan keberadaan ilmu pengetahuan

Hipotesis tidak bertentangan dengan pengetahuan yang telah ditetapkan

sebelumnya. Dalam beberapa masalah, dan terkhusus pada permulaan penelitian, ini

harus berhati-hati untuk mengusulkan hipotesis yang sependapat dengan ilmu

pengetahuan yang sudah siap ditetapkan sebagai dasar. Serta poin ini harus sesuai

dengan yang dibutuhkan untuk memeriksa literatur dengan tepat oleh karena itu suatu

hipotesis harus dirumuskan bedasar dari laporan penelitian sebelumnya.

c) Hipotesisi harus sederhana dan spesifik

Hipotesis harus bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan sebenarnya. Peneliti

harus bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan yang sebenarnya. Peneliti harus

memiliki hubungan eksplisit yang diharapkan di antara variabel dalam istilah arah

(seperti, positif dan negatif). Satu hipotesis menyatakan bahwa X berhubungan

dengan Y adalah sangat umum. Hubungan antara X dan Y dapat positif atau negatif.

Selanjutnya, hubungan tidak bebas dari waktu, ruang, atau unit analisis yang jelas.

Jadi, hipotesis akan menekankan hubungan yang diharapkan di antara variabel,

sebagaimana kondisi di bawah hubungan yang diharapkan untuk dijelaskan.

Sehubungan dengan hal tersebut, teori menjadi penting secara khusus dalam

pembentukan hipotesis yang dapat diteliti karena dalam teori dijelaskan arah

hubungan antara variabel yang akan dihipotesiskan.

d) Hipotesis harus bisa diuji.

Instrumen harus ada (atau dapat dikembangkan) yang akan menggambarkan

ukuran untuk yang valid dari variabel yang diliputi. Kemudian, hipotesis dapat diuji

dengan metode yang tersedia yang dapat digunakan untuk mengujinya sebab peneliti

dapat merumuskan hipotesis yang bersih, bebas nilai, dan spesifik, serta menemukan

bahwa tidak ada metode penelitian untuk mengujinya. Oleh sebab itu, evaluasi

32

Page 33: Pengujian Hipotesis

hipotesis bergantung pada eksistensi metode-metode untuk mengujinya, baik metode

pengamatan, pengumpulan data, analisis data, maupun generalisasi.

Pada dasarnya menguji hipotesis adalah menaksir parameter populasi didasarkan

atas data sampel. Ada dua metode menaksir yaitu point estimate dan interval

estimate. Titik taksian ( point estimate) adalah metode menaksir parameter populasi

didasarkan satu nilai dari rata-rata data sampel.

Hipotesis penelitian adalah hipotesis yang digunakan dalam suatu penelitian.

Sedangkan hipotesis statistic adalah hipotesis yang digunakan untuk menguji

hipotesis penelitian yang didasarkan atas data yang diperoleh dari sampel.

Apabila peneliti telah mengumpulkan dan mengolah data, bahan pengujian

hipotesis tentu akan sampai kepada suatu kesimpulan menerima atau menolak

hipotesis tersebut. Di dalam menentukan penerimaan dan penolakan hipotesis maka

hipotesis alternatif (Ha) diubah menjadi hipotesis nol (Ho).

3.2 Saran

Kepada pembaca diharapkan untuk terus meningkatkan kompetensi dan

wawasan yang berhubungan dengan penelitian. Hal ini dikarenakan penelitian

merupakan cara primer manusia dalam mengembangkan kajian ilmu. Dengan

berkembangnya ilmu bimbingan dan konseling tentunya akan mempermudah

personal-personal dalam menghadapi persoalan-persoalan hidup yang makin

kompleks mengikuti perkembangan masa.

33

Page 34: Pengujian Hipotesis

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta:Rineka Cipta.

Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian.Indonesia: Ghalia

Purwanto, Agus, Erwan & Sulistyastuti, Ratih, Dyah. 2007. Metode Penelitian

Kuantitatif. Yogyakarta: Gava Media.

Sumber Internet :

Herlina. Ika. Lehdyane. 2012. Uji Hipotesis. Universitas Brawijaya. [Serial Online]

http://ledhyane.lecture.ub.ac.id/files/2012/11/PENGUJIAN-HIPOTESIS.pdf (di akses

pada tanggal 5 november 2013)

34