Upload
nguyennhu
View
244
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGULANGAN TINDAK PIDANA PENCURIAN
(Analisis Putusan Pengadilan Negeri 201/Pid.B/2014/PN.MJL)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Oleh :
Keken Rizka Fitri Assholihati
NIM: 1113045000018
PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/ 2017 M
i
ii
iii
iv
ABSTRAK
Keken Rizka Fitri Assholihati. NIM 1113045000018. PENGULANGAN
TINDAK PIDANA PENCURIAN (Analisis Putusan Perkara Pengadilan Negeri
Majalengka Nomor 201/Pid.B/2014/PN.MJL). Program Studi Hukum Pidana
Islam, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. 1438 H/2017 M.
Kejahatan yang semakin merajalela di lingkungan berbangsa dan
bernegara dengan berbagai macam bentuk yang variatif. Salah satu faktor
determinan terjadinya kejahatan ialah kebutuhan yang mendesak harus dipenuhi
namun berbanding terbalik dengan upaya dalam memenuhi kebutuhan tersebut.
Secara tidak langsung, hal itu membuat masyarakat membuat jalan pintas dan
mendorong mereka melakukan suatu kejahatan. Namun, saat penegakan hukum
berlangsung dengan menerapkan hukuman, adanya oknum yang kembali
mengulangi kejahatan tersebut juga meresahkan masyarakat.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yaitu penulis melakukan
pengumpulan data dengan metode kepustakaan. Penulis melakukan
pengidentifikasian secara sistematis dari sumber yang berkaitan dengan objek
kajian. Setelah data diperoleh penulis menganalisis secara yuridis normatif data
yang diperoleh terhadap objek kajian (Putusan Nomor 201/Pid.B/2014/PN.MJL).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Pengulangan (residive) menurut
KUHP dan Hukum Pidana Islam mempunyai konsep yang berbeda dalam
memberikan sanksi hukuman. Kedua bidang ilmu ini sepakat memberikan sanksi
pemberat kepada pelaku yang mengulangi tindak pidana. Akan tetapi, bentuk
sanksi pemberat atau penambahan hukuman yang diberikan sangatlah berbeda.
Kata Kunci : Tindak Pidana, Pengulangan (residive), Pencurian.
Pembimbing : Dr. H. M. Nurul Irfan, M.Ag
Daftar Pustaka : 1960 - 2016
v
لر حمن الر حيمااهلل بسم
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, Yang selalu
menganugrahi nikmat dan karunia yang tiada terkira. Shalawat serta salam selalu
tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, semoga kita menjadi
pengikut Baginda yang diakui serta diberikan syafa’atnya di akhirat kelak. Amin.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ungkapan kebahagiaan
dengan penuh rasa syukur dengan terlaksananya penyusunan skripsi sebagai tanda
selesainya masa studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini. Dalam penyusunan
ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada para pihak yang secara langsung
membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. Selaku Rektor UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, MA. Selaku Dekan Fakultas Syariah
dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. H. M. Nurul Irfan, M. Ag. Selaku Ketua Jurusan Hukum
Pidana Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Dosen Pembimbing
yang telah memberikan waktu, arahan dan motivasi dalam penyusunan
skripsi ini.
4. Bapak Prof. Dr. Yunasril Ali, MA. Selaku Dosen Penasihat Akademik
atas arahan dan motivasinya.
vi
5. Seluruh Dosen dan Staff Hukum Pidana Islam, semoga ilmu yang telah
Bapak dan Ibu berikan selalu bermanfaat bagi penulis dan menjadi
keberkahan dimasa yang akan datang.
6. Teristimewa untuk Bapak Syariful Miftah,almarhumah Yanti Ida serta
adik-adik tersayang, M. Hasby Assydiqi dan M. Akbar Abu Jabar,
yang telah mencurahkan kasih sayang tidak terhingga, serta dukungan
moril dan materiil serta doa kepada penulis.
7. Terkhusus Arya, Lubna, Syamazka, Derifka, Zahrah, Kurnia Hayati,
Fathiyah, Dara, Arsy, Rian, Jauhar, Aldi dan teman-teman
seperjuangan Hukum Pidana Islam angkatan 2013 yang telah
memberikan semangat dan motivasi selama menjalankan perkuliahan
di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Kepada Keluarga Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia
(PMII) yang selalu memberikan support.
9. Kepada Keluarga Besar KKN 109 (SERSAN) yang telah memberikan
bantuan dan dukungan kepada penulis.
10. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan
semangat dan motivasi kepada penulis dalam menjalani kegiatan
akademik dan organisasi selama ini.
Jakarta, 18 April 2017
Keken Rizka Fitri Assholihati
vii
DAFTAR ISI
ABSTRAK .......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ..................................... 7
C. Tujuan dan Manfaat yang Diharapkan ................................... 8
D. Review Pustaka ...................................................................... 9
E. Metode Penelitian .................................................................. 10
F. Sistematika Penulisan ............................................................ 12
BAB II TINJAUAN UMUM PENGULANGAN (RESIDIVE) TINDAK
PIDANA PENCURIAN
A. Tindak Pidana Dan Jenis Sanksi Pidana................................ 14
B. Tindak Pidana Pencurian ....................................................... 27
C. Pengulangan Tindak Pidana (Residive) ................................ 30
viii
BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PENGULANGAN
(RESIDIVE) TINDAK PIDANA PENCURIAN DALAM
PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM
A. Jarimah dan Jenisnya ............................................................. 41
B. Jarimah Pencurian ................................................................. 45
C. Pengulangan Jarimah Menurut Hukum Pidana Islam ........... 52
BAB IV ANALISA PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI
MAJALENGKA NO. 201/PID.B/2014/PN.MJL TENTANG
RESIDIVIS MENURUT KUHP DAN HUKUM PIDANA
ISLAM
A. Deskripsi Kasus ..................................................................... 60
B. Dakwaan ................................................................................ 62
C. Putusan No. 201/Pid.B/2014/PN.Mjl. ................................... 68
D. Analisa Hukum Positif .......................................................... 79
E. Analisa Hukum Islam ............................................................ 82
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................ 86
B. Saran ...................................................................................... 88
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 90
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini segala bentuk kejahatan semakin merajalela di berbagai
pelosok negeri. Tidak hanya di ibukota tetapi di daerah-daerah pun bentuk
kejahatan yang terjadi semakin beragam. Media sebagai acuan informasi bagi
setiap generasi tidak hentinya memberikan informasi terkait tindak pidana atau
kejahatan yang terjadi. Banyak hal yang menjadi faktor pemicunya, seperti salah
satu faktornya kesulitan ekonomi yang kemudian mengarah kepada aksi pencurian
untuk memenuhi segala kebutuhan hidup. Pemenuhankebutuhan hidup tergantung
dari hasil yang diperoleh melalui daya upayayang dilakukan untuk memperoleh
kemakmuran dan kesejahtreaan lahir dan batin.1Tidak lagi mengenal umur,
pelakunya tidak hanya orang dewasa akan tetapi anak dibawah umur sudah begitu
mahir mempraktekannya. Tentu ini membutuhkan perhatian khusus dari berbagai
pihak demi terciptanya generasi yang bermoral baik dan masyarakat yang aman
dari maraknya kejahatan.
Kejahatan dalamkehidupan masyarakat merupakan gejala sosial yang akan
selalu dihadapi oleh setiap manusia, masyarakat, dan bahkan negara.2Tidak hanya
di kota-kota besar di indonesia, persentase tingkat pencurian semakin meningkat
beriringan dengan kebutuhan hidup yang semakin meningkat di setiap daerah di
indonesia baik tingkat provinsi, kabupaten ataupun kecamatan.
1 R. Abdoel Djamali, Pengantar Hukum Indonesia Edisi Revisi ( Jakarta: Rajawali Pers,
2010), h. 1.
2 Bambang Waloyu, Pidana dan Pemidanaan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008) , h. 1.
2
Menurut KUHP, definisi Pencurian yang tertera di Pasal 362, yaitu:
“Barang siapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian
kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan
hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama
lima tahun atau pidana denda paling banyak sembilan ratus rupiah”3.
Di dalam KUHP dijelaskan bagaimana bentuk-bentuk pencurian dari
berbagai objek yang dicuri, situasi atau tempat kejadian, dan subjek yang
melakukan pencurian. Seperti yang dikutip dalam Pasal 363 KUHP ayat (1),
yaitu:
(1) diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun:1. Pencurian
Ternak; 2. Pencurian pada waktu ada kebakaran, letusan, banjir, gempa
bumi, atau gempa laut, gunung meletus, kapal karam, kapal terdampar,
kecelakaan kereta api, huru-hara, pemberontakan atau bahaya perang; 3.
Pencurian di waktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan
tertututp yang ada rumahnya, yang dilakukan oleh orang yang ada disitu
tidak diketahui atau tidak dikehendaki
oleh yang berhak; 4.Pencurian yang
dilakukan oleh dua orang atau lebih; 5. Pencurian yang untuk masuk ke
tempat melakukan kejahatan, atau untuk sampai pada barang yang
diambil, dilakukan dengan merusak, memotong atau memanjat, atau
dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan
palsu.4
Berkaitan dengan hal itu kajian islam juga membahas berbagai kejahatan
atau disebut juga dengan Jarimah. Jarimah-jarimah dalam kajian Fiqih Jinayah
menurut para fukaha banyak sekali membahas Hudud, Jarimah Qisas Diyat, dan
Jarimah Ta‟zir.
Jarimah Hudud yaitu perbuatan melanggar hukum yang jenis dan ancaman
hukumannya ditentukan oleh nas, yaitu hukuman had (Hak Allah). Hukuman had
yang dimaksud tidak mempunyai batas terendah, tertinggi dan tidak bisa
3 Pustaka Mahardika, KUHP dan KUHAP, h. 116
4 Pustaka Mahardika, h. 116
3
dihapuskan oleh perorangan (si korban atau walinya) atau masyarakat yang
mewakili (ulil amri). Para ulama sepakat kalau kategori pada jarimah hudud ada
tujuh, yaitu : Zina, qazf (menuduh zina), sariqah (pencurian), Perampokan atau
penyamunan (hirabah), pemberontakan (al-baghy), minum-minuman keras (Syurb
al-khamr), dan riddah (murtad).5
JarimahQisas Diyat yakni perbuatan yang diancamdengan hukuman Qisas
atau Diyat baik Qisas maupun Diyat merupakan hukuman yang telah ditentukan
batasnya, tidak ada batas terendah dan tertinggi, tetapi menjadi hak perorangan,
ini berbeda dengan hukuman had yang menjadi hak Allah semata. Hukum qisas
diyat penerapannya ada beberapa kemungkinan, seperti hukum qisas bisa berubah
menjadi hukum diyat, hukuman diyat bisa dimaafkan, apabila sudah dimaafkan
maka hukumannya menjadi hapus atau tidak ada hukuman.
Yang termasuk dalam kategori jarimah qisas diyat, yaitu : pembunuhan
sengaja (al-qatlal-amd), pembunuhan semi sengaja (al-qatl sibh al-amd),
pembunuhan keliru (al-qatl al-khata), penganiayaan sengaja (al-jarh al-amd),
penganiayaan salah (al-jarh al-khata).6
Jarimah Ta‟zir yaitu memberi pelajaran, artinya suatu jarimah yang
diancam dengan hukuman Ta‟zir yaitu hukuman had selain qisas diyat.
Pelaksanaan hukuman Ta‟zir, baik yang jenis larangannya ditentukan oleh nas
5 Abdul Qadir Audah, Al-Tasyri Al-Jina‟i Al-Islami, (Kairo: Maktabah Darul Urubah,
1960) , h. 67.
6 Abdul Qadir Audah, Al-Tasyri Al-Jina‟i Al-Islami, h. 79.
4
atau tidak, baik perbuatan itu menyangkut hak Allah atau hak perorangan,
hukumannya tetap semua diserahkan kepada penguasa atau pemimpin.7
Hukum Islam menindak tegas mengenai kejahatan pencurian seperti yang
tertera dalam surat Al-Maidah ayat 38 :
ا كسبا كها وٱنسارق وٱنسارقة فاقطعىا أ يديها جزآ ء ب
اهلل ٨٣ وٱنهه عزيز حكيى يArtinya : ―Adapun orang laki-laki maupun perempuan yang mencuri,
potonglah tangan keduanya sebagai balasan atas perbuatan yang mereka
lakukan dan sebagai siksaan dari Allah‖.
Permasalahannya terjadi jika pelaku pencurian yang sudah melakukan
kejahatan pencurian kembali melancarkan aksinya melakukan kejahatan pencurian
di masyarakat atau disebut juga dengan Residive (Pengulangan). Ini dapat
diartikan bahwa hukuman yang sudah ditetapkan pada pelaku tidak menimbulkan
efek jera pada pelaku itu sendiri dan terus mengulangi perbuatan tindak pidana
yang sama taupun berbeda. Dalam istilah hukum konvensional mutakhir,
pengertian pengulangan tindak pidana (Al-„aud) adalah dikerjakannya suatu
tindak pidana oleh seseorang sesudah ia melakukan tindak pidana lain yang telah
mendapat keputusan akhir. Artinya, pengulangan tindak pidana harus timbul
dalam berulang-ulangnya tindak pidana dari orang tertentu setelah ia mendapat
keputusan terakhir atas dirinya pada salah satu atau pada sebagiannya.
7Ahmad Hanafi, Asas-asas Hukum Pidana Islam,(Jakarta, Bulan Bintang, 1990, cet.4),
hal. 47.
5
KUHP Indonesia tidak mengenal aturan umum tentang pengulangan
kejahatan. Buku tersebut hanya menyebutkan sekumpulan perbuatan tindak
pidana yang bisa menimbulkan pengulangan kejahatan. Karena itu, aturan tentang
pengulangan kejahatan tidak dibicarakan di Buku Pertama yang berisi aturan
umum, tetapi diletakkan di bagian penutup Buku Kedua, yaitu pada Pasal 486,
487, dan 488 yang berisi penyebutan beberapa macam tindak pidana yang
menimbulkan pengulangan kejahatan.
Residive atau pengulangan mempunyai dua arti, yang satu menurut
masyarakat (sosial) dan yang lainnya dalam arti hukum pidana. Menurut arti yang
pertama, masyarakat menganggap bahwa setiap orang yang setelah dipidana,
menjalaninya yang kemudian melakukan tindak pidana lagi, disini ada
pengulangan, tanpa memperhatikan syarat-syarat yang lainnya. Tetapi
pengulangan dalam arti hukum pidana, yang merupakan dasar pemberat pidana
ini, tidaklah cukup hanya melihat berulangnya melakukan tindak pidana, tetapi
dikaitkan pada syarat-syarat tertentu yang ditetapkan Undang-undang.8
Dalam hukum islam bahwa seorang pelaku tindak pidana harus dijatuhi
hukuman yang telah ditetapkan untuk tindak pidana tersebut, tetapi bila pelaku
kembali mengulangi tindak pidana yang pernah dilakukannya, hukuman yang
dijatuhkan kepadanya dapat diperberat. Apabila ia terus mengulangi tindak pidana
tersebut, ia dapat dijatuhi hukuman mati atau hukuman penjara seumur
hidup.Oleh sebab itu, diadakannya penelitian mengenai faktor-faktor determinan
8 Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002),
h. 80.
6
kepada seorang residivis sebagai latar belakang para residivis mengulangi
kejahatan.
Dalam penegakan hukum, penilaian residivisme ini dapat dipergunakan
sebagai pertimbangan putusan pengadilan. Kategori resiko yang ditemukan pada
diri seorang pelanggar hukum dapat dijadikan pertimbangan apakah ia diputus
penjara atau dikembalikan untuk dibina di masyarakat (community based
correction). Melalui proses ini, lembaga pemasyarakatan benar-benar digunakan
hanya untuk individu yang membahayakan bagi masyarakat karena memiliki
resiko yang besar untuk kembali melakukan kejahatan. Melalui proses ini pula,
sistem koreksi diselenggarakan dengan lebih efisien dan efektif.9
Maka disini akan di analisis bagaimana KUHP dan Hukum Pidana Islam
memandang Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia nomor
201/Pid.B/2014/PN.Mjl yang memuat perkara pencurian motor dengan terdakwa
yang ternyata sudah berulang pernah melakukan tindak pidana dan dihukum.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merasa perlu untuk
mengetahui lebih dalam mengenai Pengulangan (residive) dari sudut pandang
KUHP dan Hukum Pidana Islam serta bagaimana pengaturannya. Untuk itu
penulis tuliskan dalam bentuk skripsi dengan judul : “Pengulangan Tindak
Pidana Pencurian (Analisis Putusan Pengadilan Negeri Majalengka Nomor
201/Pid.B/2014/PN.Mjl”
9Iqrak Sulhin dan Yogo Tri Hendiarto, ―Identifikasi Faktor Determinan Residivisme‖,
Jurnal Kriminologi Indonesia Vol. 7 No.III (Desember 2011) : h. 355 – 366.
7
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Fokus masalah dalam studi ini berkisar pada tindak pidana yang dilakukan
seorang warga Majalengka yang sebelumnya sudah pernah menjalani
hukuman karena melakukan tindak pidana yang serupa. Seperti yang tertulis
di dalam putusan MA Nomor 201/Pid.B/2014/PN.Mjl. Dengan demikian,
dalam penelitian ini yang dijadikan masalah pokok ialah bagaimana
pandangan, aturan dan sanksi bagi pelaku yang melakukan tindak pidana
pencurian yang sebelumnya pernah menjalani hukuman dengan tindak pidana
yang serupa.
Dari masalah pokok diatas dapat diuraikan menjadi 2 (dua) sub-masalah
yang dirumuskan dengan pertanyaan (research question) , yaitu:
a. Bagaimana perbedaan pandangan mengenai pengulangan pelaku tindak
pidana pencurian menurut KUHP dan Hukum Pidana Islam ?
b. Bagaimana sanksi pengulangan pelaku tindak pidana pencurian sepeda
motor di Majalengka menurut KUHP dan Hukum Pidana Islam ?
Putusan hakim yang dijadikan fokus kajian dalam studi ini dibatasi pada
putusan MA Nomor 201/Pid.B/2014/PN.Mjl. Kajian putusan Nomor
201/Pid.B/2014/PN.Mjl dalam penelitian ini dibatasi pada 2 (tiga) aspek, yaitu
(1) aspek dalam KUHP dan (2) aspek dalam Hukum Pidana Islam.
Pembatasan ini didasarkan pada pertimbangan bahwa secara doktriner kedua
aspek tersebut merupakan komponen utama dalam menganalisis putusan
tersebut.
8
C. Tujuan dan Manfaat yang Diharapkan
1. Tujuan Penelitian
Secara umum, studi ini bertujuan untuk menggambarkan secara umum
mengenai pengulangan (residive) tindak pidana dalam Hukum Positif dan
Hukum Islam dan menjelaskan aturan hukum terhadap kategori pengulangan
(residive) yang dilakukan seorang warga Majalengka yang bernama Yahyo
Sahyo , sehingga dapat menjelaskan dan menguji kebenaran terhadap putusan
MA Nomor 201/Pid.B/2014/PN.Mjl. Secara spesifik, penelitian ini bertujuan :
a. Untuk mengetahui pandangan mengenai Pengulangan (Residive)
menurut KUHP dan Hukum Pidana Islam.
b. Untuk menjelaskan sanksi pengulangan tindak pidana pencurian
menurut KUHP dan Hukum Pidana Islam.
2. Manfaat Penelitian
Adapun spesifikasi manfaat dari penelitian ini dapat dikemukakan
sebagai berikut :
a. Bagi akademisi, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan
mengenai pengulangan tindak pidana (Residive) menurut KUHP dan
Hukum Pidana Islam.
b. Bagi Hakim, penelitian ini dapat dijadikan bahan acuan dalam
pengambilan keputusan terhadap kriteria pengulangan tindak pidana
pencurian.
9
D. Review Pustaka
Sejumlah penelitian tentang skripsi ini telah dilakukan, baik yang
mengkaji secara spesifik isu tersebut maupun yang menyinggung secara
umum. Berikut paparan tinjauan umum atas sebagian karya penelitian
tersebut.
1. Skripsi karya ARIZAL FIRDAUS, yang berjudul TINJAUAN HUKUM
PIDANA ISLAM TERHADAP RESIDIVIS SEBAGAI ALASAN
PEMBERAT PEMIDANAAN DALAM KUHP.10
Dalam skripsi ini lebih
menekankan konsep KUHP dalam menentukan pengulangan tindak
pidana sebagai alasan pemberat pidana. Hasil penelitian ini
menjabarkan tinjauan hukum islam tentang tindak pidana pengulangan
sebagai alasan pemberat pemidanaan dalam KUHP.
2. Skripsi karya IZZUL KHOIR, yang berjudul PENGULANGAN
KEJAHATAN OLEH RESIDIVIS DI WILAYAH POLSEK KENJERAN
SURABAYA DALAM KAJIAN FIQIH JINAYAH.11
Studi ini dibatasi oleh masalah Tipologi Pengulangan Kejahatan oleh
Residivis Di Wilayah Polsek Kenjeran Surabaya, Faktor-faktor apa
saja yang mempengaruhi Residivis melakukan tindak pidana ulang di
wilayah Polsek Kenjeran Surabaya, dan Tinjauan Fiqih Jinayah
10
Arizal Firdaus, Undergraduate thesis, Tinjauan Hukum Pidana Islam Terhadap
Residivis Sebagai Alasan Pemberat Pemidanaan Dalam KUHP, (Ciputat: Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah, 2014).
11Izzul Khoir, Pengulangan Kejahatan Oleh Residivis Di Wilayah Polsek Kenjeran
SurabayaDalam Kajian Fiqih Jinayah, ,(Surabaya: UIN Sunan Ampel, 2006).
10
Tentang Pengulangan Kejahatan oleh Residivis Di Wilayah Polsek
Kenjeran Surabaya.
E. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam pengembangan
ilmu pengetahuan maupun teknologi.12
Hal ini disebabkan karena
penelitian bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematis,
metodologi dan konsisten. Oleh karena penelitian merupakan suatu sarana
ilmiah bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka
metodologi penelitian yang diterapkan harus senantiasa disesuaikan
dengan ilmu pengetahuan yang menjadi induknya.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, artinya
penulis tidak membutuhkan populasi dan sampel.Objek pembahasan ini
tertuju pada penelitian suatu putusan pengadilan, maka kajian ini termasuk
pada penelitian hukum normatif. Penelitian yuridis normatif yang bersifat
kualitatif, adalah penelitian yang mengacu pada norma hukum yang
terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan putusan pengadilan
serta norma-norma yang hidup dan berkembang dalam masyarakat.13
Peter Marzuki mengemukakan bahwa di dalam penelitian hukum
terdapat sejumlah pendekatan, yaitu : pendekatan undang-undang (statue
12
Soejono Soekanto dan Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat, (Jakarta: CV.Rajawali, 1990), h. 1.
13Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h. 105.
11
approach), pendekatan kasus (case approach), pendekatan historis
(historical approach), pendekatan komparatif (comparative approach),
pendekatan konseptual (conceptual approach).14
Oleh karena itu,
penelitian ini menerapkan pendekatan kasus (case approach).
2. Teknik Pengumpulan Data
Di dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian
kepustakaan dalam pengumpulan data.Kajian kepustakaan adalah upaya
pengidentifikasian secara sistemis dan melakukan analisis terhadap
dokumen-dokumen yang memuat informasi yang berkaitan dengan tema,
objek, dan masalah penelitian.15
Bahan hukum yang digunakan berupa bahan hukum primer, yaitu
bahan-bahan hukum yang mengikat, terdiri dari peraturan perundang-
undangan yang terkait dengan objek penelitian. Pada penelitian ini bahan
hukum primer yang digunakan berupa: Putusan MA Nomor
201/Pid.B/2014/PN.Mjl. Bahan hukum sekunder adalah semua publikasi
tentang hukum yang merupakan dokumen tidak resmi. Terdiri atas buku-
buku, kamus-kamus hukum, jurnal-jurnal hukum, dan komentar-komentar
atas putusan hakim.16
14
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana Prenada Group, 2008), h.
93.
15Fahmi Muhammad Ahmadi dan Jenal Aripin, Metode Penelitian Hukum, (Ciputat:
Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 17.
16Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum, h. 54.
12
3. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah analisis yuridis-normatif yang
berarti membahas doktrin-doktrin atau asas-asas dalam ilmu
hukum.Penelitian yang menggunakan teknik analisis yuridis-normatif
merupakan penelitian yang mengacu pada norma-norma hukum yang
terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan putusan pengadilan
serta norma-norma yang hidup dan berkembang dalam masyarakat.17
4. Metode Penulisan
Penulis menggunakan metode penulisan skripsi yang mengacu
pada “Pedoman Penulisan Skripsi Tahun 2012 Fakultas Syariah
dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta”.
F. Sistematika Penulisan
Materi laporan penelitian skripsi ini dibagi menjadi 5 (lima) bab.
Bab I : Berupa Pendahuluan yang akan diuraikan mengenai
Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan
dan Manfaat Penelitian, Review Pustaka, Metode Penelitian, dan
Sistematika Pembahasan.
Bab II : Bertajuk ―Tinjauan Umum Pengulangan (residive)
tindak pidana pencurian‖. Terdiri dari 3 (tiga) sub pembahasan, yaitu
17
Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum, h. 24.
13
:Tindak Pidana Dan Jenis Sanksi Pidana, Tindak Pidana Pencurian,
Pengulangan Tindak Pidana (Residive).
Bab III : Bertajuk ―Tinjauan Umum tentang Pengulangan
(Residive) Tindak Pidana Pencurian Dalam Perspektif Hukum Pidana
Islam‖. Bab ini menyajikan 3 (tiga) sub bagian, yaitu: Jarimah dan
Jenisnya, Jarimah Pencurian, dan Pengertian Pengulangan Jarimah
Menurut Hukum Pidana Islam.
Bab IV : Analisa Putusan Hakim Pengadilan Negeri
Majalengka No. 201/Pid.B/2014/PN.Mjl Tentang Residivis Menurut
KUHP dan Hukum Pidana Islam. Bab ini menyajikan Deskripsi Kasus,
Dakwaan Putusan No. 201/Pid.B/2014/PN.Mjl, Analisa Hukum Positif
dan Analisa Hukum Islam.
Bab V : Merupakan penutup yang memuat kesimpulan dan
saran. Dalam bab ini disajikan pokok-pokok hasil penelitian dalam suatu
kesimpulan dan saran terkait kegunaan penelitian untuk kedepannya.
14
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG PENGULANGAN (RESIDIVE)
TINDAK PIDANA PENCURIAN
A. Tindak Pidana Dan Jenis Sanksi Pidana
1. Pengertian Tindak Pidana
Tindak pidana adalah perbuatan yang pelakunya seharusnya
dipidana. Tindak pidana dirumuskan dalam undang-undang, antara lain
KUHP. Sebagai contoh, Pasal 338 KUHP menentukan bahwa
―barangsiapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena
pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun‖.18
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Indonesia (KUHP)
bersumber pada W.V.S Belanda maka istilah aslinya pun sama, yaitu
strafbaar feit (perbuatan yang dilarang oleh undang-undang yang diancam
dengan hukuman).19
Tindak pidana berarti suatu perbuatan yang pelakunya dapat
dikenakan hukum pidana. Dan pelaku ini dapat dikatakan sebagai ―subjek‖
tindak pidana.20
18
Frans Maramis, Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia, (Jakarta: Rajawali
Pers, 2012), h. 57.
19 M. Nurul Irfan, Korupsi Dalam Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), h.
23.
20 Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana Di Indonesia, (Bandung: Refika
Aditama, 2008), cet. Ke-III, h. 58.
15
Pada dasarnya, istilah strafbaar feit dijabarkan secara harfiah
terdiri dari tiga kata. Straf yang diterjemahkan dengan pidana dan hukum.
Kata baar diterjemahkan dengan dapat dan boleh. Kata feit diterjemahkan
dengan tindak, peristiwa, pelanggaran, dan perbuatan. Jadi, istilah
strafbaar feit secara singkat bisa diartikan perbuatan yang boleh dihukum.
Menurut Van Hamel merumuskan strafbaar feit (tindak pidana)
sebagai suatu serangan atau ancaman terhadap hak-hak orang lain.21
Namun, dalam kajian selanjutnya tidak sesederhana ini karena yang bisa
dihukum itu bukan perbuatannya melainkan orang yang melakukan suatu
perbuatan yang melanggar aturan hukum.
Dengan demikian tindak pidana merupakan suatu perbuatan
kejahatan yang dilakukan seseorang atau berkelompok. Perbuatan yang
merugikan orang lain dengan cara melawan hukum. Di bawah ini penulis
juga mengutip beberapa pendapat ahli hukum mengenai pengertian tindak
pidana.
Simons mengatakan bahwa dalam arti sesungguhnya berbuat
(handelen) mengandung sifat aktif, yaitu tiap gerak otot yang dikehendaki
dan dilakukan dengan tujuan untuk menimbulkan akibat.
Akan tetapi, Pompe tidak menyetujui rumusan tersebut, karena
gerakan otot tidak selalu ada pada setiap tindak pidana, juga mengenai
kehendak tidak selalu ada. Ia mengatakan, perbuatan (gedraging) itu dapat
ditetapkan sebagai suatu kejadian yang berasal dari manusia, yang dapat
21
P.A.F. Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, (Bandung: Citra Aditya
Bakti, 1997), h. 185.
16
dilihat dari luar dan diarahkan kepada tujuan yang menjadi sasaran norma.
22
Sementara itu, Moeljatno mengatakan bahwa hukum pidana
adalah bagian daripada keseluruhan hukum yang berlaku di suatu negara
yang mengadakan dasar-dasar dan aturan-aturan untuk:
a. Menentukan perbuatan-perbuatan mana yang tidak boleh
dilakukan yang dilarang dengan disertai ancaman atau sanksi
yang berupa pidana tertentu bagi barangsiapa melanggar
larangan tersebut.
b. Menentukan kapan dan dalam hal apa kepada mereka yang
telah melanggar larangan-larangan itu dapat dikenakan atau
dijatuhi pidana sebagaimana yang telah diancamkan.
c. Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu
dapat dilaksanakan apabila ada orang yang telah melanggar
larangan tersebut.23
2. Unsur-Unsur Perbuatan Pidana
Unsur-unsur atau elemen-elemen perbuatan pidana adalah:
a. Kelakuan dan akibat;
22
Teguh Prasetyo, Hukum Pidana, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h. 55.
23 Suharto Rm, Hukum Pidana Materiil, (Jakarta: Sinar Grafika, 2002), cet. Ke-II, h. 4.
17
b. Hal ikhwal atau keadaan tertentu yang menyertai perbuatan, hal
ikhwal oleh Van Hamel dibagi dalam dua golongan, yaitu mengenai
diri orang yang melakukan perbuatan dan yang mengenai di luar diri si
pembuat.24
Dalam rumusan perbuatan pidana yang tertentu, adanya hal
ikhwal tambahan yang tertentu juga, misalnya kewajiban untuk
melapor kepada yang berwajib jika mengetahui suatu kejahatan. Jika
ditemui indikasi bahwa orang yang tidak melapor baru melakukan
perbuatan pidana, kalau kejahatan tersebut kemudian benar-benar
terjadi maka hal terjadinya kejahatan tersebut merupakan unsur
tambahan.
c. Karena keadaan tambahan tersebut dinamakan unsur-unsur yang
memberatkan pidana.25
d. Biasanya dengan adanya perbuatan yang tertentu seperti
dirumuskan dengan unsur-unsur di atas maka sifat pantang
dilakukannya perbuatan itu sudah tampak dengan wajar. Sifat yang
demikian ini, ialah sifat melawan hukumnya perbuatan, tidak perlu
dirumuskan lagi sebagai elemen atau unsur tersendiri.
e. Unsur melawan hukum dalam rumusan delik yang subyektif.26
24
Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, (Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2002), cet. Ke-VII,
h. 58.
25 Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, h. 60.
26 Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, h. 62.
18
Di dalam konsep KUHP pun perbuatan pidana dibedakan menjadi
dua, yaitu kejahatan dan pelanggaran. Selain itu juga terdapat jenis-jenis
yang secara teoritis sangat banyak pembagiannya, diantaranya adalah:
a. Perbuatan pidana yang dibedakan atas pidana formil, yaitu
perbuatan pidana yang perumusannya dititikberatkan pada
perbuatan yang dilarang dan pidana materiil yaitu perbuatan
pidana yang perumusannya dititikberatkan pada akibat yang
dilarang.
b. Perbuatan pidana yang dibedakan atas delik komisi (commision
act) dan delik omisi (ommision act). Delik komisi adalah delik
yang berupa pelanggaran terhadap larangan, yaitu berbuat
sesuatu yang dilarang, misalnya melakukan pencurian,
penipuan, dan pembunuhan. Sedangkan delik omisi adalah
delik yang berupa pelanggaran terhadap perintah, yaitu tidak
berbuat sesuatu yang diperintah misalnya tidak menghadap
sebagai saksi di muka pengadilan seperti yang tercantum dalam
Pasal 522 KUHP. Perbuatan pidana juga dibedakan atas
perbuatan pidana kesengajaan (delik dolus) dan kealpaan (delik
culpa). Delik dolus adalah delik yang memuat unsur
kesengajaan. Misalnya perbuatan pidana pembunuhan dalam
Pasal 338 KUHP. Sedangkan delik culpa adalah delik-delik
yang memuat unsur kealpaan. Misalnya Pasal 359 KUHP
19
tentang kealpaan seseorang yang mengakibatkan matinya
seseorang.
c. Perbuatan pidana juga dibedakan atas perbuatan pidana tunggal
dan perbuatan pidana berganda. Yang pertama adalah delik
yang cukup dilakukan dengan satu kali perbuatan. Delik ini
dianggap telah terjadi dengan hanya dilakukan sekali
perbuatan, seperti pencurian, penipuan dan pembunuhan. Yang
kedua adalah delik yang untuk kualifikasinya baru terjadi
apabila dilakukan beberapa kali perbuatan, seperti Pasal 480
KUHP yang menentukan bahwa untuk dapat dikualifikasikan
sebagai delik penadahan, maka penadahan itu harus dilakukan
dalam beberapa kali.
d. Perbuatan pidana juga didasarkan atas perbuatan pidana yang
berlangsung terus menerus dan perbuatan pidana yang tidak
berlangsung terus menerus. Yang dimaksud dengan perbuatan
pidana yang berlangsung terus menerus adalah perbuatan
pidana yang memiliki ciri, bahwa perbuatan yang terlarang itu
berlangsung terus. Misalnya delik merampas kemerdekaan
orang dalam Pasal 333 KUHP. Dalam delik ini, selama orang
yang dirampas kemerdekaannya itu belum dilepas, maka
selama itu pula delik itu masih berlangsung terus. Sedangkan
yang dimaksud perbuatan pidana yang tidak berlangsung terus
menerus adalah perbuatan pidana yang memiliki ciri, bahwa
20
keadaan yang terlarang itu tidak berlangsung terus menerus
seperti pencurian dan pembunuhan.
e. Perbuatan pidana juga dibedakan atas delik aduan dan delik
biasa. Delik aduan adalah perbuatan pidana yang
penuntutannya hanya dilakukan jika ada pengaduan dari pihak
yang terkena atau yang dirugikan. Delik aduan dibedakan
dalam dua jenis, yaitu delik aduan absolut dan delik aduan
relatif. Delik biasa adalah delik yang tidak mempersyaratkan
adanya pengaduan untuk penuntutannya, seperti pembunuhan,
pencurian daan penggelapan.
f. Perbuatan pidana juga dibedakan atas delik biasa dan delik
yang dikualifikasi. Delik biasa adalah bentuk tindak pidana
yang paling sederhana, tanpa adanya unsur yang bersifat
memberatkan seperti dalam Pasal 362 KUHP tentang
pencurian. Sedangkan delik yang dikualifikasi adalah
perbuatan pidana dalam bentuk pokok yang ditambah dengan
adanya unsur pemberat, sehingga ancaman pidananya menjadi
diperberat, seperti dalam pasal 363 dan pasal 365 KUHP yang
merupakan bentuk kualifikasi dari delik pencurian dalam Pasal
362 KUHP.27
27
Mahrus Ali, Dasar-Dasar Hukum Pidana, (Jakarta: Sinar Grafika, 2012), cet. Ke-II, h.
102
21
3. Macam-macam Sanksi Pidana
Jenis sanksi yang digunakan dalam konsep KUHP terdiri dari
jenis pidana dan tindakan. Masing-masing jenis sanksi ini terdiri dari:
a. Pidana:
Pidana Pokok:
1. Pidana penjara;
2. Pidana tutupan;
3. Pidana pengawasan;
4. Pidana denda;
5. Pidana kerja sosial;
Pidana Tambahan:
1. Pencabutan hak-hak tertentu;
2. Perampasan barang-barang tertentu dan tagihan;
3. Pengumuman putusan hakim;
4. Pembayaran ganti kerugian
5. Pemenuhan kewajiban ada.
Pidana Khusus yaitu Pidana mati
b. Tindakan:
Untuk orang yang tidak atau kurang mampu bertanggung jawab
(―tindakan‖ dijatuhkan tanpa pidana):
1. Perawatan di rumah sakit jiwa;
2. Penyerahan kepada pemerintah;
22
3. Penyerahan kepada seseorang.
Untuk orang pada umumnya yang mampu bertanggung jawab
(dijatuhkan bersama-sama dengan pidana):
1. Pencabutan surat izin mengemudi;
2. Perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana;
3. Perbaikan akibat-akibat tindak pidana;
4. Latihan kerja;
5. Rehabilitasi;
6. Perawatan di dalam suatu lembaga.28
Pidana Mati
Pidana yang terberat yang pelaksanaannya berupa
penyerangan terhadap hak hidup bagi manusia, yang sesungguhnya
hak tersebut berada di tangan Tuhan.29
Oleh karena itu hukuman
berupa pidana mati banyak sekali menuai protes dari berbagai
pihak yang merasa hal tersebut adalah pelanggaran terhadap hak
asasi manusia. Meskipun begitu juga banyak sekali yang
mendukung hukuman berupa pidana mati. Perbedaan inilah yang
menyebabkan tidak semua negara menerapkan pidana mati sebagai
jenis sanksi yang legal di negara mereka.
28
Barda Nawawi Arief, Kebijakan Hukum Pidana, (Jakarta: Kencana, 2011), cet. Ke-III,
h. 152.
29 Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana Bagian I, h. 29.
23
Kalau di negara lain satu persatu menghapus pidana mati,
sebaliknya terjadi di indonesia. Semakin banyak delik yang
diancam pidana mati.30
Tindak pidana yang diancam dengan pidana mati di dalam
KUHP ada 9 buah, yaitu sebagai berikut:
1. Pasal 104 KUHP (makar terhadap Presiden dan Wakil Presiden).
2. Pasal 111 ayat 2 KUHP (membujuk negara asing untuk
bermusuhan atau berperang, jika permusuhan itu dilakukan atau
berperang).
3. Pasal 124 ayat 1 KUHP (membantu musuh waktu perang).
4. Pasal 124 bis KUHP (menyebabkan atau memudahkan atau
menganjurkan huru hara).
5. Pasal 140 ayat 3 KUHP (makar terhadap raja atau presiden atau
kepala negara sahabat yang direncanakan atau berakibat maut).
6. Pasal 340 KUHP (pembunuhan berencana).
7. Pasal 365 ayat 4 KUHP (pencurian dengan kekerasan yang
mengakibatkan luka berat atau mati).
8. Pasal 444 KUHP (pembajakan di laut, di pesisir dan di sungai
yang mengakibatkan kematian).
9. Pasal 479 k ayat 2 dan pasal 479 o ayat 2 KUHP (kejahatan
30
A.Z. Abidin Farid dan A. Hamzah, Bentuk-Bentuk Khusus Perwujudan Delik dan
Hukum Penitensier, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006), h. 279.
24
penerbangan dan kejahatan terhadap sarana/prasarana
penerbangan).31
Pidana Penjara
Pidana berupa pembatasan kemerdekaan bagi pelaku tindak
pidana ke dalam suatu rumah penjara. Diharapkan dengan adanya
perampasan kemerdekaan si terpidana akan menjadi tidak bebas
untuk mengulangi tindak pidana dan selama waktu dirampasnya
kemerdekaan itu, si terpidana juga diharapkan melakukan
perenungan untuk menyadari kesalahan yang telah dibuatnya32
Pidana Kurungan dan Kurungan Pengganti
Pidana perampasan kemerdekaan, akan tetapi lebih ringan
daripada pidana penjara. Keringanan tersebut antara lain:
1. Para terpidana kurungan mempunyai hak pistole, artinya
mereka mempunyai hak atau kesempatan mengurusi
makanan dan alat tidur sendiri atas biaya sendiri.
2. Para terpidana mengerjakan pekerjaan-pekerjaan wajib
yang lebih ringan dibandingkan dengan para terpidana
penjara.
3. Maksimum ancaman pidana kurungan adalah satu tahun.
31
Mahrus Ali, Dasar-Dasar Hukum Pidana, h. 196.
32 Erdianto Effendi, Hukum Pidana Indonesia Suatu Pengantar, Bandung: Refika
Aditama, 2010, h. 146.
25
Maksimum tersebut boleh satu tahun empat bulan dalam
hal terjadi pemberatan pidana, karena perbarengan,
pengulangan, atau karena ketentuan pasal 52 atau 52a (
pasal 18).
4. Apabila para terpidana penjara dan terpidana kurungan
menjalani pidana masing-masing dalam satu tempat
pemasyarakatan, maka terpidana kurungan harus terpisah
tempatnya ( Pasal 28).
5. Pidana kurungan dilaksanakan dalam daerah terpidana
sendiri.33
Pidana Denda
Hukuman berupa kewajiban sesorang untuk
mengembalikan keseimbangan hukum atau menebus dosanya
dengan pembayaran sejumlah uang tertentu. Jika terpidana tidak
mampu membayar denda yang dijatuhkan kepadanya maka diganti
dengan pidana kurungan. Pidana tersebut disebut dengan pidana
kurungan pengganti. Maksimum pidana kurungan pengganti adalah
6 bulan dan boleh 8 bulan dalam hal terjadi perbarengan,
pengulangan, atau penerapan pasal 52 dan 52a KUHP.34
33
Erdianto Effendi, Hukum Pidana Indonesia Suatu Pengantar, h. 149.
34 Erdianto Effendi, Hukum Pidana Indonesia Suatu Pengantar, h. 150.
26
Pencabutan Hak-hak Tertentu
Pidana tambahan berupa pencabutan hak-hak tertentu tidak
berarti hak-hak terpidana dapat dicabut. Pencabutan tersebut tidak
meliputi pencabutan hak-hak kehidupan dan juga hak-hak sipil dan
hak-hak ketatanegaraan. Pencabutan hak-hak tertentu tersebut
adalah suatu pidana di bidang kehormatan dengan melalui dua cara
yaitu tidak bersifat otomatis tetapi harus ditetapkan dengan putusan
hakim dan tidak berlaku selama hidup tetapi menurut jangka waktu
menurut undang-undang dengan suatu putusan hakim.
Pasal 35 KUHP menyatakan hak-hak tertentu yang dapat
dicabut yaitu:
1. hak memegang jabatan pada umumnya atau jabatan
tertentu;
2. hak untuk memasuki angkatan bersenjata;
3. hak memilih dan dipilih dalam pemilihan yang diadakan
berdasarkan aturan umum;
4. hak menjadi penasihat atau pengurus menurut hukum, hak
menjadi wali pengawas, pengampu atau pengampu
pengawas, atas orang-orang yang bukan anak sendiri;
5. hak menjalankan kekuasaan bapak, menjalankan
perwakilan atau pengampuan atas anak sendiri;
6. hak menjalankan pencaharian tertentu.35
Perampasan Barang-Barang Tertentu
Pidana tambahan tersebut merupakan pidana kekayaan.
Ada dua macam barang yang dapat dirampas, yaitu barang-barang
yang didapat karena kejahatan, dan barang-barang yang dengan
sengaja digunakan dalam melakukan kejahatan.36
35
Pustaka Mahardika, KUHP dan KUHAP, h. 23.
36 Mahrus Ali, Dasar-Dasar Hukum Pidana, h. 201.
27
Pengumuman Putusan Hakim
Di dalam Pasal 43 KUHP ditentukan bahwa apabila hakim
memerintahkan supaya diumumkan berdasarkan kitab undang-
undang atau aturan umum yang lain, maka harus ditetapkan pula
bagaimana cara melaksanakan perintah atas biaya terpidana.37
B. Tindak Pidana Pencurian
1. Pengertian Tindak Pidana Pencurian
Pencurian atau disebut juga dengan diefstal; theft adalah perbuatan
dengan sengaja mengambil benda yang seluruhnya atau sebagian milik
orang lain dengan maksud memilikinya secara melawan hukum.38
Pengertian delik pencurian menurut Koster Henke, dengan
mengambil saja belum merupakan pencurian, karena harus seluruhnya
atau sebagian kepunyaan orang lain. Lagipula pengambilan itu harus
dengan maksud untuk memilikinya bertentangan dengan hak pemilik.
Menurut Cleiren, delik pencurian ialah delik komisi, delik dengan
berbuat. Bagaimana caranya mengambil barang itu tidaklah merupakan
syarat beban (mutlak) dalam dakwaan.39
Delik pencurian diatur di dalam Pasal 362 sampai dengan Pasal 367
KUHP dengan berbagai macam jenis pencurian. Delik pencurian bisa
37
Mahrus Ali, Dasar-Dasar Hukum Pidana, h. 202.
38 Andi Hamzah, Terminologi Hukum Pidana, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h. 37.
39 Andi Hamzah, Delik-Delik Tertentu (Special Delicten) Di Dalam KUHP, (Jakarta:
Sinar Grafika, 2011), h. 102.
28
dikategorikan sebagai delik yang paling umum, karena hampir di setiap
negara mengatur tentang delik pencurian.
Pencurian di dalam bentuknya yang pokok itu di atur dalam pasal 362
KUHP yang berbunyi :
―Hij die eenig goed dat geheel of ten deele aan een ander toebehoort
wegneemt, met het oogmerk om het zich wederrechtelijk toe te eigenen,
wordt, als schuldig aan diefstal, gestraft met gevangenisstraf van ten
hoogste viff jaren of geldboete van ten hoogste negen honderd gulden‖40
Artinya: Barangsiapa mengambil suatu benda yang sebagian atau
seluruhnya merupakan kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk
menguasai benda tersebut secara melawan hukum, karena bersalah
melakukan pencurian, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya
lima tahun atau dengan pidana denda setinggi-tingginya sembilan ratus
rupiah.
2. Unsur-unsur Tindak Pidana Pencurian
Dalam Pasal 362 KUHP merupakan pasal di mana dirumuskan
bentuk pokok dari pencurian. Pasal-Pasal lainnya mengandung unsur
tambahan terhadap pencurian dalam bentuk pokok (pasal 362 KUHP).
Tindak pidana pencurian dalam bentuk pokok seperti yang diatur
Pasal 362 KUHP terdiri atas unsur subjektif dan unsur-unsur objektif
sebagai berikut:
a. Unsur subjektif : met het oogmerk om het zich wederrechtelijk
toe te eigenen atau dengan maksud untuk
menguasai benda tersebut secara melawan hukum.
b. Unsur objektif : Hij atau barangsiapa; wegnemen atau
mengambil; eenig goed atau sesuatu benda; dat
40
P.A.F Lamintang dan Theo Lamintang, Delik-delik Khusus Kejahatan Terhadap Harta
Kekayaan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h. 1.
29
geheel of gedeeltelijk aan een ander toebehort
atau sebagian atau seluruhnya kepunyaan orang
lain.41
Mengenai seseorang yang melakukan tindak pidana pencurian,
haruslah memenuhi semua unsur dari tindak pidana pencurian yang
terdapat dalam rumusan Pasal 362 KUHP. Dengan segala unsur yang
dimaksudkan di dalam KUHP bahwa mengambil suatu barang,
sebagian atau seluruhnya kepunyaan atau milik orang lain, dengan
maksud untuk memiliki, dan melawan hukum.
3. Macam-Macam Tindak Pidana Pencurian
Dengan mempelajari rumusan Pasal-pasal 362, 363, 364, 365, dan
367 KUHP, maka terhadap perbuatan- perbuatan pencurian tersebut dibuat
klasifikasi sebagai berikut:
1. Pencurian dalam bentuk pokok ( Pasal 362);
2. Pencurian yang dikualifikasi/diperberat ( Pasal 363);
3. Pencurian ringan (Pasal 363);
4. Pencurian dengan kekerasan (Pasal 365);
5. Pencurian dalam keluarga ( 367).42
C. Pengulangan Tindak Pidana (Residive)
41
P.A.F Lamintang dan Theo Lamintang, Delik-delik Khusus Kejahatan Terhadap Harta
Kekayaan, h. 2.
42 Pingkan V. Tambalean, ―Lex et Societatis‖, t.p., Vol. I, No.2 (April – Juni 2013).
30
1. Pengertian Pengulangan Tindak Pidana (Residive)
Residive menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah
orang yang pernah dihukum mengulangi tindak kejahatan yang serupa.43
Residive atau pengulangan tindak pidana terjadi dalam hal seseorang yang
melakukan suatu tindak pidana dan telah dijatuhi pidana dengan suatu
putusan hakim yang tetap (inkracht van gewijsde) kemudian melakukan
suatu tindak pidana lagi.
Residive dalam Kamus Hukum diartikan sebagai ulangan
kejahatan.Kejadian bahwa seseorang yang pernah dihukum karena
melakukan suatu kejahatan, melakukan lagi suatu kejahatan.44
Menurut Satochid Kartanegara, residive adalah apabila seseorang
melakukan beberapa perbuatan, yang merupakan beberapa delik yang
berdiri sendiri, akan tetapi memiliki letak perbedaan dengan samenloop
(gabungan tindak pidana) yang atas salah satu atau lebih telah dijatuhi
hukuman oleh hakim.45
Menurut Kanter dan Sianturi, pengulangan atau recidive secara
umum ialah apabila seorang melakukan suatu tindak pidana dan untuk itu
dijatuhkan pidana padanya, akan tetapi dalam jangka waktu tertentu:
a. Sejak setelah pidana tersebut dilaksanakan seluruhnya atau
sebahagian, atau
43
Kamus Besar Bahasa Indonesia, artikel diakses padda 15 Maret 2017 pukul 14.00 Wib
dari http://kbbi.web.id/residivis,
44 Subekti dan Tjitrosoedibjo, Kamus Hukum, (Jakarta: Pradnya Paramita, 2002), h. 94.
45 Satochid Kartanegara, Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian 2, Balai Lektur
Mahasiswa, h. 233.
31
b. Sejak pidana tersebut seluruhnya dihapuskan, atau apabila
kewajiban menjalankan/melaksanakan pidana itu belum daluwarsa,
ia kemudian melakukan tindak pidana lagi.46
Adeng H. Suadarsa memaparkan makna yang sebenarnya dari
residivis yaitu orang yang pernah melakukan suatu perbuatan kriminal
atau tindak pidana, lalu dijatuhkan hukuman yang kemudian setelah
selesai menjalankan hukuman tersebut, ia kembali melakukan
pelanggaran.47
Demikian juga pendapat A. Zainal Abidin Farid yang
menyatakan bahwa pengulangan kejahatan tertentu terjadi apabila orang
yang sama melakukan kembali suatu tindak pidana atau delik, yang
diantara oleh Putusan Pengadilan Negeri telah memidana pembuat delik.
Ada dua (2) arti pengulangan, yang satu menurut masyarakat
(sosial), dan yang lainnya dalam arti hukum pidana. Menurut arti yang
pertama, masyarakat menganggap bahwa setiap orang yang setelah
dipidana, menjalaninya yang kemudian melakukan tindak pidana lagi,
disini ada pengulangan, tanpa memperhatikan syarat-syarat yang lainnya.
Tetapi pengulangan menurut hukum pidana, yang merupakan dasar
pemberat pidana ini, tidaklah cukup hanya melihat berulangnya
melakukan tindak pidana, tetapi dikaitkan pada syarat-syarat tertentu yang
ditetapkan Undang-undang.48
46
E.Y. Kanter dan S.R. Sianturi, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan
Penerapannya, Jakarta: Alumni AHM-PTHM, 1982, h. 409.
47 Ninik Wiianti dan Pujianuraga, Perkembangan Kejahatan dan Masalahnya Ditinjau
dari Segi Kriminologi dan Sosial, (Jakarta: PT. Pradnya Pramita, 1989), cet.Ke-I, h.82.
48Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana Bagian I, h. 80.
32
Residive tidak diatur secara umum dalam Buku I "Aturan Umum",
namun diatur secara khusus untuk sekelompok tindak pidana tertentu baik
yang berupa kejahatan dalam Buku II maupun pelanggaran dalam Buku
III.
Dasar hukuman menurut teori relatif atau teori tujuan (relative of
doel theorie) merupakan tujuan hukum dan tujuan hukuman antara lain
mencegah kejahatan dan prevensi.49
Ada dua sistem pemberatan pidana
berdasar dengan adanya residive, yaitu Residive Umum, yaitu setiap
pengulangan berlaku untuk semua jenis tindak pidana dan dilakukan
dalam waktu kapan saja. Berbeda dengan sistem Residive Khusus, yang
menerapkan tidak semua jenis pengulangan merupakan alasan pemberatan
pidana. Pemberatan pidana hanya dikenakan terhadap pengulangan yang
dilakukan terhadap jenis tindak pidana tertentu dan yang dilakukan dalam
tenggang waktu tertentu pula. Dengan demikian, KUHP Indonesia saat ini
menganut sistem residive khusus, artinya pemberatan pidana hanya
dikenakan terhadap pengulangan jenis tindak pidana tertentu saja dan
dilakukan dalam tenggang waktu tertentu.
R. Soesilo menjelaskan bahwa untuk dapat dikatakan recidive,
harus dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut50
:
49
Mustafa Abdullah dan Ruben Achmad, Intisari Hukum Pidana, (Jakarta: Ghalia
Indonesia, 1983), h. 62.
50 Hukum Online, ―Penerapan Hukuman Bagi Residivis Narkotika‖, artikel diakses pada
16 Maret 2017 pukul 18.00 Wib dari
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt55233e63a4c63/penerapan-hukuman-bagi-residivis-
narkotika.
33
1. Mengulangi kejahatan yang sama atau oleh undang-undang
dianggap sama macamnya;
2. Antara melakukan kejahatan yang satu dengan yang lain sudah ada
putusan hakim (jika belum ada putusan hakim, adalah merupakan
suatu gabungan kejahatan ―samenloop‖, bukan ―recidive‖);
3. Harus hukuman penjara (bukan hukuman kurungan atau denda);
4. Antara tidak lebih dari 5 tahun, terhitung sejak tersalah menjalani
sama sekali atau sebagian dari hukuman yang telah dijatuhkan.
Oleh karena itu dirumuskan bahwa seseorang dikatakan melakukan
residive atau residivis jika memenuhi syarat yaitu:
a. Pelakunya sama;
b. Terulangnya tindak pidana, yang untuk tindak pidana terdahulu
telah dijatuhi pidana (yang sudah mempunyai kekuatan yang tetap).
c. Pengulangan terjadi dalam jangka waktu tertentu.
Apabila ditinjau dari sudut jenis tindak pidana yang diulangi maka
dapat dibedakan antara:
a. Pengulangan umum, yaitu tidak dipersoalkan jenis/macam tindak
pidana yang terdahulu yang sudah dijatuhi pidana, dalam
perbandingannya dengan tindak pidana yang diulangi, misalnya
pada tahun 1973 A melakukan pembunuhan. la dipidana 3 tahun
dan telah dijalaninya. Setelah itu pada tahun 1977 ia melakukan
pencurian. Ini adalah merupakan pengulangan, dalam hal ini
pengulangan tindak pidana.
34
b. Pengulangan khusus, yaitu apabila tindak pidana yang diulangi
itu sama atau sejenis. Kesejenisan itu misalnya:
1) Kejahatan terhadap keamanan negara: makar untuk membunuh
presiden, penggulingan pemerintahan, pemberontakan dan lain
sebagainya;
2) Kejahatan terhadap tubuh/nyawa orang: penganiayaan, perampasan
kemerdekaan, perampasan jiwa dan lain sebagainya;
3) Kejahatan terhadap kehormatan: penghinaan, penistaan dan lain
sebagainya;
4) Kejahatan terhadap kesusilaan: perkosaan (rape), perzinahan dan
lain sebagainya;
5) Kejahatan terhadap harta benda: pemerasan, pencurian,
penggelapan, penipuan dan lain sebagainya.51
KUHP Indonesia kini menganut sistem pengulangan (residive)
khusus, yaitu pemberatan pidana yang diberikan hanya dikenakan
terhadap pengulangan jenis tindak pidana tertentu saja dan dilakukan
dalam tenggang waktu tertentu.
2. Macam-macam Residive
Secara umum, pengulangan (residive) dibagi menjadi 2 (dua), yaitu :
51
E.Y. Kanter dan S.R. Sianturi, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan
Penerapannya, h. 410.
35
1. Residive Kejahatan
KUHP mengelompokkan residive kejahatan ini menjadi dua
kelompok, yaitu :
a. Residive kejahatan kelompok sejenis.
Residive kejahatan jenis ini tersebar dalam 11 pasal kejahatan
KUHP, yaitu Pasal 137 (2), 144 (2), 155 (2), 157 (2), 161 (2),
163 (2), 208 (2), 216 (2), 321 (2), 393 (2), dan 303 bis (2).
Syarat adanya residivis disebutkan dalam masing-masing pasal,
yang pada umumnya :
1. Kejahatan yang diulangi harus sama/sejenis.
2. Antara kejahatan yang lampau dengan kejahatan yang
diulangi harus telah ada putusan hakim yang telah
berkekuatan hukum tetap.
3. Pelaku melakukan kejahatan pada waktu menjalankan
pencaharian, kecuali Pasal 216, 303 bis dan 393.
4. Pengulangan tindak pidana dalam tenggang waktu tertentu,
yaitu:
a. 2 tahun sejak adanya putusan hakim yang tetap (Pasal
137, 144, 208, 216, 303 bis dan 321)
b. 5 tahun sejak adanya putusan hakim yang tetap (Pasal
155, 157, 161, 163, dan 393)
Adapun pemberatan pidana yang diatur dalam residivis
kejahatan sejenis ini, juga berbeda-beda, yaitu :
36
a. Pidana tambahan berupa pencabutan hak menjalankan
pencahariannya.
b. Pidana pokok ditambah 1/3.
c. Pidana penjara dikalikan 2x (berlaku khusus Pasal 393).
b. Residive kejahatan kelompok jenis.
Residive kejahatan kelompok jenis diatur dalam pasal 486, 487,
dan 489 KUHP. Di dalam pasal-pasal tersebut dicantumkan
beberapa kejahatan yang masuk kelompok jenis, yaitu :
1. Pasal 486 tentang kejahatan terhadap harta benda dan
pemalsuan, terdiri atas :
Pasal 244 – 248 (pemalsuan mata uang)
Pasal 263 – 264 (pemalsuan surat)
Pasal 362, 363, 365 (pencurian)
Pasal 368 (pemerasan)
Pasal 369 (pengancaman)
Pasal 372, 374, 375 (penggelapan)
Pasal 378 (penipuan)
Pasal 415, 417, 425, 432 (kejahatan jabatan)
Pasal 480 dan 481 (penadahan)
2. Pasal 487 tentang kejahatan terhadap orang terdiri atas :
Pasal 131, 140, 141 (penyerangan dan makar kepada kepala
negara).
37
Pasal 338, 339, 340 (pembunuhan)
Pasal 341, 342 (pembunuhan anak)
Pasal 344 (euthanasia)
Pasal 347 – 348 (abortus)
Pasal 351, 353, 354, 355 (penganiayaan)
Pasal 438 – 443 (kejahatan pembajakan pelayaran)
Pasal 459 – 460 (insubordinasi)
3. Pasal 488 tentang kejahatan penghinaan dan yang berhubungan
dengan penerbit/percetakan.
Pasal 134 – 137 (penghinaan kepada Presiden/Wakil Presiden)
Pasal 142 – 144 (penghinaan kepada Kepala Negara sahabat)
Pasal 207 – 208 (penghinaan kepada penguasa badan umum)
Pasal 310 – 321 (penghinaan kepada orang pada umumnya)
Pasal 483, 484 (kejahatan penerbit/percetakan)
Untuk syarat-syarat yang harus dipenuhi di residivis
kelompok jenis ini adalah:
1. Kejahatan yang diulangi harus masuk ke dalam satu kelompok
jenis dengan kejahatan sebelumnya. Oleh sebab itu, tidak dapat
dikatakan residivis jika orang yang melakukan pembunuhan
38
(Pasal 338), kemudian melakukan pencurian (Pasal 362), dan
kemudian melakukan penghinaan (Pasal 310).
2. Antara kejahatan yang lampau dengan kejahatan yang diulangi
harus telah ada putusan hakim yang berkekuatan hukum tetap.
3. Pidana yang pernah dijatuhkan hakim terdahulu berupa pidana
penjara.
4. Tenggang waktu melakukan pengulangan tindak pidana adalah:
a. Belum lewat 5 tahun
b. Belum lewat tenggang waktu daluwarsa kewenangan
menjalankan pidana.
Pemberatan pidana residivis kelompok jenis ini ialah
ancaman pidana pokok maksimum ditambah 1/3. Di dalam pasal
486 dan Pasal 487, yang dapat diperberat adalah pidana penjara.
Sedangkan dalam Pasal 488, pemberatan berlaku bagi semua jenis
pidana pokok.
2. Residive Pelanggaran
Tidak hanya residivis kejahatan yang menganut sistem
residivis khusus, residivis pelanggaran pun demikian halnya
menganut pelanggaran-pelanggaran tertentu saja yang dapat
dijadikan residivis.
39
Terdapat 14 jenis pelanggaran di dalam KUHP yang jika
dilakukan dipidana sebagai residivis, yaitu Pasal 489, 492, 495,
501, 512, 516, 517, 530, 536, 540, 541, 544, 545, dan 549. Syarat-
syarat residivis pelanggaran yang diatur dalam masing-masing
pasal yaitu :
a. Pelanggaran yang diulangi harus sama atau sejenis.
Khusus pasal 492, merupakan alasan residivis untuk
pelanggaran Pasal 536 dan sebaliknya. Pasal 302 dapat
merupakan alasan residivis untuk pelanggaran Pasal 540 dan
541.
b. Antara pelanggaran yang lampau dengan pelanggaran yang
diulangi harus telah ada putusan hakim yang berkekuatan
hukum tetap.
c. Belum tenggang waktu pengulangannya, yaitu:
1. Belum lewat waktu 1 tahun, untuk pelanggaran Pasal 489,
492, 495, 536, 540, 541, 544, 545, dan 549.
2. Belum lewat waktu 2 tahun, untuk pelanggaran Pasal 501,
512, 516, 517, dan 530.
Pemberatan pidana yang diterapkan bagi residivis
pelanggaran menggunakan metode :
a. Pidana denda diganti atau ditingkatkan menjadi pidana
kurungan;
b. Pidana denda/kurungan dilipatgandakan menjadi dua kali.
40
Sanksi pidana bagi residivis pada intinya merupakan salah
satu pemberatan maksimum ancaman pidana. Sedangkan kadar
pemberatan hukuman terhadap pelaku pengulangan tindak pidana
yaitu 1/3 (sepertiga). Beberapa pasal KUHP contohnya pasal 486
dan 487 KUHP menentukan hanya hukuman penjara yang terkena
ancaman terhadap delik yang dapat diperberat sepertiga.
Sedangkan pasal 488 KUHP menentukan bahwa hukuman yang
diancamkan terhadap delik-delik yang tercantum dalam pasal ini,
termasuk pula hukuman kurungan dan hukuman denda, dapat pula
diperberat.52
Pompe mengemukakan persamaan penggabungan dan
pengulangan seperti: bahwa pelaku perbuatan tersebut telah
berturut-turut melakukan perbuatan pidana. Dan untuk
perbedaannya ialah di dalam penggabungan antara dua tindak
pidana yang dilakukan belum ada vonis hakim sedangkan untuk
pengulangan sudah ada vonis yang berkekuatan hukum tetap
diantara dua perbuatan tindak pidana yang dilakukan.53
52
Utrech, Rangkaian Sari Kuliah Hukum Pidana I, (Surabaya: Tinta Mas, 1986), h. 200.
53 Nico Ngani, Sinerama Hukum Pidana, (Yogyakarta: Liberty, 1984), cet. Ke-I, h. 18.
41
BAB III
TINJAUAN UMUM TENTANG PENGULANGAN (RESIDIVE)
TINDAK PIDANA PENCURIAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM
PIDANA ISLAM
A. Jarimah dan Jenisnya
1. Pengertian Jarimah
Hukum Pidana Islam mengenal istilah tindak pidana dengan
jarimah dan jinayah. Kata jarimah berasal dari kata jarama, yajrimu,
jarman, yang bentuk jamaknya adalah jarimah atau jaraim, artinya al-
dzanbu wa al-khoto (perbuatan dosa, perbuatan salah atau kejahatan).54
Dalam Hukum Pidana Islam, suatu perbuatan dianggap sebagai
jarimah jika dilarang oleh syara‘.55
Ahmad Hanafi juga menambahkan
dalam bukunya bahwa suatu perbuatan dapat dianggap jarimah apabila
dapat merugikan tata aturan masyarakat, kepercayaan-kepercayaan, atau
merugikan kehidupan anggota-anggota masyarakat, baik harta bendanya,
nama baiknya atau perasaan-perasaannya atau pertimbangan-pertimbangan
lain yang harus dihormati dan dipelihara.56
Adapun istilah jinayah juga berasal dari bahasa Arab, berasal dari
kata janậ-yajni-janyan-jinayatan yang berarti adznaba (berbuat dosa) atau
54
Ahmad Warson Munawwir, Kamus Arab-Indonesia Terlengkap, (Surabaya: Pustaka
Progressif, 1997), h. 186-187.
55 Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, h. 9.
56 Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, h.11.
42
tanawala (menggapai atau memetik dan mengumpulkan) seperti dalam
kalimat janaal-dzahaba (seseorang mengumpulkan emas dari
penambangan).57
Menurut Abdul Qadir Audah, fiqh jinayah secara istilah adalah
nama bagi suatu tindakan yang diharamkan secara syara‘, baik tindakan itu
terjadi pada jiwa, harta, maupun hal-hal lain.58
Kemudian ia
mengemukakan bahwa pada umumnya para ahli Hukum Islam membatasi
cakupan makna jinayah hanya pada tindakan-tindakan yang mengancam
keselamatan jiwa dan fisik manusia, yaitu tindakan pembunuhan,
pelukaan, pemukulan, dan aborsi; walaupun sebagian ahli yang lain
berpendapat bahwa istilah jinayah mencakup semua tindakan pidana
hudud dan qisas.59
M. Nurul Irfan mengemukakan bahwa jinayah adalah sebuah
tindakan atau perbuatan seseorang yang mengancam keselamatan fisik dan
tubuh manusia serta berpotensi menimbulkan kerugian pada harga diri dan
harta kekayaan manusia sehingga tindakan atau perbuatan itu dianggap
haram untuk dilakukan bahkan pelakunya harus dikenai sanksi hukum,
baik diberikan di dunia maupun hukuman Tuhan kelak di akhirat.60
2. Unsur-unsur Tindak Pidana (Jarimah)
Suatu jarimah dianggap terjadi jika suatu perbuatan melanggar
syara‘ yang telah ditetapkan sehingga sanksi yang diberikan sesuai.
Sebelum adanya sanksi ada beberapa unsur yang harus diperhatikan
apakah suatu perbuatan tersebut mengindikasikan suatu jarimah. Oleh
karena itu, ada beberapa unsur yang harus dipenuhi :
57
M. Nurul Irfan, Hukum Pidana Islam,(Jakarta: Amzah, 2016), h. 4.
58 Abdul Qadir Audah, Al-Tasyri Al-Jina‟i Al-Islami, h. 67.
59 M. Nurul Irfan, Hukum Pidana Islam, h. 5.
60 M. Nurul Irfan, Korupsi Dalam Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), h.
68.
43
a. Unsur Formil (al-rukn al-syar‟i)
Unsur formil (al-rukn al-syar‟i) merupakan unsur yang menyatakan
bahwa seseorang dapat dinyatakan sebagai pelaku jarimah jika ada
nash yang secara tegas melarang dan menjatuhkan sanksi kepada
pelaku tindak pidana.61
b. Unsur Materil (al-rukn al-madi)
Unsur Materil (al-rukn al-madi) merupakan unsur yang menyatakan
bahwa seseorang dapat dijatuhkan pidana jika ia benar-benar terbukti
melakukan sebuah jarimah, baik yang bersifat positif (aktif dalam
melakukan sesuatu) maupun yang bersifat negatif (pasif dalam
melakukan sesuatu).62
c. Unsur Moril (al-rukn al-adabi)
Unsur Moril (al-rukn al-adabi) merupakan unsur yang menyatakan
seseorang yang dapat dipersalahkan jika dia sudah dapat
mempertanggung jawabkan atas tindak pidananya.63
3. Macam-Macam Jarimah
Jarimah itu sebenarnya sangat banyak macam dan ragamnya,
akan tetapi, secara garis besar dapat dibagi dengan meninjaunya dari
beberapa segi. Ditinjau dari segi berat ringannya hukuman, jarimah
61
Abdul Qadir Audah, Al-Tasyri Al-Jina‟i Al-Islami, h. 97.
62 M. Nurul Irfan, Masyrofah, Fiqh Jinayah, cet. Ke-1, (Jakarta: Amzah, 2013), h. 2.
63 Abdul Qadir Audah, Al-Tasyri Al-Jina‟i Al-Islami, h. 97.
44
dapat dibagi kepada tiga bagian antara lain: jarimah qisâs/diyat,
jarimah hudud, dan jarimah takzir.
a. Jarimah qisâs dan diyat adalah jarimah yang diancam dengan
hukuman qisâs atau diyat. Baik qisâs maupun diyat keduanya
adalah hukuman yang sudah ditentukan oleh syara'. Perbedaannya
dengan hukuman had adalah bahwa had merupakan hak Allah (hak
masyarakat), sedangkan qisâs dan diyat adalah hak manusia
(individu).
b. Jarimah hudud adalah jarimah yang diancam dengan hukuman
had. Pengertian hukuman had adalah hukuman yang telah
ditetapkan jenis, bentuk, dan sanksinya oleh Allah SWT dalam
Alquran dan oleh Nabi SAW dalam hadist.64
Had secara harfiah ada beberapa kemungkinan arti antara lain
batasan atau definisi, siksaan,
c. Jarimah takzir adalah jarimah yang diancam dengan hukuman
takzir. Pengertian takzir menurut bahasa ialah ta'dib atau memberi
pelajaran. Takzir juga diartikan ar rad wa al man'u, artinya
menolak dan mencegah. Seperti yang diungkapakan oleh Imam Al-
Mawardi mengenai jarimah yaitu segala perbuatan yang melanggar
syara‘ yang dapat dijatuhi hukuman had atau takzir. Setiap
perbuatan yang sanksinya diatur oleh alquran dan hadis disebut
64
M. Nurul Irfan, Hukum Pidana Islam, h. 47.
45
dengan jarimah had, sedangkan setiap perbuatan yang sanksinya
tidak diatur oleh Alquran dan hadis disebut dengan jarimah takzir.
B. Jarimah Pencurian
1. Definisi Jarimah Pencurian
Pada tahun 632 M Nabi Muhammad SAW menyampaikan
khutbah perpisahannya ketika ―Haji Al-Wada‖ yaitu Haji terakhir., di
Padang Arafah. Beliau bersabda: ―Hidupmu dan hartamu diharamkan
atas satu sama lainnya sampai kalian menemui Tuhanmu pada hari
kebangkitan‖. Dengan demikian Islam telah memberikan hak yang
menjamin kepemilikan harta. Alquran menjelaskan:
كى ب ونا ٱنحكاووتدنىا بها إنى ٲنبطمتأكهىا أيىنكى بي
ٲنإثىب ٱناسا ي أيىل نتأكهىا فريق ى ٨١١وأتى تعه
“Dan janganlah kamu memakan harta orang lain diantaramu
dengan jalan yang batil dan janganlah kamu membawa (urusan)
hartamu itu kepada hakim supaya kamu dapat memakai sebagian dari
harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal
kalian mengetahui”. (Q.S. 2:188)65
Pencurian dalam bahasa Arab disebut dengan sariqah ( سشقةال )
yaitu berbentuk masdar dari kata66
سشقة –سشق – قسش yakni mengikuti
wazan fiiltsulasi mujarad. Yang berarti perbuatan mencuri (pencurian
kemudian isim failnya, yang berarti orang yang mencuri (pencuri)).
65
Abdur Rahman I, Tindak Pidana Dalam Syariat Islam, (Jakarta: PT Rineka Cipta,
1992), h. 62.
66Ahmad Warson Munawir, Kamus al-Munawir Arab Indonesia Terlengkap, h. 628.
46
Secara terminologis, pencurian ialah mengambil harta
denganjalan sembunyi-sembunyi dari pemiliknya atau orang yang
menggantikan (posisi) pemiliknya.
Menurut Muhammad Syaltut, pencurian adalah mengambil
harta orang lain dengan sembunyi – sembunyi yang dilakukan oleh
orang yang tidak dipercayai menjaga barang tersebut.
Definisi lain tentang pencurian adalah perbuatan mengambil
harta orang lain secara diam-diam dengan tujuan tidak baik. Yang
dimaksud dengan mengambil harta secara diam-diam adalah
mengambil barang tanpa sepengetahuan pemiliknya dan tanpa
kerelaanya, seperti mengambil barang dari rumah orang lain ketika
penghuninya sedang tidur.67
Kesimpulannya, sariqah adalah mengambil barang atau harta
orang lain dengan cara sembunyi-sembunyi dari tempat
penyimpanannya yang biasa digunakan untuk menyimpan barang atau
harta kekayaan tersebut.68
67
Topo Santoso, Membumikan Hukum Pidana Islam: Penegakan Syari‟at dalam Wacana
dan Agenda, Jakarta: Gema Insani Press, 2003, h. 20.
68 M. Nurul Irfan, Korupsi Dalam Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), h.
117.
47
2. Macam-Macam Pencurian
Dalam syariat islam pencurian terbagi atas dua macam, yaitu :
1. Pencurian yang hukumannya had
Pencurian ini terbagi lagi kepada dua bagian, yaitu :
a. Pencurian Ringan
b. Pencurian Berat
Perbedaannya yaitu apabila pencurian ringan pengambilan
harta dilakukan tanpa sepengetahuan pemilik dan tanpa
persetujuannya, sedangkan dalam pencurian berat pengambilan
harta dilakukan dengan sepengetahuan pemilik harta tetapi tanpa
kerelaannya, disamping itu terdapat unsur kekerasan. Pencurian
berat disebut juga dengan jarimah hirabah atau perampokan.69
2. Pencurian yang hukumannya takzir.
Terbagi atas dua bagian pertama :
a. Semua jenis pencurian yang dikenai hukuman had, tetapi
syarat-syaratnya tidak terpenuhi, atau adanya syubhat. Contoh
seperti pengambilan harta milik anak oleh ayahnya.
b. Pengambilan harta milik orang lain dengan sepengetahuan
pemilik tanpa kerelaannya dan tanpa kekerasan. Contohnya
seperti menjambret kalung dari leher seorang wanita, lalu
69
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), hal. 81.
48
penjambret melarikan diri dan pemilik barang tersebut
melihatnya sambil teriak minta bantuan.70
3. Syarat dan Rukun Jarimah Sariqah
Rukun-rukun pencurian yang harus dipenuhi ada tiga, yaitu :
1. Sariq (pelaku pencurian)
2. Masruq (barang yang dicuri)
3. Saraqah (pencurian )
Menurut Sayid Sabiq, bahwa syarat – syarat pencuri yang
dihukum potong tangan adalah sebagai beikut:
1) Taklif yaitu sudah cakap hukum dan sudah dewasa.
2) Perbuatan tersebut atas kehendak sendiri bukan atas
paksaan orang lain.
3) Nilai harta yang dicuri jumlahnya mencapai satu nisab,
yaitu kadar harta tertentu yang ditetapkan sesuai dengan
undang - undang.
4) Sesuatu yang dicuri bukan barang Syubhat.
70
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, hal. 81.
49
4. Unsur-Unsur Sariqah
Unsur – Unsur Pencurian dalam Fiqih Jinayah dalam Hukum
Islam71
:
1. Pengambilan secara diam-diam atau sembunyi-sembunyi.
Pengambilan secara diam-diam terjadi apabila pemilik
(korban) tidak mengetahui terjadinya pengambilan barang
tersebut dan ia tidak merelakannya. Contohnya, mengambil
barang-barang milik orang lain dari dalam rumahnya pada
malam hari ketika ia (pemilik) sedang tidur. Pengambilan
harta harus dilakukan dengan sempurna jadi, sebuah
perbuatan tidak di anggap sebagai tindak pidana jika tangan
pelaku hanya menyentuh barang tersebut.
2. Barang yang diambil berupa harta.
Salah satu unsur yang penting untuk dikenakannya hukuman
potong tangan adalah bahwa barang yang dicuri itu harus
barang yang bernilai mal (harta).
Ada beberapa syarat untuk dapat dikenakan hukuman potong
tangan, syarat-syarat tersebut adalah:
a) Barang yang dicuri harus mal mutaqawwin yaitu barang
yang dianggap bernilai menurut syara‘. Menurut, Syafi‘i,
Maliki dan Hanbali, bahwa yang dimaksud dengan benda
71
Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam (Fikih Jinayah),
Jakarta: Sinar Grafika, Cet-I, 2004, h. 83.
50
berharga adalah benda yang dimuliakan syara‟, yaitu bukan
benda yang diharamkan oleh syara‘ seperti khamar, babi,
anjing, bangkai, dan seterusnya, karena benda-benda
tersebut menurut Islam dan kaum muslimin tidak ada
harganya. Karena mencuri benda yang diharamkan oleh
syara‟, tidak dikenakan sanksi potong tangan. Hal ini
disampaikan oleh Abdul Qadir Audah, ―Bahwa tidak divonis
potong tangan kepada pencuri anjing terdidik (helder)
maupun anjing tidak terdidik, meskipun harganya mahal,
karena haram menjual belinya.
b) Barang tersebut harus barang yang bergerak.
Untuk dikenakannya hukuman had bagi pencuri
maka disyaratkan barang yang dicuri harus barang atau
benda yang bergerak. Suatu benda dapat dianggap sebagai
benda bergerak apabila benda tersebut bisa dipindahkan
dari satu tempat ke tempat lainya.
c) Barang tersebut harus barang yang tersimpan.
Jumhur fuqaha berpendapat bahwa salah satu syarat
untuk dikenakannya hukuman had bagi pencuri adalah
bahwa barang yang di curi harus tersimpan di tempat
simpanannya. Sedangkan Zhahiriyah dan sekelompok ahli
hadits tetap memberlakukan hukuman had walaupun
51
pencurian bukan dari tempat simpanannya apabila barang
yang dicuri mencapai nisab yang dicuri.
d) Barang tersebut mencapai nisab pencurian
Tindak pidana pencurian baru dikenakan hukuman
bagi pelakunnya apabila barang yang dicuri mencapai nisab
pencurian. Nisab harta curian yang dapat mengakibatkan
hukuman had potong ialah seperempat dinar (kurang lebih
seharga emas 1,62gram), dengan demikian harta yang tidak
mencapai nisab itu dapat dipikirkan kembali, disesuaikan
dengan keadaan ekonomi pada suatu dan tempat.72
3. Harta Tersebut Milik Orang Lain
Untuk terwujudnya tindak pidana pencurian yang
pelakunya dapat dikenai hukuman had, disyaratkan barang
yang dicuri itu merupakan barang orang lain. Dalam kaitannya
dengan unsur ini yang terpenting adalah barang tersebut ada
pemiliknya, dan pemiliknya itu bukan si pencuri melainkan
orang lain.
72
Ahmad Azhar Basyir, Ikhtisar Fikih Jinayat (Hukum Pidana Islam), Yogyakarta: UII
Press, Cet Ke-2, 2006, h. 37.
52
Ibn Rusyd berpendapat, bahwa jika pengambilan harta tersebut dalam
bentuk pencopetan (al-ikhtilas) dan penipuan atau pengkhianatan (al-
khiyanah), maka bagi pelakunya tidak dikenakan sanksi hukum potong
tangan. Kecuali, --kata Ibn Rusyd—pendapat ‗lyas bin Mu‘awiyah yang tetap
memberlakukan hukuman potong tangan bagi pencopet dan penipu.73
C. Pengulangan Jarimah Menurut Hukum Pidana Islam
a. Definisi Pengulangan Jarimah
Pengulangan tindak pidana (al-„aud) yaitu suatu tindak pidana yang
dilakukan seseorang setelah ia melakukan tindak pidana lainnya yang
telah mendapat keputusan akhir. Dalam Hukum Islam, bahasa
pengulangan dikenal dengan „Aud yang berasal dari kata:
عودا -عود –عاد
Untuk itu dalam Hukum Islam jika seorang pelaku tindak pidana
melakukan suatu jarimah harus dijatuhi hukuman yang telah
ditetapkan untuk tindak pidana itu dan apabila pelaku kembali
mengulangi tindak pidana yang pernah dilakukan, hukuman yang
dijatuhkan haruslah diperberat. Apabila ia terus mengulangi tindak
pidana tersebut, ia dapat dijatuhi hukuman mati atau hukuman penjara
seumur hidup.
73
Ahmad Mukri Aji, Rasionalitas Ijtihad Ibn Rusyd:Kajian atas Fiqh Jinayat dalam
Kitab “Bidayat al-Mujtahid wa Nihayat al-Muqtashid”, (Bogor: Pustaka Pena Ilahi, 2010), cet.
Ke-II, h. 194.
53
b. Macam-Macam Pengulangan Jarimah
Macam-macam residivis menurut hukum pidana islam dibagi
menjadi 2 (dua) bagian :
a. Pengulangan Khusus, yaitu suatu jarimah yang sama atau sejenis
dengan jarimah yang sebelumnya pernah dilakukan maka dianggap
sebagai suatu pengulangan jarimah.
b. Pengulangan Umum, yaitu pengulangan jarimah yang apabila jenis
kejahatan yang dilakukan pada jarimah yang kedua kalinya sama
atau berbeda dengan jarimah yang pertama.
Mengenai waktu dalam pengulangan jarimah juga terdapat
perbedaan pendapat, yaitu :
a. Sebagian ulama berpendapat bahwa tidak terdapat batas waktu
antara pengulangan jarimah yang pertama dengan jarimah yang
lain.
b. Sebagian yang lain menyatakan bahwa terdapat batas waktu yang
membatasi antara jarimah yang pertama dengan jarimah yang
kedua.Apabila waktu yang membatasi antara jarimah yang pertama
dengan yang kedua telah habis, maka tidak dapat dikatakan sebagai
pengulangan tindak pidana kepada pelaku jarimah tersebut.74
Para ahli hukum islam sepakat untuk memberikan sanksi bagi
residivis dengan diperberat. Tetapi, mengenai penambahan hukuman
74
Abdul Qadir Audah, at-Tasyri al-Jinai al-Islami, h. 767.
54
atau kadar pemberatnya tidak dapat keseragaman untuk semua
jarimah.75
Di dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana Republik
Pemerintahan Arab (KUHP RPA), tercantum dalam pasal 49
menyatakan bahwa sebuah perbuatan dapat dianggap sebagai
pengulangan jarimah, jika :
Orang yang telah dijatuhi hukuman jarimah,
kemudian ia melakukan jarimah yang kedua
kalinya.
Orang yang dijatuhi hukuman penjara satu tahun
atau lebih, kemudian orang tersebut ternyata
melakukan suatu jarimah lagi sebelum lewat lima
tahun dari masa berakhirnya hukuman tersebut atau
dari masa hapusnya hukuman karena daluwarsa.
Orang yang dijatuhi hukuman karena melakukan
jarimah, dengan hukuman penjara kurang dari satu
tahun atau dengan hukuman denda. Kemudian ia
melakukan lagi jarimah yang sama dengan jarimah
yang kedua, dengan masa sebelum lewat lima tahun
dari masa dijatuhinya hukuman tersebut. Seperti
masalah pencurian, penipuan dan penggelapan
75
Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islami, h. 324-325.
55
barang itu merupakan suatu jarimah yang memiliki
jenis yang sama.76
c. Sanksi Pidana Bagi Pelaku Pengulangan Jarimah
Dalam Hukum Pidana Islam, pengulangan jarimah sudah
dikenal sejak zaman Rasulullah SAW. Dalam jarimah pencurian
Rasulullah SAW telah menjelaskan hukuman untuk pengulangan
secara rinci.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ad-
Daruquthni dari Abu Hurairah dijelaskan bahwa Rasulullah SAW
menjelaskan bahwa Jika ia mencuri potonglah tangannya (yang
kanan), jika ia mencuri lagi potonglah kakinya (yang kiri). Jika ia
mencuri lagi potonglah tangannya (yang kiri), jika ia mencuri lagi
potonglah kakinya (yang kanan).
Jelas bahwa dalam kutipan di atas adalah sanksi untuk
pelaku tindak pidana pencurian. Tidak ada unsur atau
disebutkannya sanksi pemberat atau penambahan hukuman dalam
hadits di atas untuk pelaku kejahatan pencurian. Untuk pemberat
atau penambah hukuman bagi seseorang yang melakukan
pengulangan tindak pidana pencurian dijelaskan dalam hadits di
bawah ini :
و عي جابش سض اهلل ع قال : جىء بساسق الى البى
صلى اهلل عل و سام فقال : اقتلو فقالوا : اوا سشق
فقطع" تن جى ءب التا ة فقال : اسسول اهلل " اقطعو
تن جى ءب التا لتة فز كش هتل " تن و" فز كش هتل اقاتل
76
Abdul Qadir Audah, at-Tasyri al-Jinai al-Islami, h. 664.
56
بعت كز لك : تن جى ءب الخا هتة فقال : ب الشا جىء
(ءي )اخشج ابو داود والسااقتلو
Artinya : Dari Jabir ra ia berkata: seorang pencuri telah dibawa
ke hadapan Rasulullah SAW. Maka Nabi bersabda: bunuhlah ia.
Para sahabat berkata: Ya Rasulullah ia hanya mencuri. Nabi
mengatakan: potonglah tangannya. Kemudian ia dipotong.
Kemudian ia dibawa lagi untuk kedua kalinya. Lalu Nabi
mengatakan bunuhlah ia. Kemudian disebutkan seperti tadi.
Kemudian ia dibawa untuk ketiga kalinya maka Nabi menyebutkan
seperti tadi. Kemudian ia dibawa lagi untuk keempat kalinya. Dan
Nabi mengatakan seperti tadi. Akhirnya ia dibawa lagi untuk
kelima kalinya. Lalu Nabi mengatakan bunuhlah ia. (Hadits
dikeluarkan oleh Abu Daud dan An-Nasa‟i)77
Dalam Hukum Islam, sesuai dengan aturan yang telah
tercantum bahwa pemberian sanksi bagi para pelaku pengulangan
jarimah haruslah diperberat. Akan tetapi berbeda dengan aturan di
dalam KUHP yang memperberat 1/3 dari pidana pokok, maka
dalam Hukum Islam tidak terdapat keseragaman akan hal
penambahan hukuman atau kadar pemberatannya.78
Al-Imam Taqiyyudin Abi Bakar Muhammad al-Husaini menjelaskan dalam kitabnya mengenai seorang pencuri yang
mengulangi perbuatan pencuriannya, bahwasanya ketika seseorang
mencuri maka sanksinya adalah dipotong tangan kanannya,
kemudian apabila ia mencuri yang kedua kalinya setelah dipotong
tangan kanannya maka sanksinya dipotong tangan kirinya, ketika
ia mencuri untuk keempat kalinya maka sanksinya dipotong kaki
kanannya dan apabila ia mencuri lagi maka sanksinya adalah
Takzir79
dan sebagian ulama mengatakan dipenjara.
Dalam hadits riwayat Ahmad dijelaskan bahwa :
77Ibnu Hajar Asqolani, Kitab Bulughul Maram, h. 278.
78Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, h. 353.
79Al-Imam Taqiyyudin Abi Bakar bin Muhammad al-Husaini, Kifayah al-Akhyar fi
Ghayah al-Ikhtisar, (t.tp: al-Haromain, 2005), h. 192.
57
عي عبذ اهلل بي عوشو بي العاص قال: قال سسول اهلل ص: هي ششب
، فاى عاد فاقتلو ، فاى عاد فاجلذو ، فاى عاد فاجلذو .الخوش فاجلذو
Artinya: ―Dari Abdillah bin Amru bin al- „Ash berkata: bahwa Rasulullah
SAW bersabda: barang siapa yang meminum khamar (arak) maka jilidlah
ia, jika ia mengulanginya lagi maka jilidlah ia, jika ia mengulanginya lagi
maka jilidlah ia, jika ia mengulanginya lagi yang keempat kalinya, maka
bunuhlah ia‖. (HR. Ahmad).
Hadits di atas menunjukkan bahwa dalam memberikan pemberatan
hukuman terhadap pelaku pengulangan tindak pidana atau residivis (a‟ud)
bahkan dapat juga dalam bentuk hukuman mati.80
Riwayat lain juga menjelaskan:
وسلن قل إى عي الب عي عبذ اهلل صلى عل هي ششب الخوش فاجلذ
فإى
وسلن بعذ رلك قال ثن أتى الب صلى اهلل عل عاد ف الشابعة فاقتلو
بش
ولن جل قذ ششب الخوش ف الشابعة فاضشب )سوا التش هزي( قتل
Artinya: ―Dari Abdullah bahwasanya Nabi saw bersabda: barang siapa
yang meminum khamar (arak) maka jilidlah ia, jika ia kembali
mengulangi yang keempat kalinya maka bunuhlah ia. Kemudian ia
berkata: „datang seorang pemuda kepada Nabi saw yang telah meminum
khamar keempat kalinya maka Nabi memukulnya dan tidak
membunuhnya...‖ (HR. Al-Turmudzi).
Kedua hadits yang penulis kutip mempunyai perbedaan
pemberatan pengulangan tindak pidana meminum khamar. Hadits pertama
Rasulullah memerintahkan memukul pelaku pengulangan pidana yang
80
M. Hasbi Asshiddiqie, Koleksi Hadits-Hadits Hukum, (Semarang: PT. Pustaka Rizki
Putra, 2001), cet. Ke-III, Jilid IX, h. 193.
58
kedua, ketiga dan menghukum mati jika telah diulangi hingga keempat
kalinya. Akan tetapi, hadits berikutnya Rasulullah masih memberikan
hukuman pukulan kepada peminum khamar yang telah mengulangi hingga
empat kali, belum memberikan hukuman mati.
Dalam hal pemberatan hukuman ini ada 2 (dua) pendapat:
a. Pemberatan pada alat pemukulnya dan bagi hakim dapat memilihnya
dalam menjatuhkan hukuman, apakah diperberat ataukah diperingan.
Dalam hal ini jumlah tetap sama hanya penukaran pada alatnya;
b. Penambahan hukuman takzir, maka hakim dapat menambahi hukuman
karena pengulangannya itu.81
Dalam kasus perzinahan, pelaku mendapatkan hukuman berupa dera
atau jilid. Apabila pelakunya kembali mengulangi perbuatannya,
hukumannya akan diperberat dengan alat pemukul. Menurut ahli fiqih,
pelaku zina dapat diperingan dan diperberat. Hukuman bagi pelaku yang
mengulang zina dapat diperingan jika terjadi ketidaksengajaan dalam
perbuatan yang dilakukan dan hukuman dengan alat penghukumnya juga
diperingan.
Cara pemberatan hukuman pada pelaku yang mengulangi jarimah
atau melakukan kembali suatu kejahatan yaitu :
a. Pemberatan pada alat pemukulnya;
81
Imam Muhammad Abu Zahroh, al-Jarimah al-Uqubah fi Fiqh al-Islam, (Kairo: Dar al-
Fikr al-Arobi, 1998), h. 287.
59
b. Tambahan takzir (penambahan penjara);
c. Penggabungan pada alat dan takzir.82
Abdul Qadir Audah menjelaskan dalam bukunya, bahwa antara
pengulangan jarimah dengan penggabungan jarimah itu memiliki
perbedaan. Letak perbedaannya ada dipenjatuhan hukuman. Jika di dalam
penggabungan jarimah pada kejahatan pertama belum dijatuhi hukuman,
sedangkan dalam pengulangan jarimah pada kejahatan pertama sudah
adanya vonis hakim atau telah dijatuhkan hukuman.83
Melihat hadits-hadits di atas bahwa Hukum Islam memberikan
sanksi khusus untuk setiap jarimah yang telah dilakukan. Dan apabila
jarimah tersebut kembali diulangi maka hukumannya pun akan diperberat.
Jika kembali mengulanginya hukumannya bisa berupa hukuman mati atau
penjara. Ini tergantung kewenangan penguasa dengan memandang tindak
pidana dan pengaruhnya terhadap masyarakat. Demikianlah Hukum Islam
menetapkan pengulangan tindak pidana dan dasar-dasar pengulangan.
Cukup jelas bahwa hukum islam lebih bersifat mengancam dan agar tidak
ada lagi yang terbiasa melakukan pengulangan kejahatan.
82
Imam Muhammad Abu Zahroh, al-Jarimah al-Uqubah fi Fiqh al-Islam, h. 220
83 Abdul Qadir Audah, at-Tasyri al-Jinai al-Islami, h. 663.
60
BAB IV
ANALISA PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI MAJALENGKA
NO. 201/PID.B/2014/PN.MJL TENTANG RESIDIVIS MENURUT KUHP
DAN HUKUM PIDANA ISLAM
A. Deskripsi Kasus
Kasus ini terjadi pada hari Sabtu tanggal 30 Agustus 2014 sekira
jam 02.00 Wib di Rumah kost Pondok Biru 2 Jalan Pesantren Rt.02 Rw.09
Kelurahan Kulon Kecamatan Cikijing Kabupaten Majalengka, terdakwa
Yoyo Sahyo Alias Yo Bin Aswa telah mengambil sesuatu barang berupa 1
(satu) unit sepeda motor merk Suzuki / FU 150 SCD No.Pol. Z-4954-AV
warna abu-abu hitam tahun 2009 No Ka.MH8G41CA9J291753 No.Sin :
G42 0ID351904.
Terdakwa memanjat tembok pembatas bagian belakang rumah
kostan Pondok Biru 2 tanpa bantuan alat apapun, lalu terdakwa membuka
gembok dari garasi rumah kostan tersebut dengan menggunakan kunci ―T‖
yang ujungnya persegi dengan diputarkan kearah kanan. Setelah gembok
garasi tersebut terbuka, lalu gembok tersebut oleh terdakwa dimasukkan
ke dalam tasnya, kemudian terdakwa mengambil sepeda motor merk
Suzuki / FU 150 SCD No.Pol. Z-4954-AV warna abu-abu hitam tahun
2009 No,Ka.MH8BG41CA91291753 No.Sin. : G420ID351904 yang
dikunci stang dan menghadap ke barat dengan cara merusak kunci
kontaknya menggunakan kunci ―T‖ yang ujungnya pipih dan tajam,
setelah berhasil merusak kunci kontak dan tidak terkunci lagi stangnya,
61
selanjutnya terdakwa mendorong sepeda motor itu sampai ke pagar depan
pintu keluar rumah kost Pondok Biru 2 sejauh kurang lebih 10 meter.
Sesampai di pagar depan terdakwa turun terlebih dahulu disebabkan pagar
bagian bawahnya terkunci dengan slot pagar, lalu kunci slot tersebut oleh
terdakwa dibuka sehingga pintu pagarnya terbuka, setelah itu terdakwa
menyalahkan mesin sepeda motor itu dan membawa kabur sepeda motor
itu ke arah Kadipaten. Dan di daerah Kadipaten terdakwa melepas plat
nomor polisi sepeda motor itu dan membuang gembok pagar garasi, lalu
sepeda motor itu oleh terdakwa langsung di bawa ke rumah saksi
Mamingdi Blok Buah Dua Rt. 01 Rw. 01 Desa Pasir Ipis Kecamatan
Kertajati Kabupaten Majalengka karena sebelumnya terdakwa kenal
terdakwa suka membeli sepeda motor dengan tanpa surat-surat yang sah.
Pada hari Sabtu tanggal 30 Agustus 2014 sekira 07.00 Wib,
terdakwa sampai di rumah terdakwa dan menawarkan sepeda motor itu.
Dan saksi Maming tahu kalau sepeda motor itu hasil kejahatan dan tidak
dilengkapi dengan surat-surat kepemilik yang sah (tanpa STNK dan
BPKB). Lalu terdakwa membayar sepeda motor itu dengan harga sebesar
Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah) dan terdakwa tahu kalau harga sepeda
motor itu murah dan tidak wajar, karena harga sepeda motor itu di pasaran
yang resmi kurang lebih seharga Rp. 9.000.000,- (sembilan juta rupiah).
Setelah sepeda motor itu dibeli oleh saksi Maming, kemudian saksi
Mamingmerubah No.Sin. Sepeda motor itu yang awalnya No.Sin. :
G420ID351904 menjadi G420ID354904 dan menempelkan sklait warna
62
hitam transparan pada seluruh body sepeda motor itu dengan maksud agar
tidak diketahui pemiliknya. Dan sepeda motor itu oleh saksi MAMING
digunakan untuk keperluan sehari-hari.
Bahwa kemudian saksi Dudun Abdul Aziz sekira jam 06.00 Wib
bangun dan akan menggunakan sepeda motornya, ternyata sepeda
motornya tidak ada, lalu saksi Dudun Abdul Aziz berusaha mencari dan
tidak ketemu, selanjutnya saksi Dudun Abdul Aziz melaporkan kejadian
tersebut kepada pihak Kepolisian Polres Majalengka guna dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut.
B. Dakwaan
Pada hari Sabtu tanggal 30 Agustus 2014 sekira jam 02.00 Wib di
Rumah kost Pondok Biru 2 Jalan Pesantren Rt.02 Rw.09 Kelurahan Kulon
Kecamatan Cikijing Kabupaten Majalengka, terdakwa Yoyo Sahyo Alias
Yo Bin Aswa telah mengambil sesuatu barang berupa 1 (satu) unit sepeda
motor merk Suzuki / FU 150 SCD No.Pol. Z-4954-AV warna abu-abu
hitam tahun 2009 No Ka.MH8G41CA9J291753 No.Sin : G42 0ID351904
milik saksi Dudun Abdul Aziz. Fakta-fakta yang terungkap di depan
persidangan secara berturut-turut berupa keterangan saksi-saksi,
keterangan terdakwa dan barang bukti sebagai berikut:
a. Dudun Abdul Aziz, SH.
Pada hari Sabtu tanggal 30 Agustus 2014 jam 02.00 Wib bertempat
di Rumah kost Pondok Biru 2 Jalan Pesantren Rt. 02 Rw. 09 Kelurahan
63
Kulon Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka telah terjadi
pencurian. Barang yang hilang adalah adalah 1 (satu) unit sepeda motor
merk Suzuki / FU 150 SCD No.Pol. : Z-4954-AV warna abu-abu hitam
tahun 2009 No,Ka. : MH8BG41CA91291753 No.Sin. : G420ID351904
dan STNK atas nama saksi. Saksi tidak mengetahui bahwa sepeda
motornya telah dicuri karena sedang tidur di kamar kost. Saksi baru
mengetahui bahwa sepeda motornya hilang pada pukul 06.00 WIB setelah
diberi tahu saksi Jamaludin. Saksi juga meyakini jika sepeda motor saksi
disimpan di garasi rumah kostan dalam keadaan terkunci dan garasinya
dalam keadaan tertutup pintu garasinya dikunci dengan gembok. Setelah
kejadian tersebut, kemudian saksi bersama saksi Jamaludin berusaha
mencari terlebih dahulu, namun tidak ketemu. Akhirnya saksi melaporkan
kejadian tersebut ke Polres Majalengka guna dilakukan tindakan lebih
lanjut. Kemudian pada bulan Oktober 2014, saksi diberitahu oleh pihak
kepolisian kalau pelakunya sudah ditangkap dan agar saksi melihat sepeda
motornya. Setelah saksi melihat sepeda motornya, ia membenarkan bahwa
sepeda motor itu adalah miliknya. Saksi melihat pelakunya dan terdakwa
mengaku menjual sepeda motor yang dicurinya kepada saksi Maming di
kertajadi dengan harga Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah). Saksi bertanya
kepada saksi Maming akan kebenarannya dan saksi Maming
membenarkan kalau ia membeli sepeda motor saksi dari terdakwa dengan
tanpa surat-surat yang sah.
64
b. Jamaludin Bin Kanceng;
Pada hari Sabtu tanggal 30 Agustus 2014 jam 02.00 Wib bertempat
di Rumah kost Pondok Biru 2 Jalan Pesantren Rt. 02 Rw. 09 Kelurahan
Kulon Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka telah terjadi
pencurian. Barang yang hilang adalah adalah 1 (satu) unit sepeda motor
merk Suzuki / FU 150 SCD No.Pol. : Z-4954-AV warna abu-abu hitam
tahun 2009 No,Ka. : MH8BG41CA91291753 No.Sin. : G420ID351904
dan STNK atas nama saksi Dudun Abdul Aziz. Saksi setiap hari tinggal
dan tidur kostan tersebut. Saksi mengetahui pencurian tersebut pada hari
itu juga sekira jam 06.00 Wib. Ketika saksi akan membuka pintu garasi,
ternyata pintu garasi sudah tidak terkunci dan melihat sepeda motor saksi
Dudun Abdul Aziz tidak ada serta pada saat itu kunci gembok pintu garasi
tidak ada.. Untuk memastikan saksi melihat ke kamar saksi Dudun Abdul
Aziz ternyata yang bersangkutan masih tidur. Kemudian saksi
membangunan saksi Dudun Abdul Aziz dan menanyakan sepeda
motornya, lalu saksi Dudun Abdul Azizberkata ada di garasi. Saksi
memberitahu kalau sepeda motornya tidak ada. Saksi mengakui jika garasi
itu dalam keadaan tertutup dan terkunci pintunya. Karena kehilangan,
saksi dan saksi Dudun Abdul Azizberusaha mencari namun tidak ketemu.
Akhirnya saksi melaporkan kejadian tersebut ke Polres Majalengka guna
dilakukan tindakan lebih lanjut. Pada bulan Oktober 2014 saksi diberitahu
oleh pihak kepolisian kalau pelakunya sudah ditangkap dan agar saksi
65
melihat sepeda motornya. Bersama saksi Dudun Abdul Aziz, saksi melihat
sepeda motornya ternyata sepeda motor itu milik saksi Dudun Abdul Aziz.
c. Maming Bin Emo;
Pada hari Sabtu tanggal 30 Agustus 2014 jam 02.00 Wib bertempat
di Rumah kost Pondok Biru 2 Jalan Pesantren Rt. 02 Rw. 09 Kelurahan
Kulon Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka telah terjadi
pencurian. Barang yang hilang adalah adalah 1 (satu) unit sepeda motor
merk Suzuki / FU 150 SCD No.Pol. : Z-4954-AV warna abu-abu hitam
tahun 2009 No,Ka. : MH8BG41CA91291753 No.Sin. : G420ID351904
dan STNK atas nama saksi Dudun Abdul Aziz. Saksi mengetahui
pencurian tersebut karena saksi membeli motor hasil curian tersebut dari
terdakwa. Bermula pada hari Sabtu tanggal 30 Agustus 2014 sekira 07.00
Wib, saksi kedatangan terdakwa dan terdakwa menawarkan sepeda motor
itu. Saksi tahu kalau sepeda motor itu hasil kejahatan dan tidak dilengkapi
dengan surat-surat kepemilikan yang sah seperti tanpa STNK dan BPKB.
Kemudian saksi membayar sepeda motor itu dengan harga sebesar Rp.
2.000.000,- (dua juta rupiah) dan saksi tahu kalau harga sepeda motor itu
murah dan tidak wajar, karena harga sepeda motor itu di pasaran yang
resmi kurang lebih seharga Rp. 9.000.000,- (sembilan juta rupiah). Oleh
saksi sepeda motor itu dirubah No.Sin. sepeda motor itu yang awalnya
No.Sin. : G420ID351904 menjadi G420ID354904 dan menempelkan
sklait warna hitam transparan pada seluruh body sepeda motor itu dengan
maksud agar tidak diketahui saksi Dudun Abdul Aziz sebagai pemiliknya.
66
Sepeda motor itu oleh saksi digunakan untuk keperluan sehari-hari.Pada
tanggal 10 Oktober 2014, saksi ditangkap oleh pihak kepolisian Polres
Majalengka karena sebelumnya terdakwa telah ditangkap. Saksi merasa
menyesali perbuatannya tersebut. Dan para saksi membenarkan barang
bukti yang diajukan dalam persidangan. Dalam persidangan telah pula
diperdengarkan keterangan terdakwa yang pada pokoknya sebagai berikut
Pada hari Jum‘at tanggal 29 Agustus 2014 sekira jam 19.00 WIB,
terdakwa mempunyai ide untuk melakukan perbuatan jahat mengambil
sepeda motor dan terdakwa berangkat dari Blok Sarikuning Desa
Siliwangi Kecamatan Bantarujeg Kabupaten Majalengka dengan
menumpang mobil truk batu sampai ke alun-alun Talaga. Kemudian
terdakwa dengan menggunakan mobil angkutan umum menuju ke Kota
Majalengka hingga sampai di alun-alun Majalengka, lalu terdakwa
mencari sasaran untuk mengambil sepeda motor. Pada hari Sabtu tanggal
30 Agustus 2014 sekira jam 02.00 WIB, terdakwa menemukan sasarannya
rumah kostan Ponduk Biru 2 Jalan Pesantren Rt. 02 Rw. 09 Kelurahan
Majalengka. Selanjutnya terdakwa memanjat tembok pembatas bagian
belakang rumah kostan Pondok Biru 2 tanpa bantuan alat apapun, lalu
terdakwa membuka gembok dari garasi rumah kostan tersebut dengan
menggunakan kunci ―T‖ yang ujungnya persegi dengan diputarkan kearah
kanan. Setelah gembok garasi terbuka, lalu gembok tersebut oleh terdakwa
dimasukan ke dalam tasnya. Tanpa seizin saksi Dudun Abdul Aziz,
terdakwa mengambil sepeda motor merk Suzuki / FU 150 SCD No.Pol. Z-
67
4954-AV warna abu-abu hitam tahun 2009 No,Ka. :
MH8BG41CA91291753 No.Sin. : G420ID351904 yang dikunci stang dan
menghadap ke barat dengan cara merusak kunci kontaknya menggunakan
kunci ―T‖ yang ujungnya pipih dan tajam, setelah berhasil merusak kunci
kontak dan tidak terkunci lagi stangnya. Kemudian terdakwa mendorong
sepeda motor itu sampai ke pagar depan pintu keluar rumah kost Pondok
Biru 2 sejauh kurang lebih 10 meter. Sampai di pagar depan terdakwa
turun terlebih dahulu dikarenakan pagarnya bagian bahwanya terkunci
dengan slot pagar, lalu kunci slot tersebut oleh terdakwa dibuka sehingga
pintu pagarnya terbuka. Setelah itu terdakwa menyalahkan mensin sepeda
motor itu dan membawa kabur sepeda motor itu ke arah Kadipaten. Di
daerah Kadipaten terdakwa melepas plat nomor polisi sepeda motor itu
dan membuang gembok pagar garasi. Kemudian sepeda motor itu oleh
terdakwa langsung di bawa ke rumah saksi Maming di Blok Buah Dua Rt.
01 Rw. 01 Desa Pasir Ipis Kecamatan Kertajati Kabupaten Majalengka.
Terdakwa kenal saksi Maming yang suka membeli sepeda motor dengan
tanpa surat-surat yang sah. Sepeda motor itu oleh terdakwa dijual dengan
harga Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah) dan harganya tidak wajar karena
harga pasarannya kurang lebih Rp. 9.000.000,- (sembilan juta rupiah).
Uang hasil penjualan motor itu telah habis digunakan terdakwa untuk
keperluan sehari-hari. Terdakwa merasa menyesali perbuatannya tersebut.
Terdakwa membenarkan barang bukti yang diajukan dan keterangan para
saksi di persidangan.
68
Berdasarkan uraian-uraian di atas maka Jaksa Penuntut Umum
berkesimpulan bahwa unsur pidana yang didakwakan kepada terdakwa
telah terbukti secara sah dan meyakinkan, yaitu melakukan tindak pidana
―Pencurian dalam keadaan memberatkan‖ yang melanggar pasal 363 ayat
(1) ke-3,5 KUHP.‖
C. Putusan No. 201/Pid.B/2014/PN.Mjl.
Dalam surat dakwaan yang diajukan Jaksa Penuntut Umum dengan
Registrasi Perkara No.PDM-195/MJLKA/12/2014, menerangkan bahwa
pada hari Sabtu tanggal 30 Agustus 2014 sekira jam 02.00 Wib di Rumah
kost Pondok Biru 2 Jalan Pesantren Rt.02 Rw.09 Kelurahan Kulon
Kecamatan Cikijing Kabupaten Majalengka, terdakwa Yoyo Sahyo Alias
Yo Bin Aswa telah mengambil sesuatu barang berupa 1 (satu) unit sepeda
motor merk Suzuki / FU 150 SCD No.Pol. Z-4954-AV warna abu-abu
hitam tahun 2009 No Ka.MH8G41CA9J291753 No.Sin : G42 0ID351904.
Terdakwa memanjat tembok pembatas bagian belakang rumah kostan
Pondok Biru 2 tanpa bantuan alat apapun, lalu terdakwa membuka
gembok dari garasi rumah kostan tersebut dengan menggunakan kunci ―T‖
yang ujungnya persegi dengan diputarkan kearah kanan. Setelah gembok
garasi tersebut terbuka, lalu gembok tersebut oleh terdakwa dimasukan ke
dalam tasnya, kemudian terdakwa mengambil sepeda motor merk Suzuki /
FU 150 SCD No.Pol. Z-4954-AV warna abu-abu hitam tahun 2009
No,Ka.MH8BG41CA91291753 No.Sin. : G420ID351904 yang dikunci
stang dan menghadap ke barat dengan cara merusak kunci kontaknya
69
menggunakan kunci ―T‖ yang ujungnya pipih dan tajam, setelah berhasil
merusak kunci kontak dan tidak terkunci lagi stangnya, selanjutnya
terdakwa mendorong sepeda motor itu sampai ke pagar depan pintu keluar
rumah kost Pondok Biru 2 sejauh kurang lebih 10 meter. Sesampai di
pagar depan terdakwa turun terlebih dahulu dikarenakan pagar bagian
bawahnya terkunci dengan slot pagar, lalu kunci slot tersebut oleh
terdakwa dibuka sehingga pintu pagarnya terbuka, setelah itu terdakwa
menyalahkan mesin sepeda motor itu dan membawa kabur sepeda motor
itu ke arah Kadipaten. Dan di daerah Kadipaten terdakwa melepas plat
nomor polisi sepeda motor itu dan membuang gembok pagar garasi, lalu
sepeda motor itu oleh terdakwa langsung di bawa ke rumah saksi
Mamingdi Blok Buah Dua Rt. 01 Rw. 01 Desa Pasir Ipis Kecamatan
Kertajati Kabupaten Majalengka karena sebelumnya terdakwa kenal
terdakwa suka membeli sepeda motor dengan tanpa surat-surat yang sah.
Pada hari Sabtu tanggal 30 Agustus 2014 sekira 07.00 Wib,
terdakwa sampai di rumah terdakwa dan menawarkan sepeda motor itu.
Dan saksi Maming tahu kalau sepeda motor itu hasil kejahatan dan tidak
dilengkapi dengan surat-surat kepemilik yang sah (tanpa STNK dan
BPKB). Lalu terdakwa membayar sepeda motor itu dengan harga sebesar
Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah) dan terdakwa tahu kalau harga sepeda
motor itu murah dan tidak wajar, karena harga sepeda motor itu dipasaran
yang resmi kurang lebih seharga Rp. 9.000.000,- (sembilan juta rupiah).
70
Setelah sepeda motor itu dibeli oleh saksi Maming, kemudian saksi
Mamingmerubah No.Sin. sepeda motor itu yang awalnya No.Sin. :
G420ID351904 menjadi G420ID354904 dan menempelkan sklait warna
hitam transparan pada seluruh body sepeda motor itu dengan maksud agar
tidak diketahui pemiliknya. Dan sepeda motor itu oleh saksi Maming
digunakan untuk keperluan sehari-hari. Akibat perbuatan terdakwa Yoyo
Sahyo Alias Yo Bin Aswa, Dudun Abdul Aziz mengalami kerugian yakni
kurang lebih sebesar Rp. 12.500.000,- (dua belas juta lima ratus ribu
rupiah). Perbuatan terdakwa melanggar sebagaimana diatur dan diancam
pidana dalam Pasal 363 ayat (1) ke-5 KUHP tentang pencurian yang
memberatkan.
1. Keterangan Saksi
Dalam persidangan ini dihadirkan tiga orang saksi yang
memberikan keterangan, antara lain :
a. Dudun Abdul Aziz, SH.
Pada hari Sabtu tanggal 30 Agustus 2014 jam 02.00 Wib
bertempat di Rumah kost Pondok Biru 2 Jalan Pesantren Rt. 02
Rw. 09 Kelurahan Kulon Kecamatan Majalengka Kabupaten
Majalengka telah terjadi pencurian. Barang yang hilang adalah
adalah 1 (satu) unit sepeda motor merk Suzuki / FU 150 SCD
No.Pol. : Z-4954-AV warna abu-abu hitam tahun 2009 No,Ka.
: MH8BG41CA91291753 No.Sin. : G420ID351904 dan STNK
atas nama saksi. Saksi tidak mengetahui bahwa sepeda
71
motornya telah dicuri karena sedang tidur di kamar kost. Saksi
baru mengetahui bahwa sepeda motornya hilang pada pukul
06.00 WIB setelah diberi tahu saksi Jamaludin. Saksi juga
meyakini jika sepeda motor saksi disimpan di garasi rumah
kostan dalam keadaan terkunci dan garasinya dalam keadaan
tertutup pintu garasinya dikunci dengan gembok. Setelah
kejadian tersebut, kemudian saksi bersama saksi Jamaludin
berusaha mencari terlebih dahulu, namun tidak ketemu.
Akhirnya saksi melaporkan kejadian tersebut ke Polres
Majalengka guna dilakukan tindakan lebih lanjut. Kemudian
pada bulan Oktober 2014, saksi diberitahu oleh pihak
kepolisian kalau pelakunya sudah ditangkap dan agar saksi
melihat sepeda motornya. Setelah saksi melihat sepeda
motornya, ia membenarkan bahwa sepeda motor itu adalah
miliknya. Saksi melihat pelakunya dan terdakwa mengaku
menjual sepeda motor yang dicurinya kepada saksi Maming di
kertajadi dengan harga Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah). Saksi
bertanya kepada saksi Maming akan kebenarannya dan saksi
Maming membenarkan kalau ia membeli sepeda motor saksi
dari terdakwa dengan tanpa surat-surat yang sah. Saksi juga
membenarkan barang bukti yang diajukan dalam persidangan.
72
b. Jamaludin Bin Kanceng;
Pada hari Sabtu tanggal 30 Agustus 2014 jam 02.00 Wib
bertempat di Rumah kost Pondok Biru 2 Jalan Pesantren Rt. 02
Rw. 09 Kelurahan Kulon Kecamatan Majalengka Kabupaten
Majalengka telah terjadi pencurian. Barang yang hilang adalah
adalah 1 (satu) unit sepeda motor merk Suzuki / FU 150 SCD
No.Pol. : Z-4954-AV warna abu-abu hitam tahun 2009 No,Ka.
: MH8BG41CA91291753 No.Sin. : G420ID351904 dan STNK
atas nama saksi Dudun Abdul Aziz. Saksi setiap hari tinggal
dan tidur kostan tersebut. Saksi mengetahui pencurian tersebut
pada hari itu juga sekira jam 06.00 Wib. Ketika saksi akan
membuka pintu garasi, ternyata pintu garasi sudah tidak
terkunci dan melihat sepeda motor saksi Dudun Abdul Aziz
tidak ada serta pada saat itu kunci gembok pintu garasi juga
tidak ada.. Untuk memastikan saksi melihat ke kamar saksi
Dudun Abdul Aziz ternyata yang bersangkutan masih tidur.
Kemudian saksi membangunan saksi Dudun Abdul Aziz dan
menanyakan sepeda motornya, lalu saksi Dudun Abdul
Azizberkata ada di garasi. Saksi memberitahu kalau sepeda
motornya tidak ada. Saksi mengakui jika garasi itu dalam
keadaan tertutup dan terkunci pintunya. Karena kehilangan,
saksi dan saksi Dudun Abdul Azizberusaha mencari namun
tidak ketemu. Akhirnya saksi melaporkan kejadian tersebut ke
73
Polres Majalengka guna dilakukan tindakan lebih lanjut. Saksi
mengatakan bahwa terdakwa Yoyo Sahyo Alias Yo Bin Aswa
mengambil sepeda motor tanpa izin dan sepengetahuan
pemiliknya yaitu Dudun Abdul Aziz, SH. Saksi membenarkan
barang bukti yang diajukan di pengadilan.
c. Maming Bin Emo;
Pada hari Sabtu tanggal 30 Agustus 2014 jam 02.00 Wib
bertempat di Rumah kost Pondok Biru 2 Jalan Pesantren Rt. 02
Rw. 09 Kelurahan Kulon Kecamatan Majalengka Kabupaten
Majalengka telah terjadi pencurian. Barang yang hilang adalah
adalah 1 (satu) unit sepeda motor merk Suzuki / FU 150 SCD
No.Pol. : Z-4954-AV warna abu-abu hitam tahun 2009 No,Ka.
: MH8BG41CA91291753 No.Sin. : G420ID351904 dan STNK
atas nama saksi Dudun Abdul Aziz. Saksi mengetahui
pencurian tersebut karena saksi membeli motor hasil curian
tersebut dari terdakwa. Bermula pada hari Sabtu tanggal 30
Agustus 2014 sekira 07.00 Wib, saksi kedatangan terdakwa dan
terdakwa menawarkan sepeda motor itu. Saksi tahu kalau
sepeda motor itu hasil kejahatan dan tidak dilengkapi dengan
surat-surat kepemilikan yang sah seperti tanpa STNK dan
BPKB. Kemudian saksi membayar sepeda motor itu dengan
harga sebesar Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah) dan saksi tahu
kalau harga sepeda motor itu murah dan tidak wajar, karena
74
harga sepeda motor itu di pasaran yang resmi kurang lebih
seharga Rp. 9.000.000,- (sembilan juta rupiah). Oleh saksi
sepeda motor itu dirubah No.Sin. sepeda motor itu yang
awalnya No.Sin. : G420ID351904 menjadi G420ID354904 dan
menempelkan sklait warna hitam transparan pada seluruh body
sepeda motor itu dengan maksud agar tidak diketahui saksi
Dudun Abdul Aziz sebagai pemiliknya. Sepeda motor itu oleh
saksi digunakan untuk keperluan sehari-hari. Saksi merasa
menyesali perbuatannya tersebut. Dan saksi membenarkan
barang bukti yang diajukan dalam persidangan.
2. Keterangan Terdakwa
Dalam persidangan telah pula diperdengarkan keterangan
terdakwa yang pada pokoknya sebagai berikut pada hari Jum‘at
tanggal 29 Agustus 2014 sekira jam 19.00 WIB, terdakwa mempunyai
ide untuk melakukan perbuatan jahat mengambil sepeda motor dan
terdakwa berangkat dari Blok Sarikuning Desa Siliwangi Kecamatan
Bantarujeg Kabupaten Majalengka dengan menumpang mobil truk
batu sampai ke alun-alun Talaga. Kemudian terdakwa dengan
menggunakan mobil angkutan umum menuju ke Kota Majalengka
hingga sampai di alun-alun Majalengka, lalu terdakwa mencari sasaran
untuk mengambil sepeda motor. Pada hari Sabtu tanggal 30 Agustus
2014 sekira jam 02.00 WIB, terdakwa menemukan sasarannya rumah
kostan Ponduk Biru 2 Jalan Pesantren Rt. 02 Rw. 09 Kelurahan
75
Majalengka. Selanjutnya terdakwa memanjat tembok pembatas bagian
belakang rumah kostan Pondok Biru 2 tanpa bantuan alat apapun, lalu
terdakwa membuka gembok dari garasi rumah kostan tersebut dengan
menggunakan kunci ―T‖ yang ujungnya persegi dengan diputarkan
kearah kanan. Setelah gembok garasi terbuka, lalu gembok tersebut
oleh terdakwa dimasukan ke dalam tasnya. Tanpa seizin saksi Dudun
Abdul Aziz, terdakwa mengambil sepeda motor merk Suzuki / FU 150
SCD No.Pol. Z-4954-AV warna abu-abu hitam tahun 2009 No,Ka. :
MH8BG41CA91291753 No.Sin. : G420ID351904 yang dikunci stang
dan menghadap ke barat dengan cara merusak kunci kontaknya
menggunakan kunci ―T‖ yang ujungnya pipih dan tajam, setelah
berhasil merusak kunci kontak dan tidak terkunci lagi stangnya.
Kemudian terdakwa mendorong sepeda motor itu sampai ke pagar
depan pintu keluar rumah kost Pondok Biru 2 sejauh kurang lebih 10
meter. Sampai di pagar depan terdakwa turun terlebih dahulu
dikarenakan pagarnya bagian bahwanya terkunci dengan slot pagar,
lalu kunci slot tersebut oleh terdakwa dibuka sehingga pintu pagarnya
terbuka. Setelah itu terdakwa menyalahkan mensin sepeda motor itu
dan membawa kabur sepeda motor itu ke arah Kadipaten. Di daerah
Kadipaten terdakwa melepas plat nomor polisi sepeda motor itu dan
membuang gembok pagar garasi. Kemudian sepeda motor itu oleh
terdakwa langsung di bawa ke rumah saksi Maming di Blok Buah Dua
Rt. 01 Rw. 01 Desa Pasir Ipis Kecamatan Kertajati Kabupaten
76
Majalengka. Terdakwa kenal saksi Maming yang suka membeli sepeda
motor dengan tanpa surat-surat yang sah. Sepeda motor itu oleh
terdakwa dijual dengan harga Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah) dan
harganya tidak wajar karena harga pasarannya kurang lebih Rp.
9.000.000,- (sembilan juta rupiah). Uang hasil penjualan motor itu
telah habis digunakan terdakwa untuk keperluan sehari-hari. Terdakwa
merasa menyesali perbuatannya tersebut. Terdakwa membenarkan
barang bukti yang diajukan dan keterangan para saksi di persidangan.
3. Barang Bukti
Barang bukti yang diajukan ke depan persidangan berupa :
a. 1 (satu) lembar STNK Asli No. 0645802/JB/2009 An. Dudun
Abdul Azis d/a. RA Kartini No. 25 Rt 04/05 Regol Wetan Kec.
Sumedang Selatan Kab. Sumedang yang diperuntkan bagi 1 (satu)
unit sepeda motor merk Suzuki Fu 150 CSD warna abu-abu hitam
Nopol : Z-4954-AV Th 2009 Noka : MH8BG41CA9J291753 No
sin : G4201D351904;
b. 1 (satu) buku BPKB An. Dudun Abdul Azis d/a. RA Kartini No.
25 Rt 04/05 Regol Wetan Kec. Sumedang Selatan Kab. Sumedang
yang diperuntkan bagi 1 (satu) unit sepeda motor merk Suzuki Fu
150 CSD warna abu-abu hitam Nopol : Z-4954-AV Th 2009 Noka
: MH8BG41CA9J291753 Nosin : G4201D351904;
c. 1 (satu) buah kunci kontak
77
1 (satu) unit sepeda motor merk Suzuki / FU 150 SCD warna abu-
abu hitam tahun 2009 No,Ka. : MH8BG41CA91291753 No.Sin. :
G420ID351904 (dirubah menjadi G420ID354904). (dipergunakan
dalam perkara an. Maming Bin Emo).
4. Analisa Yuridis
Pembuktian yuridis merupakan materi pokok dari seluruh
tuntutan pidana untuk membuktikan tindak pidana apakah yang telah
dilakukan oleh Terdakwa dan apakah Terdakwa bersalah atas tindak
pidana tersebut. Berdasarkan fakta-fakta yang terungkap di depan
persidangan, berupa keterangan saksi-saksi keterangan terdakwa dan
bila dihubungkan dengan barang bukti saling bersesuaian, maka
sampailah kepada pembuktian mengenai unsur tindak pidana yang
didakwakan kepada diri terdakwa, yaitu melanggar Pasal 363 ayat (1)
ke-3, 5 KUHP; dengan unsur-unsur sebagai berikut:
a. Barang Siapa
Unsur barang siapa mengandung arti bahwa pelaku tindak
pidana adalah berupa orang yang dapat dituntut sebagai subyek
hukum atas tindak pidana yang didakwakan. Dalam perkara ini
orang yang didakwa dan diajukan ke persidangan telah melakukan
tindak pidana adalah terdakwa Yoyo Sahyo Alias Yo bin Aswa dan
saksi-saksi yang bersangkutan membenarkan bahwa terdakwa
78
sebagai pelaku suatu tindak pidana yang didakwakan. Dengan
demikian unsur ini telah terbukti secara sah dan meyakinkan.
b. Dengan sengaja mengambil sesuatu yang seluruhnya atau sebagian
termasuk kepunyaan orang lain dengan maksud untuk dimiliki
secara melawan hukum.
Berdasarkan fakta-fakta yang terungkap dalam pemeriksaan
di persidangan berupa saksi-saksi, keterangan terdakwa dan
dihubungkan dengan barang bukti dalam perkara ini, maka telah
terbukti secara sah dan meyakinkan bahwa Terdakwa Yoyo Sahyo
Alias Yo bin Aswa telah menagmbil sesuatu kepunyaan orang lain
untuk dimiliki secara hukum.
c. Dilakukan dengan merusak memotong atau memanjat atau dengan
memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau memakai jabatan
palsu. Berdasarkan keterangan para saksi dan Terdakwa di
persidangan dihubungkan dengan barang bukti, maka terungkap
bahwa unsur dilakukan dengan merusak, memotong dan memanjat
atau dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau
memakai jabatan palsu telah terbukti.
Dengan terbuktinya semua unsur-unsur dalam dakwaan
tersebut maka Majelis Hakim berkeyakinan Terdakwa terbukti
melakukan tindak pidana ―Pencurian dalam keadaan
memberatkan‖ dengan pertimbangan bahwa sebelum menjatuhkan
79
pidana, perlu dipertimbangkan hal-hal yang memberatkan dan yang
meringankan pidana tersebut, yaitu :
Perbuatan terdakwa meresahkan masyarakat;
Terdakwa sudah pernah dihukum beberapa kali;
Terdakwa mengakui dan menyesalinya perbuatannya, sehingga
tidak mempersulit jalannya persidangan.
Oleh karena itu Majelis Hakim menjatuhkan pidana kepada
Terdakwa dengan pidana penjara selama 1 (satu) tahun dan 8
(delapan) bulan. Vonis ini terlalu ringan karena kembali ke poin 1
(pertama) bahwa perbuatan Terdakwa sangat meresahkan
masyarakat. Meskipun Majelis Hakim juga memperhatikan hal-hal
yang meringankan seperti Terdakwa mengakui dan menyesali
perbuatannya. Akan tetapi hukuman yang dijatuhkan Majelis
Hakim sangat tidak maslahat untuk masyarakat.
D. Analisa Hukum Positif
Di dalam bab sebelumnya, penulis telah memuat faktor-faktor
bahwa seseorang termasuk ke dalam kategori residivis atau tidak, diantaranya
ialah: pelaku tindak pidana kejahatan yang terdahulu dan kejahatan yang baru
dilakukan adalah sama. Ini menyebabkan terulangnya tindak pidana yang
sudah pernah dilakukan. Kemudian pengulangan tindak pidana tersebut terjadi
dalam jangka waktu tertentu.
80
Perkara yang sudah diputus oleh Pengadilan Negeri Majalengka ini
memuat putusan yang menyebutkan jika Yoyo Sahyo Alias Yo bin Aswa
adalah pelaku residivis. Ini disebabkan terdapat hal-hal yang menjadi
bahan pertimbangan yang memberatkan yaitu ―Terdakwa pernah
dihukum‖.
Oleh karena itu, bisa disimpulkan bahwa terdakwa Yoyo Sahyo
Alias Yo bin Aswa pernah menjadi terpidana yang pernah menjalani
hukuman akibat tindak pidana kejahatan yang terdahulu, hingga kemudian
melakukan kejahatan kembali. Akan tetapi, di dalam surat putusan tidak
terlampir surat tuntutan yang memuat tuntutan jaksa penuntut umum dan
bentuk kejahatan yang dilakukan terdakwa terdahulu. Dalam hal ini adalah
kejahatan yang sejenis atau tidak sejenis.
Menurut hemat penulis, tidak adanya surat tuntutan terkait perkara
ini dan keterangan putusan pengadilan yang terdahulu membuat tidak jelas
bahwa terdakwa pernah melakukan tindak pidana kejahatan dalam bentuk
yang sama atau tidak agar penjatuhan hukuman dapat ditentukan dengan
jelas.
Mengenai sanksi pidananya, majelis hakim memvonis terdakwa
dengan hukuman 1 (satu) tahun 8 (delapan) bulan penjara. Jika melihat
aturan KUHP Pasal 363 ayat (1) ke-3, 5 maksimal 7 (tujuh) tahun penjara.
Dan Pasal 363 ayat (2) menyebutkan jika pencurian yang disebutkan
dalam butir 3 disertai dengan salah satu hal dalam butir 4 dan 5, maka
81
hukumannya maksimal 9 (sembilan) tahun penjara. Dalam hal ini
terdakwa melakukan pencurian sesuai Pasal 363 ayat (1) ke-3 yaitu
mencuri pada waktu malam hari di sebuah rumah atau pekarangan tertutup
dan Pasal 363 ayat (1) ke-5 yaitu pencurian dilakukan dengan merusak,
memotong atau memanjat atau dengan memakai anak kunci palsu,
perintah palsu dan jabatan palsu.
Menurut penulis, melihat terdakwa terjerat Pasal 363 ayat (1) dan
(2) ditambah hal-hal yang memberatkan dan hal-hal yang meringankan
selama persidangan, vonis yang diberikan Majelis Hakim masih terlalu
ringan sebab maksimum hukuman yang disebutkan adalah 9 (tahun) dan
perbuatan Terdakwa bersifat meresahkan masyarakat. Hal inilah yang
berakibat Terdakwa menjadi residivis karena tidak adanya efek jera.
Secara yuridis, majelis hakim telah menentukan putusan sesuai
dengan unsur-unsur Pasal 363 ayat (1) ke-3,5. Fakta-fakta dan saksi-saksi
yang terungkap di persidangan meyakinkan jika terdakwa bersalah secara
sah serta tidak terdapat alasan pembenar dan pemaaf sehingga terdakwa
harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Setiap putusan hakim
memperhatikan hal-hal yang meringankan dan memberatkan selama
persidangan di antaranya adalah terdakwa berlaku sopan dan mengakui
segala perbuatannya. Dalam hal ini tidak dijelaskan adanya tambahan
pemberatan atas pengulangan kejahatan yang pernah dilakukan terdakwa.
82
E. Analisa Hukum Islam
Dasar penjatuhan hukuman bagi pelaku tindak pidana pencurian
terdapat dalam surat Al-Ma‘idah ayat 38 :
ا كسبا كها وٱنسارق وٱنسارقة فاقطعىا أ يديها جز آ ء ب
اهلل ٨٣ وٱنهه عزيز حكيى يArtinya: ―Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri,
potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka
kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah, dan Allah Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana”. (QS. Al-Maidah/5: 38)
Jika melihat perkara yang telah diputus Pengadilan Negeri
Majalengka di atas, bahwa perkara tersebut adalah kasus pencurian yang
mengharuskan terdakwa dikenakan hukuman had berupa hukuman potong
tangan. Namun, hukuman potong tangan bisa dilaksanakan jika syarat-
syaratnya telah terpenuhi, yaitu :
a. Harta yang dicuri diambil diam-diam dan tidak diketahui
pemilik. Makna diambil artinya harta yang dicuri sudah
berpindah dari penguasaan pemilik ke penguasaan pencuri.
Apabila barang belum berpindah maka hukumannya bukan had
tetapi takzir;
b. Barang yang dicuri harus memiliki nilai. Hukuman potong
tangan tidak akan dijatuhkan bagi pencuri rumput atau pasir
atau juga pencuri barang-barang yang tidak legal seperti
minuman anggur atau daging babi;
83
c. Barang yang dicuri harus disimpan dalam tempat yang aman,
baik dalam penglihatan maupun di suatu tempat yang aman
(hirz);
d. Barang yang dicuri adalah kepemilikan orang lain. Hukuman
potong tangan tidak dijatuhkan jika harta yang dicuri telah
menjadi milik si pencuri atau jika ia memiliki sebagian dari
barang itu atau ia memiliki hak atas barang tersebut;
e. Pencurian itu harus mencapai nilai minimum tertentu (nisab).
Para ulama berbeda pendapat tentang Nisab yang dapat dikenakan
hukuman potong tangan atas si pencuri sampai kepergelangan tangannya.
Menurut Imam Malik, tangan seorang pencuri dapat dipotong bila ia
mencuri sesuatu yang nilainya mencapai ¼ dinar. Dia mendasarkan
pendapatnya ini pada hadits Nabi SAW. Sebaliknya, Imam Abu Hanifah
mensyaratkan Nisab bagi hukuman potong tangan itu senilai 10 dirham,
dan melandaskan pendapatnya dengan Hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu
Abbas.
Berdasarkan syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh ahli fiqih di
atas, maka dapat disimpulkan bahwa hukuman potong tangan dapat
dijatuhkan kepada terdakwa, ini disebabkan terpenuhinya semua syarat.
Terdakwa mengambil harta milik korban secara diam-diam dan disimpan
dalam tempat yang aman sebelum menjual barang curiannya. Barang yang
dicuri juga memiliki nilai dan mencapai nilai minimum (nisab) 10 dirham
atau 1 dinar. Dalam putusan hakim Pengadilan Negeri Majalengka,
84
dinyatakan kerugian korban sekitar Rp. 12.500.000,- (dua belas juta lima
ratus ribu rupiah). Jika diasumsikan 1 dinar dengan kurs rupiah sama
dengan Rp. 7.000.000,- (tujuh juta rupiah), maka ini sangat memenuhi
kualifikasi hukuman potongan tangan, sehingga hukuman yang dapat
dijatuhkan adalah hukuman had.
Sesuai dengan materi yang penulis tulis di Bab III, bahwa menurut
Hukum Islam seorang pencuri dijatuhkan hukuman potong tangan
kanannya, apabila kembali mengulanginya maka dipotonglah kaki kirinya.
Jika kembali mengulanginya dipotonglah tangan kirinya, apabila kembali
mengulanginya dipotonglah kaki kanannya, untuk kelima kalinya kembali
mengulangi kejahatan pencurian, maka diberikan sanksi yang diperberat
dengan hukuman mati atau penjara. Ini sesuai dengan kewenangan
penguasa melihat dampak kejahatan tersebut dan pengaruh hukuman yang
dijatuhkan kepada pelaku terhadap masyarakat.84
Karena adanya pengulangan, maka disepakati adanya pemberatan
hukuman atau penambahan hukuman pada pelaku. Dalam bab sebelumnya
disebutkan pemberlakuan pemberatan hukuman pelaku kejahatan bisa
dengan cara: pemberatan alat pemukulnya (apabila hukumannya dipukul),
menambah hukuman takzir (yakni ditambah hukuman penjara), atau bisa
84
Al-Imam Taqiyyudin Abi Bakar bin Muhammad al-Husaini, Kifayah al-Akhyar fi
Ghayah al-Ikhtisar, (t.tp: al-Haromain, 2005), h. 192.
85
juga penggabungan antara keduanya (yakni diperberat alat pemukulnya
dan ditambah pula hukuman penjaranya).85
Sudah dijelaskan bahwa pemberian hukuman pengulangan untuk
pelaku dalam Hukum Islam tidak memiliki keseragaman artinya bentuk
hukuman pemberatan pengulangan berbeda untuk tiap kejahatan yang
dilakukan. Oleh karena itu, pemberian hukuman pemberatan pengulangan
kejahatan ini adalah bentuk dari hasil ijtihad hakim karena ini adalah
bentuk takzir.
Terkait dengan perkara yang diputus Pengadilan Negeri
Majalengka, bisa diambil kesimpulan bahwa majelis hakim memutuskan
perkara dengan metode takzir sebab berijtihad mengenai hukuman yang
pantas sesuai dengan hal-hal pertimbangan yang meringankan juga
memberatkan. Tetapi menurut penulis penjara 1 (satu) tahun 8 (delapan)
bulan masih terlalu ringan bila dikaitkan dengan tujuan pemidanaan yaitu
untuk menimbulkan efek jera bagi Terdakwa dan masyarakat. Oleh sebab
itu Hukum Pidana Islam tampaknya perlu dijadikan bahan renungan dalam
proses penemuan hukum oleh hakim agar sesuai dengan tujuan
pemidanaan dan selaras dengan kemaslahatan masyarakat.
85
Imam Muhammad Abu Zahroh, al-Jarimah al-Uqubah fi Fiqh al-Islam, h. 220
86
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis menguraikan hasil penelitian pada bab - bab
sebelumnya, di bawah ini adalah kesimpulan dan jawaban dari rumusan
masalah:
1. Pengulangan Tindak Pidana Pencurian menurut pandangan KUHP
mengenai suatu pengulangan (residive) dapat terjadi jika diantara
kejahatan yang dilakukan sudah ada putusan hakim yang berkekuatan
hukum tetap. Adapun syarat-syarat suatu pengulangan yaitu
pelakumya adalah orang yang sama, antara kejahatan yang dilakukan
sudah ada keputusan hakim yang tetap atau dengan maksud pelaku
sudah menjalani hukuman, adanya tenggang waktu yang ditetapkan.
Pengulangan (residive) terbagi atas Pengulangan Kejahatan dan
Pengulangan Pelanggaran. Pengulangan kejahatan terbagi dua yaitu
pengulangan kejahatan kelompok jenis dan pengulangan kejahatan
sejenis. Sanksi bagi pelaku pengulangan tindak pidana diatur dalam
KUHP dengan diberikannya tambahan hukuman 1/3 dari pidana
pokok. Sementara untuk Hukum Pidana Islam, seseorang yang
melakukan suatu kejahatan yang berulang kali dan diantara kedua
kejahatan tersebut juga sudah ada keputusan hakim disebut sebagai al-
„aud (pengulangan). Untuk macam-macam pengulangan (al-„aud)
terbagi dua yaitu pengulangan umum dan pengulangan khusus. Untuk
masa tenggang waktunya terdapat perbedaan menurut sebagian ulama.
87
Ada yang mengatakan bahwa terdapatnya masa tenggang waktu dan
adapula yang mengatakan tidak adanya masa tenggang waktu. Dalam
hukum Islam terdapat asas-asas yaitu asas keadilan, asas kepastian
hukum dan asas manfaat. Khusus sanksi pengulangan (al-„aud)
jarimah, harus memperhatikan manfaat dari sanksi yang diberikan
kepada pelaku terhadap masyarakat luas. Oleh karena itu dalam hukum
pidana Islam tidak mengenal istilah pemberatan. Karena sanksi yang
diberikan adalah bentuk pengulangan karena suatu jarimah yang
kembali diulangi oleh pelaku. Dan bentuk sanksi akibat pengulangan
juga dapat berubah sesuai dengan kondisi atau situasi yang terjadi di
masyarakat.
2. Sanksi pengulangan tindak pidana pencurian sepeda motor di
Majalengka sesuai dengan aturan pemberatan pidana residivis
kelompok jenis ini ialah ancaman pid-ana pokok maksimum ditambah
1/3. Di dalam pasal 486 dan Pasal 487, yang dapat diperberat adalah
pidana penjara. Termasuk di dalamnya Pasal 363 yaitu pencurian yang
memberatkan bagi terdakwa. Walaupun di dalam putusan Pengadilan
Negeri Majalengka tidak dijelaskan konsep pemberatan pengulangan
tindak pidana pencurian yang dilakukan terdakwa secara jelas hingga
akhirnya Majelis Hakim memberikan vonis 1 (satu) tahun 8 (delapan)
bulan. Ditambah lagi vonis yang diberikan majelis hakim sangat ringan
melihat terdakwa melakukan tindak pidana yang terkait Pasal 363 ayat
(1) ke 3 dan 5 dalam satu waktu dan ayat (2) disebutkan jika
88
melakukan poin ke 3 dan disertai poin 5 maka ancaman pidana penjara
maksimum 9 (sembilan) tahun penjara.
Di Hukum Pidana Islam, sanksi tindak pidana pencurian sepeda motor
ialah hukuman had, yaitu hukuman potong tangan. Tentu saja
hukuman potong tangan ini dapat dilaksanakan apabila memenuhi
syarat-syarat yang berlaku. Terkait kasus pencurian sepeda motor yang
telah penulis jelaskan di bab – bab sebelumnya, bahwa terdakwa
memenuhi semua syarat untuk hukuman potong tangan. Apabila ia
melakukan pencurian pertama, maka dipotonglah tangan kanannya.
Apabila ia mengulangi pencuriannya kali kedua, maka dipotonglah
kaki kirinya. Jika ia masih mengulanginya untuk ketiga kali,
dipotonglah tangan kirinya. Apabila ia mengulangi pencuriannya untuk
keempat kali, dipotonglah kaki kanannya. Jika kembali mengulangi
kelima kalinya maka penambahan hukumannya bisa berupa hukuman
mati atau penjara tergantung kebijakan penguasa yang menimbang
dampak dan pengaruhnya untuk masyarakat.
B. Saran-Saran
Berikut saran-saran yang penulis uraikan, antara lain:
1. Di dalam putusan ini tidak terdapat surat tuntutan atau surat
tuntutan dari Jaksa Penuntut Umum tidak dapat diakses sehingga
penulis tidak tahu tuntutan Jaksa Penuntut Umum untuk terdakwa
berapa lama. Kemudian tidak adanya keterangan yang jelas
mengenai bentuk kejahatan dan masa hukuman yang pernah
89
dijalani oleh terdakwa sehingga dapat diketahui secara jelas bahwa
terdakwa adalah pelaku residivis serta dalam penentuan hukuman
dapat sesuai dengan bentuk kejahatan yang dilakukan.
2. Tidak adanya dalil yuridis yang menjadi dasar pemberatan
hukuman secara kalkulatif. Hanya terdapat keterangan ―Terdakwa
pernah dihukum‖. Serta tidak ada keterangan kalkulatif seperti
penambahan 1/3 (sepertiga) yang dipaparkan.
90
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Abdullah, Mustafa dan Ruben Achmad. Intisari Hukum Pidana. Jakarta: Ghalia
Indonesia. 1983.
Aji, Ahmad Mukri. Rasionalitas Ijtihad Ibn Rusyd: Kajian atas Fiqh Jinayat
dalam Kitab “Bidayat al-Mujtahid wa Nihayat al-Muqtashid”. cet.II.
Bogor: Pustaka Pena Ilahi. 2010.
Ahmadi, Fahmi Muhammad dan Jenal Aripin.Metode Penelitian Hukum, Ciputat:
Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2010.
Ali, Mahrus. Dasar-Dasar Hukum Pidana. cet.II. Jakarta: Sinar Grafika. 2012.
Al Quran dan Terjemahnya. Jakarta: Departemen Agama Republik Indonesia.
Ali, Zainudin. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Sinar Grafika. 2009.
Arief, Barda Nawawi. Kebijakan Hukum Pidana. cet.III. Jakarta: Kencana. 2011.
Asshiddiqie, M. Hasbi. Koleksi Hadits-Hadits Hukum. cet.III. Semarang: PT.
Pustaka Rizki Putra. 2001.
Audah, Abdul Qadir. Al-Tasyri Al-Jina‟i Al-Islami.Kairo: Maktabah Darul
Urubah, 1960.
Bakar, Al-Imam Taqiyyudin Abi bin Muhammad al-Husaini. Kifayah al-Akhyar fi
Ghayah al-Ikhtisar. t.tp: al-Haromain. 2005.
Basyir, Ahmad Azhar. Ikhtisar Fikih Jinayat (Hukum Pidana Islam). cet.II.
Yogyakarta: UII Press. 2006.
Chazawi, Adami. Pelajaran Hukum Pidana. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
2002.
Djamali, R. Abdoel. Pengantar Hukum Indonesia Edisi Revisi. Jakarta: Rajawali
Pers. 2010.
Effendi, Erdianto. Hukum Pidana Indonesia Suatu Pengantar. Bandung: Refika
Aditama. 2010.
Farid, A.Z. Abidin dan A. Hamzah. Bentuk-Bentuk Khusus Perwujudan Delik dan
Hukum Penitensier. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2006.
91
Firdaus, Arizal. ―Tinjauan Hukum Pidana Islam Terhadap Residivis Sebagai
Alasan Pemberat Pemidanaan Dalam KUHP.‖ Skripsi S1 Fakultas
Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah, 2014.
Hamzah, Andi.Delik-Delik Tertentu (Special Delicten) Di Dalam KUHP,
Jakarta: Sinar Grafika. 2011.
__________. Terminologi Hukum Pidana. Jakarta: Sinar Grafika. 2009.
Hanafi, Ahmad. Asas-asas Hukum Pidana Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
1990.
I, Abdur Rahman. Tindak Pidana Dalam Syariat Islam. Jakarta: PT Rineka
Cipta. 1992.
Irfan, M. Nurul.Hukum Pidana Islam. Jakarta: Amzah. 2016.
__________. Fiqh Jinayah. Cet.I. Jakarta: Amzah. 2013.
__________.Korupsi Dalam Hukum Pidana Islam. Jakarta: Sinar Grafika.
2011.
Kartanegara, Satochid. Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian 2. Balai
Lektur Mahasiswa.
Kanter, E.Y. dan S.R. Sianturi. Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan
Penerapannya. Jakarta: Alumni AHM-PTHM. 1982.
Khoir, Izzul. Pengulangan Kejahatan Oleh Residivis Di Wilayah Polsek
Kenjeran Surabaya Dalam Kajian Fiqih Jinayah. Surabaya: UIN
Sunan Ampel. 2006.
Lamintang, P.A.F dan Theo Lamintang.Dasar-Dasar Hukum Pidana
Indonesia. Bandung: Citra Aditya Bakti. 1997.
__________.Delik-Delik Khusus Kejahatan Terhadap Harta Kekayaan.
Jakarta: Sinar Grafika. 2009.
Maramis, Frans. Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia. Jakarta:
Rajawali Pers. 2012.
Marzuki, Peter Mahmud.Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana Prenada Group.
2008.
Moeljatno. Asas-asas Hukum Pidana. cet.VII. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.
2002.
Munawwir, Ahmad Warson. Kamus Arab-Indonesia Terlengkap. Surabaya:
Pustaka Progressif. 1997.
92
Muslich, Ahmad Wardi. Hukum Pidana Islam. Jakarta: Sinar Grafika. 2005.
__________. Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam (Fikih Jinayah). cet.I.
Jakarta: Sinar Grafika. 2004.
Ngani, Nico. Sinerama Hukum Pidana. cet.I. Yogyakarta: Liberty. 1984.
Prasetyo, Teguh. Hukum Pidana.Jakarta: Rajawali Pers. 2012.
Prodjodikoro, Wirjono. Asas-Asas Hukum Pidana Di Indonesia. cet.III.
Bandung: Refika Aditama. 2008.
Rm, Suharto. Hukum Pidana Materiil. cet.II. Jakarta: Sinar Grafika. 2002.
Santoso, Topo. Membumikan Hukum Pidana Islam: Penegakan Syari‟at
dalam Wacana dan Agenda. Jakarta: Gema Insani Press. 2003.
Soekanto, Soejono dan Sri Mamuji. Penelitian Hukum Normatif Suatu
Tinjauan Singkat. Jakarta: CV.Rajawali. 1990.
Subekti dan Tjitrosoedibjo. Kamus Hukum. Jakarta: Pradnya Paramita. 2002.
Utrech. Rangkaian Sari Kuliah Hukum Pidana I. Surabaya: Tinta Mas. 1986.
Waloyu, Bambang. Pidana dan Pemidanaan. Jakarta: Sinar Grafika. 2008.
Wiianti, Ninik dan Pujianuraga. Perkembangan Kejahatan dan Masalahnya
Ditinjau dari Segi Kriminologi dan Sosial. cet.I. Jakarta: PT. Pradnya
Pramita. 1989.
Zahroh, Imam Muhammad Abu. Al-Jarimah al-Uqubah fi Fiqh al-Islam.
Kairo: Dar al-Fikr al-Arobi. 1998.
Tim Redaksi. KUHP dan KUHAP. Jakarta: Pustaka Mahardika.
93
JURNAL
Sulhin, Iqrak dan Yogo Tri Hendiarto, ―Identifikasi Faktor Determinan
Residivisme‖, Jurnal Kriminologi Indonesia Vol. 7 No.III (Desember
2011) : h. 355 – 366.
Tambalean, Pingkan V. ―Lex et Societatis‖, t.p., Vol. I, No.2 (April – Juni
2013)
WEBSITE
Kamus Besar Bahasa Indonesia. ―Kata Dasar Residivis‖. Artikel diakses pada
tanggal 15 Maret 2017 pukul 14.00 Wib dari
http://kbbi.web.id/residivis
Pramesti, Tri Jata Ayu. ―Penerapan Hukuman Bagi Residivis Narkotika‖.
Artikel diakses pada 16 Maret 2017 pukul 18.00 Wib dari
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt55233e63a4c63/penerapa
n-hukuman-bagi-residivis-narkotika.
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
P U T U S A N
Nomor :201/Pid.B/2014/PN.Mjl
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
Pengadilan Negeri di Majalengka yang mengadili perkara-perkara pidana dalam
tingkat pertama dengan acara pemeriksaan biasa telah menjatuhkan putusan sebagai berikut
dalam perkara terdakwa :
Nama lengkap : YOYO SAHYO Als YO Bin ASWA;
Tempat lahir : Majalengka;
Umur / tanggal lahir : 32 tahun / 20 Agustus 1982;
Jenis kelamin : Laki-laki;
Kebangsaan : Indonesia;
Tempat tinggal : -Blok Senin/ Dukuhkopi Desa Ranji Wetan, Kecamatan
Kasokandel, Kabupaten Majalengka;
-Blok Sarikuning Desa Siliwangi, Kecamatan Bantarujeg,
Kabupaten Majalengka;
Agama : Islam ;
Pekerjaan :Buruh Tani;
Terdakwa tidak dilakukan penahanan, akan tetapi ditahan dalam perkara lain;
Pengadilan Negeri tersebut;
Setelah membaca berkas perkara yang bersangkutan ;
Setelah mendengar pembacaan dakwaan oleh Jaksa Penuntut Umum;
Setelah mendengar keterangan saksi-saksi dan terdakwa dipersidangan;
Setelah Terdakwa menyatakan menghadap sendiri dalam perkara ini, walaupun
terdakwa sudah diberitahukan hak-haknya untuk didampingi oleh Penasehat hukum dalam
perkara ini;
Setelah memperhatikan barang bukti yang diajukan di persidangan ;
1
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Setelah mendengar tuntutan Jaksa Penuntut Umum yang pada pokoknya mohon
kepada Majelis Hakim agar menjatuhkan putusan sebagai berikut :
1 Menyatakan terdakwa YOYO SAHYO Alias Yo Bin ASWA terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “pencurian dengan pemberatan”
sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 363 ayat (1) ke 3,5 KUHPidana
sebagaimana dalam surat dakwaan tunggal Penuntut Umum;
2 Menjatuhkan Pidana terhadap terdakwa YOYO SAHYO Alias YO Bin ASWA dengan
pidana penjara selama 2 (dua) tahun, dengan perintah terdakwa tetap ditahan;
3 Menyatakan barang bukti berupa :
• 1 (satu) lembar STNK Asli No. 0645802/JB/2009 An. Dudun Abdul
Azis d/a. RA Kartini No. 25 Rt 04/05 Regol Wetan Kec. Sumedang
Selatan Kab. Sumedang yang diperuntkan bagi 1 (satu) unit sepeda
motor merk Suzuki Fu 150 CSD warna abu-abu hitam Nopol :
Z-4954-AV Th 2009 Noka : MH8BG41CA9J291753 Nosin :
G4201D351904;
• 1 (satu) buku BPKB An. Dudun Abdul Azis d/a. RA Kartini No. 25
Rt 04/05 Regol Wetan Kec. Sumedang Selatan Kab. Sumedang yang
diperuntkan bagi 1 (satu) unit sepeda motor merk Suzuki Fu 150
CSD warna abu-abu hitam Nopol : Z-4954-AV Th 2009 Noka :
MH8BG41CA9J291753 Nosin : G4201D351904;
• 1 (satu) buah kunci kontak.
Seluruhnya diserahkan kepada yang berhak yaitu saksi DUDUN ABDUL AZIS,
SH; sedangkan
• 1 (satu) unit sepeda motor merk Suzuki / FU 150 SCD warna abu-
abu hitam tahun 2009 No,Ka. : MH8BG41CA91291753 No.Sin. :
2
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
G420ID351904 (dirubah menjadi G420ID354904); dipergunakan
dalam perkara an. Terdakwa Maming Bin Emo.
4 Menetapkan supaya terdakwa dibebani biaya perkara sebesar Rp. 2.000,- (dua ribu
rupiah);
Menimbang, bahwa atas tuntutan pidana tersebut, terdakwa hanya memohon
keringanan hukuman yang seringan-ringannya dikarenakan terdakwa merasa bersalah dan
menyesal serta berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya tersebut;
Menimbang, bahwa terhadap permohonannya, penuntut umum tetap pada
tuntutannya, sedangkan terdakwa tetap pada permohonannya;
Menimbang, bahwa sesuai dengan surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum tanggal 15
Desember 2014 No Reg. Perk. :PDM-195/MJLKA/12/2014, terdakwa telah didakwa
dengan dakwaan tunggal adalah sebagai berikut :
DAKWAAN :
Bahwa terdakwa YOYO SAHYO Alias Yo Bin ASWA (selanjutnya disebut
terdakwa) pada hari Sabtu tanggal 30 Agustus 2014 sekira jam 02.00 Wib atau setidak-
tidaknya pada suatu waktu dalam bulan Agustus 2014 atau setidak-tidaknya pada suatu
waktu dalam tahun 2014 bertempat di Rumah kost Pondok Biru 2 Jalan Pesantren Rt.02
Rw.09 Kelurahan Kulon Kecamatan Cikijing Kabupaten Majalengka atau setidak-tidaknya
pada suatu tempat yang masih termasuk dalam daerah Kabupaten Majalengka telah
mengambil sesuatu barang berupa 1 (satu) unit sepeda motor merk Suzuki / FU 150 SCD
No.Pol. Z-4954-AV warna abu-abu hitam tahun 2009 NoKa : MH8G41CA9J291753
No.Sin : G42 0ID351904, yang sama sekali atau sebagian termasuk kepunyaan orang lain
yaitu saksi DUDUN ABDUL AZIZ, SH, dengan maksud akan memiliki barang itu dengan
melawan hak, pada waktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada
rumahnya, dilakukan oleh orang yang ada disitu tiada atau dengan setahunya atau
bertentangan dengan kemauannya orang yang berhak (yang punya), dengan masuk
ketempat kejahatan itu atau dapat mencapai barang yang diambilnya, dengan jalan
3
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.idmembongkar, memcah atau memanjat. Perbuatan tersebut dilakukan terdakwa lakukan
dengan cara-cara sebagai berikut :
Bahwa berawal pada hari Jum’at tanggal 29 Agustus 2014 sekira jam 19.00 Wib
terdakwa mempunyai ide untuk melakukan perbuatan jahat mengambil sepeda motor, lalu
terdakwa berangkat dari Blok Sarikuning Desa Siliwangi Kecamatan Bantarujeg
Kabupaten Majalengka dengan menumpang mobil truck batu sampai ke alun-alun Talaga,
kemudian terdakwa dengan menggunakan mobil angkutan umum elf menuju ke Kota
Majalengka hingga sampai di alun-alun Majalengka, lalu terdakwa mencari sasaran untuk
mengambil sepeda motor. Sampai akhirnya pada hari Sabtu tanggal 30 Agustus 2014 sekira
jam 02.00 Wib terdakwa menemukan sasarannya rumah kostan Ponduk Biru 2 Jalan
Pesantren Rt. 02 Rw. 09 Kelurahan Majalengka.
Selanjutnya terdakwa memanjat tembok pembatas bagian belakang rumah kostan
Pondok Biru 2 tanpa bantuan alat apapun, lalu terdakwa membuka gembok dari garasi
rumah kostan tersebut dengan menggunakan kunci “T” yang ujungnya persegi dengan
diputarkan kearah kanan. Setelah gembok garasi tersebut terbuka, lalu gembok tersebut
oleh terdakwa dimasukan ke dalam tasnya, kemudian terdakwa tanpa seijin saksi DUDUN
ABDUL AZIZ mengambil sepeda motor merk Suzuki / FU 150 SCD No.Pol. Z-4954-AV
warna abu-abu hitam tahun 2009 No,Ka. : MH8BG41CA91291753 No.Sin. :
G420ID351904 yang dikunci stang dan menghadap ke barat dengan cara merusak kunci
kontaknya menggunakan kunci “T” yang ujungnya pipih dan tajam, setelah berhasil
merusak kunci kontak dan tidak terkunci lagi stangnya, selanjutnya terdakwa mendorong
sepeda motor itu sampai ke pagar depan pintu keluar rumah kost Pondok Biru 2 sejauh
kurang lebih 10 meter. Sesampai di pagar depan terdakwa turun terlebih dahulu
dikarenakan pagarnya bagian bahwanya terkunci dengan slot pagar, lalu kunci slot tersebut
oleh terdakwa dibuka sehingga pintu pagarnya terbuka, setelah itu terdakwa menyalahkan
mensin sepeda motor itu dan membawa kabur sepeda motor itu ke arah Kadipaten. Dan di
daerah Kadipaten terdakwa melepas plat nomor polisi sepeda motor itu dan membuang
4
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.idgembok pagar garasi, lalu sepeda motor itu oleh terdakwa langsung di bawa / menuju ke
rumah saksi MAMING (diajukan dalam berkas terpisah) Blok Buah Dua Rt. 01 Rw. 01
Desa Pasir Ipis Kecamatan Kertajati Kabupaten Majalengka karena sebelumnya terdakwa
kenal terdakwa suka membeli sepeda motor dengan tanpa surat-surat yang sah.
Pada hari Sabtu tanggal 30 Agustus 2014 sekira 07.00 Wib, terdakwa sampai di
rumah terdakwa dan menawarkan sepeda motor itu. Dan saksi MAMING tahu kalau sepeda
motor itu hasil kejahatan dan tidak dilengkapi dengan surat-surat kepemilik yang sah (tanpa
STNK dan BPKB). Lalu terdakwa membayar sepeda motor itu dengan harga sebesar Rp.
2.000.000,- (dua juta rupiah) dan terdakwa tahu kalau harga sepeda motor itu murah dan
tidak wajar, karena harga sepeda motor itu dpasaran yang resmi kurang lebih seharga Rp.
9.000.000,- (sembilan juta rupiah).
Setelah sepeda motor itu dibeli oleh saksi MAMING, kemudian saksi MAMING
merubah No.Sin. sepeda motor itu yang awalnya No.Sin. : G420ID351904 menjadi
G420ID354904 dan menempelkan sklait warna hitam transfaran pada seluruh body sepeda
motor itu dengan maksud agar tidak diketahui pemiliknya. Dan sepeda motor itu oleh saksi
MAMING digunakan untuk keperluan sehari-hari.
Bahwa kemudian saksi DUDUN ABDUL AZIZ, SH sekira jam 06.00 Wib bangun
dan akan menggunakan sepeda motornya, ternyata sepeda motornya tidak ada, lalu saksi
DUDUN ABDUL AZIZ, SH berusaha mencari dan tidak ketemu, selanjutnya saksi
DUDUN ABDUL AZIZ, SH melaporkan kejadian tersebut kepada pihak Kepolisian Polres
Majalengka guna dilakukan pemeriksaan lebih lanjut;
Bahwa akibat perbuatan terdawka tersebut, saksi DUDUN ABDUL AZIZ, SH
mengalami kerugian kurang lebih sebesar Rp.12.500.000,- (dua belas juta lima ratus ribu
rupiah);
Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam dalam pasal 363 ayat (1) ke-3,
5 KUHPidana;
5
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Menimbang, bahwa atas dakwaan tersebut, para terdakwa mengatakan telah
mengerti serta tidak mengajukan eksepsi/ keberatan;
Menimbang, bahwa untuk membuktikan dakwaannya tersebut, Jaksa Penuntut
Umum telah mendatangkan 3 (empat) orang saksi dipersidangan yang memberikan
kesaksian di bawah sumpah sebagai berikut :
1 DUDUN ABDUL AZIZ, SH;
• Bahwa saksi pernah diperiksa di Kepolisian dan keterangan yang diberikan adalah
benar;
• Bahwa saksi mengerti dihadapkan didepan persidangan karena perkara pencurian.
• Bahwa pada hari Sabtu tanggal 30 Agustus 2014 sekira jam 02.00 Wib bertempat di
Rumah kost Pondok Biru 2 Jalan Pesantren Rt. 02 Rw. 09 Kelurahan Kulon
Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka telah terjadi pencurian.
• Bahwa pelaku pencurian adalah terdakwa.
• Bahwa yang menjadi korban adalah saksi.
• Bahwa barang yang diambil terdakwa adalah 1 (satu) unit sepeda motor merk
Suzuki / FU 150 SCD No.Pol. : Z-4954-AV warna abu-abu hitam tahun 2009
No,Ka. : MH8BG41CA91291753 No.Sin. : G420ID351904 dan STNK atas nama
saksi sendiri.
• Bahwa pencurian tersebut saksi ketahui pada hari itu juga sekira jam 06.00 Wib
setelah saksi diberitahu oleh saksi JAMALUDIN.
• Bahwa pada saat kejadian saksi sedang tidur di kamar kostan.
• Bahwa terdakwa mengambil sepeda motor saksi dengan tanpa ijin.
• Bahwa sepeda motor saksi disimpan di garasi rumah kostan dalam keadaan terkunci
dan grasinya dalam keadaan tertutup pintu garasinya dikunci dengan gembok.
• Bahwa setelah kejadian tersebut, kemudian saksi bersama saksi JAMALUDIN
berusaha mencari terlebih dahulu, namun tidak ketemu.
6
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
• Bahwa selanjutnya saksi melaporkan kejadian tersebut ke Polres Majalengka guna
dilakukan tindakan lebih lanjut.
• Bahwa pada hari dan tanggal lupa pada bulan Oktober 2014 saksi diberitahu oleh
pihak kepolisian kalau pelakunya sudah ditangkap dan agar saksi melihat sepeda
motornya.
• Bahwa setelah saksi melihat sepeda motornya ternyata sepeda motor itu milik saksi.
• Bahwa setelah itu saksi melihat pelakunya dan menurut terdakwa sepeda motor
saksi yang diambil terdakwa dengan tanpa ijin itu dijual kepada saksi MAMING di
Kertajadi dengan harga Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah).
• Bahwa saksi selanjutnya melihat dan bertanya kepada saksi MAMING dan saksi
MAMING membenarkan kalau ia telah membeli sepeda motor saksi dari terdakwa
dengan tanpa surat-surat yang sah.
• Bahwa rumah kost tersebut ada pagarnya.
Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut diatas, terdakwa membenarkan
dan tidak keberatan;
2 JAMALUDIN Bin KANCENG;
• Bahwa saksi pernah diperiksa di Kepolisian dan keterangan yang diberikan adalah
benar;
• Bahwa Bahwa pada hari Sabtu tanggal 30 Agustus 2014 sekira jam 02.00 Wib
bertempat di Rumah kost Pondok Biru 2 Jalan Pesantren Rt. 02 Rw. 09 Kelurahan
Kulon Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka telah terjadi pencurian.
• Bahwa pelaku pencurian adalah terdakwa.
• Bahwa yang menjadi korban adalah saksi DUDUN ABDUL AZIS, SH.
• Bahwa barang yang diambil terdakwa adalah 1 (satu) unit sepeda motor merk
Suzuki / FU 150 SCD No.Pol. : Z-4954-AV warna abu-abu hitam tahun 2009
No,Ka. : MH8BG41CA91291753 No.Sin. : G420ID351904.
7
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
• Bahwa pencurian tersebut saksi ketahui pada hari itu juga sekira jam 06.00 Wib
ketika saksi akan membuka pintu garasi, ternyata pintu garasi sudah tidak terkunci
dan melihat sepeda motor saksi DUDUN ABDUL AZIS, SH tidak ada.
• Bahwa saksi setiap hari tinggal dan tidur kostan tersebut.
• Bahwa saksi melihat ke kamar saksi DUDUN ABDUL AZIS, SH ternyata yang
bersangkutan ada.
• Bahwa saksi membangunan saksi DUDUN ABDUL AZIS, SH dan menanyakan
sepeda motornya, dan saksi DUDUN ABDUL AZIS, SH berkata ada di garasi, lalu
saksi memberitahu kalau sepeda motornya tidak ada.
• Bahwa kemudian saksi dan saksi DUDUN ABDUL AZIS, SH berusaha mencari
namun tidak ketemu.
• Bahwa garasi itu dalam keadaan tertutup dan terkunci pintunya.
• Bahwa pada saat itu kunci gembok pintu garasi tidak ada.
• Bahwa pada hari dan tanggal lupa pada bulan Oktober 2014 saksi diberitahu oleh
pihak kepolisian kalau pelakunya sudah ditangkap dan agar saksi melihat sepeda
motornya.
• Bahwa setelah saksi melihat sepeda motornya ternyata sepeda motor itu milik saksi
DUDUN ABDUL AZIS, SH.
Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut diatas, terdakwa membenarkan
dan tidak keberatan;
3 MAMING Bin EMO;
• Bahwa saksi saksi pernah diperiksa di Kepolisian dan keterangan yang diberikan
adalah benar;
• Bahwa pada hari Sabtu tanggal 30 Agustus 2014 sekira jam 02.00 Wib bertempat di
Rumah kost Pondok Biru 2 Jalan Pesantren Rt. 02 Rw. 09 Kelurahan Kulon
Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka telah terjadi pencurian.
8
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
• Bahwa pelaku pencurian adalah terdakwa.
• Bahwa yang menjadi korban adalah saksi DUDUN ABDUL AZIS, SH.
• Bahwa barang yang diambil terdakwa adalah 1 (satu) unit sepeda motor merk
Suzuki / FU 150 SCD No.Pol. : Z-4954-AV warna abu-abu hitam tahun 2009
No,Ka. : MH8BG41CA91291753 No.Sin. : G420ID351904.
• Bahwa pencurian tersebut saksi ketahui karena saksi membeli motor hasil curian
tersebut.
• Bahwa saksi membeli sepeda motor tersebut dari terdakwa.
• Bahwa pada hari Sabtu tanggal 30 Agustus 2014 sekira 07.00 Wib, saksi
kedatangan terdakwa dan terdakwa menawarkan sepeda motor itu.
• Bahwa saksi tahu kalau sepeda motor itu hasil kejahatan dan tidak dilengkapi
dengan surat-surat kepemilik yang sah seperti tanpa STNK dan BPKB.
• Bahwa saksi lalu membayar sepeda motor itu dengan harga sebesar Rp. 2.000.000,-
(dua juta rupiah) dan saksi tahu kalau harga sepeda motor itu murah dan tidak
wajar, karena harga sepeda motor itu dpasaran yang resmi kurang lebih seharga Rp.
9.000.000,- (sembilan juta rupiah).
• Bahwa saksi kemudian pada tanggal 10 Oktober 2014 ditangkap oleh pihak
kepolisian Polres Majalengka karena sebelumnya terdakwa telah ditangkap.
• Bahwa saksi merasa menyesal.
• Bahwa oleh saksi sepeda motor itu dirubah No.Sin. sepeda motor itu yang awalnya
No.Sin. : G420ID351904 menjadi G420ID354904 dan menempelkan sklait warna
hitam transfaran pada seluruh body sepeda motor itu dengan maksud agar tidak
diketahui pemiliknya.
• Bahwa sepeda motor itu oleh saksi digunakan untuk keperluan sehari-hari.
• Bahwa saksi membenarkan barang bukti yang diajukan dan diperlihatkan didepan
persidangan;
9
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Menimbang, bahwa terdakwa menyatakan tidak mengajukan saksi yang
meringankan terdakwa;
Menimbang bahwa di depan persidangan telah juga didengar keterangan terdakwa
yang pada pokoknya adalah sebagai berikut:
• Bahwa terdakwa pernah diperiksa di Kepolisian dan keterangan yang diberikan
adalah benar;
• Bahwa Bahwa pada hari Jum’at tanggal 29 Agustus 2014 sekira jam 19.00 Wib
terdakwa mempunyai ide untuk melakukan perbuatan jahat mengambil sepeda
motor dan terdakwa berangkat dari Blok Sarikuning Desa Siliwangi Kecamatan
Bantarujeg Kabupaten Majalengka dengan menumpang mobil truck batu sampai ke
alun-alun Talaga.
• Bahwa kemudian terdakwa dengan menggunakan mobil angkutan umum elf menuju
ke Kota Majalengka hingga sampai di alun-alun Majalengka, lalu terdakwa mencari
sasaran untuk mengambil sepeda motor.
• Bahwa pada hari Sabtu tanggal 30 Agustus 2014 sekira jam 02.00 Wib terdakwa
menemukan sasarannya rumah kostan Ponduk Biru 2 Jalan Pesantren Rt. 02 Rw. 09
Kelurahan Majalengka.
• Bahwa selanjutnya terdakwa memanjat tembok pembatas bagian belakang rumah
kostan Pondok Biru 2 tanpa bantuan alat apapun, lalu terdakwa membuka gembok
dari garasi rumah kostan tersebut dengan menggunakan kunci “T” yang ujungnya
persegi dengan diputarkan kearah kanan.
• Bahwa setelah gembok garasi terbuka, lalu gembok tersebut oleh terdakwa
dimasukan ke dalam tasnya.
• Bahwa terdakwa tanpa seijin saksi DUDUN ABDUL AZIZ mengambil sepeda
motor merk Suzuki / FU 150 SCD No.Pol. Z-4954-AV warna abu-abu hitam tahun
2009 No,Ka. : MH8BG41CA91291753 No.Sin. : G420ID351904 yang dikunci
10
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
stang dan menghadap ke barat dengan cara merusak kunci kontaknya menggunakan
kunci “T” yang ujungnya pipih dan tajam, setelah berhasil merusak kunci kontak
dan tidak terkunci lagi stangnya.
• Bahwa selanjutnya terdakwa mendorong sepeda motor itu sampai ke pagar depan
pintu keluar rumah kost Pondok Biru 2 sejauh kurang lebih 10 meter.
• Bahwa sampai di pagar depan terdakwa turun terlebih dahulu dikarenakan pagarnya
bagian bahwanya terkunci dengan slot pagar, lalu kunci slot tersebut oleh terdakwa
dibuka sehingga pintu pagarnya terbuka.
• Bahwa setelah itu terdakwa menyalahkan mensin sepeda motor itu dan membawa
kabur sepeda motor itu ke arah Kadipaten.
• Bahwa di daerah Kadipaten terdakwa melepas plat nomor polisi sepeda motor itu
dan membuang gembok pagar garasi.
• Bahwa kemudian sepeda motor itu oleh terdakwa langsung di bawa / menuju ke
rumah saksi MAMING di Blok Buah Dua Rt. 01 Rw. 01 Desa Pasir Ipis Kecamatan
Kertajati Kabupaten Majalengka.
• Bahwa terdakwa kenal saksi MAMING suka membeli sepeda motor dengan tanpa
surat-surat yang sah.
• Bahwa sepeda motor itu oleh terdakwa dijual dengan harga Rp. 2.000.000,- (dua
juta rupiah) dan harganya tidak wajar karena harga pasarannya kurang lebih Rp.
9.000.000,- (sembilan juta rupiah)
• Bahwa uang hasil penjualan motor itu telah habis digunakan terdakwa untuk
keperluan sehari-hari.
• Bahwa terdakwa merasa menyesali perbuatannya tersebut.
Menimbang, bahwa di persidangan telah diajukan barang bukti yaitu berupa:
• 1 (satu) lembar STNK Asli No. 0645802/JB/2009 An. Dudun Abdul Azis d/a. RA
Kartini No. 25 Rt 04/05 Regol Wetan Kec. Sumedang Selatan Kab. Sumedang yang
11
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
diperuntkan bagi 1 (satu) unit sepeda motor merk Suzuki Fu 150 CSD warna abu-
abu hitam Nopol : Z-4954-AV Th 2009 Noka : MH8BG41CA9J291753 Nosin :
G4201D351904;
• 1 (satu) buku BPKB An. Dudun Abdul Azis d/a. RA Kartini No. 25 Rt 04/05 Regol
Wetan Kec. Sumedang Selatan Kab. Sumedang yang diperuntkan bagi 1 (satu) unit
sepeda motor merk Suzuki Fu 150 CSD warna abu-abu hitam Nopol : Z-4954-AV
Th 2009 Noka : MH8BG41CA9J291753 Nosin : G4201D351904;
• 1 (satu) buah kunci kontak.
• 1 (satu) unit sepeda motor merk Suzuki / FU 150 SCD warna abu-abu hitam tahun
2009 No,Ka. : MH8BG41CA91291753 No.Sin. : G420ID351904 (dirubah menjadi
G420ID354904). (dipergunakan dalam perkara an. Maming Bin Emo).
Menimbang, bahwa terhadap barang bukti tersebut, baik saksi maupun terdakwa
kenal dan barang bukti tersebut telah disita oleh Pengadilan untuk proses penyidikan;
Menimbang, bahwa dari keterangan saksi-saksi, keterangan terdakwa dan barang
bukti yang telah disampaikan di persidangan, maka telah diperoleh Fakta-fakta Hukum
adalah sebagai berikut :
• Bahwa benar terdakwa Bahwa pada hari Jum’at tanggal 29 Agustus 2014 sekira jam
19.00 Wib terdakwa mempunyai ide untuk melakukan perbuatan jahat mengambil
sepeda motor dan terdakwa berangkat dari Blok Sarikuning Desa Siliwangi
Kecamatan Bantarujeg Kabupaten Majalengka dengan menumpang mobil truck batu
sampai ke alun-alun Talaga.
• Bahwa benar kemudian terdakwa dengan menggunakan mobil angkutan umum elf
menuju ke Kota Majalengka hingga sampai di alun-alun Majalengka, lalu terdakwa
mencari sasaran untuk mengambil sepeda motor.
• Bahwa benar pada hari Sabtu tanggal 30 Agustus 2014 sekira jam 02.00 Wib
terdakwa menemukan sasarannya rumah kostan Ponduk Biru 2 Jalan Pesantren Rt.
02 Rw. 09 Kelurahan Majalengka.
12
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
• Bahwa benar selanjutnya terdakwa memanjat tembok pembatas bagian belakang
rumah kostan Pondok Biru 2 tanpa bantuan alat apapun, lalu terdakwa membuka
gembok dari garasi rumah kostan tersebut dengan menggunakan kunci “T” yang
ujungnya persegi dengan diputarkan kearah kanan.
• Bahwa benar setelah gembok garasi terbuka, lalu gembok tersebut oleh terdakwa
dimasukan ke dalam tasnya.
• Bahwa benar terdakwa tanpa seijin saksi DUDUN ABDUL AZIZ mengambil sepeda
motor merk Suzuki / FU 150 SCD No.Pol. Z-4954-AV warna abu-abu hitam tahun
2009 No,Ka. : MH8BG41CA91291753 No.Sin. : G420ID351904 yang dikunci stang
dan menghadap ke barat dengan cara merusak kunci kontaknya menggunakan kunci
“T” yang ujungnya pipih dan tajam, setelah berhasil merusak kunci kontak dan tidak
terkunci lagi stangnya.
• Bahwa benar selanjutnya terdakwa mendorong sepeda motor itu sampai ke pagar
depan pintu keluar rumah kost Pondok Biru 2 sejauh kurang lebih 10 meter.
• Bahwa benar sampai di pagar depan terdakwa turun terlebih dahulu dikarenakan
pagarnya bagian bahwanya terkunci dengan slot pagar, lalu kunci slot tersebut oleh
terdakwa dibuka sehingga pintu pagarnya terbuka.
• Bahwa benar setelah itu terdakwa menyalahkan mensin sepeda motor itu dan
membawa kabur sepeda motor itu ke arah Kadipaten.
• Bahwa benar di daerah Kadipaten terdakwa melepas plat nomor polisi sepeda motor
itu dan membuang gembok pagar garasi.
• Bahwa benar kemudian sepeda motor itu oleh terdakwa langsung di bawa / menuju
ke rumah saksi MAMING di Blok Buah Dua Rt. 01 Rw. 01 Desa Pasir Ipis
Kecamatan Kertajati Kabupaten Majalengka.
• Bahwa benar terdakwa kenal saksi MAMING suka membeli sepeda motor dengan
tanpa surat-surat yang sah.
13
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
• Bahwa benar sepeda motor itu oleh terdakwa dijual dengan harga Rp. 2.000.000,-
(dua juta rupiah) dan harganya tidak wajar karena harga pasarannya kurang lebih Rp.
9.000.000,- (sembilan juta rupiah)
• Bahwa benar uang hasil penjualan motor itu telah habis digunakan terdakwa untuk
keperluan sehari-hari.
• Bahwa benar terdakwa merasa menyesali perbuatannya tersebut.
Menimbang, bahwa dari keterangan saksi yang memberikan keterangan dibawah
sumpah dikaitkan keterangan terdakwa apakah terdakwa dapat dipersalahkan melakukan
tindak pidana sebagaimana surat dakwaan ;
Menimbang, bahwa terdakwa didakwa Jaksa Penuntut Umum dengan Dakwaan
tunggal sebagaimana diatur dalam Pasal 363 ayat (1) ke-4,5 KUHPidana perlu
dipertimbangkan dengan unsur-unsurnya sebagai berikut:
1 Unsur Barang Siapa ;
2 Unsur Mengambil sesuatu barang yang sama sekali atau sebagian kepunyaan
orang lain;
3 Unsur Dengan maksud akan memiliki barang itu dengan melawan hak;
4 Unsur waktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada
rumahnya, yang dilakukan oleh orang yang ada disitu tiada dengan setahunya
atau tiada dengan kemauannya yang berhak;
5 Unsur dengan masuk ketempat kejahatan itu atau dapat mencapai barang untuk
diambilnya, dengan jalan membongkar, memecah atau memanjat atau dengan
jalan memakai kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan palsu;
Menimbang, bahwa seorang terdakwa baru dapat dipersalahkan melakukan tindak
pidana sebagaimana yang didakwakan kepadanya apabila semua unsur-unsur dari tindak
pidana yang didakwakan dapat dibuktikan dalam perbuatan terdakwa dan untuk itu Majelis
Hakim akan mempertimbangkan unsur-unsur tersebut sebagai berikut :
Ad. 1. Unsur Barang Siapa ;
14
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Menimbang, unsur barang siapa mengandung arti bahwa pelaku tindak pidana
adalah berupa orang yang dapat dituntut sebagai subyek hukum atas tindak pidana yang
didakwakan. Dalam perkara ini orang yang didakwa dan diajukan ke persidangan telah
mampu melakukan tindak pidana adalah terdakwa YOYO SAHYO Als Yo Bin ASWA
yang identitasnya telah sesuai serta dibenarkan oleh terdakwa sebagaimana yang tertuang
dalam surat dakwaan kami, sehingga dalam perkara ini tidak terjadi error in persona,
selanjutnya dalam pemeriksaan di persidangan tidak ada alasan-alasan yang mendukung
pembuktian bahwa terdakwa dalam melakukan perbuatannya dalam keadaan sakit ingatan /
kurang sehat akalnya, setidak-tidaknya terdakwa dalam hal melakukan perbuatan yang
didakwakan, mampu mempertanggung jawabkan perbuatannya, tidak ditemukan adanya
alasan pemaaf dan pembenar;
Menimbang, bahwa dari uraian pertimbangan tersebut diatas, Majelis Hakim
berpendapat unsur barang siapa telah terpenuhi;
Ad. 2. Unsur mengambil sesuatu barang yang sama sekali atau sebagian kepunyaan
orang lain;
Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan mengambil adalah mengambil untuk
dikuasainya, maksudnya waktu pencuri mengambil barang itu, barang tersebut belum ada
dalam kekuasaannya, dan barang tersebut sudah berpindah tempat. Yang dimaksud dengan
barang adalah sesuatu yang berwujud, dan tidak harus / tidak perlu mempunyai harga
ekonomis. Yang dimaksud dengan kepunyaan orang lain yaitu milik orang lain selain
terdakwa ataupun teman-teman terdakwa;
Menimbang, bahwa berdasarkan fakta-fakta yang terungkap di persidangan dari
keterangan saksi-saksi dihubungkan dengan keterangan terdakwa dan barang bukti yang
diajukan kepersidangan diperoleh fakta bahwa terdakwa pada hari Sabtu tanggal 30
Agustus 2014 sekira jam 02.00 Wib bertempat di rumah kost Pondok Biru 2 Jalan
Pesantren Rt.02 Rw.09 Kelurahan Kulon Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka
telah mengambil sesuatu barang berupa 1 (satu) unit sepeda motor merk Suzuki/ FU 150
15
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.idSCD No.Pol. : Z-4954-AV warna abu-abu hitam tahun 2009 NoKa. :
MH8BG41CA91291753 No.Sin.: G420ID351904 dan STNK kepunyaan saksi Dudun
Abdul Aziz, SH tanpa seijin atau sepengetahuan dari pemiliknya tersebut;
Menimbang, bahwa oleh karena barang yang telah diambil oleh terdakwa
mempunyai nilai ekomis yang tinggi sehingga mengakibatkan kerugian bagi saksi korban
yakni kurang lebih sebesar Rp. 12.500.000,- (dua belas juta lima ratus ribu rupiah);
Menimbang, bahwa dari uraian pertimbangan tersebut, maka Majelis Hakim
berpendapat unsur mengambil sesuatu barang yang sama sekali atau sebagian kepunyaan
orang lain telah terpenuhi;
Ad. 3. Unsur Dengan maksud akan memiliki barang itu dengan melawan hak;
Menimbang, berdasarkan fakta-fakta yang terungkap di persidangan dari keterangan
saksi-saksi dihubungkan dengan keterangan terdakwa dan barang bukti yang dihadirkan
kepersidangan dapat diperoleh fakta bahwa terdakwa pada hari Sabtu tanggal 30 Agustus
2014 sekira jam 02.00 Wib bertempat di rumah kost Pondok Biru 2 Jalan Pesantren Rt.02
Rw.09 Kelurahan Kulon Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka telah mengambil
sesuatu barang berupa 1 (satu) unit sepeda motor merk Suzuki/ FU 150 SCD No.Pol. :
Z-4954-AV warna abu-abu hitam tahun 2009 NoKa. : MH8BG41CA91291753 No.Sin.:
G420ID351904 dan STNK kepunyaan saksi Dudun Abdul Aziz, SH tanpa seijin atau
sepengetahuan dari pemiliknya tersebut dengan maksud dan tujuan akan memiliki barang
yang diambilnya secara melawan hukum;
Menimbang, bahwa berawal dari terdakwa mempunyai ide untuk melakukan
perbuatan jahat mengambil sepeda motor dan terdakwa berangkat dari Blok Sarikuning
Desa Siliwangi Kecamatan Bantarujeg Kabupaten Majalengka dengan menumpang mobil
truck batu sampai ke alun-alun Talaga, kemudian terdakwa dengan menggunakan mobil
angkutan umum elf menuju ke Kota Majalengka hingga sampai di alun-alun Majalengka,
lalu terdakwa mencari sasaran untuk mengambil sepeda motor, dan pada hari Sabtu tanggal
30 Agustus 2014 sekira jam 02.00 Wib terdakwa menemukan sasarannya rumah kostan
16
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 16
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.idPonduk Biru 2 Jalan Pesantren Rt. 02 Rw. 09 Kelurahan Majalengka terdakwa berhasil
mengambil 1 (satu) unit sepeda motor merk Suzuki / FU 150 SCD No.Pol. : Z-4954-AV
warna abu-abu hitam, kemudian sepeda motor itu oleh terdakwa langsung di bawa / menuju
ke rumah saksi MAMING di Blok Buah Dua Rt. 01 Rw. 01 Desa Pasir Ipis Kecamatan
Kertajati Kabupaten Majalengka dengan maksud untuk menjualnya dengan tanpa surat-
surat yang sah dengan harga Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah) dan harganya tidak wajar
karena harga pasarannya kurang lebih Rp. 9.000.000,- (sembilan juta rupiah), sehingga
saksi Maming sepakat untuk membelinya dan uang hasil penjualan motor itu telah habis
digunakan terdakwa untuk keperluan sehari-hari;
Menimbang, bahwa dari uraian pertimbangan tersebut, maka Majelis Hakim
berpendapat unsur dengan maksud akan memiliki barang itu dengan melawan hak telah
terpenuhi;
Ad. 4. Unsur waktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada
rumahnya, yang dilakukan oleh orang yang ada disitu tiada dengan
setahunya atau tiada dengan kemauannya yang berhak ;
Menimbang, berdasarkan fakta-fakta yang terungkap di persidangan dari keterangan
saksi-saksi dihubungkan dengan keterangan terdakwa dan barang bukti yang dihadirkan
kepersidangan diperoleh fakta bahwa terdakwa pada hari Sabtu tanggal 30 Agustus 2014
sekira jam 02.00 Wib bertempat di rumah kost Pondok Biru 2 Jalan Pesantren Rt.02 Rw.09
Kelurahan Kulon Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka telah mengambil sesuatu
barang berupa 1 (satu) unit sepeda motor merk Suzuki/ FU 150 SCD No.Pol. : Z-4954-AV
warna abu-abu hitam tahun 2009 NoKa. : MH8BG41CA91291753 No.Sin.:
G420ID351904 dan STNK kepunyaan saksi Dudun Abdul Aziz, SH tanpa seijin atau
sepengetahuan dari pemiliknya tersebut dengan maksud dan tujuan akan memiliki barang
yang diambilnya secara melawan hukum;
Menimbang, bahwa berawal dari terdakwa mempunyai ide untuk melakukan
perbuatan jahat mengambil sepeda motor dan terdakwa berangkat dari Blok Sarikuning
17
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 17
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.idDesa Siliwangi Kecamatan Bantarujeg Kabupaten Majalengka dengan menumpang mobil
truck batu sampai ke alun-alun Talaga, kemudian terdakwa dengan menggunakan mobil
angkutan umum elf menuju ke Kota Majalengka hingga sampai di alun-alun Majalengka,
lalu terdakwa mencari sasaran untuk mengambil sepeda motor, dan pada hari Sabtu tanggal
30 Agustus 2014 sekira jam 02.00 Wib terdakwa menemukan sasarannya rumah kostan
Ponduk Biru 2 Jalan Pesantren Rt. 02 Rw. 09 Kelurahan Majalengka terdakwa berhasil
mengambil 1 (satu) unit sepeda motor merk Suzuki / FU 150 SCD No.Pol. : Z-4954-AV
warna abu-abu hitam dengan cara terdakwa memanjat tembok pembatas bagian belakang
rumah kostan Pondok Biru 2 tanpa bantuan alat apapun, lalu terdakwa membuka gembok
dari garasi rumah kostan tersebut dengan menggunakan kunci “T” yang ujungnya persegi
dengan diputarkan kearah kanan, setelah gembok garasi terbuka, lalu gembok tersebut oleh
terdakwa dimasukan ke dalam tasnya. Kemudian terdakwa tanpa seijin saksi DUDUN
ABDUL AZIZ mengambil sepeda motor merk Suzuki / FU 150 SCD No.Pol. Z-4954-AV
warna abu-abu hitam tahun 2009 No,Ka. : MH8BG41CA91291753 No.Sin. :
G420ID351904 yang dikunci stang dan menghadap ke barat dengan cara merusak kunci
kontaknya menggunakan kunci “T” yang ujungnya pipih dan tajam, setelah berhasil
merusak kunci kontak dan tidak terkunci lagi stangnya, selanjutnya terdakwa mendorong
sepeda motor itu sampai ke pagar depan pintu keluar rumah kost Pondok Biru 2 sejauh
kurang lebih 10 meter sampai di pagar depan terdakwa turun terlebih dahulu dikarenakan
pagarnya bagian bahwanya terkunci dengan slot pagar, lalu kunci slot tersebut oleh
terdakwa dibuka sehingga pintu pagarnya terbuka, setelah itu terdakwa menyalahkan
mensin sepeda motor itu dan membawa kabur sepeda motor itu ke arah Kadipaten dan di
daerah Kadipaten terdakwa melepas plat nomor polisi sepeda motor itu dan membuang
gembok pagar garasi, kemudian sepeda motor itu oleh terdakwa langsung di bawa / menuju
ke rumah saksi MAMING di Blok Buah Dua Rt. 01 Rw. 01 Desa Pasir Ipis Kecamatan
Kertajati Kabupaten Majalengka dengan maksud akan menjual sepeda motor yang telah
diambilnya dengan tanpa surat-surat yang sah dan sepeda motor itu oleh dengan harga Rp.
18
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 18
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id2.000.000,- (dua juta rupiah) dan oleh karena harganya tidak wajar karena harga
pasarannya kurang lebih Rp. 9.000.000,- (sembilan juta rupiah) namun saksi Maming
bersedia untuk membeli sepeda motor tersebut dan uang hasil penjualan motor itu telah
habis digunakan terdakwa untuk keperluan sehari-hari;
Menimbang, bahwa dari pertimbangan tersebut, maka Majelis Hakim berpendapat
unsur yang dilakukan di waktu malam hari dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup
yang ada rumahnya, yang dilakukan oleh orang yang ada disitu tidak diketahui atau
dikehendaki oleh yang berhak telah terpenuhi;
Ad.5. Unsur dengan masuk ketempat kejahatan itu atau dapat mencapai barang
untuk diambilnya, dengan jalan membongkar, memecah atau memanjat atau
dengan jalan memakai kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan palsu;
Menimbang, bahwa berdasarkan fakta-fakta yang terungkap di persidangan dari
keterangan saksi-saksi dihubungkan dengan keterangan terdakwa dan barang bukti yang
dihadirkan kepersidangan diperoleh fakta bahwa terdakwa terdakwa pada hari Sabtu
tanggal 30 Agustus 2014 sekira jam 02.00 Wib bertempat di rumah kost Pondok Biru 2
Jalan Pesantren Rt.02 Rw.09 Kelurahan Kulon Kecamatan Majalengka Kabupaten
Majalengka telah mengambil sesuatu barang berupa 1 (satu) unit sepeda motor merk
Suzuki/ FU 150 SCD No.Pol. : Z-4954-AV warna abu-abu hitam tahun 2009 NoKa. :
MH8BG41CA91291753 No.Sin.: G420ID351904 dan STNK kepunyaan saksi Dudun
Abdul Aziz, SH tanpa seijin atau sepengetahuan dari pemiliknya tersebut dengan maksud
dan tujuan akan memiliki barang yang diambilnya secara melawan hukum;
Menimbang, bahwa berawal dari terdakwa mempunyai ide untuk melakukan
perbuatan jahat mengambil sepeda motor dan terdakwa berangkat dari Blok Sarikuning
Desa Siliwangi Kecamatan Bantarujeg Kabupaten Majalengka dengan menumpang mobil
truck batu sampai ke alun-alun Talaga, kemudian terdakwa dengan menggunakan mobil
angkutan umum elf menuju ke Kota Majalengka hingga sampai di alun-alun Majalengka,
lalu terdakwa mencari sasaran untuk mengambil sepeda motor, dan pada hari Sabtu tanggal
19
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 19
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id30 Agustus 2014 sekira jam 02.00 Wib terdakwa menemukan sasarannya rumah kostan
Ponduk Biru 2 Jalan Pesantren Rt. 02 Rw. 09 Kelurahan Majalengka terdakwa berhasil
mengambil 1 (satu) unit sepeda motor merk Suzuki / FU 150 SCD No.Pol. : Z-4954-AV
warna abu-abu hitam dengan cara terdakwa memanjat tembok pembatas bagian belakang
rumah kostan Pondok Biru 2 tanpa bantuan alat apapun, lalu terdakwa membuka gembok
dari garasi rumah kostan tersebut dengan menggunakan kunci “T” yang ujungnya persegi
dengan diputarkan kearah kanan, setelah gembok garasi terbuka, lalu gembok tersebut oleh
terdakwa dimasukan ke dalam tasnya. Kemudian terdakwa tanpa seijin saksi DUDUN
ABDUL AZIZ mengambil sepeda motor merk Suzuki / FU 150 SCD No.Pol. Z-4954-AV
warna abu-abu hitam tahun 2009 No,Ka. : MH8BG41CA91291753 No.Sin. :
G420ID351904 yang dikunci stang dan menghadap ke barat dengan cara merusak kunci
kontaknya menggunakan kunci “T” yang ujungnya pipih dan tajam, setelah berhasil
merusak kunci kontak dan tidak terkunci lagi stangnya, selanjutnya terdakwa mendorong
sepeda motor itu sampai ke pagar depan pintu keluar rumah kost Pondok Biru 2 sejauh
kurang lebih 10 meter sampai di pagar depan terdakwa turun terlebih dahulu dikarenakan
pagarnya bagian bahwanya terkunci dengan slot pagar, lalu kunci slot tersebut oleh
terdakwa dibuka sehingga pintu pagarnya terbuka, setelah itu terdakwa menyalahkan
mensin sepeda motor itu dan membawa kabur sepeda motor itu ke arah Kadipaten dan di
daerah Kadipaten terdakwa melepas plat nomor polisi sepeda motor itu dan membuang
gembok pagar garasi, kemudian sepeda motor itu oleh terdakwa langsung di bawa / menuju
ke rumah saksi MAMING di Blok Buah Dua Rt. 01 Rw. 01 Desa Pasir Ipis Kecamatan
Kertajati Kabupaten Majalengka dengan maksud akan menjual sepeda motor yang telah
diambilnya dengan tanpa surat-surat yang sah dan sepeda motor itu oleh dengan harga Rp.
2.000.000,- (dua juta rupiah) dan oleh karena harganya tidak wajar karena harga
pasarannya kurang lebih Rp. 9.000.000,- (sembilan juta rupiah) namun saksi Maming
bersedia untuk membeli sepeda motor tersebut dan uang hasil penjualan motor itu telah
habis digunakan terdakwa untuk keperluan sehari-hari;
20
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 20
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Menimbang, bahwa dari pertimbangan tersebut, maka Majelis Hakim berpendapat
unsur dengan masuk ketempat kejahatan itu atau dapat mencapai barang untuk diambilnya,
dengan jalan membongkar, memecah atau memanjat atau dengan jalan memakai kunci
palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan palsu telah terpenuhi;
Menimbang, bahwa karena telah terpenuhinya seluruh unsur-unsur dari pasal 363
ayat (1) ke-3, ke-5 KUHPidana, maka terdakwa dinyatakan telah terbukti secara sah dan
menyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “pencurian dalam keadaan memberatkan”;
Menimbang, bahwa oleh karena terdakwa telah dinyatakan bersalah, maka sudah
sepatutnya terdakwa dijatuhi pidana setimpal dengan kesalahannya;
Menimbang, bahwa dari fakta-fakta yang diperoleh dipersidangan tidak ditemukan
hal-hal yang merupakan alasan penghapus pidana baik alasan pemaaf maupun alasan
pembenar, oleh karenanya terdakwa dapat dipertanggung jawabkan atas perbuatannya dan
dapat dijatuhi pidana setimpal dengan kesalahannya;
Menimbang, bahwa barang bukti berupa :
• 1 (satu) lembar STNK Asli No. 0645802/JB/2009 An. Dudun Abdul Azis d/a. RA
Kartini No. 25 Rt 04/05 Regol Wetan Kec. Sumedang Selatan Kab. Sumedang yang
diperuntkan bagi 1 (satu) unit sepeda motor merk Suzuki Fu 150 CSD warna abu-
abu hitam Nopol : Z-4954-AV Th 2009 Noka : MH8BG41CA9J291753 Nosin :
G4201D351904;
• 1 (satu) buku BPKB An. Dudun Abdul Azis d/a. RA Kartini No. 25 Rt 04/05 Regol
Wetan Kec. Sumedang Selatan Kab. Sumedang yang diperuntkan bagi 1 (satu) unit
sepeda motor merk Suzuki Fu 150 CSD warna abu-abu hitam Nopol : Z-4954-AV
Th 2009 Noka : MH8BG41CA9J291753 Nosin : G4201D351904;
• 1 (satu) buah kunci kontak.
21
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 21
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
• 1 (satu) unit sepeda motor merk Suzuki / FU 150 SCD warna abu-abu hitam tahun
2009 No,Ka. : MH8BG41CA91291753 No.Sin. : G420ID351904 (dirubah menjadi
G420ID354904). (dipergunakan dalam perkara an. Maming Bin Emo).
Terhadap barang bukti tersebut statusnya masing-masing akan dipertimbangan dalam amar
putusan;
Menimbang, bahwa oleh karena terdakwa akan dijatuhi pidana, maka sesuai dengan
ketentuan Pasal 222 KUHAP biaya perkara ini dibebankan kepada terdakwa;
Menimbang, bahwa sebelum Majelis Hakim menjatuhkan putusan pidana, perlu
dipertimbangkan hal-hal yang memberatkan dan meringankan terdakwa;
Hal-hal yang memberatkan :
• Perbuatan terdakwa meresahkan masyarakat;
• Terdakwa sudah pernah dihukum beberapa kali;
Hal-hal yang meringankan :
• Terdakwa mengakui dan menyesalinya perbuatannya, sehingga tidak
mempersulit jalannya persidangan;
Mengingat ketentuan pasal 363 ayat (1) ke-3, ke-5 KUHPidana, Undang-Undang
Nomor: 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, Undang-Undang Nomor 8 tahun
1981 tentang KUHAP, dan pasal-pasal dari peraturan perundang-undangan yang
behubungan dengan perkara ini :
M E N G A D I L I :
1. Menyatakan terdakwa YOYO SAHYO Alias YO Bin ASWA telah terbukti secara sah
dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana ”Pencurian dalam keadaan
memberatkan “;
22
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 22
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa YOYO SAHYO Alias YO Bin ASWA oleh
karena itu dengan pidana penjara selama 1 (satu) tahun dan 8 (delapan) bulan;
3. Menetapkan barang bukti berupa :
• 1 (satu) lembar STNK Asli No. 0645802/JB/2009 An. Dudun Abdul
Azis d/a. RA Kartini No. 25 Rt 04/05 Regol Wetan Kec. Sumedang
Selatan Kab. Sumedang yang diperuntkan bagi 1 (satu) unit sepeda
motor merk Suzuki Fu 150 CSD warna abu-abu hitam Nopol :
Z-4954-AV Th 2009 Noka : MH8BG41CA9J291753 Nosin :
G4201D351904;
• 1 (satu) buku BPKB An. Dudun Abdul Azis d/a. RA Kartini No. 25
Rt 04/05 Regol Wetan Kec. Sumedang Selatan Kab. Sumedang yang
diperuntkan bagi 1 (satu) unit sepeda motor merk Suzuki Fu 150
CSD warna abu-abu hitam Nopol : Z-4954-AV Th 2009 Noka :
MH8BG41CA9J291753 Nosin : G4201D351904;
• 1 (satu) buah kunci kontak.
Seluruhnya diserahkan kepada yang berhak yaitu saksi DUDUN ABDUL AZIS, SH;
sedangkan
• 1 (satu) unit sepeda motor merk Suzuki / FU 150 SCD warna abu-
abu hitam tahun 2009 No,Ka. : MH8BG41CA91291753 No.Sin. :
G420ID351904 (dirubah menjadi G420ID354904); dipergunakan
dalam perkara an. Terdakwa Maming Bin Emo.
4 Membebankan biaya perkara kepada terdakwa sebesar Rp.2.000,- (dua ribu rupiah);
Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Majelis Hakim Pengadilan
Negeri Majalengka pada hari SELASA, tanggal 13 JANUARI 2015 oleh kami ACHMAD
MUNANDAR, SH selaku Hakim Ketua Majelis NOVIE ELA NURLAELA, SH dan
23
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 23
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.idDIAN WICAYANTI, SH masing-masing sebagai Hakim Anggota, putusan tersebut
diucapkan pada hari itu juga dalam sidang yang terbuka untuk umum oleh Hakim Ketua
tersebut dengan didampingi hakim-hakim anggota dibantu YULLYUS RHAMDHANY,
SH sebagai Panitera Pengganti serta dihadiri oleh ERMAWAN, SH Jaksa Penuntut
Umum pada Kejaksaan Negeri Majalengka serta terdakwa tersebut;
Hakim Anggota
ttd
ELA NURLAELA, SH
ttd
DIAN WICAYANTI, SH
Hakim Ketua ttd
ACHMAD MUNANDAR, SH
Panitera Pengganti
ttd
YULLYUS RHAMDHANY, SH
24
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 24