20
PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL KORPORAT PADA EMITEN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA Rowland Bismark Fernando Pasaribu, Dionysia Kowanda, Akhmad Arief PENGARUH PUBLIKASI LAPORAN KEUANGAN TERHADAP VOLUME PERDAGANGAN SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA Mikha Gorbyanto Nuari, Astuti Yuli Setyani PENGARUH SELF ASSESSMENT SYSTEM DAN SISTEM INFORMASI PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK Endang Satyawati, Mardanung Patmo Cahjono PERSEPSI REDENOMINASI RUPIAH TERHADAP KINERJA USAHA MIKRO DAN KECIL Dwitya Ariwibawa PENGARUH PENERAPAN ISO 9001:2008 TERHADAP KINERJA KARYAWAN DIVISI PRODUKSI PT. INSASTAMA Tan Christian Albion Kurniawan, Kazia Laturette PERSEPSI KEMUDAHAN PENGGUNAAN, PERSEPSI MANFAAT, COMPUTER SELF EFFICACY, DAN KEPUASAN PENGGUNA SISTEM INFORMASI AKUNTANSI Elizabeth Octaviana, Tri Setyowati, Agustini Dyah Respati Vol.13 No. 1 Hal. 1-75 Feb 2017

PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL … · PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL KORPORAT ... Dionysia Kowanda, Akhmad Arief PENGARUH PUBLIKASI LAPORAN KEUANGAN TERHADAP VOLUME PERDAGANGAN

  • Upload
    trannhu

  • View
    238

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL KORPORAT PADA EMITEN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA Rowland Bismark Fernando Pasaribu, Dionysia Kowanda, Akhmad Arief PENGARUH PUBLIKASI LAPORAN KEUANGAN TERHADAP VOLUME PERDAGANGAN SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA Mikha Gorbyanto Nuari, Astuti Yuli Setyani

PENGARUH SELF ASSESSMENT SYSTEM DAN SISTEM INFORMASI PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK Endang Satyawati, Mardanung Patmo Cahjono

PERSEPSI REDENOMINASI RUPIAH TERHADAP KINERJA USAHA MIKRO DAN KECIL Dwitya Ariwibawa

PENGARUH PENERAPAN ISO 9001:2008 TERHADAP KINERJA KARYAWAN DIVISI PRODUKSI PT. INSASTAMA Tan Christian Albion Kurniawan, Kazia Laturette

PERSEPSI KEMUDAHAN PENGGUNAAN, PERSEPSI MANFAAT, COMPUTER SELF EFFICACY, DAN KEPUASAN PENGGUNA SISTEM INFORMASI AKUNTANSI Elizabeth Octaviana, Tri Setyowati, Agustini Dyah Respati

Vol.13 No. 1 Hal. 1-75 Feb 2017

JRAK, Volume 13, No. 1 Februari 2017

JURNAL RISET AKUNTANSI DAN KEUANGAN

Fakultas Bisnis Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta ISSN : 0216-5082

Ketua Penyunting Perminas Pangeran

Dewan Penyunting

Erni Ekawati (Universitas Kristen Duta Wacana) I Putu Sugiartha Sanjaya (Universitas AtmaJaya)

Jogiyanto Hartono (Universitas Gadjah Mada) Mahatma Kufepaksi (Universitas Lampung)

Murti Lestari (Universitas Kristen Duta Wacana)

Asisten Penyunting

Eka Adhi Wibowo

Pembantu Pelaksana Tata Usaha (Administrasi, Desain, Distribusi dan Pemasaran)

Elisonora Guruh Bramaji Lukas Surya Wijaya

Alamat Penyunting dan Tata Usaha Fakultas Bisnis, Universitas Kristen Duta Wacana

Jl. Dr. Wahidin S. No. 5-19, Yogyakarta 55224 Telp( 0274 ) 563929, Fax : ( 0274)513235

www.ukdw.ac.id/jrak/

Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan (JRAK) terbit sejak Februari 2005. Terbit dua kali setahun pada bulan Februari dan Agustus. Berisi tulisan yang diangkat dari hasil penelitian, kajian analitis kritis dan tinjauan buku dalam bidang Akuntansi dan Keuangan. Penyunting menerima tulisan yang belum pernah diterbitkan dalam media lain. Naskah diketik dengan format seperti tercantum pada Pedoman Penulisan Artikel yang terlampir di halaman belakang.

PENGUNGKAPAN TANGGUNGJAWAB SOSIAL..…………………………..…...……(Pasaribu, Kowanda & Arief )

1

PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL

KORPORAT PADA EMITEN MANUFAKTUR DI BURSA

EFEK INDONESIA

Rowland Bismark Fernando Pasaribu ([email protected])

Dionysia Kowanda ([email protected])

Akhmad Arief Jurusan Akuntansi FE Universitas Gunadarma

ABSTRACT

The objectives of this study are examine the influence of environmental performance, good corporate

governance mechanism and earning management on Corporate Social Responsibility Disclosure. The

population used in this study was companies that listed in Indonesian Stock Exchange (IDX) in 2009-

2013. Samples were selected using purposive sampling method and there are 24 manufacture

companies were able to fulfil the criteria. The analysis method of this reaserch use multiple linear

regression. Data used are secondary data from Bursa Efek Indonesia, Indonesian Capital Market

Directory, and menlh.go.id. The result of this reasearch found that environmental performance,

public ownership and earning management have insignificant influence to Corporate Social

Responsibility Disclosure. board of commissioners, independence of commissioner, and managerial

ownership have significantly influence on the disclosure of Corporate Social Responsibility

Keywords: corporate social responsibility disclosure, environmental performance, good corporate

governance mechanism, earning management.

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh kinerja lingkungan, mekanisme tata kelola

perusahaan yang baik dan manajemen laba terhadappengungkapan tanggung jawab sosial

Perusahaan.Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia (BEI) di 2009-2013.Sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive

sampling dan ada 24 perusahaan manufaktur yang mampu memenuhi kriteria.Teknik analisis yang

digunakan adalah regresi linier berganda.Data yang digunakan adalah data sekunder dari Bursa

Efek Indonesia, Direktori Pasar Modal Indonesia, dan menlh.go.id. Hasil penelitian menyatakan

bahwa kinerja lingkungan, kepemilikan publik dan manajemen laba memiliki pengaruh signifikan

terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Secara parsial, dewan komisaris,

independensi komisaris, dan kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan

tanggung jawab sosial perusahaan.

Kata kunci: tanggung jawab pengungkapan sosial, kinerja lingkungan, mekanisme good corporate

governance, manajemen laba.

PENDAHULUAN

Dampak sosial yang dirasakan masyarakat dari

kegiatan operasional perusahaan dalam

mencapai tujuan perusahaan menimbulkan

tuntutan dari berbagai pihak terkhusus

masyarakat yaitu berupa tuntutan untuk lebih

memperhatikan dampak-dampak sosial serta

JRAK, Volume 13, No 1 Februari 2017

2

lingkungan dan cara dalam mengatasi dampak-

dampak tersebut. Tekanan dari berbagai pihak

memaksa perusahaan untuk menerima

tanggung jawab atas dampak aktivitas

bisnisnya terhadap masyarakat.Perusahaan

dihimbau untuk bertanggung jawab terhadap

pihak yang lebih luas dari pada kelompok

pemegang saham dan kreditur saja (Permana

dan Raharja, 2012). Dalam merespon tuntutan

dari berbagai pihak tersebut maka perusahaan

berusaha mengungkapkan segala bentuk

pertanggung jawabannya terhadap sosial

maupun lingkungan dalam bentuk

pengungkapan tanggung jawab sosial atau

Corporate Social Responsibility Disclosure

(CSRD) dimana dalam pengungkapan tersebut

diterangkan mengenai kegiatan apa saja yang

telah perusahaan lakukan dalam upaya

menganggulangi dampak sosial dari aktifitas

yang dilakukan perusahaan. Untoro dan

Zulaikha (2013) mengartikan CSR merupakan

bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap

lingkungannya bagi kepedulian sosial maupun

tanggung jawab lingkungan dengan tidak

mengabaikan kemampuan perusahaan. Alasan

perusahaan dalam mengungkapkan CSR-nya

bukan hanya karena keadaan mendesak

terhadap tanggungjawab pada lingkungan

sekitar namun pelaksanaan CSR telah

dijadikan strategi dalam menarik dukungan

stakeholder dalam menjalankan usahnya

karena pelaksanaan CSR dapat meningkatkan

nilai maupun image perusahaan. Disamping itu

Corporate Social Responsibility dapat

digunakan perusahaan untuk melegitimasi

aktivitas perusahaan di kalangan masyarakat

sekitar. Maksud dari melegitimasi adalah

masyarakat akan menerima segala aktifitas

perusahaan karena perusahaan telah menaati

segala peraturan dan telah mengikuti nilai-nilai

yang dipegang oleh masyarakat sekitar

sehingga masyarakat dapat menerima

perusahaan yang bersangkutan. Hal tersebut

penting dalam memperoleh kepercayaan dari

masyarakat maupun para investor. Dalam

survei Reputation Institute (perusahaan

konsultan di New York) tahun 2012, diyatakan

bahwa sebesar 42% pandangan masyarakat

terhadap suatu perusahaan didasari oleh

persepsi mereka mengenai tanggung jawab

sosial perusahaan (Smith, 2012 dalam

Yawenas, Tan dan Sutanto, 2013). Sehingga

dapat dikatakan bahwa Pengungkapan

Corporate Social Responsibility menjadi salah

satu nilai tambah ataupun pertimbangan untuk

para investor dalam mengambil keputusannya

untuk berinvestasi.

Dewasa ini dunia usaha tidak lagi hanya

melihat nilai perusahaan yang dilihat dengan

kondisi keuangannya saja yang merupakan

tanggungjawab perusahaan yang sering

dikenal dengan single bottom line namun

sudah mencakup kondisi keuangan, sosial dan

aspek lingkungan yaitu tanggungjawab

perusahaan lainnya yang disebut triple botom

line. Di Indonesia penerapan CSR

mendapatkan respon baik dari pemerintah

Indonesia dengan dikeluarkannya undang-

undang no.40 tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas dan mewajibkan perseroan yang

bidang usahanya dibidang atau terkait dengan

bidang sumber daya alam untuk melaksanakan

tanggung jawab sosial dan lingkungan.

Undang-undang tersebut diperkuat dengan

kebijakan pemerintah yaitu Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47

Tahun 2012 Tentang Tanggung Jawab Sosial

Dan Lingkungan Perseroan Terbatas. Dalam

penelitian ini perusahaan yang menjadi sorotan

adalah perusahaan manufaktur. Perusahaan

manufaktur dianggap sebagai perusahaan yang

kegiatannya mengolah bahan mentah menjadi

barang jadi sehingga dalam aktivitas

pengolahannya tersebut selain menghasilkan

produk tentunya akan menghasilkan limbah

ataupun polusi sehingga perusahaan

manufaktur memiliki tanggung jawab yang

lebih besar dalam menjaga lingkungan dan

dalam melaksanakan tanggung jawab sosial

tersebut perusahaan harus menginformasikan

segala upaya yang telah dilakukannnya dalam

laporan tahunannya berupa pengungkapan

tanggung jawab sosial.

Perusahaan dalam mengungkapkan

tanggung jawab sosial tidak terlepas dari

pelaksanakan kinerja lingkungan yang baik.

Perusahaan biasanya akan mengungkapkan

kualitas kinerja lingkungan tersebut untuk

memberikan bukti bahwa perusahaan telah

berkontribusi dalam hal sosial dan lingkungan.

Sejalan dengan teori legitimasi, menyatakan

bahwa teori legitimasi memfokuskan pada

interaksi antara perusahaan dengan

masyarakat. Dengan legitimasi yang diberikan

masyarakat maka dengan kata lain masyarakat

telah merestui keberadaan perusahaan tersebut

PENGUNGKAPAN TANGGUNGJAWAB SOSIAL..…………………………..…...……(Pasaribu, Kowanda & Arief )

3

karena telah menaati peraturan yang ada dan

berkontribusi kepada lingkungan sekitar.

Untuk perusahaan-perusahaan di Indonesia,

kinerja lingkungan dapat dilihat dari Program

Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam

Pengelolaaan Lingkungan Hidup atau

PROPER. PROPER merupakan program yang

dicetuskan oleh Kementrian Lingkungan

Hidup sejak tahun 2002. Diharapkan dengan

program tersebut peran perusahaan dalam

pelestarian lingkungan akan semakin terlihat.

Dalam PROPER kinerja lingkungan

perusahaan diukur dengan menggunakan

warna mulai dari yang terbaik emas, hijau,

biru, merah hingga yang terburuk hitam dan

akan diumumkan setiap periode oleh

kementerian lingkungan hidup.

Pengungkapan tanggung jawab sosial

perusahaan digunakan sebagai alat komunikasi

perusahaan kepada stakeholder, yaitu

mengenai keadaan perusahaan dan

kepentingan perusahaan.dalam suatu

perusahaan perlu adanya penyatuan

kepentingan antara pemilik perusahaan dan

manajemen. Penyatuan kepentingan tersebut

bertujuan untuk menghindari terjadinya

asimetri informasi antara pemilik perusahaan

dan manajemen sehingga informasi mengenai

data keuangan berupa laba dapat

dipertanggungjawabkan.Asimetri informasi

terjadi karena adanya konflik keagenan antara

manajemen dengan pemilik perusa-

haan.konflik keagenan merupakan pemisahan

kepentingan antara pemilik perusahaan dan

manajemen perusahaan (Tarzeghi, 2012).

Pemilik menginginkan pengembalian yang

cepat dan besar atas investasi yang dilakukan.

Manajemen menginginkan kompensasi

ataupun bonus dari para pemilik karena kinerja

dalam meghasilkan laba. Sehingga pada suatu

kondisi perusahaan dimana pengawasannya

lemah bisa saja dimanfaatkan oleh pihak agen

untuk memanipulasi data mengenai laba

perusahaan seolah-olah perusahaan mengalami

keuntungan yang padahal rugi ataupun

mengalami penurunan laba. Kegiatan yang

dilakukan agen tersebut sering disebut dengan

manajemen laba. Imhoff dan Thomas (1994)

dalam djuitiningsih dan marsyah (2012)

menyatakan bahwa perusahaan dengan metode

akuntansi yang lebih konservatif (dalam

penelitian ini diproksikan dengan perusahaan

yang terlibat untuk mengurangi manajemen

laba) akan mengungkapkan lebih banyak

informasi kepada stakeholders. Sehingga

perusahaan yang mengurangi praktik

manajemen laba akan lebih transparan atau

mengungkapkan informasi aktivitas

perusahaan sebaliknya perusahaan yang

melakukan manajemen laba akan mengurangi

pengungkapan informasi. Menurut Utama

(2007) dalam Wahyu dan Apriwenni (2012),

praktik dan pengungkapan Corporate Social

Responsibility (CSR) merupakan konsekuensi

logis dari implementasi konsep serta prinsip

Good Corporate Governance, yang

menyatakan bahwa perusahaan perlu

memperhatikan kepentingan stakeholders-nya,

sesuai dengan aturan yang ada dan menjalin

kerja sama yang aktif dengan stakeholders-nya

demi kelangsungan hidup jangka panjang

perusahaan. Adanya mekanisme struktur

corporate governance ini dapat mengurangi

asimetri informasi karena adanya satu

kepentingan antara pemilik perusahaan dan

manajemen.Good corporate governance itu

sendiri dianggap dapat mengatasi konflik

keagenan. Menurut Organization for

Economic Cooperation ad Development

(OECD) dalam Paramita dan Marsono (2014),

pengelolaan perusahaan yang sesuai dengan

GCG adalah pengelolaan yang menerapkan

prinsip-prinsip GCG, yaitu kewajaran,

transparansi, akuntabilitas, pertanggung-

jawaban. Dalam Pedoman Umum Good

Corporate Governance Indonesia, khususnya

dalam prinsip responsibilitas, secara jelas

dinyatakan, “Perusahaan harus mematuhi

peraturan perundang-undangan serta

melaksanakan tanggungjawab terhadap

masyarakat dan lingkungan sehingga dapat

terpelihara kesinambungan usaha dalam

jangka panjang dan mendapat pengakuan

sebagai good corporate citizen.” Hal tersebut

menunjukkan bahwa ada hubungan yang

terkait antara corporate governance dengan

corporate social responsibility (Paramita et.

al. 2014). Dalam mekanisme good corporate

governance dapat dilihat dari beberapa aspek

diantaranya Ukuran dewan komisaris,

kepemilikan manajerial, saham publik, dewan

komisaris independen, pemilikan saham asing,

kualitas audit dan lain sebagainya. Dalam

penelitian ini menitik beratkan pada

kepemilikan perusahaan dan ukuran dewan

komisaris.Sehingga mekanisme corporate

JRAK, Volume 13, No 1 Februari 2017

4

governance yang dipilih adalah ukuran dewan

komisaris, dewan komisaris independen,

kepemilikan publik dan kepemilikan

manajerial.

Ukuran Dewan komisaris sebagai organ

perusahaan bertugas dan bertanggung jawab

secara kolektif untuk melakukan pengawasan

dan memberikan nasihat kepada direksi serta

memastikan bahwa perusahaan melaksanakan

Good Corporate Governance (KNKG, 2006)

dalam (Paramita et. al. 2014). Dalam bertugas

dewan komisaris bertanggung jawab terhdap

RUPS.Pertanggung jawaban Dewan Komisaris

kepada RUPS merupakan perwujudan

akuntabilitas pengawasan atas pengelolaan

perusahaan dalam rangka pelaksanaan prinsip-

prinsip GCG.Dewan komisaris dalam urutan

manajemen merupakan tingkatan tertinggi

setelah pemegang saham. Paramita et. al.

(2014), semakin besar ukuran dewan

komisaris, maka pengalaman dan kompetensi

kolektif dewan komisaris akan bertambah,

sehingga informasi yang diungkapkan oleh

manajemen akan lebih luas, selain itu ukuran

dewan komisaris yang besar dipandang

sebagai mekanisme corporate governance

yang efektif. Dengan wewenang yang dimiliki,

dewan komisaris dapat memberikan pengaruh

yang cukup kuat untuk menekan manajemen

agar pengungkapkan informasi CSR lebih

transparan.Selain Dewan Komisaris sebagai

pengawas dalam suatu perusahaan, ada pula

komisaris independen sebagai kekuatan

penyeimbang dalam pengambilan keputusan

dari dewan komisaris.Peranan dewan

komisaris dan komisaris independen sangat

penting dan diperlukan komitmen penuh dari

dua hal tersebut dalam menentukan

keberhasilan implementasi GCG (Effendi,

2009:19) dalam Ramdaningsih dan Utama

(2013).

Ukuran dewan komisaris independen

merupakan salah satu hal penentu keberhasilan

implementasi GCG.Keberadaan dewan

komisaris independen di Indonesia diatur

dengan ketentuan Bapepam dan Peraturan

Bursa Efek Indonesia No. 1-A tanggal 14 Juli

tahun 2004. Berdasarkan aturan tersebut,

jumlah dewan komisaris independen minimal

adalah 30%. Peraturan Bapepam IX.I.5 dalam

Untoro dan Zulaikha (2013), mendefinisikan

dewan komisaris independen sebagai

komisaris yang berasal dari luar emiten

atau perusahaan publik, tidak mempunyai

saham baik langsung maupun tidak langsung

dengan emiten atau perusahaan publik, tidak

mempunyai hubungan afiliasi dengan emiten

atau perusahaan publik, dan tidak memiliki

hubungan usaha baik langsung maupun tidak

langsung yang berkaitan dengan kegiatan

usaha emiten atau perusahaan publik.

Komisaris independen bertujuan meningkat-

kan prinsip dewan komisaris dalam

pengawasan mekanisme good corporate

governance yaitu menitik beratkan kepada

tujuan perusahaan diatas apapun. Komposisi

dewan komisaris independen yang semakin

besar dapat mendorong dewan komisaris untuk

bertindak objektif dan mampu melindungi

seluruh stakeholders sehingga hal ini dapat

mendorong pengungkapan CSR lebih luas.

Kepemilikan publik menggambarkan

bahwa perusahaan telah siap dimonitori baik

dari segi keuangan maupun non keuangan oleh

masyarakat. Semakin banyak pihak yang

membutuhkan informasi perusahaan maka

semakin banyak hal sekecil apapun yang

dituntut untuk dibuka yang pada akhirnya

perusahaan melakukan pengungkapan yang

semakin luas. Khan et al. (2012) dalam

Paramita et. al. (2014) menyebutkan bahwa

ketika suatu perusahaan mulai go public,

secara langsung akuntabilitasnya terhadap

publik yang merupakan pemegang saham akan

sangat diperlukan. Ada penekanan terhadap

akuntabilitas akan menyebabkan perusahaan

mengungkapkan informasi-informasi tamba-

han yang berkaitan dengan visibility dan

accountability perusahaan terhadap sejumlah

besar stakeholder. Semakin besar volume

kepemilikan publik, semakin besar pula

tekanan dari publik terhadap transparansi

informasi dari pihak perusahaan.sejalan

dengan hal tersebut seharusnya perusahaan

akan semakin luas dalam mengungkapkan

kondisi perusahaan dan salah satunya

tanggung jawabnya terhadap lingkungan sosial

karena publik tidak hanya membutuhkan data

finansial semata namun publik pun berhak

dalam mengetahui apa saja yang sudah

dilakukan oleh perusahaan dan dampak

sosialnya serta penanggulangan akibat dampak

sosial tersebut. Untuk itu ukuran kepemillikan

publik akan mendorong pengungkapan

perusahaan kepada publik mengenai kondisi

PENGUNGKAPAN TANGGUNGJAWAB SOSIAL..…………………………..…...……(Pasaribu, Kowanda & Arief )

5

perusahaan dan keterlibatan perusahaan dalam

kegiatan sosial.

Kepemilikan Manajerial merupakan

kepemilikan saham yang dimiliki oleh

manajemen dalam suatu perusa-

haan.Manajemen merupakan pihak yang

menjalankan perusahaan dimana tata kelola

perusahaan dilakukan oleh pihak

manajemen.Baik buruk suatu pengelolaan

perusahaan bergantung pada kualitas

manajemen dalam suatu perusahaan yang

bersangkutan. Manajemen akan lebih

termotivasi dalam melakukan pengelolaan

perusahaan, apabila hasil dari aktivitasnya

tersebut akan mendapatkan keuntungan bagi

pihak manajemen itu sendiri. Jadi kepemilikan

investor mengindikasikan bahwa semakin

besar kepemilikan manajerial maka akan

semakin efektif pengelolaan perusahaan

sehingga informasi mengenai perusahaan akan

lebih terbuka.

Gap research perihal determinan CSR

disclosure pun belum mencapai consensus,

berikut adalah pembahasan beberapa

determinan pada penelitian terdahulu yang

dianggap berpengaruh terhadap CSR

disclosure: perihal pengaruh ukuran dewan

komisaris (UDK) terhadap CSR disclosure,

Iswandika, Murtanto, Sipayung (2014),

Tumewu dan Rudiawarni (2014), Pasaribu,

Kowanda, dan Kurniawan (2015) menyatakan

bahwa UDK berpengaruh terhadap CSR

Disclosure, sementara Paramita dan Marsono

(2014). Ramdhaningsih dan Utama (2013),

Oktariani (2013) justru menyatakan bahwa

UDK tidak berpengaruh signifikan terhadap

CSR disclosure.Selanjutnya adalah pengaruh

ukuran dewan komisaris independen (UDKI)

terhadap CSR disclosure, dimana Al Azhar

(2014) serta Pasaribu, Kowanda, dan

Kurniawan (2015) menyatakan bahwa UDKI

berpengaruh signifikan terhadap CSR

disclosure. Sebaliknya, Yawenas, Tan, dan

Sutanto (2013), Paramita dan Marsono (2014)

serta Iswandika, Murtanto, dan Sipayung

(2014) justru menyatakan bahwa UDKI tidak

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

CSR disclosure.

Berdasarkan teori dan penelitian-

penelitian yang telah diungkapkan, mengenai

determinan pengungkapan Corporate Social

Responsibility, ternyata memang masih

menunjukan hasil yang beragam dan tidak

konsisten.Dari pemaparan tersebut penelitian

ini termotivasi untuk menguji kembali

mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

pengungkapan corporate social responsibility.

Tujuan penelitian ini adalah untuk

menganalisis dan menguji secara empiris

pengaruh environmental performance , ukuran

dewan komisaris, ukuran dewan komisaris

independen , kepemilikan public, kepemilikan

manajerial, earning management terhadap

corporate social responcibility disclosure.

TELAAH LITERATUR

Pengaruh Environmental Performance

terhadap CSR Disclosure Kinerja lingkungan menunjukan

seberapa pedulinya perusahaan terhadap

komponen-komponen yang terdapat pada

lingkungan sekitar. Perusahaan yang

mengungkapkan kinerja lingkungan yang baik

akan memberikan kesan positif bagi pelaku

pasar dibandingkan dengan perusahaan yang

memiliki kinerja lingkungan yang buruk akan

berimplikasi buruk juga terhadap perusahaan.

Sehingga untuk perusahaan dengan kinerja

lingkungan yang baik perlu mengungkap-

kannya.Dengan demikian dapat diakatakan

bahwa kinerja lingkungan yang semakain baik

akan meningkatkan motivasi dalam meng-

ungkapan Corporate Social Responsibility.

Hasil Penelitian Permana dan Raharja (2012)

mendukung asumsi yang ada, hasil penelitian

tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa

kinerja lingkungan suatu perusahaan

berpengaruh negatif terhadap pengungkapan

corporate social responsibility. Namun dalam

penelitiannya penelitian Wijaya (2012)

dinyatakan bahwa kinerja lingkungan tidak

berpengaruh signifikan terhadap pengung-

kapan corporate social responsibility.

Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yang

diajukan:

H1: Kinerja Lingkungan berpengaruh signifi-

kan terhadap Corporate Social

Responsibility Disclosure.

Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris

terhadap Corporate Social Responsibility

Disclosure

Dewan komisaris memiliki tugas

sebagai pengawas terlaksananya konsep Good

JRAK, Volume 13, No 1 Februari 2017

6

Corporate Governance yang dilakukan oleh

perusahaan.dewan komisaris dapat dikatakan

pula sebgai wakil dari para investor atau

pemilik perusahaan untuk mengawasi

pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan

oleh manajemen. Dengan hak yang dimiliki

dewan komisaris maka akan memberikan

pengaruh dalam menekan manajemen dalam

mengungkapkan informasi-informasi perusa-

haan salah satunya informasi mengenai

tanggungjawab sosial. Menurut Iswandika,

Murtanto dan Sipayung (2014) komposisi

dewan komisaris akan menentukan

kebijakan perusahaan termasuk praktik dan

pengungkapan CSR, sehingga semakin

besar jumlah anggota dewan komisaris

maka akan semakin mudah untuk

mengendalikan CEO dan monitoring yang

dilakukan akan semakin efektif. Maka dari itu

diasumsikan bahwa Ukuran Dewan komisaris

akan berpengaruh terhadap pengungkapan

CSR.

Studi empiris terdahulu perihal

pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap

CSR-Disclosure pun memberikan hasil yang

berbeda-beda. Studi yang dilakukan Oktariani

(2013), Iswandika, Murtanto dan Sipayung

(2014), Untoro dan Zulaikha (2013), dan

Terzaghi (2012) menyatakan bahwa ukuran

dewan komisaris berpangaruh positif

signifikan terhadap pengungkapan CSR.

Sebaliknya, Nur dan Priantinah (2012) justru

menyatakan ukuran dewan komisaris

berpangaruh negatif signifikan terhadap

pengungkapan CSR. Temuan lainnya pada

studi Permana dan Raharja (2012), Wijaya

(2012), Djuitangingsih (2012), Paramita dan

Marsono (2014) justru menyatakan bahwa

ukuran dewan komisaris tidak berpangaruh

sama sekali terhadap pengungkapan CSR.

H2: Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh

signifikan terhadap CSR Disclosure

Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris

Independen terhadap CSR Disclosure

Dewan komisaris independen merupakan

komisaris yang berasal dari luar perusahaan

sehingga tidak memiliki hubungan istimewa

dengan perusahaan yang diharapkan mampu

menitik beratkan pada kepentingan para

pemegang saham. Dewan komisaris

independen difungsikan untuk memonitori

manajemen dalam menjalankan fungsi

manajemen dan dalam pengungkapan

informasinya tidak berpihak pada salah satu

pihak. Komisaris independen diharapkan

meningkatkan independensi dari dewan

komisaris dalam menjalankan pengawasan

kepada terselenggranya good corporate

governance.Sehingga dewan komisaris

independen dengan wewenang yang dipegang

diharapkan mampu menekan dewan komisaris

untuk lebih transparan dalam memberikan

informasinya kepada pihak yang

berkepentingan baik informasi finansial

maupun non finansial. Asusmsi dari teori

tersebut adalah banyaknya jumlah komisaris

independen akan menekan manajemen dalam

pengungkapan tanggung jawab sosial.

Penelitian terdahulu perihal pengaruh

komisaris Independen terhadap pengungkapan

CSR pun juga terdapat gap research. Hasil

studi yang dilakukan Nurkihin (2010), AL

Azhar (2014), serta Pasaribu, Kowanda, dan

Kurniawan (2015) menyatakan bahwa

komisaris Independen berpengaruh signifikan

terhadap pengungkapan CSR. Sebaliknya,

Yawenas, Tan, dan Sutanto (2013), Untoro

dan Zulaikha (2013), Paramita dan Marsono

(2014), Ramdhaningsih dan Utama (2013),

Iswandika, Murtanto, Sipayung (2014),

Tezaghi (2012), Perwira dan Hadiprajitno

(2013) justru menyatakan bahwa komisaris

Independen tidak berpengaruh signifikan

terhadap pengungkapan CSR.Dari uraian

diatas maka hipotesis yang diajukan adalah

H3: Ukuran DewanKomisaris independen

berpengaruh signifikan terhadap CSR

Disclosure

Pengaruh Kepemilikan Publik terhadap

Corporate Social Responsibility Disclosure

Proporsi saham yang dimiliki oleh

masyarakat ataupun publik mengindikasikan

bahwa perusahaan telah siap untuk selalu

dimonitori oleh publik mengenai keadaan

terkini perusahaan dan tentunya mengenai

kegiatan-kegiatan operasional yang dilakukan

oleh perusahaan. Semakin besar kepemilikan

publik maka pihak yang akan memonitori

keadaan perusahaan pun akan menjadi lebih

banyak dan tuntutan dalam pemberian

informasi akan semakin kuat termasuk

pengungkapan tanggung jawab sosialnya.

PENGUNGKAPAN TANGGUNGJAWAB SOSIAL..…………………………..…...……(Pasaribu, Kowanda & Arief )

7

Dengan kata lain, semakin besar saham yang

dimiliki oleh publik, seharusnya pihak

perusahaan akan semakin luas dalam

mengungkapkan tanggung jawab sosial dan

berusaha sebaik-baiknya untuk mendapatkan

dukungan dari publik (Khan et.al (2012) dalam

Perwira et.al (2013); serta Oktariani, 2013).

Sebaliknya, Tumewu dan Rudiawarni (2014),

Pasaribu, Kowanda, dan Kurniawan (2015),

serta Yawenas, Tan dan Sutanto (2013)

Perwira dan Hadiprajitno (2013), Paramita dan

Marsono (2014), Nur dan Priantinah (2012)

menyatakan bahwa kepemilikan publik tidak

berpengaruh terhadap corporate social

responsibility disclosure dengan penjelasan

bahwa kepemilikan publik relatif kecil karena

kepemilikan publik tersebar ke berbagai

investor, sehingga kepemilikan masing-masing

investor menjadi sangat lemah untuk dapat

mempengaruhi kebijakan perusahaan

termasuk dalam pengungkapan informasi.

H4: Kepemilikan Publik Berpengaruh

signifikan Terhadap CSR Disclosure

Pengaruh Kepemilikan Manajerial

terhadap CSR Disclosure

Kepemilikan Manajerial adalah jumlah

saham perusahaan yang dimiliki oleh pihak

manajemen perusahaan. Meningkatkan

kepemilikan manajerial digunakan sebagai

salah satu cara untuk mengatasi masalah yang

ada di perusahaan. proporsi saham yang

dimiliki manajemen akan meningkatkan

motivasi para manajemen dalam

memaksimalkan kepentingan pemegang saham

yang tidak lain adalah manajemen itu sendiri.

Sehingga Manajemen berusaha sebaik

mungkin meningkatkan pengelolaan dalam

perusahaan dan pengungkapan informasi pun

akan semakin terbuka. Asumsi dari teori

tersebut adalah semakin banyak kepemilikan

manajerial maka pengungkapan informasi

salah satunya adalah informasi tanggung

jawab sosial. Asumsi ini didukung oleh hasil

studi yang dilakukan Paramita dan Marsono

(2014), Priantana dan Yustian (2011),

Ramdhaningsih dan Utama (2013), Al Azhar

(2014), Pasaribu, Kowanda, dan Kurniawan

(2015). Sebaliknya, Yawenas, Tan dan Sutanto

(2013), Laksmitaningrum dan Purwanto

(2013), Tezaghi (2012), Djuitaningsih dan

Marsyah (2012) justru menyatakan bahwa

kepemilikan manjerial tidak berpengaruh

terhadap pengungkapan corporate social

responsibility sehingga hipotesis yang

diajukan adalah:

H5: Kepemilikan manajerial berpengaruh

signifikan terhadap CSR Disclosure.

Pengaruh Earning Management terhadap

CSR Disclosure

Manajemen Laba timbul karena adanya

konflik kepentingan antara pemilik perusahaan

dengan pihak manajemen perusahaan dimana

dalam konflik tersebut terdapat asimetri

informasi, asimetri informasi adalah informasi

yang diketahui oleh salah satu pihak pada

kasus ini adalah informasi dikuasai oleh pihak

manajemen atau pihak agen. Agen dapat

mengutak-atik laba perusahaan yang akan

dipublikasikan kepada pihak pemilik atau

investor guna mendapatkan bonus ataupun

komisi dari pihak pemilik perusahaan. Yaitu

dengan memberikan informasi keungan, salah

satunya menaikan laba yang seharusnya

menurun atau rugi disinilah muncul

manajemen laba. Perusahaan yang melakukan

manjemen laba lebih tertutup kepada

stakeholder mengenai informasi perusahaan

baik keuangan maunpun non keuangan.

Sehingga perusahaan yang melakukan

manajemen laba akan mengurangi informasi

yang diungkap oleh perusahaan (Djuitaningsih

dan Marsyah, 2012). Sebaliknya, Tezaghi

(2012) serta Pasaribu, Kowanda, dan

Kurniawan (2015) justru menyatakan bahwa

earning management tidak berpengaruh

signifikan terhadap pengungkapan corporate

social responsibility. Dari uraian yang telah

diutarakan hipotesis yang diungkapkan adalah:

H6: Earning Management berpengaruh signifi-

kan terhadap Corporate Social Responsi-

bility Disclosure.

Kerangka Pemikiran Penelitian

JRAK, Volume 13, No 1 Februari 2017

8

Gambar 1 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran di atas menjelaskan

bahwa variabel independen meliputi

Environmental Performance, Ukuran Dewan

Komisaris, Komisaris Independen,

Kepemilikan Publik, Kepemilikan Manajerial

dan Earning Managementmempengaruhi

variabel dependen yaitu Corporate Social

Responsibility Disclosure secara simultan

maupun parsial.

METODA PENELITIAN

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah

perusahaan Manufaktur yang terdaftar dalam

Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2009

hingga tahun 2013.Metode yang digunakan

untuk menentukan sampel adalah dengan

metode purposive sampling yaitu metode

pemilihan sampel dengan kriteria tertentu.

Adapun kriteria sampel yang digunakan dalam

penelitian kali ini adalah:

1) Perusahaan manufaktur yang menerbitkan

laporan tahunan (annual report)lengkap

selama periode 2009-2013.

2) Perusahaan yang menerbitkan laporan

tahunan dan laporan keuangan periode

tahun 2009-2013 dan dinyatakan dalam

satuan mata uang rupiah.

3) Perusahaan yang mengungkapkan laporan

CSR periode tahun 2009 – 2013.

4) Perusahaan yang tergabung dalam

PROPER periode tahun 2009 – 2013.

Berdasarkan kriteria yang ditentukan, peneliti

memperoleh data sampel sejumlah 24

perusahaan yang memenuhi kriteria yang

diingingkan sehingga sample secara

keseluruhan sejumlah 120 sample.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini

menggunakan:

1. Metode studi pustaka yaitu dengan

mempelajari bermacam-macam literatur

pustaka seperti jurnal nasional dan

sumber-sumber lainnya yang berkaitan

dengan penelitian.

2. Penelitian ini menggunakan data

sekunder yaitu annual report perusahaan

dan Indonesian Capital Market

Directory (ICMD) dalam periode 2009-

2013. Data sekunder diperoleh dari

website Bursa Efek Indonesia dan website

masing-masing perusahaan

Definisi Operasional Variabel

Dalam penelitian ini Variabel Dependen

adalah Pengungkapan Corporate Social

Responsibility (CSR). Kemudian variabel

Independen yang digunakan adalah

Environmental Performance, ukuran dewan

komisaris, proporsi dewan komisaris

independen, kepemilikan manajerial,

kepemilikan publik, Earnings Management.

Komisaris Independen

Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan Publik

Corporate Social

Responsibility Disclosure

Earning Management

Environmental Performance

Ukuran Dewan Komisaris

PENGUNGKAPAN TANGGUNGJAWAB SOSIAL..…………………………..…...……(Pasaribu, Kowanda & Arief )

9

Pengungkapan Corporate Social

Responsibility

Pengungkapan CSR (Corporate Social

Responsibility) atau disebut juga dengan

tanggung jawab sosial merupakan

pengungkapan informasi mengenai tanggung

jawab sosial yang terdapat pada laporan

tahunan perusahaan.Menurut Untoro dan

Zulaikha (2013) CSR merupakan bentuk

tanggung jawab perusahaan terhadap

lingkungannya bagi kepedulian sosial maupun

tanggung jawab lingkungan dengan tidak

mengabaikan kemampuan perusahaan. Pada

penelitian kali ini pengukuran pengungkapan

CSR serupa dengan penelitian Perwira dan

Hadiprakitno (2013) dan penelitian Priantana

dengan Yustian (2011) yaitu berdasarkan

peraturan Bapepam dimana pengungkapan

CSR yang meliputi 7 tema, diantarnya

lingkungan, energi, kesehatan dan keselamatan

tenaga kerja, lain-lain tentang tenaga kerja,

produk, keterlibatan masyarakat, dan umum,

dimana didalamnya terdapat 78 item yang

perlu diungkapkan perusahaan. Dalam Skala

pengukuran CSR digunakan pengukuran

dengan skala nominal (dummy), yaitu masing-

masing item pada tiap kategori pengungkapan

diberi skor 1 sehingga jika perusahaan

mengungkapkan 1 item saja akan diberi skor 1

dan skor 0 jika dalam perusahaan tidak

mengungkapkan. Kemudian, skor dari setiap

item dijumlahkan untuk memperoleh

keseluruhan skor dalam setiap perusahaan.

Rumus perhitungan CSRDI ij adalah

sebgai berikut :

𝐶𝑆𝑅𝐷𝐼𝑖𝑗 = ΣXji

𝑛𝑗

Keterangan :

CSRIij :Corporate social resonsibility index

perusahaan j tahun i

Nj: Jumlah item untuk perusahaan j, nj = 78

Σxij: Jumlah item yang diungkapkan oleh

perusahaan j untuk tahun i

Dibawah ini akan diberikan tabel 1

mengenai item-item pengungkapan Tanggung

Jawab Sosial Perusahaan yang terdiri dari 7

tema, yaitu lingkungan, energi, kesehatan dan

keselamatan tenaga kerja, lain-lain tentang

tenaga kerja, produk, keterlibatan masyarakat,

dan umum.

Tabel 1.

Ringkasan Penjelasan Item-itemPengungkapan CSR

Ruang

Lingkup Detail

Pengungkapan Penjelasan

Lingkungan Butir 1 - Butir 13

Berisi mengenai aspek lingkungan dalam

perusahaan, pengendalian polusi,

mencegah atau memperbaiki kerusakan

lingkungan akibat kegiatan operasi

perusahaan, serta bagaimana upaya

perusahaan untuk menjaga lingkungan

sekitar dalam kegiatan operasi

Energi Butir 1 - Butir 7

Berisi mengenai penggunaan energi secara

efisien, dan meningkatkan efisiensi

konsumsi energi dari pemakaian produk

yang dihasilkan perusahaan.

Kesehatan dan

Keselamatan

Tenaga Kerja Butir 1 - Butir 8

Berisi mengenai penerapan peraturan

standar mengenai kesehatan dan

keselamatan pekerja yang ada

diperusahaan

JRAK, Volume 13, No 1 Februari 2017

10

Tabel 1. (Lanjutan)

Ruang

Lingkup Detail

Pengungkapan Penjelasan

Lain-lain

Tenaga Kerja Butir 1 - Butir 29

Berisi mengenai program-program yang

diadakan perusahaan yang

menguntungkan karyawan seperti

program pelatihan, program pendidikan,

kebijakan penggajian, hubungan

perusahaan dengan serikat buruh serta

kondisi kerja secara umum

Produk Butir 1 - Butir 10 Berisi mengenai informasi pengembangan

produk, kualitas produk dan keselamatan

produk

Keterlibatan

Masyarakat Butir 1 - Butir 9

Berisi mengenai kegiatan perusahaan

untuk masyarakat sekitar seperti

pelayanan kesehatan, pemberian beasiswa

serta perencanaan dan perbaikan

masyarakat.

Umum Butir 1 - Butir 2 Berisi mengenai aktivitas sosial

perusahaan yang lain yang tidak tercakup

pada ruang lingkup yang ditentukan

Sumber: Diolah

Environmental Performance

Menurut Verrecchia (1983) dalam

Wijaya (2012), dengan discretionary

disclosure teorinya mengatakan pelaku

lingkungan yang baik percaya bahwa dengan

mengungkapkan performance mereka berarti

menggambarkan good news bagi pelaku

pasar.Sehingga perusahaan yang memiliki

kinerja lingkungan yang baik akan berupaya

menginformasikan hal tersebut kepada pihak-

pihak yang berkepentingan. Pengukuran

kinerja lingkungan ini menggunakan

peringkat kinerja PROPER yang dikeluarkan

oleh Kementrian Lingkungan Hidup. Sistem

Peringkat Kinerja PROPER mencakup

pemeringkatan perusahaan dalam lima (5)

warna yakni :

1. Emas : Sangat sangat baik; skor = 5

2. Hijau : Sangat baik; skor = 4

3. Biru : Baik skor = 3

4. Merah : Buruk; skor = 2

5. Hitam : Sangat buruk , skor = 1

Ukuran Dewan Komisaris

Dewan komisaris adalah organ

perseroan yang bertugas melakukan

pengawasan secara umum dan atau khusus

sesuai dengan anggaran dasar serta memberi

nasihat kepada direksi. Dewan komisaris

merupakan organ perusahaan yang

memastikan bahwa pengelolaan perusahaan

yang dilakukan oleh manajemen dilakukan

dengan baik. Ukuran dewan komisaris diukur

dengan jumlah anggota dewan komisaris di

perusahaan (Nur, 2012 dalam Oktariani 2013).

Ukuran Dewan Komisaris = ΣDewan

Komisaris Perusahaan

Ukuran Dewan Komisaris Independen

Komisaris independen adalah anggota

dewan komisaris yang berasal dari luar

perusahaan dan tidak memiliki hubungan

bisnis dan kekeluargaan dengan para

pemegang saham pengendali, anggota

Direksi dan Dewan Komisaris lain. Menurut

Muntoro (2006) dalam Untoro et. Al. (2013),

komisaris independen diperlukan untuk

PENGUNGKAPAN TANGGUNGJAWAB SOSIAL..…………………………..…...……(Pasaribu, Kowanda & Arief )

11

meningkatkan independensi dewan komisaris

terhadap kepentingan pemegang saham

(mayoritas) dan benar-benar menempatkan

kepentingan perusahaan diatas kepentingan

lainnya. Jumlah dean komisaris pun diatur

oleh Otoritas Jasa Keuangan Nomor

33/POJK.04/2014 mengenai Direksi dan

Dewan Komisaris Perusahaan publik yang

menyatakan bahwa dalam hal dewan komisaris

terdiri lebih dari 2 orang anggota maka jumlah

komisaris independen paling kurang sebanyak

30% dari jumlah anggota dewan komisaris.

Dalam penelitian ini Komposisi dewan

komisaris diukur dengan menggunakan

indikator persentase anggota dewan komisaris

yang independen terhadap total seluruh

anggota dewan komisaris. Berikut ini rumus

dalam mencari Komposisi Komisaris

Independen:

Komisaris Independen= Jumlah Anggota Komisaris Independen

Jumlah Seluruh Anggota Dewan Komisaris Independen

Kepemilikan Publik

Perusahaan go public dan telah terdaftar

dalam BEI adalah perusahaan-perusahaan

yang memiliki proporsi kepemilikan saham

oleh publik, yang artinya bahwa semua

aktivitas dan keadaan perusahaan harus

dilaporkan dan diketahui oleh publik sebagai

salah satu bagian pemegang saham (Menurut

Nur dan Priantinah, 2012). Semakin banyak

pihak yang membutuhkan informasi tentang

perusahaan, semakin banyak pula detail-detail

butir yang dituntut untuk dibuka dan dengan

demikian pengungkapan perusahaan akan

semakin luas. Kepemilikan publik merupakan

presentase kepemilikan publik terhadap total

saham yang beredar.

Kepemilikan Publik = 𝑃𝑟𝑜𝑝𝑜𝑟𝑠𝑖 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑚𝑖𝑙𝑖𝑘𝑖 𝑝𝑢𝑏𝑙𝑖𝑘

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑟𝑏𝑖𝑡𝑘𝑎𝑛

Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial adalah proporsi

saham yang turut dimiliki oleh para pihak

manajemen. Semakin besar kepemilikan

manjerial akan memberikan motivasi lebih

bagi pihak manjemen dalam mengelola

perusahaan agar profit dari perusahaan

maksimal sehingga pengembalian untuk

pemegang saham pun akan maksimal yang

tidak lain adalah manajemen itu sendiri.

Variabel kepemilikan manajerial ini diukur

dengan persentase kepemilikan saham oleh

pihak manajemen, baik dewan komisaris

maupun dewan direksi dibagi dengan jumlah

saham yang beredar.

Kepemilikan Manajerial = 𝑃𝑟𝑜𝑝𝑜𝑟𝑠𝑖 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑚𝑖𝑙𝑖𝑘 𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑚𝑎𝑛𝑎𝑗𝑒𝑚𝑒𝑛

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑟𝑏𝑖𝑡𝑘𝑎𝑛

Earning Management

Menurut Setiawati & Na’im, (2000)

dalam Djuitiningsih (2012) Manajemen laba

merupakan salah satu faktor yang dapat

mengurangi kredibilitas laporan keuangan,

dan menambah bias dalam laporan keuangan

serta mengganggu pemakai laporan keuangan

yang memercayai angka laba hasil rekayasa

tersebut sebagai angka laba tanpa rekayasa.

Earning management atau manajemen laba

dalam penelitian ini merujuk kepada penelitian

Djuitaningsih et al. (2012).Manajemen laba

diproksikan dengan discretionary accrual

(DACC) yang merupakan nilai dari

manajemen laba perusahaan. Dimana metode

yang digunakan lebih dikenal dengan

Modified Jones Model. Berikut adalah cara

perhitungan Earning Management dengan

Modified Jones:

1) Menghitung total akrual dengan

menggunakanpendekatan aliran kas (cash

flow approach),yaitu:

TACit = NIit – CFOit

2) Menentukan koefisien dari regresi total

akrual.

Dalam tahap ini akan menentukan β yang

akan digunakan dalam menentukan

nondiscretionary accrual, karenadalam

discretionary accrual (DACC) akan

terlihat perbedaan antara total akrual

dengan nondiscretionary accrual dan

langkah yang dilakukan dengan

melakukan regresi sebagai berikut:

TACit/TAit-1= β1(1/TAit-1 ) + β2((ΔREVit-

ΔRECit)/TAit-1 ) + β3(PPEit/TAit-1)+e

3) Menghitung nondiscretionary accrual.

Seperti diutarakan pada tahap kedua

bahwa hasil dari langkah tersebut akan

JRAK, Volume 13, No 1 Februari 2017

12

menghasilkan β yang akan digunakan

untuk memprediksi nilai dari

nondiscretionary accrual melalui

persamaan berikut:

NDAit = β1(1/TAit-1) + β2((ΔREVit-

ΔRECit)/TAit-1) + β3(PPEit/TAit-1)

4) Menentukan discretionary accrual.

Setelah didapatkan nondiscretionary

accrual,kemudiandiscretionary accrual

bisa dihitung dengan rumus:

DAit = (TACit/TAit-1) – NDAit

Keterangan:

TACit = Total akrual perusahaan i pada

periode t

NIit = Laba bersih perusahaan i pada

periode t

CFOit = Aliran kas dari aktivitas

operasiperusahaan i pada periode t

TAit-1 = Total aset perusahaan i pada

akhirtahun t-1

ΔREVit = Perubahan laba perusahaan i pada

periode t

ΔRECit= Perubahan piutang bersih perusahaan

i pada periode t

PPEit = Property, Plant and

Equipmentperusahaan atau aset tetap

perusahaan i pada periode t

NDAit = Nondiscretionary accrualperusahaan

i pada periode t

DAit = Discretionary accrual perusahaan i

pada periode t

e = Error

Model Persamaan Multiregresi

Dalam penelitian ini analisis regresi

berganda dugunakan untuk mengetahui ada

atau tidaknya pengaruh environmental

perfomance, ukuran dewan komisaris,

komisaris independen, kepemilikan publik,

kepemilikan manajerial dan earning

management terhadap pengungkapan

corporate social responsibility suatu

perusahaan. Model persamaan pada penelitian

ini adalah:

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 +

β6X6 + e

Keterangan :

Y = Pengungkapan Corporate

Social Responsibility

α = Konstanta

β1 – β6 = Koefisien regresi variabel

independen

X1 = Environmental Performance

X2 = Ukuran Dewan Komisaris

X3 = Komisaris Independen

X4 = Kepemilikan Publik

X5 = Kepemilikan Manajerial

X6 = Earning Management

e = Residual

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskriptif Statistik

Tabel 2.

Deskriptif Statistik

N Min Max Mean Std. Dev CSRD 120 ,269 ,705 ,500 ,1192463 EP 93 1,000 5,000 3,204 ,8792183 UDK 120 2,000 12,000 5,141 2,3950082

UDKI 120 ,142 1,000 ,436 ,1802012 KP 120 ,018 ,585 ,278 ,1573384 KM 55 ,000 ,179 ,040 ,0652284 EM 120 -,260 ,6068 ,087 ,1167996 Valid N

(listwise) 50

Sumber : Output SPSS 22

PENGUNGKAPAN TANGGUNGJAWAB SOSIAL..…………………………..…...……(Pasaribu, Kowanda & Arief )

13

Pada hasil uji non-parametrik

kolmogorov-Smirnov dapat dilihat bahwa nilai

kolmogorov – semirnov sebesar 0,200 dan

tidak signifikan pada 0,05 yaitu 0,200 > 0,05,

maka dapat dinyatakan bahwa residual

berdistribusi normal. Berdasarkan tabel 3

dapat dilihat bahwa seluruh variabel memiliki

nilai tolerance lebih dari 0,1 dan nilai VIF

kurang dari 10. Sehingga menunjukan bahwa

data tersebut tidak mengalami masalah

multikolinearitas. Berdasarkan tabel 3 nilai D-

W adalah sebesar 0,773, sehingga dapat

disimpulkan tidak terjadi autokorelasi pada

persamaan yang terbentuk.

Tabel 3.

Hasil Uji Asumsi Klasik

Variabel Tolerance VIF EP 0.651 1,537 UDK 0.609 1,641 UDKI 0.76 1,316 KP 0.956 1,046 KM 0.773 1,294 EM 0.933 1,072

Durbin-Watson 0.773 Asymp. Sig KS .200

c,d

Interpretasi Persamaan Multiregresi dan

Hasil Uji Hipotesis

Berdasarkan tabel 4 diperoleh

persamaan multiregresi sebagai berikut:

CSRD = 0,525 + 0,005EP + 0,020UDK -

0,320UDKI + 0,115KP – 0,565KM –

0,211EM

Dari table 4 juga diperoleh temuan

bahwa secara simultan environmental

performance, ukuran dewan komisaris, ukuran

dewan komisaris independen, kepemilikan

publik, kepemilikan manajerial dan earning

management berpengaruh signifikan terhadap

corporate social rensponsibility disclosure,

meski secara parsial hanya ukuran dewan

komisaris, ukuran dewan komisaris

independen, dan kepemilikan manajerial yang

berpengaruh signifikan. Secara keseluruhan

environmental performance, ukuran dewan

komisaris, ukuran dewan komisaris

independen, kepemilikan publik, kepemilikan

manajerial dan earning management mampu

menjelaskan variasi corporate social

rensponsibility disclosure sebesar 55,7 persen

sedangkan sisanya yaitu 44,3% dipengaruhi

oleh faktor lain yang tidak dimasukan dalam

model penelitian.

Tabel 4.

Hasil Uji Hipotesis

Variabel B Sig.t

(Constant) ,525 ,000 EP ,005 ,767 UDK ,020 ,000 UDKI -,320 ,001 KP ,115 ,181 KM -,565 ,010 EM -,211 ,071 Sig.F ,000

b Adj.R2 55.70%

PEMBAHASAN

Pengaruh Environmental Performance

terhadap Corporate Social Responsibility

Disclosure.

Dari pengujian yang dilakukan, variabel

Environmental Performance tidak

berpengaruh signifikan terhadap Corporate

Social Responsibility Disclosure dengan arah

koefisien positif.Sehingga hasil ini mendukung

penelitiannya Wijaya (2012). Hasil yang

diperoleh pada penelitian kali ini menunjukan

bahwa besar atau kecil proporsi Environmental

Performance tidak akan mempengaruhi

luasnya pengungkapan Corporate Social

Responsibility yang dilakukan oleh perusahaan

manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek

Indonesia periode 2009-2013. Sebaliknya,

penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian

yang dilakukan Permana dan Raharja (2012)

yang menyatakan semakin bagus kinerja

lingkungan perusahaan maka pengungkapan

CSR pun akan semakin luas.

Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris

terhadap Corporate Social Responsibility

Disclosure.

JRAK, Volume 13, No 1 Februari 2017

14

Dari pengujian yang dilakukan, variabel

ukuran dewan komisaris berpengaruh positif

signifikan terhadap Corporate Social

Responsibility Disclosure (CSRD). Hal ini

menunjukan bahwa semakin besar ukuran

dewan komisaris, maka akan semakin luas

pula pengungkapan tanggung jawab sosial

yang dilakukan oleh perusahaan. hasil

penelitian ini sejalan dengan penelitiannya

Untoro dan Zulaikha (2013), Laksmitaningrum

dan Purwanto (2013), Iswandika, Murtanto

dan Sipayung (2014), Oktariani (2013) dan

Terzaghi (2012). Namun hasil penelitian ini

berseberangan dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Permana dan Raja (2012),

Paramita dan Marsono (2014), Wijaya (2012),

Ramdhaningsih dan Utama (2013), Oktariani

(2013), Djuitaningsih dan Marsyah (2012)

yang menyatakan bahwa ukuran dewan

komisaris tidak berpengaruh signifikan

terhadap corporate social responsibility

disclosure.

Disamping itu hasil dalam penelitian ini

mendukung teori agensi yang menyatakan

bahwa pada perekonomian yang modern

seperti sekarang ini banyak perusahaan yang

memisahkan antara pengelolaan dan pemilikan

perusahaan, dimana perusahaan melimpahkan

wewenang dalam pengelolaan perusahaan

kepada pihak profesional yang melaksanakan

segala hal untuk kepentingan perusahaan dan

memiliki wewenang yang tinggi dalam

menjalankan manajemen perusahaan yang

sering disebut agen. Agen dalam mengelola

perusahaan diawasi oleh dewan komisaris

dimana dalam teori agensi dianggap sebagai

mekanisme pengendalian intern tertinggi, yang

bertanggung jawab untuk memonitor tindakan

manajemen puncak (Untoroet,al., 2013).

Menurut Akhtaruddin et al. (2009) dalam

(paramita et. al. 2014) , semakin besar ukuran

dewan komisaris, maka pengalaman dan

kompetensi kolektif dewan komisaris akan

bertambah, sehingga informasi yang

diungkapkan oleh manajemen akan lebih luas,

selain itu ukuran dewan komisaris yang besar

dipandang sebagai mekanisme corporate

governance yang efektif. Jadi semakin besar

ukuran dewan komisaris pada perusahaan

manufaktur pada bursa efek indonesia akan

memberikan pengawasan yang lebih terhadap

pengelolaan perusahaan dan transparansi

informasi mengenai perusahaan akan lebih

luas.

Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris

Independen terhadap Corporate Social

Responsibility Disclosure.

Berdasarkan hasil pengujian secara

parsial pada penelitian ini antara variabel

ukuran dewan komisaris independen terhadap

Corporate Social Responsibility Disclosure

yang disajikan dalam tabel 4 dapat diketahui

bahwa ukuran dewan komisaris independen

berpengaruh signifikan dengan arah koefisien

negatif. Hasil penelitian ini mendukung

penelitian yang dilakukan Azhar (2014),

Priantina dan Yistian (2011), dan Nurkihin

(2010). Sebaliknya penelitian ini tidak

mendukung studi yang dilakukan Perwira dan

Hadiprajitno (2013), Yawenas, et,al.(2013),

Terzagi (2012), Djuitaningsih dan Marsyah

(2012), Iswandika et,al.(2014), Untoro dan

Zulaikha (2013) yang menyatakan bahwa

ukuran dewan komisaris independen tidak

berpengaruh signifikan terhadap corporate

social responsibility disclosure.

Berdasarkan hasil yang didapatkan

mengindikasikan bahwa ukuran dewan

komisaris independen yang semakin banyak

akan menurunkan luas pengungkapan

tanggung jawab sosial perusahaan. Hal ini

diduga terjadi karena kurang aktifnya

komisaris independen dalam kegiatan

operasional perusahaan, komisaris independen

merupakan komisaris yang tidak terafiliasi

baik oleh perusahaan, manajemen dan

sebagainya. Sehingga akses komisaris

independen terhadap intern perusahaan minim,

semakin besar dewan komisaris independen

maka efektifitas pengawasan dewan komisaris

akan berkurang karena akses yang terbatas

terhadap perusahaan.

Disamping itu menurut Muntoro (2006)

dalam Azhar L (2014) komisaris independen

diperlukan untuk meningkatkan independensi

dewan komisaris, namun disayangkan

adanya komisaris independen dan

penunjukkannya hanyalah semata-mata

untuk memenuhi peraturan/ketentuan.

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor

33/POJK.04/2014 yang mewajibkan bahwa

setiap perusahaan publik harus memiliki

minimal 30% dewan komisaris independen

PENGUNGKAPAN TANGGUNGJAWAB SOSIAL..…………………………..…...……(Pasaribu, Kowanda & Arief )

15

dari total dewan komisaris yang ada

menyebabkan perusahaan akan berusaha

memenuhi peraturan tersebut tanpa

memperhatikan efektifitas pengawasan yang

dilakukan oleh dewan komisaris. Sehingga

pemilihan dewan komisaris independen yang

terkesan formalitas tanpa memperhatikan

kemampuan yang dimiliki komisaris

independen menyebabkan pengawasan yang

tidak efektif yang berimbas pada kurangnya

tekanan terhadap manajemen dalam pelaporan

tanggung jawab perusahaan.

Pengaruh Kepemilikan Publik terhadap

Corporate Social Responsibility Disclosure

Dari pengujian yang dilakukan, variabel

kepemilikan publik tidak berpengaruh

signifikan terhadap Corporate Social

Responsibility Disclosure dengan arah

koefisien positif. Sehingga hasil ini

mendukung penelitian yang dilakukan oleh

Perwira et,al.(2013), Yawenas, et,al.(2013),

dan Paramita dan Marsono (2014). Hasil yang

diperoleh pada penelitian kali ini menunjukan

bahwa besar atau kecil proporsi kepemilikan

publik tidak akan mempengaruhi luasnya

pengungkapan Corporate Social

Responsibility yang dilakukan oleh perusahaan

manufaktur yang terdaftar dalam Bursa Efek

Indonesia periode 2009-2013. Hasil ini dapat

terjadi dimungkinkan karena kepemilikan

saham publik memiliki proporsi yang relatif

kecil karena tersebar ke berbagai investor

dengan kepemilikan saham setiap investor

dibawah 5%, sehingga kepemilikan masing-

masing investor menjadi sangat lemah untuk

dapat mempengaruhi kebijakan perusahaan

termasuk dalam pengungkapan informasi. Hal

tersebut sesuai dengan pendapat Putra (2011)

dalam Paramita et,al. (2014) yang menyatakan

bahwa kepemilikan publik merupakan

gabungan dari seluruh saham-saham

masyarakat secara luas diluar institusional,

manajer, pemerintah, maupun asing dan hanya

memiliki hak minoritas sebagai stakeholder

didalam suatu entitas, sehingga tidak memiliki

pengaruh apapun ataupun memberikan

tekanan kepada manajemen perusahaan untuk

mengungkapkan informasi tanggung jawab

sosial perusahaan pada laporan tahunan

perusahaan. jadi berapapun peningkatan

proporsi kepemilikan publik pada perusahaan

belum tentu menigkatkan pengungkapan

corporate social responsibility perusahaan

karena dengan rata-rata kepemilikan publik

sebesar 27% yang dimiliki oleh sample

penelitian ini, menyebar keberbagai investor

yang masing-masing kepemilikannya sangat

kecil sehingga tekanan yang diberikan tidak

sebesar kepemilikan saham lainnya.

Pengaruh Kepemilikan Manajerial

terhadap Corporate Social Responsibility

Disclosure

Dari pengujian yang dilakukan, variabel

kepemilikan manajerial memiliki pengaruh

signifikan terhadap Corporate Social

Responsibility Disclosure dengan arah

koefisien negatif yaitu sebesar -

2,692.Sehingga hasil ini mendukung penelitian

yang dilakukan oleh Paramita dan Marsono

(2014) serta penelitian Priantana dan Yustian

(2011). Hasil yang diperoleh pada penelitian

kali ini menunjukan bahwa meningkatnya

kepemilikan manajerial maka akan

menurunkan pengungkapan corporate social

responsibility pada perusahaan manufaktur

yang terdaftar dalam bursa efek indonesia

periode 2009-2013.

Namun hasil ini berbeda dengan

penelitian yang dilakukan oleh

laksmitaningrum dan purwanto (2013),

Yawenas, Tan dan Sutanto (2013) serta

tarzeghi (2012) yang menyatakan bahawa

tidak ada hubungan yang signifikan antara

kepemilikan manajerial terhadap

CorporateSocial Responsibility Disclosure.

Hasil penelitian kali ini yang menunjukan

bahwa ada hubungan yang siginifikan antara

kepemilikan manajerial terhadap Corporate

Social Responsibility Disclosure hasil ini dapat

terjadi mungkin diakibatkan karena manajer

memiliki hak yang tinggi dalam pengambilan

keputusan sehingga manajer mempunyai posisi

yang kuat dalam mengendalikan perusahaan

dan salah satunya adalah pengendalian

terhadap transparansi laporan tahunan,

perusahaan akan memaksimalkan laporan

tanggung jawab sosial untuk meningkatkan

image perusahaan dimata para shareholder

dimana salah satunya adalah manajer itu

sendiri. Namun dalam penelitian kali ini

pengaruh kepemilikan manajerial berimplikasi

negatif, hasil tersebut menurut Priantana et,al.

JRAK, Volume 13, No 1 Februari 2017

16

(2011) dapat diakibatkan karena pihak

manajemen lebih mementingkan kepentingan

pihak manajer dari pada pihak luar perusahaan

sehingga semakin tinggi kepemilikan

manajerial maka laporan yang diungkapkan

perusahaan hanya sekedar laporan vital seperti

laporan keuangan perusahaan sedangkan

laporan mengenai tanggung jawab sosial

dianggap sebagai laporan tambahan yang telah

diketahui oleh pihak manajerial sebelumnya.

Pengaruh Earning Management terhadap

Corporate Social Responsibility Disclosure

Berdasarkan hasil pengujian secara

parsial pada penelitian ini antara variabel

earning management terhadap Corporate

Social Responsibility Disclosure yang

disajikan dalam tabel 4 dapat diketahui bahwa

earning management tidak berpengaruh

signifikan dengan arah koefisien negatif. Hasil

penelitian ini didukung oleh Terzaghi (2012)

dan penelitian Tumewu dan Rudiawarni

(2014).Namun hasil penelitian kali ini tidak

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Djuitaningsih dan Marsyah (2012) yang

menyatakan bahwa ada pengaruh yang

signifikan antara earning management

terhadap Corporate Social Responsibility

Disclosure. Menurut prior (2007) dalam

tarzeghi (2012) kegiatan CSR diungkapkan

untuk dijadikan sebuah tameng dalam

melakukan hal-hal yang dilarang bagi

manajemen, sehingga perusahaan yang

melakukan earning management menganggap

CSRD sebagai strategi dalam menjaga

hubungan baik kepada stakeholder. Namun

dalam penelitian kali ini mendapatkan hasil

dan kesimpulan bahwa earning management

tidak memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap Corporate Social Responsibility

Disclosure, Menurut Sukarmi (2008) dalam

Terzaghi (2012) kegiatan CSR masih baru

dikalangan pelaku usahan nasional dimana

baru dimulai beberapa tahun belakangan.

Dalam perkembangannya terdapat pro dan

kontra atau pandangan yang beragam

terhadap kegiatan CSR terutama sejak

keluarnya peraturan mengenai CSR yang

mendorong pengungkapan CSR. ini

dibuktikan dari perusahaan manufaktur yang

terdaftar pada Bursa Efek Indonesia 2009-

2013 yang memiliki tingkat pengungkapan

CSR hingga 0,5001 dengan indikasi earning

management yang kecil yaitu 0,087 ini

membuktikan bahwa motivasi dalam

pengungkapan tanggung jawab sosial bukan

sebagai strategi yang dilancarkan untuk

menutupi pelaksaaan earning management

melainkan sebagai kewajiban perusahaan

dalam transparansi laporan tahunan

perusahaan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan data yang diolah, analisa dan

hasil pembahasan yang dilakukan dalam

penelitian ini, maka dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1. Environmental performance (Ep) tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap

Corporate Social Responsibility

Disclosure (CSRD) pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di BEI tahun

2009-2013.

2. Ukuran Dewan Komisaris (UDK)

berpengaruh secara signifikan terhadap

corporatesocial responsibility disclosure

(CSRD) pada perusahaan manufaktur

yang terdaftar di BEI tahun 2009-2013

3. Ukuran Dewan Komisaris Independen

(UDKI) berpengaruh secara signifikan

terhadap corporatesocial responsibility

disclosure (CSRD) pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di BEI tahun

2009-2013.

4. Kepemilikan Publik (KP) tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap

corporatesocial responsibility disclosure

(CSRD) pada perusahaan manufaktur

yang terdaftar di BEI tahun 2009-2013

5. Kepemilikan Manajerial (KM)

berpengaruh secara signifikan

terhadapcorporatesocial responsibility

disclosure(CSRD)pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di BEI tahun

2009-2013.

6. Earning Management (EM) tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap

corporate social responsibility disclosure

(CSRD) pada perusahaan manufaktur

yang terdaftar di BEI tahun 2009-2013.

PENGUNGKAPAN TANGGUNGJAWAB SOSIAL..…………………………..…...……(Pasaribu, Kowanda & Arief )

17

Saran

Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan

perusahaan mampu melaksakan aktivitas sosial

dan mengungkapkannya dalam laporan

tahunan perusahaan.dalam penelitian

selanjutnya ada beberapa saran yang mungkin

dapat dipertimbangkan diantaranya adalah

memperluas dalam pengambilan sample

penelitian, yaitu tidak hanya menggunakan

perusahaan manufaktur tetapi dapat mencakup

seluruh perusahaan yang terdapat dalam Bursa

Efek Indonesia. Menambahkan variabel

penelitian lain yang tidak digunakan dalam

penelitian kali ini serta memperbaharui atau

mengembangkan item-item yang digunakan

dalam indikator pengungkapan tanggung

jawab sosial perusahaan atau CSRD.

DAFTAR REFERENSI

Al Azhar, L. 2014. Pengaruh Elemen

Corporate Governance terhadap Luas

Pengungkapan Corporate Social

Responsibility Pada Perusahaan

Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia. Jurnal Akuntansi, 3(1).

Djuitaningsih, Tita; Wahdatul dan A Marsyah.

2012. Pengaruh Manajemen Laba dan

Mekanisme Corporate Governance

terhadap Corporate Social Responsi-

bility Disclosure (CSRD). Media Riset

Akuntansi, 2(2).

Iswandika, Ryandi; Murtanto; Emma

Sipayung. 2014. Pengaruh Kinerja

Keuangan, Corporate Governance dan

Kualitas Auditterhadap Pengungkapan

Corporate Social Responsibility. E-

Jurnal Akuntansi Universitas Trisakti,

1(2).

Laksmitaningrum, Chintya Fadila; Agus

Purwanto. 2013. Analisis Pengaruh

Karakteristik Perusahaan, Ukuran

Dewan Komisaris dan Struktur

Kepemilikan Terhadap Pengungkapan

CSR. Diponegoro Journal of Accoun-

ting, 2(3).

Nur, Marzully; Denies Priantinah. 2012.

Analisis Faktor-faktor yang Mempe-

ngaruhi Pengungkapan Corpo-rate

Social Responsibility Di Indonesia.

Jurnal Nominal, 1(1).

Oktariani, Wulantika. 2013. Pengaruh

Kepemilikan Publik, Ukuran Dewan

Komisaris, Profitabilitas dan Umur

Perusahaan terhadap Pengungkapan

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi,

1(1).

Paramita, Andina Dwi; Marsono. 2014.

Pengaruh Karakteristik Corporate

Governance Terhadap Luas Pengung-

kapan Corporate Social Responsibility.

Diponegoro Journal of Accounting,

3(1).

Pasaribu, Rowland Bismark Fernando.,

Dionysia Kowanda., Dian Kurniawan.

2015. Pengaruh Earning Management

dan Mekanisme Good Corporate

Governance terhadap Pengungkapan

Corporate Social Responsbility pada

Emiten Manufaktur Di BEI. Jurnal

Riset Manajemen dan Bisnis, 10(2).

Permana, Virgiwan Aditya; Raharja.2012.

Pengaruh Kinerja Lingkungan dan

Karakteristik Perusahaan Terhadap

Corporate Social Responsibility

Disclosure (CSRD). Diponegoro

Journal of Accounting, 1(2).

Perwira, Yoseph Dimas Edo., Paulus Basuki

Hadiprajitno. 2013. Struktur Tata Kelola

Perusahaan dan Luas Pengungkapan

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.

Diponegoro Journal of Accounting,

2(2).

Priantana, Riha Dedi; Ade Yustian. 2011.

Pengaruh Struktur GoodCorporate

Governance Terhadap Pengungkapan

Corporate Social Responsibility pada

perusahaan Keuangan yang Terdaftar di

Bursa Efek Indonesia. Jurnal Telaah &

Riset Akuntansi, 4(1).

JRAK, Volume 13, No 1 Februari 2017

18

Ramdaningsih, I Made Karya Utama. 2013.

Pengaruh Indikator Good Corporate

Governance dan Profitabilitas pada

Pengungkapan Corporate Social

Responsibility. E-Jurnal Akuntansi

Universitas Udayana, 3(3).

Terzaghi, Muhammad Titan. 2012. Pengaruh

Earning Management dan Mekanisme

Corporate Governance Terhadap

Pengungkapan Tanggung Jawab

Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar

di Bursa Efek Indonesia. Jurnal

Ekonomi dan Informasi Akuntansi, 2(1).

Tumewu, Silvia; Felizia Arni Rudiawarni.

2014. Pengaruh Earning Management

Terhadap Pengungkapan Corporate

Social Responsibility dan Corporate

Financial Performance Pada Industri

Perbankan yang terdaftar di BEI 2010-

2012. Calyptra: Jurnal Ilmiah

Mahasiswa Universitas Surabaya, 3(2).

Untoro, Dwi Arini; Zulaikha. 2013. Pengaruh

Karakteristik Good Corporate

Governance (GCG) Terhadap Pengung-

kapan Corporate Social Responsibility

(CSR) Di Indonesia. Diponegoro

Journal of Accounting, 2(2).

Wahyu, Ika; Prima Apriwenni. 2012. Pengaruh

Mekanisme Corporate Governance,

Ukuran Perusahaan, dan Profitabi-

litasTerhadap Luas Pengung-kapan

Corporate Social Responsibility (CSR)

Pada Perusahaan Manufaktur yang

Terdaftar di BEI. Auditing, 1(1).

Wijaya, Maria. 2012. Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Pengungkapan Tang-

gung Jawab Sosialpada Perusahaan

Manufaktur yang Terdaftar di Bursa

Efek Indonesia. Jurnal Ilmiah

Mahasiswa Akuntansi, 1(1).

Yawenas, Vinna Erlita; Yuliawati Tan; Aurelia

Carina Sutanto. 2013. Studi Hubungan

Antara Mekanisme Corporate Gover-

nance dengan pengungkapan Corporate

Social Responsibility pada perusahaan

Sektor Manufaktur yang Terdaftar di

BEI Periode 2010-2011. Jurnal Ilmiah

Mahasiswa Universitas Surabaya, 2(2).