Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENILAIAN KEBERMANFAATAN PROGRAM POS GIZI
DI DESA PONDOK JAYA KECAMATAN SEPATAN
KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2010
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana
Oleh:
Ni’matu Aulia
NIM : 106101003345
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1432 H / 2010 M
i
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya sendiri yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa skripsi saya ini bukan hasil karya saya
atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sangsi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta , Desember 2010
Ni’matu Aulia
ii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN GIZI MASYARAKAT Skripsi, Desember 2010 Ni’matu Aulia, NIM : 106101003345 Penilaian Kebermanfaatan Program Pos Gizi di Desa Pondok Jaya Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2010 xvii +118 halaman, 18 tabel, 1 gambar, 12 lampiran.
ABSTRAK Desa Pondok Jaya merupakan wilayah daerah Kecamatan Sepatan Kabupaten
Tangerang yang memilki persentasi rawan gizi 8,1%. untuk menanggulangi rawan gizi tersebut Puskesmas Sepatan menerapkan program Pos Gizi. Puskesmas Sepatan harus berupaya menerapkan program yang terbaik bagi masyarakat sasaran. Perlunya program dengan pendekatan holistic dalam mengatasi malnutrisi menjadi daya tarik besar bagi peneliti untuk melihat lebih jauh tentang bagaimana Sepatan menjalankan program kesehatan dan sejauh mana keberhasilannya. Berangkat dari titik inilah, peneliti memfokuskan diri untuk menilai penerapan Program Pos Gizi oleh Puskesmas Sepatan di Desa Pondok Jaya Kabupaten Tangerang. Program gizi intensif ini perlu dievaluasi secara praktis dengan menilai terhadap efektifitas (effectiveness), efisiensi (efficiency), kecukupan (adequacy) dan kesesuaian (appropriateness) sebagai pertimbangan dalam rangka menentukan titik perbaikan program untuk diteruskan dan dikembangkan sebagai program tahunan di masa datang.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggambarkan secara mendalam tentang penilaian kebermanfaatan program Pos Gizi di Desa Pondok Jaya Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang tahun 2010.
Hasil penelitian menunjukkan keefektifan program kurang terpenuhi secara umum. Program Pos Gizi dinilai cukup efektif untuk peningkatan status gizi balita, asupan makan, pemberian makan, dan pengasuhan balita, tetapi masih belum cukup efektif untuk kehadiran, kebersihan balita, pencarian dan pemberian perawatan kesehatan. Sedangkan untuk efisiensi, kecukupan dan kesesuaian program sebagian besar sudah memenuhi syarat program.
Berdasarkan hasil penelitian, maka disarankan bagi pengambil kebijakan (Puskesmas Kecamatan Sepatan dan Dinas Kesehatan) untuk terus melakukan evaluasi program yang meliputi efektifitas, efisiensi, kecukupan, dan kesesuaian dari program Pos Gizi yang telah dilaksanakan agar dapat menentukan titik perbaikan program untuk diteruskan dan dikembangkan sebagai program tahunan di masa datang. Sedangkan, untuk kader kesehatan sebaiknya meningkatkan kegiatan kunjungan rumah secara aktif, sehingga dapat mengontrol kebiasaan ibu dan pengasuh keduanya dan melakukan diskusi bersama pada hari berikutnya dengan ibu peserta Pos Gizi Daftar Pustaka : 34 (1973 - 2007)
iii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM SPECIALISATION NUTRITION SOCIETY Skripsi, December 2010 Ni’matu Aulia, NIM : 106101003345 Assessment Of Usefulness Of The Hearth Program Pondok Jaya Village Sepatan Tangerang District In 2010 xvii +118 pages, 18 tables, 1 charts, 12 appendices
ABSTRAK Pondok Jaya Village District area is the region on Sepatan District Tangerang
Regency which have malnutrition percentage of 8.1% to combat malnutrition, Sepatan health center arranging Nutrient Post. Sepatan health center should strive to implement a program that's best for the target communities. Necessary program with a holistic program in overcoming the malnutrition become a big attraction for researchers to look further on how Sepatan run health programs and the extent of its success. Departing from this point, researchers are focusing on assessing the implementation of the Hearth Program by the health center in the village of Pondok Jaya Sepatan Tangerang regency. This intensive nutrition programs need to be evaluated in a practical way to assess the effectiveness, efficiency, adequacy and suitability (appropriateness) as consideration in order to determine the point improvement program to be continued and developed as an annual program in the future.
This research is a qualitative study that describes in depth about the usefulness of the assessment program in the Village Hearth Sepatan Pondok Jaya subdistrict of Tangerang District in 2010.
The results show the effectiveness of the program is less satisfied in general. Hearth program was considered quite effective for improving nutrition status, food intake, feeding, and parenting a toddler, but still not effective enough to attendance, cleanliness of toddlers, the search and delivery of health care. As for efficiency, adequacy and suitability of the program largely meets the requirements of the program.
Based on the research, it is advisable for policy makers (Sepatan District Health Center and Department of Health) to evaluate programs that include effectiveness, efficiency, adequacy, and appropriateness of the hearth program that has been carried out to determine the point improvement program to be continued and developed as annual program in the future. Meanwhile, for health cadres should improve home visit activities actively, so as to control the habits of both mother and nanny and hold discussions with the next day with the participant's mother hearth. References : 34 (1973 - 2007)
iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Judul Skripsi
PENILAIAN KEBERMANFAATAN PROGRAM POS GIZI
DI DESA PONDOK JAYA KECAMATAN SEPATAN, KABUPATEN
TANGERANG TAHUN 2010
Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program
Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, Desember 2010
Mengetahui,
Drs. M. Farid Hamzens. M. Si Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M.Kes
Pembimbing 1 Pembimbing II
v
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Jakarta, 22 Desember 2010
Penguji I,
Drs. M. Farid Hamzens, M. Si
Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M. Kes
Penguji III,
Farihah Sulasiah, MKM
vi
LEMBAR PERSEMBAHAN
With deep love,
this paper dedicated to my
“ALLAH + Muhammad SAW”
Beloved father “lili” and mother “mun”
who never bored to give me pray and material. Moreover, two sisters “enca+neng far”.
May Allah bless them all. Amin
dee
vii
DATA RIWAYAT HIDUP
PERSONAL DATA
Nama : Ni’matu Aulia
Jenis Kelamin : 106101003345
Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 25 Agustus 1988
Status : Belum Menikah
Agama : Islam
Alamat : Jl. KH. A. Rifa’i Arief No. 65 Rt 007/02 Kp. Gintung
Jayanti Tangerang, Banten 15610
Nomor Telepon/Hp : (021) 92376562
Email : [email protected]
PENDIDIKAN FORMAL
1993-1999 : SDN Rancaleutik
1990-2002 : MTS Daar El-Qolam
2002-2005 : SMA Daar El-Qolam
2006-2010
: Peminatan Gizi, Program Studi Kesehatan Masyarakat,
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
viii
KATA PENGANTAR
Assalamua’laikum Wr. Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. Atas rahmat dan
hidayahNya, penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi ini. Shalawat dan salam
kita berikan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Dalam menyelesaikan laporan skripsi ini, penulis mendapatkan bimbingan dan
bantuan yang sangat berarti dari berbagai pihak yang berupa motivasi, saran, dan
dukungan. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Keluarga tercinta, Bapak Drs. H. M. Kholilullah dan mamah Hj. Munasaroh yang
telah membesarkanku dan memberikan kasih sayang yang begitu bernilai, serta
dukungan semangat moril maupun materil untuk menyelesaikan laporan magang
ini. Tetehku dan adekku tersayang Muflihatunnisa S. Pd. dan Farhatul Aisy’i yang
selalu mendo’akanku secara tulus.
2. Bapak Prof. Dr. dr. Hc. M. K. Tadjudin S. Pd. Md. selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.
3. Bapak dr. Yuli Prapanca Satar, MARS selaku Kepala Program Studi Kesehatan
Masyarakat.
4. Bapak Drs. M. Farid Hamzens, M.Si selaku pembimbing I skripsi.
5. Bapak Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M.Kes selaku pembimbing II skripsi .
6. Seluruh staff pengajar Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
ix
7. Seseorang yang telah dipersiapkan untuk menjadi separuh ruh dalam hidupku
kelak
8. Seluruh teman-teman program studi kesehatan masyarakat angkatan 2006 dan
non program studi khususnya Abdul Rahman Shaleh yang selalu menemaniku
selama penyusunan skripsi ini. Abdullah Syafe’i dan Zulkifli yang selalu
membantuku. Teman terbaikku bebs Yeni, Afni, Indah, Ine, Nura, Rena, Nawang
dan Neneng yang selalu memberikan bantuan, support & hiburan dalam suka
maupun duka.
Penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa dalam penyusunan laporan
skripsi ini masih ada bagian yang belum sempurna. Meskipun demikian, penulis
berharap semoga laporan skripsi ini dapat memberi manfaat kepada para pembaca.
Wassalamu’alikum Wr.Wb.
Tangerang, Desember 2010
Penulis
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN…………………………………………………………. i
ABSTRAK…...………………………………………………………………………. ii
PENYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING…...……………………………. iv
LEMBAR PERSEMBAHAN………..……………………………………………… v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP…..….………………………………………………. vi
KATA PENGANTAR……………..………………………………………………… vii
DAFTAR ISI………………………..……………………………………………….. ix
DAFTAR TABEL……………………..…………………………………………….. xv
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………... xvii
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………………… xviii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………….
1.2 Rumusan Masalah ….………………………………………………………..
1.3 Pertanyaan Penelitian………………………………………….……………..
1.4 Tujuan Penelitian……..…………………………………………………......
1.4.1 Tujuan Umum………… .……………………………………………..
1.4.2 Tujuan Khusus………….………………………………..…………….
1.5 Manfaat Penelitian……….…………………………………………………...
1.5.1 Bagi Masyarakat……………………………………………………….
1
4
6
6
6
6
7
7
1.5.2 Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang………….…………… 7
1.5.3 Bagi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta…………….…………… 7
xi
1.5.4 Bagi Peneliti…………………………………………………………… 7
1.6 Ruang Lingkup Penelitian………………………………………………………. 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Status Gizi………………….…………………………………………………
2.1.1 Pengertian Status Gizi………………………………….……………..
2.1.2 Penilaian Status Gizi………………………………….………………
2.2 Metode Food Recall 24 jam…………………………………………………..
2.2.1 Kelebihan Metode Food Recall 24 Jam…..………….……..…………
2.2.2 Kekurangan Metode Food Recall 24 Jam…………..……..…………..
2.3 Penilaian Program………………..……………………………………... ……
2.4 Evaluasi Proses Intervensi…………………………………………………….
2.5 Program Perbaikan Gizi………………..……………………………………..
2.6 Pos Gizi…………..……………………………………………………………
2.6.1 Definisi Pos Gizi…..……………………………………...……... …...
2.6.2 Tujuan Pos Gizi……………………………………………………….
2.6.3 Pendekatan Pos Gizi…………………………………………………..
2.6.4 Indikator Pos Gizi……………………………………………………..
2.6.5 Langkah-Langkah Utama Dalam Pendekatan Pos Gizi.………………
2.6.6 Kegiatan Program Pos Gizi……………………………………………
2.6.7 Keuntungan Pendekatan Pos Gizi……………………………………..
2.7 Kerangka Teori……………………………………………………...………...
9
9
9
11
12
12
13
17
23
24
24
26
26
28 30 30 33
35
xii
BAB III KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH
3.1 Kerangka Pikir…………………………………………………..…………….
3.2 Definisi Istilah…….……..……………………………………....……..……..
3.2.1 Efektifitas……………………………………………………………..
3.2.2 Efisiensi……………………………………………………………….
3.2.3 Kecukupan…..……………………………………………..….. ……..
3.2.4 Kesesuaian,,,,…………………………………………….……………
38
39
39
40
41
42
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Metode Penelitian…………………………………….………………….........
4.2 Waktu dan Tempat Penelitian…………………………………………………
4.3 Informan Penelitian……………………………………………………………
4.3.1 Informan Utama………………………………………………………
4.3.2 Informan Pendukung………………………………………………….
4.4 Instrument Penelitian …………………………………………………………
4.5 Sumber Data…………………………………………………………………..
4.6 Pengumpulan Data…………………………………………………………….
4.7 Pengolahan Data………………………………………………………………
4.8 Analisa Data…………………………………………………………………...
4.9 Validasi Data…………………………………………………………………..
4.10 Penyajian Data………………………………………………………………..
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian ………………………………………..
43
43
43
44
44
44
45
45
48
48
49
50
51
xiii
5.2 Karakteristik Informan………………………………………………………...
5.3 Penilaian Program……………………………………………………………..
5.3.1 Gambaran Efektifitas …………………………………………………
5.3.1.1 Gambaran Status Gizi Balita……………………………….
5.3.1.2 Gambaran Asupan Zat Gizi ………………………………..
5.3.1.3 Gambaran Pemberian Makan………………………………
5.3.1.4 Pengasuhan Balita……………………………………….....
5.3.1.5 Kebersihan Balita…………………………………………..
5.3.1.6 Pencarian dan Pemberian Perawatan Kesehatan…………...
5.3.1.7 Kehadiran…………………………………………………..
5.3.2 Gambaran Efisiensi …………………………………………………...
5.3.2.1 Gambaran Dana ……………………………………………
5.3.2.2 Tenaga ……………………………………………………..
5.3.2.3 Waktu………………………………………………………
5.3.3 Gambaran Kecukupan…………………………………………………
5.3.3.1 Gambaran Kebutuhan sasaran……………………………...
5.3.3.2 Sarana………………………………………………………
5.3.3.3 Pelaksanaan………………………………………………...
5.3.4 Kesesuaian…………………………………………………………….
5.3.4.1 Misi…………………………………………………………
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Keterbatasan Penelitian………………………………………………………..
51
52
52
53
56
60
63
65
68
71
72
73
74
75
76
76
77
78
80
80
82
xiv
6.2 Penilaian Program……………………………………………………………..
6.2.1 Gambaran Efektifitas ………………………………………………
6.2.1.1 Status Gizi Balita………………………………………….
6.2.1.2 Asupan Zat Gizi…………………………………………...
6.2.1.3 Pemberian Makan…………………………………………
6.2.1.4 Pengasuhan Balita………………………………………....
6.2.1.5 Kebersihan Balita………………………………………….
6.2.1.6 Pencarian dan Pemberian Perawatan Kesehatan…….........
6.2.1.7 Kehadiran Balita…………………………………………..
6.2.1.8 Gambaran Keterkaitan Antara Variabel Efektivitas………
6.2.2 Gambaran Efisiensi………………………………………………...
6.2.2.1 Dana……………………………………………………….
6.2.2.2 Sumber Daya Manusia…………………………………….
6.2.2.3 Waktu ……………………………………………………..
6.2.2.4 Gambaran Keterkaitan Antara Variabel Efisien…………..
6.2.3 Gambaran Kecukupan……………………………………………...
6.2.3.1 Kebutuhan Sasaran……………………………………......
6.2.3.2 Sarana ……………………………………………………..
6.2.3.3 Pelaksanaan………………………………………………..
6.2.3.4 Gambaran Keterkaitan Antara Variabel Kecukupan ……..
6.2.4 Gambaran Kesesuaian Misi………………………………………...
6.3 Gambaran Kebermanfaatan Program Pos gizi………………………………...
82
83
83
84
87
90
91
93
95
96
100
100
101
102
103
104
104
105
106
107
107
109
xv
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan……………………………………………………………………
7.2 Saran ………………………………………………………………………….
7.2.1 Bagi Pengambil Kebijakan (Puskesmas Kecamatan Sepatan dan
Dinas Kesehatan)…………………………………………………...
7.2.2 Bagi Kader Pos Gizi………………………………………………..
111
112
112
112
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….. ..
LAMPIRAN
114
xvi
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Halaman
2.1 Indikator dan Target untuk Program Pos Gizi 28
4.1
4.2
4.3
Tabel Pengumpulan Data Primer
Trianglasi Metode
Triangulasi Sumber
47
49
50
5.1 Distribusi Status Gizi Balita Berdasarkan BB/U sebelum Pos
Gizi Pergizi Desa Pondok Jaya Tahun 2010
54
5.2 Distribusi Status Gizi Balita Berdasarkan BB/U setelah Pos Gizi
Pergizi Desa Pondok Jaya Tahun 2010
55
5.3 Distribusi Asupan Energi Balita sebelum Pos Gizi Pergizi Desa
Pondok Jaya Tahun 2010
57
5.4 Distribusi Asupan Energi Balita setelah Pos Gizi Pergizi Desa
Pondok Jaya Tahun 2010
58
5.5 Distribusi Asupan Protein Balita sebelum Pos Gizi Pergizi Desa
Pondok Jaya Tahun 2010
59
5.6 Distribusi Asupan Protein Balita setelah Pos Gizi Pergizi Desa
Pondok Jaya Tahun 2010
59
5.7 Distribusi Pemberian Makan Balita sebelum Pos Gizi Pergizi
Desa Pondok Jaya Tahun 2010
61
xvii
5.8 Distribusi Pemberian Makan Balita setelah Pos Gizi Pergizi
Desa Pondok Jaya Tahun 2010
62
5.9 Distribusi Pengasuhan Balita sebelum Pos Gizi Pergizi Desa
Pondok Jaya Tahun 2010
64
5.10 Distribusi Pengasuhan Balita setelah Pos Gizi Pergizi Desa
Pondok Jaya Tahun 2010
66
5.11 Distribusi Kebersihan Balita sebelum Pos Gizi Pergizi Desa
Pondok Jaya Tahun 2010
67
5.12 Distribusi Kebersihan Balita sesudah Pos Gizi Pergizi Desa
Pondok Jaya Tahun 2010
67
5.13 Distribusi Pencarian dan Pemberian Perawatan Kesehatan
Balita sebelum Pos Gizi Pergizi Desa Pondok Jaya Tahun 2010
69
5.14 Distribusi Pencarian dan Pemberian Perawatan Kesehatan
Balita Setelah Pos Gizi Pergizi Desa Pondok Jaya Tahun 2010
70
5.15
5.16
Distribusi Kehadiran Balita Peserta Pos Gizi Pergizi Desa
Pondok Jaya Tahun 2010
Jadwal Pelaksanaan Program Pos Gizi Pergizi Tahun 2010
dalam 3 Bulan
72
75
xviii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar Halaman
3.1
Kerangka Pikir
38
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Lampiran
Lampiran 1 Surat Penelitian
Lampiran 2 Kuesioner Penelitian
Lampiran 3 Lembar observasi
Lampiran 4 Hasil Data Sekunder
Lampiran 5 Pedoman Wawancara Mendalam Bagi Tenaga Pelaksana
Puskesmas dan Kader Puskesmas
Lampiran 6 Pedoman Wawancara Mendalam Ibu balita
Lampiran 7 Formulir Metode recall 24 jam
Lampiran 8 Matriks
Lampiran 9 Analisis Univariat
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang
bertujuan untuk meningkatkan sumber daya manusia yang dilakukan secara
berkelanjutan (Depkes, 2005). Pembangunan kesehatan tersebut merupakan
upaya seluruh potensi bangsa Indonesia, baik masyarakat, swasta maupun
pemerintah. Arah kebijakan pembangunan di bidang kesehatan adalah untuk
mempertinggi derajat kesehatan, termasuk di dalamnya keadaan gizi masyarakat
dalam rangka meningkatkan kualitas hidup serta kecerdasan dan kesejahteraan
pada umumnya (Suhardjo, 2003).
Keadaan gizi masyarakat pada umumnya masih berada pada masalah gizi
kurang dan gizi buruk. Masalah tersebut merupakan masalah yang sangat serius,
karena apabila tidak ditangani secara cepat dan cermat dapat berakhir pada
kematian. Kasus gizi kurang dan buruk lebih kepada kerentanan pada penyakit,
pertumbuhan dan perkembangan yang tidak optimal, sampai pada kematian yang
akan menurunkan kualitas generasi muda mendatang. Dengan demikian jelaslah
masalah gizi merupakan masalah bersama dan semua keluarga harus bertindak
atau berbuat untuk melakukan perbaikan gizi (Sajogyo, dkk. 1994).
Adapun perbaikan gizi yang dapat dilakukan yaitu dengan senantiasa
mengkonsumsi makanan yang sehat dan bergizi. Ditinjau dari sudut islam, Allah
2
berfirman dalam surat Al-baqarah ayat 168 agar mengkonsumsi makanan yang
halal dan baik.
Artinya ”Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang
terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan,
karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu”.
Makanan yang diberikan kepada balita sebaiknya makanan sehat dan
bergizi agar kebutuhan gizinya tercukupi. Karena balita termasuk dalam golongan
masyarakat kelompok rentan gizi, yaitu kelompok masyarakat yang paling mudah
menderita kelainan gizi, bila suatu masyarakat terkena kekurangan penyediaan
bahan makanan. Pada umumnya kelompok ini berhubungan dengan proses
pertumbuhan yang relatif pesat, yang memerlukan zat gizi dalam jumlah relatif
besar (Djaeni, 2006).
Masalah gizi di Indonesia dan di Negara berkembang pada umumnya
masih didominasi oleh masalah KEP (kekurangan energi protein), masalah
anemia besi, masalah KVA (kurang Vit A), GAKY (Gangguan akibat kekurangan
yodium), dan masalah obesitas terutama di kota-kota besar. Akibat dari kurang
gizi ini kerentanan terhadap penyakit-penyakit infeksi dapat menyebabkan
meningkatnya angka kematian balita (Supariasa dkk, 2001).
3
Masalah gizi buruk di Indonesia memang harus mendapat perhatian
khusus. Pasalnya, Hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) Indonesia tahun 2007
menunjukan bahwa prevalensi nasional gizi buruk balita adalah 5,4% dan gizi
kurang pada balita adalah 13%. Secara bersama-sama prevalensi balita pendek
dan balita sangat pendek (stunting) adalah 36,8%. Sementara itu prevalensi balita
kurus adalah 7,4% (wasting-serius) dan balita sangat kurus 6,2% (wasting-kritis).
Kasus gizi buruk masih ditemukan di daerah Kabupaten Tangerang. Data
yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, tercatat data gizi
buruk pada tahun 2007 sebesar 0,87 %, gizi kurang sebesar 6,33 %. Pada tahun
2008 mengalami penurunan dimana gizi buruk sebesar 0,84% dan gizi kurang
6,08% dan mengalami peningkatan pada tahun 2009 sebesar 0,99% untuk gizi
buruk dan 6,95 % untuk gizi kurang (Hasil BPB Dinas Kesehatan Kabupaten
Tangerang) dan untuk wilayah Sepatan memilki angka malnutrisi sebesar 18.7%
(BPB Puskesmas) dimana angka prevalensi tersebut melebihi standar WHO.
Standar WHO untuk prevalensi gizi kurang yaitu 10%, (Depkes RI, 2009).
Puskesmas Sepatan menerapkan program Pos Gizi di beberapa desa untuk
menanggulangi rawan gizi. Dengan pendekatan Pos Gizi dapat mendorong
terjadinya perubahan perilaku, selain itu di harapkan melalui program ini anak-
anak yang kurang gizi dapat berubah ke status gizi baik. Salah satu desa yang
memiliki angka malnutrisi di kecamatan Sepatan yang menerapkan Pos Gizi yaitu
Desa Pondok Jaya (8,1%).
4
Di berbagai daerah yang telah mengadakan Pos Gizi menunjukan hasil
yang baik, yaitu dapat meningkatkan status gizi balita yang ditandai dengan
bertambahnya berat badan. Seperti di Kelurahan Palmeriem Jakarta Timur
(Anisah, 2005), balita KEP mencapai 34.2% pada mei 2004, tetapi setelah putaran
pertama Pos Gizi menunjukan hasil yang mengagumkan. Dari 25 balita Pos Gizi,
15 anak (60%) mengalami kenaikan berat badan di atas 400 gram, 5 balita
mengalami kenaikan berta badan kurang dari 400 gram, hanya 5 anak dengan
berat badan tetap.
Pemilihan Desa Pondok Jaya ini sebagai lokasi penelitian dikarenakan
Desa Pondok Jaya salah satu desa di kecamatan sepatan yang rawan gizi dan
sudah menjalankan progam Pos Gizi selama 6 bulan sehingga dapat dilakukan
penilaian. Dalam penilitian ini perlunya program dengan pendekatan holistic
dalam mengatasi malnutrisi menjadi daya tarik besar bagi peneliti untuk melihat
lebih jauh tentang bagaimana Sepatan menjalankan program kesehatan dan sejauh
mana keberhasilannya. Berangkat dari titik inilah, peneliti memfokuskan diri
untuk menilai kebermanfaatan penerapan Program Pos Gizi oleh Puskesmas
Sepatan di Desa Pondok Jaya Kabupaten Tangerang.
1.2 Rumusan Masalah
Kecamatan Sepatan merupakan wilayah daerah Kabupaten Tangerang
yang memiliki persentasi rawan gizi sebesar 18,7% dimana angka tersebut berada
di atas standar WHO (Depkes RI, 2009). Salah satu inisiatif yang muncul untuk
perbaikan gizi tersebut Puskesmas Sepatan menerapkan program Pos Gizi di
5
beberapa desa yang memiliki angka malnutrisi dengan menggunakan prinsip
pendekatan partisipasi masyarakat adalah Positive Deviance – Pos Gizi.
Salah satu desa di Sepatan yang memiliki angka malnutrisi dan telah
menjalankan program Pos Gizi selama 6 bulan yaitu Desa Pondok Jaya (8,1%)
dengan pendekatan Pos Gizi diharapkan dapat mendorong terjadinya perubahan
perilaku dan memperdayakan ibu balita untuk bertanggungjawab terhadap
rehabilitasi gizi anak-anak mereka dengan menggunakan pengetahuan dan sumber
daya lokal. Selain itu diharapkan melalui program ini diharapkan anak-anak yang
kurang gizi dapat berubah ke status gizi baik (Core, 2003).
Perlunya program dengan pendekatan holistic dalam mengatasi malnutrisi
menjadi daya tarik besar bagi peneliti untuk melihat lebih jauh tentang bagaimana
Sepatan menjalankan program kesehatan dan sejauh mana keberhasilannya.
Program gizi intensif ini perlu dievaluasi secara praktis dengan menilai terhadap
efektivitas (effectiveness), efisiensi (efficiency), kecukupan (adequacy) dan
kesesuaian (appropriateness) sebagai pertimbangan dalam rangka menentukan
titik perbaikan program untuk diteruskan dan dikembangkan sebagai program
tahunan di masa datang.
1.3 Pertanyaan Penelitian
Berikut pertanyaan yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana gambaran efektivitas program Pos Gizi di Desa Pondok Jaya
Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang tahun 2010?
6
2. Bagaimana gambaran efisiensi program Pos Gizi di Desa Pondok Jaya
Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang tahun 2010?
3. Bagaimana gambaran kecukupan program Pos Gizi di Desa Pondok Jaya
Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang tahun 2010?
4. Bagaimana gambaran kesesuaian program Pos Gizi di Desa Pondok Jaya
Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang tahun 2010?
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Mengetahui gambaran penilaian kebermanfaatan program Pos Gizi di
Desa Pondok Jaya Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang tahun 2010.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Diketahuinya gambaran efektivitas program Pos Gizi di Desa Pondok
Jaya Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang tahun 2010.
2. Diketahuinya gambaran efisiensi program Pos Gizi di Desa Pondok Jaya
Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang tahun 2010.
3. Diketahuinya gambaran kecukupan program Pos Gizi di Desa Pondok
Jaya Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang tahun 2010.
4. Diketahuinya gambaran kesesuaian program Pos Gizi di Desa Pondok
Jaya Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang tahun 2010.
7
1.5 Manfaat Penelitan
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain
kepada:
1.5.1 Masyarakat
Memberikan informasi mengenai efektivitas, efisiensi, kecukupan
dan kesesuaian program Pos Gizi sehingga masyarakat dapat menilai
program yang terbaik dalam menanggulangi masalah gizi.
1.5.2 Pemerintahan Daerah Kabupaten Tangerang
Sebagai masukan dan bahan pertimbangan untuk menyempurnakan
pelaksanaan program Pos Gizi dalam menanggulangi masalah gizi buruk di
Daerah Kabupaten Tangerang.
1.5.3 Program Studi Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
Memberikan tambahan pustaka mengenai efektivitas, efisiensi,
kecukupan dan kesesuaian program Pos Gizi di Desa Pondok Jaya
Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2010.
1.5.4 Peneliti
Menambah khazanah ilmu pengetahuan dan wawasan mengenai
program penanggulangan masalah gizi buruk yang tepat dengan melihat
keadaan sesungguhnya yang ada di lapangan.
8
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini berjudul penilaian program Pos Gizi di Desa Pondok Jaya
Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang, dilakukan oleh Mahasiswi peminatan
gizi program studi kesehatan masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan
tujuan untuk mengetahui ketepatannya sebagai program.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggambarkan secara
mendalam tentang penilaian kebermanfaatan program Pos Gizi di Desa Pondok
Jaya Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang tahun 2010.
Teknik pengumpulan data kualitatif adalah dengan wawancara mendalam,
observasi dan telaah dokumen. Dalam rangka mendapatkan data yang valid maka
dilakukan triangulasi sumber dan triangulasi metode. Pada penelitian ini dilakukan
pendekatan kuantitatif dengan wawancara menggunakan kuesioner didukung oleh
data sekunder dari arsip, laporan dan minutes program Pos Gizi selama masa
perencanaan dan pelaksanaan, kemudian dibuat penilaian atas program tersebut.
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pondok Jaya Kecamatan Sepatan Kabupaten
Tangerang pada bulan Oktober 2010.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Status Gizi
2.1.1 Pengertian Status Gizi
Menurut Supariasa (2002), Status gizi adalah ekspresi dari keadaan
keseimbangan dalam variabel tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam
bentuk variabel tertentu. Status gizi adalah merupakan hasil akhir dari
keseimbangan antara makanan yang masuk ke dalam tubuh (nutrient input)
dengan kebutuhan tubuh (nutrient output) akan hasil zat gizi tersebut.
Kebutuhan akan zat gizi ditentukan oleh banyak faktor, antara lain: tingkat
metabolisme basal, tingkat pertumbuhan, aktivitas fisik, dan faktor yang
bersifat relatif yaitu : gangguan pencernaan (ingestion), perbedaan daya
serap (absorption), tingkat penggunaan (utilization), dan perbedaan
pengeluaran dan penghancuran (excretion dan destruction) dari zat gizi
tersebut dalam tubuh.
Status gizi berarti keadaan kesehatan fisik seseorang atau
sekelompok orang yang ditentukan dengan salah satu atau dua kombinasi
dari ukuran–ukuran gizi tertentu (Soekirman, 2000).
2.1.2 Penilaian Status Gizi
Menurut Supariasa, dkk (2001), penilaian status gizi dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu penilaian secara langsung dan tidak langsung.
10
Penilaian secara langsung meliputi antropometri, klinis, biokimia, dan
biofisik sedangkan penilaian secara tidak langsung survey konsumsi
makanan, statistik vital, dan faktor ekologi.
Dalam mengukur status gizi balita, penilaian status gizi yang umum
digunakan adalah antropometri. Antropometri sebagai indikator status gizi
dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter. Parameter adalah
ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain: umur, berat badan, tinggi
badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul dan
tebal lemak bawah kulit (Supariasa, dkk, 2001).
Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi.
Kombinasi antara beberapa parameter disebut indeks antropometri. Indeks
antropometri yang umum digunakan dalam menilai status gizi adalah Berat
Badan menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), dan
Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) (Supariasa, dkk, 2001).
Indeks BB/U adalah pengukuran total berat badan termasuk air,
lemak, tulang, dan otot. Indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi
seseorang saat ini (current nutritional status). Indeks TB/U adalah
pengukuran pertumbuhan linier. Indeks TB/U memberikan gambaran status
gizi masa lampau dan erat kaitannya dengan status social-ekonomi. Indeks
BB/TB adalah indeks untuk membedakan apakah kekurangan gizi terjadi
secara kronis atau akut. Indeks BB/TB merupakan indkator yang baik untuk
11
menilai status gizi saat ini (sekarang) dan merupakan indeks yang
independen terhadap umur (Supariasa, dkk, 2001).
2.2 Metode Food Recall 24 jam
Prinsip dari metode recall 24 jam, dilakukan dengan mencatat jenis dan
jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Dengan
recall 24 jam data yang diperoleh cenderung lebih bersifat kualitatif. Oleh karena
itu, untuk mendapatkan data kuantitatif, maka jumlah konsumsi makanan individu
ditanyakan secara teliti dengan menggunakan alat URT (Ukuran Rumah Tangga)
seperti sendok, gelas, piring, dan lain-lain atau ukuran lainnya yang bias
dipergunakan sehari-hari. Dalam recall 24 jam, untuk memudahkan penentuan
jumlah konsumsi makanannya, biasanya digunakan food model (Supariasa, 2002).
Recall 24 jam ini jangan dilakukan hanya 1 (satu) kali (1x24 jam) karena
akan menghasilkan data yang kurang representatif untuk menggambarkan
kebiasaan makan individu. Oleh karena itu, recall 24 jam sebaiknya dilakukan
berulang-ulang dan harinya tidak berturut-turut (Supariasa, 2002).
Recall 24 jam sebaiknya dilakukan berulang-ulang dan harinya tidak
berturut-turut. Beberapa penelitian menunjukan bahwa minimal dua kali recall 24
jam tanpa berturut-turut sehingga dapat menghasilkan gambaran asupan zat gizi
lebih optimal dan memberikan variasi yang lebih besar tentang intake harian
individu (Sanjur dalam Supariasa, 2002).
12
2.2.1 Kelebihan Metode Recall 24 jam
1. Mudah melaksanakannya serta tidak terlalu membebani responden
2. Biaya relatif murah, karena tidak memerlukan peralatan khusus dan
tempat yang luas untuk wawancara
3. Cepat, sehingga dapat mencakup banyak responden
4. Dapat digunakan untuk responden yang buta huruf
5. Dapat memberikan gambaran nyata yang benar-benar dikonsumsi
individu sehingga bisa dihitung intake zat gizi sehari.
2.2.2 Kekurangan Metode Recall 24 jam
1. Tidak dapat menggambarkan asupan makanan sehari-hari bila hanya
dilakukan recall satu hari
2. Ketepatanya sangat tergantung pada daya ingat responden
3. Membutuhkan tenaga atau petugas yang terlatih dan terampil dalam
menggunakan alat-alat bantu URT dan ketepatan alat bantu yang dipakai
menurut kebiasaan masyarakat
4. Adanya kecenderungan bagi responden yang kurus untuk melaporkan
konsumsiya lebih banyak dan bagi responden yang gemuk cenderung
melaporkan lebih sedikit
5. Responden harus diberi motivasi dan penjelasan tentang tujuan dari
penelitian
6. Untuk mendapatkan gambaran konsumsi makanan sehari-hari, recall
jangan dilakukan pada saat panen, hari pasar, akhir hari pekan, pada saat
13
melakukan upacara-upacara keagamaan, selamatan dan lain-lain
(Supariasa, 2001).
2.3 Penilaian Program
Program kesehatan adalah respon terorganisir untuk mengurangi atau
menghilangkan satu atau lebih masalah dengan meraih satu atau lebih tujuan,
yang tujuan utamanya adalah meningkatkan kesehatan masyarakat (Shortell dan
Richardson, 1978 dalam Greenbowski, 2001). Program kesehatan selalu
dihadapkan pada suatu keadaan yang tidak pasti (uncertainty), sehingga
diperlukan penilaian (evaluation) sebagai alat bantu dalam pengambilan
keputusan (decision making)(Azwar, 1996).
Secara harfiah, penilaian berarti proses untuk menentukan suatu jasa,
manfaat, atau nilai sesuatu, atau hasil dari suatu proses (Scriven, 1991 dalam
Bullen, 2004).
Penilaian adalah suatu cara belajar yang sistematis dari pengalaman yang
dimiliki untuk pencapai, pelaksanaan dan perencanaan suatu program melalui
pemilihan secara seksama berbagai kemungkinan yang tersedia guna penerapan
selanjutnya (The World Health Organization dalam Azwar, 1996).
Penilaian menurut Marry Arnold, merupakan cermin dari pelaksanaan
suatu program yang peranannya sangat besar dalam perencanaan program
tersebut selanjutnya (Azwar, 1996). Intinya, program penilaian merupakan suatu
proses bertanya dan menjawab pertanyaan tentang kebermanfaatan (Bullen,
2004).
14
Pada dasarnya, tujuan evaluasi (penilaian) adalah untuk menghilangkan
informasi tentang penampilan suatu program dalam meraih tujuannya. Umumnya,
penilaian dilakukan dengan menjawab dua pertanyaan mendasar: apakah program
bekerja sesuai harapan? Mengapa terdapat masalah (seperti ini)? Penilain
membantu manajer program dalam mengerti penampilan suatu program, yang
akan berlanjut pada peningkatan atau perbaikan program. Intinya, penilaian
program merupakan alat manejemen atau alat pembuat keputusan bagi para
administrator program, perencanaan, pembuat kebijakan, serta pejabat kesehatan
lainnya (Grembowski, 2001).
Penilaian bertujuan memperbaiki program-program kesehatan dan
infrastruktur pelaksanaannya serta untuk mengarahkan alokasi sumber-sumbernya
untuk program-program yang sedang berjalan dan yang akan datang. Dengan
fungsi ini, penilaian menjadi proses yang berlanjut dengan tujuan agar kegiatan-
kegiatan kesehatan menjadi lebih relevan, efisien dan efektif (WHO, 1990).
Penilaian suatu program sosial merupakan akumulasi dari fakta-fakta
untuk menyediakan informasi tentang keberhasilan keperluan dan tujuan program
pada usaha, efektivitas dan efisiensi dalam tingkatan maupun pada pengembangan
program. Hal ini membantu pembuatan keputusan tentang program-program
sosial (Tripodi, et al, 1073). Sedangkan penilaian program kesehatan, pada
khususnya, merupakan bagian dari proses majerial pembangunan kesehatan
nasional yang lebih luas. Dengan demikian, evaluasi membutuhkan pikiran yang
terbuka yang mampu memberi kritik yang membangun. Tanggung jawab
15
penilaian dibebankan kepada kelompok-kelompok yang bertanggungjawab atas
pengembangan dan penerapan proses majerial untuk pembangunan kesehatan
nasional di negara yang bersangkutan (WHO, 1990).
Menurut jenisnya, penilaian secara umum dibedakan atas penilaian pada
tahap awal program (formative evaluation), penilaian pada tahap pelaksanaan
program (promotive evaluation) dan penilaian pada tahap akhir program
(summative evaluation). Sedangkan untuk kepentingan praktis, ruang lingkup
penilaian melaui pendekatan sistem terbagi atas penilaian terhadap masukan,
penilaian terhadap proses, penilaian terhadap dampak (Azwar, 1996). Dalam
semua penilaian, kebermanfaatan suatu program tergantung baik pada
penampilannya maupun pada keinginan akan tujuan-tujuannya, yang selalu
merupakan pertanyaa akan nilai (Kane et al, 1974; Palumbo, 1987; Weiss, 1983
dalam Gremboski, 2001).
Penialaian seringkali ditentukan melalui keefektifan (effectiveness),
efisiensi (efficiency), kecukupan (adequacy) dan kesesuaian (appropriateness).
Dalam menjawab pertanyaan penilaian, diperlukan alat yang paling tepat untuk
dapat mengubah proses yang sedang dinilai. Dengan demikian, menilai
perkembangan masyarakat (Hullen, 2004).
Pendapat lain mengatakan bahwa tujuan penilaian adalah mengetahui
usaha (effort) program, efektivitas program dan efisiensi program. Usaha program
dinyatakan dengan pengukuran jumlah dan jenis kegiatan program yang dianggap
perlu untuk meraih tujuan program. Efektivitas program menekankan tujuan
16
apakah dari program yang telah dicapai, dan pada tingkat manakah tercapainya
tujuan tersebut. Sedangkan efisiensi program diukur dengan hubungan usaha
program dan efektivitas program dengan menentukan biaya relatif dari keluaran
yang telah diraih (Triopodi, et al, 1973).
Efektifitas dan efisiensi merupakan dua komponen yang umum dibahas
dalam penilaian. Efektivitas adalah suatu ungkapan tentang efek yang
dikehendaki dari suatu program, dinas, lembaga atau kegiatan penunjang dalam
mengurangi masalah kesehatan atau memprediksi keadaan kesehatan yang tidak
memuaskan. Dengan demikian, efektivitas mengukur tingkat pencapaian tujuan
dan sasran program, dinas atau lembaga yang telah ditentukan sebelumnya
(WHO, 1990).
Efisiensi adalah suatu ungkapan mengenai hubungan antara hasil-hasil
yang diperoleh dari program atau kegiatan di bidang kesehatan dengan upaya
yang lebih dilakukan dalam bentuk sumberdaya manusia, keuangan serta sumber-
sumber lainnya, proses-proses teknologi kesehatan dan waktu. Penilaian efisiensi
ditujukan untuk memperbaiki pelaksanaan dan membantu menelaah kemajuan
dengan memperhatikan hasil-hasil pemantauan (WHO, 1990).
Penilaian pada dasarnya merupakan sesuatu yang sulit di setiap bidang. Di
bidang kesehatan, penilaian menimbulkan masalah-masalah khusus yang
disebabkan oleh cirri-ciri kegiatan-kegiatannya yang sering tidak mempermudah
dilakukannya pengukuran terhadap hal-hal yang telah dicapai untuk dibandingkan
dengan sasaran kuantitatif yang ditentukan sebelumnya. Dengan demikian,
17
penggunaan informasi kualitatif yang dapat dipercaya tidak dapat dihindarkan. Di
samping itu, terdapat hubungan yang rumit antara faktor kesehatan dan sektor
social ekonomi. Perubahan-perubahan dalam tingkat kesehatan evaluasi, terutama
yang berhubungan dengan efektivitas dan dampak menjadi lebih sulit (WHO,
1990).
Ukuran besaranya suatu penilaian harus berada pada proporsi yang sesuai
dengan tujuan penilaian. Hal ini seringkali berarti bahwa proyek kecil akan
memperoleh skup penilaian yang lebih kecil jika dibandingkan dengan proyek
besar (Bullen, 2001).
Langkah-langkah penilaian yang perlu ditempuh adalah:
1. Memahami program yang akan dinilai
2. Menentukan macam dan runag lingkup penilaian
3. Menyusun rencana penilaian
4. Melaksanakan penialaian
5. Menarik kesimpulan
6. Menyususn saran-saran (Azwar, 1996).
2.4 Evaluasi Proses Intervensi.
Menurut kamus istilah manajemen, evaluasi ialah suatu proses bersistem
dan objektif menganalisis sifat dan ciri pekerjaan didalam suatu organisasi atau
pekerjaan. Levey (1973) mengatakan, "To evaluate is to make a value judment, it
involves comparing something with another and then making either choice or
action decision". Sedangkan Menurut Perhimpunan Kesehatan Masyarakat
18
Amerika, evaluasi ialah suatu proses untuk menentukan nilai atau jumlah
keberhasilan dan usaha pencapaian suatu tujuan yang telah ditetapkan. Proses
tersebut mencakup kegiatan-kegiatan memformulasikan tujuan, identifikasi
kriteria yang tepat untuk digunakan mengukur keberhasilan, menentukan dan
menjelaskan derajat keberhasilan dan rekomendasi untuk kelanjutan aktivitas
program (Notoatmodjo, 2003).
Evaluasi merupakan upaya penting dalam program komunikasi kesehatan
yang bertujuan menilai hasil keseluruhan program dengan menggunakan teknik
riset secara sistematis. Evaluasi dilakukan tidak hanya pada tahap akhir, tetapi
juga pada tahap-tahap proses secara menyeluruh (green, at. al, hal. 247).
Sedangkan evaluasi diakhir program harus dapat menjawab pertanyaan-
pertanyaan berikut ini:
1. Sejauh mana tujuan program telah tercapai
2. Seberapa besar pengaruh program terhadap perubahan perilaku
3. Akibat-akibat apa saja yang tidak diharapkan dari program.
4. Bagian program mana yang paling berhasil dan mana yang kurang berhasil.
Pertanyaan-pertanyaan evaluasi ini seharusnya sudah dirancang pada
tahap perencanaan ketika riset pengembangan dilakukan dan pada tahap
pengukuran dilakukan selama program berlangsung.
Sedangkan untuk melihat hasil akhir berupa dampak terhadap derajat
kesehatan, upaya evaluasi harus memperhatikan faktor-faktor di bawah ini :
1. Sejauh mana jalur komunikasi yang digunakan dapat menjangkau sasaran.
19
2. Pesan-pesan apa saja yang disampaikan melalui jalur tersebut.
3. Apakah pesan yang disampaikan dapat diingat oleh kelompok sasaran dengan
jelas.
4. Apakah telah terjadi perubahan perilaku pada kelompok sasaran akibat adanya
program.
5. Apakah telah terjadi peningkatan derajat kesehatn akibat perubahan perilaku.
Tidak semua pertanyaan dapat terjawab dalam proses evaluasi, tetapi
beberapa faktor penting sudah dapat diketahui. Proses evaluasi hanyalah salah
satu dari berbagai pilihan kegiatan dan penentuan yang cermat atas prioritas
sasaran, dana yang tersedia dan waktu yang terbatas. Proses atau kegiatan dalam
evaluasi itu mencakup langkah-langkah sebagai berikut :
1. Menetapkan atau memformulasikan tujuan evaluasi, yakni tentang apa yang
akan dievaluasi terhadap program yang dievaluasi.
2. Menetapkan kriteria yang akan digunakan dalam menentukan keberhasilan
program yang akan dievaluasi.
3. Menetapkan cara atau metode evaluasi yang akan digunakan.
4. Melaksanakan evaluasi, mengolah dan menganalisis data atau hasil
pelaksanaan evaluasi tersebut.
5. Menentukan keberhasilan program yang dievaluasi berdasarkan kriteria yang
telah ditetapkan tersebut serta memberikan penjelasan-penjelasan.
6. Menyusun rekomendasi atau saran-saran tindakan lebih lanjut terhadap
program berikutnya berdasarkan hasil evaluasi tersebut.
20
Evaluasi suatu program kesehatan masyarakat dilakukan terhadap tiga hal,
yakni evaluasi terhadap proses pelaksanaan program, evaluasi terhadap hasil
program dan evaluasi terhadap dampak program.
1. Evaluasi proses ditujukan terhadap pelaksanaan program yang menyangkut
penggunaan sumber daya, seperti tenaga, dana, dan fasilitas lain.
2. Evaluasi hasil program ditujukan untuk menilai sejauh mana program tersebut
berhasil, yakni sejauh mana tujuan-tujuan yang telah ditetapkan tercapai.
Misalnya meningkatnya cakupan imunisasi, meningkatnya ibu-ibu hamil yang
memeriksakan kehamilannya, dan sebagainya.
3. Evaluasi dampak program ditujukan untuk menilai sejauh mana program itu
mempunyai dampak terhadap peningkatan kesehatan masyarakat. Dampak
program-program kesehatan ini tercermin dari membaiknya atau
meningkatnya indikator-indikator kesehatan masyarakat. Misalnya
menurunnya angka kematian bayi (IMR), meningkatnya status gizi anak
balita, menurunnya angka kematian ibu, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003).
Feurstein (1990 : H. 2-4) dalam Isbandi Rukminto Adi (2003) menyatakan
10 alasan mengapa suatu evaluasi perlu dilakukan :
1. Pencapaian. Guna melihat apa yang sudah dicapai.
2. Mengukur kemajuan. Melihat kemajuan dikaitkan dengan objektif program.
3. Meningkatkan pemantauan agar tercapai manajemen yang lebih baik.
4. Mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan. Agar dapat memperkuat program
itu tersendiri
21
5. Melihat apakah usaha sudah dilakukan secara efektif. Guna melihat perbedaan
apa yang telah terjadi setelah diterapkan suatu program.
6. Biaya dan manfaat (cost benefit). Melihat apakah biaya yang dikeluarkan
cukup masuk akal (reasonable).
7. Mengumpulkan informasi. Guna merencanakan dan mengelola kegiatan
program secara lebih baik.
8. Berbagi pengalaman. Guna melindungi pihak lain terjebak dalam kesalahan
yang sama, atau untuk mengajak seseorang untuk ikut melaksanakan metode
yang serupa bila metode yang dijalankan telah berhasil dengan baik.
9. Meningkatkan keefektifan. Agar dapat memberikan dampak yang lebih luas.
10. Memungkinkan terciptanya perencanaan yang lebih baik. Karena memberikan
kesempatan untuk mendapatkan masukan dari masyarakat, komunitas
fungsional dan komunitas lokal.
Ada 3 evaluasi guna mengawasi suatu program lebih seksama, yaitu
evaluasi input, evaluasi proses dan evaluasi proses.
1. Evaluasi input
Memfokuskan pada berbagai unsur yang masuk dalam suatu
pelaksanaan suatu program. 3 unsur variabel utama yang terkait dengan
evaluasi input adalah klien, staf dan program. Variabel klien ini meliputi
aspek demografi dari staf, seperti : latar belakang pendidikan staf, dan
pengalaman staf. Sedangkan variabel program meliputi aspek tertentu seperti
lama waktu layanan diberikan, dan sumber-sumber rujukan yang tersedia.
22
Dalam kaitan dengan evaluasi input program, ada 4 kriteria yang dapat dikaji,
baik sendiri-sendiri maupun keseluruhan. Kriteria tersebut adalah :
a. Tujuan dan objektif
b. Penilaian terhadap kebutuhan komunitas
c. Strandar dari suatu praktek yang terbaik
d. Biaya perunit layanan.
2. Evaluasi Proses
Menurut Pietrzak, et. al (1990 : h. 111-116) dalam Isbandi Rukminto
Adi (2003) memfokuskan diri pada aktivitas program yang melibatkan
interaksi langsung antara klien dengan staf terdepan (line staf) yang
merupakan pusat dari pencapaian tujuan (objektif) program. Tipe evaluasi ini
diawali dengan analisis dari sistem pemberian layanan dari suatu program.
Dalam upaya mengkaji nilai komponen pemberian layanan, hasil analisis
harus dikaji berdasarkan kriteria yang relevan seperti : standar prakter terbaik
(best practice standart), kebijakan lembaga, tujuan proses (proses goals) dan
kepuasan klien.
3. Evaluasi Hasil
Menurut Pietrzak, et.al (1990:h.14) dalam Isbandi Rukminto Adi
(2003) diarahkan pada evaluasi keseluruhan dampak (overal impact) dari
suatu program terhadap penerima layanan (resipients). Pertanyaan utama yang
muncul dalam evaluasi ini adalah bila suatu program telah berhasil mencapai
tujuannya, bagaimana penerima layanan akan menjadi berbeda setelah ia
23
menerima layanan tersebut?. Berdasarkan pertanyaan ini seorang evaluator
akan mengkonstruksikan kriteria keberhasilan dari suatu program. Kriteria
keberhasilan ini akan dapat dikembangkan sesuai dengan kemanjuan suatu
program (berorientasi pada program = programe oriented ) ataupun pada
terjadinya perubahan perilaku dari klien (berorientasi) pada klien (klien
oriented).
Dalam suatu perencanaan yang berorientasi pada program, kriteria
keberhasilan pada umumnya dikembangkan berdasarkan cakupan ataupun hasil
dari suatu program, misalnya presentasi cakupan program terhadap populasi
sasaran. Akan tetapi, perencanaan ini tidak berkonsentrasi pada perubahan prilaku
klien. Sebaliknya, evaluasi yang berorientasi pada klien akan melakukan
pengukuran ataupun pengkajian berdasarkan perubahan perilaku klien. Misalnya
saja, pada kasus penanganan anak jalanan, kriteria dikembangkan berdasarkan
indeks perkembangan anak.
2.5 Program Perbaikan Gizi
Program perbaikan gizi mikro diarahkan untuk menurunkan maslah gizi
makro yang utamanya mengatasi masalah kurang energi protein terutama di
daerah miskin baik pedesaan maupun perkotaan dengan meningkatkan keadaan
gizi keluarga, meningkatkan partisipasi masyarakat, meningkatkan kualitas
pelayanan gizi baik di puskesmas maupun di pos yandu dan meningkatkan
konsumsi energi dan protein pada balita gizi buruk.
24
Strategi yang dilakukan untuk mengatasi masalah gizi makro adalah
melalui pemberdayaan keluarga di bidang kesehatan dan gizi, pemberdayaan
masyarakat di bidang gizi, pemberdayaan petugas dan subsidi langsung berupa
dana untuk pembelian makanan tambahan dan penyuluhan pada balita gizi buruk
dan ibu hamil KEK.
2.6 Pos Gizi
2.6.1 Definisi Pos Gizi
Strenin mengatakan bahwa pendekatan Pos Gizi adalah evolution
times two atau evolusi dikalikan 2. Pendekatan ini memungkinkan
perubahan perilaku gizi yang baik, tidak hanya statis tetapi praktek.
Pos Gizi merupakan pendekatan yang sukses dalam menanggulangi
angka kekurangan gizi. Pendekatan Pos Gizi memungkinkan ratusan
kelompok masyarakat untuk dapat mengurangi jumlah anak kurang gizi
pada saat ini dan mencegah terjadinya tahun-tahun kekurangan gizi setelah
program tersebut selesai dilaksanakan.
Proses Pos Gizi memanfaatkan kearifan lokal yang berhasil
mengobati dan mencegah kekurangan gizi dan menyebarluaskan kearifan
tersebut keseluruh masyarakat.
Pos Gizi adalah alat menggerakan masyarakat untuk bekerja dengan
melibatkan berbagai lapisan sosial di masyarakat tersebut, agar bekerjasama
mengatasi masalah dan menemukan solusi sari dalam masyarakat mereka
sendiri. Pendekatan ini menitikberatkan pada upaya memaksimalkan sumber
25
daya, keterampilan dan startegi yang ada untuk mengatasi suatu
permasalahan dan memanfaatkan metodologi partisipasi secara luas dan
proses atau partisipatory learning and action (PD dan Heart USAID, 2004).
Prinsip dari Pos Gizi adalah bahwa kemiskinan bukanlah penyebab
utama kekurangan gizi, karena ditemukan beberapa keluarga miskin yang
anaknya sehat (gizi baik) karena menerapkan pola asuh yang baik.
Kekurangan gizi pada umumnya disebabkan oleh praktek pemberian makan
atau pola asuh yang tidak benar, dengan adanya program Pos Gizi maka
diharapkan kurang gizi bisa teratasi dengan perubahan perilaku. Pada saat
kegiatan Pos Gizi orang tua belajar perilaku positif bersama-sama dan
mempraktekannya dirumah (Core, 2003).
Sasaran utama pada program ini adalah semua anak usia 6-59 bulan
yang mengalami KEP ringan, sedang dan berat, alur kegiatan dari program
Pos Gizi ini terdiri dari 10 hari sesi di Pos Gizi, dan 2 minggu berikutnya
sesi praktek asuh, asih dan asah di rumah (Anonim, 2003).
Pos Gizi dilaksanakan di rumah penduduk dalam waktu 12 hari.
Pada setiap sesi ibu balita mempersiapkan makanan yang padat energi dan
diberikan kepada anak-anak mereka di bawah bimbingan kader. Mereka
juga belajar mengenal makanan-makanan bergizi, perilaku ibu balita dan
perawatan kesehatan anak yang positif, kegiatan Pos Gizi biasanya hanya 2
jam.
26
Setiap kegiatan terdiri dari komponen-komponen berikut:
1. Menentukan tempat memasak, pemberian makan dan cuci tangan
2. Mencuci tangan
3. Memempersiapkan makan
4. Pemberian makan
5. Integrasi pesan-pesan dan perilaku-perilaku pendidikan kesehatan dan
gizi (Core, 2003).
2.6.2 Tujuan Pos Gizi
Adapun tujuan dari Pos Gizi antara lain:
1. Dengan cepat memulihkan anak-anak kurang gizi yang diidentifikasi di
dalam masyarakat.
2. Memungkinkan keluarga-keluarga tersebut mempertahankan status gizi
dari anak tersebut di rumah masing-masing secara mandiri.
3. Mencegah kekurangan gizi pada anak-anak yang akan lahir kemudian
dalam masyarakat mengenai perilaku-perilaku ibu balita, pengasuhan
anak, pemberian makan, kebersihan balita dan mencari pelayanan
kesehatan (Core, 2003).
2.6.3 Pendekatan Pos Gizi
Pada pendekatan Pos Gizi, para kader dan ibu balita yang memilki
anak-anak kurang gizi mepraktekan berbagai perilaku baru dalam hal
memasak, pemberian makan, kebersihan dan pengasuhan anak yang telah
terbukti berhasil dalam merehabilitasi anak-anak yang kurang gizi. Berbagai
27
kebiasaan terpilih tersebut berasal dari hasil penemuan penyelidikan PD dan
berbagai perilaku kunci yang dikemukakan oleh para ahli kesehatan
masyarakat. Para kader secara aktif melibatkan ibu dan anak dalam proses
rehabilitasi dan pembelajaran dalam situasi rumah yang nyaman dan bekerja
agar keluarga-keluarga tersebut dapat mempertahankan satatus gizi anak
yang sudah baik di rumah. Kegiatan Pos Gizi terdiri dari rehabilitasi dan
pendidikan gizi selama periode 12 hari yang diikuti dengan kunjungan para
kader ke rumah setiap ibu balita.
Pendekatan Pos Gizi mendorong terjadinya perubahan perilaku dan
memberdayakan para ibu balita untuk bertanggungjawab terhadap
rehabilitasi gizi anak-anak mereka dengan menggunakan pengetahuan dan
sumber daya lokal. Setelah pemberian makanan tambahan berkalori tinggi
selama dua minggu, anak-anak menjadi lebih bertenaga dan nafsu makan
merekapun bertambah.
Perubahan nyata yang terlihat pada anak, dengan disertai metode
belajar sambil bekerja, akan meningkatkan kepercayaan diri dan
keterampilan ibu balita dalam berbagai perilaku pemberian makan, ibu
balita dan pengasuhan balita, kebersihan dan mencari pelayanan kesehatan.
Adanya perilaku-perilaku yang lebih baik, tanpa memperdulikan latar
belakang pendidikan sang ibu, akan meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan anak, pendekatan ini telah berhasil mengurangi angka
kurang masyarakat untuk menemukan kearifan dari ibu-ibu dan
28
memperaktekan kearifan tersebut dalam kegiatan harian Pos Gizi (Core,
2003).
2.6.4 Indikator Pos Gizi
Indikator dan target program Pos Gizi dapat di lihat pada table 2.1 di
bawah ini.
Tabel 2.1 Indikator dan Target untuk Program Pos Gizi
Output Indikator
Pos Gizi 70% dari peserta Pos Gizi dapat terehabilitasi
Perilaku pemberian makan
Para ibu balita Pos Gizi yang melaporkan bahwa mereka telah memberi makanan anak dengan makanan baru (khas positif) yang spesifik di setiap waktu, termasuk sayuran dan lemak. Target 70%
Perilaku kebersihan balita
Para peserta yang telah mengembangkan perilaku kebersihan tubuh yang baik; menggunting kuku dan mencuci tangan (dengan sabun) sebelum makan & setelah memakai toilet. Para peserta melaporkan bahwa mereka telah mengembangkan perilaku kebersihan yang baru; membersihkan makanan sebelum dimasak/menutup makanan. Target 70%
Perilaku ibu balita an
Para ayah yang ikut berpartisipasi dalam Pos Gizi melaporkan bahwa mereka menghabiskan lebih banyak waktu bersama anak mereka dan membagi tugas perawatan dengan sang ibu
Anggota keluarga peserta Pos Gizi melaporkan bahwa mereka sering bernyanyi dan bermain bersama anak; memperbaikikemampuan anak dalam bidang vocalisasi, bahasa, kemampuan berkomunikasi. Target 70%
Perilaku mencari pelayanan kesehatan
Para ibu balita yang membawa anak mereka memperoleh imunisasi lengkap
% anak yang datang ke Posyandu. Target 70%
(Sumber: Core, 2003 dan Puskesmas Sepatan).
29
Suatu kelompok pelaksana Pos Gizi bekerjasama dengan konsultan
FANTA (Food and Nutrition Technical Assistance) untuk kemajuan Pos
Gizi. di bawah ini adalah indikator Pos Gizi untuk memonitor dan menilai
keamajuan program (Jurnal Positive Deviance, 2006). Persentase anak yang
layak mengikuti PD-Pos Gizi adalah anak usia 6-59,99 bulan yang berada
pada garis kuning atau merah berdasarkan KMS.
1. Persentase peserta Pos Gizi yang mengalami kenaikan berat badan
sebanyak 400 gram atau lebih dalam kurun waktu 1 bulan, persentase
peserta Pos Gizi yang mengalami kenaikan berat badan 200-399 gram
dalam kurun waktu 1 bulan, persentase peserta Pos Gizi yang
mengalami kenaikan berat badan kurang dari 200 gram dalam kurun
waktu 1 bulan.
2. Persentase peserta Pos Gizi yang sudah lulus dari Pos Gizi berada pada
garis hijau berdasarkan KMS pada 3 bulan setelah lulus, persentase
peserta Pos Gizi yang sudah lulus yang berada pada garis hijau
berdasarkan KMS pada 6 bulan setelah lulus.
3. Persentase peserta Pos Gizi yang sudah lulus dan masuk kembali ke Pos
Gizi.
4. Persentase peserta Pos Gizi yang sudah lulus.
30
2.6.5 Langkah –langkah utama dalam pendekatan Pos Gizi
Langkah-langkah utama dalam pendekatan Pos Gizi layak dilakukan
adalah sebagai berikut (Strenin, 1988) :
1. Menentukan apakah pendekatan Pos Gizi layak dilakukan pada target
masyarakat.
2. Menggerakan masyarakat dan memilih serta melatih nara sumber
masyarakat.
3. Mempersiapkan penyelidikan Positive Deviance.
4. Melakukan penyelidikan Positive Deviance.
5. Merencanakan kegiatan Pos Gizi.
6. Melaksanakan kegiatan Pos Gizi bagi anak-anak yang mengalami
kekurangan gizi serta ibu balita mereka.
7. Mendukung perilaku baru melalui kunjungan rumah
8. Mengulangi kegiatan Pos Gizi sesuai kebutuhan
9. Memperluas program Pos Gizi pada masyarakat lain
2.6.6 Kegiatan Program Pos Gizi
Pos Gizi dengan kegiatan NERS (Nutrision Education and
Rehabilitation Session) biasanya dilaksanakan berdasarkan hitungan bulan.
Desain dari Pos Gizi merupakan tindak lanjut dari penyelidikan kebiasaan
keluarga positive deviance. Praktek-praktek positif yang telah diinvestigasi
dan observasi diterapakan dalam kegiatan Pos Gizi. Kegiatan tersebut terdiri
dari dua yaitu pelaksanaan pembelajaran di Pos Gizi langsung selama 2
31
minggu (biasanya 12 hari) dan praktek di rumah yang diikuti dengan
kunjungan rumah oleh kader selama 2 minggu (biasanya 12 hari ) (Strenin,
1998).
Untuk mengoptimalisasi manfaat dari program Pos Gizi, maka syarat
minimum yang harus dipengaruhi agar suatu wilayah dapat menjadi target
program adalah :
1. Prevalensi KEP balita sebesar sama dengan 30% atau lebih
2. Ketersediaan pangan local yang harganya terjangkau
3. Adanya sejumlah sukarelawan ibu yang potensial dalam masyarakat
4. Adanya kepemimpinan yang memiliki komitmen dalam masyarakat
Dalam buku positive deviance & hearth suatu pendekatan
perubahan perilaku & Pos Gizi yang diterbitkan oleh PCI- Indonesia dan
diperbanyak oleh “Jejaring PD Indonesia” atas dukungan USAID
disebutkan bahwa Kegiatan pelaksanaan Pos Gizi di suatu daerah meliputi:
1. Praktek Umum Khusus meliputi praktek pemberian makan, perilaku ibu,
pengasuhan balita, perilaku kebersihan, perilaku pencarian & pemberian
perawatan kesehatan
2. Praktek memasak
3. Penyampaian pesan kesehatan
32
Ada beberapa hari khusus dengan kegiatan-kegiatan khusus yang perlu
dimasukan dalam agenda harian:
1. Hari ke 1 dan ke 12 = Penimbangan Anak
Setiap anak ditimbang pada hari pertama dan terakhir sesi Pos
Gizi. Bahan-bahan yang diperlukan: timbangan, buku catatan Pos Gizi
dan Kartu Menuju Sehat
Kader menimbang masing-masing anak, mencatat berat mereka
dalam buku catatan Pos Gizi dan tunjukan berat tersebut dalam Kartu
Meuju Sehat milik anak. Para ibu balita harus diberitahukan mengenai
berta, pertumbuhan dan status kekurangan gizi anak mereka.
2. Hari ke 7 = hari dirumah sendiri
Setelah selama enam hari memasak dan memberi makan dengan
cara berkelompok, pada hari ke tujuh para peserta tinggal di rumah dan
mempraktekan perilaku-perilaku baru. Diskusi pada hari ke-8 harus
berkisar tentang pengalaman ibu balita atau ibu balita ketika mereka
mencobanya di rumah.
3. Hari ke 11= 1 hari sebelum terakhir sesi Pos Gizi
Pada sesi Pos Gizi yang kesebelas, para kader meminta tiap
keluarga untuk membawa semua bahan-bahan yang diperlukan pada hari
terakhir sesi untuk dipersiapkan sebagai makanan yang sehat bagi anak
mereka di rumah, untuk dibawa pada sesi terakhir. Mereka juga
mengingatkan para ibu balita untuk membawa KMS pada sesi terakhir.
33
4. Hari ke 12 = hari terakhir sesi Pos Gizi
Pada hari terakhir sesi Pos Gizi, para ibu balita mempersiapkan
makanan yang mereka harus lakukan di rumah. Sebagai tambahan
kegiatan harian rutin, pada sesi Pos Gizi ke 12, anak-anak ditimbnag.
Kader Pos Gizi mencatat status anak (apakah ia lulus atau harus
mengulang Pos Gizi pada bulan depan) dalam buku catatan Pos Gizi dan
mendiskusikan hasilnya secara pribadi dengan tiap ibu balita.
2.5.7 Keuntungan Pendekatan Pos Gizi
Ada beberapa keuntungan pendekatan Pos Gizi, yaitu:
1. Cepat
Pedekatan ini memberikan solusi yang dapat menyelesaikan
masalah dengan segera. Anak-anak harus direhabilitasi sekarang
juga, itu sebabnya mengapa pemberian makan selama di Pos Gizi
perlu diawasi. Para ibu balita kemudian menerapkan praktek yang
sama di rumah dan melaporkan pengalaman mereka pada saat
kegiatan Pos Gizi berikutnya. Dukungan lebih lanjut juga diberikan
kepada para ibu balita dan kader.
2. Terjangkau
Pos Gizi dapat dijangkau dan keluarga tidak bergantung pada
sumber daya dari luar untuk mempraktekkan perilaku baru.
Pelaksanaan Pos Gizi lebih murah tetapi efektif dibandingkan
34
mendirikan pusat reabilitasi gizi atau melakukan investasi di rumah
sakit.
3. Partisipatif
Partisipasi masyarakat merupakan salah satu komponen
penting dalam rangka mencapai keberhasilan pendekatan Pos Gizi.
Masyarakat memainkan peran sangat penting dalam keseluruhan
proses Pos Gizi, mulai dari menemukan perilaku dan strategi sukses
diantara masyarakat sampai mendukung ibu balita setelah kegiatan
Pos Gizi berakhir.
4. Berkesinambungan
Program Pos Gizi merupakan pendekatan berkesinambungan
karena berbagai perilaku baru sudah dihayati dan berlanjut setelah
kegiatan Pos Gizi berakhir. Para ibu balita tidak hanya dilatih untuk
merehabiitasi anak mereka yang mengalami kekurangan gizi tetapi
juga untuk mempertahankan status gizi baik tersebut di rumah.
5. Asli
Asli karena solusi sudah ada di tempat itu, kemajuan dapat di
capai secara cepat, tanpa banyak menggunakan analisis atau sunber
daya dari luar.
35
6. Secara budaya dapat diterima
Pendekatan ini didasarkan pada perilaku setempat yang
diidentifikasi dalam konteks sosial, etnik, bahasa dan agama di
setiap masyarakat, maka perdefinisi hal ini sesuai dengan budaya
setempat.
7. Berdasarkan perubahan perilaku
Pendekatan ini tidak mengutamakan perolehan pengetahuan,
namun ada tiga langkah proses perubahan perilaku yang termasuk
dalamnya, yaitu, penemuan (penyelidikan positive deviance),
demonstrasi (kegiatan Pos Gizi) dan penerapan (kegiatan Pos Gizi
dan di rumah).
2.7 Kerangka Teori
Pos Gizi merupakan pendekatan yang sukses dalam menanggulangi angka
kekurangan gizi. Pendekatan Pos Gizi memungkinkan ratusan kelompok
masyarakat untuk dapat mengurangi jumlah anak kurang gizi pada saat ini dan
mencegah terjadinya tahun-tahun kekuranagan gizi setelah program tersebut
selesai dilaksanakan (Core, 2003).
Menurut Core (2003) Tujuan Pos Gizi yaitu dengan program ini akan
cepat memulihkan anak-anak kurang gizi yang diidentifikasi di dalam
masyarakat, memungkinkan keluarga-keluarga tersebut mempertahankan status
gizi dari anak tersebut di rumah masing-masing secara mandiri dan mencegah
kekurangan gizi pada anak-anak yang akan lahir kemudian dalam masyarkat
36
mengenai perilaku-perilaku ibu balita, pengasuhan anak, pemberian makan, dan
mencari pelayanan kesehatan. Pendekatan Pos Gizi mendorong terjadinya
perubahan perilaku dan memberdayakan para ibu balita untuk bertanggungjawab
terhadap rehabilitasi gizi anak-anak mereka dengan pengetahuan dan sumber daya
lokal (Core, 2003).
Menurut A.A. Gde Muninjaya (2004) masukan (input) yaitu, sumber daya
atau masukan yang dikonsumsikan oleh suatu sistem. Sumber daya suatu sistem
adalah man, money, material, method, minute, dan market. Sedangkan menurut
Azrul Azwar, masukan (input) dalam administrasi adalah segala sesuatu yang
dibutuhkan untuk dapat melaksanakan pekerjaan administrasi.
Proses yaitu semua kegiatan sistem. Melalui proses akan diubah input
menjadi keluaran. Sedangkan menurut Azrul Azwar, proses adalah langkah-
langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Menurut esensinya, penilaian merupakan suatu proses bertanya dan
menjawab pertanyaan tentang kebermanfaatan suatu program, yang seringkali
ditetapkan melaui efektivitas, efisiensi, kecukupan, dan kesesuaian (Bullen,
2004).
Efektivitas merupakan tingkat peraihan, sejauh mana keluaran suatu
program meraih tujuan program tersebut. Efektivitas suatu program berbeda dari
kecukupan administrasi program, yang berhubungan dengan efisiensi (Australian
Departement of Finance, 1994 dalam Bullen, 2004).
37
Efisiensi merupakan tingkatan, dimana masukan suatu program
diminimalkan untuk tingkat keluaran program yang telah ditetapkan, atau
sebaliknya, tingkatan dimana keluaran dimaksimalkan untuk tingkat masukan
yang telah ditetapkan. Efisiensi berhubungan dengan proses bagaimana program
dilaksanakan, dan proses ini kemudian menghasilkan keluaran program
(Australian Departement of Finance, 1994 dalam Bullen, 2004).
Pada sudut kecukupan, program akan dinyatakan cukup jika masyarakat
sasaran merasa puas dengan program yang diberikan, karena perasaan adanya
kebutuhan mereka yang terpenuhi. Bagi implementator, program dinyatakan
cukup apabila pelaksaanaan program berjalan sesuai dengan apa yang telah
direncanakan sebelumnya (Australian Departement of Finance, 1994 dalam
Bullen, 2004).
Pada sudut kesesuaian, program dinyatakan sesuai jika program sesuai
dengan misi dan anggaran yang telah ditentukan. Sehingga dapat dikaji ulang
dalam menentukan apakah program tersebut merupakan keputusan yang tepat
untuk dilaksanakan (Australian Departement of Finance, 1994 dalam Bullen,
2004).
38
BAB III
KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH
3.1 Kerangka Pikir
Kerangka berfikir ini berdasarkan pada teori dari Muninjaya (2004),
Australian Department of Finance (1994) dalam Bullen (2004) dan Core (2003)
sehingga dapat dijelaskan dengan gambar 3.1.
Gambar 3.1 Kerangka Pikir
(Sumber: Muninjaya (2004), Australian Depeartement of Finance (1994) dalam Bullen (2004) dan Core (2003)).
1. Penilaian Status Gizi
2. Asupan Zat Gizi
3. Perubahan perilaku
- Pemberian Makan
- Pengasuhan Balita
- Kebersihan Balita
- Pelayanan kesehatan
4. Kehadiran
Misi 1. Kebutuhan Sasaran
2. Material 3. Pelaksanaan
1. Dana
2. SDM/Tenaga
3. Waktu
Kesesuaian Efisiensi Kecukupan Efektivitas
Penilaian Kebermanfaatan
Program Pos Gizi di Desa Pondok Jaya Kecamatan Sepatan Kabupaten
39
3.2 Definisi Istilah
3.2.1 Efektivitas
Efektivitas merupakan tingkat peraihan, sejauh mana keluaran suatu
program meraih tujuan program tersebut.
1. Penilaian Status Gizi Balita
Definisi : Keadaan gizi balita yang diukur secara antropometri
berdasarkan indeks BB/U dan dibandingkan dengan
tabel kategori berat badan bayi dan anak balita menurut
umur dan jenis kelamin.
2. Asupan Zat Gizi
Definisi : Banyaknya zat gizi, khususnya energi dan protein yang
masuk ke dalam tubuh diperoleh dari makanan yang
dikonsumsi dalam waktu 24 jam.
3. Perubahan Perilaku
a. Pemberian Makan
Definisi : Kebiasaan memberikan makan anak diatas 6 bulan
dalam hal variasi makanan, pemberian makan secara
aktif, pemberian saat anak sakit dan penyembuhan,
menangani selera makan anak yang rendah, suasana
makan (Core, 2003)
40
b. Pengasuhan Balita
Definisi : Interaksi positif antara anak dan ibu balita utama dan
pengganti membantu perkembangan emosi dan
psikologi anak (Core, 2003).
c. Kebersihan Balita
Definisi : Suatu kebiasaan yang bersih termasuk kebiasaan tubuh,
makanan, dan lingkungan (Core, 2003).
d. Pencarian dan Pemberian Perawatan Kesehatan
Definisi : Berbagai perilaku sehat yang preventif, memberikan
imunisasi lengkap sebelum 1 tahun, tatalaksana rumah
tangga ketika ada yang sakit serta penggunaan
pelayanan kesehatan (Core, 2002).
4. Kehadiran
Definisi : Frekuensi kehadiran peserta (ibu dan anak) dalam
kegiatan-kegiatan program Pos Gizi selama 6 bulan (24
minggu).
3.2.2 Efisiensi
Efisiensi merupakan tingkatan, dimana masukan suatu program
diminimalkan untuk tingkat keluaran program yang telah ditetapkan, atau
sebaliknya, tingkatan dimana keluaran dimaksimalkan untuk tingkat
masukan yang telah ditetapkan.
41
1. Dana
Definisi : Dana yang tersedia untuk program intervensi.
2. Tenaga
Definisi : Sumber daya manusia yang digunakan dalam
pelaksanaan program kesehatan.
3. Waktu
Definisi : Jangka waktu pelaksanaan kegiatan program.
3.2.3 Kecukupan
Pada sudut kecukupan, program akan dinyatakan cukup, jika
masyarakat sasaran merasa puas dengan program yang diberikan, karena
perasaan adanya kebutuhan mereka yang terpenuhi. Bagi implementator,
program dinyatakan cukup apabila pelaksaanaan program berjalan sesuai
dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya.
1. Market (Kebutuhan Sasaran)
Definisi : Sasaran pemberlakuan program kesehatan.
2. Sarana
Definisi : Alat-alat dan media yang digunakan untuk program
intervensi.
3. Pelaksanaan
Definisi : Suatu kegiatan yang berfungsi untuk mengubah masukan
sehingga mengalatkan sesuatu (keluaran) yang
direncanakan.
42
3.2.4 Kesesuaian
Pada sudut kesesuaian program dinyatakan sesuai, jika program
sesuai dengan misi dan anggaran yang telah ditentukan. Sehingga dapat
dikaji ulang dalam menentukan apakah program tersebut merupakan
keputusan yang tepat untuk dilaksanakan.
1. Misi
Definisi : Pernyataan tentang apa yang harus dikerjakan oleh
lembaga dalam usahanya mewujudkan visi atau tujuan
43
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang mengenai
kebermanfaatan program Pos Gizi di Desa Pondok Jaya Kecamatan Sepatan
Kabupaten Tangerang tahun 2010.
Penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor (1975) dalam moleong
(1991) sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
4.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2010 di Desa Pondok
Jaya Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang.
4.3 Informan Penelitian
Pemilihan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive
sampling, yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh
peneliti berdasarkan ciri-ciri atau sifat-sifat informan yang sudah diketahui
sebelumnya (Baum, 1998). Infoman dalam penelitian ini dikelompokan menjadi
dua, yaitu:
4.3.1 Informan Utama
Informan utama adalah objek utama dalam penelitian, yaitu tenaga
yang berperan mengawasi program Pos Gizi secara aktif di Desa Pondok
44
Jaya selama 6 bulan. Informan utama dalam penelitian ini adalah tenaga
pelaksana gizi Puksesmas. Jumlah tenaga pelaksana gizi puskesmas yang
dapat diwawancarai dan menjawab pertanyaan dengan baik berjumlah 1
orang.
4.3.2 Informan Pendukung
Informan pendukung adalah informan yang terlibat dalam
pelaksanaan kegiatan teknis dalam program Pos Gizi di Desa Pondok
Jaya. Informan pendukung terdiri dari:
1. Ibu balita peserta Pos Gizi yang mengikuti program Pos Gizi selama 6
bulan yang dapat diwawancarai dan menjawab pertanyaan dengan baik
berjumlah 2 orang.
2. Kader Kesehatan yang aktif bekerja di program Pos Gizi, dapat
diwawancarai dan menjawab pertanyaan dengan baik berjumlah 2
orang.
4.4 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa:
1. Pedoman wawancara yang berisi daftar pertanyaan yang berkaitan dengan
penelitian yang dilakukan,
2. Pedoman observasi
3. Pedoman telaah dokumen
4. Perekam suara
5. Kamera
45
6. Alat pencatat untuk kejelasan dan keakuratan instrumentasi.
4.5 Sumber Data
Sumber data terdiri dari dua data, yaitu:
4.5.1 Data Primer, yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari
informan. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah hasil
wawancara langsung dengan informan, pengamatan terhadap pelaksanaan
program dan hasil kuesioner.
4.5.2 Data Sekunder, yaitu data yang tidak langsung diperoleh peneliti dari
informan. Akan tetapi diperoleh dengan cara menelaah dokumen seperti
laporan, buku, artikel, jurnal kesehatan, media massa, internet dan lain-
lain.
4.6 Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa
teknik yaitu:
4.6.1 Wawancara mendalam
Wawancara mendalam dilakukan dengan cara tatap muka terhadap
informan. Proses wawancara mendalam menggunakan pedoman
wawancara berupa daftar pertanyaan yang telah disiapkan sesuai dengan
topik penelitian. Wawancara mendalam dilakukan kepada semua
informan, yaitu informan utama dan pendukung.
4.6.2 Observasi
46
Observasi langsung dilakukan dengan cara mengamati dan
mencatat situasi yang terkait dengan penelitian.
4.6.3 Telaah Dokumen
Metode ini dilaksanakan untuk memperoleh data yang berkaitan
dengan permasalahan penelitian melalui laporan, buku, artikel, internet,
dan dokumen lain yang berhubungan dengan program Pos Gizi di Desa
Pondok Jaya (Baum, 1998).
4.6.4 Kuesioner
Kuesioner dalam penelitian ini untuk menilai perubahan perilaku
(pemberian makan, pengasuhan balita, perilaku kebersihan, pencarian dan
pemberian perawatan kesehatan) dan form recall 24 jam untuk menilai
asupan makan balita. Pada saat penelitian, kuesioner dibagikan langsung
oleh peneliti kepada para ibu balita yang mengikuti Pos Gizi untuk di
lengkapi.
Pada kuesioner terlebih dahulu dilakukan uji coba. Dari hasil uji
coba kuesioner tersebut diadakan perbaikan. Pertanyaan-pertanyaan setiap
variabel dalam kuesioner yang telah diisi dilakukan uji validitas dan uji
reabilitas. Pada saat penelitian, kuesioner dibagikan langsung oleh peneliti
dan tim kepada para ibu balita yang mengikuti Pos Gizi, sedangkan untuk
form recall 24 jam peneliti langsung mewancarai para ibu balita yang
mengikuti Pos Gizi.
47
Secara rinci dapat di lihat pada table 4.1 di bawah ini:
Tabel 4.1
Tabel Pengumpulan Data
No. Variabel Penelitian Metode Informan dan sumber data Efektivitas 1. Penilaian Status Gizi Wawancara mendalam
telaah dokumen
a. TPG Puskesmas b. Ibu balita c. Kader d. Laporan kegiatan Pos Gizi
Wawancara mendalam
a. TPG Puskesmas b. Kader
2. Asupan Zat Gizi
Form recall 24 jam c. Ibu balita
Wawancara mendalam dan observasi
a. TPG Puskesmas b. Kader
3. Pemberian Makan
Kuesioner c. Ibu balita Wawancara mendalam dan observasi
a. TPG Puskesmas b. Kader
4. Pengasuhan Balita
Kuesioner c. Ibu balita Wawancara mendalam dan observasi
a. TPG Puskesmas b. Kader
5. Kebersihan Balita
Kuesioner c. Ibu balita Wawancara mendalam dan observasi
a. Petugas gizi/kader b. TPG Puskesmas
6. Pelayanan Kesehatan
Kuesioner c. Ibu balita 7. Kehadiran Wawancara mendalam,
telaah dokumen dan observasi
a. TPG Puskesmas b. Kader c. Absensi balita
Efisiensi 8. Dana Telaah dokumen dan
observasi a. Data sekunder
9. SDM Telaah dokumen dan observasi
a. Data sekunder
48
10. Waktu Telaah dokumen dan observasi
a. Data sekunder
12. Sarana Wawancara mendalam dan observasi
a. TPG Puskesmas b. Ibu balita c. Kader
Kecukupan 13 Pelaksanaan Wawancara mendalam
dan observasi a. TPG Puskesmas b. Ibu balita c. Kader
Kesesuaian 14. Misi Wawancara mendalam
dan telaah dokumen a. TPG Puskesmas b. Kader
4.7 Pengolahan Data
Data yang diperolah dalam penelitian kualitatif merupakan kumpulan
kata, bukan angka-angka. Data-data yang terkumpul kemudian diolah dengan
tahapan sebagai berikut:
1. Membuat data mentah, baik yang diperoleh dari wawancara mendalam,
telaah dokumen, maupun hasil pengamatan.
2. Membuat transkip data hasil wawancara berdasarkan data mentah.
3. Transkip tersebut selanjutnya dilanjutkan dalam bentuk matriks yang dapat
dilihat pada lampiran VIII.
4. Data dikategorikan berdasarkan karakter dan pola jawaban yang sama.
5. Hasil penelitian kemudian dianalisis dengan menggunakan metode analisa.
4.8 Analisa Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan
menggunakan analisis domain. Analisis domain biasanya dilakukan untuk
memperoleh gambaran atau pengertian yang bersifat umum dan relatif
49
menyeluruh tentang apa yang tercakup di suatu focus atau pokok permasalahan
yang tengah diteliti (Sanapiah, 1990).
Dukungan data kuantitatif sederhana melalui penelusuran data sekunder
dan kuesioner akan dibandingkan dengan perolehan data kualitatif sebagai data
primer. Setelah itu, hasil transkip data primer dan penelusuran data sekunder
akan diinterpretasikan dalam penulusuran hasil dan pembahasan.
4.9 Validasi Data
Dalam penelitian ini dalam rangka mendapatkan data yang valid maka
dilakukan triangulasi sumber dan triangulasi metode.
1. Triangulasi sumber dilakukan dengan mencari sumber data dari dua jenis
informan yaitu informan utama dan informan pendukung.
2. Triangulasi metode dilakukan dengan menggunakan metode pengumpulan
data, yaitu dengan metode wawancara, telaah dokumen dan observasi.
Berikut dijelaskan validasi data berdasarkan variabel pada penelitian ini.
Tabel 4.2 Triangulasi Metode
No. Variabel Wawancara Mendalam
Telaah Dokumen Observasi
1. Penilaiaan Status Gizi X X - 2. Asupan Zat Gizi X - X 3. Pemberian Makan X - X 4. Pengasuhan Balita X - X Kebersihan Balita X - X 5. Pencarian dan Pemberian
Perawatan Kesehatan X - X
6. Kehadiran X X X 7. Dana - X X
50
8. SDM - X X 9. Waktu - X X 10. Kebutuhan Sasaan X - X 11. Sarana X - X
No. Variabel Wawancara Mendalam
Telaah Dokumen
Observasi
12. Pelaksanaan X - X 13. Misi X X -
Tabel 4.3
Triangulasi Sumber
No. Variabel TPG Ibu Kader
1. Penilaiaan Status Gizi X - X 2. Asupan Zat Gizi X - X 3. Pemberian Makan X - X 4. Pengasuhan Balita X - X 5. Kebersihan Balita X - X 6. Pencarian dan Pemberian
Perawatan Kesehatan X - X
7. Kehadiran X - X 11. Kebutuhan Sasaan X X - 12. Sarana X X X 13. Pelaksanaan X X X 14. Misi X - X
4.10 Penyajian Data
Hasil penelitian disajikan dalam bentuk narasi dan matriks berdasarkan
unsur-unsur yang diteliti.
51
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian
Penelitian dilakukan di Desa Pondok Jaya Kecamatan Sepatan Kabupaten
Tangerang. Pos Gizi Pergizi Pondok Jaya berada di naungan Puskesmas Sepatan.
Puskesmas Sepatan merupakan pusat pengembangan, pembina dan pelayanan
kesehatan masyarakat yang memegang peranan sangat penting dalam pelayanan
tahap pertama. UPT Puskesmas Sepatan yang terletak di wilayah kecamatan
Sepatan Kabupaten Tangerang Banten mengemban tugas tersebut dengan wilayah
yang terdiri 7 desa dan 1 kelurahan kecamatan Sepatan.
Pemilihan lokasi didasarkan pada banyaknya proporsi balita gizi kurang
(Hasil BPB, 2009) serta kesediaan dan kemampuan masing-masing wilayah
(RW).
5.2 Karakeristik Informan
Dalam penelitian ini, informan yang digunakan peneliti terbagi menjadi
dua yaitu informan utama dan informan pendukung, yaitu :
5.2.1 Informan Utama
52
Dalam penelitian ini, informan utama adalah tenaga pelaksana gizi
Puskesmas Sepatan yang aktif mengawasi selama 6 bulan kegiatan Pos
Gizi berlangsung, dapat diwawancarai dan menjawab pertanyaan dengan
baik.
5.2.2 Informan Pendukung
Informan pendukung merupakan informan yang terlibat dalam
pelaksanaan kegiatan teknis pada program Pos Gizi di Desa Pondok Jaya.
Informan pendukung terdiri dari:
1. Ibu balita peserta Pos Gizi yang mengikuti program Pos Gizi selama 6
bulan.
2. Kader Kesehatan yang aktif bekerja di program Pos Gizi, dapat
diwawancarai dan menjawab pertanyaan dengan baik.
5.3 Penilaian Program
Penilaian terhadap efektivitas, efisiensi, kecukupan dan kesesuaian
program dapat di lihat di bawah ini:
5.3.1 Gambaran Efektivitas
Gambaran efektivitas program Pos Gizi Pergizi Pondok Jaya ini
bertujuan untuk melihat tingkat peraihan, sejauh mana keluaran suatu
program meraih tujuan program tersebut.
Adapun gambaran efektivitas program Pos Gizi Pergizi Pondok
Jaya ini meliputi gambaran status gizi balita, asupan zat gizi, gambaran
pemberian makan, gambaran pengasuhan balita, gambaran kebersihan
53
balita, gambaran pencarian dan pemberian perawatan kesehatan dan
gambaran kehadiran.
5.3.1.1 Gambaran Status Gizi Balita
Dalam melihat status gizi balita digunakan indeks
antropometri yaitu berat badan menurut umur (BB/U). Berat
badan menurut umur ini efektif dalam melihat keadaan gizi balita
sekarang.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam, sebagian besar
informan mengungkapkan penilaian terhadap program dalam
merehabilitasi gizi anak tergolong efektif. Dari hasil pemantauan
informan terlihat perkembangan anak dari berat badan yang
semakin hari meningkat. Berikut kutipan informan utama di bawah
ini tentang perpindahan status gizi yang membaik:
“Efektif dalam merubah status gizi balita malnutrisi, terlihat hasil akhir program selama 6 bulan, sebagian besar balita terehabilitasi dan berpindah status gizinya”(Informan Utama A)
Pernyataan tersebut diperkuat oleh kader kesehatan sebagai
tenaga Pos Gizi bahwa program Pos Gizi cukup efektif dalam
merehabilitasi gizi balita. berikut kutipannya:
“Sebagian besar anak bertambah berat badannya, hal ini bagus untuk perkembangan status gizi anak, Program ini efektif.”(Informan Pendukung Kader C2).
54
Pernyataan diatas sesuai dengan hasil observasi. Melalui
observasi, peneliti melihat keadaan gizi balita peserta Pos Gizi
sebagian besar membaik dan terjadi pengurangan balita
malnutrisi.
Untuk melihat persentase perubahan yang terjadi berikut
distribusi status gizi berdasarkan BB/U sebelum dan sesudah Pos
Gizi Pergizi Pondok Jaya. Distribusi status gizi berdasarkan BB/U
sebelum Pos Gizi Pergizi Pondok Jaya dapat di lihat pada table 5.1
di bawah ini.
Tabel 5.1
Distribusi Status Gizi Balita Berdasarkan BB/U sebelum Pos
Gizi Pergizi Desa Pondok Jaya Tahun 2010
Status Gizi Jumlah (n) Persen (%)
Buruk 19 79%
Kurang 5 21%
Normal 0 0%
Ideal 0 0%
Total 24 100 %
(Sumber: Puskesmas Sepatan)
Dari table 5.1 diatas terlihat bahwa sebanyak 19 balita
(79%) dari 24 balita yang ada dengan status gizi buruk, 5 orang
(21%) berstatus gizi kurang dan tidak ada balita yang berstatus
55
gizi normal dan ideal (0%) sebelum pelaksanaan program Pos Gizi
Pergizi.
Sedangkan distribusi status gizi berdasarkan indeks BB/U
setelah Pos Gizi Pergizi di Desa Pondok Jaya tahun 2010
dilaksanakan dapat di lihat pada gambar 5.2 di bawah ini.
Tabel 5.2
Distribusi Status Gizi Balita Berdasarkan BB/U setelah Pos
Gizi Pergizi Desa Pondok Jaya Tahun 2010
Status Gizi Jumlah (n) Persen (%)
Buruk 5 21%
Kurang 10 42%
Normal 8 33%
Ideal 1 4%
Total 24 100 %
(Sumber: Puskesmas Sepatan)
Berdasarkan table 5.2 diatas diketahui bahwa dari 19 balita
yang memiliki status gizi buruk mengalami perpindahan menjadi 9
balita dengan status gizi kurang, 5 balita dengan status gizi normal,
dan sisanya sebanyak 5 balita tetap berstatus gizi buruk.
Sedangkan dari gizi kurang mengalami perpindahan menjadi 3
balita dengan status gizi normal, 1 balita dengan status gizi ideal
dan sisanya sebanyak 1 balita tetap berstatus gizi kurang.
56
Jadi, berdasarkan data diatas jumlah balita yang mengalami
rehabilitasi gizi sebanyak 18 balita (75%). Berdasarkan target
program Pos Gizi yang menetapkan bahwa balita yang
terehabilitasi sebesar 70%, maka efektivitas program Pos Gizi di
lihat dari jumlah balita yang terehabilitasi sudah mencapai target.
5.3.1.2 Gambaran Asupan Zat Gizi
Efektivitas program dalam merubah asupan zat gizi
tergolong efektif. Sebagaian besar informan mengungkapkan
efektivitas dapat di lihat pada program Pos Gizi dimana di
dalamnya terdapat kegiatan pemberian micronutirient dan
pemberian PMT yang mementingkan zat gizi balita sehingga balita
peserta Pos Gizi dapat terehabilitasi dengan baik. Berikut kutipan
informan utama dan kader mengenai hal tersebut:
“Kegiatan PMT bersama tergolong efektif dalam Dalam memperbaiki asupan zat gizi balita, peningkatan zat gizi anak salah satunya”(Informan Utama A). “Program ini efektif dalam meningkatkan asupan zat gizi karena di program ini diberi pengetahuan makanan apa saja yang bergizi”(Informan Pendukung Kader C1). Efektivitas program di atas di perkuat dengan hasil
observasi dan wawancara dengan ibu balita sehingga di dapatkan
gambaran asupan zat gizi balita. Hasil observasi menunjukan
asupan zat gizi balita sudah membaik terlihat dari jenis makanan
57
yang disajikan ibu ketika menyuapi balitanya. Asupan zat gizi
(energi dan protein) di lihat gambarannya sebelum dan sesudah
program Pos Gizi. Gambaran asupan energi dan protein
sebelumnya dikategorikan menjadi buruk dan baik. Dikatakan
buruk jika asupan energi dan protein < 80% dari Angka
Kecukupan Gizi dan kategori baik jika asupan energi dan protein >
80% dari Angka Kecukupan Gizi.
1. Energi
Gambaran asupan energi balita peserta Pos Gizi yang
dikategorikan menjadi buruk dan baik dapat di lihat pada tabel
5.3 seperti di bawah ini.
Tabel 5.3 Distribusi Asupan Energi Balita sebelum Pos Gizi Pergizi
Desa Pondok Jaya Tahun 2010 Asupan Energi Jumlah (n) Persen (%)
Buruk 22 91.7%
Baik 2 8.3%
Total 24 100 %
(Sumber: Data Puskesmas Sepatan)
Berdasarkan tabel 5.3 diatas yang menunjukkan balita
yang memiliki asupan energi yang buruk sebelum pelaksanaan
prgram Pos Gizi Pergizi cukup banyak, yaitu sebesar 22 orang
(91.7%). dibandingkan asupan energi yang baik, yaitu sebesar
2 orang (8.3%).
58
Sedangkan distribusi asupan energi balita setelah Pos
Gizi Pergizi dilaksanakan dapat di lihat pada gambar 5.4. di
bawah ini.
Tabel 5.4.
Distribusi Asupan Energi Balita setelah Pos Gizi Pergizi
Desa Pondok Jaya Tahun 2010
Asupan Energi Jumlah (n) Persen (%)
Buruk 5 20.8%
Baik 19 79.2%
Total 24 100 %
(Sumber: Data primer)
Berdasarkan tabel 5.4 diatas diketahui bahwa dari 22
balita yang memiliki asupan energi buruk menjadi baik
sebanyak 17 balita dan sisanya sebanyak 5 balita tetap
memiliki asupan energi buruk. Sedangkan dari 2 balita dengan
asupan energi yang baik tetap memiliki asupan energi yang
baik.
Jadi, persentase balita yang memiliki asupan energi
yang sebelumnya buruk menjadi baik setelah mengikuti Pos
Gizi sebanyak 17 balita (70.81%). Berdasarkan target program
Pos Gizi yang menetapkan bahwa asupan energi sebesar 70%,
59
maka efektivitas program Pos Gizi di lihat dari asupan energi
sudah mencapai target.
2. Protein
Gambaran asupan protein balita peserta Pos Gizi yang
dikategorikan menjadi buruk dan baik dapat di lihat pada tabel
5.5. seperti di bawah ini.
Tabel 5.5 Distribusi Asupan Protein Balita sebelum Pos Gizi Pergizi
Desa Pondok Jaya Tahun 2010 Asupan Protein Jumlah (n) Persen (%)
Buruk 19 79.2%
Baik 5 25%
Total 24 100 %
(Sumber: Data Puskesmas Sepatan)
Dari tabel 5.5 diketahui bahwa 19 balita (79.2%)
sebelum pelaksanaan program Pos Gizi Pergizi mempunyai
asupan protein yang buruk. Sedangkan sebanyak 5 balita
(25%) sudah memiliki asupan protein yang baik.
60
Sedangkan distribusi asupan protein balita setelah Pos
Gizi Pergizi dilaksanakan dapat di lihat pada gambar 5.6 di
bawah ini.
Tabel 5.6. Distribusi Asupan Protein Balita setelah Pos Gizi Pergizi
Desa Pondok Jaya Tahun 2010 Asupan Protein Jumlah (n) Persen (%)
Buruk 1 4.2 %
Baik 23 95.8%
Total 24 100 %
(Sumber: Data primer)
Berdasarkan tabel 5.6 diatas diketahui bahwa dari 19
balita yang memiliki asupan protein buruk sebelum
pelaksanaan Pos Gizi Pergizi mengalami perubahan menjadi
asupan protein baik yaitu sebanyak 18 balita. dan sisanya
sebanyak 1 balita tetap memiliki asupan protein yang buruk
sedangkan 5 balita lainnya tetap dengan asupan protein yang
baik.
61
Jadi, Persentase balita yang memiliki asupan protein
yang berubah dari buruk ke baik setelah mengikuti Pos Gizi
sebanyak 18 balita (75%). Berdasarkan target program Pos
Gizi yang menetapkan bahwa asupan protein sebesar 70%,
maka efektivitas program Pos Gizi di lihat dari asupan protein
sudah mencapai target.
5.3.1.3 Gambaran Pemberian Makan
Gambaran pemberian makan sebagian besar informan
mengungkapkan sudah tergolong efektif. Menurut informan utama
yaitu tenaga pelaksana gizi diketahui efektivitas program dengan
melihat perubahan kebiasaan makan mereka pada saat
menumbuhkan selera makan anaknya. Berikut kutipannya:
“Pemberian makan ibu terlihat lebih bervariasi dan cara mereka sudah tergolong baik setelah kegiatan Pos Gizi ini berlangsung yaitu dengan bernyanyi untuk menumbuhkan selera makan anak mereka salah satunya”(Informan Utama A). Kader mengungkapkan sebagian besar anak berselera
makan setelah adanya program Pos Gizi ini. Hal ini terlihat saat
kunjungan rumah dimana ibu balita menerapkan kegiatan
menyanyi sebagai rangsangan untuk menumbuhkan selera makan
anak.
“Saat kunjungan rumah, dimana ibu memperaktekan yang diajarkan di Pos Gizi, saya liat saat ibu sedang menyuapi anaknya terjadi kontak mata keduanya juga saling
62
bernyanyi saat pemberian makan”(Informan Pendukung Kader C2). Berdasarkan hasil observasi ketika anak dan ibu sedang
makan siang bersama, terlihat anak lebih senang diajak makan
sambil bermain dan bernyanyi.
Berikut gambaran pemberian makan balita sebelum dan
sesudah Pos Gizi yang menunjukan efektivitas program.
Pemberian makan dikategorikan menjadi pemberian makan buruk
dan baik. Pemberian makan buruk jika < median dan pemberian
makan baik jika > median dapat di lihat pada tabel 5.7 di bawah
ini.
Tabel 5.7 Distribusi Pemberian Makan Balita sebelum Pos Gizi Pergizi
Desa Pondok Jaya Tahun 2010
Pemberian Makan Jumlah (n) Persen (%)
Buruk 23 95.8%
Baik 1 4.2 %
Total 24 100 %
(Sumber: Data Puskesmas Sepatan)
Berdasarkan tabel 5.7. diatas memperlihakan bahwa balita
dengan pemberian makan buruk sebelum pelaksanaan program Pos
Gizi Pergizi sebanyak 23 orang (95.8%) dan pemberian makan
yang baik sebanyak 1 orang (4.2%).
63
Sedangkan gambaran pemberian makan balita setelah Pos
Gizi Pergizi dilaksanakan dapat di lihat pada gambar 5.8. di
bawah ini.
Tabel 5.8
Distribusi Pemberian Makan Balita setelah Pos Gizi Pergizi
Desa Pondok Jaya Tahun 2010
Pemberian Makan Jumlah (n) Persen (%)
Buruk 6 25.00%
Baik 18 75.0%
Total 24 100 %
(Sumber: Data primer)
Berdasarkan tabel 5.8 diatas diketahui bahwa sebelum
mengikuti Pos Gizi dari 23 balita yang memiliki pemberian makan
yang buruk berubah menjadi baik yaitu sebanyak 17 balita setelah
mengikuti Pos Gizi dan sisanya sebanyak 6 balita tetap memiliki
pemberian makan kurang. Sedangkan 1 balita lainnya tetap
memiliki pemberian makan yang baik.
Jadi, Persentase balita yang memiliki pemberian makan
yang buruk menjadi baik setelah mengikuti Pos Gizi sebanyak 17
balita (70.8%). Berdasarkan target program Pos Gizi yang
menetapkan bahwa pemberian makan sebesar 70%, maka
efektivitas program Pos Gizi di lihat dari pemberian makan sudah
mencapai target.
5.3.1.4 Pengasuhan Balita
64
Penilaian program untuk pengasuhan balita tergolong
sudah efektif. Efektivitas terlihat pada pengasuhan ibu yang
berubah menjadi baik. Dengan adanya program Pos Gizi, ibu
membagi tugas perawatan dengan ayah dengan mengajak anaknya
bermain sambil bernyanyi. Hal ini efektif dalam memperbaiki
kemampuan anak dalam bidang vokalisasi. Berikut kutipan
informan utama tentang pengasuhan balita:
”Pengaruhnya ibu membagi tugas dengan ayah dalam pengasuhan sehingga ayah memiliki peran. Bermain sambil bernyanyipun dilakukan. Semua. guna dalam vokalisasi anak, efektif”(Informan Utama A). Keefektifan program dalam pengasuhan balita juga terlihat
pada hari di rumah sendiri saat kader melakukan kunjungan rumah,
dimana ayah ikut berpartisipasi dalam pengasuhan. Berikut
komentar kader dalam hal tersebut:
”Saat di rumah sendiri, Ayah berpartisipasi menghabiskan waktu bersama anak, selain itu keluarga juga mengajak main sambil bernyanyi”(Informan Pendukung Kader C1). Hasil observasi menunjukan hal yang sama dimana Ayah
berpartisipasi mengasuh balita saat libur kerja. Keluarga juga
mengajak balita bermain bernyanyi pada saat di rumah.
Adapun gambaran pengasuhan balita sebelum dan setelah
program Pos Gizi dilaksanakan sebagai berikut. Pengasuhan balita
dikategorikan menjadi buruk dan baik. Ibu pengasuhan balita
65
dikatakan buruk jika < median dan pengasuhan balita dikatakan
baik jika > median dapat di lihat pada tabel 5.9 di bawah ini.
Tabel 5.9 Distribusi Pengasuhan Balita sebelum Pos Gizi Pergizi
Desa Pondok Jaya Tahun 2010 Ibu balita an Balita Jumlah (n) Persen (%)
Buruk 21 87.5%
Baik 3 12.5%
Total 24 100 %
(Sumber: Data Puskesmas Sepatan)
Dari table 5.9 diatas dapat di lihat bahwa sebagian besar
pengasuhan balita sebelum pelaksanaan Pos Gizi Pergizi terbilang
buruk yaitu sebanyak 21 balita (87.5%) dari 24 balita dan sisanya
yaitu sebanyak 3 balita (12.5%) memiliki pengasuhan balita yang
baik.
Sedangkan gambaran pengasuhan balita setelah Pos Gizi
Pergizi dilaksanakan dapat di lihat pada gambar 5.10 di bawah ini.
Tabel 5.10 Distribusi Pengasuhan Balita setelah Pos Gizi Pergizi
Desa Pondok Jaya Tahun 2010
(Sumber: Data primer)
Ibu balita an Balita Jumlah (n) Persen (%)
Buruk 4 16.67%
Baik 20 83.33%
Total 24 100 %
66
Berdasarkan table 5.10 diatas terlihat bahwa dari 21 balita
sebelum mengikuti Pos Gizi yang memiliki pengasuhan balita
yang buruk berubah menjadi baik yaitu sebanyak 17 balita setelah
mengikuti Pos Gizi dan sisanya sebanyak 4 balita tetap memiliki
pengasuhan balita yang buruk sedangkan ada 3 balita tetap dengan
pengasuhan balita yang baik.
Jadi, Persentase balita yang memiliki pengasuhan balita
yang berubah dari buruk ke baik setelah mengikuti Pos Gizi
sebanyak 17 balita (70.83%). Berdasarkan target program Pos Gizi
yang menetapkan bahwa pengasuhan balita yaitu sebesar 70%,
maka efektivitas program Pos Gizi di lihat dari pengasuhan balita
sudah mencapai target .
5.3.1.5 Kebersihan Balita
Penilaian program di lihat dari kebersihan balita
berdasarkan hasil wawancara sebagian besar informan menyatakan
ibu masih kurang menjaga kebersihan balitanya. Hal ini membuat
program kurang efektif dalam merubah kebiasaan kebersihan
balita.
Dalam kegiatan Pos Gizi, berbagai pesan-pesan kesehatan
termasuk kedalamnya kebersihan balita di pelajari. Menurut kader
mereka telah mengajarkan dan menyampaikan pesan-pesan
kesehatan. Pada saat sesi Pos Gizi berlangsung ibu dan anak
67
memperaktekan secara langsung bagaimana menjaga kebersihan
balitanya. Salah satunya dengan kebiasaan mecuci tangan sebelum
dan sesudah makan.
Informan utama juga mengungkapkan masih ditemukan
kuku balita yang panjang sehingga mencerminkan kurangnya ibu
dalam menjaga kebersihan. Hal ini yang dapat mempengaruhi
efektivitas program, karena belum dapat merubah kebiasaan ibu
dalam menjaga kebersihan balita. Berikut kutipannya:
“Iya masih ada beberapa kuku balitanya yang panjang tapi biasanya ada kegiatan gunting kuku”(Informan Utama A). “Ada aja si yang ga pakai alas kaki saat bermain, padahal pesan-pesan kesehatan sering disampaikan pada saat kegiatan Pos Gizi berlangsung”(Informan Pendukung Kader C2). Hasil wawancara diatas juga didukung dengan observasi
peneliti dimana masih ada balita yang bermain tanpa menggunakan
alas kaki. Data sekunder yang diperoleh dari hasil wawancara ibu
yang menggambaran kebersihan balita sebelum dan setelah
program Pos Gizi dilaksanakan juga masih belum dikatakan efektif
karena pencapaian program masih di bawahtarget.
Kebersihan balita dikategorikan menjadi buruk dan baik.
Ibu balita dikatakan buruk jika < median dan ibu balita baik jika >
median dapat di lihat pada table 5.11 di bawah ini.
Tabel 5.11
Distribusi Kebersihan Balita sebelum Pos Gizi Pergizi
68
Desa Pondok Jaya Tahun 2010
Kebersihan Balita Jumlah (n) Persen (%)
Buruk 20 83%
Baik 4 17%
Total 24 100 %
(Sumber: Data Puskesmas Sepatan)
Dari tabel diatas berdasarkan jawaban ibu balita diketahui
bahwa balita sebelum Pos Gizi yang mempunyai kebersihan balita
yang buruk yaitu sebanyak 20 balita (83%) dan balita yang
mempunyai kebersihan yang baik sebanyak 4 balita (17%).
Sedangkan gambaran kebersihan balita setelah Pos Gizi
Pergizi dilaksanakan dapat di lihat pada gambar 5.12 di bawah ini.
Tabel 5.12 Distribusi Kebersihan Balita sesudah Pos Gizi Pergizi
Desa Pondok Jaya Tahun 2010
(Sumber: Data primer)
Berdasarkan dari table 5.16 diatas terlihat bahwa dari 20
balita sebelum mengikuti Pos Gizi yang memiliki kebersihan balita
yang buruk berubah menjadi baik yaitu sebanyak 10 balita setelah
mengikuti Pos Gizi dan sisanya sebanyak 10 balita tetap memiliki
Kebersihan Balita Jumlah (n) Persen (%)
Buruk 10 41.70%
Baik 14 58.30%
Total 24 100 %
69
kebersihan yang buruk. sedangkan sebelum mengikuti Pos Gizi
dari 4 balita tetap dengan kebersihan yang baik.
Jadi, Persentase balita yang memiliki kebersihan yang
berubah dari buruk ke baik setelah mengikuti Pos Gizi sebanyak
10 balita (41.7%). Berdasarkan target program Pos Gizi yang
menetapkan bahwa kebersihan balita sebesar 70%, maka
efektivitas program Pos Gizi di lihat dari kebersihan balita masih
di bawah target.
5.3.1.6 Pencarian dan Pemberian Perawatan Kesehatan
Efektivitas program kurang efektif dalam pencarian dan
pemberian perawatan kesehatan balita. Hasil wawancara dengan
tenaga pelaksana puskesmas menyebutkan bahwa ibu masih
memiliki pemahaman yang kurang tentang pencarian dan
pemberian perawatan kesehatan, yaitu salah satunya masih adanya
pencarian pengobatan ke non medis jika anak sakit. Berikut
kutipannya:
“Ibu masih kurang memahami pencarian pengobatan yang baik, masih ada yang brobat ke selain medis”(Informan Utama A). Imunisasi yang kurang lengkap dilatarbelakangi oleh
kesadaran ibu yang kurang menyebabkan program ini kurang
efektif dalam merubah kebiasaan pencarian dan pemberian
70
perawatan kesehatan ibu terhadap anaknya. Berikut kutipan
Informan pendukung kader:
“Masih ada yang imunisasi yang kurang lengkap”(Inforaman Pendukung Kader C1). Hasil observasi menunjukan bahwa masih ada anak yang
belum imunisasi lengkap. Hal tersebut terjadi, kurangnya
kesadaran ibu akan pemberian pencarian dan pemberian perawatan
kesehatan terhadap anak.
Gambaran pencarian dan pemberian perawatan kesehatan
sebelum dan setelah program Pos Gizi dilaksanakan juga
menunjukan hasil yang kurang efektif. Pencarian dan pemberian
perawatan kesehatan dikategorikan menjadi buruk dan baik.
Pencarian dan pemberian perawatan kesehatan dikatakan buruk
jika < median dan pencarian dan pemberian perawatan kesehatan
dikatakan baik jika > median dapat di lihat pada table 5.13 di
bawah ini.
Tabel 5.13 Distribusi Pencarian dan Pemberian Perawatan Kesehatan
Balita sebelum Pos Gizi Pergizi Desa Pondok Jaya Tahun 2010 Jajan Jumlah (n) Persen (%)
Buruk 12 50%
Baik 12 50%
Total 24 100 %
(Sumber: Data Puskesmas Sepatan)
71
Dari table 5.13 diketahui bahwa sebanyak 12 balita (50%)
melakukan pencarian & pemberian perawatan kesehatan yang
buruk. Sedangkan sebanyak 12 balita (50%) sudah melakukan
pencarian & pemberian perawatan kesehatan yang baik.
Sedangkan gambaran pencarian & pemberian perawatan
kesehatan setelah Pos Gizi Pergizi dilaksanakan dapat di lihat
pada gambar 5.14. di bawah ini.
Tabel 5.14
Distribusi Pencarian dan Pemberian Perawatan Kesehatan
Balita Setelah Pos Gizi Pergizi Desa Pondok Jaya Tahun 2010
Jajan Jumlah (n) Persen (%)
Buruk 6 25
Baik 18 75
Total 24 100 %
(Sumber: Data primer)
Dari table 5.14 diatas diketahui bahwa dari 12 balita
sebelum mengikuti Pos Gizi yang memiliki pencarian &
pemberian perawatan kesehatan yang buruk berubah menjadi baik
yaitu sebanyak 6 balita setelah mengikuti Pos Gizi dan sisanya
sebanyak 6 balita tetap memiliki pencarian & pemberian
perawatan kesehatan yang buruk sedangkan sebelum mengikuti
72
Pos Gizi dari 12 balita tetap dengan pencarian & pemberian
perawatan kesehatan yang baik.
Jadi, Persentase balita yang memiliki pencarian &
pemberian perawatan kesehatan yang berubah dari buruk kurang
ke baik setelah mengikuti Pos Gizi sebanyak 6 balita (25%).
Berdasarkan target program Pos Gizi yang menetapkan balita yang
memiliki pencarian & pemberian perawatan kesehatan sebesar
70%, maka efektivitas program Pos Gizi di lihat dari kebersihan
balita masih di bawah target.
5.3.1.7 Kehadiran
Penilaian program dalam hal kehadiran kurang efektif.
Karena masih ada peserta ibu dan balita yang tidak menghadiri
program ini secara penuh selama 6 bulan. Kehadiran sangat
mempengaruhi efektivitas program dalam hal pencapaian tujuan.
Berikut kutipan informan tentang kehadiran:
“Masih ada beberapa ibu yang tidak hadir dalam program ini dikarenakan sakit”(Informan Utama A). “Ada aja ibu yang bolos, biasanya ada acara seperti kondangan, kadang anak sakit dan lain-lain”(Informan Pendukung Kader C2). Setelah dilakukan observasi, ternyata selain adanya acara
atau musibah anak sakit, jarak tempuh tempat program menjadi
pertimbangan ibu dalam menghadiri Pos Gizi.
73
Berikut catatan persentase kehadiran dalam kegiatan Pos
Gizi Pergizi di Desa Pondok Jaya Kecamatan Sepatan Kabupaten
Tangerang. Tingkat kehadiran balita dalam Pos Gizi Pergizi
dikategorikan menjadi buruk dan baik. Balita dikatakan tingkat
kehadirannya buruk jika < 80% dan baik jika tingkat
kehadirannya > 80%. Berikut table 5.15 dapat di lihat di bawah ini.
Tabel 5.15
Distribusi Kehadiran Balita Peserta Pos Gizi Pergizi
Desa Pondok Jaya Tahun 2010
Tingkat kehadiran Jumlah (n) Persen (%)
Buruk 16 66.7%
Baik 8 33.3%
Total 24 100
(Sumber: Data Puskesmas Sepatan)
Tabel 5.15 diatas memperlihatkan bahwa tingkat kehadiran
balita di Pos Gizi Pergizi, sebagian besar buruk baik yaitu
sebanyak 16 balita (66.7%) dan balita dengan tingkat kehadiran
baik sebanyak 8 balita (33.3%).
Persentase tingkat kehadiran jika di lihat dari table 5.19
masih di bawah target, efektivitas program dalam tingkat kehadian
74
masih belum efektif karena masih di bawah pencapaian yang telah
ditentukan program Pos Gizi yaitu 100%.
5.3.2 Gambaran Efisiensi
Gambaran efisien merupakan tingkatan, dimana masukan suatu
program diminimalkan untuk tingkat keluaran program yang telah
ditetapkan, atau sebaliknya, tingkatan dimana keluaran dimaksimalkan
untuk tingkat masukan yang telah ditetapkan.
Gambaran efisien program Pos Gizi Pergizi ini dengan melihat
gambaran dana, SDM/tenaga dan waktu.
5.3.2.1 Gambaran Dana
Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa jumlah balita yang
terehabilitasi melebihi dari target yang ditetapkan yaitu sebesar
70%. Penilaian terhadap perilaku ibu dan balita pun menunjukkan
hal yang positif dimana terjadi perubahan perilaku pemberian
makan dan pengasuhan balita ke arah yang lebih baik. Jika
dibandingkan antara masukan dana yang masih kurang dengan
target program yang sebagian besar sudah tercapai, maka dapat
dikatakan bahwa masukan dana yang ada terbilang efisien.
Masukan dana yang diperoleh untuk melaksanakan
program ini sebesar Rp 4.360.000,-. Dana ini hanya kurang lebih
setengah dari dana yang direncanakan untuk pelaksanaan progran
75
yaitu sebesar Rp 8.132.000. Hal ini berarti bahwa masukan dana
yang diperoleh masih kurang dari yang seharusnya dibutuhkan.
Jika dibandingkan dengan target pencapaian keluaran program
yaitu sebagian besar sudah tercapai, maka dapat dikatakan untuk
program Pos Gizi Pergizi ini di lihat dari dana sudah efisien.
5.3.2.2 Tenaga
Tenaga atau sember daya manusia yang ada dalam program
Pos Gizi ini sudah tergolong cukup efisien yang berjumlah 7
orang. Dengan rincian 5 kader kesehatan sebagai petugas Pos Gizi
dan 2 kader tenaga pelaksana gizi puskesmas sebagai supervisior.
Tidak ada tenaga dengan beban kerja yang lebih besar
dibandingkan lainnya. Secara rinci, 1 kader memegang
penyuluhan, 2 kader memantau atau memonitoring cara memasak
sedangkan 2 kader lainnya mengajarkan cara-cara perilaku
kesehatan. 1 kader memegang 4-5 balita sedangkan jumah balita
yang megikuti program ini yaitu sebanyak 24 balita.
Hasil observasi juga menunukan rata-rata setiap kader
memegang 4-5 balita. Hal ini berbeda dengan yang seharusnya
jumlah tenaga yang dibutuhkan untuk 1 orang kader kesehatan
yaitu sebanyak 3 balita. Hal ini berarti bahwa kader yang ada di
program Pos Gizi tergolong kurang.
76
Jika dibandingkan dengan target pencapaian keluaran
program yaitu sebagian besar sudah tercapai, maka dapat
dikatakan untuk program Pos Gizi Pergizi ini di lihat dari tenaga
atau SDM sudah efisien.
5.3.2.3 Waktu
Berdasarkan waktu pelaksaan program telah sesuai dengan
yang telah ditetapkan yaitu selama enam bulan, maka dapat
dikatakan bahwa dari segi waktu pelaksanaan program telah
efisien mengacu pada jadwal pelaksanaan program Pergizi yaitu 6
bulan.
Dalam melakukan observasi, pelaksanaan sudah mengacu
pada jadwal yang direncanakan. Berikut kesesuaian program Pos
Gizi dilaksanakan dalam kurun waktu 6 bulan pada jadwal
pelaksanaan program Pos Gizi tahun 2010.
Tabel 5.1 Jadwal Pelaksanaan Program Pos Gizi Pergizi Tahun 2010
(Sumber: Puskesmas Sepatan)
Minggu ke: NO. KEGIATAN
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 PMT Bersama 7x 7x 4x 3x 2x 1x 1x 1x 1x
2 Pemeriksaan/pengobatan 1x 1x 1x 1x 3 Micronutrirent 7x 7x 7x 7x 7x 7x 7x 7x 4 Penimbangan BB 1x 1x 1x 1x 1x 1x 1x 1x 1x 5 Pengukuran TB 1x 1x 1x 1x 6 Penyuluhan 7x 7x 4x 3x 2x 1x 1x 1x 1x 7 PMT Biskuit/ Susu 1x 1x 1x 1x
77
Dari table 5.1 diatas dapat di lihat jadwal pelaksanaan
program Pos Gizi Pergizi memiliki 7 kegiatan dalam 12 minggu.
Untuk di lapangannya jadwal ini diulang setelah 12 minggu sekali
jadi pelasanaannya sebanyak 24 minggu. Adapun 7 kegiatannya
antara lain seperti PMT bersama, pemeriksaan atau pengobatan,
mikronutriens, penimbangan berat badan, pengukuran tinggi
badan, penyuluhan PMT biscuit atau susu semuanya dengan
frekuensi yang berbeda dalam setiap harinya.
5.3.3 Gambaran Kecukupan
Pada sudut kecukupan, program akan dinyatakan cukup jika
masyarakat sasaran merasa puas dengan program yang diberikan, karena
perasaan adanya kebutuhan mereka yang terpenuhi. Bagi implementator,
program dinyatakan cukup apabila pelaksaanaan program berjalan sesuai
dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya.
Gambaran kecukupan program Pos Gizi ini meliputi gambaran
kebutuhan sasaran, sarana dan pelaksanaan.
5.3.3.1 Gambaran Kebutuhan sasaran
Hasil wawancara dengan tenaga pelaksana gizi mengenai
kebutuhan sasaran program Pos Gizi ini sudah sesuai dengan apa
78
yang telah direncanakan sebelumnya. Sasaran sudah merasa puas
dengan adanya program ini. Berikut kutipannya:
“Kalo menurut saya program ini sudah cukup menjawab dari kebutuhan ibu, karena sasaran dalam proram ini semuanya membutuhkan rehabilitasi anaknya ke status gizi yang baik, begitu juga dengan tujuan program Pos Gizi sama halnya” (Inforaman Utama A). Kebutuhan sasaran dinilai dari seberapa besar kepuasan
masyarakat dan pemenuhan akan kebutuhan masyarakat terhadap
program Pos Gizi yang dilaksanakan. Dari hasil wawancara
mendalam diketahui bahwa sebagian besar sasaran program Pos
Gizi menilai bahwa program Pos Gizi sudah sesuai dengan
kebutuhan mereka yang ingin meningkatkan status gizi anak
mereka dan dapat merubah kebiasaan-kebiasaan mereka ke arah
yang lebih baik. Hal ini dapat di lihat dari pernyataan Informan
Pendukung Ibu B2 sebagai berikut:
“Program ini sudah sesuai dengan kebutuhan dan harapan saya, iya puas sekali, contohnya dari kebiasaan makan bersama di program buat anak saya yang awalnya ga mau makan, sekarang malah rajin. Saya kan jadi seneng”(Informan Pendukung Ibu B2). Berikut salah satu kutipan dari Pendukung Utama Ibu B1
mengenai kebutuhan sasaran:
“Alhamdulillah anak saya status gizinya naik, kegiatan-kegiatannya udah sesuai sama yang dibutuhkan anak. saya kira cukup. ada pemberian makan bersama”(Informan Pendukung Ibu B2).
79
Dari hasil wawancara diketahui sebagian besar sasaran
menyatakan bahwa program Pos Gizi ini memang sudah tepat
pelaksanaannya dan sesuai dengan kebutuhan mereka. Hasil
observasi juga terlihat ibu aktif mengikuti program. Maka dapat
dikatakan untuk kebutuhan program ini dikatakan cukup.
5.3.3.2 Sarana
Sarana yang ada dan digunakan Pos Gizi Pergizi di Desa
Pondok Jaya berupa timbangan, flipchart, oragandi, KMS (kartu
menuju sehat), alat masak, alat makan, dan alat kebersihan.
Berdasarkan penilaian tentang kecukupan sarana diketahui bahwa
sebagian besar informan menyatakan bahwa sarana yang ada sudah
mencukupi dalam mendukung pelaksanaan kegiatan Pos Gizi. Hal
ini dapat di lihat dari kutipan informan berikut ini:
“Alat-alat yang ada sudah mendukung kegiatan dengan tersedianya flipchart, organdi, alat kebersihan”(Informan Utama Tenaga A). “Cukup, tapi kita dibiasakan bawa alat makan dari rumah masing-masing, kalo alat masak biasanya udah disediain di tempat Pos Gizi” (Informan Pendukung Ibu B1). “Iya, sudah cukup mendukung pelaksanaan program seperti timbangan, alat masak” (Informan kader)
Hasil observasi adalah sarana tersebut memang ada dan
digunakan dalam mendukung kegiatan tersebut.
5.3.3.3 Pelaksanaan
80
Pelaksanaan kegiatan Pos Gizi berlangsung selama kurang
lebih dua jam. Sebagian besar informan mengungkapkan bahwa
pelaksanaan program Pos Gizi sudah berjalan cukup baik sesuai
dengan perencanaan awal. Berikut kutipannya:
“Pelaksanaan program Pos Gizi sudah berjalan cukup baik sudah sesuai dengan pedoman pelaksaanaan Pos Gizi seharusnya. Pemberian makan, penyuluhan, pemberian micronutirent”(Informan Utama A). Kegiatan utama yang dilaksanakan berupa pemberian
makan, mencuci tangan, mempersiapkan makan, dan penyuluhan.
Hal ini seperti dinyatakan oleh Informan Pendukung Ibu B1berikut
ini.
“Gambaran pelaksanaanya dimulai dengan menentukan tempat masak di rumah warga. sekitar Jam 09/10an sampe selesai pertama ya ibu-ibu datang tuh ya anak-anaknya nyanyi dulu, maen setelah itu dikasih makan snack sebelumnya dikasih penyuluhan atau pesan-pesan kesehatan biasanya ama ibu rukhiyati, iya dia kader sebelum makan cuci tangan dulu setelah itu diawasi pas ngasih makan. iya cukup” (Informan Pendukung Ibu B1). Berdasarkan perencaan kegiatan yang telah ditetapkan oleh
tenaga pelaksana gizi dapat dikatakan bahwa pelaksanaan kegiatan
Pos Gizi di desa pondok jaya sudah cukup. Pelaksanaannya
dimulai dengan membentuk jadwal piket dua orang perhari. Hari
pertama, kader mencontohkan cara memasak yang baik. Kemudian
untuk selanjutnya tanggung jawab berada pada jadwal piket
81
sedangkan kader memantau prosesnya. Hal ini juga didukung oleh
pernyataan Informan kader C1:
“Cara pelaksanaan awalnya kita bentuk jadwal piket, 1 hari 2 orang yang masak, kader memantau, kader yang belanja, ibu yang mengelola, dipraktekin untuk 1 hari pertama oleh kader setelah itu kita mantau aja. Ga setiap hari, mulai minggu 1-2 terakhir 6 bulan ada penyuluhan juga…”(Informan Kader C1). Pada umumnya sudah dikatakan cukup karena sesuai
dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya. Seperti waktu
pelaksanaan yang berjalanan kurang lebih dari dua jam memang
sudah sesuai dengan waktu yang ditentukan. Sedangkan untuk
kegiatan yang dilaksanakan dilapangan sudah sesuai dengan
jadwal perencanaan seharusnya.
5.3.4 Kesesuaian
Pada sudut kesesuaian, program dinyatakan sesuai jika program
sesuai dengan misi dan anggaran yang telah ditentukan. Sehingga dapat
dikaji ulang dalam menentukan apakah program tersebut merupakan
keputusan yang tepat untuk dilaksanakan
Gambaran kesesuaian program Pos Gizi Pergizi ini dapat di lihat
pada gambaran misi.
5.3.4.1 Misi
Dalam kenyataan, program Pos Gizi Pergizi Desa Pondok
Jaya ini tidak memiliki misi yang khusus. Hasil telaah dokumen
82
juga tidak ditemukan misi terkait program tersebut. Misi yang ada
adalah misi dari program Pos Gizi Pergizi disesuaikan dengan misi
puskesmas yaitu meningkatkan kualitas dan kinerja sumber daya
manusia, meningkatkan sarana dan prasarana dan menigkatkan
peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan.
Kesesuaian misi dengan program di lihat dari
pemberdayaan dan partisipasi masyarakat. Berikut komentar
informan utama mengenai hal tersebut:
“Saya kira program yang kita jalankan sudah sesuai dengan misi tersebut. Karena program ini berusaha agar dapat mengurangi penyebab malnutrisi pada balita dengan pendekatan pemberdayaan dan partisipasi masyarakat dan dapat merubah perilaku ibu menjadi lebih baik” (Informan Utama A). Sedangkan kegiatan utama yang dilaksanakan di program
Pos Gizi ini antara lain: PMT bersama, pemeriksaan,
mikronutirent, penimbangan BB, pengukuran TB, penyuluhan,
PMT biscuit atau susu. Kegiatan program tersebut bertujuan untuk
mengurangi penyebab malnutrisi dengan cara pendekatan
pemberdayaan dan partisipasi masyarakat. Pendekatan ini
menitikberatkan pada upaya memaksimalkan sumber daya,
keterampilan dan startegi yang ada.
Jika dibandingkan kesesuaian antara misi yang ada dengan
program yang ditentukan tergolong sudah sesuai. Hal ini juga
83
didukung oleh pernyataan Informan Pendukung Kader C2, sebagai
berikut:
“Sebenernya ga ada misi khusus Cuma kita nyatu dengan misi puskesmas, kalo menurut saya si di lihat dari peran masyarakat yang mau kontribusi rasanya sesuai -sesuai aja dengan apa yang kita jalani di program” (Informan Pendukung Kader C2). Berdasarkan perbandingan antara program dan misi diatas,
maka dapat dikatakan misi program Pos Gizi Pergizi ini sudah
sesuai.
BAB VI
PEMBAHASAN
Bab pembahasan ini akan dimulai dengan keterbatasan penelitian.
Pembahasan selanjutnya adalah mengenai penilaian program Pos Gizi yang menjadi
tujuan khusus dalam penelitian ini. Penilaian tersebut meliputi efekifias, efisiensi,
kecukupan dan kesesuaian. Pada penyajian ini akan dibahas berdasarkan dua pokok
bahasan, yaitu hasil analisis univariat sebagai penilaian atas efektivitas dan hasil
84
wawancara mendalam dari inforaman sebagai penilaian atas efisiensi, kecukupan dan
kesesuaian program.
6.1 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan penelitian ini yaitu tidak dapat melihat anggaran yang
dianggarkan untuk program Pos Gizi Pergizi, jadi tidak bisa dinilai sisi
kesesuaian antara anggaran yang telah ditetapkan dengan pelaksanaan program.
Seharusnya dibuat misi dan anggaran program sebelum berlangsungnya
program, agar dapat dikaji ulang dalam menentukan apakah program tersebut
merupakan keputusan yang tepat untuk dilaksanakan.
6.2 Penilaian Program
Penilaian program Pos Gizi ini akan menilai dari segi efektivitas, efisiensi,
kecukupan dan kesesuaian program dapat di lihat di bawah ini:
6.2.1 Gambaran Efektivitas
Gambaran efektivitas program Pos Gizi Pergizi ini meliputi status
gizi balita, asupan zat gizi, pemberian makan, pengasuhan balita,
kebersihan balita, pencarian dan pemberian perawatan kesehatan dan
kehadiran.
6.2.1.1 Status Gizi Balita
Dari hasil penelitian diketahui bahwa balita yang
terehabilitasi setelah mengikuti program Pos Gizi sebesar 75%.
85
Berdasarkan hasil ini, maka efektivitas program Pos Gizi di lihat dari
jumlah balita yang terehabilitasi sudah mencapai target.
Kegiatan yang dilakukan dalam program Pos Gizi di Desa
Pondok Jaya ditujukan untuk meningkatkan status gizi balita melalui
kegiatan PMT bersama, pemeriksaan atau pengobatan, micronutrien,
penimbangan BB, pengukuran TB, dan PMT biscuit atau susu.
Selain itu ada kegiatan penyuluhan yang menitikberatkan pada
peningkatan pengetahuan dan pemberian keterampilan kepada ibu
balita tentang cara meningkatkan status gizi balita dan
mempertahankannya. Ditambah lagi adanya kegiatan kunjungan
rumah untuk mengetahui apakah ibu dan balita melakukan sesuai
dengan pengarahan dan tujuan dari kegiatan yang dilakukan di Pos
Gizi.
Semua kegiatan yang dilakukan terbukti efektif dalam
meningkatkan dan merehabilitasi status gizi balita menjadi lebih
baik. Salah satu penyebabnya adalah kegiatan gizi yang dilakukan
dalam Pos Gizi juga memaksimalkan potensi dari masyarakat untuk
mengatasi permasalahan yang ada. Selain itu, program ini juga dapat
mendorong terjadinya perubahan perilaku dan memberdayakan para
ibu balita atau ibu pengasuh untuk bertanggung jawab terhadap
rehabilitasi gizi anak-anak mereka dengan menggunakan
pengetahuan dan sumber daya lokal (Core, 2003).
86
Program ini juga merupakan upaya bersama antara petugas
kesehatan, kader, ibu balita, dan masyarakat sehingga pelaksanaan
program ini merupakan tanggung jawab bersama. Berdasarkan hasil
penilaian tersebut diharapkan pada puskesmas untuk terus
meningkatkan program Pos Gizi secara berkesinambungan hingga
anak yang malnutrisi terehabilitasi menjadi gizi baik. Sehingga
dengan adanya program ini maka angka malnutrisi yang ada di
Indonesia khususnya di Kabupaten Tangerang dapat diminimalisir.
6.2.1.2 Asupan Zat Gizi
Asupan makan yaitu banyaknya zat gizi, khususnya energi
dan protein yang masuk ke dalam tubuh diperoleh dari makanan
yang dikonsumsi dalam waktu 24 jam.
Hasil penelitian ini menunjukkan sebesar 70,81% balita yang
memiliki asupan energi yang baik setelah mengikuti Pos Gizi.
Berdasarkan target program Pos Gizi maka efektivitas program Pos
Gizi di lihat dari asupan makan sudah mencapai target.
Dalam pelaksanaan Pos Gizi asupan makan yang akan
dikonsumsi anak dihitung nilai gizi makanan yaitu dengan tabel
komposisi makanan, biasanya tersedia dari Departement Kesehatan,
menyediakan rinciana nilai gizi per 100 gram bagian yang dapat
dimakan dalam bentuk energi, lemak, protein, dan mikronutrien. Hal
ini bertujuan untuk menentukan nilai gizi dari makanan Pos Gizi dan
87
makanan kecil per anak sehingga jumlah total kandungan kalori dan
protein cukup untuk mencapai catch- up-growth (mengejar
ketertinggalan pertumbuhan) dan memastikan adanya asupan
vitamin dan mineral yang cukup. Sehingga dengan cara ini asupan
makanan yang diterima balita dapat diatur sesuai dengan
kebutuhannya.
Untuk meningkatkan kepadatan kandungan kalori, makanan
besar dan makanan kecil di dalam Pos Gizi makanan tersebut
diperkaya dengan cara menambahkan kacang-kacangan atau minyak.
Menambahkan minyak dalam semangkuk bubur untuk
meningkatkan kandungan kalori dapat mengurangi hingga setengah
volume bubur yang harus dikonsumsi setiap anak.
Sebelum berlangsungnya program Pos Gizi, Para pengelola
Pos Gizi menentukan menu makanan bergizi. Cara memasak
makanan juga di contohkan di dalam kegiatan Pos Gizi ini, salah
satunya bagaimana zat gizi tidak hilang pada saat dimasak. Hal ini
diharapkan agar para ibu terlatih untuk mempersiapkan makanan
yang bergizi untuk anaknya sendiri. Selain itu, dalam kegiatan Pos
Gizi terdapat PMT biskuit dan susu, pemberian mikronutriens dan
PMT bersama. Ketiga kegiatan tersebut dapat mendukung asupan
makan anak menjadi lebih baik. Sehingga kebutuhan akan gizi
anaknya tercukupi dengan baik.
88
Kegiatan Pos Gizi yang dilakukan di atas merupakan
kegiatan yang menjadikan program Pos Gizi ini efektif dalam
meningkatkan asupan makan anak. Makanan yang dikonsumsi anak-
anak harus berupa sumber yang baik dan sekurang-kurangnya
mengandung lima macam zat gizi utama dalam jumlah yang cukup.
Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang.
Status gizi balita tercapai bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi
yang digunakan secara efisien sehingga memungkinkan terjadinya
pertumbuhan fisik, perkembangan otak dan kemampuan untuk
bekerja dan kesehatan secara umum (Almatsier, 2002).
Dalam asupan makan ini, ibu merupakan bagian yang sangat
penting. Ibu menentukan makanan yang baik dikonsumsi anak. Oleh
sebab itu, disarankan kepada ibu untuk memilih makanan yang
mengandung zat gizi yang banyak. Banyak orang tidak tahu bahwa
makanan yang memenuhi kebutuhan gizi tubuh tidak selalu makanan
yang mahal. Hal ini sejalan dengan anjuran agama untuk
mengkonsumsi makanan yang halal dan baik sebagaimana
disebutkan dalam surat Al Baqarah ayat 168:
89
Artinya ”Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari
apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-
langkah syaitan, karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh
yang nyata bagimu”.
Masyarakat harus mengetahui bagaimana mereka bisa
memenuhi kebutuhan gizi dengan konsumsi pangan yang sesuai
dengan tingkat pendapatan mereka. Yang perlu dipertimbangkan
disini adalah tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah
tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang
mereka peroleh. Hal ini bisa dijadikan landasan untuk pihak
pengelola program Pos Gizi ini khususnya puskesmas dengan cara
menentukan metode penyuluhan gizi yang tepat.
6.2.1.3 Pemberian Makan
Pemberian makan adalah kebiasaan memberikan makan anak
diatas 6 bulan dalam hal variasi makanan, pemberian makan secara
aktif, pemberian saat anak sakit dan penyembuhan, menangani selera
makan anak yang rendah, suasana makan (Core, 2003).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebesar 70,8% ibu
balita dalam hal perilaku pemberian makan berubah menjadi baik
setelah mengikuti program Pos Gizi. Program Pos Gizi di lihat dari
pemberian makan sudah efektif mencapai target.
90
Efektivitas program dapat di lihat dari kegiatan progam.
Salah satu program Pos Gizi terdapat PMT bersama, PMT bersama
disini adalah kegiatan makan bersama anak dan ibu balitanya. Setiap
anak yang ikut serta akan mendapatkan sejumlah terentu makanan
sesuai dengan kandungan kalori dan protein yang diperlukan.
Makanan yang ada tidak boleh dibawa pulang karena tidak dapat
dipastikan bahwa si anak yang akan menghabiskannya dan mikroba
dapat berkembang dengan cepat dalam makanan matang. Selera
makan anak mungkin akan meningkat selagi sesi Pos Gizi berjalan.
Secara bertahap jumlah makanan ditingkatkan.
Ketika anak tidak berselera makan mungkin dalam
penyesuaian diri dengan makan padat kalori dan bergizi. Dalam
menghadapi masalah tersebut di dalam Pos Gizi ibu balita atau ibu
balita diajarkan membujuk untuk makan pada setiap sesi dan
sepanjang hari, tidak lama anak-anak pasti akan berselera makan.
Dalam program Pos Gizi juga diajarkan agar para ibu dan ibu
balita balita tidak memaksa seorang anak untuk makan. Para kader
mengajarkan lagu-lagu, permainan, kontak mata dan permainan
interaktif agar secara perlahan dan sedkit demi sedikit anak berselera
makan. Hal ini berguna untuk stimulasi usia dini dan interaktif
dengan ibu atau ibu balita atau ibu balita . Cara tersebut sangat
efektif untuk membuat si anak menyukai makanannya.
91
Berbagai cara yang diajarkan dalam pemberian makan diatas,
menyebabkan program Pos Gizi ini efektif dalam hal pemberian
makan. Pos Gizi merupakan pendekatan berkesinambungan karena
berbagai perilaku baru sudah dihayati dan berlanjut setelah kegiatan
Pos Gizi berakhir. Pos Gizi menanamkan norma-norma positif
kepada keluarga lain mengenai perilaku perwatan dan pemberian
makan anak yang sehat. Pos Gizi tidak hanya mengubah perilaku
anggota keluarga secara individual tetapi juga mengubah cara
pandang masyarakat terhadap kekurangan gizi serta kemampuan
mereka mengubah situasi (Core, 2003).
Dalam pendekatan Pos Gizi sebaiknya kader terus menerus
mengulangi kegiatan Pos Gizi sesuai kebutuhan dan mendukung
perilaku-perilaku baru ibu pada saat kunjungan rumah. Dan untuk
para ibu hendaknya selalu ingat pelajaran yang pernah di dapat dan
mempraktekannya agar tebiasa dengan kebiasaan-kebiasaan baru
yang baik. Oleh karena itu diharapkan bagi kader Pos Gizi untuk
secara rutin melakukan penyuluhan kepada para ibu balita tentang
bagaimana cara pemberiaan makanan yang baik dan benar sesuai
dengan kebutuhan anak.
6.2.1.4 Pengasuhan Balita
Pengasuhan balita yang dimaksud disini adalah adanya
partisipasi para ayah yang ikut dalam Pos Gizi melaporkan bahwa
92
mereka menghabiskan lebih banyak waktu bersama anak mereka dan
membagi tugas perawatan dengan sang ibu. Anggota keluarga
peserta Pos Gizi juga melaporkan bahwa mereka sering bernyanyi
dan bermain bersama anak memperbaiki kemampuan anak dalam
bidang vocalisasi, bahasa dan kemampuan berkomunikasi (Core,
2003).
Penilaian program untuk pengasuhan balita tergolong sudah
efektif mencapai target program. Keefektifan program dalam
pengasuhan balita terlihat pada hari dirumah sendiri, ayah
berpartisipasi menghabiskan lebih banyak waktu bersama anak
mereka dan membagi tugas perawatan dengan sang ibu. Anggota
keluarga peserta Pos Gizi seperti nenek, kakak, dan saudara juga
mengajak anak-anak mereka bernyanyi dan bermain bersama anak
untuk memperbaiki kemampuan anak dalam bidang vocalisasi,
bahasa dan kemampuan berkomunikasi. Faktor inilah yang
memungkinkan pengasuhan balita sebagian besar baik sehingga
program efektif.
Kegiatan Pos Gizi merupakan kegiatan yang bersifat
partisipatif. Partisipatif masyarakat merupakan salah satu komponen
penting dalam rangka mencapai keberhasilan pendekatan Pos Gizi.
Masyarakat memainkan peran sangat penting dalam keseluruhan
proses Pos Gizi, mulai dari menentukan perilaku dan strategi sukses
93
diantara masyarakat sampai mendukung ibu balita atau ibu balita
setelah kegiatan Pos Gizi berakhir (Core, 2003).
Sebaiknya kader kesehatan terus meningkatkan kegiatan
kunjungan rumah secara aktif, sehingga dapat mengontrol kebiasaan
ibu balit. Kemudian melakukan diskusi bersama pada hari
berikutnya dengan ibu peserta Pos Gizi berkisar tentang pengalaman
ibu balita ketika mereka mencobanya di rumah.
6.2.1.5 Kebersihan Balita
Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar
kebersihan balita terbilang buruk dan di bawahtarget, sehingga
penilaian program tidak efektif untuk kebersihan balita.
Kebersihan balita meliputi kebersihan tubuh yang baik yaitu
menggunting kuku dan mencuci tangan (dengan sabun) sebelum
makan dan setelah memakai toilet (Core, 2003).
Pada pelaksanaan Pos Gizi berbagai perilaku kebersihan di
contohkankan seperti cara mencuci tangan, memotong kuku.
Pembagian sabun dan sikat gigi saat pelaksanaan juga sering
dilakukan. Akan tetapi hal tersebut berhubungan dengan kenyataan
bahwa sebagian besar ibu belum menerapkan dan mengembangkan
pola hidup bersih dan sehat ketika berada di rumah.
Kurang pedulinya ibu terhadap kebersihan balita
dilatarbelakangi oleh kecenderungan ibu yang kurang memerhatikan
94
kebersihan anaknya. Ibu lebih memerhatikan dirinya untuk terlihat
lebih menarik di depan masyarakat sekitarnya tanpa memperhatikan
anaknya sendiri. Hal ini terlihat saat para peserta Pos Gizi kembali
kerumah masing-masing. Padahal, Dalam Al Qur’an disebutkan
bahwa allah menyukai orang-orang yang bersih terutama pakaian.
Hal ini bisa dilihat pada QS. At- Taubah ayat 108 dan QS. Al-
Muddatstsir ayat 4:
Artinya: "Dan Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bersih"
Artinya: ”Dan pakaianmu bersihkanlah”
Dari ayat At- Taubah ayat 108 diatas dapat kita ketahui
bahwasannya Allah sangat menyukai orang-orang yang bersih, baik
bersih jasmani maupun rohani. Dan kemudian dalam surat QS. Al-
Muddatstsir ayat 4 juga dijelaskan kebersihan bukan hanya di lihat
dari fisik tapi pakaian merupakan cerminan dan tolak ukur
kebersihan seseorang. Kewajiban menjaga pakaian agar tetap bersih
itu baik untuk kesehatan.
Dalam menyelesaikan hal ini sebaiknya petugas kesehatan
lebih aktif mencontohkan kebiasaan-kebiasaan hidup bersih dengan
95
berbagai metode seperti pesan-pesan kesehatan, pembagian poster,
atau pelatihan bahkan penyuluhan perilaku hidup bersih dan sehat
agar mencapai tujuan yang diinginkan. Dan mengontrol kebiasaan-
kebiasaan ibu pada saat dirumah.
6.2.1.6 Pencarian dan Pemberian Perawatan Kesehatan
Perilaku pencarian dan pemberian perawatan kesehatan erat
kaitannya dengan perilaku kebersihan karena sama-sama
berhubungan dengan penyakit infeksi. Dari hasil penelitian sebagian
besar balita yang memiliki pencarian dan pemberian perawatan
kesehatan tergolong buruk. Jika dibandingkan dengan target
pencapaian 70% pencarian dan pemberian perawatan kesehatan yang
ditetapkan program Pos Gizi Pergizi, maka pencarian dan pemberian
perawatan kesehatan masih di bawahtarget.
Kenyataan diatas terkait dengan hasil penelitian ini yang juga
menunjukkan masih adanya anak yang belum memperoleh imunisasi
lengkap. Selain itu, masih adanya anak yang pernah mengalami sakit
satu bulan terakhir ini. Penyakit yang disertai yaitu flu, batuk, pilek,
demam dan diare.
Masih buruknya perilaku ibu balita ini dalam hal pencarian
dan pemberian perawatan balita ke non medis berhubungan dengan
masih kurangnya kesadaran ibu balita dalam melaksanakan perilaku
tersebut. Selain itu, kurangnya pengawasan oleh kader dan anggota
96
keluarga lain terutama suami terhadap perilaku ibu balita ini juga
berperan dalam merubah perilaku ibu balita.
Dalam Al-qur’an dijjelaskan bahwasannya kesembuhan
hanya dari Allah, yang tertera dalam QS. Asy-syu’araa’:80
" Dan apabila Aku sakit, dialah yang menyembuhkan aku"
Dijelaskan pula pada surat Asy-syu’araa’:223 bahwasannya
ada larangan berobat kepada dukun atau tenaga non medis karena
terdapat kebohongan padanya. Berikut ayat yang menyatakan
tentang berobat kepada dukun:
Artinya: “Mereka menghadapkan pendengaran (kepada syaitan) itu,
dan kebanyakan mereka adalah orang-orang pendusta”.
Untuk mengatasi pemasalahan ini, sebaiknya para kader
mensosialisasikan pencarian dan pemberian perawatan kesehatan
yang baik. Seperti melaksanakan imunisasi lengkap dan
menggunakan pelayanan kesehatan.
6.2.1.7 Kehadiran Balita
Kehadiran ibu maupun anak dalam kegiatan program Pos
Gizi dianggap berkaitan erat dengan keberhasilan program yang di
97
capai. Lebih tinggi kehadiran peserta, diharapkan lebih berhasil
program yang dijalankan.
Hasil penelitian menunjukan target program kehadiran balita
masih di bawahtarget. Hal ini dapat dikatakan bahwa program Pos
Gizi Pergizi desa pondok jaya di lihat dari kehadiran balita kurang
efektif.
Kurang efektifnya program ini dalam hal tingkat kehadiran
balita dikarenakan tebentur dengan keadaan musim yang terjadi
saat pelaksanaan program berlangsung. Dari hasil penelitian masih
adanya ibu yang tidak hadir dikarenakan faktor musim panen,
musim pernikahan dan musim bala penyakit.
Kedekatan geografis antara rumah juga menjadi
pertimbangan ibu dalam menghadiri setiap kegiatan Pos Gizi.
Karena pendekatan Pos Gizi akan berjalan dengan sangat baik jika
jarak antara rumah saling berdekatan karena ibu dapat mengahdiri
kegiatan setiap harinya tanpa harus menghabiskan waktu di jalan.
Faktor kedekatan juga mempermudah para kader untuk lebih sering
mengunjungi rumah-rumah keluarga peserta program (Core, 2003).
Berdasarkan hal diatas maka menjadi penting bagi pihak
petugas puskesmas dan kader kesehatan untuk menumbuhkan
motivasi para ibu untuk berpartisipasi dalam program Pos Gizi ini.
Hal ini didukung oleh pernyataan Notoatmodjo (2007) yang
98
mengatakan bahwa motivasi merupakan syarat utama yang
menentukan partisipasi masyarakat dalam suatu program kesehatan
dan dalam hal ini adalah partisipasi ibu dalam mengikuti program.
Kehadiran dari ibu dan balita sangatlah penting untuk
kesehatan gizi balitanya. Karena program ini merupakan pendekatan
yang sukses dalam menanggulangi angka kekurangan gizi. Hal lain
yang mesti dipertimbangkan adalah penentuan lokasi kegiatan Pos
Gizi yang strategis dan memungkinkan semua ibu balita dapat
menjangkaunya.
6.2.1.8 Gambaran Keterkaitan Antara Variabel Efektivitas
Efektivitas dari program Pos Gizi dinilai dari seberapa efektif
program ini dalam memperbaiki status gizi balita, asupan makan
perubahan perilaku ibu dalam pemberian makan, pengasuhan balita,
kebersihan balita, pelayanan kesehatan, dan berapa besar tingkat
kehadiran balita dalam mengikuti program. Masing-masing variabel
ini memiliki keterkaitan yang saling mempengaruhi satu sama lain.
Sebagai contohnya adalah keterkaitan antara status gizi
dengan asupan makan khususnya energi dan protein dapat di lihat
dari asupan makan yang baik akan mempengaruhi status gizi yang
baik, begitu juga sebaliknya.
99
Tujuan utama pogram Pos Gizi yaitu memperbaiki keadaan
status gizi balita yang salah satunya melalui kegiatan PMT dan
micronutrien yang menekankan pada pemenuhan kecukupan asupan
gizi balita dan usaha pemulihan status gizi karena pada umumnya
status gizi yang tidak baik dipengaruhi dengan konsumsi makan
yang buruk. Hal ini sesuai dengan pendapat Soekirman (2000)
bahwa status gizi tidak baik disebabkan asupan energi maupun
protein tidak baik pula. Oleh karena itu, jika kegiatan ini terus
dilakukan baik akan berperan besar bagi kesuksesan program Pos
Gizi dalam meningkatkan status gizi balita.
Perilaku ibu balita dalam pemberian makan, pengasuhan
balita, kebersihan balita, pelayanan kesehatan juga sangat
berhubungan dengan status gizi balita. Misalnya ibu balita an balita
dapat mempengaruhi status gizi balita. semakin baik ibu balita an
balita maka akan semakin baik juga gizi balitanya. hal ini
dikarenakan di dalam pengasuhan yang baik terdapat interaksi
positif antara anak dengan ibu balita utama yang dapat membantu
perkembangan emosi dan psikologi anak.
Dengan pola asuh yang baik dan benar termasuk dalam
memberikan perhatian dapat menciptakan perkembangan anak yang
normal. Sebaliknya pola pengasuhan yang tidak baik akan
berdampak pada status gizi yang kurang. karena pengasuhan
100
melibatkan ibu, ibu merupakan orang yang paling banyak terlihat,
sehingga pengaruhnya sangat besar pada perkembangan anak. Jadi
dengan melakukan pola ibu balita an pada anak secara baik termasuk
memberi perhatian dalam kebutuhan makan dan menjaga kesehatan
anak akan berpengaruh terhadap status gizinya.
Pelayanan kesehatan juga berpengaruh terhadap masalah
kesehatan terutama masalah gizi. pelayanan yang selalu siap dan
dekat dengan masyarakat akan sangat membantu dalam
meningkatkan derajat kesehatan. Dengan pelayanan kesehatan
masyarakat yang optimal kebutuhan kesehatan masyarakat akan
terpenuhi. Karena upaya pelayanan kesehatan dasar diarahkan
kepada peningkatan kesehatan dan status gizi anak sehingga
terhindar dari kematian dini dan mutu fisik yang rendah (Aritonang,
2003). Peran pelayanan telah lama diadakan untuk memperbaiki
status gizi.
Dalam program Pos Gizi di Desa Pondok Jaya, salah satu
kegiatan yang berperan dalam perubahan perilaku ibu ini adalah
kegiatan penyuluhan terkait pesan-pesan kesehatan yang
berhubungan dengan bagaimana merawat balita. Selain itu, kader
Pos Gizi juga memberikan contoh bagaimana cara memasak menu
makanan bagi balita.
101
Dengan adanya kegiatan ini dalam Pos Gizi ternyata turut
berperan besar dalam merubah perilaku ibu balita walaupun
berdasarkan penelitian ini perilaku ibu masih kurang dalam menjaga
kebersihan dan perilaku mencari pelayanan kesehatan untuk balita.
Oleh sebab itu, peningkatan dalam kegiatan penyuluhan dan praktek
perawatan balita kepada ibu balita perlu diperhatikan karena sangat
terkait dengan perubahan perilaku ibu. Dan dari perubahan perilaku
ibu balita ini akan berdampak besar bagi perubahan status gizi balita.
Kehadiran ibu dan balita di Pos Gizi ini juga erat kaitannya
dengan status gizi yang akan di capai. Jika balita selalu hadir dalam
program Pos Gizi ini, maka secara langsung ibu yang ikut hadir dan
mengikuti beberapa kegiatan seperti penyuluhan kesehatan, PMT
bersama akan berpengaruh besar terhadap pengetahuan ibu.
Sehingga dengan tingginya pengetahuan ibu akan dapat
meningkatkan status gizi balitanya.
6.2.2 Gambaran Efisiensi
Gambaran efisien program Pos Gizi Pergizi ini meliputi dana,
SDM/tenaga dan waktu.
6.2.2.1 Dana
Berdasarkan hasil penelitian di dapatkan bahwa masukan
dana yang ada masih kurang dari dana perencanaan. Akan tetapi,
jika dibandingkan antara dana yang ada dengan target program
102
atau keluaran program maka penilaian program ini terbilang
efisien. Karena keluaran dari program ini sebagian besar telah
mencapai target yang diharapkan.
Walaupun dana yang dibutuhkan masih relatif kurang,
tetapi dalam pelaksanaan kegiatan ini banyak melibatkan
partisipasi aktif dari masyarakat karena program ini menekankan
pada pemberdayaaan masyarakat. Dengan peran serta masyarakat
dalam membantu kegiatan Pos Gizi maka program tersebut akan
berjalan dengan baik dan bisa memberikan data yang bagus bagi
perubahan perilaku dan status gizi. Kontribusi masyarakat dalam
mendukung program Pos Gizi terutama dalam menanggulangi gizi
buruk cukup tinggi. Kontribusi yang diberikan masyarakat
diantaranya berupa uang, bahan makanan yang bergizi, dan
micronutriens seperti biskuit dan susu beserta zink.
Program Pos Gizi ini bersifat partisipatory yang berarti
menyertakan masyarakat dalam pelaksanaan program. Partisipasi
masyarakat merupakan salah satu komponen penting dalam rangka
mencapai keberhasilan pendekatan Pos Gizi. Masyarakat
memainkan peran sangat penting dalam keseluruhan proses Pos
Gizi, mulai dari menemukan perilaku dan strategi sukses diantara
masyarakat sampai mendukung ibu balita/ ibu balita setelah
kegiatan Pos Gizi berakhir (PD dan Heart USAID, 2004).
103
Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa
dana yang ada masih kurang, maka sebaiknya ada alokasi dana
yang khusus dari pihak puskesmas untuk mendukung kegiatan Pos
Gizi sehingga dapat berjalan lebih maksimal.
6.2.2.2 Sumber Daya Manusia
Benge (1983) menyatakan sumber daya manusia dalam
suatu organisasi adalah kemampuan yang sangat utama. Sumber
daya manusia atau ketenagaan baik dari segi kuantitas dan kualitas
akan mengarahkan organisasi untuk mencapai tujuan sumber daya
manusia atau tenaga.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa walaupun jumlah
tenaga pelaksana program masih kurang, tetapi jumlah tersebut
cukup efisien dalam menjalankan program dan mencapai target
yang diharapkan.
Kader yang ada di Desa Podok Jaya sebagian besar
memiliki semangat belajar, terbuka terhadap ide-ide baru, bersedia
bekerja sebagai kader dan memiliki waktu luang yang cukup.
Oleh sebab itu, para kader dapat bekerja secara optimal dan
terampil sehingga walaupun dengan jumlah tenaga yang sedikit
dapat menghasilkan keluaran yang sebagian besar mencapai target
seperti perubahan status gizi dan perubahan perilaku. Program ini
104
juga melibatkan masyarakat secara aktif pada keseluruhan proses
sehingga tugas kader menjadi terbantu.
Berdasarkan hal diatas, maka menjadi penting bagi pihak
pengelola puskesmas untuk mempertimbangkan penambahan
jumlah kader Pos Gizi sehingga pelaksanaannya dapat berjalan
lebih maksimal. Selain itu juga perlu adanya pemberian insentif
yang mencukupi bagi kader untuk meningkatkan kinerja kader.
6.2.2.3 Waktu
Penilaian program yang di lihat dari segi waktu sudah
terbilang efisien. Pada pelaksanaan program yang menyebabkan
program ini efisensi terlihat dari petugas Pos Gizi yang mana kader
kesehatan yang menjalankan program sesuai jadwal pelaksanaan
yang ditentukan Pergizi sebelumnya yaitu waktu sebanyak 24
minggu selama 6 bulan. Dalam 24 minggu terdiri dari 14 kegiatan
dengan frekuensi yang berbeda.
Pelaksanaan program ini juga mendapat pengawasan dari
tenaga pelaksana gizi dalam hal waktu pelaksanaan kegiatan
sehingga program yang dijalankan dapat berjalan lancar dan sesuai
dengan jadwal yang telah direncanakan.
Efisiensi waktu ini juga didukung oleh partisipasi ibu yang
ingin meningkatkan status gizi anaknya dan merubah kebiasaan
mereka ke arah yang lebih baik sehingga dengan waktu yang
105
sesuai jadwal dapat meraih tujuan atau target pencapaian yang
efektif.
6.2.2.4 Gambaran Keterkaitan Antara Variabel Efisien
Keterkaitan antara efisiensi ini dapat di lihat dari dana,
tenaga dan waktu. Dana program yang tersedia akan efisien jika
tenaga yang ada dapat memanfaatkannya secara maksimal. Selain
itu, dana juga bepengaruh terhadap waktu pelaksanaan program.
Dimana dengan dana yang cukup program akan berjalan tepat
waktu. Sama halnya waktu tidak terlepas dengan tenaga, karena
dengan tenaga yang cukup program Pos Gizi akan berlangsung
sesuai jadwal yang telah direncanakan karena tidak terkendala
tenaga yang kurang serta akan tepat waktu dalam mencapai tujuan
akhir program.
6.2.3 Gambaran Kecukupan
Gambaran kecukupan program Pos Gizi ini meliputi gambaran
kebutuhan sasaran, sarana dan pelaksanaan.
6.2.3.1 Kebutuhan Sasaran
Sasaran utama pada program ini yaitu semua anak usia 6-
59 bulan yang mengalami KEP ringan, sedang dan berat (Anonim,
2003). Peserta program Pos Gizi didasarkan selain pada hasil
penilaian dan pendataan oleh kader dan tenaga pelaksana gizi
puskesmas juga dari pastisipasi aktif masyarakat.
106
Dari hasil wawancara mendalam diketahui bahwa sebagian
besar ibu balita menilai bahwa program Pos Gizi sudah cukup
sesuai dengan kebutuhan mereka yang ingin meningkatkan status
gizi anak mereka.
Kesesuaian program dengan kebutuhan sasaran terlihat dari
kebutuhan ibu yaitu tentang kebiasaan makan anak. Sebelum
adanya program ini, banyak ibu yang anaknya tidak mau makan,
akan tetapi setelah terlaksana adanya program Pos Gizi mereka
merasa senang karena anaknya sudah mau makan sehingga berat
badan mereka bertambah dan status gizi nya membaik.
Penilaian kesesuaian program dengan kebutuhan sasaran
dinyatakan cukup, dikuatkan dengan banyaknya sasaran yang
mengikuti program. Hal ini mencerminkan ibu yang memiliki anak
usia 6-59 bulan yang mengalami KEP ringan, sedang dan berat
menginginkan anaknya berubah ke status gizi baik. Dengan adanya
program ini mereka berharap anaknya terehabilitasi gizinya. Dan
terbukti sebagian besar informan mengakui puas dengan status gizi
anaknya yang sekarang.
Dalam hal ini diharapkan pengelola puskesmas lebih
mengerti apa yang dibutuhkan masyarakat khususnya dalam
bidang kesehatan sehingga dapat menyelenggarakan program yang
107
sesuai dengan kebutuhan. Contohnya program Pos Gizi ini yang
telah sesuai kebutuhan.
6.2.3.2 Sarana
Menurut Soedjadi (1996), sarana atau peralatan adalah
sumber yang diperlukan dalam rangka proses manjemen atau
prosedur kerja dengan setepat tepatnya. Peralatan penting jika
dihubungkan dengan pentingnya manusia dan pengertian efisien
dalam proses menajeman. Tujuan dari adanya sarana adalah untuk
mendukung efektivitas dan efisiensi dalam setiap upaya
pencapaian tujuan organisasi (Dwiantara, 2005).
Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar
sarana dan fasilitas dikatakan cukup. Sarana yang lengkap sangat
penting bagi sebuah program karena dapat memperlancar kegiatan
program. Kecukupan di lihat dari fungsi dan kegunaannya. Sarana
dan fasilitas program Pos Gizi Pergizi antara lain timbangan,
flipchart, organdi, KMS, alat masak, alat makan dan alat
kebersihan.
Dari kelengkapan peralatan pendukung tersebut. Oleh
karenanya dalam program ini sebagian besar memerlukan alat
yang lengkap sangatlah mutlak, hal ini diperlukan untuk
menghemat tenaga dan energi manusia dan juga demi mengakui
arti penting manusia dalam organisasi (Iswanto, 2003).
108
6.2.3.3 Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan hal lain dalam komponen yang di
lihat dari sudut pandang perencanaan program Pos Gizi. Penilaian
program di lihat dari pelaksanaan telah cukup sesuai dengan
jadwal yang direncakan. walaupun peneliti melihat terjadi sedikit
perubahan, misalnya menu makanan yang berganti menjadi menu
makanan yang lebih bergizi, pertemuan kader yang sering dari
yang direncakan, karena diperlukan sebagai sarana perbaikan dan
briefing sebelum kegiatan di minggu berikutnya.
Perubahan yang dilakukan pada pelaksanaan program Pos
Gizi lebih merujuk kepada formative evaluation, dimana informasi
di tahap-tahap awal program dikumpulkan, dengan memusatkan
diri untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan berjalan
sesuai rencana, apakah ada hambatan atau kesulitan yang luput
dari ekspektasi sebelumnya. Dengan demikian, perbaikan dan
penyesuaian dapat segera dilakukan agar program berhasil
(Evaluation Program Service, 2001).
6.2.3.4 Gambaran Keterkaitan Antara Variabel Kecukupan
Kecukupan program Pos Gizi erat kaitannya antara
pelaksanaan, sarana dan kebutuhan sasaran. Hal ini dapat di lihat
dari pelaksanaan program Pos Gizi akan berjalan dengan lancar
jika sarana yang ada lengkap. Dengan adanaya sarana yang
109
lengkap, kebutuhan sasaran terhadap program ini dapat terpenuhi
secara utuh.
6.2.4 Gambaran Kesesuaian Misi
Sejak pertama kali didirikan, program Pos Gizi tidak memiliki misi.
Dalam pelaksanaanya misi program disesuaikan dengan misi puskesmas
sehingga penilaian program di lihat dengan adanya kesesuaian antara misi
dan program. Untuk program Pos Gizi dengan misi puskesamas ini terbilang
sudah sesuai. Kesesuaian di lihat dengan membandingkan program yang
dijalankan disesuaikan dengan misi yang ditentukan.
Sudah tercapainya misi dengan program di lihat dari program Pos
Gizi yang menggerakan masyarakat untuk bekerja dengan melibatkan
berbagai lapisan sosial di masyarakat tersebut. Dalam pelaksanaan program
para ibu dituntut untuk belajar sambil bekerja. Hal ini betujuan untuk
meningkatkan kepercayaan diri dan keterampilan ibu balita/ibu balita
dalam berbagai perilaku pemberian makan, ibu balita an anak, kebersihan
dan mencari pelayanan kesehatan.
Misi berbicara dalam meningkatkan kualitas kinerja dan
meningkatkan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan. Sedangkan
pendekatan Pos Gizi sendiri pendekatannya menitikberatkan pada upaya
memaksimalkan sumber daya, keterampilan dan startegi yang ada untuk
mengatasi suatu permasalahan dan memanfaatkan metodologi partisipasi
110
masyarakat secara luas dan prosess atau Partisipatory learning and action
(PD dan Heart USAID, 2004).
Dari hasil penelitian di atas, sebaiknya program memiliki misi
tersendiri sehingga tidak bercampur dengan misi umum puskesmas agar
kesesuaian program dapat terukur dengan jelas. Karena misi yang
digunakan di program masih bersifat umum.
Penilaian efektivitas program Pos Gizi ini dapat di lihat dari kekhususan
masalah yang dihadapi (spesific), indikator yang dipakai untuk mengukur
program harus dapat diukur (measurable), hasil dari surveilans harus berguna
bagi pengambilan keputusan dan kebijakan (action-oriented), sesuai dengan
sumber daya yang dimiliki (realistic), dan mempunyai batas waktu dalam
pencapaian tujuan (timely).
Program Pos Gizi dinilai dari kkhususan masalah yang dihadapi sudah
dapat dikatakan sudah memenuhi criteria spesifik. Hal ini terlihat dari sasaran
program Pos Gizi ini yang dikhususkan pada balita malnutrisi. Sedangkan
indikator program Pos Gizi yang digunakan di lihat dari pencapaian tujuan
program terhadap target yaitu 70% untuk perkembangan status gizi dan
perubahan perilaku, serta 100% untuk kehadiran balita.
Hasil dari program ini pun jika di lihat dari orientasi program sangat
berguna dalam pengambilan kebijakan untuk perbaikan program selanjutnya.
Selain itu, semua kegiatan yang dilaksanakan di Pos Gizi juga sudah
mempertimbangkan segala sumber daya yang dimiliki sehingga kegiatan yang
111
dilaksanakan dapat berlangsung dengan lancar. Dalam hal waktu pelaksanaan
program, program Pos Gizi ini sudah memiliki batas waktu untuk pencapaian
tujuan yaitu selama 6 bulan.
6.3 Gambaran Kebermanfaatan Program Pos Gizi
Dari hasil penilaian terhadap efektivitas, efisiensi, kecukupan, dan
kesesuaian program Pos Gizi diketahui bahwa masih terdapat masalah atau
kekurangan pada efektivitas program dalam merubah perilaku ibu balita yang
berkaitan dengan kebersihan balita, pencarian pelayanan kesehatan yang
merupakan salah satu dampak dari program Pos Gizi dan tingkat kehadiran balita
mengikuti Pos Gizi yang termasuk dalam komponen proses pelaksanaan program.
Masih belum tercapainya efektivitas program ini dalam memberikan
dampak yang maksimal dipengaruhi beberapa komponen penilaian diantaranya
dalam hal dana, tenaga, sarana, dan misi. Semua komponen tersebut dalam
pendekatan sistem termasuk dalam komponen input yang akan menentukan
pelaksanaan dan output yang dihasilkan serta dampak dari pelaksaan program Pos
Gizi. Oleh karena itu diperlukan perbaikan pada semua komponen dalam input
tersebut agar program yang berjalan selanjutnya akan lebih besar pengaruhnya
dalam mencapai target dan memberikan dampak positif yang lebih besar bagi
masyarakat.
112
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini, yaitu:
1. Program Pos Gizi dinilai cukup efektif meraih target (70%) untuk peningkatan
status gizi balita (79.00%), asupan makan (protein: 75.00% dan energy:
70.81%), pemberian makan (70.8%), dan pengasuhan balita (70.83%), tetapi
masih belum cukup efektif untuk kehadiran (66.7%), kebersihan balita
(41.7%), pencarian dan pemberian perawatan kesehatan (25%).
2. Dalam hal efisiensi, dana, tenaga dan waktu sudah cukup efisien untuk meraih
tujuan-tujuan program Pos Gizi.
113
3. Syarat kecukupan program Pos Gizi telah dipenuhi dengan kesesuaian antara
program dengan kebutuhan masyarakat sasaran, serta pelaksanaan dengan
perencanaan, dengan fokus tujuan yang tetap sama.
4. Syarat kesesuaian misi telah terpenuhi dalam program Pos Gizi, walau
menggunakan misi Puskesmas dalam pelaksanaannya.
7.2 Saran
Saran-saran perbaikan yang terbentuk dari hasil penelitian ini adalah
sebagai berikut:
7.2.1 Bagi Pengambil Kebijakan (Puskesmas Kecamatan Sepatan dan Dinas
Kesehatan)
1. Melakukan evaluasi program yang meliputi efektivitas, efisiensi,
kecukupan, dan kesesuaian dari program Pos Gizi yang telah
dilaksanakan.
2. Menambah jumlah kader Pos Gizi sesuai kebutuhan sehingga
pelaksanaannya dapat berjalan lebih maksimal.
3. Pemberian insentif yang mencukupi bagi kader untuk meningkatkan
kinerja kader.
114
4. Sebaiknya pihak Puskesmas menentukan misi tersendiri dari program
Pos Gizi agar kesesuaian program dapat terukur dengan jelas.
7.2.2 Bagi Kader Pos Gizi
1. Diharapkan bagi kader Pos Gizi untuk secara rutin melakukan
penyuluhan kepada para ibu dan ibu balita balita tentang bagaimana
cara pemberiaan makanan yang baik dan benar sesuai dengan kebutuhan
anak.
2. Sebaiknya kader kesehatan meningkatkan kegiatan kunjungan rumah
secara aktif, sehingga dapat mengontrol kebiasaan ibu dan ibu balita
keduanya dan melakukan diskusi bersama pada hari berikutnya dengan
ibu peserta Pos Gizi.
3. Sebaiknya kader lebih aktif mencontohkan kebiasaan-kebiasaan hidup
bersih dengan berbagai metode seperti pesan-pesan kesehatan,
pembagian poster, atau pelatihan bahkan penyuluhan perilaku hidup
bersih dan sehat agar mencapai tujuan yang diinginkan.
115
DAFTAR PUSTAKA
Astri, 2004. Penilaian Program Positive Deviance di Yayasan Balita Sehat Jakarta.
Azwar, Azrul., 2004. Makalah Pada Pertemuan Advokasi Program Perbaikan Gizi
Menuju Keluarga Sadar Gizi, diakses tgl 020710 www.gizi.net/makalah
Azwar, Azrul, 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Edisi ketiga. Binarupa Aksara, Jakarta
Baum, Frans. 1998. The New Public Health an Australian Perspective. Melbourne :
Oxford University Press.
Budiani, Ni Wayan. 2007. Efektivitas Program Penanggulangan Pengangguran.
Bullen, Paul. Management alternatives for Human Services. www.mapl.com.au
Departemen Kesehatan RI. 2000. Buku Pedoman Pengelolaan Program Perbaikan
Depkes RI. 2005. Gizi Mikro. Http: // www. gizi. net/ kebijakangizi/ download/
116
GIZI% 20 Makro. doc retrieved at 050507 Gizi Kabupaten / Kota, Dirjen Kesmas,
Direktorat Gizi Masyarakat. Depkes RI Jakarta.
Departemen Kesehatan. 2007. Riset Kesehatan Dasar. Laporan. Depkes RI Jakarta.
Djaeni, Achmad. 1985. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi. Jakarta : Dian
Rakyat.
Karang Taruna “Eka Taruna Bhakti” Desa Sumerta Kelod Kecamatan
Denpasar Timur Kota Denpasar. Jurnal Mahasiswa Ilmu Ekonomi pada
Fakultas Ekonomi Universitas Udayana, Denpasar.
Faisal, Sanapiah. 1990. Penelitian Kualitatif Dasar-dasar dan Aplikasi. Malang: Y A
3 Malang.
Gie, The Liang, 1997. Ensildopedia Administrasi. Jakarta: Gunung Agung.
Grembowski, David, 2001. The Practice of Helath Program Evaluation, Sage Publications. Thousand Oaks
Halim, Abdul. 2001. Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Jurnal Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia vol. II No. 5 Juni 2006. Positive
Deviance pendekatan Permasalahan masyarakat berbasis masyarakat.
Jakarta
Meaty Sudiarsih. 2007. Partisipasi masyarakat dalam positive deviance-Pos Gizi
balita di kelurahab Mulya Harja Bogor Selatan Kota Bogor Tahun 2006.
(Tesisi). Pasca sarjana FKM – UI. Depok.
Milles dan Hubberman. 1992. Analisa Data Kualitatif. Jakarta : Gramedia.
117
Muhlil, Desember, 2000. Kebutuhan Gizi yang Baik untuk Pertumbuhan Anak dalam: sularto, st, seandaniya aku bukan anakmu: potre kehidupan anak indonesia. Kompas. Jakarta.
Muninjaya, A.A. Gde. 2004. Manajemen Kesehatan. Jakarta: EGC
Moleong, lexy. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi
Revisi.
Oz, Effy. 2002. Management Information System Third Edition. Boston : Course
Technologi Thomson Learning.
Sajogyo et al. 1994. Menuju Gizi Baik Yang Merata Di Pedesaan Dan Di Kota.
Yogyakarta : UGM Press.
Soegeng Santoso dan Anne Lies Ranti. 1999. Kesehatan Dan Gizi. Jakarta : PT.
Rineka Cipta.
Soekirman, et.al, 1992, Ekonomi Growth. Equity and nutritional improvement in indonesia.
United Nations. Administrarive Commite on coordination. Subcommitte on nutrition.
Geneva.
Subagyo, Ahmad Wito. 2000. Efektivitas Program Penanganggulangan Kemiskinan
dalam Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan. Yogyakarta : UGM.
Suhardjo. 2003. Perencanaan Pangan dan Gizi Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Suku Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang. 2009. Profil Suku Dinas Kesehatan
Kabupaten Tangerang.
118
Sternin, Monique., JerryStrenin dan Marsh David. 1988. Designing community-based
nutrion program using Heart Model and The Positive Deviance Approach.
1988. Save The Children Federation, inc.
The CORE, Nutrition Working Group. 2003. Positive deviance/ hearth Consultant’s
Guide, Guidance For The Effetive Use Of Consultants To Start Up PD/ Heart
Initiatives.
Tripodi, Tony et.al, 1973. Differential Social Program Evaluation, The University of
Michigan F.E. Peacock Publisher, Inc. III, nois
PD dan Heart USAID. 2004. Suatu pendektan perubahan perilaku dan Pos Gizi.
buku panduan pemulihan yang berkesinmabungan bagi anak malnutrisi.
Chile survival collaborations and resources group nutrisin working. February
2003. Diterjemahkan oleh PCI – Indonesia dan diperbanyak oleh jejaring PD
Indonesia atas dukungan USAID, Juni.
Rukminto, Isbandi. 2003. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi
Komunitas. Jakarta : Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia.
Who, 1990. Evaluasi Program Kesehatan, dasar-dasar Bimbingan, Who. Geneva.
Lampiran II
Kode Responden:
KUESIONER PENELITIAN
ANALISIS EFEKTIFITAS PROGRAM PENANGGULANGAN GIZI’POS GIZI’
DI DESA PONDOK JAYA KECAMATAN SEPATAN KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2010
Assalamualaikum wr. wb
Yang terhormat Bapak/ Ibu, perkenalkan nama saya____________________________________
Pada kesempatan ini saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk berkenan menjadi sampel penelitian dengan judul tersebut diatas yang sedang dilaksanakan oleh rekan saya Ni’matu Aulia, yang pada saat ini sedang menyusun Skripsi guna menyelesaikan studinya di S1 Gizi Kesehatan Masyarakat FKIK-UIN.
Jawaban yabg Bapak/Ibu berikan tidak akan mempengaruhi apapun dan akan terjamin kerahasiaannya, tetapi bila keberatan Bapak/Ibu boleh menolak.
Bapak /Ibu apakah bersedia menjadi sampel pada penelitian ini? YA / TIDAK
Atas bantuan dan kesedian waktu yang telah Bapak/Ibu berikan, saya ucapkan banyak terima kasih.
Ni’matu Aulia
Jl. KH A. Rifai Arif no 65 rt. 007/002 kp. Gintung kec. Jayanti kab. Tangerang 15610
021-92376562
Pewawancara:………………………………..
Nama ayah : …………………………….
Umur : ……………………………
Pekerjaan : ……………………………
Nama ibu : ……………………………
Umur : ……………………………
Nama Balita : ……………………………
Tgl lahir : ……………………………
Jenis Kelamin : Laki-laki/ Perempuan
Umur : ….bulan
Anak ke : ....dari …bersaudara
Alamat : RT:…….. RW:……
Kelurahan :………...............
Nama Pos Gizi yang diikuti :………………...
Kegiatan Pos Gizi yang diikuti : ...........siklus
Kode Responden:
Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang ibu pilih
A. PEMBERIAN MAKAN
No. Pertanyaan Jawaban
1. Apakah ASI yang pertama kali keluar (kolostrum) diberikan kepada bayi?
1. Tidak
2. Ya
2. Sampai usia berapa ASI diberikan kepada balita?
3. Sejak usia berapa bayi diberi makanan/minuman selain ASI?
4. Pemberian ASI saat sakit
Pada saat usia < 2 tahun. Apakah ASI tetap diberikan ketika sakit
1. Tidak
2. ya
Apakah frekuensi pemberiannya = ketika tidak sakit
1. tidak
2. ya
5. Makanan/ minuman apa uang pertama kali diberikan kepada bayi?
1. Air putih
2. Air tajin
3. Madu
4. Biscuit
5. Bubur nasi
6. Bubur susu
7. Buah (pisang, papaya, jeruk manis)
8. Lain-lain, sebutkan…………
6. Cara makan balita
a Apakah balita makan dengan cara disuapi? 1. Tidak
2. Ya
b Bila makan sendiri, apakah ada yang mengawasi
1. Tidak
2. Ya
7. Pola makan balita
a Apakah makanan yang disediakan selalu dihabiskan
1. Tidak
2. Ya
b Apakah makanan yang disediakan selalu bervariasi
1. Tidak
2. Ya
c Frekuensi makan balita:
1. <3 x
2. >3 x
d Bagaimana susunan menu makanan yang sering diberikan kepada balita ibu?
1. Nasi saja
2. Nasi, lauk dan sayur
3. Nasi, lauk, sayur dan buah
4. Lain-lain…
8. Siapa yang biasa memberi makan balita? 1. Pengasuh
2. Ibu
3. Lain-lain, sebutkan
10. Apakah balita suka jajan? Bila tidak langsung ke pertanyaan 14
1. Ya
2. Tidak
11. Jajanan apa saja yang biasanya dibeli?
12. Siapa yang memilih jenis jajanan yang dibeli?
1. Balita
2. Ibu/pengasuhan
3. Lain-lain, sebutkan
13. Dalam 1 hari berapa rupiah yang dihabiskan untuk jajan balita anda?
14. Dalam seminggu seberapa sering makanan untuk balita di masak di rumah
1. < 3 kali
2. > 3 kali
3. Lain-lain, sebutkan
15. Apakah balita ibu selalu sarapan pagi? 1. Ya
2. Tidak
B. PENGASUHAN BALITA
No. Pertanyaan Jawaban
1. Apakah ayah balita ikut berperan dalam mengasuh balita?
1. Tidak- lanjut pertanyaan 3
2. Ya
2. Berapa jam waktu yang dihabiskan ayah balita dalam satu hari bersama balita?
1. < 1 jam
2. > 2 jam
3. Apakah ibu mengawasi balita ketika bermain? 1. Tidak
2. Ya
4. Siapa yang mengasuh balita ibu ketika ibu sedang berpergian? (pengasuh ke dua)
1. Tetangga
2. Ayah, kakak/saudara kandung, nenek
5. Apa yang ibu lakukan jika balita berbuat salah? 1. Dibiarkan, dimarahi
2. Dinasehati
6. Apa yang ibu lakuakn jika balita ibu berbuat sesuatu yang baik?
1. Dibiarkan
2. Dipuji, diberikan hadiah
7. Apakah ibu sering mengajak anak ibu bermain? 1. Tidak
2. Ya
C. PERILAKU KEBERSIHAN
No. Pertanyaan Jawaban
1. Berapa kali ibu memotong kuku balits ibu dalam semingu?
1. Tidak pernah
2. 1 x seminggu
2. Berapa kali balita ibu mandi dalam sehari? 1. < 2 x seminggu
2. > 2 x sehari
3. Apakah setiap mandi balita ibu selalu menggunakan sabun?
1. Tidak
2. Ya
4. Berapa kali balita ibu menggosok gigi dalam sehari? 1. < 2 x seminggu
2. > 2 x sehari
5. Apakah balita ibu selalu mengganti pakaian setiap hari?
1. Tidak
2. Ya
6. Apakah setiap keluar rumah balita ibu selalu menggunakan alas kaki?
1. Kebun, kali
2. Kakus/Wc
7. Dimana biasanya balita ibu buang air besar? 1. Tidak
2. Ya
8. Apakah setelah buang air besar, ibu/balita cuci tangan?
1. Tidak
2. Ya
9. Apakah setiap sebelum makan ibu/ balita cuci tangan?
1. Tidak
2. Ya
10. Apakah setiap sesudah makan ibu/ balita cuci tangan?
1. Tidak
2. Ya
11. Apakah saluran air limbah tertutup 1. Tidak
2. Ya
12. Apakah jarak sumber air bersih memenuhi syarat > 10 meter
1. Tidak
2. Ya
D. PENCARIAN& PEMBERIAN PERAWATAN KESEHATAN
No. Pertanyaan Jawaban
1. Apakah balita ibu pernah mengalami sakit dalam 1 bulan terakhir?
1. Ya
2. tidak
2. Apakah balita ibu pernah mengalami flu, batuk dan pilek dalam 1 bulan terakhir?
1. Ya
2. tidak
3. Apakah balita ibu pernah mengalami demam dalam 1 bulan terakhir?
1. Ya
2. tidak
4. Apakah balita ibu pernah mengalami diare dalam 1 bulan terakhir?
1. Ya
2. tidak
5. Apa yang pertama kali ibu lakukan pada saat balita menderita panas?
1. Diberi obat tradisional
2. Diberi obat penurun panas
6. Bila dalam 3 hari suhu tubuh balita tidak turun apa yang ibu lakukan?
1. Di bawa ke orang pintar
2. Di bawa ke dokter
7. Dalam 3 nulan terakhir apakah balita dibwa ke posyandu?
1. Tidak
2. Ya
8. Apakah imunisasi dasar balita lengkap 1. Tidak
2. Ya
Lampiran III
LEMBAR OBSERVASI
No. Sasaran Observasi Ada Tidak Keterangan
1. Asupan Zat Gizi
2. Pemberian Makan
3. Pengasuhan Balita
4. Kebersihan Balita
5. Pencarian dan Pemberian Perawatan Kesehatan
6. Kehadiran
7. SDM
8. Waktu
9. Kebutuhan Sasaan
10. Sarana
11. Pelaksanaan
Lampiran IV
HASIL DATA SEKUNDER
“ PENILAIAN KEBERMANFAATAN PROGRAM POS GIZI DI DESA
PONDOK JAYA KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2010”
Keterangan* No Data Skunder Sumber data
Ada Tidak
1.
Laporan perkembangan status gizi a. Persentase Penderita gizi buruk di
Desa Pondok Jaya b. Persentase Penderita gizi buruk
yang terehabilitasi
Puskesmas Sepatan
2.
Laporan gambaran perilaku awal dan perubahan perilaku
a. Persentase Pemberian makan
b. Persentase Perilaku Pengasuhan
c. Persentase Perilaku Kebersihan
d. Persentase Perilaku Mencari Pelayanan Kesehatan
Puskesmas Sepatan
3. Asupan zat gizi balita sebelum program Puskesmas Sepatan
4 Data Kehadiran Balita Kader Puskesmas
5. Dana Program Pos Gizi Puskesmas Sepatan
6. Waktu yang dibutuhkan Puskesmas Sepatan
7. Misi Program Pos Gizi Puskesmas Sepatan
Lampiran V
Pedoman Wawancara Mendalam
Bagi Tenaga Pelaksana Gizi Puskesmas dan Kader Kesehatan
“PENILAIAN KEBERMANFAATAN PROGRAM POS GIZI DI DESA
PONDOK JAYA KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2010”
Tanggal :
Nama Pewawancara :
Karakteristik Informan
1. Nama Informan :
2. Pendidikan Terakhir :
3. Tempat / tanggal lahir :
4. Alamat Informan :
5. Telepon :
Pertanyaan
A. EFEKTIVITAS 1. Bagaimana menurut ibu efektivitas program Pos Gizi dalam merubah
status gizi balita, pengasuhan balita, kebersihan balita, pencarian dan pemberian perawatan balita dan asupan zat gizi balita?
B. EFISIENSI 1. Bagaimana gambaran dana yang tersedia untuk program Pos Gizi? apakah
efisien? 2. Bagaimana gambaran tenaga yang digunakan dalam pelaksanaan program
Pos Gizi?apakah efisien? 3. Berapa lamakah jangka waktu pelaksanaan kegiatan program?apakah
sesuai dengan yang direncanakan?
C. KECUKUPAN 1. Bagaimana gambaran sarana program Pos Gizi? apakah sudah mencukupi
dalam kelancaran program? 2. Bagaiman gambaran pelaksanaan program Pos Gizi?
D. KESESUAIAN 1. Sebutkan misi program Pos Gizi? adakah anggaran program Pos Gizi? 2. Apakah program yang dilaksanakan sudah sesuai dengan misi?jelaskan!
Lampiran VI
Pedoman Wawancara Mendalam Bagi Ibu Balita
“ PENILAIAN KEBERMANFAATAN PROGRAM POS GIZI DI DESA
PONDOK JAYA KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2010”
Tanggal :
Nama Pewawancara :
Karakteristik Informan
1. Nama Informan :
2. Pendidikan Terakhir :
3. Tempat / tanggal lahir :
4. Alamat Informan :
5. Telepon :
Pertanyaan
A. EFISIENSI 1. Bagaimana gambaran dana yang tersedia pada program Pos Gizi? apakah
efisien? 2. Bagaimana gambaran tenaga yang digunakan dalam pelaksanaan program
Pos Gizi?apakah efisien? 4. Berapa lamakah jangka waktu pelaksanaan kegiatan program?apakah
sesuai dengan yang direncanakan?
B. KECUKUPAN
1. Apakah anda merasa puas dengan program Pos Gizi ini? Bagaimana dengan kebutuhan ibu apakah program ini cukup dalam memenuhi kebuutuhan ibu?
2. Bagaimana gambaran sarana program Pos Gizi? apakah sudah mencukupi dalam kelancaran program?
3. Bagaiman gambaran pelaksanaan program Pos Gizi?
Lampiran VII
Formulir Metode recall 24 jam
Hari ke:…..
Bahan Makanan
Banyaknya
Waktu Makan Nama Masakan Jenis
URT g Pagi/jam
Siang/jam
Malam /jam
Lampiran VIII
MATRIKS PENILAIAN KEBERMANFAATAN PROGRAM POS GIZI DI DESA
PONDOK JAYA KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2010
No. Variabel Informan Utama A Informan Pendukung Ibu B1 Informan Pendukung Ibu B2 Informan Kader C1 Informan Pendukung C2 1. Penilaiaan Status Gizi - Efektif dalam merubah
status gizi - Sebagian besar status gizi
peserta terehabilitasi
- - - Efektif - Berat badan sebagian
besar peserta bertambah
- Efektif - Sebagian besar peserta
bertambah berat badan
2. Asupan Zat Gizi - Efektif - Adanya kegiatan PMT
untuk memperbaiki asupan zat gizi salah satunya
- - - Efektif - Diberi pengetahuan
tentang makanan yang bergizi
- Efektif - Dikenalkan berbagai
macam makanan yang kaya akan zat gizi
3. Pemberian Makan - Pemberian makan bervariasi
- Cara makan dengan bernyanyi dalam menumbuhkan selera
- - - Efektif - Selera makan anak
meningkat
- Adanya kontak mata pada saat menyuapi
- Bernyanyi cara efektif menumbuhkan selera makan
4. Pengasuhan Balita - Efektif - Penigkatan dalam
membagi tugas pengasuhan dengan ayah dan melatih vokalisasi
- - - Efekitif - Bermain sambil
menyanyi
- Efektif - Saat di rumah, ayah ikut
mengasuh balitanya
5. Kebersihan Balita - ada kuku balita panjang - - - Kuku balita yang panjang - Masih ada balita yang tidak menggunakan alas kaki
6. Pencarian dan Pemberian Perawatan Kesehatan
- Masih ada yang berobat ke selain medis
- - - Imunisasi kurang lengkap
- Imunisasi ada yang belum lengkap
7. Kehadiran - Masih ada peserta ibu yang tidak hadir
- Acara
- - - Masih ada peserta ibu tidak hadir
- Anak sakit atau ada resepsi pernikahan
- Ada ibu yang tidak hadir dikarenakan anak sakit
8. Kebutuhan Sasaran - Berjalan sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya
- Sesuai kebutuhan - Rajin makan - Puas dan senang
- Status gizi anak naik - Sesuai dengan yang
diburuhkan - Cukup
- -
9. Sarana - Cukup - Cukup - Cukup - Cukup - Cukup
- Alat masak sudah tersedia - Alat makan bawa dari
rumah 10. Pelaksanaan - Di rumah warga/ kader
yang strategis - Berkumpul bersama - Menyanyi - Makan bersama - Penyuluhan - Cukup sesuai yang
direncanakan
- Menentukan tempat memasak
- Penyuluhan dan pesan-pesan kesehatan disampaikan
- Kader mengawasi - Cukup
- Masak bersama - Makan bersama - Snack - Pesan-pesan kesehatan - Penyuluhan - Penimbangan - Cukup
- Bentuk jadwal piket - 1 hari 2 orang yang
masak - Kader memantau - Ada penyuluhan - Cukup
- Pemeriksaan antropometri - Masak bersama - Pemeriksaan kesehatan - Pengobatan - Suplemen zink - Penyuluhan - Cukup
11. Misi - Tidak ada misi khusus - Misi yang dipakai misi
Puskesmas - Sesuai
- - - Sesuai - Program ini memakai
misi Puskesmas
- Tidak punya misi - Misi Puskesmas - Sesuai antara misi dengan
program
Lampiran IX
ANALISIS UNIVARIAT
1. Variabel Asupan Zat Gizi
Asupan Energi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent buruk 5 20.8 20.8 20.8 baik 19 79.2 79.2 100.0
Valid
Total 24 100.0 100.0
Asupan Protein
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent buruk 1 4.2 4.2 4.2 baik 23 95.8 95.8 100.0
Valid
Total 24 100.0 100.0
2. Variabel Pemberian Makan
Pemberian Makan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent buruk 6 25.0 25.0 25.0 baik 18 75.0 75.0 100.0
Valid
Total 24 100.0 100.0
3. Variabel Pengasuhan Balita
Pengasuhan Balita
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent buruk 4 16.7 16.7 16.7 baik 20 83.3 83.3 100.0
Valid
Total 24 100.0 100.0
4. Variabel Kebersihan Balita
Kebersihan Balita
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent buruk 10 41.7 41.7 41.7 baik 14 58.3 58.3 100.0
Valid
Total 24 100.0 100.0
5. Variabel Pencarian Dan Pemberian Perawatan Kesehatan
Pencarian dan Pemberian Perawatan Kesehatan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent buruk 6 25.0 25.0 25.0 baik 18 75.0 75.0 100.0
Valid
Total 24 100.0 100.0
6. Variabel Kehadiran
Kehadiran Balita
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent buruk 16 66.7 66.7 66.7 baik 8 33.3 33.3 100.0
Valid
Total 24 100.0 100.0