Upload
altab
View
196
Download
8
Embed Size (px)
Citation preview
PENILAIAN POTENSI OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA ALAM SERTA ALTERNATIF PERENCANAANNYA
DI TAMAN NASIONAL BUKIT DUABELAS PROVINSI JAMBI
SIAM ROMANI
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
2006
RINGKASAN
Siam Romani. E34101014. Penilaian Potensi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam serta Alternatif Perencanaannya di Taman Nasional Bukit Duabelas Provinsi Jambi. Dibimbing oleh : Dr. E.K.S. Harini Muntasib, MS dan Eva Rachmawati, S.Hut.
Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD) merupakan tempat hidup bagi suku terasing (Suku Anak Dalam/Orang Rimba), mempunyai keterwakilan ekosistem yang masih alami dan sudah mengalami degradasi, mempunyai komunitas alam yang unik, langka, dan indah serta bentang alam dan potensi alam yang dapat dijadikan sebagai Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA). Penelitian lebih rinci mengenai potensi ODTWA di TNBD belum pernah dilakukan. Untuk itu perlu dilakukan studi dan penilaian terhadap potensi-potensi yang ada. Hasil studi dan penilaian tersebut dapat digunakan dalam menyusun alternatif perencanaan wisata alam di TNBD. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai potensi ODTWA serta menyusun alternatif perencanaan wisata alam di TNBD.
Penelitian dilaksanakan di Taman Nasional Bukit Duabelas Provinsi Jambi selama dua bulan yaitu bulan September sampai bulan Oktober 2005. Alat yang digunakan yaitu alat tulis, GPS (Geografis Position System) dan kamera. Bahan yang diperlukan adalah Pedoman Analisis Daerah Operasi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ADO-ODTWA) dari Dirjen PHKA (2003) yang telah dimodifikasi, kuesioner dan panduan wawancara. Data dan informasi yang dikumpulkan adalah kondisi umum, kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat, potensi obyek dan daya tarik wisata, pengunjung dan pengelolaan wisata. Metode pengambilan data dilakukan melalui studi pustaka, wawancara dan kuesioner serta pengamatan lapang. Pengolahan data mengenai ODTWA di TNBD diolah dengan menggunakan metode skoring yang selanjutnya diuraikan secara deskriptif.
Obyek wisata alam yang terdapat di dalam kawasan TNBD antara lain Gua Kelelawar, Demplot Tanaman Obat, Aek Manitik, Air Terjun Talon dan Air Terjun Lubuk Jering. Penilaian ODTWA dilakukan pada kelima obyek tersebut. Hasil penilaian menunjukkan bahwa obyek Aek Manitik memiliki nilai tertinggi yaitu 3080 kemudian Demplot Tanaman Obat (3050), Air Terjun Talon (3040), Air Terjun Lubuk Jering (2790) dan Gua Kelelawar (2760). Berdasarkan hasil penilaian tersebut dapat ditentukan obyek prioritas untuk dikembangkan di TNBD yaitu Demplot Tanaman Obat, Aek Manitik dan Air Terjun Talon. Selain potensi wisata alam TNBD juga memiliki ODTW budaya Suku Anak Dalam/Orang Rimba. Di sekitar kawasan TNBD juga terdapat obyek wisata ya itu Sumber Air Panas Bukit Suban, Dam Sungai Jernih Air Meruap dan Sumber Air Panas Desa Baru. Semua obyek wisata tersebut belum dikelola dan dimanfaatkan secara optimal.
Perencanaan wisata yang disusun meliputi perencanaan ODTWA dan perencanaan pengelolaan wisata kawasan TNBD. Untuk perencanaan ODTWA dilakukan pada tiga obyek prioritas berdasarkan hasil penilaian. Obyek-obyek tersebut yaitu Demplot Tanaman Obat, Aek Manitik, dan Air Terjun Talon. Perencanaan kegiatan wisata untuk obyek Demplot Tanaman Obat adalah pendidikan dan penelitian, pengobatan ala rimba dan interpretasi alam. Perencanaan wisata untuk Aek Manitik yaitu wisata petualangan, kemah konservasi, dan interpretasi
alam. Perencanaan untuk kegiatan wisata pada Air Terjun Talon yaitu wisata petualangan, berenang, interpretasi alam dan bersepeda. Perencanaan pengelolaan wisata kawasan TNBD yaitu usulan zonasi, pembentukkan UPT (Unit Pelaksana Teknis), pengelolaan sumberdaya manusia, kebutuhan sarana dan prasarana, pengelolaan multi pihak dan pemasaran/promosi.
PENILAIAN POTENSI OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA ALAM SERTA ALTERNATIF PERENCANAANNYA
DI TAMAN NASIONAL BUKIT DUABELAS PROVINSI JAMBI
SIAM ROMANI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehuta nan pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
2006
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jambi pada tanggal 29 Juni 1983 dari pasangan
Marsudi dan Siti Aminah. Penulis adalah anak ke-2 dari lima
bersaudara. Jenjang pendidikan formal dimulai pada tahun 1988-1989
di TK Islam Al-Falah Jambi. Kemudian melanjutkan ke SD Islam Al-
Falah Jambi dan lulus pada tahun 1995. Pendidikan menengah pertama dilalui
penulis di SMPN 9 Jambi pada tahun 1995 hingga tahun 1998. Sekolah Menengah
Umum dihabiskan di SMUN 9 Jambi dari tahun 1998-2001. Penulis diterima
sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) Fakultas Kehutanan Departemen
Konservasi Sumberdaya Hutan pada tahun 2001 melalui jalur USMI (Undangan
Seleksi Masuk IPB).
Semasa kuliah di IPB penulis aktif dalam beberapa organisasi diantaranya
International Forestry Student Association Local Comitte (IFSA LC-IPB),
Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan (HIMAKOVA) dan Unit
Kegiatan Mahasiswa Uni Konservasi Fauna (UKM UKF-IPB). Praktek Umum
Kehutanan dilaksanakan di Cagar Alam Leuweung Sancang, Cagar Alam dan TWA
Kawah Kamojang Garut. Praktek Umum Pengelolaan Hutan dilaksanakan di
Kesatuan Pemangkuan Hutan Sumedang. Praktek Kerja Lapang Profesi
dilaksanakan di Taman Nasional Alas Purwo Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa
Timur.
Penulis menyusun karya ilmiah (skripsi) yang berjudul Penilaian Potensi
Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam serta Alternatif Perencanaannya di
Taman Nasional Bukit Duabelas Provinsi Jambi dibawah bimbingan Dr. E.K.S.
Harini Muntasib, MS dan Eva Rachmawati, S.Hut sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Kehutanan.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih
dan Maha Penyayang atas rahmat dan karunia -Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Kehutanan. Penulis melaksanakan penelitian selama dua bulan yaitu
bulan September-Oktober 2005 yang kemudian disusun sebagai sebuah skripsi
dengan judul Penilaian Potensi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam serta Alternatif
Perencanaannya di Taman Nasional Bukit Duabelas Provinsi Jambi. Skripsi ini
berisi tentang studi dan penilaian terhadap potensi obyek dan daya tarik wisata alam
yang terdapat di dalam kawasan TNBD. Hasil penilaian tersebut digunakan untuk
menentukan obyek prioritas untuk dikembangkan sebagai tujuan wisata di TNBD
yang kemudian disusun alternatif perencanaan wisata alamnya.
Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah mendukung dan membantu sehingga dapat terselesaikannya
penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih tersebut terutama disampaikan kepada
kedua orang tua, kakak dan adik-adik serta seluruh keluarga besar tercinta , Ibu Dr.
E.K.S. Harini Muntasib, MS dan Eva Rachmawati, S.Hut selaku dosen pembimbing,
serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
Bogor, Maret 2006
Siam Romani
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. vi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ........................................................................................ 1 B. Tujuan...................................................................................................... 2 C. Manfaat Penelitian................................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Studi Potensi, Obyek dan Daya Tarik Wisata ......................................... 3 B. Wisata Alam dan Ekowisata .................................................................... 5 C. Taman Nasional....................................................................................... 7 D. Perencanaan Wisata ................................................................................. 8
III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Kawasan ..................................................................................... 10 B. Kondisi Fisik ........................................................................................... 11
B.1. Letak dan Luas ................................................................................. 11 B.2. Iklim, Topografi, Hidrologi dan Tanah........................................... 11 C. Kondisi Biologi Kawasan........................................................................ 12 C.1. Flora ................................................................................................. 12 C.2. Fauna ................................................................................................ 12 D. Masyarakat Sekitar Kawasan ................................................................. 13 D.1. Masyarakat di Dalam Taman Nasional ........................................... 13 D.2. Masyarakat di Luar Taman Nasional............................................... 14 F. Potensi Obyek dan Daya Tarik Wisata .................................................... 15
IV. METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian................................................................... 18 B. Alat dan Bahan ........................................................................................ 18
B.1. Alat................................................................................................... 18 B.2. Bahan ............................................................................................... 18
C. Metode ..................................................................................................... 18 C.1. Data yang Dikumpulkan................................................................... 18 C.2. Prosedur Kerja .................................................................................. 19
D. Metode Pengambilan Data ...................................................................... 20 D.1. Studi Pustaka ................................................................................... 20 D.2. Wawancara dan Kuesioner .............................................................. 20 D.3. Pengamatan Lapang......................................................................... 20
E. Pengolahan Data ...................................................................................... 21 E.1 Metode Skoring ................................................................................ 21 E.2. Analisis Deskriptif .......................................................................... 22
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA)
di Dalam Kawasan TNBD..................................................................... 23 A.1. Kriteria Penilaian ODTWA ........................................................... 23
A.1.1. Daya Tarik ............................................................................. 23 A.1.2. Aksesibilitas ........................................................................... 30 A.1.3. Kondisi Lingkungan Sosial Ekonomi.................................... 34 A.1.4. Akomodasi ............................................................................ 35 A.1.5. Sarana -Prasarana Penunjang.................................................. 35 A.1.6. Ketersediaan Air Bersih ......................................................... 37
A.2. Rekapitulasi Penilaian ODTWA ................................................... 38 B. Obyek dan Daya Tarik Wisata Budaya .................................................. 38 C. Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam di Sekitar Kawasan TNBD.......... 41 D. Pengunjung Taman Nasional Bukit Duabelas........................................ 44
D.1. Keadaan Pengunjung ..................................................................... 44 D.2. Karakteristik Pengunjung .............................................................. 46 D.3. Motif, Aktivitas dan Persepsi Pengunjung ................................... 47 D.4. Harapan Pengunjung...................................................................... 49
E. Masyarakat Desa Sekitar TNBD............................................................. 49 F. Pengelolaan dan Kebijakan..................................................................... 50
F.1. Pengelolaan.................................................................................... 50 F.2. Kebijakan Wisata .......................................................................... 52
G. Alternatif Perencanaan ........................................................................... 54 G.1. Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam............................................. 54
G.1.1. Demplot Tanaman Obat.......................................................... 55 G.1.2. Aek Manitik ............................................................................ 56 G.1.3. Air Terjun Talon ..................................................................... 57
G.2. Perencanaan Pengelolaan Wisata Kawasan................................... 58
VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan............................................................................................. 61 B. Saran ....................................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 62
LAMPIRAN..................................................................................................... 65
iii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Letak Geografis dan Batas Kawasan TNBD......................................11
Tabel 2. Kondisi Topografi, Hidrologi dan Tanah Kawasan TNBD ...............12
Tabel 3. Desa-Desa Interaksi TNBD menurut Wilayah Administrasi.............15
Tabel 4. Daya Tarik Obyek Wisata Alam Di TNBD .......................................24
Tabel 5. Penilaian Kriteria Daya Tarik Wisata Alam Di TNBD .....................25
Tabel 6. Penilaian Kriteria Aksesibilitas Obyek Di TNBD.............................32
Tabel 7. Penilaian Kondisi Lingkungan Sosial Ekonomi ................................ 34
Tabel 8. Penilaian Sarana-Prasarana Penunjang Di TNBD .............................36
Tabel 9. Penilaian Ketersediaan Air Bersih .................................................... 37
Tabel 10. Rekapitulasi Penilaian ODTWA......................................................38
Tabel 11. Pengunjung TNBD Tahun 2005.......................................................45
Tabel 12. Karakteristik Pengunjung TNBD.................................................... 46
Tabel 13. Motif, Aktivitas dan Persepsi Pengunjung TNBD ...........................47
Tabel 14. Sarana dan Prasarana yang Ada Di TNBD Saat Ini.........................52
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Bagan Alir Penelitian .....................................................................19
Gambar 2. Pintu Masuk Gua Kelelawar...........................................................26
Gambar 3. Demplot Tanaman Obat ................................................................ 27
Gambar 4. Air Terjun Talon .............................................................................29
Gambar 5. Kondisi Jalan Kabupaten Menuju TNBD ......................................31
Gambar 6. Kondisi Jalan Menuju Obyek.........................................................33
Gambar 7. Sungai Sebagai Salah Satu Sumber Air Bersih Di TNBD.............37
Gambar 8. Kelompok Tumenggung Tarip .......................................................39
Gambar 9. Pemanfaatan Hasil Hutan Oleh Orang Rimba................................ 40
Gambar 10. Ambung dan Penjelasan Tumenggung Tarip Mengenai Adat Istiadat Orang Rimba............................................................ 41
Gambar 11. Sumber Air Panas Desa Baru.......................................................42
Gambar 12. Sumber Air Panas Bukit Suban.................................................... 43
Gambar 13. Dam Sungai Jernih ......................................................................44
Gambar 14. Kegiatan yang Dilakukan Pengunjung TNBD .............................46
Gambar 15. Kegiatan yang Pernah Dilakukan Pengelola Berkaitan Dengan Wisata Di TNBD ............................................................ 51
Gambar 16. Sarana dan Prasarana yang Ada Di TNBD ..................................52
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Tabel Kriteria Penilaian Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam ...66
Lampiran 2. Tabel Daftar Nama Jenis Flora yang Terdapat Di Kawasan TNBD .....................................................................69
Lampiran 3. Tabel Daftar Nama Jenis Satwaliar Di Kawasan TNBD yang Biasa Digunakan Untuk Obat......................................................70 Lampiran 4. Tabel Sebaran Komunitas Orang Rimba Di Dalam dan Luar Kawasan TNBD Menurut Kelompok dan Lokasi .......................71
Lampiran 5. Tabel Gambaran Umum Desa Interaksi TNBD ..........................73
Lampiran 6. Kuesioner Untuk Pengunjung......................................................74
Lampiran 7. Panduan Wawancara.................................................................... 77
Lampiran 8. Peta Potensi Wisata TNBD..........................................................79
Lampiran 9. Peta Akses Jalan TNBD...............................................................80
Lampiran 10. Peta Sebaran Orang Rimba Tahun 2004 Di TNBD...................81
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keanekaragaman hayati, keunikan dan keaslian budaya tradisional,
keindahan bentang alam, gejala alam serta peninggalan sejarah/budaya adalah
anugerah Tuhan yang berpotensi sebagai obyek dan daya tarik wisata alam
(ODTWA). Kosmaryandi dan Avenzora (2004) mengemukakan bahwa
pemanfaatan potensi ODTWA untuk kegiatan wisata alam harus dikelola secara
arif dan bertanggung jawab serta benar-benar mempertimbangkan kelestarian
lingkungan.
Pariwisata sebagai green industry akan dapat menekan laju pengrusakan
sumberdaya alam dan lingkungan. Green industry sangat sesuai dengan
pariwisata yang berbasis alam utamanya ekowisata. Ekowisata yang menciptakan
pariwisata berkualitas memungkinkan akan dapat mempertahankan kualitas obyek
dan daya tarik alam dan dapat meningkatkan pendapatan serta kesejahteraan dan
kehidupan sosial masyarakat lokal. Namun demikian apabila tidak direncanakan
dengan konsep pembangunan pariwisata berwawasan lingkungan kerusakan
lingkungan akan terjadi. Pentingnya perencanaan dalam pengembangan
pariwisata sebagai suatu industri tidak lain adalah agar perkembangan industri
pariwisata sesuai dengan apa yang telah dirumuskan dan berhasil mencapai
sasaran yang dikehendaki baik itu ditinjau dari segi ekonomi, sosial, budaya dan
lingkungan hidup. Perencanaan dapat menginformasikan bagaimana kondisi
dimasa mendatang melalui langkah-langkah yang akan diambil dalam proses
implementasinya secara lebih efisien dan sesuai dengan kondisi kawasan yang
dikelola (Fandeli dan Nurdin, 2005).
Taman nasional sebagai salah satu kawasan pelestarian alam yang memiliki
potensi ODTWA membutuhkan perencanaan yang dapat memberikan gambaran
bagaimana pariwisata dan hal-hal yang berkaitan dengan wisata untuk
pengelolaannya ke depan. Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD) merupakan
tempat hidup bagi suku terasing (Suku Anak Dalam/Orang Rimba), mempunyai
keterwakilan ekosistem yang masih alami dan sudah mengalami degradasi,
modifikasi dan atau binaan, mempunyai komunitas alam yang unik, langka, dan
indah serta bentang alam dan potensi alam yang dapat dijadikan sebagai ODTWA.
Penelitian lebih rinci mengenai nilai potens i ODTWA di TNBD belum pernah
dilakukan. Untuk itu perlu dilakukan studi dan penilaian terhadap potensi-potensi
yang ada. Hasil studi dan penilaian tersebut selanjutnya dapat digunakan dalam
menyusun alternatif perencanaan wisata alam di TNBD.
B. Tujuan
Penelitian mengenai Penilaian Potensi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam
serta Alternatif Perencanaannya di Taman Nasional Bukit Duabelas Provinsi
Jambi ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui nilai potensi obyek dan daya tarik wisata alam.
2. Menyusun alternatif pe rencanaan wisata alam di TNBD.
C. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan bagi
pengelola dalam menyusun perencanaan wisata alam dan rencana pengembangan
wisata di TNBD.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Studi Potensi, Obyek dan Daya Tarik Wisata
Studi potensi dalam kamus Kehutanan RI tahun 1989 adalah studi mengenai
kandungan gejala alam dari suatu kawasan. Undang-Undang No. 9 Tahun 1990
tentang Kepariwisataan menyebutkan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan
atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat
sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata. Studi potensi wisata
adalah studi mengenai kandungan gejala alam dari suatu kawasan yang dapat
dijadikan sebagai obyek dan daya tarik suatu perjalanan wisata.
Definisi mengenai obyek dan daya tarik wisata menurut :
1. UU No. 9 Tahun 1990 bahwa obyek dan daya tarik wisata adalah segala
sesuatu yang menjadi sasaran wisata. Obyek dan daya tarik wisata tersebut
terdiri atas :
a. Obyek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang
berwujud keadaan alam serta flora dan fauna.
b. Obyek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud
museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya,
wisata agro, wisata tirta, wisata buru, wisata petualangan alam, taman
rekreasi, dan tempat hiburan.
2. Marpaung (2002) mengemukakan bahwa obyek dan daya tarik wisata
adalah suatu bentukan dan/atau aktivitas dan fasilitas yang berhubungan
serta dapat menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk datang ke
suatu daerah/tempat tertentu. Daya tarik yang tidak atau belum
dikembangkan semata -mata hanya merupakan sumberdaya potensial dan
belum dapat disebut sebagai daya tarik wisata sampai adanya suatu jenis
pengembangan tertentu. Jenis obyek dan daya tarik wisata dibagi kedalam
dua kategori yaitu :
a. Obyek dan daya tarik wisata alam.
b. Obyek dan daya tarik wisata sosial budaya.
3. Hamid (1996) menyatakan obyek wisata sebagai segala sesuatu yang
menarik dan telah dikunjungi wisatawan sedangkan daya tarik adalah segala
sesuatu yang menarik namun belum tentu dikunjungi. Daya tarik tersebut
masih memerlukan pengelolaan dan pengembangan sehingga menjadi obyek
wisata yang mampu menarik kunjungan.
4. Wiwoho (1990) menyatakan bahwa dalam dunia kepariwisataan istilah
obyek wisata mempunyai pengertian sebagai sesuatu yang dapat menjadi
daya tarik bagi seseorang atau calon wisatawan untuk mau berkunjung ke
suatu daerah tujuan wisata. Daya tarik tersebut antara lain dapat berupa :
a. Sumber-sumber daya tarik yang bersifat alamiah seperti iklim,
pemandangan alam, lingkungan hidup, fauna, flora, kawah, danau,
sungai, karang dan ikan di bawah laut, gua-gua, tebing, lembah dan
gunung.
b. Sumber-sumber buatan manusia berupa sisa-sisa peradaban masa
lampau, monumen bersejarah, rumah peribadatan, museum, peralatan
musik, tempat pemakaman dan lain-lain.
c. Sumber-sumber daya tarik yang bersifat manusiawi. Sumber manusiawi
melekat pada penduduk dalam bentuk warisan budaya misalnya tarian,
sandiwara, drama, upacara adat, upacara penguburan mayat, upacara
keagamaan, upacara perkawinan dan lain-lain.
Daya tarik wisata menurut Kodhyat (1996) adalah segala sesuatu yang
mendorong orang untuk berkunjung dan singgah di daerah tujuan wisata yang
bersangkutan. Soekadijo (2000) juga menyatakan bahwa wisatawan hanya akan
berkunjung ke tempat tertentu kalau di tempat itu terdapat kondisi yang sesuai
dengan motif wisatawan. Kondisi yang sesuai dengan motif wisatawan akan
merupakan daya tarik bagi wisatawan untuk mengunjungi tempat tersebut.
Unsur-unsur paling penting yang menjadi daya tarik dari sebuah daerah
tujuan ekowisata menurut Sudarto (1999) adalah kondisi alamnya, kondisi flora
dan fauna yang unik, langka dan endemik, kondisi fenomena alamnya, kondisi
adat dan budaya. Ko (2001) menyebutkan bahwa obyek wisata alam bisa berupa
gunung, lembah, sungai, pesisir, laut, pulau, air terjun, danau, lembah sempit
(canyon), rimba, gua dan sebagainya. Keberadaan suatu obyek wisata dapat
dinilai memiliki daya tarik jika kunjungan ke lokasi tersebut memenuhi harapan
(expectation) pengunjung. Untuk itu perlu dianalisis terlebih dahulu apa yang
menjadi harapan konsumen memilih obyek wisata tersebut sebagai tujuan
kunjungan.
Beberapa komponen obyek wisata yang dikemukakan oleh Cooper et al
(1998) yaitu :
1. Atraksi wisata baik berupa alam, buatan (hasil karya manusia), atau
peristiwa (kegiatan) yang merupakan alasan utama kunjungan.
2. Fasilitas -fasilitas dan pelayanan dibutuhkan oleh wisatawan di daerah
tujuan wisata.
3. Akomodasi, makanan dan minuman tidak hanya tersedia dalam bentuk
fisik tapi juga harus dapat menciptakan perasaan hangat dan memberikan
kenangan pada lingkungan dan makanan setempat.
4. Aksesibilitas (jalan dan transportasi) merupakan salah satu faktor
kesuksesan daerah tujuan wisata.
5. Faktor-faktor pendukung seperti kegiatan pemasaran, pengembangan, dan
koordinasi.
Pembangunan obyek dan daya tarik wisata menurut UU No. 9 Tahun 1990
dilakukan dengan memperhatikan :
1. Kemampuan untuk mendorong peningkatan perkembangan kehidupan
ekonomi dan sosial budaya.
2. Nilai-nilai agama, adat istiadat serta cara pandangan dan nilai-nilai yang
hidup dalam masyarakat.
3. Kelestarian budaya dan mutu lingkungan hidup.
4. Kelangsungan usaha pariwisata itu sendiri.
B. Wisata Alam dan Ekowisata
Kata wisata (tourism) pertama kali muncul dalam Oxford English
Dictionory tahun 1811 yang mendeskripsikan atau menerangkan tentang
perjalanan untuk mengisi waktu luang (Hakim, 2004). Kodhyat (1996)
menyatakan bahwa pariwisata adalah keseluruhan fenomena (gejala) da n
hubungan-hubungan yang ditimbulkan oleh perjalanan dan persinggahan manusia
di luar tempat tinggalnya dengan maksud bukan untuk tinggal menetap (di tempat
yang disinggahinya) dan tidak berkaitan dengan pekerjaan-pekerjaan yang
menghasilkan upah. Suwantoro (1997) mengemukakan bahwa wisata alam adalah
bentuk kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam dan tata
lingkungan. Kegiatan wisata alam merupakan kegiatan rekreasi dan pariwisata
pendidikan, penelitian, kebudayaan dan cinta alam yang dilakukan di dalam obyek
wisata. Menurut PHPA (1996) kegiatan wisata alam di dalam kawasan konservasi
diarahkan pada upaya pendayagunaan potensi obyek wisata alam dengan tetap
memperhatikan prinsip keseimbangan antara kepentingan pemanfaatan dan
pelestarian alam.
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia (2003)
menyatakan bahwa secara konseptual ekowisata dapat didefinisikan sebagai suatu
konsep pengembangan pariwisata berkelanjutan yang bertujuan untuk mendukung
upaya -upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan
partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sehingga memberikan manfaat ekonomi
kepada masyarakat dan pemerintah setempat. Berdasarkan segi pengelolaannya
ekowisata dapat didefinisikan sebagai penyelenggaraan kegiatan wisata yang
bertanggung jawab di tempat-tempat alami dan atau daerah-daerah yang dibuat
berdasarkan kaidah alam yang secara ekonomi berkelanjutan dan mendukung
upaya -upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) serta meningkatkan
kesejahteraan masyarakat setempat.
Sudarto (1999) menyatakan bahwa kegiatan (petualangan, pendidikan dan
penelitian) ekowisata juga merupakan daya tarik dalam sebuah produk ekowisata.
Selain itu unsur lainnya juga ikut menentukan dalam mengembangkan Daerah
Tujuan Ekowisata (DTE) tersebut. Sarana penunjang komunikasi, transportasi,
keamanan, dan juga kesiapan masyarakat setempat harus menjadi pertimbangan
utama. Faktor yang membuat suatu kawasan potensial untuk dikembangkan
menjadi proyek ekowisata adalah keanekaragaman atraksi meliputi atraksi alam
(nature made ) yaitu flora, fauna dan fenomena alam; atraksi budaya (culture)
berupa peninggalan budaya seperti candi, artefak, makam-makam kuno; adat
istiadat dan budaya seperti upacara agama, perkawinan, kematian; atraksi
penelitian dan pendidikan seperti penelitian flora dan fauna, pendidikan
lingkungan; dan atraksi olah raga dan petualangan seperti olah raga air, olah raga
darat, olah raga dirgantara.
C. Taman Nasional
Undang-undang RI No. 5 Tahun 1990 menyatakan bahwa taman nasional
adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan
sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan,
pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi. Menurut PP No. 68
Tahun 1998 kawasan taman nasional dapat dimanfaatkan sesuai dengan sistem
zonasi pengelolaannya. Berdasarkan sistem zonasi pengelolaannya kawasan
taman nasional dapat dibagi atas zona inti, zona pemanfaatan, zona rimba dan atau
zona lain yang ditetapkan Menteri berdasarkan kebutuhan pelestarian sumberdaya
alam hayati dan ekosistemnya. Zona pemanfaatan taman nasional adalah bagian
kawasan taman nasional yang dijadikan tempat pariwisata alam dan kunjungan
wisata. Rencana pengelolaan adalah suatu rencana bersifat umum dalam rangka
pengelolaan taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam yang
disusun oleh menteri kehutanan (PP No. 18 Tahun 1994).
Pemintakatan adalah alokasi ruang (kawasan) tiap-tiap mintakat mempunyai
fungsi tersendiri dan pengelolaannya berlainan sesuai dengan fungsinya. Menurut
PHPA (1988) taman nasional dibagi kedalam empat mintakat (zonasi) yaitu :
1. Zona inti (Sanctuary zone) ialah daerah yang berada di taman nasional
yang mutlak harus dilindungi dan tidak boleh mengalami perubahan
apapun juga yang disebabkan oleh tindakan-tindakan manusia. Daerah
tersebut sama sekali tidak boleh dikunjungi kecuali oleh pegawai taman
nasional dan para peneliti dengan izin khusus.
2. Zona rimba (Wilderness zone) ialah daerah yang berada di dalam taman
nasional yang merupakan daerah perlindungan. Pengunjung
diperbolehkan memasukinya dengan kegiatan-kegiatan yang terbatas
sesuai dengan peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang berlaku.
Pada daerah ini diperkenankan untuk mengadakan kegiatan-kegiatan
seperti membuat jalan-jalan setapak, mendirikan shelter dan memasang
papan informasi.
3. Zona pemanfaatan (Intensive use zone) ialah daerah yang berada dalam
kawasan taman nasional dan diperuntukkan sebagai tempat yang
diperkenankan untuk membangun sarana-sarana kemudahan bagi
pengunjung.
4. Zona penyangga (Buffer zone) merupakan zona yang umumnya terletak
berbatasan dengan pemukiman serta berfungsi sebagai pelindung potensi
sumberdaya taman nasional dari gangguan atau tekanan masyarakat sekitar
taman nasional atau sebaliknya untuk melindungi masyarakat dari
gangguan satwaliar yang ada di taman nasional.
D. Perencanaan Wisata
Perencanaan merupakan proses pembuatan keputusan tentang apa yang
harus dikerjakan dimasa depan dan bagaimana melakukannya. Perencanaan harus
memperhatikan keadaan sekarang secara realistis dan faktor potensial yang dapat
dikembangkan. Perencanaan usaha harus dimulai dengan survei terperinci
mengenai sifat dan bentuk pengembangan yang direncanakan terutama dalam hal
sumberdaya yang dimiliki (Kusmayadi, 2004).
Page dan Ross (2002) mendefinisikan perencanaan sebagai sebuah proses
dengan tujuan tertentu yang akan dicapai, menanggulangi dan memonitor
perubahan yang akan terjadi untuk dapat menjaga/memelihara kelangsungan
kawasan serta dapat meningkatkan pengalaman wisatawan terhadap kawasan atau
lokasi tersebut. Hall (2000) mengungkapkan bahwa apabila perencanaan wisata
telah sesuai/mengikuti trend perencanaan regional maka wisata tidak selalu
dipandang sebagai fokus utama dalam proses perencanaan. Menurut Fandeli dan
Nurdin (2005) suatu hal penting dalam membuat perencanaan adalah perlu
mempertimbangkan faktor kemudahan untuk diikuti dan bersifat praktis sehingga
cepat dapat ditindaklanjuti dan mempunyai standar yang memudahkan penilaian
keberhasilan perencanaan.
Aspek-aspek yang perlu diketahui dalam perencanaan pariwisata menurut
Dimjati (1999) adalah :
1. Wisatawan (tourist) dengan melakukan penelitian tentang wisatawan
sehingga dapat diketahui karakteristik wisatawan yang diharapkan datang.
2. Pengangkutan (transportasi) adalah bagaimana fasilitas transportasi yang
tersedia baik dari negara asal atau angkutan ke obyek wisata.
3. Atraksi/obyek wisata (attraction) mengenai apa yang dilihat, dilakukan
dan dibeli di daerah tujuan wisata (DTW) yang dikunjungi.
4. Fasilitas pelayanan (service facilities).
5. Informasi dan promosi (information) yaitu cara-cara promosi yang akan
dilakukan baik melalui iklan atau paket yang tersedia.
Proses perencanaan wisata menurut Page dan Ross (2002) adalah sebagai
berikut :
a. Studi persiapan. Pemegang otoritas perencanaan termasuk pemerintah
lokal dan regional memutuskan untuk mengizinkan pembangunan/
pengembangan perencanaan wisata.
b. Penentuan tujuan adalah mengidentifikasi tujuan utama dari perencanaan.
c. Survei seluruh elemen adalah inventarisasi seluruh sumberdaya wisata
yang ada beserta fasilitasnya. Kegiatan ini juga membutuhkan data
mengenai permintaan dan penawaran wisata, struktur ekonomi wisata
lokal, investasi kemungkinan finansial untuk pengembangan dimasa yang
akan datang.
d. Analisis dan sintesis data. Informasi dan data yang telah dikumpulkan
sebelumnya dianalisis dan digunakan sebagai pertimbangan untuk
merumuskan perencanaan.
e. Perumusan rencana dan kebijakan. Data yang telah diolah sebelumnya
digunakan untuk membuat pilihan-pilihan atau skenario pengembangan
wisata yang dapat dilakukan.
f. Rekomendasi. Perencanaan wisata yang telah lengkap untuk kemudian
disiapkan dan diajukan kepada komite perencanaan dari public agency
yang bertanggung jawab untuk memproses perencanaan tersebut.
g. Implementasi dan monitoring perencanaan wisata. Perencanaan
dilanjutkan dengan tindakan yang biasanya merupakan proses lanjutan dari
tim perencana. Dalam beberapa instansi, pengesahan juga dibutuhkan
untuk mengontrol aspek tertentu dalam pengembangan yang akan
ditetapkan sebagai bagian dari perencanaan.
h. Evaluasi berkala untuk mengetahui sejauh mana kemajuan pelaksanaan
dari perencanaan yang telah dilakukan.
III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Kawasan
Keberadaan TNBD berawal dari gagasan Pemerintah Daerah Kabupaten
Sarolangun Bangko untuk menjadikan kawasan Hutan Bukit Duabelas sebagai
hutan lindung dan cagar biosfer yang difungsikan sebagai Cagar Budaya
Komunitas Anak Rimba. Gubernur KDH Tk. I Jambi melalui Surat Nomor
522.51/863/84 tanggal 25 April 1984 mengusulkan kepada Menteri Kehutanan
agar kawasan Hutan Bukit Duabelas seluas 28.707 Ha diperuntukkan sebagai
cagar biosfer dengan fungsi sebagai Cagar Budaya Orang Rimba dan untuk
kepentingan penelitian dan pendidikan. Sementara dalam RTRW Provinsi Jambi
luas areal kawasan Hutan Bukit Duabelas untuk cagar biosfer ditetapkan seluas
29.485 Ha (BKSDA Jambi, 2004). Menteri Kehutanan melalui SK Nomor
46/Kpts-II/1987 tanggal 12 Februari 1987 menetapkan kawasan Hutan Bukit
Duabelas sebagai kawasan cagar biosfer dengan luas areal 29.485 Ha.
Komunitas Konservasi Indonesia (KKI Warsi), suatu Lembaga Swadaya
Masyarakat yang sejak Agustus 1997 telah secara intensif melakukan
pendampingan dan kajian-kajian menyangkut kehidupan dan penghidupan
Komunitas Orang Rimba di Kawasan Cagar Biosfer Bukit Duabelas (CBBD) dan
kawasan sekitarnya pada tahun 1999 merekomendasikan agar areal kawasan PT
Inhutani V dan PT Sumber Hutan Lestari yang terletak di sisi luar bagian utara
CBBD diperuntukkan sebagai kawasan hidup Komunitas Orang Rimba. Menteri
Kehutanan membentuk tim terpadu untuk melakukan kajian mikro di kawasan
Bukit Duabelas. Tim terpadu merekomendasikan agar areal kawasan sisi utara
yang berbatasan dengan kawasan CBBD dijadikan kawasan lindung (BKSDA
Jambi, 2004).
Menteri Kehutanan dan Perkebunan melalui SK Nomor 258/Kpts-II/2000
tanggal 23 Juni 2000 membentuk Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD)
dengan total luas kawasan 60.500 Ha sudah termasuk ex kawasan cagar biosfer
seluas 26.800 Ha. Presiden RI pada tanggal 26 Januari 2001 bertempat di Jambi
mendeklarasikan terbentuknya Taman Nasional Bukit Duabelas (BKSDA Jambi,
2004).
B. Kondisi Fisik
B.1. Letak dan Luas
Kawasan TNBD mencakup tiga wilayah kabupaten dengan luas areal
keseluruhan berdasarkan data seme ntara BIPHUT (2004) dalam BKSDA Jambi
(2004) meliputi areal seluas 58.300 Ha dengan rincian luas menurut masing-
masing kabupaten adalah sebagai berikut :
a. Kabupaten Batanghari : 65 %
b. Kabupaten Sarolangun :15 %
c. Kabupaten Tebo : 20 %
Luasan ini merupakan data sementara sebab pada belahan kawasan di
Kabupaten Batanghari garis batas luar kawasan belum temu gelang (BKSDA
Jambi, 2004). Letak geografis kawasan TNBD dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Letak geografis dan batas kawasan TNBD Uraian Utara Timur Selatan Barat
Letak a. Geografis 0104435 LS 10203137 BT 0200315 LS 10204827 BT b.Administrat if Kec. Marosebo
Ulu, Kab. Batanghari
Kec. Batin XXIV, Kab. Batanghari
Kec. Air Hitam, Kab. Sarolangun
Kec. Tebo Ilir, Kab. Tebo
Batas a. Batas alam Sungai Bernai b. Batas buatan PT Limbah Kayu
Utama dan PT Sawit Desa Makmur
PT Wana Perintis
Kebun dan pemukiman masyarakat desa-desa di Kec. Air Hitam (Semurung, Baru, Jernih, Lubuk Jering, Pematang Kabau dan Bukit Suban)
Pemukiman Transmigran Kuamang Kuning (SP A. SP E. dan SP G)
Sumber : Peta BIPHUT (2002) dalam BKSDA Jambi (2004). Catatan : Garis batas di Kecamatan Marosebo Ulu Kabupaten Batanghari, sepanjang kurang lebih
9.000 m belum terselesaikan (belum temu gelang).
B.2. Iklim, Topografi, Hidrologi dan Tanah
Schmidt dan Ferguson mengklasifikasikan iklim di TNBD dalam tipe iklim
A dengan curah hujan antara 3294-3669 mm/tahun dan suhu udara 3240 0C serta
kelembaban udara 80%-94%. Kondisi topografi, hidrologi dan tanah kawasan
TNBD tersaji dalam Tabel 2.
Tabel 2. Kondisi topografi, hidrologi dan tanah kawasan TNBD Deskripsi Uraian Keterangan
Topografi Belahan Selatan Perbukitan Ketinggian 50 438 mdpl Belahan Utara Datar Bergelombang Hidrologi Kawasan hulu dari
sejumlah sungai Daerah Aliran Sungai (DAS) penting di dalam dan sekitar kawasan meliputi : Sub DAS Air Hitam : Anak Sungai
Tembesi Sub DAS Jelutih dan Serengam : Anak
Sungai Tembesi Sub DAS Kejasung Kecil, Kejasung Besar,
Sungkai dan Makekal : A nak Sungai Tabir Sub DAS Bernai dan Seranten : Anak
Sungai Tabir Tanah Jenis tanah
didominasi oleh Podsolik
Sifat tanah jenis podsolik umumnya miskin hara dan mudah tererosi pada kondisi terbuka
Sumber : Berbagai sumber dalam BKSDA Jambi (2004).
C. Kondisi Biologi Kawasan
C.1. Flora
Jenis flora yang terdapat di TNBD antara lain bulian (Eusideroxylon
zwageri), meranti (Shorea sp), menggeris/kempas (Koompassia excelsa), jelutung
(Dyera costulata), jernang (Daemonorops draco), damar (Agathis sp), dan rotan
(Calamus sp). Disamping itu te rdapat sekitar 120 jenis tumbuhan yang berfungsi
sebagai tumbuhan obat (BKSDA Jambi, 2004). Potensi flora di TNBD
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2.
C.2. Fauna
Taman nasional ini merupakan habitat dari satwa langka dan dilindungi
seperti harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae), siamang (Hylobates
syndactylus) , beruk (Macaca nemestrina), macan dahan (Neofelis nebulosa
diardi), kancil (Tragulus javanicus), beruang madu (Helarctos malayanus
malayanus), kijang (Muntiacus muntjak), meong congkok (Prionailurus
bengalensis sumatrana), lutra sumatera (Lutra sumatrana) , ajag (Cuon alpinus
sumatrensis), kelinci sumatera (Nesolagus netscheri) dan elang ular bido
(Spilornis cheela malayensis) (BKSDA Jambi, 2004). Fauna tersebut ada yang
dimanfaatkan sebagai obat oleh Orang Rimba, selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 3.
D. Masyarakat Sekitar Kawasan
D.1. Masyarakat di Dalam Taman Nasional
Masyarakat di TNBD meliputi masyarakat yang berada di dalam kawasan
taman nasional yaitu Suku Anak Dalam dan masyarakat di luar kawasan yaitu
masyarakat desa. Masyarakat asli Suku Anak Dalam yang lebih suka disebut
Orang Rimba telah mendiami TNBD selama puluhan tahun. Orang Rimba
menyebut hutan yang ada di TNBD sebagai daerah pengembaraan. Mereka
berinteraksi dengan alam, saling memberi, saling memelihara dan saling
menghidupi (BKSDA Jambi, 2004).
Hasil sensus lapangan yang dilakukan KKI WARSI (2004) dalam BKSDA
Jambi (2004) menyatakan diluar tiga kelompok yang belum terdata diperoleh
keterangan sementara bahwa jumlah keseluruhan komunitas Orang Rimba yang
berada di dalam dan di sekitar kawasan TNBD tercatat sebanyak 1.524 orang.
Sebagian besar komunitas Orang Rimba di kawasan TNBD dan sekitarnya
mengambil ruang kehidupan dan penghidupan di belahan bagian barat (Air Hitam,
Makekal Hulu/Hilir dan Kejasung). Komunitas Orang Rimba umumnya memilih
areal ruang hidup di dataran rendah sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS). Sebaran
Orang Rimba di TNBD dan sekitarnya secara lebih jelas dapat dilihat pada
Lampiran 4.
Orang Rimba masih mempercayai adanya dewa-dewa seperti Dewa Gajah,
Dewa Harimau, Dewa Angsa, Dewa Padi, dan Dewa Trenggiling. Dewa tertinggi
adalah Dewa Gajah dan dewa-dewa tersebut biasanya dipanggil dalam upacara-
upacara adat Orang Rimba seperti upacara perkawinan, kelahiran dan
penyembuhan penyakit dengan perantara dukun. Kebudayaan/adat istiadat Orang
Rimba sangat unik antara lain struktur pemerintahan dan hukum adat, upacara-
upacara adat (upacara perkawinan, kelahiran, kematian) dan mitos -mitos yang
berlaku dalam kehidupan Orang Rimba (BKSDA Jambi, 2004).
Bagi Orang Rimba, hutan bukan hanya merupakan kawasan hidup dan
sumber penghidupan, tempat berladang, berburu dan memanen hasil hutan tapi
juga memiliki keterkaitan erat dengan budaya tradisi. Untuk pe menuhan
kebutuhan hidup akan makanan umumnya Komunitas Orang Rimba masih
mengandalkan pada pemanenan sumberdaya hutan non kayu. Kebutuhan akan
makanan diperoleh dengan memanen jenis umbi-umbian, buah-buahan serta
umbut-umbutan dan berburu satwaliar (BKSDA Jambi, 2004). Pemanenan hasil
hutan dilakukan secara bijaksana dengan mengikuti aturan adat yang kuat
berwawasan pelestarian lingkungan seperti :
- Untuk pemanenan umbi-umbian dan umbut-umbutan berlaku aturan adat
ambil satu bayar satu, maksudnya bila mengambil satu umbi atau umbut
maka harus menanam satu umbi atau umbut.
- Untuk pemanenan buah-buahan berlaku aturan adat pohon induk dilarang
ditebang, maksudnya pemanenan dilakukan tidak dengan menebang pohon
yang diambil buahnya agar pohon tersebut da pat menghasilkan buah lagi di
musim panen selanjutnya dan dapat beregenerasi.
Kebutuhan akan bahan makanan hewani dipenuhi melalui berburu satwaliar.
Dalam melakukan kegiatan perburuan ada beberapa jenis satwa yang
dipantangkan antara lain enggang gading, berang-berang, harimau, kucing hutan
dan primata. Pemanenan untuk tujuan komersial (diperdagangkan) juga sudah
dikenal meluas antara lain rotan manau, rotan cacing, rotan sego, rotan paku, rotan
lilin, rotan sabut, rotan semi, rotan tebu-tebu, rotan gelang-gelang, rotan suto,
rotan balam, rotan semut, getah jernang, getah damar, madu tawon hutan (maniy
rapah bumbun dan maniy rapah sialang), buah-buahan hutan, terutama duku dan
durian daun. Pemanenan getah jelutung dan getah balam sudah tidak banyak
dilakukan dikarenakan sulitnya mendapatkan pembeli (KKI Warsi, 2004 dalam
BKSDA Jambi, 2004). Selain pemanenan hasil hutan kegiatan pertanian
tradisional yang sudah dikenal meluas oleh komunitas ini adalah tanaman karet
dan buah-buahan. Penjualan hasil panenan hutan dan pertanian umumnya
dilakukan melalui jasa perantara (jenang).
D.2. Masyarakat di Luar Taman Nasional
Desa-desa di sekitar TNBD secara administratif berada di bagian utara
kawasan adalah sebanyak empat desa yang termasuk dalam wilayah Kecamatan
Tebo Ilir, Kabupaten Tebo dan satu desa di Kecamatan Muarosebo Ulu,
Kabupaten Batanghari. Di bagian selatan TNBD terdapat enam desa yang
termasuk dalam Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun (Tabel 3).
Tabel 3. Desa-desa interaksi TNBD menurut wilayah administrasi Kabupaten Kecamatan Desa Interaksi Jumlah Penduduk
1. Batanghari Muarasebo Ulu Batu sawar 479 2. Tebo Tebo Ilir Sungai Jernih 2.158 Tanah Garo 1.361
Lancar Tiang 2.564 3. Sarolangun Air Hitam Semurung 1.141 Baru 1.605 Jernih 1.630 Lubuk Jering 771
Pematang Kabau 1.878 Bukit Suban (ex trans SPI) 3.124
Sumber : Berbagai sumber (diolah kembali) dalam BKSDA Jambi (2004)
Masyarakat desa di bagian utara TNBD mayoritas adalah etnis melayu dan
sebagian kecil masyarakat pendatang (transmigran). Masyarakat desa yang
berada dalam wilayah bagian selatan TNBD sebagian adalah transmigran dan
selebihnya merupakan etnis melayu. Mayoritas masyarakat memeluk agama
Islam dan sebagian lain memeluk agama Kristen, Budha dan Hindu. Hasil budaya
masyarakat desa sekitar TNBD berupa kesenian daerah yang meliputi tari-tarian
daerah dan kesenian alunan Biduk Sayak (berupa seni berbalas pantun dengan
diiringi musik biasanya dilakukan oleh muda-mudi).
Mata pencaharian utama masyarakat Desa Batu Sawar, Desa Sungai Jernih,
Desa Tanah Garo, Desa Lancar Tiang, Desa Baru, Desa Semurung, Desa Jernih
dan Desa Lubuk Jering yang sebagian besar merupakan etnis melayu adalah
bertani yang lebih bertumpu pada pertanian karet (alam) dikelola secara ekstensif
melalui sistem perladangan berpindah. Masyarakat pendatang (transmigran) di
Desa Pematang Kabau dan Desa Bukit Suban lebih banyak bertumpu pada
pertanian kelapa sawit dan sebagian lagi dari pertanian karet (unggul) yang
dikelola secara intensif (BKSDA Jambi, 2004). Gambaran umum desa-desa yang
berada di wilayah selatan TNBD disajikan dalam Lampiran 5.
F. Potensi Obyek dan Daya Tarik Wisata
Taman Nasional Bukit Duabelas sebagai kawasan pelestarian alam memiliki
potensi wisata kawasan yang terletak pada alam hutan dan ekosistemnya serta
sejumlah aspek budaya yang terkait dengan eksistensinya sebagai kawasan
adat/budaya Komunitas Orang Rimba. Secara garis besar potensi wisata kawasan
TNBD terdiri atas :
a. Spektrum ekosistem kawasan yang terbentuk dari per paduan antara alam
hutan perbukitan dan sungai. Kombinasi ini memberikan nuansa lansekap
alamiah yang menarik untuk dinikmati.
b. Adat istiadat, tradisi dan kearifan tradisional Komunitas Orang Rimba.
c. Lingkungan alam hutan primer yang relatif tidak banyak ditemukan lagi di
tempat-tempat lain.
d. Satwaliar terutama jenis-jenis yang dilindungi.
e. Flora yang bernilai tinggi sebagai plasma nutfah, jenis-jenis yang
tergolong langka dan dilindungi dan jenis-jenis yang memiliki daya tarik
visual.
f. Biota obat hutan tropis dan pengetahuan tradisional pengobatan mandiri
Komunitas Orang Rimba.
Potensi-potensi ini merupakan keunggulan komparatif yang dimiliki oleh
kawasan TNBD yang selanjutnya dapat dikemas dalam bentuk program
interpretasi untuk diketengahkan sebagai produk andalan ekowisata TNBD
(BKSDA Jambi, 2004).
Potensi obyek dan daya tarik wisata yang terdapat di TNBD menurut PHKA
(2003b) antara lain :
1. Sumber Air Panas Bukit Suban berupa danau seluas 30 m2 di tengah-
tengahnya keluar gelembung-gelembung air panas dengan suhu 39 0C dan
airnya tidak mengalir.
2. Air Terjun Lubuk Jering adalah air terjun dengan ketinggian 20 m yang
mengalir ke Sungai Telentam.
3. Air Terjun Talon memiliki tiga tingkatan yaitu 7 m, 4 m, dan 2m.
4. Aek Manitik merupakan air terjun dengan ketinggian 5 m di sebelah kanan
air terjun terdapat gua sarang kelelawar dan pada dinding air terjun juga
terdapat lubang dengan diameter 2.5 m.
5. Air Meruap adalah sumber air dengan arus deras keluar dari dasar Dam
memiliki kedalaman 8 m dan airnya sangat jernih.
6. Sumber Air Panas Dusun Baru memiliki panorama yang indah, udara yang
sejuk dan lingkungan yang masih asri.
Disamping itu terdapat banyak sumber mata air dan sungai dengan air yang
mengalir serta adat dan budaya tradisional khas Suku Anak Dalam.
IV. METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini berlokasi di Taman Nasional Bukit Duabelas Provinsi Jambi
selama dua bulan yaitu bulan September sampai bulan Oktober 2005.
B. Alat dan Bahan
B.1. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis, GPS
(Geografis Position System) dan kamera.
B.2. Bahan
Bahan yang diperlukan pada penelitian ini yaitu Pedoman Analisis Daerah
Operasi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ADO-ODTWA) Dirjen PHKA
(2003) yang telah dimodifikasi, kuesioner untuk pengunjung dan panduan
wawancara (pengelola, Pemerintah Daerah dan tokoh masyarakat).
C. Metode
C.1. Data yang Dikumpulkan
Data dan informasi yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas :
1. Kondisi umum lokasi penelitian meliputi sejarah, letak dan luas wilayah,
status pengelolaan, kondisi fisik (topografi, hidrologi, tanah, iklim) dan
kondisi biologi (potensi flora dan fauna).
2. Kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat sekitar lokasi penelitian,
masyarakat di dalam kawasan (Komunitas Orang Rimba) dan di luar
kawasan (masyarakat desa) meliputi jumlah penduduk, penyebarannya,
mata pencaharian, tingkat pendidikan, agama, adat istiadat dan budaya
masyarakat.
3. Potensi obyek dan daya tarik wisata alam meliputi daya tarik,
aksesibilitas, kondisi lingkungan sosial ekonomi, akomodasi, sarana-
prasarana penunjang dan ketersediaan air bersih.
4. Pengunjung meliputi keadaan, karakteristik, motif, aktivitas, persepsi dan
harapan pengunjung.
5. Pengelolaan wisata meliputi kebijakan wisata, pengelolaan, fasilitas dan
pelayanan serta perencanaan wisata.
C.2. Prosedur Kerja
1. Pengumpulan data melalui studi pustaka dan melakukan verifikasi di
lapangan mengenai potensi-potensi wisata di TNBD.
2. Menilai obyek dengan menggunakan Pedoman Analisis Daerah Operasi
Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ADO-ODTWA) Dirjen PHKA
tahun 2003 yang telah dimodifikasi.
3. Menganalisis potensi wisata alam di TNBD kemudian diuraikan secara
deskriptif dan menentukan obyek prioritas yang berpotensi untuk
dikembangkan.
4. Membuat alternatif perencanaan ODTWA di TNBD.
Gambar 1. Bagan Alir Penelitian
Potensi-potensi TNBD
Pengunjung dan Masyarakat
TNBD
Pengelola TNBD dan Pemerintah
Daerah
Obyek dan daya tarik wisata alam TNBD
Obyek prioritas
Penilaian kriteria
ODTWA
Analisis deskriptif
Alternatif perencanaan wisata alam
D. Metode Pengambilan Data
D.1. Studi Pustaka
Studi pustaka ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi lokasi penelitian
dan membantu pengumpulan data-data awal dengan mempelajari dan menelaah
pustaka yang menunjang penelitian. Pustaka yang ditelaah tersebut bersumber
dari buku-buku, majalah-majalah, dokumen-dokumen dan website -website yang
berkaitan dengan penelitian. Data-data kepustakaan diperoleh dari kantor
BKSDA Jambi, kantor LSM KKI WARSI, Dinas Pariwisata, perpustakaan IPB,
perpustakaan daerah Provinsi Jambi dan tempat-tempat lain yang menunjang
pustaka penelitian.
D.2. Wawancara dan Kuesioner
Wawancara dilakukan secara terpandu kepada pihak-pihak terkait antara
lain pengelola (BKSDA Jambi) baik di pusat maupun pengelola di lapangan
meliputi kebijakan pengelolaan wisata TNBD, rencana pengelolaan wisata TNBD,
kegiatan yang berkaitan dengan wisata, pengunjung TNBD, kerjasama yang
dilakukan berkaitan dengan wisata, permasalahan dan kendala yang dihadapi serta
pemecahan dan harapan pengelola. Pemerintah Daerah dalam hal ini Dinas
Pariwisata meliputi kebijakan wisata, rencana pengelolaan wisata serta kepada
tokoh masyarakat (Tumenggung Tarip sebagai ketua kelompok Orang Rimba Air
Hitam, Tengganai dari Rombong Ninjo dan Kepala Desa terdekat dengan obyek
wisata TNBD) meliputi kondisi sosial, ekonomi dan budaya/adat istiadat
masyarakat.
Kuesioner diberikan kepada pengunjung obyek wisata di TNBD. Penentuan
jumlah responden pengunjung ditentukan dengan teknik purposive sampling
(Kusmayadi, 2004). Pengisian kuesioner dimaksudkan untuk mengetahui
karakteristik, motif, aktivitas, persepsi dan harapan pengunjung.
D.3. Pengamatan Lapang
Pengamatan lapang dilakukan untuk melihat dan mengetahui potensi obyek
dan daya tarik wisata alam. Pengamatan lapang ini dimaksudkan sebagai
verifikasi potensi obyek dan daya tarik wisata serta sarana prasarana wisata dari
hasil studi pustaka dan informasi dari petugas serta masyarakat sekitar TNBD
dengan keadaan/kondisi yang ada dilapangan. Komponen-komponen yang
diamati yaitu :
1. Kondisi biologi; unsur yang diamati adalah jenis flora dan fauna yang
dijumpai di sekitar obyek wisata
2. Daya tarik; unsur yang diamati meliputi keunikan, kepekaan, variasi
kegiatan, sumberdaya alam yang menonjol, kebersihan lokasi, keamanan,
kenyamanan.
3. Aksesibilitas; unsur yang diamati yaitu kondisi dan jarak jalan darat, tipe
jalan.
4. Akomodasi; dilakukan dengan melihat dan mencari informasi mengenai
penginapan dalam radius 15 km dari obyek.
5. Sarana-prasarana penunjang meliputi kantor pos, jaringan telepon,
Puskesmas, jaringan listrik, jaringan air minum, rumah makan, pusat
perbelanjaan/pasar, bank, toko souvenir/cinderamata.
6. Ketersediaan air bersih; unsur yang diamati meliputi volume, jarak
sumber air terhadap lokasi obyek, dapat tidaknya/kemudahan air
dialirkan ke obyek, kelayakan dikonsumsi dan kontinuitas.
E. Pengolahan Data
E.1. Metode Skoring
Data mengenai potensi ODTWA diolah dengan me nggunakan Pedoman
Analisis Daerah Operasi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ADO-ODTWA)
Direktorat Jenderal PHKA (2003a) yang telah dimodifikasi sesuai dengan
nilai/skor yang telah ditentukan untuk masing-masing kriteria (Lampiran 1).
Jumlah nilai untuk satu kriteria penilaian ODTWA dapat dihitung dengan
persamaan sebagai berikut :
S = N x B
Keterangan : S = skor/nilai suatu kriteria
N = jumlah nilai unsur -unsur pada kriteria
B = bobot nilai
Masing-masing kriteria tersebut dalam penilaiannya terdiri atas unsur dan
sub unsur yang berkaitan. Nilai masing-masing unsur dipilih dari salah satu
angka yang terdapat pada tabel kriteria penilaian ODTWA sesuai dengan potensi
dan kondisi masing-masing lokasi.
Daya tarik merupakan modal utama yang memungkinkan datangnya
pengunjung untuk itu bobot kriteria daya tarik diberi angka tertinggi yaitu 6.
Penilaian aksesibilitas diberi bobot 5 karena aksesibilitas merupakan faktor yang
sangat penting dalam mendukung potensi pasar. Kondisi lingkungan sosial
ekonomi dinilai dalam radius 5 km dari batas intensive use atau jarak terdekat
dengan obyek. Kriteria penilaian kondisi lingkungan sosial ekonomi diberi bobot
5 karena kriteria ini juga sangat penting dalam mendukung potensi pasar.
Penilaian kriteria akomodasi diberi bobot 3.
Penilaian kriteria sarana-prasarana penunjang diberi bobot 3 karena sifatnya
sebagai penunjang. Air bersih merupakan faktor yang harus tersedia dalam
pengembangan suatu obyek baik untuk pengelolaan maupun pelayanan. Bobot
yang diberikan untuk kriteria ketersediaan air bersih adalah 6. Hasil penilaian
seluruh kriteria obyek dan daya tarik wisata alam tersebut digunakan untuk
melihat dan menentukan obyek prioritas yang akan dibuat alternatif
perencanaannya.
E.2. Analisis Deskriptif
Hasil pengolahan data mengenai obyek dan daya tarik wisata alam tersebut
kemudian diuraikan secara deskriptif.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA) di Dalam Kawasan
TNBD
A.1. Kriteria Penilaian ODTWA
Kriteria penilaian obyek wisata alam merupakan suatu instrumen untuk
mendapatkan kepastian kelayakan suatu obyek untuk dikembangkan sebagai
obyek wisata alam. Fungsi kriteria adalah sebagai dasar dalam pengembangan
ODTWA melalui penetapan unsur kriteria, penetapan bobot, penghitungan
masing-masing sub unsur dan penjumlahan dari semua kriteria (Dirjen PHKA,
2003a). Hasil pengamatan terhadap potensi-potensi di TNBD dapat diketahui
bahwa terdapat beberapa tempat yang berpotensi sebagai ODTWA yaitu Gua
Kelelawar, Demplot Tanaman Obat, Aek Manitik, Air Terjun Talon dan Air
Terjun Lubuk Jering. ODTWA tersebut selanjutnya dinilai menurut kriteria
penilaian yang dipakai sebagai dasar dalam penilaian ODTWA ini yaitu daya
tarik, aksesibilitas, kondisi lingkungan sosial ekonomi, akomodasi, sarana-
prasarana penunjang dan ketersediaan air bersih.
A.1.1. Daya Tarik
Daya tarik merupakan faktor yang membuat orang berkeinginan untuk
mengunjungi dan melihat secara langsung ke tempat yang mempunyai daya tarik
tersebut. Pengkajian komponen daya tarik ini bertujuan untuk mengetahui
gambaran bentuk-bentuk kegiatan rekreasi yang sesuai dengan daya tarik dan
sumberdaya yang tersedia. Menurut PHKA (2003a) daya tarik merupakan modal
utama yang memungkinkan datangnya pengunjung. Unsur -unsur yang dinilai
pada kriteria daya tarik ini yaitu keunikan, kepekaan, variasi kegiatan, jenis
sumberdaya yang menonjol, kebersihan obyek, keamanan, dan kenyamanan.
Unsur-unsur daya tarik yang terdapat pada masing-masing obyek wisata alam di
TNBD disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Daya tarik obyek wisata alam di TNBD No. Obyek Wisata Alam Daya Tarik
1. Gua Kelelawar Gua alam berbatu Fauna : kelelawar, ular dan landak Flora : kedundung tunjuk, sebalik sumpah, bambu, rotan Kegiatan : menikmati keindahan, tracking, berkemah,
penelitian/pendidikan, hiking 2. Demplot Tanaman Obat Demplot berisi sekitar 52 jenis tanaman obat yang berasal
dari Bukit Duabelas Flora : meranti, bambu, rotan Fauna : berbagai jenis burung, simpai, bajing, monyet
ekor panjang Kegiatan : menikmati keindahan, tracking, berkemah,
penelitian/pendidikan, hiking 3. Aek Manitik Air terjun setinggi 5 m, di sebelah kanan air terjun
terdapat gua sarang kelelawar (lebar 6 m, 1.5 m dan dalam 4 m)
Pada dinding air terjun juga terdapat lubang berdiameter 2.5 m
Kegiatan : menikmati keindahan, tracking, memancing, berenang, berkemah, penelitian/pendidikan, hiking
Flora : bulian, kempas, meranti, rotan, bambu Fauna : burung gagak, simpai, monyet ekor panjang,
bajing 4. Air Terjun Talon Air terjun bertingkat tiga dengan tinggi sekitar 7 m, 4 m
dan 2 m Kegiatan : menikmati keindahan, memancing, tracking,
berenang, berkemah, penelitian/pendidikan, hiking Flora : pisang hutan, bernai, kasai, bayas, dan harendong
bulu Fauna : kupu-kupu, burung elang, simpai, monyet ekor
panjang, dan ikan hias yang terdapat di sungai 5. Air Terjun Lubuk
Jering Air terjun setinggi 20 m Kegiatan : menikmati keindahan, memancing, tracking,
berenang, berkemah, penelitian/pendidikan, hiking Flora : durian, meranti, bulian Fauna : berbagai jenis burung, simpai, monyet ekor
panjang, bajing, katak Hasil pengamatan terhadap daya tarik yang dimiliki masing-masing obyek
wisata alam di TNBD dapat diketahui penilaian kriteria daya tariknya (Tabel 5).
Tabel 5. Penilaian kriteria daya tarik wisata alam di TNBD Obyek Wisata Alam
No. Unsur-unsur
Penilaian Gua Kelelawar
Demplot Tanaman
Obat
Aek Manitik
Air Terjun Talon
Air Terjun Lubuk Jering
1. Keunikan sumberdaya alam
15 10 10 15 10
2. Kepekaan sumberdaya alam
20 25 10 10 10
3. Variasi kegiatan 25 25 30 30 30 4. Jenis sumberdaya
alam yang menonjol 20 15 25 25 25
5. Kebersihan lokasi 30 30 30 30 30 6. Keamanan 20 25 25 25 20 7. Kenyamanan 25 30 30 30 30 Jumlah (nilai x bobot (6)) 930 960 960 990 930
Penilaian kriteria daya tar ik pada obyek wisata alam di TNBD terlihat
bahwa Air Terjun Talon memiliki nilai daya tarik tertinggi yaitu sebesar 990
kemudian Demplot Tanaman Obat dan Aek Manitik memiliki nilai daya tarik
yang sama yaitu 960 selanjutnya Gua Kelelawar dan Air Terjun Lubuk Jering
mendapat nilai paling rendah yaitu sebesar 930.
Gua Kelelawar
Daya tarik Gua Kelelawar adalah keunikan berupa gua berbatu besar. Gua
ini terletak di Bukit Punai Banyak. Gua ini sangat gelap karena tidak ada lubang
yang dapat ditembus cahaya kecuali dari mulut gua. Mulut gua berada diantara
dua buah batu besar dan tidak terlalu lebar hanya bisa dimasuki orang secara satu
persatu dengan posisi badan miring dan sedikit membungkuk. Namun ruang di
bagian dalam gua cukup luas. Di dalam gua ini banyak sekali terdapat kelelawar
sehingga Orang Rimba menyebutnya Gua Kelelawar. Menurut kepercayaan
Orang Rimba gua ini merupakan gua setan yang apabila kita masuk ke dalamnya
maka akan membuat kita menjadi sakit.
Variasi kegiatan yang dapat dilakukan pada obyek ini antara lain menikmati
keindahan alam hutan Bukit Punai Banyak, tracking, berkemah, penelitian, dan
hiking. Jenis sumberdaya alam yang menonjol adalah batuan yang menyusun gua.
Flora yang terdapat disekitar gua antara lain kedundung tunjuk (sala h satu pohon
sialang pohon yang terdapat sarang lebah madu milik Orang Rimba), sebalik
sumpah (sejenis jambu-jambuan yang bijinya digunakan untuk kalung dan gelang
yang dipercaya dapat menangkal sumpah serapah orang), bambu dan rotan. Fauna
yang dapat dijumpai selama perjalanan menuju Gua Kelelawar antara lain
siamang, burung gagak, burung pelatuk, kangkareng, dan katak bertanduk. Selain
itu di dalam gua juga terdapat fauna antara lain kelelawar, ular dan landak.
Kebersihan lokasi Gua Kelelawar ini sangat baik, bebas dari pengaruh industri,
jalan ramai, pemukiman penduduk, sampah, vandalisme dan pencemaran lain.
Keamanannya cukup baik meskipun ada kepercayaan Orang Rimba mengenai gua
ini namun cukup aman karena tidak ada arus sungai yang berbahaya, tidak ada
penebangan dan perambahan serta tidak ada pencurian. Gua Kelelawar juga
cukup nyaman walaupun ada bau yang cukup mengganggu berasal dari kotoran
kelelawar namun udaranya sejuk, bebas kebisingan dan tidak ada lalu lintas umum
yang mengganggu. Gua Kelelawar ini sama sekali belum dikelola. Pengunjung
yang datang pun belum ada. Diperlukan perencanaan yang matang dan
pengkajian secara mendalam tentang gua ini sehingga dapat menarik minat
pengunjung untuk datang.
Gambar 2. Pintu masuk Gua Kelelawar Demplot Tanaman Obat
Ekspedisi biota medika tahun 1998 telah menemukan biota obat hutan di
kawasan TNBD yang sudah dimanfaatkan oleh Komunitas Orang Rimba.
Temuan-temuan ini diperoleh melalui pengamatan dan wawancara dengan
Tumenggung Ngamat, Tumenggung Kecik, Pagar Alam, Ngunci Lidah dan Istri
Tumenggung Kecik di Kejasung Kecil, Tumenggung Jelitai di Pasir Putih,
Tumenggung Tarip dan istri di Air Hitam. Jenis biota medika yang ditemukan
meliputi 137 jenis yang terdiri dari 101 jenis tumbuhan obat, 27 jenis cendawan
obat dan 9 jenis hewan obat. Sebagian besar tumbuhan obat tersebut masih
tergolong tumbuhan liar/belum dibudidayakan (BKSDA, 2004).
Tumbuhan-tumbuhan obat tersebut dikumpulkan dan ditanam di satu lokasi
yang disebut demplot. Demplot tanaman obat ini dibuat sekitar tahun 2001. Di
dalam demplot seluas 0.5 Ha ini terdapat sekitar 101 jenis tanaman obat yang
berasal dari Bukit Duabelas namun saat ini hanya terdapat sekitar 52 jenis
tanaman obat saja. Tanaman obat tersebut telah diberi la bel berisi keterangan
mengenai nama lokal, khasiat, bagian yang digunakan dan cara penggunaannya.
Demplot Tanaman Obat ini memiliki nilai pengetahuan mengenai berbagai jenis,
khasiat, bagian yang digunakan dan penggunaan tumbuhan obat yang terdapat di
TNBD, nilai budayanya berupa penggunaan tumbuhan obat oleh Orang Rimba
untuk ritual-ritual adat dan nilai pengobatan secara tradisional oleh Orang Rimba.
Kegiatan yang dapat dilakukan pada obyek ini antara lain menikmati keindahan
alam, tracking , berkemah, pendidikan/penelitian mengenai tumbuhan obat, dan
hiking. Flora yang terdapat disekitar demplot antara lain meranti, bambu dan
rotan. Fauna yang dapat dijumpai selama perjalanan menuju demplot antara lain
berbagai jenis burung, monyet ekor panjang, bajing dan simpai. Lokasi obyek ini
sangat bersih tidak ada pengaruh dari industri, jalan ramai, pemukiman, sampah,
vandalisme dan pencemaran lain. Keamanannya pun baik tidak ada arus sungai
yang berbahaya, tidak ada penebangan dan perambahan, tidak ada pencur ian dan
tidak ada kepercayaan yang mengganggu. Demplot Tanaman Obat ini sangat
nyaman, udaranya sejuk, bebas bau yang mengganggu, bebas kebisingan dan tidak
ada lalu lintas umum yang mengganggu.
Dok. BKSDA Prov. Jambi Dok. BKSDA Prov. Jambi
(a) (b) Gambar 3. (a) Demplot Tanaman Obat dan (b) salah satu jenis tanaman obat yang
terdapat di demplot
Pengunjung yang datang umumnya para peneliti yang bertujuan untuk
penelitian dan menambah pengetahuan mengenai tumbuhan obat yang biasa
digunakan oleh Orang Rimba. Demplot Tanaman Obat ini belum dikelola secara
optimal. Hal ini terlihat dari kondisi demplot yang kurang terawat dan
berkurangnya jenis tanaman obat di dalam demplot.
Aek Manitik
Aek Manitik merupakan air terjun dengan ketinggian sekitar 5 m. Air terjun
ini berada di dalam kawasan TNBD secara geografis terletak pada 0105521 LS
dan 10203458 BT. Disebut aek manitik berasal dari kata aek titek (bahasa
rimba) yang artinya air yang jatuh. Air ini berasal dari aliran Sungai Paku Aji
dengan debit sekitar 20 liter/detik. Di sebelah kanan air terjun terdapat gua sarang
kelelawar (lebar 6 m x 1.5 m x dalam 4 m). Pada dinding air terjun juga terdapat
lubang berdiameter 2.5 m (Tim Identifikasi Obyek Wisata Alam Taman Nasional
Bukit Duabelas dan Hutan Wisata Bukit Sari, 2002).
Kegiatan yang dapat dilakukan di lokasi ini antara lain menikmati
keindahan alam, memancing, trecking , berenang, berkemah dan hiking. Jenis
sumberdaya yang menonjol adalah batuan yang terdapat di Sungai Paku Aji, air
terjun yang jernih dan belum tercemar. Flora di sekitar Aek Manitik antara lain
bulian, meranti, bambu dan rotan. Fauna yang dapat dijumpai sepanjang
perjalanan menuju Aek Manitik antara lain burung gagak, bajing, simpai, dan
monyet ekor panjang. Obyek Aek Manitik ini sangat bersih, tidak ada pengaruh
dari industri, jalan ramai, pemukiman, sampah, vandalisme dan pencemaran lain.
Keamanannya baik, tidak ada arus berbahaya, tidak ada penebangan dan
perambahan, tidak ada pencurian dan tidak ada kepercayaan yang mengganggu.
Aek Manitik juga dinilai sangat nyaman, udaranya sejuk, bebas bau yang
mengganggu, bebas kebisingan dan tidak ada lalu lintas umum yang mengganggu.
Pengunjung yang datang ke lokasi ini masih sangat jarang. Obyek ini cukup
potensial untuk dikembangkan karena lokasinya yang tidak begitu jauh dengan
Demplot Tanaman Obat.
Air Terjun Talon
Secara geografis Air Terjun Talon terletak pada 0105808 LS dan 1020
4318 BT. Air Terjun Talon tidak terlalu tinggi namun memiliki tiga tingkat
dengan tinggi masing-masing tingkat sekitar 7 m, 4 m dan 2 m. Debit air 60
liter/detik berasal dari Sungai Karang mengalir ke hulu Sungai Jernih. Air yang
mengalir pada air terjun ini sangat jernih. Terdapat kolam di bawah air terjun
dengan kedalaman 4 m (Tim Identifikasi Obyek Wisata Alam Taman Nasional
Bukit Duabelas dan Hutan Wisata Bukit Sari, 2002) . Kolam ini dapat digunakan
untuk berenang/mandi, kegiatan lain yang dapat dilakukan di lokasi ini yaitu
memancing, trecking, berkemah, dan hiking.
(a) (b) Gambar 4. Air Terjun Talon : (a) tingkat satu setinggi 7 m, (b) tingkat dua
setinggi 4 m.
Jenis sumberdaya alam yang menonjol yaitu air sungai yang jernih, batuan
yang terdapat di sungai, flora yang terdapat di sekitar air terjun antara lain pisang
hutan, bernai (buahnya enak dan bisa dimakan), kasai (buah seperti buah enau dan
bisa dimakan), bayas, dan harendong bulu. Fauna yang dapat dijumpai antara lain
kupu-kupu, burung elang, simpai, monyet ekor panjang, dan ikan hias.
Kebersihan Air Terjun Talon sangat baik, tidak ada pengaruh dari industri, jalan
ramai, pemukiman, sampah, vandalisme dan pencemaran lain. Keamanannya
cukup baik, tidak ada arus sungai yang berbahaya, tidak ada penebangan dan
perambahan, tidak ada pencurian dan tidak ada kepercayaan yang mengganggu.
Namun di lokasi ini sangat rawan pohon tumbang karena kondisi pohon yang
sudah tua. Air Terjun Talon juga sangat nyaman, udaranya sejuk, bebas bau yang
mengganggu, bebas kebisingan dan tidak ada lalu lintas umum yang mengganggu.
Umumnya masyarakat Desa Jernih sudah ada yang mengetahui keberadaan Air
Terjun Talon ini meskipun belum banyak yang datang mengunjunginya. Obyek
ini sama sekali belum dikelola padahal daya tarik Air Terjun Talon memiliki nilai
yang tertinggi dari obyek lain. Hal ini perlu diperhatikan untuk dijadikan sebagai
bahan pertimbangan dalam pengembangan wisata alam di TNBD.
Air Terjun Lubuk Jering
Air terjun ini berada di dalam kawasan TNBD secara geografis terletak pada
0105628 LS dan 10204033 BT. Air terjun Lubuk Jering ini mempunyai tinggi
sekitar 20 m. Airnya berasal dari sungai kecil yang mengalir ke Sungai Telentam
dengan debit air 10 liter/detik (Tim Identifikasi Obyek Wisata Alam Taman
Nasional Bukit Duabelas dan Hutan Wisata Bukit Sari, 2002). Flora yang
terdapat disekitar jalur menuju air terjun ini antara lain durian hutan, bulian dan
meranti. Fauna yang dapat dijumpai ketika menuju air terjun ini antara lain
simpai, monyet ekor panjang, bajing, katak dan berbagai jenis burung.
Kebersihan Air Terjun Lubuk Jering sangat baik, tidak ada pengaruh dari
industri, jalan ramai, pemukiman, sampah, vandalisme dan pencemaran lain.
Keamanannya dinilai cukup baik meskipun rawan perambahan namun tidak ada
arus sungai yang berbaha ya, tidak ada pencurian dan tidak ada kepercayaan yang
mengganggu. Air Terjun Lubuk Jering juga sangat nyaman, udaranya sejuk,
bebas bau yang mengganggu, bebas kebisingan dan tidak ada lalu lintas umum
yang mengganggu. Masyarakat Desa Lubuk Jering belum banyak yang
mengetahui keberadaan air terjun ini hanya sebagian kecil saja yang sudah
mengetahuinya. Pengelolaan dan pemanfaatan Air Terjun Lubuk Jering ini sama
sekali belum dilakukan.
A.1.2. Aksesibilitas
Aksesibilitas merupakan suatu indikasi yang me nyatakan mudah tidaknya
suatu obyek untuk dijangkau. Soekadijo (2000) menyatakan bahwa aksesibilitas
merupakan syarat yang penting sekali untuk obyek wisata. Tanpa dihubungkan
dengan jaringan transportasi tidak mungkin suatu obyek mendapat kunjungan
wisatawan. Obyek wisata merupakan akhir perjalanan wisata dan harus mudah
dicapai dan dengan sendirinya juga mudah ditemukan. Oleh karena itu harus
selalu ada jalan menuju obyek wisata. Jalan itu merupakan akses ke obyek dan
jalan akses itu harus berhubunga n dengan prasarana umum. Kondisi jalan umum
dan jalan akses menentukan aksesibilitas suatu obyek wisata.
Akses menuju TNBD dapat dicapai melalui jalan darat (jalan kabupaten)
yang kondisinya kurang baik dan berlubang. Jarak TNBD dari ibukota kabupaten
(Kabupaten Sarolangun) sekitar 56 km dapat ditempuh dengan kendaraan roda
empat/roda dua dalam waktu sekitar 3 jam sedangkan dari ibukota provinsi
(Jambi) TNBD berjarak sekitar 220 km dapat ditempuh dalam waktu 5 jam
(BKSDA Jambi, 2004). Aksesibilitas me nuju TNBD meliputi :
1. Akses Regional
Letak geografis kawasan TNBD yang berada di bagian tengah wilayah
Provinsi Jambi memberikan kemudahan pencapaian darat Lintas Tengah
Sumatera. Jalur ini terhubung langsung dengan sejumlah pintu masuk
regional/internasional perhubungan udara dan laut yaitu :
Bagian Utara Sumatera : Banda Aceh, Medan, Padang, Pekanbaru
Bagian Selatan Sumatera : Bakauheni dan Bandar Lampung.
2. Akses Pencapaian Kawasan
Kawasan TNBD perwilayahan kabupaten dapat diakses dari masing-masing
ibukota kabupaten. Kawasan TNBD dapat dicapai melalui :
Wilayah Kabupaten Sarolangun
Sarolangun => 75 km => Bangko => 62 km => Air Hitam (Pematang
Kabau)
Sarolangun => 24 km => Pauh => 60 km => Air Hitam (Pematang
Kabau)
Wilayah Kabupaten Tebo
Muara Tebo => 47.5 km => Tebo Ilir =>35.5 km => Sungai Jernih
Wilayah Kabupaten Batanghari
Muara Bulian => 84 km => Pauh => 60 km => Air Hitam (Pematang
Kabau)
Dok. BKSDA Prov. Jambi
Gambar 5. Kondisi jalan kabupaten menuju TNBD
Penilaian komponen aksesibilitas meliputi beberapa unsur yaitu kondisi dan
jarak jalan darat, tipe jalan dan waktu tempuh dari pusat kota. Tipe jalan menuju
obyek memiliki nilai terbesar yaitu 30 untuk tipe jalan yang terbuat dari tanah.
Tipe jalan tersebut diberi nilai tertinggi karena obyek berada di dalam kawasan
taman nasional yang memang tidak dianjurkan untuk dilakukan pengerasan jalan.
Kondisi jalan yang bagus (pengerasan jalan) menuju obyek wisata di kawasan
taman nasional bukanlah merupakan sesuatu yang menyebabkan aksesibilitas
menjadi tinggi. Hal yang terpenting adalah kemudahan dalam mencapai dan
menemukan obyek wisata yang dituju. Pengunjung yang diharapkan datang
adalah pengunjung ekowisata yang tidak membutuhkan fasilitas yang lengkap
yang terpenting adalah ada jalan yang jelas menuju obyek. Hasil penilaian
aksesibilitas disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Penilaian kriteria aksesibilitas obyek di TNBD Obyek Wisata Alam
No. Unsur-unsur
Penilaian Gua Kelelawar
Demplot Tanaman
Obat
Aek Manitik
Air Terjun Talon
Air Terjun Lubuk Jering
Kondisi dan jarak jalan darat: 15 km 5 5 5 5 5 2. Tipe jalan 30 30 30 30 30 3. Waktu tempuh dari
pusat kota 10 10 10 10 10
Jumlah (nilaix bobot (5)) 525 725 725 625 525
Berdasarkan hasil penilaian kriteria aksesibilitas masing-masing obyek
dapat dilihat bahwa obyek Demplot Tanaman Obat dan Aek Manitik memiliki
nilai terbesar yaitu 725 kemudian Air Terjun Talon sebesar 625 diikuti oleh Gua
Kelelawar dan Air Terjun Lubuk Jering. Untuk mencapai lokasi Demplot
Tanaman Obat dapat ditempuh dari Pauh maupun dari Bangko menuju Desa
Pematang Kabau berhenti pada Km 43. Jarak demplot ini sekitar 500 m dari jalan
kabupaten Desa Pematang Kabau. Jalan menuju Demplot Tanaman Obat berupa
jalan tanah dengan lebar jalan sekitar 3 meter dan sangat licin jika dilalui pada
saat atau setelah hujan. Jalur menuju lokasi ini sudah cukup jelas meskipun
belum terdapat papan petunjuk arah. Untuk menuju lokasi demplot dapat
menggunakan kendaraan roda dua/empat kemudian dilanjutkan dengan berjalan
kaki sekitar 100 meter melewati jalan setapak.
Jalan menuju lokasi Aek Manitik dapat ditempuh dengan melewati jalur
menuju Demplot Tanaman Obat di lanjutkan dengan berjalan kaki selama 2 jam
ke arah Timur melewati Kelompok Tumenggung Tarip. Jalan menuju obyek ini
berupa jalan setapak dan melewati beberapa anak sungai. Jalur menuju Aek
Manitik kurang begitu jelas sehingga dibutuhkan pemandu untuk dapat
menemukan lokasi ini.
Dok. BKSDA Prov. Jambi Dok. BKSDA Prov. Jambi
(a) (b) Dok. BKSDA Prov. Jambi
(c) Gambar 6. Kondisi jalan menuju obyek (a) Demplot Tanaman Obat, (b) Aek
Manitik dan (c) Air Terjun Lubuk Jering
Air Terjun Talon dapat ditempuh melalui Pauh atau Bangko menuju Desa
Jernih berhenti pada Km 25 di Desa Jernih (pasar jernih) kemudian menyusuri
jalan setapak ke arah Timur dengan menggunakan kendaraan roda dua sekitar 1.5
km dilanjutkan dengan berjalan kaki sejauh 750 m atau dengan waktu tempuh
sekitar 20 menit. Kondisi jalan menuju obyek Air Terjun Talon akan menjadi
sulit ditempuh pada saat hujan karena tanahnya menjadi licin dan berbahaya untuk
dilewati. Jalur yang ada sudah cukup jelas meskipun belum terdapat papan
petunjuk arah namun untuk menemukan letak air terjun masih diperlukan
pemandu yang dapat menunjukkan lokasinya karena jalan untuk menemukan letak
air terjun masih kurang jelas karena tertutup tumbuhan bawah.
Air Terjun Lubuk Jering ini dapat ditempuh dari Pauh dan Bangko menuju
Desa Lubuk Jering pada Km 33 dilanjutkan dengan kendaraan roda dua atau
berjalan kaki melewati jalan setapak ke arah Timur melewati perkebunan karet
milik penduduk Desa Lubuk Jering sejauh 3.5 km kemudian berjalan kaki naik-
turun bukit sejauh 1.5 km. Jalur menuju Air Terjun Lubuk Jering saat ini dalam
kondisi yang buruk karena sudah tidak dapat diketahui secara jelas jalur yang ada
akibat penutupan oleh tumbuhan bawah (semak belukar) dan belum ada papan
petunjuk arah sehingga obyek ini sulit ditemukan. Sama halnya dengan kondisi
jalur pada Air Terjun Lubuk Jering jalur menuju Gua Kelelawar juga tidak begitu
jelas akibat penutupan tumbuhan bawah. Untuk menemukan lokasi gua harus
menggunakan pemandu dari Orang Rimba karena pihak pengelola sendiri belum
mengetahui adanya obyek Gua Kelelawar ini.
A.1.3. Kondisi Lingkungan Sosial Ekonomi
Penilaian kriteria kondisi lingkungan sosial ekonomi diperlukan karena
sangat penting dalam mendukung potensi pasar. Penilaian kriteria kondisi
lingkungan sosial ekonomi dinilai dalam radius 5 km dari batas kawasan intensive
use atau jarak terdekat dengan obyek. Unsur -unsur yang dinilai adalah tata ruang
wilayah obyek, status lahan, mata pencaharian penduduk dan tingkat pendidikan.
Penilaian kriteria kondisi lingkungan sosial ekonomi pada obyek wisata alam di
TNBD disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Penilaian kondisi lingkungan sosial ekonomi Obyek Wisata Alam
No. Unsur-unsur
Penilaian Gua
Kelelawar
Demplot Tanaman
Obat
Aek Manitik
Air Terjun Talon
Air Terjun Lubuk Jering
1. Tata ruang wilayah obyek
5 5 5 5 5
2. Status lahan 30 30 30 30 30 3. Mata pencaharian
penduduk 20 20 20 20 20
4. Pendidikan 20 20 20 20 20 Jumlah (nilai x bobot (5)) 375 375 375 375 375
Hasil penilaian kondisi lingkungan sosial ekonomi masing-masing obyek
menunjukkan bahwa semua obyek menghasilkan nilai yang sama yaitu sebesar
375. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi lingkungan sosial ekonomi di sekitar
obyek wisata alam yang ada di TNBD relatif sama. Penataan ruang wilayah
obyek wisata alam di TNBD belum ada sama sekali. Status lahan semua obyek
tersebut adalah hutan negara yang dikelola oleh BKSDA Jambi. Mata
pencaharian penduduk sekitar obyek sebagian besar adalah petani karet dengan
tingkat pendidikan sebagian besar adalah lulus Sekolah Dasar.
A.1.4. Akomodasi
Akomodasi merupakan salah satu faktor yang diperlukan dalam kegiatan
wisata khususnya dari pengunjung yang cukup jauh. Unsur -unsur yang dinilai
adalah jumlah penginapan dan jumlah kamar (radius 15 km dari obyek). Hasil
pengamatan di lapangan dan informasi dari petugas serta masyarakat sekitar
diketahui bahwa di sekitar TNBD belum terdapat penginapan yang disediakan
bagi pengunjung TNBD. Pengunjung yang datang dari luar kota biasanya
menginap di penginapan/hotel yang ada di Kota Bangko keesokan harinya baru
melanjutkan perjalanan menuju TNBD. Biasanya pengunjung yang datang dari
jauh dipersilahkan beristirahat di pondok Satuan Kerja (Satker) TNBD di Desa
Pematang Kabau. Ada juga yang memilih mendirikan tenda di dalam kawasan
atau menginap dirumah penduduk.
A.1.5. Sarana-Prasarana Penunjang
Sarana-prasarana penunjang merupakan sarana-prasarana yang dapat
menunjang kemudahan dan kenyamanan pengunjung dalam kegiatan wisata.
Prasarana dan sarana penunjang yang dinilai adalah prasarana dan sarana
penunjang yang berada dalam radius 10 km dari obyek. Prasarana penunjang
yang dinilai meliputi kantor pos, jaringan telepon, Puskesmas, jaringan listrik dan
jaringan air minum. Sarana penunjang yang dinilai yaitu rumah makan, pusat
perbelanjaan/pasar, bank, toko souvenir/cinderamata dan angkutan umum.
Sarana-prasarana penunjang yang terdapat pada masing-masing obyek wisata
alam di TNBD dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Penilaian sarana -prasarana penunjang di TNBD Obyek Wisata Alam
No. Unsur-unsur
Penilaian Gua Kelelawar
Demplot Tanaman
Obat
Aek Manitik
Air Terjun Talon
Air Terjun Lubuk Jering
1. Prasarana 20 20 20 30 20
2. Sarana 30 30 30 30 10
Jumlah (nilai x bobot (3)) 150 150 150 180 90
Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui obyek Air Terjun Talon memiliki nilai
tertinggi yaitu sebesar 180 kemudian Gua Kelelawar. Demplot Tanaman Obat
dan Aek Manitik memiliki nilai yang sama yaitu sebesar 150 selanjutnya Air
Terjun Lubuk Jering memiliki nilai terendah sebesar 90.
Desa Bukit Suban merupakan desa terdekat dengan Gua Kelelawar. Sarana
dan prasarana penunjang yang terdapat di desa tersebut adalah rumah makan,
pasar tradisional yang hanya buka pada hari Selasa dan Puskesmas pembantu.
Demplot Tanaman Obat dan Aek Manitik merupakan obyek wisata terdekat
dengan Desa Pematang Kabau. Sarana-prasarana penunjang yang ada yaitu
warung makan, pasar tradisional yang hanya buka pada hari Jumat dan Puskesmas
pembantu. Desa Pematang Kabau dan Desa Bukit Suban belum mempunyai
jaringan listrik. Menurut informasi dalam waktu dekat kedua desa tersebut akan
dilengkapi jaringan listrik. Desa Jernih merupakan desa terdekat dengan Air
Terjun Talon. Sarana-prasarana penunjang yang terdapat di desa ini yaitu warung
makan, pasar tradisional yang hanya ada hari Selasa, Puskesmas pembantu dan
jaringan listrik. Air Terjun Lubuk Jering diberi nama sesuai dengan nama desa
terdekat dengan obyek ini yaitu Desa Lubuk Jering. Prasarana penunjang yang
ada di desa ini hanya jaringan listrik.
Angkutan umum menuju TNBD (Desa Pematang Kabau) hanya tersedia
satu unit dan waktunya pun hanya satu kali sehari. Jenis angkutan umum yang
bisa digunakan adalah bis atau travel atau kendaraan sewaan (carter) dari Jambi
menuju Bangko dan dari Bangko menuju TNBD (Desa Pematang Kabau). Ada