94
PENILAIAN POTENSI WISATA KAWASAN MUARO SILOKEK DURIAN GADANG SEBAGAI ALTERNATIF PEMANFAATAN SUMBERDAYA BERKELANJUTAN RATIH TRIANITA DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

Penilaian Potensi Wisata Kawasan Muaro Silokek Durian Gadang

Embed Size (px)

Citation preview

PENILAIAN POTENSI WISATA

KAWASAN MUARO SILOKEK DURIAN GADANG SEBAGAI

ALTERNATIF PEMANFAATAN SUMBERDAYA BERKELANJUTAN

RATIH TRIANITA

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011

RINGKASAN

Ratih Trianita. Penilaian Potensi Wisata Kawasan Muaro Silokek Durian

Gadang sebagai Alternatif Pemanfaatan Sumberdaya Berkelanjutan. Dibimbing

Oleh Meti Ekayani dan Nuva.

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tingkat ketergantungan

masyarakat Muaro Silokek Durian Gadang (Musiduga) terhadap pemanfaatan

sumberdaya alam, mengidentifikasi persepsi multistakeholder terhadap tingkat

kerusakan lingkungan akibat penambangan emas ilegal, menganalisis potensi

wisata dan dampak ekonomi lingkungan kegiatan wisata di Musiduga, dan

Menganalisis kemungkinan masyarakat penambang emas tersebut untuk beralih

profesi ke kegiatan wisata. Pengambilan data lapang dilakukan pada Maret-Mei

2011 di kawasan wisata Muaro Silokek Durian Gadang, Kabupaten Sijunjung,

Sumatera Barat. Data yang digunakan data primer menggunakan kuesioner dan

data sekunder dari instansi yang terkait dengan penelitian.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tingkat ketergantungan

masyarakat desa sekitar kawasan wisata Musiduga terhadap pemanfaatan

sumberdaya alam untuk pemenuhan kebutuhannya cukup tinggi, dimana lebih dari

80% masyarakat di desa sekitar kawasan Musiduga bekerja dengan memanfaatkan

sumberdaya alam. Penghasilan masyarakat yang berasal dari pemanfaatan

sumberdaya alam merupakan usaha pokok masyarakat Musiduga, yaitu 70,01% -

100% dibanding dengan total pendapatan masyarakat.

Sebagian masyarakat Musiduga melakukan penambangan emas ilegal di

Sungai kuantan. Berdasarkan persepsi multistakeholder kegiatan tersebut telah

mengakibatkan kerusakan lingkungan berupa polusi air dan merusak struktur

tanah dengan masing-masing dipilih oleh 90% responden.

Sementara itu, kawasan wisata Musiduga memiliki potensi obyek wisata

yang dapat dikembangkan secara optimal seperti Arung jeram, Pasir Putih,

Ngalau Talago, Ngalau Seribu, Air Terjun Palukahan, dan sebuah Lokomotif uap

peninggalan Jepang. Pengelolaan dan pengembangan kawasan wisata Musiduga

membutuhkan dana untuk kegiatan wisata dan untuk dana konservasi. Salah satu

caranya dengan penetapan tiket. Berdasarkan nilai rata-rata Wilingness to Pay

(WTP) pengunjung, harga tiket maksimum yang bersedia dibayarkan kawasan

wisata Musiduga adalah sebesar Rp 3.000. Dampak ekonomi dari kegiatan wisata

di Musiduga terhadap masyarakat sekitar masih kecil, sedangkan dampak

lingkungan akibat kegiatan wisata Musiduga berdasarkan persepsi

multistakeholder adalah berdampak positif terhadap lingkungan sekitar Musiduga.

Persepsi multistakeholder terhadap kemungkinan penambang emas beralih

profesi ke kegiatan wisata sulit dilakukan. Hal ini terlihat dari persentase

kemungkinan penambang emas untuk beralih profesi ke kegiatan wisata masih

rendah yaitu sebanyak 28%. Faktor yang signifikan mempengaruhi kemungkinan

masyarakat untuk beralih profesi adalah jumlah tanggungan keluarga, lama

menambang emas, pendapatan, dan penyuluhan.

Kata kunci : Kawasan wisata Muaro Silokek Durian Gadang, pemanfaatan

sumberdaya alam, kerusakan lingkungan, potensi wisata,

Wilingness to Pay.

PENILAIAN POTENSI WISATA

KAWASAN MUARO SILOKEK DURIAN GADANG SEBAGAI

ALTERNATIF PEMANFAATAN SUMBERDAYA BERKELANJUTAN

RATIH TRIANITA

H44070017

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penilaian Potensi Wisata

Kawasan Muaro Silokek Durian Gadang sebagai Alternatif Pemanfaatan

Sumberdaya Berkelanjutan adalah karya saya dengan arahan dari komisi

bimbingan dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi

manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, September 2011

Ratih Trianita

H44070017

Judul Skripsi : Penilaian Potensi Wisata Kawasan Muaro Silokek Durian

Gadang sebagai Alternatif Pemanfaatan Sumberdaya

Berkelanjutan

Nama : Ratih Trianita

NIM : H44070017

Disetujui

Dosen Pembimbing I

(Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc)

19690917 200604 2 0 11

Dosen Pembimbing II

(Nuva, SP, M.Sc)

Diketahui

Ketua Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

(Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT)

NIP. 19660717 199203 1 003

Tanggal Lulus:

UCAPAN TERIMA KASIH

Banyak pihak yang telah memberikan kontribusi kepada penulis dalam

meyelesaikan karya ilmiah ini. Penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-

tulusnya kepada:

1. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang selalu mencurahkan kasih sayang, do’a

yang tulus, dukungan moril dan materil serta uda Haris, uni Reren, dan adik

icha yang selalu memberikan motivasi.

2. Ibu Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc selaku dosen pembimbing pertama untuk

kesabaran, kebaikan, bimbingan, dan nasehatnya yang sangat berarti.

3. Ibu Nuva, SP, M.Sc selaku dosen pembimbing kedua yang telah memberikan

arahan, bimbingan, saran, dan kesabaran selama ini.

4. Bapak Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr selaku dosen penguji utama dan Bapak

Novindra SP, M.Si selaku dosen penguji komdik atas saran dan kritiknya.

5. Pemerintah Daerah Kabupaten Sijunjung: Dinas Parsenibudpora, Dinas

Pertambangan dan Energi, Kantor Lingkungan Hidup, Wali Nagari Muaro,

Silokek, dan Durian Gadang atas bantuan data, informasi serta kerjasama

selama penelitian.

6. Sahabat penulis: Rahmad Fauzi, Resti, Raisa, Wiwi, Risty, Imel, Uni Debi,

Mbak Yuyun, Mas Budi, Chichi, Norita, Fenny, Nissa, Ulil, Fiandra, Febri,

Rina, dan Ario (komti ESL 44) atas kebesamaan dan dukungannya.

7. Teman-teman ESL 44 yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas keceriaan

dan kebersamaannya selama ini.

8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga kebaikan yang

telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT penulis ucapkan, berkat segala

curahan rahmat dan kasih sayangNYA skripsi ini berhasil diselesaikan. Adapun

judul skripsi ini adalah Penilaian Potensi Wisata Kawasan Muaro Silokek Durian

Gadang sebagai Alternatif Pemanfaatan Sumberdaya Berkelanjutan. Penelitian ini

berujuan untuk mengetahui tingkat ketergantungan masyarakat Musiduga

terhadap pemanfaatan sumberdaya alam untuk pemenuhan kebutuhannya,

mengidentifikasi persepsi multistakeholder terhadap tingkat kerusakan lingkungan

akibat penambangan emas ilegal, menganalisis potensi dan dampak kegiatan

wisata di Musiduga, dan menganalisis kemungkinan masyarakat penambang emas

beralih profesi ke kegiatan wisata.

Akhirnya penulis mengucapkan terimakasih setulus-tulusnya kepada

Ibu Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc selaku dosen pembimbing pertama dan ibu Nuva,

SP, M.Sc selaku dosen pembimbing kedua yang telah memberikan arahan,

bimbingan dan motivasi kepada penulis. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi

khasanah pengembangan ilmu pengetahuan maupun bagi pihak-pihak yang

memerlukan informasi yang terkait dengan skripsi ini.

Bogor, September 2011

Penulis

Ratih Trianita

H44070017

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ................................................................................................ x

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii

I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah ............................................................................... 4

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 8

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................. 8

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 10

2.1 Pemanfaatan Sumberdaya Alam ............................................................ 10

2.2 Potensi, Obyek dan Daya TarikWisata ................................................. 11

2.3 Pariwisata................................................................................................ 13

2.4 Wisata Alam ........................................................................................... 14

2.5 Dampak Ekonomi Wisata ....................................................................... 14

2.6 Pertambangan Emas ............................................................................... 15

2.7 Konsep Wilingness to Pay ...................................................................... 16

2.8 Konsep Keberlanjutan ............................................................................ 17

2.9 Penelitian Terdahulu ............................................................................... 17

2.9.1 Penelitian Identifikasi Potensi Wisata .......................................... 17

2.9.2 Penelitian Menggunakan Wilingness to Pay .............................. 18

2.9.3 Penelitian terhadap Dampak Ekonomi Wisata ............................. 19

2.9.4 Penelitian terhadap Dampak Kegiatan Pertambangan Emas ....... 19

2.9.5 Perbaruan (Novelty) dari peneltian ............................................... 20

III. KERANGKA PEMIKIRAN ......................................................................... 21

IV. METODOLOGI PENELITIAN .................................................................... 24

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................ 24

4.2 Jenis dan Sumber Data ........................................................................... 24

4.3 Metode Pengambilan Sample ................................................................. 25

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ................................................... 26

4.4.1 Identifikasi Tingkat Ketergantungan Masyarakat Musiduga

dari Pemanfaatan Sumberdaya Alam untuk

Pemenuhan Kebutuhannya ............................................................ 27

4.4.2 Identifikasi Persepsi Multistakeholder terhadap Kerusakan

Lingkungan Akibat Penambangan Emas Ilegal ............................ 28

4.4.3 Analisis Potensi Wisata dan Dampak Ekonomi

Lingkungan Kegiatan Wisata di Musiduga .................................. 29

4.4.3.1 Analisis Nilai WTP Pengunjung dalam Penetapatan Tarif

Masuk Musiduga ............................................................... 29

4.4.3.2 Dampak Ekonomi Kawasan Wisata Musiduga bagi

Masyarakat Sekitar ............................................................ 30

4.4.3.3Analisis Dampak Kegiatan Wisata terhadap Lingkungan

Sekitar Musiduga ............................................................... 31

4.4.4 Analisis Kemungkinan Masyarakat Penambang Emas Beralih

Profesi ke Kegiatan Wisata .......................................................... 32

4.4.4.1Pengujian Model Regresi Logit .......................................... 35

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN ......................................................... 38

5.1 Gambaran Umum Kawasan Muaro Silokek Durian Gadang .............. 38

5.2 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat .................................................. 39

5.3 Karakteristik Pengunjung .................................................................... 40

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................... ................. 44

6.1 Tingkat Ketergantungan Masyarakat Musiduga Terhadap

Pemanfaatan Sumberdaya Alam ........................................................... 44

6.2 Persepsi Multistakeholder terhadap Adanya Kerusakan Lingkungan

Akibat Penambangan Emas Ilegal ........................................................ 46

6.3 Analisis Potensi dan Dampak Lingkungan Kegiatan Wisata

Kawasan Musiduga............................................................................... 50

6.3.1 Potensi Obyek Wisata Musiduga ............................................... 50

6.3.2 Analisis Kesediaan Membayar Pengunjung Kawasan Wisata

Musiduga .................................................................................... 54

6.3.2.1 Deskripsi Skenario Penetapan Tarif Masuk di

Kawasan Wisata Musiduga .......................................... 54

6.3.2.2 Analisis Willingness to Pay (WTP) Pengunjung

Kawasan Wisata Musiduga ........................................... 55

6.3.3 Dampak keberadaan Kawasan Wisata Musiduga terhadap

Perekonomian Masyarakat Sekitar ............................................. 58

6.3.4 Dampak keberadaan Kawasan Wisata Musiduga terhadap

Lingkungan Sekitar ................................................................... 62

6.4 Analisis Kemungkinan Masyarakat Penambang Emas Beralih Profesi

ke Kegiatan Wisata ............................................................................... 64

6.4.1 Persepsi MultiStakeholder terhadap Kemungkinan Masyarakat

Penambang Emas Beralih Profesi ke Kegiatan Wisata ............. 64

6.4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemungkinan Masyarakat

Penambang Emas Beralih profesi ke Kegiatan Wisata ............. 66

VII. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 71

7.1 Kesimpulan ........................................................................................... 71

7.2 Saran ..................................................................................................... 72

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 74

LAMPIRAN ......................................................................................................... 75

RIWAYAT HIDUP .............................................................................................. 83

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1 Penelitian Identifikasi Potensi Wisata ......................................................... 18

2 Penelitian Menggunakan Wilingness to Pay ................................................. 18

3 Penelitian terhadap Dampak Ekonomi Wisata .............................................. 19

4 Penelitian Dampak Kegiatan Pertambangan Emas ....................................... 20

5 Matriks Analisis Data .................................................................................... 26

6 Inventarisasi Jenis Pekerjaan Masyarakat Desa Sekitar Kawasan Wisata

Musiduga ....................................................................................................... 39

7 Karakteristik Responden Pengunjung Kawasan Wisata Musiduga ............... 43

8 Pendapatan Rata-rata Perbulan Masyarakat Desa Sekitar Kawasan Wisata

Musiduga dari Pemanfaatan Sumberdaya Alam ........................................... 45

9 Distribusi Persepsi Multistakeholder terhadap Kerusakan Lingkungan

Akibat Penambangan Emas Ilegal ................................................................. 46

10 Distribusi Nilai WTP Responden Kawasan Wisata Musiduga ..................... 56

11 Estimasi Penerimaan dari Penetapan Tarif Masuk di Kawasan Wisata

Musiduga ..................................................................................................... 57

12 Jumlah dan Persentase Jenis Pekerjaan Sektor Wisata Musiduga ................. 59

13 Kontribusi Sektor Wisata terhadap Pendapatan Rata-rata Masyarakat Sekitar

Musiduga ..................................................................................................... 59

14 Proporsi Pendapatan Rata-rata Masyarakat Sekitar dari Kegiatan Wisata

Musiduga terhadap Pendapatan Total ............................................................ 61

15 Hasil Estimasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemungkinan

Penambang Emas Beralih Profesi ke Kegiatan Wisata ................................. 67

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1 Jumlah Pengunjung Muaro Silokek Durian Gadang ................................... 5

2 Kerangka Alur Berpikir ................................................................................. 23

3 Persepsi Multistakeholder terhadap adanya Kerusakan Lingkungan Akibat

Penambangan Emas Ilegal ............................................................................. 47

4 Pencemaran Sungai Kuantan (Musiduga) Akibat Kegiatan Penambangan

Emas Ilegal ..................................................................................................... 49

5 Arung jeram Musiduga .................................................................................. 50

6 Pasir Putih Musiduga ..................................................................................... 51

7 Ngalau Talago Musiduga .............................................................................. 51

8 Ngalau seribu Musiduga ................................................................................ 52

9 Air Terjun Palukahan ..................................................................................... 53

10 Lokomotif Uap Peninggalan Jepang Musiduga............................................. 53

11 Persepsi Multistakeholder Mengenai Dampak Tempat Wisata Musiduga

terhadap Lingkungan Sekitar ......................................................................... 62

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 Kuesioner ..................................................................................................... 78

2 Hasil Estimasi Pendugaan Model .................................................................. 82

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia dikenal sebagai salah satu negara kepulauan dengan kekayaan

sumberdaya alam yang sangat melimpah. Kekayaan sumberdaya alam tersebut

seharusnya bisa dioptimalkan sebagai potensi peningkatan kesejahteraan

masyarakat dan perekonomian negara secara merata dan menyeluruh. Sebagai

sebuah negara berkembang dengan kemampuan pembangunan masih berada

dalam tahap factor-driven economy, yakni proses pembangunan yang bertumpu

pada pemanfaatan sumberdaya alam, maka sudah seharusnya setiap kegiatan

ekonomi yang dilakukan masyarakat dan kebijakan yang dibuat pemerintah

memperhatikan keberlanjutan dari keberadaan sumberdaya tersebut.1

Saat ini, beberapa sektor perekonomian Indonesia yang memiliki potensi

untuk dikembangkan secara optimal dan dapat dimanfaatkan oleh seluruh lapisan

masyarakat adalah sektor pertanian, pariwisata, industri, dan pertambangan.

Pariwisata merupakan salah satu sektor perekonomian yang perkembangannya

cukup signifikan, dimana hampir semua wilayah di Indonesia memiliki

sumberdaya alam yang sangat berguna dalam upaya mengembangkan sektor

pariwisata berkelanjutan. Pariwisata berkelanjutan merupakan industri pariwisata

yang berkomitmen untuk meminimalkan dampak negatif pada lingkungan,

membantu menciptakan lapangan pekerjaaan dimasa depan bagi masyarakat lokal,

dapat didukung secara ekologis dalam waktu yang lama dan layak secara

1 Porter M.E., et al. 1990. Executive Summary: Competitiveness and Stages of Economic

Development.http://www1.eeg.uminho.pt/economia/priscila/intocaveis/LEA_CI/Execsumm_gcr.pdf. Diakses: 8 Juni

2011.

ekonomi.2 Oleh karena itu, apabila di suatu wilayah terdapat aktivitas ekonomi

yang secara tidak langsung dapat dikategorikan merusak sumberdaya alam dan

lingkungan (seperti penambangan ilegal, penebangan pohon secara liar,

pembakaran hutan, dan lain-lain), sedangkan di sisi lain wilayah tersebut juga

memiliki kekayaan sumberdaya alam dan lingkungan yang berpotensi

dikembangkan sebagai kawasan wisata, maka penerapan pariwisata yang ramah

lingkungan dapat menjadi alternatif yang jauh lebih baik dalam rangka

peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pelestarian lingkungan (Suwantoro

2002).

Salah satu kegiatan pemanfaatan sumberdaya yang banyak dilakukan oleh

masyarakat selain pariwisata adalah sektor pertambangan. Beberapa wilayah di

Indonesia memiliki potensi pertambangan, baik penambangan batu bara, batu

besi, emas, dan lain-lain. Kegiatan penambangan tersebut dilakukan secara legal

dan ilegal. Akan tetapi, mayoritas masyarakat melakukan kegiatan penambangan

secara ilegal, terutama untuk penambangan skala kecil.3 Apabila hal ini terus

berlangsung bisa berakibat kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan yang

semakin parah dalam jangka panjang. Oleh karena itu, guna meminimalkan

kerusakan lingkungan dalam jangka panjang, maka kegiatan penambangan harus

dilakukan secara legal dan sesuai dengan ketentuan yang ada. Akan tetapi, saat ini

masih banyak penambangan ilegal yang dilakukan oleh masyarakat. Salah satu

bentuk tambang yang banyak dikelola oleh masyarakat baik dalam skala besar

2 Anom, I. P. 2010. Pembangunan Kepariwisataan Berkelanjutan (Sustainable Tourism Development).

http://balisustain.blogspot.com/2010/08/pembangunankepariwisataan.html. Diakses: 10 Februari 2011

3 Dingin M. 2011. Pertambangan Liar dan kerusakan lingkungan (Suatu Refleksi dalam Memperingati Hari Lingkungan

Hidup Sedunia). http://padangekspres.co.id/?news=nberita&id=446. Diakses: 8 Juni 2011.

maupun kecil adalah pertambangan emas. Kegiatan penambangan emas ilegal dan

tidak sesuai prosedur akan menimbulkan dampak negatif diantaranya adalah

pencemaran air, tanah, udara, dan suara, serta dapat merusak kesehatan dan

mengganggu ekosistem suatu sumberdaya.

Sumatera Barat (Sumbar) merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang

memiliki cukup banyak potensi sumberdaya alam seperti keindahan alam yang

memukau, berupa pantai-pantai yang indah, gunung-gunung yang mengitari

sebagian besar wilayah Sumbar, air tejun, dan danau.4 Keindahan alam Sumbar

tersebut berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai area wisata yang berkelanjutan

guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu lokasi yang memiliki

potensi tersebut adalah kawasan wisata Muaro Silokek Durian Gadang

(Musiduga). Potensi wisata pada kawasan Musiduga berupa obyek wisata alami

dengan keberagaman dan keindahan panorama alam. Namun, kegiatan pariwisata

di kawasan Musiduga belum dikelola secara optimal oleh pemerintah daerah dan

masyarakat masih sedikit yang berusaha di bidang pariwisata tersebut. Di dalam

kawasan wisata tersebut juga terdapat tambang emas yang dikelola oleh

masyarakat secara ilegal. Saat ini masyarakat banyak yang menggantungkan

hidup sebagai penambang emas ilegal. Kegiatan pariwisata dan penambangan

emas ilegal akan berdampak pada perekonomian masyarakat dan lingkungan

sekitar kawasan Musiduga. Oleh karena itu, agar pemanfaatan dan pengelolaan

potensi sumberdaya bisa dilakukan secara berkelanjutan dengan kerusakan

minimum, maka dibutuhkan kerjasama berbagai pihak dalam upaya

pengembangan dan pengelolaan kawasan Musiduga secara tepat.

4 Samsiarni. 2009. Benarkah Sumbar Siap Menjadi Daerah Tujuan Wisata Unggulan?. http://padang

today.com/?mod=artikel&today=detil&id=450. Diakses: 18 Juni 2011

1.2 Perumusan Masalah

Provinsi Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi yang memiliki

banyak potensi sumberdaya alam, salah satunya adalah panorama alam. Saat ini

sektor pariwisata di Sumbar belum terangkat secara optimal, sehingga dampaknya

belum begitu dirasakan oleh masyarakat.5 Selain panorama alam, Sumbar juga

memiliki sumberdaya pertambangan yang cukup signifikan, diantaranya batu

bara, batu besi, batu galena, timah hitam, seng, manganase, emas, dan batu kapur

(semen).6 Kegiatan tambang ini telah banyak dikelola oleh masyarakat. Akan

tetapi di beberapa wilayah di Sumbar, kegiatan penambangan banyak dilakukan

oleh masyarakat secara ilegal, terutama penambangan emas dan batu bara.

Kawasan Musiduga merupakan kawasan di Sumatera Barat yang memiliki

potensi sumberdaya alam. Sebagian besar masyarakat Musiduga memanfaatkan

sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhannya. Sumberdaya alam tersebut

dimanfaatkan masyarakat dengan bekerja pada sektor pertanian, penambangan

emas, dan pariwisata. Ketergantungan masyarakat dalam pemanfaatan

sumberdaya alam apabila pengelolaan dan pemanfaatannya tidak bijaksana dapat

membahayakan keberlanjutan sumberdaya alam tersebut seperti merusak air,

tanah, dan tumbuh-tumbuhan, serta kelangsungan hidup manusia (Fauzi 2004).

Oleh karena itu, perlu diketahui tingkat ketergantungan masyarakat dalam

pemanfaatan sumberdaya alam di Musiduga dan seperti apa pemanfaatannya agar

menghasilkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi manusia dengan tidak

mengorbankan sumberdaya alam itu sendiri.

5Mukri, A. R. 2008. Sektor Pariwisata Sumatera Barat Mutiara yang Belum

Tergarap.http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=15&jd=Sektor+Pariwisata+Sumatra+Barat+Mutiara+yang+Belu

m+Tergarap&dn=20080426231618. Diakses: 31 Desember 2010.

6Anonim. 2007. Sumatera Barat. http://id.wikipedia.org/wiki/Sumatera_Barat. Diakses: 18 Maret 2011

Adanya kegiatan penambangan emas di kawasan Musiduga telah menjadi

sumber penghidupan bagi sebagian masyarakat. Penambangan emas di kawasan

Musiduga dilakukan secara ilegal atau sering disebut PETI (Penambangan Emas

Tanpa Ijin). PETI di kawasan Musiduga dapat ditemukan di Sungai Kuantan-

Musiduga dan telah memberikan pemasukan ekonomi bagi masyarakat dalam

jangka waktu yang singkat. Namun, kegiatan ini juga berpeluang besar

menimbulkan dampak kerusakan terhadap sumberdaya yang sulit untuk

direhabilitasi. Meskipun penambangan emas yang dilakukan di Sungai Kuantan

termasuk penambangan berskala kecil, akan tetapi kemungkinan dampaknya dapat

berskala besar. Dampak lingkungan yang mungkin terjadi seperti pencemaran air,

tanah, udara, dan suara, serta dapat merusak kesehatan dan mengganggu

ekosistem suatu sumberdaya. Berkaitan dengan hal tersebut, diperlukan

identifikasi persepsi stakeholder dan masyarakat terhadap kerusakan lingkungan

akibat penambangan emas ilegal.

Sementara itu, potensi wisata yang dimiliki oleh Musiduga telah menarik

pengunjung untuk datang dan melakukan aktivitas wisata di tempat tersebut.

Semenjak pertama kali didirikan pada tahun 2007 jumlah pengunjung Musiduga

mengalami peningkatan. Hal ini dapat terlihat pada Gambar 1:

Sumber: Wali Nagari Silokek dan Durian Gadang (2010)

Gambar 1. Jumlah Pengunjung Kawasan Wisata Muaro Silokek Durian

Gadang

2496

4992

12336

0

5000

10000

15000

2008 2009 2010

Jumlah Pengunjung

Peningkatan jumlah pengunjung Musiduga menunjukkan adanya minat

lebih masyarakat terhadap obyek wisata yang ada di kawasan ini. Peningkatan

pengunjung pada tahun 2010 cukup signifikan dibanding pada tahun 2008 dan

2009 disebabkan pada tahun 2010 aksesibiltas menuju kawasan wisata Musiduga

telah diperbaiki sehingga mempermudah pengunjung untuk mencapai lokasi

wisata. Selain itu, adanya fasilitas dan sarana prasarana yang disediakan

Pemerintah Daerah meskipun jumlahnya belum banyak juga menyebabkan

peningkatan pengunjung yang berkunjung ke tempat wisata Musiduga. Adanya

peningkatan pengunjung juga memperlihatkan bahwa kawasan Musiduga

memiliki potensi untuk dikembangkan. Agar manfaatnya bisa dirasakan dalam

jangka waktu yang panjang oleh semua pihak, maka pengelolaan dan

penyelenggaraan kegiatan wisata Musiduga harus dioptimalkan secara

berkelanjutan tanpa mengorbankan sumberdaya dan lingkungan yang ada.

Keindahan panorama alam serta wahana wisata pada kawasan ini

memberikan kenyamanan, kenikmatan, dan kepuasan bagi pengunjung. Daya tarik

wisata yang disuguhkan meliputi Ngalau (goa) Seribu, Ngalau Talago, pasir putih,

dan air terjun. Selain itu, wisata minat khusus arung jeram dan panjat tebing juga

dapat dilakukan di kawasan ini.7 Potensi pariwisata di kawasan Musiduga belum

dikelola secara optimal oleh Pemerintah Daerah. Hal ini dapat dilihat dengan

masih sedikitnya masyarakat yang memanfaatkan peluang usaha dan pekerjaan di

bidang pariwisata. Selain itu, sarana prasarana penunjang pariwisata juga belum

tersedia dengan baik. Kondisi ini antara lain disebabkan oleh keterbatasan

7 Dinas Porsenibudpora Kabupaten Sijunjung. Wisata alam. Http://sijunjung.go.id/?mod=konten&menu=wisata_alam.

Diakses: 20 Desember 2010.

anggaran Pemerintah Daerah untuk kawasan wisata Musiduga dan belum

ditetapkannya tarif masuk bagi pengunjung ke Musiduga. Oleh karena itu

penetapan tarif masuk ke tempat wisata diperlukan guna meningkatkan fasilitas

yang ada di Musiduga, menjaga kestabilan sumberdaya alam dan lingkungan, dan

untuk kedepannya dapat menjadi salah satu cara dalam membatasi jumlah

kunjungan agar tidak terjadi over carrying capacity.

Potensi wisata di Musiduga dapat menjadi sebuah alternatif

pengembangan ekonomi melalui kegiatan wisata alam di kawasan tersebut.

Adanya kegiatan wisata tersebut dapat menjadi peluang sebagai sumber

penghasilan bagi masyarakat sekitar sehingga tempat wisata dapat memiliki

dampak ekonomi terhadap masyarakat sekitar. Selain itu, kegiatan wisata juga

akan mempengaruhi lingkungan sekitar tempat wisata.

Terkait dengan kegiatan penambangan emas ilegal oleh masyarakat di

Musiduga, dugaan adanya indikasi dampak negatif kegiatan tersebut berpeluang

menyebabkan kerusakan terhadap sumberdaya alam. Penambangan emas ilegal

tersebut diharapkan bisa diminimalisir dengan adanya potensi wisata yang ramah

lingkungan yang saat ini masih belum dikembangkan secara optimal dapat

menjadi alternatif untuk meningkatakan kesejahteraan masyarakat tanpa merusak

sumberdaya alam. Mempertimbangkan hal tersebut, perlu dilakukan analisis

kemungkinan masyarakat penambang emas untuk beralih profesi ke kegiatan

wisata. Berdasarkan perumusan masalah tersebut, terdapat permasalahan yang

perlu dianalisis yaitu:

1. Sejauh mana tingkat ketergantungan masyarakat Musiduga terhadap

pemanfaatan sumberdaya alam untuk pemenuhan kebutuhannya?

2. Sebagian masyarakat ada yang melakukan penambangan emas ilegal di

kawasan Musiduga, kegiatan tersebut berpotensi merusak lingkungan, oleh

karena itu, perlu diteliti sejauh mana tingkat kerusakan lingkungan akibat

penambangan emas ilegal berdasarkan persepsi multistakeholder?

3. Bagaimana potensi wisata dan dampak ekonomi lingkungan kegiatan

wisata di kawasan Musiduga?

4. Bagaimana kemungkinan masyarakat penambang emas untuk beralih

profesi ke kegiatan wisata?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui tingkat ketergantungan masyarakat Musiduga terhadap

pemanfaatan sumberdaya alam untuk pemenuhan kebutuhannya.

2. Mengidentifikasi persepsi multistakeholder terhadap tingkat kerusakan

lingkungan akibat penambangan emas ilegal oleh masyarakat.

3. Menganalisis potensi wisata dan dampak ekonomi lingkungan kegiatan

wisata di kawasan Musiduga.

4. Menganalisis kemungkinan masyarakat penambang emas untuk beralih

profesi ke kegiatan wisata.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak terkait

antara lain pemerintah daerah, masyarakat sekitar kawasan Musiduga, civitas

akademika, dan peneliti sendiri. Bagi pemerintah daerah diharapkan penelitian ini

menjadi bahan pertimbangan untuk perencanaan dan pengembangan kawasan

wisata Musiduga. Bagi masyarakat sekitar kawasan Musiduga, diharapkan mampu

mendukung kegiatan pariwisata guna meningkatkan dan mengembangkan potensi

wisatanya. Bagi civitas akademika, penelitian ini dapat dijadikan bahan rujukan

untuk mengenal dan menggali lebih lagi mengenai konsep pemanfaatan potensi

sumberdaya alam yang ramah lingkungan agar pemanfaatannya berkelanjutan,

sedangkan bagi peneliti sendiri, penelitian ini sebagai bagian praktek dari berbagai

teori dan konsep yang telah dipelajari selama masa pendidikan di bangku

perkuliahan.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini dibatasi untuk mengetahui tingkat

ketergantungan masyarakat Musiduga terhadap pemanfaatan sumberdaya alam

untuk pemenuhan kebutuhannya, mengidentifikasi persepsi multistakeholder

terhadap kerusakan lingkungan akibat penambangan emas ilegal, menganalisis

potensi wisata dan dampak ekonomi lingkungan kegiatan wisata di kawasan

Musiduga, dan menganalisis kemungkinan masyarakat penambang emas untuk

beralih profesi ke kegiatan wisata. Dampak ekonomi kegiatan wisata Musiduga

terhadap masyarakat sekitar dalam penelitian ini merupakan kontribusi

pendapatan yang diterima masyarakat dari sektor wisata. Penelitian ini hanya

mencakup daerah Muaro Silokek Durian Gadang Kabupaten Sijunjung, Sumatera

Barat sebagai obyek penelitiannya.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemanfaatan Sumberdaya Alam

Sumberdaya alam adalah segala potensi alam yang dapat dikembangkan

untuk proses produksi. Sumberdaya alam seperti air, udara, lahan, minyak, ikan,

hutan, dan lain-lain merupakan sumberdaya yang esensial bagi kelangsungan

hidup manusia. Hilangnya atau berkurangnya ketersediaan sumberdaya tersebut

akan berdampak sangat besar bagi kelangsungan hidup manusia. Pengelolaan

sumberdaya alam yang baik akan meningkatkan kesejahteraan manusia,

sebaliknya pengelolaan sumberdaya alam yang tidak baik akan berdampak buruk

bagi manusia. Oleh karena itu, persoalan mendasar sehubungan dengan

pengelolaan sumberdaya alam adalah bagaimana mengelola sumberdaya alam

tersebut agar menghasilkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi manusia dengan

tidak mengorbankan kelestarian sumberdaya alam itu sendiri (Fauzi 2004) .

Menurut Soerjani et al (1987), pembangunan suatu daerah selalu

didasarkan pada pemanfaatan sumberdaya alam. Makin banyak suatu daerah

mempunyai sumberdaya alam dan makin efisien pemanfaatan sumberdaya alam

tersebut, makin baiklah harapan akan tercapainya keadaan kehidupan ekonomi

yang baik dalam jangka panjang. Untuk menjamin kelangsungan pembangunan

ekonomi, maka perencanaan penggunaan, pengelolaan, dan penyelamatan

sumberdaya alam perlu dilakukan dengan cermat, dengan memperhatikan

hubungan-hubungan ekologis yang berlaku untuk mengurangi akibat-akibat yang

merugikan kelangsungan pembangunan secara menyeluruh.

2.2 Potensi, Obyek dan Daya Tarik Wisata

Potensi alam dalam kamus Kehutanan RI tahun 1989 adalah mengenai

kandungan gejala alam dari suatu kawasan. Menurut Undang-undang (UU)

Nomor 9 tahun 1990, wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari

kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk

menikmati obyek dan daya tarik wisata. Potensi wisata adalah mengenai

kandungan gejala alam dari suatu kawasan yang dapat dijadikan sebagai obyek

dan daya tarik suatu perjalanan wisata.

Menurut Prosiding lokakarya wana wisata (1986) dalam Rimbawanti (2003)

mengemukakan bahwa potensi wisata secara umum meliputi berbagai kekhasan

yaitu:

1. Estetis : keindahan alam, keunikan gejala alam seperti air terjun, kawah,

sumber air panas, dan lain-lain serta keindahan untuk lintas alam

2. Biologis : Keanekaragaman dari jenis-jenis flora dan fauna

3. Historis : Keanekaragaman peninggalan sejarah

4. Scientist : Untuk penelitian ilmu pengetahuan

Potensi wisata yang dikemukaan Yoeti (1997) yaitu obyek pariwisata yang

dapat dilihat, disaksikan, dilakukan atau dirasakan. Obyek tersebut dapat berupa:

1. Berasal dari alam, dapat dilihat dan disaksikan secara bebas (pada tempat-

tempat tertentu harus bayar untuk masuk, seperti cagar alam, kebun raya,

dan lain-lain) seperti: iklim, pemandangan, vegetasi hutan, flora dan fauna,

sumber kesehatan.

2. Merupakan hasil kebudayaan suatu bangsa yang dapat dilihat, disaksikan,

dan dipelajari seperti: monumen dan peninggalan masa lalu, tempat-tempat

budaya, dan perayaan-perayaan tradisional.

UU No. 9 tahun 1990 menyatakan bahwa obyek dan daya tarik wisata

adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata yang terdiri atas:

a) Obyek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang

berwujud keadaan alam serta flora dan fauna.

b) Obyek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum,

peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, wisata agro,

wisata tirta, wisata buru, wisata petualangan alam, taman rekreasi dan

tempat hiburan.

Cooper et al. (1998), terdapat beberapa komponen obyek wisata yaitu:

1. Atraksi wisata alam, buatan (hasil karya manusia) atau kegiatan yang

merupakan alasan utama kunjungan.

2. Fasilitas-fasilitas dan pelayanan yang dibutuhkan oleh wisatawan di daerah

tujuan wisata.

3. Akomodasi, makanan, dan minuman tidak hanya tersedia dalam bentuk

fisik, tetapi juga dapat menciptakan perasaan hangat dan memberikan

kenangan pada lingkungan setempat.

4. Aksesibilitas (jalan dan transportasi) merupakan salah satu faktor

kesuksesan daerah tujuan wisata.

5. Faktor-faktor pendukung seperti kegiatan pemasaran, pengembangan dan

koordinasi.

Atraksi wisata adalah sesuatu yang dapat dilihat atau disaksikan melalui

suatu pertunjukan (shows) yang khusus diselenggarakan untuk wisatawan. Jadi

atraksi wisata dibedakan dengan obyek wisata, karena atraksi wisata untuk

menyaksikan harus dipersiapkan terlebih dahulu, sedangkan obyek wisata dapat

dilihat tanpa dipersiapkan terlebih dahulu, seperti danau, pemandangan, pantai,

gunung, candi, monument, dan lain-lain (Yoeti 1997).

2.3 Pariwisata

Menurut Yoeti (2006) prinsip dari sebuah perjalanan dikatakan sebagai

kegiatan pariwisata adalah perjalanan tersebut dilakukan untuk bersenang-senang.

Syarat suatu perjalanan disebut sebagai perjalanan pariwisata adalah suatu

perjalanan yang dilakukan sementara waktu, dari suatu tempat ke tempat lain,

dengan maksud tujuan bukan untuk berusaha (bisnis) atau mencari nafkah di

tempat yang ia kunjungi, tapi semata-mata sebagai konsumen menikmati perjalan

tersebut untuk memenuhi keinginan yang bermacam-macam. Sementara itu

menurut Wahab (1992) pariwisata juga merupakan sektor yang kompleks,

meliputi industri-industri dalam arti yang klasik, seperti misalnya industri

kerajinan tangan dan industri cenderamata. Penginapan dan transportasi secara

ekonomi juga dipandang sebagai industri.

Selanjutnya Wahab (1992) menjelaskan pariwisata sebagai suatu gejala

yang terwujud dalam beberapa bentuk. Pertama, menurut jumlah orang yang

bepergian, terdiri dari pariwisata individu dan pariwisata rombongan. Kedua,

menurut maksud bepergian, terdiri dari pariwisata rekreasi atau pariwisata santai,

pariwisata budaya, pariwisata pulih sehat, pariwisata sport, dan pariwisata temu

wicara. Ketiga, menurut alat transportasi, terdiri dari pariwisata darat, tirta, dan

dirgantara. Keempat, menurut letak geografis, terdiri dari pariwisata domestik

nasional, pariwisata regional, dan pariwisata internasional. Kelima, menurut umur,

terdiri dari pariwisata remaja dan dewasa. Keenam, menurut jenis kelamin terdiri

dari pariwisata pria dan wanita. Ketujuh, menurut tingkat harga dan tingkat sosial

terdiri dari pariwisata taraf lux, menengah, dan jelata.

2.4 Wisata Alam

Menurut Kamus Kehutanan Departemen Kehutanan Republik Indonesia

(1989), wisata alam merupakan perjalanan yang memanfaatkan potensi

sumberdaya alam dan tata lingkungannya sebagai obyek tujuan wisata. Suwantoro

(2002) mengemukakan bahwa wisata alam adalah bentuk kegiatan wisata yang

memanfaatkan potensi sumberdaya alam dan tata lingkungan. Wisata alam

meliputi obyek dan kegiatan yang berkaitan dengan rekreasi dan pariwisata yang

memanfaatkan potensi sumber daya alam dan ekosistemnya, baik dalam bentuk

asli (alami) maupun perpaduan dengan buatan manusia. Akibatnya tempat-tempat

rekreasi di alam terbuka yang sifatnya masih alami dan dapat memberikan

kenyamanan sehingga semakin banyak dikunjungi orang (wisatawan). Adanya

potensi alam, flora dan fauna, keindahan alam, keunikan budaya, bahasa, latar

belakang sejarah, dan keramahan penduduk lokal merupakan daya tarik dari

obyek wisata untuk dikunjungi oleh wisatawan domestik dan mancanegara.

2.5 Dampak Ekonomi Wisata

Potensi wisata yang dimiliki suatu kawasan berdampak pada

perekonomian. Sebagaimana pernyataan Yoeti (2008), dampak ekonomi itu

mencakup spectrum kebijakan yang luas, menyangkut kesempatan berusaha,

kesempatan kerja, transportasi, akomodasi, prasarana, pengembangan wilayah,

perpajakan, perdagangan, dan lingkungan. Lebih lanjut Yoeti menyatakan industri

pariwisata, secara khusus dikatakan sangat efektif dalam mendukung usaha kecil

dan penciptaan kesempatan kerja untuk kalangan muda usia serta menyebarkan

peluang kesempatan peluang kerja, baik dalam lingkup regional, nasional,

maupun internasional. Selain itu, Vanhove (2005) juga mengemukan bahwa

dampak ekonomi dari wisata adalah peningkatan atau pembangkit pendapatan,

peningkatan tenaga kerja, peningkatan pendapatan dari pajak, efek keseimbangan

pembayaran, dan perbaikan struktur ekonomi daerah wisata.

2.6 Pertambangan Emas

Pertambangan merupakan sumberdaya alam yang termasuk ke dalam

kelompok stok, dimana sumberdaya ini dianggap memiliki cadangan yang

terbatas sehingga eksploitasi terhadap sumberdaya tersebut akan menghabiskan

cadangan sumberdaya. Pemanfaatan sumberdaya yang tidak efisien akan

mengurangi persediaan di masa datang. Sumberdaya ini disebut sebagai

sumberdaya tidak dapat diperbarui (non renewable) atau terhabiskan (exhaustible)

(Fauzi 2004).

Menurut Ngadiran et al (2002), emas merupakan salah satu bahan galian

yang menjadi perioritas sebagai sumber penghasilan masyarakat untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya. Namun, dalam pelaksanaannya terdapat beberapa persoalan

dalam pengelolaannya seperti :

1. Keselamatan kerja kurang terjamin karena penambang dalam pengolahan

bijih emas menggunakan bahan kimia beracun, seperti sianida dan

merkuri.

2. Modal kerja ditanggung oleh seorang pemilik lubang atau pemilik mesin.

Cara patungan diupayakan diantara para penambang sekalipun jumlahnya

sangat terbatas. Para penambang sering sekali hutang karena tidak ada

bank yang mau memberi kredit.

3. Para penambang bekerja dengan teknik sederhana yang dipelajari secara

tradisonal dan turun temurun, sehingga tidak terjadi inovasi. Hal ini jika

dibiarkan akan menimbulkan kerusakan lingkungan.

Selanjutnya Ngadiran et al (2002) menyatakan bahwa dampak positif dari

penambangan emas mampu meningkatkan derajat hidup masyarakat. Selain itu

juga berdampak negatif seperti merusak air, tanah, dan tumbuh-tumbuhan,

termasuk merusak manusia. Apabila kondisi seperti ini berlangsung terus menerus

di suatu daerah maka ketahanan daerah tersebut bisa rapuh.

2.7 Konsep Wilingness to Pay

Menurut Yakin (1997), konsep Wilingness to Pay (WTP) atau keinginan

untuk membayar didefinisikan sebagai uang yang ingin diberikan seseorang untuk

memperoleh suatu peningkatan kondisi lingkungan dan dia masih lebih baik dari

keadaan sebelumnya. Sementara itu, menurut Fauzi (2004) WTP merupakan

keinginan membayar seseorang terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh

sumberdaya alam dan lingkungan. Keinginan membayar tersebut didasarkan pada

survey yang diperoleh secara langsung dari responden yang langsung

diungkapkannya secara lisan maupun tulisan. Menurut Haab dan McConnel

(2002) dalam Fauzi (2004), pengukuran WTP dapat diterima dengan syarat WTP

tidak memiliki batas bawah yang negatif, batas atas WTP tidak boleh melebihi

pendapatan, dan adanya konsistensi keacakan pendugaan perhitungannya.

2.8 Konsep Keberlanjutan

Menurut Komisi Brundtland dalam Fauzi (2004) pembangunan

berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi saat ini

tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan

mereka. Kemudian Haris (2000) dalam Fauzi (2004) melihat bahwa konsep

keberlanjutan dapat diperinci menjadi tiga aspek pemahaman, yaitu:

1. Keberlanjutan ekonomi yang diartikan sebagai pembangunan yang mampu

menghasilkan barang dan jasa secara kontinu untuk memelihara

keberlanjutan pemerintah dan menghindari terjadinya ketidakseimbangan

sektoral yang dapat merusak produk pertanian industri.

2. Keberlanjutan lingkungan: sistem yang berkelanjutan secara lingkungan

harus mampu memelihara sumberdaya yang stabil, menghindari

eksploitasi sumberdaya alam dan fungsi penyerapan lingkungan.

3. Keberlanjutan sosial: sistem yang mampu mencapai kesetaraan,

menyediakan layanan sosial termasuk kesehatan, pendidikan, gender, dan

akuntabilitas politik.

2.9 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian yang dijadikan referensi yaitu penelitian tentang

identifikasi potensi wisata, penelitian menggunakan WTP, penelitian terhadap

dampak ekonomi wisata, dan penelitian terhadap dampak pertambangan emas.

2.9.1 Penelitian Identifikasi Potensi Wisata

Beberapa penelitian yang dilakukan untuk identifikasi potensi wisata

dilakukan oleh Rimbawanti (2003) dan Siswanto (2006). Hasil dari penelitian

tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Penelitian Identifikasi Potensi Wisata No Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

1 Rimbawanti, A Studi Potensi Alam

dan Konsep

Pengembangannya di

Areal HTI PT.

Finnantara Intiga

Distrik 1 Mengkiang

Unit Sanggau Kec.

Kapuas Kab.

Sanggau Prop.

Kalimantan Barat

Potensi wisata pada kawasan ini berupa:

(1) Daya tarik fisik berupa kawasan hutan

tanaman alam Plomas dengan air terjun

Plomas dan Batu Mas, air terjun riam

Penarik, air terjun Riam Jelipa, air terjun

Sedamar, dan aliran sungai Sekayam.

(2) Daya tarik sosial: kawasan penelitian

Makam Raja Sanggau, Kebudayaan Dayak

dan kebudayaan.

(3) Daya tarik biologis : keragaman flora dan

fauna pada kawasan tersebut.

2 Siswanto, H Penilaian Obyek dan

Daya Tarik Wisata

serta Alternatif

Perencanaan Paket

Wisata di Kabupaten

Merangin Propinsi

Jambi

Obyek dan daya tarik wisata di Kabupaten

Merangin terdiri dari obyek wisata alam,

buatan, dan budaya. Pada obyek wisata

berbentuk darat (alam) memiliki daya tarik

wisata paling tinggi adalah teluk, obyek wisata

buatan yang memiliki daya tarik paling tinggi

adalah Dam, sedangkan untuk obyek wisata gua

adalah gua Singering, pada obyek wisata danau

adalah Pauh.

2.9.2 Penelitian Menggunakan Wilingness to Pay

Penelitian menggunakan konsep WTP telah dilakukan oleh Buckley, et al

(2008) dan Firandari (2009). Hasil penelitian tersebut dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Penelitian Menggunakan Wilingness to Pay No Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

1 Buckley, et al

(2008)

Recreational

Demand For Form

Commonage In

Irland: A

Contingent

Valuation

Assesment

Penelitian ini mengukur besarnya WTP

pengunjung terhadap akses publik dan

pengembangan trek pada lahan pertanian

bersama yang digunakan sebagai saarana

rekreasi berjalan kaki pada area dataran tinggi

dan dataran rendah di Irlandia Barat.

Berdasarkan penelitian tersebut 54% sampel

dari dataran rendah dan 44% pada dataran

tinggi memberikan WTP yang positif terhadap

scenario implementation yang ditawarkan.

Permintaan akan skenario yang ditawarkan

pada dataran rendah memiliki preferensi yang

lebih baik, hal ini tercermin dari median WTP

yang diperoleh sebesar € 12.22 jika

dibandingkan dengan € 9.08 yang merupakan

median WTP pada area dataran tinggi.

2 Firandari,T Analisis

Permintaan dan

Nilai Ekonomi

Wisata Pulau Situ

Gintung-3 dengan

Metode Biaya

Perjalanan

Berdasarkan analisis WTP pengunjung terhadap

harga tiket PSG-3 diperoleh hasil bahwa

apabila terjadi kenaikan harga tiket, pengunjung

masih mau membayar harga tiket masuk sampai

harga Rp 8.577,00. Hal itu terwujud asalkan

tempat wisata PSG-3 dapat mempertahankan

kelestarian lingkungannya dan pengelola PSG-3

melakukan pengembangan wisata serta

penambahan fasilitas wisata.

2.9.3 Penelitian terhadap Dampak Ekonomi Wisata

Penelitian terhadap dampak ekonomi wisata telah dilakukan oleh Suasani

(2008) dan Firandari (2009). Hasil penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Penelitian terhadap Dampak Ekonomi Wisata

No Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

1 Suasani, P.S Persepsi Multipihak

dan Dampak Sosial

Ekonomi

Pengelolaan

Kampung Wisata

Cinangneng (KWC)

terhadap Masyarakat

Sekitar.

Adanya KWC memberikan peningkatan

pendapatan masyarakat sekitar yaitu pekerja

wisata yang terdiri dari guide meningkat

pendapatannya sebesar 59,5%, petugas

kebersihan mengalami peningkatan pendapatan

yang tidak terhingga, petugas keamanan

meningkat pendapatannya sebesar 38,2%,

petugas makanan mengalami peningkatan

pendapatan yang tidak terhingga. Petani ubi

kayu mengalami peningkatan sebesar 22,71%

dan petani buah-buahan meningkat

pendapatannya sebesar 45,4%. Pengrajin

anyaman bambu mengalami peningkatan

pendapatan yang tidak terhingga sedangkan

pengrajin obor meningkat pendapatannya

sebesar 260%, untuk pedagang makanan

mengalami peningkatan pendapatan sebesar

17,1% dan pedagang cinderamata mengalami

peningkatan pendapatan yang tidak terhingga.

2 Firandari, T Analisis Permintaan

dan Nilai Ekonomi

Wisata Pulau Situ

Gintung-3 dengan

Metode Biaya

Perjalanan

Pulau Situ Gintung-3 sebagai tempat wisata

memberikan dampak positif bagi perekonomian

masyarakat sekitar. Pekerja wisata yang terdiri

dari petugas kebersihan dan petugas

maintenance masing-masing mengalami

peningkatan pendapatan sebesar Rp 300.000

dan Rp 483.333 per bulan. Selain pekerja

wisata peningkatan pendapatan juga dialami

oleh masyarakat sekitar yang berprofesi sebagai

pedagang makanan yaitu sebesar Rp 900.000

dan tukang ojek sebesar Rp 340.000 serta

tukang parkir sebesar Rp1.500.000.

2.9.4 Penelitian terhadap Dampak Kegiatan Pertambangan Emas

Penelitian terhadap dampak kegiatan pertambangan emas telah dilakukan

oleh Kardina, D. S. L (2005) dan Siallagan (2010). Hasil penelitian tersebut

terdapat pada Tabel 4.

Tabel 4. Penelitian Dampak Kegiatan Pertambangan Emas

No Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

1 Kardina, D. S.

L.

Analisi Kesediaan

Membayar Biaya

Remediasi

Masyarakat

Pertambangan Emas

Tanpa Ijin terhadap

Pencemaran Sungai

Cikaniki di Kabupaten

Bogor

Sungai Cikaniki yang berada di wilayah

Kecamatan Nanggung, telah tercemar akibat

proses pengolahan limbah merkuri yang tidak

ramah lingkungan, yang dilakukan oleh Peti

emas.

2 Siallagan, M.B Analisis Buangan

Berbahaya

Pertambangan Emas

di Gunung Pongkor

Proses pengolahan emas yang dilakukan oleh

para gurandil tidak memenuhi prosedur yang

benar, karena mereka menggunakan bahan

kimia berbahaya dalam melakukan proses

pengolahan bijih emas yang mereka peroleh

dengan cara menambang secara liar. Setelah

mereka melakukan pengolahan tersebut mereka

tidak mengolah limbah yang dihasilkan secara

benar, mereka hanya menampung limbah

tersebut atau membuangnya ke tanah kosong,

sawah, selokan dan sungai, atau sekedar

menjadikannya bentengan di halaman rumah

mereka.

2.9.5 Perbaruan (novelty) dari Penelitian

Perbaruan dari penelitian ini adalah menilai potensi wisata pada kawasan

wisata Musiduga dimana di dalam kawasan wisata ini juga terdapat penambangan

emas ilegal yang dilakukan oleh masyarakat sekitar desa Musiduga yang

berindikasi merusak sumberdaya alam dan lingkungan. Adanya kegiatan wisata

pada kawasan ini diharapkan dapat dikembangkan secara optmal yang dapat

berdampak ekonomi terhadap masyarakat sekitar berupa peningkatan pendapatan.

Kegiatan wisata di Musiduga tersebut diharapkan juga dapat menjadi salah satu

alternatif masyarakat penambang emas untuk beralih profesi ke kegiatan wisata

sehingga dapat meminimalisir kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan akibat

kegiatan penambangan emas ilegal tersebut.

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Kawasan Musiduga merupakan kawasan yang memiliki potensi

sumberdaya alam. Sebagian besar masyarakat memanfaatkan sumberdaya alam

untuk memenuhi kebutuhannya. Pemanfaatan sumberdaya alam tersebut

memperlihatkan adanya ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya alam.

Menurut Fauzi (2004), apabila suatu wilayah hanya bergantung pada pemanfaatan

sumberdaya alam secara langsung, maka akan mempengaruhi keberlanjutan

sumberdaya alam tersebut, dan keberlanjutannya akan terancam jika pemanfaatan

dan pengelolaannya buruk (tidak bijaksana) yang dapat membahayakan manusia

dan sumberdaya alam tersebut. Oleh karena itu, perlu diketahui sejauh mana

tingkat ketergantungan masyarakat Musiduga terhadap pemanfaatan sumberdaya

alam dan seperti apa pemanfaatannya.

Pada sektor pertambangan, masyarakat melakukan kegiatan penambangan

emas ilegal di Sungai Kuantan-Musiduga. Kegiatan tersebut telah berkontribusi

nyata terhadap perekonomian masyarakat. Meskipun manfaatnya secara nyata

dirasakan oleh masyarakat dalam waktu singkat, penambangan emas berpeluang

besar menimbulkan dampak kerusakan terhadap sumberdaya alam dan

lingkungan. Besarnya dampak negatif yang muncul akibat pengelolaan dapat

mempengaruhi kelestarian sumberdaya alam. Berkaitan dengan hal tersebut,

diperlukan identifikasi persepsi multistakeholder terhadap kerusakan lingkungan

akibat penambangan emas ilegal di Musiduga.

Sementara itu, potensi wisata yang disuguhkan oleh kawasan Musiduga

berupa wisata alam dan wisata minat khusus. Potensi wisata di kawasan Musiduga

tersebut masih belum dikelola secara optimal oleh Pemerintah Daerah. Hal ini

dapat dilihat dengan masih terbatasnya masyarakat yang memanfaatkan peluang

usaha dan pekerjaan di bidang pariwisata. Selain itu, sarana prasarana penunjang

pariwisata juga belum tersedia dengan baik. Kondisi ini antara lain disebabkan

keterbatasan anggaran Pemerintah Daerah dan belum ditetapkannya tarif masuk

kawasan wisata Musiduga.

Potensi wisata di Musiduga dapat menjadi sebuah alternatif

pengembangan ekonomi melalui kegiatan wisata alam di kawasan ini. Kegiatan

wisata tersebut dapat menjadi peluang sebagai sumber penghasilan bagi

masyarakat sekitar sehingga tempat wisata memberikan dampak ekonomi berupa

peningkatan pendapatan bagi masyarakat sekitar. Selain itu, kegiatan wisata juga

akan mempengaruhi lingkungan sekitar tempat wisata. Oleh karena itu, dilakukan

penelitian dampak ekonomi dan lingkungan dari kegiatan wisata Musiduga.

Terkait dengan kegiatan penambangan emas ilegal oleh masyarakat di

Musiduga, dugaan adanya indikasi dampak negatif kegiatan tersebut berpeluang

menyebabkan kerusakan terhadap sumberdaya alam. Penambangan emas ilegal

tersebut diharapkan bisa diminimalisir dengan adanya potensi wisata yang ramah

lingkungan yang saat ini masih belum dikembangkan secara optimal dan dapat

menjadi alternatif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tanpa merusak

sumberdaya alam. Agar pemanfaatan potensi sumberdaya bisa dilakukan secara

berkelanjutan dengan meminimalkan kerusakan, maka dibutuhkan kerjasama

berbagai pihak dalam upaya pengembangan dan pengelolaan kawasan Musiduga.

Adapun alur kerangka berfikir ditunjukkan pada Gambar 2:

Gambar 2. Kerangka Alur Berpikir

Kegiatan

pertambangan emas

Kegiatan wisata

Ketergantungan masyarakat terhadap

sumberdaya alam di Musiduga

Pengelolaan

ilegal

Pendapatan

masyarakat

Potensi kerusakan

lingkungan

Potensi wisata

Pengelolaan

belum

optimal

Belum

ada

peneta-

pan

tarif

Potensi

kerusakan

lingkungan

Dampak

ekonomi

masyarakat

sekitar

WTP

pengunjung

Atraksi

wisata yang

diminati

pengunjung

Penetapan

tarif masuk

Analisis kemungkinan

masyarakat penambang emas

beralih profesi ke kegiatan

wisata

Pemanfaatan sumberdaya alam oleh

masyarakat Musiduga

Pemanfaatan sumberdaya alam yang berkelanjutan

IV. METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di kawasan wisata Musiduga terletak di tiga

kenagarian (struktur pemerintahan setingkat desa) Kenagarian Muaro,

Kenagarian Silokek, dan Kenagarian Durian Gadang, Kabupaten Sijunjung

Provinsi Sumatera Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan

pertimbangan bahwa di daerah ini terdapat potensi wisata, namun di dalam daerah

ini juga terdapat kegiatan penambangan emas ilegal yang berindikasi merusak

sumberdaya alam dan lingkungan. Pengambilan data dilakukan pada bulan Maret-

Mei 2011.

4.2 Jenis dan Sumber data

Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari data primer dan data

sekunder. Data Primer adalah data yang diperoleh dengan jalan dikumpulkan

sendiri oleh peneliti dan langsung dari objek yang diteliti. Data primer diperoleh

melalui pembagian kuesioner dan wawancara kepada pengunjung, penambang

emas, dan masyarakat sekitar kawasan Musiduga. Data sekunder diperoleh dari

literatur, website dan dari instansi yang terkait dengan penelitian, seperti Dinas

Pariwisata Seni Budaya Pemuda dan Olah Raga (Parsenibudpora) Kabupaten

Sijunjung, Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Sijunjung, dan Kantor

Lingkungan Hidup (KLH) Kabupaten Sijunjung. Selain dari instansi terkait, data-

data sekunder juga diperoleh dari literatur-literatur yang relevan dengan topik

penelitian ini.

4.3 Metode Pengambilan Sample

Pada penelitian ini responden berasal dari pengunjung yang berkunjung ke

obyek wisata Musiduga, masyarakat sekitar Musiduga, penambang emas, dan

instansi terkait. Metode pengambilan sample dilakukan dengan purposive

sampling, yaitu pengambilan responden yang ditemui di lokasi secara sengaja

sesuai dengan persyaratan yang dikehendaki yang sesuai dengan kriteria

penelitian. Menurut Mardalis (2004), purposive sampel adalah cara memperoleh

sampel yang dilakukan dengan cara sengaja dan dengan menggunakan

perencanaan tertentu. Responden yang dipilih pada penelitian ini merupakan

responden yang berusia 17 tahun ke atas yang dinilai dapat berkomunikasi dengan

baik dan bersedia untuk mengikuti proses wawancara.

Banyaknya sample pengunjung dapat ditentukan dengan menggunakan

rumus Slovin (Sevilla 1993) yaitu:

dimana n adalah ukuran sample, N merupakan banyaknya populasi dan e sama

dengan nilai kritis/ batas kesalahan sehingga berdasarkan rumus tersebut,

responden pengunjung yang dijadikan sebagai sample penelitian ini berjumlah

100 orang. Selain pengunjung, dilakukan wawancara terhadap 50 orang

masyarakat yang bermukim di sekitar kawasan Musiduga. Masyarakat yang

dimaksud memiliki kriteria sehat jasmani dan rohani, mampu berkomunikasi

dengan baik dan yang sudah memiliki pekerjaan dan kehidupannya terkait

langsung dan tidak langsung dengan kawasan Musiduga. Selanjutnya, dilakukan

juga wawancara terhadap 50 responden yang bekerja sebagai penambang emas

dengan syarat mampu berkomunikasi dengan baik dan memiliki pekerjaan utama

sebagai penambang emas di kawasan Musiduga. Pengambilan sample pada 50

responden masyarakat Musiduga dan 50 responden penambang emas diharapkan

dapat memberikan hasil yang lebih representatif. Wawancara secara mendalam

dilakukan kepada informan (key person), yaitu kepada dua orang dari Dinas

Parsenibudpora Kabupaten Sijunjung yaitu satu orang Kepala Bidang (Kabid)

Kepariwisataan dan satu orang staff bidang kepariwisataan, dua orang dari Dinas

pertambangan dan Energi Kabupaten Sijunjung yaitu satu orang Kabid

Pertambangan Umum dan satu orang staff Pertambangan Umum, dua orang dari

KLH, dan Wali Nagari di desa Musiduga.

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan analisis data dilakukan secara manual dan menggunakan

komputer dengan program Microsoft Office Excell dan Minitab 14 for windows.

Pada Tabel 5 akan diuraikan matriks analisis data yang digunakan untuk

menjawab tujuan-tujuan dalam penelitian ini.

Tabel 5. Matriks Analisis Data

No Tujuan Penelitian Sumber Data Analisis Data

1. Mengetahui tingkat

ketergantungan masyarakat

Musiduga terhadap

pemanfaatan sumberdaya

alam untuk pemenuhan

kebutuhannya

5. .

Data sekunder:

- Monografi Desa

Data primer:

- Wawancara dengan

masyarakat melalui

kuesioner

- wawancara mendalam

kapada aparat desa di

kawasan Musiduga

- Inventarisasi

jenis pekerjaan

masyarakat

Musiduga

- Persentase

pendapatan

masyarakat

yang berasal

dari

pemanfaatan

sumberdaya

alam

2. Mengidentifikasi persepsi

stakeholder terhadap

kerusakan lingkungan

akibat penambangan emas

ilegal

Data primer:

- Wawancara dengan

masyarakat yang

menjadi responden

baik yang bekerja

sebagai penambang

- Analisis

Deskriptif

emas maupun yang

tidak

- Wawancara secara

mendalam pada key

person seperti: Dinas

Parsenibudpora dan

Dinas Pertambangan

dan Energi, Aparat

Desa, KLH

3. Menganalisis potensi dan

dampak kegiatan wisata di

Musiduga:

- Menganalisis nilai WTP

pengunjung terhadap

penetapan tarif di kawasan

Musiduga

- Menganalisis dampak

ekonomi dari kawasan

wisata Musiduga bagi

masyarakat sekitar.

- Menganalisis dampak

lingkungan dari kegiatan

wisata alam.

Data Primer:

- Wawancara dengan

pengunjung melaui

kuesioner

Data primer:

- Wawancara dengan

masyarakat melaui

kuesioner

Data primer:

Wawancara mendalam

dengan Dinas

Parsenibudpora

- Wilingness To

Pay untuk

penetapan tarif

dan atraksi

wisata yang

diminati

- Analisis

Perubahan

Pendapatan

dan pekerjaan

- Analisis

Deskriptif

4. 6. Menganalisis kemungkinan

masyarakat penambang

emas beralih profesi ke

kegiatan wisata

Data Primer:

- Wawancara dengan

penambang emas

melalui kuesioner

- Wawancara kepada

Dinas Pertambangan

dan Energi, Dinas

parsenibudpora,

KLH,Wali Nagari

- Analisis

Deskriptif

- Model Regresi

Logit

4.4.1 Identifikasi Tingkat Ketergantungan Masyarakat Musiduga dari

Pemanfaatan Sumberdaya Alam untuk Pemenuhan Kebutuhannya

Identifikasi tingkat ketergantungan masyarakat Musiduga terhadap

pemanfaatan sumberdaya alam untuk pemenuhan kebutuhan hidup dilakukan

dengan inventarisasi jenis pekerjaan masyarakat Musiduga terlebih dahulu.

Selanjutnya dianalisis dengan menggunakan analisis persentase pendapatan.

Analisis mengenai besarnya persentasi pendapatan yang diterima oleh masyarakat

dengan adanya kawasan Musiduga digunakan untuk mengetahui apakah

pendapatan yang diterima oleh masyarakat dengan adanya pemanfaatan

sumberdaya alam Musiduga merupakan usaha pokok, cabang usaha, atau hanya

sebagai penghasilan tambahan bagi mereka. Menurut Soehadji (1995) dalam

Soetanto (2002) menjelaskan persentase pendapatan seseorang dan membaginya

menjadi tiga tipologi usaha berdasarkan share pendapatan yaitu: (1) usaha yang

mendatangkan proporsi pendapatan kurang dari 30% (<30%) disebut sebagai

usaha sambilan, (2) usaha yang mendatangkan proporsi pendapatan antara 30

sampai 70% (30-70%) disebut sebagai cabang usaha, (3) usaha yang

mendatangkan proporsi pendapatan lebih dari 70 sampai 100% (70,1-100%)

disebut sebagai usaha pokok. Perhitungan persentase pendapatan masyarakat yang

berasal dari pemanfaatan SDA secara langsung terhadap total pendapatan adalah:

.................................(4.1)

dimana:

%IMM = Persentase pendapatan masyarakat dari pemanfaatan sumberdaya alam

ISDA = Pendapatan rata-rata masyarakat dari pemanfaatan sumberdaya alam

ITotal = Pendapatan total masyarakat

4.4.2 Identifikasi Persepsi Multistakeholder terhadap Kerusakan

Lingkungan Akibat Penambangan Emas Ilegal

Identifikasi persepsi multistakeholder terhadap penambangan emas ilegal

melalui wawancara dengan masyarakat yang bekerja sebagai penambang emas

maupun yang tidak sebagai penambang emas yang menjadi responden dalam

penelitian (kuesioner) dan wawancara secara mendalam kepada aparat desa, Dinas

Parsenibudpora, Dinas Pertambangan dan Energi, dan KLH yang dianalisis secara

deskriptif. Responden diberi pilihan mengenai ada tidaknya kerusakan lingkungan

akibat penambangan emas berupa polusi air, udara, suara, struktur tanah rusak,

mempengaruhi kehidupan biota, dan mempengaruhi kesehatan. Analisis ini

diharapkan menghasilkan persepsi multipihak (masyarakat, penambang emas, dan

instansi terkait) terhadap kondisi lingkungan di sekitar kawasan Musiduga akibat

adanya kegiatan tambang emas tersebut.

4.4.3 Analisis Potensi Wisata dan Dampak Ekonomi Lingkungan Kegiatan

Wisata di Kawasan Musiduga

Keberadaan kawasan wisata Musiduga memiliki potensi yang dapat

dianalisis seperti potensi obyek wisata alam dan dampak ekonomi lingkungan dari

kegiatan wisata di kawasan Musiduga. Analisis pada penelitian ini yaitu analisis

nilai WTP pengunjung dalam penetapan tarif masuk kawasan Musiduga, dampak

ekonomi dari keberadaan kawasan wisata Musiduga terhadap masyarakat sekitar,

dan analisis dampak kegiatan wisata terhadap lingkugan sekitar Musiduga.

4.4.3.1 Analisis Nilai WTP Pengunjung dalam Penetapan Tarif Masuk

Kawasan Musiduga

Guna mendapatkan nilai kesediaan membayar atau WTP pengunjung di

kawasan wisata Musiduga dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner.

Sebelum mendapatkan nilai kesediaan membayar, penulis membuat skenario

berdasarkan usaha pengembangan tempat wisata Musiduga memerlukan dana

yang cukup besar untuk menunjang kegiatan pengembangan dan pengelolaan

tempat wisata dimana sumber pendapatan berasal dari Pemerintah Daerah.

Namun, dana dari Pemerintah Daerah tersebut belum mencukupi untuk

pengelolaan dan pengembangan kawasan wisata Musiduga. Selanjutnya dana

tersebut akan dialokasikan untuk penyediaan fasilitas-fasilitas dan pengadaan

sarana dan prasarana yang mendukung aktivitas rekreasi di kawasan wisata

Musiduga, meningkatkan daya tarik wisata, serta untuk upaya pemeliharaan

lingkungan tempat wisata. Oleh karena itu Pemerintah Daerah berencana

mengadakan penetapan tarif masuk kawasan wisata. Seluruh responden diberi

informasi mengenai skenario tersebut agar responden dapat mengetahui gambaran

tentang situasi hipotesis yang dimaksud.

Setelah membuat pasar hipotetik, guna mendapatkan nilai penawaran pada

penelitian ini dilakukan dengan survey ke pengunjung. Tujuan dari survey ini

adalah memperoleh nilai maksimum keinginan membayar (WTP) dari pengunjung

sebagai responden. Nilai penawaran yang diajukan terhadap pengunjung adalah

menggunakan teknik pertanyaan tertutup atau close-ended question yaitu teknik

bertanya terhadap responden dengan memberikan pertanyaan yang sudah disertai

dengan jawaban-jawaban untuk dipilih (Mubyarto dan Suratno 1981). Langkah

selanjutnya adalah memperkirakan nilai rata-rata WTP menggunakan nilai rata-

rata dari penjumlahan keseluruhan nilai WTP dibagi dengan jumlah responden.

Dugaan Rataan WTP dihitung dengan rumus (Hanley dan Spash 1993):

=

........................................(4.2)

Dimana :

= Dugaan rataan WTP (Rp)

Wi = Nilai WTP ke-i (Rp)

n = Jumlah responden (orang)

i = Responden ke-i yang bersedia membayar tarif masuk kawasan wisata

(i=1,2,...,n)

4.4.3.2 Dampak Ekonomi Kawasan Wisata Musiduga bagi Masyarakat

Sekitar

Dampak ekonomi keberadaan tempat wisata Musiduga terhadap

masyarakat sekitar dianalisis dengan mengkaji kontribusi sektor wisata terhadap

pendapatan masyarakat dari adanya kegiatan wisata di kawasan Musiduga.

Kontribusi tersebut dilihat dengan perhitungan pendapatan rata-rata masyarakat

berdasarkan kelompok pekerjaan. Perhitungan pendapatan rata-rata dihitung

dengan rumus sebagai berikut:

..................................(4.3)

dimana: IM = Kontribusi sektor wisata terhadap pendapatan rata-rata

responden masyarakat

ITM = Pendapatan total responden masyarakat

IT = Pendapatan rata-rata responden masyarakat di luar sektor

wisata Musiduga

Tujuan dari analisis yang dilakukan terhadap pendapatan masyarakat di

sektor wisata adalah untuk melihat proporsi pendapatan rata-rata masyarakat

sebagai pekerja yang terkait baik langsung maupun tidak langsung terhadap

pengelolaan kawasan wisata Musiduga. Berdasarkan proporsi pendapatan tersebut

dapat diketahui apakah keberadaan Musiduga merupakan usaha pokok, cabang

usaha, atau hanya sebagai usaha sambilan. Persentase proporsi pendapatan yang

diperoleh dari Musiduga tersebut dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:

........................(4.4)

dimana : % IM = Persentase proporsi pendapatan responden masyarakat

pada sektor wisata Musiduga

IM = Pendapatan rata-rata responden masyarakat dari kegiatan

wisata Musiduga

ITM = Pendapatan total responden masyarakat Musiduga

4.4.3.3 Analisis Dampak Kegiatan Wisata terhadap Lingkungan Sekitar

Musiduga

Penelitian untuk mengetahui apakah pemanfaatan sumberdaya untuk

kegiatan wisata memberikan dampak terhadap lingkungannya dilakukan dengan

melakukan wawancara kepada responden (kuesioner) yaitu pengunjung, pekerja,

masyarakat sekitar, dan instansi terkait seperti pihak Dinas Parsenibudpora, KLH,

dan Wali Nagari. Adapun indikator yang ditanyakan kepada responden tentang

dampak kegiatan wisata terhadap lingkungan sekitar yaitu menambah keindahan

pemandangan, menjaga keasrian lingkungan, membuat segar udara sekitar, dan

menimbulkan sampah. Analisis ini diharapkan menghasilkan persepsi

multistakeholder (pengunjung, pekerja, masyarakat sekitar, dan instansi terkait)

terhadap kondisi lingkungan di sekitar kawasan Musiduga akibat adanya kegiatan

wisata.

4.4.4 Analisis Kemungkinan Masyarakat Penambang Emas Beralih Profesi

ke kegiatan Wisata

Analisis kemungkinan masyarakat penambang emas beralih profesi ke

kegiatan wisata dengan wawancara kepada penambang emas dan melalui

wawancara secara mendalam kepada Dinas Pertambangan dan Energi, Dinas

Parsenibudpora, dan KLH. Selanjutnya, menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi kemungkinan masyarakat penambang emas beralih profesi ke

wisata digunakan model regresi logistik; Bentuk umum model logit adalah:

.......................(4.5)

Dalam kasus penelitian ini, nilai biner diberikan kepada variabel dependen

yaitu keinginan masyarakat penambang emas beralih profesi ke kegiatan wisata.

Nilai “0” untuk penambang emas yang tidak bersedia beralih profesi dan nilai “1”

untuk penambang emas yang bersedia beralih profesi. Guna menganalisis faktor-

faktor yang mempengaruhi keinginan penambang emas beralih profesi ke kegiatan

wisata menggunakan model regresi logit dengan menduga variabel penjelas

(independent) seperti jumlah tanggungan keluarga, tingkat pendidikan, lama

menambang emas, pendapatan per bulan, pengetahuan tentang dampak jangka

panjang penambangan ilegal terhadap sumberdaya alam dan lingkungan, dan

penyuluhan dari Pemerintah Daerah.

Untuk menduga faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan masyarakat

untuk beralih mata pencaharian dari pertambangan emas ke sektor wisata, maka

digunakan model sebagai berikut :

Z = β0 - 1JTK + 2PNDDKN - 3LME - 4PNDPTN + 5PDJPPEI + 6PNYLH + εi

Dimana :

Z = Kemungkinan masyarakat penambang emas beralih profesi ke

kegiatan wisata, nilai “0” untuk penambang emas yang tidak

bersedia beralih profesi dan nilai “1” untuk penambang emas yang

bersedia beralih profesi.

β0 = Intersep

1... 6 = koefisisien regresi.

JTK = Jumlah tanggungan keluarga (orang).

PNDDKN = Tingkat pendidikan (bernilai 1 jika ”SD”, bernilai 2 jika ”SMP”,

bernilai 3 jika ”SMU”, bernilai 4 jika ”D1/D3” bernilai 5 jika ”S1”,

bernilai 6 jika ”S2/S3).

LME = Lama menambang emas (tahun).

PNDPTN = Pendapatan per bulan (rupiah).

PDJPPEI = Pengetahuan tentang dampak jangka panjang penambangan ilegal

terhadap sumberdaya alam dan lingkungan: ”0” tidak tahu, ”1”

tahu.

PNYLH = Penyuluhan dari Pemerintah Daerah: ”0” tidak ada penyuluhan, ”1”

ada penyuluhan.

εi = error term

Variabel-variabel di atas dipilih karena berdasarkan teori-teori, penelitian

terdahulu, dan observasi di lapangan. Menurut Pangesti (1995) menyatakan bahwa

faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk ikut berpartisipasi dalam suatu

kegiatan atau program dikelompokkan dalam dua faktor yaitu faktor internal dan

faktor eksternal yang dijabarkan sebagai berikut:

1. Faktor internal: mencakup karakteristik individu yang dapat

mempengaruhi individu tersebut untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan.

2. Faktor eksternal: merupakan faktor diluar karakteristik individu.

Pada penelitian ini faktor internal yang diteliti terbatas pada hal-hal

berikut: jumlah tanggungan keluarga, tingkat pendidikan, lama menambang emas,

pendapatan, dan pengetahuan tentang dampak jangka panjang penambangan emas

ilegal, sedangkan faktor eksternal berupa penyuluhan dari Pemerintah Daerah.

Jumlah tanggungan keluarga merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi seseorang untuk beralih profesi dari kegiatan penambangan emas

ke kegiatan wisata, yang dinyatakan dalam besaran jumlah jiwa yang ditanggung

oleh anggota dalam keluarga. Jumlah tanggungan keluarga diduga bernilai negatif.

Semakin sedikit jumlah anggota keluarga yang harus ditanggung akan

menyebabkan semakin sedikit kebutuhan hidup yang harus dipenuhi. Oleh karena

itu, semakin sedikit jumlah tanggungan keluarga akan mendorong penambang

emas untuk beralih profesi ke kegiatan wisata.

Menurut Sumarwan (2004) menyatakan bahwa pendidikan akan

menentukan jenis pekerjaan yang dilakukan seseorang. Pemasukan variabel

pendidikan ini dapat melihat bagaimana tingkat pendidikan seseorang dapat

mempengaruhi kemungkinan beralih profesi dari kegiatan penambangan emas

ilegal ke kegiatan wisata. Tingkat pendidikan diduga bernilai positif. Semakin

tinggi tingkat pendidikan penambang emas semakin mudah untuk memahami

tentang lingkungan. Oleh karena itu, semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan

mendorong penambang emas untuk beralih profesi ke kegiatan wisata.

Pada penelitian ini, lama menambang emas diduga bernilai negatif.

Semakin lama penambang emas berprofesi sebagai pekerja diduga akan semakin

kecil kemauan penambang emas tersebut untuk beralih profesi ke kegiatan wisata.

Faktor selanjutnya yang diduga berpengaruh adalah pendapatan. Menurut

Sukirno (1985) menyatakan bahwa besarnya pendapatan berhubungan dengan

kemampuan membiayai kebutuhan hidup. Tingkat pendapatan diduga bernilai

negatif. Semakin tinggi pendapatan penambang emas maka diduga semakin kecil

kemauan penambang emas untuk beralih profesi ke kegiatan wisata.

Menurut Kurniawan (2008) adanya pengetahuan terhadap manfaat dari

suatu hal akan menyebabkan orang mempunyai sikap positif terhadap hal tersebut.

Pada penelitian ini, pengetahuan tentang dampak jangka panjang penambangan

emas ilegal terhadap sumberdaya alam dan lingkungan diduga bernilai positif.

Semakin penambang emas mengetahui dan memahami tentang dampak jangka

panjang penambangan emas ilegal akan mendorong penambang emas untuk

beralih profesi ke kegiatan wisata.

Adanya penyuluhan merupakan salah satu faktor yang diduga

mempengaruhi kemungkinan responden untuk beralih profesi. Penyuluhan dari

Pemerintah Daerah diduga bernilai positif. Semakin banyak penyuluhan yang

didapat oleh penambang emas maka akan mendorong penambang emas untuk

beralih profesi ke kegiatan wisata.

4.4.4.1 Pengujian Model Regresi Logit

Pengujian signifikansi model dan parameter dalam analisis regresi logistik

diuraikan sebagai berikut:

Uji Likelihood Ratio

Uji Likelihood Ratio dalam uji secara keseluruhan model logit dimana

rasio fungsi kemungkinan modelUR (lengkap) terhadap fungsi kemungkinan

modelR (H0 benar). Fungsi kemungkinan tersebut adalah (Juanda 2009):

Dengan hipotesis:

H0 : 1=

2 = …. =

k

H1 : minimal j#0, untuk j= 1,2,3...k

Jika menggunakan taraf nyata α, hipotesis H0 ditolak (model signifikan) jika dan

jika statistik G > X2

α (k-1) dan jika H0 ditolak maka dapat disimpulkan minimal ada

#0, dengan pengertian model regresi logistik dapat menjelaskan atau

memprediksikan pilihan individu pengamatan.

Uji Signifikansi Tiap Parameter (uji Wald)

Untuk menguji faktor mana ( j#0) yang berpengaruh terhadap pilihannya,

perlu uji statistik lanjut. Dalam hal ini, uji signifikasi dari koefisian secara parsial

dapat dilakukan dengan statistik uji Wald yang serupa dengan statistik uji-t atau

uji Z dalam regresi linear biasa (Juanda 2009). Hipotesisnya adalah:

H0 : j = 0 untuk suatu j tertentu ; j = 0,1,...,p

H1 : j 0

Statistik uji yang digunakan adalah

Wj = j / SE ( j) ; j = 0,1,....p

Dimana : i = vektor koefisien dihubungkan dengan penduga (koefisien X)

SE ( i) = Galat kesalahan dari i

Odd Ratio

Odds berarti resiko atau kemungkinan peluang kejadian sukses terhadap

kejadian tidak sukses dari variabel respon. Makin besar nilai Odds makin besar

peluang seseorang untuk mengambil keputusan, sehingga nilai Odds merupakan

kecenderungan seseorang menentukan pilihan yang pertama. Secara matematis

dapat dituliskan (Juanda 2009):

Dimana:

P = Peluang kejadian yang terjadi

P-1 = Peluang Kejadian yang tidak terjadi

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN

5.1 Kondisi Umum Kawasan Muaro Silokek Durian Gadang

Kawasan Musiduga terletak di Kanagarian Muaro, Kanagarian Silokek,

Kanagarian Durian Gadang, Kecamatan Sijunjung, Kabupaten Sijunjung,

Sumatera Barat. Kawasan ini memiliki luas 41.158 hektar dengan keadaan

daerah sebagian besar adalah pegunungan , perbukitan, dan dialiri Sungai Kuantan

dan beberapa sungai kecil. Batas fisik kawasan wisata Musiduga yaitu sebelah

utara dan timur berbatasan dengan Provinsi Riau, sebelah selatan berbatasan

dengan Nagari Air Hangat, dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan

Sumpur Kudus. Pengelolaan kawasan Wisata Musiduga berada di bawah Dinas

Pariwisata Seni Budaya dan Olah Raga (Parsenibudpora) dan bekerja sama

dengan Wali Nagari (kepala Desa) Muaro, Silokek, dan Durian Gadang.

Upaya pengembangan Kawasan wisata Musiduga dalam jangka pendek

akan mengadakan dayung perahu secara berkala setiap peringatan hari

kemerdekaan yaitu tanggal 17 Agustus, setiap peringatan hari jadi kabupaten dan

hari peringatan nasional. Selanjutnya untuk jangka panjang akan meningkatkan

infrastruktur sektor wisata dan pengembangan obyek-obyek wisata pada kawasan

ini. Untuk pengembangan obyek-obyek wisata ini Dinas Parsenibudpora telah

membuat grand design yang sedang diproses untuk mendapat persetujuan dari

Bupati Sijunjung. Grand design ini berisikan pembangunan fasilitas yang

mendukung pengembangan obyek wisata Musiduga seperti pembangunan

jembatan hubung antara pulau andam dewi di tengah Sungai Kuantan dengan

pinggiran sungai, pembuatan arena permainan, arena outbond, dramaga arung

jeram, dan plaza panjat tebing.

Kawasan wisata Musiduga biasanya ramai dikunjungi oleh para wisatawan

pada akhir pekan yaitu hari Sabtu dan Minggu serta hari libur. Pada saat ada

kegiatan seperti sepak bola, voli, sepak takrau, dan seni budaya pada obyek wisata

di hamparan pasir putih maka kawasan ini akan banyak dikunjungi wisatawan

sehingga kegiatan tersebut perlu diadakan secara berkala.

5.2 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

Menurut data dari Wali Nagari Muaro, Silokek, dan Durian Gadang (tahun

2010), terdapat 8 jorong (setingkat RT) yaitu satu jorong di Nagari Muaro, dua

jorong di Nagari Silokek, dan lima jorong di Nagari Durian Gadang dengan

jumlah penduduk 4.113 orang. Penduduk desa sekitar kawasan wisata Musiduga

seluruhnya memeluk agama islam. Mata pencaharian penduduk adalah sebagai

petani, pekerja tambang (penambang dan buruh tambang), buruh bangunan,

pedagang, pegawai negeri, jasa, pekerja wisata serta sebagian kecil sebagai

TNI/POLRI.

Tabel 6. Inventarisasi Jenis Pekerjaan Masyarakat Desa Sekitar Kawasan

Wisata Musiduga

Mata Pencaharian

Masyarakat

Nagari

Muaro

Nagari

Silokek

Nagari

Durian

Gadang

Jumlah Persentase

(%)

Petani 18 500 698 1.216 57,17

Pekerja Tambang 31 59 498 588 27,64

Buruh Bangunan - - 35 35 1,65

Pedagang - 177 - 177 8,32

Pegawai Negeri 7 9 - 16 0,75

Jasa - - 85 85 4

Pekerja Wisata - 5 3 8 0,37

TNI/POLRI - 2 - 2 0,09

Total 56 752 1.319 2.127 100 Sumber: Wali Nagari Muaro, Silokek, dan Durian Gadang (2009)

Secara umum masyarakat desa sekitar Musiduga memiliki mata

pencaharian dari pemanfaatan sumberdaya alam seperti pada sektor pertanian,

pertambangan, dan pariwisata. Pada sektor pertanian masyarakat bekerja sebagai

petani musiman yang tergantung cuaca. Keadaan ekonomi masyarakat pada sektor

pertanian tergolong pada tingkat menengah kebawah dilihat dari kepemilikan

lahan dan modal usaha. Pada sektor pertambangan masyarakat bekerja sebagai

penambang emas ilegal di Sungai Kuantan-Musiduga. Hasil penambangan ini

telah memberikan kontribusi yang besar dalam meningkatkan kesejahteraan

masyarakat. Sementara itu, pada sektor wisata masyarakat memanfaatkan potensi

sumberdaya alam berupa panorama yang belum optimal dikembangkan oleh

pemerintah daerah. Masyarakat yang berusaha di sektor wisata masih sedikit

dibandingkan sektor pertanian. Oleh karena itu, sektor wisata harus lebih

dikembangkan secara optimal.

5.3 Karakteristik Pengunjung

Pengunjung yang datang ke kawasan wisata Musiduga berasal dari

berbagai elemen, mulai dari masyarakat biasa, mahasiswa, dan lembaga

pemerintah. Jumlah pengunjung yang datang paling banyak adalah pada akhir

pekan yaitu hari Sabtu dan Minggu serta hari libur Nasional.

Karakteristik pengunjung kawasan wisata Musiduga dalam penelitian ini

dilihat dari hasil survey yang telah dilakukan kepada beberapa responden yang

ditemukan dilokasi sebagai sample. Pengunjung kawasan wisata Musiduga yang

menjadi responden pada penelitian ini berjumlah 100 orang. Responden terdiri

dari 68% berjenis kelamin laki-laki dan 32% berjenis kelamin perempuan. Hal ini

disebabkan karena secara umum atraksi wisata seperti arung jeram, memancing,

dan bermain di pasir putih seperti bermain sepak bola, voli, dan takrau lebih

disukai oleh kaum laki-laki daripada kaum perempuan.

Tingkat usia pengunjung dikelompokkan menjadi empat kategori yaitu

kelompok responden dengan kategori usia kurang dari 20 tahun sebanyak 24%.

Kategori kedua berumur 20 sampai 29 tahun yaitu sebanyak 60%, kategori ketiga

berumur 30 sampai 39 tahun sebanyak 11%, dan responden dengan umur 40

sampai 49 tahun sebanyak 5%. Pengunjung kawasan wisata Musiduga diominasi

oleh pengunjung yang berumur 20-29 tahun, hal ini memperlihatkan bahwa wisata

Musiduga diminati oleh kalangan muda. Pengunjung yang berusia 20-29 tahun

tersebut cenderung belum menikah dan menyukai atraksi wisata tantangan seperti

arung jeram, atau hanya menikmati indahnya air terjun dan pasir putih bersama

pasangannya.

Status pernikahan pengunjung secara tidak langsung didukung oleh

perbandingan tingkat usia, sebagaimana telah dibahas di atas. Berdasarkan hasil

survey, didapat sebanyak 83% responden belum menikah dan 17% responden

sudah menikah. Delapan puluh tiga persen belum menikah karena rentang usia

pengunjung mayoritas pada rentangan 20-29 tahun.

Tingkat pendidikan responden (berdasarkan pendidikan formal terakhir

yang telah dijalani) cukup bervariasi. Sebanyak 63% pengunjung pendidikan

terakhirnya adalah SMA, 29% pengunjung pendidikan terakhirnya adalah SMP,

lulusan S1 sebanyak 5%, dan 3% responden berpendidikan terakhir SD. Data

tersebut memperlihatkan bahwa mayoritas pengunjung yang datang ke kawasan

wisata Musiduga memiliki pendidikan terakhir SMA dan usianya kurang dari 30

tahun.

Jenis Pekerjaan Pengunjung di kawasan Musiduga yaitu sebanyak 56%

berprofesi sebagai pelajar/mahasiswa, masing-masing 14% berprofesi sebagai

pegawai swasta dan wirausaha, 10% berprofesi sebagai TNI, dan 6% berprofesi

sebagai PNS. Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa rata-rata pengunjung

kawasan wisata Musiduga belum bekerja.

Variasi usia dan jenis pekerjaan menyebabkan tingkat pendapatan juga

bervariasi. Tingkat pendapatan responden sebagian besar berada pada kisaran

kurang dari Rp. 1.000.000 yaitu sebesar 58%. Hal ini didukung oleh usia

responden kurang dari 30 tahun dan kebanyakan responden belum memiliki

pekerjaan karena masih pelajar/mahasiswa.

Pada penelitian ini, domisili atau tempat tinggal pengunjung

diklasifikasikan ke dalam dua kriteria, yaitu dekat lokasi kawasan wisata

Musiduga dengan parameter satu kecamatan dengan kawasan wisata Musiduga

dan jauh dari lokasi kawasan wisata Musiduga dengan parameter berbeda

kecamatan dengan Musiduga. Sebanyak 58% responden berdomisili satu

kecamatan dengan kawasan wisata Musiduga, sedangkan sisanya 42% responden

berdomisili berbeda kecamatan dengan lokasi kawasan wisata Musiduga. Hal ini

sesuai dengan persepsi dinas Parsenibudpora, dimana kebanyakan pengunjung

Musiduga adalah mereka yang berasal dari daerah yang dekat dengan kawasan

wisata Musiduga. Karakteristik pengunjung tersebut dapat dilihat pada Tabel 7 di

bawah ini.

Tabel 7. Karakteristik Responden Pengunjung Kawasan Wisata Musiduga

Karakteristik Persentase (%)

1. Jenis Kelamin

Laki-laki 68

Perempuan 32

2. Tingkat Usia (tahun)

< 20 24

20 – 29 60

30 – 39 11

40 – 49 5

3. Status Pernikahan

Sudah Menikah 17

Belum Menikah 83

4. Tingkat pendidikan

SD 3

SMP 29

SMA 63

S1 5

5. Jenis Pekerjaan

Pelajar/Mahasiswa 56

PNS 6

Pegawai Swasta 14

Wirausaha 14

TNI 10

6. Tingkat Pendapatan

< 1.000.000 58

1.000.000 - 2.000.000 15

2.000.000,1 - 3.000.000 21

> 3.000.000 6

7. Domisili

Satu Kecamatan dengan Musiduga 58

Berbeda Kecamatan dengan Musiduga 42

Sumber: Data Primer, Diolah (2011)

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Tingkat Ketergantungan Masyarakat Musiduga terhadap

Pemanfaatan Sumberdaya Alam

Berdasarkan data pada Tabel 6 pada bab V terlihat bahwa lebih dari 80%

masyarakat di desa sekitar kawasan Musiduga bekerja dengan memanfaatkan

sumberdaya alam yaitu sebanyak 57,17% pada sektor pertanian dan sebanyak

27,64% pada sektor pertambangan. Hal ini disebabkan karena kondisi alam

kawasan Musiduga sebagian besar berupa kawasan hutan, pegunungan,

perbukitan dan dialiri oleh Sungai Kuantan yang dimanfaatkan oleh masyarakat

untuk pertanian dan pertambangan. Selain di sektor pertanian dan pertambangan,

masyarakat Musiduga ada pula yang bekerja di sektor pariwisata, namun masih

kecil yaitu sebanyak 0,37%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat ketergantungan

masyarakat Musiduga terhadap pemanfaatan sumberdaya alam cukup tinggi.

Tingkat ketergantungan masyarakat Musiduga terhadap pemanfaatan

sumberdaya alam yang cukup tinggi ini akan dapat terlihat pada persentase

pendapatan dari pemanfaatan sumberdaya alam. Mengamati persentase

pendapatan tersebut maka dapat diketahui apakah dengan pemanfaatan

sumberdaya alam menjadikan pendapatan masyarakat Musiduga sebagai usaha

pokok, cabang usaha, atau hanya sebagai usaha sambilan bagi masyarakat.

Persentase pendapatan masyarakat dari pemanfaatan sumberdaya alam (dihitung

dengan menggunakan rumus 1 pada Bab.IV) dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Pendapatan Rata-rata Perbulan Masyarakat Desa Sekitar Kawasan

Wisata Musiduga dari Pemanfaatan Sumberdaya Alam Sektor Mata

Pencaharian

(1)

Pendapatan

Total (Rp)

(2)

Pendapatan

bukan dari

pemanfaatan

SDA (Rp)

(3)

Pendapatan

dari

pemanfaatan

SDA (Rp)

(4)= (2-3)

Persentase

Pendapatan dari

Pemanfaatan SDA

(%)

(5)=(4)/(2) x 100%

Pertanian 3.018.000 98.000 2.920.000 96,75

Perkebunan 2.774.967 141.667 2.633.300 94,89

Pertambangan emas 4.020.000 - 4.020.000 100,00

Pariwisata 797.917 231.250 566.667 71,01

Sumber: Data Primer, Diolah (2011)

Tabel 8 memperlihatkan bahwa sebanyak 96,75% pendapatan masyarakat

yang bekerja di sektor pertaian berasal dari pemanfaatan sumberdaya alam, untuk

masyarakat yang bekerja di sektor perkebunan sebagai penyadap karet sebanyak

94,89%, sektor pertambangan emas sebanyak 100%, dan sektor pariwisata

sebanyak 71,01%. Hal ini menunjukkan penghasilan yang didapat masyarakat di

semua sektor mata pencaharian yang memanfaatkan sumberdaya alam merupakan

usaha pokok bagi mereka karena memiliki persentase lebih dari 70% sampai

100% sebagaimana dinyatakan oleh Soehaji (1995) dalam Soetanto (2002).

Mata pencaharian dari sektor pertambangan emas memiliki persentase

sebanyak 100%, hal ini menunjukkan bahwa pada sektor ini masyarakat tidak

memiliki pendapatan selain dari bekerja pada sektor penambangan emas.

Beberapa responden memiliki pendapatan bukan dari pemanfaatan sumberdaya

alam yaitu masyarakat yang bekerja pada sektor pertanian dan perkebunan

memperoleh pendapatan dari berdagang kebutuhan sehari-hari di depan rumah

mereka, sedangkan untuk sektor pariwisata pendapatan bukan dari pemanfaatan

sumberdaya alam diperoleh dari berdagang makanan di luar kawasan wisata

Musiduga karena mereka bukan merupakan pedagang tetap di Musiduga dan ada

juga beberapa masyarakat yang berprofesi sebagai aparat desa.

6.2 Persepsi Multistakeholder terhadap Adanya Kerusakan Lingkungan

Akibat Penambangan Emas Ilegal

Kerusakan lingkungan akibat penambangan emas ilegal di Sungai

Kuantan-Musiduga dianalisis dengan menggunakan persepsi multistakeholder

(masyarakat (50 responden), penambang emas (50 responden), dan instansi terkait

(delapan responden) yaitu: Dinas Parsenibudpora, Dinas Pertambangan dan

Energi, KLH, dan Wali Nagari). Berikut tabulasi persentase persepsi

multistakeholder terhadap kerusakan lingkungan akibat kegiatan penambangan

emas ilegal di Sungai Kuantan Musiduga.

Tabel 9. Distribusi Persepsi Multistakeholder terhadap Adanya Kerusakan

Lingkungan Akibat Penambangan Emas Ilegal Jenis

Kerusakan Stakeholder

Responden yang Menjawab Ya

(Orang)

Persentase

(%)

Polusi air

Masyarakat 43 86,00

Penambang emas 42 84,00

Instansi terkait 8 100,00

Total 93 90,00

Polusi suara

Masyarakat 21 42,00

Penambang emas 22 44,00

Instansi terkait 4 50,00

Total 47 45,33

Polusi udara Masyarakat

15

30,00

Penambang emas 18 36,00

Instansi terkait 3 37,50

Total 36 34,5

Struktur tanah

rusak

Masyarakat 43 86,00

Penambang emas 42 84,00

Instansi terkait 8 100,00

Total 93 90,00

Mempengaruhi

kehidupan biota

Masyarakat 19 38,00

Penambang emas 0 0

Instansi terkait 2 25,00

Total 21 21,00

Mempengaruhi

kesehatan

Masyarakat 6 12,00

Penambang emas 8 16,00

Instansi terkait 2 25,00

Total 16 17,67

Sumber: Data Primer, Diolah (2011)

Berdasarkan tabulasi pada Tabel 9 dapat digambarkan persepsi

multistakeholder terhadap adanya kerusakan lingkungan akibat penambangan

emas ilegal seperti pada Gambar 3 berikut.

Sumber : Data Primer, diolah (2011)

Gambar 3. Persepsi Multistakeholder terhadap adanya Kerusakan

Lingkungan Akibat Penambangan Emas Ilegal

Berdasarkan Gambar 3 terlihat persepsi multistakeholder (masyarakat,

penambang emas, dan instansi terkait) menyatakan bahwa secara keseluruhan

terjadi kerusakan lingkungan akibat penambangan emas berupa polusi air dan

struktur tanah menjadi rusak dengan persentase masing-masing sebesar 90%.

Alasan multistakeholder menyatakan terjadinya polusi air karena adanya kegiatan

tambang emas mengakibatkan air Sungai Kuantan menjadi keruh dan kotor,

sedangkan alasan bahwa kegiatan tambang emas mengakibatkan struktur tanah

rusak adalah karena kegiatan tersebut mengakibatkan tebing-tebing di pinggir

sungai runtuh akibat pengerukan untuk mencari lokasi yang mengandung emas.

Berdasarkan Tabel 9 terlihat bahwa mayoritas masyarakat tidak bisa

menggunakan air sungai untuk kebutuhan sehari-hari seperti untuk mandi dan

mengambil air minum. Selanjutnya Dinas Parsenibudpora menyatakan bahwa

kegiatan penambangan emas ini dapat mengganggu kegiatan wisata di kawasan

Musiduga. Air Sungai Kuantan yang keruh merusak pemandangan bagi

pengunjung yang melakukan ataupun melihat atraksi arung jeram.

90%

45,33% 34,50%

90%

21% 17,67%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Polusi air Polusi suara Polusi udara Struktur tanah rusak

Mempengaruhi kehidupan

biota

Mempengaruhi kesehatan

Persepsi multistakeholder terhadap kerusakan lingkungan akibat adanya

kegiatan tambang emas berupa polusi suara dan udara relatif kecil jika

dibandingkan dengan polusi air dan struktur tanah yang rusak dengan persentase

masing-masingnya 45,33% dan 34,50%. Kebanyakan masyarakat yang dekat

dengan lokasi kegiatan tambang emas ilegal telah merasakan dampak dari

kegiatan tersebut. Mesin dan asap yang ditimbulkan kapal pengeruk emas

menimbulkan kebisingan dan menjadikan udara kotor. Dampak negatif berupa

polusi suara dan udara dirasakan oleh penambang emas khususnya penambang

emas yang belum terbiasa berada dilokasi penambangan emas. Sementara

penambang emas yang sudah lama sudah terbiasa mendengar suara bising dan

menghirup udara yang berpolusi sehingga tidak dianggap sebagai gangguan lagi.

Jarak yang sangat berdekatan antara penambang emas dengan sumber polusi yang

berasal dari mesin kapal pengeruk emas dan hasil pembakarannya merupakan

faktor utama dirasakannya dampak polusi ini bagi penambang emas. Menurut

Wali Nagari dan Dinas Parsenibudpora kegiatan penambangan emas ilegal

tersebut mengganggu kenyamanan masyarakat sekitar lokasi tambang emas ilegal

dan pengunjung wisata Musiduga.

Dampak adanya kerusakan lingkungan akibat tambang emas ilegal yang

merusak kehidupan biota memiliki persentase sebesar 21%. Dampak negatif

tersebut dirasakan oleh masyarakat yang biasa memancing di Sungai Kuantan

karena mereka kesulitan mendapatkan ikan yang semakin sedikit. Bagi

penambang emas menyatakan bahwa tidak mengetahui dampak negatif berupa

merusak kehidupan biota akibat penambangan emas illegal yang disebabkan

karena kurangnya pengetahuan mereka tentang dampak negatif dari kegiatan

penambangan emas tersebut. Menurut pihak KLH, terdapat potensi terhadap

terganggunya kehidupan biota di Sungai Kuantan dimana hal ini masih dalam

penelitian sehingga belum diketahui besarnya dampak tersebut terhadap

kehidupan biota.

Persentase persepsi multistakeholder terhadap kerusakan akibat

penambangan emas berupa mempengaruhi kesehatan sebesar 17,67%. Bagi

beberapa masyarakat yang masih menggunakan air Sungai Kuantan untuk

kebutuhannya mengakibatkan alergi. Begitu juga bagi beberapa penambang emas

juga mengalami hal yang sama akibat air sungai yang kotor. Menurut Wali

Nagari, beberapa masyarakat mengeluhkan air Sungai Kuantan yang mereka

konsumsi telah tercemar akibat kegiatan penambangan emas ilegal sehingga

mengakibatkan peyakit kulit seperti alergi dan gatal-gatal.

Berdasarkan observasi lapang, kegiatan penambangan emas ilegal ini telah

mengakibatkan pencemaran air akibat bahan bakar kapal tambang emas yang

digunakan untuk mengeruk emas. Selain itu, tebing-tebing di tepi sungai menjadi

runtuh akibat pengerukan tanah yang dilakukan oleh penambang emas. Asap dari

kapal juga menimbulkan polusi udara yang mengakibatkan udara di sekeliling

lokasi tambang emas menjadi berwarna hitam dan bau. Berikut adalah gambar

kerusakan lingkungan akibat penambangan emas di kawasan Musiduga:

Sumber : Data Primer (2011)

Gambar 4. Pencemaran Sungai Kuantan (Musiduga) Akibat Kegiatan

Penambangan Emas Ilegal

6.3 Analisis Potensi dan Dampak Ekonomi Lingkungan Kegiatan Wisata

Kawasan Musiduga

Keberadaan kawasan wisata Musiduga memiliki banyak potensi yang

dapat dianalisis seperti potensi obyek wisata alam dan dampak ekonomi

lingkungan dari kegiatan wisata di kawasan Musiduga. Analisis pada penelitian

ini seperti penetapan tarif masuk kawasan wisata, dampak ekonomi masyarakat

dan lingkungan sekitar akibat adanya kegiatan wisata di musiduga.

6.3.1 Potensi Obyek Wisata Musiduga

Kawasan wisata Musiduga yang terletak sekitar 12 km dari kabupaten

Sijunjung terdiri dari beraneka obyek wisata alam, sejarah, dan minat khusus.

Pada sepanjang kawasan ini para wisatawan dapat menikmati bentangan alam

yang indah, seperti Arung jeram, Pasir Putih, Ngalau Talago, Ngalau Seribu, Air

Terjun Palukahan, dan sebuah lokomotif uap peninggalan Jepang.

Arena Arung Jeram

Arung Jeram merupakan salah satu olahraga wisata alternatif Kabupaten

Sijunjung. Arung jeram ini memanfaatkan aliran Sungai Kuantan sepanjang 23

km dengan arus yang selalu stabil dan bergelombang sedang sampai tinggi dengan

tingkat kesulitan tinggi kelas IV dan V yang sangat ideal untuk wisata arung

jeram.

Sumber: Data Primer (2011)

Gambar 5. Arung Jeram Musiduga

Pasir Putih

Pasir Putih terletak di pinggir Sungai Kuantan. Pasirnya yang putih dan

lembut menjadikan lokasi ini nyaman untuk bermain dan beristirahat bagi

keluarga maupun bagi muda mudi. Selain itu, kawasan ini didukung oleh udara

yang segar dan suara satwa liar sehingga menjadikan obyek wisata ini sebagai

tempat favorit menikmati panorama alam Musiduga.

Sumber: Data Primer, (2011)

Gambar 6. Pasir Putih Musiduga

Ngalau Talago

Ngalau atau goa Talago terletak sekitar 2,5 km dari Nagari Silokek,

dengan waktu tempuh sekitar 3 jam. Medan untuk mencapai obyek wisata ini

yang cukup berat merupakan tantangan tersendiri bagi pengunjung. Pada Ngalau

ini terdapat telaga yang tak pernah kering. Selain itu, stalagtit dan stalagmit yang

berkilauan dan adanya batuan yang menyerupai buaya menjadikan ngalau ini

layak dikunjungi.

Sumber: Dinas Parsenibudpora, (2010)

Gambar 7. Ngalau Talago Musiduga

Ngalau seribu

Selain Ngalau Talago, di kawasan Musiduga juga terdapat Ngalau Seribu.

Masyarakat di sekitar daerah ini memberi nama Ngalau Seribu karena ngalau ini

bisa menampung sekitar seribu orang di dalamnya. Menurut informasi yang

didapat, para pejuang menggunakan ngalau ini untuk rapat dan menyusun strategi

untuk melawan Belanda.

Sumber: Data Primer, (2011)

Gambar 8. Ngalau Seribu Musiduga

Air Terjun Palukahan

Air Terjun Palukahan terletak di Nagari Durian Gadang. Air terjun ini

memiliki ketinggian 75 meter. Untuk mencapai lokasi air terjun ini harus berjalan

sejauh satu kilometer. Kawasan air terjun ini merupakan pilihan yang tepat untuk

kegiatan trekking, istirahat, dan mendapatkan sensasi segarnya air pegunungan.

Air terjun Palukahan dapat dilihat pada Gambar 9.

Sumber: Data Primer, (2011)

Gambar 9. Air Terjun Palukahan Musiduga

Lokomotif Uap Peninggalan Jepang

Lokomotif uap ini terletak di Nagari Durian Gadang yang berjarak 17 kilo

meter dari ibu kota kabupaten. Lokomotif uap merupakan bukti sejarah terjadinya

kerja paksa Romusha untuk pembuatan rel kereta api dari Muaro ke Logas Pekan

Baru, Riau.

Sumber: Data Primer, (2011)

Gambar 10. Lokomotif Uap Peninggalan Jepang Musiduga

Potensi wisata yang dimiliki oleh kawasan Musiduga menjadikan kawasan

ini layak untuk dikunjungi pengunjung. Pengunjung dapat menikmati berbagai

kegiatan wisata baik wisata alam, wisata sejarah, dan wisata minat khusus. Oleh

karena itu, diperlukan pengelolaan dan pengembangan kawasan wisata Musiduga

yang serius dari berbagai pihak yang terkait agar kawasan wisata ini banyak

dikunjungi pengunjung.

6.3.2 Analisis Kesediaan Membayar Pengunjung Kawasan Wisata

Musiduga

Potensi wisata di Musiduga belum dikelola secara optimal oleh Pemerintah

Daerah. Hal ini terlihat dari belum adanya penetapan tarif masuk kawasan wisata

Musiduga. Diharapkan dengan penetapan tarif tersebut penyediaan fasilitas serta

sarana dan prasarana pendukung kegiatan wisata di Musiduga dapat dilengkapi

dan meningkatkan jumlah kunjungan sehingga keberadaan kawasan wisata dapat

memberikan dampak ekonomi berupa peningkatan pendapatan bagi masyarakat

sekitar. Oleh karena itu, agar pengelolaan dan pengembangan Musiduga dapat

berkelanjutan maka dibutuhkan penetapatan tarif masuk kawasan wisata ini.

6.3.2.1 Deskripsi Skenario Penetapan Tarif Masuk di Kawasan Wisata

Musiduga

Pengelolaan kawasan wisata Musiduga yang berada di bawah Dinas

Parsenibudpora dan bekerja sama dengan Wali Nagari selama ini mendapatkan

dana pengelolaan yang berasal dari APBD. Pengembangan dan pengelolaan

kawasan wisata Musiduga memerlukan dana yang banyak. Dengan demikian

untuk pengelolaan dan pengembangan kawasan wisata Musiduga, Dinas

Parsenibudpora dan Wali Nagari memiliki suatu rencana dengan mengadakan

penetapan tarif bagi para pengunjung kawasan wisata Musiduga. Dana yang

diperoleh dari tarif masuk tersebut akan digunakan pengelola untuk melayani

berbagai macam kebutuhan dan keinginan pengunjung. Misalnya dengan

mendesain produk wisata yang baru, menetapkan strategi promosi yang baru,

menambah fasilitas di sekitar kawasan wisata, dan upaya pemeliharaan

lingkungan sekitar kawasan wisata Musiduga.

Berdasarkan perencanaan dari Pemerintah Daerah, tarif untuk dewasa

sebesar Rp 2.000 dan untuk anak-anak sebesar Rp 1.000. Penetapan tarif tersebut

didasarkan lebih kepada keadaan ekonomi masyarakat yang tergolong pada

masyarakat berekonomi menengah ke bawah dimana pengunjung banyak yang

berasal dari masyarakat yang dekat dengan lokasi kawasan wisata Musiduga

daripada perhitungan kebutuhan biaya pengelolaan kawasan wisata tersebut.

Selain itu kawasan wisata Musiduga masih pada tahap pengembangan dengan

fasilitas dan sarana prasarana yang masih sedikit, sehingga diharapkan dengan

adanya penetapan tarif pengunjung yang berkunjung ke kawasan wisata Musiduga

semakin meningkat. Melihat potensi wisata dan tren peningkatan pengunjung

yang cukup besar, maka diperlukan analisis nilai WTP yang bersedia dibayar

pengunjung untuk menikmati kawasan wisata Musiduga.

6.3.2.2 Analisis Willingness to Pay (WTP) Pengunjung Kawasan Wisata

Musiduga

Analisis WTP digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui seberapa

besar kesediaan pengunjung membayar untuk menikmati wisata di Musiduga. Hal

ini terkait dengan rencana penetapan tarif masuk pada kawasan ini. Langkah awal

yaitu membangun pasar hipotetik dan mendapatkan penawaran besarnya nilai

WTP, selanjutnya ditanyakan apakah responden bersedia membayar atau tidak

sejumlah uang tersebut dalam upaya pengembangan kawasan wisata Musiduga.

Dugaan nilai rata-rata WTP responden kawasan wisata Musiduga

diperoleh berdasarkan rasio jumlah nilai WTP yang diberikan responden dengan

jumlah responden yang bersedia membayar. Distribusi nilai WTP ditampilkan

pada tabel di bawah ini.

Tabel 10. Distribusi Nilai WTP Responden Kawasan Wisata Musiduga

No WTP (Rp)

Jumlah

Responden

(Orang)

Persentase

(%)

WTP X Jumlah

Responden (Rp)

A B C A X B

1 2.000 34 34 68.000

2 3.000 47 47 141.000

3 4.000 5 5 20.000

4 5.000 14 14 70.000

Total 100 100 299.000

Rata-Rata WTP

2.990~3.000 Sumber : Data Primer, Diolah (2011)

Berdasarkan Tabel 10, sebanyak 100 responden yang ditanyakan

kesediaannya membayar tarif masuk ke kawasan Musiduga dan semua responden

tersebut menyatakan kesediaannya untuk membayar tarif tersebut. Selain itu,

diperoleh nilai rata-rata WTP responden yang menunjukkan nilai maksimum yang

bersedia dibayarkan oleh pengunjung sebesar Rp 2.990 dibulatkan menjadi sekitar

Rp 3.000. Nilai rata-rata WTP responden ini lebih besar dari nilai rencana

penetapan tarif oleh Pemerintah Daerah. Hal ini menunjukkan bahwa pengunjung

ingin berpartisipasi aktif dalam upaya pengelolaan kawasan wisata Musiduga

yang ramah lingkungan dan untuk kelengkapan fasilitas dan sarana prasarana pada

kawasan ini serta meningkatkan daya tarik wisata pada tempat wisata Musiduga.

Kesediaan membayar pengunjung ini dapat dijadikan acuan dengan syarat

penambahan dan perbaikan sarana prasarana wisata serta pengembangan atraksi

wisata yang lebih menarik dan nyaman untuk berwisata. Berdasarkan WTP dan

rata-rata jumlah pengunjung Musiduga tiap tahun, dapat dihitung estimasi

penerimaan dari penerapan tarif masuk di kawasan wisata pada Tabel 11 berikut:

Tabel 11. Estimasi Penerimaan dari Penetapan Tarif Masuk di Kawasan

Wisata Musiduga

Kawasan Wisata Musiduga

WTP Rata-rata Jumlah Pegunjung

setiap Tahun

Estimasi

Penerimaan/Tahun

( a ) ( b ) ( c = a x b )

Rp 3.000 6.608 Rp19.824.000

Total Rp19.824.000 Sumber : Data Primer, Diolah (2011)

Berdasarkan tabel estimasi penerimaan dapat dilihat bahwa total

pemasukan pengelola setiap tahunnya sebesar Rp 19.824.000. Total estimasi

penerimaan tersebut masih rendah, namun bisa ditingkatkan dengan cara

peningkatan pengunjung dan segmentasi tiket pada setiap obyek wisata.

Peningkatan pengunjung dilakukan dengan cara peningkatan sarana prasarana dan

atraksi wisata dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan dan

peningkatan promosi. Pengunjung yang bersedia membayar menginginkan

perbaikan dan penambahan sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan

wisata di Musiduga. Perbaikan sarana dan prasarana yang diinginkan pengunjung

adalah mushola dan tempat sampah. Selain itu pengadaan fasilitas seperti papan

penunjuk jalan menuju obyek wisata, pusat informasi, dan toko cendramata.

Penambahan gazebo yang lebih merata pada setiap obyek wisata juga diinginkan

pengunjung sehingga pengunjung lebih nyaman untuk berekreasi di kawasan

Musiduga dan pengadaan atraksi wisata seperti arung jeram, dayung perahu, dan

seni budaya secara berkala di kawasan ini. Promosi juga perlu ditingkatkan

melalui media cetak dan elektronik sehingga tidak hanya masyarakat sekitar yang

mayoritas berekonomi menengah ke bawah yang banyak berkunjung ke kawasan

wisata Musiduga namun juga pengunjung dari kalangan atas.

Untuk itu, perlu adanya segmentasi wisata yaitu selain penetapan tarif

tiket biasa yang terjangkau oleh semua kalangan di gerbang utama, juga dibentuk

tarif khusus pada obyek-obyek wisata lain di kawasan wisata Musiduga seperti

wisata arung jeram, wisata goa, wisata air terjun, dan wisata budaya. Hal ini

dimaksudkan agar pengunjung yang berekonomi menengah ke bawah tetap dapat

berkunjung ke kawasan wisata Musiduga sehingga tidak terjadi penurunan jumlah

pengunjung sedangkan bagi pengunjung yang berekonomi dari kalangan atas

dapat menikmati atraksi wisata yang lebih dengan membayar lebih. Masyarakat

sekitar diharapkan dapat memanfaatkan peluang usaha di bidang pariwisata

dengan adanya pengunjung yang memiliki daya beli lebih. Untuk itu, dalam

pengembangan kawasan wisata Musiduga dibutuhkan perhatian Pemerintah

Daerah dalam pengelolaan kawasan wisata untuk menyediakan lapangan

pekerjaan di sektor wisata bagi masyarakat sekitar kawasan wisata Musiduga.

6.3.3 Dampak Keberadaan Kawasan Wisata Musiduga terhadap

Perekonomian Masyarakat Sekitar Musiduga

Keberadaan kawasan wisata Musiduga sedikit banyak telah memberikan

dampak ekonomi terhadap masyarakat sekitar Musiduga. Adapun jenis pekerjaan

di sektor wisata yang telah ada di kawasan Musiduga adalah pedagang makanan,

tukang parkir, dan guide. Berikut jumlah pekerja dan persentasenya yang

disajikan pada Tabel 12.

Tabel 12. Jumlah dan Persentase Jenis Pekerjaan Sektor Wisata Musiduga

Jenis Pekerjaan Jumlah Pekerja (Orang) Presentase (%)

Pedagang Makanan 8 61,54

Tukang Parkir 2 15,38

Guide 3 23,08

Total 13 100,00 Sumber: Data Primer, Diolah (2011)

Tabel 12 menunjukkan terdapat delapan orang yang bekerja sebagai

pedagang makanan, lima orang diantaranya merupakan pedagang tetap yang

menjual barang daganganannya setiap hari dan selebihnya bukan merupakan

pedagang tetap karena hanya berjualan makanan di Musiduga pada hari Sabtu,

Minggu, dan hari libur. Tukang parkir di kawasan Musiduga berjumlah dua orang

yang bekerja tetap di kawasan Musiduga. Jumlah guide di kawasan Musiduga

sebanyak tiga orang yaitu dua orang sebagai guide arung jeram dan satu orang

sebagai guide panjat tebing.

Adanya kegiatan di sektor wisata Musiduga memberikan kontribusi

terhadap pendapatan yang diterima masyarakat sekitar Musiduga. Dampak

ekonomi keberadaan kawasan wisata Musiduga terhadap masyarakat sekitar

dianalisis dengan melihat kontribusi sektor wisata terhadap pendapatan

masyarakat sekitar. Kontribusi sektor wisata terhadap pendapatan masyarakat

sekitar dihitung dengan rumus 3 pada Bab. IV, dapat diamati pada Tabel 13.

Tabel 13. Kontribusi Sektor Wisata terhadap Pendapatan Rata-rata

Masyarakat Sekitar Musiduga

Pendapatan Rata-Rata / Bulan (Rupiah)

No

Kelompok Pekerjaan

(1)

Pendapatan Total

(2)

Pendapatan di

Luar Sektor

Wisata

(3)

Kontribusi Sektor

Wisata terhadap

Pendapatan (Rp)

(4)=(2)-(3)

1 Pedagang Makanan 1.693.750 443.750 1.250.000

2 Tukang Parkir 250.000 - 250.000

3 Guide 450.000 250.000 200.000

Sumber: Data Primer, Diolah (2011)

Tabel 13 menunjukkan kontribusi sektor wisata terhadap pendapatan rata-

rata masyarakat sekitar Musiduga pada kelompok pekerjaan pedagang makanan,

tukang parkir, dan guide. Kontribusi sektor wisata terhadap pendapatan

masyarakat yang proporsinya paling banyak adalah pada kelompok pedagang

makanan yaitu sebesar Rp 1.250.000, karena pada kelompok ini masyarakat

memperoleh pendapatan yang cukup besar akibat adanya peningkatan pengunjung

yang berkunjung ke kawasan wisata Musiduga. Pada kelompok pekerjaan tukang

parkir kontribusi sektor wisata terhadap pendapatan masyarakat sebesar Rp

250.000, karena pada kelompok ini tidak memiliki pendapatan dari sumber lain

hanya dari kawasan wisata Musiduga. Selanjutnya kontribusi sektor wisata

terhadap pendapatan juga terjadi pada kelompok pekerjaan sebagai guide yaitu

sebesar Rp 200.000.

Perubahan pendapatan rata-rata masyarakat sekitar juga akan dapat terlihat

perbedaannya berdasarkan proporsi pendapatan yang diperoleh dengan adanya

kegiatan wisata di Musiduga terhadap pendapatan total. Dari proporsi pendapatan

tersebut dapat diketahui apakah keberadaan Musiduga merupakan penghasilan

utama, cabang usaha, atau hanya sebagai usaha sambilan bagi masyarakat sekitar

kawasan wisata Musiduga. Persentase 70,01%-100% dari pendapatan total

merupakan penghasilan utama, 30%-70% merupakan cabang usaha, dan

persentase kecil dari 30% merupakan usaha sambilan (Soehaji (1995) dalam

Soetanto (2002). Persentase proporsi pendapatan rata-rata masyarakat sekitar

dengan adanya Musiduga (dihitung dengan menggunakan rumus 4 pada Bab.IV)

dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Proporsi Pendapatan Rata-rata Masyarakat Sekitar dari Kegiatan

Wisata Musiduga terhadap Pendapatan Total

Pendapatan Rata-Rata / Bulan (Rupiah)

No

Kelompok

Pekerjaan

(1)

Pendapatan

Total

(2)

Pendapatan

dari Kegiatan

Wisata

Musiduga

(3)

Peresentase

Proporsi

Pendapatan dari

Sektor Wisata

(%)

(4)=(3)/(2)x100%

1 Pedagang Makanan 1.693.750 1.250.000 73,80

2 Tukang Parkir 250.000 250.000 100,00

3 Guide 450.000 200.000 44,44 Sumber: Data Primer, Diolah (2011)

Tabel 14 di atas dapat memperlihatkan bahwa proporsi pendapatan rata-

rata masyarakat sekitar dengan adanya Musiduga terhadap pendapatan total

terbesar adalah kelompok pekerjaan tukang parkir sebanyak 100%. Tukang parkir

yang bekerja di Musiduga adalah dua orang pria yang tidak mempunyai pekerjaan

lain selain bekerja di Musiduga. Kelompok pekerjaan pedagang makanan dengan

adanya Musiduga juga memberikan proporsi pendapatan yang cukup besar pada

pendapatan mereka yaitu sebesar 73,80%. Sebagian besar pedagang makanan ini

merupakan pedagang tetap, namun beberapa pedagang makanan merupakan

pedagang yang tidak menetap di Musiduga. Penghasilan yang didapat dengan

adanya Musiduga berkontribusi sebagai usaha pokok bagi kelompok pekerjaan

tukang parkir dan pedagang makanan.

Sementara itu, kelompok pekerjaan sebagai guide memberikan proporsi

pendapatan dengan persentase sebesar 44,44%. Masyarakat yang berada pada

kelompok pekerjaan ini juga memiliki penghasilan lain selain bekerja sebagai

guide yaitu ada yang berprofesi sebagai aparat desa namun ada juga yang masih

mahasiswa yang tergabung dalam kelompok pencinta alam. Hal ini menunjukkan

penghasilan yang didapat dengan adanya Musiduga berkontribusi sebagai cabang

usaha bagi kelompok pekerjaan sebagai guide.

6. 3.4 Dampak Keberadaan Kawasan Wisata Musiduga terhadap

Lingkungan Sekitar Musiduga

Dampak adanya tempat wisata Musiduga terhadap lingkungan di sekitar

kawasan wisata Musiduga di analisis dengan persepsi multistakeholder

(pengunjung, pekerja, masyarakat sekitar, dan instansi terkait seperti pihak Dinas

Parsenibudpora, Kantor Lingkungan Hidup, dan Wali Nagari). Dalam

pelaksanaan penelitian, para responden diberi pilihan mengenai dampak

keberadaan Musiduga terhadap lingkungan. Pilihan-pilihan tersebut dibedakan

menjadi dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif antara lain

menambah keindahan pemandangan, menjaga keasrian lingkungan, dan membuat

udara menjadi segar sedangkan pilihan dampak negatif keberadaan Musiduga

adalah menimbulkan sampah. Berikut persepsi multistakeholder mengenai

dampak keberadaan kawasan wisata Musiduga terhadap lingkungan sekitar:

Sumber: Data Primer, Diolah (2011)

Gambar 11. Persepsi Multistakeholder Mengenai Dampak Tempat Wisata

Musiduga terhadap Lingkungan Sekitar

Keterangan:

A: Menambah Keindahan Pemandangan

B: Menjaga Keasrian Lingkungan

C: Membuat segar udara sekitar

D: Menimbulkan sampah

42%

28,00%

20,00%

10,00%

46,15%

23,07%

23,07%

7,07%

40,54%

32,43%

21,62%

5,40%

33,33%

33,33%

16,67%

16,67%

0% 10% 20% 30% 40% 50%

A

B

C

D

Instansi Terkait

Masyarakat Sekitar

Pekerja

Pengunjung

Gambar 11 memperlihatkan bahwa multistakeholder (pengunjung, pekerja,

masyarakat sekitar, dan instansi terkait) lebih memilih dampak positif daripada

dampak negatif dari kegiatan wisata Musiduga terhadap lingkungan. Dampak

positif yaitu menambah keindahan pemandangan dan menjaga keasrian

lingkungan sedangkan dampak negatif yaitu menimbulkan sampah.

Berdasarkan persepsi multistakeholder (pengunjung, pekerja, masyarakat

sekitar, dan instansi terkait) memilih bahwa keberadaan Musiduga memberikan

dampak positif paling besar terhadap lingkungan yaitu menambah keindahan

pemandangan dengan persentase masing-masing pilihan 42%, 46,15%, 40,54 %,

dan 33,33%. Multistakeholder juga memilih dampak positif yaitu menjaga

keasrian lingkungan dengan persentase masing-masing pilihan 28%, 23,07%,

32,43%, dan 33,33%. Selain itu, multistakeholder memilih dampak positif yaitu

membuat segar udara sekitar dengan persentase masing-masing pilihan 20,00%,

23,07%, 21,62%, dan 16,67%. Pihak pengunjung, pekerja, dan masyarakat sekitar

memilih dampak positif karena dengan adanya kawasan wisata Musiduga

menambah keindahan pemandangan dengan adanya fasilitas dan sarana prasarana

yang tertata dengan baik di kawasan Musiduga, menjadikan lingkungan sekitar

kawasan wisata Musiduga tetap asri, dan membuat udara sekitar kawasan wisata

menjadi segar. Menurut pihak Dinas Parsenibudpora, adanya obyek wisata alam

yang terdapat pada kawasan wisata Musiduga memberikan keindahan

pemandangan terhadap lingkungan sekitar Musiduga sehingga menarik

pengunjung untuk berkunjung ke kawasan wisata Musiduga.

Selain itu, pihak pengunjung, pekerja, masyarakat sekitar, dan instansi

terkait juga memberikan penilaian keberadaan Musiduga memberikan dampak

negatif terhadap lingkungan yaitu timbulnya sampah (masing-masing presentase

pilihan 10,00%, 7,07%, 5,40%, dan 16,67%). Pihak pengunjung, pekerja,

masyarakat sekitar, dan instansi terkait memilih dampak negatif karena dengan

adanya Musiduga dapat menimbulkan sampah walaupun jumlahnya tidak terlalu

besar yang dihasilkan dari kegiatan wisata di tempat tersebut.

6.4 Analisis Kemungkinan Masyarakat Penambang Emas Beralih Profesi

ke Kegiatan Wisata

Kegiatan penambangan emas ilegal di Sungai Kuantan-Musiduga telah

berdampak terhadap kerusakan lingkungan, sementara itu terdapat potensi wisata

di kawasan Musiduga yang belum dikembangkan secara optimal dan masyarakat

masih sedikit yang berusaha pada sektor tersebut. Diharapkan dengan

pengembangan dan pengelolaan yang optimal oleh Pemerintah Daerah, sektor

wisata dapat menjadi sebuah alternatif bagi masyarakat penambang emas untuk

beralih profesi ke kegiatan wisata. Usaha pengembangan sektor wisata secara

optimal tentunya akan membutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak, dimana saat

ini masyarakat yang berusaha di sektor wisata masih sedikit sehingga dapat

menjadi sebuah alternatif bagi penambang emas untuk dapat beralih profesi ke

sektor wisata tersebut.

6.4.1 Persepsi MultiStakeholder terhadap Kemungkinan Masyarakat

Penambang Emas Beralih Profesi ke Kegiatan Wisata

Analisis kemungkinan masyarakat penambang emas beralih profesi ke

kegiatan wisata dilakukan dengan cara wawancara secara mendalam kepada pihak

Dinas Parsenibudpora, Dinas Pertambangan dan Energi, Kantor Lingkungan

Hidup, dan Wali Nagari. Secara keseluruhan semua pihak menyatakan bahwa

kemungkinan masyarakat untuk beralih profesi tersebut sulit dilakukan.

Menurut pihak Dinas Parsenibudpora, kemungkinan masyarakat untuk

beralih profesi dari kegiatan penambangan emas ke kegiatan wisata untuk saat ini

sulit dilakukan, karena pengembangan kawasan wisata Musiduga belum optimal

karena masih minimnya dana. Namun, kemungkinan penambang emas beralih ke

kegiatan wisata bisa terjadi apabila obyek wisata di Musiduga lebih

dikembangkan sehingga dapat meningkatkan pengunjung ke Musiduga. Adanya

peningkatan pengunjung yang melakukan kegiatan wisata di Musiduga dapat

memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat sekitar berupa peningkatan

pendapatan. Selain itu, kemungkinan masyarakat penambang emas beralih profesi

dapat dilakukan dengan menghimbau masyarakat secara bertahap oleh Pemerintah

Daerah Sijunjung dengan cara membuat peraturan daerah yang berpihak untuk

kesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan, menyediakan lapangan

pekerjaan baru di sektor wisata, dan melakukan sosialisasi secara berkala kepada

penambang emas tentang dampak kerusakan lingkungan akibat penambangan

emas ilegal di kawasan Musiduga.

Persepsi pihak Dinas Pertambangan dan Energi bahwa kemungkinan

beralih profesi sulit karena lapangan pekerjaan di sektor wisata masih rendah dan

kurang menjanjikan seperti pendapatan yang didapat dengan adanya kegiatan

penambangan emas oleh masyarakat. Hal tersebut juga diungkapkan oleh pihak

KLH dan Wali Nagari bahwa kemungkinan masyarakat untuk beralih profesi dari

penambang emas ke kegiatan wisata sulit dilakukan. Hal tersebut disebabkan

karena rendahnya tingkat pendidikan masyarakat sehingga mereka tidak

mempedulikan dampak kerusakan lingkungan akibat kegiatan penambangan emas

tersebut. Selain itu melalui kegiatan ini mereka mendapatkan penghasilan yang

menjanjikan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

6.4.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemungkinan Masyarakat

Penambang Emas Beralih Profesi ke Kegiatan Wisata

Berdasarkan hasil wawancara kepada 50 responden penambang emas

menyatakan bahwa kemungkinannya untuk beralih profesi ke kegiatan wisata,

sebanyak 28% menyatakan kemungkinan mereka untuk beralih profesi. Persentase

ini masih kecil, hal ini disebabkan karena melalui profesi ini penambang emas

mendapatkan pendapatan per bulan yang jauh lebih tinggi yaitu sebesar Rp

4.020.000 dibandingkan dengan pendapatan per bulan pada sektor wisata sebesar

Rp 566.667 sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 8. Untuk itu, Pemerintah

Daerah perlu membatasi kegiatan penambangan emas ilegal di Sungai Kuantan

Musiduga dan perlu mencari alternatif pekerjaan selain tambang emas yang lebih

ramah lingkungan. Salah satu alternatif pekerjaan yang lebih ramah lingkungan

adalah sektor pariwisata. Sektor pariwisata diharapkan dapat dikembangkan dan

dikelola secara optimal oleh Pemerintah Daerah sehingga sektor wisata ini layak

sebagai profesi bagi masyarakat. Oleh karena itu, perlu diketahui faktor-faktor

yang mempengaruhi keputusan penambang emas untuk beralih profesi ke kegiatan

wisata.

Faktor-faktor yang diduga berpengaruh dalam pengambilan keputusan

oleh penambang emas dianalisis menggunakan model regresi logistik. Variabel

independen yang menjadi faktor-faktor yang diduga berpengaruh adalah jumlah

tanggungan keluarga (JTK), tingkat pendidikan (PNDDKN), lama menambang

emas (LME), pendapatan (PNDPTN), pengetahuan jangka panjang tentang

dampak penambangan emas ilegal (PDJPPEI), dan penyuluhan (PNYLH).

Variabel dependen dalam model ini adalah kemungkinan masyarakat penambang

emas beralih profesi ke kegiatan wisata, nilai “0” untuk penambang emas yang

tidak bersedia beralih profesi dan nilai “1” untuk penambang emas yang bersedia

beralih profesi. Pengolahan model regresi logistik menggunakan program Minitab

14.0 for Windows (Lampiran 2). Hasil estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi

petani dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Hasil Estimasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemungkinan

Penambang Emas Beralih Profesi ke Kegiatan Wisata

Predictor Coef P Odds Ratio

Constant 20,6378 0,132

JTK -2,34198 0,139* 0,10

PNDDKN 1,70510 0,274 5,50

LME -1,91067 0,091* 0,15

PNDPTN -0,0000024 0,098* 1,00

PDJPPEI 1,20796 0,516 3,35

PNYLH 2,97534 0,099* 19,60

Log-Likelihood = -6,327

Test that all slopes are zero: G = 46,641, DF = 6, P-Value = 0.000

Sumber : Data Primer, Diolah (2011)

Keterangan : * Signifikan pada tingkat kepercayaan 85%

Model regresi logistik yang didapat dari model dapat dituliskan sebagai berikut :

Z = 20,637 – 2,341JTK – 1,911LME – 0,0000024 PNDPTN + 2,975 PNYLH

Pengujian keseluruhan model regresi logistik dapat dilakukan dengan

melakukan uji G yang menyebar menurut sebaran Chi-Square (X2). Pengujian

dapat dilakukan dengan membandingan antara nilai G dengan nilai X2

pada taraf

nyata tertentu dengan derajat bebas k-1, namun jika menggunakan paket program

Minitab dapat dilihat dari nilai P. Berdasarkan hasil olahan di atas didapatkan nilai

Log-Likelihood sebesar -6,327 menghasilkan nilai G sebesar 46,641 dengan nilai

P sebesar 0,000. Nilai P dibawah taraf nyata 15%, maka dapat disimpulkan model

regresi logistik secara keseluruhan dapat menjelaskan keputusan masyarakat

untuk beralih profesi dari kegiatan penambangan emas ke kegiatan wisata. Pada

uji kebaikan model atau Goodness-of-Fit dengan melihat pada metode Pearson,

Deviance, dan Hosmer-Lameeeshow, nilai P untuk ketiga model tersebut adalah

lebih besar dari taraf nyata 15% sehingga model layak.

a) Penjelasan Variabel-Variabel Signifikan

Variabel jumlah tanggungan keluarga signifikan secara statistik pada taraf

nyata 15% dengan nilai P sebesar 0,139. Nilai odds ratio JTK sebesar 0,1 artinya

peluang terjadinya kemungkinan beralih profesi dari kegiatan penambangan emas

ilegal ke kegiatan wisata 0,1 kali lebih kecil daripada peluang tidak terjadinya

kemungkinan beralih profesi. Koefisien JTK bertanda negatif yang berarti bahwa

semakin banyak jumlah tanggungan keluarga penambang emas maka mengurangi

kemauan penambang emas untuk beralih profesi ke kegiatan wisata. Hal ini sesuai

dengan kondisi di lapangan, dimana semakin banyak JTK penambang emas,

maka kemauan penambang emas beralih profesi ke kegiatan wisata semakin kecil.

Hal ini dikarenakan dengan banyaknya tanggungan keluarga maka pengeluaran

rumah tangga akan semakin besar, sehingga pendapatan dari hasil penambangan

emas yang cukup besar digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Variabel lama menambang emas signifikan secara statistik pada taraf nyata

(α) 15% dengan nilai P sebesar 0,091. Odds ratio LME sebesar 0,15 artinya

peluang terjadinya kemungkinan beralih profesi dari kegatan penambangan emas

ilegal ke kegiatan wisata 0,15 kali lebih kecil daripada peluang tidak terjadinya

kemungkinan beralih profesi. Koefisien LME bertanda negatif berarti semakin

lama responden berprofesi sebagai penambang emas maka akan mengurangi

kemauan responden untuk beralih profesi ke kegiatan wisata. Hal ini sesuai

dengan kondisi di lapangan yang menunjukkan bahwa semakin lama responden

berprofesi sebagai penambang emas maka kemauan beralih profesi ke kegiatan

wisata semakin kecil karena semakin lama berprofesi sebagai penambang emas,

mereka memiliki pendapatan yang lebih banyak sehingga tidak bersedia pindah ke

sektor wisata.

Variabel pendapatan penambang emas signifikan secara statistik pada

taraf nyata (α) 15% dengan nilai P sebesar 0,098. Pendapatan penambang emas

memiliki nilai odds ratio sebesar 1,00 artinya peluang terjadinya kemungkinan

beralih profesi dari kegiatan penambangan emas ilegal ke kegiatan wisata 1,00

kali lebih kecil daripada peluang tidak terjadinya kemungkinan beralih profesi.

Koefisien pendapatan penambang emas bertanda negatif berarti semakin tinggi

tingkat pendapatan penambang emas maka akan mengurangi kemauan responden

untuk beralih profesi ke kegiatan wisata. Hal ini sesuai dengan kondisi lapangan

yang menunjukkan bahwa semakin tinggi pendapatan penambang emas maka

kemauan beralih profesi semakin kecil karena melalui profesi sebagai penambang

emas mereka mendapatkan pendapatan yang cukup besar dibandingkan dengan

pendapatan di sektor wisata.

Variabel selanjutnya signifikan secara statistik pada taraf nyata (α) 15%

adalah penyuluhan dengan nilai P sebesar 0,099. Nilai odds ratio sebesar 19,60

berarti tambahan frekuensi dari penyuluh kepada penambang emas maka peluang

untuk beralih profesi dari penambangan emas ke kegiatan wisata 19,60 kali lebih

tinggi dibandingkan peluangnya untuk tidak beralih profesi, cateris paribus.

Variabel pengaruh penyuluhan bertanda positif artinya semakin banyak

penambang emas mendapatkan informasi dari penyuluh maka kemauan berpindah

penambang emas ke kegiatan wisata semakin besar. Berdasarkan kondisi di

lapangan telah ada upaya untuk melakukan penyuluhan kepada penambang emas

oleh pihak KLH, pihak Kepolisian, dan pihak Dinas Pertambangan dan Energi,

walaupun belum semua penambang emas bersedia untuk berpartisipasi dalam

kegiatan ini. Namun, melalui kegitan penyuluhan tersebut, maka penambang emas

mendapatkan informasi tentang pentingnya menjaga lingkungan sehingga

mendorong penambang emas untuk beralih profesi ke kegiatan wisata semakin

besar.

b) Penjelasan Variabel-Variabel Tidak Signifikan

Hasil analisis regresi logistik menunjukkan terdapat dua variabel yang

tidak signifikan yaitu pendidikan (PNDDKN) dan pengetahuan jangka panjang

tentang dampak penambangan emas ilegal (PDJPPEI). Variabel tingkat

pendidikan tidak signifikan secara statistik karena memiliki nilai P sebesar 0,274

yang lebih besar dari taraf nyata 15%, sehingga dapat diabaikan secara statistik.

Tingkat pendidikan yang dimiliki responden secara umum yang bersedia atau

tidak untuk beralih profesi ke kegiatan wisata adalah pada umumnya memiliki

tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD), sehingga responden yang bersedia atau

tidak beralih profesi ke kegiatan wisata pada umumnya memiliki tingkat

pendidikan Sekolah Dasar.

Variabel selanjutnya yang tidak signifikan adalah pengetahuan jangka

panjang tentang dampak penambangan emas ilegal karena memiliki nilai P

sebesar 0,516 yang lebih besar dari taraf nyata 15%, sehingga dapat diabaikan

secara statistik. Hal ini disebabkan karena responden yang memiliki pengetahuan

atau tidak memiliki pengetahuan tentang dampak jangka panjang penambangan

emas ilegal tidak mempengaruhi kemungkinan mereka untuk beralih profesi dari

kegiatan penambangan emas ke kegiatan wisata.

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

1. Masyarakat Musiduga dalam memenuhi kebutuhannya sangat bergantung

dengan pemanfaatan sumberdaya alam karena lebih dari 80% masyarakat

di desa sekitar kawasan Musiduga bekerja dengan memanfaatkan

sumberdaya alam.

2. Berdasarkan persepsi multistakeholder kegiatan penambangan emas ilegal

di Sungai Kuantan Musiduga telah mengakibatkan kerusakan lingkungan

dimana yang banyak dipilih berupa polusi air dan merusak struktur

tananyah dengan persentase masing-masingnya sebesar 90%.

3. Potensi wisata kawasan Musiduga sangat potensial untuk dikembangkan

karena memiliki obyek wisata alam dan atraksi wisata yang banyak

diminati oleh pengunjung. Pengembangan dan pengelolaan kawasan

wisata membutuhkan dana untuk kegiatan wisata dan konservasi. Salah

satu caranya dengan penetapan tiket. Dampak ekonomi dari kegiatan

wisata di Musiduga terhadap masyrakat sekitar masih kecil. Diharapkan

dengan pengembangan dan pengelolaan yang optimal dapat meningkatkan

pendapatan masyarakat sekitar dengan tetap memperhatikan lingkungan,

sedangkan dampak lingkungan akibat kegiatan wisata Musiduga

berdasarkan persepsi multistakeholder adalah berdampak positif terhadap

lingkungan sekitar Musiduga.

4. Persepsi Multistakeholder terhadap kemungkinan penambang emas beralih

profesi ke kegiatan wisata sulit dilakukan. Hal ini terlihat dari persentase

kemungkinan penambang emas untuk beralih profesi ke kegiatan wisata

masih rendah yaitu sebanyak 28%. Faktor yang signifikan mempengaruhi

kemungkinan masyarakat penambang emas beralih profesi ke kegiatan

wisata adalah jumlah tanggungan keluarga, lama menambang emas,

pendapatan, dan penyuluhan.

7.2 Saran

1. Pemerintah Daerah diharapkan dapat meningkatkan koordinasi antara

lembaga/instansi terkait untuk pengembangan dan pengelolaan kawasan

wisata Musiduga dan melarang/membatasi kegiatan penambangan emas

ilegal dengan membuat peraturan daerah serta menciptakan alternatif

pekerjaan selain di sektor wisata agar masyarakat penambang emas ilegal

mau beralih profesi.

2. Pengadaan dan penambahan sarana prasarana harus ditingkatkan sesuai

kebutuhan pengunjung kawasan wisata Musiduga, namun tetap

memperhatikan kelestarian lingkungan. Terutama perbaikan mushola dan

tempat sampah, pengadaan papan penunjuk jalan menuju obyek wisata

dan penambahan gazebo yang lebih merata pada setiap obyek wisata

sehingga pengunjung lebih nyaman untuk berekreasi di kawasan

Musiduga.

3. Pada penelitian ini, nilai WTP pengunjung dapat dijadikan acuan oleh

Pemerintah Daerah dalam penetapan tarif masuk kawasan wisata

Musiduga.

4. Pemerintah Daerah harus dapat lebih meningkatkan kegiatan promosi

melalui media cetak dan elektronik agar menarik wisatawan lokal dan

mancanegara sehingga meningkatkan daya beli pengunjung yang

diharapkan dapat meningkatkan dampak ekonomi terhadap masyarakat

sekitar kawasan wisata Musiduga.

5. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk analisis segmentasi tiket pada

setiap obyek wisata dan penelitian jalur paket wisata di kawasan wisata

Musiduga sehingga dapat menjadi masukan bagi Pemerintah Daerah

dalam pengelolaan dan pengembangan kawasan wisata Musiduga.

DAFTAR PUSTAKA

Anom, I. P. 2010. Pembangunan Kepariwisataan Berkelanjutan (Sustainable

Tourism Development). http://balisustain.blogspot.com/2010/08/

pembangunankepariwisataan.html. Diakses: 10 Februari 2011.

Anonim. 2007. Sumatera Barat. http://id.wikipedia.org/wiki/Sumatera_Barat.

Diakses: 18 Maret 2011.

Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional. Undang-Undang Republik

Indonesia. 1990. Kepariwisataan. Nomor 9.

Buckley, et al. 2008. Recrational Demand For Form Commonage In Ireland: A

Contingent Valuation Assesment. Jurnal Land Use Policy. Vol. 26. no.

846: 846-854.

Cooper, et al. Editor. 1998. Tourism: Principles and Practice. Edisi ke-2. Pearson

Education Limited. England.

Departemen Kehutanan. 1989. Kamus Kehutanan Edisi Pertama. Departemen

Kehutanan RI. Jakarta.

Dinas Parsenibudpora Kabupaten Sijunjung. Wisata alam.

Http://sijunjung.go.id/?mod=konten&menu=wisata_alam. Diakses: 20

Desember 2010.

Dingin M. 2011. Pertambangan Liar dan kerusakan lingkungan (Suatu Refleksi

dalam Memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia).

http://padangekspres.co.id/?news=nberita&id=446. Diakses: 8 Juni 2011.

Fauzi, A. 2004. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Gramedia Pustaka

Utama. Jakarta.

Firandari, T. 2009. Analisis Permintaan dan Nilai Ekonomi Wisata Pulau Situ

Gintung-3 dengan Metode Biaya Perjalanan. Skripsi. Program Studi

Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Institut Pertanian Bogor.

Hanley, N dan CL Spash. 1993. Cost Benefit Analysis and The Environment.

Edwar Elger Publishing Limited. Hanst-England.

Juanda, B. 2009. Ekonometrika 1. Departemen Ilmu Ekonomi. Fakultas Ekonomi

dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Kardina, D.S.L. 2005. Analisis Kesediaan membayar Biaya Remediasi Bagi

Masyarakat Pertambangan Emas Tanpa Ijin terhadap Pencemaran Sungai

Cikaniki di Kabupaten Bogor. Tesis. Institut Pertanian Bogor.

Kurniawan, E. 2008. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat

Pada Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan. Skripsi. Program

Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Fakultas Pertanian.

Institut Pertanian Bogor.

Mardalis, 2004. Metode Penelitian. PT Bumi Aksara, Jakarta.

Mubyarto dan Suratno. 1981. Metodologi Penelitian Ekonomi. Yayasan Agro

Ekonomika. Yogyakarta.

Mukri, A. R. 2008. Sektor Pariwisata Sumatera Barat Mutiara yang Belum

Tergarap.http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=15&jd=Sektor+

Pariwisata+Sumatra+Barat+Mutiara+yang+Belum+Tergarap&dn=20080

426231618. Diakses: 31 Desember 2010.

Ngadiran, et al. 2002. Dampak Sosial Budaya Penambangan Emas di Kecamatan

Mandor Kabupaten Landak Propinsi Kalimantan Barat. Tesis. Program

Studi Ketahanan Nasional. Universitas Gajah Mada.

Pangesti, M.H.T. 1995. Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Kegiatan

Perhutanan Sosial (studi kasus: KPH Cianjur, Jawa Barat). Tesis.

Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Porter M.E., et al.1990. Executive Summary: Competitiveness and Stages of

EconomicDevelopment.http://www1.eeg.uminho.pt/economia/priscila/int

ocaveis/LEA_CI/Execsumm_gcr.pdf. Diakses: 8 Juni 2011.

Rimbawanti, A. 2003. Studi Potensi Wisata Alam dan Konsep Pengembangannya

di Areal HTI PT> Finnantara Intiga Distrik I Mengkiang Unit Sanggau

Kec. Kapuas Kab. Sanggau Prop. Kalimantan Barat. Skripsi. Program

Studi Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Institut Pertanian

Bogor.

Samsiarni. 2009. Benarkah Sumbar Siap Menjadi Daerah Tujuan Wisata

Unggulan?. http://padang-today.com/?mod=artikel&today=detil&id=450.

Diakses: 18 Juni 2011.

Sevilla, et al. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Penerjemah, Alimuddin Tuwu.

UI-Press. Jakarta.

Siallagan, M. B. 2010. Analisis Buangan Berbahaya Pertambangan Emas di

Gunung Pongkor. Skripsi. Program Studi Ekonomi Sumberdaya dan

Lingkungan. Institut Pertanian Bogor.

Siswanto, H. 2006. Penilaian Obyek dan Daya Tarik Wisata serta Alternatif

Perencanaan Paket Wisata di Kabupaten Merangin Propinsi Jambi.

Skripsi. Program Studi Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata.

Institut Pertanian Bogor.

Soerjani, M., et al. 1987. Lingkungan: Sumberdaya Alam dan kependudukan

dalam Pembangunan. Universitas Indonesia. Jakarta.

Soetanto, H. 2002. Strategi Optimasi Pemanfaatan Sumberdaya Dan Teknologi

Tepat Guna Pertanian Untuk Meningkatkan Pendapatan Peternak Sapi

Potong.Makalah.http://ntb.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=co

m_content&View=article&id=78:makalah-utama&catid=50: prosoding &

ltemid=33. Diakses: 26 Juni 2011.

Suasanai, P.S. 2008. Persepsi Multipihak dan Dampak Sosial Ekonomi

Pengelolaan Kampung Wisata Cinangneng (KWC) terhadap Masyarakat

Sekitar. Skripsi. Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya.

Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Sukirno, S. 1985. Ekonomi Pembangunan. Bima Grafika. Jakarta.

Sumarwan, U. 2004. Perilaku Konsumen Teori Penerapannya dalam Pemasaran.

Editor. Lolita Krisnawati. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Suwantoro, G. 2002. Dasar-dasar Pariwisata. Andi. Yogyakarta.

Vanhove, N. 2005. The Economics of Tourism Destinations. Elsevier. Burlington.

Wahab, S. 1992. Manajemen Kepariwisataan. PT Pradnya Paramita. Jakarta.

Yakin, A. 1997. Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Akademika Presindo.

Jakarta.

Yoeti, O. A. 1997. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. PT Pradnya

Paramita. Jakarta.

2006. Tours and Travel Marketing. PT Pradnya Paramita. Jakarta.

2008. Ekonomi Pariwisata Introduksi, Informasi, dan Aplikasi. PT

Kompas Media Nusantara. Jakarta.

LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner

Kuesioner Penelitian

No Responden…………………………

Tanggal Wawancara……………………

Kuesioner ini digunakan untuk penelitian Penilaian Potensi Wisata Kawasan

Muaro Silokek Durian Gadang sebagai Alternatif Pemanfaatan Sumberdaya

Berkelanjutan oleh Ratih Trianita, mahasiswa Departemen Ekonomi

Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian

Bogor. Saya mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/I untuk mengisi kuesioner ini

dengan teliti dan lengkap sehingga dapat menjadi data yang objektif. Saya akan

menjaga kerahasiaan pendapat Bapak/Ibu/Saudara/i. Terimakasih atas

kesediaannya.

A. Karakteristik Responden

1. Nama : …………………………………..

2. Jenis Kelamin : L/P (lingkar)

3. Usia :……………

4. Pendidikan terakhir : SD/SMP/SMA/Diploma/S1/S2/S3

5. Status Perkawinan…….

a. Menikah b. Belum menikah

Jika sudah menikah, berapa jumlah anggota keluarga?..........orang

6. Tempat tinggal:

Desa/kelurahan…………………….kecamatan…………kabupaten…………

7. Pekerjaan pokok :

a. Pegawai Negeri sipil/BUMN f. Ibu Rumah Tangga

b. TNI/ABRI g. Pensiunan

c. Pegawai Swasta h. Buruh/pabrik

d.Pengusaha/Wiraswasta I .Pelajar/Mahasiswa

e. Petani j.Lain-lain (sebutkan)………………

B. Motivasi Responden

1. Anda datang ke tempat ini:

a. sendiri b. kelompok c. keluarga

2. Anda melakukan rekreasi pada waktu:

a. libur b. tidak harus hari libur c. akhir pekan

3. Biasanya anda datang ke lokasi ini hari:………………

4. Apa yang mendorong anda untuk datang kesini? (jawaban boleh dari satu)

a. Belum pernah berkunjung ke tempat ini

b. Mudah dijangkau

c. Diajak teman

d. Mendengar cerita pengalaman orang

e. Melihat obyek yang menarik

f. Lainnya (sebutkan)……………

5. Berapa lama anda berekreasi disini?

a. 1 jam b. 2 jam c. 3 jam d. lebih dari 3 jam

6. Frekuensi kunjungan anda ke kawasan ini?...........kali

7. Bagaimana menurut anda perjalanan menuju lokasi ini?

a. mudah b. sulit

8. Berapa lama waktu yang anda tempuh menuju lokasi ini?............................

9. Apakah sebelumnya anda sudah mengetahui tempat wisata Musiduga?

a. ya b. tidak

10. Jika ya, anda mengetahui tempat ini dari siapa?

a. Teman/keluarga

b. Surat kabar/majalah

c. radio/televisi

d. brosur

e. lainnya…………

11. Apakah anda berkeinginan untuk datang lagi kesini?

a. ya b. tidak

12. Jika ya, apa yang membuat anda untuk datang kesini lagi?

a. Lokasinya dekat dari rumah

b. Biaya rekreasi murah

c. tempatnya indah dan menarik

d. lainnya………….

13. Selain Musiduga, tempat wisata alternatif anda?

a. Talabang Sakti c. Aia Angek

b. Kandi Sawahlunto d. lainnya……….

14. Apa alasan anda berkunjung ke tempat tersebut?....................

15. Adakah tempat wisata alternatif anda untuk berekreasi yang sejenis dengan

Musiduga?

a. ada, sebutkan………. b. tidak

C. Aktivitas Responden

1. Jumlah yang ikut berkunjung ke kawasan ini?

a. sendiri b. berdua c. bersama keluarga/lkelompok

(…..orang)

2. Kegiatan apa yang dilakukan/ disukai di kawasan ini

a. Wisata gua

b. Arung jeram

c. panjat tebing

d. Menikmati panorama alam

e. Penelitian

f. Fotografi

g. Memancing

h. Lainnya………………………..

3. Perlengkapan apa yang anda bawa ?

a. kamera b. teropong c. tape recorder d.lainnya/tidak

ada

D. Preferensi Responden Terhadap Keberadaan Musiduga

1. Obyek unggulan apa yang suka anda kunjungi?

a. Ngalau Seribu c. Pasir Putih e. Arung jeram

b. Ngalau Talago d. Air Terjun

2. Adakah hambatan untuk sampai ke obyek unggulan tersebut?

a. Ya, sebutkan………………….. b. tidak

3. Menurut anda, kondisi lingkungan setelah ada obyek wisata Musiduga?

a. Menambah Keindahan Pemandangan

b. Menjaga keasrian lingkungan

c. Membuat udara segar

d. Menimbulkan sampah

4. Bagaimana kesan anda setelah berkunjung pada kawasan ini

a. Puas d. Ingin datang kembali

b. Menyenangkan e.. Tidak menyenangkan

c. kecewa f. perlu diperbaiki

5. Menurut anda sejauh mana peran pemerintah dalam pengembangan dan

pengelolaan Musiduga?dalam hal apa?

a. sarana infrastruktur

b. pelatihan

c. membantu pemasaran

d. informasi

e. lainnya………

E. Pendapatan

1. Berapa pendapatan anda per-bulan

a. Kurang dari Rp 1.000.000 tepatnya Rp..............

b. Rp 1.000.000 – Rp 2.000.000 tepatnya Rp..............

c. Rp 2.000.000,1 – Rp 3.000.000 tepatnya Rp..............

d. Lebih dari Rp 3.000.000 tepatnya Rp..............

2. Apakah anda mempunyai pekerjaan sampingan?

a. ya, bekerja sebagai…………….. b. tidak

3. Jika ya, berapa pendapatan sampingan anda per

bulannya?......................................

4. Jika anda sudah menikah, apakah pendapatan selain dari pendapatan anda,

jika ya maka kisaran pendapatan perbulan tersebut adalah

a. Kurang dari Rp 500.000 tepatnya Rp............

b. Rp 500.000 – Rp 1.000.000 tepatnya Rp............

c. Rp 1.000.000 – Rp 2.000.000` tepatnya Rp.............

d. Lebih dari Rp 2.000.000 tepatnya Rp................

F. Willingness To Pay

1. Menurut anda, perlukah pembayaran tiket masuk di tempat wisata ini?

a. Perlu b.tidak

Skenario

Usaha pengembangan tempat wisata Musiduga memerlukan dana yang cukup besar

untuk menunjang kegiatan pengembangan dan pengelolaan tempat wisata dimana

sumber pendapatan berasal dari Pemda. Namun, dana dari Pemda tersebut belum

mencukupi untuk pengelolaan dan pengembangan kawasan wisata Musiduga.

Selanjutnya dana tersebut akan dialokasikan untuk penyediaan fasilitas-fasilitas dan

pengadaan prasarana dan sarana yang mendukung aktivitas rekreasi di kawasan wisata

Musiduga, meningkatkan daya tarik wisata, serta untuk upaya pemeliharaan

lingkungan tempat wisata. Oleh karena itu Pemda berencana mengadakan penetapan

harga tarif masuk kawasan wisata.

2. Apakah Bapak/Ibu/Saudara/I bersedia untuk membayar tiket masuk dalam

rangka pengembangan dan perawatan dan pelestarian lingkungan di Musiduga?

a. Ya b. tidak

Jika ya, lanjutkan dengan pertanyaan selanjutnya

3 .Berapa harga tiket maksimum yang bersedia anda bayarkan untuk

pengembangan dan perawatan wisata di Musiduga?

a. Rp 2.000 d. Rp 5.000 g. Rp 8.000

b. Rp 3.000 e. Rp 6.000 h. Rp 9.000

c. Rp 4.000 f. Rp 7.000 i. Rp 10.000

G. Harapan dan Saran

1. Apa harapan dan saran anda dari keberadaan Musiduga ini?

.........................................................................................................................

.........................................................................................................................

.........................................................................................................................

.........................................................................................................................

Terimakasih atas kesediaan menjadi responden dalam penelitian ini, Semoga amal

kebaikan anda dibalas oleh Yang Maha Kuasa. Amin.

Lampiran 2. Hasil Estimasi Pendugaan Model

Logistic Regression Table

Odds 95% CI

Predictor Coef SE Coef Z P Ratio Lower Upper

Constant 20,6378 13,7078 1,51 0,132

JTK -2,34198 1,58328 -1,48 0,139 0,10 0,00 2,14

PNDDKN 1,70510 1,55989 1,09 0,274 5,50 0,26 117,04

LME -1,91067 1,13048 -1,69 0,091 0,15 0,02 1,36

PNDPTN -0,0000024 0,0000014 -1,65 0,098 1,00 1,00 1,00

PDJPPEI 1,20796 1,86070 0,65 0,516 3,35 0,09 128,37

PNYLH 2,97534 1,80511 1,65 0,099 19,60 0,57 674,08

Log-Likelihood = -6,327

Test that all slopes are zero: G = 46,641, DF = 6, P-Value = 0,000

Goodness-of-Fit Tests

Method Chi-Square DF P

Pearson 12,2809 38 1,000

Deviance 12,6544 38 1,000

Hosmer-Lemeshow 1,7813 8 0,987

Measures of Association:

(Between the Response Variable and Predicted Probabilities)

Pairs Number Percent Summary Measures

Concordant 496 98,4 Somers' D 0,97

Discordant 8 1,6 Goodman-Kruskal Gamma 0,97

Ties 0 0,0 Kendall's Tau-a 0,40

Total 504 100,0

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Muaro Gambok, Provinsi Sumatera Barat pada

tanggal 20 Januari 1989. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara

pasangan Ermayulis, SH dan Nelbahren AN, Spd.I.

Pendidikan formal diawali di TK Pertiwi Gambok, tahun 1995

melanjutkan pendidikan ke SDN 27 Muaro Ganting Mudik, tahun 2001

melanjutkan pendidikan ke SMPN 7 Sijunjung dan tahun 2005 melanjutkan

pendidikan ke SMAN 1 Sijunjung. Tahun 2007 penulis lulus seleksi masuk IPB

melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) di Departemen Ekonomi

Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi Manajemen,

Tahun 2008 penulis aktif pada organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa

(BEM) Fakultas Ekonomi Manajemen (FEM) sebagai Staf divisi Perekonomian

dan aktif pada Himpunan Mahasiswa Sawahlunto, Sijunjung dan Dharmasraya

(HIMASWISS) sebagai bendahara selama satu tahun. Tahun 2009 penulis aktif

pada organisasi himpunan mahasiswa Resource Economics and Environmental

Students Association (REESA) sebagai bendahara umum selama satu tahun.

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi di

Fakultas Ekonomi Manajemen IPB, Penulis menyusun skripsi yang berjudul

“Penilaian Potensi Wisata Kawasan Muaro Silokek Durian Gadang sebagai

Alternatif Pemanfaatan Sumberdaya Berkelanjutan” dibawah bimbingan Ibu Meti

Ekayani, S.Hut, M.Sc dan Nuva, SP, M.Sc.