99
PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RISIKO DIABETES MELLITUS TIPE 2 PADA MASYAKARAT BINAAN KPKM BUARAN PADA TAHUN 2015 Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN OLEH: Irvan Fathurohman NIM: 1112103000075 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2015 M

PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

  • Upload
    dominh

  • View
    221

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RISIKODIABETES MELLITUS TIPE 2 PADA MASYAKARAT

BINAAN KPKM BUARAN PADA TAHUN 2015

Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelarSARJANA KEDOKTERAN

OLEH:Irvan Fathurohman

NIM: 1112103000075

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTERFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1436 H/2015 M

Page 2: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan

untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 12 Oktober 2015

Irvan Fathurohman

Page 3: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus
Page 4: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus
Page 5: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke Hadirat Allah SWT yang senantiasa mencurahkan

nikmat dan rahmat-Nya kepada penulis. Penulis bisa menyelesaikan penelitian ini

tidak lain adalah karena kehendak-Nya. Shalawat serta salam semoga

terlimpahcurahkan kepada Nabi Muhammad SAW serta keluarga dan para

sahabatnya yang telah memberikan banyak pelajaran berharga bagi penulis.

Banyak pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan penelitian ini,

sehingga penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, M.Kes selaku dekan FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. dr. Sardjana, Sp.OG (K), SH, Maftuhah,

M.Kep, PhD, dan Fase Badriah, SKM, Mkes, PhD selaku wakil dekan FKIK

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. dr. Achmad Zaki, M.Epid, Sp.OT selaku Kepala Program Studi Pendidikan

Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. dr. Marita Fadhilah, PhD selaku pembimbing satu yang telah banyak

meluangkan waktu untuk membimbing serta memberikan motivasi dan

semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.

4. dr. Zulhafdy Muchni, Sp.M selaku pembimbing dua yang juga telah

meluangkan waktunya untuk memberi saran dan kritik dalam membantu

penulis menyelesaikan penelitian ini.

5. dr. Nouval Shahab, Sp.U, FICS FACS dan dr. Flori Ratna Sari, PhD selaku

penanggung jawab riset PSPD 2012 yang telah memfasilitasi penulis untuk

melakukan penelitian ini.

6. dr. Dwi Tyastuti, MPH, PhD selaku ketua KPKM Buaran yang juga banyak

memberikan saran untuk penulis.

7. Ayah dan ibu beserta semua anggota keluarga atas doa yang tidak pernah

berhenti diberikan kepada penulis.

8. Teman-teman satu kelompok riset, Raka Petra Prazasta, Melia Fatrani

Rufaidah, Riza Mawaddatarrahmah, dan Aliefa Syifa yang telah berjuang

Page 6: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

vi

bersama-sama penulis mulai dari perancangan judul hingga membuat laporan

penelitian.

9. Adlina Zahra yang selalu bersedia untuk membantu penulis dalam banyak

hal.

10. Seluruh teman sejawat PSPD 2012 yang selalu memberikan semangat untuk

menyelesaikan penelitian ini. Semoga kita semua bisa sukses bersama-sama.

Penulis sadar bahwa banyak kekurangan pada penelitian ini. Penulis

berharap mendapatkan saran dan kritik demi kebaikan di kemudian hari.

Demikian laporan penelitian ini penulis susun, semoga dapat memberikan

manfaat di dunia dan akhirat.

Ciputat, 12 Oktober 2015

Irvan Fathurohman

Page 7: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

vii

ABSTRAKIrvan Fathurohman. Program Studi Pendidikan Dokter. Penilaian TingkatRisiko dan Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Risiko DiabetesMellitus Tipe 2 pada Masyakarat Binaan KPKM Buaran Pada Tahun 2015.Diabetes Mellitus adalah penyakit dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi.Pencegahan berkembangnya diabetes mellitus akan memberikan manfaat yangsignifikan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran tingkat risiko danfaktor-faktor yang berhubungan dengan risiko Diabetes Mellitus Tipe 2 padamasyarakat binaan KPKM Buaran. Penelitian ini menggunakan desain crosssectional. Sebanyak 126 responden terpilih menggunakan two stage clustersampling, kemudian diwawancara dan diperiksa dengan menggunakan kuesioneryang diadaptasi dari Finnish Diabetes Risk Score. Hasil penelitian didapatkansebanyak 33,3% berisiko tinggi, 58,7% berisiko sedang, dan 7,9% berisiko rendahuntuk menderita Diabetes Mellitus Tipe 2 dalam 10 tahun. Berdasarkan analisisbivariat menggunakan uji Chi square didapatkan hubungan yang bermakna antaratingkat risiko Diabetes Mellitus Tipe 2 dengan jenis kelamin, usia, indeks massatubuh, lingkar perut, riwayat tekanan darah tinggi, riwayat gula darah tinggi, danriwayat keluarga DM.Kata kunci: Diabetes Mellitus Tipe 2, Penilaian Tingkat Risiko, Finnish DiabetesRisk Score

ABSTRACTIrvan Fathurohman. Medical Education Program. Risk Assessment of andFactors Related to Risk of Type 2 Diabetes Mellitus in Communities aroundKPKM Buaran in 2015.Diabetes mellitus is one disease with high morbidity and mortality. Prevention ofthe development of diabetes mellitus will provide significant benefits. Thepurpose of this study was to describe the risk level and factors related to the riskof Type 2 Diabetes Mellitus in communities around KPKM Buaran. A cross-sectional design was carried out among population. A total of 126 respondentswere selected using two-stage cluster sampling, then interviewed and examinedusing adapted Finnish Diabetes Risk Score. The result showed that as much as33,3% at high risk, 58,7% at medium risk, 7,9% at lower risk to develop Type 2Diabetes Mellitus in 10 years. Based on bivariate analysis using chi square test,significant relationships were achieved between the risk of Type 2 DiabetesMellitus and these factors: sex, age, body mass index, waist circumference,vegetables/fruits diets, history of high blood pressure, history of high blood sugar,and family history of Diabetes Mellitus.Keywords: Type 2 Diabetes Mellitus, Risk Assessment, Finnish Diabetes RiskScore.

Page 8: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ............................................................................................. iLEMBAR PERNYATAAN .............................................................................. iiLEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................. iiiLEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. ivKATA PENGANTAR ....................................................................................... vABSTRAK ......................................................................................................... viiDAFTAR ISI ..................................................................................................... viiiDAFTAR TABEL ............................................................................................. xDAFTAR DIAGRAM ....................................................................................... xiDAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiiBAB I PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang........................................................................................... 11.2. Rumusan Masalah...................................................................................... 31.3. Hipotesis .................................................................................................... 31.4. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 31.5. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 4BAB II TINJAUAN PUSTAKA2.1. Landasan Teori .......................................................................................... 5

2.1.1. Definisi DM ................................................................................... 52.1.2. Tipe DM......................................................................................... 52.1.3. Patogenesis DM ............................................................................. 62.1.4. Gejala Klinis DM........................................................................... 92.1.5. Diagnosis DM ................................................................................ 92.1.6. Skrining DM .................................................................................. 102.1.7. Faktor-faktor yang Berkaitan dengan DMT2 ................................ 112.1.8. Komplikasi DM ............................................................................. 152.1.9. Pencegahan DM Tipe 2.................................................................. 162.1.10. Pelayanan Kesehatan Prospektif.................................................... 182.1.11. Finnish Diabetes Risk Score .......................................................... 202.1.12. Kerangka Teori .............................................................................. 22

2.2. Kerangka Konsep....................................................................................... 232.3. Definisi Operasional .................................................................................. 24BAB III METODOLOGI PENELITIAN3.1. Desain Penelitian ....................................................................................... 283.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 28

3.2.1. Lokasi .............................................................................................. 283.2.2. Waktu Penelitian.............................................................................. 28

3.3. Populasi dan Sampel.................................................................................. 283.3.1. Populasi ........................................................................................... 28

Page 9: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

ix

3.3.2. Sampel ............................................................................................. 283.3.2.1. Kriteria Inklusi .................................................................... 283.3.2.2. Kriteria Eksklusi.................................................................. 283.3.2.3. Estimasi Besar Sampel ........................................................ 283.3.2.4. Pemilihan Sampel................................................................ 30

3. 4. Cara Kerja Penelitian................................................................................. 303.5. Manajemen Data........................................................................................ 31

3.5.1. Pengumpulan data............................................................................ 313.5.1.1. Sumber Data........................................................................ 313.5.1.2. Intrumen Penelitian ............................................................. 313.5.1.3. Prosedur Pengumpulan Data ............................................... 31

3.5.2. Pengolahan Data .............................................................................. 333.5.3. Analisis Data.................................................................................... 333.5.4. Penyajian Data ................................................................................. 34

3.6. Etika Penelitian.......................................................................................... 34BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN4.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ........................................................... 35

4.1.1. Uji Validitas..................................................................................... 354.1.2. Uji Reliabilitas ................................................................................. 36

4.2. Gambaran Umum Masyarakat Binaan KPKM Buaran ............................. 414.3. Analisis Univariat ...................................................................................... 434.4. Analisis Bivariat ........................................................................................ 474.5. Kelebihan Penelitian.................................................................................. 574.6. Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 57BAB V SIMPULAN DAN SARAN5.1. Simpulan.................................................................................................... 585.2. Saran .......................................................................................................... 58DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 59LAMPIRAN....................................................................................................... 65

Page 10: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Klasifikasi Keadaan Berat Badan ..................................................... 12Tabel 2.2. Klasifikasi Tekanan Darah ............................................................... 14Tabel 2.3. Definisi Operasional ......................................................................... 24Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas pada Item Pemeriksaan...................................... 35Tabel 4.2. Hasil Uji Validitas pada Item Wawancara ....................................... 36Tabel 4.3. Nilai Cronbach’s Alpha Uji Reliabilitas .......................................... 38Tabel 4.4. Hasil Uji Reliabilitas pada Item Wawancara ................................... 38Tabel 4.5. Hasil Uji Reliabilitas pada Item Pemeriksaan.................................. 40Tabel 4.6. Demografi Kelurahan Buaran .......................................................... 41Tabel 4.7. Hasil Analisis Univariat ................................................................... 43Tabel 4.8. Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

dan Tingkat Risiko DMT2 ............................................................... 47Tabel 4.9. Sebaran Responden Berdasarkan Usia dan Tingkat

Risiko DMT2.................................................................................... 48Tabel 4.10. Sebaran Responden Berdasarkan IMT dan Tingkat

Risiko DMT2.................................................................................... 49Tabel 4.11. Sebaran Responden Berdasarkan Lingkar perut dan

Tingkat Risiko DMT2 ...................................................................... 50Tabel 4.12. Sebaran Responden Berdasarkan Aktivitas Fisik

dan Tingkat Risiko DMT2 ............................................................... 51Tabel 4.13. Sebaran Responden Berdasarkan Diet Sayur-Buah

dan Tingkat Risiko DMT2 ............................................................... 52Tabel 4.14. Sebaran Responden Berdasarkan Riwayat Tekanan

Darah Tinggi dan Tingkat Risiko DMT2......................................... 53Tabel 4.15. Sebaran Responden Berdasarkan Riwayat Gula

Darah Tinggi dan Tingkat Risiko DMT2......................................... 54Tabel 4.16. Sebaran Responden Berdasarkan Riwayat

Keluarga DM dan Tingkat Risiko DMT2 ........................................ 55

Page 11: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Patogenesis DM Tipe 1 .......................................................... 7Gambar 2.2. Patogenesis DM Tipe 2 .......................................................... 8Gambar 2.3. Langkah-langkah Diagnostik DM.......................................... 10Gambar 2.4. Hubungan antara Individu dan Dokter dalam Konteks

Pelayanan Kesehatan Prospektif ............................................ 19Gambar 2.5. Aplikasi Pelayanan Kesehatan Prospektif terhadap Komunitas

................................................................................................ 20Gambar 2.6. Kerangka Teori....................................................................... 22Gambar 2.7. Kerangka Konsep ................................................................... 23Gambar 3.1. Alur Kerja Penelitian.............................................................. 36

Page 12: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Informed Consent ..................................................... 65Lampiran 2 Finnish Diabetes Risk Score (FINDRISC) ............................ 67Lampiran 3 Kuesioner Penelitian .............................................................. 68Lampiran 4 Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas....................................... 75Lampiran 5 Hasil Uji Statistik ................................................................... 79Lampiran 6 Daftar Riwayat Hidup ............................................................ 87

Page 13: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

1

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Diabetes Mellitus (DM) merupakan masalah utama yang mengancam

kesehatan masyarakat dan stabilitas ekonomi di negara berkembang dan negara

maju.1,2 Menurut World Health Organization (WHO, 2015) prevalensi DM pada

orang dewasa di tahun 2014 diperkirakan sebesar 9%, sedangkan menurut

International Diabetes Federation (IDF, 2015) prevalensi global DM pada tahun

2014 adalah sebesar 8,3% dengan jumlah pasien sebanyak 387 juta orang.3

Sebanyak 46,3% dari 387 orang tersebut ternyata tidak terdiagnosis menderita

DM.3 Prevalensi DM di dunia terus mengalami peningkatan dan diperkirakan

jumlah pasien akan terus bertambah hingga 205 juta orang pada tahun 2035.3

Mayoritas kasus DM terjadi di negara-negara Asia dan sebanyak 60% kasus DM di

dunia ditemukan di Asia2.

Indonesia menempati peringkat keempat kasus DM terbanyak di dunia

setelah India, China, dan USA.2 Berdasarkan data dari IDF (2015) Indonesia

menempati peringkat kedua kasus DM terbanyak di wilayah barat Pasifik setelah

China yang berada di peringkat pertama.3 Prevalensi DM di Indonesia pada tahun

2014 adalah sebesar 5.81%.3 Kasus DM di Indonesia pada tahun 2000 adalah

sebanyak 8,4 juta kasus dan WHO (2015) memperkirakan akan terus terjadi

peningkatan sampai tahun 2030 sebanyak 21,3 juta kasus.2 Hal ini setara dengan

peningkatan dua setengah kali lipat kasus DM dalam jangka waktu 30 tahun.

DM menjadi masalah utama kesehatan terutama di negara berkembang

dikarenakan tingkat morbiditas dan mortalitasnya yang tinggi.4 Pada tahun 2012

DM menjadi penyebab langsung kematian pada 1,5 juta orang, sedangkan pada

tahun 2014 DM menyebabkan 4,9 juta kematian di dunia.3,5 Delapan puluh persen

dari kasus kematian terjadi di negara dengan pendapatan rendah dan menengah.5

WHO (2015) memperkirakan bahwa DM akan menjadi penyebab kematian ketujuh

terbesar di dunia pada tahun 2030.5

DM menjadi salah satu penyebab utama terjadinya morbiditas dan

mortalitas terutama pada sistem kardiovaskular.1 Dalam perjalanan penyakitnya,

Page 14: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

2

DM dapat menimbulkan kerusakan pada jantung, pembuluh darah, mata, ginjal, dan

saraf.5 Komplikasi DM meliputi penyakit kardiovaskuler, kebutaan, amputasi

ektremitas bawah, dan gagal ginjal.1 Di Amerika, 71% pasien DM didiagnosis

dengan hipertensi dan 65% dengan dislipidemia.6 Pada tahun 2010 terdapat 73.000

kasus amputasi non-trauma pada pasien yang terdiagnosis DM di Amerika. Risiko

menderita stroke dan serangan jantung pada pasien DM meningkat 1,8 kali lipat

dibandingkan dengan orang yang tidak terdiagnosis DM.6 Di Indonesia, DM

menjadi penyebab kematian kelima pada pasien rawat inap setelah stroke, penyakit

jantung, kanker, dan Penyakit Paru Obstruktif (PPOK).7

Selain menjadi masalah utama kesehatan, DM pun menjadi ancaman yang

kuat bagi perekonomian negara.2 Pada tahun 2010, secara global DM memakai

anggaran kesehatan sebesar 12% dari keseluruhan anggaran kesehatan yang ada.2

Persentase ini setara dengan nilai US$376 milyar dan diperkirakan anggaran ini

akan mencapai US$490 Milyar pada tahun 2030.2 Di Amerika total kerugian negara

akibat DM mencapai US$245 milyar dolar pada tahun 2012 dengan estimasi biaya

perorang pada tahun 2014 sebesar US$10.902, sedangkan di Indonesia, biaya

perorang untuk pasien Diabetes adalah sekitar US$175 atau setara dengan

Rp1.750.000,- pada tahun 2014.3,6 Jika dihitung, rata-rata biaya kesehatan untuk

individu dengan DM adalah 2,3 kali lipat lebih besar dibandingkan individu tanpa

DM.6

Mengingat prevalensi, morbiditas, dan mortalitas serta dampak negatif DM

terhadap ekonomi yang tinggi maka perlu dilakukan pencegahan yang efektif dan

efisien terhadap penyakit ini. Menurut IDF, intervensi dini dan pencegahan

berkembangnya DM akan memberikan manfaat yang signifikan bagi pasien dengan

meningkatkan usia harapan dan kualitas hidupnya serta bagi negara dengan

membantu menjaga kestabilan ekonomi.8 Salah satu cara yang bisa dilakukan

adalah dengan mengembangkan pelayanan kesehatan prospektif, yaitu pelayanan

kesehatan yang menitikberatkan pada proses pencegahan berkembangnya sebuah

penyakit.9 Salah satu proses yang penting dalam pelayanan kesehatan prospektif

adalah dengan melakukan penilaian risiko individu untuk mengembangkan

penyakit tertentu, termasuk DM Tipe 2 (DMT2) yang banyak dipengaruhi oleh

faktor gaya hidup yang dapat dimodifikasi.9

Page 15: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

3

Tingginya angka keberhasilan intervensi dini dalam mencegah

berkembangnya DMT2 pada individu membuat penilaian risiko penyakit menjadi

bagian penting dalam proses pencegahan, terutama pada fasilitas layanan primer

yang memiliki tanggung jawab dalam program pencegahan penyakit. Maka dari itu,

pada penelitian ini dilakukan penilaian risiko individu sehat untuk menderita DMT2

dalam jangka waktu 10 tahun di wilayah binaan Klinik Pelayanan Kesehatan

Masayarakat (KPKM) Buaran, sehingga dapat dilakukan intervensi dini sesuai

tingkat risiko untuk mencegah kejadian DMT2 di masyarakat. Mengingat

kepentingannya, penilaian tingkat risiko seperti ini seharusnya bisa dilakukan

secara luas di fasilitas pelayanan primer di Indonesia.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran tingkat risiko DMT2 pada masyarakat binaan KPKM

Buaran pada tahun 2015?

Apakah terdapat hubungan antara tingkat risiko DMT2 dengan jenis

kelamin, usia, indeks massa tubuh, lingkar perut, aktivitas fisik, diet sayur atau

buah, riwayat tekanan darah tinggi, riwayat gula darah tinggi, dan riwayat

keluarga DM pada masyarakat binaan KPKM Buaran pada tahun 2015?

1.3. Hipotesis

Gambaran tingkat risiko DMT2 pada masyarakat binaan KPKM Buaran

adalah sebagai berikut: lebih dari 40% berisiko tinggi, lebih dari 40% berisiko

sedang, dan kurang dari 20% berisiko rendah.

Terdapat hubungan bermakna antara tingkat risiko DMT2 dengan jenis

kelamin, usia, indeks massa tubuh, lingkar perut, aktivitas fisik, diet sayur atau

buah, riwayat tekanan darah tinggi, riwayat gula darah tinggi, dan riwayat

keluarga DM pada masyarakat binaan KPKM Buaran pada tahun 2015.

1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan Umum

a. Mengetahui gambaran tingkat risiko DMT2 pada masyarakat binaan KPKM

Buaran pada tahun 2015.

Page 16: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

4

b. Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat risiko DMT2

di KPKM Buaran pada tahun 2015.

1.4.2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui persentase masyarakat yang memiliki risiko rendah, sedang,

dan tinggi untuk menderita DMT2 dalam jangka waktu 10 tahun di wilayah

binaan KPKM Buaran pada tahun 2015.

b. Mengetahui hubungan antara tingkat risiko DMT2 dengan jenis kelamin,

usia, indeks massa tubuh, lingkar perut, aktivitas fisik, diet sayur atau buah,

riwayat tekanan darah tinggi, riwayat gula darah tinggi, dan riwayat keluarga

DM pada masyarakat binaan KPKM Buaran pada tahun 2015.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Bagi Peneliti

Penelitian ini bermanfaat sebagai sarana untuk menambah wawasan dan

mengaplikasikan ilmu yang telah dipelajari selama masa perkuliahan, terutama

materi mengenai riset dan DMT2.

1.5.2. Bagi Institusi (FKIK & KPKM)

a. Sebagai referensi mengenai gambaran tingkat risiko DMT2 pada

masyarakat binaan KPKM di Kelurahan Buaran.

b. Sebagai referensi bagi KPKM untuk melakukan pelayanan kesehatan

berbasis pencegahan penyakit di Kelurahan Buaran.

1.5.3. Bagi Masyarakat

Menambah pengetahuan dan meningkatkan kesadaran masyarakat

mengenai kesehatan, terutama kelompok yang berisiko tinggi agar dapat segera

melakukan tindakan pencegahan untuk menghindari berkembangnya penyakit

DMT2.

Page 17: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

5

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1 Definisi DM

DM atau yang dikenal di masyarakat Indonesia dengan nama kencing manis

merupakan kumpulan penyakit metabolik yang memiliki karakteristik khas berupa

tingginya kadar gula darah, yang dikenal dengan istilah hiperglikemia. DM dapat

disebabkan oleh gangguan sekresi insulin, gangguan kerja insulin, atau kombinasi

keduanya. Menurut American Diabetes Association (ADA, 2008) DM adalah

sekelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan adanya hiperglikemia yang

disebabkan oleh adanya gangguan sekresi insulin, gangguan kerja insulin, atau

gangguan keduanya.10

Sedangkan menurut WHO (2015) DM adalah sebuah penyakit kronik yang

terjadi ketika pankreas tidak mampu memproduksi cukup insulin atau ketika tubuh

tidak mampu menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif.12 Gangguan

sekresi atau kerja insulin menyebabkan gangguan intake glukosa dari sirkulasi ke

dalam sel target insulin untuk selanjutnya dimetabolisme. Akibatnya, glukosa

menumpuk di sirkulasi dalam jumlah yang banyak. Penumpukan glukosa di dalam

sirkulasi yang banyak inilah yang menyebabkan munculnya gejala-gejala DM.11

2.1.2. Tipe DM

Terdapat dua tipe DM, yaitu DM Tipe 1 (DMT1) dan DM Tipe 2 (DMT2).

Pada diabetes tipe 1, terjadi gangguan sekresi insulin oleh sel-sel beta pankreas.

Oleh karena itu, substitusi insulin mutlak diperlukan untuk terapi DMT1, sehingga

tipe 1 ini sering disebut sebagai DM tergantung insulin. Sedangkan DMT2 terjadi

akibat resistensi insulin, yaitu kegagalan sel target insulin untuk memberikan

respon terhadap insulin. Seiring progresivitasnya, resistensi insulin ini pun bisa

menyebabkan kerusakan pada sel beta pankreas yang berakhir pada gangguan

sekresi insulin seperti terjadi pada DMT1. Kejadian DMT2 menempati 90% dari

seluruh kasus diabetes yang terjadi.14

Page 18: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

6

2.1.3. Patogenesis DM

2.1.3.1. Patogenesis DMT1

DMT1 adalah tipe DM yang bersifat autoimun dan kronik. DMT1

berhubungan dengan adanya proses destruksi selektif sel B pankreas yang

memproduksi insulin. Onset dari DMT1 menggambarkan proses akhir dari

terjadinya destruksi sel B pankreas. Gambar 2.1 memperlihatkan bagan patogenesis

terjadinya DMT1. Al Homsi dan Lukic (1992) memberikan gambaran karakteristik

DMT1 sebagai sebuah penyakit autoimun sebagai berikut:

a. Adanya sel-sel yang imunokompeten di pulau-pulau pankreas yang

terinfiltrasi.

b. Adanya autoantibodi spesifik sel-sel pulau langerhans.

c. Adanya perubahan imunoregulasi yang diperantarai sel T CD4+.

d. Adanya keterlibatan Sel TH1 yang memproduksi Interleukin pada proses

destruksi.

e. Adanya respon terhadap imunoterapi.

f. Pasien atau anggota keluarga pasien mengalami rekurensi penyakit

autoimun.14

Page 19: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

7

2.1.3.2. Patogenesis DMT2

Pada keadaan fisiologis, kadar glukosa darah diatur secara cukup ketat oleh

interaksi antara sel B pankreas yang menyekresikan insulin dan jaringan tubuh yang

sensitif terhadap insulin, khususnya hepar. Pada diabetes tipe 2, kedua proses yang

meregulasi kadar glukosa darah tadi mengalami gangguan, yaitu sel B pankreas

mengalami disfungsi sehingga tidak mampu menghasilkan insulin yang cukup

Kerentanangenetik

Barierpertahanan tidak

efektif

Respon imuntidak efektifAgen asing,

contoh: VirusPancreotropik

AutoimunLimfosit T

CD4

IFN-γ IL-1

TNF-α

Makrofag

Antigen

Stressor

DMT1

Kerusakan sel β

Kerusakan> 90%

Gambar 2.1. Patogenesis DMT113

Sumber: Ozougwu dkk, 2013

Page 20: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

8

disertai insulin yang dihasilkan yang dihasilkan ternyata tidak bisa bekerja secara

efektif karena jaringan target insulin telah mengalami resistensi terhadap insulin.

Defek yang pertama kali terjadi adalah resistensi insulin kemudian diikuti dengan

kerusakan/ disfungsi sel B pankreas untuk menghasilkan insulin.14 Walaupun

begitu, gejala klinis pada DMT2 baru muncul ketika pankreas sudah tidak

mensekresikan insulin secara adekuat.14

Gambar di bawah ini memperlihatkan bagan patogenesis untuk DMT2.

Pada patogenesis DMT2, 2 faktor utama penyebab terjadinya DM adalah

lingkungan dan genetik. Namun ternyata faktor genetik lebih dominan

dibandingkan faktor lingkungan dalam patogenesis DM.13 Kejadian DMT2 pada

kembar identik berkisar antara 70-90%. Jika kedua orang tua memiliki DM maka

kemungkinan anaknya menderita DM bisa mencapai 40%. Diduga keberadaan gen-

gen tertentu menyebabkan perubahan fungsi atau perkembangan atau sekresi

insulin. Dikarenakan keterlibatan gen pada proses patogenesis DMT2 masih dalam

Genetik Gaya hidup

Gangguansekresi insulin

Resistensiinsulin

DMT2

Hiperglikemiaprogresif

Gangguantoleransi glukosa

Gambar 2.2. Patogenesis DM Tipe 2. 14

Sumber: Ozougwu dkk, 2013

Page 21: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

9

proses investigasi, maka masih belum memungkinkan untuk memprediksi DMT2

hanya dengan loki gen yang baru diketahui.14

2.1.4. Gejala Klinis DM

Gejala klasik dari DM dikenal dengan 3P, yaitu poliuria, polidipsia dan

polifagia disertai berat badan yang menurun. Kebanyakan pasien datang ke dokter

setelah muncul komplikasi dari DM, seperti adanya mikroangiopati ataupun

neuropati, sehingga gejala yang nampak adalah dominan gejala-gejala dari

komplikasi DM. Contoh gejala yang nampak setelah terjadi komplikasi adalah luka

yang sulit sembuh, mati rasa, juga gangguan penglihatan.14

2.1.5. Diagnosis DM

Diagnosis DM dapat ditegakkan apabila memenuhi salah satu dari 3 kriteria

di bawah ini:

1. Ditemukannya gejala klasik DM dan gula darah sewatu (GDS) >200 mg/dL.

2. Ditemukannya gejala klasik DM dan gula darah puasa (GDP) > 126mg/dL.

3. Tes toleransi Glukosa Oral > 200mg/dL.

Algoritma diagnostik DM dapat dilihat pada Gambar 2.3. tentang langkah-

langkah diagnostik DM yang dikeluarkan oleh Persatuan Endokrinologi Indonesia

(PERKENI, 2011) sebagai berikut:

Page 22: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

10

Gambar 2.3. Langkah-langkah diagnostik DM50

Sumber: PERKENI, 2011

2.1.6. Screening DM

Kadar gula darah puasa dan HbA1c digunakan secara luas untuk screening

DMT2. Dua instrumen ini direkomendasikan oleh ADA (2011) dikarenakan

pertimbangan beberapa hal berikut:

1. Banyak individu yang memenuhi kriteria DMT2 biasanya asimptomatik dan

tidak menyadari sedang menderita DM.

Page 23: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

11

2. Beberapa individu datang dengan diagnosis yang telah disertai komplikasi.

3. Penatalaksanaan pada pasien DMT2 biasanya merubah riwayat alamiah dari

penyakit DM itu sendiri.

ADA (2011) merekomendasikan proses screening dilakukan setiap 3 tahun

sekali oleh orang yang berusia >45 tahun. Untuk yang berusia kurang dari 45 tahun,

rekomendasi screening berlaku apabila mengalami obesitas (BMI > 25) dan

memiliki faktor risiko DMT2.14

2.1.7. Faktor-Faktor yang Berkaitan dengan DMT2

a. Riwayat DMT2 pada keluarga

Faktor genetik merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap

berkembangnya DMT2 pada individu. Risiko untuk terjadinya DMT2 pada salah

satu kembar identik apabila kembar yang lain terkena DMT2 adalah sebesar 70 %

sampai 90 %. Sedangkan risiko pada individu dengan kedua orang tua menderita

DMT2 dapat mencapai 40%. Banyak gen yang diduga berperan pada

perkembangan DMT2 pada individu. Mekanisme gen dalam meningkatkan risiko

DMT2 diperkirakan melalui perubahan fungsi, perkembangan, dan sekresi insulin

dari pulau-pulau langerhans pada pankreas.14,50

b. Obesitas

Obesitas adalah suatu keadaan penumpukan lemak di jaringan adiposa

secara berlebihan. Kesulitan dalam pengukuran lemak tubuh secara langsung

membuat indeks massa tubuh (IMT) yang digunakan untuk menentukan apakah

individu masuk dalam kategori obes atau tidak. Nilai IMT didapatkan dengan

membagi berat badan dalam kilogram (Kg) dengan tinggi badan dalam meter

kuadrat (m2). Hubungan antara IMT dan lemak tubuh ditentukan oleh proporsi

tubuh. Terdapat perbedaan interpretasi penilain IMT pada orang-orang berusia

lanjut dan pada para atlet. Pada orang berusia lanjut, kemungkinan proporsi

lemaknya lebih banyak dibandingkan para atlet, sedangkan proporsi otot tentu lebih

banyak pada kelompok atlet. Berdasarkan penilaian IMT, dapat ditemukan status

berat badan individu termasuk berat badan kurang, normal, lebih, berisiko, obes I

dan obes II.11,20,21 Sebagaimana dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:

Page 24: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

12

Tabel 2.1. Klasifikasi Keadaan Berat Badan11

Sumber: Sudoyo AW dkk, 2009

Berat badan individu ditentukan 40-70% oleh faktor genetik dan

dipengaruhi oleh kebiasaan makan serta aktivitas fisik. Obesitas pada laki-laki

biasanya terjadi setelah umur 30 tahun, sedangkan pada wanita terjadi akibat

obesitas pada masa kecil.11

Obesitas, terutama obesitas sentral dapat meningkatkan risiko terjadinya

sindrom metabolik seperti DM, dislipidemia, dan hiperurisemia.11 80% pasien

DMT2 adalah pasien yang obes.14 Pada obesitas sentral penumpukan lemak terjadi

di daerah abdomen. Lemak ini terdiri dari lemak subkutan dan lemak intrabdominal

yang terdiri dari lemak omental, mesenterial, serta retroperitoneal. Lemak subkutan

abddomen inilah yang memiliki korelasi kuat terhadap terjadinya resistensi

insulin.11

Obesitas sentral dapat dinilai salah satunya dengan mengukur lingkar perut.

Menurut WHO (2009) pengukuran lingkar perut sebaiknya dilakukan di

pertengahan antara batas bawah iga dan krista iliaka. Pengukuran dilakukan dengan

meggunakan pita secara horizontal pada saat akhir ekspirasi. Lingkar perut >90 cm

pada laki-laki dan >80 cm pada wanita berhubungan dengan peningkatan risiko

obesitas dan sindrom metabolik. Obesitas sentral dapat terjadi pada individu

walupun individu tersebut memiliki IMT < 25 Kg/m2. 11

Klasifikasi IMT

Berat Badan Kurang < 18,5

Normal 18,5-22,9

Berat Badan Lebih > 23,0

Berisiko 23,0-24,9

Obes I 25,0-29,9

Obes II > 30,0

Page 25: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

13

Resistensi insulin pada obesitas merupakan salah satu penyebab terjadinya

sindrom metabolik. Insulin merangsang lipogenesis pada jaringan arterial dan

adiposa, sehingga terjadinya penumpukan lemak pada jaringan adiposa.11

Pada keadaan obes terjadi peningkatan asam lemak, penumpukan lipid

intrasel, dan pembentukan sitokin oleh adiposit yang dapat menyebabkan kerusakan

fungsi insulin. Selain itu, inflamasi terkait obesitas, termasuk infiltrasi makrofag

dan induksi respon stres dapat menyebabkan resistensi insulin.14

c. Intoleransi glukosa

Intoleransi glukosa adalah keadaan homeostasis gula darah yang abnormal.

Intoleransi glukosa mendahului kejadian DMT2 dan menjadi salah satu faktor

risiko DMT2.14,50 Intoleransi glukosa terdiri dari dua tipe yaitu gula darah puasa

terganggu (GDPT) dan toleransi glukosa terganggu (TGT). Diagnosis intoleransi

glukosa ditegakkan melalui tes toleransi glukosa oral (TTGO) setelah sampel

berpuasa selama minimal 8 jam dengan hasil sebagai berikut:

Glukosa darah puasa antara 100-125 mg/dL, atau

TTGO antara 140-199 mg/dL.50

Algoritma penegakkan diagnosis intoleransi glukosa dapat dilihat pada

Gambar 2.3. tentang langkah-langkah diagnostik DM pada subbab diagnosis DM.

d. Aktivitas fisik yang kurang

Aktivitas fisik adalah segala bentuk gerakan tubuh yang dihasilkan oleh

otot-otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Sedangkan olahraga adalah

bagian dari aktivitas fisik yang terstruktur, terencana, dilakukan dengan repetisi,

dan dengan tujuan untuk melakukan maintenance atau peningkatan pada bagian

tubuh yang melakukannya.17,20,21

Aktivitas fisik yang adekuat dan reguler dapat mengurangi risiko hipertensi,

stroke, dan diabetes. Selain itu, aktivitas fisik juga dapat meningkatkan kesehatan

tulang dan kesehatan fisiologis tubuh. Aktivitas fisik merupakan kunci pengeluaran

energi, sehingga merupakan hal yang fundamental dalam mengontrol

keseimbangan energi dalam tubuh.17

Page 26: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

14

e. Usia

Penambahan usia telah diobservasi sebagai salah satu faktor risiko utama

pada perkembangan DMT2. Di Australia, 10% dari populasi yang berusia lebih dari

65 tahun terdiagnosis menderita DMT2.18 Diabetes Prevention Program

merekomendasikan individu yang tidak obes atau tidak berberat badan lebih untuk

mulai melakukan tes screening DM pada usia 45 tahun.19

f. Hipertensi

Hipertensi selain menjadi faktor risiko utama untuk penyakit

kardiovaskuler, juga memiliki keterkaitan dengan kejadian DMT2.20 PERKENI

(2011) dan ADA (2015) memasukkan hipertensi sebagai faktor risiko DMT2 yang

dapat dimodifikasi. Diduga keterkaitan antara hipertensi dan DMT2 ini disebabkan

oleh adanya kesamaan faktor-faktor risiko keduanya seperti obesitas, kurangnya

aktivitas fisik, dan penambahan usia.51 ADA merekomendasikan individu untuk

melakukan pengecekan tekanan darah setidaknya sekali dalam dua tahun jika

tekanan darahnya kurang dari 120/80 mmHg. Pengukuran tekanan darah dilakukan

setelah individu yang akan diperiksa berisitrahat selama 5 menit.21 Adapun

klasifikasi tekanan darah adalah sebagai berikut:14

Tabel 2.2. Klasifikasi Tekanan Darah14

Klasifikasi Tekanan darah Sistolik, mmHg Diastolik, mmHg

Normal <120 dan <80

Pra hipertensi 120–139 atau 80–89

Hipertensi 1 140–159 atau 90–99

Hipertensi 2 160 atau 100

Isolated systolic hypertension 140 dan <90

Sumber: Longo DL dkk, 2012

Page 27: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

15

2.1.8. Komplikasi DM

2.1.8.1. Komplikasi Akut

Komplikasi akut yang mungkin terjadi pada pasien DMT2 adalah Diabetic

ketoacidosis (DKA) dan HHS (Hyperglicemic hyperosmolar state). Dua

komplikasi akut ini harus segera ditangani karena akan menimbulkan komplikasi

serius jika telat ditangani.14

Gejala klinis DKA berupa mual, muntah, kehausan, poliuria, nyeri

abdomen, dan nafas yang pendek. Nyeri abdomen bisa terjadi sangat parah sehingga

menyerupai nyeri akibat peritonitis. Gejala klasik dari DKA adalah ditemukannya

pernapasan kussmaul serta tercium fruity odor yang mengindikasikan terjadinya

sidosis metabolik dan peningkatan jumlah aseton dalam tubuh.14

DKA terjadi akibat kombinasi penurunan jumlah insulin dan peningkatan

counter regulatory hormone seperti glukogon, katekolamin dan kortisol yang

memicu terjadinya proses glukoneogenesis, glikogenolisis, serta pembentukan

ketone bodies. Marker inflamasi meningkat pada DKA dan HHS.14 Peningkatan

katekolamin meningkatkan proses lipolisis yang menyebabkan asam lemak bebas

dilepaskan oleh adiposit. Asam lemak bebas ini seharusnya disimpan oleh hepar

dalam bentuk trigliserida atau VLDL, namun karena keadaan hiperglukagonemia

maka metabolisme asam lemak bergeser dan asam lemak diubah menjadi badan

keton. Hasil akhir dari proses ini adala terjadinya ketosis.14

HHS tipikal diderita oleh orang lanjut usia yang memiliki DMT2. Terdapat

riwayat poliuria, Berat badan turun, asupan makanan turun disertai penurunan

status kesadaran. Juga didapatkan dehidrasi yang berat, hipotensi, takikardi,

hiperosmolal, dan perubahan status kesadaran. HHS biasanya timbul disertai

dengan penyakit lain seperti sepsis atau pneumonia. Pada HHS tidak ditemukan

tanda-tanda ketosis seperti pada DKA.14

Penyebab utama HHS adalah insulin defisiensi dan asupan cairan yang

kurang adekuat. Insulin defisiensi meningkatan glikogenolisis dan glukoneogenesis

yang menyebabkan hiperglikemia. Hiperglikemia selanjutnya menyebabkan

diuresis osmotik yang menimbulkan penurunan volume intravaskular.14

Page 28: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

16

2.1.8.2. Komplikasi Kronik DM

Komplikasi kronik merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas

pada penyakit DM. Komplikasi kronik dibedakan menjadi dua yaitu komplikasi

vaskular dan komplikasi nonvaskular. Komplikasi vaskular dibedakan lagi menjadi

dua yaitu mikrovaskular dan makrovaskular. Komplikasi mikrovaskular meliputi

retinopati, neuropati, dan nefropati. Komplikasi makrrovaskular termasuk Penyakit

Jantung Koroner, Penyakit Arteri Perifer, Penyakit karidovaskuler. Sedangkan

komplikasi yang nonvaskular termasuk gastroparesis, infeksi, dan perubahan

kulit.14

Komplikasi DM biasanya baru nampak jelas pada dekade kedua setelah

terjadi hiperglikemia. Dikarenakan DMT2 memiliki masa asimptomatik

hiperglikemia yang panjang, maka banyak individu yang datang dengan komplikasi

pada saat diagnosis DM.14

2.1.9. Pencegahan DMT2

Diabetes merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang ditandai oleh

adanya kerusakan regulasi glukosa di dalam tubuh. Pencegahan primer diabetes

dilakukan dengan melakukan intervensi yang bisa mengembalikan regulasi glukosa

menjadi normal. DMT2 terjadi karena 2 mekanisme utama, yaitu adanya resistensi

insulin disertai defek sekresi insulin. Strategi dari pencegahan DM ditargetkan pada

dua mekanisme utama tersebut. Penurunan berat badan, peningkatan aktivitas fisik,

serta obat golongan biguanid dan tiazolidindion diduga bisa meningkatkan

sensitivitas insulin.15

Penurunan berat badan adalah prediktor dominan dalam upaya pencegahan

DMT2. Penurunan berat badan bisa didapatkan dengan pengaturan diet atau dengan

olahraga. Kedua upaya tersebut bisa dilakukan secara tunggal atau secara

kombinasi karena akan memberikan efek yang sama.16 WHO (2015) menyarankan

orang dewasa untuk melakukan kegiatan fisik rutin intensitas sedang minimal

sebanyak 150 menit setiap minggunya atau kegiatan fisik intensitas berat minimal

75 menit setiap minggunya. Kegiatan fisik berat adalah kegiatan yang membuat

otot bekerja kuat dan kesulitan untuk bernapas. Contoh kegiatan fisik berat: lari,

bersepeda, panjat tebing, berenang dengan cepat, tenis, bulu tangkis, lompat tali,

Page 29: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

17

bermain bola, berkebun berat (menggali misalnya), mengangkat barang berat, dan

yoga. Kegiatan fisik sedang adalah kegiatan yang membuat otot bekerja tidak

terlalu kuat dan membuat cukup sulit bernapas. Contoh kegiatan fisik sedang:

berjalan, berjalan cepat, menari, berenang dengan santai, berkebun ringan seperti

menyiram tanaman, menyapu, mengepel, memasak, menjemur, naik turun tangga.17

Pemerintah Amerika (2010) di dalam American Dietary Guideline

memberikan batasan porsi minimal sayuran atau buah-buahan yang dikonsumsi

perhari adalah memenuhi salah satu dari beberapa kriteria berikut:

Tiga gelas atau lebih sayur daun-daunan mentah (seperti seledri, kol,

kangkung)

Satu setengah gelas atau lebih sayur bukan daun mentah/masak (seperti

wortel, tomat, brokoli, kacang-kacangan)

Dua gelas atau lebih jus sayur

Campuran jenis sayur yang jika dijumlahkan dalam satu hari banyaknya

memenuhi sala satu pilihan di atas (contoh: 1,5 gelas sayur daun mentah +

1 gelas jus sayur)

Dua buah apel/pisang besar/jeruk /pir atau lebih

Dua potong semangka atau lebih

Enam belas buah stroberi atau lebih

Satu setengah gelas jus buah atau lebih

Campuran jenis sayur yang jika dijumlahkan dalam satu hari banyaknya

memenuhi salah satu pilihan di atas (contoh: 1,5 gelas sayur daun mentah +

1 gelas jus sayur)

Campuran buah yang jika dijumlahkan dalam satu hari banyaknya

memenuhi salah satu pilihan di atas (contoh: 1 Apel + 1 gelas jus buah)

Campuran buah dan sayur yang dimakan dalam sehari jika digabungkan,

banyaknya sama dengan salah satu pilihan di atas.48

Selain penurunan berat badan dan peningkatan aktivitas, intervensi

farmakologis juga efektif untuk mencegah atau memperlambat onset dari DMT2

pada individu dengan risiko tinggi. Bariatric Surgery dapat menjadi pilihan untuk

mencegah DMT2 pada individu yang sangat obes.15,16

Page 30: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

18

2.1.10. Pelayanan Kesehatan Prospektif

Berkembangnya sains terutama di bidang kedokteran memberikan stimulus

untuk berkembangnya sistem pelayanan kesehatan baru, yaitu pelayanan kesehatan

prospektif. Pelayanan kesehatan prospektif adalah pelayanan kesehatan yang

menitikberatkan pada identifikasi dini proses yang berpotensi patologis dan

intervensi untuk menghentikan proses patologis tersebut. Pelayanan kesehatan

prospektif dapat melihat risiko individu untuk menderita penyakit tertentu dan

mendeteksi onset awal berkembangnya sebuah penyakit. Selain itu, dengan

pelayanan kesehatan prospektif juga dapat dilakukan pencegahan dan intervensi

terhadap individu sehingga bisa didapatkan hasil yang maksimal di bidang

pelayanan kesehatan.9

Sistem pelayanan kesehatan yang berjalan sekarang menitikberatkan dokter

untuk fokus terhadap keluhan utama. Dari keluhan utama tersebut kemudian digali

riwayat penyakit sekarang dan dahulu sampai didapatkan diagnosis kerja dan tata

laksana yang sesuai dengan diagnosis pasien. Sistem pelayanan yang berjalan

sekarang tidak memberikan fokus pada promosi kesehatan dan pencegahan

penyakit, padahal pendekatan melalui promosi kesehatan dan pencegahan bisa

meminimalisir beban penyakit untuk individu dan beban finansial untuk negara.9

Pelayanan Kesehatan Prospektif memfasilitasi pasien dengan rencana

pelayanan kesehatan personal. Hal ini mencakup profil kesehayan, deskripsi status

kesehatan pasien sekarang, dan analisis risiko kesehatan yang diperbarui setiap

tahunnya. Dengan bantuan teknologi, maka diharapkan sistem baru ini bisa

mengidentifikasi individu dengan risiko tinggi dan sekaligus bisa melakukan

intervensi yang agresif untuk melakukan pencegahan berkembangnya penyakit

pada individu. Hubungan antara individu dan dokter dalam konteks pelayanan

kesehatan prospektif tergambar dalam bagan di bawah ini:9

Page 31: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

19

Aplikasi pelayanan kesehatan prospektif terhadap komunitas dapat

menghasilkan tingkatan risiko individu serta rencana penatalaksanaan yang sesuai,

sebagaimana terlihat dari gambar di bawah ini:

Gambar 2.4. Hubungan antara individu dan dokter dalam konteks pelayanan kesehatanprospektif9

Sumber: Synderman R dkk, 2003

Page 32: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

20

Kunci dari aplikasi pelayanan kesehatan prospektif terhadap komunitas

adalah dengan mengelompokkan masyarakat berdasarkan risiko menderita

penyakit tertentu. Kemudian masyarakat diberikan fasilitas untuk mendapatkan

pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan mereka. Fokus awal ditujukan pada

tahap awal penyakit-penyakit kronik. Salah satu sebabnya adalah karena mayoritas

pengeluaran anggaran pelayanan kesehatan adalah untuk menangani pasien-pasien

dengan penyakit kronik, seperti diabetes, penyakit jantung, dan stroke.9

2.1.11. Finnish Diabetes Risk Score

Finnish Diabetes Risk Score (FINDRISC) adalah sebuah kuesioner yang

efektif untuk melakukan penilaian tingkat risiko individu menderita DMT2 dalam

10 tahun. FINDRISC menjadi salah satu kuesioner yang direkomendasikan oleh

IDF dan telah diterjemahkan ke dalam 16 bahasa serta digunakan di banyak negara

di dunia. Kuesioner ini dikembangkan oleh Profesor Jaana Lindström, Unit

Pencegahan Diabetes, National Institute for Health and Welfare, Finlandia dan

Profesor Jaakko Tuomilehto, Pusat Pencegahan Penyakit Vaskuler, Danube-

University Krems, Austria. FINDRISC terdiri dari 8 item, mencakup usia, indeks

Penyakit kronikRisiko tinggiRisiko rendah

Rencanakesehatanpersonal

Penilaian risiko

ManajemenpenyakitModifikasi risikoPendidikan

Gambar 2.5. Aplikasi pelayanan kesehatan prospektif terhadap komunitas 9

Sumber: Synderman R dkk, 2003

Page 33: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

21

massa tubuh (IMT), lingkar perut, riwayat penggunaan obat darah tinggi, riwayat

gula darah tinggi, riwayat DM di keluarga, konsumsi sayur atau buah harian, dan

aktivitas fisik. Pada setiap pertanyaan telah disediakan opsi jawaban yang memiliki

skor yang bervariasi. Variasi skor disesuaikan dengan peningkatan risiko berkaitan

dengan nilai pada model regresi pada penelitian aslinya yang berdesain kohort.

Total skor dari semua pertanyaan kemudian dapat diinterpretasikan sebagai angka

probabilitas individu menderita DMT2 dalam 10 tahun dengan mengacu pada tabel

referensi yang telah disediakan di dalam kuesioner. Total skor dapat bervariasi

mulai dari 0 sampai 26. Kuesioner ini dapat diakses melalui internet dan

pengisiannya pun dapat diselesaikan hanya dalam waktu beberapa menit serta tidak

memerlukan tes laboratorium.45 Kuesioner asli FINDRISC terlampir di lampiran.

Page 34: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

22

Gangguan sekresiinsulin

Resistensiinsulin

DM Tipe 2

Hiperglikemiaprogresif

Gangguan toleransiglukosa

Riwayat keluargaDM

Berat Badanberlebih/obes

Aktivitas Fisikkurang

Bertambahusia

Peningkatantekanan darah

Risikosedang

Risikorendah

ModifikasiRisiko

Pendidikan

Risiko DMT2 dalam 10tahun

Risikotinggi

ModifikasiResiko

Konsumsisayur/buah tidak

cukup

Obesitas sentral Riwayat guladarah tinggi

2.1.12. Kerangka Teori

Gambar 2.6. Kerangka Teori

Page 35: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

23

2.2. Kerangka Konsep

Gambar 2.7. Kerangka Konsep

Riwayat KeluargaDM

IMT

Aktivitas fisik

UsiaRiwayat tekanan

darah tinggi

Risikotinggi

Risiko sedangRisikorendah

Obesitas sentralRiwayat guladarah tinggi

Konsumsi sayuratau buah

Risiko DMT2 dalam10 tahun

Page 36: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

24

2.3. Definisi Operasional

Tabel 2.3. Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur SkalaUkur

Hasil Ukur

1. Jenis kelamin Keadaan biologis yang membedakan individu.46 Kuesioner Wawancara Nominal Perempuan laki-laki

2. Aktivitas fisik

Semua jenis gerakan tubuh yang dihasilkan oleh ototskelet yang memerlukan pengeluaran energi.Aktivitas fisik dibagi menjadi 3 kelompok:1. Tinggi, apabila responden melakukan kegiatan

fisik berat minimal 150 menit atau kegiatan fisiksedang minimal 300 menit dalam satu minggu.

2. Sedang, apabila responden melakukan kegiatanfisik berat minimal 75 menit atau kegiatana fisiksedang minimal 150 menit dalam satu minggu.

3. Rendah, apabila kegiatan fisik responden tidakmemenuhi kriteria aktivitas fisik sedang dantinggi.17

Pada penelitian ini aktivitias fisik dikategorikan kedalam dua kategori yaitu kategori sedang atau tinggidan rendah.

Kuesioner Wawancara Ordinal

Sedang atautinggi

Rendah

3. Pendidikanterakhir

Tingkat pendidikan formal yang terakhir ditamatkan.Terdiri dari kategori tidak sekolah, SD, SMP, SMA,dan sekolah tinggi. Sekolah tinggi mencakup tamatdiploma atau tamat perguruan tinggi.

Kuesioner Wawancara Nominal

Tidak sekolah SD SMP SMA Sekolah

tinggi

4. UsiaLamanya hidup berdasar ulang tahun terakhir atauberdasar tahun pada saat diwawancara dikurangitahun kelahiran.47

Kuesioner Wawancara Ordinal <45 >45

Page 37: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

25

5. Indeks MassaTubuh (IMT)

Perbandingan antara berat badan (dalam kilogram)dengan kuadrat tinggi badan (dalam meter). IMTdibagi menjadi 4 kategori sebagai berikut:11

IMT Kategori<23 Normal23-24,9 Berat badan

lebih>25 Obes I>30 Obes II

Pada penelitian ini, IMT hanya dibagi ke dalam 2kategori:

IMT Kategori<23 Normal>23 Berat badan

lebih/obes

1. Timbanganberat badan

2. Stature meter

Mengukur berat badan dan tinggi badansampel lalu dimasukkan ke dalam rumusIMT = BB(Kg)TB (m)Pada pengukuran berat badan sampel tidakboleh membawa barang-barang yang yangakan mengganggu akurasi hasil timbanganseperti handphone dan tas serta melihatlurus ke depan. Pada pengukuran tinggibadan sampel berdiri tegak membelakangitembok sambil melihat lurus ke depan.Kaki, punggung, dan kepala bagianbelakang menyentuh tembok untukmemastikan postur tubuh tegak.49

Ordinal Normal Berat badan

berlebih/obes

6. Lingkar Perut(LP)

Ukuran lingkar perut responden. Terdapat 3 kategorilingkar perut sebagai berikut:11

Lingkar Perut KategoriLaki-laki Perempuan<90 <80 Normal>90 >80 Obes sentral

Meteran

Responden diukur dalam posisi berdiritegak. Pengukuran dilakukan denganmengelilingkan meteran di antara batasinferior tulang iga terakhir dan kristailiaka.11

Ordinal Normal Obes sentral

7. Risiko DMT2

Kecenderungan untuk menderita DMT2 dalam 10tahun, dikategorikan menjadi 3 kategori.38

Total skor Kategori<7 Rendah7-14 Sedang15-26 Tinggi

Kuesioner

Melakukan skoring terhadap hasilwawancara dan pemeriksaan, kemudiantotal skor diinterpretasikan untuk masukkategori rendah, sedang, atau tinggi.

Ordinal

Rendah Sedang Tinggi

Page 38: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

26

8. Diet Sayuratau Buah

Responden mengkonsumsi sayuran dan atau buah-buahan setiap harinya dalam porsi yang cukup sesuaidengan American dietary guideline yang dikeluarkanoleh pemerintah Amerika.48

Kriteria porsi cukup yang tercapai apabila memenuhisalah satu dari beberapa kriteria di bawah ini: gelas atau lebih sayur daun-daunan mentah

(seperti seledri, kol, kangkung). 1,5 gelas atau lebih sayur bukan daun

mentah/masak (seperti wortel, tomat, brokoli,kacang-kacangan). 2 gelas atau lebih jus sayur. Saya makan campuran jenis sayur yang jika

dijumlahkan dalam satu hari banyaknyamemenuhi salah satu pilihan di atas (contoh: 1,5gelas sayur daun mentah + 1 gelas jus sayur). 2 buah apel/pisang besar/jeruk /pir atau lebih. 2 potong semangka atau lebih. 16 buah stroberi atau lebih. 1,5 gelas jus buah atau lebih. Campuran jenis sayur yang jika dijumlahkan

dalam satu hari banyaknya memenuhi salahsatupilihan di atas (contoh: 1,5 gelas sayur daunmentah + 1 gelas jus sayur). ampuran buah yang jika dijumlahkan dalam satu

hari banyaknya memenuhi salah satu pilihan diatas (contoh: 1 Apel + 1 gelas jus buah). buah dan sayur yang dimakan dalam sehari jika

digabungkan, banyaknya sama dengan salah satupilihan di atas.48

Kuesioner Wawancara Nominal Ya Tidak

Page 39: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

27

9.Riwayattekanan darahtinggi

Tekanan darah sistol > 130 mmHg atau diastol > 85mmHg pada saat pemeriksaan atau responden pernahmeminum obat darah tinggi.45

Sfigmomanometer, stetoskop, dankuesioner

Pengukuran tekanan darah dilakukan diarteri brakialis dengan dua kali pengukurandengan jarak 5 menit. Nilai yang diambiladalah rata-rata dari kedua pengukuranyang kemudian diinterpretasikan sebagaidarah tinggi atau tidak. Pengukurandilakukan dalam keadaan duduk dan setelahresponden berisitirahat selama minimal 5menit ketika datang ke tempatpengukuran.49

Riwayat minum obat darah tinggi:wawancara

Nominal Ya Tidak

10. Riwayat guladarah tinggi

Nilai GDP kapiler pada saat pemeriksaan > 90 mg/dLatau responden sebelumnya pernah memiliki kadargula tinggi (> 90 mg/dl pada pemeriksaan kapiler).50

Kuesioner

Wawancara dan pemeriksaan gula darahpuasa menggunakan glukometer. Sampeldarah diambil dari ujung jari tanganresponden.50

Nominal Ya Tidak

11. Riwayatkeluarga DM

Ada tidaknya riwayat keluarga kandung respondenyang menjadi pasien DM melalui diagnosis yangditegakkan oleh seorang dokter.

Kuesioner Wawancara Nominal Tidak Ya

12. Pasien DM Individu yang telah didiagnosis oleh dokter sebagaipasien DM39 Kuesioner Wawancara Nominal Ya

Tidak

Page 40: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

28

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif-analitik dengan desain studi cross-

sectional untuk mengetahui tingkat risiko DM Tipe 2 dalam 10 tahun.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi

Penelitian ini dilakukan di wilayah binaan KPKM Buaran, Kelurahan Buaran,

Kecamatan Serpong, Kota Tangerang Selatan.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai Bulan September 2014 sampai Bulan Agustus

2015.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi Terjangkau

Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah masyarakat Binaan KPKM Buaran

yang berusia 35 tahun atau lebih pada tahun 2015.

3.3.2. Sampel

3.3.2.1. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah warga yang tinggal di wilayah binaan KPKM Buaran dan

berusia 35 tahun atau lebih.

3.3.2.2. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah warga yang menolak menjadi sampel,

wanita yang sedang hamil, dan warga yang sudah terdiagnosis sebagai pasien DM.

3.3.2.3. Estimasi Besar Sample

Untuk mengetahui gambaran tingkat risiko, jumlah sampel dihitung menggunakan

rumus besar sampel untuk penelitian deskriptif kategorik sebagai berikut:

Page 41: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

29

=n = besar sampel

Zα = deviat baku α = 1,96 (kesalahan tipe I sebesar 5% atau nilai α sebesar 0,05)

P = 0,016 = Proporsi DMT2 di daerah Banten (Riskesdas, 2013)

Q = 1-P = 0,984

d = presisi = 2,5% = 0,025

Dari hasil perhitungan didapatkan hasil sebanyak 97 sampel. Selanjutnya untuk

melakukan analisis hubungan antar-variabel maka digunakan rumus berikut:

1 = 2 = 2 + +n1 = besar sampel kelompok 1

n2 = besar sampel kelompok 2

Zα = deviat baku α = 1,96 (kesalahan tipe I sebesar 5% atau nilai α sebesar 0,05)

Zβ = deviat baku β = 0,84 (Kesalahan tipe II sebesar 20% atau nilai β sebesar 0,2)

P2 = 0,31 Proporsi kejadian DM yang tidak mendapat pengaruh dari IMT

berlebih (Trisnawati, 2013)

P1-P2 = Selisih yang dianggap bermakna = 0,10

P1 = 0,41 Proporsi kejadian DM yang mendapat pengaruh dari IMT berlebih

P = Proporsi total (P1+P2)/2 = 0,36

Q = 1-P = 0,64

Q2 = 1- P2 = 0,69

Q1 = 1-P1 = 0,59

Dari hasil perhitungan tersebut didapatkan jumlah sampel minimal yang

diperlukan pada penelitian ini adalah sebanyak 76 orang.

Page 42: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

30

3.3.2.4. Pemilihan Sampel

Penelitian ini menggunakan two stage cluster sampling. Pertama, dari masing-

masing 3 RW binaan KPKM dipilih 1 RT secara random, kemudian di setiap RT yang

terpilih dilakukan randomisasi untuk mendapatkan 40 sampel pada setiap RT.

3.4. Cara Kerja Penelitian

3.5. Manajemen Data

3.5.1. Pengumpulan Data

3.5.1.1. Sumber Data

Data primer yaitu usia, IMT, lingkar pinggang, tekanan darah, gula darah puasa,

aktivitas fisik, asupan sayuran atau buah-buahan, riwayat tekanan darah tinggi, riwayat

gula darah tinggi, riwayat keluarga DM.

Page 43: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

31

Data sekunder meliputi jumlah keseluruhan masyarakat yang berada di

Kelurahan Buaran, Kecamatan Serpong, Kota Tangerang Selatan.

3.5.1.2. Instrumen Penelitian

A. Alat Pemeriksaan

Untuk mengukur berat badan digunakan timbangan injak jarum dengan

ketelitian 0,1 Kg, sedangkan untuk mengukur tinggi badan dan lingkar pinggang

digunakan tali meteran dengan ketelitian 0.1 cm. Untuk mendapatkan hasil imt maka

digunakan kalkulator. Tekanan darah diukur dengan menggunakan sfigmomanometer

dan stetoskop Riester. Glukometer Easy Touch digunakan untuk menilai gula darah

puasa.

B. Kuesioner

Pertanyaan dalam kuesioner merupakan pertanyaan yang diadaptasi dan

dimodifikasi dari FINDRISC. Delapan item utama pada kuesioner asli FINDRISC

dikembangkan oleh peneliti menjadi 5 item pemeriksaan dan 10 item wawancara.

Lima item pemeriksaan meliputi pemeriksaan berat badan, lingkar perut, tekanan

darah, dan gula darah puasa. Adapun 10 item wawancara terdiri dari 1 pertanyaan

mengenai usia, 1 pertanyaan riwayat minum obat darah tinggi, 1 pertanyaan riwayat

gula darah tinggi, 1 pertanyaan riwayat DM di keluarga, 2 pertanyaan diet sayur atau

buah harian, dan 4 pertanyaan mengenai aktivitas fisik. Kuesioner yang telah

diadaptasi dan dimodifikasi terlampir.

3.5.1.3. Prosedur Pengumpulan Data

Peneliti bersama empat pewawancara melakukan briefing untuk menyamakan

persepsi sebelum melakukan pengumpulan data. Peneliti ikut menjadi pewawancara pada

proses pengumpulan data sehingga ada lima pewawancara. Pengumpulan data primer

dilakukan dengan cara mendatangi responden secara langsung di rumahnya. Satu

pewawancara mengumpulkan data dari satu responden. Adapun rincian proses dalam

pengumpulan data yaitu:

Page 44: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

32

A. Hari pertama, meliputi:

Memberikan penjelasan kepada responden mengenai tujuan penelitian, manfaat

penelitian, dan cara kerja penelitian.

Meminta persetujuan responden untuk dijadikan sampel dalam penelitian dengan

menandatangani lembar informed consent.

Melakukan pengukuran tekanan darah. Pengukuran tekanan darah dilakukan

setelah dipastikan responden dalam keadaan istirahat selama minimal 5 menit dan

diukur dalam keadaan duduk. Manset sfigmomanometer dipasangkan 2 jari di atas

fossa cubiti lengan kanan. Pemeriksa meraba arteri radialis kanan dan memompa

sfigmomanometer sampai denyut arteri radialis tidak teraba. Tekanan kemudian

dinaikkan sebesar 30 mmHg. Kemudian pemeriksa meletakkan stetoskop pada

arteri brakialis kanan responden. Tekanan pada sfigmomanometer kemudian

diturunkan dengan kecepatan 2 mmHg/detik sambil melihat posisi tertinggi raksa.

Awal terdengarnya bunyi adalah patokan besarnya tekanan sistol dan ketika bunyi

menghilang adalah patokan besarnya tekanan diastol.49

Menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang telah tertulis pada kuesioner.

Meminta responden untuk berpuasa mulai jam 10 malam pada hari itu dan datang

ke rumah ketua rukun tetangga (RT) setempat keesokan harinya untuk

pemeriksaan antropometri, lingkar perut, tekanan darah, dan gula darah puasa.

B. Hari kedua, meliputi:

Pengukuran berat badan. Responden dipastikan tidak membawa barang-barang

yang akan merancukan berat badan, seperti tas atau handphone. Responden berdiri

menghadap ke arah jarum penunjuk timbangan berat badan dengan pandangan

lurus ke depan. Pemeriksa melihat jarum penunjuk timbangan untuk menentukan

berat badan responden.49

Pengukuran tinggi badan. Responden berdiri tegak membelakangi tembok dengan

pandangan lurus kedapan dan kepala, punggung, bokong, serta tumit responden

menyentuh tembok. Pemeriksa menurunkan stature meter sampai menyentuh

kepala responden dan melihat hasil tinggi badan responden.49

Pengukuran lingkar perut. Responden dalam keadaan berdiri, baju sedikit

diangkat ke atas agar tidak merancukan pengukuran. Pemeriksa melingkarkan tali

Page 45: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

33

meteran ke perut responden dengan ketinggian di antara tulang iga bawah dan

spina iliaka anterior superior dan melihat hasilnya.49

Pengukuran tekanan darah. Prosedur pengukuran tekanan darah pada hari kedua

sama dengan pengukuran tekanan darah pada hari pertama.

Pengukuran gula darah puasa. Pemeriksa memastikan responden masih dalam

keadaan puasa dengan menanyakan apa yang sudah dimakan atau diminum sejak

malam sampai pagi hari. Pemeriksa menggunakan handscoon, kemudian

memasangkan lancet baru pada alat penusuk berbentuk pulpen dan memasangkan

strip glukosa ke tempat yang telah disediakan pada glukometer. Pada jari pasien

yang akan diambil darahnya dilakukan pemijatan ke arah distal, kemudian diusap

dengan kapas alkohol. Setelah alkohol mengering, tempelkan alat penusuk pada

ujung jari dan tekan tombol yang telah disediakan untuk menusukkan lancet.

Ketika darah keluar, dekatkan strip glukosa yang telah menempel pada

glukometer agar darah masuk ke dalam strip sesuai dengan arah yang tertulis pada

strip sampai terdengar bunyi klik yang menandakan bahwa banyaknya darah

sudah mencukupi. Tunggu selama 45 detik sebelum nilai gula darah puasa muncul

pada layar.49

Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mendatangi kantor Kelurahan

Buaran untuk mendapatkan gambaran masyarakat di Kelurahan Buaran.

3.5.2. Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan oleh peneliti dari responden kemudian diolah

dengan menggunakan program komputer Ms. Excel 2013 dan SPSS for windows versi

20.0. Tahapan pengolahan data terdiri dari coding, editing, entry data, dan cleaning.

3.5.3. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan dua tahapan yaitu analisis univariat dan analisis

bivariat. Analisis univariat digunakan untuk melihat gambaran distribusi frekuensi dari

setiap variabel penelitian. Hasil dari analisis univariat akan ditampilkan dalam bentuk

tabel serta akan dinarasikan.

Page 46: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

34

Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel independen

dan variabel dependen. Analisis bivariat pada penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan Uji Chi-square karena semua variabel berupa data kategorik.

Melalui uji statistik Chi-square akan diperoleh derajat kemaknaan hubungan

antara variabel independen dan variabel dependen yaitu nilai p. Dalam penelitian ini

digunakan derajat kemaknaan sebesar 0,05. Penelitian antara dua variabel dikatakan

bermakna jika mempunyai nilai p < 0,05 yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima dan

dikatakan tidak bermakna jika mempunyai nilai p > 0,05 yang berarti Ho diterima dan Ha

ditolak.

3.5.3. Penyajian Data

Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tekstular dan tabular.

3.6. Etika Penelitian

Penelitian ini sudah diajukan ke komite etik untuk ethical clearance. Peneliti

menyediakan lembar informed consent untuk responden sebagai bukti persetujuan

responden bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini.

Page 47: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

35

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Uji Validitas dan Reliabilitas

Pada penelitian ini dilakukan uji coba instrumen kepada 30 responden

yang merupakan masyarakat Binaan KPKM Buaran. Instrumen yang

digunakan yaitu FINDRISC yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya,

yang kemudian dimodifikasi untuk kepentingan penelitian. 37,38 Pada

penelitian ini didapatkan nilai kritis untuk korelasi r product-moment (r tabel)

sebesar 0,361.40 Nilai ini didapatkan berdasarkan jumlah sampel dan tingkat

signifikan yang dipilih yaitu 30 responden dan 5%.40

4.1.1. Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui ketepatan instrumen yang

digunakan sebagai alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.41 Suatu item

dikatakan memiliki nilai validitas yang baik apabila memiliki nilai Pearson

correlation (r hitung) lebih dari r tabel.42

Berdasarkan tabel di atas didapatkan nilai pearson correlation dari

semua item pemeriksaan lebih besar dari nilai r tabel (0,361) sehingga dapat

dikatakan bahwa semua item pemeriksaan tersebut nilai validitasnya baik.

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Pada Item Pemeriksaan

No. ItemPearson

CorrelationR tabel Keterangan

1 Indeks Massa Tubuh 0,439 0,361 Validitas Baik

2 Lingkar perut 0,365 0,361 Validitas Baik

3 Tekanan Darah 0,411 0,361 Validitas Baik

4 Gula Darah Puasa 0,827 0,361 Validitas Baik

Page 48: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

36

Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Pada Item Wawancara

No. ItemPearson

CorrelationR tabel Keterangan

1 Usia 0,375 0,361 Validitas Baik

2 Berapa hari dalam

seminggu Anda

biasanya melakukan

kegiatan fisik berat?

0,270 0,361 Validitas

Kurang Baik

3 Berapa lama Anda

melakukan kegiatan

fisik berat biasanya

dalam satu hari?

0,270 0,361 Validitas

Kurang Baik

4 Berapa hari dalam

seminggu Anda

biasanya melakukan

kegiatan fisik sedang?

0,133 0,361 Validitas

Kurang Baik

5 Berapa lama Anda

melakukan kegiatan

fisik sedang biasanya

dalam satu hari?

0,133 0,361 Validitas

Kurang Baik

6 Seberapa sering Anda

makan sayuran dan

atau buah-buahan?

0,250 0,361 Validitas

Kurang Baik

7 Berapa banyak buah

dan atau sayur yang

Anda makan dalam

satu hari?

0,277 0,361 Validitas

Kurang Baik

8 Apakah Anda pernah

minum obat darah

tinggi?

0,439 0,361 Validitas Baik

Page 49: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

37

Berdasarkan tabel di atas didapatkan item nomor 1,8, dan 10 memiliki

nilai validitas yang baik karena memiliki nilai Pearson Correlation lebih dari

0,361. Sementara item nomor 2 sampai 7 memiliki nilai Pearson Correlation

kurang dari 0,361 sehingga item-item tersebut memiliki nilai validitas yang

kurang baik. Hal tersebut terjadi karena kebanyakan responden tidak

mengkonsumsi sayur dan atau buah setiap hari dalam porsi yang cukup

sehingga data yang didapat untuk item nomor 6 dan 7 kurang bervariasi.

Begitu juga untuk item nomor 2-5, hasil validitas yang kurang baik

disebabkan kurangnya variasi data yang diperoleh.

Kuesioner yang digunakan pada penelitian ini adalah terjemahan dan

modifikasi dari kuesioner yang sudah valid di skala internasional sehingga

untuk kepentingan perhitungan skor risiko DMT2 maka semua item pada item

wawancara ini akan tetap dimasukkan ke dalam kuesioner.

4.1.2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui kehandalan instrumen

penelitian menghasilkan ukuran yang konsisten apabila digunakan untuk

melakukan pengukuran berkali-kali.41,42 Suatu instrumen dikatakan memiliki

nilai reliabilitas yang baik jika didapatkan nilai cronbach’s alpha lebih dari

nilai kritis untuk korelasi r product-moment (r tabel).32 R tabel didapatkan

sebesar 0,361 untuk jumlah sampel 30 dan tingkat signifikan 0,05. Selain

membandingkan dengan r tabel, menilai reliabilitias suatu instrumen juga

9 Pernahkah Anda

mempunyai kadar

gula darah yang

tinggi?

0,827 0,361 Validitas Baik

10 Apakah ada anggota

keluarga Anda yang

mempunyai penyakit

gula/kencing

manis/diabetes?

0,367 0,361 Validitas Baik

Page 50: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

38

dapat dilakukan dengan hanya melihat nilai cronbach’s alpha. Berikut

interpretasi nilai cronbach’s alpha:

1. Kurang reliabel: Cronbach’s Alpha 0,00 - 0,20

2. Agak reliabel: Cronbach’s Alpha 0,21 - 0,40

3. Cukup reliabel: Cronbach’s Alpha 0,42 - 0,60

4. Reliabel: Cronbach’s Alpha 0,61 - 0,80

5. Sangat reliabel: Cronbach’s Alpha 0,81 - 1,00.

Dari tabel 4.3 di atas didapatkan bahwa uji reliabilitas dilakukan pada

14 item dan didapatkan nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,646. Nilai

Cronbach’’s Alpha tersebut lebih besar dari nilai r tabel (0,361) sehingga

dapat disimpulkan bahwa instrumen ini memiliki nilai reliabilitas yang baik.

Tabel 4.3 Hasil Uji Reliabilitas

Cronbach’s Alpha N

0,646 14

Tabel 4.4 Hasil Uji Reliabilitas pada Item Wawancara

No. Item

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

Keterangan

1 Usia 0,643 Reliabilitas

Baik

2 Berapa hari dalam

seminggu Anda

biasanya melakukan

kegiatan fisik berat?

0,627 Reliabilitas

Baik

3 Berapa lama Anda

melakukan kegiatan

fisik berat biasanya

dalam satu hari?

0,658 Reliabilitas

Baik

Page 51: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

39

4 Berapa hari dalam

seminggu Anda

biasanya melakukan

kegiatan fisik sedang?

0,641 Reliabilitas

Baik

5 Berapa lama Anda

melakukan kegiatan

fisik sedang biasanya

dalam satu hari?

0,641 Reliabilitas

Baik

6 Seberapa sering Anda

makan sayuran dan atau

buah-buahan?

0,648 Reliabilitas

Baik

7 Berapa banyak buah

dan atau sayur yang

Anda makan dalam satu

hari?

0,648 Reliabilitas

Baik

8 Apakah Anda pernah

minum obat darah

tinggi?

0,642 Reliabilitas

Baik

9 Pernahkah Anda

mempunyai kadar gula

darah yang tinggi?

0,640 Reliabilitas

Baik

10 Apakah ada anggota

keluarga Anda yang

mempunyai penyakit

gula/kencing

manis/diabetes?

0,624 Reliabilitas

Baik

Page 52: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

40

Tabel 4.4 dan tabel 4.5 menunjukkan nilai Cronbach’s Alpha yang

didapatkan apabila salah satu item pada penelitian dihilangkan. Apabila

terdapat salah satu item dihilangkan ternyata nilai reliabilitas dari kuesioner

penelitian ini tetap termasuk kategori reliabilitas baik. Tingginya nilai

reliabilitas ini disebabkan oleh pengambilan data yang menggunakan metode

wawancara sehingga responden mendapatkan penjelasan langsung dari

pewawancara mengenai item-item kuesioner.

4.2. Gambaran Umum Masyarakat Binaan KPKM Buaran

4.2.1. KPKM

Klinik Pelayanan Kesehatan Masyarakat (KPKM) adalah sebuah

fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama yang mendorong upaya

kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat. Selain menjadi pusat

pelayanan kesehatan di tingkat dasar, KPKM pun didirikan sebagai lahan

pendidikan dan penelitian bagi mahasiswa dan civitas akademika Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK). Sasaran didirikannya KPKM adalah

untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi warga Kota Tangerang Selatan

dan warga sekitarnya. KPKM terdiri dari 2 unit:

Tabel 4.5 Hasil Uji Reliabilitas pada Item Pemeriksaan

No. ItemCronbach's

Alpha if Item

Deleted

Keterangan

1 Indeks Massa Tubuh 0,627 Reliabilitas

Baik

2 Lingkar perut 0,658 Reliabilitas

Baik

3 Tekanan Darah 0,627 Reliabilitas

Baik

4 Gula Darah Puasa 0,518 Reliabilitas

Baik

Page 53: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

41

1. KPKM Buaran, yang terletak di Jl.H.Jamat Gg Rais RT 002/RW 005

Buaran, Serpong, Tangerang Selatan.

2. KPKM Reni Jaya, yang terletak di Jl. Surya Kencana RT 002/RW 006

Pamulang Barat, Tangerang Selatan.43

4.2.2. Masyarakat Binaan KPKM Buaran

Masyarakat binaan KPKM Buaran adalah masyarakat Kelurahan

Buaran yang tinggal di sekitar KPKM Buaran. Masyarakat binaan KPKM

Buaran mencakup warga di RW 3, 4, dan 5 dengan total penduduk sekitar

5000 penduduk.

4.2.3. Demografi Kelurahan Buaran

Kelurahan Buaran terdiri dari 9 rukun warga (RW) dan 33 rukun

tetangga (RT) dengan jumlah penduduk sebanyak 13.064 jiwa. Jumlah kepala

keluarga (KK) terhitung sebanyak 3.783 KK dengan rata-rata jumlah

penduduk per KK sebanyak 3 orang.44

Tabel 4.6 Demografi Kelurahan Buaran (N=13.064)44

No Variabel Kategori

Jumlah

nPersentase

(%)

1 Jenis Kelamin Perempuan 6332 48,5

Laki-laki 6732 51,5

2 Usia <45 9166 70,2

45-54 2141 16,4

>55 1757 13,4

3 Pendidikan Terakhir Tidak sekolah 2433 18,6

SD 2504 19,2

SMP 2834 21,7

SMA 9246 29,9

Perguruan tinggi 1385 10,6

Page 54: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

42

4 Pekerjaan Tidak/Belum bekerja 934 7,1

Mengurus Rumah Tangga 3445 26,4

Pelajar / Mahasiswa 3035 23,2

Pensiunan 50 0,4

Pegawai Negeri Sipil (PNS) 77 0,6

Tentara Nasional Indonesia (TNI) 30 0,2

Polisi Republik Indonesia (POLRI) 29 0,2

Pedagang 1279 9,8

Petani 9 0,1

Peternak 6 0,0

Nelayan - 0,0

Karyawan BUMN/BUMD/Swasta* 2833 21,7

Buruh Harian Lepas 1020 7,8

Guru 136 1,0

Dosen 5 0,0

Dokter 16 0,1

Perawat 17 0,1

Bidan 17 0,1

Lainnya 126 1,0

*BUMN: Badan usaha milik negara; BUMD: Badan usaha milik daerah.

Berdasarkan tabel 4.6 didapatkan bahwa sebaran penduduk cukup

merata untuk laki-laki dan perempuan dengan persentase sebanyak 48,5%

untuk perempuan dan 51,5% untuk laki-laki. Kebanyakan penduduk berusia

kurang dari 45 tahun yaitu sebanyak 9166 (70,2%) orang, sedangkan

penduduk berusia antara 45-54 tahun sebanyak 2141 (16,4%) orang dan

penduduk berusia lebih dari 55 tahun sebanyak 1757 (13,4%) orang.

Berdasarkan pendidikan terakhir, kebanyakan penduduk adalah lulusan SMA

yaitu sebesar 29,9%, diikuti lulusan SMP, SD, tidak sekolah, dan perguruan

tinggi dengan persentase sebesar 21,7%, 19,2%, 18,6%, dan 10,6%. Jenis

pekerjaan penduduk sangat bervariasi dengan persentase terbesar adalah

pengurus rumah tangga (23,2%), pelajar/ mahasiswa(23,2%), karyawan

Page 55: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

43

BUMN/BUMD/swasta (21,7%), pedagang (9,8%), buruh harian lepas

(7,8%), dan penduduk yang belum/ tidak bekerja (7,1%). Jumlah penduduk

dengan jenis pekerjaan lain tidak lebih dari 2% total jumlah penduduk

Kelurahan Buaran.

4.3. Analisis Univariat

Pada analisis univariat akan dideskripsikan mengenai karakteristik

responden dan sebaran responden berdasarkan masing-masing variabel, baik

variabel bebas maupun variabel terikat. Penelitian ini melibatkan 126

responden sebagai subjek penelitian.

Tabel 4.7 Hasil Analisis Univariat (N=126)

No Variabel Kategori

Jumlah

nPersentase

(%)

1 Jenis Kelamin Perempuan 86 68,3

Laki-laki 40 31,7

2 Pendidikan Terakhir Tidak sekolah 21 16,7

SD 44 34,9

SMP 26 20,6

SMA 33 26,2

Perguruan tinggi 2 1,6

3 Usia < 45 45 35,7

> 45 81 64,3

4 IMT Normal 42 33,3

BB lebih atau obes 84 66,7

5 LP Normal 38 30,2

Obes sentral 88 69,8

Page 56: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

44

6 Aktivitas Fisik Sedang atau tinggi 103 81,7

Rendah 23 18,3

7 Diet Sayur atau buah Ya 49 38,9

Tidak 77 61,1

8 Riwayat Tekanan Darah

Tinggi

Tidak 54 42,9

Ya 72 57,1

9 Riwayat Gula Darah Tinggi Tidak 25 19,8

Ya 101 80,2

10 Riwayat Keluarga DM Tidak 107 84,9

Ya 19 15,1

11 Tingkat Risiko DMT2 Rendah 10 7,9

Sedang 74 58,7

Tinggi 42 33,3

Berdasarkan tabel 4.7 sebaran jenis kelamin responden tidak merata

untuk laki-laki dan perempuan. Paling banyak responden berjenis kelamin

perempuan yaitu sebanyak 86 orang (68,3%), sedangkan untuk jenis kelamin

laki-laki sebanyak 40 orang (31,7%). Hal ini dikarenakan peneliti mengambil

data pada jam kerja di akhir pekan sehingga kebanyakan laki-laki sedang

tidak berada di rumah. Selain itu, banyaknya laki-laki yang menolak untuk

menjadi responden menjadi faktor yang membuat tidak meratanya sebaran

responden berdasarkan jenis kelamin.

Sebaran pendidikan terakhir responden bervariasi untuk semua

tingkat pendidikan. Paling banyak responden berpendidikan SD yaitu

sebanyak 44 orang (34,9%), diikuti pendidikan SMA, SMP, tidak sekolah,

Page 57: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

45

dan perguruan tinggi masing-masing 33 orang (26,2%), 26 orang (20,6%), 21

orang (16,7%), dan 2 orang (1,6%).

Kebanyakan responden berusia 45 tahun atau lebih, yaitu sebanyak 81

orang (64,3%), diikuti responden yang berusia kurang dari 45 tahun sebanyak

45 orang (35,7%).

Indeks massa tubuh (IMT) dikelompokkan menjadi dua kategori. IMT

kurang dari 23,0 dimasukkan ke dalam kategori normal, IMT 23,0 atau lebih

dimasukkan ke dalam kategori berat badan berlebih atau obes. Berdasarkan

IMT, jumlah terbanyak responden yaitu 84 orang (66,7%) masuk ke dalam

kategori berat badan berlebih atau obes dan 42 orang (33,3%) lainnya masuk

ke dalam kategori normal.

Terdapat dua kategori lingkar perut yaitu normal dan obes sentral.

Lingkar perut dikatakan normal apabila kurang dari 90 pada laki-laki dan

kurang dari 80 pada perempuan, dimasukkan dalam kategori obes sentral

apabila nilainya 90 atau lebih pada laki-laki dan 80 atau lebih pada

perempuan. Hasil analisis menunjukan bahwa kebanyakan responden masuk

kategori obes sentral yaitu sebanyak 88 orang (69,8%) dan yang termasuk

kategori normal sebanyak 38 orang (30,2%).

Aktivitas fisik responden dikelompokkan menjadi dua kategori.

Aktivitas fisik sedang atau tinggi apabila responden melakukan kegiatan fisik

berat minimal 75 menit atau kegiatan fisik sedang minimal 150 menit dalam

satu minggu. Aktivitas fisik rendah apabila kegiatan fisik responden tidak

memenuhi kriteria aktivitas fisik sedang atau tinggi.

Berdasarkan tabel 4.7 didapatkan bahwa kebanyakan responden yaitu

sebanyak 103 orang (81,7%) masuk ke dalam kategori aktivitas fisik sedang

atau tinggi, sedangkan responden yang masuk ke dalam kategori rendah

sebanyak 23 orang (18,3%).

Variabel diet sayur atau buah didapatkan dari dua buah pertanyaan

pada kuesioner, yaitu apakah responden mengkonsumsi sayur dan atau buah

setiap hari dan berapa banyak porsi yang dimakan. Standar porsi harian untuk

buah dan sayur disesuaikan dengan American dietary guideline yang

Page 58: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

46

dikeluarkan oleh Pemerintah Amerika.139 Kebanyakan responden yaitu

sebanyak 77 orang (61,1%) tidak mengkonsumsi sayur dan atau buah setiap

hari dalam porsi yang cukup, sedangkan 49 orang (38,9%) lainnya

mengkonsumsi sayur dan atau buah dalam porsi yang cukup setiap harinya.

Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa jumlah terbanyak

responden yaitu sebanyak 72 orang (57,1%) pernah memiliki riwayat tekanan

darah tinggi, sedangkan 54 orang lainnya (42,9%) tidak pernah memiliki

riwayat tekanan darah tinggi. Data riwayat tekanan darah tinggi didapatkan

melalui item pertanyaan dan item pemeriksaan pada kuesioner. Apabila

responden pernah meminum obat darah tinggi atau ketika diperiksa tekanan

darahnya lebih dari 130/85 mmHg maka responden dikatakan memiliki

riwayat tekanan darah tinggi.

Sebagaiman riwayat tekanan darah tinggi, data untuk variabel riwayat

gula darah tinggi pun didapatkan dari item pertanyaan dan pemeriksaan pada

kuesioner. Hasil analisis menunjukan bahwa 101 orang (80,2%) responden

pernah memiliki riwayat gula darah tinggi, sedangkan 25 orang (19,8%)

lainnya tidak.

Kebanyakan responden yaitu sebanyak 107 orang (84,9%) tidak

memiliki riwayat keluarga DM dan 19 orang (15,1%) lainnya memiliki

riwayat keluarga DM pada anggota keluarganya. Anggota keluarga dibagi

menjadi anggota keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu, anak, atau saudara

kandung, dan anggota keluarga non-inti yang terdiri dari paman, bibi, sepupu,

kakek, dan nenek kandung.

Berdasarkan tabel 4.7 diketahui sebanyak 10 orang (7,9%) memiliki risiko

rendah, 74 orang (58,7%) memiliki risiko sedang, dan 42 orang (33,3%)

memiliki risiko tinggi untuk menderita DMT2 dalam waktu 10 tahun.

4.4. Analisis Bivariat

Pada analisis bivariat dilakukan uji antara setiap variabel bebas

dengan variabel terikat. Tujuan dilakukannya uji ini adalah untuk mengetahui

Page 59: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

47

adanya hubungan antara masing-masing variabel bebas dengan variabel

terikat.

4.4.1. Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Tingkat Risiko DMT2

Tabel 4.8 Sebaran Responden berdasarkan Jenis Kelamin danTingkat Risiko DMT2

JenisKelamin

Tingkat Risiko DMT2Total

Rendah Sedang Tinggi

n % n % n % N %

Laki-laki 5 12,5 28 70,0 7 17,5 4 100

Perempuan 5 5,8 46 53,5 35 40,7 86 100

Total 10 7,9 74 58,7 42 33,3 126 100

p-value=0,027

Hasil analisis hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat risiko

DMT2 diperoleh bahwa jumlah responden perempuan yang memiliki risiko

tinggi lebih banyak (35 orang; 40,7%) daripada responden laki-laki (7 orang;

17,5%). Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai p=0,027. Hal ini

menunjukkan adanya hubungan bermakna antara jenis kelamin dengan

tingkat risiko DMT2.

Hasil ini tidak selaras dengan penelitian Radio (case-control; n=60;

2011) di Semarang dan penelitian Majgi dkk (Cross-sectional; n=1400; 2012)

di India yang menyatakan tidak ada hubungan signifikan antara jenis kelamin

dengan kejadian DMT2.27,29 Choi dkk (Cross-sectional; n=69494; 2001)

menemukan adanya hubungan bermakna antara jenis kelamin dengan risiko

menderita DMT2, namun laki-laki berisiko lebih besar daripada perempuan.25

Perbedaan hasil dimungkinkan karena sampel yang ada pada penelitian ini

tidak mewakili populasi. Distribusi reponden berdasarkan jenis kelamin tidak

merata, dengan jumlah responden perempuan lebih banyak (40,7%) daripada

laki-laki (17,5%).

Page 60: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

48

4.4.2. Hubungan antara Usia dengan Tingkat Risiko DMT2

Tabel 4.9 Sebaran Responden berdasarkan Usia dan Tingkat Risiko

DMT2

Usia

Tingkat Risiko DMT2Total

Rendah Sedang Tinggi

n % n % n % n %

< 45 6 13,3 30 66,7 9 20,0 45 100

> 45 4 4,9 44 54,3 33 40,7 81 100

Total 10 7,9 74 58,7 42 33,3 126 100

p-value=0,029

Hasil analisis hubungan antara kelompok usia dengan tingkat risiko

DMT2 diperoleh bahwa ada sebanyak 9 (20,0%) responden dengan usia

kurang dari 45 tahun yang memiliki risiko DMT2 tinggi, sedangkan di antara

responden dengan kelompok usia 45 tahun atau lebih terdapat 33 (40,7%)

orang yang memiliki risiko tinggi. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,029,

maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan proporsi tingkat risiko DMT2

yang bermakna antara responden yang masuk dalam kelompok usia kurang

dari 45 tahun dan yang masuk kelompok usia 45 tahun atau lebih.

Hasil ini sejalan dengan penelitian Radio (Case-control; n=60; 2011)

di Semarang yang menemukan adanya hubungan yang signifikan antara usia

dengan kejadian DMT2.29 Radio menambahkan bahwa orang yang berusia 45

tahun atau lebih berisiko menderita DMT2 9,3 kali dibandingkan orang yang

berusia kurang dari 45 tahun.29 Begitu juga Majgi dkk (Cross-sectional;

n=1400; 2012) menyatakan adanya hubungan signifikan antara usia dengan

kejadian DMT2 (p<0,0001; OR=1,062;CI 1,040-1,084).27 ADA (2011) juga

menyatakan bahwa risiko DMT2 meningkat seiring dengan bertambahnya

usia.

Mekanisme yang mendasari lebih tingginya risiko DMT2 pada

individu yang berusia lebih tua adalah adanya peningkatan komposisi lemak

Page 61: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

49

dalam tubuh yang terakumulasi di abdomen yang selanjutnya akan memicu

terjadinya obesitas sentral. Obesitas sentral selanjutnya memicu terjadinya

resistensi insulin yang merupakan proses awal DMT2.52

4.4.3. Hubungan antara IMT dengan Tingkat Risiko DMT2

Tabel 4.10 Sebaran Responden berdasarkan IMT dan Tingkat RisikoDMT2

IMT

Tingkat Risiko DMT2

TotalRendah Sedang

Tinggi-Penderita

n % n % n % n %

Normal 7 16,7 31 73,8 4 9,5 42 100

BB lebih atau

Obes

3 3,6 43 51,2 38 45,2 84 100

Total 10 7,9 74 58,7 42 33,3 126 100

p-value<0,001

Hasil analisis hubungan antara IMT dengan tingkat risiko DMT2

diperoleh bahwa ada sebanyak 4 (9,5%) responden dengan IMT normal yang

memiliki risiko DMT2 tinggi, sedangkan di antara responden dengan berat

badan berlebih atau obesitas terdapat 38 (45,2%) orang yang memiliki risiko

tinggi. Hasil uji statistik diperoleh nilai p<0,001, maka dapat disimpulkan ada

perbedaan proporsi tingkat risiko DMT2 antara responden yang memiliki

IMT normal dan yang memiliki bb berlebih atau obesitas.

Hasil ini sejalan dengan penelitian Ganz dkk (Case-control; n=37356;

2014) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

IMT dengan kejadian DMT2.33 Ganz juga menambahkan bahwa orang

dengan berat badan berlebih, obes derajat I, obes derajat II, dan obes derajat

III memiliki risiko menderita DMT2 dibandingkan dengan orang yang IMT

nya normal secara berurutan adalah 1,5 kali, 2,5 kali, 3,6 kali , dan 5,1 kali.33

Mekanisme yang mendasari lebih tingginya risiko DMT2 pada

individu dengan obes adalah karena pada keadaan obes terjadi peningkatan

Page 62: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

50

asam lemak, penumpukan lipid intra sel, dan pembentukan sitokin oleh

adiposit yang menyebabkan kerusakan fungsi insulin. Pada keadaan obes juga

terjadi proses inflamasi akibat peningkatan sitokin proinflamasi dan infiltrasi

makrofag disertai adanya induksi respon stres yang dapat menyebabkan

resistensi insulin.14

4.4.4. Hubungan antara Lingkar perut dengan Tingkat Risiko DMT2

Tabel 4.11 Sebaran Responden berdasarkan Lingkar perut dan

Tingkat Risiko DMT2

Lingkarperut

Tingkat Risiko DMT2

TotalRendah Sedang

Tinggi-Penderita

n % n % n % n %

Normal 9 23,7 26 68,4 3 7,9 38 100

Obes sentral 1 1,1 48 54,5 39 44,3 88 100

Total 10 7,9 74 58,7 42 33,3 126 100

p-value<0,001

Hasil analisis hubungan antara lingkar perut dengan tingkat risiko

DMT2 diperoleh bahwa jumlah responden yang memiliki lingkar perut

normal dan memiliki risiko tinggi lebih sedikit (7,9%) daripada responden

dengan obes sentral (44,3%), sementara jumlah responden yang memiliki

lingkar perut normal dan risiko rendah lebih banyak (23,7%) daripada

responden dengan obes sentral (1,1%). Berdasarkan hasil uji statistik

didapatkan nilai p<0,001. Hal ini menunjukkan adanya hubungan bermakna

antara ukuran lingkar perut dengan tingkat risiko DMT2.

Hasil ini sejalan dengan penelitian Trisnawati dkk (Case-control;

n=136; 2013) di Bali yang menyatakan adanya hubungan bermakna dengan

risiko 5,19 kali menderita DMT2 pada orang yang memiliki obesitas sentral

dibandingkan dengan orang yang tidak obes.30 Mbenza dkk (Cross-sectional,

n=9770; 2008) dalam penelitiannya kepada 9770 subjek juga menyatakan

Page 63: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

51

bahwa terdapat hubungan bermakna antara lingkar perut dengan kejadian

DMT2 (p<0,0001).28

Mekanisme yang mendasari tingginya risiko DMT2 pada individu

dengan obes sentral sama dengan mekanisme yang mendasari tingginya risiko

DMT2 pada individu dengan IMT yang masuk kategori obes.

4.4.5. Hubungan antara Aktivitas Fisik dengan Tingkat Risiko DMT2

Tabel 4.12 Sebaran Responden berdasarkan Aktivitas Fisik dan

Tingkat Risiko DMT2

AktivitasFisik

Tingkat Risiko DMT2Total

Rendah Sedang Tinggi

n % n % n % n %

Sedang-Tinggi 10 9,7 59 57,3 34 33,0 103 100

Rendah 0 0,0 5 65,2 8 34,8 23 100

Total 10 7,9 74 58,7 42 33,3 126 100

p-value=0,293

Hasil analisis hubungan antara aktivitas fisik dengan tingkat risiko

DMT2 diperoleh bahwa jumlah responden yang masuk kategori aktivitas fisik

sedang atau tinggi dan memiliki risiko tinggi lebih sedikit (33,0%) daripada

responden yang masuk kategori aktivitas fisik rendah (34,8%). Berdasarkan

hasil uji statistik didapatkan nilai p=0,293, maka dapat diambil kesimpulan

bahwa hubungan antara aktivitas fisik dengan tingkat risiko DMT2 tidak

bermakna secara statistik.

Hasil ini berbeda dengan beberapa penelitian sebelumnya yang

menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik

dengan kejadian DMT2, di antaranya adalah penelitian oleh Fitriyani (Cross-

sectional, n=500; 2012) di Puskesmas Cilegon yang menyatakan bahwa

responden yang aktivitas fisiknya rendah memiliki risiko 2,68 kali menderita

DMT2 dibandingkan orang dengan aktivitas fisiknya sedang tinggi.31

Valliyot dkk (Case-control; n=300; 2013) menyatakan bahwa aktivitas fisik

sedang dan tinggi merupakan protective factor terjadinya DMT2.26

Page 64: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

52

Hasil uji pada penelitian ini tidak signifikan dimungkinkan karena

adanya bias. Salah satu bias yang mungkin terjadi adalah bias responden

dalam mengingat aktivitas fisik yang rutin dilakukan serta lama

mengerjakannya. Selain itu, dimungkinkan adanya bias pada saat

mengkategorikan kegiatan fisik responden ke dalam jenis intensitas aktivitas

fisik. Hal lain yang menyebabkan hasil uji ini tidak signifikan adalah

kurangnya jumlah sampel yang digunakan.

4.4.6. Hubungan antara Diet Sayur atau Buah dengan Tingkat Risiko

DMT2

Hasil analisis hubungan antara konsumsi sayur dan atau buah dengan

tingkat risiko DMT2 diperoleh bahwa jumlah responden yang mengkonsumsi

sayur dan atau buah dan memiliki risiko tinggi lebih sedikit (26,5%) daripada

responden yang tidak mengkonsumsi sayur dan atau buah (37,7%).

Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai p=0,426. Hal ini menunjukkan

tidak adanya hubungan bermakna antara konsumsi sayur dan atau buah

dengan tingkat risiko DMT2.

Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian Mbenza dkk (Cross-

sectional; n=9770; 2008) yang menyatakan adanya hubungan bermakna

antara asupan buah dan atau sayur dengan kejadian DMT2 (p=0,034;

OR=1,7; CI 1,04-2,7) .28 Namun hasil ini selaras dengan penelitian Midhet

dkk (Case-control; n=498; 2010) di Saudi Arabia yang menunjukkan tidak

Tabel 4.13 Sebaran Responden berdasarkan Diet Sayur-Buah dan

Tingkat Risiko DMT2

Diet sayuratau buah

Tingkat Risiko DMT2Total

Rendah Sedang Tinggi

n % n % n % n %

Ya 4 8,2 32 65,3 13 26,5 49 100

Tidak 6 7,8 42 54,5 29 37,7 77 100

Total 10 7,9 74 58,7 42 33,3 126 100

p-value=0,426

Page 65: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

53

adanya hubungan antara konsumsi sayur dengan kejadian DMT2 (OR= 0,4;

CI 0,2-0,7), juga tidak adanya hubungan antara konsumsi buah dengan

kejadian DMT2 di Saudi Arabia (OR=1,2; CI 0,7-2,0).34

Perbedaan hasil ini dimungkinkan karena perbedaan proses

pembuatan variabel diet sayur dan buah. Dalam penelitian ini juga dalam

penelitian Mbenza dkk (Cross-sectional; n=9770; 2008) diet sayur dan buah

dibuat sebagai satu variabel, sedangkan Midhet dkk (Case-control; n=498;

2010) membuatnya menjadi dua variabel yang berbeda. Hasil uji pada

penelitian ini tidak signifikan bisa dikarenakan jumlah sampel yang kurang

banyak dan perbedaan desain penelitian yang digunakan. Desain penelitian

case control atau cohort akan memberikan nilai yang lebih akurat untuk

menentukan hubungan antar-variabel dibandingkan dengan desain cross-

sectional.53

4.4.7. Hubungan antara Riwayat Tekanan Darah Tinggi dengan

Tingkat Risiko DMT2

Tabel 4.14 Sebaran Responden berdasarkan Riwayat Tekanan DarahTinggi dan Tingkat Risiko DMT2

RiwayatTekanan

Darah Tinggi

Tingkat Risiko DMT2

TotalRendah Sedang

Tinggi-Penderita

N % n % n % n %

Tidak 8 14,8 39 72,2 7 13,0 54 100

Ya 2 2,8 35 48,6 35 48,6 72 100

Total 10 7,9 74 58,7 42 33,3 126 100

p-value<0,001

Hasil analisis hubungan antara riwayat tekanan darah tinggi dengan

tingkat risiko DMT2 diperoleh bahwa jumlah responden yang memiliki

riwayat tekanan darah tinggi dan memiliki risiko tinggilebih banyak (44,2%)

daripada responden yang tidak memiliki riwayat tekanan darah tinggi

(15,8%). Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai p<0,001. Hal ini

Page 66: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

54

menunjukkan adanya hubungan bermakna antara riwayat tekanan darah

tinggi dengan tingkat risiko DMT2.

Hasil ini sejalan dengan penelitian Valliyot dkk (Case-control;

n=300; 2013) yang menyatakan adanya hubungan bermakna antara riwayat

hipertensi dan kejadian DMT2. Valliyot menjelaskan dalam penelitiannya

bahwa orang yang memiliki riwayat hipertensi memiliki risiko lima kali

menderita DMT2 dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki riwayat

hipertensi.26 Penelitian Radio (case-control; n=60; 2011) di RS dr. Kariadi

Semarang pun menunjukan lebih tingginya risiko menderita DMT2 pada

responden yang memiliki riwayat hipertensi sebanyak dua kali lipat

dibandingkan dengan yang tidak memiliki riwayat hipertensi, walaupun hasil

penelitiannya tidak bermakna secara statistik.29

Adanya hubungan antara hipertensi dan DMT2 diduga dikarenakan

banyaknya kesamaan faktor-faktor risiko di antara keduanya, seperti usia,

obesitas, dan kurangnya aktivitas fisik.51

4.4.8. Hubungan antara Riwayat Gula Darah Tinggi dengan Tingkat

Risiko DMT2

Tabel 4.15 Sebaran Responden berdasarkan Riwayat Gula Darah

Tinggi dan Tingkat Risiko DMT2

Riwayat GulaDarah Tinggi

Tingkat Risiko DMT2

TotalRendah Sedang

Tinggi-Penderita

n % n % n % n %

Tidak 8 32,0 17 68,0 0 0,0 25 100

Ya 2 2,0 57 56,4 42 41,6 101 100

Total 10 7,9 74 58,7 42 33,3 126 100

p-value<0,001

Hasil analisis hubungan antara riwayat gula darah tinggi dengan

tingkat risiko DMT2 diperoleh bahwa jumlah responden yang memiliki

riwayat gula darah tinggi dan memiliki risiko tinggilebih banyak (45,6%)

Page 67: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

55

daripada responden yang tidak memiliki riwayat gula darah tinggi (4,5%).

Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai p<0,001. Hal ini menunjukkan

adanya hubungan bermakna antara riwayat gula darah tinggi dengan tingkat

risiko DMT2.

Hasil ini sejalan dengan penelitian Wilson dkk (Cohort; n=160; 2007)

yang menyatakan bahwa orang yang memiliki gula darah tinggi (100-125

mg/dL) berisiko menderita DMT2 7,25 kali dibanding orang yang memiliki

gula darah di bawah 100 mg/dL (p<0,001; CI 4,89-10,74). Hasil penelitian

Wilson ini digunakan sebagai dasar penilaian risiko Diabetes pada

Framingham Heart Study.36

4.4.9. Hubungan antara Riwayat Keluarga DM dengan Tingkat RisikoDMT2

Tabel 4.16 Sebaran Responden berdasarkan Riwayat Keluarga DM

dan Tingkat Risiko DMT2

RiwayatKeluarga DM

Tingkat Risiko DMT2

TotalRendah Sedang

Tinggi-Penderita

n % n % n % n %

Tidak 10 9,3 70 65,4 27 25,2 107 100

Ya 0 0,0 4 21,1 15 78,9 19 100

Total 10 7,9 74 58,7 42 33,3 126 100

p-value<0,001

Hasil analisis hubungan antara riwayat keluarga DM dengan tingkat

risiko DMT2 diperoleh bahwa jumlah responden yang memiliki riwayat

keluarga DM dan memiliki risiko tinggi lebih banyak (78,9%) daripada

responden yang tidak memiliki riwayat keluarga DM (25,2%). Berdasarkan

hasil uji statistik didapatkan nilai p<0,001. Hal ini menunjukkan adanya

hubungan bermakna antara riwayat keluarga DM dengan tingkat risiko

DMT2.

Page 68: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

56

Hal ini selaras dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang

menyatakan adanya hubungan yang signifikan antara riwayat keluarga DM

dengan kejadian DM. Valliyot (Case-control; n=300; 2013) dalam

penelitiannya di India mendapatkan hubungan yang signifikan antara riwayat

keluarga DM dengan kejadian DM (p<0,001).25 Valliyot (Case-control;

n=300; 2013) juga menambahkan bahwa orang yang memiliki riwayat

keluarga DM berisiko tiga kali lebih besar untuk menderita DM dibandingkan

orang yang tidak memiliki riwayat keluarga DM.25 Begitu juga dengan hasil

penelitian Trisnawati dkk (Case-control; n=136; 2013) di Puskesmas

Cengkareng mendapatkan hubungan yang signifikan antara riwayat keluarga

DM dengan kejadian DM. (p=0,038; OR=4,19 CI 1,246-14,08).35

Responden yang memiliki riwayat keluarga DM berisiko tiga kali

lebih tinggi menderita DM dibandingkan dengan responden yang tidak

memiliki riwayat keluarga DM.25 Pada penelitian Zahtamal dkk (Case-

control, n=154; 2007) didapatkan nilai PAR (Population Attributable Risk)

0,73 yang artinya sebanyak 73% kasus DM dapat dicegah dengan

memperhatikan faktor risiko adanya riwayat keluarga menderita DM.34

Faktor genetik menjadi basis yang mendasari tingginya risiko DMT2

pada individu yang memiliki anggota keluarga yang telah terdiagnosis DM.

Beberapa varian gen transkripsi faktor 7 diduga dapat merubah fungsi pulau

langerhans pada pankreas.14

4.5. Kelebihan Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional yang lebih efektif

dan efisien dibandingkan dengan desain penelitian lainnya untuk tujuan

penilaian tingkat risiko. Penelitian untuk menilai tingkat risiko DMT2 masih

jarang dilakukan di Indonesia, padahal hasil dari penelitian ini dapat

digunakan sebagai bagian dari upaya pencegahan DMT2 di komunitas.

Penilaian tingkat risiko DMT2 sangat sesuai dilakukan di fasilitas pelayanan

primer seperti KPKM seiring dengan sistem kesehatan nasional yang

menitikberatkan pada pencegahan munculnya penyakit.

Page 69: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

57

4.6. Keterbatasan Penelitian

Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan oleh 5 orang

pewawancara sehingga memungkinkan terjadinya bias inter-observer, yaitu

bias yang ditimbulkan akibat perbedaan kemampuan seorang pewawancara

dengan pewawancara lainnya dalam menanyakan pertanyaan. Untuk

mengantisipasi bias inter-observer, maka kuesioner dibuat dengan sangat

detil dan dilakukan briefing dengan semua pewawancara sebelum melakukan

pengambilan data.

Pada item pemeriksaan terdapat kemungkinan bias pengukuran. Bias

ini terjadi disebabkan oleh beberapa faktor: pemeriksa kewalahan dengan

banyaknya responden, penempatan alat ukur yang tidak pas, atau posisi tubuh

responden yang tidak sesuai. Untuk mengantisipasi bias pengukuran, maka

dibuat alur pemeriksaan yang jelas dan pembagian waktu untuk sampel

memeriksakan dirinya sehingga tidak terjadi penumpukan responden. Juga

dilakukan pengecekan ulang terhadap alat ukur. Pada proses pengambilan

data didapatkan banyaknya responden yang berpendidikan rendah sehingga

untuk mengatasinya pengisian kuesioner dilakukan dengan wawancara

langsung oleh pewawancara satu persatu.

Page 70: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

58

BAB VSIMPULAN DAN SARAN

5.1. SIMPULAN

1. Persentase tingkat risiko DMT2 dalam 10 tahun pada masyarakat binaan

KPKM Buaran adalah sebagai berikut: 33,3% berisiko tinggi, 58,7%

berisiko sedang, dan 7,9% berisiko rendah.

2. Variabel yang terbukti memiliki hubungan yang bermakna dengan tingkat

risiko DMT2 (p < 0,005) adalah jenis kelamin, usia, indeks massa tubuh,

lingkar perut, riwayat tekanan darah tinggi, riwayat gula darah tinggi, dan

riwayat keluarga DM.

5.2. SARAN

5.2.1. Bagi KPKM Buaran

Melakukan penatalaksanaan kepada masyarakat binaan KPKM Buaran

sesuai dengan tingkat risiko DMT2 yang telah didapatkan pada penelitian ini.

5.2.2. Bagi Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer lain

Melakukan penatalaksanaan kepada masyarakat binaannya sesuai dengan

tingkat risiko DMT2 yang telah didapatkan pada penelitian ini, jika gambaran

karakteristik masyarakat binaannya sama.

5.2.3. Bagi Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI)

Membuat kuesioner baku untuk melakukan penilaian tingkat risiko DMT2

di Indonesia.

5.2.4. Bagi peneliti lain

1. Melakukan penelitian serupa di fasilitas pelayanan primer yang memiliki

karakteristik masyarakat yang berbeda dari karakteristik masyarakat pada

penelitian ini.

2. Melakukan uji regresi linier sederhana untuk mengetahui Odds Ratio dari

variabel yang dianalisis menggunakan uji Chi Square.

Page 71: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

59

DAFTAR PUSTAKA

1. Alberti S, Silink M, Atkins R, Simmons D. Type 2 Diabetes: Practical Targets

and Treatments. 4th Ed. [Place unknown]: International Diabetes Institute;

2005.

2. Frank B. Globalization of Diabetes: The role of diet, lifestyle, and genes.

Diabetes Care. 2011 June; 34:1249-1257.

3. International Diabetes Federation [Internet]. [Place unknown]: International

Diabetes Federation. IDF Diabetes Atlas 6th Ed; [Date unknown] [cited 2015

Jul 20]. Available from: www.idf.org/diabetesatlas

4. Laurentia M, Uken S, Sidartawan S. Prevalence and Clinical Profile of

Diabetes Mellitus in Productive Aged Urban Indonesians. J Diabetes Invest.

2014; 5: 507–512.

5. World Health Organization[Internet]. [Place unknown]: World Health

Organization; 2015 Jan; [Cited 2015 Jul 20]. Available from:

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs312/en/

6. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Tahun 2030 Prevalensi Diabetes

Mellitus di Indonesia Mencapai 21,3 Juta Orang. [place unknown]: Sekretariat

Jenderal Departemen Kesehatan; 2009 Nov [cited 2015 Aug 17]. Available

from: http://www.depkes.go.id/article/view/414/tahun-2030-prevalensi-

diabetes-melitus-di-indonesia-mencapai-213-juta-orang.html

7. Indonesia. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. Gambaran

Penyakit Tidak Menular di Rumah Sakit di Indonesia Tahun 2009 dan 2010.

[Place unknown]: Kementrian Kesehatan RI; 2012.

8. Alberti KGMM, Zimmet P, Saw J. International Diabetes Federation: a

Consensus on Type 2 Diabetes Prevention. London: Diabet. Med. 2007 Jan;

24: 451–463.

9. Synderman R, Williams S. Prospective Medicine: The Next Health Care

Transformation. Acad med. 2003 Nov; 78: 1079-1084.

Page 72: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

60

10. American Diabetes Association [Internet]. Statistics about Diabetes. [place

unknown]: American Diabetes Association; 2014 June [last reviewed 2015

May 18; cited 2015 Aug 10]. Available from http://www.diabetes.org/diabetes-

basics/statistics/

11. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar ilmu

Penyakit Dalam. 5th Ed. Jakarta: Interna Publishing; 2009.

12. World Helath Organization [Internet]. Diabetes. [Place unknown]: World

Health Organization; [date unknown; cited 2015 March 10]. Available from:

http://www.who.int/diabetes/en/

13. Ozougwu JK, Obimba KC, Belonwu CD, Unakalamba CB. The Pathogenesis

and Pathophysiology of Type 1 and Type 2 Diabetes Mellitus. J. Physiol.

Pathophysiol. 2013 Sep; 4(4): 46-57.

14. Longo DL, Kasper DL, Jameson JL, Fauci AS, Hauser SL, Loscalzo J, etc.

Harrison’s Principle of Internal Medicine. USA: McGraw-Hill Companies

Inc.; 2012.

15. Ahmad LA, Crandall JP. Type 2 Diabetes Prevention: A Review. Clinical

Diabetes. 2010 Nov; 28:2.

16. NHMRC [Internet]. National Evidence Based Guideline for the Primary

Prevention of Type 2 Diabetes. Australia: Australian Government; 2011 [cited

2015 March 5]. Available from: https://www.nhmrc.gov.au/guidelines-

publications/di21

17. World Health Organization [Internet]. Physical Activity. [place unknown]:

World Health Organization; [date unknown] [last updated 2015; cited 2015

March 5]. Available from: http://www.who.int/topics/physical_activity/en/

18. Rosenberg M, Lawrence A. Review of Primary Prevention of Type 2 Diabetes

in Western Australia. Australia: University of Western Australia; 2000.

19. National Institute of Health and Digestive and Kidney Disease [Internet].

Diabetes Prevention Program. [place unknown]: National Institute of Health

and Digestive and Kidney Disease; 2013 Sep 9 [cited 2015 March 5]. Available

from: http://diabetes.niddk.nih.gov/dm/pubs/preventionprogram/

Page 73: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

61

20. International Diabetes Federation [Internet]. Risk Factors. [place unknown]:

International Diabetes Federation; [date unknown] [cited 2015 March 5].

Available from: http://www.idf.org/about-diabetes/risk-factors

21. American Diabetes Association [Internet]. Modifiable Risk Factors. [Place

unknown]: American Diabetes Association; 2014 [cited 2015 March 5].

Available from:

http://professional.diabetes.org/ResourcesForProfessionals.aspx?cid=60382

22. Centers for Disease Control and Prevention [Internet]. Smoking and Diabetes.

[place unknown]: Centers for Disease Control and Prevention; [updated 2014;

cited 2015 March 5]. Available from:

http://www.cdc.gov/tobacco/campaign/tips/diseases/diabetes.html

23. Ramachandran A, Snehalatha C, Shetty AS, Nanditha A. Trends in Prevalence

of Diabetes in Asian Countries. World J Diabetes. 2012 Jun 15; 3(6): 110–117.

24. Wild S, Roglic G, Green A, Sicree R, King H. Global Prevalence of Diabetes.

Diabetes Care. 2004 May; 27(5): 1047–1053.

25. Choi BC, Shi F. Risk factors for diabetes mellitus by age and sex: results of the

National Population Health Survey. Diabetologia. 2001 Agustus; 44 (10):

1221-1231.

26. Valliyot B, Sreedharan J, Muttappallymyali, dkk. Risk Factors of Type 2

Diabetes Mellitus in The Rural Population of North Kerala, India: A Case

Control Study. Diabetologi Croatica. 2013; 42(1):33-40.

27. Majgi SM, Soudarssanane B, Roy G, Das AK. Risk Factors of Diabetes

Mellitus in Rural Puducherry. Online J Health Allied Sci. 2012; 11(1);4.

28. Kin JBKL, Mbenza-Longo B, Okwe N, Kabangu NK, Mpandamadi SD, He J,

Wemankey O. Prevalence and risk factors of diabetes mellitus in Kinshasa

Hinterland. Int J Diabetes & Metabolism. 2008; 16: 97-106.

29. Wicaksono RP. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Diabetes

Melitus Tipe 2. UNDIP [Internet]. 2011 [cited 2015 Aug 15]. Available from:

http://eprints.undip.ac.id/37123/1/Radio_P.W.pdf

Page 74: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

62

30. Trisnawati S, Widarsa T, Suastika K. Faktor risiko diabetes mellitus tipe 2

pasien rawat jalan di Puskesmas Wilayah Kecamatan Denpasar Selatan.

PHPMA [Internet]. 2013 [cited 2015 Aug 15]; 1(1). Available from:

http://ojs.unud.ac.id/index.php/phpma/article/viewFile/6636/5069

31. Fitriyani. Faktor Risiko Diabetes Mellitus Tipe 2 di Puskesmas Kecamatan

Citangkil dan Puskesmas Kecamatan Pulo Merak, Kota Cilegon. Perpustakaan

Universitas Indonesia [Internet]. 2012 [cited 2015 Aug 15]. Available from:

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20318875-S-PDF-Fitriyani.pdf

32. Raharjo S. Cara melakukan Uji Reliabilitias Alpha Cronbach’s dengan SPSS

[Internet]. [Place unknown]: SPSS Indonesia. 2014 Jan 30 [Cited 2015 Aug

16]. Available from: http://www.spssindonesia.com/2014/01/uji-reliabilitas-

alpha-spss.html

33. Ganz ML, Wintfield N, Li Q, Alas V, Langer J, Hammer M. The Association

of Body Mass Index with the Risk of Type 2 Diabetes: A Case–Control Study

Nested in an Electronic Health Records System in The United States.

Diabetology & Metabolic Syndrome. 2014; 6(50).

34. Zahtamal, Chandra F, Suyanto, Restuastuti T. Faktor-faktor Risiko Pasien

Diabetes Melitus. Berita Kedokteran Masyarakat. 2007 September; 23(3): 142-

147.

35. Trisnawati SK, Setyorogo. Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe II Di

Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2012. Jurnal Ilmiah

Kesehatan. 2013 Jan; 5(1): pp6-11.

36. Framingham Heart Study [Internet]. USA: National Heart, Lung, and Blood

institute and Boston University. Diabetes; date unknown [cited 2015 Aug 15].

Available from:

https://www.framinghamheartstudy.org/riskfunctions/diabetes/index.php

37. Bangun AV. BAB III: Kerangka Konsep, Hipotesis, dan Definisi Operasional.

Perpustakaan Universitas Indonesia [Internet]. 2009 [cited 2015 Aug 15].

Available from: http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/124557-

TESIS0651%20Arg%20N09f-Faktor-faktor-Metodologi.pdf

Page 75: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

63

38. International Diabetes Federation [Internet]. [Place Unknown]: International

Diabetes Federation. Diabetes Questionnaire; [date unknown; cited 2015 Aug

15].Available from: http://www.idf.org/webdata/docs/FINDRISC_English.pdf

39. Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan

Dasar. Jakarta: Kementrian Kesehatan. 2013.

40. Maranatha Repository System [Internet]. Bandung: Universitas Maranatha.

Tabel Nilai Kritis untuk Korelasi r Product – Moment; [date unknown; cited

2015 Aug 15]. Available from:

http://repository.maranatha.edu/3087/2/0421036_Appendices.pdf

41. Universitas Sebelas Maret [Internet]. Solo: Universitas Sebelas Maret. BAB

VII Analisis Instrumen; [date unknown; cited 2015 Aug 16]. Available from:

http://bowo.staff.fkip.uns.ac.id/files/2010/11/validitas-reliabilitas-bowo.pdf

42. Sanusi SR. Beberapa Uji Validitas dan Reliabilitas pada Instrumen Penelitian.

USU Institutional Repository [Internet]. [date unknown; cited 2015 Aug 16].

Available from: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18868/1/ikm-

okt2005-9%20(6).pdf

43. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan [Internet]. Tangerang Selatan:

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan; [date unknown; cited 2015 Sep 1].

Available from: http://fkik.uinjkt.ac.id/?page_id=702

44. Indonesia. Kelurahan Buaran. Demografi Buaran. Tangerang Selatan:

Kelurahan Buaran; 2013.

45. Wilson PWF, Meigs JB, Sullivan L, Fox C, Nathan DM, D’Agostino RD.

Prediction of Incident Diabetes Mellitus in Middle-aged Adults. ARCH

INTERN MED. 2007 May 28; 167.

46. American Psychological Association. Definition of Terms: Sex, Gender,

Gender Identity, Sexual Orientation. [Place unknown]: American

Psychological Association; 2011 [cited 2015 Aug 17]. Available from:

https://www.apa.org/pi/lgbt/resources/sexuality-definitions.pdf

Page 76: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

64

47. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia

[Internet]. [Place unknown]: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa;

2015 [cited 2015 Aug 17]. Available from: http://kbbi.web.id/umur

48. United States of America. Department of Agriculture and U.S. Department of

Health and Human Services. Dietary Guidelines for Americans. 7th Edition.

Washington, DC: U.S. Government Printing Office; December 2010.

49. Bickley LS. Buku Ajar Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan Bates. Edisi

ke-8. Alih bahasa: Andry Hartono. Jakarta: EGC; 2003.

50. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Konsensus Pengendalian dan

Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia 2011. [Place unknown]:

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia; 2011.

51. Mengesha AY. Hypertension and related risk factors in type 2 diabetes mellitus

(DM) patients in Gaborone City Council (GCC) clinics, Gaborone, Botswana.

African Health Sciences. 2007 Dec; 7(4).

52. Suastika K, Dwipayana P, Semadi MS, Kuswardhani RAT. Age is an Important

Risk Factor for Type 2 Diabetes Mellitus and Cardiovascular Diseases. [Place

unknown]: InTech; 2012.

53. Dahlan MS. Langkah-langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang

Kedokteran dan Kesehatan. Edisi III. Jakarta: Sagung Seto; 2015.

Page 77: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

65

Lampiran 1

Lembar informed consent

KUESIONER PENELITIAN

PENILAIAN TINGKAT RISIKO DIABETES MELLITUS TIPE 2

SURAT PERSETUJUAN PARTISIPAN

Assalamualaikum Wr.Wb.

Saat ini, saya mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah sedang melakukan

penelitian sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana kedokteran.

Penelitian ini tentang penilaian faktor risiko terhadap penyakit Diabetes Mellitus.

Pada penelitian ini saya akan menanyakan beberapa pertanyaan tentang

riwayat kesehatan Bapak/Ibu dan keluarga. Setelah itu kami akan melakukan

pemeriksaan berupa berat badan, tinggi badan, lingkar perut, gula darah puasa, dan

tekanan darah.

Dengan surat ini, kami meminta persetujuan Bapak/Ibu untuk menjadi

partisipan penelitian kami. Data dari Bapak/Ibu hanya akan kami gunakan sebagai

bahan penelitian dan akan kami rahasiakan.

Atas pengertian dan pertisipasinya kami ucapkan terima kasih.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Jakarta, 28 April 2015

Irvan FathurohmanNIM 1112103000075

Page 78: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

66

Lampiran 1

(Lanjutan)

LEMBAR PERSETUJUAN PARTISIPAN

Setelah membaca penjelasan diatas, bahwa yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : _____________________________

Usia : ___________ tahun

Alamat : _____________________________

No. Hp : _____________________________

Dengan ini menyetujui menjadi partisipan dalam penelitian oleh

mahasiswa/i Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah. Segala hal yang

menyangkut kerahasiaan tentang partisipan akan terjaga dengan baik oleh peneliti.

Buaran, ....... Mei 2015

(.....................................)

Page 79: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

67

Lampiran 2

Finnish Diabetes Risk Score (FINDRISC)

Page 80: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

68Lampiran 3

Kuesioner Penelitian

KUESIONER PENILAIAN TINGKAT RISIKO DIABETES MELLITUS TIPE 2(DMT2)

Silakan isi pada titik-titik yang tersedia dan centang pada pilihan yang sesuai

A. IDENTITAS RESPONDEN

NO. VARIABEL HASIL INDIKATOR

A01 Nama.....................................................................................

A02 Usia ........ tahun

o 30 - 34 tahun

o 35 - 39 tahun

o 40 - 44 tahun

o 45 - 49 tahun

o 50 – 54 tahun

o 55 - 59 tahun

o 60 - 64 tahun

o 65 - 69 tahun

o 70 – 74 tahun

o >75 tahun

A03 Jenis Kelamino Perempuan

o Laki – laki

A04 Pekerjaan

o PNS

o Wiraswasta

o Karyawan

o Honorer

o TNI/ABRI/ POLISI

o Satpam

o Ibu Rumah Tangga

o Lainnya ..........

A05Pendidikan

Terakhir

o Tidak

sekolah

o SD

o SMP

o SMA

o Sempat/sedang kuliah

o Diploma

o Sarjana

o Pascasarjana

Page 81: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

69Lampiran 3(Lanjutan)

B. RIWAYAT KESEHATAN PRIBADI

NO. Pertanyaan Jawaban

B01Apakah Anda pernah meminum

obat darah tinggi?

o Tidak, saya tidak pernahminum obat darah tinggi

o Tidak tahu

o Ya, saya pernah minum obat

darah tinggi. Nama obatnya

adalah ....................................

B02 Pernahkah anda mempunyai

kadar gula darah yang tinggi ?

(misalnya diberitahu oleh

pemeriksa atau diketahui pada

saat pemeriksaan kesehatan,

ketika sakit, atau ketika hamil)

o Ya, Saya pernah mempunyai

kadar gula darah tinggi

o Tidak, saya tidak pernah

mempunyai kadar gula darah

tinggi

Jika anda menjawab “Ya” pada pertanyaan B02, lanjut ke B03; Jika “Tidak”,

lanjut ke C01

B03 Berapa kadar gula darah Anda

yang tinggi tersebut?

o Tidak tahu

o Gula darah tanpa saya puasaterlebih dahulu sebesar ........

mg/dL

o Gula darah setelah sayaberpuasa 8 sampai 10 jam

sebesar .......... mg/dL

o Gula darah setelah saya

berpuasa 8 sampai 10 jam

kemudian diberi cairan gula

kemudian puasa lagi selama 2

jam sebesar ...............mg/dL

Page 82: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

70Lampiran 3(Lanjutan)

B04 Bagaimana cara pengambilan

darahnya?

o Darah saya diambil dengan

jarum suntik di lengan

o Darah saya diambil dengan

menggunakan alat seperti

pulpen di ujung jari saya

C. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

C01

Apakah ada anggota keluarga

Anda yang pernah mempunyai

penyakit gula / kencingmanis/ diabetes (tipe 1 atautipe 2)? (Boleh isi lebih dari

satu)

o Tidak ada

o Ya ada, yaitu :

o Kakek

kandung

o Nenek

kandung

o Tante/bibi

kandung

o Om/paman

kandung

o Sepupu dari

kakek/nenek

oAyah

o Ibu

oAnak kandung

o Saudara

kandung

o Lainnya:

...........

D. KEBIASAAN

Anggap sayuran dan buah-buahan adalah jenis makanan yang sama

D01

Seberapa sering Anda

memakan sayuran/

buah-buahan?

o Setiap hari

o Tidak setiap hari. Sekitar ............. hari

dalam satu minggu

Jika anda menjawab “Setiap hari” pada pertanyaan D01, lanjut ke D02; Jika “Tidak setiap

hari”, lanjut ke D03.

Page 83: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

71Lampiran 3(Lanjutan)

D02 Berapa banyak sayur/buah

yang anda makan dalam satu

hari?

(keterangan: ukuran 1gelas = 1 aqua gelas = 250ml)

Untuk sayur:

o Setiap hari

o 3 gelas atau lebih sayur daun-

daunan mentah (seperti seledri,

kol, kangkung)

o 1,5 gelas atau lebih sayur bukan

daun mentah/masak (seperti

wortel, tomat, brokoli, kacang-

kacangan)

o 2 gelas atau lebih jus sayur

o Saya makan campuran jenis sayur

yang jika dijumlahkan dalam satu

hari banyaknya memenuhi

salahsatu pilihan di atas (contoh:

1,5 gelas sayur daun mentah + 1

gelas jus sayur)

Untuk Buah:

o 2 buah apel/pisang besar/jeruk

/pir atau lebih

o 2 potong semangka atau lebih

o 16 buah stroberi atau lebih

o 1,5 gelas jus buah atau lebih

o Saya makan campuran buah yang

jika dijumlahkan dalam satu hari

banyaknya memenuhi salahsatu

pilihan di atas (contoh: 1 Apel + 1

gelas jus buah)

Page 84: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

72Lampiran 3(Lanjutan)

Untuk campuran buah dan sayur:

o Jika buah dan sayur yang saya

makan dalam sehari digabungkan,

banyaknya sama dengan salahsatu

pilihan di atas

o Walaupun buah dan sayur yang

saya makan dalam sehari

digabungkan, jumlahnya tidak

sebanyak salahsatu pilihan di atas

D03

Berapa hari dalam seminggu

Anda biasanya melakukan

Kegiatan Fisik Berat?

(Yaitu kegiatan yang

membuat otot Anda bekerjakuat dan membuat Anda sulitbernapas. Contoh: lari,

bersepeda, panjat tebing,

berenang dengan cepat, tenis,

bulu tangkis, lompat tali,

bermain bola, berkebun berat

(menggali misalnya),

mengangkat barang berat,

yoga)

o .......... hari dalam 1 minggu

o Saya biasanya tidak melakukankegiatan fisik berat sama sekali

dalam 1 minggu

Jika ada kegiatan fisik berat yang Anda lakukan dalam 1 minggu, lanjut ke D04; Jika tidak

ada lanjut ke D05

D04

berapa lama Anda melakukan

Kegiatan Fisik Beratbiasanya dalam satu hari?

o .................. jam / hari

Page 85: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

73Lampiran 3(Lanjutan)

D05

Berapa hari dalam seminggu

Anda biasanya melakukan

Kegiatan Fisik Sedang?

(Yaitu kegiatan yang

membuat otot Anda bekerjatidak terlalu kuat dan

membuat Anda bernapas

cukup sulit. Contoh:

berjalan, berjalan cepat,

menari, berenang dengan

santai, berkebun ringan

seperti menyiram tanaman,

menyapu, mengepel,

memasak, menjemur, naik

turun tangga)

o ........... hari dalam 1 minggu

o Saya biasanya tidak melakukan

kegiatan fisik sedang sama sekali

dalam 1 minggu

Jika ada kegiatan fisik sedang yang Anda lakukan dalam 1 minggu, lanjut ke D06; Jika tidak

ada maka Anda telah selesai mengisi kuesioner ini.

D06

Berapa lama Anda melakukan

Kegiatan fisik sedang

biasanya dalam satu hari?o .................. jam / hari

Page 86: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

74Lampiran 3(Lanjutan)

LEMBAR PENGUKURAN (diisi oleh peneliti)

NO. VARIABEL HASIL INDIKATOR

E01Berat Badan (BB)

Tinggi Badan (TB)

BB = .............kg

TB = .................. cm

E02 Lingkar Perut (LP)

LP = ... … cm

Jika

responden

laki-laki:

o < 90 cm

o 90 – 98

cm

o > 98 cm

Jika

responden

perempuan:

o < 80 cm

o 80 – 88

cm

o > 88 cm

E03 Tekanan Darah

Hasil (dalam

mmHg)

Pengukuran 1:

.........

Pengukuran 2:

.........

Rata-rata:

.........

o kurang dari 120/80

mmHg

o (120-129) / (80-84)

mmHg

o (130-139) / (85-89)

mmHg

o (140-159) / (90-99)

mmHg

o 160/100 mmHg atau

lebih

E04Gula Darah Puasa

(GDP)GDP = ...........

mg/dl

o Kurang dari 100

mg/dl

o 100-125 mg/dl

o 126 mg/dl atau lebih

TERIMA KASIH

Page 87: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

75Lampiran 4

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

1. UJI VALIDITASCorrelations

Usia

koding

IMT

koding

LP_

K

KFB_har

i_baru

KFB

_jam

_bar

u

KFS_h

ari_bar

u

KFS

_jam

_bar

u

makan

sayur

tiap

hari

Konsumsi

sayur dan

atau buah

setiap hari

Pernah

minum

ODT?

TD >=

129/84

Pernah_G

DT

GDP

_per

keni

_kod

e

R.

Keluarga

DM

Total

Usia koding

Pearson Correlation 1 ,019 -,079 ,137 ,137 ,050 ,050 ,199 ,219 ,425* ,327 ,111 ,111 -,093 ,375*

Sig. (2-tailed) ,921 ,679 ,471 ,471 ,792 ,792 ,292 ,246 ,019 ,078 ,559 ,559 ,624 ,041

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

IMT koding

Pearson Correlation ,019 1 ,407* ,034 ,034 ,177 ,177 -,161 ,145 ,026 ,058 ,170 ,170 ,120 ,439*

Sig. (2-tailed) ,921 ,026 ,857 ,857 ,348 ,348 ,395 ,446 ,891 ,760 ,370 ,370 ,529 ,015

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

LP_K

Pearson Correlation -,079 ,407* 1 ,186 ,186 -,365*-

,365*,188 ,353 -,186 -,126 ,184 ,184 -,056 ,365*

Sig. (2-tailed) ,679 ,026 ,325 ,325 ,048 ,048 ,320 ,055 ,325 ,509 ,331 ,331 ,769 ,048

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

KFB_hari_baru

Pearson Correlation ,137 ,034 ,186 11,00

0**-,202 -,202 ,093 -,056 ,304 ,116 ,024 ,024 ,179 ,270

Sig. (2-tailed) ,471 ,857 ,325 ,000 ,284 ,284 ,626 ,770 ,102 ,542 ,901 ,901 ,343 ,150

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

KFB_jam_baru

Pearson Correlation ,137 ,034 ,186 1,000** 1 -,202 -,202 ,093 -,056 ,304 ,116 ,024 ,024 ,179 ,270

Sig. (2-tailed) ,471 ,857 ,325 ,000 ,284 ,284 ,626 ,770 ,102 ,542 ,901 ,901 ,343 ,150

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Page 88: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

76Lampiran 4(Lanjutan)

KFS_hari_baru

Pearson Correlation ,050 ,177-

,365*-,202 -,202 1

1,00

0**-,146 ,107 ,024 -,040 ,193 ,193 -,196 ,133

Sig. (2-tailed) ,792 ,348 ,048 ,284 ,284 ,000 ,441 ,575 ,901 ,833 ,306 ,306 ,299 ,484

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

KFS_jam_baru

Pearson Correlation ,050 ,177-

,365*-,202 -,202 1,000** 1 -,146 ,107 ,024 -,040 ,193 ,193 -,196 ,133

Sig. (2-tailed) ,792 ,348 ,048 ,284 ,284 ,000 ,441 ,575 ,901 ,833 ,306 ,306 ,299 ,484

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

makan sayur tiap

hari

Pearson Correlation ,199 -,161 ,188 ,093 ,093 -,146 -,146 1 ,538** ,234 -,120 ,146 ,146 ,012 ,250

Sig. (2-tailed) ,292 ,395 ,320 ,626 ,626 ,441 ,441 ,002 ,212 ,527 ,441 ,441 ,949 ,183

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Konsumsi sayur dan

atau buah setiap hari

Pearson Correlation ,219 ,145 ,353 -,056 -,056 ,107 ,107 ,538** 1 ,056 -,094 ,053 ,053 -,035 ,277

Sig. (2-tailed) ,246 ,446 ,055 ,770 ,770 ,575 ,575 ,002 ,770 ,619 ,780 ,780 ,853 ,138

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Pernah minum ODT?

Pearson Correlation ,425* ,026 -,186 ,304 ,304 ,024 ,024 ,234 ,056 1 ,516** ,154 ,154 ,293 ,439*

Sig. (2-tailed) ,019 ,891 ,325 ,102 ,102 ,901 ,901 ,212 ,770 ,004 ,415 ,415 ,115 ,015

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

TD >= 129/84

Pearson Correlation ,327 ,058 -,126 ,116 ,116 -,040 -,040 -,120 -,094 ,516** 1 ,191 ,191 ,304 ,411*

Sig. (2-tailed) ,078 ,760 ,509 ,542 ,542 ,833 ,833 ,527 ,619 ,004 ,311 ,311 ,103 ,024

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Pernah_GDT

Pearson Correlation ,111 ,170 ,184 ,024 ,024 ,193 ,193 ,146 ,053 ,154 ,191 11,00

0**,196 ,827**

Sig. (2-tailed) ,559 ,370 ,331 ,901 ,901 ,306 ,306 ,441 ,780 ,415 ,311 ,000 ,299 ,000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

GDP_perkeni_kode Pearson Correlation ,111 ,170 ,184 ,024 ,024 ,193 ,193 ,146 ,053 ,154 ,191 1,000** 1 ,196 ,827**

Page 89: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

77Lampiran 4(Lanjutan)

Sig. (2-tailed) ,559 ,370 ,331 ,901 ,901 ,306 ,306 ,441 ,780 ,415 ,311 ,000 ,299 ,000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

R. Keluarga DM

Pearson Correlation -,093 ,120 -,056 ,179 ,179 -,196 -,196 ,012 -,035 ,293 ,304 ,196 ,196 1 ,367*

Sig. (2-tailed) ,624 ,529 ,769 ,343 ,343 ,299 ,299 ,949 ,853 ,115 ,103 ,299 ,299 ,046

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Total

Pearson Correlation ,375* ,439* ,365* ,270 ,270 ,133 ,133 ,250 ,277 ,439* ,411* ,827**,827*

*,367* 1

Sig. (2-tailed) ,041 ,015 ,048 ,150 ,150 ,484 ,484 ,183 ,138 ,015 ,024 ,000 ,000 ,046

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

2. UJI RELIABILITAS

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

Cronbach's

Alpha Based on

Standardized

Items

N of Items

,646 ,638 14

Page 90: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

78Lampiran 4(Lanjutan)

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance

if Item Deleted

Corrected Item-

Total Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

Usia koding 15,90 48,231 ,191 ,643

IMT koding 16,17 47,247 ,277 ,627

LP_K 15,40 47,834 ,142 ,658

KFB_hari_baru 16,77 52,530 ,214 ,641

KFB_jam_baru 16,77 52,530 ,214 ,641

KFS_hari_baru 17,27 53,375 ,072 ,648

KFS_jam_baru 17,27 53,375 ,072 ,648

makan sayur tiap hari 17,17 52,489 ,186 ,642

Konsumsi sayur dan atau

buah setiap hari16,87 52,326 ,215 ,640

Pernah minum ODT? 17,07 49,237 ,337 ,624

TD >= 129/84 16,47 48,947 ,287 ,627

Pernah_GDT 13,87 31,775 ,679 ,518

GDP_perkeni_kode 13,87 31,775 ,679 ,518

R. Keluarga DM 17,10 48,576 ,192 ,642

Page 91: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

79Lampiran 5

Hasil Uji Statistik

A. Hasil Analisis Univariat

Frequency TableGender

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Laki-laki 40 31.7 31.7 31.7

Perempuan 86 68.3 68.3 100.0

Total 126 100.0 100.0

Pendidikan terakhir

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Sarjana 2 1.6 1.6 1.6

SD 44 34.9 34.9 36.5

SMA 33 26.2 26.2 62.7

SMP 26 20.6 20.6 83.3

Tidak sekolah 21 16.7 16.7 100.0

Total 126 100.0 100.0

Usia_2var

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

0 45 35.7 35.7 35.7

234 81 64.3 64.3 100.0

Total 126 100.0 100.0

IMT.K_2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

.00 42 33.3 33.3 33.3

1.00 84 66.7 66.7 100.0

Total 126 100.0 100.0

LP_K

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Normal 38 30.2 30.2 30.2

Berlebih 44 34.9 34.9 65.1

Sangat berlebih 44 34.9 34.9 100.0

Total 126 100.0 100.0

Page 92: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

80Lampiran 5(Lanjutan)

Penuhi kriteria aktivitas fisik intermediate/lebih

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Ya 103 81.7 81.7 81.7

Tidak 23 18.3 18.3 100.0

Total 126 100.0 100.0

Konsumsi sayur dan atau buah setiap hari

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Ya 49 38.9 38.9 38.9

Tidak 77 61.1 61.1 100.0

Total 126 100.0 100.0

OAH_R.Hipertensi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Tidak 54 42.9 42.9 42.9

Ya 72 57.1 57.1 100.0

Total 126 100.0 100.0

R.GDT_Perkeni.kapiler

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

0 25 19.8 19.8 19.8

5 101 80.2 80.2 100.0

Total 126 100.0 100.0

Risiko.kapiler_4var

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Rendah 10 7.9 7.9 7.9

Sedang 74 58.7 58.7 66.7

Tinggi 42 33.3 33.3 100.0

Total 126 100.0 100.0

Page 93: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

81Lampiran 5(Lanjutan)

R.K.DM_2.var

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

0 107 84.9 84.9 84.9

5 19 15.1 15.1 100.0

Total 126 100.0 100.0

Statistics

LP_2var

NValid 126

Missing 0

LP_2var

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

.00 38 30.2 30.2 30.2

3.00 88 69.8 69.8 100.0

Total 126 100.0 100.0

B. Hasil Analisis Bivariat

Gender * Risiko.kapiler_4var

Crosstab

Risiko.kapiler_4var Total

Rendah Sedang Tinggi

Gender

Laki-lakiCount 5 28 7 40

% within Gender 12.5% 70.0% 17.5% 100.0%

PerempuanCount 5 46 35 86

% within Gender 5.8% 53.5% 40.7% 100.0%

TotalCount 10 74 42 126

% within Gender 7.9% 58.7% 33.3% 100.0%

Page 94: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

82Lampiran 5(Lanjutan)

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 7.213a 2 .027

Likelihood Ratio 7.612 2 .022

N of Valid Cases 126

a. 1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is 3.17.

IMT.K_2 * Risiko.kapiler_4var

Crosstab

Risiko.kapiler_4var Total

Rendah Sedang Tinggi

IMT.K_2

.00Count 7 31 4 42

% within IMT.K_2 16.7% 73.8% 9.5% 100.0%

1.00Count 3 43 38 84

% within IMT.K_2 3.6% 51.2% 45.2% 100.0%

TotalCount 10 74 42 126

% within IMT.K_2 7.9% 58.7% 33.3% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 19.203a 2 .000

Likelihood Ratio 21.136 2 .000

N of Valid Cases 126

a. 1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is 3.33.

Page 95: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

83Lampiran 5(Lanjutan)

Penuhi kriteria aktivitas fisik intermediate/lebih *Risiko.kapiler_4var

Crosstab

Risiko.kapiler_4var Total

Rendah Sedang Tinggi

Penuhi kriteria

aktivitas fisik

intermediate/lebi

h

Ya

Count 10 59 34 103

% within Penuhi kriteria

aktivitas fisik

intermediate/lebih

9.7% 57.3% 33.0% 100.0%

Tidak

Count 0 15 8 23

% within Penuhi kriteria

aktivitas fisik

intermediate/lebih

0.0% 65.2% 34.8% 100.0%

Total

Count 10 74 42 126

% within Penuhi kriteria

aktivitas fisik

intermediate/lebih

7.9% 58.7% 33.3% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 2.452a 2 .293

Likelihood Ratio 4.245 2 .120

N of Valid Cases 126

a. 1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is 1.83.

Page 96: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

84Lampiran 5(Lanjutan)

Konsumsi sayur dan atau buah setiap hari * Risiko.kapiler_4varCrosstab

Risiko.kapiler_4var Total

Rendah Sedang Tinggi

Konsumsi

sayur dan atau

buah setiap

hari

Ya

Count 4 32 13 49

% within Konsumsi sayur

dan atau buah setiap hari8.2% 65.3% 26.5% 100.0%

Tidak

Count 6 42 29 77

% within Konsumsi sayur

dan atau buah setiap hari7.8% 54.5% 37.7% 100.0%

Total

Count 10 74 42 126

% within Konsumsi sayur

dan atau buah setiap hari7.9% 58.7% 33.3% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.

(2-sided)

Pearson Chi-Square 1.709a 2 .426

Likelihood Ratio 1.736 2 .420

N of Valid Cases 126

a. 1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The

minimum expected count is 3.89.

OAH_R.Hipertensi * Risiko.kapiler_4var

Crosstab

Risiko.kapiler_4var Total

Rendah Sedang Tinggi

OAH_R.Hipertensi

TidakCount 8 39 7 54

% within OAH_R.Hipertensi 14.8% 72.2% 13.0% 100.0%

YaCount 2 35 35 72

% within OAH_R.Hipertensi 2.8% 48.6% 48.6% 100.0%

TotalCount 10 74 42 126

% within OAH_R.Hipertensi 7.9% 58.7% 33.3% 100.0%

Page 97: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

85Lampiran 5(Lanjutan)

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 20.326a 2 .000

Likelihood Ratio 21.868 2 .000

N of Valid Cases 126

a. 1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is 4.29.

R.GDT_Perkeni.kapiler * Risiko.kapiler_4var

Crosstab

Risiko.kapiler_4var Total

Rendah Sedang Tinggi

R.GDT_Perkeni

.kapiler

0Count 8 17 0 25

% within R.GDT_Perkeni.kapiler 32.0% 68.0% 0.0% 100.0%

5Count 2 57 42 101

% within R.GDT_Perkeni.kapiler 2.0% 56.4% 41.6% 100.0%

TotalCount 10 74 42 126

% within R.GDT_Perkeni.kapiler 7.9% 58.7% 33.3% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.

(2-sided)

Pearson Chi-Square 33.607a 2 .000

Likelihood Ratio 35.772 2 .000

N of Valid Cases 126

a. 1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is 1.98.

R.K.DM_2.var * Risiko.kapiler_4varCrosstab

Risiko.kapiler_4var Total

Rendah Sedang Tinggi

R.K.DM_2.var

0Count 10 70 27 107

% within R.K.DM_2.var 9.3% 65.4% 25.2% 100.0%

5Count 0 4 15 19

% within R.K.DM_2.var 0.0% 21.1% 78.9% 100.0%

TotalCount 10 74 42 126

% within R.K.DM_2.var 7.9% 58.7% 33.3% 100.0%

Page 98: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

86Lampiran 5(Lanjutan)

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 21.149a 2 .000

Likelihood Ratio 20.999 2 .000

N of Valid Cases 126

a. 1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is 1.51.

LP_2var * Risiko.kapiler_4var Crosstabulation

Risiko.kapiler_4var Total

Rendah Sedang Tinggi

LP_2var

.00Count 9 26 3 38

% within LP_2var 23.7% 68.4% 7.9% 100.0%

3.00Count 1 48 39 88

% within LP_2var 1.1% 54.5% 44.3% 100.0%

TotalCount 10 74 42 126

% within LP_2var 7.9% 58.7% 33.3% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 28.434a 2 .000

Likelihood Ratio 30.213 2 .000

N of Valid Cases 126

a. 1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is 3.02.

Page 99: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29510/1/Irvan... · Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah ... Mayoritas kasus

87Lampiran 6

Daftar Riwayat Hidup

Daftar Riwayat Hidup

Nama : Irvan Fathurohman

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 19 April 1993

Agama : Islam

Alamat : Jl. H. Adnan 76 Ciwatra RRT 006 RW 016 Kel. Margasari

Kec. Buahbatu Bandung

Nomor telepon/HP : 085723801424

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan :

1. TK Pertiwi (1998-1999)

2. SDN Pasir Pogor (1999-2005)

3. MTs. Darul Arqam Garut (2005-2008)

4. MA Darul Arqam Garut (2008-2012)

5. Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN (2012-Sekarang)