96
1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri Kauman I Kecamatan Bureno Kabupaten Bojonegoro Email : [email protected] Abstrak : Adanya permasalahan keaktifan siswa pada proses pembelajaran IPA kelas III SD Negeri Kauman I menuntut guru melakukan berbagai inovasi metode dalam pembelajaran. Penelitian ini bertujuan apakah melalui penerapan metode inkuiri dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA di kelas III. Bentuk penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian menunjukkan hasil bahwa Rata-rata aktivitas fisik pada siklus I sebesar 59,00% meningkat menjadi 84,00%, pada siklus ke II, sehingga mengalami kenaikan selisih sebesar 25,00%. Rata-rata aktivitas mental pada siklus I sebesar 54,00% , meningkat menjadi 76,00%, pada siklus ke II , sehingga mengalami kenaikan selisih sebesar 22,00% . Rata-rata aktivitas emosional pada siklus I sebesar 60,00%, meningkat menjadi 87,75% , pada siklus ke II , sehingga mengalami kenaikan selisih sebesar 27,75%. Dengan kata lain bahwa penerapan metode inkuiri dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar . Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan atau rujukan dalm pembelajaran IPA di SD. Kata kunci : aktivitas siswa, pembelajaran, metode inkuiri Suatu keadaan atau kondisi yang mendorong atau menggerakan seseorang untuk melakukan sesuatu atau kegiatan yang sehingga mencapai tujuan yang di harapkan merupakan salah satu prinsip belajar. Dalam situasi masyarakat yang selalu berubah, idealnya pendidikan tidak hanya berorientasi pada masa lalu dan masa kini tetapi sudah seharusnya merupakan proses yang menjadi antisipasi untuk mengatasi kekurangan di masa depan. Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan para siswa untuk sesuatu profesi atau jabatan tetapi untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan di sekolah merupakan lembaga untuk me- ngembangkan hakikat manusia secara optimal sehingga terbentuk manusia yang seutuhnya. Salah satu permasalahannya yang muncul dalam pembelajaran pada pendidikan formal dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik yang memprihatinkan. Kondisi pembelajaran ini yang masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh perkembangan peserta didik itu sendiri yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu (belajar untuk belajar) Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dunia sekarang ini menuntut adanya peningkatan kemampuan dalam berbagai bidang, salah satunya bidang sains. Sains merupakan dasar tehnologi yang harus dipelajari dan harus dikembangkan untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan nyata. Menurut KTSP; (2006) bahwa setiap siswa diharapkan mengalami ketuntasan belajar yang tidak hanya berpatokan pada guru sebagai fasilitator, akan tetapi justru siswa belajar sendiri yang sangat menentukan peranannya untuk memperoleh hasil belajar yang diperoleh siswa. Hal ini tergambar dalam (KTSP) tentang tujuan mata pelajaran IPA SD sebagai berikut : 1) memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari; 2) memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan, gagasan, tentang alam sekitar; 3) mempunyai minat untuk mengenal dan mempelajari Gerak benda serta kejadian di lingkungan sekitar; 4) Bersikap ingin tahu, tekun, terbuka, kritis, mawas diri, bertanggung jawab, bekerja sama

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

  • Upload
    others

  • View
    12

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

1

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA

PADA PEMBELAJARAN IPA

MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI

Darwati

Guru SD Negeri Kauman I

Kecamatan Bureno Kabupaten Bojonegoro

Email : [email protected]

Abstrak : Adanya permasalahan keaktifan siswa pada proses pembelajaran IPA kelas III SD Negeri

Kauman I menuntut guru melakukan berbagai inovasi metode dalam pembelajaran. Penelitian ini

bertujuan apakah melalui penerapan metode inkuiri dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam

pembelajaran IPA di kelas III. Bentuk penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas.

Penelitian menunjukkan hasil bahwa Rata-rata aktivitas fisik pada siklus I sebesar 59,00% meningkat

menjadi 84,00%, pada siklus ke II, sehingga mengalami kenaikan selisih sebesar 25,00%. Rata-rata

aktivitas mental pada siklus I sebesar 54,00% , meningkat menjadi 76,00%, pada siklus ke II , sehingga

mengalami kenaikan selisih sebesar 22,00% . Rata-rata aktivitas emosional pada siklus I sebesar

60,00%, meningkat menjadi 87,75% , pada siklus ke II , sehingga mengalami kenaikan selisih sebesar

27,75%. Dengan kata lain bahwa penerapan metode inkuiri dalam pembelajaran IPA dapat

meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar . Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan

pertimbangan atau rujukan dalm pembelajaran IPA di SD.

Kata kunci : aktivitas siswa, pembelajaran, metode inkuiri

Suatu keadaan atau kondisi yang

mendorong atau menggerakan seseorang untuk

melakukan sesuatu atau kegiatan yang

sehingga mencapai tujuan yang di harapkan

merupakan salah satu prinsip belajar. Dalam

situasi masyarakat yang selalu berubah,

idealnya pendidikan tidak hanya berorientasi

pada masa lalu dan masa kini tetapi sudah

seharusnya merupakan proses yang menjadi

antisipasi untuk mengatasi kekurangan di masa

depan.

Pendidikan yang baik adalah pendidikan

yang tidak hanya mempersiapkan para siswa

untuk sesuatu profesi atau jabatan tetapi untuk

menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi

dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan di

sekolah merupakan lembaga untuk me-

ngembangkan hakikat manusia secara optimal

sehingga terbentuk manusia yang seutuhnya.

Salah satu permasalahannya yang muncul

dalam pembelajaran pada pendidikan formal

dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap

peserta didik yang memprihatinkan. Kondisi

pembelajaran ini yang masih bersifat

konvensional dan tidak menyentuh

perkembangan peserta didik itu sendiri yaitu

bagaimana sebenarnya belajar itu (belajar

untuk belajar) Perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi dunia sekarang ini

menuntut adanya peningkatan kemampuan

dalam berbagai bidang, salah satunya bidang

sains. Sains merupakan dasar tehnologi yang

harus dipelajari dan harus dikembangkan untuk

memecahkan masalah-masalah dalam

kehidupan nyata.

Menurut KTSP; (2006) bahwa setiap

siswa diharapkan mengalami ketuntasan

belajar yang tidak hanya berpatokan pada guru

sebagai fasilitator, akan tetapi justru siswa

belajar sendiri yang sangat menentukan

peranannya untuk memperoleh hasil belajar

yang diperoleh siswa. Hal ini tergambar dalam

(KTSP) tentang tujuan mata pelajaran IPA SD

sebagai berikut : 1) memahami konsep-konsep

IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan

sehari-hari; 2) memiliki keterampilan proses

untuk mengembangkan pengetahuan, gagasan,

tentang alam sekitar; 3) mempunyai minat

untuk mengenal dan mempelajari Gerak benda

serta kejadian di lingkungan sekitar; 4)

Bersikap ingin tahu, tekun, terbuka, kritis,

mawas diri, bertanggung jawab, bekerja sama

Page 2: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

2 | Jurnal Karya Pendidikan, Volume I, Nomor 2, Maret 2015, hal 1 – 7

dan mandiri; 5) memiliki sikap dalam

memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-

hari; 6) mampu menggunakan teknologi

sederhana yang berguna untuk memecahkan

suatu masalah yang ditemukan dalam

kehidupan sehari-hari; 7) mengenal dan

memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar,

sehingga mempunyai kesadaran dan

keagungan terhadap Tuhan Yang Maha Esa

(KTSP,2006:hal 23)

Dalam arti yang lebih luas bahwa

pembelajaran hingga dewasa ini masih

didominasi guru dan tidak memberikan akses

bagi anak didik untuk berkembang secara

mandiri melalui penemuan dan proses berpikir.

Secara umum tujuan penelitian adalah untuk

menerapkan pembelajaran dengan mengguna-

kan metode inkuiri pada konsep pembelajaran

IPA. Penggunaan metode inkuiri dimaksudkan

disamping untuk menggembangkan kemampu-

an siswa dalam belajar juga menuntut guru

untuk lebih kreatif dan inovatif dalam

melaksanakan pembelajaran IPA di SD

sehingga siswa lebih terdorong untuk lebih

kreatif dalam belajar, yang pada akhirnya

siswa memperoleh hasil belajar yang optimal.

Siswa tidak hanya sekedar menguasai konsep

secara teori akan tetapi berkemampuan

menerapakannya dalam kehidupan sehari-hari.

Pada kenyataannya harapan ini tidak

terlaksana dengan baik, dikarenakan beberapa

faktor penyebab di antaranya guru masih

cenderung mengajar yang konvensional kurang

melibatkan siswa secara aktif dalam

pembelajaran. Siswa pasif dalam belajar,

timbul kejenuhan dan tidak menyenangi

belajar yang terbukti saat berlangsung

pembelajaran perhatian tidak terfokus terhadap

materi yang disampaikan oleh guru. Oleh

karena itu perlu upaya bagi guru agar aktivitas

siswa dapat di tingkatkan melalui penerapan

metode inkuiri dalam pembelajaran IPA di SD,

atas data inilah membuat peneliti terpanggil

ikut berperan serta meningkatkan kualitas

pembelajaran di SD dengan melakukan

penelitian dengan judul, Penerapan metode

inkuiri untuk meningkatkan aktivitas siswa

dalam pembelajaran IPA dikelas III SDN

Kauman I. Namun yang menjadi masalah

khusus dalam penelitian ini adalah : 1)

bagaimana menerapkan metode inkuiri dapat

meningkatkan aktifitas fisik siswa dalam

pembelajaran IPA di kelas III 2) bagaimana

menerapkan metode inkuiri agar dapat

meningkatkan aktivitas mental siswa dalam

pembelajaran IPA di kelas III? 3) Bagaimana

menerapkan metode inkuiri agar dapat

meningkatkan aktivitas emosional siswa dalam

pembelajaran IPA di kelas III SDN Kauman I?

Penelitian ini bertujuan : 1) memperoleh

data yang akurat tentang penerapan metode

inkuiri untuk meningkatkan aktivitas fisik bagi

siswa dalam pembelajaran IPA di kelas III,

2) memperoleh data yang akurat tentang

penerapan metode inkuiri untuk meningkatkan

aktivitas mental bagi siswa dalam pem-

belajaran IPA di kelas III, 3) memperoleh data

yang akurat tentang penerapaan metode inkuiri

untuk meningkatan aktivitas emosional bagi

siswa dalam pembelajaran IPA di kelas III.

Metode inkuiri merupakan bagian inti

dari kegiatan pembelajaran berbasis

kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan

yang diperoleh siswa di harapkan bukan hasil

mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil

dari menemukan sendiri. Metode inkuiri

merupakan metode pembelajaran yang

berupaya menanamkan dasar-dasar berpikir

ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses

pembelajaran siswa lebih banyak belajar

sendiri, mengembangkan kreativitas dalam

memecahkan masalah siswa benar-benar

ditempatkan sebagai subjek yang belajar.

Peranan guru dalam pembelajaran dengan

metode inkuiri adalah sebagai pembimbing

atau fasilitator. Secara operasional langkah-

langkah metode inkuiri itu ialah sebagai

berikut: 1) Mengajukan pertanyaan, 2)

Merumuskan hipotesis, 3) Mengumpulkan

data, 4) Analisis data, 5) Membuat kesimpulan.

Dilihat dari teori-teori menurut ahli

bahwa dalam perbaikan adalah sebagaimana

yang diungkapkan oleh langkah-langkah

Page 3: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

Darwati, Peningkatan aktivitas belajar siswa Pada pembelajaran IPA Melalui penerapan metode inkuiri | 3

kegiatan inkuiri dalam Trianto (2007): Secara

operasional langkah-langkah metode inkuiri

itu ialah sebagai berikut : 1) mengajukan

pertanyaan, 2) merumuskan hipotesa, 3)

mengumpulkan data 4) analisis data 5)

membuat kesimpulan. Dalam aplikasinya

metode tersebut memiliki kelebihan dan

kekurangan sebagaimana metode-metode

lainnya.

Pelaksanana metode pembelajaran

inkuiri mempunyai kelebihan dan kekurangan,

diantaranya, kelebihan dari Metode

Pembelajaran Inkuiri ; 1) pembelajaran

menjadi lebih hidup serta dapat menjadikan

siswa aktif, 2) dapat membentuk dan

mengembangkan konsep dasar kepada siswa,

3) membantu dalam menggunakan ingatan dan

transfer pada situasi proses belajar yang baru,

4) Dapat memberikan waktu kepada siswa

secukupnya sehingga mereka dapat

mengasimilasi dan mengakomodasi informasi,

5) mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja

atas inisiatifnya sendiri, bersifat jujur, obyektif,

dan terbuka, 6) menghindarkan diri dari cara

belajar tradisional, yaitu guru yang menguasai

kelas, 7) memungkinkan siswa belajar dengan

memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar,

8) dapat melatih siswa untuk belajar sendiri

dengan positif sehingga dapat mengembangkan

pendidikan demokrasi, 9) dalam diskusi

inkuiri, guru dapat mengetahui kedalaman

pengetahuan dan pemahaman siswa mengenai

konsep yang sedang dibahas.

Sedangkan kelemahan dari metode

pembelajaran Inkuiri; 1) pembelajaran dengan

inkuiri memerlukan kecerdasan siswa yang

tinggi, bila siswa kurang cerdas hasil

pembelajarannya kurang efektif, 2)

memerlukan perubahan kebiasaan cara belajar

siswa yang menerima informasi dari guru apa

adanya, 3) guru dituntut mengubah kebiasaan

mengajar yang umumnya sebagai pemberi

informasi menjadi fasilitator, motivator, dan

pembimbing siswa dalam belajar, 4) karena

dilakukan secara kelompok maka

kemungkinan ada anggota yang kurang aktif,

5) Pembelajaran inkuiri kurang cocok pada

anak yang usianya terlalu muda, misalkan SD,

6) Cara belajar siswa dalam metode ini

menuntut bimbingan guru yang lebih baik, 7)

untuk kelas dengan jumlah siswa yang banyak,

akan sangat merepotkan guru, 8) mem-

butuhkan waktu yang lama dan hasilnya

kurang efektif jika pembelajaran ini diterapkan

pada situasi kelas yang kurang mendukung, 9)

pembelajaran akan kurang efektif jika guru

tidak menguasai kelas. http://ard-cerdasnet.

blogspot.com (7 Januari 2013)

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan pada penelitian

ini adalah metode deskriptif. Menurut Nawawi

(2007:67) bahwa “metode deskriptif adalah

prosedur pemecahan masalah yang sedang

diselidiki dengan menggambarkan atau

melukiskan keadaan subjek atau objek

penelitian pada saat sekarang berdasarkan

fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana

mestinya.”

Bentuk penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas

(Classroom Action Research) Menurut Susilo

(2010:16) menyatakan bahwa penelitian

tindakan kelas (PTK) adalah penelitian yang

dilakukan oleh guru di kelas atau di sekolah

tempat mengajar, dengan penekanan pada

penyempurnaan atau peningkatan praktik dan

proses dalam pembelajaran. Penelitian yang

dilakukan peneliti ini bersifat kolaboratif.

Penelitian kolaboratif adalah suatu penelitian

yang ditunjukan untuk mendeskripsikan dan

menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas

sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, dan

pemikiran orang secara individual maupun

kelompok, berguna untuk menemukan prinsip-

prinsip dan penjelasan yang mengarah pada

penyimpulan.

Penelitian ini dilaksanakan di SDN

Kauman I semester 1 tahun ajaran 2014/2015

pada mata pelajaran IPA di dalam kelas.

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III

siswa, guru sebagai peneliti, dan teman sejawat

sebagai kolaborator. Aspek yang ingin

ditingkatkan pada penelitian ini adalah

Page 4: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

4 | Jurnal Karya Pendidikan, Volume I, Nomor 2, Maret 2015, hal 1 – 7

aktivitas belajar, maka diperlukan indikator

untuk mengukur keberhasilan aspek yang

ditingkatkan tersebut pada landasan teori sudah

dijelaskan bahwa secara umum aktivitas

belajar terbagi menjadi 3 jenis, yaitu aktivitas

fisik, mental dan emosional. Aktivitas fisiknya

tergambar dalam indikator pembelajaran Ilmu

Pengetahuan Alam meliputi: a) Aktivitas

mengumpulkan data berdasarkan tabel. b)

Aktivitas mencatat tentang materi yang

dipelajari. c) aktivitas membuat laporan.

Aktifitas mental tergambar dalam indikator

pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

meliputi: a) mengajukan pertanyaan, b)

aktivitas menjawab pertanyaan, c) aktivitas

menanggapikan masalah, d) Aktivitivitas

memecahkan masalah, dan aktivitas emosional

tergambar dalam indikator pembelajaran Ilmu

Pengetahuan Alam meliputi: a) Bersikap

senang terhadap pelajaran, b) berani

mengemukakan pendapat, c) bersikap tidak

senang dalam pembelajaran, d) bersemangat

dalam mengerjakan soal

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan

data yang digunakan adalah Teknik observasi

langsung, yakni cara pengumpulan data yang

dilakukan oleh peneliti pada saat kegiatan

pembelajaran sedang berlangsung.

Berdasarkan teknik pengumpulan data yang

digunakan maka alat pengumpul data dalam

penelitian ini adalah lembar observasi. Lembar

observasi adalah pencatatan data yang

dilakukan oleh peneliti terhadap jenis gejala

yang akan diamati. Susilo (2010:19)

menyatakan “ada empat langkah utama dalam

penelitian tindakan kelas yaitu perencanaan

(planning), tindakan (acting), observasi

(observing), dan refleksi (reflecting)”. Analisis

data dilakukan dengan menghitung persentase

aktivitas belajar siswa baik aktivitas fisik,

mental, maupun emosional. Dari data tersebut

kemudian ditarik kesimpulan apakah tindakan

yang dilaksanakan berhasil atau tidak. Untuk

mencari pensentase tersebut maka digunakan

rumus persentase menurut Sudijono (2008:43)

Berdasarkan pada fokus penelitian yang

ada, maka jenis data yang dikumpulkan yaitu

data kemampuan guru menerapakan metode

inkuiri agar dapat meningkatkan aktivitas fisik

siswa, data kemampuan guru menerapkan

metode inkuiri agar dapat meningkatkan

aktivitas mental siswa, data kemampuan guru

menerapakan metode inkuiri agar dapat

meningkatkan aktivitas emosional siswa. Oleh

karena itu di perlukan teknik pengumpulan

data yang tepat agar diperoleh data yang

relevan dengan masalah yang teliti. Dalam

usaha pengumpulan data, peneliti

menggunakan beberapa tehnik antara lain

tehnik observasi langsung, teknik tersebut

diatas adalah karena penelitian ini

menggunakan bentuk teknik deskriptif dengan

pendekatan kualitatif yang memaparkan apa

adanya sesuai dengan apa yang ada di

lapangan ketika penelitian ini berlangsung,

teknik tersebut antara lain Observasi langsung

adalah melihat dan melakukan pengamatan

serta mmencatat mengenai prilaku atau suatu

kejadian yang ada di lapangan dimana suatu

peristiwa itu terjadi. Tehnik dokumentasi

digunakan untuk mengumpulkan data dari

sumber non insani, sumber ini terdiri dari

dokumen dan rekaman mengartikan rekaman

sebagai setiap tulisan atau pertanyaan yang

dipersiapkan untuk individual dan organisasi

dengan tujuan membuktikan adanya suatu

peristiwa AQ atau memenuhi accounting.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Deskripsi hasil Penelitian Tindakan

Kelas yang berjudul “Peningkatan aktivitas

belajar siswa pada pembelajaran IPA melalui

penerapan metode inkuiri” diuraikan dalam

tahapan siklus-siklus pembelajaran yang telah

dirancang oleh peneliti dengan subyek

penelitian siswa kelas III yang berjumlah 27

orang dengan 2 siklus penelitian.

Penelitian ini dilakukan oleh peneliti

sendiri sebagai guru kelas III dalam

menerapkan Metode Inkuiri. Penelitian ini

dilaksanakan sebanyak dua siklus yaitu Sabtu,

11 Oktober 2014 dan Sabtu, 18 Oktober 2014.

Setiap siklus dilaksanakan satu kali pertemuan

Page 5: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

Darwati, Peningkatan aktivitas belajar siswa Pada pembelajaran IPA Melalui penerapan metode inkuiri | 5

dengan materi menyesuaikan pada kondisi

pembelajaran. Data yang diperoleh dalam

Penelitian Tindakan Kelas ini adalah data

tentang aktivitas belajar siswa yang terdiri dari

aspek siswa yang aktif secara fisik, siswa yang

aktif secara mental, dan siswa yang aktif secara

emosional. Semua aspek tersebut terdapat

dalam indikator kinerja aktivitas belajar yang

diperoleh dari observasi awal, siklus I, dan

siklus II.

Data-data yang diperoleh kemudian

dianalisis menggunakan perhitungan

persentase. Sebelum melakukan siklus I,

peneliti terlebih dahulu menentukan waktu

pengamatan awal. Pada hari Sabtu, 4 Setember

2014 dilakukan pengamatan awal untuk

memperoleh base line guna mempermudah

melihat hasil penelitian yang tertuju pada

peningkatan aktivitas belajar siswa pada

pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Dari

pengamatan awal tersebut diperoleh data

bahwa rata-rata persentase aktivitas fisik siswa

adalah 28%, rata-rata persentase aktivitas

mental siswa adalah 24% sedangkan rata-rata

persentase aktivitas emosional siswa adalah

31,25%.

Setelah mengadakan pengamatan awal

kemudian dilaksanakan penelitian siklus 1.

Siklus I, peneliti melakukan 1) Perencanaan:

yang terdiri dari (a) Melakukan pertemuan

bersama teman kolaborator, (b) Memilih

materi pelajaran serta menyusun RPP, (c)

Menyiapkan materi dan bahan diskusi, (d)

Menyiapkan media pembelajaran yang

digunakan, (e) Menyiapkan media pembelajar-

an yang digunakan. 2) Pelaksanaan:

Pelaksanaan dan penerapan tindakan dengan

menggunakan Metode Inkuiri pada

Pembelajaran IPA Kelas III dilaksanakan pada

hari Sabtu, 11 Oktober 2014 selama 70 menit

yaitu jam pelajaran 1 dan 2 pada pukul 07.00 –

8.10 WIB, kegiatan pembelajaran diawali

dengan apersepsi yaitu mengingat

pembelajaran yang sebelumnya dilanjutkan

dengan pemberian informasi tentang tujuan

pembelajaran. 3) Observasi: Pengamatan

terhadap aktivitas siswa dilaksanakan oleh

teman sejawat Siti Muklishoten sekaligus

sebagai teman kolaborator menggunakan

lembar observasi yang telah disiapkan oleh

peneliti dengan hasil: (a) Pada indikator

aktivitas fisik, hasil penelitian yang telah

diperoleh sudah tercapai, yaitu dari rata-rata

persentase base line dari 28% meningkat

menjadi 59% pada siklus I. (b) Pada indikator

aktivitas mental, hasil penelitian yang telah

diperoleh tercapai, yaitu dari base line 24%

menjadi 54% pada siklus I. (c) Pada Indikator

aktivitas emosional, hasil penelitian yang

diperoleh telah tercapai, yaitu dari base line

31,25% menjadi 60% pada siklus I. 4) Refleksi:

Refleksi dilakukan setelah melakukan tindakan

pada siklus I. Dari data yang telah diperoleh

selama observasi siklus I Sabtu, 11 Oktober

2014 saat pembelajaran telah berakhir pada

pembelajaran IPA di kelas III, diadakan

kesepakatan antara peneliti, teman kolaborator

sekaligus observer untuk menilai kelebihan

dan kekurangan dari tindakan yang telah

dilakukan pada siklus I.

Siklus II, 1) Perencanaan: Melakukan

pertemuan bersama teman kolaborator, 2)

Pelaksanaan: Pelaksanaan dan penerapan

tindakan dengan menggunakan Metode Inkuiri

pada Pembelajaran IPA Kelas III dilaksanakan

pada hari Sabtu, 18 Oktober 2014 selama 70

menit yaitu jam pelajaran 1 dan 2 pada pukul

07.00 – 08.10 WIB. 3) Observasi: Pengamatan

terhadap aktivitas siswa dan langkah-langkah

pembelajaran dilaksanakan oleh Kusno S.Pd

dengan menggunakan lembar observasi yang

telah disiapkan oleh peneliti dengan hasil; (a)

Pada indikator aktivitas fisik, hasil penelitian

yang telah diperoleh meningkat, yaitu dari

rata-rata persentase siklus 1 dari 59%

meningkat menjadi 84% pada siklus 2. (b)

pada indikator aktivitas mental, hasil penelitian

yang telah diperoleh meningkat, yaitu dari

rata-rata persentase siklus 1 dari 54%

meningkat menjadi 76% pada siklus 2. (c) pada

Indikator aktivitas emosional, hasil penelitian

yang diperoleh telah tercapai, yaitu dari siklus

I 60% menjadi 87,75% pada siklus II. (4)

Refleksi: refleksi dilakukan setelah melakukan

Page 6: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

6 | Jurnal Karya Pendidikan, Volume I, Nomor 2, Maret 2015, hal 1 – 7

tindakan pada siklus 2. Dari data yang telah

diperoleh selama observasi siklus 2 Sabtu, 18

Oktober 2014 saat pembelajaran telah berakhir

pada pembelajaran IPA di kelas III, diadakan

kesepakatan antara peneliti, teman kolaborator

sekaligus observer untuk menilai kelebihan

dan kekurangan dari tindakan yang telah

dilakukan pada siklus II. (5) Tindak lanjut:

setelah melakukan siklus ke-2 ternyata terjadi

peningkatan yang signifikan, walaupun

peningkatannya tidak keseluruhan (100%)

tetapi sudah dianggap sampai titik jenuh, yaitu

tidak terjadi peningkatan lagi. Sehingga

penelitian dilakukan hanya sampai pada siklus

ke-2.

Data di atas tergambar pada Rekapitulasi

hasil dari penelitian yang dilakukan pada siklus

I dan II seperti yang terungkap dibawah ini :

Rekapitulasi hasil temuan siklus I dan siklus II

No Indikator Kerja Observasi

Awal

Rata-rata

Siklus I

Rata-rata

Siklus II

1 Aktifitas Fisik 28% 59% 84%

2 Aktifitas Mental 24% 54% 76%

3 Aktifitas

Emosional 31,25% 60% 87,75%

Jumlah 83,25% 173,00% 247,75%

Rata-rata 27,75% 57,67% 82,58%

Pembahasan

1) Aktivitas Fisik, Aktivitas fisik

dijabarkan menjadi 3 yaitu aktivitas

mengumpulkan data berdasarkan tabel,

aktivitas mencatat materi pelajaran, aktivitas

membuat laporan. Berdasarkan hasil

pengamatan yang telah dilakukan terdapat

peningkatan yang besar 59% pada siklus I,

pada siklus II meningkat menjadi 84%. 2)

Aktivitas Mental, Aktivitas mental dijabarkan

menjadi 4 indikator kinerja berupa aktivitas

mengajukan pertanyaan, aktivitas menjawab

pertanyaan, aktivitas menanggapi jawaban,

aktivitas memecahkan masalah. Berdasarkan

hasil pengamatan yang telah dilakukan

terdapat peningkatan yang besar 54% pada

siklus I, pada siklus II meningkat menjadi

76%, 3) Aktivitas Emosional, Aktivitas

emosional dijabarkan menjadi 4 indikator

kinerja berupa. bersikap senang terhadap

pembelajaran, berani mengemukakan

pendapat, bersikap tidak senang dalam

pembelajaran, bersemangat dalam

mengerjakan soal. Berdasarkan hasil

pengamatan yang telah dilakukan terdapat

peningkatan yang besar 60% pada siklus I,

pada siklus II meningkat menjadi 87,75%

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang

diperoleh melalui penelitian Penerapan metode

inkuiri Belajar untuk meningkatkan aktivitas

siswa dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan

Alam Kelas III Sekolah Dasar Negeri Kauman

I dapat disimpulkan beberapa hal sebagai

berikut. 1) Aktivitas Fisik, Berdasarkan hasil

pengamatan yang telah dilakukan terdapat

peningkatan yang besar yaitu Rata-Rata

aktivitas fisik pada siklus I sebesar 59%

meningkat menjadi 84% pada siklus II,

sehingga mengalami kenaikan selisih sebesar

25%. 2) Aktivitas Mental, Berdasarkan hasil

pengamatan yang telah dilakukan terdapat

peningkatan yang besar yaitu Rata-Rata

aktivitas mental pada siklus I sebesar 54%

meningkat menjadi 76% pada siklus II

sehingga mengalami kenaikan , selisih sebasar

22%. 3)Aktivitas Emosional, Berdasarkan hasil

pengamatan yang telah dilakukan terdapat

peningkatan yang besar yaitu Rata-Rata

aktivitas emosional pada siklus I sebesar

60%meningkat menjadi 87,75% pada siklus II,

sehingga mengalami kenaikan, selisih sebesar

27,75% .

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan

kesimpulan dalam penelitian ini dapat

disarankan hal-hal sebagai berikut: (1) Proses

pembelajaran yang dirancang guru harus dapat

melibatkan siswa secara aktif, bukan hanya

secara fisik tetapi juga secara mental dan

emosional. (2) Rendahnya aktivitas siswa

dapat berdampak terhadap hasil belajar siswa.

Sehingga guru tidak selalu menyalahkan siswa

yang tidak aktif atau malas-malasan ketika

Page 7: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

Darwati, Peningkatan aktivitas belajar siswa Pada pembelajaran IPA Melalui penerapan metode inkuiri | 7

yang tidak aktif atau malas-malasan ketika

proses pembelajaran berlangsung tetapi guru

harus menilai kinerjanya sendiri terlebih

dahulu. (3) Aktivitas belajar siswa sangat

diperlukan dalam proses pembelajaran Ilmu

Pengetahuan Alam. Oleh karena itu,

hendaknya guru dapat mengaktifkan siswa

dengan menggunakan metode yang bervariasi

dalam proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan

Alam terutama pembelajaran dengan

Pendekatan Inkuiri agar pembelajaran lebih

bermakna dan meningkatkan aktivitas belajar.

DAFTAR RUJUKAN

Depdiknas.(2006) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD/MI. Jakarta: Depdiknas.

Hadari Nawawi. (2007) Metode Penelitian Bidang Sosial. Yoyakarta : Gadjah Mada University

Press

Sudijono, Anas. (2008) Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rasa Grafindo Persada.

Susilo. (2010) Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Pustaka.

Trianto.(2007) Metode pembelajaran inovatif Berorientasi Kontruksivitis. Jakarta:Prestasi pustaka.

Ardi Djaja. 7 Januari 2013. Kelebihan dan Kelemahan dari Metode Pembelajaran Inkuiri

(Online).(http://ard-cerdasnet. blogspot.com.) Diakses 20 Nopember 2014

Page 8: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

8

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA

MELALUI MODEL GROUP INVESTIGATION

Asmaul Kusnah

Guru SD Negeri Kauman II

Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro

Email : [email protected]

Abstrak : Berdasarkan hasil observasi proses dan hasil pembelajaran Bahasa Indonesia indikator

Menyimpulkan isi bacaan, pada kelas V SD Negeri Kauman II diketahui bahwa dari 10 siswa, 6 siswa

(60%) masih mengalami kesulitan menemukan isi cerita anak dengan rata-rata nilai kelas 57,60 dan

tingkat aktifitas siswa hanya 50%. Untuk itu perlu dilakukan perbaikan dalam pembelajaran. Salah satu

usaha adalah mengadakan penelitian tentang penggunaan model group investigation. Tujuan penelitian

ini adalah mendeskrisikan Penerapan model group investigation pada pelajaran Bahasa Indonesia

indikator Menyimpulkan isi bacaan peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya

pembelajaran group investigation. Pendekatan yang digunankan adalah pendekatan kualitatif dengan

jenis penelitian tindakan kelas (PTK) Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V yang berjumlah 10

siswa. Dari hasil pengamatan proses pembelajaran keaktifan siswa meningkat menjadi 65% pada siklus

I dan 80% pada siklus II. Sedangkan dari hasil analisis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa

mengalami peningkatan pada siklus I (69,30%), siklus II (77,90%) Kesimpulan dari penelitian ini

adalah metode group investigation dapat berpengaruh positif terhadap motivasi belajar Siswa.

Kata Kunci : metode group investigation, bahasa Indonesia, hasil belajar

Pendidikan merupakan suatu upaya

dalam mempersiapkan sumber daya manusia

yang memiliki keahlian dan keterampilan

sesuai tuntutan pembangunan bangsa, dimana

kualitas suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh

faktor pendidikan. Perwujudan masyarakat

berkualitas tersebut menjadi tanggungjawab

pendidikan, terutama dalam menyiapkan

peserta didik menjadi subyek yang makin

berperan menampilkan keunggulan dirinya

yang tangguh, kretif, mandiri, dan professional

pada bidang masing-masing. Maka upaya

peningkatan kualitas pendidikan dapat tercapai

secara optimal, dengan pengembangan dan

perbaikan terhadap komponen pendidikan

perlu dilakukan untuk meningkatkan mutu

pendidikan nasional.

Dalam meningkatkan mutu pendidikan,

yang menjadi tantangan guru adalah

bagaimana membuka wawasan berfikir yang

beragam dari seluruh siswa, sehingga mereka

dapat mempelajari berbagai konsep dan

mengaitkannya dengan kehidupan nyata. untuk

itu hendaknya memiliki guru memiliki

wawasan yang luas, kritis ,kreatif dan inovatif

dalam proses pembelajarannya. Sementara

proses pembelajaran di kelas saat ini masih

berfokus pada guru sebagai sumber utama

pengetahuan, kemudian metode pembelajaran

ceramah menjadi pilihan utama dalam proses

pembelajarannya, sehingga seringkali proses

belajar dan prestasi belajar yang diraih tidak

sesuai dengan yang diharapkan. Maka

diperlukan sebuah strategi belajar yang lebih

memberdayakan potensi yang dimiliki siswa

atau metode pembelajaran yang melibatkan

siswa aktif, sehingga dapat mengubah proses

pembelajaran yang bersifat berpusat pada guru

(teacher centered) menjadi berpusat pada

siswa (student centered) yang memberikan

dampak positif pada potensi dan kompetensi

siswa.

Hingga saat ini dalam pelaksaanan

pembelajaran bahasa Indonesia indikator

Menyimpulkan isi bacaan, kebanyakan siswa

masih kesulitan dalam menerima pelajaran.

Hal ini disebabkan karena cara guru mengajar

masih seperti biasa yang menjadi rutinitas

kebiasaan pada umumnya. Guru memberikan

tugas membaca cerita anak kemudian diberi

Page 9: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

Asmaul Kusnah, Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Melalui Model Group Investigation | 9

tugas untuk mengidentifikasi isi cerita yang

telah dibaca. Cara ini akan memperoleh hasil

seperti biasa yaitu bagi anak yang pandai akan

dengan mudah menemukan isi cerita dan bagi

anak yang kurang pandai akan kesulitan

menemukannya. Tidak ada perubahan

perkembangan siswa dari tahun ketahun, yang

disebabkan karena suasana kurang tertarik

dengan cara yang digunakan guru.

Berdasarkan observasi awal pada proses

pembelajaran “Menyimpulkan isi bacaan”

didapati : 1) pada saat guru menjelaskan materi

siswa banyak yang diam, dan ketika ditanya

“apakah ada yang ditanyakan, semua juga

terdiam. 2) pada saat siswa mengerjakan tugas

Menyimpulkan isi bacaan, siswa saling

bertanya jawabannya. Hal tersebut lebih

disebabkan karena siswa belum memahami

petunjuk yang diberikan guru, dan juga karena

soalnya sama, mereka cenderung saling

bertanya. Setelah tugas dikumpulkan, hasil

menunjukkan 70 % siswa belum mampu

menemukan isi cerita anak yang benar.

Berdasarkan kondisi tersebut maka

diperlukan variasi dan kreatifitas dalam

metode pembelajaran. Salah satunya adalah

dengan menerapkan metode pembelajaran

kooperatif model Group Investigation yang

dalam penerapannya akan tercipta suasana

belajar siswa aktif yang saling komunikasi,

saling mendengar, saling berbagi, saling

memberi dan menerima. Keadaan ini selain

dapat meningkatkan motivasi siswa untuk

aktif dalam proses pembelajaran, sehingga

dapat meningkatkan hasil belajar siswa

khususnya pada mata pelajaran bahasa

Indonesia indikator Menyimpulkan isi bacaan.

Pembelajaran kooperatif. Menurut

Sanjaya (2006:106) “cooperative learning

adalah suatu kelompok kecil siswa yang

bekerja sebagai sebuah tim untuk

menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan

suatu tugas atau mengerjakan sesuatu untuk

mencapai tujuan”. Maka dalam pembelajaran

kooperatif siswa dipandang ikut terlibat aktif

membentuk konsep, prinsip, ataupun teori

yang dipelajarinya. Mereka tidak menerima

secara mentah semua konsep, prinsip, dan teori

yang disajikan kepadanya, melainkan

mengolahnya secara aktif, menyesuaikan

dengan skema pengetahuan yang sudah

dimiliki dalam struktur kognitifnya, dan

menambah atau menolak.

Pembelajaran kooperatif (cooperative

learnig) merupakan bentuk pembelajaran

dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam

kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif

yang anggotanya terdiri dari empat samapai

enam dengan struktur kelompok yang bersifat

heterogen. Rusman (2011: 202). Model group

investigation ini menuntut para siswa untuk

memiliki kemampuan yang baik dalam

berkomunikasi maupun dalam keterampilan

proses kelompok (group process skills)

Sehingga model ini sering dipandang sebagai

model yang paling kompleks dan paling sulit

untuk dilaksanakan dalam pembelajaran

kooperatif.

Pemilihan model group investigation

sebagai fokus penelitian ini, disebabkan model

group investigation memiliki potensi lebih dari

pada pembelajaran dengan menggunakan

metode konvensional dalam meningkatkan

prestasi belajar siswa melalui sistem gotong

royong saling membantu. Hal ini yang

mendorong peneliti untuk memilih

pembelajaran kooperatif sebagai objek

penelitian.

Tujuan penelitian ini adalah bagamana

mendeskrisikan Penerapan model group

investigation pada pelajaran Bahasa Indonesia

indikator Menyimpulkan isi bacaan

peningkatan prestasi belajar siswa setelah

diterapkannya pembelajaran group

investigation. Penelitian ini diharapkan dapat

memberikan manfaat kepada peneliti (guru)

yaitu memberikan pengalaman dalam

menerapkan suatu model pembelajaran. Bagi

siswa dapat memberikan suasana baru dari

pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi

pembelajaran yang berpusat pada siswa dengan

model group investigation

Page 10: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

10 | Jurnal Karya Pendidikan, Volume I, Nomor 2, Maret 2015, hal 8 – 14

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian

tindakan (action research), karena penelitian

dilakukan untuk memecahkan masalah

pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga

termasuk penelitian deskriptif kualitatif, sebab

menggambarkan bagaimana suatu teknik

pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil

yang diinginkan dapat dicapai. Adapun

masalah yang dijumpai di kelas yaitu masih

rendahnya hasil belajar siswa khususnya mata

pelajaran Bahasa Indonesia indikator

menyimpulkan isi bacaan. Untuk itu perlu

dicarikan pemecahan dengan memperbaiki

proses pembelajaran melalui penerapan

pembelajaran model group investigation.

Menurut Suharsimi (Arikunto, 2009:3)

“penelitian tindakan kelas merupakan suatu

pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa

sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan

dan terjadi dalam sebuah kelas secara

bersama”. Mc Niff (Arikunto, 2009:102)

“memandang penelitian tindakan kelas sebagai

bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh

pendidik sendiri terhadap kurikulum,

pengembangan sekolah, meningkatkan prestasi

belajar, pengembangan keahlian mengajar dan

sebagainya.”Ebbut (Wiriaatmadja, 2005:12)

mengemukakan bahwa “penelitian tindakan

kelas adalah kajian sistematik dari upaya

perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh

sekelompok guru dengan melakukan tindakan-

tindakan dalam pembelajaran.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas,

dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan

kelas adalah suatu penelitian yang dilakukan

oleh guru atau peneliti dalam upaya melakukan

perbaikan proses pembelajaran dengan melihat

dasar permasalahan yang terdapat di dalam

kelas kemudian guru atau peneliti

mengumpulkan data dan mencari solusi untuk

memecahakan masalah yang dihadapinya.

Prosedur yang digunakan dalam

penelitian ini adalah model siklus. Setiap

siklus tidak hanya berlangsung satu kali,

melainkan beberapa kali sampai tercapainya

tujuan yang diinginkan. Pada tahap-tahap

dalam siklus dilaksanakan peneliti dan guru

sudah melibatkan diri secara aktif dan intensif

dalam rangkaian penelitian. Model siklus yang

digunakan dalam penelitian ini berbentuk

spiral yang seperti dikembangkan Hopkins

(Arikunto, 2009:105) yang meliputi: “tahap

perencanaan, tahap pelaksanaan, observasi dan

refleksi.” Kemudian pada siklus berikutnya

kegiatan peneliti pada dasarnya sama, tetapi

adanya modifikasi dan koreksi pada setiap

tahapnya.

Subyek penelitian adalah siswa kelas V

SDN Kauman II, dengan jumlah siswa

sebanyak 10 siswa yang terdiri dari 6 siswa

laki-laki dan 4 siswa perempuan. Agar

memudahkan penelitian, peneliti bekerja

secara kolaboratif yaitu bekerja sama dengan

guru kelas IV sebagai observer.

Dalam penelitian ini, pengumpulan data

dilakukan dengan menggunakan metode

observasi, wawancara, dokumentasi dan tes.

Data yang dikumpulkan adalah data aktivitas

dan hasil belajar. Untuk mengumpulkan data

aktivitas belajar siswa digunakan instrumen

berupa lembar observasi sedangkan untuk

mengumpulkan data hasil belajar siswa

digunakan instrumen pengumpulan data

berupa soal soal uraian yaitu menyimpulkan isi

bacaan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Beberapa hal yang direncanakan dalam

siklus I adalah: 1) mensosialisasikan pem-

belajaran Bahasa Indonesia dengan menerap-

kan model group investigation kepada guru

sebagai observer, 2) menyiapkan rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP) sesuai

dengan silabus. RPP ini menerapkan model

group investigation untuk membantu siswa

memecahkan masalah pada saat belajar, 3)

mempersiapkan media pembelajaran dan

lembar kerja siswa (LKS), 4) menyiapkan

instrumen pengumpulan data yang terdiri dari

lembar observasi untuk memperoleh data

Page 11: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

Asmaul Kusnah, Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Melalui Model Group Investigation | 11

tentang aktivitas belajar dan tes uraian untuk

memperoleh data tentang hasil belajar Bahasa

Indonesia pada siklus I, 5) menyiapkan kunci

jawaban dari tes yang digunakan.Siklus I

dibagi menjadi tiga kali pertemuan yaitu dua

kali pertemuan membahas tentang materi

dengan menerapkan model group investigation

dan satu kali pertemuan untuk melaksanakan

tes agar mengetahui kemampuan siswa pada

akhir siklus. Waktu penelitian yang digunakan

pada setiap kali pertemuan adalah 2 x 35

menit. Dalam penelitian ini, peneliti berperan

sebagai guru yang menerapkan model group

investigation. Dalam pengambilan data,

peneliti dibantu oleh seorang guru kelas VI

atas nama Nyono, S.Pd. untuk mengamati

aktivitas belajar siswa dengan menggunakan

lembar observasi.

Data aktivitas belajar siswa diobservasi

oleh guru mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Dalam hal ini, guru kelas VI membantu

peneliti untuk mengumpulkan data aktivitas

dengan menggunakan lembar observasi.

Adapun hasil analisis aktivitas belajar siswa

pada siklus I didapati 4 siswa berada pada

kategori Aktif, 3 siswa berada pada kategori

Cukup Aktif, dan sisanya 3 siswa berada pada

kategori Kurang Aktif. Jumlah rata-rata skor

pada pertemuan I dan II adalah 65 sedangkan

rata-rata persentase aktivitas 65%. Berdasarkan

data tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

rata-rata skor aktivitas belajar siswa siklus I

sebesar 65 dan berada pada kategori cukup

aktif jika dikonversikan pada Kriteria Skor

Penggolongan Aktivitas Belajar siswa.

Data hasil belajar siswa dikumpukan

dengan metode tes. Peneliti memberikan tes

akhir siklus pada pertemuan ketiga.Tes yang

diberikan berupa 5 soal obyektif tentang

meyimpulkan isi bacaan singkat. Setelah

diadakan tes akhir sebagai evaluasi akhir siklus

I, maka diperoleh rata-rata skor hasil belajar

Bahasa Indonesia pada siklus I adalah 69,30.

Selanjutnya jika dipersentasekan rata-rata skor

hasil belajar siswa secara klasikal adalah

69,30%. Berdasarkan data tersebut, maka dapat

disimpulkan bahwa rata-rata skor hasil belajar

siswa secara klasikal pada siklus I sebesar

69,30 dengan persentase 69,30%. Bila rata-rata

persentase di atas dikonversikan dengan skala

PAP yang digunakan dalam penelitian ini,

maka dapat diketahui bahwa tingkat hasil

belajar Bahasa Indonesia siswa pada siklus I

berada pada kategori sedang.

Nilai KKM yang digunakan untuk

menentukan ketuntasan belajar yang

diberlakukan pada siswa kelas V SDN Kauman

II tahun pelajaran 2014/2015 yaitu sebesar 70.

Dari 10 siswa, hanya 7 siswa telah tuntas, 3

siswa belum dinyatakan tuntas. Maka,

ketuntasan belajar siswa secara klasikal pada

siklus I sebesar 70%. Hal ini menunjukkan

bahwa ketuntasan belajar siswa belum

mencapai 85%.

Refleksi dilaksanakan pada akhir siklus

I, pedoman yang digunakan dalam refleksi ini

adalah hasil observasi dan hasil tes akhir hasil

belajar siswa secara individual. Pada siklus I,

hasil belajar yang diperoleh siswa sudah ada

peningkatan dari refleksi awal sebelum

dilaksanakan tindakan. Berdasarkan hasil

observasi dan evaluasi selama tindakan di

siklus I ditemukan beberapa kendala dan

hambatan yang dapat dijadikan refleksi untuk

diperbaiki pada siklus II. Secara umum

kendala dan hambatan yang muncul dapat

dijabarkan sebagai berikut. 1) siswa belum

terbiasa menyelesaikan masalah mengenai

materi yang diberikan oleh guru dalam

pembelajaran dengan menerapkan model

group investigation, maksudnya disini guru

harus memberikan bimbingan terlebih dahulu

sebelum menyuruh siswa mengerjakan soal

yang diberikan dengan menerapkan model

group investigation agar siswa paham dan

mengerti mengenai materi tersebut, 2) pada

saat diskusi kelompok ada beberapa siswa

yang masih mengerjakan tugasnya sendiri dan

tidak bersedia membantu temannya walaupun

satu kelompok. 3) masih terdapat 30% siswa

yang belum mencapai ketuntasan minimal.

Upaya yang akan dilakukan untuk memper

baiki hal tersebut pada siklus berikutnya adalah

dengan membimbing siswa lebih intensif

Page 12: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

12 | Jurnal Karya Pendidikan, Volume I, Nomor 2, Maret 2015, hal 8 – 14

baiki hal tersebut pada siklus berikutnya adalah

dengan membimbing siswa lebih intensif

dalam penerapan model group investigation

dengan cara, 1) adanya sumber dengan

adanya sumber belajar yang beraneka ragam

maksudnya dalam pembelajaran tidak lagi

mengandalkan buku satu-satunya sumber

belajar. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk

lebih memperkaya pengalaman belajar peserta

didik, 2) Semua hasil kegiatan belajar

mengajar dipajang maksudnya hasil kegiatan

kemudian dipajang di tembok kelas, papan

tulis, dan bahkan ditambah dengan tali plastik

di sana-sini. Pajangan tersebut merupakan hasil

diskusi atau hasil karya siswa, 3) mengubah

anggota kelompok diskusi yang anggotanya

heterogen agar mampu bekerjasama untuk

mengerjakan tugas-tugas yang telah disepakati

bersama dan salah seorang diantaranya

menyampaikan (presentasi) hasil kegiatan

mereka di depan kelas. Hasil kegiatan siswa

itulah yang kemudian dipajang. 4) memberikan

penghargaan kepada kelompok terbaik agar

setiap kelompok berlomba-lomba untuk saling

bekerjasama dan selalu mengembangkan

semaksimal mungkin kreativitasnya. 5)

Adanya antusiasme siswa, dalam

melaksanakan kegiatannya yang beraneka

ragam itu tampaklah antusiasme dan rasa

senang siswa, 6) adanya refleksi pada akhir

pembelajaran semua siswa melakukan kegiatan

dengan apa yang disebut dengan refleksi yakni

menyampaikan kesan dan harapan mereka

terhadap proses pembelajaran yang baru saja

diikutinya. Pada siklus II, pengawasan ketika

siswa mengerjakan tes perlu ditingkatkan lagi

dan diperketat.

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I,

peneliti mempersiapkan hal-hal yang pada

dasarnya sama seperti siklus I. Hanya saja

terdapat beberapa perbaikan dalam pelaksana-

an pembelajaran untuk memperbaiki kekurang-

an yang terjadi pada siklus I. Siklus II dibagi

menjadi tiga kali pertemuan yaitu dua kali

pertemuan membahas tentang materi dengan

menerapkan model group investigation dan

satu kali pertemuan untuk melaksanakan tes

untuk mengetahui kemampuan siswa pada

akhir siklus II.

Waktu penelitian yang digunakan pada

setiap kali pertemuan adalah 2 x 35 menit.

Pada siklus II data aktivitas belajar siswa

dievaluasi oleh guru guru kelas IV yang

membantu peneliti dengan menggunakan

lembar observasi. Jumlah rata-rata skor siklus

II pada pertemuan I dan II sebesar 80.

Berdasarkan jumlah rata-rata skor tersebut,

maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata

persentase aktivitas belajar secara klasikal

pada siklus II sebesar 80% yang tergolong

Aktif. Kemudian dari siklus II didapati jumlah

keseluruhan skor hasil belajar siklus II adalah

77,90 dan jika dinyatakan dalam persentase

mencapai 77,90%. Bila rata-rata persentase di

atas dikonversikan dengan skala PAP, maka

dapat diketahui bahwa tingkat hasil belajar

Bahasa Indonesia pada siklus II berada pada

kategori Tinggi. Nilai KKM yang digunakan

untuk menentukan ketuntasan belajar yaitu

sebesar 70. Dari 10 orang siswa, 9 siswa

dinyatakan tuntas dan 1 siswa tidak tuntas.

Maka, ketuntasan belajar siswa secara klasikal

mencapai 90,00%. Hal ini menunjukkan bahwa

ketuntasan belajar siswa sudah melebihi 85%.

Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah

dilaksanakan di kelas V SDN Kauman II

selama dua siklus menunjukkan terjadi

peningkatan aktivitas dan hasil belajar dengan

menerapkan model group investigation.

Berdasarkan hasil observasi yang telah

dilakukan selama proses pembelajaran

berlangsung dengan menggunakan lembar

observasi yang telah disediakan, diperoleh data

aktivitas belajar siswa yang menunjukkan

terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II.

Rata-rata skor aktivitas belajar siswa

mengalami peningkatan dari 65 pada siklus I

yang terolong kategori cukup aktif, meningkat

menjadi 80 pada siklus II yang tergolong aktif.

Data hasil belajar siswa menunjukkan

terdapat 4 siswa (40%) yang mengalami

Page 13: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

Asmaul Kusnah, Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Melalui Model Group Investigation | 13

ketuntasan belajar dalam mengikuti pelajaran

pada tahap observasi, setelah dilaksanakan

tindakan pada siklus I dengan menerapkan

model group investigation terjadi peningkatan

menjadi 7 siswa (70%) yang tuntas.

Ketuntasan klasikal pada siklus I sebesar

70,00%. Sedangkan penelitian dikatakan

berhasil jika ketuntasan belajar siswa secara

klaksikal minimal 85%.

Kriteria ketuntasan belajar siswa yang

belum tercapai disebabkan oleh beberapa

kendala dan permasalahan yang terjadi selama

tindakan siklus I seperti yang telah dijelaskan

pada hasil refleksi siklus I. Kendala dan

permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan

siklus I disebabkan oleh beberapa hal yaitu: 1)

siswa belum terbiasa menyelesaikan masalah

mengenai materi yang diberikan oleh guru

dalam pembelajaran dengan menerapkan

model group investigation, maksudnya disini

guru harus memberikan bimbingan terlebih

dahulu sebelum menyuruh siswa mengerjakan

soal yang diberikan dengan menerapkan model

group investigation agar siswa paham dan

mengerti mengenai materi tersebut, 2) pada

saat diskusi kelompok ada beberapa siswa

yang masih mengerjakan tugasnya sendiri dan

tidak bersedia membantu temannya walaupun

satu kelompok. 3) masih terdapat 30% siswa

yang belum mencapai ketuntasan minimal.

Untuk mengatasi kendala-kendala dan

permasalahan tersebut dilakukan perbaikan

tindakan seperti yang dipaparkan pada hasil

refleksi siklus I. Pelaksanaan tindakan pada

siklus II merupakan perbaikan dari

pelaksanaan tindakan siklus I. Perbaikan yang

dilakukan adalah sebagai berikut. 1) adanya

sumber dengan adanya sumber belajar yang

beraneka ragam maksudnya dalam

pembelajaran tidak lagi mengandalkan buku

satu-satunya sumber belajar. Hal ini dilakukan

dengan tujuan untuk lebih memperkaya

pengalaman belajar peserta didik, 2) Semua

hasil kegiatan belajar mengajar dipajang

maksudnya hasil kegiatan kemudian dipajang

di tembok kelas, papan tulis, dan bahkan

ditambah dengan tali plastik di sana-sini.

Pajangan tersebut merupakan hasil diskusi atau

hasil karya siswa, 3) mengubah anggota

kelompok diskusi yang anggotanya heterogen

agar mampu bekerjasama untuk mengerjakan

tugas-tugas yang telah disepakati bersama dan

salah seorang diantaranya menyampaikan

(presentasi) hasil kegiatan mereka di depan

kelas. Hasil kegiatan siswa itulah yang

kemudian dipajang. 4) memberikan peng-

hargaan kepada kelompok terbaik agar setiap

kelompok berlomba-lomba untuk saling

bekerjasama dan selalu mengembangkan

semaksimal mungkin kreativitasnya. 5) adanya

antusiasme siswa, dalam melaksanakan

kegiatannya yang beraneka ragam itu

tampaklah antusiasme dan rasa senang siswa,

6) dan adanya refleksi pada akhir

pembelajaran semua siswa melakukan kegiatan

dengan apa yang disebut dengan refleksi yakni

menyampaikan kesan dan harapan mereka

terhadap proses pembelajaran yang baru saja

diikutinya. Pada siklus II, pengawasan ketika

siswa mengerjakan tes perlu ditingkatkan lagi

dan diperketat.

Berdasarkan perbaikan tindakan tersebut,

maka pada siklus II diperoleh adanya

peningkatan terhadap ketuntasan siswa yaitu

dari 70% (7 siswa) pada siklus I menjadi 90%

(9 siswa) pada siklus II. Secara klasikal

pembelajaran telah tuntas karena telah

melebihi 85%. Dengan demikian, pada siklus

II ketuntasan belajar siswa secara klasikal dan

hasil belajar Bahasa Indonesia sudah sesuai

dengan indikator keberhasilan yang diharapkan

Peningkatan juga terjadi pada rata-rata

skor hasil belajar siswa yaitu 57,60 pada

sebelum diberi tindakan yang tergolong rendah

meningkat menjadi 69,30 pada siklus I yang

tergolong sedang, dan meningkat menjadi

77,90 pada siklus II ynag tergolong tinggi.

Besarnya peningkatan rata-rata skor hasil

belajar setelah diberikan tindakan adalah

12,70%, sedangkan besarnya peningkatan rata-

rata skor hasil belajar dari siklus I ke siklus II

adalah 8,60%.

Page 14: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

14 | Jurnal Karya Pendidikan, Volume I, Nomor 2, Maret 2015, hal 8 – 14

Data di atas menunjukkan bahwa

penelitian ini berhasil karena pada siklus II

telah tercapai ketuntasan belajar siswa rata-rata

77,9 dan ketuntasan klasikal 90%, yang berarti

telah mencapai nilai ketuntasan belajar

minimum yang diterapkan di SDN Kauman II

adalah 70 dan ketuntasan klasikal 85%. Selain

ketuntasan belajar peningkatan juga terjadi

pada rata-rata persentase aktivitas belajar siswa

dari siklus I ke siklus II yaitu dari 65%

menjadi 80%. Oleh karena itu, penelitian ini

dihentikan. Hal ini menandakan bahwa dengan

menerapkan model group investigation dapat

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa

kelas V SDN Kauman II pada semester II.

Hasil penelitian ini juga didukung

berdasarkan hasil observasi yang peneliti

lakukan pada proses pembelajaran. Aktivitas

dan hasil belajar siswa yang diperoleh

kemudian di sesuaikan dengan aktivitas siswa

di kelas. Aktivitas siswa tersebut berupa siswa

aktif dalam memberi tanggapan, aktif dalam

diskusi, siswa antusias bersemangat dalam

mengerjakan tugas.

PENUTUP

Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan seperti yang telah diuraikan di

atas, maka dapat disimpulkan bahwa

penerapan pendekatan pembelajaran model

group investigation dapat meningkatkan

aktivitas Bahasa Indonesia indikator

menyimpulkan isi bacaan pada siswa kelas V

SDN Kauman II. Hal ini dapat terlihat dari

rata-rata persentase aktivitas belajar siswa dari

siklus I sebesar 65% berada pada kategori

cukup aktif, kemudian mengalami peningkatan

sebesar 15% sehingga rata-rata persentase

aktivitas belajar pada siklus II menjadi 80%

yang berada pada kategori aktif. Penerapan

pendekatan pembelajaran model group

investigation dapat meningkatkan hasil belajar

Bahasa Indonesia pada siswa kelas V. Rata-

rata persentase hasil belajar siswa dari siklus I

sebesar 69,30% berada pada kategori cukup

tinggi, kemudian mengalami peningkatan

sebesar 8,60% sehingga rata-rata persentase

hasil belajar pada siklus II menjadi 77,9% yang

berada pada kategori tinggi. Ketuntasan

klasikalnya adalah 70,00% pada siklus I, dan

meningkat menjadi 90,00% pada siklus II

Berdasarkan simpulan di atas, dapat

disampaikan beberapa saran ; 1) siswa disaran-

kan mengikuti dengan baik setiap proses

pembelajaran agar dapat memperoleh

pengalaman belajar yang lebih baik sehingga

aktivitas dan hasil belajar meningkat, 2) bagi

peneliti disarankan mencermati kendala-

kendala yang ditemukan peneliti, sehingga

kegiatan pembelajaran dapat meningkatkan

hasil belajar siswa secara optimal.

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, Suharsimi. 2009. Penelitian Tindakan Kelas ,Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Rusman. (2011). Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT.

Rajagrafindo Persada

Sanjaya,Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Bandung:

Kencana.

Wiriaatmadja, Rochiati. 2005. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Remaja Rosdakarya

Page 15: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

15

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA

MELALUI PENERAPAN METODE EKSPERIMEN

PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS IV

Muninggar

SDN Karangdayu I Baureno Bojonegoro

Email : [email protected]

Abstrak: Masalah yang dialami siswa kelas IV SD Karangdayu I adalah rendahnya hasil belajar mata

pelajaran IPA pada semester I tahun pelajaran 2014/2015. Dari 12 siswa hanya 5 siswa (41,67%) yang

telah mencapai ketuntasan belajar, dengan nilai rata-rata 58,33. Untuk mengatasi masalah tersebut guru

berusaha menerapkan metode eksperimen dalam proses pembelajaran. Penelitian dilaksanakan dengan

metode PTK menggunakan empat tahap kegiatan, yaitu merencanakan, melakukan tindakan,

pengamatan dan refleksi. Tujuan penelitian ini diharapkan melalui penerapan metode eksperimen

mampu meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas IV. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses

pembelajaran dengan menerapkan metode eksperimen pada mata pelajaran IPA dapat meningkatkan

hasil belajar siswa yaitu 69,58 pada siklus I dan meningkat lagi menjadi 76,25 pada siklus ke II.

Sedangkan ketuntasan belajar secara klasikal meningkat dari 75,00% pada siklus I menjadi 91,67%

pada siklus II. Dan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran juga mengalami peningkatan

dari nilai rata-rata 3,3 menjadi 3,8.

Kata kunci: metode eksperimen, hasil belajar

Belajar terjadi seiring dengan

pertumbuhan dan perkembangan manusia.

Bagi seorang pelajar, belajar merupakan

sebuah kewajiban. Pengertian belajar menurut

Sugihartono (2007: 74) mendefinisikan belajar

secara lebih rinci, dimana belajar merupakan

suatu proses perubahan tingkah laku sebagai

hasil interaksi individu dengan lingkungannya

dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Selanjutnya menurut Santrock dan

Yussen (Sugihartono, 2007: 74) mendefinisi-

kan belajar sebagai perubahan yang relatif

permanen karena adanya pengalaman.

Pengalaman ini terjadi melalui interaksi antara

individu dengan lingkungannya. Dari berbagai

pendapat mengenai pengertian belajar yang

dikemukakan oleh beberapa ahli, dapat diambil

pengertian bahwa sebenarnya ada beberapa

kata kunci di balik definisi kata belajar, yaitu

perubahan, pengetahuan, perilaku, pribadi,

permanen dan pengalaman. Jika dirumuskan

maka belajar merupakan aktivitas atau

pengalaman yang menghasilkan perubahan

pengetahuan, perilaku dan pribadi yang

bersifat permanen.

Berdasarkan pendapat ahli di atas agar

belajar dapat memberikan pengalaman yang

permanen maka dibutuhkan berbagai inovasi

guru. Salah satu yang dapat dilakukan guru

adalah dengan menerapkan berbagai metode

yang mampu membuat siswa untuk senang dan

tertarik pada materi pembelajaran yang

disampaikan. Guru juga diharapkan mampu

menciptakan interaksi, siswa dan guru dalam

lingkungan pembelajaran yang kondusif

sehingga siswa menjadi aktif.

Melalui metode eksperimen, guru akan

memberikan pengetahuan yang Konkrit dan

sesuai dengan perkembangan kognitif siswa

SD. Pengajaran yang tidak disesuaikan dengan

tahap perkembangan kognitif anak, tidak hanya

menyebabkan anak mengalami kesulitan

belajar, tetapi juga menghambat perkembangan

kognitif anak tersebut dan anak SD berada

pada tahap oprasional Konkrit, dimana

penalaran anak terbatas melalui peristiwa atau

pengalaman yang dirasakan dan dilihat serta

diraba, guru dalam melaksanakan tugasnya,

harus mampu meningkatkan mutu pendidikan

dengan cara menciptakan situasi belajar yang

menarik dan menyenangkan serta menantang

sehingga dapat meningkatkan perhatian siswa

Page 16: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

16 | Jurnal Karya Pendidikan, Volume I, Nomor 2, Maret 2015, hal 15 – 21

terhadap perkembangan siswa.

Mengingat pentingnya meningkatkan

hasil belajar siswa, maka penulis merasa perlu

melakukan beberapa upaya dalam meningkat-

kan hasil belajar siswa pada mata pelajaran

IPA antara lain dengan menerapkan metode

eksperimen karena metode eksperimen

merupakan salah satu metode yang tepat dalam

menyampaikan dan memudahkan siswa dalam

memahami konsep-konsep IPA dari yang

bersifat abstrak ke yang bersifat Konkrit.

Metode merupakan suatu cara yang

dipergunakan untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan. Metode pembelajaran adalah

alat untuk mencapai tujuan, maka tujuan itu

harus diketahui dan dirumuskan dengan jelas

sebelum menentukan atau memilih metode

pembelajaran.

Metode pembelajaran menekankan pada

proses belajar siswa secara aktif dalam upaya

memperoleh kemampuan hasil belajar.

Semakin baik metode yang dipakai semakin

efektif mencapai tujuan. Dengan memiliki

pemahaman secara umum tentang sifat suatu

metode, baik tentang keunggulan maupun

pemahaman seseorang akan lebih baik

menetapkan metode yang paling mendukung

untuk situasi dan kondisi KBM yang di hadapi.

Metode yang digunakan dalam penelitian

ini adalah metode eksperimen. Metode

eksperimen menurut Sri Anitah W, dkk (2009:

5.27) merupakan metode mengajar yang dalam

penyajian atau pembahasan materinya melalui

percobaan atau mencobakan sesuatu serta

mengamati secara proses. Eksperimen di-

maksudkan bahwa guru dan siswa

mengerjakan sesuatu serta mengamati proses

dan hasil pekerjaannya. Setelah eksperimen

selesai, siswa ditugaskan untuk membanding-

kan dengan hasil eksperimen yang lain, dan

mendiskusikannya bila ada perbedaan dan

kekeliruan.

Menurut Kartikasari (2011) Kegiatan

eksperimen merupakan kegiatan ilmiah yang

dalam menemukan konsep yang dilakukan

melalui percobaan dan penelitian ilmiah.

Metode eksperimen memberi kesempatan

siswa untuk mengamati sendiri, mengikuti

suatu proses, mengamati suatu obyek, keadaan

atau proses sesuatu. Dengan begitu, siswa

dituntut untuk mengalami sendiri, mencari

suatu kebenaran, mencoba mencari data baru,

mengolah sendiri, membuktikan suatu hukum

atau dalil dan menarik kesimpulan atas proses

yang dialaminya. Proses penemuan konsep

yang melibatkan keterampilan-keterampilan

yang mendasar melalui percobaan ilmiah dapat

dilaksanakan dan ditingkatkan melalui

kegiatan laboratorium maupun di alam terbuka.

Pada proses belajar mengajar dengan

metode eksperimen ini siswa diberi

kesempatan untuk mengalami sendiri atau

melakukan sendiri, mengikuti suatu proses,

mengamati suatu obyek, menganalisis,

membuktikan, dan menarik kesimpulan

tentang suatu obyek, keadaan, atau proses

sesuatu. Dengan demikian, siswa dituntut

untuk mengalami sendiri, mencari suatu

kebenaran atau mencoba mencari data baru

yang diperlukannya, mengolah sendiri, mem-

buktikan suatu hukum atau dalil, dan menarik

kesimpulan atas proses yang dialaminya.

Melalui metode ini siswa dilibatkan secara

total. Adapun tujuan dari metode eksperimen

ialah; 1) agar peserta didik dapat

menyimpulkan fakta-fakta, informasi atau data

yang diperoleh, 2) melatih peserta didik dalam

merancang, mempersiapkan, melaksanakan

dan melaporkan percobaan.

Beberapa kelebihan yang dimiliki oleh

metode eksperimen yaitu; a) membuat peserta

didik percaya pada kebenaran kesimpulan

percobaan sendiri, b) peserta didik aktif terlihat

mengumpulkan data, informasi atau daya yang

diperlukan, c) dapat menggunakan dan

melaksanakan prosedur ilmiah dan berfikir

ilmiah, d) memperkaya pengalaman dan

melaksanakan hal-hal yang bersifat objektif

dan realistis, e) hasil belajar menjadi

kepemilikan peserta didik bertahan lama.

Selain memiliki kelebihan metode eksperimen

memiliki kelemahan, yaitu; 1) memerlukan

peralatan percobaan yang cukup komplit,

Page 17: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

Muninggar,Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Metode Eksperimen Pada Pembelajaran IPA Kelas IV | 17

2) dapat menghambat laju pembelajaran dalam

penelitian yang memerlukan waktu yang lama,

3) menimbulkan kesulitan baik bagi guru dan

siswa apabila berpengaaman dalam penelitian.

Walau metode eksperimen mempunyai

beberapa kelemahan namun metode ini di

anggap baik, apabila dilakukan dengan

pertimbangan yang matang dan dilaksanakan

secara efektif.

Berdasarkan pengamatan pada saat guru

melakukan pembelajaran dengan metode

ceramah dan penugasan, terlihat bahwa siswa

mengalami kesulitan untuk memahami konsep-

konsep, siswa menjadi kurang aktif dalam

pembelajaran IPA sehingga hasil belajar siswa

kurang memuaskan. Selain itu aktivitas siswa

tidak optimal. Hal ini terlihat karena anak

kurang perhatian terhadap pelajaran,

kurangnya rasa antusias untuk belajar, tidak

termotivasi dan kurang aktif selama proses

pembelajaran berlangsung. Siswa hanya

mendengarkan, melihat demonstrasi guru,

mencatat penjelasan guru dan menjawab

latihan soal. Siswa tidak diberikan kesempatan

untuk ikut aktif selama proses pembelajaran

berlangsung.

Adanya permasalahan tersebut maka

diperlukan suatu tindakan yang mampu untuk

mengatasi permasalahan tersebut. Hal yang

dapat dilakukan oleh guru ialah menerapkan

metode pembelajaran yang sesuai dengan

kebutuhan siswa di kelas agar perkembangan

kognitif siswa berjalan dengan baik dan hasil

belajar juga dapat ditingkatkan. Peneliti

menggunakan metode eksperimen karena

metode ini memiliki beberapa kelebihan yang

di dalamnya dapat membuat peserta didik aktif

dalam pembelajaran, sehingga diharapkan

dengan penerapan metode eksperimen dapat

meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan uraian diatas peneliti

melakukan penelitian yang berjudul

“Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui

Penerapan Metode Eksperimen Pada

Pembelajaran IPA di Kelas IV”, di SD Negeri

Karangdayu I.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang diterapkan dalam

penelitian ini adalah Penelitian Tindakan

Kelas. Menurut Brog (dalam Mohammad

Asrori, 2009 : 13) menegaskan bahwa tujuan

utama penelitian tindakan kelas adalah untuk

mengembangkan keterampilan peneliti

berdasarkan pada persoalan-persoalan pem-

belajaran yang dihadapi peneliti dikelas sendiri

dan bukan bertujuan untuk mencapai

pengetahuan umum dalam bidang pendidikan.

Sedangkan penelitian tindakan kelas adalah

sebagai bentuk kajian yang bersifat reflektif

oleh pelaku tindakan, yang dilakukan untuk

meningkatkan kemantapan rasional dari

tindakan-tindakan mereka dalam melaksana-

kan tugas, memperdalam pemahaman terhadap

tindakan-tindakan yang dilakukan itu,

memperbaiki kondisi dimana praktek-praktek

pembelajaran tersebut dilakukan secara

kolaboratif.

Model penelitian tindakan mengandung

empat komponen : (1) Rencana (Planing), (2)

Tindakan, (3) Pengamatan dan (4) Refleksi.

Penelitian dilaksanakan di SDN Karangdayu I.

Peneliti bertindak sebagai perencana

(pengajar), menganalisa data dan sekaligus

melaporkan hasil penelitian. Bertindak sebagai

pengamat adalah Agustina Nur Jannah, S.Pd.

Subjek penelitian adalah : guru dan siswa

kelas IV SDN Karangdayu I pada semester I

tahun pelajaran 2014/2015, dengan jumlah

siswa 12 siswa, yang terdiri dari 4 laki-laki dan

8 perempuan. Sumber data adalah subjek

darimna data diperoleh (Suharsimi Arikunto,

2010 : 172) sumber data dalam penelitian ini

adalah person dan paper person. Yang

dimaksud disini adalah siswa kelas IV

berjumlah 12 orang. Paper Person yang

dimaksud adalah jawaban tes tertulis siswa

kelas IV berjumlah 12 orang.

Teknik pengumpulan data yang diguna-

kan adalah tenik pengukuran. Teknik

pengukuran adalah cara mengumpulkan data

yang bersifat kuantitatif untuk mengetahui

tingkat atau derajat aspek tertentu

Page 18: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

18 | Jurnal Karya Pendidikan, Volume I, Nomor 2, Maret 2015, hal 15 – 21

dibandingkan dengan norma tertentu pula

sebagai satuan ukur yang relevan (Hadari

Nawawi, 2005) Pengukuran yang dimaksud

penelitian ini adalah pengumpulan data dengan

mengunakan tes yang dilakukan sebelum dan

sesudah diberikan pembelajaran pada materi

“Gaya dapat menyebabkan terjadinya

perubahan bentuk suatu benda”.

Alat pengumpulan data adalah lembar

obsevasi dan soal tes. Lembar observasi

dipergunakan dalam teknik observasi

langsung, yakni untuk melihat atau mengamati

apa yang diperoleh siswa didalam kelas.

Observer menggunakan pedoman sebagai alat

pengumpul data. Tugas observer adalah

memberikan tanda cheek (silang atau lingkaran

atau sebagainya), apabila saat melakukan

pengamatan ternyata gejala didalam daftar itu

muncul. Menurut Suharsimi Arikunto (2010 :

193), “Tes adalah serentetan pertanyaan atau

latihan serta alat lain yang digunakan untuk

mengukur keterampilan, pengetahuan

intelegensi, kemampuan atau bakat yang

dimiliki oleh individu atau kelompok”.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Berdasarkan hasil yang dicapai pada

tindakan pra siklus, bahwa keberhasilan siswa

sebelum diterapkan metode eksperimen belum

mencapai hasil yang memuaskan. Nilai rata-

rata siswa pada pra siklus yaitu 58,33 untuk itu

peneliti merasa perlu suatu tindakan perbaikan

melalui siklus-siklus tindakan kelas.

Dari hasil penelitian siklus I dapat dilihat

peningkatan hasil belajar siswa pada siklus I

bila dibandingkan dengan pra siklus

sebelumnya, dimana siswa yang telah

mancapai ketuntasan 5 anak (41,67%) menjadi

9 anak (75,00%) sedangkan nilai rata-rata

58,33 menjadi 69,58. Dari hasil siklus I, siswa

sangat antusias dalam mengikuti eksperimen,

rasa ingin tahu siswa meningkat, siswa tidak

takut bertanya tentang materi yang belum

dimengerti, sedangkan hasil belajar siswa pada

siklus I secara klasikal belum mencapai

ketuntasan yaitu 85%, sehingga peneliti akan

melanjutkan perbaikan pada siklus II dengan

memperhatikan kekurangan yang terjadi pada

proses pembelajaran siklus I.

Berdasarkan analisis dari siklus I

kemudilan dilanjutkan pada siklus II dengan

berpedoman dan mengacu pada hasil penelitian

siklus I, adapun hasil dari penelitian siklus II

ini semua siswa berperan aktif dalam kegiatan

eksperimen, siswa dapat mengerjakan soal

dengan baik, semua siswa berperan aktif dalam

kegiatan eksperimen. Pada siklus II diperoleh

hasil siswa yang telah mencapai ketuntasan

(KKM 70) adalah 11 siswa (91,67%) dengan

nilai rata-rata 76,25.

Dalam proses pembelajaran siswa dapat

mengembangkan kemampuan berpikir,

bekerjasama, mendapatkan pengalaman

langsung untuk memperoleh fakta dan konsep

pada materi yang dipelajari untuk dapat

berbagi pengetahuan dengan siswa lainnya

sehingga dapat memperoleh hasil belajar yang

maksimal. Dengan demikian, dapat dikatakan

bahwa penerapan metode eksperimen dapat

meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV di

SD Negeri Karangdayu I Kecamatan Baureno.

Data yang di peroleh dari hasil penelitian

yang telah diolah disajikan sebagai berikut.

Tabel 1

Rekapitulasi peningkatan hasil nilai tes pada siklus I dan II

No Nama Siklus I Siklus II

1 Akhmal Fitra Ramadhan 70 75

2 Amelia Zaima Nur Rahma 50 55

3 Dewi Nawang Wulan 80 85

4 Fidya Wati Ardilla 75 75

5 Ismy Agustina putri 55 70

6 Isnanda Julia Aryani 80 85

7 M. Awalus Shobirin 70 75

8 Moch. Aziz Prasetiyo 60 70

9 Mutia Pramai Shela 70 75

10 Siti Azizah 70 80

11 Siti Mir’atus Sholikhah 75 85

12 Tomi Hariyadi 80 85

Nilai Rata-rata 69,58 76,25

Page 19: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

Muninggar,Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Metode Eksperimen Pada Pembelajaran IPA Kelas | 19

Tabel 2

Rekapitulasi Penilaian terhadap Pelaksanaan

Pembelajaran (Guru)

No Aspek yang Diamati NILAI

Siklus I Siklus II

1 Guru melakukan apersepsi 3 4

2

.

Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran

4 4

3

.

Mempersiapkan ruang, alat dan

media pembelajaran

3 4

4

.

Kejelasan dalam menyampaikan

materi secara gamblang

3 4

5

.

Guru membimbing siswa dalam

kelompok

3 4

6 Penguasaan materi 4 4

7 Memeriksa kesiapan siswa

menerima pelajaran

3 4

8 Siswa diberi kesempatan untuk

bertanya

3 3

9 Guru memberi motivasi 2 4

10 Menyimpulkan materi pembelaja-

ran dengan melibatkan siswa

4 4

11 Menggunakan bahasa tulis

dengan baik dan benar

4 4

12 Menggunakan bahasa lisan

secara jelas dan lancar

3 4

13 Guru melaksanakan evaluasi 4 4

14 Pengelolaan waktu secara

efisien

3 3

Jumlah 47 54

Rata-Rata 3,3 3,8

Pembahasan

Dilihat dari rekapitulasi hasil penelitian

dapat diketahui adanya peningkatan

kemampuan guru dalam pelaksanaan kegiatan

belajar mengajar. Begitu juga terjadi

peningkatan hasil belajar siswa kelas IV pada

materi “Gaya dapat menyebabkan terjadinya

perubahan bentuk suatu benda” dengan

menggunakan metode eksperimen. Ini dapat

dilihat dari peningkatan nilai rata-rata kelas.

Hasil belajar siswa pada pembelajaran

IPA dengan menggunakan metode eksperimen

pada siklus I, nilai rata-rata prestasi belajar

siswa adalah 69,58 dan siswa yang telah

mencapai ketuntasan belajar 75,00% atau 8

siswa dari 12 siswa sudah tuntas belajar. Hasil

tersebut menunjukkan bahwa pada siklus

pertama secara klasikal siswa belum tuntas

belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥

70 hanya sebesar 75,00% lebih kecil dari

persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu

sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa

masih merasa baru dan belum mengerti apa

yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan

menerapkan metode eksperimen. Setelah

dilaksanakan pembelajaran siklus II, nilai rata-

rata prestasi belajar siswa adalah 76,25 dan

siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar

91,67% atau ada 11 siswa dari 12 siswa sudah

tuntas belajar. Siswa yang memperoleh nilai ≥

70 hanya sebesar 8,33% atau hanya ada 1

orang siswa saja dari 12 siswa yang belum

tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan

bahwa pada siklus II terjadi peningkatan hasil

belajar siswa yang sudah melampaui dari target

sebesar 85% ketuntasan belajar siswa. Dari

data hasil penelitian tindakan kelas dan

pembahasan, maka permasalahan yang telah

dirumuskan tercapai sesuai dengan tujuan

penelitian yang dibuat. Dengan demikian,

penggunaan metode eksperimen pada

pembelajaran IPA yang guru terapkan efektif

dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

Proses pembelajaran IPA dengan

menggunakan metode eksperimen pada Kelas

IV SDN Karangdayu I dilaksanakan 2 siklus.

Gambaran pada siklus I adalah sebagai berikut.

Tahap Perencanaan Siklus I, meliputi : 1)

Guru menyiapkan RPP, lembar observasi

penilaian pelaksanaan pembelajaran, lembar

kerja kelompok, lembar evaluasi siklus I, 2)

Menentukan strategi penataan ruang

pembelajaran di dalam ruangan kelas, 3) Guru

mempersiapkan media pembelajaran yang akan

dipergunakan, 4) Guru menyamakan persepsi

dengan kolaborator tentang pelaksanaan

pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran IPA

dengan materi “Gaya dapat menyebabkan

terjadinya perubahan bentuk suatu benda”

siklus I direncanakan satu kali pertemuan dua

jam pelajaran (2 x 35 menit)

Tahap Pelaksanaan Siklus I, Pada tahap

ini pembelajaran dilaksanakan dengan

menggunakan metode eksperimen. Dalam hal

Page 20: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

20 | Jurnal Karya Pendidikan, Volume I, Nomor 2, Maret 2015, hal 15 – 21

ini guru bertindak sebagai guru dan

kolaborator adalah Agustina Nur Jannah, S.Pd.

yang bertindak sebagai observer. Pembelajaran

dilaksanakan pada hari Kamis, 21 Agustus

2014. Pertemuan siklus I ini difokuskan pada

kegiatan guru dan siswa. Pertemuan pertama

siklus I dilaksanakan selama dua jam pelajaran

yaitu selama 70 menit. Tahap-tahap

pembelajaran IPA dengan menggunakan

metode eksperimen antara lain : 1) Langkah

persiapan yang terdiri dari a) langkah

persiapan kelas, b) langkah penyajian, c)

Langkah Penutup. 2) Tahap Observasi Siklus I,

observasi dilakukan oleh kolaborator untuk

mengukur sejauh mana peneliti melaksanakan

langkah-langkah pembelajaran di dalam kelas

bersama. Hasil observasi berupa penilaian

pelaksanaan pembelajaran oleh guru dan

penilaian hasil belajar siswa, dan selanjutnya

3) Tahap Refleksi Siklus I, dari hasil tes siswa

dan hasil pemantauan pada siklus I, dilakukan

refleksi lalu didiskusikan antara guru dan

kolaborator.

Dari hasil diskusi diperoleh kesepakatan

bahwa pelaksanaan pada siklus I belum

mendapat hasil yang baik seperti yang

direncanakan. Semua ini dilihat dari hasil tes

siswa yang belum mencapai tujuan pengajaran,

menurut kolaborator hendaknya dalam

penyampaian materi harus menggunakan

bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti

sehingga anak lebih dapat menyerap dan

memahami materi pelajaran IPA dengan baik,

selain itu sebaiknya tiap-tiap kelompok

hendaknya membawa alat percobaan masing-

masing sehingga percobaannya dapat

dilakukan secara berulang-ulang yang akan

membantu pemahaman siswa dalam rangka

untuk menemukan kesimpulan. Dalam tahap

pembelajaran ini dapat terlihat guru masih

belum optimal dalam melaksanakan langkah-

langkah pembelajaran IPA menggunakan

metode eksperimen ini terlihat dari hasil

observasi kolaborator terhadap guru yang

masih belum sempurna.

Dari pelaksanaan tindakan siklus I

diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa

adalah 69,58 dan ketuntasan belajar mencapai

75,00% atau ada 8 siswa dari 12 siswa sudah

tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan

bahwa pada siklus pertama secara klasikal

siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang

memperoleh nilai ≥ 85 hanya sebesar 75,00%

lebih kecil dari persentase ketuntasan yang

dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini

disebabkan karena siswa masih merasa baru

dengan menerapkan metode eksperimen.

Berdasarkan hasil pembelajaran yang

diperoleh, maka dalam pembelajaran siklus I

dipandang perlu untuk memperbaiki langkah

pembelajaran serta memperbaiki peningkatan

pemahaman belajar dan hasil belajar siswa.

Oleh karena itu, guru mengambil kesimpulan

untuk melaksanakan tindakan siklus II.

Tahap Perencanaan Siklus II, sebagai

langkah awal pada tahap perencanaan siklus II

ini maka guru melakukan beberapa hal berikut,

yaitu (1) Guru memberitahukan kepada

kolaborator bahwa pelaksanaan siklus II masih

mengajarkan materi yang sama yaitu gaya

dapat mengubah gerak suatu benda dengan

menggunakan metode eksperimen, (2)

Kemudian guru menyempurnakan rencana

pembelajarannya, membuat lembar observasi

pelaksanaan pembelajaranguru serta

melaksanakan pembelajaran IPA dengan

menggunakan bahasa yang mudah dimengerti

oleh anak dan meminta siswa untuk membawa

alat–alat percobaan.

Tahap Pelaksanaan Siklus II,

pelaksanaan siklus II didasarkan atas hasil

refleksi siklus I yaitu penyempurnaan dari

siklus I. Secara garis besar langkah-langkah

pembelajarannya masih sama, namun ada

beberapa perubahan pada skenario

pembelajaran dengan menggunakan metode

eksperimen yang akan dipaparkan pada

langkah penyajian pertemuan pertama siklus II.

Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II

ini dilaksanakan pada hari Senin, 28 Agustus

2014. Pada siklus II pembelajaran dilaksana-

kan sesuai jadwal yang telah ditentukan.

Observasi terhadap proses pembelajaran

Page 21: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

Muninggar,Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Metode Eksperimen Pada Pembelajaran IPA Kelas | 21

difokuskan pada kegiatan guru dan siswa.

Tahap-tahap pembelajaran IPA dengan

menggunakan metode eksperimen

dilaksanakan seperti pada siklus I.

Tahap Refleksi Siklus II, Dilihat dari

rekapitulasi hasil penelitian dapat diketahui

adanya peningkatan kemampuan guru dalam

pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Begitu

juga peningkatan hasil belajar siswa.

Berdasarkan pengamatan dalam kegiatan

pembelajaran IPA dengan menggunakan

metode eksperimen pada siklus I siswa masih

kurang aktif bahkan masih ada anak yang

kurang semangat dalam mengikuti pelajaran.

Tetapi pada siklus II, anak mulai termotivasi

dan terbukti hasil belajar siswa meningkat dari

nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah

69,58 dan ketuntasan belajar mencapai 75,00%

pada siklus I, pada siklus II nilai rata-rata

menjadi 76,25 dan ketuntasan belajar mencapai

91,67% atau ada 11 siswa dari 12 siswa. Hasil

tersebut menunjukkan bahwa pada siklus II

terjadi peningkatan hasil belajar siswa yang

sudah melampaui dari target sebesar 85%

ketuntasan belajar siswa.

Berdasarkan data di atas, maka per-

masalahan yang dirumuskan telah tercapai

sesuai dengan tujuan penelitian yang dibuat.

Dengan demikian, penggunaan metode

eksperimen sangat efektif dalam meningkatkan

hasil belajar siswa.

KESIMPULAN

Setelah melakukan penelitian, guru

memperoleh beberapa kesimpulan yang

peroleh dari pelaksanaan tindakan pada

pembelajaran IPA dengan menggunakan

metode eksperimen yaitu diperoleh hasil

semakin meningkatnya prestasi belajar siswa,

dari nilai rata-rata pada siklus I adalah 69,58

meningkat menjadi 76,25. Hal ini terdapat

peningkatan nilai rata-rata 6,67. Persentase

ketuntasan belajar siswa juga mengalami

kenaikan yaitu dari 75,00% pada siklus I naik

menjadi 91,67% pada siklus II. Dalam hal ini

target ketuntasan hasil belajar siswa sebesar

85% sudah tercapai pada siklus II. Sedangkan

kemampuan guru dalam melaksanakan

pembelajaran juga mengalami peningkatan dari

nilai rata-rata 3,3 menjadi 3,8.

Dari simpulan di atas saran yang ingin

peneliti sampaikan adalah 1) dalam memilih

alat-alat eksperimen guru perlu memperhatikan

ketersediaan alat tersebut dilingkungan tempat

tinggal siswa berada dan kegunaannya harus

disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai,

2) guru hendaknya lebih kreatif dalam

menggunakan metode pembelajaran, sehingga

siswa menjadi tertarik dan ikut aktif selama

berlangsungnya proses pembelajaran di kelas.

DAFTAR RUJUKAN

Anitah, Sri W. dkk. (2009) Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta : Universitas Terbuka.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Asrori, Mohammad. 2009. Penelitian Tindakan Kelas, Bandung : CV Wacana Prima

Hadari, Nawawi. (2005) Pengertian Hipotesis. Jakarta : Universitas Terbuka.

Sugihartono, dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

Kartikasari,R (2011) Penerapan Pendekatan (Contextual Teaching and Learning) dengan

Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Ketrampilan Proses Sains Siswa Tahun

2010/2011. Skripsi tidak diterbitkan. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Surakarta

Page 22: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

22

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN AKTIFITAS

DAN PRESTASI BELAJAR PAI

Muhim

Guru Pendidikan Agama Islam SDN Ngemplak I

Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro

Email : [email protected]

Abstrak : Pendidikan Agama Islam sangatlah penting bagi pengembangan moral dan intelektual anak

didik. Realitas yang sekarang ini terjadi menunjukkan kemampuan siswa dalam memahami materi

Pendidikan Agama Islam masih rendah. Untuk mengatasi masalah tersebut peneliti berusaha

menerapkan Pembelajaran koopertif tipe think pair share dengan tujuan meningkatkan keaktifan dan

prestasi belajar siswa. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan yang dilaksanakan di kelas VI

SDN Ngemplak I, dengan jumlah obyek penelitian 18 siswa dengan menggunakan tiga siklus. Hasil

penelitian menunjukkan adanya peningkatan prestasi belajar siswa yang dilihat dari ketuntasan siklus I

(68,18 %),siklus II (79,64%),siklus III (86,63%) Selama proses pembelajaran aktivitas siswa juga

meningkat dari siklus I (65%), II (70%), III (80%) Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat meningkatkan aktifitas siswa dalam proses

pembelajaran dan akhirnya prestasi belajar siswa meningkat pula.

Kata Kunci : pembelajaran kooperatif , TPS, prestasi belajar PAI.

Proses pembelajaran Pendidikan Agama

Islam menempati posisi strategis dalam

menumbuhkembangkan moral intelektual,

emosional, sosial dan spiritual anak didik

menuju akhlakul karimah. Terlebih dalam

dinamika global yang semakin tanpa batas

segala bentuk ideologi dan infiltrasi budaya

yang tidak sesuai dengan pranata agama islam

penting mendapatkan penanganan secara dini

terutama pada anak-anak usia sekolah dasar.

Kenyataan dalam dinamika proses

pembelajaran yang sekarang terjadi

menunjukkan bahwa kemampuan siswa

dalam memahami materi pendidikan agama

Islam masih tergolong belum maksimal. Hal

ini ditunjukkan oleh rata-rata ulangan harian

siswa yang hasilnya relatif rendah, yaitu

sebesar 64,5.

Secara jujur harus diakui bahwa

pendidikan agama Islam yang selama ini

berlangsung masih menempatkan siswa

sebagai obyek yang harus diisi dengan

pengetahuan sebanyak-banyaknya. Pem-

belajaran lebih banyak dilaksanakan dengan

metode ceramah yang didominasi guru

sebagai sumber utama pengetahuan, akibatnya

siswa cenderung pasif dan kurang mempunyai

kontribusi di dalam pembelajaran yang sedang

berlangsung karena terasa monoton tidak fariatif

dan menjemukan.

Penelitian ini dikandung maksud untuk

mengetahui sejauh mana peningkatan

kemampuan siswa dengan menerapkan model

koopertif tipe TPS (Think Pair Share) dan

pengaruh model kooperatif tipe TPS terhadap

motivasi belajar Pendidikan Agama Islam kelas

VI Sekolah Dasar Negeri Ngemplak I.

Muaranya dapat memberi manfaat dalam

meningkatkan kualitas serta hasil kegiatan

belajar mengajar senyampang sebagai informasi

sekaligus alternatif pembelajaran bagi guru

Pendidikan Agama Islam.

Pandangan kontruktivis mengatakan

bahwa pengetahuan itu ada dalam diri seseorang

yang menegetahui. Menurut kontruktivisme,

tugas guru hanyalah mengarahkan agar siswa

membangun dan menemukan pengetahuannya

sendiri.Teori kontruktivis menganjurkan

peranan yang lebih aktif bagi siswa dalam

pembelajaran mereka sendiri dibandingkan

dengan apa yang selama ini dilaksanakan pada

mayoritas kelas karena penekanannya pada

Page 23: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

Muhim, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Untuk Meningkatkan Aktifitas dan Prestasi Belajar PAI | 23

siswa sebagai siswa yang aktif, strategi

kontruktivis sering disebut pengajaran yang

berpusat pada siswa (Nur, 2011:3) Ini berarti

siswa sendiri yang mengkonstruksi konsep

yang perlu dipelajari, dan guru hanya

bertindak sebagai fasilitator.

Pendapat di atas dapat disimpulkan

bahwa kontruktivisme memandang

pengetahuan sebagai hasil kontruksi manusia

melalui interaksinya dengan obyek

pengalaman lingkungan mereka. Dalam

kontruktivisme pengetahuan tidak dapat

ditransfer begitu saja dari seseorang kepada

orang lain, akan tetapi harus diinterpretasikan

sendiri oleh tiap-tiap orang. Dalam hal ini

keaktifan dan keingintahuan menjadi sesuatu

yang sangat berperan.

Model pembelajaran yang sesuai

dengan teori kontruktivis adalah pembelajaran

kooperatif. Slavin (dalam Isjoni, 2011: 15)

menyatakan bahwa “pembelajaran kooperatif

adalah suatu model pembelajaran dimana

siswa belajar dan bekerja sama dalam

kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif

yang anggotanya terdiri dari 4-6 orang dengan

struktur kelompok heterogen”. Jadi dalam

model pembelajaran kooperatif ini, siswa

bekerja sama dengan kelompoknya untuk

menyelesaikan suatu permasalahan. Dengan

begitu siswa akan bertanggungjawab atas

belajarnya sendiri dan berusaha menemukan

informasi untuk menjawab pertanyaan-

pertanyaan yang diberikan pada mereka.

Dalam konteks pengajaran Pendidikan

Agama Islam, pembelajaran kooperatif turut

menambah unsur-unsur interaktif sosial siswa

dalam berkomunikasi maupun menyelesaikan

tugas guru sehingga siswa diharapkan dapat

memiliki kemampuan dalam menulis,

berkomunikasi maupun mengapresiasi

Pendidikan Agama Islam.

Dalam penelitian tindakan kelas ini

peneliti menggunakan model kooperatif tipe

Think Pair Share (TPS). Pengertian Think

Pair Share Suyatno (2009: 54) mengatakan

bahwa : “TPS adalah model pembelajaran

kooperatif yang memiliki prosedur ditetapkan

secara eksplinsit memberikan waktu lebih

banyak kepada siswa untuk memikirkan

secara mendalam tentang apa yang dijelaskan

atau dialami (berfikir, menjawab, dan saling

membantu satu sama lain)”.

Pembelajaran kooperatif tipe TPS

(Think Pair Share) adalah salah satu tipe dari

pembelajaran kooperatif. Ciri dari

pembelajaran kooperatif tipe TPS adalah

kelompok yang dibentuk beranggotakan dua

orang ( berpasang-pasangan) Siklus kegiatan

pengajaran TPS adalah 1) Guru mem-

persiapkan siswa dan menyampaiakan tujuan

pembelajaran. 2) Guru menyampaikan

informasi pembelajaran secara singkat. 3)

Guru memberikan tugas kepada siswa untuk

dipikirkan penyelesainnya (think) 4) Siswa

membentuk kelompok secara berpasangan

dan mendiskusikan tugas yang diberikan. 5)

Guru mempersilakan dua atau tiga pasang

menyampaikan hasil diskusinya di depan

kelas dan kelompok lain menanggapi (share)

6) Guru melakukan evaluasi dan memberikan

penghargaan bagi siswa yang mendapatkan

skor yang baik.

Menurut Nasution (2006:36) hasil

belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak

belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan

dengan nilai tes yang diberikan guru. Dalam

hal ini dimaksudkan bahwa hasil belajar

merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah

terjadinya proses pembelajaran yang ditunjuk-

kan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru

setiap selesai memberikan materi pelajaran

pada satu pokok bahasan

Penilaian merupakan upaya sistematis

yang dikembangkan oleh suatu institusi

pendidikan yang ditujukan untuk menjamin

tercapainya kualitas proses pendidikan serta

kualitas kemampuan peserta didik sebagai

bagian terintegrasi dari sebuah proses

pembelajaran. Penilaian sebagai parameter

sejauh mana sebuah proses pembelajaran

telah memenuhi harapan adalah sebuah

keniscayaan,karena tanpa alat ukur yang tepat

Page 24: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

24 | Jurnal Karya Pendidikan, Volume I, Nomor 2, Maret 2015, hal 22 – 28

tidak akan diketahui seberapa efektif sebuah

proses serta produk telah mencapai hasil

maksimal.

METODE PENELITIAN

Penelitian yang dilaksanakan berupa

penelitian pengembangan model pembelajar-

an dan tindakan. Penelitian tindakan terikat

dalam perencanaan dan implementasi

perangkat pembelajaran kooperatif tipe TPS

(Think Pair Share). Tehnik analisis yang

digunakan kualitatif dan kuantitatif, kemudian

digunakan untuk mendeskripsikan kegiatan

siswa selama proses pembelajaran.

Penelitian tindakan kelas ini

dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri

Ngemplak I, pada semester II tahun pelajaran

2013/2014 dengan siswa di kelas ini

berjumlah 18 siswa.

Tehnik pengumpulan data berupa

observasi dan catatan lapangan digunakan

untuk menjaring data yang berkaitan dengan

peningkatan pemahaman materi pembelajar-

an. Sedangkan kegiatan-kegiatan evaluasi

digunakan untuk menjaring data yang

berkaitan dengan peningkatan hasil

pemahaman materi pembelajaran.

Tehnik analisa data berasal dari lembar

observasi yang diamati yaitu : kerjasama

dalam kelompok, memberikan ide, meng-

ajukan pertanyaan-pertanyaan, memperhati-

kan pertanyaan teman, memberikan

tanggapan, kemampuan memahami materi,

partisipasi dalam kelompok, kemampuan

menengahi jika ada kelompok yang salah

faham, kemampuan menjelaskan dan

menyimpulkan materi yang dibahas.

Untuk memperoleh data dalam

penelitian ini menggunakan lembar observasi

kegiatan pembelajaran. Sebelum melakukan

tindakan peneliti memberikan arahan tentang

cara pengisian lembar observasi kepada

kolaborator. Hasil pengamatan kemudian

didiskusikan, pembahasannya dititikberatkan

pada kekurangan dan kelemahan yang dicapai

dalam pelaksanaan tindakan. Dari hasil

diskusi dijadikan bahan untuk membuat

rencana berikutnya, dengan harapan agar

pelaksanaan pada siklus berikutnya menjadi

lebih baik.

Rancangan penelitian diimplementasi-

kan untuk menerapkan perangkat pembelajar-

an kooperatif dengan tipe TPS digunakan

rancangan penelitian tindakan, selain itu juga

memecahkan masalah-masalah praktis, juga

untuk memperbaiki strategi pembelajaran.

Dalam penelitian ini tindakan ini dilakukan

melalui 4 (empat) tahap yaitu: perencanaan,

pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi,

yang dilaksanakan dalam tiga siklus (tiap

siklus dilakukan 1 kali tatap muka)

Pada tahap perencanaan dilakukan

langkah-langkah: 1) peneliti melakukan

analisis kurikulum untuk menentukan standar

kompetensi dan kompetensi dasar yang akan

disampaiakan kepada siswa dengan

menggunakan pembelajaran kooperatif tipe

TPS. 2) membuat rencana pembelajaran

kooperatif tipe TPS. 3) membuat instrumen

yang digunakan dalam siklus penelitian

tindakan kelas/alat bantu/media yang

diperlukan. 4) membuat alat evaluasi.

Secara garis besar tahapan pembelajaran

kooperatif TPS adalah : 1) guru mempersiap-

kan siswa dan menyampaikan tujuan pem-

belajaran. 2) guru menyampaikan informasi

pembelajaran secara singkat. 3) Guru

memberikan tugas kepada siswa untuk

dipikirkan penyelesaiannya (think) 4) siswa

membentuk kelompok secara berpasangan

dan mendiskusikan tugas yang diberikan

(pair) 5) guru mempersilakan dua atau tiga

pasang menyampaiakan hasil diskusinya di

depan kelas dan kelompok lain menanggapi

(share) 6) guru melakukan evaluasi dan

memberikan penghargaan bagi siswa yang

mendapatkan skor yang baik. 7) tes hasil

belajar, dilakukan 1 kali tes setelah

pertemuan, tes dilakukan secara individu

mandiri.

Kegiatan Observasi dilakukan terhadap

pelaksanaan tindakan. Hasil yang didapat

Page 25: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

Muhim, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Untuk Meningkatkan Aktifitas dan Prestasi Belajar PAI | 25

dalam tahapan observasi dikumpulkan serta

dianalisis. Peneliti kemudian merefleksi diri

berdasarkan hasil observasi dan diskusi, untuk

mengkaji apakah tindakan yang telah

dilakukan dapat meningkatkan pemahaman

siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama

Islam. Hasil analisa data digunakan sebagai

acuan untuk merencanakan siklus berikutnya.

Data dan cara pengambilannya : 1)

sumber data dari tindakan kelas ini adalah

siswa dan peneliti. 2) jenis data yang

didapatkan adalah data kuantitatif dan data

kualitatif yang terdiri dari rencana

pelaksanaan pembelajaran dan data hasil

observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran

hasil belajar.

Cara pengambilan data: 1) diperoleh

melalui tes hasil belajar 2) data tentang situasi

pembelajaran, diperoleh melalui lembar

observasi 3) data tentang keterkaitan antara

perencanaan dengan dengan pelaksanaan

didapat dari rencana pembelajaran dan lembar

observasi.

Yang menjadi indikator keberhasilan

tindakan kelas ini adalah jika terjadi

perubahan peningkatan pemahaman siswa

melalui pembelajaran kooperatif dengan tipe

TPS. Secara kuantitatif dapat diindikasikan

jika 85 % dari seluruh siswa terlihat

pemahaman terhadap mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam berubah lebih baik.

Hal ini diwujudkan dengan adanya

kemampuan siswa minimal 70% dalam

menjawab soal uraian terstruktur dengan

benar. Disamping itu juga 75% siswa terlibat

aktif dalam pembelajaran kooperatif dengan

tipe TPS. Kemampuan guru untuk

mengimplementasikan pendekatan pem-

belajaran kooperatif tipe TPS dapat terlaksana

dengan baik.

Siklus Rancangan Penelitian tindakan

meliputi: 1) tahap perencanaan, dimana

peneliti melakukan refleksi awal,

merumuskan permasalahan dan merencana-

kan tindakan yang meliputi rancangan strategi

dalam penyampaian dan pengelolaan

pembelajaran kooperatif tipe TPS. Pada tahap

ini juga dikembangkan strategi pembelajaran,

instrumen pengumpul data berupa lembar

pengamatan perangkat tes hasil belajar serta

menyusun rencana pengolahan data, 2) tahap

pelaksanaan tindakan, dimana peneliti

melaksanakan skenario tindakan yang telah

direncanakan serta melakukan pengamatan

selama kegiatan pembelajaran berlangsung

sesuai dengan jadwal penelitian. Selama

kegiatan pembelajaran berlangsung dilakukan

pengamatan oleh tim dengan menggunakan

instrumen pengamatan, serta melakukan

evaluasi dan refleksi selama pelaksanaan

tindakan ditujukan untuk melakukan

perbaikan-perbaikan dalam pembelajaran

berikutnya, 3) tahap evaluasi dan refleksi

dimana peneliti melakukan evaluasi dan

refleksi selama pelaksanaan tindakan yang

ditujukan untuk melakukan perbaikan-

perbaikan dalam pembelajaran berikutnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Data Penelitian Persiklus

Siklus I

Pada tahap perencanaan peneliti

mempersipkan perangkat pembelajaran yang

terdiri dari Renca Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP) 1, soal tes formatif 1, dan alat-alat

pengajaran yang mendukung. Disiapkan juga

lembar pengamatan keaktifan siswa.

Tahap Pelaksanaan pembelajaran silkus

I dilaksanakan pada Januari 2014 di kelas VI

dengan jumlah 18 siswa. Dalam hal ini

peneliti bertindak sebagai guru. Observasi

pembelajaran dilaksanakan bersamaan dengan

pelaksanaan belajar mengajar, sebagai

pengamat adalah rekan guru.

Di akhir proses belajar mengajar siswa

diberi tes formatif I dengan tujuan untuk

mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam

proses belajar mengajar yang telah dilakukan.

Adapun data hasil tes formatif setelah

dilakukan perhitungan maka rata-rata hasil

belajar siklus I adalah 69,60. Berdasarkan

kriteria ketuntasan maka tingkat keberhasilan

Page 26: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

26 | Jurnal Karya Pendidikan, Volume I, Nomor 2, Maret 2015, hal 22 – 28

siklus I adalah 68,18%. Sedangkan hasil

observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran

mempunyai prosentase nilai sebesar 65 %.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada

siklus I secara klasikal siswa belum tuntas

belajar, siswa yang memahami pelajaran

hanya sebesar 68,18 % lebih kecil dari

posetase ketuntasan yang dikehendaki yaitu

sebesar 85 %. Hal ini disebabkan siswa masih

merasa asing terhadap metode yang

diterapkan guru, guru terlihat kurang

maksimal dalam melakukan bimbingan pada

waktu diskusi. Siswa masih belum terbiasa

dengan metode yang dilaksanakan ini

sehingga diperlukan penguatan.

Sebagai refleksi dalam kegiatan belajar

mengajar diperoleh informasi dari hasil

pengamatan: 1) guru kurang maksimal dalam

memotivasi siswa dan dalam menyampaikan

tujuan pembelajaran, 2)kegiatan membimbing

diskusi kurang berjalan dengan optimal, 3)

pengelolaan waktu juga belum begitu

maksimal.

Pada kegiatan revisi pelaksanaan

kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini

masih terdapat kekurangan, sehingga perlu

adanya revisi untuk dilakukan pada siklus

berikutnya. 1) guru lebih terampil dalam

memotivasi siswa dan lebih jelas dalam

menyampaikan tujuan pembelajaran. 2) guru

perlu mendistribusikan waktu secara baik dan

proporsional terutama pada kegiatan

membimbing kelompok kecil dalam diskusi.

3) guru harus lebih trampil dan bersemangat

dalam memotivasi siswa.

Siklus II

Melalui tahap pencanaan peneliti

mempersipkan perangkat pembelajaran yang

terdiri dari RPP 2, soal tes formatif 2, dan

alat-alat pengajaran yang mendukung.

Disiapkan juga lembar pengamatan keaktifan

siswa untuk menyempurnakan pelaksanakan

tindakan.

Pelaksanan pembelajaran silkus II

dilaksanakan pada bulan Februari 2014 di

kelas VI dengan jumlah 18 siswa. Dalam hal

ini peneliti bertindak sebagai guru. Observasi

pembelajaran dilaksanakan bersamaan dengan

pelaksanaan belajar mengajar, sebagai

pengamat adalah rekan guru satu institusi.

Pada akhir proses belajar mengajar

siswa diberi tes formatif II dengan tujuan

untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa

dalam proses belajar mengajar yang telah

dilakukan. Setelah dilakukan perhitungan

maka rata-rata hasil belajar siklus II adalah

71,43. Berdasarkan kriteria ketuntasan maka

tingkat keberhasilan siklus II adalah 79,54%.

Sedangkan hasil observasi aktivitas siswa

dalam pembelajaran mempunyai prosentase

nilai sebesar 70 %.

Capaian hasil tersebut menunjukkan

bahwa pada siklus II secara klasikal siswa

belum tuntas belajar, karena siswa yang

memahami pelajaran hanya sebesar 79,54 %

lebih kecil dari posetase ketuntasan yang

dikehendaki yaitu sebesar 85 %. Sedangkan

aktivitas siswa yang menunjukkan motivasi

siswa dalam belajar juga masih belum

mencapai kriteria efektif karena masih kurang

dari 75 %. Tetapi secara umum sudah

mengalami peningkatan bila dibandingkan

siklus I.

Melalui kegiatan refleksi kegiatan

belajar mengajar diperoleh informasi dari

hasil pengamatan sebagai berikut: 1) guru

kurang maksimal dalam memotivasi siswa

dan dalam menyampaikan tujuan

pembelajaran, 2) telah terjadi peningkatan

aktifitas siswa yang menunjukkan motivasi

siswa semakin meningkat dengan prosentase

yang signifikan.

Melalui kegiatan revisi pelaksaanaan

kegiatan belajar mengajar pada siklus II ini

masih terdapat kekurangan, sehingga masih

perlu adanya revisi untuk dilakukan pada

siklus berikutnya agar: 1) guru lebih terampil

dalam memotivasi siswa dan lebih jelas dalam

menyampaikan tujuan pembelajaran, 2) guru

harus lebih trampil dan beremangat dalam

memotivasi siswa.

Page 27: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

Muhim, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Untuk Meningkatkan Aktifitas dan Prestasi Belajar PAI | 27

Siklus III

Pada tahap perencanaan peneliti secara

lebih serius mempersipkan perangkat

pembelajaran yang terdiri dari RPP 3, soal tes

formatif 3, dan alat-alat pengajaran yang

lainnya mendukung proses secara optimal.

Secara strategis disiapkan juga lembar

pengamatan keaktifan siswa untuk

mendukung kegiatan agar memperoleh

kondisi idial sebelum tahap pelaksanaan..

Melalui tahap pelaksanaan pembelajar-

an silkus III dilaksanakan pada bulan Pebruari

2014 di kelas VI dengan jumlah 18 siswa.

Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru

dalam proses pembelajaran. Tahap observasi

pembelajaran dilaksanakan bersamaan dengan

pelaksanaan proses belajar mengajar.

Sedangkan bertindak sebagai pengamat

adalah rekan guru dalam lingkungan satu

sekolah.

Tahap akhir proses belajar mengajar

siswa diberi tes formatif III dengan tujuan

untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa

dalam proses belajar mengajar yang telah

dilakukan. Adapun data hasil tes formatif dari

hasil perhitungan rata-rata siklus III yang

telah dicapai adalah 73,88. Sedangkan tingkat

keberhasilan siklus III mencapai angka 88,63.

Dari hasil observasi diperoleh prosentase

aktivitas siswa sebesar 80 %. Hal tersebut

menunjukkan bahwa pada siklus ke III secara

klasikal siswa sudah tuntas belajar, karena

siswa yang memahami pelajaran sebesar

86,63 % lebih besar dari prosentase

ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85

%. Prosntase aktivitas siswa sebear 80 %

meunjukkan siswa telah mempunyai motivasi

yang kuat dalam pembelajaran. Hal tersebut

sekaligus memberikan gambaran bahwa

proses pembelajaran berlangsung dalam

suasana kondusif dan menumbuhkembangkan

situasi pembelajaran yang dinamis. Realita

tersebut sebagai manifestasi bahwa

pembelajaran yang aktif, kreatif dan

menyenangkan memberikan iklim belajar

yang produktif.

Pada Tahap Refleksi kegiatan belajar

mengajar diperoleh informasi dari hasil

pengamatan sebagai berikut: 1) selama proses

belajar mengajar guru telah melaksanakan

semua langkah-langkah pembelajaran dengan

baik, meskipun ada beberapa aspek yang

belum sempurna tetapi prosentasenya sudah

cukup baik, 2) berdasarkan hasil pengamatan

diketahui bahwa siswa akif selama proses

belajar mengajar berlangsung. Dalam

memberikan umpan balik guru juga sudah

berkatagori baik, 3) kekurangan pada siklus –

siklus sebelumnya sudah mengalami

perbaikan, 4) hasil belajar siklus III mencapai

ketuntasan klasikal.

Setelah diadakan revisi pada siklus III

guru telah mengimplementasikan proses

pembelajaran dengan baik hal ini dilihat dari

siswa yang rata-rata sudah aktif dalam

pembelajaran dan hasil belajar siswa sudah

mencapai katagori tuntas. Untuk pelaksanaan

pembelajaran berikutnya diharapkan dapat

mempertahankan dan memaksimalkan apa

yang telah dicapai saat ini. Pada siklus III ini

siklus dihentikan karena telah mencapai hasil

yang diharapkan yaitu ketuntasan belajar

klasikal dan aktivitas siswa yang mencapai

kategori efektif. Progres dari pra siklus, siklus

I sampai dengan siklus III menegaskan bahwa

proses pembelajaran semakin meningkat,

penuh dengan motivasi, serta memperoleh

output sesuai harapan yakni mencapai

ketuntasan dalam belajar.

Pembahasan.

Untuk lebih mempertajam hasil

penelitian tindakan kelas, maka dilakukan

pembahasan terkait dengan hasil penelitian

sebagai berikut: 1) Pada siklus I siswa secara

klasikal keberhasilan belajar siswa telah

mencapai 68,18 %, sedangkan siklus II

mencaai angka capaian 79,64 %, dan siklus

III meraih angka 86,63%. Dari ketercapaian

tersebut dapat dijelaskan bahwa pada siklus I

dan siklus II hasil yang diraih belum

mencapai kriteria ketuntasan yang telah

ditentukan. Sedangkan proses pembelajaran

Page 28: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

28 | Jurnal Karya Pendidikan, Volume I, Nomor 2, Maret 2015, hal 22 – 28

perbaikan pada siklus III telah mencapai

kriteria ketuntasan.

Ketercapaian di atas menunjukkan

bahwa tingkat keberhasilan siswa dari siklus

ke siklus mengalami kemajuan peningkatan

yang cukup signifikan. Peningkatan ini

disebabkan oleh guru yang semakin mengerti

dan memahami langkah-langkah

pembelajaran yang seharusnya dilakukan

sehingga proses belajar mengajar berlangsung

lebih baik. Pada siklus I observasi

menyatakan bahwa ratarata aktivitas siswa

masih kurang dengan capaian hasil (65%),

demikian juga dengan siklus II rata-rata

aktivitas siswa masih belum mencapai

katagori aktif dengan angka yang dicapai

(70%) Namun setelah melalui beberapa

tahapan perbaikan, pada siklus III rata-rata

aktivitas siswa dalam proses pembelajaran

sudah mencapai katagori aktif (80%) Ini

menunjukkan siswa semakin termotivasi

dalam belajar Pendidikan Agama Islam.

KESIMPULAN

Dari hasil kegiatan pembelajaran yang

dilakukan selama tiga siklus, dan berdasarkan

seluruh pembahasan serta analisis yang telah

dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1) Model pembelajaran kooperatif tipe TPS

(think pair share) memiliki dampak positif

dalam meningkatkan prestasi belajar

Pendidikan Agama Islam siswa kelas VI SDN

Ngemplak I yang ditandai dengan

peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam

setiap siklus, yaitu siklus I (68,18%), siklus II

(79,64%), siklus III (86,63%}. 2) Model

pembelajaran kooperatif tipe TPS (think pair

share) dapat meningkatkan motivasi belajar

siswa kelas VI dalam proses pembelajaran

Pendidikan Agama Islam. Ini dapat dilihat

dari progress (kemajuan) aktivitas siswa yang

terus meningkat dari siklus I (65%), siklus II

(70%), siklus III (80%)

Agar proses belajar mengajar

Pendidikan Agama Islam lebih efektif dan

lebih memberikan hasil yang optimal bagi

siswa, maka disampaikan saran sebagai

berikut: 1) model pembelajaran kooperatif

tipe TPS (thank pair share) dapat menjadi

alternatif bagi guru untuk meningkatkan hasil

belajar siswa dalam pembelajaran Pendidikan

Agama Islam. 2) diperlukan adanya penelitian

lanjutan agar hasil penelitian ini lebih dapat

bermanfaat bagi peneliti khususnya dan dunia

pendidikan pada umumnya.

DAFTAR RUJUKAN

Isjoni. (2011). Cooperative Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: ALFABETA.

Nasution. (2006). Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara.

Nur Muhammad dkk. 2011 Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : Pusat Sains dan Matematika

Sekolah.

Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif.Surabya: Masmedia Buana Pustaka.

Page 29: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

29

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA

MATERI SISTIM TATA SURYA

MELALUI METODE DEMONSTRASI

DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL

Sulistianah

Guru SDN Kauman I

Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro

Email : [email protected]

Abstrak : Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan peningkatan prestasi belajar siswa pada materi

sistim tata surya melalui metode demonstrasi dengan menggunakan media audio visual . Metode

penelitian yang di gunakan adalah deskritif, jenis penelitiannya tindakan kelas. Subjek penelitian

adalah siswa kelas V SDN Kauman I berjumlah 24 orang. Teknik yang di gunakan adalah observasi

langsung. Alat pengumpul data adalah lembar observasi murid. Penelitian ini dilaksanakan melalui II

siklus, prosedur penelitian menggunakan tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Hasil

penelitian menunjukkan adanya peningkatan pemahaman siswa terhadap materi yang dibuktikan

dengan peningkatan prestasi belajar siswa yang mencapai ketuntasan 58,33% pada kondisi awal

meningkat menjadi 70,83 % pada siklus I , dan meningkat lagi menjadi 87,50% pada siklus II. Dengan

menggunakan metode demonstrasi dengan menggunakan media audio visual dapat meningkatkan

prestasi belajar siswa pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.

Kata Kunci : hasil belajar, metode demonstrasi, media audio visual

Guru sebagai ujung tombak yang

menentukan keberhasilan pendidikan dan

pengajaran di sekolah, sepertinya belum dapat

mengantisipasi keadaan dan keperluan siswa.

Sebagian guru masih belum maksimal dalam

menerapkan berbagai metode, strategi dan

penggunaan media dalam rangka memberikan

pengalaman nyata kepada siswa. Dalam

pembelajaran, guru hanya bersikap sebagai

pelaksana tugas dalam pembelajaran, bukan

memberikan pengalaman belajar yang

bermakna kepada siswanya. Guru pun jarang

menciptakan model pembelajaran sains dengan

pengamatan langsung, percobaan, ataupun

simulasi. Akibatnya, sains dianggap sebagai

pelajaran hafalan. Padahal, pembelajaran sains

dapat menjadi wahana bagi siswa untuk

berlatih menjadi ilmuwan, mengembangkan

menumbuhkan motivasi, inovasi, dan

kreativitas sehingga siswa mampu menghadapi

masa depan yang penuh tantangan melalui

penguasaan sains.

Oleh karena itu, guru seharusnya kreatif

dan inovatif dalam meningkatkan kualitas

pembelajaran sehingga mampu memenuhi

keperluan pembelajaran untuk setiap siswanya.

Sehubungan dengan hal tersebut metode

mengajar yang digunakan oleh guru hendaknya

bervariasi sesuai dengan tujuan dan materi

yang diajarkan. Dengan metode yang

bervariasi inilah siswa akan begairah dalam

belajar secara inovatif dan kreatif. Metode

yang digunakan dalam interaksi belajar

mengajar merupakan salah satu faktor yang

menentukan keberhasilan dan kelancaran

proses pembelajaran.

Usaha untuk meningkatkan pemahaman

siswa memerlukan metode yang efektif dan

efisien. Selain itu, diperlukan pula media

pembelajaran yang tepat sehingga siswa dapat

menguasai kompetensi yang diharapkan.

Dalam proses belajar mengajar, media

memiliki peran yang sangat penting

menunjang tercapainya tujuan pembelajaran.

Penerapan metode demonstrasi dengan

menggunakan media audio visual dalam materi

sistem tata surya diharapkan membangkitkan

rasa ingin tahu dan minat siswa serta motivasi

Page 30: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

30 | Jurnal Karya Pendidikan, Volume I, Nomor 2, Maret 2015, hal 29 – 33

untuk belajar, juga dapat mempermudah siswa

dalam memahami materi dan informasi yang

disampaikan.

Menurut Wina sanjaya (2007:150)

metode Demonstrasi adalah metode penyajian

pelajaran dengan memperagakan dan

mempertunjukan kepada murid tentang sesuatu

proses, situasi atau benda tertentu. Sebagai

metode penyajian, demonstrasi tidak terlepas

dari penjelasan secara lisan oleh guru.

Walaupun dalam proses demonstrrasi peran

murid hanya sekedar memperhatikan ,akan

tetapi demonstrasi dapat menyajikan bahan

pelajaran lebihh Konkrit

Media pembelajaran adalah segala

sesuatu yang dapat digunakan untuk

menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima

pesan. Dalam hal ini adalah proses merangsang

pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta

perhatian siswa sehingga proses belajar dapat

terjalin, Sadiman (2008: 7). Berdasarkan

pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa

media pembelajaran adalah alat bantu yang

digunakan oleh guru sebagai alat bantu

mengajar. Dalam interaksi pembelajaran, guru

menyampaikan pesan ajaran berupa materi

pembelajaran kepada siswa,

Menurut Wina Sanjaya (2010) media

audio visual yaitu jenis media yang selain

mengandung unsur suara juga mengandung

unsur gambar yang bisa dilihat, misalnya

rekaman video, film, slide suara, dan lain

sebagainya. Kemampuan media ini dianggap

lebih baik dan menarik. Media audio visual

dalam penelitian ini adalah Audio visual gerak,

yaitu media yang dapat menampilkan unsur

suara berupa penjelasan materi dan gambar

yang bergerak.

Penggunaan metode dan media audio

visual pada pembelajaran sistim tata surya

didasari dari pelaksanaan pembelajaran Ilmu

Pengetahuan yang telah dilakukan dengan

menggunakan media gambar, menunjukkan

hasil yang kurang memuaskan, sebagian besar

siswa kurang bersemangat mengikutinya, dan

ketika diberikan soal-soal latihan mereka

mengalami kesulitan dalam mengerjakannya,

hal ini terjadi karena para siswa belum

memahami materi pelajaran yang telah

dijelaskan oleh guru. Hasil tes yang diperoleh

dari jumlah siswa sebanyak 24, hanya 14 siswa

(58,33 %) yang mencapai ketuntasan belajar

dengan rata-rata nilai 63,75. Hasil tes ini

menunjukkan bahwa secara klasikal hasil

pembelajaran belum tuntas, dimana

pembelajaran secara klasikal dikatakan tuntas

apabila 85 % siswa telah mencapai ketuntasan

minimal.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka

penulis mencoba untuk mengidentifikasi faktor

penyebab kurang berhasilnya proses

pembelajaran yang sudah dilaksanakan

sehingga hasil belajar siswa rendah. Ada

beberapa masalah yang terjadi dalam proses

pembelajaran, yaitu : 1) rendahnya tingkat

penguasaan siswa terhadap materi pelajaran, 2)

teknik pembelajaran mengenai sistem tata

surya kurang bervariasi, 3) siswa kurang

termotivasi untuk mengikuti pelajaran.

Berdasarkan identifikasi masalah diatas

guru melakukan penelitian dengan tujuan

meningkatkan pemahaman mengenai sistem

tata surya pada siswa kelas VI melalui

penerapan metode demonstrasi dengan

menggunakan media audio visual.

METODE

Jenis penelitian yang dilakukan oleh

peneliti ialah deskriptif kualitatif, yang

dideskripsikan adalah : penerapan metode

demonstrasi melalui penggunaan media audio

visual pada pembelajaran IPA mampu

meningkatkan pemahaman dan hasil belajar

siswa tentang sistim tata surya. Teknis

analisis datanya adalah kualitatif karena

analisis datanya tidak menggunakan statistik

tapi hanya menggunakan prosentase atau

kriteria.

Bentuk penelitian yang digunakan pada

penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas,

yaitu suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru

bersama guru atau bersama-sama orang lain

(kolaborasi) yang bertujuan untuk mempebaiki

Page 31: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

Sulistianah, Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Materi Sistim Tata Surya Melalui Metode Demonstrasi | 31

58,33 70,83

87,50

-

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

Pra Siklus Siklus I Siklus II

Kenaikan Ketuntasan Hasil Belajar

Siswa

atau meningkatkan mutu proses pembelajaran

di kelas (Iskandar 2009 : 2).

Model penelitian PTK pada penelitian ini

adalah menggunakan model spiral kemmis

dan taggart (Rochiati, 2008:66). Tahap-tahap

penelitiannya adalah sebagai berikut: 1) Plan

(perencanaan), 2) Act (tindakan) 3) Observe

(pengamatan), 4) Reflect (Refleksi)

Penelitian ini di lakukan di Sekolah

Dasar Negeri Kauman II pada semester genap

tahun pelajaran 2014-2015 bulan Februari

2015, dengan subjek Penelitian siswa kelas VI

yang berjumlah 24 orang yang terdiri 12 orang

laki-laki dan 12 orang perempuan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil penelitian yang dilakukan dari

pembelajaran menunjukkan adanya perubahan

hasil belajar siswa sebagaimana tergambar

dalam tabel di bawah ini.

Tabel 2.

Daftar Nilai Hasil Belajar Siswa

No Nama Siswa Siklus

Pra I II

1 Achmad Zaky Yanuardani 50 70 70

2 Aditiya Kurniawan 35 40 55

3 Ahmad Bagus Alamsyah 80 80 85

4 Ahmad Wahib 70 75 75

5 Ajeng Praticia 50 55 60

6 Amilia Devi Hidayati 85 90 100

7 Andhita Nur Fanny 75 80 80

8 Andre Eko Saputro 80 90 90

9 Arda Falakhi 50 60 70

10 Bagas Mahendra 60 70 75

11 Dea Monika Rahayu Putri 70 70 75

12 Desra Panca Alfitra 75 80 80

13 Dwi Kinanti Primawidya 70 70 75

14 Ela Indah Saputri 70 75 80

15 Esti Purnama Rini 80 85 85

16 Eva Dwi Vatmawati 70 75 80

17 Fatma Puspita cahyani 45 45 50

18 Mohammad Alkahfi K 75 75 80

19 Muhammad Aqil Fajri 55 60 70

20 Muhammad Khoirul Huda 40 60 70

21 Ridha Fidya Rahma 50 60 70

22 Sugiarto 55 70 75

23 Vera Illa Faizah 70 70 75

24 Veronica Dwi Cahyani 70 80 90

63,75 70,21 75,63

Dari data tabel I menunjukkan adanya

peningkatan hasil belajar siswa. Pada siklus I

menunjukkan bahwa nilai terendah 45 dan nilai

tertinggi 90 sedangkan nilai rata-rata kelas

mencapai nilai 70,21. Siswa yang telah

mencapai ketuntasan belajar sebanyak 17

siswa atau 70,83%, sehingga secara klasikal

pembelajaran belum mencapai ketuntasan.

Pembelajaran dapat dikatakan tuntas secara

klasikal apabila 85% siswa telah memperoleh

nilai minimal KKM (70) atau telah tuntas.

Berdasarkan tabel 1 menunjukkan

bahwa pada siklus II terdapat peningkatan

yang yang cukup siginifikan yaitu hasil nilai

rata-rata kelas dari 70,21 menjadi 75,63,

dengan nilai terendah 55 dan tertinggi 100.

Pada siklus II ini siswa yang telah mencapai

ketuntasan minimal sebanyak 21 siswa atau

87,50%.

Grafik peningkatan hasil nilai ketuntasan

siswa digambarkan di bawah ini :

Berdasarkan grafik ketuntasan hasil

belajar, dari kondisi awal (pra siklus) terjadi

kenaikan terhadap siswa yang mengalami

ketuntasan yaitu dari 14 siswa menjadi 17

siswa atau naik 12,50 % pada siklus I, dan

meningkat lagi menjadi 21 siswa yang

mencapai ketuntasan atau naik 16,67%.

Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa

secara kalsikal proses perbaikan pelajaran IPA

Page 32: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

32 | Jurnal Karya Pendidikan, Volume I, Nomor 2, Maret 2015, hal 29 – 33

dengan materi tentang sistem tata surya ini

sudah dapat dikatakan berhasil dan mencapai

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 21

orang (87,50%). Jadi proses pembelajaran ini

sudah tidak perlu diadakan perbaikan lagi.

Pembahasan

Berdasarkan observasi dan hasil diskusi

dengan teman sejawat, diperoleh hasil bahwa

perlu diadakannya perbaikan pembelajaran di

setiap siklus. Setelah melaksanakan proses

pembelajaran dua siklus untuk materi tentang

sistem tata surya maka terdapat temuan sebagai

berikut : selama pelajaran pada prasiklus

peneliti melaksanakan pembelajaran dengan

menggunakan media gambar. Dengan cara

belajar tersebut hasil belajar yang diperoleh

siswa kurang memenuhi ketuntasan yang

diharapkan yang disebabkan karena siswa

kurang memahami materi yang disampaikan.

Hal ini dapat dilihat dari hasil nilai ulangan pra

siklus, dimana nilai rata–ratanya 63,75 dengan

ketuntasan klasikal 58,33% atau 14 siswa dari

24 siswa yang mencapai ketuntasan minimal

yaitu 70.

Setelah dilakukan tindakan pada siklus I,

dimana peneliti menerapkan metode

demonstrasi dengan menggunakan media audio

visual, para siswa lebih tertarik mengikuti

proses pembelajaran, pemahaman siswa materi

pelajaran yang diajarkan meningkat. Hal ini

mempengaruhi hasil nilai ulangan, dimana

nilai rata – rata siswa lebih meningkat menjadi

70,83 dan terdapat 17 dari 24 siswa yang telah

mencapai ketuntasan.

Apabila diperhatikan perubahan yang

terjadi pada nilai siswa pada siklus I

menunjukan hal yang positif. Namun hasil

yang diperoleh peneliti dinilai masih kurang

memuaskan dan secara klasikal pembelajaran

belum mencapai ketuntasan. Hal ini

disebabkan karena media audio visual yang

digunakan guru merupakan hal baru bagi

siswa, selain itu terdapat beberapa siswa yang

masih kurang teliti dalam megerjakan soal.

Oleh karena itu peneliti perlu melakukan

tidakan pada siklus II.

Pada siklus II ini peneliti berusaha

memperbaiki kekurangan pada proses

pembelajaran pada siklus I, dimana peneliti

tetap menggunakan metode demostrasi dengan

media audio visual. Peneliti berusaha

memodifikasi peraga agar siswa lebih tertarik

dan aktif dalam proses pembelajaran.

Pada siklus II ini siswa menjadi lebih

aktif, pemahaman dan penguasaan materi

pembelajaran lebih bagus bila dibandingkan

dengan siklus sebelumnya. Proses kegiatan

belajar mengajar berbeda dengan siklus I. Guru

menerapkan metode demonstrasi dengan

menggunakan media audio visual yang telah

dimodifikasi lebih menarik. Siswa diberi

latihan-latihan dan dalam mendemonstrasikan

alat peraga difokuskan pada anak yang daya

serapnya rendah, tujuannya agar meningkatkan

daya ingatnya.

Metode dan Media yang digunakan lebih

konkrit sehingga siswa menjadi terlihat lebih

aktif. Guru menarik perhatian siswa dengan

beragam pertanyaan sesuai gambar yang

disajikan dengan menggunakan media audio

visual, sehingga siswa termotivasi untuk

mengutarakan pendapatnya dan memudahkan

bagi siswa untuk memahami materi tentang

sistem tata surya. Hal ini terlihat dari hasil nilai

ulangan yang diperoleh siswa pada siklus II,

dimana rata–rata nilai 75,63 dan terdapat 21

siswa atau 87,50% siswa yang mendapat nilai

≥ 70. Dengan demikian kegiatan perbaikan ini

sesuai dengan rencana. Hal ini menunjukkan

bahwa pembelajaran secara klasikal telah

mencapai ketuntasan.

PENUTUP

Dari hasil pelaksanaan pembelajaran dua

siklus melalui metode demonstrasi dengan

menggunakan media audio visual pada

pelajaran IPA materi sistem tata surya dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1)

penggunaan metode dan media pembelajaran

secara tepat mampu memicu keterlibatan siswa

secara maksimal dalam proses pembelajaran

sehingga dapat memotivasi siswa dalam

meningkatkan hasil belajarnya. 2) sebagai

Page 33: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

Sulistianah, Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Materi Sistim Tata Surya Melalui Metode Demonstrasi | 33

motivator dan fasilitator, guru harus dapat

menciptakan kondisi agar siswa tertarik untuk

belajar, kondisi ini dapat diciptakan jika guru

mampu menggunakan metode dan media

belajar yang efektif pada pembelajaran tentang

sistem tata surya secara tepat.

Berdasarkan kesimpulan diatas, terdapat

beberapa saran yang sebaiknya dilaksanakan

oleh guru dalam melaksanakan proses

pembelajaran diantaranya adalah : 1)

penggunaan metode demonstrasi serta media

audio visual yang disesuaikan dengan materi

ajar dapat membantu siswa untuk lebih mudah

memahami materi pembelajaran, 2) sebelum

pembelajaran dimulai guru harus menyiapkan

suatu strategi pembelajaran yang tepat, lengkap

dan terencana, 3) dalam menyampaikan materi

pembelajaran agar lebih sistematis dan mudah

dimengerti siswa guru harus mengunakan

metode dan media pembelajaran yang sesuai

dengan materi pelajaran.

DAFTAR RUJUKAN

Aries.S.Sadiman. 2008 Media Pendidikan, pengertian pengembangan dan pemanfaatanya. Jakarta

PT.Raja Grafindo Persada

Iskandar. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Gaung Persada (GP) Press.

Sanjaya, Wina. (2010). Strategi Pembelajaran.Jakarta; Kencana Prenada Media Group

Wina Sanjaya. (2007). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group.

Wiriaatmadja, Rochiati, 2008. Metode Penelitian Tindakan Kelas, Bandung, PT Remaja

Rosdakarya Offset.

Page 34: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

34

PEMBELAJARAN PENGALAMAN LANGSUNG UNTUK

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA

PADA POKOK BAHASAN GERAK BENDA DI KELAS III

Supiyah

Guru SD Negeri Ngemplak I Baureno Bojonegoro

Email : [email protected]

Abstrak : Implementasi pembelajaran perlu berbagai alternatif untuk menjawab permasalahan dan

kelemahan dalam belajar. Dengan pembelajaran pengalaman langsung diharapkan memperoleh solusi

dalam pembelajaran melalui tahap-tahap yang telah disusun sedemikian rupa beserta langkah-langkah

pembelajarannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur sejauh mana peranan model pembelajaran

pengalaman langsung untuk meningkatkan prestasi siswa kelas III di SDN Ngemplak I, pokok bahasan

gerak benda. Penelitian ini terdiri dari 2 siklus yakni pelaksanaan siklus 1 pada tanggal 24 Pebruari

2015 dan siklus 2 tanggal 3 Maret 2015. Dari hasil penelitian ini membuktikan bahwa dengan model

pembelajaran pengalaman langsung mampu meningkatkan aktiftas baik guru dan siswa dlam proses

pembelajaran. Hal ini dilihat dari hasil perolehan nilai siswa dari siklus ke siklus yang menunjukkan

peningkatan dibandingkan dengan hasil-hasil tes sebelumnya. Disamping itu nilai ketuntasan belajar

siswa naik hingga 90%. Melalui pembelajaran pengalaman langsung siswa senantiasa berperan aktif

dalam proses pembelajaran. Selain itu dengan konsep pengalaman tersebut mereka dapat menerapkan

dalam latihan soal maupun dalam kehidupan sehari-hari sebagaimana tujuan mata pelajaran Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA).

Kata Kunci : pembelajaran pengalaman langsung, prestasi belajar siswa, gerak benda

Berbagai bentuk penyajian pembelajaran

secara klasikal sering dilakukan oleh guru dari

waktu kewaktu. Pembelajaran klasikal dapat

digunakan apabila materi pelajaran bersifat

informatif atau fakta. Terutama ditujukan

untuk memberikan informasi atau sebagai

pengantar proses belajar mengajar Hal ini

memberikan arti bahwa belajar klasikal dengan

mendengar hanya digunakan saat apersepsi

bukan dalam proses kegiatan inti pembelajar-

an. Guru tidak cukup sekedar menyajikan

bahan-bahan pelajaran untuk dihafal kemudian

diurutkan tingat penguasaannya, tetapi lebih

dari itu guru harus merencanakan, mengelola,

memimpin, dan menilai proses belajar dalam

berbagai sikap, kemampuan dan ketrampilan

pada berbagai bidang kehidupan.(Wahyudi :

2010).

Penerapan Ilmu Pengetahuan Alam

(IPA) merupakan mata pelajaran yang

mengaplikasikan pengetahuan mengenai

konsep-konsep sains dan keterampilan individu

dalam kehidupan sehari-hari untuk memecah-

kan masalah. Sistem konseptual IPA sebagai

suatu pengetahuan logic-matematik dan fisik

hanya dapat dipelajari melalui penyesuaian arti

antara pengajar dan pelajaran. Namun pada

kenyataanya dalam proses pembelajaran guru

terkadang hanya memberikan ulasan-ulasan

tentang materi yang diajarkan dan kurangnya

minat siswa untuk mencoba dan menerapkan

langsung dalam kehidupan sehari-hari.

(Suciati,2007).

Berdasarkan hasil penelitian dan diskusi

teman sejawat yang telah dilakukan di kelas III

SDN Ngemplak I dengan jumlah siswa 20

anak, masalah yang ditemukan adalah hasil

prestasi belajar siswa sangat mengecewakan.

Yakni hanya 4 anak yang tuntas pembelajaran-

nya dengan perolehan nilai diatas 65,

khususnya mata pelajaran IPA. Di kelas ini

guru menggunakan metode ceramah dan

pemberian tugas. Selain itu, kondisi

pembelajaran kurang menarik siswa. Hal ini

dibuktikan dengan banyaknya siswa hampir

90% anak yang tidak focus dan tidak

memperhatikan penjelasan guru serta

substansi materi.

Page 35: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

Supiyah,Pembelajaran Pengalaman Langsung Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa | 35

Kondisi ini mereferensikan kejenuhan

anak dan keingintahuan secara langsung

obyek yang akan dipelajari anak sehingga

menimbulkan motivasi dan meningkatnya

pemahaman siswa untuk mencari penyelesaian

yang ditawarkan, yakni pelaksanaan

pembelajaran melalui metode pengalaman

langsung yang dikemas dalam sebuah

penelitian tindakan.

Proses dan hasil penelitian ini bertujuan

untuk mendiskripsikan penerapan pembelajar-

an pengalaman langsung untuk meningkatkan

prestasi belajar siswa kelas III mata pelajaran

IPA pokok bahasan gerak benda.

Mendiskripsikan / menganalisis penggunaan

pembelajaran pengalaman langsung terhadap

prestasi belajar siswa. Penelitian ini juga untuk

menemukan jawaban tentang bagaimana

penerapan pembelajaran pengalaman langsung

untuk meningkatkan prestasi belajar siswa

serta memberikan pengalaman tentang betapa

pentingnya penelitian tindakan untuk

menyelesaikan permasalahan yang ditemukan

guru dan diselesaikan sendiri sebagai seorang

yang profesional.

Di dalam dunia pendidikan istilah

pembelajaran sering digunakan. Menurut

pendapat Nono Sutarno (2007:57) pembelajar-

an adalah suatu kombinasi yang tersusun

meliputi unsur-unsur manusiawi, material,

fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang

saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Unsur manusiawi merupakan

unsur penting dalam pembelajaran yang terdiri

dari peserta didik, guru, tenaga administrasi

dan tenaga perpustakaan. Dalam pembelajaran

tidak dapat dipisahkan dari unsur material yang

meliputi buku-buku, kurikulum, papan tulis

dan sebagainya.

Langkah pertama yang haus dilakukan

guru dalam memulai pembelajaran adalah

memberikan orientasi kepada siswa tentang

konsep yang akan dipelajari. Kegiatan orientasi

ini bertujuan untuk memotivasi siswa. Yang

dapat dilakukan guru pada kegiatan orientasi,

diantaranya adalah mengemukakan cerita yang

menimbulkan pertanyaan, melontarkan ide-ide

yang bertentangan dengan kenyataan sehari-

hari, atau menyesuaikan topik yang dibahas

dengan minat siswa. Kita ambil contoh dalam

pelajaran IPS tentang urbanisasi, guru dapat

mengajukan pertanyaan, mengapa banyak

orang yang ingin pindah ke kota padahal

perjuangan hidup di kota sangat sukar dan

keras. Atau dalam pelajaran IPA, misalnya

tentang ciri-ciri makhluk hidup, guru dapat

mengemukakan pernyataan bahwa salah satu

ciri makhluk hidup adalah bergerak.

Bagaimana tumbuhan bergerak? Dengan

pertanyaan-pertanyaan tersebut, siswa akan

termotivasi untuk mempelajari materi tersebut

lebih lanjut. Selain itu, guru juga dapat

melakukan kegiatan orientasi dengan

mengaitkan atau meng-hubungkan konsep

yang akan dipejari degan pengetahuan yang

telah dimiliki siswa.

Setelah perhatian siswa terpusat pada

konsep atau topik yang akan dipelajari,

kegiatan berikutnya adalah meminta siswa

mengungkapkan pengalamannya yang bekaitan

dengan konsep yang sedang dipelajari. Kita

ambil contoh konsep tentang “Gerak Benda”.

Berkenaan dengan konsep ini, siswa dapat

mengungkap pengalaman melihat gerak pada

benda. Ketika siswa menemui hal-hal yang

berkaitan dengan gerak benda misalnya ketika

mereka bermain gangsir di permukaan yang

halus dan kasar maka mereka akan mencoba

berfikir bagaimana cara gangsir tersebut dapa

berputar lama. Apakah di permukaan yang

halus ataukah yang kasar. Berdasarkan

pengalaman siswa tersebut, guru meminta

siswa untuk melakukan pengamatan terhadap

gerak benda serta faktor-faktor yang

Mempengaruhi gerak benda. Kegiatan yang

dilakukan siswa tersebut menggambarkan

modus belajar pengalaman konkret.

Setelah melaksanakan pengamatan,

siswa diminta untuk menyampaikan hasilnya

kepada siswa lain di kelas. Pengungkapan hasil

pengamatan ini dilakukan sesuai dengan minat

siswa. Bagi siswa yang senang menulis, hasil

pengamatannya dapat dituangkan dalam

Page 36: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

36 | Jurnal Karya Pendidikan, Volume I, Nomor 2, Maret 2015, hal 34 – 40

bentuk tulisan. Tetapi siswa yang senang

bicara, dapat menyampaikan hasil

pengamatannya dalam diskusi. Pada tahap

observasi refleksi ini, akan terjadi tukar

informasi atau pengalaman di antara siswa.

Melalui kegiatan ini, konsep tentang gerak

pada tumbuhan serta faktor-faktor yang

mempengaruhinya akan terbentuk pada dari

siswa (Konseptualisasi Abstrak).

Penelitian tindakan sebagai karya tulis

ilmah yang dilakukan seorang guru dalam

kelasnya, Penelitan tindakan merupakan

penelitian dalam bidang sosial, yang

menggunakan refleksi diri segala media utama,

dilakukan oleh orang yang terlibat di

dalamnya, serta bertujuan untuk melakukan

perbaikan dalam berbagai aspek (Hadi Tino,

2008).

Dari segi profesionalisme, penelitian

kelas yang dilakukan oleh guru dipandang

sebagai satu unjuk kerja seorang guru yang

profesional karena studi sistematik yang

dilakukan terhadap diri sendiri dianggap

sebagai tanda (hallmark) dari pekerjaan guru

yang profesional. Keterlibatan guru dalam

berbagai kegiatan pengembangan di sekolah-

nya dan mungkin di tingkat yang luas,

sehingga ia perlu mampu melakukan review

terhadap kinerjanya sendiri, untuk selanjutnya

dapat dipakai.

METODE

Penelitian ini menggunakan penelitian

tindakan yang direncanakan terdiri atas dua

siklus, tiap siklus peneliti harapkan ada

perubahan yang ingin dicapai. Pada tiap siklus

diberikan soal (kuis) baik secara lisan maupun

tulisan. Selain itu untuk melengkapi data

penelitian di akhir siklus II juga memberikan

angket kepada peserta didik yang berisi tentang

tanggapan mereka terhadap pembelajaran yang

telah peneliti laksanakan.

Penelitian ini menggunakan metode

deskriptif. Menurut Nana Syaodih.S (2010:

54) “Metode deskriptif adalah suatu metode

penelitian yang ditujukan untuk

menggambarkan fenomena–fenomena yang

ada, berlangsung pada saat ini atau saat yang

lampau”. Penelitian deskriptif, bisa

mendesripsikan suatu keadaan saja, tetapi bisa

juga mendeskripsikan keadaan dalam tahapan-

tahapan perkembangannya. Penelitian ini tidak

mengadakan manipulasi atau pengubahan pada

variabel–variabel bebas, tetapi menggambar-

kan suatu kondisi apa adanya. Bentuk

penelitian ini adalah Penelitian Tindakan

Kelas. Menurut Mc. Niff (dalam Moh. Asrori,

2009:4) “mengatakan bahwa penelitian

tindakan kelas merupakan bentuk penelitian

reflektif yang dilakukan oleh guru sendiri yang

hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk

mengembangkan dan perbaikan pelajaran”.

Selanjutnya Suharsimi (dalam Moh. Asrori,

2009: 5) “berkesimpulan bahwa penelitian

tindakan kelas adalah suatu pencermatan

terhadap kegiatan belajar berupa sebuah

tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi

dalam sebuah kelas secara bersama-sama”.

Berdasarkan dua pendapat diatas dengan

penelitian tindakan kelas guru dapat meneliti

sendiri terhadap praktik pembelajaran yang

dilakukannya di kelas.

Menurut Saminanto (2010 :2) “Penelitian

Tindakan Kelas adalah sebagai suatu bentuk

kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku

tindakan, yang dilakukan untuk meningkatkan

kemantapan rasional dari tindakan–tindakan

mereka dalam melaksanakan tugas,

memperdalam pemahaman terhadap tindakan-

tindakan yang dilakukan itu, memperbaiki

kondisi dimana praktek-praktek pembelajaran

tersebut dilakukan serta dilakukan secara

kolaboratif”.

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar

Negeri Ngemplak I pada semester genap tahun

pelajaran 2014-2015. Peneliti bertindak

sebagai perencana, pengajar, penganalisa data

dan sekaligus melaporkan hasil penelitian.

Bertindak sebagai pengamat adalah guru

kolaborasi di SDN Ngemplak I. Subjek

penelitian adalah siswa kelas III yang

berjumlah 20 siswa.

Page 37: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

Supiyah,Pembelajaran Pengalaman Langsung Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa | 37

Teknik yang digunakan dalam penelitian

ini adalah: 1). teknik observasi langsung;

adalah cara pengumpulan data dimana peneliti

melakukan pengamatan terhadap objek

penelitian yang datanya akan diukur dengan

menggunakan lembar pengamatan seperti

mencatat gejala-gejala yang tampak pada objek

penelitian yang pelaksanaannya dilakukan di

dalam kelas pada saat proses tindakan

dilakukan. 2). teknik Pengukuran;

Alat pengumpul data dalam penelitian ini

yang digunakan adalah: 1). lembar observasi

dipergunakan untuk penilaian tentang

kemampuan guru dalam menyusun Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan

kemampuan guru dalam melaksanakan

pembelajaran energi dan pengaruhnya dengan

menggunakan metode pengalaman langsung.

2). Soal Tes; Alat pengumpulan data pada

teknik pengukuran adalah instrumen tes. Tes

yang digunakan berupa tes awal dan tes akhir.

Tes awal bertujuan untuk mengetahui

kemampuan siswa sebelum diberikan

pengajaran dengan metode pengalaman

langsung berdasarkan tingkat kemampuan

siswa, dengan maksud untuk mempermudah

peneliti dalam melihat kemampuan siswa

secara individu. Sedangkan tes akhir bertujuan

untuk mengetahui masing-masing kemampuan

dari siswa setelah diberi pengajaran dengan

metode pengalaman langsung.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Per Siklus.

Siklus 1

Hasil penelitian dari siklus 1 diperoleh

dari aspek-aspek yang diamati oleh pengamat

(teman sejawat) dengan istrumen hasil

observasi pada : 1). Aktivitas Guru dan

Kegiatan saat Proses Belajar Mengajar pada

Rencana Perbaikan Pembelajaran, 2). Aktivitas

siswa saat Penelitian berlangsung.

Dari pelaksanaan tersebut masih terdapat

kelebihan dan kelemahan. Kelebihan pada

kegiatan di atas diantaranya adalah guru sudah

melakukan apersepsi pelajaran dengan baik,

sudah menyampaikan tujuan pembelajaran,

alat dan bahan sudah sesuai dengan tujuan

perbaikan dan langkah-langkah dalam KBM

sudah cukup rapi. Disamping kelebihan

tersebut, masih banyak kelemahan-kelemahan.

Dari hasil aktifitas siswa menunjukkan bahwa

aktifitas siswa masih belum maksimal, karena

masih terdapat kelemahan-kelemahan.

Selain deskripsi aktifitas siswa saat KBM

peneliti juga menyiapkan obsrerver data untuk

aktifitas siswa saat kegiatan berlangsung, dari

data tersebut didapatkan hasil pada tabel

berikut:

Tabel 1 : Data Aktifitas Siswa Pada Siklus I

No Aktifitas Siswa Jml

Siswa

1 Anak yang tanggap pelajaran 16 anak

2 Anak yang memperhatikan 15 anak

3 Anak yang terampil dalam percobaan 8 anak

4 Anak yang sering bertanya 6 anak

5 Anak yang ramai sendiri 7 anak

7 Anak yang menggangu temanya 4 anak

8 Anak yang pasif dalam belajar 3 anak

Hal ini menunjukkan bahwa masih

banyak anak yang belum maksimal untuk

mengikuti pelajaran dengan baik. Sebelum

hasil tes disajikan, peneliti akan memberikan

hasil tes siswa sebelum siklus 1 dilaksanakan

dengan hasil: terdapat 5 anak (25%)

memperoleh nilai 70, sedangkan 15 anak

(75%) memperoleh nilai di bawah KKM (70),

dengan rata-rata nilai 56. Dari hasil tersebut

jelaslah bahwa prestasi belajar yang dicapai

siswa masih sangat rendah, hal inilah yang

mendasari untuk melakukan penelitian agar

tujuan perbaikan tercapai maka peneliti

menggunakan siklus 1.

Dengan memberikan tes soal yang

berjumlah 10 soal didapatkan hasil belajar

anak sebagai berikut ini: terdapat 1 anak

memperoleh nilai 90, 4 anak memperoleh nilai

80, 4 anak memperoleh nilai 70 dan 11 siswa

memperoleh nilai di bawah KKM (70), dengan

rata-rata nilai 64. Dari data tersebut di atas

peneliti merefleksi kembali hasil pada siklus I

yakni masih terdapat kelemahan-kelemahan

Page 38: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

38 | Jurnal Karya Pendidikan, Volume I, Nomor 2, Maret 2015, hal 34 – 40

diantaranya: 1) guru menanyakan kepada siswa

dengan pertanyaan pancingan tentang gerak

benda. Anak kurang antusias menjawab karena

guru tidak menunjuk beberapa anak untuk

menjawab pertanyaan tersebut. Pertanyaan

tidak diikuti olek gerakan yang mengarahkan

siswa. 2) guru tidak menjelaskan gambar yang

ada di depan kelas, tidak ada respon

pertanyaan dari siswa tentang gambar yang

dipajang tersebut, 3) saat mempersiapkan

bahan dan alat guru belum memfokuskan

perhatian siswa dengan baik. Siswa kurang

terfokus pada kegiatan pembelajaran saat guru

menyiapkan alat dan bahan penyelidikan. 4)

kalimat perintah yang diberikan guru masih

belum dipahami oleh siswa, 5) waktu yang

dibutuhkan cukup lama sehingga tidak semua

siswa dapat diamati, guru tidak memberikan

lembar hasil observasi kepada siswa. 6) guru

tidak memberikan kaitan hasil kesimpulannya

dengan apa yang telah siswa lakukan saat

meneliti. 7) dari hasil pengamatan keaktifan

siswa dalam kelas anak yang tangap pelajaran

16 anak, anak yang memperhatikan 15 anak,

anak yang terampil dalam percobaan 8 anak,

anak yang sering bertanya, 6 anak, anak yang

ramai sendiri 7 anak, anak yang mengangu

temannya 4 anak dan anak yang pasif dalam

belajar ada 3 anak. 8) dari hasil tes siswa

menunjukkan nilai rata-rata kelas 64, padahal

KKM yang ditentukan sekolah adalah 70.

Siklus II

Dari rekomendasi yang terdapat pada

siklus I maka peneliti melakukan siklus II.

Pada tahap rencana siklus II ini tak ubahnya

seperti pada siklus I, peneliti merefleksi

kembali hasil pada siklus I dan menganalisis

kelemaan-kelemahannya dan melakukan

diskusi dengan teman sejawat.

Dari instrumen yang dikembangkan

peneliti pada siklus II mendapatkan data bahwa

hasilnya menunjukkan adanya peningkatan

aktifitas jika dibandingkan dengan siklus 1.

Kelemahan-kelemahan yang terdapat di siklus

1 juga sudah diperbaiki atau ditutupi dengan

kegiatan yang lebih menunjang tujuan yang

ingin dicapai dapat terwujud. Selain aktifitas

guru saat melakukan penelitian, observer juga

mengamati kegiatan siswa pada siklus 2 ini.

Hasil pengamatannya juga menunjukkan

peningkatan aktifitas yang dilakukan siswa

dibandingkan dengan siklus 1. Kelemahan-

kelemahan yang terdapat pada siklus 1 sudah

dapat diperbaiki.

Hasil pengamatan keaktifan siswa pada

saat mengikuti PBM tergambar pada tabel 2.

Tabel 2 : Data Aktifitas Siswa Pada Siklus II

No Aktifitas Siswa Jml

Siswa

1 Anak yang tanggap pelajaran 19 anak

2 Anak yang memperhatikan 19 anak

3 Anak yang terampil dalam percobaan 15 anak

4 Anak yang sering bertanya 9 anak

5 Anak yang ramai sendiri 2 anak

7 Anak yang menggangu temanya 1 anak

8 Anak yang pasif dalam belajar 1 anak

Dari hasil pekerjaan siswa didapatkan

hasil data sebagai berikut : terdapat 2 siswa

yang memperoleh nilai 100, 2 siswa

memperoleh nilai 90, 4 siswa memperoleh

nilai 80, 10 siswa memperoleh nilai 70 dan

hanya 2 siswa yang memperoleh nilai di bawah

70. Hal ini menunjukkan 18 siswa (90%) telah

mencapai ketuntasan belajar.

Dari hasil di atas tampak bahwa nilai

hasil prestasi siswa meningkat dibandingkan

dengan nilai prestasi pada siklus 1 yakni

sekitar 12 poin. Selanjutnya peneliti merefleksi

kembali hasil pada siklus II yang lebih ada

peningkatan dari pada siklus 1. Hal-hal yang

diperoleh dari pengamatan adalah: 1) guru

menanyakan kepada siswa dengan pertanyaan

pancingan tentang gerak benda. Anak sangat

antusias menjawab karena guru menunjuk

beberapa anak untuk menjawab pertanyaan

tersebut. Pertanyaan sudah diikuti oleh gerakan

yang mengarahkan siswa. Terdapat 10 siswa

yang menjawab pertanyaan. 2) guru sudah

menyampaikan tujuan pembelajaran dengan

baik. Siswa memperhatikan saat tujuan

pembelajaran disampaikan. 3) guru membagi

siswa dan menentukan tempat duduk dan

Page 39: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

Supiyah,Pembelajaran Pengalaman Langsung Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa | 39

ketua masing-masing kelompok. Siswa

mengikuti perintah guru dan menempatkan diri

pada tempat yang disediakan. 4) gambar yang

disajikan guru sudah menarik minat siswa.

Sesuai dengan tujuan perbaikan, mudah diingat

dan cukup jelas. Guru sudah menjelaskan

gambar yang ada di depan kelas tersebut.

Siswa mengamati gambar yang diberikan guru,

mereka merespon gambar yang disajikan

dengan menanyakan gambar apa itu? 5) alat

dan bahan yang digunakan sudah sesuai

dengan tujuan pembelajaran, mudah didapat,

dan ekonomis. Saat mempersiapkan bahan dan

alat guru mencoba memfokuskan perhatian

siswa dengan cara pertanyaan. Hanya ada

sekitar 2 siswa yang kurang terfokus pada

kegiatan pembelajara saat guru menyiapkan

alat dan bahan penyelidikan. 6) langkah-

langkah guru dalam memberi perintah kepada

siswa sudah tersusun rapi, pertanyaan sudah

dipahami oleh siswa. Siswa mengikuti

langkah-langkah pengamatan yang diperintah-

kan guru. Mereka melakukan bersama

kelompokknya. 7) Waktu yang dibutuhkan

tidak lama karena mereka sudah dibagi

menjadi kelompok. Guru memberikan lembar

hasil observasi kepada siswa. 8) saat membuat

kesimpulan perhatian siswa sudah terfokus

kepada guru dan hasil pengamatan sebelumnya

masih dapat diingat dengan baik oleh para

siswa. Guru tidak memberikan kaitan hasil

kesimpulannya dengan apa yang telah siswa

lakukan saat meneliti. Siswa dengan seksama

membuat kesimpulan bersama guru. 9)

pertanyaan yang diberikan sudah sesuai

dengan tujuan pembelajaran.

Pembahasan

Siklus 1

Dari hasil data teman sejawat temukan,

maka pada siklus I terdapat beberapa

kelemahan, sehingga peneliti bersama teman

sejawat berdiskusi tentang hasil temuan

tersebut. Hal-hal yang perlu didiskusikan

dengan teman sejawat adalah : 1) pada

kegiatan awal saat guru memberikan

pertanyaan pancingan siswa kurang antusias

untuk pertanyaan tersebut, 2) pada saat

kegiatan inti yakni guru memajang gambar

guru tidak menerangkan maksud gambar,

untuk itu pada perlu mendapat pehatian khusus

dalam hal ini. 3) sebaiknya saat

mempersiapkan bahan dan alat guru

memfokuskan perhatian siswa dengan baik. 4)

saat melakukan langkah-langkah pengamatan,

pertanyaan guru kurang dipahami siswa,

sehingga perlu perbaikan dalam mengolah

kalimat perintah agar tujuan perintah dapat

dimengerti. 5) guru tidak memberikan lembar

observasi hasil yang telah diperoleh anak, hal

ini mengakibatkan waktu yang dibutuhkan

cukup lama, sehingga guru harus mempersiap-

kan lembar observasi terlebih dahulu untuk

siswa. 6) saat sebelum siswa mengerjakan soal

tes, sebaiknya guru menjelaskan perintah

pertanyaan tiap nomor sehingga siswa cukup

jelas. 7) dari hasil pengamatan keaktifan siswa

dalam kelas anak ynag tangap pelajaran 16

anak, anak yang memperhatikan 15 anak, anak

yang terampil dalam percobaan 8 anak, anak

yang sering bertanya, 6 anak, anak yang ramai

sendiri 7 anak, anak yang mengangu temannya

4 anak dan anak yang pasif dalam belajar ada 3

anak, hal ini menunjukkan masih terdapat

beberapa kelemahan yang perlu diperbaiki

dengan siklus II sehingga anak juga lebih aktif

yang nantinya tujuan perbaikan dapat tercapai.

8) dari hasil tes siswa menunjukkan nilai rata-

rata kelas 64, masih dibawah KKM yang

ditentukan sekolah adalah 70.

Dari data di atas menunjukkan bahwa

masih terdapat kelemahan-kelemahan sehingga

peneliti perlu melakukan siklus II. Oleh karena

dari hasil tersebut di atas peneliti perlu

melakukan siklus ke II sebagai upaya

perbaikan rekomendasi siklus 1.

Siklus 2

Dari hasil data teman sejawat temukan

pada siklus 1, masih ada kelemahan-kelemahan

sehingga peneliti dan teman sejawat berdiskusi

agar kelemahan-kelemahan tersebut dapat

ditutupi atau diperbaiki. Upaya yang dilakukan

adalah sebagai berikut:1)guru saat memberikan

Page 40: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

40 | Jurnal Karya Pendidikan, Volume I, Nomor 2, Maret 2015, hal 34 – 40

pertanyaan juga diikuti oleh gerakan yang

mengarahkan siswa untuk lebih memahami

maksud guru. 2) guru memberikan penjelasan

maksud gambar yang dipajang kepada siswa.

3) saat guru mempersiapkan bahan dan alat

guru memfokuskan perhatian siswa dengan

baik. 4) perbaikan dalam mengolah kalimat

perintah agar tujuan perintah dapat dimengerti.

5) guru membimbing siswa saat melakukan

observasi. Anak dibagi menjadi beberapa

kelompok sehingga lebih efektif. 6) guru

menjelaskan perintah pertanyaan tiap nomor

sebelum siswa menjawa tes sehingga siswa

cukup jelas menjawabnya. 7) terjadi

peningkatan keaktifan siswa pada saat proses

Belajar Mengajar. 8) dari hasil tes siswa

menunjukkan nilai rata-rata kelas sebelum

siklus 1 yakni 56, pada siklus 1 menjadi 64 dan

meningkat lagi pada siklus 2 menjadi 76.

KESIMPULAN

Setelah dilakukan proses penelitian

didapatkan kesimpulan diantaranya sebelum

diadakan penelitian guru mendominasi kelas

dengan metode ceramah. Anak hanya

memperhatikan guru, anak jenuh dalam belajar

dan anak tidak memperoleh pengalaman

langsung tentang materi, hal ini mengakibatkan

prestasi belajar anak rendah.

Kompetensi dan performasi anak tidak

berkembang secara optimal tidak seperti pada

saat belajar dengan pengalaman. Pembelajaran

pengalaman langsung juga dapat digunakan

sebagai cara anak dalam mengolah memorinya

secara langsung untuk diterapkan pada

kehidupan hari-hari. Dengan pembelajaran

pengalaman langsung proses belajar mengajar

terjadi secara aktif, kreatif, efektif, dan

menyenangkan. Selain guru sebagai fasilitator,

eksistensi anak tidak dianggap sebagai obyek

belajar melainkan sebagai subyek belajar.

Mereka menggali pengetahuannya secara

langsung dari pengalamn mereka.

Terdapat 2 siklus dalam penelitian ini,

di setiap siklus terjadi peningkatan aktifitas

baik guru maupun anak dalam proses belajar.

Hasil belajar siswa menunjukkan peningkatan

dari awal sebelum siklus dilakukan hingga

pada akhir siklus. Siswa sudah mencapai nilai

KKM yakni 70, dengan demikian peneliti

menyimpulkan bahwa dengan penerapan

pembelajaran pengalaman langsung mampu

meningkatkan prestasi belajar siswa kelas III

mata pelajaran IPA pokok bahasan gerak

benda di SDN Ngemplak I Kecamatan

Baureno Kabupaten Bojonegoro tahun

pelajaran 2014/2015.

DAFTAR PUSTAKA

Asrori, Mohammad. 2009. Penelitian tindakan kelas. Bandung: Cv Wacana Prima

Hadi Tino (2008). PTK Sekilas Pedoman Praktis. Jakarta: Media.

Nana Syaodih S. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Saminanto. 2010. Ayo Praktik PTK (Penelitian Tindakan Kelas). Semarang: RaSAIL Media Group.

Suciati dkk (2007). Peran Lingkungan Belajar dan Guru dalam Pembelajaran. Jakarta: Universitas

Terbuka.

Sutarno, Nono. (2007). Materi dan Pembelajaran IPA di SD .Jakarta: Universitas Terbuka.

Wahyudi. 2010. Model-Model Pembelajaran Kreatif dan Inovatif. Malang : PT Pertamina.

Page 41: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

41

PENINGKATAN AKTIFITAS DAN HASIL BELAJAR

BAHASA INDONESIA MENULIS FORMULIR

SISWA KELAS VI MELALUI PENDEKATAN PAKEM

Moch. Nashir

Guru SDN Nglumber II

Kecamatan Kepohbaru Kabupaten Bojonegoro

Email : [email protected]

Abstrak : Hasil belajar siswa kelas VI SDN Nglumber II pada mata pelajaran Bahasa Indonesia materi

menulis formulir sangat rendah, hal ini ditunjukkan dari nilai rata-rata tes awal 59,00, sedangkan siswa

yang telah mencapai ketuntasan belajar hanya 4 siswa (40%) dari 10 siswa. Sedangkan tingkat

keaktifan siswa hanya 30%. Kondisi ini menjadikan alasan dilakukan penelitian yang bertujuan untuk

meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia pada materi

menulis formulir dengan menerapkan pendekatan PAKEM. Jenis penelitian ini adalah penelitian

tindakan kelas. Subjek penelitian ini adalah 10 siswa Kelas VI SDN Nglumber II. Data penelitian

tentang aktivitas dan hasil belajar diperoleh dengan metode observasi dan metode tes. Data dianalisis

dengan metode analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas dan hasil

belajar mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus II. Pada siklus I, rata-rata persentase

aktivitas belajar siswasebesar 65% dengan kategori cukup aktif. Pada siklus II, rata-rata persentase

aktivitas belajar siswasebesar 80% termasuk dalam kategori aktif. Persentase hasil belajar pada siklus I

69,50% (kategori sedang) meningkat menjadi 81,00% (kategori tinggi). Jadi, aktivitas belajar

meningkat 15% dan hasil belajar meningkat sebesar 11,50% setelah diadakan tindakan.

Kata kunci:, aktivitas belajar, hasil belajar, pendekatan pakem

Bahasa ialah komunikasi yang paling

lengkap dan efektif untuk menyampaikan ide,

pesan, maksud, perasaan dan pendapat kepada

orang lain. Guru lebih menekankan fungsi dan

makna Bahasa sebagai alat komunikasi, karena

Bahasa Indonesia merupakan Bahasa Nasional

dan Bahasa Negara Indonesia yang tercantum

dalam Undang-undang Dasar 1945. Pada

pembelajaran berbahasa Indonesia hanya

diperoleh dan dapat dikuasai melalui praktek

dan banyak latihan. Sejalan dengan pendapat

para ahli yang menyatakan bahwa

keterampilan berbahasa, berarti pula melatih

keterampilan berpikir. Pada kenyataan di

lapangan umumnya di sekolah-sekolah dasar

dalam pembelajaran Bahasa Indonesia guru

mengajar lebih banyak memberikan materi

pola kalimat majemuk, tetapi tidak dapat

menggunakannya untuk berkomunikasi,

berbicara maupun menulis. Akhirnya

meskipun mereka hafal tentang pola kalimat

majemuk, tetapi tidak dapat menggunakannya

untuk berkomunikasi dalam berbicara maupun

menulis.

Berdasarkan hasil prasiklus yang

dilakukan terhadap proses pembelajaran

Bahasa Indonesia pada materi menulis formulir

Kelas VI SDN Nglumber II menunjukkan hal

sebagai berikut: 1) pembelajaran yang

diterapkan guru masih menggunakan model

pembelajaran ekspositoris (ceramah sehingga

menimbulkan rasa jenuh pada diri siswa saat

pembelajaran, 2)pembelajaran yang diterapkan

guru kurang mengacu pada pengetahuan awal

dan kurang sesuai dengan permasalahan nyata

yang dihadapi oleh dunia siswa atau kehidupan

kesehariannya sehingga siswa menganggap

pelajaran Bahasa Indonesia sulit dimengerti

dan dipahami, 3) belum tercipta suasana yang

menarik dan menyenangkan. 4)perhatian siswa

sangat kurang pada saat pembelajaran. Faktor

penyebab kurangnya perhatian siswa pada saat

PBM berlangsung adalah siswa cepat merasa

jenuh jika guru memberikan 2) perhatian siswa

tidak fokus saat guru menjelaskan, 3) siswa

sering membuat kegaduhan di dalam kelas, 4)

guru belum bisa menciptakan suasana yang

kondusif, 5) selain itu karena kurangnya

Page 42: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

42 | Jurnal Karya Pendidikan, Volume I, Nomor 2, Maret 2015, hal 41 – 46

perhatian dan bimbingan dari orang tua dalam

belajar sehingga siswa kurang memaknai arti

belajar, 6) hasil belajar siswa yang sangat

rendah, dimana nilai rata-rata ulangan harian

siswa adalah 59,00. Nilai ini tidak memenuhi

Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang

ditetapkan sekolah yakni nilai rata-rata 70 dan

ketuntasan klasikal 80 %. Rendahnya

kemampuan siswa dalam mengerjakan tugas,

terlihat saat diadakan tes awal. Tes awal yang

diberikan adalah soal cerita yang kontekstual

sesuai dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Dari 10 orang siswa, hanya 4 siswa (40%)

yang mendapat nilai di atas KKM (69,00) dan

6 siswa (60%) belum mencapai ketuntasan.

Berdasarkan permasalahan tersebut, perlu

diterapkan alternatif pembelajaran yang bisa

menjadi solusi pemecahan masalah tersebut.

Salah satu upaya untuk meningkatkan aktivitas

dan hasil belajar siswa adalah dengan

penerapan pendekatan PAKEM. Melalui

penerapan pendekatan PAKEM diharapkan

siswa dapat meningkatkan aktivitas dan hasil

belajar secara mandiri maupun dalam

melakukan tugas yang diberikan guru terutama

dalam pembelajaran Bahasa Indonesia maupun

bidang pelajaran lainnya.

Menurut Budimansyah, dkk (2009:70)

PAKEM adalah singkatan dari Pembelajaran

Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan.

Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses

pembelajaran guru harus menciptakan suasana

sedemikian rupa sehingga peserta didik aktif

mengajukan pertanyaan, mengemukakan

gagasan, dan mencari data dan informasi yang

mereka perlukan untuk memecahkan masalah.

Kreatif dimaksudkan agar guru menciptakan

kegiatan belajar yang beragam sehingga

memenuhi tingkat kemampuan siswa. Efektif

yaitu tidak menghasilkan apa yang harus

dikuasai siswa setelah proses pembelajaran

berlangsung. Sebab pembelajaran memiliki

sejumlah tujuan pembelajaran yang harus

dicapai. Menyenangkan adalah suasana belajar

mengajar yang menyenangkan sehingga siswa

memusatkan perhatiannya secara penuh pada

belajar sehingga waktu curah perhatiannya

tinggi. Suparlan,dkk (2008:71) menggambar-

kan PAIKEM sebagai berikut : 1) siswa

terlibat dalam berbagai kegiatan yang

mengembangkan pemahaman dan kemampuan

mereka dengan penekanan pada belajar melalui

berbuat, 2) guru menggunakan berbagai alat

bantu dan cara membangkitkan semangat,

termasuk menggunakan lingkungan sebagai

sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran

menarik, menyenangkan dan cocok bagi siswa,

3) guru menerapkan cara mengajar yang lebih

kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar

kelompok, 4) guru mendorong siswa untuk

menemukan caranya sendiri dalam pemecahan

suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasan

dan melibatkan siswa dalam menciptakan

lingkungan sekolahnya..

Berdasarkan pendapat para ahli di atas

maka dapat disimpulkan bahwa PAKEM

adalah suatu pembelajaran dimana terjadi

hubungan yang komunikatif antar semua

komponen pembelajaran sehingga mampu

menanggapi suatu permasalahan yang terjadi

serta mampu mencurahkan perhatiannya untuk

belajar secara optimal..

METODE

Penelitian ini dilaksanakan pada

Semester I tahun 2014/2015 di SDN Nglumber

II Kecamatan Kepohbaru. Penelitian ini

merupakan jenis penelitian tindakan kelas

(PTK) yaitu penelitian yang bersifat aplikasi,

terbatas, segera, dan hasilnya untuk

memperbaiki dan menyempurnakan program

pembelajaran yang sedang berjalan.

Subjek dalam penelitian ini adalah

siswa Kelas VI tahun pelajaran 2014/2015

dengan jumlah siswa sebanyak 10 siswa,

terdiri dari 5 siswa perempuan dan 5 siswa

laki-laki. Sebagai obyek penelitian tindakan

kelas ini adalah aktivitas dan hasil belajar

Bahasa Indonesia siswa Kelas VI SDN

Nglumber II tahun pelajaran 2014/2015.

Penelitian tindakan kelas (PTK) ini mengacu

pada teori yang dikemukakan Stephen Kemmis

dan Robin Mc Tanggart (dalam Agung,

2005:91). Dalam model PTK ini ada empat

Page 43: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

Moch.Nashir Peningkatan Aktifitas Dan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Menulis Formulir Siswa Kelas VI Melalui Pendekatan Pakem | 43

tahapan pada satu siklus penelitian keempat

tahapan tersebut terdiri dari: perencanaan,

tindakan, observasi/evaluasi dan refleksi.

Pelaksanaan penelitian dilakukan dalam dua

siklus.

Dalam penelitian ini,pengumpulan data

dilakukan dengan menggunakan metode

observasi dan tes. Data yang dikumpulkan

adalah data aktivitas dan hasil belajar.Untuk

mengumpulkan data aktivitas belajar siswa

digunakan instrumen berupa lembar observasi

sedangkan untuk mengumpulkan data hasil

belajar siswa digunakan instrumen

pengumpulan data berupa soal obyektif dan

soal uraian.

Metode analisis data dalam penelitian ini

menggunakan metode analisis deskriptif

kuantitatif. Agung, A. A. Gede. (2005) dalam

bukunya menyatakan metode analisis

deskriptif kuantitatif merupakan “Cara untuk

mengolah data, yang dapat dilakukan dengan

menyusun data ke dalam bentuk angka-angka

dan atau persentase, mengenai objek yang

diteliti, sehingga dengan demikian peneliti

dapat memperoleh kesimpulan umum.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Beberapa hal yang direncanakan dalam

siklus I adalah: 1) mensosialisasikan

pembelajaran Bahasa Indonesia dengan

menerapkan pendekatan PAKEM kepada guru

kolaborator sebagai observer, 2) menyiapkan

rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

sesuai dengan silabus. RPP ini menerapkan

pendekatan PAKEM untuk membantu siswa

memecahkan masalah pada saat belajar, 3)

mempersiapkan media pembelajaran dan

lembar kerja siswa (LKS), 4) menyiapkan

instrumen pengumpulan data yang terdiri dari

lembar observasi untuk memperoleh data

tentang aktivitas belajar dan tes uraian untuk

memperoleh data tentang hasil belajar Bahasa

Indonesia pada siklus I, 5) menyiapkan kunci

jawaban dari tes yang digunakan. Siklus I

dibagi menjadi dua kali pertemuan yaitu

pertemuan pertama membahas tentang materi

dengan menerapkan pendekatan PAKEM dan

pertemuan kedua untuk melaksanakan tes agar

mengetahui kemampuan siswa pada akhir

siklus. Waktu penelitian yang digunakan pada

setiap kali pertemuan adalah 2 x 35 menit.

Dalam penelitian ini, peneliti berperan sebagai

guru yang menerapkan pendekatan PAKEM.

Dalam pengambilan data, peneliti dibantu oleh

seorang guru kelas V atas nama Ibu Isnaini,

S.Pd. untuk mengamati aktivitas belajar siswa

dengan menggunakan lembar observasi.

Data aktivitas belajar siswa ditulis

dengan menggunakan lembar observasi.

Adapun hasil analisis aktivitas belajar siswa

pada siklus I didapati 2 siswa berada pada

kategori aktif, 6 siswa berada pada kategori

cukup aktif, dan 2 siswa berada pada kategori

kurang aktif. Jumlah rata-rata skor pada

pertemuan I dan II adalah 65 sedangkan rata-

rata persentase aktivitas 65%. Berdasarkan

data tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

rata-rata skor aktivitas belajar siswa siklus I

sebesar 65 dan berada pada kategori cukup

aktif jika dikonversikan pada kriteria skor

penggolongan aktivitas belajar siswa.

Data hasil belajar siswa dikumpukan

dengan metode tes. Peneliti memberikan tes

akhir siklus pada pertemuan kedua. Setelah

diadakan tes akhir sebagai evaluasi akhir siklus

I, maka diperoleh rata-rata skor hasil belajar

Bahasa Indonesia pada siklus I adalah 69,50.

Selanjutnya jika dipersentasekan rata-rata skor

hasil belajar siswa secara klasikal adalah

69,50%. Bila rata-rata persentase di atas

dikonversikan dengan skala PAP yang

digunakan dalam penelitian ini, maka dapat

diketahui bahwa tingkat hasil belajar Bahasa

Indonesia siswa pada siklus I berada pada

kategori sedang. Siswa yang telah mencapai

ketuntasan (nilai 69,00), adalah 7 siswa (70%)

dan 3 siswa (30%) siswa belum dinyatakan

tuntas. Hal ini menunjukkan bahwa ketuntasan

belajar siswa belum mencapai bahwa

ketuntasan belajar siswa belum mencapai 75%.

Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi

selama tindakan di siklus I ditemukan beberapa

Page 44: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

44 | Jurnal Karya Pendidikan, Volume I, Nomor 2, Maret 2015, hal 41 – 46

kendala dan hambatan yang dapat dijadikan

refleksi untuk diperbaiki pada siklus II. Secara

umum kendala dan hambatan yang muncul

dapat dijabarkan sebagai berikut. 1) siswa

belum terbiasa menyelesaikan masalah

mengenai materi yang diberikan oleh guru

dalam pembelajaran dengan menerapkan

pendekatan PAKEM, 2) bimbingan yang

diberikan guru masih sangat kurang dalam

menjelaskan materi pembelajaran sehingga

siswa mengalami kesulitan dalam melakukan

diskusi, 3) sebagian besar siswa belum terbiasa

mempertimbangan rencana atau strategi

sebelum menyelesaikan masalah dalam

berdiskusi, guru harus memberikan petunjuk

tahap-tahap yang benar dalam menyelesaikan

soal agar siswa tidak mengalami kesulitan, 4)

sumber belajar yang masih sedikit, sehingga

siswa hanya mendapatkan pengetahuan dari

satu sumber saja.

Upaya yang akan dilakukan untuk

memperbaiki hal tersebut pada siklus

berikutnya adalah dengan membimbing siswa

lebih intensif dalam penerapan pendekatan

PAKEM dengan cara, 1) mengusahakan

sumber belajar yang beraneka ragam. 2)

memperbaiki desain skenario pembelajaran

dengan berbagai kegiatan, 3) memajang hasil

diskusi atau hasil karya siswa agar

menimbulkan motivasi siswa, 4) Kegiatan

belajar mengajar bervariasi secara aktif seperti

berkelompok kecil antara lima sampai enam

orang untuk mengerjakan tugas-tugas dan

salah seorang diantaranya mempresentasikan

hasil kegiatan mereka di depan kelas, 5)

mengembangkan kreativitas siswa dalam

mengerjakan tugas kelompok untuk

menimbulkan antusiasme siswa dan rasa

senang, 6) refleksi pada akhir pembelajaran

semua siswa melakukan kegiatan menyampai-

kan kesan dan harapan mereka terhadap proses

pembelajaran yang baru saja diikutinya.

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I,

peneliti mempersiapkan hal-hal yang pada

dasarnya sama seperti siklus I. Hanya saja

terdapat beberapa perbaikan dalam pelaksana-

an pembelajaran untuk memperbaiki kekurang-

an yang terjadi pada siklus I. Pada siklus II ini

menunjukkan peningkatan yang signifikan. Hal

ini ditunjukkan nilai rata-rata aktifitas siswa

pada siklus II pertemuan I dan II sebesar 80,00

atau 80% yang tergolong aktif. Sedangkan

rata-rata hasil belajar siswa pada siklus II

adalah 81,00 (81,00%). Bila rata-rata

persentase di atas dikonversikan dengan skala

PAP maka dapat diketahui bahwa tingkat hasil

belajar Bahasa Indonesia pada siklus II berada

pada kategori tinggi. Secara klasikal terdapat 8

siswa (80%) yang mencapai ketuntasan belajar.

Hal ini menunjukkan bahwa ketuntasan belajar

siswa sudah melebihi 75%.

Pembahasan

Berdasarkan hasil observasi yang telah

dilakukan selama proses pembelajaran

berlangsung diperoleh data aktivitas belajar

siswa yang menunjukkan terjadi peningkatan

dari siklus I ke siklus II. Rata-rata skor

aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan

dari 65 siklus I yang tergolong cukup aktif

meningkat menjadi 80 pada siklus II yang

tergolong aktif.

Data hasil belajar siswa menunjukkan

terdapat 4 siswa yang mengalami ketuntasan

belajar dalam mengikuti pelajaran dan setelah

dilaksanakan tindakan pada siklus I dengan

menerapkan pendekatan PAKEM meningkat

menjadi 7 siswa (70%), terjadi peningkatan

30% pada siklus I. Ketuntasan klasikal pada

siklus I sebesar 70,00%, sedangkan penelitian

dikatakan berhasil jika ketuntasan belajar

siswa secara klaksikal minimal 75%. Kriteria

ketuntasan belajar siswa yang belum tercapai

disebabkan oleh beberapa kendala dan

permasalahan yang terjadi selama tindakan

siklus I seperti yang telah dijelaskan pada hasil

refleksi siklus I.

Berdasarkan hasil refeksi siklus I

kemudian dilakukan tindakan pada siklus II

dengan memperbaiki dan mengatasi berbagai

kendala yang terjadi pada siklus I. Berdasarkan

perbaikan tindakan tersebut, maka pada siklus

II diperoleh adanya peningkatan terhadap

siswa yang mengalami ketuntasan dalam

Page 45: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

Moch.Nashir Peningkatan Aktifitas Dan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Menulis Formulir Siswa Kelas VI Melalui Pendekatan Pakem | 45

mengikuti pembelajaran yaitu dari 70,00%

pada siklus I meningkat menjadi 81,00% pada

siklus II. Ketuntasan pada siklus II telah

melebihi 75%. Begitu pula aktifitas belajar

meningkat dari 65% pada siklus I menjadi

80% pada siklus II. Peningkatan juga terjadi

pada rata-rata skor hasil belajar siswa yaitu

sebelum diberi tindakan rata-rata nilai kelas

59,00 (tergolong rendah) meningkat menjadi

69,50 pada siklus I (tergolong sedang), dan

meningkat menjadi 81,00 (tergolong tinggi).

Besarnya peningkatan rata-rata skor hasil

belajar setelah diberikan tindakan adalah

10,50%, sedangkan besarnya peningkatan rata-

rata skor hasil belajar dari siklus I ke siklus II

adalah 11,50%. Dengan demikian, pada siklus

II ketuntasan belajar siswa secara klasikal dan

hasil belajar Bahasa Indonesia sudah sesuai

dengan indikator keberhasilan yang

diharapkan.

Secara rinci data hasil tes Bahasa

Indonesia materi menulis formulir dengan

menggunakan pendekatan PAKEM dapat

direfeksikan sebagai berikut :

Tabel 1 :

Peningkatan Hasil Tes

No Nama Pra

Siklus

Siklus

I

Siklus

II

1 Zelisa Nor Kharisma 55 70 85

2 M. Rizky Afandy 50 60 65

3 Diva Aprilia 75 80 85

4 Yoga Prastiya 35 50 75

5 Moch Aditya Julian F 60 75 85

6 Galang Pamungkas 80 85 95

7 Gina Putri Nurhayati 70 80 90

8 Dina Amelia 70 75 90

9 Ahmad Yusuf A 30 50 60

10 Sulis Tyawati 65 70 80

Jumlah 590 695 810

Rata-rata 59,00 69,50 81,00

Hasil penelitian ini juga didukung

berdasarkan hasil observasi yang peneliti

lakukan pada proses pembelajaran. Aktivitas

dan hasil belajar siswa yang diperoleh

kemudian di sesuaikan dengan aktivitas siswa

di kelas. Aktivitas siswa tersebut berupa siswa

aktif dalam memberi tanggapan, aktif dalam

diskusi, siswa antusias bersemangat dan

bersungguh-sungguh dalam mengerjakan

tugas. Suasana pembelajaran yang tidak

membosankan sehingga siswa memusatkan

perhatiannya secara penuh pada belajar

sehingga waktu tercurah secara komprehensif.

Keberhasilan diatas banyak dipengaruhi oleh

terciptanya suatu kondisi dalam belajar yang

menyenangkan serta keadaan ruang belajar

kondusif, dimana siswa merasa senang dan

termotivasi belajar dalam mengikuti

pembelajaran, sekalipun mereka berhadapan

pada tugas yang sulit. Siswa aktif dan kreatif

untuk bertanya kepada teman sejawat maupun

pada guru. Pemberian tugas secara terstruktur

juga sangat efisien dan sangat efektif untuk

menumbuhkan motivasi belajar. Timbulnya

kesadaran siswa, bahwa pembelajaran PAKEM

ternyata efektif dan menyenangkan,

mendorong siswa untuk kreatif belajar mandiri,

menemukan banyak ide-ide dan pengalaman

inovasi belajar kreatif, belajar mandiri untuk

dikembangkan siswa.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan seperti yang telah diuraikan di

atas, maka dapat disimpulkan bahwa

penerapan pendekatan pembelajaran PAKEM

dapat meningkatkan aktivitas Bahasa Indonesia

pada siswa Kelas VI SDN Nglumber II Tahun

pelajaran 2014/2015. Hal ini dapat terlihat dari

rata-rata persentase aktivitas belajar siswa dari

siklus I sebesar 65% berada pada kategori

cukup aktif, kemudian mengalami peningkatan

sebesar 15% sehingga rata-rata persentase

aktivitas belajar pada siklus II menjadi 80%

yang berada pada kategori aktif.

Penerapan pendekatan pembelajaran

PAKEM dapat meningkatkan hasil belajar

Bahasa Indonesia pada siswa Kelas VI SDN

Nglumber II Tahun pelajaran 2014/2015. Rata-

rata persentase hasil belajar siswa dari siklus I

sebesar 69,50% berada pada kategori cukup

Page 46: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

46 | Jurnal Karya Pendidikan, Volume I, Nomor 2, Maret 2015, hal 41 – 46

tinggi, kemudian mengalami peningkatan

sebesar 11,50% sehingga rata-rata persentase

hasil belajar pada siklus II menjadi 81,00%

yang berada pada kategori tinggi. Ketuntasan

klasikalnya adalah 70,00% pada siklus I, dan

meningkat menjadi 80,00% pada siklus II.

Berdasarkan simpulan di atas, dapat

disampaikan beberapa saran sebagai berikut.

Pertama, siswa disarankan untuk mengikuti

dengan baik setiap proses pembelajaran agar

dapat memperoleh pengalaman belajar yang

lebih baik sehingga aktivitas dan hasil belajar

Bahasa Indonesia meningkat. Di samping itu

juga siswa agar lebih banyak berlatih untuk

berani tampil dalam berkomunikasi di depan

kelas dalam proses pembelajaran terutama

dalam penerapan pendekatan PAKEM.

Kedua, disarankan agar Kepala Sekolah

untuk lebih memperhatikan guru-guru saat

menggunakan model maupun pendekatan

pembelajaran saat mengajar di kelas, sehingga

kepala sekolah dapat menentukan sarana dan

prasarana yang perlu disediakan sesuai dengan

model pembelajaran tersebut sehingga

meningkatkan mutu pendidikan di sekolahnya.

Ketiga, disarankan kepada guru sekolah

dasar dalam mengajar guru hendaknya

memberikan penghargaan kepada siswa yang

aktif dan memotivasi siswa yang kurang aktif

agar dapat mengikuti pembelajaran dengan

sungguh-sungguh.

Selain itu guru juga harus menumbuhkan

rasa percaya diri siswa. Dengan kepercayaan

diri yang dimiliki, siswa akan lebih cepat

menyerap pembelajaran sehingga tujuan

pembelajaran lebih cepat tercapai. Keempat,

bagi peneliti yang ingin menerapkan

pendekatan PAKEM dalam pembelajaran

Bahasa Indonesia disarankan mencermati

kendala-kendala yang ditemukan peneliti,

sehingga dapat dihasilkan kegiatan

pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil

belajar siswa secara optimal.

DAFTAR RUJUKAN

Agung, A. A. Gede. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan Suatu Pengantar. Singaraja: Fakultas

Ilmu Pendidikan Istitut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Negeri Singaraja.

Budimansyah, Dasim.dkk. 2009. PAKEM Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan,

Bandung: PT Genesindo

Suparlan, dkk. 2008. PAKEM Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Bandung:

PT Ganesindo.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Page 47: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

47

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

PENJUMLAHAN PECAHAN MELALUI PENGGUNAAN KARTU

PECAHAN PADA SISWA KELAS V

Ginarti

Guru SDN Karangdayu II

Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro

E-mail: [email protected]

Abstrak: Hasil belajar penjumlahan pecahan pada siswa kelas V SDN Karangdayu II sangat rendah.

Hal ini ditunjukkan dari 11 siswa hanya 4 siswa (36,36%) yang mencapai ketuntasan minimal (68,00).

Kondisi ini yang mendasari guru untuk melalukan penelitian. Tujuan penelitian ini adalah untuk

meningkatkan hasil belajar matematika penjumlahan pecahan pada siswa kelas V dengan

menggunakan kartu pecahan. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian adalah siswa

kelas V SDN Karangdayu II pada semester II tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 11 siswa

yang terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 3 siswa perempuan. Sumber data berasal dari guru dan siswa.

Teknik pengumpulan data adalah dengan observasi, dokumen, tes dan perekaman foto. Validitas data

menggunakan triangulasi data dan triangulasi metode. Analisis data menggunakan teknik analisis

statistik deskriptif komparatif dan analisis kritis. Pada siklus I nilai rata-rata kelas menjadi 69,09 dan

meningkat lagi pada siklus II menjadi 81,82. Ketuntasan belajar juga mengalami peningkatan yaitu

72,73% pada siklus I dan meningkat menjadi 81,82% pada siklus II. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa penggunaan kartu pecahan dapat meningkatkan hasil belajar matematika konsep pecahan pada

siswa kelas V.

Kata Kunci: hasil belajar, penjumlahan pecahan dan kartu pecahan

Matematika merupakan ilmu dasar yang

wajib dipelajari oleh semua orang dari tingkat

SD sampai perguruan tinggi. Seperti diketahui

dalam kehidupan sehari-hari, matematika

memegang peranan penting karena matematika

tidak hanya diterapkan pada saat belajar

matematika itu sendiri tetapi matematika

diterapkan juga pada bidang ilmu pengetahuan

yang lain. Belajar matematika tidak lain adalah

belajar konsep dan struktur matematika, dan

konsep merupakan unsur terpenting dan

mendasar dari proses berfikir. Oleh karenanya

tujuan penting dari pembelajaran matematika

adalah membantu seseorang memahami

konsep, bukan hanya sekedar mengingat fakta,

prosedur dan algoritma saja, melainkan dengan

konsep, seseorang juga dapat mengembangkan

kemampuan penalaran matematika. Konsep

juga sebagai pilar dalam pemecahan masalah.

Dengan demikian memahami dan menguasai

konsep merupakan hal yang penting bagi

seseorang dalam belajar matematika.

Hasil belajar adalah perubahan tingkah

laku siswa setelah melalui proses pembelajar-

an. Semua perubahan dari proses belajar

merupakan suatu hasil belajar dan mengakibat-

kan manusia berubah dalam sikap dan tingkah

lakunya. Nana Sudjana (2005 : 3). Sedangkan

“media pembelajaran” secara harfiah berarti

perantara atau pengantar; sedangkan kata

pembelajaran diartikan sebagai suatu kondisi

yang diciptakan untuk membuat seseorang

melakukan suatu kegiatan belajar”.

Dengan demikian, media pembelajaran

memberikan penekanan pada posisi media

sebagai wahana penyalur pesan atau informasi

belajar untuk mengkondisikan seseorang untuk

belajar. Menurut Arsyad (2009: 25-27), media

pembelajaran dapat memberikan manfaat

dalam proses belajar mengajar. Manfaat praktis

dari penggunaan media pembelajaran adalah

sebagai berikut: 1) media pembelajaran dapat

memperjelas penyajian pesan dan informasi

sehingga dapat memperlancar dan meningkat-

kan proses dan hasil belajar, 2) media

pembelajaran dapat meningkatkan dan

mengarahkan perhatian anak sehingga dapat

menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang

Page 48: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

48 | Jurnal Karya Pendidikan, Volume I, Nomor 2, Maret 2015, hal 47 – 51

lebih langsung antara siswa dan lingkungannya

dan kemungkinan siswa untuk belajar

sendirisendiri sesuai dengan kemampuan dan

minatnya, 3) media pembelajaran dapat

mengatasi keterbatasan indera, ruang dan

waktu, 4) media pembelajaran dapat

memberikan kesamaan pengalaman kepada

siswa tentang peristiwa-peristiwa di

lingkungan mereka, serta memungkinkan

terjadinya interaksi langsung dengan guru,

masyarakat dan lingkungannya. Sedangkan

menurut (Rudi Susilana : 2008) Media

pendidikan juga dapat memberikan

kesempatan pada siswa untuk berkreasi

menciptakan sesuatu sehingga ada saatnya

siswa bukan hanya sebagai penerima informasi

namun juga sebagai pemberi informasi,

mislanya siswa diberikan plastisin untuk

membuat balok bangun ruang sehingga balok

tersebut dapat dimanfaatkan sebagai media

pembelajaran .

Dari definisi di atas disimpulkan, media

pembelajaran adalah sesuatu yang diguna-

kan sebagai perantara untuk menyampaikan

informasi menjadi lebih jelas dan konkret

sehingga siswa lebih tertarik dan memusatkan

perhatian pada materi yang disampaikan.

Kartu bilangan merupakan salah satu

media yang dapat menjembatani keabstrakan

konsep pecahan karena melalui kartu bilangan

siswa dapat membayangkan sekaligus melihat

deskripsi dari pecahan. Pecahan merupakan

bilangan yang mempunyai jumlah kurang atau

lebih dari utuh. Terdiri dari pembilang dan

penyebut. Pempecahan merupakan pecahan

terbagi. Penyebut merupakan pecahan

pembagi.

Materi penjumlahan pecahan merupakan

materi yang sudah diajarkan mulai kelas IV,

hanya saja di kelas VI materi penjumlahan

pecahan angkanya lebih besar dan variatif.

Meskipun materi ini merupakan pengulangan

dari kelas IV, namun kenyataan menunjukkan

bahwa matematika di sekolah masih dianggap

sebagai pelajaran yang sulit, menakutkan

bahkan sebagian menganggapnya sebagai

momok. Hal ini yang menyebabkan prestasi

belajar matematika selalu berada di tingkat

bawah dibandingkan dengan mata pelajaran

lainnya.

Hasil tes mata pelajaran matematika

materi “penjumlahan pecahan” siswa kelas V

SDN Karangdayu II pada semester II tahun

pelajaran 2013/2014 menunjukkan hasil yang

sangat rendah, dimana haya terdapat 4 siswa

(36,36%) dari 11 siswa yang telah mancapai

ketuntasan. Hal ini disebabkan proses

penyampaian materi bersifat abstrak. Oleh

karena itu pembelajaran matematika perlu

dirancang menggunakan media, berupa benda

atau obyek atau peristiwa sebenarnya kepada

siswa, sehingga memberikan pengalaman

langsung yang lebih bermakna. Karena objek

dari matematika adalah benda-benda pikiran

yang sifatnya abstrak, tidak dapat

ditangkap/diamati dengan panca indera secara

langsung. Berdasarkan kondisi di atas

kemudian mendasari penulis untuk

melaksanakan perbaikan pembelajaran melalui

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) untuk

meningkatkan hasil belajar pada materi

penjumlahan pecahan pada siswa kelas V SDN

Karangdayu II.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan di SDN

Karangdayu II. Subjek penelitian ini adalah

siswa kelas V yang berjumlah 11 siswa, terdiri

atas 3 siswa perempuan dan 8 siswa laki-laki.

Pendekatan yang dipergunakan dalam

penelitian ini adalah diskriptif kualitatif dan

jenis penelitiannya adalah Penelitian Tindakan

Kelas (PTK).

Dalam penelitian ini, jenis data yang

digunakan adalah: 1) data kualitatif yang

berupa dokumen dan hasil dokumentasi.

Dokumen berisi daftar nama siswa kelas V,

Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajar-

an (RPP), 2) data kuantitatif berupa nilai siswa

sebelum dan sesudah dilaksanakan penelitian.

Sumber data yang digunakan dalam

penelitian ini berasal dari hasil observasi, tes,

Page 49: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

Ginarti, Peningkatan Hasil Belajar Matematika Penjumlahan Pecahan Melalui Penggunaan Kartu Pecahan | 49

dan dokumentasi. Teknik yang digunakan

untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini

meliputi lembar observasi dan catatan

lapangan, dokumen, tes, dan perekaman foto.

Adapun teknik yang digunakan dalam

memeriksa validitas data dalam penelitian ini

adalah triangulasi data atau sumber yaitu

dengan membandingkan dan mengecek balik

derajat kepercayaan suatu informasi yang telah

diperoleh melalui berbagai sumber berbeda

yaitu: observasi dari proses pembelajaran,

silabus, RPP, tes soal penjumlahan pecahan,

foto kegiatan belajar menggunakan media

kartu pecahan. 2) triangulasi teknik metode

metode yaitu mengecek data kepada sumber

yang sama dengan teknik yang berbeda. Data

yang diperoleh dari observasi dicek dengan

hasil tes dan foto.

Menurut Sarwiji Suwandi (2010: 61),

teknik analisis data yang digunakan untuk

menganalisis data-data yang telah berhasil

dikumpulkan antara lain dengan teknik

deskriptif komparatif (statistik deskriptif

komparatif) dan teknik analisis kritis. Teknik

deskriptif komparatif digunakan untuk data

kuantitatif, sedangkan teknik analisis kritis

digunakan untuk data kualitatif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Pada kondisi pra siklus, diketahui

rendahnya hasil belajar siswa yang ditunjukkan

dari tes awal tentang penjumlahan pecahan

yaitu dari 11 siswa hanya 4 siswa atau 36,36 %

yang mendapat nilai di atas batas Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM). Sedangkan yang

lainnya berada di bawah batas KKM.

Setelah dilakukan tindakan dengan

menggunakan kartu pecahan, keaktifan siswa

dalam proses pembelajaran memperoleh skor

rata-rata 2,4 dalam kriteria cukup, sedangkan

nilai rata-rata kelas yang diperoleh untuk

materi penjumlahan pecahan pada siklus I

sebesar 69,09 dengan nilai tertinggi 90 dan

nilai terendah 40. Siswa yang mendapat nilai di

atas KKM sebanyak 72,73% atau 8 siswa dari

11 siswa, sedangkan siswa yang mendapat

nilai di bawah KKM sebanyak 27,27 % atau 3

siswa.

Tabel 1. Ketuntasan Belajar Siswa Hasil Tes Siklus I

No Ketuntasan Jumlah Siswa Persentase

1 Tuntas 8 72,73%

2 Tidak Tuntas 3 27,27%

Jumlah 11 100%

Rata-rata kelas : 69,09

Pada siklus II aktivitas siswa meningkat

lagi dengan memperoleh skor rata-rata 3,4

dalam kriteria baik, sedangkan nilai rata-rata

kelas yang diperoleh untuk materi

penjumlahan pecahan siswa sebesar 81,82

dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah

60. Siswa yang telah tuntas 90,91% atau 10

siswa dari jumlah keseluruhan 11 siswa,

sedangkan siswa yang mendapat nilai di bawah

KKM sebanyak 9,09 % atau 1 siswa. Dari

analisis siklus II, maka tidak perlu dilakukan

tindakan siklus berikutnya, karena hasilnya

sudah memenuhi indikator keberhasilan yaitu ≥

80 %.

Tabel 2. Ketuntasan Belajar Siswa Hasil Tes Siklus II No Ketuntasan Jumlah Siswa Persentase

1 Tuntas 10 90,91%

2 Tidak Tuntas 1 9,09%

Jumlah 11 100%

Rata-rata kelas : 81,82

Pembahasan

Berdasarkan pengamatan dan analisis

data, hasil penelitian menunjukkan bahwa

materi penjumlahan pecahan siswa kelas V

SDN Karangdayu II mengalami peningkatan

pada setiap siklus. Dari hasil penelitian

menunjukkan hasil belajar matematika

penjumlahan pecahan pada kondisi sebelum

tindakan jumlah siswa yang tuntas (nilai ≥ 68)

sebanyak 4 siswa dari 11 siswa dengan rata-

rata nilai 57,27 dengan ketuntasan belajar

siswa hanya 36,36%. Setelah digunakan peraga

kartu pecahan pada siklus I, siswa yang tuntas

Page 50: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

50 | Jurnal Karya Pendidikan, Volume I, Nomor 2, Maret 2015, hal 47 – 51

Pra Siklus

Siklus I Siklus II

Rata2 Nilai 57,27 69,09 81,82

0,00

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

Grafik Peningkatan Hasil Belajar

(nilai ≥ 70) meningkat menjadi 8 siswa dengan

rata-rata kelas 69,09 dengan ketuntasan siswa

mencapai 72,73%. Meskipun pada siklus I

sudah ada peningkatan namun belum mencapai

indikator kinerja yang ingin dicapai yaitu

jumlah siswa yang tuntas mencapai 80%.

Tidak berhasilnya tindakan pada siklus I Tidak

berhasilnya tindakan pada siklus I dikarenakan

berbagai faktor dan diperbaiki pada siklus II.

Setelah diadakan perbaikan pada siklus II,

jumlah siswa yang tuntas meningkat yaitu 10

siswa dengan nilai rata-rata kelas 81,82 dengan

ketuntasan belajar 90,09%. Namun masih ada

1 siswa yang belum tuntas, ini dikarenakan

kemampuan siswa yang sulit dalam menerima

pelajaran dan pemahaman konsep dasar

penjumlahan sangat rendah. Namun penelitian

dinyatakan berhasil karena siswa yang tuntas

(nilai KKM ≥ 68) mencapai 90,91 % telah

melebihi indikator kinerja penelitian yaitu 80%

dari keseluruhan siswa yang telah mencapai

ketuntasan minimal yaitu 68.

Di bawah ini disajikan nilai hasil belajar

pra siklus, siklus I dan II :

Tabel 1 : Hasil Belajar Siswa

No Nama Siswa

Hasil Belajar

Pra

Siklus

Siklus

I

Siklus

II

1 Abdul Majid KSB 30 50 70

2 Ahmad Dhikron 50 60 70

3 Amelia Febriyanti 70 80 90

4 Dewi Mufidatul Ilmiah 80 90 100

5 Hestina 60 80 90

6 Imam Misbahul M 60 70 80

7 M. Alimun Bilghoibi 80 80 90

8 Moch Akbar Bagus S 70 90 100

9 Moh Alfarizi 40 50 70

10 Moh Salim Subarno 30 40 60

11 Trias Lutfi Anggoro 60 70 80

Nilai Rata-Rata 57,27 69,09 81,82

Berdasarkan data di atas, menunjukkan

bahwa terjadi kenaikan hasil belajar dari pra

siklus sebesar 11,82 pada siklus I dan pada

siklus II terjadi peningkatan hasil belajar

sebesar 12,73.

Peningkatan hasil belajar di atas juga

dapat terlihat pada grafik di bawah ini.

Pemahaman siswa terbentuk dari

pengalaman langsung siswa dalam bermain

kartu pecahan sehingga mempermudah dalam

pengerjaan operasi hitung pecahan. Dengan

bermain kartu pecahan siswa dapat menghafal

dan mempercepat dalam proses berhitung

pecahan. Kartu pecahan juga digunakan untuk

menghafal fakta dasar penjumlahan,

pengurangan, perkalian dan pembagian serta

digunakan untuk menghafal bangun-bangun

geometri.

Melalui media kartu pecahan diperoleh

temuan-temuan dalam penelitian yaitu: siswa

berinteraksi dengan temannya, siswa lebih

mudah memahami konsep pecahan, siswa lebih

aktif dalam pembelajaran karena pem-

belajaran yang menyenangkan yaitu belajar

sambil bermain.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian penggunaan

kartu pecahan pada siswa kelas V SDN

Karangdayu II pada semester II tahun pelajaran

2013/2014 dalam kegiatan pembelajaran

dengan materi pokok penjumlahan pecahan,

dapat diambil simpulan bahwa : 1) terdapat

peningkatan hasil belajar siswa kelas V SDN

Karangdayu II pada semester II tahun pelajaran

2013/2014 pada materi penjumlahan pecahan

dengan menggunakan kartu pecahan, yang

terbukti dengan adanya peningkatan ketuntasan

belajar pada tes awal yang baru mencapai

36,36 % dapat meningkat pada siklus I menjadi

72,73%, dan pada siklus II menjadi 90,91 %.

Page 51: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

Ginarti, Peningkatan Hasil Belajar Matematika Penjumlahan Pecahan Melalui Penggunaan Kartu Pecahan | 51

2) terdapat peningkatan aktifitas siswa dalam

proses pembelajaran yakni siklus I sebesar 2,4

kategori cukup dan siklus II sebesar 3,4

kategori baik.

Sehubungan dengan hasil penelitian yang

diperoleh, maka penulis memberikan saran

sebagai berikut 1) kreatifitas seorang guru

sangatlah dituntut dalam setiap kegiatan

pembelajaran terutama dalam merancanakan

dan melaksanakan RPP. 2) seorang guru

hendaknya berani berinovasi menemukan hal-

hal yang dapat menarik minat siswa pada

kegiatan pembelajaran. 3) guru harus

membiasakan diri melaksanakan metode-

metode pembelajaran selain metode klasikal

agar pembelajaran menjadi lebih efektif dan

mau menggunakan media yang sesuai.

DAFTAR RUJUKAN

Azhar, Arsyad. 2009. Media Pembelajaran .Jakarta: Raja Grafindo Persada Rineka Cipta.

Cepi Riyana, Rudi Susilana. Media Pembelajaran, Bandung: CV Wacanan Prima,2008.

Nana Sudjana. 2005. Penilaian Hasil Proses Proses Belajar, Bandung: PT. Remaja Rosdikarya.

Susilana, Rudi dan Cepi Riyana. (2008). Media Pembelajaran: Hakikat, Pengembangan,

Pemanfaatan dan Penilaian. Bandung: CV Wahana Prima

Sarwiji Suwandi. (2010). Penelitian Tindakan Kelas dan Penulisan Karya Ilmiah. Surakarta: UNS

Press.

Page 52: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

52

IMPLEMENTASI METODE JARIMATIKA MENINGKATKAN

KEMAMPUAN OPERASI HITUNG DALAM PEMBELAJARAN

Endang Sundari

Guru SDN Baureno III Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro

Email: [email protected]

Abstrak : Efektifitas pembelajaran dalam kelas yang transpormatif adalah sebuah keniscayaan ketika

output kualitas ingin dikedepankan. Oleh karenanya manakala hasil proses pembelajaran belum

memperoleh hasil optimal, diperlukan diagnosa untuk mencari penyebab sekaligus solusinya. Sejauh

ini di SDN Baureno III menindaklanjuti kondisi tersebut dengan penelitian tindakan kelas untuk

mereduksi hambatan dalam proses pembelajaran. Salah satunya adalah mata pelajaran matematika,

karena mata pelajaran ini menjadi momok bagi kebanyakan siswa. Penelitian ini bertujuan untuk

mendeskripsikan metode pembelajaran matematika dalam berlatih perkalian di bawah sepuluh

bilangan cacah bagi kelas III, dapat menumbuhkan minat belajar dan meningkatkan prestasi belajar

siswa, dan untuk mencari alternatif pemecahan masalah yakni masih rendahnya prestasi belajar

matematika terutama kesulitan anak dalam berlatih perkalian dibawah sepuluh bilangan cacah dengan

metode pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (Pakem). Melalui penelitian

selama 2 siklus pembelajaran dengan menggunakan observasi dan tes kemampuan hasil belajar siswa,

dapat disimpulkan: 1).Dengan menggunakan strategi jarimatika dalam proses pembelajaran, mampu

menumbuhkan minat anak dalam proses pembelajaran matematika dengan bukti hasil pengamatan

terhadap siswa selama proses pembelajaran dan 2).Hasil prestasi belajar matematika pada Pokok

Bahasan Perkalian Bilangan Cacah terjadi peningkatan kemampuan dalam perkalian di bawah sepuluh

bagi siswa kelas III.

Kata kunci: jarimatika, prestasi, matematika.

Dalam perspektif ilmu pengetahuan yang

terus berkembang dinamis, matematika

merupakam ilmu universal yang mendasari

perkembangan teknologi moderen, yang

mempunyai peran strategis dalam berbagai

disiplin dan memajukan peradaban manusia.

Perkembangan pesat dibidang teknologi

informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi

oleh perkembangan matematika dibidang teori

bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan

matematika diskrit. Untuk menguasai dan

menciptakan teknologi di masa depan

diperlukan ilmu pengetahuan dan penguasaan

matematika sejak duduk di bangku sekolah.

Transpormasi ilmu melalui proses

pembelajaran matematika perlu diberikan pada

semua peserta didik mulai dari sekolah dasar

untuk membekali peserta didik dengan

kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis,

kritis dan kreatif, serta kemampuan bekerja

sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar

peserta didik dapat memiliki kemampuan

memperoleh, mengelola dan memanfaatkan

informasi untuk bertahan hidup pada keadaan

yang selalu berubah, kompetitif, dan terus

bertumbuhkembang.

Menghadirkan pendekatan pemecahan

masalah merupakan fokus dalam pembelajaran

matematika yang mencakup masalah tertutup

dengan solusi tunggal, masalah terbuka dengan

solusi tidak tunggal dan masalah dengan

berbagai cara penyelesaian. Untuk

meningkatkan kemampuan memecahkan

masalah perlu dikembangkan ketrampilan

memahami masalah, membuat model

matematika, menyelesaikan masalah dan

menafsirkan solusi terbaiknya.

Pendidikan matematika sebagai

pengetahuan ilmu dasar (basic sciences),

memiliki peran yang sangat strategis bagi

ilmu-ilmu lain seperti Ilmu Pengetahuan Alam,

Ilmu Ekonomi, Akuntansi dan lain-lain, yang

keberadaanya sangat dibutuhkan guna

menunjang ilmu-ilmu tersebut.

Beberapa faktor yang mempengaruhi

rendahnya prestasi mata pelajaran matematika

ini salah satunya adalah faktor guru dalam

Page 53: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

Endang S, Implementasi Metode Jarimatika Meningkatkan Kemampuan Operasi Hitung Dalam Pembelajaran | 53

memilih strategi dan metode pembelajaran

yang mengakibatkan gairah anak semakin

menurun dalam mengikuti pelajaran

matematika. Hal ini disebabkan selama ini

guru mengajar matematika hanya sekedar

melaksanakan tugas mengajar dan yang

penting mencapai target kurikulum

Merespon realita tersebut sejurus

penulisan dan penelitian tindakan ini bertujuan

untuk mendeskripsikan metode pembelajaran

matematika dalam berlatih perkalian di bawah

sepuluh bilangan cacah bagi kelas III, dapat

menumbuhkan minat belajar dan meningkat-

kan prestasi belajar siswa, dan untuk mencari

alternatif pemecahan masalah yakni masih

rendahnya prestasi belajar matematika

terutama kesulitan anak dalam berlatih

perkalian dibawah sepuluh bilangan cacah

dengan metode pembelajaran yang

menyenangkan, yaitu belajar sambil bermain,

sesuai dengan prinsip pendekatan pembelajar-

an yang aktif, kreatif, efektif dan menyenang-

kan (Pakem).

Implementasi pembelajaran matematika

di Sekolah Dasar dirancang sesuai dengan

kemampuan dan kebutuhan siswa dengan

memperhatikan perkembangan matematika di

dunia sekarang ini. Yang perlu diperhatikan

dalam pemilihan materi pelajaran matematika

adalah struktur keilmuan, tingkat kedalaman

materi, sifat esensial materi dan ketrampilan-

nya dalam kehidupan sehari-hari. Jadi guru

dapat memilih sumber materi dengan bebas,

asal buku tersebut sesuai dengan criteria

tersebut. Yang lebih penting, buku yang

dipakai guru harus mendapat rekomendasi dari

pejabat yang berkewanangan.

Menurut Glender dalam Haling

(2006:2), belajar adalah proses orang

memperoleh berbagai kecakapan,

keterampilan, dan sikap. Selain itu Morgan

dalam Fathurrohman & Sutikno (2007:6)

merumuskan belajar sebagai suatu perubahan

yang relatif dalam menetapkan tingkahlaku

sebagai akibat atau hasil dari pengalaman yang

lalu. Definisi tersebut memusatkan perhatian

pada tiga hal yaitu (1) bahwa belajar harus

memungkinkan terjadinya perubahan perilaku

individu, (2) bahwa perubahan itu harus

merupakan buah dari pengalaman, dan (3)

bahwa perubahan itu terjadi pada perilaku

individu yang mungkin.

Jadi, pengertian belajar adalah suatu

proses untuk merubah tingkah laku sehingga

diperoleh pengetahuan dan keterampilan untuk

menjadi lebih baik dari sebelumnya. Belajar

pada hakikatnya adalah perubahan yang terjadi

di dalam diri seseorang setelah melakukan

aktifitas tertentu. Walaupun pada hakikatnya

tidak semua perubahan termasuk kategori

belajar dan dapat diartikan bahwa belajar

adalah suatu proses perubahan tingkah laku.

Beberapa hal penting yang harus

diperhatikan guru agar pembelajaran

matematika lebih berkualitas adalah dengan 1)

mengkondisikan siswa untuk menemukan

kembali rumus, konsep atau perinsip dalam

matematika melalui bimbingann guru agar

siswa terbiasa melakukan penyelidikan dan

melakukan sesuatu, 2) pendekatan pemecahan

masalah merupakan fokus dalam pembelajaran

Matematika, yang mencangkup masalah

tertutup, mempunyai solusi tunggal, terbuka

tau masalah dengan berbagai cara

penyelesaian, 3) beberapa ketrampilan untuk

meningkatkan kemampuan memecahkan

masalah dengan memahami soal atau

memahami dan mengidentifikasi apa yang

diketahui, apa yang ditanyakan, diminta untuk

dicari atau dibuktikan, memiliki pendekatan

atau metode pemecahan misalkan meng-

gambarkan masalah dalam bentuk diagram,

memilih dan menggunakan pengetahuan

aljabar yang diketahui dan konsep yang

relevan untuk membentuk metode atau kalimat

matematika, menyelesaikan metode dengan

melakukan operasi hitung secara benar dalam

menerapkan metode, untuk mendapat solusi

dari masalah, menafsirkan solusi dengan

menerjemahkan hasil operasi hitung dari

metode atau kalimat matematika untuk

menentukan jawaban dari masalah semula, 4)

dalam setiap pembelajaran, guru hendaknya

Page 54: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

54| Jurnal Karya Pendidikan, Volume I, Nomor 2, Maret 2015, hal 52 – 57

memperhatikan penguasaan materi prasyarat

yang diperlukan, 5) dalam setiap kesempatan,

pembelajaran matematika hendaknya memulai

dengan pengenalan masalah yang sesuai

dengan situasi (contextual problem). Dengan

mengajukan masalah-masalah yang

kontekstual, siswa secara bertahap, dibimbing

untuk menguasai konsep-konsep matematika.

METODE PENELITIAN

Istilah “jarimatika” berasal dari kata jari-

jari dan matematika. Metode jarimatika berarti

berlatih berhitung mengalikan bilangan cacah

dengan menggunakan media jari-jari tangan

yang jumlahnya sepuluh.

Metode ini dapat dilakukan oleh setiap

guru, setiap siswa dan oleh siapa saja yang

mau melakukannya. Hal ini disebabkan pada

umumnya kita telah dianugrahi oleh tuhan

berupa tangan yang lengkap dengan sepuluh

jarinya. Untuk mengsukuri anugrah tersebut,

maka dimanfaatkan jari-jari kita untuk sebagai

media/alat peraga dalam melatih perkalian

bilangan cacah di bawah sepuluh. Metode ini

dirasakan sangat efektif. Karena guru tidak

harus menyediakan alat peraga yang rumit dan

tidak susah mencarinya. Cukup tangan kiri dan

kanan siswa yang masing-masing terdiri atas

lima jari.

Tahapan dan cara mengimplementasi-

kannya adalah : 1) genggam kedua tangan kiri

dan kanan, sebagai pengganti angka lima, 2)

buka masing-masing jari sesuai dengan angka

yang dikalikan, 3) jari-jari yang terbuka antara

kiri dan kanan dijumlahkan dan melambang-

kan nilai puluhan, 4) jari-jari yang masih

menggenggam dikalikan antara kiri dan kanan,

5) jumlahkan antara jari-jari yang terbuka

dengan jari yang menggenggam.

Subjek Penelitian adalah seluruh siswa

kelas III SDN Baureno III yang berjumlah 19

siswa. Lokasi sekolah ini terletak di Desa

Bureno Kecamatan Baureno. Dilihat dari segi

sosial ekonomi orang tua siswa dikelas III ini

mayoritas mata pencahariannya adalah petani,

ada pula yang buruh tani dan ada juga sebagai

pengamen. Penelitian ini menggunakan

pendekatan aktive learning kualitatif. Dan

penelitian ini berangkat dari masalah yang di

hadapi peneliti selaku guru kelas III selama di

lapangan, kemudian direfleksikan dan

dianalisis berdasarkan teori yang menunjang.

Selanjutnya peneliti melaksanakan tindakan di-

lapangan. Peran peneliti dalam penelitian ini

adalah sebagai observer, pengumpul data,

penganalisis data dan sebagai pelopor hasil

penelitian.

Penelitian tindakan kelas ini dilaksana-

kan dalam 2 siklus. Rancangan ini mengacu

pada model Kemmis dan Tagart (1998) dan

Kasbolah (1999) yang terdiri dari empat tahap

yaitu perencanaan tindakan (planing),

pelaksanaan tindakan (action), pengamatan

(observasi) dan refleksi (reflection).

Pengumpulan data pada penelitian

tindakan kelas ini dilakukan dengan pengamat-

an pada proses pembelajaran yang meliputi

aktifitas siswa dalam kegiatan pembelajaran,

dan analisis dokumen. Penelitian dibantu

teman sejawat mengamati proses pembelajaran

yang sedang berlangsung, mencatat data-data

yang muncul, kemudian mentranskripkannya.

Analisis dokumen dilakukan dengan menilai

hasil pengerjaan lembar kerja siswa. dan

evaluasi hasil pembelajaran.

Data tentang peningkatan aktifitas

belajar siswa dengan indikator kemampuan

mempraktekkan metode “Jarimatika“ dilaku-

kan melalui proses pengamatan selama proses

pembelajaran pada saat mengerjakan lembar

kerja siswa yang dibahas dalam kegiatan

pembelajaran, serta evalusi hasil pembelajaran.

Peningkatan hasil belajar diukur dengan

membandingkan hasil penilaian ulangan

harian/ formatif yang sedang berlangsung

dengan hasil belajar sebelumnya.

Analisis data dan refleksi dilakukan

penulis dalam kegiatan tersendiri dengan

teman sejawat. Hasil refleksi dicatat dan

menghasilkan rancangan tindakan pada siklus

kedua dan rancangan tindak lanjutan

(perancangan ulang).

Page 55: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

Endang S, Implementasi Metode Jarimatika Meningkatkan Kemampuan Operasi Hitung Dalam Pembelajaran |55

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Pada pelaksanaan penelitian diawali dari

pengumpulan data-data yang menjadi acuan

atau dasar dari penelitian/perbaikan pem-

belajaran pengumpulan data di Kelas III SDN

Baureno III. Pada langkah awal telah

dilakukan identifikasi refleksi masalah, analisis

masalah, perumusan masalah, observasi dan

refleksi. Data yang diperoleh dari identifikasi

masalah, analisis masalah dan perumusan

masalah adalah data awal tentang nilai siswa

pada pelajaran sebelumnya (sebelum Siklus I).

Pada tahap perencanaan peneliti

menyediakan beberapa instrument untuk diisi

dan dijadikan pedoman untuk dilaksanakannya

perbaikan pembelajaran diantaranya adalah

data awal.

Dari data awal siswa sebelum Siklus I

pada mata pelajaran Matematika diketahui

bahwa siswa yang tuntas adalah 5 anak atau

26,31% sedangkan yang tidak tuntas dalam

pelajaran Matematika adalah 14 anak atau

73,69% data di atas adalah data awal.

Melalui data awal rekapitulasi dapat

dijelaskan bahwa data awal dari materi

Matematika diperoleh nilai rata-rata 47,

prosentase ketuntasan belajar mencapai 26,31

% atau ada 5 dari 19 siswa. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh

nilai > 70 hanya lebih kecil dari prosentase

ketuntasan yang dikehendaki yaitu 70% hal ini

disebabkan karena siswa banyak yang belum

paham tentang operasi hitung perkalian.

Pada tahap identifikasi masalah

pelaksanaan siklus guru mengidentifikasi

seluruh permasalahan yang timbul dalam

pembelajaran di kelas yakni: 1) minat anak

dalam mengikuti pembelajaran matematika

masih kurang. 2) siswa pada umumnya

kesulitan dalam melakukan perkalian.

Dengan menggunakan metode

“Jarimatika“ maka dapat meningkatkan

prestasi hasil belajar siswa pada pembelajaran

operasi hitung bilangan cacah siswa kelas III

SDN Baureno III.

Pada fase perumusan rancangan tindakan

guru membuat rencana pembelajaran, dengan

kompetensi dasar perkalian bilangan cacah,

membuat lembar pengamatan, lembar evaluasi

dan analisis hasil pembelajaran.

Kegiatan pelaksanaan merupakan

tindakan nyata yang dilakukan oleh guru di

kelas, yaitu: Pelaksanaan pembelajaran dengan

metode “Jarimatika“ dan penggunaan penilaian

portofolio untuk menganalisis hasil evalusi.

Dalam pelaksanaan pembelajaran secara garis

besar skenario pembelajaranya dirancang

sesuai dengan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP). Secara garis besar

skenario pembelajaran metode “Jarimatika“

dilaksanakan dengan kegiatan Awal guru

menggali informasi dari siswa tentang

persoalan sehari-hari yang berhubungan

dengan perkalian bilangan cacah. Kegiatan Inti

guru memberikan penjelasan cara

menggunakan 10 jari dalam membantu

mengalikan bilangan cacah siswa menirukan

yang dicontohkan guru, secara berpasangan,

siswa mengalikan bilangan cacah di bawah

sepuluh, siswa mengisi lembar kerja yang telah

tersedia dengan hasil peragaannya, guru

mengadakan pengamatan proses peragaan pada

siswa. Kegiatan akhir evaluasi tentang hasil

permainan dan ketrampilan tentang cara

perkalian di bawah sepuluh bilangan cacah.

Hasil pengamatan dan temuan selama

dalam proses pembelajaran pada siklus I (2 x 2

x 35 menit/2 kali pertemuan) adalah: 1) pada

umumnya siswa tertarik pada pendekatan ini,

hanya ada beberapa siswa yang berkemampuan

rendah masih senang bermain sendiri. 2) siswa

yang memiliki kemampuan lebih baik tidak

mau membantu temanya yang kesulitan. 3)

anak yang berkemampuan rendah cenderung

pasif. Untuk menggali data tentang daya serap

selama 2 pertemuan, guru menggunakan 3

instrumen penilaian yaitu: tes tulis, penugasan

dan lembar pengamatan aktifitas siswa dalam

mengikuti pembelajaran Matematika. Tes tulis

Page 56: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

56| Jurnal Karya Pendidikan, Volume I, Nomor 2, Maret 2015, hal 52 – 57

dilaksanakan oleh guru pada akhir pertemuan

ke 2. untuk megukur kemampuan pemahaman

siswa terhadap bahan ajar.

Penilaian portofolio dilaksanakan oleh

guru ketika proses pembelajaran berlangsung

pada akhir siklus I. Sehingga bentuk penilaian

ini dapat dikatakan sebagai penilaian proses

dan akhir pembelajaran. Penggunaan penilaian

ini dirasa lebih efektif, sebab akan dapat

mengukur dengan tepat kemampuan siswa

yang sebenarnya.

Dari hasil penilaian proses pembelajaran

Hasil tes Perbaikan pada Siklus I Mata

Pelajaran Matematika hasil yang dicapai oleh

siswa adalah sebagai berikut: dari 19 siswa

yang menjadi populasi penelitian ini pada

siklus I ada 9 siswa atau 47,36 % yang telah

tuntas karena mendapat nilai diatas batas

kritetia ketuntasan minimal (KKM) yaitu 70.

Sedang sisanya 10 siswa atau 52, 63 % belum

tuntas.

Nilai rata-rata kelas yang dicapai pada

siklus ini adalah 65. Nilai tertinggi 90 dan nilai

terendah 20. Jadi pada pertemuan siklus I dapat

dikatakan ketuntasan belajar secara klasikal

belum tercapai pada mata pelajaran

Matematika. Dari hasi observasi dan tes yang

dilakukan pada siklus ini, maka dibuat

pertimbangan pada pelaksanaan pembelajaran

pada siklus II.

Atas dasar hasil pelaksanaan

pembelajaran pada siklus I, maka disusun

perancangan ulang pada siklus II yakni: 1)

rancangan Tindakan yaitu membuat Rencana

Pembelajaran tentang perkalian di bawah

sepuluh bilangan cacah, lembar pengamatan,

lembar evaluasi dan instrumen penelitian. 2)

pelaksanaan tindakan meliputi pelaksanaan

tindakan dengan langkah-langkah, evaluasi

hasil belajar dan analisis hasil belajar siswa

melalui skenario pembelajaran pada siklus II

dengan langkah-langkah pembelajaran:

Kegiatan Awal dengan pengulangan secara

singkat bercerita mengenai apa yang sudah

dipelajari siswa dalam pembelajaran

sebelumnya dan memeragakan secara singkat

cara perkalian di bawah sepuluh bilangan

cacah dengan sepuluh jari dari pertemuan

sebelumnya. Kegiatan Inti dengan dilakukan

sesuai dengan langkah-langkah pada per-

temuan sebelumnya dimana guru memberikan

penjelasan cara menggunakan 10 jari dalam

membantu mengalikan bilangan cacah, siswa

menirukan yang dicontohkan guru, secara

berpasangan, siswa mengalikan bilangan cacah

di bawah sepuluh, siswa mengisi lembar kerja

yang telah tersedia dengan hasil peragaannya,

dan guru mengadakan pengamatan proses

peragaan pada siswa. Kegiatan Akhir melalui

aplikasi konsep berupa penajaman dalam

pembelajaran pada siklus ini yakni proses

pembelajaran dilaksanakan dengan motivasi

guru tentang pentingnya matematika bagi

manusia untuk mengali ilmu pengetahuan.

Pengamatan/Observasi tindakan yang dilaku-

kan peneliti adalah mengamati minat anak

dalam mengikuti pembelajaran dan observasi

tentang kegiatan anak dalam memeragakan

sepuluh jarinya.

Pada tahap refleksi hasil pengamatan dan

temuan selama proses pembelajaran pada

siklus II diketahui bahwa: 1) siswa lebih

bersemangat ketika diajak memeragakan

perkalian dengan memakai sepuluh jarinya. 2)

siswa mampu menerapkan konsep yang

dijelaskan guru. 3) hasil tes prestasi belajar

meningkat.

Dari hasil penilaian proses pembelajaran

dengan portofolio dapat diketahui Hasil tes

Perbaikan pada Siklus II Mata Pelajaran

Matematika Kelas III Semester II SDN Baure-

no III adalah bahwa dari 19 siswa yang

menjadi populasi penelitian ini, ada 18 anak

atau 94,73 %yang telah tuntas karena telah

mendapat nilai diatas batas kriteria ketuntasan

minimal (KKM) yaitu 70. sedang 1 siswa atau

5,26 % yang belum tuntas. Hal ini berarti

tingkat ketuntasan klasikal sudah tercapai. Ini

berarti sudah diatas tingkat ketuntasan klasikal

ideal yaitu minimal 85 %.

Nilai rata-rata pada siklus II adalah 87.

Nilai tertinggi mencapai 100 dan nilai terendah

Page 57: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

Endang S, Implementasi Metode Jarimatika Meningkatkan Kemampuan Operasi Hitung Dalam Pembelajaran |57

60. Hal ini berarti ada peningkatan yang cukup

baik dibanding dengan hasil prestasi belajar

pada siklus I.

Pembahasan

Dari penilaian portofolio selama 2 siklus

pembelajaran maka dapat diketahui bahwa

pada siklus I hasil yang dicapai oleh siswa

adalah sebagai berikut: dari 19 siswa yang

menjadi penelitian ada 9 anak atau 59 % yang

telah tuntas karena telah mendapat nilai diatas

kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 70.

Sedangkan sisanya 10 anak atau 41 % belum

tuntas. Hal ini berarti tingkat ketuntasan

klasikal baru tercapai 59 %. Hasil ini masih

jauh dari tingkat ketuntasan klasikal ideal yaitu

minimal 85 %. Nilai rata-rata kelas pada siklus

I adalah 59, sedang nilai tertinggi 80 dan nilai

terendah 20.

Pada siklus II terjadi peningkatan

kemampuan yakni dari 19 siswa yang menjadi

populasi penelitian ada 18 siswa atau 94,73 %

yang telah tuntas karena mendapat nilai diatas

kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 70.

Sedangkan 1 siswa atau 5,26 % yang belum

tuntas. Hal ini berarti untuk tingkat ketuntasan

klasikal sudah tercapai. Nilai rata-rata pada

siklus II adalah 94,47 %. Nilai tertinggi 100

dan nilai terendah 60.

Dari hasil komparasi yang terlihat

ternyata dengan demikian metode ”Jarimatika”

terbukti mampu meningkatkan prestasi hasil

belajar siswa kelas III SDN Baureno III.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan data hasil penelitian maka

kesimpulan yang dapat diambil adalah: 1)

dengan menggunakan metode ”Jarimatika”

dalam proses pembelajaran, ternyata mampu

menumbuhkan minat anak dalam proses

pembelajaran matematika. Hal ini dibuktikan

dengan hasil pengamatan terhadap siswa

selama proses pembelajaran. 2) hasil belajar

matematika pada pokok bahasan perkalian

bilangan cacah terjadi peningkatan kemampu-

an dalam perkalian di bawah sepuluh bagi

siswa kelas III SDN Baureno III Kecamatan

Baureno Kabupaten Bojonegoro.

Saran

Guru hendaknya menggunakan metode

yang bervariasi, inovatif, atraktif dan

menyenangkan serta menantang sehingga

siswa tidak jenuh dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran dengan menggunakan metode

”Jarimatika” terbukti mampu meningkatkan

aktifitas dan prestasi hasil belajar siswa . Oleh

karena itu guru diharapkan mau dan mampu

menerapkan pendekatan ini dengan baik pada

mata pelajaran Matematika di Sekolah Dasar.

Hendaknya sekolah menyediakan sarana

dan prasarana pembelajaran yang memadai,

sehingga pembelajaran menjadi lebih

berkualitas dan siswa lebih leluasa dalam

beraktivitas belajar.

DAFTAR RUJUKAN

Fathurrohman, Pupuh dan Sutikno, Sobry. 2007. Strategi Belajar Mengajar melalui Penanaman

Konsep Umum & Konsep Islam. Cet. II, Bandung: Refika Aditama

Haling, Abdul. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Makassar: Badan Penerbit UNM

Kasihani Kasbolah. (1999). Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Jakarta : Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan

Page 58: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

58

METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF

MODEL STUDENT TEAMS ACHEIVEMENT DIVISION

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA

Sundarto

Kepala Sekolah Dasar Negeri Gajah I Baureno Bojonegoro

Email : [email protected]

Abstrak : Penelitian tindakan (action research) bertujuan untuk mengetahui peningkatan prestasi

belajar Pendidikan Kewarganegaraan setelah diimplementasikannya pembelajaran kooperatif model

STAD pada siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Gajah I Tahun Pelajaran 2014/2015. Untuk

mengetahui pengaruh motivasi belajar dan memberikan gambaran tentang metode yang tepat dalam

upaya meningkatkan prestasi belajar siswa yang aktif dalam proses pembelajaran. Data yang diperoleh

berupa hasil tes formatif, lembar observasi kegiatan belajar mengajar. Melalui proses dan hasil analisis

didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus III, yaitu

siklus I (68,42%), siklus II (81,58%), siklus III (94,74%). Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa

metode pembelajaran kooperatif dapat berpengaruh positif terhadap prestasi dan motivasi belajar

siswa.

Kata kunci : pendidikan kewarganegaraan, metode pembelajaran kooperatif, STAD

Perubahan strategis dalam proses

pembelajaran adalah sebuah keniscayaan

karena guru memiliki peranan yang sangat

penting dalam menentukan kuantitas dan

kualitas pengajaran yang dilaksanakan. Oleh

sebab itu, guru harus memikirkan dan

membuat perencanaan secara seksama dalam

meningkatkan kesempatan belajar bagi

siswanya dan memperbaiki kualitas

mengajarnya secara progressif. Kondisi

demikian menghadirkan perubahan-perubahan

positif dalam mengorganisasikan kelas yang

dinamis dan transpormatif, penggunaan

metode mengajar yang tepat, strategi belajar

mengajar yang efektif, maupun sikap dan

karakteristik guru dalam mengelola proses

belajar mengajar. Proses Pembelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan tidak lagi

mengedepankan pada penyerapan melalui

pencapaian informasi, tetapi lebih

mengutamakan pada pengembangan

kemampuan dan pemrosesan informasi. Oleh

karenanya aktifitas peserta didik perlu

ditingkatkan melalui latihan-latihan atau tugas

dengan bekerja dalam kelompok kecil dan

menjelaskan ide-ide kepada orang lain.

(Wahyudi, 2010:24).

Penekanan (stressing) pembelajaran

kooperatif adalah interaksi intensif antar siswa

sehingga menciptakan kondisi yang dinamis.

Dalam kondisi demikian siswa akan

melakukan komunikasi aktif dengan sesama

temannya. Dengan komunikasi tersebut

diharapkan siswa dapat menguasai materi

pelajaran dengan mudah karena “siswa lebih

mudah memahami penjelasan dari kawannya

dibanding penjelasan dari guru, karena taraf

pengetahuan serta pemikiran mereka lebih

sejalan dan sepadan”. (Djamarah,Syaiful

Bahri. 2012: 22).

Muara dari proses penelitian ini ingin

mengetahui peningkatan prestasi belajar

Pendidikan Kewarganegaraan setelah

diterapkannya pembelajaran kooperatif model

STAD pada siswa Kelas IV Sekolah Dasar

Negeri Gajah I Tahun Pelajaran 2014/2015.

Mengetahui pengaruh motivasi belajar PKn

setelah diterapkannya pembelajaran kooperatif

model STAD dan memberikan gambaran

tentang metode pembelajaran yang tepat dalam

upaya meningkatkan prestasi belajar siswa dan

menjadikan siswa lebih aktif dalam kegiatan

proses pembelajaran.

Hakekat kondisi pembelajaran yang

efektif adalah adanya minat perhatian siswa

dalam belajar. Minat merupakan suatu sifat

yang relatif menetap pada diri seseorang.

Minat ini besar sekali pengaruhnya terhadap

Page 59: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

Sundarto, Metode Pembelajaran Kooperatif Model STAD Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa | 59

belajar, sebab dengan minat seseorang akan

melakukan sesuatu yang diminatinya.

Sebaliknya tanpa minat seseorang tidak

mungkin melakukan sesuatu. Misalnya,

seorang anak menaruh minat dalam bidang

kesenian, maka ia akan berusaha untuk

mengetahui lebih banyak tentang kesenian

yang menarik perhatiannya.

Menurut Oemar Hamalik (2006 : 239)

pembelajaran adalah “suatu kombinasi yang

tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi,

material fasilitas, perlengkapan dan prosedur

yang saling mempengaruhi tercapainya tujuan

pembelajaran. Sedangkan belajar adalah suatu

proses yang menyebabkan perubahan tingkah

laku yang bukan disebabkan oleh proses

pertumbuhan yang bersifat fisik, tetapi

perubahan dalam kebisaaan, kecakapan,

bertambah, berkembang daya pikir, sikap dan

lain-lain. Menurut Wahyuni (2010:8)

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi

pembelajaran dengan cara menempatkan siswa

dalam kelompok-kelompok kecil yang

memiliki kemampuan berbeda.

Dari pengertian di atas dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif

adalah suatu metode pembelajaran dengan cara

mengelompokkan siswa ke dalam kelompok-

kelompok kecil untuk bekerjasama dalam

memecahkan masalah. Hal tersebut yang

mendasari guru menerapkan metode kooperatif

STAD untuk meningkatkan prestasi siswa

kelas IV SDN Gajah I.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian

tindakan (action research), karena penelitian

dilakukan untuk memecahkan masalah

pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga

termasuk penelitian deskriptif, sebab

menggambarkan bagaimana suatu teknik

pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil

yang diinginkan dapat dicapai.

Sesuai dengan jenis penelitian yang

dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka

penelitian ini menggunakan model penelitian

tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam

Arikunto, Suharsimi, 2005: 83), yaitu

berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus

yang berikutnya. Setiap siklus meliputi

planning (rencana), action (tindakan),

observation (pengamatan), dan reflection

(refleksi). Langkah pada siklus berikutnya

adalah perencanaan yang sudah direvisi,

tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum

masuk pada siklus I dilakukan tindakan

pendahuluan yang berupa identifikasi

permasalahan.

Alat pengumpul data dalam penelitian ini

adalah tes buatan guru yang fungsinya adalah:

(1) untuk menentukan seberapa baik siswa

telah menguasai bahan pelajaran yang telah

diberikan dalam waktu tertentu; (2) untuk

menentukan apakah suatu tujuan telah tercapai;

dan (3) untuk memperoleh suatu nilai

(Arikunto, Suharismi, 2002: 19).

Untuk mengetahui efektifitas suatu

metode dalam kegiatan pembelajaran perlu

diadakan analisis data. Pada penelitian ini

menggunakan teknik analisis dekriptif

kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang

bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta

sesuai dengan data yang diperoleh dengan

tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang

dicapai siswa, juga untuk memperoleh respon

siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta

aktivitas siswa selama proses pembelajaran.

Untuk menganalisis tingkat keberhasilan

atau presentase keberhasilan siswa setelah

proses belajar mengajar setiap putarannya

dilakukan dengan cara memberikan evaluasi

berupa soal tes tertulis pada setiap akhir

putaran. Untuk ketuntasan belajar ada dua

kategori ketuntasan belajar yaitu secara

perorangan dan ketuntasan belajar secara

klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan

belajar mengajar, yaitu seorang siswa telah

tuntas belajar bila telah mencapai skor 65%

atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar

baik dikelas tersebut terdapat 85% yang telah

mencapai daya serap lebih dari atau sama

dengan 65%.

Penelitian ini bertempat di SDN Gajah I

Page 60: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

60 | Jurnal Karya Pendidikan, Volume I, Nomor 2, Maret 2015, hal 58 – 65

Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro

pada semester ganjil tahun pelajaran

2014/2015 dengan subyek penelitian siswa

kelas IV yang berjumlah 38 siswa.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam proses penelitian tindakan ini,

data diperoleh dari observasi berupa

pengamatan perngelolaan metode

pembelajaran kooperatif model STAD dan

pengamatan aktivitas guru dan siswa pada

setiap siklus. Data lembar observasi diambil

dari dua pengamatan yaitu data pengamatan

pengelolaan metode pembelajaran kooperatif

model STAD yang digunakan untuk

mengetahui pengaruh penerapan metode

pembelajaran kooperatif model STAD dalam

meningkatkanprestasi belajar siswa dan data

pengamatan aktivitas guru dan siswa. Data tes

formatif untuk mengetahui peningkatan

prestasi belajar siswa setelah diterapkannya

metode pembelajaran kooperatif model STAD.

Analisis Hasil Penelitian Siklus I

Pada tahap perencanaan, peneliti

mempersiapkan perangkat pembelajaran yang

terdiri dari rencana pelajaran, tes formatif I dan

alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain

itu juga dipersiapkan lembar observasi

pengolahan metode pembelajaran kooperatif

model STAD, dan lembar observasi aktifitas

guru dan siswa.

Tahap kegiatan dan pelaksanaan kegiatan

belajar mengajar untuk siklus I dilakasanakan

pada tanggal 4 Nopember 2014 di Kelas IV

dengan jumlah siswa 38 siswa. Pelaksanaan

metode pembelajaran kooperatif model STAD

melalui tahapan: 1) pelaksanaan pembelajaran,

2) diskusi kelompok, 3) tes, 4) penghargaan

kelompok, 5) menentukan nilai individual dan

kelompok. Dalam hal ini peneliti bertindak

sebagai pengajar, sedangkan yang bertindak

sebagai pengamat adalah seorang guru kelas

IV. Memasuki tahap akhir proses belajar

mengajar siswa diberi tes formatif I dengan

tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan

siswa dalam proses belajar mengajar yang

telah dilakukan.

Dalam pengelolaan pembelajaran siklus I

aspek-aspek yang mendapatkan kriteria kurang

baik adalah memotivasi siswa, menyampaikan

tujuan pembelajran, pengelolaan waktu, dan

antusiasme siswa. Keempat aspek yang

mendapat nilai kurang baik di atas, merupakan

suatu kelemahan yang terjadi pada siklus I dan

akan dijadikan bahan kajian untuk refleksi dan

revisi pada siklus II.

Dari pengelolaan pembelajaran siklus I

tampak bahwa aktivitas guru yang paling

dominan pada siklus I adalah membimbing dan

mengamati siswa dalam menemukan konsep,

yaitu 21,7 %. Aktivitas lain yang presentasinya

cukup besar adalah memberi umpan balik/

evaluasi, tanya jawab dan menjelaskan materi

yang sulit yaitu masing-masing sebesar 13,3

%. Sedangkan aktivitas siswa yang paling

dominan adalah mengerjakan/ memperhatikan

penjelasan guru yaitu 22,5 %. Aktivitas lain

yang presentasinya cukup besar adalah bekerja

dengan sesama anggota kelompok, diskusi

antara siswa/ antara siswa dengan guru, dan

membaca buku yaitu masing-masing 18,7 %

14,4 dan 11,5 %.

Kesimpulan pada siklus I dapat

dikemukakan bahwa secaraa garis besar

kegiatan belajar mengajar dengan metode

pembelajaran kooperatif model STAD sudah

dilaksanakan dengan baik, walaupun peran

guru masih cukup dominan untuk memberikan

penjelasan dan arahan, karena model tersebut

masih dirasakan baru oleh siswa.

Berikutnya disajikan rekapitulasi hasil

tes formatif siswa kelas IV pada siklus I seperti

terlihat pada tabel.

Tabel 1.

Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siklus I

No Uraian Hasil

Siklus I

1

2

3

Nilai rata-rata tes formatif

Jumlah siswa yang tuntas belajar

Presentase ketuntasan belajar

6,79

26

68,42

Page 61: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

Sundarto, Metode Pembelajaran Kooperatif Model STAD Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa | 61

Dari tabel di atas dapat dijelaskan

bahawa dengan menerapkan metode

pembelajaran kooperatif model STAD

diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa

adalah 6,79 dan ketuntasan belajar mencapai

68,42% atau ada 26 siswa dari 38 siswa sudah

tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan

bahawa pada siklus pertama secara klasikal

siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang

memperoleh nilai ≥ 65 hanya sebesar 68,42%

lebih kecil dari presentase ketuntasan yangt

dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini

disebabkan karena siswa masih merasa baru

dan belum mengerti apa yang dimaksudkan

dan digunakan guru dengan menerapkan

metode pembelajaran kooperatif model STAD.

Refleksi dalam pelaksanaan kegiatan

belajar mengajar diperoleh informasi dari hasil

pengamatan bahwa: guru kurang maksimal

dalam memotivasi siswa dan dalam

menyampaikan tujuan pembelajaran, guru

kurang maksimal dalam pengelolaan waktu,

siswa kurang aktif selama pembelajaran

berlangsung

Analisis data penelitian siklus I : Pada

ranah psikomotor siswa yang mendapat nilai

60 tidak ada, Siswa yang mendapat nilai 70

sebanyak 15 (38,46%), Siswa yang mendapat

nilai 80 sebanyak 2 (61,54%). Berarti siswa

yang mendapat nilai di atas 70 sebanyak

61,54%, secaraa klasikal termasuk kategori

belum tuntas. Pada ranah afektif siswa

mendapat nilai C sebanyak 6 (15,38%), siswa

yang mendapat nilai B sebanyak 25 (66,67%),

siswa yang mendapat nilai A sebanyak 7

(17,95%). Berarti siswa yang mendapat nilai di

atas C sebanyak 84,62%, secaraa klasikal

termasuk kategori tuntas.

Refisi Pelaksanaan kegiatan belajar

mengajar pada siklus I ini masih terdapat

kekurangan, sehingga perlu adanya revisi

untuk dilakukan pada siklus berikutnya yakni:

guru perlu lebih terampil dalam memotivasi

siswa dan lebih jelas dalam menyampaikan

tujuan pembelajaran. Dimana siswa diajak

untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan

yang akan dilakukan, guru perlu

mendistribusikan waktu secara baik dengan

menambahkan informasi-informasi yang dirasa

perlu dan memberi catatan dan guru harus

lebih terampil dan bersemangat dalam

memotivasi siswa sehingga siswa bisa lebih

antusias.

Analisis Hasil Penelitian Siklus II

Melalui tahap perencanaan peneliti

mempersiapkan perangkat pembelajaran yang

terdiri dari rencana pelajaran 2, soal tes

formatif 2 dan alat-alat pengajaran yang

mendukung. Selain itu juga dipersiapkan

lembar observasi pengelolaan metode

pembelajaran kooperatif model STAD dan

lembar observasi guru dan siswa.

Tahap kegiatan dan pelaksanaan belajar

mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada

tanggal 11 Nopember 2014 di Kelas IV dengan

jumlah siswa 38 siswa. Pelaksanan metode

pembelajaran kooperatif model STAD melalui

tahapan sebagaimana pada siklus I, dengan

penyempurnaan aspek-aspek I dalam

penerapan metode pembelajarn kooperatif

model STAD diharapkan siswa dapat

menyimpulkan apa yang telah mereka pelajari

dan mengemukakan pendapatnya sehingga

mereka akan lebih memahami tentang apa

yang telah mereka lakukan.

Aktivitas Guru Dan Siswa Pada Siklus II,

tampak bahwa aktifitas guru yang paling

dominan pada siklus II adalah membimbing

dan mengamati siswa dalam menentukan

konsep yaitu 25%. Jika dibandingkan dengan

siklus I, aktivitas ini mengalami peningkatan.

Aktivitas guru yang mengalami penurunan

adalah memberi umpan balik/evaluasi/ Tanya

jawab (16,6%), mnjelaskan materi yang sulit

(11,7). Meminta siswa mendiskusikan dan

menyajikan hasil kegiatan (8,2%), dan

membimbing siswa merangkum pelajaran

(6,7%).

Sedangkan untuk aktivitas siswa yang

paling dominan pada siklus II adalah bekerja

dengan sesama anggota kelompok yaitu (21%).

Page 62: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

62 | Jurnal Karya Pendidikan, Volume I, Nomor 2, Maret 2015, hal 58 – 65

Jika dibandingkan dengan siklus I,

aktifitas ini mengalami peningkatan. Aktifitas

siswa yang mengalami penurunan adalah

mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru

(17,9%). Diskusi antar siswa/ antara siswa

dengan guru (13,8%), menulis yang relevan

dengan KBM (7,7%) dan merangkum

pembelajaran (6,7%). Adapun aktifitas siswa

yang mengalami peningkatan adalah membaca

buku (12,1%), menyajikan hasil pembelajaran

(4,6%), menanggapi/mengajukan pertanyaan/

ide (5,4%), dan mengerjakan tes evaluasi

(10,8%).

Berikutnya adalah rekapitulasi hasil tes

formatif siswa:

Tabel 2. Rekapiltulasi Hasil Tes Formatif Siklus II

No Uraian Hasil

Siklus II

1

2

3

Nilai rata-rata tes formatif

Jumlah siswa yang tuntas belajar

Presentase ketuntasan belajar

7,29

31

81,58

Dari tabel diatas diperoleh nilai rata-rata

prestasi belajar siswa adalah 7,29 dan

ketuntasan belajar mencapai 81,58% atau ada

31 siswa dari 38 siswa sudah tuntas belajar.

Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini

ketuntasan belajar secara klasikal telah

mengalami peningkatan sedikit lebih baik dari

siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar

siswa ini karena setelah guru menginformasi-

kan bahawa setiap akhir pelajaran akan selalu

diadakan tes sehingga pada pertemuan

berikutnya siswa lebih termotivasi untuk

belajar. Selain itu siswa juga sudah mulai

mengerti apa yang dimaksudkan dan

diinginkan guru dengan menerapkan metode

pembelajaran kooperatif model STAD.

Analisis data penelitian Siklus I : Ranah

Psikomotor siswa yang mendapat nilai 60 tidak

ada , siswa yang mendapat niali tujuh puluh

sebanyak 15 (38,46%), siswa yang mendapat

nilai 80 sebanyak 23 (61,54%). Berarti siswa

yang mendapat nilai di atas 70 sebanyak

61,54%, secaraa klasikal termasuk kategori

belum tuntas. Ranah Afektif siswa yang

mendapat nilai C sebanyak 6 (15,38%), siswa

yang mendapat nilai B sebanyak 25 (66,67%),

siswa yang mendapat nilai A sebanyak 7

(17,95%). Berarti siswa yang mendapat nilai di

atas C sebanyak 84,62%, secara klasikal

termasuk kategori tuntas.

Pada kegiatan refleksi pelaksanaan

kegiatan belajar diperoleh informasi dari hasil

pengamatan bahwa pelaksanan kegiatan belajar

pada Siklus II ini masih terdapat kekurangan-

kekurangan. Maka perlu adanya revisi untuk

dilaksanakan pada siklus II, yakni: guru

dalam memotivasi siswa hendaknya dapat

membuat siswa lebih termotivasi selama

proses belajar mengajar berlangsung, guru

harus lebih dekat dengan siswa sehingga tidak

ada perasaan takut dalam diri siswa baik untuk

mengemukakan pendapat atau bertanya, guru

harus lebih sabar dalam membimbing siswa

merumuskan kesimpulan/menemukan konsep,

guru harus mendistribusikan waktu secara baik

sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan

sesuai dengan yang diharapkan, guru

sebaiknya menambah lebih banyak contoh soal

dan meberi soal-soal-soal latihan pada siswa

untuk dikerjakan pada setiap kegiatan belajar

mengajar.

Analisis Hasil Penelitian Siklus III

Pada tahap perencanaan peneliti

mempersiapkan perangkat pembelajaran yang

terdiri dari rencana pelajaran 3, soal tes

formatif 3 dan alat-alat pengajaran yang

mendukung. Selain itu juga dipersiapkan

lembar observasi pengelolaan metode

pembelajaran kooperatif model STAD dan

lembar observasi aktifitas guru dan siswa.

Tahap kegiatan dan pengamatan

pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk

siklus III dilaksanakan pada tanggal 18

November 2014 di kelas IVdengan jumlah

siswa 38 siswa. Pelaksanaan metode

pembelajaran kooperatif model STAD melalui

tahapan sebagai berikut: (1) pelaksanaan

pembelajaran, (2) diskusi kelompok, (3) tes,

(4) penghargaan kelompok, (5) menentukan

nilai individual dan kelompok. Adapun proses

Page 63: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

Sundarto, Metode Pembelajaran Kooperatif Model STAD Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa | 63

belajar mengajar mengacu pada rencana

pelajaran dengan memperhatikan revisi pada

siklus II, sehingga kesalahan atau kekurangan

pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus

III. Pengamatan (observasi) dilaksanakan

bersamaan dengan pelaksanaan belajar

mengajar. Memasuki akhir proses belajar

mengajar siswa diberi tes formatif III dengan

tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan

siswa dalam proses belajar mengajar yang

telah dilakukan. Instrumen yang digunakan

adalah tes formatif III dengan tujuan untuk

mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam

proses belajar mengajar yang telah dilakukan.

Instrumen yang digunakan adalah tes formatif

III.

Dari pengelolaan pembelajaran pada

Siklus III, didapatkan hasil bahwa aspek-aspek

yang diamati pada kegiatan belajar mengajar

(siklus III) yang dilaksanakan oleh guru

dengan menerapkan metode pembelajaran

kooperatif model STAD mendapatkan

penilaian cukup baik dari pengamat adalah

memotivasi siswa, membimbing siswa

merumuskan kesimpulan/menemukan konsep,

dan pengelolaan waktu.

Melalui aktivitas guru dan siswa pada

Siklus III didapat hasil bahawa aktivitas guru

yang paling dominan pada siklus III adalah

membimbing dan mengamati siswa dalam

menemukan konsep yaitu 22,6%, sedangkan

aktivitas menjelaskan materi yang sulit dan

memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab

menurun masing-masing sebesar (10%), dan

(11,7%). Aktivitas lain yang mengalami

peningkatan adalah mengkaitkan dengan

pelajaran sebelumnya (10%), menyampiakan

materi/strategi /langkah-langkah (13,3%),

meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan

hasil kegiatan (10%), dan membimbing siswa

merangkum pelajaran (10%). Adapun aktivitas

ynag tidak menglami perubahan adalah

menyampaikan tujuan (6,7%) dan memotivasi

siswa (6,7%).

Sedangkan untuk aktivitas siswa yang

paling dominan pada siklus III adalah bekerja

dengan sesama anggota kelompok yaitu

(22,1%) dan mendengarkan/memperhatikan

penjelasan guru (20,8%), aktivitas yang

mengalami peningkatan adalah membaca buku

siswa (13,1%) dan diskusi antar siswa/antara

siswa dengan guru (15,0%). Sedangkan

aktivitas yang lainnya mengalami penurunan.

Berikutnya adalah rekapitukasi hasil tes

formatif siswa seperti terlihat pada tabel

berikut.

Tabel 3. Rekapiltulasi Hasil Tes Formatif Siklus III

No Uraian Hasil

Siklus III

1

2

3

Nilai rata-rata tes formatif

Jumlah siswa yang tuntas belajar

Presentase ketuntasan belajar

7,97

36

94,74

Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai

rata-rata tes formatif sebesar 7,97 dan dari 38

siswa yang telah tuntas sebanyak 36 siswa dan

2 siswa belum mencapai ketuntasan belajar.

Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang

telah tercapai sebesar 94,74% (termasuk

kategori tuntas). Hasil pada siklus III ini

mengalami peningkatan lebih baik dari siklus

II. Adanya peningkatan hasil belajar pada

siklus III ini dipengaruhi oleh adanya

peningkatan kemampuan guru dalam

menerapkan metode pembelajaran kooperatif

model STAD sehingga siswa menjadi lebih

terbiasa dengan pembelajaran seperti ini

sehingga siswa lebih mudah dalam memahami

materi yang telah diberikan.

Pada tahap refleksi akan dikaji apa yang

telah terlaksana dengan baik maupun yang

masih kurang baik dalam proses belajar

mengajar dengan penerapan metode

pembelajaran kooperatif model STAD. Dari

data-data yang telah diperoleh dapat diuraikan

bahwa selama proses belajar mengajar guru

telah mekasanakan semua pembeljaran dengan

baik. Meskipun ada beberapa aspek yang

belum sempurna, tetapi presentase

pelaksanaanya untuk masing-masing aspek

cukup besar, berdasarkan data hasil

pengamatan diketahui bahwa siswa aktif

selama proses belajar mengajar berlangsung,

Page 64: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

64 | Jurnal Karya Pendidikan, Volume I, Nomor 2, Maret 2015, hal 58 – 65

kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya

sudah mengalami perbaikan dan peningkatan

sehingga menjadi lebih baik, hasil belajar

siswa pada siklus III mencapai ketuntasan.

Revisi Pelaksanaan pada siklus III guru

telah menerapkan metode pembelajaran

kooperatif model STAD dengan baik dan

dilihat dari kativitas siswa serta hasil belajar

siswa pelaksanaan proses belajar mengajar

sudah berjalan dengan baik. Maka tidak

diperlukan revisi terlau banyak, tetapi yang

perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya

adalah memaksimalkan dan mempertahankan

apa yang telah ada dengan tujuan agar

pelaksanaan proses belajar mengajar

selanjutnya penerapan metode pembelajaran

kooperatif model STAD dapat meningkatkan

proses belajar mengajar, sehingga tujuan

pembelajaran dapat tercapai.

Melalui hasil penelitian ini menunjukkan

bahawa metode pembelajaran kooperatif model

STAD memiliki dampak positif dalam

meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini

dapat dilihat dari semakin mantapnya

pemahaman siswa terhadap materi yang

disampaikan guru (ketuntasan belajar

meningkat dari siklus I, II, dan III) yaitu

masing-masing 68,42%, 81,58% dan 94,74%.

Pada siklus III ketuntasan belajar siswa secara

klasikal telah tercapai. Sedangakan kelompok

yang mendapatkan penghargaan adalah

kelompok I dengan nilai kelompok tertinggi

sebesar 6,17

Berdasarkan analisis data, diperoleh

aktifitas siswa dalam proses belajar mengajar

dengan menerapkan metode pembelajaran

kooperatif model STAD dalam setiap siklus

mengalami peningkatan. Hal ini berdampak

positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu

dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai

rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus

menglami peningkatan.

Dari proses analisis data, diperoleh

aktifitas siswa dalam proses pembelajran

Pendidikan Kewarganegaraan pada pokok

bahasan sistem politik dengan metode

pembelajaran kooperatif model STAD yang

paling dominan adalah bekerja dengan sesama

anggota kelompok, mendengarkan penjelasan

guru dan diskusi antar siswa /antara siswa

dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa

aktifitas siswa selama proses pembeajaran

dikategorikan aktif.

Sedangkan untuk aktifitas guru selama

pembelajaran telah melaksanakan langkah-

langkah kegiatan belajar mengajar dan

menerapkan pengajaran konstektual model

pengajaran berbasis masalah dengan baik. Hal

ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul,

diantaranya aktivitas membimbing dan

mengamati siswa dalam menemukan konsep,

menjelaskan materi yang sulit, memberi umpan

balik/ evaluasi/ tanya jawab dimana prosentase

untuk aktivitas di atas cukup besar.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah

dipaparkan selama tiga siklus, hasil seluruh

pembahasan serta analisis yang telah dilakukan

dapat disimpulkan bahwa metode

pembelajaran kooperatif model STAD dapat

meningkatkan kualitas pembelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan. Metode

pembelajaran kooperatif model STAD

memiliki dampak positif dalam meningkatkan

prestasi belajar siswa yang ditandai dengan

peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam

setiap siklus, yaitu siklus I (68,42%), siklus II

(81,58%), siklus III (94,74%). Metode

pembelajaran kooperatif model STAD dapat

menjadikan siswa merasa dirinya mendapat

perhatian dan kesempatan untuk

menyampaikan pendapat, gagasan, ide, dan

pertanyaan, siswa dapat bekerja secara mandiri

maupun kelompok, serta mampu

mempertanggungjawabkan tugas individu

maupun kelompok. Penerapan metode

pembelajaran kooperatif model STAD

mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat

meningkatkan motivasi belajar siswa.

Dari hasil penelitian yang diperoleh, agar

proses belajar mengajar Pendidikan

Kewarganegaraan lebih efektif dan lebih

Page 65: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

Sundarto, Metode Pembelajaran Kooperatif Model STAD Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa | 65

memberikan hasil yang optimal bagi siswa,

hendaknya untuk melaksanakan metode

pembelajaran kooperatif model STAD

memerlukan persiapan yang cukup matang,

sehingga guru harus mampu menentukan atau

memilih topik yang benar-benar bisa

diterapkan dengan metode pembelajaran

kooperatif model STAD dalam pross belajar

mengajar sehingga memperoleh hasil yang

optimal.

Dalam rangka meningkatkan prestasi

belajar siswa, guru hendaknya lebih sering

melatih siswa dengan berbagai metode

pengajaran, walau dalam taraf yang sederhana,

dimana siswa nantinya dapat menemukan

pengetahuan baru, memperoleh konsep dan

keterampilan, sehingga siswa berhasil atau

mampu memecahkan masalah-masalah yang

dihadapi, perlu adanya penelitian yang lebih

lanjut, dan untuk peneltian yang serupa

hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan agar

diperoleh hasil yang lebih bermutu.

RUJUKAN PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002.Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Arikunto, Suharsimi. 2005. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta.

Djamarah,Syaiful Bahri. 2012. Psikologi belajar. Rineksa Putra.

Oemar. Hamalik. 2006. Proses Belajar mengajar. Jakarta: Bumi Angkasa

Wahyudi, 2010. Model-Model Pembelajaran Kreatif dan Inovatif. Malang : PT Pertamina

Page 66: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

66

KERJASAMA DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN SALAH

SATU ALTERNATIF PENINGKATAN MUTU MANAJEMEN

BERBASIS SEKOLAH

Sunjani

Kepala SDN Sumberharjo II

Kecamatan Sumberjo Kabupaten Bojonegoro

Email : [email protected]

Abstrak: Kerjasama adalah bentuk interaksi sosial yang di dalamnya sekelompok orang menyadari

bahwa mereka memiliki kepentingan yang sama. Dalam organisasi, kerjasama dapat terlihat pada salah

satu prinsip administrasi. Kerjasama ini dapat diterapkan dalam pengambilan keputusan yaitu dalam

merumuskan masalah, mengidentifikasi alternatif, menentukan kriteria, menguji alternatif, dan

menetapkan keputusan. Dalam organisasi sekolah, kerjasama dalam pengambilan keputusan

melibatkan kepala sekolah dan guru. Bentuk kerjasamanya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu cara

individual dan cara kelompok. Cara kelompok lebih banyak memiliki kelebihan dari pada cara

individual. Sedangkan Manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah adalah model manajemen yang

memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan partisipatif

melibatkan guru, siswa, kepala sekolah, orang tua siswa dan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan

mutu sekolah dalam kerangka pendidikan nasional.

Kata kunci : kerjasama, pengambilan keputusan, manajemen berbasis sekolah.

Salah satu permasalahan pendidikan

yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah

rendahnya mutu pendidikan pada setiap

jenjang dan satuan pendidikan, khususnya

pendidikan dasar dan menengah. Berbagai

usaha telah dilakukan untuk meningkatkan

mutu pendidikan nasional, misalnya

pengembangan kurikulum nasional dan lokal,

peningkatan kompetensi guru melalui

pelatihan, pengadaan buku dan alat pelajaran,

pengadaan dan perbaikan sarana dan prasarana

pendidikan, dan peningkatan mutu manajemen

sekolah.

Namun demikian, berbagai indikator

mutu pendidikan belum menunjukan

peningkatan yang berarti. Sebagian sekolah,

terutama di kota-kota, menunjukan peningkat-

an mutu pendidikan yang cukup menggembira-

kan, namun sebagian lainnya masih

memprihatinkan.

Badan internasional PBB, United

Nations Development Programme (UNDP)

baru – baru ini mengeluarkan laporan negara-

negara menurut peringkat Human

Development Index (HDI). Negara kita ada di

peringkat 111 dari 175 negara. Yang

memprihatinkan, kualitas manusia Indonesia

benar - benar jauh lebih lebih rendah dari

Singapura (25), Brunei (33), Malaysia (58),

Thailand (76), dan Filipina (83). Bahkan lebih

rendah dari negara-negara "terbelakang"

seperti Kirgistan (110), Guinea-Katulistiwa

(109), dan Aljazair (108). Mungkin karena

masalah rendahnya mutu SDM sudah sangat

sering kita dengar, hal ini merupakan persoalan

biasa saja. (Rusman Rasyid. 2009).

Berdasarkan dari berbagai pengamatan

dan analisis yang menyebabkan mutu

pendidikan di Indonesia tidak mengalami

peningkatan secara merata antara lain:

Pertama, kebijakan dan penyelenggaraan

pendidikan menggunakan pendekatan

Educational Production Function, dimana

pendekatan ini melihat bahwa lembaga

pendidikan dalam arti sekolah berfungsi

sebagai produksi yang apabila dipenuhi semua

input maka lembaga ini akan menghasilkan out

put yang dikehendaki.

Kedua, Walaupun sudah memiliki

otonomi sekolah namun dalam praktek

penyelenggaraan pendidikan masih sering

dilakukan secara sentralistik sehingga

Page 67: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

Sunjani, Kerjasama Dalam Pengambilan Keputusan Salah Satu Alternatif Peningkatan MBS | 67

mendapatkan sekolah sebagai penyelenggara

pendidikan sangat tergantung pada keputusan

birokrasi dari atas ke bawah (Top down

oriented) yang mempunyai jalur yang sangat

panjang dan kadang-kadang kebijakan yang

dikeluarkan tidak sesuai dengan kondisi

sekolah setempat. Dengan demikian sekolah

kehilangan kemandirian, motivasi dan inisiatif

untuk mengembangkan dan memajukan

lembaganya. Pada hakekatnya sistem ini

membangun kreatifitas, membina kultur serta

pola pikir.

Ketiga, Peran serta masyarakat,

khususnya orang tua siswa dalam pendidikan

selama ini sangat minim. Apalagi dengan

adanya Biaya Operasional Sekolah, mereka

enggan dan ewuh pakewuh (bahasa Jawa)

memberikan masukan, pendapat baik urusan

dana maupun masalah pendidikan seperti

pengambilan keputusan, monitoring, evaluasi

dan akuntabilitas.

Berdasarkan kenyataan-kenyataan di atas

penyelenggaraan pendidikan dengan

menerapkan manajemen peningkatan mutu

berbasis sekolah harus seoptimal mungkin

dilakukan oleh sekolah. Sehingga harapan

adanya Perubahan ini menjadi secercah

harapan pada dunia pendidikan yang ingin

mendongkrak sistem pendidikan yang selama

ini berlangsung.

Berkaitan dengan hal di atas Kepala

Sekolah sebagai anggota dalam organisasi

sekolah yang secara formal memikul tanggung

jawab administrasi di sekolahnya dihadapkan

pada hal yang baru yang berkaitan dengan

serangkaian kegiatan administrasi atau

manajemen, yang memerlukan kesiapan

pemahaman dan ketrampilan, karena pada

manajemen berbasis sekolah, sekolah telah

diberikan kewenangan untuk mengurus dan

mengatasi dirinya sendiri. Kemandirian ini

harus didukung oleh sejumlah kemampuan

untuk bekerja sama dalam mengambil

keputusan, kemampuan megnhargai perbedaan

pendapat, berkomunikasi dan memecahkan

masalah.

Atas dasar konsep di atas, Kepala

Sekolah akan dihadapkan kepada berbagai

masalah yang muncul dalam kegiatan

administrasi atau manajemen yang sangat

komplek yang memerlukan pemahaman dan

ketrampilan untuk dan mempertimbangkan

sejumlah alternatif pemecahannya, upaya yang

dilakukan tidak lain terkait dengan proses

pengambilan keputusan.

Pengambilan keputusan yang efektif

adalah apabila dilakukan secara cermat dan

menghasilkan keputusan yang tepat dalam

keitannya dengan tujuan organisasi. Dalam

organisasi sekolah, untuk dapat menghasilkan

keputusan yang tepat kepala sekolah harus

dapat menciptakan lingkungan yang terbuka

dan demokratis, dimana warga sekolah dalam

hal ini termasuk kepala sekolah, guru, siswa,

orang tua siswa, tokoh masyarakat dan

pemerintah desa setempat harus didorong

untuk terlibat langsung dalam proses

pengambilan keputusan yang berkonstribusi

langsung terhadap pencapaian tujuan sekolah.

PEMBAHASAN

Hakekat Kerja Sama

Kerja sama adalah salah satu bentuk

interaksi sosial. Kerja sama timbul apabila

sekelompok orang menyadari bahwa mereka

memiliki kepentingan yang sama. Pada saat

yang bersamaan kelompok orang yang sama

kepentingannya itu memiliki pengetahuan dan

pengendalian yang cukup terhadap diri sendiri,

untuk memenuhi kepentingan mereka melalui

kerja sama satu sama lain.

Pada zaman dahulu masyarakat Indonesia

mengenal kerja sama dalam istilah gotong

royong. Kebiasaan gotong royong yang

berkembang di masyarakat ada dua macam

gotong royong, yakni gotong royong tolong

menolong dan gotong royong kerja bakti.

Gotong royong tolong menolong adalah

kegiatan membantu orang lain secara spontan

dan biasanya tidak direncanakan. Sedangkan

gotong royong kerja bakti adalah melakukan

kegiatan bersama untuk kepentingan umum

Page 68: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

68| Jurnal Karya Pendidikan, Volume I, Nomor 2, Maret 2015, hal 66 – 72

tanpa imbalan uang. Dalam tulisan ini kerja

sama yang dimaksudkan berbeda dengan

gotong royong seperti yang diistilahkan oleh

Koentjaraningrat tersebut karena pengertian

kerja sama menyatu dalam konteks

administrasi dari suatu organisasi.

Dalam organisasi sekolah administrasi

dipandang sebagai suatu proses kerja sama dan

dikendalikan oleh manajemen sehingga aspek-

aspek administrasi menjadi sinkron tertuju

kepada tercapainya tujuan pada akhirnya kerja

sama dapat dilihat pada prinsip-prinsip

administrasi. Dapat dikemukakan bahwa setiap

kegiatan dapat disebut kegiatan administrasi

apabila menemukan persyaratan sebagai

berikut: 1) adanya aktifitas kerja sama

sekelompok orang, 2) danya penataan atau

pengaturan dalam kerja sama, 3) adanya tujuan

yang hendak dicapai melalui kegiatan kerja

sama

Pendekatan kerja sama dalam organisasi

tampaknya sudah ada sejak organisasi itu lahir.

Namun semula belum banyak orang

memanfaatkan kerja sama tersebut secara

efektif. Setelah munculnya beberapa teori

tentang kerja sama, barulah orang-orang

organisasi berusaha mengefektifkan kerja

sama itu secara manusiawi. Teori dan gerakan

yang erat kaitannya dengan kerja sama antara

lain adalah gerakan hubungan antar manusia

(human relation movement) dan manajemen

sumber daya manusia (human resources

management). Kedua gerakan ini

berkeyakinan bahwa organisasi akan efektif

apabila administrator mengorganisasikan

kekuatan dan kreatifitas potensial sumber daya

manusia yang ada dalam organisasi untuk ikut

ambil bagian (bekerja sama) pada semua

tingkat pengambilan keputusan.

Kerja Sama Dalam Pengambilan Keputusan

Ada beberapa pendapat para ahli tentang

pengertian pengambilan keputusan diantara-

nya, menurut Terry dalam Fendy (2011)

Mengemukakan bahwa pengambilan keputus-

an adalah sebagai pemilihan yang didasarkan

kriteria tertentu atas dua atau lebih alternatif

yang mungkin. Diungkapkan pula oleh Goerge

dalam Fendy (2011) Mengatakan proses

pengambilan keputusan itu dikerjakan oleh

kebanyakan manajer berupa suatu kesadaran,

kegiatan pemikiran yang termasuk

pertimbangan, penilaian, dan pemilihan

diantara sejumlah alternatif. Sedangkan

menurut Horold dan l O’Donnell dalam Fendy

(2011) Mereka mengatakan bahwa

pengambilan keputusan adalah pemilihan

diantara alternatif mengenai suatu cara

bertindak yaitu inti dari perencanaan, suatu

rencana tidak dapat dikatakan tidak ada jika

tidak ada keputusan, suatu sumber yang dapat

dipercaya, petunjuk atau reputasi yang telah

dibuat. Serta Siagian dalam Soetopo

(2010:145) memandang bahwa: Pengambilan

keputusan adalah suatu pendekatan sistematis

terhadap suatu masalah, pengumpulan fakta

dan data, penelitian yang matang atas alternatif

dan tindakan.

Berdasarkan pendapat di atas dapat

disimpulkan pengambilan keputusan merupa-

kan usaha menemukan dan melakukan pilihan

diantara berbagai kemungkinan penyelesaian

persoalan, pertentangan, dan keraguan yang

timbul dalam proses penyelenggaraan suatu

kegiatan untuk mencapai tujuan. Melihat

pengertian ini, pengambilan keputusan

merupakan proses dalam manajemen pada

kegiatan menentukan pilihan dari berbagai

alternatif untuk diputuskan dalam perencanaan

dan pelaksanaan upaya pencapaian tujuan.

Kegiatan dalam proses pengambilan

keputusan itu sendiri sangat panjang sehingga

masih menjadi bahan perdebatan para ahli.

Namun apabila dilakukan analisis, kegiatan

yang panjang itu dapat diringkaskan sebagai

berikut: 1) Merumuskan masalah, 2)

Mengidentifikasi alternatif pemecahan, 3)

Menetapkan criteria, 4) Menguji alternatif

pemecahan, 5) Memilih/menentukan alternatif

pemecahan terbaik, 6) Melaksanakan hasil

keputusan.

Keenam kegiatan di atas merupakan

langkah yang berurutan yang dapat digambar-

Page 69: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

Sunjani, Kerjasama Dalam Pengambilan Keputusan Salah Satu Alternatif Peningkatan MBS | 69

kan sebagai berikut:

Gambar I : Langkah-langkah proses pengambilan

keputusan

Berdasarkan diagram di atas dapat

dikatakan bahwa pengambilan keputusan

merupakan proses yang panjang dan bukan

ihwal pikir yang bersifat ke dalam, melainkan

juga perihal bagaimana orang lain dapat

dibangkitkan dalam proses kegiatan agar

berkeinginan, bertujuan dan bergerak untuk

melaksanakan kegiatan dalam mencapai

tujuan. Ihwal bagaimana menggerakkan orang

lain ini menyangkut soal kerja sama yang

memerlukan proses keluar (external process).

Kerja sama dalam pengambilan

keputusan mempunyai nilai yang sangat

penting karena cenderung akan menghasilkan

keputusan yang lebih berkualitas dari pada

keputusan yang bersumber dari seorang

individu saja. Banyak keuntungan yang dapat

diambil melalui kerja sama ini, antara lain

dapat dicapainya keputusan yang jauh lebih

baik dan dapat ditingkatkannya pertumbuhan

dan perkembangan anggota dalam organisasi.

Semula kebanyakan administrator dalam

berbagai organisasi masih meragukan perlunya

orang lain dalam pengambilan keputusan.

Kenyataan selanjutnya menunjukkan bahwa

banyak organisasi berkembang luas dan

berhasil karena menggunakan kekuatan

kelompok meskipun demikian pemanfaatan

kelompok sebagai sarana kerja sama dalam

organisasi tidak asal jadi karena teori

kontigensi memainkan peranan di sini. Teori

ini mengemukakan bahwa ada masalah yang

apabila dilihat dari situasinya justru lebih baik

dipecahkan secara individual. Untuk itu agar

kualitas keputusan dapat dicapai tanpa

mengabaikan penerapan teori “Kemungkinan

Situasi” yang akan menentukan kebutuhan

kerja sama dalam keputusan yang dalam hal ini

dilakukan oleh administratornya.

Dalam praktik pelaksanaannya, proses

kerja sama dalam pengambilan keputusan

organisasi paling tidak harus memperhatikan

kebutuhan adanya proses pengambilan

keputusan yang jelas dan adanya kriteria untuk

memasukkan orang-orang dalam proses

tersebut. Dengan demikian keberadaan anggota

dalam pengambilan keputusan banyak

ditentukan oleh Administratornya. Dalam

organisasi sekolah, peranan pengambil

keputusan dipegang oleh Kepala Sekolah,

sedangkan yang dilibatkan dalam pengambilan

keputusan antara lain guru, Komite Sekolah,

wali murid. Untuk dapat bekerja sama dengan

baik Kepala Sekolah harus berhati-hati dan

selektif, sehingga kemampuan kepala sekolah

dalam mengembangkan struktur organisasinya

ini dapat tercermin antara lain pada

kemampuannya dalam bekerja sama dengan

para guru, Komite Sekolah, wali murid dan

masyarakat/tokoh umumnya untuk memecah-

kan masalah-masalah sekolah.

Kerja sama dalam pengambilan keputus-

an organisasi sekolah secara garis besar

dibedakan menjadi dua, yaitu: 1) Kerja sama

secara individual dan 2) Kerja sama secara

kelompok.

Kerja sama secara individual dapat

terjadi apabila Kepala Sekolah mengambil

keputusan sendiri tentang masalah tertentu

sesuai dengan kewenangan yang dimiliki,

sedang pada masalah lain Kepala Sekolah

menyerahkan pengambilan keputusan kepada

para guru. Cara kerja sama yang individual ini

tampaknya tidak banyak menguntungkan

karena hasil keputusannya dikatakan lemah,

oleh karena itu cara individual seyogyanya

dilakukan untuk memecahkan masalah yang

bersifat sangat khusus, sedangkan masalah

yang dihadapai oleh Kepala Sekolah lebih

banyak bersifat umum yang dirasa penting bagi

Merumuskan

masalah

Mengidenti

fikasi

alternatif

pemecahan

Menentukan

kriteria

Melaksanakan

hasil

keputusan

Menentukan

alternatif

pemecahan

terbaik

Menguji

alternatif

pemecahan

Page 70: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

70| Jurnal Karya Pendidikan, Volume I, Nomor 2, Maret 2015, hal 66 – 72

organisasi sekolahnya.

Bentuk kerja sama yang lain masih

tergolong individual adalah penyerahan

wewenang dari Kepala Sekolah kepada guru

untuk mengambil keputusan sendiri mengenai

masalah sekolah. Guru sebagai komponen

penting dalam organisasi sekolah memahami

bahwa dirinya perlu ikut ambil bagian dalam

memperbaiki sistem organisasi.

Dalam hubungan ini guru yang militan

akan lebih aktif membantu Kepala Sekolah

dalam mewujudkan tujuan sekolah.

Berdasarkan kenyataan yang ada Kepala

Sekolah lebih banyak mengambil keputusan

dari pada guru, pada hal sebenarnya keputusan

itu hendak dibuat oleh guru sendiri. Kualitas

guru dalam mengambil keputusan ditentukan

oleh bagaimana kepala sekolah memberi

kesempatan bagi terlaksananya peranan

mereka. Harus diakui bahwa guru memiliki

kekuatan dalam pengambilan keputusan, yang

antara lain guru memiliki otoritas di kelas dan

guru dapat mempengaruhi kepala sekolah

untuk memperbaiki program sekolahnya.

Cara kelompok dapat dilakukan dengan

memperhatikan persyaratan yang tepat dalam

masalah yang relevan. Bagaimanapun dalam

proses organisasi sekolah pengambilan

keputusan harus diupayakan agar terjadi

interaksi yang aktif antara kepala sekolah,

guru, komite sekolah, wali murid, tokoh

masyarakat dan pemerintah desa. Kepala

Sekolah dapat mendorong guru untuk tumbuh

dan mewujudkan aktualisasi dirinya. Kepala

Sekolah dapat mendorong komite sekolah/wali

murid untuk merasa ikut memiliki dan

bertanggung jawab akan kemajuan sekolah.

Kepala Sekolah dapat mendorong tokoh

masyarakat dan pemerintah desa untuk

menciptakan suasana yang sejuk dan

demokratis. Sehingga dalam hal ini guru tidak

sekedar sebagai pelaksana program dan wali

murid, tokoh masyarakat dan pemerintah desa

sebagai penonton melainkan secara langsung

juga ikut menyusun perencanaan dan

menemukan alternatif pemecahan di sekolah

dan ikut mengawal program yang telah

direncanakan. Dengan kerja sama ini

keuntungan yang dapat diambil selain akan

menghasilkan keputusan dan pemecahan yang

lebih baik juga akan mengubah persepsi guru,

wali murid/komite sekolah, tokoh masyarakat

dan pemerintah desa tentang sekolahnya.

Mereka yang semula pesimis, apatis, tidak mau

tau bahkan mencibir kondisi sekolah dan

secara mental merasa malu dengan urusan

sekolah, akan tumbuh menjadi dinamis dan

kreatif apabila menjadi salah satu mata rantai

atau komponen yang mutlak diperlukan dalam

sistem sekolahnya.

Manajemen Mutu Berbasis Sekolah

Manajemen Berbasis Sekolah merupakan

model pengelolaan yang memberikan otonomi

(kewenangan dan tanggung jawab yang lebih

besar kepada sekolah), memberikan

fleksibilitas/keluwesan kepada sekolah,

mendorong partisipasi secara langsung dari

warga sekolah (guru, siswa, kepala sekolah,

karyawan) dan masyarakat (orang tua siswa,

tokoh masyarakat, ilmuwan, pengusaha), dan

meningkatkan mutu sekolah berdasarkan

kebijakan pendidikan nasional serta peraturan

perundang-undangan yang berlaku, Rohiat

(2008: 47). Dalam hal ini sekolah diberikan

kemandirian dalam mengurus dan mengatur

kepentingan warga sekolah. Kemandirian ini

harus didukung oleh sejumlah kemampuan

warga sekolah khususnya Kepala Sekolah

sebagai pengelola manajemen. Kemampuan

yang dimaksud antara lain yaitu kemampuan

mengambil keputusan yang terbaik, meng-

hargai perbedaan pendapat, memobilisasi

sumberdaya, kemampuan berkomunikasi

dengan cara yang efektif, memecahkan

persoalan-persoalan sekolah, kemampuan

adaptif dan antisipatif, bersinergi dan

berkolaborasi dan kemampuan memenuhi

kebutuhan sendiri. Kemampuan di atas harus

ditunjang dengan kemampuan kepala sekolah

sehingga akan menciptakan lingkungan yang

terbuka dan demokratif.

Dengan demikian manajemen mutu

Page 71: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

Sunjani, Kerjasama Dalam Pengambilan Keputusan Salah Satu Alternatif Peningkatan MBS | 71

berbasis sekolah ini diharapkan dapat

meningkatkan mutu pendidikan melalui

kemandirian dan inisiatif sekolah dalam

mengelola dan memberdayakan sumberdaya

yang tersedia secara optimal. Meningkatkan

kepedulian dan tanggung jawab warga sekolah

dan masyarakat dalam penyelenggaraan

pendidikan dan mutu sekolah.

Langkah yang harus ditempuh dalam

melaksanakan MPMBS : 1. Evaluasi data

menilai kondisi dan kebutuhan sekolah, 2.

Menentukan visi dan misi, 3. Perencanaan

program kegiatan, 4. Pelaksanaan program

kegiatan, 5. Monitoring dan evaluasi program,

6. Penetapan target mutu baru. Keadaan

langkah ini merupakan langkah yang berurutan

yang dapat digambarka sebagai berikut:

Kerja Sama Dalam Pengambilan Keputusan

Salah Satu Alternatif Peningkatan

Manajemen Berbasis Sekolah

Berdasarkan gambaran di atas,

penyelenggaraan manajemen berbasis sekolah

memerlukan kemampuan dan ketrampilan

Kepala Sekolah untuk mengelola manajemen

yang bernuansa demokratis penuh keterbuka-

an. Banyak pemikiran yang muncul dari

berbagai penyelenggara pendidikan bahwa

kerja sama dalam pengambilan keputusan tidak

mudah dilaksanakan, tetapi penulis mencoba

bahwa keterlibatan warga sekolah dalam

pengambilan keputusan merupakan wujud

kerja sama warga sekolah dengan Kepala

Sekolah yang memiliki arti sangat penting dan

bermakna. Sehingga kerja sama dalam

pengambilan keputusan dapat dijadikan satu

alternatif bagi peningkatan kuantitas siswa dan

kualitas manajemen berbasis sekolah.

Dalam hal ini dengan keterlibatan warga

sekolah dimungkinkan, 1) Adanya kesempatan

untuk ikut merumuskan kebijakan yang

merupakan faktor penting bagi peningkatan

moral warga sekolah, 2) memiliki hubungan

positif dengan kepuasan diri baik guru dalam

profesi mengajarnya maupun wali murid dan

masyarakat yang kapasitasnya sebagai

partisipasi pendidikan dan dukungan input

(dana), 3) warga sekolah sekolah lebih suka

apabila kepala sekolah melibatkan mereka

dalam pengambilan keputusan, 4) dalam

kenyataan keterlibatan warga sekolah

memberikan sumbangan yang berarti bagi

pengingkatan hasil keputusan, 5) Munculnya

kepedulian warga sekolah dan masyarakat

dalam penyelenggaraan pendidikan, 6)

meningkatkan tanggung jawab kepala sekolah,

guru, wali murid, wali murid/orang tua,

masyarakat tentang mutu pendidikan.

Dengan demikian setiap warga sekolah

memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan

dan mengevaluasi setiap input, proses dan

output pendidikan.

KESIMPULAN

Kerja sama adalah salah satu bentuk

interaksi sosial yang didalamnya sekelompok

orang menyadai bahwa mereka kepentingan

yang sama. Pada saat bersamaan, kelompok

orang yang sama kepentingannya itu memiliki

pengetahuan dan pengendalian yang cukup

terhadap diri sendiri untuk memenuhi

kepentingan mereka kerja sama satu sama lain.

Dalam satu organisasi, kerja sama dapat

dilihat pada prinsip-prinsip administrasi.

Kegiatan administrasi memiliki persyaratan

antara lain adanya kegiatan kerja sama

sekelompok orang. Kegiatan kerja sama ini

dapat diterapkan dalam proses pengambilan

keputusan, yakni serangkaian kegiatan yang

terdiri dari perumusan masalah, peng-

identifikasian alternatif pemecahan, penetapan

kriteria, pengujian alternatif pemecahan,

pemilihan alternatif pemecahan yang terbaik

dan pelaksanaan hasil keputusan.

Evaluasi

diri

Menentukan

visi dan

misi

Perencanaan

Program

Kegiatan

Pelaksanaan

Program

Kegiatan

Penetapan

Target

Mutu

Monitoring

dan

evaluasi

program

Page 72: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

72| Jurnal Karya Pendidikan, Volume I, Nomor 2, Maret 2015, hal 66 – 72

Kerja sama dalam pengambilan

keputusan pada organisasi sekolah dapat

dilakukan dengan dua cara, yakni cara

individual dan cara kelompok. Cara individual

dapat terjadi apabila kepala sekolah

mengambil keputusan sendiri tentang masalah

lain kepala sekolah mengesahkan wewenang

kepada guru untuk mengambil keputusan

sendiri, mengenai ihwal sekolah, guru sebagai

komponen penting merasa perlu mengambil

keputusan melalui penciptaan lingkungan yang

terbuka dan demokratik, dimana warga sekolah

(kepala sekolah, guru, siswa orang tua siswa,

tokoh masyarakat dan pemerintah desa) diajak

untuk terlibat langsung dalam proses

pengambilan keputusan yang dapat

berkontribusi terhadap pencapaian tujuan

sekolah.

Bentuk kerja sama dalam pengambilan

keputusan yang ketiga inilah yang sekarang

mendapat perhatian penyelenggara pendidikan.

Dalam hal ini kepala sekolah melakukan

pemecahan masalah bersama warga sekolah.

Guru, orang tua dan keputusan yang akhirnya

diharapkan mereka ikut bertanggung jawab

terhadap peningkatan manajemen mutu

berbasis sekolah.

Atas dasar konsep di atas diharapkan

kepala sekolah dan guru: 1) memiliki

kemampuan dan ketrampilan untuk mengelola

administrasi sebagai inti manajemen, 2)

Menciptakan lingkungan sekolah yang

demokratis, 3) berinisiatif mendorong warga

sekolah untuk berpartisipasi dalam proses

pendidikan nilai dari pengambilan keputusan,

monitoring, evaluasi dan akuntabilitas.

DAFTAR RUJUKAN

Rohiat. (2008). Manajemen Sekolah: Teori Dasar dan Praktik. Bandung: Refika Aditama.

Soetopo, Hendyat, (2010), Perilaku Organisasi, Teori dan Praktik di Bidang Pendidikan, Bandung

: PT. Remaja Rosdakarya.

Fendy. 2011. Manajemen. http://fendy-studentsite.blogspot.com/ dalam www.google.com. Diakses

pada tanggal 12 Desember 2014.

Rakhmawati Indriani. (2011). Teknis Pengambilan Keputusan Individual model Optimasi (online)

(https://indrycanthiq84.wordpress.com/pendidikan/teknik-pengambilan-keputusan-

individual-model-optimasi/) diakses 13 Maret 2015

Rusman Rasyid. 2009. Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya Mutu Pendidikan dan Strategi

Pemecahannya, (online), (http://cummank.blogspot.com/faktor-faktor-penyebab-

rendahnya mutu.html) diakses 14 Maret 2015

Page 73: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

73

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI MENINGKATKAN

PRESTASI DAN MOTIVASI BELAJAR

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA KELAS IV

Kasyim

Guru Pendidikan Agama Islam SDN Gajah I Kecamatan Baureno

Kabupaten Bojonegoro

Email : [email protected]

Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar Pendidikan Agama

Islam dan pengaruh motivasi belajar siswa setelah diterapkannya metode demonstrasi. Penelitian

tindakan (action research) ini dilaksanakan sebanyak tiga putaran, setiap putaran terdiri dari empat

tahap yaitu: rancangan, kegiatan dan pengamatan, refleksi, dan refisi. Sasaran penelitian ini adalah

siswa Kelas IV SDN Gajah I Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar observasi kegiatan

belajar mengajar. Dari hasil analis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan

dari siklus I sampai siklus III yaitu, siklus I (65,85%), siklus II (78,00%), siklus III 87,80%). Simpulan

dari penelitian ini adalah metode demonstrasi memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi

belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus. Secara

substansi metode demonstrasi dapat menjadikan siswa merasa dirinya mendapat perhatian dan

kesempatan untuk menyampaikan pendapat, gagasan, ide dan pertanyaan serta dapat meningkatkan

motivasi belajar siswa dalam Pendidikan Agama Islam secara signifikan.

Kata Kunci : metode demonstrasi, prestasi, motivasi.

Substansi dari Pendidikan Agama adalah

untuk membimbing anak agar mereka menjadi

orang muslim sejati, beriman teguh, beramal

sholeh dan berakhlak mulia serta berguna bagi

masyarakat, Agama dan Negara. Tujuan

pendidikan Agama tersebut adalah merupakan

tujuan yang hendak dicapai oleh setiap orang

yang melaksanakan pendidikan agama. Karena

itu dalam pendidikan agama yang perlu

ditanamkan terlebih dahulu adalah keimanan

yang teguh, sebab dengan adanya keimanan

yang teguh itu maka akan menghasilakn

ketaatan menjalankan kewajiban agama.

Esensi yang harus dicapai oleh setiap

kegiatan belajar mengajar adalah tercapainya

tujuan pengajaran. Apa pun yang termasuk

perangkat program pengajaran dituntut secara

mutlak untuk menunjang tercapainya tujuan.

Guru tidak dibenarkan mengajar dengan

kemalasan. Anak didik pun diwajibkan

mempunyai kreativitas yang tinggi dalam

belajar, bukan selalu menanti perintah guru.

Kedua unsur manusiawi ini juga beraktivitas

tidak lain karena ingin mencapai tujuan secara

efektif dan efisien.

Melalui penelitian ini tujuan yang ingin

digapai adalah untuk mengetahui peningkatan

prestasi belajar Pendidikan Agama Islam

setelah dan mengetahui pengaruh motivasi

belajar siswa setelah diterapkan metode

demonstrasi pada siswa Kelas IV SDN Gajah I

Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro

Tahun Pelajaran 2014/2015. Selain itu juga

untuk menyempurnakan pelaksanaan

pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam

meningkatkan prestasi belajar pada siswa.

Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap

judul penelitian ini, maka perlu didefinisikan

bahwa metode demonstrasi adalah istilah

dalam pengajaran yang dipakai untuk

menggambarkan suatu cara mengajar yang

pada umumnya penjelasan verbal dengan suatu

kerja fisik atau pengoperasioan peralatan

barang atau benda. Kerja fisik itu telah

dilakukan atau peralatan itu telah dicoba lebih

dahulu sebelum didemonstrasikan. Orang yang

mendemosntasikan (guru, peserta didik, atau

orang luar) mempertunjukkan sambil

menjelaskan tentang sesuatu yang

didemonstrasikan (Margono ,2007: 244).

Page 74: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

74| Jurnal Karya Pendidikan, Volume I, Nomor 2, Maret 2015, hal 73 – 80

Menurut Djamarah (2002: 114) motivasi

adalah suatu pendorong yang mengubah energi

dalam diri seseorang kedalam bentuk aktivitas

nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam

proses belajar, motivasi sangat diperlukan

sebab seseorang yang tidak mempunyai

motivasi dalam belajar tidak akan mungkin

melakukan aktivitas belajar. Hal ini sesuai

dengan yang diungkapkan oleh Nur (2011: 3)

bahwa siswa yang termotivasi dalam belajar

sesuatu akan menggunakan proses kognitif

yang lebih tinggi dalam mempelajari materi

itu, sehingga siswa itu akan menyerap dan

mengendapkan materi itu dengan lebih baik.

Jadi motivasi adalah suatu kondisi yang

mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu

dalam mencapai tujuan tertentu.

Upaya konkrit dalam merealisasikan

peningkatan motivasi belajar Pendidikan

Agama Islam pada siswa seperti telah

disepakati oleh ahli pendidikan bahwa guru

merupakan kunci dalam proses belajar

mengajar. Bila hal ini dilihat dari segi nilai

lebih yang dimiliki oleh guru dibandingkan

dengan siswanya. Nilai lebih ini dimiliki oleh

guru terutama dalam ilmu pengetahuan yang

dimiliki oleh guru bidang studi pengajarannya.

Walalu demikian nilai lebih itu tidak akan

dapat diandalkan oleh guru, apabila ia tidak

memiliki teknik-teknik yang tepat untuk

mentransferkan kepada siswa. Disamping itu

kegiatan mengajar adalah suatu aktivitas yang

sangat kompleks, karena itu sangat sukar bagi

guru Pendidikan Agama Islam bagaimana

caranya mengajar dengan baik agar dapat

meningkatkan motivasi siswa dalam belajar

Pendidikan Agama Islam.

Istilah demonstrasi dalam pengajaran

dipakai untuk menggambarkan suatu cara

mengajar yang pada umumnya penjelasan

verbal dengan suatu kerja fisik atau

pengoperasionalan peralatan barang atau

benda. Kerja fisik itu telah dilakukan atau

peralatan itu telah dicoba lebih dahulu sebelum

didemonstrasikan. Orang yang men-

demosntasikan (guru, peserta didik, atau orang

luar) mempertunjukkan sambil menjelaskan

tentang sesuatu yang didemonstrasikan

(Ramayulis,2006: 244).

Suatu demonstrasi yang baik

membutuhkan pesiapan yang teliti dan cermat.

Sejauh mana persiapan itu dilakukan amat

banyak tergantung kepada pengalaman yang

telah dilalui dan kepada macam atau

demonstrasi apa yang ingin disajikan.

Menetapkan rencana untuk menilai kemajuan

murid, seringkali perlu telebih dahulu

dilakukan diskusi-diskusi dan peserta didik

mencobakan kembali atau mengadakan

demonstrasi ulang untuk memperoleh

kecakapan yang lebih baik.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian

tindakan (action research), karena penelitian

dilakukan untuk memecahkan masalah

pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga

termasuk penelitian deskriptif, sebab

menggambarkan bagaimana suatu teknik

pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil

yang diinginkan dapat dicapai.

Menurut Sukidin dkk. (2005:54) ada 4

macam bentuk penelitian tindakan, yaitu: (1)

penelitian tindakan guru sebagai peneliti, (2)

penelitian tindakan kolaboratif, (3) penelitian

tindakan simultan terintegratif, dan (4)

penelitian tindakan sosial eksperimental.

Sedangkan tujuan penelitian tindakan

harus memenuhi beberapa prinsip yaitu: 1)

permasalahan atau topik yang dipilih harus

memenuhi kriteria, yaitu benar-benar nyata dan

penting, menarik perhatian dan mampu

ditangani serta dalam jangkauan kewenangan

peneliti untuk melakukan perubahan. 2)

kegiatan penelitian, baik intervensi maupun

pengamatan yang dilakukan tidak boleh

sampai mengganggu atau menghambat

kegiatan utama. 3) jenis intervensi yang

dicobakan harus efektif dan efisien, artinya

terpilih dengan tepat sasaran dan tidak

memboroskan waktu, dana dan tenaga. 4)

metodologi yang digunakan harus jelas, rinci,

dan terbuka, setiap langkah dari tindakan

dirumuskan dengan tegas sehingga orang yang

Page 75: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

Kasyim, Penerapan metode demonstrasi meningkatkan prestasi dan motivasi belajar PAI | 75

berminat terhadap penelitian tersebut dapat

mengecek setiap hipotesis dan pembuktiannya.

5) kegiatan penelitian diharapkan dapat

merupakan proses kegiatan yang berkelanjutan

(on-going), mengingat bahwa pengembangan

dan perbaikan terhadap kualitas tindakan

memang tidak dapat berhenti tetapi menjadi

tantangan sepanjang waktu. (Arinkunto,

Suharsimi, 2002:82-83).

Sesuai dengan jenis penelitian yang

dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka

penelitian ini menggunakan model penelitian

tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam

Arikunto, Suharisimi, 2002: 83), yaitu

berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus

yang berikutnya. Setiap siklus meliputi

planning (rencana), action (tindakan),

observation (pengamatan), dan reflection

(refleksi). Langkah pada siklus berikutnya

adalah perncanaan yang sudah direvisi,

tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum

masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan

pendahuluan yang berupa identifikasi

permasalahan.

Dalam rangka menyusun dan mengolah

data yang terkumpul sehingga dapat

menghasilkan suatu kesimpulan yang dapat

dipertanggungjawabkan, maka digunakan

analisis data kuantitatif dan pada metode

observasi digunakan data kualitatif. Cara

perhitungan untuk mengetahui ketuntasan

belajar siswa dalam proses belajar mengajar

dengan 1) merekapitulasi hasil tes. 2)

menghitung jumlah skor yang tercapai dan

prosentasenya untuk masing-masing siswa

dengan menggunakan rumus ketuntasan belajar

seperti yang terdapat dalam buku petunjuk

teknis penilaian yaitu siswa dikatakan tuntas

secara individual jika mendapatkan nilai

minimal 65, sedangkan secara klasikal

dikatakan tuntas belajar jika jumlah siswa yang

tuntas secara individu mencapai 85% yang

telah mencapai daya serap lebih dari sama

dengan 65%. 3) menganalisis hasil observasi

yang dilakukan oleh teman sejawat pada

aktivitas guru dan siswa selama kegiatan

belajar mengajar berlangsung.

Alat pengumpul data dalam penelitian ini

adalah tes buatan guru yang fungsinya adalah:

1) untuk menentukan seberapa baik siswa telah

menguasai bahan pelajaran yang diberikan

dalam waktu tertentu; 2) untuk menentukan

apakah suatau tujuan telah tercapai; dan 3)

untuk memperoleh suatu nilai (Arikunto,

2002:149).

Untuk mengetahui keefektivan suatu

metode dalam kegiatan pembelajaran perlu

diadakan analisa data. Pada penelitian ini

menggunakan teknik analisis deskriptif

kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang

bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta

sesuai dengan data yang diperoleh dengan

tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang

dicapai siswa juga untuk memperoleh respon

siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta

aktivitas siswa selama proses pembelajaran.

Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau

persentase keberhasilan siswa setelah proses

belajar mengajar setiap putarannya dilakukan

dengan cara memberikan evaluasi berupa soal

tes tertulis pada setiap akhir putaran.

Analisis ini dihitung dengan

menggunakan statistik sederhana yakni untuk

menilai ulangan atau tes formatif peneliti

melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh

siswa. Untuk ketuntasan belajar ada dua

kategori ketuntasan belajar yaitu secara

perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan

petunjuk pelaksanaan belajar mengajar

kurikulum 2006 (Depdikbud, 2006), yaitu

seorang siswa telah tuntas belajar bila telah

mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas

disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut

terdapat 85% yang telah mencapai daya serap

lebih dari atau sama dengan 65%.

Lokasi tempat yang digunakan dalam

melakukan penelitian untuk memperoleh data

yang diinginkan bertempat di SDN Gajah I

Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro

tahun pelajaran 2014/2015 pada bulan April

semester genap, dengan subyek penelitian

siswa Kelas IV SDN Gajah I Tahun Pelajaran

2014/2015 pada pokok bahasan sholat.

Page 76: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

76 | Jurnal Karya Pendidikan, Volume I, Nomor 2, Maret 2015, hal 73 – 80

HASIL DAN PEMBAHASAN

Suatu pokok bahasan atau sub pokok

bahasan dianggap tuntas secara klasikal jika

siswa yang mendapat nilai 65 lebih dari atau

sama dengan 85%, sedangkan seorang siswa

dinyatakan tuntas belajar pada pokok bahasan

atau sub pokok bahasan tertentu jika mendapat

nilai minimal 65.

Siklus I

Pada tahap perencanaan peneliti

mempersiapkan perangkat pembelajaran yang

terdiri dari rencana pelajaran 1, soal tes

formatif 1 dan alat-alat pengajaran yang

mendukung. Selain itu juga dipersiapkan

lembar observasi pengelolaan metode

demonstrasi, dan lembar observasi aktivitas

guru dan siswa.

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar

untuk siklus I dilaksanakan pada April 2015 di

Kelas IV dengan jumlah siswa 41 siswa.

Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai

pengajar, sedangkan yang bertindak sebagai

pengamat adalah Kepala Sekolah SDN Gajah I

dan Wali Kelas IV. Adapun proses belajar

mengajar mengacu pada rencana pelajaran

yang telah dipersiapkan. Pengamatan

(observasi) dilaksanakan bersamaan dengan

pelaksaaan belajar mengajar. Pada akhir proses

belajar mengajar siswa diberi tes formatif I

dengan tujuan untuk mengetahui tingkat

keberhasilan siswa dalam proses belajar

mengajar yang telah dilakukan

Aspek-aspek yang mendapatkan kriteria

kurang baik adalah memotivasi siswa,

menyampaikan tujuan pembelajaran,

pengelolaan waktu, dan siswa antusias.

Keempat aspek yang mendapat penilaian

kurang baik di atas, merupakan suatu

kelemahan yang terjadi pada siklus I. Dan akan

dijadikan bahan kajian untuk refleksi dan revisi

yang akan dilakukan pada siklus II.

Aktivitas guru yang paling dominan pada

siklus I adalah membimbing dan mengamati

siswa dalam menemukan konsep yaitu 21,7%.

Aktivitas lain yang persentasenya cukup besar

adalah memberi umpan balik/evaluasi/tanya

jawab dan menjelaskan materi yang sulit yaitu

masing-masing sebesar 18,3% dan 13,3%.

Sedangkan aktivitas siswa yang paling

dominan adalah mengerjakan/memperhatikan

penjelasan guru yaitu 22,5%. Aktivitas lain

yang persentasenya cukup besar adalah

Bekerja dengan sesama teman sebangku,

diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru,

dan membaca buku yaitu masing-masing

18,7% 14,4 dan 11,5%.

Pada siklus I, secara garis besar kegiatan

belajar mengajar dengan metode demonstrasi

sudah dilaksanakan dengan baik, walaupun

peran guru masih cukup dominan untuk

memberikan penjelasan dan arahan karena

model tersebut masih dirasakan baru oleh

siswa.

Berikutnya adalah rekapitulasi hasil tes

formatif siswa seperti terlihat pada tabel

berikut.

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siklus I

No Uraian Hasil Siklus I

1

2

3

Nilai rata-rata tes formatif

Jumlah siswa yang tuntas belajar

Persentase ketuntasan belajar

70,49

27

65,85

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa

dengan menerapkan metode demonstrasi

diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa

adalah 70,49 dan ketuntasan belajar mencapai

65,85% atau ada 27 siswa dari 41 siswa sudah

tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan

bahwa pada siklus pertama secara klasikal

siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang

memperoleh nilai ≥ 65 hanya sebesar 65,85%

lebih kecil dari persentase ketuntasan yang

dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini

disebabkan karena siswa masih merasa baru

dan belum mengerti apa yang dimaksudkan

dan digunakan guru dengan menerapkan

metode demonstrasi.

Sebagai Refleksi dalam pelaksanaan

kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi

dari hasil pengamatan sebagai berikut: 1) guru

kurang maksimal dalam memotivasi

Page 77: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

Kasyim, Penerapan metode demonstrasi meningkatkan prestasi dan motivasi belajar PAI | 77

siswa dan dalam menyampaikan tujuan

pembelajaran, 2) guru kurang maksimal dalam

pengelolaan waktu, 3) siswa kurang aktif

selama pembelajaran berlangsung.

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar

pada siklus I ini masih terdapat kekurangan,

sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan

pada siklus berikutnya. 1) guru perlu lebih

terampil dalam memotivasi siswa dan lebih

jelas dalam menyampaikan tujuan

pembelajaran. Dimana siswa diajak untuk

terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang

akan dilakukan. 2) guru perlu mendistribusi-

kan waktu secara baik dengan menambahkan

informasi-informasi yang dirasa perlu dan

memberi catatan, 3) guru harus lebih terampil

dan bersemangat dalam memotivasi siswa

sehingga siswa bisa lebih antusias.

Siklus II

Pada tahap perencanaan peneliti

mempersiapkan perangkat pembelajaran yang

terdiri dari rencana pelajaran 2, soal tes

formatif 2 dan alat-alat pengajaran yang

mendukung. Selain itu juga dipersiapkan

lembar observasi pengelolaan metode

demonstrasi dan lembar observasi guru dan

siswa.

Tahap kegiatan dan pelaksanaan kegiatan

belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan

pada bulan April 2015 di Kelas IV dengan

jumlah siswa 41 siswa. Dalam hal ini peneliti

bertindak sebagai pengajar, sedangkan yang

bertindak sebagai pengamat adalah Kepala

Sekolah SDN Gajah I dan Wali Kelas IV.

Adapun proses belajar mengajar mengacu pada

rencana pelajaran dengan memperhatikan

revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau

kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi

pada siklus II. Pengamatan (observasi)

dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan

belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa

diberi tes formatif II dengan tujuan untuk

mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam

proses belajar mengajar yang telah dilakukan.

Instrumen yang digunakan yaitu tes formatif II

Aspek-aspek yang diamati pada kegiatan

belajar mengajar (siklus II) yang dilaksanakan

oleh guru dengan menerapkan metode

demonstrasi mendapatkan penilaian yang

cukup baik dari pengamat. Maksudnya dari

seluruh penilaian tidak terdapat nilai kurang.

Namum demikian penilaian tersebut belum

merupakan hasil yang optimal, untuk itu ada

beberapa aspek yang perlu mendapatkan

perhatian untuk penyempurnaan penerapan

pembelajaran selanjutnya. Aspek-aspek

tersebut adalah memotivasi siswa, mem-

bimbing siswa merumuskan kesimpulan/

menemukan konsep, dan pengelolaan waktu.

Dengan penyempurnaan aspek-aspek di

atas dalam penerapan metode demonstrasi

diharapkan siswa dapat menyimpulkan apa

yang telah mereka pelajari dan mengemukakan

pendapatnya sehingga mereka akan lebih

memahami tentang apa yang telah mereka

lakukan.

Aktivitas guru yang paling dominan pada

siklus II adalah membimbing dan mengamati

siswa dalam menemukan konsep yaitu 25%.

Jika dibandingkan dengan siklus I, aktivitas ini

mengalami peningkatan. Aktivitas guru yang

mengalami penurunan adalah memberi umpan

balik/evaluasi/tanya jawab (16,6%), menjelas-

kan materi yang sulit (11,7). Meminta siwa

mendiskusikan dan menyajikan hasil kegiatan

(8,2%), dan membimbing siswa merangkum

pelajaran (6,7%).

Sedangkan untuk aktivitas siswa yang

paling dominan pada siklus II adalah bekerja

dengan sesama teman sebangku yaitu (21%).

Jika dibandingkan dengan siklus I, aktivitas ini

mengalami peningkatan. Aktivitas siswa yang

mengalami penurunan adalah mendengarkan/

memperhatikan penjelasan guru (17,9%).

Diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru

(13,8%), menulis yang relevan dengan KBM

(7,7%) dan merangkum pembelajaran (6,7%).

Adapun aktivitas siswa yang mengalami

peningkatan adalah membaca buku (12,1%),

menyajikan hasil pembelajaran (4,6%),

menanggapi/mengajukan pertanyaan/ ide

(5,4%), dan mengerjakan tes evaluasi (10,8%).

Page 78: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

78 | Jurnal Karya Pendidikan, Volume I, Nomor 2, Maret 2015, hal 73 – 80

Berikutnya adalah rekapitulasi hasil tes

formatif siswa terlihat pada tabel berikut.

Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siklus II

No Uraian Hasil

Siklus II

1

2

3

Nilai rata-rata tes formatif

Jumlah siswa yang tuntas belajar

Persentase ketuntasan belajar

73,90

32

78,00

Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata

prestasi belajar siswa adalah 73,90 dan

ketuntasan belajar mencapai 78,00% atau ada

32 siswa dari 41 siswa sudah tuntas belajar.

Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini

ketuntasan belajar secara klasikal telah

mengalami peningkatan sedikit lebih baik dari

siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar

siswa ini karena setelah guru menginformasi-

kan bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu

diadakan tes sehingga pada pertemuan

berikutnya siswa lebih termotivasi untuk

belajar. Selain itu siswa juga sudah mulai

mengerti apa yang dimaksudkan dan dinginkan

guru dengan menerapkan metode demonstrasi.

Pada Refleksi pelaksanaan kegiatan

belajar diperoleh informasi dari hasil

pengamatan adalah : 1) memotivasi siswa, 2)

membimbing siswa merumuskan kesimpulan/

menemukan konsep. 3) mengelolaan waktu.

Refisi rancangan pelaksanaan kegiatan

belajar pada siklus II ini masih terdapat

kekurangan-kekurangan. Maka perlu adanya

revisi untuk dilaksanakan pada siklus II antara

lain: 1) guru dalam memotivasi siswa

hendaknya dapat membuat siswa lebih

termotivasi selama proses belajar mengajar

berlangsung. 2) guru harus lebih dekat dengan

siswa sehingga tidak ada perasaan takut dalam

diri siswa baik untuk mengemukakan pendapat

atau bertanya. 3) guru harus lebih sabar dalam

membimbing siswa merumuskan kesimpulan/

menemukan konsep, 4) guru harus

mendistribusikan waktu secara baik sehingga

kegiatan pembelajaran dapat berjalan sesuai

dengan yang diharapkan, 5) guru sebaiknya

menambah lebih banyak contoh soal dan

memberi soal-soal latihan pada siswa untuk

dikerjakan pada setiap kegiatan belajar

Siklus III

Pada tahap perencanaan peneliti

mempersiapkan perangkat pembelajaran yang

terdiri dari rencana pelajaran 3, soal tes

formatif 3 dan alat-alat pengajaran yang

mendukung. Selain itu juga dipersiapkan

lembar observasi pengelolaan metode

demonstrasi dan lembar observasi aktivitas

guru dan siswa.

Tahap kegiatan dan pengamatan

pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk

siklus III dilaksanakan pada April 2015 di

Kelas IV dengan jumlah siswa 41 siswa.

Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai

pengajar, sedangkan yang bertindak sebagai

pengamat adalah Kepala Sekolah SDN Gajah I

dan Wali Kelas IV. Adapun proses belajar

mengajar mengacu pada rencana pelajaran

dengan memperhatikan revisi pada siklus II,

sehingga kesalahan atau kekurangan pada

siklus II tidak terulang lagi pada siklus III.

Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersama-

an dengan pelaksanaan belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa

diberi tes formatif III dengan tujuan untuk

mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam

proses belajar mengajar yang telah dilakukan.

Instrumen yang digunakan adalah tes formatif.

Aspek-aspek yang diamati pada kegiatan

belajar mengajar (siklus III) yang dilaksanakan

oleh guru dengan menerapkan metode

demonstrasi mendapatkan penilaian cukup baik

dari pengamat adalah memotivasi siswa,

membimbing siswa merumuskan kesimpulan/

menemukan konsep, dan pengelolaan waktu.

Penyempurnaan aspek-aspek diatas dalam

menerapkan metode demonstrasi diharapkan

dapat berhasil semaksimal mungkin.

Aktivitas guru yang paling dominan pada

siklus III adalah membimbing dan mengamati

siswa dalam menemukan konsep yaitu 22,6%,

sedangkan aktivitas menjelaskan materi yang

sulit dan memberi umpan balik/evaluasi/tanya

Page 79: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

Kasyim, Penerapan metode demonstrasi meningkatkan prestasi dan motivasi belajar PAI | 79

jawab menurun masing-masing sebesar (10%)

dan (11,7%). Aktivitas lain yang mengalami

peningkatan adalah mengaitkan dengan

pelajaran sebelumnya (10%), menyampaikan

materi / strategi / langkah - langkah (13,3%),

meminta siswa memikirkan untuk lebih

memahami materi pelajaran (10%), dan

membimbing siswa merangkum pelajaran

(10%). Adapun aktivitas yang tidak mengalami

perubaan adalah menyampaikan tujuan (6,7%)

dan memotivasi siswa (6,7%).

Sedangkan untuk aktivitas siswa yang

paling dominan pada siklus III adalah Bekerja

dengan sesama teman sebangku yaitu (22,1%)

dan mendengarkan/memperhatikan penjelasan

guru (20,8%), aktivitas yang mengalami

peningkatan adalah membaca buku siswa

(13,1%) dan diskusi antar siswa/antara siswa

dengan guru (15,0%). Sedangkah aktivitas

yang lainnya mengalami penurunan.

Berikutnya adalah rekapitulasai hasil tes

formatif siswa seperti terlihat pada tabel

berikut.

Tabel 3 Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus III

No Uraian Hasil

Siklus III

1

2

3

Nilai rata-rata tes formatif

Jumlah siswa yang tuntas belajar

Persentase ketuntasan belajar

77,80

36

87,80

Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai

rata-rata tes formatif sebesar 77,80 dan dari 41

siswa yang telah tuntas sebanyak 36 siswa dan

5 siswa belum mencapai ketuntasan belajar.

Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang

telah tercapai sebesar 87,80% (termasuk

kategori tuntas). Hasil pada siklus III ini

mengalami peningkatan lebih baik dari siklus

II. Adanya peningkatan hasil belajar pada

siklus III ini dipengaruhi oleh adanya

peningkatan kemampuan guru dalam

menerapkan metode demonstrasi sehingga

siswa menjadi lebih terbiasa dengan

pembelajaran seperti ini sehingga siswa lebih

mudah dalam memahami materi yang telah

diberikan.

Pada tahap refleksi akah dikaji apa yang

telah terlaksana dengan baik maupun yang

masih kurang baik dalam proses belajar

mengajar dengan penerapan metode

demonstrasi. Dari data-data yang telah

diperoleh dapat duraikan sebagai berikut: 1)

selama proses belajar mengajar guru telah

melaksanakan semua pembelajaran dengan

baik. Meskipun ada beberapa aspek yang

belum sempurna, tetapi persentase

pelaksanaannya untuk masing-masing aspek

cukup besar. 2) berdasarkan data hasil

pengamatan diketahui bahwa siswa aktif

selama proses belajar berlangsung. 3)

kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya

sudah mengalami perbaikan dan peningkatan

sehingga menjadi lebih baik. 4) hasil belajar

siswa pada siklus III mencapai ketuntasan.

Revisi Pelaksanaan pada siklus III guru

telah menerapkan metode demonstrasi dengan

baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil

belajar siswa pelaksanaan proses belajar

mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka

tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi

yang perlu diperhatikan untuk tindakan

selanjutnya adalah memaksimalkan dan

mempertahankan apa yang telah ada dengan

tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar

mengajar selanjutnya penerapan metode

demonstrasi dapat meningkatkan proses belajar

mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat

tercapai.

Melalui hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa metode demonstrasi memiliki dampak

positif dalam meningkatkan prestasi belajar

siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin

mantapnya pemahaman siswa terhadap materi

yang disampaikan guru (ketuntasan belajar

meningkat dari siklus I, II, dan III) yaitu

masing-masing 65,85%, 78,00%, dan 87,80%.

Pada siklus III ketuntasan belajar siswa secara

klasikal telah tercapai.

Berdasarkan analisis data, diperoleh

aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar

dengan menerapkan metode demonstrasi dalam

setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini

Page 80: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

80 | Jurnal Karya Pendidikan, Volume I, Nomor 2, Maret 2015, hal 73 – 80

berdampak positif terhadap prestasi belajar

siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan

meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap

siklus yang terus mengalami peningkatan.

Berdasarkan analisis data, diperoleh

aktivitas siswa dalam proses pembelajaran

Pendidikan Agama Islam pada pada pokok

bahasan sholat dengan metode demonstrasi

yang paling dominan adalah Bekerja dengan

sesama teman sebangku, mendengarkan/

memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi

antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi

dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat

dikategorikan aktif.

Sedangkan untuk aktivitas guru selama

pembelajaran telah melaksanakan langkah-

langkah kegiatan belajar mengajar dengan

menerapkan metode demonstrasi dengan baik.

Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul

di antaranya aktivitas membimbing dan

mengamati siswa dalam menemukan konsep,

menjelaskan materi yang sulit, memberi umpan

balik/evaluasi/tanya jawab dimana prosentase

untuk aktivitas di atas cukup besar.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah

dipaparkan selama tiga siklus, hasil seluruh

pembahasan serta analisis yang telah dilakukan

dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) metode

demonstrasi memiliki dampak positif dalam

meningkatkan prestasi belajar siswa yang

ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar

siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I

(65,85%), siklus II (78,00%), siklus III

(87,80%). 2) metode demonstrasi dapat

menjadikan siswa merasa dirinya mendapat

perhatian dan kesempatan untuk

menyampaikan pendapat, gagasan, ide dan

pertanyaan. 3) penerapan metode demonstrasi

mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat

meningkatkan motivasi belajar siswa.

RUJUKAN PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta.

Depdiknas,2006. Kurikulum Pendidikan Dasar. Jakarta: Balitbang.

Djamarah. Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineksa Cipta.

Margono. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineksa Cipta.

Nur, Moh. 2011. Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Surabaya: University Press UniversitasNegeri

Surabaya.

Ramayulis, 2006. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia

Sukidin, dkk. 2005. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: Insan Cendekia.

Page 81: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

81

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PKn MATERI

PENGARUH GLOBALISASI MELALUI METODE DISKUSI

KELOMPOK PADA SISWA KELAS IV

Sami’un

Kepala SDN Lebaksari

Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro

Email : [email protected]

Abstrak : Proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan perlu diberikan kepada semua

peserta didik mulai dari sekolah dasar sebagai sebuah keniscayaan untuk membekali peserta

didik agar mampu berpikir logis, sistematis, kritis dan kreatif serta mampu bekerja sama.

Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik memiliki kemampuan memperoleh,

mengolah dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu

berubah, tidak pasti dan kompetitif. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan

motivasi dan prestasi belajar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan melalui metode

diskusi kelompok pada siswa kelas IV Semester II SDN Lebaksari Tahun Pelajaran

2014/2015. Metode yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas, dilaksanakan selama 2

bulan yakni bulan Januari sampai bulan Pebruari 2015 dengan jumlah siswa sebanyak 12

anak. Peningkatan prestasi belajar ditandai dengan adanya (1) siswa yang mendapat nilai

antara 81-100 pada siklus I : 0%, Siklus II : 20% berarti naik 20%, (2) siswa yang mendapat

nilai antara 71-70 pada Siklus I : 30 %, Siklus II : 20% berarti turun 10%, (4) siswa yang

mendapat nilai antara 51-60 pada siklus I : 30%, Siklus II 20% berarti turun 10%. Dengan

hasil tersebut terbukti guru mampu menjadikan metode diskusi kelompok dalam

meningkatkan prestasi belajar siswa.

Kata Kunci : peningkatan, prestasi, metode, diskusi, kelompok

Konstruksi komunikasi antara guru dan

murid dalam rangka proses pembelajaran

memerlukan strategi pembelajaran yang tepat

agar proses pembelajaran dapat efektif,

menyenangkan dan tidak membosankan. Hasil

belajar akan rendah apabila siswa hanya pasif

dan menjadi pendengar ceramah guru dengan

metode monolognya. Oleh karena itu guru

sebagai pengajar hendaknya pandai memilih

metode pembelajaran yang tepat dan dapat

mendorong siswa menjadi lebih aktif dalam

mengikuti proses belajar mengajar.

(Muhammad Ali, 2006:77).

Suciati (2007) berpendapat bahwa

seorang guru dituntut penguasaan berbagai

kemampuan sebagai guru yang profesional

dalam bidangnya. Kemampuan guru sangat

mempengaruhi proses belajar mengajar dengan

demikian guru dituntut untuk menguasai segala

sesuatu yang berhubungan dengan interaksi

antara guru dan siswa, misalnya kemampuan

menguasai materi pembelajaran, kemampuan

menguasai metode mengajar, kemampaun

untuk membuat siswa lebih aktif, kemampuan

menyampaikan materi yang menarik dan

menyenangkan sehingga anak lebih antusias

mengikuti proses belajar mengajar. Pakar

pendidikan lain mengatakan seorang pengajar

perlu membangun hubungan yang baik dengan

pihak murid dan menggairahkan minat para

murid. Pembelajaran yang berhasil haruslah

dalam suasana menyenangkan dan

mengembirakan”

Agar siswa aktif mengikuti proses belajar

mengajar maka harus menggunakan metode

yang tepat. Oleh karena itu penulis akan

mengadakan penelitian tindakan kelas dengan

tujuan dapat meningkatan prestasi belajar mata

pelajaran PKn melalui metode diskusi

kelompok.

Dengan metode diskusi kelompok

diharapkan siswa menjadi aktif karena metode

diskusi kelompok membantu siswa membentuk

dan mengekspres pikiran dan pendapat secara

Page 82: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

82| Jurnal Karya Pendidikan, Volume I, Nomor 2, Maret 2015, hal 81 – 87

bebas. Selain itu melalui diskusi kelompok

siswa dapat berbagi pengetahuan dan saling

membantu atau saling bekerja sama untuk

memecahkan masalah belajar sehingga dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa.

Menurut Udin S dan Winata Putra (1991

: 17) prestasi adalah hasil belajar terakhir yang

dicapai sebaik-baiknya dalam jangka waktu

tertentu disekolah. Sedangkan menurut Zaenal

Arifin (1991 : 2) prestasi belajar adalah suatu

hasil yang dicapai seseorang yang merupakan

kemampuan ketrampilan dan sikap seseorang

dalam menyelesaikan suatu hal.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan

hasil belajar adalah hasil yang dicapai yang

merupakan penguasaan, pengetahuan dan

ketrampilan yang dikembangkan oleh siswa

yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai atau

angka yang diberikan oleh guru-guru.

Metode dan Alat Media Pendidikan

Kewarganegaraan meliputi: metode diskusi,

metode latihan, metode demonstrasi, metode

sosiodrama metode karya wisata. Alat peraga

atau media adalah sumber belajar yang harus

dikembangkan untuk dicapainya hasil belajar

yang optimal.

Menurut Dewa Ketut Sukardi (2008:

220) bahwa diskusi kelompok adalah suatu

pertemuan dua orang atau lebih, yang

ditunjukkan untuk saling tukar pengalaman

dan pendapat, dan biasanya menghasilkan

suatu keputusan bersama.

METODE PENELITIAN

Penelitian tindakan kelas ini mengacu

pada pendapatnya Wardani, ada empat tahapan

penelitian yaitu : “Perencanaan, pelaksanaan,

pengamatan dan refleksi” Wardani (2009:16).

Berdasarkan pendapat tersebut, prosedur

penelitian yang akan dilakukan meliputi tiga

siklus dan masing-masing siklus terdiri dari

empat tahapan yaitu Perencanaan, Pelaksana-

an, Pengamatan dan evaluasi, refleksi.

Perencanaan pembelajaran pada siklus I

menggunakan metode diskusi kelompok.

Peneliti menyiapakan RPP yang akan

digunakan dalam pelaksanaan tindakan.

Observasi tindakan selama proses

pembelajaran, guru mengamati aktivitas siswa

dalam diskusi kelompok meliputi : antusiasme

diskusi kelompok, kerjasama dalam diskusi,

kedisiplinan dalam diskusi, keberanian dalam

bertanya, keberanian menjawab, keberanian

menyampaikan pendapat, keberanian

menyanggah. Melalui evaluasi refleksi

tindakan (Reflecting), mengevaluasi tindakan

dari pelaksanaan siklus I dan hasilnya

diterapkan pada siklus II, begitu seteusnya

sampai siklus III. Hasil pengamatan pada pada

setiap siklus dievaluasi dengan cara data

dikumpulkan dan kemudian dianalisa.

Observasi dalam penelitian ini adalah

metode untuk mengumpulkan data tentang

proses mengajar maupun reaksi siswa dalam

diskusi kelompok caranya waktu proses

pembelajaran berlangsung kolaborator

mengamati guru mengajar dan guru mengamati

siswa dalam diskusi kelompok.

Setelah memperoleh data langkah

sebelumnya adalah menganalisa data, data

yang akan dianalisa adalah: 1) data kuantitatif

berupa nilai prestasi belajar siswa dianalisa

dengan menggunakan statistik deksriptif

dengan langkah-langkah : nilai seluruh siswa

dijumlahkan, hasil penjumlahan dirata-rata

dengan menjumlah nilai siswa kemuudian di

bagi jumlah siswa yang menjadi subyek

penelitian. 2) data kualitatif yaitu hasil

observasi dengan metode kualitatif dengan

langkah-langkah : menjumlah frekuensi

masing-masing yang diamati kemudian

diprosentase dengan cara jumlah atau frekuensi

hasil amatan dibagi jumlah siswa yang menjadi

subyek penelitan dikalikan 100%, membuat

rata-rata hasil seluruh amatan kemudian

diprosentase.

Penelitian dilaksanakan di kelas IV SDN

Lebaksari tahun pelajaran 2014/2015 dengan

subyek penelitian siswa kelas IV yang

berjumlah 12 anak ini dimulai dari persiapan

sampai dengan penyusunan laporan penelitian

selama dua bulan.

Page 83: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

Sami’un, Peningkatan Prestasi Belajar PKn Materi Pengaruh Globalisasi Melalui Metode Diskusi Kelompok | 83

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian Siklus I

Hasil Observasi Siklus I

Standart kompetensi siklus I

menunjukkan sikap terhadap globalisasi di

lingkungan, kompetensi dasarnya, memberikan

contoh sederhana pengaruh globalisasi di

lingkungannya. Indikator yang hendak di capai

adalah menjelaskan makna globalisasi.

Kegiatan pembelajaran dimulai dengan

pembentukan kelompok yaitu satu kelas dibagi

menjadi tiga kelompok, selanjutnya siswa

bergabung dengan kelompoknya, berkeliling

dan menghampiri setiap kelompok sambil

mengamati proses diskusi.

Setelah pembelajaran selesai anak di

evaluasi dan hasilnya dalam tabel berikut:

Tabel. 2

Hasil Evaluasi Prestasi Belajar Siswa Siklus I

No Nilai Jml

Siswa

Prosentase

(%) Kriteria

1 71-100 0 0 Baik Sekali

2 71-80 4 40 Baik

3 61-70 5 50 Cukup

4 51-60 3 30 Kurang

5 < dari50 0 0 Kurang sekali

(Sumber Depdiknas 2005 : 26)

Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa

siswa yang dikriteriakan baik dengan nilai

antara 71-80 hanya 4 anak atau 40% dan siswa

yang di kriteriakan cukup dengan nilai antara

61-70 ada 5 anak atau 50%, sedangkan siswa

yang siswa dikriteriakan kurang baik dengan

nilai antara 51-60 ada 3 anak atau 30%.

Selama proses diskusi berlangsung guru

mengamati aktifitas siswa dalam diskusi dan

hasilnya tertera dalam tabel berikut:

Tabel 3

Hasil Observasi Aktifitas Siswa Selama Diskusi

kelompok Siklus I

No Tingkah laku Jml

Siswa

Prosen

tase Kriteria

1. Antusias diskusi

kelompok 4 40%

Kurang

sekali

2. Kerjasama dalam

diskusi 5 50%

Kurang

sekali

3. Kedisiplinan dalam

diskusi 6 60% Cukup

4. Keberanian bertanya 5 50%

Kurang

sekali

5. Keberanian menjawab 5 50%

Kurang

sekali

6. Keberanian

menyampaikan

pendapat

4 40% Kurang

sekali

7 Keberanian

menyanggah 4 40%

Kurang

sekali

Hasil observasi pada tabel di atas

menunjukkan bahwa aktifitas siswa selama

diskusi kelompok adalah sebagai berikut : 1)

siswa yang mempunyai antusias dalam diskusi

kelompok 4 anak atau mencapai 40% berarti

masih tergolong kriteria kurang baik. 2)

mempunyai kemauan kerjasama dalam diskusi

5 anak atau mencapai 50%, berarti masih

tergolong kriteria kurang baik. 3) mempunyai

kedisiplinan dalam diskusi 6 anak atau

mencapai 60% berarti tergolong cukup baik. 4)

mempunyai keberanian bertanya dalam

kelompok 5 anak atau mencapai 50%, berarti

masih tergolong kurang baik. 5) mempunyai

keberanian menjawab 5 anak atau mencapai

50%, berarti masih tergolong kurang baik. 6)

mempunyai keberanian menjawab pendapat

teman 4 anak atau mencapai 40% berarti masih

tergolong kurang baik. 7) mempunyai

keberanian menyanggah 4 anak atau mencapai

40% berarti masih tergolong kurag baik

Refleksi Siklus I

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil

pengamatan siklus I menunjukkan bahwa

prestasi belajar siswa maupun aktifitas siswa

dalam kegiatan diskusi belum memuaskan, hal

ini disebabkan oleh karena : 1) siswa belum

terbiasa diskusi kelompok. 2) siswa kurang

disiplin dan kurang adanya kerja sama

sehingga sebagian besar siswa masih

mempunyai keraguan, ketakutan dan rasa malu

yang masih mempunyai rasa masa bodoh. 3)

kebanyakan mereka masih mempunyai

keraguan, ketakutan dan rasa malu yang

meliputi siswa. 4) tampak dengan jelas bahwa

Page 84: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

84| Jurnal Karya Pendidikan, Volume I, Nomor 2, Maret 2015, hal 81 – 87

sebagian mereka masih belum mengetahui

proses diskusi yang baik dan benar.

Untuk memperbaiki dan menyempurna-

kan kegiatan pembelajaran yang menggunakan

metode diskusi kelompok maka sebagai usulan

perbaikan dari siklus I adalah : sebaiknya

pertemuan berikutnya pembelajaran tetap

menggunakan diskusi kelompok agar anak

menjadi terbiasa untuk berdiskusi, sebaiknya

kegiatan diskusi berikutnya perlu adanya

aturan yang jelas sehingga anak semakin

disiplin dan perlu dijelaskan bahwa kerja sama

adalah salah satu yang harus dilakukan dalam

diskusi karena tanpa kerja sama proses dan

hasil diskusi kurang baik, sebaiknya guru

memberi motivasi kapada siswa sebagai

individu maupun kelompok sehingga rasa ragu,

ketakutan dan rasa malu yang meliputi siswa

semakin berkurang, sebaiknya sebelum diskusi

kelompok dilakukan guru menjelaskan kembali

cara berdiskusi.

Hasil Penelitian Siklus II

Hasil Observasi Siklus II

Dengan mempertimbangkan hasil dari

siklus I, maka dilakukan penyempurnaan atau

perbaikan pada siklus II. Standart Kompetensi

siklus II : menunjukkan sikap terhadap

globalisasi dilingkungan, kompetensi dasarnya:

memberikan contoh sederhana pengaruh

globalisasi dilingkungannya. Indikator yang

hendak dicapai adalah menjelaskan pengaruh

positif dan pengaruh negatif dari globalisasi.

Bentuk penyempurnaannya adalah

perbaikan yaitu: 1) metode pembelajaran tidak

ada perubahan (tetap diskusi). 2) memberikan

aturan-aturan yang jelas kepada kelompok

diskusi. 3) guru memberi motivasi dengan cara

memberi bimbingan kepada semua siswa mulai

dari cara kerja sama sampai dengan cara

menyangga dengan penuh kesabaran. 4)

sebelum diskusi dimulai guru menjelaskan cara

dan langkah-langkah diskusi.

Setelah siswa mengalami atau me-

laksanakan pembelajaran dengan melakukan

kegiatan diskusi kelompok pada siklus II,

terbukti memberikan dampak positif. Kondisi

ini diindikasikan dengan meningkatnya hasil

prestasi belajar siswa dan meningkatnya siswa

dalam proses mengikuti diskusi kelompok.

Setelah rencana penyempurnaan atau

perbaikan pada siklus II diterapkan dalam

pembelajaran, hasil yang dicapai adalah

sebagaimana tertera pada tabel di atas: 1) siswa

yang mempunyai antusias dalam diskusi

kelompok ada 7 anak atau mencapai 70%

tergolong kriteria baik. 2) siswa yang

mempunyai kemauan kerja sama dalam diskusi

kelompok ada 7 anak mencapai 70% tergolong

kriteria baik 3) siswa yang mempunyai

kedisiplinan dalam diskusi kelompok ada 8

anak atau mencapai 70% berarti tergolong

baik. 4) siswa yang mempunyai keberanian

menjawab pertanyaan dalam diskusi ada 7

anak atau 70% , berarti tergolong baik. 5)

siswa yang mempunyai keberanian menjawab

pertanyaan dalam diskusi ada 7 anak atau

mencapai 70% berarti tergolong kriteria

baik.6) siswa yang mempunyai keberanian

menyanggah ada 6 anak atau mencapai 60%

berarti tergolong cukup baik

Perubahan prestasi belajar dan aktifitas

siswa selama diskusi dari siklus I ke siklus II

tertera dalam tabel 4 dan table 5.

Tabel. 4

Prestasi belajar siswa Siklus I dan II

Nilai

Siklus I Siklus II

Jml

siswa % Kriteria

Jml

siswa % Kriteria

81-100

71-80

61-70

51-60

0

4

5

3

0

40

50

30

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

2

5

3

2

20

50

30

20

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

(Sumber Depdiknas 2005 : 20%)

Dari tabel 4 dapat dijelaskan bahwa

prestasi belajar siswa sebagai berikut : Nilai

antara 81-100 pada siklus 1 : 0% dan pada

Siklus II : 20% berarti naik 20%, siswa yang

mendapat nilai antara 71-80 pada siklus I

mencapai 40% dan pada siklus II Mencapai

50% berarti naik 10%, siswa yang mendapat

nilai antara 61-70 pada siklus I mencapai 50%.

Page 85: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

Sami’un, Peningkatan Prestasi Belajar PKn Materi Pengaruh Globalisasi Melalui Metode Diskusi Kelompok | 85

Pada siklus II 30% berarti turun 20%,

sedangkan siswa yang mendapat nilai 51-60

pada siklus I 30% dan pada siklus II 20%

berarti turun 10%.

Tabel 5

Aktifitas Siswa selama Diskusi Siklus I dan II

Tingkah Laku Siklus I Siklus II

Jml % Kriteria Jml % Kriteria

Antusias 4 40 Kurang 7 70 Baik

Kerjasama 5 50 Kurang 7 70 Baik

Kedisiplinan 6 60 Cukup 8 80 Baik

Keberanian

bertanya 5 50 Kurang 7 70 Baik

Keberanian

menjawab 5 50 Kurang 7 70 Baik

Keberanian

menyampaikan 4 40

Kurang

sekali 6 60 Cukup

Keberanian

menyanggah 4 40

Kurang

sekali 6 60 Cukup

Tabel 5 tersebut diatas dapat dijelaskan

bahwa aktifitas siswa selama diskusi kelompok

siklus I 40% dan siklus II 70% berarti

meningkat 30%, kerjasama dalam kelompok

siklus I 50% dan siklus II 70% meningkat

20%, kedisiplinan siswa dalam diskusi siklus I

60% dan siklus II 80% meningkat 20%,

keberanian kemampuan bertanya dalam diskusi

siklus I 50% dan siklus II 70% meningkat

20%, keberanian menjawab dalam diskusi

siklus I 50% dan siklus II 70% meningkat

20%, keberanian menyampaikan pendapat

dalam diskusi siklus I 40% da siklus II 60%

meningkat 20%, keberanian menyanggah

dalam diskusi siklus I 40% dan siklus II 60%

meningkat 20%.

Refleksi Siklus II

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil

pengamatan siklus I menunjukkan bahwa

prestasi belajar siswa maupun aktifitas siswa

dalam kegiatan diskusi siklus II mengalami

peningkatan yang baik, hal ini disebabkan oleh

karena : 1) sebagian siswa telah memahami

aturan-aturan diskusi kelompok. 2) guru selalu

memberi motivasi kepada semua siswa mulai

dari cara kerja sama sampai siswa mengalami.

3) namun demikian masih ada beberapa siswa

yang mempunyai prestasi kurang baik dan

masih ada beberapa siswa yang masih nampak

pasif. Hal ini disebabkan karena kelompok

diskusi masih terlalu besar, permasalahan yang

didiskusikan masih terlalu sulit.

Untuk memperbaiki dan menyempurna-

kan kegiatan pembelajaran berikutnya, maka

sebagai upaya perbaikan dari siklus II adalah :

1) agar anak terbiasa berdiskusi maka

pertemuan berikutnya tetap menggunakan

metode diskusi kelompok. 2) jumlah anggota

kelompok dirumah dari empat perkelompok

menjadi tiga atau dua perkelompok. 3)

membuat suasana kelas yang kondusif kepada

siswa agar siswa merasa gembira/senang,

menarik dan hubungan yang akrab dan

terbuka.

Pembahasan

Penelitian tindakan kelas pada siklus II

dan selanjutnya membahas hasil penelitian

tindakan kelas untuk siklus I dan II

sebagaimana tercantum dalam tabel 6 dan 7

sebagai berikut :

Tabel 6

Hasil Tes Prestasi Belajar Siswa Siklus I dan II

Kriteria Nilai Siklus I Siklus II Ket

BS 81-100 0% 20% Naik

B 71-80 40% 50% Naik

C 61-70 50% 30% Turun

K 51-60 30% 20% Turun

KS < dari 50 0% 0%

(Sumber Depdiknas 2005 : 26)

Dari tabel 6 diatas dapat dijelaskan

sebagai berikut : 1) siswa yang mendapat nilai

antara 81-100 pada siklus I : 0%, siklus II:

20% berarti naik 20%. 2) siswa yang

mendapat nilai antara 71-80 pada siklus I :

40%, siklus II : 50% berarti naik 10%. 3) siswa

yang mendapat nilai antara 61-70 pada siklus I:

50%, siklus II: 30% berarti turun 20%. 4)

siswa yang mendapat nilai antara 51-60 pada

siklus I: 30%, siklus II: 20% berarti turun 10%.

Meningkatkan prestasi belajar siswa

tersebut diatas disebabkan oleh karena: 1) pen-

Page 86: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

86 | Jurnal Karya Pendidikan, Volume I, Nomor 2, Maret 2015, hal 81 – 87

jelasan guru terhadap langkah-langkah diskusi

sangat jelas, 2) siswa memahami apa yang

hendak dipecahkan dalam diskusi, 3) motivasi

yang diberikan guru sangat mengena pada

siswa sehingga semua siswa berusaha

semaksimal mungkin untuk menguasai materi,

4) jumlah anggota kelompok yang kecil

mendorong siswa keras untuk mengikuti

kegiatan.

Tabel 7

Hasil pengamatan tentang reaksi siswa selama diskusi

kelompok pada siklus I dan siklus II

Tingkah laku Siklus

I

Siklus

II

Antusias siswa dalam bermain peran 40% 70%

Kerjasama dalam bermain peran 50% 70%

Kedisiplinan siswa dalam bermain peran 60% 80%

Keberanian dalam bertanya 50% 70%

Keberanian dalam menjawab 50% 70%

Keberanian menyampaikan 40% 60%

Keberanian menyanggah 40% 60%

(Sumber Depdiknas 2005 : 26)

Aktifitas siswa dalam diskusi kelompok

dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) antusiasme

dalam diskusi kelompok siklus I adalah 40%

dan siklus II, 70% meningkat 30%. Hal ini

disebabkan oleh karena setiap diskusi guru

terus memberi motivasi kepada siswa, 2)

kerjasama dalam diskusi kelompok siklus I :

50% dan siklus II : 70% meningkat 20%, hal

ini disebabkan oleh karena setiap diskusi guru

selalu memberi bimbingan kepada semua

siswa, 3) kedisiplinan dalam diskusi kelompok

siklus I : 60% dan siklus II 80%, meningkat

20%, hal ini disebabkan oleh karena siswa

telah memahami tata cara atau aturan dalam

diskusi, 4) keberanian bertanya siklus I : 50%

dan siklus II : 70% meningkat 20%. Hal ini

disebabkan oleh karena siswa terdorong oleh

motivasi dari guru dan selalu ingat kata-kata

guru bahwa setiap anak harus menghargai

pendapat orang lain, 5) keberanian

menyampaikan siklus I : 40% dan siklus II :

60% meningkat 20%. Hal ini disebabkan oleh

karena siswa terdorong oleh motivasi dari guru

dan selalu ingat kata-kata guru bahwa setiap

anak harus menghargai pendapat orang lain, 6)

keberanian menyampaikan pendapat siklus I :

40% dan siklus II 60% meningkat 20%. Hal ini

disamping karena motivasi guru juga karena

jumlah anggota kelompok lebih kecil, 7)

keberanian menyanggah siklus I : 40% dan

siklus II : 60% berarti meningkat 20%, hal ini

disebabkan oleh karena semangat siswa dalam

mempertahankan pendapat dan rasa tidak ingin

kalah dengan temannya.

Dari hasil pembahasan yang diperoleh,

maka metode diskusi kelompok baik sekali

diterapkan untuk meningkatkan prestasi belajar

bidang studi Pendidikan Kewarganegaraan

siswa kelas IV Semester 2 SDN Lebaksari

Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro

Tahun Pelajaran 2014/2015.

KESIMPULAN

Pelaksanaan metode diskusi kelompok

siswa kelas IV bisa berjalan efektif yang

ditandai (1) Antusias siswa dalam diskusi

kelompok siklus I adalah 40% dan siklus II

70% berarti meningkat 30%, (2) Kerjasama

dalam diskusi kelompok siklus I : 50% dan

siklus II : 70% berarti eningkat 20%, (3)

Kedisiplinan dalam diskusi kelompok siklus I :

60% dan Siklus II : 80%, berarti meningkat

20%, (4) Keberanian bertanya siklus I : 50%

dan siklus II 70% berarti meningkat 20%, (5)

Kebetanian menjawab siklus I : 50% dan siklus

II : 70% berarti meningkat 20%, (6)

Keberanian menyampaikan pendapat siklus I :

40% dan siklus II : 60% berarti meningkat

20%, (7) Keberanian menyanggah siklus I :

40% dan siklus II : 60% berarti meningkat

20%.

Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat

disimpulkan bahwa pelaksanaan proses

pembelajaran dengan menggunakan metode

diskusi kelompok tdapat meningkatkan prestasi

belajar Pendidikan Kewarganegaraan materi

pengaruh globalisasi siswa kelas IV Sekolah

Dasar Negeri Lebaksari Kecamatan Baureno

Kabupaten Bojonegoro pada semester II tahun

pelajaran 2014/2015.

Page 87: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

Sami’un, Peningkatan Prestasi Belajar PKn Materi Pengaruh Globalisasi Melalui Metode Diskusi Kelompok | 87

DAFTAR RUJUKAN

Ali, Muhammad, 2006. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algesindo.

Dewa Ketut Sukardi. (2008). Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di

Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta

Suciati, 2007, Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Universitas Terbuka.

Wardani, I G. A. K, Wihardit Kuswaya, Nasution Noehi, 2009, Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ).

Jakarta : Universitas Terbuka

Winataputra, Udin S, 2007, Materi dan Pembelajaran PKn SD. Jakarta : Universitas Terbuka.

Zainal Arifin, Evaluasi Instruksional (Prinsip-Teknik-Prosedur), (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 1991)

Page 88: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

88

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR NILAI TEMPAT

MELALUI MEDIA ABAKUS PADA SISWA SEKOLAH DASAR

Suharwati

Guru Sekolah Dasar Negeri Gajah I

Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro

Email: [email protected]

Abstrak: Penelitan tindakan ini bertujuan untuk mendiskripsikan pelaksanaan pembelajaran

matematika tentang nilai tempat suatu bilangan yang benar serta mendiskripsikan penguasaan melalui

pembelajaran menuliskan bilangan dalam bentuk penjumlahan ratusan, puluhan, dan satuan pada siswa

kelas II SDN Gajah I. Dari hasil perbaikan pembelajaran pada siklus I dan siklus II menunjukkan

bahwa pada siklus I, siswa yang telah tuntas belajar adalah 23 siswa atau 62,16 %, hal ini terjadi

peningkatan sebesar 32,43%, dan meningkat lagi pada siklus II dimana terdapat 31 siswa (83,78%)

yang telah mencapai ketuntasan belajar, hal ini terjadi peningkatan sebesar 21,62%. Secara klasikal

proses pembelajaran matematika dengan menggunakan Abakus telah mencapai ketuntasan.

Kata kunci : hasil belajar, nilai tempat,media abakus.

Matematika merupakan mata pelajaran

yang penekanan pembelajarannya bertujuan

mencapai pemilihan konsep, ketrampilan

memecahkan masalah, penalaran dan

komunikasi, diharapkan siswa setelah melalui

proses pembelajaran dapat mencapai

kompetensi tersebut. Dalam realisasinya

capaian tersebut masih belum dapat

terealisasikan. Selama ini pembelajaran

matematika, terutama pada materi pokok nilai

tempat, guru hanya menggunakan media yang

sulit untuk diterima anak/atau dengan melalui

gambar saja, sehingga pemahaman siswa

khususnya tentang nilai tempat belum

optimal. Hal ini terlihat dari hasil ulangan

pada pokok bahasan tersebut dari 37 siswa

terdapat 25 siswa atau 67% siswa yang telah

mencapai nilai diatas KKM yang ditentukan

sekolah yaitu 70. Selain mengajar juga harus

memperhatikan siswa secara optimal, tugas

guru tidak hanya sebatas pada pengolahan

ilmu, nilai dan ketrampilan, namun juga harus

mengatasi masalah yang dialami siswa. Guru

juga dituntut mengenali masalah yang muncul

di kelas dan menyelesaikan masalah tersebut

dengan tuntas.

Tujuan Perbaikan ini adalah untuk

mendiskripsikan pelaksanaan pembelajaran

matematika tentang nilai tempat suatu

bilangan yang benar dan mendiskripsikan

penguasaan melalui pembelajaran menuliskan

bilangan dalam bentuk penjumlahan ratusan,

puluhan, dan satuan siswa kelas II SDN Gajah

I. Penelitian yang diharapkan dapat

memberikan kontribusi pada pembelajaran

matematika dalam hal ini adalah dapat

meningkatkan kemampuan menyelesaikan

soal nilai tempat, ketelitian mengerjakan soal

matematika dan ketrampilan siswa dalam

mengerjakan soal yang berkaitan dengan

kehidupan sehari-hari.

Bagi guru dapat menerapkan pentingnya

media abakus sebagai salah satu upaya untuk

meningkatkan kemampuan menuliskan

bilangan dalam bentuk penjumlahan ratusa,

puluhan, dan satuan, permasalahan

pembelajaran yang dihadapi guru dan siswa

dapat diatasi dan bagi sekolah dapat

memberikan masukan untuk meningkatkan

kualitas pembelajaran dan hasil siswa secara

lebih lanjut serta sebagai sarana

pemberdayaan guru untuk meningkatkan

kinerja, kreatifitas dan profesionalismenya.

Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang

bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai

interaksi antar guru dengan siswa. Interaksi

yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan

belajar mengajar yang dilakukan, diarahkan

untuk mencapai tujuan tertentu yang telah

dirumuskan sebelum pembelajaran dilakukan.

Page 89: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

Suharwati ,Meningkatkan Hasil Belajar Nilai Tempat Melalui Media Abakus Pada Siswa Sekolah Dasar | 89

Pada pendidikan formal guru adalah

praktisi yang paling bertanggung jawab atas

berhasil tidaknya program pembelajaran di

sekolah, sebab guru merupakan ujung tombak

dalam kegiatan pembelajaran (Dr. Wina,

M.Pd, 2008:66-67). Dengan demikian

masalah belajar dan pembelajaran sangat

strategis bagi guru untuk lebih dikuasai agar

kinerjanya lebih bermakn adalam

meningkatkan mutu pendidikan.

Gatot Mohsetuo (2007) mengemukakan

bahwa matematika memegang peranan

penting baik sebagai alat Bantu, sebagai ilmu

(bagi ilmuwan) sebagai pola berpikir maupun

pembentuk sikap. Sehingga ketaatan sistem

matematika mempunyai pengaruh yang kuat

terhadap jalan berpikir seseorang yang

mempelajari matematika.

Untuk mengajarkan konsep nilai tempat

selain menggunakan Blok Dines dapat juga

digunakan media dekak-dekak/abakus. Wujud

dari dekak-dekak/abakus adalah sebagai

berikut:

Media ini dapat digunakan secara

klasikal maupun kelompok. Untuk mengawali

penggunaan alat peraga dekak-dekak ini,

dapat digunakan blok Dienes untuk

menjelaskan arti nilai satuan, puluhan, ratusan

dan ribuan. Untuk mengenalkan konsep nilai

tempat dengan dekak-dekak ini dapat

diperagakan secara berurutan: 1) ambilah

dekak-dekak bertiang empat, tunjukkan dan

kenalkan kepada siswa bahwa alat itu disebut

dekak-dekak. Bundaran-bundaran pada kayu

yang dimasukkan pada tiang disebut biji

dekak-dekak, 2) tunjukkan pada siswa bahwa

dekak-dekak itu mempunyai 4 tiang, yang

masing-masing berisi 9 buah biji dekak-dekak

dengan warna yang berbeda antara tiang satu

dan lainnya. Masing-masing tiang

rnempunyai nilai yang berbeda-beda.

Besarnya nilai untuk masing-masing tiang dan

sebelah kanan ke kiri adalah satuan, puluhan,

ratusan dan ribuan, 3) kemudian guru dapat

melanjutkan kegiatan dengan mengosongkan

terlebih dahulu tiang dekak-dekak.

4) ambilah 4 buah dekak-dekak

kemudian masukkan ke tiang satuan.

Tunjukkan pada siawa kedudukan biji dekak-

dekak sebagai nilai satuan. Selanjutnya

tambahkan satu persatu biji dekak-dekak pada

tiang sehingga akhirnya pada tiang satuan

terdapat sembilan biji dekak-dekak.

Tunjukkan kepada siawa, bahwa dengan

menambah satu biji pada tiang satuan, biji

dekak-dekak yang kesepuluh tidak dapat

memasuki tiang satuan tetapi hanya

menumpang saja di atas biji yang kesembilan.

Tunjukkan kepada siswa bahwa 10 biji dekak-

dekak satuan nilainya sama dengan 1 biji

dekak-dekak puluhan. Karena tiang

berikutnya khusus untuk biji dekak-dekak

puluhan, maka 10 biji satuan dapat digantikan

dengan 1 biji puluhañ. Demikian seterusnya

dengan cara yang sama guru dapat

menjelaskan hubungan antara tiang satu

dengan yang lainnya, sehingga dapat

ditunjukkan dengan peragaan gambar sebagai

berikut:

Penggunaan media dekak-dekak di atas

untuk mengenalkan nilai tempat suatu

bilangan. Tahap kegiatan adalah penanaman

konsep. Maka dalam hal ini dekak-dekak

berfungsi sebagai alat peraga, 5) kegiatan

selanjutnya siswa dapat beberapa latihan

dengan dekak-dekak atau dalam gambar.

Page 90: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

90| Jurnal Karya Pendidikan, Volume I, Nomor 2, Maret 2015, hal 88 – 94

Dalam kegiatan ini, media di atas

berfungsi sebagai sarana yaitu sebagai alat

untuk melengkapi kegiatan.

METODE PENELITIAN

Dalarn proses pernbelajaran guru harus

memiIiki strategi agar siswa dapat belajar

secara efektif dan efisien. Salah satu langkah

untuk memiliki strategi itu ialah harus

menguasai teknik-teknik pernyajian yang

disebut metode mengajar. Menurut Wina

Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam

strategi pembelajaran terkandung makna

perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada

dasarnya masih bersifat konseptual tentang

keputusan-keputusan yang akan diambil

dalam suatu pelaksanaan pembelajaran

Menurut Wardani I.GAK dkk, dalam

bukunya Evaluasi Dan Penelitian Pendidikan,

dijelaskan bahwa evaluasi merupakan proses

mendapatkan informasi-infomasi yang dapat

memanfaatkan untuk pembuatan pertimbang-

an-pertimbangan yang selanjutnya dipakai

untuk membuat keputusan. Pertimbangan

merupakan pengeluaran atau out come

penting pada evaluasi. Pertimbangan belum

merupakan tindakan melainkan sebuah

estimasi (perkiraan) unjuk kerja

(performance) atau sesuatu yang akan datang.

Keputusan merupakan sasaran akhir dan

kegiatan evaluasi. Keputusan yang berkaitan

dengan pengajaran bisa berupa keputusan

mengenai murid, guru, bahan, waktu, biaya,

dan tenaga, serta komponen-komponen dan

sistem pengajaran.

Evaluasi, tes, dan pengukuran

merupakan tiga aspek penting dalam

pembelajaran. Tes merupakan alat ukur.

Pengukuran merupakan proses pembelajaran

angka yang bersifat kuantitatif. Sedangkan

evaluasi (penilaian) merupakan proses

pengambilan keputusan yang bersifat

kualitatif berdasarkan hasil pengukuran

(Suciati dan Drs. Agus Mulyana, M. Hum

dalam Tes dan Asesmen di SD, Universitas

Terbuka, Jakarta).

Dari hasil evaluasi ini, guru dapat

melakukan refleksi yang kemudian

dilanjutkan dalam pelaksanaan perbaikan

(siklus) pembelajaran. Dari hasil nilai rata-

rata akan dapat diketahui bahwa pembelajaran

yang dilakukan guru tersebut berhasil atau

tidak dan selanjutnya.

Penelitian yang bertempat di SDN

Gajah I Baureno Bojonegoro ini dilaksanakan

pada tanggal 16 Oktober 2014 sampai dengan

21 Oktober 2014 dan peneliti merencanakan

dalam 3 siklus akan tetapi jika dalam 2 siklus

sudah mencukupi maka siklus ke-3

ditiadakan. Setiap siklus pembelajaran

berlangsung dalam satu kali pertemuan tatap

muka selama 2 x 35 menit. Penguasaan materi

matematika tentang nilai tempat dikatakan

meningkat jika siswa dalam pelaksanaan

pembelajaran pasa setiap tindakan penelitian

tingkat keberhasilan belajar siswa yang

menjadi subyek penelitian mencapai optimal/

baik sekali artinya 85%-94% dari bahan

pelajaran yang diberikan dapat dikuasai

siswa.

Penelitian ini menggunakan rancangan

penelitian tindakan kelas. Adapun alur

kegiatan dalam penelitian ini dimulai dari (1)

reflaksi awal, (2) perencanaan tindakan, (3)

pelaksanaan tindakan, (4) refleksi dan

rancangan ulang. PTK ini dirancang dalam 3

siklus namun jika sebelum siklus ketiga sudah

mendapatkan hasil yang optimal maka tidak

perlu melanjutkan siklus ketiga.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Pada Siklus I hasil refleksi

pembelajaran tentang penulisan bilangan

dalam bentuk penjumlahan ratusan, puluhan

dan satuan sebelumnya dilakukan 1) planning

Page 91: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

Suharwati ,Meningkatkan Hasil Belajar Nilai Tempat Melalui Media Abakus Pada Siswa Sekolah Dasar | 91

(perencanaan) agar penguasaan materi

pelajaran tentang menuliskan bilangan dalam

bentuk penjumlahan ratusan, puluhan, dan

satuan meningkat maka perlu ditangani secara

terprogram. Tahap ini peneliti menyusun

rencana pembelajaran kurikulum yaitu

merumuskan tujuan pembelajaran dan alat

peraga, 2) acting (pelaksanaan) dimana setiap

siklus pembelajaran terdiri dari satu kali

pertemuan tatap muka (2x35 menit). Langkah

pembelajarannya meliputi: kegiatan Awal (5

menit) dengan mereview materi dengan tanya

jawab tentang nilai tempat bilangan yang

sudah dipelajari sebelumnya dan

menyampaikan tujuan pembelajaran;

Kegiatan Inti (50 menit) dengan

menanyakan siswa tentang menulis dua

bilangan yang terdiri dari tiga angka, siswa

yang menjawab diberi kesempatan untuk

menulis jawaban di papan tulis, meminta

siswa menentukan nilai tempat ratusan,

puluhan, dan satuan dari bilangan yang telah

ditulisnya, menjelaskan kembali dan

menentukan nilai tempat ratusan, puluhan dan

satuan dengan menggunakan abakus, secara

bergantian siswa kembali berlatih, dengan

menggunakan abakus, untuk memantapkan

pemahaman siswa dalam menuliskan bilangan

dalam bentuk penjumlahan tempat ratusan,

puluhan dan satuan, siswa mengerjakan soal

evaluasi; Kegiatan Akhir (10 menit) dimana

siswa dibimbing untuk menyimpulkan cara

termudah untuk menuliskan bilangan dalam

bentuk penjumlahan ratusan, puluhan dan

satuan, siswa diminta mengerjakan PR untuk

menuliskan bilangan dalam bentuk

penjumlahan ratusan, puluhan dan satuan

beberapa bilangan yang lebih besar untuk

dibahas dalam pelajaran yang akan datang, 3).

observing (pengamatan) yakni pada tahap ini

pengamatan dilaksanakan secara terus

menerus terhadap semua tindakan

pembelajaran yang berlangsung meliputi :

menentukan dua bilangan yang terdiri dari

tiga angka; menentukan bilangan yang

menempati nilai ratusan, puluhan dan satuan

dengan dukungan alat peraga dekak-

dekak/abakus. Hasil temuan yang didapatkan

baik berupa kekurangan atau hambatan yang

dialami peneliti atau siswa dijadikan bahan

diskusi guna tindakan perbaikan dalam

pembelajaran siklus berikutnya.

Hasil tindakan pembelajaran ditentukan

berdasarkan taraf keberhasilan secara

kualitatif seperti yang tertulis pada tabel

berikut ini.

Tabel 1 Taraf Keberhasilan

Taraf

Keberhasilan Sebutan

Nilai

Huruf

Nilai

Angka

85% - 100% Sangat Baik (SB) A 5

70%-84% Baik (B) B 4

55%-69% Cukup (C) C 3

50%-54% Kurang (K) D 2

0%-49% Sangat Kurang (SK) E 1

Sumber: Buku Pedoman IKIP Malang,

1993/1994, hal: 34

Pada tahap refelcting hasil observasi,

dilakukan analisis pada tindakan kemudian

dilanjutkan dengan refleksi, berdasarkan hasil

analisis dari hasil refleksi yang dilakukan

bersama-sama ini, dipertimbangkan apakah

perlu dilakukan tindakan II terhadap

permasalahan-permasalahan yang masih ada.

Siklus II pada tahap planning peneliti

melaksanakan pembelajaran tentang

menuliskan bilangan dalam bentuk

penjumlahan ratusan, puluhan dan satuan

dengan media dekak-dekak/abakus.

Berdasarkan hasil tindakan I kemudian

peneliti menyarankan subyek peneliti agar

melakukan aktifitas sendiri berdasarkan

pengetahuan yang diperoleh dari tindakan

sebelumnya. Peneliti membimbing dalam

menyelesaikan soal-soal latihan.

Tahap Pelaksanaan tindakan 2

dilakukan terhadap permasalahan yang masih

ada di siklus I, antara lain (1) peneliti

menggali pengetahuan yang sudah dimiliki

siswa tentang menuliskan bilangan dalam

bentuk penjumlahan ratusan, puluhan dan

satuan melalui media dekak-dekak/abakus, (2)

peneliti membimbing subyek peneliti pada

Page 92: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

92| Jurnal Karya Pendidikan, Volume I, Nomor 2, Maret 2015, hal 88 – 94

situasi belajar tentang menuliskan bilangan

dalam bentuk soal cerita, (3) subyek peneliti

diberi kesempatan untuk mengemukakan

pendapatnya lantas menuliskan bilangan

dallam bentuk penjumlahan ratusan, puluhan

dan satuan, (4) peneliti membimbing subyek

peneliti dalam menyelesaikan soal latihan.

Langkah-langkah pembelajaran meliputi

: Kegiatan Awal (5 menit), dengan

mereview materi dengan tannya jawab

tentang nilai tempat bilangan yang sudah

dipelajari sebelumnya, guru menyampaikan

tujuan pembelajaran; Kegiatan Inti (50

menit), dengan menanyakan siswa tentang

menulis dua bilangan yang terdiri dari tiga

angka, siswa yang menjawab diberi

kesempatan untuk menulis jawaban di papan

tulis, meminta siswa menentukan nilai tempat

ratusan, puluhan, dan satuan dari bilangan

yang telah ditulisnya, menjelaskan kembali

dan menentukan nilai tempat ratusan, puluhan

dan satuan dengan menggunakan abakus,

secara bergantian siswa kembali berlatih,

dengan menggunakan abakus, untuk

memantapkan pemahaman siswa dalam

menuliskan bilangan dalam bentuk

penjumlahan tempat ratusan, puluhan dan

satuan, siswa mengerjakan soal evaluasi;

Kegiatan Akhir (10 menit) dengan langkah-

langkah siswa dibimbing untuk

menyimpulkan cara termudah untuk

menuliskan bilangan dalam bentuk

penjumlahan ratusan, puluhan dan satuan,

siswa diminta mengerjakan PR untuk

menuliskan bilangan dalam bentuk

penjumlahan ratusan, puluhan dan satuan

beberapa bilangan yang lebih besar untuk

dibahas dalam pelajaran yang akan datang

Dalam Pengamatan proses pembelajar-

an sebaiknya guru (a) melakukan pengamatan

yang terlaksana dengan terfokus pada masalah

penelitian dan mencatat gasil pengamatan, (b)

untuk menindaklanjuti hasil pengamatan,

dilakukan diskusi dengan teman sejawat.

Pada kegiatan Refleksi catatan lapangan

dan lembar pengamatan sebagai hasil

pengamatan diulangi dan dirangkum kembali.

Hal ini untuk memahami data yang telah

terkumpul secara komprehensif. Hasil analisis

dan refleksi ini dijadikan bahan untuk

merevisi rencana tindakan selanjutnya dan

menetapkan apakah perlu diulang atau tidak.

Data yang dikumpulkan dalam

penelitian ini adalah analisa evaluasi belajar

(pra siklus), analisa evaluasi belajar siklus I,

analisa evaluasi belajar siklus, hasil observasi

yang diperoleh dari teman sejawat yang

berpedoman pada lembar pengamatan serta

catatan laporan yang berisikan pelaksanaan

kegiatan pembelajaran. Instrumen

pengumpulan data beberapa instrumen yang

digunakan dalam penelitian ini berupa

observasi juga menggunakan instrumen

penulisan yaitu tes tertulis yang berupa butir-

butir soal dalam LKS dan soal-soal latihan.

Setelah diadakan perbaikan

pembelajaran pada siklus 1 dan siklus 2 ada

peningkatan hasil evaluasi siswa pada tahap

pra siklus rata-rata kelas 70 setelah diadakan

perbaikan pada siklus 2 rata-rata kelas

menjadi 80. Kenaikkan hasil evaluasi dapat

dilihat pada tabel rekapitulasi evaluasi yang

tertera dibawah ini.

Hasil Rekapitulasi Evaluasi Pra, siklus I & II

Aspek Yang

Dicapai

Pra Siklus I Siklus II

Nilai rata-rata kelas 61,62 72,70 78,92

Nilai tertinggi 100 100 100

Nilai terendah 40 50 60

Jumlah siswa

dibawah KKM

26

70,27%

14

37,84%

6

16,22%

Jumlah siswa diatas

KKM

11

29,73%

23

62,16%

31

83,78%

Berdasarkan data di atas menunjukkan

bahwa pada siklus I, siswa yang telah tuntas

belajar adalah 23 siswa atau 62,16 %, hal ini

terjadi peningkatan sebesar 32,43%, dan

meningkat lagi pada siklus II dimana terdapat

31 siswa (83,78%) yang telah mencapai

ketuntasan belajar, hal ini terjadi peningkatan

sebesar 21,62%. Secara klasikal proses

Page 93: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

Suharwati ,Meningkatkan Hasil Belajar Nilai Tempat Melalui Media Abakus Pada Siswa Sekolah Dasar | 93

pembelajaran matematika telah mencapai

ketuntasan minimal, dimana guru menetapkan

ketuntasan minimal kelas adalah 80% siswa

memperoleh nilai di atas KKM (70).

Pembahasan

Berdasarkan hasil evaluasi mata

pelajaran matematika kelas II SDN Gajah I

materi pokok nilai tempat pada perbaikan

pembelajaran siklus I dapat dilaporkan bahwa

terdapat 14 siswa yang mendapat nilai

dibawah kriteria ketuntasan minimal

diantaranya terdiri dari 5 siswa mendapat nilai

40, 6 siswa mendapat nilai 50, dan 3 siswa

mendapat nilai 60. Nilai rata-rata kelas 72,70,

dengan ketuntasan belajar klasikal 62,16%.

Setelah dilakukan refleksi maka proses

pembelajaran perlu dilakukan tindakan

selanjutnya yaitu tindakan pada siklus II.

Apabila dilihat dari segi materi maka

materi yang dikuasai siswa adalah pertanyaan

pada soal pilihan ganda nomor 1 dan 6,

sedangkan soal isian nomor 2 dan 4. Soal

pilihan ganda yang belum dikuasai siswa

adalah soal nomor 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, dan 10,

sedangkan soal isian nomor 1, 3, dan 5.

Sebagian besar siswa yang memperoleh

nilai kurang dari rata-rata kelas disebabkan

oleh beberapa faktor antara lain: kurang

konsentrasi saat guru mengadakan tanya-

jawab, tidak aktif dalam kegiatan diskusi

kelompok dan waktu melaksanakan

percobaan Hal ini dapat dilihat dari hasil

penilaian proses atau kinerja siswa, yang

dilakukan oleh guru saat berlangsungnya

proses pembelajaran.

Sedangkan bila dilihat dari segi materi,

maka soal-soal yang tidak dapat diselesaikan

siswa dengan baik merupakan soal yang

memerlukan penanaman pemahaman konsep,

dan pemahaman terhadap kalimat yang ada di

soal evaluasi. Melihat uraian hasil perbaikan

pembelajaran pada siklus I, penulis berusaha

meningkatkan hasil pembelajaran, meningkat-

kan pemahaman siswa pada materi yang

dibahas, serta meningkatkan ketrampilan

siswa dalam melakukan percobaan, maka

guru mengadakan perbaikan pembelajaran

tahap II (siklus II).

Setelah penulis mengadakan kegiatan

perbaikan pembelajaran pada siklus II, maka

hasil yang diperoleh semakin meningkat,

harapan rata-rata di atas SKM siswa dapat

memahami materi yang disampaikan dapat

tercapai.

Adapun hasil perolehan evaluasi yang

diadakan guru pada siklus II yang diikuti oleh

37 siswa adalah sebagai berikut : siswa yang

telah mencapai ketuntasan belajar sebanyak

31 siswa atau 83,78% sedangkan yang 6

siswa (16,22%) memperoleh nilai dibawah

KKM (70). Pada siklus II ini terdapat

peningkatan ketuntasan belajar sebesar

21,62%. Sehingga secara klasikal proses

pembelajaran matematika telah mencapai

ketuntasan minimal, dimana guru menetapkan

ketuntasan minimal kelas adalah 80% siswa

memperoleh nilai di atas KKM (70).

KESIMPULAN DAN SARAN

Dengan perbaikan yang telah

dilaksanakan maka dapat disimpulkan bahwa

hail belajar matematika dengan media abakus

dapat meningkat 32,43% pada siklus I dan

meningkat lagi 21,62% pada siklus II.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa melalui

pembelajaran matematika dengan media

abakus dapat meningkatkan pemahaman

siswa terhadap materi pelajaran, teliti dalam

mengerjakan tugas, berani dalam mengambil

suatu keputusan (mengambil kesimpulan) dan

meningkatnya prestasi belajar siswa.

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka

ada beberapa hal yang sebaiknya dilakukan

oleh guru dalam meningkatkan kualitas

pembelajaran khususnya mata pelajaran

Matematika antara lain melalui pembelajaran

ketrampilan proses dengan memberikan

panduan yang jelas dalam mengerjakan

latiahan soal, memberikan motivasi belajar

dan penguatan kepada siswa, memberikan

contoh konkrit yang dihubungkan dengan

kehidupan sehari-hari, menanamkan sikap

disiplin, teliti dalam melaksanakan suatu per-

Page 94: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

94| Jurnal Karya Pendidikan, Volume I, Nomor 2, Maret 2015, hal 88 – 94

cobaan/penelitian kepada siswa.

Disamping hal tersebut di atas, dalam

melaksanakan perbaikan pembelajaran

melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK),

diperlukan adanya kerja sama diantara guru

maupun kepala sekolah serta pihak-pihak

yang terkait untuk selalu bertukar pendapat

tentang hal-hal yang berkenaan dengan

masalah tugas mengajar sehari-hari demi

peningkatan mutu pendidikan dan

peningkatan kinerja guru yang professional.

DAFTAR RUJUKAN

Muhsetuo, Gatot. 2007. Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Suciati. 2007. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.

Tim BKG. 2004. Matematika Terampil Berhitung Jilid 5. Jakarta: Erlangga.

Wardani, I GAK, Kuswaya Wihardit. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas

Terbuka.

Prof. Dr. H. Wina Sanjaya, M.Pd. 2008. Perencanaan Dan Desain System Pembelajaran. Jakarta :

PT Fajar Interpratama.

Wina Sanjaya. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta :

Kencana Prenada Media.

Page 95: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

95

PETUNJUK BAGI (CALON) PENULIS

JURNAL KARYA PENDIDIKAN (JKP)

Calon penulis diisyaratkan mengikuti petunjuk penulisan artikel dan Jurnal Karya Pendidikan

(JKP) yang diterbitkan oleh Forum Kajian Ilmiah Guru Bojonegoro (FKI-GB) yang lengkapnya adalah :

1. Artikel yang ditulis untuk JKP meliputi hasil pemikiran dan hasil penelitian di bidang pendidikan dan

pembelajaran. Naskah diketik dengan huruf Times New Roman, ukuran 12 pts, dengan spasi At least 12

pts, dicetak pada kertas A4 sepanjang maksimum 20 halaman, dan diserahkan (dikirimkan) dalam bentuk

print-out sebanyak 3 eksemplar beserta soft copy dalam CD. Berkas (file) dibuat dengan Microsoft Word.

Pengiriman file juga dapat dilakukan sebagai attachment e-mail ke alamat: [email protected]

2. Nama penulis artikel dicantumkan tanpa gelar akademik dan ditempatkan di bawah judul artikel. Nama

penulis hendaknya dilengkapi dengan alamat korespondesi (termasuk e-mail) serta nama dan alamat

lembaga tempat penulis bekerja. Dalam hal naskah ditulis oleh tim, penyunting hanya berkomunikasi

dengan penulis utama atau penulis yang namanya tercantum pada urutan pertama. Penulis harus

menyertakan nama dan alamat lembaga serta alamat korespondensi penulis tersebut (e-mail).

3. Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia atau Inggris dengan format esai, disertai judul pada masing-

masing bagian artikel, kecuali bagian pendahuluan yang disajikan tanpa judul bagian. Judul artikel

dicetak dengan huruf besar di tengah-tengah, dengan huruf sebesar 14 poin. Peringkat judul bagian

dinyatakan dengan jenis huruf yang berbeda (semua judul bagian dan sub-bagian dicetak tebal atau tebal

dan miring), dan tidak menggunakan angka/nomor pada judul bagian:

PERINGKAT 1 (HURUF BESAR SEMUA, TEBAL, RATA TEPI KIRI)

Peringkat 2 (Huruf Besar Kecil, Tebal, Rata Tepi Kiri)

Peringkat 3 (Huruf Besar Kecil, Tebal-Miring, Rata Tepi Kiri) 4. Sistematika artikel hasil pemikiran adalah: judul; nama penulis (tanpa gelar akademik); abstrak

(maksimum 200 kata); kata kunci; pendahuluan (tanpa judul) yang berisi latar belakang dan tujuan atau

ruang lingkup tulisan; bahasan utama (dapat dibagi ke dalam beberapa sub-bagian); penutup atau

kesimpulan; daftar rujukan.

5. Sistematika artikel hasil penelitian adalah: judul; nama penulis (tanpa gelar akademik); abstrak

(maksimum 200 kata) yang berisi tujuan, metode, dan hasil penelitian; kata kunci; pendahuluan (tanpa

judul) yang berisi latar belakang, sedikit tinjauan pustaka, dan tujuan penelitian; metode; hasil;

pembahasan (atau hasil dan pembahasan diintegrasikan); kesimpulan dan saran; daftar rujukan.

6. Sumber rujukan sedapat mungkin merupakan pustaka-pustaka terbitan 10 tahun terakhir. Rujukan yang

diutamakan adalah sumber-sumber primer berupa laporan penelitian (termasuk skripsi, tesis, disertasi)

atau artikel-artikel penelitian dalam jurnal dan/atau majalah ilmiah.

7. Perujukan dan pengutipan menggunakan teknik rujukan berkurung (nama, tahun). Pencantuman sumber

pada kutipan langsung hendaknya disertai keterangan tentang nomor halaman tempat asal kutipan.

Contoh: (Davis, 2003: 47).

8. Daftar Rujukan disusun dengan tata cara seperti contoh berikut ini dan diurutkan secara alfabetis dan

kronologis.

Buku: Anderson, D.W., Vault, V.D. & Dickson, C.E. 1999. Problems and Prospects for the Decades Ahead:

Competency Based Teacher Education. Berkeley: McCutchan Publishing Co.

Buku kumpulan artikel: Saukah, A. & Waseso, M.G. (Eds.). 2002. Menulis Artikel untuk Jurnal Ilmiah (Edisi ke-4, cetakan ke-

1). Malang: UM Press.

Artikel dalam buku kumpulan artikel: Russel, T. 1998. An Alternative Conception: Representing Representation. Dalam P.J. Black & A. Lucas

(Eds.), Children’s Informal Ideas in Science (hlm. 62-84). London: Routledge.

Artikel dalam jurnal atau majalah: Kansil, C.L. 2002. Orientasi Baru Penyelenggaraan Pendidikan Program Profesional dalam Memenuhi

Kebutuhan Dunia Industri. Transpor, XX (4): 57-61.

Page 96: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA … · 1 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI Darwati Guru SD Negeri

96

Artikel dalam koran: Pitunov, B. 13 Desember, 2002. Sekolah Unggulan ataukah Sekolah Pengunggulan? Majapahit Pos,

hlm. 4 &11.

Tulisan/berita dalam koran (tanpa nama pengarang): Jawa Pos. 22 April, 1995. Wanita Kelas Bawah Lebih Mandiri, hlm. 3.

Dokumen resmi: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1978. Pedoman Penulisan Laporan Penelitian. Jakarta:

Depdikbud. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

1990. Jakarta: PT Armas Duta Jaya.

Buku terjemahan: Ary, D., Jacobs, L.C. & Razavieh, A. 1976. Pengantar Penelitian Pendidikan. Terjemahan oleh Arief

Furchan. 1982. Surabaya: Usaha Nasional.

Skripsi, Tesis, Disertasi, Laporan Penelitian: Kuncoro, T. 1996. Pengembangan Kurikulum Pelatihan Magang di STM Nasional Malang Jurusan

Bangunan, Program Studi Bangunan Gedung: Suatu Studi Berdasarkan Kebutuhan Dunia Usaha

Jasa Konstruksi. Tesis tidak diterbitkan. Malang: PPS IKIP Malang.

Makalah seminar, lokakarya, penataran: Waseso, M.G. 2001. Isi dan Format Jurnal Ilmiah. Makalah disajikan dalam Seminar Lokakarya

Penulisan Artikel dan Pengelolaan Jurnal Ilmiah, Universitas Lambungmangkurat, Banjarmasin,

9-11 Agustus.

Internet (karya individual): Hitchcock, S., Carr, L. & Hall, W. 1996. A Survey of STM Online Journals, 1990-1995: The Calm before

the Storm, (Online), (http://journal.ecs.soton.ac.uk/survey/survey.html), diakses 12 Juni 1996.

Internet (artikel dalam jurnal online):

Kumaidi. 1998. Pengukuran Bekal Awal Belajar dan Pengembangan Tesnya. Jurnal Ilmu Pendidikan,

(Online), Jilid 5, No. 4, (http://www.malang.ac.id), diakses 20 Januari 2000.

Internet (bahan diskusi): Wilson, D. 20 November 1995. Summary of Citing Internet Sites. NETTRAIN Discussion List, (Online),

([email protected]), diakses 22 November 1995.

Internet (e-mail pribadi): Naga, D.S. ([email protected]). 1 Oktober 1997. Artikel untuk JIP. E-mail kepada Ali Saukah

(jippsi@ mlg.ywcn.or.id).

9. Tata cara penyajian kutipan, rujukan, tabel, dan gambar mengikuti ketentuan dalam Pedoman Penulisan

Karya Ilmiah (Universitas Negeri Malang, 2001) atau mencontoh langsung tata cara yang digunakan

dalam artikel yang telah dimuat. Artikel berbahasa Indonesia menggunakan Pedoman Umum Ejaan

Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (Depdikbud, 1987). Artikel berbahasa Inggris menggunakan

ragam baku.

10. Artikel 3 (tiga) eksemplar dan soft copynya dikirimkan paling lambat 1 (satu) bulan sebelum bulan

penerbitan kepada :

Jurnal Karya Pendidikan (JKP)

Jl. Raya Trojalu-Baureno No.324 Telp. 081331124589

email : [email protected]

Website : www.jkpbjn,wordpress.com

11. Penulis yang artikelnya dimuat wajib membayar kontribusi biaya. Sebagai imbalannya, penulis

menerima nomor bukti pemuatan sebanyak 3 (tiga) eksemplar. Artikel yang tidak dimuat tidak akan

dikembalikan, kecuali atas permintaan penulis.

12. Segala sesuatu yang menyangkut perijinan pengutipan atau penggunaan software komputer untuk

pembuatan naskah atau ihwal lain yang terkait dengan HAKI yang dilakukan oleh penulis artikel, berikut

konsekuensi hukum yang mungkin timbul karenanya, menjadi tanggung jawab penuh penulis artikel

tersebut.