13
5 BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Kajian Teori 1. Ilmu Pengetahuan Sosial a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagai mata pelajaran di tingkat sekolah dasar pada hakikatnya merupakan suatu integrasi utuh dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan disiplin ilmu lain yang relevan untuk tujuan pendidikan. Ada dua unsur yang menjadi fokus materi pembelajaran IPS yang penting untuk jenjang SD/MI, yakni fakta (peristiwa, kasus aktual) dan konsep baik yang konkrit maupun abstrak.Ada dua bahan kajian IPS, yaitu 1) bahan kajian pengetahuan social, mencakup lingkungan sosial, yang terdiri atas ilmu bumi, ekonomi dan pemerintahan, 2) bahan kajian sejarah, meliputi perkembangan masyarakat Indonesia sejak lampau hingga masa kini. Dengan demikian pembelajaran IPS Sekolah Dasar adalah proses interaksi pendidik (guru) dengan peserta didik (siswa) sekolah dasar mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan sosial manusia untuk meningkatkan kemampuan siswa melalui proses belajar. b. Kedudukan Mata Pelajaran IPS dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Karakteristik mata pelajaran Pengetahuan Sosial itu antara lain (Depdiknas, 2003 : 3): 1) Merupakan perpaduan antara sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah dan kewarganegaraan 2) Berasal dari struktur keilmuan sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah dan kewarganegaraan. Dari kelima struktur keilmuan itu kemudian dirumuskan materi kajian untuk pengetahuan sosial

Peningkatan Hasil Belajar IPS dengan Menggunakan Model

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Peningkatan Hasil Belajar IPS dengan Menggunakan Model

5

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

A. Kajian Teori

1. Ilmu Pengetahuan Sosial

a. Pengertian

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagai mata pelajaran di tingkat

sekolah dasar pada hakikatnya merupakan suatu integrasi utuh dari

disiplin ilmu-ilmu sosial dan disiplin ilmu lain yang relevan untuk tujuan

pendidikan. Ada dua unsur yang menjadi fokus materi pembelajaran IPS

yang penting untuk jenjang SD/MI, yakni fakta (peristiwa, kasus aktual)

dan konsep baik yang konkrit maupun abstrak.Ada dua bahan kajian IPS,

yaitu 1) bahan kajian pengetahuan social, mencakup lingkungan sosial,

yang terdiri atas ilmu bumi, ekonomi dan pemerintahan, 2) bahan kajian

sejarah, meliputi perkembangan masyarakat Indonesia sejak lampau

hingga masa kini.

Dengan demikian pembelajaran IPS Sekolah Dasar adalah proses

interaksi pendidik (guru) dengan peserta didik (siswa) sekolah dasar

mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan sosial manusia

untuk meningkatkan kemampuan siswa melalui proses belajar.

b. Kedudukan Mata Pelajaran IPS dalam Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP)

Karakteristik mata pelajaran Pengetahuan Sosial itu antara lain

(Depdiknas, 2003 : 3):

1) Merupakan perpaduan antara sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah

dan kewarganegaraan

2) Berasal dari struktur keilmuan sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah

dan kewarganegaraan. Dari kelima struktur keilmuan itu kemudian

dirumuskan materi kajian untuk pengetahuan sosial

Page 2: Peningkatan Hasil Belajar IPS dengan Menggunakan Model

6

3) Menyangkut masalah sosial dan tema-tema yang dikembangkan

dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner. Interdisipliner

maksudnya melibatkan disiplin ilmu ekonomi, geografi dan sejarah.

Multidisipliner artinya materi kajian itu mencakup berbagai aspek

kehidupan masyarakat.

4) Menyangkut peristiwa dan perubahan masyarakat masa lalu dengan

prinsip sebab akibat dan kronologis, masalah sosial, isu-isu global,

adaptasi dan pengelolaan lingkungan, serta upaya perjuangan untuk

perjuangan hidup, termasuk pemenuhan kebutuhan untuk mencapai

kemakmuran serta sistem berbangsa dan bernegara.

c. Tujuan

Menurut Awan Mutakin yang dikutip BSNP (2006: 5) tujuan utama

Ilmu Pengetahuan Sosial ialah untuk mengembangkan potensi peserta

didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat,

memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan

yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-

hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa

masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program

pelajaran IPS di sekolah diorganisasikan secara baik. Dari rumusan

tujuan tersebut dapat dirinci sebagai berikut:

1) Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau

lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan

kebudayaan masyarakat.

2) Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan

metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat

digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial.

3) Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta

membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang

berkembang di masyarakat.

Page 3: Peningkatan Hasil Belajar IPS dengan Menggunakan Model

7

4) Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta

mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil

tindakan yang tepat.

5) Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu

membangun diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung

jawab membangun masyarakat.

d. Ruang lingkup

Ruang lingkup mata pelajaran pengetahuan sosial meliputi : 1)

sistem sosial dan budaya, 2) manusia, tempat dan lingkungan, 3) perilaku

ekonomi dan kesejahteraan, 4) waktu, keberlanjutan dan perubahan

(Depdiknas, 2003: 2). Sedangkan dalam lampiran Permendiknas No 22

tahun 2006 ruang lingkup Mapel IPS meliputi aspek-aspek sebagai

berikut:

1) Manusia, tempat, dan lingkungan

2) Waktu, keberlanjutan, dan perubahan

3) Sistem sosial dan budaya

4) Perilaku ekonomi dan kesejahteraan

e. Standar Kompetensi Bahan Kajian

1) Kemampuan memahami fakta, konsep, dan generalisasi tentang sistem

sosial dan budaya dan menerapkannya untuk:

a) Mengembangkan sikap kritis dan situasi sosial yang timbul sebagai

akibat perbedaan yang ada di masyarakat.

b) Menentukan sikap terhadap proses perkembangan dan perubahan

sosial budaya

c) Menghargai keanekaragaman sosial budaya dalam masyarakat

multikultur

2) Kemampuan memahami fakta, konsep, dan generalisasi tentang sistem

sosial dan budaya dan menerapkannya untuk:

Page 4: Peningkatan Hasil Belajar IPS dengan Menggunakan Model

8

a) Menganalisis proses kejadian, interaksi dan saling ketergantungan

antara gejala alam dan kehidupan di muka bumi dalam dimensi

ruang dan waktu.

b) Terampil dalam memperoleh, mengolah, dan menyajikan informasi

geografis.

3) Kemampuan memahami fakta, konsep, dan generalisasi tentang sistem

sosial dan budaya dan menerapkannya untuk :

a) Berperilaku yang rasional dan manusiawi dalam memanfaatkan

sumber daya ekonomi.

b) Menumbuhkan jiwa, sikap, dan perilaku kewirausahaan.

c) Menganalisis sistem informasi keuangan lembaga-lembaga

ekonomi.

d) Terampil dalam praktik usaha ekonomi sendiri.

4) Kemampuan memahami fakta, konsep, dan generalisasi tentang

waktu, keberlanjutan dan perubahan serta menerapkannya untuk:

a) Menganalisis keterkaitan antara manusia, waktu, tempat dan

kejadian.

b) Merekonstruksi masa lalu, memaknai masa kini, dan memprediksi

masa depan.

c) Menghargai berbagai perbedaan serta keragaman sosial, kultural,

agama, etnis, dan politik dalam masyarakat dari pengalaman belajar

peristiwa sejarah.

f. Karakteristik

Karakteristik mata pelajaran IPS oleh BSNP (2006: 4) dinyatakan

antara lain sebagai berikut:

1) Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur

geografi, sejarah, ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan,

sosiologi, bahkan juga bidang humaniora, pendidikan dan agama.

2) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur

keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan soiologi, yang dikemas

Page 5: Peningkatan Hasil Belajar IPS dengan Menggunakan Model

9

sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (tema)

tertentu.

3) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut

berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan

interdisipliner dan multidisipliner.

4) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat menyangkut

peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab

akibat, kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan, struktur,

proses dan masalah sosial serta upaya-upaya perjuangan hidup agar

survive seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan dan

jaminan keamanan.

5) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS menggunakan tiga

dimensi dalam mengkaji dan memahami fenomena sosial serta

kehidupan manusia secara keseluruhan.

g. Standar Kompetensi Mata Pelajaran

Standar kompetensi mata pelajaran adalah kompetensi yang harus

dikuasai siswa setelah melalui proses pembelajaran pengetahuan sosial,

antara lain:

1) Kemampuan memahami: (1) proses pembentukan kepribadian

manusia, (2) unsur-unsur usaha berekonomi, (3) perubahan unsur-

unsur fisik muka bumi, dan (4) perjalanan bangsa Indonesia pada

masa Hindu Budha dan Islam sampai abad ke-18.

2) Kemampuan memahami: (1) bentuk-bentuk hubungan antar

kelompok sosial, (2) pelaku-pelaku ekonomi dalam kegiatan ekonomi

masyarakat, (3) dinamika perubahan kependudukan dan

pembangunan berwawasan lingkungan di Indonesia, dan (4)

perjalanan bangsa Indonesia sejak masa penjajahan Barat sampai

dengan persiapan kemerdekaan Indonesia.

3) Kemampuan memahami: (1) perilaku masyarakat dalam menyikapi

perubahan sosial-budaya, (2) keunggulan komparatif dan kompetitif

Page 6: Peningkatan Hasil Belajar IPS dengan Menggunakan Model

10

dalam perdagangan internasional serta dampaknya terhadap

perekonomian Indonesia, (3) keterkaitan unsur-unsur sosial dan fisik

di negara maju dan berkembang, dan (4) perjalanan bangsa Indonesia

dari masa kemerdekaan sampai dengan Orde Baru.

2. Belajar

Wina Sanjaya (2006: 110) mengungkapkan “belajar itu adalah suatu

proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan,baik latihan

didalam laboraturim maupun dalam lingkungan sekitar. “Oemar Hamalik

(2004: 36) mendefinisikan belajar sebagai suatu pertumbuhan dan

perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah

laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Sebagaimana dikemukakan

oleh Wina Sanjaya (2006: 108 ) bahwa belajar adalah suatu proses yang

terus menerus, yang tidak pernah berhenti dan tidak terbatas pada dinding

kelas. Hal itu berdasarkan pada asumsi bahwa sepanjang kehidupanya,

manusia akan selalu dihadapkan masalah atau tujuan yang ingin dicapainya.

Melalui kemampuan belajar, manusia akan dapat memecahkan setiap

rintangan yang dihadapi sampai akhir hayatnya. R Gagne dalam Slameto

(2003: 13) memberikan dua definisi mengenai belajar :

1) Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam

pengetahuan ,ketrampilan,kebiasaan dan tingkah laku.

2) Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang diperoleh

melalui interaksi.

Slameto (2003: 2) berpendapat bahwa belajar adalah suatu usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang

secara keseluruan sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi

dengan lingkungannya.

Konstruktivisme merupakan suatu pandangan bagaimana seseorang

belajar, yaitu menjelaskan bagaimana manusia membangun pemahaman

dan pengetahuannya mengenai dunia sekitarnya melalui pengenalan

Page 7: Peningkatan Hasil Belajar IPS dengan Menggunakan Model

11

terhadap benda-benda di sekitarnya yang direfleksikan melalui

pengalamannya (Indrawati dan Wawan, 2009: 9).

Peran penting guru dalam pembelajaran konstruktivisme adalah

scaffolding dan coaching. Scaffolding adalah memberikan dukungan dan

bantuan kepada peserta didik yang sedang pada awal belajar kemudian

sedikit demi sedikit mengurangi dukungan atau bantuan tersebut setelah

peserta didik mampu memecahkan problem dari tugas yang dihadapi.

Coaching adalah proses memotivasi peserta didik menganalisis

performanya dan membentuk feedback atau umpan balik tentang kinerja

mereka. Prinsip dasar yang harus diperhatikan dalam pengembangan dalam

pembelajaran kontruktivisme adalah:

1. Prior Knowledge /previos Experience

Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi proses belajar adalah apa

yang telah diketahui oleh peserta didik. Konstruksi pengetahuan tidak

berangkat dari ’’pikiran kosong”. (blank mind), peserta didik harus

memiliki pengetahuan apa yang hendak diketahui. Pengetahuan ini

disebut pengetahuan awal/ dasar (prior Knowledge).

2. Conceptual - Change Process

Proses perubahan konseptual merupakan proses pemikiran yang terjadi

pada peserta didik ketika peta konsep yang dimilikinya dihadapkan

dengan situasi kondisi nyata.

Konstruksi pengetahuan membutuhkan kemampuan mengingat dan

mengungkapkan kembali pengalaman, kemampuan membandingkan,

kemampuan mengambil keputusan mengenai persamaan dan perbedaan

serta kemampuan lebih menyukai satu dari pada yang lain.

3. Model Pembelajaran

Sebagai seorang guru harus mampu memilih model pembelajaran

yang tepat bagi peserta didik. Karena itu dalam memilih model

pembelajaran, guru harus memperhatikan keadaan atau kondisi siswa,

Bahan pelajaran serta sumber-sumber belajar yang ada agar penggunaan

Page 8: Peningkatan Hasil Belajar IPS dengan Menggunakan Model

12

model pembelajaran dapat diterapkan secara efektif dan menunjang

keberhasilan belajar siswa. Model pembelajaran ialah pola yang digunakan

sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun

tutorial. Menurut Arends, model pembelajaran mengacu pada pendekatan

yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pembelajaran,

tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan

pengelolaan kelas. Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai

kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam

mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Para ahli dalam menyusun model-model pengajaran berdasarkan

prinsip Joyce dan Well (Moedjono dan Dimyati, 1991: 109) berpendapat

bahwa model pengajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat

digunakan untuk membentuk kurikulum (Suatu rencana pelajaran jangka

panjang), merancang bahan-bahan pengajaran, membimbing pengajaran di

kelas atau yang lain.

Seorang guru diharapkan memiliki motivasi dan semangat

pembaharuan dalam proses pembelajaran yang dijalaninya. Menurut

Sardiman (2004: 165), guru yang kompeten adalah guru yang mampu

mengelola program belajar-mengajar. Mengelola di sini memiliki arti yang

luas yang menyangkut bagaimana seorang guru mampu menguasai

keterampilan dasar mengajar, seperti membuka dan menutup pelajaran,

menjelaskan, menvariasi media, bertanya, memberi penguatan, dan

sebagainya, juga bagaimana guru menerapkan strategi, teori belajar dan

pembelajaran, dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.

4. Model Pembelajaran Make a Match.

Pembelajaran make a match (mencari pasangan) merupakan model

pembelajaran aktif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM) yaitu

pembelajaran kooperatif (cooperative learning) yang mengutamakan

kerjasama dan kecepatan diantara siswa untuk mencapai tujuan

pembelajaran.

Page 9: Peningkatan Hasil Belajar IPS dengan Menggunakan Model

13

Model pembelajaran ini memiliki ciri-ciri yaitu untuk mentutaskan

materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok atau bersama siswa

lain.Model pembelajaran make a match (mencari pasangan) merupakan

strategi pembelajaran yang dikembangkan oleh Lorna Curran (Depdiknas:

2005) mempunyai langkah-langkah sebagai berikut:

a) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topikyang cocok untuk sesi review.Sebaiknya satu bagian kartu soal danbagian lainnya kartu jawaban.

b) Setiap siswa mendapat satu buah kartu. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegangnya.

c) Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocokdengan kartunya (soal/jawaban).

d) Setiap siswa yang dapat mencocokkan hasilnya sebelum batas waktudiberi point dan applause.

e) Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartuyang berbeda sebelumnya.

f) Demikian seterusnya.g) Mengambil kesimpulan.h) Penutup.

Metode pembelajaran make a match merupakan strategi yang cukup

menyenangkan yang digunakan untuk mengulang materi yang telah

diberikan sebelumnya. Namun demikian materi barupun tetap bisa diajarkan

menggunakan model pembelajaran make a match, dengan catatan pesrta

didik diberi tugas mempelajari topik yang akan diajarkan terlebih dahulu,

sehingga ketika masuk kelas mereka sudah memiliki bekal pengetahuan

(Hisyam Zain, 2008: 32)

Berdasarkan proses belajar mengajar, siswa nampak lebih aktif

mencari pasangan kartu jawaban dan kartu soal. Dengan metode mencari

kartu ini, siswa dapat mengindentifikasi permasalahan yang terdapat

didalam kartu yang ditemukan dan menceritakan dengan sederhana dan jelas

secara bersama-sama.

5. Hasil Belajar

Dimyati dan Mudjiono (2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar

merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar.

Page 10: Peningkatan Hasil Belajar IPS dengan Menggunakan Model

14

Menurut Woordworth dalam Dimyati dan Mudjiono (2009: 41), “Hasil

belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses

belajar”. Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru dan

mengatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan aktual yang diukur

secara langsung.

“Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa

setelah ia menerima pengalaman belajarnya” (Sudjana 1990: 22). Hasil

belajar pada dasarnya merupakan akibat dari suatu proses pembelajaran.

Nana Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya

adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang

lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Menurut Hamalik (2006: 3) hasil belajar adalah bila seseorang telah

belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya

dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.

Berdasarkan definisi – definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

adalah perubahan yang dialami peserta didik mencakup pengetahuan, sikap,

dan keterampilan motorik yang diakibatkan dari suatu proses pengalaman

belajarnya.

B. Penelitian Yang Relevan

Endrawati (2014: 13-18) Peningkatan Prestasi Belajar Dengan Model

Pembelajaran Make a Match dalam Jurnal Widya Sari Salatiga vol. 16 No. 2

Mei 2014 membuktikan bahwa penggunaan model pembelajaran Make a

Match bidang IPS dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Sedangkan Sediansih (2014: 13-18) Peningkatan Prestasi Belajar Dengan

Model Pembelajaran Cooperatif Learning dalam Jurnal Widya Sari Salatiga

vol. 15 No. 1 Januari 2013 membuktikan bahwa penggunaan model

pembelajaran Cooperatif Learning bidang IPS dapat meningkatkan prestasi

belajar siswa, dalam penggunaan model pembelajaran Cooperatif Learning,

terdapat juga unsur-unsur model pembelajaran Make a Match

Page 11: Peningkatan Hasil Belajar IPS dengan Menggunakan Model

15

Kesimpulan yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut:

Penggunaan model pembelajaran Make a Match dapat meningkatkan hasil

belajar siswa dan meningkatkan kemampuan penguasaan materi pelajaran.

Dengan optimalisasi penggunaan model pembelajaran Make a Match bidang

IPS ternyata mampu mengarahkan perhatian siswa terhadap pembelajaran dan

sebagai akumulasi tindakan tercermin pada peningkatan hasil belajar siswa.

C. Kerangka Berpikir

Dalam mengajarkan pelajaran IPS terutama materi Menghargai berbagai

peninggalan dan sejarah yang berskala nasional pada masa Hindu-Budha, dan

Islam, keragaman kenampakan alam dan suku bangsa serta kegiatan ekonomi di

Indonesia. Dibutuhkan konsep dasar teori yang tepat dalam menyampaikan

pelajaran tersebut. Konsep dasar teori yang dipilih harus sesuai dan cocok serta

harus disesuaikan dengan kebutuhan siswa, terutama dalam penyampaian

materi IPS. Sebab dalam pelajaran IPS mempelajari ilmu sosial dan

pemasyarakatan kegiatan ekonomi di Indonesia. Dalam penerapan model Make

a Match proses pembelajaran mempunyai keunggulan dan dipastikan dapat

meningkatkan hasil belajar, keunggulanya; siswa bekerjasama dalam mencatat

tujuan dengan menjunjung norma-norma kelompok, siswa aktif membantu dan

memotivasi semangat untuk berhasil bersama, aktif berperan sebagai tutor

sebaya untuk meningkatkan keberhasilan kelompok, interaksi antar siswa

seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat.

Pembelajaran model Make a Match siswa sangat dilibatkan dalam proses

pembelajaran, siswa lebih mudah menemukan dan memahami materi-materi

yang dianggap sulit apabila mereka saling bekerjasama dengan temanya untuk

menyelesaikan masalah. Melalui kerjasama akan terjalin rasa kebersamaan,

komunikasi, mereka saling berbagi pengetahuan yang dimiliki mereka masing-

masing sehingga terjadi pemahaman yang sama dalam persoalan-persoalan

yang mereka diskusikan. Ini akan membawa dampak pada peningkatan

keaktifan dan hasil belajar.

Page 12: Peningkatan Hasil Belajar IPS dengan Menggunakan Model

16

Alur Kerangka Berpikir Model Pembelajaran Make a Match Pada

Pembelajaran IPSPembelajaran menggunakan metode konvensional

a. Guru dominanmenggunakan ceramah danpenghafalan

b. Teacher centeredc. Kurang mengaktifkan

kooperatif siswa

a. Siswa jenuh dalampembelajaran

b. Siswa kurang fokusdalam pembelajaran

c. Keaktifan hanyaditunjukan sebagian siswa

Keaktifan danhasil belajar IPSsiswa di bawah

KKM >70

Diterapkan model pembelajaran Make a Match

Pelaksanaan tindakan yang akan dilakukan sehubungan dengan kondisi awalmencapai kondisi akhir yang di inginkan, peneliti melakukan penelitiantindakan kelas yang direncanakan dalam 2 siklus dengan menerapkanpembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipeMake a Match

a. Penyampaian tujuan dan motivasib. Membentuk kelompokc. Presentasi dari gurud. Kegiatan belajar dalam tim (kerja tim)e. Kuis (evaluasi)f. Penghargaan prestasi timg. Guru dan siswa bersama-sama membuat kesimpulan terhadap materi

pelajaran

Kegiatan pembelajaranlebih bermakna

Keaktifan dan hasilbelajar IPS siswa kelasV meningkat diatasKKM >70

Siswa lebih aktif dalampembelajaran

Page 13: Peningkatan Hasil Belajar IPS dengan Menggunakan Model

17

Dari skema kerangka berfikir terlihat bahwa pada awalnya guru

dalam mengajar mata pelajaran sejarah belum menggunakan model

pembelajaran make a match. Berdasarkan penilaian terhadap kemampuan

siswa dalam mempelajari sejarah masih rendah. Siswa belum mampu

memahami pelajaran sejarah dengan baik. Siswa juga belum berpartisipasi

aktif selama mengikuti proses belajar mengajar.

Penerapan model pembelajaran make a match dalam penelitian

ini,merupakan salah satu upaya meningkatkan hasil belajar siswa sekaligus

menjadikan siswa lebih berpartisipasi aktif selama mengikuti proses belajar

mengajar. Dengan model pembelajaran ini siswa akan lebih tertarik dengan

mata pelajaran IPS, tidak merasa bosan dan jenuh serta keinginan untuk

mempelajari mata pelajaran sejarah akan semakin tinggi sehingga prestasi

siswa meningkat.

Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan

model pembelajaran make a match hasil belajar sejarah siswa Kelas V SD

Koripan Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang pada mata pelajaran IPS

Semester 2 Tahun 2015-2016 dapat meningkat.

D. Hipotesa Tindakan

Adapun hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah : Hasil belajar

siswa kelas V SD Koripan 04 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang pada

mata pelajaran IPS Semester 2 Tahun 2015-2016 dapat meningkat, melalui

penerapan model pembelajaran make a match.