88
i PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATA PELAJARAN SURVEI DAN PEMETAAN KELAS X TEKNIK KONSTRUKSI BANGUNAN (TKB) DI SMK NEGERI 2 SURAKARTA SKRIPSI DISUSUN OLEH: DANANG BAGUS FEBRYANTO K 1506015 PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL/BANGUNAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

  • Upload
    vodung

  • View
    229

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

i

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN

KONTEKSTUAL PADA MATA PELAJARAN SURVEI DAN PEMETAAN

KELAS X TEKNIK KONSTRUKSI BANGUNAN (TKB)

DI SMK NEGERI 2 SURAKARTA

SKRIPSI

DISUSUN OLEH:

DANANG BAGUS FEBRYANTO

K 1506015

PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL/BANGUNAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

ii

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN

KONTEKSTUAL PADA MATA PELAJARAN SURVEI DAN PEMETAAN

KELAS X TEKNIK KONSTRUKSI BANGUNAN (TKB) DI SMK NEGERI

2 SURAKARTA

Oleh:

DANANG BAGUS FEBRYANTO

K 1506015

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar

Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Teknik Sipil/ Bangunan Jurusan

Pendidikan Teknik dan Kejuruan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 3: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

iii

HALAMAN PERSETUJUAN

Skipsi ini telah diperiksa dan disetujui oleh Dosen pembimbing skripsi untuk

diseminarkan pada forum seminar Program Pendidikan Teknik Bangunan Jurusan

Pendidikan Teknik Kejuruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.

Hari :

Tanggal :

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I,

Drs. Suradji, M.Pd

NIP. 19511013 197803 1 002

Pembimbing II,

Ernawati Sri Sunarsih, ST. M.Eng

NIP. 19760512 200501 2 001

Page 4: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

iv

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima

untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Hari : Kamis

Tanggal : 10 Juni 2010

Tim Penguji Skripsi :

Nama Terang Tanda tangan

Ketua : Drs. H. Sutrisno, M.Pd ___________

Sekretaris : Sukatiman, ST., M.Si ___________

Anggota I : Drs. Suradji, M.Pd ___________

Anggota II : Ernawati Sri Sunarsih, ST., M.Eng ___________

Disahkan Oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret.

Dekan

Prof. Dr. H. M Furqon Hidayatullah, M.Pd

NIP. 19600727 198702 1 001

Page 5: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

v

ABSTRAK

Danang Bagus Febryanto, NIM K1506015. PENINGKATAN HASIL

BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATA

PELAJARAN SURVEI DAN PEMETAAN KELAS X TEKNIK

KONSTRUKSI BANGUNAN (TKB) DI SMK NEGERI 2 SURAKARTA.

Sripsi, Surakarta, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas

Maret Surakarta, Maret 2010.

Tujuan penelitian adalah untuk (1) Meningkatkan hasil belajar melalui

pembelajaran kontekstual pada mata pelajaran Survei dan Pemetaan kelas X

Teknik Konstruksi Bangunan (TKB) di SMK negeri 2 Surakarta. (2)

Mendeskripsikan kendala-kendala yang dihadapi dalam penerapan pembelajaran

kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran Survei dan

Pemetaan. (3) Memaparkan bagaimana cara mengatasi kendala penerapan

pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata

pelajaran Survei dan Pemetaan kelas X Teknik Konstruksi Bangunan (TKB) di

SMK Negeri 2 Surakarta.

Penelitian Tindakan Kelas terdiri dari dua siklus, tiap siklus terdiri dari empat

tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Sebagai

subjek penelitian adalan siswa kelas X Teknik Konstruksi Bangunan (TKB) di

SMK Negeri 2 Surakarta . Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan

tes. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif interaktif yang

terdiri dari tiga komponen analisis yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan

simpulan atau verifikasi.

Berdasarkan hasil penelitan dapat disimpulkan: (1) Penerapan pembelajaran

kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Survei

dan Pemetaan kelas X Teknik Konstruksi Bangunan (TKB) di SMK negeri 2

Surakarta, yaitu ditandai dengan: Siswa kelas X Teknik Konstruksi Bangunan

(TKB) sebanyak 34 anak mengalami peningkatan hasil belajar yaitu sebelum

tindakan hanya 38,22% siswa belajar tuntas setelah tindakan menjadi 73,51%. (2)

Terdapat beberapa kendala yang dihadapi dalam penerapan pembelajaran

kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran Survei dan

Pemetaan antara lain guru kurang dapat menciptakan suasana belajar yang

Page 6: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

vi

menyenangkan (respon siswa kurang), aktivitas siswa kurang, dan masih

kurangnya ketuntasan beajar siswa kelas X Teknik Konstruksi Bangunan (TKB)

di SMK Negeri 2 Surakarta.

Cara mengatasi kendala penerapan pembelajaran kontekstual untuk

meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Survei dan Pemetaan kelas

X Teknik Konstruksi Bangunan (TKB) di SMK negeri 2 Surakarta tahun

pelajaran 2009/2010 adalah guru harus terampil dalam menerapkan pembelajaran

kontekstual diantaraya: (1) Mengkaji konsep dan kompetensi dasar yang akan

dipelajari oleh siswa, (2) Memahami latar belakang dan pengalaman hidup siswa.

(3) Mempelajari lingkungan sekolah dan tempat tinggal siswa. (4) Merancang

pembelajaran dengan mengaitkan konsep atau teori yang dipelajari dengan

mempertimbangkan pengalaman yang dimiliki siswa dilingkungan kehidupan

mereka, (5) Melaksanakan pengajaran dan selalu mendorong siswa untuk

mengaitkan apa yang sedang dipelajari dengan pengetahuan / pengalaman yang

telah dimiliki. (6) Melakukan penilaian terhadap pemahaman siswa.

Page 7: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

vii

MOTTO

Hari lalu boleh dikenang, hari ini boleh dinikmati dan hari esok boleh

diharapkan, tapi hendaklah engkau optimis dengan harapanmu

bahwa hari esok akan lebih baik dari hari ini .(Q.S Luqman ayat 33)

ALLAH tidak akan membebani setiap jiwa kecuali sesuai dengan

kemampuannya. (Q.S Al Baqarah ayat 286)

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu

dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk

bagimu.

(Q.S Al Baqarah ayat 216)

Selama manusia mau berusaha dan berdoa maka pasti ALLAH tidak

akan menyia-nyiakan usahanya sesuai dengan firman ALLAH

“ALLAH tidak akan merubah keadaan suatu kaum kecuali kaum itu

mau berusaha untuk merubahnya “.(Q.S Arra’id ayat 11)

Dan janganlah kita bangga dengan keberhasilan yang kita raih

dengan berlebihan karena akan mengubah niat kita kepada

Allah.Rasulullah bersabda:”Allah tidak melihat rupa dan harta

kalian tetapi Allah melihat hati kalian”(H.R Muslim)

Gunakanlah waktumu sebaik-baiknya. (penulis)

Page 8: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

viii

PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan kepada:

Allah SWT

Ayah dan Ibu tercinta

Calon istri yang selalu mendukungku

Almarhumah adikku Chella yang tercinta

Adik-adikku yang aku sayangi

Rekan-rekan seperjuangan PTS/B 06‟

Almamater

Page 9: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan nikmat

dan hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan penulisan Skripsi ini, untuk

memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam menyelesaikan

penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan

yang timbul dapat teratasi. Untuk itu dikesempatan yang berbahagia ini, penulis

menyampaikan ucapan terima kasih atas segala bantuannya kepada yang

terhormat:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS Surakarta.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan FKIP UNS Surakarta.

3. Ketua Program Pendidikan Teknik Sipil/Bangunan Jurusan Pendidikan Teknik

dan Kejuruan FKIP UNS Surakarta.

4. Bapak Drs. Suradji, M.Pd, sebagai Dosen Pembimbing I.

5. Ibu Ernawati sri Sunarsih S.T., M.Eng, sebagai Dosen Pembimbing II.

6. Warga SMK Negeri 2 Surakarta sebagai tempat penelitian.

7. Kedua orang tuaku dan keluarga atas dukungan moril dan material yang telah

diberikan selama ini.

8. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah memberikan

dukungan dan bantuan sehingga dapat selesainya skripsi ini.

Peneliti menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini dan jauh

dari kata sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun untuk menyempurnakan skripsi ini. Terakhir, semoga dkripsi ini

dapat bermanfaat bagi penulis maupun bagi para pemabaca. AMIN.

Surakarta, Juni 2010

Penulis

Page 10: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

x

DAFTAR ISI

Hal

JUDUL ............................................................................................................ ii PENGAJUAN .................................................................................................. iii PERSETUJUAN .............................................................................................. iiii

PENGESAHAN ............................................................................................... iv

ABSTRAK ....................................................................................................... v

MOTTO ........................................................................................................... viii

PERSEMBAHAN ............................................................................................ viiii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix

DAFTAR ISI .................................................................................................... x DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1 A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1 B. Indentifikasi Masalah .......................................................................... 2

C. Pembatasan Masalah ........................................................................... 3

D. Perumusan Masalah ............................................................................. 3 E. Tujuan Penelitian ................................................................................. 3 F. Manfaat Penelitian ............................................................................... 3

BAB II LANDASAN TEORI .......................................................................... 5 A. Kajian Pustaka ..................................................................................... 5

1. Hasil Belajar .................................................................................... 5 2. Tinjauan Tentang Belajar................................................................. 7 3. Tinjauan Tentang Pembelajaran ...................................................... 9

a. Hakikat Pembelajaran .................................................................. 9 b. Komponen Pembelajaran ............................................................. 10

c. Ciri-ciri Pembelajaran .................................................................. 11

4. Hakikat Model Pembelajaran……………………………………… 13

5. Hakikat Pembelajaran Kontekstual ................................................. 14 6. Survei dan Pemetaan ....................................................................... 24

B. Kerangka Berpikir ............................................................................... 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN......................................................... 28 A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................. 28

1. Tempat Penelitian ........................................................................... 28 2. Waktu Penelitian ............................................................................. 28

B. Bentuk dan Strategi Penelitian ............................................................ 29 C. Sumber Data ........................................................................................ 29

D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 30

E. Validitas Data ...................................................................................... 30

F. Analisis Data ....................................................................................... 31

G. Indikator Kinerja ................................................................................. 33

H. Prosedur Penelitian.............................................................................. 33

Page 11: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

xi

Hal

BAB IV HASIL PENELITIAN ....................................................................... 39

A. Profil Tempat Penelitian...................................................................... 39

1. Sejarah Berdirinya Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 .......... 39

2. Visi dan Misi SMK Negeri 2 Surakarta ........................................ 41

3. Alat Bantu Pengajaran ................................................................... 41

4. Jenis dan Jumlah Ruang di SMK Negeri 2 ................................... 42

5. Jurusan Teknik Bangunan ............................................................. 43

B. Deskripsi Kondisi Awal .................................................................... 45

C. Deskripsi Permasalahan Penelitian ................................................... 48

1. Tindakan Siklus I .......................................................................... 48

2. Tindakan Siklus II ......................................................................... 55

D. Deskripsi Hasil Penelitian .................................................................. 62

E. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................. 66

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ......................................... 69

A. Simpulan .......................................................................................... 69

B. Implikasi .......................................................................................... 70

C. Saran ................................................................................................ 72

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 12: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal

Gambar 1. Keterkaitan antar Komponen Pembelajaran Kontekstual ................. 17

Gambar 2. Kerangka Konsep .............................................................................. 27

Gambar 3. Rangkaian Langkah dan Tindakan ................................................... 30

Gambar 4. Teknik Validitas Data........................................................................ 31

Gambar 5. Model Analisis Interaktif .................................................................. 32

Gambar 6. Model Spiral (Kemmis dan Taggart .................................................. 34

Gambar 7. Grafik Nilai Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri

2 Surakarta Sebelum Tindakan ........................................................ 46

Gambar 8. Grafik Nilai Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri

2 Surakarta Siklus I .......................................................................... 53

Gambar 9. Grafik Nilai Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri

2 Surakarta Siklus II ......................................................................... 60

Page 13: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

Tabel 1. Standar Komppetensi dan Kompetensi dasar..................................... 25

Tabel 2. Waktu penelitian ................................................................................ 28

Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB

di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan ................................ 46

Tabel 4. Hasil Tes Awal. .................................................................................. 47

Tabel 5. Hasil Belajar Afektif Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta

Siklus I ............................................................................................... 52

Tabel 6. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2

Surakarta Siklus I ............................................................................... 53

Tabel 7. Perkembangan Prestasi Belajar Pada Tes Awal dan tes Siklus I Siswa

Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta......................................... 54

Tabel 8. Hasil Belajar Afektif Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta

Siklus II .............................................................................................. 59

Tabel 9. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2

Surakarta Siklus II.............................................................................. 60

Tabel 10. Hasil Tes Kognitif Siklus II Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2

Surakarta ............................................................................................ 61

Tabel 11. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB

di SMK Negeri 2 Surakarta Siklus I dan Sebelum Tindakan ........... 63

Tabel 12. Perkembangan Hasil Belajar Kognitif Siswa Siklus I, Sebelum dan

Sesudah Tindakan .............................................................................. 63

Tabel 13. PFrekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X

TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Siklus II, Sebelum dan Sesudah

Tindakan ............................................................................................ 64

Tabel 14. Hasil Tes Kognitif Siklus II Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2

Surakarta Sebelum dan Sesudah Tindakan ........................................ 65

Tabel 15. Hasil Tes Kognitif Sebelum Tindakan, Siklus I, Siklus II Siswa Kelas

X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta .................................................. 65

Page 14: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Hal

Lampiran 1. Pengajuan Judul ........................................................................... 73

Lampiran 2. Perijinan Kepada Kepala Dikpora ............................................... 74

Lampiran 3. Ijin Kepala Sekolah SMK N 2 Surakarta .................................... 75

Lampiran 4. Ijin Penyusunan Skripsi. .............................................................. 76

Lampiran 5. Permohonan ijin Kepada Dekan ................................................. 77

Lampiran 6. Surat Pernyataan .......................................................................... 78

Lampiran 7. Daftar Hadir Peserta Seminar ...................................................... 79

Lampiran 8. Permohonan Ijin Kepala Sekolah SMK N 2 Surakarta .............. 81

Lampiran 9. Surat Ijin dari Kepala Sekolah SMK N 2 Surakarta .................... 82

Lampiran 10. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I............................. 83

Lampiran 11. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ........................... 86

Lampiran 12. Tes Tertulis Siklus I ................................................................... 89

Lampiran 13. Tes Tertulis Siklus II ................................................................. 90

Lampiran 14. Nilai Tes Sebelum Tindakan ..................................................... 92

Lampiran 15. Nilai Tes Siklus I ....................................................................... 93

Lampiran 16. Nilai Tes Siklus II ...................................................................... 94

Lampiran 17.Tabel Frekuensi Nilai Hasil Belajar Sebelum Tindakan ............ 95

Lampiran 18.Tabel Frekuensi Nilai Hasil Belajar Siklus I .............................. 96

Lampiran 19.Tabel Frekuensi Nilai Hasil Belajar Siklus II ............................. 97

Lampiran 20. Grafik Nilai Survei dan Pemetaan Sebelum Tindakan, Siklus I, dan

Siklus II .................................................................................... 98

Lampiran 21. Tabel Aktivitas Guru Dalam Pembelajaran Siklus I ................. 100

Lampiran 22. Tabel Aktivitas Guru Dalam Pembelajaran Siklus II ................ 101

Lampiran 23. Tabel Hasil Observasi Belajar Afektif Siklus I ......................... 102

Lampiran 24. Tabel Hasil Observasi Belajar Afektif Siklus II ........................ 103

Lampiran 25. Hasil Wawancara Guru………………………………………… 104

Lampiran 26. Hasil Wawancara Siswa………………………………………… 108

Lampiran 27. Gambar Oservasi Penelitian Tindakan Kelas ............................ 109

Page 15: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tujuan dari didirikannya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yaitu mencetak

siswa untuk siap menghadapi dunia kerja sebagai profesional yang tangguh, dan mampu

berkompetensi akan tetapi tidak menutup kemungkinan siswa dapat meneruskan ke

jenjang yang lebih tinggi. Untuk itu Sekolah Menengah Kejuruan mempunyai

kekhususan dalam Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Kelulusan (SKL) pada mata

pelajaran produktif. Maka kurikulum yang ada di SMK harus mengacu pula pada

Standar Kompetensi Kerja Nasional (SKKNI). (Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan

Pengembangan Departemen pendidikan Nasional).

Salah satu mata pelajaran yang ada di SMK yang perlu ditingkatkan

kualitasnya adalah Survei dan Pemetaan yang diajarkan di kelas X Teknik Konstruksi

Bangunan (TKB). SMK adalah tempat pertama siswa mengenal konsep-konsep dasar

pada ilmu praktek, karena itu pengetahuan yang diterima siswa hendaknya menjadi

dasar yang dapat dikembangkan ditingkat sekolah yang lebih tinggi atau pada dunia

kerja.

Pelaksanaan pembelajaran secara klasikal kurang memperhatikan perbedaan

individual peserta didik. Komponen pendidikan seperti kurikulum, kegiatan belajar

mengajar, penilaian, dan sistem kenaikan kelas didasarkan pada asumsi bahwa semua

siswa dalam satu kelas memiliki kemampuan yang homogen. Akibatnya siswa yang

memiliki kemampuan tinggi tidak dapat berkembang secara optimal sebaliknya siswa

yang berkemampuan rendah selalu tertinggal dalam penguasaan materi.

Keberhasilan proses belajar mengajar pada umumnya di ukur dari keberhasilan

siswa dalam mengikuti pembelajaran tersebut. Pemahaman akan pengertian dan

pandangan guru terhadap metode mengajar akan mempengaruhi peranan dan aktifitas

siswa dalam belajar, sebaliknya aktifitas guru dalam mengajar dan siswa dalam belajar

sangat bergantung pula pada pemahaman guru terhadap metode mengajarnya. Mengajar

bukan sekedar proses penyampaian ilmu pengetahuan saja melainkan mengandung

makna yang lebih luas dan kompleks yaitu terjadinya komunikasi dan interaksi antara

siswa dan guru.

Page 16: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

2

Prestasi belajar yang masih dibawah kriteria ketuntasan yaitu 70% membuat

kita prihatin, mengingat bahwa begitu pentingnya peranan ilmu Survei Dan Pemetaan

dalam dasar dari ilmu bangunan. Berdasarkan kenyataan itulah, maka mata pelajaran

Survei dan Pemetaan perlu ditingkatkan kualitasnya.

Untuk meningkatkan kualitas mata pelajaran Survei Dan Pemetaan perlu

memperhatikan proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran ada faktor yang

mempengaruhi proses dan hasil pembelajaran. Faktor-faktor tersebut dapat

dikelompokkan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal antara lain

kondisi fisiolagis, kecerdasan, bakat, minat, aktivitas dan motivasi belajar. Sedangkan

yang termasuk faktor eksternal antara lain guru, bahan pelajaran, fasilitas belajar yang

ada, kondisi lingkungan, juga bimbingan orang tua.

Maksud tersebut akan diaplikasikan pada mata pelajaran Survei Dan Pemetaan

menggunakan pendekatan kontekstual dengan Contextual Teaching and Learning

(CTL). CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara

materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswanya

membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam

kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep ini

diharapkan hasil pembelajaran akan dapat lebih bermakna bagi siswa.

Dalam peningkatan hasil belajar yang dimulai dari suatu kelas atau komponen

terkecil di dalam suatu sekolah, akan lebih efektif untuk meningkatkan mutu atau

kualitasd dari sekolah itu sendiri. Maka peningkatan hasil atau kualitas belajar pada

setiap mata palajaran sangat diperlukan.

B. Indentifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, timbul beberapa permasalahan

yang di identifikasikan sebagai berikut :

1. Keaktifan siswa dan kemampuan guru ada kecenderungan mempengaruhi

keberhasilan pembelajaran.

2. Sekolah ada ke untukcenderung menaikkan Standar Kompetensi Kelulusan,

sehingga diperlukan peningkatan kualitas pembelajaran.

3. Masih rendah prestasi belajar siswa dalam pembelajaran Survei dan Pemetaan.

Page 17: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

3

4. Dalam proses belajar mengajar guru kurang memperhatikan apakah metode

pembelajaran yang diterapkan akan cenderung diterima oleh siswa.

C. Pembatasan Masalah

Pada penelitian ini peneliti membatasi masalah penelitian pada beberapa hal

sebagai berikut :

1. Hasil belajar siswa dalam proses belajar mengajar pada pembelajaran Survei dan

Pemetaan di SMK Negeri 2 Surakarta.

2. Penelitian ini mengambil studi kasus Siswa Kelas X TKB Semester II tahun ajaran

2009/2010 di SMK N 2 Surakarta.

3. Tahapan pembelajaran yang meliputi kegiatan pembelajaran Survei dan Pemetaan.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah maka dapat

dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Dapatkah pembelajaran kontekstual meningkatkan hasil belajar Survei dan

Pemetaan siswa kelas X TKB ?

2. Adakah hambatan untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui pembelajaran

kontekstual ?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Mampu meningkatkan hasil belajar Survei dan Pemetaan siswa kelas X TKB.

2. Menunjukkan hambatan-hambatan dalam meningkatkan hasil belajar Survei dan

Pemetaan melalui pembelajaran kontekstual.

F. Manfaat Penelitian

Secara teoritis dan praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :

1. Manfaat Praktis :

a. Memperbaiki proses belajar mengajar dalam pelajaran Survei dan Pemetaan di

Sekolah Menengah Kejuruan.

b. Mengembangkan kualitas guru dalam mengajarkan pelajaran Survei dan

Pemetaan di Sekolah Menengah Kejuruan.

Page 18: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

4

c. Bagi guru dan siswa teknik Bangunan SMK Negeri 2 Surakarta, penelitian ini

diharapkan mampu memberikan masukan terhadap hal-hal yang telah

diusahakan oleh guru dalam menyampaikan pelajaran yang telah diberikan.

2. Manfaat Teoritis :

a. Sebagai masukan untuk mendukung dasar teori bagi penelitian yang sejenis dan

relevan.

b. Sebagai bahan pustaka bagi mahasiswa Progam Pendidikan Teknik

Sipil/Bangunan, Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan, Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan, Universutas Sebelas Maret Surakarta.

Page 19: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

5

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Hasil Belajar

Hasil belajar siswa pada penelitian ini dilihat dari hasil belajar siswa.

Keaktifan siswa dalam pembelajaran adalah sebuah indikator untuk mengetahui

seberapa jauh siswa tersebut dapat menerima pelajaran yang telah disampaikan

guru, siswa yang aktif akan membuat suasana pembelajaran menjadi lebih

menarik dan interaktif. Pengertian prestasi menurut WJS Poerwadarminto (1987:

768) dalam kamus bahasa Indonesia menyebutkan bahwa prestasi adalah hasil

yang dicapai, dilakukan, dikerjakan dan dihasilkan.

Hasil belajar adalah segala kemampuan yang dapat dicapai siswa melalui

proses belajar yang berupa pemahaman dan penerapan pengetahuan dan

ketrampilan yang berguna bagi siswa dalam kehidupannya sehari – hari serta

sikap dan cara berpikir kritis dan kreatif dalam rangka mewujudkan manusia yang

berkualitas, bertanggung jawab bagi diri sendiri, masyarakat, bangsa dan negara

serta bertanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Menurut Nana Sudjana hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar

dengan menggunakan alat pengukuran yaitu berupa tes yang disusun secara

terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan. Sedangkan S.Nasution

berpendapat bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan pada individu yang

belajar, tidak hanya mengenai pengetahuan tetapi juga membentuk kecakapan dan

penghayatan dalam diri pribadi individu yang belajar.

Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu

materi tertentu dari mata pelajaran. Untuk melihat hasil belajar dilakukan suatu

penilaian terhadap siswa yang bertujuan untuk mengetahui apakah siswa telah

menguasai suatu materi atau belum. Penilaian merupakan upaya sistematis yang

dikembangkan oleh suatu institusi pendidikan yang ditujukan untuk menjamin

tercapainya kualitas proses pendidikan serta kualitas kemampuan peserta didik

sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Hasil belajar dapat dilihat dari hasil

Page 20: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

6

nilai ulangan harian (formatif), nilai ulangan tengah semester (sub sumatif), dan

nilai ulangan semester (sumatif).

Seorang guru yang professional, dia tentu tidak sekedar bertugas

mentransfer materi dan mengajarkan hafalan. Tetapi, dalam upaya membangun

proses pencerdasan siswa, maka guru harus berani bertindak dan mengemukakan

ide-ide yang inovatif untuk mampu mendorong tumbuhnya sikap kreatif siswa dan

senantiasa kreatif untuk menampilkan pikiran-pikiran alternatif. Disamping itu,

guru juga dituntut tidak stagnan, melainkan terus secara dinamis mengembangkan

diri melalui proses pembelajaran terbuka dan menyenangkan.

Belajar pada hakekatnya adalah melibatkan semua aspek kepribadian

manusia antara lain pikiran, perasaan dan bahasa tubuh disamping pengetahuan,

sikap dan keyakinan. Hal ini tidak sepenuhnya dilakukan dalam pembelajaran

siswa SMK.

Aktivitas siswa adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran,

perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang

keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan

tersebut. Peningkatan aktivitas siswa yaitu meningkatnya jumlah siswa yang

terlibat aktif belajar, meningkatnya jumlah siswa yang bertanya dan menjawab,

meningkatnya jumlah siswa yang saling berinteraksi membahas materi

pembelajaran. Metode belajar mengajar yang bersifat partisipatoris yang

dilakukan guru akan mampu membawa siswa dalam situasi yang lebih kondusif,

karena siswa lebih berperan dan lebih terbuka serta sensitif dalam kegiatan

mengajar.

Indikator aktivitas siswa dapat dilihat dari : (1) mayoritas siswa

beraktivitas dalam pembelajaran; (2) aktivitas pembelajaran didominasi oleh

kegiatan siswa; (3) mayoritas siswa mampu mengerjakan tugas yang diberikan

guru melalui pembelajaran Kontekstual.

Tujuan mengajar adalah mengadakan perubahan yang dikehendaki dalam

tingkah laku seorang pelajar. Perubahan dilakukan seorang guru dengan

menggunakan suatu strategi mengajar untuk mencapai tujuan dengan memilih

metode yang tepat (Muhamad Nur, 2003: 33). Aktivitas siswa adalah keterlibatan

Page 21: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

7

siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan

pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan

memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Peningkatan aktivitas siswa yaitu

meningkatnya jumlah siswa yang terlibat aktif belajar, meningkatnya jumlah

siswa yang bertanya dan menjawab, meningkatnya jumlah siswa yang saling

berinteraksi membahas materi pembelajaran. Metode belajar mengajar yang

bersifat partisipatoris yang dilakukan guru akan mampu membawa siswa dalam

situasi yang lebih kondusif, karena siswa lebih berperan dan lebih terbuka serta

sensitif dalam kegiatan mengajar.

Dari berbagai pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa keaktifan

dan prestasi belajar siswa merupakan aspek-aspek dari hasil belajar siswa.

Keaktifan merupakan salah satu kunci dari keberhasilan pembelajaran. Belajar

dapat diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku atau psikofisik berkat

pengalaman dan latihan. Sedangkan prestasi belajar siswa adalah hasil yang

dicapai dalam proses perubahan tingkah laku atau psikofisik berkat pengalaman

dan latihan yang dilakukan siswa.

2. Tinjauan Tentang Belajar

Dalam kamus bahasa Indonesia (1996: 14) disebutkan “Belajar adalah

berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau

tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. “Belajar dalam arti luas adalah

proses perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan,

penggunaan, dan penilaian terhadap sikap dan nilai–nilai, pengetahuan dan

kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai bidang studi atau lebih luas lagi,

dalam berbagai aspek kehidupan atau pengalaman terorganisasi.”

Bertitik tolak dari berbagai pandangan sejumlah ahli mengenai belajar,

para ahli berpendapat berbeda-beda mengenai pengertian belajar, namun baik

secara umum diantara mereka terdapat kesamaan maknanya, bahwa belajar selalu

menunjukkan kepada “Suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang

berdasarkan praktek atau pengalaman tertentu”. Hal-hal pokok dalam pengertian

belajar adalah belajar itu membawa perubahan tingkah laku karena pengalaman

Page 22: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

8

dan latihan, perubahan itu pada pokoknya didapatkannya kecakapan baru, dan

perubahan itu terjadi karena usaha yang disengaja.

a. Hakikat Belajar

Sebagai landasan penguasaan apa yang dimaksud dengan belajar akan

penulis kemukakan beberapa pengertian tentang belajar, menurut Herman Hudoyo

(1988: 2) dikemukakan bahwa “Belajar adalah suatu proses kegiatan dalam diri

seseorang yang mengakibatkan adanya suatu perubahan tingkah laku” Sementara

menurut R. Berguis (Slameto, 2003: 8) bahwa “belajar adalah mengatur

kemungkinan untuk melakukan transfer tingkah laku dari satu situasi ke situasi

yang lain. Belajar disebut produktif bila individu mampu mentransfer prinsip

menyelesaikan satu persoalan dalam satu situasi kesituasi lain.

Menurut Witherington (Ngalim Purwanto, 2006: 84) “belajar adalah suatu

perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru

dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu

pengertian”.

Pendapat Brophy dan Good yang dikutip Ngalim Purwanto (1997: 75)

dikemukakan bahwa “learning is development of new associations as a result

experience” yang artinya bahwa belajar adalah suatu perkembangan dari

hubungan baru sebagai hasil suatu pengalaman. Hal ini berarti belajar merupakan

pengalaman yang diperoleh siswa selama siswa berada di lingkungan baik di

lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat. Semerntara M. Dimiyati

Mahmud (1990: 14) mengemukakan bahwa “Belajar adalah perubahan dari dalam

diri seseorang yang terjadi karena pengalaman-pengalaman” seperti pepatah

mengatakan “Pengalaman adalah guru yang paling baik”. Dengan demikian,

belajar yang paling efektif dan berkualitas adalah belajar melalui pengalaman.

Dalam proses belajar seseorang berinteraksi langsung dengan obyek

menggunakan semua alat inderanya.

Dari beberapa pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa ada

beberapa unsur yang termasuk ciri-ciri adanya proses belajar yaitu :

1) Usaha untuk memperoleh sejumlah pengetahuan, nilai dan sikap.

2) Belajar menghasilkan adanya perubahan tingkah laku.

Page 23: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

9

3) Perubahan tingkah laku adalah hasil interaksi aktif dengan

lingkungannya.

4) Belajar yang efektif adalah melalui pengalaman.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

1) Faktor internal siswa.

2) Faktor eksternal siswa.

3) Faktor pendekatan belajar.

3. Tinjauan Tentang Pembelajaran

a. Hakikat Pembelajaran

Istilah “pembelajaran” sama dengan “instruction” atau “pengajaran”.

Pengajaran mempunyai arti : cara (perbuatan) mengajar atau mengajarkan

(Purwadarminta, 1976: 22). Bila Pengajaran diartikan sebagai perbuatan

mengajar, tentunya ada yang mengajar yaitu guru, dan ada yang diajar atau belajar

yaitu siswa. Dengan demikian, Pengajaran diartikan sama dengan perbuatan

belajar (oleh siswa), mengajar (oleh guru). Kegiatan belajar mengajar merupakan

satu kesatuan dari dua kegiatan searah.

Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur

manusia, materi, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang mencapai untuk tujuan

(Oemar Hamalik, 1995: 57). Dari pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa

pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh siswa dan

guru dengan berbagai fasilitas dan materi untuk mencapai tujuan yang sudah

ditetapkan.

Pembelajaran menurut Gagne (1989: iii) adalah suatu usaha untuk

membuat siswa belajar sehingga situasi tersebut merupakan peristiwa belajar

(event of learning), yaitu usaha untuk terjadinya tingkah laku dari siswa.

Sedangkan perubahan tingkah laku itu dapat terjadi karena adanya interaksi antara

siswa dan lingkungannya.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kondisi

pembelajaran dalam pendidikan formal harus mampu memaksimalkan peluang

bagi siswa untuk berlangsungnya interaksi yang hakiki bukan sekedar

Page 24: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

10

menyampaikan pengetahuan dan membentuk keterampilan. Bila proses

menyampaikan pengetahuan dan membentuk keterampilan saja yang

dipergunakan, maka akan menurunkan kualitas pebelajaran.

Dari beberapa pendapat tentang pembelajaran dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran adalah segala sesuatu yang dibutuhkan dalam proses kegiatan

belajar mengajar.

b. Komponen Pembelajaran

Situasi yang memungkinkan terjadinya kegiatan belajar yang optimal

adalah situasi di mana siswa dapat berinteraksi dengan guru atau bahan

pengajaran di tempat tertentu yang telah diatur dalam rangka tercapainya tujuan.

Situasi ini dapat dioptimalkan dengan menggunakan metode dan atau media yang

tepat, agar dapat diketahui keefektifan kegiatan belajar mengajar, maka setiap

proses dan hasilnya harus dievaluasi.

Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa kegiatan belajar mengajar

merupakan suatu kegiatan yang melibatkan beberapa komponen.

1) Siswa adalah seseorang yang bertindak sebagai pencari, penerima, dan

penyimpan isi pelajaran yang di butuhkan untuk mencapai tujuan.

2) Guru adalah seseorang yang bertindak sebagai pengelola kegiatan

belajar mengajar, dan peranan lainnya yang memungkinkan

berlangsungya kegiatan belajar mengajar yang efektif.

3) Tujuan yakni pernyataan tentang perubahan perilaku yang diinginkan

terjadi pada siswa setelah mengikuti belajar mengajar. Perubahan

perilaku tersebut mencakup perubahan kognitif, psikomotor, dan

afektif.

4) Isi pelajaran, yakni segala informasi berupa fakta, prinsip dan konsep

yang diperlukan untuk mencapai tujuan.

5) Metode, yakni cara yang teratur untuk memberikan kesempatan kepada

siswa untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan untuk mencapai

tujuan.

Page 25: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

11

6) Media, yakni bahan pengajaran dengan atau tanpa peralatan yang

digunakan untuk menyajikan informasi kepada siswa agar mereka dapat

mencapai tujuan.

7) Evaluasi, yakni cara tertentu yang digunakan untuk menilai suatu proses

dan hasilnya. Evaluasi adalah dilakukan terhadap seluruh komponen

kegiatan belajar mengajar dan sekaligus memberikan bahkan bagi setiap

komponen kegiatan belajar mengajar. Komponen-komponen kegiatan

belajar mengajar tersebut saling berinteraksi satu dengan yang lain dan

bermula serta bermuara pada tujuan, sehingga merupakan suatu system.

c. Ciri-ciri Pembelajaran

Dalam menentukan ciri-ciri pembelajaran ditekankan pada unsur-unsur

dinamis dalam proses belajar siswa. Ciri-ciri pembelajaran adalah tanda-tanda

adanya upaya guru mengatur unsur-unsur dinamis dalam pembelajaran sehingga

dapat mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar agar terjadi proses

belajar dan tujuan pembelajaran dapat tercapai. Adapun ciri-ciri pembelajaran

tersebut terletak pada adanya unsur-unsur dinamis dalam proses belajar siswa

yaitu: 1) motivasi belajar, 2) bahan ajar, 3) alat bantu belajar, 4) suasana belajar,

dan 5) kondisi subyek yang belajar.

1) Motivasi Belajar

Dalam pembelajaran bila ada siswa tidak dapat berbuat sesuatu yang

seharusnya dikerjakan, maka perlu diselidiki dan dilakukan daya upaya yang

dapat menemukan sebab-sebabnya dan kemudian mendorong siswa itu mau

melakukan pekerjaan yang diberikan kepadanya. Motivasi dapat dikatakan

sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu,

sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak

suka, maka akan berusaha untuk mengelakkan perasaan tidak senang itu. Jadi

motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu tumbuh

di dalam diri seseorang. Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat

dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri seseorang/siswa

yang menimbulkan kegiatan belajar yang menjalin kelangsungan dan

Page 26: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

12

memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh

siswa dapat tercapai. (Sardiman, A.M, 1992: 75).

2) Bahan Belajar

Bahan belajar atau materi belajar yaitu segala informasi yang berupa

fakta, prinsip dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan

pembelajaran, jadi bahan bahan belajar harus berorientasi pada tujuan yang

akan dicapai siswa dan memperhatikan karakteristik siswa agar bahan belajar

tersebut diminati siswa, sesuai dengan pendapat Dadang Sulaiman (1988: 29)

pemilihan materi belajar yang dilakukan dengan teliti serta penggunaannya

yang bijaksana, akan membarikan motivasi yang tinggi para siswa untuk

merespon terhadap pengajaran.

3) Alat Bantu Belajar

Alat bantu belajar atau media belajar adalah semua alat yang

digunakan dalam kegiatan belajar mengajar yang dapat membantu siswa untuk

mencapai tujuan belajar yang berupa media cetak, media elektronik atau yang

lainnya. Untuk memudahkan siswa menerima materi pengajaran perlu

diusahakan agar siswa dapat menggunakan sebanyak mungkin alat indera

yang dimilikinya, makin banyak alat indera yang digunakan untuk

mempelajari materi pelajaran makin mudah diingat apa yang dipelajari.

4) Suasana Belajar

Suasana dapat menimbulkan aktivitas atau kegairahan belajar siswa

antara lain:

(a) Adanya komunikasi dua arah (antara guru-siswa, siswa-siswa) yang

hangat, hal tersebut akan menunjukkan suasana yang gembira dan bebas

sehingga akan memperlancar jalannya proses belajar mengajar yang pada

akhirnya dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar.

(b) Adanya kegairahan dan kegembiraan belajar. Suasana belajar mengajar

yang dapat meningkatkan kegairahan dan kegembiraan belajar akan

terjadi apabila isi pelajaran yang disediakan berkesesuaian dengan

karakter untuk siswa. Adanya memaksimalkan keaktifan siswa yang

belajar (Moedjiono, Moh. Dimiyati, 1992: 23).

Page 27: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

13

5) Kondisi Siswa Yang Belajar

Mengenai kondisi siswa yang belajar dapat dikemukakan sebagai

berikut:

a) Siswa memiliki sifat yang unik artinya antara anak yang satu dengan

anak yang lainnya berbeda

b) Adanya kesamaan yang memiliki langkah-langkah perkembangan dan

memiliki potensi yang perlu diaktualisasikan melalui pembelajaran.

Dengan kondisi siswa yang demikian akan berpengaruh pada partisipasi

siswa dalam proses belajar. Kondisi siswa dapat dipengaruhi oleh faktor dari

dalam dan faktor dari luar. Untuk itu, Kegiatan pembelajaran lebih menekankan

pada peranan dan partisipasi siswa bukan peran guru yang dominan, tetapi lebih

berperan sebagai fasilitator (memberi kemudahan pada siswa untuk belajar),

motivator (memberi dorongan pada siswa untuk belajar) dan sebagai pembimbing

(membari bimbingan kepada siswa yang memerlukan).

4. Hakikat Model Pembelajaran

Istilah model pembelajaran dibedakan dari istilah strategi pembelajaran,

metode pembelajaran, atau prinsip pembelajaran. Istilah model pembelajaran

mempunyai makna yang lebih luas daripada suatu strategi, metode, atau prosedur.

Istilah model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dipunyai

oleh strategi atau metode tertentu : rasional teoritik yang logis yang disusun oleh

terciptanya tujuan pembelajaran yang akan dicapai, tingkah laku mengajar yang

diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan secara berhasil, dan

lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.

(LPMP, 207: 12).

Istilah model pembelajaran meliputi pendekatan suatu model pembelajaran

yang luas dan menyeluruh. Contohnya pada model pembelajaran berdasarkan

masalah, kelompok-kelompok kecil siswa yang bekerja sama memecahkan suatu

masalah yang telah disepakati oleh siswa dan guru.

Tugas guru dalam pembelajaran autentik yaitu membantu siswa untuk

belajar masalah dengan memberi tugas-tugas yang memiliki konteks kehidupan

Page 28: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

14

nyata dan kaya dengan kandungan akademik serta keterampilan yang terdapat

dalam konteks kehidupan nyata (Nurhadi dan Senduk, 203: 76). Untuk

memecahkan masalah-masalah tersebut, siswa harus mengidentifikasi masalah,

kemungkinan pemecahannya, memilih suatu pemecahan, melaksanakan

pemecahan atas masalah tersebut dan menganalisis serta melaporkan penemuan-

penemuan.

Tugas guru dalam pembelajaran inkuiri yaitu mendorong siswa untuk

mengajukan pertanyaan dan menyelidiki sendiri untuk mencari tahu jawabannya,

sehingga siswa diharapkan dapat berinisiatif dalam memecahkan masalah-masalah

dan bekerja sama mencari solusi terhadap masalah-masalah yang ditemui sehari-

hari.

5. Hakikat Pembelajaran Kontekstual

Salah satu usaha untuk mengatasi masalah pembelajaran yang dapat

dipertimbangkan adalah pengajaran dengan pendekatan kontekstual (CTL), yakni

sebuah pendekatan pembelajaran yang terpusat pada siswa (Student Oriented).

Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual (CTL) adalah pembelajaran yang

memungkinkan belajar memberi kesempatan pada siswa untuk mengembangkan

(menggunakan = employ) pemahaman dan kemampuan akademik mereka dalam

beragam konteks baik di dalam maupun di luar sekolah untuk menyelesaikan

masalah yang mensimulasikan keadaan real atau masalah-masalah dunia nyata.

CTL merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan

antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta didik secara nyata,

sehingga peserta didik mampu menhubungkan dan menerapkan kompetensi hasil

belajar dalam kehidupan sehari-hari.

Dewasa ini ada kecenderungan untuk kembali pada pemikiran bahwa anak

akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih

baik bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan

mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti

berhasil dalam kompetensi mengingat jangka pendek tetapi gagal dalam

membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang.

Page 29: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

15

Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) merupakan

konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan

dengan situasi nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka

sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran

diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah

dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer

pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan

daripada hasil.

Sementara Nurhadi dan Senduk (2003: 13) memberikan batasan tentang

pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) sebagai berikut:

”Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) adalah

konsep belajar dimana guru menhadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan

mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang

dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari,sementara

siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dalam konteks yang

terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari proses mengkonstruksi sendiri

sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sebagai

anggota masyarakat”.

Depdiknas (2003: 5) mendefinisikan pendekatan pembelajaran kontekstual

sebagai berikut:

”Pendekatan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and

learning adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara

materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa

membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan

penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, dengan melibatkan tujuh

komponen utama pembelajaran efektif, yakni konstruktivisme

(constructivism), bertanya (quenstioning), menemukan (inquiry),

masyarakat belajar (learning comunity), pemodelan (modeling), refleksi

(reflection), dan penilaian sebenarnya (authentic assesment)”.

Menurut Kuswanto (2005: 2) menyatakan bahwa ”Pendekatan

pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learning adalah suatu

konsep mengajar dan belajar yang akan membantu guru menghubungkan kegiatan

dan bahan ajar masa pelajarannya dengan situasi nyata dan yang memotivasi

Page 30: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

16

siswa untuk dapat menghubungkan pengetahuan dan terapannya dengan anggota

keluarga bahkan anggota masyarakat di masa ia hidup”.

Sumarwan (2004: 1) menjelaskan ”Pendekatan pembelajaran kontekstual

contextual teaching and learning merupakan konsep belajar yang membantu guru

mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan

mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya

dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan

masyarakat”.

Menurut Elaine B. Johnson (2008: 58) ”Contxtual Teaching and Learning

adalah sebuah sistem yang merangsang otak untuk menyusun pola-pola yang

mewujudkan makna. CTL adalah suatu sistem pengajaran yang cocok dengan otak

yang menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan akademik dengan

konteks dari kehidupan sehari-hari siswa”.

Pembelajaran kontekstual adalah sebuah sistem yang menyeluruh yang

terdiri dari bagian-bagian yang saling terhubung. Jika bagian-bagian ini terjalin

satu sama lain maka akan dihasilkan pengaruh yang melebihi hasil yang diberikan

bagian-bagiannya secara terpisah.

Tujuan pendekatan kontekstual (CTL) pada dasarnya adalah membekali

siswa dengan pengetahuan yang secara fleksibel dapat diterapkan dari suatu

permasalahan ke permasalahan yang lain dan dari suatu konteks ke konteks yang

lain (Rusgianto, 2002: 23). Siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan dari

pemberian orang lain.

Berdasarkan uraian pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksud pendekatan pembelajaran kontekstual, yaitu pendekatan pembelajaran

yang memungkinkan guru mengaitkan content atau isi materi pelajaran dengan

dunia nyata siswa dan memotivasi siswa untuk membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya di dalam kehidupan siswa

baik sebagai anggota keluarga maupun masyarakat. Di samping itu, dalam

pembelajaran dengan pendekatan kontekstual memungkinkan siswa menguatkan,

memperluas dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademiknya dalam

berbagai tatanan di sekolah dan di luar sekolah agar dapat memecahkan masalah-

Page 31: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

17

masalah dunia nyata atau masalah-masalah yang disimulasikan. Untuk itu agar

siswa dapat menciptakan hubungan antara materi yang dipelajari dengan

kehidupan dunia nyata, maka dalam pembelajaran kontekstual selalu diupayakan

agar proses pembelajarannya dekat dengan pengalaman siswa.

a. Komponen Dalam Pendekatan Kontekstual

Sebagaimana dikemukakan sebelumnya bahwa pendekatan pembelajaran

kontekstual memiliki tujuh komponen, yaitu konstruktivisme (constructivism),

bertanya (questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning

comunity), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian

sebenarnya (authentic assesment)”. Berdasarkan ketujuh komponen tersebut,

maka sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan kontekstual jika

ketujuh komponen tersebut dilaksanakan dalam pembelajaran di kelas

(Depdiknas: 2003: 10).

Untuk memperjelas keterkaitan antar komponen diatas, maka dapat

digambarkan sebagai berikut:

(Nurhadi, Agus Gerard Senduk, 2003: 31)

Gambar 1. Keterkaitan Antar Komponen Pembelajaran Kontekstual

Konstuktivisme

(Construktivism)

Bertanya

(Questioning)

Menemukan

(Inquiry)

Masyarakat Belajar

(Learning Community)

Pemodelan

(Modeling)

Refleksi

(Reflection)

Penilaian Sebenarnya

(Authentic Assesment)

Page 32: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

18

Adapun penjelasan tiap-tiap komponen tersebut di atas di antaranya

sebagai berikut:

1) Kontruktivisme (Constructivism)

Konstruktivisme adalah filosofi belajar yang menekankan bahwa

belajar tidak hanya sekedar menghafal. Konstruktivisme dalam

belajar merupakan sesuatu yang kompleks dan multidimensi yang

jauh melampaui berbagai metodologi yang hanya berorientasi pada

latihan dan rangsangan tanggapan (stimulus-response). Pembelajaran

modern menganjurkan bahwa belajar hanya terjadi jika siswa

memproses informasi atau pengetahuan baru sedemikian rupa

sehingga dirasakan masuk akal sesuai dengan kerangka berpikir yang

dimilikinya (ingatan, pengalaman dan tanggapan). Secara ilmiah,

ketika ada pengetahuan baru, pikiran seseorang bekerja untuk

menemukan makna pengetahuan baru itu dalam konteks nyata dan

bisa terjadi melalui pencarian hubungan yang masuk akal dan

bermanfaat. Perpaduan materi pelajaran dengan konteks keseharian

siswa akan menghasilkan dasar-dasar pengetahuan yang mendalam

dimana siswa kaya akan pemahaman masalah dan cara untuk

menyelesaikannya. Siswa mampu secara independen menggunakan

pengetahuannya untuk menyelesaikan masalah-masalah baru dan

belum pernah dihadapi, serta memiliki tanggungjawab yang lebih

terhadap belajar seiring dengan peningkatan pengalaman dan

pengetahuan mereka.

Esensi dari teori kontruktivisme adalah ide bahwa siswa harus

menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks

kesituasi lain, dan apabila dikehendaki informasi itu menjadi milik

mereka sendiri. Dengan dasar ini pembelajaran harus dikemas

menjadi proses mengkontruksi bukan menerima pengetahuan. Dalam

pandangan kontruktivisme strategi memperoleh lebih diutamakan

dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat

pengetahuan. Untuk itu, tugas guru adalah memfasilitasi proses

Page 33: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

19

tersebut dengan : (1) menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan

bagi siswa, (2) memberi kesempatan siswa menemukan dan

menerapakan idenya sendiri, dan (3) menyadarkan siswa agar

menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.

Pembelajaran yang konstruktivisme selayaknya memiliki delapan

komponen utama yaitu:

(a) Melakukan hubungan yang bermakna (making meaningful

connections)

Siswa dapat mengatur diri sendiri sebagai orang yang belajar

secara aktif dalam mengembangkan minatnya secara

individual, orang yang dapat bekerja sendiri atau bekerja dalam

kelompok, dan orang yang dapat belajar sambil berbuat

(learning by doing).

(b) Melakukan kegiatan-kegiatan yang signifikan (doing

significant work)

Siswa membuat hubungan-hubungan antara sekolah dan

berbagai konteks yang ada dalam kehidupan nyata sebagai

pelaku bisnis dan sebagai anggota masyarakat.

(c) Belajar yang diatur sendiri (self-regulated learning)

Siswa melakukan pekerjaan yang signifikan: ada tujuannya,

ada urusannya dengan orang lain, ada hubungannya dengan

penentuan pilihan, dan ada produk/hasil yang sifatnya nyata.

(d) Bekerja sama (collaborating)

Siswa dapat bekerja sama. Guru membantu siswa bekerja

secara efektif dalam kelompok, membantu mereka memahami

bagaimana mereka saling mempengaruhi dan saling

berkomunikasi.

(e) Berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thinking)

Siswa dapat menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi

secara kritis dan kreatif: dapat menganalisis, membuat sintesis,

Page 34: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

20

memecahkan masalah, membuat keputusan, dan menggunakan

logika dan bukti-bukti.

(f) Mengasuh atau memelihara pribadi siswa (nurturing the

individual)

Siswa memelihara pribadinya: mengetahui, memberi perhatian,

memiliki harapan-harapan yang tinggi, memotivasi dan

memperkuat diri sendiri. Siswa tidak dapat berhasil tanpa

dukungan orang dewasa juga menghormati temannya.

(g) Mencapai standar yang tinggi (reaching high standards).

Siswa mengenal dan mencapai standar yang tinggi:

mengidentifikasi tujuan dan memotivasi siswa untuk

mencapainya. Guru memperlihatkan kepada siswa cara

mencapai excellence.

(h) Menggunakan penilaian otentik (using authentic assessment)

Siswa menggunakan pengetahuan akademis dalam konteks

dunia nyata untuk suatu tujuan yang bermakna.

2) Menemukan (Inquiry)

Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran

berbasis CTL. Pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa

diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta–fakta, tetapi

hasil dari menemukan sendiri. Untuk itu guru harus merancang

kegiatan pembelajaran yang merujuk pada kegiatan mememukan

apapun materi pelajarannya.

Untuk merancang pembelajaran yang merujuk pada kegiatan

menemukan ini, ada empat langkah yang dapat diikuti antara lain: (1)

merumuskan masalah, (2) mengamati atau mengobservasi, (3)

menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan,

bagan, tabel, dan karya lainnya, dan (4) mengkomunikasikan atau

menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru kelas, dan

adiens lainnya.

Page 35: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

21

3) Bertanya (Questioning)

Questioning (bertanya) merupakan strategi utama pembelajaran

berbasis CTL. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai

kegiatan guru untuk mendorong, membibing dan menilai kemampuan

berpikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian

penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquiri,

yaitu menggali informasi. Pada semua aktifitas belajar, bertanya

dapat diterapkan antara siswa dengan siswa, antara guru dengan

siswa, antara siswa dengan guru, antara siswa dengan orang lain yang

didatangkan di kelas.

Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari bertanya,

karena bertanya merupakan strategi utama pembelajaran yang

berbasis pendekatan kontekstual (CTL). Dalam sebuah pembelajaran

yang produktif , kegiatan bertanya berguna untuk:

(a) Menggali informasi, baik administrasi maupun akademis.

(b) Mengecek pemahaman siswa.

(c) Membangkitkan respon pada siswa.

(d) Mengetahui sejauh mana keingin tahuan siswa.

(e) Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa.

(f) Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki

guru.

(g) Untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari

siswa.

(h) Untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.

4) Masyarakat Belajar (Learning Community)

Konsep learning community menyarankan agar hasil

pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil

belajar diperoleh dari „sharing’ antar temen, antar kelompok, dan

antar yang tahu ke yang belum tahu. Di ruang ini, di kelas ini, di

sekitar sini, juga orang–orang yang ada di luar sana, semua adalah

anggota masyarakat belajar.

Page 36: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

22

Dalam kelas CTL, guru disarankan selalu melaksanakan

pembelajaran dalam kelompok besar. Siswa dibagi dalam kelompok-

kelompok yang anggotanya heterogen. Yang pandai mengajar yang

lemah, yang tahu memberitahu yang belum tahu. Masyarakat belajar

bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah. Dalam

masyarakat belajar, dua kelompok (atau lebih) yang terlibat dalam

komunikasi pembelajaran saling belajar. Kegiatan saling belajar ini

bisa terjadi apabila tidak ada pihak yang dominan dalam komunikasi,

tidak ada pihak yang merasa segan untuk bertanya , semua pihak

saling mendengarkan.

Kalau setiap orang mau belajar dari orang lain, maka setiap orang

lain bisa menjadi sumber belajar, ini berarti setiap orang akan kaya

dengan pengetahuan dan pengalaman. Metode pembelajaran dengan

teknik “Learning community” sangat membantu proses pembelajaran

di kelas.

5) Pemodelan (Modeling)

Komponen CTL selanjutnya adalah pemodelan. Maksudnya, dalam

sebuah pembelajaran ketrampilan atau pengalaman tertentu, ada

model yang bisa ditiru. Dalam pendekatan CTL, guru bukan satu-

satunya model. Model dirancang dengan melibatkan siswa.

6) Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau

berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan dimasa

lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai

struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau

revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon

terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima.

Pengetahuan yang bermakna diperoleh dari proses pengetahuan

yang dimiliki siswa diperluas melalui konteks pembelajaran, yang

kemudian diperluas sedikit demi sedikit. Guru atau orang dewasa

membantu siswa membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan

Page 37: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

23

yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru. Dengan

refleksi itu, siswa merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi

dirinya tentang apa yang baru dipelajarinya.

Kunci dari itu semua adalah, bagaimana pengetahuan itu

mengendap kebenak siswa. Siswa mencatat apa yang sudah dipelajari

dan bagaimana merasakan ide-ide baru. Pada akhir pembelajaran,

guru menyisakan sejenak agar siswa melakukan refleksi.

7) Penilaian sebenarnya (Authentic Assessment)

Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa

memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Data yang

dikumpulkan melalui kegiatan penilaian (assessment) bukanlah untuk

mencari informasi tentang belajar siswa. Pembelajaran yang benar

memang seharusnya harus ditekankan pada upaya membantu siswa

agar mampu mempelajari (learning how to learn), bukan ditekankan

pada diperolehnya sebanyak mungkin informasi diakhir periode

pembelajaran.

Karena assessment menekankan proses pembelajran, maka data

yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang

dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran.

b. Penerapan Pendekatan Kontekstual (CTL) di Kelas

Penerapan pendekatan kontekstual (CTL) di kelas cukup mudah, dapat

diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja termasuk

pelajaran Survei dan Pemetaan dan kelas yang bagaimanapun keadaannya.

Langkah-langkah penerapan pendekatan kontekstual berkaitan erat dengan

tujuh komponen yang telah disebutkan di atas.

Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

1) Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna

dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkontruksikan

sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya.

2) Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.

3) Mengembangkan sifat-sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.

Page 38: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

24

4) Menciptakan masyarakat belajar.

5) Menghadirkan model yang bisa ditiru sebagai contoh pembelajaran.

6) Melakukan refleksi di akhir pertemuan.

7) Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

c. Peranan Guru Dalam Pembelajaran Kontekstual (CTL)

Dalam pembelajaran kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa

mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berusaha dengan strategi

dari pada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim

yang bekerja sama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas

(siswa). Sesuatu yang baru itu berupa pengetahuan dan keterampilan datang

dari „menemukan sendiri„ bukan dari „apa kata guru‟. Begitulah peran guru di

kelas yang dikelola.

6. Survei dan Pemetaan

Survei dan Pemetaan merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan

pada siswa kelas X TKB SMK program bangunan, mata pelajaran Survei Dan

Pemetaan hanya diberikan pada dua semester awal sehingga siswa harus benar-

benar mampu memahami dasar dari pekerjaan tersebut dan guru dituntut mampu

menyampaikan materi dan memberikan proses pembelajaran yang tepat untuk

menumbuhkan minat dan hasil yang baik dari siswa. Survei Dan Pemetaan adalah

mata pelajaran yang harus diberikan pada semua program kelas bangunan baik itu

pada program Teknik Konstruksi Kayu (TKK), Teknik Gambar Bangunan (TGB),

dan Teknik Konstruksi Bangunan (TGB).

Mata Pelajaran Survei dan Pemetaan ini merupakan dasar dari ilmu ukur

tanah yang ada pada bangku perkuliahan pada program studi teknik bangunan.,

juga awal dari sebuah pekerjaan pada ilmu bangunan akan menggunakan ilmu ini

pada tahap awal pengerjaanya.

Dengan menaikkan Standar Kompetensi Kelulusan pada mata pelajaran

produktif, maka guru dan siswa harus lebih berkompeten agar dapat mencapai

tujuan dari proses pembelajaran. Sehingga hambatan yang ada pada proses

pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar siswa hendaknya

Page 39: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

25

dapat dipecahkan mulai dari pengenalan masalah. Untuk memperoleh hasil dan

tujuan yang ingin dicapai pada proses pembelajaran guru dituntut dapat

memberikan model pembelajaran yang tepat salah satunya dengan menggunakan

metode pembelajaran kontekstual.

Pada mata pelajaran Survei dan Pemetaan terdapat empat standar

kompetensi pada semester satu, dan dua standar kompetensi pada semester dua.

Daftar standar kompetensi dan kompetensi dasar dapat dilihat pada tabel dibawah:

Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Kelas X Semester I

STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR

1. Membuat garis lurus di

lapangan

1.1 Memahami syarat-syarat pembuatan

garis lurus

1.2 Memahami sumber kesalahan

pembuatan garis lurus

1.3 Memahami teknik pembuatan garis

lurus

2. Mengukur jarak di lapangan 2.1 Memahami syarat-syarat pengukuran

jarak mendatar

2.2 Memahami sumber kesalahan

2.3 Memahami langkah kerja pengukuran

datar/terhalang pandangan

3. Mengukur beda tinggi dengan

alat ukur sederhana

3.1 Memahami syarat-syarat pengukura

beda tinggi

3.2 Memahami teknik pengukuran beda

tinggi dengan alat sedehana

3.3 Memehami teknik penggambaran hal

pengukuran beda tinggi

4. Membuat peta situasi dengan

alat sederhana

4.1 Memahami teknik membuat petasituasi

dengan alat ukur sederhana

4.2 Memahami rumus-rumus perhitungan

pengukuran luas

4.3 Memahami penggambaran peta situasi

Page 40: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

26

Kelas X Semester II

STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR

1. Mengukur beda tinggi

dengan alat pesawat

penyipat datar

1.1 Memahami penyetelan pesawat

penyipat datar. Dumpy Level, Tilting

dan Automatic Level

1.2 Memahami rumus-rumus perhitungan

beda tinggi

1.3 Memahami sumber-sumber kesalahan

pada pengukuran

1.4 Memahami teknik penggambaran hasil

pengukuran beda tinggi

2. Mengukur beda tinggi di

lapangan dengan alat ukur

penyiat datar

2.4 Mengukur beda tinggi memanjang

dengan jarak langsung

2.5 Mengukur beda tinggi keliling (tertutup)

jarak langsung

2.6 Menggambar hasil pengukuran beda

tinggi

B. Kerangka Berpikir

Belajar merupakan aktivitas yang ditempuh siswa dengan tujuan untuk

membentuk sikap/budi pekerti yang baik dalam kehidupan sehari-hari di sekolah,

di rumah, dan di lingkungan masyarakat. Tujuan pembelajaran di duga dapat

tercapai apabila guru dalam menyampaikan materi pembelajaran menggunakan

pendekatan kontekstual.

Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang

mempertimbangkan keragaman siswa dan multi intelegensi siswa yang ada di

kelas itu. Prestasi belajar atau hasil belajar merupakan puncak dari suatu proses

pembelajaran. Dalam pembelajaran Survei dan Pemetaan masih banyak

ditemukan masalah-masalah antara lain: masih rendahnya prestasi belajar siswa,

masih rendahnya tingkat partisipasi siswa, masih rendahnya tingkat pemahaman

siswa terhadap konsep–konsep dasar Survei dan Pemetaan.

Untuk itu diperlukan perhatian khusus yang berkaitan dengan

pengembangan strategi pendekatan pembelajaran Survei dan Pemetaan di sekolah.

Salah satu pendekatan yang memberikan peluang besar untuk meningkatkan hasil

belajar adalah pendekatan kontekstual (CTL).

Page 41: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

27

Siswa akan dibiasakan berinteraksi dengan siswa lain melalui belajar

kelompok dan observasi langsung di lapangan. Siswa belajar bersama-sama dalam

kelompoknya yang terdiri dari berbagai macam tipe, artinya kelompok tersebut

bersifat heterogen dan didalamnya terdiri dari siswa yang tergolong pandai,

sedang dan lemah. Jika ada anggota kelompok yang tidak jelas maka anggota

kelompok yang merasa mampu akan menjelaskan pada siswa tersebut. Dengan

demikian pembelajaran akan menyenangkan dan berarti bagi siswa yang

selanjutnya akan menimbulkan semangat belajar siswa dan diharapkan hasil

belajar siswa akan meningkat.

Dari uraian di atas, dapat digambarkan pola pemikiran yang

menggambarkan secara singkat konsep hubungan dalam penelitian yaitu sebagai

berikut :

Gambar 2. Kerangka konsep

Kondisi Awal

Tindakan

Kondisi Akhir

Guru belum menggunakan

pembelajaran kontekstual

Dalam Pembelajaran

Menggunakan pendekatan

kontekstual

Diduga melalui

pembelajaran kontekstual

hasil belajar meningkat

70%

Siklus 1

Hasil belajar siswa

rendah

Siklus 2

Page 42: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

28

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Sekolah yang digunakan sebagai tempat penelitian tentang penerapan

pendekatan kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran Survei

dan Pemetaan adalah di SMK Negeri 2 Surakarta kelas X TKB, dengan pertimbangan :

a) SMK N 2 Surakarta adalah sekolah yang berstandar internasional (SBI) di kota

Surakarta dan cenderung menaikkan standar kelulusan.

b) Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Surakarta terletak di Jl. LU. Adisucipto 33

Telp. 0271-714901 Surakarta Kode Pos 57139 merupakan tempat yang strategis

sehingga memudahkan dalam pengawasan proses pembelajaran selama penelitian.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian direncanakan pada bulan Desember 2009-Juni 2010. Adapun

perinciannya adalah sebagai berikut.

Tabel 2. Waktu Penelitian

Tahun 2009/2010

Desember Januari Februari Maret April Mei Juni

Pengajuan

judul

Pra

proposal

Proposal

Seminar

proposal

Revisi

proposal

Perijinan

Penelitian

Analisa

Data

Penulisan

Laporan

Ujian

Page 43: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

29

B. Bentuk dan Strategi Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian

tindakan kelas, merupakan rangkaian penelitian yang dilakukan secara siklik dalam

rangka memecahkan masalah sampai masalah itu terpecahkan. PTK bertujuan untuk

memperbaiki kinerja, sifatnya kontekstual dan hasilnya tidak untuk digeneralisasi.

Penelitian tindakan disini adalah kolaboratif partisipatoris, yaitu kerja sama antara

peneliti dengan guru atau teman sejawat di lapangan. Peneliti terlibat langsung dalam

perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.

Penelitian yang dilakukan berupa penelitian pengembangan model pembelajaran

dan tindakan. Penelitian tindakan terikat dalam perencanaan dan pengimplementasian

perangkat pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning).

Teknik analisis yang digunakan dengan menggunakan metode Penelitian

Tindakan Kelas. Dimana penelitian ini digunakan untuk mendeskripsikan kegiatan

siswa selama proses pembelajaran

C. Sumber Data

Data atau informasi yang dikumpulkan dalam penelitian tindakan kelas ini

digunakan instrumen penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes tertulis

(pree test), wawancara dan lembar observasi.

Jenis data yang digunakan ada tiga, yaitu data yang berhubungan dengan proses,

dampak tindakan yang dilakukan, dan data yang digunakan sebagai dasar menilai

keberhasilan tindakan yang akan dilakukan. Data yang berhubungan dengan proses

berupa data tentang peningkatan hasil belajar Survei Dan Pemetaan Melalui

Pembelajaran Kontekstual.

Sesuai dengan fokus masalah yang diamati, maka data yang diperlukan dalam

penelitian ini sebagai berikut :

1. Hasil pengamatan terhadap langkah-langkah pembelajaran.

2. Informasi dari guru Survei dan Pemetan kelas X TKB.

3. Tes hasil belajar.

Page 44: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

30

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang sesuai dengan apa yang diharapkan dalam

penelitian, diperlukan alat dan metode untuk mendapatkan data yang tepat dan obyektif.

Penetapan metode pengumpulan data berdasarkan pada tujuan penelitian yang akan

dicapai juga berdasar pada kebutuhan dan sumber data. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah :

1. Mencatat dokumen, digunakan untuk mengumpulkan data yang berupa data-data

tertulis, Kajian juga dilakukan terhadap berbagai dokumen atau arsip yang ada,

seperti Satuan Acara Pembelajaran (SRP), Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP), dan nilai yang diberikan guru (terlampir).

2. Observasi untuk mengamati aktifitas selama proses pembelajaran Pekerjaan Dasar

Survei, dalam penelitian ini adalah observasi langsung dilakukan dengan cara

formal dan informal.

3. Evaluasi untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan peningkatan hasil belajar

siswa pada materi pembelajaran.

4. Wawancara teknik penelitian ini adalah cara mengumpulkan data yang

mengharuskan seorang peneliti mengadakan kontak langsung secara lisan.

E. Validitas Data

Untuk memperoleh kebenaran data agar hasil penelitian dapat

dipertanggungjawabkan, maka diperlukan teknik pemeriksaan data yang tepat. Menurut

H.B Sutopo (2002) “Validitas merupakan jaminan bagi kemantapan simpulan dan tafsir

makna sebagai hasil penelitian.

Validasi data yang dipilih peneliti dalam penelitian ini merujuk pada pendapat

Hopkins (Wiraatmadja, 2005 : 168-171), yaitu :

a) Member chek, memeriksa kembali keterangan-keterangan atau informasi yang

diperoleh selama observasi atau wawancara dilakukan dengan cara

mengkonfirmasi dengan guru dan siswa melalui diskusi pada akhir

pembelajaran.

b) Triangulasi, yaitu memeriksa kebenaran data yang diperoleh peneliti dengan

membandingkan terhadap hasil yang diperoleh mitra peneliti secara kolaboratif.

Page 45: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

31

c) Audit Trail, yaitu mengecek kebenaran prosedur dan metode pengumpulan data

dengan cara mendiskusikan dengan pembimbing.

d) Expert Opinion, pengecekan terakhir terhadap kesahihan temuan peneliti kepada

pakar profesional, dalam hal ini penulis mengkonfirmasikan temuan kepada

pembimbing atau dosen.

Berdasarkan validasi di atas, maka validasi data yang akan digunakan oleh

peneliti yaitu member chek dan triangulasi. Untuk validasi member chek, setelah

wawancara dengan guru dan siswa serta observasi terhadap kinerja guru dan aktivitas

siswa dalam pembelajaran Survei dan pemetaan. Peneliti memeriksa hasil wawancara

dan observasi, apakah sudah tercatat sesuai yang terjadi atau ada yang belum tercatat.

Dalam hal ini menjamin keabsahan data dan mengembangkan validitas data

yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah trianggulasi data, yaitu mengumpulkan

data sejenis dari beberapa sumber data yang berbeda. Dalam penelitian ini dilakukan

diskusi, membandingkan pendapat beberapa peneliti, hasil pengamatan data evaluasi.

Untuk lebih jelasnya, proses trianggulasi data (sumber) dapat dilihat pada

gambar berikut.

Gambar 4. Teknik Validitas Data

(Sumber H.B Sutopo, 2002)

F. Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif. Menurut

Huberman (2007: 19-20) “Analisis mempunyai tiga kegiatan yaitu : reduksi data,

Page 46: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

32

penyajian data, penarikan kesimpulan atau verifikasi”. Tiga jenis Kegiatan analisis dan

kegiatan pengumpulan data merupakan proses siklus dan interaktif.

Reduksi data yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan yang

tertulis di lapangan. Pada waktu pengumpulan data, peneliti selalu membuat reduksi

data dan sajian data ini harus disusun pada waktu peneliti sudah mendapatkan sejumlah

data yand diperlukan dalam penelitian. Pada waktu pengumpulan data berakhir, peneliti

mulai melakukan usaha untuk menarik kesimpulan dan verifikasinya berdasarkan semua

hal yang terdapat dalam reduksi data dan sajian data.

Penyajian data dilakukan dalam rangka pemahaman terhadap sekumpulan

informasi yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan. Sedangkan

penarikan kesimpulan dilakukan secara bertahap untuk memperoleh derajat kepercayaan

yang tinggi. Dengan demikian analisis data kualitatif dalam penelitian tindakan ini

dilakukan semenjak tindakan–tindakan dilaksanakan.

Untuk lebih jelasnya proses analisis interaktif dapat digambarkan dengan

gambar berikut :

PENGUMPULAN DATA

PENARIKAN KESIMPULAN

SAJIAN DATAREDUKSI

Gambar 5. Model Analisis Interaktif

(Sumber : Huberman, 2007: 20)

Page 47: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

33

G. Indikator Kinerja

Yang menjadi indikator keberhasilan tindakan kelas ini adalah jika terjadi

perubahan peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Survei dan Pemetaan

melalui pembelajaran kontekstual di indikasikan jika:

1) 70% dari seluruh siswa terlihat peningkatan hasil belajar pada pelajaran Survei

dan Pemetaan.

2) 70% siswa menunjukkan keberanian dalam bertanya dan mengemukakan

pendapat.

3) 70% siswa menunjukkan adanya interaksi dalam mengikuti kegiatan

pembelajaran kelompok, menunjukkan adanya hubungan siswa dengan guru dan

siswa dengan siswa selama pembelajaran.

4) 70% siswa terlibat aktif dalam pembelajaran kontekstual.

Kemampuan guru untuk mengimplementasikan pendekatan pembelajaran

kontekstual dapat terlaksana dengan baik dan dapat ditujukan untuk melakukan

perbaikan-perbaikan dalam pembelajaran berikutnya.

H. Prosedur Penelitian

Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ini terdiri dari siklus-siklus untuk mengetahui

permasalahan yang menyebabkan rendahnya hasil belajar kelas X TKB di SMK N 2

Surakarta dilakukan observasi terhadap kegiatan pembelajaran. Melalui langkah-

langkah yang dilakukan peneliti maka dapat ditentukan tidakan yang tepat dalam

meningkatkan hasil belajar Survei dan Pemetaan melalui pembelajaran kontekstual.

Page 48: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

34

Model Spiral (Kemmis dan Taggart)

Gambar 6. Prosedur Tindakan

Untuk menerapkan perangkat pembelajaran kontekstual digunakan rancangan

penelitian tindakan, selain itu juga memecahkan masalah-masalah praktis, juga untuk

memperbaiki strategi pembelajaran. Dalam penelitian ini tindakan yang dimaksud

adalah penerapan pembelajaran kontekstual, untuk meningkatkan pemahaman siswa

pada materi. Penelitian tindakan kelas dilakukan melalui tahap :

Masalah

Evaluasi Refleksi

Evaluasi Refleksi

Evaluasi Refleksi

Siklus I

Siklus II

Siklus III

Rencana I

Tindakan I

Observasi I

Rencana II

Tindakan II

Observasi II

Rencana III

Tindakan III

Observasi III

Page 49: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

35

1. Perencanaan

2. Pelaksanaan tindakan

3. Observasi

4. Refleksi

Pada kegiatan siklus akan dilakukan sesuai dengan tahap-tahap berikut.

Rencana tindakan siklus I

1. Tahap Perencanaan

a. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) mata pelajaran Survei dan

Pemetaan dengan Kompetensi Dasar (KD) Penyetelan dan pembacaan pesawat

penyipat datar dengan model pembelajaran kontekstual.

b. Menyiapkan media pembelajaran yang dibutuhkan.

c. Menyiapkan soal tes sebelum pembelajaran dilakanakan.

d. Menyiapkan lembar penilaian

e. Membuat lembar evaluasi.

2. Tahap pelaksanaan tindakan

Dalam tahap ini langkah-langkah pembelajaran dan tindakan mengacu pada

perencanaan yang telah dibuat yaitu :

a. Tahap Awal Pembelajaran

1) Membuka pertemuan dengan kesiapan siswa untuk memulai pelajaran

dengan berdoa.

2) Guru mengecek kehadiran siswa (presensi). Kemudian mengarahkan pada

materi yang akan dibahas.

3) Tes awal tentang pembelajaran.

b. Tahap Inti Pembelajaran

1) Siswa dibagi ke dalam 5 kelompok (tiap kelompok terdiri dari 6-7 orang

tiap alat) dengan karakteristik yang heterogen secara acak.

2) Siswa menyimak panjelasan guru tentang tugas dan langkah kerja di

lapangan yang harus dikerjakan pada waktu praktek dalam kelompoknya.

3) Guru memberikan bahan akademik yang disajikan kepada siswa dalam

bentuk teks atau job sheet dan setiap siswa bertanggung jawab untuk

mempelajari bagian dari bahan akademik tersebut.

Page 50: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

36

4) Salah satu siswa dari setiap kelompok diberi tanggung jawab untuk

memimpin teman dalam satu kelompoknya untuk membagi tugas dalam

pekerjaan yang akan dilaksanakan.

5) Siswa atau setiap kelompok diberi kesempatan untuk menanyakan apa yang

kurang dipahami dari job sheet pekerjaan yang diberikan oleh guru sebelum

memulai praktek.

6) Setelah diadakan diskusi dalam kelompok dan sudah dianggap mengerti,

siswa melakukan praktek sesuai dengan petunjuk dan job sheet yang sudah

diberikan oleh guru.

c. Tahap Akhir Pembelajaran

1) Guru dan siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

2) Melakukan tindak lanjut.

3. Tahap Observasi

Pada tahap ini terdiri dari pengumpulan data serta mencatat setiap aktivitas

siswa dan kinerja guru pada saat pelaksanaan tindakan berlangsung. Observasi ini

dilakukan oleh peneliti yaitu dengan mengamati aktivitas siswa dan kinerja guru

dalam pembelajaran Survei dan Pemetaan dari awal pembelajaran sampai akhir

pembelajaran. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah aktivitas siswa dan

kinerja guru sudah sesuai dengan apa yang tercantum dalam lembar observasi atau

tidak. Sehingga hasil observasi dapat diperbaiki pada siklus berikutnya.

4. Tahap Evaluasi dan Refleksi

Mengadakan refleksi dan evaluasi dari kegiatan awal pembelajaran, kegatan inti

pembelajaran, sampai kegiatan akhir pembelajaran berdasarkan hasil refleksi ini

akan dapat diketahui kelemahan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh

guru sehingga dapat digunakan untuk menentukan tindakan kelas pada siklus

berikutnya.

Tahap ini dilaksanakan pada proses pembelajaran atau pada tahap pelaksanaan

tindakan. Observasi diarahkan pada poin-poin yang telah ditetapkan dalam

indikator.

Page 51: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

37

a) Indikator keberhasilan guru yang ingin dicapai :

1) Penampilan guru didepan kelas.

2) Cara menyampaikan materi pelajaran.

3) Cara pengelolaan kelas.

4) Cara-cara penggunaan alat-alat pelajaran.

5) Suara guru dalam menyampaikan pelajaran.

6) Cara guru menyampaikan bimbingan kelompok yang dibutuhkan.

7) Waktu yang diperlukan guru.

b) Indikator-indikator keberhasilan siswa yang ingin dicapai:

1) Minat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran Survei dan

Pemetaan.

2) Keaktifan siswa dalam pembelajaran Survei dan Pemetaan.

3) Kemampuan siswa mengemukakan pendapat.

4) Peningkatan kemampuan siswa berdiskusi.

5) Banyaknya siswa yang bertanya.

6) Kemampuan memecahkan dan merumuskan masalah.

7) Ketepatan dan kecepatan dalam mengerjakan tugas.

8) Kerjasama dalam kelompok.

Bila hasil evaluasi dan refleksi siklus I belum menunjukkan adanya peningkatan

hasil belajar pada pelajaran Survei dan Pemetaan melalui pembelajaran kontekstual

pada siswa kelas X TKB, maka perlu dilanjutkan ke siklus II.

Rencana Tindakan Siklus II

1. Perencanaan tindakan

a. Identifikasi masalah yang muncul pada siklus I dan belum teratasi dan penetapan

alternatif pemecahan masalah.

b. Menyiapkan media yang dibutuhkan.

c. Menyiapkan soal tes sebelum pembelajaran dilakanakan.

d. Menyiapkan lembar penilaian

e. Membuat lembar evaluasi.

f. Pengembangan program tindakan II.

Page 52: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

38

2. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan program tindakan II yang mengacu pada identifikasi masalah

yang muncul pada siklus I, sesuai dengan alternatif pemecahan masalah yang sudah

ditentukan, antara lain melalui:

a. Guru melakukan apersepsi

b. Siswa diperkenalkan dengan materi yang akan dibahas dan tujuan yang ingin

dicapai dalam pembelajaran langkah-langkahnya hampir sama dengan yang

tertera pada siklus I.

c. Siswa diberi kesempatan melakukan diskusi dalam kelompok untuk membahas

kesulitan dalam praktek yang sudah dilakukan.

d. Siswa menyelesaikan tugas pada lembar kerja siswa.

3. Observasi

a. Melakukan observasi sesuai dengan format yang sudah disiapkan dan mencatat

semua hal-hal yang diperlukan yang terjadi selama pelaksanaan tindakan

berlangsung.

b. Menilai hasil tindakan sesuai dengan format yang sudah dikembangkan.

4. Refleksi

a. Melakukan evaluasi terhadap tindakan pada siklus II berdasarkan data yang

terkumpul.

b. Membahas hasil evaluasi tentang skenario pembelajaran kontekstual pada siklus

II.

c. Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai dengan hasil evaluasi untuk

digunakan pada siklus III jika diperlukan.

Indikator keberhasilan yang dicapai pada siklus ini diharapkan mengalami

kemajuan minimal 5% dari siklus I apabila pada sikus II belum mengalami

peningkatan akan dilanjutkan pada siklus berikutnya

Page 53: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

39

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Profil Tempat Penelitian

1. Sejarah Berdirinya Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Surakarta.

Perkembangan pemikiran para ahli teknologi yang didorong oleh perkembangan

zaman, maka diperoleh pemikiran untuk mendirikan STM di Solo. Para pendirinya

antara lain:

1) Ir. Frederick Cornelius Lovis Van Olden

2) Prof. Ir. Soediro

3) R.T Djojo Suparno (Sri Sampurno)

4) R. Sumardi Djadi sworo

5) Lalda Soedjono BA

Pada tanggal 1 Juli 1952 berdirilah sekolah yang diberi nama Sekolah Tinggi

Mesin (STM) di Solo. Namun sejak pada tahun 1998 lokasi tersebut menjadi tempat

untuk SMP Negeri 24 dan SMP Negeri 25 Surakarta. Tiga jurusan yang dibuka pada

saat itu adalah:

1) Jurusan Mesin

2) Jurusan Listrik

3) Jurusan Bangunan

Pada tanggal 12 juli 1952 keluar surat keputusan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Republik Indonesia No. 3095/B, maka STM solo resmi menjadi STM

Negeri Solo dengan pimpinan Ir. Frederick Cornelius Lovis Van Olden.

Dari mulai berdiri tahun 1952 hingga tahun 1998 pejabat kepala sekolah 12

orang dengan periode meningkat

Periode I

Sejak tahun 1956 mendapat lokasi dijalan Letjend. Adi Sucipto No.13 , tahun

1966 menjadi STM Negeri 1 Surakarta. Tahun 1971 mendapat proyek pertama

pembuatan ruang/bengkel kerja mesin.

Page 54: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

40

Periode II

Tahun 1977 dengan SK Dikmenjur tertanggal 6 Januari 1977 No. 57. 012. 77

ditunjuk melaksanakan kurikulum 1967 (STM 3 tahun) dengan pengembangan

jurusan: 1) Mesin, 2) Bangunan, 3) Listrik, 4) Elektronika, 5) Otomotif.

Periode III

Tahun 1986 dengan SK dekmanjur bertanggal 4 Desember 1986 No. 267 /

CU/Kep/1.86 menetapkan STM Negeri 1 Surakarta untuk melaksanakan rumpun /

program study berikut:

1) Bangunan : Bangunan Gedung dan Gambar Bangunan.

2) Elektronika : Elektronika Komunikasi.

3) Teknologi pekerjaan logam : Mesin Produksi

4) Otomotif : Mekanik Otomotif.

Serta pelaksanaan program pengembangan sekolah seutuh-utuhnya (PGG)

Periode IV

Tahun 1994 berlaku perubahan jurusan, maka STM Negeri 1 Surakarta memiliki

5 jurusan 6 program study:

1) Bangunan : Bangunan Gedung dan Gambar Bangunan.

2) Elektronika : Elektronika Komunikasi.

3) Teknologi pekerjaan logam : Mesin Produksi

4) Otomotif : Mekanik Otomotif.

5) Listrik : Listrik Pemakaian.

Pada pelajaran tahun 1999 / 2000 SMK Negeri 1 Surakarta diberlakukan

kurikulum dengan perubahan rumpun menjadi bidang keahlian yang meliputi:

1. Bidang perkayuaan

1.1. Teknik perkayuan

1.2. Teknik kontruksi bangunan

1.3. Teknik gambar bangunan

2. Bidang keahlian elektronika

2.1. Teknik audio visual

2.2. Listrik pemakaian

Page 55: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

41

3. Bidang keahlian mesin

3.1. Mesin perkakas

3.2. Mekanik otomotif

Adapun dana dari pemerintah telah diterima dengan tahapannya adalah sebagai

berikut:

1) Th 1971 – 1972 memperoleh dana Pelita I, berupa gedung praktek diatas tanah

seluas 500m2.

2) Th 1975 – 1977 memperoleh dana Pelita II, berupa peralatan praktek.

3) Th 1978 memperoleh dana pelita III, berupa penambahan gedung, tahun

berikutnya memperoleh dana bantuan dari negara Belanda berupa alat-alat dan

mesin peralatan yang tujuannya untuk mememnuhi kebutuhan di SMK N 2

Surakarta.

2. Visi Dan Misi SMK Negeri 2 Surakarta.

a. Visi

Mewujudkan SMK Negeri 2 Surakarta sebagai pencetak sumber daya manusia

yang profesional dalam bidang teknologi dan industri yang mampu menghadapi

era global.

b. Misi

a. Membentuk tamatan yang berkepribadian unggul dan mampu

mengembangkan diri.

b. Menyiapkan tenaga terampil yang mampu bersaing dilapangan kerja.

c. Menyiapkan wirausaha yang tangguh dalam bidang teknologi dan industri

d. Menyiapkan SMK 2 Surakarta sebagai SMK yang mandiri.

3. Alat Bantu Pengajaran

Untuk mencapai tujuan pendidikan dan program mata pelajaran diperlukan

alat-alat yang memadai berkaitan dengan hal tersebut maka SMK Negeri 2

Surakarta telah menyediakan alat-alat dan prasarana sebagai berikut:

Page 56: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

42

a. Alat dan prasarana penunjang praktek

Pada umumnya SMK Negeri 2 Surakarta lebih mengutamakan praktek daripada

teori. Hal ini diamati dari perkembangannya yaitu 40% untuk teori dan 60%

untuk praktek. Keberadaan laboratoriumnya sendiri antara lain terdiri dari:

1) Laboratorium mesin untuk rumpun mesin TP I.

2) Laboratorium elektronika untuk rumpun elektronika.

3) Laboratorium kayu mesin untuk rumpun bangunan.

4) Laboratorium otomotif untuk rumpun otomotif.

b. Alat dan prasarana penunjang materi

Untuk penunjang disediakan buku-buku perpustakaan yang berupa buku

pelajaran, pengetahuan umum, koran, majalah dan lain-lain.

c. Alat dan prasarana penunjang kesenian

Untuk menunjang kesenian disediakan alat musik tradisonal seperti:

gamelan, kulintang, sedangkan untuk alat musik kontemporer disediakan alat

musik band lengkap.

d. Alat dan prasarana penunjang olahraga

Sarana untuk menunjang kegiatan olahraga dalah:

1) Lapangan Volly.

2) Lapangan basket.

3) Perkembangan atletik.

4) Peralatan senam.

5) Perlengkapan permainan.

4. Jenis dan Jumlah Ruang di SMK Negeri 2 Surakarta.

No Jenis ruang Jumlah Luas (m2)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Ruang Kepala Sekolah

Ruang Wakil Kepala Sekolah

Ruang Guru

Ruang Piket

Ruang Administrasi

Ruang Teori

Ruang Gambar

11

1

5

1

1

5

3

32

24

60

36

96

1312

108

Page 57: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

43

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.

22.

23.

24.

25.

26.

27.

28.

29.

30.

31.

32.

33.

34.

Ruang Bangunan

Ruang Elektronika

Ruang Mesin

Ruang Otomotif

Ruang Diesel

Ruang Gedung Gegistik

Ruang Alat Olahraga

Ruang Bp

Ruang Perpustakaan

Ruang Pertemuan

Ruang Kesenian

Ruang UKS

Ruang SPP

Ruang Osis

Masjid

Ruang koperasi karyawan

Ruang koperasi siswa

Kantin

Menara air

Rumah penjaga

Rumah satpam

Parkir guru

Parkir siswa

Kamar mandi karyawan

Kamar mandi siswa

Lorong jalan

Ruang dinas

5

5

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

2

2

1

1

1

1

2

7

7

1

1553

463

1228

895

36

100

35

60

130

200

35

30

24

9

14

24

18

134

10

15

7

147

360

270

103

112

42

5. Jurusan Teknik Bangunan.

a. Keadaan umum

Pada rumpun teknik bangunan secara keseluruhan terdapat 9 kelas, masing-

masing terdapat 3 kelas dengan jumlah murid tiap kelas ± 30 siswa dan dari

masing-masing kelas dipimpin oleh seorang wali kelas.

b. Pembelajaran

Secara umum perbandingan antara teori dan praktek untuk kelas 1 adalah

40% teori dan 60% praktek, untuk 2 dan 3 adalah 30% teori dan 70% praktek,

Page 58: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

44

tiap bidang studi praktek minimal dipegang oleh 2 orang guru. Jumlah jam

dalam 1 minggu adalah 50 jam untuk praktek, jumlah siswanya 30 orang yang

dibimbing 2 orang guru (lokal). Praktek disesuaikan dengan fasilitas yang ada.

Alat dan sarana yang dimiliki oleh jurusan teknik bangunan sudah

memenuhi syarat karena sudah dikategorikan sebagai sekolah unggulan.

c. Struktur Organisasi Bengkel Teknik Bangunan

d. Unit Produksi

Pada jurusan teknik perkayuan terdapat unit produksi yang memberikan jasa

kepada pihak luar sekolah. Dalam unit produksi ini SMK Negeri 2 Surakarta

melayani pembuatan mebel baik itu meja, kursi, almari, rak buku.

e. Alumni

Untuk alumni jurusan perkayuan banyak yang bekerja di industri-indusri

mebel.

Bengkel Jurusan Teknik

Bangunan

Teknik Konstruksi

kayu Teknik Konstruksi Batu Teknik Gambar

Bangunan

Kepala Bengkel

Ketua Jurusan

Wakil Ketua Jurusan

Page 59: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

45

B. Deskripsi Kondisi Awal

Sebelum melaksanakan proses penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan

kegiatan survey awal dengan tujuan untuk mengetahui keadaan nyata yang ada di

lapangan. Hasil survey awal antara lain:

1. Tidak Adanya Tes Tertulis Atau Evaluasi

Tes dan Evaluasi pada awal atau akhir pelajaran berfungsi untuk mengetahui

kondisi awal atau kesiapan siswa sebelum melaksanakan tugas atau pekerjaan yang

akan diberikan, juga dapat digunakan untuk mengetahui pengetahuan siswa setelah

melaksanakan pekerjaan atau materi yang telah diberikan. Namun dari survey

diperoleh hasil bahwa di kelas X Teknik Konstruksi Bangunan (TKB) tidak diadakan

tes dan evaluasi tersebut, sehingga guru tidak terlalu mengetahui tentang kondisi

siswa sebelum atau setelah diberikan pekerjaan maka hasil yang dicapai tidak akan

dapat maksimal sesuai yang diinginkan.

2. Rendahnya Nilai Survei dan Pemetaan Siswa

Berdasarkan hasil pengamatan langsung tanggal 17 Februari 2010 terhadap

pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru dalam penyampaian pelajaran Survei

dan pemetaan pada materi pengukuran jarak di lapangan untuk mengetahui

gambaran awal kegiatan pembelajaran di kelas X Teknik Konstruksi Bangunan

(TKB) di SMK Negeri 2 Surakarta masih terdapat banyak kekurangan, antara lain

guru kurang dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan (respon siswa

kurang), aktivitas siswa kurang, dan masih kurangnya ketuntasan siswa kelas X

Teknik Konstruksi Bangunan (TKB) di SMK Negeri 2 Surakarta.

Nilai hasil belajar kognitif siswa diperoleh dari tes dalam praktek dan tes tertulis

(pree test),dalam pree test terdapat 5 soal uraian digunakan untuk mengetahui

kondisi awal siswa sebelum memulai praktek. Dan hasil dari praktek yang telah

dilaksanakan dari guru kelas yang hasilnya masih belum memenuhi kriteria

ketuntasan belajar, dari seluruh soal yang di uji cobakan seluruh soal ternyata valid

atau memenuhi syarat untuk dapat dipergunakan sebagai alat tes prestasi.

Hasil tes awal materi pembacaan bak ukur dengan pesawat penyipat datar dapat

dilihat pada table 3 di bawah ini:

Page 60: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

46

Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa KelasX TKB

SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan.

Nomor Nilai Frekuensi Prosentase

1 21-30 0 0%

2 31-40 2 5,88%

3 41-50 4 11,78%

4 51-60 6 17,64%

5 61-70 9 26,48%

6 71-80 8 23,52%

7 81-90 5 14,70%

8 91-100 0 0%

Jumlah 34 100%

Berdasarkan tabel 3 prosentase hasil belajar maka dapat digambarkan pada

grafik

21-30 31-40 41-50 51-60 61-70 71-80 81-90 91-100

Gambar 7. Grafik Nilai Survei Dan Pemetan Siswa Kelas X TKB di SMK

Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan.

0

2

4

6

9

8

5

00

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

FREK

WEN

SI

NILAI

Page 61: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

47

Berdasarkan data nilai diatas dapat dilihat bahwa sebelum dilaksanakan

tindakan, siswa kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta sebanyak 34 siswa hanya

13 siswa yang memperoleh nilai diatas batas nilai ketuntasan minimal. Sebanyak 21

siswa atau 61,78% memperoleh nilai dibawah batas nilai ketuntasan yaitu 7,00.

Maka peneliti mengadakan konsultasi dengan guru untuk melaksanakan

pembelajaran melalui pendekatan kontekstual.

Tabel 4. Hasil Tes Awal

Keterangan Ujian Awal

Nilai terendah 40

Nilai tertinggi 90

Rata-rata nilai 61,94

Siswa belajar tuntas 38,22%

Analisis hasil evaluasi dari tes awal siswa diperoleh nilai rata-rata kemampuan

siswa adalah 61,94 dimana hasil tersebut masih dibawah rata-rata nilai yang

diinginkan dari pihak guru, peneliti, dan sekolah yaitu sebesar 70. Sedangkan

besarnya persentase siswa tuntas belajar pada materi pengukuran jarak sebesar

38,22% saja, dari pihak sekolah ketuntasan siswa diharapkan mencapai lebih dari

70%. Dari hasil analisis tes awal tersebut, maka dilakukan tindakan lanjutan untuk

meningkatkan pemahaman, prestasi belajar, aktivitas siswa pada kegiatan KBM,

khususnya untuk materi pokok pengukuran jarak.

Dari hasil tes awal pada table diatas dapat disimpulkan sementara bahwa

penguasaan materi pengukuran jarak oleh siswa kelas X Teknik Konstruksi

Bangunan (TKB) di SMK Negeri 2 Surakarta masih kurang. Adanya beberapa

indikator yang masih memiliki porsi jawaban yang kurang dari 70% memberikan

indikasi bahwa siswa masih belum begitu paham pada beberapa indikator belajar

materi pengukuran jarak.

Page 62: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

48

C. Deskripsi Permasalahan Penelitian

1. Tindakan Siklus 1

Tindakan siklus I dilaksanakan selama satu minggu mulai tanggal 22 Februari

2010 sampai tanggal 27 Februari 2010. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

metode Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari siklus-siklus, tiap siklus terdiri dari

4 tahapan. Adapun tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Tahap Perencanaan Tindakan

Kegiatan perencanaan tindakan 1 dilaksanakan pada hari Senin 22 Februari 2010

di ruang guru SMK Negeri 2 Surakarta. Peneliti dan guru kelas X Teknik Konstruksi

Bangunan (TKB) mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan dalam

proses penelitian ini. Kemudian disepakati bahwa pelaksanaan tindakan siklus 1

dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan (dengan alokasi waktu 4x45 menit)

yaitu pada hari rabu 24 Februari 2010.

Dengan berpedoman pada Kurikulum Spectrum, peneliti melakukan langkah-

langkah perencanaan pembelajaran materi pengukuran jaak di lapangan.

Standar Kompetensi : Mengukur jarak di lapangan

Kompetensi Dasar : Mengukur jarak di lapangan dengan penyipat datar

Indikator :

1) Dapat membaca bak ukur dengan pesawat penyipat datar.

2) Dapat menyebutkan jenis-jenis pengukuran di lapangan.

3) Dapat memahami sumber-sumber kesalahan dalam pengukuran .

Alasan Pemilihan yaitu peneliti ingin meningkatkan hasil belajar pada mata

pelajaran Survei dan Pemetaan siswa kelas X Teknik Konstruksi Banguna (TKB) di

SMK Negeri 2 Surakarta.

Langkah-langkah perencanaan tindakan:

1) Peneliti bersama guru kelas merancang RPP dengan indikator siswa dapat

membaca bak ukur dengan pesawat penyipat datar, siswa dapat menyebutkan

jenis-jenis pengukuran di lapangan, siswa dapat memahami sumber-sumber

kesalahan dalam pengukuran .

2) Menyiapkan media yang dibutuhkan antara lain bak ukur pesawat penyipat datar.

3) Menyiapkan soal tes sebelum pembelajaran dilaksanakan.

Page 63: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

49

4) Menyiapkan lembar penilaian.

5) Membuat lembar observasi siswa dan lembar observasi guru.

6) Membuat lembar evaluasi.

b. Pelaksanaan Tindakan

Dalam tahap ini guru menerapkan pembelajaran melalui pendekatan kontekstual

sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun pada siklus 1

dengan menggunakan pendekatan konteksual.

Sebelum pelajaran dimulai guru telah menyiapkan alat atau media yang akan

digunakan dalam pembelajaran. Pada pembukaan pelajaran seperti biasanya guru

memimpin berdoa sebelum pelajaran dimulai dan mulai mengecek presensi siswa.

Sebagai kegiatan awal guru memberikan motivasi pada siswa dengan mengajak

siswa untuk sedikit santai karena pada pelajaran survei dan pemetaan di kelas X

Teknik Konstruksi Bangunan mendapatkan jadwal jam siang yaitu jam 8-10 atau

pukul 12.45-15.00 WIB. Dengan tujuan untuk mengkondisikan kelas serta melepas

rasa lelah setelah sehari penuh mengikuti pelajaran dan siswa dapat kembali

termotivasi untuk belajar dan kembali mempunyai minat dalam mengikuti pelajaran.

Kemudian pada kegiatan inti guru memberikan sedikit review tentang pelajaran

yang sudah disampaikan pada minggu lalu untuk kembali menyegarkan ingatan

siswa, dilanjutkan mengaitkan materi minggu lalu dengan materi yang akan

disampaikan pada hari ini yaitu tentang pengukuran jarak dilapangan. Selanjutnya

guru memberikan waktu pada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum jelas,

setelah materi sudah dianggap selesai guru memulai dengan membagikan soal atau

tes tertulis untuk mengetahui kondisi siswa sebelum melaksanakan pekerjaan yang

diberikan dan setelah materi yang berkaitan dengan pekerjaan yang akan

dilaksanakan siswa dapat diterima dengan baik.

Pada tes tertulis siswa diberikan soal yang berkaitan dengan pekerjaan yang akan

dilaksanakan dan pada pengerjaannya siswa diberikan waktu maksimal untuk

menyelesaikannya. Selanjutnya guru kembali memberikan waktu untuk melakukan

tanya jawab tentang kejelasan siswa yang dianggap kurang pada pekerjaan yang akan

dilaksanakan.

Page 64: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

50

Selanjutnya guru mulai membagi kelompok secara acak dengan anggota tiga

orang setiap kelompok karena keterbatasan alat maka tiap alat dipakai oleh dua

klempok dengan 6-7 orang tiap pesawat, Kelompok digunakan untuk mendukung

keefektifan pembelajaran serta memudahkan siswa untuk diskusi dan bertukar

pendapat sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik, di sarankan untuk dapat

membagi pekerjaan pada setiap kelompok agar terjalin kerjasama yang baik. Setelah

pembagian kelompok kemudian guru membagikan lembar observasi kelompok untuk

pekerjaan yang akan dilaksanakan, lembar observasi digunakan untuk melukiskan

pengamatan atau hasil yang didapatkan dari pekerjaan yang akan dilaporkan pada

guru pembimbing untuk nilai akhir siswa pada kompetensi dasar tersebut.

Kegiatan selanjutnya guru mengajak siswa untuk ke lapangan dengan

membimbing setiap kelompok secara bergiliran dan mengawasi keaktifan siswa

disetiap kelompok pada waktu diskusi observasi langsung serta memberikan

bimbingan pada siswa yang belum jelas pada pekerjaan yang dilaksanakan.

Untuk kegiatan akhir, hasil yang sudah dicatat didiskusikan kelompok dan pada

guru pembimbing kemudian dilanjutkan mengemasi kembali alat yang telah

digunakan dan dikembalikan ke laboratorium penyimpanan alat. Selanjutnya kembali

kedalam kelas untuk kembali memberikan review dan diskusi tentang pekerjaan yang

sudah dilaksanakan, tentang kesalahan dan kekurangan dalam pelaksanaan

pekerjaan. Setelah selesai kemudian melakukan doa penutup pada akhir pelajaran.

c. Observasi

Peneliti melakukan pengamatan tingkah laku dan sikap siswa selama melakukan

pembelajaran Survei dan Pemetaan dengan menerapkan metode kontekstual serta

mengamati keterampilan guru dalam mengajar dengan menggunakan pendekatan

kontekstual.

1) Hasil observasi bagi guru

Dari data observasi pada siklus 1 diperoleh hasil observasi sebagai berikut:

(a) Guru telah menyiapkan rencana pembelajaran dengan baik.

(b) Guru telah membuka pelajaran dengan baik, guru telah memberi pengantar

dan tanya jawab mengenai materi yang diajarkan guna meningkatkan

motivasi siswa.

Page 65: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

51

(c) Guru dalam bertanya jawab hanya menunjuk siswa yang berada pada bagian

depan dan belakang, untuk bagian tengah kurang diperhatikan.

(d) Guru memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya tentang materi yang

belum jelas.

(e) Guru belum memberikan teguran secara tegas pada siswa yang kurang

memperhatikan pelajaran.

(f) Guru belum optimal dalam memberi pujian kepada siswa yang mampu

menjawab pertanyaan dengan benar.

(g) Guru dalam menyampaikan materi pelajaran sudah baik.

(h) Guru sudah baik dalam mengelola kelas.

(i) Guru memanfaatkan media dan alat pembelajaran dengan baik.

(j) Guru sudah mampu merangsang siswa untuk aktif bertanya dan

mengemukakan pendapat karena pembelajaran dibuat menyenangkan.

(k) Guru kurang memberi kesempatan tiap kelompok untuk menyampaikan hasil

pengamatan.

(l) Guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk merangkum dan

menyimpulkan pelajaran yang telah disampaikan.

(m) Guru belum berkeliling untuk mengecek kegiatan siswa didiknya dalam

proses pembelajaran.

(n) Pengelolaan waktu pada langkah-langkah pembelajaran kurang ditaati oleh

guru, jadi aplikasi pengajaran kurang terealisasi dengan baik.

2) Hasil observasi siswa

Dari data pada siklus I diperoleh hasil belajar afektif siswa sebagai berikut:

(a) Kemauan siswa untuk menerima pelajaran sudah menunjukkan peningkatan.

(b) Perhatian siswa sudah baik dalam memperhatikan pelajaran yang

disampaikan oleh guru tapi masih perlu ditingkatkan.

(c) Perhatian, minat, dan motivasi terhadap penjelasan guru meningkat.

(d) Siswa aktif dalam pembelajaran.

(e) Dua pertiga dari keseluruhan siswa sudah berani mengajukan pertanyaan dan

pendapat.

(f) Siswa menunjukkan kerjasama dalam kelompok.

Page 66: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

52

(g) Siswa kurang adanya minat untuk menyelesaikan pekerjaan atau tugas dengan

baik.

(h) Keberanian siswa maju kedepan untuk mempresentasikan hasil tugas kurang.

(i) Kemauan dalam berdiskusi dengan teman sudah baik.

Tabel 5. Hasil Belajar Afektif Siswa Kelas X TKB Di SMK Negeri 2

Surakarta Siklus I.

No Aspek yang diamati Pertemuan

1 2 3 4

1 Kemauan untuk menerima pelajaran

2 Perhatian siswa terhadap apa yang dijelaskan

oleh guru

3 Penghargaan siswa oleh guru

4 Kemauan untuk menerapkan hasil pelajaran

5 Hasrat untuk bertanya dan mengeluarkan

pendapat

6 Semangat dalam KBM

7 Kemauan berdiskusi dengan teman kelompok

d. Refleksi

Dari hasil penelitian pada siklus I, maka peneliti mengulas masih ada 15 siswa

yang belum mencapai KKM. Maka peneliti melanjutkan siklus ke II untuk materi

Survei dan Pemetaan dengan menindak lanjuti siklus I. Hasil refleksi selengkapnya

dapat diuraikan sebagai berikut:

Page 67: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

53

Tabel 6. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB

SMK Negeri 2 Surakarta Siklus I

Nomor Nilai Frekuensi Prosentase

1 0-30 0 0%

2 31-40 0 0%

3 41-50 3 8,82%

4 51-60 5 14,70%

5 61-70 7 20,58%

6 71-80 9 26,50%

7 81-90 7 20,58%

8 91-100 3 8,82%

Jumlah 34 100%

Berdasarkan tabel prosentase hasil belajar Survei dan Pemetaan siklus I siswa

kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta maka dapat digambarkan grafik 5.

21-30 31-40 41-50 51-60 61-70 71-80 81-90 91-100

Gambar 8. Grafik Nilai Survei dan Pemetaan Siklus I Siswa Kelas X TKB di

SMK Negeri 2 Surakarta

0 0

3

5

7

9

7

3

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

FREK

WEN

SI

NILAI

Page 68: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

54

Dari data tersebut dapat dilihat bahwa setelah melaksanakan siklus I, siswa

memperoleh nilai 50 sebanyak 3 siswa atau 8,82%, siswa memperoleh nilai 60

Sebanyak 5 siswa atau 14,70%, siswa mendapat nilai 70 sebanyak 7 siswa atau

20,60%, siswa mendapat nilai 80 sebanyak 9 siswa atau 26,50%, dan siswa mendapat

nilai 90 sebanyak 7 siswa atau 20,58%, dan siswa yang mendapat nilai 100 sebanyak

3 siswa atau 8,82 %.

Tabel 7. Perkembangan Prestasi Belajar Pada Tes Awal dan Tes Siklus I Siswa

Kelas X TKB Di SMK Negeri 2 Surakarta.

Keterangan Tes Awal Siklus I

Nilai terendah 40 50

Nilai tertinggi 90 100

Rata-rata nilai 61,94 68,47

Siswa belajar tuntas 38,22% 55,9%

Dari hasil analisa data perkembangan prestasi belajar siswa pada tes siklus I

table 5 dapat disimpulkan bahwa persentasi hasil tes siswa yang tuntas naik

17,68% dengan nilai batas tuntas 70 keatas, siswa yang tuntas belajar di siklus I

sebesar 55,9%, yang semula pada tes awal hanya terdapat 38,22% siswa mencapai

batas tuntas. Besarnya nilai terendah yang diperoleh siswa pada tes awal sebesar

40 pada siklus I naik menjadi 50. Untuk nilai tertinggi terdapat kenaikan dari 90

naik menjadi 100 dan nilai rata-rata kelas yang pada tes awal sebesar 61,94 naik

pada tes siklus I menjadi 68,47 nilai sudah menjadi rata-rata nilai yang diinginkan

dari pihak guru, peneliti, dan sekolah.

Dalam penelitian tindakan kelas siklus I masih banyak ditemukan

kekurangan-kekurangan, antara lain:

1) Bagi Guru

a) Guru masih belum optimal dalam meningkatkan perhatian siswa pada saat

proses belajar mengajar.

b) Guru kurang tegas dalam menegur siswa yang kurang memperhatikan

pelajaran.

Page 69: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

55

c) Guru hanya menunjuk siswa yang berada di barisan belakang (belum

menyeluruh).

d) Guru belum optimal memberikan pujian bagi siswa yang telah menjawab

pertanyaan dengan benar.

e) Guru belum melaksanakan alokasi waktu KBM dengan baik.

f) Guru belum optimal dalam memantau kegiatan siswa dalam kelas.

2) Bagi Siswa

a) Masih ada beberapa siswa yang sulit memahami indikator pembacaan bak

ukur dengan pesawat penyipat datar.

b) Beberapa siswa kesulitan membaca dan menuliskanbak ukur dengan

pesawat penyipat datar.

c) Siswa sudah lumayan aktif dalam kegiatan belajar mengajar, namun masih

perlu ditingkatkan lagi agar hasil dalam belajar lebih maksimal.

2. Tindakan Siklus II

Tindakan siklus II dilaksanakan dalam waktu satu minggu mulai tanggal 1 Maret

2010 sampai tanggal 6 Maret 2010. Perencanaan kegiatan dilaksanakan dalam 1 kali

pertemuan dengan alokasi waktu 4x45 menit, penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari siklus-siklus, tiap

siklus terdiri dari 4 tahapan. Adapun tahapan kegiatan yang dilaksanakan meliputi:

a. Tahap Perencanaan Tindakan

Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan tindakan pada asiklus I

diketahui bahwa pembelajaran melalui pendekatan kontekstual pada pelajaran Survei

dan Pemetaan dengan standar Kompetensi mengukur jarak dilapangan diketahui

bahwa belum menunjukkan adanya peningkatan kemampuan belajar yang cukup

signifikan. Oleh karena itu peneliti menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran

kembali dengan indikator yang berbeda.

Kegiatan perencanaan tindakan II dilaksanakan pada hari rabu 1 Maret 2010 di

ruang guru SMK Negeri 2 Surakarta. Peneliti dan guru kelas mendiskusikan

rancangan tindakan yang akan dilakukan dalam proses penelitian ini. Yang

sebelumnya sudah dikonsultasikan kepada dosen pembimbing dan disepakati bahwa

Page 70: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

56

pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan dalam satu pertemuan (dengan

alokasi waktu 4x45 menit) yaitu pada hari rabu tanggal 4 Maret 2010.

Adapun indikator yang dibuat sebagai dasar penyusunan rencana pelaksanaan

pembelajaran pada siklus II adalah sebagai berikut:

Indikator:

1) Dapat membaca bak ukur dengan pesawat penyipat datar.

2) Dapat mengukur jarak dengan cara polar.

3) Dapat memahami sumber-sumber kesalahan dalam pengukuran .

Sebagai tindak lanjut untuk lebih meningkatkan hasil belajar siswa melalui

pendekatan kontekstual pada KD mengukur jarak di lapangan serta meningkatkan

dan mempertahankan pencapaian penguasaan materi yang ditujukan unuk

memantapkan dan memperluas pengetahuan siswa tentang konsep pengukuran di

bidang bangunan. Pada siklus I ternyata hasil yang diperoleh belum mencapai

indikator yang peneliti inginkan meskipun sudah ada peningkatan dalam

persensentase ketuntasan siswa, maka peneliti perlu menambahkan pada siklus

berikutnya. Pembelajaran ini direncanakan dalam satu kali pertemuan dengan

alokasi waktu 4x45 menit.

Pertemuan pertama mengacu pada indikator yaitu mengenai pembacaan bak

ukur, yang kedua mengukur jarak dengan cara polar, dan yang terakhir pemahaman

tentang sumber-sumber kesalahan dalam pengukuran.

b. Pelaksanaan Tindakan

Dalam tahap ini guru menerapkan pembelajaran melalui pendekatan

kontekstual sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun

pada siklus II dengan menggunakan pendekatan konteksual.

Sebelum pelajaran dimulai, guru telah menyiapkan alat atau media yang akan

digunakan dalam pembelajaran. Pada pembukaan pelajaran seperti biasanya guru

memimpin berdoa sebelum pelajaran dimulai dan mulai mengecek presensi siswa.

Sebagai kegiatan awal guru memberikan motivasi pada siswa dengan mengajak

siswa untuk sedikit santai karena pada pelajaran survei dan pemetaan di kelas X

Teknik Konstruksi Bangunan mendapatkan jadwal jam siang yaitu jam 8-10 atau

pukul 12.45-15.00 WIB. Dengan tujuan untuk mengkondisikan kelas serta melepas

Page 71: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

57

rasa lelah setelah sehari penuh mengikuti pelajaran dan siswa dapat kembali

termotivasi untuk belajar dan kembali mempunyai minat dalam mengikuti pelajaran.

Kemudian pada kegiatan inti guru memberikan sedikit review tentang

pelajaran yang sudah disampaikan pada minggu lalu untuk kembali menyegarkan

ingatan siswa, dilanjutkan mengaitkan materi minggu lalu dengan materi yang akan

disampaikan pada hari ini yaitu tentang pengukuran jarak dilapangan. Selanjutnya

guru memberikan waktu pada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum jelas,

setelah materi sudah dianggap selesai guru memulai dengan membagikan soal atau

tes tertulis untuk mengetahui kondisi siswa sebelum melaksanakan pekerjaan yang

akan dilaksanakan dan setelah materi yang berkaitan dengan pekerjaan yang akan

dilaksanakan siswa dapat diterima dengan baik.

Pada tes tertulis siswa diberikan soal yang berkaitan dengan pekerjaan yang

akan dilaksanakan dan pada pengerjaannya siswa diberikan waktu maksimal untuk

menyelesaikannya. Selanjutnya guru kembali memberikan waktu untuk melakukan

tanya jawab tentang kejelasan siswa yang dianggap kurang pada pekerjaan yang akan

dilaksanakan.

Selanjutnya guru mulai membagi kelompok secara acak dengan anggota tiga

orang setiap kelompok, kelompok digunakan untuk mendukung keefektifan

pembelajaran serta memudahkan siswa untuk diskusi dan bertukar pendapat sehingga

pekerjaan dapat diselasaikan dengan baik, di sarankan untuk dapat membagi

pekerjaan pada setiap anggota kelompok agar terjalin kerjasama yang baik. Setelah

pembagian kelompok kemudian guru membagikan lembar observasi kelompok untuk

pekerjaan yang akan dilaksanakan. Lembar observasi digunakan untuk menuliskan

pengamatan atau hasil yang didapatkan dari pekerjaan yang akan dilaporkan pada

guru pembimbing untuk nilai akhir siswa pada kompetensi dasar tersebut.

Kegiatan selanjutnya guru mengajak siswa untuk ke lapangan dengan

membimbing setiap kelompok secara bergiliran dan mengawasi keaktifan siswa

disetiap kelompok pada waktu diskusi observasi langsung serta memberikan

bimbingan pada siswa yang belum jelas pada pekerjaan yang dilaksanakan.

Untuk kegiatan akhir pada pekerjaan hasil yang sudah dicatat didiskusikan

kelompok dan pada guru pembimbing kemudian dilanjutkan mengemasi kembali alat

Page 72: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

58

yang telah digunakan dan dikembalikan ke laboratorium penyimpanan alat. Setelah

itu siswa kembali kedalam kelas untuk kembali memberikan review dan diskusi

tentang pekerjaan yang sudah dilaksanakan tentang kesalahan dan kekurangan dalam

pelaksanaan pekerjaan, setelah selesai kemudian melakukan doa penutup pada akhir

pelajaran.

c. Observasi

Peneliti melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran siswa

melalui pendekatan kontekstual dengan mengukur jarak dilapangan. Berbeda dengan

pertemuan pada siklus I, pendekatan kontekstual yang dilakukan selain pembacaan

bak ukur peneliti juga menggunakan metode pergantian posisi untuk mengajak siswa

dapat belajar dan aktif berpartisipasi dalam kelompok. Observasi ini ditujukan pada

kegiatan siswa dalam melaksanakan pembelajaran, aktivitas atau partisispasi serta

untuk mengetahui hasil belajar siswa. Keseluruhan data yang diperoleh dalam

kegiatan ini termasuk hasil lembar kerja siswa baik kelompok ataupun individu.

Sebagai bahan atau masukan untuk menganalisis perkembangan hasil belajar siswa

melalui pendekatan kontekstual dan metode bertukar peran. Selain itu peneliti juga

melakukan observasi terhadap sikap, perilaku siswa selama proses pembelajaran

serta keterampilan guru dalam mengajar dengan pendekatan kontekstual pada materi

pembacaan bak ukur dengan menggunakan pesawat penyipat datar.

1) Hasil observasi bagi guru

Dari data hasil observasi dapat dilihat aktivitas guru adalah sebagai berikut:

a) Guru telah menyiapkan rencana pembelajaran dan media dengan baik.

Sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa pada materi pembacaan bak

ukur

b) Guru telah mampu mengelola kelas dengan menciptakan suasana kelas

sesenang mungkin dan menegur siswa yang kurang memperhatikan pelajaran

atau yang berintermeso (ramai) selama diskusi dan proses pembelajaran.

c) Guru lebih merespon pertanyaan dan pendapat siswa.

d) Guru sudah memberi pujian kepada siswa yang berhasil menjawab pertanyaan

dengan benar dan pada kelompok yang melakukan pekerjaan dengan baik dan

Page 73: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

59

kooperatif, serta merayakan keberhasilan dengan mengambilkan tas dan

memberikannya pada saat jam pelajaran selesai.

e) Guru sudah memberi bimbingan pada individu siswa dan pada kelompok yang

mengalami kesulitan pada saat melakukan pekerjaan maupun berdiskusi.

f) Guru sudah dapat mengawasi atau mengalokasikan waktu mengajar dengan

baik dan sesuai dengan rencana pembelajaran.

2) Hasil observasi siswa

Dari data observasi pada siklus II diperoleh hasil belajar afektif siswa sebagai

berikut:

a) Kemauan siswa untuk menerima pelajaran dari guru meningkat

b) Siswa memperhatikan pelajaran yang diberikan oleh guru dengan sungguh-

sungguh.

c) Perhatian, minat, dan motivasi terhadap penjelasan guru meningkat.

d) Siswa aktif dalam pembelajaran.

e) Sudah banyak siswa yang berani mengajukan pertanyaan dan pendapat.

f) Kerjasama dalam kelompok meningkat.

g) Seluruh siswa mengerjakan tugas baik tugas individu atau tugas kelompok.

Tabel 8. Hasil Belajar Afektif Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2

Surakarta Siklus II.

No Aspek yang diamati Pertemuan

1 2 3 4

1 Kemauan untuk menerima pelajaran

2 Perhatian siswa terhadap apa yang dijelaskan

oleh guru

3 Penghargaan siswa oleh guru

4 Kemauan untuk menerapkan hasil pelajaran

5 Hasrat untuk bertanya dan mengeluarkan

pendapat

6 Semangat dalam KBM

7 Kemauan berdiskusi dengan teman kelompok

Page 74: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

60

d. Refleksi

Setelah pelaksanaan siklus II selesai dilakukan, dan pada awal pembelajaran

sudah diberikan pree test. Dari hasil tes belajar siswa dapat diketahui kemampuan

siswa dalam menyelesaikan soal-soal dan tugas yang diberikan seperti dikemukakan

pada tabel 8.

Tabel 9. Frekuensi Nilai Hasil belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X

TKB SMK Negeri 2 Surakarta Siklus II

Nomor Nilai Frekuensi Prosentase

1 0-30 0 0%

2 31-40 0 0%

3 41-50 0 0%

4 51-60 2 5,88%

5 61-70 7 20,59%

6 71-80 10 29,42%

7 81-90 7 20,59%

8 91-100 8 23,52%

Jumlah 34 100%

Berdasarkan tabel prosentase hasil belajar Survei dan Pemetaan siklus II siswa

kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta maka dapat digambarkan grafik 6.

21-30 31-40 41-50 51-60 61-70 71-80 81-90 91-100

Gambar 9. Grafik Nilai Survei Dan Pemetaan Siklus II Siswa Kelas X TKB di

SMK Negeri 2 Surakarta.

0 0 0

2

7

10

7

8

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

FREK

WEN

SI

NILAI

Page 75: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

61

Dari data tersebut dapat dilihat bahwa setelah melaksanakan siklus II, siswa

memperoleh nilai 60 sebanyak 2 siswa atau 5,88%, siswa memperoleh nilai 70

Sebanyak 7 siswa atau 20,59%, siswa mendapat nilai 80 sebanyak 10 siswa atau

29,42%, siswa mendapat nilai 90 sebanyak 7 siswa atau 20,59%, dan siswa mendapat

nilai 95 sebanyak 8 siswa atau 23,52%.

Tabel 10. Hasil Tes Kognitif Siklus II kelas X TKB di SMK Negeri 2

Surakarta.

Tes Awal Siklus I Siklus II

Nilai terendah 40 50 60

Nilai tertinggi 90 100 100

Rata-rata nilai 61,94 68,47 76,88

Siswa belajar tuntas 38,22% 55,9% 73,51%

1) Nilai terendah yang diperoleh siswa pada tes awal 40, pada siklus I naik menjadi

50, dan pada siklus II naik lagi menjadi 60. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa

pada tes awal sebesar 90 pada siklus I naik menjadi 100, dan pada siklus II tetap

menjadi 100.

2) Nilai rata-rata kelas juga terjadi peningkatan yaitu pada tes awal sebesar 61,94,

dan pada siklus I menjadi 68,47, kemudian pada siklus II menjadi 76,88.

3) Untuk siswa tuntas belajar (Nilai ketuntasan 70) pada tes awal 35,32%, pada tes

siklus I 55,9%, setelah dilakukan refleksi terdapat 15 siswa yang tidak tuntas,

namun secara keseluruhan sudah meningkat hasil belajarnya bila dilihat dari

presentase ketuntasan siswa, dan pada tes siklus II menjadi 73,51%. Setelah

dilakukan refleksi II hasil belajar siswa sudah mengalami peningkatan.

Dari hasil penelitian pada siklus II, maka penelitian tidak perlu dilanjutkan

pada siklus berikutnya. Namun guru harus terus melaksanakan bimbingan belajar

untuk mempertahankan pada hasil belajar dan partisipasi serta suasana dalam kelas

sebagai tindak lanjut.

Page 76: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

62

D. Deskripsi Hasil Penelitian

Setelah melaksanakan tindakan pada setiap siklus diperoleh hasil peningkatan

hasil belajar Survei dan Pemetaanpada KD mengukur jarak dilapangan dengan

pendekatan kontekstual. Pada siklus I disampaikan kompetensi dasar mengukur jarak

dilapangan termasuk penyetelan pesawat dan pembacaan bak ukur dengan indikator : a)

Dapat membaca bak ukur dengan pesawat penyipat datar. b) Dapat menyebutkan jenis-

jenis pengukuran di lapangan. c) Dapat memahami sumber-sumber kesalahan dalam

pengukuran .

Analisis hasil penelitian berdasarkan pelaksanaan tindakan, observasi dari

sikap dan perilaku siswa pada siklus I dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Hasil belajar dilihat dari segi afektif adalah

a. Kemauan siswa untuk menerima pelajaran cukup.

b. Perhatian siswa sudah baik dalam memperhatikan pelajaran yang disapaikan oleh

guru tapi masih perlu ditingkatkan.

c. Siswa sudah menghargai guru yang mengajar.

d. Kemauan untuk menerapkan hasil pelajaran sudah baik namun masih perlu

ditingkatkan.

e. Hasrat dan kemauan bertanya siswa cukup.

f. Keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas masih perlu ditingkatkan.

g. Keberanian siswa maju ke depan masih kurang.

h. Kemauan untuk berdiskusi dengan teman kelompok sudah baik.

Page 77: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

63

2. Perkembangan hasil belajar kognitif siswa

Tabel 11. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB

di SMK Negeri 2 Surakarta Siklus I Sebelum dan Sesudah Tindakan.

Nomor Nilai Sebelum

tindakan

Sesudah

tindakan

1 21-30 0% 0%

2 31-40 5,88% 0%

3 41-50 11,78% 8,82%

4 51-60 17,64% 14,70%

5 61-70 26,48% 26,48%

6 71-80 23,52% 23,52%

7 81-90 14,70% 23,52%

8 91-100 0% 8,82%

Tabel 12. Perkembangan Hasil Belajar Kognitif Siswa Siklus I Sebelum dan

Sesudah Tindakan.

Sebelum Tindakan Setelah Tindakan

Nilai terendah 40 50

Nilai tertinggi 90 100

Rata-rata nilai 61,94 68,47

Siswa belajar tuntas 38,22% 55,9%

Dari hasil analisa data perkembangan hasil belajar kognitif siswa siklus I dapat

disimpulkan bahwa presentasi hasil tes siswa yang tuntas naik 17,68% dengan nilai

batas ketuntasan 70 ke atas, siswa yang tuntas belajar di siklus I sebesar 55,9% yang

semula pada tes awal hanya terdapat 38,22% siswa mencapai batas tuntas. Besarnya

nilai terendah yang diperoleh siswa pada saat tes awal sebesar 40 dan pada siklus I

sebesar 50 Untuk nilai tertinggi terdapat kenaikan dari 90 naik menjadi 100 dan nilai

rata-rata kelas yang pada tes awal sebesar 61,94 naik pada tes siklus I menjadi 68,47.

Page 78: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

64

Peneliti melaksanakan tindakan pada siklus II dengan materi mengukur jarak di

lapangan. pembelajaran menggunakan media pesawat penyipat datar, melakukan

percobaan yang lebih kompleks, penggunaan peta konsep dan pemberian perayaan.

Setelah pelaksanaan tindakan siklus II ditemukan perkembangan hasil belajar siswa baik

hasil belajar kognitif maupun afektif..

1. Perkembangan hasil belajar afektif siswa sebagai berikut :

a. Siswa memeperhatikan pelajaran dengan sungguh-sungguh.

b. Kemauan untuk menerima pelajaran dari guru meningkat.

c. Perhatian, minat, dan motivasi terhadap penjelasan guru meningkat.

d. Siswa aktif dalam pembelajaran.

e. Kerjasama dalam kelompok meningkat.

f. Tugas individu atau tugas kelompok terlaksana dengan baik.

g. Siswa aktif mengajukan pertanyaan dan pendapat.

h. Siswa sudah berani maju kedepan kelas.

2. Perkembangan hasil belajar kognitif siswa

Tabel 13. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB

Di SMK Negeri 2 Surakarta Siklus II Sebelum dan Sesudah tindakan.

Nomor Nilai Sebelum

tindakan

Sesudah

tindakan

1 21-30 0% 0%

2 31-40 0% 0%

3 41-50 8,82% 0%

4 51-60 14,70% 5,88%

5 61-70 26,48% 20,59%

6 71-80 23,52% 29,42%

7 81-90 23,52% 20,59%

8 91-100 8,82% 23,52%

Page 79: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

65

Tabel 14. Hasil Tes Kognitif Siklus II Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2

Surakarta Sebelum Dan Sesudah Tindakan.

Sebelum Tindakan Setelah Tindakan

Nilai terendah 40 60

Nilai tertinggi 90 100

Rata-rata nilai 61,94 76,88

Siswa belajar tuntas 38,22% 73,51%

Dari table diatas dapat dilihat bahwa nilai terendah yang diperoleh yang diperoleh

siswa pada siklus I naik menjadi 50, dan pada siklus II naik lagi menjadi 60. Nilai

tertinggi yang diperoleh siswa pada tes siklus I dan II 100. Nilai rata-rata kelas juga

terjadi peningkatan yaitu pada pada tes siklus I 76,17, naik pada siklus II 83,52, siswa

belajar tuntas pada siklus I 55,9 pada siklus II naik menjadi 73,51.

Tabel 15. Hasil Tes Kognitif Sebelum Tindakan, Siklus I, Siklus II, Siswa Kelas X

TKB di SMK Negeri 2 Surakarta.

Sebelum Tindakan Siklus I Siklus II

Nilai terendah 40 50 60

Nilai tertinggi 90 100 100

Rata-rata nilai 61,94 68,47 76,88

Siswa belajar tuntas 38,22% 55,9% 73,51%

1) Nilai terendah yang diperoeh siswa pada tes awal 40, pada siklus I naik menjadi

50, dan pada siklus II naik lagi menjadi 60.

2) Nilai tertinggi yang diperoleh siswa pada tes awal sebesar 90, pada siklus I naik

menjadi 100, dan pada siklus II tetap menjadi 100.

3) Nilai rata-rata kelas juga terjadi peningkatan yaitu pada tes awal sebesar 61,94,

Silus I 68,47, dan pada siklus II 76,88.

4) Untuk siswa tuntas belajar (nilai ketuntasan diatas 70) pada tes awal 38,22%, tes

siklus I 55,9%, setelah dilakukan refleksi terdapat beberapa siswa yang tidak

tuntas (nilai akhir KD dibawah 70), namun secara keseluruhan sudah meningkat

Page 80: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

66

hasil belajarnya bila dilihat dari persentase ketuntasan siswa, dan pada tes siklus

II siswa sudah mencapai ketuntasan.

Akan tetapi ada beberapa hambatan yang muncul pada proses pembelajaran

diantaranya : guru kurang dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan

(respon siswa kurang), aktivitas siswa kurang, dan masih kurangnya ketuntasan belajar

siswa kelas X Teknik Konstruksi Bangunan (TKB) di SMK Negeri 2 Surakarta.

Dari analisa data dan diskusi terhadap pelaksanaan pembelajaran pada siklus II,

secara umum telah menunjukkan perubahan yang signifikan. Guru dalam melaksanakan

pembelajaran semakin mantap dan luwes dengan kekurangan-kekurangan kecil

diantaranya kontrol waktu.

Persentase hasil belajar kognitif dan afektif siswa meningkat. Hal ini terbukti

adanya peningkatan siswa mencetuskan pendapat, mengeluarkan pendapat, berinteraksi

dengan guru, mampu mendemonstrasikan, kerjasama dengan kelompok meningkat, dan

menyelesaikan soal-soal latihan. Dengan partisipasi siswa yang aktif dan kreatif dalam

pembelajaran yang semakin meningkat, suasana kelaspun pada akhirnya menjadi lebih

hidup dan menyenangkan pada akhirnya hasil belajar Survei Dan Pemetaan siswa kelas

X Teknik Konstruksi Bangunan (TKB) di SMK Negeri 2 surakarta meningkat.

Berdasarkan peningkatan hasil belajar yang telah dicapai siswa maka pelaksanaan

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dianggap cukup dan diakhiri pada siklus ini.

E. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I dan siklus II dapat dinyatakan bahwa

pembelajaran pada pelajaran Survei Dan Pemetaan menggunakan pendekatan

kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X Teknik Konstruksi

Bangunan (TKB) di SMK Negeri 2 Surakarta, baik hasil belajar kognitif maupun

afektif. Walaupun ada hambatan-hambatan didalam pembelajaran yang cukup berarti

namun dengan kecermatan hambatan-hambatan tersebut dapat dihadapi

1. Perkembangan hasil belajar afektif siswa sebagai berikut :

a. Siswa memperhatikan pelajaran demgan sungguh-sungguh.

b. Kemauan untuk menerima pelajaran dari guru meningkat.

c. Perhatian, minat, dan motivasi terhadap penjelasan guru meningkat.

Page 81: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

67

d. Siswa aktif dalam pembelajaran.

e. Siswa aktif mengajukan pertanyaan dan pendapat.

f. Kerjasama dalam kelompok meningkat.

g. Tugas individu atau tugas kelompok terlaksana dengan baik.

h. Siswa sudah berani mempresentasikan hasil praktek kedepan kelas.

2. Perkembangan hasil belajar kognitif siswa.

Pada siklus I setelah diadakan tes kemampuan awal dilanjutkan dengan siswa

megadakan praktek dengan materi pengukuran dilapangan dengan indikator: a)

Dapat menyetel pesawat penyipat datar, b) Dapat membaca bak ukur dengan

menggunakan pesawat penyipat datar, c) Dapat menyebutkan jenis-jenis pengukuran

dilapangan. Proses pembelajaran dilakukan dengan strategi yang baik dan terencana

dimulai dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan penutup. Kegiatan ini terfokus

mengaktifkan siswa mulai dari memperhatikan penjelasan, melakukan pengamatan

untuk memperoleh kesimpulan, mendemonstrasikan, tugas kelompok, berdiskusi,

tugas individu. Setelah dilaksanakan siklus I dan dievaluasi dapat dilihat adanya

peningkatan hasil belajar siswa yaitu masih ada beberapa siswa memperoleh nilai

kurang dari 70 atau siswa yang tuntas 55,9% dengan nilai rata-rata 68,47.

Siklus II merupakan lanjutan dari siklus sebelumnya untuk memantapkan dan

mencapai tujuan penelitian. Pembelajaran yang disampaikan tentang materi

pengukuran dilapangan dengan indikator: a) Dapat membaca bak ukur dengan

menggunakan pesawat penyipat datar, b) Dapat melaksanakan pengukuran

dilapangan dengan menggunakan metode polar, c) Dapat memahami sumber-

sumber kesalahan dalam pengukuran. Proses pembelajaran dilakukan dengan

strategi yang baik dan terencana dimulai dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan

penutup sebagaimana kegiatan belajar yang telah dilaksanakan pada siklus I, namun

pada siklus ke II kegiatan ditambahkan pada keaktifan siswa dalam kelompoknya

serta interaksi siswa dengan teman berbeda kelompok maupun dengan guru. Setelah

dilaksanakan siklus II dan dievaluasi dapat dilihat adanya peningkatan persentase

maupun rata-rata hasil belajar siswa yaitu pada tes awal sebesar 38,22% dengan

rata-rata 61,94, kemudian pada siklus I naik menjadi 55,9% dengan rata-rata 68,47

akan tetapi belum mencapai batas ketuntasan yaitu 70%. Setelah dilakukan

Page 82: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

68

pembelajaran pada siklus II menunjukkan peningkatan hasil yaitu sebesar 73,51%

dengan nilai rata-rata 76,88 hasil ini sudah memenuhi indikator yang peneliti capai,

maka tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya. Cara mengatasi kendala

penerapan Pendekatan Kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar Survei dan

Pemetaan pada siswa kelas X Teknik Konstruksi Bangunan (TKB) di SMK Negeri

2 Surakarta tahun pelajaran 2009/2010 adalah guru harus terampil dalam

menerapkan pendekatan kontekstual diantaranya : (1) mengkaji konsep dan

kompetensi dasar yang akan dipelajari oleh siswa, (2) memahami latar belakang dan

pengalaman hidup siswa melalui proses pengkajian secara seksama, (3) mempelajari

lingkungan sekolah dan tempat tinggal siswa, selanjutnya memilih dan

mengaitkannya dengan konsep dan kompetensi yang akan dibahas dalam proses

pembelajaran kontektual, (4) merancang pengajaran dengan mengaitkan konsep dan

teori yang dipelajari dengan mempertimbangkan pengalaman yang dimiliki siswa

dilingkungan kehidupan mereka, (5) melaksanakan pengajaran dengan selalu

mendorong siswa untuk mengaitkan apa yang sedang dipelajari dengan pengetahuan

/ pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya dan mengaitkan apa yang

dipelajarinya dengan fenomena kehidupan sehari-hari, (6) melakukan penilaian

terhadap pemahaman siswa. Hasil penilaian tersebut dijadikan sebagai bahan

refleksi terhadap rancangan pembelajaran dan pelaksanaan.

Pada akhir siklus dilakukan wawancara sebagai upaya tambahan untuk

menguatkan keberhasilan pada penelitian dengan metode kontekstual yang telah

dilakukan. Adapun wawancara dilakukan pada siswa dan guru untuk mengetahui

sejauh mana kemampuan metode pembelasjaran kontekstual dapat diterima dan

dapat meningkatkan keaktifan siswa dan guru dalam proses pembelajaran. Karena

dalam pembelajaran kontekstual ini diharapkan siswa aktif dalam mengikuti

pambalajaran dan disamping itu guru dapat meningkatkan kemampuannya didalam

mengajar. Hasil dari wawancara yang dilakukan pada akhir siklus tersebut

menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan metode

pendekatan kontekstual dapat diterima dan hasil belajar siswa dapat meningkat.

Page 83: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

69

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian penerapan pendekatan kontekstual pada siswa kelas

X Teknik Konstruksi Bangunan (TKB) di SMK Negeri 2 Surakarta tahun ajaran

2009/2010, maka dapat dianalisis kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil belajar Survei dan Pemetaan siswa kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta

meningkat pada materi pengukuran di lapangan dengan menerapkan pendekatan

kontekstual baik dilihat dari aspek kognitif dan afektif. Hal ini dapat dilihat dari nilai

rata-rata kelas terjadi peningkatan yaitu pada tes awal sebesar 61,94, siklus I 68,47

dan pada siklus II naik menjadi 76,88. Untuk siswa tuntas belajar (nilai ketuntasan

70) pada tes awal sebesar 38,22%, tes siklus I 55,9% setelah dilakukan refleksi

terdapat beberapa siswa yang tidak tuntas (nilai ulangan dibawah 70), namun secara

keseluruhan sudah meningkat hasil belajarnya bila dilihat dari presentase ketuntasan

siswa, dan pada tes siklus II yaitu sebesar 73,51% hasil belajar pada mata pelajaran

Survei dan Pemetaan sudah mencapai indikator yang di inginkan.

2. Terdapat beberapa kendala yang dihadapi dalam penerapan Pendekatan Kontekstual

untuk meningkatkan hasil belajar Survei dan Pemetaan misalnya: guru kurang dapat

menciptakan suasana belajar yang menyenangkan (respon siswa kurang), aktivitas

siswa kurang, dan masih kurangnya ketuntasan belajar siswa kelas X Teknik

Konstruksi Bangunan (TKB) di SMK Negeri 2 Surakarta. Cara mengatasi kendala

penerapan Pendekatan Kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar Survei dan

Pemetaan pada siswa kelas X Teknik Konstruksi Bangunan (TKB) di SMK Negeri 2

Surakarta tahun pelajaran 2010/2011 adalah guru harus terampil dalam menerapkan

pendekatan kontekstual diantaranya : (1) mengkaji konsep dan kompetensi dasar

yang akan dipelajari oleh siswa, (2) memahami latar belakang dan pengalaman hidup

siswa melalui proses pengkajian secara seksama, (3) mempelajari lingkungan

sekolah dan tempat tinggal siswa, selanjutnya memilih dan mengaitkannya dengan

konsep dan kompetensi yang akan dibahas dalam proses pembelajaran kontektual,

(4) merancang pengajaran dengan mengaitkan konsep dan teori yang dipelajari

Page 84: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

70

dengan mempertimbangkan pengalaman yang dimiliki siswa dilingkungan kehidupan

mereka, (5) melaksanakan pengajaran dengan selalu mendorong siswa untuk

mengaitkan apa yang sedang dipelajari dengan pengetahuan / pengalaman yang telah

dimiliki sebelumnya dan mengaitkan apa yang dipelajarinya dengan fenomena

kehidupan sehari-hari, (6) melakukan penilaian terhadap pemahaman siswa. Hasil

penilaian tersebut dijadikan sebagai bahan refleksi terhadap rancangan pembelajaran

dan pelaksanaan.

B. Implikasi

Penerapan pembelajaran dan prosedur dalam penelitian ini didasarkan pada

pembelajaran dengan menerapkan pendekatan kontekstual dalam pelaksanaan

pembelajaran Survei dan Pemetaan. Model yang dipakai dalam penelitian ini adalah

model siklus. Prosedur penelitiannya terdiri dari 2 siklus. Siklus I dilaksanakan pada

hari Rabu tanggal 24 Februari 2010. Siklus II dilaksanakan pada hari Rabu, 3 Maret

2010. Adapun indikatornya adalah : (1) Dapat membaca bak ukur, (2) Dapat

menyebutkan jenis-jenis pengukuran dilapangan, (3) Dapat menyebutkan sumber-

sumber kesalahan dalam pengukuran.

Dalam setiap pelaksanaan siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu perencanaan

tindakan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Kegiatan ini dilaksanakan berdaur ulang.

Berdasarkan pada kajian teori dan hasil penelitian ini, maka dapat diajukan

implikasi yang berguna dalam upaya meningkatkan hasil belajar materi pengukuran

jarak di lapangan baik secara teoretis maupun secara praktis.

1. Implikasi Teoritis

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menerapkan

pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi

pengukuran di lapangan dan mendapatkan respon positif dari siswa, hal tersebut

dapat ditinjau dari hal berikut:

a. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual meningkatkan hasil

belajar siswa pada pelajaran Survei dan Pemetaan karena pendekatan kontekstual

melibatkan interaksi antara siswa dan lingkungan, kebebasan bertanya dan

Page 85: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

71

berpendapat, pujian dan perayaan dari guru saat siswa berhasil melakukan

kegiatan dengan baik.

Secara umum telah menunjukkan perubahan yang signifikan. Guru dalam

melaksanakan pembelajaran semakin mantap dan luwes dengan kekurangan-

kekurangan kecil diantaranya kontrol waktu.

Prosentase hasil belajar kognitif dan afektif siswa meningkat. Hal ini terbukti

adanya peningkatan siswa mencetuskan pendapat, mengeluarkan pendapat,

berinteraksi dengan guru, mampu mendemonstrasikan, kerjasama dengan

kelompok meningkat, dan menyelesaikan soal-soal latihan. Dengan partisipasi

siswa yang aktif dan kreatif siswa dalam pembelajaran yang semakin meningkat,

suasana kelas bisa menjadi lebih hidup dan menyenangkan dan pada akhirnya

hasil belajar siswa pada pelajaran Survei dan Pemetaan meningkat.

2. Implikasi Praktis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan calon

guru untuk meningkatkan keefektifan strategi guru dalam mengajar dan

meningkatkan kualitas proses belajar mengajar sehubungan dengan prestasi dan hasil

belajar siswa yang akan dicapai. Hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dengan

menerapkan metode pembelajaran dan media yang tepat bagi siswa.

Berdasarkan kriteria temuan dan pembahasan hasil penelitian seperti yang

diuraikan pada bab IV, maka penelitian ini dapat digunakan peneliti untuk membantu

dalam menghadapi permasalahan yang sejenis. Di samping itu, perlu penelitian lanjut

tentang upaya guru untuk mempertahankan atau menjaga dan meningkatkan hasil

belajar siswa. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual pada

hakikatnya dapat digunakan dan dikembangkan oleh guru yang menghadapi

permasalahan yang sejenis, terutama untuk mengatasi masalah peningkatan hasil

belajar siswa, yang pada umumnya dimiliki oleh sebagian besar siswa. Adapun

kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan penelitian ini harus diatasi semaksimal

mungkin.

Kendala yang dihadapi antara lain, guru akan sulit dalam mengendalikan

siswa sehingga suasana nampak ramai. Karena biasanya ketika siswa melaksanakan

diskusi, siswa pun mengobrolkan hal lain karena siswa menganggap guru kurang

Page 86: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

72

memperhatikan. Untuk itu guru harus kreatif dalam mengatasi hal tersebut. Guru

mengatasinya, misalnya dengan menempatkan siswa yang sering ramai di dekat

guru, guru harus sering mendekati siswa-siswa tersebut.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian mengenai penerapan pendekatan kontekstual pada

kelas X Teknik Konstruksi Bangunan (TKB) Di SMK Negeri 2 Surakarta tahun ajaran

2009/2010, maka saran-saran yang diberikan sebagai sumbangan pemikiran untuk

meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya dan meningkatkan kompetensi peserta

didik Smk Negeri 2 Surakarta pada khususnya sebagai berikut:

1. Bagi Sekolah

Penelitian dengan class-room action research membantu dalam meningkatkan

mutu pembelajaran di sekolah.

2. Bagi Guru

a. Untuk meningkatkan hasil belajar Survei dan Pemetaan (materi pengukuran di

lapangan) diharapkan menggunakan pendekatan kontekstual.

b. Untuk meningkatkan keaktifan, kreativitas siswa dan keefektifan pembelajaran

diharapkan menerapkan pendekatan kontekstual.

c. Untuk memperoleh jawaban yang tepat, sesuai dengan tujuan penelitian

disarankan untuk menggali pendapat atau tanggapan siswa dengan kalimat yang

lebih mengarah pada proses pembelajaran dengan pendekatan kontekstual.

d. Adanya tindak lanjut terhadap penggunaan pendekatan kontekstual pada materi

pengukuran.

3. Bagi Siswa

a. Peserta didik hendaknya dapat berperan aktif dengan menyampaikan ide atau

pemikiran pada proses pembelajaran, sehingga proses pembelajaran dapat

berjalan dengan lancar sehingga memperoleh hasil belajar yang optimal.

b. Siswa dapat mengaplikasikan hasil belajarnya kedalam kehidupan sehari-hari.

Page 87: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Agus Suprijono. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Amir. 2007. Dasar-dasar Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Surakarta : UNS Press.

Anonim. 2003. Pedoman Penulisan Skripsi. Surakarta : UNS Press.

Anonim. 2007. Pendekatan kontekstual. Jakarta : Depdiknas.

Arikunto, Suharsimi, Suhardjono, dan Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas.

Jakarta : Bina Aksara

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :

Rineka Cipta.

Burhan Bangun. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Surakarta : Rajawali Press.

Depdiknas, 2003. Pendekatan Kontekstual . Jakarta : Dirjen Pendidikan Tinggi Proyek

PGSD.

Dimyati dan Mujiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta

bekerjasama dengan Depdikbud.

Ediyati, Agung, Mart. 1994. Ilmu Ukur Tanah. Bandung : Angkasa.

Elaine B. Johnson, 2007. Contextual Teaching and Learning. Bandung : Mizan

Learning Center (MCL).

Elaine B. Johnson, 2008. Contextual Teaching and Learning. Jakarta : Mizan Learning

Center (MCL).

Gino, HJ, dkk. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Surakarta : UNS Press.

H. B. Sutopo. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta : UNS Press.

Kartini, Kartono. 1981. Bimbingan Belajar di SMA dan Perguruan Tinggi. Jakarta : CV.

Rajawali.

Kasihani Kasbolah. 1999. Penelitin Tindakan Kelas. Malang : Dirjen Pendidikan

Tinggi Proyek PGSD.

Kuswanto. 2005. Pendekatan Pembelajaran Modern : Contextual Teaching and

Learning. Surakarta : Surakarta Post.

Lexy J. Moleong. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja

Rosdakarya.

Mathew dan M. Huberman. 2007. Analisa Data Kualitatif. Jakarta : UI Press..

Miles, MB & Huberman. 1992. Analisis Pola Kualitatif. Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya.

Moedjiono, M Dimiyati. 1992. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Depdikbud.

Nana Sudjana. 2002. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosdakarya.

Page 88: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN …... · Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan

Nurhadi; Senduk, A.G. 2003. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and

Learning / CTL) dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri

Malang (UMPRESS).

Natamia, Harindra. 2009. Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Pendekatan

Kontekstual Pada Siswa Kelas III SD Negeri I Simo Kecamatan Simo

Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2009/2010.

Sarwiji Suwandi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan penulisan Karya Ilmiah.

Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13.

Slamet,St Y; Suwarto. 2007. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta;

UNS Press.

Sugiyanto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta : panitia Sertifikasi

Guru Rayon 13.

Suradji. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Surakarta : UNS Press.

Susilo. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

The Liang Gie. 1995. Ciri-ciri Belajar Yang Efisien ( Jilid I ). Yogyakarta : Libery.

Widyaiswara LPMP. 2007. Model-model Pembelajaran. Semarang : Depdikbud.

Widoyoko, Eko Putro. 2009. Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta : Pustaka

Pelajar.

Winataputra, dkk. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Universitas Terbuka

Wahyuni, Wening. 2009. Peningkatan Minat Belajar IPA Melalui Pembelajaran

Kontekstual Pada Siswa Kelas V SD Negeri 01 Jati Kuwung Gondangrejo

Karanganyar Tahun Ajaran 2008/2009.

Wulandari, Fibrianti. 2007. Pengaruh Model Pembelajaran Contextual Teaching and

Learning-CTL dalam Pemecahan Masalah matematika Terhadap Prestasi

belajar Siswa. Skripsi tidak diterbitkan. Surakarta. UMS Surakarta.