Upload
vodung
View
229
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN
KONTEKSTUAL PADA MATA PELAJARAN SURVEI DAN PEMETAAN
KELAS X TEKNIK KONSTRUKSI BANGUNAN (TKB)
DI SMK NEGERI 2 SURAKARTA
SKRIPSI
DISUSUN OLEH:
DANANG BAGUS FEBRYANTO
K 1506015
PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL/BANGUNAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
ii
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN
KONTEKSTUAL PADA MATA PELAJARAN SURVEI DAN PEMETAAN
KELAS X TEKNIK KONSTRUKSI BANGUNAN (TKB) DI SMK NEGERI
2 SURAKARTA
Oleh:
DANANG BAGUS FEBRYANTO
K 1506015
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Teknik Sipil/ Bangunan Jurusan
Pendidikan Teknik dan Kejuruan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
iii
HALAMAN PERSETUJUAN
Skipsi ini telah diperiksa dan disetujui oleh Dosen pembimbing skripsi untuk
diseminarkan pada forum seminar Program Pendidikan Teknik Bangunan Jurusan
Pendidikan Teknik Kejuruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.
Hari :
Tanggal :
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I,
Drs. Suradji, M.Pd
NIP. 19511013 197803 1 002
Pembimbing II,
Ernawati Sri Sunarsih, ST. M.Eng
NIP. 19760512 200501 2 001
iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari : Kamis
Tanggal : 10 Juni 2010
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang Tanda tangan
Ketua : Drs. H. Sutrisno, M.Pd ___________
Sekretaris : Sukatiman, ST., M.Si ___________
Anggota I : Drs. Suradji, M.Pd ___________
Anggota II : Ernawati Sri Sunarsih, ST., M.Eng ___________
Disahkan Oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret.
Dekan
Prof. Dr. H. M Furqon Hidayatullah, M.Pd
NIP. 19600727 198702 1 001
v
ABSTRAK
Danang Bagus Febryanto, NIM K1506015. PENINGKATAN HASIL
BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATA
PELAJARAN SURVEI DAN PEMETAAN KELAS X TEKNIK
KONSTRUKSI BANGUNAN (TKB) DI SMK NEGERI 2 SURAKARTA.
Sripsi, Surakarta, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas
Maret Surakarta, Maret 2010.
Tujuan penelitian adalah untuk (1) Meningkatkan hasil belajar melalui
pembelajaran kontekstual pada mata pelajaran Survei dan Pemetaan kelas X
Teknik Konstruksi Bangunan (TKB) di SMK negeri 2 Surakarta. (2)
Mendeskripsikan kendala-kendala yang dihadapi dalam penerapan pembelajaran
kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran Survei dan
Pemetaan. (3) Memaparkan bagaimana cara mengatasi kendala penerapan
pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran Survei dan Pemetaan kelas X Teknik Konstruksi Bangunan (TKB) di
SMK Negeri 2 Surakarta.
Penelitian Tindakan Kelas terdiri dari dua siklus, tiap siklus terdiri dari empat
tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Sebagai
subjek penelitian adalan siswa kelas X Teknik Konstruksi Bangunan (TKB) di
SMK Negeri 2 Surakarta . Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan
tes. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif interaktif yang
terdiri dari tiga komponen analisis yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan
simpulan atau verifikasi.
Berdasarkan hasil penelitan dapat disimpulkan: (1) Penerapan pembelajaran
kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Survei
dan Pemetaan kelas X Teknik Konstruksi Bangunan (TKB) di SMK negeri 2
Surakarta, yaitu ditandai dengan: Siswa kelas X Teknik Konstruksi Bangunan
(TKB) sebanyak 34 anak mengalami peningkatan hasil belajar yaitu sebelum
tindakan hanya 38,22% siswa belajar tuntas setelah tindakan menjadi 73,51%. (2)
Terdapat beberapa kendala yang dihadapi dalam penerapan pembelajaran
kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran Survei dan
Pemetaan antara lain guru kurang dapat menciptakan suasana belajar yang
vi
menyenangkan (respon siswa kurang), aktivitas siswa kurang, dan masih
kurangnya ketuntasan beajar siswa kelas X Teknik Konstruksi Bangunan (TKB)
di SMK Negeri 2 Surakarta.
Cara mengatasi kendala penerapan pembelajaran kontekstual untuk
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Survei dan Pemetaan kelas
X Teknik Konstruksi Bangunan (TKB) di SMK negeri 2 Surakarta tahun
pelajaran 2009/2010 adalah guru harus terampil dalam menerapkan pembelajaran
kontekstual diantaraya: (1) Mengkaji konsep dan kompetensi dasar yang akan
dipelajari oleh siswa, (2) Memahami latar belakang dan pengalaman hidup siswa.
(3) Mempelajari lingkungan sekolah dan tempat tinggal siswa. (4) Merancang
pembelajaran dengan mengaitkan konsep atau teori yang dipelajari dengan
mempertimbangkan pengalaman yang dimiliki siswa dilingkungan kehidupan
mereka, (5) Melaksanakan pengajaran dan selalu mendorong siswa untuk
mengaitkan apa yang sedang dipelajari dengan pengetahuan / pengalaman yang
telah dimiliki. (6) Melakukan penilaian terhadap pemahaman siswa.
vii
MOTTO
Hari lalu boleh dikenang, hari ini boleh dinikmati dan hari esok boleh
diharapkan, tapi hendaklah engkau optimis dengan harapanmu
bahwa hari esok akan lebih baik dari hari ini .(Q.S Luqman ayat 33)
ALLAH tidak akan membebani setiap jiwa kecuali sesuai dengan
kemampuannya. (Q.S Al Baqarah ayat 286)
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu
dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk
bagimu.
(Q.S Al Baqarah ayat 216)
Selama manusia mau berusaha dan berdoa maka pasti ALLAH tidak
akan menyia-nyiakan usahanya sesuai dengan firman ALLAH
“ALLAH tidak akan merubah keadaan suatu kaum kecuali kaum itu
mau berusaha untuk merubahnya “.(Q.S Arra’id ayat 11)
Dan janganlah kita bangga dengan keberhasilan yang kita raih
dengan berlebihan karena akan mengubah niat kita kepada
Allah.Rasulullah bersabda:”Allah tidak melihat rupa dan harta
kalian tetapi Allah melihat hati kalian”(H.R Muslim)
Gunakanlah waktumu sebaik-baiknya. (penulis)
viii
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan kepada:
Allah SWT
Ayah dan Ibu tercinta
Calon istri yang selalu mendukungku
Almarhumah adikku Chella yang tercinta
Adik-adikku yang aku sayangi
Rekan-rekan seperjuangan PTS/B 06‟
Almamater
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan nikmat
dan hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan penulisan Skripsi ini, untuk
memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam menyelesaikan
penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan
yang timbul dapat teratasi. Untuk itu dikesempatan yang berbahagia ini, penulis
menyampaikan ucapan terima kasih atas segala bantuannya kepada yang
terhormat:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS Surakarta.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan FKIP UNS Surakarta.
3. Ketua Program Pendidikan Teknik Sipil/Bangunan Jurusan Pendidikan Teknik
dan Kejuruan FKIP UNS Surakarta.
4. Bapak Drs. Suradji, M.Pd, sebagai Dosen Pembimbing I.
5. Ibu Ernawati sri Sunarsih S.T., M.Eng, sebagai Dosen Pembimbing II.
6. Warga SMK Negeri 2 Surakarta sebagai tempat penelitian.
7. Kedua orang tuaku dan keluarga atas dukungan moril dan material yang telah
diberikan selama ini.
8. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah memberikan
dukungan dan bantuan sehingga dapat selesainya skripsi ini.
Peneliti menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini dan jauh
dari kata sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk menyempurnakan skripsi ini. Terakhir, semoga dkripsi ini
dapat bermanfaat bagi penulis maupun bagi para pemabaca. AMIN.
Surakarta, Juni 2010
Penulis
x
DAFTAR ISI
Hal
JUDUL ............................................................................................................ ii PENGAJUAN .................................................................................................. iii PERSETUJUAN .............................................................................................. iiii
PENGESAHAN ............................................................................................... iv
ABSTRAK ....................................................................................................... v
MOTTO ........................................................................................................... viii
PERSEMBAHAN ............................................................................................ viiii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................... x DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1 A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1 B. Indentifikasi Masalah .......................................................................... 2
C. Pembatasan Masalah ........................................................................... 3
D. Perumusan Masalah ............................................................................. 3 E. Tujuan Penelitian ................................................................................. 3 F. Manfaat Penelitian ............................................................................... 3
BAB II LANDASAN TEORI .......................................................................... 5 A. Kajian Pustaka ..................................................................................... 5
1. Hasil Belajar .................................................................................... 5 2. Tinjauan Tentang Belajar................................................................. 7 3. Tinjauan Tentang Pembelajaran ...................................................... 9
a. Hakikat Pembelajaran .................................................................. 9 b. Komponen Pembelajaran ............................................................. 10
c. Ciri-ciri Pembelajaran .................................................................. 11
4. Hakikat Model Pembelajaran……………………………………… 13
5. Hakikat Pembelajaran Kontekstual ................................................. 14 6. Survei dan Pemetaan ....................................................................... 24
B. Kerangka Berpikir ............................................................................... 26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN......................................................... 28 A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................. 28
1. Tempat Penelitian ........................................................................... 28 2. Waktu Penelitian ............................................................................. 28
B. Bentuk dan Strategi Penelitian ............................................................ 29 C. Sumber Data ........................................................................................ 29
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 30
E. Validitas Data ...................................................................................... 30
F. Analisis Data ....................................................................................... 31
G. Indikator Kinerja ................................................................................. 33
H. Prosedur Penelitian.............................................................................. 33
xi
Hal
BAB IV HASIL PENELITIAN ....................................................................... 39
A. Profil Tempat Penelitian...................................................................... 39
1. Sejarah Berdirinya Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 .......... 39
2. Visi dan Misi SMK Negeri 2 Surakarta ........................................ 41
3. Alat Bantu Pengajaran ................................................................... 41
4. Jenis dan Jumlah Ruang di SMK Negeri 2 ................................... 42
5. Jurusan Teknik Bangunan ............................................................. 43
B. Deskripsi Kondisi Awal .................................................................... 45
C. Deskripsi Permasalahan Penelitian ................................................... 48
1. Tindakan Siklus I .......................................................................... 48
2. Tindakan Siklus II ......................................................................... 55
D. Deskripsi Hasil Penelitian .................................................................. 62
E. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................. 66
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ......................................... 69
A. Simpulan .......................................................................................... 69
B. Implikasi .......................................................................................... 70
C. Saran ................................................................................................ 72
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Hal
Gambar 1. Keterkaitan antar Komponen Pembelajaran Kontekstual ................. 17
Gambar 2. Kerangka Konsep .............................................................................. 27
Gambar 3. Rangkaian Langkah dan Tindakan ................................................... 30
Gambar 4. Teknik Validitas Data........................................................................ 31
Gambar 5. Model Analisis Interaktif .................................................................. 32
Gambar 6. Model Spiral (Kemmis dan Taggart .................................................. 34
Gambar 7. Grafik Nilai Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri
2 Surakarta Sebelum Tindakan ........................................................ 46
Gambar 8. Grafik Nilai Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri
2 Surakarta Siklus I .......................................................................... 53
Gambar 9. Grafik Nilai Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri
2 Surakarta Siklus II ......................................................................... 60
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Hal
Tabel 1. Standar Komppetensi dan Kompetensi dasar..................................... 25
Tabel 2. Waktu penelitian ................................................................................ 28
Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB
di SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan ................................ 46
Tabel 4. Hasil Tes Awal. .................................................................................. 47
Tabel 5. Hasil Belajar Afektif Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta
Siklus I ............................................................................................... 52
Tabel 6. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2
Surakarta Siklus I ............................................................................... 53
Tabel 7. Perkembangan Prestasi Belajar Pada Tes Awal dan tes Siklus I Siswa
Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta......................................... 54
Tabel 8. Hasil Belajar Afektif Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta
Siklus II .............................................................................................. 59
Tabel 9. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2
Surakarta Siklus II.............................................................................. 60
Tabel 10. Hasil Tes Kognitif Siklus II Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2
Surakarta ............................................................................................ 61
Tabel 11. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB
di SMK Negeri 2 Surakarta Siklus I dan Sebelum Tindakan ........... 63
Tabel 12. Perkembangan Hasil Belajar Kognitif Siswa Siklus I, Sebelum dan
Sesudah Tindakan .............................................................................. 63
Tabel 13. PFrekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X
TKB di SMK Negeri 2 Surakarta Siklus II, Sebelum dan Sesudah
Tindakan ............................................................................................ 64
Tabel 14. Hasil Tes Kognitif Siklus II Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2
Surakarta Sebelum dan Sesudah Tindakan ........................................ 65
Tabel 15. Hasil Tes Kognitif Sebelum Tindakan, Siklus I, Siklus II Siswa Kelas
X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta .................................................. 65
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Hal
Lampiran 1. Pengajuan Judul ........................................................................... 73
Lampiran 2. Perijinan Kepada Kepala Dikpora ............................................... 74
Lampiran 3. Ijin Kepala Sekolah SMK N 2 Surakarta .................................... 75
Lampiran 4. Ijin Penyusunan Skripsi. .............................................................. 76
Lampiran 5. Permohonan ijin Kepada Dekan ................................................. 77
Lampiran 6. Surat Pernyataan .......................................................................... 78
Lampiran 7. Daftar Hadir Peserta Seminar ...................................................... 79
Lampiran 8. Permohonan Ijin Kepala Sekolah SMK N 2 Surakarta .............. 81
Lampiran 9. Surat Ijin dari Kepala Sekolah SMK N 2 Surakarta .................... 82
Lampiran 10. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I............................. 83
Lampiran 11. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ........................... 86
Lampiran 12. Tes Tertulis Siklus I ................................................................... 89
Lampiran 13. Tes Tertulis Siklus II ................................................................. 90
Lampiran 14. Nilai Tes Sebelum Tindakan ..................................................... 92
Lampiran 15. Nilai Tes Siklus I ....................................................................... 93
Lampiran 16. Nilai Tes Siklus II ...................................................................... 94
Lampiran 17.Tabel Frekuensi Nilai Hasil Belajar Sebelum Tindakan ............ 95
Lampiran 18.Tabel Frekuensi Nilai Hasil Belajar Siklus I .............................. 96
Lampiran 19.Tabel Frekuensi Nilai Hasil Belajar Siklus II ............................. 97
Lampiran 20. Grafik Nilai Survei dan Pemetaan Sebelum Tindakan, Siklus I, dan
Siklus II .................................................................................... 98
Lampiran 21. Tabel Aktivitas Guru Dalam Pembelajaran Siklus I ................. 100
Lampiran 22. Tabel Aktivitas Guru Dalam Pembelajaran Siklus II ................ 101
Lampiran 23. Tabel Hasil Observasi Belajar Afektif Siklus I ......................... 102
Lampiran 24. Tabel Hasil Observasi Belajar Afektif Siklus II ........................ 103
Lampiran 25. Hasil Wawancara Guru………………………………………… 104
Lampiran 26. Hasil Wawancara Siswa………………………………………… 108
Lampiran 27. Gambar Oservasi Penelitian Tindakan Kelas ............................ 109
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tujuan dari didirikannya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yaitu mencetak
siswa untuk siap menghadapi dunia kerja sebagai profesional yang tangguh, dan mampu
berkompetensi akan tetapi tidak menutup kemungkinan siswa dapat meneruskan ke
jenjang yang lebih tinggi. Untuk itu Sekolah Menengah Kejuruan mempunyai
kekhususan dalam Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Kelulusan (SKL) pada mata
pelajaran produktif. Maka kurikulum yang ada di SMK harus mengacu pula pada
Standar Kompetensi Kerja Nasional (SKKNI). (Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan
Pengembangan Departemen pendidikan Nasional).
Salah satu mata pelajaran yang ada di SMK yang perlu ditingkatkan
kualitasnya adalah Survei dan Pemetaan yang diajarkan di kelas X Teknik Konstruksi
Bangunan (TKB). SMK adalah tempat pertama siswa mengenal konsep-konsep dasar
pada ilmu praktek, karena itu pengetahuan yang diterima siswa hendaknya menjadi
dasar yang dapat dikembangkan ditingkat sekolah yang lebih tinggi atau pada dunia
kerja.
Pelaksanaan pembelajaran secara klasikal kurang memperhatikan perbedaan
individual peserta didik. Komponen pendidikan seperti kurikulum, kegiatan belajar
mengajar, penilaian, dan sistem kenaikan kelas didasarkan pada asumsi bahwa semua
siswa dalam satu kelas memiliki kemampuan yang homogen. Akibatnya siswa yang
memiliki kemampuan tinggi tidak dapat berkembang secara optimal sebaliknya siswa
yang berkemampuan rendah selalu tertinggal dalam penguasaan materi.
Keberhasilan proses belajar mengajar pada umumnya di ukur dari keberhasilan
siswa dalam mengikuti pembelajaran tersebut. Pemahaman akan pengertian dan
pandangan guru terhadap metode mengajar akan mempengaruhi peranan dan aktifitas
siswa dalam belajar, sebaliknya aktifitas guru dalam mengajar dan siswa dalam belajar
sangat bergantung pula pada pemahaman guru terhadap metode mengajarnya. Mengajar
bukan sekedar proses penyampaian ilmu pengetahuan saja melainkan mengandung
makna yang lebih luas dan kompleks yaitu terjadinya komunikasi dan interaksi antara
siswa dan guru.
2
Prestasi belajar yang masih dibawah kriteria ketuntasan yaitu 70% membuat
kita prihatin, mengingat bahwa begitu pentingnya peranan ilmu Survei Dan Pemetaan
dalam dasar dari ilmu bangunan. Berdasarkan kenyataan itulah, maka mata pelajaran
Survei dan Pemetaan perlu ditingkatkan kualitasnya.
Untuk meningkatkan kualitas mata pelajaran Survei Dan Pemetaan perlu
memperhatikan proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran ada faktor yang
mempengaruhi proses dan hasil pembelajaran. Faktor-faktor tersebut dapat
dikelompokkan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal antara lain
kondisi fisiolagis, kecerdasan, bakat, minat, aktivitas dan motivasi belajar. Sedangkan
yang termasuk faktor eksternal antara lain guru, bahan pelajaran, fasilitas belajar yang
ada, kondisi lingkungan, juga bimbingan orang tua.
Maksud tersebut akan diaplikasikan pada mata pelajaran Survei Dan Pemetaan
menggunakan pendekatan kontekstual dengan Contextual Teaching and Learning
(CTL). CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara
materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswanya
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep ini
diharapkan hasil pembelajaran akan dapat lebih bermakna bagi siswa.
Dalam peningkatan hasil belajar yang dimulai dari suatu kelas atau komponen
terkecil di dalam suatu sekolah, akan lebih efektif untuk meningkatkan mutu atau
kualitasd dari sekolah itu sendiri. Maka peningkatan hasil atau kualitas belajar pada
setiap mata palajaran sangat diperlukan.
B. Indentifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, timbul beberapa permasalahan
yang di identifikasikan sebagai berikut :
1. Keaktifan siswa dan kemampuan guru ada kecenderungan mempengaruhi
keberhasilan pembelajaran.
2. Sekolah ada ke untukcenderung menaikkan Standar Kompetensi Kelulusan,
sehingga diperlukan peningkatan kualitas pembelajaran.
3. Masih rendah prestasi belajar siswa dalam pembelajaran Survei dan Pemetaan.
3
4. Dalam proses belajar mengajar guru kurang memperhatikan apakah metode
pembelajaran yang diterapkan akan cenderung diterima oleh siswa.
C. Pembatasan Masalah
Pada penelitian ini peneliti membatasi masalah penelitian pada beberapa hal
sebagai berikut :
1. Hasil belajar siswa dalam proses belajar mengajar pada pembelajaran Survei dan
Pemetaan di SMK Negeri 2 Surakarta.
2. Penelitian ini mengambil studi kasus Siswa Kelas X TKB Semester II tahun ajaran
2009/2010 di SMK N 2 Surakarta.
3. Tahapan pembelajaran yang meliputi kegiatan pembelajaran Survei dan Pemetaan.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Dapatkah pembelajaran kontekstual meningkatkan hasil belajar Survei dan
Pemetaan siswa kelas X TKB ?
2. Adakah hambatan untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui pembelajaran
kontekstual ?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Mampu meningkatkan hasil belajar Survei dan Pemetaan siswa kelas X TKB.
2. Menunjukkan hambatan-hambatan dalam meningkatkan hasil belajar Survei dan
Pemetaan melalui pembelajaran kontekstual.
F. Manfaat Penelitian
Secara teoritis dan praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :
1. Manfaat Praktis :
a. Memperbaiki proses belajar mengajar dalam pelajaran Survei dan Pemetaan di
Sekolah Menengah Kejuruan.
b. Mengembangkan kualitas guru dalam mengajarkan pelajaran Survei dan
Pemetaan di Sekolah Menengah Kejuruan.
4
c. Bagi guru dan siswa teknik Bangunan SMK Negeri 2 Surakarta, penelitian ini
diharapkan mampu memberikan masukan terhadap hal-hal yang telah
diusahakan oleh guru dalam menyampaikan pelajaran yang telah diberikan.
2. Manfaat Teoritis :
a. Sebagai masukan untuk mendukung dasar teori bagi penelitian yang sejenis dan
relevan.
b. Sebagai bahan pustaka bagi mahasiswa Progam Pendidikan Teknik
Sipil/Bangunan, Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan, Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, Universutas Sebelas Maret Surakarta.
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1. Hasil Belajar
Hasil belajar siswa pada penelitian ini dilihat dari hasil belajar siswa.
Keaktifan siswa dalam pembelajaran adalah sebuah indikator untuk mengetahui
seberapa jauh siswa tersebut dapat menerima pelajaran yang telah disampaikan
guru, siswa yang aktif akan membuat suasana pembelajaran menjadi lebih
menarik dan interaktif. Pengertian prestasi menurut WJS Poerwadarminto (1987:
768) dalam kamus bahasa Indonesia menyebutkan bahwa prestasi adalah hasil
yang dicapai, dilakukan, dikerjakan dan dihasilkan.
Hasil belajar adalah segala kemampuan yang dapat dicapai siswa melalui
proses belajar yang berupa pemahaman dan penerapan pengetahuan dan
ketrampilan yang berguna bagi siswa dalam kehidupannya sehari – hari serta
sikap dan cara berpikir kritis dan kreatif dalam rangka mewujudkan manusia yang
berkualitas, bertanggung jawab bagi diri sendiri, masyarakat, bangsa dan negara
serta bertanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Menurut Nana Sudjana hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar
dengan menggunakan alat pengukuran yaitu berupa tes yang disusun secara
terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan. Sedangkan S.Nasution
berpendapat bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan pada individu yang
belajar, tidak hanya mengenai pengetahuan tetapi juga membentuk kecakapan dan
penghayatan dalam diri pribadi individu yang belajar.
Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu
materi tertentu dari mata pelajaran. Untuk melihat hasil belajar dilakukan suatu
penilaian terhadap siswa yang bertujuan untuk mengetahui apakah siswa telah
menguasai suatu materi atau belum. Penilaian merupakan upaya sistematis yang
dikembangkan oleh suatu institusi pendidikan yang ditujukan untuk menjamin
tercapainya kualitas proses pendidikan serta kualitas kemampuan peserta didik
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Hasil belajar dapat dilihat dari hasil
6
nilai ulangan harian (formatif), nilai ulangan tengah semester (sub sumatif), dan
nilai ulangan semester (sumatif).
Seorang guru yang professional, dia tentu tidak sekedar bertugas
mentransfer materi dan mengajarkan hafalan. Tetapi, dalam upaya membangun
proses pencerdasan siswa, maka guru harus berani bertindak dan mengemukakan
ide-ide yang inovatif untuk mampu mendorong tumbuhnya sikap kreatif siswa dan
senantiasa kreatif untuk menampilkan pikiran-pikiran alternatif. Disamping itu,
guru juga dituntut tidak stagnan, melainkan terus secara dinamis mengembangkan
diri melalui proses pembelajaran terbuka dan menyenangkan.
Belajar pada hakekatnya adalah melibatkan semua aspek kepribadian
manusia antara lain pikiran, perasaan dan bahasa tubuh disamping pengetahuan,
sikap dan keyakinan. Hal ini tidak sepenuhnya dilakukan dalam pembelajaran
siswa SMK.
Aktivitas siswa adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran,
perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang
keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan
tersebut. Peningkatan aktivitas siswa yaitu meningkatnya jumlah siswa yang
terlibat aktif belajar, meningkatnya jumlah siswa yang bertanya dan menjawab,
meningkatnya jumlah siswa yang saling berinteraksi membahas materi
pembelajaran. Metode belajar mengajar yang bersifat partisipatoris yang
dilakukan guru akan mampu membawa siswa dalam situasi yang lebih kondusif,
karena siswa lebih berperan dan lebih terbuka serta sensitif dalam kegiatan
mengajar.
Indikator aktivitas siswa dapat dilihat dari : (1) mayoritas siswa
beraktivitas dalam pembelajaran; (2) aktivitas pembelajaran didominasi oleh
kegiatan siswa; (3) mayoritas siswa mampu mengerjakan tugas yang diberikan
guru melalui pembelajaran Kontekstual.
Tujuan mengajar adalah mengadakan perubahan yang dikehendaki dalam
tingkah laku seorang pelajar. Perubahan dilakukan seorang guru dengan
menggunakan suatu strategi mengajar untuk mencapai tujuan dengan memilih
metode yang tepat (Muhamad Nur, 2003: 33). Aktivitas siswa adalah keterlibatan
7
siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan
pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan
memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Peningkatan aktivitas siswa yaitu
meningkatnya jumlah siswa yang terlibat aktif belajar, meningkatnya jumlah
siswa yang bertanya dan menjawab, meningkatnya jumlah siswa yang saling
berinteraksi membahas materi pembelajaran. Metode belajar mengajar yang
bersifat partisipatoris yang dilakukan guru akan mampu membawa siswa dalam
situasi yang lebih kondusif, karena siswa lebih berperan dan lebih terbuka serta
sensitif dalam kegiatan mengajar.
Dari berbagai pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa keaktifan
dan prestasi belajar siswa merupakan aspek-aspek dari hasil belajar siswa.
Keaktifan merupakan salah satu kunci dari keberhasilan pembelajaran. Belajar
dapat diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku atau psikofisik berkat
pengalaman dan latihan. Sedangkan prestasi belajar siswa adalah hasil yang
dicapai dalam proses perubahan tingkah laku atau psikofisik berkat pengalaman
dan latihan yang dilakukan siswa.
2. Tinjauan Tentang Belajar
Dalam kamus bahasa Indonesia (1996: 14) disebutkan “Belajar adalah
berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau
tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. “Belajar dalam arti luas adalah
proses perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan,
penggunaan, dan penilaian terhadap sikap dan nilai–nilai, pengetahuan dan
kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai bidang studi atau lebih luas lagi,
dalam berbagai aspek kehidupan atau pengalaman terorganisasi.”
Bertitik tolak dari berbagai pandangan sejumlah ahli mengenai belajar,
para ahli berpendapat berbeda-beda mengenai pengertian belajar, namun baik
secara umum diantara mereka terdapat kesamaan maknanya, bahwa belajar selalu
menunjukkan kepada “Suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang
berdasarkan praktek atau pengalaman tertentu”. Hal-hal pokok dalam pengertian
belajar adalah belajar itu membawa perubahan tingkah laku karena pengalaman
8
dan latihan, perubahan itu pada pokoknya didapatkannya kecakapan baru, dan
perubahan itu terjadi karena usaha yang disengaja.
a. Hakikat Belajar
Sebagai landasan penguasaan apa yang dimaksud dengan belajar akan
penulis kemukakan beberapa pengertian tentang belajar, menurut Herman Hudoyo
(1988: 2) dikemukakan bahwa “Belajar adalah suatu proses kegiatan dalam diri
seseorang yang mengakibatkan adanya suatu perubahan tingkah laku” Sementara
menurut R. Berguis (Slameto, 2003: 8) bahwa “belajar adalah mengatur
kemungkinan untuk melakukan transfer tingkah laku dari satu situasi ke situasi
yang lain. Belajar disebut produktif bila individu mampu mentransfer prinsip
menyelesaikan satu persoalan dalam satu situasi kesituasi lain.
Menurut Witherington (Ngalim Purwanto, 2006: 84) “belajar adalah suatu
perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru
dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu
pengertian”.
Pendapat Brophy dan Good yang dikutip Ngalim Purwanto (1997: 75)
dikemukakan bahwa “learning is development of new associations as a result
experience” yang artinya bahwa belajar adalah suatu perkembangan dari
hubungan baru sebagai hasil suatu pengalaman. Hal ini berarti belajar merupakan
pengalaman yang diperoleh siswa selama siswa berada di lingkungan baik di
lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat. Semerntara M. Dimiyati
Mahmud (1990: 14) mengemukakan bahwa “Belajar adalah perubahan dari dalam
diri seseorang yang terjadi karena pengalaman-pengalaman” seperti pepatah
mengatakan “Pengalaman adalah guru yang paling baik”. Dengan demikian,
belajar yang paling efektif dan berkualitas adalah belajar melalui pengalaman.
Dalam proses belajar seseorang berinteraksi langsung dengan obyek
menggunakan semua alat inderanya.
Dari beberapa pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa ada
beberapa unsur yang termasuk ciri-ciri adanya proses belajar yaitu :
1) Usaha untuk memperoleh sejumlah pengetahuan, nilai dan sikap.
2) Belajar menghasilkan adanya perubahan tingkah laku.
9
3) Perubahan tingkah laku adalah hasil interaksi aktif dengan
lingkungannya.
4) Belajar yang efektif adalah melalui pengalaman.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
1) Faktor internal siswa.
2) Faktor eksternal siswa.
3) Faktor pendekatan belajar.
3. Tinjauan Tentang Pembelajaran
a. Hakikat Pembelajaran
Istilah “pembelajaran” sama dengan “instruction” atau “pengajaran”.
Pengajaran mempunyai arti : cara (perbuatan) mengajar atau mengajarkan
(Purwadarminta, 1976: 22). Bila Pengajaran diartikan sebagai perbuatan
mengajar, tentunya ada yang mengajar yaitu guru, dan ada yang diajar atau belajar
yaitu siswa. Dengan demikian, Pengajaran diartikan sama dengan perbuatan
belajar (oleh siswa), mengajar (oleh guru). Kegiatan belajar mengajar merupakan
satu kesatuan dari dua kegiatan searah.
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur
manusia, materi, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang mencapai untuk tujuan
(Oemar Hamalik, 1995: 57). Dari pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa
pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh siswa dan
guru dengan berbagai fasilitas dan materi untuk mencapai tujuan yang sudah
ditetapkan.
Pembelajaran menurut Gagne (1989: iii) adalah suatu usaha untuk
membuat siswa belajar sehingga situasi tersebut merupakan peristiwa belajar
(event of learning), yaitu usaha untuk terjadinya tingkah laku dari siswa.
Sedangkan perubahan tingkah laku itu dapat terjadi karena adanya interaksi antara
siswa dan lingkungannya.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kondisi
pembelajaran dalam pendidikan formal harus mampu memaksimalkan peluang
bagi siswa untuk berlangsungnya interaksi yang hakiki bukan sekedar
10
menyampaikan pengetahuan dan membentuk keterampilan. Bila proses
menyampaikan pengetahuan dan membentuk keterampilan saja yang
dipergunakan, maka akan menurunkan kualitas pebelajaran.
Dari beberapa pendapat tentang pembelajaran dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran adalah segala sesuatu yang dibutuhkan dalam proses kegiatan
belajar mengajar.
b. Komponen Pembelajaran
Situasi yang memungkinkan terjadinya kegiatan belajar yang optimal
adalah situasi di mana siswa dapat berinteraksi dengan guru atau bahan
pengajaran di tempat tertentu yang telah diatur dalam rangka tercapainya tujuan.
Situasi ini dapat dioptimalkan dengan menggunakan metode dan atau media yang
tepat, agar dapat diketahui keefektifan kegiatan belajar mengajar, maka setiap
proses dan hasilnya harus dievaluasi.
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa kegiatan belajar mengajar
merupakan suatu kegiatan yang melibatkan beberapa komponen.
1) Siswa adalah seseorang yang bertindak sebagai pencari, penerima, dan
penyimpan isi pelajaran yang di butuhkan untuk mencapai tujuan.
2) Guru adalah seseorang yang bertindak sebagai pengelola kegiatan
belajar mengajar, dan peranan lainnya yang memungkinkan
berlangsungya kegiatan belajar mengajar yang efektif.
3) Tujuan yakni pernyataan tentang perubahan perilaku yang diinginkan
terjadi pada siswa setelah mengikuti belajar mengajar. Perubahan
perilaku tersebut mencakup perubahan kognitif, psikomotor, dan
afektif.
4) Isi pelajaran, yakni segala informasi berupa fakta, prinsip dan konsep
yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
5) Metode, yakni cara yang teratur untuk memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan untuk mencapai
tujuan.
11
6) Media, yakni bahan pengajaran dengan atau tanpa peralatan yang
digunakan untuk menyajikan informasi kepada siswa agar mereka dapat
mencapai tujuan.
7) Evaluasi, yakni cara tertentu yang digunakan untuk menilai suatu proses
dan hasilnya. Evaluasi adalah dilakukan terhadap seluruh komponen
kegiatan belajar mengajar dan sekaligus memberikan bahkan bagi setiap
komponen kegiatan belajar mengajar. Komponen-komponen kegiatan
belajar mengajar tersebut saling berinteraksi satu dengan yang lain dan
bermula serta bermuara pada tujuan, sehingga merupakan suatu system.
c. Ciri-ciri Pembelajaran
Dalam menentukan ciri-ciri pembelajaran ditekankan pada unsur-unsur
dinamis dalam proses belajar siswa. Ciri-ciri pembelajaran adalah tanda-tanda
adanya upaya guru mengatur unsur-unsur dinamis dalam pembelajaran sehingga
dapat mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar agar terjadi proses
belajar dan tujuan pembelajaran dapat tercapai. Adapun ciri-ciri pembelajaran
tersebut terletak pada adanya unsur-unsur dinamis dalam proses belajar siswa
yaitu: 1) motivasi belajar, 2) bahan ajar, 3) alat bantu belajar, 4) suasana belajar,
dan 5) kondisi subyek yang belajar.
1) Motivasi Belajar
Dalam pembelajaran bila ada siswa tidak dapat berbuat sesuatu yang
seharusnya dikerjakan, maka perlu diselidiki dan dilakukan daya upaya yang
dapat menemukan sebab-sebabnya dan kemudian mendorong siswa itu mau
melakukan pekerjaan yang diberikan kepadanya. Motivasi dapat dikatakan
sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu,
sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak
suka, maka akan berusaha untuk mengelakkan perasaan tidak senang itu. Jadi
motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu tumbuh
di dalam diri seseorang. Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat
dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri seseorang/siswa
yang menimbulkan kegiatan belajar yang menjalin kelangsungan dan
12
memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh
siswa dapat tercapai. (Sardiman, A.M, 1992: 75).
2) Bahan Belajar
Bahan belajar atau materi belajar yaitu segala informasi yang berupa
fakta, prinsip dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan
pembelajaran, jadi bahan bahan belajar harus berorientasi pada tujuan yang
akan dicapai siswa dan memperhatikan karakteristik siswa agar bahan belajar
tersebut diminati siswa, sesuai dengan pendapat Dadang Sulaiman (1988: 29)
pemilihan materi belajar yang dilakukan dengan teliti serta penggunaannya
yang bijaksana, akan membarikan motivasi yang tinggi para siswa untuk
merespon terhadap pengajaran.
3) Alat Bantu Belajar
Alat bantu belajar atau media belajar adalah semua alat yang
digunakan dalam kegiatan belajar mengajar yang dapat membantu siswa untuk
mencapai tujuan belajar yang berupa media cetak, media elektronik atau yang
lainnya. Untuk memudahkan siswa menerima materi pengajaran perlu
diusahakan agar siswa dapat menggunakan sebanyak mungkin alat indera
yang dimilikinya, makin banyak alat indera yang digunakan untuk
mempelajari materi pelajaran makin mudah diingat apa yang dipelajari.
4) Suasana Belajar
Suasana dapat menimbulkan aktivitas atau kegairahan belajar siswa
antara lain:
(a) Adanya komunikasi dua arah (antara guru-siswa, siswa-siswa) yang
hangat, hal tersebut akan menunjukkan suasana yang gembira dan bebas
sehingga akan memperlancar jalannya proses belajar mengajar yang pada
akhirnya dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar.
(b) Adanya kegairahan dan kegembiraan belajar. Suasana belajar mengajar
yang dapat meningkatkan kegairahan dan kegembiraan belajar akan
terjadi apabila isi pelajaran yang disediakan berkesesuaian dengan
karakter untuk siswa. Adanya memaksimalkan keaktifan siswa yang
belajar (Moedjiono, Moh. Dimiyati, 1992: 23).
13
5) Kondisi Siswa Yang Belajar
Mengenai kondisi siswa yang belajar dapat dikemukakan sebagai
berikut:
a) Siswa memiliki sifat yang unik artinya antara anak yang satu dengan
anak yang lainnya berbeda
b) Adanya kesamaan yang memiliki langkah-langkah perkembangan dan
memiliki potensi yang perlu diaktualisasikan melalui pembelajaran.
Dengan kondisi siswa yang demikian akan berpengaruh pada partisipasi
siswa dalam proses belajar. Kondisi siswa dapat dipengaruhi oleh faktor dari
dalam dan faktor dari luar. Untuk itu, Kegiatan pembelajaran lebih menekankan
pada peranan dan partisipasi siswa bukan peran guru yang dominan, tetapi lebih
berperan sebagai fasilitator (memberi kemudahan pada siswa untuk belajar),
motivator (memberi dorongan pada siswa untuk belajar) dan sebagai pembimbing
(membari bimbingan kepada siswa yang memerlukan).
4. Hakikat Model Pembelajaran
Istilah model pembelajaran dibedakan dari istilah strategi pembelajaran,
metode pembelajaran, atau prinsip pembelajaran. Istilah model pembelajaran
mempunyai makna yang lebih luas daripada suatu strategi, metode, atau prosedur.
Istilah model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dipunyai
oleh strategi atau metode tertentu : rasional teoritik yang logis yang disusun oleh
terciptanya tujuan pembelajaran yang akan dicapai, tingkah laku mengajar yang
diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan secara berhasil, dan
lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.
(LPMP, 207: 12).
Istilah model pembelajaran meliputi pendekatan suatu model pembelajaran
yang luas dan menyeluruh. Contohnya pada model pembelajaran berdasarkan
masalah, kelompok-kelompok kecil siswa yang bekerja sama memecahkan suatu
masalah yang telah disepakati oleh siswa dan guru.
Tugas guru dalam pembelajaran autentik yaitu membantu siswa untuk
belajar masalah dengan memberi tugas-tugas yang memiliki konteks kehidupan
14
nyata dan kaya dengan kandungan akademik serta keterampilan yang terdapat
dalam konteks kehidupan nyata (Nurhadi dan Senduk, 203: 76). Untuk
memecahkan masalah-masalah tersebut, siswa harus mengidentifikasi masalah,
kemungkinan pemecahannya, memilih suatu pemecahan, melaksanakan
pemecahan atas masalah tersebut dan menganalisis serta melaporkan penemuan-
penemuan.
Tugas guru dalam pembelajaran inkuiri yaitu mendorong siswa untuk
mengajukan pertanyaan dan menyelidiki sendiri untuk mencari tahu jawabannya,
sehingga siswa diharapkan dapat berinisiatif dalam memecahkan masalah-masalah
dan bekerja sama mencari solusi terhadap masalah-masalah yang ditemui sehari-
hari.
5. Hakikat Pembelajaran Kontekstual
Salah satu usaha untuk mengatasi masalah pembelajaran yang dapat
dipertimbangkan adalah pengajaran dengan pendekatan kontekstual (CTL), yakni
sebuah pendekatan pembelajaran yang terpusat pada siswa (Student Oriented).
Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual (CTL) adalah pembelajaran yang
memungkinkan belajar memberi kesempatan pada siswa untuk mengembangkan
(menggunakan = employ) pemahaman dan kemampuan akademik mereka dalam
beragam konteks baik di dalam maupun di luar sekolah untuk menyelesaikan
masalah yang mensimulasikan keadaan real atau masalah-masalah dunia nyata.
CTL merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan
antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta didik secara nyata,
sehingga peserta didik mampu menhubungkan dan menerapkan kompetensi hasil
belajar dalam kehidupan sehari-hari.
Dewasa ini ada kecenderungan untuk kembali pada pemikiran bahwa anak
akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih
baik bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan
mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti
berhasil dalam kompetensi mengingat jangka pendek tetapi gagal dalam
membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang.
15
Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) merupakan
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan
dengan situasi nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran
diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah
dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer
pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan
daripada hasil.
Sementara Nurhadi dan Senduk (2003: 13) memberikan batasan tentang
pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) sebagai berikut:
”Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) adalah
konsep belajar dimana guru menhadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari,sementara
siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dalam konteks yang
terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari proses mengkonstruksi sendiri
sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sebagai
anggota masyarakat”.
Depdiknas (2003: 5) mendefinisikan pendekatan pembelajaran kontekstual
sebagai berikut:
”Pendekatan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and
learning adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, dengan melibatkan tujuh
komponen utama pembelajaran efektif, yakni konstruktivisme
(constructivism), bertanya (quenstioning), menemukan (inquiry),
masyarakat belajar (learning comunity), pemodelan (modeling), refleksi
(reflection), dan penilaian sebenarnya (authentic assesment)”.
Menurut Kuswanto (2005: 2) menyatakan bahwa ”Pendekatan
pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learning adalah suatu
konsep mengajar dan belajar yang akan membantu guru menghubungkan kegiatan
dan bahan ajar masa pelajarannya dengan situasi nyata dan yang memotivasi
16
siswa untuk dapat menghubungkan pengetahuan dan terapannya dengan anggota
keluarga bahkan anggota masyarakat di masa ia hidup”.
Sumarwan (2004: 1) menjelaskan ”Pendekatan pembelajaran kontekstual
contextual teaching and learning merupakan konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat”.
Menurut Elaine B. Johnson (2008: 58) ”Contxtual Teaching and Learning
adalah sebuah sistem yang merangsang otak untuk menyusun pola-pola yang
mewujudkan makna. CTL adalah suatu sistem pengajaran yang cocok dengan otak
yang menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan akademik dengan
konteks dari kehidupan sehari-hari siswa”.
Pembelajaran kontekstual adalah sebuah sistem yang menyeluruh yang
terdiri dari bagian-bagian yang saling terhubung. Jika bagian-bagian ini terjalin
satu sama lain maka akan dihasilkan pengaruh yang melebihi hasil yang diberikan
bagian-bagiannya secara terpisah.
Tujuan pendekatan kontekstual (CTL) pada dasarnya adalah membekali
siswa dengan pengetahuan yang secara fleksibel dapat diterapkan dari suatu
permasalahan ke permasalahan yang lain dan dari suatu konteks ke konteks yang
lain (Rusgianto, 2002: 23). Siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan dari
pemberian orang lain.
Berdasarkan uraian pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud pendekatan pembelajaran kontekstual, yaitu pendekatan pembelajaran
yang memungkinkan guru mengaitkan content atau isi materi pelajaran dengan
dunia nyata siswa dan memotivasi siswa untuk membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya di dalam kehidupan siswa
baik sebagai anggota keluarga maupun masyarakat. Di samping itu, dalam
pembelajaran dengan pendekatan kontekstual memungkinkan siswa menguatkan,
memperluas dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademiknya dalam
berbagai tatanan di sekolah dan di luar sekolah agar dapat memecahkan masalah-
17
masalah dunia nyata atau masalah-masalah yang disimulasikan. Untuk itu agar
siswa dapat menciptakan hubungan antara materi yang dipelajari dengan
kehidupan dunia nyata, maka dalam pembelajaran kontekstual selalu diupayakan
agar proses pembelajarannya dekat dengan pengalaman siswa.
a. Komponen Dalam Pendekatan Kontekstual
Sebagaimana dikemukakan sebelumnya bahwa pendekatan pembelajaran
kontekstual memiliki tujuh komponen, yaitu konstruktivisme (constructivism),
bertanya (questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning
comunity), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian
sebenarnya (authentic assesment)”. Berdasarkan ketujuh komponen tersebut,
maka sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan kontekstual jika
ketujuh komponen tersebut dilaksanakan dalam pembelajaran di kelas
(Depdiknas: 2003: 10).
Untuk memperjelas keterkaitan antar komponen diatas, maka dapat
digambarkan sebagai berikut:
(Nurhadi, Agus Gerard Senduk, 2003: 31)
Gambar 1. Keterkaitan Antar Komponen Pembelajaran Kontekstual
Konstuktivisme
(Construktivism)
Bertanya
(Questioning)
Menemukan
(Inquiry)
Masyarakat Belajar
(Learning Community)
Pemodelan
(Modeling)
Refleksi
(Reflection)
Penilaian Sebenarnya
(Authentic Assesment)
18
Adapun penjelasan tiap-tiap komponen tersebut di atas di antaranya
sebagai berikut:
1) Kontruktivisme (Constructivism)
Konstruktivisme adalah filosofi belajar yang menekankan bahwa
belajar tidak hanya sekedar menghafal. Konstruktivisme dalam
belajar merupakan sesuatu yang kompleks dan multidimensi yang
jauh melampaui berbagai metodologi yang hanya berorientasi pada
latihan dan rangsangan tanggapan (stimulus-response). Pembelajaran
modern menganjurkan bahwa belajar hanya terjadi jika siswa
memproses informasi atau pengetahuan baru sedemikian rupa
sehingga dirasakan masuk akal sesuai dengan kerangka berpikir yang
dimilikinya (ingatan, pengalaman dan tanggapan). Secara ilmiah,
ketika ada pengetahuan baru, pikiran seseorang bekerja untuk
menemukan makna pengetahuan baru itu dalam konteks nyata dan
bisa terjadi melalui pencarian hubungan yang masuk akal dan
bermanfaat. Perpaduan materi pelajaran dengan konteks keseharian
siswa akan menghasilkan dasar-dasar pengetahuan yang mendalam
dimana siswa kaya akan pemahaman masalah dan cara untuk
menyelesaikannya. Siswa mampu secara independen menggunakan
pengetahuannya untuk menyelesaikan masalah-masalah baru dan
belum pernah dihadapi, serta memiliki tanggungjawab yang lebih
terhadap belajar seiring dengan peningkatan pengalaman dan
pengetahuan mereka.
Esensi dari teori kontruktivisme adalah ide bahwa siswa harus
menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks
kesituasi lain, dan apabila dikehendaki informasi itu menjadi milik
mereka sendiri. Dengan dasar ini pembelajaran harus dikemas
menjadi proses mengkontruksi bukan menerima pengetahuan. Dalam
pandangan kontruktivisme strategi memperoleh lebih diutamakan
dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat
pengetahuan. Untuk itu, tugas guru adalah memfasilitasi proses
19
tersebut dengan : (1) menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan
bagi siswa, (2) memberi kesempatan siswa menemukan dan
menerapakan idenya sendiri, dan (3) menyadarkan siswa agar
menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.
Pembelajaran yang konstruktivisme selayaknya memiliki delapan
komponen utama yaitu:
(a) Melakukan hubungan yang bermakna (making meaningful
connections)
Siswa dapat mengatur diri sendiri sebagai orang yang belajar
secara aktif dalam mengembangkan minatnya secara
individual, orang yang dapat bekerja sendiri atau bekerja dalam
kelompok, dan orang yang dapat belajar sambil berbuat
(learning by doing).
(b) Melakukan kegiatan-kegiatan yang signifikan (doing
significant work)
Siswa membuat hubungan-hubungan antara sekolah dan
berbagai konteks yang ada dalam kehidupan nyata sebagai
pelaku bisnis dan sebagai anggota masyarakat.
(c) Belajar yang diatur sendiri (self-regulated learning)
Siswa melakukan pekerjaan yang signifikan: ada tujuannya,
ada urusannya dengan orang lain, ada hubungannya dengan
penentuan pilihan, dan ada produk/hasil yang sifatnya nyata.
(d) Bekerja sama (collaborating)
Siswa dapat bekerja sama. Guru membantu siswa bekerja
secara efektif dalam kelompok, membantu mereka memahami
bagaimana mereka saling mempengaruhi dan saling
berkomunikasi.
(e) Berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thinking)
Siswa dapat menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi
secara kritis dan kreatif: dapat menganalisis, membuat sintesis,
20
memecahkan masalah, membuat keputusan, dan menggunakan
logika dan bukti-bukti.
(f) Mengasuh atau memelihara pribadi siswa (nurturing the
individual)
Siswa memelihara pribadinya: mengetahui, memberi perhatian,
memiliki harapan-harapan yang tinggi, memotivasi dan
memperkuat diri sendiri. Siswa tidak dapat berhasil tanpa
dukungan orang dewasa juga menghormati temannya.
(g) Mencapai standar yang tinggi (reaching high standards).
Siswa mengenal dan mencapai standar yang tinggi:
mengidentifikasi tujuan dan memotivasi siswa untuk
mencapainya. Guru memperlihatkan kepada siswa cara
mencapai excellence.
(h) Menggunakan penilaian otentik (using authentic assessment)
Siswa menggunakan pengetahuan akademis dalam konteks
dunia nyata untuk suatu tujuan yang bermakna.
2) Menemukan (Inquiry)
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran
berbasis CTL. Pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa
diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta–fakta, tetapi
hasil dari menemukan sendiri. Untuk itu guru harus merancang
kegiatan pembelajaran yang merujuk pada kegiatan mememukan
apapun materi pelajarannya.
Untuk merancang pembelajaran yang merujuk pada kegiatan
menemukan ini, ada empat langkah yang dapat diikuti antara lain: (1)
merumuskan masalah, (2) mengamati atau mengobservasi, (3)
menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan,
bagan, tabel, dan karya lainnya, dan (4) mengkomunikasikan atau
menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru kelas, dan
adiens lainnya.
21
3) Bertanya (Questioning)
Questioning (bertanya) merupakan strategi utama pembelajaran
berbasis CTL. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai
kegiatan guru untuk mendorong, membibing dan menilai kemampuan
berpikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian
penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquiri,
yaitu menggali informasi. Pada semua aktifitas belajar, bertanya
dapat diterapkan antara siswa dengan siswa, antara guru dengan
siswa, antara siswa dengan guru, antara siswa dengan orang lain yang
didatangkan di kelas.
Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari bertanya,
karena bertanya merupakan strategi utama pembelajaran yang
berbasis pendekatan kontekstual (CTL). Dalam sebuah pembelajaran
yang produktif , kegiatan bertanya berguna untuk:
(a) Menggali informasi, baik administrasi maupun akademis.
(b) Mengecek pemahaman siswa.
(c) Membangkitkan respon pada siswa.
(d) Mengetahui sejauh mana keingin tahuan siswa.
(e) Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa.
(f) Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki
guru.
(g) Untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari
siswa.
(h) Untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
4) Masyarakat Belajar (Learning Community)
Konsep learning community menyarankan agar hasil
pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil
belajar diperoleh dari „sharing’ antar temen, antar kelompok, dan
antar yang tahu ke yang belum tahu. Di ruang ini, di kelas ini, di
sekitar sini, juga orang–orang yang ada di luar sana, semua adalah
anggota masyarakat belajar.
22
Dalam kelas CTL, guru disarankan selalu melaksanakan
pembelajaran dalam kelompok besar. Siswa dibagi dalam kelompok-
kelompok yang anggotanya heterogen. Yang pandai mengajar yang
lemah, yang tahu memberitahu yang belum tahu. Masyarakat belajar
bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah. Dalam
masyarakat belajar, dua kelompok (atau lebih) yang terlibat dalam
komunikasi pembelajaran saling belajar. Kegiatan saling belajar ini
bisa terjadi apabila tidak ada pihak yang dominan dalam komunikasi,
tidak ada pihak yang merasa segan untuk bertanya , semua pihak
saling mendengarkan.
Kalau setiap orang mau belajar dari orang lain, maka setiap orang
lain bisa menjadi sumber belajar, ini berarti setiap orang akan kaya
dengan pengetahuan dan pengalaman. Metode pembelajaran dengan
teknik “Learning community” sangat membantu proses pembelajaran
di kelas.
5) Pemodelan (Modeling)
Komponen CTL selanjutnya adalah pemodelan. Maksudnya, dalam
sebuah pembelajaran ketrampilan atau pengalaman tertentu, ada
model yang bisa ditiru. Dalam pendekatan CTL, guru bukan satu-
satunya model. Model dirancang dengan melibatkan siswa.
6) Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau
berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan dimasa
lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai
struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau
revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon
terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima.
Pengetahuan yang bermakna diperoleh dari proses pengetahuan
yang dimiliki siswa diperluas melalui konteks pembelajaran, yang
kemudian diperluas sedikit demi sedikit. Guru atau orang dewasa
membantu siswa membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan
23
yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru. Dengan
refleksi itu, siswa merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi
dirinya tentang apa yang baru dipelajarinya.
Kunci dari itu semua adalah, bagaimana pengetahuan itu
mengendap kebenak siswa. Siswa mencatat apa yang sudah dipelajari
dan bagaimana merasakan ide-ide baru. Pada akhir pembelajaran,
guru menyisakan sejenak agar siswa melakukan refleksi.
7) Penilaian sebenarnya (Authentic Assessment)
Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa
memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Data yang
dikumpulkan melalui kegiatan penilaian (assessment) bukanlah untuk
mencari informasi tentang belajar siswa. Pembelajaran yang benar
memang seharusnya harus ditekankan pada upaya membantu siswa
agar mampu mempelajari (learning how to learn), bukan ditekankan
pada diperolehnya sebanyak mungkin informasi diakhir periode
pembelajaran.
Karena assessment menekankan proses pembelajran, maka data
yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang
dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran.
b. Penerapan Pendekatan Kontekstual (CTL) di Kelas
Penerapan pendekatan kontekstual (CTL) di kelas cukup mudah, dapat
diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja termasuk
pelajaran Survei dan Pemetaan dan kelas yang bagaimanapun keadaannya.
Langkah-langkah penerapan pendekatan kontekstual berkaitan erat dengan
tujuh komponen yang telah disebutkan di atas.
Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1) Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna
dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkontruksikan
sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya.
2) Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
3) Mengembangkan sifat-sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
24
4) Menciptakan masyarakat belajar.
5) Menghadirkan model yang bisa ditiru sebagai contoh pembelajaran.
6) Melakukan refleksi di akhir pertemuan.
7) Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
c. Peranan Guru Dalam Pembelajaran Kontekstual (CTL)
Dalam pembelajaran kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa
mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berusaha dengan strategi
dari pada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim
yang bekerja sama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas
(siswa). Sesuatu yang baru itu berupa pengetahuan dan keterampilan datang
dari „menemukan sendiri„ bukan dari „apa kata guru‟. Begitulah peran guru di
kelas yang dikelola.
6. Survei dan Pemetaan
Survei dan Pemetaan merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan
pada siswa kelas X TKB SMK program bangunan, mata pelajaran Survei Dan
Pemetaan hanya diberikan pada dua semester awal sehingga siswa harus benar-
benar mampu memahami dasar dari pekerjaan tersebut dan guru dituntut mampu
menyampaikan materi dan memberikan proses pembelajaran yang tepat untuk
menumbuhkan minat dan hasil yang baik dari siswa. Survei Dan Pemetaan adalah
mata pelajaran yang harus diberikan pada semua program kelas bangunan baik itu
pada program Teknik Konstruksi Kayu (TKK), Teknik Gambar Bangunan (TGB),
dan Teknik Konstruksi Bangunan (TGB).
Mata Pelajaran Survei dan Pemetaan ini merupakan dasar dari ilmu ukur
tanah yang ada pada bangku perkuliahan pada program studi teknik bangunan.,
juga awal dari sebuah pekerjaan pada ilmu bangunan akan menggunakan ilmu ini
pada tahap awal pengerjaanya.
Dengan menaikkan Standar Kompetensi Kelulusan pada mata pelajaran
produktif, maka guru dan siswa harus lebih berkompeten agar dapat mencapai
tujuan dari proses pembelajaran. Sehingga hambatan yang ada pada proses
pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar siswa hendaknya
25
dapat dipecahkan mulai dari pengenalan masalah. Untuk memperoleh hasil dan
tujuan yang ingin dicapai pada proses pembelajaran guru dituntut dapat
memberikan model pembelajaran yang tepat salah satunya dengan menggunakan
metode pembelajaran kontekstual.
Pada mata pelajaran Survei dan Pemetaan terdapat empat standar
kompetensi pada semester satu, dan dua standar kompetensi pada semester dua.
Daftar standar kompetensi dan kompetensi dasar dapat dilihat pada tabel dibawah:
Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Kelas X Semester I
STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR
1. Membuat garis lurus di
lapangan
1.1 Memahami syarat-syarat pembuatan
garis lurus
1.2 Memahami sumber kesalahan
pembuatan garis lurus
1.3 Memahami teknik pembuatan garis
lurus
2. Mengukur jarak di lapangan 2.1 Memahami syarat-syarat pengukuran
jarak mendatar
2.2 Memahami sumber kesalahan
2.3 Memahami langkah kerja pengukuran
datar/terhalang pandangan
3. Mengukur beda tinggi dengan
alat ukur sederhana
3.1 Memahami syarat-syarat pengukura
beda tinggi
3.2 Memahami teknik pengukuran beda
tinggi dengan alat sedehana
3.3 Memehami teknik penggambaran hal
pengukuran beda tinggi
4. Membuat peta situasi dengan
alat sederhana
4.1 Memahami teknik membuat petasituasi
dengan alat ukur sederhana
4.2 Memahami rumus-rumus perhitungan
pengukuran luas
4.3 Memahami penggambaran peta situasi
26
Kelas X Semester II
STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR
1. Mengukur beda tinggi
dengan alat pesawat
penyipat datar
1.1 Memahami penyetelan pesawat
penyipat datar. Dumpy Level, Tilting
dan Automatic Level
1.2 Memahami rumus-rumus perhitungan
beda tinggi
1.3 Memahami sumber-sumber kesalahan
pada pengukuran
1.4 Memahami teknik penggambaran hasil
pengukuran beda tinggi
2. Mengukur beda tinggi di
lapangan dengan alat ukur
penyiat datar
2.4 Mengukur beda tinggi memanjang
dengan jarak langsung
2.5 Mengukur beda tinggi keliling (tertutup)
jarak langsung
2.6 Menggambar hasil pengukuran beda
tinggi
B. Kerangka Berpikir
Belajar merupakan aktivitas yang ditempuh siswa dengan tujuan untuk
membentuk sikap/budi pekerti yang baik dalam kehidupan sehari-hari di sekolah,
di rumah, dan di lingkungan masyarakat. Tujuan pembelajaran di duga dapat
tercapai apabila guru dalam menyampaikan materi pembelajaran menggunakan
pendekatan kontekstual.
Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang
mempertimbangkan keragaman siswa dan multi intelegensi siswa yang ada di
kelas itu. Prestasi belajar atau hasil belajar merupakan puncak dari suatu proses
pembelajaran. Dalam pembelajaran Survei dan Pemetaan masih banyak
ditemukan masalah-masalah antara lain: masih rendahnya prestasi belajar siswa,
masih rendahnya tingkat partisipasi siswa, masih rendahnya tingkat pemahaman
siswa terhadap konsep–konsep dasar Survei dan Pemetaan.
Untuk itu diperlukan perhatian khusus yang berkaitan dengan
pengembangan strategi pendekatan pembelajaran Survei dan Pemetaan di sekolah.
Salah satu pendekatan yang memberikan peluang besar untuk meningkatkan hasil
belajar adalah pendekatan kontekstual (CTL).
27
Siswa akan dibiasakan berinteraksi dengan siswa lain melalui belajar
kelompok dan observasi langsung di lapangan. Siswa belajar bersama-sama dalam
kelompoknya yang terdiri dari berbagai macam tipe, artinya kelompok tersebut
bersifat heterogen dan didalamnya terdiri dari siswa yang tergolong pandai,
sedang dan lemah. Jika ada anggota kelompok yang tidak jelas maka anggota
kelompok yang merasa mampu akan menjelaskan pada siswa tersebut. Dengan
demikian pembelajaran akan menyenangkan dan berarti bagi siswa yang
selanjutnya akan menimbulkan semangat belajar siswa dan diharapkan hasil
belajar siswa akan meningkat.
Dari uraian di atas, dapat digambarkan pola pemikiran yang
menggambarkan secara singkat konsep hubungan dalam penelitian yaitu sebagai
berikut :
Gambar 2. Kerangka konsep
Kondisi Awal
Tindakan
Kondisi Akhir
Guru belum menggunakan
pembelajaran kontekstual
Dalam Pembelajaran
Menggunakan pendekatan
kontekstual
Diduga melalui
pembelajaran kontekstual
hasil belajar meningkat
70%
Siklus 1
Hasil belajar siswa
rendah
Siklus 2
28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Sekolah yang digunakan sebagai tempat penelitian tentang penerapan
pendekatan kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran Survei
dan Pemetaan adalah di SMK Negeri 2 Surakarta kelas X TKB, dengan pertimbangan :
a) SMK N 2 Surakarta adalah sekolah yang berstandar internasional (SBI) di kota
Surakarta dan cenderung menaikkan standar kelulusan.
b) Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Surakarta terletak di Jl. LU. Adisucipto 33
Telp. 0271-714901 Surakarta Kode Pos 57139 merupakan tempat yang strategis
sehingga memudahkan dalam pengawasan proses pembelajaran selama penelitian.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian direncanakan pada bulan Desember 2009-Juni 2010. Adapun
perinciannya adalah sebagai berikut.
Tabel 2. Waktu Penelitian
Tahun 2009/2010
Desember Januari Februari Maret April Mei Juni
Pengajuan
judul
Pra
proposal
Proposal
Seminar
proposal
Revisi
proposal
Perijinan
Penelitian
Analisa
Data
Penulisan
Laporan
Ujian
29
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian
tindakan kelas, merupakan rangkaian penelitian yang dilakukan secara siklik dalam
rangka memecahkan masalah sampai masalah itu terpecahkan. PTK bertujuan untuk
memperbaiki kinerja, sifatnya kontekstual dan hasilnya tidak untuk digeneralisasi.
Penelitian tindakan disini adalah kolaboratif partisipatoris, yaitu kerja sama antara
peneliti dengan guru atau teman sejawat di lapangan. Peneliti terlibat langsung dalam
perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.
Penelitian yang dilakukan berupa penelitian pengembangan model pembelajaran
dan tindakan. Penelitian tindakan terikat dalam perencanaan dan pengimplementasian
perangkat pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning).
Teknik analisis yang digunakan dengan menggunakan metode Penelitian
Tindakan Kelas. Dimana penelitian ini digunakan untuk mendeskripsikan kegiatan
siswa selama proses pembelajaran
C. Sumber Data
Data atau informasi yang dikumpulkan dalam penelitian tindakan kelas ini
digunakan instrumen penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes tertulis
(pree test), wawancara dan lembar observasi.
Jenis data yang digunakan ada tiga, yaitu data yang berhubungan dengan proses,
dampak tindakan yang dilakukan, dan data yang digunakan sebagai dasar menilai
keberhasilan tindakan yang akan dilakukan. Data yang berhubungan dengan proses
berupa data tentang peningkatan hasil belajar Survei Dan Pemetaan Melalui
Pembelajaran Kontekstual.
Sesuai dengan fokus masalah yang diamati, maka data yang diperlukan dalam
penelitian ini sebagai berikut :
1. Hasil pengamatan terhadap langkah-langkah pembelajaran.
2. Informasi dari guru Survei dan Pemetan kelas X TKB.
3. Tes hasil belajar.
30
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang sesuai dengan apa yang diharapkan dalam
penelitian, diperlukan alat dan metode untuk mendapatkan data yang tepat dan obyektif.
Penetapan metode pengumpulan data berdasarkan pada tujuan penelitian yang akan
dicapai juga berdasar pada kebutuhan dan sumber data. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah :
1. Mencatat dokumen, digunakan untuk mengumpulkan data yang berupa data-data
tertulis, Kajian juga dilakukan terhadap berbagai dokumen atau arsip yang ada,
seperti Satuan Acara Pembelajaran (SRP), Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP), dan nilai yang diberikan guru (terlampir).
2. Observasi untuk mengamati aktifitas selama proses pembelajaran Pekerjaan Dasar
Survei, dalam penelitian ini adalah observasi langsung dilakukan dengan cara
formal dan informal.
3. Evaluasi untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan peningkatan hasil belajar
siswa pada materi pembelajaran.
4. Wawancara teknik penelitian ini adalah cara mengumpulkan data yang
mengharuskan seorang peneliti mengadakan kontak langsung secara lisan.
E. Validitas Data
Untuk memperoleh kebenaran data agar hasil penelitian dapat
dipertanggungjawabkan, maka diperlukan teknik pemeriksaan data yang tepat. Menurut
H.B Sutopo (2002) “Validitas merupakan jaminan bagi kemantapan simpulan dan tafsir
makna sebagai hasil penelitian.
Validasi data yang dipilih peneliti dalam penelitian ini merujuk pada pendapat
Hopkins (Wiraatmadja, 2005 : 168-171), yaitu :
a) Member chek, memeriksa kembali keterangan-keterangan atau informasi yang
diperoleh selama observasi atau wawancara dilakukan dengan cara
mengkonfirmasi dengan guru dan siswa melalui diskusi pada akhir
pembelajaran.
b) Triangulasi, yaitu memeriksa kebenaran data yang diperoleh peneliti dengan
membandingkan terhadap hasil yang diperoleh mitra peneliti secara kolaboratif.
31
c) Audit Trail, yaitu mengecek kebenaran prosedur dan metode pengumpulan data
dengan cara mendiskusikan dengan pembimbing.
d) Expert Opinion, pengecekan terakhir terhadap kesahihan temuan peneliti kepada
pakar profesional, dalam hal ini penulis mengkonfirmasikan temuan kepada
pembimbing atau dosen.
Berdasarkan validasi di atas, maka validasi data yang akan digunakan oleh
peneliti yaitu member chek dan triangulasi. Untuk validasi member chek, setelah
wawancara dengan guru dan siswa serta observasi terhadap kinerja guru dan aktivitas
siswa dalam pembelajaran Survei dan pemetaan. Peneliti memeriksa hasil wawancara
dan observasi, apakah sudah tercatat sesuai yang terjadi atau ada yang belum tercatat.
Dalam hal ini menjamin keabsahan data dan mengembangkan validitas data
yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah trianggulasi data, yaitu mengumpulkan
data sejenis dari beberapa sumber data yang berbeda. Dalam penelitian ini dilakukan
diskusi, membandingkan pendapat beberapa peneliti, hasil pengamatan data evaluasi.
Untuk lebih jelasnya, proses trianggulasi data (sumber) dapat dilihat pada
gambar berikut.
Gambar 4. Teknik Validitas Data
(Sumber H.B Sutopo, 2002)
F. Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif. Menurut
Huberman (2007: 19-20) “Analisis mempunyai tiga kegiatan yaitu : reduksi data,
32
penyajian data, penarikan kesimpulan atau verifikasi”. Tiga jenis Kegiatan analisis dan
kegiatan pengumpulan data merupakan proses siklus dan interaktif.
Reduksi data yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan yang
tertulis di lapangan. Pada waktu pengumpulan data, peneliti selalu membuat reduksi
data dan sajian data ini harus disusun pada waktu peneliti sudah mendapatkan sejumlah
data yand diperlukan dalam penelitian. Pada waktu pengumpulan data berakhir, peneliti
mulai melakukan usaha untuk menarik kesimpulan dan verifikasinya berdasarkan semua
hal yang terdapat dalam reduksi data dan sajian data.
Penyajian data dilakukan dalam rangka pemahaman terhadap sekumpulan
informasi yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan. Sedangkan
penarikan kesimpulan dilakukan secara bertahap untuk memperoleh derajat kepercayaan
yang tinggi. Dengan demikian analisis data kualitatif dalam penelitian tindakan ini
dilakukan semenjak tindakan–tindakan dilaksanakan.
Untuk lebih jelasnya proses analisis interaktif dapat digambarkan dengan
gambar berikut :
PENGUMPULAN DATA
PENARIKAN KESIMPULAN
SAJIAN DATAREDUKSI
Gambar 5. Model Analisis Interaktif
(Sumber : Huberman, 2007: 20)
33
G. Indikator Kinerja
Yang menjadi indikator keberhasilan tindakan kelas ini adalah jika terjadi
perubahan peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Survei dan Pemetaan
melalui pembelajaran kontekstual di indikasikan jika:
1) 70% dari seluruh siswa terlihat peningkatan hasil belajar pada pelajaran Survei
dan Pemetaan.
2) 70% siswa menunjukkan keberanian dalam bertanya dan mengemukakan
pendapat.
3) 70% siswa menunjukkan adanya interaksi dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran kelompok, menunjukkan adanya hubungan siswa dengan guru dan
siswa dengan siswa selama pembelajaran.
4) 70% siswa terlibat aktif dalam pembelajaran kontekstual.
Kemampuan guru untuk mengimplementasikan pendekatan pembelajaran
kontekstual dapat terlaksana dengan baik dan dapat ditujukan untuk melakukan
perbaikan-perbaikan dalam pembelajaran berikutnya.
H. Prosedur Penelitian
Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ini terdiri dari siklus-siklus untuk mengetahui
permasalahan yang menyebabkan rendahnya hasil belajar kelas X TKB di SMK N 2
Surakarta dilakukan observasi terhadap kegiatan pembelajaran. Melalui langkah-
langkah yang dilakukan peneliti maka dapat ditentukan tidakan yang tepat dalam
meningkatkan hasil belajar Survei dan Pemetaan melalui pembelajaran kontekstual.
34
Model Spiral (Kemmis dan Taggart)
Gambar 6. Prosedur Tindakan
Untuk menerapkan perangkat pembelajaran kontekstual digunakan rancangan
penelitian tindakan, selain itu juga memecahkan masalah-masalah praktis, juga untuk
memperbaiki strategi pembelajaran. Dalam penelitian ini tindakan yang dimaksud
adalah penerapan pembelajaran kontekstual, untuk meningkatkan pemahaman siswa
pada materi. Penelitian tindakan kelas dilakukan melalui tahap :
Masalah
Evaluasi Refleksi
Evaluasi Refleksi
Evaluasi Refleksi
Siklus I
Siklus II
Siklus III
Rencana I
Tindakan I
Observasi I
Rencana II
Tindakan II
Observasi II
Rencana III
Tindakan III
Observasi III
35
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan tindakan
3. Observasi
4. Refleksi
Pada kegiatan siklus akan dilakukan sesuai dengan tahap-tahap berikut.
Rencana tindakan siklus I
1. Tahap Perencanaan
a. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) mata pelajaran Survei dan
Pemetaan dengan Kompetensi Dasar (KD) Penyetelan dan pembacaan pesawat
penyipat datar dengan model pembelajaran kontekstual.
b. Menyiapkan media pembelajaran yang dibutuhkan.
c. Menyiapkan soal tes sebelum pembelajaran dilakanakan.
d. Menyiapkan lembar penilaian
e. Membuat lembar evaluasi.
2. Tahap pelaksanaan tindakan
Dalam tahap ini langkah-langkah pembelajaran dan tindakan mengacu pada
perencanaan yang telah dibuat yaitu :
a. Tahap Awal Pembelajaran
1) Membuka pertemuan dengan kesiapan siswa untuk memulai pelajaran
dengan berdoa.
2) Guru mengecek kehadiran siswa (presensi). Kemudian mengarahkan pada
materi yang akan dibahas.
3) Tes awal tentang pembelajaran.
b. Tahap Inti Pembelajaran
1) Siswa dibagi ke dalam 5 kelompok (tiap kelompok terdiri dari 6-7 orang
tiap alat) dengan karakteristik yang heterogen secara acak.
2) Siswa menyimak panjelasan guru tentang tugas dan langkah kerja di
lapangan yang harus dikerjakan pada waktu praktek dalam kelompoknya.
3) Guru memberikan bahan akademik yang disajikan kepada siswa dalam
bentuk teks atau job sheet dan setiap siswa bertanggung jawab untuk
mempelajari bagian dari bahan akademik tersebut.
36
4) Salah satu siswa dari setiap kelompok diberi tanggung jawab untuk
memimpin teman dalam satu kelompoknya untuk membagi tugas dalam
pekerjaan yang akan dilaksanakan.
5) Siswa atau setiap kelompok diberi kesempatan untuk menanyakan apa yang
kurang dipahami dari job sheet pekerjaan yang diberikan oleh guru sebelum
memulai praktek.
6) Setelah diadakan diskusi dalam kelompok dan sudah dianggap mengerti,
siswa melakukan praktek sesuai dengan petunjuk dan job sheet yang sudah
diberikan oleh guru.
c. Tahap Akhir Pembelajaran
1) Guru dan siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
2) Melakukan tindak lanjut.
3. Tahap Observasi
Pada tahap ini terdiri dari pengumpulan data serta mencatat setiap aktivitas
siswa dan kinerja guru pada saat pelaksanaan tindakan berlangsung. Observasi ini
dilakukan oleh peneliti yaitu dengan mengamati aktivitas siswa dan kinerja guru
dalam pembelajaran Survei dan Pemetaan dari awal pembelajaran sampai akhir
pembelajaran. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah aktivitas siswa dan
kinerja guru sudah sesuai dengan apa yang tercantum dalam lembar observasi atau
tidak. Sehingga hasil observasi dapat diperbaiki pada siklus berikutnya.
4. Tahap Evaluasi dan Refleksi
Mengadakan refleksi dan evaluasi dari kegiatan awal pembelajaran, kegatan inti
pembelajaran, sampai kegiatan akhir pembelajaran berdasarkan hasil refleksi ini
akan dapat diketahui kelemahan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh
guru sehingga dapat digunakan untuk menentukan tindakan kelas pada siklus
berikutnya.
Tahap ini dilaksanakan pada proses pembelajaran atau pada tahap pelaksanaan
tindakan. Observasi diarahkan pada poin-poin yang telah ditetapkan dalam
indikator.
37
a) Indikator keberhasilan guru yang ingin dicapai :
1) Penampilan guru didepan kelas.
2) Cara menyampaikan materi pelajaran.
3) Cara pengelolaan kelas.
4) Cara-cara penggunaan alat-alat pelajaran.
5) Suara guru dalam menyampaikan pelajaran.
6) Cara guru menyampaikan bimbingan kelompok yang dibutuhkan.
7) Waktu yang diperlukan guru.
b) Indikator-indikator keberhasilan siswa yang ingin dicapai:
1) Minat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran Survei dan
Pemetaan.
2) Keaktifan siswa dalam pembelajaran Survei dan Pemetaan.
3) Kemampuan siswa mengemukakan pendapat.
4) Peningkatan kemampuan siswa berdiskusi.
5) Banyaknya siswa yang bertanya.
6) Kemampuan memecahkan dan merumuskan masalah.
7) Ketepatan dan kecepatan dalam mengerjakan tugas.
8) Kerjasama dalam kelompok.
Bila hasil evaluasi dan refleksi siklus I belum menunjukkan adanya peningkatan
hasil belajar pada pelajaran Survei dan Pemetaan melalui pembelajaran kontekstual
pada siswa kelas X TKB, maka perlu dilanjutkan ke siklus II.
Rencana Tindakan Siklus II
1. Perencanaan tindakan
a. Identifikasi masalah yang muncul pada siklus I dan belum teratasi dan penetapan
alternatif pemecahan masalah.
b. Menyiapkan media yang dibutuhkan.
c. Menyiapkan soal tes sebelum pembelajaran dilakanakan.
d. Menyiapkan lembar penilaian
e. Membuat lembar evaluasi.
f. Pengembangan program tindakan II.
38
2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan program tindakan II yang mengacu pada identifikasi masalah
yang muncul pada siklus I, sesuai dengan alternatif pemecahan masalah yang sudah
ditentukan, antara lain melalui:
a. Guru melakukan apersepsi
b. Siswa diperkenalkan dengan materi yang akan dibahas dan tujuan yang ingin
dicapai dalam pembelajaran langkah-langkahnya hampir sama dengan yang
tertera pada siklus I.
c. Siswa diberi kesempatan melakukan diskusi dalam kelompok untuk membahas
kesulitan dalam praktek yang sudah dilakukan.
d. Siswa menyelesaikan tugas pada lembar kerja siswa.
3. Observasi
a. Melakukan observasi sesuai dengan format yang sudah disiapkan dan mencatat
semua hal-hal yang diperlukan yang terjadi selama pelaksanaan tindakan
berlangsung.
b. Menilai hasil tindakan sesuai dengan format yang sudah dikembangkan.
4. Refleksi
a. Melakukan evaluasi terhadap tindakan pada siklus II berdasarkan data yang
terkumpul.
b. Membahas hasil evaluasi tentang skenario pembelajaran kontekstual pada siklus
II.
c. Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai dengan hasil evaluasi untuk
digunakan pada siklus III jika diperlukan.
Indikator keberhasilan yang dicapai pada siklus ini diharapkan mengalami
kemajuan minimal 5% dari siklus I apabila pada sikus II belum mengalami
peningkatan akan dilanjutkan pada siklus berikutnya
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Profil Tempat Penelitian
1. Sejarah Berdirinya Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Surakarta.
Perkembangan pemikiran para ahli teknologi yang didorong oleh perkembangan
zaman, maka diperoleh pemikiran untuk mendirikan STM di Solo. Para pendirinya
antara lain:
1) Ir. Frederick Cornelius Lovis Van Olden
2) Prof. Ir. Soediro
3) R.T Djojo Suparno (Sri Sampurno)
4) R. Sumardi Djadi sworo
5) Lalda Soedjono BA
Pada tanggal 1 Juli 1952 berdirilah sekolah yang diberi nama Sekolah Tinggi
Mesin (STM) di Solo. Namun sejak pada tahun 1998 lokasi tersebut menjadi tempat
untuk SMP Negeri 24 dan SMP Negeri 25 Surakarta. Tiga jurusan yang dibuka pada
saat itu adalah:
1) Jurusan Mesin
2) Jurusan Listrik
3) Jurusan Bangunan
Pada tanggal 12 juli 1952 keluar surat keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia No. 3095/B, maka STM solo resmi menjadi STM
Negeri Solo dengan pimpinan Ir. Frederick Cornelius Lovis Van Olden.
Dari mulai berdiri tahun 1952 hingga tahun 1998 pejabat kepala sekolah 12
orang dengan periode meningkat
Periode I
Sejak tahun 1956 mendapat lokasi dijalan Letjend. Adi Sucipto No.13 , tahun
1966 menjadi STM Negeri 1 Surakarta. Tahun 1971 mendapat proyek pertama
pembuatan ruang/bengkel kerja mesin.
40
Periode II
Tahun 1977 dengan SK Dikmenjur tertanggal 6 Januari 1977 No. 57. 012. 77
ditunjuk melaksanakan kurikulum 1967 (STM 3 tahun) dengan pengembangan
jurusan: 1) Mesin, 2) Bangunan, 3) Listrik, 4) Elektronika, 5) Otomotif.
Periode III
Tahun 1986 dengan SK dekmanjur bertanggal 4 Desember 1986 No. 267 /
CU/Kep/1.86 menetapkan STM Negeri 1 Surakarta untuk melaksanakan rumpun /
program study berikut:
1) Bangunan : Bangunan Gedung dan Gambar Bangunan.
2) Elektronika : Elektronika Komunikasi.
3) Teknologi pekerjaan logam : Mesin Produksi
4) Otomotif : Mekanik Otomotif.
Serta pelaksanaan program pengembangan sekolah seutuh-utuhnya (PGG)
Periode IV
Tahun 1994 berlaku perubahan jurusan, maka STM Negeri 1 Surakarta memiliki
5 jurusan 6 program study:
1) Bangunan : Bangunan Gedung dan Gambar Bangunan.
2) Elektronika : Elektronika Komunikasi.
3) Teknologi pekerjaan logam : Mesin Produksi
4) Otomotif : Mekanik Otomotif.
5) Listrik : Listrik Pemakaian.
Pada pelajaran tahun 1999 / 2000 SMK Negeri 1 Surakarta diberlakukan
kurikulum dengan perubahan rumpun menjadi bidang keahlian yang meliputi:
1. Bidang perkayuaan
1.1. Teknik perkayuan
1.2. Teknik kontruksi bangunan
1.3. Teknik gambar bangunan
2. Bidang keahlian elektronika
2.1. Teknik audio visual
2.2. Listrik pemakaian
41
3. Bidang keahlian mesin
3.1. Mesin perkakas
3.2. Mekanik otomotif
Adapun dana dari pemerintah telah diterima dengan tahapannya adalah sebagai
berikut:
1) Th 1971 – 1972 memperoleh dana Pelita I, berupa gedung praktek diatas tanah
seluas 500m2.
2) Th 1975 – 1977 memperoleh dana Pelita II, berupa peralatan praktek.
3) Th 1978 memperoleh dana pelita III, berupa penambahan gedung, tahun
berikutnya memperoleh dana bantuan dari negara Belanda berupa alat-alat dan
mesin peralatan yang tujuannya untuk mememnuhi kebutuhan di SMK N 2
Surakarta.
2. Visi Dan Misi SMK Negeri 2 Surakarta.
a. Visi
Mewujudkan SMK Negeri 2 Surakarta sebagai pencetak sumber daya manusia
yang profesional dalam bidang teknologi dan industri yang mampu menghadapi
era global.
b. Misi
a. Membentuk tamatan yang berkepribadian unggul dan mampu
mengembangkan diri.
b. Menyiapkan tenaga terampil yang mampu bersaing dilapangan kerja.
c. Menyiapkan wirausaha yang tangguh dalam bidang teknologi dan industri
d. Menyiapkan SMK 2 Surakarta sebagai SMK yang mandiri.
3. Alat Bantu Pengajaran
Untuk mencapai tujuan pendidikan dan program mata pelajaran diperlukan
alat-alat yang memadai berkaitan dengan hal tersebut maka SMK Negeri 2
Surakarta telah menyediakan alat-alat dan prasarana sebagai berikut:
42
a. Alat dan prasarana penunjang praktek
Pada umumnya SMK Negeri 2 Surakarta lebih mengutamakan praktek daripada
teori. Hal ini diamati dari perkembangannya yaitu 40% untuk teori dan 60%
untuk praktek. Keberadaan laboratoriumnya sendiri antara lain terdiri dari:
1) Laboratorium mesin untuk rumpun mesin TP I.
2) Laboratorium elektronika untuk rumpun elektronika.
3) Laboratorium kayu mesin untuk rumpun bangunan.
4) Laboratorium otomotif untuk rumpun otomotif.
b. Alat dan prasarana penunjang materi
Untuk penunjang disediakan buku-buku perpustakaan yang berupa buku
pelajaran, pengetahuan umum, koran, majalah dan lain-lain.
c. Alat dan prasarana penunjang kesenian
Untuk menunjang kesenian disediakan alat musik tradisonal seperti:
gamelan, kulintang, sedangkan untuk alat musik kontemporer disediakan alat
musik band lengkap.
d. Alat dan prasarana penunjang olahraga
Sarana untuk menunjang kegiatan olahraga dalah:
1) Lapangan Volly.
2) Lapangan basket.
3) Perkembangan atletik.
4) Peralatan senam.
5) Perlengkapan permainan.
4. Jenis dan Jumlah Ruang di SMK Negeri 2 Surakarta.
No Jenis ruang Jumlah Luas (m2)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Ruang Kepala Sekolah
Ruang Wakil Kepala Sekolah
Ruang Guru
Ruang Piket
Ruang Administrasi
Ruang Teori
Ruang Gambar
11
1
5
1
1
5
3
32
24
60
36
96
1312
108
43
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
Ruang Bangunan
Ruang Elektronika
Ruang Mesin
Ruang Otomotif
Ruang Diesel
Ruang Gedung Gegistik
Ruang Alat Olahraga
Ruang Bp
Ruang Perpustakaan
Ruang Pertemuan
Ruang Kesenian
Ruang UKS
Ruang SPP
Ruang Osis
Masjid
Ruang koperasi karyawan
Ruang koperasi siswa
Kantin
Menara air
Rumah penjaga
Rumah satpam
Parkir guru
Parkir siswa
Kamar mandi karyawan
Kamar mandi siswa
Lorong jalan
Ruang dinas
5
5
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
1
1
1
1
2
7
7
1
1553
463
1228
895
36
100
35
60
130
200
35
30
24
9
14
24
18
134
10
15
7
147
360
270
103
112
42
5. Jurusan Teknik Bangunan.
a. Keadaan umum
Pada rumpun teknik bangunan secara keseluruhan terdapat 9 kelas, masing-
masing terdapat 3 kelas dengan jumlah murid tiap kelas ± 30 siswa dan dari
masing-masing kelas dipimpin oleh seorang wali kelas.
b. Pembelajaran
Secara umum perbandingan antara teori dan praktek untuk kelas 1 adalah
40% teori dan 60% praktek, untuk 2 dan 3 adalah 30% teori dan 70% praktek,
44
tiap bidang studi praktek minimal dipegang oleh 2 orang guru. Jumlah jam
dalam 1 minggu adalah 50 jam untuk praktek, jumlah siswanya 30 orang yang
dibimbing 2 orang guru (lokal). Praktek disesuaikan dengan fasilitas yang ada.
Alat dan sarana yang dimiliki oleh jurusan teknik bangunan sudah
memenuhi syarat karena sudah dikategorikan sebagai sekolah unggulan.
c. Struktur Organisasi Bengkel Teknik Bangunan
d. Unit Produksi
Pada jurusan teknik perkayuan terdapat unit produksi yang memberikan jasa
kepada pihak luar sekolah. Dalam unit produksi ini SMK Negeri 2 Surakarta
melayani pembuatan mebel baik itu meja, kursi, almari, rak buku.
e. Alumni
Untuk alumni jurusan perkayuan banyak yang bekerja di industri-indusri
mebel.
Bengkel Jurusan Teknik
Bangunan
Teknik Konstruksi
kayu Teknik Konstruksi Batu Teknik Gambar
Bangunan
Kepala Bengkel
Ketua Jurusan
Wakil Ketua Jurusan
45
B. Deskripsi Kondisi Awal
Sebelum melaksanakan proses penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan
kegiatan survey awal dengan tujuan untuk mengetahui keadaan nyata yang ada di
lapangan. Hasil survey awal antara lain:
1. Tidak Adanya Tes Tertulis Atau Evaluasi
Tes dan Evaluasi pada awal atau akhir pelajaran berfungsi untuk mengetahui
kondisi awal atau kesiapan siswa sebelum melaksanakan tugas atau pekerjaan yang
akan diberikan, juga dapat digunakan untuk mengetahui pengetahuan siswa setelah
melaksanakan pekerjaan atau materi yang telah diberikan. Namun dari survey
diperoleh hasil bahwa di kelas X Teknik Konstruksi Bangunan (TKB) tidak diadakan
tes dan evaluasi tersebut, sehingga guru tidak terlalu mengetahui tentang kondisi
siswa sebelum atau setelah diberikan pekerjaan maka hasil yang dicapai tidak akan
dapat maksimal sesuai yang diinginkan.
2. Rendahnya Nilai Survei dan Pemetaan Siswa
Berdasarkan hasil pengamatan langsung tanggal 17 Februari 2010 terhadap
pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru dalam penyampaian pelajaran Survei
dan pemetaan pada materi pengukuran jarak di lapangan untuk mengetahui
gambaran awal kegiatan pembelajaran di kelas X Teknik Konstruksi Bangunan
(TKB) di SMK Negeri 2 Surakarta masih terdapat banyak kekurangan, antara lain
guru kurang dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan (respon siswa
kurang), aktivitas siswa kurang, dan masih kurangnya ketuntasan siswa kelas X
Teknik Konstruksi Bangunan (TKB) di SMK Negeri 2 Surakarta.
Nilai hasil belajar kognitif siswa diperoleh dari tes dalam praktek dan tes tertulis
(pree test),dalam pree test terdapat 5 soal uraian digunakan untuk mengetahui
kondisi awal siswa sebelum memulai praktek. Dan hasil dari praktek yang telah
dilaksanakan dari guru kelas yang hasilnya masih belum memenuhi kriteria
ketuntasan belajar, dari seluruh soal yang di uji cobakan seluruh soal ternyata valid
atau memenuhi syarat untuk dapat dipergunakan sebagai alat tes prestasi.
Hasil tes awal materi pembacaan bak ukur dengan pesawat penyipat datar dapat
dilihat pada table 3 di bawah ini:
46
Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa KelasX TKB
SMK Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan.
Nomor Nilai Frekuensi Prosentase
1 21-30 0 0%
2 31-40 2 5,88%
3 41-50 4 11,78%
4 51-60 6 17,64%
5 61-70 9 26,48%
6 71-80 8 23,52%
7 81-90 5 14,70%
8 91-100 0 0%
Jumlah 34 100%
Berdasarkan tabel 3 prosentase hasil belajar maka dapat digambarkan pada
grafik
21-30 31-40 41-50 51-60 61-70 71-80 81-90 91-100
Gambar 7. Grafik Nilai Survei Dan Pemetan Siswa Kelas X TKB di SMK
Negeri 2 Surakarta Sebelum Tindakan.
0
2
4
6
9
8
5
00
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
FREK
WEN
SI
NILAI
47
Berdasarkan data nilai diatas dapat dilihat bahwa sebelum dilaksanakan
tindakan, siswa kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta sebanyak 34 siswa hanya
13 siswa yang memperoleh nilai diatas batas nilai ketuntasan minimal. Sebanyak 21
siswa atau 61,78% memperoleh nilai dibawah batas nilai ketuntasan yaitu 7,00.
Maka peneliti mengadakan konsultasi dengan guru untuk melaksanakan
pembelajaran melalui pendekatan kontekstual.
Tabel 4. Hasil Tes Awal
Keterangan Ujian Awal
Nilai terendah 40
Nilai tertinggi 90
Rata-rata nilai 61,94
Siswa belajar tuntas 38,22%
Analisis hasil evaluasi dari tes awal siswa diperoleh nilai rata-rata kemampuan
siswa adalah 61,94 dimana hasil tersebut masih dibawah rata-rata nilai yang
diinginkan dari pihak guru, peneliti, dan sekolah yaitu sebesar 70. Sedangkan
besarnya persentase siswa tuntas belajar pada materi pengukuran jarak sebesar
38,22% saja, dari pihak sekolah ketuntasan siswa diharapkan mencapai lebih dari
70%. Dari hasil analisis tes awal tersebut, maka dilakukan tindakan lanjutan untuk
meningkatkan pemahaman, prestasi belajar, aktivitas siswa pada kegiatan KBM,
khususnya untuk materi pokok pengukuran jarak.
Dari hasil tes awal pada table diatas dapat disimpulkan sementara bahwa
penguasaan materi pengukuran jarak oleh siswa kelas X Teknik Konstruksi
Bangunan (TKB) di SMK Negeri 2 Surakarta masih kurang. Adanya beberapa
indikator yang masih memiliki porsi jawaban yang kurang dari 70% memberikan
indikasi bahwa siswa masih belum begitu paham pada beberapa indikator belajar
materi pengukuran jarak.
48
C. Deskripsi Permasalahan Penelitian
1. Tindakan Siklus 1
Tindakan siklus I dilaksanakan selama satu minggu mulai tanggal 22 Februari
2010 sampai tanggal 27 Februari 2010. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
metode Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari siklus-siklus, tiap siklus terdiri dari
4 tahapan. Adapun tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Tahap Perencanaan Tindakan
Kegiatan perencanaan tindakan 1 dilaksanakan pada hari Senin 22 Februari 2010
di ruang guru SMK Negeri 2 Surakarta. Peneliti dan guru kelas X Teknik Konstruksi
Bangunan (TKB) mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan dalam
proses penelitian ini. Kemudian disepakati bahwa pelaksanaan tindakan siklus 1
dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan (dengan alokasi waktu 4x45 menit)
yaitu pada hari rabu 24 Februari 2010.
Dengan berpedoman pada Kurikulum Spectrum, peneliti melakukan langkah-
langkah perencanaan pembelajaran materi pengukuran jaak di lapangan.
Standar Kompetensi : Mengukur jarak di lapangan
Kompetensi Dasar : Mengukur jarak di lapangan dengan penyipat datar
Indikator :
1) Dapat membaca bak ukur dengan pesawat penyipat datar.
2) Dapat menyebutkan jenis-jenis pengukuran di lapangan.
3) Dapat memahami sumber-sumber kesalahan dalam pengukuran .
Alasan Pemilihan yaitu peneliti ingin meningkatkan hasil belajar pada mata
pelajaran Survei dan Pemetaan siswa kelas X Teknik Konstruksi Banguna (TKB) di
SMK Negeri 2 Surakarta.
Langkah-langkah perencanaan tindakan:
1) Peneliti bersama guru kelas merancang RPP dengan indikator siswa dapat
membaca bak ukur dengan pesawat penyipat datar, siswa dapat menyebutkan
jenis-jenis pengukuran di lapangan, siswa dapat memahami sumber-sumber
kesalahan dalam pengukuran .
2) Menyiapkan media yang dibutuhkan antara lain bak ukur pesawat penyipat datar.
3) Menyiapkan soal tes sebelum pembelajaran dilaksanakan.
49
4) Menyiapkan lembar penilaian.
5) Membuat lembar observasi siswa dan lembar observasi guru.
6) Membuat lembar evaluasi.
b. Pelaksanaan Tindakan
Dalam tahap ini guru menerapkan pembelajaran melalui pendekatan kontekstual
sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun pada siklus 1
dengan menggunakan pendekatan konteksual.
Sebelum pelajaran dimulai guru telah menyiapkan alat atau media yang akan
digunakan dalam pembelajaran. Pada pembukaan pelajaran seperti biasanya guru
memimpin berdoa sebelum pelajaran dimulai dan mulai mengecek presensi siswa.
Sebagai kegiatan awal guru memberikan motivasi pada siswa dengan mengajak
siswa untuk sedikit santai karena pada pelajaran survei dan pemetaan di kelas X
Teknik Konstruksi Bangunan mendapatkan jadwal jam siang yaitu jam 8-10 atau
pukul 12.45-15.00 WIB. Dengan tujuan untuk mengkondisikan kelas serta melepas
rasa lelah setelah sehari penuh mengikuti pelajaran dan siswa dapat kembali
termotivasi untuk belajar dan kembali mempunyai minat dalam mengikuti pelajaran.
Kemudian pada kegiatan inti guru memberikan sedikit review tentang pelajaran
yang sudah disampaikan pada minggu lalu untuk kembali menyegarkan ingatan
siswa, dilanjutkan mengaitkan materi minggu lalu dengan materi yang akan
disampaikan pada hari ini yaitu tentang pengukuran jarak dilapangan. Selanjutnya
guru memberikan waktu pada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum jelas,
setelah materi sudah dianggap selesai guru memulai dengan membagikan soal atau
tes tertulis untuk mengetahui kondisi siswa sebelum melaksanakan pekerjaan yang
diberikan dan setelah materi yang berkaitan dengan pekerjaan yang akan
dilaksanakan siswa dapat diterima dengan baik.
Pada tes tertulis siswa diberikan soal yang berkaitan dengan pekerjaan yang akan
dilaksanakan dan pada pengerjaannya siswa diberikan waktu maksimal untuk
menyelesaikannya. Selanjutnya guru kembali memberikan waktu untuk melakukan
tanya jawab tentang kejelasan siswa yang dianggap kurang pada pekerjaan yang akan
dilaksanakan.
50
Selanjutnya guru mulai membagi kelompok secara acak dengan anggota tiga
orang setiap kelompok karena keterbatasan alat maka tiap alat dipakai oleh dua
klempok dengan 6-7 orang tiap pesawat, Kelompok digunakan untuk mendukung
keefektifan pembelajaran serta memudahkan siswa untuk diskusi dan bertukar
pendapat sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik, di sarankan untuk dapat
membagi pekerjaan pada setiap kelompok agar terjalin kerjasama yang baik. Setelah
pembagian kelompok kemudian guru membagikan lembar observasi kelompok untuk
pekerjaan yang akan dilaksanakan, lembar observasi digunakan untuk melukiskan
pengamatan atau hasil yang didapatkan dari pekerjaan yang akan dilaporkan pada
guru pembimbing untuk nilai akhir siswa pada kompetensi dasar tersebut.
Kegiatan selanjutnya guru mengajak siswa untuk ke lapangan dengan
membimbing setiap kelompok secara bergiliran dan mengawasi keaktifan siswa
disetiap kelompok pada waktu diskusi observasi langsung serta memberikan
bimbingan pada siswa yang belum jelas pada pekerjaan yang dilaksanakan.
Untuk kegiatan akhir, hasil yang sudah dicatat didiskusikan kelompok dan pada
guru pembimbing kemudian dilanjutkan mengemasi kembali alat yang telah
digunakan dan dikembalikan ke laboratorium penyimpanan alat. Selanjutnya kembali
kedalam kelas untuk kembali memberikan review dan diskusi tentang pekerjaan yang
sudah dilaksanakan, tentang kesalahan dan kekurangan dalam pelaksanaan
pekerjaan. Setelah selesai kemudian melakukan doa penutup pada akhir pelajaran.
c. Observasi
Peneliti melakukan pengamatan tingkah laku dan sikap siswa selama melakukan
pembelajaran Survei dan Pemetaan dengan menerapkan metode kontekstual serta
mengamati keterampilan guru dalam mengajar dengan menggunakan pendekatan
kontekstual.
1) Hasil observasi bagi guru
Dari data observasi pada siklus 1 diperoleh hasil observasi sebagai berikut:
(a) Guru telah menyiapkan rencana pembelajaran dengan baik.
(b) Guru telah membuka pelajaran dengan baik, guru telah memberi pengantar
dan tanya jawab mengenai materi yang diajarkan guna meningkatkan
motivasi siswa.
51
(c) Guru dalam bertanya jawab hanya menunjuk siswa yang berada pada bagian
depan dan belakang, untuk bagian tengah kurang diperhatikan.
(d) Guru memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya tentang materi yang
belum jelas.
(e) Guru belum memberikan teguran secara tegas pada siswa yang kurang
memperhatikan pelajaran.
(f) Guru belum optimal dalam memberi pujian kepada siswa yang mampu
menjawab pertanyaan dengan benar.
(g) Guru dalam menyampaikan materi pelajaran sudah baik.
(h) Guru sudah baik dalam mengelola kelas.
(i) Guru memanfaatkan media dan alat pembelajaran dengan baik.
(j) Guru sudah mampu merangsang siswa untuk aktif bertanya dan
mengemukakan pendapat karena pembelajaran dibuat menyenangkan.
(k) Guru kurang memberi kesempatan tiap kelompok untuk menyampaikan hasil
pengamatan.
(l) Guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk merangkum dan
menyimpulkan pelajaran yang telah disampaikan.
(m) Guru belum berkeliling untuk mengecek kegiatan siswa didiknya dalam
proses pembelajaran.
(n) Pengelolaan waktu pada langkah-langkah pembelajaran kurang ditaati oleh
guru, jadi aplikasi pengajaran kurang terealisasi dengan baik.
2) Hasil observasi siswa
Dari data pada siklus I diperoleh hasil belajar afektif siswa sebagai berikut:
(a) Kemauan siswa untuk menerima pelajaran sudah menunjukkan peningkatan.
(b) Perhatian siswa sudah baik dalam memperhatikan pelajaran yang
disampaikan oleh guru tapi masih perlu ditingkatkan.
(c) Perhatian, minat, dan motivasi terhadap penjelasan guru meningkat.
(d) Siswa aktif dalam pembelajaran.
(e) Dua pertiga dari keseluruhan siswa sudah berani mengajukan pertanyaan dan
pendapat.
(f) Siswa menunjukkan kerjasama dalam kelompok.
52
(g) Siswa kurang adanya minat untuk menyelesaikan pekerjaan atau tugas dengan
baik.
(h) Keberanian siswa maju kedepan untuk mempresentasikan hasil tugas kurang.
(i) Kemauan dalam berdiskusi dengan teman sudah baik.
Tabel 5. Hasil Belajar Afektif Siswa Kelas X TKB Di SMK Negeri 2
Surakarta Siklus I.
No Aspek yang diamati Pertemuan
1 2 3 4
1 Kemauan untuk menerima pelajaran
2 Perhatian siswa terhadap apa yang dijelaskan
oleh guru
3 Penghargaan siswa oleh guru
4 Kemauan untuk menerapkan hasil pelajaran
5 Hasrat untuk bertanya dan mengeluarkan
pendapat
6 Semangat dalam KBM
7 Kemauan berdiskusi dengan teman kelompok
d. Refleksi
Dari hasil penelitian pada siklus I, maka peneliti mengulas masih ada 15 siswa
yang belum mencapai KKM. Maka peneliti melanjutkan siklus ke II untuk materi
Survei dan Pemetaan dengan menindak lanjuti siklus I. Hasil refleksi selengkapnya
dapat diuraikan sebagai berikut:
53
Tabel 6. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB
SMK Negeri 2 Surakarta Siklus I
Nomor Nilai Frekuensi Prosentase
1 0-30 0 0%
2 31-40 0 0%
3 41-50 3 8,82%
4 51-60 5 14,70%
5 61-70 7 20,58%
6 71-80 9 26,50%
7 81-90 7 20,58%
8 91-100 3 8,82%
Jumlah 34 100%
Berdasarkan tabel prosentase hasil belajar Survei dan Pemetaan siklus I siswa
kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta maka dapat digambarkan grafik 5.
21-30 31-40 41-50 51-60 61-70 71-80 81-90 91-100
Gambar 8. Grafik Nilai Survei dan Pemetaan Siklus I Siswa Kelas X TKB di
SMK Negeri 2 Surakarta
0 0
3
5
7
9
7
3
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
FREK
WEN
SI
NILAI
54
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa setelah melaksanakan siklus I, siswa
memperoleh nilai 50 sebanyak 3 siswa atau 8,82%, siswa memperoleh nilai 60
Sebanyak 5 siswa atau 14,70%, siswa mendapat nilai 70 sebanyak 7 siswa atau
20,60%, siswa mendapat nilai 80 sebanyak 9 siswa atau 26,50%, dan siswa mendapat
nilai 90 sebanyak 7 siswa atau 20,58%, dan siswa yang mendapat nilai 100 sebanyak
3 siswa atau 8,82 %.
Tabel 7. Perkembangan Prestasi Belajar Pada Tes Awal dan Tes Siklus I Siswa
Kelas X TKB Di SMK Negeri 2 Surakarta.
Keterangan Tes Awal Siklus I
Nilai terendah 40 50
Nilai tertinggi 90 100
Rata-rata nilai 61,94 68,47
Siswa belajar tuntas 38,22% 55,9%
Dari hasil analisa data perkembangan prestasi belajar siswa pada tes siklus I
table 5 dapat disimpulkan bahwa persentasi hasil tes siswa yang tuntas naik
17,68% dengan nilai batas tuntas 70 keatas, siswa yang tuntas belajar di siklus I
sebesar 55,9%, yang semula pada tes awal hanya terdapat 38,22% siswa mencapai
batas tuntas. Besarnya nilai terendah yang diperoleh siswa pada tes awal sebesar
40 pada siklus I naik menjadi 50. Untuk nilai tertinggi terdapat kenaikan dari 90
naik menjadi 100 dan nilai rata-rata kelas yang pada tes awal sebesar 61,94 naik
pada tes siklus I menjadi 68,47 nilai sudah menjadi rata-rata nilai yang diinginkan
dari pihak guru, peneliti, dan sekolah.
Dalam penelitian tindakan kelas siklus I masih banyak ditemukan
kekurangan-kekurangan, antara lain:
1) Bagi Guru
a) Guru masih belum optimal dalam meningkatkan perhatian siswa pada saat
proses belajar mengajar.
b) Guru kurang tegas dalam menegur siswa yang kurang memperhatikan
pelajaran.
55
c) Guru hanya menunjuk siswa yang berada di barisan belakang (belum
menyeluruh).
d) Guru belum optimal memberikan pujian bagi siswa yang telah menjawab
pertanyaan dengan benar.
e) Guru belum melaksanakan alokasi waktu KBM dengan baik.
f) Guru belum optimal dalam memantau kegiatan siswa dalam kelas.
2) Bagi Siswa
a) Masih ada beberapa siswa yang sulit memahami indikator pembacaan bak
ukur dengan pesawat penyipat datar.
b) Beberapa siswa kesulitan membaca dan menuliskanbak ukur dengan
pesawat penyipat datar.
c) Siswa sudah lumayan aktif dalam kegiatan belajar mengajar, namun masih
perlu ditingkatkan lagi agar hasil dalam belajar lebih maksimal.
2. Tindakan Siklus II
Tindakan siklus II dilaksanakan dalam waktu satu minggu mulai tanggal 1 Maret
2010 sampai tanggal 6 Maret 2010. Perencanaan kegiatan dilaksanakan dalam 1 kali
pertemuan dengan alokasi waktu 4x45 menit, penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari siklus-siklus, tiap
siklus terdiri dari 4 tahapan. Adapun tahapan kegiatan yang dilaksanakan meliputi:
a. Tahap Perencanaan Tindakan
Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan tindakan pada asiklus I
diketahui bahwa pembelajaran melalui pendekatan kontekstual pada pelajaran Survei
dan Pemetaan dengan standar Kompetensi mengukur jarak dilapangan diketahui
bahwa belum menunjukkan adanya peningkatan kemampuan belajar yang cukup
signifikan. Oleh karena itu peneliti menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran
kembali dengan indikator yang berbeda.
Kegiatan perencanaan tindakan II dilaksanakan pada hari rabu 1 Maret 2010 di
ruang guru SMK Negeri 2 Surakarta. Peneliti dan guru kelas mendiskusikan
rancangan tindakan yang akan dilakukan dalam proses penelitian ini. Yang
sebelumnya sudah dikonsultasikan kepada dosen pembimbing dan disepakati bahwa
56
pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan dalam satu pertemuan (dengan
alokasi waktu 4x45 menit) yaitu pada hari rabu tanggal 4 Maret 2010.
Adapun indikator yang dibuat sebagai dasar penyusunan rencana pelaksanaan
pembelajaran pada siklus II adalah sebagai berikut:
Indikator:
1) Dapat membaca bak ukur dengan pesawat penyipat datar.
2) Dapat mengukur jarak dengan cara polar.
3) Dapat memahami sumber-sumber kesalahan dalam pengukuran .
Sebagai tindak lanjut untuk lebih meningkatkan hasil belajar siswa melalui
pendekatan kontekstual pada KD mengukur jarak di lapangan serta meningkatkan
dan mempertahankan pencapaian penguasaan materi yang ditujukan unuk
memantapkan dan memperluas pengetahuan siswa tentang konsep pengukuran di
bidang bangunan. Pada siklus I ternyata hasil yang diperoleh belum mencapai
indikator yang peneliti inginkan meskipun sudah ada peningkatan dalam
persensentase ketuntasan siswa, maka peneliti perlu menambahkan pada siklus
berikutnya. Pembelajaran ini direncanakan dalam satu kali pertemuan dengan
alokasi waktu 4x45 menit.
Pertemuan pertama mengacu pada indikator yaitu mengenai pembacaan bak
ukur, yang kedua mengukur jarak dengan cara polar, dan yang terakhir pemahaman
tentang sumber-sumber kesalahan dalam pengukuran.
b. Pelaksanaan Tindakan
Dalam tahap ini guru menerapkan pembelajaran melalui pendekatan
kontekstual sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun
pada siklus II dengan menggunakan pendekatan konteksual.
Sebelum pelajaran dimulai, guru telah menyiapkan alat atau media yang akan
digunakan dalam pembelajaran. Pada pembukaan pelajaran seperti biasanya guru
memimpin berdoa sebelum pelajaran dimulai dan mulai mengecek presensi siswa.
Sebagai kegiatan awal guru memberikan motivasi pada siswa dengan mengajak
siswa untuk sedikit santai karena pada pelajaran survei dan pemetaan di kelas X
Teknik Konstruksi Bangunan mendapatkan jadwal jam siang yaitu jam 8-10 atau
pukul 12.45-15.00 WIB. Dengan tujuan untuk mengkondisikan kelas serta melepas
57
rasa lelah setelah sehari penuh mengikuti pelajaran dan siswa dapat kembali
termotivasi untuk belajar dan kembali mempunyai minat dalam mengikuti pelajaran.
Kemudian pada kegiatan inti guru memberikan sedikit review tentang
pelajaran yang sudah disampaikan pada minggu lalu untuk kembali menyegarkan
ingatan siswa, dilanjutkan mengaitkan materi minggu lalu dengan materi yang akan
disampaikan pada hari ini yaitu tentang pengukuran jarak dilapangan. Selanjutnya
guru memberikan waktu pada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum jelas,
setelah materi sudah dianggap selesai guru memulai dengan membagikan soal atau
tes tertulis untuk mengetahui kondisi siswa sebelum melaksanakan pekerjaan yang
akan dilaksanakan dan setelah materi yang berkaitan dengan pekerjaan yang akan
dilaksanakan siswa dapat diterima dengan baik.
Pada tes tertulis siswa diberikan soal yang berkaitan dengan pekerjaan yang
akan dilaksanakan dan pada pengerjaannya siswa diberikan waktu maksimal untuk
menyelesaikannya. Selanjutnya guru kembali memberikan waktu untuk melakukan
tanya jawab tentang kejelasan siswa yang dianggap kurang pada pekerjaan yang akan
dilaksanakan.
Selanjutnya guru mulai membagi kelompok secara acak dengan anggota tiga
orang setiap kelompok, kelompok digunakan untuk mendukung keefektifan
pembelajaran serta memudahkan siswa untuk diskusi dan bertukar pendapat sehingga
pekerjaan dapat diselasaikan dengan baik, di sarankan untuk dapat membagi
pekerjaan pada setiap anggota kelompok agar terjalin kerjasama yang baik. Setelah
pembagian kelompok kemudian guru membagikan lembar observasi kelompok untuk
pekerjaan yang akan dilaksanakan. Lembar observasi digunakan untuk menuliskan
pengamatan atau hasil yang didapatkan dari pekerjaan yang akan dilaporkan pada
guru pembimbing untuk nilai akhir siswa pada kompetensi dasar tersebut.
Kegiatan selanjutnya guru mengajak siswa untuk ke lapangan dengan
membimbing setiap kelompok secara bergiliran dan mengawasi keaktifan siswa
disetiap kelompok pada waktu diskusi observasi langsung serta memberikan
bimbingan pada siswa yang belum jelas pada pekerjaan yang dilaksanakan.
Untuk kegiatan akhir pada pekerjaan hasil yang sudah dicatat didiskusikan
kelompok dan pada guru pembimbing kemudian dilanjutkan mengemasi kembali alat
58
yang telah digunakan dan dikembalikan ke laboratorium penyimpanan alat. Setelah
itu siswa kembali kedalam kelas untuk kembali memberikan review dan diskusi
tentang pekerjaan yang sudah dilaksanakan tentang kesalahan dan kekurangan dalam
pelaksanaan pekerjaan, setelah selesai kemudian melakukan doa penutup pada akhir
pelajaran.
c. Observasi
Peneliti melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran siswa
melalui pendekatan kontekstual dengan mengukur jarak dilapangan. Berbeda dengan
pertemuan pada siklus I, pendekatan kontekstual yang dilakukan selain pembacaan
bak ukur peneliti juga menggunakan metode pergantian posisi untuk mengajak siswa
dapat belajar dan aktif berpartisipasi dalam kelompok. Observasi ini ditujukan pada
kegiatan siswa dalam melaksanakan pembelajaran, aktivitas atau partisispasi serta
untuk mengetahui hasil belajar siswa. Keseluruhan data yang diperoleh dalam
kegiatan ini termasuk hasil lembar kerja siswa baik kelompok ataupun individu.
Sebagai bahan atau masukan untuk menganalisis perkembangan hasil belajar siswa
melalui pendekatan kontekstual dan metode bertukar peran. Selain itu peneliti juga
melakukan observasi terhadap sikap, perilaku siswa selama proses pembelajaran
serta keterampilan guru dalam mengajar dengan pendekatan kontekstual pada materi
pembacaan bak ukur dengan menggunakan pesawat penyipat datar.
1) Hasil observasi bagi guru
Dari data hasil observasi dapat dilihat aktivitas guru adalah sebagai berikut:
a) Guru telah menyiapkan rencana pembelajaran dan media dengan baik.
Sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa pada materi pembacaan bak
ukur
b) Guru telah mampu mengelola kelas dengan menciptakan suasana kelas
sesenang mungkin dan menegur siswa yang kurang memperhatikan pelajaran
atau yang berintermeso (ramai) selama diskusi dan proses pembelajaran.
c) Guru lebih merespon pertanyaan dan pendapat siswa.
d) Guru sudah memberi pujian kepada siswa yang berhasil menjawab pertanyaan
dengan benar dan pada kelompok yang melakukan pekerjaan dengan baik dan
59
kooperatif, serta merayakan keberhasilan dengan mengambilkan tas dan
memberikannya pada saat jam pelajaran selesai.
e) Guru sudah memberi bimbingan pada individu siswa dan pada kelompok yang
mengalami kesulitan pada saat melakukan pekerjaan maupun berdiskusi.
f) Guru sudah dapat mengawasi atau mengalokasikan waktu mengajar dengan
baik dan sesuai dengan rencana pembelajaran.
2) Hasil observasi siswa
Dari data observasi pada siklus II diperoleh hasil belajar afektif siswa sebagai
berikut:
a) Kemauan siswa untuk menerima pelajaran dari guru meningkat
b) Siswa memperhatikan pelajaran yang diberikan oleh guru dengan sungguh-
sungguh.
c) Perhatian, minat, dan motivasi terhadap penjelasan guru meningkat.
d) Siswa aktif dalam pembelajaran.
e) Sudah banyak siswa yang berani mengajukan pertanyaan dan pendapat.
f) Kerjasama dalam kelompok meningkat.
g) Seluruh siswa mengerjakan tugas baik tugas individu atau tugas kelompok.
Tabel 8. Hasil Belajar Afektif Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2
Surakarta Siklus II.
No Aspek yang diamati Pertemuan
1 2 3 4
1 Kemauan untuk menerima pelajaran
2 Perhatian siswa terhadap apa yang dijelaskan
oleh guru
3 Penghargaan siswa oleh guru
4 Kemauan untuk menerapkan hasil pelajaran
5 Hasrat untuk bertanya dan mengeluarkan
pendapat
6 Semangat dalam KBM
7 Kemauan berdiskusi dengan teman kelompok
60
d. Refleksi
Setelah pelaksanaan siklus II selesai dilakukan, dan pada awal pembelajaran
sudah diberikan pree test. Dari hasil tes belajar siswa dapat diketahui kemampuan
siswa dalam menyelesaikan soal-soal dan tugas yang diberikan seperti dikemukakan
pada tabel 8.
Tabel 9. Frekuensi Nilai Hasil belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X
TKB SMK Negeri 2 Surakarta Siklus II
Nomor Nilai Frekuensi Prosentase
1 0-30 0 0%
2 31-40 0 0%
3 41-50 0 0%
4 51-60 2 5,88%
5 61-70 7 20,59%
6 71-80 10 29,42%
7 81-90 7 20,59%
8 91-100 8 23,52%
Jumlah 34 100%
Berdasarkan tabel prosentase hasil belajar Survei dan Pemetaan siklus II siswa
kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta maka dapat digambarkan grafik 6.
21-30 31-40 41-50 51-60 61-70 71-80 81-90 91-100
Gambar 9. Grafik Nilai Survei Dan Pemetaan Siklus II Siswa Kelas X TKB di
SMK Negeri 2 Surakarta.
0 0 0
2
7
10
7
8
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
FREK
WEN
SI
NILAI
61
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa setelah melaksanakan siklus II, siswa
memperoleh nilai 60 sebanyak 2 siswa atau 5,88%, siswa memperoleh nilai 70
Sebanyak 7 siswa atau 20,59%, siswa mendapat nilai 80 sebanyak 10 siswa atau
29,42%, siswa mendapat nilai 90 sebanyak 7 siswa atau 20,59%, dan siswa mendapat
nilai 95 sebanyak 8 siswa atau 23,52%.
Tabel 10. Hasil Tes Kognitif Siklus II kelas X TKB di SMK Negeri 2
Surakarta.
Tes Awal Siklus I Siklus II
Nilai terendah 40 50 60
Nilai tertinggi 90 100 100
Rata-rata nilai 61,94 68,47 76,88
Siswa belajar tuntas 38,22% 55,9% 73,51%
1) Nilai terendah yang diperoleh siswa pada tes awal 40, pada siklus I naik menjadi
50, dan pada siklus II naik lagi menjadi 60. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa
pada tes awal sebesar 90 pada siklus I naik menjadi 100, dan pada siklus II tetap
menjadi 100.
2) Nilai rata-rata kelas juga terjadi peningkatan yaitu pada tes awal sebesar 61,94,
dan pada siklus I menjadi 68,47, kemudian pada siklus II menjadi 76,88.
3) Untuk siswa tuntas belajar (Nilai ketuntasan 70) pada tes awal 35,32%, pada tes
siklus I 55,9%, setelah dilakukan refleksi terdapat 15 siswa yang tidak tuntas,
namun secara keseluruhan sudah meningkat hasil belajarnya bila dilihat dari
presentase ketuntasan siswa, dan pada tes siklus II menjadi 73,51%. Setelah
dilakukan refleksi II hasil belajar siswa sudah mengalami peningkatan.
Dari hasil penelitian pada siklus II, maka penelitian tidak perlu dilanjutkan
pada siklus berikutnya. Namun guru harus terus melaksanakan bimbingan belajar
untuk mempertahankan pada hasil belajar dan partisipasi serta suasana dalam kelas
sebagai tindak lanjut.
62
D. Deskripsi Hasil Penelitian
Setelah melaksanakan tindakan pada setiap siklus diperoleh hasil peningkatan
hasil belajar Survei dan Pemetaanpada KD mengukur jarak dilapangan dengan
pendekatan kontekstual. Pada siklus I disampaikan kompetensi dasar mengukur jarak
dilapangan termasuk penyetelan pesawat dan pembacaan bak ukur dengan indikator : a)
Dapat membaca bak ukur dengan pesawat penyipat datar. b) Dapat menyebutkan jenis-
jenis pengukuran di lapangan. c) Dapat memahami sumber-sumber kesalahan dalam
pengukuran .
Analisis hasil penelitian berdasarkan pelaksanaan tindakan, observasi dari
sikap dan perilaku siswa pada siklus I dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Hasil belajar dilihat dari segi afektif adalah
a. Kemauan siswa untuk menerima pelajaran cukup.
b. Perhatian siswa sudah baik dalam memperhatikan pelajaran yang disapaikan oleh
guru tapi masih perlu ditingkatkan.
c. Siswa sudah menghargai guru yang mengajar.
d. Kemauan untuk menerapkan hasil pelajaran sudah baik namun masih perlu
ditingkatkan.
e. Hasrat dan kemauan bertanya siswa cukup.
f. Keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas masih perlu ditingkatkan.
g. Keberanian siswa maju ke depan masih kurang.
h. Kemauan untuk berdiskusi dengan teman kelompok sudah baik.
63
2. Perkembangan hasil belajar kognitif siswa
Tabel 11. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB
di SMK Negeri 2 Surakarta Siklus I Sebelum dan Sesudah Tindakan.
Nomor Nilai Sebelum
tindakan
Sesudah
tindakan
1 21-30 0% 0%
2 31-40 5,88% 0%
3 41-50 11,78% 8,82%
4 51-60 17,64% 14,70%
5 61-70 26,48% 26,48%
6 71-80 23,52% 23,52%
7 81-90 14,70% 23,52%
8 91-100 0% 8,82%
Tabel 12. Perkembangan Hasil Belajar Kognitif Siswa Siklus I Sebelum dan
Sesudah Tindakan.
Sebelum Tindakan Setelah Tindakan
Nilai terendah 40 50
Nilai tertinggi 90 100
Rata-rata nilai 61,94 68,47
Siswa belajar tuntas 38,22% 55,9%
Dari hasil analisa data perkembangan hasil belajar kognitif siswa siklus I dapat
disimpulkan bahwa presentasi hasil tes siswa yang tuntas naik 17,68% dengan nilai
batas ketuntasan 70 ke atas, siswa yang tuntas belajar di siklus I sebesar 55,9% yang
semula pada tes awal hanya terdapat 38,22% siswa mencapai batas tuntas. Besarnya
nilai terendah yang diperoleh siswa pada saat tes awal sebesar 40 dan pada siklus I
sebesar 50 Untuk nilai tertinggi terdapat kenaikan dari 90 naik menjadi 100 dan nilai
rata-rata kelas yang pada tes awal sebesar 61,94 naik pada tes siklus I menjadi 68,47.
64
Peneliti melaksanakan tindakan pada siklus II dengan materi mengukur jarak di
lapangan. pembelajaran menggunakan media pesawat penyipat datar, melakukan
percobaan yang lebih kompleks, penggunaan peta konsep dan pemberian perayaan.
Setelah pelaksanaan tindakan siklus II ditemukan perkembangan hasil belajar siswa baik
hasil belajar kognitif maupun afektif..
1. Perkembangan hasil belajar afektif siswa sebagai berikut :
a. Siswa memeperhatikan pelajaran dengan sungguh-sungguh.
b. Kemauan untuk menerima pelajaran dari guru meningkat.
c. Perhatian, minat, dan motivasi terhadap penjelasan guru meningkat.
d. Siswa aktif dalam pembelajaran.
e. Kerjasama dalam kelompok meningkat.
f. Tugas individu atau tugas kelompok terlaksana dengan baik.
g. Siswa aktif mengajukan pertanyaan dan pendapat.
h. Siswa sudah berani maju kedepan kelas.
2. Perkembangan hasil belajar kognitif siswa
Tabel 13. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Survei dan Pemetaan Siswa Kelas X TKB
Di SMK Negeri 2 Surakarta Siklus II Sebelum dan Sesudah tindakan.
Nomor Nilai Sebelum
tindakan
Sesudah
tindakan
1 21-30 0% 0%
2 31-40 0% 0%
3 41-50 8,82% 0%
4 51-60 14,70% 5,88%
5 61-70 26,48% 20,59%
6 71-80 23,52% 29,42%
7 81-90 23,52% 20,59%
8 91-100 8,82% 23,52%
65
Tabel 14. Hasil Tes Kognitif Siklus II Siswa Kelas X TKB di SMK Negeri 2
Surakarta Sebelum Dan Sesudah Tindakan.
Sebelum Tindakan Setelah Tindakan
Nilai terendah 40 60
Nilai tertinggi 90 100
Rata-rata nilai 61,94 76,88
Siswa belajar tuntas 38,22% 73,51%
Dari table diatas dapat dilihat bahwa nilai terendah yang diperoleh yang diperoleh
siswa pada siklus I naik menjadi 50, dan pada siklus II naik lagi menjadi 60. Nilai
tertinggi yang diperoleh siswa pada tes siklus I dan II 100. Nilai rata-rata kelas juga
terjadi peningkatan yaitu pada pada tes siklus I 76,17, naik pada siklus II 83,52, siswa
belajar tuntas pada siklus I 55,9 pada siklus II naik menjadi 73,51.
Tabel 15. Hasil Tes Kognitif Sebelum Tindakan, Siklus I, Siklus II, Siswa Kelas X
TKB di SMK Negeri 2 Surakarta.
Sebelum Tindakan Siklus I Siklus II
Nilai terendah 40 50 60
Nilai tertinggi 90 100 100
Rata-rata nilai 61,94 68,47 76,88
Siswa belajar tuntas 38,22% 55,9% 73,51%
1) Nilai terendah yang diperoeh siswa pada tes awal 40, pada siklus I naik menjadi
50, dan pada siklus II naik lagi menjadi 60.
2) Nilai tertinggi yang diperoleh siswa pada tes awal sebesar 90, pada siklus I naik
menjadi 100, dan pada siklus II tetap menjadi 100.
3) Nilai rata-rata kelas juga terjadi peningkatan yaitu pada tes awal sebesar 61,94,
Silus I 68,47, dan pada siklus II 76,88.
4) Untuk siswa tuntas belajar (nilai ketuntasan diatas 70) pada tes awal 38,22%, tes
siklus I 55,9%, setelah dilakukan refleksi terdapat beberapa siswa yang tidak
tuntas (nilai akhir KD dibawah 70), namun secara keseluruhan sudah meningkat
66
hasil belajarnya bila dilihat dari persentase ketuntasan siswa, dan pada tes siklus
II siswa sudah mencapai ketuntasan.
Akan tetapi ada beberapa hambatan yang muncul pada proses pembelajaran
diantaranya : guru kurang dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan
(respon siswa kurang), aktivitas siswa kurang, dan masih kurangnya ketuntasan belajar
siswa kelas X Teknik Konstruksi Bangunan (TKB) di SMK Negeri 2 Surakarta.
Dari analisa data dan diskusi terhadap pelaksanaan pembelajaran pada siklus II,
secara umum telah menunjukkan perubahan yang signifikan. Guru dalam melaksanakan
pembelajaran semakin mantap dan luwes dengan kekurangan-kekurangan kecil
diantaranya kontrol waktu.
Persentase hasil belajar kognitif dan afektif siswa meningkat. Hal ini terbukti
adanya peningkatan siswa mencetuskan pendapat, mengeluarkan pendapat, berinteraksi
dengan guru, mampu mendemonstrasikan, kerjasama dengan kelompok meningkat, dan
menyelesaikan soal-soal latihan. Dengan partisipasi siswa yang aktif dan kreatif dalam
pembelajaran yang semakin meningkat, suasana kelaspun pada akhirnya menjadi lebih
hidup dan menyenangkan pada akhirnya hasil belajar Survei Dan Pemetaan siswa kelas
X Teknik Konstruksi Bangunan (TKB) di SMK Negeri 2 surakarta meningkat.
Berdasarkan peningkatan hasil belajar yang telah dicapai siswa maka pelaksanaan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dianggap cukup dan diakhiri pada siklus ini.
E. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I dan siklus II dapat dinyatakan bahwa
pembelajaran pada pelajaran Survei Dan Pemetaan menggunakan pendekatan
kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X Teknik Konstruksi
Bangunan (TKB) di SMK Negeri 2 Surakarta, baik hasil belajar kognitif maupun
afektif. Walaupun ada hambatan-hambatan didalam pembelajaran yang cukup berarti
namun dengan kecermatan hambatan-hambatan tersebut dapat dihadapi
1. Perkembangan hasil belajar afektif siswa sebagai berikut :
a. Siswa memperhatikan pelajaran demgan sungguh-sungguh.
b. Kemauan untuk menerima pelajaran dari guru meningkat.
c. Perhatian, minat, dan motivasi terhadap penjelasan guru meningkat.
67
d. Siswa aktif dalam pembelajaran.
e. Siswa aktif mengajukan pertanyaan dan pendapat.
f. Kerjasama dalam kelompok meningkat.
g. Tugas individu atau tugas kelompok terlaksana dengan baik.
h. Siswa sudah berani mempresentasikan hasil praktek kedepan kelas.
2. Perkembangan hasil belajar kognitif siswa.
Pada siklus I setelah diadakan tes kemampuan awal dilanjutkan dengan siswa
megadakan praktek dengan materi pengukuran dilapangan dengan indikator: a)
Dapat menyetel pesawat penyipat datar, b) Dapat membaca bak ukur dengan
menggunakan pesawat penyipat datar, c) Dapat menyebutkan jenis-jenis pengukuran
dilapangan. Proses pembelajaran dilakukan dengan strategi yang baik dan terencana
dimulai dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan penutup. Kegiatan ini terfokus
mengaktifkan siswa mulai dari memperhatikan penjelasan, melakukan pengamatan
untuk memperoleh kesimpulan, mendemonstrasikan, tugas kelompok, berdiskusi,
tugas individu. Setelah dilaksanakan siklus I dan dievaluasi dapat dilihat adanya
peningkatan hasil belajar siswa yaitu masih ada beberapa siswa memperoleh nilai
kurang dari 70 atau siswa yang tuntas 55,9% dengan nilai rata-rata 68,47.
Siklus II merupakan lanjutan dari siklus sebelumnya untuk memantapkan dan
mencapai tujuan penelitian. Pembelajaran yang disampaikan tentang materi
pengukuran dilapangan dengan indikator: a) Dapat membaca bak ukur dengan
menggunakan pesawat penyipat datar, b) Dapat melaksanakan pengukuran
dilapangan dengan menggunakan metode polar, c) Dapat memahami sumber-
sumber kesalahan dalam pengukuran. Proses pembelajaran dilakukan dengan
strategi yang baik dan terencana dimulai dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan
penutup sebagaimana kegiatan belajar yang telah dilaksanakan pada siklus I, namun
pada siklus ke II kegiatan ditambahkan pada keaktifan siswa dalam kelompoknya
serta interaksi siswa dengan teman berbeda kelompok maupun dengan guru. Setelah
dilaksanakan siklus II dan dievaluasi dapat dilihat adanya peningkatan persentase
maupun rata-rata hasil belajar siswa yaitu pada tes awal sebesar 38,22% dengan
rata-rata 61,94, kemudian pada siklus I naik menjadi 55,9% dengan rata-rata 68,47
akan tetapi belum mencapai batas ketuntasan yaitu 70%. Setelah dilakukan
68
pembelajaran pada siklus II menunjukkan peningkatan hasil yaitu sebesar 73,51%
dengan nilai rata-rata 76,88 hasil ini sudah memenuhi indikator yang peneliti capai,
maka tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya. Cara mengatasi kendala
penerapan Pendekatan Kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar Survei dan
Pemetaan pada siswa kelas X Teknik Konstruksi Bangunan (TKB) di SMK Negeri
2 Surakarta tahun pelajaran 2009/2010 adalah guru harus terampil dalam
menerapkan pendekatan kontekstual diantaranya : (1) mengkaji konsep dan
kompetensi dasar yang akan dipelajari oleh siswa, (2) memahami latar belakang dan
pengalaman hidup siswa melalui proses pengkajian secara seksama, (3) mempelajari
lingkungan sekolah dan tempat tinggal siswa, selanjutnya memilih dan
mengaitkannya dengan konsep dan kompetensi yang akan dibahas dalam proses
pembelajaran kontektual, (4) merancang pengajaran dengan mengaitkan konsep dan
teori yang dipelajari dengan mempertimbangkan pengalaman yang dimiliki siswa
dilingkungan kehidupan mereka, (5) melaksanakan pengajaran dengan selalu
mendorong siswa untuk mengaitkan apa yang sedang dipelajari dengan pengetahuan
/ pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya dan mengaitkan apa yang
dipelajarinya dengan fenomena kehidupan sehari-hari, (6) melakukan penilaian
terhadap pemahaman siswa. Hasil penilaian tersebut dijadikan sebagai bahan
refleksi terhadap rancangan pembelajaran dan pelaksanaan.
Pada akhir siklus dilakukan wawancara sebagai upaya tambahan untuk
menguatkan keberhasilan pada penelitian dengan metode kontekstual yang telah
dilakukan. Adapun wawancara dilakukan pada siswa dan guru untuk mengetahui
sejauh mana kemampuan metode pembelasjaran kontekstual dapat diterima dan
dapat meningkatkan keaktifan siswa dan guru dalam proses pembelajaran. Karena
dalam pembelajaran kontekstual ini diharapkan siswa aktif dalam mengikuti
pambalajaran dan disamping itu guru dapat meningkatkan kemampuannya didalam
mengajar. Hasil dari wawancara yang dilakukan pada akhir siklus tersebut
menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan metode
pendekatan kontekstual dapat diterima dan hasil belajar siswa dapat meningkat.
69
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian penerapan pendekatan kontekstual pada siswa kelas
X Teknik Konstruksi Bangunan (TKB) di SMK Negeri 2 Surakarta tahun ajaran
2009/2010, maka dapat dianalisis kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil belajar Survei dan Pemetaan siswa kelas X TKB di SMK Negeri 2 Surakarta
meningkat pada materi pengukuran di lapangan dengan menerapkan pendekatan
kontekstual baik dilihat dari aspek kognitif dan afektif. Hal ini dapat dilihat dari nilai
rata-rata kelas terjadi peningkatan yaitu pada tes awal sebesar 61,94, siklus I 68,47
dan pada siklus II naik menjadi 76,88. Untuk siswa tuntas belajar (nilai ketuntasan
70) pada tes awal sebesar 38,22%, tes siklus I 55,9% setelah dilakukan refleksi
terdapat beberapa siswa yang tidak tuntas (nilai ulangan dibawah 70), namun secara
keseluruhan sudah meningkat hasil belajarnya bila dilihat dari presentase ketuntasan
siswa, dan pada tes siklus II yaitu sebesar 73,51% hasil belajar pada mata pelajaran
Survei dan Pemetaan sudah mencapai indikator yang di inginkan.
2. Terdapat beberapa kendala yang dihadapi dalam penerapan Pendekatan Kontekstual
untuk meningkatkan hasil belajar Survei dan Pemetaan misalnya: guru kurang dapat
menciptakan suasana belajar yang menyenangkan (respon siswa kurang), aktivitas
siswa kurang, dan masih kurangnya ketuntasan belajar siswa kelas X Teknik
Konstruksi Bangunan (TKB) di SMK Negeri 2 Surakarta. Cara mengatasi kendala
penerapan Pendekatan Kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar Survei dan
Pemetaan pada siswa kelas X Teknik Konstruksi Bangunan (TKB) di SMK Negeri 2
Surakarta tahun pelajaran 2010/2011 adalah guru harus terampil dalam menerapkan
pendekatan kontekstual diantaranya : (1) mengkaji konsep dan kompetensi dasar
yang akan dipelajari oleh siswa, (2) memahami latar belakang dan pengalaman hidup
siswa melalui proses pengkajian secara seksama, (3) mempelajari lingkungan
sekolah dan tempat tinggal siswa, selanjutnya memilih dan mengaitkannya dengan
konsep dan kompetensi yang akan dibahas dalam proses pembelajaran kontektual,
(4) merancang pengajaran dengan mengaitkan konsep dan teori yang dipelajari
70
dengan mempertimbangkan pengalaman yang dimiliki siswa dilingkungan kehidupan
mereka, (5) melaksanakan pengajaran dengan selalu mendorong siswa untuk
mengaitkan apa yang sedang dipelajari dengan pengetahuan / pengalaman yang telah
dimiliki sebelumnya dan mengaitkan apa yang dipelajarinya dengan fenomena
kehidupan sehari-hari, (6) melakukan penilaian terhadap pemahaman siswa. Hasil
penilaian tersebut dijadikan sebagai bahan refleksi terhadap rancangan pembelajaran
dan pelaksanaan.
B. Implikasi
Penerapan pembelajaran dan prosedur dalam penelitian ini didasarkan pada
pembelajaran dengan menerapkan pendekatan kontekstual dalam pelaksanaan
pembelajaran Survei dan Pemetaan. Model yang dipakai dalam penelitian ini adalah
model siklus. Prosedur penelitiannya terdiri dari 2 siklus. Siklus I dilaksanakan pada
hari Rabu tanggal 24 Februari 2010. Siklus II dilaksanakan pada hari Rabu, 3 Maret
2010. Adapun indikatornya adalah : (1) Dapat membaca bak ukur, (2) Dapat
menyebutkan jenis-jenis pengukuran dilapangan, (3) Dapat menyebutkan sumber-
sumber kesalahan dalam pengukuran.
Dalam setiap pelaksanaan siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu perencanaan
tindakan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Kegiatan ini dilaksanakan berdaur ulang.
Berdasarkan pada kajian teori dan hasil penelitian ini, maka dapat diajukan
implikasi yang berguna dalam upaya meningkatkan hasil belajar materi pengukuran
jarak di lapangan baik secara teoretis maupun secara praktis.
1. Implikasi Teoritis
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menerapkan
pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi
pengukuran di lapangan dan mendapatkan respon positif dari siswa, hal tersebut
dapat ditinjau dari hal berikut:
a. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual meningkatkan hasil
belajar siswa pada pelajaran Survei dan Pemetaan karena pendekatan kontekstual
melibatkan interaksi antara siswa dan lingkungan, kebebasan bertanya dan
71
berpendapat, pujian dan perayaan dari guru saat siswa berhasil melakukan
kegiatan dengan baik.
Secara umum telah menunjukkan perubahan yang signifikan. Guru dalam
melaksanakan pembelajaran semakin mantap dan luwes dengan kekurangan-
kekurangan kecil diantaranya kontrol waktu.
Prosentase hasil belajar kognitif dan afektif siswa meningkat. Hal ini terbukti
adanya peningkatan siswa mencetuskan pendapat, mengeluarkan pendapat,
berinteraksi dengan guru, mampu mendemonstrasikan, kerjasama dengan
kelompok meningkat, dan menyelesaikan soal-soal latihan. Dengan partisipasi
siswa yang aktif dan kreatif siswa dalam pembelajaran yang semakin meningkat,
suasana kelas bisa menjadi lebih hidup dan menyenangkan dan pada akhirnya
hasil belajar siswa pada pelajaran Survei dan Pemetaan meningkat.
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan calon
guru untuk meningkatkan keefektifan strategi guru dalam mengajar dan
meningkatkan kualitas proses belajar mengajar sehubungan dengan prestasi dan hasil
belajar siswa yang akan dicapai. Hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dengan
menerapkan metode pembelajaran dan media yang tepat bagi siswa.
Berdasarkan kriteria temuan dan pembahasan hasil penelitian seperti yang
diuraikan pada bab IV, maka penelitian ini dapat digunakan peneliti untuk membantu
dalam menghadapi permasalahan yang sejenis. Di samping itu, perlu penelitian lanjut
tentang upaya guru untuk mempertahankan atau menjaga dan meningkatkan hasil
belajar siswa. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual pada
hakikatnya dapat digunakan dan dikembangkan oleh guru yang menghadapi
permasalahan yang sejenis, terutama untuk mengatasi masalah peningkatan hasil
belajar siswa, yang pada umumnya dimiliki oleh sebagian besar siswa. Adapun
kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan penelitian ini harus diatasi semaksimal
mungkin.
Kendala yang dihadapi antara lain, guru akan sulit dalam mengendalikan
siswa sehingga suasana nampak ramai. Karena biasanya ketika siswa melaksanakan
diskusi, siswa pun mengobrolkan hal lain karena siswa menganggap guru kurang
72
memperhatikan. Untuk itu guru harus kreatif dalam mengatasi hal tersebut. Guru
mengatasinya, misalnya dengan menempatkan siswa yang sering ramai di dekat
guru, guru harus sering mendekati siswa-siswa tersebut.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai penerapan pendekatan kontekstual pada
kelas X Teknik Konstruksi Bangunan (TKB) Di SMK Negeri 2 Surakarta tahun ajaran
2009/2010, maka saran-saran yang diberikan sebagai sumbangan pemikiran untuk
meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya dan meningkatkan kompetensi peserta
didik Smk Negeri 2 Surakarta pada khususnya sebagai berikut:
1. Bagi Sekolah
Penelitian dengan class-room action research membantu dalam meningkatkan
mutu pembelajaran di sekolah.
2. Bagi Guru
a. Untuk meningkatkan hasil belajar Survei dan Pemetaan (materi pengukuran di
lapangan) diharapkan menggunakan pendekatan kontekstual.
b. Untuk meningkatkan keaktifan, kreativitas siswa dan keefektifan pembelajaran
diharapkan menerapkan pendekatan kontekstual.
c. Untuk memperoleh jawaban yang tepat, sesuai dengan tujuan penelitian
disarankan untuk menggali pendapat atau tanggapan siswa dengan kalimat yang
lebih mengarah pada proses pembelajaran dengan pendekatan kontekstual.
d. Adanya tindak lanjut terhadap penggunaan pendekatan kontekstual pada materi
pengukuran.
3. Bagi Siswa
a. Peserta didik hendaknya dapat berperan aktif dengan menyampaikan ide atau
pemikiran pada proses pembelajaran, sehingga proses pembelajaran dapat
berjalan dengan lancar sehingga memperoleh hasil belajar yang optimal.
b. Siswa dapat mengaplikasikan hasil belajarnya kedalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Agus Suprijono. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Amir. 2007. Dasar-dasar Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Surakarta : UNS Press.
Anonim. 2003. Pedoman Penulisan Skripsi. Surakarta : UNS Press.
Anonim. 2007. Pendekatan kontekstual. Jakarta : Depdiknas.
Arikunto, Suharsimi, Suhardjono, dan Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta : Bina Aksara
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :
Rineka Cipta.
Burhan Bangun. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Surakarta : Rajawali Press.
Depdiknas, 2003. Pendekatan Kontekstual . Jakarta : Dirjen Pendidikan Tinggi Proyek
PGSD.
Dimyati dan Mujiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta
bekerjasama dengan Depdikbud.
Ediyati, Agung, Mart. 1994. Ilmu Ukur Tanah. Bandung : Angkasa.
Elaine B. Johnson, 2007. Contextual Teaching and Learning. Bandung : Mizan
Learning Center (MCL).
Elaine B. Johnson, 2008. Contextual Teaching and Learning. Jakarta : Mizan Learning
Center (MCL).
Gino, HJ, dkk. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Surakarta : UNS Press.
H. B. Sutopo. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta : UNS Press.
Kartini, Kartono. 1981. Bimbingan Belajar di SMA dan Perguruan Tinggi. Jakarta : CV.
Rajawali.
Kasihani Kasbolah. 1999. Penelitin Tindakan Kelas. Malang : Dirjen Pendidikan
Tinggi Proyek PGSD.
Kuswanto. 2005. Pendekatan Pembelajaran Modern : Contextual Teaching and
Learning. Surakarta : Surakarta Post.
Lexy J. Moleong. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Mathew dan M. Huberman. 2007. Analisa Data Kualitatif. Jakarta : UI Press..
Miles, MB & Huberman. 1992. Analisis Pola Kualitatif. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
Moedjiono, M Dimiyati. 1992. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Depdikbud.
Nana Sudjana. 2002. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosdakarya.
Nurhadi; Senduk, A.G. 2003. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and
Learning / CTL) dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri
Malang (UMPRESS).
Natamia, Harindra. 2009. Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Pendekatan
Kontekstual Pada Siswa Kelas III SD Negeri I Simo Kecamatan Simo
Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2009/2010.
Sarwiji Suwandi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan penulisan Karya Ilmiah.
Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13.
Slamet,St Y; Suwarto. 2007. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta;
UNS Press.
Sugiyanto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta : panitia Sertifikasi
Guru Rayon 13.
Suradji. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Surakarta : UNS Press.
Susilo. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
The Liang Gie. 1995. Ciri-ciri Belajar Yang Efisien ( Jilid I ). Yogyakarta : Libery.
Widyaiswara LPMP. 2007. Model-model Pembelajaran. Semarang : Depdikbud.
Widoyoko, Eko Putro. 2009. Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
Winataputra, dkk. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Universitas Terbuka
Wahyuni, Wening. 2009. Peningkatan Minat Belajar IPA Melalui Pembelajaran
Kontekstual Pada Siswa Kelas V SD Negeri 01 Jati Kuwung Gondangrejo
Karanganyar Tahun Ajaran 2008/2009.
Wulandari, Fibrianti. 2007. Pengaruh Model Pembelajaran Contextual Teaching and
Learning-CTL dalam Pemecahan Masalah matematika Terhadap Prestasi
belajar Siswa. Skripsi tidak diterbitkan. Surakarta. UMS Surakarta.